tiga sabat
TRANSCRIPT
2
3
● ● ●
“Hari Sabat-Ku telah Kuberikan kepada mereka untuk menjadi tanda di antara Aku dan mereka,
supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN yang menguduskan mereka.”
● ● ●
4
5
TIGA SABAT Mengungkap Makna dan Hakikat
di Balik Hari Ibadah
ELLET JOSEPH WAGGONER
EDEN WAY PUBLISHING Minahasa Utara
6
THREE SABBATHS Ellet Joseph Waggoner Terbitan Pacific Press Publishing Company, Oakland, California
TIGA SABAT: MENGUNGKAP MAKNA DAN HAKIKAT DI BALIK HARI IBADAH
Penerjemah: Christoper Tambanua Cover Design dan Layout: Christoper Tambanua E-mail: [email protected] Telepon: +62-852-4002-5038
Semua kutipan Kitab Suci diambil dari, kecuali yang dinyatakan lain: Alkitab, Terjemahan Baru Indonesia (TB) Copyright © LAI 1974. Kutipan ayat Alkitab lain yang digunakan: The Holy Bible, King James Version (KJV) Copyright © 1611.
Diterbitkan oleh Eden Way Publishing Yayasan Jalan Eden Indonesia Desa Warukapas Jaga IX, Dimembe, Minahasa Utara 95373
7
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................. 10
SABAT TUHAN .................................................... 12
SABAT YAHUDI ................................................... 23
SABAT KEPAUSAN ............................................... 28
8
● ● ●
“Masalah Sabat akan menjadi persoalan di dalam pertentangan besar terakhir,
di mana seluruh dunia akan mengambil bagian. Manusia telah menghormati prinsip-prinsip setan
di atas prinsip-prinsip yang mengatur surga. Mereka telah menerima suatu sabat tiruan,
yang setan telah angkat sebagai tanda kekuasaannya. Tetapi Tuhan telah meletakkan meterai-Nya
di atas tuntutan kerajaan-Nya.
Masing-masing sabat membawa nama pembuatnya, sebuah cap yang tidak dapat dihilangkan
yang memperlihatkan pemiliknya.
Adalah pekerjaan kita untuk menuntun orang-orang memahami hal ini. Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa ada konsekuensi yang mematikan
apakah mereka membawa cap kerajaan Tuhan ataukah cap kerajaan kedurhakaan, karena melaluinya mereka mengakui bahwa diri mereka adalah warga kerajaan
yang capnya mereka bawa itu.”
ELLEN GOULD WHITE
● ● ●
9
10
TIGA SABAT
eseorang dapat dengan sah berbicara
mengenai sabat dalam bentukan jamak
hanya sebagaimana seseorang dapat berbicara
mengenai banyak allah.
Tidak ada allah lain dari pada Allah yang
esa. Sebab sekalipun ada yang disebut allah,
baik yang ada di langit maupun yang ada di
bumi; sebagaimana ada banyak allah dan
banyak tuhan; namun bagi kita hanya ada
satu Allah, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya
segala sesuatu ada, yang bagi Dia kita
hidup; dan hanya ada satu Tuhan saja,
Yesus Kristus, yang melalui-Nya segala
sesuatu ada, yang oleh karena Dia kita
hidup.” 1 Korintus 8:5, 6 KJV
Jadi, meskipun ada begitu banyak yang disangka sabat,
hanya ada satu Sabat yang benar, itulah Sabat Tuhan.
S
“
11
● ● ●
“Tuhan telah memanggil kita untuk mengangkat makna Sabat-Nya yang telah tertindas itu. Karena sedemikian pentingnya sehingga
teladan kita di dalam pemeliharaan Sabat haruslah benar.”
ELLEN GOULD WHITE ● ● ●
12
SABAT TUHAN
Kata Sabat berarti perhentian [istirahat]. Itu adalah
satu kata Ibrani yang diadopsi. Ketika orang Ibrani
menggunakan kata ‘Sabat,’ kata itu membawa kepada
mereka pemikiran yang sama dengan kata ‘istirahat’
bagi kita. Maka dari itu, hukum ke-empat dengan
sungguh-sungguh berkata kepada kita: “Ingatlah kamu
akan hari istirahat, supaya kamu menjaga kesuciannya.
Enam hari lamanya engkau harus bekerja, dan
melakukan segala pekerjaanmu; tetapi hari ketujuh
adalah istirahat Tuhan Allahmu; di dalamnya janganlah
melakukan pekerjaan apapun, baik engkau atau
anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau
pembantumu laki-laki, atau pembantumu perempuan,
atau ternakmu, atau orang asing yang ada di tempat
kediamanmu; sebab dalam enam hari Tuhan
menciptakan langit dan bumi, laut, dan segala yang
ada di dalamnya, dan Ia beristirahat di hari yang
13
ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari
istirahat dan menguduskannya.” [Keluaran 20:8-11
KJV].
Janganlah kita membuat kesalah-pengertian atas kata
‘istirahat Tuhan’ menurut kebiasaan kita memahami
kata istirahat. Allah bukanlah manusia. Lebih baik kita
belajar dari istirahat [perhentian] Tuhan apa arti kata
istirahat yang sesungguhnya. Istirahat Tuhan bukanlah
istirahat fisik dari keletihan belaka. Hal ini dapat kita
ketahui dari dua kenyataan ini. Yang pertama ialah,
“Allah itu Roh.” Yohanes 4:24. Tidak dikatakan bahwa
Allah adalah “satu roh,” seakan-akan Dia adalah salah
satu dari banyak. Dia adalah Roh, sebagaimana
ditegaskan oleh Kitab Suci. Yang kedua adalah,
“TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari
ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak
menjadi lesu.” Yesaya 40:28. Maka dari itu, Tuhan
tidaklah beristirahat karena Ia letih, dan bahwa
istirahat-Nya bukanlah istirahat fisik, melainkan
14
istirahat rohani, sebab Dia adalah Roh. “Barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh
dan kebenaran.”
Tuhan beristirahat, bukan karena Ia letih, tetapi karena
pekerjaan-Nya telah selesai. Ketika pekerjaan selesai,
dan hasilnya sungguh memuaskan, tidak ada yang
tersisa kecuali berhenti. Enam hari lamanya Tuhan
menyelesaikan pekerjaan-Nya, dan ketika Ia melihat-
lihat segala yang dijadikan-Nya itu, Dia mengumumkan
bahwa semuanya “sungguh amat baik.” Tidak ada
cacat sama sekali. Tidak ada satu kesalahan sama
sekali di hadapan-Nya. Maka dari itu, oleh karena
pekerjaan-Nya telah selesai dan sungguh memuaskan
pada penutupan hari ke-enam, “Berhentilah Ia pada
hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-
Nya itu.”
Tiada dimiliki-Nya bayangan kesedihan maupun
penyesalan. Perhentiannya tidaklah dirusak oleh
15
pemikiran apapun sebagaimana yang sering terjadi
kepada manusia, misalnya, “Besok saya harus
mengerjakannya lagi,” atau, “Saya harap saya
melakukan bagian ini sedikit lebih berbeda,” atau
“Sekiranya saya dapat melakukannya lagi, tentu saya
akan membuat yang lebih baik,” atau juga, “Pekerjaan
di hari terakhir itu begitu sulit sehingga saya tidak
sanggup memandangnya; Saya begitu letih ketika
melakukannya sehingga belum sampai separuh
selesai.” Tidak ada yang seperti ini. Setiap bagian
pekerjaan-Nya, termasuk manusia, adalah sempurna
sebagaimana yang dapat terjadi kepadanya. Dan
dengan kemurnian, Tuhan bergembira [menikmatinya]
dalam menatap pekerjaan yang darinya Dia
beristirahat itu,sebab semuanya tuntas dan sempurna.
Inilah perhentian yang Dia tawarkan kepada kita.
Itu bukanlah sesuatu yang dibebankan kepada kita,
melainkan sesuatu yang Dia berikan kepada kita
dengan kasih dan kebaikan yang kekal. Istirahat
16
bukanlah suatu tugas yang diletakkan atas seseorang.
Bukan pula suatu beban. Mereka yang melihat Sabat
sebagai suatu beban tidaklah memiliki pengertian
sama sekali mengenai apa sesungguhnya Sabat Tuhan
itu. Perhentian yang sempurna, tanpa campuran.
Yesus Kristus adalah Oknum yang oleh-Nya segenap
dunia diciptakan, “karena di dalam Dialah telah
diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang
ada di bumi.” [Kolose 1:16]. Maka dari itu, Dialah
Oknum yang menawarkan perhentian ini kepada kita.
Kepada setiap jiwa Dia berseru, “Marilah kepada-Ku,
semua kamu yang bekerja dengan susah payah dan
yang berbeban berat, dan Aku akan memberikan
kepada-Mu istirahat [perhentian].” Matius 11:28 KJV.
Perhentian ini terdapat di dalam Dia, karena di dalam
Dialah pekerjaan Allah tuntas dan lengkap. Di dalam
Dia ada penciptaan baru, dan siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru. Di kayu salib Yesus
berseru, “Sudah Selesai.” Menunjukkan bahwa melalui
17
salib-Nya kita memperoleh perhentian yang sempurna
itu, yang berasal hanya dari pekerjaan Tuhan yang
sudah selesai.
Perhentian ini diperoleh melalui iman. “Kita yang
beriman, akan masuk ke tempat perhentian.” [Ibrani
4:3]. Bagaimana bisa? Karena oleh iman kita memiliki
pekerjaan Tuhan yang sudah selesai dan sempurna
sebagai milik kita. “Inilah pekerjaan yang dikehendaki
Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang
telah diutus Allah.” Yohanes 6:29. Percaya kepada Dia
artinya menerima Dia. Dan oleh karena di dalam Dia
pekerjaan Allah tuntas, maka dengan percaya kepada-
Nya kita memperoleh perhentian itu.
Istirahat yang Yesus berikan ialah istirahat dari dosa.
Yang berbeban berat yang Dia panggil untuk datang
kepada-Nya ialah mereka yang terbeban dengan
beratnya dosa-dosa mereka. Dengan demikian semua
orang memiliki beban, “karena semua orang telah
18
berbuat dosa.” [Roma 3:23]. Perbuatan-perbuatan kita
yang terbaik sama sekali tidak berguna.
Kristus akan mempunyai satu umat yang “rajin berbuat
baik” (Titus 2:14), tetapi perbuatan-perbuatan baik itu
haruslah Tuhan sendiri yang perbuat bagi kita di dalam
Kristus. Perbuatan-Nya saja yang tetap bertahan.
“Agung dan terhormat pekerjaan-Nya; dan kebenaran-
Nya tetap untuk selama-lamanya.” Mazmur 111:3.
Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan dari
dirimu sendiri, tetapi pemberian Allah; itu
bukan hasil usaha supaya jangan ada orang
yang menyombongkan diri. Karena kita ini
buatan Allah, diciptakan dalam Kristus
Yesus untuk melakukan perbuatan-
perbuatan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya sehingga kita hidup di
dalamnya.” Efesus 2:8-10 KJV
“
19
Dia telah menyelamatkan kita, bukan
karena perbuatan baik [kebenaran] yang
telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-
Nya oleh permandian kelahiran kembali
dan oleh pembaharuan yang dikerjakan
oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-
Nya kepada kita oleh Yesus Kristus,
Juruselamat kita.” Titus 3:5, 6
Sebab itu, oleh perbuatan Tuhanlah kita diselamatkan;
bukan oleh perbuatan kita. Di dalam Dia, perbuatan-
perbuatan baik sungguh melimpah; dan itu semua bagi
kita juga, namun bukan dengan perbuatan diri kita;
hanya dengan pekerjaan Allah yang sempurna di
dalam Yesus Kristus semata. Jika pekerjaan itu adalah
pekerjaan kita, maka perhentian itu adalah perhentian
kita; tetapi Allah memberikan perhentian-Nya, bukan
perhentian kita, sebab hanya perbuatan-perbuatan-
Nya sajalah yang menghasilkan perhentian yang
sempurna.
“
20
“Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya
peringatan” (Mazmur 111:4), atau secara literal
[harafiah] bisa berarti, “Dia telah membuat suatu
peringatan atas perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib.”
Peringatan tersebut adalah hari ketujuh, hari dimana
Dia berhenti dari segala pekerjaan yang telah dibuat-
Nya. Hari itulah yang telah Ia berkati dan sucikan; yang
telah dibuat-Nya kudus. Kekudusannya tidaklah
pernah meninggalkannya, sebab “segala sesuatu yang
dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya.”
[Pengkhotbah 3:14]. Tidak peduli apapun yang
manusia lakukan, atau betapapun manusia anggap,
kekudusan hari Sabat adalah tetap dan tidaklah
berubah.
“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari
ketujuh, bagi umat Allah.” [Ibrani 4:9]. Dan hari
ketujuh itu, yang mana untuk selamanya Allah
permaklumkan untuk menjadi perhentian-Nya, adalah
hari dimana Dia membuat kita mengerti akan
21
kesempurnaan perhentian-Nya, karena hari tersebut
memanggil kita untuk merenungkan ciptaan baru yang
tuntas dan sempurna itu. Hari itu mengungkapkan
kepada kita Allah yang kekal, yang tidak letih, Pencipta
yang maha kuasa, yang telah melakukan serta
menyimpan kebaikan-kebaikan yang limpah bagi
mereka yang percaya pada-Nya di hadapan manusia.
Mazmur 31:19. Hari itu mengingatkan kita bahwa kita
“telah dipenuhi [sempurna] di dalam Dia. Dialah kepala
semua pemerintah dan penguasa.” [Kolose 2:10]. Hari
itu memberitahukan kita bahwa, sekalipun kita telah
berdosa, dan telah membawa kutuk kepada ciptaan
Tuhan yang sempurna, tetapi salib Kristus, yang
menanggung kutuk itu, memulihkan dan melestarikan
karya Allah yang sempurna itu, sehingga, melalui salib
itu juga kita dapat berdiri tanpa cacat di hadapan
takhta Allah, layaknya ketika manusia pertama kali
diciptakan. “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya
yang tak terkatakan itu!” [2 Korintus 9:15].
22
● ● ●
“Ketika orang-orang Yahudi berpaling dari Allah, dan gagal menjadikan kebenaran Kristus
sebagai milik mereka melalui iman, makna Sabat pun hilang atas mereka.”
ELLEN GOULD WHITE ● ● ●
23
SABAT YAHUDI
Ada juga yang disebut “Sabat Yahudi,” atau Sabat
orang Yahudi. Namun hal ini merupakan sesuatu yang
jauh berbeda dari Sabat Tuhan. Banyak yang
beranggapan bahwa jika seseorang merayakan hari
ketujuh maka ia sedang memelihara Sabat Yahudi.
Tetapi hal tersebut sama sekali tidak demikian. Tak
seorangpun akan memelihara Sabat Yahudi seandainya
ia memelihara Sabat “menurut hukum Taurat.” Ada
kesamaan perbedaan antara Sabat Yahudi dan Sabat
Tuhan, sebagaimana antara manusia dan Allah. Mari
kita memperjelasnya.
“Hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN.” Tetapi kita
telah mengerti bahwa perhentian Tuhan adalah
perhentian rohani, yang mana diperingati oleh hari
ketujuh. Seseorang dapat berhenti dari kerja keras
jasmani pada hari ketujuh setiap pekan, dan tidak
memelihara Sabat Tuhan. Jika seseorang berhenti
24
bekerja pada Jumat petang ketika matahari terbenam
dan menjauhkan diri dari segala pekerjaan sampai
matahari terbenam di hari selanjutnya, semata-mata
sebagai wujud dari penyembahan, dan supaya dia
boleh secara fisik lebih baik untuk kembali melakukan
pekerjaannya lagi, atau dengan pemikiran bahwa
melalui cara itu dia dibebaskan dari kewajibannya, dan
memperoleh perkenan Tuhan, maka itu bukanlah
pemeliharaan Sabat Tuhan.
Memelihara Sabat Tuhan adalah nikmat [berbahagia]
di dalam Tuhan. Mereka yang tidak berbahagia di
dalam Tuhan, tidaklah memelihara Sabat-Nya,
sekalipun mereka menjauhkan diri dari pekerjaan.
Adalah mutlak tidak mungkin bagi seorang yang bukan
Kristen untuk memelihara Sabat Tuhan. Sebab,
sebagaimana telah kita pahami bahwa perhentian
Allah datang hanya dari karya-Nya yang sempurna
25
yang terdapat hanya di dalam Kristus. “Kita yang
beriman, akan masuk ke tempat perhentian.”
Maka dari itu tidak satupun orang Yahudi, yang tidak
percaya Kristus, yang melihara Sabat Tuhan, sekalipun
kelihatannya ia beristirahat pada hari ketujuh setiap
pekan. Perhentiannya adalah perhentiannya sendiri
dan bukan perhentian Tuhan.
Apakah engkau melihat perbedaannya?
Sabat Yahudi jatuh pada hari yang sama di setiap
pekan sebagaimana Sabat Tuhan, tetapi tidak
bermakna sama. Sabat Yahudi hanya mewakili diri
orang itu sendiri, juga usahanya sendiri. Gantinya
menjadi tanda [meterai] dari pembenaran oleh iman
melalui karya Tuhan, Sabat tersebut adalah tanda dari
kebenaran diri, sebagaimana ditunjukkan lewat
pertanyaan yang orang Yahudi tanyakan kepada Yesus:
26
Apakah yang harus kami perbuat, supaya
kami mengerjakan pekerjaan yang
dikehendaki Allah?” Yohanes 6:28
Mereka menganggap bahwa perbuatan mereka setara
dengan perbuatan Tuhan. Penurutan mereka bukanlah
penurutan iman; melainkan penurutan yang hanya
rupa saja. Semoga Tuhan melepaskan kita dari Sabat
yang demikian. Dari penurutan macam inilah kita
diselamatkan di dalam Sabat Tuhan. Sebab kita
diselamatkan dari perbuatan-perbuatan [usaha-usaha]
kita sendiri dan dikaruniakan [dipakaikan]perbuatan-
perbuatan Tuhan yang sempurna.
“Hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,” marilah kita
berhati-hati untuk tidak menjadikannya sindiran atau
kejenakaan [lawakan] belaka. Marilah kita
menerimanya sebagaimana adanya, yaitu:
perhentian Tuhan.
“
27
● ● ●
“Ada begitu banyak yang tidak pernah memahami kejelasan mengenai Sabat Alkitab
dan yang tidak mengerti di atas landasan palsu apa pemeliharaan hari Minggu itu diletakkan.”
ELLEN GOULD WHITE ● ● ●
28
SABAT KEPAUSAN
Sabat Kepausan adalah sesuatu yang sama sekali
berbeda dengan Sabat Yahudi, dan yang sungguh tak
terhingga berbeda dengan Sabat Tuhan. Sabat Tuhan
adalah penerimaan atas perbuatan-perbuatan Tuhan,
dan beristirahat di dalam perbuatan-perbuatan-Nya
saja, membiarkan Dia berkarya baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Sabat Yahudi
mewakili usaha-usaha giat yang sia-sia serta keyakinan
manusia terhadap diri untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang Allah sendiri lakukan dan yang hanya
Allah dapat lakukan. Namun sabat paus menandakan
pergantian [substitusi] perbuatan manusia atas
perbuatan Tuhan, yang bukan hanya dianggap sama
baiknya, namun sebagai sesuatu yang lebih baik. Sabat
kepausan bahkan membuang wujud dari perintah
Tuhan. Mari kita lihat sebagaimana adanya.
29
Sampai disini kita telah cukup mengenal Sabat Tuhan.
Kita telah mengetahui apa itu sejatinya. Kita telah
melihat bahwa Sabat Yahudi adalah pemeliharaan
Sabat Tuhan secara wujud saja tanpa hakikatnya, yang
hanya boleh terjadi oleh iman saja. Sabat itu jatuh
pada hari yang sama, namun sebagai milik manusia,
bukan milik Tuhan. Sabat kepausan sama sekali tidak
memiliki persamaan dengan Sabat Tuhan, bahkan
secara wujud sekalipun; yang ada hanyalah
penyangkalan atasnya saja.
Sebuah buku Katolik Roma yang berjudul A Sure Way
to Find Out the True Religion1 berkata:
Memelihara kekudusan hari Minggu adalah
suatu perkara yang mutlak penting untuk
keselamatan; meskipun tidak terdapat
dimanapun juga dalam Alkitab.
1 Buku yang ditulis oleh Rev. Thomas Baddeley, seorang Imam Katolik Roma, untuk mempertahankan prinsip-prinsip ajaran gereja dari paham Protestantisme.
“
30
Bahkan sebaliknya, Alkitab berkata, Ingatlah
dan kuduskanlah hari Sabat (Keluaran 20:8),
yang adalah hari Sabtu, dan bukan hari
Minggu. Maka dari itu, Alkitab tentulah tidak
mengandung segala sesuatu yang diperlukan
untuk keselamatan.”
Pernyataan ini hanyalah salah satu dari sekian banyak
kutipan yang dapat diberikan, namun sudah cukup
untuk menunjukkan bahwa melalui perayaan hari
Minggu, Gereja Katolik dengan sengaja menyangkal
Firman Tuhan, dan menempatkan diri mereka jauh di
atas Firman itu sendiri. Mereka telah menempatkan
sabat mereka pada satu hari yang sama sekali berbeda
dari Sabat Tuhan – sebuah hari yang bahkan Allah
sendiri tidak akan mungkin membuatnya sebagai Sabat
milik-Nya, sebab pada hari itu Dia baru saja memulai
pekerjaan-Nya – guna mempertegas pernyataannya
bahwa mereka berada di atas Allah, lebih tinggi dari
Allah. Pemeliharaan hari Minggu mengajarkan manusia
31
bahwa mereka harus menuruti gereja lebih daripada
Allah.
Perhatikan kutipan di atas yang membicarakan tentang
pentingnya “memelihara kekudusan hari Minggu.”
Padahal Allah tidak membuat hari Minggu itu kudus.
Kenyataannya, Alkitab tidaklah mengetahui apa-apa
tentang hari itu. Alkitab mengenal hari pertama dalam
pekan yang disebutnya hari bekerja, tetapi hari
Minggu, satu hari yang terbentuk dari penggalan dua
hari, telah di buat di Roma.2 Satu-satunya hari yang
Allah pernah ucapkan kekudusannya ialah hari ketujuh
dalam pekan. Dia sendirilah yang menjadikannya
kudus, dan segala yang dimohonkan-Nya kepada kita
ialah menjaga kekudusannya.
2Alkitab mengajarkan bahwa pergantian hari terjadi ketika matahari terbenam (lih. Imamat 23:32; Hakim-hakim 19:9; Nehemia 13:19). Pergantian hari pada pertengahan malam di adopsi dari kebudayaan, kepercayaan dan juga sistem jaga Bangsa Roma kuno. Maka dari itu, sesuai dengan sistem yang Alkitabiah, hari Minggu yang kita kenal sekarang memotong sedikit bagian dari hari pertama dan mengambil sedikit bagian dari hari kedua.
32
Tetapi oleh karena Allah tidak menjadikan hari Minggu
itu kudus, maka, sekiranya seseorang harus menjaga
kekudusannya pastilah orang itu sendirilah yang harus
menjadikannya kudus. Segala kekeramatan yang hari
Minggu miliki di dunia ini adalah yang manusia berikan
kepadanya. Maka dari itu, sabat Minggu, berdiri
sebagai tanda [meterai] dari kuasa kepura-puraan
manusia [kuasa manusia yang menganggap diri
mampu] untuk menjadikan sesuatu kudus. Sebab jika
manusia dapat membuat sesuatu menjadi kudus, maka
itu merupakan bukti bahwa dia dapat membuat segala
sesuatunya kudus. Sekiranya manusia mampu
menjadikan dan memelihara satu hari kudus, maka dia
dapat pula menjadikan dan memelihara dirinya kudus.
Dengan demikian, sabat kepausan merupakan tanda
atas pernyataannya dalam mengambil tempat Tuhan
sebagai oknum yang menguduskan orang berdosa.
Sementara hari ketujuh adalah tanda [meterai] dari
kuasa Allah untuk menyelamatkan melalui perbuatan-
33
perbuatan-Nya, hari Minggu merupakan tanda atas
kuasa sangkaan manusia untuk menyelamatkan dirinya
melalui usaha-usahanya, terlepas sepenuhnya dari
Tuhan, dan bahkan menentang atau menghina Tuhan.
Pemeliharaan hari Minggu adalah menyangkal Tuhan,
karena menyangkal Firman-Nya.
Perhatikanlah bahwa hal ini dikatakan bagi hari
Minggu Paus, dan bukan bagi mereka yang mengiranya
sebagai suatu hari yang suci. Ada ribuan orang yang
sedang memelihara hari Paus dengan tulus karena
menduganya sebagai Sabat Tuhan. Orang-orang ini
tentu saja percaya kepada pembenaran oleh iman,
sekalipun mereka, tanpa disadari, merayakan tanda
[meterai] pembenaran oleh perbuatan. Bagi orang-
orang yang seperti itulah tulisan ini ditulis, supaya
mereka dapat sepenuhnya selaras dan konsisten
dengan pengakuan iman mereka.
34
Kita sedang berurusan dengan fakta atau kenyataan,
tidak peduli bagaimanapun orang-orang
menganggapnya. Dan kenyataannya ialah bahwa Sabat
Tuhan adalah pembenaran oleh iman, Sabat Paus
berarti pembenaran karena perbuatan-perbuatan, dan
perbuatan-perbuatan itu adalah usaha-usaha manusia.
Di pihak manakah engkau akan berdiri?
35
36
● ● ●
“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah.”
RASUL PAULUS ● ● ●
37
38
Apakah Anda terberkati oleh kebenaran yang terdapat di dalam buku ini?
Mari dukung agar lebih banyak lagi kebenaran-kebenaran yang dapat
disebarluaskan sehingga semua orang boleh mengenal-Nya dan dimenangkan
39
40