terombang ambing

137

Upload: astar-siregar

Post on 23-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Terombang AmbingOleh Astar Siregar

TRANSCRIPT

Page 1: Terombang Ambing
Page 2: Terombang Ambing

TEROMBANG

AMBING

OLEH :

ASTAR SIREGAR

Page 3: Terombang Ambing

TEROMBANG

AMBING

Oleh :

ASTAR SIREGAR

ISBN : 978 – 602 – 14711 – 0 - 4

Gambar Sampul : Ny. Farida Astar

Hak cipta di lindungi undang-undang

PENERBIT TULODONG Jl. Anyer XIV No. 25 RT 009/09

Jakarta 10310 Telp. 021-92280929, 0813-86486461

Page 4: Terombang Ambing

Untuk :

Ir. A.R. SOEHOED

Prof.DR. BUDI PARAMITHA

Alm. HARSYA W. BACHTIAR Ph.D

Dengan seluruh rasa hormatku

Page 5: Terombang Ambing

DAFTAR ISI

I. PERAN SOSIAL PUISI 1. PROLOG................................................. 1 2. PERAN SOSIAL PUISI..................... 2

II, KASIDAH KASIDAH LIRIK DI 2013

1. JANGAN PERNAH SALAHKAN MUSIM...................................................... 29

2. BETAPA MENAKJUBKANNYA DUNIA....................................................... 33

3. FRONT SIPIROK 1949............................. 35 4. TUHAN MAHA PENGASIH................... 37 5. MEMOAR................................................... 41 6. 30 MEI 2013 HOTEL THE PIERRE

NEW YORK………………………….. 44 7. KONGKALIKONG…………………… 46 8. 17 - 8 - 2013….…………………..……. 49 9. MABUK KEPAYANG……………….. 52 10. IDUL FITRI 1434................................... 55

11.TERJUNGKAL......................................... 56 12.KARTEL DIMANA –MANA….…… . 58

13.KASIDAH SI PANJANG LIDAH ...... 61 14.BIARLAH MEREKA MELINTAS..... 64

Page 6: Terombang Ambing

15. LEDAKAN TADI MALAM.................. 71 16. DI TOR SIBOHI....................................... 73 17. JURNAL HUKUM................................. 74 18. KAPAN KAU BALIK ?........................... 76 19. LE HISTOIRE SEREPETE.................... 77

20. SEMUAKAN BENDERANG.............. 82 21. KASIDAH DI NOVEMBER................. 91 22.HARI PAHLAWAN 2013 DALAM KASIDAH................................ 99 23.SENGSARA.............................................. 101 24.SINGAPURA NOVEMBER 2013......... 103 25.DI RUANG TUNGGU............................ 105 26.MENJELANG 100 TAHUN ISMAIL MARZUKI.............................. 107 27.AKU NELSON MANDELA............... 111 28.MALAM NATAL 2013 DALAM KASIDAH…………………………… 114 29.DINASTI JAWARA…………………. 116 30.EPILOG.................................................... 118 31.RIWAYAT PENULIS.......................... 119 32.DAFTAR PUSTAKA.............................. 120 33.ANNEX................................................... 127

- Tanggapan Bapak Ir. A.R. Soehoed atas puisi Hari Pahlawan 2013 DalamKasidah( hal 105) dalam suratnya tanggal 18 November 2013

Page 7: Terombang Ambing

I.

PERAN SOSIAL

PUISI

Page 8: Terombang Ambing

1

PROLOG

TEROMBANG AMBING *)

Tongkang kayu, tanpa pengayuh, tanpa layar, tanpa kemudi terkatung katung

Langit kelam, erang badai

Penumpang, gelisah berdiri

Nakhoda, terombang ambing, dipencitraan….

Pantai dituju, belum nyata

Jakarta, 26 Oktober 2013

*) Lukisan sampul

Page 9: Terombang Ambing

2

PERAN SOSIAL PUISI

Let be honest now, For a couple of minutes Even though we are in Chicago -----------------------------

Bersikaplah jujur Setidaknya untuk seketika Meskipun kita sedang di Chicago ------------------------

Carl Sandburg

Kala kapal tua “East land“ dijejali 2500 pekerja beserta keluarganya, peserta piknik diadakan satu perusahaan, selain harus bayar tiket, wajib pula memakai sepatu putih serta topi putih, harus sediakan sendiri agar dalam foto bersama menarik untuk iklan perusahaan. Kapal kelebihan muatan itu tenggelam di Chicago River, 800 nyawa melayang. Pada era itu, elit industrialis kolusi dengan pejabat, bisa berbuat semena-mena pada pekerja. Carl Sandburg, jurnalis penyair itu geram, bercampur sedih lalu menulis puisi protes berjudul “Eastland“ nama kapal tua yang karam itu.

Page 10: Terombang Ambing

3

Penyair jurnalis deduktip mencatat terutama kesemena - menaan yang terjadi. Dia menggunakan bahasa yang dapat dimengerti rakyat jelata. Sering sekali narrasi penyair lebih dramatis dari kejadian yang terjadi Puisi tanpa peran sosial dan mampu memperkaya bathin kita takkan punya masa depan. Sejak dulu puisi dalam himne kita manfaatkan untuk tujuan pemujaan. Bidang yang membutuhkan penjelasan ilmiah terutama yang berliku seperti Kosmologi dan Astronomi lebih tepat memakai bentuk prosa. Sejarah mencatat “Kesombongan Ekslusif“ bernyanyi sepanjang musim. Tak litak-litaknya penyair jurnalis melalak siang malam secara deduktip mendata berita yang terjadi sehari-hari, ketidak-adilan terjadi dibagai bidang kehidupan, termasuk ulah pemuka-pemuka agama yang memperjual belikan titah Tuhan

Page 11: Terombang Ambing

4

-----------

Yes, the Eastland was a dirty bloody job – bah ! I see a dozen Eastlands Every morning on my way to work And a dozen more going home at night ----------- Ya, the Eastland “ penipuan sangat keji Kusaksikan lusinan “Eastland “ Kala kuberangkat kerja Demikian pula di malam hari Kala kumenuju rumah

Carl Sandburg

Puisi adalah dokumentasi suasana bathin yang terjadi pada satu masa, disegala bidang kehidupan. Kesederhanaan, kejujuran serta kerelaan berkorban, tidak lepas dari asketisme estetika seni dan keindahan. Penyair selalu berusaha meneruskan pesan perasaannya dalam irama pas seperti ia rasakan, terlepas reaksi golongan masyarakat tertentu menerimanya. Di altar mahkamah sejarah kebenaran hakiki akan terbuka cepat atau lambat, puisi salah satu saksi utama pula. Sandburg menulis pula puisi satire “The Billy Sunday.“ Sandburg memprotes pemuka agama yang mengklaim, Yesus hanya sahabat mereka sedemikian konconya hingga

Page 12: Terombang Ambing

5

mereka bisa minum bir bersama serta menolak ceramah agama dari mereka yang melulu ngecap tanpa banting tulang demi uang.

I won’t take my religion from / a man who never works / except with his mouth / and never cherishe a memory / except the face of the woman / on the silver dollar /

Penyair pemenang hadiah nobel serta Pulitzer ini, penulis biography Abraham Lincoln, dia telah menulis untuk memerangi ketidak-adilan, untuk rakyat dalam bahasa rakyat pula Diluar kontrol penyair, puisi dari waktu ke waktu juga terpengaruh dinamika perubahan. Tapi peran memelihara bahasa ibu serta perkem-bangannya, termasuk tanggung jawab penyair. Bahasa yang tertata baik sangatlah menbantu kwalitas puisi dalam penjewantahannya walau dalam dunia yang penuh kebebasan. Bahasa ibu lebih meresap, laksana tembang desa daerah asal, tapi kita tak perlu mempertentangkan dialek lokal ratusan yang hidup di negeri ini.

Page 13: Terombang Ambing

6

Bahasa persatuan kita sudah kita cetuskan dalam sumpah 1928. Tentunya dialek yang begitu banyak dinegeri ini sebaiknya terus dipelihara agar jangan punah, hendaknya saling memperkaya satu sama lain. Perlu dicegah fanatisme berlebihan sehingga menimbulkan egoism pemujaan kedaerahan yang berlebihan. Fanatisme akan menimbulkan friksi, saling cakar mencakar demi kebanggaan kosong. Gejala demikian bisa timbul, apalagi bila komunikasi tanpa tenggang rasa, apapun alasannya. Sering sekali legenda masa lalu masih meracuni kemesraan antar kita serta tetap ditulis didendangkan turun temurun berabad hingga hari ini. Kisah legenda nan masih diselimuti kabut, berkeliaran, fanatisme, tebalnya ego kedaerahan kita tak akan menemukan Gajah Mada menjadi nama jalan disatu provinsi. Akibatnya bahasapun tidak saling merangkul kearah melengkapi. Puisi hendaknya selalu menjembatani melalui indahnya serta nyamannya rangkulan dalam damainya kemesraan. Kesombongan “uber alles“nya Jerman dimasa Hitler telah mengakibatkan perang yang telah menghancurkan dunia.

Page 14: Terombang Ambing

7

Para Rasul Tuhan, tentunyalah bukan penyair, mereka sampaikan titah Tuhan seperti apa adanya dengan dimensi-Nya yang tidak terbatas, melampaui jangkauan manusia hanya Dia yang Maha Tahu. Puisi bisa pula melangkah melebihi kesadaran penyair. “Tak ada api yang sanggup menghangatkan tubuhku yang menggigil setiap kubaca puisi “ cetus Emily Dickinson *) “ Seperti gumpalan es didalam panci panas, puisi mencair memacu lelehannya sendiri “ tulis Robert Frost *) Setiap kali menikmati sajak Sitor Situmorang, tak tergubris dalam benak saya bertanya, dia termasuk kelompok “Revolusi seorang diri“ atau “Revolusi fisik“ yang terjadi sekelilingnya saat itu. Kesan pertama yang saya kunyah rasakan adanya kemesraan dari kejujuran universal manusia terungkap, meronta acapkali memaksa alam bawah sadar kita menyembul keluar. Kesemuanya ini boleh kita sebut ekstensialisme atau apa saja tiap individu bebas menentukan kebenaran yang relatif.

Page 15: Terombang Ambing

8

Penuh dengan debur megap kehidupan seperti apaadanya tidakpun ditutupi sehelai daun kemu-nafikan. Dia makan apple larangan seperti Adam, dia akui tanpa bela diri menimpalkan keteledoran itu kepada lainnya. Adam, nenek kita telah mengajarkan kita artinya tanggung jawab serta memikul akibatnya, beratus tahun dia terbuang. Hasrat seksual menurut Freud *), merupakan pendorong rangsangan kreatifitas manusia juga dalam kebudayaan, artistic serta sosial. Apapun mengenai Sitor, aku tak lagi peduli, hatiku megap indahnya sajak “ Lagu Gadis Itali “ Walaupun kelihatannya unik tapi eksistensialis tetap punya kepedulian cukup kepada nasib sesamanya. Ada pula menyebut dia penyair “dekadensi“. Keadaan ini pulalah yang membuat mereka sering menjadi korban para kritikus yang lebih mengemban selera spekulatif dari pada menghayati kemurnian artistic. Keunikanlah yang membuat kepenyairan Sitor lebih menarik. Selain berkah umur panjang dari Tuhan serta hati bak radar canggih sensitive serta produktif.

Page 16: Terombang Ambing

9

Saya selanjutnya mencoba memaparkan sebaris dua baris beberapa penyair pejuang : Federico Garcia Lorca ( 1898 – 1936 ) mati muda didepan regu tembak Fascist. Lorca dikenal sebagai penyair terbaik sastera modern Spanyol.

Pembunuhannya mendapat protes luar biasa terutama dari penulis Amerika serta penulis Eropa, dianggap sebagai penglecehan terhadap nilai etika budaya dunia serta pelanggaran hak asasi kemanusiaan.

Menjelang kematiannya Lorca sedang merevisi puisi liriknya dalam bentuk Kasidah (Cassida). Semenanjung Andalusia tempat dia lahir dan dibesarkan sangat dipengaruhi budaya Arab. Kasidah biasanya dilagukan untuk pemujaan tapi juga satir sindirin pada satu keadaan atau seseorang.

Kematiannya pada permulaan Perang Saudara Spanyol, pandangan liberal bertentangan dengan pemerintah. Setelah menyembunyikan diri tertangkap dipedalaman serta atas perintah jendral Franco dihukum mati.

Page 17: Terombang Ambing

10

Di puisinya “Rider Song” dia menulis Cordoba distant and lonely / Black pony, large moon / in my saddle bag, alives / well as I know the roads / I shall never reach Cordoba. -------- --------- Oh such a long way to go / and, oh, my spirited pony / Ah, but death awaits me / before I ever reach Cordoba --------- Balada ini tak menjelaskan kenapa penunggang kuda ingin mencapai Cordoba, serta mengapa dia sangat pasti dia takkan mencapainya walau sangat mengenal rute itu tapi kita dapat menerka.

Bagi Lorca essensi dari puisi adalah misteri yang hanya bahasa yang dapat menyibak arahnya, tapi kita tak pernah merasa membidik sasaran secara pasti. Penyair merasa duka, dia dengar aliran sungai, mengalir sepi tapi tak seorangpun menikmati musiknya. Dia menempelkan telinganya mendengar lelapnya gadis serta ingin mengetahui suasana hatinya. Dia mau semuanya itu……tapi tak mampu

Page 18: Terombang Ambing

11

Puisi Lorca seperti mencebul mengingatkan ketidak becusan pemikiran serta bahasa untuk menangkap sepenuhnya realitas pengalaman hidup. Sekali lagi baginya essensi puisi adalah misteri. [

Kematian sobatnya matador terkenal Ignatio Sanchezs Mejias melahirkan puisi untuk memuja nilai kesantunan serta keberanian yang berakhir kematian di arena laga. Yo canto su elegance conpalabras que gimen Y recuerdo una brisa triste por los olivos ----------- Kurintihkan keperkasaannya dengan erangan Serta kukenang semburan cahaya nyelinap sedih dicelah pohon Zaitun

( Alma Ausente )

Adalah tugas penyair melalui puisi merawat, memperkembangan bahasa hingga lampiasan emosi, perasaan dapat diserap oleh seluruh kelas masyarakat. Pembaca secara sadar merasakan sesuatu yang baru yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Selanjutnya lahirnya penulis dan penyair besar akan mengangkat harkat bahasa itu sendiri. Melalui mereka pula, sastera masa lalu serta sasterawannya terus dihargai dan dikenang.

Page 19: Terombang Ambing

12

Puisi bukan untuk dilokalisir tapi untuk diserap semua pihak seakan milik, mereka pula. Dengan puisi kita bisa tanpa paspor jelajahi hati manusia, demikianlah puisi memenuhi peran sosialnya. Komunikasi melalui puisi lebih terbangun, apabila kita mengusai bahasa asing, walau secara roh tak mungkin dikomunikasikan sepenuhnya Dimasa modern ini, kita tak lagi memberi tafsir sesuatu sama dengan moyang kita dulu, termasuk cara pandangan terhadap agama, cara mencapai Tuhan, juga terhadap roh puisi Extensialis Alber Camus (1913 – 1968) novelis, dramawan serta essayis. Penerima nobel 1957 itu menyatakan tindak tanduk secara etis memiliki standard nilai sendiri dalam menentukan baik buruk sesuatu. Kebebasan, keadilan, persaudaraan, serta kebahagiaan merupakan sebagian ukuran penentuan tindakan tersebut. Camus lahir di Mondavi Aljazair (saat itu masih koloni Perancis) dari pasangan miskin Alsatian Spanyol. Pada umur 17 tahun mengidap TBC terdaftar di Universitas Algier selanjutnya menyelesaikan sarjana di fakultas falsafah.

Page 20: Terombang Ambing

13

1940 setelah jadi jurnalis di Aljazair dia pindah ke Perancis selanjutnya menerbitkan buku, kumpulan essay, novel dan mendirikan kumpulan “Le Theatre Du Travail“ (Teater Buruh) serta sangat produktif menulis drama. Di 1937 keluar dari “Kelompok Teater“ yang sejak semula disponsori partai Komunis, dikala garis partai melarang membantu perjuangan Nasionalisme Aljazair. Dengan para intelektual Aljazair lainnya, membentuk kumpulan sama dengan lama tapi kali ini bebas dari politik Pada 1942 lahirlah novel yang terkenal “The Stranger“ dan drama “Caligula“ serta essay yang menjelaskan konsep “Absurd Hero“, pahlawan aneh yang seenaknya, sekaligus mengangkat reputasi Camus sebagai ahli filosofi “ absurd “.

Ditahun 1965 WH. Auden ditunjuk Oxford Univ untuk jangka waktu 5 tahun sebagai professor dalam puisi ( Professor Of Poetry ) ditugaskan memberi kuliah hanya 3 kuliah setahun sejak (1970 – 1973) Puisi adalah kenyataan kehidupan, kematian sekaligus merupakan teka-teki ilmu pengetahuan.*)

Page 21: Terombang Ambing

14

Dalam “Refugee Blues“ dia menulis derita pengungsian di Perang Dunia

Say this city has ten million souls some are living in mansions, some are living in holes Yet there’s no place for us, my dear There’s no place for us -------

March 1939

Sebagai penyair sulit baginya mensekat dirinya dengan lingkungannya, karena sebagai pengungsi dia juga menderita akibat perang. Anggaplah penduduk kota ini 10 juta jiwa, / ada yang tinggal di gedung mewah, / ada pula yang digorong-gorong. / Tapi tak ada tempat bagi kita, sayang. / Nyatanya tak ada tempat untuk kita. --------

Rintihan Pengungsi

Chairil Anwar semula dianggap seniman yang bombastis, liar dan penyair yang merusak nilai sastera dengan bahasa yang lugas tanpa basa basi serta mempergunakan bahasa percakapan sehari hari. Chairil Anwar dapat dianggap penyair eksten-sialisme Indonesia sebelum Sitor Situmorang.

Page 22: Terombang Ambing

15

W.S. Rendra (1987) menulis dalam pengantarnya atas skenario Sjuman Djaya yang dibukukan hngga kini belum jadi dilaksanakan dalam bentuk film berjudul “Aku“, berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar. Semasa hidupnya Chairil Anwar tidak pernah dihargai oleh para kritikus, tapi Chairil Anwar adalah dinamisator kehidupan kebudayaan kita, demikian diakui beberapa tokoh yang hidup sejaman dengan dia antara lain : Rosihan Anwar, Subadio, Sudjoyono, Prof. Baharuddin, Sutan Takdir Alisyahbana, Prof. Resink 15 Maret 1932, dalam edisi pertama majalah “Timboel“ di Solo yang dipimpin Sanoesi Pane dalam nomor edisi perdana. Sajak “Mabuk dan Sunyi“ Amir Hamzah dimuat, sajak-sajaknya juga dimuat dalam rubric sastra “Panji Pustaka“ asuhan Sutan Takdir Alisyahbana. Terbitnya majalah berbahasa Indonesia memperkaya bahasa Indonesia, juga memperhatikan kehidupan social, ekonomi, politik, s eni dan falsafah. Ketimbang “Ke Barat“ seperti Takdir, Amir orientasinya “Ke Timur“ juga terlihat dalam terjemahannya, studi sastra juga puisi falsafah Timur.

Page 23: Terombang Ambing

16

Lahir 28 February 1911, dalam usia muda 35 tahun revolusi telah korbankan puteranya terbaik. Tragedi yang sangat disesalkan sekaligus sangat menyedihkan, dia terbunuh 20 Maret 1946, korban revolusi social di Kuala Bingai Sumatera Timur. Putera bangsawan yang berhati rakyat, penyair besar, pejuang kemerdekaan itu. Amir Hamzah tidak memiliki angkatan, tapi tumbuh menonjol sendiri. Chairil Anwar serta beberapa penyair belakangan dimabuk pula oleh kumpulan sajaknya “Nyanyi Sunyi“. Ternyata bahasa Melayu induk bahasa persatuan kita ampuh melantunkan secara indah serta sempurna suara hati. Dalam ironi dapat pula menangis lirih karena terpaksa putus dengan kekasihnya. Bahasa Indonesia bermartabat serta molek ditangan Raja Pujangga itu. Sanusi Pane dalam sastra kebudayaan terlibat perdebatan dengan tokoh seangkatannya Sutan Takdir Alisyahbana. Puisinya memberikan keharuan, mampu pula ia memperkaya bathin kita.

Page 24: Terombang Ambing

17

Sutan Takdir Alisyahbana pendekar pujangga baru dalam “Puisi Baru“ menyampaikan, karena sejarah berjalan terus dan dalam masyarakat telah timbul segolongan penyair baru lagi, sebaiknya kita membaca kitab “Puisi Lama“ sebagai pancaran masyarakat lama sebelum memasuki “Puisi Baru“ sebagai pancaran masyarakat baru, terutama karena zaman perubahan besar disegala bidang kehidupan. Pemahaman masa silam ini amat besar faedahnya agar kita dapat maju kedepan dengan sadar, mawas diri. Memang puisi juga sumber dokumentasi jalannya sejarah serta kebudayaan kita. Babat Tanah Jawa serta ramalan Ronggo Wasito adalah sumber kita pula. Bagi masyarakat terpelajar, rohani maupun jasmani sudah kosmopolistis serta adat hanya sebagai “etiquesse“ bukan lagi hukum.

Page 25: Terombang Ambing

18

Rustam Effendi dalam sajaknya : ------ Sarat saraf saya mungkiri / untai rangkaian seloka lama / beta buang beta singkiri, / sebab laguku menurut sukma / -------- Salasih atau Seleguri (nama sebenarnya Sariamin Ismail), “ Hamba mengarang hanya menurut perasaan, memakai kata yang dibiasakan sehari-hari dalam pergaulan hidup “ Mozasa (nama sebenarnya Mochammad Zaini Saidi) membatasi dirinya, “Sebab kebebasan yang hanya menurut kesukaan perseorangan saja, dengan tidak lagi melihat jejak dibumi, saya rasa dapat membawa orang sesat dan behadapan dengan jalan buntu “ Sanusi Pane,“ Saya menghasilkan seni untuk seni“ dalam unio mystica dan collectivisme Barat, India, Jawa, ia memakai sonata terpengaruh mistik India, pengaruh Jawa kental dalam sandiwaranya.

Page 26: Terombang Ambing

19

Armijn Pane, nampaknya sukar mendapat bentuk yang tepat baik dalam puisi maupun prosa, melompat-lompat payah di pahamkan dan dirasakan ; “ Jangan percaya kan sukma / Berganti berubah tiada tetap / Selalu merantau buahan kesenian

( cuplikan dari Setala Malam )

Amir Hamzah, semangat baru bertemu dengan bahasa Melayu lama dalam bentuk , bunyi dan irama yang amat indahnya : ------ Hidup seperti mimpi / Laku lakon dilayar terkelar/ Aku pemimpi lagi penari / Sadar siuman bertukar-tukar -------

( cuplikan : Sebab Dikau )

Kritikus sastra almarhum Drs. M.S. Hutagalung berkeyakinan pupuk yang paling baik bagi para penulis adalah “ kritik “. Lalu dia mempertanyakan apakah makna puisi untuk kehidupan kita dewasa ini ?

Page 27: Terombang Ambing

20

Saya sangat setuju dengan beliau bahwa pada zaman merosotnya moral seperti saat ini, seharusnya peran puisi sangat menonjol, berperan merangsang kepekaan kita terhadap bumi dan seisinya. Lalu Asrul Sani melalui “ Dongeng Buat Bayi Zus Pandu” menyatakan cintalah yang bisa merubah segala apa saja, gelombangpun kan melambung tinggi bila disentuh “Cinta “ Tapi kenapa puisi tidak ampuh dewasa ini, melalui bahasa cintanya membuat kita lebih arif dan bijaksana dalam masyarakat ? Apa intelektual kita yang ahli dalam bidangnya sudah dibalut cinta hatinya dengan rasa penuh kasih sayang pula terhadap sesamanya, seperti apa yang diekspresi puisi pula ? Bayangkan nasib “Bhinneka Tunggal Ika“, hatilah yang bisa (sesuatu yang abstrak ), beton pemandu kesatuan itu, bukan GNP (Gross National Product) tapi rasa keadilan atas kemakmuran (welfare) nan dirasakan dalam hati

Page 28: Terombang Ambing

21

Dalam puisi saya “ Kartel Dimana-mana “ yang dimuat pula dalam kumpulan ini. Geram, saya ekspressikan dalam puisi terhadap “Kartelisme“ yang telah merusak dan mencekik kehidupan individu serta sebagai anggota warga bernegara. Tak ada bidang kehidupan kita yang tidak dijamahnya, baik realitas ekonomi, politik, hukum, social, serta bidang kebudayaan. Bila almarhum HB Yassin dianggap sebagai “Paus Sastra Indonesia“ bersama Prof. A Teeuw beliau telah menyemai serta merawatnya dengan ketulusan tanpa pamrih. Peninggalan mereka masih kita rasakan. Yang paling kita takuti dalam suasana belakangan ini, bukan hanya seperti dulu ada “Kelompok Rawamangun“ serta kelompok lainnya tapi seakan kartel sudah mengkontaminasi udara sastera negeri ini. Saya sebagai penikmat sastera anggapan ini semoga salah. Sekarang resmi atau terselubung kita masih punya kelompok, rawan kalau melahirkan pula “landlord“ Kehidupan sastera sangat memprihatinkan, dewasa ini puisi kurang diminati. Bangsa ini akan kehilangan rohnya apabila puisi tak lagi dibaca.

Page 29: Terombang Ambing

22

The poet is not a person He is only spirit Even if he is blind, like Homer, or, like Beethoven, deaf. He sees everything, he hears everything And he posseses and uses all of it

Anna Akhmatova ( 1889- 1966)

Kepenyairan bukan wujud badaniah, tapi “roh”. Walaupun buta seperti Homer atau tuli seperti Beethoven. Mereka dapat melihat dunia dan men-dengarnya serta merasakan semua itu. Yang kekal bukan Homer atau Beethoven sebagai jasad tapi karya spirit yang mereka wariskan baik dalam sastera maupun music. Tak heran “Maha Karya“ mereka mengelana hingga kini. Sutan Takdir Alisjahbana / Dr. Amir *) memberi kata pengantar buku Bhagawad Gita terjemahan pujangga Amir Hamzah. Judul tulisan Dr. Amir itu “Bhagawad Gita Syair Filsafat“. Tulisan pendek itu (± 2¼ halaman), sangatlah mempesona saya karena memperlihatkan betapa tingginya pengetahuan beliau mengenai kesusasteraan dan pula filsafat. Beliau sendiri seorang dokter “Kita harus mewujudkan dalam karya bukan saja pikiran yang

Page 30: Terombang Ambing

23

nalar, melainkan juga imajinasi kreatif, cinta dan kearifan.

Penyair Taufiq Ismail seorang dokter hewan. Kepenyairan dijangkitkan Tuhan kepada siapapun Dia mau. Misteri Ilahi berupa kepekaan spiritual memiliki tahapan yang selalu berubah dengan waktu.

Betapa tingginya pemahaman sejarah kesusasteraan Dr. Amir, kala dia menyebutkan pula kitab-kitab lama seperti Odysee, penyair Homerus yang hidup ratusan tahun sebelum Kristus, sedangkan “Bhagawad Gita“ 200 tahun sebelum nabi Isa.

4 Juli 1855, Walt Whitman menerbitkan “Leaves of Grass”. Mulai proses setting, mengetik, edit serta mendistribusikannya, dia kerjakan sendiri. Hanya beberapa terjual dari ribuan yang dicetak, buku setebal 95 halaman itu. Secara cuma-cuma dikirim pula kepada tokoh-tokoh sasterawan pada zaman itu. Ada yang menolak dan membakarnya, hingga Ralph Waldo Emerson menanggapi “Saya tidak buta untuk melihat betapa bernilainya serta indahnya kontribusi ini penuh kebijaksanaan serta saya ucapkan pujian atas kebebasan, keberanian pandangan pemikirannya. Selamat atas permulaan dari satu karir yang besar…”

Page 31: Terombang Ambing

24

Whitman penyair yang tak terkenal saat itu telah memenangkan pengakuannya dalam dunia sastera Amerika. Terbitan kedua kumpulan puisinya itu terjadi 1856 Terbunuhnya Abraham Lincoln April 1865, tangisannya tercurah dalam kumpulan lirik elegi yang sangat indah “ When Lilacs last in the Door yard Bloom’d “. Walaupun dalam hidupnya, Abraham belum pernah bertemu, Whitman sangat mengagumi Bapak Demokrasi, sementara Lincoln telah membaca “Leaves of Grass“ sangat menghargai keindahan dalam kebebasannya. Mereka menyatu dalam affinitas, daya tarik spiritual yang dalam. Kecendrungan Whitman ke homoseksualitas begitu bebas dinyanyikan dalam puisi yang dianggap tabu oleh masyarakat saat itu. Pemakaian kata, istilah-istilah yang hidup dimasyarakat bawah yang tidak dimuat dalam kamus resmi bertebar dalam puisinya.

Page 32: Terombang Ambing

25

Walt Whitman hingga hari tuanya sangat banyak mengadakan perjalanan kepelosok negeri untuk mencium aroma serta mendengar dan rasakan langsung kehidupan nyata negeri. Puisinya sangat terasa perbedaanya, jauh berbeda lebih bebas dari masanya. Whitman identik dengan kebebasan Sajak bukan hanya deretan kata, tapi pantulan pikiran kedalam bathin daripada jiwa dengan apa yang dilihat dialami. Sajak lahir dari pergolakan emosi dan pikiran. “Sandhyakala Ning Majapahit”-nya Sanusi Pane menurut Takdir, indah tapi melemahkan semangat karena terpengaruh filsafah India, seakan hidup seperti bayang-bayang tidak nyata. Sanusi membantah hanya memperhatikan kepermaian tanpa memperhatikan kemajuan dunia, mengabaikan segala susila harus tidak rapat dengan dunia dan kemanusian. Takdir mengajak berorientasi ke Barat supaya lebih dinamis, intelek, juga gairah mengumpulkan harta dunia.

Page 33: Terombang Ambing

26

Sejarah Indonesia tidaklah bertopang pada masa silam, seperti Sriwijaya dan Majapahit menurut dia. Sanusi menolak pandangan Takdir mengenai sejarah Indonesia serta selalu ada terusan lama dan baru, walaupun ada pertentangan. Kalau tidak ada pujangga lama tidak akan nada pujangga baru. Kita bisa memasuki perdebatan panjang karena spektrumnya begitu luas, apalagi kalau kita pandang dari persepsi kita sebagai bangsa. Kedua pandangan ini masing masing mempunyai kekuatan dan kelemahannya.

Takdir pada akhir masa hidupnya telah melihat bahaya kalau kita tanpa saringan memilah milah langsung melahap begitu saja modernisasi ala Barat.

Tradisi lama kita yang masih hidup ditengah rakyat bertahan diarus perubahan. Kita arus bijaksana memilih yang terbaik bagi kita. Bagi penyair, penulis marilah tetap menulis karya kita dalam Bahasa Indonesia. Supaya dikenal dunia terjemahkan ke bahasa asing, agar dapat dinikmati bangsa-bangsa dunia. Tidak seluruh apa yang kita miliki semuanya baik, tidak pula yang dimiliki Barat jelek.

Page 34: Terombang Ambing

27

Peran social puisi sangatlah besar. Dunia akan damai kalau manusia secara terbuka serta santun dalam pertukaran kemanfaatan kebudayaan ini. Dikala Damar Wulan merasa Majapahit tak dapat ditolong lagi karena kepala agama dan kesatria sudah panas dan melakukan pemerasan. Batara Wisynu datang dan memberi kesadaran kepada Damar Wulan agar dia turut berperang. Diluar keraton, rakyat telah gempar mendengar Menak Djingga hendak menyerang Majapahit. Dalam masa kritis inilah muncul Damar Wulan, didepan ratu dia menyatakan bersedia dinobatkan jadi Senopati. Damar Wulan membunuh Menak Djingga. Ratu mengangkat Damar Wulan jadi Ratu Angabaja. Dengan tuduhan menghasut rakyat, mengacau agama, merebut tahta, beberapa waktu kemudian lengkap dengan kepala agama disidangkan karena berkhianat. Ratu menghukum Damar Wulan meskipun Ratu sendiri mengetahui bahwa Damar Wulan tak bersalah. Sidang memutuskan hukuman mati.

Page 35: Terombang Ambing

28

Tema utama “Sandhyakala Ning Madjapahit“ : “Apabila keadilan dan kebenaran tak dapat berdiri didalam satu negara atau masyarakat karena maksiatdan pengkhianatan serta kejahatan bersimaharajalela, maka Negara itu akan segera hancur, demikian Poejangga Sanusi Pane Sumber sejarah zaman akhirnya Madjapahit, kurang jelas pemberitaannya. *) *) ( Pudjangga Sanusi Pane oleh Drs. J.U Nasution hal 75 Gunung Agung - MCML XIII )

Page 36: Terombang Ambing

II.

KASIDAH KASIDAH

LIRIK

di

2013

Page 37: Terombang Ambing

29

JANGAN PERNAH SALAHKAN MUSIM

Banjir 17 – 1 - 2013 dalam kenangan

1 Banjir di Januari ini …. Jangan salahkan intensitas hujan 17 – 1 - 2013, puncaknya ? Kilometer gumpalan memekat siang, ramalan, nisbi tak pasti

2 Jangan salahkan lebatnya hujan 17 – 1 – 2013, puncaknya ? Katulampa *) siaga tinggi, nan ditunggu segera tiba, hutan di puncak dipitak hunian, tebing longsor kenapa sesali ?

3 Jangan salahkan durasi hujan 17 – 1 – 2013, puncaknya ? Ciliwung ditimbun sampah Jabodetabek jalan sendiri-sendiri Jakarta digenangi kiriman

Page 38: Terombang Ambing

30

4 “ Akulah ahli kota satu-satunya “ !!! Kampanye gombal di pilkada lalu Didukung koalisi gempal, Disabet “ dua pendekar kampung “ Dana disekap segera dilepas. Bank panik, saling menuduh Capek deh….!

5 Jangan salahkan alam, 17 – 1 – 2013, puncaknya ? Betapapun gubernur datang dan pergi. Selepas Bang Ali, hanya janji - janji dikenang…..?

6 Dilayar lebar, “Habibie – Ainun” puncak box office Terisak sedih, Jakarta banjir, digenangi air mata….

Page 39: Terombang Ambing

31

7 Jangan salahkan Jokowi – Ahok 17 – 1 – 2013, puncaknya ? Tiap hari blusukan, pelosok kumuh Nada tinggi kesal bertanya : “ Gardu jaga, milyar “ ???? Perjalanan masih jauh, baru 100 hari Gundukan sampah, sumbat gorong-gorong, pintu air Korupsi membudaya dana diendap, DPRD ngambek, APBD tertunda

8 Begitu dilantik Dua pendekar, berpacu dengan musim berpacu dengan hujan berpacu dengan banjir

9 Dua lokomotif, menarik gerbong sarat masalah Banjir bandang berkali sudah, 17 – 1 – 2013, menangkan pacuan Semakin parah !!!

Page 40: Terombang Ambing

32

10 SBY 17 – 1 – 2013 Tangga istanamu disalam genangan, Etalase negeri dipupuri lumpur, menyambut tamu baru tiba.

Jakarta, 20 – 1 - 2013

*) Katulampa : Pintu air irigasi di Bogor

Page 41: Terombang Ambing

33

BETAPA MENAKJUBKANNYA DUNIA

Untuk : Alm. H. Umardin Hasbi Ibrahim

Kini aku mulai mengerti, mengapa menunda Akupun kan mengulur waktu Jika aku, kau…….

Bertahun cuci darah, tercemar ginjal nan gagal Didampingi isteri setia, tanpa mengeluh, selalu memompa semangatmu

Komplikasi beruntun, krisis tiba, koma, siuman, menit, jam, hari, sudahpun sebulan Puteri-puteri nan manis, didampingi menantu-menantu, baik yang terdidik Mereka takut kecolongan Bila kau pergi diam-diam Kau sangat merasakan Kehangatan itu semua

Page 42: Terombang Ambing

34

Cucumu dirumah, bertanya kapan kau pulang….. Semua dalam kerinduan

Difajar subuh itu, penuhi janjimu, serta kau gapai tangan Tuhan Innalillahi…………………. Kau harus berangkat Mereka pun rela…

Sore menjelang senja, seluruh lembah dielus sepoinya angin

Kau berserah, kepelukan bumi Istirahatlah….. Kau kini kenangan

Tuhan Pemurah, telah memberangkatkanmu Penuh keanggunan…..

Jakarta, 5 February 2013

Page 43: Terombang Ambing

35

FRONT SIPIROK 1949

Untuk : alm. Sahala Muda Pakpahan

1 Antara Sidempuan – Sipirok, lintasi “ jembatan nan ganjang “ jeep terbuka, berbendera kuning…. *) dihadang gerilya…..

2 Panggulangan, bermusim menunggu, Rindu merintih tak tertahankan Desa penghujan, bukit curam bertengger Kapan kau kan pulang ?

3 Buronan, dipantau hidup atau mati Simpang pintu desa, patroli menyergap, 1 – 8 – 1949, menjelang senja

Page 44: Terombang Ambing

36

4 Angkola - Sipirok, diledak amarah… betapa dahsyatnya cinta, berduyun limbahi tangsi, terhenti ditodongan senjata…

5 Antarajanji Raja , janji Nauli, dipinggir selokan berair, pohon rimbun melambai, menghimbau….. Terlindung semak-semak Belanda langgar “cease fire“, Lampiaskan dendam

6 Setiap kulintas Tor Sibohi, jalan berkelok menanjak, menurun… Kukepal tinjuku, kuteriakkan… “ Merdekaaaaa “ !!!, gaungnya menggema, kearah mereka. 64 November berlalu sudah, Remaja-remaja itu, terlantar… ditaman ini

Jakarta , 26 Januari 2013

Page 45: Terombang Ambing

37

TUHAN MAHA PENGASIH

Untuk : Anak - cucuku

1 Kali ini kan kuceritakan, kisah silam, kala aku kelas enam….

2 Sepulang sekolah, kau harus ngaji, Perintah ibu, sedariku kelas satu Sehari kau bolos, sekali tak boleh sekolah, ancamnya pula….. Hanya sekolah kesempatan main bola, berat bagiku tak mematuhinya

3 Wanita Batak pemberang itu, Sekolah hingga kelas dua Gadis terpintar didesa kala itu, bisa baca tulis, walau terbata - bata, Itulah ibuku….

Page 46: Terombang Ambing

38

4 Sore itu aku bolos ngaji, setelah bertahun kupatuhi selalu, demi bola aku tekad Dilapangan Si-mare-mare,*) selalu kurang kaki….. kupuaskan ngidamku, kan kuhadapi amuk ibuku

5 “ Kesini kau !!!“, hardiknya kala tiba dirumah Kuyup keringat, merunduk kelelahan…. “ Kau bolos ngaji ya “ Kepalaku mengangguk, hatiku protes….. bertahun dikerangkeng, demi sekolah, demi ngaji, aku muak sudah……….

Page 47: Terombang Ambing

39

6 Kayak Maria Callas, lengkingannya meninggi “ Kau jadi kafir nanti , dibakar api neraka “ kuangkat daguku, kulirik dia, muka sayuku kupampangkan, ( Aku tahu dia sangat sayang padaku, memang itulah, senjataku )

7 Bergelimang tanya dibenakku, kutundukkan kepala, pelan kubisikkan kecewa, “ Kenapa Tuhan kita sepemberang itu ? “ Allah yang Maha Penyayang dimana ? Milyaran orang tak ngaji kayak kita, apakah semua mereka masuk neraka ? Di China, India, Eropa, Amerika , serta belahan dunia lainnya, bagaimana pula dengan namboru*1 ) Sabet (Elisabeth ) tulang*2) Boni ( Bonifacius ), Uda*3) James, semua keluarga kita nan beda agama ?

Page 48: Terombang Ambing

40

8 Hidup adalah perjuangan Dunia berputar kian cepat Dijejali masalah Tak lagi ada waktu main bola

9 Setiap rindu kujemput ke Medan Serta aku sangat menikmatinya Ibuku semakin manja dimasa lansianya Disimaknya bibirku Kala kusampaikan ajaran nabi Hindari bentrok beda agama !! Subuh ini kubaca Yassin Kuhaturkan doa bagi semua Ompungku chalifah*4 ), Ompungku Pandita

Jakarta, 5 February 2013

*) Lapangan di Sibolga Dari 6 bersaudara kakek kakekku*4 ), 3 yang tua jadi chalifah, pemuka agama didesa 3 yang termuda merupakan pendeta pendeta Batak pertama *1) Saudara perempuan pihak bapak *2) Saudara lelaki pihak ibu *3) Saudara lelaki pihak ayah *4) Pengembang agama Islam hampir bersamaan tiba dengan missi Kristen di Sipirok Beda agama tak mengurangi silaturahim kami dalam keluarga Aku bangga untuk itu

Page 49: Terombang Ambing

41

MEMOAR

Untuk : Para penguasa

1. Paduka, Tuliskanlah, kesan perjalananmu Visi serta harapan Masa lalu, hari ini rampung, terbengkalai sistimatis, sederhana Sejujurnya, jangan pupuri !!!

2. Paduka, paparkanlah, seluruh alasan argumentasi, hitam putih, tanpa dusta, tidak rekayasa, bukan halusinasi, Juga ilusi

Page 50: Terombang Ambing

42

3. Paduka, memoar, sepenuhnya bukanlah biografi Apalagi melulu romansa cinta !!!

4. Memorabilia, tuliskanlah seperti adanya Jaga egomu, penuh kerendahan hati redam kesombongan lepaskan dendam hindari super ego berbusa demi pujian semata !!!!

5. Segala puji bagi Allah, pemilik dimensi tak terhingga, aksioma-Nya pasti, tidak asumtif, maha sempurna, Terlalu indah untuk salah Pencipta belantara jagad raya Einstein *) merajut hanya kenisbian !!!

Page 51: Terombang Ambing

43

6. Paduka Yang Mulia, Penguasa negeri. Warisilah kami memoar Catatan hari-harimu Beritakanlan keberhasilan Serta seluruh keteledoran Agar kami tak mengulanginya !!!

Jakarta, 29 – 1 – 2013

*) Pengrajut teori kenisbian Umum ( General Theory of Relativity ) ditahun 1916 Benar itu indah (dan baik) – Prof.Liek Wilardjo - UKSW

Page 52: Terombang Ambing

44

30 MEI 2013 HOTEL THE PIERRE

NEW YORK

Untuk : Romo Magnis Suseno

I. Pertikaian berkelanjutan, rumah ibadah disegel, kelompok dihujat, hunian di relokasi ACWA 1) takjub menghargai, wajah bopeng demokrasi ini

SBY, berbondong memintamu menolak, hingga saatnya, rangkulan damai membumi, pupus segenap penindasan, seluruh pelibasan…

Page 53: Terombang Ambing

45

Reformasi masih jauh, masyarakat madani belum nyata, manusia gerobak, penghuni kolong, belum dirumahkan, Ibu - ibu Kamisan tanyakan anaknya, Jahit mulut dibawah tenda, bakar diri depan istana… dst…

II. Demi penghargaan itu, kau paksakan berangkat jua, dengan sepenuh hati tentunya

SBY, Berjejer gelar telah disandang, berjajar piala pula, betapa megahnya…

Kelak, dihadapan Tuhan, semoga bermanfaat, semua itu….

Jakarta, 13 Juni 2013

Page 54: Terombang Ambing

46

KONGKALIKONG

Untuk sobatku : S.B. Yudhono

(Billy)

I Sobat, dipemilu nanti, siapa yang kan kita pilih ? Politisi janjikan perubahan ( setelah terpilih lupa ) Kekuasaan dan harta Berputar disana selamanya Muak dikangkangi kongkalikong Litak akupun sudah……….

Nyatanya demokrasi hanya ilusi Elit kaya meruncing di ujung Miskin gempal didasar Itulah paramida kita kini

Page 55: Terombang Ambing

47

II Menjelang pemilu lalu, ( naikkan BBM menutup subsidi ) Kenapa kita ulangi ? SBY, Periodemu segerakan berakhir Tinggalkanlah kenangan indah Ayo tekan korupsi tingkat jari sebelah telapak ( lupakan titik nol, hanya malaikat bisa ) Sudah terlalu lama kami menunggu Tindakan nyata……………

Kurva optimal pareto*)

Dititik terendah lengkung pelana, dimana semua pihak tak merugi Bebas mambu kesombongan, Oligarki

Page 56: Terombang Ambing

48

III Marhaban, Selamat datang Ya Ramadhan bulan penuh berkah Melulu untuk Dia semata

Pangkas tegas korupsi Kenapa tidak bisa ? ! Jangan ragu lagi ! Sekalipun tangan kananmu Terpangkas pula…..

IV Jejak serta langkah kan berhenti Akhirat menilai lakon itu Setapak nan dilalui kan bersaksi Tanpa pengacara Hanya kau dan Dia

Jakarta, 4 Agustus 2013

*) Wilfredo Pareto ( 1848 – 1923 ) Ahli filsafat ekonomi Italia

Page 57: Terombang Ambing

49

17 - 8 - 2013

1. Lobi berjejer undangan, Pasukan Paskibrata penggerek bendera, paduan suarapun, melenggok mengalun Diluar pagar istana, rakyat menjengukkan kepalanya, mengintip perayaan itu

2 Akrobatik udara, melintas laksana kilat. Lagu perjuangan terus kusenandungkan digemuruh silangnya pesawat Lenyap ditelan halilintar. Gubahan SBY aku tak hapal

3 Mari panjat pinang, Joget ria, tarik tambang Lomba karung, Ayo karnaval !!!!

Page 58: Terombang Ambing

50

4 Ibu Pertiwi, diproklamasi ke 68 ini, hentikan bermuram durja, lupakan duka seketika, kemiskinan, kebodohan Pejabat koruptor, benalu negara Roh kemerdekaan nan lekang, desa tertinggal dilupa rencana, sipir napi pesta narkoba, pabrik sabu dalam penjara

5 Ibu Pertiwi, di Proklamasi ke 68 ini, janganlah menangis ! Generasi baik terdidik, petarung dengan hati, individu merdeka, tak terjaring konvensi, tak berpartai pula Pemuda merdekakan negeri, berkali sudah…….

Page 59: Terombang Ambing

51

6. Tahun-tahun sia-sia, dijejali pesona, sisa orde baru, pecundang reformasi… mendera negeri Hutang lama belum lunas, hutang baru dibuka Prasyarat rentenir, Jaminkan nusantara kaya ini Kenaikan BBM sebetulnya untuk siapa ?

7 Bibit Balkanisasi *) merambah, Bung….. Sadarkah kau itu ?

Jakarta, 20 Agustus 2013

* ) Balkonisasi : perpecahan

Page 60: Terombang Ambing

52

MABUK KEPAYANG 1. Bukanlah urusanku, apa hitungan mereka Konvensi itu, memintaku serta

Depan cermin, kupatut diriku Aku mabuk kepayang, Pantaskah aku ?

Kan kucurahkan mimpi-mimpi, Kuhaturkan janji-janji, Layak pendahuluku Kan kuteriakkan pula Lanjutkan reformasi, Dalam pesona

Page 61: Terombang Ambing

53

2. Di kemarau, akhir Agustus ini, sawah retak dipanggangnya Jangan salahkan lagi musim Kesombonganlah, lantakkan ekologi…. Setengah air bumi kering sudah, Dipemanasan ini Permukaan laut merangkak, Setinggi kelapa Bali kan digenanginya

3 Rambasan energi gerahi panas, semuanya beranjak naik inflasi dipacunya, nilai rupiah anjlok IHSG *) melorot pula

Cadangan devisa diguyurkan Seketika reda, segera naik pula… Tapi untuk berapa lama ? Bila import lampaui eksport, deficit menganga, kan ditombok hutang Kebebasan digadaikan Demokrasi tinggal ilusi

Page 62: Terombang Ambing

54

Bung, Hari- hari kan berlalu, Janji-janji dulu kan menggonggongmu Laksana orang rantai, generasi terkebat Entah sampai kapan

Jakarta,. 27 Agustus 2013

*) IHSG : Indeks harga saham gabungan bursa

Page 63: Terombang Ambing

55

IDUL FITRI 1434 H Takbiran……. hanyut mengapung, menyapa kini….. menyayat kenangan, menggapai silam,

Bertahun aku berkubang, kapan saja bila kau datang, kuredam gelisah, kuseduh sisa air mataku, dalam lirik puisi…..

Megap kemenangan, tak lagi meronta keprokan hatiku teriris sepi maafku t’lah pun tuntas,

Jakarta, 30 Agustus 2013

Page 64: Terombang Ambing

56

TERJUNGKAL

( Tragedi SKK Migas )

I Megap, menggelegak berjamaah, Bendungan ketauladanan sirna, rangsangan kuamini Kuterima gratifikasi itu

II Seluruh fantasi diserapnya, akupun berobah, di Idul Fitri 1434 H nanti, letupkan knalpot, luapan rindu… Kan kupacu moge*) menuju desa ( decak kaula sesepuh, Pipit sawah berhamburan, rentakan kerbau kaget )

Page 65: Terombang Ambing

57

III Sebelum mencapai desa, Ratusan t’lah bergelimpangan, Pantura 1434 H ini ( petualangan penuh resiko ) Akupun terjungkal Tertangkap tangan dirumah

Jakarta, 19 Agustus 2013

*) Moge : Motor gede

Page 66: Terombang Ambing

58

KARTEL DIMANA MANA

Kutulis lirik ini, dicelah keluguanku, krisis mengintip, didorong ketidak-adilan, Kala pasar diatur kartel Apalagikah yang tak di impor kini ? Defisitpun melebar, hutang melilit, mencekik…… Untuk berapa generasi? Kartel dimana-mana, didusun, dikota, mesin pengumpul dana 2014 kian dekat, bila tak bergabung, kau lahan… APBN pun diperasnya

Page 67: Terombang Ambing

59

Pragmatis tanpa visi Bila kurang, impor saja, garam, bawang, sapi, kedelai dst, dst…….. nusantara subur nan permai ini politisi, penguasa bergelayutan ditengkuk kartel…..

Arus demo, santapan hari, mengalir bak selokan, dipacu kecewa Limpahannya mengguyupi… Berpadu jadi sungai melimpahi muara…..

Digebukin Ambisi buta membara meleleh, terbakar Jadi abu……

Page 68: Terombang Ambing

60

Ratu sejagat, Pamer goyang pinggul Dongkrak wisata ? Subsidi kedelai ? Pak Harto bangkit mutung, Teriak sengau : “ Itu bukan budaya kita “!!!

Apalagi yang tak di impor, kartel menjarah semua 2014 semakin dekat

Siapa “God Father“ nya ? Dimana pusatnya ? Masih disitu, sebelum dipindah !!!!

Jakarta, 20 September 2013

Page 69: Terombang Ambing

61

KASIDAH SI PANJANG LIDAH

Di reformasi ini, panjangkan lidahmu, sobat julurkan semampumu, lenggak lenggokkan bak ular Wibawamu, tergantung kepasihannya, berkilah

Hyang Maha Meru, Di Bukit Siguntang Memberi Si Pahit Lidah kekuatan ghaib Apa terucap, jadi kutukan

Kini di era Reformasi ini Silat lidah Plesetkan data di abu-abu aturan ditopang gratifikasi Itulah kesaktian, mengatur semua

Page 70: Terombang Ambing

62

kompetisi perebutan kursi Seluruh cara digelar : TV, Surat Kabar, baliho berjejer sepanjang jalan, ditiang listrik, pepohonan ujung ke ujung bendera partai bergelantungan, Dukun sakti temui, pertapa di gua- gua, kembara di hutan rimba berendam dipertemuan arus

Di Reformasi ini Penguasa, Si Pahit Lidah, pengembala ummat, tokoh partai, dicocok hidungnya, Cukong Kartel

Page 71: Terombang Ambing

63

Mari kudendangkan Nazaruddin menceloteh, Syakwasangka sebelum ditemukan Dua alat bukti KPK Dianggap pemimpi, Kala anggota terhormat, satu persatu dipenjarakan lalu menyusul, menyusul lagi. Tak jua berhenti ?

Menetes terus, setitik setitik, Tak tahu, kapan hentinya Nazaruddin terus berkicau KPK kewalahan, kekurangan penyidik publik resah, tak sabar menunggu

Yang belum terungkap, antre menunggu Partai gelagapan gelisah 2014 segera tiba Masih layakkah ikut pemilu ?

Jakarta, September 2013

Page 72: Terombang Ambing

64

BIARLAH MEREKA MELINTAS

Untuk : Tony Abbort PM. Australia

I. Kala Lautan Hindia. menggulung, porak porandakan kapal seisinya, pantai tujuan kabur, dikejauhan

Mereka yang terapung, dihantar ombak, ke pantai sisanya dimana ?

Negeri dibakar pertikaian, sendi kehidupan musnah sudah, kala senjata kimia dilepas, isi bumi, lunglai lemas, musnah diracuni Ribuan mil berlayar, selamatkan diri Tak ada pilihan

Page 73: Terombang Ambing

65

Kezaliman, berinkarnasi kapan dan dimana saja, hidup menyembah kuasa, dalam keabsolutannya Menghindar, walaupun terkubur, dilaut atau diselat Negeri jauh terbayangkan, aman bebas eksploitasi

Jumat 27 September 2013 120 pencari suaka, hanya 25 selamat, Desa Sinar Laut, merawat mereka seadanya

Cucu Adam itu, menuntut haknya yang hakiki, Politiklah, memetak, mengkoridor dunia, menghalangi….. Yang ada hanya kepentingan, rotilah diatas segala-galanya

Page 74: Terombang Ambing

66

Perdamaian yang di agungkan, berpusar materi nyata, Bila setiap individu asyik monopoli porsinya moral, etika, rangsangan Tuhan semakin redup……

Musim bunga, diuapi aroma mesiu, Jazirah kental penindasan itu, berabad kepundan mengedan, memanas , menggelegak, akhirnya meledak….

Magma menyapu semua Kekerdilan, kepongahan dalam bentuk sempurna

Firaun, Nero, penguasa zalim, lahir disetiap zaman berinkarnasi dimana, kapan saja…..

Page 75: Terombang Ambing

67

Dalam usiaku sesepuh ini, telah kutemui berkali, dia berada diantara kita, kecongkakan, korupsi sekering bisa, tanpa etika, tanpa budaya mengancam, menyesak paru

Pragmatis, lepas mobil murah, yang perlu hari ini, Ramaikan pasar Genjot permintaan tak hirau subsidi membengkak biarlah rakyat didera beban pinjaman tinggi Toch, aku cuma sebentar lagi,

Telah kugelar konvensi, biarlah mereka kegatalan, meronggeng semaunya, memperlihatkan kebolehannya Depan pemirsa kelaparan, pesta sepanjang malam melupakan hutang, melilit batang leher.

Page 76: Terombang Ambing

68

Negeri dikuasai kartel Pusat ke daerah, Kolusi patok kuasa, tegakkan dinasti, pertahankan setelah dia, giliran bininya pula, seterusnya…

Malu aku memaparnya, Kalau setiap tahap 5 tahun, diperpanjang dua kali, lalu sampai anak cucu, giliran bini mereka pula Dinasti, Binaan para jawara Rakyat miskin, Terombang-ambing Bila bumi disapu banjir, Mari bertengger dibubungan, menunggu surut, yang belum pasti…..

Page 77: Terombang Ambing

69

II. Nyahlah kelaut !!! Daratan ini milik kami, Aborigin penduduk asli, dibawah naungan Inggris Raya merdeka, sebebas kangguru ditengah padang

Kembalilah, kuhaturkan simpati solidaritas, hadapi tirani dan tumbangkan sendiri karena itu urusanmu Tanah ini tanah kami, hukum menitipkan begitu Jauhi pantai … Jangan coba menepi

Demikianlah kisah sedih ini, Kan kulambaikan tanganku Melintaslah sobat, tak perlu lapor tak usah beri aba-aba Hindari libasan badai, gulungan ombak Selamat sampai, kepantai tujuan

Page 78: Terombang Ambing

70

Kalau kau mau, kuantar kau keujung batas Percayalah …. Tuhan tak pernah tidur, memandu arah Jakarta, 30 September 2013

Page 79: Terombang Ambing

71

LEDAKAN MALAM TADI

Manalah aku kaget lagi, ledakan malam tadi Sedahsyat apapun, hatiku… cuek apati, kala ketua MK, tertangkap tangan, kutanya kau : apa yang istimewa ?

Sudah lama hukum serta hakim, diperjual belikan, dinegeri ini

Page 80: Terombang Ambing

72

Aku tidak berhandai-handai, Bila rakyat tak lagi percaya Kala revolusi Perancis pecah, massa berbaris, ke depan penjara, istana Mereka bawa apa saja, lalu bernyanyi bersama : Mari bergerak patriot tanah air Hari kemenangan telah tiba, Musuh kita koruptor Hancurkan…. Basmi …… Apakah negeri akan kesana pula ? Maria Antoinette, dipancung, dihalaman istananya.

Ledakan tadi malam membahana, Tapi aku apati, beku

Nekad bertanya Negeri ini mau kemana ?

Jakarta, 3 Oktober 2013

Page 81: Terombang Ambing

73

DI TOR SIBOHI

Di Tor Sibohi Si Mago-mago, aku kehilangan silam, bukit-bukit landai, menahan sendu menyesak, melintas satu persatu, berkemul embun pagi,

Berbaris malas, lambaikan perpisahan

Tertegun, Ku intip panorama itu, Kabur menghilang…. Hatiku pun berkabung

Di usiaku setua ini, berjanji kan kembali

Jakarta, 2 Oktober 2013

Catatan ; Rasa sendu Muchtaruddin Siregar sekembalinya jiarah ke Sipirok. Ilustrasi yang disampaikannya melalui Hp, melahirkan puisi ini.

Page 82: Terombang Ambing

74

JURNAL HUKUM I Apapun kau sebut dia, hukum dinegeri ini. Kala menuruni tangga KPK, Ketua MK tertangkap tangan itu, berang mutung, menonjokkan kepalannya Kala ditanya : “ Bersediakah dipotong jarinya ?”

Keserempet isu suap, Pemilukada Bupati Madina *) Mantan ketua MK , sebut saja apa kau mau, ahli tata negara hingga pidana mahaguru nan dihormati, pula, ahli agama, niat capres di 2014 nanti Membantah, siap kalau terlibat, “ Potong tangan sembelih leher , denda 3 milyar dua kali “ Dia pun menemui Dumas KPK *) Saking percaya diri

Page 83: Terombang Ambing

75

“ Hukum mati saja ! “ Teriak mantan ketua MK pertama, meluapkan geramnya

Inilah jurnal hukum Minggu Oktober ini, Bulir-bulir pasal baru Bermunculan se-enaknya Seakan “hukum“ adalah mereka, ( mantan mulut undang- undang itu, kebablasan mimpi…..)

II. Bila Anas korupsi, Silahkan gantung di Monas, pintanya

Jakarta, 9 Oktober 2013

*) Madina : Mandailing Natal **) Dumas KPK : Bagian pengaduan masyarakat KPK

Page 84: Terombang Ambing

76

KAPAN KAU BALIK ?

Untuk : Sitor Situmorang

Lewat Siantar dan Tarutung Ada dua jalan rindu,

Lewat Tarutung dan Siantar, ada dua jalan batu, menuju Bona ni pasogit *)

Angin danau, bersiul berdesing, mendaki bukit, lintasi samudra, mengelus alun permukaan Hempaskan pesan, di benua jauh

“ Dengkur bapak, Lelap ibu, dikubur sepi “….

Dipantai pasir, berdesir gelombang, “ Tahu kau tak pulang“ Kapan kau balik ?

Jakarta, 13 Oktober 2013

*) Bona ni pasogit : kampung halaman

Page 85: Terombang Ambing

77

LE HISTOIRE SEREPETE 1)

I Reformasi, adalah angin…. Berseluncur lintasi selat, meniti alur kepulan, mendaki dinding tebing, menerpa dinding batu, mengelus pipi lembah

Reformasi , adalah tornado, adalah semangat, adalah tekad adalah amarah

Jangan tantang, dia adalah rakyat…. Mencabut nan menghambat, menyapu polusi ke laut lepas

Page 86: Terombang Ambing

78

II Reformasi, unjuk rasa, hapuskan KKN 2) Turunkan harga Brantas korupsi Bubarkan dinasti Hujat kroninya, lacak kekayaannya

III Krisis moneter dunia, dipicu pula tahun politis ini, kenaikan harga, merangsang inflasi PHK meningkat, daya beli terpukul Termiskin dibawah miskin, Membludak

Page 87: Terombang Ambing

79

Di hari raya kurban ini, antri berdesak, kehilangan akal, mati terinjak Krisis multi dimensional, ekonomi, sosial, keamanan Kentang, Rp. 10.000,- perbuah di pasar Omele Saumlaki Maluku Apakah ini, reformasi yang kita tuju ?

IV Kala MPR / DPR stempel Suharto Rakyat desak independend Demokrasi, Pemilu langsung “ Wani Piro“ bergumul uang Kalah menang ditentukan duit, MK dijambangi penagih utang moral etika peradilan, disamun dinasti

Page 88: Terombang Ambing

80

V Pelayaran penuh ragu, terombang-ambing, berselancar alun, berserah angin, tanpa kompas, tanpa kemudi dililit gurita proyek demokrasi disantet oligarchi

VI Setahun blusukan Jokowi teriakan Ahok, tak kenal waktu. Selamat pagi, selamat sore, pasang senyum seharian

banjir mengintai, dipenghujan nanti

VII Kusapa Tuhan, kuhalau kesombongan rendahkan hatiku, segala menyentuh kupulas, tundukkan kepalaku, kudendangkan, lewat balada kubisikin

Page 89: Terombang Ambing

81

Tuhan kami, terima kasih atas :

Kicau burung di fajar pagi, Suara jangkrik menutup hari

Teriakan Ahok blusukan Jokowi,

Karbon knalpot, semburi taman kota buangan oksigennya, basuh paru kami,

Di lansia ini, Betapa aku, Menunggu….

Jakarta, 18 Oktober 2013

1 ) Sejarah berulang kembali 2) Korupsi, Kolusi, Nepotisme

Page 90: Terombang Ambing

82

SEMUA KAN BENDERANG

I. Sobat, rutan adalah isolasi, kerangkeng komunikasi, psikis social. Puasa senggama… udara, air, makan, olahraga, bebas tersedia

Sumringah saat dijenguk Wakil Tuhan didunia tentukan, Berapa purnama lagi kau disini.

II. Disepi malam di sel rutan, bertanya, “ Kenapa aku disini “ ? “ Siapa yang paksakan “ ? Kala kau nyatakan tak bersalah

Page 91: Terombang Ambing

83

Dibelakang jeruji, rendahkan hati, tanyakan dirimu lagi, Kejujuranlah, Nan mampu hadapi, Tuduhan korupsi ini.

III. Kala Bung Hatta, Syahrir, dibuang ke Digul, kebelantara sarang malaria itu. mereka bawa buku-buku,

Dikucilkan dengan bangga !!! Seluruh negeri panjatkan doa, keselamatan pejuang. Bapak pendiri negeri ini, bertahun…..

Hadapi apapun tiba Merdeka !!!

Page 92: Terombang Ambing

84

IV. Hambalang tanah lempung, digembur gerimis, dijemur panas mengeras, memikul beban muram berlumut, balok retak membusuk, menanti persidangan, nan belum pasti.

Biaya dikandung mark-up, menggelembung disana. Saling tuduh, bersitegang leher, departemen terkait, Kuasa anggaran, atasan bawahan, kontraktor subnya BPK mereka kerugian, Alur aliran rinci

Page 93: Terombang Ambing

85

V. Piranha lahap, berebutan, berjema’ah, sendiri-sendiri ? Kuasa pemegang dana, kering dihindari ? Air mengalir, akhirnya ke teluk mana ? mengendap diperjalanan ? Talang nan di aliri, pasti basah …..

VI. Milyar telah menguap, dua alat bukti, untuk tersangka Bukti apalagi bertambah, Trilliun telah di ikat, berjejer kontraktor, berbaris pula subnya. hantu lewat di siang bolong, tanpa menyapamu? sebut siapa “God - Fathernya“ gerangan ?

Page 94: Terombang Ambing

86

VII. Sobat, Nan tertangkap tangan saja, meronta tarik tambang berkilah, menghidar mengakui, seperti pintamu

Jangan yakin, Pertarungan ini kan cepat, Bertele-tele lama sekali, Adu kekuatanlah yang menentukan, BLBI, Century tak selesai hingga kini Cheque perjalanan, lebih setengah dekade menunggu

Sobat, Olahraga yang teratur, jagalah staminamu, atur logistik, Proses ini, membutuhkan, nafas panjang,

Page 95: Terombang Ambing

87

VIII. Sobat, semula bak kuda sembrani, seluruh penghalang kau sisihkan Bangga disoraki, pemenang di arena, seakan tak ada mengatur, diluar Tuhan

Sobat, Dhamar Wulan disanjung, kala menang perang, bila saat tiba, dikorbankan dia hanya bidak Itulah politik, tanpa emosi, tanpa etika, yang ada hanya kepentingan. Pemilu depan sudah dekat

Page 96: Terombang Ambing

88

IX. Sobat, mendengar gemerincingan kunci, tenangkan dirimu, dunia disekap rasa megap, nafas sesak, jantung berdegup penuh fiksi, symbol, misteri, konspirasi, ngeri Kala panik, tentramlah dalam harap, bunuh malam, Bila kau mau, besok angkat pena. tulis transparan, terperinci, sejujurnya… Apa kau tahu, Misteri Bunda Puteri, Kho Ping Hoo tulis silat berjilid- jilid.

Page 97: Terombang Ambing

89

X. Suarakan kebenaran hakiki, jiwamu kan melanglang, kemasa lalu, kemasa kini, kemana saja Visimu arahkan ke depan, Dendangkanlah, seluruh rindu seluruh cinta, seluruh harap, dalam balada, sepuasnya

Kelak, bila mereka ada waktu.. dengan linangan, dengan rindu, dengan haru dengan bangga, Cucu-cucumu membacanya,

Page 98: Terombang Ambing

90

XI. Dari sini kesana, masih bermil lagi

Sobat, Semua kebenaran kan benderang, Dilirik mata kematian *)

Jakarta, 19 Oktober 2013

*) Dan Brown : Inferno

Page 99: Terombang Ambing

91

KASIDAH DI NOVEMBER

Untuk : Ananda Bastian

Kutulis kasidah ini, miris menyayat, serta kupelihara, dalam mimpi, dalam nyata, dalam tidurku, dalam jaga, dalam resah, dalam duka, kala suka

Karena biasa, dekade hanyut bersamanya, kesal pun sirna, kita sebut reformasi, kesurupan menikmatinya. Tahun pun berlalu, lekang tak menyatu, kepentingan berbeda, sehela, sehasta sesukat, segantang, kita jilati, kita ludahi, bebal, kita arungi

Page 100: Terombang Ambing

92

Sumpah jabatan, peci nan santun, formalitas para jawara, penuh senyum, penuh canda, naik turun, keluar masuk KPK, 1) semua jadi biasa, haramkan penyesalan,

Tercecah, tersentuh, surya limpahi. sinari nusantara, Begitulah adilnya Tuhan, mari kita berpegang tangan, sepakat, sejahtera….

Hindarkan konflik, pemilu bukan, medan saling memfitnah.

2014 tahun harapan, Wujudkan demokrasi, bebas perampok Benalu dinasti otokrasi

Page 101: Terombang Ambing

93

Pulau Samosir ditengah danau, Bromo nan ramah, Lembah Anai, kelok 12 Mamberamo, lembah lintasan sungai, aquarium Wakatobi, seliur ikan dicelah karang Raja Ampat teluk kuali Kusujudkan wajahku disepi malam ini.. aku hanya debu, tapi bangga sebagai ummat-Mu Terimalah, rukuk sujud yang papa 2) ini

Telah kudengar suara subuh, bumi memuja Tuhannya, embun pagi segenap penjuru, celah rumput, siul satwa, berlompatan, itulah himne pujian. Kurunut dzikirku, kulantunkan ayat suci,

Page 102: Terombang Ambing

94

Semua nan kukasihi, tersembul ceria, sepintas bayangan, betapa lucu, betapa lugu

Lalu kurentangkan tangan, Kuhadapkan wajah ke surga, Istana Tuhan dilangit Kumengerling tersipu damba, menghamba, kutakar mematut, rendah dan kecilnya aku, dihadapan-Nya. Tuhan kami, alangkah sayangnya Kau pada kami,

Terlintas kehidupan, tumbuh harmoni, lahir dan punah, Apakah aku gelisah atas pasti tertata ? Semua menunggu gilirannya.

Page 103: Terombang Ambing

95

Tuhan, tuntun kami meraba hidup, semesra, sebening genangan, dikerlip intipan pagi Apapun yang tersisa, dikala senja kian larut

Tiap kumelangkah, tongkat kuangkat, kugeser telapak, kumerayap, laksana badut, pikunku bertambah

Tamaklah penyebab utama, berkeliaran badut diluar sana. rasa malu, etika, dibaur politik Semua kepentingan tergantung dana

Dikelilingi gundukan buku, kukurung diriku. Kuterpana melimpahnya misteri. Borobudur, diramu indah sedahsyat itu, angin meliuk tegak lurus, menuju langit, keterbatasan dimensi, kehilangan terpaan Kerlip bintang, jelajah berjuta tahun cahaya,

Page 104: Terombang Ambing

96

Tuhan, alangkah jauhnya mencapai Kau, Apakah cukup durasi, kelengkapan dimensi ? Kematianlah kelak bersaksi

Izinkan aku sorga-Mu, Kan kupinta pondok, dikaki Raja Ampat kutatap teluk bisu, mengunyah, pendam silam, endap rahasia, penuh keramat

Kan kudengar kisah semilir angin, kisah lalu, diketenangan ini. Aku menyatu bersama lembah, Raja Ampat tengadah laksana periuk, angker purba, memendam bisu silam. Aku terpana, kilauan alun permukaan dipantul Sinar surya menyuruk celah, aku dimabuk rasa Tuhan, Maha Datuk, penguasa seluruh teluk, kabut melayah, mengemul pondok, sepenuh hati

Page 105: Terombang Ambing

97

Anak cucuku, semua yang tersisa, kupaparkan dalam puisi. Pesanku, jadilah manusia baik, yang terdidik

Simphoni abadi, bersama waktu, tak berubah. Senantiasa, melepas rindu nan terpencar

Bastian, di ulang tahunmu ini, 2 November 2013, bagiku tak penting, berapa tahun berlalu sudah. Renungkanlah, berapa batu 3) lagi kedepan,

Page 106: Terombang Ambing

98

Setahun berkurang, itulah, yang kita rayakan hari ini, lalu kita mohon perpanjangan waktu, tapi untuk apa ? Duniapun usai pada waktunya. Hatilah ruang hampa Mari buka, untuk semua, Durasimu kan melimpah

Singapore Jakarta, 7 November 2013

1) KPK : Komisi Pemberantas Korupsi 2) Papa ; Miskin, sengsara 3) Batu ; Jarak

Page 107: Terombang Ambing

99

HARI PAHLAWAN 2013 DALAM KASIDAH

Untuk : Bung Tomo K’tut Tantri

Terbakar proklamasi, mereka hadang panser. Tersungkur membusuk, berkalang tanah, tersebar dipersada Nusantara

Bambu runcing, erat digenggam, mereka hadang panser, 68 tahun pun gaib, tak terdata, tak berpusara, tak bertugu, tak dikenal. Apakah tanpa Keppres *) mereka Mahaputera ?

Page 108: Terombang Ambing

100

Reformasi kepenatan, dambaan harapan, seluruh cita-cita Mereka nan hadang panser terlupa……

Taman, berdesakan Mahaputera, gersang pahlawan

Jakarta, 10 November 2013

*) Keppres : Keputusan Presiden

Page 109: Terombang Ambing

101

SENGSARA

Mayapada meradang, Tuhan tersinggung, kita alpa, salah kita…

Tsunami Aceh, Sodom Gomorrah, Betapa angkara murka peringatan kan wawasan….

Topan Haiyan terjang Tocloban disapu runtuh, kehilangan marwah

ditengah kemiskinan ini, munafik tak terkendali, apapun di korupsi, demi kuasa, demi duit tanya politisi, para penjaja ayat Tuhan,

Page 110: Terombang Ambing

102

Sombong diternak , koruptor jadi selebriti Moral tak sadar dosa, tulus takrasa haru, hukum hambar, hanya gebuan nafsu Tornado, berputar, berpusing, melingkar, Lambungkan apa saja Semaunya……

Besok tiba, tanpa buruk sangka, tanpa meronta Jangan pernah hujat Dia, goro-goro ini hentikan

Lidah api menari, dipintu neraka, timah hangat, meleleh mencair bersihkan dosa-dosa…… membasuh sengsara Di pintu surga-Nya, Tuhan ucapkan selamat,

Jakarta, 19 November 2013

Page 111: Terombang Ambing

103

SINGAPURA NOVEMBER 2013

Buat : Cucu – cucuku El, Abil, Calvin

Puluh menuju ratus sudah, tiap kusinggah, aku terpana, aura memancar, pusar kan nyaman Simpul kerlingannya, memukau, disetiap sudut, dalam kenangan, kupendam Visimu Maha Datuk, dirunut, dipacu, dekade menuju abad, karang dirambah belukar

Pelayaran tak urung bertepi, arah singgah pasti, Pelabuhan dikunjungi, disetiap musim berganti.....

Page 112: Terombang Ambing

104

Datuk Nahkoda Perkasa, dari balai-balai tuamu, uzur memandu

Rintihan, erang sendu pengemudi, sepanjang inter - island

Berbiak dihadang biaya, negeri mandul dipantaknya Di pulau gersang ini, Dimana sejahtera, bila adil terpinggir,

Dimangsa pendatang dalam diam, kami mengerang,

Datuk Perdana Utama, berondok disini, berlama - lama, foya - foya. penikmat uang haram, Kenapa dilindungi ?

- Kovan Melody Apt - Spring Grove Condominium

- Grange Rd, - Singapura, 27 – 8 - 2013

Page 113: Terombang Ambing

105

DI RUANG TUNGGU

Untuk : Kawanku satu- satunya

Siapa lebih dulu, kan berlalu Kusapa wajahmu, dalam lelap. Aku tak butuh jawab, hasrat menyembul, “ Aku saja “

Sesat dipikunku, jelajah manapun, tak lagi rantau tiba sendiri, bila tak bersamamu.

Teman bertengkar, Teman ketawa, temanku satu-satunya. Pelayaran ini, tak selalu mudah, Lima putera-puteri, tertua, kala lucu-lucunya, dijemput - Nya kembali Senantiasa pasrah, dalam duka abadi…

Page 114: Terombang Ambing

106

Kawan, diruang ini, tunggu panggilan. Siaga jangan lalai !! Jangan tanya lagi, kapan ?

Mari melalak, temani aku, selagi bisa

Ruang tunggu,

Singapore airlane Singapore, 27 November 2013

Page 115: Terombang Ambing

107

MENJELANG 100 TAHUN ISMAIL MARZUKI

Untuk : - Jakarta Philharmonic Orchestra

- Narator : Jose Rizal Manua

I. Bang Mail, apa lagi, kan kau dendangkan, seandai bertahan hingga kini, dari atas kursi roda, atau terkapar dibalai-balai

Malam ini, menjelang seratus tahun, kembali kami, dibakar dendang masa lalumu, tekad rindu kemerdekaan

Minggu 25 Mei 1958, di usiamu ke empat-empat, Maha Bijaksana Sang Khalik, durasimu terhenti, dendang romansa, 240 karyamu gelorakan perjuangan

Page 116: Terombang Ambing

108

II. Bang Mail, O sarina pujaan, demi perut, demi devisa, dialam kemerdekaan ini, dirantau orang, diperbudak korupsi yang kau risaukan, pesta pora sudah, Ketua MK, supremasi hukum negeri, tertangkap tangan dirumah dinasnya, “ Century “ 1) penting katanya dana melimpah kemana ? Bertahun bocoran SKK Migas, 2) mengalir kepundi siapa ? Terpidana, korupsi pengadaan Al Qur’an, lambaikan tangan, senyum tanpa penyesalan ?

Page 117: Terombang Ambing

109

III. Bang Mail, Kali ini aku optimis, telah kulihat kuncup muda, baik dan terdidik, penuh tekad, merekah, seperti dulu perjuangkan kemerdekaan

Dengan tegap mereka melangkah, ditengah rimba kemunafikan ini, pesta ria harus berhenti, Beri hukum sukma kebenaran, demi keadilan, secercah harapan, mulai kulihat, pejuang-pejuang kesepian itu, Mari kita dukung,

Bang Mail, kini Betawi di amuk macet Istana pun disalam banjir Amuk Bang Ali selalu dikenang

Page 118: Terombang Ambing

110

IV Tumpas generasi koruptor ini, berlalu, membusuk, hina dan mesum, hilang, hentikan kronis generasi, kikis kilah pencitraannya

Semangat bambu runcing, erat digenggam, “ Halo halo Bandung “ senantiasa membakar

Dendangmu abadi, hingga Tuhan, meniupkan, Sangkakala-Nya.

Jakarta , 2 Desember 2013

Page 119: Terombang Ambing

111

AKU NELSON MANDELA

I. Aku Nelson Mandela,. kukutuk apartheid, 27 tahun terpidana, demi suweto, demi proteria, demi Afsel, demi perdamaian dimana saja, demi peradaban dunia

Kupendam amarah, dipenjara

Dengan ringan, aku melangkah, kusapa semua, penindas dan tertindas, teduh, dalam damai

Ada sejahtera, diujung terowongan, tujukan pandang.

Page 120: Terombang Ambing

112

Aku petinju, tak berjingkrak, kala lawan terkapar, ku bopong bangkit, sama tinggi

Rekonsiliasi, meminta maaf, saling melupakan, berangkulan, perjalanan masih jauh

bila tiba saatnya, kubur aku di Qunu, kampung sunyi, sepi polusi, di kaki kursi, Sang Khalik

Page 121: Terombang Ambing

113

II. 95 tahun waktu yang lama, kala jasad berhenti, rekonsiliasi adalah semangat, abadi mengelana, hati ke hati, benua ke benua semenanjung, ke nusantara gugusan pulau, mari kita mulai, mari kita bangkit, bersama, menuju rekonsiliasi

Jakarta, 5 Desember 2013

Page 122: Terombang Ambing

114

MALAM NATAL 2013 DALAM KASIDAH

Untuk : Ompung Ferdinand Nasution *)

Dipangkuan kebencian, Bethlehem lelap, kudus malam, cemerlangnya redup, didebu membubung, jeruji baja, dipacu berseliuran, saling menyerang, langit muram.

Dikandang domba, Isa duka merenung, malampun meringis, bumi di ujung sangkur.

Dikilat petir, roket berhulu ledak, polusi lintasan

*) Guru Godang, Kepala Sekolah Desa Parau Sorat, Sipirok , circa 1948

Page 123: Terombang Ambing

115

Sobat, bacalah lengkung langit, kala malaikat, melayat jazirah gurun, lelehan air, berlinang, dimata sembab.

Altar berserah, misa khusuk, pengaman siaga

Malam kudus, bisu, gelisah, pasrah.

Jakarta, 18 Desember 2013

Page 124: Terombang Ambing

116

DINASTI JAWARA

Panjari lahan, abaikan pelunasan, mematok se-enaknya, birokrasi, keamanan, terpana bertahun, termangu.

Jawara, pendiri dinasti, merajalela, semaunya, wariskan karma, dosa berkelanjutan.

Putera kesayangan, Puteri Mahkota, meraung ditahanan, hadapi kasus berlapis, berbaris keluarga, bengong gelisah, rakyat, takbiran.

Page 125: Terombang Ambing

117

Rajam, tak sabar menunggu, kematian

Jakarta, 23 Desember 2013

Page 126: Terombang Ambing

118

EPILOG Tersebutlah legenda “Si Pahit Lidah nan sakti“, Apapun diucapkannya, jadi kutukan.

Di era reformasi ini, panjangkan lidahmu, sobat julurkan semampumu, lenggak lenggokkan, berbelit bak ular demi pencitraan

Di 2025 nanti, negeri kan tambun, usia bawah umur, serta lansia, membludak parah, golongan produktif, kewalahan mendukungnya

Di 2014 nanti. Pilih nan amanah !!! kedepan, tak lagi tergantung, kefasihan, berkilah………

Jakarta, 5 Desember 2013

Page 127: Terombang Ambing

119

RIWAYAT PENULIS

Ibrahim Astar Siregar, lahir di Bagan Siapi-api, tanggal 15 Maret 1939, menyelesaikan bidang pendidikan di SD Negeri V, Sibolga, SMP Negeri II, Medan, SMA Negeri III, Medan melanjutkan keperguruan tinggi di Fakultas Ekonomi UI di Jakarta, Department of Economic, Unversity of Wisconsin, Madison, USA, Workshop State Enterprises Harvard, Business School Cambrige, MA USA Summer 1972. Kini pensiunan pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.

Putera-puteri lima, yang tertua puteri meninggal di Palembang dalam usia 7 bulan,

Cucu-cucu sembilan, tujuh lelaki, dua perempuan menetap di Jakarta

Lima kumpulan puisinya : 1. Nyanyian kehidupan 2. Permata Kehidupan bersama M.S. Hutagalung 3. Rintihan Pertiwi 4. Tatkala Puisi Tak Lagi Dibaca 5. Rekonsiliasi Dalam Puisi 6. 2009 Dalam Renungan Semua diterbitkan Penerbit Tulodong

Page 128: Terombang Ambing

120

DAFTAR PUSTAKA

1. Anna Akhmatova The Complete Poem Of Anna Akhmatova Translated by Judith Hemschemeyer Fifth Printing, 2006 Penerbit Zephyr Press Boston - USA 2. Amir Hamzah ( 1911 – 1946 ) Bhagawad Gita Penerbit PT. Dian Rakyat Jakarta 1981 Abrar Yusra, Editor 3. Carl Sandburg Billy Sunday and Other Poem’s A Harvest Original Harcourt Brace & Company 1993 4. Daoed Joesoef 10 Wacana Tentang Aneka Masalah Kehidupan Bersama Penerbit PT. Kompas Media Nusantara 2011

Page 129: Terombang Ambing

121

5. Federico Garcia Lorca Selected Verse Revised Bilingual Edition Penerbit Farrar, Straus and Giroux USA 2004 6. HH Dalai Lama & Howard C. Cuttler The Art of Happiness A Handbook for Living Coronet Books - Hodder & Stoughton 1998 7. Drs. J.U Nasution Pudjangga Sanusi Pane Penerbit PT. Gunung Agung 1963 8. John Keats Complete Poetry and Selected Prose of Keats Random House Inc 1967 9. Maulana Jalaluddin Muhammad IRumi The Mathnawi Watkins Publishing London 2002

Page 130: Terombang Ambing

122

10. Drs. M.S. Hutagalung Telaah Puisi Penyair Angkatan Baru Penerbit Tulila 1973 11. Sigmund Freud Psikoanalisis Sigmund Freud Ikon Teralitera – Yogyakarta 2002 12. Sitor Situmorang Kumpulan Sajak 1948 – 1979 Editor : JJ Rizal Penerbit Komunitas Bambu 2006 13. Sutan Takdir Alisjahbana Puisi Baru Penerbit PT. Dian Rakyat Jakarta 14. Sutan Takdir Alisjahbana Tebaran Mega Penerbit PT. Dian Rakyat 1996

Page 131: Terombang Ambing

123

15. Taufiq Ismail Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Percetakan Mawar Jakarta 2008 16. Thomas H Johnson Final Harvest Emily Dickinson’s Penerbit Little, Brown and Company 1961 17 T.S. Eliot On Poetry and Poets Penerbit Farrar, Straus and Giroux USA 2009 18. Walt Whitman Complete Poetry and Selected Prose Houghton Mifflin Company - The Riverside Press USA 1959 19. W. H Auden Selected Poems Penerbit Vintage International NY. USA 2007

Page 132: Terombang Ambing

124

20. WS. Rendra Disebabkan Oleh Angin PT. Dunia Pustaka Jaya Jakarta 1996

21. A New Translation by Phillip Dunn Manuella Dunn Mascetti R.A. Nicholson The Illustrated Rumi` A Treasury of Wisdom From The Poet of Yhe Soul Harper San Fransisco 22. Maynard Mack, Bernard M.W. Know, JohnC. McGalliard, P.M. Pasinetti, Howard E.Hugo, Patricia Meyer Spacks, Rene ellek, Kenneth Douglas, Sarah Lawall The Norton Anthopology of World Masterpieces W.W. Norton & Company Inc USA 1987 23 Sjuman Djaya Aku : berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair “Chairil Anwar Penerbit : Metafor Publishing

Page 133: Terombang Ambing

125

24 Harsya W. Bachtiar ( UniversitasIndonesia ) Dr. M.Amir dan Revolusi Sumatera Timur Dr. Mohammad Amir: Tragedi Seorang Tokoh Pejuang Gerakan Kebangsaan Indonesia Di Sumatera Timur Oleh : Harsja W. Bachtiar (Universitas Indonesia) (Dikutip dari laman : Sejarah kita.blogspot.com) Riwayat yang disampaikan dibawah ini adalah riwayat seorang pemuda Minangkabau yang berjiwa kebangsaan Indonesia dan dalam masa gerakan kebangsaan menjadi seorang cende-kiawan dan tokoh politik di daerah Sumatera Timur bahkan ikut mewakili Sumatra dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan meletakkan dasar-dasar negara Republik Indonesia di Jakarta. Akan tetapi akhirnya, antara lain, karena istrinya orang Belanda dan dia sendiri kemudian tidak dapat mengendalikan semangat perjuangan menggelora dari penduduk yang ikut dibangkitkannya dalam usaha mengadakan perombakan tatanan masyarakat di daerah Sumatera Timur, tokoh ini terpaksa meminta perlindungan, pada pihak lawan, penguasa Inggris dan Belanda di Medan, yang dapat ditafsirkan sebagai pengkhianatan terhadap bangsanya.

Page 134: Terombang Ambing

126

Tahun 1949 Dr. Amir jatuh sakit parah dan harus menjalani pembedahan di otaknya sehingga ia diterbangkan ke Belanda tempat ia menjadi pasien di suatu rumah sakit di Amsterdam. Dalam keadaan sakit itu, pada akhir hayatnya, ia masih menyampaikan nasehat kepada keme-nakan dan kawan-kawan sesama orang pribumi di Indonesia yang masih bujangan agar tidak mengawini orang asing sebagaimana telah dia lakukan sendiri sehingga terpaksa menderita akibatnya. Ia kemudian meninggal di rumah sakit tersebut tanpa diketahui orang banyak, jauh dari bangsa yang dicintainya. Sesuai dengan permintaannya, jenazahnya dibakar di tempat pembakaran mayat (crematorium).

Page 135: Terombang Ambing

127

Lampiran : Tanggapan Bapak Ir. A.R. Soehoed *) atas puisi “Hari Pahlawan 2013 Dalam Kasidah“ (hal 99) dalam suratnya tanggal 18 November 2013 dibawah ini :

Sdr. Astar Siregar yang terhormat.

Memang benar sajak Sdr. tentang masalah pahlawan.

Banyak yang terlupakan. Oleh karena kita belum mampu

atau belum bersedia melihat sejarah perjuangan bangsa

kita tidak hanya dilihat dari sejak 1945 akan tetapi juga di

masa sebelum itu banyak yang dibuang ke Boven Digul.

Sdr.menyebut "bambu runcing Saya melihat sendiri anak-

anak muda kita dengan bambu runcing menyerang Hotel

Homan di Bandung hanya dengan teriakan Allahu Akbar

dan disapu bersih oleh tentara Inggeris yang berpangkalan

di hotel itu. Belum lagi anak muda Tubagus Toha dengan

serangan bunuh dirinya di gudang mesiu Belanda di

Dayeuh kolot.

Banyak nama-nama siswa dan mahasiswa yang memenuhi

panggilan Bung Tomo dan berangkat ke Surabaya dan

sekarang tidak disebut-sebut lagi.

Bahwa Republik Indonesia de jure masih ada sewaktu

Yogyakarta diduduki Belanda adalah berkat kawat yang

dikirim ke Bukittinggi .

Siapa yang mengirim kawat itu setelah Belanda

masuk ke Yogya. Kabarnya seorang kepala dinas pos.

namanya Soeharto, Belanda mencancar. banyak pejabat

pos ditangkap Soeharto tidak ditemui lagi.

Page 136: Terombang Ambing

128

Cerita kepahiawanan bangsa Indonesia adalah cerita

panjang dan sangat menarik. Tjilik Riwut yang terjun

di Kota Waringin, perwira ALRI (John Lie) yang pernah

mengatur logistik senjata untuk TNI lewat Selat

Malaka dan Rais Abin perwira AD yang pertama

berhasil menyelundupkan senjata dari Singapura ke

Jawa. Pula Wiweko pendiri Garuda di Birma.

Demikian sekedar ungkapan. Cerita berbagai peristiwa

kepahlawanan ini panjang dan sangat menarik.

Penganugerahan Mahaputra sekarang tampaknya cukup ticket

ke Taman Pahlawan.

Wassalam,

ttd.

A.R. Soehoed

*) - Lahir tanggal 2 Maret 1920 ( Umur 93 tahun ) masa proklamasi bergabung BKR di Bandung.

- 1946 Resmi bergabung AURI - 1956 mengundurkan diri atas permintaan sendiri pangkat terakhir

Mayor Udara. - 1978 – 1983 Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan III - Pernah Ketua BKPM, Ketua Otorisasi Asahan dll.

Page 137: Terombang Ambing