studi komparasi keefektifan penerapan model …lib.unnes.ac.id/28195/1/1401412555.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN
INDEX CARD MATCH TERHADAP MOTIVASI DANHASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI
TEMBOKLUWUNG 01 KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Mulaida Zuhviana
1401412555
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diuji ke sidang panitia ujian
skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
di : Tegal
hari, tanggal : 07 Juni 2016
Tegal, 07 Juni 2016
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Utoyo, M. Pd. Eka Titi Andaryani, S.Pd.,M.Pd
19620619 198703 1 001 19831129 200812 2 003
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Studi Komparasi Keefektifan Penerapan Model
Pembelajaran Make A Match dan Index Card Match Terhadap Motivasi dan
Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01 Kabupaten Tegal
oleh Mulaida Zuhviana 1401412555, telah dipertahankan dihadapan sidang
Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal 28 Juni 2016.
PANITIA UJIAN
Sekretaris
Drs. Utoyo, M. Pd.
19620619 198703 1 001
Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2
Eka Titi Andaryani, S.Pd.,M.Pd. Drs. Utoyo, M. Pd.
19831129 200812 2 003 19620619 198703 1 001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
� Kehidupan hanya bisa dipahami dengan melihat ke belakang, tapi
kehidupan harus dijalani dengan melihat ke depan (Soren Kierkegaard).
� Untuk dapat mencapai suatu keinginan atau cita-cita tidak semua hal yang
kita inginkan dapat dicapai, karena hidup bukan soal memegang kartu-
kartu terbaik, melainkan bagaimana cara memainkan kartu yang ada di
tangan kita (Penulis).
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang
tuaku tercinta Alm. Bapak Soetjipto, Ibu
Masfuah, Abah Sutanto, dan kakak-adik
tersayang. Serta keluarga besarku yang
telah memberikan doa, dukungan, dan
nasehat yang sangat berarti untukku.
Terima kasih.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Keefektifan Penerapan Model
Pembelajaran Make A Match dan Index Card Match Terhadap Motivasi dan Hasil
Belajar Pkn Siswa Kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01 Kabupaten Tegal”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini sehingga bisa terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa UNNES.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan kesempatan untuk
memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan
skripsi ini.
vii
5. Drs. Utoyo, M.Pd., dan Eka Titi Andaryani, S.Pd.,M.Pd., dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Rini Uniyati, S.Pd. Kepala SD Negeri Tembokluwung 01, dan Endang Sih
Prapti S.Pd. SD. Kepala SD Negeri Tembokluwung 02, yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
7. Sutantri Titik Dyah W., S.Pd. SD., Mualfiah S.Pd. SD., dan Bambang
Suratno S.Pd. SD., Guru Kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01dan SD
Negeri Tembokluwung 02yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian.
8. Sahabat kos tercinta dan teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD UPP
Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan 2012 yang telah
memberikan pengetahuan, semangat, motivasi.
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis sendiri dan masyarakat serta pembaca pada umumnya.
Tegal, 07 Juni 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Zuhviana, Mulaida. 2016. Studi Komparasi Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Make A Match dan Index Card Match Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01 Kabupaten Tegal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Drs. Utoyo, M.Pd. Pembimbing 2: Eka Titi Andaryani, S.Pd.,M.Pd.
Kata Kunci: Make A Match (MAM); Index Card Match (ICM); Motivasi Belajar,
Hasil Belajar
Pembelajaran PKn di SD biasanya masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional tidak memberikan kesempatan lebih kepada siswa untuk mengkontruksikan pengetahuannya. Pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengaktifkan siswa dan hasil belajar optimal. Proses pembelajaran yang demikian dapat terwujud melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif, seperti MAM dan ICM. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan, menunjukkan bahwa model pembelajaran MAM dan ICMefektif terhadap motivasi dan hasil belajar PKn. Kedua model pembelajaran tersebut efektif, namun belum dapat diketahui model pembelajaran yang lebih efektif terhadap motivasi dan hasil belajar PKn antara MAM dan ICM. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran MAM dan ICM terhadap motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01 Kabupaten Tegal pada materi Globalisasi.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan desain non equivalent control group design. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01 Kabupaten Tegal sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri Tembokluwung 02 Kabupaten Tegal sebagai kelas konvensional. Jumlah populasi sebanyak 88 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas IVA dan 29 siswa kelas IVB SD Negeri Tembokluwung 01 Kabupaten Tegal, serta 29 siswa kelas IVB SD Negeri Tembokluwung 02 Kabupaten Tegal. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh dimana seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi studi documenter, angket, tes, dan observasi. Pada analisis akhir menggunakan analisis deskriptif dan inferensial. Analisis inferensial menggunakan uji Manova dengan uji lanjut LSD. Tingkat keefektifan model pembelajaran menggunakan uji one sample t-test.
Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan konvensional. Uji perbedaan motivasi dan hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 dapat dilihat dari nilai sig < 0,05 (0,048 < 0,05 dan 0,023 < 0,05), maka Ho ditolak. Jadi, antara kelas eksperimen 1 berbeda dengan kelas eksperimen 2. Setelah uji perbedaan, dilakukan uji keefektifan di ketiga kelas. Uji keefektifan motivasi dan hasil belajar di kelas eksperimen 1 dan 2 menunjukkan bahwa thitung > ttabel (16,153 > 2.002) dan thitung > ttabel (3,579 > 2.002), maka Ho ditolak. Data menunjukkan bahwa model pembelajaran MAM lebih efektif dibanding model pembelajaran ICM terhadap motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD materi Globalisasi.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 13
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 14
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 15
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 16
1.5.1 Tujuan Umum .................................................................................. 16
1.5.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 16
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 18
1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................. 18
x
1.6.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 18
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .................................................................................. 20
2.1.1 Hakikat Belajar ................................................................................. 20
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Efektif ........................................................... 21
2.1.3 Motivasi Belajar ................................................................................. 23
2.1.4 Hasil Belajar....................................................................................... 25
2.1.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar ................................ 27
2.1.6 Karakteristik Perkembangan Siswa SD ............................................ 29
2.1.7 Hakikat Pembelajaran PKn di SD ...................................................... 31
2.1.8 Materi Globalisasi .............................................................................. 34
2.1.9 Model Pembelajaran .......................................................................... 37
2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 38
2.1.11 Model Pembelajaran MAM ................................................................ 40
2.1.12 Model Pembelajaran ICM ................................................................. 41
2.1.13 Persamaaan dan Perbedaan Model Pembelajaran MAM dan ICM .... 42
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan ......................................................... 43
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 47
2.4 Hipotesis ............................................................................................ 49
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 54
3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 54
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 56
xi
3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................................. 56
3.3.2 Sampel Penelitian............................................................................... 58
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 59
3.4.1 Variabel Independent ........................................................................ 59
3.4.1 Variabel Dependent ........................................................................... 59
3.5 Definisi Opersional Variabel ............................................................ 60
3.5.1 Model Pembelajaran MAM ............................................................... 60
3.5.2 Model Pembelajaran ICM ................................................................. 61
3.5.3 Motivasi Belajar ................................................................................. 62
3.5.4 Hasil Belajar....................................................................................... 62
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 63
3.6.1 Studi Dokumenter .............................................................................. 63
3.6.2 Kuisioner (Angket) ............................................................................ 64
3.6.3 Tes Hasil Belajar ................................................................................ 64
3.6.4 Observasi ........................................................................................... 65
3.7 Instrumen Penelitian .......................................................................... 66
3.7.1 Variabel Motivasi Belajar ................................................................. 67
3.7.2 Variabel Hasil Belajar ....................................................................... 71
3.7.1 Variabel Model Pembelajaran MAM ................................................. 78
3.7.1 Variabel Model Pembelajaran ICM ................................................... 80
3.8 Metode Analisis Data ......................................................................... 82
3.8.1 Analisis Tahap Awal ......................................................................... 83
3.8.2 Analisis Tahap Akhir ........................................................................ 85
xii
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian ................................................................................. 91
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 91
4.1.2 Kondisi Responden ............................................................................ 92
4.2 Analisis Deskripsi Data Hasil Penelitian ........................................... 92
4.2.1 Analisis Deskriptif Data Variabel Model Pembelajaran MAM ......... 94
4.2.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Model Pembelajaran ICM ........... 95
4.2.3 Deskriptif Data Pretest Kelas Eksperimen dan Konvensional ........ 97
4.2.4 Deskripsi Data Variabel Motivasi Belajar Siswa ............................... 101
4.2.5 Deskriptif Data Variabel Hasil Belajar Siswa ................................... 112
4.3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ............................................. 115
4.3.1 Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest PKn Siswa ............................. 116
4.3.2 Uji Prasyarat Analisis ....................................................................... 118
4.3.3 Uji Hipotesis ...................................................................................... 120
4.4 Pembahasan ....................................................................................... 137
4.4.1 Perbedaan Motivasi Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan
Konvensional .................................................................................... 137
4.4.2 Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan Konvensional
............................................................................................................ 144
4.4.3 Keefektifan Model Pembelajaran MAM terhadap Motivasi Belajar
Siswa ...................................................................................................... 147
4.4.4 Keefektifan Model Pembelajaran ICM terhadap Motivasi Belajar
Siswa ...................................................................................................... 150
4.4.5 Keefektifan Model Pembelajaran MAM terhadap Hasil Belajar Siswa
xiii
................................................................................................................ 154
4.4.6 Keefektifan Model Pembelajaran ICM terhadap Hasil Belajar Siswa
................................................................................................................ 158
5. PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................ 163
5.2 Saran ................................................................................................. 164
5.2.1 Bagi Guru .......................................................................................... 164
5.2.2 Bagi Siswa ........................................................................................ 166
5.2.3 Bagi Sekolah ..................................................................................... 166
5.2.4 Bagi Dinas Terkait ............................................................................ 166
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 168
LAMPIRAN ............................................................................................. 172
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kriteria Penilaian Angket Motivasi Belajar siswa ........................... 67
3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar siswa (Uji coba) ....... 69
3.3 Data Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar siswa (Uji Coba) 70
3.4 Data Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar siswa (Uji Coba) 71
3.5 Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes ............................................................ 72
3.6 Data Hasil Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ...................................... 75
3.7 Kisi-kisi Lembar Observasi Model MAM untuk Guru .................... 78
3.8 Kisi-kisi Lembar Observasi Model MAM untuk Siswa ................... 79
3.9 Kisi-kisi Lembar Observasi Model ICM untuk Guru ...................... 81
3.10 Kisi-kisi Lembar Observasi Model ICM untuk Siswa .................... 81
4.1 Data Responden Berdasarkan Umur ............................................... 93
4.2 Nilai Observasi Model Pembelajaran MAM untuk guru ................. 94
4.3 Nilai Observasi Model Pembelajaran MAM untuksiawa ................ 95
4.4 Nilai Observasi Model Pembelajaran ICM untuk guru ................... 96
4.5 Nilai Observasi Model Pembelajaran ICM untuk siswa .................. 96
4.6 Hasil Pretest PKn ............................................................................ 97
4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest PKn ........................................... 98
4.8 Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa .......................................... 101
4.9 Nilai Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen 1 ............. 105
4.10 Nilai Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen 2 ............. 108
4.11 Nilai Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ....................... 111
xv
Tabel Halaman
4.12 Deskripsi Data Nilai Postest PKn ................................................... 112
4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Postest PKn .......................................... 113
4.14 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest .................................................. 116
4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest ............................................... 117
4.16 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Nilai Pretest .................................. 118
4.17 Hasil Uji Normalitas Data Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ......... 118
4.18 Hasil Analisis Uji Homogenitas Motivasi dan Hasil Belajar PKn .. 120
4.19 Hasil Uji Levene .............................................................................. 120
4.20 Hasil Uji Manova ........................................................................... 121
4.21 Hasil Uji LSD Motivasi Belajar Kelas Eksperimen 1 dan Kontrol... 123
4.22 Hasil Uji LSD Motivasi Belajar Kelas Eksperimen 2 dan Kontrol. 124
4.23 Hasil Uji LSD Motivasi Belajar Kelas Ekperimen 1 dan 2 ............ 125
4.24 Hasil Uji LSD Hasil Belajar Kelas Eksperimen 1 dan Kontrol ....... 127
4.25 Hasil Uji LSD Hasil Belajar Kelas Eksperimen 2 dan Kontrol ....... 128
4.26 Hasil Uji LSD Hasil Belajar Kelas Eksperimen 1 dan 2 ................. 130
4.27 Hasil Uji Keefektifan antara Model MAM dan Konvensional
Terhadap Motivasi Belajar PKn ..................................................... 131
4.28 Hasil Uji Keefektifan antara Model ICM dan Konvensional
Terhadap Motivasi Belajar PKn ..................................................... 132
4.29 Hasil Uji Keefektifan antara Model MAM dan ICM Terhadap
Motivasi Belajar PKn ..................................................................... 133
xvi
4.30 Hasil Uji Keefektifan antara Model MAM dan Konvensional
Terhadap Hasil Belajar PKn ........................................................... 134
4.31 Hasil Uji Keefektifan antara Model ICM dan Konvensional
Terhadap Hasil Belajar PKn ........................................................... 135
4.32 Hasil Uji Keefektifan antara Model ICM dan MAM Terhadap
Hasil Belajar PKn ........................................................................... 136
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 49
3.1 Nonequivalen Control Group Desain .................................................. 55
4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 ..... 99
4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 2 ..... 99
4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Konvensional ..... 100
4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen 1 .... 113
4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen 2 .... 114
4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Konvensional .... 115
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 1 ................................................ 172
2. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 2 ................................................ 173
3. Daftar Nama Siswa Kelas Konvensional ................................................ 174
4. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ....................................................... 175
5. Silabus Pembelajaran ............................................................................. 176
6. Pengembangan Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 ................... 177
7. Pengembangan Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 .................. 183
8. Pengembangan Silabus Pembelajaran Kelas Konvensional .................. 189
9. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 1 ................................................... 194
10. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 2 .................................................. 200
11. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 1 .................................................. 205
12. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 2 .................................................. 211
13. RPP Kelas Konvensional Pertemuan 1 .................................................. 217
14. RPP Kelas Konvensional Pertemuan 2 ................................................... 224
15. Materi Pelajaran ..................................................................................... 231
16. Media Pembelajaran .............................................................................. 235
17. Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
MAM untuk guru .................................................................................... 236
18. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
MAM untuk guru ..................................................................................... 239
xix
Lampiran Halaman
19. Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
ICM untuk guru....................................................................................... 241
20. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
ICM untuk guru ...................................................................................... 244
21. Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
MAM untuk siswa .................................................................................. 246
22. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
MAM untuk siswa .................................................................................. 248
23. Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
ICM untuk siswa .................................................................................... 250
24. Lembar Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
ICM untuk siswa .................................................................................... 252
25. Kisi-kisi Soal Evaluasi Pembelajaran Pertemuan 1 ............................... 254
26. Kisi-kisi Soal Evaluasi Pembelajaran Pertemuan 2 ............................... 255
27. Soal Evaluasi Pertemuan 1 .................................................................... 256
28. Soal Evaluasi Pertemuan 2 .................................................................... 258
29. Kunci Jawaban Soal Evaluasi ................................................................ 259
30. Kisi-kisi Soal Model MAM Pertemuan 1 ............................................... 260
31. Kisi-kisi Soal Model MAM Pertemuan 2 ............................................... 261
32. Soal dan Kunci Jawaban Model MAM Pertemuan 1 ............................. 262
33. Soal dan Kunci Jawaban Model MAM Pertemuan 2 ............................. 263
34. Kisi-kisi Soal Model ICM Pertemuan 1 ................................................. 264
xx
Lampiran Halaman
35. Kisi-kisi Soal Model ICM Pertemuan 1 ................................................. 265
36. Soal dan Kunci Jawaban Model ICM Pertemuan 1 ............................... 266
37. Soal dan Kunci Jawaban Model ICM Pertemuan 2 ............................... 267
38. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Uji Coba .......................................... 268
39. Daftar Angket Motivasi Belajar Uji Coba ............................................. 269
40. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ......................................................... 272
41. Daftar Angket Motivasi Belajar ............................................................. 273
42. Output Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ....................................... 275
43. Rekapitulasi Validitas Angket Motivasi Belajar .................................... 276
44. Output Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar .................................. 277
45. Kisi-kisi Uji Coba Soal Tes ................................................................... 278
46. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest .......................................................... 279
47. Soal Uji Coba ......................................................................................... 280
48. Soal Pretest dan Postest ......................................................................... 286
49. Telaah Soal Pilihan Ganda ..................................................................... 289
50. Tabulasi Uji Coba Angket Motivasi Belajar .......................................... 293
51. Tabulasi Soal Uji Coba .......................................................................... 397
52. Output Data SPSS Uji Validitas Soal Uji Coba ..................................... 301
53. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Uji Coba ............................................... 302
54. Output Data SPSS Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ................................. 303
55. Rekapitulasi Taraf Kesukaran ................................................................ 304
56. Rekapitulasi Daya Beda Soal ................................................................. 305
57. Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Eksperimen 1 ............................ 307
xxi
Lampiran Halaman
58. Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Eksperimen 2 ............................ 308
59. Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Konvensional ............................ 309
60. Nilai Indeks Motivasi Belajar Kelas Eksperimen 1 ............................... 310
61. Nilai Indeks Motivasi Belajar Kelas Eksperimen 2 ............................... 312
62. Nilai Indeks Motivasi Belajar Kelas Konvensional ............................... 314
63. Output SPSS Uji Kesamaan Rata-rata ................................................... 316
64. Output SPSS Uji Hipotesis .................................................................... 317
65. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data
Pretest Siswa .......................................................................................... 319
66. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data
Postest Siswa ........................................................................................ 321
67. Surat Ijin Penelitian dari Koordinator PGSD UPP Tegal ...................... 323
68. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Tegal ............................. 324
69. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SD Negeri
Tembokluwung 01 ................................................................................. 325
70. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SD Negeri
Tembokluwung 01 ................................................................................ 326
71. Dokumentasi Lokasi Penelitian .............................................................. 327
72. Dokumentasi Media Model Pembelajaran.............................................. 328
73. Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen 1 ......................................... 329
74. Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen 2 ......................................... 330
75. Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol ................................................. 331
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran efektif merupakan tolok ukur keberhasilan guru dalam
mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa
dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sedangkan dari
segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku
yang positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Maka
dari itu, untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif maka perlu
diperhatikan beberapa aspek, salah satu diantaranya adalah motivasi mengajar
guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi (Susanto, 2015:53-4). Motivasi
belajar siswa akan tumbuh apabila pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung
dengan baik, dan menyenangkan. Untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan maka kinerja guru lah yang berperan penting di dalamnya.
Berkaitan dengan kinerja mengajar guru, Sanjaya (2006) dalam Susanto
(2015:32) mengemukakan bahwa guru adalah suatu komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Pendapat lain yang
menyatakan pentingnya komponen guru dalam pendidikan seperti yang
dinyatakan oleh Mulyasa (2007) dalam Susanto (2015:32-3), bahwa peran dan
fungsi guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dari
kedua pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peranan yang
sangat penting dan berpengaruh pada proses pendidikan atau pelaksanaan
2
kegiatan pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran akan berlangsung
berbagai macam bentuk komunikasi dan situasi, keadaan inilah yang disebut
dengan terjadinya interaksi. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung
dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Arti yang lebih
khusus pada bidang pengajaran, dikenal dengan adanya istilah interaksi belajar-
mengajar. Interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran diharapkan
merupakan proses motivasi (Sardiman, 2011:1-2). Proses motivasi yang
dimaksudkan adalah interaksi yang dilakukan oleh guru untuk memberikan dan
mengembangkan motivasi yang dimiliki siswanya.
John W Santrock (2004) dalam Sumiati (2012: 30) mendeskripsikan,
motivasi adalah proses yang memberi semangat (dorongan), arah dan kegigihan
perilaku, artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah, dan bertahan lama. Motivasi pada umumnya diberikan untuk mencapai
sesuatu yang bertujuan. Keinginan untuk mencapai suatu tujuan atau keberhasilan
merupakan pendorong untuk bertingkahlaku atau melakukan kegiatan belajar.
Upaya yang dapat diakukan untuk memunculkan motivasi belajar adalah
rangsangan dari luar, melalui upaya yang dilakukan oleh guru. Guru dapat
memberikan motivasi dengan menyajikan sebuah permasalahan yang dapat
memunculkan rasa ingin tahu siswa. Munculnya rasa ingin tahu yang dimiliki
siswa dapat mendorongnya untuk mencari tahu jawaban dari rasa
keingintahuannya itu, dan masih banyak lagi macam motivasi yang dapat
diberikan oleh guru. Pemberian motivasi pada pelaksanaan pembelajaran
diharapkan semangat siswa untuk melakukan berbagai kegiatan dalam belajar
yang bersifat aktif dapat muncul, sehingga hasil belajarpun dapat diperoleh secara
3
lebih baik (Sumiati, 2012:31). Adanya dorongan atau motivasi tidak hanya
diberikan oleh guru saja, orang tua juga berpengaruh dalam pemberian motivasi
dan semangat belajar bagi anak usia SD. Motivasi dan semangat yang dimiliki
siswa dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperolehnya.
Pentingnya pemberian motivasi yaitu agar tumbuh rasa percaya diri pada
anak dalam kehidupan sosialnya baik itu di lingkungan keluarga, sekolah ataupun
masyarakat. Anak sekolah dasar pada umumnya berusia 6-12 tahun, pada usia
Sekolah Dasar ini anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ia senang
bermain, senang bergerak, senang bekerja sama dalam kelompok, dan senang
merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Desmita, 2012:35). Maka
dari itu sudah jelas tugas guru dalam pembelajaran di sekolah bukan hanya
memberikan atau menyampaikan materi pelajaran saja tetapi juga dapat
menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan sehingga tumbuh
motivasi belajar pada diri siswa agar tercapainya hasil belajar yang baik.
Suprijono (2013:7) mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Perubahan dalam belajar merupakan bukti hasil yang telah melalui sebuah proses.
Susanto (2015:5) juga menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan-
perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana,
yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Pada sebuah kegiatan pembelajaran, biasanya guru
4
menetapkan tujuan belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan
belajar telah tercapai.
Adapun pengertian hasil belajar menurut Purwanto (2014:46) adalah
realisasi tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung
kepada tujuan pendidikannya. Pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung
apabila hasil belajar siswa telah tercapai dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan maka secara otomatis tujuan pendidikan juga ikut tercapai. Agar
tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan maka dalam
kegiatan belajar mengajar harus berjalan sesuai dan berlangsung dengan baik.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama,
tetapi memiliki arti yang berbeda. Daryanto (2013:2) menyatakan belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan belajar apabila
terjadi suatu perubahan dalam dirinya sendiri. Perubahan yang terjadi pada
seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, maka dari itu sudah tentu
tidak semua perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti
belajar. Sedangkan pengertian mengajar sendiri menurut definisi Gazali dalam
Daryanto (2013: 160) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang
dengan cara paling singkat dan tepat. Setiap siswa memiliki perbedaan secara
individual sehingga diperlukan perlakuan yang berbeda-beda dalam
berlangsungnya suatu proses pembelajaran.
5
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling penting dalam
penyelenggaraan suatu proses pendidikan. Tercapainya suatu tujuan pendidikan
tidak lepas dari berhasilnya proses belajar mengajar yang dilakukan secara
profesional. Tercapainya suatu tujuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pendidikan sehingga menghasilkan warga negara atau masyarakat yang
berkualitas baik dan mampu bersaing di era global seperti saat ini. Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang saat ini sudah mulai menata dan
memperbaiki sistem pendidikan agar menghasilkan warga negara yang
berkualitas.
Salah satu program yang sedang diselenggarakan pemerintah untuk
menghasilkan warga negara yang berkualitas adalah pemerataan pendidikan bagi
setiap warga negaranya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 5 (ayat 1) menyatakan bahwa “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa pada hakikatnya, semua warga
negara berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Pendidikan merupakan
salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
6
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47/2008 pasal 1 tentang wajib belajar,
menyatakan bahwa wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus
diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan
pemerintahan daerah. Peraturan tersebut merupakan usaha yang dilakukan oleh
pemerintah agar semua warga negara mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali.
Program yang mengharuskan setiap warga negara untuk menempuh pendidikan
formal selama 9 tahun dimulai dari tingkat pendidikan dasar. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008, tentang pendidikan dasar yaitu:
Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.
Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar dalam pendidikan formal.
Komponen yang berpengaruh dalam pendidikan formal menurut Hamalik
(2011:77) salah satunya adalah guru. Peranan guru dalam pendidikan sangatlah
berpengaruh dalam mentransfer ilmu dan memberikan contoh sikap yang baik
bagi siswanya. Dalam Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen
Tahun 2005 pasal 1, menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Agar menjadi pendidik atau guru, seseorang harus memiliki kepribadian
yang baik, sebab dalam pelaksanaanya guru tidak hanya memberikan materi saja
kepada siswanya melainkan guru juga harus menjadi sebuah panutan bagi
7
siswanya. Menurut Sardiman (2011:137-8), guru memang seorang “pendidik”,
sebab dalam pekerjaanya ia tidak hanya “mengajar” seseorang agar tahu beberapa
hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan terutama sikap mental
anak didik. “mendidik” sikap mental seseorang tidak cukup hanya “mengajarkan”
seseorang pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan
dengan guru sebagai idolanya.
Sebagai pendidik profesional, guru dalam mengajar dan mendidik
siswanya dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dan menarik.
Adanya strategi pembelajaran yang bervariasi diharapkan siswa akan lebih aktif
dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar. Strategi pembelajaran yang
digunakan guru disesuaikan dengan mata pelajaran, perkembangan siswa, dan
kurikulum yang berlaku saat ini.
Pada pendidikan formal materi dimuat dalam sebuah kurikulum sebagai
sistem perencanaan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan aktivitas belajar
mengajar. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP memuat
beberapa mata pelajaran, yaitu: IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
8
Menurut (Susanto, 2015: 225), pendidikan kewarganegaraan adalah mata
pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat dimiliki siswa dalam sikap dan
tingkah lakunya pada kegiatan sehari-hari baik itu di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat, Sedangkan menurut Ruminiati (2007: 1-30) PKn SD
merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata
pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai
Pancasila/budaya bangsa seperti yang terdapat pada kurikulum PKn SD. Melalui
pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat mengembangkan siswa agar
menjadi warga negara yang baik. Somantri (1970) dalam Susanto (2015:226)
warga negara yang baik adalah warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat
baik. Menumbuhkan sikap untuk menjadi warga negara yang baik dapat diajarkan
sejak usia dini atau mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar dalam pendidikan formal
yang akan mengenalkan dasar-dasar keilmuan serta menggali kemampuan yang
dimiliki siswa sesuai dengan tahap perkembangannya melalui proses
pembelajaran dengan bimbingan guru. Menurut Mirasa dkk (2005) dalam
Susanto (2015:70) tujuan pendidikan sekolah dasar adalah “sebagai proses
pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, dimana setiap
siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana
yang memberikan kemudahan (kondusif) bagi perkembangan dirinya secara
optimal”.
9
Materi pelajaran PKn di kelas IV SD salah satunya adalah materi
Globalisasi. Pada materi globalisasi terdapat beberapa pembahasan diantaranya
pengertian globalisasi, pengaruh globalisasi diberbagai bidang, dampak
globalisasi dan sebagainya. Materi globalisasi perlu dipahami siswa, karena pada
materi ini siswa diharapkan mampu melakukan seleksi pengaruh budaya luar
yang baik dan buruk. Pada zaman sekarang ini kehidupan warga negara sebagian
besar sudah dipengaruhi oleh globalisasi di berbagai bidang.
Pembelajaran PKn di SD pada umumnya masih menggunakan
pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab dan penugasan. Masih
jarang guru yang mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan
bervariasi. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas masih berpusat pada
guru, sehingga siswa belum bisa menemukan sendiri konsep ilmu yang
dipelajarinya. Permasalahan semacam ini juga sering terjadi di banyak SD,
contohnya SD Negeri Tembok Luwung 01.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IVA dan IVB dalam
pembelajaran PKn guru masih menggunakan model pebelajaran konvensional
yaitu ceramah. Alasan guru menggunakan model konvensional karena guru
merasa ceramah tepat digunakan pada mata pelajaran PKn. Pada kegiatan
pembelajaran yang berlangsung ada siswa yang cenderung lebih aktif dan ada
juga yang cenderung pasif. Terdapat siswa yang sebenarnya cerdas tetapi tidak
berani untuk mengungkapkan pendapat yang ingin disampaikan di kelas.
Disamping itu, terdapat juga siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya
walaupun masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
10
Pemberian dorongan atau motivasi oleh orang tua dan guru diperlukan
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Menumbuhkan motivasi
belajar kepada siswa merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar di sekolah. Pemberian motivasi belajar diharapkan siswa akan
lebih aktif, merasa senang dan semangat dalam mengikuti pembelajaran PKn.
Selain menumbuhkan motivasi belajar kepada siswa, diperlukan juga
pengembangan model pembelajaran yang lebih efektif, bervariasi, dan berpusat
pada siswa. Usaha ini dapat dilakukan guru agar terciptanya suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri Tembok Luwung 01. Salah satu model pembelajaran yang
dapat diterapkan di Sekolah Dasar adalah model belajar kelompok atau
berpasangan.
Pembelajaran dengan model belajar kelompok atau berpasangan
mengajarkan kepada siswa untuk saling berinteraksi dan bersosialiasi dengan
teman yang lain. Melalui belajar kelompok atau berpasangan siswa akan
menciptakan sendiri suasana belajar yang lebih aktif dan memperoleh
pengetahuan dan pengalaman belajarnya secara langsung. Model pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang dapat
diterapkan pada pembelajaran PKn. Roger, dkk (1992) dalam Huda (2013:29)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus
didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok
pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain.
11
Pada pembelajaran kooperatif, siswa dibagi kedalam kelompok kecil atau
secara berpasangan dan diintruksikan untuk mempelajari suatu materi atau
menyelesaikan suatu masalah didalamnya. Melalui pembelajaran kelompok
diharapkan siswa dapat bekerja sama dengan anggota dikelompoknya, sehingga
siswa dapat menemukan pengetahuan atau pemahaman secara mandiri. Pada
pembelajaran kooperatif peran guru hanya sebagai pembimbing siswa.
Terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan
dalam pembelajarn PKn di kelas IV SD. Diantaranya yaitu Make A Match (MAM)
dan Index Card Match(ICM). MAM dan ICM dapat digunakan pada mata
pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri Tembok Luwung 01, karena terdapat
unsur permainan dan kerja kelompok dalam kedua model. Model pembelajaran
kooperatif yang digunakan dapat membuat siswa lebih aktif dan antusias dalam
mengikuti pembelajaran PKn. Penulis tidak menggunakan kedua model ini secara
bersama-sama dalam satu pembelajaran di satu kelas. Akan tetapi penulis akan
membandingkan model MAM dan ICM untuk menguji manakah model yang lebih
efektif dalam pembelajaran PKn kelas IV pada materi Globalisasi. Model
pembelajaran ICM untuk kelas IVA dan model MAM untuk kelas IVB.
Model pembelajaran MAM dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Langkah-langkah menggunakan model pembelajaran MAM, guru menyiapkan
beberapa kartu yang berisi materi yang sudah diajarkan kemudian siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya dan bergabung
dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang masih berhubungan. MAM
memiliki tujuan agar siswa dapat menggali dan mendalami materi dengan proses
yang menyenangkan dan berkesan bagi diri siswa sendiri. Beberapa penelitian
12
membuktikan bahwa model pembelajaran MAM efektif dan dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya
yaitu penelitian tindakan kelas yang dilakukan Sya’ban Istiqomah tahun 2011
dari Universitas Sebelas Maret dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Mata Pelajaran IPS Geografi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe MAM dalam pembelajaran geografi dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator
keberhasilan.
Model pembelajaran kooperatif lain yang juga dapat diterapkan dalam
pembelajaran PKn SD yaitu model pembelajaran kooperatif tipe ICM. Model
pembelajaran ICM merupakan model pembelajaran untuk meninjau ulang materi
pelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran ICM yaitu guru membuat kartu
sejumlah siswa, kartu yang dibuat dibagi menjadi dua. Sebagian berisi pertanyaan
dan sebagian lagi berisi jawaban mengenai materi yang telah dipelajari. Siswa
diharuskan mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dipegangnnya,
kemudian setelah menemukan pasangannya siswa duduk bersebelahan dan
membacakan pertanyaan serta jawaban yang didapat. Model pembelajaran ICM
ini menuntut siswa untuk lebih aktif didalam kelas, disamping itu guru juga harus
tetap memberikan semangat, bimbingan dan arahan kepada siswa agar
pembelajaran berlangsung dengan baik. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
penerapan model pembelajaran ICM efektif dan dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Diantaranya yaitu penelitian
tindakan kelas yang dilakukan oleh Anita Wahyusari tahun 2012 dari Universitas
13
Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Penggunaan Strategi Index Card Match
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas IV di MI
Muhammadiyah Basin Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran ICM.
Berdasarkan hasil kedua penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran MAM dan ICM efektif serta dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD. Akan tetapi belum diketahui
model pembelajaran mana yang paling efektif diantara MAM dan ICM. Setiap
model memiliki tingkat keefektifan yang berbeda-beda, hal tersebut disebabkan
beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kecocokan model terhadap suatu
materi yang diajarkan. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan yang akan memengaruhi keefektifan terhadap motivasi dan hasil
belajar. Atas dasar temuan pada penelitian yang terdahulu dan beberapa
perbedaan dari kedua tipe model pembelajaran kooperatif MAM dan ICM, penulis
membandingkan keefektifan penerapan model pembelajaran MAM dan ICM
terhadap motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Tembok
Luwung 01 Kabupaten Tegal.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifkasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
(1) Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PKn kelas IV SD
14
Negeri Tembok Luwung 01 kurang bervariasi, guru masih menggunakan
model konvensional.
(2) Pembelajaran yang berlangsung cenderung terpusat pada guru, sehingga
kesempatan siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep atau ilmu
pengetahuan menjadi berkurang.
(3) Pemberian motivasi belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Tembok Luwung
01 belum optimal.
(4) Hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Tembok Luwung 01 belum
optimal.
(5) Setiap model pembelajaran memiliki tingkat keefektifan yang berbeda-beda
terhadap motivasi dan hasil pembelajaran.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dapat diketahui bahwa masalah yang ada
bersifat umum dan terlalu luas. Agar lebih efektif perlu adanya pembatasan
masalah agar diperoleh kajian yang mendalam. Maka membatasi permasalahan
sebagai berikut:
(1) Populasi dalam penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tembok Luwung
01 dan siswa kelas IV SD Negeri Tembok Luwung 02 Kabupaten Tegal tahun
ajaran 2015/2016.
(2) Variabel penelitian mencangkup motivasi dan hasil belajar kognitif.
(3) Materi Globalisasi.
(4) Peneliti memfokuskan pada penerapan model pembelajaran MAM dan ICM.
15
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah
yang dikaji dalam penelitian sebagai berikut:
(1) Apakah ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional?
(2) Apakah ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model ICM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional?
(3) Apakah ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model ICM?
(4) Apakah ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional?
(5) Apakah ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model ICM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional?
(6) Apakah ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model ICM?
(7) Apakah penerapan model pembelajaran MAM efektif terhadap motivasi
belajar PKn siswa kelas IV?
16
(8) Apakah penerapan model pembelajaran ICM efektif terhadap motivasi belajar
PKn siswa kelas IV?
(9) Apakah penerapan model pembelajaran MAM lebih efektif dari ICM terhadap
motivasi belajar PKn siswa kelas IV?
(10)Apakah penerapan model pembelajaran MAM efektif terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas IV?
(11)Apakah penerapan model pembelajaran ICM efektif terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas IV?
(12)Apakah penerapan model pembelajaran MAM lebih efektif dari ICM terhadap
hasil belajar PKn siswa kelas IV?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang tercakup dalam tujuan umum dan
tujuan khusus. Berikut ini uraian dari tujuan umum dan tujuan khusus penelitian
ini.
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dilaksanakannya penelitian yaitu untuk mengetahui
perbedaan keefektifan penerapan model pembelajaran MAM dan ICM terhadap
motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Tembok Luwung 01
pada materi Globalisasi.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut:
(1) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan motivasi belajar
17
PKn kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model MAM
dan siswa siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional.
(2) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan motivasi belajar
PKn kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model ICM
dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional.
(3) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan motivasi belajar
PKn kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model MAM
dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan model ICM.
(4) Menganalisis dan mendeskripsikan seberapa besar perbandingan hasil belajar
PKn kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model MAM
dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional.
(5) Menganalisis dan mendeskripsikan seberapa besar perbandingan hasil belajar
PKn kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model ICM
dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional.
(6) Menganalisis dan mendeskripsikan seberapa besar perbandingan hasil belajar
PKn kelas IV antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model MAM
dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan model ICM.
(7) Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran MAM
terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas IV.
(8) Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran ICM
terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas IV.
(9) Menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan keefektifan model
pembelajaran MAM dan ICM terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas IV.
18
(10)Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran MAM
terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV.
(11)Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran ICM
terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV.
(12)Menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan keefektifan model
pembelajaran MAM dan ICM terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV.
1.6 Manfaat penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk
hasil pemikiran yang berkaitan dengan teori yang digunakan, sedangkan manfaat
praktis yaitu manfaat dalam bentuk praktik yang ditujukan kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian. Berikut penjelasannya.
1.6.1 Manfaat Teoritis
(1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis berupa informasi
tentang keefektifan penerapan model pembelajaran MAM dan ICM terhadap
motivasi dan hasil belajar PKn kelas IV pada materi Globalisasi.
(2) Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan acuan bagi peneliti lain
dalam penerapan model MAM dan ICM dengan variabel serupa secara lebih
komperhensif dan mendalam.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa, guru, sekolah dan
peneliti. Berikut penjelasannya.
19
1.6.2.1 Bagi Siswa
(1) Menciptakan motivasi dan hasil belajar yang baik dan optimal melalui model
pembelajaran yang efektif.
(2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran yang
inovatif dan menyenangkan.
1.6.2.2 Bagi Guru
(1) Menambah pengetahuan tentang model MAM dan ICM.
(2) Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn.
(3) Memberi motivasi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang
inovatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan
dan bermakna bagi siswa.
1.6.2.3 Bagi Sekolah
(1) Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam rangka memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
(2) Melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada.
1.6.2.4 Bagi Peneliti
(1) Meningkatkan daya pikir dan ketrampilan dalam menggunakana model
pembelajaran MAM dan ICM.
(2) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengadakan
penelitian lanjutan yang berhubungan dengan model pembelajaran MAM dan
ICM terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
20
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Bagian ini dijelaskan berbagai teori yang digunakan sebagai acuan dalam
penelitian. Teori yang digunakan diambil dari sumber yang relevan. Teori yang
disajikan meliputi: hakikat belajar, hakikat pembelajaran efektif, motivasi belajar,
hasil belajar, faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar, karakteristik
perkembangan siswa SD, hakikat pembelajaran PKn di SD, materi Globalisasi,
model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran MAM,
model pembelajaran ICM, serta persamaan dan perbedaan model pembelajaran
MAM dan ICM.
2.1.1 Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses, belajar juga merupakan
aktivitas yang selalu dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kesehariannya manusia melakukan belajar untuk memperoleh suatu pengalaman
atau ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Menurut Susanto
(2015: 4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja
dalam keadaan yang sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan yang baru sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
yang relatif lebih baik dalam berfikir, merasa dalam bertindak. Belajar juga
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
21
perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2013: 2).
Rifa’i dan Anni (2012: 66) menyatakan, belajar merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku seseorang dan belajar itu mencangkup segala sesuatu
yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memiliki peranan yang
penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian,
dan bahkan persepsi seseorang. Kemudian Gagne dalam Suprijono (2013: 2)
menjelaskan, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Perubahan yang
dialami setiap seseorang tidak semuanya merupakan hasil dari belajar.
Kegiatan belajar lebih ditekankan pada proses bukan hasil yang
diperolehnya. Sependapat dengan Aunurrahman (2013: 48) bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau
proses suatu pengalaman. Berdasarkan pengertian belajar dari para ahli, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan manusia dengan
adanya interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya yang ditunjukkan dengan
perubahan perilaku individu yang merupakan hasil dari pengalaman yang
berlangsung selama proses belajar. Hasil dari belajar itu memberikan pengetahuan
baru bagi manusia untuk menjadikan manusia yang mandiri dan dewasa.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang dapat menghasilkan
belajar yang memiliki manfaat bagi siswa dan lebih berpusat pada siswa (student
22
centered) dengan menggunakan prosedur yang tepat. Pembelajaran efektif yaitu
pembelajaran yang menuntut terjadinya belajar pada siswa dan bagaimana cara
yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pelajaran (Miarso dalam Uno,
2011: 173-4). Selain itu, Susanto (2015: 55) menyatakan bahwa pembelajaran
dikatakan efektif apabila hasil belajar dan aktivitas belajar siswa yang
menggunakan pendekatan pemecahan masalah lebih baik dari pada siswa yang
belajarnya menggunakan pembelajaran konvensional.
Menurut Susanto (2015: 54-5) menyatakan untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya adalah
(1) Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis, (2) Proses belajar
mengajar (pembelajaran) harus berkualitas tinggi yang ditunjukkan dengan
adanya penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan menggunakan
berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media, metode, suara, maupun
gerak, (3) Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara
efektif, (4) Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi, (5)
Hubungan interaktif antara guru dan siswa dalam kelas terjalin dengan baik
sehingga setiap terjadi kesulitan belajar dapat segera diatasi.
Pembelajaran disebut efektif apabila dalam pelaksanaaannya tercipta
interaksi dan hubungan yang baik antara guru dan siswa. Guru melakukan upaya
agar interaksi antara guru dan siswa berlangsung dengan baik selama proses
pembelajaran. Proses pembelajaran lebih berpusat kepada siswa sebagai subjek
pendidikan, sehingga lebih meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
23
2.1.3 Motivasi Belajar
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Winkel dalam
Uno (2011: 3) menyebutkan bahwa motivasi adalah dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk berusaha melakukan perubahan tingkah laku yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Usaha melakukan suatu perubahan
dalam diri seseorang, dibutuhkan keniatan yang sungguh-sungguh dalam
pelaksanaanya. Sardiman (2011:75) menjelaskan bahwa motivasi merupakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat dikatakan bahwa motivasi
merupakan dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu
perubahan terhadap dirinya sendiri dan dilakukan dengan tekad yang kuat
sehingga menghasilkan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.
Motivasi diterapkan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang, tidak terkecuali juga dalam kegiatan belajar. Menurut Asa dan Sumiati
(2012: 59) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan sesuatu yang
mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya
perilaku dalam belajar. Motivasi dalam belajar memiliki pengaruh yang besar
terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Bagi seorang siswa motivasi untuk
belajar tumbuh karena adanya dorongan dari dalam diri sendiri dan dari luar
dirinya. Uno (2011: 23) mendefinisikan bahwa motivasi belajar merupakan
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar dengan
mengadakan perubahan tingkah laku. Sependapat dengan hal tersebut, Suprijono
24
(2013: 163) juga menyatakan motivasi belajar adalah dorongan-dorongan internal
dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk melakukan perubahan
perilaku.
Berdasarkan penjelasan motivasi belajar dapat dijelaskan bahwa dalam
motivasi belajar terdapat dorongan internal dan eksternal. Sardiman (2011:89-91)
menjelaskan dorongan intriksik dan ekstrinsik dalam motivasi belajar sebagai
berikut:
2.1.3.1 Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan yang muncul itu bersumber dari
kebutuhan siswa itu sendiri untuk menjadi orang yang terdidik dan
berpengetahuan.
2.1.3.2 Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang dalam pelaksanaan aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak benar-benar berkaitan dengan aktivitas
belajar.
Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar, seperti yang
dijelaskan oleh Suprijono (2013: 163-4) motivasi belajar memiliki tujuan yaitu:
Pertama, mendorong siswa untuk berbuat, motivasi sebagai pendorong atau
penggerak dari setiap kegiatan belajar. Kedua, menentukan arah kegiatan
pembelajaran ke arah tujuan belajar yang ingin dicapai, Motivasi belajar
25
memberikan arah dan kegiatan yang harus dilakukan sesuai dengan rumusan
tujuan pembelajaran. Ketiga, menyeleksi kegiatan pembelajaran dengan
menentukan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dan menyeleksi kegiatan
yang tidak berkaitan dengan tujuan pembelajaran.
Agar tercapainya tujuan dari motivasi belajar ada beberapa variabel yang
mendukung diklasifikasikan sebagai berikut: (a) ketekunan dalam belajar, (b) ulet
dalam menghadapi kesulitan, (c) minat dan ketajaman dalam belajar, (d)
berprestasi dalam belajar, (e) mandiri dalam belajar, Prayitno (1989) dalam
Riduwan (2013: 31-2). Pemberian motivasi belajar berpengaruh penting terhadap
aktivitas belajar siswa, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk mencapai
hasil belajar yang optimal.
2.1.4 Hasil Belajar
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa telah mencapai
tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Hasil belajar merupakan komponen
pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar
diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar
mengajar (Purwanto, 2014:47). Belajar menimbulkan perubahan perilaku bagi
seseorang. Sependapat dengan hal tersebut, Rifa’i dan Anni (2012: 69)
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
perserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku yang
merupakan hasil dari belajar diharapkan sesuai dengan tujuan belajar.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan, dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Sunal
26
(1993) dalam Susanto (2015:5) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses
penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu
program telah memenuhi kebutuhan siswa. Evaluasi juga dimaksudkan sebagai
cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang dimaksudkan telah tercapai
serta apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh
hasil belajar seperti yang diharapkan (Purwanto, 2014:47).
Dalam melakukan penilaian hasil belajar, diharapkan dapat memuat tiga
aspek yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bloom (1956)
dalam Rifa’i dan Anni (2012: 70-3) menjelaskan bahwa hasil belajar mencangkup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian dijelaskan seperti
berikut:
(1) Ranah Kognitif (cognitive domain) berkaitan dengan hasil berupa
pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif
mencangkup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan penilaian (evaluation).
(2) Ranah Afektif (affective domain) berkaitan dengan perasaan, sikap, minat,
dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif mencangkup penerimaan
(receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a value
complex).
(3) Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain) berkaitan dengan kemampuan
fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan
27
koordinasi syaraf. Kategori ranah psikomotorik menurut Elizabeth dalam
Anni (2012: 73) yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan
terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan
kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan
kreativitas (originality).
Dari ketiga aspek, ranah kognitif merupakan aspek yang penting bagi
keberhasilan suatu pembelajaran. Hasil pembelajaran diukur oleh guru melalui
penilaian dengan teknik tes maupun non tes dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran dan sebagai langkah evaluasi
dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran.
2.1.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan salah satu cara yang bisa diterapkan
untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh
setiap siswa tentunya memiliki perbedaan antara siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya. Perbedaan pemerolehan hasil belajar dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhinya adalah faktor intern dan faktor
ekstern (Daryanto, 2013:36). Berikut penjelasannya:
2.1.5.1 Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal pada diri siswa itu sendiri. faktor
intern dibahas menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan
faktor kelelahan. Faktor jasmaniah adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi
fisik seseorang yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis adalah
faktor yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan seseorang sehingga memengaruhi
hasil belajar diantaranya yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
28
kematangan, dan kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan adalah faktor yang
berkaitan dengan daya tahan kondisi tubuh siswa yang meliputi kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani.
2.1.5.2 Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari lingkungan siswa. Faktor ini
memiliki pengaruh bagi terciptanya tujuan belajar seperti yang telah
direncanakan. Faktor ekstern dibedakan menjadi 3 faktor yaitu:
(1) Faktor Keluarga
Pendidikan pertama yang diperoleh siswa adalah di lingkungan keluarga.
Keluarga adalah tempat yang berpengaruh terhadap perkembangan belajar
siswa. Pengaruh perkembangan belajar tersebut berdasarkan oleh cara orang
tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan keluarga.
Pentingnya keluarga dalam proses belajar siswa sangat menentukan
pemerolehan hasil belajar siswa nantinya.
(2) Faktor Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah, telah
ditentukan oleh pihak lembaga yang bersangkutan. Faktor sekolah yang
memengaruhi belajar siswa ini mencangkup metode mengajar guru,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah.
29
(3) Faktor Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan yang selalu berhubungan
langsung dengan siswa setiap harinya. Masyarakat juga memiliki pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Kegiatan siswa dalam masyarakat yang
memengaruhi belajar diantaranya kegiatan siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul, bentuk, dan kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan pendapat di atas, Sudjana dalam Susanto (2015: 15)
berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri
siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang berasal dari diri siswa adalah
kemampuan yang dimilikinya. Faktor tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Berdasarkan pendapat para ahli, hasil belajar siswa dapat tercapai karena
diperngaruhi oleh dua faktor utama. Potensi yang dimiliki siswa juga didukung
oleh lingkungan yang ada disekitarnya. Kedua faktor tersebut, sama-sama
memiliki pengaruh yang penting dan berkaitan terhadap peningkatan hasil belajar
siswa.
2.1.6 Karakteristik Perkembangan Siswa SD
Ketika berlangsungnya suatu proses pembelajaran tugas guru tidak hanya
menyampaikan materi dan memberikan tugas kepada siswanya saja. Selain itu,
guru juga harus memperhatikan dan memahami karakteristik siswanya. Siswa SD
lebih suka bermain dan tidak bisa dipaksa untuk mempelajari suatu konsep atau
mata pelajaran yang memaksa siswa untuk menalar segala sesuatu yang ada
disekitarnya. Ketika berlangsungnya proses pembelajaran, guru juga harus bisa
menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan memadukan kemampuan
30
kognitif siswa dengan aspek-aspek lain. Usia anak SD biasanya antara 6-12 tahun.
Menurut Piaget dalam Riffa’i dan Anni (2012: 34-5) anak usia SD termasuk
kedalam tahap praoperasional dan operasional kongkrit.
Pada tahap praoperasional yaitu usia (2-7 tahun) pada tahap ini pemikiran
anak lebih bersifat simbolis, egosentris dan intuitif. Usia tahap pemikiran simbolis
(2-4 tahun) dan usia tahap intuitif yaitu (4-7 tahun). Siswa SD termasuk dalam
golongan berfikir pda tahap intuitif, karena pada tahap ini siswa mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.
Tahap operasional konkrit yaitu usia (7-11 tahun) pada tahap ini siswa
mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda
konkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif , tetapi hanya pada
situasi konkrit dan kemampuan anak untuk menggolong-golongkan sudah ada
namun belum bisa memecahkan masalah abstrak.
Siswa kelas IV SD termasuk dalam tahap praoperasional konkrit karena
siswa berusia 9-10 tahun. Desmita (2012: 35) menjelaskan bahwa karakteristik
anak usia SD lebih senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan
senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Pada kesempatan ini
guru dapat mengkreasikan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tahap
perkembangan siswa. Yaitu model pembelajaran yang mengandung unsur
permainan, sehingga suasana pembelajaran lebih hidup. Selain itu guru juga dapat
mengaktifkan siswa dengan mengusahakan siswa berpindah atau bergerak,
bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat
secara langsung dalam pembelajaran. Maka dari itu, ketika menggunakan suatu
31
model pembelajaran guru harus menyesuaikan dengan materi dan perkembangan
siswa sesuai dengan usianya.
2.1.7 Hakikat Pembelajaran PKn di SD
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ,
mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter seperti yang ada pada Pancasila dan UUD 1945. Susanto (2015: 225)
berpendapat bahwa PKn adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai tempat
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia. PKn merupakan mata pelajaran yang lebih
mengkhususkan untuk membentuk watak dan karakter siswa sesuai dengan
budaya atau ciri bangsa Indonesia.
Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga
negara yang baik. Mulyasa dalam Ruminiati (2007:13) menyatakan bahwa tujuan
mata pelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa, (1) Mampu berfikir kritis,
rasional, dan kreatif dalam menghadapi persoalan hidup maupun isu
kewarganegaraan di negaranya, (2) Mau berpartisipasi dalam segala bidang
kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara
cerdasa dalam semua bidang kegiatan, (3) Bisa berkembang secara positif dan
demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan
mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dengan baik.
32
Pentingnya PKn diajarkan di SD ialah agar siswa sejak dini dapat
memahami dan dapat melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter seperti yang telah
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945, dan memamhami nilai-nilai
kedisiplinan, kejujuran, serta sikap yang baik terhadap sesamanya, lawan
jenisnya, maupun terhadap orang yang lebih tua (Susanto, 2015: 233-4). Alasan
PKn harus diajarkan mulai dari tingkat SD karena usia siswa SD yang haus akan
ilmu pengetahuan, sangat penting dan tepat untuk memberikan konsep dasar
tentang wawasan Nusantara dan perilaku yang demokratis secara benar dan
terarah, apabila dalam penyampaian materi kepada siswa ada yang salah maka
akan berdampak pada pola pikir dan perilaku pribadi yang memengaruhi pada
jenjang selanjutnya dalam kehidupan di masyarakat. Materi PKn yang diajarkan
di SD sudah disesuaikan dengan tahap perkembangan siswanya.
Menurut Mulyasa dalam Ruminiati (2007: 1.27) ruang lingkup PKn SD
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
(1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap postif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan
keadilan.
(2) Norma, Hukum, dan Peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib disekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan
33
daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
hukum dan peradilan nasional, dan hukum peradilan nasional.
(3) Hak Asasi Manusia (HAM), meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,
kemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
(4) Kebutuhan Warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
kedudukan warga negara.
(5) Konstitusi Negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
(6) Kekuasaan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintah daerah dan otonomi pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
(7) Kedudukan Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,
pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila
sebagai ideologi terbuka.
(8) Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
34
Melalui perkembangan PKn di SD, guru dapat menanamkan nilai-nilai
kebangsaan kepada siswa. Kemudian akan muncul dalam diri siswa rasa cinta
tanah air dan siswa dapat memahami hak dan serta kewajibannya sebagai warga
negara Indonesia.
2.1.8 Materi Globalisasi
Globalisasi merupakan salah satu materi pada mata pelajaran PKn di kelas
IV. Pada materi globalisasi akan dijelaskan tentang pengertian globalisasi,
pengaruh globalisasi, serta dampak positif dan negatif globalisasi.
2.1.8.1 Pengertian Globalisasi
Kata “globalisasi” diambil dari kata globe yang artinya bola bumi tiruan
atau dunia tiruan. Kemudian, kata globe menjadi global, yang berarti universal
atau keseluruhan yang saling berkaitan. Jadi, globalisasi adalah proses
menyatunya warga dunia secara umum dan menyeluruh menjadi sekelompok
masyarakat.
Menurut perkembangan sejarah kehidupan manusia, sejak zaman
prasejarah sampai sekarang, terjadi perubahan yang berlangsung secara bertahap
dan berkesinambungan. Manusia pada zaman purba memanfaatkan kekayaan alam
yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Alam dimanfaatkan
semaksimal mungkin sebagai peralatan, perkakas, dan sumber makanan. Tanah,
batu, tumbuhan, dan hewan adalah kebutuhan utama yang diambil dari alam.
Sekarang semua itu sudah berbeda, dengan adanya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang pesat, terciptalah alat transportasi dan komunikasi.
Perkembangan tersebut memungkinkan manusia dapat berhubungan satu sama
lain walaupun jaraknya sangat jauh.
35
Globalisasi dalam masyarakat ditandai adanya hal-hal berikut. Perubahan
akibat globalisasi dapat kita saksikan saat ini meliputi beberapa jenis, yaitu:
(1) Makanan
Ditandai dengan berbagai jenis makanan instan. Instan artinya cepat saji.
Masyarakat dapat menikmati tanpa harus susah payah membuat dan
memasaknya. Tapi bahayanya adalah zat kimia yang ada di dalamnya, seperti
zat pengawet, pewarna, dan perasa.
(2) Pakaian
Masyarakat di negara berkembang biasanya suka meniru perkembangan
model dari negara maju, sehingga mendorong industri pakaian berkembang
pesat.
(3) Perilaku
Berupa pudarnya budaya gotong royong. Pudarnya budaya gotong royong
sangat terlihat pada masyarakat di perkotaan. Masyarakat lebih sibuk dengan
urusannya sendiri-sendiri.
(4) Gaya hidup
Gencarnya iklan memengaruhi keinginan masyarakat untuk memiliki suatu
barang mutakhir. Orang berlomba-lomba memiliki barang guna
meningkatkan gengsi.
2.1.8.2 Dampak Globalisasi
Globalisasi, sebagai akibat dari kemajuan IPTEK, memberikan manfaat
yang begitu besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Ini berarti bahwa
globalisasi memberikan dampak positif bagi umat manusia. Sebagai contoh,
36
mudahnya masyarakat memperoleh informasi maka masyarakat memiliki
wawasan yang lebih luas. Dengan adanya alat transportasi, semua kegiatan di
daerah menjadi berjalan. Bayangkan lagi jika informasi sulit masuk ke daerah
kita, betapa tertinggalnya daerah kita. Sekolahpun akan tertinggal karena
informasinya jauh tertinggal dari daerah lain.
Dampak positif dari globalisasi dapat dirinci sebagai berikut: (1)
Kemajuan di bidang komunikasi dan transportasi, (2) meningkatnya
perekonomian masyarakat dalam suatu negara, (3) meluasnya pasar untuk produk
dalam negeri, (4) dapat memperoleh lebih banyak model dan teknologi yang lebih
baik, (5) menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
Selain memiliki dampak positif, globalisasi juga memiliki dampak negatif.
Masuknya informasi dengan mudah melalui berbagai media cetak dan elektronik
dari luar tidak dapat dibendung dengan mudah. Kebiasaan budaya Barat yang
tidak sesuai dengan bangsa Timur dapat memengaruhi kejiwaan generasi bangsa
Indonesia. Untuk itu diperlukan penyaring (filter) dalam menerima segala bentuk
arus globalisasi.
Dampak negatif dari globalisasi dapat dirinci sebagai berikut: (1) orang
menjadi sangat individualis, (2) masuknya budaya asing tidak sesuai dengan
budaya bangsa, (3) budaya konsumtif, (4) sarana hiburan yang melalaikan dan
membuat malas, (5) budaya permisif, (6) menurunnya ikatan rohani.
Pemberian materi globalisasi memiliki pengaruh yang baik terhadap siswa.
Siswa dapat menyeleksi dampak dari globalisasi yang baik dan buruk terhadap
dirinya, kemudian siswa dapat mengetahui bagaimana cara yang dapat dilakukan
37
untuk menghadapi dampak dari globalisasi. Sehingga siswa sendiri dapat
mengetahui apa makna dari globalisasi yang sebenarnya.
2.1.9 Model Pembelajaran
Aunnurrahman (2014: 146) mendefinisikan model pembelajaran adalah
suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Sedangkan
menurut Joyce dan weil dalam Rusman (2012: 133) model pembelajaran
merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lainnya. Model
pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan
kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas
(Suprijono, 2013: 46).
Berdasarkan beberapa definisi pengertian model pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola yang sudah
direcanakan secara sistematis untuk mengorganisasikan proses belajar siswa serta
menjadi pegangan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Arends dalam
Suprijono (2013: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran mengacu ada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model-model pembelajaran dikembangkan
38
utamanya beranjak dari adanya perbedaan yang berkaitan dengan berbagai
karakteristik siswa.
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga model
pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung
harus disesuaikan dengan karakteristik siswanya. Selain dari pertimbangan
perbedaan tersebut model pembelajaran juga bertujuan untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa agar lebih menyukai mata pelajaran yang diajarkan
sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.
2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan menciptakan
pembelajaran yang berkesan bagi siswa. Pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin dan diarahkan oleh guru (Suprijono, 2013: 54). Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, yaitu dimana guru
sudah mempersiapkan tugas-tugas dan pertanyaan serta bahan-bahan dan
informasi yang telah dirancang untuk membantu peserta didik dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
Menurut Roger, dkk (1992) dalam Huda (2013: 29) menyatakan sebagai
berikut:
Cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of other.
39
Definisi tersebut dikemukakan oleh Huda bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar harus
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Sampai saat ini, pembelajaran kooperatif dipercaya sebagai pembelajaran
yang efektif bagi semua siswa, pembelajaran yang menjadi bagian integratif bagi
perubahan paradigma sekolah, dan pembelajaran yang mampu mendorong
terwujudnya interaksi dan kerjasama yang sehat antar guru-guru yang terbiasa
bekerja secara terpisah dengan orang lain (Huda, 2013: 59). Berdasarkan pendapat
tersebut pembelajaran kooperatif yang efektif diterapkan bagi semua siswa dapat
menciptakan suasana ruang kelas yang terbuka, karena pembelajaran ini mampu
membangun keberagaman dan mendorong koneksi antar siswa.
Johnson, dkk dalam Huda (2013: 66-7) menyatakan bahwa pentingnya
pembelajaran kooperatif di ruang kelas sebenarnya sudah ditekankan dalam
penelitian masa lalu. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mendapatkan hasil sebagai berikut:
Pertama, hasil pembelajaran yang lebih tinggi. Hasil ini meliputi
produktivitas belajar, daya ingat yang lebih lama, motivasi intrinsik yang lebih
besar, motivasi berprestasi yang semakin tinggi, kedisiplinan yang lebih stabil,
dan berpikir lebih kritis. Kedua, relasi antar siswa yang lebih positif. Meliputi
ketrampilan kerjasama yang baik, kepedulian terhadap orang lain yang semakin
meningkat, dukungan sosial dan akademik yang semakin besar, dan sikap toleran
40
akan perbedaan. Ketiga, kesehatan psikologis yang lebih stabil. Meliputi
penyesuaian psikologis, perkembangan sosial, kekuatan ego, kompetensi sosial,
harga diri, identitas diri, dan kemampuan mengahadapi kesulitan dan tekanan.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, dapat dibedakan pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran lainnya. Bahwa dalam pembelajaran kooperatif
siswa lebih ditekankan untuk bekerja kelompok untuk mengarahkan kemampuan
yang dimilikinya, seperti kemampuan fisik, mental dan emosionalnya untuk
menyelesaikan suatu permasalah bersama.
2.1.11 Model Pembelajaran MAM
Model pembelajaran MAM dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Model pembelajaran MAM bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan
tingkatan kelas. Menurut Huda (2014: 251), tujuan model pembelajaran MAM
antara lain: (1) pendalaman materi, (2) penggalian materi, (3) edutainment.
Model pembelajaran MAM memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
yaitu: (1) dapat meningkatan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun
fisik, (2) menyenangkan karena ada permainan, (3) meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, (4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi,
(5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu (Huda, 2013: 253).
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran MAM juga memiliki
beberapa kekurangan, diantaranya sebagai berikut: (1) jika tidak dipersiapkan
dengan baik, maka akan banyak waktu yang terbuang, (2) pada awal penerapan,
banyak siswa yang malu berpasangan dengan lawan jenis, (3) jika guru tidak
41
mengarahkan dengan baik, maka akan banyak siswa yang kurang memperhatikan
pada saat presentasi berpasangan, (4) guru harus hati-hati dan bijaksana dalam
memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, (5) jika digunakan
terus menerus menimbulkan kebosanan (Huda, 2013: 253-4).
Sama juga dengan penerapan model ICM, penerapan model pembelajaran
MAM juga memerlukan persiapan khusus yang harus dilakukan guru. Guru juga
harus memahami langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran MAM. Berikut langkah-langkahnya:
(1) guru menyiapkan kartu berisi beberapa topik yang cocok untuk sesi review
(persiapan menjelang tes atau ujian), (2) pembagian kelas menjadi dua kelompok,
(3) pengkondisian kelas untuk bermain mencari pasangan, (4) penjelasan aturan
main dalam MAM, (5) pembagian kartu pertanyaan dan jawaban, (6) siswa
mencari pasangan dan bergabung dengan 2 atau 3 teman yang cocok dengan
kartunya, (7) siswa mempresentasikan hasil perjodohannya (Huda, 2013: 135).
2.1.12 Model Pembelajaran ICM
Model pembelajaran ICM memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu:
(1) menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar, (2) materi
pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, (3) menciptakan
suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, (4) mampu meningkatkan hasil
belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, (5) penilaian dilakukan bersama-
sama yaitu guru dan siswa.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran ICM juga memiliki
beberapa kekurangan diantaranya yaitu: (1) membutuhkan waktu yang lama bagi
42
siswa untuk menyelesaikan tugas dan presentasi, (2) guru harus meluangkan
waktu yang lebih lama untuk membuat persiapan, (3) menuntut siswa untuk
bekerjasama dalam menyesaikan masalah.
Penerapan model pembelajaran ICM memerlukan persiapan khusus yang
harus dilakukan guru. Guru juga harus memahami langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran ICM. Berikut langkah-langkahnya: (1)
buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam
kelas, (2) bagilah kertas menjadi dua bagian yang sama, (3) pada separuh bagian,
tulis pertanyaan dan tentang materi yang akan disampaikan (setiap kertas berisi
satu pertanyaan), (4) pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang telah dibuat, (5) kocoklah semua kertas sehingga tercampur
antara soal dan jawaban. (6) setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini
adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan
soal dan separuhnya lagi akan mendapat jawaban, (7) mintalah kepada siswa
untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan,
segeralah duduk berdekatan. Jelaskan juga agar siswa tidak memberi tahu materi
yang telah dapatkan ke siswa yang lain, (8) setelah semua siswa menemukan
pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara
bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-
temannya yang lain dan soal dijawab oleh pasangannya, (9) akhiri proses ini
dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan (Arifin, 2012: 73).
43
2.1.13 Persamaan dan Perbedaan Model Pembelajaran MAM dan ICM
Model pembelajaran MAM merupakan model pembelajaran menggunakan
kartu yang berisi topik. Teknis pelaksanaanya yaitu siswa harus mencari pasangan
dan bergabung dengan 2 atau 3 teman lain yang sesuai dengan kartu yang
dipegangnya. Sedangkan model pembelajaran ICM merupakan model
pembelajaran varian dari diskusi kelompok. Teknik pelaksanaannya yaitu siswa
harus berpasangan dengan temannya. Kedua model tersebut merupakan tipe dari
model pembelajaran kooperatif. Model MAM dan ICM memiliki persamaan
dengan menggunakan kartu sebagai media untuk membagi kelompok dan
menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Perbedaannya yaitu pada model MAM siswa mengerjakan soal
secara berkelompok, sedangkan pada model pembelajaran ICM siswa
mengerjakan soal secara berpasangan.
Model pembelajaran MAM dan ICM juga cocok diterapkan pada siswa dari
berbagai jenjang dan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk PKn. Terdapat
banyak penelitian yang membuktikan bahwa model pembelajaran MAM dan ICM
efektif baik terhadap aktivitas, motivasi, maupun hasil belajar PKn siswa. Akan
tetapi belum diketahui model pembelajaran manakah yang lebih efektif diantara
keduanya. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran MAM dan ICM juga
memiliki perbedaan.
44
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan model
pembelajaran MAM dan ICM dapat menciptakan motivasi dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian antara lain sebagai berikut:
Mustolikh (2010) dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam
jurnal penelitiannya dengan judul “ The Improvement of Student’ Understanding
about Sociology Materials by Using Index Card Match Strategy”. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pemahaman semester II kelas A siswa pendidikan
Geografi tentang bahan Sosiologi dapat ditingkatkan dengan menggunakan “Kartu
Indeks Pertandingan”.
Septiwi Hadi Lubis (2013) dari Universitas Medan dalam jurnal
penelitiannya dengan judul “Improving the Students’ Reading Comprehension
Achievement in Descriptive Text by Using Index Card Match Strategy”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi Pertandingan kartu Indeks
berhasil karena kriteria keberhasilan yang dicapai. Hasil lembar observasi dan
lembar kuesioner menunjukkan bahwa siswa yang aktif terlibat di dalam kelas.
Rahma Tri Handayani (2014) dari Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta dalam jurnal penelitiannya dengan judul “Peningkatan
Motivasi Belajar PKn melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match bagi
Siswa Kelas IV di MI Yakti Purwasari Kec. Tegalrejo Kab. Magelang”. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar. Sebelum guru
menerapkan model pembelajaran ICM, motivasi belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran berjumlah 33,5%. Motivasi belajar tersebut meningkat dengan
45
mencapai jumlah 80% setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan model ICM.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ICM dapat
meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas IV MI Yakti Purwasari Kec.
Tegalrejo Kab.Magelang.
Sri Wahyuningsih (2014) dari Universitas Kristen Satya Wacana dalam
jurnal penelitiannya dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe
Index Card Match Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII MTs N Salatiga”. Penelitian dilakukan terhadap 34 siswa kelas
VIIC MTs N Salatiga tahun pelajaran 2013/2014 pada pembelajaran matematika.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar.
Sebelum guru menerapkan model pembelajaran ICM, motivasi dan hasil belajar
siswa dalam mengikuti pembelajaran berjumlah 50%. Motivasi belajar tersebut
meningkat menjadi 96,82% dan hasil belajar meningkat menjadi 78,82% setelah
dilaksanakannya pembelajaran dengan model ICM. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran ICM dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs N Salatiga.
Penelitian dilakukan oleh Muhammad Fathurrahman (2013) dari
Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam jurnal penelitiannya dengan judul
“Penggunaan Metode Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PKn
Kelas IV SD Negeri Jetiskarangpung 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian
dilakukan terhadap 20 siswa kelas IV SD Negeri Jetiskarangpung 2 pada
pembelajaran PKn. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi
46
belajar. Sebelum guru menerapkan model pembelajaran MAM, motivasi belajar
siswa dalam mengikuti pembelajaran berjumlah 40%. Motivasi belajar tersebut
meningkat dengan mencapai jumlah 85% setelah dilaksanakannya pembelajaran
dengan model MAM. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran MAM dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas IV SD
Negeri Jetiskarangpung 2.
Penelitian dilakukan oleh Sunardi (2014) dari Universitas Muhammadiyah
Surakarta dalam jurnal penelitiannya dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi
Belajar PKn Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match
pada Kelas IV SDN 3 Sambirejo Kecamatan Wirosaro Tahun Ajaran 2013/2014”.
Penelitian dilakukan terhadap 40 siswa kelas IV SDN 3 Sambirejo pada
pembelajaran PKn. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi
belajar. Sebelum guru menerapkan model pembelajaran MAM, motivasi belajar
siswa dalam mengikuti pembelajaran berjumlah 27%. Motivasi belajar tersebut
meningkat dengan mencapai jumlah 77,5% setelah dilaksanakannya pembelajaran
dengan model MAM. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pebelajaran MAM dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas IV SDN
3 Sambirejo.
Penelitian dilakukan oleh Sya’ban Istiqomah (2011) dari Universitas
Sebelas Maret dalam jurnal penelitiannya dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan
Ketenagakerjaan pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010”. Penelitian dilakukan terhadap 37 siswa kelas VIII-B
47
SMP Negeri 16 Surakarta pada mata pelajaran IPS geografi. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar. Sebelum guru
menerapkan model pembelajaran MAM motivasi belajar siswa berjumlah 64,86%
dan hasil belajar siswa baru mencapai 62,16%. Motivasi belajar tersebut
meningkatkan dengan mencapai jumlah 89,19% dan hasil belajar meningkat
mencapai 89,18% setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan model MAM.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran MAM dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 13
Surakarta.
Penelitian dilakukan oleh Rois Amrullah Akbar, dkk (2014) dari
Universitas Jember dalam jurnal penelitiannya dengan judul “Pengaruh Penerapan
Strategi Pembelajaran Index Card Match dengan Media Gambar Tehadap
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Muncar
Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran Index Card Match (ICM) memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
MAM dan ICM dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn siswa di kelas
IV SD. Kedua model efektif untuk menumbuhkan motivasi dan meningkatkan
hasil belajar siswa, penelitian ini merupakan penelitian baru yang akan
membandingkan keefektifan penerapan model pembelajaran MAM dan ICM
terhadap motivasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD. Hasil belajar dalam
penelitian ini hanya meliputi hasil kognitif saja. Adapun materi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah Globalisasi.
48
2.3 Kerangka Berpikir
PKn merupakan mata pelajaran yang mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Oleh sebab
itu, guna mewujudkan hal tersebut maka perlu dilaksanakannya pembelajaran
PKn mulai dari jenjang sekolah tingkat dasar. Pelaksanaan pembelajaran PKn di
SD sebaiknya dilakukan dengan baik, karena sekolah dasar merupakan jenjang
pendidikan formal yang paling dasar yang bertujuan untuk membentuk manusia
seutuhnya. Pada pembelajaran PKn di kelas IV SD Tembok Luwung 01, guru
masih sering menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah,
tanya jawab dan penugasan. Proses pembelajaran yang berlangsung masih
berpusat pada guru. Apabila model pembelajaran berlangsung secara terus
menerus tanpa ada variasi model pembelajaran yang lainnya, maka akan
menjadikan pembelajaran kurang menyenangkan bagi siswa dan kurang efektif.
Siswa akan lebih cepat bosan dan cenderung pasif, sehingga pembelajaran kurang
bermakna bagi siswa. Pembelajaran seperti ini akan menyebabkan rendahnya
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Berdasarkan permasalahan diatas, perlu adanya suatu strategi dan
pendekatan pembelajaran khusus dalam pembelajaran PKn. Salah satunya yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran MAM dan ICM. Kedua model
pembelajaran kooperatif tersebut masing-masing memiliki keunggulan. Salah
satunya yaitu dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Akan tetapi
belum ada penelitian maupun teori yang menunjukkan bahwa salah satu model
49
merupakan yang paling efektif digunakan dalam pembelajaran PKn SD. Dari
uraian yang telah dijelaskan, dapat digambarkan alur pemikiran dalam penelitian
yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Siswa
Model konvensional
Model pembelajaran yang paling efektif
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa
Adanya perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa belajar
Model ICMModelMAM
Pretest Pretest Pretest
Kelas Experimen 1 Kelas Experimen 2 Kelas Kontrol
PosttestPosttestPosttest
50
H01 tidak ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional
H0 : µ1 = µ2
Ha1 ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat model
pembelajaran dengan model konvensional
Ha : μ1 ≠ μ2
H02 tidak ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model ICM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional
H0 : µ1 = µ2
Ha2 ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model ICM dan siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model konvensional
Ha : μ1 ≠ μ2
H03 tidak ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model ICM
H0: µ1 = µ2
Ha3 ada perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model MAM da siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model ICM
51
H0 : μ1 ≠ μ2
H04 tidak ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional
H0 : µ1 = µ2
Ha4 ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model konvensional
Ha : μ1 ≠ μ2
H05 tidak ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model ICM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional
H0 : µ1 = µ2
Ha5 ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model ICM dan siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model konvensional
Ha : μ1 ≠ μ2
H06 tidak ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model ICM
H0 : µ1 = µ2
52
Ha6 ada perbedaan hasil belajar PKn kelas IV antara siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model MAM dan siswa yang mendapat pembelajaran
dengan model ICM
Ha : μ1 ≠ μ2
H07 penerapan model pembelajaran MAM tidak lebih efektif terhadap motivasi
belajar PKn siswa kelas IV
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha7 penerapan model pembelajaran MAM efektif terhadap motivasi belajar
PKn siswa kelas IV
Ha : µ1 > µ2
H08 penerapan model pembelajaran ICM tidak lebih efektif terhadap motivasi
belajar PKn siswa kelas IV
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha8 penerapan model pembelajaran ICM efektif terhadap motivasi belajar PKn
siswa kelas IV
Ha : µ1 > µ2
H09 penerapan model pembelajaran MAM tidak lebih efektif dari ICM terhadap
motivasi belajar PKn siswa kelas IV
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha9 penerapan model pembelajaran MAM lebih efektif dari ICM terhadap
motivasi belajar PKn siswa kelas IV
Ha : µ1 > µ2
53
H010 penerapan model pembelajaran MAM tidak lebih efektif terhadap hasil
belajar PKn siswa kelas IV
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha10 penerapan model pembelajaran MAM efektif terhadap hasil belajar PKn
siswa kelas IV
Ha : µ1 > µ2
H011 penarapan model pembelajaran ICM tidak efektif terhadap hasil belajar
PKn siswa kelas IV
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha11 penerapan model pembelajaran ICM efektif terhadap hasil belajar PKn
siswa kelas IV
Ha : µ1 > µ2
H012 penerapan model pembelajaran MAM tidak lebih efektif dari ICM terhadap
hasil belajar PKn siswa kelas IV
H0 : μ1 ≤ μ2
Ha12 penerapan model pembelajaran MAM lebih efektif dari ICM terhadap hasil
belajar PKn siswa kelas IV
Ha : µ1 > µ2
163
BAB 5
PENUTUP
Penutup merupakan kajian kelima dalam penelitian. Bagian penutup
memuat simpulan dan saran. Penjelasan mengenai simpulan dan saran, akan
diuraikan sebagai berikut ini.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan dan
pembahasan pada pembelajaran PKn materi Globalisasi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperetif tipe MAM dan ICM pada siswa kelas IV SD
Negeri Tembokluwung 01, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:
(1) Terdapat perbedaan motivasi belajar PKn kelas IV SD materi Globalisasi
antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model MAM, ICM, dan
konvensional. Motivasi belajar belajar PKn siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model MAM lebih tinggi dibanding motivasi belajar
PKn siswa yang mendapat pembelajaran dengan model ICM maupun
konvensional. Sedangkan motivasi belajar PKn siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model ICM lebih tinggi dibanding motivasi belajar
PKn siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional.
(2) Terdapat perbedaan hasil belajar PKn kelas IV SD pada materi Globalisasi
antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model MAM, ICM, dan
konvensional. Hasil belajar PKn siswa yang mendapat pembelajaran
164
dengan model MAM lebih tinggi dibanding hasil belajar PKn siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model ICM maupun konvensional.
Sedangkan hasil belajar PKn siswa yang mendapat pembelajaran dengan
model ICM lebih tinggi dibanding hasil belajar PKn siswa yang mendapat
pembelajaran dengan model konvensional.
(3) Penerapan model pembelajaran MAM dan ICM efektif terhadap motivasi
belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01 materi
Globalisasi. Adapun model pembelajaran MAM lebih efektif terhadap
motivasi belajar PKn siswa dibanding dengan model pembelajaran ICM.
(4) Penerapan model pembelajaran MAM dan ICM efektif terhadap hasil
belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri tembokluwung 01 materi
Globalisasi. Adapun model pembelajaran MAM lebih efektif terhadap
hasil belajar PKn siswa disbanding dengan model pembelajaran ICM.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, model pembelajaran
kooperatif MAM dan ICM, terbukti efektif terhadap motivasi dan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Tembokluwung 01 pada pembelajaran PKn materi
Globalisasi. Guna memeroleh pembelajaran yang lebih baik lagi, peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Guru
(1) Guru hendaknya selalu berusaha melakukan inovasi untuk memilih dan
mempertimbangkan model pembelajaran yang hendak diterapkan.
165
Berdasarkan karakteristik siswa SD khususnya kelas IV yang masih dalam
tahap operasional konkret. Guru hendaknya menerapkan pembelajaran
yang mengandung unsur permainan dan adanya interaksi antar siswa.
Contohnya yaitu model pembelajaran MAM dan ICM. Kedua pembelajaran
ini efektif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa, tetapi model
pembelajaran MAM lebih efektif dibanding model pembelajaran ICM.
(2) Guru hendaknya menumbuhkan rasa berani dan percaya diri siswa untuk
dapat menyampaikan pertanyaan, jawaban, maupun pendapat pada
pelaksanaan model pembelajaran MAM. Cara yang bisa dilakukan guru,
misalnya melatih siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas atau memberi hadiah bagi siswa yang berani bertanya, menjawab,
maupun mengemukakan pendapat. Jika kegiatan ini dilakukan oleh guru,
maka siswa akan lebih antusias dalam pelaksanaan pembelajaran.
(3) Guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
dengan membangkitkan semangat siswa, misalnya menyampaikan materi
dengan lagu-lagu atau yel-yel sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif
dalam mengembangkan pengetahuannya. Guru juga hendaknya
menjelaskan tata cara dan aturan dalam pelaksanaan suatu model
pembelajaran. Guru juga harus membimbing siswa agar waktu yang
digunakan efisien. Ketika jam pelajaran kosong, guru sebaiknya
memberikan tugas ketika tidak bisa masuk kelas agar suasana kelas lebih
kondusif dan tidak gaduh.
166
5.2.2 Bagi Siswa
Siswa hendaknya memperhatikan dengan baik ketika guru menjelaskan
materi dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. Siswa harus bisa berlatih
bersosialisasi dan bekerjasama dengan siswa lain, sehingga dapat menciptkan
keakraban antar siswa. Siswa juga harus memiliki semangat dan rasa percaya diri
yang tinggi, misalnya berani menyampaikan pendapat atau presentasi di depan
kelas.
5.2.3 Bagi Sekolah
(1) Sekolah harus menerapkan kedisiplinan yang dapat dilakukan dengan
melakukan kebiasaan-kebiasaan baik. Misalnya membiasakan siswa untuk
berbaris di depan kelas ketika akan masuk kelas pada jam pertama.
Dengan demikian siswa akan terbiasa untuk berangkat sekolah tepat
waktu. Selain itu hal yang dapat dilakukan adalah menerapkan pola hidup
sehat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah misalnya, membuang
sampah pada tempatnya dan membersihkan kelas setiap hari sesuai dengan
jadwal piket yang ada.
(2) Sekolah hendaknya menambah buku referensi tentang model-model
pembelajaran. Sekolajuga dapat memotivasi dan memberi kesempatan
guru untuk mengikuti kegiatan-kegiatan workshop, seminar, maupun
pelatihan mengenai model pembelajaran kooperatif.
5.2.4 Dinas Terkait
Bagi dinas terkait, khususnya Dinas Pendidikan Kecamatan Adiwerna
disarankan untuk mengadakan seminar pendidikan, diklat, atau sosialisasi
167
mengenai macam-macam model pembelajaran kooperatif yang ditujukan kepada
para guru kelas untuk membantu memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu,
Dinas Pendidikan Kecamatan Adiwerna juga disarankan untuk melakukan
pengawasan secara berkala terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru di
kelas, serta memfasilitasi sekolah dengan alat peraga pendidikan yang dapat
digunakan sebagai media pembelajaran untuk mendukung kegiatan guru dalam
proses pembelajaran.
168
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Rois Amrullah. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Index Card Match (ICM) dengan Media Gambar terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Biologi (Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Muncar Tahun Ajaran 2013/2014).http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/64059/
ROIS%20AMRULLAH%20AKBAR.pdf?sequence=1. Diakses 27 Januari
2016.
Arifin, Zainal dan Adhi Setiawan. 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ICT. Yogyakarta: Skripta Media Creative.
. 2014. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
. 2013. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Besral. 2010. Pengolahan dan Analisis Data. Jakarta: FKM UI. Online.
http://www.spssindonesia.com/2014/02/download-ebook-spss-gratis.html.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2016.
Bestari, Prayoga dan Ati Sumiati. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan:Menjadi Warga Negara yang Baik. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Darmawan. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Daryanto. 2013. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Fathurrahman, Muhammad. 2013. Penggunaan Metode Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PKn Kelas IV SD Negeri Jetiskarangpung 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
Online. http://eprints.ums.ac.id/23593/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses 22 Desember
2015.
169
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Managemen. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayani, Rahma Tri. 2014. Peningkatan Motivasi Belajar PKn melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match bagi Siswa Kelas IV di MI Yakti Purwasari Kec. Tegalrejo Kab. Magelang.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjQ7riahsnKAhVBcI4KHY9lDP0QFggjM
AA&url=http%3A%2F%2Fdigilib.uinsuka.ac.id%2F8083%2F1%2FBAB%
2520I%2C%2520V%2C%2520DAFTAR%2520PUSTAKA.pdf&usg=AFQ
jCNHvivcoDpdMSTrrglJhF14r2i1cTA&bvm=bv.112766941,d.c2E. ne.
Diakses 27 Januari 2016.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Istiqomah, Sya’ban. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan Ketenagakerjaan pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
Online. http://eprints.uns.ac.id/8915/1/204961011201109551.pdf. Diakses 2
Januari 2016.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Index Card Match .
Online. http://www.sekolahdasar.net/2013/10/metode-pembelajaran-index-
card-match.html. Diakses 30 maret 2016.
Lubis, Septiwi Hadi. 2013. Improving the Students’ Reading Comprehension Achievement in Descriptive Text by Using Index Card Match Strategy.
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jelt/article/download/1363/1122.
Diakses 28 April 2016.
Mustolikh, 2010. The Improvement of Student’s Understanding About Sociology Materials by Using Index Card Match Strategy.
Online.http://educareijes.com/the-improvement-of-students-understanding/.
Diakses 28 April 2016.
Pengertian model Make A Match. Online.http://www.kajianpustaka.com/2015/03/model-
pembelajaran-tipe-make-match.html. Diakses tanggal 22 Januari 2016.
170
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 Tentang wajib belajar.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Rifa’i, A. dan C. T. Anni. 2012. PsikologiPendidikan. Semarang: UNNES Press.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat
Jenndral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Sarjan dan Agung Nugroho. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sumiati dan Asra. 2012. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Sunardi. 2014. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar PKn Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match pada Kelas IV SDN 3 Sambirejo Kecamatan Wirosaro Tahun Ajaran 2013/2014.
171
http://eprints.ums.ac.id/32035/9/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses
28 Januari 2016. Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Laerning TEORI&APLIKASI PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta: Prenadamedia Group.
Thoifah, I. 2015. StatistikaPendidikandanMetodePenelitianKuantitatif. Malang:
Madani.
Trihendardi. 2013. Step by Step IBM SPSS 21 Analisis Data Statistik. Yogyakarta:
Andi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang Guru dan
Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta Bumi:
Aksara.
Wahyuningsih, Sri. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Akti f Tipe Index Card Match Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs N Salatiga . Online.
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4972/3/T1_202010023_Ful
l%20text.pdf. Diakses 28 Januari 2016.
Wahyusari, Anita. 2012. Penggunaan Strategi Index Card Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas IV di MI Muhammadiyah Basin Tahun Pelajaran 2012/2013 . Online.
http://eprints.ums.ac.id/21259/13/JURNAL_PUBLIKASI.pdf. Diakses
tanggal 22 Desember 2015.
Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yonny, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Familia.