survei tingkat keterbakatan atlet tenis junior …lib.unnes.ac.id/27003/1/6101412042.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
SURVEI TINGKAT KETERBAKATAN ATLET TENIS JUNIOR DENGAN METODE SPORT SEARCH
DI KLUB KOTA SEMARANG
SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
oleh
IKRIMA SAFBRI 6101412042
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
ABSTRAK
Ikrima Safbri. 2016. Survei Tingkat Keterbakatan Atlet Tenis Junior Dengan Metode Sport Search Di Klub Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/S1. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. H. Tri Nurharsono, M.Pd., Pembimbing II: Agus Widodo Suripto, S.Pd., M.Pd
Kata Kunci : Pemanduan bakat, Tingkat keterbakatan atlet tenis junior, Klub tenis junior di Kota Semarang.
Mengetahui bakat atlet pada usia dini mempunyai peranan penting dalam
usaha menciptakan prestasi olahraga dimasa depan, khususnya di Kota Semarang sebagai ibuKota Jawa Tengah. Penelitian ini berusaha mengidentifikasi bakat pada atlet tenis junior di klub Kota Semarang dengan baik dan efektif. Pada saat ini metode pemanduan bakat yang ada yaitu sport search. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana tingkat keterbakatan atlet tenis junior di klub tenis Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbakatan atlet tenis junior di klub Kota Semarang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kombinatif dengan model sequential explanatory. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sport search dengan pengukuran tes fisik yang berjumlah 10 butir item tes. Lokasi dalam penelitian ini yaitu Metrokids Tennis School, Potensi Tennis Club, Phapros Tenis Klub, Smart Tennis Club, dan Mutiara Tennis Club. Subjek penelitian ini adalah atlet tenis junior yang berusia 11-15 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, ada 47 atlet tenis junior di Kota Semarang yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Hasil dalam penelitian ini adalah 55% atau setara dengan 26 atlet tenis junior termasuk dalam kriteria berbakat dan 45% atau setara dengan 21 atlet tenis junior termasuk dalam kriteria tidak berbakat dalam cabang olahraga tenis.
Simpulan dari penelitian ini adalah jumlah atlet yang termasuk dalam kriteria berbakat dalam cabang olahraga tenis di klub tenis junior Kota Semarang menunjukkan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan kriteria yang tidak berbakat. Saran dari penelitian ini adalah pelatih di klub tenis junior untuk memantau perkembangan potensi bakat atletnya secara berkala dan lebih aktif berinovasi dengan menyediakan program-program latihan yang tepat dan variatif yang mampu menunjang proses pembinaan prestasi untuk menggali dan memunculkan potensi bakat agar dapat dikembangkan secara maksimal untuk menggapai prestasi puncak atletnya.
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Bakat yang kita miliki adalah hadiah dari Tuhan untuk kita, apa yang
dapat kita hasilkan dari bakat tersebut adalah hadiah dari kita untuk
Tuhan. (Leo Buscaglia)
2. Jangan sampai bakat menjadikanmu sombong. Karena hasil akhir tidak
ditentukan dari besarnya bakat yang kau miliki, tapi besarnya usaha
yang kau tanamkan.
Persembahan :
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Almamater Universitas Negeri Semarang.
2. Fakultas Ilmu Keolahragaan.
3. Jurusan PJKR.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Survei Tingkat Keterbakatan Atlet Tenis Junior Dengan Metode Sport Search Di
Klub Kota Semarang”.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan dan dorongan dari
semua pihak, tanpa campur tangan dari pihak-pihak terkait maka skripsi ini tidak
akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
penulis menjadi mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang
telah berkenan memberikan izin penelitian.
3. Ketua jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah
memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. H. Tri Nurharsono, M.Pd., selaku pembimbing utama yang telah sabar,
telaten, dan selalu memberikan nasehat serta motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Agus Widodo Suripto, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing pendamping yang
telah sabar, teliti dan selalu memberikan pertanyaan yang membuat
penulis semakin terpacu untuk belajar lebih giat serta memberikan
petunjuk, dorongan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak, Ibu dan Staf Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat baik di bidang apapun.
vii
7. Pegawai Kesbangpol Kota Semarang yang telah memberikan surat
rekomendasi penelitian.
8. Pengurus klub tenis di Kota Semarang yang telah memberikan izin
penelitian.
9. Orang tua, Adik dan keluarga besar yang selalu memberikan doa,
dukungan dan motivasi hampir setiap hari untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. PJKR angkatan 2012 dan semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Semoga amal, ibadah dan bantuan selalu mendapat pahala dari Allah SWT
serta apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat memberikan wawasan
dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i ABSTRAK ....................................................................................................... ii PERNYATAAN ............................................................................................... iii PENGESAHAN ............................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 1.2 Fokus Masalah ........................................................................ 4 1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 6 1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 8 2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 8 2.1.1 Hakekat Bakat Olahraga .......................................................... 8 2.1.2 Pemantauan Bakat Olahraga ................................................... 10 2.1.2.1 Pemasalan Olahraga ............................................................... 10 2.1.2.2 Pemanduan Bakat ................................................................... 11 2.1.2.3 Kriteria Bibit Unggul ................................................................. 12 2.1.2.4 Pembinaan Prestasi................................................................. 13 2.1.2.5 Tahap Pembinaan Prestasi...................................................... 13 2.1.3 Identifikasi Bakat Olahraga ...................................................... 15 2.1.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat .......................................................... 15 2.1.3.2 Indikator Perkembangan .......................................................... 16 2.1.3.3 Metode Identifikasi Bakat ......................................................... 16 2.1.3.4 Manfaat Identifikasi Bakat ........................................................ 17 2.1.3.5 Tahap Identifikasi Bakat .......................................................... 18 2.1.4 Identifikasi Bakat Dengan Metode Sport Search ...................... 20 2.1.4.1 Pengertian Sport Search ......................................................... 20 2.1.4.2 Tes Dan Perlengkapan Dalam Sport Search ........................... 21 2.1.4.3 Pelaksanaan Tes Sport Search ............................................... 25 2.1.5 Tenis ....................................................................................... 25 2.1.5.1 Pengertian Tenis ..................................................................... 25 2.1.5.2 Perlengkapan Tenis ................................................................. 26 2.1.5.3 Instrumen Olahraga Tenis ....................................................... 27 2.2 Kerangka Berpikir .................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 30 3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................. 30 3.2 Lokasi Dan Sasaran Penelitian ................................................ 31 3.2.1 Populasi Penelitian .................................................................. 31 3.2.2 Sampel Penelitian .................................................................... 31
ix
3.3 Instrumen Dan Metode Pengumpulan Data ............................. 32 3.4 Prosedur Penelitian ................................................................. 34 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 51 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 51 4.1.1 Hasil Penelitian Di Metrokids Tennis School ............................ 51 4.1.2 Hasil Penelitian Di Potensi Tennis Club ................................... 52 4.1.3 Hasil Penelitian Di Phapros Tennis Klub .................................. 53 4.1.4 Hasil Penelitian Di Smart Tennis Club ..................................... 54 4.1.5 Hasil Penelitian Di Mutiara Tennis Club ................................... 55 4.1.6 Hasil Penelitian Di Klub Tenis Kota Semarang ........................ 56 4.2 Pembahasan ........................................................................... 58 4.3 Kendala Dan Hambatan .......................................................... 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 63 5.1 Simpulan ................................................................................. 63 5.2 Saran ........................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65
LAMPIRAN .................................................................................................... 67
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Skala Pencapaian Tenis ........................................................................... 28
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Gambar raket tenis ................................................................................. 26
2.2 Gambar bola tenis................................................................................... 26
2.3 Gambar net tenis .................................................................................... 27
2.4 Gambar skema kerangka berpikir ........................................................... 29
3.1 Gambar pengukuran tinggi badan ........................................................... 34
3.2 Gambar pengukuran berat badan ........................................................... 34
3.3 Gambar pengukuran tinggi duduk ........................................................... 35
3.4 Gambar pengukuran panjang rentang lengan ......................................... 36
3.5 Gambar pengukuran lempar tangkap bola tenis ...................................... 36
3.6 Gambar pengukuran lempar bola basket ................................................ 37
3.7 Gambar pengukuran loncat tegak ........................................................... 38
3.8 Gambar pengukuran lari kelincahan ....................................................... 39
3.9 Gambar pengukuran lari cepat 40 meter ................................................. 40
3.10 Gambar pengukuran lari multitahap ........................................................ 40
3.11 Lembar pengisian nama di software sport search ................................... 42
3.12 Lembar pengisian jenis kelamin sampel di software sport search ........... 42
3.13 Lembar pengisian umur di software sport search .................................... 43
3.14 Lembar pengisian tinggi badan di software sport search ......................... 43
3.15 Lembar pengisian tinggi duduk di software sport search ......................... 44
3.16 Lembar pengisian berat badan di software sport search ......................... 44
3.17 Lembar pengisian panjang rentang lengan di software sport search ....... 45
3.18 Lembar pengisian lempar tangkap bola tenis di software sport search ... 45
3.19 Lembar pengisian lempar bola basket di software sport search .............. 46
3.20 Lembar pengisian loncat tegak di software sport search ......................... 46
3.21 Lembar pengisian lari kelincahan di software sport search ..................... 47
3.22 Lembar pengisian lari 40 m di software sport search .............................. 47
xii
3.23 Lembar pengisian lari multitahap di software sport search ...................... 48
4.1 Diagram Tingkat Keterbakatan Tenis Di Klub Metrokids Tennis School .... 52
4.2 Diagram Tingkat Keterbakatan Tenis Di Klub Potensi Tennis Club ........... 53
4.3 Diagram Tingkat Keterbakatan Tenis Di Klub Phapros Tenis klub ............ 54
4.4 Diagram Tingkat Keterbakatan Tenis Di Klub Smart Tennis Club ............. 55
4.5 Diagram Tingkat Keterbakatan Tenis Di Klub Mutiara Tennis Club ........... 56
4.6 Diagram Tingkat Keterbakatan Tenis Di Klub Kota Semarang .................. 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Persetujuan judul skripsi .......................................................................... 68
2. Surat keputusan dosen pembimbing ........................................................ 69
3. Pengesahan proposal skripsi ................................................................... 70
4. Surat pengantar penelitian dari Kesbangpol ............................................. 71
5. Surat keterangan kelayakan alat .............................................................. 73
6. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari
Metrokids Tennis School .......................................................................... 74
7. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari
Potensi Tennis Club ................................................................................. 75
8. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari
Phapros Tenis Klub .................................................................................. 76
9. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari
Smart Tennis Club ................................................................................... 77
10. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari
Mutiara Tennis Club ................................................................................. 78
11. Lampiran hasil data penelitian di klub Metrokids Tennis School ............... 79
12. Lampiran hasil data penelitian di klub Potensi Tennis Club ...................... 89
13. Lampiran hasil data penelitian di klub Phapros Tenis Klub ....................... 100
14. Lampiran hasil data penelitian di klub Smart Tennis Club ........................ 117
15. Lampiran hasil data penelitian di klub Mutiara Tennis Club ...................... 124
16. Dokumentasi penelitian di klub Metrokids Tennis School ......................... 131
17. Dokumentasi penelitian di klub Potensi Tennis Club ................................ 135
18. Dokumentasi penelitian di klub Phapros Tenis Klub ................................. 140
19. Dokumentasi penelitian di klub Smart Tennis Club ................................... 143
20. Dokumentasi penelitian di klub Mutiara Tennis Club ................................ 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Olahraga adalah kebutuhan yang sangat diperlukan bagi kehidupan
manusia. Hal ini dikarenakan olahraga merupakan unsur utama dalam
pemeliharaan kebugaran dan kesehatan manusia. Kebugaran dan kesehatan
sendiri merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh manusia untuk dapat
melakukan aktivitas dan rutinitas dengan baik. Dewasa ini, olahraga tidak hanya
sebatas dijadikan sebagai sarana untuk menjaga kebugaran dan kesehatan saja,
melainkan juga menjadi salah satu ajang kompetisi yang mampu membawa
nama baik individu, kelompok tertentu atau bahkan negara. Oleh karena itu,
pembinaan olahraga pada usia dini harus mendapat perhatian yang serius.
Indonesia sekarang ini sedang menggalakkan pembangunan di berbagai
bidang, salah satu diantaranya adalah pembangunan dalam bidang olahraga.
Pembangunan dalam bidang olahraga merupakan usaha untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia menuju terciptanya manusia Indonesia seutuhnya.
Di samping itu, kegiatan olahraga merupakan arena untuk menggali dan
mengembangkan potensi dan bakat seseorang untuk dapat berprestasi dalam
bidang olahraga tertentu.
Prestasi yang tinggi membutuhkan pembinaan dalam jangka waktu yang
panjang dan didukung dengan atlet yang berbakat. Atlet yang berbakat
mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu pilar keberhasilan
dalam olahraga prestasi. Upaya meningkatkan prestasi olahraga perlu dilakukan
2
pembinaan pada atlet junior, karena akan lebih mudah mengenali ciri-ciri
keterbakatan atau kemampuan sehingga atlet tersebut dapat dioptimalkan sesuai
dengan cabang olahraga yang digelutinya.
Pemanduan bakat olahraga merupakan suatu proses menemukan individu
berbakat sejak usia dini, kemudian dimonitor secara terus-menerus dan
membantu anak berbakat tersebut untuk mencapai prestasi maksimal.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka tujuan pemanduan bakat adalah untuk
mengidentifikasi dan mengoptimalkan kemampuan atau potensi atlet junior.
Tujuan dari pengidentifikasian bakat adalah untuk memprediksi tentang
kemungkinan apakah calon atlet akan mampu dan berhasil menyelesaikan
program latihan junior dalam olahraga yang dipilih agar ia dapat mengukur
secara pasti untuk melakukan tahapan selanjutnya. Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) disegala bidang termasuk olahraga,
mengharuskan para pembina dan pelatih agar cermat dan teliti untuk memilih
bibit atlet yang berbakat. Para pembina maupun pelatih harus memiliki
pemahaman dan kemampuan yang tepat untuk mendapatkan bibit atlet yang
berpotensi. Salah satu metode yang berkembang dalam olahraga untuk
pengidentifikasian dan pemanduan bakat atau talent scouting adalah sport
search. Sport search adalah suatu program yang dikembangkan oleh Komisi
Olahraga Australia (The Australian Sport Commission) sebagai bagian dari
AUSSIE SPORT, yakni suatu pendekatan bangsa Australia secara menyeluruh
terhadap perkembangan olahraga junior. Sport search ini mampu memberikan
informasi mengenai cabang olahraga yang sesuai dengan keterbakatan anak.
Tes ini berupa tes pengukuran fisik yang terdiri dari 10 butir tes yang mudah
dilaksanakan dan memerlukan peralatan yang sederhana serta mudah
3
dipersiapkan. Sport search digunakan untuk mengidentifikasi cabang olahraga
yang digemari anak dan disesuaikan dengan profil kesegaran jasmani dan
keterampilannya.
Dewasa ini, olahraga tenis semakin populer dan digemari di masyarakat,
baik itu dikalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Perkembangan
tenis ini cukup pesat, hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya lapangan tenis
yang ada dan diselenggarakannya turnamen-turnamen yang banyak diikuti oleh
petenis muda. Motivasi dan tujuan seseorang bermain tenis juga berbeda-beda,
ada yang bertujuan untuk memperluas pergaulan, kesehatan, rekreasi / hiburan
dan banyak juga yang bertujuan untuk dapat berprestasi di olahraga tenis.
Berkaitan dengan bakat olahraga, penelitian ini akan meneliti bakat
olahraga pada cabang tenis di klub Kota Semarang. Berdasarkan data yang ada,
diketahui bahwa ada 5 klub tenis junior yang potensial yang akan dijadikan
sampel dalam penelitian ini, 5 klub tersebut yaitu Metrokids Tennis School,
Potensi Tennis Club, Phapros Tenis Klub, Smart Tennis Club dan Mutiara Tennis
Club dengan jumlah 47 atlet junior. Berdasarkan survei awal yang telah saya
laksanakan, belum diketahui ada berapa atlet yang berbakat dalam cabang
olahraga tenis, karena belum pernah dilakukan tes pemanduan bakat.
Mengetahui bakat atlet pada usia dini mempunyai peranan penting dalam
usaha menciptakan prestasi olahraga dimasa depan, khususnya di Kota
Semarang sebagai IbuKota Jawa Tengah. Penelitian ini berusaha
mengidentifikasi bakat atlet tenis junior dengan baik dan efektif. Pada saat ini
metode pemanduan bakat yang ada yaitu sport search. Adanya metode
pemanduan bakat sport search ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal
untuk mendapatkan atlet-atlet yang berbakat. Di dalam pelatihan olahraga masih
4
jarang diterapkan pemanduan bakat dengan metode sport search untuk
mendapatkan atlet-atlet yang berbakat dan memiliki potensi sesuai dengan
cabang olahraga yang digelutinya. Masih banyak para pelatih yang belum
mengetahui metode pemanduan bakat sport search. Kondisi inilah yang mungkin
menghambat dalam pembinaan olahraga prestasi di Indonesia. Perlu adanya
kerjasama yang erat antara pemerintah dengan klub-klub olahraga untuk
memperbaiki prestasi olahraga di Indonesia.
Pemahaman tentang metode pemanduan bakat sport search baik bagi
pelatih maupun semua yang berkecimpung di dunia olahraga adalah sangat
penting agar dalam pembinaan olahraga akan diperoleh hasil yang maksimal.
Upaya untuk mengetahui bakat atlet tenis junior usia 11-15 tahun maka perlu
dilakukan penelitian dengan judul “Survei Tingkat Keterbakatan Atlet Tenis Junior
Menggunakan Metode Sport Search Di Klub Kota Semarang”.
1.2 Fokus Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang menyimpang dari isi skripsi ini dan untuk
memberikan gambaran yang jelas ke arah tujuan yang dimaksud, maka penulis
memberikan fokus permasalahan sebagai berikut :
1) Survei
Survei adalah teknik riset yang bertugas untuk mengadakan pemeriksaan,
penyelidikan dan peninjauan (KBBI, 1993:874).
Hamid Darmadi (2011:235) menjelaskan bahwa penelitian survei
merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu
dengan tiga tujuan penting, yaitu: (1) mendeskripsikan keadaan alami yang hidup
saat itu (2) mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk
5
dibandingkan, dan (3) menentukan hubungan sesuatu yang hidup di antara
kejadian spesifik.
Jadi survei adalah teknik riset yang bertujuan mengadakan penelitian untuk
memperoleh hasil atau data yang akurat.
2) Bakat
Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa dari
lahir (KBBI,1993:70). Menurut Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:30) bakat
adalah bawaan secara alamiah dari lahir dan merupakan pembawaan yang
diperoleh secara genetik dari faktor keturunan. Sedangkan H.M. Yusuf
Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:53) menjelaskan bahwa bakat pada
umumnya diartikan sebagai suatu kemampuan bawaan yang merupakan potensi
yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut dan dilatih agar bakat itu terwujud.
Jadi bakat adalah kemampuan yang didapatkan secara alami dan
diperoleh dari faktor genetik yang masih perlu dilatih dan dikembangkan agar
bakat tersebut dapat terwujud.
3) Sport Search
Sport search adalah salah satu program yang dikembangkan oleh komisi
Olahraga Australia (The Australian Sport Commision) sebagai bagian dari
AUSSIE SPORT, yakni suatu pendekatan bangsa Australia secara menyeluruh
terhadap perkembangan olahraga junior usia 11-15 tahun. Sport search ini
mengidentifikasi potensi dan bakat olahraga seseorang dengan menggunakan
10 butir tes fisik.
4) Tenis
Tenis adalah suatu cabang olahraga permainan menggunakan raket yang
bisa dimainkan oleh seorang atau sepasang pemain yang berhadapan ke
6
seberang jaring dengan ukuran panjang lapangan 23,77 meter dan lebar
lapangan 10,97 meter, serta dibatasi oleh net dengan tinggi 1,07 meter pada
bagian tepi dan 0,914 meter pada bagian tengahnya.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian “Survei Tingkat Keterbakatan Atlet Tenis Junior
Menggunakan Metode Sport Search Di Klub Kota Semarang” maka
permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
- Bagaimana tingkat keterbakatan atlet tenis di klub tenis junior Kota
Semarang?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
- Mengetahui dan menganilis tingkat keterbakatan atlet tenis di klub tenis junior
Kota Semarang.
1.5 Manfaat Penelitian
Setiap hasil penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu yang dijadikan objek penelitian. Adapun manfaat yang
diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
1) Manfaat teoritis, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tentang
pemanduan bakat pada usia dini.
2) Manfaat praktis, dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pemanduan bakat.
3) Bagi pembaca khususnya mahasiswa agar lebih mengetahui tentang apa itu
sport search.
4) Dapat dijadikan acuan bagi pelatih untuk memandu atletnya.
7
5) Bagi lembaga pendidikan (Jurusan PJKR FIK UNNES) untuk menambah
kepustakaan sebagai salah satu sumber penilaian lebih lanjut.
6) Penelitian ini akan menambah wawasan bagi penulis.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Hakekat Bakat Olahraga
Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa dari
lahir (KBBI,1993:70). Menurut Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:30) bakat
adalah bawaan secara alamiah dari lahir dan merupakan pembawaan yang
diperoleh secara genetik dari faktor keturunan. Sedangkan H.M. Yusuf
Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:53) dalam Apta Mylsidayu & Febi
Kurniawan (2015:30) menjelaskan bahwa bakat pada umumnya diartikan
sebagai suatu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan lebih lanjut dan dilatih agar bakat itu terwujud.
Bakat olahraga adalah faktor yang sangat dibutuhkan dalam pencapaian
prestasi atlet. Hal ini dapat dimulai dari proses pemanduan bakat pada usia dini
yang memilih keterbakatan secara akurat, pembinaan di daerah, sekolah
olahraga maupun kecabangan olahraga melalui program pemanduan bakat yang
terprogram secara intensif, komprehensif dan berkelanjutan. Dalam usaha
menjadi atlet yang berprestasi, seseorang harus mutlak memiliki bakat pada
cabang olahraga yang ditekuninya.
Anak yang berbakat tetap saja memerlukan bantuan dari lingkungan untuk
menentukan sampai seberapa aktualisasi potensinya akan terjadi. Maka anak
berbakat harus memerlukan perhatian yang lebih untuk bisa mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Mengenai bakat membawa kita untuk menelusuri
tentang kehidupan seseorang sejak terbentuknya manusia baru (conception)
9
sampai lahir. Ketika bayi lahir, ia membawa faktor pribadi dari percampuran
antara 2 sel yang berasal dari ibu dan ayah, sesuai dengan hukum-hukum
genetika (Singgih. D. Gunarsa, 2008: 127). Sehingga dapat dikatakan bahwa
bakat merupakan bawaan seseorang sejak lahir. Bakat dan berbakatan dapat
bersifat akademis atau non-akademis, seperti berbakat dalam matematika dan
kesenian atau olahraga. Seorang anak yang baru dilahirkan dapat saja
membawa dan mempunyai bakat tertentu dalam bidang olahraga, namun bakat
tersebut tidak akan muncul dan berubah menjadi prestasi jika tidak pernah
dirangsang untuk aktif dan dikembangkan sebaik-baiknya. Bakat dapat
berkembang melalui perlakuan, perangsangan dalam bentuk latihan. Latihan
yang tepat dan terprogram dengan baik akan memberikan dampak positif
terhadap kemampuan seseorang dalam berolahraga.
Bakat yang dibawa sejak lahir oleh anak merupakan faktor pendukung
tercapainya prestasi olahraga. Berdasarkan pengertian bakat yang telah
dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa, bakat merupakan kemampuan
khusus yang dibawa sejak lahir. Hal ini dapat diartikan, setiap orang memiliki
bakat suatu cabang olahraga tertentu. Orang dikatakan berbakat dalam suatu
cabang tertentu, jika dalam dirinya terdapat ciri-ciri keterbakatan yang menjadi
tuntutan dalam cabang olahraga yang bersangkutan yang nantinya dapat
dikembangkan menuju keberhasilan prestasi yang lebih tinggi. Mengenali bakat
seseorang sejak dini sangat penting, agar bisa meraih prestasi yang maksimal.
Dengan dikenali ciri-ciri keterbakatan atau potensi yang dimiliki seseorang, maka
dapat diketahui potensi apa yang ada pada dirinya. Proses mengenali atau
memprediksi potensi yang dimiliki seseorang disebut pemanduan bakat. Melalui
pemanduan bakat tersebut, maka akan dihasilkan atlet-atlet yang potensial.
10
Atlet-atlet yang potensial, harus didukung dengan lingkungan dan latihan yang
baik, teratur dan penyusunan program latihan yang baik. Pemanduan dan
pembinaan pada atlet usia dini dalam lingkup perencanaan untuk mencapai
prestasi puncak, memerlukan latihan jangka panjang, kurang lebih berkisar
antara 8–10 tahun secara bertahap, kontinue, meningkat dan berkesinambungan
dengan beberapa tahapan, yaitu pembibitan / pemanduan bakat, spesialisasi
cabang olahraga, dan peningkatan prestasi (Said Junaidi, 2003:10).
2.1.2 Pemantauan Bakat Olahraga
2.1.2.1 Pemasalan Olahraga
Pemasalan berasal dari kata massal, yang artinya mengikutsertakan atau
melibatkan banyak orang. H.M. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:36)
dalam Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:30) menjelaskan bahwa
pemasalan olahraga adalah suatu upaya untuk mengikutsertakan peserta
sebanyak mungkin supaya mau terlibat dalam kegiatan olahraga dalam rangka
mencari bibit-bibit atlet berbakat yang dilakukan secara teratur dan terus
menerus. Sedangkan menurut Setya Rahayu, dkk (2014:19) menjelaskan bahwa
pemasalan olahraga adalah upaya menggerakkan anak usia dini untuk
melakukan aktivitas olahraga secara menyeluruh.
Menurut Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:29) tujuan dari
pemasalan olahraga adalah untuk (1) Meningkatkan kualitas tubuh yang terdiri
dari kesehatan jasmani, rohani dan psikis, (2) Pembentukan watak dan
kepribadian, dan (3) menanamkan dasar-dasar keterampilan gerak untuk
mencari bibit berbakat.
Menurut Djoko Pekik Irianto (2002:28) untuk dapat terlaksananya
pemasalan olahraga, maka diperlukan adanya suatu upaya agar benar-benar
11
dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun upaya
pemasalan olahraga tersebut adalah:
1) Menyediakan sarana dan prasarana olahraga yang memadai di kelompok-
kelompok bermain (Play Group) taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
2) Menyiapkan tenaga pengajar olahraga yang mampu untuk menggerakkan
kegiatan olahraga di sekolah.
3) Mengadakan pertandingan persahabatan antar sekolah atau antar kelas.
4) Memberikan motivasi pada siswa baik internal maupun eksternal melalui
berbagai program.
5) Mengadakan demonstrasi pertandingan atlet-atlet berprestasi.
6) Merangsang minat anak untuk berolahraga melalui media masa, TV, video,
electronic game, dll.
7) Melakukan kerjasama antar sekolah dan masyarakat khususnya orang tua.
2.1.2.2 Pemanduan Bakat
Menurut H.M. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:53) dalam Apta
Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:30) pemanduan bakat adalah proses dalam
usaha untuk menemukan atau mendapatkan tanda / dasar yang dimiliki oleh
seseorang yang dibawa sejak lahir, kemudian diprediksi apakah mempunyai
peluang dalam suatu cabang olahraga tertentu untuk dibina dan dikembangkan
menjadi atlet yang memiliki potensi tinggi, sehingga diharapkan dapat berhasil
dalam mengikuti latihan dan dapat mencapai prestasi puncak.
Artinya, pemanduan bakat olahraga merupakan salah satu seni sebab
dalam menemukan individu berbakat harus dipilih sejak usia dini, kemudian
dimonitor secara terus menerus, dan membantu anak berbakat tersebut untuk
mencapai prestasi maksimal. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka tujuan dari
12
pemanduan bakat adalah untuk mengidentifikasi dan menyeleksi atlet yang
mempunyai kemampuan terbaik dalam olahraga.
Adapun langkah-langkah pemanduan bakat atlet dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Melakukan analisis yang lengkap baik faktor fisik, atau mental sesuai dengan
karakteristik cabang olahraga yang diminati.
2) Melakukan seleksi umum dan khusus dengan menggunakan instrumen dari
cabang olahraga yang bersangkutan.
3) Melakukan seleksi berdasarkan karakteristik antropometri dan kemampuan
fisik, serta disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisiknya.
4) Melakukan evaluasi berdasarkan data yang komprehensif / menyeluruh
dengan memperhatikan sikap anak terhadap olahraga baik di dalam / luar
sekolah.
2.1.2.3 Kriteria Bibit Unggul
Tangkudung & Wahyuningtyas Puspitorini (2012:34) dalam Apta Mylsidayu
& Febi Kurniawan (2015:37) menjelaskan pertimbangan dalam memilih atlet bibit
unggul antara lain didasarkan pada: (1) Keadaan bibit atlet yang unggul adalah
bibit atlet yang memiliki kemampuan atas bakat yang dibawa sejak lahir, (2)
dengan diperolehnya bibit atlet unggul maka dapat menghindari terjadinya
pemborosan tenaga atau biaya, dan (3) pencarian bibit unggul perlu semakin
diintensifkan agar diperoleh bibit unggul sejak usia muda.
Adapun yang menjadi calon bibit unggul antara lain sebagai berikut:
1) Usia muda
Pembinaan olahraga harus dimulai sejak usia muda. Hal ini dikarenakan
dalam pembinaan olahraga membutuhkan waktu ± 10 tahun untuk mencapai
13
puncak prestasi. Selain itu, pada usia muda si anak mempunyai flexibility yang
tinggi, tetapi perlu diingat pula bahwa usia muda untuk latihan harus
disesuaikan dengan cabang olahraganya.
2) Berbakat
3) Fungsi organ tubuh dan kemampuan dasar tubuh baik.
Organ tubuh dan kemampuan dasar tubuh yang baik maka
kemungkinan besar untuk dapat melakukan aktivitas fisik akan berlangsung
dengan lancar dan baik pula.
4) Bentuk tubuhnya memenuhi syarat cabang olahraga.
5) Intelegensi dan kepribadian baik.
2.1.2.4 Pembinaan Prestasi
Dalam undang-undang tahun 2005 pasal 1 ayat 23 tentang sistem
keolahragaan nasional dijelaskan bahwa pembinaan dan pengembangan
keolahragaan adalah usaha sadar yang dilakukan secara sistematis untuk
mencapai tujuan keolahragaan. Undang-undang tahun 2005 pasal 1 ayat 13
tentang sistem keolahragaan nasional menyebutkan bahwa olahraga prestasi
adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara
terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai
prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
2.1.2.5 Tahap Pembinaan Prestasi
Pembinaan prestasi olahraga tidak dapat dilakukan dalam waktu satu
malam, melainkan melalui berbagai proses dan tahapan dalam kurun waktu
tertentu (Mahmud Yunus, dkk: 2010:172).
Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:38) menyatakan bahwa disiplin
ilmu keolahragaan merupakan ilmu terapan yang saling terkait dan relevan, maka
14
dalam pelaksanaan pembinaan olahraga prestasi perlu ditangani secara
komprehensif dan terpadu. Berikut ini merupakan tahapan pembinaan prestasi.
1) Pengembangan Multilateral
Multirateral adalah pengembangan fisik secara keseluruhan (Johansyah
Lubis, 2013:12) dalam Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:39).
Pengembangan multirateral merupakan hal yang penting bagi anak-anak
untuk mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang dapat membantu
anak menjadi atlet dalam memenuhi latihan cabang olahraga khusus. Bompa
(2000:3) dalam Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:39).
Tujuan pengembangan multirateral adalah untuk meningkatkan adaptasi
secara keseluruhan. Diperkuat oleh Johansyah Lubis (2013:14) dalam Apta
Mylsidayu & Febi Kurniawan (2015:39) yang menyatakan tujuan latihan
multirateral adalah penyempurnaan melalui berbagai aktivitas untuk
pengembangan kemampuan seluruh aspek biomotor. Anak-anak dan remaja
yang mengembangkan berbagai keterampilan dan kemampuan motorik lebih
mungkin untuk beradaptasi terhadap beban dalam latihan tanpa mengalami
tekanan. Selain itu, program pelatihan multirateral akan mengarah pada
keberhasilan penampilan pada tahap pengembangan selanjutnya. Oleh sebab
itu, pelatih harus memberikan latihan multirateral pada tahap awal
pengembangan peserta latih sebagai landasan untuk spesialisasi di masa
yang akan datang dan kesempurnaan cabang olahraga.
2) Pengembangan Spesialisasi
Spesialisasi adalah latihan yang dilakukan di lapangan, kolam renang,
atau ruang senam untuk menghasilkan adaptasi fisiologis yang diarahkan
pada pola gerak aktivitas cabang tertentu, pemenuhan kebutuhan metabolis,
15
sistem energi, tipe kontraksi otot dan pola pemilihan otot yang digerakkan.
Johansyah Lubis (2013:14) dalam Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan
(2015:42). Spesialisasi dikembangkan saat atlet sudah mengembangkan
dasar pada tahap multirateral dan selanjutnya mengkhususkan pada olahraga
tertentu yang dipilihnya. Spesialisasi diperlukan untuk mencapai prestasi yang
tinggi, sebab pada tahap ini menuju ke arah fisik, teknis, taktis dan adaptasi
psikologis yang kompleks. Dengan spesialisasi, atlet harus bersiap-siap
menghadapi peningkatan berkelanjutan pada volume latihan dan intensitas.
3) Prestasi Puncak
Pencapaian prestasi puncak atau maksimal bisa terwujud apabila
mencakup seluruh unsur yang mendukung prestasinya, tidak boleh hanya
menekankan pada salah satu unsur saja. Pencapaian prestasi tersebut juga
tidak bisa diperoleh secara instan tetapi butuh proses. Pencapaian prestasi
puncak akan mudah dicapai apabila pada tahap pengembangan multirateral
dan spesialisasinya juga dilakukan dengan benar. Artinya, untuk mencapai
prestasi puncak atau maksimal ditentukan oleh kualitas latihannya yang terdiri
dari pelatih dan atlet.
2.1.3 Identifikasi Bakat Olahraga
2.1.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat
Direktorat Jenderal Olahraga (2002:1) menerangkan bahwa tujuan utama
dari pengidentifikasian bakat adalah untuk mengidentifikasi dan memilih calon
atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi dalam cabang olahraga
tertentu.
Makin awal anak menunjukkan kesesuaian latihan dengan kemampuan
untuk belajar, maka makin berhasil ia dalam menyelesaikan program latihannya.
16
Hal ini akan menyebabkan ia memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih sebelum
mencapai usia prestasi puncak dan akan memiliki pengaruh yang positif pada
latihannya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penentuan bakat merupakan suatu
proses penentuan kemampuan-kemampuan (pra-kondisi) prestasi, dimana anak
harus memiliki kemampuan tersebut agar dapat mencapai tingkat prestasi yang
tinggi atau maksimal dan harus menggunakan teknik-teknik yang sesuai.
2.1.3.2 Indikator Perkembangan
Gerakan Nasional Indonesia Emas (2000:16) menjelaskan ada beberapa
hal yang dapat dijadikan indikator perkembangan anak usia dini, dimana kiranya
berbakat untuk menjadi atlet berprestasi tinggi, yaitu:
1) Prestasi atau performa yang dicapai.
2) Indikator dari tempo peningkatan prestasi
a. Memiliki peningkatan prestasi yang lebih cepat, daripada yang tidak
berbakat.
b. Memiliki kualitas mental yang baik.
c. memiliki motivasi intrinsik.
3) Stabilitas peningkatan prestasi.
4) Daya toleransi terhadap beban latihan (adaptasi).
5) Mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi.
6) Mudah mempelajari atau menguasai keterampilan yang baru.
2.1.3.3 Metode Identifikasi Bakat
Bompa (1990:334) dalam Djoko P. Irianto (2002:31) mengemukakan ada
dua cara atau metode dalam mengidentifikasi bakat olahraga pada atlet, yaitu:
17
1) Seleksi Alamiah
Seleksi menggunakan pendekatan natural (alamiah), anak-anak usia
dini berkembang kemudian tumbuh menjadi atlet. Dengan seleksi alamiah ini,
anak-anak menekuni olahraga tertentu, sebagai akibat pengaruh lingkungan
antara lain tradisi olahraga di sekolah, keinginan orang tua dan pengaruh
teman sebaya. Perkembangan dan kemajuan atlet sangat lambat, karena
seleksi untuk cabang olahraga yang layak dan ideal baginya tidak ada, kurang
ataupun tidak tepat.
2) Seleksi Ilmiah
Cara ini menggunakan pendekatan IPTEK yakni mempertimbangkan
berbagai indikator yang diperlukan setiap cabang olahraga selanjutnya diukur
dengan instrumen yang obyektif. Faktor-faktor yang dipertimbangkan meliputi:
tinggi dan berat badan, kecepatan, waktu reaksi, koordinasi dan power.
2.1.3.4 Manfaat Identifikasi Bakat
Mengidentifikasi bakat olahraga adalah sangat penting. Banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari pengidentifikasian bakat secara ilmiah. Menurut Djoko
P. Irianto (2002:35) ada beberapa manfaat dari identifikasi bakat, yaitu:
1) Mempersingkat waktu pencapaian prestasi.
2) Efisiensi biaya dan tenaga.
3) Meningkatkan daya saing.
4) Meningkatkan rasa percaya diri atlet.
5) Fasilitas penerapan latihan berdasarkan pendekatan ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa, manfaat
pengidentifikasian bakat yaitu lebih efektif dalam pencapaian prestasi,
mempermudah pelatih dalam melatih dengan atlet yang memiliki kemampuan
18
yang tinggi, meningkatkan kepercayaan diri atlet dan mempermudah dalam
proses latihan. Oleh sebab itu, mengidentifikasi bakat sangatlah penting agar
dapat diperolah calon-calon atlet yang potensial.
2.1.3.5 Tahap Identifikasi Bakat
Mengidentifikasi bakat yang menyeluruh atau komprehensif tidak hanya
dilakukan sekali usaha, melainkan dilakukan dalam kurun waktu beberapa tahun.
Menurut Bompa (1990: 337) dalam Direktorat Jenderal Olahraga (2002:5)
mengemukakan ada tiga tahap pengidentifikasian bakat yaitu:
1) Tahap Identifikasi awal
Dilakukan pada masa pra-adolesensi (3-8 tahun). Pada tahapan ini
didominasi dengan pemeriksaan fisik pada kesehatan calon atlet dan
pengembangan fisik umum serta dirancang untuk mendeteksi berbagai
kegagalan fungsi atau penyakit. Porsi pengujian kemampuan biometrik dapat
memfokuskan pada (1) menemukan kekurangan-kekurangan fisik yang dapat
membatasi atau menghambat usaha keras calon atlet, (2) menentukan tingkat
perkembangan fisik calon atlet melalui metode sederhana, seperti rasio di
antara tinggi dan berat badan (3) mendeteksi genetik yang dominan (misalnya
tinggi badan) supaya anak dapat diarahkan pada klub-klub olahraga yang
memungkinkan anak menspesialisasikan cabang olahraga di kemudian hari.
Pengidentifikasian bakat dilakukan pada usia dini, sehingga hanya
memperoleh informasi umum dari kondisi anak. Hasil pengidentifikasian
belum dapat diputuskan secara pasti, karena dinamika tentang pertumbuhan
dan perkembangan calon atlet pada masa depan relatif belum dapat diketahui
atau masih berubah-ubah.
19
2) Tahap Identifikasi Kedua
Tahap ini digunakan untuk anak selama dan sesudah masa adolesensi
yang telah berpengalaman dengan latihan yang terorganisasi. Teknik yang
digunakan dalam tahap kedua ini harus menilai atau mengevaluasi dinamika
parameter biometrik dan parameter fungsional, karena tubuh harus sudah
mencapai tingkat adaptasi tertentu untuk persyaratan dan kekhususan dari
olahraga yang dipilih. Akibatnya, kesehatan harus dilakukan secara rinci dan
bermaksud mendeteksi hambatan-hambatan dalam meningkatkan prestasi
(misalnya rematik, hepatitis, penyakit akut dan lain-lain). Momen ini
merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan bagi anak pada masa
adolesensi, dimana perubahan-perubahan biometrik yang dramatis
berlangsung (misalnya jika anggota badan bagian bawah bertambah secara
nyata, maka otot berkembang secara tidak proporsional dan lain-lain). Oleh
karena itu, selama pemeriksaan perkembangan fisik umum harus
mempertimbangkan pengaruh latihan yang dispesialisasikan pada
pertumbuhan dan perkembangan atlet. Selama tahap pemanduan bakat
kedua ini, psikolog olahraga sangat berperan dengan melakukan tes psikologi
secara menyeluruh. Tiap profil psikologis atlet harus disusun untuk
mengungkapkan apakah ia memiliki ciri-ciri psikologis yang diperlukan untuk
olehraga yang dipilih. Tes ini akan membantu menentukan apakah gambaran
tekanan-tekanan psikologis di masa depan.
3) Tahap Identifikasi Akhir
Tahap indentifikasi bakat akhir ditujukan untuk calon tim nasional. Pada
tahap ini harus sangat rinci, reliabel dan sangat berhubungan dengan
kekhususan dan persyaratan olahraga yang dipilih. Di antara faktor-faktor
20
utama harus dilakukan yaitu pemeriksaan kesehatan, adaptasi psikologis
pada latihan dan kompetisi, kemampuan untuk mengatasi tekanan dan yang
sangat penting adalah potensi untuk meningkatkan prestasinya di masa
selanjutnya. Pemeriksanaan kesehatan, tes psikologis dan tes latihan harus
dilakukan secara periodik. Data-data tes ini harus dicatat dan dikomparasikan
untuk mengilustrasikan dinamika atlet dan tahap pengidentifikasian awal
sampai karir olahraga.
2.1.4 Identifikasi Bakat Dengan Metode Sport Search
2.1.4.1 Pengertian Sport Search
Pemanduan bakat dengan metode sport search adalah suatu model
pengidentifikasian bakat yang terdiri dari 10 butir tes yang bertujuan membantu
anak yang berusia antara 11-15 tahun untuk dapat menemukan potensi anak
dalam berolahraga yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi anak
(Direktorat Jenderal Olahraga, 2002:36). Program tersebut juga memberikan
informasi tentang cabang-cabang olahraga dan rincian tentang bagaimana cara
mencari dan memilih berbagai cabang olahraga di masyarakat. Sport search
adalah salah satu program yang dikembangkan oleh komisi Olahraga Australia
(The Australian Sport Commision) sebagai bagian dari AUSSIE SPORT, yakni
suatu pendekatan bangsa Australia secara menyeluruh terhadap perkembangan
olahraga junior. Tes ini berupa tes lapangan yang mudah dilaksanakan dan
memerlukan peralatan yang sederhana serta mudah dipersiapkan. Untuk
pengolahan dan analisis datanya, tes pemanduan bakat dengan metode sport
search ini hasilnya diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer.
21
2.1.4.2 Tes Dan Perlengkapan Dalam Sport Search
Widiastuti (2015:74-75) menjelaskan bahwa pemanduan bakat dengan
metode sport search menggunakan 10 butir tes pengukuran, yaitu:
1) Tinggi badan.
Tinggi badan adalah jarak vertikal dari lantai ke ujung kepala. Tinggi
badan ini merupakan faktor penting dalam berbagai cabang olahraga.
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Stadiometer atau pita pengukur yang diletakkan dengan kuat secara
vertikal di dinding.
b. Apabila menggunakan pita pengukur, dipersiapkan pula segitiga siku-siku.
c. Permukaan lantai yang dipergunakan harus rata dan padat.
2) Tinggi duduk.
Tinggi duduk adalah jarak vertikal dari alas permukaan tempat testee
duduk hingga bagian atas kepala. Pengukuran ini meliputi panjang togok,
leher, dan sampai panjang kepala. Perbandingan tinggi duduk dengan tinggi
badan pada saat berdiri adalah berkaitan dengan penampilan dalam berbagai
cabang olahraga.
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Stadiometer atau pita pengukur yang ditempelkan secara vertikal pada
dinding.
b. Apabila menggunakan pita pengukur, maka diperlukan juga segitiga siku-
siku.
c. Permukaan lantai yang digunakan harus rata.
22
3) Berat badan.
Berat badan berkaitan erat dengan beberapa cabang olahraga yang
membutuhkan tubuh yang ringan, seperti senam, apabila dibandingkan
dengan cabang olahraga yang memerlukan berat badan lebih berat, seperti
olahraga lempar dalam atletik.
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Timbangan ditempatkan pada permukaan yang rata.
4) Rentang lengan.
Rentang lengan adalah jarak horisontal antara ujung jari tengah dengan
lengan terentang secara menyamping setinggi bahu. Rentang lengan meliputi
lebar kedua bahu dan panjang anggota badan bagian atas (tangan).
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Pita pengukur yang ditempatkan secara horisontal. Sudut dinding
sebaiknya digunakan sebagai titik nol.
5) Lempar tangkap bola tenis.
Tes lempar tangkap bola tenis bertujuan untuk mengukur kemampuan
testee melempar bola tenis dengan ayunan dari bawah lengan (under arm)
kearah sasaran dan menangkapnya dengan satu tangan dan mata berkaitan
dengan penampilan dalam berbagai permainan.
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Bola tenis.
b. Sasaran bundar berdiameter 30 cm.
c. Pita pengukur.
23
d. Agar lebih efisien tester menyiapkan 2 atau 3 sasaran dan menugaskan di
antara testee saling menilai, sedangkan tester mengawasi
pelaksanaannya.
6) Lempar bola basket.
Tes melempar bola basket dirancang untuk mengukur kekuatan tubuh
bagian atas.
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Bola basket ukuran 7.
b. Pita pengukur.
7) Loncat tegak.
Tes loncat tegak adalah untuk mengukur kemampuan daya ledak kedua
kaki dalam melompat kearah vertikal.
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Kapur bubuk (bubuk bedak atau tepung).
b. Papan ukur yang ditempel pada dinding dengan tingkat ketinggian dari 150
hingga 350 cm.
8) Lari kelincahan.
Kelincahan (kemampuan untuk mengubah arah tubuh secara cepat
sambil bergerak).
Peralatan yang dibutuhkan:
a. Stopwatch.
b. Lintasan lari sepanjang 5 meter.
c. Kerucut pembatas lintasan atau patok 4 buah.
d. Permukaan lantai harus datar, rata, tidak licin.
24
9) Lari cepat 40 meter.
Kemampuan lari dengan cepat dari posisi tak bergerak dibutuhkan di
dalam berbagai permainan dalam olahraga khususnya tenis. Kecepatan juga
penting di dalam beberapa cabang olahraga yang membutuhkan ledakan
aktivitas yang pendek dengan intensitas tinggi.
Peralatan yang dibutuhkan:
a. Stopwatch.
b. Kerucut pembatas atau patok.
c. Lintasan lari 40 meter yang lurus dan datar. Apabila permukaan yang
digunakan berumput, rumput harus dalam keadaan kering.
10) Lari multi tahap (multistage aerobic fitness test).
Kesegaran aerobik merupakan komponen penting dari berbagai cabang
olahraga berbasiskan daya tahan (endurance). Lari bolak-balik (shuttle run)
atau lari multitahap (multistage fitness test) digunakan untuk menilai
kesegaran aerobik.
Perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Laptop dan file multi tahap.
b. Lintasan lari.
c. Jarak yang bermarka 20 meter pada permukaan yang datar, rata dan tidak
licin.
d. Stopwatch.
e. Kerucut pembatas atau patok 4.
f. Formulir.
25
2.1.4.3 Pelaksanaan Tes Sport Search
Direktorat Jenderal Olahraga (2002:47) menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan 10 butir tes dilakukan dalam satu sesi berdurasi 90 menit dengan
perbandingan antara testi dan testor sebesar 10:1. Perlu mengatur urutan butir
tes dalam dua bagian atau lebih. Apabila dikelompokkan dalam dua bagian,
maka sebaiknya menggunakan lima testor. Masing-masing testor sebaiknya
menangani satu pos pengetesan dan testi sebaiknya melakukan dari dari satu
pos ke pos lain. Urutan pelaksanaan tes yang disarankan adalah bagian
pertama, meliputi tinggi badan, tinggi duduk, berat badan, rentang lengan dan
lempar tangkap bola tenis. Kemudian bagian kedua meliputi lempar bola basket,
loncat tegak, lari kelincahan, lari cepat 40 meter dan lari multi tahap. Perlu
diperhatikan bahwa lari multi tahap dilaksanakan yang paling akhir dalam bagian
kedua.
2.1.5 Tenis
2.1.5.1 Pengertian Tenis
Tenis adalah salah satu cabang olahraga permainan bola kecil. Tenis
merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat dilakukan oleh
anak-anak, remaja maupun orang tua, laki-laki maupun perempuan, permainan
ini dapat dilakukan tunggal maupun ganda. Tenis dimainkan menggunakan raket
dengan ukuran panjang lapangan 23,77 meter dan lebar lapangan 10,97 meter,
serta dibatasi oleh net dengan tinggi 1,07 meter pada bagian tepi dan 0,914
meter pada bagian tengahnya.
Tenis lapangan merupakan suatu permainan yang memerlukan kecepatan
kaki, kelincahan, ketepatan, stamina, kekuatan, daya tahan yang tinggi,
26
antisipasi, percaya diri dan daya pikir. Selain itu, di dalam permainan tenis juga
menjunjung tinggi sportifitas.
2.1.5.2 Perlengkapan Tenis
Menurut Feri Kurniawan (2011:81-82) menjelaskan ada 3 perlengkapan
atau sarana yang harus dibutuhkan untuk dapat bermain tenis, yaitu:
1) Raket
Gambar 2.1 Raket tenis
Handle raket memiliki bentuk persegi delapan (octagonal shape) dengan
berbagai macam bentuk dan ukuran. Yang paling kecil ukuran 4⅛ inch
diameter, dan terbesar 4⅞ inch. Jarak dari ukuran minimum sampai
maksimum = kenaikan sebesar ⅛ inch.
2) Bola
Gambar 2.2 Bola tenis
Ukuran bola tenis berdiameter antara 6,35 cm hingga 6,65 cm dengan
warna hijau kekuningan.
27
3) Net
Gambar 2.3 Net tenis
Mempunyai ukuran tinggi 6 inch / 1,07 m pada tiang kedua sisi dan
tinggi 0,914 m pada tengah.
2.1.5.3 Instrumen Olahraga Tenis
Untuk membentuk atlet yang dapat mencapai prestasi puncak, perlu
adanya penyusunan instrumen cabang olahraga tenis sejak usia junior dengan
memperhatikan komponen-komponen yang terkait, komponen-komponen
tersebut meliputi:
1) Komponen kondisi fisik atlet tenis.
Sama halnya dalam dengan cabang olahraga lain, permainan tenis juga
membutuhkan kondisi fisik yang prima, atlet tenis membutuhkan kecepatan,
ketepatan, kekuatan, daya tahan, koordinasi dan kelincahan yang tinggi agar
dapat memenangkan pertandingan. Dalam cabang olahraga tenis, kekuatan
tangan menjadi faktor yang paling dominan. Ada 2 alat yang dapat digunakan
untuk mengukur kekuatan tangan, yaitu:
a. Tes kekuatan genggam
Tes ini menggunakan alat hand grip dynamometer. Tujuan dari tes ini
adalah untuk mengukur kekuatan genggaman tangan. Berikut adalah
standarisasi nilai bagi atlet junior.
28
Jenis Kelamin Baik Sekali Baik Cukup Sedang Kurang
Pria >56 51-56 45-50 39-44 <39
Wanita >36 31-36 25-30 19-24 <19
b. Tes tarik dan dorong (pull and push)
Tes ini menggunakan alat pull and push dynamometer. Tujuan dari
tes ini adalah untuk mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan
mendorong. Berikut adalah standarisasi nilai bagi atlet junior.
Jenis Kelamin Tes Baik Sedang Kurang
Pria Tarik & Dorong >52 40-52 <40
Wanita Tarik & Dorong >30 20-30 <20
2) Tes keterampilan pemanduan bakat cabang tenis lapangan.
Menurut (Moeslim, 2007:110) untuk mengukur keterampilan gerak
cabang olahraga tenis, tes model backboard rally dapat digunakan untuk
mengukur keterampilan gerak atlet tenis junior.
Pelaksanaan:
Sebelum dimulai anak tes berdiri di belakang garis batas, dengan
pegang raket dan dua buah bola pada tangan lainnya. Setelah aba-aba “siap-
ya” bola dijatuhkan lebih dulu (boleh menyentuh / memantul 1 atau lebih) baru
dipukul ke arah tembok pada atau di atas net. Lakukan pukulan tersebut
sebanyak mungkin selama 30 detik. Pukulan boleh langsung volley, asalkan
dimainkan dari belakang garis batas, untuk dapat dihitung sebagai pukulan
baik. Bola tidak perlu hanya sekali menyentuh lantai sebelum dipukul,
sekalipun tidak dimulai dari permulaan. Setiap memulai baik kalau bola hilang,
29
harus dari belakang garis batas dan dijatuhkan lebih dulu. Anak tes
melakukan 3 kali dan nilainya adalah jumlah dari 3 kali pelaksanaan tersebut.
Tabel 2.1 Skala Pencapaian Tenis
Tingkatan Hasil
Baik Sekali 46 – Ke atas
Baik 38-45
Sedang 29-37
Kurang 21-28
Kurang Sekali 20 – Ke bawah
2.2 Kerangka Berpikir
Gambar 2.4 Skema kerangka berpikir
Bakat: Suatu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih
perlu dikembangkan lebih lanjut dan dilatih agar dapat terwujud.
Pengembangan Bakat:
1. Aspek biologi 3. Aspek penunjang
a) Potensi/kemampuan a) Pelatih berkualitas
b) Fungsi organ tubuh b) Program latihan
c) Postur & Struktur tubuh c) Kebutuhan gizi
2. Aspek psikologis 4. Aspek lingkungan
a) IQ a) Sosial
b) Motivasi b) Sarpras
c) Kepribadian c) Cuaca
d) Koordinasi otot & saraf d) Orang tua & keluarga
Menghasilkan Prestasi Puncak
63
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV mengenai
tingkat kebakatan atlet tenis junior di klub Kota Semarang maka bisa disimpulkan
bahwa dari 47 sampel atlet tenis junior di klub Kota Semarang, 32% atau setara
dengan 15 atlet tenis junior tergolong dalam kriteria sangat berbakat dalam
cabang olahraga tenis. 17% atau setara dengan 8 atlet tenis junior tergolong
dalam kriteria berbakat dalam cabang olahraga tenis. 6% atau setara dengan 3
atlet tenis junior tergolong dalam kriteria cukup berbakat dalam cabang olahraga
tenis. 11% atau setara dengan 5 atlet tenis junior tergolong dalam kriteria kurang
berbakat dalam cabang olahraga tenis. 34% atau setara dengan 16 atlet tenis
junior tergolong dalam kriteria tidak berbakat dalam cabang olahraga tenis. Atau
secara sederhananya adalah 55% atau setara dengan 26 atlet tenis junior
termasuk dalam kriteria berbakat dan 45% atau setara dengan 21 atlet tenis
junior termasuk dalam kriteria tidak berbakat dalam cabang olahraga tenis.
5.2 SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disajikan saran-saran mengenai
tingkat kebakatan atlet tenis junior dengan metode sport search di klub Kota
Semarang adalah sebagai berikut:
1. Bagi atlet tenis junior hendaknya memiliki kesungguhan hati dalam berlatih
tenis, memiliki keinginan untuk terus menggali potensi diri dan memiliki
kemauan untuk berprestasi. Selalu memperhatikan dan melaksanakan
instruksi dari pelatih.
64
2. Bagi pelatih di klub tenis junior untuk memantau perkembangan potensi
bakat atletnya secara berkala dan lebih aktif berinovasi dengan
menyediakan program-program latihan yang tepat dan variatif yang mampu
menunjang proses pembinaan prestasi untuk menggali dan memunculkan
potensi bakat agar dapat dikembangkan secara maksimal untuk
menggapai prestasi puncak atletnya.
3. Bagi pemerintah khususnya di Kota Semarang harus lebih memperhatikan
dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana latihan
para atlet tenis junior agar lebih bersemangat dalam berlatih.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Apta Mylsidayu & Febi Kurniawan. 2015. Ilmu Kepelatihan Dasar. Bandung: Alfabeta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Direktorat Jenderal Olahraga. 2002. Seleksi dan Penelusuran Minat dan Bakat Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djoko .P. Irianto. 2002. Dasar Kepelatihan. Universitas Negeri Yogyakarta
Feri Kurniawan. 2011. Buku Pintar Olahraga. Jakarta: Laskar Aksara
Gerakan Nasional Garuda Emas. 2000. Pemanduan Dan Pembinaan Bakat Usia Dini. Jakarta: KONI
H.M. Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Hamid Darmadi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Handono Murti. 2002. Tenis Sebagai Prestasi Dan Profesi. Jakarta: Tyas Biratno Pallal
Harry Pramono. 2014. Pedoman Penyusunan Skripsi. Semarang: FIK Unnes
Mahmud Yunus, dkk. 2010. Evaluasi Pembinaan PPLP Balap Sepeda Jawa Timur. Jurnal Iptek Olahraga. Vol.12. Kementerian Pemuda Dan Olahraga R.I.
Moeslim. 2012. Tes Dan Pengukuran Dalam Olahraga. Sekolah Tinggi Olahraga Jakarta
Said Junaidi. 2003. Pembinaan Olahraga Usia Dini. Universitas Negeri
Semarang
Setya Rahayu, dkk. 2014. Evaluasi Pembinaan Program Prestasi Cabang Olahraga Angkat Besi. Jurnal Iptek Olahraga. Vol.16. Kementerian Pemuda Dan Olahraga R.I.
Singgih.D.Gunarsa. 2008. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia
66
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
Widiastuti. 2015. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: RajaGrafindo Persada