surat persetujuan dosen...
TRANSCRIPT
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi
Mahasiswa yang disebut dibawah ini :
Nama : SITI MUNAWARAH
NIM : 120565201050
Jurusan/Prodi : ILMU PEMERINTAHAN
Alamat : JL. Panglima Dompak Perum Agungvista Blok Btm 5
Nomor Tlp : 081288018831
Email : [email protected]
Judul Naskah : Koordinasi Pemerintah Daerah Dengan Pt. Perusahaan
Listrik Negara(Pln) Rayon Buru Dalam Menyelesaikan
Krisis Listrik Di Kecamatan Buru Kabupaten Karimun
Tahun 2015
Menyatakan judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah
dan untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, Januari 2017
Yang menyatakan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Bismar Arianto, S.Sos., M.Si Kustiawan, M.Pol.,Sc
NIP. 198005292014041001 NIDN. 507097301
2
KOORDINASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PT. PERUSAHAAN
LISTRIK NEGARA(PLN) RAYON BURU DALAM MENYELESAIKAN
KRISIS LISTRIK DI KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN
TAHUN 2015
SITI MUNAWARAH
BISMAR ARIANTO, S.Sos., MSi
KUSTIAWAN M.Pol., Sc
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMRAH, [email protected]
ABSTRAK
Pengembanga teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kebutuhan dan keinginan masyarakat modern akan suatu layanan yang mampu
memberikan kemudahan, kecepatan dan kepraktisan dalam bertransaksi. Masyarakat
dewasa ini sangat membutuhkan segalanya menjadi mudah. Teknologi adalah jantung
dari segala kegiatan saat ini.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran hasil koordinasi antara
Pemerintah Daerah dengan pihak PT. PLN Rayon Buru dalam upaya menyelesaikan
krisis listrik di Kecamatan Buru Tahun 2015. Karena kualitas pelayanan akan kurang
jika krisis terus saja terjadi.
Penelitian ini menggunakan metode Deskriftif Kualitatif, data yang dikumpulkan
terdiri dari data primer dan skunder. Unit analisis ialah pihak PLN dan Pemerintah
Daerah serta masyarakat. Teknik pengumpulan data wawancara dan observasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil koordinasi antara pihak PLN denga
Pemerintah Daerah.
Berdasarkan hasil penelitian koordinasi antar pihak PLN dengan Pemerintah Daerah
dapat terjalin dapat diukur dengan lima indikator yaitu: 1) komunikasi, 2)kesadaran
pentingya koordinasi, 3) kompetisi partisipan, 4) kesepakatan, komitmen dan isentif
koordinasi, 5) kontiunitas perencanaan.
Kata kunci: Koordinasi, Pemerintah Daerah Dan Krisis Listrik
3
KOORDINASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PT. PERUSAHAAN
LISTRIK NEGARA(PLN) RAYON BURU DALAM MENYELESAIKAN
KRISIS LISTRIK DI KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN
TAHUN 2015
SITI MUNAWARAH
BISMAR ARIANTO, S.Sos., MSi
KUSTIAWAN M.Pol., Sc
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMRAH, [email protected]
ABSTRACT
Devlopment of information technology affects the improvemen needs and desires of
modern society for a service that can provide ease, speed, and paracticality in the
transaction society today is in desperate need of everything is more easy. Technology
is the heart of all activities at this time.
This study aimed to deter mine the picture The coordination between the Regional
Government with the PT. PLN Rayon Buru in an effort to resolve the power crisis in
the District of Buru year 2015. Due to the quality of service would be less if the crisis
continues to happen.
This study uses deescriftive qualitative metodhs data collectes consists of primary
and secondary data. This unit of analysisi is the PLN and local governments and
communities. Data collection techniques of interviewing and observation. The
purpose of this study to find out the result of coordination between the Regional
Government PLN premises.
Based on the result of research coordination between the PLN and Local Government
can be established can be measured by five indicators, namely: 1) communications,
2) awareness of the importance of coordination, 3) competition participants, 4) an
agreement, commitment and coordination isentif, 5) continuities planning
Keywords: Coordination, Local Government and Electricity Crisis
4
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang, untuk
melaksanakan pembangunan yang adil dan merata di seluruh kawasan Indonesia,
diperlukan ketersediaan energi yang cukup sebagai motor penggerak
pembangunan itu sendiri. Salah satu contoh energi tersebut adalah listrik,
sehingga secara tidak langsung listrik menguasai hajat hidup orang banyak. Oleh
sebab itu, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 Ayat
2 yang berbunyi ”Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, maka pemerintah
berperan penting dalam pengaturan energi listrik.
PT. PLN bertugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum yang
kebutuhannya meningkat setiap tahunnya. Peningkatan akan kebutuhan sebagai
akibat dari peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat diiringi juga oleh
perkembangan industri di Indonesia, sementara PT. PLN mempunyai keterbatasan
dalam memenuhi peningkatan akan kebutuhan listrik tersebut. Di Indonesia PT
Perusahaan Listrik Negara/ PLN (Persero) merupakan perusahaan BUMN yang
ditunjuk sebagai penyedia tenaga listrik guna memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat Indonesia.
PT.PLN (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak dibidang penyediaan listrik, PT.PLN merupakan usaha formal milik
Negara, usaha formal adalah usaha yang memiliki izin resmi dan status hukum
5
dari pemerintah atau lembaga yang berwenang. Menurut Instruksi Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor : 114-12/39/600.2/2002, yang mengistruksikan
kepada seluruh jajaran PT. PLN (Persero) untuk melaksanakan langkah-langkah
peningkatan efisiensi, mutu pelayanan dan keandalan penyediaan tenaga listrik.
Instruksi tersebut bertujauan untuk mesejahterakan rakyat seperti yang di tuliskan
di dalam Undang-Undang Dasar 1945. pada tahun 2015 hingga 2016 sepertinya
PT.PLN tidak menjalankan instruksi dari pemerintah tersebut, ini semua terlihat
di salah satu ranting PT.PLN yang terletak di Kecamatan Buru, masyarakat
Kecamatan Buru kurang puas dengan pelayan PT.PLN (Persero) karena sering
melakukan pemadaman bergilir, tidak hanya itu listrik di Kecamatan Buru hanya
hidup selama 13 jam mulai dari pukul 16.30 WIB sampai pukul 06.30 WIB.
Padahal masyarakat Kecamatan Buru mengharapkan pelayanan yang lebih dari
PT PLN (Persero) Ranting Buru. Mengingat bahwasanya listrik sudah menjadi
sendi kehidupan bagi masyarakat sekarang ini, baik dalam beraktivitas rumah
tangga, tempat kerja, sekolah serta untuk kepentingan umumpun akan
menggunakan tenaga listrik.
Otonomi daerah memberikan hak, wewenang dan kewajiban kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Bidang
Ketenagalistrikan sendiri tidak diatur dengan jelas dalam UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah, namun apabila ditinjau dari pembagian urusan
pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota, sisi pelayanan dasar warga negara terutama pelayanan
6
ketenagalistrikan. Namun apabila ditinjau dari pelayanan dasar warga Negara
terutama pelayanan ketenagalistrikan pada desa yang belum terjangkau jaringan
PLN maka bidang ketenagalistrikan merupakan suatu urusan wajib yang harus
diperhatikan oleh Pemerintahan Daerah Provinsi.
Agar krisis listrik di Kecamatan Buru dapat diatasi dibutuhkan kerja sama
dengan pihak-pihak lain yang terkait, karena dalam penyedian pelayanan publik
suatu organisasi tidak dapat bekerja sendiri. Secara fungsional diperlukan
koordinasi antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan PT. PLN Ranting
Buru, koordinasi yang dimaksud ialah koordinasi yang menciptakan keserasian
tujuan, sikap dan pandangan dan tindakan-tindakan diantara satuan-satuan kerja,
baik dalam lembaga maupun diantara berbagai lembaga. Tidak hanya itu dalam
menangani krisis listrik pihak PLN bertanggung jawab akan hal ini karena pihak
PLN mendapatkan keuntungan akan tetapi pihak Pemerintah harus
memperhatikannya.
Bertitik tolak dengan adanya latar belakang permasalahan tersebut, maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih yang dituangkan dalam usulan
penelitian yang berjudul :”Koordinasi Pemerintah Daerah dengan PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Buru dalam Menyelesaikan Krisis
Listrik di Kecamatan Buru Kabupaten Karimun Tahun 2015”.
7
B. Rumusan Masalah
Dari gejala dan asumsi diatas maka yang menjadi pokok permasalahannya
ialah:
“bagaimana Koordinasi Pemerintah Daerah dengan pihak PT. PLN?”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini diarahkan untuk
mengetahui koordinasi Pemerintah Daerah dengan PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN) Ranting Buru dalam menyelesaikan kriris listrik di Kecamatan Buru
Kabupaten Karimun.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi semua pihak
yang memerlukan hasil penelitian ini.
b. Sebagai bahan perbandingan dan dasar bagi peneliti berikutnya yang berkaitan
dengan penelitinya.
2. Praktis
a. Menemukan jawaban atas masalah atau kendala-kendala yang ada pada
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Ranting Buru.
b. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah dan PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Ranting Buru dalam rangka
8
memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kecamatan Buru Kabupaten
Karimun.
D. Konsep Teori
1. Koordinasi
Menurut Ndraha Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai
kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan
menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar
semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangkan secara fungsional, koordinasi
dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan
mengefektifkan pembagian kerja.
Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan bersama
secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa
sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian
suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak
merusak keberhasilan yang lain. (Ndraha, 2003:291)
Koordinasi menurut Syafrudin adalah suatu proses rangkaian kegiatan
menghubungi, bertujuan untuk menyerasikan tiap langkah dan kegiatan dalam
organisasi agar tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Selain sebagai suatu proses, koordinasi dapat juga
diartikan sebagai suatu pengaturan yang tertib dari kumpulan gabungan usaha
untuk menciptakan kesatuan tindakan.
9
Koordinasi adalah penyesuaian diri dari masing-masing bagian, dan usaha
menggerrakkan serta mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok,
sehingga dengan demikian masing-masing bagian dapat memberikan sumbangan
terbanyak pada keseluruhan hasil. (Leonard D. White, 2011:33)
Koordinasi menurut Awaluddin Djamin diartikan sebagai suatu usaha
kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu,
sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi.
Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu
menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi.
Menurut Pearce II dan Robinson yang dimaksud dengan koordinasi adalah
integrasi dari kegiatan-kegiatan individual dan unit-unit ke dalam satu usaha
bersama yaitu bekerja ke arah tujuan bersama. Sedangkan menurut Stoner
koordinasi adalah proses penyatu-paduan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan
dari unit-unit yang terpisah (bagian atau bidang fungsional) dari sesuatu
organisasi untuk mncapai tujuan organisasi secara efisien.
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa koordinasi merupakan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mempunyai tujuan bersama yang menjadi
sasaran dari kegiatan tersebut. Dalam melakukan koordinasi, diperlukan adanya
kerja sama antar anggota yang pada akhirnya menimbulkan keharmonisan kerja
sehingga tidak adanya pekerjaan yang tumpang tindih antara yang satu dengan
yang lain dan semua usaha dan kegiatan yang dilakukan bgerjalan sesuai dengan
peraturan yang sudah ditetap
10
Menurut Inu Kencana bentuk koordinasi ada 3 yaitu:
1. Koordinasi Horizontal
Koordinasi Horizontal adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis dan
sinkron antar lembaga lembaga yang sederajat.
2. Koordinasi Vertikal
Koordinasi Vertikal adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis dan
sinkron dari lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada lembaga lembaga lain
yang derajatnya lebih rendah.
3. Koordinasi Fungsional
Koordinasi Fungsional adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis
dan sinkron antar lembaga lembaga yang memilik kesamaan dalam fungsi
pekerjaan.
Menurut Hadayaningrat ciri-ciri koordinasi adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu
koordinasi adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab daripada pimpinan.
Dikatakan bahwa pimpinan berhasil, karena ia telah melakukan koordinasi
dengan baik.
2. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena
kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan
sebaik-baiknya.
11
3. Koordinasi adalah proses yang terus menerus (continues process). Artinya
suatu proses yang berkesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan
organisasi.
4. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan karena
koordinasi adalah konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan terhadap
usaha individu tetapi sejumlah individu yang berkejasama di dalam kelompok
untuk mencapai tujuan bersama.
5. Konsep kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi. Hal ini berarti
bahwa pimpinan harus mengatur usaha-usaha/tindakan-tindakan daripada
setiap kegiatan individu sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam
sebagai kelompok dimana mereka bekerjasama.
6. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose). Kesatuan
usaha/tindakan meminta kesadaran/pengertian kepada semua individu, agar
ikut serta melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok dimana mereka
bekerja.
Tujuan koordinasi menurut Taliziduhu Ndaraha adalah sebagai
berikut:
1. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin melalui
sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan, antar berbagai
dependen suatu organisasi.
12
2. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tinginya setiap kegiatan
interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang
mengikat semua pihak yang bersangkutan.
3. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif-antisipatif di
kalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda, agar
keberhasilan unit kerja yang satu tidak rusak oleh keberhasilan unit kerja yang
lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi efektif.
Pentingnya koordinasi menurut Hayadayaningrat, yaitu:
1. Koordinasi yang baik akan akan mempunyai efek dan adanya efesiensi
terhadap organisasi itu. Karena itu maka koordinasi adalah memberikan
sumbangan (kontribusi) guna tercapainya efesiensi terhadap usaha-usaha yang
lebih khusus, sebab kegiatan-kegiatan organisasi itu adalah dilakukan secara
spesialis (khusus). Bila tidak akan terjadi pemborosan yaitu: pemborosan uang,
tenaga dan alat-alat.
2. Koordinasi memepunyai efek terhadap moral dari pada organisasi itu, terutama
yang berhubungan dengan peranan kepemimpinan. Kalau kepemimpinan
kurang baik, maka ia kurang melakukan koordinasi dengan baik oleh karena
itu koordinasi menentukan/mempengaruhi terhadap keberhasilan daripada
kepemimpinan.
3. Koordinasi mempunyai efek terhadap perkembangan daripada personal dalam
organisasi itu. Artinya bahwa unsur pengendalian personal dalam koordinasi
itu harus ada.
13
Koordinasi pemerintahan merupakan kegiatan-kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan harus ditujukan kearah tujuan yang hendak dicapai yaitu yang telah
ditetapkan menjadi Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Garis-Garis Besar
Haluan Pembangunan baik untuk tingkat pusat ataupun tingkat daerah, koordinasi
pemerintahan dapat juga diartikan sebagai pengaturan yang aktif bukan
pengaturan yang pasif, berupa membuat pengaturan terhadap setiap gerak dari
kegiatan dan hubungan kerja antar beberapa pejabat pemerintah baik pusat
maupun daerah serta lembaga-lembaga pemerintahan yang mempunyai tugas,
kewajiban dan wewenang yang saling berhubungan satu sama lain. Dimana
pengaturan bertujuan untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran dan saling
tumpang tindih suatu kegiatan
2. Pelayanan
Pelayanan berasal dari kata layan, melayani yaitu membantu menyiapkan
apa-apa yang diperlukan seseorang.
Pada hakekatnya pemerintah harus mampu menyelenggarakan dua fungsi
utama yaitu fungsi pelayanan dan pengaturan. Baik fungsi pengaturan maupun
fungsi pelayanan menyangkut semua segi kehidupan dan penghidupan
masyarakat. (Siagin, 2001:128).
Pelayanan publik merupakan segala kegiatan yang menyangkut
pemenuhan kebutuhan masyarakat luas meliputi kebutuhan dasar dan pelayanan
umum yang diatur dan diawasi oleh pemerintah. Menurut B. Libois dalam
Haryatmoko (2011:13) pelayanan adalah semua kegiatan yang pemenuhannya
14
harus dijamin, diatur dan diawasi oleh pemerintah, karena diperlukan untuk
perwujudan dan perkembangan kesaling ketergantungan sosial dan pada
hakikatnya, perwujudan sulit terlaksanakan tanpa kekuatan pemerintah.
Mahmudi dalam Hardiyansyah (2011:12) mengklasifikasikan pelayanan
dalam dua kategori, yaitu pelayanan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan
kesehatan, dan pelayanan umum. Salah satu pelayanan umu yang harus
diselenggarakan pemerintah adalah pelayanan jasa. Pelaynan jasa adalah
pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik.
Menurut Suparla, pelayanan adalah usaha pemberian bantuan atau
pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non materi agar orang
itu dapat mengatasi masalahnya sendiri.
Selanjutnya Moenir menjelaskan bahwa pelayanan adalah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Moenir juga
menambahkan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagi usaha
atau kegiatan yang bersifat jasa. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat harus seefektif mungkin. Secara umum pelayanan yang efektif dapat
berarti tercapainya tujuan pelayanan yeng telah ditetapkan organisasi dan
masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang didapatinya.
Menurut Moenir ada beberapa faktor yang mendukung suatu pelayanan
adalah:
1. Faktor kesadaran
2. Faktor aturan
15
3. Faktor organisasi
4. Faktor pendapatan
5. Faktor kemampuan dan keterampilan petugas
6. Faktor sarana dalam pelaksanaan pelayanan
Adapun Kotler menyebutkan bahwa pelayanan (Service) dapat didefinisikan
sebagai suatu tindakan atau kinerja yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain. Menurut Kolter Pelayanan atau lebih dikenal dengan service dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. High contact service, yaitu klasifikasi pelayanan jasa dimana kontak antara
konsumen dan penyedia jasa yang sangat tinggi, konsumen selalu terlibat
dalam proses dari layanan jasa tersebut.
2. Low contact service, yaitu klasifikasi pelayanan jasa dimana kontak antara
konsumen dengan penyedia jasa tidak terlalu tinggi.. Contohnya adalah
lembaga keuangan.
Menurut Sinambela, pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan,
bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia. Haksever menyatakan bahwa jasa atau pelayanan
(services) didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menghasilkan waktu,
tempat, bentuk dan kegunaan psikologis. Menurut Edvardsson jasa atau
pelayanan juga merupakan kegiatan, proses dan interaksi serta merupakan
perubahan dalam kondisi orang atau sesuatu dalam kepemilikan pelanggan
16
Seacara umum Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada
konsumen itu sendiri. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan
menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.
Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh
pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan
keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan
pelayanan untuk kepuasan konsumen.
E. Konsep Operasional
Konsep yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah
konsep mengenai koordinasi. Koordinasi ini diambil untuk menggambarkan
mekanisme koordinasi yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun
dengan PT. PLN Ranting Buru dalam menyelesaikan krisis listrik di Kecamatan
Buru.
Koordinasi Pemerintah Daerah dengan PT PLN merupakan kerja sama
untuk mensejahterakan masyarakat dalam menangani krisis listrik, listrik sangat
berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan dari Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa adalah pelayanan yang baik
serta merata. Pelayanan yang baik serta merata berarti membantu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhanannya dan dilakukan secara terbaik sehingga semua
masyarakat yang menerima pelayanan merasa diperhatikan.
17
Koordinasi dapat diukur dengan indicator sebagai berikut:
1. Komunikasi
Tahap komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif, koordinasi secara
langsung tergantung pada perolehan penyebaran dan pemrosesan informasi.
2. Kesadaran pentingnya koordinasi
Tahap kesadaran pentingnya koordinasi adalah seberapa pentingnya sebuah
koordinasi jika dijalankan, setelah informasi menyebar apakah seseorang
menganggap bahwa penting atau tidak sebuah koordinasi
3. Kompetisi partisipan
Tahap kompetisi partisipan ialah dimana terjadi persaingan oleh individu-
individu dalam sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan yang direncanakan
4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi
Tahap kesepakatan dan komitmen koordinasi artinya dalam menjalakan
koordinasi hal yang utama ialah kesepakatan diputuskan secara bersamaan
serta memgang teguh komitmen yang dijalankan
5. Kontinuitas Perencanaan
Tahap kontinuitas perencanaan adalah tahap kelanjutan setelah atau sebelum
perencanaan dibuat.
18
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan
metode Deskriptif Kualitatif dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek dengan objek penelitian pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menggambarkan secara
sistematik, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan karakteristik populasi atau
bidang tertentu (Wirartha, 2006:155). Sifat-sifat seperti hubungan antar fenomena
yang diselidiki.
2. Lokasi Penelitian
Berdasarkan judul penelitian, maka penelitian ini berlokasi di PT Perusahaan
Listrin Negara (PLN) Ranting Buru Kabupaten Karimun.. pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa krisis listrik
sudah meresahkan masyarakat Kecamatan Buru.
3. Jenis Data
Sumber data yang peneliti gunakan ialah:
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau data
yang bersumber dari informan yang diperoleh melalui wawancara dengan
para responden dan pengamatan langsung di lokasi penelitian sehubungan
dengan permasalahan yang diteliti.
19
b. Data skunder adalah data yang diperoleh melalui buku-buku, catatan dan
dokumen atau literatur, serta bacaan lain yang dijadikan teori dalam
menganalisa data.
4. Informan
Yang menjadi sasaran informan dalam penelitian ini ialah, pihak PT. PLN
Rayon Buru yang terdiri dari satu orang coordinator PLN, dua orang karyawan
operator mesin PT. PLN, kemudian pemerintah daerah yang menjalankan
koordinasi yaitu Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Riau bagian
Pengembangan Energi Provinsi Kepulauan Riau satu orang, dan serta yang
menjadi informannya dua orang masyarakat.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk melengkapi hasil penelitian ini, penulis memerlukan data sebagai
pendukung keseluruhan terhadap penulisan proposal ini dalam mencari dan
mengumpulkan data-data tersebut penulis mengunakan tehnik observasi,
wawancara dan dokumentasi.
a. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung terhadap responden
untuk memperoleh data yang komplit sehingga dapat mempermudah
penyusunan hasil penelitian.
b. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
obyek penelitian. Usaha ini dilakukan untuk melihat secara langsung
terhadap kenyataan yang sebenarnya terjadi pada obyek penelitian.
20
c. Kajian pustaka, yakni dengan mengumpulkan data-data tulisan baik itu
dari dokumen maupun arsip-arsip lainnya.
21
IV. PEMBAHASAN
Terdapat lima tahap dalam proses koordinasi, yaitu komunikasi, kesadaran
pentingnya koordinasi, kompetisi partisipasi, kesepakatan dan komitmen koordinasi
serta kontinuitas perencanaan. Tahap komunikasi adalah kunci koordinasi yang
efektif, koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan penyebaran dan
pemprosesan informasi. Tahap kesadaran pentingnya koordinasi adalah seberapa
pentingnya sebuah koordinasi jika dijalankan, setelah informasi menyebar apakah
seseorang menganggap bahwa penting atau tidak sebuah koordinasi itu. Tahap
kompetisi partisipan ialah dimana terjadi persaingan oleh individu-individu dalam
sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Tahap kesepakatan
dan komitmen koordinasi artinya dalam menjalankan koordinasi hal yang utama ialah
kesepakatan diputuskan secara bersamaan serta memegang teguh komitmen yang
dijalankan. Sementara itu tahap kontinuitas perencanaan adalah tahap kelanjutan
setelah atau sebelum perencanaan dibuat.
Komunikasi merupakan kunci koordinasi yang efektif, koordinasi secara
langsung tergantung pada perolehan penyebaran dan pemprosesan informasi.
Sebagaimana dalam hal ini komunikasi dapat disampaikan melalui berbagai cara
dalam mengatasi permasalahan krisis listrik. Berikut petikan wawancara menurut
Koordinator PT. PLN Rayon Buru.
Analisa dalam hal ini, komunikasi yang disampaikan berdasarkan pemberitahuan
masyarakat yang tinggal di Kecamatan Buru oleh pihak PLN mengenai permasalahan
krisis listrik. Untuk itu informasi yang diberikan oleh pihak PLN kepada masyarakat
22
untuk mencari solusi agar masalah krisis listrik dapat diatasi sehingga terjadinya
pemadaman listrik yang berlangsung lama. Sehingga hambatan dalam penyampaian
kepada masyarakat yang tinggal di Kecamatan Buru kurang memahami dan mengerti
dengan kondisi yang dialami oleh pihak PLN untuk mengatasi permasalahan krisis
listrik di Kecamatan Buru.
Kesadaran pentingnya koordinasi adalah seberapa pentingnya sebuah
koordinasi jika dijalankan, setelah informasi menyebar apakah seseorang
menganggap bahwa penting atau tidaknya sebuah koordinasi. Dalam koordinasi pihak
PLN harus membuat strategi dalam menghadapi krisis listrik yang terjadi di
Kecamatan Buru, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam pembentukan koordinasi
menangani krisis listrik. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Koordinator PT.
PLN Rayon Buru
Analisa pemaparan peneliti dalam hal ini ialah bahwa pihak-pihak yang terkait
dalam hal ini merangkup dalam pihak PLN yang ada di Kabupaten Karimun sampai
pada Kecamatan setempat hingga pada tingkat Provinsi yang ikut dalam mengatasi
permasalahan krisis listrik yang terjadi karena dalam kesadaran pentingnya
koordinasi yang dijalankan harus sesuai dengan informasi yang diberikan terkait
dalam penanganan permasalahan mengenai krisis listrik sehingga masyarakat yang
ada di Kecamatan Buru harus mengetahui bahwa pihak PT. PLN Rayon Buru telah
memberikan koordinasi dengan masyarakat agar mengerti dan sadar atas
permasalahan yang terjadi dengan apa yang sudah dikerjakan oleh pihak PLN.
Kompetisi partisipan adalah terjadinya persaingan oleh individu-individu dalam
23
sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan yang di rencanakan. Dalam koordinasi
harus ada intensitas dari pihak PLN kepada masyarakat dalam menangani
permasalahan krisis listrik yang ada di Kecamatan Buru.
Kesepakatan komitmen koordinasi adalah dalam menjalankan koordinasi hal
yang utama adalah kesepakatan diputuskan secara bersama serta memegang teguh
komitmen yang dijalankan. Dalam permasalahan krisis yang terjadi di Kecamatan
Buru adanya kesepakatan yang dibuat dari berbagai pihak baik itu dari masyarakat,
PLN maupun instansi pemerintah terkait dalam menangani permasalahan krisis
listrik.
Analisa dalam pemaparan hal ini merangkup dalam kesepakatan, komitmen dan
insentif koordinasi sebagaimana kesepakatan untuk masyarakat yang tinggal di
Kecamatan Buru dibuat berdasarkan kesepakatan bersama namun pihak PLN tidak
bisa menyelesaikan permasalahan krisis listrik diakibatkan prasarana dalam alat
yang digunakan tidak dapat beroperasi dengan maksimal. Sedangkan, kendala dan
hambatannya dalam kesepakatan tersebut sehingga respon.
Kontiunitas perencanaan adalah tahap kelanjutan setelah dan sebelum
perencanaan dibuat. Dalam hal ini perencanaan dibuat mengenai permasalahan krisis
listrik yang ada di Kecamatan Buru.
Adapun mengenai kesadaran pentingnya koordinasi, sebagaimana pentingnya
dalam koordinasi yang dijalankan berdasarkan informasi yang sangat penting yang
diberi oleh pihak PLN dalam menghadapi permasalahan krisis listrik kepada
masyarakat yang tinggal di Kecamatan Buru serta peran pemerintah yang ikut
24
menangani agar tidak terjadinya krisis listrik yang menjadikan kebutuhan bagi
masyarakat yang tinggal di Kecamatan Buru. Dalam kompetisi partisipan yang
terjadinya persaingan dari pihak-pihak terkait yang ikut terlibat didalamnya
menghadapi permasalahan krisis listrik dapat menjalankan perencanaan koordinasi
yang sesuai dengan yang direncanakan agar bagaimana mencari solusi dalam
mengatasi permasalahan krisis listrik.
25
V. KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Koordinasi dalam upaya menyelesaikan krisis listrik di Kecamatan Buru dapat
dikatakan berhasil karena sejak awal tahun 2016 tidak ada terjadinya pemadaman dan
tidak ada lagi masalah yang terjadi. Upaya yang ditempuh kiranya sangat berdampak
baik terhadap memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Faktor pendukung koordinasi anatara pihak PLN dengan Pemerintah Daerah dapat
berhasil adalah:
a. Pasrtisipasi pihak-pihak yang berkoordinasi sangat tinggi, yang mana rasa kesadaran
pentingnya sebuah koordinasi ditanamkan antara pihak-pihak yang berkoordinasi
yaitu pihak PLN dan Pemerintah Daerah.
b. Pemerintah Daerah yang memiliki wewenang bertanggung jawab sesuai kewenagan
yang ia miliki sehingga koordinasi dapat terjalin, dimana sesuai peraturan daerah
bahwasanya pemerintah daerah tngkat provinsi mempunyai wewenang dalam
menangani masalah kelistrikkan.
c. Kesadaran pihak PLN akan pentingnya sebuah koordinasi juga berdampak baik, baik
itu PLN Rayon maupun PLN Wilayah.
SARAN
a. Diharapkan agar Koordinator PLN memperhatikan permasalahan yang ada, jangan
menunggu masalah semakin membesar baru memperhatikan.
b. Karena masalah dari faktor mesinnya maka pihak koordinator PLN harus
memperhatikan karyawannya, koordinator PLN harus mampu melihat kemampuan
26
yang dimiliki karyawan-karyawannya sehingga operator dapat bekerja sesuai
kemampuan dan keahlian yang dimiliki masing-masing.
c. Berkomunikasilah dengan baik antara pihak pemerintah setempat, karena pemerintah
juga mempunyai wewenang didalamnya.
d. Informasi yang diberikan kepada masyarakat harusnya sesuai agar tidak terjadinya
kemarahan bagi masyarakat
27
DAFTAR PUSTAKA
Asep Adya Barata. 2003. Dasar-Dasar Pelayana Prima. Jakarta: Gramedia.
Idris Adam. 2007. Kinerja Perusahaan Terhadap Kepuasan Pelanggan. Malang:
CV Sofa Mandiri.
Moenir. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Ndraha Taliziduhu. 2003. Kybernology Ilmu Pemerintahan Baru jilid 1. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
-------. 2011. Kybernology Ilmu Pemerintahan Baru jilid 2. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
-------. 2005. Kybernology (Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan) Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nugroho Riant dan Randy. R. 2008. Manajemen Privatisasi BUMN. Jakarta: PT
ELEX media.
Pandji Santosa. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: PT. Reflika Aditama.
Rakhmat. 2009. Teori Administrasi dan Manajemen Publik. Jakarta: Pustaka Arif.
Safiie Inu Kencana. 2000. Manajemen Pemerintahan. Jakarta: Pertja.
Soejito Irawan. 1990. Hubungan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Soewarno Handayaningrat. 1989. Administrasi Pemerintahan Dalam
Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
28
Sunindhia. 1996. Penyelenggaraan Pemerintah Di Daerah. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT. Reflika.
Surya Indra dan Ivan Yustiavananda. 2008. Penerapan Good Corporate Governance
(Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha). Jakarta:
Kencana.
Suyanto Bagong dan Sutinah. 2005. Manajemen Penelitian Sosial Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Perundang Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikkan.
Keputusan Direktur Jenderal Listrik Dan Pemanfaatan Energi Nomor:114-
12/39/600.2/2002.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintah Daerah