toksisitas parakuat diklorida pada komunitas alga ...€¦ · paraquat dichloride is a chemical...

14
1 Abstract Paraquat dichloride is a chemical compound used to control broadleaf weeds in several crops. The presence of paraquat dichloride in the aquatic ecosystems has effects on the aquatic ecosystems, including non-target organisms such as periphytic algae. Periphytic algae have a significant role in aquatic ecosystems and make extensive contributions to the diversity in aquatic ecosystems due to large amounts of their species, and as one of the sensitive biological indicators of water quality. The research aimed to determine the effect of paraquat dichloride on the periphytic algae communities, in terms of the amount of chlorophyll-a, species richness, density, diversity index and dominance index of periphytic algae. A liter of water from Rawa Pening lake enriched with leaf fertilizer was used for growing periphytic algae in an aquarium. Paraquat dichloride at 0, 0.01, 0.02, 0.04, 0.08 and 0.16 mg/l was added into the aquariums and illuminated with 1,522 lux. An object glass was placed on the bottom of the aquarium and used as an artificial substrate. Object glass was taken on the 7 th and 14 th after the treatment. Measured parameters were the amount of chlorophyll-a, species richness, diversity index, dominance index and density of periphytic algae. The data obtained were analyzed using two-way analysis of variance with α 5% to determine the effect of the herbicide paraquat dichloride on the parameters measured. The results of this study indicated the presence of the interaction effect of paraquat dichloride and duration of exposure to the amount of chlorophyll-a, density, diversity and dominance index of periphytic algae (p<0.05). The concentration of paraquat dichloride affected the value of species periphytic algae. Keywords: chlorophyll-a, species richness, diversity index, density and dominance index.

Upload: others

Post on 10-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Abstract

Paraquat dichloride is a chemical compound used to control broadleaf weeds in several crops. The presence of paraquat dichloride in the aquatic ecosystems has effects on the aquatic ecosystems, including non-target organisms such as periphytic algae. Periphytic algae have a significant role in aquatic ecosystems and make extensive contributions to the diversity in aquatic ecosystems due to large amounts of their species, and as one of the sensitive biological indicators of water quality. The research aimed to determine the effect of paraquat dichloride on the periphytic algae communities, in terms of the amount of chlorophyll-a, species richness, density, diversity index and dominance index of periphytic algae.

A liter of water from Rawa Pening lake enriched with leaf fertilizer was used for growing periphytic algae in an aquarium. Paraquat dichloride at 0, 0.01, 0.02, 0.04, 0.08 and 0.16 mg/l was added into the aquariums and illuminated with 1,522 lux. An object glass was placed on the bottom of the aquarium and used as an artificial substrate. Object glass was taken on the 7th and 14th after the treatment. Measured parameters were the amount of chlorophyll-a, species richness, diversity index, dominance index and density of periphytic algae. The data obtained were analyzed using two-way analysis of variance with α 5% to determine the effect of the herbicide paraquat dichloride on the parameters measured.

The results of this study indicated the presence of the interaction effect of paraquat dichloride and duration of exposure to the amount of chlorophyll-a, density, diversity and dominance index of periphytic algae (p<0.05). The concentration of paraquat dichloride affected the value of species periphytic algae.

Keywords: chlorophyll-a, species richness, diversity index, density and dominance index.

2

Pendahuluan

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan

untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan dengan

mempengaruhi satu atau lebih proses-proses seperti pembelahan sel,

perkembangan jaringan, pembentukan klorofil fotosintesis, respirasi,

metabolisme nitrogen dan aktivitas enzim yang sangat diperlukan tumbuhan

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Riadi dkk 2011). Herbisida

banyak digunakan dalam sistem pertanian, pengolahan lahan dan penggunaan

herbisida mewakili 50-60% dari penggunaan pestisida (Qian dkk 2009). Salah

satu herbisida yang banyak digunakan dan dipasarkan adalah parakuat diklorida

(Soenardjo 2004). Senyawa parakuat diklorida adalah bahan aktif herbisida

dengan jangkauan yang luas karena digunakan untuk mematikan gulma

tanaman baik di lahan pertanian maupun bukan lahan pertanian (Soenardjo

2004). Parakuat (1,1'-dimetil-4,4'-bipiridilium) merupakan herbisida golongan

bipiridilium dan salah satu herbisida yang paling banyak digunakan untuk

mengendalikan gulma berdaun lebar pada beberapa tanaman karena diserap

sangat cepat oleh daun gulma dan menghambat fotosintesis dengan cara

menerima elektron dari fotosistem I pada gulma (Ginting dkk 2012; Qian dkk

2009).

Kegiatan pertanian berpotensi menghasilkan residu pestisida yang

berlebihan, yang kemudian masuk ke dalam perairan, sehingga menyebabkan

terjadinya pecemaran pada ekosistem perairan. Pestisida memasuki ekosistem

perairan melalui aliran air permukaan tanah atau aliran irigasi secara terus

menerus dan hujan lebat, sebagai akibatnya telah menjadi bahan pencemar

yang masuk ke dalam ekosistem perairan (Qian dkk 2009). Pencemaran

herbisida dalam ekosistem perairan berdampak bagi lingkungan ekosistem

perairan, termasuk ke organisme bukan sasaran seperti alga perifiton (Qian dkk

2009). Komunitas alga perifiton memiliki manfaat yang besar bagi ekosistem

akuatik, antara lain sebagai penghasil oksigen, salah satu produsen primer, dan

bioindikator di ekosistem perairan (Boney 1983; Lee 1980; Parrish 1985). Alga

perifiton juga memiliki kontribusi yang luas terhadap keanekaragaman di

ekosistem kuatik karena kekayaan spesiesnya (França dkk 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sáenz dkk (2008)

diketahui bahwa herbisida parakuat sangat toksik bagi Scenedesmus acutus

dengan nilai EC50 pada 96 jam dan NOEC masing-masing sebesar 0,04 mg/l dan

0,02 mg/l. Konsentrasi parakuat yang menghambat pertumbuhan total

Scenedesmus acutus yaitu pada konsentrasi 0,8 mg/l. Sáenz dkk (2008) juga

3

menunjukkan bahwa klorofil-a dan kadar protein menurun pada saat

konsentrasi herbisida parakuat meningkat. Seluruh alga perifiton memiliki

klorofil-a yang berperan dalam proses fotosintesis (Campbell dkk 2003). Jika

akumulasi parakuat diklorida di perairan terus-menerus dibiarkan maka dapat

berdampak negatif bagi kondisi perairan khususnya alga perifiton. Oleh karena

itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh herbisida parakuat

diklorida terhadap terhadap jumlah kandungan klorofil-a, kekayaan spesies,

kepadatan, indeks keanekaragaman dan indeks dominansi alga perifiton .

Bahan dan Metode

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai Maret

2014. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler

dan Laboratorium Biologi dan Manajemen Lingkungan, Fakultas Biologi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen di laboratorium dengan

rancangan percobaan acak lengkap (RAL). Akuarium dan seluruh peralatan yang

terbuat dari kaca dibersihkan dengan direndam dengan asam klorida 10%

selama 24 jam, lalu dibilas sampai bersih dengan menggunakan air PDAM.

Media pertumbuhan alga perifiton yang digunakan adalah air Rawa Pening dan

objek yang digunakan pada penelitian ini adalah alga perifiton yang melekat

pada substrat buatan (gelas benda) yang diletakkan di dasar akuarium (25 X 16

X 17,5 cm dengan volume 6,8L) dengan pemaparan 2 buah lampu 40 watt

(1.522 lux). Jarak antara lampu dengan akuarium adalah 30 cm dan penyinaran

diberikan selama penelitian berlangsung dan waktu pemberian paparan cahaya

lampu adalah 10 jam (pukul 07.00 – 17.00 wib).

1. Preparasi Media

Larutan parakuat diklorida dengan konsentrasi 0, 0,01, 0,02, 0,04, 0,08, 0,16

mg/l ditambahkan ke dalam masing-masing akuarium dengan 3 ulangan untuk

setiap perlakuan dan ditambahkan pupuk 0,6 mg. Untuk mengetahui pengaruh

pemberian pupuk terhadap karakteristik alga perifiton, penelitian ini juga

menggunakan kontrol berupa 1 liter air Rawa Pening yang telah disterilisasi

dengan menggunakan autoklaf tanpa ditambah dengan pupuk daun 0,6 mg,

4

dan 1 liter air Rawa Pening steril ditambah dengan 0,6 mg pupuk daun.

Diketahui bahwa tidak ada pengaruh pemberian pupuk terhadap kandungan

klorofil-a.

Gelas benda dengan ukuran 5x2,5cm diletakkan di dasar masing-masing

akuarium dengan kemiringan gelas benda 45° untuk mempermudah

pengambilan gelas benda dan dapat diperoleh sampel alga perifiton yang

tumbuh di kelima sisi gelas benda. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-

7 dan hari ke-14. Setelah 7 dan 14 hari satu gelas benda di ambil dari masing–

masing konsentrasi untuk diamati kekayaan spesies, kepadatan, indeks

keanekaragaman dan indeks dominansi alga perifiton. Satu gelas benda yang

lain digunakan untuk pengukuran kandungan klorofil-a. Gelas benda yang telah

digunakan tidak dikembalikan ke dalam akuarium.

2. Identifikasi Alga Perifiton

Tiga buah gelas benda masing-masing ulangan dari setiap perlakuan ditetesi

larutan FAA pada salah satu sisi 5cmx2,5cm, kemudian ditutup dengan gelas

penutup dan diusahakan tidak terdapat gelembung udara di dalamnya.

Preparat alga perifiton diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400X

dan dan diidentifikasi hingga tingkat spesies dengan menggunakan buku acuan

identifikasi karangan van Heurck (1984), Streble dan Krauter (1974), dan

Timotius dkk (1979). Data yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk

mengestimasi kekayaan spesies, kepadatan, indeks keanekaragaman dan

indeks dominansi alga perifiton.

3. Indeks Keanekaragaman Alga Perifiton

Indeks keragaman jenis (H') diestmasi dengan menggunakan rumus Shannon

index of general diversity (Odum, 1971):

H’ = - ∑ Pi ln Pi

Keterangan:

H’ : indeks keanekaragaman

ni : jumlah individu jenis ke-i

N : jumlah total individu

Pi :

5

4. Indeks Dominansi Alga perifton

Indeks dominasi alga perifiton dihitung dengan menggunakan rumus Odum

(1971):

Keterangan:

C : indeks dominansi

s : jumlah total Spesies

ni : jumlah individu jenis ke-i

N : jumlah total individu

Pi :

5. Kepadatan Alga Perifiton

Kepadatan alga perifiton dihitung dengan menggunakan rumus (Smith

1950):

JI =

Keterangan

JI = jumlah individu per mm2

Pi = jumlah total individu yang telah diidentifikasi

5 = jumlah bidang pandang mikroskop

A = luas bidang pandang mikroskop (0,786 mm2)

3 = jumlah ulangan

6. Kekayaan spesies

Kekayaan spesies dilihat dari banyaknya jumlah total spesies dalam suatu

komunitas (Brown dkk 2007).

7. Analisis Kandungan Klorofil-a

Pengukuran kandungan klorofil-a menggunakan metode Schwoerbel

(1972) yang telah dimodifikasi. Sampel diambil dari 5 sisi gelas benda. Substrat

diuapkan pada waterbath pada suhu 80°C selama 45 detik untuk merusak

klorofilasenya, dikering udarakan dan dimasukan ke dalam cawan petri.

Selanjutnya, 25 ml aceton 90% ditambahkan untuk melarutkan klorofilnya.

Sampel kemudian disimpan pada suhu 4°C selama 20 jam dalam keadaan

tertutup. Kandungan klorofil dalam aseton diukur dengan SHIMADZU UV-Vis

6

spektofotometer 1201 pada panjang gelombang (λ) = 664 nm, 647 nm, dan 630

nm. Estimasi kandungan klorofil dilakukan mengikuti rumus Price dkk (1998):

y = 11,85(OD664) – 1,54(OD647) – 0,08(OD630)

Keterangan :

y : kandungan klorofil (mg/l)

OD664 : nilai absorbansi pada λ 664 nm

OD647 : nilai absorbansi pada λ 647 nm

OD630 : nilai absorbansi pada λ 630 nm

Kandungan klorofil per area contoh diestimasi dengan menggunakan rumus

Price dkk (1998):

Keterangan:

Z : (mg/l)

Y : kandungan klorofil (mg/l)

V : volume aceton (l)

A : luas permukaan objek glass (m2)

Analisis Data

Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam

dua arah (Two Way ANOVA) dengan α 5% untuk mengetahui pengaruh

parakuat diklorida terhadap parameter yang diukur, diikuti dengan uji posterior

Tukey. Jika data yang diperoleh tidak memenuhi asumsi analisis sidik ragam dua

arah dan telah ditransformasi, data akan diuji dengan uji Kruskal-Wallis,

dilanjutkan dengan Mann Whitney U.

Hasil dan Pembahasan

1. Efek parakuat diklorida terhadap kepadatan dan kandungan Klorofil-a Alga

Perifiton

Nilai kepadatan alga perifiton menunjukkan bahwa kepadatan alga perifiton

semakin berkurang dengan meningkatnya konsentrasi parakuat diklorida.

Interaksi konsentrasi parakuat diklorida dan lamanya paparan berpengaruh

signifikan terhadap kepadatan alga perifiton (p<0,05). Gambar 1 dan 2

7

menunjukkan rata-rata nilai kepadatan dan kandungan klorofil-a alga perifiton

yang terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari.

Gambar 1. Rata-rata nilai kepadatan alga perifiton yang terpapar herbisida

parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari

Hasil analisis statistik juga menunjukan adanya pengaruh interaksi

penambahan konsentrasi parakuat diklorida dan waktu paparan terhadap

kandungaan klorofil-a (p<0,05). Semakin tinggi konsentrasi parakuat diklorida

maka jumlah klorofil-a semakin berkurang (Gambar 2).

Gambar 2. Rata-rata jumlah klorofil-a alga perifiton yang terpapar herbisida

parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari

Nilai kepadatan alga perifiton memiliki pola yang sama dengan pola jumlah

klorofil-a. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa

semakin lama waktu paparan, nilai kepadatan dan jumlah kandungan klorofil-a

0 20 40 60 80

100 120 140 160 180 200

0 0,1 0,2 0,4 0,8 0,16

Kepadatan alga perifiton

(ind/mm²)

Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)

Hari ke 7

Hari ke 14

0

0,005

0,01

0,015

0,02

0,025

0 0,01 0,02 0,04 0,08 0,16

Jumlah klorofil a (mg/m²)

Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)

Hari ke 7

Hari ke 14

8

mengalami peningkatan untuk semua perlakuan dan kontrol, akan tetapi

peningkatan yang terjadi pada media yang mengandung parakuat diklorida

tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada perlakuan kontrol. Hal ini

menunjukkan adanya hambatan parakuat diklorida terhadap komunitas alga

perifiton. Meningkatnya nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a pada hari ke-14

dikarenakan pertumbuhan alga perifiton yang sudah tumbuh pada hari

sebelumnya pada masing-masing perlakuan dan munculnya beberapa spesies

baru yang mampu tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yimpoolsap dkk

(2014) nilai kepadatan alga perifiton yang meningkat pada masing-masing

perlakuan akan menyebabkan produksi klorofil terus meningkat.

Nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a alga perifiton tertinggi terdapat pada

kontrol, baik hari ke-7 ataupun hari ke-14 dengan nilai kepadatan masing-

masing 34,55 dan 167,99 ind/mm2 dan jumlah klorofil-a berturut-turut adalah

0,0053 dan 0,0204 mg/m2. Pada penelitian ini toksisitas herbisida parakuat

diklorida mulai berpengaruh terhadap nilai kepadatan dan kandungan klorofil-a

alga perifiton pada kosentrasi 0,01 mg/l. Pemberian paparan parakuat diklorida

pada konsentrasi 0,01 mg/l mampu menurunkan nilai kepadatan dan jumlah,

kandungan klorofil-a, semakin tinggi konsentrasi parakuat diklorida yang

diberikan maka nilai kepadatan dan jumlah klorofil-a semakin menurun. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Sáenz dkk (2008) diketahui bahwa herbisida

parakuat diklorida sangat toksik bagi Scenedesmus acutus dengan nilai EC50

dan NOEC masing-masing sebesar 0,04 mg/l dan 0,02 mg/l dan konsentrasi

parakuat yang menghambat pertumbuhan total Scenedesmus acutus yaitu pada

konsentrasi 0,8 mg/l. Sedangkan menurut Yimpoolsap dkk (2014) paraquat

diklorida dengan konsentrasi 0,02 mg/l dapat menyebabkan penghambatan

sintesis klorofil-a dan klorofil-c pada Scenedesmus quadricauda, sedangkan

konsetrasi paraquat diklorida yang mampu menghambat pertumbuhan total

spesies Navicula osterari dan Phaedactylum tricormutum berturut-turut adalah

dengan konsentrasi 0,1 dan 100 mg/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riadi

dkk (2011) bahwa parakuat diklorida memiliki efek dalam menghambat sintesis

klorofil-a pada alga perifiton, dan penghambatan dalam langkah-langkah

reduksi pada jalur biosintesis pigmen-pigmen fotosintesis.

2. Efek parakuat diklorida terhadap Indeks Keanekaragaman, Indeks

Dominansi Alga Perifiton dan kekayaan spesies

Pada penelitian ini hasil analisis statistik menunjukkan adanya efek interaksi

herbisida parakuat diklorida dan waktu paparan terhadap indeks

9

keanekaragaman alga perifiton (p<0,05). Gambar 3 menunjukkan rata-rata

indeks keanekaragaman alga perifiton yang terpapar herbisida parakuat

diklorida selama 7 dan 14 hari.

Gambar 3. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman (H’) alga perifiton yang

terpapar herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari

Menurut Odum (1996) nilai rata-rata indeks keanekaragaman (H’) tinggi jika

nilai H’≥3 dan ketegori sedang jika nilai keanekaragaman 1<H’<3.

Keanekaragaman sedang artinya produktivitas tidak maksimal, komunitas

berada pada kondisi labil atau kualitas tercemar sedang, dan terdapat tekanan

ekologis, lain halnya jika indeks keanekaragaman dikatakan tinggi dengan nilai

H’≥3 itu artinya stabilitas komunitas biota normal atau kualitas air baik, dan

tidak ada tekanan ekologis. Indeks keanekaragaman dikatakan sedang jika jenis

spesies yang ditemukan cenderung sama pada setiap pemberian perlakuan

tetapi jumlah individu pada masing–masing spesiesnya berbeda dengan kata

lain penyebarannya tidak merata, ada spesies jenis tertentu yang ditemukan

dalam jumlah yang sangat melimpah namun ada spesies jenis tertentu yang

hanya ditemukan dalam jumlah sedikit (Hasanah 2013). Kriteria nilai indeks

keanekaragaman alga perifiton pada hari ke-7 menunjukan kategori tinggi

sampai kategori sedang. Kategori tinggi terdapat pada perlakuan kontrol, 0,01

dan 0,02 mg/l dengan nilai H’ berkisar 3,04–3,16 ind/mm2 dan kategori sedang

pada pemberian perlakuan 0,04 sampai 0,16 mg/l dengan nilai H’ berkisar 2,44-

2,79 ind/mm2. Pada hari ke-7 penurunan indeks keanekaragaman terjadi pada

konsentrasi 0,04–0,16 mg/l, yang menunjukan pertumbuhan dan suksesi alga

perifiton dipengaruhi oleh konsentrasi parakuat diklorida yang diberikan.

Berbeda dengan nilai rata-rata indeks keanekaragaman alga perifiton yang

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

0 0,1 0,2 0,4 0,8 0,16

Indeks keanekaragaman

alga perifiton (ind/mm²)

Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)

hari ke 7

hari ke 14

10

terpapar parakuat diklorida pada hari ke-14 dengan seri konsentrasi yang sama

didapatkan nilai rata-rata keanekaragaman secara berturut-turut adalah 2,75;

2,88; 2,94; 2,94; 2,87 dan 2,12 ind/mm2. Secara keseluruhan nilai indeks

keanekaragaman menunjukkan kategori sedang karena memiliki nilai 1<H’<3.

Akan tetapi berdasarkan hasil analisis uji T diketahui bahwa indeks

keanekaragaman pada hari ke-7 dan hari ke-14 tidak ada beda nyata (p>0,05).

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa indeks keanekaragaman

pada hari ke-7 dan hari ke-14 masuk dalam kategori keanekaragaman sedang.

Nilai indeks keanekaragaman berkaitan erat dengan nilai indeks dominansi

karena apabila suatu komunitas didominansi oleh satu atau sejumlah kecil

spesies maka indeks keanekaragaman alga perifiton akan rendah, demikian

sebaliknya (Odum 1996). Menurut Odum (1996) indeks dominansi berkisar 0–1,

dengan kategori nilai 0˂C≤0,50 indeks dominansi rendah, nilai 0˂C≤0,75 indeks

dominansi sedang dan nilai 0,75˂C≤1 indeks dominansi tinggi. Nilai indeks

dominansi yang mendekati 0 menunjukan bahwa tidak ada spesies yang

mendominasi dalam komunitas tersebut (Odum 1993). Pada penelitian ini hasil

analisis statistik menunjukkan adanya efek interaksi herbisida parakuat

diklorida dan waktu paparan terhadap indeks dominansi alga perifiton (p<0,05).

Gambar 4 menunjukkan rata-rata indeks dominansi alga perifiton yang terpapar

herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari.

Gambar 4. Rata-rata nilai indeks dominansi (C) alga perifiton yang terpapar

herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari

Rata-rata nilai indeks dominansi alga perifiton yang terpapar parakuat diklorida

pada hari ke-7 dan hari ke-14 dengan konsentrasi 0; 0,01; 0,02; 0,04; 0,08 dan

0,16 mg/l berturut-turut adalah 0,08; 0,05; 0,06; 0,08; 0,13 dan 0,11 ind/mm2

sedangkan nilai indeks dominansi hari ke-14 berturut-turut adalah 0,17; 0,11;

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0 0,1 0,2 0,4 0,8 0,16

Indeks dominansi (C) alga perifiton

(ind/mm²)

Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)

Hari ke 7

Hari ke 14

11

0,08; 0,06; 0,06 dan 0,13 ind/mm2. Kriteria nilai indeks dominansi pada hari ke-

7 dan hari ke-14 menunjukan bahwa secara keseluruhan indeks dominansi

tersebut dikategorikan rendah, hal ini sesuai dengan hasil analisis uji T

diketahui bahwa indeks dominansi antara hari ke-7 dan hari ke-14 tidak ada

beda nyata (p>0,05). Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa nilai indeks

dominansi dari spesies yang ada mendekati nilai 0, ini berarti tidak ada spesies

yang mendominansi sehingga penyebaran spesies alga perifiton pada setiap

perlakuan lebih merata. Bukti tidak adanya satu spesies yang mendominansi

adalah ditemukannya beragam spesies alga perifiton yang hidup pada kontrol

dan berbagai konsetrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum (1996) yang

mengatakan nilai indeks dominansi yang mendekati 0 menunjukan bahwa tidak

ada spesies yang mendominasi dalam setiap perlakuan.

Nilai kekayaan spesies diestimasi berdasarkan jumlah total spesies yang

ada dalam komunitas alga perifiton dari masing-masing perlakuan parakuat

diklorida. Analisis statistik menunjukan tidak ada perbedaan signifikan, antara

perlakuan hari ke-7 dengan perlakuan hari ke-14 (p>0,05), Rata-rata kekayaan

spesies alga perifiton selama 7 dan 14 hari dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Rata-rata nilai kekayaan spesies alga perifiton yang terpapar

herbisida parakuat diklorida selama 7 dan 14 hari

Rata–rata kekayaan spesies alga perifiton yang terpapar kosentrasi parakuat

diklorida pada hari ke-7 secara berturut–turut sebanyak 34; 29; 25; 22; 18; dan

15 spesies, sedangkan rata-rata nilai kekayaan spesies alga perifiton pada hari

ke-14 berturut-turut adalah 36; 30; 26; 19; dan 16 spesies. Tidak adanya

perbedaan signifikan antara hari ke-7 dan hari ke-14, dikarenakan adanya

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 0,01 0,02 0,04 0,08 0,16

Kekayaan alga perifiton

Konsentrasi paraquat diklorida (mg/l)

Hari ke 7

Hari ke 14

12

paparan parkuat diklorida menyebabkan beberapa spesies yang sensitif tidak

dapat tumbuh pada substrat buatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriani

(2009), salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kekayaan spesies

adalah adanya gangguan dari faktor kimia, jika tingkat paparan parakuat

diklorida tinggi maka dapat mengakibatkan jumlah jenis yang dapat beradaptasi

sedikit dan kekayaan jenisnya menjadi rendah.

Pada penelitian ini spesies dengan jumlah terbanyak berasal dari kelas

Bacillariophyceae. Hal ini dikarenakan Bacillariophyceae memiliki sifat yang

kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi karena

mampu menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar dibandingkan dengan kelas

lainnya (Hasanah 2013). Spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak baik

pada hari ke-7 maupun hari ke-14 adalah Flagilaria crotonensis (kelas

Bacillariophyceae). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan spesies alga

perifiton diduga bersifat sensitif dan toleran, spesies alga perifiton bersifat

sensitif karena hanya ditemukan pada kontrol adalah Synedra femelica,

Crucigenia rectangularis, Kirchneriella lunaris, Tribonema monochloron,

Oscillatoria chlorina, Synedra nitzschioides, Tribonema vulgare. Spesies alga

perifiton yang diduga toleran karena mampu bertahan hidup atau memiliki

kemampuan beradaptasi di konsentrasi parakuat diklorida terendah hingga

tertinggi antara lain Fragilaria crotonensis, Scenedesmus quadricauda,

Tetraedron incus, Pediastrum simplex, Gloeocystis rupestris, Kirchneriella obesa,

Staurastrum tetracerum, Tribonema viride, Scenedesmus obliquus,

Scenedesmus acustus, Cyclotella kutzingiana, Melosira crenulata, dan

Oscillatoria lauterbornii.

Kesimpulan

Adanya efek interaksi parakuat diklorida dan lamanya waktu paparan

terhadap jumlah klorofil-a, kepadatan, indeks keanekaragaman, dan indeks

dominansi alga perifiton. Herbisida parakuat diklorida pada konsentrasi 0,01

mg/l telah memberikan pengaruh signifikan pada jumlah klorofil-a dan indeks

kepadatan dan perhitungan indeks keanekaragaman (H’) dan Indeks dominansi

(C) dapat disimpukan memiliki keanekaragaman dalam kategori sedang dan

dominansi dalam kategori rendah

13

Daftar Pustaka

Bassi M, Corradi MG, Favali MA. 1990. Effects of Chromium in Freshwater Alga

and Macrophytes. Dalam: Wang W, Gorsuch JW, Lower WR (eds),

Plants for toxicity assessment. Philadelphia: American Sosiety for

Testing and Material. p 204-224.

Boney AD. 1983. Phytoplankton. 3rd Ed. London: Edward Arnold Ltd

Brower JE, Zar JH. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. 3rd

Ed. Waveland Press: USA, Inc.

Brown RL, Jacobs LA, Peet RK. 2007. Species richness: small scale. Dalam: Wiley

J (ed), Encyclopedia of life sciences. Canada: John Willey and Sons Ltd.

p 1-8.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.

França RCS, Lopes MRM, Ferragut C. 2011. Structural and successional

variability of periphytic algal community in a Amazonian lake during the

dry and rainy season. Acta Amazonica 41:257-266.

Ginting AW, Franciscus G, Endang S, Saut M, Tambar K, Armon R, Josua G. 2012.

Intoksikasi herbisida (Paraquat). Reading Assigment.

Hasanah U. 2013. Keanekaragaman Jenis Crustaceae Makroskopis di Kawasan

Mangrove Pantai Maron Kota Semarang. Semarang : IKIP PGRI.

Indriani R. 2009. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Area Bantaran Kali

Pembuangan di Kecamatan Karangtengan Kabupaten Demak.

Semarang: IKIP PGRI Press.

Lee RE. 1980. Phycology. Cambridge: Cambridge University Press.

Odum EP. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

_____. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Parrish PR. 1985. Acute toxicity tests. New York: Hemisphere Publishing

Corporation.

Price DJ, Birge WJ, Kercher MD. 1998. Periphyton monitoring in the Bayou

system. Lexington: KRECC.

Qian H, Wei C, Liwei S, Yuanxiang J, Weiping L, Zhengwei F. 2009. Inhibitory

effects of parakuat on photosynthesis and the respone to oxidative

stress in Chlorella vulgaris. Ecotoxicology 18:537-543.

Riadi M, Rinaldi S, Elkawakib S. 2011. Herbisida dan apikasinya. Program Studi

Agroteknologi Jurusan budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin.

14

Sáenz M, Juan A, María del CT. 2008. Toxicity of parakuat to a green alga

scenedesmus acutus. Journal of Environmental Science and Health, Part

B: Pesticides, Food Contaminants, and Agricultural Wastes. B 28(2),

193-204 (1993).

Schwoerbel J.1972. Methods of Hydrobiology. Oxford: Pergamon Press.

Smith GM. 1918. A second list of algae found in Wisconsin lakes. Transactions

of the Wisconsin Acadademy of Science Arts and Letters 19: 614-654.

________. 1950. Freshwater alga of the United States of America, 2nd ed. New

York: McGraw-Hill.

Soenardjo N. 2004. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Karang Pendegradasi

Senyawa Herbisida Parakuat Di Perairan Pantai Teluk Awur Jepara.

Semarang: Universitas Dipenegoro.

Stein J.1973. Phycologycal Method. New York: Cambridge University Press

Streble H, Krauter D. 1974. Das Leben im Wasser-tropfen. Frankh’sche Verlags-

handlvng: Kosmos Naturführer.

Timotius KH, Kristianto M, Widhiasmara.1979. Species Composition and

Diversity of Phytoplankton in Rawa Pening Lake. Salatiga: UKSW Press.

van Heurck H. 1984. A treatise on the diatomaceae. London: William Wesley

and Son.

Weitzel RL. 1979. Periphyton Measurement and Application, in Methods and

Measurement of Periphyton Community, American Society for Testing

and Animals Philadelphia 261p.

Wetzel RG. 1983. Periphyton of Fresh Water Ecosystem. Toronto: Junk

Publishers.

Wong PK. 2000. Effects of 2,4-D, glyphosate and paraquat on growth,

photosythesis and chlorophyll-a synthesis of Scenedesmus quadricauda

Berb 614. Chemosphere 41. 177-182.

Yimpoolsap S, Natha H, Bundit A. 2014. The effects of paraquat used in upland

rice and maize fields on biomass of attached algae. Science and

Technology 19 : 1.