tanggap terhadap kebijakan publik melalui teknik evaluasi delphi

46
Tanggap terhadap Kebijakan Publik melalui Teknik Evaluasi Delphi OPINI | 13 June 2013 | 12:22 Dibaca: 422 Komentar: 4 3 Dewasa ini, masyarakat semakin kritis terhadap kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah. Pertanyaan yang dilontarkan masyarakat selalu sama, yaitu apa pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan dan apakah pemerintah tidak melihat program- program yang dijalankan sudah efektif untuk masyarakat yang dikenai program. Pada kenyataannya, para akademisi lah yang mengetahui secara dalam apa yang telah dilakukan pemerintah. Dari hal itulah pada tulisan kali ini penulis mencoba menjelaskan kepada pembaca secara awam untuk tanggap terhadap kebijakan melalui teknik evaluasi pembangunan. Hal tersebut yang dilakukan akademisi untuk dapat menilai keefektivan kebijakan pemerintah. Teknik evaluasi yang diperkenalkan adalah teknik yang telah lazim digunakan dalam dunia perencanaan, yaitu metode Delphi. Metode Delphi sendiri sudah dikenal mulai dari peradaban lama yang dikembangkan untuk meramalkan dampak teknologi pada perang. Teknik Delphi kemudian dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer di Rand Coorporation tahun 1950an yang dirancang sebagai komunikasi kelompok yang bertujuan membahas secara rinci terhasap isu spesifik yang bertujuan untukpenetapan tujuan, kebijakan, atau memprediksi terjadinya peristiwa dimasa depan. Dimana survei umum hanya menjawab “What is” sedangkan Delphi berupaya menjawab “What could/should be” Menurut Delbech, van de Ven dan Gustafson tenik Delphi bertujuan untuk: 1. Untuk menentukan atau mengembangkan berbagai alternatif program yang memungkinkan. 2. Untuk menjelajahi dan mengekspos asumsi atau informasi yang mengarah pada penilaian yang berbeda. 3. Untuk mencari informasi yang dapat menghasilkan konsensus sebagai bagian dari kelompok responden.

Upload: ropan-efendi

Post on 11-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Tanggap terhadap Kebijakan Publik melalui Teknik Evaluasi Delphi

OPINI | 13 June 2013 | 12:22  Dibaca: 422     Komentar: 4     3

Dewasa ini, masyarakat semakin kritis terhadap kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah. Pertanyaan yang dilontarkan masyarakat selalu sama, yaitu apa pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan dan apakah pemerintah tidak melihat program-program yang dijalankan sudah efektif untuk masyarakat yang dikenai program. Pada kenyataannya, para akademisi lah yang mengetahui secara dalam apa yang telah dilakukan pemerintah. Dari hal itulah pada tulisan kali ini penulis mencoba menjelaskan kepada pembaca secara awam untuk tanggap terhadap kebijakan melalui teknik evaluasi pembangunan. Hal tersebut yang dilakukan akademisi untuk dapat menilai keefektivan kebijakan pemerintah.

Teknik evaluasi yang diperkenalkan adalah teknik yang telah lazim digunakan dalam dunia perencanaan, yaitu metode Delphi. Metode Delphi sendiri sudah dikenal mulai dari peradaban lama yang dikembangkan untuk meramalkan dampak teknologi pada perang. Teknik Delphi kemudian dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer di Rand Coorporation tahun 1950an yang dirancang sebagai komunikasi kelompok yang bertujuan membahas secara rinci terhasap isu spesifik yang bertujuan untukpenetapan tujuan, kebijakan, atau memprediksi terjadinya peristiwa dimasa depan. Dimana survei umum hanya menjawab “What is” sedangkan Delphi berupaya menjawab “What could/should be”

Menurut Delbech, van de Ven  dan Gustafson tenik Delphi bertujuan untuk:

1. Untuk menentukan atau mengembangkan berbagai alternatif program yang memungkinkan.

2. Untuk menjelajahi dan mengekspos asumsi atau informasi yang mengarah pada penilaian yang berbeda.

3. Untuk mencari informasi yang dapat menghasilkan konsensus sebagai bagian dari kelompok responden.

4. Untuk menghubungkan penilaian informasi pada topik yang mencakup berbagai disiplin ilmu.

5. Untuk mendidik kelompok responden mengenai aspek yang beragam dan saling terkait dari topik.

Jadi, ciri khas teknik Delphi ini adalah melibatkan responden atau para “ahli” atau “pakar” di bidangnya untuk dapat melihat persoalan yang sedang terjadi. Istilah “pakar” bukan berarti selalu akademisi, akan tetapi berasal dari pihak pemerintah, masyarakat, maupun swasta, atau seluruh pihak yang terkena impact kebijakan. Oleh karena itu, sebelum melakukan evaluasi menggunakan teknik Delphi, terlebih dahulu dilakukan analisis Stakeholder untuk menentukan siapa saja yang paling berpengaruh dan paling berkepentingan terhadap program yang ingin dievaluasi.

Page 2: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Salah satu contoh program kebijakan yang dapat dievaluasi dengan teknik evaluasi Delphi ini adalah PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Perkotaan yang dilaksanakan di berbagai kota di Indonesia. Secara umum dalam teknik evaluasi kebijakan pembangunan, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan valuatif menurut William N Dunn (2003), yang lebih menekankan pada penentuan bobot atau nilai beberapa kebijakan yang diwujudkan dalam program.Metodologi yang digunakan adalah deskriptif yang lebih diarahkan pada kasus pemahaman masalah. Analisis kebijakan program PNPM Mandiri Perkotaan ini merupakan pembuatan dan pentransformasian informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan sehingga dikategorikan sebagai analisis kebijakan retrospektif.

Menurut waktunya, metode ini dapat dikategorikan menjadi evaluasi ex-post atau evaluasi setelah pelaksanaan kebijakan berakhir dengan tujuan untuk mengetahui apakah pencapaian (keluaran, hasil, dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan kemanfaatan dari suatu program. Pendekatan metode Delphi ini menurut Dunn (2003) dapat dilakukan secara formal (Formal Evaluation) karena menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan dan menspesifikan  tujuan dan target kebijakan.

Kelebihan dari metode Delphi adalah mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu anggota terhadap anggota lainnya sehingga tercapai objektivitas; masing-masing responden memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan masing-masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner; perhatian langsung pada masalah; dan menghasilkan catatan dokumen yang tepat, sedangkan kelemahan dari metode ini adalah lambat dan menghabiskan banyak waktu; responden dapat salah mengerti terhadap kuisioner; serta tidak terdapat proses konfrontasi untuk mempertahankan argumen masing-masing.

Dengan adanya pengetahuan sekilas mengenai teknik evaluasi pembangunan melalui metode Delphi, diharapkan masyarakat dapat mengerti bagaimana para pembuat kebijakan mempertanggungjawabkan program-program yang telah dibuat dan telah melalui studi empirik yang melibatkan semua pihak yang berdampak langsung terhadap kebijakan yang telah dibuat.

Teknik Evaluasi Kebijakan/Program dengan Balanced ScoreCard:Evaluasi Kinerja Lembaga Pengelola PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Kertasari dan Arjasari 2008Posted on June 19, 2011 | 7 Comments

Pendahuluan

Evaluasi kebijakan publik dalam studi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan

dari proses kebijakan publik. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan

penaksiran, pemberian angka, dan penilaian, kata-kata yang menyatakan usaha untuk

menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya (Dunn, 2003). Proses evaluasi

menghasilkan tuntutan-tuntutan yang bersifat evaluatif, oleh karena itu evaluasi

Page 3: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

mempunyai sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode analisis

kebijakan lainnya, yaitu:

1. Fokus nilai, evaluasi merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan

sosial.

2. Interdependensi fakta-nilai, pemantauan (menghasilkan fakta) merupakan

prasyarat bagi evaluasi (menghasilkan nilai).

3. Orientasi masa kini dan masa lampau, evaluasi bersifat retrospektif dan

prospektif.

4. Dualitas nilai, nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda

(intrinsik dan ekstrinsik).

Evaluasi kebijakan publik dimaksudkan untuk melihat atau mengukur kinerja

pelaksanaan suatu kebijakan. Selain itu evaluasi kebijakan juga dapat digunakan untuk

melihat apakah sebuah kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dan

petunjuk pelaksanaan yang telah ditentukan.

Dalam analisis kebijakan, dalam mengevaluasi kebijakan terdapat beberapa

pendekatan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi keputusan teoretis.

Evaluais semu adaah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang valid mengenai hasil kebijakan tanpa berusaha

menanyakan manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadapstakeholder yang

terlibat. Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang valid mengenai hasil kebijakan dengan

mengevaluasi berdasarkan tujuan program yang telah diumumkan secara formal oleh

pembuat kebijakan. Evaluasi keputusan teoritis adalah pendekatan yang menggunakan

metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid mengenai hasil kebijakan

yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.

Pengukuran kinerja sendiri merupakan suatu proses mencatat dan mengukur

pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian sasaran, tujuan, misi dan visi

melalui hasil-hasil yang ditampilkan beberapa produk, jasa ataupun proses pelaksanaan

suatu kegiatan. Keberhasilan instansi pemerintah (pemerintah daerah) sering diukur

dari sudut pandang masing-masing stakeholders, misalnya lembaga legislatif, instansi

pemerintah, pelanggan, pemasok, dan masyarakat umum, idealnya pengukuran kinerja

yang dipakai oleh instansi pemerintah disusun setelah memperoleh masukan dari

lembaga konstituen, sehingga diperoleh suatu konsensus atas apa yang diharapkan

oleh stakeholders terhadap organisasi tersebut.

Page 4: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Evaluasi kinerja merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran kinerja dan

pengembangan indikator kinerja; oleh karena itu dalam melakukan evaluasi kinerja

harus berpedoman pada ukuranukuran dan indikator yang telah disepakati dan

ditetapkan. Evaluasi kinerja juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja

masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang, sebagai

suatu proses yang berkelanjutan, evaluasi kinerja menyediakan informasi mengenai

kinerja dalam hubungannya terhadap tujuan dan sasaran.

Teknik Balanced ScoreCard

Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu

nilai (scorecard) danbalanced (berimbang). Maksudnya adalah kartu nilai untuk

mengukur kinerja personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta

dapat digunakan sebagai evaluasi. Serta berimbang (balanced) artinya kinerja personil

diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non-keuangan, jangka pendek

dan jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan

untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut

harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non-

keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat

internal dan kinerja eksternal (fokus komprehensif).

BSC menerjemahkan visi dan strategi yang ditetapkan kedalam tujuan konkrit

terorganisasi disepanjang jalur 4 perspektif yang berbeda: finansial, pelanggan, proses

internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Prinsip dasar BSC adalah memfokuskan

pada pelanggan, proses internal, pembelajaran dan pertumbuhan sekarang.

Beberapa langkah awal mengimplementasikan BSC:

1. Memperjelas visi dan strategi perusahan

2. Mengembangkan sasaran strategis:

- Mengidentifikasi proses bisnis yang ada dimana sustainabilitas dapat menambah nilai

dan memperbaiki kinerja

- Menentukan bagaiman program lingkungan yang ada mendukung sasaran

sustainabilitas dalam perspektif pelanggan dan finansial

Page 5: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

- Belajar bagaimana sustainabilitas dapat menggantikan proses dan produk untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan

- Mengerti bagaimana mengantisipasi dan mempengaruhi kebutuhan pelanggan masa

depan terkait praktek berkelanjutan.

3. Meluncurkan inisitiatif strategi lintas bisnis dan

4. Membimbing setiap SBU mengembangkan strateginya masing-masing, konsisten

dengan yang dimiliki perusahaan

Umumnya BSC dimasukkan dalam kerangka manajemen strategik. Manajemen strategik

adalah pola pengelolaan strategi organisasi jangka pendek dan panjang. Terdiri dari 4

langkah utama dalam menciptakan masa depan organisasi:

1. Perencanaan jangka panjang (long-range profit planning), terdiri dari:

- perumusan strategi

- perencanaan strategi

- penyusunan program

2. Perencanaan laba jangka pendek (short range profit planning)

3. Implementasi

4. Pemantauan

Setiap sistem tetap ada kelemahannya, demikian juga BSC. Kelemahan BSC antara lain:

- perangkat yang lebih secara efektif mengukur implementasi strategi daripada

mengukur penentuan strategi

Page 6: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

- Meski berperan penting dalam memperkuat hubungan antara inisiatif perbaikan

pelanggan dan strategi organisasi, namun tidak mengindikasikan bagaimana pelanggan

baru dan pasar baru dapat diidentifikasi.

Gambaran Umum Program PNPM Mandiri Perdesaan

Pemerintah menggulirkan PNPM Mandiri Perdesaan di kawasan perdesaan yang tingkat

kemiskinannya tinggi. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan

masyarakat terbesar di Indonesia secara cakupan wilayah, serapan dana, kegiatan yang

dihasilkan, dan jumlah pemanfaatnya. Program ini mengusung sistem bottom up

planning yang diusulkan dan dilaksanakan oleh masyarakat.

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian

masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar

masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi

sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya di luar

lingkungannya, serta mengelola sumberdaya itu untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan

kelembagaannya, (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif, (3). pengefektifan

fungsi dan peran pemerintah lokal, (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana

sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat, (5) pengembangan jaringan kemitraan

dalam pembangunan. Strategi yang dikembangkan untuk mencapai visi dan misi PNPM

Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran,

menguatkan sistem partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama

antardesa.

Tujuan umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan

kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian

dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan sedangkan tujuan

khususnya adalah:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan

atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, dan pelestarian pembangunan

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan memberdayakan

sumberdaya lokal

Page 7: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan

kegiatan partisipatif

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh

masyarakat

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antardesa

7. Mengembangkan kerjasama antarpemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan

Kelompok sasaran PNPM Mandiri Perdesaan mencakup masyarakat miskin,

kelembagaan masyarakat di perdesaan, dan kelembagaan pemerintah lokal. Lokasi

sasarannya secara bertahap akan mencakup seluruh kecamatan perdesaan di

Indonesia. Walau begitu, monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri Perdesaan yang

dilakukan oleh pengelola kegiatan, pemerintah, konsultan, dan berbagai pihak lainnya

hingga kini belum mengukur indikator kunci kinerja atau key performance

indicator (KPI) dari lembaga pengelola kegiatan.

Oleh karena itu, kinerja dan efektivitas pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

di tingkat kecamatan yang dikoordinasikan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) perlu

diukur agar diperoleh penyempurnaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

UPK merupakan lembaga pelaksana operasional kegiatan yang dibentuk dan dijalankan

oleh warga.

Kegiatan monitoring dan evaluasi selama ini hanya mencatat pemenuhan dan

pencapaian dari tahapan-tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan

pemeliharaan sehingga belum bisa menggambarkan kinerja dari UPK. Keterbatasan

monitoring dan evaluasi yang ada itu mendorong dilakukannya evaluasi lebih

mendalam terhadap kinerja dan efektivitas UPK. Evaluasi mendalam membutuhkan

indikator keberhasilan secara umum PNPM Mandiri Perdesaan yang bisa mengukur

kinerja lembaga pengelola kegiatan yang dikoordinasikan oleh UPK di setiap

kecamatan, termasuk di Kecamatan Kertasari dan Arjasari.

Page 8: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Evaluasi mendalam dilakukan dengan menganalisis keterkaitan pencapaian hasil kerja

lembaga dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran PNPM Mandiri Perdesaan. Hasil evaluasi

berguna untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan institusi, indikator apa yang

paling penting dan mendesak dalam mempengaruhi kinerja dan keberlanjutan institusi

serta memberi masukan untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas institusi agar

program pemberdayaan masyarakat bisa berkelanjutan. Program pemberdayaan

masyarakat tidak perlu berhenti walaupun kelak kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

selesai.

 

Pengukuran Menggunakan Balanced ScoreCard

Penelitian bermula dengan mengkaji literatur PNPM Mandiri Perdesaan baik yang

disusun perancang kegiatan di tingkat pusat maupun pelaku di daerah. Pengkajian

literatur ini berguna untuk memperoleh gambaran pelaksanaan PNPM Mandiri

Perdesaan secara umum di tingkat nasional dan secara khusus di Kecamatan Kertasari

dan Arjasari Kabupaten Bandung.

Setelah mendapatkan informasi yang memadai, penelitian berlanjut dengan

mewawancarai perancang PNPM Mandiri Perdesaan yaitu aparatur Ditjen PMD Depdagri,

Konsultan Manajemen Nasional, dan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan

Usaha Kecil Menengah Bappenas. Wawancara perancang program di tingkat nasional ini

untuk memperoleh informasi dalam rangka menentukan formulasi sasaran strategis dan

indikator strategis PNPM Mandiri Perdesaan berdasarkan empat perspektif balanced

scorecard. Formulasi itu akan membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai

sasaran strategis dan indikator strategis sehingga menjadi bentuk peta strategis dan

peta indikator strategis balanced scorecard. Peta strategis balanced

scorecard merupakan visualisasi alur sistem dan pola pikir yang menggambarkan

hubungan sebab akibat dari sasaran-sasaran strategis keempat perspektif balanced

scorecard.Visualisasi berdasarkan hasil interpretasi visi, misi, dan grand

strategyorganisasi.

Setelah berhasil menyusun formulasi empat perspektif balanced scorecard, sasaran

strategis, dan indikator strategis, wawancara terhadap aparatur Ditjen PMD, Konsultan

Manajemen Nasional, dan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil

Menengah Bappenas berlanjut untuk menggali tingkat kepentingan dan peran masing-

masing perspektif, sasaran strategis, dan indikator strategis terhadap pencapaian visi

dan misi PNPM Mandiri Perdesaan.

Page 9: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Hasil penggalian tingkat kepentingan dan peran masing-masing perspektif, sasaran

strategis, dan indikator strategis terhadap pencapaian visi dan misi PNPM Mandiri

Perdesaan merupakan dasar pemberian bobot masing-masing perspektif, sasaran

strategis, dan indikator strategis. Bobot ditentukan berdasarkan hasil wawancara

mendalam dengan perancang program. Bobot masing-masing perspektif, sasaran, dan

indikator akan semakin besar andaikan peranannya semakin penting terhadap

pencapaian visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan. Begitu sebaliknya, bobot semakin

kecil andaikan peranannya semakin kecil terhadap pencapaian visi dan misi PNPM

Mandiri Perdesaan.

Formulasi keempat perspektif balanced scorecard, sasaran, dan indikator strategis yang

telah berhasil disusun kemudian digunakan untuk mengevaluasi kinerja UPK Kecamatan

Kertasari dan UPK Kecamatan Arjasari. Agar analisis bisa dilakukan secara kuantitatif,

penelitian ini perlu menetapkan target dari indikator kinerja kunci. Penetapan target

indikator kinerja kunci itu dirumuskan dari pedoman pelaksanaan, dokumen kegiatan,

hasil wawancara dengan perancang kegiatan dan pelaku di daerah, dan analisis

subjektif peneliti.

Informasi kinerja UPK diperoleh berdasarkan studi dokumen kegiatan dan wawancara

mendalam para pelaku kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di lokasi penelitian. Hasil

penelitian di lokasi pelaksanaan kegiatan berguna untuk menyusun pendeskripsian dan

pencapaian target sesuai indikator penilaian PNPM Mandiri Perdesaan yang telah

disusun dari hasil wawancara dengan aparatur Ditjen PMD Depdagri, Konsultan

Manajemen Nasional, dan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil

Menengah Bappenas.

KPI yang merupakan bagian dari pendekatan balanced scorecard bermanfaat untuk

mengukur kinerja UPK dalam kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. KPI mengukur secara

kuantitatif berdasarkan hasil wawancara yang melibatkan perancang program,

konsultan, tim pengendali, pengelola kegiatan, dan masyarakat penerima manfaat

program.

Langkah berikutnya adalah melakukan pembobotan setiap perspektif balanced

scorecard, sasaran, dan ukuran strategisnya. Pengukuran terhadap setiap aspek kinerja

diukur dengan balanced scorecard untuk memperoleh gambaran umum kinerja

kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan yang dalam penelitian ini adalah UPK Kecamatan

Kertasari dan UPK Kecamatan Arjasari periode 2008.

Page 10: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Hasil pengukuran kemudian diidentifikasi dan dianalisis sehingga dapat diketahui

aspek-aspek mana yang kurang mendukung terhadap pencapaian visi dan misi

sehingga bisa diambil tindakan perbaikan. Serangkaian proses itu akan menghasilkan

sistem pengukuran kinerja organisasi dengan konsep balanced scorecard. Hasil

pengukurannya berupa kartu skor yang berisikan nilai terhadap setiap perspektif.

 

Kesimpulan

Perancangan balanced scorecard pada UPK Kecamatan Kertasari dan UPK Kecamatan

Arjasari menghasilkan indikator strategis sebagai alat pencapaian sasaran yang mampu

mencerminkan strategi organisasi yang dilahirkan dari visi dan misi PNPM Mandiri

Perdesaan. Balanced scorecard sebagai alat pengukuran kinerja yang komprehensif,

koheren, terukur, dan seimbang mampu menerjemahkan visi dan misi organisasi

menjadi tindakan strategis organisasi yang diukur berdasarkan indikator kinerja kunci.

Pendekatan balanced scorecard berguna untuk merumuskan sasaran strategis dan

indikator strategis sebagai penjabaran dari visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan. Skor

perspektif balanced Scorecard yang lebih tinggi akan mendorong lebih cepatnya

pencapaian visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan.

MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM

02OCT

A. Pendahuluan

Evaluasi program merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai

pertimbangan untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk

membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman

terhadap fenomena.

Evaluasi program juga merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,

mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar

membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan

evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi

tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/ hasil yang dicapai, efesiensi serta

pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan

apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan

peenyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.

Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi

merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini

Page 11: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah

program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

B. Model Evaluasi Program

Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam mengevaluasi

program pembelajaran. Berikut akan diuraikan beberapa model evaluasi program yang populer dan

banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program yaitu:

1. Evaluasi Model Kirkpatrick

Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan sumber daya

manusia (SDM). Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah

Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan (training)

menurut Kirkpatrick (1998) dalam Eko Putro Widoko (2010) mencakup empat level evaluasi, yaitu: level

1 reaction, level 2 learning, level 3behavior, dan level 4 result. Evaluasi reaksi (reaction evaluation)

Mengevaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta. Program training

dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta training,

sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta training

akan termotivasi apabila proses training berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya

akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa

puas terhadap proses training yang diikutinya mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti training.

Partner (2009) mengemukakan bahwa “the interest, attention and motivation of the participants are

critical to the success of any training program, people learn better when they react positively to the

learning environment”. Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan proses kegiatan training tidak terlepas dari

minat, perhatian, dan motivasi peserta pelatihan dalam mengikuti jalannya kegiatan pembelajaran. Orang

akan belajar lebih baik manakala mereka memberi reaksi positif terhadap lingkungan belajar.

Kepuasan peserta dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia,

strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang tersedia, waktu

pelaksanaan pembelajaran, hingga gedung tempat pembelajaran dilaksanakan. Mengukur reaksi dapat

dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif. Evaluasi belajar (learning evaluating)

Ada tiga hal yang dapat diajarkan dalam prgram training, yaitu pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan

pengetahuan maupun peningkatan keterampilan. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas prgram

training maka ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan sikap, peningkatan

pengetahuan atau keterampilan pada peserta training maka program dapat dikatakan gagal.

Penilaian learning evaluating ini ada yang menyebut dengan penilaian hasil (output) belajar. Mengukur

hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengukur reaksi. Mengukur reaksi

dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif.

Menurut Kirkpatrick (1998: 40), untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan dengan kelompok

pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan kelompok yang tidak ikut pelatihan diperbandingkan

Page 12: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

perkembangannya dalam periode waktu tertentu. Dapat juga dilakukan dengan membandingkan hasil

pretest dengan posttest, tes tertulis maupun tes kinerja (performance test). Evaluasi perilaku (behavior evaluation)

Evaluasi pada level ke 3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap pada level ke

2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat

kegiatan pembelajaran dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku

difokuskan pada perubahan tingkah laku peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Sehingga

penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran dan kembali ke lingkungan mereka maka evaluasi level 3 ini dapat

disebut sebagai evaluasi terhadapoutcomes dari kegiatan pelatihan.

Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan perilaku

peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan sesudah mengikuti training maupun

dengan mengadakan survei atau interview dengan pelatih, atasan maupun bawahan peserta training

setelah mereka kembali ketempat kerja.

Evaluasi hasil (result evaluation)

Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena siswa telah

mengikuti suatu program pembelajaran. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program

pembelajaran diantaranya adalah peningkatan hasil belajar, peningkatan pengetahuan, dan peningkatan

keterampilan (skills).

Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun

membangun teamwork (kerjasama tim) yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi

terhadap impact program (pengaruh program). Tidak semua pengaruh dari sebuah program dapat diukur

dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu evaluasi level 4 ini lebih sulit di

bandingkan dengan evaluasi pada level-level sebelumnya. Evaluasi hasil akhir ini dapat dilakukan

dengan membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok peserta pembelajaran, mengukur

kemampuan siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran apakah ada peningkatan atau tidak

(Kirkpatrick, 1998: 61).

Dibandingkan dengan model evaluasi yang lain, model ini memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) lebih

komprehensif, karena mencakup had skill dan soft skill. 2) objek evaluasi tidak hanya hasil belajar

semata tapi juga mencakup proses, output dan outcomes. 3) mudah untuk diterapkan. Selain kelebihan

tersebut model ini juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1) kurang memperhatikan input. 2)

untuk mengukur impactsulit dilakukan karena selain sulit tolak ukurnya juga sudah di luar jangkauan guru

maupun sekolah.

2. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield (1985) adalah sebuah pendekatan

evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (a decision oriented evaluation approach

structured) untuk memberikan bantuan kepada administrator atau leader pengambil keputusan.

Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi

para pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 komponen yang diuraikan sebagai

berikut: Evaluasi konteks

Page 13: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi

obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu (Eko

Putro Widoyoko: 2010). Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin (2009) menjelaskan bahwa, evaluasi

konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi,

populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.

Input evaluasi

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Menurut Eko Putro

Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada,

alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur

kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: 1) Sumber daya manusia, 2) Sarana

dan peralatan pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Evaluasi proses

Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan

implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai

rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah

ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk

mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.

Evaluasi produk/ hasil

Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan

suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah

seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu

program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.

Menurut Eko Putro Widoyoko model evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya,

karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses,

dan hasil. Selain kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan, antara lain

penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan

yang kurang tinggi jika tidak adanya modifikasi.

3.  Evaluasi Model Wheel (roda) dari Beebe

Model evaluasi ini berbentuk roda karena menggambarkan usaha evaluasi yang berkaitan dan

berkelanjutan dan satu proses ke proses selanjutnya. Model ini digunakan untuk mengetahui apakah

pelatihan yang dilakukan suatu instansi telah berhasil, untuk itu diperlukan lah sebuah alat untuk

mengevaluasinya.

Secara singkat, model wheel   ini mempunyai 3 tahap utama. Tiga tahap tersebut adalah  pembentukan

tujuan pembelajaran, pengukuran outcomes pembelajaran, dan penginterpretasian hasil pengukuran dan

penilaian.

4.  Evaluasi Model Provus

Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu

keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program.

Page 14: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah

ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut (Eko Putro Widoyoko: 2010).

Dengan demikian tujuan dari model ini adalah untuk menganalisis suatu program sehingga dapat

ditentukan apakah suatu program layak diteruskan, ditingkatkan dan sebaliknya yang disesuaikan

dengan standar,performance, dan discrepancy.

 1. 5.         Evaluasi Model Stake

Stake menekankan adanya dua dasarkegiatan dalam evaluasi, yaitu description   dan judgement dan

membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu context, process dan outcomes. Stake

menyatakan bahwa apabila menilai suatu program pendidikan, makaharus melakukan perbandingan

yang relatif antara satu program dengan yang lainnya. Dalam model

ini antencedent (masukan), transaction (proses) danoutcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya

untuk menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga

dibandingkan dengan standar yang absolut untuk menilai manfaat program (Farida Yusuf Tayibnapis,

2000:22).

 

 

 1. 6.         Evaluasi Model Brinkerhoff

Brinkerhoff & Cs. (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan

penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi dan

versi mereka sendiri sebagai berikut:

1. Fixed vs Emergent Evaluation Design

Desain evaluasi fixed (tatap) harus derencanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum

program dilaksanakan. Meskipun demikian, desain fixed dapat juga disesuikan dengan kebutuhan yang

sewaktu-waktu dapat berubah. Desani evaluasi ini dikembangkan berdasarkan tujuan program, kemudian

disusun pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperoleh dari sumber-

sumber tertentu. Begitu juga dengan model analisis yang akan digunakan harus dibuat sebelum program

dilaksanakan.

Kegiatan-kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam desain fixed ini, antara lain menyusun pertanyaan-

pertanyaan, menyusun dan menyiapkan instrumen, menganalisis hasil evaluasi, dan melaporkan hasil

evaluasi secara formal kepada pihak-pihak yang bekepentingan. Untuk mengumpulkan data dalam

desain ini dapat digunakan berbagai teknik, seperti tes, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala

penilaian.

1. Formative vs Summative Evaluation

Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif

berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran secara menyeluruh. Artinya, jika hasil

kurikulum dan pembelajaran memang bermanfaat bagi semua pihak yang terkait (terutama peserta didik)

maka kurikulum dan pembelajaran dapat dihentikan.

Page 15: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

1. Desain eskprimental dan desain quasi eskprimental vs natural inquiry

Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan

perlakuan, dan mengukur dampak. Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program

pembelajaran. Untuk itu, perlu dilakukan manipulasi terhadap lingkungan dan pemilihan strategi yang

dianggap pantas. Jika prosesnya sudah terjadi, evaluator cukup melihat dokumen-dokumen sejarah atau

menganalisis hasil tes. Jika prosesnya sedang terjadi, evaluator dapat melakukan pengamatan atau

wawancara dengan orang-orang yang terlibat. Untuk itu, kriteria internal dan eksternal sangat diperlukan.

Selain berbagai model tersebut, Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 234) mengelompokkan model-model

evaluasi pendidikan berdasarkan perkembangannya menjadi 4 kelompok yaitu:

1. Measurement Model

Model ini dipandang sebagai model tertua di dalam sejarah evaluasi dan telah banyak dikenal di dalam

proses evaluasi pendidikan. Tokoh-tokoh evaluasi yang dipandang sebagai pengembang model ini

adalah R. Thorndike dan R.L. Ebel.

            Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan pengukuran di

dalam melaksanakan proses evaluasi. Pengukuran dipandang sebagai suatu kegiatan yang ilmiah dan

dapat diterapkan dalam berbagai bidang persoalan termasuk ke dalamnya bidang pendidikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa menurut model ini, evaluasi pendidikan pada dasarnya tidak

lain adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-

perbedaan individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi, bimbingan, dan

perencanaan pendidikan bagi para siswa di sekolah.

Yang djadikan objek dari kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa.

Aspek tingkah laku siswa yang dinilai di sini mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan

pembawaan, minat, sikap, dan juga aspek-aspek kepribadian siswa. Dengan kata lain, objek evaluasi di

sini mencakup baik aspek kognitif maupun dengan kegiatan evaluasi pendidikan di sekolah, model ini

menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing bidang

pelajaran dengan menggunakan tes.

1. 2.       Congruence Model

Model kedua ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap model yang pertama. Tokoh-tokoh evaluasi

yang merupakan pengembang model ini antara lain adalah Raph W. Tyler, John B. Carroll, dan Lee J.

Cronbach.

Menurut model ini, evaluasi itu tidak lain adalah usaha untuk memeriksa

persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah

dicapai. Berhubung tujuan-tujuan pendidikan menyangkut perubahan-perubahan tingkah laku yang

diinginkan pada diri anak didik, maka evaluasi yang dinginkan itu telah terjadi. Hasil evaluasi yang

diperoleh berguna bagi kepentingan menyempurnakan sistem bimbingan siswa dan untuk memberikan

informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.

Page 16: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku siswa. Secara lebih khusus, yang dinilai di sini adalah

perubahan tingkah laku yang diinginkan yang diperhatikan oleh siswa pada akhir kegiatan pendidikan.

Tingkah laku hasil belajar ini tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan, melainkan juga mencakup

aspek keterampilan dan sikap, sebagai hasil dari proses pendidikan.

1. 3.           Educational System Evaluation Model

Model ketiga yang ini merupakan reaksi terhadap kedua model terdahulu. Tokoh-tokoh evaluasi yang

dipandang sebagai pengembang dari model yang ketiga ini antara lain adalah Daniel L. Stufflebeam,

Michael Scriven, Robert E. Stake dan Malcolm M. Provus.

Model ini bertitik tolak dari pandangan, bahwa keberhasilan dari suatu sistem pendidikan dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Evaluasi menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan performance dari

berbagai dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya

sampai pada suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.1. Illuminative Model

Model yang keempat ini dikembangkan sebagai reaksi terhadap dua model evaluasi yang pertama,

yaitumeasurement dan congruence. Model ini dikembangkan terutama di Inggris dan banyak dikaitkan

dengan pendekatan dalam bidang antropologi. Salah seorang tokoh yang paling menonjol dalam

usahanya mengembangkan model ini adalah Malcolm Parlett.

Tujuan evaluasi menurut model yang keempat ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem

yang bersangkutan. Hasil evaluasi yang dilaporkan lebih bersifat deskripsi dan interpretasi, bukan

pengukuran dan prediksi. Oleh karena itu dalam pelaksanaan evaluasi, model yang keempat ini lebih

banyak menekankan pada penggunaan Judgement.

Model ini juga memandang fungsi evaluasi sebagai bahan atau input untuk kepentingan pengambilan

keputusan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan sistem yang sedang

dikembangkan.1. C.      Ketepatan Penentuan Model Evaluasi Program

Makna ketepatan model evaluasi bagi program yang di evaluasikan mengandung makna bahwa ada

harapan keeratan tautan antara evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi. Sesuai dengan

bentuk kegiatannya, program ini dibedakan menjadi tiga yaitu (1) program pemrosesan, (2) program

layanan, dan (3) program umum.

1. Program pemprosesan

Program pemprosesan adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input)

menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau keluaran (output). Contoh: program perpustakaan, program

kepramukaan dan sebagainnya.1. Program Layanan (service)

Program Layanan adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak

tertentu sehingga merasa puas sesuai dengan tujuan program. Sebagai contoh adalah: program bank,

program koperasi dan lain-lain.

1. Program Umum

Page 17: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Program Umum yaitu program yang tidak tampak apa yang menjadi ciri utama. Contohnya adalah:

Program makanan tambahan anak

Sekolah (PMTAS)

 1. D.      Rancangan Evaluasi Program

Membicarakan mengenai rancangan evaluasi ada beberapa hal yang tercantum dalam sebuah

rancangan evaluasi tersebut diantaranya adalah:

1. Judul Kegiatan2. Alasan Dilaksanakannya Evaluasi3. Tujuan4. Pertanyaan Evaluasi5. Metodologi yang Digunakan6. Prosedur Kerja dan Langkah-Langkah Kegiatan.1. E.       Kepustakaan

Eko Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon

Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Farida Yusuf Tayibnapis. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hamid Hasan. 2009. Evaluasi Kurikulum. cetakan kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler

Publisher, Inc.

Kirkpatrick, D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model.

Partner, C. 2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin. 2009. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis

Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga. Jakarta: Bumi Aksara

Zaenal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: Remaja

Rosdakarya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran:

Rancangan Evaluasi Program Perkuliahan Ilmu Gizi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Page 18: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

 

 1. A.      Latar Belakang

Mata kuliah Ilmu Gizi merupakan mata kuliah pilihan bagi mahasiswa S-1 Pendidikan Biologi maupun

Biologi. Selesai mengikuti perkuliahan ini, mahasiwa diharapkan mempunyai wawasan tentang hubungan

antara makanan dan kesehatan, kebutuhan tubuh akan energi dan nutrisi, zat aditif, perlunya pendidikan

gizi dan lingkup penelitian dalam bidang ilmu gizi. Perkuliahan ini memberikan bekal bagi mahasiswa

untuk memahami fungsi makanan, pengelompokan makanan dan kandungan nutrisinya, pengolahan

makanan dan dampaknya bagi pencernaan, metabolisme nutrisi, pengaruh zat aditif bagi kesehatan,

menghitung kebutuhan energi, berlatih merancang program pendidikan gizi berdasarkan sasaran atau

merancang penelitian untuk pengembangan ilmu gizi.

Selama ini sudah pernah dilakukan revisi kurikulum dan deskripsi mata kuliah, terakhir revisi dilakukan

tahun 2006. Akan tetapi baik sebelum tahun 2006 maupun setelah tahun 2006 belum pernah dilakukan

evaluasi program perkuliahan yang menyeluruh hingga pelaksanaan perkuliahan dan outcomenya pada

diri mahasiswa. Padahal evaluasi program tersebut dibutuhkan untuk menyelaraskan program

perkuliahan dengan tren atau kecenderungan masalah gizi yang sedang berkembang saat ini dan bekal

apa yang cocok untuk menanggulanginya. Selain itu, program pendidikan gizi hendaknya juga

diselaraskan dengan kebijakan pemerintah yang relevan dengan pendidikan gizi. Sehingga outcome

berupa kemampuan merancang program pendidikan gizi berdasarkan sasaran atau merancang penelitian

untuk pengembangan ilmu gizi menjadi bentuk sumbangan yang nyata sebagai partisipasi mereka jika

telah menjadi anggota masyarakat sepenuhnya sebagai pendidik atau peneliti.

1. B.       Tujuan

Evaluasi program perkuliahan Ilmu Gizi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penguasaan

kemampuan mahasiswa membuat rancangan program pendidikan gizi yang baik. Karena kemampuan

mahasiswa merancang program mencerminkan keseluruhan pelaksanaan program perkuliahan, yang

mencakup persiapan perkuliahan, teaching material, media yang digunakan dalam perkuliahan dan

evaluasi perkuliahan.

Tujuan tersebut akan tercapai jika telah ada data tentang kemampuan mahasiswa menjaring data untuk

mengidentifikasi status gizi masyarakat, kemampuan mahasiswa mengenali adanya masalah gizi,

kemampuan merancang program pendidikan gizi telah didapatkan dan dianalisis. Selain itu juga akan

dilihat apakah program rancangan mahasiswa memenuhi kriteria program yang aplikatif atau tidak , serta

identifikasi kesulitan yang dihadapi mahasiswa pada saat membuat program untuk keperluan penentuan

arah pengembangan program selanjutnya. Hasil evaluasi program perkuliahan Ilmu Gizi ini akan

digunakan untuk merevisi dan mengembangkan program perkuliahan selanjutnya.

1. C.      Rumusan Pertanyaan Evaluasi

Rumusan pertanyaan evaluasi program ini adalah apakah mahasiswa dapat membuat rancangan

program pendidikan gizi yang baik? Rumusan ini diharapkan dapat terjawab jika pertanyaan evaluasi

yang lebih sempit ini terjawab.

Page 19: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

1. Apakah program perkuliahan ilmu Gizi membekali mahasiswa dengan kemampuan menjaring data tentang status gizi masyarakat?

2. Apakah program perkuliahan Ilmu Gizi membekali mahasiswa dengan kemampuan mengidentifikasi masalah gizi yang muncul pada kelompok masyarakat tertentu berdasarkan data tentang status gizi?

3. Apakah Program perkuliahan Ilmu Gizi membekali mahasiswa dengan kemampuan menyusun program pendidikan gizi ?

4. Apakah rancangan program pendidikan gizi yang dibuat mahasiswa cukup aplikatif?5. Kesulitan apa saja yang ditemui mahasiswa ketika membuat rancangan program pendidikan gizi?6. D.      Metodologi Yang Digunakan

Evaluasi program perkuliahan akan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan, tahap ini merupakan tahap dimana dilakukan identifikasi terhadap jenis-jenis data yang akan dikumpulkan berkaitan dengan pertanyaan evaluasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap pertanyaan evaluasi akan ditentukan data apa saja yang diperlukan, darimana sumbernya, bagaimana cara mendapatkannya dan apa bentuk data yang diharapkan.

2. Tahap Pengumpulan Data / Informasi, pada tahap ini data akan dikumpulkan pada sekuen-sekuen tertentu disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan perkuliahan Ilmu Gizi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data, data yang terkumpul akan diinventarisir dan diolah sesuai dengan jenis datanya. Data berupa skor tes akan ditampilkan dalam bentuk persentase serta dikelompokkan berdasarkan kriteria perolehan tinggi-sedang-rendah, demikian juga dengan hasil penilaian yang menggunakan rubrik untuk menilai program yang dibuat mahasiswa. Skor tes dan skor rancangan program akan diolah secara statistika dengan menggunakan rumus korelasi linier untuk melihat apakah penguasaan konsep tentang cara pengukuran dan identifikasi status gizi memiliki hubungan linier dengan kemampuan merancang program pendidikan gizi?. Hasil analisis statistik akan didukung dengan kuesioner tentang pelaksanaan perkuliahan, pembekalan kemampuan pembuatan program pendidikan gizi; baik kuesioner terhadap mahasiswa maupun dosen; dan deskripsi hasil observasi pada saat perkuliahan berlangsung.

4. Tahap Pengambilan Kesimpulan & Menyusun Rekomendasi, tahap pengambilan kesimpulan merupakan tahap menyusun rumusan jawaban setiap pertanyaan evaluasi. Hasil pengolahan dan analisa data akan ditampilkan sebagai fakta empiris dari evaluasi program perkuliahan Ilmu Gizi. Dari deskripsi catatan lapangan, kuesioner, dan wawancara akan dirumuskan pula sejumlah rekomendasi untuk memberikan informasi tentang bagian mana dari tahap pelaksanaan perkuliahan yang dapat dipertahankan, bagian mana yang harus diperbaiki, bagian mana yang bisa dikembangkan, serta bagian mana yang harus dihilangkan.

5. E.       Prosedur Kerja dan Langkah-Langkah Kegiatan1. 1.      Prosedur kerja, evaluasi program perkuliahan Ilmu Gizi mengikuti prosedur kerja sebagai

berikut:

No Tahap Deskripsi Pekerjaan

1.Penyusunan draf evaluasi program

Penentuan tujuan, manfaat, pertanyaan evaluasi

2. Observasi situasi awal Penentuan sasaran, lokasi, situasi kelas, dan situasi akademik awal dimana program berlangsung, mengidentifikasi pendekatan

Page 20: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

yang akan digunakan dalam melakukan evaluasi program. Dilakukan bersama dosen pengampu mata kuliah Ilmu Gizi.

3.

Perancangan bentuk data, cara menjaring data, cara pengolah dan menganalisis data

Mempersiapkan instrumen berupa soal tes, kuesioner, pedoman wawancara, lembar observasi dan penentuan observer, dilakukan bersama dosen pengampu mata kuliah Ilmu Gizi

4. Penjadwalan kegiatan

Menentukan waktu untuk melakukan pengumpulan informasi dengan sasaran mahasiswa, dosen, dan pelaksanaan perkuliahan

5. Pelaksanaan Kegiatan

Melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan, analisis data, dan pengambilan kesimpulan hasil evaluasi program. Semua dilakukan bersama dosen pengampu mata kuliah Ilmu Gizi

6. Pelaporan

Kegiatan ini meliputi penyusunan dan inventarisasi data serta hasil secara tertulis. Hasilnya akan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan (Ketua Jurusan & Program Studi, Dosen pengampu Mata Kuliah)

1. Jadwal Kegiatan Evaluasi, pada prinsipnya jadwal kegiatan evaluasi program sebagian besar akan mengikuti irama jadwal perkuliahan Ilmu Gizi yang akan dievaliasi. Rincian kegiatan evaluasi dan jadwalnya akan disajikan dalam table berikut :

NoTahap Waktu Kegiatan

1.Penyusunan draf evaluasi program

2 minggu sebelum awal perkuliahan / pada saat libur akhir semester

2. Observasi situasi awal Pertemuan pertama perkuliahan

3.

Perancangan bentuk data, cara menjaring data, cara pengolah dan menganalisis data

2 minggu sebelum perkuliahan/ pada saat libur akhir semester

Page 21: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

4. Pelaksanaan Kegiatan (lihat tabel pada tahap pengumpulan data)

5. Pelaporan Segera setelah selesai pelaksanaan UAS

 

Teknik Evaluasi Program Model CIPP (Context, Input, Process, Product)

OPINI | 14 June 2013 | 04:12  Dibaca: 3394     Komentar: 2     1

Evaluasi Program dengan Metode CIPP

Pada dasarnya, definisi dari suatu evaluasi berbeda-beda sesuai dengan pendapat dari masing-masing pakar evaluasi. Definisi tersebut berkembang sesuai dengan pakar yang mengemukakannya. Evaluasi merupakan suatu istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Ilmu kajian tentang evaluasi ini juga telah banyak memberikan manfaat dan kontribusi dalam memberikan informasi data, khususnya mengenai pelaksanaan suatu program tertentu yang akhirnya mampu memberikan rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut yang dijadikan suatu keputusan.

Jika dilihat dari pendapat para pakar, terdapat beberapa definisi dari evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Stufflebeam, bahwa evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif pengambilan keputusan. Sedangkan menurut The joint commite on Standars For Educational Evaluation (1994) mendefinisikan bahwa evaluasi sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkankemudian diambil keputusan atas obyek yang dievaluasi. Rutman and Mowbray 1983, mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky (1989), mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan,implementasi dan efektifitas suatu program. Wirawan (2006) Evaluasi adalah proses mengumpulkan dan menyajikan informasi mengenai objek evaluasi, menilainya dengan standar evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi. Sedangkan Djaali, Mulyono dan Ramli (2000) mendefinisikan bahwa Evaluasi sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil keputusan atas obyek yang dievaluasi.

Dari definisi yang dikemukakan berbagai pakar di atas, bisa disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan dalam implementasi suatu program dengan penyajian data dan informasi yang sesuai dengan objek evaluasi itu sendiri.

Dalam proses pengimplementasian suatu program, tentu mempunyai perbedaan dalam evaluasi. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan maksud dan tujuan dari suatu program.

Page 22: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Misalkan saja, evaluasi dalam proses pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sendiri. Sedangkan pada evaluasi pada kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi dari kerja pegawai, sehingga dapat menghasilkan hasil produksi. Oleh karena adanya perbedaan tersebut, muncul beberapa teknik evaluasi dalam pengimplementasian suatu program. Salah satu teknik dalam evaluasi ialah model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).

Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, Product)

Model evaluasi CIPP ini merupakan salah satu dari beberapa teknik evaluasi suatu program yang ada. Model ini dikembangkan oleh salah satu pakar evaluasi, Stufflebeam yang dikembangkan pada tahun 1971 dengan berlandaskan pada keempat dimensi yaitu dimensi context, dimensi input, dimensi process, dan dimensi product.

Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi

Stufflebeam melihat tujuan evaluasi sebagai:

1. Penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk menilai keputusan alternatif;

2. Membantu audience untuk menilai dan mengembangkan manfaat program pendidikan atau obyek;

3. Membantu pengembangan kebijakan dan program.

Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State University. CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu

Context evaluation : evaluasi terhadap konteks

Input evaluation : evaluasi terhadap masukan

Process evaluation : evaluasi terhadap proses

Product evaluation : evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.

Page 23: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Secara garis besar evaluasi model CIPP mencakup empat macam keputusan:

1. Perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan khusus

2. Keputusan pembentukan atau structuring3. Keputusan implementasi4. Keputusan yang telah disusun ulang yang menentukan suatu program perlu

diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan secara total atas dasar kriteria yang ada

Model CIPP

Aspek evaluasi Tipe keputusan Jenis pertanyaan

Context evaluation Keputusan yang terencana Apa yang harus dilakukan?

Input evaluation Keputusan terstruktur Bagaimana kita melakukannya?

Process evaluation Keputusan implementasi Apakah yang dilakukan sesuai rencana?

Product evaluation Keputusan yang telah disusun ulang

Apakah berhasil?

Sumber : The CIPP approach to evaluation (Bernadette Robinson, 2002)

Empat aspek Model Evaluasi CIPP (context, input, process and output) membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai;

1. Apa yang harus dilakukan (What should we do?); mengumpulkan dan menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran.

2. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?); sumber daya dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi identifikasi program eksternal dan material dalam mengumpulkan informasi

3. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?); Ini menyediakan pengambil-keputusan informasi tentang seberapa baik program diterapkan. Dengan secara terus-menerus monitoring program, pengambil-keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staff dan moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.

Page 24: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

4. Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambil-keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali.

Beberapa pertanyaan terkait dimensi tersebut diantaranya untuk mengumpulkan dan menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran. Pertanyaan tersebut merupakan jenis pertanyaan yang terdapat pada dimensi context evaluation. Sedangkan untuk mendapatkan sumber daya dan langkah – langkah yang diperlukan untuk mencapai identifikasi program eksternal dan material dalam pengumpulan informasi terdapat pada dimensi input evaluation. Pertanyaan lainnya yang terdapat pada dimensi process evaluation ialah pada penyediaan pengambilan keputusan informasi tentang seberapa baik program diterapkan. Dengan terus menerus memonitoring program, pengambilan keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik timbul, dukungan staf dan moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran. Sedangkan pada dimensi product evaluation ialah untuk mengukur outcome dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambilan keputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali.

Penjelasan masing-masing dimensi dapat dijabarkan lebih jelas lagi seperti di bawah ini.

a. Context EvaluationContext Evaluation (evaluasi konteks) diartikan sebagai situai atau latar

belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi yang dilakukan dalam suatu program yang bersangkutan. penilaian dari dimensi konteks evaluasi ini seperti kebijakan atau unit kerja terkait, sasaran yang ingin dicapai unit kerja dalam waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja terkait dan sebagainya.

Stufflebeam dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan dari evaluasi konteks yang utama ialah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan, sehingga dapat diberikan arahan perbaikan yang dibutuhkan.

Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.

b.  Input EvaluationInput Evaluation pada dasarnya mempunyai tujuan untuk mengaitkan

tujuan, konteks, input, dan proses dengan hasil program. Evaluasi ini juga untuk menentukan kesesuaian lingkungan dalam membantu pencapaian tujuan dan objektif program. Menurut Eko Putro Widyoko, evaluasi masukan (Input Evaluation) ini ialah untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Page 25: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Menurut Stufflebeam pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengaral pada “pemecahan masalah” yang mendorong diselenggarakannya progran yang bersangkutan.

Misalnya pada evaluasi kurikulum, pertanyaan yang diajukan antara lain :Apakah proses metode belajar mengajar yang diberikan memberikan dampak

jelas pada perkembangan peserta didik?Bagaimana reaksi peserta didik terhadap metode pembelajaran yang

diberikan?c. Process Evaluation

Process evaluation  ini ialah merupakan model CIPP yang diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan, apakah program terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak. Evaluasi proses juga digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.

Oleh Stufflebeam (dalam Arikunto, 2004), mengusulkan pertanyaan untuk proses antara lain sebagai berikut:Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal.Apakah yang terlibat dalam pelaksanaan program akan sanggup menangani

kegiatan selama program berlangsung ?Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara

maksimal?Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program?

d. Product EvaluationSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa evaluasi produk ialah

untuk melayani daur ulang suatu keputusan dalam program. Dari evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek dalam mengambil suatu keputusan terkait program yang sedang terlaksana, apakah program tersebut dilanjutkan, berakhir, ataukah ada keputusan lainnya. Keputusan ini juga dapat membantu untuk membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.

Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?Apakah kebutuhan peserta didik sudah dapat dipenuhi selama proses belajar

mengajar?

Tujuan dan fungsi Evaluasi CIPP

Tujuan evaluasi program model CIPP adalah untuk keperluan pertimbangan dalam pengambilan sebuah keputusan/kebijakan.

Fungsi dari evaluasi model CIPP adala sebagai berikut:

Page 26: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Membantu penanggung jawab program tersebut (pembuat kebijakan) dalam mengambil keputusan apakah meneruskan, modifikasi, atau menghentikan program.

Apabila tujuan yang ditetapkan program telah mencapai keberhasilannya, maka ukuran yang digunakan tergantung pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi CIPP

Menetapkan keputusan yang akan diambil

Menetapkan jenis data yang diperlukan

Pengumpulan data

Menetapkan kriteria mengenai kualitas

Menganalisis dan menginterpretasi data berdasarkan kriteria

Memberikan informasi kepada pihak penanggungjawab program atau pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan

Kelebihan dan Kelemahan Model CIPP

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat beberapa kelebihan dan kelemahan jika dilihat dan dibandingkan dengan model evaluasi lainnya.

a) Keunggulan model CIPPMerupakan system kerja yang dinamisMemiliki pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya yang

bertujuan memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteks hingga saat proses implementasinya.

Dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan informasi final.

Memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatifLebih komperenhensif dari model lainnya

b) Kelemahan Model CIPPTidak terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada

kenyataan yang sedang berlangsung.Kurang adanya modifikasi juga berdampak pada tingkat keterlaksanaan yang

kurang tinggi.Cenderung fokus pada rational management daripada mengakui realita yang

adaTerkesan top down dengan sifat manajerial dalam pendekatannyaBila diterapkan secara terpisah (partial) akan melemahkan ide dasar

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsini. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Bandung: Rineka Cipta

Page 27: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Chelimsky, Elanor. 1989. Program Evaluation: Pattern and Directions, 2nd Edition.Washington, DC; American Society for Public Administration

Djaali, Mulyono Pudji dan Ramly. 200. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN (Prof. Dr. Suharsimi Arikunto)

----> R E S U M E <-----

BAB I

KONSEP EVALUASI PROGRAM

A. Pengertian Program dan Evaluasi Program

Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit  yang berisi kebijakan

dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya

sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang

tepat dalam mengambil keputusan.

Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan

mengumpulkan informasi tentang  realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,

berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi

yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.

 B. Kaitan antara Penelitian dengan Evaluasi program

Dalam kegiatan penelitian  peneliti ingin mengetahui gambaran tentang sesuatu

kemudian dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin

mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program,

setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.

Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntun oleh rumusan masalah, sedangkan dalam

evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengatahui tingkat ketercapaian program,

dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan

dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang

akan diambil.

 C. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program

Page 28: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah yang berlaku, dilakukan

secara sistematis, teridentrifikasi penentu keberhasilan dan kebelumberhasilan program,

menggunakan tolok ukur baku, dan hasil evaluasi dapat digunkan sebagai tindak lanjut atau

pengambilan keputusan.

 D. Komponen, Subkomponen, dan Indikator Program

Program merupakan  satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang

saling berkait untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut.  Komponen

tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing komponen terdiri

atas beberapa subkomponen dan masing-masng subkomponen terdapat beberapa indikator.

Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui

keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Perlu diketahui bahwa

ketidakberhasilan suatu kegiatan dapat juga dipengaruhi oleh komponen atau subkomponen

yang lain.

 E. Tujuan Evaluasi Program

Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang

telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk

melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan

berikutnya.

F. Manfaat Evaluasi Program

Evaluasi  sama artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi

dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang

telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program,

merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.

G. Evaluator Program

Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi yang mumpuni, di

antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan

bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana

program) dan kalangana eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang

terkait dengan kebijakan dan implementasi program).

  H. Hakikat antara Tujuan Program dengan Tujuan Evaluasi Program

Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit  yang berisi kebijakan

dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk

diimplementasikan di lapangan. Sedangkan evaluasi program bertujuan  untuk

mengumpulkan informasi berkenaan dengan implementasi program yang dipergunakan

untuk melakukan kegiatan tindak lanjut atau pengambilan keputusan.

Page 29: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

BAB II

PENGEMBANGAN KRITERIA DALAM EVALUASI PROGRAM

A. Pengertian Kriteria

Kriteria diartikan sebagai patokan yang digunakan sebagai ukuran atau tolok ukur.

Dalam evaluasi program, kriteria digunakan untuk mengukur ketercapaian suatu program

berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan.

B. Perlunya Disusun Kriteria

Kriteria disusun sebagai pedoman evaluator dalam melaksakan evaluasi program.

Disusunnya kriteria, evaluator menjadi lebih mantap karena ada patokan, dapat digunakan

sebagai bukti pertanggungjawaban dari hasil evaluasi, untuk menghindari subjektivitas

evaluator, dan hasil evaluasi sama walaupun evaluator berbeda.

 C. Dasar Penyusunan Kriteria

Penyusun kriteria adalah calon-calon evaluator. Hal ini mengingat merekalah orang-

orang yang memahami tentang program yang akan dievaluasi. Dasar penyusunan kriteria

adalah, peraturan atau ketetentuan yang melatarbelakangi dikeluarkannya program,

pedoman pelaksanaan program, dokumen dan sumber-sumber ilmiah yang umum

digunakan, hasil penelitian yang relevan, petunjuk atau pertimbangan ahli evaluasi, tim

evaluator, evaluator sendiri dengan menggunakan daya nalar dan kemampuan yang

dimilikinya.

D. Cara Menyusun Kriteria

Wujud kriteria berupa tingkatan atau gradasi kondisi sesuatu yang dapat ditransfer

menjadi nilai.

Wujud kriteria berupa kriteria kuantitatif (angka-angka) dan kriteria kualitatif

(menghitung jumlah indikator yang telah tercapai).

Kriteria kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu (1) tanpa pertimbangan, yaitu

membagi rentangan (mis. 10-100) dalam  kategaori secara sama, dan (2) banyaknya

rentangan dalam tiap kategori tidak sama karena petimbangan tertentu.

Kriteria kualitatif dibedakan menjadi dua, yaitu (1) kriteria kualitatif tanpa

pertimbangan, yaitu  menghitung jumlah indikator yang telah memenuhi persyaratan, dan

(2) kriteria kualitatif dengan pertimbangan, yaitu dengan cara menghitung indikator yang

telah memenuhi persyaratan dengan mempertimbangkan skala prioritas atau pembobotan.

Page 30: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

BAB III

MODEL DAN RANCANGAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN

 A. Berbagai Model Evaluasi Program

Pada buku inidisajikan model evaluasi menurut Kaufan dan Thomas yang

membedakan model evluasi program menjadi delapan, yaitu:

1. Goal Oriented Eavaluation Model

Objek pengamatan model ini adalah tujuan dari program. Evaluasi dilaksanakan

berkesinambungan, terus-menerus untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan program.

2. Goal Free Eavaluation Model

Dalam melaksanakan evaluasi tidak memperhatikan tujuan khusus program, melainkan

bagaimana terlaksananya program dan mencatat hal-hal yang positif maupun negatif.

3. Formatif Summatif Evaluation Model

Model evaluasi ini dilaksanakan ketika program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika

program sudah selesai (evaluasi sumatif).

4. Countenance Evaluation Model

Model ini juga disebut model evaluasi pertimbangan. Maksudnya evaluator

mempertimbangkan program dengan memperbandingkan kondisi hasil evaluasi program

dengan yang terjadi di program lain, dengan objek ssaran yang sama dan membandingkan

kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan oleh program tersebut.

5. Responsif Evaluation Model

Model ini tidak dijelaskan dalam buku ini karena model ini kurang populer.

6. SSE-UCLA Evaluation Model

Model ini meliputi empat tahap, yaitu

a. Needs assessment, memusatkan pada penentuan masalah hal-hal yang perlu

dipetimbangkan dalam program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh program, dan tujuan

yang dapat dicapai.

b. Program planning, perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui program disusun

sesuai analisis kebutuhan atau tidak.

c. Formative evaluation, evaluasi dilakukan pada saat  program berjalan.

d. Summative program, evaluasi untuk mengetahui hasil dan dampak dari program serta

untuk mengetahui ketercapaian  program.

7. CIPP Evaluation Model (Context   Input   Process   Product)

Page 31: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

a. Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik

individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas

kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program.

b. Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal yang dimiliki

oleh institusi untuk melaksanakan sebuah program.

c. Evaluasi Proses

Evaluasi proses diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan sudah terlaksana

sesuai dengan rencana. 

d. Evaluasi Hasil

Ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan diketahui ketercapaian tujuan, kesesuaian

proses dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan tindakan yang diberikan, dan dampak dari

program.

8. Discrepancy Model

Model ini ditekankan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi pada setiap

komponen program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan

aktual dari program tersebut.

 B. Ketepatan Penentuan Model Evaluasi Program

Program dibedakan dibedakan menjadi berdasarkan jenis kegiatannya, yaitu

program pemrosesan (mengubah sesuatu yang dianggap bahan mentah menjadi sesuatu

yang dianggap barang jadi), program layanan (program yang bertujuan memberikan

kepuasan pada pihak lain), dan program umum (program yang yang bersifat umum, tidak

memiliki spesifikasi sebagaimana program pemprosesan dan program layanan).

Ketepatan penentuan model evaluasi program bergantung pada jenis kegiatannya.

Oleh karena itu tidak semua model evaluasi program dapat diterapkan.

 C. Rancangan Evaluasi Program

Hal-hal yang dicantumkan dalam rancangan program adalah (1) judul kegiatan, (2)

alas an dilaksanakannya evaluasi, (3) tujuan  evaluasi, (4) pertanyaan evaluasi, (5)

metodologi yang digunakan, dan (6) prosedur kerja dan langkah-langkah kegiatan.

BAB IV

PERENCANAAN EVALUSI PROGRAM

Page 32: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Membicarakan tentang analisis kebutuhan adalah merupakan sarana atau alat yang

konstruktif dan positif untuk melakukan sebuah perubahan, yakni perubahan yang

didasarkan atas logika yang bersifat rasional sehingga kemudian perubahan ini

menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak

kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya” dengan

sasarannya adalah siswa, kelas dan sekolah.

            Dalam sistem pendidikan, karena pendidikan itu sendiri hanya merupakan alat

belaka, sedangkan prestasi belajar siswa adalah hal yang menjadi tujuan, maka membuat

rencana mengajar  merupakan proses penting untuk menentukan alat yang tepat dalam

mencapai tujuan akhir. Setelah guru berhasil menentukan materi yang akan diajarkan, perlu

secara hati-hati meninjau kembali apakah dalam pemilihan materinya  sudah tepat, dalam

arti sudah sesuai benar dengan kebuituhan siswa.

            Ada dua cara yang lazim dilakukan dalam melakukan analisis kebutuhan, yaitu

secara obyektif dan subyektif. Kedua cara tersebut dimulai dari identifikasi lingkup tujuan

penting dalam program, menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan,

menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator dan membandingkan kondisi yang

diperoleh dengan kriteria. Ciri khas dalam cara melakukan analisis kebutuhan secara

subjektif adalah mengumpulkan semua evaluator untuk bersama-sama menentukan skala

prioritas kebutuhan.

            Selain dua cara tersebut evaluator dapat juga menggunakan gabungan dari

keduanya, yaitu sebagian menggunakan cara obyektif, sebagian yang lain mernggunakan

cara subyektif. Di samping itu, seorang evaluator dapat juga menambahkan bahan lain yang

diambil dari pihak laur dirinya. Yang dimaksud dengan pihak luar diantaranya adalah kawan-

kawan dekat atau anggota keluarga lain dari responden yang diperkirakan pihak tersebut

memang diperlukan dan data yang diberikan dapat dipercaya.

            Evaluasi program tidak lain adalah penelitian, dengan cirri-ciri khusus. Oleh karena

evaluasi program sama dengan penelitian maka sebelum memulai kegiatan,seperti juga

penelitian, harus membuat proposal. Isi dan langkah-langkah dalam penyusunan proposal

sama dengan proposal dalam penelitian.

            Dalam pembahasan kali ini hanya tiga hal yang akan dijelaskan secara khusus.

Ketiga hal dimaksud, sekaligus butir yang rawan adalah sebagai berikut :

1. Bagian pendahuluan, menentukan garis besar isi bagian ini.

2. Bagian metodologi berisi tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode

pengumpulan data, dan penentuan instrumen pengumpulan data. Ada tiga sumber data

yang didahului dengan huruf P (kata bahasa Inggris), yaitu :Person ( manusia), Place

(tempat) dan paper (kertas dan lain-lain). Penentuan metode pengumpulan data harus

disesuaikan dengan sumber data.

3. Bagian cara menentukan evaluasi. Instrumen pengumpul data evaluasi adalah alat yang

diperlukan untuk mempermudah pengumpulan data.

Page 33: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Jenis instrument sebanyak jenis metode yang digunakan dan selanjutnya pemilihan jenis

instrument pengumpulan data harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan

oleh evaluator. Instrumen merupakan alat untuk mempermudah penggunaan metode dalam

pengumpulan data.

Ada lima langkah yang harus dilalui dalam menyusun instumen yaitu :

(a) Identifikasi indikator sebagai obyek sasaran evaluasi.

(b) Membuat tabel hubungan antara komponen-indikator-sumber data-metode-instrumen,

(c) Menyusun butir-butir instrumen

(d) Menyusun kriteria-kriteria penilaian,dan

(e) Menyusun pedoman pegerjaan

Di dalam kisi-kisi yang merupakan alat bantu penyusunan instrumen tertentu secara

khusus tidak lagi mencantumkan sumber data dan metode, tetapi langsung hubungan

antara indikator dengan nomor-nomor instrumen. Di antara langkah-langkah penyusunan

instrumen, yang merupakan alat bantu yang paling bermanfaat bagi penyusunan instrumen

adalah kisi-kisi. Itulah sebabnya, kisi-kisi harus disusun secara cermat dan hati-hati.

Petunjuk pengerjaan jangan terlupakan, agar responden tidak salah dalam membantu

mengisi instrumen bagi evaluator.

BAB V

LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PROGRAM

Dalam bab ini dibicarakan mengenai beberapa langkah atau tahapan dalam

melaksanakan evaluasi program. Secara garis besar tahapan tersebut meliputi : tahapan

persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring. Penjelasan tentang

langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :

A. Persiapan Evaluasi Program

- Penyusunan evaluasi

- Penyusunan instrumen evaluasi

- Validasi instrumen evaluasi

- Menentukan jumlah sampel yang diperlukan

- Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data di ambil

Penyusunan terkait dengan model diantaranya; model CIFF, model Metfessel and

Michael, model Stake, model Kesenjangan, model Glaser, model Michael Scriven, model

Evaluasi Kelawanan, dan model Need Assessment.

Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument evaluasi :

-    Merumuskan tujuan yang akan dicapai

Page 34: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

-    Membuat kisi-kisi

-    Membuat butir-butir instrument

-    Menyunting instrument     

-    Instrumen yang telah tersusun perlu di validasi

-    Dapat dilakukan dengan metode Sampling

-    Beberapa hal yang perlu disamakan : tujuan program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan

program, wilayah generalisasi, teknik sampling, jadwal kegiatan

 B. Pelaksanaan Evaluasi Program

            Evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi

proses dan evaluasi hasil. Keempat jenis evaluasi tersebut mempengaruhi evaluator dalam

mentukan metode dan alat pengumpul data yang digunakan.

            Dalam pengumpulan data dapat menggunakan berbagai alat pengumpul data antara

lain : pengambilan data dengan tes, pengambilan data dengan observasi ( bias berupa

check list, alat perekam suara atau gambar ), pengambilan data dengan angket,

pengambilan data dengan wawancara, pengambilan data dengan metode analisis dokumen

dan artifak atau dengan teknik lainya.

C. Tahap Monitoring (Pelaksanaan)

       Monitoring pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian

pelaksanaan dengan rencana program. Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksaan

program dapat diharapkan/ telah sesuai dengan rencana program, apakah berdampak

positif atau negatif.

Teknik dan alat monitoring dapat berupa :

- Teknik pengamatan partisipatif

- Teknik wawancara

- Teknik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi

- Evaluator atau praktisi atau pelaksana program

- Perumusan tujuan pemantauan

- Penetapan sasaran pemantauan

- Penjabaran data yang dibutuhkan

- Penyiapan metode/alat pemantauan sesuai dengan sifat dan sumber/jenis data

- Perencanaan analisis data pemantauan dan pemaknaannya dengan berorientasi pada

tujuan monitoring

Page 35: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

Melanjutkan mengenai sampel ada 7 jenis sampel yang dapat dijadikan sebagai

metode dalam evaluasi program diantaranya adalah : (1). Proportional sampel, (2). Startified

sampel, (3). Purposive sampel, (4). Quota sampel, (5). Double sampel, (6). Area probability

sampel, (7). Cluster sampel.

 

BAB VI

ANALISIS DATA DALAM EVALUASI PROGRAM

Dalam penelitian data di bagi dua yaitu data kuantitatif dan kualitatif, dengan kedua

jenis ini kemudian data diolah. Jenis pertama terkait dengan statistika sedangkan yang

kedua sebaliknya atau nonstatistika. Dalam menganalisis dan mengolah data kuantitatif

hendaknya dilakukan dengan tabulasi data. Tabulasi merupakan coding sheet untuk

memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis data. Karena memahami secara

tabulasi lebih mudah dibandingkan dengan bentuk uraian narasi yang panjang. Analisis data

kuantitatif dapat dilakukan dengan dua cara, Pertama. Statistik Deskriptif adalah suatu

teknik pengolahan data yang tujuannya melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa

membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. Kedua, Statistik Inferensial

yaitu mencakup metode-metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data yang

dilakukan untuk meramalkan dan menarik kesimpulan atas data dan akan berlaku bagi

keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut. Statistik ini juga disebut dengan statistik

parametrik berlaku untuk data interval atau rasional jika datanya normal. Dan apabila

datanya tidak normal serta berbentuk ordinal atau nominal, maka jenis statistik yang

digunakan adalah statistik nonparametrik.

Tidak semua data dilapangan berbentuk simbol-simbol yang bisa dikuantifikasi dan

dihitung secara matematis. Ada kalanya datanya abstrak yang tidak dapat dimanipulasi

menjadi numerik sehingga data jenis ini hanya dapat dilakukan dengan analisis kualitatif.

Kegiatan dalam menganalisis data kualitaitif dapat melalui tahapan-tahapan berikut :

1. Dengan mereduksi/menyiangi data

2. Display data

3. Menafsirkan data

4. Menyimpulkan dan verifikasi

5. Meningkatkan keabsahan hasil

6. Narasi hasil analisis.

Pengolahan data kan lebih mudah dengan menggunakan bantuan computer sehingga

hasilnya akan dapat. diperoleh lebih cepat

BAB VII

Page 36: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

MENYUSUN KESIMPULAN DAN RUMUSAN REKOMENDASI

            Kesimpulan adalah sesuatu yang merupakan inti dari sederetan informasi atau sajian

yang menyatakan tentang status program yang sedang dievaluasi.

            Kesimpulan berbentuk kalimat pernyataan kualitatif yang menunjukkan keadaan

atau sifat sesuatu sehingga di dalam gerak kegiatan programdengan cepat dapat diketahui

dimana posisinya.Kesimpulan sangat penting kedudukan dan isi rumusannya untuk

dilanjutkan menjadi rekomendasi.

            Rekomendasi disusun setelah kesimpulan dibuat. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam menyusun rekomendasi, yaitu mengenai perlunya melihat dengan cermat alas an

yang diusulkan responden tentang upaya peningkatan kualitas program yang dievaluasi

dimasa yang akan datang

  

BAB VIII

MENYUSUN LAPORAN EVALUASI

            Menyusun laporan evaluasi adalah kegiatan akhir dari evaluasi program. Laporan

hasil evaluasi disusun dalam bentuk tulisan dan dapat dipublikasikan.

            Secara garis besar laporan evaluasi program terdiri dari empat pokok hal yaitu :

permasalahan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan kesimpulan hasil evaluasi.

            Laporan evaluasi tidak ubahnya seperti laporan penelitian, ada yang menggunakan

pendekatan kuantitatif, dan ada yang menggunakan pendekatan kualitatif.

            Laporan evaluasi menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya tersusun dari lima

atau enam bab, yaitu : pendahuluan, pembahasan kepustakaan, metodologi evaluasi, hasil

evaluasi dan pembahasan (hasil evaluasi, pembahasan ), serta kesimpulan dan

rekomendasi.

            Laporan evaluasi menggunakan pendekatan kualitatif umumnya tersusun dari

beberapa bab dan sub bab yang dapat diidentifikasi menjadi tiga bagian pokok, yaitu :

pendahuluan, inti pembahasan dan kesimpulan.

            Secara garis besar laporan hasil evaluasi diharapkan diususun secara ringkas, padat,

jelas dan paling tidak memuat hal-hal berikut : ringkasan eksekutif, pendahuluan, kajian

pustaka, komponen dalam metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi

yang terakhir adalah daftar pustaka.

  

 BAB IX

TATA TULIS LAPORAN EVALUASI

Page 37: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

         Tata tulis laporan mencakup ketentuan tentang kertas, naskah, sampul, pengetikan,

penomoran, ilustrasi, pengutipan, penulisan lampiran, penulisan daftar pustaka dan bahasa.

1. Kertas naskah dan sampul

Naskah laporan sebaiknya menggunakan jertas kwarto (21x28,5 cm) HVS 80 gram, sampul

laporan sebaiknya dibuat dari kertas buffalo dengan warna disesuaiakan.

2. Pengetikan

Pengetikan mencakup penggunaan huruf, penulisan bilangan, spasi, batas tepi naskah,

pengetikan alenia baru, pengisian halaman naskah, pengetikan bab sub bab.

3. Penomoran

Penomoran halaman diletakkan di sebelah kanan atas dua spasi di atas baris pertama teks.

Nomor halaman menggunakan angka arab.

4. Ilustrasi

Ilustrasi dapat terdiri dari foto, grafik, diagram, bagan, peta dan denah serta tabel.

5. Pengutipan

Kutipan harus sama dengan sumber aslinya, baik bahasa maupuin ejaannya. Penulisan

kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (“ )

6. Penulisan lampiran

Lampiran seperti tabel, carta, dokumen, transkip wawancara dan sejenisnya ditempatkan

setelah daftar pustaka

7. Penulisan daftar pustaka

Penulisan daftar pustaka meliputi buku, artikel, laporan atau karangan dalam jurnal atau

majalah ilmiah dan penerbitan lain.

8. Bahasa

Bahasa yang digunakan untuk penulisan laporan evaluasi adalah bahasa Indonesia ragam

ilmiah.

------>>> Gambaran umum kandungan buku Evaluasi Program Pendidikan Pengarang

Prof.Dr. Suharsimi Arikunto dan cepi Safruddin Abdul Jabar, M.Pd, edisi kedua, penerbit Bumi

Aksara, jakarata, bahwa Dalam setiap kegiatan manajemen akan dikatakan sempurna jika

dalam prosesnya dilaksanakan suatu evaluasi, tidak terkecuali dalam manajemen

Page 38: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

pendidikan. Program pendidikan sebagai penjabaran dari perencanan pendidikan harus

dievaluasi dengan saksama, menggunakan strategi yang tepat sehingga hasilnya dapat di

pertanggungjawabkan.

Evaluasi terhadap program pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan atau kegagalan suatu program pendidikan dan hasil evaluasi dapat dijadikan

informasi sebagai masukan untuk menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau

telah dilaksanakan.

Dalam buku ini disusun untuk membantu siapa saja yang sedang belajar

mengevaluasi program atau yang saat ini sedang menyiapkan langkah melakukan program

evaluasi.

Pada bab I diuraikan tentang konsep dasar  evaluasi program, ciri-ciri evaluasi

program, komponen evaluasi program, tujuan evaluasi program, syarat evaluator, dan

keterkaitan antara tujuan program dan tujuan evaluasi program. Bagian ini memberikan

gambaran umum secara teoretis tentang evaluasi program.   Uraian ini mampu memberikan

penjelasan dan konsep dasar yang harus dipahami oleh penyusun program dan calon

evaluator; khususnya bagi praktisi pendidikan. Namun, yang tampak ditonjolkan dalam

uraian ini adalah program dan evaluasi program yang berkenaan dengan program

pembelajaran. Padahal buku ini berjudul Evaluasi Program Pendidikan. Memang,

implementasi dari program pendidikan akan sangat tampak pada pelaksanaan

pembelajaran. 

Yang perlu ditambahkan dalam bab ini, menurut saya, perlu diuraikan tentang ruang

lingkup program-program  pendidikan. Hal ini mengingat program pendidikan bukan hanya

tentang pelaksanaan pembelajaran saja. Konsep program manajemen pengelolaan

pendidikan (misalnya di tingkat satuan pendidikan) belum tampak pada bab ini. Konsep

manajemen program pendidikan perlu disajikan agar pembaca mendapatkan gambaran

yang lebih lengkap tentang program-program pendidikan. Jika pembaca telah memiliki

pemahaman yang relatif lengkap tentang program manajeman pendidikan barulah disajikan

uraian tentang evaluasi program pendidikan.

Bab II menguraiakan tentang pengembangan kriteria dalam evaluasi program.

Sebagaimana lingkup pembahasan pada bab I, pada bab ini juga belum tampak

implementasi teknik penyusunan kriteria pada program pendidikan.

Bab III menguraikan tentang berbagai model evaluasi program dan cara menentukan

model evaluasi yang tepat, dan cara menyusun rancangan evaluasi program. Pada bab ini

masih berupa gambaran umum tentang model dan rancangan evalusi program. Uraian

secara detail tentang model dan implementasi dalam evaluasi program pendidikan masih

belum tampak. Bagi pembaca yang belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentu

masih membutuhkan penjelasan yang lebih rinci. Demikian juga pada cara penyusunan

rancangan evaluasi program.

Bab IV menguraikan tentang perencanaan evaluasi program. Sebagaimana uraian

pada bab-bab sebelumnya, bab ini juga belum memberikan gambaran secara lebih lengkap

Page 39: Tanggap Terhadap Kebijakan Publik Melalui Teknik Evaluasi Delphi

tentang perencanaan evaluasi program pendidikan sebagaimana judul buku ini. Yang

tampak masih terbatas pada perencanaan evaluasi program secara umum saja.

Bab V membahas tentang Langkah langkah Evaluasi Program, yang terdiri dari tiga

tahapan yaitu : Persiapan Evaluasi Program, yang harus dilakukan dengan cermat oleh

Evaluator. Pelaksanaan Evaluasi Program dan Monitoring (pemantauan) pelaksanaan

Evaluasi.

Bab VI Membahas tentang Analisis data dalam evaluasi program, membahas tentang

analisis data yang diperoleh dari lapangan bisa berbentuk kualitatif dan kuantitatif. Untuk

data kuantitatif biasanya menggunakan teknik statistic sedangkan untuk data kualitatif

menggunakan teknik nonstatistik. Dalam pengolaan data kuantitatif langkah pertamanya

adalah melakukan tabulasi data, setelah itu barulah pengolahan data.teknik pengolahan

dengan statistic terbagi dua jenis yaitu deskriptif dan inferensial.

Bab VII membahas tentang menyusun kesimpulan dan rumusan rekomendasi, dan

pada bab VIII membahas tentang Susunan loporan evaluasi biasanya memuat empat hal

pokok, yaitu: (1) permasalahan, (2) metodologi evaluasi, (3) hasil evaluasi, (4) kesimpulan

atas hasil evaluasinya.

Bab IX membahas tentang tata tulis laporan evaluasi. Penulisan laporan evaluasi

memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memberikan keterangan, memulai suati tindakan,

mengoordinasi proyek, menyarankan suatu langkah atau tindakan, dan merekam kegiatan.

Perlu kita ketahui tata tulis laporan mencakup ketentuan tentang kertas, naskah, sampul,

pengetikan, penomoran, ilustrasi, pengutipan, penulisan lampiran, penulisan daftar pustaka,

dan bahasa.