tinjauan eksistensi ideologi muhammadiyah periode … · bereksistensi lahir dari ideologi...
TRANSCRIPT
TINJAUAN EKSISTENSI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH
PERIODE 2005-2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh :
Rusli Latif
1112033100023
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
i
TINJAUAN EKSISTENSI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH PERIODE
2005-2015
Skripsi
Diajukan ke Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)
Oleh :
Rusli Latif
1112033100023
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Masri Mansoer MA
NIP. 19621006 199003 1002
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “TINJAUAN EKSISTENSI IDEOLOGI
MUHAMMADIYAH PERIODE 2005-2015” telah diujikan dalam sidang
Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Januari 2019. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Program
Studi Aqidah Filsafat Islam.
Jakarta, 30 Januari 2019
Sidang Munaqasyah,
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dra. Tien Rohmatin, MA Abdul Hakim Wahid, SHI.,MA
NIP. 19680803 199403 2 002 NIP. 19780424 201503 1 001
Penguji I Penguji II
Kusen, Ph.D Drs. Ramlan Abdul Ghani, MA
NIP. 19610614 199203 1 002
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Masri Mansoer, MA
NIP. 19621006 199003 1 002
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Rusli Latif
NIM : 1112033100023
Program Studi : Aqidah dan Filsafat Islam
Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 18 Januari 1994
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini asli merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di
Universitas Negeri Syarif Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Januari 2019
Rusli Latif
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Arab
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
Indonesia
a
b
t
ts
j
ḥ
kh
d
dz
r
z
s
sy
ṣ
ḍ
Inggris
a
b
t
th
j
ḥ
kh
d
dh
r
z
s
sh
ṣ
ḍ
Arab
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
ه
ء
ي
ة
Indonesia
ṭ
ẓ
„
gh
f
q
k
l
m
n
w
h
y
h
Inggris
ṭ
ẓ
„
gh
f
q
k
l
m
n
w
h
y
h
Vokal Panjang
Arab
أ
إي
أو
Indonesia
ā
ī
ū
Inggris
ā
ī
ū
v
ABSTRAK
Eksistensi merupakan bagian dari disiplin ilmu filsafat yang menjelaskan
bahwa manusia berdiri atas kuasanya sendiri, hal tersebut juga diamini oleh para
tokoh eksistensialisme seperti Soren Abey Kierkergaad, Heideger, Gabriel
Marcel, Jean Paul dan lainnya.Ideologi juga merupakan bagian dari eksistensi
yang lahir dari proses pemikiran manusia. Muhammadiyah adalah organisasi yang
bereksistensi lahir dari ideologi Islam.Sebagai organisasi yang mempunyai peran
besar bangsa ini, Muhammadiyah selalu merumuskan gerakannya dengan
menyesuaikan perkembangan zaman. Sosoknya yang selalu menyinari bumi
pertiwi dalam hembusan nafas dan doa untuk pendirinya K.H Ahmad Dahlan
yang juga sekaligus pahlawan nasional melawam para kolonial untuk merampas
bumi Indonesia. Ideologi gerakan serta pikiran-pikiran inklusif membuat
Muhammadiyah menjadi ladang dakwah amar ma‟ruf nahi munkar di tengah
kering dan sempitnya pemahaman keberagaman beberapa masyarakat Indonesia.
Ideologi Muhammadiyah menjadi unsur penting sebagai core gerakan
pembaharuan ini, empat rumusan ideologi Muhammadiyah telah tertuang dalam :
pertama, Muqaddimah Anggaran Dasar (AD) pada 1945-1951 Muhammadiyah;
kedua, kepribadian Muhammadiyah pada 1962, ketiga, Matan Keyakinan dan
Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) pada 1969, keempat, Khittah
Perjuangan Muhammadiyah pada 1956, 1971, 1972 dan 2002.
Skripsi ini merupakan penelitian tentang “Eksistensi Ideologi
Muhammadiyah Periode 2005-2015 (Studi Masa Kepemimpinan Muhammad Din
Syamsuddin) dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif-
analisis.Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perjalanan organisasi
Muhammadiyah selama masa periode 2005-2015 di masa kepemimpinan
Muhammad Din Syamsuddin yang bertepatan pada usianya satu abad dan
memasuki fase abad kedua.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Muhammadiyah selalu mengikuti
arus perubahan zaman dan merancang agenda kedepan untuk menjawab problem
solving yang muncul di masyarakat.Hal yang menarik di masa kepemimpinan
Muhammad Din Syamsuddin (2005-2015) adalah muncul berbagai gaya
kepemimpinan serta strategi perjuangan hingga slogan “Islam Berkemajuan”. Dari
tahun 2005-2015 sedikitnya ada tiga agenda besar Muhammadiyah; (1)
Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Ke-2 (Zhawahir al-Afkar Al-
Muhammadiyah Li Al-Qarni Al-Tsani), (2) Profil “Islam Berkemajuan” dan (3)
Negara Pancasila Sebagai (Darul Ahdi Wa Syahadah).
Kata Kunci :Eksistensi, Ideologi dan Muhammadiyah
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT sebagai pencipta mahluknya baik yang
ada di langit maupun yang berada di bumi.Atas kehendak-Nya kehidupan ini
ada.Karena atas kehendaknya kita dapat menjalankan segala aktifitas kehidupan
sehari-hari.Atas keridhoan-Nya akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tugas
akhir kuliah berupa skripsi ini. Semoga apa yang hendak penulis tulis diberikan
hidayah-Nya. Amiin
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW.
yang telah menuntun kita sehingga menjadi umat mukmin. Semoga di yaumil
akhir nanti bertemu dengannya dengan semua para kaum muslimin dan muslimat.
Pada dasarnya, penulisan skripsi ini merupakan suatu respon penulis
bagaimana mungkin organisasi sudah melampaui usia bangsanya sendiri yang
baru 72 tahun pasca kemerdekaan sedangkan organisasi ini sudah bekerja keras
melawan para kolonial yang datang silih berganti organisasi tersebut adalah
Muhammadiyah.
Muhammadiyah merupakan organisasi modern pertama yang menerapkan
Pendidikan agama Islam secara modern.Sehingga Muhammadiyah melekat
dengan sosok Founding Father-nya yakni Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Penting bagi
penulis untuk mencatat apa saja yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah dengan
melihat kepada eksistensi ideologi yang diperankan oleh Muhammadiyah pada
tahun 2005-2015.
vii
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih secara tulus kepada:
1. Prof.Dr. Masri Mansoer MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, kritikan, pelajaran, dan ilmu yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga Allah senantiasa mempermudah segala urusannya. Amin
2. Dra. Tien Rohmatin, MA., Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam.
Abdul Hakim Wahid, SHI., MA., sebagai Sekretaris Jurusan Aqidah dan
Filsafat Islam. Terima kasih atas nasihat dan bantuannya, akhirnya penulis
tetap konsisten menyelesaikan judul skripsi ini.
3. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Prof.
Dr. Dede Rosyada, MA., Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Tidak pernah terlupakan oleh penulis, menghaturkan banyak terima kasih
kepada kedua orang tua tercinta. Bapak tercinta Kadim dan Ibu tercinta
Munayaroh yang telah meridhoi untuk duduk diperguruan tinggi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta memberikan pengorbanan, dukungan baik materil
maupun immateril, serta doa yang tidak pernah berhenti sehingga penulis
dapat menyelesaikan masa studi S1.
5. Terimakasih banyak untuk Ayahanda Rustan Sulaiman Amin, kanda Ilham
Munzir, kanda Yulianti Muthmainnah, kanda Toto Tohari, Kanda Rohim
Ghazali, Kanda Abidin, Kanda Najib Burhani, Kanda Tuti, Kanda Zuhri,
Kanda Rifki Gunawan, Kanda Fahmi Syahrul Alim, Kanda Sulaiman (Tole),
Kanda Reza dan seluruh Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Cabang Ciputat atas pengorbanan yang diberikan baik waktu, materi, dan
ilmu yang diberikan. Semoga Allah melampangkan rezekinya. Amiin
viii
6. Keluarga dan saudara-saudaraku, khususnya Misbahul Anam, Alifah. serta
nenekku yang selalu mendukung dan mengingatkan penulis untuk secepatnya
menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat,
teman seperjuangan Faisal Maarif, Syeli,Khaerul Anam (Heru) Ardiansyah
Fadli S.Kom, Arif Darmawan Hasibuan S.Pd, Nabila Maulida Safarina,
S.Hum, Afrizal Fahmi Ali S.Ag, Zulkarnaen (Bang Jul), Rusdiana, Damas
Maghfur, Dliya Mubarokah S.Hum, Ahmad Darussalam, Farida Rachmania,
Haris Mauludin, In Tansurullah, Indah, Agung, Nada Waskito, Kartika S.Sos,
Faisal Ristama, Angga Setiadi, Jenal Abidin S.E dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Serta Pimpinan Komisariat IMM Ushuluddin dan
Keluarga Mahasiswa Islam Karawang (KMIK) Jakarta.
8. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Tangerang Selatan,
Ayahanda Dr. H. Burhanuddin MM, Ayahanda H. Abdul Wahid S.E,
Ayahanda Drs. Zulian Halimi MM, kanda Nur Ahmad, Ayahanda H. Luqman
Thoha dan Ibunda Afni Rasyid. Terimakasih sudah memberikan motivasi
studi dan ilmu yang diberikan. Semoga diberikan rahmat oleh Allah SWT.
Amiin
9. Pemuda Muhammadiyah Kota Tangerang Selatan kepada Ketua umum Zaki
Anshori MM, Bung Andy Wijayanto S.H M.H, Bang Immaduddin Nasution,
Bang Bayut, Kanda Andreas beserta jajarannya. Semoga apa yang kita
perjuangkan di ridhoi Allah SWT. Amiin
10. Teman-teman seperjuangan, Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam
angkatan 2012. Khususnya Grup Sarjana Muda ahmad Rofiq, Septidi Age
Pratama, Nur Afifah, Ali, Abdurrohman, Abdurrahman, Dafir, Eki Sopyan,
ix
Endang, Faisal, Mahbub hamdani, Suher, Solehuddin, vita, Arsyad Prayogi
dan Dini mardhatillah. Semoga kelak kalian menjadi orang-orang hebat di
negeri ini. Amiin
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Disamping itu,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada yang tak mengenakkan di
hati dalam skripsi ini, kiranya dimaafkan.
Jakarta, 30 Januari 2019
Rusli Latif
x
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 11
C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 11
D. Metode Penelitian..................................................................................... 12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 13
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 14
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUHAMMADIYAH ...................... 16
A. Sejarah Muhammadiyah........................................................................... 16
B. Karakteristik Persyarikatan Muhammadiyah ........................................... 19
C. Organisasi Otonom dan Amal Usaha Muhammadiyah ............................ 22
D. Ideologi Muhammadiyah ......................................................................... 28
a. Pengertian Ideologi Muhammadiyah ................................................. 30
b. Eksistensi Ideologi Muhammadiyah dari Masa ke Masa ................... 33
BAB III KEPEMIMPINAN MUHAMMADIYAH PERIODE 2005-2015 ......... 39
A. Kepengurusan Pimpinan Pusat Periode 2005-2015 ................................ 39
B. Gambaran Singkat Profil Prof. Dr. Din Syamsuddin .............................. 45
C. Kebijakan-Kebijakan Persyarikatan Muhammadiyah di Masa
Kepemimpinan Prof. Dr. Din Syamsuddin ............................................. 47
BAB IV EKSISTENSI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH KEPEMIMPINAN
PROF. DR. DIN SYAMSUDDIN........................................................................56
A. Zawahir al-Afkar al-Muhammadiyah „Abra Qarn min al-Zaman............ 56
B. Darul Ahdi Wassyahadah ......................................................................... 68
C. Islam Berkemajuan................................................................................... 74
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 80
A. Kesimpulan.............................................................................................. 80
B. Saran ....................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi pandangan filsafat masih digunakan sebagai sarana
kritis terhadap kehidupan sosial. Suatu pandangan dunia dan umumnya suatu
pandangan teoritis tidak pernah melayang-layang di udara. Setiap pemikiran
teoritis mempunyai hubungan erat dengan lingkungan dimana pemikiran itu di
jalankan.1 Ini terjadi karena perbedaan budaya yang semakin maju dan
berkembang sehingga paradigma masyarakat terhadap penerimaan zaman moden
setiap manusia merasakan sebuah kebebasan berekspresi dan interaksi sosial
secara inklusif. Hal yang demikian menjadi perhatian khusus terhadap falsafah
bahwa paradigma termasuk membentuk manusia karakter yang modern.
Namun akhir-akhir ini kita banyak di kejutkan dengan berkembangnya
ideologi-ideologi yang militan maupun ekstrimis sehingga ini juga menjadi
dampak bahwa paradigma yang kemudian membentuk sebuah ideologi menjadi
unsur penting dalam kehidupan bermasyarakat. Mengapa? Tentu sebagian sudah
tahu bahwa negara Indonesia sendiri dengan keragaman adat, suku, budaya dan
agama menjadi sebuah komponen didalam sebuah ideololgi berdasarkan apa
yang dicita-citakan.
Bagi suatu bangsa yang merdeka ideologi sangat penting. Karena ia akan
menentukan perjalanan sejarah suatu bangsa kedepan. Ketika bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945, bangsa Indonesia
1. K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 17
2
membutuhkan ideologi. Namun, ideologi saja tidak cukup. Suatu bangsa yang
merdeka membutuhkan juga ideologi sekaligus falsafah negara.
Suatu ideologi pada dasarnya merupakan usaha untuk menyusun
pandangan dunia, dewasa ini orang lebih dari masa-masa sebelumnya
membutuhkan suatu pandangan dunia yang runtut berkenaan dengan hati, masuk
akal karena ketika mengetahui begitu banyak hal yang nampaknya tidak
berhubungan.2
Sebuah ideologi muncul melalui kerangka secara filosofis yang tersusun
secara koheren kemudian menjadi sebuah tatanam pedoman unsur dalam baik
manusia sendiri, golongan, kelompok atau sebuah tatanan sistem kenegaraan.
Secara umum jika dilihat dari bahasanya falsafat sendiri berasal dari kata Yunani
yang tersusun dari dua kata : Philen berarti cinta dan sophos dalam arti hikmat
(wisdom) dalam bahasa arab memindahkan kata Yunani Philosophia kedalam
bahasa mereka dengan tabiat susunan kata-kata arab, Falsafa dengan pola
fa‟lala,fa‟lalah dan fi‟lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa
seharusnyalah falsafah dan filsaf.3 Jadi, filsafat secara sederhana berarti cinta
pada pengetahuan atau kebijaksanaan. Namun dalam mengartikan makna cinta
belum tentu seseorang itu bijak terhadap apa yang dikatakan atau dilaksanakan.
Kemudian orang arab memindahkan kata Yunani Philosphia ke dalam bahasa
arab menjadi falsafa. Hal ini sesuai dengan tabiat susunan kata-kata arab dengan
pola fa‟lala dan fi‟lal. Karena itu kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya
2. Louis O Kattsof, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Margono (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yoga,1992), h. 470 3 . Harun nasution, Falsafat Agama (Jakarta:bulan bintang, 2003), h. 3
3
falsafah atau filsafat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata ini terpakai
dengan sebutan filsafat. 4
Dalam pandangan imam Khomeini, nalar falsafat sejalan dengan wahyu.
Jadi tidak ada keterpisahan diantara keduanya, dan kalaupun ada istilah
keterpisahan atau dualitas, itu hanya bersifat metaforis. Konten wahyu adalah
term-term yang dapat digali oleh falsafat. Oleh Karena itu, konten wahyu yang
mendalam hanya dapat di cerna oleh para filsuf. Selain mereka, yang ada hanya
kalangan yang berhenti pada tataran lahiriyah saja.5
Falsafat memandang sesuatu dengan akal fikiran dan melalui jalan
pembuktian menurut logika. Jadi jelaslah bahwa kaum filosofis mengutamakan
pembuktian akal, sedangkan para ahli tasawuf lebih megutamakan tanggapan
rasa. Problema yang menjadi objek studi filsafat ialah mengenai hakikat segala
sesuatu, apapun jenisnya baik soal alam, ilmu pasti maupun metafisik. Adapun
pandangan falsafat mengenai manusia mencakup pembahasan tentang
perilakunya dilihat dari sudut moral dan politik.6
Satu ide pokok yang penting diperhatiakan dalam pembahasan ini adalah
kategorisasi akal sebagai daya/sarana dan sebagai sumber adakalanya daya akal
digunakan untuk memahami Al-qur‟an dan Al-sunah, serta dianggap sebagai
sarana mengenali ajaran-ajaran wahyu. Namun, tak jarang daya akal itu di
4 . Sirajudin zar, Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 3.
5. Muhammad Reza Irsyadi Nia, Antara Filsafat dan Teks-Teks Agama : Pengaruh dan
Relasinya Dalam Pemikiran Imam Khomeini Terj. Iwan Setiawan (Jakarta : Sadra Press, 2012) h.
5 6. Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam Terj. Pustaka Firdaus (Jakarta : Pustaka
Firdaus, 2008) h. 24-25
4
dudukan dibangku pengadilan dan dipersepsi sebagai sumber khas untuk
memproduksi hukum syariat.7
Seorang filsuf ternama jerman George Wilhelm Hegel sangat
mementingkan rasio, mengatakan bahwa semuanya yang riil bersifat rasional
semua yang rasional bersifat riil. Dalil tersebut dimaksudkan bahwa luasnya
rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran
atau “ide” menurut istilah yang dipakai Hegel yang memikirkan dirinya sendiri.
Atau dengan perkataan lain, realitas seluruhnya adalah lambat laun menjadi
sadar akan dirinya.8
Dalam hal ini relevansi antara falsafat dan ideologi tak terpisahkan hanya
saja ideologi sebuah produk dari sebuah idea yang berkembang. Begitu pula
falsafat merupakan sebuah proses bagaimana ide yang kemudian muncul melalu
analogi-analogi. Asal usul ideologi bias dilacak kembali kepada pandangan yang
terdapat dalam sebuah konsepsi bahwa persoalan pengetahuan memiliki satu
dimensi sosial.9 Fakta ini, yang terhadapnya keterlibatan antara pemikiran dan
being (Seinsvenbundenheit des denkens) yang diciptakan belum terlalu lama
menjadi pendorong khususnya dibawah pengaruh ide-ide Marxis. Kritik ideologi
ini yang lahir tradisi ini yang mengemuka melalui sudut pandang epistemologis
dan yang menggambarkan karakter ideologis yang terdapat dalam sistem-sistem
7. Hasan Yusufian & Ahmad Husain Sharifi, Akal dan Wahyu : Tentang Rasionalitas
dalam Ilmu, Agama dan Filsafat ( Jakarta : Sadra Press, 2011) h. 36 8. Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Jakarta : Kencana, 2003)
Cet. I h. 129 9. Hans Albert, Rekonstruksi Nalar Kritis terj. Imam Khoiri (Yogyakarta : IRCISoD,
2014)
h. 193
5
statemen yang munculnya pertimbangan nilai yang kurang lebih tersembunyi
dalam sistem tersebut empat sisi analisis (cardinal point of analysis).10
Keyakinan kepada Tuhan dan keyakinan meragukan serta menolak
eksistensi Tuhan, tampaknya memiliki argument-argumen tersendiri. Hikayat
yang pertama lebih memperkuat keberadaan Tuhan, adapun hikayat yang kedua
lebih cenderung pada keraguan tentang realitas Tuhan dan ideologi, baik ragu
dengan adanya maupun dengan tidak adanya.11
Nampaknya ideologi-ideologi
dunia besar seperti kapitalisme, marxisme, sosialisme, komunisme, fasisme, dan
leninisme. Afanasyev, dengan ajaran Kristen yang seperti dipahami dalam
benaknya, mengatakan bahwa “Matrealisme dialektika menolak pengertian
idealis tentang hukum-hukum (alam) dan menafik fatalisme, yaitu penyembah
buta kepada hukum-hukum (alam), serta tidak adanya kepercayaan kepada akal
manusia dan kepada kemampuan manusia untuk memahami hukum-hukum itu
dan menggunakannya.12
Digabung dengan paham kebendaan (matrealisme,
dalam arti filsafat) penolakan kepada wujud gaib nampaknya telah menggiring
kaum Marxis kepada sikap hidup yang mengandalkan hanya kepada pengawasan
moral lahiriyah belaka. Maka ciri utama masyarakat-masyarakat Marxis,
sebagaimana ditemukan pada sistem-sistem totaliter lainnya, ialah menguatnya
usaha pengawasan kepada rakyat melalui jaringan polisi rahasia atau alat-alat
pengawasan elektronik.13
Akhir-akhir ini banyak muncul berbagai paham aliran dan ideologi yang
sesuai aturan dan juga ideologi yang ekstrem. Ideologi tersebut muncul sebagai
10
. Hans Albert, Rekonstruksi Nalar Kritis, terj. Imam Khoiri h.194 11
. Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) Cet. II h. 107 12. Nurcholish Majid ISLAM Agama Kemanusiaan, (Jakarta : Paramadina, 2003)
Cet. II h. 220 13
. Nurcholish Majid ISLAM Agama Kemanusiaan, h. 221
6
pembawa maslahat manusia meskipun terkadang selalu bertantangan dengan
sikap yang tidak sesuai. Tentu ini menjadi sebuah pekerjaan rumah tersendiri
khususnya peran negara. Tetapi suatu komitmen kepada nilai kemanusiaan yang
lebih tinggi tentu tidak membenarkan sikap pasif menghadapi kecendrungan
zalim dan sikap tidak peduli kepada harkat dan martabat manusia dari sistem
ideologis atau “isme” apapun dimuka bumi ini.14
Ideologi, bagi pengikutnya akan menjadi keyakinan yang membuat
mereka tidak goyah terhadap prinsip yang diyakini serta diperjuangkannya
secara teguh, berkesinambungan dan berjangka panjang. Apa yang terjadi
dimuka bumi mengenai perjalanan sejarah politik suatu bangsa, kelompok
masyarakat dengan farina-farian yang demikian komplek, saling bersentuhan
atau bersilangan dalam merumuskan cita-cita politik, itu semua tidak lain
hakikatnya karena memiliki prinsip ideologi yang tidak sama.15
Muhammadiyah, sebagai organisasi yang mempunyai ideologi tentu
mempunyai nilai-nilai falsafat dalam setiap gerakan dakwah serta
berpengalaman satu abad di bumi pertiwi, kini kiprahnya menjadi semakin
terang dimata masyarakat. Pikiran serta gagasan tajdidnya menjadi penawar
bahwa islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin. Berdiri pada tanggal
18 November 1912 organisasi yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan yakni
Muhammadyah. Sampai saat ini gerakan dan landasan falsafat yang di lakukan
muhammadiyah masih menjadi primadona dikalangan para peniliti baik dalam
negeri maupun mancanegara, hal itu terbukti Muhammadiyah merupakan
gerakan dakwah yang berideologi bernafaskan agama Islam yang menyerukan
14
. Nurcholish Majid ISLAM Agama Kemanusiaan,h. 222 15
. Firdaus Syam M.A Pemikiran Politik Barat, h. 238
7
amar ma‟ruf nahi mungkar dan komitmennya terhadap masyarakat miskin,
yatim piatu dan pembangunan menuju masyarakat madani istilah yang popuer
oleh Nurcholis majid. Kegigihan muhammadiyah dalam berdakwah menjadi
pesan tersendiri oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan istilah teologi Al-Maun.
Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Pada masa mudanya bernama Muhammad
Darwis. Ia berasal dari keluarga berpengaruh dan terkenal di lingkungan
Kesultanan Yogyakarta, yang secara genealogis ditelusur akan sampai pada
Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi. Muhammad Darwis dilahirkan
dari pernikahan Kiyai Abu Bakar dengan Nyai Haji Abu bakar pada tahun 1285
H (1868 M) dikampung Kauman, Kota Yogyakarta.16
Muhammadiyah sebuah persyarikatan atau organisasi Islam yang lahir di
Yogyakarta pada 9 Zulhijah 1330 Hijriah bertepatan dengan tanggal 18
November 1912 Masehi. Pendiri utamanya adalah Ahmad Dahlan, seorang
ulama dan ketib Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat yang tinggal di kampung
kauman, Yogyakarta.17
Berdirinya persyarikatan Muhammadiyah tidak dapat
dilepaskan dari situasi dan kondisi yang berkembang pada zamannya. Kondisi
kehidupan umat Isam di Indonesia yang masih dalam belenggu penjajah dan
hidup dalam sinkretik, sehingga pengalaman Islam tidak dapat tegak dan kokoh
dan bersih. Di samping itu, mulai muncul di dunia Islam, yang juga dicekam
oleh penjajahan dan pengalaman Islam bercampur dengan kepercayaan lain
kesadaran bangkit melawan penjajah dan memurnikan agama Islam.
16. M.T Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta : Dunia Pustaka Jaya,
1987) h. 75 17
. Majelis Pendidikan Tinggi dan Pengembangan Bekerja dengan Lembaga Pustaka dan
Informasi (Majelis Dikti litbang dan LIPI) PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah (Jakarta :
Kompas, 2010) h.1
8
Dalam konteks ideologi, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
mempunyai peran yang sangat penting terhadap sosial masyarakat yang pada
saat itu masih mengalami tradisi budaya yang kental akan syarat nilai-nilai
mistik. Karena itu, Islam yang diperjuangkan Muhammadiyah bentuknya bisa
berbeda sesuai waktu dan tempat. Islam murni Kiyai Ahmad Dahlan, masa
dominasi ahli Syariah dan kepemimpinan elit generasi baru berpendidikan tinggi
modern, cenderung berbeda.18
Muhammadiyah saat ini berada dalam pusaran Ideologi dan dinamika
kehidupan masyarakat yang sangat kompleks, baik pada tingkat nasional maupun
global. Lebih khusus perkembangan umat Islam dengan segala macam oerientasi
ideologis dan gerakannya. Di era abad ke 21 ini perkembangan hidup umat
manusiajuga semakin menunjukan kecenderungan yang luar biasa diberbagai
aspek, disertai makin meluasnya kekuatan ideologi liberalism, kapitalisme dan
globalisme yang merasuk keseluruh struktur kehidupan diberbagai lingkungan
bangsa-bangsa.19
Beridirinya Muhammadiyah hingga usianya yang mencapai satu abad
merupakan bentuk eksistensi yang nyata dan menjadi sebuah komitmen
memperjuangkan ideologi Islam untuk mengajak kepada kebenaran dan
mencegah kemungkaran dimuka bumi. Hingga sampai pada saat ini memasuki
era abad kedua Muhammadiyah masih eksis ditengah-tengah kesenjangan sosial,
kemiskinan, politik, diskriminasi dan lain-lain. Bapak eksistensialisme Soren
Aabye Kierkegaard menjelaskan bahwa istilah “eksistensi” itu hanya dapat
18
. Abdul Munir Mulkhan, Islam Murni dalam Masyarakat Petani (Yogyakarta : Yayasan
Bentang Budaya, 2000) h. 102 19.Haedar Nashir Memahami Ideologi Muhammadiyah (Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2014) h. 1
9
diterapkan pada manusia, eksistensi adalah “diri autentik” sebagai eksistensi, aku
ini bertindak dengan istilah Kierkegaard “aktor” yang berani mengambil putusan
dasariah arah hidup sendiri. Katanya ada dua orang kusir mengendarai kereta
masing-masing. Kusir pertama memegang kendali kuda-kudanya sambal tertidur,
sementara kuda-kudanya bergerak kearah yang keliru. Kusir kedua dengan giat
dan sadar mengendalikan kuda-kudanya. Menurut Kierkegaard, kedunya bisa
disebut kusir, tapi hanya kusir kedualah yang benar-benar kusir. 20
Eksistensi idelogi Muhammadiyah jika dilihat dari prespektif
Kierkegaard bahwa manusialah yang berkehendak serta mempunyai keputusan
terhadap dirinya. Perjalanan sebuah ideologi Muhammadiyah melintasi setiap
zaman, bagaimanapun eksistensi Muhammadiyah berada ditangan anggota
Muhammadiyah itu sendiri dan pimimpinnya serta advokasi terhadap kaum yang
lemah. Di lingkungan Muhammadiyah sejak tahun 1968 terdapat wacana tentang
ideologi, ketika dalam Muktamar ke-37 tahun tersebut digagas pentingnya
pembaruan di bidang ideologi. Muhammadiyah waktu itu memilih istilah
“Keyakinan dan Cita-cita Hidup” untuk padanan sebuah ideologi. Dalam Tanwir
tahun 1969 di ponorogo lahir pemikiran resmi ideologi Muhammadiyah yang
dikenal “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”. Dinyatakan
pula bahwa ideologi berarti “keyakinan hidup”, yang mencakup 1.Pandangan
hidup, 2.Tujuan hidup, 3.Ajaran dan cara yang dipergunakan untuk
melaksanakan pandangan hidup dalam mencapai tujuan tersebut. 21
Di dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan
pembukaan dari rumusan Anggaran Dasar Muhammadiyah yang berisi pikiran
20. F. Budi Hardiman Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004) Cet. I h. 250 21. Haedar Nashir Memahami Ideologi Muhammadiyah, h. 33
10
mendasar. Konsep Anggaran Dasar Muhammadiyah dirumuskan sejak tahun
1945 atas pra karsa Ki Bagus Hadikusumo yang dibantu oleh anggota lainnya,
kemudian disahkan pada tahun 1951. Maka Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah sering dikategorisasikan sebagai rumusan resmi yang
mengandung pandangan sebagai ideologi Muhammadiyah. Pokok pikiran yang
dirumuskan tersebut dalam Muqaddimah Anggaran Dasar tersebut menginspirasi
dari ayat al-Quran yang berbunyi :
دعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون ة ي نكم ام ولتكن م
ى ك هم المفلحون عن المنكر واول
Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang mengajak
kepada kebajikan, menyuruh kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran.
Mereka itulah golongan yang beruntung (Q.S. Al-Imran: 104)
bahwa dalam perjuangan Muhammadiyah penting untuk adanya cita-cita
Islam yang diformulasikan secara jelas, yakni “Menegakkan dan menjungjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya”. 22
Beberapa uraian di atas, sangat menarik perhatian penulis dan kiranya
penulis perlu membuat kajian yang lebih mendalam terhadap Eksistensi Ideologi
Muhammadiyah telah memberikan kontribusi besar terhadap kemerdekaan
bangsa Indonesia maupun secara gerakan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar
serta dalam dunia akademis, serta untuk menambah khazanah keilmuan. Menjadi
alasan penulis Eksistensi Ideologi Muhammadiyah dikaji apa dan bagaimana
22. Haedar Nashir Memahami Ideologi Muhammadiyah, h. 70
11
Muhammadiyah masih mempunyai eksistensi di negara ini dan formula apa yang
dibuat Muhammadiyah sehingga memasuki abad kedua hingga jalannya proses
kemajuan umat dan bangsa. Penulis menjadikan karya Dr. H. Haedar Nashir
menjadi objek peneletian. Penulis akan fokus dalam menganalisa bagaimana
eksistensi ideologi muhammadiyah yang ditawarkan dalam buku Memahami
Ideologi Muhammadiyah serta mengadopsi sumber-sumber lain yang menurut
penulis dapat dijadikan penunjang dalam melakukan penelitian yang dituangkan
dalam skripsi yang berjudul “Eksistensi Ideologi Muhammadiyah Periode 2005-
2015 (Studi Masa Kepemimpinan Muhammad Din Syamsuddin)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apakah ideologi Muhammadiyah itu?
2. Bagaimana eksistensi Muhammadiyah Periode 2005-2015?
3. Bagaimana Eksistensi Ideologi Muhammadiyah dari Masa ke Masa?
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari uraian identifikasi yang disebutkan di atas, penulis akan membatasi
permasalahan serta memfokuskan penelitian pada perjalanan eksistensi ideologi
Muhammadiyah tahun 2005-2015.
Adapun rumusan masalahnya, dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut, pertama, Bagaimana eksistensi ideologi Muhammadiyah tahun
2005-2015? Kedua, Khittah yang ditawarkan Muhammadiyah memasuki abad
kedua?
D. Metode Penelitian
1. Sumber Pengumpulan Data
12
Peneliti menggunakan teknik library research (studi kepustakaan). Teknik
ini berupaya untuk mengumpulkan data-data terkait permasalahan yang dibahas
di dalam skripsi ini melalui berbagai literatur, baik primer maupun sekunder.
2. Metode Pengolahan Data
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analitis. Deskriptif
digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas
mengenai permasalahan yang terkait dengan skripsi ini.Sementara analitis
dipakai agar penulis dapat menyusun skripsi ini dalam bentuk yang sistematis.
3. Metode Wawancara
Metode yang digunakan dalam proses tanya jawab atau bertatap muka secara
fisik untuk menggali informasi lebih jauh tentang tanggapan, pendapat terhadap
objek yang diteliti.
4. Pedoman Penulisan
Panduan penulisan skripsi ini berdasarkan pada Pedoman Akademik tahun
2012/2013 Program Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh
tim penyusun Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diterbitkan oleh Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sedangkan mengenai transliterasi dalam penulisan skripsi
ini mengacu pada sistem transliterasi Jurnal Ilmu Ushuluddin yang diterbitkan
oleh HIPIUS (Himpunan Peminat Ilmu-Ilmu Ushuluddin).
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan secara
umum penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami eksistensi ideologi Muhammadiyah.
13
2. Untuk mengetahui dan memahami perjalanan ideologi Muhammadiyah hingga
memasuki era abad kedua.
3. Persyaratan untuk meraih gelar kesarjanaan strata satu (S1) jurusan Aqidah dan
Filsafat Islam, pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah:
1. Memperkaya khazanah filsafat dan wawasan pengetahuan tentang eksistensi
ideologi Muhammadiyah bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta pada umumnya, dan khususnya bagi mahasiswa program
studi Aqidah dan Filsafat Islam.
2. Membagun wawasan yang kritis serta sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan
bahan acuan dalam kegiatan kajian akademik.
3. Mewujudkan dan menumbuhkan khazanah corak pemikiran yang dinamis,
memiliki kesadaran tingkah laku yang positif, kejujuran serta tingkat keilmuan
yang berkualitas pada diri mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh tinjauan penulis, memang belum hadir yang khusus mengkaji filsafat
tentang Eksistensi Ideologi Muhammadiyah. Dalam karya ilmiah penulis
menemukan karya Haedar Nasir “Memahami Ideologi Muhammadiyah”, Mitsuo
Nakamura “Bulan Sabit Terbit Di Atas Pohon Beringin: Studi Tentang
Pergerakan Muhammadiyah di Kota Gede Sekitar 1910-2010” MT Arifin
“Muhammadiyah: Potret yang Berubah”, Ahmad Najib Burhani
“Muhammadiyah Jawa” dan Drs.Mustafa Kamal Pasha dkk “Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Islam”. Dan beberapa literasi tambahan lainnya.
14
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan dalam memahami pembahasan skripsi ini,
penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan yaitu gambaran umum yang memuat pola dasar dari
kerangka pembahasan skripsi yang terdiri atas latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, sumber data penelitian, metodologi penelitian, serta
sistematika penulisan.
Bab II, berisi tentang pengertian eksistensi yang meliputi apa pengertian
eksistensi, tokoh eksistensialisme dan perkembangan eksistensi.
Bab III, berisi tentang Sejarah Perumusan Ideologi Muhammadiyah,
Dinamika Ideologi Muhammadiyah dan Fungsi Ideologi Muhammadiyah.
Bab IV, menguraikan secara tentang Dinamika Ideologi Muhammadiyah
Era Reformasi, Eksistensi Ideologi Muhammadiyah Periode 2005-2015, serta
Ideologi Muhammadiyah Periode 2005-2015.
Adapun yang terakhir adalah bab V, berisi mengenai kesimpulan dan
saran-saran. Dalam kesimpulan memberikan jawaban atas rumusan masalah
yang dibuat. Sementara saran-saran dimasukkan bisa dalam rangka mengkritisi
yang bersifat mendukung atau menolak terhadap pemikiran tersebut.
15
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG MUHAMMADIYAH
A. Sejarah Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri adalah gerakan Islam yang lahir di Kauman
Yogyakarta pada 18 November 1912. Pada waktu berdiri dan mengajukan
pengesahan kepada pemerintah Hindia-Belanda memakai tanggal dan tahun
Miladiyah atau Masehi. Adapun bertepatan waktu dengan penanggalan Hijriyah
ialah 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah. Pendiri Muhammadiyah adalah seorang kiyai
yang dikenal, alim, cerdas, dan berjiwa pembaharu, yakni Kiyai Haji Ahmad
Dahlan, yang sebelumnya atau nama kecilnya bernama Darwisy.
Muhammadiyah didirikan dalam bentuk organisasi atau perkumpulan atau
perhimpunan resmi, yang disebut dengan Persyarikatan, pada waktu itu memakai
istilah Persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah dalam perkembangan berikutnya dikenal luas oleh
masyarakat maupun para peneliti dan penulis sebagai gerakan Islam pembaruan
atau gerakan tajdid. Muhammadiyah karena watak pembaharuannya dikenal pula
sebagai gerakan reformasi dan gerakan modernisme Islam, yang berkiprah dalam
mewujudkan ajaran Islam senafas dengan semangat kemajuan dan kemoderenan
saat itu. Muhammadiyah, selain sebagai gerakan tajdid, juga dikenal sebagai
gerakan dakwah, yang bergerak dalam menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran
Islam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan tidak bergerak dan
lapangan politik gerakan dakwah Muhammadiyah tidak hanya melalui tabligh
16
atau dakwah bil-lisan (perkataan) tetapi yang lebih menonjol melalui dakwah
bil-hal (amaliah, perbuatan) seperti pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial,
ekonomi, dan amal usaha lainnya yang bermanfaat langsung dan nyata bagi
kehidupan masyarakat.
Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti „pengikut Nabi Muhammad‟.
Ketika kelahirannya memakai ejaan lama, Moehammadijah, dalam keputusan
Kongres ke-19 tahun 1930 di Minangkabau dengan merujuk pada Kongres ke-14
disebutkan bahwa “ejaan lafadz perhimpunan kita ialah Moehammadijah”.
Setelah kemerdekaan dengan menggunakan ejaan baru yang disempurnakan
kemudian berubah menjadi Muhammadiyah sebagaimana kini berlaku secara
baku. Kata Muhammadijah sejak awal di bagian akhiran suku katanya memang
hanya memakai satu huruf “j” atau “y”, tidak Moehammadijjah atau
Muhammadiyyah, tetapi Moehammadijah dan kini Muhammadiyah. Penggunaan
satu huruf “ja” atau “ya” nisbah itu karena sudah dipungut menjadi bahasa
Indonesia dan bahasa lisan yang memang demikian, tentu bukan karena Kiai
Dahlan dan sahabat-sahabatnya waktu itu tidak paham bahasa Arab sebab pendiri
Muhammadiyah tersebut sangat mahir bahasa Arab dan bahkan dua kali
bermukim di Makkah. Dengan demikian, pemakaian kata Moehammadijah atau
Muhammadiyah telah menjadi istilah dan pungutan bahasa Indonesia dan
bernuansa keindonesiaan yang sejak awal demikian adanya. 1
Dalam keputusan Kongres ke-l9 tahun 1930 di Minangkabau-dengan
merujuk pada Kongres ke-l4-disebutkan bahwa “ejaan lafadz perhimpunan ialah
1. Haedar Nashir, Kuliah Kemuhammadiyahan II (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah,
2018) Cet. II h. 18
17
Moehammadijah”. Setelah kemerdekaan dengan menggunakan ejaan baru yang
disempumakan kemudian berubah meniadi Muhammadiyah sebagaimana kini
berlaku secara baku. Kata Muhammadijah sejak awal di bagian akhiran suku
katanya memang hanya memakai satu humf ”j” atau ”y”, tidak Moehammadijjah
atau Muhammadiyyah, tetapi Moehammadijah atau kini Muhammadiyah.
Penggunaan satu huruf “ja” atau "ya” nisbah itu karena sudah dipungut menjadi
bahasa Indonesia dan bahasa lisan yang memang demikian, tentu bukan karena
Kiai Dahlan dan sahabat-sahabatnya waktu itu tidak paham bahasa Arab sebab
pendiri Muhammadiyah tersebut sangat mahir bahasa Arab dan bahkan dua kali
bermukim di Makkah. Dengan demikian, pemakaian kata Moehammadijah atau
Muhammadiyah telah menjadi istilah dan pungutan bahasa Indonesia dan
bernuansa keindonesiaan yang sejak awal demikian adanya.
Karena itu, kini tidak perlu dipersoalkan dan harus diucapkan menjadi
Muhammadiyyah, sebab aslinya memang demikian dan sudah dibakukan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah sejak berdiri
hingga saat ini. Perbedaan atau perubahan hanya terdapat pada ejaan bahasa
Indonesia dari ejaan lama Moehammadijah menjadi ejaan baru Bahasa Indonesia
yang telah disempumakan yaitu Muhammadiyah. Pemilihan nama dan penulisan
sudah menyatu dengan rasa keindonesiaan, sehingga telah menjadi nama baku.
lika ingin mewacanakan sesuatu lebih baik yang menyangkut persoalan spirit,
gagasan, dan hal-hal yang lebih mendasar dalam Muhammadiyah.
Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan
(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
18
Pemilihan nama Muhammadiyah menurut keterangan Kiai Soedja‟ (2009: 77)
sudah dipikirkan dan diputuskan oleh Kiai Dahlan sendiri setelah shalat
istikharah ketika meremmgkan usulan murid dan sahabatnya agar membentuk
organisasi yang dapat memayungi.
B. Karakteristik Persyarikatan Muhammadiyah
Memahami karakteristik Muhammadiyah tentu harus mempunyai jiwa dan
semangat keagamaan, serta sebagai kekuatan dakwah Muhammadiyah.
Karakteristik Muhammadiyah.
1. Karakter Islam
Muhammadiyah itu gerakan Islam, maka Islam harus menjadi landasan
nilai, jiwa, pemikiran, dan cita-cita gerakan. Watak pergerakan Muhammadiyah
menyatu dan melekat dengan Islam. Karenanya segala hal selalu
dipertimbangkan berdasarkan prinsip dan pedoman ajaran Islam secara saksama.
Ajaran Islam yang menjadi aspek hidup utama menyangkut akidah, ibadah,
akhlak, dan mu‟amalah-dunyawiyyah dipahami dan diamalkan berdasarkan pada
ajaran Al-Qur‟an dan As-Sunnah Nabi yang makbulah, serta dengan akal pikiran
atau ijtihad sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Dalam memahami dan
mengamalkan Islam pun ditempuh secara luas dan mendalam dengan
menggunakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani.
Lebih dari itu Islam yang dipahami dan diamalkan Muhammadiyah
haruslah Islam yang menggerakkan karena Muhammadiyah itu gerakan Islam.
Islam yang menggerakkan ialah Islam yang membawa perubahan, dinamis,
19
progresif, dan penuh dengan daya hidup. Bukan Islam yang parsial, kolot, dan
antikehidupan.
Islam yang menggerakkan ialah Islam berkemajuan. Islam berkemajuan
selalu mengajari umatnya untuk selalu berjiwa, berpikir, dan bertindak yang
membawa kemajuan di segala bidang kehidupan. Islam yang cerdas, beradab,
dan membangun peradaban. Islam yang melahirkan pemikiran dan kerja-kerja
produktif. Islam yang memajukan kehidupan laki-laki dan perempuan tanpa
diskriminasi. Islam yang rahmatan lil‟alamin. Bukan Islam yang pasif, jumud,
kolot, dan antikemajuan. Bukan pula Islam yang banyak retorika minus kerja dan
perbuatan berkemajuan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Karakter Dakwah
Muhammadiyah bukan organisasi atau pergerakan biasa, tetapi
pergerakan dakwah. Artinya segala gerakannya selalu dakwah-minded, yakni
berjiwa, berpikiran, dan bertindak dakwah. Muhammadiyah selalu mengajak
orang kepada jalan Allah, mengajak pada ajaran Islam, menyuruh pada hal-hal
makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dalam bahasa populer
Muhammadiyah gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar. Dalam berdakwah
diperlukan cara yang diajarkan Islam yaiti bil-hikmah, wal maudhatul hasanah,
wa jadilhum billaty hiya ahsan. Bukan main hantam dan aksi jalanan.
Karakter dakwah yang melekat dalam Muhammadiyah menjadikan
dirinya memandang segala persoalan dari sudut dakwah, yakni mengubah
keadaan menjadi lebih baik sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dalam
menghadapi persoalan keumatan dan kebangsaan pun Muhammadiyah
20
meletakkannya dalam konteks dakwah, yang bersifat mengajak, menyeru, dan
mengubah ke arah yang lebih baik. Berbeda dengan pendekatan politik ala partai
politik, yang melihat persoalan dari kepentingan kekuasaan, ada yang loyalis ada
pula yang oposisi. Muhammadiyah berkomunikasi dengan siapapun untuk
kepentingan dakwah dengan memilah mana yang prinsip dan mana yang bersifat
taktis-strategis.
3. Karakter Tajdid
Muhammadiyah itu organisasi atau gerakan Islam yang berwatak tajdid
atau pembaruan. Jiwa, pikiran, dan tindakannya selalu bersifat pembaruan yang
membawa pada perubahan ke arah kemajuan yang berkeunggulan. Dalam hal
tajdid ada yang bersifat pemurnian (tandhif, tajrid) dan ada yang bersifat
pengembangan atau dinamisasi (ishlah) sesuai dengan bidang dan sasarannya.
Karenanya, Muhammadiyah tidak sepaham konservatif, kolot, jumud, dan
kembali ke masa lampau (salaf) secara parsial dan berkemunduran ala hidup
zaman batu.
Jika dalam akidah dan ibadah berlaku pemurnian, maka dalam pemurnian
bukan hanya verbal rukun tetapi juga substansi, esensi, makna, kekhusyukan,
dan tahsinah atau kebaikannya atau kemaslahatannya. Pemurnian pun luas dan
mendalam, bukan sekadar formalitas. Pemurnian akidah disertai pemahaman
akan prinsip iman dan tauhid serta dikaitkan dengan amal saleh, bukan sekadar
kulit luarnya. Dalam beribadah mengikuti tuntunan Rasulullah, baik rukun
maupun khusyuk dan makna serta fungsi ibadah itu bagi kehidupan.
21
Dalam berakhlak mengikuti akhlak Nabi dengan Uswah Hasanah,
sehingga melahirkan keadaban dan peradaban, bukan sekadar kesalehan
individual tetapi sekaligus kesalehan sosial. Dalam hal mu‟amalah dunyawiyyah
berlaku prinsip ibahah (kebolehan) dan dinamisasi (pengembangan), sehingga
luas dan fleksibel untuk mengurus kehidupan dunia sesuai dengan prinsip Islam.
Dalam muamalah luas sekali ranah pembaruan yang harus dilakukan, sehingga
harus menciptakan berbagai keunggulan di segala bidang kehidupan. 2
C. Organisasi Otonom dan Amal Usaha Muhammadiyah
Organisasi Otonom
Organisasi Otonom Muhammadiyah ialah organisasi atau badan yang
dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan
pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri,
membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-
bidang tertentu pula dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan
Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki komponen penting di dalam
organisasinya berupa organisasi otonom yang memiliki mengurusi hak rumah
tangga sendiri, tetapi tetap berada dalam struktur organisasi Muhammadiyah
selaku induknya. Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah. Kategori pertama organisasi otonom khusus yaitu Aisyiyah
sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah yang struktur, usaha, dan
orientasi gerakannya hampir sama termasuk dalam hal amal usaha
Muhammadiyah. Pada umumnya organisasi otonom di luar Aisyiyah terdiri
2 . Haedar Nashir, Kuliah Kemuhammadiyahan II (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah,
2018) Cet. II h. 116-118
22
angkatan muda dengan kekhususan masing-masing yaitu Pemuda
Muhammadiyah, Nasyiatul „Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Sedangkan dari hampir semua umur yaitu
kepanduan Hizbul Wathan dan organisasi bela diri Tapak Suci Muhammadiyah.
3
Organisasi otonom Muhammadiyah (ortom) memiliki fungsi penting dan
strategis dalam mengembangkan sayap gerakan Muhammadiyah sesuai dengan
tugas dan sasaran gerakannya. Dengan demikian beban Muhammadiyah menjadi
lebih terbagi dalam menjalankan misi dan visi gerakan Muhammadiyah agar
semakin mendekati hingga mencapai terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Ortom tidak berjalan sendiri tanpa mengingakatkan pada
sistem gerakan induknya Muhammadiyah. Dalam kaitan ini maka jika
Muhammadiyah ingin berhasil dalam gerakannya maka penting didukung dan
diperkuat oleh usaha-usaha Ortom untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam berkemajuan.
Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah sebagai badan yang
mempunyai otonomi dalam mengatur rumah tangga sendiri mempunyai jaringan
struktur sebagaimana halnya dengan Muhammadiyah, mulai dari tingka pusat,
tingkat propinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, tingkat desa, dan
kelompok-kelompok atau jama‟ah-jama‟ah. Ortom Muhammmadiyah dibentuk di
lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
3 . Haedar Nashir, Kuliah Kemuhammadiyahan II (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah,
2018) Cet. II h. 224
23
1. Mempunyai fungsi khusus dalam Persyarikatan Muhammadiyah
2. Mampunyai Potensi dan ruang lingkup nasional
3. Merupakan kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah
Pembentukan Ortom Muhammadiyah ditetapkan oleh Tanwir Muhammadiyah
(Lembaga Permusyawaratan Tertinggi setelah Muktamar Muhammadiyah) dan
dilaksanakan dengan Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Adapun tujuan
pembentukan Ortom Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan Muhammadiyah
2. Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah
3. Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah
4. Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah
Dalam kedudukannya sebagai organisasi otonom yang mempunyai kewenangan
mengatur rumah tangga sendiri, Ortom Muhammadiyah mempunyai hak dan
kewajiban dalam Persyarikatan Muhammadiyah ialah sebagai berikut :
1. Melaksanakan Keputusan Persyarikatan Muhammadiyah
2. Menjaga nama baik Persyarikatan Muhammadiyah
3. Membina anggota-anggotanya menjadi warga dan anggota Persyarikatan
Muhammadiyah yang baik
4. Membina hubungan dan kerjasama yang baik dengan sesama ortom
5. Melaporkan kegiatan-kegiatannya kepada pimpinan Persyarikatan
Muhammadiyan
24
6. Menyalurkan anggota-anggotanya dalam kegiatan gerak dan amal usaha
Persyarikatan Muhammadiyah sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya
Adapun hak yang dimiliki oleh Ortom Muhammadiyah ialah sebgai berikut:
1. Mengelola urusan kepentingan, aktivitas dan amal usaha yang dilakukan
organisasi otonomnya
2. Berhubungan dengan organisasi/ Badan lain di luar Persyarikatan
Muhammadiyah
3. Memberi saran kepada Persyarikatan Muhammadiyah baik diminta atau
atas kemauan sendiri
4. Mengusahakan dan mengelola keuangan sendiri
Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai karakteristik dan
spesifikasi bidang tertentu. Adapun Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah
yang sudah ada ialah sebagai berikut :
1. Aisyiyah
2. Pemuda Muhammadiyah
3. Nasyiyatul Aisyiyah
4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah
7. Hizbul Wathan 4
Amal Usaha Muhammadiyah
4. Dikutip pukul 13.57 Wib tanggal 29 Januari 2019 di
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-cam-organisasi-otonom.html
25
Pelajaran Al-Maun merupakan sebuah kisah dari Kiyai Haji
Ahmad Dahlan yang diajarkan kepada muridnya untuk saling menolong
kepada sesama manusia. Beliau mengajarkan kepada muridnya untuk
senantiasa mengamalkan dari setiap ayat al-Qur‟an terutama surat Al-Maun.
Perintah Allah tentang amal memang luar biasa banyak dalam al-Qur‟an,
Iman bahkan seringkali disertakan dengan amal saleh. Artinya, betapa penting
kedudukan dan fungsi amal dalam ajaran Islam yang harus dilaksanakan oleh
pemeluknya. Tidak ada manifestasi atau perwujudan yang nyata dari
kehadiran Islam di muka bumi ini kecuali hanya melalui amal. Karenanya,
sangat relevan dan memiliki konteks yang kuat ketika banyak gagasan dan
langkah gerakan Kiyai Haji Ahmad Dahlan serta Muhammadiyah menekan
pada praksis amaliah Islam.
Jika Al-Maun dapat dikatakan sebagai ajaran amal atau Din al-
Amal maka hal itu memiliki landasan yang sangat kokoh dalam ajaran Islam
yang memang mengutamakan pentingnya amal. Namun, amal Al-Maun
bukan sekedar amal, tetapi amal yang membebaskan. Yakni, amal yang
membebaskan anak yatim dan orang miskin sebagai simbol dari kaum
mustadh‟afin, yaitu mereka yang lemah dan terlemahkan atau tertindas.
Karenanya, melalui Al-Maun kuat sekali karakter Islam sebagai “agama
pembebasan” (the religion of liberation). 5
Diantara keunggulan Muhammadiyah dibanding gerakan Islam lain
ialah kekuatan amal usaha yang dimilikinya. Dari lembaga pendidikan dan
5 . Haedar Nashir, Kuliah Kemuhammadiyahan II (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah,
2018) Cet. II h. 211
26
kesehatan hingga pelayanan sosial dan ekonomi semuanya tersebar di seluruh
Nusantara. Amal usaha itu merupakan wujud dakwah bil-hal Muhammadiyah
yang memberi manfaat bagi masyarakat luas, sekaligus menjadi pilar strategi
kemajuan umat Islam. Muhammadiyah dalam usia satu abad telah memiliki
amal usaha di berbagai bidang yang tersebar luas di seluruh penjuru
Indonesia. Di Kairo (Mesir), bahkan sudah lama berdiri TK ABA yang cukup
berkualitas, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah
(PCIA) setempat. Di Kuala Lumpur Pimpinan Cabang Istimewa
Muhammadiyah (PCIM) dan PCIA membina kelompok-kelompok kegiatan
yang memberi manfaat besar bagi warga Indonesia disana, sehingga
kehadiran Muhammadiyah maupun Aisyiyah tidak hanya berteori tetapi
berubah amaliyah nyata.
Data Amal Usaha Muhammadiyah 6
No Jenis Amal Usaha Jumlah
1 TK/TPQ 4.623
2 Sekolah Dasar (SD)/MI 2.252
3
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.111
4
Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.291
5
Pondok Pesantren 67
6 Jumlah total Perguruan tinggi Muhammadiyah 171
7
Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 2.119
8
Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. 318
9
Panti jompo * 54
6. Dikutip pukul 14.51 Wib tanggal 29 Januari 2019 di
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-cam-organisasi-otonom.html
27
10 Rehabilitasi Cacat * 82
11 Sekolah Luar Biasa (SLB) * 71
12
Masjid * 6.118
13
Musholla * 5.080
14
Tanah * 20.945.504 M²
Raih amal usaha sebesar itu sungguh tidak mudah, sebagai wujud
dan hasil perjuangan yang penuh pengorbanan dari para perintis dan
penerusnya baik para pengelola amal usaha maupun pimpinan
Persyarikatannya. Karena itu menjadi kewajiban semua pihak untuk terus
merawat, membina, meningkatkan dan mengembangkan amal usaha itu
menuju keunggulan dan kemanfaatan yang lebih baik lagi. Sebaliknya
mencegah segala hal yang dapat merusak dan menjatuhkan amal usaha
Muhammadiyah yang sangat berharga itu.
D. Ideologi Muhammadiyah
Secara bahasa Ideologi berasal dari bahasa Yunani Idea berarti ide
atau gagasan. Dan Logos berarti ilmu pengetahuan. 7 Salah satu tokoh yang
popular dari Perancis menggunakan istilah ini adalah Destutt deTracy
memperkenalkan istilah ideologiste untuk mencirikan filsuf, yang seperti sendiri
mengembalikan ide-ide kepada kesan-kesan tempat asal ide.Ideologi merupakan
senjata moril untuk memperjuangkan keuakinan menjadi kenyataan.
Ideologi, bagi para pengikutnya akan menjadi keyakinan yang membuat
mereka tidak goyah terhadap prinsip yang diyakini serta diperjuangkannya
secara teguh, berkesinambungan dan berjangkan Panjang. Ideologi merupakan
7. Bagus. Loren, Kamus Filsafat (Jakarta : Gramedia 1996) h. 306
28
kata ajaib yang menciptakan pemikiran dan semangat hidup di antara manusia
terutama kaum muda, khususnya diantara cendikiawan atau intelektual dalam
suatu masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ideologi merupakan
rumusan alam pikiran yang terdapat diberbagai subjek atau kelompok
masyarakat yang ada, dijadikan untuk realisasikannya. Dengan demikian,
ideologi tidak hanya dimiliki oleh negara, seperti partai politik atau asosiasi
politik, kadang hal ini sering disebut subideologi atau bagian dari ideologi.
Ideologi juga merupakan mythos yang meliputi political doctrin (doktrin politik)
atau political formula (formula politik).8
Bagi Plato, ide merupakan sesuatu yang objektif. Ada ide-ide terlepas
dari subjek berpikir. Ide-ide tidak diciptakan oleh pemikiran kita. Ide-ide tidak
bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran tergantung pada ide-ide.
Justru karena ada ide-ide yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan.
Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada ide-ide itu.9 Ideologi
merupakan sistem pemikiran, sistem keyakinan, sistem simbol yang lahir dari
sistem sosial, misalnya feodalisme, sosialisme, komunisme. Itu artinya bahwa
ideologi ber-evolusi menurut evolusi sosial. Ia merupakan bangunan atas dari
kondisi nyata kehidupan ekonomi. Ideologi dapat di wariskan oleh generasi
sebelumnya kepada generasi berikutnya. Tetapi jika kondisi nyata kehidupan
berubah dan ditinggalkan.10
a. Pengertian Ideologi Muhammadiyah
8 . Firdaus Syam Pemikiran Politik Barat (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) Cet. I h. 238 9. Bertens. K. Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999)
10. Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu (Jakarta : Nusantara Consulting 2010) h. 71
29
Dalam Muhammadiyah dikenal pula istilah ideologi, kendati sifatnya
lebih moderat. Dalam “Rumusan Pokok-pokok persoalan tentang ideologi
keyakinan hidup Muhammadiyah” yang disusun oleh panitia tajdid seksi
“Ideologi Keyakinan Hidup Muhammadiyah” dalam Muktamar ke-37 tahun
1968 dinyatakan bahwa ideologi yaitu “ajaran atau ilmu pengetahuan yang
secara sistematis dan menyeluruh membahas mengenai gagasan, cara-cara,
angan-angan atau gambaran dalam pikiran, untuk mendapatkan keyakinan
mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat”. Dinyatakan pula bahwa
ideologi berarti” keyakinan hidup”, yang mencakup, 1. Pandangan hidup 2.
Tujuan hidup, dan 3. Ajaran dan cara yang dipergunakan untuk melaksanakan
pandangan hidup dalam mencapai tujuan hidup tersebut .” (PP Muhammadiyah,
1968: 6) 11
Namun karena pada waktu itu istilah ideologi oleh rezim orde rezim baru
dikonstruksi hanya berlaku untuk ideologi negara di tengah kebijakan politik
yang monolitik dan deideologis, maka Muhammadiyah menggunakan sitilah
“Keyakinan dan Cita-cita Hidup”. Setelah orde baru tumbang dan lahir rezim
reformasi tahun 1998, maka ideologi tidak lagi di pandang sebagai sesuatu yang
alergi dan mengancam ideologi negara, tetapi menjadi sesuatu yang lumrah dan
terbuka dan berkembang.
Dengan demikian ideologi Muhammadiyah bukan sekedar seperangkat
paham pemikiran belaka, tetapi juga teori dan strategi perjuangan untuk
mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Karena itu jika dikatakan
11
. Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, (Yogyakarta, Surya Sarana
Grafika, 2010) h. 197-198
30
“ideologi Muhammadiyah”, maka yang dimaksudkan adalah “sistem keyakinan,
cita-cita, dan perjuangan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Adapun isi atau kandungan ideologi Muhammadiyah tersebut ialah (1)
Paham Islam atau paham agama dalam Muhammadiyah, (2) Hakikat
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dan (3) Misi, fungsi, dan strategi
perjuangan Muhammadiyah. Dari pemaknaan tentang ideologi tersebut maka
betapa penting mempertautkan segenap dimensi dan proses gerakan
Muhammadiyah ke dalam idealisme yang mendasarm yakni pada “pandangan
dunia “world view” yang dianut oleh gerakan Islam yang didirikan oleh Kiyai
Haji Ahmad Dahlan ini, segenap anggotanya memahami “Apa, bagaimana, dan
untuk apa Muhammadiyah itu” dan siapapun yang berhubungan dengan
Muhammadiyah dapat memahami dan menghormati gerakan Islam ini secara
bermartabat karena organisasi Islam ini memiliki “keyakinan dan cita-cita”
tertentu yang mengikat bagi seluruh anggota dan lini gerakannya.
Pemikiran ideologi muncul secara lebih jelas pada tahun 1930-an ketika
Muhammadiyah mulai bersentuhan dengan dinamika dari luar khususnya ketika
semakin tumbuh pergerakan menuju Indonesia merdeka, sedangkan didalam
Muhammadiyah sendiri berkembang tuntunan akan pentingnya kesinambungan
gerakan dengan pemikiran-pemikiran Kiyai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri
dan peletak dasar gerakan ini. Pada era kepemimpinan Mas Mansur (1937-1942)
itu dinamika kehidupan semakin kompleks dan hingga batas tertentu
Muhammadiyah mulai berhadapan dengan kekuatan-kekuatan di luar, sehingga
31
mulailah pemikiran-pemikiran bercorak ideologis muncul ke permukaan.
Pemikiran ideologis yang dimaksud ialah orientasi pandangan mengenai
perjuangan dan cita-cita gerakan dengan strategi untuk mencapainya, yang
membawa konsekuensi pada membangun “sistem paham perjuangan”
berhadapan dengan paham dan kekuatan lain yang sedikit atau banyak dapat
mengancam atau mengganggu keberdaan dan perkembangan Muhammadiyah.
Babak berikutnya pemikiran ideologi bahkan lebih menonjol ketika menjelang
kemerdekaan tahun 1945 dengan di gagasnya konsep “Muqaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah” oleh Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953) yang dibantu
para sahabatnya, yang kemudian disahkan oleh sidang tanwir tahun 1961.
Lahirnya konsep tersebut didorong oleh kondisi internal Muhammadiyah yang
mengalami krisis atau pelemahan dalam ruh gerakan, sedangkan dari luar mulai
merambahnya alam pemikiran non-Islami terutama yang memperlemah
semangat gerakan Muhammadiyah. Dengan mencoba merajut kembali pemikiran
dan semangat perjuangan Muhammadiyah pada generasi awal Kiyai Haji Ahmad
Dahlan, maka Ki Bagus Hadikusumo menyampaikan gagasan dan kemudian
dilahirkanlah konsep Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. 12
b. Eksistensi Ideologi Muhammadiyah dari Masa ke Masa
Perkembangan zaman serta kondisi sosial yang berubah, Muhammadiyah
mengalami dinamika internal untuk menyesuaikan dengan zaman. Para pimpinan
Muhammadiyah berpikir keras untuk bagaimana Muhammadiyah membendung
12 . Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, (Yogyakarta, Surya Sarana
Grafika, 2010) h. 200-201
32
arus dan menyesuaikan pada setiap kepemimpinannya. Kemudian lahirlah
rumusan ideologi Muhammadiyah Anggaran Dasar Muhammadiyah,
Kepriabadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Muhammadiyah
(MKCH) dan Khittah perjuangan Muhammadiyah.
Empat rumusan ideologi Muhammadiyah telah tertuang dalam : pertama,
Muqaddimah Anggaran Dasar (AD) pada 1945-1951 Muhammadiyah; kedua,
kepriabadian Muhammadiyah pada 1962, ketiga, Matan Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup Muhammadiyah (MKCH) pada 1969, keempat, Khittah Perjuangan
Muhammadiyah pada 1956, 1971, 1972 dan 2002.
Keempat rumusan tersebut merupakan rumusan yang disusun oleh
Muktamar Muhammadiyah dalam rangka merespon perkembangan-
perkembangan didalam masyarakat yang harus dihadapi Muhammadiyah. Jika di
teliti dari Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, pada dasarnya
merupakan suatu rumusan untuk merespon kelemahan-kelemahan atau bahkan
kerusakan di dalam tubuh Muhamadiyah yang ditimbulkan oleh nilai-nilai syirik.
Sehingga pada saat itu Ki Bagus Hadikusumo, merumuskan suatu konsep
bagaimana mengobati luka-luka yang dialami Muhammadiyah selama
pendudukan jepang. Maka muncullah apa yang kita kenal sekarang dengan
istilah Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.13
Pertama, Muqaddimah. Muqaddimah dijadikan acuan bagi
Muhammadiyah dalam rangka peningkatan nilai tauhid dikalangan warga
Muhammadiyah.Memang ada sedikit kesamaan antara Muqaddimah Anggaran
13. Edy Suandi Hamid dkk, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era
Multiperadaban, h.100
33
Dasar Muhammadiyah dengan Muqaddimah atau pembukaan UUD 1945. Kalau
pembukaan UUD 1945 pada akhirnya dinyatakan bahwa berdirinya Republik
Indonesia dalam rangka mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang
kemerdekaan, maka di dalam Muqaddimah Anggaran Dasar akan kita lihat satu
kalimat yang hamper sama, di mana dinyatakan “Muhammadiyah didirikan
dalam rangka untuk mengantarkan warga Muhammadiyah ke pintu gerbang
Syurga Jannatunna‟im”. Kemiripan ini di antara lain karena oleh Ki Bagus
hadikusumo yang pada waktu itu kebetulan menjadi anggota Panitia Persiapan
Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKI).14
Ki Bagus Hadikusumo sebagai penggagas konsep Muqaddimah disertai
anggota tim seperti Prof. Farid Ma‟ruf dan lain-lain, menyusun sebagai kerangka
pemikiran mendasar yang mengandung ruh dan tau jiwa gerakan
Muhammadiyah untuk menjadi acuan penting bagi seluruh anggota
Muhammadiyah. Konteks kelahirannya tahun 1946 berada dalam situasi paling
krusial dan menetukan, yakni ketika Muhammadiyah berada dalam keadaan
bangsa Indonesia memasuki fase baru Indonesia merdeka tahun 1945. Di satu
pihak terjadi proses modenisasi awal kehidupan bangsa Indonesia yang
membawa pengaruh besar dalam alam pikiran masyarakat termasuk
persyarikatan, dipihak lain mulai menggejalanya peluruhan nilai-nilai idealisme
gerakan ditubuh Muhammadiyah.15
Kedua, Kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah juga
merupakan suatu rumusan yang disusun dalam rangka menghadapi
14. Edy Suandi Hamid dkk, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era
Multiperadaban, h.100 15. Haedar Nashir Memahami Ideologi Muhammadiyah, h. 35
34
permasalahan-permasalahan poitik yang dihadapi Muhammadiyah. Pada waktu
itu tokoh ternama Faqih Usman, Ali Akbar, AR Facruddin, Hamka berkumpul
dalam rangka menjawab satu pertanyaan, “Apakah Muhammadiyah Itu?”.
Karena pada saat itu Muhammadiyah berada depan pintu gerbang konflik
berkepanjangan. Ada situasi yang sangat rawan di Muhammadiyah. Pada waktu
itu anggota-anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah terdiri dari orang-orang
yang dari segi politik bersebrangan, hal yang bila terjadi pada organisasi lain
mungkin sudah pecah, terdiri dari : Mulyadi Joyomartono sebagai orangnya
Bung karno sebagai seorang Menteri, Buya Hamka masuk tahanan, Farid Makruf
Anggota DPA dan sebagainya. Sehingga muncul pertanyaan, Apakah
Muhammadiyah seperti ini? Lalu di rumuskanlah satu rumusan untuk menjawab
pertanyaan : Apakah Muhammadiyah itu? Yang dimulai oleh Fakih Usman.Dan
jawabannya dalam kepribadian Muhammadiyah.16
Konteks kelahirannya tahun 1956 hasil Muktamar Palembang dan
disahkan tahun 1962 terkait dengan situasi politik saat itu. Setelah partai
Masyumi dibubarkan, banyak anggota Pimpinan Muhammadiyah yang semula
aktif di partai Islam tersebut kembali memimpin Persyarikatan tetapi
menggunakan cara-cara politik layaknya memimpin partai politik.Selain itu,
setelah Muhammadiyah sibuk menjadi anggota Masyumi terdapat
kecenderungan amal usaha kemasyarakatan yang selama ini dilakukan
terbengkalai karena sibuk mengurus politik. Agar Muhammadiyah tidak
mengulangi hal yang sama dan tidak terlibat dalam mengurus atau memimpin
16. Edy Suandi Hamid dkk, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era
Multiperadaban, h. 101
35
Muhammadiyah, maka lahirlah kepribadian Muhammadiyah. Dari Kepribadian
Muhammadiyah kini harus tercermin sepuluh sifat tengahan tetapi kuat dalam
prinsip dalam diri anggota lebih-lebih kader dan pimpinan Muhammadiyah.
Sekaligus kendati Muhammadiyah secara kelembagaan tidak dibawa dalam
politik praktis, maka dalam memimpin atau berada dalam Muhammadiyah pun
jangan melakukan politisasi atau sikap perilaku dan tindakan yang bersifat
politik sebagaimana perangai politisi yang menggunakan cara berpolitik.17
Ketiga, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
(MKCH). Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah disusun dalam
rangka menghadapi keterbukaan masyarakat akibat lahirnya orde baru. Pada
zaman Orde Lama boleh dikatakan bahwa masyarakat tertutup terhadap nilai-
nilai dari barat. Tapi pada masa Orde Baru dibuka sedemikian rupa sehingga
boleh dikatakan tidak ada satu nilai pun yang bisa dihalangi masuk di
Indonesia.18
Pada saat yang sama proses modernisasi tahap kedua semakin
berkembang pesat dengan nilai-nilai sekuler dan pragmatis mewarnai kehidupan
masyarakat bersamaan dengan era di mulainya pembangunan nasional yang
membawa perubahan di banyak segi kehidupan. Agar warga Muhammadiyah
tidak kehilangan idealisem gerakan, maka pada tahun 1968 sebagai hasil
Muktamar ke-37 di Yogyakarta dan ditindak lanjuti Tanwir di Ponorogo tahun
1969, maka lahirkan MKCHM sebagai konsep ideologi dalam Muhammadiyah.
Dalam MKCHM terkandung pemikiran ideologis mengenai hakikat
17
. Haedar Nashir Memahami Ideologi Muhammadiyah, h. 37 18
. Edy Suandi Hamid dkk, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era
Multiperadaban, h. 101
36
Muhammadiyah paham agama dalam Muhammadiyah, serta fungsi dan misi
Muhammadiyah di Negara Republik Indonesia tercinta untuk mewujudkan
Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. 19
Keempat, Khittah Perjuangan Muhammadiyah. Khittah perjuangan
Muhammadiyah merupakan pengganti Khittah Ponorogo yang merupakan
jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan kelembagaan politik
Muhammadiyah. Bahwa sebelumnya adanya Khittah perjuangan ini
Muhammadiyah mempunyai pendirian bahwa Muhammadiyah sebagai
organisasi kemasyarakatan harus memiliki suatu partai politik yang dapat
menyalurkan aspirasi politik orang-orang Muhammadiyah. Muhammadiyah
berdasarkan perjuangan ini, menganggap semua partai politik merupakan bagian
lembaga yang mampu menyalurkan politik Muhammadiyah.20
Khittah Ponorogo tahun 1969 dan Khittah Ujung Pandang tahun 1971
yang kemudian disempurnakan Khittah Surabaya tahun 1978, secara substansi
mengandung makna dan fungsi pembatasan diri Muhammadiyah agar tidak
berafiliasi dan terlibat dengan partai politik mana pun. Sebenarnya ada masih ada
Khittah Palembang 1956 tetapi lebih merupakan garis kerja atau kebijakan
program, bukan strategi gerakan. Berdasarkan pada Khittah 1971 dan 1978
Muhammadiyah dalam menentukan pilihan politik Muhammadiyah
menyerahkan pada setiap anggota melakukannya sesuai kebabasan politik yang
dimiliki. Namun, Khittah tersebut sering dianggap Muhammadiyah alergi dan
anti politik, yang sebenarnya tidak karena bagi mereka yang ingin berpolitik
19
. Haedar Nashir Memahami Ideologi Muhammadiyah, h. 36 20
. Edy Suandi Hamid dkk, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era
Multiperadaban, h. 101
37
diserahkan berkiprah dalam dan melalui partai politik dengan syarat tidak
melibatkan Muhammadiyah secara kelembagaan.
Melalui Khittah Denpasar tahun 2002 diberi pula jalan keluar, pertama
pandangan Muhammadiyah yang mendukung politik sebagai al-umur al-
duniawiyah (wilayah keduniaan) yang harus di urus dengan baik dan benar
sesuai hak Islami. Jadi, Khittah tidaklah alergi dan anti politik namun membatasi
jalur dan perilaku politik secara elegan untuk tidak melibatkan organisasi. Sikap
tersebut sudah teruji karena pengalaman sejarah, bukan karena kekerdilan dan
ketidakmampuan berpolitik sekali menghimpitkan diri dan melakukan langkah-
langkah politik praktis madharatnya lebih besar ketimbang maslahatnya selaku
organisasi kemasyarakatan yang berbeda dari organisasi atau partai politik.21
21
. Haedar Nashir Memahami Ideologi Muhammadiyah, h. 38
38
BAB III
KEPEMIMPINAN MUHAMMADIYAH PERIODE 2005-2015
A. Kepengurusan Pimpinan Pusat Periode 2005-2015
Pada periode 2005-2015 merupakan kepemimpinan Prof. Dr. Din
Syamsuddin (ketua umum PP Muhammadiyah) hasil Muktamar ke-46.
Setelah Prof. Dr. Din Syamsuddin terpilih sebagai ketua umum
Muhammadiyah yang baru di Malang, pernyataan simpatik pun muncul
dari bibir licinnya. Prof. Dr. Din Syamsuddin menyatakan, bahwa
Muhammadiyah tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan partai
manapun, serta menjaga jarak yang sama dengan semua partai.
Muhammadiyah tidak menekankan politik kepartaian, tetapi lebih
mengedepankan politik dakwah (Jawa Pos, 7/07/2005: 2).
Bahkan, pernyataan filosofis yang cukup dahsyat pun sempat
disampaikan Prof. Dr. Din Syamsuddin saat pidato penutupan muktamar
di Malang. Prof. Dr. Din Syamsuddin menyatakan: “Berpikir tentang
politik pun tidak, apalagi melakukannya”. Tak lama setelah itu, ketika
PAN dianggap gagal menghantarkan “kader terbaik” Muhammadiyah
Amien Rais menjadi presiden RI pada Pilpres 2004 dan banyaknya
kader-kader Muhammadiyah yang tidak lolos ke Senayan, kekecewaan
muncul dari AMM. Akibatnya, kelompok muda progresif ini
mendirikan PAM pada tanggal 9 Maret 2005 sebagai cikal bakal
kelahiran PMB. Di tengah proses pembentukan partai tersebut, Prof. Dr.
Din Syamsuddin tampil sebagai sosok yang memberikan restu terhadap
39
kelahiran PMB. Lagi-lagi, pernyataan Prof. Dr. Din Syamsuddin tak
seirama dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya. 1
Prof. Dr. Din Syamsuddin menyatakan, pada Pemilu 2004 banyak
partai yang mengklaim dekat dengan Muhammadiyah. Tetapi, pada
kenyataannya partai yang mengklaim itu sama sekali tidak membela
kepentingan Muhammadiyah dan tidak seluruhnya menampilkan nilai-
nilai Muhammadiyah. “Sekarang jangan ada lagi parpol yang
mengklaim dekat dengan Muhammadiyah tetapi tidak
memperjuangkan kepentingan Muhammadiyah,” tukas Prof. Dr. Din
Syamsuddin. Ketika ditanya wartawan, apakah yang dimaksud itu
adalah PAN, Prof. Dr. Din Syamsuddin membantahnya (kompas.com,
9/07/2008).
Di samping itu, ketika Muhammadiyah secara resmi tidak
menyatakan dukungan terhadap pasangan Capres-Cawapres manapun
dalam Pilpres 2009, Prof. Dr. Din Syamsuddin justru memfasilitasi
pertemuan di antara para calon tersebut kecuali pasangan SBY-Boediono.
Pertemuan itu membahas tentang gugatan pelaksanaan Pilpres serta
meminta pengunduran jadwal pencoblosan. Sikap yang demikian
menunjukkan kesan, bahwa Muhammadiyah terlibat aktif dalam aksi
dukung-mendukung terhadap Capres-Cawapres tertentu. Kalau sudah
begini, keputusan resmi Muhammadiyah seolah tak ada artinya.
1. Ridho Al-Hamdi, Dinamika islam dan Politik Elit - Elit Muhammadiyah Periode
1998-2010 Jurnal Studi Pemerintahan Volume 3 Nomor 1 Februari 2012 h. 188
40
Pada kasus yang lain, ketika MPR RI sedang menggodog
amandemen UUD ‟45 dan Muhammadiyah secara resmi menolak
gagasan negara Islam, Prof. Dr. Din Syamsuddin justru tampil sebagai
tokoh Islam yang menyatakan dukungannya terhadap pemberlakukan
kembali Piagam Jakarta sebagai dasar negara. Pernyataan-pernyataan
Prof. Dr. Din Syamsuddin dapat terlihat dalam Harian Republika
(19/10/2001) dan tempointeraktif.com (5/11/2001) sebagaimana telah
dikemukakan di awab bab ini. Padahal, dalam tulisan-tulisan ilmiahnya
sebelum menjadi ketua umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Din
Syamsuddin (Ulumul Qur‟an No. 2 Vol. IV, 1993: 4-9) menolak
pemberlakukan syariat Islam di Indonesia. Menurutnya, “Negara
Pancasila” pada hakikatnya adalah “Negara Islam”.
Pada akhir tahun 2005, Prof. Dr. Din Syamsuddin pernah
mengeluarkan pernyataan atas nama Muhammadiyah tentang
dipersilahkannya umat Kristiani untuk memanfaatkan fasilitas AUM
dalam rangka untuk Natalan. Berikut pentikan pernyataannya:
“Menjelang Natal dan Tahun Baru kami tidak ingin ada
lagi insiden natal berdarah. Dan bagi umat Kristen atau
Katolik yang tidak dapat menjalankan ibadah Natal
karena tempat ibadahnya masih ditutup, Muhammadiyah
menawarkan sarana gedung atau ruang pertemuan milik
Muhammadiyah seperti sekolah, kampus, rumah sakit
dan sejumlah tempat lainnya untuk dijadikan tempat
41
Natalan.” demikian kata DS kepada wartawan disela-sela
pertemuan dengan puluhan tokoh lintas agama yang
tergabung dalam Indonesian Community for Religion and
Peace di gedung PP Muhamamdiyah, 21 Desember
2005 (suarapembaruan.com, 22/12/2005).
Pernyataan Prof. Dr. Din Syamsuddin di atas dianggap oleh masyarakat
sebagai pernyataan resmi Muhammadiyah. Padahal, selama ini
Muhammadiyah dikenal sangat anti terhadap gerakan kristenisasi
sebagaimana diungkap dalam buku Alwi Shihab yang berjudul
Membendung Arus (1999). Sejak berdiri, Muhammadiyah tetap
konsisten untuk memerangi segala bentuk kristenisasi, seperti yang telah
ditegaskan dalam rekomendasi Muktamar Muhammadiyah ke-41 (7-14
Desember 1985) di Surakarta. Dalam rekomendasi itu dinyatakan:
“Pelaksanaan peringatan Natal di sekolah-sekolah,
kantor-kantor,perusahaan-perusahaan, dan lainnya agar
mengingat pedoman yang telah disiapkan Pemerintah,
yaitu Surat Edaran Menteri Agama yang isinya tidak
dibenarkan mengikutsertakan orang-orang pemeluk
agama di luar agama Kristen” (M. Djaldan Badawi,
2005: 317).
Di balik sikap-sikapnya yang tidak konsisten dan setiap pernyataannya
yang selalu bersayap, Prof. Dr. Din Syamsuddin dikenal sebagai sosok
42
yang menggembar-gemborkan isu-isu seputar perdamaian dan dialog antar
peradaban. Berbagai organisasi berskala nasional maupun internasional
yang konsen dengan isu-isu perdamaian juga diikuti oleh DS (Ramly dan
Sucipto, 2010: 289).2
Fakta-fakta di atas telah memperlihatkan sikap akomodatif Prof.
Dr. Din Syamsuddin terhadap berbagai pihak dengan membungkus isu
“Islam formal” dan isu-isu kemanusiaan untuk orientasi politik
pragmatisnya. Prof. Dr. Din Syamsuddin seolah ingin menampilkan
dirinya sebagai tokoh yang rekonsiliatif dalam membangun perdamaian.
Pernyataan-pernyataan akomodatifnya terlihat dalam wawancara
Republika dengan Prof. Dr. Din Syamsuddin. Ketika ditanya, bagaimana
hubungan Muhammadiyah dengan pihak eksternal? Prof. Dr. Din
Syamsuddin menjawab:
“Kita proporsional saja. Baik itu terhadap partai
politik, pemerintah maupun dunia internasional. Pada
partai politik, kita tetap tegas, bahwa tidak ada
hubungan emosional apapun terhadap partai
manapun. Muhammadiyah mengambil sikap netral.
Kalau saya pribadi netral aktif, bukan netral pasif”
(Republika, 10/07/2005).
Ketika ditanya lagi, kenapa kalau pasif? Prof. Dr. Din Syamsuddin
kembali menjawab:
43
“Jika netral pasif, warga Muhammadiyah akan menjadi
sasaran pangsa pasar dari partai- partai politik dengan
segala eksesnya. Tapi, kalau netral aktif, mencoba melihat
bahwa partai-partai politik itu merupakan sarana dakwah
yang bisa dimanfaatkan. Untuk itu, perlu menjaga hubungan
dan kedekatan yang sama. Jadi, bukan sekadar jaga jarak saja,
tetapi juga menjaga kedekatan yang sama. Misalnya,
membuka jalan bagi warga sendiri untuk berpolitik”
(Republika, 10/07/2005).
Efendi (Tesis, 2010: 51) mengatakan, bahwa Prof. Dr. Din
Syamsuddin dalam memimpin cenderung menampilkan langgam
kepemimpinan yang akomodatif-rekonsiliatif. Hal ini dibuktikan dengan
usaha-usahanya yang selalu meredam ketegangan agama serta mencari
corak gerakan perjuangan yang kontributif dan saling mendamaikan.
Paling tidak, buah dari ikhtiar itu sudah terlihat dalam bingkai hubungan
antara Muhammadiyah dan NU yang cenderung lebih kondusif sebagai
dua ormas terbesar di Indonesia. Di bahwa kepemimpinan Prof. Dr. Din
Syamsuddin, Muhammadiyah turut berperan dalam upaya mengatasi
konflik di Thailand Selatan, bahkan Raja Bhumibol sendiri meminta
langsung agar Muhammadiyah ikut membantu penyelesaian konflik antara
warga Muslim dan pemerintah setempat. 2
2. Ridho Al-Hamdi, Dinamika islam dan Politik Elit - Elit Muhammadiyah Periode
1998-2010 Jurnal Studi Pemerintahan Volume 3 Nomor 1 Februari 2012 h. 191
44
B. Gambaran Singkat Profil Prof. Dr. Din Syamsuddin
Muhammad Din Syamsuddin atau lebih dikenal dengan Din Syamsuddin
lahir di Sumbawa Besar 31 Agustus 1958 dari pasangan Syamsuddin Abdullah
dan Rohana dengan nama, M. Sirajuddin Syamsuddin. Din bersekolah di
Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah Nahdhatul Ulama di daerah kelahirannya,
masing-masing tamat tahun 1968 dan 1972. Kemudian melanjutkan pelajaran ke
pesantren pondok Modern Gontor Ponorogo 1975). Dan meraih gelar BA (1979)
dan sarjana (1982). Tahun 1986 mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi
di Unversity of California Los Angles (UCLA) meraih gelar Magister of Art
(MA) pada tahun 1988 dan Ph.D tahun 1991. 3
Din dikenal sahabat-sahabatnya sebagai orang yang hobi berorganisasi,
ketika dikampung aktif sebagai ketua IPNU (Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama)
Cabang Sumbawa, dan dalam usia yang masih muda aktif bertabligh sehingga
ukuran kampungnya dikenal sebagai mubaligh cilik. Di Gontor Ponorogo dia juga
terlibat dalam organisasi pelajar pesantren Modern Gontor. Salah satu bidang
yang ia urus di pesantren tersebut adalah bidang penerangan dan informasi.
Bakatnya semakin berkembang ketika dia menjadi mahasiswa, dia aktif salah satu
ketua di IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Cabang Ciputat (1978-1980)
serta mendidik adik-adik sekolah-sekolah Muhammadiyah di Ciputat. Tahun
1984-1985 Din terpilih sebagai salah seorang wakil ketua DPP IMM yang
diamanati oleh PP Muhammadiyah.
3. Ridjaluddin, Muhammadiyah dalam Tinjauan Filsafat Islam, (Jakarta, Pusat Kajian
Islam UHAMKA, 2011)
45
Dan sebagai akademisi, sehari-harinya Din Syamsuddin malang-melintang
menggeluti profesi Dosen di berbagai Perguruan Tinggi seperti Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ), UHAMKA dan Universitas Indonesia (UI). Pada
tahun-tahun berikutnya, berkesempatan pula mendapat berbagai tugas kenegaraan
yang cukup penting, diantaranya sebagai Anggota Dewan Riset Nasional, Dirjen
Binapenta Departemen Tenaga Kerja RI, Sekretaris Umum Majelis Ulama
Indonesia (MUI) hingga tugas lain yang tak kalah penting seperti Sekretaris
Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Iindonesia, ICMI.
Sebagai cendekiawan muslim yang cukup konsen mendorong proses
demokratisasi, Din Syamsuddin merasa berkepentingan untuk turut mengawal
arah perkembangan dan kemajuan proses demokrasi di negara yang memiliki
pemeluk Islam terbesar di dunia ini. Ikhtiar mulia ini, tercermin dalam sebuah
statemennya: Kemenangan politik Islam di Indonesia tidak hanya ditandai oleh
perolehan suara partai-partai Islam dan penguasaan posisi politik kenegaraan.
Tapi pada sejauh mana nilai-nilai Islam seperti keadilan, kebenaran dan
persamaan dapat menjadi bagian dari watak bangsa. Ini yang harus terus
diperjuangkan bersama seluruh komponen bangsa.
Sementara di kancah internasional, Guru Besar Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta ini telah menorehkan kiprah yang tak sedikit dalam
usahanya merajut relasi konstruktif dan menyuarakan urgensi hubungan damai
antar pemeluk agama melalui berbagai forum yang domotorinya seperti World
Peace Forum/ WPF, Asian Committee on Religions for Peace/ ACRP, Tokyo.
World Conference on Religions for Peace/ WCRP, New York. World Council
46
of World Islamic Call Society, Tripoli. World Islamic People‟s Leadership,
Tripoli. Strategic Alliance Russia based Islamic World. UK-Indonesia Islamic
advisory Group. 4
C. Kebijakan-Kebijakan Persyarikatan Muhammadiyah di Masa
Kepemimpinan Prof. Dr. Din Syamsuddin
Di masa kepemimpinan Prof. Dr. Din Syamsuddin telah banyak
mengeluarkan kebijakan-kebijakan di internal dan eksternal Muhammadiyah
skala nasional maupun internasional sehingga mempunyai terobosan-terobosan
membumikan Muhammadiyah. Selain dari jiwa kepemimpinan yang melekat
pada beliau, juga karena pengalama-pengalaman beliau dikancah internasional
sudah seperti teman dekat. Dalam peran ideologi Muhammadiyah Prof.Dr.Din
Syamsuddin mempunyai ciri khas gaya kepemimpinannya :
1. Revitalisasi Ideologi
Pada aspek ideologi, revitalisasi yang dilakukan tampaknya termasuk
paling gencar dan dominan, baik tingkat Pusat maupun Wilayah sampai Ranting.
Revitalisasi ideologi ini merupakan upaya dan langkah strategi untuk
memahamkan kembali nilai-nilai dasar yang menjadi keyakinan, pandangan dan
cita-cita hidup Muhammadiyah pada seluruh pimpinan dan anggota
Muhammadiyah serta Ortom dan Amal Usaha Muhammadiyah, baik dalam
aspek pemikiran dan aksi gerakan. Pertama, untuk kepentingan konsolidasi
organisasi dan penguatan komitmen dalam bermuhammadiyah. Kedua, sebagai
4 . Dikutip pukul 17:49 tanggal 28 Januari 2019 di
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-169-det-prof-dr-h-m-di%1Fn%1F-syamsuddin.html
47
uapaya penyelamatan dan penolakan terhadap masuknya paham dan ideologi
dari luar Muhammadiyah.
Pada aspek ideologi revitalisasi yang diakukan tampaknya paling gencar
dan dominan baik tingkat pusat maupun wilayah hingga ranting. Revitalisasi
ideologi ini merupakan upaya dan langkah strategis untuk memahamkan kembali
nilai dasar dan menjadi keyakinan, pandangan dan cita-cita hidup
muhammadiyah pada seluruh pimpinan dan anggota Muhammadiyah serta ortom
dan AUM,baik dalam aspek pemikiran, komitmen dan aksi gerakan.
Program kegiatan yang secara langsung untuk revitalisasi ideologi ini
sangat mendesak karena bisa berfungsi ganda. Pertama, untuk kepentingan
konsolidasi organisasi dan penguatan komitmen dalam bermuhammadiyah.
Kedua sebagai upaya penyelamatan dan penolakan terhadap masuknya paham
dan ideologi dari luar Muhammadiyah. 5
Dalam konteks lebih luas, revitalisasi ideologi Muhammadiyah
diupayakan kembali sebagai peneguhan dan pemantapan yang menyeluruh bagi
seluruh komponen dan kader Muhammadiyah yang berkecimpung di luar
Persyarikatan, agar selalu bisa menerjemahkan dan menerapkan prinsip-prinsip
nilai dan cita-cita Muhammadiyah. Contohnya Majelis Pendidikan Kader sudah
menyusun konsep dasar Dialog Ideopolitor dalam bentuk Dialog Kader Politik
Nasional di Jakarta pada 14 November 2009. 6
2. Revitalisasi Organisasi
5 . Laporan PP Muhammadiyah 2005-2010 (di sampaikan pada Muktamar satu abad
Muhammadiyah) (Muktamar Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 M) hal 30-31 6 . Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2005-2010
(Yogyakarta: PP Muhammadiyah 2010) h. 30-32
48
Sebagai langkah pembinaan serta penguatan sistem dan struktur
Persyarikatan, revitalisasi organisasi menjadi program yang terus digulirkan oleh
Pimpinan Pusat. Pembinaan Cabang dan Ranting, Khususnya, merupakan
langkah strategis untuk memelihara revitalisasi organisasi dikalangan anggota
dan warga Muhammadiyah. Hal ini karena basis gerakan Muhammadiyah yang
riil sesungguhnya berada di tingkat Cabang dan Ranting, dengan sejumlah
anggota yang konkret dan langsung bersentuhan dengan problem kehidupan dan
masyarakat luas. Untuk lebih mengarahkan pembinaan dan penataan Cabang dan
Ranting tersebut, Pimpinan Pusat telah mempersiapkan semacam pedoman yang
efektif dan implementatif. Buku pedoman ini diharapkan bisa memberikan arah
dan strategi praktis bagi pengembangan Cabang dan Ranting, baik yang berada
dalam kondisi mandeg dan pasif, maupun merintis berdirinya Ranting dan
Cabang baru. 7
Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang
memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran
Allah swt sebagai robb dan menguasai ilmu pengethuan, teknologi dan seni.
Dengann kesadaran spiritual makrifat (iman/tauhid) dan penguasaan IPTEKS
seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang
menderita akibat kebodohan dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan
kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam
kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan
7 .Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2005-2010
(Yogyakarta: PP Muhammadiyah 2010) h.32
49
tata pergaulan dunia yang adil beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada
Allah.8
Pendidikan muhammadiyah merupakan pendidikan islam modern yang
mengintegrasikan antara agama dengan kehidupan dan antara iman dan
kemajuan yang holistic. Dari rahim pendidikan islam yang untuk itu lahir
generasi muslim terpelajar yang kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus
mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Inilah pendidikan islam
yang berkemajuan. Visi pendidikan muhammadiyah ialah terbentuknya manusia
pembelajar yang bertaqwa berahlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam Imu
pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) sebagai perwujudan tajdid dakwah
amar ma‟ruf nahi munkar. Dengan misinya adalah :
1. Mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual makrifat)
2. Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tajdid, berfikir cerdas,
alternatif dan berwawasan luas
3. Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras,
wirausaha, kompetitif dan jujur
4. Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup
dan keterampilan sosial, teknologi, informasi dan komunikasi
5. Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa,
kemampuan dan mengapresiasi karya seni-budaya
6. Membentuk kader persyarikatan, ummat dan bangsa yang ikhlas, peka peduli
dan bertanggungjawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan
8 . Berita Resmi Muhammadiyah, tanfidz keputusan muktamar satu abad muhammadiyah
( Yogyakarta, Surya Sarana Grafika 2010) hal 220
50
3. Sikap Politik
Dalam hal ini khususnya berkenaan dengan tarikan dan godaan politik
praktis seperti melalui partai politik, pilkada serta tawaran jabatan membuat
sebagian pimpinan Muhammadiyah dan ortomnya berpindah haluan atau
berperan ganda dalam jabatan, di dalam persyarikatan juga di partai politik yang
berminat maju pilkada. Berhadapan dengan kompleksitas persoalan dan krisis
bangsa itu, seluruh keluarga besar Muhammadiyah diharapkan jangan sampai
terlena oleh kepentingan politik sesaat, lantai ramai-ramai meninggalkan
Persyarikatan. Di samping itu, keluarga besar Muhammadiyah juga tidak boleh
tinggal diam dalam menghadapi krisis visi dan karakter bangsa tersebut. Sikap
proaktif ke luar dan korektif ke dalam perlu diambil, karena Muhammadiyah
bukan saja terkena imbas dan dampak negatif dari krisis bangsa tersebut, tetapi
juga lebih dari itu sebagai panggilan sejarah yang menjadi concern dari
keberadaan Muhammadiyah di negeri ini. 9
Muhammadiyah sendiri, sesuai dengan khittahnya, tetap menjaga jarak
dengan partai politik dan tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik
manapun. Berdasarkan Khittah Perjuangan Ujung Pandang tahun 1971 berbunyi
”Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam bidang
kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan dan tidak afiliasi dari satu partai politik atau organisasi apapun.” Dan
Khittah Denpasar tahun 2002.
9 . Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2005-2010
(Yogyakarta: PP Muhammadiyah 2010) h. 33
51
Dalam hal politik Prof. Dr. Din Syamsuddin kurang begitu “dekat”
dengan pemerintah, justru lebih banyak otokritik terhadap pemerintah seperti
Yudisial Riview undang-undang Migas Air Mineral dalam Kemasan (AMDK)
serta yudisial riview badan hukum pelayanan kesehatan, karena banyak rumah
sakit Muhammadiyah belum mempunyai badan hukum. Secara politik,
Muhammadiyah mempersilahkan kader dan anggota untuk menyalurkan
kepentingan politik dengan aspirasinya masing-masing dengan ketentuan harus
mentaati aturan main yang telah ditentukan serta tidak boleh membawa
kepentingan politik dan ideologi partai ke dalam Persyarikatan.
Terobosan Prof. Dr. Din Syamsuddin selama menjadi ketua PP Muhammadiyah
baik di internal maupun ekstrenal :
Periode 2005-2015
Internal Muhammadiyah :
- Muhammadiyah sering melakukan kritik dan akomodatif terhadap pemerintah
secara langsung maupun tidak langsung seperti Judicial review undang-undang
kebijakan publik yang berimbas kepada masyarakat secara luas
- Judicial review undang-undang migas
- Judicial review undang-undang air mineral
- Judicial review pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan klinik, rumah sakit
muhammadiyah sebanyak 250 rumah sakit dan klinik mencapai 500 unit
- Dialog tokoh nasional untuk sekaligus ajang silaturahmi para tokoh negara-
negara sahabat
52
- Mengadakan Worl Peace Forum dialog perdamaian dunia oleh Prof. Din
syamsuddin selama menjadi ketua pp muhammadiyah
- Mendorong pendidikan unggulan baik tingkat nasional maupun internasional
contohnya tingkat Kabupaten/Kota sekolah dan perguruan tinggi unggulan
selama menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah telah berdiri perguruan tinggi
sebanyak 25 unit dan sekolah unggulan.
Ekternal Muhammadiyah
- Muhammadiyah sudah terdaftar sebagai lembaga sosial kegamaan oleh
ECOSOC (United Nations Economic and Social Council) di PBB
- Muhammadiyah diberi amanah oleh PBB menjadi fasilitator perdamaian konflik
antara pemberontak antara Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan front
pemerintah di Philipine, salah satu negara yang menjadi fasilitator yakni
malaysia, Henry Dunant Center (belanda) dan Muhammadiyah secara organisasi
tidak mengatasnamakan negara Indonesia.
Visi ideologis
- Membenahi alur organisasi secara tertib
- Membenahi kepemilikan aset muhammadiyah secara benar dan tertib, dalam
pengertian semua aset muhammadiyah dijadikan badan hukum yaitu
persyarikatan Muhammadiyah dari, TK, SD/MI, SMP, SMA Se-Derajat,
Perguruan Tinggi, Klinik, Rumah Sakit dan lainnya semua diatasnamakan
Persyarikatan Muhammadiyah.
Pendirian visi muhammadiyah
53
- Ketika menjadi ketua umum muhammadiyah Prof. Din Syamsuddin membuat
visi gerakan berjangka panjang maupun berjangka pendek visi tersebut agar
berkesinambungan maka dibuatlah secara matrik (terukur dan berjangka waktu)
sehingga terlihat capaian gerakan Muhammadiyah dalam satu periode membuat
ceklis (indeks capaian) kemudian dilaporkan kedalam forum Tanwir tahunan
sebagai bukti pencapain program terlaksana maupun tidak terlaksana.
- Visi jangka pendek perlima tahunan sedangkan visi jangka panjang per-dua
puluh lima tahun (2035) sudah menjadi organisasi tertib administrasi, mandiri,
mempunyai keunggulan nilai-nilai aspek semua kehidupan.
Pesan Islam berkemajuan :
- Merangkum bahwa agama Islam ini tidak terbelakang dari sisi pendidikan,
teknologi, ilmu pengetahuan, oleh sebab itu mendorong Muhammadiyah menjadi
gerakan berkemajuan dalam segala hal, bukan persoalan agama yang maju,
beliau berpesan berkemajuan dalam berbagai bidang. Agama Islam ini akan
dilihat oleh orang luar tidak kumuh, tidak miskin. Pada periode beliau
kemandirian muhammadiyah sudah terbentuk semua kegiatan muhammadiyah
tidak lagi meminta bantuan dari pihak luar baik swasta atau pemerintah seperti
agenda besar Muktama Muhammadiyah, Rapat Kerja Nasional (Tanwir) akan
tetapi tidak pula menolak pemberian bantuan. 10
Dibawah kepemimpinan Prof. Din Syamsuddin Muhammadiyah mempunyai gagasan besar hingga muncul di kancah internasional dan sudah terdaftar sebagai sosial keagamaan oleh ECOSOC (United Nations Economic and Social Council) di PBB dan di percaya sebagai organisasi sosial kegamaan yang berkepentingan
untuk kesejahteraan manusia. Begitupula di internal Muhammadiyah, selama
kepemimpinannya, beliau selalu merespon persoala-persoalan yang berkaitan
10 . Hasil Wawancara dengan bapak Zaenuddin selaku Staff ahli Prof. Dr. Din Syamsuddin M.A
ketika menjabat ketua PP Muhammadiyah (2005-2010, 2010-2015) tanggal 2 November 2018 pukul 14.00-
15.10 Wib
54
langsung maupun tidak langsung yang menyangkut martabat masyarakat seperti
yudicial riview undang-undang air mineral, migas serta membuat badan hukum
Amal Usaha Muhammadiyah mengatasnamakan Persyarikatan Muhammadiyah
di seluruh penjuru tanah air.
55
BAB IV
EKSISTENSI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH KEPEMIMPINAN
A. Zawahir al-Afkar al-Muhammadiyah ‘Abra Qarn min al-Zaman
(Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang Satu Abad)
Pada Muktamar ke-45 tahun 2005 Muhammadiyah juga mengeluarkan
konsep pandangan dunia yang cukup penting yakni “pernyataan pikiran
Muhammadiyah jelang satu abad “Zawahir al-Afkar al-Muhammadiyah „Abra
Qarn min al-Zaman” sebagai manifesto Muhammadiyah dalam menghadapi
dunia abad ke-21 ketika usianya memasuki seratus tahun. Pandangan
Muhammadiyah tersebut dilatarbelakangi pemikiran bahwa keberhasilan
perjuangan Muhammadiyah yang berjalan hampir satu abad pada hakikatnya
merupakan rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang patut disyukuri
oleh seluruh warga persyarikatan. 1
Memasuki abad ke-2, Muhammadiyah perlu menghadapi sejumlah
masalah-masalah dan tantangan yang harus dilalui. Tentu diperlukan langkah-
langkah strategis untuk menjawab persoalan-persoalan yang muncul di
permukaan, dengan demikian Muhammadiyah akan tetap pada jalannya untuk
menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar.
Adapun kandungan isi pernyataan pikiran Muhammadiyah jelang Satu
Abad menyangkut; (1) Komitmen gerakan; (2) Pandangan keagamaan (3)
1 . Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, h.208
56
Pandangan tentang kehidupan (4) Tanggungjawab kebangsaan (5) Agenda dan
langkah ke depan, disertai kebijakan-kebijakan strategis Muhammadiyah dalam
memasuki usianya satu abad. 2
Isi kandungan
“Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Jelang Satu Abad “
“Zawahir al-Afkar al-Muhammadiyah „Abra Qarn min al-Zaman”
Bismillahirrahmanirrahim
1. Bahwa keberhasilan perjuangan Muhammadiyah yang berjalan hampir Satu
Abad pada hakikatnya merupakan rahmat dan kerunia Allah SWT yang patut
disyukuri oleh seluruh warga persyarikatan. Dengan modal keikhlasan dan kerja
keras segenap anggota disertai dukungan masyarakat luas Muhammadiyah tidak
kenal lelah melaksanakan misi dakwah dan tajdid dalam memajukan kehidupan
umat, bangsa dan dunia kemanusiaan. Gerakan kemajuan tersebut ditunjukan
dalam melakukan pembaharuan pemahaman Islam, Pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan sosial, serta berperan dalam perjuangan kemerdekaan dan
pembangunan bangsa di negeri ini. Namun disadari pula masih terdapat sejumlah
masalah atau tantangan yang harus dihadapi dan memerlukan tantangan strategis
dalam usianya yang cukup tua itu, serta berperan dalam perjuangan
Muhammadiyah yang diwarnai dinamika pasang surut itu tidak lain untuk
mencapai tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya serta
2. Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, h. 209
57
dalam menyebarkan misi kerisalahan islam sebagai rahmatan lil alamin dibumi
Allah yang luas ini.
Karena itu senantiasa mengharapka ridho dan pertolongan Allah SWT
Muhammadiyah dalam usia dan kiprahnya jelang satu abad ini menyampaikan
pernyatan pikiran (zawahir al-afkar/statmen of mind) sebagai berikut :
a. Komitmen gerakan
2. Muhammadiyah adalah gerakan islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid,
berasas Islam, bersumber pada Al-Qur‟an dan as-Sunnah, dan bertujuan
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah sesuai
jatidirinya senantiasa istiqamah untuk menunjukan komitmen yang tinggi dalam
memajukan kehidupan umat dan bangsa, dan dunia kemanusiaan sebagai wujud
ikhtiar menyebarluaskan Islam yang bercorak rahmatan lil alamin. Misi
kerisalahan dan kerahmatan yang diemban Muhammadiyah tersebut secara nyata
diwujudkan melalui berbagai kiprahnya dalam pengembangan amal usaha,
program, dan kegiatan yang sebesar-besarnya membawa kemaslahatan hidup di
dunia dan di akhirat bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.
3. Muhammadiyah dalam usianya jelang satu abad telah banyak mendirikan taman
kanak-kanak, sekolah, perguruan tinggi, usaha ekonomi, penerbitan dan usaha
amal lainnya. Muhammadiyah juga membangun masjid, mushola, melakukan
langkah-langkah dakwah dalam berbagai bentuk kegiatan pembinaan umat yang
meluas diseluruh pelosok tanah air. Muhammadiyah bahkan tak pernah berhenti
melakukan peran-peran kebangsaan dan peran-peran kemanusiaannya dalam
58
dinamika nasional dan global. Kiprah Muhammadiyah tersebut menunjukan
bahwa misi gerakan Islam yang diembannya bersifat amaliah untuk kemajuan dan
pencerahan yang membawa pada kemaslahatan masyarakat yang seluas-luasnya.
Peran kesejarahan yang dilakukan Muhammadiayh tersebut berlangsung dalam
dinamika yang beragam. Pada masa penjajahan sejak berdirinya tahun 1330
H/1912 M, Muhammadiyah mengalami cengkaraman politik kolonialis
sebagaimana halnya dialami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Saat itu, tetapi
Muhammadiyah tidak pernah berbuat tak kenal lelah untuk kemerdekaan dan
kemajuan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pada masa awal dan era orde lama
Muhammadiyah mengalami berbagai situasi sulit akibat konflik politik nasional
yang kompleks, namun Muhammadiyah tetap berkiprah dalam berdakwah dan
kegiatan kemasyarakatan. Pada era orde baru dibawah rezim kekuasaan yang
melakukan depolitisasi (pengembirian politik), deidologi (pengembirian ideologi),
dan kebijakan politik yang otoriter, Muhammadiyah juga terus berjuang
mengembangkan amal usaha serta aktivitas dakwah islam. Sedangkan pada masa
reformasi, Muhammadiyah memanfaatkan peluang kondisi nasional yang terbuka
itu dengan melakukan revitalisasi dan peningkatan kaulitas amal usaha serta
aktivitas dakwahnya. Melalui kiprahnya dalam sejarah yang panjang itu
Muhammadiyah telah diterima oleh masyarakat luas baik ditingkat lokal, nasional
dan internasional sebagai salah satu pilar kekuatan islam yang memberi
sumbangan berharga bagi kemajuan peradaban umat manusia.
4. Kiprah dan langkah Muhammadiyah yang penuh dinamika itu masih dirasakan
belum mencapai puncak keberhasilan dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
59
Sehingga Muhammadiyah semakin dituntut untuk meneguhkan dan merevitalisasi
gerakannya keseluruh lapangan kehidupan. Karena itu, Muhammadiyah akan
melaksanakan tajdid (pembaruan) dalam gerakannya sehingga di era kehidupan
modern abad-21 yang kompleks ini sesuai dengan keyakinan dan kepribadiannya
dapat tampil sebagai pilar kekuatan gerakan pencerahan peradaban diberbagai
lingkungan kehidupan.
b. Pandangan Kegamaan
1. Muhammadiyah dalam melakukan kiprahnya diberbagai bidang kehidupan untuk
kemajuan umat, bangsa dan dunia kemanusiaan dilandasi oleh keyakinan dan
pemahaman keagamaan bahwa islam sebagai ajaran yang membawa misi
kebenaran Ilahi harus di dakwahkan sehingga menjadi rahmatan lil alamin di
muka bumi ini. Bahwa Islam sebagai wahyu Allah yang dibawa para rasul akhir
zaman Muhammad SAW, adalah ajaran yang mengandung hidayah, penyerahan
diri, rahmat, kemaslahatan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup umat manusia di
dunia dan di akhirat. Keyakinan dan paham Islam yang fundamental itu
diaktualisasikan oleh Muhammadiyah dalam bentuk gerakan Islam yang
menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk kemaslahatan hidup seluruh umat
manusia.
2. Misi dakwah Muhammadiyah yang mendasar itu merupakan perwujudan dari
semangat awal persyarikatan ini sejak didirikannya yang dijiwai oleh pesan Al-
Qur‟an suat Ali-Imran 104, yang artinya :” Dan hendaklah diantara kamu ada
segolongan orang yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kebaikan dan
mencegah daripada kemungkaran. Mereka itulah golongan yang beruntung”.
60
Kewajiban dan panggilan dakwah yang luhur itu menjadi komitmen utama
Muhammadiyah sebagai ikhtiar untuk menjadi kekuatan Khaira Ummah
sekaligus dalam membangun masyarakat Islam yang ideal seperti itu
sebagaimana pesan surat Ali-Imran ayat 110, yang artinya:”kamu adalah umat
yang terbaik dan dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab
beriman, tentulah lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. Dengan merujuk pada
firman Allah dalam al-Quran surat ali-Imran dan 110, Muhammadiyah
menyebarluaskan ajaran Islam yang komprehensif dan multiaspek itu melalui
dakwah untuk mengajak pada kebaikan (Islam), Amr bi Al-maruf Wa al-Nahy
Munkar (mengajak kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar),
sehingga umat manusia memperoleh keberuntungan lahir dan batin dalam
kehidupan ini. Dakwah yang demikian kian mengandung makna bahwa Islam
sebagai ajaran selalu bersifat transformasional; yakni dakwah yang membawa
perubahan yang bersifat kemajuan, kebaikan, kebenaran, keadilan, dan niai-nilai
keutamaan lainnya untuk kemaslahatan serta keselamatan hidup umat manusia
tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama dan lain-lain.
3. Negara Pancasila Sebagai ( Darul Ahdi Wa Syahadah )
Bahwa indonesia atau yang sering disebut sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasial adalah hasil komitmen
kesepakatan dan konsensus seluruh anak bangsa dan keluarga besar bangsa dan
kekuatan bangsa yang didalamnya adalah sumbangan terbesar umat Islam khusus
61
lagi Muhammadiyah, sehingga kita sebut bahwa Indonesia yang kita sebut sebagai
negara Pancasila itu dalah “Darul Ahdi” hasil perikatan kita, hasil komitmen kita,
hasil konsensus kita yang akan terus kita pegang sebagai sebuah “akad” sebagai
sebuah janji. Adapun isi Darul Ahdi Wa Syahadah yaitu:
1. Muhammadiyah memandang bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 adalah Negara Pancasila yang
ditegakkan diatas falsafah kebangsaaan yang luhur dan sejalan dengan ajaran
Islam. Sila ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia: secara esensi selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam dan dapat di isi
serta diaktualisasikan menuju kehidupan yang dicita-citakan umat Islam yaitu
Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Negara Pancasila yang mengandung
jiwa pikiran, dan cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD
1945 itu dapat diaktualisasikan sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbaun
Ghafur yang berperikehidupan maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat
dalam naungan ridha Allah SWT.
2. Bahwa Negara Pancasila merupakan hasil Konsensus Nasional (dar al-„ahdi)
dan tempat Pembuktian atau Kesaksian (dar al-syahadah) umtuk menjadi negeri
yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil, makmur,
bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridho Allah SWT. Pandangan
kebangsaan tersebut sejalan dengan cita-cita Islam tentang negara idaman
“Baldatun Thayyibatun Wa Rabbaun Ghafur”, yaitu suatu negeri yang baik dan
62
berada dalam ampunan Allah. Negara ideal itu diberkahi Allah karena
penduduknya beriman dan bertaqwa (QS Al-A‟raf: 96), beribadah dan
memakmurkannya (QS Adz-Dzariyat: 56; Hud: 61), menjalankan fungsi
kekhalifahan dan tidak membuat kerusakan di dalamnya ( QS. Al-Baqarah: 11,
30), memiliki relasi hubungan dengan Allah (hablumminallah) dan dengan
sesama (hablumminannas) yang harmonis (QS Ali Imran; 112), mengembangkan
pergaulan antar komponen bangsa dan kemanusiaan yang setara dan berkualitas
taqwa (QS Al-Hujurat: 13), serta menjadi bangsa unggulan bermartabat Khairo
Ummah (QS Ali Imran: 110), negara Indonesia yang penduduknya mayoritas
Muslim tersebut dalam konteks keislaman dan keindonesiaan harus terus
dibangun menjadi Negara Pancasila yang Islami dan berkemajuan menuju
peradaban utama bagi seluruh rakyat.
3. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah ideologi negara
yang mengikat seluruh rakyat komponen bangsa. Pancasila bukan agama, tetapi
substansinya mengandung dan sejalan dengan nili-nilai ajaran Islam, yang
menjadi rujukan ideologis dalam kehidupan kebangsaan yang majemuk. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa Pancasila itu Islami karena substansi pada
setiap silanya selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Pancasila terkandung
ciri keislaman dan keindonesiaan yang memadukan nilai-nilai ketuhanan dan
kemanusiaan (humanism religious), hubungan individu dan masyarakat,
kerakyatan dan permusyawaratan secara keadilan dan kemakmuran. Melalui
proses integrasi keislaman dan keindonesiaan yang positif itu maka umat Islam
Indoneisa sebagai kekuatan mayoritas dapat menjadi Uswah Hasanah dalam
63
membangun Negara Pancasila menuju cita-cita nasional yang sejalan dengan
idealisasi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbaun Ghafur.
4. Segenap umat Islam termasuk di dalamnya Muhammadiyah harus berkomitmen
menjadikan Negara Pancasila sebagai Dar Al-Syahadah atau negara tempat
bersaksi dan membuktikan diri dalam mengisi dan membangun kehidupan
kebangaqaan yang bermakna menuju kemajuan di segala bidang kehidupan.
Dalam Negara Pancasila sebagai Darus Syahadah, umat Islam harus siap bersaing
(fastabiqul khoirat) untuk mengisi dan memajukan kehidupan bangsa dan segenap
kreasi dan inovasi yang terbaik. Dalam hal ini Muhammmdaiyah sebagai
komponen stategis umat dan bangsa mempunyai peluang besar untuk
mengamalkan etos fastabiqul khairat itu dan tampil menjadi a leading force atau
kekuatan yang berada di garis depan untuk mengisi dan memimpin Negara
Pancasila menuju kehidupan kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat
dan berdaulat sejajar dengan negara-negara lain yang telah maju dan berperadaban
tinggi,
5. Dalam kenyataan hidup berbangsa dan bernegara nilai-nilai Pancasila belum
banyak di implementasikan sehingga penyelenggaraan pemerintah masih diwarnai
penyimpangan antara lain terlihat dari maraknya praktek – praktek korupsi,
kekerasan, skandal moral, friksi-friksi dalam masyarakat, eksploitasi sumberdaya
alam secara tak bertanggung jawab, kemiskinan, dan belum terwujudnya
pemerataan atas hasil pembangunan nasional. Sebagian elite dan warga
menunjukan perilaku ajimumpung, menerobos,serta mengedapankan kepentingan
diri dan roni yang merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara. Sementara
64
kehidupan sosial politik, ekonomi, dan budaya cenderung serba liberal. Pancasila
dengan lima silanya yang luhur itu harus ditransformasikan ke dalam seluruh
sistem kehiduan nasional sehingga terwujud Indonesia sebagai bangsa dan negara
yang benar-benar Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikamusiaan yang adil dan
beradab, Pesatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta Berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pancasila harus diberi pemaknaan nilai dan aktualisasi
secara terbuka dan dinamis sehingga dapat menjadi rujukan dan panduan yang
mencerdaskan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
6. Dalam Negara Pancasila terkandung paham nasionalisme yang menjunjung
tinggi nilai-nilai dan orientasi kebangsaan serta menjadi bingkai pandangan
negara-bangsa. Paham nasionalisme dengan segala bentuk pemikiran dan usaha
yang dikembangkan dalam membangun Indonesia haruslah berada dalam
kerangka dasar Negara Pancasila dan diproyeksikan secara dinamis untuk
terwujudnya cita-cita nasional tahun 1945. Nasionalisme bukanlah doktrin mati
sebatas slogan cinta tanah air minus pembuktian. Nasionalisme harus dimaknai
dan difungsikan sebagai spirit, pemikiran, dan tindakan untuk membangun
Indonesia secara amanah dan bertanggungjawab menuju terwujudnya cita-cita
nasional di tengah banyaknya masalah dan tantangan zaman. Nasionalisme yang
bertumpu pada jiwa dan cita-cita kemerdekaan itu harus mampu menghilangkan
benih-benih seperatisme dan penyimpangan dalam bernegara. Segala bentuk
separatisme yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mencita-citakan
65
bentuk negara yang lain sesungguhnya bertentangan dengan komitmen nasional
dan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Demikian pula setiap bentuk
penyelewengan dalam mengurus negara seperti korupsi, kolusi, nepotisme,
penjualan aset-aset negara, pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan,
penindasan terhadap rakyat, otoritanisme, pelanggaran hak asasi manusia, tunduk
pada kekuasaan asing, serta berbagai tindakan yang merugikan hajat hidup bangsa
dan negara merupakan penghianatan terhadap nasionalisme dan cita-cita
kemerdekaan.
7. Muhammadiyah sebagai kekuatan strategis umat dan bangsa berkomitmen untuk
membangun Negara Pancasila dengan pandangan Islam yang berkemajuan .Islam
yang yang berkemajuan menyamai benih-benih kebenaraan, kebaikan, kedamaian,
keadilan, kemashlahatan, kemakmuran, dan keutamanaan hidup secara dinamis
bagi seluruh umat manusia.Islam yang menjunjungtinggi kemuliaan manusia baik
laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi. Islam yang menggelorakan misi
antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan
anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi,
penyalahgunaan kekuasaaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta
berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif
melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras,
golongan , dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.
8. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah bertekad
menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara Pancasila yang berkemajuan.
66
Muhammadiyah berjuang di Negara Pancasila menuju Indonesia berkemajuan
sesuai dengan keperibadiannya yaitu :
9. (1). Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;
10. (2). Memperbanyak kawan dan mengamalkan Ukhuwah Islamiyah;
11. (3). Lapang dada, luas pemandangan dengan memegang teguh ajaran Islam;
12. (4). Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan ;
13. (5).Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, seta dasar falsafah
negara yang sah;
14. (6)). Amar ma‟ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik;
15. (7). Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan
pembangunan sesuai ajaran Islam ;
16. (8). Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam, serta membela kepentingannya;
17. (9). Membantu pemerintah serta berkerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya ;
18. (10). Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.
19. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam menyadari sepenuhnya bahwa Negara
Indonesia merupakan tempat menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah bersama
komponen umat Islam dan bangsa Indonesia lainnya berjuang dalam gerakan
kebangkitan nasional menuju kemerdekaan dan berperan aktif dalam mendirikan
67
Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
karenanya sebagaimana terkandung dalam butir kelima Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKHC) tahun 1969, sebagai suatu kesyukuran
serta wujud tanggungjawab keagamaan dan kebangsaan “Muhammadiyah
mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah
berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa
dan Negara Republik Indonesia yang berpedoman Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil
makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata‟ala: “Baldatun Thayyibatun Wa
Rabbun Ghafur” 3
B. Negara Pancasila Sebagai ( Darul Ahdi Wa Syahadah )
Bahwa indonesia atau yang sering disebut sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasial adalah hasil komitmen
kesepakatan dan konsensus seluruh anak bangsa dan keluarga besar bangsa dan
kekuatan bangsa yang didalamnya adalah sumbangan terbesar umat Islam khusus
lagi Muhammadiyah, sehingga kita sebut bahwa Indonesia yang kita sebut sebagai
negara Pancasila itu dalah “Darul Ahdi” hasil perikatan kita, hasil komitmen kita,
hasil konsensus kita yang akan terus kita pegang sebagai sebuah “akad” sebagai
sebuah janji. Adapun isi Darul Ahdi Wa Syahadah yaitu:
Muhammadiyah memandang bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 adalah Negara Pancasila yang
ditegakkan diatas falsafah kebangsaaan yang luhur dan sejalan dengan ajaran
3. Negara Pancasila Sebagai Darul Ahdi wa Syahadah (Makasar, PP Muhammadiyah : Muktamar
Ke-47, 2015) h. 12-16
68
Islam. Sila ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia: secara esensi selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam dan dapat di isi
serta diaktualisasikan menuju kehidupan yang dicita-citakan umat Islam yaitu
Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Negara Pancasila yang mengandung
jiwa pikiran, dan cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD
1945 itu dapat diaktualisasikan sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbaun
Ghafur yang berperikehidupan maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat
dalam naungan ridha Allah SWT.
Bahwa Negara Pancasila merupakan hasil Konsensus Nasional (dar al-
„ahdi) dan tempat Pembuktian atau Kesaksian (dar al-syahadah) umtuk menjadi
negeri yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil,
makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridho Allah SWT. Pandangan
kebangsaan tersebut sejalan dengan cita-cita Islam tentang negara idaman
“Baldatun Thayyibatun Wa Rabbaun Ghafur”, yaitu suatu negeri yang baik dan
berada dalam ampunan Allah. Negara ideal itu diberkahi Allah karena
penduduknya beriman dan bertaqwa (QS Al-A‟raf: 96), beribadah dan
memakmurkannya (QS Adz-Dzariyat: 56; Hud: 61), menjalankan fungsi
kekhalifahan dan tidak membuat kerusakan di dalamnya ( QS. Al-Baqarah: 11,
30), memiliki relasi hubungan dengan Allah (hablumminallah) dan dengan
sesama (hablumminannas) yang harmonis (QS Ali Imran; 112), mengembangkan
pergaulan antar komponen bangsa dan kemanusiaan yang setara dan berkualitas
69
taqwa (QS Al-Hujurat: 13), serta menjadi bangsa unggulan bermartabat Khairo
Ummah (QS Ali Imran: 110), negara Indonesia yang penduduknya mayoritas
Muslim tersebut dalam konteks keislaman dan keindonesiaan harus terus
dibangun menjadi Negara Pancasila yang Islami dan berkemajuan menuju
peradaban utama bagi seluruh rakyat.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah ideologi negara
yang mengikat seluruh rakyat komponen bangsa. Pancasila bukan agama, tetapi
substansinya mengandung dan sejalan dengan nili-nilai ajaran Islam, yang
menjadi rujukan ideologis dalam kehidupan kebangsaan yang majemuk. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa Pancasila itu Islami karena substansi pada
setiap silanya selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Pancasila terkandung
ciri keislaman dan keindonesiaan yang memadukan nilai-nilai ketuhanan dan
kemanusiaan (humanism religious), hubungan individu dan masyarakat,
kerakyatan dan permusyawaratan secara keadilan dan kemakmuran. Melalui
proses integrasi keislaman dan keindonesiaan yang positif itu maka umat Islam
Indoneisa sebagai kekuatan mayoritas dapat menjadi Uswah Hasanah dalam
membangun Negara Pancasila menuju cita-cita nasional yang sejalan dengan
idealisasi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbaun Ghafur.
Segenap umat Islam termasuk di dalamnya Muhammadiyah harus
berkomitmen menjadikan Negara Pancasila sebagai Dar Al-Syahadah atau negara
tempat bersaksi dan membuktikan diri dalam mengisi dan membangun kehidupan
kebangaqaan yang bermakna menuju kemajuan di segala bidang kehidupan.
Dalam Negara Pancasila sebagai Darus Syahadah, umat Islam harus siap bersaing
70
(fastabiqul khoirat) untuk mengisi dan memajukan kehidupan bangsa dan segenap
kreasi dan inovasi yang terbaik. Dalam hal ini Muhammmdaiyah sebagai
komponen stategis umat dan bangsa mempunyai peluang besar untuk
mengamalkan etos fastabiqul khairat itu dan tampil menjadi a leading force atau
kekuatan yang berada di garis depan untuk mengisi dan memimpin Negara
Pancasila menuju kehidupan kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat
dan berdaulat sejajar dengan negara-negara lain yang telah maju dan berperadaban
tinggi,
Dalam kenyataan hidup berbangsa dan bernegara nilai-nilai Pancasila
belum banyak di implementasikan sehingga penyelenggaraan pemerintah masih
diwarnai penyimpangan antara lain terlihat dari maraknya praktek – praktek
korupsi, kekerasan, skandal moral, friksi-friksi dalam masyarakat, eksploitasi
sumberdaya alam secara tak bertanggung jawab, kemiskinan, dan belum
terwujudnya pemerataan atas hasil pembangunan nasional. Sebagian elite dan
warga menunjukan perilaku ajimumpung, menerobos,serta mengedapankan
kepentingan diri dan roni yang merusak sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara.
Sementara kehidupan sosial politik, ekonomi, dan budaya cenderung serba liberal.
Pancasila dengan lima silanya yang luhur itu harus ditransformasikan ke dalam
seluruh sistem kehiduan nasional sehingga terwujud Indonesia sebagai bangsa dan
negara yang benar-benar Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikamusiaan yang
adil dan beradab, Pesatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta Berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pancasila harus diberi pemaknaan nilai dan aktualisasi
71
secara terbuka dan dinamis sehingga dapat menjadi rujukan dan panduan yang
mencerdaskan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Dalam Negara Pancasila terkandung paham nasionalisme yang
menjunjung tinggi nilai-nilai dan orientasi kebangsaan serta menjadi bingkai
pandangan negara-bangsa. Paham nasionalisme dengan segala bentuk pemikiran
dan usaha yang dikembangkan dalam membangun Indonesia haruslah berada
dalam kerangka dasar Negara Pancasila dan diproyeksikan secara dinamis untuk
terwujudnya cita-cita nasional tahun 1945. Nasionalisme bukanlah doktrin mati
sebatas slogan cinta tanah air minus pembuktian. Nasionalisme harus dimaknai
dan difungsikan sebagai spirit, pemikiran, dan tindakan untuk membangun
Indonesia secara amanah dan bertanggungjawab menuju terwujudnya cita-cita
nasional di tengah banyaknya masalah dan tantangan zaman. Nasionalisme yang
bertumpu pada jiwa dan cita-cita kemerdekaan itu harus mampu menghilangkan
benih-benih seperatisme dan penyimpangan dalam bernegara. Segala bentuk
separatisme yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mencita-citakan
bentuk negara yang lain sesungguhnya bertentangan dengan komitmen nasional
dan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Demikian pula setiap bentuk
penyelewengan dalam mengurus negara seperti korupsi, kolusi, nepotisme,
penjualan aset-aset negara, pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan,
penindasan terhadap rakyat, otoritanisme, pelanggaran hak asasi manusia, tunduk
pada kekuasaan asing, serta berbagai tindakan yang merugikan hajat hidup bangsa
72
dan negara merupakan penghianatan terhadap nasionalisme dan cita-cita
kemerdekaan.
Muhammadiyah sebagai kekuatan strategis umat dan bangsa berkomitmen
untuk membangun Negara Pancasila dengan pandangan Islam yang berkemajuan
.Islam yang yang berkemajuan menyamai benih-benih kebenaraan, kebaikan,
kedamaian, keadilan, kemashlahatan, kemakmuran, dan keutamanaan hidup
secara dinamis bagi seluruh umat manusia.Islam yang menjunjungtinggi
kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi. Islam
yang menggelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan,
antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan
di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaaan, kejahatan
kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan
kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi
kemajemukan suku bangsa, ras, golongan dan kebudayaan umat manusia di muka
bumi. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah bertekad
menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara Pancasila yang berkemajuan.
Muhammadiyah berjuang di Negara Pancasila menuju Indonesia berkemajuan
sesuai dengan keperibadiannya yaitu :
(1). Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;
(2). Memperbanyak kawan dan mengamalkan Ukhuwah Islamiyah;
(3). Lapang dada, luas pemandangan dengan memegang teguh ajaran Islam;
(4). Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan ;
(5).Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, seta dasar falsafah
73
negara yang sah;
(6)). Amar ma‟ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik;
(7). Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan
pembangunan
sesuai ajaran Islam ;
(8). Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan
mengamalkan agama Islam, serta membela kepentingannya;
(9). Membantu pemerintah serta berkerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya ;
(10). Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam menyadari sepenuhnya bahwa
Negara Indonesia merupakan tempat menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah bersama
komponen umat Islam dan bangsa Indonesia lainnya berjuang dalam gerakan
kebangkitan nasional menuju kemerdekaan dan berperan aktif dalam mendirikan
Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
karenanya sebagaimana terkandung dalam butir kelima Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKHC) tahun 1969, sebagai suatu kesyukuran
serta wujud tanggungjawab keagamaan dan kebangsaan “Muhammadiyah
mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah
74
berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa
dan Negara Republik Indonesia yang berpedoman Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil
makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata‟ala: “Baldatun Thayyibatun Wa
Rabbun Ghafur” 4
C. Islam Berkemajuan
Istilah “Islam Berkemajuan” muncul pada muktamar ke-47 di Makasar
tahun 2015. Kemudian popular hingga sekarang ini, Islam berkemajuan
merupakan hasil konsesus yang kemudian disepakati sebagai profil
Muhammadiyah memasuki abad ke-2. Semangat yang di pelopori oleh Kiyai
Ahmad Dahlan hingga saat ini masih membekas serta melekat para kader penerus
Muhammadiyah ke depan. Nurcholis Majid Cendikiawan Muslim Indonesia
mengatakan bahwa pemikiran Kiyai Ahmad Dahlan Break Though (melampaui
zaman) sehingga apa yang dilakukan olehnya merupakan gaya modern yang pada
saat itu masyarakat belum bisa menerimanya.
Secara ideologis, Islam berkemajuan merupakan bentuk transformasi al-
Maun, oleh karena itu di dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua
dinyatakan secara eksplisit bahwa Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam
yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala
bentuk keterbelakangan, ketertindasan,kejumudan, dan ketidakadilan hidup
4. Negara Pancasila Sebagai Darul Ahdi wa Syahadah (Makasar, PP Muhammadiyah : Muktamar
Ke-47, 2015) h. 12-16
75
manusia. 5 Harus diakui sudah banyak kemajuan yang dirasakan oleh rakyat dari
hasil pembangunan. Namun, beberapa persoalan besar dan strategis masih
menjadi agenda yang membutuhkan keseriusan anak bangsa untuk mencari
solusinya. Hasil Tanwir Muhammadiyah tahun 2014 di samarinda,
Muhammadiyah menenggarai ada 3 (tiga) persoalan besar yang masih dihadapi
bangsa ini 6:
1. Problem Sosial Politik
Sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia (setelah Amerika
Serikat dan India), Indonesia terus berikhtiar melakukan konsolidasi yang
damai, tidak hanya sekedar mampu menjalankan demokrasi pada level
prosedural. Beberapa di antara persoalan sosial-politik Indonesia saat ini
adalah:
a. Paradoks amandemen UUD 1945
b. Kulitas demokrasi dan pemilu
c. Lemahnya etika dan budaya politik
d. Otonomi daerah
e. Lemahnya penegak hukum
2. Problem Sosial-Ekonomi
Kehidupan sosial-ekonomi pun harus diakui bahwa Indonesia
mengalami kemajuan yang cukup berarti. Itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi
5,8 % dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi yang
5. Andri Gunawan dkk, Kemuhammadiyahan (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah 2018)
hal. 153 6. Andri Gunawan dkk, Kemuhammadiyahan (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah 2018)
hal. 148
76
baik tidak mampu menutup beberapa persoalan sangat serius dan bisa menjadi
ancaman bagi ketahananNegara Republik Indonesia. Beberapa persoalan
diantaranya :
a. Pembangunan ekonomi yang tidak selaras dengan UUD 1945
b. Ketimpangan struktural
c. Kebijakan moneter dan fiskal yang tidak mandiri dan memihak
d. Liberalisasi perdagangan dan industri
3. Problem Sosial Budaya
Bangsa Indonesia masih menyisakan beberapa problematika mendasar
yang harus segera diselesaikan. pertanyaan paling fundamental yang diajukan saat
ini adalah, apakah kebudayaan maupun pendidikan nasional semakin menuju
kepada arah dan kondisi yang “mencerdaskan kehidupan berbangsa” dan
“memajukan kesejahteraaan” umum, seperti yang diamanahkan dalam pembukaan
konstitusi UUD 1945? Bahwa capaian pembangunan Bidang Sosial Budaya dan
pendidikan masih menyisakan banyak problematika kebangsaan, antara lain:
a. Ketiadaan strategi budaya
b. Memudarnya kohesi dan integrasi sosial
c. Lemahnya masyarakat kewargaan
d. Lemahnya institusi keluarga 7
Ada lima fondasi Islam Berkemjuan yang menjadi karakter Muhammadiyah :
Pertama, Tauhid yang murni. Tauhid adalah doktrin sentra ajaran Islam.
Tauhid adalah pintu gerbang Islam. Salah satu misi utama Muhammadiyah adalah
7. Andri Gunawan dkk, Kemuhammadiyahan (Yogyakarta, Suara Muhammadiyah 2018)
hal. 148-149
77
menegakan tauhid yang murni. Muhammadiyah seringkali disebut sebagai
gerakan Islam puritan karena keteguhannya dalam mengajak masyarakat untuk
senantiasa berpegang pada akidah yang lurus, bersih dari anasir yang merusak.8
Dengan tauhid yang murni, manusia bisa mendapatkan kekuatan dalam
hidup.Tauhid membentuk manusia yang berjiwa merdeka. Keyakinan kepada
Allah dengan segala sifat-sifatnya dan kegaungan-Nya.
Kedua, Memahami al-Quran dan Sunnah secara mendalam. Bagi
Muhammadiyah beragama harus berdasarkan al-Quran dan Sunnah.
Muhammadiyah melarang taklid. Beribadah tanpa dasar-dasar dan pemahaman
yang mendalam. Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk senantiasa
berpegang teguh kepada ajaran al-Quran dan Sunnah menjadikannya sebagai
dasar di dalam beribadah dan bermuamalah.
Muhammadiyah berpendapat bahwa pemahaman terhadap al-Quran dan
Sunnah masih terbuka. Begitu pula pemahaman terhadap Islam. Muhammadiyah
tidak menolak pendapat dan eksistensi madzhab, tetapi tidak mengikuti madzhab
tertentu secara taken for granted. 9
Ketiga, melembagakan amal salih dan fungsionalis dan solutif. Iman tidak
akan sempurna tanpa amal salih. Tetapi, bagi Muhammadiyah amal salih tidak
semata-mata berupa ritual ibadah mahdhah. Amal salih adalah karya yang
bermanfaat, mereflesikan kerahmatan Islam, dan kasih saying Allah. Dengan
8. Abdul Mu‟ti, Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan K.H.Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal (Ciputat : Al-Wasath, 2009) h. X 9. Abdul Mu‟ti, Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan K.H.Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal, h. XII
78
fondasi ini, Muhammadiyah bukanlah gerakan tajdid pemikiran an sich yang
mengedepankan supremasi intelektualisme tetapi gerakan amal. 10
Keempat, berorientasi kekinian dan masa depan. Para pendiri
Muhammadiyah memberikan contoh bagaimana membangun Islam yang
berkemajuan. Pertama, melihat Islam sebagai realitas kekinian dan kedisinian.
Kedua, menjadikan realitas, konteks situasi konidisi untuk merancang masa depan
yang baik. Pada tanggal 17 juni 1920 Kiyai Ahmad Dahlan untuk pertama kali
meresmikan bagian atau bidang-bidng dalam hoofd bestur Muhammadiyah.11
Kelima, bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama.Selain memiliki
pergaulan yang luas Kiyai Ahmad Dahlan juga suka bekerjasama. Lewat para
muridnya dan rekan-rekanya di Budi Utomo. Melalui para anggota Budi Utomo
Kiyai Ahmad Dahlan mendapatkan bantuan dalam menyusun Anggran Dasar
(Statuten) dan diberi ijin oleh pemerintah Belanda. Karena, Kiyai Ahmad Dahlan
ketika bergabung dengan Budi Utomo tujuannya adalah untuk berdakwah tentang
agama Islam sehingga pertemanan antara Kiyai Ahmad Dahlan dan Budi Utomo
mesra hingga peresmian organisasi “Muhammadiyah” yang dibantu oleh Dr.
Wahidin Sudirohusodo (Budi Utomo).
10. Abdul Mu‟ti, Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan K.H.Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal, h. XIV 11. Abdul Mu‟ti, Islam Berkemajuan Kisah Perjuangan K.H.Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah Masa Awal, h. XVII
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan panjang lebar, pada dasarnya eksistensi sebuah
ideologi sendiri ada pada subjek yang bekerja, baik perseorangan maupun
golongan (community) sehingga ideologi mampu menggerakan jiwa dan ruh.
Pada periode pertama, Prof. Dr. Din Syamsuddin ketika menjadi ketua PP
Muhammadiyah Pada Muktamar ke-45 tahun 2005 Muhammadiyah juga
mengeluarkan konsep pandangan dunia yang cukup penting yakni “pernyataan
pikiran Muhammadiyah jelang satu abad “Zawahir al-Afkar al-Muhammadiyah
„Abra Qarn min al-Zaman” sebagai manifesto Muhammadiyah dalam
menghadapi dunia abad ke-21 ketika usianya memasuki seratus tahun.
Muhammadiyah dibawah kepemimpinannya lebih banyak berjarak dibidang
politik dan tidak pula kontrak kerjasama dengan partai politik manapun, namun di
kancah nasional Prof. Dr. Din Syamsuddin banyak melakukan dialog keagamaan
antar Ormas keagamaan maupun atar duta besar negara-negara sahabat.
Pada periode ke 2 Prof. Dr. Din Syamsuddin (2005-2015) adalah muncul
berbagai gaya kepemimpinan serta strategi perjuangan hingga slogan “Islam
Berkemajuan”. Sedikitnya ada tiga agenda besar Muhammadiyah; (1) Pernyataan
Pikiran Muhammadiyah Abad Ke-2 (Zhawahir al-Afkar Al-Muhammadiyah Li Al-
Qarni Al-Tsani), (2) Profil “Islam Berkemajuan” dan (3) Negara Pancasila
Sebagai ( Darul Ahdi Wa Syahadah ) atau Negara Pembuktian atau Kesaksian.
80
Sehingga eksistensi ideologi Muhammadiyah pada periode 2005-2015 erat
kaitannya spirit perjuangan Kiyai Ahmad Dahlan dengan slogan profil
Muhammadiyah “Islam Berkemajuan” merupakan pondasi yang telah dibangun
oleh pendirinya.
B. Saran
Penulis sangat sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna.Kemudian penulis juga menyadari bahwa untuk meneliti tentang
Muhammadiyah diperlukan kerangka Analisa yang tajam, tentu dalam
pembahasan ini masih sangat banyak kekurangan.Oleh karena itu, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari teknis
penulisan, referensi, serta materi yang disampainkan.
Maka dari penulis menyarankan penelitian lebih lanjut tentang ideologi
Muhammadiyah. Besar harapan jika nantinya ada yang meneliti tentang tema ini,
semoga tidak hanya fokus pada ideologi Muhammadiyah, namun kerangka
berfikir masa depan Muhammadiyah abad ke-2.
Besar harapan penulis keritikan dan saran bagi para pembaca, jika
menemukan kekurangan dan kesalahan dari apa yang penulis teliti, untuk
mencapai penelitian yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat serta
memberikan pemahaman khazanah baru gerakan reformis modern tentang
Muhammadiyah bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi. Amin.
81
DAFTAR PUSTAKA
Albert. Hans, Rekonstruksi Nalar Kritis terj. Imam Khoiri (Yogyakarta :
IRCISoD, 2014)
Arifin. M.T, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta : Dunia
Pustaka Jaya, 1987)
Al-Hamdi. Ridho, Dinamika islam dan Politik Elit - Elit
Muhammadiyah Periode 1998-2010 Jurnal Studi Pemerintahan Volume 3 Nomor
1 Februari 2012
Al-Ahwani. Ahmad Fuad, Filsafat Islam Terj. Pustaka Firdaus (Jakarta :
Pustaka Firdaus, 2008)
Bakhtiar. Amsal, Filsafat Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) Cet.
II
Bertens. K, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1999)
Berita Resmi Muhammadiyah, tanfidz keputusan muktamar satu abad
muhammadiyah ( Yogyakarta, Surya Sarana Grafika 2010)
Dikutip pukul 13.57 Wib tanggal 29 Januari 2019 di
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-cam-organisasi-otonom.html
Dikutip pukul 14.51 Wib tanggal 29 Januari 2019 di
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-cam-organisasi-otonom.html
Dikutip pukul 17:49 tanggal 28 Januari 2019 di
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-169-det-prof-dr-h-m-di%1Fn%1F-
syamsuddin.html
82
Gunawan. Andri dkk, Kemuhammadiyahan (Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah 2018)
Hardiman. F. Budi, Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) Cet. I
Hamid dkk. Suandi, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era
Multiperadaban, (Yogyakarta: UII Pres 2000).
Hasil Wawancara dengan bapak Zaenuddin selaku Staff ahli Prof. Dr. Din
Syamsuddin M.A ketika menjabat ketua PP Muhammadiyah (2005-2010, 2010-
2015) tanggal 2 November 2018 pukul 14.00-15.10 Wib
Kattsof. Louis O, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Margono
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga,1992)
Loren. Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta : Gramedia 1996) h. 306
Laporan PP Muhammadiyah 2005-2010 (di sampaikan pada Muktamar
satu abad Muhammadiyah) (Muktamar Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 M)
Prawironegoro. Darsono, Filsafat Ilmu (Jakarta : Nusantara Consulting
2010)
Majid. Nurcholish, ISLAM Agama Kemanusiaan, (Jakarta : Paramadina,
2003) Cet. II
Syam. Firdaus Pemikiran Politik Barat (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)
Majelis Pendidikan Tinggi dan Pengembangan Bekerja dengan Lembaga
Pustaka dan Informasi (Majelis Dikti litbang dan LIPI) PP Muhammadiyah, 1
Abad Muhammadiyah (Jakarta : Kompas, 2010)
83
Mulkhan. Abdul Munir, Islam Murni dalam Masyarakat Petani
(Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 2000)
Nashir. Haedar, Memahami Ideologi Muhammadiyah (Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2014) Cet . I
Nashir. Haedar, Kuliah Kemuhammadiyahan II (Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah, 2018) Cet. I
Nashir. Haedar, Kuliah Kemuhammadiyahan II (Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah, 2018) Cet. II
Nashir. Haedar, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, (Yogyakarta,
Surya Sarana Grafika, 2010)
Nia, Muhammad Reza Irsyadi, Antara Filsafat dan Teks-Teks Agama :
Pengaruh dan Relasinya Dalam Pemikiran Imam Khomeini Terj. Iwan Setiawan
(Jakarta : Sadra Press, 2012)
Nasution. Harun, Falsafat Agama (Jakarta:bulan bintang, 2003)
Negara Pancasila Sebagai Darul Ahdi wa Syahadah (Makasar, PP
Muhammadiyah : Muktamar Ke-47, 2015)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Laporan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Periode 2005-2010 (Yogyakarta: PP Muhammadiyah 2010)
Praja. Juhaya S, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Jakarta : Kencana,
2003) Cet. I
Ridjaluddin, Muhammadiyah dalam Tinjauan Filsafat Islam, (Jakarta,
Pusat Kajian Islam UHAMKA, 2011)
84
Sharifi. Hasan Yusufian & Ahmad Husain, Akal dan Wahyu : Tentang
Rasionalitas dalam Ilmu, Agama dan Filsafat ( Jakarta : Sadra Press, 2011)
Sirajudin zar, Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)