terapi musik pasien stroke (jurnal kelompok 3)

43
EFEK TERAPI MUSIK DALAM PENINGKATAN MOOD DAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASIEN STROKE OLEH: KELOMPOK III DYAH AYU RINA SELASIH 1414314201077 IKNO AFMAWIJAYA 1414314201081 RIDWAN SOFIAN 1414314201076 STIKES MAHARANI 1

Upload: iswansofyan

Post on 11-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

musik baik untuk mood pasien stroke

TRANSCRIPT

EFEK TERAPI MUSIK DALAM PENINGKATAN MOOD DAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASIEN STROKE

OLEH:KELOMPOK III

DYAH AYU RINA SELASIH1414314201077IKNO AFMAWIJAYA1414314201081RIDWAN SOFIAN1414314201076

STIKES MAHARANIMAHASISWA PROGRAM B STIKES MAHARANI MALANG2014

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR

TERAPI MUSIK PADA PASIEN STROKEDISUSUN OLEH:KELOMPOK III

DYAH AYU RINA SELASIH1414314201077IKNO AFMAWIJAYA1414314201081RIDWAN SOFIAN1414314201076

Telah mendapat persetujuan untuk seminarMenyetujui,Pembimbing

Ns. Jon Hafan S,M.Kep, SP.Kep.MB

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL 1HALAMAN PERSETUJUAN 2DAFTAR ISI 3KATA PENGANTAR 4BAB I PENDAHULUAN 5A.Latar Belakang 5B.Tujuan 5BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7A. Tinjauan Umum Tentang Stroke 71. Definisi Stroke 72. Etiologi Stroke 73. Klasifikasi Stroke 74. Faktor Resiko Stroke 95. Gejala Stroke 11B. Tinjauan Umum Tentang Terapi Musik 121. Definisi Musik 122. Manfaat Musik 123. Terapi Musik 134. Jenis-Jenis Musik Terapi 155. Terapi Musik Pada Pasien Stroke 166. SOP Terapi Musik Pasien Stroke 177. Trend dan Issue Terapi Musik 17BAB III DISKUSI KELOMPOK 19A. Hasil Penelitian Anita Forsblom 19B. Hasil Penelitian Sangeetha Nayak dkk 20C. Keefektifan Penelitian Terapi Music Pada Pasien Stroke 21D. Pengaruh Music Terhadap Tubuh dan Fikiran 22BAB IV PENUTUP 27A. Kesimpulan 27B. Saran 27DAFTAR PUSTAKA 28KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik, dengan judul EFEK TERAPI MUSIK DALAM PENINGKATAN MOOD DAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASIEN STROKESelama menyusun karya tulis ini, berbagai kesulitan dan hambatan yang kami temui baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan sampai tahap penyelesaian. Namun, berkat bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pihak dosen sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kami untuk mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan serta penuh kesabaran memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

BAB 1PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGStrokeadalah suatu penyakit defisitneurologisyang sifatnya mendadak yangdapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali, baik laki-laki maupun perempuan. Gejala yang menunjukkan jumlah prosentase tertinggi di Indonesia yang mengalami penyakit stroke akhir-akhir ini adalah mereka yang menyukai gaya hidup yang tidak sehat dan tidak seimbang. Penyebabnya adalah gangguan pada aliran pembuluh darah di otak. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terganggunya aliran darah di otak antara lain adalah terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah (stroke iskemik ) maupun pecahnya pembuluh darah (stroke perdarahan), yang sama sama dapat menyebabkan aliran suplai darah ke otak terhenti dan muncul gejala kematian jaringan otak. (http://www.healthylifeindonesia.com/stroke-adalah/)Stroke adalah penyebab utama kematian ketiga di Amerika Serikat. Lebih dari 140.000 orang meninggal setiap tahun akibat stroke di Amerika Serikat. Stroke adalah penyebab utama yang serius, cacat jangka panjang di Amerika Serikat. Setiap tahun, sekitar 795.000 orang menderita stroke. Sekitar 600.000 di antaranya adalah serangan pertama, dan 185.000 adalah serangan berulang. Hampir tiga perempat dari semua stroke terjadi pada orang di atas usia 65. Risiko terkena stroke lebih dari dua kali lipat setiap dekade setelah usia 55 (http://www.strokecenter.org/patients/about-stroke/stroke-statistics/).Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur (http://medicastore.com/stroke/Stroke_Pembunuh_No_3_di_Indonesia.php).Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI tahun 2007 jumlah penderita stroke 8,3 per 1000 penduduk. Kemudian di tahun 2013 melonjak menjadi 12,1 per 1000 penduduk seperti dikutip berita pers peresmian RS Pusat Otak Nasional yang diterima liputan6.com. Diprediksi prevalensi penderita stroke akan meningkat di tahun-tahun mendatang jadi 25-30 per 1000 penduduk (http://health.liputan6.com/read/2077718/penderita-stroke-di-indonesia-diprediksi-terus-bertambah).Salah satu terapi penanganan pasien stroke adalah terapi music. Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki kekuatan untuk penetalaksanaan penyakit stroke dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita selalu ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan pulsasi semuanya berulang dan berirama.B. TUJUAN 1. Tujuan UmumUntuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap perkembangan kognitif pasien stroke.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui pengaruh terapi music terhadap mood pada pasien stroke.b. Untuk mengetahui pengaruh terapi music terhadap interaksi sosial pada pasien stroke.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Stroke1. Definisi StrokeStroke adalah sindroma klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Arif et al, 2000).Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau hemiparalisis akibat lesi vaskuler yang dapat bangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi kausanya. Daerah otak yang tidak berfungsi lagi, dapat disebabkan karena secara tibatiba tidak menerima jatah darah lagi karena arteri yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat. Penyumbatan itu dapat terjadi secara mendadak, secara berangsurangsur ataupun tibatiba namun berlangsung hanya sementara (Mahar & Priguna, 1997).2. Etiologi StrokePenyebab utama dari stroke diurutkan dari yang paling sering adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan pendarahan intraserebral dan ruptur aneurisme vaskuler. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes melitus, atau penyakit vaskuler perifer (Lombardo, 1995).3. Klasifikasi StrokeBerdasarkan etiologinya, stroke terbagi menjadi 2 macam, yaitu strok hemoragik atau stroke perdarahan dan stroke iskemik atau stroke non hemoragik.1) Stroke HemoragikStroke perdarahan atau hemoragik terjadi bila salah satu pembuluh darah di otak bocor atau pecah. Darah yang keluar dari pembuluh yang bocor itu kemudian mengenai jaringan otak sekitarnya, sehingga menimbulkan kerusakan. Selain itu, selsel otak pada bagian lain dari bocoran atau pecahan itu juga akan mengalami kekurangan darah dan kerusakan (Wiryanto, 2004).Stroke hemoragik dibagi atas :a). Perdarahan Subaraknoid (PSA)PSA adalah perdarahan tibatiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subaraknoid). Sumber dari perdarahan adalah pecahnya dinding pembuluh darah yang lemah (apakah suatu malformasi arteriovenosa ataupun suatu aneurisma) secara tibatiba. Kadang aterosklerosis atau infeksi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah (Soeharto, 2004).b). Perdarahan Intraserebral (PIS)PIS disebabkan oleh adanya perdarahan ke dalam jaringan otak. PIS merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Stroke biasanya luas terutama pada penderita tekanan darah tinggi menahun. Lebih dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam beberapa hari (Soeharto, 2004).2. Stroke Non Hemoragik (Iskemik)Pada stroke iskemik, terjadi kekurangan suplai darah ke suatu area di jaringan otak. Iskemia adalah keadaan dimana vaskularisasi ke suatu organ atau jaringan menjadi berkurang atau tidak ada. Keadaan ini bisa disebabkan karena bekuan darah, plak aterosklerosis, atau vasokontriksi. Stroke iskemik dibagi menjadi :a). TIA (Transient Ischemic Attack)TIA adalah manifestasi vasospasmus regional yang berlangsung sementara atau sepintas. Terjadi akibat penyumbatan salah satu aliran darah karena vasospasmus, langsung menimbulkan gejala defisit atau perangsangan, sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena. Setelah vasospasmus itu hilang, gejalagejala itu akan hilang juga dan keadaan sehat seperti semula pulih kembali (Mahar & Priguna, 1997).Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam (Soeharto, 2004).b). RIND (Reversible Ischemic Neurologic Defisit)Gangguan neurologis yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak, akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu (Soeharto, 2004).c). Stroke Progresif (Progresif Stroke/Stroke in Evolution)Pada stroke in evolution, gejala neurologik yang terjadi makin lama makin berat (Soeharto, 2004).d). Stroke Komplet (Complete Stroke/Permanent Stroke)Pada stroke komplet gejala klinis yang terjadi sudah menetap (Soeharto,2004).4. Faktor Resiko StrokeFaktor resiko stroke dikelompokkan dalam dua tipe utama yaitu yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Dengan perhatian khusus untuk mengontrol faktorfaktor yang dapat diubah maka pengaruh dari faktorfaktor yang tidak dapat diubah tersebut dapat dikurangi (Soeharto, 2004). Faktor resiko yang tidak dapat diubah diantaranya adalah :1). UsiaSemua usia dapat mengalami stroke, termasuk anakanak, tapi semakin bertambahnya usia semakin besar pula resiko stroke. Orang berusia lebih dari 65 tahun memiliki resiko paling tinggi.2). Jenis KelaminPria mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan wanita. Tetapi lebih dari setengah angka kematian akibat stroke diderita oleh wanita.3). RasSuku Aborigin, orang Afrika, Hispan, Asia Selatan dan kulit hitam mempunyai angka hipertensi dan diabetes yang lebih tinggikondisi yang mengarah ke stroke.4). Riwayat KeluargaResiko stroke lebih tinggi jika mempunyai orangtua atau keluarga yang menderita stroke sebelum usia 65 tahun.5). Serangan stroke atau TIA terdahuluSekitar sepertiga penderita stroke yang terkena TIA menderita stroke lagi dalam rentang waktu 5 tahun (Arif et al, 2000). Menurut Robert G. Ojeman, lebih dari 75% pasien stroke iskemik dengan defisit neurologis persisten, didahului oleh serangan TIA (Hasyim, 2001).Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah diantaranya adalah:1). Tekanan darah tinggi (hipertensi)65% dari semua penderita stroke berhubungan dengan hipertensi. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulanbulan atau bertahuntahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap sehingga tidak dapat berdilatasi atau berkontraksi, jadi bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya terjadi hyperemia, edema, dan perdarahan pada otak (Hariyono, 2006).2). DiabetesDibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes, penderita ini mempunyai dua sampai empat kali resiko stroke.3). MerokokPria perokok mempunyai 40% resiko lebih besar mengalami stroke, sedangkan wanita perokok 60%, jika dibandingkan dengan yang tidak merokok. Efek nikotin, salah satu zat yang terkandung dalam rokok, adalah stimulasi saraf simpatis dan pelepasan katekolamin. Keduanya ini akan menyebabkan kenaikan tekanan darah. Selain itu, rokok juga menyebabkan plasma darah mengental dan sel pembekuan darah bekerja aktif. Akibatnya, darah berubah mengental melebihi tingkat yang wajar. Jika keadaan ini terus berlangsung, aliran darah dalam pembuluh darah akan tersumbat. Jika ini mengenai pembuluh darah otak, maka bisa terjadi stroke (Sutrisno, 2007).4). Fibrilasi Atrium (Penyakit jantung)Fibrilasi atrium meningkatkan terbentuknya bekuan darah yang bisa mengakibatkan stroke.5). KolesterolKolesterol darah berperan pada pembentukan plak aterosklerosis sepanjang dinding pembuluh darah. Plak ini meningkatkan resiko stroke.6). Aktifitas yang kurang dan kegemukanOrang yang fisiknya tidak aktif mempunyai dua kali resiko penyakit jantung dan stroke.7). AlkoholPeminum berat meningkatkan resiko stroke karena terjadi peningkatan tekanan darah.8). Penyakit arteri karotis atau arteri yang lainArteri karotis mensuplai darah ke otak, jika ada gangguan seperti penyempitan atau bendungan, bisa mengakibatkan stroke (Arif et al, 2000).5. Gejala dan Manifestasi Klinis StrokeGejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke dapat beberapa :1). Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yan timbul mendadak2). Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan sensorik)3). Perubahan mendadak status mental (delirium, letargi, stupor atau koma)4). Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)5). Disatria6). Gangguan penglihatan atau diplopia7). Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala (Arif et al, 2000).

B. Tinjauan Umum Tentang Terapi Musik1. Definisi musikMusik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian. Musik adalah suara-suara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada pendengarnya (http://www.terapimusik.com/terapi_musik.htm).Musik sebagai bagian dari peradaban manusia mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Musik sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia yang mampu membuat seseorang terhibur, terlena, atau mengenang kembali. Musik juga bisa menjadi terapi. 2. Manfaat Musik1) Musik sebagai hiburanMusik dapat mempengaruhi hidup seseorang, hanya dengan music suasana ruang batin seseorang dapat dipengaruhi.Entah apakah itu suasana bahagia ataupun sedih, bergantung pendengar itu sendiri.Musik dapat memberi semangat pada jiwa yang lelah, resah dan lesu.Apalagi bagi seseorang yang sedang jatuh cinta, musik seakan-akan dapat menjadi kekuatan untuk menyemangati perjalanan cinta seseorang.2) Musik dan terapi kesehatanMusik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada diotaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja system tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stress seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan memiliki kaitan erat, dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik kesukaannya seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu singkat.

3) Musik dan kecerdasanMusik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensia, seseorang ibu yang sedang hamil duduk tenang, seakan terbuai alunan musik tadi yang juga ia perdengarkan diperutnya. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik. Dengan cara tertentu, otak pun akan distimulasi untuk belajar segala sesuatu lewat nada-nada musik. Selain itu, musik-musik yang berirama klasik adalah jenis musik yang dianjurkan banyak pakar buat ibu hamil dan si bayi, yaitu bisa mencerdaskan bayi dan juga bisa memberi ketenangan untuk ibu yang sedang hamil.4) Musik dan kepribadianMusik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang.Bagi orang yang berolahraga musik dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan olahraga yang lebih baik.Untuk selanjutnya pada saat berolahraga music membantu olahragawan meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan olahragawan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga. Jenis musik terbaik untuk olahraga adalah musik dengan musik tempo tinggi seperti hip-hop atau musik dansa (Muttaqin,dkk., 2008).3. Terapi MusikTerapi musik ialah penggunaan bunyi dan musik dalam memunculkan hubungan antara individu dan terapis untuk mendukung dan menguatkan secara fisik, mental, sosial, dan emosi. Penggunaan bunyi dan musik dapat berbagai cara, misalnya bermain musik bersama dengan improvisasi bebas. Musik yang dipakai sebagai terapi lebih dari sekadar musik yang enak didengar. Musik adalah medium untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Christandy Andrean menyatakan bahwa musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat, ritme dan harmoni. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa sedangkan harmoni mempengaruhi roh. Musik klasik ini memiliki irama dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring (Surilena, 2008).Terapi musik terdiri dari dua hal yaitu aktif dan pasif, dengan pendekatan aktif maka pasien dapat turut serta aktif berpartisipasi. Misalnya pada saat mendengarkan musik mereka dapat ikut serta bersenandung, menari, atau sekedar bertepuk tangan.sedangkan yang sifatnya pasif jika pasien hanya bertindak sebagai pendengar saja, meski sebagai motorik mereka tampak pasif, namun sesungguhnya aktivitas mentalnya tetap bekerja (Kurniawan, 2011). Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa terapi musik klasik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan yang merupakan suatu karya sastra zaman kuno yang bernilai tinggi yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa terapi musik klasik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan yang merupakan suatu karya sastra zaman kuno yang bernilai tinggi yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Getaran udara (vibrasi) yang dihasilkan oleh alat music mempengaruhi getaran udara yang ada di sekeliling kita. Harmonisasi nada dan irama music mempengaruhi kesan harmoni di dalam diri. Jika harmoni musik setara dengan irama internal tubuh, maka musik akan memberikan kesan yang menyenangkan, sebaliknya jika harmoni musik klasik setara dengan irama internal tubuh, maka musik akan memberikan kesan yang kurang menyenangkan. Karena musik dihasilkan oleh adanya getaran udara, bukan hanya organ pendengaran atau telinga saja yang mampu menangkap stimulus musik, tetapi saraf pada kulit juga turut merasakannya.Demikian pula organ vestibul (pada sekitar belakang telinga) yang merupakan alat kesinambungan manusia memperoleh dampak yang berarti dari adanya musik (Green & Hertin, 2004).

4. Jenis-Jenis Musik TerapiPara ahli menyimpulkan bahwa hampir semua jenis musik dapat digunakan untuk music terapi. Tetapi, dari berbagai jenis musik yang ada, hanya beberapa saja yang sering digunakan untuk terapi. Jenis musik apa sajakah itu? Berikut ini jenis-jenis musik yang sering dijadikan musik terapi oleh kebanyakan orang. Musik JazzMusik jazz adalah perpaduan instrumen yang menggunakan gitar, trombon, piano dan saksofon sebagai musiknya. Meskipun musik jazz dimulai dari Amerika Serikat, kini musik jazz dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia dan dari kalangan mana saja. Musik jazz belakangan juga banyak digunakan untuk merangsang respon janin pada ibu hamil. Musik TradisonalMusik tradisional adalah musik yang berasal dari berbagai daerah. Ciri khas pada jenis musik ini terletak pada suara yang dihasilkan oleh alat musiknya dan masing-masing sesuai bahasa dan daerahnya. Alfia Safitri dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta melakukan sebuah penelitian terhadap musik tradisional dan dari hasil penelitian tersebut ia bisa menyimpulkan bahwa langgam jawa dapat menurunkan rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin. Musik KlasikMusik klasik adalah perpaduan instrumen yang menggunakan violin, biola, piano dan cello sebagai musiknya. Ciri utama musik klasik adalah memiliki sedikit iringan vokal atau bahkan terkadang sama sekali tidak memiliki iringan vokal pada musiknya. Ciri berikutnya adalah diiringi orkestra. Musik klasik memiliki kecenderungan untuk menenangkan tubuh dan menormalkan detak jantung dan tekanan darah. Musik jenis ini adalah yang paling banyak diminati sebagai musik terapi. Biasanya diberikan pada pasien dengan penurunan kesadaran. Musik dari AlamMusik alam adalah suara yang dihasilkan oleh lingkungan alam sekitar. Salah satu contoh musik ini yang dapat dijadikan musik terapi adalah suara ombak. Sebuah surat kabar memberitakan bahwa suara ombak tidak hanya sekedar memiliki efek menenangkan pikiran tetapi juga untuk meringankan gangguan telinga berdengung. Selain itu music ini dapat diberikan pada gangguan insomnia dan sebagai music kecerdasan. (http://.deherba.com/apakah-semua-jenis-musik-efektif-untuk-musik-terapi.html).5. Terapi Musik Pasien StrokePenyakit stroke adalah salah satu penyebab utama kematian dan kelumpuhan permanen di dunia. Stroke adalah penyakit yang disebabkan gangguan pembuluh darah di otak. Penyakit ini berbahaya selain mematikan, juga menyebabkan kecacatan yg menghilangkan tingkat produktivitas penyandang stroke. Penyakit Stroke muncul saat aliran darah ke otak tersumbat, dapat membuat jaringan otak tak berfungsi. Penderita stroke yang rajin mendengarkan musik setiap hari, menurut hasil riset, ternyata mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik ketimbang penderita yang tidak menikmati musik. Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi kesehatan, namun penelitian yang dimuat dalam jurnal Brain itu adalah riset pertama yang membuktikan efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti pertama bahwa mendengarkan musik pada tahap awal pasca stroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan negatif, kata tim peneliti (http://www.terapimusik.com/terapi_musik_pasca_stroke.htm).Mendengarkan musik dikaitkan dengan neuropastisitas yaitu restorasi fungsi otak ditingkat secara alami dan menstimulasi neural sehingga berkontribusi dalam pemulihan fungsi otak, disamping itu ada penelitian yang menyebutkan efek musik menstimulasi auditorik , hemodinamik otak dan memberikan peran efektif dalam neurorehabilitasi pada penderita stroke.(http://www.sitikhodijah.com/index.php/article/id/18/Terapi+Musik+Pada+Penderita+Stroke).Penderita stroke sangat rentan terhadap perubahan suasana hati/perasaan (mood). Perubahan mood pada pasien stroke lebih rentan terjadi kearah kecemsan dan berakhir sebagai depresi. menurut Auryn (2007) depresi pada pasien stroke terjadi akibat karena adanya ketidakmampuan dalam melakukan Activity Daily Living yang biasanya dapat dikerjakan sebelum terkena stroke. Untuk itu terapi musik pada pasien stroke penting untuk dilakukan.6. Standar Operasional Prosedur Terapi Musik Pasien StrokeMenurut penelitian Anita Forsblom tahun 2012, ada beberapa standar operasional yang dilakukannya saat penelitian berlangsung, yaitu:Pasien pasca stroke diwawancarai saat mereka masuk terutama pada hari ke tiga sampai hari ke 21 setelah mereka masuk rumah sakit. Terapis music mewawancarai respon mereka saat terkena stroke termaksud kegiatan apa yang mereka lakukan, khususnya apakah mereka suka mendengarkan music atau membaca. Hasil ini tidak hanya untuk mendeteksi perbedaan dalam preferensi mereka, tetapi juga dalam respon emosional mereka. Terapi music dapat dimulai dengan pemilihan ruangan yang tenang dan bebas dari gangguan. Selanjutnya pasien mengambil nafas dalam dan keluarkan perlahan lewat mulut. Music yang digunakan adalah music instrumental klasik ataupun music spiritual yang gembira ataupun sedih dengan menggunakan headphone . saat music dimulai, pasien diminta untuk menutup mata sambil berbaring dan mendengarkan dengan seksama. Terapi ini dilakukan atau diberikan selama 30-45 menit, setelah itu mereka diwawancarai tentang emosi, pikiran dan kenangan yang ditimbulkan. Terapi ini dilakukan setidaknya selama 2 bulan baik saat di rumah sakit maupun saat pasien pulang. Dan terapis music melakukan penilaian setiap minggu selama 6 bulan. 7. Trend dan Issue Terapi MusikTujuan: Untuk mengetahui efektivitas teknik terapi musik sebagai bantuan dalam meningkatkan suasana hati (mood) dan interaksi sosial setelah cedera otak traumatik atau stroke. Desain: Delapan belas orang dengan cedera otak traumatis atau stroke yang diteliti yaitu dengan rehabilitasi standar saja dan rehabilitasi standar bersama dengan terapi musik (3 kali terapi per minggu hingga 10 kali terapi). Tindakan: pengobatan Pra dan penilaian pasca-perawatan kemajuan suasana hati (mood), kemajuan mood keluarga dan interaksi sosial, partisipasi dalam terapi. Hasil: Ada peningkatan yang signifikan dalam anggota keluarga dan pasien kelompok terapi musik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pasien dalam kelompok terapi musik lebih terlibat aktif dan kooperatif dalam terapi dibandingkan kelompok kontrol. di sana adalah tren menunjukkan bahwa adanya peringkatan mood/suasana hati lebih besar pada kelompok musik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Hasil memberikan dukungan awal untuk kemanjuran terapi musik sebagai pelengkap Terapi untuk fungsi sosial dan partisipasi dalam rehabilitasi dengan kecenderungan peningkatan mood/suasana hati selama rehabilitasi akut.

Objective: To investigate the efficacy of music therapy techniques as an aid in improving mood and social interaction after traumatic brain injury or stroke. Design: Eighteen individuals with traumatic brain injury or stroke were assigned either standard rehabilitation alone or standard rehabilitation along with music therapy (3 treatments per week for up to 10 treatments). Measures: Pretreatment and posttreatment assessments of participant self-rating of mood, family ratings of mood and social interaction, and therapist rating of mood and participation in therapy. Results: There was a significant improvement in family members' assessment of participants' social interaction in the music therapy group relative to the control group. The staff rated participants in the music therapy group as more actively involved and cooperative in therapy than those in the control group. There was a trend suggesting that selfratings and family ratings of mood showed greater improvement in the music group than in the control group. Conclusions: Results lend preliminary support to the efficacy of music therapy as a complementary therapy for social functioning and participation in rehabilitation with a trend toward improvement in mood during acute rehabilitation.

BAB IIIPEMBAHASAN KELOMPOK

A. Hasil Penelitian Sangeetha Nayak dkkDari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nayak, Wheeler, Shiflet, dan Agostinelli yang menggunakan 18 sampel, 10 sampel sebagai pasien yang menerima terapi music (4 pria dan 6 wanita) dan 8 sampel sebagai pasien control (2 pria dan 6 wanita) dengan umur berkisar 31-84 tahun dengan rata-rata 59,89 tahun dengan SD = 16,3 (3 kali terapi per minggu hingga 10 kali terapi). Terapi music yang digunakan adalah jenis music yang disukai pasien. Penelitian ini menggunakan Analisis Kovarians (ANCOVAs) yang dilakukan untuk menguji pengaruh kelompok yang menerima terapi pada masing-masing ukuran. Penilaian yang dilakukan pada tindakan yang pertama/pre intervensi (Time 1) digunakan sebagai data kovariat pada semua tes yang membandingkan kelompok terapi musik dan kelompok control dan tindakan yang kedua post intervensi (Time 2). Dari hasil intervensi dan penelitian Nayak dkk, didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok. Kelompok music (Time 1 (m 4,20 SD 0,79) dan (Time 2 (m 5,60 SD 0,70) secara signifik lebih terlibat dalam interaksi social terutama dalam terapi dibandingkan pada kelompok control (Time 1 m 4,13 SD 0,64 dan Time 2 m 4,88 SD 0,35) dengan hasil Group Main Effect (F (1,14) = 8,64, p