tata ruang laweyan

Upload: dessya

Post on 08-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Tata Ruang Laweyan

    1/7

    I. Gambaran Umum Kampung Laweyan

    1) Kondisi Geografis

    Kampung Laweyan mempunyai luas

    wilayah 24,83 Ha. Terdiri dari 20,56 Ha. tanah

    pekarangan dan bangunan, sedang yang berupasungai, jalan, tanah terbuka, kuburan seluas 4,27

    Ha. Jenis persil rumah di Laweyan secara garis

    besar terdiri dari : persil rumah juragan batik besar(1000m2-3000m2), persil rumah juragan batik

    sedang (300m2-1000m2), persil milik buruh batik

    ( 25m2-100m2) (Widayati, 2002).

    2)Sejarah

    Kalurahan / Kampung Laweyanmerupakan kawasan sentra industri batik yang unik,

    spesifik dan bersejarah. Berdasarkan sejarah yang

    ditulis oleh RT. Mlayadipuro , desa Laweyan (kini

    wilayah Kalurahan / Kampung Laweyan) sudah ada

    sebelum munculnya kerajaan Pajang. Sejarahkawasan Laweyan barulah berarti setelah KyaiAgeng Anis bermukim di desa Laweyan pada

    tahun 1546 M, tepatnya di sebelah utara pasar

    Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati) danmembelakangi jalan yang menghubungkan antara

    Mentaok dengan desa Sala (sekarang jalan Dr.

    Rajiman). Kyai Ageng Anis adalah putra dari KyaiAgeng Selo yang merupakan keturunan raja

    Brawijaya V. Kyai Ageng Anis atau Kyai Ageng

    Laweyan adalah juga manggala pinituwaningnagara kerajaan

    Pajang semasa Jaka Tingkir menjadi Adipati Pajang

    pada tahun 1546 M. Setelah Kyai Ageng Anis

    meninggal dan dimakamkan di pesarean Laweyan

    (tempat tetirahSunan Kalijaga sewaktu berkunjungdi desa Laweyan), rumah tempat tinggal Kyai

    Ageng Anis ditempati oleh cucunya yang bernama

    PERAN RUANG PUBLIK

    DI PERMUKIMAN TRADISIONAL

    KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA

    Oleh : Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT.*)

    ABSTRAKSI

    Laweyan merupakan kampung tradisional yang keberadaannya sudah ada sejak sebelum tahun 1500 M.Sebagai pusat perdagangan lawe(bahan sandang) kerajaan Pajang, kehadirannya baru berarti setelah Kyai

    Ageng Anis (keturunan Brawijaya V) dan cucunya yaitu Raden Ngabehi Lor Ing Pasar yang kelak menjadi raja

    pertama Mataram bermukim di Laweyan tahun 1546 M. Sebagai daerah sentra industri batik dan permukimantradisional, kawasannya banyak bercirikan jalan /gang sempit, rumah berbeteng tinggi dan berhimpitan.

    Laweyan banyak dipersepsikan orang sebagai lingkungan yang tertutup, angkuh dan kurang mempunyai nilai

    sosial. Kondisi ini tidak sepenuhnya benar. Sebagai permukiman yang didominasi arsitektur tradisional Jawa,

    Indisch dan Islam dengan public spaceyang terbatas, Laweyan tumbuh sebagai kawasan yang ramah bagikomunitasnya. Kondisi ini terwujud diantaranya karena adanya pemanfaatan sebagian ruang privat

    penghuninya sebagai ruang semi publik dan pemanfaatan masjid-masjid serta ruang terbuka lainnya sebagai

    pusat kegiatan sosial budaya. Dalam perkembangannya sebagai suatu kawasan heritage, keberadaan ruang

    publik tersebut sangat berpengaruh terhadap terwujudnya kenyamanan dan keselarasan lingkungannya..

    Kata kunci : kawasan tradisional, ruang publik

    Laweyan

    Jl. Dr. Rajiman

    SungaiKabanaran

    Kraton

    Kasunanan

    KratonMangkunegaran

    (a)

    (b)

    Gambar 1.

    (a) Peta Solo (b) Peta Kampung Laweyan

    Sumber : Priyatmono (2004)

  • 7/22/2019 Tata Ruang Laweyan

    2/7

    Bagus Danang atau Mas Ngabehi Sutowijaya.Sewaktu Pajang dibawah pemerintahan Sultan

    Hadiwijaya (Jaka Tingkir) pada tahun 1568Sutowijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden

    Ngabehi Loring Pasar (pasar Laweyan). KemudianSutowijaya pindah ke Mataram (Kota Gede) dan

    menjadi raja pertama Dinasti Mataram Islamdengan sebutan Panembahan Senapati yangkemudian menurunkan raja-raja Mataram..

    Masih menurut RT. Mlayadipuro pasar

    Laweyan dulunya merupakan pasar lawe (bahan

    baku tenun) yang sangat ramai. Bahan baku kapaspada saat itu banyak dihasilkan dari desa Pedan,

    Juwiring dan Gawok yang masih termasuk daerah

    kerajaan Pajang. Adapun lokasi pasar Laweyanterdapat di desa Laweyan (sekarang terletak

    diantara kampung Lor Pasar Mati dan Kidul Pasar

    Mati serta di sebelah timur kampung Setono). Diselatan pasar Laweyan, di tepi sungai Kabanaran,

    terdapat sebuah bandar besar yaitu bandar

    Kabanaran. Melalui bandar dan sungai Kabanarantersebut pasar Laweyan terhubung ke bandar besar

    Nusupan di tepi sungai Bengawan Solo.Pada zaman sebelum kemerdekaan

    kampung Laweyan pernah memegang peranan

    penting dalam kehidupan politik terutama padamasa pertumbuhan pergerakan nasional. Sekitar

    tahun 1911 Serikat Dagang Islam (SDI) berdiri di

    kampung Laweyan dengan Kyai Haji Samanhudisebagai pendirinya. Dalam bidang ekonomi para

    saudagar batik Laweyan juga merupakan perintis

    pergerakan koperasi dengan didirikannyaPersatoean Peroesahaan Batik Boemipoetra

    Soerakarta (PPBBS) pada tahun 1935.

    3)Arsitektur Rumah Tinggal

    Masyarakat Laweyan bukanlah keturunan

    bangsawan, tetapi karena mempunyai hubunganyang erat dengan kraton melalui perdagangan batik

    serta didukung dengan kekayaan yang ada, maka

    corak pemukiman khususnya milik para saudagarbatik banyak dipengaruhi oleh corak pemukiman

    bangsawan Jawa . Bangunan rumah saudagar

    biasanya terdiri dari Pendopo, ndalem, sentong,gandok, pavilion, pabrik, beteng, regol, halaman

    depan rumah yang cukup luas dengan orientasi

    bangunan menghadap utara-selatan. Atap bangunan

    kebanyakan menggunakan atap limasan bukan

    joglo karena bukan keturunan bangsawan(Widayati, 2002). Dalam perkembangannya sebagai

    salah satu usaha untuk lebih mempertegas

    eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corakbangunan di Laweyan banyak dipengaruhi oleh

    gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga banyak

    bermunculan bangunan bergaya arsitektur Indisch(Jawa-Eropah) dengan faade sederhana,

    berorientasi ke dalam, fleksibel, berpagar tinggi

    lengkap dengan lantai yang bermotif karpet khasTimur Tengah. Keberadaan beteng tinggi yang

    banyak memunculkan gang-gang sempit dan

    merupakan ciri khas Laweyan selain untukkeamanan juga merupakan salah satu usaha para

    saudagar untuk menjaga privacy dan memperolehdaerah kekuasaan di lingkungan komunitasnya.

    Rumah Jawa Rumah Jawa

    Rumah Indische Rumah Indische

    Rumah Indische Rumah Indische

    (a)

    (b)

    4).Industri Batik

    Pada masa kerajaan Pajang Laweyanterkenal sebagai sentra industri tenun. Industri batik

    tradisional baru berkembang setelah jaman

    penjajahan Belanda dan mencapai puncaknyaantara tahun 1970-an. Laweyan adalah salah satu

    Gambar 2.(a) FaadeRumah Laweyan(b) Tata Ruang

    Rumah laweyan

    Sumber : Priyatmono (2004)

    Regol

    Gandok

    Kanan

    Gandok

    Kiri

    Gandok

    Belakang/Pabrik

    pendopo

    ndalem

    sentong

    Beteng

    Halaman Depan/area

    semi publik

    Butulan

  • 7/22/2019 Tata Ruang Laweyan

    3/7

    sentra industri batik di Solo yang terkenal sampaisekarang

    5).Sosial dan Budaya

    Menurut Sarsono dan Suyatno (Widayati,

    2002) terdapat pengelompokan sosial dalamkehidupan masyarakat Laweyan, yaitu: kelompok

    wong saudagar (pedagang), wong cilik (orang

    kebanyakan), wong mutihan (Islam atau alimulama) dan wongpriyayi (bangsawan atau pejabat).

    Selain itu dikenal pula golongan saudagar atau

    juragan batik dengan pihak wanita sebagaipemegang peranan penting dalam menjalankan roda

    perdagangan batik yang biasa disebut dengan istilah

    mbok maseatau nyah nganten.Sedang untuk suamidisebut mas Nganten sebagai pelengkap utuhnya

    keluarga.Sebagian masyarakat Laweyan masih

    tampak aktif nguri-uri (melestarikan) kesenian

    tradisional, seperti: musik keroncong dankerawitan, yang biasanya ditampilkan (dimainkan)

    sebagai pengisi acara hajatan, seperti mantenan,

    sunatan, tetakandan kelahiran bayi. Dalam bidangkeagamaan, sebagian besar penduduk Laweyan

    beragama Islam, terlihat aktif menyelenggarakan

    kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti: pengajian,

    darusan, semakan dan aktivitasaktivitaskeagamaan lainnya, baik secara terjadwal maupun

    isidental.

    II. Permukiman

    Menurut Widayati (2002) rumah merupakan

    bagian dari suatu permukiman. Rumah salingberkelompok membentuk permukiman dengan pola

    tertentu. Pengelompokan permukiman dapat

    didasari atas dasar :a. Kesamaan golongan dalam masyarakat,

    misalnya terjadi dalam kelompok sosial

    tertentu antara lain komplek kraton,komplek perumahan pegawai.

    b. Kesamaan profesi tertentu, antara lain desapengrajin, perumahan dosen, perumahan

    bank.c. Kesamaan atas dasar suku bangsa tertentu,

    antara lain kampung Bali, kampungMakasar.

    Menurut Trigger (1978), pengelompokan

    permukiman juga bisa terbentuk atas dasar

    kepercayaan dari masyarakat dan atas dasar sistemteknologi mata pencahariannya. Pengelompokan

    permukiman tersebut tidak selalu menghasilkan

    bentuk denah dan pola persebaran yang sama, tetapi

    tergantung pada latar belakang budaya yang ada.Permukiman di kampung Laweyan terdiri

    dari dua kelompok besar. Kelompok tersebut

    terbentuk berdasarkan kesamaan etnis dan profesimata pencaharian. Penduduk Laweyan sebagian

    besar didominasi oleh keturunan bangsa Jawa yang

    berprofesi sebagai juragan dan pekerja batik.

    III. Permukiman TradisionalPermukiman tradisional biasanya banyak

    dicirikan dengan munculnya massa bangunan yang

    mempunyai tampak berupa dinding dindingtertutup menghimpit dan dikelilingi oleh gang atau

    jalan sempit (Cobusier dalam Carmona dkk. 2003).

    Massa bangunan dalam permukimantradisional saling berhimpitan antara satu dengan

    lainnya, muka bangunan berhimpit dengan jalan,

    tampak bangunan menyerupai dinding. (Carmonadkk.,2003).

    Menurut Rowe dan Kotter dalam Carmona

    dkk. (2003) massa bangunan dalam kota tradisionalatau kuno biasanya berhubungan satu dengan

    lainnya membentuk blok bangunan atau urban

    block. Antara urban block satu dengan lainnyadipisahkan oleh jalan berpolagriddan ruang umum

    sehingga membentuk butiran butiran urban blocks

    yang relatif kecil.Masih menurut Rowe dan Kotter dalam

    Carmona dkk. (2003) ketinggian bangunan di

    kawasan tradisional relatif rendah dan hampirmempunyai ketinggian sama antara satu dengan

    yang lainnya, perkecualian di beberapa bangunan

    umum dan peribadatan mempunyai massa yanglebih tinggi dan menonjol. Sedangkan untuk kota

    modern , massa bangunan biasanya membentuk

    blok blok dengan butiran blok yang besar. Massa

    bangunan membentuksuper blocksdan dikelilingi

    oleh taman di sekitarnya. Super blocks biasanyadibatasi oleh jalan jalan berpola grid yang

    merupakan jalan utama penghubung antar kawasan.

    Kampung Laweyan sebagai permukimantradisional, elemen kawasannya dibentuk oleh

    butiran massa yang saling berdekatan membentuk

    jalan lingkungan yang relatif sempit. Massabangunan milik juragan batik sebagian besar terdiri

    dari massa bangunan besar dan sedang. Bangunan

    Gambar 3.

    Industri Batik di Laweyan

    Sumber : Priyatmono (2004)

  • 7/22/2019 Tata Ruang Laweyan

    4/7

    tersebut biasanya dilengkapi dengan pagar tinggiyang menyerupai beteng. Adapun massa

    bangunan kecil jumlahnya lebih sedikit dansebagian besar merupakan milik pekerja batik.

    IV. Ruang Publik

    1) Pengertian

    Ruang publik adalah ruang dalam suatu

    kawasan yang dipakai masyarakat penghuninyauntuk melakukan kegiatan kontak publik. (Whyte

    dalam Carmona dkk. 2003). Ruang publik dapat

    berbentuk cluster maupun linier dalam ruangterbuka maupun tertutup. Beberapa contoh ruang

    publik antara lain : plaza, square, atrium,

    pedestrian.

    Menurut Whyte dalam Carmona (2003)ruang publik yang bisa berfungsi optimal untuk

    kegiatan publik bagi komunitasnya, biasanyamempunyai ciri-ciri antara lain : merupakan lokasi

    yang strategis (sibuk), mempunyai akses yangbagus secara visual dan fisik, ruang yang

    merupakan bagian dari suatu jalan (jalur sirkulasi),

    mempunyai tempat untuk duduk duduk antara

    lain berupa anak anak tangga, dinding atau pagarrendah, kursi dan bangku taman, ruang yangmemungkinkan penggunanya dalam melakukan

    aktifitas komunikasi bisa berpindah pindah

    tempat / posisi sesuai dengan karakter dan suasanayang diinginkan.

    2) Persyaratan

    Menurut Carr et al. dalam Carmona dkk.(2003), ruang publik dalam suatu permukiman akan

    berperan secara baik jika mengandung unsur antara

    lain : comfort, relaxation, passive angagement,

    active angagement, discovery.

    a)

    Comfort, merupakan salah satu syaratmutlak keberhasilan ruang publik. Lama

    tinggal seseorang berada di ruang publikdapat dijadikan tolok ukur comfortable

    tidaknya suatu ruang publik. Dalam hal ini

    kenyamanan ruang publik antara laindipengaruhi oleh : environmental comfort

    yang berupa perlindungan dari pengaruh

    alam seperti sinar matahari, angin;physical comfort yang berupa

    ketersediannya fasilitas penunjang yang

    cukup seperti tempat duduk; social andpsychological comfort

    b)

    Relaxation,merupakan aktifitas yang erathubungannya dengan psychological

    comfort. Suasana rileks mudah dicapai

    jika badan dan pikiran dalam kondisi sehatdan senang. Kondisi ini dapat dibentuk

    dengan menghadirkan unsur-unsur alam

    seperti tanaman / pohon, air dengan lokasiyang terpisah atau terhindar dari

    kebisingan dan hiruk pikuk kendaraan di

    sekelilingnya.,

    c) Passive engagement, aktifitas ini sangatdipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.Kegiatan pasif dapat dilakukan dengan

    cara duduk-duduk atau berdiri sambilmelihat aktifitas yang terjadi di

    sekelilingnya atau melihat pemandangan

    yang berupa taman, air mancur, patungatau karya seni lainnya.

    d) Active engagement, suatu ruang publikdikatakan berhasil jika dapat mewadahi

    aktifitas kontak / interaksi antar anggota

    masyarakat (teman, famili atau orangasing) dengan baik.

    Gambar 4.

    Figure-GroundKampung Laweyan

    (Sumber : Priyatmono,2004)

    Gambar 5

    Jalan / Gang di Kampung Laweyan

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Massa bangunanberhimpitanJalan sempit

  • 7/22/2019 Tata Ruang Laweyan

    5/7

    e) Discovery ,merupakan suatu prosesmengelola ruang publik agar di dalamnya

    terjadi suatu aktifitas yang tidak monoton.Aktifitas dapat berupa acara yang

    diselenggarakan secara terjadwal (rutin)maupun tidak terjadwal diantaranya

    berupa konser, pameran seni, pertunjukanteater, festival, pasar rakyat (bazaar),

    promosi dagang

    3) Ruang Publik di Laweyan

    Ruang publik di Laweyan berupa ruangterbuka, sebagian jalan (gang), sebagian ruang-

    ruang privat rumah tinggal, langgar dan masjid.

    Sebagai permukiman tradisional, ruang ruang

    tersebut terletak diantara massa bangunan yangtersusun secara padat dan berhimpitan dengan

    spaceyang relatif sempit.

    a)Ruang Publik (Tanah Negara, Masjid dan

    Langgar)

    (a) Area Makam Kramat (b) Masjid Baiturrahim

    (c) Latar Jembar (d) Masjid Laweyan

    (e) Area Parkir Kramat (f) Langgar Makmoer

    (g) Langgar Merdeka (h) Darul Arqom

    (i) Makam Ngingas (j) Dirham

    (k) Masjid Kirmani (l) Makam Klaseman

    Pedestrian sebagai

    ruang publik

    Atraksi salah satu

    program discovery

    Pohon memberikan

    suasana teduh dan rileks

    Ruang publik untuk

    rekreasi aktif

    Suasana santai duduk di

    ruang publik

    Suasana santai duduk di

    ruang publik

    c

    a

    b

    d

    e f

    g

    h

    i

    jk

    l

    Gambar 6

    Beberapa Contoh Ruang Publik

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Gambar 8

    Tata Letak Fasilitas/Ruang Publik di Laweyan

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Gambar 7

    Ruang Publik di Laweyan

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

  • 7/22/2019 Tata Ruang Laweyan

    6/7

    Ruang-ruang umum milik masyarakat

    difungsikan sebagai suatu area untuk kegiatanbersama dengan komunitas yang lebih luas

    (masyarakat umum). Masjid dan langgar disamping

    sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai

    tempat kegiatan sosial budaya kemasyarakatan.Karena keterbatasan ruang, disamping masjid ,

    langgar dan tanah terbuka milik negara, interaksisosial juga dilakukan di tempat-tempat umumlainnya antara lain makam, ruang disisi jalan serta

    ruang terbuka lainnya yang memungkinkan untuk

    interaksi sosial.

    Sewaktu industri batik mengalami masa

    kejayaannya sekitar tahun 1960-an, kampungLaweyan bisa diidentikkan sebagai suatu kawasan

    industri bersama. Pada masa itu interaksi sosial

    terjadi lebih intensif. Pembatikan dilakukan dirumah-rumah juragan yang terletak disisi utara .

    Sedang proses pencucian dan penjemuran

    dilakukan di sungai dan area tepian sungai (sisiselatan). Dalam hal ini jalan dan area tepian sungai

    berfungsi sebagai area kontak sosial yang cukupefektif. Pada masa itu morfologi kampung Laweyan

    berbentuk linier.

    Seiring perkembangan jaman, dengan

    ditemukannya pompa penyedot air, produksi batik

    dapat diselesaikan di masing-masing rumah.

    Kondidisi ini mengakibatkan berubahnya polamorfologi kawasan yang sebelumnya berbentuk

    linier menjadi berbentuk cluster. Peran daerah

    sungai sebagai area kontak sosial berkurang.Seiring dengan perubahan bentuk tersebut

    berkurang pula ruang kontak sosial masyarakatnya.

    b)Ruang Semi Publik

    Masyarakat Laweyan menurut sejarah

    adalah masyarakat penganut tradisi kawin saudara,yaitu perkawinan antar keluarga yang sedarah.

    Perkawinan antar saudara salah satu tujuannya agar

    harta dari keluarga tersebut tidak jatuh ke tanganorang lain. Perkawinan tidak menutup

    kemungkinan bisa dilaksanakan di luar sistem

    tersebut, sepanjang tingkat kekayaannya seimbang.

    Hal ini dimaksudkan untuk salah satu usahapelestarian usaha mereka. Perkawinan antar

    keluarga menyebabkan terwujudnya keluarga

    besar. Keluarga besar hidupnya mengelompokdalam suatu blok kompleks. (Widayati, 1994).

    Hal ini secara langsung maupun tidak

    langsung mengakibatkan hampir sebagian besar

    penduduk kampung Laweyan masih berbau

    saudara antara satu dengan lainnya. Kondisi iniberpengaruh pada bentuk permukimannnya.

    Hampir sebagian besar dahulunya rumah - rumahpenduduk saling berhubungan langsung melaluipintu-pintu butulan di atas dan di bawah tanah..

    Sebagian halaman rumah juga berfungsi sebagai

    area semi publik masyarakat di sekitarnya. Pintu

    butulan selain untuk jalur komunikasi antarrumah juga berfungsi sebagai jalur keamanan

    bersama. Dengan bentuk rumah yang saling

    berhubungan antara satu dengan lainnyamengakibatkan adanya rasa persaudaraan dan

    silaturahmi yang kuat khususnya diantara mereka

    ( komunitas Laweyan). Meskipun secara

    keseluruhan rumah Laweyan berbentuk tertutup(ber beteng} dan menimbulkan kesan angkuh

    bagi orang luar, sebetulnya tidak sepenuhnya benar.Didalam rumah dengan pagar dinding tinggi dantertutup, terdapat suatu kegiatan sosial dari

    komunitasnya. Disini sebagian ruang privat juga

    berfungsi sebagai salah satu ruang semi publik,

    kadang kadang sekaligus sebagai ruang publik.Sehingga kondisi ini secara langsung maupun tidak

    telah membentuk jalur jalur ruang publik (jalan)

    alternatif yang biasa digunakan oleh komunitas didalamnya. Dalam perkembangannya sekarang,

    karena adanya alih kepemilikan rumah dan adanya

    Gambar 9

    Ruang Publik di Sisi Perempatan Jalan

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Zona Tepian Sungai

    Zona Juragan

    Zona Pekerja

    Gambar 10

    Tepian Sungai Sebagai Area Kontak Sosial

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Zona Pekerja

  • 7/22/2019 Tata Ruang Laweyan

    7/7

    tuntutan kegiatan, jalan butulan tidak atau kurangdifungsikan lagi. V. Kesimpulan

    Sebagai suatu kawasan yang relatif

    tertutup(permukimannya berbeteng-beteng),

    Laweyan tumbuh sebagai suatu kawasan yangramah. Peran dari area publik untuk aktifitas

    bersama sangatlah besar. Ruang publik mempunyaikedudukan yang bertingkat tingkat sesuai dengan

    peran dan fungsinya. . Ruang publik di tingkat

    paling sederhana terletak di masing masing rumah

    melalui konsep butulan antar rumah. Area publik

    yang lebih luas terletak di luar rumah dengankonsep bertingkat dari tingkat RW sampai tingkat

    Kelurahan.

    Daftar Pustaka

    Carmona dkk., 2003, Public Space Urban Space :The Dimension of Urban Design,

    Architectural Press London

    Conti, Flavio, 1977, The Grand Theme Architectur

    as Environment, HBJ Press, New YorkDeGraaf, HJ,2003, Keraajaan Islam Pertama di

    Jawa Tinjauan Sejarah Politik AbadXV dan XVI, graffiti, Jakarta.

    Haryadi dkk., 1995, Arsitektur Lingkungan dan

    Perilaku : Suatu Pengantar ke Teori,Metodologi dan Aplikasi, Proyek

    Pengembangan Pusat Studi Lingkungan

    Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia.

    Mlayadipuro, 1984, Sejarah Kyai Ageng Anis-Kyai

    Ageng Laweyan. Urip Urip(penyunting:

    Santoso, Suwito) Museum Radya Pustaka,

    Surakarta.Priyatmono, Alpha Febela, 2004, Studi

    Kecenderungan Perubahan Morfologi

    Kawasan di Kampung Laweyan

    Surakarta, Program Pascasarjana

    Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Widayati, Naniek, 2002, Permukiman PengusahaBatik Di Laweyan Surakarta, Program

    Pascasarjana Fakultas Sastra Universitas

    Indonesia, JakartaWatson , Donald, 2001, Time Saver Standart For

    Urban Design, Mc Graw Hill, New York.

    Zand, Markuss, 1999, Perancangan Kota Secara

    Terpadu : Teori Rancangan Kota dan

    Penerapannya, Kanisius, Yogyakarta

    *) Alamat Kantor:

    Jurusan Teknik ArsitekturUniversitas Muhammadiyah Surakarta

    Jl. A. Yani Tromol Pos 1

    Pabelan Kartasura SurakartaTelp. (0271)717417-ex 225 Fax (0271) 715448

    Alamat rumah :

    Sayangan Kulon No. 9 Laweyan SurakartaTelp. (0271) 712276, (0271) 738724

    E-mail [email protected]

    Gambar 11

    Butulan sebagai Ruang Semi Publik di Laweyan

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Gambar 12

    Ruang Semi Publik di Laweyan

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Gambar 13

    Beberapa Butulan Antar Rumah

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Gambar 14

    Beberapa Butulan Bawah Tanah Antar Rumah

    (Sumber : Priyatmono, 2004)

    Sisa Sisa Butulan

    bawah tanah

    butulan