surabaya

4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah ibu kota Jakarta. Kota pahlawan ini mengalami perkembangan pesat terutama di daerah Surabaya Barat dan Surabaya Timur, ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan perubahan peruntukan lahan yang semakin cepat. Hal ini terjadi karena kemajuan Kota Surabaya terutama dalam bidang ekonomi menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Akibatnya, jumlah penduduk yang tinggal di wilayah Kota Surabaya semakin banyak. Kondisi ini berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan penduduk akan hunian, perkantoran, sarana dan prasarana transportasi, serta fasilitas publik lainnya. Konsekuensinya, pembangunan fisik kota pun semakin meningkat, guna memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Pembangunan fisik dan prasarana perkotaan dapat berupa pembangunan permukiman sebagai tempat tinggal, pembangunan pabrik dan perkantoran sebagai tempat bekerja, pembangunan jaringan jalan sebagai penghubung dan jenis pembangunan lainnya. Kegiatan pembangunan fisik dan prasarana perkotaan di Surabaya tentunya menimbulkan konsekuensi terhadap perubahan peruntukan lahan. Banyak lahan yang semula berfungsi sebagai areal pertanian beralih fungsi menjadi areal terbangun (BAPPEKO Surabaya, 2008). Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh terutama citra Quickbird memudahkan dalam mengkaji perencanaan tata ruang kota dan monitoring penggunaan lahan. Sejak kemunculannya yang pertama kali di Indonesia, Quickbird langsung mendapat respon positif dari berbagai institusi pemerintah. Didorong pula oleh pemberian otonomi yang lebih luas kepada Pemda, maka Quickbird telah dimanfaatkan untuk menyusun peta penggunaan lahan yang paling up to date. Karena Quickbird memiliki keunggulan mampu menyajikan data dengan resolusi hingga 61 1

Upload: sitinisasyakirina

Post on 22-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Surabaya

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah ibu kota Jakarta. Kota pahlawan ini mengalami perkembangan pesat terutama di daerah Surabaya Barat dan Surabaya Timur, ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan perubahan peruntukan lahan yang semakin cepat. Hal ini terjadi karena kemajuan Kota Surabaya terutama dalam bidang ekonomi menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Akibatnya, jumlah penduduk yang tinggal di wilayah Kota Surabaya semakin banyak. Kondisi ini berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan penduduk akan hunian, perkantoran, sarana dan prasarana transportasi, serta fasilitas publik lainnya. Konsekuensinya, pembangunan fisik kota pun semakin meningkat, guna memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Pembangunan fisik dan prasarana perkotaan dapat berupa pembangunan permukiman sebagai tempat tinggal, pembangunan pabrik dan perkantoran sebagai tempat bekerja, pembangunan jaringan jalan sebagai penghubung dan jenis pembangunan lainnya. Kegiatan pembangunan fisik dan prasarana perkotaan di Surabaya tentunya menimbulkan konsekuensi terhadap perubahan peruntukan lahan. Banyak lahan yang semula berfungsi sebagai areal pertanian beralih fungsi menjadi areal terbangun (BAPPEKO Surabaya, 2008).

Latar Belakang

Perkembangan teknologi penginderaan jauh terutama citra Quickbird memudahkan dalam mengkaji perencanaan tata ruang kota dan monitoring penggunaan lahan. Sejak kemunculannya yang pertama kali di Indonesia, Quickbird langsung mendapat respon positif dari berbagai institusi pemerintah. Didorong pula oleh pemberian otonomi yang lebih luas kepada Pemda, maka Quickbird telah dimanfaatkan untuk menyusun peta penggunaan lahan yang paling up to date. Karena Quickbird memiliki keunggulan mampu menyajikan data dengan resolusi hingga 61

1

Page 2: Surabaya

2

cm, sehingga perkembangan wilayah kota tersebut dapat di kendalikan sesuai dengan orientasi perencanaan pembangunan kota agar tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru.

Dengan terjadinya perubahan penggunaan lahan tersebut, maka perlu adanya sebuah studi untuk mengevaluasi seberapa besar perubahan penggunaan lahan terhadap peta Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dengan menggunakan data citra Quickbird.

1.2

Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengolah data citra Quickbird, sehingga bisa digunakan untuk evaluasi perubahan penggunaan lahan terhadap peta hasil RDTRK Surabaya.

Perumusan Masalah

1.3

Batasan permasalahan dari penelitian tugas akhir ini adalah : Batasan Masalah

1. Wilayah studi dari penulisan tugas akhir adalah Surabaya Timur, kecamatan Sukolilo.

2. Data yang digunakan adalah Peta Garis Surabaya tahun 2002 dan Citra Quickbird tahun 2008 serta Peta hasil Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Surabaya tahun 1998.

3. Melakukan evaluasi penggunaan lahan dari daerah penelitian, yaitu : a. Evaluasi perubahan penggunaan lahan b. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan dengan RDTRK

Kecamatan Sukolilo.

1.4 Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah : Tujuan

1. Melakukan pengolahan dan analisis data citra Quickbird untuk mengevaluasi penggunaan lahan terhadap peta hasil RDTRK kecamatan Sukolilo tahun 1998.

2. Memberikan informasi kesesuaian dan ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap RDTRK Kecamatan Sukolilo.

Page 3: Surabaya

3

1.5

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak pengambil kebijakan tata ruang, baik di tingkat pusat ataupun daerah, agar perkembangan wilayah sesuai dengan orientasi perencanaan pembangunan kota. Selain itu hasil dari studi ini juga dapat bermanfaat dalam menggambarkan penggunaan lahan yang terdapat pada Kecamatan Sukolilo Surabaya Timur.

Manfaat

Page 4: Surabaya

4

“ Halaman ini sengaja dikosongkan”