toleransi terhadap rider alat musik dan musisi jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band...

60
INSPIRASI DAN EDUKASI . DIPERSEMBAHKAN OLEH KOMUNITAS Mesin Music Club ITS REVIEW Yamaha THR100H Dual STUDIO Studio Soeara Madjoe TOLERANSI TERHADAP RIDER GRATIS JAN-FEB 2016 MAJALAH ALAT MUSIK DAN MUSISI 1

Upload: dotram

Post on 14-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

  I N S P I R A S I   DA N   E D U K A S I   .   D I P E R S EM BA H K A N  O L E H  

KOMUNITAS Mesin Music Club ITS

REVIEW Yamaha THR100H Dual

STUDIO Studio Soeara Madjoe

TOLERANSI TERHADAP RIDER

GRATIS

JAN-FEB 2016

MAJALAH ALAT MUSIK DAN MUSISI

1

Page 2: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

MENJAGA TATANAN INDUSTRI

DENGAN BUDAYA PARTISIPASI

Selamat datang 2016, selamat datang Masyarakat Ekonomi Asean. Pada tajuk rencana edisi

perdana Unplug ini, pertama-tama saya mewakili segenap tim AVL Times yang tersebar di beberapa negara

Asia dan Eropa mengucapkan terimakasih kepada Anda semua, seluruh insan yang terlibat dalam industri

alat musik Indonesia. Mulai dari studio rehearsal yang menyembul di antara pematang sawah, mobil pickup

yang mengangkut musisi “organ tunggal” dan PA System-nya, festival band 17-an, selebaran bertuliskan

“dicari alat musik” yang menempel di tiap sudut kota, hingga berseliwerannya penunggang sepeda motor

yang menggendong gigbag. Pemandangan inspiratif seperti itulah yang membuat kita merasa berada di

rumah.

Budaya partisipasi adalah tema skripsi saya, yang jika boleh saya kemukakan lagi mengutip

Schaffer dalam Bastard Culture (Amsterdam University Press, 2011), adalah budaya yang lahir akibat

perkembangan media yang semakin interaktif sehingga konsumen dapat berubah menjadi produsen.

Sebuah budaya yang memungkinkan konsumen ikut berpartisipasi dalam proses produksi. Dan budaya

ini dituding sebagai salah satu penyebab media-media yang mengandalkan oplah cetak sebagai ujung

tombaknya mulai gulung tikar.

Agar budaya partisipasi dapat memberi manfaat bagi semua pihak, maka perlu adanya kolaborasi

massa. Budaya ini harus dikelola, bukan dibiarkan mubazir atau malah dihentikan (karena percuma).

Menurut Tapscott dan Williams (Wikinomics: How Mass Collaboration Changes Everything:2006), cara

perusahaan modern untuk sukses adalah dengan berpegang teguh pada empat prinsip : keterbukaan,

kebersamaan, berbagi, bertindak global.

Di majalah Unplug ini, saya mencoba terbuka dan berkolaborasi terhadap konten-konten yang belum

pernah dimuat di media musik (seperti komik), serta melibatkan insan akademis (seperti mahasiswa).

Dengan semangat kebersamaan, Unplug akan melibatkan seluruh insan industri hingga ke end-user dengan

memberdayakan komunitas-komunitas lintas genre dan lintas instrumen. Media online seperti yang

sekarang kita gunakan merubah format majalah cetak menjadi lebih mudah dibagikan dan menciptakan

efisiensi bagi semua kalangan. Dengan harapan, konten-konten pada majalah ini dapat menghancurkan

hambatan geografis dan fisik sehingga menjadi global.

Tidak ada yang meragukan potensi industri alat musik di Indonesia. Melihat contoh Korg Pitchblack

(yang sudah terjual 20 juta unit secara global), membuktikannya dengan penjualan di Indonesia adalah

peringkat 1 dibandingkan negara lain. Sehingga, adalah suatu hal yang mengherankan bahwa media musik

di Indonesia bisa dihitung dengan jari bukan?

Nah, saat melakukan proses brainstorming dengan senior saya di kampus, Erick Erawan yang

menjabat salah satu manager di media lifestyle terkemuka dan pernah menyabet pemain bass terbaik di

kampus, media tentang musik memang sulit karena cakupannya terlalu luas. Padahal, media saat ini harus

berfokus pada niche informasi dengan memiliki keunikan konten. Akhirnya, saya muncul dengan gagasan

media yang khusus mengenai alat musik. Sehingga dengan Unplug, publik lintas genre dapat terakomodasi

dengan berangkat dari satu tema : alat musik.

Berpredikat sebagai satu-satunya media tentang alat musik populer berbahasa Indonesia, saya

rasa inilah momen yang tepat untuk membuktikan pada dunia bahwa industri musik pada umumnya dan

industri alat musik pada khususnya di Indonesia dapat senantiasa memberikan inspirasi bagi seluruh

lapisan masyarakat. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati saya selalu terbuka terhadap pertanyaan,

kritik, dan saran. Dan bagi Anda yang juga tertarik dengan dunia Pro Audio, video, dan tata cahaya, silahkan

akses AVL Times Indonesia.

Good luck untuk Joey Alexander. Harapan dan cita-cita Indonesia ada di genggaman tanganmu, nak.

Salam hangat,

Aryo Prionggo S.I. Kom.

Pemimpin Redaksi

Page 3: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

DAFTAR ISI Vol. 1 / Jan-Feb 2016

THE PANEL

Penerbit / CEO Clarence Anthony

[email protected]

Pemimpin Redaksi Aryo Prionggo

[email protected]

Kontributor Danu Wisnu Wardhana

Naufal Elroissi

Cover Photo MP Photography

Iklan dan Promosi: Indonesia

[email protected]

International [email protected]

Account Bank Danamon: 10738656

Dipersembahkan oleh

Peringatan: Semua isi dilindungi, Tidak ada bagian dari isi majalah yang bisa direproduksi atau digunakan tanpa izin tertulis dari penerbit: C.A. Editorial Consultants (Singapore). Semua informasi yang terdapat dalam majalah ini hanya sebagai informasi saja. Dan sejauh yang kami ketahui, informasi tersebut benar saat akan dipublikasikan. Ide, komentar, dan pendapat yang dikemukakan dalam publikasi ini adalah semata-mata dari penulis, narasumber, lembaga pers, serta produsen dan tidak mewakili pandangan editor atau pener-bit. Kami melakukan segala upaya untuk memastikan keakuratan dan kejujuran baik dari sisi editorial maupun konten dari iklan pada saat dipublikasikan. Namun penerbit tidak bertanggung jawab atas ketidaktepatan atau kerugian yang dapat terjadi. Pembaca disarankan untuk menghubungi produsen dan/atau retailer secara langsung berkaitan dengan harga produk/jasa sebagaimana dimaksud dalam majalah ini. Jika Anda mengirimkan materi kepada kami, Anda secara otomatis memberikan C.A. Editorial Consultants lisensi untuk mempublikasikan kiriman Anda secara keseluruhan atau sebagian dalam semua edisi majalah, termasuk edisi berlisensi di seluruh dunia dan dalam format fisik atau digital di seluruh dunia.

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

This Issue… Profile NAIF Toleran Terhadap Rider Mengupas sepak terjang

KORG di Indonesia Arif Hidayat dan Geliat Ahay

Drums

Studio Studio Soeara Madjoe

Komunitas Mesin Music Club ITS

Teknik Bagaimana bersuara seperti

Chris Wolstenholme

Event Berbeda-beda merek, pada

akhirnya satu kiblat sound juga Line 6 sambangi Bogor Melodia hadir di Yogyakarta Mengenal sistem digital wireless

Line 6

Review Rockwell RMB 32 Yamaha THR 100 H Dual Unplug Series Vienetta : Feat The Stupid Aliens

klik

klik

klik

klik

Page 4: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan pribadi musisi pujaan, maka aksi puluhan anggota Muse Indonesia Fans Club di event bertajuk Muse Night 13 Desember lalu seakan menunjukkan cara menjadi fans dari sebuah band. Dari sore hingga larut malam, tidak kurang dari dua belas band membawakan lagu-lagu Muse dari album awal, Showbiz,

yang terbaru Revolt, dan termasuk lagu-lagu dari B-sidenya. Diakui Richy selaku penggagas event, komunitas dari grup Facebook yang berjumlah lebih dari 11.000 anggota ini memang kerap membicarakan sound dari band yang dibentuk sejak 1994 ini. “Terutama lebih sering sound bass-nya Chris Wolstenholme ya, karena pemain bass pada umumnya jarang pakai efek aneh-aneh seperti dia,” jelasnya.

unplug . event 4 

ADALAH HAL LUMRAH JIKA SEKELOMPOK PENGGEMAR BAND MENGADAKAN GATHERING. KITA BISA MELIHAT ADA KOMUNITAS PENGGEMAR YANG SERING MENGADAKAN KEGIATAN KUMPUL BARENG ATAU MALAM TRIBUTE SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH PARA PENGGEMAR KOES PLOES, BEATLES, DAN LAIN SEBAGAINYA. TAPI TANPA MENGECILKAN REPUTASI FANBASE LAINNYA, BISA DIKATAKAN FANBASE MUSE DI INDONESIA MEMBAWA KONSEP “NGE-FANS” KE LEVEL YANG LEBIH GILA.

BERBEDA-BEDA MEREK, PADA AKHIRNYA SATU KIBLAT SOUND JUGA

PARADE PEDAL, INSTRUMEN, DAN AKSI VISUAL DI MUSE NIGHT

Page 5: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Karena kerap berdiskusi tentang sound, maka tidaklah mengherankan jika pada hari itu seluruh band selain menampilkan performa terbaiknya, juga berlomba-lomba memaksimalkan gear yang mereka punya. Sangat menarik melihat mobilitas pergerakan para personil band yang hilir mudik dengan pedalboard, instrumen, simbal, dan bahkan amplifier-nya masing-masing. Dan disini terlihat apa arti dari komunitas. Semua orang, termasuk Richy yang juga merupakan admin dari grup tersebut, ikut membantu mulai proses soundcheck hingga lalu lintas panggung. Cerminan konsep gotong royong pun semakin terlihat saat beberapa band saling meminjamkan personel-nya ke band lain, sehingga additional player dadakan pun bermunculan. Tidak hanya itu, bahkan sebuah pedalboard bass pun ikut dipakai bergantian oleh beberapa band. “Kota-kota lain sudah sering mengadakan acara jamming & gathering seperti ini. Mungkin saran untuk kota lain agar bisa mengembangkan dan lebih menyebarluaskan ke masyarakat,” ujar Richy.

Cort MBC-1 Jadi Primadona Salah satu ikon dari Muse tentu saja adalah Manson yang digunakan Matt Bellamy. Namun dengan statusnya sebagai gitar butik buatan Inggris, tentu saja produk buatan Hugh Manson di Inggris ini tidak bisa dibandrol dengan harga murah. Untungnya, sejak tahun lalu Cort bekerja sama dengan Manson untuk membuat MBC-1 dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Bak gayung bersambut, Cort

MBC-1 terbukti laris manis dengan hampir setengah band yang tampil pada Muse Night menggunakannya. “Itu Cort signature-nya Matt Bellamy asli mantab, clarity jelas dan tebal. Karakternya untuk bawain lagu-lagu Muse dapat banget. Paling hanya butuh sedikit setup saja untuk meningkatkan playability,” ujar Richy menunjuk produk yang dibuat di Indonesia itu. Serbuan Multiefek Digital Pembahasan menarik yang tidak akan ada hentinya adalah saat membahas efek yang digunakan oleh Matt Bellamy dan Chris Wolstenholme. Dengan gear list yang berbeda-beda setiap album (karena tiap album Muse memang memiliki konsep sound tersendiri), terdapat tantangan besar untuk meniru gear dari dua personel Muse tersebut. “Untuk dapetin sound unik seperti

unplug . event 5 

Seperti Muse, gitaris dari band Glorious juga menggunakan Korg Kaoss Pad (lingkar biru). Bahkan termasuk laser berwarna

hijau untuk memberikan efek visual. Tampak di kiri dua buah pedalboard bass dengan masing-masing memiliki pedal distorsi

Human Gear Animato yang juga digunakan oleh Chris Wolstenholme (lingkar merah).

Cort MBC-1 mampu memuaskan penggemar Muse

Page 6: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Chris, para bassist menjadi tertantang dan ingin mengkoleksi gear ala Chris secara lengkap. Makanya, bisa dilihat di acara tadi banyak bassist yang ngeluarin koleksi efeknya, hehehe,” ujar Richie sambil mengakui bahwa untuk gear Matt Bellamy yang cenderung lebih mahal dan lebih banyak mengandalkan rack system, kebanyakan gitaris menggunakan multiefek digital. “Dari multiefek tadi, biasanya kita tambahin Digitech Whammy. Saya sendiri menggunakan Zoom G5, sejak pakai ini tidak ngelirik produk lain karena semua ada dalam satu paket. Ada Tube Booster untuk bagian lead, ada 3D Pedal untuk variasi Whammy yang digabung efek lainnya,” tambahnya. Sesuai dengan pengakuan Richy, multiefek digital pada malam itu memang merajalela. Dengan banyaknya band yang tampil bergantian, ini adalah solusi praktis. “Agar optimal, untuk settingan-nya disesuaikan dengan karakter masing-masing pickup gitar, karena setiap gitar beda-beda karakternya,” demikian sedikit tips dari Richy. Dari Zoom G5, Richy menyarankan efek-efek yang digunakan untuk lagu Muse adalah Fuzz Face, Booster, Delay, Reverb, Auto Wah, Phaser, Whammy Pitch Shifter, Tremolo, dan tentu saja ZNR (noise reduction).

Ramai-Ramai Mengejar Sound Bass Idaman Kerap dianggap salah satu bassist dengan sound terbaik, Chris Wolstenholme menjadi panutan para bassist yang hadir di Muse Night. Untuk mencapai sound itu dengan tingkat keberhasilan tinggi, tentu diperlukan gear yang sebisa mungkin mendekati apa yang digunakan oleh Chris. Jika para gitaris sudah cukup beruntung dengan kehadiran Cort MBC-1, berbeda dengan nasib para bassist. Status, merek asal Inggris, masih mempertahankan konsep butiknya sehingga lebih banyak orang berfokus pada pedalboard dan amplifier. Untungnya, Chris juga pernah terlihat menggunakan Fender Jazz Bass. Sehingga tidak salah jika beberapa anggota Muse Indonesia Fanclub menggunakan Jazz Bass, salah satunya Archie yang pada malam itu tampil bersama The Avenue dan Musikecil. “Gue pakai Fender Jazz Bass American Vintage ’75 Reissue yang bridge-nya diupgrade pakai Leo Quan Badass agar sound-nya lebih modern,” jelas Archie yang bahkan sengaja membawa Markbass Little Mark III dan kabinet Marshall DBS 7041. “Sebenernya setup gue juga termasuk kabinet Gallien-Krueger 115MBX, tapi karena kemarin

konsep acaranya baru sebatas jamming, jadi tidak perlu dibawa semua lagipula nanti suara bass gue jadi dominan banget hahaha,” tambahnya.

Salah satu yang menarik perhatian adalah tersembulnya sebuah Human Gear Animato pada pedalboard Archie. “Pedalboard gue isinya TC Electronic Polytune, custom blender untuk mixing sinyal dry & wet, Boss OC-2, Boss LS-2, Digitech Bass Synth Wah, EHX Russian Big Muff Pi, dan Human Gear Animato,” ujarnya.

unplug . event 6 

Dari Zoom generasi lawas seperti GFX hingga G5 yang terbaru, si legenda Korg AX1500 dan si sejuta umat Line 6 X3 Live.

Multiefek digital merajalela di panggung Muse Night

Page 7: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Human Gear Animato memang bukan sembarang produk. Pedal distorsi ini dibuat secara butik di Jepang sehingga tidak mudah mendapatkannya di sembarang toko. “Pada dasarnya gue emang fanboy-nya Chris, hahaha. Jadi wajar dong kalo gue ngulik efek yang dia pakai karena menurut gue Chris adalah bassist dengan sound terunik di dunia. Ternyata efek distorsi utama dia adalah Human Gear Animato yang ternyata untuk pesen harus email langsung owner-nya di Jepang. Alhasil gue bela-belain beli deh meski harganya selangit juga. Setelah sampai, suaranya benar-benar persis apa yang kebayang dan enak banget di kuping gue,” jelas Archie yang juga merupakan pemain bass additional band Brand New Eyes. Dengan Human Gear Animato ini juga Archie melakukan rekaman dengan Brand New Eyes. Mentang-mentang tergabung di komunitas Muse, ternyata investasi Archie tidak hanya untuk lagu Muse semata. “Lebih ke personal taste, kok. Gue emang udah jatuh cinta sama distorsinya Animato ini. Sama kayak gue beli Markbass, gue suka banget karena ampli ini tidak merubah karakter Jazz Bass gue,”. Tapi tidak bisa dipungkiri, tergabung di komunitas yang

getol membahas produk membuat banyak orang ikut “keracunan” karena semakin melek akan sound. “Contohnya ada temen gue yang ikut pesen Animato juga setelah gue,” tambah Archie. Sedikit tips dari Archie untuk mengulik sound ala Chris, “Prinsip dasar Chris tuh ada tiga kombinasi karakter, Fuzz, Distortion, dan Synth. Kalau merk sesuaikan saja dengan budget masing-masing. Buat yang mau mulai, saran gue sih berburu EHX Russian Big Muff Pi, setelah itu kita bisa kembangkan dari situ,” tutupnya. Backline Dadakan Pada awalnya, backline (penyediaan alat musik dan amplifier panggung) Muse Night akan di-support oleh pihak tertentu. “Pada detik-detik akhir kami baru diberitahu bahwa backline itu harus diambil sendiri ke kantor mereka, sedangkan tidak ada transportasi yang siap pada saat itu sehingga kami menyewa secara dadakan seperangkat backline,” jelas Richy. Meski amplifier gitar (Hughes & Kettner Vortex, Laney LV300) dan bass (Laney RB9) cukup memadai, namun drumkit Mapex 4 piece-nya tidak dilengkapi oleh cymbal set yang dalam kondisi layak. Beberapa bagian yang dalam kondisi layak. Beberapa bagiannya sudah terlihat sobek. Untungnya, beberapa drummer dari band-band utama seperti Musikecil dan Bring Me menunjukkan profesionalisme-nya dengan membawa snare dan cymbal set pribadi.

unplug . event 7 

Membawa cymbal set pribadi merupakan sikap profesional yang terpuji seperti yang dilakukan oleh Bring Me dan Musikecil

Archie (tengah), dan Human Gear Animato dengan ciri khas casing besar berwarna kuning pucat yang menyita perhatian

Page 8: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

Sikap mulia dari Bring Me dan Glorious yang merelakan keyboardnya menjadi backline

Meskipun status Morgan Nicholls hanya sebagai additional dari Muse, namun membuat para penggemar Muse sadar bahwa band ini memang mengandalkan permainan synthetizer dan piano yang kaya. Sehingga, banyak diantara band-band pengisi Muse Night yang menggunakan sequencer. Selain sequencer, kita juga dapat melihat keyboard arranger PSR S950 dan Roland Juno Gi standby di panggung yang itu semua bukanlah termasuk paket dari rental. “Keyboard Yamaha merupakan pinjaman dari band Glorious dan Roland Juno Gi milik Bring Me, Muser (sebutan bagi penggemar Muse-red) kan saling meminjamkan alat. Positifnya jadi lebih kenal dan dekat,” jelas Richy. Komunitas Muse Indonesia Fans Club ternyata memang peduli dengan anggotanya. Bagi yang tertarik bergabung namun belum punya alat, Richy punya solusi.

“Sering aja dateng ke acara dan tanya-tanya sama yang punya alat. Kita semua bisa terbiasa memakai alat-alat ini juga karena sering jamming bareng jadi tahu fungsi dan settingan-nya,” tutupnya.

unplug . event 8 

Contact Person @twitter: @MuserIndonesia

twitter.com/muserindonesia

12.000+

GR

AT

IS D

OW

NL

OA

D

 

UNDUH MAJALAH DIGITAL KAMI DI

WWW.AVLTIMES.COM WWW.CAEDITORIAL.COM/ATI

Page 9: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Saat Yamaha memutuskan untuk menaungi Line 6 tahun lalu, kita dibuat penasaran akan seperti apa Line 6 diarahkan khususnya di Indonesia. Ternyata meskipun Line 6 termasuk merk yang sudah punya nama di sini, Yamaha malah terlihat lebih serius dan menggunakan pendekatan ‘jemput bola’ dengan blusukan langsung ke masyarakat. Alih-alih mengadakan pameran di mall atau menyebar undangan untuk

datang ke sebuah aula, Line 6 tidak dijadikan ‘anak rumahan’. “Saya lihat untuk Line 6 memang perlu untuk merangkul dan terlibat langsung dengan masyarakat,” ujar Bhagas Raditya selaku chief promotion & event dari Yamaha. Menggotong amplifier DT25, Amplifi, Firehawk, dan HD500, line up tersebut diajak nongkrong bareng BGF di Bogor, 50 Kilometer lebih dari markas mereka di Jakarta.

unplug . event 9 

BOGOR MEMANG DIKENAL SEBAGAI KOTA HUJAN, TERMASUK PADA 12 DESEMBER LALU PUN REPUTASI ITU TETAP TERBUKTI OLEH CUACANYA YANG BASAH SEJAK PAGI HINGGA MENJELANG SORE. NAMUN BELUM JUGA HUJAN TERSEBUT BENAR-BENAR REDA, SELASAR ERAFONE MEGASTORE GANTIAN DIHUJANI OLEH JAJARAN LINE UP TERBARU LINE 6. LAMBAT LAUN KERUMUNAN PENGUNJUNG, TERMASUK DARI KOMUNITAS BOGOR GUITAR FUNATIC (BGF), LANGSUNG BERKUMPUL DAN MEMBANJIRI LOKASI.

LINE 6 SAMBANGI BOGOR

MELEK EFEK DIGITAL BERSAMA DENNY CHASMALA

Page 10: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

BGF sendiri merupakan komunitas yang baru berdiri 1-2 tahun belakangan tepatnya Agustus 2014, namun terbukti cukup sering mengadakan kegiatan. Jumlah anggota di grupnya pun hampir mencapai lima ratusan orang. Diakui oleh Fikri, salah satu penggagas event yang bertajuk “Kupas Dawai : Simple Steps to Optimize Your Sound&Equipment” ini, bahwa BGF sangat membutuhkan kegiatan edukatif serupa. “Saya harus akui lebih banyak pembicaraan di komunitas ini adalah tentang sound gitar, dan bagi saya Line 6 sudah tidak diragukan lagi kualitas multiefeknya,” jelasnya. Kompetitor Ikut Nimbrung Silih berganti anggota BGF memanaskan suasana, silih berganti pula mereka membawa multiefek masing-masing dari berbagai brand termasuk gitar pun hanya pembicara Denny Chasmala yang menggunakan Yamaha Pacifica 611H (bahkan terdapat amplifier JCM milik rental sound juga). Seringkali malah seluruh multiefek dari merk-merk tersebut tetap dibiarkan tergeletak bersebelahan. Hal ini agak kontras dibandingkan event-event serupa yang biasanya secara ekslusif mengharamkan merk lain, namun ini benar-benar menunjukkan keberanian dan kejujuran Line 6.

“Memang situasi ini tidak bisa dihindarkan, tapi kami percaya diri dengan kualitas Line 6. Biarkan masyarakat yang menilai,” ujar Bhagas. Meskipun terdapat dua buah multiefek dari brand kompetitor yang dibawa oleh anggota BGF, namun terdapat juga Line 6 X3 Live. Entah ini milik siapa, multiefek yang sebenarnya sudah termasuk produk lawas (karena sudah dihentikan produksinya alias discontinued) ini membuktikan reputasinya sebagi produk favorit masyarakat Indonesia dengan banyaknya anggota BGF yang secara bergantian menggunakannya. Seakan sudah lihai dan khatam, seluruh performer mampu mengoptimalkan fitur-fitur X3 Live.

unplug . event 10 

Sesaat sebelum materi dimulai, BGF sudah memenuhi venue

Sepertinya semua orang tahu cara menggunakan X3 Live

Secara tidak sengaja, pengunjung dapat membandingkan Line 6 dengan beberapa produk kompetitor

Page 11: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Materi Interaktif Sesuai dengan tajuk utamanya, materi dengan pembicara Denny Chasmala ini tentu sudah dapat kita prediksikan yaitu membuat sound gitar dari produk Line 6. Namun sayang karena keterbatasan waktu, pembahasan lebih banyak berkutat pada multiefek digital dengan Firehawk dan POD HD500X. Padahal, malam itu Line 6 membawa serta amplifier DT25 dan Amplifi yang tidak dibahas sedetail dua multiefek tadi. Seakan sudah jodoh, venue di Erafone Megastore sebagai salah satu jaringan gerai ponsel dan gadget di Indonesia ikut terlibat. Mungkin kita semua sudah maklum bahwa Line 6 Firehawk dan Amplifi memang memiliki fitur-fitur yang dapat dikontrol melalui aplikasi ponsel pintar. Dengan cerdik pula Erafone menyediakan ponselnya untuk mendemonstrasikan kemampuan itu. Padahal diakui oleh Fikri, pemilihan lokasi ini tidaklah disengaja. “Setelah beberapa kali mengadakan kegiatan di cafe dan studio, kami mendapatkan tawaran lokasi ini dari Erafone. Saya pikir tidak ada salahnya mencoba suasana baru,” ungkapnya.

Produk-produk Line 6 terbukti mampu menyedot perhatian pengunjung dan BGF dilihat dari antusiasme dan pertanyaan-

pertanyaan yang dilontarkan kepada Denny Chasmala, yang mayoritas memang seputar membuat live sound yang optimal. “Multiefek-multiefek Line 6 ini mampu membuat sound yang tebal karena memungkinkan kita menggunakan dua buah karakter yang berbeda dan dikeluarkan secara stereo, sehingga penting untuk berkoordinasi dengan sound engineer juga,” terangnya.

Sayang sekali kedua speaker aktif

milik rental mengalami masalah pada tweeter sehingga produk tersebut didemonstrasikan hanya menggunakan sebuah speaker saja secara mono. Tapi cukup mengagumkan karena sound tetap terasa tebal. Terdapat perbedaan sangat signifikan dengan X3 Live versi lawas. Dengan masalah itu pun Denny Chasmala tetap berhasil memberikan materi yang interaktif dengan partisipasi pengunjung yaitu pada saat dia memberikan beberapa alternatif sound dan mempersilahkan pengunjung memilih sound yang terbaik. Interaksi ini semakin terasa saat penonton menggunakan aplikasi pada ponsel Line 6 untuk membantu Denny Chasmala membuat sound dan bahkan menyetem Yamaha 611H-nya.

unplug . event 11 

Pengunjung mencoba mengakses fitur-fitur Firehawk dengan smartphone.

Perhatikan sepasang kabel XLR pada Firehawk dan HD500X, sistem stereo inilah yang diandalkan Denny Chasmala

Page 12: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Penonton Lintas Kalangan Meskipun area venue tidak terlalu luas, namun ada hikmah tersendiri di baliknya. Pernahkah kita sampai kepikiran sebuah event alat musik di area gerai ponsel? Kupas Dawai edisi kedua ini ternyata mampu menyatukan berbagai pihak. Dengan pengguna smartphone di Indonesia sebanyak 55 juta orang, tentu saja acara ini menarik perhatian pengunjung gerai tersebut bahkan termasuk anak-anak. Di antara pengunjung, kami berhasil menemui Taufik pemilik sebuah studio rental setempat yang mengaku terkesima dengan Firehawk. “Paling berkesan bagi saya adalah Firehawk, kemampuannya dikendalikan melalui smartphone sangat menarik dan harganya masih masuk akal,” ujar Taufik dengan penuh antusias. Meski secara skala dan jumlah pengunjung tidak semasif jika digelar di pusat perbelanjaan, namun kita dapat melihat bahwa hampir seluruh pengunjung pada malam itu sudah terspesifikasi sebagai opinion leader yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan pembelian.

“Pastinya untuk tahun 2016 kami berencana akan lebih banyak acara serupa yang lebih dekat ke masyarakat seperti ini. Kami juga ingin lebih banyak bekerja sama dengan komunitas-komunitas yang ada di Indonesia, jadi silahkan hubungi kami,” tutup Bhagas.

unplug . event 12 

Di antara audiens, terdapat dealer lokal. Termasuk dealer produk ponselnya sekalian

Website : www.id.yamaha.com

www.line6.com

DAPATKAN APLIKASINYA SEKARANG

KINI ANDA BISA MENDAPATKAN AVL TIMES DAN UNPLUG DI PONSEL ANDA

Page 13: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Melodia, salah satu gerai alat-alat musik dan pro audio terkemuka di Indonesia, pada 6 November lalu baru saja membuka cabangnya di Yogyakarta. Merk-merk seperti Digitech, Electro Harmonix, Mooer, dan masih banyak lagi sebenarnya sudah cukup mudah didapatkan di dealer-dealer resmi di seluruh Indonesia. Namun, seperti yang dikatakan Kongko bangun Pambudi sebagai Supervisor Marketing Communication Melodia, ada

beberapa produk high end atau butik yang lebih sulit dijumpai seperti Mesa Engineering, ENGL, Carvin, PRS Guitars yang buatan USA, dan beberapa lainnya. “Selama ini orang dari luar Jakarta dan sekitarnya kan kesulitan untuk mencoba produk-produk high end tersebut, padahal budaya Melodia adalah memberikan akses kepada masyarakat untuk nyobain produk-produk yang ada, terlepas mau beli atau tidak itu urusan belakangan.”

MELODIA HADIR DI YOGYAKARTA

unplug . event 13 

Page 14: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Kehadiran Melodia di Yogyakarta sendiri tidak diputuskan dengan terburu-buru. Beberapa riset termasuk melalui sosial media dilakukan oleh tim Melodia. “Ternyata animo luar biasa datang dari Yogyakarta. Sebenarnya Bandung juga merupakan kandidat kuat, namun kami rasa jaraknya masih terlalu dekat dengan Jakarta. Sedangkan kota Yogyakarta memberikan akses yang mudah bagi masyarakat kota besar di sekitarnya seperti Solo dan Semarang,” jelas Kongko. Tanggapan masyarakat Yogya setelah grand opening ternyata diluar dugaan. “Rupanya masyarakat Yogyakarta memang sudah menunggu-nunggu gerai Melodia yang menyajikan produk-produk yang tidak biasa. Bukan yang itu-itu saja. Oleh karena itu, kami tidak akan bentrok dengan dealer kami di kota ini karena memang produk dan pengalaman berbelanjanya berbeda.” Menjelaskan pengalaman berbelanja tersebut, Kongko menjelaskan bahwa event-event yang rutin diselenggarakan di Melodia Jakarta juga akan ada di Melodia Yogya sehingga diharapkan membuat lebih ramai industri alat musik di kota gudeg tersebut. “Kami yakin lokasi Gejayan ini sangat strategis, kami juga siap melayani karakteristik masyarakat Yogya yang ndagel (humoris-red) dan nyeni,” tutupnya. Masih menurut Kongko, Melodia berharap dapat mengatasi tantangan di masa yang akan datang seperti produk yang semakin banyak serta jumlah customer yang juga semakin bertambah dengan kehadiran cabang baru ini. Selamat berbelanja, Yogyakarta!

unplug . event 14 

www.melodiamusik.com www.instagram.com/melodia_jog

Page 15: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Desember lalu, terdengar berita akan adanya pelatihan bagi para sales di berbagai outlet resmi Line 6 tentang wireless system. Meskipun pelatihan ini ditujukan khusus untuk para sales, tapi rasanya sayang jika kita tidak ikut nimbrung karena pembicaranya adalah Sales Manager Line 6 Asia Pasifik, Yasuo Matsunaka. Apalagi, perdebatan “wireless vs kabel” selalu menjadi bahasan menarik di antara kita semua.

unplug . event 15 

DARI MASALAH REGULASI FREKUENSI, NOISE, KUALITAS SUARA, HINGGA GANGGUAN INTERFERENSI, SISTEM WIRELESS MEMILIKI BEBERAPA TANTANGAN. PADAHAL, WIRELESS ADALAH KEBUTUHAN UTAMA DALAM SETIAP LIVE SHOW. BAGI LINE 6, MENGGUNAKAN DIGITAL WIRELESS ADALAH SYARAT MUTLAK UNTUK MENJAWAB TANTANGAN-TANTANGAN TERSEBUT.

MENGENAL SISTEM DIGITAL WIRELESS LINE 6

MENGKRITIK SISTEM WIRELESS KONVENSIONAL DENGAN PRODUK UNGGULAN

Menurut Line 6, produk gitar wireless juga harus kokoh. Tampak Yasuo dengan receiver G50 yang terbuat dari logam

Page 16: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Ternyata, Yasuo menjelaskan bahwa sistem wireless dalam konteks alat musik dapat dibagi menjadi analog dan digital. Jika kita melihat trend yang semakin kuat di setiap acara live show saat semua orang mengabadikan penampilan artis dari ponselnya, itu bisa menjadi ancaman serius bagi sistem analog wireless karena sinyal akan berebutan. Dengan sistem digital wireless yang diadopsi Line 6, sinyal akan diubah menjadi data digital sehingga tidak terganggu oleh sinyal-sinyal lain di sekitar kita. “Sistem Line 6 didesain oleh Guy Coker, yang sejak 1997 mulai mengembangkan teknologi ini. Kini, line up Line 6 sudah merupakan generasi keempat,” jelas Yasuo. Wireless Dengan Simulasi Dikenal sebagai salah satu pencetus konsep digital modelling, Line 6 tidak hanya menanamkan konsep itu di multiefeknya. Seri Relay yang merupakan wireless guitar dan microphonenya pun diberikan konsep serupa. Untuk seri Relay, terdapat fitur cable tone yang memungkinkan kita memilih karakter suara dari berbagai panjang kabel. “Semakin panjang kabel gitar, maka tone-nya akan semakin kehilangan brightness. Tapi jika kabelnya pendek, seperti yang terjadi pada sistem wireless, maka tone-nya jadi makin bright. Karakter ini tidak biasa didengar oleh gitaris yang selalu menggunakan kabel. Sehingga, dengan adanya fitur cable tone, kita dapat memiliki tone gitar layaknya pakai kabel,” inilah jawaban Yasuo mengenai gitaris

yang selalu merasa kabel adalah tone terbaik.

Selain itu, diperkenalkan juga Line 6 Relay G70 terbaru yang memiliki fitur lebih komplit seperti tuner, DI Output, AB Switcher, hingga Gain Booster.

“Sedangkan bagi pemain bass, banyak sekali yang menyukai seri Relay bahkan hingga di situasi rekaman karena

mereka mendapatkan sound senatural mungkin,” tambahnya. Untuk microphone-nya, beberapa produk Line 6 seperti XD-V75 menanamkan simulasi microphone-microphone terkenal dari mulai Shure, AKG, Sennheiser, Audix, dan Audio Technica. Meski pelatihan berlangsung singkat, para sales tampak sumringah dan percaya diri akan produk-produk ini. Seperti misalnya Ruli dari Nuansa Musik, “Untuk wireless gitar dan bass-nya mungkin tidak akan mengalami kompetisi seketat microphone karena cukup segmented, tapi yang paling berkesan bagi saya adalah microphone XD-V75 nya yang benar-benar bagus,”. Para sales yang sudah dilatih inilah yang akan melayani kita di gerai Line 6. Jadi, ada baiknya agar kita mencoba mendengar saran dari mereka sebelum

memilih produk wireless yang tepat bagi kebutuhan.

unplug . event 16 

Website : www.line6.com Relay G30 (kiri) dan G50 (kanan), Perhatikan knob cable tone-nya

XD-V75 juga memiliki simulasi microphone instrumen seperti Shure SM57

Line 6 G70 dengan desain baru dan fitur lebih lengkap

Page 17: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Ditemui di Viky Sianipar Music Centre pada akhir November lalu, kami berhasil mencegat NAIF beserta rekan-rekan kerja pendukung produksinya yang sedang mempersiapkan diri untuk proyek kolaborasi dengan arahan Viky Sianipar. Band yang lahir dari kampus seni kebanggaan ibukota,

Institut Kesenian Jakarta, masih tampil kompak dengan formasi sejak tahun 2003 yaitu David (vokal), Emil (bass), Pepeng (drum), dan Jarwo (gitar). Sama seperti gayanya pada saat live, wawancara kami yang cukup singkat ternyata tetap penuh oleh suasana jenaka.

unplug . profile 17 

MALANG MELINTANG DI INDUSTRI HIBURAN SEJAK 1995, NAIF TENTU SUDAH MASUK

DALAM JAJARAN BAND PAPAN ATAS INDONESIA. NAMUN BEGITU, TAHUKAH ANDA BAHWA

NAIF MASIH DENGAN SENANG HATI MENERIMA TAWARAN TAMPIL DI PANGGUNG-

PANGGUNG PENTAS SENI (PENSI) SEKOLAH DENGAN TECHNICAL RIDERS YANG CUKUP

WAJAR? KINI UNTUK PERTAMA KALINYA NAIF BUKA-BUKAAN TENTANG RIGNYA KEPADA

KITA SEMUA.

NAIF TOLERAN TERHADAP RIDER

Page 18: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Sebagai band yang lahir dan tumbuh di lingkungan kampus, adakah keuntungan dari itu? David : Ya, kami semua tidak hanya teman ngeband, tapi juga teman bermain. Jadi akhirnya lama-lama keterusan main band. Emil : Karena kampus kami kampus seni, maka kami banyak bantuan kreatifitas dari temen-temen juga. Kakak kelas, adik kelas, teman seangkatan, semua saling support. Dan sebaliknya kita juga support band-band lainnya seperti The Upstairs atau White Shoes And The Couples Company. Banyak band-band baru yang memulai karir dengan meng-cover lagu-lagu NAIF seperti di Youtube, bagaimana tanggapan NAIF atas fenomena ini? Emil : Seharusnya mereka menggunakan waktunya untuk melakukan hal-hal lain daripada meng-cover lagu kami, contohnya belajar atau meng-cover lagu lain. David : Meng-cover coklat buku pelajaran atau meng-undercover kejahatan korupsi. Emil : Pokoknya jangan meng-cover lagu-lagu Naif, wasting time. Kalau mereka lebih bagus, maka kita bagaimana? David : Terus mereka dong yang maju? Hahaha... Apa sih sebenernya konsep musik dari NAIF? David : Pop! Pop ringan.... semi berat.

Sepanjang karir apakah konsep itu pernah ada yang berubah? Serentak : Tidak ada..! David : ...pengennya yang simple aja lah lagunya. Apakah audiensnya yang berubah? Emil : Oh iya! Tadinya masih sekolah sekarang sudah kawin, sudah ibu-ibu. SMA 1 Makassar yang dulu pertama kali ngundang NAIF ke Makassar, waktu kemarin kesana lagi sudah pada bawa anak. David : Bahkan mungkin udah jadi kepala sekolahnya....(tiba-tiba menjadi lebih serius)..jadi ya be-regenerasi, bagusnya sih yang dulu emang udah pada dewasa, tapi anak sekarang tetap bisa menerima. Terbukti kita masih sering manggung di acara anak sekolah. Emil : Dulu awalnya emang rata-rata cuma penggemar vintage yang suka sama NAIF, ya. Atau anak kampus yang pengen genre yang berbeda dari yang mainstream pada saat itu. Tapi sekarang anak-anak SMA atau bahkan SMP bisa kok nyanyi bareng kita. Pepeng : Masih bisa mengapresiasi juga. Terakhir, pernahkah ada tawaran endorsement? Naif : Pernah sih, tapi belum pernah ada yang cocok dengan term nya. Kalau ada tawaran dari produk yang kami suka seperti yang saat ini kami pakai dan nyaman dengan kontraknya, ya akan dipertimbangkan.

unplug . profile 18 

Ditemui di Viky Sianipar Music Centre pada akhir November lalu, kami berhasil mencegat NAIF beserta rekan-rekan kerja pendukung produksinya yang sedang mempersiapkan diri untuk proyek kolaborasi dengan arahan Viky Sianipar. Band yang lahir dari kampus seni kebanggaan ibukota, Institut Kesenian Jakarta, masih tampil kompak dengan formasi sejak tahun 2003 yaitu David (vokal), Emil (bass), Pepeng (drum), dan Jarwo (gitar). Sama seperti gayanya pada saat live, wawancara kami yang cukup singkat ternyata tetap penuh oleh suasana jenaka.

Page 19: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Untuk tipe microphone David tidak menjelaskan tipenya, “Karena kami beli sendiri, kok. Tidak di-endorse..hahaha. Tapi yang jelas gue nyaman dengan merk Shure”. Sempat di-endorse suatu merk untuk gitar akustik, kini David lebih nyaman sendirian. “Untuk gitar lebih suka dan lebih nyaman pakai akustik karena lebih mudah

memainkannya. Sekarang pakai produk Gretsch White Falcon dan Rancher Falcon lebih karena gue suka dengan penampilannya. Wuiiih banget. Gue sering berdiskusi juga dengan Jarwo tentang gitar. Ngomong-ngomong gue juga lagi mengidamkan Gibson Hummingbird”.

unplug . profile 19 

David pasrah dengan DI Box apapun yang disediakan.

Sebenarnya membawa DI Box sendiri tapi hanya dikeluarkan saat DI Box panggung bermasalah. “Sayang”, ujar David.

David, Emil, dan Jarwo menggunakan pick custom buatan krunya, Musdalifah, dengan ukuran 1 mm.

Jarwo dan Emil men-set ekualisernya flat.

Tidak ada yang menyukai in-ear monitor. “Interaksinya enggak ada”, menurut Emil dan David mengaku tidak keluar power-nya.

Adit, teknisi gitar Jarwo, kerap diledek “curang” oleh sesama teknisi dari band lain karena simple-nya setup Jarwo.

Strap Jarwo dimodifikasi agar transmitter wireless Line 6 G50 dapat dengan cepat dibongkar pasang.

Bedah Rig NAIF

DAVID

Page 20: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Sudah sejak lama Emil memang

identik dengan Rickenbacker 4003 berwarna hitam, “Kesan visualnya panjang, cocok dengan badan gue yang gede.” Sedangkan untuk rekaman, beberapa bass digunakan untuk memenuhi kebutuhan lagu. “Beberapa lagu yang standar gue pakai Fender Deluxe Special Precision Bass, sedangkan saat ingin tone yang agak middle dan kasar gue pakai Epiphone Allen Woody Rumblekat. Makanya dipakailah Rickenbacker untuk live karena jangkauan frekuensinya lebih luas. Untuk Rickenbacker ini semua pickup terpakai, dan justru pickup bridge lebih sering gue pake untuk lagu-lagu yang soft ”.

Jika melihat video penampilan NAIF,

Emil juga kerap tampil dengan Ampeg SVT 4-PRO dan kabinet 8x10”. Kombinasi head dan kabinet itulah yang kerap Emil minta sebagai rider, “Buat gue lebih clear, dan sesuai kebutuhan di panggung agar lebih kenceng aja sih. Kalau untuk rekaman pakai 4x10” saja sudah cukup. Untuk head sih sebenarnya gue lebih suka Ampeg SVT Classic, tapi lebih sering adanya SVT-4PRO, ya enggak apa-apa”. Uniknya, bahkan tidak ada tuner sekalipun di dekat kaki Emil. “Tuner pakai Boss, biasa. Gue tuning dulu sebelum live. Enggak ada apapun di lantai, paling tadi dibawain clip tuner sama kru. Cuma gue hampir enggak pernah ada masalah dengan seteman atau tuning kok”.

unplug . profile 20 

EMIL

Page 21: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Selain membawa seluruh cymbal-set nya sendiri, Pepeng tidak meminta suatu merk drumset tertentu dari rider. “Yang pasti kondisi harus layak pakai. Di masa lalu memang sempat minta merk-merk tertentu, tapi seiring berjalannya waktu saya ingin lebih fleksibel saja”. Tentang double pedal, untuk NAIF ternyata banyak gunanya.

Selain karena kebutuhan lagu yang memiliki sesi solo seperti “David Pepeng Emil Jarwo”, double pedal juga dibawa untuk gig yang durasinya lama sebagai penutup atau bahkan bisa menjadi antisipasi saat ada masalah di panggung.

Mengaku musik NAIF membutuhkan sound gitar yang natural, rig Jarwo sangat sederhana. “Saya pakai multiefek sejak sering trouble di ampli. Kalau dulu kan modelnya gitar harus dicolok ke ampli. Sekarang gue cari yang simple sajalah”.

Itulah Jarwo, setup nya sekalem orangnya. Hanya sebuah Digitech RP500 yang dicolok ke return ampli, bukan input. “Multiefek sekarang udah punya semua

”Pernah suatu ketika beater sebelah kanan lepas pada saat live. Daripada kosong ya gue isi pake sebelahnya aja..hahaha..”.

Antisipasi sepertinya merupakan kunci sukses dalam band yang memiliki toleransi tinggi terhadap technical rider seperti NAIF. Contoh konkritnya adalah memiliki kru yang handal. Untuk menghindari drumhead yang tidak layak pakai, Pepeng membawa drumhead Evans sendiri dan di tune pada saat soundcheck. “Itu kerjaan teknisi gue tuh, karena dia memang udah hapal settingan gue jadi tinggal hajar aja”.

yang gue butuhin. Paling sering gue pakai simulasi dari Vox AC15 dengan ekualiser di set flat semua. Output ke front of house juga dicampur dengan Direct Out yang keluar dari XLR Out-nya RP500, tanpa panning left/right dijadikan mono”. Untuk amplifier, panitia cukup menyiapkan amplifier “sejuta umat” Marshall JCM 2000 atau JCM 900.

unplug . profile 21 

Snare Mapex / Premier

Tama Iron Cobra

Double Pedal

Custom stick bahan maple,

round wooden tip

(1) Hihat Zildjian Z

Sabian HHX 16

(2) Meinl Crash 18

(3) Paiste Ride 24

(4) Splash Meinl 8

(5) Splash Paiste 10

PEPENG

JARWO

Page 22: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Mengenai gitar utamanya, Jarwo bahkan dengan jujur menjelaskan, “Itu stratocaster abal-abal engga jelas dari Mojokerto. Sebenernya kalau buat live saya engga pilih-pilih gitar. Saya pakai apa yang ada aja (yang dibawakan oleh teknisi gitarnya, Adit – Red). Kalau untuk rekaman baru saya cari-cari sound, untuk lagu yang sederhana gue pakai gitar yang suaranya sederhana”. Gauge senar yang digunakan Jarwo adalah 10-52, bukan 10-46 standar.

Hal ini diakuinya agar mendapatkan karakter yang lebih keluar dan menonjolkan low-nya. “Dulu pernah pakai 0.08 tapi kalau di-bending, yaaah ... suka kelewatan ... hahaha”. Dan pada saat rekaman inilah Jarwo baru benar-benar menggunakan amplifier. “Pilihan saya biasanya Marshall JTM45, Fender Pro Junior, Vox, atau Marshall JCM 2000”.

unplug . profile 22 

JARWO

Website : www.naifband.com

Page 23: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Begitulah Patricia Dharmawan (General Manager PT Mahkota Musik Indonesia) selaku distributor yang mewakili Korg Indonesia saat mengawali cerita perjalanan Korg hingga akhirnya diterima di seluruh pelosok Indonesia seperti saat ini. “Korg didirikan oleh orang-orang yang sangat hi-tech, cenderung ingin fokus di terobosan-terobosan teknologi baru. Hal ini membuat awalnya mereka beranggapan

keyboard arranger bukanlah arena Korg. Namun setelah mendapati fakta bahwa arranger juga mendapatkan pasar yang menjanjikan, Korg sangat serius melayani segmen ini,” ungkapnya. Korg memang beberapa kali melakukan inovasi cerdas dengan mampu melihat peluang. Salah satu yang paling dikenang oleh Patricia adalah saat menjelang munculnya seri Triton.

unplug . profile 23 

SIAPA SANGKA AWAL KEMUNCULAN KORG DI INDONESIA PADA AWAL 1980-AN JUSTRU TIDAK LANGSUNG MULUS. DIANGGAP PRODUK MAHAL DAN HANYA DIGUNAKAN OLEH KALANGAN ATAS, PERLU INISIATIF DARI DISTRIBUTOR INDONESIA UNTUK MEYAKINKAN PUSAT AGAR LEBIH SERIUS MENGGARAP PASAR KEYBOARD ARRANGER. USULAN ITU TERBUKTI TEPAT KARENA KINI KEYBOARD ARRANGER KORG MENGGAET LEBIH DARI 30 PERSEN MARKET SHARE

MENGUPAS SEPAK TERJANG KORG DI INDONESIA

MENGUSUNG MISI PELESTARIAN BUDAYA INDONESIA

Page 24: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

“Pada waktu itu banyak pengamat industri yang meramalkan bahwa masanya keyboard sudah habis. Semua orang akan beralih ke keyboard controller. Namun Korg tidak percaya dan tetap menggelontorkan beberapa seri Triton sekaligus. Alhasil saat kompetitor lain tengah memikirkan peralihan pasar menuju controller, Triton kami melenggang tanpa hambatan dan meraih penjualan luar biasa,”. Korg

memang benar, era dimana semua orang menggunakan controller dan laptop tak kunjung terjadi.

Berawal Dari IS35, Menjadi Pa Bertarung di segmen arranger bukan perkara mudah. Pengguna keyboard arranger yang didominasi oleh orang-orang yang menggeluti bisnis organ tunggal membuat produk ini sangat sensitif terhadap perilaku masyarakat. Alhasil, kompetisi di kelas keyboard arranger menjadi seru karena setiap pabrikan melakukan konsep branding yang berbeda-beda menyesuaikan khalayaknya.

Hal ini dipahami betul oleh Patricia, yang menuturkan bahwa salah satu kunci menggaet Pasar arranger adalah konten tradisional. “Awalnya kami memasukkan konten-konten tradisional sekitar awal tahun 2000-an ke dalam Korg IS 35, sayangnya IS 35 ini hanya bertahan selama satu tahun karena tiba-tiba Korg pusat memutuskan untuk membuat sebuah keyboard dengan platform yang sama dan update by software. Jadilah seri Pa lahir dari konsep itu. Dan kami mulai lebih serius lagi di Pa ini,”

Alasan kuat dibalik hadirnya Pa Series dengan style tradisional adalah selain untuk mendorong industri musik di masing-masing daerah atau negara distribusi, juga untuk mencegah terjadinya black market.

Pada masa saat Korg Pa 50 dipasarkan (sekitar tahun 2004-2005), Korg Indonesia melaporkan komplain terkait adanya aktifitas pasar gelap (produk yang beredar tanpa melalui distributor resmi) tersebut ke Korg pusat dan ditanggapi dengan serius. Pasar gelap tersebut juga terjadi akibat perbedaan harga jual antara negara satu dengan lainnya.

Akhirnya, solusi lahir dengan keputusan masuknya style tradisional yang ternyata terus dipertahankan dan dikembangkan hingga hari ini. “Sehingga setiap negara memiliki produk Korg yang khas. Misalnya, Korg Pa yang dijual di Indonesia berbeda kontennya dengan yang di Turki atau India,” jelas Patricia yang mengenai proses lokalisasi ini. Hendra selaku Brand Manager Korg menambahkan, lokalisasi tersebut justru sudah lebih dahulu dilakukan oleh Korg Indonesia. “Kita sudah lebih dahulu melakukan lokalisasi dengan IS 35 tadi. Karena pada saat itu kami merasa suara tabla bawaan dari IS 35 berbeda dengan tabla yang biasa didengar oleh masyarakat Indonesia, sehingga kami mengakalinya dengan memproses ulang data MIDI IS 35,” jelasnya. Apa yang dilakukan oleh Korg Indonesia terhadap IS 35 ini ternyata dianggap ide brilian oleh Korg pusat di Jepang. Meskipun demikian, hanya negara-negara yang memenuhi target penjualan tertentu lah yang diberikan lokalisasi ini. Sekedar catatan, Indonesia menduduki peringkat pertama untuk penjualan seluruh produk Korg di Asia dan peringkat tujuh di dunia.

unplug . profile 24 

Campur tangan Korg Indonesia terhadap IS 35 (kiri) melahirkan Pa series (kanan)

Korg Triton, popularitasnya hingga ke serial animasi K-On

Page 25: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Secara khusus Hendra menambahkan bahwa salah satu kualitas penting yang membuat Korg Pa mampu berbicara banyak adalah style yang terkandung dalam produknya berasal dari

sampling instrumen sungguhan. “Dari instrumen sungguhan itu lalu kami merekam loop-nya, yaitu satu pola permainan utuh. Inilah yang membuat suaranya realistis,” Hendra membandingkan dengan metode pembuatan sound secara sintetis yang tidak melibatkan sumber instrumen aslinya. “Berbeda dengan secara sintetis, keuntungan menggunakan sampling adalah suaranya tidak terdengar mesin dan dinamikanya lebih terasa karena kami menggunakan the real thing. Bukan sekedar mirip-miripan lagi,”

Keyboard Sebagai Komoditas Yang Stabil

Meninjau dinamika ekonomi yang terjadi beberapa tahun terakhir, Patricia tidak menampik bahwa beberapa alat musik mengalami gangguan. Namun, dia menyatakan keheranannya terhadap penjualan keyboard yang tidak terpengaruh. Patricia malah menyoroti situasi menarik yaitu gejala “pedang bermata dua” dari penggunaan internet. “Kami diuntungkan karena product knowledge masyarakat kota besar menjadi semakin tinggi, namun kontras dengan masyarakat yang penggunaan internetnya rendah. Mereka jadi lebih loyal terhadap produk-produk model lawas karena tidak mengikuti perkembangan line-up terbaru,” ujar Patricia yang senantiasa menjawab tantangan ini dengan melakukan brand activation langsung ke daerah-daerah terpencil untuk memperkenalkan Korg ke para pelaku usaha organ tunggal.

Dengan melihat langsung tanggapan pasar di daerahnya masing-masing, Patricia tidak menyangka justru Pa 600 yang notabene untuk segmen menengah keatas mendapat sambutan positif di daerah-daerah tersebut. “Saat kita yang tinggal di kota resah mengenai gejolak ekonomi, yang di desa seakan tidak terkena dampak apa-apa, makanya saya bilang keyboard paling stabil,”. Hendra juga menambahkan, “Para pemain organ tunggal itu jangan dikira orang sembarangan, mobilnya mewah-mewah. Ini karena organ tunggal sudah menjadi profesi, setiap akhir pekan pasti mereka main di acara pernikahan,”. Menurut pengamatan Patricia dan Hendra, tinggi rendahnya harga yang dipatok para pelaku organ tunggal ditentukan oleh spesifikasi keyboard yang digunakan, bukan dari performa sang musisi.

Namun bukan berarti Pa 300 yang lebih murah tidak laku. Ada momen tertentu yang tidak sengaja

mendongkrak penjualan. Saat tulisan ini diketik pada bulan Desember 2015, Pa 300 sedang mengalami kenaikan permintaan. “Ini karena produk kompetitor sedang habis stoknya,” ujar Patricia. Berdasarkan catatan Hendra, selama ini wilayah penjualan keyboard arranger yang terbaik secara nasional adalah di Surabaya. Menurutnya, hal ini dikarenakan Kota Pahlawan itu merupakan pintu gerbang menuju Indonesia Timur. “Orientasi orang Indonesia Timur jika belanja itu ke Surabaya,”. Dirinya juga mengakui bahwa wilayah-wilayah Indonesia Timur memang belum dioptimalkan sepenuhnya oleh Korg karena tingginya biaya untuk mengirim tenaga product specialist dari Jakarta. “Meskipun demikian, Manado dan Makassar penjualannya bagus sekali. Saya menduga

unplug . profile 25 

Patricia Dharmawan, “Lokalisasi senjata ampuh melawan black market,”

Style yang begitu dicintai musisi organ tunggal

Page 26: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

ada faktor budaya dari masyarakatnya yang suka membuat acara. Setiap cafe ada keyboardnya,” tambahnya. Agenda 2016 Mengusung brand sebesar Korg, Patricia memaparkan fungsi dan tugasnya untuk senantiasa menumbuhkan demand. Patricia menekankan bahwa aktifitas komunikasi pemasaran harus sejalan dengan dealer. “Setiap kami mengadakan acara promosi ke daerah tertentu pasti kami menggandeng dealer setempat. Dengan melibatkan dealer, kami mengangkat reputasi dan kredibilitas outlet-outlet lokal karena masyarakat akan melihatnya sebagai acara mereka,” jelas Patricia. Konsep kelokalan inilah yang memang dipandang oleh Hendra sebagai niche market-nya Korg di Indonesia. Hendra mengklaim, “Tulang punggung kami memang ada di musik tradisional. Saya lihat kompetitor sudah mencoba mengikuti tapi itu hanya musik pop yang diberi instrumen tradisional, bukan the real thing,” Sebagai jawaban atas manuver kompetitor, Korg Indonesia dalam waktu dekat akan meluncurkan seri Pa terbaru, Pa 4X yang mereka sebut sebagai “The Super Arranger”. “Kami sudah menyiapkan konten yang meliputi 34

provinsi di Indonesia, dari sebelumnya 21 provinsi,” ujar Hendra. Masih ada beberapa hal yang

menjadi PR bagi Korg Indonesia. Menurut Patricia, dirinya akan lebih menggali dan mempelajari pasar untuk kebutuhan bermusik keluarga. “Karena seri Pa kami masih didominasi oleh pengguna profesional. Sehingga, dalam waktu dekat kami akan memproduksi lagu anak-anak dengan musik gubahan Ibu Kasur, yang bisa diiringi oleh style-style tradisional Indonesia,” tuturnya.

Hendra menyimpulkan bahwa Korg, khususnya pada seri arranger, mengusung misi untuk melestarikan tradisi dengan cara yang tidak tradisional. “Caranya dengan mengawetkan konten-konten yang tadi kami sebutkan. ‘Kan sayang jika sampai punah, nah kami ingin menumbuhkan kecintaan terhadap musik Indonesia dari keyboard. Kenapa keyboard, karena keyboard adalah hiburan keluarga,”. Hendra juga menekankan bahwa produk keyboardnya sebagai alat musik modern tidak berusaha menggantikan alat musik tradisional, “Kami ingin anak-anak dapat mengakrabi suara alat musik tradisional sekaligus bentuk-bentuk musiknya,”

unplug . profile 26 

Korg siap mengarungi 2016 dengan The Super Arranger

Penjualan Pitchblack Di Indonesia Menduduki Peringkat Pertama Dunia

Jika kita perhatikan beberapa tahun terakhir, ada sebuah pedal tuner dengan kemasan stompbox yang mendadak pamornya melejit, Korg Pitchblack. “Kami tidak punya strategi khusus untuk Pitchblack. Kualitas yang bicara,” ujar Ade Himernio yang menjabat sebagai Marketing Communication Korg. Ade menjelaskan, yang membuat Pitchblack disukai oleh masyarakat Indonesia selain dari akurasinya adalah kemasannya yang praktis, mulai dari stompbox hingga clip tuner. Korg memang sudah mengalihkan produk gitarnya ke sister company-nya, Vox. Namun tidak untuk tuner Pitchblack-nya. “Tuner Pitchblack membuat banyak gitaris tersadar bahwa inilah yang mereka butuhkan selama ini,” tambah Ade.

Ade Himernio, “Kualitas yang bicara”

Korg Pitchblack

Page 27: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Singkat cerita, begitulah Ahay diciptakan Arif. Tentu kita sudah maklum jika dibalik cerita itu pasti ada proses perjuangan yang panjang. Meski pernah menjalani peran sebagai karyawan swasta hingga pegawai negeri, namun ternyata bisnis rental studio yang dirintisnya sejak tahun 90-an lah yang membuka jalan menuju industri alat musik. “Saya mengawali karir di dunia pertambangan hingga cadangan emas di tempat saya bekerja habis dan ditawarkan transfer ke perusahaan lain. Namun saya lebih memilih kuliah Ilmu Hukum di Jakarta sambil

menggunakan uang pesangonnya untuk membuka studio rental tersebut di Bekasi, bernama Fokus. Tahun segitu masih Rp 3000/jam,” kenang Arif yang mengawali pendidikan akademisnya di Kimia Analisis. Namanya juga studio rental, Arif seringkali terlibat jual beli alat musik bekas. “Suka ada orang menawarkan alat musik dalam kondisi rusak, lalu saya perbaiki dan jual lagi. Itu dilakukan sambil kuliah,”. Arif mengenang, pada waktu itu media jual beli alat musik yang sangat efektif adalah surat kabar Pos Kota karena memang belum ada internet. “Terutama hari Sabtu atau Minggu,

unplug . profile 27 

BERAWAL DARI BISNIS STUDIO RENTAL, JUAL BELI ALAT MUSIK, DAN REPARASI DRUM, KETEKUNAN ARIF HIDAYAT KINI BERBUAH MENJADI AHAY DRUMS. MESKI BARU DILAHIRKAN EMPAT TAHUN LALU, AHAY LANGSUNG MENGGEBRAK DENGAN BERBAGAI PRODUK UNIK YANG TIDAK BIASA DIJUMPAI DI PASARAN.

ARIF HIDAYAT DAN GELIAT AHAY DRUMS

PESONA KAYU INDONESIA DALAM DRUMKIT SOLID SHELL

Page 28: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

adalah saat tepat untuk memasang iklan. Lama kelamaan, bisnis jual beli alat musik bekas ini jauh lebih berkembang dan saya tutup studionya,” tambah Arif.

Nampaknya Arif memang dari awal sudah ingin menekuni dunia drum, sehingga masih teringat hasil karyanya saat berkutat di bisnis jual beli tersebut. “Pernah suatu ketika saya dapat drum Rolling Concert Series. Tom-nya dari 8”, 10”, 12”. Floor 15” dan 18”, Bass drumnya 24”x2. Itu ‘kan bisa dibuat jadi dua drumkit, lagipula ruang studio saya yang hanya 3x5 meter persegi tidak muat. Setelah saya jual untungnya jadi berlipat ganda,” ujarnya sambil tertawa. Reparasi Drum Dari Rumah Hingga Ke Eropa Didukung oleh banyaknya peluang bisnis dan berbekal rasa cintanya terhadap drum membuat Arif getol melahirkan kembali drum-drum yang rusak. Inilah awal mula Arif membuat drum sendiri “Kalau drum rusak, paling sering ‘kan hanya masalah part yang termakan usia seperti lug, bracket, atau strainer. Dulu saya belanja part tersebut di Tiga Putera Pasar Baru, tidak banyak yang tahu bahwa mereka menjual part drum,” rujuknya. Jika masalah part ada solusi tersebut, lain halnya dengan body/shell. “Saya terinspirasi saat melihat pembuatan contra bass, yaitu saat mereka menggulung triplek untuk dijadikan body-nya. Sehingga mulailah saya ikutan membuat drum shell dari triplek yang digulung. Meski masih apa adanya, jadilah Picollo yang saya jual Rp 150.000,” jelas Arif.

Saat era Reformasi dimulai, Arif sempat vakum dari dunia musik karena dipercaya sebagai pegawai negeri untuk membangun provinsi Bangka Belitung hingga akhirnya kembali lagi ke Jakarta pada tahun 2008. Uniknya, Arif malah mencoba membuat simbal dari industri gamelan. Demi mempelajari pembuatan dan teknik peleburan gong, Arif berkelana ke Jogja, Solo, dan Klaten. “Saya takjub dengan simbal Turki. Teknik peleburan mereka berangkat dari kebutuhan militer di Jaman Perunggu, dan usaha saya membuat simbal dengan berangkat dari gong gagal,” Belum berhasil di simbal, Arif mengalihkan perhatiannya kembali ke drum. Tapi kali ini dengan metode pembuatan standar internasional yaitu berinvestasi ke mesin bubut. Setelah melihat-lihat drum dengan konstruksi solid, Arif mencoba membuatnya dan jadilah Snare prototype pertama Ahay.

unplug . profile 28 

Arif, menunjukkan shell Rosewood berkonstruksi Stave Block, memulai Ahay dari reparasi drum merk-merk lain

Tahap pembuatan shell solid jenis Stave Block

Joint dibentuk dengan cara diluncurkan ke mata gergaji yang berputar

Joint disusun seperti puzzle hingga membentuk shell

Joint dilem hingga menjadi shell

Bagian tepi shell diberi lekukan (bevelling)

Shell memasuki tahap pengecatan dan finishing

Shell diberi lubang-lubang untuk hardware, tampak sebuah shell dari kayu Rosewood

Shell memasuki ruang quality control

Siap dikemas dan dikirim ke outlet

Page 29: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

“Dan berkat bantuan Facebook, seluruh dunia tahu bagaimana saya bekerja dan apa hasilnya. Akhirnya dari tahun 2011 saya sudah ekspor,” jelas Arif yang lebih lanjut menjelaskan bahwa permintaan-permintaan ekspor datang dari Eropa karena pasar tersebut jenuh dengan produk drum yang bahannya itu-itu saja.

Bahkan kegiatan ekspor ini berawal dari riset bersama dengan pembuat drum dari Austria dan membuka jalan Arif memasarkan brand ABD/Denish kesana. “Saya menjawab tantangan atas pasar yang jenuh itu dengan menawarkan produk drum berbahan kayu Merbau berkonstruksi multi-ply. Terkadang kami bungkus outer shell-nya dengan veneer Rosewood, pasar Eropa suka corak Rosewood,” jelas Arif. Kiprahnya ini berhasil mendatangkan investor pada tahun 2014 lalu.

Secara keseluruhan, Ahay Drums adalah sebuah perusahaan yang memiliki beberapa merek di line-up-nya. Selain Ahay sebagai flagship dengan konstruksi solid shell-nya dan ABD/Denish yang merupakan riset bersama Austria, masih ada Denish dan Redd. Redd sendiri dikhususkan untuk memproduksi shell dengan material akrilik, yang baru saja diluncurkan oleh Arif tahun 2015 lalu. “Untuk ABD/Denish sementara ini masih ekspor ke Eropa, karena pricing-nya belum cocok untuk market di Indonesia,” jelasnya.

Manajemen Terpusat Meski diakui Arif bahwa respon pasar sejauh ini memuaskan, namun jajaran tim manajemen perusahaannya tidak ingin terlena. “Karena kami pernah terkendala dengan aktifitas distribusi. Kami merasa lebih efektif memegang kendali distribusi sendiri. Kami perusahaan Indonesia, maka seharusnya kami sendiri yang langsung melayani para outlet Ahay di Indonesia. Distributor saya adanya di luar negeri,” Arif juga mengungkapkan bahwa sejak 2016 ini strategi distribusi dan pemasaran di Indonesia menjadi tanggung jawab Ahay sendiri demi penyebaran yang lebih lancar. Termasuk berurusan dengan endorsement, merchandise, hingga merintis franchise sekolah musiknya. Meskipun Denish dan Redd lebih ditujukan untuk pasar low end, namun Arif ingin menjamin bahwa kualitasnya tetap terbaik di kelasnya. Dengan alasan inilah Arif tidak membuatnya di negeri tirai bambu meski secara ongkos produksi lebih murah. “Toh misalnya saya buat 100 produk dengan kualitas yang nilainya sembilan, dengan saya buat 1000 produk dengan kualitas 6, ternyata profitnya sama saja. Waktu yang terbuang juga sama saja,” jelasnya. Untuk tahun 2016 ini Arif mengungkapkan bahwa strateginya untuk

di Indonesia akan lebih digenjot ke Denish dan Redd. Sedangkan Ahay lebih diprioritaskan promosinya ke luar negeri. Tujuannya adalah membangun prestis dan brand image dari Ahay sehingga menambah kebanggaan bagi para pengguna Ahay.

unplug . profile 29 

Denish, line up low end pun dibuat di fasilitas yang sama dengan Ahay True solid shell, si kelas wahid

Page 30: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Customer Care Dan Service Centre Sebagai Ujung Tombak Arif mengklaim bahwa Ahay dibangun dengan pendekatan yang berbeda dengan brand-brand- lain pada umumnya. Hal pertama yang disebut Arif adalah garansi

1 tahun dan after sales service selama 5 tahun, salah satunya adalah jaminan ketersediaan spare part.

Berangkat dari kesedihan Arif melihat

fakta bahwa belum ada drummer Indonesia yang memiliki signature series sendiri, Arif ingin seluruh artis endorsee-nya menggunakan produk Ahay yang sesuai dengan ciri khas masing-masing. Tidak heran jika saat ini Ahay berhasil menggaet sekitar empat puluh endorsee. Namun yang tidak biasa adalah adanya garansi sound. “Artinya ketika pelanggan memesan ke divisi Ahay Customshop namun sound yang diinginkan tidak tercapai, bisa refund 100 persen,” ujar Arif. Dari aspek ini kita bisa melihat kesungguhan Ahay memperlakukan setiap pelanggannya benar-benar menjadi anggota keluarga. “Memang garansi sound yang saya terapkan dikritik oleh para pembuat drum lain di luar negeri. Tapi saya yang tahu pangsa pasar dan selera tipikal drummer Indonesia. Sayalah pembuatnya. Saya yang mengalami sendiri proses riset dari mulai kekerasan kayu, serat kayu, usia kayu, dan karakteristik suara setiap kayu dari Red Mahogany, Rosewood, Ebony, Merbau, dan sebagainya,” Arif merujuk pada saat drummer mengungkapkan kebutuhan tone-nya, Arif sudah tahu frekuensi apa yang dibutuhkan untuk lebih dominan dan bahan apa yang tepat untuk merepronya. Sehingga, Arif tidak ingin ada campur tangan lakban, muffler, bantal di dalam bass

drum, gel, atau apapun karena setiap produknya sudah “jadi” secara sound.

Berangkat dari jasa reparasi drum (dan masih menjalankan Bengkel Drum Jakarta), Arif sangat memahami betapa para musisi sangat mencintai gear-nya dan menginginkan performa terbaik dari investasi mereka. “Saya punya target pribadi bahwa 15 menit adalah waktu maksimal yang dibutuhkan untuk proses soundcheck drum saya,” kata Arif mantap. Pada saat wawancara ini dilakukan, sesekali pandangan Arif tertuju pada ponselnya. Arif menantikan laporan dari Cokelat yang pada saat bersamaan sedang live perdana menggunakan drumkit Ahay. Hanya demi melegakan hatinya bahwa target itu tercapai. “Saya biasa menelpon ke sound engineer di front of house yang sedang live hanya sekedar menanyakan apakah ada kendala dengan drumnya, biasanya cukup 5 menit sudah jadi,”. Bahkan jika Arif menemukan produknya muncul di situs jual beli, seringkali dirinya menelpon sang penjual untuk mengetahui alasannya. “Sejauh ini untungnya karena motif ekonomi atau ingin upgrade ke tipe Ahay yang lebih tinggi, bukan karena tidak puas,”. Arif menjelaskan, tantangan berkecimpung di industri alat musik Indonesia adalah menemukan titik tengah dari perilaku konsumen yang maunya paling bagus dan paling murah. Namun Arif merasa bersyukur karena terbukti bekal ilmu yang ditekuni sejak kuliah menuntunnya. “Termasuk saat ini saya sedang mengembangkan shell jenis metal casting, saya perlu kembali lagi ke latar belakang kimia saya,” tutup Arif.

unplug . profile 30 

Shell dengan ukiran seperti ini dilakukan oleh divisi Ahay Customshop

Memperlakukan produknya bagaikan anak sendiri, Ahay bahkan memiliki akte kelahiran

Page 31: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Pemiliknya, Ir.Anjar Prabowo (Bowo) adalah seorang arsitek yang ketika menjadi mahasiswa arsitektur Universitas Gajah Mada membentuk kelompok musik mahasiswa "Jaran Goyang". Ternyata, lambat laun passion itu berbuah menjadi sebuah studio profesional di kawasan Bintaro. Bersama Donni selaku studio engineer, Soeara Madjoe yang ‘mengorbankan’ salah satu kamar di rumah pribadi Bowo menjadi semacam laboratorium untuk menguji peralatan baru

yang bahkan belum didistribusikan di Indonesia. Ini semua tak lepas dari hasrat mereka yang memang gemar bereksperimen. Karena Soeara Madjoe lahir dilandasi oleh semangat yang tulus, Bowo tidak terlalu memikirkan prospek bisnis sebagai tujuan utamanya. Sehingga kita tidak akan pernah menemui promosi di media manapun. Namun dengan rekam jejak serta banyaknya klien yang sudah ditangani, rasanya sayang jika Soeara Madjoe tidak kita munculkan (untuk pertamakalinya) di media.

unplug . studio 31 

BERANGKAT DARI KECINTAANNYA PADA MUSIK DAN TEKNOLOGI YANG DIPICU OLEH RASA PENASARAN DALAM MENDAPATKAN HASIL YANG MAKSIMAL, STUDIO SOEARA MADJOE DAPAT DIKATAKAN MEWAKILI SEBUAH USAHA YANG TIDAK SEMATA-MATA DIKAITKAN NILAI INVESTASI

STUDIO SOEARA MADJOE

KOLEKSI PREAMP BERBEDA UNTUK MEMILIH CITARASA

Page 32: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Membuka percakapan, Bowo menjelaskan bahwa semua berawal dari rasa penasarannya untuk memproduksi musik dengan software MIDI. “Awalnya saya ingin mainan MIDI, jadi pada tahun 1998 saya beli Korg X3 sebagai kontroler untuk memakai Cakewalk, tapi ternyata pada saat itu suara MIDI kurang bagus, lalu setahun kemudian beralih ke Roland VS2480 Digital Studio Workstation yang suaranya bagus, analog, tapi ternyata hardisknya lemah, begitu terjadi crash hilang semua datanya,” Setelah sekian lama mempelajari jenis-jenis konverter, Soeara Madjoe memutuskan melakukan investasi standar studio pada saat itu dengan memakai konverter Echo Layla. “Tidak lama kemudian tiba-tiba saya dapat kontrak untuk merekam Erik, rekan duet Melly Goeslaw di soundtrack film Ada Apa Dengan Cinta, dan hasilnya saya belikan Lavry Blue yang dipakai sampai sekarang,” kenangnya. Lavry Blue inilah yang mengawali Soeara Madjoe membuka bisnisnya di industri musik Indonesia hingga dikenal dari mulut ke mulut. Memburu Produk Neumann Studio Soeara Madjoe semakin berkembang setelah merekrut Donni, yang juga merupakan kerabat dekat Bowo, selaku studio engineer. Dengan kehadiran Donni,

setiap hari Bowo mulai memperlakukan Soeara Madjoe sebagai sarana eksperimen sambil menerima klien-klien di antaranya Andra & The Backbone, KLA Project, Ari Lasso, Maia, Duo Maia, Seventeen, dan masih banyak lagi. “Hampir semuanya yang populer sudah pernah mastering atau mixing di sini kecuali artis dari label Musica seperti Noah,” ujar Bowo yang saat ini sedang mengerjakan proyek solo Andy Bayou. Hasil dari bisnisnya membuat Soeara Madjoe secara bertahap meningkatkan investasi peralatannya hingga saat ini Bowo merasa untuk sementara sudah cukup. “Tapi saya masih ingin sekali Neumann U67. Saya banyak sekali memakai produk Neumann termasuk yang TLM67, tapi U67 itu memang langka,” ujarnya. Menurutnya, karakter vokal pria pada kebanyakan musik mainstream Indonesia masih “kurang laki-laki”. “Yang bisa mensimulasikan dengan baik hanya U67. Neumann U87 dan TLM103 kurang, M149 apalagi,” jelas Bowo yang selain masih ingin melengkapi koleksi Neumann-nya, juga penasaran dengan produk microphone Peluso. Berbeda dengan tipikal studio pada umumnya, Soeara Madjoe tidak memiliki kaca perantara. Menurut pengalaman Bowo, hal ini membantu penyanyi berkonsentrasi terutama bagi yang kurang berpengalaman dalam rekaman. “Biasanya mereka kurang lepas ekspresinya atau tegang jika ada kaca. Dulu memang ada kaca di sini tapi karena alasan itu saya tutup,” tambahnya.

unplug . studio 32 

Dalam melakukan aktivitas, Donni dipandu speaker monitor Yamaha NS10 (hitam) cocok dengan selera mixing musik

Indonesia dipadu dengan produk Focal Twin 6 dan Auratone

Koleksi Microphone Soeara Madjoe antara lain sepasang AKG C460B (atas,hitam), sepasang Neumann KM184 (atas,silver), dan dari kanan ke kiri Shure SM7B, EHX RH-R1, 2x Neumann U87, Neumann M149, Rode K2, dan Neumann TLM67 (bawah)

Page 33: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Pantang Direct Demi Sound Gitar Tebal Mengaku gemar bereksperimen dengan setup dan gear berbeda, Bowo mengaku secara khusus lebih tertarik mendalami sound gitar. Menurutnya, amplifier sangat berpengaruh sehingga dirinya rela memelihara beberapa produk sekaligus. Khusus untuk sound gitar modern, Soeara Madjoe mempekerjakan head-head kelas atas seperti Mesa Boogie. “Untuk karakter modern tersebut saya membunyikan tiga buah amplifier sekaligus yaitu Single Rectifier, Dual Rectifier, dan Triple Rectifier lalu ditodong bersama-sama,” seraya menyebutkan bahwa sebuah ENGL Powerball II juga dimilikinya bahkan sejak belum didistribusikan secara resmi.

Demi mencapai ketebalan sound gitar pula, Bowo sangat menghindari metode perekaman secara direct. Menurutnya, sound gitar harus berasal dari proses perekaman amplifier menggunakan microphone (todong).

“Jika menggunakan metode direct, bentuk waveform-nya akan menjadi squarewave sehingga vokalnya nanti akan tenggelam. Prinsip ini memang banyak diperbedatkan oleh para pelanggan saya disini, kalau sudah begitu terserah mereka saja tapi bagi saya sound todong tetap yang terbaik,” ujar Bowo diselingi candanya yang mengibaratkan sound gitar hasil metode direct bagaikan suara lalat. Dengan menggunakan metode todong,

Soeara Madjoe pernah melakukan rekaman dengan lima buah amplifier sekaligus, seperti saat bekerja bersama Andra & The Backbone. “Saya ragu akan ada yang mampu menyamai ketebalan sound gitarnya Andra & The Backbone. Selain karena menggunakan lima buah ampli, microphone Shure SM57 yang kami gunakan sudah dimodifikasi oleh Tab-funkenwek sehingga membuat mic ini lebih seimbang frekuensinya. Harus begitu karena saat menggunakan banyak ampli, mic-nya harus se-flat mungkin,” klaim Bowo. Menggunakan metode todong, tentu sebuah amplifier juga melibatkan kabinet speaker. Menurut Bowo, impedansi juga berpengaruh besar. Kabinet dengan nilai 8 ohm, ideal untuk blocking. Sedangkan untuk single note lebih cocok di 16 ohm karena frekuensi high dan karakter petikannya “lebih dapat”.

unplug . studio 33 

Dalam merekam gitar, Soeara Madjoe pantang direct

Page 34: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Besarnya investasi untuk sound drum lah yang membuat Bowo lebih serius menekuni sound gitar di studionya. Dari sekian banyak teknik untuk tracking yang pernah dilakukan, Bowo memang mengaku belum begitu puas untuk sound drum karena ruangan studionya yang kecil. Selain drum-nya sendiri harus prima (secara khusus Bowo menyebut Pearl Master Series sebagai produk yang dia sukai), belum lagi masalah player. “Menurut saya Yoyok masih menjadi drummer rock terbaik di Indonesia. Energinya luar biasa. Kalau jazz Budi Haryono, groove nya enak,” ujar Bowo seraya menyebutkan bahwa break event point studionya baru terjadi di tahun 2010. Banyak Preamp, Banyak Citarasa Tentang banyaknya preamp koleksinya, Bowo memang mengakui seiring waktu dia lebih menyukai kegiatan mixing dan mastering karena musisi semakin banyak yang memiliki fasilitas tracking

sendiri. Dirinya juga meramalkan bahwa studio rumahan seperti Soeara Madjoe akan semakin bermunculan termasuk studio-studio khusus mixing dan mastering. “Saya merekomendasikan agar studio berinvestasi ke preamp, kompresor, dan microphone. Saya tidak pernah investasi ke ekualiser karena penggunaannya menurut saya membuat lagu menjadi tipis,” saran Bowo. Banyaknya preamp dan kompresor koleksinya berguna untuk membentuk citarasa produksinya, yang dibagi oleh Bowo menjadi American dan British. Bowo menyebut perbandingan nuansa album Oasis atau Beatles dengan Earth, Wind & Fire. Lalu menurut Donni, studio engineer Soeara Madjoe yang disapa oleh Ahmad Dhani sebagai Don I Bart, yang dimaksud citarasa American adalah nuansa yang cenderung ke arah modern. Cirinya adalah instrumennya lebih tertata, vokalnya “tidak lepas-lepas” dan lebih in your face. Sedangkan citarasa British lebih ke arah vintage dengan nuansa live yang lebih terasa. “Tapi bisa saja dalam satu produksi kita memakai beberapa jenis preamp, tergantung lagunya mau diarahkan kemana,” tambahnya.

unplug . studio 34 

SKEMA MIXING

SKEMA TRACKING

Page 35: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Selama bekerja bersama Soeara Madjoe dan menghadapi berbagai klien, Donni menganggap seluruh musisi berbeda-beda dan memiliki keunikan tersendiri. “Semua ada tantangannya, misalnya untuk Rock harus rapi dan rapat, sementara untuk genre Melayu harus dibuat “ngampung” dengan cara vokalnya tidak dibuat rich, ke arah tahun 70-an,” jelasnya. Sedangkan untuk konsep Djent yang masih menjadi kontroversi apakah sudah dapat dikatakan genre, baik Bowo dan Donni sepakat sudah ada tanda ke arah sana. Untuk menuju citarasa modern, Soeara Madjoe menggunakan produk API dan Millenia Media, sedangkan untuk vintage memilih produk Chandler, Neve, dan Great River. Karena menggunakan banyak

peralatan yang belum didistribusikan di Indonesia pada saat dibeli, otomatis produk-produk tersebut beroperasi di tegangan 110 Volt yang justru menurut Bowo lebih enak hasilnya. Untuk antisipasi, selain diberi label stiker bertuliskan tegangan yang diperlukan, peralatan tersebut juga tidak pernah dibawa keluar studio. “Dulu sempat ada yang salah colok, tapi untung hanya kena sekringnya,” kenang Bowo yang merasa Soeara Madjoe lah studio pertama yang menggunakan API dan Neve di Indonesia. “Sehingga studio saya kerap menjadi rujukan saat suatu distributor akan memasukkan produk baru,” tutupnya.

unplug . studio 35 

Kontak Soeara Madjoe : [email protected]

SKEMA MASTERING

Page 36: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Diawali dengan nongkrong dan jamming bareng, pada tahun 1999 para mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dengan passion yang sama, membentuk sebuah klub musik.

Membutuhkan lima tahun, tepatnya pada tanggal 19 Oktober 2004, klub tersebut akhirnya diresmikan sebagai

organisasi mahasiswa bernama “Mesin Music Club” atau biasa disingkat MMC. Namun penantian itu terbayar setelah MMC mendapatkan studio latihan sendiri pada tahun 2006, setelah pihak jurusan memberikan bantuan berupa ruangan dan peralatan band.

unplug . komunitas 36 

UMUMNYA, MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN DIANGGAP IDENTIK DENGAN DUNIA OTOMOTIF YANG KESEHARIANNYA TIDAK JAUH DARI TUMPAHAN OLI, RODA GIGI, RANTAI SEPEDA MOTOR, DAN SEBAGAINYA. NAMUN ANGGAPAN TERSEBUT TERBUKTI SALAH.

BELAJAR, NONGKRONG, DAN JAMMING BERSAMA MESIN MUSIC CLUB INSTITUT

TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER

Oleh Danu Wisnu Wardhana

Page 37: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Menurut Fajar yang merupakan ketua

MMC periode 2015/2016, MMC memiliki visi dan misi untuk menjadikan mahasiswa teknik mesin ITS berprestasi dibidang seni musik, baik di lingkup internal maupun eksternal. Struktur keanggotaannya pun jelas, dengan seluruh mahasiswa S1 sebagai anggota dan staf serta pengurus inti yang diseleksi setiap tahun.

Berbagai kegiatan pendukung visi dan misi tersebut antara lain menyelenggarakan event musik lingkup kampus maupun lingkup Surabaya dengan konsep yang berbeda setiap tahunnya. Selain itu, secara rutin juga diadakan kegiatan jamming dan pelatihan berupa teori musik dan cara memainkannya.

Namanya juga mahasiswa, MMC juga bahkan turut mengadakan kegiatan belajar bersama terutama menjelang ujian dan kuis. Dengan demikian selain hobi yang tersalurkan, nilai akademis mahasiswa diharapkan juga turut terjaga. Sadar memiliki kebutuhan finansial untuk menjaga MMC tetap lestari, peralatan studio latihan tersebut juga kerap disewa oleh teman-teman dari jurusan lain untuk event-event diluar lingkungan teknik mesin. Namun hal inilah yang menyebabkan beberapa alat musik harus diganti karena pemakaian yang kurang terkontrol. Proses upgrade tersebut didanai dari hasil

penyewaan alat, donasi jurusan, dan hasil keuntungan event.

Adrian, Kepala Divisi Inventaris 2015/2016, menjelaskan gear yang saat ini digunakan di studio MMC. Untuk gitar elektrik, digunakan Washburn X-20. “Kelebihan gitar ini menurut saya pada konfigurasi pickup Humbucker-Single-Single, sehingga sangat versatile untuk berbagai genre terutama rock dan metal. Selain itu harganya terjangkau dan perawatannya termasuk mudah dengan playability yang nyaman,” papar Adrian.

Untuk mendukung performa dan tone gitar tersebut, MMC memilih multiefek digital Korg Toneworks AX3G yang merupakan versi simple dari AX3000G. “Dengan 16 macam drive, bagi kami sudah mumpuni untuk genre rock dan metal, dan harganya terjangkau dompet mahasiswa.”

Pada bass digunakan Squier Vintage Modifier Jazz Bass, dengan pickup single coil dari Duncan Design. Dengan tone yang condong ke low-mid ala Jazz Bass dan neck yang slim C-shaped, menjadikan bass tersebut nyaman dimainkan untuk berbagai macam situasi.

Sementara itu, MMC masih setia menggunakan keyboard Yamaha PSR540. ”Saya akui keyboard ini memiliki banyak variasi style, sehingga cocok untuk studio MMC. Selain itu harganya terjangkau serta awet dengan perawatan yang benar.”

unplug . komunitas 37 

Struktur organisasi dan piagam kegiatan MMC

Studio MMC yang peralatannya kerap disewa oleh mahasiswa jurusan lain

Page 38: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Untuk drum, MMC menggunakan Drumset Sonor Force 507 dengan tambahan Crash 16”, Ride 20”, dan Hi-hat 12” dari Zildjian. Untuk kick pedal single menggunakan Giblatar, dan double pedal menggunakan Maxtone.

Bicara mengenai pengetahuan tentang instrumen dan perawatannya, baik Adrian dan Fajar sepakat bahwa mahasiswa dan komunitas musik di lingkup kampus ITS sangat membutuhkan pencerdasan lebih lanjut. Minimnya informasi alat musik, terutama merk lokal yang berkualitas, menyebabkan kurangnya diskusi tentang instrumen itu sendiri. “Biasanya nama besar artis mempengaruhi reputasi dari brand produknya, sehingga suatu diskusi tentang alat musik dimulai dari diskusi mengenai gear yang dipakai oleh seorang artis,” jelas Fajar tentang faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

Penulis sebagai alumni kepengurusan MMC yakin, dengan semakin berkembangnya komunitas mahasiswa di bidang seni musik akan berakibat positif terhadap perkembangan industri alat musik di Indonesia. Karena tidak bisa dipungkiri lagi bahwa akademisi pun juga turut menjadi pasar potensial yang selama ini penulis merasa belum dioptimalkan oleh distributor alat musik yang ada di Indonesia.

unplug . komunitas 38 

Fajar (kiri) dan Adrian (kanan) merasa MMC sangat membutuhkan edukasi mengenai produk berkualitas

M Effect, salah satu event lomba dan festival band yang diselenggarakan oleh MMC

FUN FACT Seluruh mahasiswa teknik mesin ITS

S1 reguler dianggap anggota MMC secara otomatis.

Kepengurusan terdiri dari 8 pengurus inti dan 24 staf.

MMC menggunakan amplifier buatan Indonesia dengan merk Prima Nada Musika (bass dan gitar) dan Lexus KBX100 (keyboard).

Oleh: Danu Wisnu Wardhana Kepala Divisi Inventaris Mesin Music Club masa jabatan 2012/2013 http://mmc-its.blogspot.co.id/ Twitter: @MMC_Crew Instagram: @mmc_its

ABO

UT

THE

AU

THO

R

Page 39: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Siapa yang nggak tahu lagu Hysteria? Seorang bassist pasti pernah dengar lagu ini, atau minimal pernah tahu lagu ini. Bahkan untuk anak band tahun 2003-an, sampai ada bercandaan kalo “lu itu baru bisa dibilang jago kalo bisa mainin bassnya Hysteria.” Wew! Bassline legendaris dengan sound effect bass yang ‘wah’ menjadi pembuka dari lagu ini. Membuat siapapun yang mendengarnya langsung tahu kalau lagu ini adalah Hysteria, ciptaan band asal Devon, Inggris, MUSE.

Sound bass bergelimang efek menjadi ciri khas dari Chris Wolstenholme, pencabik bass dari band yang telah menelurkan 7 album studio ini. Dalam artikel kali ini, saya akan membahas bagaimana kita bisa mencoba mengimitasi sound Chris, tentunya dengan budget yang jauh lebih murah daripada membeli semua rig yang dimiliki Chris! Yang pasti, agar lebih afdol, yang saya tulis kali ini berdasarkan pengalaman saya sendiri serta pengamatan saya terhadap rekan-rekan bassist yang juga penggemar MUSE.

unplug . teknik 39 

BAGAIMANA MENGHASILKAN SOUND SEPERTI CHRIS WOLSTENHOLME?

Oleh Naufal Elroissi

Page 40: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Mulai dari mana? Well, untuk awalnya, alangkah baiknya kalau kita tahu dulu, gear apa saja yang paling sering digunakan oleh Chris. Sehingga kita nggak membuang-buang uang dan waktu secara percuma. Fender Jazz Bass Walau bass yang dimiliki Chris nggak hanya jazz bass, tetapi dengan versatility yang dimiliki bass ini, menjadikan karakternya mudah diarahkan kemana saja, termasuk ke arah sound Muse. nggak harus Fender, yang penting berkonfigurasi jazz bass. EHX Big Muff Pi Black Russian

Ini adalah efek fuzz utama Chris. Nyawa dari sound bass fuzz-nya Muse. Berhubung efek ini sudah discontinue, jadi lumayan susah dicari di pasaran. Alternatifnya bisa cari

bekasnya di situs jual beli alat-alat musik, atau bahkan Ebay. Harganya cukup gelap belakangan ini, yang pasti sudah mencapai angka satu juta keatas. Human Gear Animato Distortion Efek ini merupakan efek distorsi utama Chris, butik buatan Jepang. Nggak dijual bebas, hanya dibuat jika ada pesanan. Suara dari pedal ini paling kentara di

lagu “Starlight” (setelah digabung octaver), “Hyper Music”, dan bahkan “Hysteria”. Efek ini jarang standalone, lebih sering di-blend dengan Big Muff agar menghasilkan frekuensi

low, mid, serta high yang wet sekaligus. Mau? Siapin aja dana lima jutaan buat datengin efek ini ke Indonesia. Boss OC-2 Octaver EHX Octave Multiplexer

Sesuai namanya, efek ini berfungsi untuk menurunkan nada ke satu oktaf (atau bahkan 2) lebih rendah dari nada yang kita mainkan. Menghasilkan sound yang lebih berat. Harga berkisar 400-600 ribu (OC-2 Taiwan), 800 ribu-1 juta (EHX), 1 juta (OC-2 Jepang).

Digitech Bass Synth Wah Sebenarnya efek ini hanya digunakan untuk satu lagu saja, yaitu Hysteria. Tetapi karena lagu Hysteria sudah terlalu melegenda, bahkan menjadi trademark sound Muse, maka saya rasa tak ada salahnya bila ini saya masukkan ke dalam

salah satu efek utama Chris. Harganya cukup terjangkau, nabung aja sampai terkumpul 600 ribu-1 juta. Akai Deep Impact Pedal synthesizer tergokil untuk bass yang pernah diciptakan. Merupakan barang langka, karena dulunya underrated, dijual sangat mahal dengan casing plastik

murahan. Sekarang? Dicari-cari seantero dunia. Harga? Kalo ga perlu-perlu amat mending beli motor matic deh, langsung lunas lagi.

unplug . teknik 40 

Page 41: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Sansamp PSA-1

Rack preamp yang digunakan Chris, digunakan untuk menghasilkan sound mild overdrive. Sudah discontinued, Harga di pasaran bekas mulai dari 3 jutaan, atau beli versi barunya PSA-1.1 dengan harga sekitar 7 jutaan. Marshall DBS 7400

Meski sudah beralih ke Markbass, Marshall DBS 7400 ini berperan penting dalam 20 tahun pembentukan karakter sound bass

Muse. Sound ala Marshall yang dirancang khusus untuk bass, sound British yang warm dengan tingkat deep yang sangat dalam. Harga? 11-12 sama Akai Deep Impact. Tetapi karena ini adalah head ampli, harga segitu masih terbilang 'wajar'. Mahal ya? Nggak semua orang beruntung. Nggak semuanya bisa beli sama persis dengan apa yang menempel di rig-nya Chris. Nah, itulah tujuannya dibuat tulisan ini. Meniru sound Chris dengan budget seminim mungkin! 1. Pakai multiefek digital

Demi meminimalisir dana, digital multieffect merupakan salah satu jawaban simpel. Beberapa multiefek saat ini sudah mampu mereplika sound-sound pedal terkenal dengan sangat baik. Sebut saja Zoom B3, B1xon, jajaran Line 6, dan lain sebagainya. Tetapi banyak yang lebih sreg dengan Zoom, karena sound distorsinya lebih cadas. Lalu, mengapa di gambarnya ada Big Muff juga? Itu pedalboard saya dulu ketika awal-awal covering Muse hehehe, kurang puas pakai sound fuzz bawaan Zoom B1x, alhasil digabung deh! Dalam multiefek, banyak sekali yang bisa dikulik. Mulai dari amp simulator, preamp, atau bahkan efek-efek Chris yang esensial yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Tak perlu malu menggunakan multiefek, apalagi didukung dengan teknologi yang jauh lebih berkembang dibandingkan dulu. 2. Gunakan Pedal Substitusi Banyak efek yang Chris gunakan yang harganya diluar nalar manusia berkantong pas-pasan. Salah satu solusinya lagi adalah menggunakan efek substitusi yang memiliki karakter suara yang sama atau minimal mirip. Pedal substitusi ini gampang-gampang susah. Terkadang substitusinya sendiri juga sudah langka. Solusi lainnya? Ada di poin 3. Tetapi sebelumnya, kita akan bahas poin ini terlebih dahulu. Animato Distortion bisa ditukar dengan Digitech Hardwire CM-2, Vintage Pro Co Rat, ataupun Boss OS-2, tinggal disesuaikan selera dan mana yang menurut kita lebih cocok saja.

unplug . teknik 41 

Gunakan multiefek digital sebagai langkah awal

Vintage Pro Co Rat

Page 42: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Boss OC-2 karena sudah langka, bisa menggunakan EHX Octave Multiplexer yang juga digunakan Chris, atau Boss OC-3. Kenapa pedal-pedal ini? Bukan pedal octave lain yang ada di pasaran? Karena pedal

octave yang disebutkan disini cenderung 'dirt' ketika dinyalakan. Beberapa pedal merk lain octavernya cenderung clean, yang menurut saya kurang cocok dengan sound Muse.

Akai Deep Impact adalah pedal synth. Synth yang dihasilkan cenderung seperti envelope filter. Simak saja lagu “Apocalypse Please” di bagian breakdown, “I Belong To You” bagian song. Bisa diakali dengan menggunakan pedal filter lain. Paling simpel adalah memaksimalkan pedal Digitech Bass Synth Wah. Konsekuensinya, harus puter-puter knob kalo mau pake settingan lain. Wajib dicatat settingannya biar nggak lupa. Alternatif lain yang sedikit mahal adalah Line 6 FM4. Chris sebenarnya juga memakai pedal ini, tetapi hanya untuk sweep filter di intro “Sunburn” live. Maka dari itu tak saya masukkan ke pedal yang esensial diatas. Kelebihan efek ini adalah bisa save hingga 4 preset. Kelemahannya adalah cukup mahal dan boros tempat di pedalboard. Opsi lainnya adalah gunakan pedal filter sesungguhnya seperti Electro-harmonix Q-tron. Chris sempat memakai pedal ini walaupun tidak lama.

Sansamp PSA-1 bisa ditukar dengan Sansamp Bass Driver DI (BDDI). Walaupun harganya sama, tetapi Sansamp BDDI lebih ringkas untuk dibawa karena berbentuk pedal. Alternatif lebih murahnya adalah dengan menggunakan produk dalam negeri bermerek Cora Bass DI yang bisa dibilang kloningan Sansamp BDDI. Cukup untuk meniru sound ampli tabung.

3. Gunakan Efek Kloningan Yup, dengan harga rata-rata dibawah satu juta, builder efek di Indonesia sudah handal untuk menciptakan kloningan efek-efek terkenal yang ada di dunia. Sebut saja Trooper, Infect, ERV, Fatmac, dan lain sebagainya. Cukup sebutkan efek apa yang ingin ditiru, lalu ingin seperti apa tampilan pedalnya, dan perubahan apa saja yang kita inginkan dalam efek itu. Akan lebih baik jika kita sudah cukup mengerti dengan karakter yang ingin dikejar.

Efek-efek seperti Big Muff, Animato, octaver, filter, serta preamp cukup banyak dibuat kloningannya, jadi cukup aman untuk meminta mereka membuatkan efek yang dipakai Chris. Rekomendasi saya? Infect (n.b. : saya tidak disponsori).

unplug . teknik 42 

EHX Octave Multiplex

Line 6 FM4

Cora Bass DI In

fect

Ble

nder

Page 43: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

4. Pedal Blender Mungkin banyak yang belum tahu apa itu blender. Bukan, bukan untuk membuat jus. Saya tahu ini jayus, baiklah. Pedal blender fungsinya adalah mencampur efek-efek yang kita taruh dalam effect loop yang tersedia di pedalnya, dengan sinyal dry bass kalian. Simpelnya, ada suara efek dan suara asli bass yang terdengar dari speaker kalian nantinya, jadi seperti memakai dua ampli sekaligus. Kenapa perlu pedal ini? Karena pedal-pedal yang digunakan Chris kebanyakan adalah efek gitar. Bahkan Big Muff Russian aslinya adalah efek gitar. Animato juga efek gitar. Apa yang salah dengan efek gitar digunakan di bass? Ah tak ada yang salah. Cuma saja low frekuensi kita jadi nggak kedengeran lagi. Loh ga nge-bass dong? Nah! Thump yang hilang ketika dipasangkan efek-efek gitar akan tetap ada dengan bantuan pedal blender ini.

Chris tidak menggunakan pedal ini. Tetapi ia punya 3 ampli

yang menyala bersamaan dan routing system yang rumit. Pedal blender ini

memudahkan kita untuk mengejar sound Chris yang

deep dan juga lebar secara frekuensi. Selain buatan lokal, ada juga buatan pabrikan bermerk dengan harga yang cukup fantastis. Sebut saja Xotic X-Blender. Nah, itulah cara-cara 'meringkas' sound legendaris Chris Wolstenholme menjadi lebih ekonomis. Sebagai penutup, saya akan memajang beberapa pedalboard yang memang ditujukan untuk meniru sound Chris tersebut. Pedalboard tersebut merupakan milik teman-teman saya, sekaligus ada punya saya juga. Hehehe. (Referensi : musewiki.org)

unplug . teknik 43 

Pedalboard 1 (credit : Hanif Shidqi)

Page 44: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

unplug . teknik 44 

Pedalboard 3 (Credit : Iman Ramadhan)

Pedalboard 4 (Credit : Iman Ramadhan)

Pedalboard 5 (Credit : Afga Afif)

Pedalboard 2 (Credit : Iman Ramadhan)

Pedalboard 6

Oleh : Naufal Elroissi Pernah aktif di beberapa band covering, terutama Muse. Kebetulan bisa nulis artikel juga, karena sesuai dengan jurusan di kampus LSPR. Bisa dihubungi di [email protected] A

BO

UT

THE

AU

THO

R

Page 45: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Rockwell RMB 32

Tidak Hanya Soal Warna-Warni

Secara kasat mata, kita bisa lihat bahwa RMB 32 menggunakan material fretboard yang jarang digunakan Rockwell selama ini, Maple. Bukan berarti Maple adalah kayu terbaik untuk fretboard sebuah bass, namun fakta bahwa cukup jarang menemukan bass dengan bahan ini di

bawah 3 jutaan bisa jadi nilai lebih bagi RMB 32 karena calon pembeli akan memiliki semakin banyak alternatif. Namun jangan khawatir untuk yang lebih suka fretboard Rosewood. Berdasarkan spesifikasi dapat kita lihat adanya indikasi bahwa RMB 32 akan tersedia versi Rosewoodnya juga.

unplug . review 45 

KALI INI ROCKWELL BENAR-BENAR AKAN BERANI TAMPIL BERBEDA UNTUK MENYAMBUT 2016. KEBERANIAN ITU DITUNJUKKAN DENGAN MUNCULNYA PURWARUPA RMB32 INI. DENGAN DESAIN FINISHING-NYA YANG BERWARNA-WARNI, RMB32 AKAN LANGSUNG MUDAH TERLIHAT DI ANTARA BASS LAINNYA DI TOKO. TAPI SEBELUM BASS INI BEREDAR DI OUTLET-OUTLET TERDEKAT DI SEKITAR KITA, ROCKWELL MENGIRIMKAN RMB32 INI KEPADA KAMI UNTUK DIULAS SECARA MENDALAM, DAN TERNYATA MEMANG BUKAN HANYA WARNANYA YANG UNIK.

Page 46: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Desain Karena faktor inilah yang akan paling banyak dibicarakan orang-orang begitu melihat RMB 32, maka tidak ada salahnya jika penampilan RMB 32 menjadi yang pertama kita ulas. Yang menarik selain pemilihan warna pelanginya, metode finishing bass ini cukup transparan sehingga serat kayunya tetap terlihat. Hal ini adalah sebuah langkah jitu karena berhasil mengesankan RMB32 lepas dari kesan norak. Sehingga, di samping warnanya yang semarak, masih ada kesan elegan dengan mempertahankan serat kayu Swamp Ash yang memang dikenal indah. Sayangnya, bentuk dari body-nya tidak memiliki benang merah dengan headstock. Padahal, bentuk body tersebut mengingatkan kita pada bass-bass butik buatan Eropa atau Amerika dengan harga selangit. Upaya Rockwell untuk tidak lagi bermain aman dengan desain unik ini patut diapresiasi. Mari berharap jika saat tiba waktunya RMB 32 untuk dijual ke seluruh Indonesia, pihak Rockwell lebih memperhatikan detail-detail kerapihan terutama pada sudut-sudut sambungan

antar bagian. Alangkah lebih baik lagi jika tersedia pilihan warna lain yang lebih solid/polos. Playability Bicara tentang playability, tentu perhatian kita langsung tertuju pada feel pada necknya. Dengan neck yang di-finish glossy, ternyata jemari kita masih mampu bertumpu dengan nyaman, kecuali bagi pemain yang seringkali melalukan teknik slide, mungkin perlu lebih sering melap keringat pada bagian neck ini. Set-up yang pada RMB 32 pada tulisan kali ini seakan sudah disiapkan untuk para penggila slap. Mungkin bisa membuat kita teringat TM Stevens, salah satu pemain bass dengan teknik slap terbaik, pernah memiliki signature series dengan warna serupa RMB 32. Meskipun merk lain, sih. Dengan action (ketinggian senar) yang tidak terlalu rendah, lagu Can’t Stop dari Red Hot Chili Peppers mampu diterjemahkan dengan baik. Selama dimainkan, kami tidak merasa perlu melakukan set-up action, apalagi trussrod-nya segala.

unplug . review 46 

Bahkan bagian belakang dan tutup cover baterai juga dibuat sewarna

Page 47: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

Pickup misterius Richard Miller

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Berpindah ke bagian body, lekukan-lekukan pada bagian tepi membuat RMB32 terasa smooth. Meskipun body RMB 32 menjadi tipis dan sangat ringan, kita akan tetap merasa bobot body dan neck masih cukup seimbang. Pasti ini berkat penempatan neck joint nya yang tepat. Soundcheck Jangan mengira ini adalah produk yang memang ‘menjual tampang doang’. Apalagi mengingat harganya nya bermain di bawah 3 jutaan, kita tidak bisa terlalu menuntut fitur macam-macam. Sehingga dapat dibayangkan betapa terkejutnya kami saat membuka cover belakang dan menemukan sebuah baterai 9 Volt. Rupanya RMB 32 menggunakan preamp aktif sehingga kita dapat mengeksplorasi tone pada bass ini.

Sayangnya kami tidak terdapat keterangan cukup atas fungsi dari kelima knob-nya. Dugaan terbaik adalah, kita dapat menemukan sebuah master volume, ekualiser 3 band (treble, bass, middle), dan alih-alih switch, RMB 32 menggunakan sebuah knob balancer untuk memilih pickup yang dominan. Namun pembaca tidak perlu khawatir, semestinya Rockwell akan mencantumkan seluruh fungsi tersebut dengan jelas pada website mereka saat tiba waktunya RMB32 meluncur nanti. Preamp aktif dan knob balancer ini juga merupakan konfigurasi elektronik yang jarang kita temukan pada produk di kelasnya. Dalam pengujian, kami menggunakan amplifier Gallien Krueger 700RB dengan kabinet 4x10 masih dengan merk yang sama. Dengan seluruh knob ekualiser yang flat, tone dapat terdengar dengan jelas. Bahkan, seluruh knobnya sensitif.

unplug . review 47 

Page 48: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Ternyata selain playabilitynya yang menunjang permainan slap, karakter sound dari RMB 32 juga mengikuti karena secara keseluruhan karakter nya dapat kita kategorikan ke arah mid-high yang punchy. Gain yang besari layaknya karakter bass modern. Belum ada banyak informasi mengenai pickup Richard Miller ini karena kalau di google malah tidak nyambung dengan alat musik. Tapi toh meskipun nama ini hanya gimmick sekalipun, RMB 32 sudah berhasil merepresentasikan sound modern.

Verdict Dapat dimaklumi jika tiba-tiba kita ingin membentuk band reggae karena melihat warna bass ini. Tapi secara keseluruhan, RMB32 dapat diapresiasi

lebih dari itu. Material body menggunakan Swamp Ash, pilihan fretboard Maple dan tidak lupa dengan binding berwarna putih, ditambah dengan sirkuit aktif pula.

Selain kita harus mengakui keberanian Rockwell atas desain yang eksentrik untuk mengawali semangat tahun baru ini, mungkin ada keberanian lain dalam hal pricing yang sulit ditandingi di kelasnya karena sangat terjangkau. RMB 32 merupakan produk yang wajib dicoba bagi yang bosan atas produk yang itu-itu saja tapi dengan budget yang belum se-kontroversial niatan tersebut.

unplug . review 48 

Website : www.russelrockwell.com

Rating Sound : 80

Playability : 75

Desain : 70

Harga : 85

Spesifikasi Body : Swamp Ash

Neck : Maple dengan volute neck joint system

Fingerboard : Maple/Rosewood

Trussrod : Double Action

Radius Fingerboard : 14” Electronik : 3 Band custom Richard Miller

Pickup : Richard Miller

Hardware : Custom Rockwell

Price list : Rp. 2.850.000

Fun Fact Volute joint adalah metode penyambungan neck ke headstock

menggunakan dudukan berbentuk huruf “V” Volute joint meninggalkan sedikit tonjolan di bawah nut, dan

memberikan kestabilan yang baik namun cukup kompleks untuk dibuat

Cavity tershielding dengan baik oleh copper foil

Page 49: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Yamaha THR 100H Dual

Tonggak Baru Di Kelas Amplifier Modelling

Kesan butik langsung terlihat saat melihat dan menyentuh permukaan chassis-nya. Material yang keseluruhannya logam membuatnya seakan berkata “bawalah saya ke panggung!” Padahal, head ini tergolong ringan. Dengan adanya kombinasi warna putih dan lubang-lubang ventilasi, THR 100H Dual juga memberikan kesan solid dan elegan. Kesan tersebut akan semakin kuat saat amplifier ini dalam keadaan “On” karena tiga buah lampu berwarna merah turut menyemarakkan amplifier solid state ini, seakan-akan ini adalah amplifier tabung. Bukti lain bahwa head amp ini dibuat dengan sangat serius adalah pada perhatian khusus dari Yamaha terhadap hal-hal detail

seperti knob. Seksi ekualiser diwakili oleh knob berwarna putih berbentuk segi enam, sedangkan pada knob booster, diwakili oleh sebuah knob model chicken head berwarna hitam. Percaya atau tidak, secara psikologis ternyata metode ini membuat kita lebih cepat memahami fungsi dasar amplifier ini.

Sebelum memulai, perlu diingat bahwa ini adalah review dari sebuah purwarupa yang akan dijual di Indonesia, fitur seperti USB dan Direct Out XLR-nya tidak diulas. Harga-nya pun baru dapat kita kira-kira dari situs jual beli luar negeri seperti “sweetwater.com” karena memang belum resmi dijual di sini pada saat artikel ini ditulis.

unplug . review 49 

YAMAHA MERILIS AMPLIFIER GITAR? TENTU SAJA HAL INI CUKUP MENGEJUTKAN MENGIN-GAT MASIH BANYAK DIANTARA KITA YANG MUNGKIN TIDAK MENGETAHUI BAHWA YAMAHA SEBENARNYA PERNAH MEMBUAT AMPLIFIER, BAHKAN EFEK DIGITAL SEPERTI DGSTOMP JAUH SEBELUM MEREKA MEMBELI LINE 6. NAH, KITA MENDAPAT KEHORMATAN UNTUK MENJAJALNYA SEBELUM RESMI DIJUAL DI SINI.

Page 50: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Fitur Sekilas melihat susunan knob-knob yang berderet, kita mungkin berasumsi amplifier ini memiliki banyak kontrol. Padahal, sebenarnya amplifier ini hanya terdiri dari dua buah channel yang dibuat identik. Dengan memiliki dua buah input, kita bahkan dapat menggunakan dua buah gitar dengan masing-masing sound yang independent. Namun pastinya hal itu akan sangat jarang kita temui mengingat pada saat ini setiap gitaris pasti menggunakan atau membawa amplifier masing-masing. Oleh karena itu, kedua input ini lebih masuk akal untuk dioptimalkan bagi kita yang ingin memiliki tone yang kaya. Ya, hanya dengan sebuah gitar saja yang dimasukkan ke Input 1, kita dapat memproduksi suara hasil gabungan channel 1 dan channel 2! Apalagi footswitch-nya juga menyediakan fitur tersebut.

Satu lagi yang unik adalah hadirnya presence yang biasanya hanya dapat dite-mui di amplifier tabung. Namun ternyata tidak hanya itu. Melihat ke panel belakang, kita malah menemui pilihan jenis tabung seperti 6V6, EL34, EL84, 6L6, KT88 dan kelas amplifier A atau AB. Terakhir, kita

dapat memilih daya yang dikeluarkan dengan rentang 25 Watt, 50 Watt, atau 100 Watt. Kami punya keyakinan kuat bahwa apa yang dilakukan oleh Yamaha ini belum pernah dilakukan oleh amplifier solid state manapun.

Soundcheck

Jika melihat knob paling kiri, maka kita akan paham bahwa pada dasarnya konsep THR 100H Dual adalah modeling amp. Terlihat dari pilihan sound yang seakan sudah terkategorisasi seperti solid, clean, crunch, lead, dan modern. Agar matching, amplifier ini kita review secara ekslusif dengan Yamaha AES 620. Pilihan clean, crunch, dan lead-nya yang cukup serbaguna. Apalagi, kita diberikan segudang alternatif dengan pilihan tabung dan kelas amplfiernya. Kelas amplifier AB terasa lebih kalem dibandingkan kelas A.

unplug . review 50 

Bahkan terdapat cooling fan di bagian belakangnya

Footswitch yang ergonomis untuk di pedalboard

4 kilogram masih masuk akal diangkat dengan dua jari

Page 51: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Sedangkan pilihan tabung sebenarnya tidak terlalu signifikan. Perubahan karakter yang lebih drastis dapat kita rasakan pada knob-knob ekualisernya yang sangat sensitif. Namun, perhatian utama kita mungkin akan lebih tertuju pada saat menggabung-kan channel 1 dengan channel 2. Banyak tone baru yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya saat menggabungkan karakter drive yang lembut dengan yang modern, atau dengan yang clean sekalipun. Inilah mengapa Yamaha menaruh embel-embel “Dual” pada produk ini.

Saran untuk penggila distorsi, ada baiknya meletakkan pedal booster atau malah pedal distorsi favorit sebelum input karena THR 100H Dual hanya menyediakan sebuah sound hi-gain yaitu modern. Seakan Yamaha masih belum percaya diri dengan karakter gaharnya, atau mungkin produk ini memang bukan target pasarnya. Tapi yang jelas, setelah berjam-jam bermain dengan

produk ini, sepertinya model crunch dan lead-nya yang memang akan lebih banyak menarik calon pembeli. Untuk reverb-nya terlihat seperti pemanis saja karena kontrolnya memang tidak banyak, namun untuk kualitas suaranya masih cukup berguna.

THR 100H Dual sudah dipersiapkan dengan speaker cabinetnya yang dijual terpisah, yaitu THRC 112 atau THRC 212. Kedua kabinet ini mampu menerjemahkan semua keinginan kita dengan grill cloth (kain penutup speaker)-nya sangat modis dan mewah. Hanya saja, footswitch-nya memang tidak menyediakan pilihan untuk karakter modeling-nya. Verdict Desain yang cantik, fisik yang ringan, dan memiliki segudang fitur sepertinya sudah cukup untuk merekomendasikan

sebuah amplifier. Namun untuk yang satu ini kita akan menemukan lebih dari itu. Selain memiliki kemampuan merepro-duksi banyak tone, bisa jadi kita dapat mengguna-kan amplifier ini untuk menggoda iman pecinta ampli tabung di luar sana.

unplug . review 51 

Rating Fitur : 80

Sound : 79

Desain : 95

Spesifikasi Tipe : Solid state

Jumlah Channel : 2

Total Power : 100 Watt

Reverb : Ada

Ekualiser : 3 band Amp Modelling : 5

Input : 2 x ¼ Inchi jack instrument

Output : 2 x ¼ TS (ke speaker) : 1 x 1/8 (headphone) : 2 x XLR

Efek Loop : Ada

Tinggi : 12,5 cm

Panjang : 44,5 cm

Lebar : 25 cm

Berat : 4 kg

Harga : Belum diresmikan

Website : www.id.yamaha.com

Channel 1+2 Aktif

Channel 2 Aktif

Channel 1 Aktif

Elegan dan garang dalam satu kemasan

Page 52: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Mengusung konstruksi solid yang mewah, Ahay berusaha memberikan kebanggaan dengan memilih bahan kayu Rosewood (sonokeling) asli Indonesia. Dan karena Ahay berkonsep customshop, pilihan diameternya pun melimpah. Produk ini tersedia dalam balutan glossy atau natural satin untuk finishing-nya.

unplug . gear

I NFO

PRODUK

Website : http://ahaydrum.wix.com/ahaydrums

Spesifikasi Bahan : Javan Rosewood

Konstruksi Shell: Solid Stave Block

Hardware : Ahay Classic Tube Lugs,

Fancy Throw Off, Classic Bass Drum Spurs,

Elegant Bass Drum Mount, Lightweight

Floor Tom Legs

Harga List : Rp 25.000.000

Ahay Solid Java Rosewood Drumset

Page 53: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Sebuah amplifier 40 Watt yang memiliki 2 channel yang bekerja dengan sepasang tabung power 6L6 dan tiga buah tabung preamp 12AX7. Meskipun bermain di kelas Watt menengah, Tweaker 40 memiliki banyak kombinasi suara berkat sebelas mini switch-nya.

unplug . gear

I NFO

PRODUK Egnator Tweaker 40

Ampli Tabung 40 Watt

Website : www.egnateramps.com/EgnaterProducts/Tweaker/Tweaker40/Tweaker40.html

Spesifikasi Daya : 40-Watt

Tabung : 2 x 6L6 dan 3 x 12AX7

Kontrol : Bass, Middle & Treble

Switch Voicing : AC, British, atau American

Jumlah Channel : 2

Fitur Independent : Volume & Gain, switch

Tight & Bright Voice, switch Vintage / Modern

Amp, selektor Clean / Hot, switch Mid Cut

Effect Loop : Buffered dengan selektor level

Dimensi : 21 cm x 47 cm x 20 cm

Berat : 10 kg

Harga list : Rp 11.160.000

Page 54: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

unplug . gear

I NFO

PRODUK

Website : www.glguitars.com/instruments/TributeSeries/guitars/fallout/index.asp

Spesifikasi Konstruksi : Bolt-on

Skala : 25 1/2"

Pickup : G&L AP4285B P-90 di neck dan

G&L AW4470B humbucker di bridge

Kayu Body : Mahogany

Kayu Neck : Hard-rock Maple dengan

fretboard Rosewood

Lebar Nut : 41,25 mm

Neck Radius : 12" / 304,8 mm

Neck Profile : Medium C

Fret : 22 Medium Jumbo, Nikel

Tuning Key : 18:1

Bridge : G&L Saddle Lock™

Kontrol : 3-Position Pickup Selector,

Volume, Tone dengan Push/Pull Coil Tap

Harga list : Rp 6.500.000

Line up terbaru dari G&L yang terinspirasi oleh produk lawas mereka di tahun 80-an, yaitu G&L SC-2 namun dengan sejumlah penyesuaian agar dapat memenuhi selera masa kini. Jadi bisa dibilang G&L Fallout sebenarnya adalah produk reissue, namun dengan harga yang terjangkau. Tersedia pilihan warna merah, hitam, dan biru muda.

G&L Tribute Fallout

Inspirasi Vintage Terlahir Kembali

Page 55: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Salah satu pedal yang dipakai oleh Chris Wolstenholme dari Muse, Hematoma adalah pedal efek bass 2 channel bass yang terdiri dari sebuah preamp dan sebuah overdrive. Preamp dan overdrive ini dapat dipakai secara terpisah atau dikombinasikan. Preamp-nya memiliki kontrol Pre-gain untuk mem-boost hingga 5db. Sedangkan overdrive-nya memiliki kontrol Gain, Level, dan Tone dan juga sebuah kontrol EQ Shift yang menghasilkan tone yang lebih warm dan smooth saat diaktifkan.

unplug . gear

I NFO

PRODUK H.B.E. Hematoma

Pedal Efek Bass

Spesifikasi Kontrol : Gain, Tone, Level, EQ Shift,

Pre-gain, Overdrive On/Off (Overdrive),

Pre-gain On/Off (Preamp)

Dimensi : 9 cm x 11,7 cm x 2,22 cm

Harga List : Rp 2.294.000

Page 56: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Bagi vokalis, tentu saja microphone wireless merupakan kebutuhan pokok. Sesuai kodrat-Nya, setiap suara manusia diberkahi karakter tone yang berbeda-beda sehingga memilih microphone yang sesuai dengan karakter kita merupakan proses yang memakan waktu. Namun bagi yang ingin praktis, Line 6 XD-V75 sudah memberikan 10 karakter microphone dari merek-merek terkemuka di dunia. Bagusnya, Line 6 memiliki fitur Lock Mode agar settingan kita tidak sengaja berubah saat live.

unplug . gear

I NFO

PRODUK Line 6 XD-V75

Website : http://line6.com/xd-v75/

Spesifikasi Jarak : 300 feet (+/- 100 Meter)

Jumlah Channel : 14

Tipe Wireless : Digital Wireless Generasi

Keempat

Tipe Handheld : Dynamic, Cardioid Polar

Pattern

Material Handheld : Logam, dengan kapsul

microphone dapat diganti

Display LCD : Channel yang digunakan,

atatus baterai, model microphone

Harga List : Rp 9.700.000

Page 57: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Dengan panjang hanya 30 Centimeter, Fly Rig 5 dari Tech 21 mengemas lima efek gitar andalan Tech 21, yang terdiri dari sebuah clean boost, overdrive ala Plexi, emulator ampli tabung yang diambil dari SansAmp, sebuah spring reverb, dan tape delay.

Fly Rig 5 memungkinkan kita membawa sebuah pedalboard full analog dengan format praktis.

unplug . gear

I NFO

PRODUK Tech 21 Fly Rig 5

Multiefek Analog

Website : www.tech21nyc.com/products/sansamp/flyrig.html

Spesifikasi Material : Casing dan Footswitch Logam

Konektor : ¼ “ High Impedance Input

: ¼ “ Low Impedance Output

Dimensi : 29,2 cm x 6,35 cm x 3,175 cm

Berat : 527 gram

Harga list : Rp 4.700.000

Page 58: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

M A J A L A H   A L A T   M U S I K   D A N   M U S I S I  

Yamaha melakukan gebrakan dengan meluncurkan empat buah mini keyboard sekaligus. Segmen mini keyboard yang sebelumnya cenderung identik dengan keyboard synthesizer, kini semakin variatif karena Yamaha dari keempat line-up yang diberi nama Reface Series ini mencakup Reface CP yang memiliki suara-suara piano elektrik seperti Yamaha CP80. Tersedia juga Reface DX (FM Synth), Reface YC (organ), dan Reface CS (analog modelling synthesizer).

unplug . gear

I NFO

PRODUK Yamaha Reface Series

Koleksi Keyboard Klasik Dalam Format Mini

Website : http://id.yamaha.com/id/products/musical-

instruments/keyboards/synthesizers/reface/?mode=series#tab=product_lineup

Spesifikasi Amplifier : 2 x 2 watt

Speaker : 2 x 3 cm

Penggunaan Daya : 6 watt

Usia baterai : Sekitar 5 jam

Dimensi : 53 cm x 6 cm x 17,5 cm

Berat : 1,9 kg

Jumlah Tuts : 37, Initial Touch

Harga list : Rp 5.950.000

Page 59: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

unplug 59 

Page 60: TOLERANSI TERHADAP RIDER ALAT MUSIK DAN MUSISI Jika kita beranggapan dedikasi fans untuk sebuah band adalah dengan duduk-duduk manis mendiskusikan album, pengaruh kultural, atau kehidupan

unplug 60