teori medan ligan.docx

Upload: legendaoctfebrina

Post on 18-Oct-2015

279 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    1/11

    2.10 Teori Medan Ligan

    Teori yang berkaitan dengan senyawa kompleks adalah Teori Medan Ligan. Teori medan

    kristal ini hampir selama 20 tahun semenjak ditemukan hanya digunakan dalam bidang fisika zat

    padat. Teori medan kristal digunakan pada pakar fisika zat padat untuk menjelaskan warna dan

    sifat magnetik garam-garam logam transisi terhidrat,khususnya yang memiliki atom pusat ion

    logam transisi dengan orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektro seperti CuSO4.5H2O. Baru

    pada tahun 1950an. Pada awal tahun 1950an barulah pakar kimia koordinasi menerapkan teori

    medan kristal. Teori medan kristal ini digunakan untuk menjelaskan energi kompleks

    koordinasi. Hal ini didasarkan pada deskripsi ionik pada ikatan logam ligan. Teori medan kristal

    yang dikemukakan Bethe dilandasi oleh tiga asumsi yaitu :

    1. Ligan-ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan.2. Interaksi anatara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenunya sebagai interaksielektrostatik(ionik). Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral seperti NH3, dan H2O, maka

    dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral diarahkan

    terhadap ion logam.

    3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari liganH2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negative dari dipol dalam molekul-molekul netral

    diarahkan terhadap ion logam.(Effendy,2007)

    Menurut teori medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antar atom pusat dan

    ligand dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya

    elektrostatik dari percobaan-percobaan yang diperoleh bahwa ada ligan-ligan yang menghasilkan

    medan listrik yang kuat dan yang disebut strong ligan field, ada ligan yang sebaliknya dan

    disebut weak ligan field.

    Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara atom pusat dan ligan

    dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion

    kompleks tersusun dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang

    mempunyai momen dipol permanen.

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    2/11

    Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligand-ligand sekelilingnya, sedang

    medan gabungan dari ligand-ligand akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat.

    Pengaruh ligan ini terutama mengenai elektron d dari ion pusat dan ion kompleks dari logam-

    logam transisi. Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik

    dan kedudukan geometri ligand-ligand dalam kompleks.

    Didalam ion bebas kelima orbitald bersifatdegen erate artinya mempunyai energi yang

    sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal. Teori

    medan kristal terutama membicarakan pengaruh ligand yang tersusun secara berbeda-beda

    disekitar ion pusat terhadap energi dari orbitald. Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu

    orbital eg ataudj dan orbital t2g atau de mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligan

    terhadap orbital-orbital tersebut.

    Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate, orbital d ini

    terbagi menjadi beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga orbital d ini mengalami

    splitting.

    Bila kelima orbital d sama dengan dan medan ligand mempengaruhi kelimanya dengan

    cara yang sama maka kelima orbital d ini akan tetap degenerate pada energy level yang lebih

    tinggi. Kenyataannya kelima orbital d tidak sama, yaitu ada orbital eg dan t2g. Disamping itu

    medan ligand tergantung dari letaknya disekitar ion pusat, artinya apakah strukturnya oktahedral,

    tetrahedral, atau planar segi empat.

    Uraian atau splitting dari orbital d oleh ligan, tegantung dari strukturnya dan berbeda

    untuk struktur oktahedral dan tetrahedral.

    (Effendy,2007)

    1. Splitting Pada Kompleks OktahedralMedan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligan-ligan sekelilingnya, sedang medan

    gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi ion pusat. Pengaruh ligan ini terutama mengenai

    elektron d dari ion pusat seperti kita ketahui ion kompleks dari logam-logam transisi. Pengaruh

    ligand tergantung dari jenisnya, trutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri

    ligand-ligand dalam kompleks.

    Di dalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya mempunyai energi yang

    sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal.

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    3/11

    Pembagian orbital d menjadi 2 golongan yaitu orbital eg dan orbital t2g atau de mempunyai arti

    penting dalam hal pengaruh ligand terhadap orbital-orbital tersebut.

    Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate, orbital d ini

    terbagi menjadi beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga orbital d ini mengalami

    spliting.

    Pada kompleks oktahedral atom pusat berikatan dengan 6 atom donor. Kompleks oktahedral

    memiliki tingkat simetri tertinggi apabila ligan-ligan yang terikat pada atom pusat merupakan

    ligan monodentat monoatom yang sama, seperti: F-, Cl-, Br-, dan I-. Pada pembentukan

    kompleks octahedral dianggap ada 6 ligan monodentat yang mendekati atom pusat sampai pada

    jarak tertentu saat ikatan-ikatan antara atom pusat dan ligan-ligan terbentuk.

    Pada gambar di atas nampak bahwa orbital dx2-y

    2dan dz

    2tedapat pada sumbu-sumbu x, y

    dan z sedangkan orbital dxy, dxz dan dyz terdapat antara sumbu-sumbu. Karena ligan-ligan

    terdapat pada sumbu x, y dan z maka pengaruh ligan pada orbital eg lebih besar daripada untuk

    orbital t2g. Setelah terjadi uraian atau spliting orbiltal eg mempunyai energi lebih tinggi daripada

    orbital t2g. Pada pengisian elektron, orbital t2g akan mengisi lebih dahulu daripada orbital eg.

    Perbedaan antara orbital eg dan obital t2g biasanya dinyatakan dengan o atau 10 Dq. Karena

    pada splitting tidak terjadi kehilangan energi, maka energi orbital eg menjadi 0,6 o lebih tinggi

    sedangkan obital t2g menjadi 0,4 o lebih rendah dari pada enegi kompleks hipotesis. Besarnya

    o untuk bermacam-macam kompleks berkisar antara 30-60kcal/mol. Ao artinya oktahedral,

    untuk membedakan dengan t (tetrahedral) yang akan dibahas selanjutnya.

    Elektron akan mengisi orbital d yang energinya rendah, jadi pada orbital t2g. Teori

    elektrostatik sederhana tidak mengenal adanya orbital d yang mempunyai energi berbeda di

    dalam kompleks. Karena itu, teori ini menyatakan bahwa elektron d terhadap orbital d

    merupakan hipotesis yang degenerate. Kenyataannya elektron d tadi menempati orbital t2g yang

    http://1.bp.blogspot.com/_-qt40EMYfdc/TRGMZw95KOI/AAAAAAAAACY/5PgtATwf0uw/s1600/i1.jpg
  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    4/11

    mempunyai energi 0,4 o lebih rendah dari orbital hipotesis yang degenerate. Jadi, kompleks

    akan 0,4 o lebih stabil dari pada senyawa elektrostatik yang sederhana. Dengan kata lain

    elektron d dan juga kompleks sebagai keseluruhan, mempunyai energi lebih rendah sebagai hasil

    penempatan elektron pada orbital t2g, suatu orbital yang relatif jauh dari ligand. Energi sebesar

    0,4o disebut crystal field stabilization energi (CFSE) dari kompleks. Pengisian elekton pada

    orbital d, dipengaruhi oleh kekuatan medan dari ligand. Untuk ligand yang kekuatan medannya

    besar atau strong ligand field, splitting yang terjadi menghasilkan perbedaan energi yang besar,

    akibatnya elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi orbital yang

    energinya tinggi (Effendy,2004).

    2. Splitting Pada Kompleks Tetrahedral

    Dari gambar di atas terlihat bahwa obital t2g lebih dekat kepada ligan-ligan daripada orbital eg.

    Garis yang menghubungkan letak ligan dan titik pusat kubus dengan arah orbital eg membentuk

    sudut sebesar 54044 sedangkan garis tersebut dengan arah orbital t2g membentuk sudut 36016.Medan listrik yang terjadi pada pembentukan kompleks tetrahedral menyebabkan pemisahan

    orbital d pada ion pusat. Karena hal ini maka dalam medan tetrahedral, orbital t2g mendapat

    pengaruh yang lebih besar dari ligan, akibatnya energy level orbital t2g naik dan orbital eg turun.

    Perbedaan energi ini biasanya disebut t, artinya yang harganya lebih kecil dari pada o. Hal

    ini disebabkan karena, pada medan tetrahedral hanya ada 4 ligan. Sedanbg pada medan

    oktahedral ada 6 ligan, ditambah lagi tidaka adanya ligan yang langsung searah dengan orbital d

    pada medan tetrahedral. Bila jarak ligan dai pusat sama dan bila ikatan dianggap elektrostatik

    murni, maka diperoleh bahwa : tetrahedral ~ 4/9 octahedral (Efendy,2004).

    Harga 10 dq dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

    1. Muatan ion logam

    http://3.bp.blogspot.com/_-qt40EMYfdc/TRGMv0QTRyI/AAAAAAAAACc/CSEOlaIFuhQ/s1600/i2.jpg
  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    5/11

    Makin banyak muatan ion,makin besar pula harga 10 Dq nya,karena makinbanyak

    muatan ion logam maka makin besar pula untuk menarik ligan lebih

    dekat.Akibatnya pengaruh ligan makin kuat sehingga pembelahan orbital makin besar.

    2. Jenis Ion pusatLogam logam yang terletak pada satu periode, harga 10 dqnya tidak terlalu berbeda.

    Untuk satu golongan, Semakin kebawah, harganya akan semakin besar.

    3. LiganSemakin kuat ligannya, maka 10 dq juga akan semakin besar. Jika 10 dq kecil,

    makaligannya adalah ligan lemah. Ligan yang kuat dapat menggantikan ligan yang

    lebihlemah.Harga 10 dq dapat memberikan beberapa informasi mengenai warna

    kompleks, serta sifat kemagnetan kompleks. Untuk mengeksitasi elektron dari tingkat dasar

    ke tingkat yang lebih atas, diperlukan energi. Energi yang diserap memilikipanjang

    gelombang tertentu. Sedangkan, warna kompleks yang tampak adalah warnakomplementer

    yang panjang gelombangnya diserap untuk eksitasi electron.

    4. Perhitungan CFSECrystal field st Hans Bethe abilizationenergy berubah ubah sesuai dengan struktur dan

    jenis ion kompleks. Perbedaan energi orbital t2g dan eg Hans Bethe untuk kompleks tetrahedral -

    4/9 kali untuk kompleks octahedral orbital t2g mempunyai energi 0,27 lebih rendah dari pada

    kompleks hipotesis, bila adalah , untuk kompleks tetrahedral : CFSE = (0,27y 0,18x) . y

    merupakan jumlah elektron di orbital e dan x merupakan jumlah elektron di orbital t2g.

    Pada gambar splitting oktahedral terlihat bahwa orbital t2g mempunyai energi 0,4 Io dan

    energi pada orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk menghitung CFSE = (0,4 x 0,6 y) Io.

    Dimana x = jumlah elektron di orbital t2g dan y = jumlah elektron di orbital eg. Contoh jumlah

    elektron d = 7, t2g = 5 dan eg = 2.

    CFSE = (0,4 x0,6 y) Io

    = (0,4 . 50,6 . 2 ) Io= (21,2 ) Io

    = 0,8 Io

    Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum, yaitu :

    CFSE =energi pada t2g.x(energi dari eg .y)

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    6/11

    Berikut ini dicantumkan tabel nilai umum CFSE pada kompleks oktahedral, tetrahedral dan

    planar segiempat (Sokardjo,1992).

    2.11APLIKASI SENYAWA KOMPLEKSAplikasi senyawa kompleks sangat beragam dan banyak sekali karena penelitian tentang

    senyawa kompleks terus berkembang dan perkembangannya sangat pesat sekali sejalan dengan

    perkembangan IPTEK.

    Kobalt merupakan salah satu logam unsur transisi dengan konfigurasi elektron 3d7yang

    dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada sebagai Co(II) ataupun Co(III).

    Namun dalam senyawa sederhana Co, Co(II) lebih stabil dari Co(III). Ion ion Co2+

    dan ion

    terhidrasi [Co(H2O)6]2+

    stabil di air. Kompleks kobalt dimungkinkan dapat terbentuk dengan

    berbagai macam ligan, diantaranya sulfadiazin dan sulfamerazin. Sulfadiazin dan sulfamerazin

    merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Keduanya merupakan turunan

    dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan olehbakteri Gram-positif dan Gram negatif tertentu, beberapa jamur, dan protozoa (Siswandono dan

    Soekardjo : 1995 ).

    Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek

    trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks oktahedral dan segi empat. Ligan

    http://3.bp.blogspot.com/_-qt40EMYfdc/TRGNBC2NyQI/AAAAAAAAACg/hlu8p6EURxc/s1600/i3.jpg
  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    7/11

    ligan yang menyebabkan gugus yang letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan

    mempunyai efek trans yang kuat.

    Untuk mengetahui kemampuan senyawa kompleks dengan ligan- ligan feroin berinteraksi

    dengan gas NO2, maka perlu dilakukan penelitian meliputi sintesis dan karakterisasi senyawa

    kompleks Co(II) menggunakan ligan bipiridin dan sianida serta mempelajari interaksinya dengan

    gas NO2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman reaksi subtitusi

    kompleks melalui efek trans dan hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan senyawa

    kompleks sebagai absorben gas NOx, sehingga dapat mengurangi dampak negatif pencemaran

    lingkungan seperti polusi udara.

    Berbagai senyawa kompleks yang mempunyai struktur planar N4, telah terbukti

    mempunyai kemampuan untuk mereduksi oksigen dengan 4-elektron transfer proses. Proses

    logam yang berkarat karena oksidasi pada permukaan logam adalah proses yang sangat familier.

    Proses respirasi biologis pada makhluk hidup dimana terjadi perubahan oksigen menjadi air pada

    hemoglobin adalah proses yang penting. Proses reduksi oksigen yang langsung menjadi air tanpa

    hasil samping adalah proses sempurna 4-elektron transfer (O2 + H+ + 4e- H2O) pada

    hemoglobin. (Eniya Listiani Dewi)

    Proses reduksi oksigen melalui senyawa kompleks Cytochrome-c Oxidase (Cyt-c)merupakan contoh proses seperti pada elektroda positif fuel cell (katoda). Pada proses biologis,

    transfer 4-elektron berjalan tanpa hasil sampingan peroksida (H2O2). Sedangkan pada katoda

    fuel cell, dimana saat ini state-of-the-art katalis adalah platina (Pt) yang mereduksi oksigen

    dengan 2-elektron transfer (O2 + 2H+ + 2e- H2O2) menghasilkan peroksida dan selanjutnya

    tereduksi lagi menjadi air (H2O2 + 2H+ + 2e- 2H2O). Sehingga terdapat 2 tahapan reaksi

    yang berlangsung pada katoda. Untuk itu dengan senyawa kompleks yang menyerupai struktur

    Cyt-c, dimana model planar katalis lebih memungkinkan untuk mereduksi oksigen dengan

    mudah, maka pada makalah akan dikenalkan katalis yang mampu mereduksi oksigen dengan

    bentuk planar berlogam center Fe, Co, dan Cu dengan ligan yang berbeda. (Eniya Listiani Dewi)

    Dengan adanya aplikasi senyawa kompleks ini, diharapkan problem drop potensial yang

    disebabkan oleh peroksida pada katoda dimana menjadi penyebab utama turunnya potensial fuel

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    8/11

    cell, menjadi berkurang atau tidak ada, karena reaksi yang terjadi adalah 4-elektron transfer

    proses. (Eniya Listiani Dewi)

    Senyawa kompleks renium-186 fosfonat, 186Re-HEDP (HEDP=hydroxyethyli

    dienediphosphonate) dan 186Re-EDTMP (EDTMP =ethylenediaminetetra methylphosphonate),

    dewasa ini telah luas digunakan sebagai penghilang rasa nyeri tulang yang disebabkan oleh

    metastasis kanker prostat, payudara, paru-paru dan ginjal ke tulang.

    Penggunaan radiofarmaka tersebut merupakan pengganti penggunaan analgesik, hormon,

    kemoterapi, dan narkotik yang diketahui memberikanefek samping yang tidak diinginkan.

    Metode preparasi dan uji kualitas senyawa kompleks 186Re-HEDP dan 186Re-EDTMP telah

    dikembangkan untuk tujuan produksi komersial.Penentuan kemurnian radiokimia dengan

    kromatografi kertas dalam berbagai kepolaran pelarut menunjukkan kemurnian radiokimia diatas

    90% sampai hari ketiga setelah proses penandaan dilakukan. ( Adang H.G , dkk)

    Disamping itu hasil pengujian menunjukkan pula bahwa larutan senyawa kompleks bebas

    pirogen dan steril. Hasil uji pada binatang percobaan tikus putih menunjukkan kandungan

    senyawa kompleks di dalam darah mencapai puncaknya pada 5 menit setelah penyuntikan.

    Sedangkan ekskresi radiofarmaka kedua kompleks di dalam urin menunjukkan adanya

    keradioaktifan sekitar 41% dan 38,5 % dalam bentuk perenat, 186ReO4 -, setelah 20 jampenyuntikan. Hasil biodistribusi dan pencitraan (imaging) menggunakan kamera gamma

    terhadap mencit dan tukus putih normal menunjukkan bahwa senyawa kompleks 186Re-HEDP

    dan 186Re-EDTMP terakumulasi cukup nyata di tulang.( Adang H.G , dkk)

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK dalam bidang kedokteran nuklir sangat

    didukung oleh perkembangan iptek di bidang radiofarmaka. Dengan perkembangan iptek radio

    farmaka telah berhasil dilakukan diagnosa dini dan terapi terhadap penyakit kangker

    menggunakan radio nuklida yang sesuai. Penyakit kangker telah menghantui masyarakat dunia

    karena banyak menyebabkan kematian. Kedokteran nukilr telah menerapkan deteksi ini, berbagai

    macam kanker dan cara terapi yang efektif dengan memanfaatkan radiasi dari radio isotop yang

    diberikan kadalam tubuh atau sel kanker tang bersangkutan. .(Sulaiman, dkk ; 2007)

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    9/11

    Radio isatop yang dapat digunakan untuk terapi kanker diantaranya adalah Ytrium-90 (90

    Y) yang

    merupakan radio isotop pemancar sinar dengan energi 2,28 Mev dan waktu paro (T1/2) 64,1

    jam. Itrium-90 yang digunakan untuk terapi dapat diperoleh dari hasil peluruhan stronsium-90

    (90

    Sr) dapat dipisahkan dari induknya90

    Sr (campuran90

    Sr -90

    Y ) yang merupakan radio nuklir

    dan hasil belah 235U. Metode pemisahan yang telah dikembangkan saat ini adalah metode

    ekstraksi pelarut dan kromatografi kolm dengan menggunakan penukar ion.(Sulaiman, dkk ;

    2007)

    Pemupukan dalam kegiatan budidaya tebu memegang peranan yang teramat penting,

    selain dapat meningkatkan produksi biomassanya, pupuk juga dapat meningkatkan keragaman

    dan kualitas hasil yang diperoleh. Masalah utama penggunaan pupuk N pada lahan pertanian

    adalah efisiensinya yang rendah karena kelarutannya yang tinggi dan kemungkinankehilangannya melalui penguapan, pelindian dan immobilisasi. Untuk itu telah dilakukan

    penelitian peningkatan efisiensi pemupukan N dengan rekayasa kelat urea-humat pada jenis

    tanah yang mempunyai tekstur kasar (Entisol) dengan menggunakan tanaman tebu varietas PS

    851 sebagai tanaman indikator. (Sri Nuryani H.U, dkk ; 2007 )

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan urea dengan asam humat yang berasal

    dari Gambut Kalimantan sebesar 1% menghasilkan pupuk urea yang lebih tidak mudah larut

    daripada yang dilapisi asam humat dari Rawa Pening. Dengan pelepasan N yang lebih lambat

    diharapkan keberadaan N di dalam tanah lebih awet dan pemupukan menjadi lebih efisien.

    Pupuk urea-humat telah diaplikasikan ke tanah Psamment (Entisol) yang kandungan pasirnya

    tinggi (tekstur kasar) untuk mewakili jenis-jenis tanah yang biasa ditanami tebu dengan tekstur

    yang paling kasar. Respons tanaman tebu varietas PS 851 menunjukkan kinerja pertumbuhan

    yang lebih baik di tanah Vertisol. (Sri Nuryani H.U, dkk ; 2007 )

    Rekayasa kelat urea-humat secara fisik dan kimia terbukti meningkatkan efisiensi

    pemupukan N pada tanaman tebu. Penelitian ini memperlihatkan bahwa memang efisiensi

    pemupukan N pada tanah Entisol dan Vertisol rendah, bahkan di Entisol lebih rendah (hanya

    sekitar 25 %). Aplikasi pupuk urea-humat pada tanah Vertisol dan Entisol terbukti meningkatkan

    efisiensi pemupukan N hingga 50 %. Di tanah Entisol bahkan efisiensi pemupukan yang lebih

    tinggi dicapai pada dosis pupuk yang lebih rendah. (Sri Nuryani H.U, dkk ; 2007 )

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    10/11

    Rhodamin B Nama Kimia : N-[9-(2-Carboxyphenyl)-6-(diethylamino)-3H-xanthen-3-

    ethyethanaminium chlorida. Sinonim: tetra ethylrhodamine; D & C RedNo. 19; Rhodamine B

    Chloride; C. l. Basic Violet 10; C. l. 45170. dan metanil yellow Nama kimia: 3-[[4-

    (phenylamino) phenyl] azo];C.I. Acid yellow 36; merupakan zat warna sintetik yang umum

    digunakan sebagai pewarna tekstil (Djalil, dkk, 2005).

    Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian rhodamin B dalam

    jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran

    pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan

    gangguan hati/liver (Trestiati, 2003). Rhodamin B memiliki LD50 sebesar 89,5 mg/kg jika

    diinjeksikan pada tikus secara intravena (Merck Index, 2006). Sedangkan untuk metanil yellow

    dapat menyebabkan iritasi pada mata jika dikonsumsi dalam jangka panjang (Anonima, 2007).Kuning metanil juga dapat bertindak sebagai tumor promoting agent dan menyebabkan

    kerusakan hati (Djalil, dkk, 2005). Metanil yellow memiliki acute oral toxicity (LD50) sebesar

    5000mg/kg pada tikus percobaan (Anonima, 2007).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eddy Setyo Mudjajanto dari Institut Pertanian

    Bogor (IPB), menemukan banyak penggunaan zat pewarna rhodamin B dan metanil yellowpada

    produk makanan industri rumah tangga. Rhodamin B dan metanil yellow sering dipakai untuk

    mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng,

    minuman ringan, cendol,manisan, gipang, dan ikan asap. Makanan yang diberi zat pewarna ini

    biasanya berwarna lebih terang (Mudjajanto, 2007)

    3.1 Kesimpulan

    Dari ulasan materi tersebut dapat disimpulkan bahwa :

    1. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengansatu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion

    logam pusat.

  • 7/14/2019 teori medan ligan.docx

    11/11

    2. Tatanama senyawa kompleks terbagai menjadi dua jenis yakni tatanama sistematik dantatanama umum.

    3. Tatanama Senyawa Kompleks Netral memiliki aturan tersendiri.4. Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion kompleks memiliki aturan tertentu dalam

    penamaannya.

    5. Logam alkali, alkali tanah dan logam utama lainnya dapat digunakan sebagai atom pusatuntuk mensintesis senyawa komplek atau senyawa koordinasi.

    6. Ligan adalah suatu ion atau molekul yang memiliki sepasang elektron atau lebih yangdapat disumbangkan.

    7. Berdasarkan jumlah atom donor yang dimilikinya, ligan dapat dikelompokkan menjadiligan monodentat, bidentat dan polidentat.

    8. Tatanama ligan ada dua yaitu tatanama ligan netral dan tatanaman ligan bermuatannegatif.

    9. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam transisi.10.Aplikasi senyawa kompleks sangat beragam dan banyak sekali karena penelitian tentang

    senyawa kompleks terus berkembang dan perkembangannya sangat pesat sekali sejalan

    dengan perkembangan IPTEK.