the botanic gardens bulletin -...
TRANSCRIPT
T h e B o t a n i c G a r d e n s B u l l e t i nNo. Akreditasi 728/AU2/P2MI-LIPI/04/2016
Diterbitkan oleh
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPIJln. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesiahttp://krbogor.lipi.go.id
S e r a n g g a y a n g m e m b a n t u
penyerbukan A. vestiaria (A. lebah,
B. Semut hitam, C.Kupu-kupu, D.
Vespa velutina)
Bu
letin
Kebun R
aya
| The B
ota
nic G
ard
ens B
ulle
tin | V
ol. 2
0 (2
) Juli 2
017
PENGUJIAN DAYA SIMPAN DAN VIABILITAS LIMA JENIS BIJI TUMBUHAN LANGKA: Parmentiera cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw dan Joannesia princeps Vell.
Seed Longevity and Viability of Five Endangered Plant Species: Parmentiera cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Banco) Airy Shaw and Joannesia princeps Vell.
Agung Sri Darmayanti, Dewi Ayu Lestari dan Febrina Artauli Siahaan
FENOLOGI PEMBUNGAAN Areca vestiaria Giseke DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI
Flowering Phenology of Areca vestiaria Giseke In Eka Karya Botanic Gardens Bali
Siti Fatimah Hanum dan Dewi Lestari
STUDI KOMPARASI KARAKTER MORFOLOGI DAN ISOZIM DUKU Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU
Comparative Study of Morphological and Isozyme Character of Duku Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet From Kuantan Singingi Regency
Ade Damayanti, Fitmawati dan Herman
REKAMAN BARU TUMBUHAN LUMUT SEJATI DI PULAU ENGGANO, SUMATERA
New Records of Mosses to Enggano Island, Sumatera
Florentina Indah windadri dan Dewi Rosalina
REPRODUCTION PHENOLOGY OF Hydriastele beguinii (Burret) W.J. Baker & Loo IN BOGOR BOTANIC GARDENS
Fenology Reproduksi Hydriastele beguinii (Burret) W.J. Baker & Loo di Kebun Raya Bogor
Angga Yudaputra, Rizmoon N. Zulkarnaen, Arief N. Rachmadiyanto, Joko R. Witono, dan Inggit Puji Astuti
PETA SEBARAN POPULASI Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang DI LAMPUNG, SUMATERA: UPAYA MENUJU PROPOSAL KE IUCN Red Data List DAN KONSERVASI Ex Situ
Mapping Population of Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang in Lampung, Sumatera: An Attempt to Propose to IUCN Red List and Ex situ Conservation
Esti Munawaroh dan Yuzammi
A
B
C
D
p-ISSN: 0125-961X Vol. 20 No. 2 Juli 2017e-ISSN: 2460-1519 | | |
BULETIN KEBUN RAYA 20 (2): Juli 2017THE BOTANIC GARDENS BULLETIN 20 (2): Juli 2017
p-ISSN: 0125-961Xe-ISSN: 2460-1519
Penerbit / PublisherPusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiaCenter for Plant Conservation Botanic GardensIndonesian Institute of Sciences
Ketua Editor/Editor in Chief:Dr. Joko Ridho Witono
Anggota Dewan Editor/Editorial Boards:Dr. Julisasi Tri HadiahDra. Yuzammi, M.Sc.Dr. Titien Ngatinem PraptosuwiryoDra. Sri HartiniDra. Inggit Puji Astuti
Editor Penasehat / Advisory Editor:Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc.
Reviewer pada Edisi ini / Reviewers for this Edition:
Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si. (Insitut Pertanian Bogor)Deden Girmansyah, M.Si. (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)Dr. Izu Andry Fijridiyanto, M.Sc. (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI)Dr. Himmah Rustiami SP., M.Sc. (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)Prof. Dr. Dedy Darnaedi (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)Dr. Joko Ridho Witono (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI)Dr. Julisasi Tri Hadiah, M.Sc. (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI)Dr. Ir. Sudarmono, M.Sc. (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI)Dr. Titien Ng. Praptosuwiryo, M.Si. (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI)Prof. Dr. Tukirin Partomhardjo (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)
Sekretariat dan Sirkulasi / Secretariat and Distributor:Amar Maulana, S.Kom.
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPICenter for Plant Conservation Botanic Gardens–LIPIJl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesiahttp://jurnal2.krbogor.lipi.go.id/index.php/buletinEmail: [email protected]
Buletin Kebun Raya jurnal2.krbogor.lipi.go.id p-ISSN: 0125-961X e-ISSN: 2460-1519
| i
BULETIN KEBUN RAYA
Volume 20, No. 2, Juli 2017
DAFTAR ISI
PENGUJIAN DAYA SIMPAN DAN VIABILITAS LIMA JENIS BIJI TUMBUHAN LANGKA: Parmentiera
cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw dan Joannesia princeps Vell. Seed Longevity and Viability of Five Endangered Plant Species: Parmentiera cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Banco) Airy Shaw and Joannesia princeps Vell. Agung Sri Darmayanti, Dewi Ayu Lestari dan Febrina Artauli Siahaan ...................... 65-78 FENOLOGI PEMBUNGAAN Areca vestiaria Giseke DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI Flowering Phenology of Areca vestiaria Giseke In Eka Karya Botanic Gardens Bali Siti Fatimah Hanum dan Dewi Lestari .......................................................................... 79-88
STUDI KOMPARASI KARAKTER MORFOLOGI DAN ISOZIM DUKU Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU Comparative Study of Morphological and Isozyme Character of Duku Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet from Kuantan Singingi Regency Ade Damayanti, Fitmawati dan Herman ...................................................................... 89-102
REKAMAN BARU TUMBUHAN LUMUT SEJATI DI PULAU ENGGANO, SUMATERA New Records of Mosses to Enggano Island, Sumatera Florentina Indah Windadri dan Dewi Rosalina ............................................................ 103-112
REPRODUCTION PHENOLOGY OF Hydriastele beguinii (Buret) W.J. Baker & Loo IN BOGOR BOTANIC GARDENS Fenology Reproduksi Hydriastele beguinii (Burret) W.J. Baker & Loo di Kebun Raya Bogor Angga Yudaputra, Rizmoon N. Zulkarnaen, Arief N. Rachmadiyanto, Joko R. Witono dan Inggit Puji Astuti ........................................................................... 113-120
PETA SEBARAN POPULASI Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang DI LAMPUNG, SUMATERA: UPAYA MENUJU PROPOSAL KE IUCN Red Data List DAN KONSERVASI Ex Situ Mapping Population of Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang in Lampung, Sumatera: An Attempt to Propose to IUCN Red List and Ex situ Conservation Esti Munawaroh dan Yuzammi ..................................................................................... 121-131
jurnal.krbogor.lipi.go.id Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 2, Juli 2017 [89–102] e-ISSN: 2460-1519 | p-ISSN: 0125-961X
| 89
Scientific Article
STUDI KOMPARASI KARAKTER MORFOLOGI DAN ISOZIM DUKU
Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet ASAL
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU
Comparative Study of Morphological and Isozyme Character of Duku Lansium parasiticum
(Osbeck) K.C. Sahni & Bennet From Kuantan Singingi Egency
Ade Damayanti, Fitmawati* dan Herman
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Jl. HR. Soebrantas Km 12.5 Panam Pekanbaru Riau
*Email : [email protected]
Diterima/Received: 17 Oktober 2016; Disetujui/Accepted: 17 April 2017
Abstrack
Duku (Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet) from Kuantan Singingi Regency, Riau, known by local
people as duku turak, has a unique oval betel nut-like neck, and tastes sweet similar to round duku. It has thick
skin that is not easy to break, nor quickly rot. This duku was more preferred by local people than the round
shaped duku known as duku gondok. However, the information about the potential of duku turak has not been
known widely. The aim of this study was to compare morphology and isozyme characteristics of duku turak and
gondok growing in Kuantan Singingi Regency based on morphological and isozyme characteristics. The result
showed that turak and gondok can be distinguished based on morphological characteristics i.e tree, leave and
fruit shape. Analysis of isozyme banding patterns used esterase isozyme which shows variation in the resulting
patterns formed two bands. Acid phospatase (ACP) isozyme formed eight bands and aspartate aminotransferase
(AAT) isozyme formed only one band. However, peroksidase isozyme showed no different variation in the
resulting patterns. Similarity coefficient value based on morphology characters was about 0.15 – 0.74, while
value of isozyme analysis was about 0.29 – 1.00 as well as the combination among morphology characters and
isozyme were about 0.24 – 0.71. The results of this study provide characteristic information and taxonomic
groupings that can be useful as a type improvement program that relies heavily on available genetic diversity.
Keywords: duku gondok, duku turak, isozyme, Kuantan Singingi, Lansium parasiticum, morphology
Abstrak
Duku (Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet) asal Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, dikenal oleh
masyarakat lokal dengan sebutan duku turak. Duku turak memiliki keunikan pada bentuk buahnya yang lonjong
dan berleher seperti buah pinang dengan rasa manis seperti duku bulat. Kulit buahnya tebal, tidak gampang
pecah dan tidak cepat busuk sehingga lebih disukai oleh masyarakat dibandingkan dengan duku berbentuk bulat
yang dikenal dengan sebutan duku gondok. Informasi mengenai potensi duku turak ini belum banyak diketahui
oleh masyarakat luas. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan karakteristik morfologi dan isozim duku
turak dan gondok dari Kabupaten Kuantan Singingi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa turak dan gondok
dapat dibedakan berdasarkan karakter morfologi pohon, daun dan bentuk buah. Analisis pita isozim
menggunakan enzim esterase menunjukkan variasi dengan membentuk dua pita. Isozim ACP membentuk
delapan pita dan isozim AAT membentuk hanya satu pita. Namun demikian, isozim peroksidase tidak
menunjukkan perbedaan variasi dalam pola hasil pita isozim. Koefisien kemiripan berdasarkan karakter
morfologi memiliki rentang 0.15 – 0.74, sedangkan analisis pita isozim dengan rentang 0.29 – 1.00. Kombinasi
keduanya memiliki koefisien kemiripan dengan rentang 0.24 – 0.71. Hasil dari penelitian ini memberikan
Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …
90 |
informasi karakteristik dan pengelompokan taksonomi duku yang dapat bermanfaat sebagai program perbaikan
jenis yang sangat bergantung pada keragaman genetik yang tersedia.
Kata kunci: duku gondok, duku turak, isozim, Kuantan Singingi, Lansium parasiticum, morfology
PENDAHULUAN
Duku Lansium parasiticum (Osbeck) K.C.
Sahni & Bennet merupakan tanaman hortikultura
khas daerah tropika yang digemari masyarakat
Indonesia karena memiliki rasa yang manis, daging
buah tebal dan berwarna putih jernih. Salah satu
jenis duku yang menjadi komoditas unggulan
nasional yaitu duku komering atau duku palembang
yang memiliki ciri khas bentuk buah bulat, warna
daging buah bening, rasanya manis dan hampir
tidak berbiji (Aminah 2003). Beberapa kultivar duku
yang menjadi unggulan lainnya seperti duku
condet, duku matesih dan duku purbalingga juga
memiliki bentuk buah bulat dengan rasa yang manis
(Widyastuti & Paimin, 1993).
Di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau, ditemukan duku yang dikenal oleh masyarakat
setempat dengan sebutan duku turak atau duku
pinang. Keunikan dari jenis duku ini adalah memiliki
rasa manis, bentuk buah lonjong dan berleher
seperti buah pinang, kulit tebal sehingga tidak
gampang pecah dan tidak cepat busuk. Nilai
konsumtif duku turak lebih tinggi dibandingkan
dengan duku yang berbentuk bulat yang dikenal
dengan sebutan duku gondok. Jenis duku tersebut
tidak banyak dikenal oleh masyarakat Riau pada
umumnya, namun hanya dikenal oleh masyarakat
Kabupaten Kuantan Singingi saja. Oleh karena itu,
informasi mengenai potensi duku turak ini belum
banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Keanekaragaman genetik duku
memunculkan adanya variasi karakter yang
berbeda yang dipengaruhi oleh faktor genetik,
faktor lingkungan maupun interaksi antara kedua
faktor tersebut. Informasi keanekaragaman genetik
tanaman dapat diketahui melalui pendekatan
morfologi dan molekuler. Ciri-ciri morfologi dapat
digunakan untuk mengkarakterisasi pola diversitas
genetik namun sifat yang dapat digambarkan hanya
dalam proporsi kecil dari karakter genetik (Hadiati
& Sukmadjaja, 2002). Penggunaan karakter
morfologi telah lama digunakan dalam banyak
penelitian filogenetik namun kontinuitas karakter
morfologi menyulitkan pendefinisian hubungan
evolusi sehingga digunakan pendekatan genetik
yang lebih informatif untuk mendukung dan
memperkuat data karakter morfologi (Fitmawati et
al., 2017). Salah satunya penanda genetik yang
digunakan adalah dengan penanda isozim yang
cenderung tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(Amer, 2011; El-Beltagi et al., 2011; Johnson et al.,
2012; Kaswan et al., 2012; Sathisha et al., 2012).
Isozim adalah penanda molekuler yang didasarkan
pada pewarnaan protein (Hailu et al., 2014). Rouf
(2007) mengatakan bahwa isozim merupakan
produk langsung dari gen dan relatif bebas dari
pengaruh langsung lingkungan, sehingga dapat
digunakan sebagai penciri genetik untuk
mempelajari dan mengidentifikasi
keanekaragaman individu atau mengidentifikasi
suatu kultivar.
Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan karakteristik morfologi dan isozim
duku turak dan gondok yang diharapkan di waktu
mendatang dapat dikembangkan sebagai kultivar
unggulan baru daerah. Keragaman duku di
Indonesia adalah aspek yang sangat penting dan
menarik untuk dipelajari sebagai program
perbaikan jenis yang sangat bergantung pada
keragaman genetik yang tersedia.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari beberapa wilayah
yang tercakup dalam Desa Sikakak dan Pulau Bayur,
Kecamatan Cerenti, Desa Pulau Ingu dan Siberakun
Kecamatan Benai, Desa Kinali Kecamatan Kuantan
Mudik, serta Desa Kampung Baru dan Lubuk
Terentang Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten
Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Analisis
karakteristik morfologi dilakukan di Laboratorium
Botani FMIPA Universitas Riau sedangkan analisis
isozim dilakukan di Laboratorium Hayati Pusat Studi
Bioteknologi dan Sumber Daya Hayati Institut
Pertanian Bogor. Sampel tanaman duku berupa
daun, buah dan bunga dipilih secara purposive
Buletin Kebun Raya Vol. 20 No. 2, Juli 2017 [89–102]
| 91
sampling. Contoh tanaman duku turak dan duku
gondok diambil sebanyak lima sampel sebagai
ulangan pada tiap kultivar. Spesimen voucher
disimpan di Laboratorium Botani, FMIPA
Universitas Riau.
Karakterisasi Morfologi
Pengamatan yang dilakukan pada sampel
karakterisasi morfologi duku yang meliputi daun,
buah dan biji. Data yang dikumpulkan adalah
deskriptif analisis dan data skoring morfologi
masing-masing pohon. Pengamatan terhadap
karakter vegetatif dan generatif pada duku (Tabel 1)
dilakukan berdasarkan buku panduan deskriptor
duku (L. parasiticum).
Tabel 1. Karakter morfologi yang diamati pada
tanaman duku.
A. Organ Vegetatif
Deskripsi pohon
1. Bentuk kanopi 4. Tekstur
permukaan
batang
2. Pola
percabangan
5. Warna kulit
batang
3. Kerapatan
cabang
Deskripsi daun
6 Panjang
tangkai daun
(cm)
11. Bentuk pangkal
daun
7. Panjang daun
(cm)
12. Bentuk tepi daun
8. Lebar daun
(cm)
13. Penampakan ibu
tulang daun
9. Bentuk daun 14. Pertulangan
daun
10. Bentuk ujung
daun
15. Susunan daun
B. Organ Generatif
Deskripsi bunga
1. Posisi bunga 4. Bentuk ujung
kelopak
2. Warna kelopak 5. Warna mahkota
3. Jumlah kelopak 6. Jumlah mahkota
Deskripsi buah
1. Bentuk buah 9. Bobot aril dan
biji (gram)
2. Jumlah aril per
buah
10. Bagian yang
dapat dimakan
(%)
3. Panjang buah
(cm)
11. Ukuran buah
4. Diameter buah
(cm)
12. Ketebalan kulit
buah (mm)
5. Bobot buah per
buah (gram)
13. Ketebalan aril
(mm)
6. Bobot buah per
10 buah (gram)
14. Rasa (tingkat
kemanisan)
7. Bobot kulit
(gram)
15. Getah pada buah
8. Bobot aril
(gram)
Deskripsi biji
1. Panjang biji
(cm)
5. Jumlah biji
dewasa (dalam
satu buah)
2. Lebar biji (cm) 6. Bentuk biji
3. Tebal biji (cm) 7. Warna
permukaan biji
4. Bobot biji
(gram)
Analisis Isozim
Analisis isozim dilakukan dengan
menggunakan metode yang dikembangkan oleh
Wendel & Weeden (1989) yang dimodifikasi. Isozim
yang dianalisis adalah ACP (acid phospatase), EST
(esterase), PER (peroksidase) dan AAT (aspartate
aminotransferase). Menurut Sumarsono et al.
(2012) yang meneliti pola pita isozim pada varietas
mangga, keempat penanda genetik isozim tersebut
merupakan penanda yang tidak banyak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Tahapan esktraksi dan
isolasi isozim meliputi penyiapan bahan,
pembuatan larutan buffer, gel pati, ekstraksi enzim,
elektroforesis, pewarnaan, pencucian dan
dokumentasi.
Analisis Data
Analisis data matriks kemiripan morfologi
dan pola pita isozim menggunakan prosedur
SIMQUAL (Similarity for Qualitatif Data).
Selanjutnya analisis pengelompokan menggunakan
SAHN (Sequential Aglomerative Hierarchical and
Nested Clustering) (Rolf, 1998) koefisien similaritas
Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …
92 |
dengan metode SM (Simple Matching) dan
clustering dengan metode UPGMA (Unweighted
Pair Group Method Arithmetic Average)
menggunakan program komputer NTSYSpc 2.02
(Numerical Taxonomy and Multivari at System).
Analisis komponen utama (AKU) dan korelasi
person menggunakan analisis multivariat pada
program Minitab versi 14.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komparasi Karakteristik Duku turak dan gondok
Berdasarkan Penanda Morfologi
Berdasarkan 43 karakter morfologi yang
digunakan dalam pengamatan, diperoleh 19
karakter yang menjadi karakter pembeda antara
duku turak dan gondok. Adapun perbedaan
morfologi antara duku turak dan gondok dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan ciri morfologi duku turak dan gondok
No Ciri Morfologi Duku turak Duku gondok
1. Bentuk kanopi sebagian besar memiliki pola
kanopi lonjong
cenderung memiliki pola yang
membulat
2. Ketinggian cabang terbentuk pada ketinggian 1-2
m
terbentuk pada ketinggian
>5m
3. Tekstur permukaan batang kasar halus
4. Warna permukaan kulit batang cokelat tua cokelat keabu-abuan
5. Susunan daun majemuk majemuk menyirip ganjil majemuk menyirip genap
6. Bentuk daun menjorong dan lonjong menjorong dan lonjong
7. Bentuk pangkal daun lancip dan tumpul lancip dan lonjong
8. Panjang tangkai daun 1 – 1,9 cm 0,5 – 0,8 cm
9. Panjang daun 18 – 27,5 cm 19 – 21,3 cm
10. Lebar daun 8,5 – 11,3 cm 6,8 – 8,2 cm
11. Bakal buah pada bunga Berkembang pada bagian
ujungnya sehingga semakin
memanjang.
Tidak berkembang pada
bagian ujung sehingga
bentuknya membulat.
12. Bentuk buah Lonjong dan berleher seperti
buah pinang
Bulat
13. Panjang buah 2,3 – 4,4 cm 2,5 – 4,0 cm
14. Diameter buah 1,8 – 3,4 cm 2,4 – 3,5 cm
15. Ketebalan kulit buah 2 – 3 mm 1 mm
16. Bentuk biji lonjong dan mengginjal lonjong dan membulat
17. Panjang biji 0,5 – 2,5 cm 0,6 – 2,8 cm
18. Lebar biji 0,41 – 1,6 cm 0,4 – 2,65 cm
19. Tebal biji 0,32 – 1 cm 0,3 – 1 cm
Dendrogram yang dihasilkan berdasarkan
penanda morfologi menunjukkan adanya hubungan
kekerabatan yang erat antara tanaman yang diuji.
Duku turak dan gondok terpisah membentuk dua
kelompok besar pada koefisien kemiripan yang
berkisar antara 28–74% (Gambar 1). Hal ini berarti
bahwa duku turak dan gondok jelas memiliki
perbedaan pada morfologi yang diamati (Tabel 2).
Buletin Kebun Raya Vol. 20 No. 2, Juli 2017 [89–102]
| 93
Gambar 1. Dendrogram kesamaan duku turak dan gondok berdasarkan karakter morfologi. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)
Analisis Komponen Utama Duku Turak dan
Gondok Berdasarkan Penanda Morfologi
Analisis Komponen Utama (AKU)
memberikan gambaran berupa besarnya pengaruh
persentase nilai keragaman dari beberapa
komponen utama (Nasution, 2008). Analisis AKU
pada penanda morfologi duku turak dan gondok
menunjukkan bahwa 61,3% dari total 100%
keragaman dari 43 karakter yang diamati (Tabel 3).
Tipe pengelompokan pada duku turak dan gondok
berdasarkan AKU dengan menggunakan PCA
(Principle Component Analysis) menunjukkan pola
yang serupa dengan hasil pengelompokan
berdasarkan dendogram pada koefisien kemiripan
28% (Gambar 1). Berdasarkan nilai vektor ciri pada
Tabel 3, komponen I terdiri atas 20 karakter dan
komponen II terdiri atas 15 karakter.
Komponen Pertama
Ko
mp
on
en
Ke
du
a
3210-1-2-3-4-5
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
G5
G4
G3
G2
G1
T5
T4T3
T2
T1
Skor Plot bentuk kanopi; ...; warna biji
Gambar 2. Plot dua dimensi komponen utama berdasarkan karakter morfologi pada duku turak dan gondok. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)
Coefficient
0.28 0.40 0.51 0.62 0.74
T(1)
T(3)
T(4)
T(2)
T(5)
G(1)
G(2)
G(3)
G(5)
G(4)
Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …
94 |
Tabel 3. Nilai dua komponen utama berdasarkan karakter morfologi duku turak dan gondok.
No Karakter KU I KU II
1. Bentuk kanopi -0,017 -0,552
2. Pola percabangan -0,188 -0,289
3. Kerapatan cabang 0,062 0,295
4. Tesktur permukaan
batang
-0,353 0,074
5. Warna kulit batang 0,176 -0,037
6. Panjang tangkai
daun
-0,191 -0,082
7. Panjang daun -0,160 -0,145
8. Lebar daun -0,263 0,069
9. Susunan daun 0,112 -0,071
10. Bentuk buah -0,262 -0,288
11. Bentuk pangkal
buah
0,254 -0,070
12. Warna kulit buah -0,176 0,037
13. Bobot buah per
buah
0,130 0,033
14. Bobot buah per
sepuluh buah
0,306 0,004
15. Ketebalan kulit
buah
-0,223 0,196
16. Ketebalan aril -0,107 0,049
17. Tingkat kemanisan
(rasa aril)
0,014 0,109
18. Jumlah aril per
buah
0,130 0.033
19. Bobot aril dan biji 0,221 -0,072
20. Bobot aril 0,221 -0,072
21. Bagian yang dapat
dimakan
0,320 -0,113
22. Panjang biji 0,002 -0,113
23. Lebar biji 0,040 -0,273
24. Ketebalan biji -0,061 -0,239
25. Jumlah biji dewasa
perbuah
0,103 -0,211
26. Bobot biji 0,040 -0,273
27. Bentuk biji -0,279 -0,102
28. Warna biji -0,013 0,161
Eigen value 8,2573 3,9500
Proporsi (%) 0,415 0,198
Kumulatif 0,415 0,613
Keterangan: KU I= Komponen Utama I, KU II=
Komponen Utama II
Komparasi Karakteristik Duku Turak dan Gondok
Berdasarkan Penanda Isozim
Penanda isozim merupakan penanda untuk
mengidentifikasi kultivar dan mengetahui
perubahan yang terjadi selama adaptasi jenis yang
tumbuh di lokasi yang berbeda (Hailu et al., 2014;
Pathak et al., 2011). Penggunaan penanda isozim
memiliki keuntungan kerena bersifat stabil tidak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan diatur oleh
gen tunggal yang kodominan (Hailu et al., 2014;
Kumar et al., 2009).
Analisis pola pita isozim menggunakan
isozim peroksidase tidak memperlihatkan
perbedaan pada pita yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan aktivitas enzim Peroksidase pada
kedua kultivar ini belum memperlihatkan
perbedaan reaksi enzimatik, sehingga
menghasilkan pola pita yang sama. Isozim esterase
memperlihatkan variasi pada pita yang dihasilkan
ditandai dengan terbentuknya dua pola pita, pada
isozim ACP terbentuk delapan pola pita dan pada
isozim AAT hanya menghasilkan satu pita (Gambar
3).
Perbedaan pola pita yang dihasilkan
disebabkan karena adanya sifat spesifik dari enzim.
Menurut Na’iem (2000) komposisi asam amino
enzim yang berbeda-beda menyebabkan
perbedaan pula dalam muatan ion, ukuran molekul
dan konfigurasinya, sehingga menghasilkan
kecepatan gerak yang tidak sama dari molekul
enzim jika dikondisikan dalam medan listrik dan
medium gel, yang menyebabkan perbedaan pada
pola pita. Tebal tipisnya pita yang terbentuk
disebabkan oleh perbedaan jumlah molekul yang
termigrasi. Pita yang tebal memiliki berat molekul
yang lebih besar dibandingkan dengan pita yang
tipis. Pita yang memiliki kekuatan ionik lebih besar
akan termigrasi lebih jauh daripada pita yang
memiliki kekuatan ionik lebih kecil (Cahyarini et al.,
2004).
Buletin Kebun Raya Vol. 20 No. 2, Juli 2017 [89–102]
| 95
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 3. Interpretasi pita isozim (a) peroksidase; (b) esterase; (c) ACP (d) AAT. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok).
Hubungan kekerabatan antara turak dan
gondok dengan menggunakan enzim peroksidase,
esterase, ACP dan AAT dapat dilihat pada
dendrogram (Gambar 4.). Pada koefisien kemiripan
54% terbagi dalam dua kelompok besar yaitu
kelompok pertama terdiri atas turak satu dan dua
dari Kecamatan Cerenti serta turak empat berasal
dari Kecamatan Gunung Toar. Kelompok kedua
terdiri atas duku turak tiga dari Kecamatan Benai
dan turak lima dari Kecamatan Gunung Toar, duku
gondok satu, tiga, dan empat dari Kecamatan Benai,
gondok dua dan lima dari Kecamatan Kuantan
Mudik. Duku turak tiga dan lima mengelompok
dengan duku gondok dikarenakan memiliki banyak
kesamaan pada kemunculan pola pita isozim yang
dihasilkan. Isozim sebagai protein adalah produk
gen ekspresi yang dipengaruhi oleh perubahan
urutan gen, mutasi, interaksi gen dengan
lingkungan. Lingkungan seperti perbedaan
ketinggian memiliki efek tidak langsung pada pola
isozim. Spesiasi terjadi karena adanya pengaruh
faktor genetik dan lingkungan yang saling
berinteraksi.
RfPER
0
0
00
(
(T
(1) T
(2) T
(3) T
(4) T
(5)
G(1)
G(2)
G(3)
G(4)
G(5)
RfEST
0
0
(
T(1)
T(2)
T(3)
T(4)
T(5)
RfACP
0
00
0
(
0
T(1)
T(2)
T(3)
T(4)
T(5)
RfAAT
0
(
G(5)
G(4)
G(3)
G(2)
G(1)
Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …
96 |
Gambar 4. Dendrogram kesamaan duku turak dan gondok berdasarkan karakter isozim. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)
Analisis Komponen Utama Duku Turak dan
Gondok Berdasarkan Penanda Isozim
Analisis komponen utama pada duku turak
dan gondok menunjukkan adanya kesamaan
karakter isozim sebesar 65,4%. Komponen I terdiri
atas karakter pita EST 2, ACP 1, ACP 2, ACP 3, ACP 4
dan ACP 5 sedangkan komponen II terdiri dari pita
EST 2, ACP 1, ACP 2, ACP 3, ACP 4 dan AAT. Hasil
ekstraksi dua komponen utama ini membentuk
kelompok yang sama seperti hasil pengelompokan
berdasarkan PCA (Gambar 5.).
Tabel 4. Nilai dua komponen utama berdasarkan karakter isozim duku turak dan gondok.
Keterangan: KU I= Komponen Utama I, KU II= Komponen Utama II
Coefficient
0.54 0.65 0.77 0.88 1.00
T(1)
T(4)
T(2)
T(3)
T(5)
G(1)
G(2)
G(3)
G(4)
G(5)
No Karakter KU I KU II
1. EST 2 0,553 0,252
2. ACP 1 -0,298 0,757
3. ACP 2 -0,129 0,158
4. ACP 3 -0,468 0,156
5. ACP 4 0,553 0,252
6. ACP 5 0,238 -0,015
7. AAT 0,088 0,500
Eigen value 0,44332 0,38560
Proporsi (%) 0,350 0,304
Kumulatif 0,350 0,654
Buletin Kebun Raya Vol. 20 No. 2, Juli 2017 [89–102]
| 97
Komponen pertama
Ko
mp
on
en
ke
du
a
1,51,00,50,0-0,5-1,0
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
G5G4
G3
G2G1
T5
T4
T3
T2
T1
Skor Plot PER; ...; AAT
Gambar 5. Plot dua dimensi komponen utama berdasarkan karakter isozim pada duku turak dan duku gondok.
Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)
Analisis Gabungan Data Morfologi dan Isozim
Duku Turak dan Duku Gondok
Dendrogram berdasarkan penanda
morfologi dan isozim memperlihatkan pembagian
dua kelompok besar duku turak dan gondok
(Gambar 6). Pada koefisien kesamaan 34%
membentuk dua kelompok utama. Berdasarkan
dendrogram tersebut dapat diketahui bahwa
pembentukan kelompok tersebut dikarenakan
karakter morfologi lebih kuat dibandingkan karakter
isozim. Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah
karakter morfologi yang digunakan lebih banyak
dibandingkan karakter pita isozim.
Perbedaan pola pita yang dihasilkan
disebabkan karena adanya sifat spesifik dari enzim.
Menurut Na’iem (2000) komposisi asam amino
enzim yang berbeda-beda menyebabkan
perbedaan pula dalam muatan ion, ukuran molekul
dan konfigurasinya.
.
Gambar 6. Dendrogram kemiripan duku turak dan gondok berdasarkan karakter morfologi dan isozim.
Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok).
Coefficient
0.34 0.43 0.52 0.62 0.71
T(1)
T(4)
T(2)
T(3)
T(5)
G(1)
G(3)
G(5)
G(2)
G(4)
Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …
98 |
Analisis Komponen Utama Duku Turak dan
Gondok Berdasarkan Penanda Morfologi dan
Isozim
Analisis komponen utama berdasarkan data
kombinasi 43 karakter morfologi dan 12 karakter
isozim menunjukkan adanya kesamaan sebesar
59% pada dua komponen utama pertama. Karakter
yang menyusun komponen I dan komponen II sama
dengan karakter yang menyusun KU I dan KU II pada
analisis komponen utama berdasarkan karakter
morfologi (Tabel 5.).
Tabel 5. Nilai dua komponen utama berdasarkan kombinasi karakter morfologi dan isozim duku turak dan
gondok.
No Karakter KU I KU II
1. Bentuk kanopi -0,016 0,546
2. Pola percabangan -0,187 0,287
3. Kerapatan cabang 0,059 -0,293
4. Tesktur permukaan batang -0,350 -0,071
5. Warna kulit batang 0,175 0,036
6. Panjang petiole -0,190 0,083
7. Panjang daun -0,160 0,148
8. Lebar daun -0,259 -0,070
9 Susunan daun 0,110 0,069
10. Bentuk buah -0,253 0,290
11. Bentuk pangkal buah 0,253 0,067
12. Warna kulit buah -0,175 -0,036
13. Bobot buah per buah 0,126 -0,033
14. Bobot buah per sepuluh buah 0,301 0,003
15. Ketebalan kulit buah -0,222 -0,194
16. Ketebalan aril -0,106 0,046
17. Tingkat kemanisan (rasa aril) -0,017 0,105
18. Jumlah aril per buah 0,126 0,033
19. Bobot aril dan biji 0,219 0,070
20. Bobot aril 0,219 0,070
21. Bagian yang dapat dimakan 0,318 0,108
22. Panjang biji 0,002 0,109
23. Lebar biji 0,038 0,271
24. Ketebalan biji -0,061 0,239
25. Jumlah biji dewasa perbuah 0,102 0,209
26. Bobot biji 0,038 0,271
27. Bentuk biji -0,271 0,095
28. Warna biji -0,013 -0,161
Eigen value 8,4683 4,0111
Proporsi (%) 0,400 0,190
Kumulatif 0,400 0,590
Keterangan: KU I= Komponen Utama I, KU II= Komponen Utama II
Buletin Kebun Raya Vol. 20 No. 2, Juli 2017 [89–102]
| 99
Gambar 6. Plot dua dimensi komponen utama berdasarkan kombinasi karakter morfologi dan isozim pada
duku turak dan gondok. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)
Korelasi Antara Karakter Morfologi dan Isozim
Duku Turak dan Gondok
Hasil uji korelasi dari 43 karakter morfologi
diperoleh 10 karakter yang saling berkorelasi.
Korelasi antara 12 karakter pita isozim dengan 43
karakter morfologi pada tingkat kepercayaan di
atas 95% diperoleh antara esterase 2, ACP 3, dan
ACP 4 dengan karakter panjang tangkai daun yang
berkorelasi sebesar 74,5%. ACP 3 juga berkorelasi
sebesar 82,9% dengan karakter panjang daun
(Tabel 6).
Tabel 6. Korelasi Pearson antara karakter morfologi duku turak dan gondok
No Karakter C5 C6 C7 C9 C28 C29 C32 C33 C41 C42
1. C8 - - 0,899 - - - - - - -
2. C9 0,896 -0,896 - - - - - - - -
3. C28 -0,896 0,896 - - - - - - - -
4. C29 - - - 0,896 -0,896 - - - - -
5. C33 -0,918 0,918 - -0,940 - -0,918 0,901 - - -
6. C34 0,896 -0,896 - - - 0,896 - - - -
7. C40 - - - - - - - 0,901 - -
8. C41 -0,905 0,905 - - 0,927 -0,905 - - - -
9. C42 -0,905 0,905 - - 0,927 -0,905 - - - -
10. C43 -0,954 0,954 - - 0,909 -0,954 - - 0,895 0,895
Keterangan: C5 = tekstur permukaan batang, C6 = warna kulit batang, C7 = panjang tangkai (cm), C8 = panjang
daun (cm), C9 = lebar daun (cm), C28 = bentuk pangkal buah, C29 = warna kulit buah, C32 = bobot
buah per buah (g), C33 = bobot buah per sepuluh buah (g), C34 = ketebalan kulit buah (mm), C40 =
jumlah aril perbuah, C41 = bobot aril dan biji (g), C42 = bobot aril (g), C43 = Bagian yang dapat
dimakan.
Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …
100 |
Berdasarkan hasil penelitian ini, isozim ACP,
EST, PER dan AAT telah digunakan sebagai penanda
biokimia untuk mengidentifikasi jenis duku turak
dan gondok yang berbeda dan memperjelas
kedudukan taksonomi duku turak asal Kabupaten
Kuantan Singingi. Berdasarkan penanda morfologi,
jenis duku turak dan duku gondok memiliki karakter
yang berbeda didukung dengan hasil profil isozim
yang dapat menilai kesamaan dan perbedaan
genetik duku turak dan duku gondok.
KESIMPULAN
Analisis pola pita isozim menggunakan
isozim esterase memperlihatkan variasi pada pita
yang dihasilkan ditandai dengan terbentuknya dua
pola pita, pada isozim ACP terbentuk delapan pola
pita dan pada isozim AAT hanya menghasilkan satu
pita. Namun pada isozim peroksidase tidak
memperlihatkan perbedaan pada pita yang
dihasilkan. Hasil analisis kemiripan pada sepuluh
duku kultivar turak dan gondok berdasarkan
karakter morfologi menunjukkan rentang nilai
berkisar antara 0,15–0,74, sedangkan pada analisis
isozim berkisar antara 0,29–1,00 serta gabungan
antara karakter morfologi dan isozim berkisar
antara 0,24–0,71.
DAFTAR PUSTAKA
Amer, S.A.M. 2011. Genetic variability of the Saudi
Arabian Uromastyx aegyptia microlepis using
protein and isoenzymes electrophoreses.
Advances in Bioscienceand Biotechnology 2:
27-32.
Aminah, S. 2003. Dampak Perubahan Agroklimat
Pada Kualitas, Kuantitas dan Budidaya Duku
(Lansium domesticum Corr.) Komering. Thesis,
Program Studi Ilmu Lingkungan, Program
Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
Cahyarini, R.D., A. Yunus & E. Purwanto. 2004.
Identifikasi Keragaman genetik beberapa
varietas lokal kedelai di Jawa berdasarkan
analisis isozim. Agrosains 6 (2): 79-83.
El-Beltagi, H.S., A.A. Mohamed & B.E. Ekki. 2011.
Differences in some constituents, enzymes
activity and electrophoretic characterization
of different Rapeseed (Brassica napus L.)
cultivars. Analele Universităţii din Oradea -
Fascicula Biologie 18(1): 45-52.
Fitmawati, R. Fauziah, I. Hayati, N. Sofiyanti, E. Enou
& Matra. 2017. Phylogenetic analysis of
Mangifera from central region of Sumatra
using trnL-F intergenic spacer. Biodiversitas 18
(3): 1035-1040.
Hadiati, S. & D. Sukmadjaja. 2002. Keragaman pola
pita beberapa varietas nenas berdasarkan
analisis isozim. Jurnal Bioteknologi Pertanian 7
(20): 62-70.
Hailu, H.W., D.H. Kristiyanto, A.R.A. Altawi & S.M.
Raqib. 2014. Isozyme electrophoresis and
morphometric comparison of reed (Imperata
cylindrica) adaptation to different altitudes.
International Journal of Innovation Research in
Science, Engineering and Technology 3(5):
12389-12394.
Johnson, M., N. Janakiraman, K. Chalini, M.
Narayani & V. Kalaiarasi. 2012. Studies on
developmental variation of isoperoxidase and
protein profile of Zea mays L. Journal of Stress
Physiology and Biochemistry 8:16–23.
Kaswan, V., A. Joshi, S.R. Maloo. 2012. Assessment
of isozyme diversity in the medicinal plant
isabgol (Plantago ovata Forsk). Journal of Cell
Tissue Research 12: 33-49.
Kumar, P., V.K. Gupta, A.K. Misra, D.R. Modi & B.K.
Pandey. 2009. Potential of molecular markers
in plant biotechnology. Journal of Plant Omics
2(4): 141-162.
Na’iem, M. 2000. Analisis isozim dan
pemanfaatannya di bidang kehutanan.
Yogyakarta.
Nasution, M.A. 2008. Analisis parameter genetik
dan pengembangan kriteria seleksi bagi
pemuliaan nenas (Ananas comosus (L.) Merr.)
di Indonesia. Thesis, Program Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Pathak, K., D. Hatwal, R. Bist, D.C. Pathak & A.K.
Gaur. 2011. Study of biochemical variability in
Buletin Kebun Raya Vol. 20 No. 2, Juli 2017 [89–102]
| 101
the populations of Aconitum balfourii by
soluble protein and isoenzyme
electrophoretic patterns. Journal of Chemical
and Pharmaceutical Research 3(3): 295-301.
Rolf, R.I.M. 1998. NTSYS-pc. Numerical taxonomy
and multivariate analysis system. version 2.0.
Department of Ecology and Evolution State of
New York.
Rouf, A. 2007. Studi keragaman genetik tanaman
jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Jawa
Tengah. Thesis, Program Pasca Sarjana,
Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
Sathisha, C.S.R., S. Prasad, R. Gowda & V.
Anitalakshmi. 2012. Characterization of
cultivars based on electrophoretic analysis of
seed proteins and isozymes in sunflower
(Helianthus annuus L.). Indian Journal of Plant
Sciences 1(1): 35-38.
Sumarsono, T.B. Suparjana & E.S. Purwati. 2012.
karakteristik morfologi dan pola pita isozim
varietas mangga (Mangifera sp.) di Kabupaten
Banyumas. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan
Kearifan Lokal Berkelanjutan II. Purwokerto.
Wendel, J. F. & N. F. Weeden. 1989. Visualization
and interpretation of plant isozyme. In:
Soltis, D.E. & P.S. Soltis (Eds.) Isozymes in
Plant Biology. Dioscorides Press. Portland,
Oregon.
Widyastuti, Y.E. & F.B. Paimin. 1993. Mengenal
Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya.
Jakarta.
BULETIN KEBUN RAYA
Buletin Kebun Raya adalah publikasi ilmiah resmi dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya –LIPI. Jurnal ini terbit 2 kali
setiap tahun, 2 nomor setiap volume, berisi tulisan ilmiah hasil penelitian, ulasan, atau gagasan asli tentang konservasi
tumbuhan, biologi tumbuhan dan pengembangan perkebunrayaan di Indonesia dan daerah tropis lainnya.
Pengiriman Naskah:
Redaksi menerima naskah yang sesuai untuk
dipublikasikan dalam jurnal ini. Naskah hendaknya
dikirim dalam bentuk elektronik melalui e-mail
attachment ke: [email protected] dan di
unggah melalui sistem daring (on line) pada laman:
http://jurnal.krbogor.lipi.go.id/ .
Berdasarkan Peraturan Kepala LIPI No. 06/E/2013 dan
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Kode Etika Publikasi Ilmiah,
yang pada intinya Kode Etika Publikasi Ilmiah ini
menjunjung tiga nilai etik dalam publikasi, yaitu (i)
Kenetralan, yakni bebas dari pertentangan kepentingan
dalam pengelolaan publikasi; (ii) Keadilan, yakni
memberikan hak kepengarangan kepada yang berhak
sebagai pengarang; dan (iii) Kejujuran, yakni bebas dari
duplikasi, fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme (DF2P)
dalam publikasi. Penulis wajib mengisi dan melengkapi
pernyataan klirens etik agar naskahnya dapat segera
diproses. Formulir klirens etik dapat disalin pada lembar
terakhir jurnal ini.
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
penulisan naskah antara lain:
Format Penulisan:
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa
Inggris. Naskah diketik dalam Microsoft Office Word
(dalam file .doc atau .docx) dengan satu kolom, font
Times New Roman ukuran 12, spasi ganda, batas margin
3 cm untuk semua sisi. Panjang naskah tidak melebihi
20 halaman, termasuk tabel dan gambar.
Naskah dapat juga ditulis pada template yang telah disediakan pada laman: http://jurnal.krbogor.lipi.go.id/ index.php/buletin/pages/view/template.
Judul dibuat ringkas tetapi dapat mencerminkan isi
naskah dan ditulis dengan huruf capital. Terjemahan
judul ditulis dengan huruf kecil dalam bahasa Inggris, di
bawah judul yang berbahasa Indonesia atau sebaliknya.
Abstrak ditulis dalam 2 bahasa yaitu: bahasa Indonesia
maupun bahasa Inggris, disusun secara akurat dan
informatif dalam satu paragraf yang utuh, tidak lebih
dari 250 kata, satu spasi.
Keywords terdiri atas tiga sampai lima kata, disusun
menurut abjad dan dicetak tebal.
Pendahuluan Isi pada pendahuluan memuat latar belakang dan tujuan penelitian.
Bahan dan Metode harus menekankan pada prosedur/cara kerja dan analisis data. Untuk studi lapangan, lebih baik jika lokasi penelitian disertakan. Keberadaan peralatan tertentu yang penting cukup disebutkan dalam cara kerja.
Hasil dan Pembahasan ditulis sebagai suatu rangkaian, namun, untuk naskah dengan pembahasan yang panjang dapat dibagi dalam beberapa sub judul. Hasil harus jelas dan ringkas menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana hasil terjadi, tidak sekedar mengungkapkan hasil dengan kata-kata. Penyertaan foto-foto orisinal hasil penelitian sangat dihargai. Pembahasan harus merujuk pada pustaka-pustaka penelitian terdahulu, tidak hanya opini penulis.
Tabel dibuat ringkas dengan hanya menyajikan data
yang esensial, serta mudah dipahami. Judul tabel ditulis
singkat namun lengkap. Judul dan kepala tabel
menggunakan huruf kapital pada awal kalimat. Garis
vertikal tidak boleh digunakan. Catatan kaki
menggunakan angka dengan kurung tutup dan diketik
superscript. Tabel dimuat setelah daftar pustaka untuk
keperluan penempatan oleh Layout Editor.
Tabel 1. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap penggerek kayu di laut
Table 1. Wood resistance class againts marine borers
Kelas (Class)
Intensitas serangan (Attack intensity) %
I II III IV V
< 7,3 7,3 – 27,1
27,1 – 54,8 54,8 – 79,1
> 79,1
Sumber (source) :
Gambar, Grafik dan Foto Seluruh gambar harus dirujuk
dalam teks. Resolusi minimal untuk foto adalah 300 dpi
(dot per inch), sedangkan untuk grafik dan line art
adalah 600 dpi. Diberi judul dan keterangan yang jelas
dalam bahasa Indonesia dan Inggris serta menggunakan
1 Spasi.
Kesimpulan dan Saran tidak perlu dibuat tersendiri, namun menjadi bagian akhir pembahasan sebagai kalimat penutup.
Ucapan Terimakasih disajikan secara singkat; semua sumber dana penelitian dan setiap potensi konflik kepentingan perlu disebutkan. Penyebutan nama orang perlu nama lengkap; penyebutan nama institusi perlu disertai nama kota dan/atau negara. Daftar Pustaka hendaknya berasal dari sumber yang jelas dan terpercaya. Pustaka yang dirujuk diusahakan dari terbitan sepuluh tahun terakhir, dengan jumlah pustaka primer paling sedikit sepuluh pustaka. Sumber dituliskan dengan mengikuti tatacara (style) yang dikeluarkan oleh APA (American Psychological Association). Daftar pustaka yang dirujuk harus disusun menurut abjad berdasarkan nama belakang penulis (untuk penulis pertama), untuk penulis berikutnya dengan hanya menuliskan huruf pertama diikuti dengan tanda titik dan nama belakang ditulis lengkap, tahun terbit, judul pustaka, terbitan (Vol., No., Hlm.), kota penerbit dan penerbit, spasi 1 dan 6 pt setelahnya. Apabila ada lebih dari satu pustaka yang ditulis penulis maupun kelompok penulis yang sama dan pada tahun yang sama, maka huruf ‘a’, ‘b’, dan seterusnya ditambahkan setelah tahun terbit. Untuk jangkauan halaman harap menggunakan tanda En dash “–” bukan kata sambung “-”. Beberapa penulisan daftar pustaka seperti contoh berikut: Jurnal
Peterson, R.L., Y. Uetake & C. Zelmer. 1998. Fungal
symbioses with orchid protocorms. Symbiosis 25:
29–55.
Kim, Y.S. 2006. Conservation of plant diversity in Korea.
Lanscape and Ecological Enginering 2: 163–170.
doi:10.1007/s11355-006-0004-x
Buku
Sastrapradja, S., R.E. Nasution, Irawati, L. Soerojo, M.
Imelda, S. Idris, S. Soerohaldoko & W. Roedjito.
1976. Anggrek Indonesia. Lembaga Biologi
Nasional LIPI, Bogor.
Berjak, P., J.M. Farrant, D.J. Mycock & N.W. Pammenter.
1989. The basis of recalcitrant seed behavior. In:
Taylorson, R.B. (ed.) Recent advances in the
development and germination of seeds. Plenum
Press, New York.
Batty, A.L., K.W. Dixon, M.C. Brundrett & K.
Sivasithamparam. 2002. Orchid conservation and
mycorriozal association. In: Sivasithamparam, K.,
K.W. Dixon and R.L. Barrett (eds.) Mycroorganism
in plant conservation and biodiversity. Kluwer
Academic Publication Dordrecht.
Prosiding
Argent, G. 1989. Vireya taxonomy in field and
laboratory. Proceedings of the forth international
Rhododendron conference. Wollongong, NSW.
Phillips, M. & L.G. Paleg. 1970. The isolated aleurone
layer. In Carr, D.J. (ed.) Proceedings of the
seventh international conference on plant growth
substances. Springer–Verlag, Berlin.
Skripsi/Thesis/Disertasi
Mo, B. 2004. Plant 'integrin-like' protein in pea (Pisum
sativum L.) embryonic axes. PhD Dissertation,
Department of Biology, University of South
Dakota.
Publikasi elektronik
Royal Botanic Gardens. 2011. Kew's Millennium Seed
bank–Orchid Seed Stores Project.
http://www.kew.org/science-conservation/save-
seed-prosper/millenium-seed-bank/projects-
partners/more-seed-projects/orchid-seed-
stores/index.htm. (accessed 20 June 2011).
Prendergast, J.R., R.M. Quinn, J.H. Lawton, B.C.
Eversham & D.W. Gibbons. 1993. Rare species,
the coincidence of diversity hotspots and
conservation strategies. Nature 365: 335–337.
Doi:10.1038/365335a0. (diakses 18 Oktober
2012).
Pence, V.C. 2010. Evaluating costs for the in vitro
propagation and preservation of endangered
plants. In Vitro Cellular & Developmental Biology–
Plant (published online: 25 November 2010).
BULETIN KEBUN RAYA The Botanic Gardens Bulletin
PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA ̶ LIPI
Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesia
Formulir Klirens dapat juga diunduh pada tautan berikut: http://bit.ly/1MVkPrN
SURAT PERNYATAAN
KLIRENS ETIK PUBLIKASI ILMIAH
Sehubungan dengan pengajuan karya tulis ilmiah atas nama saya untuk dimuat pada Buletin
Kebun Raya, dengan ini saya:
Nama : ..................................................................................
Jabatan : ..................................................................................
Unit/Lembaga : ..................................................................................
Alamat Kantor : ..................................................................................
Alamat Rumah : ..................................................................................
Email : ..................................................................................
No. HP/Telp. : ..................................................................................
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan :
Judul :
Penulis : 1. .................................
2. .................................
3. .................................
Kategori Naskah (pilih salah satu):
a. Hasil penelitian (full paper)
b. Ulasan (review)
c. Catatan Penelitian (research note)
d. Komunikasi Pendek (Brief/Short Communication)
Adalah hasil karya sendiri atau bersama tim, yang:
√ Isinya asli atau bebas dari: a) fabrikasi; b) falsifikasi; c) plagiasi; d) duplikasi; e)
fragmentasi/salami; dan f) pelanggaran hak cipta data/isi.
√ Belum pernah dimuat atau tidak sedang diproses untuk diajukan pada media publikasi yang
lainnya.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan jujur dan bertanggung jawab sesuai Peraturan
Kepala LIPI No. 06/E/2013 tentang Kode Etika Peneliti dan Peraturan Kepala LIPI No. 5 Tahun
2015 tentang Kode Etika Publikasi Ilmiah.
................,Tanggal, .......................................
Penulis Utama,
Nama: ......................................................
NIP. ..........................................................
Keterangan :
a) Fabrikasi adalah tindakan membuat data dari yang tidak ada menjadi seolah-olah ada (pemalsuan
hasil penelitian) yaitu mengarang, mencatat dan/atau mengumumkan hasil penelitian tanpa
pembuktian telah melakukan proses penelitian;
b) Falsifikasi adalah mengubah data dengan maksud agar sesuai yang dikehendaki peneliti (pemalsuan
data penelitian) yaitu memanipulasi bahan penelitian, peralatan atau proses, mengubah atau tidak
mencantumkan data atau hasil sedemikian rupa, sehingga penelitian itu tidak disajikan secara akurat
dalam catatan penelitian;
c) Plagiasiadalah pencurian gagasan, pemikiran, proses, objek dan hasil penelitian, baik dalam bentuk
data atau kata-kata, termasuk bahan yang diperoleh melalui penelitian terbatas (bersifat rahasia),
usulan rencana penelitian dan naskah orang lain tanpa menyatakan penghargaan;
d) Duplikasi adalah pemublikasian temuan-temuan sebagai asli dalam lebih dari 1 (satu) saluran tanpa
ada penyempurnaan, pembaruan isi, data, dan/atau tidak merujuk publikasi sebelumnya;
e) Fragmentasi/salami adalahpemublikasian pecahan-pecahan dari 1 (satu) temuan yang bukan
merupakan hasil penelitian inkremental, multi-disiplin dan berbeda-perpektif.
(Rujukan Utama Peraturan ka LIPI No.06/E/2013 tentang Kode Etika Peneliti)