teori dan konsep fungsi dalam ekonomi
TRANSCRIPT
TEORI DAN KONSEP FUNGSI DALAM EKONOMI
Makalah
Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Matematika Ekonomi
Dibuat Oleh :
Tria Ningrum Rohmawati
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
Jalan Surya Kencana Nomor : 1, Pamulang
2015
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, saya sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Guna memenuhi tugas mandiri mata kuliah Matematika Ekonomi, pada Jurusan
Program Studi Akuntansi Universitas Pamulang. Adapun judul makalah adalah “Teori dan
Konsep Fungsi Dalam Ekonomi”
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan ini perkenankan penulis dengan segala rasa hormat
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya.
2. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang.
3. Bapak H. Buchori, selaku Wakil Rektor I Universitas Pamulang.
4. Bapak H. Endang Ruchiyat, S.E, M.M, selaku Kaprodi Akuntansi
5. Bapak Dadi Supriadi selaku Dosen Pembimbing dari Mata Kuliah Matematika Ekonomi
6. Ayah, Ibu dan Ade yang dengan setia dan penuh pengertian serta kasih sayang yang
selalu memberikan semangat kepada penulis.
7. Kakak Mohammad Abdul Syukur yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
8. Desi Supriyatin, Camelia Mutiara dan Rekan-rekan mahasiswa kelas 01 SAKMA / 308
malam Universitas Pamulang, terima kasih atas segala dukungan, dan bantuan yang
diberikan kepada penulis.
Makalah ini disusun dengan segala kemampuan yang ada pada penulis. Namun
penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki belum luas. Sehingga makalah ini
masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tangerang, 07 February 2015
Tria Ningrum Rohmawati
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………….…………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………..……………………………. 1
1.2 Pembatasan Masalah …………………………………… 1
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………. 1
1.4 Tujuan Makalah …………………………………………. 2
1.5 Manfaat Makalah ……………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….……. 3
2.1 Pengertian Konstanta ….………………………………. 3
2.2 Fungsi Linear ……………………………………………. 3
2.2.1 Pengertian Fungsi……………………….… …… 3
2.2.2 Pengertian Fungsi Linear….…………………… 4
2.3 Pengertian Fungsi Non-Linear……………………. …… 9
2.3.1 Bentuk Fungsi Non-linear……………………… 9
2.3.1.1 Fungsi Kuadrat …………..…….…….. 9
2.3.1.2 Lingkaran…………….……………. …. 10
2.3.1.3 Parabola…………….………….….….. 11
2.3.1.4 Hiperbola………….………………. …. 13
2.3.1.5 Elips………….………….………… ….. 14
2.4 Penerapan Fungsi Linear Dalam Ekonomi ..……. …… 15
2.4.1 Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Keseimbangan
Pasar …………………………… 16
2.4.2 Pengaruh Pajak Pada Keseimbangan Pasar 22
2.4.3 Pengaruh Subsidi Pada Keseimbangan Pasar 25
2.4.4 Fungsi Konsumsi dan Tabungan ……………… 27
2.4.4.1 Fungsi Konsumsi ……………………… 28
2.4.4.2 Fungsi Tabungan…………………. ….. 31
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………….. 36
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan fungsi dalam ekonomi dan bisnis merupakan salah satu bagian
yang sangat penting untuk dipelajari, karena model-model ekonomi yang berbentuk
matematika biasanya dinyatakan dengan fungsi. Fungsi dalam matematika
menyatakan suatu hubungan formal di antara dua himpunan data. Jika himpunan
data tersebut adalah variable, maka fungsi dapat dikatakan sebagai hubungan antara
dua variabel.
Fungsi adalah suatu bentuk hubungan matematis yang menyatakan
hubungan ketergantungan ( hubungan fungsional ) antara satu variabel dengan
variabel lain. Sebuah fungsi dibentuk oleh beberapa unsur yaitu : variabel, koefisien,
dan konstanta. Variabel dan koefisien senantiasa terdapat dalam setiap fungsi.
Variabel adalah unsur pembentuk fungsi yang mencerminkan atau mewakili faktor
(data) tertentu, dilambangkan dengan huruf-huruf latin. Berdasarkan kedudukan
atausifatnya, di dalam setiap fungsi terdapat dua macam variabel yaitu variabel
bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel
bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain, sedangkan
variabel terikat adalah variabel yang nilainya tergantung pada variabel lain. Koefisien
adalah bilangan atau angka yang terkait pada dan terletak di depan suatu variabel
dalam sebuah fungsi. Konstanta adalah bilangan atau angka yang (kadang-kadang)
turut membentuk sebuah fungsi tetapi berdiri sendiri sebagai bilangan (tidak terkait
pada suatu variabel tertentu).
1.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dapat dibatasi masalah hanya dalam ruang
lingkup Teori dan Konsep Fungsi dalam Ekonomi.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang serta pembatasan masalah mengenai Teori dan Konsep
Fungsi Dalam Ekonomi, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.3.1 Apa yang dimaksud dengan konstanta?
1.3.2 Apa pengertian Fungsi Linear dan Fungsi Non Linear?
1.3.3 Apa saja penerapan Fungsi Linear dalam ekonomi dan jelaskan?
5
1.4 Tujuan Makalah
Dari masalah diatas, secara garis besar tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk menjelaskan tentang Teori dan Konsep Fungsi dalam Ekonomi.
1.5 Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaaan atau
manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini
berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah yang dibahas dalam
makalah ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.6.1 Penulis, seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini
diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah
yang dibahas dalam makalah ini;
1.6.2 Lembaga, makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi,
referensi untuk lembaga (kampus).
1.6.3 Pembaca, makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan
dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.
6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konstanta
Konstanta adalah Suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan
tidak memuat variable. Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang
belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel
biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ...x, z.
Contoh Soal
Tentukan konstanta pada bentuk aljabar 2x2 + 3xy + 7x – y – 8
Penyelesaian:
Konstanta adalah suku yang tidak memuat variabel, sehingga konstanta dari 2x2 +
3xy + 7x – y – 8 adalah –8.
2.2 Fungsi Linear
2.2.1 Pengertian Fungsi
Fungsi ialah suatu bentuk matematis yang menyatakan hubungan
ketergantungan (hubungan fungsional) antara satu variable dengan variable
lainnya. Sebuah fungsi dibentuk oleh beberapa unsure. Unsur-unsur
pembentuk fungsi adalah variable, koefisien dan konstanta. Variabel ialah
unsure pembentuk fungsi yang mencerminkan atau mewakili faktor tertentu.
Dalam matematika, variable dalam sebuah persamaan lazimnya ditulis
dengan huruf kecil.
Berdasarkan kedudukan atau sifatnya, didalam setiap fungsi terdapat
dua macam variable yaitu variable independen dan variable dependen.
Variabel independent ( variable bebas, variable yang menjelaskan, variable
menerangkan) yaitu variable yang nilainya tidak tergantung variable lain,
sedangkan variable dependen (variable tidak bebas, variable yang dijelaskan,
variable yang diterangkan) ialah variable yang nilainya tergantung dari
variable lain.
Koefisien ialah bilangan atau angka yang terkait dan terletak didepan
variable dalam sebuah fungsi. Adapun konstanta ialah bilangan atau angka
7
yang (kadang-kadang) turut membentuk sebuah fungsi tetapi berdiri sendiri
sebagai bilangan dan tidak terkait pada suatu variable tertentu.
2.2.2 Pengertian Fungsi Linear
Fungsi Linier atau fungsi berderajat satu ialah fungsi yang pangkat
tertinggi dari variabelnya adalah pangkat satu. Sesuai namanya, setiap
persamaan linier apabila digambarkan akan menghasilkan sebuah garis lurus.
Bentuk umum persamaan linier adalah :
y = a + bx
dimana a adalah penggal garisnya pada sumbu vertikal y, sedangkan b
adalah koefisien arah atau gradien garis yang bersangkutan.
Pembentukan Persamaan Linier
Sebuah persamaan linier dapat dibentuk melalui beberapa macam
cara, tergantung pada data yang tersedia. Berikut ini dicontohkan empat
macam cara yang dapat ditempuh untuk membentuk sebuah persamaan
linier, masing-masing berdasarkan ketersediaan data yang diketahui.
Keempat cara yang dimaksud adalah :
Cara dwi-koordinat
Dari dua buah titik dapat dibentuk sebuah persamaan linier yang
memenuhi kedua titik tersebut. Apabila diketahui dua buah titik A dan B
dengan koordinat masing-masing (x1,y1) dan (x2,y2),maka rumus persamaan
liniernya adalah :
Contoh Soal:
Misalkan diketahui titik A(2,3) dan titik B(6,5), maka persamaan liniernya:
4y -12 = 2x – 4, 4y = 2x+ 8 , y = 2 + 0,5 x
Cara koordinat-lereng
8
Apabila diketahui sebuah titik A dengan koordinat (x1,y1) dan lereng
garisnya b, maka persamaan liniernya adalah :
Contoh Soal :
Andaikan diketahui bahwa titik A(2,3) dan lereng garisnya adalah 0,5
maka persamaan linier yang memenuhi kedua persamaan kedua data ini
adalah
Cara penggal-lereng
Sebuah persamaan linier dapat pula dibentuk apabila diketahui
penggalnya pada salah satu sumbu (a) dan lereng garis (b) yang memenuhi
persamaan tersebut, maka persamaan liniernya adalah :
y=ax+b ; a = penggal, b = lereng
Contoh Soal :
Andaikan penggal dan lereng garis y =f (x) masing-masing adalah 2 dan 0,5,
maka persamaan liniernya adalah : y=2+5x
Cara dwi-penggal
Sebuah persamaan linier dapat pula dibentuk apabila diketahui
penggal garis pada masing-masing sumbu, yaitu penggal pada sumbu vertikal
(ketika x = 0) dan penggal pada sumbu horisontal ( ketika y = 0), maka
persamaan liniernya adalah :
; a = penggal vertikal, b = penggal horisontal
Contoh Soal :
Andaikan penggal sebuah garis pada sumbu vertikal dan sumbu
horisontal masing-masing 2 dan -4 , maka persamaan liniernya adalah :
9
Hubungan Dua garis lurus
Berimpit
Dua garis lurus akan berimpit apabila persamaan garis yang satu merupakan
kelipatan dari garis yan lain. Dengan demikian , garis
akan berimpit dengan garis , jika
Sejajar
Dua garis lurus akan sejajar apabila lereng/gradien garis yang satu sama
dengan lereng/gradien dari garis yang lain. Dengan demikian , garis
akan sejajar dengan garis , jika
10
Berpotongan
Dua garis lurus akan berpotongan apabila lereng/gradien garis yang satu
tidak sama dengan lereng/gradien dari garis yang lain. Dengan demikian ,
garis akan berpotongan dengan garis , jika
Tegak lurus
Dua garis lurus akan saling tegak lurus apabila lereng/gradien garis yang satu
merupakan kebalikan dari lereng/gradien dari garis yang lain dengan tanda
yang berlawanan. Dengan demikian , garis akan tegak lurus
dengan garis , jika atau
PENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN LINEAR
Penyelesaian suatu sistem persamaan linier adalah suatu himpunan
nilai yang memenuhi secara serentak (simultan) semua persamaan-
persamaan dari sistem tersebut. Atau secara sederhana sistem persamaan
linier adalah menentukan titik potong dari dua persamaan linier. Ada tiga cara
yang dapat digunakan untuk pengelesaian suatu sistem persamaan linier,
yaitu : (1) Metode subtitusi, (2) Metode eliminasi, dan (3) Metode determinan.
11
1. Metode Subtitusi
Misal: carilah nilai variable x dan y dari dua persamaan berikut: 2x+3y=21
dan x+4y=23 !
Jawab:
Salah satu persamaan dirubah dahulu menjadi y = … atau x = … Misal
persamaan x+4y=23 dirubah menjadi x=23-4y. Kemudian disubtitusikan
kedalam persamaan yang satu, x = 23-4y Maka:
2x+3y = 21
2(23-4y)+3y = 21
46 – 8y + 3y = 21
25 – 5y
25 5yy = 5
Untuk mendapatkan nilai x, subtitusikan y = 5 kedalam salah satu
persamaan. y = 5 maka:
2x + 3y = 21
2x + 3(5) = 21
2x + 15 = 21
2x = 21 – 15
x = 6/2 x = 3
Jadi himpunan penyelesaian yang memenuhi kedua persamaan tersebut
adalah himpunan pasangan (3,5)
2. Metode Eliminasi
Misal: carilah nilai variable x dan y dari dua persamaan berikut: 3x-2y=7
dan 2x+4y=10
Jawab:
Misal variable yang hendak dieliminasi adalah y
3x – 2y = 7 (2) 6x – 4y = 14
2x + 4y = 10 (1) 2x + 4y = 10
8x + 0 = 24 x = 3
Untuk mendapatkan nilai y, subtitusikan x = 3 kedalam salah satu
persamaan x = 3. Maka:
3(3) – 2y = 7
- 2y = 7 – 9
-2y = 2 y = 1
Jadi himpunan penyelesaian yang memenuhi kedua persamaan tersebut
adalah himpunan pasangan (3,1)
12
3. Metode Determinasi
Contoh soal :
Sekarang, mari kita pahami penyelesaian persamaan linier dengan 2
peubah dengan metode determinan ini menggunakan contoh. Misalkan:
persamaan pertama: 2x + y = 5, Persamaan kedua: 3x – 2y = 4. Maka
tentukanlah himpunan penyelesaiannya dengan metode determinan.
Langkah 1
Cari determinan terlebih dahulu:
Det = 2 1 = (2.(-2)) – (3.1) = - 4 – 3 = -7
3 -2
Det = 5 1 = (5.(-2)) – (4.1) = -10 – 4 = -14
4 -2
Det = 2 5 = (2.4) – (3.5) = 8 – 15 = -7
3 4
Langkah 2
Selanjutnya, Anda bisa menentukan nilai x dan y
X = det x / det = -14/-7 = 2
Y = det y / det = -7/-7 = 1
Himpunan penyelesaian
Dari paparan diatas, dapat ditemukan nilai x dan y adalah 2 dan 1. Atau
dituliskan Hp = {(2,1)
2.3. Pengertian Fungsi Non-linear
Fungsi non-linear merupakan bagian yang penting dalam matematika
untuk ekonomi, karena pada umumnya fungsi-fungsi yang menghubungkan
variabel-variabel ekonomi bentuknya tidak linear. Oleh sebab itu, dengan
mempelajari bentuk-bentuk fungsi non-linear dan memahami sifat-sifatnya
akan sangat bermanfaat dalam mendalami teori-teori ekonomi.
2.3.1 Bentuk Fungsi Non linear
2.3.1.1 Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat yaitu fungsi yang mempunyai pangkat tertinggi dan variabelnya adalah pangkat 2. Suatu persamaan kuadrat mungkin dapat berbentuk suatu lingkaran elips, parabola, hiperbola, atau bentuk yang lain. Bentuk umum persamaan kuadrat.
13
Ax2 + Bxy + Cy2 + Dx + Ey + F = 0 dimana A,B,C ≠ 0 dari persamaan kuadrat diatas dengan mudah dapat dketahui secara cepat apakah kurvanya berbentuk lingkaran, ellips, parabola atau hiperbola. Jika B = 0 dan A = C, Maka irisan berbentuk lingkaran. Jika B2 = -4 AC < 0, Maka irisan berbentuk ellips. Jika B2 = -4 AC = 0, Maka irisan berbentuk parabola. Jika B2 = -4 AC > 0, Maka irisan hiperbola.
2.3.1.2 LINGKARAN
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang
berjarak tetap terhadap sebuah titik tertentu yang disebut
pusat.
Bentuk umum persamaan lingkaran :
a X 2 + b Y 2 + c X + d Y + e = 0
Lalu ubah bentuk persamaan menjadi
( X – i ) 2 + ( Y – j ) 2 = r 2
Dimana : i = a
c
2 ; j =
a
d
2
dan r =
a
eji 22
Maka i = jarak pusat lingkaran terhadap sumbu Y
j = jarak pusat lingkaran terhadap sumbu X
r = jari-jari lingkaran
Lingkaran bisa digambarkan jika nilai r 2 > 0
Titik potong lingkaran pada sumbu koordinat dapat dicari
dengan memisalkan masing-masing X = 0 dan Y = 0 secara
bergantian.
Jika i > r lingkaran tidak memotong sumbu Y
j > r lingkaran tidak memotong sumbu X
14
Contoh :
3 X 2 + 3 Y 2 – 24 X – 18 Y = 33 : 3
X 2 + Y 2 – 8 X – 6 Y = 11
i = a
c
2 =
12
8
= 4 j =
a
d
2=
12
6
= 3
dan r =
a
eji 22
=
1
1134 22
= 36 = 6
jadi lingkaran tersebut mempunyai titik pusat pada sumbu
koordinat ( 4 ; 3 ) dengan jari-jari lingkaran = 6
2.3.1.3 PARABOLA
Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang
berjarak sama terhadap sebuah titik fokus dan sebuah garis
lurus yang disebut direktriks. Setiap parabola mempunyai
sebuah sumbu simetri dan sebuah titik ekstrim.
Berikut ini terdapat 6 kemungkinan bentuk parabola : 1. Jika a > o dan D > 0, maka parabola akan terbuka ke
atas dan memotong sumbu X di dua titik yang berlainan.
((44,,33))
jj==33
99,,1199
--11,,4477
00 --11,,1199
ii==44
77,,4477
rr ==66
33XX2
++ 33YY2
-- 2244XX –– 1188YY == 3333
XX
YY
15
2. Jika a > 0 dan D = 0, maka parabola akan terbuka ke atas dan menyinggung sumbu X di dua titik yang
berhimpit.
3. Jika a > 0 dan D < 0, maka parabola akan terbuka ke atas dan tidak memotong maupun menyinggung sumbu
X.
4. Jika a < 0 dan D = 0, maka parabola akan terbuka ke bawah dan memotong sumbu X di dua titik yang
berlainan.
5. Jika a > 0 dan D = 0, maka parabola akan terbuka ke bawah dan menyinggung sumbu X di dua titik yang
berhimpit.
6. Jika a < 0 dan D < 0, maka parabola akan terbuka ke bawah dan tidak memotong maupun menyinggung sumbu X.
CCoonnttoohh ::
JJiikkaa ffuunnggssii kkuuaaddrraatt YY == XX22 –– 88XX ++ 1122,, ccaarriillaahh kkoooorrddiinnaatt ttiittiikk
ppuunnccaakk ddaann ggaammbbaarrkkaannllaahh ppaarraabboollaannyyaa..
PPeennyyeelleessaaiiaann ::
KKoooorrddiinnaatt ttiittiikk ppuunnccaakk == −𝒃
𝟐𝒂;;
((𝒃𝒃𝟐𝟐−−𝟒𝒂𝒄𝟒𝒂𝒄))
−−𝟒𝒂𝟒𝒂
= −(−8)
2 ;
(82−4.1.12)
−4(1)
= 4 ; (64−48)
−4
= 16
−4
= - 4 = ( 4, -4)
Untuk X = 0, maka Y = 12 Titik potong sumbu X
adalah (0, 12)
Untuk Y = 0, maka X2 – 8X + 12 = 0
X1,2 = 8±√64−48
2 =
8±√162
X1 = 8+4
2 = 6
X2 = 8−4
2 = 2
Titik potong sumbu X adalah (2,0) dan (6,0) Berdasarkan nilai-
nilai penyelesaian dari titik puncak dan titik potong sumbu X
dan Y maka kurva parabolanya dapat digambarkan seperti
berikut :
16
Y
(0,12)
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1 (2,0) (6,0) X
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
-1
-2
-3
-4
(4, -4)
2.3.1.4 HIPERBOLA
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang
perbedaan jaraknya terhadap dua fokus selalu konstan.
Hiperbola mempunyai dua sumbu simetri yang saling tegak
lurus dan sepasang asimtot. Perpotongan antara sumbu-
sumbu simetri (antara asimtot-asimtot) merupakan pusat
hiperbola.
Bentuk umum persamaan hiperbola :
a X 2 + b Y 2 + c X + d Y + e = 0 ;
dimana a dan b berlawanan tanda
Pusat hiperbola dapat dicari dengan cara :
1)()(
2
2
2
2
n
jY
m
iX dimana sumbu lintang // sumbu X
atau
17
1)()(
2
2
2
2
m
jY
n
iX dimana sumbu lintang // sumbu Y
dimana ( i , j ) adalah koordinat titik pusat hiperbola
Jika nilai m = n maka asimtotnya akan saling tegak lurus, dan
sumbu lintangnya tidak lagi sejajar salah satu sumbu
koordinat, dan hiperbolanya disebut hiperbola sama sisi.
Contoh :
Jika diketahui fungsi rasional Y = 9
𝑥, gambarkanlah kurva
hiperbolanya ? Penyelesaian : Jika X = 1, maka Y = 9, sehingga titik koordinatnya (1,9) Jika X = 3, maka Y = 3, sehingga titik koordinatnya (3,3) Jika X = 9, maka Y = 1, sehingga titik koordinatnya (9,1) Kurva hiperbola ini ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut :
Y
1,9 9
8
7
Y = 6
5 4 3,3
3
2
9,1 1 x
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.3.1.5 ELIPS
Secara geometri, elips didefinisikan sebagai tempat
kedudukan titik-titik dalam bidang yang jumlah jarak dua
titiknya konstan. Suatu elips mempunyai dua sumbu simetri
yang saling tegak lurus. Sumbu yang panjang disebut sumbu
utama dan Sumbu pendek disebut sumbu minor. Titik potong
sumbu-sumbu tersebut adalah titik pusat elips.Bentuk umum
dari persamaan elips adalah :
18
AX²+ CY²+ DX + EY + F = 0 dimana A≠C, D dan C mempunyai
tanda yang sama bentuk umum elips ini dapat diubah ke dalam
bentuk standar elips menjadi :
(𝑥−ℎ)
2
𝑎²+
(𝑦−𝑘)²
𝑏² = 1
pusat elips adalah (h,k) dan bila a > b, maka sumbu panjang
sejajar dengan sumbu X. Akan tetapi bila a < b, maka sumbu
panjang sejajar dengan sumbu y. Sumbu panjangnya 2a dan
sumbu pendeknya 2b. Sumbu panjang disebut jari-jari panjang
dan sumbu pendek disebut jari-jari pendek.
Contoh :
Tentukanlah titik pusat, jari-jari pendek dan panjang dari
persamaan elips
4X²+ 9Y²+ 16X –18Y –11 = 0
Penyelesaian :
4x² + 9y² + 16x – 18y -11 = 0
4x² + 16x + 9y² – 18y = 11 + 16 + 9
4 (x² + 4x + 4) + 9 (y² - 2y + 1) = 11 + 16 + 9
4 (x + 2)² + 9 (y – 1)² = 36
(𝑥+2)²
9+
(y−1)²
4 = 1
Pusat elips (-2, 1)
Jari-jari panjang a²= 9, maka a = √9 = 3
Jari-jari pendek b² = 4, maka b = √4 = 2
Y
6
5
4
3
2 1 X
-2 -1 0 1 2
19
2.4 Penerapan Fungsi Linear Dalam Ekonomi
2.4.1 Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran, dan Keseimbangan Pasar
Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dan
variabel jumlah (barang/jasa) yang diminta. Fungsi permintaan
menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta
oleh konsumen dengan harga produk
Dalam bentuk persamaan diatas terlihat bahwa variabel P
(price, harga) dan variabel Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda
yang berlawanan. Ini mencerminkan hukum permintaan, bahwa
apabila hatga naik jumlah yang diminta akan berkurang dan apabila
harga turun jumlah yang diminta akan bertambah. Gerakan harga
berlawanan arah dengan gerakan jumlah, oleh karena itu kurva
permintaan berlereng negatif.
20
Dalam bentuk persamaan diatasterlihat bahwa variabel P
(harga) dan variabel Q (jumlah) mempunyai tanda yang sama, yaitu
sama-sama positif. Ini mencerminkan hukum penawaran, bahwa
apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah dan
apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.
Gerakan harga searah dengan gerakan jumlah, oleh karena itu kurva
penawaran berlereng positif.
Dalam menggabarkan kurva permintaan dan kurva penawaran
sebetulnya dibenarkan meletakkan variabel harga (p) pada sumbu
horizontal dan variabel jumlah (Q) pada sumbu vertikal. Jadi tidak
harus variabel harga ditempatkan pada sumbu vertikal dan variabel
jumlah pada sumbu horizontal, sebagaimana dicontohkan diatas.
21
Akan tetapi terdapat semacam tradisi menempatkan P pada sumbu
vertikal dan Q pada sumbu horizontal, dan uraian-uraian didalam buku
ini mengikuti tradisi tersebut.
Keseimbangan Pasar. Pasar suatu macam barang yang
dikatakan berada dalam keseimbangan (equilibrium) apabila jumlah
barang yang diminta dipasar tersebut dengan jumlah barang yang
ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini ditunjukkan oleh
kesamaan Qd = Qs, yakni pada perpotongan kurva permintaan dengan
kurva penawaran. Pada posisi keseimbangan pasar ini tercipta harga
keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan
(equilibrium quantity).
22
Contoh Fungsi Permintaan
Pada saat harga Jeruk Rp. 5.000 perKg permintaan akan jeruk tersebut
sebanyak 1000Kg, tetapi pada saat harga jeruk meningkat menjadi Rp.
7.000 Per Kg permintaan akan jeruk menurun menjadi 600Kg, buatlah
fungsi permntaannya ?
Pembahasan :
Dari soal diatas diperoleh data :
P1 = Rp. 5.000 Q1 = 1000 Kg
P2 = Rp. 7.000 Q2 = 600 Kg
untuk menentukan fungsi permintaannya maka digunakan rumus persamaan
garis melalui dua titik, yakni :
y - y1 x - x1
------ = --------
y2 - y1 x2 - x1
dengan mengganti x = Q dan y = P maka didapat,
P - P1 Q - Q1
------- = --------
P2 - P1 Q2 - Q1
23
Bila dimasukan data diatas kedalam rumus :
P - 5.000 Q - 1000
----------------------- = ----------------
7.000 - 5.000 600 - 1000
P - 5.000 Q - 1000
----------------------- = ----------------
2.000 -400
P - 5.000 (-400) = 2.000 (Q - 1000)
-400P + 2.000.000 = 2000Q - 2.000.000
2000Q = 2000.000 + 2.000.000 - 400P
Q = 1/2000 (4.000.000 - 400P)
Q = 2000 - 0,2P
============
Jadi Dari kasus diatas diperoleh fungsi permintan Qd = 2000 - 0,2P
Contoh Fungsi Penawaran
saat harga durian Rp. 3.000 perbuah toko A hanya mampu menjual
Durian sebanyak 100 buah, dan pada saat harga durian Rp. 4.000
perbuah toko A mampu menjual Durian Pada lebih banyak menjadi 200
buah. dari kasus tersebut buatlah fungsi penawarannya ?
Jawab :
dari soal diatas diperoleh data sebagai berikut :
P1 = 3.000 Q1 = 100 buah
P2 = 4.000 Q2 = 200 buah
Langkah selanjutnya, kita memasukan data-data diatas kedalam rumus
persamaan linear a:
P - P1 Q - Q1
-------- = ---------
P2 - P1 Q2 - Q1
24
P - 3.000 Q - 100
-------------- = -------------
4.000 - 3.000 200 - 100
P - 3.000 Q - 100
-------------- = -------------
1.000 100
(P - 3.000)(100) = (Q - 100) (1.000)
100P - 300.000 = 1.000Q - 100.000
1.000Q = -300.000 + 100.000 + 100P
1.000Q = -200.000 + 100P
Q = 1/1000 (-200.000 + 100P )
Q = -200 + 0.1P
============
Jadi dari kasus diatas diperoleh Fungsi penawaran : Qs = -200 + 0,1Pd
Contoh Fungsi Keseimbangan Pasar
Tentukan jumlah barang dan harga pada keseimbangan pasar untuk fungsi
permintaan Qd = 10 - 0,6Pd dan fungsi penawaran Qs = -20 + 0,4Ps.
Jawab:
Keseimbangan terjadi apabila Qd = Qs, Jadi
10 - 0,6Pd = -20 + 0,4Ps
0,4P + 0,6P = 10 + 20
P = 30
Setelah diketahui nilai P, kita masukan nilai tersebut kedalam salah satu
fungsi tersebut:
Q = 10 - 0,2(30)
Q = 10 - 6
Q = 4,
Jadi keseimbangan pasar terjadi pada saat harga (P)=30 dan jumlah barang
(Q) = 4.
25
2.4.2 Pengaruh Pajak Pada Keseimbangan Pasar
Pajak Spesifik : Pajak yang dikenakan per unit barang
yang diproduksi atau dijual. Hal tersebut dipengaruhi harga
keseimbangan dan jumlah keseimbangan. Dengan adanya pajak (t)
atas suatu barang, maka posisi keseimbangan pasar akan berubah
yang menyebabkan pergeseran pada kurva penawaran.
Pajak Proposional : pajak yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase tertentu dari harga jual bukan ditetapkan
secara spesifik. Dan menyebabkan kurva penawaran memiliki lereng
yang lebih besar dari pada kurva penawarn sebelum pajak.
Produsen akan menawarkan harga jual yang lebih tinggi dari pada
harga keseimbangan sebelum pajak yang menyebabkan jumlah
keseimbangan lebih sedikit.
Keterangan :
P = Harga Pe = Harga Keseimbangan
Q = Jumlah Qe = Jumlah Keseimbangan
E = Ekuilibrium (Keseimbangan) Pt = Harga setelah pajak
t = Pajak Qt = Jumlah setelah pajak
tk = Pajak Konsumen T = Pajak Total Pemerintah
tp = Pajak Produsen
Fungsi permintaan
Menunjukan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh
konsumen yang mempengaruhi pada periode tertentu.
Fungsi penawaran
Menunjukan hubungan antara jumlah produk yang ditawarkan
produsen untuk dijual yang
P = f (Q) => P = a - bQ
P = F (Q) => P = a+bQ
26
Contoh soal :
1.Jika fungsi permintaan suatu produk ditunjukan oleh P = 25- Q dan
fungsi penawaran P = 2Q+4, terhadap produk tersebut dikenakan
pajak oleh permintan sebesar Rp 3 per unit.
a. Berapakah harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum
dan sesudah dikenakan pajak?
b. Berapa besar penerimaan pajak total oleh pemerintah?
c. Berapa besar pajak yang di tanggung oleh konsumen dan
produsen?
d. Gambarkanlah harga dan jumlah keseimbangan sebelum dan
setelah pajak dalam satu diagram !
Penyelesaian :
a. Pd = Ps
25-Q =2Q + 4
-Q – 2Q = 4 – 25
-3Q = -21
27
Q = 21/ 3
Q = 7
Maka keseimbangan pasar sebelum pajak adalah E (7, 18)
Pd = Pst
25-Q =2Q + 4 +3
-Q-2Q = 4+3-25
-3Q = -18
Q = 6
Maka keseimbangan pasar setelah pajak adalah Et (6,19)
b. T = Qet x t
T = (6) (3)
T = 18
c. Konsumen
tk = (Pt – Pe) (Qet)
(19 – 18) (6)
1.6 = 6
d. Produsen
tp = T – tk
18 – 6 = 12
e. Grafik
28
2.4.3 Pengaruh Subsidi Pada Keseimbangan Pasar
Subsidi : kebalikan dari pajak sehingga sering kali disebut
pajak negatif, subsidi yang diberikan per unit barang yang diproduksi
atau dijual. Hal tersebut dipengaruhi harga keseimbangan dan jumlah
keseimbangan. Dengan adanya subsidi (s) atas suatu barang, maka
posisi keseimbangan pasar akan berubah yang menyebabkan
pergeseran pada kurva penawaran menjadi lebih rendah.
Produsen akan menawarkan Harga jual yang lebih rendah
dari pada harga keseimbangan sebelum subsidi yang
menyebabkan harga jual barang tersebut lebih rendah.
Keterangan :
P = Harga Pe = HargaKeseimbangan
Q = Jumlah Qe = JumlahKeseimbangan
E = Ekuilibrium (Keseimbangan) Ps = Hargasetelahsubsidi
s = subsidi Qs = Jumlahsetelahsubsidi
sk = Subsidi diterima Konsumen S = SubsididariPemerintah
sp = Subsidi diterima Produsen
29
Contoh soal :
1. Fungsi permintaan suatu produk ditunjukan oleh P = 20-Q dan
fungsi penawaran P= 2Q+5. Jika pemerintah memberikan subsidi
sebesar Rp 3 per unit produk .
a) Berapakah harga dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi ?
b) Berapakah harga dan jumlah keseimbangan setelah subsidi ?
c) Berapa besar subsidi diberikan pemerintah?
d) Berapa subsidi yang dinikmati oleh konsumsi dan produsen?
e) Gambarkan dalam diagram !
Penyelesaian :
a. Pd= Ps
20-Q = 2Q + 5
-Q – 2Q = 5 – 20
-3Q = -15
Q = 15/ 3
Q = 5
Maka keseimbangan pasar sebelum subsidi adalah E ( 5,15 )
Pd = Pss
20-Q = 2Q + 5 -3
-Q-2Q = 5-3-20
-3Q = -18
Q = 6
Maka keseimbangan pasar setelah pajak adalah Es (6,14)
b. S = Qes x s
S = (6) (3)
S = 18
c. Konsumen
sk = (Pe – Ps) (Qes)
(15 – 14) (6)
1.6 = 6
d. Produsen
sp = S – Sk
18 – 6 = 12
e. Grafik
30
2.4.4 Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Dalam suatau perekonomian, pendapatan masyarakat suatau
Negara secara keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke
dalam dua kategori penggunaan, yaitu untuk keperluan konsumsi dan
tabungan. Pada umumnya pendapatan dilambangkan dengan Y,
sedangkan konsumsi dilambangkan dengan C, tabungan
dilambangkan dengan S, dan investasi dilambangkan dengan I.
Menurut John Maynard Keynes, pendapatan suatu Negara
dapat di rumuskan sebagai berikut:
a. Ditinjau dari segi perseorangan
b. Ditinjau dari segi perusahaan/ pengusaha
Y = C + S
Y = C + 1
31
Keterangan:
Y = income / pendapatan
C = comsumtion / konsumsi
S = saving / tabungan
I = investment / investasi
Jika pendapatan berubah, maka akan berakibat konsumsi dan
tabungan juga berubah. Perubahan tersebut dapat ditentukan sebagai
berikut:
1) MPC ( Marginal Propencity to Consume) adalah angka
perbandinagn antara besarnya perubahan konsumsi dengan
besarnya pendapatan nasional, sehingga dapat dirumuskan:
MPC = ∆ 𝑪
∆ 𝒀
∆C = selisih konsumsi atau tambahn konsumsi atau perubahan
komsumsi
∆Y = selisih pendapatan atau tambahan pendapatan
2) MPS ( Marginal Propencity to Sav) adalah perbandingan antara
bertambahnya tabungan dengan bertamabahnya pendapatan
nasional, yang dapat di rumuskan sebagai berikut:
MPS = ∆ 𝑺
∆ 𝒀
∆ S = selisih tabungan atau tambahan tabunagan atau
perubahan tabungan
∆ Y = selisih pendapatan atau tambahan pendapatan atau
perubahan pendapatan.
2.4.4.1 Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah fungsi yang menunjukkan
hubungan antara konsumsi ( C ) dengan pendapatan ( Y ).
Pada umumnya, fungsi konsumsi diasumsikan mempunyai
persamaan linear sebagai berikut :
C = a + b Y
32
Syarat mutlak fungsi konsumsi, yaitu:
Nilai a = harus positif
Nilai b = harus positif
Keterangan :
C = tingkat konsumsi nasional
a = besarnya pengeluaran konsumsi pada saat
pendapatan nol atau autonomous consumption
( konsumsi otonom)
b = MPC yaitu tambahan pendapatan yang
digunakan untuk tambahan pengeluaran
Untuk mengetahui besarnya a, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Dimana Average Propencity to Consume ( APC ),
artinya hasrat untuk berkonsumsi rata-rata. APC adalah
perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatau tingkat
pendapatan nasional ( C ) dengan besarnya tingkat
pendapatan nasional itu sendiri ( Y ).
Bila ditulis dengan rumus adalah :
Dalam fungi konsumsi, kita juga harus mengenal
tingkat pendapatan Break Even Point (BEP) atau Break even
Income (BEI). Adapun maksud tingkat pendapatan BEP
adalah tingkat pendapatan, diman besarnya pendapatan
sama dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi, yang
dirumuskan:
C : fungsi konsums
S : fungsi tabungan
a = ( APC – MPC ) Y
APC = 𝑪
𝒀 , sedangkan b atau MPC =
∆ 𝑪
∆ 𝒀
Y = C atau S = 0
33
Contoh 1 :
Diketahui data pendapatan suatu Negara beserta konsumsi
dan tabungannya sebagai berikut.
a. Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp 1,000
miliar, besar konsumsi per tahun Rp 950 miliar,
sehingga tabungannya Rp 50 miliar
b. Pada tingkat pendapatan nasional pertahun Rp 1,200
miliar, besar konsumsi per tahun Rp 1,100 miliar,
sehingga tabungannya Rp 100 miliar. Tentukan:
1. Fungsi konsumsi
2. Tingkat pendapatan nasional BEP ( Break Even
Point )
Jawab :
1. Mencari fungsi konsumsi
APC = 𝐶
𝑌 =
950
1000 = 0,95
MPC = b = ∆ 𝐶
∆ 𝑌 =
1100−950
1200−1000 =
150
200 = 0,75
maka besarnya a = (APC – MPC) Y
a = ( 0,95 – 0,75 ) 1.000 miliar
a = 0,20 x 1000 miliar
a = 200 miliar
jadi fungsi konsumsinya C = a + b Y atau
C = 200 miliar + 0.75 Y
2. Besarnya titik keseimbangan BEP
Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat
pendapatan dimana besarnya pendapatan sama
dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi,
atau dapat dikatakan Y = C atau Y – C = 0
Perhitungannya adalah :
Y – C = 0
Y – ( 200 miliar + 0,75 Y) = 0
Y – 0,75 Y – 200 miliar = 0
0,25 Y = 200 miliar
Y = 800 miliar
Jadi, besarnya BEP adalah Rp 800 miliar
34
2.4.4.2 Fungsi Tabungan
Fungsi tabungan yaitu fungsi yang menunjukkan
hubungan antara tabunagn ( S ) dengan pendapatan ( Y ).
Dengan menggunakan rumus fungsi konsumsi, dapat
ditentukan sebagai berikut.
Y = C + S
S = Y – C padahal C = a = b Y,
Sehingga S = Y – ( a + b Y )
S = Y – a b Y
S = -a + (1 – b) Y
Contoh 2:
Berdasarkan fungsi konsumsi pada contoh 1, maka fungsi
tabungan dapat ditentukan sebagai berikut.
S = -200 miliar + ( 1 – 0,75 ) Y
S = -200 miliar + 0,25 Y
Adapun besarnya 0,25 dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus MPS berikut.
MPS = 100−50
1200−1000 =
50
200 = 25
35
Untuk menggambar grafik fungsi konsumsi dan
tabungan terlebih dahulu harus kamu tentukan bahwa sumbu
tegak menunjukkan sumbu C dan S ( sumbu konsumsi dan
tabungan), sedangkan sumbu datar menunjukkan sumbu Y
(sumbu pendapatan).
Langkah – langkah untuk menggambar grafik fungsi
konsumsi dan funsi tabungan yaitu sebagai berikut :
a. Grafik fungsi konsumsi dimulai dari titik a (konsumsi
otonom)
b. Grafik fungsi tabungan dimulai dari titik –a.
c. Kemudian kedua titik tersebut ditarik garis lurus dan
memotong titik BEP, baik titik BEP yang berada di atas
maupun titik BEP yang berada di bawah.
Berdasarkan fungsi konsumsi pada contoh 1 dan fungsi
konsumsi tabungan pada contoh 2, akan tampak grafik pada
gambar di bawah ini;
36
Hubungan antara MPC ( Marginal Propencity to Consume ) dengan MPS (Marginal Propencity to Save)
Secara sistematis hubungan antara MPC dan MPS dapat dinyatakan sebagai berikut Contoh :
Berdasarkan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan di atas, dapat di tentukan bahwa : 0,75 + 0,25 = 1 (terbukti )
Angka Pengganda Pendapatan ( Multipplier )
Angka pengganda pendapatan adalah angka yang menunjukkan perubahan konsumsi dan tabungan karena adanya perubahan pendapatan nasional. Angka pengganda biasa ditulis dengan huruf K dan dirumuskan sebagai berikut :
Contoh :
Bersadarkan penentuan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, maka besarnya angka pengganda dapat dihitung sebagai berikut :
K = 1
1−0,75=
1
0,25= 4
Cara Lain Untuk Mencari Fungsi Konsumsi dan tabungan
Untuk mencari fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, selain yang telah diuraikan diatas, sebenarnya ada cara yang lebih singkat untuk menentukan fungsi tersebut. A. Untuk menentukan fungsi konsumsi, dapat digunakan
rumus berikut ini.
MPC + MPS = 1 atau MPC = 1 – MPS atau MPS = 1 - MPC
K = 1
1−𝑀𝑃𝐶
Atau
K = 1
𝑀𝑃𝑆
𝐶 − 𝐶₁
𝐶1 − 𝐶₂=
𝑌 − 𝑌₁
𝑌1 − 𝑌₂
37
Keterangan : C = tingkat konsumsi Y = tingkat pendapatan
C1 = tingkat konsumsi yang ke – 1
Y1 = tingkat pendapatan yang ke – 1
C2 = tingkat konsumsi yang ke – 2
Y2 = tingkat pendapatan yang ke – 2
Contoh :
1) Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp
1.000 miliar, besarnya konsumsi pertahun Rp 950
miliar, sehingga tabungannya Rp 40 miliar.
2) Pada tingkat pendapatan nasional per tahun Rp
1.200 miliar, besarnya konsumsi pertahun Rp 1.100
miliar, sehingga tabungannya Rp 100 miliar. Maka
fungsi konsumsi nya dapat dicari sebagai berikut .
𝐶=950
1.100−950=
𝑌−1.000
1.200−1.000
𝐶−950
150=
𝑌−1.000
200
→ 200 C – 190.000 = 150 Y – 150.000 → 200 C= 190.000 – 150.000 + 150Y → 200 C= 40.000 + 150 Y
→ C = 200 miliar + 0,75 Y
B. Untuk fungsi tabungan, dengan rumus :
Keterangan : S = tingkat tabun gan S1 = tingkat tabungan yang ke – 1 S2 = timhakat tabungan yang ke – 2
Contoh : Berdasarkan contoh soal pada fungsi konsumsi diatas, maka fungsi tabungan dapat dicari sebagai berikut.
𝑆 − 𝑆₁
𝑆1 − 𝑆₂=
𝑌 − 𝑌₁
𝑌1 − 𝑌₂
38
𝑆−50
100−50=
𝑌−1.000
1.200−1.000
𝑆 − 50
50=
𝑌 − 1.000
200
→ 200 S – 10.000 = 50 Y – 50.000 → 200 S = 10.000 – 50.000 + 50 Y → 200 S = -40.000 + 50 Y → S = -200 miliar + 0,25 Y Hal-hal yang berhubungan dengan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan dapat kita simak berikut ini.
a. Menentukan besarnya kenaikan konsumsi atau
tambahan konsumsi (∆C)
b. Menentukan besarnya kenaikan tabungan atau
tambahan tabungan (∆S)
c. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau
tambahan pendapatan (∆Y)
Contoh : Diketahui fungsi konsumsi suatu Negara C = 250 – 0,8 Y. jika pendapatan meningkat dari Rp 200.000 menjadi Rp 300.000, tentukan besarnya kenaikan tabungan ! Jawab : Kenaikan tabungan : ∆S = ∆Y ( 1 – MPC ) ∆S = 100.000 ( 1 – 0,8 ) ∆S = 100.000 x 0,2 ∆S = Rp 20.000
∆C∆ = ∆Y∆1 – MPS
∆S = ∆Y ( 1 – MPC )
∆Y = ∆𝑆
1−𝑀𝑃𝐶
39
BAB III KESIMPULAN
Konstanta adalah Suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak
memuat variable.Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui
nilainya dengan jelas.Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan
dengan huruf kecil a, b, c, ...x, z.
Fungsi Linier atau fungsi berderajat satu ialah fungsi yang pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah pangkat satu. Sesuai namanya, setiap persamaan linier apabila
digambarkan akan menghasilkan sebuah garis lurus.
Fungsi non-linear merupakan bagian yang penting dalam matematika untuk ekonomi,
karena pada umumnya fungsi-fungsi yang menghubungkan variabel-variabel ekonomi
bentuknya tidak linear.
Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah
(barang/jasa) yang diminta.
Pajak yang dikenakan per unit barang yang diproduksi atau dijual. Hal tersebut
dipengaruhi harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan. Dengan adanya pajak (t) atas
suatu barang, maka posisi keseimbangan pasar akan berubah yang menyebabkan
pergeseran pada kurva penawaran. Subsidi yang diberikan per unit barang yang diproduksi
atau dijual. Hal tersebut dipengaruhi harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan.