supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru ...repository.radenfatah.ac.id/5565/1/tesis...
TRANSCRIPT
SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS EVALUASI DIRI PADAGURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1
TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR
Tesis
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh GelarMagister Pendidikan Islam (M.Pd.I) Dalam Program Studi Pendidikan Agama
Islam
Oleh
AIDIL FITRINIM. 1481163
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAMNEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2016
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : Dr. Muh. Misdar, M. Ag
NIP : 19630502 199403 1 003
2. Nama : Dr. Dian Erlina, M.Hum
NIP : 19730102 199903 2 001
Dengan ini menyetujui bahwa tesis berjudul “SUPERVISI AKADEMIK
BERBASIS EVALUASI DIRI PADA GURU PAI DI SMA NEGERI 1
TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR” yang ditulis oleh:
Nama : Aidil Fitri
NIM : 1481163
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi : Supervisi Pendidikan Islam
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah tertutup pada program
pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
Palembang, 20
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muh. Misdar, M. AgNIP. 19630502 199403 1 003
Dr. Dian Erlina, S.Hum NIP. 19730102 199903 2 001
ii
PERSETUJUAN TIM PENGUJISIDANG MUNAQASYAH TERTUTUP
Tesis berjudul: “SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS EVALUASI DIRIPADA GURU PAI DI SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU KABUPATENOGAN ILIR” yang ditulis oleh:
NamaNIMProgram StudiKonsentrasi
: Aidil Fitri: 1481163: Pendidikan Agama Islam: Supervisi Pendidikan Islam
Telah dikoreksi dengan seksama dan dapat disetujui untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah Terbuka pada Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI
1. Dr. Akmal Hawi, M.Ag :………………………………..
NIP. 19610730 198809 1 002 Tanggal,
2. Dr. Munir, M.Ag :……………………………….
NIP. 19710304 200112 1 002 Tanggal,
Palembang,Ketua Sekretaris,
Dr. Abdurrahmansyah, M.Ag Dr. KA. Bukhori, M.HumNIP. 19730713 199803 1 003 NIP. 19700422 199703 1 002
iii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS
Tesis berjudul “SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS EVALUASI DIRIPADA GURU PAI DI SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU KABUPATENOGAN ILIR” yang ditulis oleh:
NamaNIMProgram StudiKonsentrasi
: Aidil Fitri: 1481163: Pendidikan Agama Islam: Supervisi Pendidikan Islam
Telah dimunaqasyahkan dalam sidang terbuka pada tanggal Dua Puluh bulanSeptember tahun Dua Ribu Enam Belas dan dapat disetujui sebagai salah satusyarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) pada programPascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI
1. Ketua : DR. K.A. Bukhori, M.Hum :……………..
: NIP. 197004221997031002 Tanggal,
2. Sekretaris : DR. Mgs. Nazarudin, M.Ag :…………….
: NIP. 196509172005011002 Tanggal,
3. Penguji I : Dr. Akmal Hawi, M.Ag :…………….: NIP. 19610730 198809 1 002 Tanggal,
4. Penguji II : Dr. Munir, M.Ag :…………….: NIP. 19710304 200112 1 002 Tanggal
Palembang,Direktur Ketua Program Studi,
Prof. Dr. Duski Ibrahim, M.Ag Dr. Amir Rusdi, M.PdNIP. 196108061989031008 NIP. 195901141990031002
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Tempat/Tgl. Lahir
NIM
Pekerjaan
Alamat
: Aidil Fitri
: Tanjung Batu Seberang, 03 Juni 1986
: 1481163
: Guru PAI di SMAN 1 Lubuk Keliat
Kabupaten Ogan Ilir
: Jln. Burai Lk. V RT. 009 Kelurahan Tanjung Batu
Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “SUPERVISI
AKADEMIK BERBASIS EVALUASI DIRI PADA GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU KABUPATEN
OGAN ILIR” adalah benar karya penulis sendiri dan bukan merupakan jiplakan,
kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Jika terbukti tidak benar,
maka sepenuhnya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Raden Fatah
Palembang.
Demikianlah surat pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya.
Palembang, 24 Juni 2016Yang membuat pernyataan
Aidil FitriNIM. 1481163
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat
dan rakhmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul “ Supervisi
Akademik Berbasis Evaluasi Diri pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir “. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Pendidikan
Islam (M.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam pada Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
Saya menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangat sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Prof. Drs. H.M. Sirozi, M.A., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
2. Bapak Prof. Dr. Duski, M.Ag., selaku direktur PPs UIN Raden Fatah
Palembang.
3. Bapak Dr. Amir Rusdi, M.Pd.,selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam, yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Misdar, M.Ag. dan Ibu Dr. Dian Erlina, M.Hum, selaku dosen
pembimbing, yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
5. Bapak Dr. Akmal Hawi, M.Ag. dan bapak Dr. Munir, M.Ag. selaku dosen
penguji yang telah memberikan bimbingan dan masukan bagi perbaikan tesis ini.
6. Para staf Administrasi dan Dosen yang telah membantu memudahkan
penyelesaian tesis ini.
vi
7. Bapak Drs. Marhaen selaku kepala SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten
Ogan Ilir, yang telah banyak memberikan bantuan dan memberikan informasi
tentang pelaksanaan supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI.
8. Bapak Drs. Abdul Khomis, Ibu Paridah, S.Ag dan bapak Aang Junaidi, S.Pd.I
selaku guru bahasa Arab dan guru PAI pada SMA Negeri 1 Tanjung Batu
Kabupaten Ogan Ilir, yang dijadikan informan dalam penelitian, yang telah
berkerjasama dengan baik dan memberikan informasi dan data tentang
bagaimana pelaksanaan supervisi akademik berbasis evaluasi diri yang
diperlukan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Kedua Orangtuaku tercinta yang selalu memberikan dukungan, motivasi,
semangat dan doa kepada ananda dengan penuh kasih sayang.
10. Istriku tercinta Reni Indraini, Am.Kep dan kedua buah hatiku tersayang
Muhammad Faza Zahran dan Raisa Almahirah, atas dukungan moral dan
motivasi selama ini, dengan penuh kesabaran yang selalu memberikan
semangat untuk menyelesaikan studi ini.
11. Rekan-rekan seperjuangan, khususnya mahasiswa kelas beasiswa PAIS, atas
dukungan dan kebersamaannya selama ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca civitas akademik Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Palembang, Juni 2016Penulis
Aidil Fitri
vii
DAFTAR ISIHalaman
Halaman Judul ............................................................................................... iPersetujuan Pembimbing .............................................................................. iiPersetujuan Tim Penguji Sidang Tertutup ................................................. iiiPersetujuan Akhir Tesis ................................................................................ ivSurat Pernyataan ........................................................................................... vKata Pengantar .............................................................................................. viDaftar Isi ......................................................................................................... viiiDaftar Tabel .................................................................................................... xiDaftar Gambar ............................................................................................... xiiPedoman Transliterasi ................................................................................... xiiiAbstrak ............................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian............................................................ ......... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 13
E. Kajian Penelitian yang Relevan .............................................. 14
F. Kerangka Teori dan Kerangka Berpikir .................................. 19
G. Metodologi Penelitian .............................................................. 37
H. Sistematika Pembahasan .......................................................... 48
BAB II SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS EVALUSI DIRI
A. Konsep Supervisi Akademik ................................................... 50
1. Pengertian Supervisi Akademik .......................................... 50
2. Fungsi dan Tujuan Supervisi Akademik .............................. 59
3. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik .................................... 62
4. Teknik-teknik Supervisi Akademik ..................................... 64
5. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor .................................... 71
B. Konsep Evaluasi Diri ............................................................... 74
1. Pengertian Evaluasi ............................................................. 74
2. Konsep Diri (Self Concept) .................................................. 75
3. Hakikat Evaluasi Diri (Self Evaluation) .............................. 77
viii
C. Hakikat Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri ............. 80
1. Konsep Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri .......... 80
2. Langkah-langkah Supervisi Akademik Berbasis
Evaluasi Diri ........................................................................ 87
D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri ........................... 96
BAB III PROFIL SMAN 1 TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR
A. Letak Geografis dan Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1
Tanjung Batu ............................................................................ 102
1. Letak Geografis ................................................................... 102
2. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Tanjung Batu ............ 103
B. Visi, Misi dan Tujuan SMAN 1 Tanjung Batu ........................ 104
C. Keadaan Sarana Prasarana SMAN 1 Tanjung Batu ................. 105
D. Keadaan Tenaga Pendidik dan Staf Pegawai di SMAN 1
Tanjung Batu ............................................................................ 108
E. Keadaan Siswa, dan Kegiatan Ekstrakurikuler di SMAN 1
Tanjung Batu ............................................................................ 112
1. Keadaan Siswa ..................................................................... 112
2. Kegiatan Ekstrakurikuler ..................................................... 113
F. Proses Belajar Mengajar di SMAN 1 Tanjung Batu ................ 114
G. Prestasi yang Pernah Dicapai di SMAN 1 Tanjung Batu ........ 115
H. Keadaan Kepala Sekola dan Guru PAI .................................... 117
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK
BERBASIS EVALUASI DIRI PADA GURU PAI DI SMAN 1
TANJUNG BATU
A. Deskripsi Data dan Analisis .................................................. 119
1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
pada Guru PAI di SMAN 1 Tanjung Batu .......................... 120
a. Merencanakan program supervisi akademik berbasis
evaluasi diri ..................................................................... 121
ix
b. Pelaksanakan supervisi akademik berbasis evaluasi diri 136
c. Evaluasi dan tindak lanjut supervisi akademik berbasis
evaluasi diri 145
2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri pada guru PAI
di SMAN 1 Tanjung Batu 148
a. Faktor Pendukung 149
b. Faktor Pemhambat 151
B. Diskusi Temuan 158
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 166
B. Saran 167
C. Rekomendasi 168
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................170
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................175
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Halaman
BAB II
1. Tabel Format Evaluasi Diri Guru...............................................................................88
2. Tabel Format Kontrak Kinerja Peningkatan Kompetensi Guru
Berkelanjutan...................................................................................................................90
BAB III
1. Tabel 3.1 Keadaan Sarana Prasarana SMAN 1 Tanjung Batu........................106
2. Tabel 3.2 Pembagian Jabatan dan Tugas Guru di SMAN 1
Tanjung Batu.................................................................................................................109
3. Tabel 3.3 Pembagian Jabatan dan Tugas Pegawai di SMAN 1
Tanjung Batu.................................................................................................................111
4. Tabel 3.4 Keadaan Siswa SMAN 1 Tanjung Batu.............................................112
5. Tabel 3.5 Prestasi Akademik yang Dicapai Sekolah.........................................115
6. Tabel 3.6 Prestasi Non-Akademik yang Dicapai Sekolah...............................116
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
1. Gambar 1.1 Tindakan Berkelanjutan Supervisi Akademik Berbasis
Evaluasi Diri..........................................................................................30
2. Gambar 1.2 Skema Kerangka Berpikir...................................................................36
BAB II
1. Gambar 2.1 Tindakan Berkelanjutan Supervisi Akademik Berbasis
Evaluasi Diri..........................................................................................87
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Untuk memudahkan dalam penulisan lambang bunyi hurup, dari bahasaArab ke Latin, maka acuan penulisan transliterasi Arab ke latin bagi mahasiswapada Program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang mengacu pada SuratKeputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRI Nomor 158/1987 dan No. 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1987.
A. Konsonan Tunggal
NO Nama Huruf Latin Keterangan Huruf Arab
1 ا Alif Tdk dilambang Tidak dilambang
2 ب Ba B Be
3 ت Ta’ T Te
4 ث Sa’ S| Es (dengan titik diatas)
5 ج Jim J Je
6 ح Ha’ H{ Ha (dengan titik dibawah)
7 خ Kha’ KH Ka dan ha
8 د Dal D De
9 ذ Zal Z| Zet (dengan titik di atas)
10 ر Ra’ R Er
11 ز Zai’ Z Zet
12 س Sin S Es
13 ش Syin SY Es dan ye
14 ص Shad S{ Es (dengan titik di bawah)
15 ض Dhad D{ De (dengan titik di bawah)
16 ط Ta’ T{ Te (dengan titik di bawah)
17 ظ Za’ Z{ Zet (dengan titik di bawah)
18 ع ‘ain ‘ Koma di atas
19 غ Gayn G Ge
20 ف Fa’ F Ef
21 ق Qaf Q Qi
22 ك Kaf K Ka
23 ل Lam L El
24 م Mim M Em
25 ن Nun N En
26 و W W We
27 Ha’ H H Ha
28 Hamzah ‘ Apstrof Apstrof
29 Ya’ Y Y Ye
xiii
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap
ةدع Ditulis ‘iddah
C. Ta’ Marbutah
1. Bila mati maka ditulis h
ةبه Ditulis Hibah
ةيزج ditulis Jizyah
Ada pengecualian terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalambahasa Indonesia, seperti kata sholat, zakat. Akan tetapi bila diikuti oleh katasandang “ala” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
رڪءايلولااةما Ditulis Karamah al-auliya’
2. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah maka ditulis t.
رطفلاةاكز Ditulis Zakat al-fitri
D. Vokal Pendek
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah A A
Kasrah i i
Dammah u u
E. Vokal Panjang
Nama Tulisan Arab Tulisan Latin
Fathah+Alif+ya ةيلهاج Ja>hiliyyah
Fathah+alif layyinah ىعسي Yas’a>
Kasrah+ya’ mati ميرك Kari>m
Dammah+wawu mati ضورف Furu>d
F. Vokal Rangkap
Tanda huruf Nama Gabungan Nama Contoh
يـــــــــ Fathah dan ya’ mati Ai a dan i (ai) مكنيب
وـــــــــ Fathah dan wa mati Au a dan u (au) لوق
xiv
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrop
متنأأ Ditulis a’antum
تدعأ Ditulis u’iddat
متركش نؤل Ditulis la,in syakartum
H. Kata Sandang Alif+Lam
1. Bila diikuti oleh hurup qamariyah
نأرقلا Ditulis al-Qur’ãn
سايقلا Ditulis al-Qiyãs
2. Bila diikuti oleh hurup syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf
syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el)nya.
ءامسلا Ditulis As-samã’
سمشلا Ditulis Asy-syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut
pengucapannya dan menulis penulisannya
ضورفلاوذ Ditulis Zawi al-furud
ةنسلا لها Ditulis Ahl as-sunnah
ةودنلا لها Ditulis Ahl an-nadwah
xv
ABSTRAK
SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS EVALUASI DIRIPADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA
NEGERI 1 TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR
Tesis ini berjudul “Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri pada GuruPendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir”.Hal ini dilatarbelakangi bahwa dalam rangka meningkatkan performansi ataukemampuan guru PAI dalam menjalankan tugas mengajarnya agar dapatmemperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif danefisien, maka perlu adanya aktifitas pembinaan dan bimbingan profesionalterhadap guru melalui pelaksanaan supervisi akademik di sekolah. Adapunmasalah pokok dalam penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi akademik yangseharusnya dilakukan oleh pengawas PAI belum terlaksana dengan baik,dikarenakan kuantitas pengawas PAI yang tidak efektif, ideal dan seimbangdengan sekolah binaan, sehingga pelaksanaan supervisi akademik berbasisevaluasi diri menjadi pilihan dan srategi yang dilakukan oleh kepala sekolah padaguru PAI di SMAN 1 Tanjung Batu, dalam rangka mengatasi permasalahantersebut. Sehingga tujuan utama dalam penelitian ini adalah untukmendiskripsikan dan menganalisis secara mendalam (1) pelaksanaan supervisiakademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI di SMA Negeri 1 Tanjung BatuKabupaten Ogan Ilir, dan (2) faktor-faktor pendukung dan pemhambat dalampelaksanaan supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI di SMANegeri 1 Tanjung Batu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakanpendekatan deskriptif kualitatif, dengan tehnik pengambilan data melaluiwawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah itu dilakukan analisis data denganmenggunakan tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, sertapenarikan kesimpulan atau verifikasi.
Penelitian dalam tesis ini, menemukan bahwa pelaksanaan supervisiakademik berbasis evaluasi diri yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guruPAI merupakan bagian dari salah satu bentuk kepengawasan tidak langsungsebagai upaya mengatasi keterbatasan pelaksanaan supervisi akademik yangdilakukan oleh pengawas PAI.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat merekomendasikan kepadapeneliti selanjutnya untuk dapat menemukan belbagai bentuk kepengawasan tidaklangsung lainnya, sebagai solusi dan alternatif akan tidak efektifnya pengawasPAI dalam melaksanakan supervisi akademik di sekolah binaannya. Sedangkanbagi kepala SMAN 1 Tanjung Batu, dapat memaksimalkan pelaksanaan supervisiakademik berbasis evaluasi diri di sekolah. Juga dapat menjadi acuan dalampelaksanaan supervisi di sekolah lainnya, dan bahan pertimbangan lainnya dalammelakukan pembinaan dan pelatihan bagi stakeholder yang terkait, pengawas PAIdan dinas/lembaga terkait.
Kata Kunci : Supervisi Akademik, Evaluasi Diri, Guru PAI
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, guru dan sekolah merupakan dua kosakata yang
terikat sangat erat. Seorang guru menghabiskan sebagian waktunya untuk
melakukan tugas di lingkungan sekolah. Sekolah menjadi ladang pengabdian guru
untuk menunaikan tugas dan fungsinya.1 Oleh karena itu guru bersama kepala
sekolah berperan penting dalam memajukan pendidikan di sekolah, yang pada
akhirnya bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Peran guru di sekolah dalam pencapaian tujuan tersebut, berlangsung
dalam situasi pendidikan, pengajaran, latihan serta bimbingan terhadap peserta
didik. Untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal, maka diperlukan
sesosok guru yang profesional, dikarenakan dalam dunia pendidikan khususnya
bagian pengajaran tolak ukur keberhasilannya adalah guru.
Untuk menjadi guru profesional dengan keahlian yang dimaksud harus
memiliki komitmen tinggi, sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab, dan
secara terus menerus selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri untuk
menjadi guru yang kompeten dalam kemampuan profesionalitasnya. Secara rinci
hal itu dapat dikembangkan melalui prinsip-prinsip profesionalitas sebagaimana
tertuang pada UU RI, Nomor 14 Tahun 2005, Bab III, Pasal 7 (1) sebagai berikut :
1 Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), hlm. 65.
1
2
Seorang guru yang profesional, harus dapat mengejawantahkan danmengktualisasikan prinsip-prinsip profesionalitasnya, yaitu : a. Memilikibakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism. b. Memiliki komitmen untukmeningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.c. Memiliki kualifikasi akademik, dan latar belakang pendidikan sesuaidengan bidang tugas, d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuaidengan bidang tugas, e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugaskeprofesionalan, f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuaidengan prestasi kerja, g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.2
Rangkaian prinsip profesionalitas tersebut, mengisyaratkan bahwa seorang
guru merupakan sosok seorang yang memiliki pribadi tangguh dan berkualitas
konprehensip dari berbagai dimensi sesuai dengan prinsip profesionalitasnya,
yang memiliki kemampuan diri sebagai pendidik yang berkualitas, yakni beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia dan dapat melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, sehingga lebih luas diharapkan guru dapat berperan sebagai agen
pembelajaran, berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasional.
Namun pada kenyataannya, tidak sedikit dari mereka (para guru) menemui
beberapa hambatan yang menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan proses
belajar mengajar. Sebagaimana Muhammad Ali yang dikutip oleh Cece Wijaya,
menerangkan bahwa secara garis besar hambatan-hambatan tersebut adalah
kurangnya daya inovasi, lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan,
ketidakpedulian terhadap berbagai perkembangan dan kurangnya sarana dan
prasarana pendukung.3
2 Dirjend. Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2007), hlm. 77.
3 Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 185.
3
Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut yang berimbas pada
tercapainya hasil pendidikan dan pengajaran yang kurang maksimal, maka guru
tersebut memerlukan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari pihak lain yang
mempunyai kelebihan dan kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan
permasalahan tersebut yang salah satunya dengan bantuan supervisi pendidikan.
Sebagaimana Schubert, menyatakan bahwa “supervision is on going
process that provides inspiration, meaning, helpful feedback, and a greater sense
of purpose”,4 dan menurut Wiles bahwa “Supervision is assistance in the
development of a better teaching learning situation”.5 Secara substantive dapat
dipahami bahwa kedua pendapat tersebut di atas memaknai supervisi sebagai
kegiatan memberi bantuan terutama ditujukan kepada guru dan peserta didik agar
proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efesien dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan kata lain, supervisi merupakan aktivitas pembinaan atau
bimbingan dalam rangka meningkatkan performansi atau kemampuan guru dalam
menjalankan tugas mengajarnya sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Jika dilihat dari objeknya,
supervisi pendidikan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu supervisi akademik, supervisi
administratif, dan supervisi lembaga.6
4Lantip Diat Prasojo, dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hlm. 84.
5 Ibid.6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 33.
4
Supervisi pendidikan yang dibahas dalam penelitian ini adalah supervisi
akademik. Ketertarikan penulis membatasi penelitian ini mengenai supervisi
akademik, karena menitikberatkan pengamatan supervisi pada masalah-masalah
akademik, yaitu hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan pembelajaran.
Sasaran supervisi akademik yaitu pemberdayaan guru dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik yang diwujudkan dalam kinerja
membelajarkan peserta didiknya.7
Selain itu juga, supervisi akademik merupakan salah satu instrumen yang
dapat mengukur dan menjamin terpenuhinya kualitas penyelenggaraan pendidikan
maupun penyelenggaraan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu guru
untuk lebih memahami peranannya di sekolah dan memperbaiki caranya
mengajar. Zepeda menyatakan bahwa tujuan supervisi akademik adalah “to
improvement of teacher performance is a common goal of instructional
supervisors.”8 Artinya bahwa tujuan supervisi akademik adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan profesional guru, fasilitasi
problem solving, dan membangun kapasitas profesionalisme guru.
Untuk mencapai tujuan supervisi tersebut, telah dikembangkan berbagai
model supervisi sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
atau acuan dalam melakukan supervisi, mulai dari model yang konvensional
sampai pada model yang modern. Sebab dengan tingkat pemahaman yang baik
7 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan MutuPembelajaran di Era Otonomi Daerah, (Bandung, Alfabeta, 2010), hlm. 45.
8Sally J. Zepeda, Instructional Supervision, Appliying Tools and Concepts, (NY: Eye on Education, Inc, 2007), hlm. 29.
5
terhadap model-model supervisi tersebut, supervisor dapat memaksimalkan
kegiatan supervisinya.
Berangkat dari orientasi supervisi akademik yaitu suatu kegiatan sebagai
upaya bantuan dan bimbingan kepada guru dalam menjalankan pekerjaannya agar
lebih baik, maka model supervisi akademik yang baik adalah model supervisi
yang berbasis pada analisis kemampuan guru atau kompetensi guru. Artinya
materi pembinaan yang diberikan selama kegiatan supervisi di dasarkan pada
kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh guru selama melaksanakan proses
pembelajaran, memecahkan hambatan dalam mengerjakan tugasnya serta
meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Untuk mengetahui kelemahan
atau kelebihan pada kompetensi guru tersebut, ditempuh dengan jalan
memberdayakan guru itu sendiri melalui evaluasi diri dalam proses supervisi
akademik.
Lebih lanjut, Airasian, Gullickson, Hahn, & Farland, (1995) menerangkan
bahwa: “Self evaluation is a process in which one makes judgments about the
adequacy and effectiveness of performance for the purpose of self improvement. It
is the most common form of evaluation used by teachers to improve practice”.9
Artinya bahwa evaluasi diri merupakan proses dimana guru membuat penilaian
mengenai kemampuan dan efektivitas kinerja dirinya untuk tujuan perbaikan diri,
Evaluasi diri ini merupakan cara paling umum dipakai guru untuk meningkatkan
kualitas kinerjanya.
9Cassandra L. Keller, Michael P. Brady and Ronald L. Taylor, Using Self Evaluation toImprove Student Teacher Interns’ Use of Specific Praise, dalam Education and Training in Developmental Disabilities, Vol. 40 No. 4, 2005, hlm. 368.
6
Senada dengan Ross dan Bruce (2007), menyimpulkan bahwa evaluasi diri
guru merupakan strategi konstruktif untuk meningkatkan efektivitas
pengembangan kompetensi berkelanjutan dalam bidangnya dalam satu paket.
Artinya di dalam evaluasi diri memuat : saran rekan sejawat, pembinaan oleh
pengawas, dan terutama fokus pada strategi pengajaran.10 Maka dari itu, telah
hadirnya sebuah model supervisi akademik berbasis evaluasi diri.
Model supervisi akademik ini merupakan model supervisi dari hasil
pengembangan dari beberapa model yang telah ada. Dari beberapa hasil
penelitian, menunjukkan bahwa penerapan model supervisi akademik berbasis
evaluasi diri dapat memberikan manfaat serta efektif bagi kelangsungan
pelaksanaan supervisi akademik di sekolah. Sebagaimanan hasil penelitian Eliani
Dwi Pahlevi,11 menerangkan bahwa model supervisi akademik berbasis evaluasi
diri guru dan penilaian rekan sejawat guru diperoleh hasil bahwa model supervisi
tersebut bermanfaat, mudah, fleksibel, dan dapat diterapkan.
Senada dengan Eny Winaryati, dalam hasil penelitiannya didapatkan
bahwa Model Evaluasi Diri dan Teman Sejawat (EDTS) dalam Supervisi, efektif
untuk digunakan, serta memberi dampak positif karena dihasilkan informasi yang
mengarah terhadap perbaikan pembelajaran berikutnya. Peran kepala sekolah
sebagai supervisor pun akan lebih optimal, melalui kegiatan memvalidasi data
10Ross, J. A. & Bruce, C. D., Teacher self-assessment: A mechanism for facilitatingprofessional growth. Dalam Teaching and Teacher Education, Vol. 23 No. 2, 2007, hlm. 146-159.
11 Eliani Dwi Pahlevi, “Model Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri dan Penilaian Rekan Sejawat”, dalam Educational Management, Vol. 3 No. 2, 2014, hlm. 119.
7
hasil evaluasi diri guru, serta menjadi fasilitator dalam kegiatan diskusi dan
feedback.12
Dengan demikian, model supervisi akademik berbasis evaluasi diri,
supervisor berperan memberikan bantuan profesional berdasarkan hasil evaluasi
diri guru tersebut. Sehingga baik guru maupun supervisor dituntut untuk saling
bekerja sama dalam mengembangkan kemampuan guru. Dari hasil evaluasi diri
ini guru dapat mengetahui kompetensi yang kurang, perlu ditingkatkan atau
kompetensi yang sudah baik. Terhadap kompetensi yang masih kurang dan perlu
dikembangkan, guru dapat meminta bantuan pengawas atau kepala sekolah untuk
mengatasinya dengan membuat jadwal bimbingan yang sudah disepakati bersama.
Model supervisi akademik berbasis evaluasi diri ini memungkinkan
pengembangan keprofesian berkelanjutan guru dapat dilakukan dengan
sendirinya. Hal inilah yang menjadi perbedaan sekaligus keunggulan model
supervisi akademik berbasis evaluasi diri dengan teknik supervisi akademik yang
lain. Selain itu juga, supervisi akademik berbasis evaluasi diri dapat memberikan
kemudahan bagi kepala sekolah untuk dapat diterapkan di sekolah, mengingat
kepala sekolah lebih mengetahui kondisi dan kebutuhan guru di sekolahnya.
Dalam implementasinya, pelaksanaan supervisi akademik di sekolah
menjadi tanggung jawab pengawas sekolah berdasarkan Peraturan Menpan dan
RB Nomor 21 Tahun 2010, yang menegaskan bahwa pengawas sekolah adalah
guru berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat dan diberi tugas tanggung jawab
dan wewenang oleh pejabat berwewenang untuk melaksanakan
12 Eny Winaryati, Suyata dan Sumarno, Model Evaluasi Dalam SupervisiPembelajaran IPA Berbasis Lima Domain Sains, dalam Jurnal Penelitian dan EvaluasiPendidikan, (Vol. 17, No. 2, Tahun 2013), hlm. 243.
8
pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan/
sekolah.13 Dengan beban kerja pengawas sekolah tingkat menengah adalah
membina paling sedikit 7 (tujuh) satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh)
guru mata pelajaran/ kelompok mata pelajaran.14
Namun kenyataan di lapangan, pelaksanaan supervisi akademik di sekolah
oleh pengawas sekolah, muncul berbagai macam persoalan, di antaranya kuantitas
pengawas sekolah yang tidak ideal dan seimbang dengan sekolah binaan.
Sebagaimana hasil observasi awal pada kantor Kementerian Agama Kabupaten
Ogan Ilir, yang menjadi lokasi dalam penelitian ini, berdasarkan dokumentasi
daftar pengawas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat
SMA/MA, didapat bahwa satu orang yang ditugaskan sebagai pengawas
akademik kabupaten untuk membina atau mensupervisi sebanyak 84 sekolah
tingkat SMP sederajat, dengan jumlah guru sebanyak 78 orang, dan sebanyak 32
sekolah tingkat SMA sederajat, dengan jumlah guru sebanyak 31 orang.15
Berdasarkan kondisi kuantitas pengawas yang demikian di atas, jelaslah
bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas kurang
efektif dan optimal. Hal ini juga dipertegas dengan hasil wawancara awal dengan
kepala SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kab. Ogan Ilir (Februari 2016) yang
menerangkan bahwa kehadiran pengawas untuk melakukan pembinaan melalui
supervisi akademik masih minim, karena pengawas sekolah mengunjungi tiap
sekolah paling banyak hanya satu kali selama satu tahun. Selain itu ketika
13 Nana Sujana, et.al., Buku Kerja Pengawas Sekolah, (Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), hlm. 2.
14 Ibid., hlm. 14.15 Dokumentasi kantor Kemenag OI, Senin ,14 Maret 2016 (Terlampir)
9
pengawas datang ke sekolah pengawas jarang sekali melakukan kunjungan kelas
untuk memberikan bantuan dan bimbingan akademik tetapi lebih banyak
membahas permasalahan yang bersifat administratif.16
Berdasarkan permasalahan di atas, maka pelaksanaan supervisi akademik
di sekolah menjadi tugas dan tanggung jawab kepala sekolah, hal ini berdasarkan
Permendiknas nomor 13 tahun 2007, tentang standar kepala sekolah/madrasah,
kepala sekolah berkewajiban melakukan supervisi sesuai dimensi kompetensi
yang melekat padanya yaitu melakukan perencanaan program supervisi akademik,
melaksanakan supervisi akademik dengan menggunakan pendekatan dan tehnik
supervisi yang tepat serta menindak lanjuti hasil supervisi akademik.17
Artinya kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama dan
memegang peranan yang amat penting dalam keseluruhan kegiatan supervisi
akademik di sekolah tersebut. Kepala sekolah diharapkan mampu memposisikan
dirinya sebagai pimpinan sejati yang melakukan fungsi pembinaan, pengawasan
dan bimbingan secara sistematis dan terprogram untuk terus menerus mencari dan
melakukan upaya kreatif dan inovatif untuk mencapai kondisi ideal pemberdayaan
guru sebagaimana yang diharapkan.
Hal inilah yang mendasari akan pelaksanaan supervisi akademik berbasis
evaluasi diri yang dilakukan kepala sekolah kepada guru-guru di SMA Negeri 1
Tanjung Batu, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SMAN 1 Tanjung
Batu pada bulan Februari 2016, dalam kutipan wawancara menerangkan bahwa:
“Mulai tahun 2014, di sekolah ini telah menerapkan sebuah konsep supervisi
16 Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Tanjung Batu, 09 Februari 2016 (Terlampir)17Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning
Organization), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 29.
10
berbasis evaluasi diri, hal ini didasari oleh penerapan PKG (Penilaian Kinerja
Guru) untuk kenaikan pangkat bagi guru, khususnya guru yang sudah PNS”.18
Kepala sekolah juga menerangkan bahwa pada dasarnya para guru-guru di SMA
Negeri Tanjung Batu telah memiliki kemampuan atau kompetensi dalam mengajar
yang cukup baik, terlebih-lebih dengan pengalaman mengajar yang sudah cukup
lama, dan beberapa guru yang telah sertifikasi. Artinya dalam pelaksanaan
supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah berorientasikan pada
kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan oleh guru itu sendiri, masukan dari rekan
wakil kepala sekolah, serta tuntutan dari perkembangan dan kemajuan dalam
dunia pendidikan.19
Dipertegas dengan hasil wawancara dengan salah satu guru PAI di SMAN
1 Tanjung Batu (Ibu Paridah) pada bulan Februari 2016, dalam kutipan
wawancaranya menerangkan bahwa membenarkan akan pelaksanaan supervisi
akademik berbasis evaluasi diri yang berlaku di SMAN 1 Tanjung Batu semenjak
tahun 2014. Namun dalm pelaksanaannya, belum terlaksana secara maksimal.
Terkadang hanya berupa jadwal, tanpa pelaksanaan atau untuk pemenuhan
administrasi saja, dan masih kurangnya peran kepala sekolah dalam menindak
lanjuti hasil supervisi akademik berbasis evaluasi diri tersebut.20 Akan tetapi
untuk mengetahui kebenaran atau kondisi sesungguhnya yang terjadi, secara
objektif tentu perlu pembuktian lebih lanjut (berdasarkan data atau fakta) di
lapangan.
18 Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Tanjung Batu, 09 Februari 2016 (Terlampir)19 Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Tanjung Batu, 09 Februari 2016 (Terlampir)20 Wawancara dengan guru PAI (Paridah, S.Ag), 09 Februari 2016 (Terlampir)
11
Untuk itu peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan mengangkat
permasalahan “Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri pada guru PAI di
SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir”. Pembatasan penelitian yang
hanya fokus pada guru PAI (Pendidikan Agama Islam), dikarenakan selain bidang
kajian penulis yang menyesuaikan program study yakni pendidikan agama Islam,
lebih dari itu penulis tertarik bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu
mata pelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek nilai-nilai
kepribadian dan akhlak mulia peserta didik.
Kepribadian yang bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
haruslah tertanam dengan baik dalam diri anak didik, karena kemajuan yang tidak
dibarengi dengan kuatnya iman dan takwa, maka dapat menyebabkan anak akan
terjerumus ke dalam hal-hal yang dapat merusak moral mereka. Oleh karena itu,
pendidikan agama Islam sangatlah penting sebagai pendidikan mereka untuk
memperkuat dan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Untuk mencetak generasi atau para lulusan yang handal, berkualitas,
kreatif dan juga beriman dan bertakwa, maka diperlukan sosok guru PAI yang
berkualitas dan profesional. Selain itu juga diperlukan sistem supervisi yang
mampu membina, membimbing dan mengarahkan guru PAI agar selalu
memperbaiki kualitas pengelolaan pembelajaran PAI di sekolah. Hal ini juga,
seiring dengan adanya perkembangan dan kemajuan dunia pembelajaran yang
belum diketahui oleh guru, maka guru tersebut memerlukan bimbingan atau
pelayanan dari supervisor.
12
B. Rumusan Masalah
Menurut Moleong21, bahwa didalam penelitian kualitatif masalah
penelitian disebut dengan fokus atau dengan istilah yang lengkap adalah rumusan
masalah. Rumusan masalah ditetapkan karena begitu banyak fakta yang ingin
diketahui dan diungkapkan. Hal ini ditambahkan lagi dengan begitu banyak
temuan lapangan yang akan membuat rasa keingintahuan untuk menelusuri lebih
jauh. Namun demikian peneliti harus membatasi dirinya dan kajian penelitiannya
agar penelitian ini tidak berjalan tanpa arah. Pembatasan area penelitian inilah
yang disebut dengan rumusan masalah.
Berdasarkan hal di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik berbasis Evaluasi Diri pada
guru PAI di SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi
berbasis Evaluasi Diri pada guru PAI di SMA Negeri 1 Tanjung Batu
Kabupaten Ogan Ilir?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam:
1. Pelaksanaan supervisi akademik berbasis Evaluasi Diri pada guru PAI di
SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir.
21 Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 68.
13
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi
berbasis Evaluasi Diri pada guru PAI di SMA Negeri 1 Tanjung Batu
Kabupaten Ogan Ilir.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Secara Teoritis
Sebagai karya ilmiah, diharapkan hasil penelitian ini secara teoritis
dapat dijadikan sebagai rujukan untuk kajian dalam mengembangkan ilmu
administrasi pendidikan, terutama mengenai supervisi berbasis Evaluasi Diri
sebagai upaya dalam meningkatkan profesionalitas guru, dan merupakan
kontribusi dalam pengembangan kemampuan kerja dan kinerja (hasil) pada
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2. Kegunaan Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfat atau berguna :
a) Bagi kepala sekolah, untuk dijadikan pertimbangan secara kontektual dan
konseptual dalam implementasi supervisinya, sehingga supervisi akademik
yang dilakukan berperan positif dalam upaya membina dan meningkatkan
profesionalitas guru PAI di SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan
Ilir.
b) Merupakan masukan bagi guru, untuk meningkatkan kualitas
profesionalitasnya dan merupakan motivasi untuk melakukan inovasi
pembelajaran dalam rangka merealisasikan peningkatan mutu pembelajaran
dan pendidikan di SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir.
14
c) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk
penelitian selanjutnya.
E. Kajian Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian yang akan dilasanakan antara lain:
Pertama, Eny Winaryati (2013), dalam Disertasinya “Model Evaluasi Diri
dan Teman Sejawat (EDTS) dalam Supervisi Pembelajaran IPA Berbasis Lima
Domain Sains”, Disertasi. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model evaluasi diri dan teman
sejawat (EDTS) dalam supervisi pembelajaran IPA berbasis lima domain sains (5
DS).
Model EDTS dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan
(R&D). Dan hasil penelitian ini bahwa Model EDTS efektif untuk digunakan,
berdasarkan data: validitas konten (96% relevan), reliabilitas (kriteria baik),
diperkuat dengan triangulasi sumber dan jenis data, durasi waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan penilaian lebih fleksibel dan obyektif, serta memberi dampak
positif karena dihasilkan informasi yang mengarah terhadap perbaikan
pembelajaran berikutnya. Penelitian ini mengkombinasikan antara mapping
handbook evaluasi dengan supervisi, memperkuat dan memperbaiki pelaksanaan
PKG, dan menghasilkan supervisi berbasis mata pelajaran.
Terdapat persamaan di dalam penelitian ini dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah mengkaji tentang supervisi akademik berbasis evaluasi diri.
Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada metode
15
penelitian, dan bidang kajiannya. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research
and Development). Sedangkan metode yang dilakukan peneliti, menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang
kajiannya, jika penelitian yang sudah ada mengembangkan model supervisi
akademik berbasis evaluasi diri dan teman sejawat, sedangkan kajian dalam
penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan atau implementasi dari model
supervisi akademik berbasis evaluasi diri.
Kedua, Herry Prihono (2014), mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, dalam Tesisnya yang
berjudul “Model Supervisi Akademik berbasis Evaluasi Diri Melalui MGMP
Sekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMK di Kabupaten
Wonogiri”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui model supervisi
akademik untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru SMK di Kabupaten
Wonogiri yang dilaksanakan saat ini. (2) Menghasilkan model supervisi akademik
berbasis evaluasi diri melalui MGMP sekolah untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik guru SMK yang sesuai untuk guru SMK. (3) Untuk mengetahui apakah
penggunaan teknik supervisi akademik dengan berbasis evaluasi diri melalui
MGMP sekolah efektif meningkatan kompetensi pedagogik guru SMK di
kabupaten Wonogiri.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Research and
Development (R&D) dengan pelaksanaan ujicoba terbatas pada 2 SMK. Uji coba
model pengembangan supervisi menggunakan One Group Pretest-Posttest
16
Design. Dari hasil analisis didapat perubahan atau peningkatan kompetensi
pedagogik guru subyek ujicoba setelah diberikan supervisi hasil pengembangan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model supervisi akademik berbasis evaluasi
diri efektif meningkatkan kompetensi pedagogik guru SMK di kabupaten
Wonogiri.
Di dalam penelitian tersebut di atas, dengan penelitian yang peneliti
lakukan terdapat persamaan mengkaji tentang Supervisi akademik berbasis
evaluasi diri. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian, bidang
kajiannya dan lokasi penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (R&D).
Sedangkan metode penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Perbedaan lainnya adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika
penelitian ini mengembangkan model supervisi akademik berbasis evaluasi diri,
sedangkan dalam penelitian ini mengenai implementasi dari model supervisi
akademik berbasis evaluasi diri. Selanjutnya dalam penelitian ini pun juga
terdapat perbedaan lokasi, di mana pada penelitian ini berlokasi di SMK di
kabupaten Wonogiri, sedangkan peneliti melakukan penelitian ini berlokasikan di
kabupaten Ogan Ilir, tepatnya di SMA Negeri 1 Tanjung Batu.
Ketiga, Djuwita (2014), dalam tesisnya “Supervisi Akademik Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Deskriptif Kualitatif di Sekolah
Luar Biasa Negeri Kota Bengkulu). Program Megister Administrasi Pendidikan
Universitas Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif, dan bertujuan untuk mendeskripsikan
17
supervisi akademik kepala SLB Negeri Kota Bengkulu. Simpulan secara umum
penelitian ini adalah bahwa supervisi akademik kepala sekolah di SLB Negeri
Kota Bengkulu telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi).
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan
adalah mengkaji tentang Supervisi akademik. Metode yang digunakan dalam
penelitian sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan
teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Persamaan metodelogi penelitian juga terdapat dalam analisis data yang
digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Sedangkan perbedaannya dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang
peneliti lakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam
penelitian ini adalah di Kota Bengkulu, sedangkan penelitian yang peneliti
lakukan berlokasikan di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, tepatnya di SMA
Negeri 1 Tanjung Batu. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya,
jika penelitian yang sudah ada pelaksanaan supervisi akademiknya dilakukan oleh
kepala sekolah, sedangkan peneliti akan meneliti pelaksanaan supervisi akademik
juga dilakukan oleh sekolah, tetapi berdasarkan analisis kebutuhan guru, melalui
evaluasi diri guru.
Keempat, Umar Ali (2011). Dengan judul: “Pelaksanaan Supervisi
Pengawas Pendidikan Agama Islam dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Swasta di
Kota Karang (Studi Multisitus pada MIS Nusa Lontar, MIS Nusa Bahari, dan MIS
18
Nusa Kenari). Disertasi, Program Studi Manajemen Pendidikan, Universitas
Negeri Malang. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1)
program supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam dan Kepala Madrasah
Madrasah Ibtidaiyah, (2) tekhnik supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam
dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah, (3) pendekatan supervisi pengawas Pendidikan
Agama Islam dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah, dan (4) pandangan guru
Pendidikan Agama Islam terhadap supervisi oleh pengawas Pendidikan Agama
Islam dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan rancangannya
adalah studi multisitus dengan metode induksi analitik yang dimodifikasi.
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) program supervisi yang
disusun oleh pengawas PAI dan kepala madrasah dilakukan pada awal tahun
pelajaran dan disosialisasikan kepada guru-guru PAI pada rapat awal tahun
pelajaran, (2) tekhnik supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas PAI dan kepala
madrasah meliputi: kunjungan kelas, pertemuan pribadi atau dialog, dan rapat
dengan semua guru, (3) pendekatan supervisi yang digunakan pengawas PAI dan
kepala madrasah meliputi: pendekatan ilmiah, pendekatan artistik, dan pendekatan
klinis, dan (4) pandangan guru PAI terhadap pelaksanaan supervisi yang
dilakukan oleh pengawas PAI dan kepala madrasah adalah positip karena dapat
meningkatkan kinerja guru.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
mengkaji tentang Supervisi akademik guru PAI. Metode yang digunakan dalam
penelitian sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan
19
teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sedangkan perbedaannya dalam penelitian ini dengan penelitian yang peneliti
lakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini
adalah di Kota Karang, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti berada di
Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, tepatnya di SMA Negeri 1 Tanjung Batu.
Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika penelitian ini
mengkaji pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas PAI, sedangkan dalam penelitian ini, mengkaji lebih dalam pelaksanaan
supervisi akademik dilakukan oleh kepala sekolah, namun pada proses
perencanaannya melibatkan guru untuk mengetahui kebutuhan guru melalui
evaluasi diri guru itu sendiri.
F. Kerangka Teori dan Kerangka Berpikir
1. Kerangka Teori
Kerangka teoritik masih diperlukan dalam penelitian kualitatif, tetapi
fungsinya tidak sebagai “pagar” yang membatasi area penelitian. Dalam hal ini
kerangka teori lebih berperan sebagai titik berangkat dan landasan bagi peneliti
untuk menganalis dan memahami realitas yang ditelitinya secara alamiah.
Beberapa uraian singkat teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
1.1 Konsep Supervisi Akademik
a. Pengertian Supervisi Akademik
Supervisi akademik merupakan bagian dari supervisi pendidikan yang
menitikberatkan pada upaya memberi bantuan meningkatkan mutu
20
pembelajaran dan profesional guru sebagai pengelola proses belajar mengajar
di kelas. Menurut Glickman (1981) dalam Sudjana menyatakan bahwa
supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan
pembelajaran.22
Sementara itu Neagley dan Evans, menyatakan bahwa “supervision is
considered as any service for teachers that eventually result in improving
instruction, learning, and the curriculum”.23 Lebih lanjut supervisi adalah
pelayanan bantuan untuk peningkatan kualitas pengajaran yang dilakukan
guru, keberhasilan belajar siswa dan pengembangan kurikulum di sekolah.
Sedangkan Menurut Muslim, supervisi akademik adalah serangkaian usaha
pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang
diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina
lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.24
Berdasarkan pengertian supervisi akademik yang dikemukakan
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru dalam
bentuk pelayanan bantuan pengembangan profesional sebagai upaya
22 Nana Sudjana, Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis, (Jakarta: Binamita Publishing, 2011), hlm. 54.
23 Negley, Ross L, and N. Dean Evans, Handbook for Effective Supervision of Instruction, (New York: Englewood Cliffs-Prentice Hall, Inc, 1980), hlm. 20.
24 Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas ProfesionalismeGuru, (Bandung, Alfabeta, 2009), hlm. 41.
21
peningkatan kualitas pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan
prestasi belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
b. Fungsi dan Tujuan Supervisi Akademik
Menurut Pidarta bahwa fungsi utama supervisi akademik adalah
ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran.25 Senada
dengan yang diungkapkan oleh Burton dan Bruckner bahwa fungsi utama
supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik.26
Sedangkan menurut Briggs dalam Sahertian, mengungkapkan bahwa
fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tetapi juga untuk
mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi
guru yang lebih baik.27 Lebih luas Swearingen (1961) dikutip Sahertian,
mengemukakan bahwa ada delapan fungsi supervisi yaitu :
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
3. Memperluas pengalaman guru-guru.
4. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus
6. Menganalisis Situasi belajar mengajar
7. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap staf,
25 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 2.
26 WH Burton dan Lee J. Bruckner, Supervision, (New York: Appleton Century-Craff, Inc, 1955), hlm. 3.
27 A. Piet. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
hlm. 21.
22
8. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar
guru-guru.28
Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut di atas, harus dilaksanakan secara
kontinyu, konsisten dan terpadu antara program supervisi dengan program
pendidikan di sekolah. Sebab inti dari kegiatan supervisi adalah pembinaan
terhadap kemampuan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya
agar tercipta iklim belajar yang kondusif.
Adapun tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk
meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan
mengajar, tapi juga pengembangan potensi kualitas guru.29 Senada dengan
diungkapkan oleh Glickman, et. al (2007) dan Sergiovanni (1987) dikutip
oleh Prasojo dan Sudiyono mengatakan bahwa tujuan dari supervisi akademik
adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan
kurikulum, dan mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).30
c. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh
supervisor dalam melaksanakan supervisi akdemik yaitu:
28 Ibid.29 Ibid., hlm. 19.30 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Akademik, (Yogyakarta: Gava
Media, 2011), hlm. 86.
23
1. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan
informal.
2. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan.
3. Supervisi akademik harus demokratis, artinya titik tekan supervisi
akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
4. Program supervisi akademik harus integral dengan program
pendidikan secara keseluruhan.
5. Supervisi akademik harus komprehensif, artinya program supervisi
akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan
akademik.
6. Supervisi akademik harus konstruktif, artinya Supervisi akademik
bukanlah sekali-kali untuk mencari-cari kesalahan guru. Supervisi
akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru
dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik
yang dihadapi.
7. Supervisi akdemik harus obyekyif, artinya dalam menyusun,
melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi
akademik harus obyektif.31
31Alfonso, Firth, dan Neville, Instructional Supervision a Behavior System, (Boston: Allyn and Bacon, 1981), hlm. 50.
24
d. Teknik-teknik Supervisi Akademik
Menurut Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono,32 teknik supervisi
akademik ada dua macam yaitu teknik supervisi individual dan teknik
supervisi kelompok.
1) Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual merupakan pelaksanaan supervisi
perseorangan terhadap guru, sehingga dari hasil supervisi ini akan
diketahui kualitas pembelajarannya. Teknik supervisi individual ada
lima macam, yaitu: (1) kunjungan kelas, (2) observasi kelas, (3)
pertemuan individual, (4) kunjungan antar kelas, (5) menilai diri sendiri.
2) Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Menurut Gwynn,
ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut: (1)
kepanitiaan-kepanitiaan, (2) kerja kelompok, (3) laboratorium
kurikulum, (4) baca terpimpin, (5) demonstrasi pembelajaran, (6)
darmawisata, (7) kuliah/studi, (8) diskusi panel, (9) perpustakaan
jabatan (10) organisasi professional, (11) buletin supervisi, (12)
pertemuan guru, (13) lokakarya atau konferensi kelompok.33
32 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Akademik, hlm. 102-108.33 J.M. Gwynn, Theory and Practice of Supervision, (New York: Dodd, Mead &
Company, 1961), hlm. 239.
25
Sedangkan Teknik supervisi kelompok dalam pengertian supervisi
secara umum menurut Ngalim Purwanto,34 meliputi beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain:
(1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)
(2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
(3) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa teknik supervisi akademik pada umumnya ada dua macam, yaitu
teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Tidak satupun di
antara teknik-teknik supervisi individual maupun kelompok yang
dikemukakan di atas cocok atau dapat diterapkan untuk semua guru di
sekolah. Hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan permasalahan yang
dihadapi masing-masing guru dan perbedaan karakteristik dari masing-
masing guru, oleh karena itu kepala sekolah harus bisa menetapkan teknik-
teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran
seorang guru.
1.2 Pengertian Evaluasi Diri
Menurut Rolheiser dan Ross (2005) dalam Herry Prihono, bahwa
evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui
evaluasi diri dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk
34 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hlm. 120-122.
26
selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal).35
Sedangkan Menurut Handoko, bahwa penilaian Diri (Self Appraisals)
merupakan proses di mana para individu mengevaluasi kinerja mereka sendiri
sebagai dasar untuk melanjutkan pengembangan diri.36
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa di dalam pelaksanaan
evaluasi diri, yang bertindak sebagai penilai adalah diri sendiri untuk menilai
perilaku dan kinerjanya sendiri, sehingga akan didapatkan kekurangan
maupun kelebihan pada dirinya, yang selanjutnya menjadi dasar untuk
memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan pada dirinya tersebut.
Menurut Dharma,37 ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari penilaian
diri sendiri yakni :
a. Mengurangi sikap defensif dengan memberdayakan individu untuk
mengevaluasi kinerja mereka sendiri.
b. Membantu terjadinya diskusi yang lebih positif, sehingga difokuskan
kepada pemecahan masalah bersama ketimbang mempersalahkan
orang lain.
c. Mendorong untuk lebih memikirkan kebutuhan mereka akan
perkembangan diri dan bagaimana meningkatkan kinerjanya sendiri.
d. Memberikan suatu penilaian yang lebih seimbang karena didasarkan
pada pandangan baik dari manajer maupun individu.
35 Herry Prihono, Model Supervisi Akademik Bebasis Evaluasi Diri melalui MGMPSekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMK di Kabupaten Wonogiri, dalamJurnal Educational Management, (Vol. 3, No. 2, 2014), hlm. 131.
36 T. Hani Handoko,Manajemen dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1997), hlm. 150.
37 Surya Dharma, Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 204.
27
1.3 Hakikat Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
Istilah supervisi akademik berbasis evaluasi diri merupakan sebuah
model atau acuan yang dilakukan oleh supervisor di dalam pelaksanaan kegiatan
supervisinya yang merupakan buah karya atau hasil pengembangan dari
beberapa penelitian. Hakikat supervisi akademik berbasis evaluasi diri adalah
serangkaian kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor
terhadap guru, dengan menggunakan model atau pendekatan yang
berorientasikan kepada analisis kemampuan guru, melalui evaluasi diri. Evaluasi
diri tersebut diperlukan untuk mengetahui kebutuhan bantuan kompetensi
pedagogik yang dibutuhkan guru,38 sebagai teknik pengembangan profesional
guru,39 dan memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang
peranannya di kelas serta memberikan kesempatan kepada guru mempelajari
metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid,40 sehingga supervisor dapat
memaksimalkan pembinaan kompetensi guru.
Hal ini senada dengan konsep supervisi perkembangan yang
dikembangkan oleh Glickman, sejak tahun 1980. Supervisi perkembangan
yang dimaksud adalah suatu supervisi yang mengamati kinerja guru, sebelum
melaksanakan proses supervisi.41 Hal ini dilakukan untuk menentukan tehnik
dan metode yang paling tepat dipakai dalam membina guru bersangkutan.
38 Herry Prihono, Model Supervisi Akademik Bebasis Evaluasi Diri, hlm. 131.39 R.E.Sutton, Teacher Education and Educational Self-Direction, A Conceptual
Analysis and Empirical Investigation, An International Journal of Research and Studies, Volume50, No. 2, Summer, 1980.
40 E.R. House, Schoool Evaluation: The Politics & Process, (California: McCutchanPublishing Corporation, 1973), hlm. 51.
41 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm. 143.
28
Selanjutnya, model supervisi akademik berbasis evaluasi diri, secara
substansinya mendekati model supervisi Individualized Proffesional
Development (IPD). Model ini lebih menekankan pada: (a) kesadaran guru
mengembangkan profesinya, (b) menuntut guru bekerja sendiri memikul
tanggungjawab pengembangan profesionalnya baik melalui studi lanjut,
meneliti, mengadakan kunjungan ke sekolah lain (studi banding), tekun
mengikuti seminar, tekun menulis dan meneliti maupun kegiatan lainnya.42
Melalui model IPD tersebut, guru mampu mengarahkan dirinya sendiri (self-
directed), memiliki komitmen kerja yang tinggi dan tingkat berpikir yang
tinggi pula.43
Dengan demikian, model supervisi akademik berbasis evaluasi diri,
merupakan pengembangan dari beberapa model supervisi yang telah ada.
Pengembangan model supervisi ini mengarah pada pemberian bantuan
profesional berdasarkan kebutuhan guru agar kompetensi pedagogik guru
dapat meningkat. Guru-guru dilibatkan pada proses perencanaan supervisi
akademik yaitu melaui evaluasi diri, dari evaluasi diri dibuat perencanaan
bantuan yang dibutuhkan guru, sehingga selain bantuan yang diberikan
supervisor akan ada interaksi antar guru. Adanya bantuan profesioanal dari
supervisor dan interaksi antar guru akan menghidupkan suasana supervisi dan
guru tidak lagi merasa hanya sebagai subyek tetapi juga merasa bahwa
supervisi itu diperlukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya.44
42 Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru,(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 52.
43 Ibid., hlm. 54.44 Herry Prihono, Model Supervisi Akademik Bebasis Evaluasi Diri, hlm. 131-132.
29
Lebih lanjut Ross dan Bruce menjelaskan bahwa teknik evaluasi diri
guru sangat bermanfaat untuk :
a. Membantu guru dalam mendefinisikan kelebihan (dan kekurangannya)
ketika mengajar dan meningkatkan kompetensinya berdasarkan
pengalaman yang telah dialaminya;
b. Membantu guru menentukan target (goalsetting) untuk peningkatan
kompetensinya secara terukur dan sistematis;
c. Memudahkan komunikasi dengan teman sejawat; dan Meningkatkan
kemampuan guru dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman.45
Selain itu juga, proses yang ditempuh dalam model supervisi
akademik ini menganut prinsip saling membutuhkan. Dimana kepala sekolah
membutuhkan tugas dan fungsinya tercapai sedang guru membutuhkan dalam
rangka peningkatan kompetensi pedagogiknya sehingga proses kegiatan
belajar mengajar akan terus meningkat. Hal ini juga berlandaskan pada salah
satu prinsip di dalam supervisi akademik Dirjen PMPTK (2010), yakni
prinsip humanis (manusiawi). Artinya di dalam pelaksanaan supervisi
akademik mengacu pada kemampuan guru, dan menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias dan penuh
humor.46
45Ross, J. A. & Bruce, C. D., Teacher self-assessment: A mechanism for facilitatingprofessional growth. Dalam Teaching and Teacher Education, Vol. 23 No. 2, 2007, hlm. 146-159.
46 Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 111.
30
1.4 Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
Dalam model supervisi akademik berbasis evaluasi diri, supervisor
berperan memberikan bantuan profesional berdasarkan hasil evaluasi diri
guru tersebut. Secara rinci, dalam pelaksanaan model supervisi akademik
berbasis evaluasi diri mengacu kepada rumusan Tindakan Berkelanjutan
Sepervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri yang diadopsi dari James
Calderhead dan Peter Gates, dikutip oleh Nur Syahid,47 sebagai berikut:
Gambar 1.1 Tindakan Berkelanjutan Sepervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
(Diadopsi dari James Calderhead dan Peter Gates, (2004)
47Nur Syahid, SUPRA EDU PRO; Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri GuruProfesional Konsep dan Aplikasinya, diunduh di alamat websitehttps://unnesppskepengawasan.wordpress.com/2013/12/11/supra-edu-pro, tanggal 02 Maret 2016,hlm. 6-14.
31
Langkah 1 : Diskusi, Motivasi dan Evaluasi diri guru
a. Diskusi antara supervisor dengan guru, dilaksanakan dengan akrab, santai
namun serius. Sampaikan pentingnya pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan, serta pentingnya prinsip evaluasi diri yang harus guru sadari
yaitu prinsip jujur, tanggungjawab, terbuka, disiplin, kerjasama/
kooperatif, profesional, dan berkesinambungan.
b. Motivasi, jika dalam diskusi terkesan guru kurang bersemangat dalam
melaksanakan pekerjaannya maka dapat dilakukan motivasi.
c. Evaluasi diri, jika guru mampu melaksanakan evaluasi diri maka
pengawas meminta guru untuk langsung ke langkah kedua. Namun jika
guru kesulitan atau tidak dapat melakukan evaluasi diri maka diberikan
bantuan berupa format evaluasi diri yang harus diisi oleh guru. Hasil
evaluasi diri guru ini dijadikan sebagai dasar pengembangan kompetensi
guru secara berkelanjutan.
Langkah 2 : Rencana Pengembangan Diri, dan Kontrak Kinerja
a. Rencana Pengembangan Diri, guru dan supervisor berdiskusi dan membuat
rencana pengembangan diri berdasarkan evaluasi diri. Keterbukaan dan
kerjasama antara supervisor dan guru yang baik harus terjalin dengan baik.
Perencanaan pengembangan kompetensi bagi guru harus dilakukan dengan
senang hati dan tanpa tekanan. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil
evaluasi diri dengan melihat skala hasil evaluasi diri. Kesepakatan yang
dibuat dituangkan dalam kontrak kinerja.
32
b. Kontrak kinerja, kontrak kinerja berisi kesepakatan antara pengawas
dengan guru dalam meningkatkan kompetensi, hasil dari evaluasi diri.
Kesepakatan yang dibuat bertahap dengan waktu tertentu dari yang
sederhana hingga yang paling kompleks. Kontrak ini disimpan baik oleh
guru maupun pengawas.
Langkah 3 : Pelaksanaan, Monitoring dan evaluasi awal
a. Pelaksanaan, guru menjalankan kesepakatan sesuai dengan kontrak dengan
tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai guru. Guru harus aktif
memenuhi kontrak yang dibuat. Jika mengalami kesulitan dapat meminta
bantuan kepada : guru senior, kepala sekolah, atau langsung pengawas.
Konsultasi tidak harus selalu bertemu namun flesksibel, dapat dilakukan
dengan telepon, email, dsb yang penting antara guru dan pengawas terjalin
komunikasi yang baik.
b. Monitoring, dengan berbekal kontrak kinerja supervisor melakukan
monitoring. Agar hasil monitoring benar-benar valid, supervisor dapat
menggunakan triangulasi data yaitu dengan mencocokkan antara hasil
evaluasi diri, kunjungan/observasi kelas dan wawancara dengan guru
senior/kepala sekolah. Supervisor aktif dalam monitoring sesuai
kesepakatan yang tertulis dalam kontrak.
c. Evaluasi awal, pengawas dan guru diskusi berkaitan dengan pelaksanaan
pengembangan diri, saran dan bimbingan pengawas harus diberikan
kepada guru agar terjadi peningkatan kompetensi yang diinginkan.
33
Tahap 4 : Evaluasi kontrak kinerja
Evaluasi kontrak kinerja, berdasarkan kontrak kinerja, hasil
monitoring dan diskusi, maka pengawas mengevaluasi guru dan memberikan
bimbingan/rekomendasi lebih lanjut kepada guru. Pengawas perlu
mengklasifikasi tipe guru sehingga dapat menentukan gaya kepengawasan
yang sesuai.
Data yang telah dianalisis ditunjukkan pada guru. Umpan balik
diberikan sedemikian, sehingga guru dapat memahami temuan, mengubah
perilaku yang teridentifikasi dan mempraktekkan panduan yang diberikan.
Hasil evaluasi bersama antara pengawas dan guru maka dapat ditentukan
bersama:
1) Perilaku positif guru baik dalam pembelajaran ma u p u n k o mu n ik a s i
yang harus dipertahankan.
2) Strategi-strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
3) Bimbingan lebih lanjut
4) Menentukan pengembangan kompetensi baru yang dianggap penting
berdasarkan evaluasi diri guru.
Langkah 5 : Kembali ke langkah 1
Artinya kembali ke langkah yang pertama sebagaimana dijelaskan di atas,
yang berakhir pada langkah monitoring dan evaluasi kedua. Supervisi
akademik berbasis evaluasi diri guru harus dilaksanakan secara
berkesinambungan.48
48Ibid.
34
Berdasarkan langkah-langkah supervisi akademik berbasis evaluasi diri
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik sebaiknya
dilakukan dengan berorientasikan pada analisis kebutuhan dan kemampuan guru
melalui evaluasi diri guru pada kompetensi paedagogik, yang dilaksanakan secara
berkesinambungan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-
hal yang perlu diperhatikan pada tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Perencanaan program supervisi akademik berbasis evaluasi diri, yang
meliputi: diskusi bersama guru, memberikan motivasi, melakukan evaluasi
diri guru atas kompetensi paedagogiknya, dan merancang rencana
pengembangan diri yang dituangkan dalam kontrak kinerja.
b. Pelaksanaan supervisi akademik berbasis evaluasi diri, meliputi
pelaksanaan guru berdasarkan kontrak kinerja, disertai dengan monitoring
oleh kepala sekolah dan evaluasi awal terhadap hasil pelaksanaan tersebut
bersama guru.
c. Evaluasi dan tindak lanut supervisi akademik berbasis evaluasi diri,
meliputi penyampaikan hasil evaluasi kontrak kinerja, monitoring dan
hasil evaluasi awal pelaksanaan tersebut. Kesemua rangkaian tersebut
didiskusikan bersama guru secara terbuka, memberikan penguatan
terhadap penampilan guru, tanpa kesan menyalahkan, usahakan guru
menemukan sendiri kekurangannya, berikan motivasi bahwa guru mampu
memperbaiki kekurangannya, serta tentukan bersama rencana supervisi
berikutnya atau melanjutkan bimbingan pada kompetensi yang dibutuhkan
guru lainnya.
35
2. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang didasarkan masalah
penelitian yang menggambarkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik
berbasis evauasi diri pada guru PAI, akan dapat meningkatkan profesionalitas
guru. Peran kepala sekolah sebagai supervisor menjadi sangat penting, karena
secara garis besar tujuan supervisi adalah untuk mengembangkan kemampuan
guru, melalui pembinaan, bantuan dan perbaikan, sehingga dapat meningkatkan
kualitas guru dalam pembelajaran di sekolah.
Supervisi akademik sebagai proses serangkaian kegiatan pembinaan,
yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka tahapan demi
tahapan dalam rangkaian kegiatan tersebut dituntut berorientasikan pada
analisis kemampuan guru dan kerjasama antara kepala sekolah dan guru. Pada
tahapan perencanaan, guru melakukan evaluasi diri atas kinerja dan kompetensi
yang dibutuhkan, melalui evaluasi diri guru, akan didapat prioritas kebutuhan
yang memang diharapkan oleh guru. Sehingga memudahkan kepala sekolah
sebagai supervisor di dalam menentukan pendekatan, metode dan tehnik
supervisi yang tepat di dalam pelaksanaan supervisi. Sedangkan kepala sekolah
memvalidasi data hasil evaluasi diri guru dan mendiskusikannya bersama guru
untuk mendapatkan solusi atas permasalahan guru tersebut.
Selanjutnya pada tahapan pelaksanaan, kepala sekolah melaksanakan
supervisi (pembinaan) kepada guru sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan, memberikan bantuan kompetensi yang dibutuhkan guru, serta
melakukan penilaian terhadap hasil supervisi bersama guru dengan
36
mendiskusikannya. Sedangkan pada tahapan terakhir, yaitu tahapan evaluasi,
kepala sekolah menyampaikan hasil dan bersama guru melakukan diskusi
untuk menindaklanjuti pelaksanaan supervisi tersebut. Pemberian tindak lanjut
dapat berupa pemberian binaan yang bersifat langsung atau khusus, yakni
teguran dan penghargaan kepada guru yang sudah memenuhi standar, dan
tindak lanjut yang bersifat umum atau tidak langsung seperti melalui kegiatan
seminar, pelatian diklat dan sebagainya. Supervisi akademik berbasis evaluasi
diri guru harus dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga tujuan dari
kegiatan supervisi dapat tercapai sesuai dengan harapan. Untuk dapat melihat
lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar kerangka pemikiran yang digambarkan
di bawah ini:
Gambar 1.2 Skema Kerangka Berpikir
37
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dari segi tempat, penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan
(field research), yang bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok,
lembaga, dan masyarakat.49 Sementara dari segi tujuan, penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif. penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa
manusia.50
Sedangkan dari segi pendekatannya, penelitian ini berjenis penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.51
Dengan demikian jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif lapangan pada supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru
PAI di SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. Dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa tulisan atau ucapan, kata-kata, dan perilaku yang dapat
diamati oleh peneliti. Dalam usaha memperoleh pemahaman, maka peneliti
49 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 5.
50 Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm. 17.51 Ibid., hlm. 3.
38
tidak mereduksi narasi dan data lain menjadi lambang angka dan berusaha
menganalisis data yang ada dengan segala kekayaan maknanya sedekat
mungkin dengan kenyataan.
Namun demikian bukan berarti bahwa penelitian ini mendeskripsikan
keadaan atau fenomena sekedar laporan kejadian tanpa suatu interpretasi
ilmiah. Penelitian ini, seperti yang diungkapkan oleh Bogdan and Biklen dalam
Satori,52 memiliki karakteristik yang secara ringkas antara lain :
a. Penelitian kualitatif memiliki latar (setting) alamiah (natural) dengan
sumber data langsung dari informannya, dan instrumen penelitiannya
adalah peneliti sendiri. Penggalian data dilaksanakan pada suasana yang
alami, berjalan apa adanya sehingga bisa ditangkap konteks dan bahkan
gestures secara langsung dari para sumber informasi.
b. Penelitian bersifat deskriptif, yang berarti narasi yang dihasilkan
menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu fenomena itu
terjadi.
c. Penelitian ini menjadikan fokus penelitian sebagai batas dari pembahasan.
Fokus penelitian kemudian dipecah lagi menjadi unit analisis, kategori,
dan sub kategori yang dapat dijadikan patokan peneliti dalam mencari,
menggali dan menganalisis data.
d. Desain awal penelitian ini bersifat tentatif dan verifikatif artinya desain
bisa berubah sesuai dengan temuan data di lapangan.
52 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 27-32.
39
e. Penelitian kualitatif ini menggunakan kriteria khusus untuk ukuran
keabsahan data.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang akan diteliti, guna
memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran.
Disini peneliti memilih dan menetapkan tempat penelitian pada SMA
Negeri 1 Tanjung Batu, yang merupakan salah satu SMA yang berstatuskan
negeri di kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan.
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan dan alasan
bahwa penulis ingin mengetahui secara mendalam pelaksanaan supervisi
akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI, serta faktor-faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaannya di SMA Negeri 1 Tanjung Batu
Kabupaten Ogan Ilir.
Selain itu juga, secara geografis, SMA tersebut berada di wilayah yang
cukup dekat dengan kecamatan dan kabupaten, namun berdasarkan hasil
wawancara dan observasi awal, didapatkan bahwa pelaksanaan supervisi
akademik yang dilakukan oleh pengawas yang notabene ditugaskan oleh pihak
yang berwenang, dalam hal ini pemerintah, tidak berjalan dengan maksimal.
Sehingga pelaksanaan supervisi dilakukan oleh pihak sekolah, dalam hal ini
kepala sekolah, melalui supervisi akademik berbasis evaluasi diri yang sesuai
dengan apa yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
40
3. Jenis dan Sumber Data
3.1 Jenis Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu
data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.53
Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek
penelitian, meliputi: Pelaksanaan evaluasi diri dalam supervisi akademik pada
guru PAI, dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat dalam
pelaksanaanya di SMAN 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir.
3.2 Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh.54 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber
data yaitu :
a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya.55 Adapun yang
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru PAI yang berjumlah dua orang.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan
data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.56 Dalam
53 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Yogyakarta : Rakesarasin, 1996),hlm. 2.
54 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 129
55 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), hlm. 93.56 Ibid., hlm. 94.
41
penelitian ini, data sekunder bersumber dari dokumen, arsip-arsip dan
sebagainya yang mendukung data primer.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto, teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, di mana cara tersebut
menunjukan pada suatu yang abstrak, tidak dapat di wujudkan dalam benda
yang kasat mata, tetapi dapat dipertontonkan penggunaannya.57
Dalam penelitian kualitatif usaha yang dilakukan peneliti adalah untuk
mendapatkan gambaran yang holistik tentang suatu fakta atau fenomena.
Dalam rangka mendapatkan gambaran yang menyeluruh itu peneliti akan
mengumpulkan data melalui tehnik wawancara (interview), observasi
(pengamatan) dan dokumentasi sebagai berikut :
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan.58 Wawancara bertujuan mengumpulkan keterangan tentang
pelaksanaan supervsi akademik yang akan dijadikan obyek penelitian.
Wawancara adalah kegiatan bertanya pada "obyek penelitan" tentang suatu
pokok permasalahan yang sangat dia pahami yang juga menjadi tema dari
penelitian. Agar wawancara bisa menghasilkan data yang sesuai dengan tema
57 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 134.58 Lexy. J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm. 135.
42
penelitian dan berlangsung tanpa arah yang jelas, dalam penelitian kualitatif
digunakan alat bantu yaitu pedoman wawancara.
Di dalam pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan yang detail
untuk menggali lebih luas dan mendalam tentang suatu hal yang sesuai dengan
apa yang dinyatakan dalam tema penelitian. Namun demikian pedoman
wawancara bukanlah sebuah harga mati yang selalu digunakan selama proses
penggalian data dilaksanakan. Pedoman ini bersifat elastis dan bisa berubah
disesuaikan dengan kebutuhan data, karakteristik informan, dan kenyataan di
lapangan lainnya yang tidak menentu dan tidak diketahui peneliti sebelumnya.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di mana
seorang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan
ketat. Wawancara yang diberikan pada informan tidak dilakukan sesuai benar
dengan daftar pertanyaan dengan urutan dan susunan kata-kata yang tetap.
Daftar pertanyaan itu dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti dengan bahasa
sendiri yang tidak kaku, bisa diterima dengan baik oleh informan sedemikian
rupa sehingga sang informan tidak merasa kalau sedang diwawancarai. Tehnik
ini untuk memperoleh data-data tentang pelaksanaan supervisi akademik
berbasis evaluasi diri pada guru PAI, dan faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan supervisi tersebut.
43
b. Observasi (Pengamatan)
Observasi atau pengamatan menurut Moleong,59 mampu
mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,
perilaku tak sadar, kebiasaan. Dalam pelaksanaan observasi, sudah tentu alat
utama peneliti adalah indra visual beserta pedoman observasi yang disesuaikan
dengan tema penelitian, dan juga didukung oleh kemampuan intrepretasi
peneliti terhadap hasil "tangkapan" di lapangan.
Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau
suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Bungin mengemukakan beberapa bentuk observasi,
yaitu:
1. Observasi partisipasi. Observasi partisipasi adalah (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di
mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
2. Observasi tidak terstruktur. Observasi tidak terstruktur ialah
pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,
sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan.
59 Ibid., hlm. 137-138.
44
3. Observasi kelompok. Observasi kelompok ialah pengamatan yang
dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang
diangkat menjadi objek penelitian.60
Berdasarkan bentuk-bentuk observasi tersebut di atas, maka dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik observasi partisipasi pasif artinya
dalam observasi ini peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang
diteliti, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Observasi digunakan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan fakta di lingkungan sekolah yakni
aktifitas guru PAI yang disupervisi, peran kepala sekolah dalam
menindaklanjuti hasil evaluasi diri guru yang dilakukan oleh guru itu sendiri,
serta lain sebagainya yang menyangkut fakta di lapangan mengenai supervisi
akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI.
c. Dokumentasi
Menurut Suharsini Arikunto, metode dokumentasi adalah metode
mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda serta foto-foto kegiatan.61
Metode dokumentasi dalam penelitian ini, dipergunakan untuk melengkapi data
dari hasil wawancara dan hasil pengamatan (observasi).
60 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm.115-117.
61 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 206.
45
Dokumen yang dimaksud adalah penggunaan data berupa tulisan dan
catatan resmi, arsip-arsip, statistik, dan tabel yang telah ada dan dikumpulkan
oleh pihak lain pada saat penelitan berlangsung. Sumber data ini tersedia dan
diperoleh dari dokumentasi baik dari pihak guru PAI maupun kepala sekolah.
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini terutama berkaitan dengan
data tentang tenaga dan aktifitas supervisi akademik di lembaga pendidikan
setempat.
5. Uji Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
kriteria kredibilitas. Untuk mendapatkan data yang relevan, maka peneliti
melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara: a.
Perpanjangan Pengamatan
Peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan
data tercapai. Perpanjangan pengamatan peneliti akan memungkinan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.62 Dengan
perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang
telah diberikan selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau
sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan
lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti
kebenarannya.63 Dalam penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan
62 Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.63 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 6, hlm. 271.
46
pengamatan, dengan kembali lagi ke lapangan untuk memastikan apakah data
yang telah penulis peroleh sudah benar atau masih ada yang salah.
b. Ketekunan pengamatan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.64 Dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.
Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.65 Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan
cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan masalah yang akan diteliti.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.66
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
tehnik. Triangulasi sumber atau triangulasi subyek adalah cara meningkatkan
kepercayaan data penelitian dengan mencari data dari beragam sumber yang
64Ibid., hlm. 272.65Ibid.66Ibid., hlm. 273.
47
masih terkait satu sama lain atau setidaknya sumber tersebut mempunyai
pengetahuan di bidang yang menjadi fokus penelitian. Sedangkan triangulasi
teknik adalah pengecekan derajat kepercayaan penemuan data penelitian
dengan beberapa teknik pengumpulan data misalnya membandingkan hasil
wawancara dengan hasil observasi. Cara lain yang ditempuh misalnya
membandingkan hasil wawancara di hadapan orang lain atau di tempat publik
dengan wawancara secara individual dan suasana informal.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu
mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokuman,
dan sebagainya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan
kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.67
Analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa ada tiga alur kegiatan,
yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.68
a. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data,
dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, menulis
memo, dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data atau
informasi yang tidak relevan, kemudian data tersebut diverifikasi.
67 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.66.
68 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, hlm. 85-89.
48
b. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif,
dengan tujuan dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun
dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir penelitian
kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan
verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang
disepakati oleh tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang
dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan
kekokohannya. Peneliti harus menyadari bahwa dalam mencari makna, ia
harus menggunakan pendektan emik, yaitu dari kacamata key information,
dan bukan penafsiran makna menurut pandangan peneliti (pandangan
etik).
H.Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penelitian ini terdiri dari :
Bab I, Pendahuluan, pada bab ini berisikan Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian yang Relevan,
Kerangka Teori dan Kerangka Berpikir, Metode Penelitian, dan Sistematika
Pembahasan.
Bab II. Landasan Teori, pada bab ini berisikan tentang tinjauan teori
Supervisi Akademik, Tujuan dan Manfaat Supervisi Akademik, Prinsip-prinsip
Supervisi Akademik, Tehnik-tehnik dalam supervisi akademik, dan konsep
49
supervisi akademik berbasis Evaluasi Diri, langkah-langkah supervisi akademik
berbasis evaluasi diri
Bab III. Profil SMA Negeri 1 Tanjung Batu. Pada bab ini peneliti
menjelaskan tentang gambaran objek penelitian, meliputi; letak geografis dan
sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Tanjung Batu, Visi dan misi, tujuan, keadaan
kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam, dan siswanya.
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, Pada bab ini peneliti akan
menjelaskan atau melakukan analisis data yang berkait dengan pelaksanaan
supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI di SMA Negeri 1
Tanjung Batu, dan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI di SMA Negeri 1
Tanjung Batu.
Bab V, Kesimpulan dan Saran, pada bab V ini, peneliti akan menarik suatu
simpulan, serta saran-saran untuk kebijakan selanjutnya.
BAB II
SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS EVALUASI DIRIPADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Penelitian ini mengungkapkan pelaksanaan supervisi akademik berbasis
evaluasi diri yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pada
pelaksanaan supervisi tersebut, sehingga teori-teori yang dikaji dalam penelitian
ini erat hubungannya dengan pokok bahasan tersebut sebagai pengantar dalam
menganalisis dan menginterpretasikan data-data hasil penelitian. Adapun teori-
teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
A. Konsep Supervisi Akademik
1. Pengertian Supervisi Akademik
Sebelum membahas lebih rinci akan konsep supervisi akademik, yang
menjadi fokus dalam penelitian ini, ada baiknya dipamahi lebih dahulu akan
makna supervisi berdasarkan pendapat beberapa para ahli. Menurut Neagley dan
Evans, yang dikutip Purwanto, mengemukakan bahwa “. . . the term supervision
is used to describe those activities which are primarily and directly concerned
with studying and improving the conditions which surround the learning and
growth of pupils and teachers”.1
1 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 76.
50
51
Selanjutnya Burton berpendapat bahwa ”Supervision is an expert technical
service primarily aimed at studying and improving co-operatively all factors
which effects child growth and development”.2 Lebih lengkap, Boardmab et al.
mengemukakan bahwa:
“Supervision of instruction is the effort to stimulate, coordinate, and guidethe continued growth of the teacher in the school, both individually andcollectively, in better understanding and more effective performance at allthe functions of instructions so that may be better able to stimulate andguide the continued growth of every pupil toward the richest and most
intelligent participation and modern democratic society”.3
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi merupakan
fungsi administrasi yang dilakukan oleh pejabat yang lebih tinggi, yang dalam
dunia pendidikan bertujuan untuk membantu bawahan dalam mengembangkan
atau meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya, kualitas pengajaran dan
pembelajaran khususnya. Aktivitasnya berfokus pada upaya memperbaiki kondisi-
kondisi yang mempengaruhi peningkatan kinerja mengajar guru, dan kinerja
belajar siswa, yang kesemua upaya tersebut ditujukan untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran.
Istilah lain dari supervisi adalah pengawasan, sebagaimana menurut
Winardi yang menyatakan bahwa pengawasan adalah aktifitas yang dilaksanakan
oleh manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil actual sesuai dengan hasil
direncanakan.4 Artinya bahwa pengawasan merupakan proses penentuan, apa
yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,
2 Ibid., hlm. 77.3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: PT.Rieneka Cipta, 2004), hlm.
11.4 Sondang P. Siagian, Manajemen Strategi, (Bumi Aksara: Jakarta, 2000), hlm. 257.
52
menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Pengawasan juga sebagai alat untuk memantau dan menilai perencanaan
dan pelaksanaan apa ada kesalahan dan penyimpangan untuk kemudian dilakukan
perbaikan serta mencegah upaya tidak terulang lagi kesalahan dan penyimpangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah tindakan atas proses kegiatan
untuk mengontrol dan menilai terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan
rencana yang sudah ditentukan.
Di dalam Al-qur’an banyak menyebutkan mengenai konsep controlling.
Diantaranya yaitu :
a. Surat at-Tahrim ayat 6 :مةكا نلاالاواجا ةرااالعيا اهائلا� �ا م اراقودوا اه سا ن �الا اهذا نيافناأ اوق اونمآاكس مالهاأوكي يؤام نواراياأ ي
نواصا ا اماماأاره مايوافا نوالعاام غي لا داداشاعللا. ظلا�
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka.”5
Dalam tafsir Al-Maroghi, ayat ini menjelaskan bahwa Hai orang-orang
yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, hendaklah di antara kamu
memberitahukan satu dengan yang lain, yaitu apa-apa yang menyelamatkan kamu
dari neraka, selamatkanlah diri kalian darinya, yaitu dengan taat kepada Allah
melaksanakan perintah-Nya, beritahulah keluargamu, tentang ketaatan kepada
Allah, karena dengan itu akan menyelamatkan jiwa mereka dari neraka, berilah
mereka nasehat dan pendidikan. Hendaklah seorang lelaki itu membenahi dirinya
5Q.S. At-Tahrim: 6
53
dengan ketaatan kepada Allah, juga membenahi keluarganya sebagai rasa
tanggungjawabnya sebagai pemimpin dan yang dipimpinnya.6
Kata keluargamu di sini maksudnya adalah istri, anak, pembantu, budak
dan diperintahkan kepada mereka agar menjaganya dengan cara memberikan
bimbingan, nasehat, dan pendidikan kepada mereka.7 Berikanlah pendidikan dan
pengetahuan mengenai kebaikan terhadap dirimu dan keluargamu. Pentingnya
membina keluarga agar terhindar dari siksaan api neraka ini tidak hanya semata-
mata diartikan api neraka yang ada di akhirat nanti, melainkan termasuk pula
berbagai masalah dan bencana yang menyedihkan, merugikan dan merusak diri
pribadi seseorang.8
Kaitannya controlling dalam surat At-Tahrim ayat 6 ini yaitu adanya
control atau pengawasan diri untuk keluarga maupun anak untuk senantiasa taat
dan melaksanakan perintah Allah supaya kelak nantinya mereka terhindar dari api
neraka. Dan dalam tafsiran ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa kepala
rumah tangga sebagai pemimpin dalam keluarga wajib mengingatkan atau
melakukan pengawasan kepada istri, anak maupun saudara untuk senantiasa taat
pada perintah Allah.
b. Surat Al-Baqarah ayat 44.
ا �� ا � � �نولقع�ت لافأ �ت تنأو باتكلا نولت �تأ �تو بلباسانلا نورمأ كسفنأ نوسن
� � � � � � � � � اا .�� �
6 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Kairo: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa Al-Baby Al-Halaby wa Auladuhu bi Mishra, 1966), juz 29, hlm. 162
7 Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan ( Tafsir Al Ayat Al Tarbawy), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 198.
8 Ibid., hlm. 200.
54
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamumelupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab?
Maka tidaklah kamu berfikir.”9
Asbabun Nuzul dari surat ini sehubungan dengann orang-orang yahudi
madinah. Pada waktu itu ada seorang lelaki berkata kepada menantunya, kaum
kerabat dan saudara sesusunya yang telah memeluk agama Islam : “tetap teguhlah
kamu dalam ajaran Islam yang telah kamu peluk dan apa saja yang diperintahkan
Muhammad taatilah. Sebab segala sesuatu yang diperintahkan oleh Muhammad
adalah benar” Lelaki itu memerintahkan kepada orang lain berbuat baik. Tetapi
dia sendiri tidak melakukannya. Sehubungannya dengan itu maka Allah memberi
peringatan kepadanya agar tidak melupakan diri sendiri. Ayat ke 44 ini diturunkan
sengaja untuk memberi peringatan kepeda mereka yang memberi petunjuk dan
memerintahkan kepada orang lain melakukan kebajikan sedangkan mereka sendiri
tidak mengerjakanya.10
Tafsir ayat ini yakni kata Anfusakum bentuk jama’ dari nafs yang
mempunyai banyak arti antara lain totalitas diri manusia yang dimaksud disini
adalah diri manusia sendiri.11 Ayat ini mengandung kecaman terhadap setiap
pemuka agama yang melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang
dianjurkannya. Ada dua hal yang disebut dalam ayat ini yang seharusnya
menghalangi pemuka-pemuka agama itu melupakn diri mereka. Pertama karena
mereka menyuruh orang lain berbuat baik. Yang kedua, karena mereka membaca
9 Q.S. Al-Baqarah: 4410 Mudjab Mahali, Asbabun NUzul Studi Pendalaman Al-Qur’an (Al-Fatihah-An-
Nisa),(Jakarta: CV. Rajawali, 1989), hlm. 11-12.
11 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, Jakarta, 2001), hlm.
55
kitab suci. Bacaan tersebut seharusnya mengingatkan mereka. tetapi ternyata
keduanya tidak mereka hiraukan sehingga sungguh wajar mereka dikecam.
Mereka menyuruh orang lain mengerjakan kebaikan, sementara dirinya
sendiri tidak melakukannya maka mereka pantas menerima celaan dari
Allah.Tujuan ayat ini bukan hanya mencela mereka karena menyuruh kepada
amal ma’ruf sedang mereka sendiri meninggalkannya. namun karena mereka
meninggalkan amal ma’ruf sebab hal itu merupakan kewajiban setiap individu
yang mengetahuinya.12
Kaitan controlling dalam ayat ini yaitu Supaya kita melakukan
pengawasan atau control terhadap diri kita sendiri. Dalam hal ini kita telah
diingatkan oleh Allah untuk tetap taat pada perintahNya. Bukan melalaikan,
padahal kita sendiri sudah tahu apa kewajiban kita terhadap Allah tapi kita malah
melalaikannya.
c. Surat Al Hijr ayat 92-93. لأعاج��لم�ع�ي اونك�� اع� .ي�نو ��أمن �لك ن و��فس� بار�
“Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa
yang telah mereka kerjakan dahulu”13
Tafsir ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yaitu ketika Allah
mengancam kaum musyrikin mekah dan siapa pun yang durhaka dan bersikap
buruk terhadap Al-Qur’an dengan firmannya :Kami juga telah menimpakan siksa
atas al muqtasimin yakni orang-orang yang memilah-milah kitab Allah dan
12 Muhammad Nasib Ar Rifa’I, Kemudahan dari Alla h Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 120.
13 Q.S. al-Hijr: 92-93
56
menyifatinya dengan sifat yang beraneka ragam yaitu orang-orang yang telah
menjadikan Al-Qur’an terbagi-bagi. Ada yang menamainya sihir, atau syair atau
tenung dan sebagainya atau ada yang mereka benarkan ada juga yang
mengingkari. Maka demi tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka kelak di
hari kemudian, tentang apa yang telah dan terus menerus mereka kerjakan
dahulu.14
Demikian beberapa ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang konsep
controlling atau kepengawasan, jika dilihat dari segi pendidikan, pengawasan
mengandung makna suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan. Dan dengan adanya pengawasan dapat
memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat
segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.15
Dalam praktik pengawasan pendidikan, pengawas fungsional memiliki
tugas membina dan mengembangkan karir para guru dan staf lainnya serta
membantu memecahkan masalah profesi yang dihadapi oleh mereka secara
profesional. Tugas tersebut jika ditinjau dari kajian konseptual merupakan kajian
supervisi. Dengan demikian, dalam praktik kepengawasan para pengawas
menjalankan fungsi sebagai supervisor.
Dalam dunia pendidikan, supervisi diidentikkan dengan pengawasan,
memang hal ini dapat dimaklumi karena bila dikaji dari sisi etimologis istilah
“supervisi” atau dalam bahasa inggris “supervision” sering didefinisikan sebagai
pengawasan. Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf
14M.Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah..., hlm 166.15Siswanto, Pengantar Manajemen, (Bandung: Bumi Aksara, 2005), hlm. 76.
57
sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
situasi belajar-mengajar yang lebih baik.16
Di dalam Depdiknas (PMPTK), mengelompokkan supervisi pendidikan
menjadi:
a. Supervisi Manajerial, yaitu serangkaian kegiatan supervisi yang menitik
beratkan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang
berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.
Supervisi manajerial merupakan tugas dan wewenang pengawas sekolah.
b. Supervisi akademik, yakni serangkaian kegiatan supervisi yang
menitikberatkan pada kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di
dalam maupun di luar kelas. Esensinya berkenaan untuk membina guru
dalam meningkatkan mutu pembelajarannya, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Supervisi akademik menjadi tugas
kepala sekolah dan tugas pengawas sekolah.17
Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka supervisi akademik
merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Namun, Satori18 mengingatkan
bahwa istilah supervisi akademik mengacu pada sistem sekolah yang memiliki
misi utama memperbaiki dan meningkatkan mutu akademik, karena dalam
literatur supervisi tidak dikenal sebutan “academic supervision”, namun yang
16Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm.134.
17 Depdiknas, Metode dan Teknik Supervisi, (Jakarta : Direktorat Jenderal PMPTK, 2008), hlm. 5-8.
18 Djam’an Satori, Paradigma Baru Supervisi Pendidikan untuk Peningkatan Mutudalam Konteks Peranan Pengawas Sekolah dalam Otonomi Daerah. Makalah pada SeminarPeranan Pengawas dalam Otonomi Daerah 17 Maret 2004, (Bandung : APSI Provinsi Jawa Barat,2004), hlm. 2.
58
dimaksud adalah “instructional supervision” atau “educational supervision”.
Supervisi akademik merupakan istilah yang dimunculkan untuk me-reform atau
mereorientasi aktifitas kepengawasan pendidikan kita yang dianggap keliru karena
lebih peduli pada penampilan fisik sekolah, pengelolaan dana, dan administrasi
kepegawaian guru, bukan pada mutu proses dan hasil pembelajaran.
Oleh karena itu, ada beberapa para ahli yang menggunanakan istilah
supervisi akademik, dan ada juga menggunakan istilah supervisi pembelajaran,
namum esensinya sama yaitu berkenaan dengan serangkaian kegiatan bimbangan
dan binaan kepada guru dalam meningkatkan mutu pembelajarannya. Lebih
lanjut, beberapa pendapat para ahli yang mendefenisikan supervisi akademik,
seperti yang dikemukakan oleh Glickman, Gordon dan Ross-Gordon, yang dikutip
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, menyatakan bahwa supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.19
Sementara itu, menurut Suharsimi Arikunto bahwa supervisi akademik
adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu
yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar mengajar.20
Sedangkan menurut Nawawi (1981) dalam Kadim Masaong, menerangkan bahwa
supervsi pembelajaran dapat diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh
pemimpin untuk membantu guru-guru agar menjadi guru atau personal yang
semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya
19Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hlm. 84.
20 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, hlm. 5.
59
dan ilmu pendidikan khususnya, agar mampu meningkatkan efektivitas proses
belajar mengajar di sekolah.21
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi
akademik merupakan serangkaian kegiatan bantuan profesional yang berupa
pemberian bimbingan, arahan dan motivasi dari supervisor kepada guru agar dapat
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan proses pembelajaran demi
mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan adanya supervisi akademik guru akan merasa lebih terbantu untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi pada saat melaksanakan proses
pembelajaran. Disisi lain menuntut supervisor mengetahui dan memahami
konsep-konsep dan pendekatan supervisi yang ditunjang dengan kinerja serta
akuntabilitas yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan supervisi sebagai
layanan profesional dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran
yang bermuara pula pada perwujudan hasil belajar peserta didik secara optimal.
2. Fungsi dan Tujuan Supervisi Akademik
Supervisi akademik atau supervisi pembelajaran berfungsi untuk
memperbaiki situasi pembelajaran melalui pembinaan profesionalisme guru.
Briggs dalam Sahertian (1986) menyebutkan fungsi supervisi sebagai upaya
mengkoordinir, menstimulir dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.22 Lebih
21 Kadim Masaong, Konsep Dasar Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 3.
22 Ibid., hlm. 8.
60
lanjut, menurut Ametembun, dalam Satori, mengemukakan fungsi supervisi
akademik sebagai berikut:23
a. Penelitian, artinya dalam fungsi ini supervisi bertujuan untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan obyektif tentang situasi pendidikan (khususnya
sasaran supervisi akademik) dengan menempuh prosedur : (1) perumusan
pokok masalah sebagai fokus penelitian, (2) pengumpulan data, (3)
pengolahan data, dan (4) penarikan kesimpulan yang diperlukan untuk
perbaikan dan peningkatan.
b. Penilaian, yaitu dengan mengevaluasi hasil penelitian, sehingga bisa
mengetahui apakah situasi pendidikan yang diteliti itu mengalami
kemunduran, kemandegan atau kemajuan, memprihatinkan atau
menggembirakan.
c. Perbaikan, yaitu melakukan langkah-langkah : (1) mengidentifikasi aspek-
aspek negatif, berupa kekurangan atau kemandegan, (2) mengklasifikasi
aspek-aspek negatif, menentukan yang ringan dan yang serius, (3)
melakukan perbaikan-perbaikan menurut prioritas, dengan mengacu pada
hasil penilaian.
d. Peningkatan, artinya supervisi berupaya mempertahankan kondisi-kondisi
yang yang telah memuaskan dan bahkan meningkatkannya, karena
dilakukan upaya perbaikan melalui proses yang berkesinambungan dan
terus menerus.
23 Djam’an Satori, Paradigma Baru Supervisi Pendidikan..., hlm. 3.
61
Sedangkan tujuan supervisi akademik, menurut Syaiful Sagala, yaitu
membantu guru-guru dalam:
a. Mengembangkan proses belajar mengajar, lebih memahami mutu, pertumbuhan dan peranan sekolah;
b. Menerjemahkan kurikulum ke dalam bahasa belajar mengajar;
c. Melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman belajar mengajar,menggunakan sumber dan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajardan menilai kemajuan belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikandiri dengan masyarakat, dan membina sekolah; dan
d. Membantu mengembangkan profesional guru dan staf sekolah.24
Sedangkan menurut Masaong, tujuan utama supervisi pembelajaran
adalah: (a) membimbing dan memfasilitasi guru mengembangkan kompetensi
profesinya, (b) memberi motivasi guru agar menjalankan tugasnya secara efektif,
(c) membantu guru mengelola kurikulum dan pembelajaran secara efektif; (d)
membantu guru membina peserta didik agar potensinya berkembang secara
maksimal.25
Dengan demikian, fungsi supervisi akademik mencakup penelitian,
perbaikan, pembinaan, pengembangan, memotivasi dan penilaian. Sedangkan
tujuan supervisi akademik adalah sebagai bentuk kegiatan untuk membantu,
memfasilitasi, mendampingi dan meningkatkan kompetensi guru. yang pada
akhirnya bermuara pada peningkatan pembelajaran yang optimal. supervisi
akademik menaruh perhatian utama pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan
kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka
lebih mampu dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
24 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2012), hlm. 104.
25 Kadim Masaong, Konsep Dasar Supervisi Pembelajaran..., hlm. 6-7.
62
3. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik
Dalam melaksanakan supervisi, hendaknya supervisor senantiasa
menerapkan prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut:26
a. Prinsip ilmiah (scientific) dengan unsur-unsur: (1) Sistematis, berarti
dilaksanakan secara teratur, berencana, kontinyu. (2) Obyektif, artinya data
yang didapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi, (3)
Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberikan informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar
mengajar.
b. Demoktaris, menjunjung tinggi atas musyawarah.
c. Kooperatif/kemitraan, seluruh staf dapat bekerja bersama,
mengembangkan usaha dalam ”menciptakan” situasi pembelajaran dan
suasana kerja yang lebih baik.
d. Konstruktif dan kreatif, membina inisiatif staf/guru serta mendorong untuk
aktif menciptakan suasana agar setiap orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensi-potensinya.
Selain prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, Rivai (1981) dalam
Masaong, membagi prinsip-prinsip supervisi atas dua bagian, yaitu prinsip positif
dan prinsip negatif.27
a. Prinsip-prinsip positif, meliputi:
1) Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
26 Ibid., hlm. 9.27 Ibid., hlm. 9-10.
63
2) Supervisi harus lebih berdasarkan sumber kolektif kelompok daripada
usaha-usaha supervisi sendiri.
3) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar
hubungan pribadi.
4) Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan pada yang
dipimpin.
5) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada anggota-
anggota kelompoknya.
6) Supervisi harus progresif.
7) Supervisi harus didasarkan pada keadaan yang riil dan sebenarnya.
8) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
9) Supervisi harus obyektif dan sanggup mengadakan self evaluation.
b. Prinsip-prinsip negatif, meliputi:
1) Supervisi tidak boleh bersifat mendesak/direktif.
2) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat/ kedudukan
atau atas dasar kekuasaan pribadi.
3) Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran
(the ultimate educative goals).
4) Supervisi tidak boleh terlalu banyak mengenai soal-soal yang mendetail
mengenai cara-cara mengajar dan bahan pembelajaran.
5) Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan dan kekurangan staf/guru.
6) Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil dan lekas
kecewa.
64
Prinsip-prinsip tersebut di atas, harus menjadi acuan utama supervisor
dalam menjalankan kegiatan supervisi di sekolah agar kontribusi supervisi
terhadap pembelajaran membuahkan hasil yang optimal. Karena realitas di
lapangan kegiatan supervisi oleh sebagian supervisor masih berorientasi pada
pengawasan (kontrol) dan obyek utamanya adalah administrasi, sehingga suasana
kemitraan antara guru dan supervisor kurang tercipta dan bahkan guru secara
psikologis merasa terbebani dengan pikiran untuk dinilai. Padahal kegiatan
supervisi akan efektif jika perasaan terbebas dari berbagai tekanan diganti dengan
suasana pemberian pelayanan serta pemenuhan kebutuhan yang bersifat informal.
4. Teknik-teknik Supervisi Akademik
Depdikbud (1986) dalam Masaong, mengemukakan teknik-teknik
supervisi meliputi: kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru/staf,
kunjungan antar kelas, kunjungan sekolah, kunjungan antar sekolah, pertemuan
dalam kelompok kerja, penerbitan bulletin profesional dan penataran.28 Untuk
jelasnya dikemukakan sebagai berikut:
a. Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
Dengan kunjungan kelas supervisor dapat mengetahui apakah guru-guru
menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, serta
melihat secara langsung kemampuan guru mengajar di kelas. Kegiatan
observasi kelas oleh Neagly (1980) diistilahkan dengan classroom visitation
and observation. Mark (1985) mengemukakan hal-hal yang dilakukan oleh
pengawas/kepala sekolah dalam kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
28 Ibid., hlm. 76-84.
65
1) Memfokuskan perhatian pada komponen-komponen dan situasi
pembelajaran di kelas.
2) Bertumpu pada upaya memajukan proses pembelajaran.
3) Membantu guru-guru secara kongkrit untuk memajukan proses
pembelajaran.
4) Menolong guru-guru agar dapat mengevaluasi diri sendiri.
5) Secara bebas memberikan kesempatan kepada guru agar dapat
berdiskusi dengannya mengenai problema-problema yang dihadapinya
dalam proses pembelajaran mereka.
b. Pertemuan Pribadi (Individual Conference)
Teknik ini dapat dilakukan secara formal dan informal atau langsung
dan tidak langsung. Dengan perkembangan teknologi komunikasi yang
semakin canggih pertemuan tidak langsung dan informal bisa lebih efektif.
Pertemuan pribadi dapat dilakukan setelah kunjungan kelas. Pertemuan pribadi
dapat dilaksanakan sebelum dan sesudah kunjungan kelas.
Hal-hal yang perlu dilakukan supervisor dalam pertemuan pribadi,
yaitu: (1) Memprogramkan pertemuan pribadi secara bersama-sama dengan
guru, (2) Merumuskan tujuan pertemuan, (3) Merumuskan prosedur pertemuan,
(4) Mengadakan kontrak dengan guru mengenai pertemuan pribadi,
(5) Memancing masalah guru, dan (6) Membantu memecahkan masalah yang
dihadapi oleh guru dalam pertemuan pribadi.
66
c. Rapat Dewan Guru/Staf
Rapat merupakan pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah
yang dipimpin oleh kepala sekolah untuk membahas segala hal yang
menyangkut pengelolaan pendidikan dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Tujuan diadakan rapat dewan guru/staf adalah:
1) Mengatur seluruh anggota staf yang berbeda tingkatan pengetahuan dan
pengalamannya menjadi satu keseluruhan potensi yang sadar terhadap
tujuan bersama dan bersedia bekerja sama guna mencapai tujuan
pendidikan.
2) Mendorong setiap anggota staf agar mengetahui tanggung jawab dan
berusaha melaksanakannya dengan baik.
3) Bersama-sama menentukan cara-cara yang dapat dilakukan dalam
memperbaiki proses pembelajaran.
4) Meningkatkan arus komunikasi dan informasi.
Agar rapat dewan guru/staf berhasil dengan baik, maka seorang
supervisor harus: (1) menetapkan tujuan rapat sesuai dengan visi, misi dan
tujuan sekolah, (2) menentukan pimpinan dan sekretaris rapat, (3)
menyampaikan pokok-pokok pikiran/ide-ide kepada peserta rapat, (memberi
kesempatan kepada peserta rapat menyampaikan pokok-pokok pikiran sesuai
tema yang dibahas, dan (4) Membuat simpulan dan rekomendasi untuk menjadi
acuan bersama.
67
d. Kunjungan Antarsekolah
Kunjungan antarsekolah merupakan suatu kunjungan yang dilakukan
oleh guru bersama-sama dengan kepala sekolah ke sekolah-sekolah lainnya.
Dalam istilah lain di Indonesia sebagai kegiatan studi komparatif di sekolah.
Terdapat beberapa cara yang ditempuh antara lain: (1) diskusi ilmiah tentang
masalah-masalah pembelajaran, (2) mengadakan pelatihan bagi guru-guru yang
mengadakan kunjungan oleh guru-guru yang dikunjungi, (3) pertukaran guru,
dan (4) pencangkokan guru.
e. Kunjungan Antarkelas
Teknik ini dapat digunakan untuk melihat secara langsung cara-cara
mengelola kelas dan proses pembelajaran guru yang lain. Supervisor dapat
mengarahkan guru agar memperoleh gambaran atau perbandingan tentang
keefektifan proses pembelajaran guru lain. Kunjungan antar kelas ini dikenal
juga dengan istilah saling mengunjungi kelas.
Agar kunjungan antarkelas ini dapat berhasil dengan baik, maka
seorang supervisor harus mampu: (1) merencanakan waktu kunjungan antar
kelas, (2) merumuskan tujuan kunjungan antar kelas, (3) merumuskan prosedur
kunjungan antar kelas, (4) menetapkan acara kunjungan antar kelas, (5)
mengaitkan kunjungan antar kelas dengan peningkatan kunjungan antar kelas,
(6) membantu kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam kunjungan antar kelas,
(7) menyimpulkan hasil kunjungan antar kelas, dan (8) membuat tindak lanjut
kunjungan antar kelas.
68
f. Pertemuan dalam Kelompok Kerja Guru/MGMP
Pertemuan dalam kelompok kerja merupakan suatu pertemuan yang
dihadiri oleh guru dan kepala sekolah/supervisor. Di Indonesia model ini lebih
banyak dilakukan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk guru sekolah
dasar. Sedangkan di tingkat sekolah menengah dikenal dengan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP). Tujuan utama forum ini adalah:
1) Menyamakan persepsi menyangkut kegiatan pembelajaran.
2) Membahas isu-isu pendidikan dan pembelajaran yang sedang
berkembang, serta bersama-sama mencari solusi pemecahannya.
3) Sharing dengan para guru tentang praktik baik yang perlu ditularkan.
4) Secara bergantian berlatih menyajikan makalah agar berani menyatakan
pendapatnya dan berpikir secara kritis.
5) Menambah wawasan dan mempercepat proses kenaikan pangkat serta
jabatan akademik guru.
Agar pertemuan kelompok kerja ini dapat berjalan efektif, maka
supervisor harus: (1) mendisain kegiatan secara efektif, (2) tujuan harus
mengacu pada program KKG atau MGMP, (3) merumuskan prosedur
pertemuan dalam kelompok kerja, (4) me-nentukan topik pertemuan dan
pematerinya, (5) menetapkan berbagai alternatif pemecahan masalah KKG atau
MGMP, (6) menyimpulkan hasil pertemuan KKG atau MGMP, dan (7)
menetapkan sustainability program KKG atau MGMP.
69
g. Penerbitan Buletin Profesional
Teknik penerbitan buletin ini belum banyak dikenal dan bahkan pada
umumnya belum dipergunakan sebagai teknik supervisi padahal model ini akan
sangat efektif dalam mempublikasikan hasil inovasi dan karya ilmiah guru.
Bulletin profesional yang dipergunakan sebagai salah satu teknik supervisi
dikenal dengan istilah Supervisory Bulletin, atau bulletins and others,
documentary aids. Bulletin profesional merupakan koleksi karya ilmiah guru
yang dipublikasikan baik yang berkaitan dengan proses pembelajaran maupun
temuan-temuan hasil penelitian tindakan kelas guru.
Pembahasannya tidak selalu ditulis oleh seorang ahli, melainkan dapat
juga dilakukan oleh pengawas dan guru-guru yang berpengalaman mengenai
keberhasilannya di lapangan. Bulletin profesional sangat efektif karena tidak
mengeluarkan biaya yang besar dan digunakan di kalangan terbatas misalnya
kelompok KKG atau MGMP serta dapat pula diteruskan ke sekolah atau
kelompok guru lainnya. Selain itu dapat pula dijadikan bahan diskusi pada
kelompok kerja guru (KKG, MGMP).
Agar bulletin profesional ini dapat diterbitkan untuk dijadikan sebagai
salah satu teknik supervisi, supervisor dituntut mampu: (1) Merencanakan
penerbitan bulletin profesional, (2) Mendapatkan naskah, (3) Menentukan
profil/bentuk bulletin profesional, (4) Melaksanakan tugas-tugas penyuntingan,
(5) Mendapatkan sumber dana, (6) Menyebarkan bulletin profesional, (7)
Mengaitkan bulletin profesional dengan peningkatan kemampuan profesional
guru.
70
h. Simposium dan Seminar
Simposium diartikan sebagai suatu pertemuan yang di dalamnya
beberapa pembicara menyampaikan pikirannya secara singkat mengenai suatu
topik/tema pendidikan atau problematika pembelajaran (Sagala, 2010).
Pandangan-pandangan para ahli ini dibahas oleh peserta dengan harapan
memperoleh jalan keluar dari masalah yang dikemukakan. Dalam
penerapannya pengawas dapat memanfaatkan para ahli sebagai fasilitator
dalam pembinaan guru-guru. Kehadiran nara sumber sangat penting untuk
menyamakan persepsi terkait dengan pembelajaran, manajemen sekolah,
kurikulum, kesiswaan, penilaian serta penelitian dan pengembangan.
Selain simposium, teknik yang dapat digunakan oleh pengawas adalah
teknik seminar. Seminar merupakan pertemuan ilmiah untuk menyajikan karya
tulis baik berupa makalah maupun hasil-hasil penelitian. Tujuannya untuk
membahas berbagai informasi, ide, konsep dan temuan penelitian melalui suatu
forum seminar. Seminar dapat dilaksanakan oleh institusi formal yang diikuti
secara terbuka, dan dapat juga dilakukan oleh sekelompok orang terbatas di
lingkungan sekolah saja. Pengawas dapat menggunakan teknik seminar untuk
membantu guru-guru mengembangkan kompetensinya.
Lebih lanjut, beberapa para ahli mengelompokkan tehnik-tehnik dalam
supervisi akademik menjadi dua, yaitu tehnik yang bersifat individual dan tehnik
yang bersifat kelompok. Pada tehnik supervisi individual, seseorang guru
berhadapan langsung dengan seorang supervisor. Di dalam tehnik supervisi
individual ada sekitar sembilan konsep, yaitu: (1) tehnik supervisi observasi kelas,
71
(2) tehnik supervisi kunjungan kelas, (3) tehnik supervisi klinis, (4) tehnik
supervisi perkembangan, (5) tehnik supervisi direncanakan bersama , (6) tehnik
supervisi sebaya, (7) tehnik supervisi memanfaatkan siswa, (8) tehnik supervisi
memakai alat-alat elektronik, dan (9) tehnik supervisi pertemuan informal.29
Sedangkan pada tehnik supervisi kelompok, beberapa guru sebagai suatu
kelompok berhadapan dengan satu atau lebih supervisor. Tehnik supervisi
kelompok ini ada beberapa jenis, yaitu: (1) rapat guru, (2) supervisi sebaya, (3)
diskusi, (4) demontrasi, (5) pertemuan ilmiah, dan (6) kunjungan ke sekolah
lain.30
Berdasarkan kedua pendapat dan beberapa pendapat lainnya mengenai
tehnik supervisi, pada dasarnya mempunyai kesamaan dan semuanya memiliki
hubungan yang erat sekali dengan upaya pemberian bimbingab dab binaan
terhadap guru agar dapat meningkatkan profesionaltasnya. Oleh karena itu dalam
melaksanakan supervisi, seorang supervisor dapat menggunakan teknik supervisi
yang mana saja, karena belum tentu teknik yang digunakan cocok semua, harus
disesuaikan dengan karakteristik guru dan kemampuan supervisor.
5. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Berdasarkan Permendiknas nomor 13 tahun 2007, tentang standar kepala
sekolah/madrasah, kepala sekolah berkewajiban melakukan supervisi sesuai
dimensi kompetensi yang melekat padanya. Kepala Sekolah dalam kedudukan dan
tanggung jawabnya sebagai supervisor berkewajiban membina para guru agar
29 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.141.
30 Ibid., hlm. 169.
72
menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi guru yang sudah baik agar dapat
dipertahankan kualitasnya, dan bagi guru yang belum baik dapat dikembangkan
menjadi lebih baik. Sementara itu, seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin maju dan berkembang, maka semua guru baik yang sudah kompeten
maupun yang masih lemah, harus diupayakan agar tidak ketinggalan zaman dalam
proses pembelajaran maupun materi yang diajarkan.
Menurut Pidarta, bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dikembangkan oleh kepala sekolah sebagai supervisor kepada setiap guru, yaitu
(1) kepribadian guru, (2) peningkatan profesi secara kontinyu, (3) proses
pembelajaran, (4) penguasaan materi pelajaran, (5) keragaman kemampuan guru,
(6) keragaman daerah, dan (7) kemampuan guru dalam bekerja sama dengan
masyarakat. Butir 1 sampai dengan 4 menyangkut pengembangan ndividu guru
dan butir 5 sampai dengan 7 menyangkut konteks sekolah.31
Sementara itu, menurut N.A. Ametembun (2007) dalam Donni dan Rismi,
menyatakan bahwa ada empat fungsi utama kepala sekolah sebagai supervisor,
yaitu:
a. Fungsi Penelitian, maksudnya untuk melihat seluruh situasi proses belajar
mengajar guna menemukan masalah-masalah, kekurangan baik pada guru,
murid, perlengkapan, kurikulum, tujuan pembelajaran, metode mengajar
maupun perangkat lain disekitar keadaan proses pembelajaran. Penelitian
tersebut harus bersumber pada data yang aktual dan bukan pada informasi
yang telah kadaluarsa.
31 Ibid., hlm. 18.
73
b. Fungsi Penilaian, maksudnya untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi situasi dan kondisi pendidikan serta pengajaran yang telah
diteliti sebelumnya, kemudian dievaluasi untuk melihat bagaimana tingkat
kualitas pendidikan di sekolah itu, apakah menggembirakan atau
memprihatinkan, mengalami kemajuan atau kemunduran, atau
kemandegan. Dalam etika pendidikan, penilaian itu harus menekankan
pada aspek-aspek positif, kemudian pada aspek-aspek negatif.
c. Fungsi Perbaikan, artinya setelah diadakannya penilaian terhadap aspek
pengajaran, maka memperbaiki aspek-aspek negatif yang timbul dan
melakukan suatu perbaikan-perbaikan. Hal ini pun bisa sebagai pemecahan
atas masalah-masalah yang dihadapi.
d. Fungsi Peningkatan, artinya meningkatkan atau mengembangkan aspek-
aspek positif agar lebih baik lagi dan menghilangkan aspek negatif yang
ada. Kegiatan ini dimaksukan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi
semangat agar guru mau menerapkan cara baru, termasuk membantu guru
dalam memecahkan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru
tersebut.32
Dengan demikian, kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai
kewajiban membimbing dan membina guru atau staf lainnya. pembinaan dan
bimbingan guru akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan kelancaran
proses pembelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah sudah selayaknya harus
32 Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 88-90.
74
memahami dan menguasai konsep supervisi akademik, yang meliputi pengertian,
tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, tehnik-tehnik dan sebagainya yang berkenaan
dengan hal-hal dalam kegiatan supervisi. Hal ini penting bagi kepala sekolah,
guna memaksimalkan dalam proses pelaksanaan supervisi kepada guru, dan
berdampak pada peningkatan profesionalitas guru.
B. Konsep Evaluasi Diri
1. Pengertian Evaluasi
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on
Evaluation) dari UCLA dalam Stark & Thomas,33 menyatakan bahwa: Evaluation
is the process of artaining the decision of concern, selecting appropriate
information, and collecting and analyzing infmation in order to report summay
data useful to decision makers in selecting among alternatives. Evaluasi
merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
serta penyusunan program selanjutnya.
Selanjutnya Griffin & Nix (1991:3) menyatakan : Measurement,
assessment and evaluation are hierarchial. The comparison of observation with
the criteria is a measurement, the interpretation and description of the evidence is
an assessment and the judgement of the value or implication of the behavior is an
evaluation.34 Kesimpulan. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki.
Evaluasi didahului dengan penilain (assessment), sedangkan penilaian didahului
33J.S. Stark & A. Thomas, Assessment and Program Evaluation, (Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing, 1994), hlm. 12.
34 P. Griffin & P. Nix, Educational Assessment and Reporting, (Sydney: Harcont Brace Javanovich Publisher, 1991), hlm. 3.
75
dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil
pengamatan dengan ceriteria, penilaian (assessment), merupakan kegiatan
menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.
Berdasarkan defenisi evaluasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai. Evaluasi merupakan salah satu
rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu
lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus evaluasi adalah individu, yaitu
prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui evaluasi akan diperoleh
informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya,
informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program.
2. Konsep Diri (Self Concept)
Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan
sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Menurut Atwater dalam Desmita, konsep diri adalah keseluruhan
gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan,
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.35 Sedangkan menurut Pemily
35 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 24.
76
mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari invidu tersebut. Sementara itu
Cawages menjelaskan konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,
kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya.36
Lebih lanjut William D. Brooks dalam Rakhmat mengemukakan bahwa
pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita
(Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya
apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan
kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan.
Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja
mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.37
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan konsep diri adalah gagasan
tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita
melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri
dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagai mana
yang kita harapkan. Pengertian konsep diri adalah cara pandang secara
menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan
yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
36Ibid., hlm. 25-26.37Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 105.
77
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki,
padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas
sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif
terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan.
Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.
3. Hakikat Evaluasi Diri (Self Evaluation)
Berdasarkan kedua makna yang dikemukaan di atas, antara evaluasi dan
konsep diri tersebut, jika dipadukan menjadi evaluasi diri memiliki makana yaitu
suatu upaya diri sendiri untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja dan
keadaan dirinya melalui pengkajian dan analisis yang dilakukan oleh diri sendiri
berkenaan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan, kendala, bahkan
ancaman, sehngga evaluasi diri dapat dilaksanakan secara objektif.
Beberapa para ahli mengemukaan konsep evaluasi diri, antara lain menurut
Handoko, bahwa penilaian Diri (Self Appraisals) merupakan proses di mana para
individu mengevaluasi kinerja mereka sendiri sebagai dasar untuk melanjutkan
78
pengembangan diri.38 Sedangkan menurut E. Widijo, bahwa evaluasi diri
merupakan aktivitas konkret yang seharusnya kita lakukan untuk melihat sejauh
mana efektivitas sikap dan tindakan kita, apakah menghasilkan sesuatu yang
optimal bagi diri kita sendiri, orang lain, ataupun lingkungan tempat kita berada.39
Berdasarkan hal di atas, dapat dipahami bahwa di dalam pelaksanaan evaluasi diri,
yang bertindak sebagai penilai adalah diri sendiri untuk menilai perilaku dan
kinerjanya sendiri, sehingga akan didapatkan kekurangan maupun kelebihan pada
dirinya, yang selanjutnya menjadi dasar untuk memperbaiki kekurangan dan
meningkatkan kelebihan pada dirinya tersebut. Menurut Dharma,
ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari penilaian diri sendiri yakni :
a. Mengurangi sikap defensif dengan memberdayakan individu untuk
mengevaluasi kinerja mereka sendiri.
b. Membantu terjadinya diskusi yang lebih positif, sehingga difokuskan
kepada pemecahan masalah bersama ketimbang mempersalahkan orang
lain.
c. Mendorong untuk lebih memikirkan kebutuhan mereka akan
perkembangan diri dan bagaimana meningkatkan kinerjanya sendiri.
d. Memberikan suatu penilaian yang lebih seimbang karena didasarkan pada
pandangan baik dari manajer maupun individu.40
38 T. Hani Handoko,Manajemen dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1997), hlm. 150.
39 E. Widijo Hari Murdoko, Personal Quality Management; MengefektifkanPengelolaan Diri dengan Mengaktifkan Empat Pilar Kualitas Diri, (Jakarta: PT Elex MediaKomputindo, 2006), hlm. 155.
40 Surya Dharma, Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 204.
79
Selanjutnya, ada beberapa hal yang dapat dijadikan alat bantu untuk
melakukan evaluasi diri, antara lain:41
a. Menyadari kekuatan
Kita perlu melakukan evaluasi atau penilaian terhadap diri sendiri
mengenai kekuatan-kekuatan atau kelebihan-kelebihan yang saat ini secara
riil kita miliki dan hal itu sangat mendukung aktivitas kita.
b. Menyadari Kelemahan
Kesadaran bahwa selain kekuatan ada juga kelemahan di dalam diri kita
merupakan pintu gerbang menuju perkembangan kualitas pribadi.
c. Menyadari Peluang
Persoalan sebenarnya bukanlah siapa yang menciptakan peluang, tetapi
yang harus lebih kita perhatikan adalah bagaimana selanjutnya sikap kita
dalam menerima peluang itu.
d. Menyadari Ancaman
Ancaman dapat berasal dari diri sendiri apabila kita merasa potensi-potensi
yang kita miliki ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan berbagai tuntutan
perkembangan yang ada. Kita merasa potensi kita sudah jauh ketinggalan
dibandingkan apa yang dimiliki oleh orang lain. Ancaman yang berasal
dari dalam sering muncul karena kita merasa nyaman dan aman berada di
zona yang menghanyutkankan sehingga kita terlena dan lupa bahwa
perkembangan dan kemajuan apabila tidak segera direspon akan membuat
kita terancam oleh perkembangan dan kemajuan itu sendiri.
41E. Widijo Hari Murdoko, Personal Quality Management, hlm. 170-180.
80
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa evaluasi diri adalah suatu cara
untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri akan dapat melihat
kelebihan maupun kekurangan pada diri sendiri, untuk selanjutnya kekurangan ini
menjadi tujuan perbaikan. Penilaian terhadap diri sendiri akan berdampak positif
terhadap pengembangan diri kita ke depan. Dengan penilaian diri kita akan
mampu membangun citra diri positif terhadap diri sendiri yang akhirnya akan
berdampak kepada orang lain. Untuk mencapai hal itu semua maka kita perlu
melakukan evaluasi terhadap diri sendiri.
C. Hakikat Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
1. Konsep Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
Terdapat beberapa model supervisi yang telah berkembang seiring dengan
perkembangannya, mulai dari model supervisi yang bersifat konvensional sampai
pada model supervisi yang bersifat modern atau kontemporer. Kesemuanya pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan satu sama lainnya, sehingga semakin
menuntut para ahli dan peneliti untuk mengembangkan model supervisi tersebut,
supaya dapat meminimalisasi kekurangan padanya, dan dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan bagi supervisor untuk mengaktualisasikan model supervisi
tersebut. Salah satunya adalah supervisi akademik berbasis evaluasi diri yang
merupakan sebuah model atau acuan yang dilakukan oleh supervisor di dalam
pelaksanaan supervisinya yang merupakan hasil karya pengembangan model
supervisi yang dianggap kontemporer.
81
Hakikat supervisi akademik berbasis evaluasi diri adalah serangkaian
kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh supervisor terhadap guru,
dengan menggunakan model atau pendekatan yang berorientasikan kepada analisis
kemampuan guru, melalui evaluasi diri guru. Evaluasi diri tersebut diperlukan
untuk mengetahui kebutuhan bantuan kompetensi pedagogik yang dibutuhkan
guru,42 sebagai teknik pengembangan profesional guru,43 dan memberikan
informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas serta
memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pengajarannya dalam
mempengaruhi murid,44 sehingga supervisor dapat memaksimalkan pembinaan
kompetensi guru.
Konsep supervisi akademik berbasis evaluasi diri ini, senada dengan
konsep supervisi perkembangan yang dikembangkan oleh Glickman, sejak tahun
1980. Supervisi perkembangan yang dimaksud adalah suatu supervisi yang
mengamati kinerja guru, sebelum melaksanakan proses supervisi.45 Hal ini
dilakukan untuk menentukan tehnik dan metode yang paling tepat dipakai dalam
membina guru bersangkutan.
Selanjutnya, model supervisi akademik berbasis evaluasi diri, juga secara
substansinya mendekati model supervisi Individualized Proffesional Development
(IPD). Model ini lebih menekankan pada: (a) kesadaran guru mengembangkan
profesinya, (b) menuntut guru bekerja sendiri memikul tanggungjawab
42 Herry Prihono, Model Supervisi Akademik Bebasis Evaluasi Diri, hlm. 131.43 R.E.Sutton, Teacher Education and Educational Self-Direction, A Conceptual
Analysis and Empirical Investigation, An International Journal of Research and Studies, Volume50, No. 2, Summer, 1980.
44 E.R. House, Schoool Evaluation: The Politics & Process, (California: McCutchanPublishing Corporation, 1973), hlm. 51.
45 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm. 143.
82
pengembangan profesionalnya baik melalui studi lanjut, meneliti, mengadakan
kunjungan ke sekolah lain (studi banding), tekun mengikuti seminar, tekun
menulis dan meneliti maupun kegiatan lainnya.46 Melalui model IPD tersebut,
guru mampu mengarahkan dirinya sendiri (self-directed), memiliki komitmen
kerja yang tinggi dan tingkat berpikir yang tinggi pula.47
Dengan demikian, model supervisi akademik berbasis evaluasi diri,
merupakan pengembangan dari beberapa model supervisi yang telah ada.
Pengembangan model supervisi ini mengarah pada pemberian bantuan profesional
berdasarkan kebutuhan guru agar kompetensi pedagogik guru dapat meningkat.
Guru-guru dilibatkan pada proses perencanaan supervisi akademik yaitu melaui
evaluasi diri, dari evaluasi diri dibuat perencanaan bantuan yang dibutuhkan guru,
sehingga selain bantuan yang diberikan supervisor akan ada interaksi antar guru.
Adanya bantuan profesioanal dari supervisor dan interaksi antar guru akan
menghidupkan suasana supervisi dan guru tidak lagi merasa hanya sebagai subyek
tetapi juga merasa bahwa supervisi itu diperlukan untuk meningkatkan
kompetensi pedagogiknya.48
Guru yang memiliki kemampuan menilai diri sendiri dengan akurat akan:
(a) memiliki kesadaran diri yang tinggi baik kelemahan maupun kelebihannya,
(b) mampu menghibur diri mereka sendiri, (c) menunjukkan pembelajaran yang
cerdas tentang apa yang mereka perlu perbaiki, dan (d) siap menerima kritik dan
umpan balik yang membangun.49
46 Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran..., hlm. 52.47 Ibid., hlm. 54.48 Herry Prihono, Model Supervisi Akademik Bebasis Evaluasi Diri, hlm. 131-132.49 Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran..., hlm. 231
83
Lebih lanjut Ross dan Bruce menjelaskan bahwa teknik evaluasi diri guru
sangat bermanfaat untuk :
a. Membantu guru dalam mendefinisikan kelebihan (dan kekurangannya)
ketika mengajar dan meningkatkan kompetensinya berdasarkan
pengalaman yang telah dialaminya;
b. Membantu guru menentukan target (goalsetting) untuk peningkatan
kompetensinya secara terukur dan sistematis;
c. Memudahkan komunikasi dengan teman sejawat; dan Meningkatkan
kemampuan guru dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman.50
Selain itu juga, proses yang ditempuh dalam model supervisi akademik ini
menganut prinsip saling membutuhkan. Dimana kepala sekolah membutuhkan
tugas dan fungsinya tercapai sedang guru membutuhkan dalam rangka
peningkatan kompetensi pedagogiknya sehingga proses kegiatan belajar mengajar
akan terus meningkat. Hal ini juga berlandaskan pada salah satu prinsip di dalam
supervisi akademik Dirjen PMPTK (2010), yakni prinsip humanis (manusiawi).
Artinya di dalam pelaksanaan supervisi akademik mengacu pada kemampuan
guru, dan menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur,
ajeg, sabar, antusias dan penuh humor.51
Dengan demikian, supervisi sebagai kegiatan pengawasan oleh kepala
sekolah atau pengawas sekolah terhadap guru dalam upaya membantu
meningkatkan profesionalisme guru, dengan bentuk model supervisi yang selama
50Ross, J. A. & Bruce, C. D., Teacher self-assessment: A mechanism for facilitatingprofessional growth. Dalam Teaching and Teacher Education, Vol. 23 No. 2, 2007, hlm. 146-159.
51 Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 111.
84
ini bertumpu pada pengawasan seorang atasan pada bawahan yang mungkin dapat
menimbulkan ketidaknyamanan psikologis, misalnya merasa tertekan dan risi,
seolah-olah kehidupan kerjanya diambil alih dan dikendalikan oleh orang lain atau
atasan, maka melalui model supervisi akademik berbasis evaluasi diri
memungkinkan pihak yang disupervisi (guru) memiliki independensi dalam
bekerja, dapat mengelola diri dan bertanggungjawab atas pertumbuhan
profesionalismenya sendiri.
Supervisi akademik berbasis evaluasi diri ini direncakanan bersama oleh
kepala sekolah dan guru untuk mendapatkan kesepakatan waktu melakukan
supervisi dalam upaya melakukan perbaikan kelemahan guru yang sudah dia
sadari dan rencanakan sebelumnya melalui evaluasi diri guru. penguatan juga
diadakan agar guru tidak merasa putus asa melainkan tetap giat belajar, serta
diadakan tindak lanjut manakala kelemahan yang diperbaiki pada proses supervisi
itu belum memberi hasil yang memuaskan.
Pentingnya akan evaluasi diri, sehingga hal ini merupakan salah satu
ajaran yang dianjurkan Islam kepada umatnya dalam setiap hari untuk selalu
mengevaluasi diri agar hari esok lebih baik dari hari ini. Dalam Al-Qur’an surat
Al-Hasyr:18 disebutkan :
B
ا
.��
يرابخ�نولمع�ت اماب
ا
ا نا ا اوقتاو د�غلتمدق ام سف�ن
رظنتلو هأي� �ا اوقتا اونماء نيلا اي � � لل.� لل.� � � � لل.� � � � � � � �
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklahsetiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.52
52 Q.S Al-Hasyr : 18
85
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal dalam karya mereka SQ. Banyak di
antara manusia yang tidak pernah merenung. Mereka hanya hidup dari hari ke
hari, dari aktifitas ke aktifitas, dan seterusnya. SQ yang lebih tinggi berarti sampai
pada kedalaman dari segala hal, memikirkan segala hal, menilai diri sendiri dan
perilaku dari waktu ke waktu. Paling baik dilakukan setiap hari. Ini dapat
dilakukan dengan menyisihkan beberapa saat untuk berdiam diri, bermeditasi
setiap hari, bekerja dengan penasihat atau ahli terapi, atau sekedar mengevaluasi
setiap hari sebelum anda jatuh tertidur di amalam hari.53 Dalam sebuah hadits
mauqup disebutkan:
ن بت ثععابقاانا، عععانرن ب بفارعا جنانةا، عايياع نيان بافاانا سدثا، حايلإسااع نباق احإسدثاانا اح.لععل ايضار الاطابن برامجاج، قاالا : قاالا عاال باسععا: ح" نهاع ا وا ،با أان تااسععال قععابكمافسععوا أان.......... أان توزانوا ال قابكمانوا أانفسزاو
“Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain, lihatlah terlebih dahulu atas
kerjamu sebelum melihat atas kerja orang lain”54
Ungkapan Umar yang sangat masyhur tersebut di atas, perlu kiranya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dengan Muhasabah seseorang akan dapat
lebih memahami kondisi dirinya . Sebaiknya apa yang dievaluasi hendaknya
tertulis jelas jangan hanya ada dalam pikiran. Untuk meningkatkan kualitas diri
perlu adanya target-target yang akan dicapai untuk mempermudah melakukan
evaluasi. 55
53 Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam BerpikirIntegralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan,2002) Cet. V. hlm.
232. 54 http://library.islamweb.net/hadith55 Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ...
86
Di dalam konsep pendidikan Islam, evaluasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu evaluasi terhadap diri sendiri (self-evaluation) dan terhadap kegiatan
orang lain (peserta didik).56
a. Evaluasi terhadap diri sendiri
Seorang muslim, termasuk peserta didik, yang sadar dan baik adalah
mereka yang sering melakukan evaluasi diri dengan cara Muhasabah dengan
menghitung baik buruknya dan inventarisasi diri (self-inventory), baik mengenai
kelebihan yang harus dipertahankan maupun kekurangan dan kelemahan yang
perlu dibenahi. Evaluasi terhadap diri sendiri yang sesungguhnya akan mampu
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, karena yang mengetahui perilaku
individu adalah individu itu sendiri.
b. Evaluasi Kegiatan Orang Lain
Evaluasi terhadap perilakuy orang lain harus disertai dengan amar ma’ruf
nahi munkar (mengajar yang baik atau mencegah yang munkar). Tujuannya
adalah memperbaiki tindakan orang lain, bukan untuk mencari aib atau kelemahan
seseorang. Dengan niatan ini maka evaluasi pendidikan Islam dapat terlaksana.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Islam pun mengajarkan akan konsep
evaluasi diri dan pentingnya melakukan evaluasi diri sendiri, muhasabah diri, self
reflection atau self evaluate agar dapat mengevaluasi keberhasilan dan kegagalan
yang pasti kita hadapi dalam kehidupan, utuk kemudian memperbaikinya.
56 Abdul, Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 215-216.
87
2. Langkah-langkah Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
Secara rinci, dalam pelaksanaan model supervisi akademik berbasis
evaluasi diri mengacu kepada rumusan Tindakan Berkelanjutan Sepervisi
Akademik Berbasis Evaluasi Diri yang diadopsi dari James Calderhead dan Peter
Gates (2004), dikutip oleh Nur Syahid, sebagai berikut:
Gambar 2.1 Tindakan Berkelanjutan Sepervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri
(Diadopsi dari James Calderhead dan Peter Gates, (2004)57
57James Calderhead, Peter Gates, Conceptualizing Reflection in Teacher Development,dalam Nur Syahid, SUPRA EDU PRO; Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri GuruProfesional Konsep dan Aplikasinya, diunduh di alamat websitehttps://unnesppskepengawasan.wordpress.com/2013/12/11/supra-edu-pro, tanggal 02 Maret 2016,hlm. 6-14.
88
Langkah 1 : Diskusi, Motivasi dan Evaluasi diri guru
a. Diskusi antara supervisor dengan guru, dilaksanakan dengan akrab, santai
namun serius. Sampaikan pentingnya pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan, serta pentingnya prinsip evaluasi diri yang harus guru sadari
yaitu prinsip jujur, tanggungjawab, terbuka, disiplin, kerjasama/ kooperatif,
profesional, dan berkesinambungan. Jika prinsip tersebut kurang dipahami
maka supervisi akademik ini akan berjalan dengan kaku dan tidak efektif,
terkesan formalitas belaka dan kecenderunagn guru dalam tekanan akan terjadi.
b. Motivasi, jika dalam diskusi terkesan guru kurang bersemangat dalam
melaksanakan pekerjaannya maka dapat dilakukan motivasi.
c. Evaluasi diri, jika guru mampu melaksanakan evaluasi diri maka pengawas
meminta guru untuk langsung ke langkah kedua. Namun jika guru kesulitan
atau tidak dapat melakukan evaluasi diri maka diberikan bantuan berupa format
evaluasi diri yang harus diisi oleh guru. Hasil evaluasi diri guru ini dijadikan
sebagai dasar pengembangan kompetensi guru secara berkelanjutan. Contoh:
Format Evaluasi Diri Guru
IdentitasNama SekolahNama GuruKelasMata Pelajaran
………………………………………………...………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Silakan centang (V) pada kolom skala 1-5 sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan evaluasi diri bapak/ibu guru.
SKALA1. Saya sangat membutuhkan bantuan pada kompetensi ini2. Penting bagi saya untuk mengembangkan kompetensi ini.3. Saya mampu namun tidak yakin dengan efektivitasnya4. Saya mampu namun tidak saya prioritaskan.5. Saya percaya diri mampu melakukannya dengan baik.
89
1 2 3 4 5Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik1.1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar
setiap peserta didik di kelasnya.1.2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
1.3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
1.4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.
1.5. Guru membantu mengembangkan potensi danmengatasi kekurangan peserta didik.
1.6. Guru memperhatikan peserta didik dengankelemahan fisik tertentu agar dapat mengikutiaktivitas pembelajaran, sehingga peserta didiktersebut tidak termarginalkan (tersisihkan,diolok‐olok, minder, dsb).
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang mendidik
2.1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik un tuk menguasai materi pembelajaran sesuai usiadan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.
2.2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaranberikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.
2.3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.
2.4. Guru menggunakan berbagai teknik untukmemotiviasi kemauan belajar peserta didik.
2.5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik.
90
2.6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yangdiajarkan dan menggunakannya untuk memperbaikirancangan pembelajaran berikutnya.
3. Pengembangan kurikulum4. Dan seterusnya…..
Sumber: Nur Syahid, SUPRA EDU PRO; Supervisi Akademik Berbasis EvaluasiDiri Guru Profesional Konsep dan Aplikasinya, diunduh di alamat website https://unnesppskepengawasan.wordpress.com/2013/12/11/supra-edu-pro, tanggal 02Maret 2016.
Langkah 2 : Rencana Pengembangan Diri, dan Kontrak Kinerja
a. Rencana Pengembangan Diri, guru dan supervisor berdiskusi dan membuat
rencana pengembangan diri berdasarkan evaluasi diri. Keterbukaan dan
kerjasama antara supervisor dan guru yang baik harus terjalin dengan baik.
Perencanaan pengembangan kompetensi bagi guru harus dilakukan dengan
senang hati dan tanpa tekanan. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil evaluasi
diri dengan melihat skala hasil evaluasi diri. Kesepakatan yang dibuat
dituangkan dalam kontrak kinerja.
b. Kontrak kinerja, kontrak kinerja berisi kesepakatan antara pengawas dengan
guru dalam meningkatkan kompetensi, hasil dari evaluasi diri. Kesepakatan
yang dibuat bertahap dengan waktu tertentu dari yang sederhana hingga yang
paling kompleks. Kontrak ini disimpan baik oleh guru maupun pengawas.
Contoh format kontrak kinerja :
KONTRAK KINERJAPENINGKATAN KOMPETENSI GURU BERKELANJUTAN
Nama Sekolah
Nama Guru
Kelas
Mata Pelajaran
91
Isi Kontrak Peningkatan Kompetensi Guru Berkelanjutan
Membuat RPP Pertemuan 1-3
Kompetensi DikuasaiWaktu Kontrak
Waktu 1 Oktober 2013 1 November 2013Bimbingan yang diperlukan
MetodePertemuan individu, telpon, bibingan temansejawat, telp, dst
Format Individu atau kelompok
Frekuensi 1, 2, atau lebih pertemuan
Waktu setiap pertemuan Hari tanggal, jam
Kontak personalHP yg dapat dihubungi jika ada keperluanmendesak
Total waktuperbulan
Dokumen yang diperlukan (RPP, Silabus,
Dokumentasi Analisis butir soal dst)
Catatan- Isi sesuai dengan hasil monev.
- Bimbingan lain yang diperlukan
- Saran diklat yang harus diikutiRekomendasi - Belajar dengan guru senior
- Referensi buku yang harus dibaca- dll
Sumber: Nur Syahid, SUPRA EDU PRO; Supervisi Akademik Berbasis EvaluasiDiri Guru Profesional Konsep dan Aplikasinya, diunduh di alamat website https://unnesppskepengawasan.wordpress.com/2013/12/11/supra-edu-pro, tanggal 02Maret 2016.
92
Langkah 3 : Pelaksanaan, Monitoring dan evaluasi awal
a. Pelaksanaan, guru menjalankan kesepakatan sesuai dengan kontrak dengan
tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai guru. Guru harus aktif memenuhi
kontrak yang dibuat. Jika mengalami kesulitan dapat meminta bantuan kepada :
guru senior, kepala sekolah, atau langsung pengawas. Konsultasi tidak harus
selalu bertemu namun flesksibel, dapat dilakukan dengan telepon, email, dsb
yang penting antara guru dan pengawas terjalin komunikasi yang baik.
b. Monitoring, dengan berbekal kontrak kinerja supervisor melakukan monitoring.
Agar hasil monitoring benar-benar valid, supervisor dapat menggunakan
triangulasi data yaitu dengan mencocokkan antara hasil evaluasi diri,
kunjungan/observasi kelas dan wawancara dengan guru senior/kepala sekolah.
Supervisor aktif dalam monitoring sesuai kesepakatan yang tertulis dalam
kontrak.
c. Evaluasi awal, pengawas dan guru diskusi berkaitan dengan pelaksanaan
pengembangan diri, saran dan bimbingan pengawas harus diberikan kepada
guru agar terjadi peningkatan kompetensi yang diinginkan.
Tahap 4 : Evaluasi kontrak kinerja
Evaluasi kontrak kinerja, berdasarkan kontrak kinerja, hasil monitoring
dan diskusi, maka pengawas mengevaluasi guru dan memberikan bimbingan/
rekomendasi lebih lanjut kepada guru. Walaupun model ini lebih cocok
menggunakan gaya pendekatan kolaboratif namun pengawas perlu
mengklasifikasi tipe guru sehingga dapat menentukan gaya kepengawasan yang
sesuai.
93
Data yang telah dianalisis ditunjukkan pada guru. Umpan balik diberikan
sedemikian, sehingga guru dapat memahami temuan, mengubah perilaku yang
teridentifikasi dan mempraktekkan panduan yang diberikan. Hasil
evaluasi bersama antara pengawas dan guru maka dapat ditentukan bersama:
1) Perilaku positif guru baik dalam pembelajaran ma u p u n
k o mu n ik a s i yang harus dipertahankan.
2) Strategi-strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
3) Bimbingan lebih lanjut
4) Menentukan pengembangan kompetensi baru yang dianggap penting
berdasarkan evaluasi diri guru.
Langkah 5 : Kembali ke langkah 1
Artinya kembali ke langkah yang pertama sebagaimana dijelaskan di atas, yang
berakhir pada langkah monitoring dan evaluasi kedua. Supervisi akademik
berbasis evaluasi diri guru harus dilaksanakan secara berkesinambungan.58
Selain itu juga, dalam supervisi akademik berbasis evaluasi diri dapat
menempuh langkah-langkah proses supervisi model IPD menurut Glickmant
dalam Masaong sebagai berikut:59
a. Perangkat Target; Guru mengadakan evaluasi diri tentang perkembangan
profesinya atau mengacu pada hasil observasi kelas, pertemuan, ringkasan
laporan, atau supervisi klinis dari tahun sebelumnya, guru
mengembangkan target atau tujuan yang ingin mereka capai dalam
58 Ibid.59 Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran..., hlm. 53-54.
94
memperbaiki pembelajarannya. Tujuan dibatasi menjadi dua atau tiga saja
dengan memperhitungkan waktu untuk setiap kegiatan sesuai kesepakatan
dengan supervisor.
b. Meninjau Kembali Perangkat Tujuan; Setelah meninjau kembali setiap
tujuan dan alokasi waktu, kepala sekolah/supervisor menyampaikan
tanggapan tertulis kepada guru. Selanjutnya pertemuan dijadwalkan
kembali untuk membicarakan semua tujuan dan rencana setelah
peninjauan.
c. Pertemuan Membicarakan Perangkat Tujuan; Pertemuan ini untuk
membicarakan tujuan setelah peninjauan, perkiraan waktu, dan tanggapan
yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah untuk konfirmasi semua
tujuan yang disepakati bersama. Kepala sekolah/supervisor menyampaikan
ringkasan hasil pertemuan itu secara tertulis kepada guru.
d. Proses Penilaian; Proses penilaian dimulai pada saat pertemuan
membicarakan perangkat tujuan, penyusunan program, implementasi
program dan monitoring kegiatan. Kekhususan dari penilaian itu
tergantung pada setiap target yang mencakup observasi kelas, analisis
kegiatan kelas, rekaman video, evaluasi peserta didik, analisis hubungan,
dan lain-lain. Guru bertanggungjawab dalam mengumpulkan penilaian,
informasi dan menyusunnya dalam suatu daftar guna dibicarakan untuk
memperoleh masukan dan atau koreksi dari kepala sekolah/ pengawas.
e. Ringkasan Penilaian; Kepala sekolah/supervisor dan guru meninjau
catatan penilaian. Pada tahap ini, Kepala sekolah/supervisor mengomentari
95
setiap tujuan kegiatan, kemudian guru dan kepala sekolah/supervisor
merencanakan siklus IPD berikutnya. Pendekatan supervisi yang sangat
tergantung pada perangkat target tidak terlepas dari berbagai
permasalahan. Jika permasalahan tersebut diabaikan, maka proses
supervisi secara serius dapat terganggu dan IPD yang diinginkan tidak
terwujud. Perangkat tujuan dimaksudkan untuk membantu dan
memudahkan guru, bukan untuk menghalangi proses perbaikan itu sendiri.
Berdasarkan langkah-langkah supervisi akademik berbasis evaluasi diri
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik sebaiknya
dilakukan dengan berorientasikan pada analisis kebutuhan dan kemampuan guru
melalui evaluasi diri guru pada kompetensi paedagogik, yang dilaksanakan secara
berkesinambungan melalui tahapan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan program supervisi akademik berbasis evaluasi diri, yang
meliputi: diskusi bersama guru, memberikan motivasi, melakukan evaluasi
diri guru atas kompetensi paedagogiknya, dan merancang rencana
pengembangan diri yang dituangkan dalam kontrak kinerja.
b. Pelaksanaan supervisi akademik berbasis evaluasi diri, meliputi
pelaksanaan guru berdasarkan kontrak kinerja, disertai dengan monitoring
oleh kepala sekolah dan evaluasi awal terhadap hasil pelaksanaan tersebut
bersama guru.
c. Evaluasi dan tindak lanjut supervisi akademik berbasis evaluasi diri,
meliputi penyampaikan hasil evaluasi kontrak kinerja, monitoring dan
hasil evaluasi awal pelaksanaan tersebut. Kesemua rangkaian tersebut
96
didiskusikan bersama guru, memberikan penguatan terhadap penampilan
guru, tanpa kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan sendiri
kekurangannya, berikan motivasi bahwa guru mampu memperbaiki
kekurangannya, serta tentukan bersama rencana supervisi berikutnya atau
melanjutkan bimbingan pada kompetensi yang dibutuhkan guru lainnya.
D. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan SupervisiAkademik Berbasis Evaluasi Diri
Keberhasilan supervisi akademik di sekolah ditentukan pula oleh faktor
pendukung dan pengambatnya, faktor pendukung dan penghambat merupakan dua
sisi yang tidak bisa dipisahkan karena sifatnya yang saling berlawanan dalam
hubungan timbal balik. Aspek yang menjadi faktor pendukung sekaligus mungkin
pula sebagai faktor penghambat, jika aspek itu lebih dominan sebagai faktor
pendukung maka kecillah peranannya sebagai faktor penghambat begitu pula
sebaliknya.
Menurut Purwanto, ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil
tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:60
a. Lingkungan masyarakat setempat sekolah itu berada. Apakah sekolah
itu berada di kota besar, di kota kecil, atau di pelosok. Di lingkungan
masyarakat orang-orang kaya atau di lingkungan orang-orang yang
pada umumnya kurang mampu. Di lingkungan masyarakat intelek,
pedagang atau petani, dan lain-lain.
b. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak
60Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 118.
97
jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau
sebaliknya.
c. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu TK, SD
atau sekolah lanjutan, SMP, SMA, SMK, STM, dan sebagainya,
semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.
d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di
sekolah itu pada umumnya sudah berwewenang, bagaimana kehidupan
social-ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya.
e. Kecakapan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Diantara faktor-faktor
yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun
baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri
tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semua itu
tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian
yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan
menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha
memperbaiki dan menyempurnakannya.
Mengingat pentingnya peran kepala sekolah sebagai supervisor
sebagaimana dikemukaan di atas, supaya pelaksanaan supervisi pada guru-guru
disekolahnya berjalan dengan efektif, maka sepantasnya kepala sekolah harus
memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan yang banyak lagi luwes mengenai
hal-hal yang berkaitan tentang konsep supervisi seutuhnya. Menurut Ngalim
98
Purwanto, secara umum kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh
kepala sekolah sebagai supervisor antara lain:61
a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di
dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
termasuk media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses belajar mengajar.
c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya.
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk
mengikuti penataran-panataran, seminar, sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau POMG
dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
para siswa.
61Ibid., hlm. 120.
99
Lebih lanjut, Ngalim Purwanto menegaskan secara khusus dan lebih
konkrit lagi, kegiatan yang mungkin dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
supervisor dapat dirumuskan sebagai berikut:62
a. Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi- organisasi professional,
seperti PGRI, Ikatan Sarjana Pendidikan, dan sebagainya.
b. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
c. Mendiskusikan metode-metode dan teknik-teknik dalam dalam rangka
pembinaan dan pengembangan proses belajar mengajar.
d. Membimbing guru-guru dalam penyusunan program semester dan
program satuan pelajaran.
e. Membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk
perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid.
f. Membimbing guru-guru dalam menganalisis dan menginterprestasi
hasil tes dan penggunaannya bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
g. Melakukan kunjungan kelas atau classroom visitation dalam rangka
supervisi klinis.
h. Mengadakan kunjungan observasi atau observation visit bagi guru-guru
demi perbaikan cara mengajarnya.
i. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru
tentang masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan
yang mereka alami.
62Ibid.
100
j. Menyelenggarakan manual atau bulletin tentang pendidikan dalam
ruang lingkup bidang tugasnya.
k. Berwawancara dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau POMG
tentang hal-hal yang mengenai pendidikan anak-anak mereka.
Dengan demikian, pelaksanaan supervisi yang menjadi tanggungjawab
kepala sekolah terhadap guru-guru sagatlah penting sebagai bentuk upaya bantuan
dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan
guru-guru dan personil sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan
keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan
pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran,
pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik.
Namun pada pelaksanaannya, pastinya tidak terlepas dari faktor
pendukung, maupun faktor penghampat terlaksananya supervisi tersebut
sebagaimana dikemukakan tersebut di atas. Secara garis besar yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat keberhasilan supervisi akademik adalah segala aspek
yang berhubungan dengan supervisi akademik yang menyangkut man dan
materialnya. Person yang terkait dengan supervisi akademik adalah Pengawas
sebagai pelaku supervisi, Kepala Sekolah, dan Guru, sedang unsur materialnya
adalah segala sarana prasarana yang terkait dengan kegiatan supervisi akademik
dan kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana yang paling berpengaruh signifikan
terhadap perbaikan proses pembelajaran dalam konteks kekinian adalah media
pembelajaran berbasis teknologi informasi.
101
Disamping Pengawas, Kepala Sekolah/Madrasah, guru, dan sarana
prasarana pembelajaran, masih ada faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat supervisi akademik yaitu beban kerja pengawas/kepala sekolah yang
menjadi tanggung jawab kepengawasannya. Apabila beban kerja Pengawas/kepala
sekolah melebihi beban yang telah ditentukan maka akan menjadi kendala atau
faktor penghambat bagi kegiatan dan keberhasilan supervisi akademik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dilakukan analisis
pembahasan tentang pelaksanaan supervisi akademik berbasis evaluasi diri yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah kepada guru Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
untuk menjawab permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Adanya beberapa tahapan kegiatan yang termuat di dalam pelaksanaan
supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI di SMA Negeri 1
Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir yang belum terlaksana dengan baik dan
maksimal, seperti, penyusunan kontrak kinerja pada tahapan perencanaan
belumlah sepenuhnya tersusun secara sistematis, rinci dan operasional. Pada
tahapan pelaksanaan, adanya kegiatan evaluasi awal sebagai tindak lanjut hasil
pelaksanaan monitoring tanpa melibatkan guru PAI sebagai guru yang
disupervisi. Sehingga belum adanya saran dan bimbingan yang harus diberikan
kepada guru agar terjadi peningkatan kompetensi yang diinginkan. Sedangkan
tindak lanjut yang diberikan kepada guru PAI yang disupervisi, sebagai hasil
dari evaluasi yang dilakukan, baru sebatas pembinaan yang bersifat umum atau
tidak langsung, yakni berupa bimbingan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
seminar, pelatihan workshop yang dilakukan di sekolah.
166
167
2. Faktor pendukung yang sesungguhnya sangat besar manfaatnya jika dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam pelaksanaan supervisi akademik
berbasis evaluasi diri pada guru PAI di SMAN 1 Tanjung Batu yakni, adanya
motivasi dan apresiasi yang tinggi dari pihak pengelola sekolah, baik kepala
sekolah maupun guru, dan sudah terbinanya hubungan kekeluargaan yang baik
antar sesama guru. Namun ada pula beberapa faktor yang menjadi penghambat
terlaksananya supervisi akademik berbasis evaluasi diri pada guru PAI di
SMAN 1 Tanjung Batu antara lain faktor pemahaman kepala sekolah dan guru
yang belum baik terhadap supervisi akademik, kesibukan kepala sekolah
terlihat sangat sibuk dengan tugas-tugas rutin sehari-hari, keterbatasan sarana
prasarana dan dana, belum adanya aturan yang jelas tentang kewajiban kepala
sekolah untuk mengadakan supervisi akademik, pengawasan dari berbagai
pihak, terutama pengawas terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah masih kurang.
3. Pelaksanaan supervisi akademik berbasis evaluasi diri dapat menjadi bagian
dari salah satu bentuk kepengawasan tak langsung sebagai upaya mengatasi
keterbatasan pelaksanaan supervisi akademik yang seharusnya dilakukan oleh
pengawas PAI.
B. Saran
Sebagai kontribusi pemikiran untuk keberhasilan pelaksanaan supervisi
akademik berbasis evaluasi diri yang dilaksanakan oleh kepala sekolah kepada
guru PAI di SMA Negeri 1 Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, maka beberapa
saran yang diajukan sebagai hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
168
1. Kepada kepala SMAN 1 Tanjung Batu, untuk dapat memaksimalkan beberapa
tahapan kegiatan yang termuat dalam pelaksanaan supervisi akademik berbasis
evaluasi diri yang belum terlaksana dengan baik dan maksimal.
2. Kepada kepala SMAN 1 Tanjung Batu untuk dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan menambah wawasan keilmuan tentang konsep
supervisi akademik berbasis evaluasi diri yang seutuhnya, agar pelaksanaan
supervisi akademik berbasis evaluasi diri di sekolah dapat dirasakan
kontribusinya secara nyata berupa peningkatan kualitas profesionalitas guru.
3. Kepada guru senior yang ditugaskan dalam pelaksanaan monitoring kelas,
kiranya dapat lebih meningkatkan komunikasi yang aktif dan sikap
kekeluargaan dan saling berbagi ilmu dan pengalaman kepada guru yang
disupervisi untuk kelangsungan peningkatan kualitas pembelajaran.
4. Kepada Guru PAI, kiranya dapat menyadari akan pentingnya pelaksanaan
supervisi akademik untuk peningkatan profesionalitasnya, dan senantiasa
selalu berusaha untuk selalu menambah wawasan keilmuan untuk menopang
mutu pembelajaran yang lebih baik, serta lebih aktif dalam kegiatan MGMP.
C. Rekomendasi
Upaya untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi akademik berbasis
evaluasi diri yang dilakukan oleh kepala sekolah pada guru PAI, perlu mendapat
dukungan serius dari pengawas PAI, Pemerintah Daerah atau Dinas Pendidikan
Kabupaten Ogan Ilir, melalui beberapa rekomendasi hal-hal sebagai berikut :
169
1. Kepada pengawas PAI yang ditugaskan sebagai supervisor di wiyalah
Kabupaten Ogan Ilir, untuk dapat menjadikan supervisi akademik berbasis
evaluasi diri sebagai salah satu bentuk kepengawasan tidak langsung,
sebagai solusi dan alternatif dalam mengatasi keterbatasannya dalam
pelaksanaan supervisi akademik di sekolah binaan, serta lebih lanjut dapat
memanfaatkan kegiatan MGMP PAI Kabupaten sebagai wadah dalam
pembinaan dan bimbingan kepada guru dalam rangka peningkatan
profesionaliitas guru.
2. Kepada Kepala Kanwil Kemenag dan Dinas yang terkait hendaknya
melakukan pembinaan dan pelatihan kepada pengawas PAI, kepala
sekolah khususnya mengenai tentang supervisi akademik, melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan (Diklat), workshop, TOT, dan lain-lain. Juga
mensosialisasikan akan supervisi akademik berbasis evaluasi diri dapat
diterapkan di sekolah lain.
3. Secara akademik kiranya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan
dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat menjadi bahan untuk
pengembangan keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. Tafsir Al-Maraghi. Kairo: Syirkah Maktabah waMathba’ah Mushthafa Al-Baby Al-Halaby wa Auladuhu bi Mishra. 1966.
Alfonso, Firth, dan Neville. Instructional Supervision a Behavior System. Boston:Allyn and Bacon. 1981.
Ar Rifa’I, Muhammad Nasib. Kemudahan dari Alla h Ringkasan Tafsir IbnuKatsir, Jilid I. Jakarta: Gema Insani, 1999.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :PT. Rineka Cipta. 2002.
,. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Jakarta: DivaPers. 2012.
Aqib, Zainal. Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: CP.Yrama Widya. 2008.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. 2007.
Depdiknas. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Direktorat Jenderal PMPTK.2008.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT RemajaRosdakarya. 2009.
Dharma, Surya. Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.
Dirjend. Pendidikan Islam. Kumpulan Undang-Undang dan PeraturanPemerintah RI, Tentang Pendidikan. Jakarta: Depag RI. 2007.
Eny Winaryati. Model Evaluasi Diri dan Teman Sejawat (EDTS) dalam SupervisiPembelajaran IPA Berbasis Lima Domain Sains. Disertasi. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.
Griffin, P. & Nix, P. Educational Assessment and Reporting. Sydney: HarcontBrace Javanovich Publisher. 1991.
Gwynn, J.M. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead &Company. 1961.
Handoko, T. Hani. Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: PenerbitLiberty. 1997.
House, E.R. Schoool Evaluation: The Politics & Process. California: McCutchanPublishing Corporation. 1973.
Keller, Cassandra L., Brady, Michael P. and Taylor, Ronald L. Using SelfEvaluation to Improve Student Teacher Interns’ Use of Specific Praise,dalam Education and Training in Developmental Disabilities.Vol.40 No 4.2005.
Kunandar. Guru Profesional. Jakarta; Rajawali Pers. 2011.
Kosasi, dan Raflis, Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Mahali, Mudjab. Asbabun NUzul Studi Pendalaman Al-Qur’an (Al-Fatihah-An-Nisa). Jakarta: CV. Rajawali. 1989.
Masaong, Abd. Kadim. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan KapasitasGuru. Bandung: Alfabeta. 2013.
Moleong, Lexy. J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya. 2000.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rakesarasin.1996.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: RemajaRosdakarya. 2007.
Murdoko, E. Widijo Hari. Personal Quality Management; MengefektifkanPengelolaan Diri dengan Mengaktifkan Empat Pilar Kualitas Diri.Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2006.
Muslim, Sri Banun. Supervisi Pendidikan Meningkatkan KualitasProfesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta. 2009.
Nata, Abudin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan ( Tafsir Al Ayat Al Tarbawy). Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 2002.
Negley, Ross L, and Evans, N. Dean. Handbook for Effective Supervision ofInstruction. New York: Englewood Cliffs-Prentice Hall, Inc. 1980.
Pahlevi, Eliani Dwi. “Model Supervisi Akademik Berbasis Evaluasi Diri danPenilaian Rekan Sejawat”. dalam Educational Management. Vol. 3 No. 2.2014.
Pidarta, Made.. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. 2009
Prasojo, Lantip Diat dan Sudiyono. Supervisi Akademik. Yogyakarta: GavaMedia. 2011.
Priansa, Donni Juni dan Somad, Rismi. Manajemen Supervisi & KepemimpinanKepala Sekolah. Bandung: Alfabeta. 2014.
Prihono, Herry. Model Supervisi Akademik Bebasis Evaluasi Diri melalui MGMPSekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SMK diKabupaten Wonogiri, dalam Jurnal Educational Management. Vol.3 No 2.2014.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya Offset. 2004.
Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005.
Ross, J. A. & Bruce, C. D. Teacher self-assessment: A mechanism for facilitatingprofessional growth. Dalam Teaching and Teacher Education, Vol. 23 No.2. 2007.
Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan. Bandung:Alfabeta. 2012.
Sahertian, A. Piet. Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.2008.
Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta. 2009.
Schubert, William H. tt. Curriculum Perspective, Paradigm, and Possibility, TheUniversity of Illinois at Chicago. New York: MacMillan PublishingCompany.
Shihab, M. Quraish Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.Jakarta: Lentera Hati, Jakarta. 2001.
Siagian, Sondang P. Manajemen Strategi. Bumi Aksara: Jakarta. 2000.
Siswanto. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara. 2005.
Stark, J.S. & Thomas, A. Assessment and Program Evaluation. Needham Heights:Simon & Schuster Custom Publishing. 1994.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997.
Sudjana, Nana. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melaluiSupervisi Klinis. Jakarta: Binamita Publishing. 2011.
Sudrajad, Hari. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung: CiptaCekas Grafika. 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D. Bandung: Alfabeta. 2008.
Suhardan, Dadang. Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan MutuPembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta. 2010.
Sujana, Nana, et.al. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: Pusat PengembanganTenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP Kementerian PendidikanNasional. 2011.
Sumijo, Wahyu. Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Tinjauan Teoritik danPermasahannya). Jakarta: Raja Grapindo Persada. 2005.
Suparlan. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing. 2005.
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali. 1987.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.1997.
Sutomo, Hendiyat dan Suemanto, Waety. Kepemimpinan dan SupervisiPendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1984.
Sutton, R.E. Teacher Education and Educational Self-Direction, A ConceptualAnalysis and Empirical Investigation. An International Journal ofResearch and Studies, Volume 50, No. 2. 1980.
Thaib BR, Amin, M. dkk. Standar Supervisi dan evalusi Pendidikan padaMadrasah. Jakarta: Ditmapenda. 2005.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial.Jakarta : Bumi Aksara. 2000.
Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar(Learning Organization). Bandung: Alfabeta. 2009.
WH. Burton dan Bruckner, Lee J. Supervision. New York: Appleton Century-Craff, Inc. 1955.
Wijaya, Cece dan Rusyan, A. Tabrani. Kemampuan Dasar Guru dalam ProsesBelajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1994.
Wiles, Kimball dan Lovell, John T. Supervision for Better School, 4 ed., Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ. 1975.
Winaryati, Eny, Suyata dan Sumarno. Model Evaluasi Dalam SupervisiPembelajaran IPA Berbasis Lima Domain Sains. dalam Jurnal Penelitiandan Evaluasi Pendidikan. Vol. 17, No. 2. 2013.
Zepeda, Sally J. Instructional Supervision, Appliying Tools and Concepts. NY:Eye on Education, Inc. 2007.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas DiriNamaTempat/Tgl. LahirNIPPangkat/GolJabatanAlamat Rumah
Alamat Kantor
Nama AyahNama IbuNama IstriNama Anak
: Aidil Fitri: Tanjung Batu Seberang/ 03 Juni 1986: 19860603 201001 1 008: Penata Muda Tk.I / III.b: Guru: Jln. Burai Lk.V RT.009 Kel. Tanjung BatuKec. Tanjung Batu Kab. Ogan Ilir
: SMAN 1 Lubuk Keliat Jln. Raya Desa BetungKec. Lubuk Keliat Kab. Ogan Ilir
: Aridi H. Anuar: Musdalimah: Reni Indraini: 1. M. Faza Zahran2. Raisa Almahirah3. Alfiyah Hasna Kamila
B. Riwayat Pendidikan1. SDN 1 Tanjung Batu Seberang, tahun lulus 19982. MTs Pon-Pes Al-Ittifaqiah Indralaya, tahun lulus 20013. MA Pon-Pes Al-Ittifaqiah Indralaya, tahun lulus 20044. S1 Pend. Agama Islam IAIN Raden Fatah Pelembang, tahun lulus 2009
C. Riwayat Pekerjaan1. Tenaga Pendidik (Guru) di SMAN 1 Lubuk Keliat Kab. Ogan Ilir tahun
2010 s.d Sekarang
D. Prestasi/Penghargaan1. ...................................................................................................................
E. Pengalaman Organisasi1. BEM Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang tahun 20072. Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Palembang, 24 Juni 2016
AIDIL FITRI
i