teknik-teknik dasar fix
TRANSCRIPT
BIO 30271 PTA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2011/2012
Drs. IMAN SANTOSO, M. Phil. FMIPA UI
Dra. SITARESMI, M. Sc.
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
TEKNIK-TEKNIK DASAR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN
MIKROORGANISME DI SEKITAR KITA
NAMA : FURKAN
NPM : 0906632890
KELOMPOK : II (DUA) B
TANGGAL PRAKTIKUM : 28 SEPTEMBER 2011
ASISTEN : M. RUSLI MUNZIR
SAVITRY PANDU WIJAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
2011
1
TEKNIK-TEKNIK DASAR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN
MIKROORGANISME DI SEKITAR KITA
I. TUJUAN
1. Mengetahui beberapa medium umum yang digunakan dalam mengkultur
mikroorganisme.
2. Memahami teknik-teknik aseptis.
3. Mempraktikan teknik menuang medium secara aseptis.
4. Mempraktikan teknik menggunakan pipet volumetrik.
5. Mempraktikan teknik transfer mikroorganisme.
6. Mengetahui mikroorganisme yang terdapat di sekitar lingkungan dan tubuh.
II. TEORI
Mikroorganisme atau yang sering disebut organisme mikroskopik
merupakan organisme yang berukuran sangat kecil, sehingga untuk melihatnya
diperlukan alat bantu mikroskop. Mikroorganisme hidup pada berbagai substrat
di alam. Substrat merupakan media kultur yang berasal dari bahan-bahan alami
dan belum diketahui komposisinya, contohnya tanah, kayu, batu, dan pasir
(Madigan dkk. 2011: 2). Mikroorganisme ditemukan di seluruh pelosok bagian
bumi, mereka dapat hidup dimana-mana, mulai dari dalam tubuh manusia hingga
tempat paling ekstrem sekalipun. Namun, mikroorganisme sebagian besar hidup
dalam lingkungan yang lembab dan daerah tropis adalah tempat yang paling
sesuai (Lengeler 1999: 5). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu:
a. Nutrisi yang optimal
Nutrisi merupakan elemen utama yang dapat menyediakan energi untuk
pertumbuhan mikroorganisme.
b. Konsentrasi ion hidrogen (pH)
1
2
Sebagian besar bakteri tumbuh sangat baik pada pH 6--8, tetapi, tidak sedikit
mikroorganisme yang dapat hidup pada kondisi pH yang sangat rendah atau
sangat tinggi. Faktor pH sangat mempengaruhi kerja enzim yang dihasilkan.
c. Temperatur
Temperatur adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat mati ketika diekspos pada temperatur
di luar jangkauan temperatur tumbuhnya. Temperatur yang sangat rendah
dapat menurunkan aktivitas metabolisme mikroorganisme, sehingga
menyebabkan dormansi.
d. Sirkulasi udara
Beberapa jenis mikroorganisme membutuhkan oksigen sebagai akseptor
elektron (mikroorganisme aerob obligat).
e. Tekanan osmotik
Mikroorganisme bakteri mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap tekanan
osmotik tinggi, sedangkan fungi umumnya lebih adaptif pada lingkungan
dengan tekanan osmotik tinggi. Tekanan osmotik yang sesuai dapat
menunjang pertumbuhan mikroorganisme secara optimal.
f. Salinitas
Beberapa mikroorganisme mempunyai kebutuhan garam yang tinggi untuk
tumbuh. Mikroorganisme tersebut disebut dengan halophile.
g. Radiasi sinar matahari
Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan mikroorganisme,
tetapi, mikroorganisme yang melakukan fotosintesis tetap membutuhkan
cahaya untuk metabolismenya.
(Hadioetomo 1993: 43).
Mikroorganisme dipelihara untuk keperluan penelitian dan praktikum
dengan menggunakan medium sesuai dengan jenis mikroorganisme yang ingin
digunakan. Medium terbagi menjadi 3, yaitu medium berdasarkan bahan yang
digunakan, medium menurut kegunaannya, dan medium menurut fisiknya
(Gandjar dkk. 1992: 12). Perbedaan medium dengan substrat adalah jika substrat
berasal dari bahan-bahan alami yang belum diketahui komposisinya secara pasti,
3
maka medium berasal dari bahan-bahan kimia yang sudah diketahui komposisinya
(Tiwari dkk 2009: 51).
A. Medium menurut bahan yang digunakan
1. Medium alamiah
Medium ini terdiri dari bahan-bahan alam seperti sari buah, wortel, nasi,
jagung, darah, susu, daging, dan bahan alamiah lainnya.
2. Medium semi alamiah
Medium ini terdiri dari bahan alamiah ditambah dengan senyawa kimia,
misalnya Potato Dextrose Agar (PDA), Tauge Ekstrak Agar (TEA), Malt
Ekstrak Agar (MEA), dan lain sebagainya.
3. Medium buatan atau medium sintesis
Medium ini terdiri dari senyawa-senyawa kimia yang komposisi dan
jumlahnya sudah ditentukan, misalnya Czapek Dox Agar (CDA), Sabouraud
Dextrose Agar (SDA), dan lain sebagainya (Gandjar dkk 1992: 12).
B. Medium menurut kegunaannya
1. Medium umum
Medium ini dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme secara umum, misalnya
Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), Tauge Extract Agar
(TEA), dan lain sebagainya.
2. Medium selektif
Medium ini komposisinya sedemikian rupa, sehingga hanya jenis
mikroorganisme tertentu saja yang dapat hidup, misalnya Salmonella
Shigella Agar (SSA), Brilliant Green Lactose Broth (BGLB).
3. Medium diferensial
Medium ini digunakan untuk membedakan jenis mikroorganisme satu
dengan yang lain, disebabkan adanya suatu reaksi atau ciri yang khas.
Reaksi ini terjadi karena mikroorganisme mampu mengurai salah satu bahan
dalam medium, misalnya Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), Blood Agar
(BA), dan sebagainya.
4. Medium perkayaan (Enrichment Medium)
Medium ini dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu, sebelum
dipakai dalam suatu proses fermentasi. Tujuannya adalah untuk
4
mengaktifkan mikroorganisme tersebut, misalnya medium MEA untuk
khamir (Gandjar dkk 1992: 12--13).
C. Medium menurut fisiknya
1. Medium padat (Agar)
Medium ini diberi agar, sehingga pada suhu kamar medium mengeras.
Contoh Nutrient Agar.
2. Medium cair (Broth)
Medium ini tidak diberi agar, sehingga bentuknya cair. Contoh Nutrient
Broth (Gandjar dkk 1992: 13).
Satu hal penting yang perlu diperhatikan ketika pembuatan dan menuang medium
adalah kondisi yang steril dan aseptis. Medium sebelumnya disterilkan terlebih
dahulu dengan menggunakan autoklaf, kemudian ketika menuang medium baik ke
tabung kultur maupun ke petri dish harus dalam kondisi aseptis. Hal tersebut jelas
untuk menghindari kontaminasi (Cappuccino & Sherman 2002: 1--2).
Mikroorganisme dapat ditransfer dari medium yang satu ke medium lainnya
dengan subkultur. Teknik tersebut merupakan dasar yang penting dan selalu
digunakan ketika menyiapkan dan memelihara biakan. Mikroorganisme terdapat
dimana-mana, baik di udara, tanah, maupun air. Hal tersebut dapat menjadi
masalah, karena mikroorganisme dapat menjadi sumber kontaminasi yang sangat
mempengaruhi hasil percobaan dalam laboratorium (Cappuccino & Sherman
2002: 7). Oleh karena itu, diperlukan kondisi yang aseptis ketika sedang bekerja
dengan mikroorganisme di laboratorium. Aseptis merupakan kondisi tidak adanya
sel-sel vegetatif dari suatu mikroorganisme, namun masih dimungkinkan terdapat
sel generatif. (Madigan dkk. 2011: 58). Selain aseptis, untuk mendukung
keberhasilan ketika bekerja dengan mikroorganisme di dalam laboratorium
mikrobiologi diperlukan juga kondisi yang steril. Steril sedikit berbeda dengan
aseptis, yaitu pada kondisi steril tidak terdapat sel vegetatif dan sel generatif
(Cappuccino & Sherman 2002: 2).
Alat-alat yang diperlukan ketika transfer mikroorganisme antara lain jarum
tanam lancip, jarum tanam loop, petri dish (sudah berisi medium), tabung kultur
(sudah berisi medium), pembakar bunsen, alkohol, dan mikroorganisme yang
akan ditransfer. Pertama bersihkan tangan dan lingkungan sekitar (meja) dengan
5
menggunakan alkohol. Kemudian siapkan medium yang berisi mikroorganisme
yang akan ditransfer. Mikroorganisme kapang ditransfer dengan menggunakan
jarum tanam lancip, kemudian ditanam dengan metode stab, sedangkan untuk
bakteri/khamir ditransfer dengan menggunakan jarum tanam loop dan ditanam
dengan metode streak. Jarum yang digunakan sebelumnya disterikan dengan
dibakar di atas api bunsen dan dicelupkan ke dalam alkohol. Proses transfer
dilakukan di dekat api, hal tersebut untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Dua hal penting ketika melakukan transfer mikroorganisme adalah kerja cepat dan
aseptis (Tiwari 2009: 56).
Pipet volumetrik merupakan salah satu alat transfer mikroorganisme selain
jarum tanam yang mendukung terciptanya keadaan steril. Pipet mempunyai
analogi fungsi yang sama dengan sedotan, yaitu menghisap fase liquid (cair).
Umumnya, pipet terbuat dari plastik atau kaca dengan skala volume tertentu yang
dikalibrasi. Pemindahan dengan teknik pipet menggunakan alat yaitu pipet yang
terbuat dari gelas dan tahan terhadap panas. Langkah-langkah yang dilakukan
antara lain:
a. Pipet yang akan digunakan dibuka dari pembungkusnya sambil dilewatkan
diatas api secara cepat.
b. Ujung pipet ditutup rapat dengan jari telunjuk
c. Pipet dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang akan diambil larutannya.
d. Larutan diambil dengan mengisap pipet dan diletakkan pada tabung atau cawan
petri dengan cara membuka ujung pipet yang ditutup dengan jari.
Pemindahan dengan cara pipet umumnya digunakan pada penyelidikan air minum
atau pada susu. (Dwidjoseputro 1982: 32). Pipet yang akan digunakan untuk
transfer substansi, zat cair, atau mikroorganisme harus disterilisasi terlebih
dahulu. Sterilisasi pipet dapat dilakukan dengan cara membungkus pipet dengan
kertas dan memasukkannya ke dalam autoklaf atau oven (Cappuccino & Sherman
2002: 4).
Mikroorganisme di sekitar kita terdiri dari bakteri, virus, jamur dan
mikroorganisme parasit seperti cacing. Umumnya, mikroorganisme yang sering
diisolasi dalam percobaan berbentuk bakteri dan jamur. Bakteri merupakan
mikroorganisme prokariotik yang memiliki ciri-ciri: uniseluler, dapat membentuk
6
koloni, dinding selnya tersusun atas satu untai DNA yang berbentuk sirkuler dan
bereproduksi secara konjugasi antara dua sel bakteri (McKane & Kandel 1996:
66).
Jamur adalah mikroorganisme eukariotik, tidak berklorofil, bersel tunggal,
sebagian besar berdinding sel kitin dan selulosa, dan bereproduksi secara seksual
dan aseksual. Jamur dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu khamir (yeast),
kapang (mould), dan cendawan (mushroom). Secara umum, fungi lebih menyukai
kondisi yang lebih asam dibandingkan dengan bakteri dan dapat mentolerir
tekanan osmotik yang lebih tinggi dan kelembapan yang lebih rendah daripada
bakteri. Jamur berukuran lebih besar daripada bakteri, dengan struktur yang lebih
kompleks dan mempunyai perbedaan yang sedikit diantara jenisnya secara
metabolis (Case & Johnson 1984: 88).
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme.
Mikroorganisme tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh
manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu
manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora
normal atau mikrobiota (Pelczar dkk. 1977: 545).
Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat
masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam
tubuh inang dapat memyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada
permukaan tubuh inang tanpa menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi
normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak patogen, namun pada
kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bila infeksi
menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh (Pelczar dkk. 1977: 546).
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang
kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran
urogenital, mata, dan telinga. Contoh mikroorganisme dari flora normal antara
lain Corinebacterium, Staphylococcus, Streptococcus, dan lain sebagainya
(Pelczar dkk. 1977: 546--547).
7
III. ALAT DAN CARA KERJA
A. ALAT
Alat yang digunakan pada praktikum teknik-teknik dasar laboratorium
mikrobiologi dan mikroorganisme di sekitar kita antara lain tabung kultur, rak
tabung kultur, cawan petri, alkohol, jarum tanam tajam, jarum tanam loop (ose),
pipet volumetrik, tusuk gigi, pembakar bunsen, biakan murni bakteri/khamir, dan
biakan murni kapang.
B. CARA KERJA
1. Teknik Memindahkan Biakan
a. Memegang tabung kultur dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan
memegang jarum inokulasi. Tabung biakan murni dijepit diantara jari telunjuk
dan jari tengah, sedangkan tabung kultur dijepit diantara jari tengah dan jari
manis (atau sesuaikan dengan kenyamanan masing-masing).
b. Memanaskan jarum inokulasi dengan membakarnya hingga membara di atas
api, kemudian didinginkan dengan merendamnya dalam alkohol, tiriskan dan
lewatkan sekali lagi di atas api untuk menguapkan alkohol yang menempel
pada jarum.
c. Membuka kapas penutup tabung kultur dengan cara menjepit kapas tersebut
menggunakan jari tangan kanan. Kemudian mulut tabung dipanaskan di atas
nyala api.
d. Mengambil biakan dengan jarum yang sudah steril, kemudian masukkan pada
tabung kultur (biakan bakteri ditanam dengan cara streak, sedangkan biakan
kapang ditanam dengan cara stab). Proses pemindahan biakan dilakukan dekat
nyala api untuk mengurangi resiko kontaminasi.
e. Memanaskan kembali mulut tabung kultur dan segera ditutup dengan kapas.
Jarum inokulasi dibakar kembali hingga pijar dan dinginkan dengan alkohol,
kemudian disimpan pada tempatnya.
8
2. Teknik Menuang Medium
a. Memegang cawan petri dengan tangan kiri, posisi jari tengah di bawah sebagai
alas sedangkan jari telunjuk dan ibu jari memegang penutup cawan petri.
b. Membuka sumbat kapas penutup labu erlenmeyer berisi medium dengan
menjepitnya diantara jari kelingking dan jari manis pada tangan kiri, kemudian
bagian mulutnya dipanaskan dengan api. Tepi cawan petri yang akan dibuka
juga dipanaskan, kemudian tuang medium dari labu erlenmeyer ke dalam
cawan petri. Panaskan kembali mulut labu dan segera tutup dengan sumbat
kapas, begitu juga dengan tepi cawan petri yang terbuka.
c. Meratakan medium pada cawan petri dengan cara memutar membentuk angka
delapan (8).
IV. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran.
V. PEMBAHASAN
Proses transfer mikroorganisme selalu dilakukan dalam kondisi aseptis, hal
tersebut bertujuan untuk menghindari kontaminasi dari mikroorganisme yang ada
pada lingkungan sekitar. Kontaminasi dapat menyebabkan biakan menjadi tidak
murni lagi, karena sudah terdapat mikroorganisme lainnya yang tidak diinginkan.
Terdapat beberapa faktor yang manyebabkan terjadinya kontaminasi, antara lain:
1. Terjadi kontak yang cukup lama dengan udara luar ketika membuka cawan
petri.
2. Melakukan penuangan terlalu jauh dari api (daerah di sekitar api adalah daerah
yang steril).
3. Ketika menuang, praktikan berbicara sehingga terjadi kontaminasi melalui
mulut.
4. Ketika menuang, terjadi kontak antara cawan petri dan labu erlenmeyer.
9
5. Praktikan lupa memanaskan labu erlenmeyer atau cawan petri pada saat
membuka dan menutup.
Mikroorganisme yang digunakan dalam percobaan transfer biakan adalah
Aspergillus niger dan Bacillus subtillis. Percobaan tersebut dilakukan dengan
menggunakan jarum inokulasi bulat (loop atau ose) untuk transfer biakan khamir
(Basillus subtillis) sedangkan untuk biakan kapang (Aspergillus niger) digunakan
jarum inokulasi tajam.
Medium yang digunakan dalam percobaan transfer biakan organisme adalah
Potato Dextrose Agar (PDA) untuk biakan kapang dan Nutrient Agar (NA) untuk
biakan bakteri/khamir. Permukaan medium agar tersebut dibuat dalam bentuk
miring, atau disebut juga agar slope. Hal itu dibuat sedemikian rupa agar dapat
diinokulasi dengan jarum tanam secara mudah.
Pemindahan biakan mikroorganisme yang berupa bakteri/khamir dilakukan
menggunakan jarum tanam ose dengan cara streak, yaitu membuat goresan
berbentuk zigzag dari dasar tabung hingga ke bagian atas medium. Tujuannya
adalah agar penggunaan medium oleh khamir menjadi efektif dan memudahkan
serta mempercepat pertumbuhan bakteri/khamir dalam jumlah banyak.
Metode transfer biakan kapang adalah dengan cara stab, yaitu menusukkan
jarum inokulasi tajam pada 1/3 bagian atas medium (cukup satu titik). Hal
tersebut dimaksudkan agar kapang yang tumbuh dapat menyebar sehingga
penggunaan medium oleh kapang menjadi efektif dan tidak terjadi kontaminasi,
karena penusukan jarum di beberapa tempat dapat menyebabkan kontaminasi.
Hal tersebut juga berkaitan dengan adanya spora dari kapang yang berjatuhan ke
bagian bawah medium. Jika tusukan yang dibuat terlalu ke bawah akan
meyebabkan spora tertumpuk di bagian tersebut sehingga menghambat
pertumbuhan kapang karena kurang mendapat O2. Begitu juga jika tusukan terlalu
ke atas akan menyebabkan miselium dari kapang mengalami kesulitan untuk
menyerap medium sehingga pertumbuhannya terhambat (Moore 1996: 284).
Potato Dextrose Agar (PDA) memiliki komposisi potato 200 gr, dextrosa 10
gr, agar 15 gr, dan akuades 1000 ml. Semua bahan-bahan tersebut dilarutkan
dalam akuades, kemudian dipanaskan sampai semua bahan larut. Selanjutnya
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Sedangkan untuk
10
Nutrient Agar (NA) memiliki komposisi beef extract 3 gr, pepton 5 gr, agar 15 gr,
dan akuades 1000 ml. Sama seperti pembuatan medium PDA, semua bahan
dilarutkan dalam akuades, kemudian dipanaskan sampai semua bahan larut.
Selanjutnya disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
(Gandjar dkk. 1992: 79--80).
Isolasi mikroorganisme dari lingkungan sekitar menggunakan medium
Tauge Extract Agar (TEA) yang memiliki komposisi tauge 100 gr, sukrose 60 gr,
agar 15 gr, akuades 1000 ml. Tauge direbus sampai mendidih selama 2--3 jam,
kemudian saring dengan kapas dan ditambah dengan akuades 1000 ml,
selanjutnya masukkan agar dan sukrosa dan larutkan. Sterilisasi dengan autoklaf
pada suhu 1210C selama 15 menit. PDA, NA, dan TEA memiliki karakteristik
sebagai medium umum, karena medium tersebut dapat ditumbuhi oleh
mikroorganisme apapun pada umumnya (Gandjar dkk. 1992: 12 dan 81).
Proses pengamatan inokulasi mikroorganisme Aspergillus niger dan
Bacillus subtillis dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pengamatan setelah 24 jam, 48
jam, dan 120 jam. Hasil pengamatan setelah 24 jam pada percobaan transfer
biakan menunjukan bahwa telah terjadi pertumbuhan bakteri dan kapang pada
seluruh medium praktikan. Koloni kapang pada pengamatan 24 jam baru
menunjukkan adanya hifa yang berwarna putih sedangkan sporanya belum
muncul. Koloni bakteri semakin bertambah pada pengamatan 48 jam. Begitupula
dengan koloni kapang yang telah menunjukan adanya spora yang berwarna hitam.
Koloni kapang semakin bertambah banyak setelah 120 jam, sedangkan bakteri
tidak menunjukkan adanya pertambahan yang signifikan. Hal tersebut berkaitan
erat dengan siklus pertumbuhan dan waktu generasi bakteri, karena bakteri yang
diinokulasi di dalam medium diasumsikan tumbuh dan memperbanyak diri pada
laju yang konstan. Fase pertumbuhan bakteri secara umum terbagi menjadi 4,
yaitu fase lag, fase eksponensial atau fase logarithmic, fase stasioner, dan fase
decline (mati). Fase lag adalah fase belum bertambahnya jumlah sel bakerti,
sedangkan fase eksponensial ditunjukkan dengan pertambahan dan pembelahan
sel yang sangat cepat pada laju konstan. Pertumbuhan maksimum sel bakteri
umumnya terjadi pada fase eksponensial tersebut. Fase stasioner adalah fase
setelah fase eksponensial, yaitu tidak ada pertumbuhan signifikan yang terjadi.
11
Setelah fase stasioner, umumnya bakteri mulai masuk ke fase decline, yaitu
matinya sel-sel bakteri pada laju kematian tertentu (Pelczar dkk. 1977: 123--124).
Pengamatan hasil menuang medium juga dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu
pengamatan setelah 24 jam, 48 jam, dan 120 jam. Hasil yang didapat setelah 24
jam adalah terdapat satu praktikan yang mediumnya sudah terkontaminasi bakteri
sedangkan lainnya masih bersih dari kontaminan. Pengamatan setelah 48 jam dan
120 jam menunjukkan bahwa 5 dari 6 praktikan mediumnya terkontaminasi oleh
bakteri. Kontaminasi tersebut terjadi karena saat proses penuangan medium
dilakukan dalam kondisi yang kurang aseptis, kesalahan yang sering terjadi adalah
praktikan terkadang lupa untuk melakukan proses penuangan di dekat sumber api,
sehingga terdapat mikroorganisme yang mengkontaminasi medium.
Hasil pengamatan setelah 24 jam menunjukkan telah terjadi kontaminasi
bakteri/khamir pada medium yang diletakkan di toilet pria lantai 1, mushalla pria,
laboratorium fisiologi, perpustakaan, dan dapur lantai 2. Sedangkan pada HMD
biologi medium terkontaminasi bakteri dan kapang. Pengamatan setelah 48 jam
menunjukkan semua medium sudah terkontaminasi bakteri dan kapang.
Hasil pengamatan setelah 24 jam pada percobaan isolasi mikroorganisme
dari tubuh menunjukkan medium yang diletakkan isolat rambut belum
terkontaminasi apapun, sedangkan isolat dari hidung, lidah, telinga bagian
belakang, kuku tangan, dan kuku kaki sudah terkontaminasi bakteri. Pengamatan
48 jam menunjukkan bahwa semua medium telah terkontaminasi oleh
bakteri/khamir dan kapang.
VI. KESIMPULAN
1. Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrient Agar (NA), dan Tauge Extract Agar
(TEA) adalah beberapa medium yang umum digunakan untuk mengkultur
mikroorganisme.
2. Teknik aseptis diperlukan ketika bekerja dalam laboratorium mikrobiologi,
prinsip dari kerja aseptis adalah bekerja dengan cepat, tepat, dan steril.
3. Menuang medium secara aseptis dilakukan di dekat nyala api untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya kontaminasi.
12
4. Pipet volumetrik digunakan untuk transfer substansi.
5. Transfer mikroorganisme membutuhkan medium yang sesuai dengan jenis
mikroorganisme, dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi, dan faktor-faktor
lingkungan yang menentukan pertumbuhan mikroorganisme.
6. Mikroorganisme yang ada di lingkungan sekitar dan permukaan tubuh kita
terdiri dari bakteri, khamir, dan kapang
VII. DAFTAR ACUAN
Cappuccino, J. G. & N. Sherman. 2002. Microbiology: A laboratory manual.
The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., Menlo Park: xvii +
491 hlm.
Case, C. L. & T. R. Johnson. 1984. Laboratory experiments in microbiology.
Benjamin Cummings, California: xii +414 hlm.
Dwidjoseputro, D. 1982. Dasar-dasar mikrobiology. Penerbit Djambatan, Jakarta:
x + 188 hlm.
Gandjar, I., I. R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo & L. Soebagya. 1992.
Pedoman praktikum mikrobiologi dasar. Jurusan Biologi FMIPA UI,
Depok: vii + 87 hlm.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi dasar dalam praktek: Teknik dan
prosedur dasar laboratorium. PT Gramedia, Jakarta: xi + 163 hlm.
Lengeler, J.W., G. Drews, H.G. Schlegel. 1999. Biology of the Prokaryotes.
Blackwell Science, Stuttgart: 955 hlm.
Madigan, M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl, & D.P. Clark. 2011. Brock Biology of
Microorganism. 13th ed. Pearson Prentice Hall, New Jersey: xxviii + 1023
hlm.
McKane, L. & J. Kandel. 1996. Microbiology: Essentials and applications.
McGraw-Hill, Inc., New York: xxvii + 843 hlm.
Moore-Landecker, F. 1996. Fundamental of fungi. Prentice-Hall International
Inc.,New Jersey:xiv + 574 hlm.
13
Pelczar, M. J., R. D. Reid, & E. C. S. Chan. 1977. Microbiology. 4th Ed.
McGraw-Hill Book Company, New York: vii + 952 hlm.
Tiwari, R. P., G.S. Hoondal & R. Tewari. 2009. Laboratory Techniques in
Microbiology and Biotechnology. Abhishek Publications Chandigarh,
Chandigarh: 189 hlm.
LAMPIRAN
14
Tabel 1. Hasil pengamatan menuang medium.
Praktika
n
Pengamata
n
24 Jam
Keteranga
n
Pengamata
n
48 Jam
Keterangan
Pengamata
n
120 Jam
Keterangan
B/
KhK B/Kh K
B/
KhK B/Kh K
B/
KhK B/Kh K
Furkan - - - - - - - - - - - -
Ana - - - - + -
3
koloni
,
putih.
- + -
3
koloni
,
putih
dan
krem.
-
Eleyna - - - - + -
1
koloni
, putih
- + -
1
koloni
, putih
dan
krem.
-
Roospita - - - - + -
4
koloni
, putih
- + -
4
koloni
, putih
dan
krem.
-
Lydia - - - - + -
3
koloni
, putih
- + -
3
koloni
, putih
dan
krem.
-
Dwi
Anda
+ - 1
koloni
,
putih
- ++ + 1
koloni
, putih
Hifa
puti
h
++ +++ 1
koloni
, putih
dan
2
kolon
i
hifa
15
krem putih.
14
15
Tabel 2. Hasil pengamatan inokulasi mikroorganisme.
Praktika
n
Pengamata
n
24 Jam
Keterangan
Pengamata
n
48 Jam
KeteranganPengamatan
120 JamKeterangan
B/
KhK
B/
KhK B/Kh K
B/
KhK B/Kh K
B/
KhK
Furkan +++ ++ -Hif
a
+++
+
++
+-
Hifa
kuning
.
++++
+
++
+
++
-
Spora
hitam
.
Ana +++ ++ -Hif
a
+++
+
++
+-
Hifa
kuning
.
++++
+
++
+
++
-
Spora
hitam
.
Eleyna +++ ++ -Hif
a
+++
+
++
+-
Hifa
kuning
.
++++
+
++
+
++
-
Spora
hitam
.
Roospita +++ ++ -Hif
a
+++
+
++
+-
Hifa
kuning
.
++++
+
++
+
++
-
Spora
hitam
.
Lydia +++ ++ -Hif
a
+++
+
++
+-
Hifa
kuning
.
++++
+
++
+
++
-
Spora
hitam
.
Dwi
Anda+++ ++ -
Hif
a
+++
+
++
+-
Hifa
kuning
.
++++
+
++
+
++
-
Spora
hitam
.
16
Tabel 3. Mikroorganisme dari lingkungan
Kelompok Sumber
Pengamatan
24 JamKeterangan
Pengamatan
48 JamKeterangan
B/Kh K B/Kh K B/Kh K B/Kh K
IToilet pria
lantai 1+++ -
48
koloni
putih.
- +++ +
Koloni
bergabung
.
Hifa
putih
tipis.
II Mushalla pria +++ -
38
koloni
putih.
- ++++ ++
Putih,
kuning
dan krem.
Hifa
putih
tipis.
III HMD Biologi +++ + Putih.Hifa
putih.++ + Kuning.
Hifa
putih
tipis.
IVLaboratorium
fisiologi+ - Putih. - + ++ Putih.
Hifa
putih
tipis.
V Perpustakaan ++ + Putih.Hifa
putih.++++ ++
Putih,
merah.
Hifa
putih
tipis.
VIDapur lantai
2+ - Putih. - + +
Merah,
putih.
Hifa
putih
tipis.
17
Tabel 4. Mikroorganisme dari tubuh.
Kelompok Sumber
Pengamatan
24 JamKeterangan
Pengamatan
48 JamKeterangan
B/Kh K B/Kh K B/Kh K B/Kh K
I Rambut - - - - +++ +
Koloni
putih
dan
kuning.
Tumbuh
pada
setengah
panjang
rambut.
II Hidung ++ -Koloni
putih.- +++ -
Koloni
putih
susu.
-
III Lidah +++++ - Putih. - ++ ++ Putih. -
IV
Telinga
bagian
belakang
+ - Putih. - + +Putih
krem.-
V Kuku tangan + - Putih. - + -Putih
krem.-
VI Kuku kaki + - Putih. - + +
Koloni
putih
dan
merah.
Filamen
putih.
18
Gambar 1. Inokulasi bakteri setelah 48 jam.
[Sumber: Dokumentasi pribadi]
19
Gambar 2. Isolat hidung setelah 48
jam. [Sumber: Dokumentasi pribadi]
Gambar 3. Isolat dari mushalla pria setelah 48 jam.
[Sumber: Dokumentasi pribadi]
20
Gambar 4. Inokulasi kapang setelah 120 jam.[Sumber: Dokumentasi pribadi]