studi pengembangan pembangkit listrik tenaga air lodoyo i pada
TRANSCRIPT
STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR
LODOYO I PADA BENDUNG LODOYO DI DESA GOGODESO
KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR JAWA TIMUR
Andrianus Suryanto Bere1, Suwanto Marsudi
2, Rispiningtati
2
1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Pengembangan PLTA merupakan salah satu usaha pemenuhan kebutuhan energi listrik.
Tenaga air merupakan sumber daya terpenting setelah tenaga uap atau panas. Studi ini
diperlukan untuk mengidentifikasi potensi dan keuntungan dari sebuah unit pembangkit.
Studi ini dilaksanakan untuk memanfaatkan potensi energi air waduk yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh unit PLTA Lodoyo eksisting karena keterbatasan kapasitas terpasang yaitu
sebesar 4,5 MW. Dengan pembangunan PLTA Lodoyo II potensi air yang belum termanfaatkan
tersebut akan digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik. Studi ini menggunakan alternatif
debit untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Hasil kajian menunjukan debit 11,99 m3/det (alternatif 1) dapat dibangkitkan energi
tahunan 10,598 MWh. PLTA dibangun dengan komponen bangunan sipil (pintu pengambilan,
terowongan, pipa pesat, tangki gelombang, saluran pembuang dan rumah pembangkit) dan
komponen peralatan mekanik elektrik seperti turbin, governor dan generator. Total biaya
pembangunan sebesar Rp 87,822,983,315 miliar dengan nilai BCR 1,02, NPV 1,87 miliar rupiah,
IRR 12,31% dan paid back period 6,86 tahun, sehingga pembangunan PLTA layak secara
ekonomi.
Kata kunci : PLTA, debit, energi, kelayakan ekonomi
ABSTRACT
Hydropower development is one of the business needs of electrical energy. Hydropower
is the most important resource after steam or heat. This study is required to identify the potential
and advantages of a generating unit.
This study was undertaken to harness the energy potential of water reservoirs that can
not be utilized by Lodoyo existing hydropower unit due to the limitations of installed capacity at
4.5 MW. With Lodoyo II hydropower development potential untapped water will be used for
power generation. The study used a alternative discharge to obtain optimum results.
The study results showed a debit 11.99 m3 / sec (alternative 1) can be produced 10.598
MWh of annual energy. Hydropower is built with components of civil buildings (intake, tunnels,
penstock, surge tank, tailrace channel and power house ) and electrical and mechanical
equipment components such as turbine governor and generator. The construction cost of Rp
87,822,983,315 billion, with the value of BCR 1.02, NPV 1.87 billion, IRR 12.31% and paid back
period 6.86 years, so the development of hydropower is economically viable.
Keywords: hydropower, discharge, energy, economic feasibility
1. Pendahuluan
Energi listrik merupakan kebutuhan
mutlak bagi aktifitas keseharian masyarakat,
terutama untuk kebutuhan rumah tangga,
sector usaha dan industry. Adapun salah satu
pembangkit energi listrik adalah tenaga air.
Hampir 30% dari seluruh tenaga di dunia
dipenuhi oleh pusat – pusat tenaga air
namun masih banyak sekali negara – negara
yang memiliki potensi air namun belum
dimanfaatkan secara maksimal.
Sampai saat ini pembangkit listrik
dengan tenaga air merupakan pembangkit
yang paling ekonomis (Patty, 1995:134)
karena dengan dioptimalkannya penggunaan
tenaga air untuk membangkitkan tenaga
listrik maka dapat menekan penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harganya
cenderung meningkat dan juga cadangannya
semakin kecil.
Di Kabupaten Blitar Pembangunan
PLTA Lodoyo II dilaksanakan untuk
memanfaatkan potensi energi air waduk
yang tidak dapat dimanfaatkan oleh unit
PLTA Lodoyo eksisting karena keterbatasan
kapasitas terpasang yaitu sebesar 4,5 MW.
Berdasarkan data operasional Waduk
Lodoyo selama ini, sebagian air waduk yang
dialirkan ke hilir Bendung lodoyo melalui
pintu air. Dengan pembangunan PLTA
Lodoyo II tersebut, potensi air yang belum
termanfaatkan tersebut akan digunakan
untuk membangkitkan tenaga listrik.
Dari hasil studi terdahulu yang
dibuat pada tahun 2002, debit air rata-rata
yang dibutuhkan untuk operasi PLTA
Lodoyo I adalah sebesar 50 m3/det, padahal
debit total air yang masuk ke Waduk
Lodoyo adalah lebih dari 140 m3/det pada
musim basah yang berasal dari PLTA
Wlingi dan remaining basin Lodoyo,
sehingga ada kelebihan air sekitar 90 m3/det
yang dibuang atau dilimpaskan melalui
spillway.
Sungai Brantas merupakan salah satu
sungai besar di pulau Jawa yang memiliki
potensi yang masih belum dimaksimalkan
pasalnya sebagian besar air dari sungai
Brantas dipergunakan untuk kebutuhan
irigasi, air baku, dan PLTA. Dengan
peningkatan kebutuhan energi listrik maka
sungai Brantas harus lebih dimaksimalkan
lagi potensinya mengingat masih banyak
potensi yang tersimpan. Pemanfaatan
bendung saat ini bukan lagi hanya untuk
irigasi dan air baku saja, tetapi bisa
dimanfaatkan untuk PLTA juga. Selain
memiliki tinggi jatuh yang sangat besar
bendung pula memiliki potensi debit yang
sangat mencukupi untuk operasi PLTA.
Pembangkit listrik tenaga air dapat
membantu kebutuhan energi yang sedang
meningkat.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar daya terpasang dan energi
yang dapat dibangkitkan oleh PLTA Lodoyo
II berdasarkan alternatif terpilih.
2. Pustaka dan Metodologi
Klasifikasi pembangkit listrik tenaga air
Klasifikasi pembangkit listrik tenaga
air dapat ditentukan dari beberapa factor
(Dandekar, Sharma,1991:118) yaitu
1. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga
Air berdasarkan:
a. Berdasarkan tujuan
Hal ini disebabkan karena fungsi yang
berbeda-beda misalnya untuk mensuplai air,
irigasi, kontrol banjir dan lain sebagainya
disamping produksi utamanya yaitu tenaga
listrik.
b. Berdasarkan keadaan hidraulik
Suatu dasar klasifikasi pada pembangkit
listrik tenaga air adalah memperhatikan
prinsip dasar hidraulika saat
perencanaannya. Ada empat jenis
pembangkit yang menggunakan prinsip ini.
Yaitu:
Pembangkit listrik tenaga air
konvensional yaitu pembangkit yang
menggunakan kekuatan air secara wajar
yang diperoleh dari pengaliran air dan
sungai.
Pembangkit listrik dengan pemompaan
kembali air ke kolam penampungan yaitu
pembangkitan menggunakan konsep
perputaran kembali air yang sama denagn
mempergunakan pompa, yang dilakukan
saat pembangkit melayani permintaan
tenaga listrik yang tidak begitu berat.
Pembangkit listrik tenaga air pasang surut
yaitu gerak naik dan turun air laut
menunjukkan adanya sumber tenaga yang
tidak terbatas. Gambaran siklus air
pasang adalah perbedaan naiknya
permukaan air pada waktu air pasang dan
pada waktu air surut. Air pada waktu
pasang berada pada tingkatan yang tinggi
dan dapat disalurkan ke dalam kolam
untuk disimpan pada tingkatan tinggi
tersebut. Air akan dialirkan kelaut pada
waktu surut melalui turbin-turbin.
Pembangkit listrik tenaga air yang
ditekan yaitu dengan mengalihkan sebuah
sumber air yang besar seperti air laut
yang masuk ke sebuah penurunan
topografis yang alamiah, yang
didistribusikan dalam pengoperasian
ketinggian tekanan air untuk
membangkitkan tenaga listrik.
c. Berdasarkan Sistem Pengoperasian
Pengoperasian bekerja dalam
hubungan penyediaan tenaga listrik
sesuai dengan permintaan, atau
pengoperasian dapat berbentuk suatu
kesatuan sistem kisi-kisi yang
mempunyai banyak unit.
d. Berdasarkan Lokasi Kolam Penyimpanan
dan Pengatur.
Kolam yang dilengkapi dengan
konstruksi bendungan/tanggul. Kolam
tersbut diperlukan ketika terjadi
pengaliran tidak sama untuk kurun waktu
lebih dari satu tahun. Tanpa kolam
penyimpanan, pembangkit/instalasi
dipergunakan dalam pengaliran keadaan
normal.
e. Berdasarkan Lokasi dan Topografi
Instalasi pembangkit dapat berlokasi
didaerah pegunungan atau dataran.
Pembangkit di pegunungan biasanya
bangunan utamanya berupa bendungan
dan di daerah dataran berupa tanggul.
f. Berdasarkan Kapasitas PLTA
Pembangkit listrik yang paling kecil
sampai dengan : 100 kW
Kapasitas PLTA yang terendah sampai
dengan : 1000 kW
Kapasitas menengah PLTA sampai
dengan : 10000 kW
Kapasitas tertinggi diatas: 10000 kW
g. Berdasarkan ketinggian tekanan air
PLTA dengan tekanan air rendah
kurang dari : < 15 m
PLTA dengan tekan air menengah
berkisar :15 m – 70 m
PLTA dengan tekanan air tinggi
berkisar :71 m – 250 m
PLTA dengaan tekanan air yang
sangat tinggi : >250 m
h. Berdasarkan bangunan/konstruksi utama
Berdasarkan bangunan / konstruksi utama
dibagi atas:
Pembangkit listrik pada aliran sungai,
pemilihan lokasi harus menjamin
bahwa pengalirannya tetap normal dan
tidak mengganggu bahan-bahn
konstruksi pembangkit listrik. Dengan
demikian pembangkit listrik walaupun
mempunyai kolam cadangan untuk
penyimpanan air yang besar, juga
mempunyai sebuah saluran pengatur
jalannya air dari kolam penyimpanan
itu.
Pembangkit listrik dengan bendungan
yang terletak di lembah, maka
bendungan itu merupakan lokasi
utama dalam menciptakan sebuah
kolam penampung cadangan air, dan
konstruksi bangunan terletak pada sisi
tanggul.
Pembangkit listrik tenaga air dengan
pengalihan terusan, aliran air yang
dialirkan melalui sebauh terusan ke
konstruksi bangunan yang lokasinya
cukup jauh dari kolam penyimpanan.
Air dari lokasi bangunan dikeringkan
ke dalam sungai semula denagn suatu
pengalihan aliran air. Pembangkt
listrik tenaga air dengan pengalihan
ketinggian, tekanan air dialirkan
melalui sebuah sitem terowongan dan
terusan yang menuju kolam cadangan
diatas, atau aliran lain melalui lokasi
bangunan ini.
i. Klasifikasi PLTA menurut Patty
(Patty ,1995: 34) yakni :
1. Pembagian secara teknis
PLTA dilihat secara teknis dapat dibagi
atas :
a. PLTA yang menggunakan air sungai
atau air waduk.
b. PLTA yang menggunakan air yang
telah dipompa ke suatu reservoir yang
diletakan lebih tinggi.
c. PLTA yang menggunakan pasang
surut air laut.
d. PLTA yang menggunakan energi
ombak.
Ditinjau dari cara membendung air,
PLTA dapat dikategorikan menjadi dua
macam:
a. PLTA run of river yaitu air sungai di
hulu dibelokkan dengan menggunakan
dam yang dibangun memotong air
sungai, air sungai kemudian diarahkan ke
bangunan PLTA kemudian dikembalikan
ke aliran semula di hilir.
b. PLTA dengan Bendungan (DAM) yaitu
yaitu aliran air sungai dibendung dengan
menggunakan bendungan yang besar agar
diperoleh jumlah air yang sangat besar
dalam kolam tandon kemudian baru air
dialirkan ke PLTA. Air di sini dapat
diatur pemanfaatannya misalnya meng-
enai debit air yang digunakan dalam
pembangkitan dapat diatur besarnya.
2. Pembagian menurut kapasitas
a. PLTA mikro yaitu dengan daya 99
kW.
b. PLTA kapasitas rendah yaitu dengan
daya 100 sampai 999 kW.
c. PLTA kapasitas sedang yaitu dengan
daya 1000 sampai 9999 kW.
d. PLTA kapasitas tinggi dengan daya
diatas 10.000 kW.
3. Pembagian menurut tinggi jatuh
a. PLTA dengan Tekanan rendah;
H < 15 m
b. PLTA dengan tekanan sedang; H = 15
hingga 50 m
c. PLTA dengan tekanan tinggi;
H = 50 m.
4. Pembagian berdasarkan ekonomi
a. PLTA yang bekerja sendiri. Jadi tidak
dihubungkan dengan sentral-sentral
listrik yang lain.
b. PLTA yang bekerjasama dengan
sentral-sentral listrik yang lain dalam
pemberian listrik kepada konsumen.
Sehubungan dengan ini PLTA dapat
dipakai untuk:
- Beban dasar; PLTA bekerja terus-
menerus
- Beban maksimum; PLTA bekerja
pada jam-jam tertentu.
Kajian Hidrologi Dalam Perencanaan
PLTA
1. Debit andalan
Debit yang tersedia guna keperluan
tertentu misalnya irigasi, PLTA, air
baku,dll sepanjang tahun, dengan resiko
kegagalan yang telah diperhitungkan
(Soemarto,1986:214). Debit andalan yang
digunakan untuk tujuan pembangkit
listrik tenaga air adalah 50%-
95%(Mosonyi, 1963:93).
Terdapat dua metode dalam
penentusn debit andalan yaitu flow
duration curve (FDC) dan streamflow
routing method (SRR).
Flow duraton curve adalah grafik yang
memperlihatkan debit sungai selama
beberapa waktu tertentu dalam tahun
tertentu. Dalam perencanaan debit desain
perlu diperhatikan target luaran energi
yang bisa dihasilkan dari debit tersebut
(Patty,1995:14). Debit andalan dapat
dihitung peluang probabilitasnya dengan
persamaan weibull (Soemarto, 1987:239)
P = m/(n+1)
Dengan :
P : peluang kejadian
m : no urut kelas data
n : banyaknya kelas data
Sistem Operasi Long Storage
Tergantung dari kebutuhannya maka lingkup
waktu dari simulasi mencakup 1 tahun
operasi atau lebih. Aturan umum dalam
simulasi waduk :
1. Air waduk tidak boleh turun di bawah
tampungan aktif. Dalam banyak keadaan,
maka batas bawah tampungan aktif ini
ditentukan oleh tingginya lubang outlet
waduk.
2. Air waduk tidak dapat melebihi batas atas
tampungan aktif. Dalam banyak keadaan
maka batas atas tampungan aktif ini
ditentukan oleh puncak spillway. Apabila
terjadi kelebihan air, maka kelebihan ini
akan melimpah (spillout).
3. Ada beberapa waduk (waduk multiguna)
yang memiliki batasan debit yang
dikeluarkan (outflow), baik debit
maksimum atau debit minimum.
Rencana Desain PLTA Lodoyo II
PLTA Lodoyo II merupakan tipe
PLTA low head dengan komponen
bangunannya meliputi:
A. Bangunan Pengambilan (Intake)
Bangunan pengambilan adalah
bangunan air untuk mengelakkan air dari
sungai dalam jumlah yang diinginkan
Desain pintu pengambilan ini direncanakan
berdasar atas kebutuhan air sesuai dengan
desain perencanaan.
B. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa merupakan
bangunan yang berfungsi untuk meng-
antarkan air atu membawa air mulai dari
bangunan pengambilan menuju ke rumah
pembangkit. Terdapat bermacam bentuk dari
bangunan pembawa tergantung dari sistem
pembawaan air menuju rumah pembangkit,
bangunan pembawa antara lain:
1. Terowongan (Tunnels), Fungsi tero-
wongan adalah membawa air dari intake
menuju penstock dan akhirnya ke turbin
pembangkit.
2. Pipa Pesat (Penstock), Pipa pesat adalah
saluran yang menyalurkan dan
mengarahkan air dari waduk ke turbin.
Jenis pipa pesat yang digunakan adalah
pipa pesat tertanam. Parameter desain
yang direncanakan pada pipa pesat
adalah:
1. Diameter pipa pesat
Diameter ekonomis pipa pesat dapat
dihitung dengan persamaan:
Sarkaria formula:
D = 3,55. Q2
2. g. H
0,25
ESHA formula:
D = 10,3n2Q2
hf
0,1875
Dimana:
D : diameter pipa (m)
n : koef kekasaran pipa
Q : debit pada pipa (m3/dt)
Hf : kehilangan tinggi tekan total
pada pipa (m)
H : tinggi jatuh (m)
Namun dalam penentuan diameter
pipa pesat perlu diperhitungkan
besarnya kehilangan tinggi
dikarenakan hal ini akanmempe-
ngaruhi besarnya daya yang akan
dihasilkan.
2. Tebal pipa pesat
Tebal pipa pesat dapat dihitung
dengan persamaan:
ASME (Mosonyi,1963):
t = 2,5 D +1,2
USBR (Varshney,1971):
t = (d+500)/400
ESHA (Penche,2004) :
e = PD/2σkf+es
Barlow’s Formulae (Varshney,1971):
H = (0,002+σ x t)/(D+0,002 t)
Dimana:
H: Tinggi tekan maksimum ( m )
: tekanan statis + tinggi tekan akibat pukulan
air
σ : tegangan baja yang digunakan
(ton/m2 )
D : diameter pipa pesat (m)
t : tebal pipa pesat ( m )
P : tekan hidrostatis pipa (kN/mm2)
kf : efisiensi ketahanan
es : tebal jagaan untuk sifat korosif (mm)
3. Kedalaman minimum pipa pesat
Kedalaman minimum akan berpengaruh
terhadap gejala vortex, kedalaman minimum
dapat dihitung dengan persamaan
(Penche,2004):
Ht > s
s = c V D
Dimana:
c : 0,7245 untuk inlet asimetris
0,5434 untuk inlet simetris
V : kecepatan masuk aliran (m/dt)
D: diameter inlet pipa pesat (m)
3. Tangki Gelombang (Surge Tanks)
Tangki gelombang adalah pipa tegak
di ujung hilir saluran air tertutup untuk
menyerap kenaikan tekanan mendadak
serta dengan cepat memberikan air
selama penurunan singkat dalam
tekanan. Surge tanks biasanya
disediakan pada PLTA besar atau
menengah ketika ada jarak yang cukup
jauh antara sumber air dengan unit daya,
sehingga diperlukan sebuah penstock
panjang.
1. Luas dan diameter Surge tanks
(Thoma)
Ast = 𝐴𝑡 𝐿𝑡
2 𝑔 𝑐 𝐻
Dst= 𝐴𝑠𝑡
0,25 𝛱
Dimana :
Ast= Luas Surge Tanks (m2)
Dst= Diameter Surge Tanks (m)
Lt= panjang terowongan (m)
At= Luas Terowongan (m2)
H = Gross Head (m)
g = gravitasi (m2/s)
c = koefisien thoma
2. Tinggi air dalam Surge tanks
Zst : v (𝐿𝑡 𝐴𝑡
𝑔 𝐴𝑠𝑡)
0,5
Dimana :
Zst= Tinggi muka air (m)
V= kecepatan terowongan (m/s)
Lt = panjang terowongan (m)
At= Luas Terowongan (m2)
g = gravitasi (m2/s)
Ast= Luas Surge Tanks (m2)
3. Kebutuhan terhadap tangki
gelombang
Pipa pesat membutuhkan tangki
gelombang jika L > 4H
Dengan :
L : panjang total pipa pesat (m)
H : tinggi jatuh (m)
D. Bangunan Pelengkap
Saluran pembuang (tailrace cannal)
Bangunan pembuang digunakan
untuk mengalirkan debit air yang keluar dari
turbin untuk kemudian dibuang ke sungai,
saluran irigasi atau ke laut. Saluran
pembuangan dimensinya harus sama atau
lebih besar daripada saluran pengambilan
mengingat adanya kemungkinan perubahan
mendadak dari debit turbin air.
Rumah pembangkit (Power House)
Rumah pembangkit merupakan
bangunan tempat diletakannya seluruh
perangkat konversi energi, mulai dari turbin
air lengkap dengan governornya, sebagai
pengatur tekanan air, system transmisi
mekanik, generator, dan perangkat
pendukung lainnya. Bangunan ini yang
melindungi turbin, generator dan peralatan
pembangkit lainnya.
Tinggi Jatuh Efektif (Net Head)
Tinggi jatuh efektif adalah selisih
antara elevasi muka air pada bangunan
pengambilan atau waduk (EMAW) dengan
tail water level (TWL) dikurangi dengan
total kehilangan tinggi tekan (Ramos, 2000).
Persamaan tinggi jatuh efektif adalah:
Heff = EMAW – TWL – hl
dimana:
Heff : tinggi jatuh efektif (m)
EMAW: elevasi muka air waduk atau hulu
bangunan pengambilan (m)
TWL : tail water level (m)
hl : total kehilangan tingi tekan (m)
Gambar 1. Sketsa Tinggi Jatuh Effektif
Kehilangan tinggi tekan digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu kehilangan pada
saluran terbuka dan kehilangan pada saluran
tertutup.
Kehilangan tinggi tekan pada saluran
terbuka biasanya terjadi pada intake
pengambilan, saluran transisi dan penyaring.
Kehilangan tinggi pada saluran
tertutup dikelompokkan menjadi 2 jenis
yaitu kehilangan tinggi mayor (gesekan) dan
kehilangan tinggi minor. Kehilangan tinggi
mayor dihitung dengan persamaan Chezy-
Manning (Penche,2004):
hf = n2v2
R43
sedangkan kehilangan minor
dihitung dengan persamaan(Ramos, 2000):
hf = ξ V2
2g
dimana:
hf : kehilangan tinggi tekan
V : kecepatan masuk (m/dt)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
L : panjang saluran tertutup / pipa (m)
D : diameter pipa (m)
f : koefisien kekasaran(moody diagram)
ξ : keofisien berdasarkan jenis kontraksi
Perencanaan Peralatan Mekanik Dan
Elektrik
Perencanaan peralatan mekanik dan
elektrik meliputi:
A. Turbin Hidraulik
Turbin dapat diklasifikasikan berdasarkan
tabel berikut (Ramos,2000):
Tabel 1. Klasifikasi Jenis Turbin
Dalam perencanan turbin parameter
yang mendasari adalah kecepatan spesifik
turbin (Ns) dan kecepatan putar/sinkron (n)
dimana kedua parameter tersebut dihitung
dengan persamaan (Anonim, 1976:):
Ns = n P
H5/4
n= 120 f
𝑃
dimana:
Ns :Kecepatan spesifik turbin (mkW)
n : kecepatan putar/sinkron (rpm)
P : daya (kW)
H : tinggi jatuh effektif (m)
f : frekuensi generator (Hz)
p : jumlah kutub generator
Nilai n bisa didapatkan dengan
melakukan nilai coba-coba dengan
persamaan:
Untuk turbin francis:
n’ = 2334
H atau n’ =
1553
H
Untuk turbin propeller:
n’ = 2088
H atau n’ =
2702
H
Setelah didapatkan nilai parameter
tersebut maka dapat ditentukan parameter
lain seperti:
1. Titik Pusat Dan Kavitasi Pada Turbin
Titik pusat perlu diletakkan pada
titik yang aman sehingga terhindar dari
bahaya kavitasi kavitasi akan terjadi bila
nilai σaktual < σkritis, dimana σdapat
dihitung dengan persamaan (Anonim, 1976):
σc = Ns 1.64
50327
Hs = Ha – Hv – H.σ
Sedangkan titik pusat turbin dapat
dihitung dengan persamaan:
Z = twl + Hs + b
dimana:
Ns :Kecepatan spesifik turbin (mkW)
σc : koefisien thoma kritis
σ : koefisien thoma
Ha : tekanan absolut atmosfer (Pa/gρ)
Hv: tekanan uap jenuh air (Pw/gρ)
H : tinggi jatuh effektif (m)
Hs : tinggi hisap turbin (m)
Z : titik pusat tubrin
twl: elevasi tail water level
b : jarak pusat turbin dengan runner(m)
2. dimensi turbin
Dimensi turbin reaksi meliputi:
Dimensi runner turbin, dimensi
wicket gate, dimensi spiral case dan dimensi
draft tube.
3. effisiensi turbin
Effisiensi turbin sangat tergantung
pengaruh dari debit aktual dalam turbin
dengan debit desain turbin (Q/Qd), effisiensi
turbin ditunjukkan pada gambar berikut
(MECH7350,214:6):
Gambar 2. Grafik Effisiensi Turbin
B. Peralatan Elektrik
Peralatan elektrik PLTAberfungsi
sebagai pengaturan kelistrikan setelah
dilakukan proses pembangkitan listrik,
peralatan elektrik meliputi
generator,governor, speed increaser,
transformer, switchgear dan auxiliary
equipment.
Analisa Pembangkitan Energi
Produksi energi tahunan dihitung
berdasarkan tenaga andalan. Tenaga and-
alan dihitung berdasarkan debit andalan
yang tersedia untuk pembangkitan energi
listrik yang berupa debit outflow dengan
periode n harian.(Arismunandar,2005)
E = 9,8 x H x Q x ηg x ηt x 24 x n
Dimana:
E : Energi tiap satu periode (kWh)
H : Tinggi jatuh efektif (m)
Q : Debit outflow (m3/dtk)
ηg : effisiensi generator
ηt : efisiensi turbin
n : jumlah hari dalam satu periode.
Analisa Kelayakan Ekonomi
Analisa ekonomi dilakukan untuk
mengetahui kelayakan suatu proyek dari
segi ekonomi. Dalam melakukan analisa
ekonomi dibutuhkan dua komponen utama
yaitu:
a. Cost (komponen biaya)
Meliputi biaya langsung
(biayakonstruksi) dan biaya tak langsung
(O&P, contingencies dan engineering)
b. Benefit (komponen manfaat)
Manfaat didapatakan dari hasil
penjualan listrik berdasarkan harga tarif
yang berlaku dan pendapatan dari reduksi
emisi gas karbon (CER).
Parameter kelayakan ekonomi meliputi:
1. Benefit Cost Ratio
BCR =PV dari manfaat
PV dari biaya capital dan O&𝑃
2. Net Present Value
NPV = PV Benefit – PV Cost
3. Internal Rate Of Return
IRR = I′ +NPV′
NPV′ − NPV′′ I′′ − I′
4. analisa sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan pada 3
kondisi yaitu:
Cost naik 20%, benefit tetap
Cost tetap, benefit turun 20%
Cost naik 20%, benefit turun 20%
3. Hasil dan Pembahasan
Konsep perencanaan PLTA adalah
dengan memanfaatkan debit yang berlebih
pada sungai Brantas khususnya pada
bendungan Karangkates. Debit yang tidak
digunakan akan dialirkan melalui intake
yang berbeda dengan intake PLTA
sebelumnya, kemudian debit akan dialirkan
menuju sistem PLTA secara sistem
pengaliran aliran (diversion) dan akan
dialirkan kembali menuju sungai Brantas.
Konsep PLTA ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gambar 3. Konsep Dasar PLTA Lodoyo
II
Berdasarkan analisa inflow harian
digunakan debit desain rencana untuk desain
PLTA dengan keandalan tertentu seperti
pada kurva durasi aliran (FDC) seperti
berikut:
Gambar 4. Kurva Durasi Aliran Outflow
Dari kurva maka dilakukanlah
simulasi waduk untuk menentukan daya
terpasang. Debit yang dapat digunakan
untuk perencanaan PLTA adalah sebagai
berikut :
Tabel 2. Alternatif Debit Desain
Alternatif Debit
(m3/det)
Daya
(MWh)
1 11,99 10.598
2 23,53 15.365
3 36,94 20.597
4 61,27 28.237
5 74,77 30.960
Maka dari perencanaan alternatif
tersebut direncanakan komponen bangunan
sipil, pada studi ini digunakan alternatif 4
sebagai acuan debit desain bangunan sipil,
bangunan sipil yang direncanakan meliputi:
1. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan direnca-
nakan berupa pintu pengambilan (intake)
dan dilengkapi dengan trashrack, pintu
pengambilan didesain menggunakan tipe
pintu reservoir intake dengan data teknis
sebagai berikut:
Jenis pintu : pintu sorong
Debit desain : 61,20 m3/dt
Tinggi pintu : 14 meter
Lebar pintu : 3 meter
Jumlah Pintu : 2 pintu
Sedangkan desain penyaring (trashrack)
adalah sebagai berikut :
Bentuk jeruji : bulat memanjang
Kemiringan trashrack : 45o
Tebal jeruji (s) : 10 mm
Jarak antar jerujui : 500 mm
Jumlah jeruji : 13 jeruji
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa yang dimak-sud
dalam studi ini adalah terowongan dan pipa
pesat, kedua bangunan tersebut adalah tipe
tertutup bertekanan.
Perencanaan Terowongan :
Data yang dibutuhkan untuk
perencanaan terowongan adalah sebagai
berikut ;
Debit : 61,27 m3/dt
Debit depan terowongan : 73,521 m3/dt
Daya PLTA : 2x3,16 MW
Tinggi jatuh : 14,02 m
Panjang terowongan : 314 m
Perencanaan diameter terowongan:
Pendekatan yang digunakan dalam
perencanaan diameter terowongan adalah
kecepatan izin, yaitu 2-4 m/dt dengan
persamaan sarkaria :
D = 0,62 𝑃0,43
𝐻0,65
= 0,62 6330 0,43
14,020,65
D = 4,804 m, maka didapat :
A = 18,126 m2
V = 3,380 m/dt (memenuhi kecepatan
izin)
Maka dari hasil diatas didapatkan
hasil sebagai berikut :
Kecepatan : 3,380 m/dt
Diameter : 4,804 m
Tebal luar : 0,9 m
Tebal total : 6,7 m
Kedalaman Aliran Tekan
Kedalaman aliran pada terowongan
diperlukan untuk menjaga debit air yang
masuk menuju terowongan agar selalu
berada pada keadaan tertekan.
Data yang dibutuhkan:
Kecepatan : 3,380 m/dt
Diameter : 4,9 m
g : 9,81 m2/dt
Persamaan Knauss :
ht > D 1+2,3𝑣
(𝑔𝐷 )0,5
ht > 4,90 1+2,3 3,380
(9,81 4,90)0,5
ht = 11 m
Desain lubang udara
Lubang udara pada terowongan
berfungsi untuk melepaskan udara sebelum
masuk kedalam terowongan. Direncanakan
luas lubang 20% dari luas terowongan,
sehingga di dapatkan :
Aterowongan = 18,857 m2
Alubang udara = 3,771 m2
Dlubang udara = 2,191 m
Perencanaan Pipa Pesat :
Data yang dibutuhkan dalam
perencanaan pipa pesat adalah sebagai
berikut :
Debit total : 61,27 m3/dt
Panjang pipa pesat : 60 m
Tinggi jatuh : 14,02 m
Jumlah pipa pesat : 2 buah
Kekasaran manning : 0,012
Debit tiap pipa : 30,63 m3/dt
Diameter pipa pesat
Diameter pipa pesat harus
direncakan berdasarkan aspek hirdolik dan
aspek ekonomis, menurut mosonyi
kecepatan yang disarankan untuk pipa baja
adalah sebesar 2,5 m/dt – 7 m/dt, berikut ini
adalah persamaan empirik untuk mene-
ntukan diameter pipa pesat:
Persamaan sarkaria:
D = 3,55. Q2
2. g. H
0,25
D = 3,55. 30,632
2.9,81.14,02
0,25
D = 4,825 m,
maka:
A = 18,284 m2
V = 1,675 m/dt (tidak memenuhi kecepatan
izin minimum)
Persamaan diameter ekonomis
ESHA (Penche,2004):
Jika tinggi tekan karena gesekan pipa
direncanakan 3% dari gross head maka:
D = 𝑛2𝑄2𝐿
𝐻𝑓
0,1875
D = 10,3 0,0122 30,632 .60
0,701
0,1875
D = 2,45 m, maka:
A = 4,71 m2
V = 6,49 m/dt (memenuhi kecepatan izin)
Dari kedua persamaan diketahui
bahwa metode ESHA bisa dipergunakan
namun perlu dilakukan analisa pengaruh
diameter terhadap beberapa faktor seperti
kehilangan energi. Maka selanjutnya
diameter dihitung dengan pendekatan
kecepatan berdasarkan mosonyi, maka :
Kecepatan potensial aliran pada pipa
pesat berdasarkan tinggi jatuh :
V = 2 𝑔 𝐻
V = 2 9,81 14,02
V = 16,58 m/dt
Sedangkan kecepatn izin yang
mampu dicapai oleh pipa pesat adalah v
maks = 7 m/dt.
V min = 2,5 m/dt
V maks = 7 m/dt
D maks = 3,951 m
D min = 2,361 m
Maka nilai kisaran diameter pipa
pesat adalah 2,361 – 3,951 m.
Tabel 3. Hubungan Diameter Dengan
Headloss
No. D L V
n Hf 1 Hf 2 Hf 3 Hf 4 Hf tot Heff
(m) (m2) (m/dt) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 2.3 4.15 7.38 0.012 0.983 0.555 0.832 0.1 2.47 11.55
2 2.4 4.52 6.78 0.012 0.784 0.468 0.702 0.1 2.05 11.96
3 2.5 4.91 6.24 0.012 0.630 0.397 0.596 0.1 1.72 12.29
4 2.6 5.31 5.77 0.012 0.511 0.340 0.510 0.1 1.46 12.56
5 2.7 5.72 5.35 0.012 0.418 0.292 0.438 0.1 1.24 12.77
6 2.8 6.15 4.98 0.012 0.344 0.253 0.379 0.1 1.07 12.94
7 2.9 6.60 4.64 0.012 0.286 0.219 0.329 0.1 0.93 13.08
8 3 7.07 4.34 0.012 0.238 0.192 0.287 0.1 0.81 13.20
9 3.1 7.54 4.06 0.012 0.200 0.168 0.252 0.1 0.72 13.30
10 3.2 8.04 3.81 0.012 0.169 0.148 0.222 0.1 0.63 13.38
11 3.3 8.55 3.58 0.012 0.143 0.131 0.196 0.1 0.57 13.45
12 3.4 9.07 3.38 0.012 0.122 0.116 0.174 0.1 0.51 13.50
13 3.5 9.62 3.19 0.012 0.105 0.103 0.155 0.1 0.46 13.55
14 3.6 10.17 3.01 0.012 0.090 0.092 0.139 0.1 0.42 13.60
15 3.7 10.75 2.85 0.012 0.078 0.083 0.124 0.1 0.38 13.63
16 3.8 11.34 2.70 0.012 0.068 0.074 0.112 0.1 0.35 13.66
17 3.9 11.94 2.57 0.012 0.059 0.067 0.101 0.1 0.32 13.69
18 4 12.56 2.44 0.012 0.051 0.061 0.091 0.1 0.30 13.71
Sumber : Hasil Perhitungan
Jadi diameter pipa pesat adalah sebagai
berikut :
D = 2,45 m
A = 4,52 m2
V = 6,78 m/dt
Tebal pipa pesat
Tebal pipa direncanakan dengan
tujuan untuk menjaga keamanan pipa akibat
tekanan dari dalam dan luar pipa, dengan
menggunakan beberapa metode diperoleh
hasil sebagai berikut:
Barlow : 13 mm
USBR : 10,33 mm
Direncanakan tebal pipa pesat adalah
13 mm (tebal pipa terbesar dari analisa
diatas)
Pengaruh pukulan air terhadap pipa
pesat
Perhitungan tekanan hidrostatis untuk pipa
perlu memperhatikan pengaruh pukulan air
(Water Hammer) terhadap pipa, dimana
kenaikan air akibat pukulan air ini dihitung
dengan persamaan allevi :
ρallevi : 𝛼𝑉𝑜
2𝑔𝐻𝑜
: 767 ,146 6,772
2 9,81 14,02
ρallevi : 18,889
θ : 𝛼𝑇
𝛼𝐿𝑜
: 767 ,146 5
2 60
θ : 31,964
n : 𝜌
𝜃
: 18,889
31,964
: 0,591
Dimana perhitungan pukulan air
untuk turbin francis adalah sebagai beriku ; 𝑜
𝐻𝑜 = (
0,75
𝜃 𝜃 +1,25)n
𝑜 =(0,75
𝜃 𝜃 +1,25) n x Ho
=(0,75
31,964 31,964 +1,25) 0,591 x 14,02
= 10,389 m
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tinggi
water hammer adalah 10,389 m
3. Tangki gelombang (Surge Tanks)
Pipa pesat membutuhkan tangki
gelombang bila L > 4H, dalam studi ini
panjang pipa pesat (L) adalah 60 meter
sedangkan tinggi jatuh (H) adalah 14,02
meter maka: L > 4H = 60 > 56,068.
Sehingga pipa pesat membutuhkan adanya
tangki gelombang (surge tank).
Diameter tangki gelombang perlu
direncanakan sedemikian rupa agar mampu
mereduksi tekanan akibat Water Hammer
pada pipa pesat. Rumus yang digunkan
dalam merencanakan tangki gelombang
adalah sebagai berikut :
Persaman Thoma
Ast : 𝐴 𝐿
2𝑔 𝑐 𝐻
Ast : 60 4,52
0,02 14,02 2 9,81
Ast : 2,47 m2
Sehingga,
Dst : 𝐴𝑠𝑡
0,25𝛱
: Dst = 42,47
0,25 3,14
Dst : 8 m
Zst : 𝑣 𝐿𝑡 𝑥 𝐴𝑠
𝑔 𝑥 𝐴𝑠𝑡
0,5
Zst : 6,78 60 𝑥 4,52
9,81 𝑥 42,47
0,5
: 5,46 m
4. Bangunan Pembuang (tailrace chanel)
Saluran tailrace direncanakan sistem
pengaturan / regulasi pada bagian akhir dari
draft tube berupa pintu atau katup kemudian
debit air akan dialirkan melalui saluran
terbuka dimana diujung saluran akan
direncanakan ambang lebar sebagai kontrol
elevasi muka air (TWL). Dalam perencanan
saluran pembuang digunakan data teknis
rencana sebagai berikut:
Debit rencana :61,27 m3/dt
Elv dasar saluran : +120
Lebar saluran : 20 meter
Bentuk saluran : persegi
Jenis pasangan : beton
Koefisien manning : 0,015
Aliran air dari saluran pembuang
akan dialirkan melaui ambang (weir) pada
ujung saluran dengan data perencanaan:
Bentuk ambang : ogee tipe I
Lebar ambang : 20 meter
Tinggi ambang : 1 meter
Elevasi ambang : +121,00
Elevasi dasar :+120,00
Dengan menggunakan persamaan
Q = C B H1,5
dengan nilai koefisien debit
untuk pengaliran tenggelam (C = 1,7) maka
akan didapatkan lengkung kapasitas debit
(ratingcurve) berdasarkan debit operasional
pada ambang tailrace sebagai berikut:
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 5. Rating Curve Pada Ambang
Tailrace
Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif
Dengan menggunakan persamaan
empirik berdasarkan potensi kehilangan
tinggi tekan maka tinggi jatuh effektif diten-
tukan seperti pada tabel berikut:
Tabel 4. Perhitungan Tinggi Jatuh
Effektif Paremeter Tinggi Tekan
Hf
(m)
kehilangan pada bangunan pengambilan
Inlet 0.00617
Trashrack 0.00059
Kehilangan pada terowongan
Inlet 0.162
Trashrack 3.72E-06
Manning 0.569
kehilangan pada pipa pesat
Gesekan 0.784
Belokan 0.468
Inlet 0.702
kehilangan sebelum turbin
Diasumsikan 0.1
Total kehilangan 2.791
Diasumsikan waduk dalam keadaan penuh
Elevasi tampungan normal 136.000
elevasi TWL
Debit alternatif 1 121.3
Debit alternatif 2 121.5
Debit alternatif 3 121.7
Debit alternatif 4 121.9
Debit alternatif 5 122.1
Head Efektif
Debit alternatif 1 12.03
Debit alternatif 2 11.85
Debit alternatif 3 11.68
Debit alternatif 4 11.41
Debit alternatif 5 11.15
Gross Head 14.07
Sumber : Hasil Perhitungan
y = 0.095x0.666
0
1
2
3
0.00 50.00 100.00 150.00
rating curve pada ambang
rating curve pada ambang
Perencanaan Peralatan Hidromekanikal
Dan Elektrikal
Peralatan hidromekanikal dan
elektrikal yang direncanakan dalam studi ini
meliputi: turbin hidraulik, peralatan electrik
dan rumah pembangkit.
Turbin hidraulik
Berdasarkan besarnya debit desain
dan tinggi jatuh effektif dapat dipilih tipe
turbin yang digunakan.
Debit desain :61,27 m3/dt
Tinggi jatuh effektif :11,41 m
Daya teoritis :6,77MW
Gambar 6. Pemilihan Turbin
Gambar 7. Pemilihan Turbin Reaksi
Maka direncanakan:
Tipe turbin :Kaplan
Jumlah turbin :2 unit
Debit : 61,27 m3/dt
Frekuensi generator : 50Hz
Kutub generator : 30 buah
Kecepatan putar : 200 rpm
Kecepatan spesifik : 738,79 mkW
Diameter runner : 2,70 m
σkritis : 1,01
σaktual : 1,05
elv pusat turbin : +118,24
tinggi hisap : -3,69 m
dan direncanakan sistem intake turbin tipe
spiral case dan draft tube dengan dimensi:
lebar total spiral case : 10,77 m
diameter intake spiral case : 4,05 m
tinggi draft tube : 5,40 m
panjang draft tube : 10,77 m
peralatan elektrik yang direncanakan
meliputi: generator 3 fasa, governor, speed
increaser, transformer, switchgear dan
auxiliary equipment.
rumah pembangkit direncanakan dengan
dengan dimensi:
Tinggi : 12 meter
Lebar : 20 meter
Panjang : 50 meter
Material rumah : beton
Tebal dinding rumah : 0.3 meter
Kedalaman pondasi : 1.5 meter
Analisa Pembangkitan Energi
Energi yang dihasilkan pada PLTA Lodoyo
II tiap satu hari operasi ditabelkan sebagai
berikut:
Tabel 5. Hasil Pembangkitan Energi
harian Tiap Alternatif
Sumber : Hasil Perhitungan
Sedangkan hasil pembangkitan tahunan
untuk tiap alternatif adalah:
Tabel 6. Analisa kapasitas terpasang tiap
alternatif
Alternatif Rated Capacity Install Capacity
(Kw)
1 1330 2 x 600kw
2 2550 2 x 1200kw
3 3930 2 x 2000kw
4 6330 2 x 3000kw
5 7610 2 x 3500kw
Sumber : Hasil Perhitungan
Analisa Ekonomi
Biaya proyek dan OP dihitung
dengan menggunakan persamaan empirik
sebagai berikut:
Tabel 7. Estimasi Biaya PLTA
Sumber : Hasil Perhitungan
Sedangkan estimasi manfaat tahunan
dari penjualan energi listrik adalah:
Tabel 8. Estimasi Manfaat PLTA
Alt
Harga Jual
Listrik
(Rp/Kwh)
Pembangkitan
Tahunan
Pendapatan Total
1 1175.4 10598 12.46 12.46
2 1175.4 15365 18.06 18.06
3 1175.4 20597 24.21 24.21
4 1175.4 28237 33.19 33.19
5 1175.4 30960 36.39 36.39
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan rencana usia proyek adalah
35 tahun maka akan didapatkan parameter
kelayakan ekonomi sebagai berikut:
Tabel 9. Analisa Ekonomi Tiap Alternatif
Alt Suku
Bunga
Pv
Cost
Pv
Benefit Bcr Npv Irr
Paid
Back
Period
1 12.00% 411.08 828.27 1.02 1.87 12.31% 6.86
2 12.00% 595.96 891.10 0.87 (17.17) 10.29% 8.06
3 12.00% 774.70 968.29 0.82 (33.29) 9.60% 8.56
4 12.00% 1,062.0 901.94 0.74 (73.76) 8.45% 9.67
5 12.00% 1,164.5 1,250.5 0.79 (63.59) 9.07% 9.02
Sumber: Hasil perhitungan
Dan analisa sensitivitas sebagai berikut:
Kondisi 1:benefit turun 20%, cost tetap
Kondisi 2:benefit tetap, cost naik 20%
Kondisi 3:benefit turun 20%, cost naik 20%
Hasil analisa sensitivitas untuk tiap alternatif
ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Analisa Sensitivitas Tiap
Alternatif
Sumber : Hasil Perhitungan
Sehingga dari analisa ekonomi
dipilih alternatif 1 sebagai alternatif yang
paling mengguntungkan
4. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa besar debit yang
akan digunakan dalam perencanaan
PLTA Lodoyo II adalah
No Alt Debit (Q)
(m3/det)
Head
(m)
Power
(kW)
1 1 11,99 11,90 1.210
2 2 23,53 11,72 2.339
3 3 36,94 11,55 3.617
4 4 61,27 11,28 5.861
5 5 74,77 11,15 7.069
2. Berdasarkan analisa, kapasitas daya
terpasang berdasarkan alternatif terpilih
adalah sebesar 2 x 0,6 mW.
3. Produksi energi PLTA Lodoyo II
selama setahun berdasarkan alternatif
terpilih adalah sebesar 10598 MWh
4. Komponen bangunan PLTA yang
dipergunakan dalam studi ini adalah:
a Bangunan sipil:
Pintu pengambilan.
Bangunan pembawa, bangunan
pembawa terrdiri dari terowongan,
dan pipa pesat.
Tangki gelombang (Surge Tanks)
Rumah pembangkit (Power House)
Bangunan pembuang (saluran
tailrace).
b Peralatan mekanik dan elektrik:
Turbin kaplan beserta kelengkapanya
(spiral case, draft tube), generator 50Hz
dengan 30 kutub, governor, speed
increaser, travo, switchgear dan
aksesoris kelistrikan.
5. Berdasarkan hasil analisa ekonomi
terhadap alternatif debit andalan terpilih
(alternatif 1) diperoleh besar biaya total
sebesar 87,82 milyar rupiah dengan nilai
BCR 1,02, NPV 1,87 milyar rupiah, IRR
12,31% dan paid back period 6,86 tahun.
Dengan hasil analisa tersebut dapat
disimpulkan bahwa perencanaan PLTA
lodoyo II dengan alternatif 1 layak secara
ekonomi. Daftar Pustaka
1. Anonim. 1986. Standar Perencanaan
Irigasi (Kriteria Perencanaan 02).
Bandung : CV. Galang Persada.
2. Anonim. 1986. Standar Perencanaan
Irigasi (Kriteria Perencanaan 04).
Bandung : CV. Galang Persada.
3. Anonim, 1976. Engineering
Monograph No. 20 Selecting Reaction
Turbines. Amerika: United States
Bureau Of Reclamation.
4. Arismunandar A. dan Kuwahara S.
2004. Buku Pegangan Teknik Tenaga
Listrik. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
5. Bringas, John E. 2004. Handbook of
Comparative World Steel Standarts. USA. ASTM International.
6. Dandekar, MM dan K.N. Sharma. 1991.
Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Jakarta : Universitas Indonesia.
7. Mosonyi, Emil. 1963. Water Power
Development Volume One Low Head
Power Plant. Budapest : Akademiai
Kiado
8. Mosonyi, Emil. 1963. Water Power
Development Volume Two High Head
Power Plant. Budapest : Akademiai
Kiado
9. Patty, O.F. 1995. Tenaga Air. Erlangga
: Surabaya.
10. Penche, Celso. 2004. Guidebook on
How to Develop a Small Hydro Site.
Belgia : ESHA (European Small
Hydropower Association).
11. Ramos, Helena. 2000. Guidelines For
Design Small Hydropower Plants.
Irlandia : WREAN (Western Regional
Energi Agency & Network) and DED
(Department of Economic
Development).
12. Shahin, M. 1993. Engineering
Hydrology. Delft : Instintute of
Hydraulic Engineering.
13. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi
Teknik Edisi 1. Surabaya : Usaha
Nasional.
14. Varshney,R.S. 1977. Hydro-Power
Structure. India : N.C Jain at the
Roorkee Press.
15. Warnick, C. C., Mayo, H. A., Carson, J.
L., & Sheldon, L. H. 1984.
Hydropower Engineering. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood
Cliffs.