tbr fadilla mt

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagian besar orang pernah mengalami nyeri kepala (sefalgi). Terbukti dari hasil penelitian berdasarkan populasi di Singapura prevalensi nyeri kepala  pada pria 80% dan pada wanita 85%. Angka tersebut mendekati hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran USU. Mendapati hasil 78%  pada pria dan 88% pada wanita. Dari data epidemiologi di 5 Rumah sakit di Indonesia didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%,  Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0,5%,  Mixed Headache 14% 1,2 .  Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakan di seluruh daerah kepala dengan batas dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan  penyebabnya di golongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya. Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang  jelas terdapat kelai nan anatomi atau kelainan st ruktur atau sejenisnya, dan bers ifat kronis progresif antara lain meliputi kelainan non vaskuler. Berdasarkan klasifikasi international nyeri kepala edisi 2 dari IHS (International Headache Society), yang terbaru tahun 2004 nyeri kepala primer terdiri atas migrain, tension type headache, cluster headache dan nyeri kepala trigeminal autonomik 3,4,5,6 . Banyak faktor yang berperan dalam patofisiologi nyeri kepala primer ini, akan tetapi secara umum patofisiologi dari nyeri kepala primer ini hampir sama satu sama lainnya dengan sedikit perbedaan spesifik yang masing-masing belum diketahui selengkapnya dengan benar. Adapun faktor-faktor penyebab nyeri kepala diantaranya ialah : riwayat keluarga (genetik), usia (sering pada pubertas), menstruasi, terlambat makan, rangsangan berlebihan (sorotan cahaya dan bau yang menyengat), terlalu banyak atau kurang tidur dan stress 7,8 .

Upload: fahmy-ben-bella

Post on 15-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

vhg

TRANSCRIPT

13

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGSebagian besar orang pernah mengalami nyeri kepala (sefalgi). Terbukti dari hasil penelitian berdasarkan populasi di Singapura prevalensi nyeri kepala pada pria 80% dan pada wanita 85%. Angka tersebut mendekati hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran USU. Mendapati hasil 78% pada pria dan 88% pada wanita. Dari data epidemiologi di 5 Rumah sakit di Indonesia didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0,5%, Mixed Headache 14% 1,2. Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakan di seluruh daerah kepala dengan batas dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan penyebabnya di golongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya. Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya, dan bersifat kronis progresif antara lain meliputi kelainan non vaskuler. Berdasarkan klasifikasi international nyeri kepala edisi 2 dari IHS (International Headache Society), yang terbaru tahun 2004 nyeri kepala primer terdiri atas migrain, tension type headache, cluster headache dan nyeri kepala trigeminal autonomik 3,4,5,6.Banyak faktor yang berperan dalam patofisiologi nyeri kepala primer ini, akan tetapi secara umum patofisiologi dari nyeri kepala primer ini hampir sama satu sama lainnya dengan sedikit perbedaan spesifik yang masing-masing belum diketahui selengkapnya dengan benar. Adapun faktor-faktor penyebab nyeri kepala diantaranya ialah : riwayat keluarga (genetik), usia (sering pada pubertas), menstruasi, terlambat makan, rangsangan berlebihan (sorotan cahaya dan bau yang menyengat), terlalu banyak atau kurang tidur dan stress 7,8.Salah satu terapi yang dianjurkan untuk nyeri kepala adalah dengan menghindari faktor-faktor pencetus nyeri kepala, dan mengetahui faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri kepala. Secara global prevalensi penderita migraine dan nyeri kepala tipe tegang (TTH) merupakan prevalensi yang terbanyak di derita, menurut laporan dari Headache in General. Untuk itu pada jurnal ini meneliti hubungan faktor-faktor yang dapat mencetuskan dan meredakan migraine di bandingkan dengan faktor-faktor yang mencetuskan dan meredakan nyeri kepala tipe tegang 9,10.

B. PERMASALAHAN1. Apa saja faktor-faktor yang dapat mencetuskan migraine dan nyeri kepala tipe tegang.2. Apa saja faktor-faktor yang dapat meredakan migraine dan nyeri kepala tipe tegang.

C. TUJUAN PENULISAN1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mencetuskan migraine dan nyeri kepala tipe tegang.2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meredakan migraine dan nyeri kepala tipe tegang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Kepala 11,12

(Mc Graw Hill.AdamsNyeri kepala adalah rasa nyeri atau tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas dari dagu sampai ke daerah belakang kepala (daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Berdasarkan klasifikasi international nyeri kepala edisi 2 dari Internasional Headache Society (IHS) yang termasuk nyeri kepala primer adalah : 1. Migraine 2. Tension-type headache 3. Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias 4. Other primary headaches Sedangkan nyeri kepala sekunder adalah : 1. Nyeri kepala karena trauma pada kepala dan leher 2. Nyeri kepala karena gangguan vaskuler pada kepala dan leher3. Nyeri kepala karena gangguan non vaskuler pada kepala dan leher4. Nyeri kepala karena ada infeksi6. Nyeri kepala karena ada gangguan homeostasis7. Nyeri kepala karena ada gangguan pada wajah dan tulang tengkorak.8. Nyeri kepala karena gangguan psikiatri9. Nyeri kepala karena neuralgia pain11.Termasuk cranial neuralgia, or primary facial pain.

B. Migrain 13,14,15,16Migren adalah nyeri kepala berulang dengan adanya interval bebas gejala dan sedikitnya memiliki 3 dari gejala berikut: nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala berdenyut, unilateral, adanya aura (visual, sensori, motorik), gejala berkurang dengan tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama. Lama serangan pada anak adalah 2 sampai 4 jam, sedang pada dewasa 4 sampai 72 jam. Beberapa faktor predisposisi migren adalah riwayat keluarga (genetik), usia (sering pada pubertas), menstruasi, terlambat makan, rangsangan berlebihan (sorotan cahaya, bau yang menyengat), perubahan cuaca, terlalu banyak atau kurang tidur dan stres. Menurut The International Headache Society (IHS-2) 2004, migren dapat dibagi atas migren tanpa aura, dengan aura, childhood periodic syndrome, retinal migraine, probable migraine, migren dengan komplikasi dan kejang yang dicetuskan oleh migren. Migren tanpa aura (common migraine) sering dijumpai pada anak dan remaja (70%). Pada tipe ini nyeri kepala terjadi di daerah frontal bilateral atau unilateral, berdenyut, dengan intensitas sedang atau berat, lama serangan antara 1 sampai 72 jam, dan frekuensinya 6 sampai 8 kali per bulan. Klinis seperti aura tidak spesifik dan bermanifestasi sebagai rasa lemah, pucat, dan mudah tersinggung. Keadaan ini lebih sering disertai oleh mual dan nyeri perut dibandingkan muntah. Muntah berulang sering merupakan manifestasi pada anak pra-sekolah.Migren dengan aura (classic migraine) merupakan suatu proses bifasik. Pada fase inisial terjadi gelombang eksitasi yang diikuti oleh depresi fungsi kortikal dan terjadi penurunan aliran darah setempat. Pada fase berikutnya terjadi peningkatan aliran darah di arteri karotis interna dan eksterna sehingga menimbulkan nyeri kepala, mual dan muntah. Serangan nyeri kepala berulang sekurang-kurangnya dua kali, bersamaan atau didahului gejala aura homonim yang reversible secara bertahap antara 5 sampai 20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit. Migren klasik lebih jarang ditemukan pada anak dan remaja. Muntah siklik sering dijumpai pada anak usia 4 sampai 8 tahun berupa serangan mual dan muntah secara terus menerus, selama 1 jam sampai 5 hari. Serangan akan mereda sendiri dan diantara serangan pasien dalam keadaan normal. Diagnosis ditegakkan bila tidak dijumpai kelainan gastrointestinal yang berarti dan ada riwayat migren pada keluarga. Migren abdominal timbul berupa serangan nyeri di daerah tengah abdomen secara episodik berulang, selama 1 sampai 72 jam diikuti mual dan muntah dengan masa diantara serangan anak dalam keadaan normal.

C. Nyeri Kepala Tipe Tegang 8,9,14Nyeri kepala tipe tegang adalah sensasi ketat atau menekan, biasanya bilateral yang pada awalnya dapat terjadi secara episodik dan berhubungan dengan stress, ansietas atau depresi. Dalam bentuk kronik biasanya terjadi lebih sering tanpa disertai faktor-faktor psikologik yang nyata. Menurut HIS (International Headache Society) nyeri yang ketat atau terikat erat atau menekan, dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang biasanya bilateral dan tidak memburuk dengan aktivitas fisik rutin. Dapat disertai gejala mual, fonofobia, atau fotofobia tanpa disertai gejala muntah. Gejala klinis dapat berupa nyeri kepala bersifat episodik atau kronik (bila serangan minimal15 hari/bulan selama paling sedikit 6 bulan), frekuensi >10 kali serangan, durasi 30 menit sampai 7 hari, tidak dijumpai fotofobia, fonofobia, tidak berkaitan dengan kelainan lain. Memiliki karakteristik : bilateral, seperti menekan/mengikat, sifatnya ringan sampai sedang, dan tidak diperberat oleh aktivitas. Nyeri kepala dominan pada wanita dan dapat terjadi pada segala usia. Yang khas, biasanya dimulai pada usia 20-40 tahun. Riwayat dalam keluarga dapat ditemukan.

D. Perbandingan faktor-faktor yang dapat memicu dan meredakan migraine dibandingkan dengan sakit kepala tipe tegang.

Dengan menggunakan studi observasional yang dilakukan setiap minggu di sebuah klinik Sakit kepala milik Departemen Neurologi, DMCH. Dilakukan peninjauan catatan dari 250 pasien migrain dan jumlah yang sama untuk pasien sakit kepala tipe tegang (TTH). Semua pasien didiagnosis secara klinis berdasarkan, Klasifikasi Internasional Headache Disorder versi 2 (ICHD - II). Diagnosis ditegakkan oleh ahli saraf konsultan di klinik. Diagnosis klinis dijadikan sebagai standar baku (gold standar),untuk menegakan diagnosis. Dengan adanya riwayat sakit kepala, pemeriksaan fisik dan pengalaman klinis dari konsultan ahli saraf dalam mendiagnosis gangguan sakit kepala dengan berdasarkan kriteria klasifikasi ICHD. Semua subtype migrain (migrain dengan aura, tanpa aura, migren kronis, kemungkinan migrain) dijadikan sebagai klasifikasi migraine. Penelitian ini hanya meneliti pasien dengan sakit kepala yang diklasifikasikan sebagai migrain atau TTH. Setiap pasien dari gangguan sakit kepala dengan penyakit penyerta atau lebih dari salah satu jenis sakit kepala (kombinasi migrain dan TTH atau yang sudah menggunakan obat) kami keluarkan dari penelitian. Penelitian ini telah menggunakan check list yang telah ditentukan, sebelumnya sebanyak 11 faktor pemicu dan 5 faktor yang meredakan sakit kepala. (Tabel 1). Protokol penelitian telah disetujui oleh komite etik rumah sakit Dhaka Medical College. Data yang dikumpulkan dari rekam medik rumah sakit dan dari kuesioner yang berisi informasi tentang usia, jenis kelamin, status sosial, dan faktor yang memicu dan meredakan sakit kepala (migraine atau sakit kepala tipe tegang). Data dianalisis dengan menggunakan SPSS system 16.E. HasilDalam studi ini kami membagi semua pasien sakit kepala 500 pasien menjadi dua kelompok sama rata : migrain dan TTH, berikut kritera klinis sakit kepala yang terjadi pada masyaratak sesuai standar internasional. Semua pencetus dan faktor yang tercantum dalam (Tabel 1). Sebagian besar dari pasien sakit kepala didominasi oleh perempuan (67% perempuan dan 33% laki-laki). Sebagian besar pasien berada dalam kelompok usia 21-30 tahun (58,6%), diikuti oleh 18,2% pasien dalam kelompok usia 11-20 tahun. Hanya 1,6% pasien yang berada di bawah usia 10 tahun dan 0,4% berada dikelompok usia di atas 60 tahun (Tabel 2). Sekitar 58% dari mereka tergolong menjadi keluarga kelas menengah dan 40,6% dengan latar belakang social ekonomi rendah (Tabel 2). Distribusi faktor pencetus tercantum dalam (Tabel 3). Sebagian besar pasien melaporkan beberapa faktor pencetus. Umunya faktor pemicu seperti stres (81, 96), kecemasan (68,51), Kegiatan (34,24), perjalanan (58,46), membaca (11,14), udara dingin (24,31), dan kehangatan (16,24) yang didistribusikan dengan baik diantara migrain dan pasien TTH. Tapi perbedaan yang signifikan ditunjukkan untuk kelelahan (p 0.05

D. DiskusiFaktor pencetus yang berbeda untuk sakit kepala yang kita pelajari telah dijelaskan oleh beberapa penulis sebelumnya 12,13. Dalam peneitian ini kami telah mengamati bahwa ada beberapa faktor-faktor pencetus yang identik antara pasien migren dan pasien TTH. Faktor-faktor yang berhubungan antara lain, faktor psikogenik endogen seperti mekanisme stres, kecemasan yang didistribusikan dengan baik antara kedua kelompok sebagai faktor pemicu. Rasmussen 5 juga melaporkan stres dan ketegangan mental muncul sebagai faktor pencetus yang paling sering untuk kedua jenis migrain dan sakit kepala tipe tegang. Sebuah penelitian dari 494 pasien dengan migrain Robbins L et al 6. Mengamati bahwa stres adalah faktor yang paling sering menjadi faktor pencetus. Stres / kecemasan berhubungan dengan pusat mekanisme aktivasi langsung dari jalur ascending reticular. Faktor-faktor lain seperti perjalanan , aktivitas fisik , paparan dingin / hangat , membaca juga umum terjadi pada kedua kelompok pasien dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Bertentangan dengan temuan ini, sebuah populasi berdasarkan penelitian di Kroasia Zivadinov R et al 14. Menunjukkan bahwa stress dikaitkan dengan migrain sedangkan aktivitas fisik dikaitkan dengan TTH. Journey, perubahan cuaca dan suhu juga dikaitkan antara penderita migrain dengan aura di ruang kerjanya. Perbedaannya mungkin menjelaskan pada variasi sosial dan lingkungan di antara penduduk. Mirip dengan Spierings ELH et al 15. Kami tidak menemukan faktor pencetus yang dilaporkan secara signifikan sering terjadi pada pasien TTH daripada pasien migren. Namun faktor kelelahan, kurang tidur, sinar matahari dan makanan yang lebih sering menunjukkan secara signifikan berhubungan dengan migren dibandingkan dengan pasien TTH (p < 0,05 di semua faktor). Temuan kami juga didukung oleh laporan dari Chabriat H et al 16. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelelahan, kesulitan tidur dan makanan atau minuman lebih sering memicu sakit kepala migraine dibandingkan dengan sakit kepala nonmigraine. Kurang tidur dapat mengakibatkan kelelahan yang dapat mengaktifkan simpatik outflow untuk meningkatkan proses metabolisme sebagai asupan energy. Aktivasi simpatis ini dapat berpikir memicu penyebab sakit kepala. Sebagian besar orang dengan gangguan sakit kepala banyak melakukan langkah-langkah non pharmakologikal untuk dapat mengurangi rasa nyeri. Namun, tidak diketahui apakah perilaku menentukan selama serangan sakit kepala tipe - spesifik atau merupakan respon umum untuk nyeri kepala. Martins dan Prarreira 17,18 mengidentifikasi enam maneuver yang di gunakan oleh pasien, paling sering penderita migraine mengalami serangan sakit kepala. Ini adalah pengamatan umum, oleh dokter yang terlibat di lapangan bahwa banyak pasien menggunakan beberapa manuver naluriah, atas kemauan sendiri yang cenderung meringankan dari rasa sakit yang di derita. Dalam pencarian kita untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang meringankansakit kepala, kita juga mengamati bahwa tingkat penggunaan setiap manuver yang lebih sering digunakan untuk migren, meskipun perbedaan tidak signifikan kecuali untuk obat dan pijat. Faktor-faktor lain seperti tidur , istirahat dan postur tubuh yang baik digunakan oleh kedua kelompok. Kedua penggunaan obat-obatan dan pijat dikaitkan dengan meredakan nyeri pada penderita migraine. Tapi ini sangat bertentangan dengan laporan Bag B et al 19 di mana pijat dapat menimbulkan kembali rasa sakit antara pasien TTH. Tidak seperti pengamatan kami, mereka juga menemukan bahwa tidur, istirahat, perubahan postur tubuh secara signifikan dapat mengurangi rasa sakit pada pasien migrain. Kami memiliki beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, kita tidak bisa menyesuaikan usia dan jenis kelamin di antara dua kelompok pasien karena adanya variasi usia dan jenis kelamin tertentu pada prevalensi penderita sakit kepala dan penelitian ini bersifat retrospektif. Kedua, kemungkinan recall bias yang diminimalkan dengan check list mempercepat dan menghilangkan faktor-faktor dalam catatan rumah sakit. Akhirnya, kesempatan pengamat menjadi bias dalam diagnosis gangguan sakit kepala juga diminimalkan karena mereka menggunakan diagnosis sakit kepala pada masyarakat international. Yaitu dengan menggunakan kriteria (ICHD-II 2004) di klinik sakit kepala khusus.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Tumor otak adalahmerupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan lesi-lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang tumbuh dalam otak, meningen atau tengkorak2. Etiologi tumor ini belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa teori yang menjelaskannya yaitu keturunan, 3. Terapi tumor otak dibagi menjadi 2 yaitu konservatif dan definitive4. Prognosisnya tergantung dari jenis tumor

DAFTAR PUSTAKA

Blaire, E. (2005). Combiing Cytotoxic and Immune Mediated Gene Therapy to treat Brain Tumors. New International, 1151-1170.CBTRUS. (2012). Primary Brain and Central Nervous System Tumors Diagnosed in The United States in 2004-2006. Central Brain Tumor Registry of The United States, 1-58.Ginsberg, L. (2007). Lecture notes Neurologi. Jakarta: Erlangga.Group, T. O. (2003). Cancer Management: A Multidiciplinary Approach. Oncology, 3, 37-49.japardi, i. (2002). Gambaran Ct-Scan pada Tumor Otak benigna. Medical Journal of Univesitas Sumatera Utara, 1-8.Mardjono , M., & Sidharta, P. (2009). Neurologi Kliunis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.Overdoff, D. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.Rees, J. (2004). Neurological Oncology. Medicine, 32, 10.Sherwood, L. (2006). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.Society, A. C. (2013). Cancer Facts and Figures 2013. American Cancer Society, 1-64.

.