tiga puisi ibnu qayyim al-jauziyah kajian struktur dan isi

11
Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi Hikmatul Aini Maftukhah dan Muhammad Luthfi Program Studi Sastra Arab, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Skripsi ini bertujuan mendeskripsikan struktur tipografi, gaya bahasa, dan makna yang terkandung di dalam ketiga puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang dipusatkan pada analisis struktural dan semiotik. Hasil analisis pada penelitian ini mengindikasikan setiap puisi memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Ketiga puisi ini memiliki pola bahr kaamil dengan modifikasi tertentu zihaf dan illat. Puisi “Fii Binaai al-Jannah” merupakan penggambaran material-material bangunan surga. Puisi “Fii Anhaari al-Jannah” menggambarkan keindahan sungai-sungai di surga. Puisi “Fii a’aami Ahli al-Jannah” menggambarkan makanan lezat yang beraneka ragam di dalam surga. Puisi “Fii Binaai al-Jannah”, “Fii Anhaari al-Jannah”, maupun “Fii a’aami Ahli al-Jannah” merupakan penggambaran dan representasi mengenai kenikmatan surga yang dianalasis menggunakan teori semiotik dengan sistem penandaan. Form and Content Study Three Poems of Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Abstract This research aims to describe the structure of typography, style, and meaning three poems written by Ibn Qayyim al-Jauziyyah.The method that is used is analytical description, focusing on structural and semiotic analysis. The results of the analysis in this study indicates that every poem has a unique and distinctive characteristics. All of the poems have bahr kaamil pattern with certain modifications in its zihaf and ‘illat. Fii Binaai al-Jannah” (one of the poems) is a depiction of the materials used to build a heaven. “Fii Anhaari al- Jannah” (the other poem) describes the beautiful rivers of paradise. “Fii a'aami al-Jannah” (another poem) describes kind of delicious food available in heaven. All of the three poems, Fii Binaai al-Jannah, Fii Anhaari al-Jannah, and Fii a'aami al-Jannah are the depiction and representation of the pleasures of heaven which are analyzed using semiotic theory, and most of the poems used the kind of symbols. Keywords: Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Arabic classic poetry, ‘Ilmu ‘aruu, ‘ilmu balagah, and paradise. Pendahuluan Nama lengkap Ibnu Qayyim adalah Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa’d bin Hariz bin Makki, Zainuddin Az-Zur’i Ad-Dimasqi Al-Hambali. Nama panggilannya adalah Abu Abdillah, sedangkan nama julukannya adalah Syamsuddin. Dia terkenal dengan nama Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah. Ia dikenal dengan nama Al-Jauziyah, karena ayahnya Syaikh Abu Bakar bin Ayyuzb Az-Zar’i mendirikan sebuah madrasah Al-Jauziyah di Damaskus, sehingga keturunannya terkenal dengan nama madrasah tersebut (Ilham dan Asmu’i, 2012: 822). Ibnu Qayyim AL-Jauziyah lahir pada tahun 691 H/1292 M. Dia meninggal pada tahun 751 H di Damaskus juga. Ia adalah seorang faqih dan mujtahid bermazhab Hambali. Dia mahir dalam bidang bahasa Arab, ilmu kalam, nahwu, dan sebagainya. Dalam buku “60 Biografi Ulama Salaf” karya Syaikh Ahmad Farid banyak pendapat para ulama yang memuji kepiawaian Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam menuntut ilmu. Salah satunya Ibnu Katsir mengatakan “Dia belajar ilmu agama, terutama dalam bidang tafsir, hadi, dan ushul fiqih”. Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

Hikmatul Aini Maftukhah dan Muhammad Luthfi

Program Studi Sastra Arab, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Skripsi ini bertujuan mendeskripsikan struktur tipografi, gaya bahasa, dan makna yang terkandung di dalam ketiga puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang dipusatkan pada analisis struktural dan semiotik. Hasil analisis pada penelitian ini mengindikasikan setiap puisi memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Ketiga puisi ini memiliki pola bahr kaamil dengan modifikasi tertentu zihaf dan illat. Puisi “Fii Binaai al-Jannah” merupakan penggambaran material-material bangunan surga. Puisi “Fii Anhaari al-Jannah” menggambarkan keindahan sungai-sungai di surga. Puisi “Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah” menggambarkan makanan lezat yang beraneka ragam di dalam surga. Puisi “Fii Binaai al-Jannah”, “Fii Anhaari al-Jannah”, maupun “Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah” merupakan penggambaran dan representasi mengenai kenikmatan surga yang dianalasis menggunakan teori semiotik dengan sistem penandaan.

Form and Content Study Three Poems of Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Abstract

This research aims to describe the structure of typography, style, and meaning three poems written by Ibn Qayyim al-Jauziyyah.The method that is used is analytical description, focusing on structural and semiotic analysis. The results of the analysis in this study indicates that every poem has a unique and distinctive characteristics. All of the poems have bahr kaamil pattern with certain modifications in its zihaf and ‘illat. “Fii Binaai al-Jannah” (one of the poems) is a depiction of the materials used to build a heaven. “Fii Anhaari al-Jannah” (the other poem) describes the beautiful rivers of paradise. “Fii Ṭa'aami al-Jannah” (another poem) describes kind of delicious food available in heaven. All of the three poems, Fii Binaai al-Jannah, Fii Anhaari al-Jannah, and Fii Ṭa'aami al-Jannah are the depiction and representation of the pleasures of heaven which are analyzed using semiotic theory, and most of the poems used the kind of symbols. Keywords: Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Arabic classic poetry, ‘Ilmu ‘aruuḍ, ‘ilmu balagah, and paradise. Pendahuluan Nama lengkap Ibnu Qayyim adalah Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa’d bin Hariz bin Makki, Zainuddin Az-Zur’i Ad-Dimasqi Al-Hambali. Nama panggilannya adalah Abu Abdillah, sedangkan nama julukannya adalah Syamsuddin. Dia terkenal dengan nama Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah. Ia dikenal dengan nama Al-Jauziyah, karena ayahnya Syaikh Abu Bakar bin Ayyuzb Az-Zar’i mendirikan sebuah madrasah Al-Jauziyah di Damaskus, sehingga keturunannya terkenal dengan nama madrasah tersebut (Ilham dan Asmu’i, 2012: 822). Ibnu Qayyim AL-Jauziyah lahir pada tahun 691 H/1292 M. Dia meninggal pada tahun 751 H di Damaskus juga. Ia adalah seorang faqih dan mujtahid bermazhab Hambali. Dia mahir dalam bidang bahasa Arab, ilmu kalam, nahwu, dan sebagainya. Dalam buku “60 Biografi Ulama Salaf” karya Syaikh Ahmad Farid banyak pendapat para ulama yang memuji kepiawaian Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam menuntut ilmu. Salah satunya Ibnu Katsir mengatakan “Dia belajar ilmu agama, terutama dalam bidang tafsir, hadiṡ, dan ushul fiqih”.

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 2: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

Dari Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim menyerap ilmu, menggantikan sang guru mengajar sehingga dia mendapatkan tambahan ilmu yang luar biasa banyaknya, sehingga murid-muridnya pun semakin banyak yang keluar masuk dari rumahnya siang maupun malam” (Ilham dan Asmu’i, 2012: 823). Dalam menimba ilmu pengetahuan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah memulainya sejak ia berumur tujuh tahun. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya jumlah guru yang didatangi olehnya. Banyaknya ilmu yang didapatkan dari banyak guru juga menjadikannya memiliki banyak murid, salah satunya yang terkenal hingga saat ini adalah Ibnu Katsir (Ilham dan Asmu’i, 2012: 830). Banyaknya cabang ilmu yang dikuasai oleh Ibnu Qayyim, menjadikannya menghasilkan banyak karya ilmiah, antara lain ilmu akidah Islam, ilmu sejarah, ilmu tafsir, ilmu fiqih, karya sastra, dan lain sebagainya. Namun, dari sekian banyak karya ilmiah yang dituliskan olehnya ilmu yang paling menonjol darinya adalah ilmu yang berkaitan dengan hati. Tidak jarang apa yang diucapkan olehnya menjadi kata-kata indah dan membentuk sebuah syair indah. Hal ini juga dibuktikan dari isi-isi buku yang dihasilkan terdapat syair-syair indah buah karyanya yang merupakan hasil pemikiran dan perenungan yang mendalam. (Al-Kautsar, 2008: 18). Tanpa sungkan dengan statusnya sebagai seorang ahli fiqih dan hadiṡ terkemuka, Ibnu Qayyim dengan lancar bicara dan memperlihatkan kemampuannya yang tinggi di bidang syair bernilai tinggi. Tidak hanya mengenai hati. Kepiawaian Ibnu Qayyim dalam menuliskan berbagai macam buku mengenai iman dan Islam, ia juga menuliskan sebuah kitab qasidah yang dikenal dengan Qasidah Nuuniyah yang berjudul Al-Kafiyatus Al-Syafiyah. Dalam kitab tersebut terdapat banyak syair yang menjelaskan mengenai nikmat dan setiap bait berakhiran huruf nun (نن). Beberapa penjelasan di atas menjadi alasan mengapa penulis ingin mengangkat syair Ibnu al-Qayyim sebagai bahan kajian. Menurut Abu al-Fadhl (1990) dalam Muzakki (2006) syair berasal dari kata ششععوورراا -ششععرراا -ييششععرر -ششععرر yang berarti mengetahui, merasakan, sadar, mengomposisi, atau menciptakan sebuah syair. Akar kata tersebut mempunyai kemiripan dengan pengertian poet dalam bahasa Yunani yang berarti membuat. Selain itu, puisi atau sastra secara umum adalah instrumen yang membahasakan kelembutan jiwa para penyair. Puisi juga memberi mereka inspirasi dalam memaknai gerakan-gerakan jiwa, sehingga lebih dekat dengan perasaan-perasaan mereka, membantu memahami tanda-tanda alam, dan menangkap makna-makna yang mendalam secara lahir dan batin manusia. keberadaannya juga dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sosial kultural, tradisi, dan pengaruh-pengaruh yang lain (Muzakki, 2006: 40). Bagi mereka, puisi juga merupakan hiburan jiwa. Di kalangan ulama juga kita temukan hal yang sama. Beberapa di antara mereka bahkan mewariskan kumpulan puisi. Misalnya, Imam Syafi’i dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Syair pertama yang ingin dikaji oleh penulis, yaitu Puisi tentang surga yang berjudul Fii Binaai al-Jannah ,Fii Anhaari al-Jannah, Fii Ṭha’aami Ahli al-Jannah. Ketiga puisi tersebut terdapat pada kitab Al-Kafiyatus Al-Syafiyah yang diterbitkan pada tahun 1425 H. Ibnu Qayyim menulis syair yang menjelaskan tentang gambaran bangunan, makanan, dan sungai di surga. Gambaran profil surga dengan jelas di pelupuk mata dan terlukis dalam untaian kata-katanya. Dalam pengantar buku Tamasya ke Surga karya Ibnu Qayyim al—Jauziyah yang diterjemahkan oleh Fadhli Bahri, di zaman sekarang pembahasan surga sangat dibutuhkan kehadirannya disebabkan begitu mendominasinya lorong-lorong kehidupan dan beragam godaan-godaan maksiat yang merajalela. Karya sastra Ibnu Qayyim ini termasuk dalam sastra Islam, karena pada periode ini dimulai seiring munculnya dakwah Islam oleh Nabi Muhammad hingga periode kejatuhan Dinasti Umayyah pada tahun 132 H/750 M. Hal tersebut menjadi bukti bahwa pada saat itu adalah masa hidup Ibnu Qayyim. Sastra pada periode tersebut disebut sastra Umawiyy (Umairah: 2010: 474). Meskipun karya sastra Arab mengalami kemunduran pada zaman Umayyah,

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 3: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

namun Ibnu Qayyim tetap mengembangkan karyanya yang banyak mengandung syair-syair indah di dalam buku-bukunya. Karya dia lebih indah dikarenakan setiap huruf di akhir katanya sama. Melalui syair-syair indahnya, Ibnu Qayyim mengajak para pembaca untuk cinta kepada illahi dan lebih mengenal Islam, baik ilmu fiqih, tafsir, hadiṡ, maupun lainnya. Akan tetapi belum banyak yang meneliti tentang bentuk dan tema syair-syairnya itu. Hal tersebut menjadikan penulis tidak mau ketinggalan untuk meneliti karya Ibnu Qayyim. Dalam skripsi ini, penulis memilih karya sastra Ibnu Qayyim al-Jauziyah berupa dua puisi yang berjudul Fii Binaai al-Jannah, Fii Anhaari al-Jannah, Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah. Penulis memilih puisi-puisi tersebut karena puisi tersebut merupakan puisi Arab Klasik yang memiliki struktur bentuk, isi, gaya bahasa dan pemilihan kata yang lebih teratur dibanding dengan puisi Arab Kontemporer. Susunan larik dari puisi-pusi ini memiliki persamaan bentuk puisi klasik pada umumnya, yaitu tersusun dua larik sejajar. Ketiga puisi tersebut selintas memiliki kesamaan tema yaitu bertemakan nikmat. Tema nikmat dapat dilihat dari beberapa kalimat dalam sajak masing-masing puisi. Contoh dalam Fii Binaai al-Jannah terdapat beberapa kalimat yang mengindikasikan bahwa puisi ini bertemakan surga:

ذذھھھهب ممنن االلللببننااتت ووببننااؤؤههاا أأخخـ وو ممخختتللففاانن ننووععاانن ففضضةة ـررىى لؤلؤ ممنن ووققصصووررههاا ززبرجد وو االلععققيياانن خخااللصص أأوو ففضضةة ااوو

• Wa binaauhaa binaatu min żahabin waukh-

raa fiḍḍatun au’aani mukhtalifaani • Waqusuuruhaa min lu’lu’in wazibarjadin

au fiḍḍatun au khaaliși al-‘iqyaani

• Bangunannya terbuat dari bongkahan emas dan sebagiannya dari perak, dua unsur yang berbeda • Sedangkan istananya tersusun dari mutiara, sapphire, permata biru, perak, serta emas murni

Puisi Fii Anhaari al-Jannah terdapat beberapa kalimat yang mengindikasikan bahwa puisi ini bertemakan surga, seperti:

االلففييضضاانن ععنن ممممسسككههاا سسببححاانن ججررتت أأخخددوودد غغييرر ففيي أأننههااررههاا ممففججـ ششااؤؤوواا ككمماا تتججرريي تتححتتههمم ممنن ھهر مماا وو ـججررةة للن ننققصصاانن ممنن

• Anhaaruhaa fii gairi ukhduudin jarat

subhaana mumsikihaa ‘ani al-fayḍaani • Min tahtihim tahrii kamaa syaauu mufaj-

jaratan wamaa linnahri min nuqsaani

• Sungai-sungai surga mengalir terus dan tidak pernah berhenti, Maha Suci Tuhan Dzat Yang Maha Mengendalikan Banjir • Di lembah-lembah tempat mereka tinggal mengalir air yang indah

Puisi Fii At-Ṭa’aami Ahli al-Jannah terdapat beberapa kalimat yang mengindikasikan bahwa puisi ini bertemakan surga, seperti:

ووسسمماانن ننااععههمم ططييرر ووللححوومم ننففووسسههمم تتششتتههييهه مماا ووططععااممههمم شتى ووففووااككهههه ممننااههمم ببححسسبب االلإإييمماانن للذذيي ككممللتت ششببععةة يياا

• Waṭa’aamuhum maa tasytahiihi nufuusuhum

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 4: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

waluḥumu ṭayrin naa ‘ihim wasimaani • Wafawaakihun syatta bihasbi munaahumu yaa syub’atin kamalat liżii aliimaani

• Makanannya adalah apa yang diingini oleh hati, daging burung yang berdaging • Serta santapan buah melimpah, sungguh memberi kepuasan bagi penghuni surga

Ketiga potongan sajak dari puisi-puisi tersebut dapat dilihat akhiran dari masing-masing baris yang berakhiran sama, yaitu huruf نن (nun). Hal tersebut dapat diambil hipotesa bahwa kedua puisi tersebut merupakan puisi klasik yang bertemakan nikmat. Hal ini menjadikan penulis perlu menganalisa lebih dalam terhadap kedua puisi tersebut. Selain itu, belum ditemukan penelitian terhadap ketiga puisi tersebut. Dalam kesusastraan Arab, puisi yang bentuknya beraturan dan setiap barisnya memiliki akhiran yang sama dengan baris lain bisa dilihat benar salahnya dengan menggunakan ilmu ‘Aruuḍ (االلععررووضض). Ilmu ‘Aruuḍ berarti Ilmu untuk mengetahui benar atau rusaknya pola/wazan puisi Arab tradisional dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Objek kajian Ilmu ini adalah puisi arab tradisional, yaitu puisi arab yang masih terikat dengan pola puisi. Sedangkan tujuan umum mempelajari ilmu ini adalah agar mampu membedakan antara puisi dengan selain puisi dan untuk menghindari percampuran satu pola puisi dengan pola lainnya serta menghindari terjadinya perubahan-perubahan yang dilarang. Ilmu ‘Aruuḍ berguna untuk mempermudah seseorang dalam membaca teks-teks sastra kuno atau puisi-puisi arab lama. (Lesmana, 2010: 91). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:706) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Puisi Arab klasik dengan susunan pola yang teratur sudah ada sejak zaman klasik, tepatnya sejak zaman Jahiliyyah. Perjalanan puisi Arab cukup panjang, namun saat ini sudah jarang ditemukan susunan puisi yang polanya beraturan. Puisi kontemporer lebih bebas dan susunannya tidak teratur seperti puisi klasik. Selain memiliki bentuk yang beraturan, pada puisi klasik juga terdapat keunikan gaya bahasa yang terbagi dalam tiga unsur, yaitu bayan, ma’ani, dan badi’. Gaya bahasa tersebut mempengaruhi keindahan puisi. Alasan lain yang mendorong penulis mengkaji puisi Ibnu Qayyim adalah banyaknya ayat dalam kitab suci al-Quran yang membahas istana, sungai, dan hidangan surga misal dalam QS. Al-Baqarah, At-Taubah, Az-Zukhruf, Al-Waqi’ah, Al-Muṭaffifin, dan lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis mengasumsikan bahwa bangunan, sungai, dan makanan di surga merupakan suatu kenikmatan yang ada di sana, sesuai dengan apa yang dijelaskan di dalam al-Quran dan hadiṡ. Keunikan-keunikan dalam puisi Arab karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah di atas menjadikan penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut analisis bentuk puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah khususnya dalam puisi yang berjudul Fii Binaai al-Jannah, Fii Anhaari al-Jannah, dan Fii Ṭa’aami Ahli al- Jannah yang diambil dari kitab Al-Kafiyah al-ṣafiyah fi al-Intisar lil-Firqah al-Najiyah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Terdapat beberapa bahasan yang akan diuraikan dalam jurnal ilmiah ini. Bahasan yang pertama akan memaparkan bentuk tiga puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah dengan menggunakan pendekatan ‘ilmu ‘aruuḍ. Bahasan selanjutnya akan menjelaskan isi pada ketiga puisi tersebut dengan menggunakan ‘ilmu balaagah dan teori semiotik. Metode Penelitian

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 5: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

Dalam menganalisis tiga puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah, yaitu puisi berjudul Fii Binaai al-Jannah, Fii Anhaari al-Jannah, Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah, metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian dilanjutkan dengan analisis (Ratna, 2004: 53). Penulis juga menggunakan pendekatan strukturalisme-semiotik, yaitu pendekatan yang tidak hanya melihat puisi-puisi dari segi struktur intrinsiknya saja, akan tetapi juga melihat puisi sebagai suatu sistem tanda. Strukturalisme-dinamik atau strukturalisme semiotik ini muncul untuk mengatasi kelemahan strukturalisme klasik yang melepaskan dari sistem kebudayaan (Jabrohim, 2014: 85). Analisis struktural memiliki tujuan untuk memaparkan sedalam mungkin agar menghasilkan makna menyeluruh (A. Teeuw, 1988: 136). Sesuai dengan pendekatan dalam penelitian ini, dalam menganalisis puisi digunakan aspek semiotik. Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda yang mempelajari sistem-sistem, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan termasuk kategori studi kepustakaan dengan langkah pengumpulan bahan, pengolahan data dan analisa data. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas, baik dari buku, skripsi, jurnal, dan laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. Kemudian mengklasifikasikan data yang telah diperoleh dan meneliti data-data tersebut. Data-data yang penulis jadikan sebagai bahan kajian penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber. Sumber utama dari kajian puisi tersebut adalah kitab Al-Kafiyah al-ṣafiyah fi al-Intisar lil-Firqah al-Najiyah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Pembahasan Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah

اء في بن نة االج ناؤؤھھھها ب وو اتت ن االلب من ھھھهب ذذ ااخـ وو رـىى فضة انن ع نو انن ف تل مخ ووقصوررھھھها من لؤ لؤ برجد وو زز فضة أأوو أأوو لص خا انن یي عق اال

ااكك ذ ووك ددرر من وتت وو اق یي بھه نظم اء ن االب یية غا ب انن ق االإت یين االط وو سك م لص خا أأوو فر ززع بذاا جا نن اانن أأثر بولانن مق

یيسا ل یين لف بمخت كرھھھهما لا تن فھهما لملاطط اا لك ذاا ل االبنیي انن

Fii Binaai al-Jannah • Wa binaauhaa al-labinaatu min żahabin waukh-

raa fiḍḍatun nau’aani mukhtalifaani • Waquṣuuruhaa min lu’lu’in wazibarjadin

au fiḍḍatun au khaaliși al-‘iqyaani • Wakażaka min żurrin wayaquutin bihi

naẓmu albinaai bigaayati al-itqaani • Wa aṭṭiinu miskun khaaliṣun au za’faraa-

nun jaa biżaa atsaraani maqbuulaani • Laisaa bimukhtalifayni laa tunkirhumaa

fahumaa almilaaṭa liżaalika albunyaani

Bangunan-bangunan Surga • Bangunannya adalah bongkahan emas dan sebagiannya dari perak, dua unsur yang berbeda • Sedangkan istananya tersusun dari mutiara, sapphire, permata biru, perak, serta emas murni

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 6: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

• Demikian juga mutiara-mutiara yakut dan nilam yang menghiasinya, sungguh susunan dengan kesempurnaan yang tiada tara. • Tanah liat dengan aroma kesturi dan shaffron, dua aroma yang menyegarkan • Tak ada yang meragukan keduanya, yang merupakan adonan bangunan surga.

ارر في ھه اان نة االج

ھهاررھھھها ن أأ في یير غ أأخدوودد رتت انن ج ح سب ممسكھها عن انن فیيض اال من تحتھهم ريي تج كما وواا شاؤؤ فجـ م جـرةة ھهر ما وو لن ل من انن نقص

عسل مصفى ثم اء م ثم رـ خمـ ثم ارر ھه أأن من انن ب االأل ووالله لك ما ت اادد و االم كن كھهذهه ل ھھھهما فظ في االل انن ع تم یيج ھھھهذاا یينھهما ووب یير یيس بھه شا ت ووھھھهو ااكك ر ااشت امم ق انن ھھھه بالأذذ

Fii Anhaari al-Jannah

• Anhaaruhaa fii gairi ukhduudin jarat subhaana mumsikihaa ‘ani al-fayḍaani

• Min tahtihim tahrii kamaa syaauu mufaj jaratan wamaa linnahri min nuqsaani

• ‘Asalun muṣaffaa tsumma maaun tsumma kham- run tsumma anhaarun min allabnaani

• Wallahi maa tilka almawaadu kahażihi lakin humaafii allafẓi yajtami’aani

• Hażaa wa baynahumaa yasiiru tasyaabuhi wa huwa sytiraakun qaama bil ażhaani

Sungai-sungai di Surga • Sungai-sungai mengalir deras tak bermuara, Maha Suci Dzat Yang membendung banjir • Di bawah mereka mengalir deras sungai sesuka hati dan tak akan surut • Madu, air, anggur, dan susu deras mengaliri sungai • Demi Allah demikian itulah keadaannya, namun keduanya menyatu • Keduanya mengalir saling menyerupai, inilah perpaduan yang terekam oleh benak.

امم في ططع ااھھھهل نة االج

امھهم ططع وو یيھه ما تشتھه وسھهم لحومم نف وو یير طط ناعم انن م ووس وااكھه ف وو شتى سب بح ناھھھهم لت یيا م شبعةكم لذيي انن م االإیي لحم مر ووخ نسا وواال وااكھه ف وو یيب االط وو مع ووحح رر مع وو انن رریيح

افھهم صح وو ھھھهب ذذ وفف تط لیيھهم ع كف بأ خدمم من اانن د لول اا اانظر وو إإلى عل ج ذااذذةة االل شھهوةة وو نن للعیيو فس لن ل آآنن في االقر

یين لع ل نھها م لذةة دعو ت إإلى تھها واا ھه ش فس الن ب اانن وواالأمر

بب س وولل نا االت ووھھھهو جب یيو أأخرىى لذةة سوىى لت ما نا انن ن االعیي

Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah • Waṭa’aamuhum maa tasytahiihi nufuusuhum

waluḥumu ṭayrin naa’imin wasimaani

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 7: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

• Wafawaakihun syatta bihasbi munaahumu yaa syub’atin kamalat liżii al-iimaani

• Laḥmun wakhamrun wa annisaa wafawaakihun wa aṭṭaybu ma’a ruuḥi wama’ rayḥaani

• Waṣiḥaafuhum żahabun taṭuufu ‘alayhim biakkufi khuddamin min alwildaani

• Wa unẓur ilaa ja’li allażażati lil’uyuu- ni wasyahwatin linnafsi fii alqur’aani

• Lil’aynii minhaa lażżatun tad’uu ilaa syahawaatihaa binnafsi wal’amraani

• Sababu attanaawuli wahuwa yuujibu lażżatan ukhraa siwaa maa naalati al’aynaani

Hidangan Surga • Hidangannya adalah sesuka hati, daging unggas segar merona • Serta santapan buah melimpah, sungguh memberi kepuasan bagi penghuni surga • Daging, khamr, selir, buah, wangi kemangi hembus merebak • Dayang muda berkeliling mengedarkan piring-piring emas keharibaan penghuni • Perhatikanlah pada penciptaan kenikmatan bagi mata dan syahwat bagi jiwa dalam Al-Quran • Setiap kedipan mata ada keinginan diri hendak berhasrat • Kelezatan lainnya selain yang tampak oleh mata adalah alasan untuk mencapai surga.

Analisis Struktur dan Isi Puisi Puisi Fii Binaai al-Jannah Puisi Fii Binaai al-Jannah ini merupakan puisi yang terdiri dari lima bait. Puisi ini memakai bahr kaamil dengan Zihaf Iḍmaar 14 buah, Illat al-Qaṭ’ 5 buah, sedangkan sisanya 11 buah yang tidak mengalami perubahan pola taf’ilat-nya. Qafiyat pada puisi ini adalah bagian dari kata. Unsur balagah yang paling dominan pada puisi Fii Binaai al-Jannah adalah ilmu ma’ani, karena dengan unsur tersebut apa yang diungkapkan oleh penyair lebih mudah diterima oleh pembaca. Hal ini dikarenakan penyair tidak menggunakan kata-kata yang mengandung arti kiasan agar pengkajiannya terhindar dari kekeliruan dalam pengungkapan makna kata yang dikehendaki. Unsur ma’ani yang terdapat pada puisi tersebut, yaitu: Faṣal Kamaal al-Ittiṣaal (Kesinambungan yang Sempurna), Faṣal Syibhu Kamaal al-Ittisaaal, Waṣal (meng-aṭaf-kan), Iṭnab żikrul khaṣ ba’dal ‘am (menyebutkan kata yang khusus setelah kata yang umum), Iṭnab al-iḍah ba’dal-ibham (menyebutkan lafaz yang jelas maknanya setelah menyebutkan lafaz yang maknanya tidak jelas). Ciri khas dari puisi ini adalah dengan faṣal yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain tanpa menggunakan huruf waw sebagai penanda bahwa isi dari semua masih ada satu kesinambungan. Unsur balagah lainnya, yaitu badi’. Unsur tersebut adalah Saja’ (rima) yang terdapat pada akhir setiap akhir kata. Kelima bait puisi Fii Binaai al-Jannah memiliki akhiran sama, yaitu huruf نن //nun// yang menjadikan puisi tersebut jauh lebih indah saat diucapkan. Kata-kata terakhir dari masing-masing bait puisi tersebut adalah, انن یي بن اال بولانن , مق انن , ق االإت انن , یي عق اال انن , ف تل مخ . Akan tetapi kelima kata tersebut memiliki arti yang berbeda, yakni: “berbeda, emas murni, kesempurnaan, menyegarkan, bangunan”. Pengarang puisi sengaja meletakkan kata-kata

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 8: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

tersebut di akhir bait agar tercipta akhir yang indah. Saja’ adalah huruf akhir dua fashilah atau lebih pada syair atau prosa lama. Puisi Fii Binaai al-Jannah merupakan puisi dengan makna dan pesan mengenai kenikmatan yang ada di surga. Nikmat tersebut adalah berupa perhiasan-perhiasan yang menjadi material pembuat bangunan dan istana surga serta wewangian yang menyegarkan jiwa para penghuninya. Kenikmatan itu ada karena balasan atas apa yang telah dikerjakan manusia selama di dunia, sehingga material-material tersebut berupa perhiasan yang berharga yang belum tentu dimiliki oleh setiap manusia semasa hidup di dunia. Jenis tanda pada puisi tersebut yang digunakan adalah jenis simbol dan indeks pada kata-kata yang memiliki makna ‘nikmat’. Jenis tanda yang paling sering digunakan adalah simbol sesuai dengan konvensi sastra yang berdasarkan kesepakatan bahwa istana, emas, perak, mutiara, dan perhiasan lainnya adalah bentuk kenikmatan. Puisi Fii Anhaari al-Jannah Puisi ini merupakan puisi yang terdiri dari lima bait. Puisi ini memakai bahr kaamil dengan Zihaf Iḍmaar 17 buah, Zihaf Waqsun 1 buah, Illat al-Qaṭ’ 3 buah, Illat Hużuż 1 buah, sedangkan sisanya 8 buah yang tidak mengalami perubahan pola taf’ilat-nya. Qafiyat pada puisi ini adalah ‘bagian dari kata’. Unsur balagah yang paling dominan pada puisi Fii Anhaari Al-Jannah adalah ilmu ma’ani, karena dengan unsur tersebut apa yang diungkapkan oleh penyair lebih mudah diterima oleh pembaca. Hal ini dikarenakan penyair tidak menggunakan kata-kata yang mengandung arti kiasan agar pengkajiannya terhindar dari kekeliruan dalam pengungkapan makna kata yang dikehendaki. Unsur ma’ani yang terdapat pada puisi tersebut, yaitu: Kalam Khabar jenis ṭalabi (meyakinkan pembaca), Iṭnab żikrul khaṣ ba’dal ‘am (menyebutkan kata yang khusus setelah kata yang umum), Waṣal ((meng-aṭaf-kan), Musawwah (kesesuaian makna sesuai dengan kata-kata), Faṣal, Iṭnab żikrul khaṣ ba’dal ‘am (menyebutkan kata yang khusus setelah kata yang umum). Unsur yang paling dominan adalah musawwah. Unsur balagah lainnya, yaitu bayan, yaitu unusr majaz ‘aqli dan ṭibaq. Unsur selanjutnya adalah unsur badi’. Jenis unsur saja’ yang terdapat pada puisi tersebut adalah Saja’ (rima) yang terdapat pada akhir setiap akhir kata. Seperti halnya dengan puisi sebelumnya, puisi Fii Anhaari Al-Jannah ini pada setiap akhir baitnya memiliki akhiran sama yaitu berupa huruf نن //nun// yang termasuk dalam unsur saja’ sesuai dengan pengertiannya bahwa saja’ adalah huruf akhir dua fashilah atau lebih pada syair. Kelima kata tersebut adalah انن ض فیي اال انن , ص نق انن , ب االأل , انن ع تم یيج انن , ھھھه بالأذذ . Akan tetapi kelima kata tersebut memiliki arti yang berbeda: “banjir”, “surut”, “susu”, “menyatu”, dan “benak”. Pengarang puisi sengaja meletakkan kata-kata tersebut di akhir bait agar tercipta akhiran yang indah. Masing-masing bait pada puisi ini mengandung unsur saja’, karena pengarang menginginkan sebuah keindahan ungkapan. Hal ini juga dibuktikan dalam semua puisi yang dibuat olehnya pada buku yang dijadikan penulis sebagai sumber. Puisi Fii Anhaari Al-Jannah merupakan puisi dengan makna dan pesan mengenai sungai di surga beserta kenikmatannya. Nikmat tersebut adalah berupa jenis air yang mengalirinya, yaitu: air tawar, anggur, madu, dan susu. Keempat jenis air tersebut ketika di dunia memiliki manfaat masing-masing, sehingga Allah swt menganugerahkan untuk mereka di surga berupa air yang mengaliri sungai. Jenis tanda pada puisi tersebut yang digunakan adalah jenis simbol dan ikon pada kata-kata yang memiliki makna ‘nikmat’. Jenis tanda yang paling sering digunakan adalah simbol sesuai dengan konvensi sastra yang berdasarkan kesepakatan bahwa air, madu, susu, dan anggur adalah simbol kenikmatan yang ada di dunia. Puisi Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 9: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

Puisi ini merupakan puisi yang terdiri dari tujuh bait. Puisi ini memakai bahr kaamil dengan Zihaf Iḍmaar 18 buah, Illat al-Qaṭ’ 7 buah, sedangkan sisanya 17 buah yang tidak mengalami perubahan pola taf’ilat-nya. Qafiyat pada puisi ini adalah bagian dari kata. Unsur balagah yang paling dominan pada puisi Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah adalah ilmu ma’ani, karena dengan unsur tersebut apa yang diungkapkan oleh penyair lebih mudah diterima oleh pembaca. Hal ini dikarenakan penyair tidak menggunakan kata-kata yang mengandung arti kiasan agar pengkajiannya terhindar dari kekeliruan dalam pengungkapan makna kata yang dikehendaki. Unsur ma’ani yang terdapat pada puisi tersebut, yaitu: Kalam insya’ jenis ṭalabi amr, Iṭnab żikrul khaṣ ba’dal ‘am (menyebutkan kata yang khusus setelah kata yang umum), Waṣal, Iṭnab żikrul khaṣ ba’dal ‘am (menyebutkan kata yang khusus setelah kata yang umum), Iṭnab al-Iḍah Ba’dal-Ibham (menyebutkan lafaz yang jelas maknanya setelah menyebutkan lafaz yang maknanya tidak jelas). Unsur yang paling dominan adalah Iṭnab żikrul khaṣ ba’dal ‘am.

Unsur selanjutnya adalah unsur badi’. Jenis unsur saja’ yang terdapat pada puisi tersebut adalah Saja’ (rima) yang terdapat pada akhir setiap akhir kata. Seperti halnya dengan puisi sebelumnya, puisi Fii Anhaari Al-Jannah ini pada setiap akhir baitnya memiliki akhiran sama yaitu berupa huruf نن //nun// yang termasuk dalam unsur saja’ sesuai dengan pengertian nya bahwa saja’ adalah huruf akhir dua fashilah atau lebih pada syair. Kelima kata tersebut adalah انن م ووس انن , م االإیي انن , رریيح اانن , د لول اا آآنن , االقر اانن , االأمر انن , ن االعیي “merona, iman, wewangian, pelayan, janji, dan mata” . Pengarang puisi sengaja meletakkan kata-kata tersebut di akhir bait agar tercipta akhiran yang indah seperti kedua puisi sebelumnya.

Puisi Fii Anhaari Al-Jannah merupakan puisi dengan makna dan pesan mengenai makanan yang bisa dinikmati di surga. Nikmat tersebut adalah berupa kebebasan para penghuni surga untuk menikmati makanan apa saja yang dikehendaki dengan dilayani oleh dayang-dayang. Semua itu anugerah dari Allah swt atas kesempurnaan iman semasa hidup di dunia. Jenis tanda pada puisi tersebut yang digunakan adalah jenis simbol dan indeks pada kata-kata yang memiliki makna ‘nikmat’. Jenis tanda yang paling sering digunakan adalah simbol sesuai dengan konvensi sastra yang berdasarkan kesepakatan bahwa emas, dayang, dan kelezatan makanan adalah bentuk kenikmatan bagi penghuni surga. Puisi Ibnu Qayyim Al-jauziyah merupakan puisi puisi yang lebih setia pada bahr kaamil sebab ketiga puisi yang dianalisis oleh penulis semuanya termasuk dalam bahr tersebut. Dari 102 taf’ilat, ada 36 setia pada pola dasar, sedangkan 68 taf’ilat lainnya mengalami perubahan. Perubahan tersebut adalahh 49 buah Zihaf Iḍmaar, 1 buah Zihaf Waqsun, 15 buah Illat al-Qaṭ’, dan 1 buah Illat Hużuż. Banyaknya perubahan taf’ilat yang terdapat pada ketiga puisi di atas menunjukkan bahwa puisi ini tidak setia dengan pola dasar. Puisi Fii Binaai al-Jannah dari 30 taf’ilat hanya 11 buah yang setia dengan pola dasar bahr kaamil. Puisi Fii Anhaari Al-Jannah dari 30 taf’ilat hanya 8 buah yang setia dengan pola dasar, sedangkan puisi Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah dari 42 taf’ilat hanya 17 buah yang setia dengan pola dasar. Fii Anhaari Al-Jannah lebih banyak memiliki banyak jenis perubahan pola, yaitu zihaf iḍmaar, zihaf waqsun,illat al-qaṭ’, illat hużuż, Tema sentral ketiga puisi dalam penelitian ini ialah mengenai kenikmatan surga, dengan perincian hal-hal apa saja yang Allah swt anugerahkan kepada para ahli surga, yaitu berupa bangunan yang indah, sungai yang indah, dan banyaknya jenis makanan yang tersedia. Puisi Fii Binaai al-Jannah menggambarkan tentang bentuk bangunan dengan bermacam perhiasan yang menghiasinya. Puisi Fii Anhaari Al-Jannah menggambarkan jenis sungai yang mengalir di surga yang menjadikan penghuninya begitu menikmati, sedangkan puisi Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah menggambarkan segala jenis makanan ahli surga yang kenikmatannya luar biasa yang sebagian besar menggunakan tanda jenis simbol.

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 10: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab terdahulu dan setelah melakukan analisis struktural-semiotik terhadap tiga puisi kataya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, yaitu: Fii Binaai al-Jannah ‘Bangunan Surga’, Fii Anhaari Al-Jannah “Sungai-sungai di Surga’, dan Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah ‘Hidangan Surga’, penulis membuat kesimpulan sebagai berikut. Puisi Ibnu Qayyim Al-jauziyah merupakan puisi puisi yang lebih setia pada bahr kaamil sebab ketiga puisi yang dianalisis oleh penulis semuanya termasuk dalam bahr tersebut. Dari 102 taf’ilat, ada 36 setia pada pola dasar, sedangkan 68 taf’ilat lainnya mengalami perubahan. Bentuk ketiga puisi tersebut adalah bentuk puisi yangs sesuai dengan kaidah puisi Arab klasik. Pola ketiga puisi berbentuk Bahr Kaamil Taam, yang terdiri dari enam taf’ilat dengan pola mutafaa’ilun, mutafaa’ilun, mutafaa’ilun// dengan kombinasi// ممتتففااععللنن, ممتتففااععللنن , ممتتففااععللننzihaf dan ‘illat yang sesuai dengan pola/wazan tersebut. Pengarang menggunakan Bahr Kaamil dengan alasan bahwa bahr tersebut mudah dalam membuatnya dan pembaca mudah dalam memahaminya, karena taf’ilat dan harakat-nya sempurna. Selain itu, jenis bahr ini tidak identik jenis puisi tertentu, akan tetapi cocok untuk segala jenis puisi, sehingga jenis bahr ini banyak digunakan oleh penyair. Tema sentral ketiga puisi dalam penelitian ini ialah mengenai nikmat, dengan perincian hal-hal apa saja yang Allah swt anugerahkan kepada para ahli surga, yaitu berupa bangunan yang indah, sungai yang indah, dan banyaknya jenis makanan yang tersedia. Puisi Fii Binaai al-Jannah menggambarkan tentang bentuk bangunan dengan bermacam perhiasan yang menghiasinya. Puisi Fii Anhaari Al-Jannah menggambarkan jenis sungai yang mengalir di surga yang menjadikan penghuninya begitu menikmati, sedangkan puisi Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah menggambarkan segala jenis makanan ahli surga yang kenikmatannya luar biasa yang sebagian besar menggunakan tanda jenis simbol. Pengarang cukup bagus dalam menyampaikan tema nikmat surga dalam ketiga puisi di atas. Hal ini bisa dilihat dari unsur balagah yang paling dominan, yaitu ma’anii. Unsur tersebut paling sering digunakan dalam mengungkapkan isi yang terkandung dalam ketiga puisi dengan tujuan agar para pembaca lebih cepat memahami puisi dan menangkap pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca tanpa terkesan adanya makna yang dilebih-lebihkan, namun menyampaikan sesuatu hal sesuai dengan keadaan aslinya. Nikmat surga yang disampaikan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah merupakan balasan atas apa yang telah dikerjakan manusia selama di dunia dan anugerah dari Allah swt atas kesempurnaan iman semasa hidup di dunia. Jenis tanda pada ketiga puisi tersebut yang digunakan adalah jenis simbol dan indeks pada kata-kata yang memiliki makna ‘nikmat’. Jenis tanda yang paling sering digunakan adalah simbol sesuai dengan konvensi sastra yang berdasarkan kesepakatan bahwa emas, dayang, dan kelezatan makanan adalah bentuk kenikmatan bagi penghuni surga. Saran Penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi penelitian lanjutan terhadap puisi-puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah yang memiliki keunikan tersendiri sebagaimana yang telah penulis temukan dalam penelitian ini. semoga penelitian terhadap puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah tetap berlanjut guna mendapatkan keunikan dan pesan yang terkandung di dalamnya serta menambah khazanah kesusastraan Bahasa Arab. Daftar Referensi

Audah, Ali. Konkorplansi Qur’an: Panduan Kata dalam Mencari Ayat Qur’an. Jakarta: PT. Intermasa. 1991.

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014

Page 11: Tiga Puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyah Kajian Struktur dan Isi

Departemen Agama RI. Al-Qur’anul Karim Special for Woman. Bandung: Syamil Qur’am SYGMA, 2007. Hasyim, Ahmad. Jauharul Balaagah Fii al-Ma’aani wa al-Bayaan, wa al-Badii’. Beirut: Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah. 1971 Ilham, Masturi dan Asmu’i Taman. 60 Biografi Ulama Salaf. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2012. Cetakan ke-tujuh. Terjemahan Min A’lam As-Salaf karya Ahmad Farid. Jabrohim, Teori Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014, hal. 85. Jarim, Ali dan Amin, Musthafa. Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah; Mujiyo Nurkholis dan Bahrun Abu Bakar, penerjemah, Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo. 2010. Jauziyah, Ibnu Qayyim. Al-Kafiyah al-ṣafiyah fi al-Intisar lil-Firqah al-Najiyah. Beirut: al-Maktaba al-Assrya. 2004. 2008 Kutha, Nyoman Ratna. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Lesmana, Maman. Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. 2010. Muzakki, Akhmad. Kesusastraan Arab: Pengantar Teori dan Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Pradopo, Rahmat Djoko. Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1990. Selden, Raman. Panduan Membaca Teori Sastra Masa Kini. Rachmat Djoko Pradopo, penerjemah, Yogyakarta: Gadjah Mada University. 1991. Terjemahan A Readers Guide to Contemporary Literary Theory. Shofwan, M. Sholihuddin. Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun. Juz pertama. Jombang: Darul-Hikmah. 2008. Surga Kenikmatan yang Kekal, Mahir Ahmad Ash-Syufiy, 2007, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya-Girimukti Pasaka. 1998 Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic. Ed. J. Milton Cowan. Beorut: Librairie Du Liban. 1974.

• Jurnal Yusuf, H. A. Alim, Abdurrahim Kurdi, dkk. An-nadwah al-‘ilmiyah al-‘Aalamiyah. Kairo: Atase Pendidikan Nasional KBRI Kairo. 2010.

Tiga puisi…, Hikmatul Aini Maftukhah, FIB UI, 2014