tafsir ayat ekonomi.docx
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH TAFSIR AYAT EKONOMI
BERKAH DAN CAMPUR TANGAN TUHAN
DALAM BISNIS: TINJAUAN AL-QUR’AN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH A
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA
UTARA
TAHUN AJARAN 2014/2015
1

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan dan
waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
oleh dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
Shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad Saw
yang mana pada hari akhir nanti safaatnyalah yang kita harapkan. Seiring
dengan berjalannya waktu, penulis dapat menyelesaikan isi dari makalah
ini dengan baik yang berjudul “Berkah dan Campur Tangan Tuhan dalam
Bisnis: Tinjauan Al-Quran” yang tertera dalam makalah ini. Penulis pun
dapat menyelesaikannya atas berkat rahmat Allah SWT.
Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran kepada para pembaca dan dosen pembimbing demi tercapainya
kesempurnaan makalah ini. Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, November 2014
Penulis
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................1
BAB II...............................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Pengertian Berkah.................................................................2
B. Ciri- Ciri Adanya Berkat.........................................................4
C. Bolehkah Menurut Hukum Agama Mendatangi Sesuatu Tempat,
Membawa Barang – Barang, Membaca Sesuatu, Memakai Sesuatu,
Berobat Dengan Sesuatu Degan Mengharap Limphan Berkatnya? 5
D. Dalil – Dalil Adanya Berkat.....................................................6
E. Analisis Permintaan (Berkaitan dengan Berkah)...................9
F. Berkahdari Kejujuran dalam Bisnis........................................14
G. Tafsir Ayat Tentang Berkah...................................................19
BAB III..............................................................................................22
KESIMPULAN....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................23
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu hal yang selalu kita minta kepada Allah Swt dalam do’a
adalah meminta keberkahan dalam hidup: umur yang berkah, usaha yang
berkah, rezeki yang berkah, dan lain sebagainya. Bahkan dalam bacaan
tahiyat sholat fardhu lima waktu yang setiap hari kita lakukan, kita
berdo’a untuk Nabi Muhammad Saw agar Allah Swt melimpahkan
keberkahan kepada beliau sebagaimana Allah telah memberkati Nabi
Ibrahim As dan keluarganya (Allahumma bârik ‘ala Muhammad wa ‘ala âli
Muhmmad kamâ bârakta ‘ala Ibrâmhîm wa ‘ala âli Ibrâhîm).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu berkah dan bagaimana kita mendapatkan keberkahan
itu?
2. Apa peran berkah dalam menjalankan suatu bisnis serta dalam
kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana campur tangan Tuhan dalam bisnis?
4. Bagaimanakah bentuk berkah dalam suatu bisnis?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui berkah dan cara mendapatkan keberkahan
itu.
2. Untuk mengetahui peran berkah dalam bisnis dan kehidupan
sehari-hari.
3. Untuk mengetahui campur tangan tuhan dalam bisnis.
4. Untuk mengetahui bentuk berkah dalam suatu bisnis.
4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berkah (Berkat)
Selain kata berkah, kadang juga digunakan kata “berkat dan
barokah.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata berkah
diberi arti : “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan
manusia atau doa restu dan pengaruh baik yang mendatangkan selamat
serta bahagia dari orang yang dihormati atau dianggap suci (keramat)”.1
Arti “berkat” dalam bahasa Indonesia menurut kamus
Purwadarminta, adalah:
Berkat:
1. Kurnia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan
manusia: Misalnya, mudah-mudahan Tuhan melimpahkan
berkatnyakepada kamu sekalian.
2. Restu: pengaruh baik yang didatangkan dengan perantaraan orang
tua, orang suci dsb: Misalnya: Ia selalu berdoa dan meminta
berkatkepada orang tuanya yang telah meninggal.
3. Oleh karena: misalnya berkat rajinnya dapatlah ia mencapai
kekayaan sebanyak itu.
4. Keberkatan, beruntung, berbahagia misalnya: Bagaimana
perusahaanmu? Berkatjuga, tuan.
1http://staincurup.ac.id/berkah-menurut-ajaran-islam/
5

5. Makanan dsb. yang dibawa pulang sehabis kenduri: misalnya Ia
pulang tanpa membawa berkat.
Memberkati:
1. Memberi berkat: misalnya-Semoga pekerjaan kita ini diberkati Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Mendo’a dan sebagainya untuk berkat: misalnya- pendeta itu
mendo’a sambil memberkati orang-orang sekitarnya.
3. Mendatangkan kebaikan, keselamatan, dsb: misalnya, barang curian
tidak akan memberkati.
Dalam Kamus St. Muhammad Zein:
Berkat:
1. Kebajikan, sempena: berkat doa tuan, kami anak beranak.
2. Berkat rajin berusaha lama kelamaan ia menjadi kaya; karena rajin
berusaha.
3. Diberkati Tuhan, dianugerahi Tuhan kebajikan, sempena, mendapati
berkat.
Demikianlah arti perkataan “berkat” dalam bahasa Indonesia. Arti
kata ini hampir sesuai dengan arti dalam bahasa Arab, karena kata-kata
“berkat” itu berasal dari kata Arab “barakat” atau “barakah”. Arti “berkat”
dalam bahasa Arab, tumbuh dan bertambah.(lihat Qamus Mukhtar Sihah-
hal.367).
Dalam kamus Muhith, “berkat” artinya bergerak tumbuh, bertambah
dan bahagia. (Juz III-hal. 293). Harta yang berkat dan memberi berkat
ialah harta yang tumbuh, bertambah, memberi bahagia kepada yang
punya dan kepada orang lain.
Di dalam istilah syari’at Islam, arti berkat ialah:
ث0ب3و-ت0 ال-خي-ر) اإلل*ه)ي فى الشيء
Artinya:
Adanya suatu kebaijkan Tuhan yang diletakkan pada suatu, (lihat
Tafsir Khazein II- hal. 218).
Kebajikan Tuhan diletakkan pada sesuatu. Ada yang diletakkan
pada diri Nabi-Nabi, pada cangkir Nabi, pada baju Nabi. Ada yang
6

diletakkan pada diri ulama-ulama dan aulia-aulia, orang-orang saleh dan
orang yang mati syahid. Ada yang diletakkan pada ayat-ayat suci Al-
Quran, pada surat Kahfi, Yasin, Al-ikhlas.
Ada yang diletakkan pada nasi, pada air, pada tamar, pada korma,
pada gantang, pada sukatan, pada timbangan, dan lain-lain sebagainya.
Pendeknya kebajikan Tuhan, rahmat Tuhan itu banyak sekali, melimpah
ruah dan diletakkan-Nya pada sesuatu yang dikasihi-Nya. Berkat ini
menurut kepercayaan agama, ada.
Bagi orang-orang agama yang sudah biasa mempercayai yang
ghaib, mempercayai sesuatu yang tidak dapat dilihat masalah berkah ini
tidak begitu sulit untuk memahamkannya. Mereka akan bertanya, apakah
namanya “berkat” itu? Bagaimana bentuknya? Dapatkah dilihat dengan
mata atau teropong? Dapatkah wujudnya keluar? Kalau belum
diwujudkan, maka mereka belum percaya.
Tetapi adalah menjadi suatu kebenaran, kaum materialistis percaya
adanya Vitamin, Vitamin A, B, C, D dan lain-lain.
Menurut mereka Vitamin A terletak dalam tumbuh-tumbuhan yang
hijau, vitamim B terletak dalam ragi, hati dan susu, vitamin c terletak
dalam jeruk, sirup, vitamin D terletak dalam minyak ikan, susu, mentega,
kuning telor dan vitamin F terletak dalam padi yang sedang berkecambah,
(umbut) dan lain-lain.
Mereka juga tahu kegunaan vitamin itu. Kekurangan vitamin A,
orangnya akan menjadi buta malam, kekurangan vitamin B, orangnya
menjadi penderita biri-biri dan begitulah seterusnya. Tetapi kalau mereka
kita desak dengan pertanyaan-pertanyaan: Apakah vitamin itu,
bagaimana bentuknya, bagaimana warnanya, dapatkah dilihat,
bagaimanakah contohnya, dan sebagainya, tentu mereka juga akan tidak
dapat menjawab dengan tegas. Hanya akan menjawab dengan
meyakinkan kita saja bahwa viamin itu ada dengan kata-kata dan tanda-
tanda.
7

Nah, begitu jugalah dengan keadaan “berkat” ini. Kita tidak dapat
memperlihatkan bentuk dan rupanya, tetapi dengan melihat tanda-tanda
yakinlah kita bahwa berkat itu ada.
B. Ciri- Ciri Adanya Berkat
Adapun ciri-ciri adanya berkat yaitu:
- Harta yang mempunyai berkat ialah yang punya harta senang
hati dengan hartanya hidup bahagia dengan anak istrinya, rukun
damai sekeluarga, ramah tamah dengan orang sekampungnya.
Tetapi, dengan harta yang tidak mempunyai berkat ialah; yang
punya harta selalu saja kesusahan, kesulitan, tidak senang
bekerja walaupun harta dan uang mereka banyak.
- Nasi dan makanan yang mempunyai berkah ialah, yang
memakannya sehat wal’afiat, puas, senang, dan bahagia
sesudah memakan nasi itu. Juga nasi yang hanya dimasak untuk
dua orang, bisa dimakan oleh tiga orang, makanan untuk empat
orang bisa dimakan oleh enam orang, dengan tidak mengurangi
kepuasannya, kekenyangannya, lezatnya dan bahagianya.
Sebaliknya harta yang tidak mempunyai berkat, kalau dimakan
malah menjadi lapar, tidak merasa enak, menimbulkan sakit,
anak-anak yang bukan menjadi sehat tetapi perutnya menjadi
buncit saja.
- Barang yang mempunyai berkat kalau dibawa berjalan, kita
terhindar dari mara-bahayanya, terhindar dari berbagai kesulitan
dan kalau berperang selalu mendapat kemenangan. Sepanjang
sejarah dikatakan bahwa kemenangan yang terus menerus dari
Jenderal Khalid bin Walid, Panglima dari Nabi Muhammad Saw
adalah dikarenakan dalam saku bajunya selalu disimpan
guntingan rambut dari Rasulullah Saw. Beliau dikurnia Tuhan
menang teus menerus dalam peperangan berkat rambut Nabi
yang disimpannya. Demikianlah keadaannya “berkat” itu.
8

C. Bolehkah Menurut Hukum Agama Mendatangi Sesuatu Tempat,
Membawa Barang – Barang, Membaca Sesuatu, Memakai Sesuatu,
Berobat Dengan Sesuatu Degan Mengharap Limphan Berkatnya?
Di dalam istilah syari’at Islam terdapat perkataan “tabarruk” yaitu
mencari berkat atau minta berkat. Misalnya bolehkah orang Islam
menurut hukum agama mendatangi sesuatu tempat, membawa sesuatu
barang membaca sesuatu ayat Al Quran, memakai sesuatu pakaian yang
dianggap suci, berobat dengan suatu barang, dengan mengharapkan
berkatnya?
Misalnya juga, kita kantongi dalam saku “kitab Yasin” yaitu Mushaf
kecil yang ada didalamnya surat Yasin atau surat Kahfi dengan
mengharapkan berkat dari padanya, yakni kelimpahan berkat yang ada
pada surat-surat itu.
Apakah semuanya itu tidak merusak tauhid dan tidak
mengurangkan keimanan kita kepada Allah? Ayat dan Hadits dibawah ini
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Dalam kitab Bukhari:
سمعت عبد الله بن مفغل قال: رايت رسول الل7ه ص7لى الل7ه علي7ه وس7لم ي7وم
ص٣مكة و هو يقرا على راحله سورة الفتح . رواه البخارى - صحيح البخ77ارى، ج
١٦٦
Artinya:
Dari Abdillah bin Maghfal r.a. beliau berkata: Saya melihat
Rasulullah Saw. pada hari peperangan menaklukkan Mekkah, beliau
membaca surah al-Fath (surat kemenangan) H.R. Bukhari – lihat Shahih
Bukhari II halaman 166)
Nampak dalam haditsini bahwa boleh membaca ayat-ayat Al-Qur’an
dengan mengharapkan kelimpahan berkat yang ada pada ayat itu.
Dan di dalam Al-Qur’an ada tersebut kisah Nabi Yusuf a.s, yang
menerangkan bahwa Nabi Yusuf a.s. sangat rindu kepada bapak beliau
Ya’qub. Karena itu Nabi Yusuf a.s menyuruh saudara-saudaranya pulang
ke tempat bapaknya Ya’qub dengan membawa baju Nabi Yusuf dan
9

mengatakan kepada saudara-saudaranya supaya baju itu diusapkan
kemuka bapaknya Ya’qub.
Baju Nabi Yusuf a.s rupanya dapat membawa berkat bagi bapaknya
sehingga mata Ya’qub yang buta menjadi sehat karenanya.
Ayat tersebut terdapat pada Surah Yusuf:
مع)ين ل)ك0م- أج- -ت0ون)ي ب)أه- ا وأ fير -ت) بص) ه) أب)ي يأ وه0 على* وج- ذا فأل-ق0 اذ-هب0وا ب)قم)يص)ي ه*
Artinya:
Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah
dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah
keluargamu semuanya kepadaku". (Q.S.Yusuf:93)
Sambungan ayat:
ا fير تدq بص) ه) فار- ه) ير0 أل-قاه0 على* وج- ا أن- جاء ال-بش) qفلم�
Artinya:
Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya
baju gamis itu ke wajah Ya´qub, lalu kembalilah dia dapat melihat.
Berkata Ya´qub: "Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku
mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya".(Q.S.
Yusuf:96)
Walaupun cerita ini sebagai hikayat Nabi Yusuf dan Nabi Ya’qub,
tetapi karena tertulis dalam kitab suci Al Quran, maka itu suatu perbuatan
Nabi yang baik yang dapat ditiru dan ditauladani.
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya semuanya ini dengan
maksud dan tujuan meminta kelimpahan “berkat” yang diberikan Tuhan
kepada sesuatunya itu.
D. Dalil – Dalil Adanya Berkat
Dalil dari ayat-ayat Al Quran dan Hadits yang mengatakan bahwa
“berkat” itu ada, yaitu:
Allah berfirman:
10

ض) ر- ماء) واأل- qن الس م- بركاتw م) نا علي-ه) ا لفتح- رى* آمن0وا واتqقو- ل ال-ق0 ولو- أنq أه-
Artinya:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi.(Al-A’raf: 96)
Barakah dari langit itu dibawa ke bumi melalui hujan dan barakat
dari bumi melalui tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.
Pا Rن ث PرRوP RقPوRمPوPأ Pال Rالذ\ين Pانوا Pك PضRعPفون ت RيسPار\ق PشPض\م Rر
P PهPااأل وPمPغPار\ب
\ي Pاالت Rن ك PارP Rف\يهPاب Pمت \مPتوPت Pل Pك uك ب PىرP ن RحسR Pىال \يعPل Pن Pب \يل ائ Pر Rس\ \مPاإ Rب Pروا صPب
- Pا١٣٧ ن RمرPدPاوPمP Pان Pعك PصRن عPوRني Rمهف\رRوPقPاوPمPوR Pانوا Pك PعRر\شون - ي
Artinya:
Dan Kami Wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian
timur dan bagian baratnya yang telah Kami Berkahi. Dan telah
sempurnalah firman Tuhan-mu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani
Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami Hancurkan apa yang telah
dibuat Fir‘aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun. (Q.S.
Al-A’raf:137)
Pما PاهPافPل Pت \م\ننود\يأ اط\ئ Pاد\يشPوR \ال RمPن يP Rة\ف\ياألPعRبقR Pة\ال ك PارP Rمب Pال م\ن
- ة\٣٠ PرPنالشجP Pاأ ىي Pيموسu \ن Pاإ نP �اللهأ ب PرP Pم\ين RعPال - ال
Artinya:
Maka ketika dia (Musa) sampai ke (tempat) api itu, dia diseru dari
(arah) pinggir sebelah kanan lembah, dari sebatang pohon, di sebidang
tanah yang diberkahi, “Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Allah, Tuhan
seluruh alam!(Q.S. Al-Qhasas: 30)
ذPا PهـPو� Pاب \ت Pاهك Rن ل PنزP �أ ك PارP Pالذ\يم�صPدuقمب Rن Pي Rه\ب PدPي ي Pتنذ\ر\ أم�وPل
ى PقرR Rال PهPاوPمPن PحPوRل PوPالذ\ين ة\يؤRم\نون Pاآلخ\ر\ Pب \ه\يؤRم\نون PىوPهمRب \ه\مRعPل Pت صPال
- ٩٢Pاف\ظونPيح -
11

Artinya:
Dan ini (al-Quran), Kitab yang telah Kami Turunkan dengan penuh
berkah; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan
agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura
(Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang
beriman kepada (kehidupan) akhirat tentu beriman kepadanya (al-Quran),
dan mereka selalu memelihara shalatnya. (Q.S. Al-An’am: 92)
- Pا- ٩ Rن Pزل PوPن �مPاء�السمPاء\م\ن كا PارP Pام�ب Rن Pت نبP \ه\فPأ �ب نات PبجPحPص\يد\وPحR ال
- � قا Rاد\ر\زP Rع\ب uل Pال Rن Pي ي RحP \ه\وPأ RدPة�ب Pل �ب Rتا �وPالنخRلP- ١٠مي قPات Pاس\ Rع�لهPاب نض\يد�طPل
- ١١ -Pك\ PذPل Rخروجك ال
Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi (banyak membawa
kemanfaatan), lalu Kami tumbuhkan dengan air itu taman-taman dan biji-
biji tanaman yang diketam. Dan pohon kurma yang tingi-tinggi yang
memiliki mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-
hamba (kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati
(kering). Demikianlah terjadinya kebangkitan.(Q.S. Qaf: 9-11).
Tersebut dalam Hadits:
Artinya:
Dari salim bin Abi Ja’di, dari Jabir r.a, beliau berkata: Kalau
melihatlah engkau bagaimana saya bersama-sama dengan Nabi, ketika
itu waktu ashar sudah tiba sedang air tidak ada untuk berwudhu’, kecuali
lebihan air sedikit. Maka air yang sedikit itu dimasukkan kedalam ember
dan terus dibawa kepada Nabi Muhammad Saw. Maka beliau
memasukkan tangan ke dalam ember itu dan merenggangkan anak jari
beliau. Kemudian beliau berkata: Hai orang-orang yang akan berwudhu,
Kemarilah! Barakat dari Allah. Saya melihatkata Jabir, air mencucur dari
anak jari beliau, maka berwudhu’lah sekalian orang dan minumlah
mereka. Maka saya tidak peduli, saya penuhi perut saya dengan air itu.
Maka saya tau betul bahwa air itu memberi barakat. Saya bertanya
kepada Jabir, kata Salim bin Abi Ja’di-berapa orang kamu ketika itu?
12

Jawabnya: 1400 orang. (H.R Bukhari – lihat Fathul Bari XII – halaman
205).
Hadits Bukhari ini menyatakan bahwa pernah air mencucur dari
anak jari Nabi Muhammad Saw. yang dapat dipakai berwudhu’ dan di
minum oleh 1400 orang. Ini adalah mukjizat Nabi. Air itu dikatakan
barakat dari Allah untuk Nabi. Jabir sendiri selain berduwudhu’ juga
meminum air itu sepenuh perut beliau karena beliau tahu bahwa air yang
terbit dari anak jari Nabi itu mempunyai barakat, yakni kebajikan, tidak
merusak perut.
Jadi, berkat itu ada dan dilimpahkan oleh Tuhan kepada air dan dari
air dilimpahkan Tuhan kepada manusia sehingga manusia mendapat
kepuasan dan kebahagiaan.
Ayat Quran dan Hadits Nabi ini telah menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang tersebut dalam judul pembahasan ini, yang
kesimpulannya yaitu:
1. Berkat itu adalah kebajikan Allah yang diberikanNya kepada sesuatu
yang dikasihiNya dan disukaiNya.
2. Berkat itu ada dan yakin ada, sekalipun tidak dapat dilihat dengan
mata.
3. Berkat itu semata-mata datangnya dari Allah.2
E. Analisis Permintaan (Berkaitan dengan Berkah)
Konsumen cenderung untuk memilih barang dan jasa yang
memberikan mashlahah maksimum. Hal ini sesuai dengan rasionalitas
Islami bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan
mashlahah yang diperolehnya. Hal ini karena keyakinan bahwa ada
kehidupan dan pembalasan yang adil di akhirat serta informasi yang
berasal dari Allah adalah sempurna akan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kegiatan konsumsi.
2SiradjuddinAbbas , 40 Masalah Agama Jilid III, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1990), hal.199-223
13

Mashlahah dalam konsumsi dapat diperoleh apabila konsumen
mengonsumsi barang dan jasa yang bermanfaat dan mengandung
berkah. Semakin tinggi mashlahah, maka semakin besar pula konsumsi.
Tingkat harga akan berpengaruh negatif terhadap permintaan barang dan
jasa apabila tingkat mashlahahnya maksimum dalam konsumsi, maka
konsumen akan mencapai falah.
Pilihan Konsumen: Pendekatan Iso-Mashlahah
Dalam hal ini, sebenarnya terdapat dua pendekatan untuk
mengetahui perilaku konsumen, yaitu pendekatan mashlahah marginal
dan pendekatan iso-mashlahah. Pendekatan pada pandangan bahwa
manfaat maupun berkah atas suatu kegiatan konsumsi bisa dirasakan dan
diukur oleh konsumen. Sementara pendekatan kedua didasarkan pada
pandangan bahwa mashlahah, terutama berkah hanya bisa dirasakan
pada pandangan bahwa mashlahah, terutama berkah hanya bisa
dirasakan, namun tidak bisa diukur seberapa besarnya. Konsumen hanya
bisa membandingkan tinggi rendahnya berkah antarkegiatan konsumsi.
Sebagai misal, ketika konsumen mengeluarkan belanja Rp. 5.000,00
untuk membeli sebungkus rokok, ia akan merasakan berkah yang lebih
rendah daripada uang tersebut dibelanjakan untuk membeli satu kaleng
susu. Berikut ini akan dijelaskan pendekatan kedua, yaitu dengan
pendekatan iso-mashlahah.
1. Karakteristik Iso-Mashlahah
a. Bentuk Kurva Iso-Mashlahah
Bentuk Kurva Iso-Mashlahah berbentuk cembung dan
mempunyai slope negatif. Hal ini menunjukkan adanya
mekanisme substitusi antara kedua barang dengan substitusi
dekat tidak sempurna. Inilah yang lazim terjadi pada hubungan
berbagai barang.
b. Posisi Kurva dan Tingkat Mashlahah
Ketika konsumen melakukan kegiatan yang halal dan thayyib,
maka dengan semakin tingginya frekuensi kegiatan akan
semakin tinggi pula mashlahah yang ia peroleh. Hal ini bisa
ditunjukkan oleh semakin tingginya kurva iso-mashlahah. Kurva
14

iso-mashlahah yang lebih tinggi menunjukkan tingkat mashlahah
yang lebih tinggi pula.
2. Bentuk kurva iso-mashlahah
Kandungan berkah dalam masing-masing barang sangat
menentukan pilihan konsumen. Konsumen yang rasional akan memiliki
kecenderungan pilihan pada penggunaan barang-barang dengan
kandungan berkah yang tinggi dibanding dengan barang yang kandungan
berkahnya rendah, sepanjang ada kemampuan finansial yang
mendukungnya. Untuk itu, disini akan didiskusikan bagaimana kandungan
berkah ini memengaruhi bentuk dari kurva iso-mashlahah.
a. Kurva iso-mashlahah dengan kandungan berkah yang setingkat.
Adakalanya seorang konsumen dihadapkan pada pilihan konsumsi
antara dua barang yang memiliki berkah yang setingkat. Setiap
barang/jasa yang halal dan memberikan kemanfaatan yang sama
diharapkan akan memberikan keberkahan yang sama pula. Hal ini bisa
dilihat pada barang-barang halal yang memiliki hubungan substitusi
sempurna atau dekat, seperti komputer berbeda merek.
Y
Y2 ……….. B
Y1 ………A... C
IM2
IM1
0 X1X2
Gambar 5.3.
Kondisi ini bisa dilukiskan oleh kurva iso-mashlahah yang memiliki
tingkat kemiringan yang simetris antar dua barang. Karena barang X yang
dikombinasikan dengan tambahan penggunaan barang Y dalam jumlah
yang sama. Hal ini dicerminkan oleh kurva iso-maslahah yang simetris
terhadap sumbu yang membentuk sudut 45 derajat terhadap titik pangkal
15

sehingga jika kurva maslahah tersebut digeser ke kanan ataupun ke kiri,
maka kedua segmen yang dipisahkan oleh sumbu simetris akan berimpit
satu sama lain. Secara lebih spesifik hal ini bisa dilihat dari posisi titik A ke
titik B dan titik A ke titik C yang jaraknya masing-masing adalah sama
satu dengan yang lain.
b. Kurva Iso-Mashlahah dengan Kandungan Berkah yang tidak
setingkat.
Dalam dunia nyata, sebenarnya sangat sulit konsumen untuk
menemukan barang-barang yang memiliki kandungan berkah yang benar-
benar setingkat. Jadi kebanyakan barang memiliki kandungan berkah
yang tidak setingkat, betapapun kecil perbedaannya. Dalam hal ini jika
konsumen ingin meningkatkan mashlahah yang ia peroleh, maka ia harus
melakukan perubahan jumlah barang yang dibelanjakan dalam komposisi
yang berbeda. Sebagai misal, jika kandungan berkah barang Y lebih tinggi
daripada barang X, maka kurva iso-mashlahah diukiskan akan cenderung
landai.
Jika misalnya kondisi awal adalah pda titik A pada gambar5.4., dan
konsumen ingin menambah konsumen barang Y menjadi Y2, maka
mashlahah yang ia peroleh akan meningkat menjadi IM2. Namun, jika ia
dicegah untuk mendapatkan tambahan barang Y sejumlah (Y2-Y1), maka ia
akan berusaha menambah pembelian barang X ini lebih besar daripada
tambahan barang Y. Artinya, konsumen menghargai Y lebih tinggi
daripada barang X untuk mendapatkan mashlahah yang optimal. Hal ini
disebabkan karena barang Y memiliki kandungan berkah yang lebih
tinggi.
Y (beras lokal)
Y2 …………B
Y1............... C
A IM2
16

IM1
0 X1 X2 X (beras impor)
Gambar 5.4.
Kita ambil contoh, ketika konsumen dihadapkan pada pilihan
berbelanja atas beras impor (X) dan besar lokal (Y) dengan jenis dan
kualitas yang sama. Secara umum, kedua jenis beras ini akan
memberikan manfaat fisik yang sama, namun besar kemungkinan beras
lokal akan memberikan keberkahan yang lebih tinggi daripada beras
impor karena dengan berbelanja beras lokal, berarti kita turut membantu
mengembangkan kesejahteraan tetangga dan kerabat dekat, di mana hal
ini dianjurkan dalam Islam dan diperlukan sebagai suatu amal kebaikan
yang mendapatkan berkah.
Konsumen bisa meningkatkan mashlahahnya (dari IM1 ke IM2)
dengan menambah pembelian beras impor menjadi sejumlah X2 atau
beras lokal dalam jumlah Y2. Hal ini dilakukan karena kandungan berkah
pada beras lokal (Y) lebih tinggi daripada beras impor (X). Pada akhirnya,
hal ini akan membawa konsumen untuk memiliki kecenderungan
mengonsumsi beras lokal dalam jumlah yang lebih besar, yang dalam
gambar 5.4. ditunjukkan pada area di atas garis 45 derajat.
Pada kasus lain dari berkah yang tidak setingkat ini bisa dilihat
ketika kandungan berkah atas barang X lebih kecil daripada barang Y. Hal
ini akan ditunjukkan oleh kurva iso-mashlahah yang lebih curam.
Dengan menggunakan argumen yang sama sebagaimana yang
dikembangkan dalam menjelaskan kasus berkah yang tidak setingkat
sebagaimana yang digambarkan oleh gambar 5.5., maka disini bisa
disimpulkan bahwa barang X mensyaratkan kompensasi barang Y dengan
jumlah yang lebih besar untuk mencegah kenaikan barang X. Dengan
demikian, barang X dipandang lebih berharga daripada barang Y dalam
kasus tersebut. Barang X yang dipandang lebih berharga di sini
disebabkan karena barang X mempunyai kandungan berkah yang lebih
besar daripada barang Y.3
3. Kemampuan Substitusi Antarbarang
3Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012), hal.181-188
17

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwasanya kandungan berkah
yang ada pada masing-masing barang bisa berbeda sehingga
kecenderungan pilihan konsumen Muslim akan jatuh pada barang
tersebut.
Kemampuan untuk saling menggantikan antara barang yang satu
dengan barang yang lainnya bisa dilihat dari nilai absolut dari slope kurva
iso-mashlahah bisa diekspresikan sebagai berikut:
M = m(X,Y,Bx,By)
Tingkat kemampuan barang X menggantikan fungsi barang Y bisa
dirumuskan sebagai perbandingan antara perubahan Y dan perubahan X
untuk mendapatkan mashlahah yang sama. Kemampuan substitusi Y
terhadap X adalah = ∆Y/∆X.
Dengan melihat ekspresi pada persamaan di atas, maka bisa
ditentukan bahwa besarnya kemampuan dari barang X untuk melakukan
substitusi barang Y bergantung pada besarnya kandungan manfaat dan
berkah dari kedua barang tersebut. Perlu diingat lagi bahwa marjinal
manfaat fisik nilainya selalu menurun, hal ini mengikuti hukum kebosanan
yang ada dalam perilaku agen. Di sisi lain berkah marginal mempunyai
sifat yang non decreasing. Hal ini memberi implikasi bahwa mashlahah
marginal mempunyai beberapa kemungkinan sifat konstan, meningkat,
ataupun menurun.
a. Kemampuan substitusi yang menurun(Decreasing)
Jika berkah marginal (MB) bersifat increasing dengan tingkat
pertumbuhan yang lebih rendah dari tingkat penurunan marginal
manfaat duniawi (MF), maka mashlahah marginal akan
mengalami decreasing.
b. Kemampuan substitusi yang konstan
Jika berkah marginal (MB) bersifat increasing dengan tingkat
pertumbuhan yang sama dengan tingkat penurunan marginal
manfaat duniawi (MF), maka mashlahah marginal akan konstan.
c. Kemampuan substitsi yang meningkat (Increasing)
18

Jika marginal berkah (MB) bersifat increasing dengan tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi dari tingkat penurunan marginal
manfaat fisik (MF), maka mashlahah marginal akan increasing.
Efek berkah pada pilihan optimal, kandungan berkah sangat
memengaruhi preferensi konsumen. Disini akan kita lihat suatu situasi
perubahan kandungan berkah setelah konsumen mencapai optimalnya.
Gambar 5.15. mempresentasikan kembali keseimbangan konsumen
yang telah tercapai, setelah mencapai kombinasi barang yang bisa
mencapai mashlahah yang optimum (X1, Y1), anggaplah bahwa konsumen
yang bersangkutan menghadapi perubahan kandungan berkah yang
terjadi pada barang X; barang X mengalami peningkatan kandungan
berkah. Hal ini jelas mempengaruhi preferensi konsumen. Konsumen yang
tadinya netral terhadap keduanya, sekarang terpaksa harus lebih
menyukai barang X.Perubahan preferensi ini ditunjukkan oleh perubahan
bentuk kurva iso-mashlahah dari IM0 menjadi IM1. Adanya kenaikan
kandungan berkah pada barang X menyebabkan kurva iso-mashlahah
menjadi lebih curam sehingga berdampak pada tingkat konsumsi
terhadap barang X yang lebih tinggi. Subscript Q dan R pada kurva iso-
mashlahah menunjukkan kurva yang menunjukkan tingkat mashlahah
masing-masing sebesar Q dan R (R>Q).
Y
Y1……...
IMR
19

Y2
IMQ
X1 X2 X
Gambar 5.15.
Efek Perubahan Kandungan Berkah4
F. Berkahdari Kejujuran dalam Bisnis.
Zona itu dapat diakses oleh manusia dengan kunci rahasia berupa
hati ikhlas rela berserah kepada sang pencipta. Dengan jiwa yang diliputi
rasa syukur dalam menerima berkah penciptaan, sabar menjalani proses
kehidupan, yakin akan wujud kasih sayang-Nya, tenang dalam merespons
semua kejadian, dan bahagia menikmati tarian roda kehidupan. Dalam
irama gelombong otak dan jantung yang selaras.5
Adapun Sistem ekonomi Islam hanya memastikan bahwa tidak ada
transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syariah. Tetapi kinerja
bisnis tergantung pada man behind the gun-nya. Karena itu pelaku
ekonomi dalam hal ini bisa dipegang oleh umat non-Muslim.
Perekonomian umat Islam itu baru dapat maju bila pola pikir dan pola laku
Muslim sudah tekun dan ihsan(profesional).6
Kebenaran dalam konteks bisnis ini selain mengandung makna
kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu
kebajikan dan kejujuran.
Kebenaran adalah nilai kebenaran yang dianjurkan dan tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam konteks bisnis kebenaran
dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar, yang meliputi
proses akad(transaksi), proses mencari atau memperoleh komoditas,
proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan margin keuntungan (laba).
4Ibid hal. 203-2045Erbe Sentanu, The Science dan Miracle of Zona Ikhlas, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,2008), hal. xxxi6Karim A Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal 46
20

Dalam Al-Qur’an, aksioma kebenaran yang mengandung kebijakan
dan kejujuran dapat diambil dari penegasan keharusan menunaikan atau
memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis.7
Kejujuran merupakan ajaran Islam yang mulia. Hal ini berlaku dalam
segala bentuk muamalah, lebih-lebih dalam jual beli karena di dalamnya
sering terjadi sengketa. Jual beli online adalah di antara jual beli yang
ditekankan adanya sifat kejujuran. Kejujuran inilah yang nantinya
mendatangkan keberkahan.
Islam mengajarkan sifat jujur, dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala
telah memerintahkan untuk berlaku jujur.Diantaranya pada firman Allah
Ta’ala,
Pالصاد\ق\ين PعPكونوا مPو Pنوا اتقوا اللهPمP �هPا الذ\ينP آ يP Pا أ ي
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar” (QS. At Taubah: 119).
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
RهمP ا ل Rر� ي Pخ PانP Pك PوR صPدPقوا اللهP ل فPل
“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu
lebih baik bagi mereka” (QS. Muhammad: 21)
Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu
Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya
kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan
akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur
dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena
sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan
kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya
7Muhammad dan Fauroni Lukman, Visi Al-Qur’an tentang Etika Bisnis, (Jakarta: Salemba Dinayah,2002), hal 17-18
21

berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta” (HR. Muslim).
Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Pة� Pذ\بP ر\يب Rك \ن ال Pة� وPإ \ين Rن \ن الصuدRقP طمPأ Pر\يبكP فPإ P ي \لPى مPا ال Pر\يبكP إ دPعR مPا ي
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu.
Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta
(menipu) akan menggelisahkan jiwa” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, hasan
shahih). Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah
suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan
ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam
jiwa.
Terkhusus lagi, terdapat perintah khusus untuk berlaku jujur bagi
para pelaku bisnis karena memang kebiasaan mereka adalah melakukan
penipuan dan menempuh segala cara demi melariskan barang dagangan.
Dari Rifa’ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang
melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para
pedagang!” Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan
mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
PقPدPصPر وP \ال مPن\ اتقPى اللهP وPب ا إ PامPة\ فجار� Rق\ي PوRمP ال RعPثونP ي �جارP يب \ن الت إ
“Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti
sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada
Allah, berbuat baik dan berlaku jujur” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih
dilihat dari jalur lain).
Contoh bentuk penipuan yang terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
22

ا Pه ف\يهــPد Pــ لP ي PخــRدP � فPأ ام PعــPة\ ط PرR ب ر عPلPى صــ` Pالله\ -صلى الله عليه وسلم- مــ Pسول Pن رP أ
ا Pـ مPاء` ي Rه السـ^ Pت اب PصـP الP أ Pقـ .» \ ام Pالطعـ Pاح\ب Pا صـ Pـ � فPقPالP » مPا هPذPا ي Pال Pل \عه ب صPاب
P PالPتR أ فPن
uى RسP م\ن Pي اس مPنR غPش فPل ــ^ اه الن Pر Pــ PىR ي \ ك Pه فPوRقP الطعPام Rت عPل Pج P PفPال سولP الله\. قPالP » أ Pر
»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk
makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian
tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya,
“Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan
tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa
kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat
melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari
golongan kami.” (HR. Muslim). Jika dikatakan tidak termasuk golongan
kami, maka itu menunjukkan perbuatan tersebut termasuk dosa besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rخ\دPاع ف\ي النار\ Rر وPال RمPك RسP م\نا، وPال Pي Pا فPل مPنR غPشن
“Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang
yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibnu
Hibban, shahih).
Lebih-lebih sifat jujur ini ditekankan pada pelaku bisnis online
karena tidak bertemunya penjual dan pembeli secara langsung. Si penjual
kadang mengobral janji, ketika dana telah ditransfer pada rekening
penjual, barang pun tak kunjung datang ke pembeli. Begitu pula sebagian
penjual kadang mengelabui pembeli dengan gambar, audio dan tulisan
yang tidak sesuai kenyataan dan hanya ingin menarik pelanggan.
Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ا PهمــP ور\كP ل ــ` ا ب Pــ Pين دPقPا وPب Pصــ Rن\ PفPرقPا – فPإ Pت وR قPالP حPتى يP PفPرقPا – أ Pت PمR ي Pار\ مPا ل ي Rخ\ \ال uعPان\ ب Pي Rب ال
Rع\ه\مPا Pي Pة ب ك PرP Pا مح\قPتR ب PذPب PمPا وPك Pت \نR ك Rع\ه\مPا ، وPإ Pي ف\ى ب
23

“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih
(khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur
dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan
dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan
saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka
pada transaksi itu” (Muttafaqun ‘alaih).
Di antara keberkahan sikap jujur ini akan memudahkan kita
mendapatkan berbagai jalan keluar dan kelapangan. Coba perhatikan
baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat At
Taubah ayat 119. Beliau mengatakan, “Berlaku jujurlah dan terus
berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi
orang yang jujur. Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada
kebinasaan. Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan keluar
atas perilaku jujur tersebut.
Keberkahan dalam bisnisadalah tercapainya visi dan misi dunia
akhirat sehingga bisnis benar-benar membawa kebahagiaan lahir dan
batin. Bisnis karena hanya Allah Swt, mencari Rezeki pun karena Allah.
Karena dengan rahmat-Nya senantiasa memberikan keberkahan lewat
perantara malaikat-malaikat-Nya. Singkat cerita, seorang Muslim tidak
perlu repot-repot mencari keberkahan. Tidak perlu memikirkan lagi
kesulitan dalam bisnis, toh semuanya kan sudah diatur oleh Allah bukan?
yang paling penting kita cukup berikhtiar dan berdoa saja. Seorang
pembisnis Muslim dapat mengundang keberkahan dalam berbisnis
dengan perilaku yang sesuai dengan syar’i.8
Salah satu perilaku tersebut yaitu penggabungan etika dan bisnis.
Dengan begini berarti memaksakan norma-norma agama bagi dunia
bisnis. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memiliki komitmen
ketulusan dalam menjaga kontrak sosial yang sudah berjalan. Kontrak
sosial merupakan janji yang harus ditepati.9
Etika bisnis sangat penting dalam memperoleh keberkahan bisnis,
ini karena etika merupakan pedoman yang digunakan umat Islam untuk
8 http://staincurup.ac.id/berkah-menurut-ajaran-islam/
9 VeithzalRivai dan Andi Buchari, Islamic Ekonomic, (Jakarta: PT Bumi Utara, 2009). hal. 234
24

berperilaku dalam segala aspek kehidupan. Dalam muamalat etika bisnis
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Apalagi
dalam mencapai keberkahan itu sendiri.10
Adapun penyebab bisnis tidak berkah diantaranya yaitu menjual
sesuatu yang haram, maenjual barang yang masih samar,
mempermainkan harga, penimbunan, mencampuri kebebasan pasar
dengan memalsu.11
Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu
yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan
spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan
usia.
Harta yang berkah, meskipun sedikit, akan mampu menghidupi dan
mencukupi apa saja yang dibutuhkannya. Harta yang berkah tidak saja
bermanfaat bagi sang pemilik harta, tapi juga orang lain bisa ikut
merasakannya.
Cara terbaik agar harta berkah adalah dengan mengeluarkan
zakatnya (jika mencapai nisab) dan menjadikannya sebagai sarana
ibadah. Zakat, infak, sedekah, membantu sesama, menyumbang lembaga
dakwah dan kemanusiaan, adalah bagian dari ibadah harta yang akan
menjadikan harta kita penuh berkah.12
Sedekah, memberikan barang dengan tidak ada tukarnya karena
mengharapkan pahala di akhirat. Selain sedekah, zakat, dan infak, hal
yang harus kita lakukan untuk mencapai keberkahan yaitu hibah dan
hadiah. Hibah adalah memberikan barang dengan tidak ada tukarnya dan
tidak ada sebabnya. Dan hadiah adalah memberikan barang dengan tidak
ada tukarnya serta dibawa ke tempat yang diberi karena hendak
memuliakannya.13
G. Tafsir Ayat Tentang Berkah
Tafsir Departemen RI Q.S. Al - A’raf ayat 96
10Riawan Amin, Menggagas Manajemen Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), hal. 2611Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, 349-356.12http://www.ddhongkong.org/pengertian-harta-yang-berkah/
13Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), hal 326
25

Dalam ayat ini diterangkan bahwa seandainya penduduk kota
Mekah dan negeri – negeri yang berada di sekitarnya dan umat manusia
seluruhnya, beriman kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw dan seandainya mereka bertakwa kepada Allah sehingga mereka
menjauhkan diri dari segala yang dilarangnya, seperti kemusyrikan dan
berbuat kerusakan di bumi, niscaya Allah akan melimpahkan kepada
mereka kebaikan yang banyak, baik dari langit maupun dari bumi. Nikmat
yang datang dari langit, misalnya hujan yang menyirami dan
menyuburkan bumi, sehingga tumbuhlah tanaman-tanaman dan
berkembangbiaklah hewan ternak yang kesemuanya sangat diperlukan
oleh manusia. Di samping itu mereka akan memperoleh ilmu
pengetahuan yang banyak, serta kemampuan untuk memahami
Sunatullah yang berlaku di alam ini, sehingga mereka mampu
menghubungkan antara sebab dan akibat. Dengan demikian mereka akan
dapat membina kehidupan yang baik, serta menghindarkan malapetaka
yang bisa menimpa umat yang ingkar kepada Allah dan tidak mensyukuri
nikmat dan karunia-Nya.
Apabila penduduk Mekah dan sekitarnya tidak beriman,
mendustakan Rasul dan menolak agama yang dibawanya, kemusyrikan
dan kemaksiatan yang mereka lakukan, maka Allah menimpakan siksa
kepada mereka, walaupun siksa itu tidak sama dengan siksa yang telah
ditimpakan kepada umat yang dhulu yang bersifat memusnahkan.
Kepastian azab tersebut adalah sesuai dengan sunnatullah yang telah
ditetapkannya dn tak dapt diubah oleh siapa pun juga, selain Allah.14
Adapun inspirasi yang dapat kita ambil yaitu: iman dan berbuat baik
sarana terbukanya kebahagiaan, kekafiran dan kejahatan adalah sarana
terbukanya kesedihan dan siksaan.15
Tafsir Departemen Agama RI Q.S. Al-A’raf 137
Dalam ayat ini dijelaskan nikmat Allah yang terbesar kepada Bani
Israil setelah ditindas an diperbudak oleh Fir’aun dan kaumnya. Nikmat
tersebut mewarisi kawasan barat dan timur yang subur dan diberkahi
14Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta:Lentera Abadi, 2010), hal. 417- 41815Zainal Arifin Zakaria, Tafsir Inspirasi, (Medan: Duta Azhar, 2014), hal. 172
26

Allah. Dengan demikian janji Allah terhadap Bani Israil telah terlaksana
dengan sempurna, kenikmatan ini merupakan imbalan dari kesabaran
mereka mengikuti ajaran nabi Musa dan agama Allah yang benar.
Sebaliknya Allah memberikan ganjaran yang setimpal kepada Fir’aun dan
kaumnya berupa kebinasaan mereka dan semua apa yang pernah
dibangun oleh Fir’aun, sebagai lambang kesombongannya.
Diantara penderitaan yang pernah dialami Bani Israil adalah dengan
membunuh setiap anak lelaki mereka yang lahir, dan membiarkan hidup
anak perempuannya. Mereka diwajibkan mengabdi kepada kepentingan
Fir’aun dan kaumnya yang menindas dan memperbudak mereka, dengan
memungut pajak – pajak yang sangat tinggi, menjadikan mereka sebagai
pekerja – pekerja paksa dan berat, dan berbagai bentuk penindasan dan
perbudakan yang lain.
Oleh karena itu, Allah mengutus Nabi Musa untuk membebaskan
mereka dari perbudakan Fir’aun, dan mengeluarkannya dari negeri Mesir.
Pada ayat ini diterangkan bahwa setelah pembebasan itu Allah
menganugerahkan kepada Bani Israil negeri bagian timur dan bagian
baratnya yang telah diberi berkah oleh Allah.
Adapun yang dimaksud dengan negeri-negeri bagian timur dan
bagian baratnya yang telah kami berkahi dalam Firman tuhan tersebut,
ialah negeri Syam (Syiria, Libanon, Palestina, dan Yordania) bagian timur,
dan Mesir bagian barat, serta negeri – negeri sekitar keduanya yang
pernah dikuasai Fir’aun dahulu.16
Tafsir inspirasinya yaitu jika manusia menyikapi ketetapan itu
dengan syukur dan sabar. Itu menjadi terbaik bagi mereka, namun jika
menyikapi kebaikan Allah dengan kufur maka sia-sia yang telah
dilakukan.17
Tafsir Q.S. Al-Qhasas: 30
Kemudian setelah Musa tiba di sana, dia diseru dari pinggir lembah
sebelah kanan, di sebuah tempat yang diberkati, dari sebuah pohon, “Hai
Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam.
16Ibid, hal. 460 17Ibid, hal. 178
27

Fa lammā atāhā nūdiya miη syāthi-il wādil aimani (kemudian setelah
Musa tiba di sana, dia diseru dari pinggir lembah sebelah kanan), yakni
dari arah sebelah kanan Musa a.s..
Fil buq‘atil mubārakati (di sebuah tempat yang diberkati) dengan air dan
pepohonan.
Minasy syajarati (dari sebuah pohon), yakni dari arah sebuah pohon.
Ay yā mūsā innī anallāhu rabbul ‘ālamīn (yaitu, “Hai Musa, sesungguhnya
Aku adalah Allah, Rabb semesta alam), yakni Tuhan bangsa jin dan
manusia.18
Tafsir inspirasinya yaitu kiah dalam Al-Qur’an itu ada dan pasti, tapi
bukan itu tujuannya. Tujuan kisah adalah memperkuat iman di dalam
jiwa.19
Tafsir Departemen Agama RI Q.S. Al-An’am: 92
Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang mulia,
diturunkan kepada Nabi Muhammad penutup para Rasul, kitab ini
diturunkan dari Allah seperti halnya Taurat yang diturunkan kepada Nabi
Musa, hanya saja Al-Qur’an mempunyai nilai-nilai yang lebih sempurna
karena Al-Qur’ berlaku abadi sepanjang masa. Al-Qur’an, disamping
sebagai petunjuk, juga sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya dalam urusan tauhid, melenyapkan kemusyrikan an
mengandung ajaran-ajaran dasar hukum syara’ yang abadi tidak berubah-
ubah sepanjang masa.
Al-Qur’an juga sebagai pegangan bagi Rasul untuk memperingatkan
umatnya, baik yang berada di Mekah atau di sekitar kota Mekah, ialah
orang-orang yang berada di seluruh penjuru dunia.
Tafsir Q.S. Al-Qaf: 9-10
Sebagai rezeki bagi Hamba-hamba (Kami), dan Kami Menghidupkan
dengannyanegeri yang mati. Begitulah terjadinya kebangkitan.
Rizqal lil ‘ibādi (sebagai rezeki bagi Hamba-hamba [Kami]), yakni
biji-bijian itu menjadi makanan bagi makhluk.
Wa ahyainā bihī (dan Kami Menghidupkan dengannya), yakni
dengan hujan.Baldatam maitā (negeri yang mati), yakni tempat yang tak 18Al-Qur’an Digital19Ibid, hal. 462
28

bertumbuh-tumbuhan.Kadzālikal khurūj (begitulah terjadinya
kebangkitan), yakni seperti itulah, pada hari kiamat mereka akan
dihidupkan dan dikeluarkan dari kubur dengan hujan.20
Tidak terdapat Sababun Nuzul dari ayat-ayat yang terdapat di atas.
BAB III
KESIMPULAN
Arti “berkat” dalam bahasa Indonesia menurut kamus
Purwadarminta, adalahberkat: kurnia Tuhan yang mendatangkan
kebaikan bagi kehidupan manusia: misalnya, mudah-mudahan Tuhan
melimpahkan berkatnyakepada kamu sekalian, restu: pengaruh baik yang
didatangkan dengan perantaraan orang tua, orang suci dsb: Misalnya: Ia
selalu berdoa dan meminta berkatkepada orang tuanya yang telah
meninggal dan sebagainya..
Adapun ciri-ciri adanya berkat yaitu:Harta yang mempunyai berkat
ialah yang punya harta senang hati dengan hartanya hidup bahagia
dengan anak istrinya, rukun damai sekeluarga, ramah tamah dengan
orang sekampungnya, nasi dan makanan yang mempunyai berkah ialah,
yang memakannya sehat wal’afiat, puas, senang, dan bahagia sesudah
memakan nasi itu, barang yang mempunyai berkat kalau dibawa berjalan,
kita terhindar dari mara-bahayanya, terhindar dari berbagai kesulitan dan
kalau berperang selalu mendapat kemenangan.
20Al-Qur’an Digital
29

Dalil atau landasn hukum berkat yaitu Al-Qur’an surah Al-Araf:96,
137, Al-Qur’an surah Al-Imran:96, Al-Qashash:30, Al-An’am: 92 dan masih
banyak lagi.H.R Bukhari – lihat Fathul Bari XII – halaman 205,
Mashlahah dalam konsumsi dapat diperoleh apabila konsumen
mengonsumsi barang dan jasa yang bermanfaat dan mengandung
berkah. Semakin tinggi mashlahah, maka semakin besar pula konsumsi.
Tingkat harga akan berpengaruh negatif terhadap permintaan barang dan
jasa apabila tingkat mashlahahnya maksimum dalam konsumsi, maka
konsumen akan mencapai falah.
Terdapat dua pendekatan untuk mengetahui perilaku konsumen,
yaitu pendekatan mashlahah marginal dan pendekatan iso-mashlahah.
Kejujuran merupakan ajaran Islam yang mulia. Hal ini berlaku dalam
segala bentuk muamalah, lebih-lebih dalam jual beli karena di dalamnya
sering terjadi sengketa. Jual beli online adalah di antara jual beli yang
ditekankan adanya sifat kejujuran. Kejujuran inilah yang nantinya
mendatangkan keberkahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Siradjuddin, 40 Masalah Agama Jilid III, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah,
1990).
Amin Riawan, Menggagas Manajemen Syariah, (Jakarta: Salemba Empat,
2010)
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia,
Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012).
Sentanu Erbe, The Science dan Miracle of Zona Ikhlas, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo,2008).
30

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta:Lentera Abadi,
2010).
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an tentang Etika Bisnis,
(Jakarta: Salemba Dinayah,2002).
Zakaria Arifin Zainal, Tafsir Inspirasi, (Medan: Duta Azhar, 2014).
Rivai Veithzal dan Buchari
Andi, Islamic Ekonomic, (Jakarta: PT Bumi Utara, 2009).
Karim A Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Qardhawi Yusuf, Halal dan Haram dalam Islam,
Al-Qur’an Digital
Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013).
http://staincurup.ac.id/berkah-menurut-ajaran-islam
http://www.ddhongkong.org/pengertian-harta-yang-berkah
https://chaliim.wordpress.com/2009/03/10/apakah-itu-barakah
31