tantangan modwernisasi bagi keluarga
DESCRIPTION
Tantangan pembentukan karakter anak di era modern yaitu: tantangan dari faktor internal, teman sepergaulan anak, globalisasi, yang menimbulkan gejala distorsi moral yang diakibatkan oleh serangan budaya global melalui media massaTRANSCRIPT
TANTANGAN YANG DIHADAPI KELUARGA DI ERA MODERN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
(Studi Sosiologi Keluarga di Kota Kendari)
Oleh: Hj. Suharty Roslan1
Abstract This research aims at identifying and analyzing the form of challenge that the family faces in modernization era in the character building of children that is in line with social and religious norms. This research was conducted in Korumba Village, Mandonga District, Kendari Town with the consideration that this location has the most heterogeneous citizens. The determination of informant used snowball technique, namely the parents who have adult children with good personality development. The data were collected by using observational technique, in-deep interview, and written document research. Analysis of data used was qualitative descriptive analysis technique. The findings showed that the form of challenge in the children’s character building in modern era was: the challenge from internal factor, children’s peer, globalization, that led to the symptom of moral distortion as a result of global cultural attack through mass media. To deal with the challenge, the family needs to actualize their total function to develop the children’s good character, the most effective is the instillation of religious education since early. Keywords: Challenge, Globalization, Character.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk tantangan yang dihadapi keluarga di era modernisasi dalam pembentukkan karakter anak sesuai dengan norma-norma sosial dan agama. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Korumba Kecamatan Mandonga Kota Kendari dengan pertimbangan, lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang paling heterogen penduduknya. Penetuan informan menggunakan teknik bola salju (snow ball sampling), yaitu para orangtua yang memiliki anak yang sudah dewasa dengan perkembangan kepribadian yang baik. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan penelaahan dokumen tertulis. Analisis data diggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bentuk tantangan pembentukan karakter anak di era modern yaitu: tantangan dari faktor internal, teman sepergaulan anak, globalisasi, yang menimbulkan gejala distorsi moral yang diakibatkan oleh serangan budaya global melalui media massa. Untuk menghadapai tantangan tersebut, keluarga perlu menjalankan keseluruhan fungsinya untuk mengembangkan karakter anak yang baik, dan yang paling efektif adalah penanaman pendidikan agama sejak dini. Kata Kunci: Tantangan, Globalisasi, Karakter.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mempercepat
berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap
pertumbuhan bangsa kita, terutama kehidupan keluarga. Dampak positifnya adalah
peningkatan kemampuan berfikir masyarakat di dalam berbagai bidang kehidupan,
1 Dra. Hj. Suharty Roslan, M.Si. adalah dosen Sosiologi FISIP Universitas Halu Oleo Kendari
ISSN: 2355-1445; Hal. 1-10
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
2
dan terjadi perubahan pola hidup yang lebih efisien dan pragmatis. Dampak
negatifnya adalah bahwa masyarakat mengalami kesulitan dalam memahami dan
merencanakan perkembangan yang begitu cepat di berbagai bidang tersebut,
sehingga terjadi benturan berbagai kecenderungan dengan nilai-nilai luhur bangsa
kita. Oleh karena itu, kemampuan suatu bangsa menjawab tantangan masa depan,
akan ditentukan oleh kemampuan keluarga menjalankan peran dan fungsinya dalam
mencetak sumberdaya yang berkualitas.
Umumnya masyarakat menilai, bahwa hasil kemajuan diukur pada hal-hal yang
dapat diukur, misalnya benda, barang serta jumlah dan percepatan dalam
membuatnya. Hal tersebut berdampak pada nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai to be
yang merupakan pancaran kehidupan kejiwaan yang mendalam, terutama bersumber
dari kehidupan religius keluarga, terus menerus bertarung dengan nilai-nilai to have,
yaitu hidup serba benda dan prestise lahiriah. Ciri materialisme dalam gaya hidup ini
berkembang terus sejajar dengan ketidak puasan manusia. Di sisi lain keterpurukan
moral akibat dari kekeliruan dalam pendidikan juga memberi kontribusi terhadap
penyimpangan nilai-nilai luhur ditengah masyarakat. Penyimpangan norma agama,
norma sosial, serta kemerosotan moral di tengah kehidupan yang serba materalistik
dan hedonistik mewarnai kehidupan di dalam masyarakat sekitar kita. Dunia
pendidikan sering tercoreng oleh prilaku anak didiknya seperti tindakan amoral, seks
bebas (free sex), tawuran, dan penyalahgunaan narkoba. Lebih jauh lagi adalah trend
korupsi merasuki semua level kehidupan, pemerintahan, dunia usaha sampai kepada
penegak hukum itu sendiri.
Kehidupan keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat tidak terlepas dari
serangan budaya global melalui media-media ini. Gaya hidup, relasi-relasi terlebih
pola pikir masyarakat yang juga anggota keluarga sedikit demi sedikit akan berubah
mengikuti aneka kebudayaan yang masuk. Inilah yang menjadi tantangan kehidupan
keluarga di era globalisasi ini. Namun dari semua tantangan, kecemasan serta
kekhawatiran yang ditimbulkan oleh teknologi modern dalam era global, hanya
orangtua yang mememiliki komitmenlah yang mampu memberi perlindungan
sebagai upaya mengantisipasi dan merespon sejak dini gejala-gejala distorsi moral
yang diakibatkan oleh media televisi, internet dan media-media audio visual lainnya.
Problem paling berat membangun keluarga di era global ini adalah dalam
menghadapi penyakit manusia modern. Di era modern seperti sekarang ini
tantangan dari berbagai godaan menyusup ke dalam kehidupan rumah tangga
melalui teknologi komunikasi dan informasi yang cukup canggih. Sejak kecil, anak-
anak tanpa disadari telah dijejali dengan berbagai kebudayaan yang menyimpang dari
norma-norma sosial dan agama melalui media ini. Hal ini menjadikan peran
pendidikan dalam keluarga tidak efektif lagi. Berdasarkan fenomena tersebut, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk tantangan yang dihadapi
keluarga di era modern dalam membentuk karakter anak yang sesuai dengan norma-
norma sosial dan agama.
Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak
3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Korumba Kota Kendari.
Ditetapkannya lokasi ini sebagai sampel lokasi penelitian, mengingat kelurahan
tersebut merupakan salah satu wilayah yang paling kompleks dan heterogen
penduduknya, serta paling signifikan terjadi perubahan lingkungan sosial dari tahun
ke tahun. Dipilihnya lokasi ini dengan pertimbangan dan asumsi bahwa, kondisi
lingkungan hidup, yang mudah mengalami perubahan dan perkembangan akibat
berbagai aspek, menyebabkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, baik
yang bersifat positif maupun negatif.
Kenyataannya warga masyarakat yang mendiami lokasi ini terdiri dari berbagai
stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Stratifikasi sosial yang berbeda-beda ini
menyebabkan masyarakat di Kelurahan Korumba Kecamatan Kendari Kota
Kendari bersifat heterogen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu
orangtua yang memiliki anak-anak yang sudah dewasa. Penentuan informan
dengan menggunakan tekhnik snowball sampling. Sebelum penentuan informan
yang akan memberikan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian, terlebih
dahulu mengadakan observasi awal dan penjajakan kepada key-informan atau
informan pangkal, dan beberapa anggota masyarakat, dengan cara menanyakan
kepada mereka tentang siapa yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
Dari cara tersebut diketahui informan yang ditunjuk yaitu antara lain para orangtua
yang memiliki anak yang sudah dewasa dengan perkembangan kepribadian yang
baik.
Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini melalui tiga cara,
yaitu observasi, wawancara mendalam dan penelaahan terhadap dokumen
tertulis. Teknik observasi dilakukan pada awal penjajakan atau pengumpulan
informasi mengenai keadaan lokasi penelitian, sampai melakukan pengamatan
terhadap aktivitas keluarga sehari-hari. Hal ini penting untuk mencocokkan antara
pendapat atau jawaban informan penelitian dengan kesimpulan yang
diperoleh dari hasil pengamatan tersebut.
Teknik wawancara mendalam (in depth interview) baik secara terstruktur maupun
berupa dialog terbuka yang panjang dilakukan kepada para infor-man, untuk
mendapatkan data yang akurat dan selengkap -lengkapnya mengenai
pendapat dan pengalaman mereka dalam melakukan proses sosialisasi nilai-nilai dan
hal-hal lainnya. Wawancara maupun dialog yang dilakukan terhadap
informan, selain akan dilakukan secara tertulis (catatan lapangan), juga dilakukan
perekaman dengan tape recorder untuk mendapatkan realitas sebagaimana
adanya.
Hasil rekaman tersebut selanjutnya akan dilakukan transkripsi dan perumusan
hasil dialog, yang pada akhimya dijadikan sebagai data hasil penelitian. Data hasil
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata
informan sendiri, selain itu data juga dapat disajikan dalam bentuk life history, yaitu
deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman keluarga dalam meng-hadapi berbagai
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
4
bentuk tantangan bagi perkembangan karakter anak-anaknya. Sedangkan penelaahan
terhadap dokumen tertulis, diperoleh data melalui penelusuran literatur melalui
berbagai macam sumber, seperti buku, majalah, jurnal ilmiah, surat kabar, maupun
laporan hasil penelitian yang dianggap relevan terhadap penelitian yang akan
dilakukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti tiga
tahap analisis data dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu reduksi data, penyajian
(display) data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pertama, reduksi data yang
dikelompokkan ke dalam topik permasalahan tentang: 1. Beberapa bentuk tantangan
yang dihadapi keluarga di era modern dalam membentuk karakter anak yang sesuai
dengan norma-norma sosial dan agama, 2. Upaya yang dilakukan keluarga untuk
mengatasi tantangan-tantangan di era modernisasi, khususnya dampak dari
globalisasi. Kedua, penyajian (display) data yang disusun dalam bentuk bagan serta
sebagai rangkaian informasi yang bermakna. Ketiga, pengambilan kesimpulan dan
verifikasi dengan cara mencari data baru yang lebih mendalam untuk mendukung
kesimpulan yang sudah didapatkannya.
PEMBAHASAN
Orangtua dianggap sebagai orang yang paling berpengaruh terhadap anak,
karena ia adalah orang yang paling dekat dengan anak, baik secara fisik maupun
psikis. Akan tetapi, orang-orang di sekitar anak semisal keluarga lain, tetangga, dan
teman-teman sebayanya juga sangat mungkin mempengaruhi kepribadian anak.
Mead menyebut mereka significant others, sementara Dewey menyebut mereka affective
others. Dengan demikian, segala yang dilakukan oleh mereka akan ditiru oleh anak-
anak. Masyarakat adalah lingkungan yang bisa berpengaruh untuk menyebarkan
kebaikan dan keutamaan, tetapi bisa juga untuk tersebarnya kerusakan serta
kehinaan. Masyarakat juga merupakan sarana mendasar untuk perbaikan atau
perusakan terhadap individu-individu secara umum. Selain itu, berkembangnya
sarana audio dan visual di tengah masyarakat yang juga bisa membawa pengaruh
buruk bagi anak. Selain itu, salah satu penyebab utama dari timbulnya perilaku yang
menyimpang pada anak adalah adanya pengaruh negatif dari teman bergaul anak.
Selain itu, pengaruh negatif juga datangnya dari berbagai kemajuan di bidang
teknologi dan informasi, yang menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat.
Fenomena ini dapat dilihat bahwa saat ini kecenderungan anak muda untuk
menghabiskan waktu di mall-mall yang menjajakan barang mewah tersebut sangat
tinggi. Dampaknya antara lain meningkatnya pola hidup materialisme,
konsumerisme, dan hedonisme. Seiring berkembangnya zaman, tentu ada pola
perubahan kepatuhan anak kepada orang-tuanya. Akan tetapi agaknya remaja saat
ini, dengan pelbagai kemajuan teknologi yang cenderung membuat manusia hidup
dalam keterasingan, lebih tidak taat pada orang-tuanya. Mereka lebih asyik
bercengkerama dengan orang lain melalui e-mail, friendster, facebook, dan sebagainya.
Lebih jelasnya tantangan yang dihadapi keluarga dalam pembentukan karakter anak,
Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak
5
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk:
Bentuk Tantangan yang Berasal dari Faktor Internal Anak
Diri pribadi manusia, lazimnya terdiri dari tiga aspek pokok. Aspek pertama
adalah rasionya atau aspek kognitif manusia. Aspek lainnya adalah hal emosinya yang
lazim disebut aspek afektif. Aspek yang ketiga yang sebenarnya merupakan hasil
penyerasian antara aspek kognitif dengan aspek afektif, adalah aspek konatif atau
kehendak manusia. Dalam hal inipun ada kecenderung-an untuk menyatakan bahwa
kehendak ditentukan oleh keserasian antara pikiran dengan perasaan. Hal ini
disebabkan oleh karena tidak dapat ditentukan secara mutlak aspek mana yang lebih
besar peranannya. Pada akhirnya hal itu tergantung pada situasi yang dihadapi, kalau
yang dihadapi masalah yang rumit, maka terkadang penanggulangannya banyak
didasarkan pada pikiran, akan tetapi kadang-kadang juga perasaan.
Manusia pada kenyataannya sangat beragam, antara manusia yang satu mem-
punyai perbedaan dengan yang lainnya, baik dalam hal berfikir, bertingkah laku,
bersikap, perasaan, maupun gerak-geriknya. Keragaman tersebut dapat dilihat pada
perbedaan dua anak bersaudara dalam sebuah keluarga. Menurut sebagian psikolog,
hal demikian dapat terjadi karena disebabkan oleh dua faktor pokok, yaitu faktor
pembawaan dan faktor lingkungan. Menurut Kasiram (1983: 27), terdapat satu
konsep dari aliran nativisme yang membahas masalah penyebab keragaman manusia
dari faktor pembawaan atau faktor internal. Kaum natives ini berpendapat bahwa
nasib anak itu sebagian besar berpusat pada pembawaannya, baik buruknya
perkembangan anak tergantung pada pembawaannya.
Pembawaan dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertumbuh dan
berkembang bagi manusia menurut pola-pola, ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu, yang
diperoleh sejak lahir. Dikatakan sebagai kecenderungan, karena pembawaan meng-
acu pada aspek-aspek psikis, seperti, pandai, bodoh, berkarakter tenang dan
sebaliknya, kalem dan bersifat penyayang, suka merenung, dan sebagainya. Faktor
intenal ini biasa disebut juga individualitas, yang menunjukkan wujud diri sendiri dan
sifat otonom serta unik tiap-tiap pribadi manusia. Individu ini terdiri dari susunan
yang kompleks dari kebiasaan dan pikiran serta ekspresi yang khusus pada individu,
seperti sikap, sifat dan filsafat hidup.
Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku yang banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari dalam setiap individu seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan
cenderung bersifat stabil. Selain itu, bahwa dalam setiap individu terdapat beberapa
sifat yang saling berhubungan satu sama lain dan kesemuanya merupakan pola
tingkah laku yang menentukan bagaimana watak atau karakter seseorang.
Secara umum dapat dikemukakan, bahwa salah satu faktor yang
memmengaruhi kepribadian itu disebabkan oleh faktor biologis. Faktor ini
berhubungan dengan keadaan jasmani, dan sering disebut faktor fisiologis. Setiap
individu sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan dalam konstitusi
tubuhnya, baik dari keturunan atau pembawaan anak itu sendiri. Kondisi jasmani
yang berbeda-beda itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat serta temperamen yang
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
6
berbeda-beda pula. Intinya, konstitusi tubuh individu itu sangat memengaruhi
kepribadian individu. Namun dalam perkembangan dan pembentukkan kepribadian
selanjutnya, faktor-faktor lain seperti lingkungan keluarga dan pendidikan juga
sangat memainkan peranan dan pengaruhnya terhadap kepribadian anak (Purwanto,
1984: 163). Proses perkembangan kepribadian anak tidak hanya ditentukan oleh
faktor pembawaan yang ada pada anak, dan faktor lingkungan yang
memengaruhinya. Tetapi, aktivitas manusia itu sendiri juga ikut serta menentukan
atau memainkan peranan penting dalam perkembangan kehidupan anak. Atau
dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa semua yang berkembang pada diri
individu ditentukan oleh pembawaan dan juga lingkungannya.
Bentuk Tantangan dari Pengaruh Teman Sepergaulan
Kelompok teman sepermainan dan peranannya belum begitu tampak
pengaruhnya pada masa kanak-kanak, walaupun dalam masa itu seorang anak sudah
mempunyai sahabat-sahabat yang terasa dekat sekali dengannya. Sahabat itu
mungkin adalah anak tetangga, teman satu kelas, anak kerabat, dan seterusnya.
Persahabatan itu ada kalanya di teruskan hingga pada usia remaja. Misalnya, lazim
sahabat tersebut terdiri dari tidak lebih dari tiga orang yang sejenis. Sahabat-sahabat
itu memang diperlukan sebagai penyaluran berbagai aspirasi yang mem-perkuat
unsur-unsur kepribadian yang diperoleh dari rumah. Sudah tentu bahwa sahabat
tersebut cenderung memberikan pengaruh yang baik dan benar, walaupun tidak
mustahil bahwa ada sahabat yang memberikan pengaruh yang kurang baik.
Kemungkinan terjadinya peranan-peranan yang negatif dari teman sepergaulan itulah
yang senantiasa harus dicegah oleh orangtua yang merasa bertanggung jawab
terhadap masa depan yang benar dan baik dari anak-anaknya.
Salah satu tantangan atau hambatan dalam memberikan sosialisasi pada anak,
adalah ketika anak mulai memiliki teman sepergaulan yang condong mengajak anak
untuk menentang orangtua. Pengaruh teman sepergaulan anak mulai nampak ketika
anak berusia remaja. Pada usia ini anak mulai mencari teman sepergaulan atau
membentuk kelompok pergaulan yang dirasakan cocok dengan dirinya. Kalau
seorang remaja menjadi anggota kelompok pergaulan tertentu, maka orangtua
sebaliknya mempertimbangkan secara mantap terlebih dahulu, sebelum memberikan
suatu keputusan. Jika kelompok tersebut cenderung kurang baik sehingga
berkembang menjadi gang, maka remaja harus diberi pengertian yang mendalam
bahwa sebaiknya dia tidak menjadi anggota kelompok tersebut, dan lebih baik
mencari teman-teman lain. Namun, kalau ternyata bahwa kelompok tersebut lebih,
banyak menghasilkan hal-hal yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi, maka
hendaknya si remaja dibiarkan menjadi anggota kelompok tersebut.
Kendala atau tantangan yang dihadapi oleh orangtua dalam mendidik anak
adalah besarnya pengaruh negatif yang dibawa oleh teman-teman sepergaulan anak,
khususnya ketika anak mulai beranjak remaja. Pengaruh negatif yang bisa timbul dari
kelompok sepergaulan anak itu adalah, antara lain kelompok pergaulan mendorong
anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota kelompok. Hal
Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak
7
tersebut mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil. Kelompok pergaulan
mendorong terjadinya individualisme oleh karena rasa kepatuhan hanya dikembang-
kan secara pribadi. Kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota kelompok yang
berasal dari keluarga kurang mampu, terhadap mereka yang berasal dari keluarga
yang lebih mampu. Kesetiaan terhadap kelompok pergaulan anak kadang-kadang
mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orangtua, saudara atau kerabat.
Kelompok pergaulan tersebut merupakan suatu kelompok tertutup yang sulit sekali
ditembus, sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh
pihak luar. Suatu kelompok mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan
diri dengan pola kehidupan yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk
mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
Kadang-kadang ada penghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi oleh
kelompok; euphemisme dipengaruhi kelompok tertentu.
Bentuk Tantangan dari Pengaruh Globalisasi
Globalisasi menyangkut kesadaran bahwa dunia ini adalah satu tempat milik
bersama umat manusia. Karena itu, globalisasi yang didefinisikan sebagai kesadaran
yang tumbuh pada tingkat global bahwa dunia ini adalah sebuah lingkungan yang
terbangun secara berkelanjutan, atau sebagai suatu proses sosial di mana hambatan-
hambatan geografis berkaitan dengan pengaturan-pengaturan sosial dan budaya
semakin surut. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa secara nyata materialisme
memperlihatkan peranannya dalam pembentukan keteladanan pada dewasa ini.
Materialisme itu tidak terbatas pada kekayaan materil saja, namun juga pada
pencerminannya yang berupa atribut-atribut atau tanda-tandanya. Tanda-tanda itu
tidak hanya tampak pada pakaian, pola menghabiskan waktu luang, dan lain
sebagainya, akan tetapi juga pada frekuensi diadakannya upacara-upacara yang
bertujuan menonjolkan eksistensi sesuatu (Sztompka, 2004: 79). Di Indonesia
peranan lingkungan sosial tampaknya masih besar apabila dibandingkan dengan
peranan keluarga batih, terutama pada lapisan menengah dan bawah. Bahkan dapat
dikatakan, bahwa faktor-faktor exkstenal lebih besar peranannya dalam
pembentukan kepribadian seseorang. Hal ini tidak saja berkaitan dengan pola hidup
spritual, akan tetapi juga aspek materilnya. Lingkungan sosial tersebut secara
sederhana dapat dibedakan antara lingkungan pendidikan formal, pekerjaan dan
tetangga.
Berangkat dari sini maka dapat dibayangkan, dengan kecanggihan alat
komunikasi yang canggih sebagai produk modern kebudayaan dari berbagai manca
Negara dapat dengan mudah masuk ke dalam aliran darah dan denyut nadi
kebudayaan lokal yang tidak jarang akan menggeser nilai-nilai moral dan agama yang
telah tertanam di dalamnya. Budaya global yang didominasi oleh budaya Barat akan
diserap dengan mudah oleh masyarakat dunia. Budaya dalam suatu masyarakat akan
sangat berpengaruh pada pembentukan karakter keluarga. Pengaruh ini meliputi
perilaku, gaya hidup dan aspek-aspek lain. Budaya Barat sangat menjunjung tinggi
kebebasan pribadi untuk berekspresi, dan ini tentunya sangat berbeda dengan
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
8
masyarakat Timur yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Kehidupan keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat tidak terlepas
dari serangan budaya global melalui media-media ini. Gaya hidup, relasi, dan pola
pikir masyarakat dan anggota keluarga secara berlahan akan berubah mengikuti
aneka kebudayaan yang masuk. Inilah yang menjadi tantangan kehidupan keluarga di
era globalisasi ini. Namun dari semua tantangan, kecemasan serta kekhawatiran yang
ditimbulkan oleh teknologi modern dalam era global, hanya orangtua yang memiliki
komitmenlah yang mampu memberi perlindungan sebagai upaya mengantisipasi dan
merespon sejak dini gejala-gejala distorsi moral yang diakibatkan oleh media televisi,
internet dan media-media audio visual lainnya. Hasil studi yang lain tentang dampak
televisi menunjukkan indikasi yang cenderung agak menggembirakan. Seperti adanya
kesadaran akan segala peristiwa yang terjadi di seluruh dunia, kesadaran akan hak
dan kewajiban sebagai warga negara, bertambahnya pengetahuan akan geografi,
meningkatnya pengetahuan tentang masalah politik, bersikap prososial. Dalam hal
memilih tontonan agar bisa mengantisipasi pengaruh negatif dari media televisi dan
sejenisnya.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya
masyarakat menyadari tentang dampak positif dan dampak negatif yang bisa
ditimbulkan oleh pengaruh globalisasi khususnya kemajuan teknologi dan media
massa terhadap perkembangan kepribadian anak. Untuk mencegah dampak
negatifnya, maka sejak awal mereka sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut.
Elly Risman, psikolog keluarga ini melihat tiga hal yang bisa terjadi dalam interaksi
anak dengan media. Pertama, pengaruh media terhadap anak-anak makin besar.
Teknologi makin canggih dan intensitasnya tinggi. Kedua, gaya hidup kita yang rutin
dan padat. Alhasil, orangtua tidak punya waktu cukup untuk memperhatikan,
mendampingi, dan mengawasi anak. Ketiga, persaingan bisnis antarmedia makin
ketat sehingga cende-rung mengabaikan tanggung jawab sosial, moral, dan etika,
serta melanggar hak-hak konsumen.
Perkembangan teknologi dan media pun bak air bah. Pada sisi lain, teknologi
itu sendiri bisa membuat kecanduan karena di situ anak menemukan hal yang tidak
didapatkan di dunia nyata. Teknologi juga dirasakan mengasyikkan dan kerap
menjadi jalan keluar dari masalah. Di era sekarang ini, menurut Ihsan Tanjung,
kebaikan bertaburan di mana-mana, sebagaimana juga kejahatan bertaburan di
mana-mana. Karena itu, anak harus diarahkan (Azizy, 2004: 39). Istilah globalisasi
juga dapat berarti alat sebagai wujud keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama sekali di bidang komunikasi. Sebagai alat, globalisasi sangat netral. Ia
berarti dan seklaigus mengandung hal-hal posistif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan
yang baik. Sebaliknya, ia berakibat negatif, ketika hanyut ke dalam hal-hal yang
negatif. Sedangkan sebagai ideologi sudah mempunyai arti tersendiri dan
netralitasnya sangat berkurang.
Oleh karena itu, tidak aneh kalau kemudian tidak sedikit yang menolaknya.
Sebab tidak sedikit akan terjadi benturan nilai, antara nilai yang dianggap sebagai
Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak
9
sebuah ideologi globalisasi dan nilai-nilai agama, termasuk agama Islam. Baik sebagai
alat maupun sebagai ideologi, globalisasi merupakan ancaman dan sekaligus juga
merupakan tantangan (Azizy, 2004: 36). Pertama, sebagai ancaman. Dengan alat
komunikasi seperti Hand Phone, TV, para bola, telepon, VCD, DVD dan internet,
kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan para bola atau internet, kita
dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh
segala macam bentuk iklan yang sangat konsumtif. Kedua, tantangan. Dipihak lain,
jika globalisasi itu memberi pengaruh dalam hal nilai dan praktik yang positif, maka
seharusnya menjadi tantangan bagi umat manusia (keluarga) untuk mampu
menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalami benturan dengan budaya
lokal atau nasional, terutama sekali nilai agama.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Drajat (1976: 64), perilaku
manusia 83% dipengaruhi oleh apa yang dilihat, dengan kata lain bahwa pengaruh
dari perubahan lingkungan sekitar manusia yang dialami dan dirasakan oleh anak
akan banyak memengaruhi perkem-bangan jiwa dan perilakunya. Globalisasi telah
meminimalisir perlindungan terhadap budaya lokal melalui proses liberalisasi
(swastanisasi) pasar dan perdagangan luas di banyak negara berkembang. Distribusi
luas produk budaya barat seperti film, literatur, gaya hidup, nilai-nilai baru melalui
media elektronik, siaran satelit, internet, koran-koran dan majalah telah mencemari
budaya lokal. Bukan hanya itu, dengan tayangan dalam media-media ini juga tidak
menutup kemungkinan akan meningkatkan jumlah kekerasan dalam rumah tangga,
kenakalan remaja, diskriminasi sosial, dan broken home. Sebagai akibatnya, berbagai
media khususnya televisi, dapat dijadikan alat ampuh ditangan sekelompok orang
atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk
memengaruhi atau mengontrol pola pikir seseorang oleh mereka yang mempunyai
kekuasaan terhadap media tersebut.
Media televisi, sebagai hasil pencapaian teknologi modern yang paling luas
jangkauannya memiliki dampak sosio-psikologis sangat kuat pada pemirsanya. Beberapa
hasil studi berhasil menguak hubungan antara penonton televisi dengan sikap
agresif, dengan sikap anti sosial, dengan sikap aktivitas santai, dengan
kecenderungan gaya hidup, dengan sikap rasial, kecendrungan atau preferensi
seksual, kesadaran akan daya tarik seksual, stereotype peran seksual, dengan bunuh
diri, identifikasi dengan karakter-karakter di televisi.
PENUTUP
Bentuk-bentuk tantangan yang dihadapi keluarga dalam pembentukan karakter
anak di era modern yaitu tantangan yang berasal dari faktor internal anak, tantangan
dari pengaruh teman sepergaulan anak, tantangan dari pengaruh perubahan
lingkungan sosial dan media massa (globalisasi) yang menimbulkan gejala-gejala
distorsi moral yang diakibatkan oleh serangan budaya global melalui media-media
massa. Oleh karena itu, untuk menghadapai tantangan tersebut, keluarga perlu
menjalankan keseluruhan peranan yang saling berhubungan satu sama lain dan
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
10
bersifat komplementer, sehingga mutlak dilakukan untuk mengembangkan karakter
anak yang baik. Akan tetapi yang paling efektif adalah penanaman pendidikan agama
sejak dini, karena apabila nilai-nilai agama dijadikan dasar, maka niscaya kehidupan
keluarga dapat bertahan. Selain itu, yang harus dilakukan adalah mempertahankan
prinsip-prinsip dan nilai moral yang ada dalam masyarakat. Jalinan cinta kasih atas
dasar agama merupakan sumber utama kebahagiaan keluarga, sehingga memungkin-
kan setiap anggota keluarga mengembangkan kepribadiannya secara baik dan utuh.
Karena itu, kesamaan agama dan keyakinan suami istri merupa-kan hal yang mutlak.
DAFTAR PUSTAKA
Azizy, Ahmad Qodi. 2004. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Darajat, Zakiaah. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.
Fauzil Adhim. 2006. Positive Parenting. Bandung: Mizan.
Hurlock, Elizabeth B. 2000. Perkembangan Anak. Terjemahan Meitasari Tjandrasa
zarkasih. Jakarta: Erlangga.
Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: YOI.
Kohn, Alfie. 2006. Jangan Pukul Aku: Paradigma Baru Pola Pengasuhan anak.
Terjemahan M. Yudi atmoko. Bandung: MLC.
Khalfan, Mohamed A. 2004. Anakku Bahagia Anakku Sukses: Panduan Islami Bagi
Orang Tua dalam Membesarkan Anak. Terjemahan Taufiqurrahman.
Jakarta: Pustaka Zahra.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Edisi ke II. Terjemahan Mila
Rahmawati dan Anna Kuswanti. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal keluarga, Remaja dan Anak.
Jakarta: Rineka cipta.
Suryadi. 2007. Cara Efektif Memahami Perilaku Anak. Jakarta: EDSA Mahkota.
Syuhud, Fatih A. 2008. Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi. Jurnal
Pemikiran Alternatif Pendidikan Insania, Vol. 13, (1), 26-40.
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan sosial. Terjemahan oleh Alimandan. Jakarta:
Prenada.
Zuhaili, Muhammad. 2002. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini. Jakarta: A.H.
Ba’adillah Press.