studi pustaka
TRANSCRIPT
5/17/2018 STUDI PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/studi-pustaka-55b07e2caaf00 1/4
FARMAKOGENOMIK DAN FARMAKOGENETIK
Tiap organisme akan memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap suatu obat. Di
samping perbedaan genetik, juga harus disadari bahwa individu yang sakit tidak sama
reaksinya terhadap obat dibandingkan individu yang sehat dan normal. Belum lagi pengaruh
lain, misalnya interaksi dengan obat lain, makanan, lingkungan hidup sehari-hari yang
kesemuanya ini dapat mempengaruhi absorpsi, distribusi, biotransformasi maupun ekskresi
obat (Widianto, 1985).
Farmakogenetik dan farmakogenomik merupakan cabang ilmu farmakologi.
Farmakogenetik mempelajari obat dengan fokus pengaruh faktor genetik pada metabolisme dan
efek obat,sedangkan farmakogenomik mempelajari pemanfaatan ilmu dan teknologi genomik
dalam penciptaan, penemuan dan pengembangan obat serta penggunaannya dalam diagnosis
dan terapi penyakit. Dalam arti sempit farmakogenetik dan farmakogenomik mempelajari
adanya perbedaan dalam metabolisme dan efek obat diantara penderita. Suatu obat dapat saja
manjur dan aman untuk penyakit yang diderita seseorang, tetapi dapat juga tidak manjur untuk
penderita lain, atau bahkan justru menimbulkan efek samping atau efek toksik pada penderita
lainnya walaupun penyakit yang diderita keduanya sama. Adanya perbedaan efek obat antar
penderita itu bisa diakibatkan oleh variasi genetik penderita yang termanifestasi sebagai variasi
enzim pemetabolisme obat dan tempat obat beraksi, berupa reseptor, enzim atau transporter.
Untuk meningkatkan keberhasilan terapi obat sekaligus menghindari efek samping atau efek
toksiknya, penciptaan-penemuan, pengembangan dan penggunaan obat harus didasarkan pada
profil genetik penderita (Ngatidjan, 2011).
Obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel akorganisme.
Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional; hal ini mencakup 2 konsep
penting. Pertama, obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, obat tidak
menimbulkan fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada (Ganiswara et.al.,
2001).
Adanya perbedaan kerja obat karena farmakogenetik disebabkan karena:
1. Adanya perbedaan individual baik jumlah reseptor maupun affinitas obat untuk
dapat terikat pada reseptor tersebut.
2. Adanya perbedaan pola absorpsi, distribusi, biotransformasi maupun ekskresi
obat, hingga dosis yang sama dapat menyebabkan berbedanya kadar obat dalam plasma
5/17/2018 STUDI PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/studi-pustaka-55b07e2caaf00 2/4
pasien bersangkutan. Perbedaan genetik ini biasanya disebabkan polimorfismus enzim-
enzim tertentu, di mana terbentuk isoenzim dengan aktivitas enzim yang berbeda.
Selain farmakogenetik, aspek farmakokinetik, makanan dan minuman, keadaan
penyakit, dan kontak dengan senyawa kimia tertentu juga mempengaruhi perbedaan
respon tubuh terhadap kerja obat yang berbeda terhadap masing-masing individu.
(Widianto, 1985).
5/17/2018 STUDI PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/studi-pustaka-55b07e2caaf00 3/4
TAMBAHAN AJAAA
Pengaruh obat yang terjadi dari pemberian obat pada manusia akan beranekaragam (bervariasi)
dari orang ke orang. Keanekaragaman ini dipengaruhi oleh berbagai penyebab, baik yang
berasal dari obat maupun dari individu yang bersangkutan. Farmakogenetik merupakan salah
satu bidang dalam farmakologi klinik yang mempelajari keanekaragaman (respons) obat yang
dipengaruhi atau disebabkan oleh karena faktor genetik. Atau dengan kata lain merupakan studi
pengaruh genetik terhadap respons obat.
Secara umum bentuk keanekaragaman genetik, khususnya polimorfisme genetik dalam
pengaruh obat dapat terjadi
dalam berbagai tingkat proses biologik obat dalam tubuh, yakni :
1. Proses farmakokinetik: proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat.
2. Proses farmakodinamik: dalam proses interaksi antara molekul obat dengan
reseptornya, di mana terdapat kepekaan reseptor yang abnormal terhadap molekul obat
(kepekaan reseptor obat).
Polimorfisme genetik dalam proses absorpsi, distribusi, dan ekskresi obat, tidak banyak
dijumpai dan diketahui.
1. Proses absorpsi. Kemungkinan polimorfisme genetik dalam proses absorpsi dapat
diperkirakan kalau individuindividu dengan ciri-ciri genetik tertentu, tidak dapat
mengabsorpsi obat, nutriensia atau vitamin-vitamin karena tidak mempunyai faktor
pembawa (carrier) spesifik untuk obat atau nutriensia atau vitamin yang bersangkutan.
Jadi ada kekurangan atau defect dalam absorpsi pada mekanisme transport aktifnya.
Namun ini secara teoritik, dalam kenyataannya tidak banyak yang dijumpai atau
diketahui. Tidak jelas apakah malabsorpsi vitamin B-12 karena tidak adanya faktor
intrinsik untuk absorpsi pada individu-individu tertentu juga masuk dalam polimorfisme
genetik dalam proses absorpsi ini.2. Proses distribusi. Polimorfisme genetik dalam proses distribusi secara teoritik
kemungkinan dapat terjadi apabila ada abnormalitas ikatan protein terhadap obat
tertentu oleh suatu fraksi protein tertentu. Atau distribusi obat ke organ/jaringan tertentu
(misalnya uptake iodium oleh kelenjar tiroid) dengan suatu pembawa spesifik,
mengalami gangguan dan gangguan ini disebabkan oleh karena faktor genetik.
3. Proses metabolisme. Bentuk-bentuk plimorfisme genetik yang banyak dikenal adalah
dalam proses metabolisme oleh karena adanya keanekaragaman enzim yang berperan
dalam metabolisme obat, baik secara kuntitatif atau secara kualitatif. Umumnya karena
5/17/2018 STUDI PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/studi-pustaka-55b07e2caaf00 4/4
adanya perbedaan secara kuantitatif enzim oleh karena sintesis enzim yang dipengaruhi
oleh faktor genetik, misalnya perbedaan antara asetilator cepat dan asetilator lambat
lebih banyak dikarenakan perbedaan aktifitas enzim asetil-transferase karena jumlahnya
yang berbeda.
4. Poses ekskresi. Kemungkinan adanya gangguan sekresi aktif di tubuli renalis karena
tidak adanya pembawa spesifik secara teoritik dapat terjadi.
Bagian farmakologi klinik kedokteran UGM
http://www.farklin.com/images/multirow3f1e1d0fb4b43.pdf