temu kembali informasi dengan keyword

20
1 Temu Kembali Informasi dengan keyword (Studi deskriptif tentang sistem temu kembali informasi dengan controlled vocabulary pada field judul, subyek, dan pengarang di Perpustakaan Universitas Airlangga) Devita Kusumawardani NIM 070810589 Abstract The present study describes the use of information retrieval with OPAC at Airlangga University Library. In addition this research will also describe the use of the subject headers already implemented by the Library of the Airlangga University. The background of this research is based on the preliminary results of a questionnaire distributed to 25 users at the Airlangga University Library, there are 19 users experienced difficulties when searching using the subject field at OPAC Airlangga University Library. Based on the results of this initial questionnaire attract researchers to determine retrieval with OPAC system in the Airlangga University Library. The population in this study are common database collection in OPAC Airlangga University Library. Samples to be used in this research is a collection of 100 titles. This research will examine several problems, namely: information retrieval on the OPAC system at Airlangga University Library, and the use of the subject as a controlled language in OPAC Airlangga University Library. The results of research on information retrieval using the OPAC on the filed title, author and subject, using the subject as the most difficult keywords to find the appropriate collection. The percentage of results search by using the field title, author, and subject was 98% for the title, 82.9% for author, and 14.3% for the subject. Based on the percentage of the collection is known that a search using the keyword subject as less effective because many subjects were unable to find a suitable collection. Keywords: Information Retrieval, Controlled Language, Natural Language, Subject Heading

Upload: rahmans-thecalterking

Post on 02-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Jurnal Temu Balik Informasi Re-

TRANSCRIPT

  • 1

    Temu Kembali Informasi dengan keyword

    (Studi deskriptif tentang sistem temu kembali informasi dengan

    controlled vocabulary pada field judul, subyek, dan pengarang di

    Perpustakaan Universitas Airlangga)

    Devita Kusumawardani

    NIM 070810589

    Abstract

    The present study describes the use of information retrieval with OPAC at

    Airlangga University Library. In addition this research will also describe the use

    of the subject headers already implemented by the Library of the Airlangga

    University. The background of this research is based on the preliminary results of

    a questionnaire distributed to 25 users at the Airlangga University Library, there

    are 19 users experienced difficulties when searching using the subject field at

    OPAC Airlangga University Library. Based on the results of this initial

    questionnaire attract researchers to determine retrieval with OPAC system in the

    Airlangga University Library.

    The population in this study are common database collection in OPAC

    Airlangga University Library. Samples to be used in this research is a collection

    of 100 titles. This research will examine several problems, namely: information

    retrieval on the OPAC system at Airlangga University Library, and the use of the

    subject as a controlled language in OPAC Airlangga University Library.

    The results of research on information retrieval using the OPAC on the

    filed title, author and subject, using the subject as the most difficult keywords to

    find the appropriate collection. The percentage of results search by using the field

    title, author, and subject was 98% for the title, 82.9% for author, and 14.3% for

    the subject. Based on the percentage of the collection is known that a search using

    the keyword subject as less effective because many subjects were unable to find a

    suitable collection.

    Keywords: Information Retrieval, Controlled Language, Natural Language,

    Subject Heading

    DepartemenIIP-2Text BoxInformation Retrieval,

  • 2

    1. Pendahuluan

    Penyediaan sistem temu kembali di perpustakaan merupakan salah satu

    fasilitas yang diberikan perpustakaan sebagai fasilitator bagi pengguna dengan

    informasi. Menurut Hasugian (2003) sistem temu kembali informasi pada

    dasarnya adalah suatu proses untuk mengidentifikasi, kemudian memanggil

    (retrieval) suatu dokumen dari suatu simpanan (file), sebagai jawaban atas

    permintaan informasi. Sistem temu kembali pada perpustakaan merupakan bentuk

    layanan pasif yang diberikan perpustakaan sebagai penyedia informasi untuk user

    atau pengguna. Walaupun sistem temu kembali merupakan layanan pasif tetapi

    layanan ini tidak bisa dianggap remeh, karena dengan sistem ini akan membantu

    pengguna untuk dapat menelusur koleksi yang ada di perpustakaan.

    Sistem temu kembali pada bagan Lancaster maupun Lauren B. Doyle

    memiliki dua tahapan yaitu tahapan masukkan dan tahapan luaran. Menurut

    Pangaribuan (2010) tahap masukkan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

    perpustakaan yaitu, semua koleksi diorganisasir, dikelolah, dikatalog dan

    diklasifikasi yang menghasilkan penyusunan bahahan pustaka di rak dan wakil

    ringkasan bahan pustaka berupa katalog, indeks, bibliografi dan lainnya. tahap

    luaran merupakan kegiatan temu balik informasi yang dilakukan oleh pemakai

    perpustakaan. Kedua tahapan tersebut memiliki hubungan sebab akhibat antara

    tahap masukkan dari perpustakaan dengan tahap luaran dari pemakai. Hal ini

    dikarenakan kemudahan pemakai dalam menemukan koleksi yang sesuai

    berhubungan dengan penerapan sistem temu kembali yang dilakukan

    perpustakaan tersebut.

    Perpustakaan Universitas Airlangga merupakan Salah satu perpustakaan

    perguruan tinggi yang menggunakan bahasa alami dan bahasa terkontrol sebagai

    bahasa penelusuran. Hal ini dikarenakan pada OPAC terdapat tiga kriteria yaitu

    berupa judul, pengarang dan subjek sebagai alat bantu untuk pegguna.

    Penelusuran dengan menggunakan ketiga kriteria pada OPAC Perpustakaan

    Universitas Airlangga dirasa oleh pengguna kesulitan ketika menggunakannya

    karena sebanyak 23 pengguna dari 25 responden meyatakan kesulitan melakukan

    penelusuran dengan menggunakan field judul. Pencarian dengan menggunakan

  • 3

    field pengarang dan subjek juga terdapat pengguna yang mengalami keslitan yaitu

    16 pengguna dan 19 pengguna. Setelah ditelusur terdapat beberapa permasalahan

    dengan penggunaan search eigene pada OPAC. Permasalahan yang terdapat pada

    OPAC Perpustakaan Universitas Airlangga adalah tidak adanya alat hubung

    antara koleksi satu dengan yang lainnya. Padahal ketika melakukan penelusuran

    dengan menggunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris yang memiliki makna

    yang sama sebagai keyword. Hasil dari penelusuran tersebut berbeda antara satu

    sama lainnya.

    Pada penelusuran selanjutnya dengan menggunakan OPAC Perpustakaan

    Universitas Airlangga yaitu menggunakan subjek sebagai keyword. Subjek yang

    digunakan sebagai keyword ini merupakan subjek yang diambil dari koleksi.

    Seperti subjek Electronic Commerce Law dari judul Cyber Law & Haki :

    Dalam Sistem Hukum Indonesia. Berdasarkan hasil penelusuran yang didapat

    dengan menggunakan OPAC, koleksi yang dicari tidak dapat ditemukan.

    Berdasarkan keseluruhan hasil penelusuran awal dan hasil kuisioner awal kepada

    pengguna terdapat beberapa kendala dalam menelusur informasi. Oleh karena itu

    penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui temu kembali dengan

    menggunakan keyword pada field judul, pengarang dan subyek di OPAC

    Perpustakaan Universitas Airlangga.

    2. Pertanyaan Peneliti

    Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk menetahui gambaran yang

    benar tetang temu kembali informasi pada sistem OPAC dengan menggunakan

    keyword pada field judul, subyek, dan pengarang di Universitas Airlangga, maka

    penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana temu kembali informasi pada sistem online public access

    catalog (OPAC) perpustakaan Universitas Airlangga ?

    2. Bagaimana penggunaan subjek sebagai controlled vocabulary di online

    public access catalog (OPAC) perpustakaan Universitas Airlangga?

  • 4

    3.1 Sistem temu kembali informasi

    Temu kembali informasi atau information retrieval merupakan proses

    dimana pengguna dapat menemukan informasi yang dibutuhkan pada penyedia

    informasi dengan dibantuh oleh sistem yang sudah disediakan. Menurut Saltea

    1983, dalam Janu Saptari dan Purwono 2006 menjelaskan bahwa secara sederhana

    temu kembali informasi merupakan suatu sistem yang menyimpan informasi dan

    menemukan kembali informasi tersebut (Janu Suptari; Purwono 2006). Pada

    dasarnya sistem temu kembali informasi yang bertujuan untuk menyimpan

    informasi adalah sebuah kumpulan laporan yang tersimpan secara bersama-sama

    dalam satu tempat penyimpanan. Laporan-laporan yang tersimpan dapat

    berbentuk bibiliogari koleksi yang berada di penyedia jasa tersebut, bibliografi

    dari koleksi tersebut digunakan sebagai bahasa penelusur informasi.

    Pada bagan yang dibuat oleh Lauren B. Doyle dalam Miswan (2003), Juga

    terdapat kemiripan pada bagan sistem temu kembali informasi milik Lancaster,

    berikut ini diagram Lauren B. Doyle:

    Gambar I.6 Sistem Temu Kembali Informasi

    Masukan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan, yaitu semua,

    bahan pustaka atau rekaman informasi diorganisasir, diolah, dikatalog,

    Keluaran : Pencocokan dan

    penyerahan koleksi

    Masukan : Pencataan Ciri dan

    Penataan

    (Penelusuran)

    Penyerahan

    Sistem

    Katalog

    Pemakai Temu

    Kembali

    Bahan

    Pustaka Analisi

    s

    Susunan

    Koleksi

  • 5

    diklasifikasi (analisis) yang menghasilkan susunan bahan pustaka di rak (susunan

    koleksi) dan wakil ringkas bahan pustaka yang berupa katalog, bibliografi, indeks,

    dll. Sedangkan keluaran adalah kegiatan temu kembali informasi oleh pemakai

    perpustakaan. Dalam temu kembali informasi di perpustakaan, pemakai dapat

    menempuh dua cara, yaitu langsung menuju ke susunan koleksi di rak atau

    melalui sistem katalog baru menuju ke rak.

    Menurut Wibowo (2012) Sistem Temu Balik Informasi (Information

    Retrieval) adalah ilmu mencari informasi dalam suatu dokumen, mencari

    dokumen itu sendiri dan mencari metadata yang menggambarkan suatu dokumen.

    Sistem Temu Balik Informasi merupakan cabang dari ilmu komputer terapan

    (applied computer science) yang berkonsentrasi pada representasi, penyimpanan,

    pengorganisasian, akses dan distribusi informasi [KAN05]. Dalam sudut pandang

    pengguna, Sistem Temu Balik Informasi membantu pencarian informasi dengan

    memberikan koleksi informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

    3.2 Online Public Access Catalog

    Online Public Access Catalog (OPAC) merupakan alat bantu telusur untuk

    menemukan informasi atau koleksi pada perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki

    (1991) dalam Kusmayadi dan Andriaty (2006), katalog perpustakaan adalah

    daftar buku atau koleksi pustaka dalam suatu perpustakaan atau dalam suatu

    koleksi. Oleh karena itu, keberadaan katalog sangat penting untuk memudahkan

    penelusuran informasi. Adapun menurut Saleh dan Mustafa (1992) dalam

    Kusmayadi dan Andriaty (2006) menyatakan Katalog on-line atau OPAC

    merupakan sistem katalog perpustakaan yang menggunakan komputer. Pangkalan

    datanya biasanya dirancang dan dibuat sendiri oleh perpustakaan dengan

    menggunakan perangkat lunak komersial atau buatan sendiri. Katalog ini

    memberikan informasi bibliografis dan letak koleksinya. Katalog biasanya

    dirancang untuk mempermudah pengguna sehingga tidak perlu bertanya dalam

    menggunakannya (user friendly).

  • 6

    3.3 Bahasa Penelusuran

    Bahasa atau kosa kata penelusuran pada dasarnya terdapat dua bahasa

    yang sering digunakan dalam penyusunan bahasa penelusuran, yaitu bahasa alami

    dan bahasa terkontrol. Bahasa terkontrol yang terdapat pada sistem temu kembali

    informasi merupakan bahasa yang sudah diterjemahkan oleh pengindeks yang

    memuat informasi mengenai koleksi tersebut. Penjelasannya adalah sebagai

    berikut:

    Bahasa Alami

    Penjelasan mengenai bahasa alami oleh Lancaster (1986) dalam Hasugian

    (2003) Bahasa alamiah adalah bahasa dari dokumen yang diindeks. Biasanya

    bahasa tersebut merupakan bahasa yang tidak terkendali (uncontrolled

    vocabulary). Bahasa alamiah ini umum digunakan dalam komunikasi dan

    penulisan ilmiah, yang banyak dipakai oleh pengarang.

    Menurut Mattoon (2012) :Natural language indexing includes any user-

    created terms assigned to images by users, such as tags, folksonomies, and

    keywords. The term natural language indicates that such tags typically reflect

    natural speech, and are usually less formal, without a structured definition,

    hierarchy, or external control. Examples of natural language indexing can be

    seen on social media websites, such as Facebook, as well as image-sharing

    domains, such as Flickr

    Berdasarkan pengertian bahasa alami menurut Matton (2012) dapat

    diartikan Pengindeksan bahasa alami meliputi setiap pengguna dapat menciptakan

    istilah, seperti tag, folksonomi, dan kata kunci. Istilah bahasa alami menunjukkan

    bahwa tag tersebut biasanya mencerminkan ucapan yang alami, dan biasanya

    kurang formal, tanpa definisi yang terstruktur, hirarki, atau kontrol eksternal.

    Contoh pengindeksan bahasa alami dapat dilihat pada situs media sosial, seperti

    Facebook, serta gambar-berbagi domain, seperti Flickr.

    Bahasa Terkontrol (controlled vocabulary)

    Pengertian bahasa terkontrol menurut Lancaster 1979, dalam kebanyakan

    sistem ini berarti penggunaan suatu kosa kata terawasi atau terkendali (controlled

  • 7

    vocabulari) yaitu sekelompok istilah terbatas yang harus digunakan untuk

    mewakili subyek dokumen. Pengertian lain mengenai bahasa kontrol yang juga

    disebut sebagai bahasa indeks oleh Sulistyo-Basuki 2004 adalah bahasa temu

    balik informasi merupakan bahasa buatan yang khusus dibuat serta dirancang

    untuk menggunakan isi subyek dokumen dan permintaan informasi, agar dapat

    mengetahui lokasi kumpulan informasi dokumen yang menjawab pertanyaan

    tertentu disebut sebagai bahasa pengindeksan.

    Adapun menurut Matton (2012) menganai bahasa terkontrol yaitu

    Controlled vocabularies are structured hierarchies of terms used to categorize

    images. Such vocabularies are typically created and maintained by a particular

    institution of authority, and are amended only by that authority. The terms used

    in such vocabularies tend to be more formal, and more structured. Rather than

    necessarily reflecting natural speech patterns or common usage of terms,

    controlled vocabularies define specific terms to be used in preference to other

    terms. Common controlled vocabularies used in indexing images and other visual

    resources include the Library of Congress Subject Headings, the Thesaurus of

    Graphic Materials, and the Art and Architecture Thesaurus. The terms thesaurus

    and taxonomy are also used to refer to controlled vocabularies.

    Berdasarkan pengertian bahasa terkontrol menurut Matton (2012) dapat

    diartikan Kosakata terkontrol adalah hirarki terstruktur mengani istilah yang

    digunakan untuk mengkategorikan gambar. Kosakata tersebut biasanya dibuat dan

    dikelola oleh suatu lembaga yang memiliki kekuasaan tertentu, dan diubah hanya

    oleh otoritas itu. Istilah-istilah yang digunakan dalam kosakata tersebut cenderung

    lebih formal, dan lebih terstruktur. Daripada harus mencerminkan pola bicara

    alam atau penggunaan umum istilah, kosakata terkontrol mendefinisikan istilah

    tertentu untuk digunakan dalam preferensi untuk hal lain. Kosakata terkontrol

    yang umum digunakan dalam gambar pengindeksan dan sumber daya visual

    lainnya termasuk Library of Congress Subject Headings, Thesaurus Bahan Grafis,

    dan Thesaurus Seni dan Arsitektur.

  • 8

    4.Metode Penelitian

    Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif deskriptif dengan

    menggunakan pendekatan studi kasus. Poulasi yang digunakan merupaka koleksi

    umum yang lebih dikhususkan pada koleksi non eksak Perpustakaan Universitas

    Airlangga. Jumlah populasi yang didapat dari nomor klas 100, 300, 400 dan 800

    adalah sebanyak 32,704 eksemplar.

    Sample yang akan diambil pada penelitian ini sebanyak 100 koleksi pada

    perpustakaan Universitas Airlangga. Intrumen pengumpulan data yang digunakan

    adalah metode dokumentasi. Selain itu peneliti akan menggunakan wawancara,

    observasi data sekunder dan studi pustaka.

    5. Analisis Data

    5.1 Temu Kembali Informasi Pada Sistem Online Public Access Catalog

    Sistem temu kembali merupakan serangkaian proses yang diawali dari

    pengadaan sampai temu kembali koleksi. Sistem ini juga merupakan alat

    penghubung antara pengguna dan koleksi. Menurut Hasugian (2003) sistem temu

    kembali informasi pada dasarnya adalah suatu proses untuk mengidentifikasi,

    kemudian memanggil (retrieval) suatu dokumen dari suatu simpanan (file),

    sebagai jawaban atas permintaan informasi. Temu kembali dengan menggunakan

    OPAC sebagai search engine merupakan output dari sistem temu kembali

    informasi.

    5.1.1. Sistem Pengolahan Koleksi Di Perpustakaan Universitas Airlangga

    Pengolahan koleksi dari pengadaan sampai penataan koleksi di rak. Pada

    diagram Lancaster mengenai sistem temu kembali informasi dibagi menajadi dua

    proses yaitu proses masukkan dan proses luaran. Proses masukkan diawali dari

    proses pengadaan sampai proses penempatan koleksi ke rak. Sedangkan proses

    luaran langsung berhubungan dengan pengguna, seperti pengguna mengajukan

    beberapa permintaan kepada perpustakaan dalam menyiapakan strategi

    penelusuran (Lancaster, 1979). Proses pengolahan koleksi di Perpustakaan

    Univeristas Airlangga dilakukan oleh bagian pengolahan dan pengadaan koleksi.

  • 9

    Pada perpustakaan terdapat peraturan bila setiap pegawai akan mengalami rotasi

    kerja. Peraturan ini bila rotasi dilakukan pada unit-unit kerja yang tidak bisa

    semua orang untuk langsung mengerjakan, seperti di unit pengadaan dan

    pengolahan koleksi pada bagian klasifikasi ataupun penentuan subject heading.

    Pada pekerjaan tersebut jika dilakukan pegantian pustakawan secara langsung dan

    tanpa melakukan proses adaptasi maupun pembelajaran dari pustakawan yang

    lama dengan yang baru, maka dikhawatirkan tajuk subjek yang dibuat kurang

    sesuai. Padahal penentuan tajuk subjek berfungsi untuk menentukan klasifikasi

    koleksi dan dapat juga digunakan sebagai bahasa penelusuran. Menurut

    Pangaribuan (2010) Kemampuan menentukan subyek sangat dipengaruhi oleh

    wawasan pengindeks tentang organisasi ilmu pengetahuan, pembidangannya atau

    cabang-cabangnya serta hubungan atau keterkaitan antar disiplin ilmu (multi

    disiplin). Oleh karena itu rotasi pustakawan khususnya pada unit kerja pengadaan

    dan pengolahan harus melakukan proses pembekalan dari pustakawan yang lama

    dengan pustakawan yang akan menggantikan. Sehingga tajuk subjek yang nanti

    akan dihasilkan tetap konsisten dan tetap sesuai dengan tata cara penentuan tajuk

    subjek yang telah diterapkan oleh perpustakaan.

    Penjelasan diatas lebih pada rotasi pustakawan yang terjadi pada unit

    kerja pengadaan dan pengolahan koleksi khususnya pustakawan yang membuat

    tajuk subjek untuk koleksi. Selanjutnya yaitu mengenai pengolahan koleksi pada

    proses klasifikasi yang sudah dilakukan oleh Perpustakaan Uversitas Airlangga.

    Pada proses klasifikasi maupun penentuan tajuk subjek pustakawan lebih sering

    menggunakan e-DDC yang dibuat oleh OCLC karena dianggap lebih cepat dalam

    pengolahannya. Selain itu setelah dilakukan crosscheck mengenai tajuk subjek

    yang berada di koleksi dengan menggunakan PNRI, Search List dan LCSH

    ditemukan 20 subjek dari 123 subjek tidak ada di dalam ketiga buku pedoman

    tersebut. Selain itu juga ditemukan 30 subjek dari 123 subjek yang menggunakan

    tajuk subjek yang general/umum atau kurang spesifik. Sebaiknya perpustakaan

    lebih memperhatikan dalam pembuatan subjek untuk koleksi.

  • 10

    5.1.2 Hasil Penelusuran Koleksi pada OPAC

    Hasil penelusuran yang didapat pada alat bantu penelusuran merupakan

    tahapan luaran ataupun output yang dihasilkan dari sebuah sistem temu kembali.

    Penelusuran koleksi pada era teknologi seperti saat ini membuat alat penelusuran

    koleksi semakin canggih lagi ditambah dengan beberapa sistem yang dapat

    membuat temu kembali informasi semakin relevan dan cepat. Pada Perpustakaan

    Universitas Airlangga untuk alat bantu penelusurannya sudah menggunakan

    OPAC. Penelusuran koleksi dengan menggunakan OPAC di Perpustakaan

    Universitas Airlangga sudah dibantu dengan tiga kriteria yang dapat digunakan

    pengguna dalam menelusur informasi. Ketiga kriteria itu adalah judul, pengarang

    dan subjek. Penggunaan ketiga kriteria ini cukup efektif digunakan dalam alat

    penelusuran. Menurut Rufaidah (2009) Dalam sistem temu kembali yang sudah

    terotomasi atau terkomputerisasi seperti Online Public Access Catalogue (OPAC),

    cantuman data bibliografi yang menjadi titik temu tidak terbatas pada pengarang,

    judul, dan subjek, karena kemampuan komputer yang mampu mengolah data

    dengan cepat. Penggunaan OPAC sendiri tidak hanya membantu pengguna dalam

    menelusur informasi tetapi juga pustakawan.

    Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan dengan menggunakan

    judul, pengarang dan subjek untuk 100 koleksi di OPAC Perpustakaan Airlangga.

    Ditemukan penelusuran dengan menggunakan judul sebagai keyword memiliki

    prosentase 98% atau 98 judul dari 100 judul dapat digunakan sebagai keyword,

    sedangkan 2 judul lainnya tidak dapat menemukan koleksi yang sesuai. Kedua

    judul yang digunakan sebagai keyword tidak dapat menemukan koleksi yang

    sesuai. Hal ini dikarenakan penulisan judul koleksi yang berada pada OPAC tidak

    sama dengan judul koleksi yang tertera pada buku. Sehingga jika pengguna tidak

    mengetikkan kata-kata yang sesuai pada judul yang tertera pada OPAC, judul

    yang diinginkan tidak akan ditemukan. Input data yang tidak sesuai dengan

    informasi yang tertera pada buku atau koleksi dan menyebabkan koleksi yang

    dicari tidak dapat ditemukan. Hal ini juga akan membuat pengguna menglami

    kesulitan dalam menemukan koleksi yang sesuai. Menurut Rufaidah (2009)

    Perpustakaan dan juga pustakawan secara konsekuen menjaga kemutakhiran dan

  • 11

    konsistensi katalog dengan memantau dan memastikan subjek katalog baru yang

    masuk pada pangkalan data yang telah diotorisasi. Oleh karena itu pustakawan

    perlu menyesuaikan setiap informasi yang akan di input kedalam database OPAC

    dengan informasi yang tertera pada buku atau koleksi. Sehingga informasi yang

    tercantum pada OPAC sesuai dengan informasi yang tercantum pada koleksi.

    Penelusuran dengan menggunakan pengarang sebagai keyword memiliki

    prosentase 84% atau 100 nama pengarang dari 119 nama pengarang dapat

    digunakan sebagai keyword, sedangakan 19 pengarang lainnya tidak dapat

    menemukan koleksi yang sesuai. Sembilan belas nama pengarang yang tidak

    dapat menemukan koleksi yang dicari dikarenakan keyword menggunakan nama

    pengarang kedua, walaupun nama pengarang kedua juga tercantum pada hasil

    penelusuran tetapi nama pengarang kedua tidak dijadikan query pada OPAC.

    Padahal terkadang pengarang kedua dalam sebuah koleksi bisa menjadi pengarang

    pertama untuk koleksi lainnya. Jika pengarang kedua maupun pengarang kedua

    dijadikan query pada OPAC maka hasil penelusuran akan semakin beragam ,

    sehingga koleksi yang akan muncul berupa koleksi dari pengarang pertama dan

    pengarang kedua. Penentuan query ataupun fitur-fitur yang akan dimunculkan

    pada OPAC termasuk dalam proses perancangan sebuah sistem. Menurut

    Corthouts (l996) dalam Kusmayadi (2006) Pembuatan OPAC perlu

    memperhatikan beberapa hal agar tujuan utamanya dapat tercapai, antara lain

    perencanaan dan perancangan pangkalan data yang tepat. Apabila hal ini kurang

    diperhatikan maka proses pencarian informasi yang diinginkan dapat menjadi

    lebih lama atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu perpustakaan

    Universitas Airlangga perlu memperhatikan fitur apa yang cocok untuk digunakan

    kedalam alat bantu penelusuran, sehingga alat bantu penelusuran yang akan

    digunakan dapat berjalan dengan maksimal dan dapat menghasilkan hasil

    penelusuran yang cepat dan tepat kepada penggunanya.

    Hasil penelusuran selanjutnya adalah dengan menggunakan subjek koleksi

    sebagai keyword . Pada hasil penelusuran dengan menggunakan subjek sebagai

    keyword hasil yang didapat hanya mampu menemukan koleksi dengan prosentasi

    14,8% atau 19 subjek yang dapat digunakan sebagai keyword dari 128 subjek

  • 12

    yang tercantum dalam 100 judul koleksi. Hasil penelusuran dengan menggunakan

    subjek sebagai keyword koleksi yang dicari banyak tidak menemukan.

    Berdasarkan hasil penelusuran dengan menggunakan field subjek terdapat 19

    subjek yang dapat digunakan sebagai keyword. Hal ini dikarenakan 19 subjek

    tersebut merupakan subjek tunggal dan kata yang tertulis pada subjek tersebut

    juga terdapat pada judul koleksi yang dicari.

    Banyaknya koleksi yang tidak dapat ditemukan jika menggunakan subjek

    sebagai keyword. Hal ini disebabkan karena subjek pada koleksi tidak digunakan

    sebagai query pada OPAC. Sehingga ketika menggunakan subjek yang lebih

    spesifik dan kata-kata pada subjek tidak terdapat pada judul koleksi maka koleksi

    yang dicari tidak akan dapat ditemukan. Penentuan query ataupun fitur-fitur yang

    lain termasuk kedalam proses perencana seperti penjelsan sebelumnya.

    Penggunaan subjek yang termasuk kedalam kosa kata terkontrol atau bahasa

    terkontrol dikarenakan kosa kata yang digunakan sudah melalui proses analisis

    subjek terhadap dokumen, membuat kosa kata ini memilki kelebihan ketika

    digunakan sebagai alat bantu penelusuran. Seperti yang dikatakan oleh Rufaidah

    (2009) Meningkatkan ketepatan hasil dan meringankan pekerjaan penelusuran

    karena menggunakan bahasa yang terkendali (controlled vocabulary), kendali

    sinonim, kendali homograf, tersedianya catatan ruang lingkup BT (Broader

    Term), NT (Narrow Term), RT (Related Term), dan dapat mengatasi buangan

    (false drops) pada istilah majemuk. Oleh karena itu penggunaan subjek sebagai

    query dalam OPAC Perpustakaan Universitas Airlangga juga akan membantu

    pengguna dalam menemukan koleksi yang lebih sesuai. Hasil yang didapat dari

    penelusuran dengan menggunakan subjek akan beragam dan hasil yang didapat

    juga akan lebih sesuai dengan isi koleksi.

    Penerapan beberapa fitur yang terdapat pada OPAC perpustakaan

    universitas Airlangga khususnya pada penetuan query untuk penelusuran dirasa

    masih kurang sesuai. Hal ini dapat dilihat bahwa kriteria subjek pada OPAC tidak

    dapat digunakan sebagai alat penelusuran. Padahal terdapat keuntungan yang

    didapat ketika menggunakan subjek sebagai bahasa penelusuran, seperti pada

    penjelasan sebelumnya. Sistem pada OPAC Perpustakaan Universitas Airlangga

  • 13

    memang bukan merupakan sistem yang dibuat sendiri melainkan sistem yang

    dibeli dari Perpustakaan Muhammadyah Malang. Walupun sistem ini bukan

    dibuat oleh pustakawan perpustakaan Universitas Airlangga tetapi sistem juga

    perlu dilakukan modifikasi. Sehingga sistem yang digunakan dapat sesuai dengan

    kebutuhan pengguna. Pembuatan atau memodif sistem temu kembali yang sesuai

    tidak hanya dilakukan oleh bagian TI (teknoligi informasi) tetapi juga harus

    berkordinasi dengan bagian pengadaan dan pengolahan. Hal ini dikarenakan

    dalam sistem temu kembali semua bagaian dari proses pengadaan sampai temu

    kembali informasi oleh pengguna saling beruhubungan. Oleh karena itu setiap

    bagian di sistem temu kembali tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Menurut

    Sulistyo Basuki (2004) menganalisis sistem temu balik informasi dapat dilihat

    dari 3 titik pandang yaitu (a) titik pandang pengguna, (b) titik pandang manajemen

    pusat dokumentasi pada level yang lebih redah dan (c) titik pandang manajemen

    puncak pusat dokumentasi.

    Fitur-fitur aplikasi yang terdapat pada OPAC Perpustakaan Universitas

    Airlangga bukan hanya penambahan query subjek atau pengarang kedua tetapi

    juga perlu adanya check spelling ataupun atau pembenaran kata. Hal ini

    dikarenakan bila pengguna mengetikkan kata yang salah maka koleksi yang dicari

    tidak akan ditemukan. Oleh karena itu pada OPAC Perpustakaan Universitas

    Airlangga perlu menambahkan check spelling, seperti OPAC Nation Library

    Broard Singapore atau check spelling seperti di search engine google.

    Permasalahan lain yang terdapat ketika menelusur dengan bantuan OPAC

    di Perpustakaan Universitas Airlangga yaitu penelusuran dengan menggunakan

    OPAC tidak didapat alat penghubung antara satu koleksi dengan koleksi lainnya.

    Padahal koleksi yang berada di perpustakaan Universitas Airlangga tidak hanya

    koleksi dengan bahasa indonesia tetapi juga terdapat koleksi dengan

    menggunakan bahasa asing. Sehingga jika pada hasil penelusuran diberikan tanda

    hubung (hyperlink) untuk koleksi yang memiliki kesamaan dalam subjek maupun

    isi dalam koleksi yang menggunakan bahasa indonesia maupun bahasa inggris.

    Koleksi bisa terhubung antara koleksi satu dengan lainnya. Hal ini bisa ditemui

    pada OPAC Perpustakaan Universitas Indonesia. Pada hasil penelusuran dengan

  • 14

    menggunakan OPAC di UI terdapat hyperlink yang akan menghubungkan

    pengguna ke koleksi-koleksi lain yang memiliki bahasan yang sejenis. Sehingga

    jika Perpustakaan Universitas Airlangga dapat mengimplementasikan sistem

    tersebut kedalam OPAC, maka hasil penelusuran yang akan diperoleh pengguna

    semakin beragam.

    Terdapatnya koleksi yang beragam pada Perpustakaan Universitas

    Airlangga seperti koleksi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan koleksi

    yang menggunakan bahsa inggris. Jika pengguna melakukan penelusuran pada

    OPAC maka terdapat perbedaan hasil penelusuran dengan menggunakan bahasa

    Indonesia ataupun bahasa inggris. Hal ini selain dapat diatasi dengan penggunaan

    hyperlink seperti pada penjelasan sebelumnya. Perpustakaan juga dapat

    menerapkan sistem informasi lintas bahasa. Menurut Wibowo (2012) Sistem temu

    balik informasi lintas bahasa atau dalam bahasa Inggris dinamakan Cross-Lingual

    Information Retrieval System (CLIRS) merupakan cabang dari IR yang menangani

    pemenuhan informasi yang dituliskan dalam bahasa yang berbeda dengan apa

    yang dimasukkan oleh query user. Misalnya user memasukkan query dalam

    bahasa Indonesia kemudian sistem mencari dokumen-dokumen yang relevan

    dalam bahasa Inggris. Penggunaan CLIRS itu sendiri sebenarnya ditekankan

    untuk seseorang yang misalnya dia bisa berbahasa Inggris namun pasif kemudian

    dia hendak mencari suatu dokumen yang berhubungan dengan kerajaan Inggris

    dia memasukkan query kerajaan Inggris lalu sistem me-retrieve semua

    dokumen (dalam bahasal lain) yang memuat query tersebut. Bila Perpustakaan

    Universitas Airlangga menerapkan sistem ini pada OPAC maka penggunaan

    bahasa Indonesia ataupun bahasa inggris untuk menelusur informasi tidak akan

    mengalami kesulitan dalam menemukan koleksi. Hal ini dikarenakan sistem dapat

    mengidentifikasi bahasa Indonesia maupun bahasa inggris yang digunakan

    kedalam hasil penemuan koleksi baik koleksi dengan query bahasa inggris

    maupun bahasa Indonesia. Adanya beberapa fitur yang dapat ditambahkan di

    OPAC Perpustakaan Universitas Airlangga yang dapat mempermudah temu

    kembali informasi, perpustakaan perlu mengadakan evaluasi terhadap penerapan

    TI khususnya OPAC. Evaluasi kebutuhan TI diperlukan sebagai upaya kesiapan

  • 15

    perpustakaan dalam mengoptimalkan penerapan TI dalam sistem informasi

    perpustakaan. Sehingga penerapan TI di perpustakaan bukan sekedar gengsi tetapi

    sebuah strategi (Ishak 2008). Evaluasi yang akan dilakukan ini nantinya akan

    digunakan sebagai perancangan TI yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan

    pengguna di Perpustakaan Universitas Airlangga.

    5.2 Penggunaan Bahasa Penelusuran Pada OPAC di Perpustakaan

    Universitas Airlangga.

    Penggunaan bahasa penelusuran pada OPAC di Perpustakaan Universitas

    Airlangga ada dua yaitu bahasa alami dan bahasa terkontrol, tetapi karena subjek

    sebagai bahasa terkontrol tidak digunakan sebagai query di OPAC maka bahasa

    penelusuran yang terdapat hanya bahasa alami yaitu judul dan pengarang.

    Padahal penggunaan bahasa terkontrol sebagai bahasa penelusuran memiliki

    keuntungan seperti pada penjelasan sebelumnya. Sesuai dengan fungsi dari tajuk

    subjek sendiri yang tidak hanya sebagai penentu nomor klas untuk menempatkan

    koleksi di rak tetapi juga dapat berfungsi sebagai bahasa penelusuran untuk

    koleksi. Oleh karena itu subjek pada koleksi di Perpustakaan Universitas

    Airlangga akan lebih baik jika dimasukkan kedalam query pada OPAC. Di karena

    akan sangat membantu pengguna yang tidak mengetahui judul maupun pengarang

    bisa menggunakan subjek. Apalagi subjek yang akan digunakan sebagai bahasa

    penelusuran merupakan subjek yang telah melalui proses analisis dan

    penerjemahan kedalam kosa kata. Sehingga penelusuran dengan menggunakan

    subjek sebagai keyword akan lebih membantu pengguna dalam menemukan

    koleksi yang sesuai.

  • 16

    5.2.1 Penggunaan Tajuk Subjek Untuk Koleksi Di Perpustakaan

    Universitas Airlangga

    Penentuan tajuk subjek tidak hanya berfungsi sebagai bahasa penelsusran

    tetapi juga berfungsi sebagai menentukan nomor klas koleksi. Menurut

    Pangaribuan (2010) Dalam mengalisis subyek suatu bahan pustaka diperlukan

    pemahaman tentang jenis konsep dan jenis subyek serta mengetahui jenis-jenis

    daftar subyek dan dapat menggunakannya sehingga dapat menemukan suatu

    subyek dan notasi nomor klasifikasi yang tepat dan akurat, sehingga dapat

    menempatkan koleksi pada tempat yang tepat dan memudahkan pemakai yang

    ingin menelusur bahan pustaka. Oleh karena itu walaupun subjek koleksi di

    Perpustakaan Airlangga masih belum dijadikan bahasa penelusuran tetapi

    menentukan subjek yang sesuai dengan koleksi juga tidak bisa dianggap remeh.

    Hal ini dikarenakan subjek juga memiliki fungsi sebagai penentu nomor klas bagi

    koleksi.

    Pentingnya tajuk subjek untuk koleksi maka perlu diperhatikan cara

    pembuatan subjek tersebut. Pembuatan tajuk subjek yang dilakukan oleh

    Perpustakaan Universitas Airlangga menggunakan LCSH tetapi lebih sering

    menggunakan tajuk subjek LCSH yang berada di e-DDC. Padahal terdapat

    beberapa nomor klas yang tidak memiliki tajuk subjek LCSH. Setelah dilakukan

    crosscheck pada tajuk subjek yang digunakan oleh Perpustakaan Universitas

    Airlangga mulai dari tajuk subjek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,

    Search List dan Library of Congress Subject Heading. Berdasarkan hasil tersebut

    didapatkan sebanyak 19 subjek yang digunakan untuk buku tetapi tidak tercantum

    dalam ketiga buku yang digunakan sebagai penentu tajuk subjek.

    Pada hasil crosscheck yang telah dilakukan tidak saja menemukan tajuk

    subjek yang tidak sada di ketiga buku pedoman tetapi juga terdapat 23 tajuk

    subjek berupa tajuk subjek tunggal. Padahal dalam penentuan tajuk subjek dan

    nomor klas supaya diperoleh urutan yang baku dan taat azas biasanya pustakawan

    menggunakan P-M-E-S-T. Menurut Ranganathan dalam Pangaribuan (2010) Agar

    diperoleh suatu urutan yang baku dan taat azas/konsistensi dalam penentuan

  • 17

    subyek dan (nomor kelas) maka Ranganathan menggunakan konsep yang dikenal

    Urutan Sitasi. Menurutnya ada 5 (lima) faset yang mendasar yang dikenal

    dengan akronim P-M-E-S-T, yakni:

    P - Personality (Wujud)

    M - Matter (Benda)

    E - Energy (Kegiatan)

    S - Space (Tempat)

    T - Time (Waktu)

    Bila perpustakaan menggunakan P-M-E-S-T dalam menentukan subjek maka

    akan diperoleh subjek yang lebih spesifik untuk koleksi. Penggunaan subjek

    dengan menggunakan P-M-E-S-T ada pada salah satu subjek pada koleksi dengan

    judul Shakespeare And The American Popular Stage. Judul koleksi tersebut

    menggunakan subjek Shakespeare William - 1564 - 1616 Criticism and

    Interpretation, subjek tersebut menjadi lebih spesifik dibanding dengan subjek

    koleksi lainnya. Penggunaan P-M-E-S-T sebagai penentu tajuk subjek sangat

    berpengaruh pula pada penempatan koleksi di rak atau nomor klas yang

    digunakan. Jika perpustakaan banyak menggunakan subjek tunggal atau umum

    untuk koleksi maka penempatan koleksi akan terkumpul pada nomor klas yang

    general/ umum. Bila banyak koleksi yang ada di nomor yang general/ umum saja

    akan berpengaruh pada pencarian buku di rak. Pencarian akan semakin sulit

    karena banyak koleksi yang diletakkan kedalam satu nomor klas.

    Ketidak konsistenan dalam penentuan pembuatan tajuk subjek yang

    terjadi di Perpustakaan Universitas Airlangga bukan hanya itu saja, tetapi juga

    terdapat koleksi dengan tahun terbit 1992 1997 masih menggunakan tajuk

    subjek bahasa Indonesia. Padahal pada tahun 1990 perpustakaan Universitas

    Airlangga sudah menggunakan Search List sebagai pedoman penentuan tajuk

    subjeknya. Sehingga seharusnya tajuk subjek yang digunakan sudah bukan dalam

    bentuk bahasa Indonesia tetapi sudah menggunakan bahasa inggris. Koleksi yang

    masih menggunakan subjek bahasa Indonesia padahal memiliki tahun terbit 1997

    atau 1992 adalah koleksi dengan judul Pengantar Psikologi dengan tahun terbit

    1997 masih menggunakan subjek psikologi seharusnya subjek yang sudah

  • 18

    menggunakan bahasa inggris karena sudah menggunakan Search List sebagai

    pedomannya. Kurang konsistennya perpustakaan dalam menggunakan pedoman

    pembuatan tajuk subjek sangat berpengaruh nantinya pada penempatan koleksi

    pada tempatnya, selain itu jika subjek nantinya akan digunakan sebagai bahasa

    penelusuran di OPAC maka ketidakkonsistenan ini juga akan mempengaruhi hasil

    penelusuran koleksi. Oleh karena itu pustakawan di Perpustakaan Universitas

    Airlangga perlu memperhatikan tata cara pembuatan tajuk subjek, sehingga tajuk

    yang digunakakan sesuai dengan isi koleksi dan kekonsistenan penggunaan tajuk

    subjek untuk koleksi yang berada di perpustakaan tetap sesuai dengan pedoman

    yang digunakan.

    6.Penutup

    Temu kembali informasi pada sebuah lembaga penyedia informasi

    khusunya perpustakaan merupakan proses output dari sebuah sistem temu kembali

    informasi yang sudah dibuat oleh perpustakaan. Pada penelitian kali ini terdapat

    kesimpulan yang dapat diambil yaitu :

    1. Hasil penelusuran yang telah dilakukan pada 100 judul koleksi dengan

    mengunakan OPAC pada kriteria judul, pengarang dan subjek sebagai alat

    bantu penelusuran. Berdasarkan hasil penelusuran yang didapat dengan

    menggunakan judul sebagai keyword ada sebanyak 98 judul dari 100 judul

    yang digunakan sebagai keyword dapat menemukan judul yang sesuai. Hasil

    penelusuran dengan menggunakan nama pengarang sebagai keyword ada

    sebanyak 100 nama pengarang dari 119 nama pengarang dapat menemukan

    koleksi yang sesuai dan 19 koleksi lainnya tidak dapat menemukan koleksi

    yang sesuai. Sedangkan untuk penelusuran dengan menggunakan subjek

    sebagai keyword ada sebanyak 19 subjek dari 128 subjek yang dapat

    menemukan koleksi yang sesuai sedangkan 109 subjek lainnya tidak dapat

    digunakan sebagai keyword pada OPAC. Hal ini dikarenakan subjek tidak

    digunakan sebagai query sehingga banyak subjek yang tidak dapat digunakan

    untuk bahasa penelususran. Terdapatnya beberapa fitur pada OPAC yang

  • 19

    harus ditambahkan dan diperbaiki, seperti penambahan query subjek pada

    OPAC. Selain itu juga perlu adanya fitur check spelling dan hyperlink supaya

    dapat membantu pengguna dalam menemukan koleksi yang sesuai.

    2. Penggunaan tajuk subjek yang digunakan untuk koleksi di Perpustakaan

    Universitas Airlangga kurang konsisten. Hal ini dikarenakan terdapat 20 tajuk

    subjek yang telah di crosscheck tidak terdapat pada ketiga buku pedoman yang

    digunakan oleh Perpustakaan Universitas Airlangga. Pedoman yang

    digunakan yaitu PNRI, Search List dan LCSH. Selain itu juga terdapat 30

    koleksi yang menggunakan subjek tunggal atau general, dan tidak

    menggunakan cara P-M-E-S-T dalam menentukan tajuk subjek. Sehingga

    banyak tajuk subjek yang kurang spesifik.

    Daftar Pustaka

    Lancaster, F.W., (1979) . Bab 1: Fungsi-Fungsi Sitem Temu Kembali Informasi.

    images.darmanto99.multiply.multiplycontent.com/.../... diakses pada

    tanggal 27 September 2011.

    Hasugian, Jonner. (2003). Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata

    Terkontrol Dalam Sistem Temu Kembali Informasi Berbasis Teks. Dalam

    USU digital library. Medan: Perpustakaan Universitas Sumatra Utara.

    repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17059/.../pus-des2006-1.p

    diakses pada tanggal 25 September 2011.

    Saptari, Janu dan Purwono.(2006). Temu Kembali Informasi Bibliografi Dengan

    Bahasa Alami Pada Field Judul dan Subyek : Studi Efektifitas

    Katalog Indik Terpasang Perpustakaan UGM, Berkala Ilmu

    Perpustakaan dan Informasi Volume III, Nomor 1.

    lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pusta/janusaptari.pdf ugm purwono diakses

    pada tanggal 21 September 2011.

    Sulistyo-Basuki. (2004). Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains

    Bandung.

  • 20

    Miswan dan Mustangimah. Pemanfaatan Analisis Gugus (Cluster Analysis) pada

    Sistem Temu Kembali Informasi Berbasis Internet.

    www.researchkesos.com/download/jurnal_vol_14.pdf diakses pada

    tanggal 23 September 2011

    Ishak. (2008). Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Pustaha :

    Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi Vol. 4 No. 2.

    (puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/.../viewPDFInterstitial/.../17188)

    diakses pada tanggal 2 Oktober 2011.

    Miswan. (2003). Klasifikasi dan Katalogisasi : Sebuah Pengantar. Disampaikan

    pada Workshop Perpustakaan dan Kearsipan yang diselenggarakan

    oleh STAIN Purwokerto.

    www.researchkesos.com/download/jurnal_vol_14.pdf

    Kusmayadi, Eka dan Etty Andriaty. (2006). Kajian On-Line Public Access

    Catalogue (Opac) Dalam Pelayanan Perpustakaan Dan Penyebaran

    Teknologi Pertanian. Bogor : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran

    Teknologi Pertanian.

    Mattoon, Claire L. (2012). Natural Language Indexing Or Controlled

    Vocabularies : Should We Index The Way Users Search?.

    https://portfolio.du.edu/portfolio/getportfoliofile?uid%3D215461 diakses pada

    tanggal 18 Januari 2013

    Wibowo, Ari. (2012). Peningkatan Performansi Sistem Temu Balik Informasi

    Dengan Metode Phrasal Translation Dan Query Expansion. Batam: Teknik

    Multimedia dan Jaringan Polteknik Negeri Batam.

    http://p2m.polibatam.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/Ari-Wibowo-

    Peningkatan-Performansi-Sistem-Temu-Balik-Informasi.pdf

    diakses pada tanggal 18 Januari 2013

    Pangaribuan, Syakirin (2010). Analisis Subyek Bahan Pustaka. Medan:

    Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

    http://prepository.usu.ac.id/bitstream/123456789277671/../ diakses pada

    tanggal 25 September 2011