tinjauan pustaka iufd
TRANSCRIPT
BAB III
INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD)
A. DEFINISI(1,2,3)
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal death
dibagi menjadi :
Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu.
Intermediate Fetal Death, kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan 20-
27 minggu.
Late Fetal Death, kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari 28 minggu.
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist mengungkapakan yang
termasuk kematian janin adalah kematian janin intra uterin dimana berat janin 500 gram atau
lebih.
B. ETIOLOGI(1,3,4,5)
Fetal (25-40 %)
Anomali kromosom
Non-kromosomal defek
Nonimune hydrops
Infeksi- Protozoa (Toxoplasma), bakteri, virus
Plasenta (25-35 %)
Solutio plasenta
Perdarahan fetal-maternal
Cedera plasenta
Insufisiensi plasenta
Asfiksia intrapartum
Plasenta Praevia
Twin-to-twin transfusion
Chorioamnionitis
Maternal (5-10 %)
Antiphospolipid antibody
Diabetes
Hipertensi
Trauma
Partus abnormal
Sepsis
Disebabkan Asidosis
Hipoksia
Ruptur uterin
Kehamilan Postterm
Obat-obatan
Idiopatik (25-35 %)
C. DIAGNOSIS IUFD(1,3,4,5)
Anamnesis :
Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia
kehamilannya. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang
biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.
Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid.
Tidak teraba gerakan-gerakan janin.
Auskultasi : Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia
kehamilan 10-12 minggu pada pemeriksaan ultrasonic
Doppler merupakan bukti kematian janin yang kuat.
USG (Ultrasonografi)
a) Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang diukur
selama periode observasi 10 menit dengan USG, merupakan bukti kuat
adanya kematian janin.
b) Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-tulang
tengkorak akan tampak.
Foto Rontgen Abdomen
a) Spalding Sign, yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang
tengkorak, yang terjadi akibat likuefaksi massa otak dan melemahnya
struktur ligamentosa yang membentuk tengkorak. Biasanya tanda ini
muncul 7 hari setelah kematian. Namun ciri-ciri yang sama dapat
ditemukan pada kehamilan ekstrauterin dengan janin hidup.
b) Hiperrefleksi dari tulang belakang
c) Bayangan tulang-tulang iga bertumpuk-tumpuk, dimana tidak dapat lagi
ditemukan bentuk simetris torak.
d) Robert sign, dimana didapatkan gambaran gas dalam ruang jantung dan
pembuluh darah.
Pemeriksaan Hematologi :
Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C, ureum,
kratinin, profil tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus, anticardiolipin
antibody.
Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.
Pemeriksaan langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi
petunjuk sebab kematian janin.
D. PROTOKOL INVESTIGASI PADA IUFD(1,5)
Bertujuan untuk :
1. Memastikan diagnosis IUFD secara sonografi atau radiology
2. Memeriksa kadar fibrinogen darah dan masa tromboplastin parsial secara periodik,
terutama bila janin dipertahankan dalam kandungan lebih dari 2 minggu.
3. Mencari penyebab kematian janin.
Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan Hollier (1997) (1):
1. Deskripsi bayi
malformasi
bercak/ noda
warna kulit – pucat, pletoric
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
pembengkakan - leher, lengan, kaki
hematoma atau striktur
jumlah pembuluh darah
panjang tali pusat
3. Cairan Amnion
warna – mekoneum, darah
konsistensi
volume
4. Plasenta
berat plasenta
bekuan darah dan perlengketan
malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius
edema – perubahan hidropik
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
Grade Maserasi pada IUFD :
Grade 0 (durasi < 8 jam) kulit kemerahan ‘setengah matang’.
Grade I (durasi > 8 jam) kulit terdapat bullae dan mulai mengelupas.
Grade II (durasi 2-7 hari) kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di
Rongga toraks dan abdomen
Grade III (durasi >8 hari) hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh,
Mungkin terjadi mumifikasi.
E. KOMPLIKASI(2,5)
1. Gangguan psikologis
2. Infeksi, selagi ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat kecil,
namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh mikroorganisme
pembentuk gas seperti Cl.welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu, dapat
terjadi defibrinasi akibat silent Dissaminated Intravascular Coagulopathy (DIC).
Walaupun terjadinya terutama pada janin mati akibat inkompatibilitas Rh yang tetap
dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada kasus lainnya harus dipikirkan.
Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari tromboplastin yang dilepaskan dari
plasenta dan desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post
partum.
F. PENCEGAHAN (3,5)
Resiko kematian janin dapat sepenuhnya dihindari dengan antenatal care yang baik. Ibu
menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman beralkohol atau penggunaan obat-
obatan.
Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress test fetal
elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum terjadi kematian
dan terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat janin.
G. PENATALAKSANAAN IUFD (1,3,5)
Pasien dan keluarganya memiliki kemungkinan besar terganggu secara psikis, tetapi
mereka harus diyakinkan tentang amannya persalinan spontan. Pada kenanyakan IUFD (80%)
pasien akan melahirkan secara spontan dalam waktu 2 minggu setelah janin mati. Pasien dapat
tinggal di rumah selama 2 minggu pertama tetapi dengan saran untuk datang ke rumah sakit untuk
bersalin. Bila persalinan spontan tidak terjadi dalam waktu 2 minggu, pasien harus dirawat untuk
menilai kadar fibrinogennya setiap minggu, atau dua kali seminggu. Kadar fibrinogen serum yang
menurun mencapai 150 mg% harus ditangani dengan pemberian heparin terkontrol.
TINDAKAN :
Indikasi dilakukan tindakan :
Gangguan psikologis dari pasien
Terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi uterus
Kadar fibrinogen yang menurun, kadar fibrinogen harus dinaikkan melebihi kadar kritis
sebelum dilakukan tindakan.
Adanya tendensi persalinan spontan akan terjadi lebih dari 2 minggu.
METODE-METODE TERMINASI
Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi
pematangan serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan
Dextrose 5% melalui tetesan infuse intravena. Dua botol infuse dapat diberikan dalam waktu
yang bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis
oksitosin dinaiokkan pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dealam 500
ml larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infuse pertama, dosis dinaikkan menjadi 40
unit. Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena
itu tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko
tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian
prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan
bila upaya berulang tetap gagal mengionduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat
efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang
setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
Operasi Sectio Caesaria (SC)
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus yang
dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak lintang.
SKEMA PENATALAKSANAAN IUFD(2)
Non-Interferensi
2 minggu
Kasus refrakter atau kasus Partus Spontan
dimana terminasi kehamilan dalam 2 minggu
diindikasikan (80%)
Psikologis
Infeksi
Penurunan kadar fibrinogen
Retensi janin lebih dari 2 minggu
Rawat di Rumah Sakit
Induksi persalinan
Servik matang Servik belum matang
Infus Oksitosin Prostaglandin gel
Diulang setelah 6-8 jam
Gagal gagal
Oksitosin diulang dengan Ditambah dengan infus
Ditambah Prostaglandin Oksitosin
Per vaginam
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, FG. Williams Obstetrics 21st Edition. McGraw Hill. USA. 1073-78,
1390-94, 1475-77.
2. Dutta, DC. Text Book of Obstetrics 4th Edition. New Central Book Agency. Calcutta.
India. 1998. 312, 343-347.
3. Soetomo.S, Kematian Janin, Ilmu Kebidanan, P.T Bina Pustaka
SarwonoPrawirohardjo, Jakarta, 2009, Pg 732 -35.
4. Gestational complications. Johns Hopkins Manual of Gynecology and
Obstetrics, The, 3rd Edition.Lippincott Williams & Wilkins. Pg 120-21.
5. Pap Z. Fetal demise. Recommendations and Guidelines of Perinatal Medicine.
Available at : http://www.wapm.info/Portals/0/recommendations_perinatal.pdf.