the relationship of physical activity to the incidence …
TRANSCRIPT
THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE
OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH
CENTER
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS CENDRAWASIH
OLEH :
FATH MUBARAQ BACHTIAR
105421105116
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh sarjana kedokteran
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Fath Mubaraq Bachtiar
Ayah : Bachtiar Sitaba
Ibu : ST. Maisarah Alwany
Tempat/Tanggal Lahir : Ujungpandang, 19 Desember 1996
Alamat : Perumahan Mangasa Permai Blok P no. 7, Jl.
Skarda N2, Makassar
No. HP : 082195340424
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
• SD Negeri Ikip 1 Makassar (2002-2008)
• SMP Negeri 3 Makassar (2008-2011)
• SMA Negeri 2 Makassar (2011-2014)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita ridho dan rahmat-Nya hingga saat ini, serta salam dan shalawat
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita umatnya
dari zaman yang penuh kejahiliyahan menuju zaman yang terang benderang akan
kecerdasan seperti sekarang ini, sehingga penulis dapat melangsungkan serta
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Aktivitas Fisik
terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih”, sebagai salah satu syarat
yang diperlukan untuk mencapai gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pada kesempatan ini izinkan penulis untuk memberikan penghormatan serta
ucapan terima kasih kepada Ibunda drg. Sitti Maisarah Alwany dan Ayahanda
Bachtiar Sitaba, S.H yang dengan sabar dan tabah telah memberikan do’a dan
motivasi yang besar sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini.
Hormat dan terima kasih secara khusus penulis berikan kepada dr. Amy
Febriza, M.Kes. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan
dengan sabar membimbing serta memberikan arahan bahkan koreksi kepada
penulis hingga skripsi ini selesai.
Demikian daripada itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :
vii
1. dr. H. Machmud Ghaznawi Sp. PA(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Juliani Ibrahim, Ph.D selaku dosen Metodologi Penelitian yang telah sabar
dan ingin menyempatkan waktunya untuk membimbing skripsi ini hingga
selesai.
3. Kepala Puskesmas Cendrawasih beserta staf dan jajarannya, yang telah
menerima dan memberikan kesempatan serta membantu penulis pada saat
melakukan penelitian di Wilayah Puskesmas Cendrawasih.
4. drg. Muthia Mutmainnah Bachtiar, dr. Nurul qalbi Bachtiar, dan Hadiid
Afief Bachtiar yang telah membantu selama penelitian dan juga motivasi
kepada penulis hingga skripsi diselesaikan.
5. Teman-teman angkatan 2016 (Rauvolfia) yang telah memberikan motivasi
dan juga dukungan penuh selama penelitian ini berjalan.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penelitian serta
penulisan skripsi yang tidak dapat dituliskan satu-persatu.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi nilai
ibadah disisi-Nya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan juga
saran.
Makassar, 20 Februari 2020
Penulis
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, Februari 2020
FATH MUBARAQ BACHTIAR (105421105116)
dr. Ami Febriza, M.Kes.
“HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS CENDRAWASIH”
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan
besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data
Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun
obat-obatan yang efektif banyak tersedia.
TUJUAN : Untuk mengetahui hubungan tentang aktivitas fisik yang sehat dengan
angka kejadian kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.
METODE : Penelitian ini merupakan jenis penelitian Observation Analitik yang
bersumber dari data yang diterima berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada
pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas Cendrawasih, Kota Makassar,
Provinsi Sulawesi Selatan. Pendekatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara
“Case control”. Setelah itu data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square
pada program SPSS ver.15.
HASIL : Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas Cendrawasih
responden hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang (62%) dan
untuk responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 30 orang
(38%). Sedangkan responden yang memiliki hipertensi dengan aktivitas fisik berat
sebanyak 16 orang (31.4 %) dan responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik
berat yaitu 35 orang (68.6%).
KESIMPULAN : Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.
KATA KUNCI : Aktivitas Fisik, Hipertensi.
ix
MEDICAL FACULTY AND HEALTH SCIENCE
MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY
Thesis, February 2020
FATH MUBARAQ BACHTIAR (105421105116)
dr. Ami Febriza, M.Kes.
"THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE
OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH
CENTER"
ABSTRACT
BACKGROUND: Until now, hypertension is still a big challenge in Indonesia.
Imagine, hypertension is a condition that is often found in primary health care
services. This is a health problem with a high prevalence, which is 25.8%, according
to the 2013 Riskesdas data. In addition, hypertension control is not adequate even
though effective medicines are widely available.
OBJECTIVE: To find out the relationship between healthy physical activity and
the incidence of hypertension cases at the Cendrawasih Health Center.
METHODS: This research is a type of Observation Analytical research sourced
from data received based on a questionnaire distributed to hypertensive and non-
hypertensive patients at Cendrawasih Health Center, Makassar City, South
Sulawesi Province. The approach in this study was carried out by means of "Case
control". After that the data were analyzed using the Chi Square test in the SPSS
program ver.15.
RESULTS: Based on the results of research obtained at the Cendrawasih Public
Health Center of hypertension respondents with mild physical activity as many as
49 people (62%) and for non-hypertensive respondents with mild physical activity
as many as 30 people (38%). While respondents who had hypertension with heavy
physical activity were 16 people (31.4%) and non-hypertensive respondents with
heavy physical activity were 35 people (68.6%).
CONCLUSION: There is a significant relationship between physical activity and
the incidence of hypertension in the Cendrawasih Health Center.
KEYWORDS: Physical Activity, Hypertension.
x
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ ii
PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK....... ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................... .......................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................ 6
1.3.2.Tujuan Khusus ............................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
xi
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ................................................................. 7
1.4.2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan ............................................... 7
1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8
2.1. Hipertensi ............................................................................................ 8
2.1.1. Definisi ....................................................................................... 8
2.1.2. Epidemiologi .............................................................................. 9
2.1.3. Etiologi ....................................................................................... 13
2.1.4. Patofisiologi ............................................................................... 16
2.1.5. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi............................................ 20
2.1.6. Manifestasi Klinik ...................................................................... 24
2.1.7. Komplikasi ................................................................................. 25
2.2. Aktivitas Fisik ..................................................................................... 28
2.3. Tinjauan Islam ..................................................................................... 29
2.4. Kerangka Teori.................................................................................... 31
BAB III Kerangka Konsep ............................................................................... 32
3.1. Konsep Pemikiran ............................................................................... 32
3.2. Definisi Operasional............................................................................ 32
xii
3.2.1. Pengetahuan Aktivitas Fisik ........................................................ 32
3.2.2. Pasien Hipertensi ......................................................................... 33
3.2.3. Pasien Non Hipertensi ................................................................. 33
3.3. Hipotesis ............................................................................................. 34
BAB IV Metode Penelitian .............................................................................. 35
4.1. Desain Penelitian .................................................................................. 35
4.2. Tempat dan Waktu Penelitin ................................................................ 35
4.2.1.Tempat ......................................................................................... 35
4.2.2. Waktu ......................................................................................... 35
4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35
4.3.1. Populasi ...................................................................................... 35
4.3.2. Sampel ........................................................................................ 35
4.3.3. Besar Sampel .............................................................................. 37
4.4. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 38
4.5. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 38
4.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39
4.6.1. Jenis Data ................................................................................... 39
4.6.2. Sumber Data ............................................................................... 39
4.6.3. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 39
xiii
4.6.4. Prosedur Pengambilan Data ....................................................... 39
4.7. Alur Penelitian ...................................................................................... 41
4.8. Teknik Anilisis Data ............................................................................. 42
4.9. Etika Penelitian..................................................................................... 43
BAB V Hasil Penelitian ................................................................................... 45
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 45
5.2. Tabel Analisis Univariat ...................................................................... 46
5.3. Tabel Analisis Bivariat ......................................................................... 49
BAB VI Pembahasan ....................................................................................... 51
6.1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi ...................................... 51
6.2. Kajian Islam ......................................................................................... 52
BAB VII Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 61
7.1. Kesimpulan .......................................................................................... 61
7.2. Saran ..................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN
xiv
Daftar Tabel
Tabel 2.1 JNC VIII High Blood Pressere Guidline.................................................8
Tabel 2.2. Rekapitulasi PTM Hipertensi Kota Makassar 2019..............................12
Tabel 5.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur............................................46
Tabel 5.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin..............................46
Tabel 5.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan.....................................47
Tabel 5.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik.............................48
Tabel 5.2.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hipertensi.....................48
Tabel 5.3.6. Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi.................49
xv
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Komplikasi Hipertensi yang Tidak Diobati Mencapai Target..........27
Gambar 2.2. Kerangka Teori..................................................................................31
Gambar 3.1. Konsep Pemikiran.............................................................................32
Gambar 4.1. Alur Penelitian...................................................................................41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di
samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang
efektif banyak tersedia.(1)
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang harus untuk diketahui oleh
masyarakat umum, karena tingkat prevalensi yang tinggi dan akibat jangka panjang
yang ditimbulkannya memiliki konsekuensi tertentu. Selain itu, hipertensi cukup
banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari. Sejalan dengan kemajuan dan
modernisasi kejadian hipertensi akan terus bertambah, bahkan data-data
menunjukkan bahwa dewasa ini lebih kurang 10% penduduk Indonesia menderita
hipertensi dimana sebagian besar dari penderita tidak diketahui penyebab
hipertensinya. Kerusakan organ tubuh akibat hipertensi seperti penyakit jantung
koroner dan perdarahan otak merupakan penyebab utama kematian pada penderita
hipertensi. Menurut Kaplan, studi Framingham menunjukkan bahwa penderita
hipertensi laki-laki tua di atas 65 tahun akan mendapat 2-3 kali kemungkinan
penyakit jantung koroner dengan kematian 50% dalam waktu 5 tahun dan 6 kali
2
mendapatkan stroke dibandingkan dengan orang yang normotensi. Selain penyakit
jantung banyak kerugian yang diderita manusia akibat hipertensi misalnya
kegagalan ginjal, kerusakan pada mata, kelumpuhan akibat serangan pada otak.
Menurut Moerdowo (1984), 7% dari wanita hamil menderita toksemia gravidarum
yang ditandai dengan adanya hipertensi berat, proteinuria dan udema kaki. Penyakit
ini berakibat fatal bagi ibu dan anak yang dikandungnya.(2)
Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang kronis ketika tekanan darah
meningkat di atas tekanan darah yang disebut normal, yaitu nilai sistolik >140
mmHg dan nilai diastolik > 90 mmHg. Hipertensi diakibatkan karena banyaknya
faktor yang mempengaruhi dan dapat berlangsung dengan cepat ataupun menjadi
perlahan. Beberapa penyebab hipertensi yaitu seperti usia, stress, obesitas,
merokok, alkohol, kelainan pada ginjal dan yang lainnya.(3)
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian terbesar
di dunia, yaitu sekitar 17 juta kematian per tahun. Jumlah prevalensi tersebut yang
penyumbang angka tertinggi adalah penyakit hipertensi dengan jumlah 9,4 juta
kematian per tahun. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45% terhadap
komplikasi akibat penyakit jantung (WHO, 2013). Jumlah total orang dewasa
dengan hipertensi pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,56 miliar.
Mengidentifikasi karakteristik dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi penyebab
hipertensi penting bagi kesehatan masyarakat dan kedokteran klinis.(4)
Berdasarkan dari hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi
pada penduduk yang berusia 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia berkisar
31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi dengan tertinggi berada di
3
Kalimantan Selatan (39,6%) dan adapun yang terendah yaitu di Papua Barat
(20,1%). Sedangkan jika dilakukan perbandingan dengan hasil pada tahun 2013
terjadi adanya penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini
bisa terjadi karena berbagai macam penyebab, misalnya alat pengukur tensi yang
berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi.
Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah
(16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang
minum obat sendiri.(1)
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk di Amerika
berumur diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka hingga
74,5 juta jiwa, namun sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi dapat disebut silent killer karena gejalanya dapat bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir serupa dengan gejala penyakit yang lainnya.
Gejala-gejalanya berupa sakit kepala/rasa berat di belakang leher, pandangan
berputar (vertigo), jantung berdebar-debar, cepat Ielah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Hingga saat ini, hipertensi masih merupakan suatu tantangan besar yang ada
di Indonesia. Bagaimana tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data
4
Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun
obat-obatan yang efektif banyak tersedia.(1)
Sampai dengan bulan Desember 2016, data menunjukkan prevalensi
penduduk usia >15 tahun dengan tekanan darah tinggi di Sulawesi Selatan sebesar
20,85%, diakui memang kondisi ini belum mencapai target (19,84%) namun
capaian ini menurun bila dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu 28%.
Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor antara lain faktor alat
pengukur tensi yang berbeda ataupun masyarakat mulai sadar akan bahaya penyakit
hipertensi. Melalui program pendekatan keluarga sehat diharapkan dapat membantu
menekan prevalensi pada penyakit ini dan mengubah pola hidup masyarakat baik
pola konsumsi dan gaya hidup sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.(5)
Kesehatan itu mahal harganya sehingga tidak seorangpun ingin sakit.
Tetapi, seringkali penyakit datang dengan tiba-tiba hanya karena manusia lalai
menjaga kesehatan. Tanpa disadari, terkadang pola hidup sehari-hari dapat
menyebabkan seseorang jatuh sakit. Pola hidup sehat merupakan kebiasaan hidup
yang berpegang pada prinsip menjaga kesehatan. Menjalani pola hidup sehat
merupakan pekerjaan yang tidak mudah.(6)
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang mengeluarkan energi. Aktivitas fisik yang cukup pada orang dewasa dapat
menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, dan
kanker.(7)
Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan
keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
5
hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi, sehingga pengetahuan serta sikap dari keluarga tentang hipertensi
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa
menanggulangi penyakit hipertensi didalam keluarganya sendiri.(3)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu
Hurairah bahwasanya Nabi bersabda,
ما أنزل الله داء إلا أنزل له شفاء
Artinya :
“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya” (HR.
Bukhari)
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa
Nabi bersabda,
وجلا لكل داء دواء، فإذا أصاب الداواء الدااء، برأ بإذن الله عزا
Artinya :
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya
maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR.
Muslim).(8)
6
Ini merupakan metode para ulama ahlussunnah wal jama’ah dalam
menjawab pertanyaan. Sebelum dirinci, disebutkan terlebih dahulu dalil secara
umum. Bahwa setiap penyakit ada obatnya dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Jadi kita tidak perlu khawatir. Penyakit dalam urusan-urusan badan manusia saja
Allah turunkan obatnya, apalagi penyakit hati yang berhubungan dengan benarnya
keimanan seseorang yang mempengaruhi cinta, takut dan berharapnya kepada
Allah. Tidak mungkin Allah meluputkan bagi manusia.(9)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan uraian di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan juga lebih
memahami hubungan aktivitas fisik yang sehat pada pasien hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di
Puskesmas Cendrawasih ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tentang aktivitas fisik dengan angka
kejadian kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui intensitas aktivitas fisik pada pasien
hipertensi di Puskesmas Cendrawasih
2. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi di Puskesmas
Cendrawasih.
7
3. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik yang sehat dengan
kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Untuk lebih memahami betapa pentingnya hubungan aktivitas fisik yang
sehat pada pasien hipertensi serta menerapkan hasil penelitian dan disiplin
ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan
Dengan adanya penelitian ini, petugas kesehatan dapat meningkatkan
promosi kesehatan dan juga penyuluhan ke masyarakat terkait betapa
pentingnya aktivitas fisik yang sehat pada pasien hipertensi.
1.4.3. Bagi Masyarakat
dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat menambah wawasan terkait
pentingnya penerapan aktivitas fisik yang sehat bagi masyarakat penderita
hipertensi ataukah tidak menderita sama sekali.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HIPERTENSI
2.1.1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg ketika dua kali dilakukan pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.
Meningkatnya tekanan darah yang berlangsung dalam durasi waktu
yang lama (persisten) dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal
(gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dilakukan deteksi dini dan
mendapatkan pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi
dengan tekanan darah yang tidak terkontrol dan angkanya terus
meningkat. Oleh karena itu, penanganan dari semua pihak, baik dokter
dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun
masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.(1)
Type of Blood Pressure Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hypertension 120-139 80-89
Hypertension Stage 1 140-159 90-99
9
Hypertension Stage 2 ≥160 ≥100
Tabel 2.1 JNC VIII High Blood Pressure Guidline
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal.
Hipertensi sering mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena
keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan
keluhan yang berarti; sampai suatu waktu terjadi komplikasi jantung,
otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ-organ vital lainnya.
Namun demikian penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dikonsumsi masyarakat. Pola hidup sehat dan pola makan sehat
merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi.
Semuanya dilakukan secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali
kita lengah menjaga diri dengan tidak mengikuti pola hidup sehat,
dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi dan penyakit
lainnya.(10)
2.1.2. Epidemiologi
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan
masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang.
Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap
tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular
yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari
10
3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi
terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan
ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap
tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017
menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan
disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years
(DAILYs) untuk semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs
tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok,
peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula,
sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah
sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi, menurut data
Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi
dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5
(lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International
Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di
Indonesia, penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh
stroke, diikuti dengan penyakit jantung iskemik, diabetes, tuberkulosa,
sirosis, diare, PPOK, alzheimer, infeksi saluran napas bawah, dan
gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
11
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar
8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain
karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak
teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%),
menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak
mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat
hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang
hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan
organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada
besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan
darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.(11)
12
NO NAMA PUSKESMAS JUMLAH KUNJUNGAN
KEMATIAN BARU LAMA
1 ANTARA 231 935
2 ANTANG 575 1261
3 ANTANG PERUMNAS 378 1135
4 ANDALAS 192 695
5 BATUA 376 1809
6 BALLAPARANG 1167 1634
7 BULUROKENG 0 0
8 BANGKALA 81 830
9 BIRA 343 1017
10 BAROMBONG 191 312
11 BARA-BARAYYA 289 585
12 CENDRAWASIH 77 1317
13 DAHLIA 159 378
14 JONGAYA 18 948
15 JUMPANDANG BARU 21 1639
16 KALBOD 2531 1313
17 KARUWISI 222 820
18 KASSI-KASSI 1833 11676
19 KAPASA 475 693
20 MAMAJANG 52 989
21 MACCINI SAWAH 105 706
22 MANGASA 168 1789
23 MARADEKAYA 57 845
24 MAKKASAU 231 1688
25 MALBAR 94 1113
26 MACCINI SOMBALA 28 28
27 MINASA UPA 118 1417
28 PANAMBUNGAN 45 571
29 PATTINGALOANG 214 1006
30 PERTIWI 491 649
31 PAMPANG 118 1109
32 PACCERAKKANG 7 1664
33 P. BARANGLOMPO 0 0
34 P. KODINGARENG 410 593
35 RAPPOKALLING 375 1427
36 SUDIRA 164 1377
37 SUDIANG 230 2559
38 TAMALATE 1630 2096
39 TARAKAN 22 245
40 TABARINGAN 401 1141
41 TAMANGAPA 172 638
42 TAMMAUNG 108 8766
13
43 TAMALANREA 161 1349
44 TODDOPULI 18 385
45 TAMALANREA JAYA 185 302
46 LAYANG 0 0
Tabel 2.2 Rekapituasi PTM Hipertensi Kota Makassar tahun 2019
2.1.3. Etiologi
Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui.
Hipertensi semacam ini dikenal sebagai hipertensi primer (esensial atau
idiopatik). Hipertensi primer adalah suatu kategori umum untuk
peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam penyebab
yang tidak diketahui dan bukan suatu entitas tunggal. Orang yang dapat
memperlihatkan kecenderungan genetik yang kuat mengidap hipertensi
primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh faktor kontribusi
misalnya kegemukan, stress, merokok, atau kebiasaan makan.
Perhatikanlah berbagai kemungkinan potensial bagi hipertensi primer
yang saat ini sedang diteliti. (10)
Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol),
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,
penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress, penggunaan estrogen.
Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:
a). Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan
14
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas)
dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b). Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial adalah
hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Terdapat jenis hipertensi yang lain:
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan
sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi
penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi
pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia
pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan
perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per
1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala
penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi
pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila
tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau
"mean" tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat
15
istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan
adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium,
penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.
2. Hipertensi pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya
terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
a). Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai
hipertensi yang diakibatkan kehamilan atau keracunan
kehamilan (selain tekanan darah yang meninggi, juga
didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsia
adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b). Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak
sebelum ibu mengandung janin.
c). Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan
gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d). Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum
jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan
oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena
16
faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor
keturunan, dan lain sebagainya.
2.1.4. Patofisiologi
Hipertensi primer merupakan penyakit yang bukan hanya
disebabkan oleh satu macam mekanisme, akan tetapi bersifat
multifaktorial, yang timbul akibat dari interaksi dari berbagai macam
faktor resiko. Berbagai faktor dan mekanisme tersebut antara lain :
faktor genetik dan lingkungan, mekanisme neural, renal, hormonal, dan
vaskular.
1. Faktor resiko antara lain : Diet dan asupan garam, stress, ras,
obesitas, merokok, dan genetik.
2. Mekanisme neural : Aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis
mempunyai peranan penting pada awal terjadinya hipertensi primer.
Pada awalnya terjadi peningkatan denyut jantung, curah jantung,
kadar norepinefrine (NE) plasma, dan urine. Berlebihnya NE
ditingkat regional, rangsangan simpatis post ganglion dan reseptor
α- Adrenergic menyebabkan vasokonstriksi disirkulasi perifer.
Meningkatnya aktivitas saraf simpatis ini sulit diukur secara klinis.
Pengukuran kadar NE plasma dan denyut jantung tidak dapat
dipakai untuk mengukur aktivitas saraf simpatis yang meningkat.
Untuk mengukur aktivitas ini dapat dipakai dengan mengukur kadar
NE yang berlebih ditingkat regional dengan radiotracer dan
microneurography.
17
3. Mekanisme Renal : Ginjal merupakan salah satu faktor yang ikut
berperan dalam patogenesis terjadinya hipertensi. Sebaliknya,
hipertensi dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada ginjal.
Dasar dari semua kelainan yang ada dari hipertensi adalah
menurunnya kemampuan ginjal untuk mengeksresikan kelebihan
natrium pada diet tinggi garam.
Retensi natrium dapat meningkatkan tekanan darah melalui
dua cara :
- Volume dependen mechanism : Auto regulasi dan produksi dari
endogenous quabain-light steroids.
- Volume dependen mechanism : Angiotensin memberikan efek
pada sistem saraf pusat, peningkatan aktivitas saraf simpatis,
peningkatan kontraktilitas sel otot polos pembuluh darah dan
hipertrofi mioblast jantung, peningkatan produksi nuklear faktor
(NF) -kβ, peningkatan eksresi AT1R di ginjal serta peningkatan
Transforming Growth Factor (TGF)-β.
4. Mekanisme vaskular : Perubahan struktur dan fungsi pembuluh
darah kecil dan besar memegang peranan penting saat mulai
terjadinya dan progresifitas hipertensi. Pada beberapa keadaan
didapatkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer dengan
curah jantung yang normal. Terjadi gangguan keseimbangan antara
faktor yang menyebabkan terjadinya dilatasi dan konstriksi
pembuluh darah.
18
- Mekanisme vasokonstriksi ditingkat seluler : Mekanisme ditingkat
seluler juga berperan pada patogenesis hipertensi primer, meskipun
tidak didapatkan kelainan pada ginjal. Meningkatnya cytosolik
kalsium pathway menyebabkan terjadinya konstruksi otot polos
pada pembuluh darah.
- Disfungsi endotel : Lapisan endotel pembuluh darah merupakan
faktor yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh
darah, dan merupakan lapisan utama pertahanan terhadap
aterosklerosis dan hipertensi. Keseimbangan tonus pembuluh darah
diatur modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi. Gangguan pada
kesimbangan tonus ini juga ikut berperan pada patogenesis
hipertensi primer. Adanya disfungsi endotel merupakan penanda
yang khas dari suatu hipertensi dan resiko dari suatu kejadian
kardiovaskular. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya faktor
yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah yang dihasilkan oleh
endotel, seperti Nitrit Okside (NO), dan meningkatnya faktor yang
menyebabkan terjadinya vasokonstriksi seperti faktor proinflamasi,
protrombotik, dan growth factors.
- Remodelling vaskular : Seiring dengan berjalannya waktu,
disfungsi endotel, aktivasi neurohormonal, inflamasi vaskuler dan
meningkatnya tekanan darah akan menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah/remodelling vaskuler yang makin memperberat
hipertensi. Gambaran khas dari keadaan ini adalah menebalnya
19
media arteri, sehingga terjadi peningkatan rastio antara media dan
lumen, pada arteri besar dan kecil. Sistem renin angiotensin
aldosteron (SRAA) merupakan faktor yang dominan yang berperan
dalam remodelling ini.
5. Mekanisme hormonal : Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron
merupakan salah satu mekanisme penting, yang ikut berperan pada
retensi natrium oleh ginjal, disfungsi endotel, inflamasi dan
remodeling pembuluh darah, juga hipertensi. Renin yang diproduksi
terutama oleh sel juxtaglomerulus yang ada di ginjal, akan berkaitan
dengan angiotensinogen yang diproduksi oleh hati, menghasilkan
angiotensin (AT) 1. Selanjutnya oleh angiotensin konverting enzim
(ACE), AT 1 akan diubah menjadi angiotensin (AT) 2. Selain itu,
masih ada jalur alternatif lain. Chymase suatu enzim protease serine
akan merubah AT 1 menjadi AT 2. Interaksi antara AT 2 dan
reseptor AT 1 akan mengaktivasi beberapa mekanisme ditingkat
seluler yang ikut berperan dalam terjadinya hipertensi dan
percepatan kerusakan pada organ target oleh karena hipertensi itu
sendiri. Keadaan lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan target
organ lain menigkatnya produksi reaktif oksigen species (ROS),
inflamasi vaskuler, remodeling jantung dan produksi aldosteron.
Selain itu, dari beberapa penelitian terakhir makin banyak bukti
bahwa AT 2 aldosteron, aktivasi jalur renin dan prorenin dapat
menybabkan kerusakan pada pembuluh darah yang sehat dan
20
menyebabkan terjadinya hipertensi. Hasil metabolisme lain yang
berasal dari AT 1, seperti AT 1 – 7 yang mempunyai efek proteksi
terhadap pembuluh darah masih dalam penelitian.(12)
2.1.5. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi
1. Faktor-faktor risiko yang tak dapat diubah
a. Usia
Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan
oleh interaksi berbagai faktor risiko yang dialami seseorang.
Pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan fisiologis
dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat adanya
perubahan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah akan mengalami penyempitan dan menjadi kaku dimulai
saat usia 45 tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik serta kurangnya sensitivitas
baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran ginjal dan laju
filtrasi glomerulus menurun.
b. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama
dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein).
21
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu juga akan
menyebabkan keluarga itu memiliki risiko untuk menderita
penyakit hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali. Lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi dalam keluarga.(12)
2. Faktor yang dapat diubah
a. Aktivitas Fisik
Secara teori aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas
tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung dalam
memompa darah, makin besar pula tekanan darah yang
membebankan pada dinding arteti sehingga tahanan perifer
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya
aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat
badan yang akan menyebkan risiko hipertensi meningkat.(13)
22
b. Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Obesitas diketahui
menjadi salah satu faktor risiko munculnya berbagai penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung dan stroke. Penyakit-
penyakit tersebut merupakan penyebab kematian terbesar
penduduk dunia, terutama pada kelompok usia lanjut. Selain
penyakit tersebut, obesitas pada lansia juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya kerusakan pada tulang dan sendi sehingga
dapat meningkatkan risiko terjadinya jatuh atau kecelakaan.
(14)
c. Merokok
Racun utama pada rokok adalah sebagai berikut : (1)
Nikotin. Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok.
Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada
dosis tinggi beracun. Nikotin bekerja secara sentral di otak
dengan mempengaruhi neuron dopaminergik yang akan
memberikan efek fisiologis seperti rasa nikmat, tenang dan
nyaman dalam sesaat. (2) Karbon monoksida (CO), Gas CO
mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat
dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen,
sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar oksigen
udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah
23
akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah
CO dan bukan oksigen. (3) Tar, merupakan komponen padat
asap rokok yang bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap,
tar masuk ke dalam rongga mulut dalam bentuk uap padat.
Setelah dingin, tar akan menjadi padat dan membentuk endapan
berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan
paru.(15)
d. Konsumsi kafein
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami
di dalam makanan seperti biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola
(Cola nitida), guarana, dan mate. Kafein terkenal dengan
rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf
pusat, jantung, dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretik
(dapat dikeluarkan melalui air kencing). Minuman yang
mengandung kafein, seperti minuman suplemen, sudah sejak
lama dianggap tidak terlalu menguntungkan bagi kesehatan
tubuh. Apalagi bila diminum secara berlebihan. Para ahli juga
memperbincangkan bahwa kafein punya potensi menyebabkan
kanker dan penyakit hati.
Kafein meningkatkan tekanan darah secara akut. Efek
klinis yang terjadi tergantung pada respon tekanan darah
responden yang diuji dengan mengkonsumsi kafein setiap hari.
Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan ada kenaikan
24
tekanan darah pada responden yang mengkonsumsi kafein >250
mg per hari selama 5 hari. Kafein terhadap kesehatan sebetulnya
tidak ada. Yang ada hanyalah efek tak langsungnya, yang bisa
mempercepat denyut jantung. Efek tidak langsung ini
disebabkan karena kafein mengandung zat aditif. Zat ini akan
berbahaya bagi penderita tekanan darah tinggi. Karena zat ini
juga akan memacu naiknya tekanan darah.(16)
2.1.6. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini
merupkan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa gejala penderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
25
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epiktaksis
8) Kesadaran menurun(17)
2.1.7. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor untuk terjadinya segala bentuk
manifestasi klinik dari aterosklerosis. Hipertensi dapat meningkatkan
risiko untuk terjadinya kejadian kardiovaskular dan kerusakan organ
target, baik langsung maupun tidak langsung. Mortalitas meningkat dua
kali pada setiap kenaikan tekanan darah high-normal (130-135/85-89
mmHg), didapatkan peningkatan kejadian kardiovaskular 2,5 kali pada
wanita dan 1,6 kali pada pria bila dibanding dengan tekanan darah
normal. Sedang risiko untuk penyakit ginjal, meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih erat kaitannya dengan insiden penyakit ginjal tahap
akhir bila dibanding dengan tekanan darah diastolik, terutama pada usia
lebih dari 50 tahun. Tekanan darah yang meningkat dapat menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah dan parenkim ginjal.
Berbagai kerusakan organ target tersebut antara lain :
26
1. Pada jantung ; Hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokard,
dan gagal jantung kongestif.
2. Penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal tahap akhir
3. Retinopati
4. Pada otak; stroke atau transient ischemic attack.
5. Penyakit arteri perifer
Selain itu ada beberapa faktor risiko lain yang ikut berperan untuk
terjadinya kejadian kardiovaskuler, yang juga perlu diperhitungkan
dalam pengobatan hipertensi, antara lain :
• Hipertensi
• Merokok
• Obesitas
• Aktivitas fisik yang kurang
• Dislipidemia
• Diabetes mellitus
• Mikroalbuminuria atau penyakit ginjal kronis
• Umur (pria > 55 tahun atau wanita > 65 tahun)
• Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular yang
prematur (pria < 55 tahun atau wanita < 65 tahun)(12)
27
Hipertensi
Gambar 2.1. Komplikasi hipertensi yang tidak diobati mencapai target
Beban akhir Kerusakan Arteri
Disfungsi
Diastolik
Hipertrofi
Ventrikel
Kiri
Disfungsi
Diastolik
Gagal
Jantung
Dinding pembuluh
darah yang melemah
Aterosklerosis
yang dipercepat
Suplai
oksigen
miokardium
Pembuluh
darah otak
Aorta Pembuluh
darah otak
Pembuluh
darah ginjal
Pembuluh
darah mata
Pembuluh
darah otak
Stroke
iskemik
Aneurisma
dan diseksi Stroke
Hemoragik Nefrosklerosis
dan gagal ginjal
Retinopati
Iskemia dan
infark miokard
28
2.2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk
mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain sebagainya.
Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani disebut
olahraga. Manfaat olahraga antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan
jantung, otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas,
mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih
tinggi. Olahrga dikatakan dapat memperbaiki komposisi tubuh, seperti lemak
tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan meningkatkan daya tahan, massa otot dan
kekuatan otot, serta fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan bugar serta risiko
jatuh berkurang. Olahraga dikatakan juga dapat menurunkan risiko penyakit
diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung. Secara umum dikatakan bahwa
olahraga pada lansia dapat menunjang kesehatan, yaitu dengan meningkatkan nafsu
makan, membuat kualitas tidur lebih baik, dan mengurangi kebutuhan terhadap
obat-obatan. Selain itu, olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat secara fisiologis,
psikologis maupun sosial. Secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas
aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga
dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara
sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat
banyak teman, dan meningkatkan produktivitas.(18)
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan
hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga
29
teratur dengan intensitas dan durasi yang ringan memilki efek penurunan tekanan
darah lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau tinggi,
sehingga pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit
latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, jogging, bersepeda,
atau berenang) 5-7 hari per minggu.(25)
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah aktivitas fisik.
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan
aktivitas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri. Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh aktivitas
yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung
koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan sebagainya.(21)
2.3. Tinjuan Islam
Berbicara mengenai hidup sehat tidak luput dari adanya kenikmatan yang
diberikan Allah SWT , nikmat dari Allah itu sangat berlimpah dan tidak terkira.
Sebagaimana surat An-Nahl ayat 18 “maka jika kamu mau menghitung nikmat
Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya,” Diantara nikmat yang
sangat berharga dan tidak ternilai tersebut adalah kesehatan. Dalam perspektif
ajaran Islam, sangat menganjurkan bagaimana hidup dengan sehat dan teratur,
karena tujuan dari kehadiran Islam itu sendiri adalah untuk memelihara agama,
30
akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan umat manusia. Para ulama Salafus Shaleh
menyatakan bahwa ayat yang berbunyi di dalam ayat QS At-Takatsur ayat 8 :
ثما لتسألنا يومئذ عن الناعيم
Artinya :
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).”
Ayat ini juga mengisyaratkan tentang kesehatan, seperti kata Soraya Susan
Behbehani, “tubuh harus dijaga karena merupakan cetakan bagi kehidupan dan jiwa
ada di dalamnya semacam kerang saat mengandung mutiara yang sedang tumbuh,
tanpa kerang tidak akan ada mutiara.(19)
31
2.4. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka teori
Etiologi :
1. Hipertensi Primer
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi
aktivitas fisik yanng
sehat
Terkontrol
Tidak
Terkontrol
Komplikasi
Definisi
Manifestasi Klinik
Faktor Risiko
Dapat diubah :
• Aktivitas
fisik
• Obesitas
• Merokok
• Konsumsi
kafein
Tidak dapat diubah
• Usia
• Jenis
kelamin
• Genetik
Adrenalin
Cardiac
Output
Kontraksi
32
Non
Hipertensi
Hipertensi
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Konsep Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
.
Gambar 3.1. Konsep pemikiran
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan kegiatan fisik yang dilakukan sehari-hari
berkaitan dengan intensitas dan mempengerahi kesehatan tubuh.
• Alat ukur : Kuesioner
• Cara ukur : Responden akan diberikan kuesioner yang
mencakup 9 pertanyaan tentang aktivitas fisik yang sehat.
• Skala ukur :
1. Pertanyaan 1 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1
2. Pertanyaan 2 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2
3. Pertanyaan 3 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3
4. Pertanyaan 4 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1
Aktivitas Fisik
33
5. Pertanyaan 5 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2
6. Pertanyaan 6 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3
7. Pertanyaan 7 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3
8. Pertanyaan 8 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1
9. Pertanyaan 9 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2
• Hasil : Berdasarkan jumlah pertanyaan yang diberikan
adalah total nilai dari 9 pertanyaan kemudian, total nilai
dibagi 2 untuk mencari rata-rata nilai.
3.2.2. Hipertensi
Hipertensi adalah pasien hipertensi yang telah terdiagnosa
menderita hipertensi sebelum dilakukannya penelitian.
• Alat ukur : Data sekunder
• Cara ukur : Dengan melihat rekam medik dari pasien
hipertensi tersebut.
• Hasil : Berdasarkan dari hasil rekam medik pasien.
3.2.3. Non Hipertensi
Non Hipertensi adalah pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelum dilakukannya penelitian.
• Alat ukur : Data sekunder
• Cara ukur : Dengan melihat rekam medik dari pasien non
hipertensi tersebut.
34
• Hasil : Berdasarkan dari hasil rekam medik pasien.
3.3. Hipotesis
1. Hipotesis Nol (H0)
Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik yang sehat terhadap kejadian
penyakit hipertensi.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat hubungan aktivitas fisik yang sehat terhadap kejadian penyakit
hipertensi.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian Observation Analitik yang
bersumber dari data yang diterima berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada
pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi
Selatan. Pendekatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara “Case control”.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
4.2.2. Waktu
Agustus 2019 – Januari 2020
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Hipertensi dan
Non Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.
4.3.2. Sampel
1. Pasien Hipertensi
a. Kriteria Inklusi
36
1) Pasien yang datang berkunjung di Poli, Posyandu Lansia PKM
Cendrawasih.
2) Usia >17 tahun
3) Tekanan darah ≥140/90 mmHg
4) Pasien yang bersedia mengisi kuesioner
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien yang tidak menyelesaikan kuesioner
2) Ibu hamil
2. Pasien Non Hipertensi
a. Kriteria Inklusi
1). Pasien Non Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih Kota
Makassar.
2). Pasien Non Hipertensi yang bersedia mengisi kuesioner.
b. Kriteria Eksklusi
1). Pasien Non Hipertensi yang memliki riwayat Hipertensi.
2). Pasien Non Hipertensi yang mengisi kuesioner tetapi tidak
melengkapi kuesioner atau jawaban tidak lengkap.
37
4.3.3. Besar Sampel
Berdasarkan hipotesis penelitian dengan pendekatan
observasional analitik dengan mencari hubungan variabel yang
berskala kategorik maka rumus besar sampel sebagai berikut :
n = (Zα √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1−𝑃2𝑄2)
(P1−P2))2
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal
Zα = Deviat baku alfa = 1.96
Zβ = Deviat baku beta = 0.842
P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
P = 𝑃1+𝑃2
2
Q1 = 1-P1
Q2 = 1-P2
Q = 1-P
Maka,
𝑛 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 − 𝑃2𝑄2
(𝑃1 − 𝑃2))
2
𝑛 = (1,96√2𝑥0,36𝑥0,64 + 0,842√0,45𝑥0,55 + 0,26𝑥0,74
(0,45 − 0,26))
2
38
𝑛 = (1,96√0,46 + 0,842√0,056
(0,19))
2
𝑛 = (1,282 𝑥 0,678 + 0,842 𝑥 0,236
(0,19))
2
𝑛 = (1,328 + 0,199
(0,19))
2
𝑛 = (1,527
0,19)
2
𝑛1 = 𝑛2 = (8,036)2
𝑛 = 64,57 → 65 Sampel hipertensi, sebagai sampel pembanding
pasien hipertensi maka diberikan sampel sebanyak 65 responden lagi, jadi total
sampel yang dikumpulkan sebanyak 130 sampel
4.4. Teknik Pengambilan Data
Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian
Observastional Analitik yang menggunakan pendekatan dengan metode “Case
Control”, untuk mengetahui seberapa besar pemahaman aktivitas fisik yang sehat
beserta penerapannya pada pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas
Cendrawasih.
4.5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan cara Purposive Sampling, yang dimana sampel tersebut diambil
39
berdasarkan kriteria-kriteria, yakni kriteria inklusi dan eksklusi. Data tersebut
didapatkan dari hasil rujukan kuesioner dan penerapan selama beberapa hari kepada
pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas Cendrawasih di Kota Makassar.
4.6. Teknik Pengumpulan Data
4.6.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder
yang telah didapatkan dari kuesioner yang telah dibagikan kepada pasien
dan rekam medik pasien hipertensi dan non hipertensi yang telah memenuhi
kriteria di Puskesmas Cendrawasih.
4.6.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan berasal dari data primer yang diperoleh
dari hasil kuesioner yang telah dikumpulkan oleh pasien hipertensi yang
telah memenuhi kriteria di Puskesmas Cendrawasih.
4.6.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan merupakan kuesioner yang berisi
pemahaman-pemahaman pada pola hidup sehat pada penyakit hipertensi
yang merujuk kedalam aktivitas fisiknya.
4.6.4. Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data yang dilakukan menggunakan kuesioner yang
dibagikan pada pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih untuk menilai
40
pemahaman pola hidup sehat terkait aktivitas fisik yang mereka ketahui dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
41
4.7. Alur Penelitian
Gambar 4.1. Alur penelitian
Pengambilan Data
“Case Control”
Pasien Hipertensi dan Non
Hipertensi di Puskesmas
Cendrawasih
Penjelasan Penelitian
Non Hipertensi
Inform Consent
/ Persetujuan
Hipertensi
Pembagian
Kuesioner
Penjelasan
Kuesioner
Pengumpulan
Kuesioner
Analisa Data
Setuju Tidak Setuju
Rekam Medik
Setuju Tidak Setuju
Rekam Medik
Pembagian
Kuesioner
Penjelasan
Kuesioner
Pengumpulan
Kuesioner
42
4.8. Teknik Analisis Data
4.8.1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap.
Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau
ketidaksengajaan kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau
disempurnakan. Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan
data, memperjelas serta pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.
b. Coding
Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variabel agar
lebih mudah dalam menganalisa data. Coding dilakukan dengan cara
menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi kode atau
simbol tertentu.
c. Tabulating
Melakukan tabulasi untuk masing-masing variabel. Dari data
mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pengorganisasian data
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata
untuk disajikan dan dianalisis.
d. Transfering
Transfering data yaitu memindahkan data dalam media tertentu pada
master tabel.
4.8.2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
43
Untuk mengetahui dan memperlihatkan distribusi frekuensi, baik
variabel bebas, variabel terikat, dan karakteristik responden.
b. Analasis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk mengetahui
hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada
signifikan (nilai p), yaitu :
(1). Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
(2). Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
Aktivitas Fisik
Riwayat
Hipertensi Non Hipertensi
Ringan
Berat
4.9. Etika Penelitian
1. Menyerahkan surat pengantar yang ditujukan kepada kepala Puskesmas
Cendrawasih Kota Makassar sebagai permohonan izin untuk melakukan
penelitian.
2. Responden diberikan keterangan terkait penelitian yang akan dilakukan
dan responden berhak menolak jika tak ingin berpartisipasi dalam
penelitian dan apabila responden menyetujui, penelitian akan dilanjutkan
44
kepada responden dengan memberikan kuesioner yang diisi sesuai
pertanyaan yang telah diberikan.
3. Menjaga kerahasiaan data yang diterima oleh responden penelitian dengan
cara tidak mencantumkan nama dan identitas lainnya, tetapi hanya berupa
inisial nama, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan terkait dengan
penelitian ini.
4. Responden tidak sama sekali dipungut biaya.
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Cendrawasih terletak di Kecamatan Mamajang, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah utara : Kelurahan Labuang Baji
2. Sebelah barat : Kelurahan Bungaya
3. Sebelah timur : Kelurahan Maccini Sombala
4. Sebelah selatan : Kelurahan Balang Baru
Puskesmas Cendrawasih ini memiliki wilayah kerja yang terdiri dari
tujuh kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Sambung Jawa
2. Kelurahan Karanganyar
3. Kelurahan Baji Mappaka Sungguh
4. Kelurahan Tamparang Keke
5. Kelurahan Parang
6. Kelurahan Pa`batang
7. Kelurahan Bontolebang
Adapun visi dan misi Puskesmas Cendrawasih menjadikan masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih hidup sehat. Dengan motto
“Cendrawasih tulus melayani profesional dan peduli.
46
Di Puskesmas Cendrawasih terdapat dua dokter umum, dua dokter gigi,
35 pegawai petugas kesehatan lainnya.
Dalam melaksanakan tugas Puskesmas Cendrawasih menyelenggarakan
fungsi yaitu melakukan pelayanan kuratif, rehabilitative, preventif, dan
kuratif.
5.2. Tabel Analisis Univariat
Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur
Umur N %
17-35
36-55
56-65
>65
12
31
54
33
9.2
23.9
41.5
25.4
Jumlah 130 100
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan tabel 1 distribusi berdasarkan umur menunjukkan bahwa
responden terbanyak berada pada umur 56-65 tahun dengan jumlah 54 orang
(41.5%) dan responden paling sedikit berada pada umur 17-35 tahun (9.2%).
Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin N %
Perempuan
Laki-laki
99
31
76.2
23.8
47
Jumlah 130 100
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan tabel 2 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu sebesar 99
orang (76.2%) dibandingkan dengan responden laki-laki sebanyak 31 orang
(23.8%).
Tabel 5.2.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan N %
IRT
PNS
Wiraswasta
Buruh
Pensiunan
Tidak bekerja
55
12
12
2
16
33
42.3
9.2
9.2
1.6
12.3
25.3
Jumlah 130 100
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan tabel 3 distribusi berdasarkan pekerjaan responden
menunjukkan bahwa dari status pekerjaan terbagi atas enam jenis pekerjaan,
yaitu ibu rumah tangga (IRT), pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta,
buruh, pensiunan, dan tidak bekerja. Jumlah responden terbanyak yaitu IRT
sebanyak 55 orang (42.3%), dan responden paling sedikit adalah yang
bekerja sebagai buruh sebanyak 2 orang (1.6%). Sedangkan untuk jenis
pekerjaan PNS dan wiraswasta masing-masing sebanyak 12 orang (9.2%),
48
koresponden pensiunan dan tidak bekerja sebanyak 16 orang (12.3%) dan
33 orang (25.3%).
Tabel 5.2.4 Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisik
Tingkat
Aktivitas
n %
Ringan
Berat
79
51
60.8
39.2
Jumlah 130 100
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan tabel 4 distribusi berdasarkan pengetahuan tentang
aktivitas fisik menunjukkan bahwa koresponden yang melakukan aktivitas
fisik terbanyak berada pada tingkatan ringan yaitu 79 orang (60.8%) dan
paling sedikit pada aktivitas fisik berat yaitu 51 orang (39.2%).
Tabel 5.2.5 Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian hipertensi
Kejadian
Hipertensi
n %
Hipertensi
Non-hipertensi
65
65
50
50
Jumlah 130 100
Sumber: Data primer 2020
49
Berdasarkan tabel 5 distribusi berdasarkan ada tidaknya kejadian
hipertensi menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi dan non-
hipertensi masing-masing 65 orang (50%).
5.3. Tabel Analisis Bivariat
Tabel 5.3.6 Hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di
Puskesmas Cendrawasih
Aktivitas
Fisik
Kejadian hipertensi Total P
value
Hipertensi Non-hipertesi
n % n % n %
Ringan 49 62 30 38 79 100 0.001
Berat 16 31.4 35 68.6 51 100
Jumlah 65 50 65 50 130 100
Sumber: Data primer 2020
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak yaitu berada
pada responden hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang
(62%) dan untuk responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik ringan
sebanyak 30 orang (38%). Sedangkan responden yang memiliki hipertensi
dengan aktivitas fisik berat sebanyak 16 orang (31.4 %) dan responden non-
hipertensi dengan aktivitas fisik berat yaitu 35 orang (68.6%). Hasil analisis
menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai
p = 0.001, dengan probabilitas <0.05. Dengan demikian terdapat hubungan
50
yang signifikan antara hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi
di Puskesmas Cendrawasih.
51
BAB VI
PEMBAHASAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
ketika dua kali dilakukan pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang.(1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetik (keturunan), asupan makan,
kebiasaan merokok, dan stres.(23)
6.1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi
Dari hasil analisa uji bivariat yang menggunakan uji chi-square pada
tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p = 0.001, dengan probabilitas <0.05.
Ha diterima dan Ho ditolak dengan demikian, terdapat hubungan yang
signifikan antara hubungan pengetahuan aktivitas fisik terhadap kejadian
hipertensi di Puskesmas Cendrawasih. Pada aktivitas fisik yang ringan,
kejadian hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas fisik yang
berat pada kejadian hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Rahadiyanti, 2013 menunjukkan adanya hubungan aktivitas fisik (berolahraga
jalan kaki) minimal 3 kali dalam seminggu dan berduasi 30 menit dengan
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian aktivitas fisik ini
52
dapat dihubungkan dengan penelitian yang dilaukan Martin et al yang
menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan
olahraga aerobik. (24)
Berdasarkan penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa, apabila pasien
hipertensi melakukan lebih banyak aktivitas fisik ringan sehingga
hipertensinya kurang terkendali padahal pasien dengan riwayat hipertensi
sudah seharusnya melakukan aktivitas fisik yang berat agar hipertensinya tetap
terkendali.
Aktivitas fisik yang dianjurkan meliputi olahraga aerobik teratur. Olahraga
teratur dengan intensitas dan durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih
kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga
pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan
aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau
berenang) 5-7 hari per minggu.(23)
6.2. Kajian Islam
Rasulullah SAW semasa hidupnya yang berkaitan dengan kesehatan
dapat diketahui sebagai orang yang selalu memegang prinsip mencegah lebih
baik daripada mengobati. Dengan demikian, beberapa hal yang dilakukan oleh
beliau untuk menunjang kesehatan, merupakan sebuah pencegahan. Hal ini
lebih baik ketika kita mengalami kesakitan. Inilah salah satu contoh yang
istimewa dari beliau, di antara beberapa keistimewaan lainnya.
53
Salah satu contoh dari kegiatan Rasulullah SAW untuk menunjang kesehatannya
adalah dengan olahraga. Sebagaimana diketahui, olahraga secara sederhana ialah
sebuah kegiatan untuk menggerakkan semua anggota tubuh secara teratur, sehingga
tubuh kuat dan siap untuk mengerjakan aktivitas, serta menjadikan persendian tidak
kaku dan peredaran darah bisa mengalir lebih lancar ke semua jaringan dan organ-
organ tubuh. Dengan dasar inilah, Rasulullah Saw. menjadikan olahraga sebagai
bagian dari kebutuhannya, sehingga menganjurkan kita sebagai pengikutnya agar
berolahraga sebagai bentuk untuk merawat kesehatan dan kesegaran jasmani.
Dengan demikian itu, olahraga yang kita lakukan secara rutin dan benar,
bukan hanya baik untuk kesehatan jasmani, tetapi juga mampu menunjang
perkembangan jiwa pelakunya. Selain itu, dengan olahraga juga dapat menjaga dan
memperkuat stamina agar memperkuat daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah
terserang penyakit. Dengan kondisi jasmani yang sehat, kita dapat melakukan
aktivitas lebih maksimal, begitu juga ketika berbakti kepada Allah SWT. Inilah
salah satu alasan Rasulullah SAW menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga.
Berikut adalah olahraga ala Rasulullah SAW yang bisa kita lakukan:
6.2.1. Rasulullah SAW selalu olahraga pagi
Olahraga pagi adalah usaha untuk menggerakkan tubuh pada gerakan
tertentu untuk memberikan rangsangan pada otot dan organ tubuh, setelah
selama tubuh kita pakai untuk istirahat. Tubuh membutuhkan pemanasan agar
tidak langsung melakukan aktivitas yang berat. Demikian salah satu alasan
kita harus berolahraga pagi. Rasulullah SAW, juga melakukan hal demikian.
Hampir disepanjang usia, beliau rutin melakukan shalat berjamaah subuh
54
dengan berjalan kaki ke masjid. Kita tentunya tidak membayangkan bahwa
Rasulullah SAW melakukan olah raga pagi dengan cara seperti yang biasa
kita lihat saat ini. Ini menunjukkan bahwa persepsi kita terhadap olah raga
masih standar. Oleh karena itu, kita butuh persepsi yang benar terhadap
olahraga. Setiap gerakan tubuh yang bisa menstimulasi tubuh untuk
mendapatkan rangsangan dan gerakan tertentu yang bisa meningkatkan suhu
pada tubuh kita sekaligus menggerakkan otot, dapat kita dikategorikan
sebagai olahraga, baik dilakukan dengan alat maupun tidak. Dengan
demikian, semua yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebelum shalat subuh
dengan berjalan kaki ke masjid, yang dilakukan pada waktu pagi merupakan
aktivitas olah raga yang dapat "membakar" tubuh untuk mendapatkan
kebugaran tertentu. Satu hal yang perlu kita tahu bahwa pada pagi hari, udara
demikian segar, bersih tanpa polusi, serta masih bersih dan sangat baik untuk
kebugaran semua organ tubuh kita.
Dalam dunia kesehatan pada saat ini, olahraga yang dilakukan pada
pagi hari, jauh lebih baik daripada waktu lainnya, misalnya kita mendapatkan
fakta bahwa olahraga pagi hari dapat membakar kalori cukup banyak
dibanding pada waktu lainnya. Maka, dengan berolahraga pagi, kita merasa
lebih segar dan bersemangat dalam memulai aktivitas. Selain itu, olahraga
yang dilakukan pada pagi hari, kita akan mendapatkan kesegaran pikiran,
sehingga kita memperoleh ketenangan dan kenikmatan pikiran yang sangat
luar biasa. Dengan demikian itu, olahraga pagi dapat menghibur kita untuk
menyegarkan pikiran agar fokus mengeluarkan tenaga untuk berolahraga.
55
Hasilnya, seharian kita dapat merasa tenang dan fokus dalam menjalani
seluruh aktivitas. Dalam kondisi pikiran yang segar bugar ini, kita akan
mengurangi efek yang merusak diri ssendiri dari segala sisinya yang
ditimbulkan oleh stress. Maka, dengan latihan ringan berjalan cepat di atas
treadmill selama 30 menit pun dapat menjadi cara instan guna melepaskan
ketegangan dengan menambah kadar zat kimia pada otak yang bersifat
menenangkan, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Menurut sebuah
studi di University of California, olah raga pagi yang dilakukan secara rutin
dapat bekerja pada tingkat sel untuk membalikkan efek buruk stress pada
proses penuaan. Para peneliti menemukan bahwa pada saat kita melakukan
olahraga pagi, pada tiga hari saja kita memiliki lebih sedikit sel-sel yang
mengalami tanda-tanda penuaan dibandingkan dengan orang lain yang tidak
melakukan olahraga pagi. Selain itu, dalam kondisi pikiran yang terbebas dari
gangguan stres dengan sendirinya, mengurangi depresi yang biasa terdapat
pada diri kita setiap saatnya, karena beberapa tekanan yang biasa kita
dapatkan dalam kehidupan ini. Masih dari penelitian di University of
California, latihan rutin dan aktivitas fisik lain yang merangsang munculnya
keringat dapat mengurangi gejala depresi. Hal ini karena olahraga pagi
diyakini mampu merangsang pertumbuhan neuron di daerah otak tertentu
yang rusak selama depresi. Pada proses selanjutnya, kita akan terkondisikan
untuk mampu meningkatkan kemampuan dalam mempelajari sesuatu. Inilah
salah satu rahasia Rasulullah SAW menjadi manusia super cerdas, yakni
dengan olahraga pagi yang meningkatkan faktor pertumbuhan dalam otak
56
yang membantu membuat sel-sel otak baru, serta menjalin hubungan baru di
antara sel-sel otak untuk membantu kita belajar. Selain itu, ada hasil lain yang
mungkin tidak pernah kita perhatikan dengan olah raga pagi hari ini, yakni
meningkatkan rasa percaya diri dan mendapatkan kegembiraan tersendiri
dalam jiwa, serta kita merasa lebih fresh, fit, lebih baik, dan gembira
sepanjang hari.
6.2.2. Olah Raga Jalan Kaki Ala Rasulullah SAW
Dari hasil medis yang kuat mengatakan bahwa berjalan 10 ribu langkah
setiap hari dapat memunculkan berbagai keuntungan kesehatan secara drastis.
Apabila hal itu dapat dilakukan setiap hari, maka bukan hanya membuat kita
merasa lebih baik dan berenergi dalam mengerjakan sesuatu, namun juga
mampu mengurangi risiko munculnya penyakit-penyakit berbahaya, seperti
serangan jantung, kanker, diabetes, dan depresi. Maka demikian dalam
keseharian apabila perjalanan jarak pendek, Rasulullah SAW selalu berjalan
kaki, yaitu dari rumah ke masjid, dari masjid ke pasar, dan dari pasar ke
rumah-rumah sahabat. Bahkan, beliau berjalan kaki ketika mengunjungi
makam para syuhada di Baqi', sekitar tiga kilometer dari pusat kota Madinah,
baik pada waktu terik matahari maupun malam hari. Beliau bukan pribadi
yang suka hidup dengan bersantai saja. Ketika berjalan kaki, keringat
mengalir di sekujur badan, pori-pori kulit terbuka, dan peredaran darah
berjalan normal, sehingga terhindar dari -penyakit jantung.(21)
57
Rasulullah SAW dikenal mempunyai kebiasaan berjalan kaki,
sebagaimana ditunjukkan sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, beliau
berkata,
رسول من أحسن شيئا رأيت ما صلاى اللا وما ، وجهه في تجري الشامس كأناما ، وسلام عليه اللا
رسول من مشيته في أسرع رأيت صلاى اللا أنفسنا لنجهد إناا ، له تطوى الأرض كأنا وسلام عليه اللا ،
مكترث لغير وإناه .
Artinya :
"Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan daripada
Rasulullah SAW. Roman mukanya cemerlang, seperti matahari, juga tidak
pernah melihat orang yang secepat beliau. Seolah-olah bumi ini digulung oleh
langkah-langkah beliau ketika sedang berjalan. Walaupun kami berusaha
untuk mengimbangi jalan beliau. Padahal, beliau tampaknya seperti berjalan
santai saja." (HR. Muslim).
Di dalam Al-Riyadhah fi Mandzur al-Islam, Sa’ud bin ‘Abdullah al-
Rauqi menyatakan bahwa berjalan adalah salah satu olahraga yang dilakoni
oleh umat Islam pada permulaan munculnya Islam. Beliau menyebutkan bahwa
pernah suatu ketika beberapa orang sahabat mendatangi Rasulullah SAW untuk
berkonsultasi terkait kemampuan mereka yang loyo ketika berjalan kaki, para
sahabat tidak mampu berjalan jauh. Oleh Rasulullah SAW para sahabat
disarankan untuk membiasakan diri berlari-lari kecil atau berjalan cepat.
Alhasil kesehatan mereka membaik dan kemampuan berjalan mereka
meningkat sehingga mampu berjalan yang cukup jauh.(22)
58
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas disebutkan sebagai
berikut.
عليه وسلم : خير ما تداويتم به السعوط واللدود والحجامة . والمشي قال رسول الله صلى الل
Artinya :
Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik aktivitas untuk mengobati diri adalah
mengobati diri melalui hidung, melalui mulut, bekam, dan al-masy.” (HR.
Tirmdzi).
Sa’ud bin ‘Abdullah al-Rauqi menyebut bahwa al-masy adalah berjalan kaki,
salah satu obat ampuh untuk mengurangi obesitas, rematik, melancarkan
peredaran darah, meningkatkan pernafasan dan meningkatkan kerja otot.
Namun pendapat lain menyebutkan bahwa al-masy yang dimaksud obat
pencahar atau obat pencuci perut, pendapat kedua ini sebagaimana yang
disebutkan oleh al-Baghawi di dalam Syarh al-Sunnah. Apapun alasannya,
jika sebuah kegiatan memenuhi aspek menggerakkan badan atau anggota
badan secara sistematis untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh, meskipun
tidak diperlombakan, maka tetap saja hal itu dinamakan dengan olahraga.
Dengan demikian itu, maka tepatlah jika berjalan kaki adalah termasuk
olahraga yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya
zaman dahulu.
6.2.3. Rasulullah SAW Selalu Meluangkan Waktu untuk Olahraga
Kita menyepakati bahwa olahraga tidak harus dilakukan di sebuah
59
lapangan dengan kostum dan peralatan yang lainnya, karena lebih banyak
mendatangkan mudharat daripada manfaatnya, meskipun hal yang demikian
boleh saja kita lakukan asal dengan cara yang baik. Itulah sebabnya,
Rasulullah SAW selalu meluangkan waktu untuk olahraga, karena beliau
adalah pribadi yang aktif dengan berbagai macam aktivitas sehari sebagai
pemimpin umat, keluarga, imam di masjid, dan lain sebagainya, semuanya
dilakukan oleh beliau tanpa lelah. Sekarang bayangkan, betapa sibuknya
beliau melakukan semua aktivitas ini, betapa tubuh, otot, serta organ beliau
begitu terkondisikan dengan kuat. Bukankah inilah sesungguhnya yang kita
maknai sebagai olahraga, yakni berusaha sekuat tenaga untuk mengolah
tenaga yang kita miliki agar dapat lebih bermanfaat bagi diri sendiri, orang
lain, dan umat manusia pada umumnya.
Jadi, meskipun Rasulullah SAW. tidak secara khusus meluangkan
waktu untuk olahraga, tetapi saat tubuh beliau sudah aktif dan melakukan
berbagai macam kegiatan, sesungguhnya beliau telah berolahraga, yakni
olahraga yang sangat berkualitas yang bukan hanya mendatangkan kesehatan,
melainkan juga memiliki ibadah kepada Allah SWT.(21)
وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن كتب عليكم القتال وهو كره لكم
يعلم وأنتم ل تعلمون تحبوا شيئا وهو شر لكم واللا
Artinya :
60
“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui
dan kamu tidak mengetahui“ (Q.S. Al-Baqarah:216)
Banyak dari kita yang mengetahui pentingnya untuk melakukan aktivitas fisik
yang sehat misalnya berolahraga tetapi kadang kita malas melakukannya
dengan berbagai alasan dari dalam diri kita sendiri, padahal manfaat dari
beraktivitas fisik yang sehat ini sangat baik bagi tubuh dan jiwa kita.
إنا أراد وإذا بأنفسهم ما وايغير حتاى بقوم ما يغير ل اللا سوءا بقوم اللا
فل مردا له وما لهم من دونه من وال
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga
mereka mengubah diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan
tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Ar-Ra’d:11)
Seperti yang diterangkan oleh ayat diatas bahwa sesungguhnya Allah SWT
tak akan merubah nasib seseorang sebelum orang itu sendiri yang
merubahnya, ada baiknya kita apabila telah mengetahui pentingnya aktivitas
fisik yang sehat itu untuk dijalankan dan diterapkan sehari-hari yang mana
pula sangat mempengaruhi kesehatan kita nantinya.
61
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
a. Aktivitas fisik yang dijalankan oleh pasien dengan riwayat hipertensi
masih lebih banyak dilakukan dengan intensitas ringan.
b. Persentasi angka kejadian hipertensi dipengaruhi riwayat aktivitas fisik
yang ringan.
c. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di
Puskesmas Cendrawasih.
7.2 Saran
a. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
dengan menggunakan kuesioner pre dan post test, setelah pemberian
materi tentang pentingnya aktivitas fisik untuk mencegah kejadian
hipertensi.
b. Bagi Penderita Hipertensi
Diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dengan
melakukan aktivitas fisik untuk mencegah terjadinya hipertensi.
c. Bagi Puskesmas Cendrawasih
Diharapkan melakukan penyuluhan lebih lanjut tentang pentingnya
melakukan aktivitas fisik sehari-hari pada pelaksaan posyandu.
62
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes.Ri. Infodatin Hipertensi. Infodatin. 2014;(Hipertensi):1–7.
2. Noerhadi Dr M. Hipertensi dan Pengaruhnya Terhadap Organ-Organ
Tubuh. Hipertens dan Pengaruh Terhadap Organ-Organ Tubuh. 2008;1–18.
3. Wahyuni W, Susilowati T. Hubungan Pengetahuan, Pola Makan dan Jenis
Kelamin Terhadap Kejadian Hipertensi di Kalurahan Sambung Macan
Sragen. Gaster | J Ilmu Kesehat. 2018;16(1):73.
4. Yulistina F, Deliana Sm, Rustiana Er. Korelasi Asupan Makanan, Stres,
dan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Pada Usia Menopause. Unnes J
Public Heal. 2017;6(1):35.
5. Nomor Y. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2018. 2018;
6. Moma L. Kebiasaan Perilaku Hidup Sehat Dan Nilai Karakter. Cakrawala
Pendidik. 2015;2(2):248–56.
7. Widiantini, W., Tafal Z. Artikel Penelitian 330 Alamat Korespondensi:
Winne Widiantini, Pusat Data dan Informasi Sekjen. J Kesehat Masy Nas.
2013;8(4):330–6.
8. Allah Menurunkan Penyakit dan Obatnya Meniti Jalan Yang Lurus.
9. Tidaklah Allah Menurunkan Penyakit Kecuali Dia Juga Menurunkan
Penawarnya - Radio Rodja 756 Am.
10. Suoth M, Bidjuni H, Malara Rt, Studi P, Keperawatan I, Kedokteran F, Et
Al. Pendahuluan Pelayanan Kesehatan yang Diberikan Puskesmas
63
Merupakan Pelayanan yang Menyeluruh yang Meliputi Pelayanan Kuratif (
Pengobatan ), Rehabilitative Kesehatan ). Pelayanan Tersebut ditujukan
Kepada Semua Penduduk dengan Tidak Membedakan Jenis Kelam. 2014;2.
11. Slamet, Igm.Dkk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet].
Kementerian Kesehatan Ri. Sekretariat R Jenderal. Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun. 2015. P. 248.
12. Bakta Im. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Imu Penyakit Dalam.
2014. 2575–2584 P.
13. Rina Andriani. Hipertensi Pada Laki-Laki Dewasa Awal ( 18-40 Tahun )
Di Wilayah Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017. Ilmu Kesehat Masy.
2017;68–73.
14. Sofa Im. Kejadian Obesitas , Obesitas Sentral , Dan Kelebihan Lemak
Viseral Pada Lansia Wanita The Incidence Of Obesity , Central Obesity ,
And Excessive Visceral Fat Among Elderly Women. Amerta Nutr.
2018;228–36.
15. Gita Syo, Delmi S, Lestari Y. Jurnal Fk Unand. Hub Merokok Dengan
Kejadian Hipertens Pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun Di Kota Padang.
2015;4(2):434–40.
16. Pengaruh Konsumsi Kafein Pada Sistem Kardiovaskular. J Major.
2016;5(3):43–9.
17. Kartikasari Agnesia Nuarima. Berger - Modos De Ver.Pdf. 2012.
18. Rachmah Laksmi Ambardini. Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Universitas
64
Negeri Yogyakarta. (February 2019):1–13.
19. M. Nur Wahyudi. Pola Hidup Sehat Dalam Perspektif Al-Qur ’ An. Skripsi.
2015;9(2):401–20.
20. Paskah Rina Situmorang. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Keperawatan. 2015.
21. Olahraga Sehat Ala Rasulullah Saw. Diakses Tanggal 11 Februari 2020
22. Misbahuddin. Olahraga Jalan Kaki Ala Rasulullah Saw. Diakses Tanggal
11 Februari 2020.
23. Novitaningtyas Tri. Hubungan Karateristik (Umur, Jk, Tingkat Pendidikan)
Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kel. Makan
Haji Kec. Kartasura Kab.Sukoharjo. 2014.
24 Sriani Ki, Fakhriadi R, Rosadi D. Hubungan Antara Perilaku Merokok Dan
Kebiasaan Olahraga Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 18-
44 Tahun. 2016.
25 Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019.