the relationship of physical activity to the incidence …

82
THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH CENTER HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CENDRAWASIH OLEH : FATH MUBARAQ BACHTIAR 105421105116 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sarjana kedokteran PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE

OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH

CENTER

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS CENDRAWASIH

OLEH :

FATH MUBARAQ BACHTIAR

105421105116

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh sarjana kedokteran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

i

ii

iii

iv

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fath Mubaraq Bachtiar

Ayah : Bachtiar Sitaba

Ibu : ST. Maisarah Alwany

Tempat/Tanggal Lahir : Ujungpandang, 19 Desember 1996

Alamat : Perumahan Mangasa Permai Blok P no. 7, Jl.

Skarda N2, Makassar

No. HP : 082195340424

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

• SD Negeri Ikip 1 Makassar (2002-2008)

• SMP Negeri 3 Makassar (2008-2011)

• SMA Negeri 2 Makassar (2011-2014)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kita ridho dan rahmat-Nya hingga saat ini, serta salam dan shalawat

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita umatnya

dari zaman yang penuh kejahiliyahan menuju zaman yang terang benderang akan

kecerdasan seperti sekarang ini, sehingga penulis dapat melangsungkan serta

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Aktivitas Fisik

terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih”, sebagai salah satu syarat

yang diperlukan untuk mencapai gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini izinkan penulis untuk memberikan penghormatan serta

ucapan terima kasih kepada Ibunda drg. Sitti Maisarah Alwany dan Ayahanda

Bachtiar Sitaba, S.H yang dengan sabar dan tabah telah memberikan do’a dan

motivasi yang besar sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini.

Hormat dan terima kasih secara khusus penulis berikan kepada dr. Amy

Febriza, M.Kes. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan

dengan sabar membimbing serta memberikan arahan bahkan koreksi kepada

penulis hingga skripsi ini selesai.

Demikian daripada itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih kepada :

vii

1. dr. H. Machmud Ghaznawi Sp. PA(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Juliani Ibrahim, Ph.D selaku dosen Metodologi Penelitian yang telah sabar

dan ingin menyempatkan waktunya untuk membimbing skripsi ini hingga

selesai.

3. Kepala Puskesmas Cendrawasih beserta staf dan jajarannya, yang telah

menerima dan memberikan kesempatan serta membantu penulis pada saat

melakukan penelitian di Wilayah Puskesmas Cendrawasih.

4. drg. Muthia Mutmainnah Bachtiar, dr. Nurul qalbi Bachtiar, dan Hadiid

Afief Bachtiar yang telah membantu selama penelitian dan juga motivasi

kepada penulis hingga skripsi diselesaikan.

5. Teman-teman angkatan 2016 (Rauvolfia) yang telah memberikan motivasi

dan juga dukungan penuh selama penelitian ini berjalan.

6. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penelitian serta

penulisan skripsi yang tidak dapat dituliskan satu-persatu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi nilai

ibadah disisi-Nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan juga

saran.

Makassar, 20 Februari 2020

Penulis

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Skripsi, Februari 2020

FATH MUBARAQ BACHTIAR (105421105116)

dr. Ami Febriza, M.Kes.

“HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS CENDRAWASIH”

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan

besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering

ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah

kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data

Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun

obat-obatan yang efektif banyak tersedia.

TUJUAN : Untuk mengetahui hubungan tentang aktivitas fisik yang sehat dengan

angka kejadian kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

METODE : Penelitian ini merupakan jenis penelitian Observation Analitik yang

bersumber dari data yang diterima berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada

pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas Cendrawasih, Kota Makassar,

Provinsi Sulawesi Selatan. Pendekatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara

“Case control”. Setelah itu data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square

pada program SPSS ver.15.

HASIL : Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas Cendrawasih

responden hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang (62%) dan

untuk responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 30 orang

(38%). Sedangkan responden yang memiliki hipertensi dengan aktivitas fisik berat

sebanyak 16 orang (31.4 %) dan responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik

berat yaitu 35 orang (68.6%).

KESIMPULAN : Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik

terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

KATA KUNCI : Aktivitas Fisik, Hipertensi.

ix

MEDICAL FACULTY AND HEALTH SCIENCE

MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY

Thesis, February 2020

FATH MUBARAQ BACHTIAR (105421105116)

dr. Ami Febriza, M.Kes.

"THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE

OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH

CENTER"

ABSTRACT

BACKGROUND: Until now, hypertension is still a big challenge in Indonesia.

Imagine, hypertension is a condition that is often found in primary health care

services. This is a health problem with a high prevalence, which is 25.8%, according

to the 2013 Riskesdas data. In addition, hypertension control is not adequate even

though effective medicines are widely available.

OBJECTIVE: To find out the relationship between healthy physical activity and

the incidence of hypertension cases at the Cendrawasih Health Center.

METHODS: This research is a type of Observation Analytical research sourced

from data received based on a questionnaire distributed to hypertensive and non-

hypertensive patients at Cendrawasih Health Center, Makassar City, South

Sulawesi Province. The approach in this study was carried out by means of "Case

control". After that the data were analyzed using the Chi Square test in the SPSS

program ver.15.

RESULTS: Based on the results of research obtained at the Cendrawasih Public

Health Center of hypertension respondents with mild physical activity as many as

49 people (62%) and for non-hypertensive respondents with mild physical activity

as many as 30 people (38%). While respondents who had hypertension with heavy

physical activity were 16 people (31.4%) and non-hypertensive respondents with

heavy physical activity were 35 people (68.6%).

CONCLUSION: There is a significant relationship between physical activity and

the incidence of hypertension in the Cendrawasih Health Center.

KEYWORDS: Physical Activity, Hypertension.

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ................................................. i

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ ii

PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK....... ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang.......................................... .......................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................ 6

1.3.2.Tujuan Khusus ............................................................................ 6

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

xi

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ................................................................. 7

1.4.2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan ............................................... 7

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat .......................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8

2.1. Hipertensi ............................................................................................ 8

2.1.1. Definisi ....................................................................................... 8

2.1.2. Epidemiologi .............................................................................. 9

2.1.3. Etiologi ....................................................................................... 13

2.1.4. Patofisiologi ............................................................................... 16

2.1.5. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi............................................ 20

2.1.6. Manifestasi Klinik ...................................................................... 24

2.1.7. Komplikasi ................................................................................. 25

2.2. Aktivitas Fisik ..................................................................................... 28

2.3. Tinjauan Islam ..................................................................................... 29

2.4. Kerangka Teori.................................................................................... 31

BAB III Kerangka Konsep ............................................................................... 32

3.1. Konsep Pemikiran ............................................................................... 32

3.2. Definisi Operasional............................................................................ 32

xii

3.2.1. Pengetahuan Aktivitas Fisik ........................................................ 32

3.2.2. Pasien Hipertensi ......................................................................... 33

3.2.3. Pasien Non Hipertensi ................................................................. 33

3.3. Hipotesis ............................................................................................. 34

BAB IV Metode Penelitian .............................................................................. 35

4.1. Desain Penelitian .................................................................................. 35

4.2. Tempat dan Waktu Penelitin ................................................................ 35

4.2.1.Tempat ......................................................................................... 35

4.2.2. Waktu ......................................................................................... 35

4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35

4.3.1. Populasi ...................................................................................... 35

4.3.2. Sampel ........................................................................................ 35

4.3.3. Besar Sampel .............................................................................. 37

4.4. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 38

4.5. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 38

4.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39

4.6.1. Jenis Data ................................................................................... 39

4.6.2. Sumber Data ............................................................................... 39

4.6.3. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 39

xiii

4.6.4. Prosedur Pengambilan Data ....................................................... 39

4.7. Alur Penelitian ...................................................................................... 41

4.8. Teknik Anilisis Data ............................................................................. 42

4.9. Etika Penelitian..................................................................................... 43

BAB V Hasil Penelitian ................................................................................... 45

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 45

5.2. Tabel Analisis Univariat ...................................................................... 46

5.3. Tabel Analisis Bivariat ......................................................................... 49

BAB VI Pembahasan ....................................................................................... 51

6.1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi ...................................... 51

6.2. Kajian Islam ......................................................................................... 52

BAB VII Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 61

7.1. Kesimpulan .......................................................................................... 61

7.2. Saran ..................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

LAMPIRAN

xiv

Daftar Tabel

Tabel 2.1 JNC VIII High Blood Pressere Guidline.................................................8

Tabel 2.2. Rekapitulasi PTM Hipertensi Kota Makassar 2019..............................12

Tabel 5.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur............................................46

Tabel 5.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin..............................46

Tabel 5.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan.....................................47

Tabel 5.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik.............................48

Tabel 5.2.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hipertensi.....................48

Tabel 5.3.6. Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi.................49

xv

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Komplikasi Hipertensi yang Tidak Diobati Mencapai Target..........27

Gambar 2.2. Kerangka Teori..................................................................................31

Gambar 3.1. Konsep Pemikiran.............................................................................32

Gambar 4.1. Alur Penelitian...................................................................................41

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.

Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan

kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan

prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di

samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang

efektif banyak tersedia.(1)

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang harus untuk diketahui oleh

masyarakat umum, karena tingkat prevalensi yang tinggi dan akibat jangka panjang

yang ditimbulkannya memiliki konsekuensi tertentu. Selain itu, hipertensi cukup

banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari. Sejalan dengan kemajuan dan

modernisasi kejadian hipertensi akan terus bertambah, bahkan data-data

menunjukkan bahwa dewasa ini lebih kurang 10% penduduk Indonesia menderita

hipertensi dimana sebagian besar dari penderita tidak diketahui penyebab

hipertensinya. Kerusakan organ tubuh akibat hipertensi seperti penyakit jantung

koroner dan perdarahan otak merupakan penyebab utama kematian pada penderita

hipertensi. Menurut Kaplan, studi Framingham menunjukkan bahwa penderita

hipertensi laki-laki tua di atas 65 tahun akan mendapat 2-3 kali kemungkinan

penyakit jantung koroner dengan kematian 50% dalam waktu 5 tahun dan 6 kali

2

mendapatkan stroke dibandingkan dengan orang yang normotensi. Selain penyakit

jantung banyak kerugian yang diderita manusia akibat hipertensi misalnya

kegagalan ginjal, kerusakan pada mata, kelumpuhan akibat serangan pada otak.

Menurut Moerdowo (1984), 7% dari wanita hamil menderita toksemia gravidarum

yang ditandai dengan adanya hipertensi berat, proteinuria dan udema kaki. Penyakit

ini berakibat fatal bagi ibu dan anak yang dikandungnya.(2)

Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang kronis ketika tekanan darah

meningkat di atas tekanan darah yang disebut normal, yaitu nilai sistolik >140

mmHg dan nilai diastolik > 90 mmHg. Hipertensi diakibatkan karena banyaknya

faktor yang mempengaruhi dan dapat berlangsung dengan cepat ataupun menjadi

perlahan. Beberapa penyebab hipertensi yaitu seperti usia, stress, obesitas,

merokok, alkohol, kelainan pada ginjal dan yang lainnya.(3)

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian terbesar

di dunia, yaitu sekitar 17 juta kematian per tahun. Jumlah prevalensi tersebut yang

penyumbang angka tertinggi adalah penyakit hipertensi dengan jumlah 9,4 juta

kematian per tahun. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45% terhadap

komplikasi akibat penyakit jantung (WHO, 2013). Jumlah total orang dewasa

dengan hipertensi pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,56 miliar.

Mengidentifikasi karakteristik dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi penyebab

hipertensi penting bagi kesehatan masyarakat dan kedokteran klinis.(4)

Berdasarkan dari hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi

pada penduduk yang berusia 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia berkisar

31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi dengan tertinggi berada di

3

Kalimantan Selatan (39,6%) dan adapun yang terendah yaitu di Papua Barat

(20,1%). Sedangkan jika dilakukan perbandingan dengan hasil pada tahun 2013

terjadi adanya penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini

bisa terjadi karena berbagai macam penyebab, misalnya alat pengukur tensi yang

berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi.

Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah

(16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner

terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga

kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang

minum obat sendiri.(1)

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk di Amerika

berumur diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka hingga

74,5 juta jiwa, namun sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.

Hipertensi dapat disebut silent killer karena gejalanya dapat bervariasi pada

masing-masing individu dan hampir serupa dengan gejala penyakit yang lainnya.

Gejala-gejalanya berupa sakit kepala/rasa berat di belakang leher, pandangan

berputar (vertigo), jantung berdebar-debar, cepat Ielah, penglihatan kabur, telinga

berdenging (tinnitus), dan mimisan.

Hingga saat ini, hipertensi masih merupakan suatu tantangan besar yang ada

di Indonesia. Bagaimana tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering

ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah

kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data

4

Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun

obat-obatan yang efektif banyak tersedia.(1)

Sampai dengan bulan Desember 2016, data menunjukkan prevalensi

penduduk usia >15 tahun dengan tekanan darah tinggi di Sulawesi Selatan sebesar

20,85%, diakui memang kondisi ini belum mencapai target (19,84%) namun

capaian ini menurun bila dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu 28%.

Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor antara lain faktor alat

pengukur tensi yang berbeda ataupun masyarakat mulai sadar akan bahaya penyakit

hipertensi. Melalui program pendekatan keluarga sehat diharapkan dapat membantu

menekan prevalensi pada penyakit ini dan mengubah pola hidup masyarakat baik

pola konsumsi dan gaya hidup sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.(5)

Kesehatan itu mahal harganya sehingga tidak seorangpun ingin sakit.

Tetapi, seringkali penyakit datang dengan tiba-tiba hanya karena manusia lalai

menjaga kesehatan. Tanpa disadari, terkadang pola hidup sehari-hari dapat

menyebabkan seseorang jatuh sakit. Pola hidup sehat merupakan kebiasaan hidup

yang berpegang pada prinsip menjaga kesehatan. Menjalani pola hidup sehat

merupakan pekerjaan yang tidak mudah.(6)

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

yang mengeluarkan energi. Aktivitas fisik yang cukup pada orang dewasa dapat

menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, dan

kanker.(7)

Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan

keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita

5

hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi, sehingga pengetahuan serta sikap dari keluarga tentang hipertensi

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa

menanggulangi penyakit hipertensi didalam keluarganya sendiri.(3)

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu

Hurairah bahwasanya Nabi bersabda,

ما أنزل الله داء إلا أنزل له شفاء

Artinya :

“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya” (HR.

Bukhari)

Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa

Nabi bersabda,

وجلا لكل داء دواء، فإذا أصاب الداواء الدااء، برأ بإذن الله عزا

Artinya :

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya

maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR.

Muslim).(8)

6

Ini merupakan metode para ulama ahlussunnah wal jama’ah dalam

menjawab pertanyaan. Sebelum dirinci, disebutkan terlebih dahulu dalil secara

umum. Bahwa setiap penyakit ada obatnya dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Jadi kita tidak perlu khawatir. Penyakit dalam urusan-urusan badan manusia saja

Allah turunkan obatnya, apalagi penyakit hati yang berhubungan dengan benarnya

keimanan seseorang yang mempengaruhi cinta, takut dan berharapnya kepada

Allah. Tidak mungkin Allah meluputkan bagi manusia.(9)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan uraian di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan juga lebih

memahami hubungan aktivitas fisik yang sehat pada pasien hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di

Puskesmas Cendrawasih ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tentang aktivitas fisik dengan angka

kejadian kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui intensitas aktivitas fisik pada pasien

hipertensi di Puskesmas Cendrawasih

2. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi di Puskesmas

Cendrawasih.

7

3. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik yang sehat dengan

kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk lebih memahami betapa pentingnya hubungan aktivitas fisik yang

sehat pada pasien hipertensi serta menerapkan hasil penelitian dan disiplin

ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan

Dengan adanya penelitian ini, petugas kesehatan dapat meningkatkan

promosi kesehatan dan juga penyuluhan ke masyarakat terkait betapa

pentingnya aktivitas fisik yang sehat pada pasien hipertensi.

1.4.3. Bagi Masyarakat

dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat menambah wawasan terkait

pentingnya penerapan aktivitas fisik yang sehat bagi masyarakat penderita

hipertensi ataukah tidak menderita sama sekali.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIPERTENSI

2.1.1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari 90 mmHg ketika dua kali dilakukan pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.

Meningkatnya tekanan darah yang berlangsung dalam durasi waktu

yang lama (persisten) dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal

(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan otak

(menyebabkan stroke) bila tidak dilakukan deteksi dini dan

mendapatkan pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi

dengan tekanan darah yang tidak terkontrol dan angkanya terus

meningkat. Oleh karena itu, penanganan dari semua pihak, baik dokter

dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun

masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.(1)

Type of Blood Pressure Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hypertension 120-139 80-89

Hypertension Stage 1 140-159 90-99

9

Hypertension Stage 2 ≥160 ≥100

Tabel 2.1 JNC VIII High Blood Pressure Guidline

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang

ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal.

Hipertensi sering mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena

keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan

keluhan yang berarti; sampai suatu waktu terjadi komplikasi jantung,

otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ-organ vital lainnya.

Namun demikian penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh makanan

yang dikonsumsi masyarakat. Pola hidup sehat dan pola makan sehat

merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi.

Semuanya dilakukan secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali

kita lengah menjaga diri dengan tidak mengikuti pola hidup sehat,

dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi dan penyakit

lainnya.(10)

2.1.2. Epidemiologi

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan

masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang.

Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap

tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular

yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan

sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari

10

3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi

terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan

ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap

tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya.

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017

menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan

disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years

(DAILYs) untuk semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs

tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok,

peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula,

sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah

sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi, menurut data

Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi

dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5

(lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International

Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di

Indonesia, penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh

stroke, diikuti dengan penyakit jantung iskemik, diabetes, tuberkulosa,

sirosis, diare, PPOK, alzheimer, infeksi saluran napas bawah, dan

gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di

11

Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar

(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),

umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar

8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis

hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak

mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan

pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain

karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak

teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%),

menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak

mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat

hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).

Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa

keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang

hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan

organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada

besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan

darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.(11)

12

NO NAMA PUSKESMAS JUMLAH KUNJUNGAN

KEMATIAN BARU LAMA

1 ANTARA 231 935

2 ANTANG 575 1261

3 ANTANG PERUMNAS 378 1135

4 ANDALAS 192 695

5 BATUA 376 1809

6 BALLAPARANG 1167 1634

7 BULUROKENG 0 0

8 BANGKALA 81 830

9 BIRA 343 1017

10 BAROMBONG 191 312

11 BARA-BARAYYA 289 585

12 CENDRAWASIH 77 1317

13 DAHLIA 159 378

14 JONGAYA 18 948

15 JUMPANDANG BARU 21 1639

16 KALBOD 2531 1313

17 KARUWISI 222 820

18 KASSI-KASSI 1833 11676

19 KAPASA 475 693

20 MAMAJANG 52 989

21 MACCINI SAWAH 105 706

22 MANGASA 168 1789

23 MARADEKAYA 57 845

24 MAKKASAU 231 1688

25 MALBAR 94 1113

26 MACCINI SOMBALA 28 28

27 MINASA UPA 118 1417

28 PANAMBUNGAN 45 571

29 PATTINGALOANG 214 1006

30 PERTIWI 491 649

31 PAMPANG 118 1109

32 PACCERAKKANG 7 1664

33 P. BARANGLOMPO 0 0

34 P. KODINGARENG 410 593

35 RAPPOKALLING 375 1427

36 SUDIRA 164 1377

37 SUDIANG 230 2559

38 TAMALATE 1630 2096

39 TARAKAN 22 245

40 TABARINGAN 401 1141

41 TAMANGAPA 172 638

42 TAMMAUNG 108 8766

13

43 TAMALANREA 161 1349

44 TODDOPULI 18 385

45 TAMALANREA JAYA 185 302

46 LAYANG 0 0

Tabel 2.2 Rekapituasi PTM Hipertensi Kota Makassar tahun 2019

2.1.3. Etiologi

Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui.

Hipertensi semacam ini dikenal sebagai hipertensi primer (esensial atau

idiopatik). Hipertensi primer adalah suatu kategori umum untuk

peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam penyebab

yang tidak diketahui dan bukan suatu entitas tunggal. Orang yang dapat

memperlihatkan kecenderungan genetik yang kuat mengidap hipertensi

primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh faktor kontribusi

misalnya kegemukan, stress, merokok, atau kebiasaan makan.

Perhatikanlah berbagai kemungkinan potensial bagi hipertensi primer

yang saat ini sedang diteliti. (10)

Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat

keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol),

kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,

penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman

beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress, penggunaan estrogen.

Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:

a). Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang

penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan

14

kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas)

dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

b). Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial adalah

hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Terdapat jenis hipertensi yang lain:

1. Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan

sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi

penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam

melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi

pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia

pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan

perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per

1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala

penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi

pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila

tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau

"mean" tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat

15

istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan

adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium,

penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

2. Hipertensi pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya

terdapat pada saat kehamilan, yaitu:

a). Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai

hipertensi yang diakibatkan kehamilan atau keracunan

kehamilan (selain tekanan darah yang meninggi, juga

didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsia

adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

b). Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak

sebelum ibu mengandung janin.

c). Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan

gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.

d). Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum

jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan

oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena

16

faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor

keturunan, dan lain sebagainya.

2.1.4. Patofisiologi

Hipertensi primer merupakan penyakit yang bukan hanya

disebabkan oleh satu macam mekanisme, akan tetapi bersifat

multifaktorial, yang timbul akibat dari interaksi dari berbagai macam

faktor resiko. Berbagai faktor dan mekanisme tersebut antara lain :

faktor genetik dan lingkungan, mekanisme neural, renal, hormonal, dan

vaskular.

1. Faktor resiko antara lain : Diet dan asupan garam, stress, ras,

obesitas, merokok, dan genetik.

2. Mekanisme neural : Aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis

mempunyai peranan penting pada awal terjadinya hipertensi primer.

Pada awalnya terjadi peningkatan denyut jantung, curah jantung,

kadar norepinefrine (NE) plasma, dan urine. Berlebihnya NE

ditingkat regional, rangsangan simpatis post ganglion dan reseptor

α- Adrenergic menyebabkan vasokonstriksi disirkulasi perifer.

Meningkatnya aktivitas saraf simpatis ini sulit diukur secara klinis.

Pengukuran kadar NE plasma dan denyut jantung tidak dapat

dipakai untuk mengukur aktivitas saraf simpatis yang meningkat.

Untuk mengukur aktivitas ini dapat dipakai dengan mengukur kadar

NE yang berlebih ditingkat regional dengan radiotracer dan

microneurography.

17

3. Mekanisme Renal : Ginjal merupakan salah satu faktor yang ikut

berperan dalam patogenesis terjadinya hipertensi. Sebaliknya,

hipertensi dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada ginjal.

Dasar dari semua kelainan yang ada dari hipertensi adalah

menurunnya kemampuan ginjal untuk mengeksresikan kelebihan

natrium pada diet tinggi garam.

Retensi natrium dapat meningkatkan tekanan darah melalui

dua cara :

- Volume dependen mechanism : Auto regulasi dan produksi dari

endogenous quabain-light steroids.

- Volume dependen mechanism : Angiotensin memberikan efek

pada sistem saraf pusat, peningkatan aktivitas saraf simpatis,

peningkatan kontraktilitas sel otot polos pembuluh darah dan

hipertrofi mioblast jantung, peningkatan produksi nuklear faktor

(NF) -kβ, peningkatan eksresi AT1R di ginjal serta peningkatan

Transforming Growth Factor (TGF)-β.

4. Mekanisme vaskular : Perubahan struktur dan fungsi pembuluh

darah kecil dan besar memegang peranan penting saat mulai

terjadinya dan progresifitas hipertensi. Pada beberapa keadaan

didapatkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer dengan

curah jantung yang normal. Terjadi gangguan keseimbangan antara

faktor yang menyebabkan terjadinya dilatasi dan konstriksi

pembuluh darah.

18

- Mekanisme vasokonstriksi ditingkat seluler : Mekanisme ditingkat

seluler juga berperan pada patogenesis hipertensi primer, meskipun

tidak didapatkan kelainan pada ginjal. Meningkatnya cytosolik

kalsium pathway menyebabkan terjadinya konstruksi otot polos

pada pembuluh darah.

- Disfungsi endotel : Lapisan endotel pembuluh darah merupakan

faktor yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh

darah, dan merupakan lapisan utama pertahanan terhadap

aterosklerosis dan hipertensi. Keseimbangan tonus pembuluh darah

diatur modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi. Gangguan pada

kesimbangan tonus ini juga ikut berperan pada patogenesis

hipertensi primer. Adanya disfungsi endotel merupakan penanda

yang khas dari suatu hipertensi dan resiko dari suatu kejadian

kardiovaskular. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya faktor

yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah yang dihasilkan oleh

endotel, seperti Nitrit Okside (NO), dan meningkatnya faktor yang

menyebabkan terjadinya vasokonstriksi seperti faktor proinflamasi,

protrombotik, dan growth factors.

- Remodelling vaskular : Seiring dengan berjalannya waktu,

disfungsi endotel, aktivasi neurohormonal, inflamasi vaskuler dan

meningkatnya tekanan darah akan menyebabkan perubahan pada

pembuluh darah/remodelling vaskuler yang makin memperberat

hipertensi. Gambaran khas dari keadaan ini adalah menebalnya

19

media arteri, sehingga terjadi peningkatan rastio antara media dan

lumen, pada arteri besar dan kecil. Sistem renin angiotensin

aldosteron (SRAA) merupakan faktor yang dominan yang berperan

dalam remodelling ini.

5. Mekanisme hormonal : Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron

merupakan salah satu mekanisme penting, yang ikut berperan pada

retensi natrium oleh ginjal, disfungsi endotel, inflamasi dan

remodeling pembuluh darah, juga hipertensi. Renin yang diproduksi

terutama oleh sel juxtaglomerulus yang ada di ginjal, akan berkaitan

dengan angiotensinogen yang diproduksi oleh hati, menghasilkan

angiotensin (AT) 1. Selanjutnya oleh angiotensin konverting enzim

(ACE), AT 1 akan diubah menjadi angiotensin (AT) 2. Selain itu,

masih ada jalur alternatif lain. Chymase suatu enzim protease serine

akan merubah AT 1 menjadi AT 2. Interaksi antara AT 2 dan

reseptor AT 1 akan mengaktivasi beberapa mekanisme ditingkat

seluler yang ikut berperan dalam terjadinya hipertensi dan

percepatan kerusakan pada organ target oleh karena hipertensi itu

sendiri. Keadaan lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan target

organ lain menigkatnya produksi reaktif oksigen species (ROS),

inflamasi vaskuler, remodeling jantung dan produksi aldosteron.

Selain itu, dari beberapa penelitian terakhir makin banyak bukti

bahwa AT 2 aldosteron, aktivasi jalur renin dan prorenin dapat

menybabkan kerusakan pada pembuluh darah yang sehat dan

20

menyebabkan terjadinya hipertensi. Hasil metabolisme lain yang

berasal dari AT 1, seperti AT 1 – 7 yang mempunyai efek proteksi

terhadap pembuluh darah masih dalam penelitian.(12)

2.1.5. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi

1. Faktor-faktor risiko yang tak dapat diubah

a. Usia

Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan

oleh interaksi berbagai faktor risiko yang dialami seseorang.

Pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan fisiologis

dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat adanya

perubahan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh

darah akan mengalami penyempitan dan menjadi kaku dimulai

saat usia 45 tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi

perifer dan aktivitas simpatik serta kurangnya sensitivitas

baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran ginjal dan laju

filtrasi glomerulus menurun.

b. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama

dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit

kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum

menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein).

21

c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu juga akan

menyebabkan keluarga itu memiliki risiko untuk menderita

penyakit hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali. Lebih besar untuk menderita

hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus

hipertensi dalam keluarga.(12)

2. Faktor yang dapat diubah

a. Aktivitas Fisik

Secara teori aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas

tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan

cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih

keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung dalam

memompa darah, makin besar pula tekanan darah yang

membebankan pada dinding arteti sehingga tahanan perifer

yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya

aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat

badan yang akan menyebkan risiko hipertensi meningkat.(13)

22

b. Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi

penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Obesitas diketahui

menjadi salah satu faktor risiko munculnya berbagai penyakit

degeneratif seperti penyakit jantung dan stroke. Penyakit-

penyakit tersebut merupakan penyebab kematian terbesar

penduduk dunia, terutama pada kelompok usia lanjut. Selain

penyakit tersebut, obesitas pada lansia juga dapat meningkatkan

risiko terjadinya kerusakan pada tulang dan sendi sehingga

dapat meningkatkan risiko terjadinya jatuh atau kecelakaan.

(14)

c. Merokok

Racun utama pada rokok adalah sebagai berikut : (1)

Nikotin. Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok.

Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada

dosis tinggi beracun. Nikotin bekerja secara sentral di otak

dengan mempengaruhi neuron dopaminergik yang akan

memberikan efek fisiologis seperti rasa nikmat, tenang dan

nyaman dalam sesaat. (2) Karbon monoksida (CO), Gas CO

mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat

dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen,

sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar oksigen

udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah

23

akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah

CO dan bukan oksigen. (3) Tar, merupakan komponen padat

asap rokok yang bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap,

tar masuk ke dalam rongga mulut dalam bentuk uap padat.

Setelah dingin, tar akan menjadi padat dan membentuk endapan

berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan

paru.(15)

d. Konsumsi kafein

Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami

di dalam makanan seperti biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola

(Cola nitida), guarana, dan mate. Kafein terkenal dengan

rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf

pusat, jantung, dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretik

(dapat dikeluarkan melalui air kencing). Minuman yang

mengandung kafein, seperti minuman suplemen, sudah sejak

lama dianggap tidak terlalu menguntungkan bagi kesehatan

tubuh. Apalagi bila diminum secara berlebihan. Para ahli juga

memperbincangkan bahwa kafein punya potensi menyebabkan

kanker dan penyakit hati.

Kafein meningkatkan tekanan darah secara akut. Efek

klinis yang terjadi tergantung pada respon tekanan darah

responden yang diuji dengan mengkonsumsi kafein setiap hari.

Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan ada kenaikan

24

tekanan darah pada responden yang mengkonsumsi kafein >250

mg per hari selama 5 hari. Kafein terhadap kesehatan sebetulnya

tidak ada. Yang ada hanyalah efek tak langsungnya, yang bisa

mempercepat denyut jantung. Efek tidak langsung ini

disebabkan karena kafein mengandung zat aditif. Zat ini akan

berbahaya bagi penderita tekanan darah tinggi. Karena zat ini

juga akan memacu naiknya tekanan darah.(16)

2.1.6. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak

akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini

merupkan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Beberapa gejala penderita hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

25

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epiktaksis

8) Kesadaran menurun(17)

2.1.7. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor untuk terjadinya segala bentuk

manifestasi klinik dari aterosklerosis. Hipertensi dapat meningkatkan

risiko untuk terjadinya kejadian kardiovaskular dan kerusakan organ

target, baik langsung maupun tidak langsung. Mortalitas meningkat dua

kali pada setiap kenaikan tekanan darah high-normal (130-135/85-89

mmHg), didapatkan peningkatan kejadian kardiovaskular 2,5 kali pada

wanita dan 1,6 kali pada pria bila dibanding dengan tekanan darah

normal. Sedang risiko untuk penyakit ginjal, meningkatnya tekanan

darah sistolik lebih erat kaitannya dengan insiden penyakit ginjal tahap

akhir bila dibanding dengan tekanan darah diastolik, terutama pada usia

lebih dari 50 tahun. Tekanan darah yang meningkat dapat menyebabkan

kerusakan pada pembuluh darah dan parenkim ginjal.

Berbagai kerusakan organ target tersebut antara lain :

26

1. Pada jantung ; Hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokard,

dan gagal jantung kongestif.

2. Penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal tahap akhir

3. Retinopati

4. Pada otak; stroke atau transient ischemic attack.

5. Penyakit arteri perifer

Selain itu ada beberapa faktor risiko lain yang ikut berperan untuk

terjadinya kejadian kardiovaskuler, yang juga perlu diperhitungkan

dalam pengobatan hipertensi, antara lain :

• Hipertensi

• Merokok

• Obesitas

• Aktivitas fisik yang kurang

• Dislipidemia

• Diabetes mellitus

• Mikroalbuminuria atau penyakit ginjal kronis

• Umur (pria > 55 tahun atau wanita > 65 tahun)

• Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular yang

prematur (pria < 55 tahun atau wanita < 65 tahun)(12)

27

Hipertensi

Gambar 2.1. Komplikasi hipertensi yang tidak diobati mencapai target

Beban akhir Kerusakan Arteri

Disfungsi

Diastolik

Hipertrofi

Ventrikel

Kiri

Disfungsi

Diastolik

Gagal

Jantung

Dinding pembuluh

darah yang melemah

Aterosklerosis

yang dipercepat

Suplai

oksigen

miokardium

Pembuluh

darah otak

Aorta Pembuluh

darah otak

Pembuluh

darah ginjal

Pembuluh

darah mata

Pembuluh

darah otak

Stroke

iskemik

Aneurisma

dan diseksi Stroke

Hemoragik Nefrosklerosis

dan gagal ginjal

Retinopati

Iskemia dan

infark miokard

28

2.2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk

mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain sebagainya.

Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh

berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani disebut

olahraga. Manfaat olahraga antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan

jantung, otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas,

mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih

tinggi. Olahrga dikatakan dapat memperbaiki komposisi tubuh, seperti lemak

tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan meningkatkan daya tahan, massa otot dan

kekuatan otot, serta fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan bugar serta risiko

jatuh berkurang. Olahraga dikatakan juga dapat menurunkan risiko penyakit

diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung. Secara umum dikatakan bahwa

olahraga pada lansia dapat menunjang kesehatan, yaitu dengan meningkatkan nafsu

makan, membuat kualitas tidur lebih baik, dan mengurangi kebutuhan terhadap

obat-obatan. Selain itu, olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat secara fisiologis,

psikologis maupun sosial. Secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas

aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga

dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara

sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat

banyak teman, dan meningkatkan produktivitas.(18)

Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan

hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga

29

teratur dengan intensitas dan durasi yang ringan memilki efek penurunan tekanan

darah lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau tinggi,

sehingga pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit

latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, jogging, bersepeda,

atau berenang) 5-7 hari per minggu.(25)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah aktivitas fisik.

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan

aktivitas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.

Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang

dibebankan pada arteri. Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh aktivitas

yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung

koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan sebagainya.(21)

2.3. Tinjuan Islam

Berbicara mengenai hidup sehat tidak luput dari adanya kenikmatan yang

diberikan Allah SWT , nikmat dari Allah itu sangat berlimpah dan tidak terkira.

Sebagaimana surat An-Nahl ayat 18 “maka jika kamu mau menghitung nikmat

Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya,” Diantara nikmat yang

sangat berharga dan tidak ternilai tersebut adalah kesehatan. Dalam perspektif

ajaran Islam, sangat menganjurkan bagaimana hidup dengan sehat dan teratur,

karena tujuan dari kehadiran Islam itu sendiri adalah untuk memelihara agama,

30

akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan umat manusia. Para ulama Salafus Shaleh

menyatakan bahwa ayat yang berbunyi di dalam ayat QS At-Takatsur ayat 8 :

ثما لتسألنا يومئذ عن الناعيم

Artinya :

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu

megah-megahkan di dunia itu).”

Ayat ini juga mengisyaratkan tentang kesehatan, seperti kata Soraya Susan

Behbehani, “tubuh harus dijaga karena merupakan cetakan bagi kehidupan dan jiwa

ada di dalamnya semacam kerang saat mengandung mutiara yang sedang tumbuh,

tanpa kerang tidak akan ada mutiara.(19)

31

2.4. Kerangka Teori

Gambar 2.2. Kerangka teori

Etiologi :

1. Hipertensi Primer

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi

aktivitas fisik yanng

sehat

Terkontrol

Tidak

Terkontrol

Komplikasi

Definisi

Manifestasi Klinik

Faktor Risiko

Dapat diubah :

• Aktivitas

fisik

• Obesitas

• Merokok

• Konsumsi

kafein

Tidak dapat diubah

• Usia

• Jenis

kelamin

• Genetik

Adrenalin

Cardiac

Output

Kontraksi

32

Non

Hipertensi

Hipertensi

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Konsep Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

.

Gambar 3.1. Konsep pemikiran

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan fisik yang dilakukan sehari-hari

berkaitan dengan intensitas dan mempengerahi kesehatan tubuh.

• Alat ukur : Kuesioner

• Cara ukur : Responden akan diberikan kuesioner yang

mencakup 9 pertanyaan tentang aktivitas fisik yang sehat.

• Skala ukur :

1. Pertanyaan 1 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1

2. Pertanyaan 2 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2

3. Pertanyaan 3 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3

4. Pertanyaan 4 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1

Aktivitas Fisik

33

5. Pertanyaan 5 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2

6. Pertanyaan 6 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3

7. Pertanyaan 7 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3

8. Pertanyaan 8 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1

9. Pertanyaan 9 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2

• Hasil : Berdasarkan jumlah pertanyaan yang diberikan

adalah total nilai dari 9 pertanyaan kemudian, total nilai

dibagi 2 untuk mencari rata-rata nilai.

3.2.2. Hipertensi

Hipertensi adalah pasien hipertensi yang telah terdiagnosa

menderita hipertensi sebelum dilakukannya penelitian.

• Alat ukur : Data sekunder

• Cara ukur : Dengan melihat rekam medik dari pasien

hipertensi tersebut.

• Hasil : Berdasarkan dari hasil rekam medik pasien.

3.2.3. Non Hipertensi

Non Hipertensi adalah pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi

sebelum dilakukannya penelitian.

• Alat ukur : Data sekunder

• Cara ukur : Dengan melihat rekam medik dari pasien non

hipertensi tersebut.

34

• Hasil : Berdasarkan dari hasil rekam medik pasien.

3.3. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik yang sehat terhadap kejadian

penyakit hipertensi.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat hubungan aktivitas fisik yang sehat terhadap kejadian penyakit

hipertensi.

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian Observation Analitik yang

bersumber dari data yang diterima berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada

pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan. Pendekatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara “Case control”.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1. Tempat

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

4.2.2. Waktu

Agustus 2019 – Januari 2020

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Hipertensi dan

Non Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

4.3.2. Sampel

1. Pasien Hipertensi

a. Kriteria Inklusi

36

1) Pasien yang datang berkunjung di Poli, Posyandu Lansia PKM

Cendrawasih.

2) Usia >17 tahun

3) Tekanan darah ≥140/90 mmHg

4) Pasien yang bersedia mengisi kuesioner

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien yang tidak menyelesaikan kuesioner

2) Ibu hamil

2. Pasien Non Hipertensi

a. Kriteria Inklusi

1). Pasien Non Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

2). Pasien Non Hipertensi yang bersedia mengisi kuesioner.

b. Kriteria Eksklusi

1). Pasien Non Hipertensi yang memliki riwayat Hipertensi.

2). Pasien Non Hipertensi yang mengisi kuesioner tetapi tidak

melengkapi kuesioner atau jawaban tidak lengkap.

37

4.3.3. Besar Sampel

Berdasarkan hipotesis penelitian dengan pendekatan

observasional analitik dengan mencari hubungan variabel yang

berskala kategorik maka rumus besar sampel sebagai berikut :

n = (Zα √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1−𝑃2𝑄2)

(P1−P2))2

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal

Zα = Deviat baku alfa = 1.96

Zβ = Deviat baku beta = 0.842

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

P = 𝑃1+𝑃2

2

Q1 = 1-P1

Q2 = 1-P2

Q = 1-P

Maka,

𝑛 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 − 𝑃2𝑄2

(𝑃1 − 𝑃2))

2

𝑛 = (1,96√2𝑥0,36𝑥0,64 + 0,842√0,45𝑥0,55 + 0,26𝑥0,74

(0,45 − 0,26))

2

38

𝑛 = (1,96√0,46 + 0,842√0,056

(0,19))

2

𝑛 = (1,282 𝑥 0,678 + 0,842 𝑥 0,236

(0,19))

2

𝑛 = (1,328 + 0,199

(0,19))

2

𝑛 = (1,527

0,19)

2

𝑛1 = 𝑛2 = (8,036)2

𝑛 = 64,57 → 65 Sampel hipertensi, sebagai sampel pembanding

pasien hipertensi maka diberikan sampel sebanyak 65 responden lagi, jadi total

sampel yang dikumpulkan sebanyak 130 sampel

4.4. Teknik Pengambilan Data

Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian

Observastional Analitik yang menggunakan pendekatan dengan metode “Case

Control”, untuk mengetahui seberapa besar pemahaman aktivitas fisik yang sehat

beserta penerapannya pada pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas

Cendrawasih.

4.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan cara Purposive Sampling, yang dimana sampel tersebut diambil

39

berdasarkan kriteria-kriteria, yakni kriteria inklusi dan eksklusi. Data tersebut

didapatkan dari hasil rujukan kuesioner dan penerapan selama beberapa hari kepada

pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas Cendrawasih di Kota Makassar.

4.6. Teknik Pengumpulan Data

4.6.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder

yang telah didapatkan dari kuesioner yang telah dibagikan kepada pasien

dan rekam medik pasien hipertensi dan non hipertensi yang telah memenuhi

kriteria di Puskesmas Cendrawasih.

4.6.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan berasal dari data primer yang diperoleh

dari hasil kuesioner yang telah dikumpulkan oleh pasien hipertensi yang

telah memenuhi kriteria di Puskesmas Cendrawasih.

4.6.3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan merupakan kuesioner yang berisi

pemahaman-pemahaman pada pola hidup sehat pada penyakit hipertensi

yang merujuk kedalam aktivitas fisiknya.

4.6.4. Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data yang dilakukan menggunakan kuesioner yang

dibagikan pada pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih untuk menilai

40

pemahaman pola hidup sehat terkait aktivitas fisik yang mereka ketahui dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

41

4.7. Alur Penelitian

Gambar 4.1. Alur penelitian

Pengambilan Data

“Case Control”

Pasien Hipertensi dan Non

Hipertensi di Puskesmas

Cendrawasih

Penjelasan Penelitian

Non Hipertensi

Inform Consent

/ Persetujuan

Hipertensi

Pembagian

Kuesioner

Penjelasan

Kuesioner

Pengumpulan

Kuesioner

Analisa Data

Setuju Tidak Setuju

Rekam Medik

Setuju Tidak Setuju

Rekam Medik

Pembagian

Kuesioner

Penjelasan

Kuesioner

Pengumpulan

Kuesioner

42

4.8. Teknik Analisis Data

4.8.1. Pengolahan Data

a. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap.

Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau

ketidaksengajaan kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau

disempurnakan. Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan

data, memperjelas serta pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.

b. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variabel agar

lebih mudah dalam menganalisa data. Coding dilakukan dengan cara

menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi kode atau

simbol tertentu.

c. Tabulating

Melakukan tabulasi untuk masing-masing variabel. Dari data

mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pengorganisasian data

sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata

untuk disajikan dan dianalisis.

d. Transfering

Transfering data yaitu memindahkan data dalam media tertentu pada

master tabel.

4.8.2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

43

Untuk mengetahui dan memperlihatkan distribusi frekuensi, baik

variabel bebas, variabel terikat, dan karakteristik responden.

b. Analasis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan

variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada

signifikan (nilai p), yaitu :

(1). Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

(2). Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Aktivitas Fisik

Riwayat

Hipertensi Non Hipertensi

Ringan

Berat

4.9. Etika Penelitian

1. Menyerahkan surat pengantar yang ditujukan kepada kepala Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar sebagai permohonan izin untuk melakukan

penelitian.

2. Responden diberikan keterangan terkait penelitian yang akan dilakukan

dan responden berhak menolak jika tak ingin berpartisipasi dalam

penelitian dan apabila responden menyetujui, penelitian akan dilanjutkan

44

kepada responden dengan memberikan kuesioner yang diisi sesuai

pertanyaan yang telah diberikan.

3. Menjaga kerahasiaan data yang diterima oleh responden penelitian dengan

cara tidak mencantumkan nama dan identitas lainnya, tetapi hanya berupa

inisial nama, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan terkait dengan

penelitian ini.

4. Responden tidak sama sekali dipungut biaya.

45

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Cendrawasih terletak di Kecamatan Mamajang, dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Kelurahan Labuang Baji

2. Sebelah barat : Kelurahan Bungaya

3. Sebelah timur : Kelurahan Maccini Sombala

4. Sebelah selatan : Kelurahan Balang Baru

Puskesmas Cendrawasih ini memiliki wilayah kerja yang terdiri dari

tujuh kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Sambung Jawa

2. Kelurahan Karanganyar

3. Kelurahan Baji Mappaka Sungguh

4. Kelurahan Tamparang Keke

5. Kelurahan Parang

6. Kelurahan Pa`batang

7. Kelurahan Bontolebang

Adapun visi dan misi Puskesmas Cendrawasih menjadikan masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih hidup sehat. Dengan motto

“Cendrawasih tulus melayani profesional dan peduli.

46

Di Puskesmas Cendrawasih terdapat dua dokter umum, dua dokter gigi,

35 pegawai petugas kesehatan lainnya.

Dalam melaksanakan tugas Puskesmas Cendrawasih menyelenggarakan

fungsi yaitu melakukan pelayanan kuratif, rehabilitative, preventif, dan

kuratif.

5.2. Tabel Analisis Univariat

Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur

Umur N %

17-35

36-55

56-65

>65

12

31

54

33

9.2

23.9

41.5

25.4

Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 1 distribusi berdasarkan umur menunjukkan bahwa

responden terbanyak berada pada umur 56-65 tahun dengan jumlah 54 orang

(41.5%) dan responden paling sedikit berada pada umur 17-35 tahun (9.2%).

Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N %

Perempuan

Laki-laki

99

31

76.2

23.8

47

Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 2 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu sebesar 99

orang (76.2%) dibandingkan dengan responden laki-laki sebanyak 31 orang

(23.8%).

Tabel 5.2.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan N %

IRT

PNS

Wiraswasta

Buruh

Pensiunan

Tidak bekerja

55

12

12

2

16

33

42.3

9.2

9.2

1.6

12.3

25.3

Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 3 distribusi berdasarkan pekerjaan responden

menunjukkan bahwa dari status pekerjaan terbagi atas enam jenis pekerjaan,

yaitu ibu rumah tangga (IRT), pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta,

buruh, pensiunan, dan tidak bekerja. Jumlah responden terbanyak yaitu IRT

sebanyak 55 orang (42.3%), dan responden paling sedikit adalah yang

bekerja sebagai buruh sebanyak 2 orang (1.6%). Sedangkan untuk jenis

pekerjaan PNS dan wiraswasta masing-masing sebanyak 12 orang (9.2%),

48

koresponden pensiunan dan tidak bekerja sebanyak 16 orang (12.3%) dan

33 orang (25.3%).

Tabel 5.2.4 Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisik

Tingkat

Aktivitas

n %

Ringan

Berat

79

51

60.8

39.2

Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 4 distribusi berdasarkan pengetahuan tentang

aktivitas fisik menunjukkan bahwa koresponden yang melakukan aktivitas

fisik terbanyak berada pada tingkatan ringan yaitu 79 orang (60.8%) dan

paling sedikit pada aktivitas fisik berat yaitu 51 orang (39.2%).

Tabel 5.2.5 Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian hipertensi

Kejadian

Hipertensi

n %

Hipertensi

Non-hipertensi

65

65

50

50

Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

49

Berdasarkan tabel 5 distribusi berdasarkan ada tidaknya kejadian

hipertensi menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi dan non-

hipertensi masing-masing 65 orang (50%).

5.3. Tabel Analisis Bivariat

Tabel 5.3.6 Hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di

Puskesmas Cendrawasih

Aktivitas

Fisik

Kejadian hipertensi Total P

value

Hipertensi Non-hipertesi

n % n % n %

Ringan 49 62 30 38 79 100 0.001

Berat 16 31.4 35 68.6 51 100

Jumlah 65 50 65 50 130 100

Sumber: Data primer 2020

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak yaitu berada

pada responden hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang

(62%) dan untuk responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik ringan

sebanyak 30 orang (38%). Sedangkan responden yang memiliki hipertensi

dengan aktivitas fisik berat sebanyak 16 orang (31.4 %) dan responden non-

hipertensi dengan aktivitas fisik berat yaitu 35 orang (68.6%). Hasil analisis

menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai

p = 0.001, dengan probabilitas <0.05. Dengan demikian terdapat hubungan

50

yang signifikan antara hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi

di Puskesmas Cendrawasih.

51

BAB VI

PEMBAHASAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

ketika dua kali dilakukan pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang.(1)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetik (keturunan), asupan makan,

kebiasaan merokok, dan stres.(23)

6.1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi

Dari hasil analisa uji bivariat yang menggunakan uji chi-square pada

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p = 0.001, dengan probabilitas <0.05.

Ha diterima dan Ho ditolak dengan demikian, terdapat hubungan yang

signifikan antara hubungan pengetahuan aktivitas fisik terhadap kejadian

hipertensi di Puskesmas Cendrawasih. Pada aktivitas fisik yang ringan,

kejadian hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas fisik yang

berat pada kejadian hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Rahadiyanti, 2013 menunjukkan adanya hubungan aktivitas fisik (berolahraga

jalan kaki) minimal 3 kali dalam seminggu dan berduasi 30 menit dengan

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian aktivitas fisik ini

52

dapat dihubungkan dengan penelitian yang dilaukan Martin et al yang

menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan

olahraga aerobik. (24)

Berdasarkan penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa, apabila pasien

hipertensi melakukan lebih banyak aktivitas fisik ringan sehingga

hipertensinya kurang terkendali padahal pasien dengan riwayat hipertensi

sudah seharusnya melakukan aktivitas fisik yang berat agar hipertensinya tetap

terkendali.

Aktivitas fisik yang dianjurkan meliputi olahraga aerobik teratur. Olahraga

teratur dengan intensitas dan durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih

kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga

pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan

aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau

berenang) 5-7 hari per minggu.(23)

6.2. Kajian Islam

Rasulullah SAW semasa hidupnya yang berkaitan dengan kesehatan

dapat diketahui sebagai orang yang selalu memegang prinsip mencegah lebih

baik daripada mengobati. Dengan demikian, beberapa hal yang dilakukan oleh

beliau untuk menunjang kesehatan, merupakan sebuah pencegahan. Hal ini

lebih baik ketika kita mengalami kesakitan. Inilah salah satu contoh yang

istimewa dari beliau, di antara beberapa keistimewaan lainnya.

53

Salah satu contoh dari kegiatan Rasulullah SAW untuk menunjang kesehatannya

adalah dengan olahraga. Sebagaimana diketahui, olahraga secara sederhana ialah

sebuah kegiatan untuk menggerakkan semua anggota tubuh secara teratur, sehingga

tubuh kuat dan siap untuk mengerjakan aktivitas, serta menjadikan persendian tidak

kaku dan peredaran darah bisa mengalir lebih lancar ke semua jaringan dan organ-

organ tubuh. Dengan dasar inilah, Rasulullah Saw. menjadikan olahraga sebagai

bagian dari kebutuhannya, sehingga menganjurkan kita sebagai pengikutnya agar

berolahraga sebagai bentuk untuk merawat kesehatan dan kesegaran jasmani.

Dengan demikian itu, olahraga yang kita lakukan secara rutin dan benar,

bukan hanya baik untuk kesehatan jasmani, tetapi juga mampu menunjang

perkembangan jiwa pelakunya. Selain itu, dengan olahraga juga dapat menjaga dan

memperkuat stamina agar memperkuat daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah

terserang penyakit. Dengan kondisi jasmani yang sehat, kita dapat melakukan

aktivitas lebih maksimal, begitu juga ketika berbakti kepada Allah SWT. Inilah

salah satu alasan Rasulullah SAW menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga.

Berikut adalah olahraga ala Rasulullah SAW yang bisa kita lakukan:

6.2.1. Rasulullah SAW selalu olahraga pagi

Olahraga pagi adalah usaha untuk menggerakkan tubuh pada gerakan

tertentu untuk memberikan rangsangan pada otot dan organ tubuh, setelah

selama tubuh kita pakai untuk istirahat. Tubuh membutuhkan pemanasan agar

tidak langsung melakukan aktivitas yang berat. Demikian salah satu alasan

kita harus berolahraga pagi. Rasulullah SAW, juga melakukan hal demikian.

Hampir disepanjang usia, beliau rutin melakukan shalat berjamaah subuh

54

dengan berjalan kaki ke masjid. Kita tentunya tidak membayangkan bahwa

Rasulullah SAW melakukan olah raga pagi dengan cara seperti yang biasa

kita lihat saat ini. Ini menunjukkan bahwa persepsi kita terhadap olah raga

masih standar. Oleh karena itu, kita butuh persepsi yang benar terhadap

olahraga. Setiap gerakan tubuh yang bisa menstimulasi tubuh untuk

mendapatkan rangsangan dan gerakan tertentu yang bisa meningkatkan suhu

pada tubuh kita sekaligus menggerakkan otot, dapat kita dikategorikan

sebagai olahraga, baik dilakukan dengan alat maupun tidak. Dengan

demikian, semua yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebelum shalat subuh

dengan berjalan kaki ke masjid, yang dilakukan pada waktu pagi merupakan

aktivitas olah raga yang dapat "membakar" tubuh untuk mendapatkan

kebugaran tertentu. Satu hal yang perlu kita tahu bahwa pada pagi hari, udara

demikian segar, bersih tanpa polusi, serta masih bersih dan sangat baik untuk

kebugaran semua organ tubuh kita.

Dalam dunia kesehatan pada saat ini, olahraga yang dilakukan pada

pagi hari, jauh lebih baik daripada waktu lainnya, misalnya kita mendapatkan

fakta bahwa olahraga pagi hari dapat membakar kalori cukup banyak

dibanding pada waktu lainnya. Maka, dengan berolahraga pagi, kita merasa

lebih segar dan bersemangat dalam memulai aktivitas. Selain itu, olahraga

yang dilakukan pada pagi hari, kita akan mendapatkan kesegaran pikiran,

sehingga kita memperoleh ketenangan dan kenikmatan pikiran yang sangat

luar biasa. Dengan demikian itu, olahraga pagi dapat menghibur kita untuk

menyegarkan pikiran agar fokus mengeluarkan tenaga untuk berolahraga.

55

Hasilnya, seharian kita dapat merasa tenang dan fokus dalam menjalani

seluruh aktivitas. Dalam kondisi pikiran yang segar bugar ini, kita akan

mengurangi efek yang merusak diri ssendiri dari segala sisinya yang

ditimbulkan oleh stress. Maka, dengan latihan ringan berjalan cepat di atas

treadmill selama 30 menit pun dapat menjadi cara instan guna melepaskan

ketegangan dengan menambah kadar zat kimia pada otak yang bersifat

menenangkan, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Menurut sebuah

studi di University of California, olah raga pagi yang dilakukan secara rutin

dapat bekerja pada tingkat sel untuk membalikkan efek buruk stress pada

proses penuaan. Para peneliti menemukan bahwa pada saat kita melakukan

olahraga pagi, pada tiga hari saja kita memiliki lebih sedikit sel-sel yang

mengalami tanda-tanda penuaan dibandingkan dengan orang lain yang tidak

melakukan olahraga pagi. Selain itu, dalam kondisi pikiran yang terbebas dari

gangguan stres dengan sendirinya, mengurangi depresi yang biasa terdapat

pada diri kita setiap saatnya, karena beberapa tekanan yang biasa kita

dapatkan dalam kehidupan ini. Masih dari penelitian di University of

California, latihan rutin dan aktivitas fisik lain yang merangsang munculnya

keringat dapat mengurangi gejala depresi. Hal ini karena olahraga pagi

diyakini mampu merangsang pertumbuhan neuron di daerah otak tertentu

yang rusak selama depresi. Pada proses selanjutnya, kita akan terkondisikan

untuk mampu meningkatkan kemampuan dalam mempelajari sesuatu. Inilah

salah satu rahasia Rasulullah SAW menjadi manusia super cerdas, yakni

dengan olahraga pagi yang meningkatkan faktor pertumbuhan dalam otak

56

yang membantu membuat sel-sel otak baru, serta menjalin hubungan baru di

antara sel-sel otak untuk membantu kita belajar. Selain itu, ada hasil lain yang

mungkin tidak pernah kita perhatikan dengan olah raga pagi hari ini, yakni

meningkatkan rasa percaya diri dan mendapatkan kegembiraan tersendiri

dalam jiwa, serta kita merasa lebih fresh, fit, lebih baik, dan gembira

sepanjang hari.

6.2.2. Olah Raga Jalan Kaki Ala Rasulullah SAW

Dari hasil medis yang kuat mengatakan bahwa berjalan 10 ribu langkah

setiap hari dapat memunculkan berbagai keuntungan kesehatan secara drastis.

Apabila hal itu dapat dilakukan setiap hari, maka bukan hanya membuat kita

merasa lebih baik dan berenergi dalam mengerjakan sesuatu, namun juga

mampu mengurangi risiko munculnya penyakit-penyakit berbahaya, seperti

serangan jantung, kanker, diabetes, dan depresi. Maka demikian dalam

keseharian apabila perjalanan jarak pendek, Rasulullah SAW selalu berjalan

kaki, yaitu dari rumah ke masjid, dari masjid ke pasar, dan dari pasar ke

rumah-rumah sahabat. Bahkan, beliau berjalan kaki ketika mengunjungi

makam para syuhada di Baqi', sekitar tiga kilometer dari pusat kota Madinah,

baik pada waktu terik matahari maupun malam hari. Beliau bukan pribadi

yang suka hidup dengan bersantai saja. Ketika berjalan kaki, keringat

mengalir di sekujur badan, pori-pori kulit terbuka, dan peredaran darah

berjalan normal, sehingga terhindar dari -penyakit jantung.(21)

57

Rasulullah SAW dikenal mempunyai kebiasaan berjalan kaki,

sebagaimana ditunjukkan sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, beliau

berkata,

رسول من أحسن شيئا رأيت ما صلاى اللا وما ، وجهه في تجري الشامس كأناما ، وسلام عليه اللا

رسول من مشيته في أسرع رأيت صلاى اللا أنفسنا لنجهد إناا ، له تطوى الأرض كأنا وسلام عليه اللا ،

مكترث لغير وإناه .

Artinya :

"Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan daripada

Rasulullah SAW. Roman mukanya cemerlang, seperti matahari, juga tidak

pernah melihat orang yang secepat beliau. Seolah-olah bumi ini digulung oleh

langkah-langkah beliau ketika sedang berjalan. Walaupun kami berusaha

untuk mengimbangi jalan beliau. Padahal, beliau tampaknya seperti berjalan

santai saja." (HR. Muslim).

Di dalam Al-Riyadhah fi Mandzur al-Islam, Sa’ud bin ‘Abdullah al-

Rauqi menyatakan bahwa berjalan adalah salah satu olahraga yang dilakoni

oleh umat Islam pada permulaan munculnya Islam. Beliau menyebutkan bahwa

pernah suatu ketika beberapa orang sahabat mendatangi Rasulullah SAW untuk

berkonsultasi terkait kemampuan mereka yang loyo ketika berjalan kaki, para

sahabat tidak mampu berjalan jauh. Oleh Rasulullah SAW para sahabat

disarankan untuk membiasakan diri berlari-lari kecil atau berjalan cepat.

Alhasil kesehatan mereka membaik dan kemampuan berjalan mereka

meningkat sehingga mampu berjalan yang cukup jauh.(22)

58

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas disebutkan sebagai

berikut.

عليه وسلم : خير ما تداويتم به السعوط واللدود والحجامة . والمشي قال رسول الله صلى الل

Artinya :

Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik aktivitas untuk mengobati diri adalah

mengobati diri melalui hidung, melalui mulut, bekam, dan al-masy.” (HR.

Tirmdzi).

Sa’ud bin ‘Abdullah al-Rauqi menyebut bahwa al-masy adalah berjalan kaki,

salah satu obat ampuh untuk mengurangi obesitas, rematik, melancarkan

peredaran darah, meningkatkan pernafasan dan meningkatkan kerja otot.

Namun pendapat lain menyebutkan bahwa al-masy yang dimaksud obat

pencahar atau obat pencuci perut, pendapat kedua ini sebagaimana yang

disebutkan oleh al-Baghawi di dalam Syarh al-Sunnah. Apapun alasannya,

jika sebuah kegiatan memenuhi aspek menggerakkan badan atau anggota

badan secara sistematis untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh, meskipun

tidak diperlombakan, maka tetap saja hal itu dinamakan dengan olahraga.

Dengan demikian itu, maka tepatlah jika berjalan kaki adalah termasuk

olahraga yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya

zaman dahulu.

6.2.3. Rasulullah SAW Selalu Meluangkan Waktu untuk Olahraga

Kita menyepakati bahwa olahraga tidak harus dilakukan di sebuah

59

lapangan dengan kostum dan peralatan yang lainnya, karena lebih banyak

mendatangkan mudharat daripada manfaatnya, meskipun hal yang demikian

boleh saja kita lakukan asal dengan cara yang baik. Itulah sebabnya,

Rasulullah SAW selalu meluangkan waktu untuk olahraga, karena beliau

adalah pribadi yang aktif dengan berbagai macam aktivitas sehari sebagai

pemimpin umat, keluarga, imam di masjid, dan lain sebagainya, semuanya

dilakukan oleh beliau tanpa lelah. Sekarang bayangkan, betapa sibuknya

beliau melakukan semua aktivitas ini, betapa tubuh, otot, serta organ beliau

begitu terkondisikan dengan kuat. Bukankah inilah sesungguhnya yang kita

maknai sebagai olahraga, yakni berusaha sekuat tenaga untuk mengolah

tenaga yang kita miliki agar dapat lebih bermanfaat bagi diri sendiri, orang

lain, dan umat manusia pada umumnya.

Jadi, meskipun Rasulullah SAW. tidak secara khusus meluangkan

waktu untuk olahraga, tetapi saat tubuh beliau sudah aktif dan melakukan

berbagai macam kegiatan, sesungguhnya beliau telah berolahraga, yakni

olahraga yang sangat berkualitas yang bukan hanya mendatangkan kesehatan,

melainkan juga memiliki ibadah kepada Allah SWT.(21)

وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن كتب عليكم القتال وهو كره لكم

يعلم وأنتم ل تعلمون تحبوا شيئا وهو شر لكم واللا

Artinya :

60

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh

jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui

dan kamu tidak mengetahui“ (Q.S. Al-Baqarah:216)

Banyak dari kita yang mengetahui pentingnya untuk melakukan aktivitas fisik

yang sehat misalnya berolahraga tetapi kadang kita malas melakukannya

dengan berbagai alasan dari dalam diri kita sendiri, padahal manfaat dari

beraktivitas fisik yang sehat ini sangat baik bagi tubuh dan jiwa kita.

إنا أراد وإذا بأنفسهم ما وايغير حتاى بقوم ما يغير ل اللا سوءا بقوم اللا

فل مردا له وما لهم من دونه من وال

Artinya :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga

mereka mengubah diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki

keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan

tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ar-Ra’d:11)

Seperti yang diterangkan oleh ayat diatas bahwa sesungguhnya Allah SWT

tak akan merubah nasib seseorang sebelum orang itu sendiri yang

merubahnya, ada baiknya kita apabila telah mengetahui pentingnya aktivitas

fisik yang sehat itu untuk dijalankan dan diterapkan sehari-hari yang mana

pula sangat mempengaruhi kesehatan kita nantinya.

61

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

a. Aktivitas fisik yang dijalankan oleh pasien dengan riwayat hipertensi

masih lebih banyak dilakukan dengan intensitas ringan.

b. Persentasi angka kejadian hipertensi dipengaruhi riwayat aktivitas fisik

yang ringan.

c. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di

Puskesmas Cendrawasih.

7.2 Saran

a. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian

dengan menggunakan kuesioner pre dan post test, setelah pemberian

materi tentang pentingnya aktivitas fisik untuk mencegah kejadian

hipertensi.

b. Bagi Penderita Hipertensi

Diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dengan

melakukan aktivitas fisik untuk mencegah terjadinya hipertensi.

c. Bagi Puskesmas Cendrawasih

Diharapkan melakukan penyuluhan lebih lanjut tentang pentingnya

melakukan aktivitas fisik sehari-hari pada pelaksaan posyandu.

62

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes.Ri. Infodatin Hipertensi. Infodatin. 2014;(Hipertensi):1–7.

2. Noerhadi Dr M. Hipertensi dan Pengaruhnya Terhadap Organ-Organ

Tubuh. Hipertens dan Pengaruh Terhadap Organ-Organ Tubuh. 2008;1–18.

3. Wahyuni W, Susilowati T. Hubungan Pengetahuan, Pola Makan dan Jenis

Kelamin Terhadap Kejadian Hipertensi di Kalurahan Sambung Macan

Sragen. Gaster | J Ilmu Kesehat. 2018;16(1):73.

4. Yulistina F, Deliana Sm, Rustiana Er. Korelasi Asupan Makanan, Stres,

dan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Pada Usia Menopause. Unnes J

Public Heal. 2017;6(1):35.

5. Nomor Y. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun

2018. 2018;

6. Moma L. Kebiasaan Perilaku Hidup Sehat Dan Nilai Karakter. Cakrawala

Pendidik. 2015;2(2):248–56.

7. Widiantini, W., Tafal Z. Artikel Penelitian 330 Alamat Korespondensi:

Winne Widiantini, Pusat Data dan Informasi Sekjen. J Kesehat Masy Nas.

2013;8(4):330–6.

8. Allah Menurunkan Penyakit dan Obatnya Meniti Jalan Yang Lurus.

9. Tidaklah Allah Menurunkan Penyakit Kecuali Dia Juga Menurunkan

Penawarnya - Radio Rodja 756 Am.

10. Suoth M, Bidjuni H, Malara Rt, Studi P, Keperawatan I, Kedokteran F, Et

Al. Pendahuluan Pelayanan Kesehatan yang Diberikan Puskesmas

63

Merupakan Pelayanan yang Menyeluruh yang Meliputi Pelayanan Kuratif (

Pengobatan ), Rehabilitative Kesehatan ). Pelayanan Tersebut ditujukan

Kepada Semua Penduduk dengan Tidak Membedakan Jenis Kelam. 2014;2.

11. Slamet, Igm.Dkk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet].

Kementerian Kesehatan Ri. Sekretariat R Jenderal. Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun. 2015. P. 248.

12. Bakta Im. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Imu Penyakit Dalam.

2014. 2575–2584 P.

13. Rina Andriani. Hipertensi Pada Laki-Laki Dewasa Awal ( 18-40 Tahun )

Di Wilayah Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017. Ilmu Kesehat Masy.

2017;68–73.

14. Sofa Im. Kejadian Obesitas , Obesitas Sentral , Dan Kelebihan Lemak

Viseral Pada Lansia Wanita The Incidence Of Obesity , Central Obesity ,

And Excessive Visceral Fat Among Elderly Women. Amerta Nutr.

2018;228–36.

15. Gita Syo, Delmi S, Lestari Y. Jurnal Fk Unand. Hub Merokok Dengan

Kejadian Hipertens Pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun Di Kota Padang.

2015;4(2):434–40.

16. Pengaruh Konsumsi Kafein Pada Sistem Kardiovaskular. J Major.

2016;5(3):43–9.

17. Kartikasari Agnesia Nuarima. Berger - Modos De Ver.Pdf. 2012.

18. Rachmah Laksmi Ambardini. Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Universitas

64

Negeri Yogyakarta. (February 2019):1–13.

19. M. Nur Wahyudi. Pola Hidup Sehat Dalam Perspektif Al-Qur ’ An. Skripsi.

2015;9(2):401–20.

20. Paskah Rina Situmorang. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sari

Mutiara Medan Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Keperawatan. 2015.

21. Olahraga Sehat Ala Rasulullah Saw. Diakses Tanggal 11 Februari 2020

22. Misbahuddin. Olahraga Jalan Kaki Ala Rasulullah Saw. Diakses Tanggal

11 Februari 2020.

23. Novitaningtyas Tri. Hubungan Karateristik (Umur, Jk, Tingkat Pendidikan)

Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kel. Makan

Haji Kec. Kartasura Kab.Sukoharjo. 2014.

24 Sriani Ki, Fakhriadi R, Rosadi D. Hubungan Antara Perilaku Merokok Dan

Kebiasaan Olahraga Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 18-

44 Tahun. 2016.

25 Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019.