teknik enumerasi hasil tangkapan ikan tuna yang …...pelabuhan benoa, bali. laporan ini ditulis...
TRANSCRIPT
i
TEKNIK ENUMERASI HASIL TANGKAPAN IKAN TUNA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, BALI
PRAKTIK KERJA LAPANG
Oleh :
IRSYADATUL FIKRIYAH F. P.
NPM 17.03.4.1.1.00024
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN 2020
ii
TEKNIK ENUMERASI HASIL TANGKAPAN IKAN TUNA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, BALI
PRAKTIK KERJA LAPANG
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat Sarjana
Strata 1 Pada Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Oleh :
IRSYADATUL FIKRIYAH F. P.
NPM 17.03.4.1.1.1.00024
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN 2020
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Irsyadatul Fikriyah F. P.,
lahir pada tanggal 10 Februari 1999 di Desa Blega
Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan. Penulis
merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Abdul
Fakih dan Ibu Holifah.
Penulis memulai studi Sekolah Dasar pada
tahun 2005 hingga tahun 2011 di SDN Blega 1
Kecamatan Blega. Jenjang berikutnya Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Blega lulus pada tahun 2014. Selanjutnya
Menempuh Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Blega lulus pada tahun 2017.
Penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) di
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
melalui jalur SNMPTN sejak tahun 2017 hingga sekarang.
Prestasi penulis yakni mahasiswa yang cukup aktif di dalam organisasi
HIMALA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan) pada tahun kepengurusan
2017/2018 dan 2018/2019, serta aktif di UKM-F Madura Diving Club pada tahun
kepengurusan 2017/2018 dan 2018/2019. Penulis juga menjadi awardee Beasiswa
Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018 dan aktif mengikuti
kegiatan relawan lingkungan sejak tahun 2019. Penulis berkesempatan mengikuti
pelatihan kepemudaan dan lingkungan IYMDS (Indonesian Youth Marine Debris
Summit) tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Divers Clean Action, serta mengikuti
pelatihan drone dan webgis tahun 2020.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
“ Saya Irsyadatul Fikriyah F. P., menyatakan bahwa Laporan PKL dengan judul Teknik Enumerasi Hasil Tangkapan Ikan Tuna yang Didaratkan di Pelabuhan Benoa, Bali” merupakan karya pribadi saya kecuali seluruh sumber yang menjadi rujukan telah saya sebutkan sesuai kaidah akademik yang berlaku secara umum”.
Demikian pernyataan ini dibuat dan ditandatangani serta dapat dipertanggung jawabkan.
Bangkalan, 2 Juni 2020
Irsyadatul Fikriyah F. P. NRP: 17.03.4.1.1.00024
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, serta
hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja
Lapang (PKL) serta dapat menyelesaikan laporan PKL tepat waktu. Laporan PKL
dengan judul Teknik Enumerasi Hasil Tangkapan Ikan Tuna yang Didaratkan di
Pelabuhan Benoa, Bali. Laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan selama praktik
kerja lapang yang dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2019 – 24 Januari 2020 di
Kec. Sidakarya Kab. Denpasar, Bali. Penulis menyadari bahwa terselesainya kegiatan
PKL dan laporan dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesempatan hingga kegiatan praktik kerja
lapang berjalan dengan lancar
2. Kedua orang tua yang telah memberikan doa serta dukungan kepada penulis
3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
4. Achmad Fachruddin Syah., S.Pi., M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing yang
telah membantu serta memberikan saran dan kritikan dalam penyusunan laporan
5. Koordinator Program Studi Ilmu Kelautan Univeritas Trunojoyo Madura
6. Zulkarnaen Fahmi, S.Pi., M.Si selaku Kepala Loka Riset Perikanan Tuna yang
telah memberikan izin melaksanakan praktik kerja lapang dan seluruh pegawai
yang telah membimbing selama di lapangan
7. Roy Kurniawan, S.Pi selaku mentor atau pembimbing lapang yang telah
mengarahkan dalam penyusunan laporan
8. Enumerator dan para pegawai Loka Riset Perikanan Tuna yang telah membantu
dalam proses pengambilan data dan pengolahan data di lapang.
9. Segenap teman yang telah mendukung kelancaran praktik kerja lapang di Loka
Riset Perikanan Tuna serta dalam penyusunan laporan
10. Semua pihak yang telah turut membantu selama ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
vii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan PKL ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu kritikan dan saran yang membangun untuk memperbaiki
penulisan laporan ini akan sangat membantu. semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan khalayak umum, khususnya bagi perkembangan Ilmu Kelautan
Universitas Trunojoyo Madura di masa yang akan datang.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL...........................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL…………………...…………………………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...……………….iii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………….…...….iv
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………….....v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...….vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….…........viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….……...…x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….…….....xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….………...xiii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………….…………………………………………....1 2.1 Tujuan PKL……………………………………………….….………........2 3.1 Manfaat PKL………………………………………………………...........2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Enumerasi Hasil Tangkapan Ikan Tuna di Pelabuhan Benoa Bali……......3 2.2 Sejarah Enumerasi……………………………………………………...…3
2.3 Perkembangan Perikanan Tuna di Indonesia……………………………...5
2.4 Alat Tangkap Rawai Tuna………………………………………………...6
III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………………..10 3.2 Alat dan Bahan PKL……………………………………………………...10 3.3 Metode Pelaksanaan PKL………………………………………………...14 3.4 Alur Pelaksanaan PKL…………………………………………………....15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Instansi Loka Riset Perikanan Tuna………………....16 4.1.1 Sejarah Singkat Loka Riset Perikanan Tuna…………………….16 4.1.2 Dasar Hukum…………………………………………………….16 4.1.3 Tugas dan Fungsi…………………………………..……………16 4.1.4 Visi dan Misi…………………………………………………….17
ix
4.1.5 Struktur Organisasi………………………………………………18 4.2 Fasilitas di Loka Riset Perikanan Tuna………………………………....18 4.2.1 Stasiun Monitoring Benoa……………………………………….18 4.2.2 Laboratorium Genetika………………………………………….21 4.2.3 Laboratorium Histologi………………………………………….21 4.2.4 Laboratorium Otolith…………………………………………….22 4.2.5 Labratorium Data………………………………………………..23 4.3 Praktik Kerja Lapang (PKL)…………………………………………....24
4.3.1 Pengecekan Aktivitas Kapal Bongkar…………………………...24 4.3.2 Pengisian Formulir Aktivitas Kapal (Kapal Masuk), Persentase
Perusahaan untuk Penentuan Prioritas Sampling, dan Pencatatan pada Papan Informasi Kedatangan Kapal……………………….26
4.3.3 Persiapan Formulir Sampling dan Peralatan Sampling………….29 4.3.4 Sampling……………………………………………………...…33 4.3.5 Rekapitulasi Data Hasil Sampling……………………...……….37 4.3.6 Pengisian Logbook………………………………………………38 4.3.7 Entry Data……………………………..………………………...38 4.3.8 Verifikasi dan Validasi Data…………………………………….39
4.4 Komposisi Hasil Tangkapan Rawai Tuna di Pelabuhan Benoa, Bali……40 4.5 Sebaran Ukuran Panjang Ikan Tuna yang Didaratkan di Pelabuhan Benoa
……………………………………………………………………………42 4.6 Hubungan Panjang dan Berat Ikan Tuna………………………………...47 4.7 Wilayah Penangkapan Ikan Tuna………………………………………..52
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………….…………………………………..........54 5.2 Saran………………………….…………………………………………54
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….56
LAMPIRAN…………………………………………………………………...........58
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Alat Enumerasi……………………………...…………………………....11
Tabel 3.2 Bahan Enumerasi……………………………………………….………...13
Tabel 4.3 Jenis Prosesing Berdasarkan IOTC……..………………….……………..35
Tabel 4.4 Tipe Pengukuran Ikan Tuna Menurut IOTC…………….……..................36
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tuna Sirip Kuning………………………………….43
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tuna Mata Besar…………………………………...44
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tuna Sirip Biru Selatan…………………………….45
Tabel 4.8 Data Berat (W) Tuna Sirip Kuning……………………………………….48
Tabel 4.9 Data Berat (W) Tuna Mata Besar……………………………………...…48
Tabel 4.10 Data Berat (W) Tuna Sirip Biru Selatan………………………………...48
Tabel 4.11 Uji t Terhadap Tuna Sirip Kuning, Tuna Mata Besar dan Tuna Sirip Biru
Selatan………………………………………………………………………………..49
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Hasil Tangkapan Rawai Tuna………………………………………......7
Gambar 2.2 Alat Tangkap Ikan Tuna………………………………………………..8
Gambar 2.3 Alat Tangkap Rawai Tuna……………………………………………...8
Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang ……………………..……………..10
Gambar 4.1 Struktur Organisasi LRPT TA 2019…………………………………..19
Gambar 4.2 Stasiun Monitoring Benoa…………..………………………......…….20
Gambar 4.3 Laboratorium Genetika…………………….................................……21
Gambar 4.4 Laboratorium Histologi………………………..……………………...21
Gambar 4.5 Laboratorium Otolith ………………………..………………………..22
Gambar 4.6 Laboratorium Data……………………..……………………………..23
Gambar 4.7 Kegiatan Bongkar Kapal Rawai Tuna……………..………………….25
Gambar 4.8 Formulir Kapal Masuk………………………………………….…….27
Gambar 4.9 Papan Informasi Kapal……………………..…....................................27
Gambar 4.10 Formulir Persentae Kapal……………………..……………………...28
Gambar 4.11 Pengisian Formulir Persentase Kapal………………………………...28
Gambar 4.12 Pencatatan Informasi Aktivitas Kapal………………………………..29
Gambar 4.13 Cover Segar Sampler…………………………………………………30
Gambar 4.14 Cover Segar Titipan………………………………………………….30
Gambar 4.15 Cover Beku Sampler…………………………………………………31
Gambar 4.16 Cover Beku Titipan…..………………………………………………31
Gambar 4.17 Formulir Segar Sampler……………………………………………...32
Gambar 4.18 Formulir Segar Titipan..…………………………………………...…32
Gambar 4.19 Formulir Beku Sampler………………………………………………33
Gambar 4.20 Formulir Beku Titipan...……………………………………………...33
Gambar 4.21 Pendataan Bobot Ikan………………………………………………...34
Gambar 4.22 Pengukuran Panjang Cagak Bigeye Tuna………….…………………34
Gambar 4.23 Pencatatan Ukuran Panjang Cagak Ikan Tuna……………………….35
xii
Gambar 4.24 Rekapitulasi Data Sampling……………………..…………………...37
Gambar 4.25 Logbook Enumerasi…..………………………………………………38
Gambar 4.26 Entry Data Enumerasi…………………………………………...…...39
Gambar 4.27 Tuna Sirip Kuning (a), Tuna Mata Besar (b) dan Tuna Sirip Biru
Selatan (c)……………………………………………….....................40
Gambar 4.28 Warna Keel Tuna Sirip Kuning (a), Tuna Mata Besar (b) dan Tuna
Sirip Biru Selatan (c)…………………………………………………41
Gambar 4.29 Bentuk Tubuh dan Warna Perut Tuna Sirip Kuning (a), Tuna Mata
Besar (b) dan Tuna Sirip Biru Selatan (c)……………………………42
Gambar 4.30 Ukuran Mata Tuna Sirip Kuning (a), Tuna Mata Besar (b) dan Tuna
Sirip Biru Selatan (c)…………………………………………………42
Gambar 4.31 Alur Pengolahan Data Sebaran Ukuran Panjang Ikan……………….43
Gambar 4.32 Grafik Sebaran Panjang Tuna Sirip Kuning………………………….46
Gambar 4.33 Grafik Distribusi Panjang Tuna Mata Besar…………………………46
Gambar 4.34 Grafik Distribusi Panjang Tuna Sirip Biru Selatan ………………….47
Gambar 4.35 Grafik Hubungan Panjang Berat Tuna Sirip Kuning………………...50
Gambar 4.36 Grafik Hubungan Panjang Berat Tuna Mata Besar…………………..51
Gambar 4.37 Grafik Hubungan Panjang Berat Tuna Sirip Biru Selatan…………...52
Gambar 4.38 Peta Penangkapan Ikan Tuna yang Didaratkan di Pelabuhan Benoa...53
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Loogbook …………………………………………………………….. 58
Lampiran 2. Resume ……………………………………………………………….. 79
Lampiran 3. Kegiatan Praktik Kerja Lapang ……..…………...……..………….... 107
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayan sumber daya alam yang luar biasa beragam mulai
dari darat hingga laut. Potensi sumber daya laut perikanan di Indonesia memiliki nilai
ekonomi yang sangat tinggi di pasar dunia. Salah satu perikanan tangkap dan
budidaya di negara ini yaitu potensi Ikan Tuna (Thunnus sp). Ikan ini merupakan
salah satu dari beberapa jenis ikan yang dapat dimanfaatkan dengan nilai jual tinggi.
Ikan tuna ini dapat ditemui pada perairan Indonesia bagian Laut Banda dan perairan
selatan Jawa. Ikan ini banyak ditangkap oeh perusahaan penangkapan domestik
maupun illegal oleh kapal-kapal asing dari berbagai negara di Asia (Ningsih et al.
2018).
Menurut (Swastana et al., 2016) Indonesia menjadi peringkat ke-13 produksi
perikanan terbesar di dunia. Ikan tuna umumnya bermigrasi ke perairan selatan Jawa
dan Bali. Salah satu jenis ikan yang bernilai tinggi ialah ikan tuna sirip biru selatan
(Thunnus maccoyii) di Indonesia, ikan ini hanya hidup di belahan bumi selatan dan
paling besar dieksploitasi (bagian tenggara Samudera Hindia). Tempat pemijahan
ikan tuna ini pada 10º-20º LS dan 100º-125º BT dengan masa kurang lebih 6 bulan
dari September higga Maret tahun berikutnya. Kapal yang beroperasi di perairan
selatan Jawa, Bali dan barat Sumatera memiliki kapasitas 30-200 GT (Gross Ton),
kapal > 200 GT beroperasi hingga ke selatan Nusa Tenggara, Laut Fores dan Laut
Banda (Kurniawan et al., 2016).
Loka Riset Perikanan Tuna yang selanjutnya disingkat LRPT, merupakan Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang riset sumber daya
perikanan tuna dan sejenisnya (tuna like species). Instansi tersebut relevan dengan
studi yang akan diambil karena melaksanakan kegiatan riset dalam aspek biologi,
lingkungan serta dinamika populasi dan eksploitasi, juga melakukan pendataan atau
enumerasi terhadap hasil tangkapan ikan tuna. Selain itu dapat melakukan studi lain
yang berkenaan dengan kegiatan penangkapan ikan tuna, mendukung proses studi di
bidang riset kelautan dan perikanan (Loka Riset Perikanan Tuna, 2019).
2
1.2 Tujuan PKL
Tujuan Praktik Kerja Lapang ini bagi mahasiswa yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui teknik enumerasi hasil tangkapan ikan tuna di pelabuhan Benoa,
Bali.
2. Mengetahui manajemen data hasil kegiatan enumerasi
3. Mengetahui metode analisis data hasil tangkapan berupa analisis sebaran
ukuran (panjang) ikan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa, Bali.
1.3 Manfaat PKL
Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini
sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami teknik enumerasi hasil tangkapan ikan tuna di
Pelabuhan Benoa, Bali.
2. Mahasiswa dapat memahami metode analisis data hasil tangkapan ikan tuna di
Loka Riset Perikanan Tuna, Bali.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman sebagai karyawan di instansi Loka Riset
Perikanan Tuna, Bali.
4. Mahasiswa dapat membandingkan pengetahuan serta teori yang diperoleh
selama di perkuliahan dengan pengetahuan yang diperoleh di instansi terkait.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enumerasi Hasil Tangkapan Ikan Tuna di Pelabuhan Benoa Bali
Enumerasi merupakan kegiatan pengumpulan/pencatatan data dalam hal ini
data hasil tangkapan armada rawai tuna (long line) yang berabasis di pelabuhan
Benoa. Enumerasi yang dilakukan oleh Loka Riset Perikanan Tuna difokuskan pada
pendataan hasil produksi (bobot) dan pengukuran panjang ikan. Kegiatan enumerasi
dilakukan oleh enumerator di perusahaan prosesing. Bobot ikan ditimbang
menggunakan timbangan digital dan ukuran panjang cagak ikan diperoleh dengan
cara menggunakan kaliper (Jatmiko et al. 2016).
Data hasil enumerasi digunakan dalam berbagai kajian seperti analisis pola
pertumbuhan ikan tuna, faktor kondisi, sebaran ukuran ikan tuna, karakteristik ikan
tuna, dinamika industri rawai tuna, serta produksi ikan tuna yang didaratkan di
pelabuhan Benoa, Bali. Standar Operasional Prosedur (SOP) Enumerasi yang
dilakukan oleh LRPT meliputi monitoring, pendataan informasi kapal masuk,
penentuan prioritas sampling, rekapitulasi dan pengisian logbook, serta pelaporan
hasil enumerasi (Nugroho et al. 2018).
2.2 Sejarah Enumerasi
Adanya dampak terhadap tingginya penangkapan ikan tuna sirip biru selatan
(SBT) dan tuna mata besar (BET) di daerah pemijahannya (Samudera Hindia)
menjadi perhatian Indonesia dan Australia yang kemudian mengawali program
monitoring perikanan rawai tuna yang berbasis di pelabuhan Benoa, Bali pada tahun
1992. Pada saat perikanan mengalami ekspansi yang cepat di beberapa perusahaan
pengolahan dan ukuran armada kapal, Lembaga Penelitian Perikanan Indonesia
bekerja sama dengan divisi perikanan dari Commonwealth Scientific and Industrial
Research Organisation (CSIRO) untuk melakukan pendataan (enumerasi) terhadap
pendaratan harian. Selain itu adanya pembukaan pasar Jepang untuk ikan yang
ditangkap di Indonesia seperti blufin tuna, bigeye tuna dan madidihang dalam kondisi
sashimi (Loka Riset Perikanan Tuna, 2007).
4
Informasi tangkapan dan sampel biologis yang diperoleh dari enumerasi secara
berkelanjutan sangat penting dalam menganalisis stok pemijahan SBT tahunan oleh
Komite Ilmiah untuk pelaksanaan konservasi tuna sirip biru selatan. Selain enumerasi
di pelabuhan Benoa, anatara tahun 1992-2002 melaksanakan program pengambilan
sampel biologis untuk mengetahui populasi SBT di daerah pemijahan. Total gonad
yang diambil sampelnya sebanyak 1.115 yang ditunjukkan secara histologi oleh
CSIRO, namun setelah dilaksanakan pelatihan maka para ilmuan di Lembaga
Penelitian Gondol melakukan hal yang sama untuk budidaya ikan di Bali. Kegiatan
utama pada periode ini yaitu pengambilan sampel otolith untuk pembacaan umur
SBT dan tetap dilakukan hingga saat ini (Loka Riset Perikanan Tuna, 2007).
Memasuki tahun 2002 LPPT bekerja sama dengan Indian Ocean Tuna
Commission (IOTC) dan Overseas Fishery Cooperation Foundation (Jepang),
melakukan perluasan program monitoring harian pendaratan tuna longline untuk
dimasukkan ke dalam dua pelabuhan pendaratan utama lainnya seperti Muara Baru
(Jakarta) dan Cilacap (Jawa Tengah). Hal ini dilakukan untuk mencakup pendataan
semua jenis tuna dan tuna like-spesies sebagai target utama seperti marlin dan billfish
lain, serta spesies bycatch lainnya (Loka Riset Perikanan Tuna, 2007). IOTC
merupakan salah satu Regional Fisheries Management Organization (RFMO) yang
mengelola sumber daya ikan tepat berdampingan dengan perairan Indonesia (Mardia,
2011).
Pemantauan berbasis pelabuhan menghasilkan data yang lebih akurat tentang
jumlah ikan yang didaratkan, komposisi spesies hasil tangkapan, dan peluang untuk
pengambilan sampel biologis. Namun informasi tentang CPUE sangat sedikit
diperoleh, maka untuk mengatasi masalah tersebut mulai bulan Juli 2005 melakukan
percobaan program pengamatan ilmiah (observasi) untuk perikanan di Benoa yang
didanai oleh Centre for International Agricultural Research (CIAR) dan CSIRO
Australia. Sebanyak 6 anggota tim observer telah melakukan 66 trip ke laut selama
16-150 hari dan 8-54 set/trip. Setelah kembali dari laut, observer memasukkan data
ke database dan menyiapkan laporan observasi. Observer juga mengukur panjang
ikan di laut serta mengumpulkan data tentang pengoperasian kapal, peralatan
5
penangkapan yang digunakan, dan kondisi lingkungan perairan (Loka Riset
Perikanan Tuna, 2007).
Australia terus menjalin kerja sama dalam penelitian dan monitoring serta
memberikan dukungan untuk pengembangan kapasitas lebih lanjut dalam ilmu
perikanan dan manajemen. Kerja sama ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan
jangka panjang dari saham perikanan bersama untuk kepentingan kedua negara dan
wilayah yang lebih luas. Kegiatan kerja sama terbaik berawal dari sewa ruangan yang
kecil dari tahun 1990-an menjadi kantor yang lebih besar sejak tahun 2002-2008. Saat
ini telah dibuka stasiun monitoring baru LRPT di Benoa dan menjadi dasar untuk
kegiatan penelitian serta monitoring yang lebih luas (Loka Riset Perikanan Tuna,
2007).
2.3 Perkembangan Perikanan Tuna di Indonesia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Rochman et al. 2018), komposisi
hasil tangkapan ikan tuna pada tahun 2012-2015 terdiri dari madidihang (yellowfin
tuna) sebesar 29,83%, tuna mata besar (bigeye tuna) 33,72% , tuna sirip biru selatan
(south bluefin tuna) 13,90%, dan albakora sebesar 10,57%. Berdasarkan hasil
produksi menurut (Yusuf et al. 2017) pada tahun 2012 tuna sebesar 6,8 juta ton
meningkat menjadi 7 juta ton. Indonesia memasok lebih dari 16% produksi tuna
dunia dengan jenis yang mendominasi yaitu Skipjack tuna atau ikan cakalang (50%),
tuna sirip kuning (31,7%) dan albakora (10,8%). Produksi perikanan tuna cenderung
meningkat meskipun adanya moratorium. Permasalahan sektor perikanan Indonesia
cukup besar di antaranya adalah illegal fishing, kualitas produk yang rendah, serta
kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah. Akhir tahun 2014 armada rawai tuna
mengalami penurunan karena adanya moratorium tentang perizinan perikanan
tangkap terhadap kapal-kapal yang diproduksi di luar negeri. Namun demikian
peraturan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap produksi perikanan tuna di
pelabuhan Benoa (Rochman et al. 2016).
Ikan tuna yang bernilai tinggi dan banyaknya permintaan di pasar dunia
menjadikan industri perikanan tuna nasional berkembang pesat baik berupa tuna
6
segar (fresh tuna), tuna beku (frozen tuna), maupun produk tuna kaleng (canning
tuna). Berdasarkan penelitian (Yusuf et al. 2017), pada tahun 2012 komoditas ekspor
tuna segar sebesar 10.247.858 kg, tuna beku sebesar 95.480.689 kg dan tuna kaleng
sebesar 72. 184.761 kg. Perairan Indonesia menjadi tempat pemijahan berbagai jenis
ikan termasuk ikan tuna, kaya akan sumber makanan, serta memiliki kondisi
oseanografi yang disukai oleh ikan tuna. Kapal yang digunakan untuk menangkap
ikan tuna memiliki kapasitas cukup kecil (< GT 60) karena lebih efisien dan
ekonomis. Kapal beroperasi paling lama dua minggu untuk menjaga mutu produk
ikan (Rahajeng, 2012).
2.4 Alat Tangkap Ikan Tuna
Alat tangkap populer yang digunakan untuk menangkap ikan tuna adalah rawai
tuna. Rawai tuna adalah alat tangkap yang digunakan dengan cara mengoperasikan
sejumlah pancing secara bersamaan 1.000-2.000 mata pancing. Rawai tuna dianggap
menjadi alat tangkap yang paling efektif digunakan dan biasanya dioperasikan di
daerah laut lepas (Samudera). Namun demikian kelemahan alat ini bersifat pasif
dimana hanya menunggu umpan yang diberikan untuk dimakan oleh ikan (Talib,
2017).
Menurut (Habibi et al. 2011), Alat tangkap lain yang dapat digunakan untuk
menangkap ikan tuna yaitu pancing ulur yang paling sederhana karena hanya terdapat
tali pancing, mata pancing dan umpan. Pancing laying-layang yang digunakan dengan
cara menerbangkan laying-layang yang tersambung dengan tali pancing dan umpan
saat ikan berada di permukaan. Pancing hanyut yang hampir sama dengan pancing
ulur terdapat pelampung, tali pancin, dan umpan yang dihanyutkan pada kedalaman
200 m. Pelampung sebagai penanda tali pancing yang dihanyutkan. Gambar 2.1
berikut merupakan contoh beberapa alat tangkap ikan tuna.
7
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.1 Alat tangkap ikan tuna (a) pancing ulur, (b) pancing laying-layang, dan (c) pancing hanyut
Sedangkan menurut (Franjaya et al. 2018), alat tangkap rawai tuna seperti pada
(gambar 2.2) di bawah ini.
8
Gambar 2.2 Alat tangkap rawai tuna
Jenis ikan tuna yang dapat ditangkap menggunakan alat tangkap rawai tuna
antara lain tuna sirip kuning (Yellowfin tuna), albakora (albacore),tuna sirip biru
selatan (South bluefin tuna), tuna mata besar (Bigeye tuna), beberapa jenis hiu serta
Billfish yang meliputi marlin, toda dan lainnya (by catch). Hasil tangkapan
sampingan (by catch) yaitu bukan hasil tangkapan utama tetapi ikut tertangkap oleh
alat tangkap rawai tuna, baik memiliki nilai ekonomis maupun tidak memiliki nilai
ekonomis (Jatmiko et al. 2016). Menurut (Habibi et al. 2011) beberapa contoh jenis
ikan tuna yang ditangkap mengunakan alat tangkap rawai tuna seperti pada (gambar
2.3) di bawah ini.
(a)
9
(b)
Gambar 2.3 Hasil tangkapan utama (a) tuna sirip kuning dan tuna sirip biru selatan, (b)
tuna mata besar dan albakora
10
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan PKL selama 22 hari aktif kerja yaitu pada Rabu, 18 Desember
2019 hingga Jumat, 24 Januari 2020. Tempat Pelaksanaan PKL di LRPT Bali.
Alamat kantor di Jl.Mertasari No.140 Br Suwung Kangin, Sidakarya, Denpasar, Bali
80224, dan stasiun monitoring di pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali. Adapun peta
lokasi PKL dapat dilihap pada (gambar 3.1) di bawah ini.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang
3.2 Alat dan Bahan PKL
Kegiatan enumerasi membutuhkan peralatan sampling, berikut adalah alat dan
bahan yang digunakan untuk enumerasi.
11
Table 3.1 Alat Enumerasi
No. Nama Alat Fungsi 1. Bolpen
Digunakan untuk menulis data
2. White board dan penghapus
Digunakan untuk mencatat informasi kapal
3. Papan alas
Digunakan sebagai alas untuk menulis
4. Kaliper
Digunakan untuk mengukur panjang cagak ikan
5. Sepatu boot
Digunakan untuk melindungi kaki saat sampling
12
6. Pakaian Dinas Lapang LRPT
Digunakan sebagai seragam lapang saat sampling
7. Motor Digunakan untuk monitoring dan sampling
8. Staples
Digunakan untuk menyatukan data
9. Timbangan digital
Digunakan untuk menimbang bobot ikan
10. Kalkulator
Digunakan untuk menghitung bobot, panjang dan rekapitulasi data
11. Seperangkat PC/laptop Digunakan untuk entry data
13
Table 3.2 Bahan Enumerasi
No. Nama Bahan Fungsi 1. Stabilo
Digunakan untuk menandai data
2. Correction pen
Digunakan untuk menghapus data yang salah
12. Borang sampling
Digunakan untuk mendata hasil tangkapan
13. Board marker
Digunakan untuk menulis kapal masuk pada papan informasi kapal
14. Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares)
Digunakan sebagai sampel enumerasi
14
15. Ikan tuna mata besar (Thunnus obesus)
Digunakan sebagai sampel enumerasi
16. Ikan tuna Sirip biru selatan (Thunnus maccoyii)
Digunakan sebagai sampel enumerasi
3.3 Metode Pelaksanaan PKL
Pelaksanakaan PKL dilakukan dengan metode observasi, wawancara,
partisipasi aktif dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan. Data diperoleh dengan cara mengamati
seluruh kegiatan enumerasi di kantor Benoa maupun di kantor Mertasari.
b. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi dari pihak-pihak terkait.
Wawancara ditujukan kepada narasumber yaitu enumerator, petugas
laboratorium data dan pembimbing lapang di LRPT. Wawancara juga
dilakukan kepada ABK dan kapten kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya
di pelabuhan Benoa terkait posisi penangkapan ikan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai bukti kegiatan enumerasi yang dilakukan
selama PKL. Dokumentasi berupa tertulis (data enumerasi) dan visual (foto
kegiatan).
d. Partisipasi Aktif
15
Mahasiswa melaksanakan enumerasi dan kegiatan lain yang dilakukan oleh
karyawan LRPT bertujuan untuk melatih keterampilan kerja. Informasi lain
tentang enumerasi diperoleh dari literatur.
3.4 Alur Pelaksanaan PKL
Pelaksanaan PKL dilakukan dengan beberapa tahapan yang ditunjukkan pada
(bagan 3.1) berikut.
Presentasi proposal PKL dan pengenalan instansi Loka Riset Perikanan Tuna Bali
Kegiatan PKL (wawancara, observasi, enumerasi dan entry data)
Menyusun laporan akhir PKL
Seminar hasil PKL
Revisi laporan PKL
Bagan 3.1 Alur Pelaksanaan PKL
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Instansi Loka Riset Perikanan Tuna
4.1.1 Sejarah Singkat Loka Riset Perikanan Tuna
Loka Riset Perikanan Tuna merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Kelautan dan Perikanan di bidang riset sumber daya perikanan tuna dan sejenisnya
(tuna like species) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan. Loka Riset
Perikanan Tuna pertama dibentuk pada tahun 2011 dengan nama Loka Penelitian
Perikanan Tuna berdasarkan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dalam Surat Nomor B-3677/M.PAN-RB/12/12
tanggal 2 Desember 2010. Kemudian pada tahun 2017, nama Loka Penelitian
Perikanan Tuna berubah menjadi Loka Riset Perikanan Tuna yang ditetapkan melalui
PERMEN KP No. 16/ PERMEN-KP/ 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka
Riset Perikanan Tuna.
4.1.2 Dasar Hukum
Peraturan hukum yang mendasari berdirinya Loka Riset Perikanan Tuna
sebagai berikut:
1. Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi dalam Surat Nomor B-3677/M.PAN-RB/12/12 tanggal 2 Desember
2010
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor:
PER.27/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka Penelitian Perikanan
Tuna
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
16/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka Riset Perikanan
Tuna
4.1.3 Tugas dan Fungsi
17
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 16/PERMEN-KP/2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka Riset
Perikanan Tuna, tanggal 27 Maret 2017 Loka Penelitian Perikanan Tuna resmi
berganti nama menjadi Loka Riset Perikanan Tuna. Tugas LRPT yaitu melaksanakan
kegiatan riset sumber daya perikanan tuna dan sejenisnya (tuna like species) di
wilayah Indonesia (perairan Samudera Hindia). Adapun fungsi LRPT sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan, evaluasi dan laporan;
2. Pelaksanaan kegiatan riset sumber daya perikanan tuna dan sejenisnya (tuna like
species) di wilayah Republik Indonesia pada perairan Samudera Hindia yang
meliputi aspek biologi, lingkungan, dinamika populasi dan eksploitasi;
3. Pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi dan kerja sama riset;
4. Pengelolaan prasarana dan sarana riset; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
4.1.4 Visi dan Misi
Visi dan misi yang ingin dicapai oleh LRPT ialah sebagai berikut:
Visi
Visi LRPT yaitu:
“Menjadi Institusi Utama Penyedia Data dan Informasi Perikanan Tuna di Samudera
Hindia”.
Misi
Berdasarkan visi tersebut, maka misi LRPT Benoa dirumuskan sebagai berikut:
1. Menyediakan data dan informasi terkini hasil penelitian perikanan tuna.
2. Mengembangkan profesionalisme kelembagaan dan sumberdaya penelitian
perikanan tuna.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupakan implementasi dari misi yang akan dicapai atau dihasilkan
dalam jangka waktu satu sampai lima tahun. Adanya tujuan ini maka Loka Riset
Perikanan Tuna mengetahui dengan tepat apa yang harus dilaksanakan oleh
18
organisasi untuk memenuhi visi dan misinya dengan mempertimbangkan sumber
daya dan kemampuan yang dimiliki. Tujuan tersebut berfungsi juga untuk mengukur
sejauh mana visi dan misi Loka Riset Perikanan Tuna telah dicapai.
Tujuan LRPT sebagai berikut:
1. Menghasilkan data dan informasi karakteristik sumberdaya ikan tuna di
Samudera Hindia.
2. Menyiapkan bahan kebijakan bagi perencanaan pengelolaan perikanan tuna.
3. Menggalang kerjasama penelitian perikanan tuna.
4. Melaksanakan dan menyediakan bahan diseminasi hasil penelitian.
5. Menyiapkan sarana dan prasarana bagi pelaksanaan kegiatan penelitian.
6. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan kompetensi sumberdaya penelitian
perikanan tuna.
7. Meningkatkan akuntabilitas dan kapabilitas kelembagaan.
Sasaran Loka Riset Perikanan Tuna merupakan penjabaran dari tujuan dan
menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu lima tahun serta
dialokasikan dalam lima periode. Sasaran strategis ditetapkan untuk memberikan
fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan
atau operasional organisasi setiap tahunnya. Masing-masing sasaran ditetapkan
indikator untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.
4.1.5 Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi dan pejabat struktural yang duduk dalam organisasi
Loka Riset Perikanan Tuna terlihat pada (gambar 4.1).
19
Gambar 4.1 Struktur Organisasi LRPT TA 2019 (sumber: https://lp.kkp.go.id)
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Loka Riset Perikanan Tuna
dipimpin oleh seorang Kepala, dengan struktur organisasi Loka Riset Perikanan Tuna
terdiri dari:
1. Urusan Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, keuangan,
kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga, serta penyusunan laporan.
2. Subseksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana,
program dan anggaran, penyebarluasan hasil penelitian serta pemantauan dan
evaluasi.
3. Subseksi Pelayanan Teknis mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis,
pengelolaan sarana dan prasarana, dan kerja sama penelitian.
4. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
penelitian sumber daya perikanan tuna dan sejenisnya (tuna like species) serta
kegiatan lain sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
4.2 Fasilitas di Loka Riset Perikanan Tuna
4.2.1 Stasiun Monitoring Benoa
20
Gambar 4.2 Stasiun Monitoring Benoa (sumber: dokumentasi pribadi)
Stasiun monitoring LRPT berada di Benoa. Enumerator sekaligus observer
yang bertugas setiap hari berjumlah 7 orang. Kegiatan yang dilakukan antara lain
monitoring, pendataan kapal masuk, sampling, serta rekapitulasi data. Stasiun
monitoring ini terdiri dari beberapa ruangan meliputi:
1. Ruang kerja bersama
2. Laboratorium Otolith
3. Gudang
4. Toilet
5. Dapur bersama
6. Halaman kantor
21
4.2.2 Laboratorium Genetika
Gambar 4.3 Laboratorium Genetika (sumber: dokumentasi pribadi)
Kegiatan di laboratorium genetika difokuskan pada penelitian mengenai
analisis beberapa parameter genetik populasi tuna dan sejenisnya di Samudera
Hindia. Analisis yang dilakukan antara lain ekstraksi DNA, purifikasi, amplifikasi
PCR, dan elektroforensis.
4.2.3 Laboratorium Histologi
Gambar 4.4 Laboratorium Histologi (sumber: dokumentasi pribadi)
22
Loka Riset perikanan Tuna memiliki laboratorium histologi. Fokus kegiatan
terhadap uji perkembangan gonad ikan dengan pengamatan tingkat kematangan
secara mikroskopis dan perhitungan fekunditas. Analis yang bertugas sebagai
pengadministrasi alat dan bahan laboratorium dan instalasi.
4.2.4 Laboratorium Otolith
Gambar 4.5 Laboratorium Otolith (sumber: dokumentasi pribadi)
Laboratorium Otolith memiliki kegiatan dalam pembuatan preparat,
pengukuran morfometri, dan preparasi otolith untuk pembacaan umur ikan. Terdapat
kepala otolith, penyelia, dan dua analis yang bertugas di laboratorium.
23
4.2.5 Laboratorium Data
Gambar 4.6 Laboratorium Data (sumber: dokumentasi pribadi)
Orientasi laboratorium data ialah data sampling, data biologi, survei darat dan
observasi laut. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengumpulkan data, entry data,
digitalisasi, inventarisasi, pelayanan dalam penerimaan dan permintaan data, serta
pembuatan laporan bulanan maupun tahunan LRPT. Petugas laboratorium juga
mengkaji tentang perikanan tuna di WPP 572 dan WPP 573.
Loka Riset Perikanan Tuna terdiri dari dua gedung, yaitu gedung kantor dan
penginapan (guest house). Gedung kantor terdiri dari tiga lantai, meliputi:
1. Lantai 1
a. Ruang tata usaha
b. Ruang pelayanan teknis
c. Laboratorium histologi
d. Dapur umum
e. Toilet
f. Ruang tamu
2. Lantai 2
a. Ruang kepala LRPT
b. Ruang peneliti
24
c. Laboratorium genetika
d. Ruang pelayanan operasional
e. Ruang rapat (skala kecil)
f. Ruang tamu
g. Toilet
3. Lantai 3
a. Laboratorium data
b. Perpustakaan
c. Aula Thunnus Thunnus
d. Ruang tamu
e. Toilet
Adapun guest house terdiri dari dua lantai dengan beberapa unit kamar.
Terdapat laboratorium otolith, mushalla, tiga tempat parkir, serta halaman kantor dan
pos satpam. Instansi ini dilengkapi dengan AC dan CCTV di setiap tempat.
4.3 Praktik Kerja Lapang (PKL)
Kegiatan PKL di LRPT yaitu mengikuti seluruh aktivitas di stasiun monitoring,
pelabuhan Benoa, dan laboratorium data di kantor pusat. Adapun teknik enumerasi
hasil tangkapan armada rawai tuna (longline) yang berbasis di pelabuhan Benoa
berdasarkan SOP ialah sebagai berikut.
4.3.1 Pengecekan Aktivitas Kapal Bongkar
Pengecekan aktivitas kapal bongkar merupakan langkah pertama dalam
enumerasi. Kegiatan dimulai pukul 08.00 WITA mengelilingi setiap sisi pelabuhan
Benoa dan perusahaan perikanan di sekitar pelabuhan. Petugas berdasarkan piket
harian yang ditentukan oleh koordinator lapangan/petugas piket. Pengecekan
dilakukan dengan cara memantau kapal-kapal apakah ada yang landing atau tidak
ada. Pengecekan dilakukan setiap interval waktu 1-2 jam sekali oleh enumerator.
25
Gambar 4.7 Kegiatan bongkar kapal rawai tuna (sumber: dokumentasi pribadi)
Enumerator hanya melakukan pendataan hasil tangkapan berbasis alat tangkap
rawai tuna. Ciri-ciri fisik alat ini memiliki antena di atas ruang kemudi dan line
hauler. Kapal rawai tuna (long line) juga memiliki beberapa bouy. Kapal rawai tuna
yang mendaratkan hasil tangkapannya dapat diketahui dari ciri-cirinya yaitu terdapat
crane yang berfungsi untuk mengangkat hasil tangkapan, mobil pick up untuk
mengangkut hasil tangkapan ke perusahaan perikanan terkait, serta kerumunan orang
yang bertugas untuk memindahkan hasil tangkapan hingga ke perusahaan prosesing.
Hasil tangkapan berupa skala industri baik ekspor maupun non ekspor (reject).
Ada dua macam kapal rawai tuna yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan
Benoa yaitu kapal sampler dan kapal titipan. Kapal sampler adalah kapal yang
mendaratkan hasil tangkapannya sendiri, sedangkan kapal titipan ialah kapal yang
membawa hasil tangkapan dari kapal-kapal lain untuk didaratkan di pelabuhan. Kapal
rawai tuna ini berlayar dan menangkap ikan di Samudera Hindia dan Laut Banda,
kapal yang memiliki GT < 30 beroperasi di dalam ZEE, sedangkan kapal dengan GT
26
> 30 dapat memilih daerah operasi baik di dalam ataupun di luar ZEE (Zona Ekonomi
Eksklusif).
4.3.2 Pengisian Formulir Aktivitas Kapal (Kapal Masuk), Persentase Perusahaan untuk Penentuan Prioritas Sampling, dan Pencatatan pada Papan Informasi Kedatangan Kapal
Langkah selanjutnya setelah melakukan monitoring ialah mencatat data kapal
yang masuk pada formulir aktivitas kapal. Data yang dimasukkan pada form meliputi
tanggal pendaratan, nama koordinator harian/petugas piket, tanda selar, nama kapal,
tempat pendaratan, hasil tangkapan beku atau segar, serta lama aktivitas (jam).
Informasi jumlah kapal yang masuk dan kapal yang disampling dicatat pada papan
informasi kapal seperti pada gambar 4.9. Kode huruf L untuk kapal yang landing dan
kode S untuk kapal yang disampling, kedua huruf dibedakan warnanya untuk
memepermudah pembacaan. Data coverage dicatat pada formulir persentase
pemilihan aktivitas kapal (gambar 4.10). Sampling coverage pada setiap perusahaan
dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah kapal yang disampling dengan
jumlah kapal yang landing pada satu perusahaan dikalikan 100%. Formula sampling
coverage sebagai berikut:
27
Gambar 4.8 Formulir kapal masuk (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4.9 Papan informasi kapal (sumber: dokumentasi pribadi
28
Gambar 4.10 Formulir persentase kapal (sumber: dokumentasi pribadi)
Penentuan prioritas sampling dilakukan apabila terdapat lebih dari satu
perusahaan yang mendaratkan hasil tangkapan dan kurangnya personil enumerator
yang bertugas. Perusahaan yang memiliki cakupan (coverage) paling rendah akan
disampling terlebih dahulu. Apabila masih memungkinkan dapat dilakukan sampling
terhadap seluruh perusahaan.
Gambar 4.11 Pengisian formulir presentase kapal (sumber: dokumentasi pribadi)
29
Gambar 4.12 Pencatatan informasi aktivitas kapal (sumber: dokumentasi pribadi)
4.3.3 Persiapan Formulir Sampling dan Peralatan Sampling
Setelah menentukan dan mengetahui perusahaan mana yang akan diambil
datanya, selanjutnya menyiapkan form sampling dan peralatan yang digunakan pada
saat sampling. Apabila diketahui kapal hasil tangkapan segar/beku sampler, maka
form yang dibutuhkan hanya cover segar/beku sampler, dan form segar/beku sampler
untuk mencatat data bobot, spesies, jenis proses, panjang cagak, dan jenis
pengukuran. Jika kapal hasil tangkapan segar/beku titipan, maka form yang
dibutuhkan cover dan form segar/beku titipan. Perbedaan antara cover segar sampler
dengan segar titipan yaitu pada kolom nama kapal. Cover segar titipan terdapat kolom
nomor kapal, nama kapal, perusaahaan tempat pendaratan, tanda selar, serta
keterangan jumlah kapal total dan kapal yang disampling, jumlah perusahaan tempat
ikan didaratkan dan perusahaan yang disampling. Sedangkan cover segar sampler
tidak ada kolom seperti pada cover segar titipan, kolom yang tertera yaitu data
spesies, bobot, jenis proses, panjang dan tipe pengukuran.
30
Gambar 4.13 Cover segar sampler (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4.14 Cover segar titipan (sumber: dokumentasi pribadi)
31
Gambar 4.15 Cover beku sampler (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4.16 Cover beku titipan (sumber: dokumentasi pribadi)
Terdapat perbedaan form segar sampler, segar titipan, beku sampler, dan beku
titipan. Form segar sampler hanya terdapat kolom spesies, bobot, jenis prosesing,
panjang cagak, jenis pengukuran. Kolom yang terdapat pada form segar titipan
32
hampir sama dengan form segar sampler, hanya saja terdapat tambahan kolom nomor
kapal yang menitipkan hasil tangkapannya. Form beku sampler sama dengan halnya
form segar sampler, namun ada tambahan kolom jumlah ikan. Sedangkan form pada
beku titipan terdapat penambahan kolom nomor kapal dan jumlah ikan. Adanya
kolom jumlah ikan karena pada pengukuran bobot ikan beku dalam satu kali
penimbangan dapat lebih dari satu ekor.
Gambar 4.17 Formulir segar sampler (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4.18 Formulir segar titipan (sumber: dokumentasi pribadi)
33
Gambar 4.19 Formulir beku sampler (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4.20 Formulir beku titipan (sumber: dokumentasi pribadi)
4.3.4 Sampling
Kegiatan PKL difokuskan pada enumerasi ikan tuna segar. Sampling dilakukan
pada perusahaan perikanan yang mendaratkan hasil tangkapannya. Enumerasi yang
bertugas untuk mendata hasil tangkapan (sampling) terdapat 3 orang, yaitu 2 orang
mengukur dan mencatat panjang cagak ikan, sedangkan 1 orang mencatat bobot ikan,
serta melakukan identifikasi kapal yang menitipkan, spesies ikan, jenis prosesing, dan
tujuan didaratkan (ekspor/reject).
34
Gambar 4.21 Pendataan bobot ikan (sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4.22 Pengukuran panjang cagak bigeye tuna (sumber: dokumentasi pribadi)
35
Gambar 4.23 Pencatatan ukuran panjang cagak ikan tuna (sumber: dokumentasi pribadi)
Hasil tangkapan beku dan segar ekspor hanya dicatat bobot tanpa melakukan
pengukuran panjang cagak karena ikan tersebut harus langsung dimasukkan ke dalam
tahap prosesing lebih lanjut untuk diekspor, hanya ikan segar non ekspor saja yang
diukur panjang cagaknya. Loka Riset Perikanan Tuna saat ini hanya fokus pada
pendataan hasil tangkapan segar (fresh) dan beku (freez) untuk tujuan ekspor maupun
reject.
Ada beberapa jenis prosesing dan tipe pengukuran ikan yang berbasis di Benoa.
Menurut (IOTC, 2002) jenis prosesing dan tipe pengukuran ikan dijelaskan pada tabel
4.2 dan 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Jenis prosesing berdasarkan IOTC
Type Diagnostic Features Code
Whole (round)
Fish not undergoing any processing
Small specimens of tuna, billfish and sharks are commonly unprocessed (frozen fish)
WHO
Gilled
Bills (if any) and gills off. Bled and, seldom, fins-off On-board processing for tuna target species
GIL
36
Tabel 4.4 Tipe Pengukuran Ikan Tuna menurut IOTC
Gutted
Bills (if any), gills and fins off, gutted Fresh t una specimens are usually processed in
this way
GGT
Headed
Dressed carcasses with heads and fins off and tail present
Billfish export and reject specimens are usually processed in this way
HDD
Tailed
Dressed carcasses with heads and fins off and caudal
peduncles present
Billfish export and reject specimens and some shark species are sometimes processed in this way
TAL
Peduncle-off
Dressed carcasses with heads, fins and caudal peduncles off
Billfish export and reject specimens and some shark species are sometimes processed in this way
PDD
Loins Only the fish loins are kept. This is a usual
processing on large longline tuna vessels for billfish and shark
LON
Shark fins
Pectoral, dorsal and seldom lower anal and caudal
fins These fins are unloaded along with the frozen fish
and sold to local or foreign buyers
SKF
Tipe Deskripsi Kode Fork Length (panjang cagak)
Ukur lurus dari rahang atas ke sirip ekor yang terpendek (fork)
FL
Ukur badan dengan meteran (tape) melengkung dari ujung rahang atas ke sirip ekor yang terpendek
FLT
Pre-dorsal Length (panjang bagian depan sirip punggung)
Ukur lurus dari ujung rahang atas ke bagian duri sirp punggung pertama yang masuk ke dalam
LD1
37
4.3.5 Rekapitulasi Data Hasil Sampling
Data yang telah dikumpulkan dari hasil sampling, kemudian direkapitulasi.
Data ukuran panjang cagak ikan dicatat kembali dan disatukan dengan form yang
berisi data bobot ikan dan data lainnya. Pengisian kolom ukuran panjang cagak
dilakukan dengan cara mencocokkan bobot ikan yang telah ditimbang dengan
panjang yang telah diukur oleh enumerator.
Gambar 4.24 Rekapitulasi data sampling (sumber: dokumentasi pribadi)
Tidak jarang terdapat perbedaan selisih bobot antara enumerator yang mencatat
bobot dengan enumerator yang mencatat ukuran panjang, hal ini biasa terjadi.
Apabila perbedaan selisih hanya 1-2 kg dapat ditoleransi, namun jika selisih berbeda
jauh maka ukuran tersebut tidak cocok dengan bobot ikan yang dimaksud. Apabila
ukuran panjang tidak ada pada data bobot tersebut, maka data panjang dihapus atau
tidak digunakan. Hal ini terjadi karena dalam mencatat bobot, ikan yang ditimbang
sangat cepat sehingga terdapat perbedaan data antara enumerator dengan petugas dari
Ukur badan dengan meteran melengkung dari ujung rahang atas ke bagian duri sirip pinggung pertama yang masuk ke dalam
LD1T
38
perusahaan. Kolom yang harus dilengkapi saat rekapitulasi data ialah ukuran panjang
cagak, dan tipe pengukuran.
4.3.6 Pengisian Logbook
Data yang telah direkap kemudian dimasukkan ke dalam buku catatan harian
(logbook). Data yang dicatat ke dalam logbook berfungsi sebagai dokumentasi harian
dari hasil enumerasi, serta sebagai bukti laporan enumerator setiap harinya. Data yang
dimasukkan ke dalam logbook meliputi tanggal sampling, nama enumerator, serta
keterangan yang berisi nama kapal yang landing dan mengangkut hasil tangkapan,
total hasil tangkapan ekspor dan reject, total bobot ikan ekspor dan reject, jumlah ikan
yang diukur dan jumlah kapal yang menitipkan hasil tangkapannya apabila ada.
Gambar 4.25 Logbook enumerasi (sumber: dokumentasi pribadi)
4.3.7 Entry Data
Tahap berikutnya ialah menyerahkan data hasil enumerasi ke petugas
laboratorium data untuk dilakukan entry data. Petugas bagian entry data akan
memberikan form penerimaan data untuk mengisi tanggal, nama petugas yang
menyerahkan data, dan tanggal diterimanya data. Selain itu terdapat pula kolom yang
berisi tanggal data selesai diinput, dan tanggal validasi data.
39
Gambar 4.26 Entry data enumerasi (sumber: dokumentasi pribadi)
Entry data dilakukan menggunakan Microsoft excel. Pada worksheet terdapat
beberapa sheet yang harus diisi antara lain data kapal, data biologi, rekapitulasi, dan
persentase. Data rekapitulasi dan persentase yang dimaksud ialah data enumerasi
setiap bulannya. Data kapal berisi kolom meliputi data nama pelabuhan tempat
pendaratan, tujuan, nama perusahaan, tanggal sampling, sampler, total kapal, nama
kapal landing, Gross ton (GT), nomor kapal titipan, dan nama kapal titipan. Data
biologi berisi kolom yang hamper sama dengan data kapal, namun terdapat kolom
tambahan antara lain data sampler, id sample, spesies, jumlah ikan, bobot,
pengolahan, panjang, unit bobot, dan tipe ukuran. Sedangkan sheet data kapal total
berisi kolom kapal landing dan kapal sampling. Data rekapitulasi berisi kolom jumlah
bobot dan jumlah ikan per bulan. Sheet terakhir terdapat data persentase dari hasil
enumerasi setiap bulannya.
4.3.8 Verifikasi dan Validasi Data
Data yang telah diinput selanjutnya dilakukan verifikasi yang bertujuan untuk
mencocokkan data enumerasi di lapang dan data yang telah diinput ke Microsoft
excel. Apabila data tidak sesuai maka dilakukan konfirmasi kepada enumerator yang
bertugas untuk klarifikasi data. Setelah verifikasi, maka data tersebut diserahkan
kepada kepala laboratorium untuk dilakukan recheck data. Jika data sudah disetujui,
40
maka data tersebut diserahkan kepada kepala LRPT untuk validasi data. Tahap
terakhir petugas laboratorium data akan melakukan digitalisasi data yang sah.
Digitalisasi dilakukan sebagai dokumentasi kegiatan enumerasi di LRPT.
4.4 Komposisi Hasil Tangkapan Rawai Tuna di Pelabuhan Benoa, Bali
Berdasarkan enumerasi hasil tangkapan rawai tuna yang didaratkan di
pelabuhan Benoa selama kegiatan PKL diperoleh komposisi spesies hasil tangkapan
utama yaitu ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus
obesus), dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii).
(a)
Keel berwarna putih keperakan
Warna sisi perut lebih perak dan mengkilat
Warna finlet lebih kuning dan memiliki tepi berwarna hitam tipis
Tubuh berbentuk torpedo daripada jenis tuna lainnya
Memiliki corak (motif) tubuh yang jelas dan teratur (rapi)
Mata berukuran kecil
(b)
Keel berwarna putih kebiruan
Warna sisi perut lebih pudar atau pucat
41
Warna finlet kuning dan memiliki tepi berwarna hitam tebal
Bentuk tubuh lebih lebar, biasanya ukuran tubuh lebih besar daripada madidihang
Ukuran mata lebih besar daripada tuna jenis lain, namun tidak jarang madidihang
memiliki ukuran mata yang hampir sama dengan BET
Ukuran operkulum lebih pendek daripada madidihang
(c)
Keel berwarna kuning kehitaman
Warna perut lebih mengkilat
Warna finlet kuning dan memiliki tepi hitam tebal
Bentuk tubuh lebih bulat dan memiliki ukuran paling besar daripada tuna jenis lain
Ukuran mata lebih kecil dari BET dan ukuran operkulum lebih panjang
Gambar 4.27 (a) Tuna sirip kining, (b) tuna mata besar, (c) tuna sirip biru selatan
(sumber: dokumentasi pribadi)
Menentukan spesies ikan tuna dapat dilihat dari beberapa ciri misalnya tiga
bagian tubuh yaitu warna keel, warna sisi perut, dan warna finlet. Pembeda lain yang
dapat dilihat yaitu bentuk dan ukuran tubuh, motif pada perut, serta ukuran mata.
Berikut identifikasi dari masing-masing spesies ikan tuna yang didaratkan di
pelabuhan Benoa:
1. Warna keel
42
(a) (b) (c)
Gambar 4.28 Warna keel (a) tuna sirip kuning, (b) tuna mata besar, (c) tuna sirip biru selatan
(sumber: dokumentasi pribadi)
2. Bentuk tubuh dan warna perut
(a) (b) (c)
Gambar 4.29 Bentuk tubuh dan warna perut (a) tuna sirip kuning, (b) tuna mata besar, (c) tuna sirip
biru selatan (sumber: dokumentasi pribadi)
3. Ukuran mata
(a) (b) (c)
Gambar 4.30 Ukuran mata (a) tuna sirip kuning, (b) tuna mata besar, (c) tuna sirip biru selatan
(sumber: dokumentasi pribadi)
4.5 Sebaran Ukuran Panjang Ikan Tuna yang Didaratkan di Pelabuhan Benoa
Data yang diperoleh dari enumerasi ikan tuna yaitu ukuran panjang dan bobot
yang selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan Microsoft excel untuk
43
memperoleh informasi sebaran ukuran panjang ikan. Alur pengolahan data ini yaitu
sebagai berikut.
Entry data enumerasi di microsoft excel
Uji-t
Membuat tabel yang terdiri dari kolom spesies, panjang, bobot, LN (P), LN (W), batas
atas interval kelas dan panjang nilai tengah (mid length)
Mengisi data sesuai kolom
Data analysis
Membuat grafik sebaran ukuran panajang (Histogram)
Membuat garis batas ukuran pertama kali matang gonad (Lm)
Gambar 4.31 Alur pengolahan data sebaran ukuran panjang ikan
Pengukurran panjang cagak (FL) selama periode PKL dilakukan pada ikan tuna
sirip kuning (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), dan tuna sirip
biru selatan (Thunnus maccoyii). Berdasarkan enumerasi total ikan yang diukur
44
panjangnya sebanyak 335 ekor. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
berikut:
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Tuna Sirip Kuning
Panjang (cmFL) Nilai Tengah Frekuensi 85-89 87 1
90-94 92 4
95-99 97 2
100-104 102 4
105-109 107 3
110-114 112 2
115-119 117 4
120-124 122 9
125-129 127 29
130-134 132 11
135-139 137 19
140-144 142 18
145-149 147 2
150-154 152 4
155-159 157 3
160-164 162 3
Tabel. 4.6 Distribusi frekuensi Tuna Mata Besar
Panjang Cagak (cmFL)
Nilai Tengah Frekuensi
80-84 82 1
84-89 87 3
90-94 92 0
94-99 97 1
100-104 102 1
110-114 112 7
120-124 122 9
105-109 107 13
125-129 127 16
130-134 132 13
115-119 117 12
45
135-139 137 12
165-169 167 17
140-144 142 14
150-154 152 3
170-174 172 6
145-149 147 6
155-159 157 3
160-164 162 1
165-169 167 3
170-174 172 1
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi Tuna Sirip Biru Selatan
Panjang Cagak (cmFL) Nilai Tengah Frekuensi
135-139 137 1
140-144 142 2
145-149 147 5
150-154 152 16
155-159 157 16
160-164 162 13
165-169 167 11
170-174 172 2
175-179 177 6
180-184 182 2
185-189 187 1
190-194 192 3
195-199 197 1
Kisaran panjang tuna sirip kuning antara 85-164 cmFL dengan ukuran terkecil
85 cmFL dan terbesar 164 cmFL. Rata-rata panjang 128 cmFL. Modus terdapat pada
127 cmFL sebanyak 29 ekor. Grafik histogram menunjukkan kurva distribusi normal,
hal tersebut menandakan bahwa ikan tuna sirip kuning merupakan kelompok ikan
yang hidup bergerombol. Grafik sebaran ukuran tuna sirip kuning dapat dilihat pada
(gambar 4.32) di bawah ini.
46
Gambar 4.32 Grafik sebaran ukuran panjang tuna sirip kuning (Thunnus albacares)
Menurut (Zudaire et al. 2013), ikan tuna sirip kuning dikatakan mencapai
ukuran dewasa apabila mimiliki Lm sebesar 100 cmFL (garis putus-putus), hal ini
karena tuna sirip kuning telah matang gonad atau telah memijah. Hasil analisis
diketahui bahwa ikan ini yang tertangkap didominasi oleh ikan dewasa pada kisaran
ukuran panjang 101-162 cmFL sebanyak 111 ekor.
Tuna mata besar memiliki ukuran panjang antara 80-174 cmFL dengan ukuran
terkecil 80 cmFL dan tertinggi 174 cmFL. Rata-rata ukuran 130 cmFL dan modus
pada panjang 142 cmFL sebanyak 17 ekor. Ukuran panjang terdistribusi normal pada
grafik menunjukkan ikan tuna mata besar hidup bergerombol. Grafik sebaran ukuran
panjang dapat dilihat pada (gambar 4.33) di bawah ini.
1 4 2 4 3 2 4
9
29
11
19 18
2 4 3 3
0
10
20
30
40
87 92 97 102 107 112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162
Fre
kue
nsi
(Ek
or)
Mid Lenght (cmFL)
n = 118
1 3
0 1 1
7 9
13
16
13 12 12
17
14
3
6 6
3 1
0
5
10
15
20
82 87 92 97 102 107 112 117 122 127 132 137 142 147 152 157 162 167 172
Fre
kue
nsi
(Ek
or)
Mid Lenght (cmFL)
n = 139
47
Gambar 4.33 Grafik distribusi ukuran panjang ikan tuna mata besar (Thunnus obesus)
Menurut (Zhu et al. 2010) dalam (Jatmiko et al. 2016), tuna mata besar telah
matang gonad (Lm) pada panjang 110 cmFL (garis putus-putus). Hasil analisis
diketahui bahwa ukuran panjang yang melebihi Lm kisaran 110-172 cmFL. Ukuran
tersebut menunjukkan bahwa tuna mata besar didominasi oleh ikan dewasa sebanyak
133 ekor.
Tuna sirip biru selatan diukur sebanyak 79 ekor memiliki kisaran panjang
anatara 135-199 cmFL. Ukuran panjang rata-rata 160 cmFL, sedangkan modus pada
kisaran panjang 150-160 cmFL sebanyak 32 ekor. Grafik sebaran ukuran panjang
pada (gambar 4.34) di bawah ini.
Gambar 4.34 Grafik distribusi panjang ikan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii)
Menurut (Sulistyaningsih et al. 2014), tuna sirip biru selatan dikatakan telah
matang gonad apabila Lm > 160 cmFL (garis putus-putus). Berdasarkan hasil analisa
diketahui bahwa tuna sirip biru selatan yang tertangkap memiliki ukuran panjang
lebih dari Lm sebanyak 39 ekor pada kisaran panjang 160-199 cmFL, dapat dikatakan
bahwa tuna sirip biru selatan pada panjang tersebut telah mencapai ukuran dewasa.
4.6 Hubungan Panjang dan Berat Ikan Tuna
Analisis hubungan panjang berat digunakan untk menentukan pola
pertumbuhan ikan tuna. Berdasarkan hasil enumerasi selama periode PKL diketahui
bahwa analisis hubungan panjang bobot menggunakan regresi dan uji t. Alur
1 2 5
16 16 13
11
2
6
2 1 3
1
0
5
10
15
20
137 142 147 152 157 162 167 172 177 182 187 192 197
Fre
kue
nsi
(Ek
or)
Mid Lenght (cmFL)
n = 79
48
pengolahan data tidak jauh berbeda dengan analisis sebaran ukuran panjang. Uji t
dilakukan sebelum membuat grafik untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
menyatakan dua variabel atau menunjukkan adanya perubahan yang signifikan atau
tidak pada kedua variabel. Data berat (W) ikan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.8 Berat (W) Tuna Sirip Kuning
Berat (kg) Frekuensi 11-22 5 23-34 16 35-46 46 47-58 39 59-70 3 71-82 8
Tabel 4.9 Berat (W) Tuna Mata Besar
Berat (kg) Frekuensi 10-20 3 21-31 17 32-43 30 44-55 26 56-67 32 68-79 14 80-91 10 92-103 3 104-115 2
Tabel 4.10 Berat (W) Tuna Sirip Biru Selatan
Berat (kg) Frekuensi 55-65 26 66-76 20 77-87 15 88-98 6 99-109 3 110-120 2 121-131 2 132-142 3
49
143-153 0 154-164 1
Pembuatan grafik dilakukan dengan cara memasukkan seluruh data panjang
(variable x) dan berat (variable y) ke dalam scatter (select data). Regresi dilakukan
menggunakan data panjang dan berat. Hasil dari regresi yaitu y = ax2 atau dalam
rumus hubungan panjang berat menurut (Nugroho et al., 2018) di bawah ini.
Dimana: W = hubungan panjang berat
a = intercept
L = panjang cagak ikan (cmFL)
b = slope
Menurut (Trihendradi, 2013), jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, dan
jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak (terima H1). H0 diasumsikan sebagai pola
pertumbuhan bersifat isometrik (b = 3) serta H1 diasumsikan sebagai pola
pertumbuhan bersifat allometrik positif (b > 3) dan allometrik negatif (b < 3). Jika b =
3 maka pertumbuhan bersifat isometrik yaitu pertumbuhan panjang dan berat sama,
jika b > 3 maka pola pertumbuhan bersifat allometrik positif yaitu pertambahan berat
lebih cepat daripada pertambahan panjangnya, dan jika b < 3 maka pola pertumbuhan
bersifat allometrik negatif yang berarti pertambahan panjang lebih cepat daripada
pertambahan beratnya (Muhammad dan Barata, 2012). Uji t dilakukan terhadap ikan
tuna sirip kuning, tuna mata besar dan tuna sirip biru selatan dengan selang
kepercayaan 95% disajikan dalam (tabel 4.11) di bawah ini.
Tabel 4.11 Uji t terhadap tuna sirip kuning, tuna mata besar dan tuna sirip biru
selatan
Spesies T-hitung T-tabel Uji T b
(slope) Hipotesis Pola
Pertumbuhan Tuna Sirip Kuning
192.789 1.981 t hitung > t tabel
2.9827 Tolak H0, terima H1
Allometrik negative
Tuna Mata Besar
37.937 1.969 t hitung > t tabel 3.0337
Tolak H0, terima H1
Allometrik positif
50
Tuna Sirip Biru Selatan
26.550 1.975 t hitung > t tabel 3.2264
Tolak H0, terima H1
Allometrik positif
Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, diketahui bahwa t-hitung
(192.789) lebih besar daripada t-tabel (1.981) pada tuna sirip kuning. Berat tuna sirip
kuning yang dianalisis kisaran 11-82 kg dari total berat 4.619 kg. Hasil analisis
diperoleh grafik persamaan regresi dari hubungan panjang berat tuna sirip kuning
yaitu W= 0,005FL2.9827 dengan b = 2,9827 dan koefisien determinasi (R2) sebesar
0.9494. Hasil tersebut menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel yang berarti tolak H0
dan terima H1, sehingga b < 3 yaitu pola pertumbuhan tuna sirip kuning bersifat
allometrik negatif. Analisis tersebut dapat dikatakan bahwa ikan tuna sirip kuning
yang tertangkap cenderung memiliki pertumbuhan panjang yang lebih cepat daripada
pertambahan beratmya, hal ini dapat disebabkan oleh faktor dari dalam dan faktor
luar. Faktor dari dalam yaitu keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor dari
luar yaitu ketersediaan makanan dan suhu perairan (Muhammad dan Barata, 2012).
Grafik pola pertumbuhan disajikan pada grafik (gambar 4.35) di bawah ini.
Gambar 4.35 Grafik hubungan panjang berat tuna sirip kuning
Jumlah ikan tuna mata besar yang dianalisis sebanyak 139 ekor dengan
kisaran berat antara 10-115 kg. Hasil uji t pada tuna mata besar yaitu t-hitung
W= 0,005FL2.9827 R² = 0.9494
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Bo
bo
t (K
G)
Panjang Cagak (cmFL)
n = 118
51
(37.937) lebih besar daripada t-tabel (1.969) yang berarti tolak H0 dan terima H1. Hal
ini menunjukkan bahwa b ≠ 3. Grafik regresi diperoleh hasil W = 0,005FL3.0337
dengan b = 3,0337 dan R2 = 0,9807. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa b > 3
yang berarti pola pertumbuhan tuna mata besar bersifat allometrik positif, dimana
pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjangnya. Grafik hubungan
panjang berat ditunjukkan pada grafik (gambar 4.36) di bawah ini.
Gambar 4.36 Grafik hubungan panjang berat tuna mata besar
Uji t pada 79 ekor tuna sirip biru selatan (55-164 kg) diketahui t-hitung
(26.550) lebih besar daripada t-tabel (1.975) yang berarti tolak H0 dan terima H1 (b >
3). Grafik linier diperoleh W = 0,0000006FL3,2264 dengan b = 3,2264 dan R2 =
0,8633. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola pertumbuhan tuna sirip biru selatan
bersifat allometrik positif yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada pertumbuhan
panjangnya. Grafik hubungan panjang berat ditunjukkan pada grafik (gambar 3.37) di
bawah ini.
W = 0,005FL3.0337 R² = 0.9807
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Bo
bo
t (K
G)
Panjang Cagak (cmFL)
n = 139
52
Gambar 4.37 Grafik hubungan panjang berat tuna sirip biru selatan
4.7 Wilayah Penangkapan Ikan Tuna
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada kapten kapal dan
selama kegiatan PKL diketahui bahwa nelayan menagkap ikan tuna di WPP-RI 573
yang meliputi perairan Samudera Hindia bagian Selatan Jawa hingga Selatan Nusa
Tenggara , Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat. Peta wilayah penangkapan ikan
tuna ditunjukkan pada peta di bawah ini:
W = 0,0000006FL3.2264 R² = 0.8633
0
50
100
150
200
0 50 100 150 200 250
Bo
bo
t (K
G)
Panjang Cagak (cmFL)
n = 79
53
Gambar 4.38 Peta Penangkapan Ikan Tuna yang Didaratkan di Pelabuhan Benoa dari 23 Desember
2019 sampai 14 Januari 2020 (sumber: wawancara dan peta RBI)
Peta tersebut menunjukkan titik lokasi nelayan melakukan penangkapan ikan
tuna jenis tuna sirip kuning (YFT), tuna mata besar (BET) dan tuna sirip biru selatan
(SBT) yaitu pada titik koordinat dari Lintang 6º-18º LS dan Bujur 108º-130º BT.
Kelebihan dari data ini yaitu dapat mengetahui wilayah persebaran ikan tuna yang
didartkan di pelabuhan Benoa, namun memiliki kekurangan yaitu data tidak akurat
karena diperoleh berdasarkan metode deskriptif dimana hanya perkiraan selama
pelayaran.
54
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PKL di LRPT dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai
berikut.
1. Teknik enumerasi yang berbasis di pelabuhan Benoa yaitu monitoring,
pencatatan form kapal masuk, penentuan prioritas sampling, pencatatan
aktivitas kapal pada papan informasi, persiapan formulir dan peralatan
sampling, sampling, rekapitulasi data, pengisian logbook, entry data, verifikasi
dan validasi data.
2. Data enumerasi diserahkan kepada petugas laboratorium data untuk diinput ke
dalam Ms.excel. Selanjutnya data diverifikasi dan divalidasi oleh kepala LRPT
dan dilakukan digitalisasi sebagai dokumentasi. Peneliti yang akan
menggunakan data tersebut mengisi form permintaan data untuk keperluan
penelitian. Data yang telah diolah kemudian diserahkan kembali ke petugas
laboratorium untuk digitalisasi.
3. Metode analisis untuk mengetahui sebaran ukuran (panjang) dan hubungan
panjang berat ikan tuna dengan cara mengolah data panjang dan berat
menggunakan Ms. excel dan disajikan dalam bentuk histogram dan grafik linier.
Hasil analisis distribusi ukuran (panjang) tuna sirip kuning yang didaratkan
kisaran 85-164 cmFL dengan pola pertumbuhan allometrik negatif. Distribusi
ukuran tuna mata besar selama sampling antara 80-174 cmFL dengan pola
pertumbuhan allometrik positif. Tuna sirip biru selatan memiliki distribusi
ukuran antara 135-199 cmFL dengan pola pertmbuhan allometrik positif. Ikan
tuna sirip biru yang tertangkap memiliki ukuran tubuh paling panjang daripada
tuna sirip kuning dan tuna mata besar.
4. Wilayah penangkapan ikan tuna sirip kuning, tuna mata besar dan tuna sirip
biru selatan pada titik koordinat 6º-18º LS dan 108º-130º BT di daerah
Samudera Hindia dan laut Aru.
55
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah informasi di sosial media
agar diperbaharui terutama mengenai Praktik Kerja Lapang ataupun Praktik Kerja
Magang di LRPT untuk mempermudah pencarian informasi seperti publikasi laporan
PKL/magang.
56
DAFTAR PUSTAKA
Franjaya, W. L., Zamdial., dan Ali, M. 2018. Analisis Produktivitas dan Teknis Penangkapan Rawai Dasar di Desa Kota Bani Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Enggano. III (2) : 261-274.
Habibi, A., Dwi, A., dan Sugiyanta. 2011. Seri Panduan Perikanan Skala Kecil
Perikanan Tuna – Panduan Penangkapan dan Penanganan. Bali: WWF-Indonesia
Indian Ocean Tuna Commission. 2002. Field Manual for Data Collection on Tuna
Landings from Longliners. Jatmiko, I., Bram, S., dan Dian, N. 2016. Produksi Perikanan Hasil Tangkapan Rawai
Tuna yang Berbasis di Pelabuhan Benoa Bali. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. XXII (1) : 25-32.
Kirana, E. N., Herry, B., dan Aristi, D. P. F. 2015. Analisis Hasil Tangkap pada Alat
Tangkap Anco (Life net) Berdasarkan Perbedaan Waktu Pengoperasian Siang dan Malam di Waduk Kedungombo Boyolali. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. IV (4) : 125-134.
Kurniawan, D. N., Abdul, G., Suradi, W. S., dan Bram, S. 2016. Tingkat Eksploitasi
Ikan Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus maccoyii) di Samudera Hindia Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di Pelabuhan Benoa, Bali. Diponegoro Journal of Maquares. V (4) : 345-352.
Loka Riset Perikanan Tuna. 2019. Tugas dan Fungsi. https://lp.kkp.go.id Mardia. 2011. Manfaat Keanggotaan Indonesia dalam Indian Ocean Tuna Commision
(IOTC). Skripsi. 1-68. Muhammad, N., dan Abram, B. 2012. Struktur Ukuran Ikan Madidihang (Thunnus
albacares) yang Tertangkap Pancing Ulur di Sekitar Rumpon Samudera Hindia Selatan Bali dan Lombok. Bawal. IV (3): 161-167.
Nugroho, S. C., Irwan, J., dan Arief, W. 2018. Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi
Madidihang, Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) di Samudera Hindia Bagian Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. XVIII (1): 13-21.
Rahajeng, M. 2012. Ikan Tuna Indonesia. Jakarta: Warta Ekspor Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI Edisi Juni.
57
Rochman, F., Bram, S., dan Irwan, J. 2016. Dampak Pemberlakuan Moratorium Perizinan Tangkap Terhadap Upaya Penangkapan dan Produksi Rawai Tuna Skala Industri yang Berbasis di Pelabuhan Benoa-Bali. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. XXII (3): 181-188.
Rochman, F., Irwan, J., dan Zulkarnaen, F. 2018. Dinamika Industri Rawai Tuna di
Pelabuhan Benoa. Marine Fisheries. IX (2): 209-220. Sulistyaningsih, R. K., Arief, W., dan Budi, N. 2014. Distribusi Panjang dan Estimasi
Total Tangkapan Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus maccoyii) pada Musim Pemijahan di Samudera Hindia. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. XX (4): 215-224.
Swastana, I. G. A., Abdul, R. A., dan Dian, N. 2016. Karakteristik Ikan Tuna Sirip
Biru Selatan (Thunnus maccoyii) Hasil Tangkapan Kapal Rawai Tuna yang Didaratkan di Pelabuhan Benoa. Journal of Marine and Aquatic Sciences. II (2) : 78-83.
Talib, A. 2017. Tuna dan Cakalang (Suatu Tinjauan: Pengelolaan Potensi
Sumberdaya di Perairan Indonesia). Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. X (1) : 39-50.
Trihendradi, C. 2013. Langkah Mudah Memguasai SPSS 21. Yogyakarta: CV. Andi
Offset. Hal 91-92. Yusuf, R., Freshty, Y. A., dan Hertria,M. P. 2017. Peluamh Pasar Ekspor Tuna
Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Bayesian. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. VII (1) : 39-50.
Zudaire, I., Murua, H., Grande, M., dan Bodin, N. 2013. Reproductive potential of
Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) in the western Indian Ocean. Fish. Bull. 111 (1) : 252-264.
58
Lampiran 1. Logbook
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Lampiran 2. Resume
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
Lampiran 3. Kegiatan Praktik Kerja Lapang
Presentasi proposal PKL di LRPT
Pengecekan aktivitas kapal berdasarkan piket harian
Membantu teman PKL dari Udayana dan belajar mengidentifikasi kematangan gonad ikan
Bimbingan bersama pembimbing lapang
Kegiatan rutin olahraga mingguan
Kegiatan tasyakuran atas tugas belajar salah satu peneliti LRPT
108