the global fund untuk tujuan mdgs

15
1 BAB I. PENDAHULUAN Saat ini dunia sedang mengalami masalah kesehatan global yang menyebabkan berbagai pemimpin negara akhirnya menyatukan visi dan misi ke dalam suatu Sasaran Pembangunan Milenium. Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Adapun delapan Sasaran Pembangunan Milenium tersebut antara lain dalam memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan untuk semua, mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Dalam rangka penuntasan sasaran-sasaran tersebut, komponen sasaran ke- delapan yakni pengembangan kemitraan global untuk pembangunan menjadi suatu komponen esensial yang mendukung keberhasilan komponen-komponen lainnya. Dengan adanya kemitraan global, negara-negara miskin dan berkembang yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan di negaranya dapat dibantu oleh negara-negara maju. Lebih luas lagi baik negara-negara yang miskin dan masih berkembang dapat juga saling membantu dalam peningkatan status kesehatan di negara-negara tersebut. Pada dasarnya kemitraan internasional adalah suatu kerjasama yang terjadi karena adanya suatu national understanding yang mempunyai arah dan tujuan yang sama, serta di dukung oleh kondisi internasional yang saling membutuhkan, kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama antara negara- negara, meskipun kepentingan itu tidak identik. Salah satu bentuk kerjasama internasional di bidang kesehatan adalah melalui proyek the Global Fund untuk AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Global

Upload: tara-sefanya-kairupan

Post on 16-Apr-2015

211 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

The Global Fund untuk Tujuan MDGs

TRANSCRIPT

Page 1: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

1

BAB I. PENDAHULUAN

Saat ini dunia sedang mengalami masalah kesehatan global yang menyebabkan

berbagai pemimpin negara akhirnya menyatukan visi dan misi ke dalam suatu

Sasaran Pembangunan Milenium. Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium

Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi

Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000,

berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah

tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Adapun

delapan Sasaran Pembangunan Milenium tersebut antara lain dalam memberantas

kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan untuk semua, mendorong

kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian

anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit

menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, serta

mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Dalam rangka penuntasan sasaran-sasaran tersebut, komponen sasaran ke-

delapan yakni pengembangan kemitraan global untuk pembangunan menjadi

suatu komponen esensial yang mendukung keberhasilan komponen-komponen

lainnya. Dengan adanya kemitraan global, negara-negara miskin dan berkembang

yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan di negaranya dapat

dibantu oleh negara-negara maju. Lebih luas lagi baik negara-negara yang miskin

dan masih berkembang dapat juga saling membantu dalam peningkatan status

kesehatan di negara-negara tersebut.

Pada dasarnya kemitraan internasional adalah suatu kerjasama yang

terjadi karena adanya suatu national understanding yang mempunyai arah dan

tujuan yang sama, serta di dukung oleh kondisi internasional yang saling

membutuhkan, kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama antara negara-

negara, meskipun kepentingan itu tidak identik.

Salah satu bentuk kerjasama internasional di bidang kesehatan adalah

melalui proyek the Global Fund untuk AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Global

Page 2: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

2

Fund untuk AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (GFATM) adalah kemitraan

publik/privat yang didedikasikan untuk menarik sumberdaya tambahan dalam,

sektor privat dan komunitas terdampak (kelompok populasi kunci) adalah sebuah

pendekatan baru terhadap pendanaan kesehatan Internasional.

Masalah yang dihadapi oleh GF-ATM di Indonesia ialah mengenai

banyaknya penyalahgunaan dan penyelewengan dana GF-ATM oleh berbagai

pihak terkait. Hal ini akan mengancam kesinambungan proyek pemberantasan

penyakit AIDS, tuberkulosis, dan malaria di Indonesia serta dapat mengurangi

kepercayaan global terhadap Indonesia

Melalui makalah ini akan dibahas mengenai masalah tersebut dan strategi

yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya.

Page 3: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemitraan Internasional

Kemitraan internasional adalah suatu kerjasama yang terjadi karena adanya suatu

national understanding yang mempunyai arah dan tujuan yang sama, serta di

dukung oleh kondisi internasional yang saling membutuhkan, kerjasama itu

didasari oleh kepentingan bersama antara negara-negara, meskipun kepentingan

itu tidak identik.

Adapun faktor-faktor pendukung terwujudnya kemitraan internasional

adalah:

1. Kemajuan di bidang teknologi yang memudahkan terjalinnya hubungan

yang dapat dilakukan negara-negara, sehingga meningkatnya

ketergantungan satu sama lain.

2. Kemajuan serta perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan

bangsa dan negara.

3. Perubahan sifat perang dimana terdapat suatu keinginan bersama untuk

saling melindungi atau membela diri dalam bentuk kemitraan

internasional.

4. Adanya kesadaran dan keinginan berorganisasi merupakan salah satu

metode kemitraan internasional.

Kemitraan internasional diwujudkan dalam suatu organisasi yang disebut

organisasi internasional yang merupakan wadah pertemuan negara-negara dalam

menyatukan masing-masing kepentingan menjadi suatu kesepakatan internasional,

ini merupakan bukti adanya International Understanding.

Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan negara-negara

merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan-kepentingan

bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri”. Organisasi

internasional secara lebih lengkap didefinisikan sebagai pola kerjasama yang

melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan

lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta

melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna

Page 4: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

4

mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati

bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama

kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda”

Organisasi internasional terdiri dari International Governmental

Organization (selanjutnya disingkat IGO) dan International Non Governmental

Organization (selanjutnya disingkat INGO), Organisasi-organisasi ini pada

dasarnya dapat diklasifikasikan atas empat kategori:

1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum, memiliki

ruang lingkup global dan melakukan berbagai fungsi seperti keamanan,

kerjasama, sosial, ekonomi dan perlindungan Hak Asasi Manusia

(selanjutnya disingkat HAM), contohnya PBB.

2. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya terbatas, organisasi

ini dikenal juga sebagai organisasi fungsional karena bergerak dalam satu

bidang yang spesifik, contohnya WHO, UNICEF, FAO.

3. Organisasi yang anggotanya terbatas dan tujuannya bersifat umum,

organisasi ini merupakan organisasi regional yang memiliki fungsi dan

tanggung jawab keamanan, politik, sosial, ekonomi berskala luar,

contohnya ASEAN.

4. Organisasi yang anggota dan tujuannya bersifat terbatas, organisasi ini

terbagi atas organisasi sosial, ekonomi dan militer, contohnya NATO.

Dalam pembentukan organisasi internasional, khususnya IGO,

masyarakat internasional menginginkan agar organisasi internasional dapat

memberikan perubahan dalam keadaan sistem internasional yang situasinya kini

semakin mengindikasikan situasi disorder. Dalam perkembangannya, IGO yang

turut membawa kemajuan bagi internasional dalam menangani berbagai macam

situasi dunia adalah adanya peranan PBB.

Peranan organisasi internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sebagai instrumen. Organisasi internasional digunakan oleh negara-

negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan

politik luar negerinya.

Page 5: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

5

2. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi

anggota saja untuk membicarakan dan membahas masalah dalam negeri

lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.

3. Sebagai aktor independen. Organisasi internasional dapat membuat

keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau

paksaan dari luar organisasi

B. The Global Fund

Salah satu bentuk kerjasama internasional di bidang kesehatan adalah melalui

proyek the Global Fund untuk AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Global Fund

untuk AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (GFATM) adalah kemitraan publik/privat

yang didedikasikan untuk menarik sumberdaya tambahan dalam, sektor privat dan

komunitas terdampak (kelompok populasi kunci) adalah sebuah pendekatan baru

terhadap pendanaan kesehatan Internasional.

Sejak diciptakan pada tahun 2002, GFATM telah menjadi sumber utama

bagi pendanaan program penanggulangan AIDS, TB dan malaria, dengan

persetujuan kepada dana sebesar 18,4 miliar dolar Amerika bagi 572 program di

140 negara. Pendanaan ini telah menyediakan pendanaan Internasional yaitu 1/4

bagi AIDS, 2/3 bagi TB dan 3/4 untuk malaria secara global.

Global Fund untuk AIDS, Tuberkulosis dan Malaria telah memampukan

negara - negara untuk memperkuat sistem kesehatan dengan banyak cara, sebagai

contoh; peningkatan terhadap infrastruktur dan menyediakan pelatihan bagi

pemberi layanan kesehatan. GFATM tetap berkomitmen untuk bekerja dalam

kemitraan untuk meningkatkan penanggulangan terhadap 3 penyakit dan berupaya

mewujudkan visinya - dunia yang bebas dari beban AIDS, TB dan malaria.

Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis dan Malaria didirikan dengan beberapa

susunan prinsip yang memandu seluruh kerja Global Fund - mulai dari tata kelola

hingga penyelenggaraan pendanaan. Prinsip - prinsip tersebut adalah:

Bekerja sebagai instrument finansial, bukan sebagai entitas/lembaga

pelaksana. Tujuan dari GFATM adalah untuk menarik dan mengeluarkan

sumberdaya penanggulangan AIDS, TB dan malaria. GFATM tidak

Page 6: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

6

menyelenggarakan program secara langsung, mengandalkan kemitraan

luas dengan organisasi pengembangan dilapangan dengan cara

memberikan pengetahuan lokal dan bantuan teknis bila dibutuhkan.

Menciptakan ketersediaan dan meningkatkan sumberdaya finansial

tambahan. GFATM dituntut untuk menggalang sejumlah besar uang yang

bisa saja digunakan mengantikan atau mengurangi sementara waktu

sumberdaya lain penanggulangan AIDS, TB dan malaria. Tujuannya

adalah demi melengkapi kesenjangan kebutuhan ditingkat negara dalam

menanggulangi 3 penyakit disebut dan memperkuat sistim kesehatan yang

dibutuhkan dengan mendanai program pelengkap yang telah didukung

oleh donor lain, serta mendorong pengunaan dana internal/domestik untuk

menstimulasi investasi yang lebih dalam oleh donor dan penerima dana.

Mendukung program yang berasal dari prioritas dan perencanaan nasional.

Model pendanaan inovatif GFATM mendanai program yang

dikembangkan oleh negara penerima dana sesuai dengan prioritas dan

perencanaan strategi kesehatan Nasional. Persyaratan dukungan adalah

dimana seluruh bagian masyarakat dilibatkan dalam konteks kesehatan

masyarakat, termasuk masyarakat sipil dan sektor privat demi memastikan

program yang kuat dan menyeluruh.

Bekerja dengan sikap yang seimbang dalam region/daerah, penyakit dan

intervensi yang berbeda. GFATM memberikan prioritas untuk mendanai

negara dengan pendapatan yang rendah dan beban penyakit yang berat,

tetapi juga akan mempertimbangkan negara dengan pendapatan menegah

sesuai dengan temuan World Bank. Selama mendanai AIDS, TB dan

malaria diseluruh dunia, GFATM melakukan pendekatan yang menyetir

kepastian dana digunakan sesuai dengan kebutuhan yang paling penting

Mendorong pendekatan seimbang antara pencegahan dan pengobatan.

GFATM menggunakan pendekatan yang menyeluruh (komperhensif) bagi

AIDS, TB dan malaria, mendanai baik pencegahan dan pengobatan

berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan.

Page 7: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

7

Evaluasi proposal melalui proses kajian independen. Global Fund

menggunakan panel pengkaji independen (Technical review Panel - TRP)

untuk memastikan jumlah dana terbatas yang dialokasikan kepada

program memiliki kemungkinan sukses yang besar. Panel ini melibatkan

ahli penyakit, juga ahli lain dibidang pengembangan yang mampu

memetakan bagaimana program yang diajukan dapat melengkapi upaya

perbaikan kesehatan dan penguranagan kemiskinan yang sedang/sudah

berjalan pada tingkat negara.

Bekerja dengan transparansi dan akuntabilitas. GFATM memastikan

penerima dananya akuntabel terhadap standar yang sudah disepakati

secara kuat yang memerlukan program dapat mencapai target tertentu

selama masa periode pendanaan. Masyarakat harus dapat

menemukan/menelusuri seluruh perkembangan pendanaan melalui website,

melakukan evaluasi independen terhadap kinerja organisasi dan

mendiseminasikan/membagikan dokumen yang didiskusikan dalam

pertemuan Dewan GFATM.

Page 8: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

8

BAB III. ANALISIS SITUASI

A. Analisis Masalah

Masalah utama yang diangkat ialah perihal implementasi kegiatan GF-ATM yang

tidak efektif dan efisien. Fenomena penyalahgunaan dana GF-ATM yang terjadi

di berbagai negara akseptor, salah satunya Indonesia, ditambah lagi dengan

berbagai proyek penanggulangan penyakit menular yang tidak disertai dengan

analisis ekonomi yang baik, menyebabkan penggunaan dan menjadi tidak efisien

dan efektif. Masalah utama ini setelah ditelusuri dapat disebabkan oleh hal-hal

seperti kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, sumber daya alam, fisik, serta

faktor sosial dan politik.

Saat ini SDM tidak hanya dipandang sebagai sumber daya belaka,

melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Kinerja dari

SDM akan secara langsung mempengaruhi hasil keluaran dari suatu proyek

organisasi (Charles, 1995). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja SDM

termasuk faktor individu dan faktor kelompok. Seorang individu sangat

dipengaruhi oleh tingkat dan kualitas pendidikan/pelatihan, motivasi kerja, stres

kerja, serta kepribadian dari individu tersebut. Disisi lain faktor organisasi juga

memegang peranan penting dalam kinerja SDM. Faktor organisasi ini mencakup

budaya kerja, atmosfir kerja, gaya kepemimpinan dan sebagainya. Faktor individu

dan faktor organisasi saling berkaitan satu sama lainnya, sebagai contoh meskipun

faktor individu sudah baik namun apabila terdapat budaya korupsi (material,

waktu, dan sebagainya), atmosfir kerja yang tidak mendukung, serta adanya

pimpinan yang otoriter akan menyebabkan kualitas SDM secara keseluruhan akan

menurun. Di lain pihak, meskipun suatu organisasi tertata dengan baik dan

didukung dengan bantuan-bantuan dana dari berbagai pihak, namun apabila

individu-individu di dalamnya tidak bekerja sesuai tugasnya maka tujuan kegiatan

tidak akan tercapai. Permasalahan SDM kesehatan ini merupakan tantangan yang

harus segera dijawab oleh pemerintah. Koordinator Program Manajemen WHO

Wilayah Asia Tenggara Dr. M Mucaherul Hug pada keteranganya usai

pembukaan Konferensi Aliansi Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Se-Asia

Page 9: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

9

Pasifik di Sanur pada April 2010 menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah

satu negara dari 57 negara di dunia yang masuk dalam kategori negara yang

mengalami krisis tenaga kesehatan. Menurut Mucaherul Hug, selain karena tidak

meratanya distribusi, krisis tenaga kesehatan di Indonesia juga disebabkan oleh

rendahnya kompetensi tenaga kesehatan Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah

harus memberikan perhatian lebih pada institusi pendidikan terkait, serta

menyusun dan menegaskan regulasi sebagai upaya menjawab permasalahan

distribusi tenaga kesehatan yang belum merata, terutama untuk daerah terpencil

dan perbatasan. (Kemenkes, 2011)

Selain permasalahan SDM, masalah utama juga dapat disebabkan oleh

sumber daya lainnya tidak menunjang. Sumber daya yang dimaksud disini

mencakup sarana dan prasarana dasar, sistem informasi dan teknologi, keadaan

lingkungan, serta dana penunjang. Dana GF-ATM pada dasarnya merupakan

suatu bantuan dan dalam hal ini bukan berarti negara akseptornya tidak memiliki

kesiapan sama sekali. Sumber daya alam serta fisik dari negara akseptor harus

pula mendukung. Misalnya apabila suatu daerah dari negara akseptor diberikan

bantuan untuk pengadaan alat-alat yang berkaitan dengan penanggulangan ketiga

penyakit sasaran (AIDS, tuberkulosis, maupun malaria), tetapi ternyata tidak

memiliki gudang penyimpanan atau bangunan yang tidak layak pakai, maka

kemungkinan alat-alat yang diadakan akan cepat rusak sehingga perlu perbaikan.

Ini menyebabkan penggunaan dana menjadi tidak efisien.

Faktor lainnya yang dapat menyebabkan tidak efektif dan efisiennya

pengunaan dana GF-ATM adalah faktor sosial dan politik. Desentralisasi yang

memberi peluang bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil andil penting dalam

penanganan masalah kesehatan secara teoritis dapat menyebabkan tercapainya

pelayanan kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan lokal. Namun pada

kenyataannya hal ini lebih mendorong timbulnya disparitas antar daerah dan sulit

terpenuhinya informasi kesehatan yang esensial. Terlebih lagi, peningkatan

pembiayaan yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam pembiayaan pengobatan

kuratif menyebabkan berbagai pelayanan kesehatan preventif dan promotif oleh

Pemerintah Daerah menurun. Keadaan ini dapat menyebabkan disparitas

Page 10: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

10

perkembangan penanggulangan masalah penyakit sasaran yakni AIDS,

tuberkulosis, dan malaria antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Gambar 1. Skema pohon masalah

B. Analisis Tujuan

Permasalahan pengelolaan dana GF-ATM yang tidak efisien dan efektif dapat

berdampak luas bagi negara akseptor yang bersangkutan. Berbagai akibat buruk

seperti tidak tercapainya tujuan penanggulangan penyakit AIDS, tuberkulosis, dan

malaria secara berkesinambungan serta hilangnya kepercayaan dari GF-ATM

terhadap negara akseptor. Inilah sebabnya permasalahan ini harus ditanggulangi

dengan benar. Dalam rangka merumuskan strategi penanggulangan masalah-

masalah tersebut, perlu dirumuskan dahulu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-

Ancaman penghentian dana GF-

ATM

Tujuan tidak tercapai Hilangnya kepercayaan terhadap

negara akseptor

Masalah kesehatan global

(AIDS, TBC, dan malaria)

tidak teratasi

Pengelolaan dana GF-ATM

tidak efektif dan efisien

Kinerja SDM tidak

optimal

Sumber daya lainnya

kurang menunjang

Keadaan sosial politik

tidak menunjang

Individu

- Pendidikan/Pela

tihan

- Motivasi kerja

- Stres kerja

- Kepribadian

Organisasi

- Budaya

organisasi

- Atmosfir kerja

- Gaya

kepemimpinan

Keterbatasan

sistem

informasi dan

teknologi

Sarana dan

prasarana

dasar tidak

mendukung

Tidak

adanya dana

penunjang

Biaya kesehatan terutama terkait

penyakit AIDS, TBC, dan

malaria meningkat

Page 11: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

11

tujuan tersebut dapat dirangkum dalam suatu pohon tujuan seperti pada Gambar 2

di bawah ini.

Gambar 2. Skema pohon tujuan

Dana GF-ATM tetap mengalir

Target-target kegiatan

tercapai

Kepercayaan GF-ATM terhadap

Indonesia meningkat

Masalah kesehatan global

(AIDS, TBC, dan malaria)

dapat teratasi

Pengelolaan dana GF-ATM

efektif dan efisien

Kinerja SDM

optimal

Sumber daya lainnya

menunjang

Keadaan sosial politik

menunjang

- Pelatihan SDM

- Peningkatan

motivasi kerja

- Beban kerja tidak

berlebihan

- Pembinaan

kepribadian

individu

- Memberantas

budaya korupsi

- Meningkatkan

atmosfir kerja

- Mengembangkan

sistem

kepemimpinan

yang kondusif

Perbaikan

sistem

informasi dan

teknologi

Pengadaan

dan

pengoptimalan

sarana dan

prasarana

dasar

Tersedianya

dana

penunjang

Biaya kesehatan terutama terkait

penyakit AIDS, TBC, dan

malaria dapat ditekan

Peningkatan peran

pemerintah nasional

Perbaikan sistem

ekonomi Indonesia

Page 12: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

12

BAB IV. ANALISIS STRATEGI

A. Analisis SWOT

Setelah memahami masalah utama yang terjadi dan tujuan yang akan dicapai

kemudian dapat ditentukan strategi-strategi yang dapat digunakan untuk mencapai

tujuan tersebut. Ada berbagai metode analisis strategi yang dapat digunakan, salah

satunya ialah dengan melakukan analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi

bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis

atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung

dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

Dalam permasalahan penggunaan dana GF-ATM yang tidak efisien dan

efektif di Indonesia dapat dirumuskan komponen-komponen internal dan

eksternalnya sebagai berikut:

Faktor Internal

Kekuatan. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak

yang sebenarnya dapat menjadi modal yang besar apabila dimanfaatkan

dengan baik. Selain itu negara Indonesia pada dasarnya kaya dengan

sumber daya alam yang apabila dikelola dengan optimal dapat mendukung

pembangunan bangsa.

Kelemahan. Seperti yang telah dibahas dalam analisis situasi pada bab

sebelumnya, yang menjadi kelemahan negara Indonesia sebagai akseptor

dana GF-ATM antara lain pada sumber daya manusia, sumber daya alam

dan fisik penunjang, serta keadaan sosial politik terutama kebijakan

otonomisasi daerah. Kelemahan ini menyebabkan disparitas pencapaian

program-program yang didanai oleh GF-ATM.

Page 13: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

13

Faktor Eksternal

Kesempatan. Indonesia memiliki berbagai kerjasama internasional baik

dengan pihak pemerintah maupun non-pemerintah. Kerjasama ini dapat

dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan kesehatan negara selain

dari pemanfaatan dana-dana bantuan antara lain dari GF-ATM. Hal ini

dapat menjaga ketahanan proyek penanggulangan penyakit global

meskipun GF-ATM terancam dihentikan akibat berbagai alas an.

Ancaman. Ancaman utama dari proyek GF-ATM ini adalah masalah

krisis ekonomi global. Global fund adalah proyek yang dana bersumber

dari berbagai negara maju yang memberikan komitmennya sebagai donor

dana. Berbagai permasalahan ekonomi global saat ini menyebabkan

banyak negara donor mengurangi sumbangannya bahkan menghentikan

untuk sementara waktu. Akibatnya dana yang terkumpul untuk GF-ATM

menjadi rendah dan mempengaruhi kesinambungan program global

penanggulangan AIDS, tuberkulosis dan malaria.

B. Strategi

Strategi-strategi yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan analisis

SWOT di atas antara lain:

Memberlakukan seleksi yang ketat terhadap perekrutan SDM terkait proyek

GF-ATM

Melaksanaan pendidikan dan pembinaan SDM yang terkait proyek GF-ATM

serta melakukan pembinaan kepribadian individu

Meningkatkan kesejahteraan SDM

Memberantas budaya organisasi yang cenderung melakukan KKN dengan

mengembangkan budaya kejujuran dan transparansi

Meningkatkan keketatan sistem evaluasi proyek GF-ATM terutama dalam

pertanggungjawaban keuangan proyek

Meningkatkan peran pemerintah nasional pusat dan daerah dalam mendukung

proyek GF-ATM

Page 14: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

14

Koordinasi dan pengawasan yang optimal dalam pelayanan kesehatan pada

sistem desentralisasi. Pemerintah Pusat harus mengembalikan peran

pemerintah propinsi sebagai penanggungjawab dan pusat koordinasi

pemerintah daerah, sementara pemerintah pusat melakukan rekonstruksi

fungsinya sebagai pihak yang berfokus pada penanganan kesehatan yang

paling essensial dan relevan dengan pola penyakit masa kini.

Page 15: The Global Fund untuk Tujuan MDGs

15

DAFTAR PUSTAKA

Charles R. 1995. Strategy and Human Resources: a General Managerial

Perspective. New Jersey: Prentice Hall.

Kartasasmita G. 1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan

dan Pemerataan. PT. Pustaka Cidesindo.

Kemenkes, 2011. Konferensi Aliansi Sumber Daya Manusia Kesehatan Se-Asia

Pasifik. (diakses dari: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-

release/1234-konferensi-aliansi-sumber-daya-manusia-kesehatan-se-asia-

pasifik.html, tanggal: 20 Desember 2011)

Jothi. 2009. Global Fund di Indonesia (diakses dari:

http://www.jothi.or.id/node/43, tanggal: 20 Desember 2011)

Rudy, TM. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika

Aditama.

Stalker, P. 2008. Millenium Development Goals. (Diakses dari:

http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs

%20-%20ID.pdf, pada tanggal: 21 Desember 2011)