toksikologi kimia, karsinogenesis, dan limbah b3

Upload: tami-ovetay

Post on 10-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Materi ini berisi mengenai materi kimia lingkungan untuk kelas 13

TRANSCRIPT

UJI GUGUS ALDEHID DAN KETON

Nurul Fitri21M. Arga Oktori Widodo17Silvi Marshelina23Utami Ningrum2713-8 kel. 3PENYUSUNAPAKAH YANG DIMAKSUDTOKSIKOLOGI KIMIA?Toksikologi adalah studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Meliputi penelitian toksisitas bahan-bahan kimia yang digunakan dalam berbagai bidang, diantaranya :KedokteranIndustri makananPertanianIndustri kimiaTOKSIKOLOGIPencegahan keracunan memerlukan perhitungan terhadap toxicity (toksisitas), hazard (bahaya), risk (resiko), dan safety (keamanan).Toxicity: deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis suatu zat kimia.Hazard: kemungkinan zat kimia tersebut untuk menimbulkan cidera.Risk: besarnya kemungkinan suatu zat kimia untuk menimbulkan keracunan. Hal ini tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh.TOXICITY, HAZARD, & RISKStandar pemaparan yang berkaitan dengan resiko, diantaranya :Acceptable Daily Intake (ADI)Tolerable Weekly Intake (TWI)Maximal Allowable ConcentrationTolerance LevelSTANDAR PEMAPARANBahan-bahan toksis dapat diklasifikasikan berdasarkan :Organ targetnya: hati, ginjal, sistem hematopotik, dan lain-lain.Penggunaannya: pestisida, pelarut, aditif makanan, dan lain-lain.Sumbernya: toksik tumbuhan dan binatang.Efeknya: kanker, mutasi, kerusakan hati, dan sebagainya.Fisiknya: gas, debu, cair.Sifatnya: mudak meledak.Kandungan kimianya: amina aromatik, hidrokarbon halogen, dan lain-lain.KLASIFIKASI BAHAN TOKSISFaktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan bahan kimia tertentu :1. Jalur masukSaluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti)Paru-paru (inhalasi)Kulit (topical), dan jalur lainnya.Perkiraan efektivitas melalui jalur lainnya secara menurun adalah:Inhalasi Intraperitoneal Subkutan Intramuskular Intradermal Oral Topikal2. Jangka waktu pemaparanPemaparan akut: pemaparan tunggal terhadap suatu bahan kimia selama kurang dari 24 jam.Pemaparan subakut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu satu bulan atau kurang.Pemaparan subkronik: pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk satu sampai tiga bulan.Pemaparan kronik: pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk lebih dari tiga bulan.3. Frekuensi pemberianEfek toksis kronik terjadi bila :bahan kimia terakumulasi di dalam system biologis (absorbsi melebihi biotrasformasi ekskresi)menghasilkan efek toksik yang tidak pulih kembalitidak cukup dari system biologis untuk melakukan pemulihan dari kerusakan dalam interval frekuensi pemaparanInteraksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme Perubahan dalam absorpsiPengikatan proteinBiotransformasi atau ekskresi dari satu atau dua zat toksik yang berinteraksi. Interaksi ini dapat menimbulkan efek diantaranya :Efek aditif : suatu situasi dimana efek gabungan dari dua bahan kimia sama dengan jumlah dari efek masing-masing bahan bila diberikan sendiri-sendiri (misalnya : 2 + 3 = 5). INTERAKSI BAHAN KIMIA2. Efek sinergistik : situasi dimana efek gabungan dari dua bahan kimia jauh melampaui penjumlahan dari tiap-tiap bahan kimia bila diberikan secara sendiri-sendiri (misalnya : 2 + 3 = 20).3. Efek potensial : keadaan dimana suatu senyawa kimia tidak mempunyai efek toksik terhadap sistem atau organ tertentu, tetapi bila ditambahkan ke bahan kimia lain akan membuat bahan tersebut menjadi jauh lebih toksik (misalnya 0 + 2 = 10).4. Efek antagonistis : situasi dimana dua bahan kimia bila diberikan secara bersamaan efeknya saling mempengaruhi dalam arti saling meniadakan efek toksik (misalnya : 4 + 6 = 8 atau 4 + 0 = 1).Karakteristik pemaparan dan spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal sebagai hubungan dosis respon. Asumsi yang harus dipertimbangkan sebelum hubungan dosis respon dapat sesuai digunakan :Respon timbul karena adanya bahan kimia yang diberikan.Respon pada kenyataannya berhubungan dengan dosis.Dalam penggunaan dosis respon harus ada metode kuantitatif untuk mengukur dan mengemukakan secara tepat toksisitas dari suatu bahan kimia.DOSIS RESPONJalur utama bagi penyerapan toksikan adalah :Saluran cerna (melalui makanan dan minuman, obat, dan zat kimia).Saluran NapasTempat utama bagi absorbsi di saluran napas adalah alveoli pori-pori, terutama untuk gas CO, N2O dan SO2 dan uap cairan, seperti benzene dan karbon tetraklorida3. KulitBeberapa zat kimia dapat diserap lewat kulit dalam jumlah cukup banyak sehingga menimbulkan efek sistemik.ABSORBSI TOKSIKANSetelah suatu zat kimia memasuki darah, zat kimia tersebut didistribusikan dengan cepat ke seluruh tubuh, melaluiBarrier adalah darahotak terletak di dinding kapiler.Pengikatan dan PenyimpananPengikatan suatu zat kimia dalam jaringan dapat menyebabkan lebih tinggginya kadar dalam jaringan itu. DISTRIBUSI TOKSIKANAda 2 jenis ikatan yaitu :Ikatan kovalen (bersifat tidak reversible dan umumnya berhubungan dengan efek toksik yang penting)Ikatan non kovalen (ion) biasanya merupakan yang terbanyak bersifat reversible.Ada beberapa jenis ikatan non kovalen yang terbentuk, diantaranya :*) Protein plasma dapat mengikat komponen fisiologik normal dalam tubuh di samping banyak senyawa asing lainnya.*) Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat zat zat kimia. Hal ini mungkin berhubungan dengan fungsi metabolik dan ekskretorik hati dan ginjal.Toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal, sebagai metabolit, atau sebagai konjugat. Jalur ekskresi :Urine (utama)Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme filtrasi glomerulus, difusi tubuler, dan sekresi tubuler.2. Ekskresi EmpeduHati penting untuk ekskresi toksikan, terutama untuk senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation).EKSKRESI TOKSIKAN3. Paru-paruEkskresi paru-paru terjadi karena difusi sederhana lewat membrane sel. Zat yang diekskresikan lewat paru-paru yaitu zat yang berbentuk gas, mudah menguap, dan zat yang mudah larut seperti kloroform dan halotan (diekskresikan dengan lambat karena ditimbun dalam jaringan lemak dan terbatasnya volume ventilasi). 4. Jalur LainBeberapa toksikan dikeluarkan bersama cairan sekresi yang dikeluarkan oleh lambung dan usus.Biotransformasi : suatu proses mengubah senyawa asal menjadi metabolit, kemudian menjadi konjugat.Tempat terpenting untuk proses ini adalah hati, paru-paru, lambung, usus, kulit, dan ginjal.Crosby (1998) membagi mekanisme biotransformasi toksikan ke dalam 2 jenis utama yaitu :1. Reaksi fase I, yang melibatkan reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis2. Reaksi fase II, merupakan produksi suatu senyawa melalui konjugasi toksikan atau metabolitnya dengan suatu metabolit endogen. Biotransformasi dapat dianggap sebagai mekanisme detoksifikasi organisme penjamu. Bioaktivasi : reaksi dimana metabolit dapat lebih toksik daripada senyawa asalnya.BIOTRANSFORMASI TOKSIKANEfek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Efek lokal : cidera pada tempat yang terkena bahan tersebutEfek sistemik : cidera setelah bahan kimia diserap dan tersebar ke bagian organ lainnyaReversibel : efek dapat menghilang dengan sendirinya, diantaranya bila tubuh tepajan dengan kadar rendah dan untuk waktu yang singkat Ireversibel (efek Nirpulih) : efek yang menetap atau bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan diantaranya karsinoma, mutasi, kerusakan saraf, dan sirosis hati atau bila pejanan terjadi dengan kadar yang tinggi dan dalam waktu yang lama.EFEK TOKSIKANAPAKAH YANG DIMAKSUDkarsinogenesis?karsinogenesisKarsinogenesis adalah pembentukan sel-sel kanker dari sel normal.Penyebab kanker dapat satu karsinogen yang sama misalnya asap rokok (kanker paru), dapat dua karsinogen yang berlainan misalnya asap rokok dan debu asbes (kanker paru), asap rokok dan radiasi sinar X (kanker paru), asap rokok dan alkohol (kanker orofarings, larings dan esofagus), gen kanker dan karsinogen lingkungan.Karsinogenesis dapat dibagi dalam tiga fase utama:Fase InisiasiFase PromosiFase Progresi

Fase InisiasiFase ini berlangsung cepatKarsinogen kimia misalnya golongan alkylating dapat langsung menyerang tempat dalam molekul yang banyak elektronnya, disebut karsinogen nukleofilikKarsinogen golongan lain misalnya golongan polycyclic aromatic hydrocarbon sebelum menyerang dikonversikan (diaktifkan) dulu secara metabolik (kimiawi) menjadi bentuk defisit elektron yang disebut karsinogen elektrofilik reaktif

Fase promosiSel terinisiasi dapat tetap tenang bila tidak dihidupkan oleh zat yang disebut promotorBila promotor ditambahkan pada sel terinisiasi dalam kultur jaringan, sel ini akan berproliferasi. Jadi promotor adalah zat proliferatifPromosi adalah proses yang menyebabkan sel terinisiasi berkembang menjadi sel preneoplasma oleh stimulus zat lain (promotor)Fase progresiFase ini berlangsung berbulan-bulanPada awal fase ini, sel preneoplasma dalam stadium metaplasia berkembang progresif menjadi stadium displasia sebelum menjadi neoplasmaPada akhir fase ini gambaran histologis dan klinis menunjukkan keganasanJENIS-JENIS KARSINOGEN KIMIAPolycyclic aromatic hydrocarbon. Contoh: benzopyrene terdapat dalam asap rokok, asap mobil dan sebagai produk pembakaran tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan kanker paru; dalam jelaga cerobong asap dan ter batu bara menyebabkan kanker kulit. Asap rokok juga menyebabkan kanker orofarings, esofagus, larings, kandung kemih, ginjal dan pankreas.Aromatic amine. Contoh: butter yellow (dulu dipakai sebagai pewarna mentega sebelum efek karsinogeniknya pada binatang diketahui), insektisida naphthylamine, benzidine dan 3-acetylaminofluorene. Naphthylamine menyebabkan kanker hati pada rodentia dan kanker kandung kemih pada anjing, (4) juga karsinogenik untuk manusia. Benzidine menyebabkan kanker kandung kemih pada pekerja industri zat warna.Alkylating. Contoh: epoxide, lactone, nitrogen mustard dan derivatnya. Nitrogen mustard untuk pengobatan penyakit Hodgkin menimbulkan kanker lain pada penderita tersebut misalnya lekemia, kanker kandung kemih dan limfoma.Penanganan karsinogenesisMenghindari kontak dengan karsinogen kimia, radiasi atau virus termasuk dalam pencegahan primer yaitu mencegah terjadinya sel terinisiasi. Strategi pencegahan primer yang umum dan telah lama diketahui misalnya tidak merokok untuk pencegahan kanker paru dan penggunaan tabir surya untuk pencegahan kanker kulit. Juga termasuk dalam pencegahan primer adalah menghindari faktor-faktor yang dapat menginduksi replikasi DNA. Memperbanyak substansi yang mengurangi paparan dengan promotor misalnya serat dalam makanan dan substansi yang memperbaiki lingkungan jaringan sehingga proliferasi sel terinisiasi ditekan atau diferensiasi sel ditingkatkan misalnya konsumsi adekuat vitamin E, C, beta-karoten dan vitamin A.Operasi atau ablasi untuk preneoplasma.

Dari penyelidikan epidemiologis dan laboratoris (percobaan binatang dan kultur jaringan) didapatkan bahwa karsinogen kimia merupakan penyebab kanker yang utama dan paling banyak diselidiki. Penyebab kanker yang lain adalah radiasi, virus, faktor genetik dan faktor psikogenik. Selain ini terdapat zat yang disebut promotor yang membantu terjadinya kanker.Dengan memperhatikan macam-macam penyebab kanker dan promotor, kemungkinan menderita kanker dapat dikurangi seminimal mungkin. Di masa akan datang kemungkinan kemajuan ilmu biologi molekular ikut berperanan menurunkan insidens kanker.Limbah bahan berbahaya dan beracunApa itu limbah ??Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan (rumah tangga, industri, pertambangan dan kegiatan lain) atau proses produksi.Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan dapat membahayakan kesehatan manusia.

Penggolongan limbah b3Karakteristik :a. mudah meledak;b. mudah terbakar;c. bersifat reaktif;d. beracun;e. menyebabkan infeksi;f. bersifat korosif, dang.limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksikologi dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah B3.

ContohLimbah kimia khusus dari laboratorium seperti asam prikat (picric acid).Pelarut seperti benzena, toluena atau aseton. Limbah-limbah ini berasal dari pabrik cat, pabrik tintaZat-zat kimia tertentu yang digunakan di laboratorium seperti Magnesium, Perklorat, dan Metil Etil Keton Peroksida. (menyebabkan kebakaran karena melepas oksigen)Pestisida, sebagian besar pestisida yang sudah tidak diijinkan untuk digunakan bersifat beracun seperti DDT, Aldrin dan Parathionlimbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menularf. Sisa-sisa asam/cuka, asam sulfat yang biasa digunakan dalam pembuatan bajaPenggolongan limbah b3Jenis :a.Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, yaitu limbah B3 yang berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dan lain-lain.b.Limbah B3 dari sumber spesifik, yaitu limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu.c.Limbah B3 dari bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali.

Limbah B3 harus diapakan??Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mengurangi sifat bahaya dan beracun limbah B3 agar tidak membahayakan kesehatan manusia dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan.Pengolahan limbah B3 adalah proses mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 menjadi tidak berbahaya atau tidak beracun, atau memungkinkan agar limbah B3 dimurnikan atau didaur ulang. Proses ini dilakukan menggunakan teknologi yang sesuai, seperti stabilisasi dan solidifikasi, insinerasi, penimbunan (landfill) netralisasi. Apabila teknologi tersebut tidak dapat diterapkan, maka digunakan teknologi terbaik yang tersedia yang dapat mengolah limbah tersebut, seperti pertukaran ion dan "sel membrane". Dalam pengertian daur ulang (recycling) meliputi proses pengolahan dengan cara perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse).

Pengelolaan limbah B3 mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan limbah B3 serta penimbunan hasil pengolahan tersebut.

Pengangkutan limbah B3 adalah proses pemindahan limbah B3 dari penghasil ke pengumpul dan/atau ke pengolah termasuk ke tempat penimbunan akhir dengan menggunakan alat angkut.

Penghasil limbah B3 adalah setiap orang atau badan usaha yang menghasilkan limbah B3 dan menyimpan sementara limbah tersebut di dalam lokasi kegiatannya sebelum limbah B3 tersebut diserahkan kepada pengumpul atau pengolah limbah B3. Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3 dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan untuk diserahkan kepada pengolah limbah B3. Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3. Pengolah limbah B3 adalah badan usaha yang mengoperasikan sarana pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan akhir hasil pengolahannya.Pengelolaan limbah radio aktif dilakukan oleh instansi yang bertanggungjawab atas pengelolaan radio aktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Langkah yang dilakukan dalam pengelolaan limbah B3Mengklasifikasikan limbah dengan cara mengidentifikasi karakteristik limbah melalui tahap-tahap berikut ini:Identifikasi jenis limbah yang dihasilkan;Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3, maka periksa apakah limbah tersebut memiliki karakteristik : mudah meledak atau mudah terbakar atau beracun atau bersifat reaktif atau menyebabkan infeksi atau bersifat korosif.

Penghasil limbah b3Penyimpanan dilakukan di tempat penyimpanan khusus, dirancang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas yang sesuai dengan jumlah limbah B3 yang akan disimpan sementara dan memenuhi syarat sebagai berikut:Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, secara geologi dinyatakan stabil;Perancangan bangunan disesuaikan dengan karekteristik limbah dan upaya pengendalian pencemaran. Misalnya limbah B3 yang reaktif (reduktor kuat) tidak dapat dicampur dengan asam mineral pengoksidasi karena dapat menimbulkan panas, gas beracun, dan api.Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang:Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3;Jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3;Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pengolah limbah B3.

Pengumpul limbah b3Pengumpul limbah B3 wajib memenuhi persyaratan:memperhatikan karekateristik limbah B3;mempunyai laboratorium yang dapat mendeteksi karakteristik limbah B3;mempunyai lokasi minimum satu hektar;memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan;konstruksi dan bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah B3;lokasi tempat pengumpulan yang bebas banjir, secara geologi dinyatakan stabil, jauh dari sumber air, tidak merupakan daerah tangkapan air dan jauh dari pemukiman atau fasilitas umum lainnya.

Pengumpul limbah B3 wajib membuat catatan tentang:a.jenis, karakteristik, jumlah limbah B3 dan waktu diterimanya limbah B3 dari penghasil limbah B3;b.jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3 kepada pengolah limbah B3;c.nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul dan kepada pengolah limbah B3.Penghasil dan pengumpul limbah B3 wajib menyampaikan catatan di atas minimal sekali dalam enam bulan kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Pengolah limbah b3Pengolah limbah B3 yang mengoperasikan insinerator wajib mempunyai:Insinerator dengan spesifikasi sesuai dengan karakteristik dan jumlah limbah yang diolah;Alat pencegahan pencemaran udara untuk memenuhi standar emisi cerobong, efisiensi pembakaran yaitu 99,99% dan efisiensi penghancuran dan penghilangan sebagai berikut:efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polyorganic hydrocarbons (POHCS) , Polychiorinated biphenyl (PCBS), Polychiorinated dibenzofurans, Polychiorinated dibenzo-p-dioxins 99.99% Residu dari proses pembakaran pada abu insinerator harus ditimbun dengan mengikuti ketentuan tentang stabilisasi dan solidifikasi atau penimbunan (landfill)

Pengolah limbah B3 yang melakukan pengolahan stabilisasi dan solidifikasi wajib memenuhi ketentuan : Bahan pencampur harus dapat mengikat bahan berbahaya dan beracun sehingga menurunkan sifat racun dan/atau sifat bahayanya sampai nilai ambang batas yang telah ditetapkan;Hasil stabilisasi dan solidifikasi harus dianalisa dengan prosedur ekstraksi untuk menentukan mobilitas senyawa organik dan anorganik (Toxicity Characteristic Leaching Procedure)

Pengolah limbah B3 yang melakukan pengolahan secara fisika dan kimia yang menghasilkan : Limbah cair, maka limbah cair tersebut wajib memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air; Limbah gas dan debu, maka limbah gas dan debu tersebut wajib memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pengendalian pencemaran udara dan keselamatan kerja; Limbah padat, harus mengikuti ketentuan tentang stabilisasi dan sollidifikasi, atau penimbunan, atau insinerator

Pengolah limbah B3 yang melakukan pengolahan dengan cara penimbunan wajib memenuhi ketentuan : Pemilihan lokasi untuk penimbunan harus memenuhi syarat : Bebas dari banjir; Permeabilitas tanah maksimum 10 pangkat negatif 7 cm per detik; Merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi pembuangan limbah atau lokasi industri berdasarkan rencana penataan ruang; Merupakan daerah yang secara geologi dinyatakan stabil; Tidak merupakan daerah resapan air tanah yang khususnya digunakan untuk air minum; PENIMBUNAN LIMBAH B3Penimbunan harus dibangun dengan menggunakan sistem pelapisan rangkap dua yang dilengkapi dengan saluran untuk pengaturan aliran air permukaan, pengumpulan air lindi dan pengolahannya, sumur pantau dan lapisan penutup akhir yang telah disetujui Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Penimbunan yang sudah penuh harus ditutup dengan tanah, dan selanjutnya peruntukan tempat tersebut tidak dapat dijadikan pemukiman atau fasilitas lainnya

Terhadap lokasi bekas pengolahan dan bekas penimbunan limbah B3, pengolah termasuk penimbun wajib melaksanakan hal-hal sebagai berikut : a. pada bagian paling atas lokasi tersebut dilapisi dengan tanah yang mempunyai ketebalan minimum 0,60 meter; b. dipagar dan diberi tanda tempat penimbunan limbah B3; c. melakukan pemantauan air bawah tanah dan menanggulangi dampak lainnya yang mungkin timbul akibat keluarnya limbah B3 ke lingkungan, selama minimum tiga puluh tahun terhitung sejak ditutupnya seluruh fasilitas pengolahan dan penimbunan limbah B3;

Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pengolahan termasuk penimbunan akhir limbah B3 wajib memiliki izin :

Dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk kegiatan pengumpulan atau pengolahan termasuk penimbunan akhir;

Dari Menteri Perhubungan untuk kegiatan pengangkutan setelah mendapat pertimbangan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Persyaratan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut : Memiliki akte pendirian sebagai badan usaha yang berbentuk badan hukum, yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang; Nama dan alamat badan usaha yang memohon izin; Kegiatan yang dilakukan; Lokasi tempat kegiatan; Nama dan alamat penanggung jawab kegiatan; Bahan baku dan proses kegiatan yang digunakan; Spesifikasi alat pengolah limbah B3; Jumiah dan karakteristik limbah B3 yang dikumpulkan, diangkut atau diolah; Tata letak saluran limbah, pengolahan limbah, dan tempat penampungan sementara limbah B3 sebeium diolah dan tempat penimbunan setelah diolah; Alat pencegahan pencemaran untuk limbah cair, emisi, dan pengolahan limbah B3;

Pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dengan memperhatikan ketentuan Pengawasan meliputi : Pemantauan penaataan persyaratan serta ketentuan teknis dan administratif oleh:penghasil, pengumpul, pengangkut, pengolah,penimbun limbah B3. Pengawas berwenang Memasuki areal lokasi penghasil, pengumpulan, pengolahan termasuk penimbunan akhir limbah B3; Mengambil contoh limbah B3 untuk diperiksa di laboratorium; Meminta keterangan yang berhubungan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah B3; Melakukan pemotretan sebagai kelengkapan laporan pengawasan

Pengawas dalam melaksanakan pengawasan pengelolaan limbah B3 dilengkapi tanda pengenal dan surat tugas yang dikeluarkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan .

SANKSI HUKUMANMenurut ketentuan Pasal 17 :Penghasil, pengumpul, pengangkut, dan pengolah limbah B3 wajib segera menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan akibat kegiatannya . Apabila tidak dilakukan penanggulangan atau sudah menanggulangi tetapi tidak sebagaimana mestinya, maka Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau pihak ketiga dapat melakukan penanggulangan dengan biaya yang dibebankan kepada penghasil, pengumpul, pengangkut, dan pengolah limbah B3 yang bersangkutan

Daftar pustakahttp://kamuskesehatan.com/arti/karsinogenesis/http://www.budilukmanto.org/index.php/seputar-hepatitis/170-karsinogenesis

THANK YOU