tantangan modwernisasi bagi keluarga

10
TANTANGAN YANG DIHADAPI KELUARGA DI ERA MODERN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK (Studi Sosiologi Keluarga di Kota Kendari) Oleh: Hj. Suharty Roslan 1 Abstract This research aims at identifying and analyzing the form of challenge that the family faces in modernization era in the character building of children that is in line with social and religious norms. This research was conducted in Korumba Village, Mandonga District, Kendari Town with the consideration that this location has the most heterogeneous citizens. The determination of informant used snowball technique, namely the parents who have adult children with good personality development. The data were collected by using observational technique, in-deep interview, and written document research. Analysis of data used was qualitative descriptive analysis technique. The findings showed that the form of challenge in the children’s character building in modern era was: the challenge from internal factor, children’s peer, globalization, that led to the symptom of moral distortion as a result of global cultural attack through mass media. To deal with the challenge, the family needs to actualize their total function t o develop the children’s good character, the most effective is the instillation of religious education since early. Keywords: Challenge, Globalization, Character. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk tantangan yang dihadapi keluarga di era modernisasi dalam pembentukkan karakter anak sesuai dengan norma-norma sosial dan agama. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Korumba Kecamatan Mandonga Kota Kendari dengan pertimbangan, lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang paling heterogen penduduknya. Penetuan informan menggunakan teknik bola salju (snow ball sampling), yaitu para orangtua yang memiliki anak yang sudah dewasa dengan perkembangan kepribadian yang baik. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan penelaahan dokumen tertulis. Analisis data diggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bentuk tantangan pembentukan karakter anak di era modern yaitu: tantangan dari faktor internal, teman sepergaulan anak, globalisasi, yang menimbulkan gejala distorsi moral yang diakibatkan oleh serangan budaya global melalui media massa. Untuk menghadapai tantangan tersebut, keluarga perlu menjalankan keseluruhan fungsinya untuk mengembangkan karakter anak yang baik, dan yang paling efektif adalah penanaman pendidikan agama sejak dini. Kata Kunci: Tantangan, Globalisasi, Karakter. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap pertumbuhan bangsa kita, terutama kehidupan keluarga. Dampak positifnya adalah peningkatan kemampuan berfikir masyarakat di dalam berbagai bidang kehidupan, 1 Dra. Hj. Suharty Roslan, M.Si. adalah dosen Sosiologi FISIP Universitas Halu Oleo Kendari ISSN: 2355-1445; Hal. 1-10

Upload: jurnal-societal

Post on 27-Dec-2015

115 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tantangan pembentukan karakter anak di era modern yaitu: tantangan dari faktor internal, teman sepergaulan anak, globalisasi, yang menimbulkan gejala distorsi moral yang diakibatkan oleh serangan budaya global melalui media massa

TRANSCRIPT

Page 1: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

TANTANGAN YANG DIHADAPI KELUARGA DI ERA MODERN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

(Studi Sosiologi Keluarga di Kota Kendari)

Oleh: Hj. Suharty Roslan1

Abstract This research aims at identifying and analyzing the form of challenge that the family faces in modernization era in the character building of children that is in line with social and religious norms. This research was conducted in Korumba Village, Mandonga District, Kendari Town with the consideration that this location has the most heterogeneous citizens. The determination of informant used snowball technique, namely the parents who have adult children with good personality development. The data were collected by using observational technique, in-deep interview, and written document research. Analysis of data used was qualitative descriptive analysis technique. The findings showed that the form of challenge in the children’s character building in modern era was: the challenge from internal factor, children’s peer, globalization, that led to the symptom of moral distortion as a result of global cultural attack through mass media. To deal with the challenge, the family needs to actualize their total function to develop the children’s good character, the most effective is the instillation of religious education since early. Keywords: Challenge, Globalization, Character.

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk tantangan yang dihadapi keluarga di era modernisasi dalam pembentukkan karakter anak sesuai dengan norma-norma sosial dan agama. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Korumba Kecamatan Mandonga Kota Kendari dengan pertimbangan, lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang paling heterogen penduduknya. Penetuan informan menggunakan teknik bola salju (snow ball sampling), yaitu para orangtua yang memiliki anak yang sudah dewasa dengan perkembangan kepribadian yang baik. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan penelaahan dokumen tertulis. Analisis data diggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bentuk tantangan pembentukan karakter anak di era modern yaitu: tantangan dari faktor internal, teman sepergaulan anak, globalisasi, yang menimbulkan gejala distorsi moral yang diakibatkan oleh serangan budaya global melalui media massa. Untuk menghadapai tantangan tersebut, keluarga perlu menjalankan keseluruhan fungsinya untuk mengembangkan karakter anak yang baik, dan yang paling efektif adalah penanaman pendidikan agama sejak dini. Kata Kunci: Tantangan, Globalisasi, Karakter.

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mempercepat

berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap

pertumbuhan bangsa kita, terutama kehidupan keluarga. Dampak positifnya adalah

peningkatan kemampuan berfikir masyarakat di dalam berbagai bidang kehidupan,

1 Dra. Hj. Suharty Roslan, M.Si. adalah dosen Sosiologi FISIP Universitas Halu Oleo Kendari

ISSN: 2355-1445; Hal. 1-10

Page 2: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

2

dan terjadi perubahan pola hidup yang lebih efisien dan pragmatis. Dampak

negatifnya adalah bahwa masyarakat mengalami kesulitan dalam memahami dan

merencanakan perkembangan yang begitu cepat di berbagai bidang tersebut,

sehingga terjadi benturan berbagai kecenderungan dengan nilai-nilai luhur bangsa

kita. Oleh karena itu, kemampuan suatu bangsa menjawab tantangan masa depan,

akan ditentukan oleh kemampuan keluarga menjalankan peran dan fungsinya dalam

mencetak sumberdaya yang berkualitas.

Umumnya masyarakat menilai, bahwa hasil kemajuan diukur pada hal-hal yang

dapat diukur, misalnya benda, barang serta jumlah dan percepatan dalam

membuatnya. Hal tersebut berdampak pada nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai to be

yang merupakan pancaran kehidupan kejiwaan yang mendalam, terutama bersumber

dari kehidupan religius keluarga, terus menerus bertarung dengan nilai-nilai to have,

yaitu hidup serba benda dan prestise lahiriah. Ciri materialisme dalam gaya hidup ini

berkembang terus sejajar dengan ketidak puasan manusia. Di sisi lain keterpurukan

moral akibat dari kekeliruan dalam pendidikan juga memberi kontribusi terhadap

penyimpangan nilai-nilai luhur ditengah masyarakat. Penyimpangan norma agama,

norma sosial, serta kemerosotan moral di tengah kehidupan yang serba materalistik

dan hedonistik mewarnai kehidupan di dalam masyarakat sekitar kita. Dunia

pendidikan sering tercoreng oleh prilaku anak didiknya seperti tindakan amoral, seks

bebas (free sex), tawuran, dan penyalahgunaan narkoba. Lebih jauh lagi adalah trend

korupsi merasuki semua level kehidupan, pemerintahan, dunia usaha sampai kepada

penegak hukum itu sendiri.

Kehidupan keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat tidak terlepas dari

serangan budaya global melalui media-media ini. Gaya hidup, relasi-relasi terlebih

pola pikir masyarakat yang juga anggota keluarga sedikit demi sedikit akan berubah

mengikuti aneka kebudayaan yang masuk. Inilah yang menjadi tantangan kehidupan

keluarga di era globalisasi ini. Namun dari semua tantangan, kecemasan serta

kekhawatiran yang ditimbulkan oleh teknologi modern dalam era global, hanya

orangtua yang mememiliki komitmenlah yang mampu memberi perlindungan

sebagai upaya mengantisipasi dan merespon sejak dini gejala-gejala distorsi moral

yang diakibatkan oleh media televisi, internet dan media-media audio visual lainnya.

Problem paling berat membangun keluarga di era global ini adalah dalam

menghadapi penyakit manusia modern. Di era modern seperti sekarang ini

tantangan dari berbagai godaan menyusup ke dalam kehidupan rumah tangga

melalui teknologi komunikasi dan informasi yang cukup canggih. Sejak kecil, anak-

anak tanpa disadari telah dijejali dengan berbagai kebudayaan yang menyimpang dari

norma-norma sosial dan agama melalui media ini. Hal ini menjadikan peran

pendidikan dalam keluarga tidak efektif lagi. Berdasarkan fenomena tersebut, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk tantangan yang dihadapi

keluarga di era modern dalam membentuk karakter anak yang sesuai dengan norma-

norma sosial dan agama.

Page 3: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak

3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Korumba Kota Kendari.

Ditetapkannya lokasi ini sebagai sampel lokasi penelitian, mengingat kelurahan

tersebut merupakan salah satu wilayah yang paling kompleks dan heterogen

penduduknya, serta paling signifikan terjadi perubahan lingkungan sosial dari tahun

ke tahun. Dipilihnya lokasi ini dengan pertimbangan dan asumsi bahwa, kondisi

lingkungan hidup, yang mudah mengalami perubahan dan perkembangan akibat

berbagai aspek, menyebabkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, baik

yang bersifat positif maupun negatif.

Kenyataannya warga masyarakat yang mendiami lokasi ini terdiri dari berbagai

stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Stratifikasi sosial yang berbeda-beda ini

menyebabkan masyarakat di Kelurahan Korumba Kecamatan Kendari Kota

Kendari bersifat heterogen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu

orangtua yang memiliki anak-anak yang sudah dewasa. Penentuan informan

dengan menggunakan tekhnik snowball sampling. Sebelum penentuan informan

yang akan memberikan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian, terlebih

dahulu mengadakan observasi awal dan penjajakan kepada key-informan atau

informan pangkal, dan beberapa anggota masyarakat, dengan cara menanyakan

kepada mereka tentang siapa yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

Dari cara tersebut diketahui informan yang ditunjuk yaitu antara lain para orangtua

yang memiliki anak yang sudah dewasa dengan perkembangan kepribadian yang

baik.

Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini melalui tiga cara,

yaitu observasi, wawancara mendalam dan penelaahan terhadap dokumen

tertulis. Teknik observasi dilakukan pada awal penjajakan atau pengumpulan

informasi mengenai keadaan lokasi penelitian, sampai melakukan pengamatan

terhadap aktivitas keluarga sehari-hari. Hal ini penting untuk mencocokkan antara

pendapat atau jawaban informan penelitian dengan kesimpulan yang

diperoleh dari hasil pengamatan tersebut.

Teknik wawancara mendalam (in depth interview) baik secara terstruktur maupun

berupa dialog terbuka yang panjang dilakukan kepada para infor-man, untuk

mendapatkan data yang akurat dan selengkap -lengkapnya mengenai

pendapat dan pengalaman mereka dalam melakukan proses sosialisasi nilai-nilai dan

hal-hal lainnya. Wawancara maupun dialog yang dilakukan terhadap

informan, selain akan dilakukan secara tertulis (catatan lapangan), juga dilakukan

perekaman dengan tape recorder untuk mendapatkan realitas sebagaimana

adanya.

Hasil rekaman tersebut selanjutnya akan dilakukan transkripsi dan perumusan

hasil dialog, yang pada akhimya dijadikan sebagai data hasil penelitian. Data hasil

penelitian ini akan disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata

informan sendiri, selain itu data juga dapat disajikan dalam bentuk life history, yaitu

deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman keluarga dalam meng-hadapi berbagai

Page 4: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

4

bentuk tantangan bagi perkembangan karakter anak-anaknya. Sedangkan penelaahan

terhadap dokumen tertulis, diperoleh data melalui penelusuran literatur melalui

berbagai macam sumber, seperti buku, majalah, jurnal ilmiah, surat kabar, maupun

laporan hasil penelitian yang dianggap relevan terhadap penelitian yang akan

dilakukan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti tiga

tahap analisis data dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu reduksi data, penyajian

(display) data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pertama, reduksi data yang

dikelompokkan ke dalam topik permasalahan tentang: 1. Beberapa bentuk tantangan

yang dihadapi keluarga di era modern dalam membentuk karakter anak yang sesuai

dengan norma-norma sosial dan agama, 2. Upaya yang dilakukan keluarga untuk

mengatasi tantangan-tantangan di era modernisasi, khususnya dampak dari

globalisasi. Kedua, penyajian (display) data yang disusun dalam bentuk bagan serta

sebagai rangkaian informasi yang bermakna. Ketiga, pengambilan kesimpulan dan

verifikasi dengan cara mencari data baru yang lebih mendalam untuk mendukung

kesimpulan yang sudah didapatkannya.

PEMBAHASAN

Orangtua dianggap sebagai orang yang paling berpengaruh terhadap anak,

karena ia adalah orang yang paling dekat dengan anak, baik secara fisik maupun

psikis. Akan tetapi, orang-orang di sekitar anak semisal keluarga lain, tetangga, dan

teman-teman sebayanya juga sangat mungkin mempengaruhi kepribadian anak.

Mead menyebut mereka significant others, sementara Dewey menyebut mereka affective

others. Dengan demikian, segala yang dilakukan oleh mereka akan ditiru oleh anak-

anak. Masyarakat adalah lingkungan yang bisa berpengaruh untuk menyebarkan

kebaikan dan keutamaan, tetapi bisa juga untuk tersebarnya kerusakan serta

kehinaan. Masyarakat juga merupakan sarana mendasar untuk perbaikan atau

perusakan terhadap individu-individu secara umum. Selain itu, berkembangnya

sarana audio dan visual di tengah masyarakat yang juga bisa membawa pengaruh

buruk bagi anak. Selain itu, salah satu penyebab utama dari timbulnya perilaku yang

menyimpang pada anak adalah adanya pengaruh negatif dari teman bergaul anak.

Selain itu, pengaruh negatif juga datangnya dari berbagai kemajuan di bidang

teknologi dan informasi, yang menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat.

Fenomena ini dapat dilihat bahwa saat ini kecenderungan anak muda untuk

menghabiskan waktu di mall-mall yang menjajakan barang mewah tersebut sangat

tinggi. Dampaknya antara lain meningkatnya pola hidup materialisme,

konsumerisme, dan hedonisme. Seiring berkembangnya zaman, tentu ada pola

perubahan kepatuhan anak kepada orang-tuanya. Akan tetapi agaknya remaja saat

ini, dengan pelbagai kemajuan teknologi yang cenderung membuat manusia hidup

dalam keterasingan, lebih tidak taat pada orang-tuanya. Mereka lebih asyik

bercengkerama dengan orang lain melalui e-mail, friendster, facebook, dan sebagainya.

Lebih jelasnya tantangan yang dihadapi keluarga dalam pembentukan karakter anak,

Page 5: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak

5

dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk:

Bentuk Tantangan yang Berasal dari Faktor Internal Anak

Diri pribadi manusia, lazimnya terdiri dari tiga aspek pokok. Aspek pertama

adalah rasionya atau aspek kognitif manusia. Aspek lainnya adalah hal emosinya yang

lazim disebut aspek afektif. Aspek yang ketiga yang sebenarnya merupakan hasil

penyerasian antara aspek kognitif dengan aspek afektif, adalah aspek konatif atau

kehendak manusia. Dalam hal inipun ada kecenderung-an untuk menyatakan bahwa

kehendak ditentukan oleh keserasian antara pikiran dengan perasaan. Hal ini

disebabkan oleh karena tidak dapat ditentukan secara mutlak aspek mana yang lebih

besar peranannya. Pada akhirnya hal itu tergantung pada situasi yang dihadapi, kalau

yang dihadapi masalah yang rumit, maka terkadang penanggulangannya banyak

didasarkan pada pikiran, akan tetapi kadang-kadang juga perasaan.

Manusia pada kenyataannya sangat beragam, antara manusia yang satu mem-

punyai perbedaan dengan yang lainnya, baik dalam hal berfikir, bertingkah laku,

bersikap, perasaan, maupun gerak-geriknya. Keragaman tersebut dapat dilihat pada

perbedaan dua anak bersaudara dalam sebuah keluarga. Menurut sebagian psikolog,

hal demikian dapat terjadi karena disebabkan oleh dua faktor pokok, yaitu faktor

pembawaan dan faktor lingkungan. Menurut Kasiram (1983: 27), terdapat satu

konsep dari aliran nativisme yang membahas masalah penyebab keragaman manusia

dari faktor pembawaan atau faktor internal. Kaum natives ini berpendapat bahwa

nasib anak itu sebagian besar berpusat pada pembawaannya, baik buruknya

perkembangan anak tergantung pada pembawaannya.

Pembawaan dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertumbuh dan

berkembang bagi manusia menurut pola-pola, ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu, yang

diperoleh sejak lahir. Dikatakan sebagai kecenderungan, karena pembawaan meng-

acu pada aspek-aspek psikis, seperti, pandai, bodoh, berkarakter tenang dan

sebaliknya, kalem dan bersifat penyayang, suka merenung, dan sebagainya. Faktor

intenal ini biasa disebut juga individualitas, yang menunjukkan wujud diri sendiri dan

sifat otonom serta unik tiap-tiap pribadi manusia. Individu ini terdiri dari susunan

yang kompleks dari kebiasaan dan pikiran serta ekspresi yang khusus pada individu,

seperti sikap, sifat dan filsafat hidup.

Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku yang banyak dipengaruhi oleh faktor-

faktor dari dalam setiap individu seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan

cenderung bersifat stabil. Selain itu, bahwa dalam setiap individu terdapat beberapa

sifat yang saling berhubungan satu sama lain dan kesemuanya merupakan pola

tingkah laku yang menentukan bagaimana watak atau karakter seseorang.

Secara umum dapat dikemukakan, bahwa salah satu faktor yang

memmengaruhi kepribadian itu disebabkan oleh faktor biologis. Faktor ini

berhubungan dengan keadaan jasmani, dan sering disebut faktor fisiologis. Setiap

individu sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan dalam konstitusi

tubuhnya, baik dari keturunan atau pembawaan anak itu sendiri. Kondisi jasmani

yang berbeda-beda itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat serta temperamen yang

Page 6: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

6

berbeda-beda pula. Intinya, konstitusi tubuh individu itu sangat memengaruhi

kepribadian individu. Namun dalam perkembangan dan pembentukkan kepribadian

selanjutnya, faktor-faktor lain seperti lingkungan keluarga dan pendidikan juga

sangat memainkan peranan dan pengaruhnya terhadap kepribadian anak (Purwanto,

1984: 163). Proses perkembangan kepribadian anak tidak hanya ditentukan oleh

faktor pembawaan yang ada pada anak, dan faktor lingkungan yang

memengaruhinya. Tetapi, aktivitas manusia itu sendiri juga ikut serta menentukan

atau memainkan peranan penting dalam perkembangan kehidupan anak. Atau

dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa semua yang berkembang pada diri

individu ditentukan oleh pembawaan dan juga lingkungannya.

Bentuk Tantangan dari Pengaruh Teman Sepergaulan

Kelompok teman sepermainan dan peranannya belum begitu tampak

pengaruhnya pada masa kanak-kanak, walaupun dalam masa itu seorang anak sudah

mempunyai sahabat-sahabat yang terasa dekat sekali dengannya. Sahabat itu

mungkin adalah anak tetangga, teman satu kelas, anak kerabat, dan seterusnya.

Persahabatan itu ada kalanya di teruskan hingga pada usia remaja. Misalnya, lazim

sahabat tersebut terdiri dari tidak lebih dari tiga orang yang sejenis. Sahabat-sahabat

itu memang diperlukan sebagai penyaluran berbagai aspirasi yang mem-perkuat

unsur-unsur kepribadian yang diperoleh dari rumah. Sudah tentu bahwa sahabat

tersebut cenderung memberikan pengaruh yang baik dan benar, walaupun tidak

mustahil bahwa ada sahabat yang memberikan pengaruh yang kurang baik.

Kemungkinan terjadinya peranan-peranan yang negatif dari teman sepergaulan itulah

yang senantiasa harus dicegah oleh orangtua yang merasa bertanggung jawab

terhadap masa depan yang benar dan baik dari anak-anaknya.

Salah satu tantangan atau hambatan dalam memberikan sosialisasi pada anak,

adalah ketika anak mulai memiliki teman sepergaulan yang condong mengajak anak

untuk menentang orangtua. Pengaruh teman sepergaulan anak mulai nampak ketika

anak berusia remaja. Pada usia ini anak mulai mencari teman sepergaulan atau

membentuk kelompok pergaulan yang dirasakan cocok dengan dirinya. Kalau

seorang remaja menjadi anggota kelompok pergaulan tertentu, maka orangtua

sebaliknya mempertimbangkan secara mantap terlebih dahulu, sebelum memberikan

suatu keputusan. Jika kelompok tersebut cenderung kurang baik sehingga

berkembang menjadi gang, maka remaja harus diberi pengertian yang mendalam

bahwa sebaiknya dia tidak menjadi anggota kelompok tersebut, dan lebih baik

mencari teman-teman lain. Namun, kalau ternyata bahwa kelompok tersebut lebih,

banyak menghasilkan hal-hal yang positif bagi motivasi dan keberhasilan studi, maka

hendaknya si remaja dibiarkan menjadi anggota kelompok tersebut.

Kendala atau tantangan yang dihadapi oleh orangtua dalam mendidik anak

adalah besarnya pengaruh negatif yang dibawa oleh teman-teman sepergaulan anak,

khususnya ketika anak mulai beranjak remaja. Pengaruh negatif yang bisa timbul dari

kelompok sepergaulan anak itu adalah, antara lain kelompok pergaulan mendorong

anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota kelompok. Hal

Page 7: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak

7

tersebut mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil. Kelompok pergaulan

mendorong terjadinya individualisme oleh karena rasa kepatuhan hanya dikembang-

kan secara pribadi. Kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota kelompok yang

berasal dari keluarga kurang mampu, terhadap mereka yang berasal dari keluarga

yang lebih mampu. Kesetiaan terhadap kelompok pergaulan anak kadang-kadang

mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orangtua, saudara atau kerabat.

Kelompok pergaulan tersebut merupakan suatu kelompok tertutup yang sulit sekali

ditembus, sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh

pihak luar. Suatu kelompok mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan

diri dengan pola kehidupan yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk

mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.

Kadang-kadang ada penghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi oleh

kelompok; euphemisme dipengaruhi kelompok tertentu.

Bentuk Tantangan dari Pengaruh Globalisasi

Globalisasi menyangkut kesadaran bahwa dunia ini adalah satu tempat milik

bersama umat manusia. Karena itu, globalisasi yang didefinisikan sebagai kesadaran

yang tumbuh pada tingkat global bahwa dunia ini adalah sebuah lingkungan yang

terbangun secara berkelanjutan, atau sebagai suatu proses sosial di mana hambatan-

hambatan geografis berkaitan dengan pengaturan-pengaturan sosial dan budaya

semakin surut. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa secara nyata materialisme

memperlihatkan peranannya dalam pembentukan keteladanan pada dewasa ini.

Materialisme itu tidak terbatas pada kekayaan materil saja, namun juga pada

pencerminannya yang berupa atribut-atribut atau tanda-tandanya. Tanda-tanda itu

tidak hanya tampak pada pakaian, pola menghabiskan waktu luang, dan lain

sebagainya, akan tetapi juga pada frekuensi diadakannya upacara-upacara yang

bertujuan menonjolkan eksistensi sesuatu (Sztompka, 2004: 79). Di Indonesia

peranan lingkungan sosial tampaknya masih besar apabila dibandingkan dengan

peranan keluarga batih, terutama pada lapisan menengah dan bawah. Bahkan dapat

dikatakan, bahwa faktor-faktor exkstenal lebih besar peranannya dalam

pembentukan kepribadian seseorang. Hal ini tidak saja berkaitan dengan pola hidup

spritual, akan tetapi juga aspek materilnya. Lingkungan sosial tersebut secara

sederhana dapat dibedakan antara lingkungan pendidikan formal, pekerjaan dan

tetangga.

Berangkat dari sini maka dapat dibayangkan, dengan kecanggihan alat

komunikasi yang canggih sebagai produk modern kebudayaan dari berbagai manca

Negara dapat dengan mudah masuk ke dalam aliran darah dan denyut nadi

kebudayaan lokal yang tidak jarang akan menggeser nilai-nilai moral dan agama yang

telah tertanam di dalamnya. Budaya global yang didominasi oleh budaya Barat akan

diserap dengan mudah oleh masyarakat dunia. Budaya dalam suatu masyarakat akan

sangat berpengaruh pada pembentukan karakter keluarga. Pengaruh ini meliputi

perilaku, gaya hidup dan aspek-aspek lain. Budaya Barat sangat menjunjung tinggi

kebebasan pribadi untuk berekspresi, dan ini tentunya sangat berbeda dengan

Page 8: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

8

masyarakat Timur yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai moral.

Kehidupan keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat tidak terlepas

dari serangan budaya global melalui media-media ini. Gaya hidup, relasi, dan pola

pikir masyarakat dan anggota keluarga secara berlahan akan berubah mengikuti

aneka kebudayaan yang masuk. Inilah yang menjadi tantangan kehidupan keluarga di

era globalisasi ini. Namun dari semua tantangan, kecemasan serta kekhawatiran yang

ditimbulkan oleh teknologi modern dalam era global, hanya orangtua yang memiliki

komitmenlah yang mampu memberi perlindungan sebagai upaya mengantisipasi dan

merespon sejak dini gejala-gejala distorsi moral yang diakibatkan oleh media televisi,

internet dan media-media audio visual lainnya. Hasil studi yang lain tentang dampak

televisi menunjukkan indikasi yang cenderung agak menggembirakan. Seperti adanya

kesadaran akan segala peristiwa yang terjadi di seluruh dunia, kesadaran akan hak

dan kewajiban sebagai warga negara, bertambahnya pengetahuan akan geografi,

meningkatnya pengetahuan tentang masalah politik, bersikap prososial. Dalam hal

memilih tontonan agar bisa mengantisipasi pengaruh negatif dari media televisi dan

sejenisnya.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya

masyarakat menyadari tentang dampak positif dan dampak negatif yang bisa

ditimbulkan oleh pengaruh globalisasi khususnya kemajuan teknologi dan media

massa terhadap perkembangan kepribadian anak. Untuk mencegah dampak

negatifnya, maka sejak awal mereka sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut.

Elly Risman, psikolog keluarga ini melihat tiga hal yang bisa terjadi dalam interaksi

anak dengan media. Pertama, pengaruh media terhadap anak-anak makin besar.

Teknologi makin canggih dan intensitasnya tinggi. Kedua, gaya hidup kita yang rutin

dan padat. Alhasil, orangtua tidak punya waktu cukup untuk memperhatikan,

mendampingi, dan mengawasi anak. Ketiga, persaingan bisnis antarmedia makin

ketat sehingga cende-rung mengabaikan tanggung jawab sosial, moral, dan etika,

serta melanggar hak-hak konsumen.

Perkembangan teknologi dan media pun bak air bah. Pada sisi lain, teknologi

itu sendiri bisa membuat kecanduan karena di situ anak menemukan hal yang tidak

didapatkan di dunia nyata. Teknologi juga dirasakan mengasyikkan dan kerap

menjadi jalan keluar dari masalah. Di era sekarang ini, menurut Ihsan Tanjung,

kebaikan bertaburan di mana-mana, sebagaimana juga kejahatan bertaburan di

mana-mana. Karena itu, anak harus diarahkan (Azizy, 2004: 39). Istilah globalisasi

juga dapat berarti alat sebagai wujud keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi

terutama sekali di bidang komunikasi. Sebagai alat, globalisasi sangat netral. Ia

berarti dan seklaigus mengandung hal-hal posistif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan

yang baik. Sebaliknya, ia berakibat negatif, ketika hanyut ke dalam hal-hal yang

negatif. Sedangkan sebagai ideologi sudah mempunyai arti tersendiri dan

netralitasnya sangat berkurang.

Oleh karena itu, tidak aneh kalau kemudian tidak sedikit yang menolaknya.

Sebab tidak sedikit akan terjadi benturan nilai, antara nilai yang dianggap sebagai

Page 9: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

Suharty Roslan: Tantangan yang Dihadapi Keluarga di Era Modern dalam Pembentukan Karakter Anak

9

sebuah ideologi globalisasi dan nilai-nilai agama, termasuk agama Islam. Baik sebagai

alat maupun sebagai ideologi, globalisasi merupakan ancaman dan sekaligus juga

merupakan tantangan (Azizy, 2004: 36). Pertama, sebagai ancaman. Dengan alat

komunikasi seperti Hand Phone, TV, para bola, telepon, VCD, DVD dan internet,

kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan para bola atau internet, kita

dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh

segala macam bentuk iklan yang sangat konsumtif. Kedua, tantangan. Dipihak lain,

jika globalisasi itu memberi pengaruh dalam hal nilai dan praktik yang positif, maka

seharusnya menjadi tantangan bagi umat manusia (keluarga) untuk mampu

menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalami benturan dengan budaya

lokal atau nasional, terutama sekali nilai agama.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Drajat (1976: 64), perilaku

manusia 83% dipengaruhi oleh apa yang dilihat, dengan kata lain bahwa pengaruh

dari perubahan lingkungan sekitar manusia yang dialami dan dirasakan oleh anak

akan banyak memengaruhi perkem-bangan jiwa dan perilakunya. Globalisasi telah

meminimalisir perlindungan terhadap budaya lokal melalui proses liberalisasi

(swastanisasi) pasar dan perdagangan luas di banyak negara berkembang. Distribusi

luas produk budaya barat seperti film, literatur, gaya hidup, nilai-nilai baru melalui

media elektronik, siaran satelit, internet, koran-koran dan majalah telah mencemari

budaya lokal. Bukan hanya itu, dengan tayangan dalam media-media ini juga tidak

menutup kemungkinan akan meningkatkan jumlah kekerasan dalam rumah tangga,

kenakalan remaja, diskriminasi sosial, dan broken home. Sebagai akibatnya, berbagai

media khususnya televisi, dapat dijadikan alat ampuh ditangan sekelompok orang

atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk

memengaruhi atau mengontrol pola pikir seseorang oleh mereka yang mempunyai

kekuasaan terhadap media tersebut.

Media televisi, sebagai hasil pencapaian teknologi modern yang paling luas

jangkauannya memiliki dampak sosio-psikologis sangat kuat pada pemirsanya. Beberapa

hasil studi berhasil menguak hubungan antara penonton televisi dengan sikap

agresif, dengan sikap anti sosial, dengan sikap aktivitas santai, dengan

kecenderungan gaya hidup, dengan sikap rasial, kecendrungan atau preferensi

seksual, kesadaran akan daya tarik seksual, stereotype peran seksual, dengan bunuh

diri, identifikasi dengan karakter-karakter di televisi.

PENUTUP

Bentuk-bentuk tantangan yang dihadapi keluarga dalam pembentukan karakter

anak di era modern yaitu tantangan yang berasal dari faktor internal anak, tantangan

dari pengaruh teman sepergaulan anak, tantangan dari pengaruh perubahan

lingkungan sosial dan media massa (globalisasi) yang menimbulkan gejala-gejala

distorsi moral yang diakibatkan oleh serangan budaya global melalui media-media

massa. Oleh karena itu, untuk menghadapai tantangan tersebut, keluarga perlu

menjalankan keseluruhan peranan yang saling berhubungan satu sama lain dan

Page 10: Tantangan Modwernisasi bagi Keluarga

SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014

10

bersifat komplementer, sehingga mutlak dilakukan untuk mengembangkan karakter

anak yang baik. Akan tetapi yang paling efektif adalah penanaman pendidikan agama

sejak dini, karena apabila nilai-nilai agama dijadikan dasar, maka niscaya kehidupan

keluarga dapat bertahan. Selain itu, yang harus dilakukan adalah mempertahankan

prinsip-prinsip dan nilai moral yang ada dalam masyarakat. Jalinan cinta kasih atas

dasar agama merupakan sumber utama kebahagiaan keluarga, sehingga memungkin-

kan setiap anggota keluarga mengembangkan kepribadiannya secara baik dan utuh.

Karena itu, kesamaan agama dan keyakinan suami istri merupa-kan hal yang mutlak.

DAFTAR PUSTAKA

Azizy, Ahmad Qodi. 2004. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Darajat, Zakiaah. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.

Fauzil Adhim. 2006. Positive Parenting. Bandung: Mizan.

Hurlock, Elizabeth B. 2000. Perkembangan Anak. Terjemahan Meitasari Tjandrasa

zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: YOI.

Kohn, Alfie. 2006. Jangan Pukul Aku: Paradigma Baru Pola Pengasuhan anak.

Terjemahan M. Yudi atmoko. Bandung: MLC.

Khalfan, Mohamed A. 2004. Anakku Bahagia Anakku Sukses: Panduan Islami Bagi

Orang Tua dalam Membesarkan Anak. Terjemahan Taufiqurrahman.

Jakarta: Pustaka Zahra.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Edisi ke II. Terjemahan Mila

Rahmawati dan Anna Kuswanti. Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal keluarga, Remaja dan Anak.

Jakarta: Rineka cipta.

Suryadi. 2007. Cara Efektif Memahami Perilaku Anak. Jakarta: EDSA Mahkota.

Syuhud, Fatih A. 2008. Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi. Jurnal

Pemikiran Alternatif Pendidikan Insania, Vol. 13, (1), 26-40.

Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan sosial. Terjemahan oleh Alimandan. Jakarta:

Prenada.

Zuhaili, Muhammad. 2002. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini. Jakarta: A.H.

Ba’adillah Press.