studi kestabilan tanah permukaan akibat proses pengeringan

2

Click here to load reader

Upload: dangnga

Post on 09-Dec-2016

217 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: studi kestabilan tanah permukaan akibat proses pengeringan

i

STUDI KESTABILAN TANAH PERMUKAAN AKIBAT PROSES PENGERINGAN

( STUDI KASUS KELONGSORAN TANAH PERMUKAAN LERENG, LOKASI DESA MANTING KEC. JATIREJO

KAB. MOJOKERTO, JAWA TIMUR) Nama Mahasiswa : Permadi Purna Putra Irsyan NRP : 3105 100 122 Jurusan : Teknik Sipil Dosen Pembimbing : Ir. Ria Asih Aryani Soemitro, M.Eng Ir. Moesdarjono Soetojo, M.Sc Trihanyndio Rendy S, ST .MT

Abstrak

Pada daerah yang beriklim tropis dengan intensitas hujan tinggi dan daerah yang memiliki lereng dengan permukaan yang mudah menyerap dan meloloskan air ke dalam tanah menyebabkan pula daya dorong air terhadap meterial permukaan lereng, yang bisa menjadi pemicu terjadinya tanah longsor berskala besar. Untuk itu bagaimana hubungan antara hujan dan terjadinya tanah longsor merupakan suatu gejala alam yang sifatnya dapat terjadi secara alamiah untuk mencapai suatu keseimbangan. Musim kemarau yang dalam hal ini juga disebut juga proses pengeringan alami, juga turut andil menyebabkan terjadinya erosi khususnya pada tanah permukaan, proses pengeringan ini menyebabkan perubahan karakteristik parameter tanah pada permukaan lereng.

Antara kondisi lereng, curah hujan serta pengeringan alami pada musim kemarau pada akhirnya menimbulkan keterkaitan. Penelitian ini akan mempelajari mengenai pengaruh pengeringan pada tanah permukaan terhadap parameter-parameter dasar serta kuat geser tanah. Terutama, pengaruh perbedaan derajat kejenuhan (Sr), angka pori (e), kadar air terhadap kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ) pada tanah lanau berpasir di daerah

Page 2: studi kestabilan tanah permukaan akibat proses pengeringan

ii

lereng Desa Manting, Kec. Jatirejo, Mojokerto-Jawa Timur, yang memiliki kadar air inisial rata-rata 39,737% dan derajat kejenuhan rata-rata 82,122%. Proses pengeringan dilakukan dengan mengurangi kadar air benda uji dengan cara di angin-anginkan dari kondisi inisial sampai kondisi kering 100%. Untuk mengukur tegangan air pori negatif, digunakan kertas filter Whaltman dan untuk menentukan parameter kuat geser dilakukan percobaan geser langsung.

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa, proses tiap siklus pengeringan mempengaruhi perubahan parameter tanah, tegangan air pori nagatif dan parameter kuat geser. Ditinjau dari kondisi siklus 1, 3 dan 5, untuk nilai berat volume tanah basah (γt) mengalami penurunan sebesar 5,380%, untuk nilai berat volume tanah kering (γd) juga mengalami penurunan sebanyak 25,401%, untuk nilai berat spesifik butiran padat (Gs) mengalami penurunan sebanyak 1,1%, untuk nilai derajat kejenuhan (Sr) mengalami penurunan sebanyak 79,417%, untuk nilai kohesi (c) mengalami penurunan sebanyak 104,980% dan untuk nilai sudut geser (φ) tanah juga mengalami penurunan sebanyak 48,076%.

Mekanisme keruntuhan lereng menunjukan bahwa penurunan tegangan air pori negatif tanah yang hampir mendekati nol, sehingga tegangan efektif dan parameter kuat geser menjadi turun sampai pada suatu titik dimana terjadi keruntuhan. Untuk mengetahui keruntuhan ini, maka dibuat simulasi pembasahan dan pengeringan pada lereng. Stabilitas lereng dihitung dengan bantuan program plaxis dengan sudut kemiringan 250,450,600,750. Hasil analisa menunjukan bahwa menurunnya ketahanan geser tanah dengan sudut kemiringan lereng yang besar sangat berpengaruh terhadap faktor keamanan lereng (FS) sehingga menyebabkan lereng rawan longsor. Kata kunci : Proses pengeringan, Kadar air, Derajat Kejenuhan, Tegangan air pori negatif tanah, Kohesi, Sudut geser dalam, PLAXIS, Stabilitas lereng, Jatirejo.