terapi reumathoid arthritis

2
1. Terapi Reumathoid arthritis a. Terapi non farmakologik Terapi puasa, suplementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan, menunjukkan hasil yang baik. Terapi pembedahan dapat dipertimbangkan bila terdapat nyeri yang berat, keterbatasan gerak yang bermakna, dan ada ruptur tendon. (Suarjana, 2009)  b. Terapi farmakologik i. AINS Sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakkan. Oleh karena itu obat ini tidak merubah perjalanan penyakit maka tidak boleh digunakan secara tungggal (Suarjana, 2009) ii. Glukokortikoid Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednison kurang dari 10mg per hari cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan sendi. Harus dibberikan dalam dosis minimal karena resiko tinggi mengalami efek samping osteoporosis, katarak, dan gangguan kadar gula darah. iii.  DMARD Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua penderita RA. Pemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratn ya  penyakit, pengalaman dokter dan adanya penyakit penyerta. DMARD yang palin sering digunakan adalah MTX, hidroksiklorokuin, sulfazalin, leflunomid, infliximab, dan etanercept. 2. Terapi Osteoarthritis a. Terapi non farmakologis i. Edukasi tentang OA ii. Terapi fisik dan rehabilitasi iii.  Penurunan berat badan  b. Terapi farmakologis i. Analgesik oral non opiat ii. Analgesik topikal iii. OAINS iv. Chondroprotective v. Steroid intra-artikuler c. Terapi pembedahan i. Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus ii. Arthroscopic debridement dan join lavage. iii.  Osteotomi iv. Artroplasti sendi total (Soeroso et al, 2009)

Upload: ardian-pratiaksa

Post on 16-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1. Terapi Reumathoid arthritisa. Terapi non farmakologikTerapi puasa, suplementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan, menunjukkan hasil yang baik. Terapi pembedahan dapat dipertimbangkan bila terdapat nyeri yang berat, keterbatasan gerak yang bermakna, dan ada ruptur tendon. (Suarjana, 2009)

b. Terapi farmakologiki. AINSSebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakkan. Oleh karena itu obat ini tidak merubah perjalanan penyakit maka tidak boleh digunakan secara tungggal (Suarjana, 2009)ii. GlukokortikoidSteroid dengan dosis ekuivalen dengan prednison kurang dari 10mg per hari cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan sendi. Harus dibberikan dalam dosis minimal karena resiko tinggi mengalami efek samping osteoporosis, katarak, dan gangguan kadar gula darah.iii. DMARDPemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua penderita RA. Pemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya penyakit, pengalaman dokter dan adanya penyakit penyerta.DMARD yang palin sering digunakan adalah MTX, hidroksiklorokuin, sulfazalin, leflunomid, infliximab, dan etanercept.2. Terapi Osteoarthritisa. Terapi non farmakologisi. Edukasi tentang OA ii. Terapi fisik dan rehabilitasiiii. Penurunan berat badanb. Terapi farmakologisi. Analgesik oral non opiatii. Analgesik topikaliii. OAINSiv. Chondroprotectivev. Steroid intra-artikulerc. Terapi pembedahani. Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varusii. Arthroscopic debridement dan join lavage.iii. Osteotomiiv. Artroplasti sendi total (Soeroso et al, 2009)

3. Terapi osteoporosisDiet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium(kalsium karbonat)Pada menopause, terapi pergantian hormone(HRT=hormone replacemenet therapy) dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah mengalami pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda;penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan kehilangan tulang dengan pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit pengingkatan insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolaou dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek samping ( mis gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya ringan dan kadang-kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang ; namun,kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang osteoklastik, sedang dalam penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.