teori inflasi dalam islam

25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecendrungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat. Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti Ah mad H asan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi modern. Mereka beralasan bahwa mata uang

Upload: meli-aprilah-sp

Post on 19-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Inflasi Dalam Islam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

               Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini

dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas

ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta

pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak

stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim

pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecendrungan

inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini

tercermin dari kebijakan otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap

tahunnya otoritas moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi

harus diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.

                        Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam

modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan

penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai jalan keluar penyelesaian

kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi modern. Mereka beralasan bahwa

mata uang logam mulia dînâr dan dirham dapat menjamin keamanan transaksi karena

keduanya memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap komoditas yang

ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang

kuat dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya.

Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga

riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan

menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama

kebijakan moneter.

                        Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi

merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para

ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan

kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang

Page 2: Teori Inflasi Dalam Islam

diinginkan. Pada makalah ini akan disampaikan pengertian, teori, dan cara

penanggulangan inflasi perspektif Islam.

Page 3: Teori Inflasi Dalam Islam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inflasi

            Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan inflasi konvensional.

Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang

bersifat umum dan terus-menerus. Dari pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan

bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang

yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu

tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini

berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang

tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan

yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.

Dengan kata lain inflasi dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari

harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Dalam wikipedia,

inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum

dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses

menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa infasi merupakan sebuah fenomena

alam yang menimpa kehidupan masyarakat di dunia sejak masa dahulu hingga

sekarang, dengan mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah

terjadi di Mesir.1 Menurutnya, inflasi terjadi ketika harga harga secara umum

mengalami kenaikan dan belangsung terus menerus. Al-Maqrizi membahas

permaslahan inflasi secara lebih mendetail. Ia mengklasifikasikan inflasi berdasarkan

factor penyebabnya kedalam dua hal, yaitu inflasi yang disebabkan oleh factor

alamiah dan inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia.2

1 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 424.2 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 424.

Page 4: Teori Inflasi Dalam Islam

2.2  Teori Inflasi Islam

                        Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi

perekonomian karena empat hal sebagai berikut:

1.   inflasi mengganggu fungsi dari: uang, tabungan (nilai simpan), pembayaran di muka,

dan unit penghitungan. Akibat inflasi, orang harus melepaskan diri dari uang dan aset

keuangan. Inflasi bisa menyebabkan inflasi lagi (self feeding inflation).

2.   Inflasi melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).

3.   Inflasi meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk non-primer dan

barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume).

4.   Inflasi mengarahkan investasi non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding)

seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing. Inflasi mengorbankan

investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi,

dan lainnya.

Selain itu, inflasi menimbulkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan

akuntansi, misalnya:

1.    Inflasi menyebabkan dilema penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan

dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual.

2.   Inflasi menyebabkan permasalahan akuntansi dalam hal pemeliharaan modal riil

dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.

3.   Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index) untuk

mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.

                        Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil

dengan digunakannya mata uang  dinar dan dirham.3 Penurunan nilai masih mungkin

terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami

penurunan, diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi

keadaan ini kecil sekali kemungkinannya.4

3 Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 1894 Ibid. 190

Page 5: Teori Inflasi Dalam Islam

                        Ekonom muslim, Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441M),

yang merupakan salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua

golongan yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang ( Natural inflation) dan

inflasi akibat kesalahan manusia (Human Error Inflation).

                        Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan

khulafaur Rasyidin,yaitu karena kekeringan atau peperangan. Sementara itu, Inflasi

jenis kedua menurut Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan

administrasi yang buruk. Kedua, pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga,

jumlah uang yang berlebihan.5

                        Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441M),

yang merupakan salah satu murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua

golongan yaitu natural inflation dan human error inflation. 

2.2.1. Inflasi Alamiah (Natural Inflation)

                        Inflasi Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan

disebabkan oleh berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh para penguasa

negara. Misalnya ketika suatu bencana banjir terjadi, maka akan terjadi gagal panen

diberbagai sawah sehingga terjadi kelangkaan bahan makanan dan meningkatnya

harga bahan makanan.

                        Menurut Al-Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai

bahan makanan dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan

barang-barang tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi

kelngkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat signifikan dalam kehidupan,

permintaan terhadap berbagai barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga

membumbung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Hal ini sangat berimplikasi

terhadap kenaikan harga berbagai barang dan jasa lainnya. Akibatnya, transaksi

ekonomi mengalami kemacetan, bahkan berhenti sama sekali, yang pada akhirnya

menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kematian di kalangan

5 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 67-68

Page 6: Teori Inflasi Dalam Islam

masyarakat. Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa rakyat untuk

menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan mereka. Untuk

menanggulangi bencana itu, pemerintah mengeluarkan sejumlah dana besar yang

mengakibatkan perbendaharaan mengalami penurunan drastis karena, disisi lain,

pemerintah tidak memperoleh pemasukan yang berarti. Dengan kata lain, pemerintah

mengalami defisit anggaran dan negara,baik secara politik, ekonomi, maupun social,

menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan keruntuhan sebuah pemerintahan.  

                        Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa sekalipun suatu bencana telah

berlalu, kenaikan harga-harga tetap berlangsung. Hal ini merupakan implikasi dari

bencana alam sebelumnya yang mengakibatkan aktivitas ekonomi, terutama di sector

produksi, mengalami kemacetan. Ketika situasi telah normal, persediaan barang-

barang yang signifikan, seperti benih padi, tetap tidak beranjak naik, bahkan tetap

langka, sedangkan permintaan terhadapnya meningkat tajam. Akibatnya, harga

barang-barang ini mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti oleh kenaikan harga

berbagai jenis barang dan jasa lainnya, termasuk upah dan gaji para pekerja6]

                        Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi

dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau menghentikan

atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist:

Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ”

Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk

kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan,

Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada

seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah

dan harta.” 

Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis konvensional yaitu

persamaan identitas berikut:[7]

MV = PT =Y

Dimana:

      M    : Jumlah uang beredar

Page 7: Teori Inflasi Dalam Islam

      V     : Kecepatan peredaran uang

      P     : Tingkat harga

      T     : Jumlah barang dan jasa

      Y     : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)

      Natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:

1)   Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu

perekonomian (T). Misalnya T↓  sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya P↑.

2)   Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya, nilai ekspor lebih besar daripada

nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M↑ 

sehingga jika V dan T tetap maka P↑.

Lebih lanjut, jika dianalisis dengan persamaan agregatif :

Dimana :                                  AD = AS

                                                AS = Y

                                    AD = C + I + G + (X – M)

Serta :   Y           = pendapatan nasional

              C           = konsumsi

              I            = investasi

              G           = pengeluaran pemerintah

              (X-M)   = net export

Maka :                                     Y = C + I + G + (X – M)

Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu:

a.       Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekxpor meningkat (X↑)

sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net export nilainya sangat besar yang

mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑).

Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu ekportir yang

menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor)

lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net export). Adanya

positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang

akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat

Page 8: Teori Inflasi Dalam Islam

(AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan mengakibatkan naiknya tingkat

harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan ini Umar melarang

penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari

berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat

harga kembali normal.[8]

b. Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun embargo

ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Kahatab yang

mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-

harga (P↑).[9]

2.2.2  Human Eror Inflation

        Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41).

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)

perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya

sebagai berikut :[10]

a)  Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration).

               Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan

bukan karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada berbagai jabatan

penting dan terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang mempunyai

mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan,

kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut akan

menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk

menutupi kebutuhan finansial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup.

Page 9: Teori Inflasi Dalam Islam

Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan

Negara.

               Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan

menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah

mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of

goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan

MC2. Sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak

mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi.

                        Harga terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada. Hal ini

menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi (high cost economy) dan pada

akhirnya terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang merugikan masyarakat.

                        Jika merujuk pada persamaan AS-AD, terlihat korupsi dan

administrasi pemerintahan yang buruk menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran

agregatif.

                        Selain menyebabkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan

kelemahan administrasi sangat membahayakan perekonomian yakni terjerat pada

spiralling inflation atau hyper inflation.

b)   Pajak yang berlebihan (excessive tax)

                        Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian

hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk

yaitu kontraksi pada kurva penawaran agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh,

excessive tax mengakibatkan apa yang dinamakan para ekonom dengan efficiency

loss atau dead weight loss.[11]

c)    Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage).  

                        Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan

ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara,

pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Ibn al-Maqrizi

Page 10: Teori Inflasi Dalam Islam

berpendapat bahwa percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya

tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak

lagi bernilai.

                        Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam

bentuk jumlah uang (fulus), sedangkan jika diukur dengan emas (dinar ), harga-harga

komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada

tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang

mempunyai nilai nominal yang kecil.

2.3 Langkah – langkah Penanggulangan Inflasi dalam Islam

                        Dalam konsepsi Islam, orientasi ekonomi haruslah memperjuangkan

nasib rakyat kecil serta kesejahteraan rakyat banyak, yang dalam teori ushul  fiqh

dinamakan al maslahah al ammah. Sedangkan mekanisme yang digunakan untuk

mencapai kesejahteraan itu tidaklah ditentukan format dan bentuknya. Oleh karena

itu, sistem kapitalisme yang tidaklah bertentangan dengan Islam, dapat dijadikan

rujukan dalam pengambilan kebijakan dalam penanggulangan inflasi.

                        Inflasi dapat menguntungkan golongan masyarakat tertentu tetapi

merugikan golongan lain.  Karenanya setiap negara berusaha menghindari inflasi

dengan menerapkan berbagai kebijakan. Kebijakan –kebijakan tersebut antara lain :

2.4 Kebijakan Moneter

                        Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam

mengatur jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang

dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat

diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan

sebelumnya. Terdapat tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam

mengatur inflasi :

a.   Kebijakan Diskonto. Kebijakan diskonto (discount policy) adalah kebijakan bank

sentral untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan menaikkan dan

menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu dengan jealan

menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.

Page 11: Teori Inflasi Dalam Islam

b.   Operasi Pasar Terbuka. Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat

berharga.

c.   Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy). Yaitu kebijakan bank sentral untuk

mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan presentasi

persediaan kas dari bank.

                               Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas, Islam

tidak menggunakan instrument bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang

baru atau deficit anggaran. Yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang dan

pembangunan infrastruktur sector rill. Syekh Abdul Qadim Zallum mengatakan

bahwa, system moneter atau keuangan adalah sekumpulan kaidah pengadaan dan

pengaturan keuangan dalam suatu Negara. Yang paling penting dalam setiap

keuangan adalah penentuan satuan dasar keuangan dimana kepada satuan itu

dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain. Variabel yang harus

diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter dalam perekonomian islam adalah

stok uang, bukan tingkat suku bunga. Bank Islam harus mengarahkan kebijakan

moneternya untuk mendorong pertumbuhan dalam penawaran uang yang cukup untuk

membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka menengah dan jangka

panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi Islam.

Sasarannya haruslah untuk menjamin bahwa pengembangan moneter yang tidak

berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat mengeksploitasi kapasitas

perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa bagi kesejahteraan social. Tingkat

pertumbuhan yang ingin dicapai haruslah yang stabil, realistis dan dapat bertahan

dalam jangka menengah maupun panjang, bukan yang tidak realistis dan naik turun.

[12]

2.5  Kebijakan Fiskal

1.    Pengaturan Pengeluaran Pemerintah. Pemerintah harus menjaga penggunaan

anggaran negara agar sesuai dengan perencanaan. Sehingga tidak melampaui batas

yang telah direncanakan yang dapat mendorong pertambahan uang beredar dan

sebaliknya.

Page 12: Teori Inflasi Dalam Islam

2.    Peningkatan dan Penurunan Tarif Pajak. Dengan mengontrol kebijakan mengenai

tarif pajak dapat menstabilkan daya beli masyarakat dan kemampuan produksi barang

dan jasa.

                        Dalam perspktif Islam kebijakan fiskal mempunyai peran penting, hal

ini didasarkan pada alas an-alasan sebagai berikut: Peran kebijakan fiskal relative

dibatasi, dua hal yang mendasarinya; 1) Tingkat bunga yang tidak mempunyai peran

sama sekali dalam ekonomi islam, 2) Islam tidak memperbolehkan perjudian karena

dapat menimbulkan berbagai praktek perjudian yang mengandung spekulasi (untung-

untungan). Pemerintah Islam harus lebih keras dan tegas dalam menjamin bahwa

pungutan atas zakat dapat dikumpulkan dari setiap muslim yang mempunyai

kelebihan harta yang telah mencapai nishab.

                        Tujuan dari kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan

stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan

pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam yaitu

Islam menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan

demokrasi sesuai dengan QS. 59:7

 

“Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung ekonomi masyarakat

yang terbelakang dan untuk memajukan serta menyebarkan ajaran islam seluas

mungkin.[13]

                        Masih menurut Majid, dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi

ada beberapa instrument yang digunakan, yaitu : Penggunaan kebijakan fiskal dalam

menciptakan kesempatan kerja, hal ini mungkin saja apabila investasi tidak hanya

digunakan untuk menutupi kesenjangan antara pendapatan nasional dengan

Page 13: Teori Inflasi Dalam Islam

pengeluaran konsumsi agregat, maka harapan yang tinggi terhadap tingkat

keuntungan dapat dicukupi dengan mengajak para pengusaha untuk ikut membuka

investasi baru yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Hal yang harus dilakukan

oleh pemerintah adalah menari beban atas harta yang menganggur, sehingga akan

mendorong masyarakat untuk menginvestasikan dananya lewat tabungan atau

deposito dengan tanpa menggunakan tingkat bunga tetapi melalui bagi hasil, semua

ini akan merangsang para pengusaha karena dalam berusaha tidak akan terbebani oleh

beban bunga yang tinggi.[14]

2.6  Kebijakan Lain

1.   Peningkatan Produksi. Meski jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan

peningkatan produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan ekonomi.

2.   Kebijakan Upah. Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap

dibelanjakan (disposable income) masyarakat.

3.   Pengawasan Harga. Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat

diatasi dengan adanya pengawasan harga pasar.

2.7  Perbaikan Prilaku Masyarakat

                        Dalam mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu

adanya perbaikan prilaku masyarakat. sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak

didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner yang

mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan perak,

melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang berada di sekitar mata

uang tersebut.

                        Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah

sama, yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata

uang dînâr-dirham pernah rusak karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata

uang kertas pernah rusak karena pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di akhir

Page 14: Teori Inflasi Dalam Islam

tahun sembilan puluhan dan krisis global yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari

pembungaan dan spekulasi tersebut.

                        Sedangkan menurut M. Hatta setidaknya ada tujuh kebijakan moneter

Islam yang dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung,

yaitu: Dinar dan dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing, hukum

pertukaran mata uang, hukum bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum

pertukaran internasional, dan otoritas kebijakan moneter.

Page 15: Teori Inflasi Dalam Islam

BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

                        Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga

barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di

suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan

harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga

barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan –

penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Inflasi digolongan

menjadi dua golongan, yaitu natural inflation dan human error inflation. 

                       

Page 16: Teori Inflasi Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Karim , Adiwarman Aswar. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Rajawali

Pers: Jakarta.

Huda, Nurul dkk.(2009). “Ekonomi Makro Islam”; Pendekatan Teoritis. Kencana: 

Jakarta

Reksoprayitno, Soediyono. (2000). “Ekonomi Makro”; Analisis IS-LM dan

Permintaan-Penawaran Agregatif. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta.

Karim, Adiwarman Aswar. (2001). “Ekonomi Islam”; Suatu Kajian Kontemporer.

Gema Insani Pers: Jakarta.

Karim, Adiwarman. (2005). “Mata Uang Islami”; Telaah Komprehensif Sistem

Keuangan Islami. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Page 17: Teori Inflasi Dalam Islam

[1] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 424. [2] Ibid. 424-425[3] Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 189[4] Ibid. 190[5] Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 67-68[6] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 425-426.[7] Ibid.[8] Ibid.[9] Ibid.[10] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 435.

[11] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 436.

[12] Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 193-194

[13] Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 193-191

[14] Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 193-191