tgas shv

Upload: nanang-hutomo

Post on 13-Jul-2015

236 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan. Umumnya bulunya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu. Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk merayu betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri. Burung Cendrawasih layak digelari sebagai Burung Surga (Bird of Paradise). Burung Cendrawasih yang merupakan burung khas Papua, terutama yang jantan, memiliki bulu-bulu yang indah layaknya bidadari yang turun dari surga (kayangan). Keindahan bulu Cendrawasih tiada duanya. Oleh masyarakat Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari dari surga. Dulunya burung ini dianggap sebagai burung cantik tetapi tidak berkaki. Mereka tidak akan turung ke tanah tetapi hanya berada di udara saja lantaran bulu-bulunya yang indah. Karena itu kemudian burung Cenderawasih terkenal sebagai Bird of Paradise atau Burung Surga (Kayangan). Dan beberapa jenis yang terkenal adalah dari genus Paradisaea yang penamaannya berasal dari kata Paradise. Masyarakat di Papua sering memakai bulu cendrawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu itu penting untuk dibuat topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancm; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama. Perburuan burung cendrawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal Cendrawasih Panji, disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur.

Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik tahta pada tahun 1955, ternyata bulu burung cendrawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat. Burung cendrawasih dewasa digambarkan pada bendera Papua nugini. Keindahan bulu dari burung inilah yang menyebabkan spesies ini terancam punah. Perburuan dan perusakan habitat spesies ini membuat semakin terancam punah. Kematian burung cendrawasih tidak sesuai dengan angka kelahirannya, burung ini hanya dapat menghasilkan 1-3 telur selama musim kawin. Itulah sekilas tentang burung cendrawasih yang dijuluki dengan burung surga karena keindahan bulunya dan tarian serta kicauannya yang merdu. B. RUMUSAN MASALAH Dalam penulisan makalah mengenai Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra) terdapat beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Apakah burung Cendrawasih Merah itu? 2. Kapan Burung Cendrawasih melakukan reproduksi ? 3. Kenapa Burung Cendrawasih Merah banyak diburu? 4. Dimana dapat ditemukan Burung Cendrawasih Merah? 5. Siapa yang harus melestarikan spesies ini? 6. Bagaimana cara pelestarian spesies ini?

C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui deskripsi dari Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra). 2. Untuk mengetahui cara reproduksi dari Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra). 3. Mengetahui keistimewaan Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra). 4. Dapat mengetahui habitat dan persebaran Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra). 5. Agar manusia sadar akan pentingnya melindungi spesies yang hampir punah. 6. Agar dapat mengetahui cara-cara pelestarian dari spesies burung ini.

BAB II ISI

Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra)

1. Taksonomi

Kingdom Phyllum Classis Ordo Familia Genus Spesies 2. Ekologi

: Animalia : Chordata : Aves : Passeriformes : Paradisaeidae : Paradisaea : Paradisaea rubra

Cendrawasih merah, merupakan hewan endemik Indonesia. Kita hanya dapat menemukan hewan ini di Indonesia bagian Timur, tepatnya di dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, Irian Jaya Barat.

3. Etimologi Burung Cenderawasih adalah sejenis burung dalam mitologi. Dikenal di kawasan nusantara dan sekitarnya, burung ini memiliki kedudukan yang mirip dengan burung feniks di Timur Tengah atau pun burung fenghuang di Asia Timur. Etimologi dari "cenderawasih" adalah dari "cendra" atau dewa-dewi bulan dan "wasi" yang memiliki arti wakil atau utusan, jadi "cenderawasih" artinya utusan dewadewi bulan. Burung ini disebut-sebut dalam kitab mistis Tajul Muluk. Burung ini berasal dari surga dan selalu berdampingan dengan para wali. Kepalanya berwarna kuning keemasan dengan empat pasang sayap yang tiada taranya. Yang menjadi ciri khasnya adalah dua utas "antena" yang teruntai di ekornya. Barang siapa yang melihatnya pastilah tertegun dan takjub akan keindahan dan keunikan burung ini. Menurut kitab-kitab lama, seandainya burung cendrawasih turun ke bumi maka akan tamatlah riwayatnya. Namun ajaibnya, ia tidak akan lenyap seperti bangkai binatang lain. Ini dikarenakan burung cendrawasih hanya makan embun surga. Malah ia mengeluarkan wangi yang sukar diungkapkan dengan kata-kata. Banyak yang menginginkan burung ini karena berbagai khasiat yang konon dimilikinya, termasuk dalam perobatan.Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Melayu Antique. Bisa dikatakan bahwa burung cendrawasih adalah mitos di wilayah nusantara yang masih berkaitan dengan burung fenghuang di Asia Timur dan berhubungan dengan keluarga kerajaan. Orang Eropa menyebutnya dengan panggilan bird of paradise sesuai dengan hikayat yang menyelubunginya. Tidak heran kemudian nama "cendrawasih" dipakai untuk burungburung yang ada di dalam keluarga Paradisaeidae. 4. Morfologi Hewan yang mempunyai nama ilmiah Paradisaea Rubra merupakan hewan pekicau yang berukuran sedang. dengan panjang 34 cm. Biasanya hewan ini berwarna merah dan coklat, iris kuning dan kaki berwarna merah-coklat keabu-abuan serta tenggorokan zamrud hijau tua dan kerah kuning diantara tenggorokan. Sang jantan lebih besar

daripada betina. Burung cendrwasih jantan dewasa mempunyai panjang sekitar 72 cm. Burung jantan juga memiliki bulu muka hijau berwarna zambrud gelap. Diekornya terdapat dua buah tali berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Berbeda dengan sang jantan, cendrwasih betina lebih berukuran kecil. Tidak mempunyai hiasan pada bagian sisi perutnya. Cendrwasih betina mempunyai muka warna coklat tua. Burung betina menetaskan dan mengasuha nak sendiri di pakan yang terdiri dari buah-buahan dan serangga.

5. Anatomi dan Fisiologi Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan Berparuh kuning. Ciri-ciri burung jantan dewasa: Berukuran sekitar 72cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, Bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Ciri-ciri burung betinanya: Berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan 6. Perilaku Saat cenderawasih kasmaran, kepakan sayap dengan bulu-bulu ekor kuning putih satin keemasan, tegak dan bergerak-gerak. Tubuh jantan yang bergerak-gerak sambil berjumpalitan, diiringi siulan dan bunyi suara kerongkongannya. Burung jantan itu poligami. Setelah kawin karena lamaran bertarian display bulu-bulu mekar itu sukses, dia pergi dan mencari pasangan lainnya. Betina yang memerami telurnya yang kadang bisa dua butir. Lalu membesarkan piyik, hingga mampu terbang dan cari makan sendiri. Perilaku burung betina "menerima" lamaran jantan pemacaknya, perilaku piyik burung Papua itu. Sejak keluar sarang, belajar jalan dan loncat sana loncat sini, sambil belajar dan hingga mampu terbang pada usia 50 hari.

7. Reproduksi Di musim kawin, burung jantan yang kasmaran selalu saling saing dengan tarian kepakan sayap, tegakan bulu, serta gerak lompat loncat akrobatik yang amat indah. Pada saat musim kawin Cendrawasih jantan menggunakan bulu indahnya untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk merayu betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi di

atas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri. Burung Cendrawasih memiliki ritual kawin yang berbeda-beda, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya. Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar mungkin hampir selalu satu telur, akan tetapi pada jenis yang kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur.

Setelah betina dibuahi oleh sang jantan, selanjutnya sang betina akan bertelur sedangkan pejantan akan pergi dan mencari betina lain. Setelah dilakukan masa pengeraman selama 17 hari, telur akan menetas dan anakan baru Cendrawasih akan lahir. Selama dalam masa asuhan, betina akan agressif untuk melindungi anakannya. Setelah 2 bulan, anak cendrawasih telah memiliki bulu yang lengkap dan bisa terbang untuk melakukan kehidupan barunya

8. Makanan Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga. Burung ini sbenarnya merupakan pemakan buah-buahan, akan tetapi untuk memperoleh asupan protein burung ini memakan serangga seperti jangkrik, ulat, larva semut merah, dll.

9.

Evolusi Pada dasarnya burung cendrawasih merah adalah burung liar, yang hidup berkelompok didalam hutan yang lebat dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut sulit diteliti perkembangannya dan sarangnya yang berbentuk seperti mangkuk terletak di atas pohon dengan tinggi antara 3 sampai 10 meter dari tanah. Kehidupan burung

cendrawasih merah di hutan sangat memprihatinkan, hal itu karena perburuan untuk diambil bulunya yang indah dan kerusakan habitat aslinya karena penebangan liar Ada beberapa faktor kemungkinan yang menyebakan burung tersebut populasinya menurun, antara lain: a. Faktor Gejala Alam Faktor ini bisa disebabkan oleh adanya bencana alam, misalnya akibat gempa bumi, tanah longsor dl. b. Faktor Gangguan Musuh-musuh Cendrawasih Merah Bisa karena adanya faktor binatang yang mengganggu stabilitas nasional mereka, seperti ular, tikus, elang, burung hantu dan binatang lain.Atau mungkin juga karena ulah manusia yang cenderung mengeksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhitungkan wawasan lingkunganya. c. Faktor Kurangnya Daya Dukung Pakan Yang dimaksud adalah kawasan hutan yang menjadi habitat Cendrawasih Merah. Daerah jelajah Cendrawasih Merah dalam mencari makanan mencapai radius 2 km dari lokasi sarangnya. Daya dukung pakan ini bisa berkurang karena adanya penggundulan hutan atau adanya kebakaran hutan termasuk pembakaran hutan. Atau justru populasinya yang meroket tajam sehingga keseimbangan makanan dan populasi timpang tidak seimbang. Faktor daya dukung pakan ini di duga kuat yang menyebabkan populasi walet di Pulau Jawa kini menurun drastis. Karena kita tahu bagaimana kerusakan lingkungan (hutan) kita yang sangat parah. Ironisnya, hutan-hutan di luar Jawapun sama, malah bisa-bisa lebih parah. Burung Cendrawasih Merah akan hengkang ke suatu habitat yang bisa menjamin konsumsi /pakannya. Dan itu hanya tempat dimana hutan-hutanya relatif sehat.

10. Status Konservasi Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Merah dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 1. Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra) merupakan burung pemakan serangga dan buah-buahan yang suka berkicau dan memiliki tarian yang khas. 2. Bulu Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra) sangat indah, oleh karena hal tersebut banyak diburu untuk keperluan dalam pembuatan topi. 3. Klasifikasi Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra) adalah sebagai berikut: Phyllum Sub Phyllum Classis Ordo Family Genus Species : Chordata : Vertebrata : Aves : Passeriformes : Paradisaeidae : Paradisaea : Paradisaea rubra

4. Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra) memiliki status yang hampir terancam punah akibat hilangnya habitatnya yaitu hutan.

B. SARAN Untuk menjamin kelangsungan hidup Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra) yang hampir terancam punah diperlukan adanya konservasi. Usaha tersebut dilakukan dengan menangkarkannya, dimana setiap Taman Nasional, Suaka Marga Satwa,dll harus berusaha melakukan penangkaran tersebut meskipun sulit. Untuk masyarakat harus meningkatkan kesadaran bahwa Cendrawasih adalah aset keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1992. Kicau Burung. Media Komunikasi Taman Burung TMII Vol. IV. Jakarta: TMII. Mc Kinnon, K. 1986. Alam Asli Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Edi. 2009. Keragaman Hewan Vertebrata. (http://www. Makalah Biologi Tentang Keragaman Vertebrata. ucmp. berkeley/diapsids/bird. com). Frestialdi. 2009. Aves Bulu-Bulu Burung dan Mammalia.http://iqbalali.com/2008/10/07/avesbulu-bulu-burung-dan mammalia/. Diakses, Minggu, 01-01-2012. Pukul 10.15