tanggung jawab para pihak dalam perjanjian …

30
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI SEI GALUH RIAU ANTARA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V DENGAN CV. SIPAKKO JAYA STUDI PADA CV. SIPAKKO JAYA JURNAL OLEH: MARIA BR NAPITUPULU NIM : 150200298 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN

PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI SEI

GALUH RIAU ANTARA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V

DENGAN CV. SIPAKKO JAYA

STUDI PADA CV. SIPAKKO JAYA

JURNAL

OLEH:

MARIA BR NAPITUPULU

NIM : 150200298

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

Page 2: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

i

ABSTRAK

Maria BR Napitupulu1

Edy Ikhsan2

Zulfi Chairi3

Hubungan antara manusia dalam hal pemenuhan kebutuhan harus diatur dan

disepakati oleh kedua belah pihak dan dituangkan dalam bentuk perjanjian. Dimana

pengaturannya terdapat dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian

dianggap sah apabila telah memenuhi empat syarat sahnya suatu perjanjian.

Pengangkutan merupakan salah satu kebutuhan yang memegang peranan penting

dalam kehidupan manusia dan dalam pelaksanaannya diatur dalam perjanjian

pengangkutan yang harus sesuai dengan pengaturan hukum pengangkutan yang

berlaku. Perjanjian pengangkutan pada umumnya mengandung asas campuran dan

dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari kendala yang muncul. Hal ini dapat berujung

pada terjadinya sengketa antara para pihak yang membutuhkan adanya tanggung jawab

para pihak dalam hal penyelesaian sengketa yang terjadi. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis empiris dimana sumber

data yang digunakan adalah bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Penelitian dan pembahasan mendalam mengenai Perjanjian Pengangkutan Tandan

Buah Segar (TBS) antara PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya

menunjukkan bahwa perjanjian pengangkutan tersebut telah sesuai dengan peraturan

yang berlaku serta menganut asas campuran dalam pelaksanaannya. Namun dalam hal

tanggung jawab para pihak dalam penyelesaian sengketa tidak tercantum secara jelas di

dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Kerja (Kontrak).

Kata Kunci : Perjanjian, Pengangkutan, Asas Campuran

1 Mahasiswa Depertemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara 2 Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara 3 Dosen Pembimbing II, Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

ii

ABSTRAK

Maria BR Napitupulu4

Edy Ikhsan5

Zulfi Chairi6

Human relationship in term of meeting needs must be arranged and agreed by both side and formed into a regulation. Where the regulation can be found in book III of Code of Civil Law. The regulation is considered valid if it meets the four conditions. Transport is one of many needs which holds the important role in human’s life and the implementation is regulated by transport regulation that must be corresponding to valid transport code law. Transport regulation generally contains mixed principle and in the implementation, there would always be an obstacle. This can lead to a dispute between sides that need responsibilities of the sides in settling the dispute. The research method used in this research is empirical jurisdiction where the data sources are primary law material and secondary law material. Deep research and discussion about Tandan Buah Segar (TBS) Transport Regulation between PT. Perkebunan Nusantara V with CV. Sipakko Jaya shows that it is already in accordance with the valid regulation, also adhere mixed principle in the implementation. However, the responsibility of the parties in settling the dispute is not clearly stated in the contract. Keywords: Regulation, Transport, Mixed Principle

4 Student of Civil Law Department of Faculty of Law of Universitas Sumatera

Utara 5 Supervisor I, Economic Law Department of Faculty of Law of Universitas

Sumatera Utara 6 Supervisor II, Economic Law Department of Faculty of Law of Universitas

Sumatera Utara

Page 4: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

1

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia dikategorikan sebagai makhluk sosial yang berarti dalam

menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu

membutuhkan orang lain dalam segala hal. Hal ini dikarenakan sifat alamiah

dari manusia sendiri yang selalu ingin hidup bersama dan bermasyarakat. Di

tengah kehidupan bermasyarakat, hubungan antara manusia yang satu

dengan manusia yang lain bisa disebabkan karena banyak hal antara lain

proses pemenuhan kebutuhan dan kesamaan kepentingan. Hubungan

tersebut harus diatur dan disepakati oleh kedua belah pihak sedemikian rupa

agar tidak terdapat perbenturan kepentingan yang nantinya akan

menyebabkan kerugian pada salah satu ataupun kedua belah pihak.

Pengaturan mengenai hubungan ini lazim dikenal dengan sebutan perjanjian

atau perikatan.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan, satu permasalahan klasik yang akan

terus menjadi pertanyaan dalam sepanjang kehidupan manusia yakni

bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan untuk bertahan

hidup. Kebutuhan sendiri merupakan suatu hal yang secara naluriah muncul

dalam diri manusia sebagai bentuk dari keinginan akan suatu hal baik itu

benda maupun jasa yang memberi kepuasan tersendiri bagi manusia baik itu

kepuasan jasmani maupun rohani. Kebutuhan hidup manusia sifatnya tidak

terbatas dan seiring berjalannya waktu semakin kompleks mengikuti

perkembangan zaman. Meskipun kebutuhan pokok manusia berupa sadang,

pangan, papan masih menempati urutan teratas dalam kebutuhan hidup

manusia, tidak menutup kemungkinan bahwa kebutuhan lainnya seperti

pendidikan, kesehatan bahkan transportasi atau pengangkutan juga

memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Menurut Soekardono, pengangkutan adalah perpindahan tempat

mengenai benda-benda atau orang-orang, karena perpindahan itu mutlak

diperlukan untuk mencapai dan meningkatkan manfaat serta efisiensi. Selain

itu, pengangkutan juga dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan

Page 5: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

2

manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.7 Sedangkan fungsi pengangkutan

adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain

dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai, atau dengan kata

lain dapat dikatakan bahwa fungsi pengangkutan adalah sebagai jembatan

penghubung waktu dan ruang yang memisahkan antar para pembeli dan para

penjual.8

Agar dapat memahami konsep pengangkutan secara komprehensif,

perlu diketahui aspek-aspek yang terkandung dalam konsep pengangkutan

yakni pengangkutan sebagai usaha (business), pengangkutan sebagai

perjanjian (agreement), dan pengangkutan sebagai proses penerapan

(applying process). Ketiga aspek tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir

dengan pencapaian tujuan pengangkutan.9 Untuk melakukan pengangkutan

barang dari satu tempat ke tempat tujuan dilakukan melalui suatu perjanjian.

Keterkaitan antara perjanjian dan pengangkutan dapat dilihat dari definisi

pengangkutan yang diungkapkan oleh HMN Purwosutjipto yang menyatakan

bahwa pengangkutan sebagai suatu perjanjian timbal balik antara pengangkut

dan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan

pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan

tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim ialah membayar

ongkos angkut. Pada dasarnya, perjanjian pengangkutan merupakan

perjanjian biasa, yang tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam Buku III

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan, selama tidak ada

pengaturan khusus tentang perjanjian pengangkutan dalam peraturan

perundang-undangan di bidang angkutan.

Perjanjian dan perikatan memiliki keterkaitan dimana perjanjian

merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain dari Undang-

Undang yang dapat menimbulkan perikatan. Hal ini terkandung dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang walaupun tidak memberikan rumusan,

definisi, maupun arti istilah "perikatan" namun pada Pasal 1233 menyatakan

bahwa "Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena

7 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan,

2005, hlm. 3. 8 Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api), Universitas

Trisakti, Jakarta, 2009, hlm. 2-3. 9 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2013, hlm. 1.

Page 6: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

3

Undang-Undang." Secara etimologis, perikatan didefinisikan sebagai suatu

hubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana pihak yang berhak

menuntut hal dari pihak lain dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi

tuntutan itu.10 Berbeda dengan definisi yang diberikan ilmu pengetahuan,

perikatan diartikan sebagai suatu hubungan hukum dalam lapangan harta

kekayaan antara 2 orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak atas

sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.11

Tanggung jawab sendiri diartikan sebagai sikap dan perilaku untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),

Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, tanggung jawab diartikan sebagai keadaan wajib

menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,

dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya) atau fungsi menerima

pembebanan, sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain.12 Dalam

perjanjian pengangkutan, dikenal adanya prinsip-prinsip tanggung jawab di

bidang pengangkutan yang masing-masing berkaitan dengan tanggung jawab

pengangkut untuk membayar ganti kerugian kepada pengguna jasa. Prinsip-

prinsip ini terdiri atas Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Atas Kesalahan,

Prinsip Praduga Bahwa Pengangkut Selalu Bertanggung Jawab, Prinsip

Praduga Bahwa Pengangkut Selalu Tidak Bertanggung Jawab, Prinsip

Tanggung Jawab Mutlak, dan Prinsip Pembatasan Tanggung Jawab.

CV. Sipakko Jaya merupakan perusahaan pengangkutan yang

berada di Pekanbaru, Riau. Sejak didirikan tanggal 01 Oktober 2005, CV ini

berorientasi usaha dalam bidang pengadaan barang dan jasa, konstruksi, dan

pengangkutan khususnya pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai

rekanan di PT. Perkebunan Nusantara V. Tandan Buah Segar (TBS) sendiri

diartikan sebagai suatu bagian dari produksi kelapa sawit yang merupakan

produk awal yang kelak akan diolah menjadi minyak kasar CPO (Crude Palm

Oil) dan inti sawit (karnel) sebagai produk utama disamping produk lainnya.

Dimana CV. Sipakko Jaya disini mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) yang

10 Lukman Santoso. Hukum Perikatan, Setara Press, Malang, 2016, hlm. 5. 11 Purwahid Patrik. Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung,

1994, hlm. 2. 12 https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab diakses tanggal 13 November 2018

pukul 14.00.

Page 7: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

4

telah dipanen oleh PT. Perkebunan Nusantara V menuju pabrik untuk diolah

lebih lanjut. Kegiatan pengangkutan yang dilakukan CV. Sipakko Jaya ini

terhadap PT. Perkebunan Nusantara V pasti dilandasi oleh perjanjian yang

telah disepakati masing-masing pihak. Perjanjian pengangkutan itu sendiri

tentu mengatur banyak hal seperti hubungan hukum antara kedua belah

pihak, prosedur pelaksanaan pengangkutan, penyelesaian sengketa antara

kedua belah pihak dan banyak hal lainnya yang berujung pada tanggung

jawab CV. Sipakko Jaya sebagai pihak pengangkut dan tanggung jawab PT.

Perkebunan Nusantara V sebagai pihak pengirim.

Keberadaan perjanjian pengangkutan ini jelas memegang peranan

penting dalam tercapainya tujuan dari masing-masing pihak. Hal ini

dikarenakan dalam proses pelaksanaan pengangkutan sering kali terdapat

kendala-kendala yang tidak diharapkan baik itu berasal dari pihak

pengangkut, pihak pengirim maupun pihak ketiga. Kendala-kendala inilah

yang dapat memicu timbulnya sengketa antara para pihak. Sehingga hak dan

kewajiban serta tanggung jawab masing-masing pihak perlu diuraikan secara

jelas agar kendala yang muncul dapat diselesaikan baik dan tidak merugikan

pihak manapun. Oleh sebab itu diperlukan adanya perjanjian pengangkutan

dalam proses pelaksanaan pengangkutan sebagai kepastian dan pedoman

bagi para pihak. Namun perjanjian pengangkutan tersebut harus sesuai

dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan asas dalam perjanjian

pengangkutan itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, jurnal ilmiah ini membahas mengenai "Tanggung Jawab Para

Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) di Sei

Galuh Riau antara PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya

(Studi pada CV. Sipakko Jaya)."

Page 8: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

5

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

Perikatan sendiri diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata yang terbagi atas bagian umum dan bagian khusus. Dimana bagian

umum dari buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sendiri terdiri dari

empat (IV) bab dan bagian khusus terdiri dari lima belas (XV) bab. Pada bab II

diatur mengenai ketentuan umum persetujuan sedangkan pada bab V s/d

XVIII ditambah bab VII A diatur mengenai ketentuan khusus. Buku III Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata sendiri mengatur mengenai

verbintenissenrecht dan istilah lainnya yaitu overeenkomst. Istilah verbintenis

dan overeenkomst dalam kepustakaan hukum Indonesia diterjemahkan

sebagai berikut:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Subekti dan Tjiptosudibio

menggunakan istilah perikatan untuk verbintenis dan persetujuan untuk

overeenkomst;

b. Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia memakai

istilah perutangan untuk verbintesis dan perjanjian untuk overeenkomst;

c. Achmad Ichsan, dalam bukunya Hukum Perdata, menerjemahkan

verbintenis dengan perjanjian dan overeenkomst dengan persetujuan.13

Walaupun buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur

banyak hal mengenai perikatan, namun rumusan ataupun definisi konkrit

mengenai perikatan tidak diatur di dalamnya. Maka sebab itu pemahaman

mengenai perikatan senantiasa didasarkan oleh doktrin (ilmu pengetahuan).

Dalam ilmu hukum perdata, perikatan adalah suatu hubungan hukum yang

berkaitan dengan harta kekayaan yang dilakukan oleh dua orang atau ebih

atau sebagai para pihak yang melakukan ikatan hukum, yang satu berhak

atas sesuau dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.14 Sedangkan menurut

Hofman, perikatan adalah suatu hubungan antara sejumlah terbatas subjek-

13 Firman Floranta Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, Mandar Maju, 2014,

hlm 2-3. 14 Ibid.

Page 9: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

6

subjek hukum sehubungan dengan itu seorang atau beberapa orang dari

padanya (debitur/para kreditur) mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut

cara-cara tertentu terhadap pihak lain yang behak atas sikap yang demikian

itu.15 Tidak jauh berbeda dengan definisi perikatan menurut Sudikmo

Mertukusumo yang mendefinisikan perikatan sebagai hubungan hukum antara

dua pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban atas suatu prestasi. Wan

Sadjaruddin Baros berpendapat bahwa perikatan itu ialah hubungan hukum

antara dua orang (pihak) atau lebih dalam harta kekayaan yang menimbulkan

hak di satu pihak dan kewajiban di pihak lain.16

Setiap perikatan yang dibuat melalui perjanjian menimbulkan dua akibat

hukum, yaitu kewajiban (obligations) yang ditanggung oleh suatu pihak dan

hak atau manfaat yang diperoleh oleh pihak lain, yaitu hak untuk menuntut

dilaksanakannya sesuatu yang disanggupi dalam perjanjian tersebut.

Terdapat subjek dalam perikatan yang utama yakni para pihak yang

melakukan perjanjian, yaitu pihak kreditor dan debitor. Kedua pihak ini saling

mengikatkan diri (zich verbiden).

Berdasarkan Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada dua

sumber perikatan yaitu pertama perikatan yang lahir dari persetujuan atau

perjanjian, kedua perikatan yang lahir dari Undang-Undang. Dengan demikian

maka hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah sumber perikatan,

disampingnya sumber-sumber lain. Perjanjian adalah sumber yang terpenting

melahirkan perikatan.

Perjanjian menurut Subekti selanjutnya diartikan sebagai suatu peristiwa

dimana seseorang berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa inilah

timbul hubungan antara dua orang itu yang disebut perikatan. Dengan

perkataan lain, perjanjian itu menerbitkan perikatan antara dua orang yang

membuatnya. M. Yahya Harahap memberikan pengertian perjanjian atau

verbintennis mengandung suatu pengertian suatu hubungan hukum kekayaan

atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan

hukum pada satu pihak untuk memperoleh potensi dan sekaligus mewajibkan

pihak lain untuk menaikkan prestasi.17 Tidak jauh berbeda dengan pengertian

15 Hofman, Pokok Hukum Perikatan, Bandung, Bina Cipta, 2003, hlm. 2. 16 W.S. Baros, Sendi Hukum Perikatan, Bandung, Bina Cipta, 2003, hlm. 2. 17 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung, 2002, hlm. 6.

Page 10: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

7

perjanjian menurut Wirjono Prodjodikoro yang menyatakan bahwa arti

perjanjian adalah sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda

antara dua pihak dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan satu hal

sedangkan pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan janji tersebut.18

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menerangkan secara

sederhana tentang pengertian perjanjian yang menggambarkan tentang

adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. Sementara itu, apabila dua

orang salling berjanji, ini berarti masing-masing pihak menjanjikan untuk

memberikan ataupun melakukan sesuatu kepada pihak lainnya yang juga

memiliki arti bahwa masing-masing pihak berhak untuk menerima apa yang

telah dijanjikan oleh pihak lainnya. Hal ini berarti bahwa masing-masing pihak

dibebani kewajiban dan diberi hak sebagaimana yang dijanjikan.19

Suatu perjanjian memiliki unsur yang dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu unsur essensialia dan bukan unsur essensialia. Terhadap yang

disebutkan belakangan ini terdiri atas unsur naturalia dan accidentalia.

a. Unsur Essensialia

Eksistensi dari suatu perjanjian ditentukan secara mutlak oleh unsur

essensialia, karena tanpa unsur ini suatu janji tidak akan ada. Contohnya

tentang "sebab yang halal", merupakan essensialia akan adanya perjanjian.

Dalam jual beli, harga dan barang, yang disepakati oleh penjual dan pembeli

merupakan unsur essensialia. Dalam perjanjian riil, syarat penyerahan objek

perjanjian merupakan unsur essensialia. Begitu pula dalam bentuk tertentu

merupakan unsur essensialia dalam perjanjian formal.

b. Unsur Naturalia

Unsur ini dalam perjanjian diatur dalam Undang-Undang, tetapi para

pihak boleh menyingkirkan atau menggantinya. Dalam hal ini ketentuan

Undang-Undang bersifat mengatur dan menambah (regelend atau

aanvullendrecht).

18 Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1981,

hlm. 9. 19 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak & Perancanangan Kontrak, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2010, hlm. 2.

Page 11: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

8

c. Unsur Accidentalia

Unsur ini sama halnya dengan unsur naturalia dalam perjanjian yang

sifatnya penambahan dari para pihak. Undang-Undang (hukum) sendiri tidak

mengatur tentang hal itu. Contohnya dalam perjanjian jual beli, benda-benda

pelengkap tertentu bisa ditiadakan.20

Perjanjian sendiri memiliki beberapa asas-asas dalam pelaksanaannya

antara lain:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini bersifat universal yang dilatarbelakangi oleh paham

individualisme. Hal ini berarti kebebasan berkontrak memberikan jaminan

kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang

berkaitan dengan perjanjian, di antaranya:

1) Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak;

2) bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian;

3) bebas menentukan isi atau kalusul perjanjian;

4) bebas menentukan bentuk perjanjian; dan

5) kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan. 21

b. Asas Konsesualisme

Asas ini menentukan perjanjian dan dikenal dengan baik dalam sistem

hukum Civil Law maupun Common Law. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, asas ini disebutkan pada Pasal 1320 yang mengandung arti

"kemauan atau will" para pihak untuk saling berpartisipasi mengikatkan diri.

Asas konsesualisme berarti kesepakatan (consensus) yaitu pada dasarnya

kontrak atau perikatan yang timbul sudah dilahirkan sejak detik tercapainya

kata sepakat. Kata sepakat disini adalah mengenai hal-hal pokok dari apa

yang menjadi objek perjanjian. Apabila perjanjian dibuat dalam bentuk tertulis

20 I Ketut Oka Setiawan, Op.Cit., hlm. 43-44. 21 Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 14.

Page 12: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

9

maka bukti tercapainya kata sepakat atau konsensus adalah saat

ditandatanganinya perjanjian itu oleh pihak-pihak yang bersangkutan.22

c. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum disebut juga sebagai asas pacta sunt servanda

dimana asas ini mengandung arti bahwa ketika setiap orang yang sepakat

dan bersedia membuat perjanjian hal ini juga berarti ia terikat untuk memenuhi

perjanjian tersebut karena perjanjian tersebut mengandung kesepakatan yang

mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang. Asas

Kepastian Hukum diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

d. Asas Itikad Baik

Ketentuan mengenai asas ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Pasal 1338 ayat (3) yang menyatakan bahwa perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik. Keadaan batin para pihak untuk

melaksanakan perjanjian menurut asas ini harus secara jujur, terbuka dan

saling percaya.

e. Asas Kepribadian

Asas kepribadian menerangkan bahwa seseorang yang akan melakukan

dan/atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan perseorangan saja.

Pada pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdapat ketentuan

yang mengatur asas ini dimana bunyinya, "Pada umumnya seseorang tidak

dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri."

Suatu perjanjian terkait dalam hal kebatalan atau nulitasnya dianggap

batal apabila tidak memenuhi salah satu atau lebih dari satu persyaratan yang

terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Batalnya

perjanjian sendiri bisa digolongkan menjadi 3 antara lain:

a. Perjanjian yang Dapat dibatalkan

b. Perjanjian yang Batal Demi Hukum

c. Perjanjian Batal secara Relatif dan Mutlaak

22 I Ketut Oka Setiawan, Op.Cit., hlm. 46.

Page 13: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

10

Lain halnya dengan wanprestasi atau yang lebih dikenal dengan

pelanggaran terhadap perjanjian. Apabila terjadi wanprestasi, maka akan

menerima sanksi hukum yang biasanya berupa ganti rugi. Pada situasi normal

suatu perjanjian, prestasi dan kontra prestasi akan saling bertukar, namun

pada kondisi tertentu pertukaran prestasi tidak berjalan sebagaimana

mestinya sehingga muncul peristiwa yang disebut sebagai wanprestasi.23

Macam-macam wanprestasi antara lain:

a. Sama sekali tidak memenuhi prestasi;

b. prestasi yang dilakukan tidak sempurna;

c. terlambat memenuhi prestasi;

d. melakukan apa yang di dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.24

Dalam pelaksanaannya, perjanjian dapat dihapuskan dimana hal ini diatur

dalam Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan

beberapa alasan hapusnya perikatan antara lain:

a. karena pembayaran;

b. karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau

penitipan;

c. karena pembaharuan utang;

d. karena perjumpaan utang atau kompensasi;

e. karena percampuran utang;

f. karena pembebasan utang;

g. karena musnahnya barang yang terutang;

h. karena kebatalan atau pembatalan;

i. karena berlakunya suatu syarat sah pembatalan, yang diatur dalam

ketentuan mengenai perikatan dengan syarat batal; dan

23 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam

Kontrak Komersial, Prenadamedia Group, Jakarta, hlm. 260. 24 Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 74.

Page 14: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

11

j. karena lewat waktu yang diatur dalam Buku IV Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

Istilah pengangkutan dapat diartikan sebagai pembawaan barang-barang

atau orang-orang (penumpang) dimana kata "pengangkutan" sendiri berasal

dari kata "angkut" yang berarti "mengangkut dan membawa".25 Pengangkutan

menurut Abdul Kadir Muhammad diartikan sebagai proses kegiatan memuat

barang atau penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa barang

atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan

barang atau penumpang dari alat pengangkut ke tempat yang ditentukan.

Rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari satu

tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat

penurunan penumpang atau pembongkaran barang muatan merupakan

pemahaman dari pengangkutan itu sendiri. Terkait dengan pemahaman

tersebut, berikut kegiatan yang meliputi rangkaian peristiwa pemindahan

tersebut:

a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;

b. membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan; dan

c. menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan satu kesatuan

proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Namun jika ditelaah

dalam artian sempit pengangkutan hanya meliputi kegiatan membawa

penumpang atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tempat

pemberangkatan ke tempat tujuan. Untuk menentukan pengangkutan itu

dalam arti luas atau arti sempit, dapat dilihat dari perjanjian pengangkutan

yang dibuat oleh para pihak dan kebiasaan di tengah masyarakat.

C. TINJAUAN UMUM TENTANG TANGGUNG JAWAB DAN SENGKETA

25 Hasim Purba, Op. Cit., hlm. 1.

Page 15: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

12

Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keharusan bagi

seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.26

Sedangkan menurut hukum, tanggung jawab adalah suatu akibat atas

konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan

dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.27 Menurut

Wahyu Sasongko, tanggung jawab hukum adalah kewajiban menanggung

suatu akibat menurut ketentuan hukum yang berlaku dan di sini ada norma

atau peraturan hukum yang mengatur tentang tanggung jawab. Sejalan

dengan Ridwan Halim yang mendefiniskan tanggung jawab hukum sebagai

sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu

merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum, tanggung

jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau

berperilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan yang

telah ada.

Sedangkan sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan

antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi terhadap

suatu objek permasalahan. Dengan kata lain, sengketa dapat bersifat publik

maupun bersifat keperdataan dan dapat terjadi baik di dalam lingkup lokal,

nasional maupun internasional. Konflik atau sengketa juga bisa diartikan

sebagai situasi dan kondisi dimana orang-orang saling mengalami

perselisihan yang bersifat faktual maupun perselisihan-perselisihan yang ada

pada persepsi mereka saja.28 Dalam konteks hukum khususnya hukum

kontrak, yang dimaksud dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi

antara para pihak karena adanya pelanggaran terhadap kesepakatan yang

telah dituangkan dalam sautu kontrak, baik sebagian maupun keseluruhan.

Dengan kata lain telah terjadi wanprestasi oleh pihak-pihak atau salah satu

pihak.29

26 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 38. 27 Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,

2010, hlm. 9. 28 Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,

Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 1. 29 Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Di

Pengadilan, Jakarta, PT. Grafindo Persada, 2012, hlm. 12.

Page 16: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

13

Perjanjian pengangkutan sendiri diartikan sebagai suatu perjanjian

dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau

barang dari satu ke lain tempat, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi

akan membayar ongkosnya.30 Sedangkan menurut Zainal Asikin, perjanjian

pengangkutan adalah suatu peristiwa yang telah mengikat seseorang untuk

melaksanakan pengangkutan karena orang tersebut berjanji untuk

melaksanakannya, sedang orang lain telah pula berjanji untuk melaksanakan

sesuatu hal yang berupa memberikan sesuatu yang berupa pemberian

imbalan atau upah.31 Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum

menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian

pengangkutan antara pengangkut dan penumpang/pemilik barang sebagai

bentuk persetujuan bahwa pengangkut mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu

tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau

pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.

Perjanjian pengangkutan biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti

luas, yaitu kegiatan memuat, membawa dan menurunkan/membongkar,

kecuali jika dalam perjanjian ditentukan lain. Sifat perjanjian pengangkutan

disini adalah timbal balik yang berarti kedua belah pihak masing-masing

memiliki kewajiban sendiri.

Dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut dianggap sudah mengakui

menerima barang-barang dan menyanggupi untuk membawanya ke tempat

yang telah ditunjuk dan menyerahkan kepada orang yang telah dialamatkan.

Adapun pengaturan lebih lanjut mengenai pengangkut diatur dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

dimana disebutkan bahwa angkutan adalah perpindahan orang dan/atau

barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di

Ruang Lalu Lintas Jalan. Kendaraan sendiri diartikan sebagai suatu sarana

angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak

Bermotor. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan

oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas

rel. Selanjutnya dijelaskan bahwa pengangkutan jalan diselenggarakan oleh

perusahaan pengangkutan umum yang menyediakan jasa pengangkutan

30 R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 69.

Page 17: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

14

penumpang dan/atau barang dengan kendaraan umum di jalan. Maka

pengangkut pada pengangkutan jalan adalah perusahaan pengangkutan

umum yang mendapat izin operasi dari pemerintah menggunakan kendaraan

umum dengan memungut bayaran.

Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya merupakan perjanjian

pengangkutan yang dimana lokasi pelaksanaannya dari Afdeling I, II, dan III

Kebun Sei Galuh ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei Galuh PT. Perkebunan

Nusantara V. Adapun yang menjadi objek dalam perjanjian pengangkutan ini

berupa Tandan Buah Segar sebanyak 12.121.000 Kg. Waktu pelaksanaan

dari perjanjian pengangkutan ini adalah terhitung sejak 1 Juli 2018 sampai

dengan 31 Desember 2018. Nilai dari perjanjian pengangkutan ini adalah

sebesar Rp708.593.660,-

Selanjutnya perjanjian pengangkutan ini berisikan 18 Pasal yang telah

disetujui dan disepakati masing-masing pihak. Pasal 1 membahas mengenai

Ketentuan Umum dan Definisi, Pasal 2 membahas mengenai Objek dan

Lokasi Pekerjaan, Pasal 3 membahas mengenai Spesifikasi Pekerjaan, Pasal

4 membahas mengenai Harga, Pasal 5 membahas mengenai Hak dan

Kewajiban Para Pihak, Pasal 6 membahas mengenai Syarat-Syarat

Pembayaran, Pasal 7 membahas mengenai Jangka Waktu Pekerjaan, Pasal

8 membahas mengenai Sanksi, Pasal 9 membahas mengenai Keikutsertaan

Tenaga Kerja Lokal Disekitar Objek Pekerjaan, Pasal 10 membahas

mengenai Keadaan Kahar (Force Majeure), Pasal 11 membahas mengenai

Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond), Pasal 12 membahas mengenai

Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan, Pasal 13 membahas mengenai

Tenaga Kerja Pihak Kedua, Pasal 14 membahas mengenai Kebijakan Mutu,

K3 dan Lingkungan Hidup, Pasal 15 membahas mengenai Addendum Surat

Perjanjian, Pasal 16 membahas mengenai Pembatalan Pekerjaan, PAsal 17

membahas mengenai Penyelesaian Perselisihan dan Pasal 18 membahas

mengenai Penandatangan Surat Perjanjian. Masing-masing pasal tersebut

menjelaskan secara rinci objek kajiannya masing-masing demi mencegah

terdapat perbedaan pemahaman antara kedua belah pihak.

Dalam Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya empat syarat sah

Page 18: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

15

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata telah terpenuhi. "Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya"

diartikan sebagai pernyataan mengenai kemauan bebas dari masing-masing

pihak. Syarat kedua adalah "kecakapan untuk membuat perjanjian." Pada

syarat ini yang menjadi bahasan utama adalah subjek dalam perjanjian

pengangkutan tersebut. Baik itu pihak yang memiliki kewajiban maupun pihak

yang mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban tersebut harus cakap

menurut hukum untuk bertindak sendiri. "Suatu hal tertentu" menjadi syarat

ketiga dalam sahnya perjanjian.

Dalam syarat ketiga ini dijelaskan bahwa objek dalam prjanjian

pengangkutan haruslah jelas. Objek dalam perjanjian pengangkutan disini

adalah hal yang diwajibkan kepada pihak berwajib (debitur) dan hal yang

terhadap pihak berhak (kreditur) mempunyai hak. Dimana yang menjadi

objek dalam Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya tertulis dalam Surat

Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak) halaman 3 Pasal 2 yang

membahas mengenai Objek dan Lokasi Pekerjaan. Menurut syarat keempat,

suatu perjanjian pengangkutan dianggap sah apabila disebabkan oleh suatu

sebab yang halal. Dalam hal ini, perjanjian pengangkutan harus dikehendaki

Undang-Undang dan tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan atau

ketertiban umum. Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara

PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya merupakan

perjanjian dalam pekerjaan pengangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana disebutkan

dalam halaman 1 poin 1 Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak).

Bentuk dari Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara

PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya sendiri termasuk

kedalam perjanjian tertulis dan digolongkan ke dalam perjanjian tidak

bernama karena perjanjian ini belum dikenal dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata dan dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara V dan CV.

Sipakko Jaya menentukan sendiri ketentuan yang ditetapkan dalam

perjanjian pengangkutan tersebut. Selanjutnya Perjanjian Pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS) ini berlaku sebagai undang-undang bagi masing-

pasing pihak di dalamnya.

Page 19: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

16

Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya termasuk ke dalam jenis

pengangkutan darat. PT. Perkebunan Nusantara V mempunyai hak untuk

membatalkan atau memutuskan Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah

Segar (TBS) secara sepihak apabila ternyata CV. Sipakko Jaya telah

menyerahkan atau memborongkan pekerjaan tersebut baik seluruhnya

maupun sebagian kepada pihak lain. Pembatalan juga dapat terjadi apabila

CV. Sipakko Jaya tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat

yang terdapat dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak).

Hasil pekerjaan CV. Sipakko Jaya yang tidak sesuai dengan spesifikasi

pekerjaan, Progress Report oleh CV. Sipakko Jaya yang tidak sesuai dengan

schedule dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak),

pelaksanaan pekerjaan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

menggunakan barang-barang ilegal, dan hasil inspeksi menunjukkan terdapat

pekerjaan yang merugikan PT. Perkebunan Nusantara V menjadi beberapa

hal lainnya yang dapat menyebabkan batalnya Perjanjian Pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS).

Dalam Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya, asas campuran yang

berarti perjanjian pengangkutan merupakan campuran dari ketiga perjanjian

yakni pemberian kuasa, penyimpanan barang dan perjanjian kerja jelas

terkandung di dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak).

Dimana hal ini dilihat dari Pasal 2 Perjanjian Pengangkutan. Dalam Pasal 2

disebutkan mengenai Objek dan Lokasi Pekerjaan yang terkandung kalimat

"Perjanjian Pengangkutan TBS dari Afdeling I, II dan III Kebun Sei Galuh

sebanyak 12.121.000 Kg TBS ke PKS Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara

V." Dari kalimat tersebut tersirat bahwa CV. Sipakko Jaya sebagai pihak

pengangkut mendapat kuasa dari PT. Perkebunan Nusantara V untuk

melakukan pekerjaan pengangkutan. Tersirat pula bahwa ada perjanjian

penitipan barang dari PT. Perkebunan Nusantara V yakni berupa Tandan

Buah Segar (TBS) ke CV. Sipakko Jaya untuk diangkut. Selanjutnya

perjanjian kerja antara kedua belah pihak ini adalah dilaksanakannya jasa

pengangkutan oleh CV. Sipakko Jaya kepada PT. Perkebunan Nusantara V

dari Afdeling I, II, dan III ke PKS. Sei Galuh.

Page 20: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

17

Dalam Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya, hak dan kewajiban para

pihak tercantum dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak)

Pasal 5 tentang Hak dan Kewajiban Para Pihak. Adapun yang menjadi

Hak dan kewajiban dari PT. Perkebunan Nusantara V adalah sebagai berikut:

1. PT. Perkebunan Nusantara V berhak menerima hasil pekerjaan CV.

Sipakko Jaya sesuai dengan yang dipersyaratkan di perjanjian;

2. PT. Perkebunan Nusantara V berhak mengawasi dan memberikan

masukan/saran kepada CV. Sipakko Jaya selama pelaksanaan pekerjaan

berlangsung;

3. PT. Perkebunan Nusantara V berhak memberikan teguran/sanksi/denda

kepada CV. Sipakko Jaya apabila CV. Sipakko Jaya tidak melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan di perjanjian;

4. PT. Perkebunan Nusantara V berhak menerima ganti rugi atas kelalaian

pekerjaan CV. Sipakko Jaya;

5. PT. Perkebunan Nusantara V wajib melaksanakan pembayaran atas hasil

pekerjaan CV. Sipakko Jaya.32

Hak dan kewajiban dari CV. Sipakko Jaya dirumuskan sebagai berikut:

1. CV. Sipakko Jaya berhak menerima pembayaran dari PT. Perkebunan

Nusantara V atas hasil pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan di

perjanjian;

2. CV. Sipakko Jaya wajib menerima masukan/saran dari PT. Perkebunan

Nusantara V selama pekerjaan berlangsung;

3. CV. Sipakko Jaya wajib mentaati peraturan-peraturan perburuhan

mengenai pengawasan dan keselamatan kerja, kesehatan kerja dan fasilitas

kesehatan sehubungan dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan serta

menjaga keamanan dan ketertiban, terjadinya pemakaian obat-obat

terlarang, perjudian dan minuman keras di sekitar lokasi pekerjaan;

32 Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak) Pengangkutan Tandan Buah

Segar (TBS) Pasal 5 tentang Hak & Kewajiban Para Pihak.

Page 21: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

18

4. CV. Sipakko Jaya bertanggung jawab terhadap gangguan keamanan dan

keselamatan hasil kerja selama masa pekerjaan berlangsung;

5. CV. Sipakko Jaya wajib membayar ganti rugi/denda yang diderita oleh PT.

Perkebunan Nusantara V, apabila kerugian PT. Perkebunan Nusantara V

tersebut terjadi akibat kelalaian atau kesalahan CV. Sipakko Jaya selama

melaksanakan pekerjaan yang diserahkan kepadanya.33

Di dalam perjanjian pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya ditemukan kendala

dalam pelaksanaannya. Kendala tersebut bisa berasal dari dalam dan luar,

baik itu dari PT. Perkebunan Nusantara V sendiri, CV. Sipakko Jaya atau

bahkan penduduk sekitar lokasi pelaksanaan perjanjian pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS). Berbagai kendala tersebut juga dapat terjadi

pada beberapa faktor dalam perjanjian seperti objek perjanjian pengangkutan

yakni Tandan Buah Segar (TBS), perjanjian itu sendiri atau bahkan sarana

dan prasarana yang mendukung pelaksanaan perjanjian pengangkutan.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS), kendala yang sering kali ditemui adalah terkait

dengan objek perjanjian pengangkutan yakni Tandan Buah Segar (TBS) itu

sendiri. Tandan Buah Segar (TBS) yang merupakan bahan baku utama

dalam penngolahan kelapa sawit menjadi minyak mentah CPO dan inti sawit

(kernel) harus sesegera mungkin diangkut dari lapangan menuju Pabrik

Kelapa Sawit (PKS) dalam kurun waktu kurang dari 1 hari (1x24 jam). Hal ini

dikarenakan apabila terjadi keterlambatan maka mutu dan kualitas dari

Tandan Buah Segar (TBS) dapat menurun yang berdampak pada kerugian

yang diderita PT. Perkebunan Nusantara V berupa penurunan harga dari

produksi lebih lanjut Tandan Buah Segar (TBS) itu sendiri.34

Kendala berupa kelalaian atau ketidaksesuaian jadwal dari pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS) ini sering ditemukan dalam pelaksanaan

perjanjian pengangkutan. Ketidaksesuaian jadwal dapat berakibat pada

33 Ibid. 34 Wawancara langsung dengan Paidi sebagai Humas dan Asisten Umum Kebun

Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V pada tanggal 23 Desember 2018.

Page 22: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

19

Tandan Buah Segar (TBS) menginap di lapangan taau di perjalanan. Kendala

ini biasanya berasal dari CV. Sipakko Jaya dan disebabkan oleh berbagai hal

antara lain rusaknya mobil yang menjadi alat angkutan, ketidakdisiplinan

supir angkutan, jalan yang rusak dan gangguan dari penduduk setempat.

Kendala lainnya yang dihadapi terkait dengan Tandan Buah Segar (TBS)

adalah hilangnya Tandan Buah Segar (TBS) diakibatkan oleh ulah penduduk

sekitar. Kendala lainnya terkait dengan objek perjanjian pengangkutan yakni

Tandan Buah Segar (TBS) adalah tertinggalnya brondolan di TPH. Brondolan

yang sudah terkumpul di TPH pada hari itu juga harus diangkut

keseluruhannya. Namun sering kali terdapat brondolan yang teringgal yang

juga dianggap sebagai kendala dalam pelaksanaan proses pengangkutan.

Terkait dengan sarana dan prasarana yang mendukung dalam

pelaksanaan pengangkutan, kendala yang dihadapi dapat berupa rusaknya

mobil angkutan. Mobil yang digunakan dalam proses pengangkutan berupa

truck yang terdiri atas milik pihak pengangkut yakni CV. Sipakko Jaya dan

milik penduduk sekitar sesuai dengan kesepakatan di dalam perjanjian

pengangkutan. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) sendiri dilakukan

dalam jangka waktu yang lama yakni selama 6 (enam) bulan. Dimana jumlah

Tandan Buah Segar (TBS) yang diangkut pun tidak sedikit dengan total

kurang lebih sebanyak 12.000 ton. Hal ini tentunya mempengaruhi kinerja

dari mobil angkutan yang digunakan. Perlu adanya perbaikan dan perawatan

secara berkala terhadap mobil angkutan baik dari pihak CV. Sipakko Jaya

maupun penduduk sekitar sebagai penyedia angkutan. Hal ini sering kali

disepelekan dan dilupakan sehingga kerusakana terhadap mobil angkutan

tidak dapat dihindarkan. Kerusakan mobil angkutan sendiri berdampak pada

keterlambatan proses pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) menuju

tempat tujuan pengangkutan.

Jalan raya sebagai prasarana juga ternyata dapat menyebabkan

timbulnya kendala dalam proses pengangkutan. Jalan raya di perkebunan

yang sering dilalui oleh mobil-mobil angkutan juga dapat mengalami

kerusakan. Kerusakan tersebut juga dapat disebabkan oleh tekanan dari

mobil angkutan yang bermuatan berat, cuaca seperti hujan dan panas yang

tak menentu juga pembangunan yang tidak maksimal. Kerusakan jalan jelas

sangat menghambat proses pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS).

Page 23: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

20

Kendala lain yang ditemui dalam proses pengangkutan Tandan Buah

Segar (TBS) dapat bersumber dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang terkait

dengan perjanjian pengangkutan ini sendiri. Sumber permasalahan internal

Sumber Daya Manusia (SDM) dapat berasal dari supir dari mobil angkutan.

Supir sering kali ditemukan tidak disiplin terkait waktu dan jadwal

pengangkutan, tidak jujur dalam pengangkutan dan perhitungan, juga dalam

hal pengawasan proses pengangkutan Tandan buah Segar (TBS).

CV. Sipakko Jaya juga mengaku menemui berbagai kendala dalam

pelaksanaan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS). Kendala yang

ditemui oleh CV. Sipakko Jaya sama halnya dengan kendala yang

disampaikan oleh perwakilan PT. Perkebunan Nusantara V. Kendala tersebut

antara lain ketidaksesuaian waktu, Tandan Buah Segar (TBS) mengalami

penurunan mutu, hilangnya Tandan Buah Segar (TBS), kerusakan pada

sarana dan prasarana pengangkutan hingga permasalahan terkait Sumber

Daya Manusia.

Kendala lain yang ditemukan terkadang berasal dari perjanjian

pengangkutan itu sendiri. Perjanjian pengangkutan yang dibuat antara PT.

Perkebunan Nusantara V dan CV. Sipakko Jaya terkadang membutuhkan

waktu yang lama baik dalam proses pembuatan hingga pengesahannya.

Terdapat perselisihan dan ketidaksesuaian maksud dan tujuan antara kedua

belah pihak dalam proses perumusan perjanjian. Namun, ditemukan juga

kendala dalam proses pembayaran upah dari jasa pengangkutan Tandan

Buah Segar (TBS). Walau sudah diatur dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan

Pekerjaan (Kontrak) mengenai pembayaran, namun kadang terdapat

ketidaksesuaian waktu pembayaran upah dari pengangkutan yang dilakukan.

Pembayaran yang terlambat dari PT. Perkebunan Nusantara V dapat

berakibat pada terganggunya setiap rencana pekerjaan dari CV. Sipakko

Jaya.35

Dalam pelaksanaan proses pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) ada

juga kendala yang disebut sebagai keadaan kahar atau force majeure.

Kendala ini berupa hal-hal di luar dugaan atau di luar kemampuan masing-

masing pihak yang tentunya menyebabkan kerugian baik itu terhadap PT.

Perkebunan Nusantara V maupun CV. Sipakko Jaya. Hal-hal yang

35 Ibid.

Page 24: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

21

dikategorikan sebagai keadaan kahar atau force majeure antara lain banjir,

hujan terus-menerus, huru-hara, gempa bumi, atau bencana alam lainnya,

dan peraturan moneter pemerintah. Keadaan ini tentunya berdampak besar

terhadap pelaksanaan pengangkutan baik itu terhadap objek perjanjian yakni

Tandan Buah Segar (TBS) maupun faktor lain yang terkait di dalamnya

seperti sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia (SDM) terkait.

Tanggung Jawab para pihak dalam Perjanjian Pengangkutan Tandan

Buah Segar (TBS) antara PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko

Jaya tidak tercantum secara jelas dan detail dalam Surat Perjanjian

Pelaksanaan Kerja (Kontrak). Meskipun terdapat pasal-pasal yang

menggambarkan mengenai tanggung jawab itu sendiri dan masing-masing

pihak dapat mengetahui tanggung jawabnya berdasarkan pasal-pasal

tersebut. Tanggung jawab dalam Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah

Segar (TBS) antara PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya

menganut prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan. Dalam pelaksanaan

pekerjaan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT. Perkebunan

Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya tidak pernah terjadi permasalahan

serius yang berujung pada sengketa antara kedua belah pihak. Hal ini

dikarenakan CV. Sipakko Jaya selaku pihak pengangkut selalu mematuhi

setiap pasal yang terdapat di dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

(Kontrak). Dimana setiap hak dan kewajiban yang dimiliki oleh CV. Sipakko

Jaya dilaksanakan sebagaimana mestinya.36 Begitu juga PT. Perkebunan

Nusantara V selaku pihak pengirim yang melaksanakan hak dan

kewajibannya tepat waktu dan tidak melenceng dari Surat Perjanjian

Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak).

Adapun ketika terdapat kendala dan perselisihan selama pelaksanaan

pekerjaan pengangkutan, kedua belah pihak sepakat untuk

menyelesaikannya melalui jalur non litigasi terlebih dahulu yakni secara

negosiasi dengan musyawarah untuk mendapatkan penyelesaian yang tidak

merugikan pihak manapun dan tetap menjaga hubungan baik keduanya.37

36 Wawancara langsung dengan Viktor James Napitupulu sebagai Direktur CV.

Sipakko Jaya pada tanggal 20 Desember 2018. 37 Wawancara langsung dengan Paidi sebagai Humas dan Asisten Umum Kebun

Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V pada tanggal 23 Desember 2018.

Page 25: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

22

Namun apabila musyawarah yang dilaksanakan tidak menghasilkan

penyelesaian yang layak dan memuaskan, kedua belah pihak sepakat untuk

menyerahkan perselisihan tersebut ke Pengadilan dengan tempat kedudukan

huhkm yang sah dan tidak berubah di Kantor Panitera Pengadilan Negeri

setempat yakni Pengadilan Negeri Bangkinang.38

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya merupakan

38 Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak) Pengangkutan Tandan Buah

Segar (TBS) Pasal 17 tentang Penyelesaian Perselisihan.

Page 26: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

23

perjanjian yang termasuk ke dalam perjanjian tertulis dan berlaku sebagai

undang-undang bagi masing-masing pihak di dalamnya. Dalam hal

substansi, Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) antara

PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya sudah memenuhi

syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana tercantum dalam Pasal

1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan dalam pelaksanaannya

memenuhi asas-asas yang terkandung dalam perjanjian.

2. Dalam pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

antara PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV. Sipakko Jaya berlaku

asas campuran dimana asas campuran dalam pengangkutan sendiri

terdiri atas pemberian kuasa, penyimpanan barang dan melakukan

pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut.

Berlakunya asas campuran ini dapat dilihat dari pasal-pasal yang

terkandung dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak)

dimana CV. Sipakko Jaya sebagai pihak pengangkut mendapat kuasa

dari PT. Perkebunan Nusantara V untuk melakukan pekerjaan

pengangkutan, adanya penitipan barang dari PT. Perkebunan Nusantara

V kepada CV. Sipakko Jaya berupa Tandan Buah Segar (TBS) dan

terdapat perjanjian kerja antara PT. Perkebunan Nusantara V dengan CV.

Sipakko Jaya yakni dilaksanakannya jasa pengangkutan oleh CV.

Sipakko Jaya.

3. Tanggung jawab PT. Perkebunan Nusantara V dan CV. Sipakko Jaya

dalam menghadapi kendala saat pelaksanaan perjanjian pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS) menganut prinsip tanggung jawab atas dasar

kesalahan sebagaimana tercantum dalam Pasal 8 Surat Perjanjian

Pelaksanaan Kerja (Kontrak). Dimana dalam hal penyelesaian

perselisihan atau sengketa, kedua belah pihak memilih jalur non litigasi

yakni secara negosiasi dengan musyawarah atau perdamaian terlebih

dahulu. Namun apabila tidak ditemukan penyelesaian yang layak dan

memuaskan, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan

perselisihan tersebut ke Pengadilan yakni melalui Pengadilan Negeri

Bangkinang.

B. Saran

Page 27: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

24

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, yang menjadi saran penulis

adalah sebagai berikut:

1. Agar para pihak dalam membuat perjanjian pengangkutan

memperhatikan hukum dan peraturan yang berlaku agar perjanjian

pengangkutan tersebut memiliki kesesuaian dengan peraturan yang ada

dan dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar.

2. Sebaiknya ketiga jenis perjanjian yang terkandung dalam perjanjian

pengangkutan sebagaimana menganut asas campuran dilaksanakan

secara seimbang satu sama lain agar pelaksanaan perjanjian

pengangkutan berjalan dengan lancar dan menguntungkan para pihak

yang terkait.

3. Ada baiknya dalam penyelesaian kendala atau sengketa dilakukan secara

musyawarah dahulu sehingga hubungan kerja sama antara kedua belah

pihak kedepannya dapat terbina dengan baik. Apabila tidak ditemukan

titik temu dalam penyelesaian kendala, baru dilanjutkan dengan

penyelesaian melalui pengadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 28: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

25

I. BUKU

Adonara, Firman Floranta. 2014. Aspek-Aspek Hukum Perikatan. Bandung :

Mandar Maju

Agustina, Rosa. 2003. Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta : Pascasarjana

Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Ali, H. Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Sinar Grafika

Amriani, Nurnaningsih. 2012. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa

Perdata di Pengadilan. Jakarta : PT. Grafindo Persada

Baros, W.S. 2003. Sendi Hukum Perikatan. Bandung : Bina Cipta

E., Algra N.1983. Kamus Istilah Hukum Fokema Andrea Belanda-Indonesia.

Jakarta : Bina Cipta

Hamzah, Andi. 2005. Kamus Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia

Harahap, M. Yahya. 2002. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung : PT. Alumni

Harahap, M. Yahya. 2009. Hukum Acara Perdata tentang Gugatan

Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan.

Jakarta : Sinar Grafika

Hartono, Sri Rejeki. 1980. Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan Darat.

Semarang : UNDIP

Hernoko, Agus Yudha. 2010. Hukum Perjanjian. Jakarta : Kencana

Hofman, 2003. Pokok Hukum Perikatan. Bandung : Bina Cipta

Kamaluddin, Rustian. 1986. Ekonomi Transportasi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Martono. 2007. Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional. Bandung

: Raja Grafindo Persada

Marzuki, Peter Mahmud. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana

Prenada Media Grup

Miru, Ahmad. 2010. Hukum Kontrak Perancangan Kontrak. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

Mulyadi, Yad. 1999. Antropologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Muhammad, Abdul Kadir. 2013. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti

Muhammad, Abdul Kadir. 1991. Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara.

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Muhammad, Abdul Kadir. 2006. Hukum Asuransi Indonesia Edisi Revisi.

Bandung : Citra Aditya Bakti

Page 29: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

26

Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nugroho, Adi Susanti. 2009. Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Jakarta : Telaga Ilmu Indonesia

Nurbaiti, Siti. 2009. Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api).

Jakarta : Universitas Trisakti

Prodjodikoro, Wirjono. 1981. Azaz-Azas Hukum Perjanjian. Bandung : Sumur

Purba, Hasim. 2005. Hukum Pengangkutan di Laut. Medan : Pustaka Bangsa

Press

Patrik, Purwahid. 1994. Dasar-Dasar Hukum Perikatan. Bandung : Mandar

Maju

Raharjo, Handri. 2009. Hukum Perjanjian di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka

Yustisia

Rahmadi, Takdir. 2011. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan

Mufakat. Jakarta : Rajawali Pers

S., Salim H. 2003. Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak.

Jakarta : Sinar Grafika

Santoso, Lukman. 2016. Hukum Perikatan. Malang : Setara Press

Setiawan, I Ketut Oka. 2016. Hukum Perikatan. Jakarta : Sinar Grafika

Soejono dan H. Abdurrahman. 2003. Metode Penelitian Hukum. Jakarta :

Rineka Cipta

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2013. Penelitian Hukum Normatif ;

Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta : Rajawali Press

Subekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Sunggono, bambang. 2012. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : Rajawali

Press

Syahrum dan Salim. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung :

Citapustaka Media

Syamuddin, Mohd. Syaufii. 2005. Perjanjian-Perjanjian dalam Hubungan

Industrial. Jakarta : Sarana Bhakti Persada

Tjakranegara, Soegijatna. 1995. Hukum Pengangkutan Barang dan

Penumpang. Jakarta : Rineka Cipta

Uli, Sinta. 2006. Pengangkutan. Medan : USU Press

Widjaja, Gunawan dan Kartini Mujadi. 2003. Hapusnya Perikatan. Jakarta :

PT. Raja Grafindo

Page 30: TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN …

27

Wijayanti, Asri. 2011. Strategi Penulisan Hukum. Bandung : Lubuk Agung

II. INSTRUMEN HUKUM

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak) antara PT.

Perkebunan Nusantara V dan CV. Sipakko Jaya No.

76/5.DSGH/SPER/NP/265/VI/2018.

III. INTERNET

https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab diakses pada tanggal 13

November 2018 pukul 14.00.

https://www.ptpn5.com diakses pada tanggal 2 Desember 2018 pukul

10.00.