sustainable mining in the 21st century adit
DESCRIPTION
Tugas Pengmin Prof JohnyTRANSCRIPT
-
Nuradityatama 1306448400 | DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
Sustainable Mining In The 21st Century PENGOLAHAN MINERAL 01
-
A. Pendahuluan
Kegiatan pertambangan pada abad 21 tidak diragukan lagi memegang peranan penting dalam
modernisasi zaman dan juga dalam kemajuan suatu bangsa. Pada zaman sebelumnya, kemajuan
suatu peradaban ditandai dengan peralatan apa yang dipakai oleh orangorang pada masa
tersebut, mulai dari batu hingga menggunakan logam baik itu perunggu, perak, dan lain-lain.
Logam pun dianggap sebagai peradaban termaju pada zaman manusia terdahulu. Pada abad ini,
logam merupakan salah satu bahan penting dalam pembuatan perlengkapan-perlengkapan yang
dipakai manusia sehari-hari baik itu besi, aluminium, dan logam-logam lainnya. Logam-logam
tersebut diperoleh melalui proses pertambangan sehingga pertambangan ini menjadi hal yang
penting dan menjadi tolak ukur dalam kemajuan peradaban.
Hingga saat ini, pertambangan berkontribusi sekitar 45% dalam perekonomian dunia sehingga
pertambangan bukan merupakan hal yang dapat kita remehkan. Dewan Internasional
Pertambangan dan Mineral (ICMM) melaporkan baru-baru ini melaporkan bahwa pada 2010
nilai nominal produksi mineral dunia meningkat empat kali dibanding tahun 2002 senilai $474
miliar. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan yang tinggi dalam
perekonomian China, India dan kekuatan ekonomi berkembang lainnya.
Ada 20 negara dengan nilai produksi pertambangan terbesar di dunia yang menguasai 88%
produksi mineral dunia dan Indonesia duduk pada urutan ke-11 dengan nilai produksi mineral
$12,22 miliar. Posisi 5 teratas adalah Australia ($71,95 M), China ($69,28 M), Brasil ($47,02
M), Chile ($31,27 M), dan Rusia ($28,68 M). Indonesia dengan nilai produksi mineral $12,22
miliar atau setara dengan Rp109,98 triliun menyumbang 10,6% dari total ekspor barang pada
2010.
Ada 40 negara yang tergantung kepada ekspor non-migas lebih dari 25% ekspor barang negara
tersebut. Tiga perempat dari 40 negara tersebut merupakan negara berpenghasilan menengah
dan rendah. Banyak dari 40 negara ini memiliki Indeks Pembangunan Manusia yang rendah.
Di banyak negara dengan sektor pertambangan seperti Chile, Ghana dan Brasil, pertambangan
telah banyak berperan besar dalam pengentasan kemiskinan dan kinerja pembangunan sosial
dibanding negara-negara tanpa sektor pertambangan.
Data-data yang telah disebutkan diatas merupakan representasi kecil dari betapa pentingnya
pertambangan dalam perekonomian dunia. Di indonesia sendiri, telah ada sebuah Undang-
Undang Minerba (Mineral dan Batuan) No. 40 Tahun 2009 tantang Larangan Ekspor Mineral
Mentah. UU ini mulai berlaku sejak tanggal 12 Januari 2014. Dengan ini, perusahaan tambang
-
tidak dapat lagi mengekspor mineral dalam
bentuk bahan mentah, mereka harus mengolah
dan memurnikannya terlebih dahulu sebelum
dijual ke luar negeri.
Langkah pemerintah ini merupakan bentuk
antisipasi dari semakin naiknya prosentase
ekspor bahan mineral mentah dari tahun ke
tahun. Contoh ekspor bijih bauksit, pada tahun 2008 ekspor bijih bauksit sebesar 7 juta ton,
sedangkan pada tahun 2012 jumlah bijih bauksit yang dieskport menyentuh angka 30 juta ton
per tahunnya. Kita dapat melihat peningkatan yang signifikan selama kurun waktu 5 tahun itu,
peningkatan eksport bijih bauksit bertambah 4 kali lipat. Hal senada juga terjadi pada bijih
tembaga, besi, dan nikel. Jika hal ini terjadi, maka dalam kurun waktu beberapa tahun lagi, stok
bahan mineral di Indonesia akan segera habis.
B. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sustainable
development pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 pada Konferensi Persatuan Bangsa-
Bangsa (PBB) tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm, Swedia. Lalu pada tahun
1983, World Commission on Environment and Development (WCED) berdiri, dan WCED
merumuskan defenisi pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri" (development which meets the needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their own needs). Definisi ini kemudian
dikenal sebagai definisi klasik yang diterima secara luas oleh dunia. Melalui laporan ini juga,
WCED menegaskan bahwa lingkungan dan pembangunan adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan
sebagai peningkatan secara bersama sama
kualitas lingkungan, pertumbuhan ekonomi,
dan hukum sosial. Atau dengan kata lain
pembangunan berkelanjutan menunjukkan
-
pembangunan ekonomi yang konsisten dengan masyarakat untuk kualitas lingkungan dan
hukum sosial. Masalah yang berkembang adalah masalah tentang skala, apakah bersifat lokal,
negara, atau propinsi. Yang kedua adalah besarnya aktifitas manusia dibanding dengan
dukungan dari lingkungan hidup. Masalah yang ketiga adalah bagaimana membagi secara adil
pembangunan unuk generasi sekarang dengan generasi yang akan datang.
C. Konsep Pertambangan Berkelanjutan
Ada dua hal penting yang menjadi pokok masalah ketika membahas mengenai pertambangan
berkelanjutan, yang pertama adalah bagaimana menginisiasi pertambangan berkelanjutan
sementara mineral yang di tambang suatu saat nanti akan habis dan yang kedua adalah
bagaimana mengaplikasikan konsep berkelanjutan sementara pertambangan sendiri bertolak
belakang dengan konsep berkelanjutan (merusak alam).
Tema berkelanjutan dalam industri
pertambangan merupakan turunan dari
konsep pembangunan berkelanjutan yang
secara kontemporer terus dikampanyekan di
berbagai sektor. Khusus pada bidang
pertambangan, konsep berkelanjutan
memiliki posisi yang unik karena barang
tambang bukanlah sumberdaya yang dapat diperbaharui. Sekali cadangan habis ditambang,
maka selesailah kegiatan pertambangan tersebut. Belajar dari pengalaman, industri
pertambangan menyadari sepenuhnya bahwa masa depan sektor ini sangat ditentukan oleh
pencapaian pembangunan berkelanjutan mereka sendiri. Oleh karena itu, setiap aktifitas
pertambangan harus memenuhi harapan sosial (social expectations) dan harus berbagi
tanggung jawab dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan.
International Institute for Sustainable Development (IISD) dan World Business Council for
Sustainable Development (WBCSD), melalui laporan final proyek Mining, Mineral and
Sustainable Development (MMSD) yang dirilis tahun 2002, merancang sebuah kerangka kerja
pembangunan berkelanjutan pada sektor mineral. Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa
yang dimaksud penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada industri pertambangan
bukanlah upaya membuat satu tambang baru untuk mengganti tambang lain yang sudah
ditutup, tetapi melihat sektor pertambangan secara keseluruhan dalam memberikan kontribusi
-
pada kesejahteraan manusia saat ini tanpa mengurangi potensi bagi generasi mendatang untuk
melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, pendekatan pertambangan berkelanjutan harus
komperhensif dan berwawasan ke depan. Komperhensif yang dimaksud adalah menimbang
secara keseluruhan sistem pertambangan mulai dari tahap eksplorasi hingga penutupan
tambang, termasuk distribusi produk dan hasil-hasil tambang, sedangkan berwawasan ke depan
adalah menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang secara konsisten dan
bersama-sama.
Selanjutnya, ada tiga bidang prioritas untuk memaksimalkan potensi keberlanjutan di sektor
pertambangan, yaitu:
1. Menganalisa dampak dan keuntungan sosial, kesehatan, ekonomi dan lingkungan
sepanjang siklus kegiatan pertambangan, termasuk kesehatan dan keselamatan pekerja;
2. Meningkatkan partisipasi para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat adat dan
lokal serta kaum perempuan;
3. Menumbuhkan praktek-praktek pertambangan berkelanjutan melalui penyediaan
dukungan teknis, pembangunan kapasitas dan keuangan, kepada negara berkembang
dan miskin.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa konsep keberlanjutan dalam pertambangan tidak
berarti kegiatan tersebut harus dilakukan terus menerus, begitu pula jika diasumsikan secara
sederhana dengan membuat tambang baru untuk melanjutkan tambang lain yang sudah ditutup.
Konsep keberlanjutan dalam industri ini diarahkan pada upaya untuk memaksimalkan manfaat
pembangunan pertambangan dan pada saat yang sama mampu meningkatkan keberlanjutan
lingkungan dan sosial. Artinya, konsep keberlanjutan pada sektor ekstraksi mineral dan
batubara ditekankan pada optimalisasi dampak-dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan
tersebut dengan menitikberatkan pada akulturasi pilar-pilar ekonomi, sosial dan lingkungan
(the triple bottom-line). Sederhananya, dibutuhkan peran serta semua elemen baik itu
pemerintah, perusahaan tambang, maupun masyarakat dalam menginisiasi pertambangan
berkelanjutan sehingga dapat bersama-sama mencapai pembangunan yang berkelanjutan demi
generasi manusia di masa depan.
-
Referensi:
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/03/07/peran-industri-tambang-bagi-
perekonomian-539991.html
http://www.pusdiklat-tmb.esdm.go.id/index.php/seputar-esdm/item/300-
pertambangan-kelanjutan-dan-pembangunan-berkelanjutan
https://www.academia.edu/9493248/MAKALAH_GEOGRAFI_KEGIATAN_PERT
AMBANGAN_YANG_BERKELANJUTAN