tim penyusun - rsgm.usu.ac.id
TRANSCRIPT
iii
TIM PENYUSUN
Cek Dara Manja
Yendriwati
Rahmi Syaflida Dalimunthe
Jan Terrie
Gebby Gabrina
Tika Puspita Sari
Hair Sandy Septiawan
Muhammad Yunus
Fauzi Azhari Siregar
Syaiful Choir Siregar
Elvia Noviyenti
Lenny Karonica Br. Bukit
Haris Fabillah
Mutiara Asrini
Muhammad Reza Ananda
Andri Prasetyo
Aditya Prihandoko
DAFTAR ISI
ts
BAB I ......................................................................................................................................... 1
Pendahuluan ............................................................................................................................... 1
1.1 Virus SARS-CoV-2 ............................................................................................................. 2
1.1.1 Karakteristik Virus SARS-CoV-2 ................................................................................. 2
1.1.2 Penularan / Transmisi Virus SARS-CoV-2 ................................................................... 2
a. Splatter ........................................................................................................................... 3
b. Droplet............................................................................................................................ 3
c. Aerosol ........................................................................................................................... 3
1.1.3 Patogenesis COVID-19 ................................................................................................. 4
1.2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi..................................................................... 5
1.2.1 Skrining dan Pengaturan Pasien .................................................................................... 5
a. Tanda dan Gejala Infeksi SARS-CoV-2 ........................................................................ 5
b. Karakteristik seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2 .................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................................ 8
Standar Pelayanan ...................................................................................................................... 8
2.1. Kebersihan tangan ........................................................................................................... 8
2.2. Etika Batuk dan Bersin ................................................................................................... 9
2.3. Alat Pelindung Diri ....................................................................................................... 10
2.4 Penanganan Peralatan dan Ruangan di Lingkungan yang Berpotensi Terkontaminasi 18
2.5. Pengelolaan Limbah...................................................................................................... 21
BAB III .................................................................................................................................... 22
Alur Pelayanan dalam Masa Pandemi COVID-19 .................................................................. 22
3.1 Kegiatan Pra-Klinik........................................................................................................ 22
3.2 Alur Pasien ..................................................................................................................... 23
3.3. Alur Mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS ................................................. 24
3.4 Alur Kerja Perawat ........................................................................................................ 25
3.5 Alur DPJP ...................................................................................................................... 25
3.6 Alur Pelayanan Radiologi ............................................................................................. 26
3.7 Pengisian Rekam Medis ................................................................................................ 27
3.8 Alur Sterilisasi Alat ........................................................................................................ 27
1
BAB I
Pendahuluan
Sejak dikeluarkannya Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret
2020 oleh Mendikbud, seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah-sekolah maupun
kampus-kampus dilaksanakan secara daring sebagai upaya pencegahan terhadap
perkembangan dan penyebaran pandemi Covid-19. Pembatasan aktivitas fisik dan penggunaan
sistem daring bisa dapat efektif pada pemenuhan terkait aspek kognitif, tetapi akan berbeda
untuk pencapaian aspek psikomotor dan afektif sehingga kegiatan Program Pendidikan Profesi,
kegiatan di rumah sakit, dan penelitian sulit berjalan. Kegiatan ini tidak dapat tergantikan
dengan model pembelajaran jarak jauh secara online. Aspek psikomotor pada jenjang
akademik merupakan aspek penting yang paling terdampak bencana ini karena memerlukan
kehadiran fisik.
Pada jenjang profesi, keterbatasan interaksi fisik menjadi kendala utama, disamping
bahaya penularan penyakit Covid-19 juga akibat pasien yang berkurang akibat kebijakan
pembatasan social distancing maupun physical distancing. Bahaya tertular Covid-19 sangat
potensial terjadi pada proses pendidikan. Oleh karena pendidikan di kedokteran gigi
merupakan pendidikan berbasis pada pelayanan dan juga pelayanan berbasis pada pendidikan.
Keterampilan klinik pada jenjang profesi menjadi hal yang wajib terpenuhi, mengingat dalam
kurikulum ada pencapaian kompetensi minimal yang harus dicapai. Bila seorang calon dokter
gigi atau calon dokter gigi spesialis tidak mendapat paparan kasus dan keterampilan minimal
yang cukup, maka tidak akan dapat memenuhi kompotensinya menjadi seorang dokter gigi
atau dokter gigi spesialis.
Untuk keperluan tersebut di atas Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas
Sumatera Utara merasa perlu untuk menyusun Panduan Kepaniteraan Klinik/Praktek Bagi
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi dan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
(PPDGS) yang bekerja di RSGM agar aman dalam memberikan pelayanan dan pendidikan
yang harus tetap berjalan selama dan pasca pandemi dalam memenuhi fungsinya sebagai
tempat pendidikan Profesi dokter gigi maupun pendidikan dokter gigi spesialis.
2
1.1 Virus SARS-CoV-2
Menurut World Health Organization (WHO) kasus kluster pneumonia dengan etiologi
yang tidak jelas di Kota Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia.
Penyebaran virus ini terus berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster
pneumonia ini adalah Novel Coronavirus. Sampai saat ini banyak laporan kematian dan kasus-
kasus baru di luar China disebabkan pandemic ini. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO
menetapkan penyakit yang disebabkan novel coronavirus sebagai Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel
coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19) (Li dkk,
2020).
1.1.1 Karakteristik Virus SARS-CoV-2
Virus SARS-CoV-2 merupakan virus RNA yang memiliki sampul/selubung, positive-
sense yang berasal dari subfamily Orthocoronavirinae, family Coronaviridae, ordo Nidovirales.
Subfamily Orthocoronavirinae, memiliki 4 genus yang terdiri dari Alphacoronavirus (α-CoV),
Betacoronavirus (β-CoV), Gammacoronavirus (γ-CoV) and Deltacoronavirus (δ-CoV). α dan
β-CoV menginfeksi mamalia, sedangkan γ dan δ-CoV menginfeksi unggas. Pneumonia yang
disebabkan oleh β-CoV adalah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) (Li dkk, 2020).
Gambar 1. Struktur virus SARS-CoV-2 yang terdiri dari 4 struktur protein antara lain: (S) Spike, yang
terletak dipermukaan dan tersusun dari glikoprotein; (M) protein membrane; (N) protein
nukleokaspid; dan (E) protein envelope/selubung/ sampul . RNA merupakan ribonucleic
acid yang terdapat di dalam nukleokaspid (Li dkk, 2020)
1.1.2 Penularan / Transmisi Virus SARS-CoV-2
WHO dan CDC menyatakan bahwa, infeksi saluran pernafasan dapat ditransmisikan
melalui partikel berdasarkan ukurannya, yaitu splatter yang berukuran > 50 μm (Harrel dkk,
3
2004), droplet yang berukuran > 10 μm, dan partikel aerosol yang berukuran 0.3-10 μm. WHO-
CDC juga mengakui ketiga bentuk transmisi tersebut sebagai moda transmisi dari virus SARS-
CoV-2 (WHO, 2014).
Gambar 2. Ilustrasi jarak jangkauan partikel splatter, droplet dan aerosol (modifikasi
ilustrasi dari Froum dan Strange, 2020)
a. Splatter
Virus SARS-CoV-2 dapat bertransmisi diantara manusia melalui splatter/ percikan
cairan yang keluar ketika berbicara. Splatter bersifat balistik karena diproduksikan dengan
kekuatan tertentu dari suatu tempat ke tempat lain seperti lintasan peluru, hingga menyentuh
permukaan. Partikel ini berukuran lebih besar dari droplet, dapat bertahan di udara dalam
waktu singkat dan menjangkau area berjarak < 1 m (Harrel dkk, 2004).
b. Droplet
Droplet dapat disebut dengan istilah “respiratory droplet”. Droplet merupakan partikel
yang berat dan tidak dapat berpindah lebih jauh dari 1,5 m (WHO, 2014). Ukuran droplet akan
berangsur menjadi kecil dan bertahan di udara. Ketika jarak seseorang berada pada radius 1-
1,5 m dan terdapat aktivitas berbicara, batuk atau bersin dari orang yang memiliki gejala
gangguan pernafasan, maka akan terjadi transmisi droplet melalui hidung, mulut atau mata
(organ yang berpotensi terekspos oleh virus SARS-CoV-2) (OSHA, 2020).
c. Aerosol
Aerosol memiliki terminologi yang sama dengan istilah “bio-aerosol” atau “droplet
nuclei”. Aerosol terbentuk oleh partikel padat atau cair, tersebar dan dapat bertahan di udara
selama beberapa jam (Wang dkk, 2020). Virus yang terdapat pada partikel aerosol ini dapat
bertransmisi melalui batuk, bersin, berbicara, bernafas yang cepat, atau perawatan gigi.
4
(OSHA, 2020). Partikel aerosol umumnya berdiameter 0,3 hingga 10 μm. Beberapa penelitian
lain menemukan bahwa partikel berukuran 1-10 μm dapat terhirup dan bertahan di udara
hingga 3 jam (Froum dan Strange, 2020; van Doremalen dkk, 2020). Kampf dkk (2020) juga
melaporkan bahwa kelompok virus SARS-CoV dapat bertahan hidup di permukaan material
tertentu pada suhu ruang, seperti yang tertera pada tabel 1 (Kampf dkk, 2020).
Tabel 1. Jumlah virus pada berbagai permukaan material (Kampf dkk., 2020).
Jenis material Jumlah virus Waktu
Besi Kayu
Kertas Kaca
Plastik Disposable gown
105 104
104-106 105 105
104-106
5 hari
4 hari
< 3 menit - 5 hari
4 hari
4 hari
1 jam - 2 hari
1.1.3 Patogenesis COVID-19
Urutan genetik SARS-CoV-2 ≥70% mirip dengan SARS-CoV, dan SARS-CoV-2
menggunakan reseptor sel yang sama (ACE2) seperti SARS-CoV untuk menginfeksi manusia.
Namun, ada lebih banyak perbedaan dalam protein yang digunakan virus untuk berinteraksi
dengan sel inang. Spike SARS-CoV-2 berikatan dengan ACE2 manusia dengan afinitas sekitar
10-20 kali lipat lebih tinggi daripada spike SARS-CoV, membuatnya lebih mudah untuk
menyebar dari manusia ke manusia (Li dkk, 2020).
Setelah masuk ke dalam sel epitel alveolus, SARS-CoV-2 bereplikasi dengan cepat dan
memicu respons imun yang kuat, yang mengakibatkan cytokine storm syndrome (CSS) dan
kerusakan jaringan paru. CSS, atau dikenal sebagai hipersitokinemia, adalah sekelompok
gangguan yang ditandai oleh produksi sitokin proinflamasi yang tidak terkontrol dan
merupakan penyebab penting sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress
syndrome (ARDS)) dan kegagalan organ multipel. Analisis terhadap 99 kasus pertama yang
dikonfirmasi dengan infeksi SARS-CoV-2 mengungkapkan bahwa CSS terjadi pada pasien
dengan COVID-19 parah; 17 pasien (17%) memiliki ARDS, di antaranya 11 (11%) memburuk
dalam waktu singkat dan meninggal karena kegagalan banyak organ. Selain itu, jumlah total
sel T, sel T CD4 + dan sel T CD8 + menurun pada pasien dengan infeksi SARS-CoV-2, dan
sel T yang masih hidup secara fungsional habis, menunjukkan penurunan fungsi kekebalan
pada pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2. ARDS, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan
infeksi sekunder semakin memperburuk kegagalan pernapasan (Li dkk, 2020).
5
1.2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Pencegahan dan pengendalian infeksi di RSGM ditetapkan berdasarkan pedoman dari
Kemenkes dan mengacu pada WHO, CDC dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
pelayanan gigi dan mulut.
1.2.1 Skrining dan Pengaturan Pasien
Pasien Klinik Pendidikan adalah masyarakat yang datang ke RSGM untuk mendapatkan
perawatan gigi dan mulut baik yang diberikan oleh peserta didik (mahasiswa Program
Pendidikan Profesi dan mahasiswa PPDGS) di bawah supervisi maupun oleh DPJP secara
langsung. Dalam situasi pandemi COVID-19 dilakukan serangkaian penyesuaian-penyesuaian
dalam pelayanan dan perawatan gigi dan mulut pasien Pendidikan khususnya dalam hal
skrining dan triase COVID-19.
a. Tanda dan Gejala Infeksi SARS-CoV-2
Pada bulan Maret 2020, WHO telah mengeluarkan formulir status pasien COVID-19,
yang berisi mengenai berbagai tanda dan gejala yang dapat berhubungan dengan penyakit
tersebut (Tabel 7). Berdasarkan hasil meta analisis yang dilakukan pada 43 pustaka dari 3600
pasien COVID-19, banyak gejala yang dapat timbul pada pasien tersebut. Enam gejala klinis
yang paling umum ditemukan adalah (Fu dkk, 2020):
1) Demam (83,3%),
2) Batuk (60,3%),
3) Fatigue (38%),
4) Mialgia (28,5%),
5) Peningkatan produksi sputum (26,9%),
6) Napas cepat-pendek (24,9%).
b. Karakteristik seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2
Dikutip dari buku “Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19 yang diterbitkan per 13 Juli 2020 oleh Kemenkes RI menyatakan bahwa,
karakteristik seseorang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 dapat dibagi menjadi :
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia
yang melaporkan transmisi lokal**.
6
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit DAN tidak ada penyebablain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
Catatan:
Istilah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) saat ini dikenal kembali dengan istilah kasus
suspek.
* ISPA yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam; dan disertai salah satu gejala/tanda
penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan
hingga berat
** Negara/wilayah transmisi lokal adalah negara/wilayah yang melaporkan adanya kasus
konfirmasi yang sumber penularannya berasal dari wilayah yang melaporkan kasus tersebut.
2. Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
3. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-
19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam jangka waktu15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi
tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
7
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana
terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk menemukan
kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala. Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal
pengambilan spesimen kasus konfirmasi.
8
BAB II
Standar Pelayanan
Seluruh populasi dunia rentan terpapar Virus Sars-Cov 2 termasuk di Indonesia. Virus
ini secara asimtomatik dapat menyebar melalui droplet dan aerosol sehingga mampu ditularkan
ke banyak orang dalam waktu cepat. Selain itu tindakan pelayanan dan pendidikan di RSGM
sangat rentan terhadap transmisi virus SARS-CoV 2, sehingga tanggung jawab dan kewajiban
RSGM dalam memberikan pelayanan dan pendidikan atas terjaminnya patient safety, operator
dan lecturer safety. Oleh karena itu RSGM harus memenuhi seluruh standar Pelayanan untuk
menjamin pelayanan yang aman di Rumah Sakit.
2.1. Kebersihan tangan
Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis
alkohol).
Prosedur Hand-wash sebagai berikut:
a) melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam
tangan.
b) membuka kran air dan membasahi tangan.
c) menuangkan sabun cair ke telapak tangan secukupnya.
d) melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
e) kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.
f) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.
g) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
h) membersihkan ibu jari secara bergantian.
i) posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak tangan
secara bergantian.
j) bilas tangan dengan air yang mengalir.
k) keringkan tangan dengan tisu sekali pakai.
l) menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah selesai
kita cuci pada prinsipnya bersih. Lakukan semua prosedur diatas selama 40 – 60 detik.
9
Gambar 3. Prosedur handwash
2.2. Etika Batuk dan Bersin
Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung dan
mulut dengan tissue atau lengan baju, sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak
menular ke orang lain. Etika batuk diperuntukkan bagi yang sedang mengalami batuk atau
bersin. Seperti yang kita ketahui bahwa saat batuk atau bersin maka kita dapat menyebarkan
kuman dalam jumlah ribuan hingga jutaan ke udara dan disaat yang sama orang yang berada
disekitar kita menghirup udara yang sudah mengandung kuman akibat dari batuk maupun
bersin. Oleh sebab itu untuk menghindari hal ini, etika batuk dan bersin merupakan hal yang
harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Seperti hal lainnya, batuk dan bersin juga memiliki etika. Banyak orang yang salah
langkah saat mengalami batuk dan bersin, kebanyakan malah menutup mulut dan hidungnya
dengan telapak tangan, meskipun tujuan nya baik namun hal ini belum tentu benar, karena
10
kuman dapat berpindah ke tangan dan menyebar tanpa kita sadari melalui sentuhan atau
bersalaman. Lalu, bagaimana etika batuk dan bersin yang benar? Berikut caranya :
• Tutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau lengan baju anda bila batuk atau bersin
• Buang tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah
• Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis
alkohol
• Saat anda flu atau batuk gunakan masker agar orang lain tidak tertular. Tidak
meletakkan masker bekas dipakai pada leher Karena virus dan bakteri bisa menyebar kembali.
Gambar 4. Etika Batuk dan Bersin
2.3. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang
terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari
cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Secara umum, penggunaan APD adalah untuk
melindungi kulit dan membran mukosa dari risiko pajanan darah, cairan tubuh, sekresi atau
ekskresi, luka atau kulit tidak utuh, dan selaput lender dari pasien ke petugas (tenaga kesehatan)
dan sebaliknya. Alat Pelindung Diri yang lengkap terdiri dari sarung tangan, masker (respirator
partikulat), pelindung mata (goggle), perisai wajah, kap penutup kepala, gaun atau jubah dan
celemek pelindung (apron), sandal atau sepatu tertutup (boot).
11
Tabel 2. Rekomendasi APD Berdasarkan Tingkat Perlindungan
Tingkat
Perlindungan Kelompok Lokasi/Cakupan Jenis APD
Untuk
Masyarakat
Umum
Masyarakat Umum
Fasilitas Umum • Masker kain 3 lapis (katun)
Tingkat
Perlindungan I
Tenaga
Kesehatan dan
Pendukung
Petugas
penanganan
cepat/investigator
interview langsung
terhadap pasien
Fasilitas Umum
(kegiatan harus
dilakukan di luar
rumah)
• Masker Bedah 3ply
• Sarung tangan karet sekali
pakai (jika harus kontak
dengan cairan tubuh pasien)
Staff / administrasi
Masuk ke ruang
perawatan, tanpa
memberikan
bantuan langsung
• Masker bedah 3ply
• Sarung tangan karet sekali
pakai
Ruang
administrasi • Masker kain 3 lapis (katun)
Satpam Pintu Masuk • Masker bedah 3ply
• Sarung tangan karet sekali
pakai
Tingkat
Perlindungan
II
Tenaga
Kesehatan dan
Pendukung
Farmasi Instalasi farmasi • Masker bedah 3ply
• Jas lab farmasi
• Sarung tangan karet sekali
pakai
• Pelindung mata /Face shield
(pada resiko percikan cairan
tubuh)
• Headcap
Cleaning Service
Membersihkan
ruangan
• Masker bedah 3ply
• Gown
• Sarung tangan kerja berat
• Pelindung mata /Face shield
• Headcap
Tingkat
Perlindungan
III
Tenaga
Kesehatan
dan Pendukung
Dokter
Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP),
mahasiswa
program
Pendidikan
profesi/PPDGS
dan perawat
Ruang Klinik
• Masker N95 atau ekuivalen
• Coverall / gown
• Boots / sepatu
karet dengan
pelindung sepatu
• Pelindung mata
• Face shield
• Sarung tangan
bedah karet
steril sekali pakai
• Headcap
• Apron
12
Pemakaian APD direkomendasikan berdasarkan tingkat risikonya dibedakan menjadi
tingkat 1, 2 dan 3 seperti gambar berikut dibawah ini:
Gambar 5. Rekomendasi APD Tingkat 1
13
Gambar 6. Rekomendasi APD Tingkat 2
14
Gambar 7. Rekomendasi APD Tingkat 3
Donning dan Doffing APD
Donning APD adalah teknik memasang atau menggunakan APD. Tahapan teknik
pemasangan APD, dapat meminimalkan atau bahkan mencegah penularan semua jenis
mikroorganisme. Sebaiknya dokter gigi memasang poster teknik pemasangan ini di ruang APD
untuk memudahkan pemasangan yang akurat. Doffing APD adalah teknik melepaskan APD.
Tahapan teknik melepaskan APD sangat penting dipahami oleh tenaga kesehatan karena saat
melepaskan APD, sangat berisiko tertular dari mikroorganisme yang menempel di APD
tersebut.
15
Langkah-Langkah Donning APD Level 3
1. Lepaskan seluruh aksesoris (cincin, jam tangan, gelang).
2. Lakukan 6 langkah cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (hand wash) atau
memakai handsanitizer
3. Gunakan sarung tangan bagian dalam
4. Pakai masker bedah dua lapis atau masker N95 dan pastikan bagian hidung tertutup
rapat
5. Kenakan tutup kepala (head cap) pastikan seluruh rambut tertutup
6. Kenakan cover all mulai dari kaki terlebih dahulu hingga bagian kepala, tutup resleting
cover all.
7. Kenakan face shield dengan baik agar menutupi keseluruhan wajah
8. Kenakan shoe cover pada kaki, pastikan seluruh permukaan kaki tertutupi dengan baik.
9. Kemudian kenakan sepatu boots
10. Pakai sarung tangan steril, tutupi bagian lengan cover all.
11. Petugas kesehatan (DPJP, PPDGS dan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi) telah
siap untuk mulai bekerja
16
Gambar 8. Langkah-langkah donning APD Level 3
Langkah-Langkah Doffing APD Level 3
1. Buka sarung tangan luar kemudian dirobek dan dibuang ke tempat sampah infeksius
3. Lepaskan face shield dan diletakkan dalam wadah berisi cairan disinfektan
2. Cuci tangan dengan handsanitizer
17
3.9. Alur Pelayanan di Unit Radiologi.
6. Lepaskan baju hazmat mulai dari bagian kepala dan buka resleting dari batas leher.
Lepaskan baju hazmat dengan menggulung dari dalam keluar, lanjut ke bagian badan
dan kaki, diikuti dengan pelindung sepatu kemudian dimasukkan ke tempat APD Bekas
4. Disinfeksi bagian luar sepatu boots menggunakan cairan disinfektan dan lepaskan sepatu
boots
10. Lepaskan masker kemudian dirobek dan dibuang ke tempat sampah infeksius
12. Lepaskan sarung tangan lapisan dalam kemudian dirobek dan dibuang ke tempat sampah
infeksius
13. Cuci tangan 6 langkah dengan air mengalir dan sabun.
5. Cuci tangan dengan handsanitizer
7. Cuci tangan dengan handsanitizer
8. Lepaskan headcap kemudian dirobek dan dibuang ke tempat sampah infeksius
9. Cuci tangan dengan handsanitizer
11. Cuci tangan dengan handsanitizer
18
Gambar 9. Langkah-Langkah Doffing APD Level 3
2.4 Penanganan Peralatan dan Ruangan di Lingkungan yang Berpotensi
Terkontaminasi
Pencegahan dan pengendalian infeksi sangat penting dilakukan di rumah sakit sebagai
tempat pelayanan Kesehatan, disamping sebagai tolak ukur mutu pelayan juga untuk
melindungi petugas Kesehatan, pasien dan keluarga pasien. Pada masa pandemic covid19 ini
Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat dengan
pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Salah satu cara mencegah penularan
covid 19 dengan cara penanganan peralatan dan ruangan yang tepat.
19
a) Alat
Dalam penanganan alat di kategorikan menjadi 3 yaitu:
- Kritikal
Barang-barang kritis yang memberikan risiko tinggi terjadinya infeksi jika
terkontaminasi mikroorganisme. Semua benda yang akan masuk ke jaringan tubuh harus steril
karena mikroorganisme apapun dapat berisiko menularkan penyakit. Kategori ini mencakup
instrumen bedah, kateter jantung dan urin, implan, dan probe ultrasonik (scaler, handpiece, bur,
probe, alat diagnostik dental). Sebagian besar barang dalam kategori ini harus disterilkan
dengan uap panas (sterilisasi)
- Semi kritikal
Barang semi-kritis adalah barang yang berkontak dengan mukosa atau kulit yang tidak
utuh (terjadi perlukaan atau kontak pada mukosa). Kategori ini termasuk alat pernapasan dan
anestesi, beberapa endoskopi. Barang semi-kritis minimal membutuhkan disinfeksi tingkat
tinggi menggunakan disinfektan kimia
- Non kritikal
Non kritikal Barang non-kritis adalah barang yang bersentuhan dengan kulit utuh tetapi
bukan mukosa. Kulit yang utuh dapat bertindak sebagai penghalang efektif untuk 50 sebagian
besar mikroorganisme. Dalam pedoman ini, barang non-kritis dibagi menjadi barang perawatan
untuk pasien non-kritis dan barang yang terdapat di permukaan lingkungan non-kritis, contoh
pispot, manset pengukur tekanan darah, kruk dan komputer. Pada kelompok ini, disinfektan
yang digunakan mengandung bahan detergen atau alkohol.
b) Ruangan
Semua permukaan peralatan, kursi gigi harus dilakukan desinfeksi sebelum mulai
kegiatan klinik, setiap kali pergantian pasien dan setelah selesai kegiatan klinik. Aerosol yang
disebabkan oleh highspeed handpiece dapat mencapai 2 meter. Untuk alasan ini, permukaan
yang terpapar aerosol harus selalu disanitasi (antar kunjungan dilakukan desinfeksi).
Lakukan penyemprotan desinfektan pada permukaan meja, kursi, pegangan pintu,
pegangan telpon, pegangan tangga, dan barang yang sering bersentuhan dengan tangan,
kemudian usap/ lap dengan kain terbuat dari bahan microfiber yang telah disemprotkan dengan
cairan desinfektan secara merata pada permukaan (minimal 2x sehari).
20
Lakukan penyemprotan secara langsung dengan jarak 20 cm pada permukaan lantai
dan dinding dan biarkan basah selama 10 menit. pembersihan secara umum dan disinfeksi
dilakukan secara berkala sesering mungkin (minimal 1 kali sehari saat selesai pelayanan).
Desinfeksi di seluruh permukaan klinik/ ruang tindakan harus mengikuti petunjuk
sebagai berikut:
1. Mulai dari area yang paling tidak terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi
2. Mulai dari atas menuju ke bawah/ lantai
3. Mulai di dalam dan bergerak ke luar
4. Desinfeksi dilakukan minimal 15 menit setelah pasien meninggalkan ruang
perawatan
Untuk memenuhi keselamatan publik, RSGM harus memberlakukan pencegahan
terhadap penyebaran virus Covid-19, dimana di dalamnya termasuk prosedur disinfeksi.
Bagian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSGM akan memberlakukan prosedur
disinfeksi termasuk disinfeksi pada ruangan perawatan (klinik) sebelum dan setelah
dipergunakan, ruang tunggu pasien dan ruang perkantoran.
1. Ruang perawatan (klinik)
Disinfeksi ruangan klinik dilakukan pada saat sebelum tindakan, pergantian pasien,
setelah selesai Tindakan.
Prosedur :
1. Petugas memastikan ruang klinik dalam keadaan kosong
2. Petugas memakai APD LEVEL 3
3. Petugas menyiapkan cairan desinfektan
4. Petugas melakukan proses disinfeksi dengan metode spray (semprot) misting
(pengembunan) dan dusting (pengelapan)
5. Petugas melepas APD
2. Ruang tunggu pasien
Disinfeksi ruang tunggu pasien dilakukan sebelum buka pelayanan dan sesudah tutup
pelayanan.
Prosedur :
1. Petugas memastikan ruang tunggu dalam keadaan kosong
2. Petugas memakai APD LEVEL 3
3. Petugas menyiapkan cairan desinfektan
21
4. Petugas melakukan proses disinfeksi dengan metode spray (semprot), misting
(pengembunan) dan dusting (pengelapan)
5. Petugas melepas APD
3. Ruang perkantoran
Disinfeksi ruang perkantoran dilakukan minimal 1 kali sehari
Prosedur :
1. Petugas memastikan ruang perkantoran dalam keadaan kosong
2. Petugas memakai APD LEVEL 3
3. Petugas menyiapkan cairan desinfektan
4. Petugas melakukan proses disinfeksi dengan metode spray dusting (pengelapan)
5. Petugas melepas APD
2.5. Pengelolaan Limbah
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
Pengolahan limbah, atau pengolahan air limbah domestik, adalah proses penghilangan
kontaminan dari air limbah dan limbah rumah tangga, baik limpasan maupun domestik. Hal ini
meliputi proses fisika, kimia, dan biologi untuk menghilangkan kontaminan fisik, kimia dan
biologis
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas yang mengandung mikroorganisme pathogen, bersifat
infeksius, bahan kimia berbahaya dan sedikit bersifat radioaktif. Limbah padat rumah sakit
dibedakan menjadi limbah padat medis dan non medis. Limbah padat medis dibedakan menjadi
limbah infeksius, limbah patologis, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
22
BAB III
Alur Pelayanan dalam Masa Pandemi COVID-19
3.1 Kegiatan Pra-Klinik
Kegiatan Pra-klinik adalah kegiatan yang harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 hari
sebelum hari pelaksanaan pelayanan di RSGM USU. Kegiatan pra-klinik diuraikan dalam tabel
berikut:
No. Pasien Mahasiswa
Program
Pendidikan
Profesi/PPDGS
DPJP Perawat
1. Melakukan
pemeriksaan Rapid
test
Melakukan
pemeriksaan Swab
test
Melakukan
pemeriksaan
Swab test
Melakukan
pemeriksaan Swab test
2. Mengisi form
Assessment
Mengisi form
Assessment
Mengisi form
Assessment
Mengisi form
Assessment
3. Mendaftar ke
bagian Pendidikan
FKG USU
Mengambil APD untuk
DPJP dan perawat di
Instalasi Farmasi
Ketentuan bagi Mahasiswa Program Pendidikan Profesi dan PPDGS yang menjalani
Kepaniteraan Klinik /Praktek di RSGM USU
1. Nama Mahasiswa Kepaniteraan Klinik, PPDGS, DPJP dan pasien beserta tanggal, hari
(shift pagi/siang) sudah diterima RSGM (drg. Gebby) 3 hari sebelum melaksanakan
pelayanan.
2. Pintu masuk RSGM menuju klinik hanya di Front Office RSGM. Terdiri dari 2 Pintu.
Pintu A untuk Pasien, Pintu B untuk DPJP, Mahasiswa Kepaniteraan Klinik/ PPDGS,
dan pegawai. Tidak diperkenankan memasuki RSGM selain dari pintu yang sudah
ditentukan dan meninggalkan ruangan klinik sebelum jam kerja berakhir yaitu :
Pagi : 08.00 – 11.00 WIB
Siang : 13.00 – 16.00 WIB
3. Mahasiswa Kepaniteraan Klinik/PPDGS yang bekerja di Klinik dan memerlukan
bantuan asisten, harus mengajukan 1 orang teman sebagai asisten dan di daftarkan di
bagian Pendidikan serta dilaporkan ke RSGM untuk penyediaan APD.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan perawat sebagai asisten dikarenakan kekurangan
SDM perawat di setiap klinik.
5. Pembayaran biaya pengobatan/perawatan dilakukan di kasir 2 (Depan Unit Radiologi).
23
Bagi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik /PPDGS yang membayarkan sendiri biaya
perawatan pasiennya dilakukan setelah melepas APD.
6. Pengisian dan Penandatanganan buku Rekam Medis yang asli dilakukan di Ruang
Nazir Alwi setelah melepas APD
7. Mahasiswa Kepaniteraan Klinik /PPDGS yang menggunakan instrument/alat pribadi
harus melakukan sendiri pencucian alat dan merendamnya dengan larutan Ozyme
kemudian diserahkan kepada petugas di Instalasi CSSD untuk disterilisasi dengan
autoklaf. Alat tersebut dapat diambil kembali setelah 24 jam.
3.2 Alur Pasien
a. Pagi No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 07.45-08.00 Pintu A RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
4. Diberi nomor antrian
2. 08.00-08.15 Meja Pendaftaran 1. Menyerahkan fotokopi KTP
2. Menyerahkan hasil rapid test
3. Menyerahkan form assessment
4. Menyerahkan uang pendaftaran
a. Pasien baru Rp. 25.000,-
b. Pasien lanjutan Rp. 5000.-
3. 08.15-11.00 Klinik 1. Dilakukan perawatan
2. Menerima instruksi pasca perawatan
4. 11.00-11.30 Kasir 1. Melakukan pembayaran
5. 11.30-12.00 Instalasi Farmasi 1. Pengambilan obat (Jika ada)
b. Siang No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 12.45-13.00 Pintu A RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
4. Diberi nomor antrian
2. 13.00-13.15 Meja Pendaftaran 1. Menyerahkan fotokopi KTP
2. Menyerahkan hasil rapid test
3. Menyerahkan form assessment
4. Menyerahkan uang pendaftaran
a. Pasien baru Rp. 25.000,-
b. Pasien lanjutan Rp. 5000.-
3. 13.15-16.00 Klinik 1. Dilakukan perawatan
2. Menerima instruksi pasca perawatan
4. 16.00-16.30 Kasir 1. Melakukan pembayaran
5. 16.30-17.00 Instalasi Farmasi 1. Pengambilan obat (Jika ada)
24
3.3. Alur Mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS
a. Pagi
No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 07.30-07.40 Pintu B RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
2. 07.40-07.50 Instalasi Farmasi 1. Menyerahkan hasil swab test
2. Menyerahkan form assessment
3. Menerima Paket APD
4. Menyimpan barang di loker
3. 07.50-08.15 Ruang Pemakaian
(Donning) APD
1. Menggunakan APD
4. 08.15-11.00 Klinik 1. Melakukan tindakan kepada pasien
2. Membereskan dental unit dan mencuci
alat sebelum keluar klinik
5. 11.00-11.20 Ruang Pelepasan
(doffing) APD
1. Melepaskan APD
2. Membersihkan diri
3. Menggunakan baju ganti
6. 11.20-11.25 IGD RSGM 1. Input SIRS
7. 11.25-11.30 Kasir 1. Melakukan pembayaran
8. 11.30-12.00 Ruang Nazir Alwi 1. Mengisi dan melengkapi rekam medis*
2. ACC Dokter jaga
9. 12.00-12.30 Instalasi CSSD 1. Penyerahan alat untuk disterilkan**
*Lihat Poin 3.7 **Lihat Poin 3.8
b. Siang
No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 12.30-12.40 Pintu B RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
2. 12.40-12.50 Instalasi Farmasi 1. Menyerahkan hasil swab test
2. Menyerahkan form assessment
3. Menerima Paket APD
4. Menyimpan barang di loker
3. 12.50-13.15 Ruang Pemakaian
(Donning) APD
1. Menggunakan APD
4. 13.15-16.00 Klinik 1. Melakukan tindakan kepada pasien
2. Membereskan dental unit dan
mencuci alat sebelum keluar klinik
5. 16.00-16.20 Ruang Pelepasan
(doffing) APD
1. Melepaskan APD
2. Membersihkan diri
3. Menggunakan baju ganti
6. 16.20-16.25 IGD RSGM 1. Input SIRS
7. 16.25-16.30 Kasir 1. Melakukan pembayaran
8. 16.30-17.00 Ruang Nazir Alwi 1. Mengisi dan melengkapi rekam medis*
2. ACC Dokter jaga
9. 17.00-17.30 Instalasi CSSD 1. Penyerahan alat untuk disterilkan**
25
3.4 Alur Kerja Perawat
a. Pagi No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 07.30-07.40 Pintu B RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
2. 07.40-08.00 Instalasi Farmasi 1. Menyerahkan hasil swab test
2. Menyerahkan form assessment
3. Menyimpan barang di loker
3. 08.00-08.30 Ruang Pemakaian
(Donning) APD
1. Menggunakan APD
4. 08.30-11.00 Klinik 1. Membantu mendistribusikan bahan
kepada mahasiswa Program
Pendidikan Profesi/PPDGS
2. Membersihkan dental unit
5. 11.00-11.30 Ruang Pelepasan
(doffing) APD
1. Melepaskan APD
2. Membersihkan diri
3. Menggunakan baju ganti
b. Siang No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 12.30-12.40 Pintu B RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
2. 12.40-12.50 Instalasi Farmasi 1. Menyerahkan hasil swab test
2. Menyerahkan form assessment
3. 12.50-13.15 Ruang Pemakaian
(Donning) APD
1. Menggunakan APD
4. 13.15-16.00 Klinik 1. Membantu mendistribusikan bahan
kepada mahasiswa Program
Pendidikan Profesi/PPDGS
2. Membersihkan dental unit
5. 16.00-16.30 Ruang Pelepasan
(doffing) APD
1. Melepaskan APD
2. Membersihkan diri
3. Menggunakan baju ganti
3.5 Alur DPJP
a. Pagi No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 07.30-07.40 Pintu B RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
2. 07.40-08.00 Instalasi Farmasi 1. Menyerahkan hasil swab test
2. Menyerahkan form assessment
3. 08.00-08.30 Ruang Pemakaian
(Donning) APD
1. Menggunakan APD
26
No. Waktu Tempat Kegiatan
4. 08.30-11.00 Klinik 1. Membimbing dan mengawasi
mahasiswa Program Pendidikan
Profesi/PPDGS
5. 11.00-11.30 Ruang Pelepasan
(doffing) APD
1. Melepaskan APD
2. Membersihkan diri
3. Menggunakan baju ganti
6. 11.30-12.00 Ruang Nazir Alwi 1. ACC pekerjaan dan Rekam medis
b. Siang No. Waktu Tempat Kegiatan
1. 12.30-12.40 Pintu B RSGM 1. Memakai masker
2. Cuci tangan
3. Cek suhu
2. 12.40-13.00 Instalasi Farmasi 1. Menyerahkan hasil swab test
2. Menyerahkan form assessment
3. 13.00-13.30 Ruang Pemakaian
(Donning) APD
1. Menggunakan APD
4. 13.30-16.00 Klinik 1. Membimbing dan mengawasi
mahasiswa Program Pendidikan
Profesi/PPDGS
5. 16.00-16.30 Ruang Pelepasan
(doffing) APD
1. Melepaskan APD
2. Membersihkan diri
3. Menggunakan baju ganti
6. 16.30-17.00 Ruang Nazir Alwi 1. ACC pekerjaan dan Rekam medis
3.6 Alur Pelayanan Radiologi
Pelayanan radiologi dalam masa pandemi COVID-19 mengalami sedikit perubahan
yaitu:
1. Pasien harus didaftarkan ke Unit Radiologi (Reza Dana Sasmita (Hp.
082213816647)) dengan melampirkan surat rujukan rontgen.
2. Petugas Unit Radiologi akan menyusun jadwal pelaksanaan foto rontgen dan
menginformasikannya kepada mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS.
3. Pasien harus datang sesuai jadwal yang sudah ditentukan
4. Pasien yang datang hanya untuk melakukan foto rontgen, tetap masuk melalui front
office RSGM dan melakukan pendaftaran pelayanan radiologi.
27
3.7 Pengisian Rekam Medis
Pengisian rekam medis dalam masa pandemi tetap menggunakan prosedur yang telah ada
sebelumnya, tetapi berbeda dalam alur dan waktu pengisian. Alur pengisian rekam medis masa
pandemi:
1. Mahasiswa yang namanya telah terdaftar untuk bekerja di RSGM, akan mendapatkan
copy “Dummy” Rekam Medis yang akan dikirimkan oleh petugas rekam medis
melalui e-mail.
2. “Dummy” Rekam Medis dicetak dan diisi di rumah dengan lengkap.
3. Saat bekerja di klinik, mahasiswa tidak diperbolehkan menulis ataupun
mengeluarkan kertas/buku apapun.
4. Setelah melepaskan APD, input SIRS, melakukan pembayaran dan sudah berada di
ruang Nazir Alwi, Petugas Pengantar Rekam Medis akan memberikan Rekam Medis
“Asli” milik pasien yang dikerjakan pada hari tersebut.
5. Mahasiswa dipersilakan menyalin isi “Dummy” Rekam Medis ke dalam Rekam
Medis “Asli” dengan teliti dan lengkap.
6. Dummy boleh disimpan kembali. Hanya Rekam Medis “Asli” yang perlu
ditandatangani dokter jaga.
7. Rekam medis “Asli” dikembalikan kepada petugas dengan tanda serah terima.
3.8 Alur Sterilisasi Alat
2.Mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS menyerahkan alat yang telah dicuci
kepada petugas di instalasi CSSD.
3. Petugas CSSD dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS bersama sama
mengecek kelengkapan dan kondisi alat instrument
4. Petugas CSSD mencatat alat/ instrumen ke dalam nota dan menyerahkan nota salinan
(lembar kedua) kepada mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS
1.Mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS harus melabeli alat-alat/instrumen
sesuai dengan nama dan NIM masing-masing.
28
Alur Pengambilan Alat
1. Mahasiwa Program Pendidikan Profesi/PPDGS menyerahkan nota salinan ke petugas
CSSD sewaktu pengambilan alat. Pengambilan alat dilakukan minimal 24 jam setelah
penyerahan alat.
2. Petugas CSSD dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi/PPDGS bersama sama
mengecek kondisi alat instrumen
3. Petugas CSSD menyerahkan alat steril kepada mahasiswa Program Pendidikan
Profesi/PPDGS sesuai dengan nota
29
DAFTAR PUSTAKA
Fu L, Wang B, Yuan T, Chen X, Ao Y, Fitzpatrick T, Li P, Zhou Y, Lin YF, Duan Q, Luo G,
Fan S, Lu Y, Feng A, Zhan Y, Liang B, Cai W, Zhang L, Du X, Linghua Li, Yuelong
Shu, Huachun Zou. Clinical characteristics of coronavirus disease 2019 (COVID-19) in
China: A systematic review and meta-analysis. J Infect. 2020 Jun; 80(6): 656-665.
Published online 2020 Apr 10. doi: 10.1016/j.jinf.2020.03.041
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk
Penanganan COVID-19 di Indonesia. 2020
Harrel, S. K. and Molinari, J. (2004) ‘Aerosols and splatter in dentistry’, Journal of the
American Dental Association (1939), 135(4), pp. 429-37. doi:
10.14219/jada.archive.2004.0207.
Kampf, G. et al. (2020) ‘Persistence of coronaviruses on inanimate surfaces and their
inactivation with biocidal agents’, Journal of Hospital Infection, 104(3), pp. 246-251.
doi: 10.1016/j. jhin.2020.01.022. K.Tsia, K.Lee and Q.Lai (no date) Oral Diseases, Wiley
Online Library. doi: 10.1111/(ISSN)1601-0825.
Keputusan Menkes RI No. HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Li, H. et al. (2020) ‘Coronavirus disease 2019 COVID-19): current status and future
perspectives’, International Journal of Antimicrobial Agents, 55(5), p. 105951. doi:
10.1016/j. ijantimicag.2020.105951.
Nile, S. H. et al. (2020) ‘COVID-19: Pathogenesis, cytokine storm and therapeutic potential of
interferons’, Cytokine & Growth Factor Reviews, 53, pp. 66-70. doi:
10.1016/j.cytogfr.2020.05.002.
Scott Froum and Michelle Strange (2020) COVID-19 and the problem with dental aerosols,
Perio- Implant Advisory. Available at: https://www.perioimplantadvisory.com/
periodontics/oral-medicine-anesthetics-and-oral-systemic-connection/article/14173521/
covid19-and-the-problem-with- dental-aerosols.
Van Doremalen, N. et al. (2020). Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared
with SARS-CoV-1, New England Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society,
38.
Wang, J. and Du, G. (2020) ‘COVID-19 may transmit through aerosol’, Irish Journal of
Medical Science (1971 -). doi: 10.1007/s11845-020-02218-2. 2(16), pp. 1564-1567. doi:
10.1056/NEJMc2004973.