studi kasus proses pembelajaran inklusi di tk …eprints.uny.ac.id/43971/1/harum annisatul...
TRANSCRIPT
i
STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI
DI TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI
UMBULHARJO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Harum Annisatul Imamah
NIM 12111244010
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
OKTOBER 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
Bhineka Tunggal Ika (Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 77).
Jika manusia diciptakan hanya 1 ras, 1 warna kulit, bentuk muka sejenis, maka
kehidupan tak akan berwarna. Tidak ada yang salah dengan perbedaan, yang
bermasalah adalah keegoisan kita dalam memandang perbedaan.
Terus bergerak maju, hidup untuk besok bukan kemarin (Penulis).
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi yang saya buat ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibuku yang telah memberikan motivasi, dukungan, serta doa
selama ini
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta
3. Nusa dan Bangsaku
vii
STUDI KASUS PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI
DI TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI
UMBULHARJO YOGYAKARTA
Oleh
Harum Annisatul Imamah
12111244010
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran
inklusi, yang terdiri atas: (1) perencanaan pembelajaran TK inklusi, (2)
pelaksanaan pembelajaran TK inklusi, (3) evaluasi pembelajaran TK inklusi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
studi kasus. Subjek penelitian ini yaitu 1 kepala sekolah, 6 guru, dan 99 peserta
didik. Objek penelitian yang diambil adalah proses pembelajaran TK inklusi.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi deskripsi dan partisipasi,
wawancara terstruktur dan mendalam, serta dokumentasi gambar. Analisis data
menggunakan model alir yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan menarik
kesimpulan atau verifikasi. Keabsahan data diuji menggunakan triangulasi metode
dan teori.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan pembelajaran untuk
ABK dan reguler berdasarkan Kurikulum 2013, PROMES, RPPM, RPPH dan
subtema yang digunakan sama. (2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan
dengan urutan kegiatan pembuka, inti, istirahat, dan penutup. Kegiatan
pembelajaran ABK dan reguler menggunakan metode yang sama, tetapi isi materi
disesuai kebutuhan dan masing-masing anak. Metode yang digunakan yaitu
metode ceramah, pembiasaan, pemberian tugas. Media yang digunakan adalah a)
media visual yaitu gambar dan LKA, b) audio-visual yaitu televisi, serta c) media
lain sesuai kegiatan. (3) Evaluasi perkembangan anak dilakukan di awal dan akhir
semester, a) Evaluasi perkembangan anak di tahun ajaran baru menggunakan tes
sidik jari, yang bertujuan untuk mengetahui bakat, minat, kemampuan, serta
hambatan perkembangan anak, sehingga pada proses pembelajaran sekolah dapat
menyesuaikan dengan masing-masing kebutuhan anak. b) Evaluasi perkembangan
anak di akhir semester menggunakan raport. Raport didapat dari deskripsi tumbuh
kembang dan unjuk kerja anak, yang diambil dengan menggunakan teknik
penilaian hasil karya, catatan anekdot, penugasan, dan observasi. Raport berisikan
deskripsi tumbuh kembang anak dalam proses kegiatan pembelajaran berlangsung
selama satu semester.
Kata kunci: Studi kasus, proses pembelajaran inklusi, TK.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, petunjuk
dan barokahnya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi
Kasus Proses Pembelajaran TK Inklusi Di TK Islam Pelangi Anak Negeri”.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Penulis menyadari penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan banyak terimaksih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan
memfasilitasi penelitian.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan PG-PAUD Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan nasihat, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sugito, MA dan Ibu Arumi Savitri F, S.Psi., M.A selaku dosen
pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi
dan meluangkan waktunya dalam memberikan arahan serta saran untuk
penulisan skripsi.
5. Seluruh dosen PG-PAUD yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengalaman berharga dalam bidang anak usia dini pada penulis dalam
penyelesaian penyusunan skripsi.
6. Kepala sekolah, guru, karyawan dan peserta didik TK Islam Pelangi Anak
Negeri yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peneliti
dalam pengambilan data untuk penyusunan skripsi.
7. Ayah dan ibu yang memberikan dukungan serta doa dalam menyelesaikan
ix
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
MOTTO..........................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................
ABSTRAK......................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Identifikasi Masalah...................................................................................
C. Pembatasan Masalah..................................................................................
D. Rumusan Masalah......................................................................................
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................
F. Manfaat Penelitian.....................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Inklusi
1. Pengertian Pembelajaran Inklusi..........................................................
2. Landasan Pembelajaran Inklusi...........................................................
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Inklusi...................................................
4. Tujuan Pembelajaran Inklusi...............................................................
5. Model Pembelajaran Inklusi................................................................
6. Kurikulum Pendidikan Inklusi.............................................................
7. Komponen Pembelajaran Inklusi.........................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xii
xiii
xiv
1
9
10
10
10
11
12
14
17
18
19
21
27
xi
B. Pembelajaran di TK
1. Pengertian Pembelajaran di TK ..........................................................
2. Model Pembelajaran Anak Usia Dini...................................................
3. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini..................................................
4. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini.................................................
5. Media Pembelajaran Anak Usia Dini...................................................
C. Kerangka Pikir...........................................................................................
D. Pertanyaan Penelitian.................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian................................................................................
B. Subjek dan Objek Penelitian .....................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................
D. Instrumen Penelitian..................................................................................
E. Teknik Analisis Data..................................................................................
F. Uji Keabsahan Data...................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dekripsi Hasil Penelitian
1. Identitas Lembaga...............................................................................
2. Proses Perencanaan Pembelajaran.......................................................
3. Proses Pelaksanaan Pembelajaran.......................................................
4. Proses Evaluasi Pembelajaran.............................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Proses Perencanaan Pembelajaran.......................................................
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran.......................................................
3. Proses Evaluasi Pembelajaran.............................................................
C. Keterbatasan Penelitian..............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
32
34
37
40
42
44
47
49
49
50
52
53
56
57
59
62
67
69
73
76
79
80
81
82
86
xii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Kisi-kisi penelitian observasi.......................................................
Kisi-kisi penelitian wawancara....................................................
Kisi-kisi penelitian dokumentasi.................................................
Reduksi data................................................................................
Panduan observasi........................................................................
Pedoman wawancara....................................................................
Catatan wawancara......................................................................
Panduan dokumentasi..................................................................
Catatan dokumentasi....................................................................
52
52
53
86
95
124
131
136
138
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Gambar 22.
Gambar 23.
Gambar 24.
Gambar 25.
Gambar 26.
Gambar 27.
Gambar 28.
Gambar 29.
Kerangka berfikir....................................................................
Instrumen penelitian ...............................................................
Komponen-komponen analisis data model mataalir...............
Kegiatan pembuka...................................................................
Kegiatan inti............................................................................
Kegiatan penutup....................................................................
Pembiasaan kemandirian........................................................
Penggunaan media audio-visual yaitu televisi.....................
Kegiatan inti menggunakan media lka.................................
Kegiatan pembuka...................................................................
Kegiatan inti............................................................................
Penggunan media lka...........................................................
Kegiatan baca iqra’.................................................................
Kegiatan inti dengan metode bermain.....................................
Penggunaan media puzze........................................................
Abk dan reguler mengerjakan kegiatan yang sama.................
Kegiatan inti dengan media lka...............................................
Kegiatan inti dengan media bongkar pasang...........................
Kegiatan pembuka dengan hafalan surat pendek....................
Kegiatan inti menggunakan lka...............................................
Kegiatan pembuka...................................................................
Kegiatan apersepsi...................................................................
Kegiatan inti guru mendampingi abk......................................
Kegiatan penutup....................................................................
Materi belajar yang disesuaikan kemampuan anak.................
Kegiatan pembuka...................................................................
Terapi abk berupa pendampingan abk.....................................
Ekstra bahasa inggris...............................................................
Kegiatan evaluasi pembelajaran..............................................
47
52
54
116
116
116
116
117
117
117
118
118
118
119
120
120
120
120
120
120
121
122
122
122
122
122
123
123
124
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Surat Ijin Penelitian......................................................................
Pedoman Observasi......................................................................
Catatan Lapangan.........................................................................
Dokumentasi Penelitian...............................................................
Pedoman Wawancara...................................................................
Catatan Wawancara......................................................................
Pedoman Dokumentasi................................................................
Catatan Dokumentasi...................................................................
Reduksi Data................................................................................
86
95
97
116
128
131
137
139
146
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang
memberikan pengasuhan, pelayanan, dan pengajaran kepada anak usia 0-6 tahun.
Pendidikan Anak Usia Dini meliliki tujuan untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki setiap anak. Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia terbagi atas tiga
jalur, yaitu: jalur formal, jalur informal, dan jalur non formal. Jalur formal
meliputi Taman Kanak Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA).
Usia dini dikenal sebagai usia emas (golden age), di mana anak akan
mudah untuk menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala rangsangan
yang diperdengarkan, dilihat, serta diperhatikan. Agar masa keemasan anak dalam
tumbuh dan berkembang secara optimal, maka perlu diupayakan pemberian
pendidikan dan stimulasi yang tepat sejak dini.
Dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD
menjelaskan bahwa tujun terselenggaranya PAUD yaitu untuk melakukan
stimulasi pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani sesuai dengan tingkat perkembangan anak; mengoptimalkan
perkembangan anak secara holistik dan integratif; dan mempersiapkan
pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak.
Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya
dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui
pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak
2
menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal dan
menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator
bagi anak (Hariyanto, 2011: 1). Pada masa usia dini anak mengalami masa
keemasan (the golden years) yang merupakan masa anak mulai peka/sensitif
untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak
berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara
individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis
yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga
merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
motorik, bahasa, sosio-emosional, serta agama dan moral.
Pembelajaran pada anak usia dini adalah kegiatan pembelajaran yang
berorientasi pada anak yang disesuaikan dengan tingkat usia anak. Pengembangan
kurikulum yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman
belajar melalui bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan
materi (konten) dan proses belajar. Potensi yang dikembangan dalam
pembelajaran PAUD meliputi beberapa bidang pengembangan yaitu aspek agama
dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan seni. Setiap
masing masing aspek sangat penting untuk di distimulasi secara tepat dan
maksimal. Pemberian stimulasi yang maksimal diharapkan merangsang
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Anak-anak usia dini terdiri dari beragam latar belakang, karakteristik,
budaya, ekonomi, ras, dan kondisi yang berbeda. Sehingga sudah selayaknnya
3
para orangtua, guru, dan masyarakat sekitar anak memahami realita ini. Setiap
anak memiliki latar belakang kehidupan dan perkembangan yang berbeda-beda,
dan oleh karena itu dimungkinkan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan khusus
serta hambatan belajar yang berbeda-beda pula. Sehingga setiap anak sebenarnya
memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan
kebutuhan dari masing masing anak. Pernyataan tersebut sesuai dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat
1-3 menyatakan bahwa:
“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang
serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus”.
Pendidikan untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) merupakan
inisiatif internasional yang diluncurkan di Jomtien Thailand pada tahun 1990
untuk membawakan manfaat pendidikan pada seluruh warga negara dan seluruh
masyarakat. Perintah ini untuk merealisasikan tujuan, kerjasama seluruh
komponen pemerintahan, kelompok-kelompok masyarakat, pengembangan agen-
agen pendidikan sebagaimana kesepakatan UNESCO dan Bank Dunia untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan (Harsono, 2010: 1). Pendidikan Untuk
Semua merupakan pendidikan yang merata untuk semua lapisan masyarakat;
tanpa membedakan suku, ras, agama, dan golongan. Pembelajaran untuk Semua
wujud pembelajaran yang menyangkut semua usia entah itu dewasa, orang tua
maupun anak-anak yang bertujuan agar lebih mengerti tentang sesuatu.
Pembelajaran untuk Semua yang telah disepakati oleh para Menteri Pendidikan
4
Asia Tenggara pada Deklarasi Bangkok mengakui bahwa salah satu dari wujud
EFA adalah pendidikan inklusi.
Sekolah inklusi merupakan salah satu wadah bagi anak dengan beragam
latar belakang dan kondisi untuk dapat belajar bersama. Muhammad Sugiarmin
(2009: 3) mengatakan pendidikan inklusi yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh
sekolah/kelas dengan melibatkan seluruh peserta didik tanpa kecuali. Pendidikan
untuk Semua meliputi: anak-anak yang memiliki perbedaan bahasa, anak-anak
yang berisiko putus sekolah karena sakit, kekurangan gizi dan tidak berprestasi
dengan baik, anak-anak yang berbeda agama, anak-anak penyandang HIV/AIDS,
dan anak-anak yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah. Mereka dididik dan
diberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan cara yang ramah dan tanpa
diskriminasi.
Sekolah inklusi diadakan dengan tujuan memberikan kesempatan yang
seluas- luasnya, mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekagraman, dan tidak diskriminatif kepada semua peserta didik yang
memiliki perbedaan, sehingga semua anak dapat mendapatkan pendidikan yang
layak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Sekolah inklusi memberikan pelayanan sekolah secara umum yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena tidak semua anak yang ada di sekolah
ini merupakan anak normal. Namun terdapat pula anak yang berkebutuhan
khusus, dimana dalam proses pendampingan dan strategi pembelajaran perlu
dibedakan dengan anak normal lainnya.
5
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak yang berbeda dengan
anak normal lainya, ABK memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya
dengan anak normal. Menurut Zanal Alimin (2010: 2) Anak Berkebutuhan
Khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang
disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara
individual. Keberagaman setiap anak berkaitan erat kaitannya dengan perbedaan
kebutuhan untuk menunjang masa depan, terutama memperoleh pendidikan yang
layak. Sebagai institusi yang bertanggung jawab meregulasi pendidikan,
Kementerian Pendidikan Nasional mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 menjelaskan
bahwa pendidikan inklusi merupakan solusi atas terjadinya diskriminasi bagi
peserta didik yang berkebutuhan khusus agar mampu mengenyam pendidikan
yang layak.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi sebaiknya memperhatikan delapan
komponen, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 70 Tahun 2009 yang berupa peserta didik, kurikulum, tenaga pendidik,
kegitan pembelajaran, penilaian dan sertifikasi, manajemen sekolah, penghargaan
dan sanksi, serta pemberdayaan masyarakat.
Sasaran peserta didik dalam pendidikan inklusi adalah semua peserta didik
yang didalamnya berisi anak berkebutuhan khusus dan reguler. Kurikulum yang
digunakan pada dasarnya menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku
di sekolah umum, namun untuk ABK dimodifikasi sesuai kebutuhannya. Tenaga
pendidik dalam sekolah inklusi meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru
6
pendamping khusus (GPK). GPK adalah guru yang bertugas memberikan layanan
khusus, mendampingi, dan memberikan bimbingan secara berkesinambungan
kepada siswa yang berkelainan, selama mengikuti kegiatan berlangsung. Kegiatan
pembelajaran di sekolah inklusi meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan prinsip-
prinsip yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Kini banyak PAUD yang mulai membuka layanan sekolah inklusi. Hal ini
tentunya menjadi satu kemajuan bagi dunia pendidikan. Dengan adanya sekolah
inklusi, semua anak memiliki kesempatan untuk belajar berinteraksi dengan orang
sekitar tanpa merasa bahwa dirinya berbeda dan mendapatkan stimulasi awal yang
sesuai, sehingga dapat menstimulasi perkembangan anak itu sendiri.
Pada tahun 2012 jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tercatat
mencapai 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak (21,42 persen) berada dalam
rentang usia 5-18 tahun. Dari jumlah tersebut, hanya 85.737 anak berkebutuhan
khusus yang bersekolah. Artinya, masih terdapat 245.027 anak berkebutuhan
khusus yang belum mengenyam pendidikan di sekolah, baik sekolah khusus
ataupun sekolah inklusi (http://edukasi.kompas.com/read/2012/05/07/1503545/
pada 20 April 2016).
Keterbatasan pemahaman guru dan guru pendamping masih menjadi salah
satu kendala dari pendidikan inklusi. Kabid PLB dan Dikdas Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY tahun 2011 menyatakan, jumlah sekolah
inklusi di DIY ada 132 sekolah, dengan jumlah GPK 115 orang, 1 kelas di sekolah
inklusi idealnya ada 2 guru. Untuk mengatasi kekurangan jumlah guru di sekolah
inklusi. Tahun 2014 Dinas Pendidikan Pemuda (Disdikpora) DIY memberikan
7
pelatihan pendidikan inklusi terhadap para guru, hal ini berdasarkan fakta bahwa
guru pedamping di DIY jumlahnya masih terbatas
(://m.harianjogja.com/baca/2014/01/16/guru-di-diy-dilatih-pendidikan-inklusi-
482428: 16 Jaunuari 2014).
Saat ini pendidikan anak usia dini di Yogyakarta yang menerima layanan
pendidikan inklusi masih jarang. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188/661 yang ditetapkan pada tanggal 12
Juni 2014, daftar PAUD penyelenggara pendidikan inklusi di kota Yogyakarta
baru terdapat delapan sekolah, yaitu: PAUD Among Siwi Umbulharjo, PAUD
Bunga Indah 09 Terban Gondokusuman, PAUD Ceria 21 Gedongtengen, PAUD
Tiara Surya Tegalrejo, Paud Among Putro Tegalrejo, TK ABA Nitikan, TK
Pedagogia, dan TK Islam Pelangi Anak Negeri.
TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan salah satu penyedia layanan
Pendidikan Inklusi di Kota Yogayakarta. Sekolah terletak di Jl. Nitikan Baru
Nomor 09, Pandean, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, menerima anak dengan
berbagai latar belakang sosial, kondisi, ekonomi, budaya, ras, dan kemampuan.
Bentuk kegiatan pendidikan inklusi yang diadakan di TK Islam Pelangi Anak
Negeri seperti: ramah lingkungan, mengenal budaya Indonesia, Bahasa Inggris,
stimulasi baca tulis hitung/calistung untuk anak, field trip, kunjungan profesi, dan
lain-lain.
TK Islam Pelangi Anak Negeri membuka layanan belajar inklusi untuk
anak usia 2-7 tahun yaitu TPA (Tempat Penitipan Anak), KB (Kelompok
Bermain), TK (Taman Kanak-kanak), Full Days, dan Pra SD. Dalam setiap kelas
8
belajar berisikan anak dengan keragaman yang berbeda, termasuk ABK. Semua
anak tergabung dalam kelas yang sama, anak dengan kebutuhan khusus juga
bergabung dengan anak lain, dan dibuatkan kegiatan yang sesuai kebutuhannya.
Bentuk inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri yaitu beberapa isi materi
belajar yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak, ketersediaan
GPK dari sekolah, terapi bagi ABK murid baru, fieltrip, kunjungan profesi, dll.
Dalam pelayanan inklusi, GPK bertugas untuk membantu reguler dan ABK ketika
mengalami kesulitan dalam pembelajaran sewaktu kegiatan belajar berlangsung.
GPK di TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan guru tetap TK yang disediakan
oleh sekolah sendiri. GPK di TK Islam Pelangi Anak Negeri belum beratar
belakang dari pendidikan luar biasa.
Kurikulum yang ada dalam sekolah ini menggunakan kurikulum tingkat
satuan pembelajaran (KTSP) anak usia dini dari Dinas Pendidikan yang
disesuaikan dengan perkembangan anak, visi lembaga, dan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada anak yaitu: pembelajaran yang membuka
kesempatan seluas-luasnya untuk bereksplorasi, berpendapat, mengembangkan
diri sesuai perkembangannya, dan belajar dengan ceria.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa TK Islam Pelangi Anak Negeri.
merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi dalam proses
pembelajaran. Dengan menerapkan pembelajaran berpusat pada anak dan
menerapkan progam yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak, maka
penelitian ini membahas tentang “Studi Kasus Proses Pembelajaran Inklusi di
Islam Pelangi Anak Negeri.”.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Keberagaman latar belakang kondisi dan perkembangan anak menyebabkan
adanya kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda-beda.
2. Pada tahun 2012 jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tercatat
mencapai 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak (21,42 persen) berada dalam
rentang usia 5-18 tahun. Dari jumlah tersebut, hanya 85.737 anak
berkebutuhan khusus yang bersekolah. Artinya, masih terdapat 245.027 anak
berkebutuhan khusus yang belum mengenyam pendidikan di sekolah, baik
sekolah khusus ataupun sekolah inklusi.
3. Keterbatasan jumlah Guru Pendamping Khusus (GPK), berdasarkan data
tahun 2011 jumlah sekolah inklusi di DIY ada 132 sekolah, dengan jumlah
GPK 115 orang, 1 kelas di sekolah inklusi idealnya ada 2 guru.
4. Ketersediaan layanan PAUD inklusi di Kota Yogyakarta masih terbatas,
Berdasarkan SK Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Nomor 188/661,
daftar PAUD penyelenggara pendidikan inklusi di kota Yogyakarta baru
terdapat delapan sekolah.
5. Pendekatan pembelajaran belum berpusat pada anak dan progam belajar yang
sesuai kebutuhan anak diterapkan di TK Islam Pelangi Anak Negeri.
6. Guru pendamping khusus di TK Islam Pelangi Anak Negeri belum berlatar
belakang dari PLB.
10
C. Batasan masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan agar penelitian terfokus
pada topik penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka penelitian ini lebih difokuskan pada ‘Studi Kasus Proses
Pembelajaran Inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri’.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
dirumuskan permasalahan “Bagaimana Proses Pembelajaran Inklusi di TK Islam
Pelangi Anak Negeri Umbulharjo Yogyakarta?”.
E. Tujuan penelitian
Sesuai dengan identifikasi dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
di atas, penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui proses perencanaan pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi
Anak Negeri Umbulharjo Yogyakarta.
2. Mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi
Anak Negeri Umbulharjo Yogyakarta.
3. Mengetahui bentuk evaluasi pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak
Negeri Umbulharjo Yogyakarta.
F. Manfaat penelitian
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diharakan memberikan manfaat
yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
11
1. Secara teoritis
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu yang berorientasi
pada pembelajaran inklusi di TK.
b. Mengkaji dan mengetahui lebih dalam tentang proses pembelajaran inklusi
di TK.
c. Menambah khasanah ilmu pengetahuan pendidikan usia dini terutama
terkait penerapan pendidikan inklusi anak usia dini.
2. Secara praktis
a. Kepala sekolah:
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait
pelaksanaan pembelajaran untuk TK lainya.
b. Untuk guru:
Sebagai bahan masukan dalam pengembangan proses pembelajaran di
kelas inklusi.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Inklusi
1. Pengertian Pembelajaran Inklusi
Inklusi memiliki pengertian yang beragam. Inklusi atau sekolah inklusi
bukan nama lain untuk pendidikan kebutuhan khusus. Sekolah inklusi
menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengidentifikasi dan mencoba
memecahkan kesulitan yang muncul di sekolah. Stainback (dalam Budiyanto,
2012: 3) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung
semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan
yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
siswa. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat
diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru
dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi.
Sekolah inklusi menurut Muhammad Sugiarmin (2007: 3), yaitu
pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah/kelas dengan melibatkan seluruh
peserta didik tanpa kecuali. Olsen H (dalam Tarmansyah, 2007: 82) mengatakan
sekolah inklusi harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi
fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik, atau kondisi lainnya yang meliputi:
anak-anak yang memiliki perbedaan bahasa, anak-anak yang beresiko putus
sekolah karena sakit, kekurangan gizi dan tidak berprestasi dengan baik, anak-
anak yang berbeda agama, anak-anak penyandang HIV/AIDS, dan anak-anak
13
yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah, mereka dididik dan diberikan layanan
pendidikan yang sesuai dengan cara yang ramah dan penuh kasih sayang tanpa
diskriminasi.
Sekolah inklusi bukan semata memasukan anak luar biasa/Anak
Berkebutuhan Khusus ke sekolah umum, namun justru berorientasi bagaimana
layanan pendidikan ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan setiap anak
dengan keunikan dan keberagaman yang secara alamiah telah mereka miliki.
Staub dan Peck (Budiyanto, 2012: 4) mengemukakan bahwa pendidikan inklusif
adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara
penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan
tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan
bagaimanapun gradasinya.
Pernyataan Salamanca 1994 dan Kerangka Dakar 1997 (dalam
Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 29) menjelaskan gagasan tentang pentingnya
membangun kesadaran bagi anak berkebutuhan khusus melalui pendidikan
inklusi, dengan upaya memperjuangkan agar mereka yang berada di lingkungan
tertinggal dan mengalami keterbatasan kemampuan mendapatkan pelayanan
pendidikan terbaik.
Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling
efektif untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang
terbuka, membangung suatu masyarakat inklusif dan mencapai pendidikan untuk
semua; lebih dari itu, sekolah inklusif memberikan pendidikan yang efektif
kepada mayoritas anak dalam meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya
14
untuk keseluruhan sistem pendidikan (Sue Stubbs, 2002:19). Prinsip inklusi
mendorong setiap unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran mengusahakan
lingkungan belajar dimana semua siswa dapat belajar secara efektif bersama-
sama. Dengan demikian, tidak ada siswa yang ditolak atau dikeluarkan dari
sekolahnya sebab tidak mampu memenuhi standar akademis yang ditetapkan.
Walaupun, pada sisi yang lain beberapa orang tua merasa khawatir kalau anak-
anak mereka yang memiliki kecacatan tersebut akan menjadi bahan ejekan atau
digoda oleh orang-orang disekitarya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa sekolah
dengan pembelajaran inklusi adalah sekolah yang menyediakan layanan
pendidikan bagi semua peserta didik biasa maupun peserta didik yang
berkebutuhan khusus di kelas yang sama.
2. Landasan Pembelajaran Inklusi
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis utama penerapan sekolah inklusif di Indonesia adalah
Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas
pondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika
(Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 72).
b. Landasan Yuridis
Landasan yuridis internasional penerapan sekolah inklusif adalah
Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri pendidikan sedunia.
Deklarasi ini sebenarnya penegasan kembali atas deklarasi PBB tentang HAM
15
tahun 1948 dan berbagai deklarasi lanjutan yang berujung pada peraturan standar
PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu bekelainan
memperoleh pendidikan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang ada
(Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 78). Di Indonesia, penerapan sekolah inklusi
dijamin oleh beberapa pasal yaitu:
1) Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 berbunyi, tiap-tiap warga Negara
berhak mendapatkan pengajaran.
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Nasional, pasal 4
ayat 1 dinyatakan, bahwa pendidikan di Negara ini diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pasal
5 ayat 2 menyatakan bahwa warga Negara yang mempunyai kelainan fisik,
emosional, mental dan atau social berhak memperoleh pendidikan khusus.
Dalam penjelasan pasal 15 dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan
khusus tersebut dilakukan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan
khusus. Pasal 11 menyatakan bahwa, pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara, tanpa diskriminasi.
3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, terutama
pada pasal-pasal: (a) pasal 5: Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan; (b)
Pasal 6 (ayat 1): Setiap penyandang cacat berhak.
16
c. Landasan Pedagogies
Pada pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Muhammad Takdir Ilahi, 2013:
79; Abdulrahman, 2003).
Adanya Undang-undang tentang pendidikan nasional ini, pelaksanaan
pendidikan bagi ABK akan semakin berkembang dan terarah, sesuai dengan
tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu mengembangkan potensi peserta didik.
d. Landasan Empiris
Penelitian tentang sekolah inklusif telah banyak dilakukan di negara-
negara barat sejak 1980-an. Penelitian yang bersekala besar dipelopori oleh The
National Academy of Sciences (Amerika Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa
klasifikaasi dan penempatan anak berkebutuhan khusus di sekolah, kelas, atau
tempat khsusus tidak efektif dan diskriminatif. Penelitian ini merekomendasikan
agar pendidikan khsusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan
hasil identifikasi yang tepat (Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 79; Heller,
Holtzman, & Messick, 1982). Beberapa penelitian kemudian melakukan meta
analisis (analisis lebih lanjut terhadap beberapa hasil penelitian yang telah ada)
terhadap beberapa hasil penelitian sejenis. Hasil meta analisis yang dilakukan oleh
Carlberg dan Kavel (1980) terhadap 50 buah penelitian, oleh Wang dan Baker
(1994/1995) terhadap 11 buah penelitian, dan oleh Baker pada 1994 terhadap 13
penelitian, menunjukkan bahwa sekolah inklusif berdampak positif, baik terhadap
perkembangan akademik maupun sosial anak berkelainan dan teman sebayanya
(Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 79).
Dari beberapa uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa, berdirinya
pendidikan inklusi didasarkan atas berbagai landasan, dengan tujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
17
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi,
melalui pendidikan, peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus dibentuk
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
3. Prinsip Sekolah inklusi
Konsep paling mendasar dalam sekolah inklusif adalah bagaimana agar
anak dapat belajar bersama, belajar untuk dapat hidup bersama (Budiyono, 2005:
41; IDEA, 1997). Pendidikan berkebutuhan khusus menganut prinsip-psrinsip
yang sehat yang dapat menguntungkan semua anak. Pendidikan kebutuhan
khusus berasumsi bahwa perbedaan-perbedaan manusia itu normal adanya dan
oleh karenanya pembelajaran itu harus disesuaikan dengan kecepatan dan hakekat
proses belajar (Budiyono, 2005: 41; UNESCO, 1994).
Mulyono dalam Budiyono (2005: 54) mengidentifikasi prinsip-prinsip
dalam sekolah inklusif menjadi 9 elemen dasar yang memungkinkan sekolah
inklusif dapat dilaksanakan, yaitu: sikap guru yang positif terhadap kebinekaan,
interaksi promotif, pencapaian kompetensi akademik dan sosial, pembelajaran
adaptif, konsultasi kolaboratif, hidup dan belajar dalam masyarakat, hubungan
kemitraan antara sekolah dengan keluarga, belajar dan berfikir independen,
belajar sepanjang hayat.
Dari uraian di atas, dapat dapat ditegaskan bahwa belajar bersama untuk
hidup bersama merupakan prinsip mendasar dalam sekolah inklusi, Perbedaan-
18
perbedaan manusia itu normal adanya dan oleh karenanya pembelajaran itu harus
disesuaikan dengan kecepatan dan hakekat proses belajar.
4. Tujuan Pembelajaran Inklusi
Secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan sengaja. Oleh karena itu, pembelajaran secara umum mempunyai tujuan
untuk membantu peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah, baik kuantitas maupun
kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan dan
nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku.
Suyanto, (2007: 9) mengatakan tujuan penyelenggaraan pembelajaran
inklusi sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk
Anak Berkebutuhan Khusus) mendapatkan pendidikan yang layak sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar.
3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan
menekan angka tinggal dan putus sekolah
4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargaman keanekaragaman, tidak
diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran
Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa tujuan utama dalam
pembelajaran inklusi adalah memberikan hak kepada semua anak untuk
mendapatkan dan memilih pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya,
19
sehingga menjadikan berkembanganya perkembangan peserta didik menjadi
optimal, dan menghargai perbedaan.
5. Model Pembelajaran Inklusi
Peserta didik yang beragam karakternya perlu adanya model belajar yang
dapat menyesuaikan. Model belajar adalah suatu usaha dengan perencanaan,
proses kombinasi dari berbagai kegiatan untuk pencapaian secara optimal individu
menyerap, mengolah, dan mengatur informasi, ada beberapa model dan gaya
belajar (Syamsul Huda Rohmadi, 2012: 67) yaitu: gaya belajar visual, gaya belajar
auditif, dan gaya belajar kinestetik
Gaya belajar visual, peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual
lebih bisa menyerap informasi melalui penglihatannya. Ciri-cirinya antara lain,
teliti terhadap detail, pembaca tekun dan cepat, menjawab dengan jawaban
singkat, basanya tidak terganggu keributan, mengingat apa yang dilihat daripada
yang didengar, lupa menyampaikan pesan verbal, lebih suka seni dari musik,
mencoret-coret tanpa arti ketika berbicara di telpon atau dalam rapat, biasanya
tidak terganggu keributan.
Gaya belajar auditif, peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditif
lebih bisa menyerap informasi melalui pendengarannya. Cirinya antara lain,
mudah terganggu oleh keributan, senang membaca keras dan mendengarkan,
menggerakkan bibir dan mengucapkan ketika membaca, lebih suka musik dari
seni, biasanya pembicara yang fasih, suka berbicara, suka berdiskusi, dan
menjelaskan sesuatu panjang lebar.
20
Gaya belajar kinestetik, peserta didik yang mempunyai gaya belajar
kinestetik lebih bisa menyerap informasi melalui gerak tubuh. Cirinya antara lain,
berbicara pelan, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain, menggunakan
jari ketika membaca, kemungkinan tulisannya jelek, belajar melalui manipulasi
dan praktis, banyak menggunakan bahasa tubuh, tidak dapat duduk diam untuk
waktu lama, tidak dapat mengingat geografi kecuali jika pernah berada di tempat
itu, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
Dengan mengetahui model gaya pembelajaran dan potensi, maka fungsi
kurikulum akan mempunyai nilai fungsi bagi peserta didik, adapun fungsi
kurikulum baik yang rata-rata kemampuan dan juga termasuk bagi peserta didik
yang khusus.
Lombardi (dalam Smith, 2006: 401) menjelaskan beberapa model
pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan keberhasilan kelas inklusi.
Model-model tersebut meliputi: pengajaran langsung, intervensi dan strategi, tim
asistensi guru, dan model guru sebagai konsultan. Pengajaran Langsung (Direct
Instruction): dibuat suatu penekanan pada penggunaan struktur yang ringan dan
jadwal waktu kelas, menggunakan seluruh sumber daya guru secara efisien (baik
pendidikan umum maupun khusus) di kelas umum dan pemantauan kemajuan
secara seksama.
Intervensi dan strategi (strategy intervention) yaitu dibuat suatu penekanan
pada kemampuan pengajaran seperti: mendengar (listening), membuat catatan
(note talking), pertanyaan mandiri (self questioning), tes lisan (test talking) dan
pemantauan kesalahan (error monitor).
21
Tim asistensi guru (teacher assistance team) yakni guru umum dan guru
pendidikan khusus bekerja sebagai tim, mereka bertemu secara teratur untuk
mengatasi masalah dan memberikan bantuan kepada anggota mereka dalam
mengatur sikap siswa dan pertanyaan mengenai kesulitan akademis.
Model guru sebagai konsultan (consulting teacher model) yaitu guru-guru
khusus dilatih sebagai konsultan untuk memberikan bimbingan dan bantuan
kepada guru kelas umum. Mereka juga melatih para professional yang ditugaskan
di kelas umum untuk membantu siswa penyandang hambatan.
Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa model pembelajaran
yang sesuai kebutuhan siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan dan
keberhasilah siswa dalam belajar.
6. Kurikulum Pembelajaran Inklusi
Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan
pelaksanaan pembelajaran dan atau pendidikan yang didalamnya mencakup
pengaturan tentang tujuan, isi/materi, proses dan evaluasi. Tujuan berarti apa yang
akan dicapai, materi berarti apa yang akan dipelajari. Proses berarti apa yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan dan evaluasi berarti apa yang harus dilakukan
untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan.
Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
pada dasarnya menggunakan kurikulum reguler yang berlaku disekolah umum.
Namun demikian karena ragam hambatan yangdialami peserta didik berkebutuhan
khusus sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang
22
berat, maka dalam implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan
modifikasi (penyelarasan) sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Modifikasi (penyelarasan) kurikulum dilakukan oleh tim
pengembang kurikulum di sekolah. Tim pengembang kurikulum sekolah terdiri
dari: kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus,
konselor, psikolog, dan ahli lain yang terkait (Suyanto, 2007: 20).
Suyanto (2007: 20) mengatakan kurikulum inklusi dibagi menjadi 3
model, yaitu:
1. Model kurikulum reguler
Pada model kurikulum ini peserta didik yang berkebutuhan khusus
mengikuti kurikulum reguler sama seperti kawan-kawan lainnya di dalam kelas
yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses
pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya.
2. Model kurikulum reguler dengan modifikasi
Pada model kurikulum ini guru melakukan modifikasi pada strategi. Pada
model kurikulum ini guru melakukan modifikasi pada strategi pembelajaran, jenis
penilaian, maupun pada program tambahan pembelajaran, jenis penilaian, maupun
pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan siswa
(anak lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan siswa (anak berkebutuhan
khusus). Di dalam model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan khusus). Di dalam
model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan khusus yang memiliki program
pembelajaran berkebutuhan khusus yang memiliki program pembelajaran
23
berdasarkan kurikulum reguler dan program pembelajaran berdasarkan kurikulum
reguler dan program pembelajaran individual (PPI).
3. Model kurikulum PPI
Pada model kurikulum ini guru mempersiapkan program pendidikan Pada
model kurikulum ini guru mempersiapkan program pendidikan individual (PPI)
yang dikembangkan bersama tim pengembang individual (PPI) yang
dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru
pendidikan khusus, kepala yang melibatkan guru kelas, guru pendidikan khusus,
kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait. sekolah, orang tua,
dan tenaga ahli lain yang terkait.
Model PPI diperuntukan pada siswa yang mempunyai hambatan belajar
yang tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar belajar yang tidak
memungkinkan untuk mengikuti proses belajar berdasarkan kurikulum reguler.
Siswa berkebutuhan khusus seperti ini dapat dikembangkan potensi belajarnya
dengan menggunakan ini dapat dikembangkan potensi belajarnya dengan
menggunakan PPI dalam setiing kelas reguler, sehingga mereka bisa mengikuti
PPI dalam setiing kelas reguler, sehingga mereka bisa mengikuti proses belajar
sesuai dengan fase perkembangan dan proses belajar sesuai dengan fase
perkembangan dan kebutuhannya.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran inklusi, pendidik atau guru
harus menentukan terlebih dahulu program yang akan diajarkan, pelaksanaan,
waktu, biaya, faktor pendukung dan penghambat, serta strategi pembelajaran yang
akan diajarkan. Kemudian dilanjutkan dengan adanya proses evaluasi yaitu suatu
24
kegiatan pengkajian terhadap sesuatu sebagai bahan untuk pengambilan keputusan
dalam usaha untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan pembelajaran telah
mencapai tujuannya . Nana Syaodih dalam Muhmmad Takdir Ilahi (2003: 172)
mengatakan, beberapa komponen kurikulum terdiri dari: tujuan, materi atau bahan
ajar, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi kurikulum.
1. Perencanaan Pembelajaran merupakan proses penetapan dan pemanfaatan
sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-
kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan. Dalam konteks perencanaan pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dan
penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Peran yang dilakukan oleh
guru dalam perencanaan pembelajaran adalah dengan membuat perangkat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan beberapa persiapan yang
disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat
dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
Perangkat pembelajaran tersebut minimal terdiri dari analisis pekan efektif,
program tahunan, program semesteran, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
2. Pelaksanaan Pembelajaran Inklusi. Pada tahap ini guru melaksanakan
program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan di kelas
reguler sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Pelaksanaan
pembelajaran dapat dilakukan melalui individualisasi pengajaran artinya; anak
belajar pada topik yang sama, waktu dan ruang yang sama, namun dengan
materi yang berbeda-beda. Cara lain proses pembelajaran dilakukan secara
individual artinya anak diberi layanan secara individual dengan bantuan guru
khusus. Proses ini dapat dilakukan jika dianggap memiliki rentang
materi/keterampilan yang sifatnya mendasar. Proses layanan ini dapat
dilakukan secara terpisah atau masih di kelas tersebut sepanjang tidak
mengganggu situasi belajar secara keseluruhan. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
3. Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada
khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam suatu proses
pembelajaran. Dengan demikian evaluasi berarti penentuan nilai suatu
program dan penentuan keberhasilan tujuan pembelajaran suatu program
(Budiyanto, 2012: 64).
25
Dalam sekolah inklusi perlu adanya pembelajaran yang adaptif. Mengingat
bergamnya kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan
khusus. Adaptasi dalam kurikulum juga merupakan salah satu cara untuk
pemenuhan hak bagi ABK yang berada di sekolah inklusi. Mumpuni, (2011:5)
mengatakan bahwa model pembelajaran inklusi mengharuskan guru melayani
siswa dengan berbagai kebutuhan belajar. Adaptasi dalam model pembelajaran
inklusi merupakan cara penyesuaian aktivitas belajar yang sesuai dengan kondisi
siswa berkebutuhan khusus. Penyesuaian tersebut dilakukan pada tahapan belajar
perolehan, tahap ulangan, tahap kecakapan, tahap mempertahankan, tahap
perluasan, tahap penyesuaian, dan tahap penyesuaian (Mumpuniarti, 2011: 8).
Irham Hosni, (2003) dalam artikel, E. S. Munir, (2008), menuliskan
bahwa pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi
dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan
memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan
demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar
Biasa (PLB). Pada intinya pembelajaran adaptif adalah modifikasi aktivitias,
metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan
peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran
dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modifikasi
aktivitas adalah penyesuaian aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan
potensi siswa dalam melakukan aktivitias tersebut.
Ada empat model kemungkinan pengembangan kurikulum adaptif bagi
siswa yang berkebutuhan pendidikan khusus yang mengikuti pendidikan di
26
sekolah inklusif, menurut Sari Rudiyati (2013: 8) yakni: (1) Model duplikasi; (2)
Model modifikasi; (3) Model subtitusi, dan (4) model omisi.
Model duplikasi dalam kaitannya dengan model kurikulum, yaitu
mengembangkan dan atau memberlakukan kurikulum untuk siswa berkebutuhan
pendidikan khusus secara sama dengan kurikulum yang digunakan untuk siswa
pada reguler. Jadi model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum,
dimana siswa-siswa berkebutuhan pendidikan khusus menggunakan kurikulum
yang sama seperti yang dipakai oleh anak-anak pada umumnya. Model duplikasi
dapat diterapkan pada empat komponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses
dan evaluasi. Duplikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang
diberlakukan kepada anak-anak pada umumnya/reguler juga diberlakukan kepada
siswa berkebutuhan pendidikan khusus.
Duplikasi isi/materi berarti materi-materi pembelajaran yang diberlakukan
kepada siswa reguler juga diberlakukan sama kepada siswa-siswa berkebutuhan
pendidikan khusus. Duplikasi proses berarti siswa berkebutuhan pendidikan
khusus menjalani kegiatan atau pengalaman belajar mengajar yang sama seperti
yang diberlakukan kepada siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi proses
bisa berarti kesamaan dalam metode mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu
belajar penggunaan media belajar dan atau sumber belajar.
Duplikasi evaluasi berarti siswa berkebutuhan pendidikan khusus
menjalani evaluasi atau penilaian yang sama seperti yang diberlakukan kepada
siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi evaluasi bisa berarti kesamaan
27
dalam soal-soal ujian, kesamaan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau
kesamaan dalam tempat atau lingkungan dimana evaluasi dilaksanakan.
Model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana
kurikulum umum yang diberlakukan bagi siswa-siswa reguler dan beberapa
dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat
komponen utama, yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi.
Sebagai konsekuensi dari modifikasi tujuan siswa berkebutuhan
pendidikan khusus, maka akan dibuatkan beberapa komponen sendiri baik
berkaitan dengan standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (SI,
kompetensi dasar (KD) maupun indikator -nya.
Modifikasi materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk siswa reguler
dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Modifikasi materi bisa berkaitan dengan
keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi
yang diberikan kepada siswa reguler.
Modifikasi proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran
yang dijalani oleh siswa berkebutuhan pendidikan khusus dengan yang dialami
oleh siswa pada umumnya. Metode atau strategi pembelajaran umum yang
diberlakukan untuk siswa-siswa reguler tidak diterapkan untuk siswa
berkebutuhan pendidikan khusus.
Modifikasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian hasil
belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa
28
berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan kata lain siswa berkebutuhan
pendidikan khusus menjalani sistem evaluasi yang berbeda dengan siswa-siswa
lainnya. Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal-soal
ujian, perubahan dalam waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau tempat evaluasi.
Termasuk juga bagian dari modifikasi evaluasi adalah perubahan dalam kriteria
kelulusan, sistem kenaikan kelas, bentuk rapor, ijasah, dll.
Model subtitusi dalam kaitannya dengan model kurikulum, maka substansi
berarti mengganti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang
lain. Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh
siswa berkebutuhan pendidikan khusus, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain
yang sebobot dengan yang digantikan. Model substansi bisa terjadi dalam hal
tujuan pembelajaran, materi, proses maupun evaluasi.
Model Omisi dalam kaitan dengan model kurikulum, omisi berarti upaya
untuk menghapus/menghilangkan sesuatu, baik sebagian atau keseluruhan dari
kurikulum umum, karena hal tersebut tidak mungkin diberikaan kepada siswa
berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan kata lain, berarti sesuatu yang ada
dalam kurikulum umum tetapi tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada
siswa berkebutuhan pendidikan khusus, karena sifatnya terlalu sulit atau mampu
dilakukan oleh siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Bedanya dengan substitusi
adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti yang sebobot, sedangkan dalam
model omisi tidak ada materi pengganti.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa kurikulum yang digunakan
dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan
29
kurikulum reguler yang berlaku disekolah umum. Namun demikian karena ragam
hambatan yangdialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi,
mulaidari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam
implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan modifikasi (penyelarasan)
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam sekolah
inklusi perlu adanya pembelajaran yang adaptif. Mengingat bergamnya
kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.
Adaptasi dalam kurikulum juga merupakan salah satu cara untuk pemenuhan hak
bagi ABK yang berada di sekolah inklusi. Kurikulum adaptif merupakan
kurikulum khusus bagi ABK dalam sekolah inklusi.
7. Komponen Pembelajaran Inklusi
Pembelajaran merupakan istilah yang diambil dari terjemahan kata
"Instruction". Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini dengan
"pengajaran", akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang
sama untuk kedua kata tersebut. Menurut Arief S. Sadiman (dalam Cepi Riyana,
2007: 1), kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya.
Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal,
sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas
formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh
guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar
siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar.
30
Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen sebagai berikut;
tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/ siswa, dan
adanya pendidik/guru (Cepi Riyana, 2007: 3).
Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh
kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam
upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan
pendidikan dan tujuan pembangunan nasional. Materi belajar dalam pembelajaran
inklusi menurut Nana Syaodih 2005 (dalam Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 172)
materi belajar disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Untuk ABK
dengan inteligensi yang tinggi, materi belajar dapat diperluar, diperdalam, dan
ditambahkan materi belajar baru, yang tidak ada dalam kurikulum sekolah reguler,
namun materi ini dianggap penting bagi anak berbakat. Sementara untuk ABK
yang memiliki intelegensi yang relatif normal, materi beljar dipertahankan atau
tingkat kesulitannya diturunkan sedikit. Bagi ABK dengan intelegensi di bawah
normal, maka materi belajar dalam sekolah dapat dikurangi atau diturunkan
tingkat kesulitannya seperlunya atau dihilangkan pada bagian tertentu.
Strategi pembelajaran dalam sekolah inklusi meliputi media dan metode
belajar. dalam proses belajar mengajar di kelas inklusi yng terdapat ABK,
dibutuhkan strategi untuk keberhasilan proses belajar mengajar. Penggunaan
media dalam pembelajaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam terciptanya
lingkungan belajar yang kondusif. Nana Sanjaya (dalam Muhammad Takdir Ilahi,
2013: 175) mengatakan penggunaan media belajar pada dasarnya sebagai alat
31
bantu yang mewujudkan situasi belajar yang lebih efektif. Media belajar dalam
kelas inklusi
Evaluasi pembelajaran dalam pendidikan inklusi menurut Muhammad
Takdir Ilahi, 2013: 187 bagi ABK mengtakan bahwa sesuai dalam pasal 7
PermendiknasNomor 70 Tahun 2009 yang berisi bahwa satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusi menggunakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, dan minatnya. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah inklusi
untuk ABK mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang disesuaikan
dengan karakteristik belajar peserta didik dengan cara melakukan evaluasi
simultan dan berkelanjutan.
Evaluasi pembelajaran di sekolah inklusif hendaknya dapat menjangkau
kemampuan seluruh anak, baik reguler maupun ABK. Bagi reguler, evaluasi hasil
belajarnya dapat mengacu pada standar yang berlaku, namun bagi ABK perlu
memperhatikan kondisi, kemampuan, dan kebutuhannnya, serta progam
pendidikan dan pembelajaran yang telat dibuat (Sari Rudiyati, 2013: 79).
Tenaga pendidik yang profesional menjadi salah satu penentu dalam
keberhasilan pelaksaaan pembelajaran inklusi. Tenaga pendidik dalam sekolah
inklusi menurut Sari Rudiyati (2013: 37) meliputi guru umum dan guru
pendamping. Guru umum meliputi guru kelas dan guru bidang studi, sedangkan
guru pendamping merupkan guru pendamping khusus (GPK).
Guru kelas adalah pendidik atau pengajar pada suatu kelas tertentu di
sekolah dasar yang sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan, bertanggung
32
jawab pada pengelolaan pembelajaran dan administrasi kelasnya. Kelas yang
dipegang tidak menetap. Tiap tahun dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi
sekolah.
Guru pembimbing khusus adalah guru yang mempunyai latar belakang
pendidikan luar biasa atau yang pernah mendapat pelatihan khusus terkait dengan
pendidikan luar biasa (Sari Rudiyati, 2013: 40). Tugas pembimbing khusus antara
lain: menyusun assessment pendidikan bersama guru kelas dan guru mata
pelajaran, membangun sistem organisasi antara guru, pihak sekolah dengan orang
tua siswa, memberikan bimbingan kepada anak berkelainan, sehingga anak
mampu mengatasi hambatan/ kesulitannya dalam belajar, memberikan bantuan
kepada guru kelas dan guru mata pelajaran agar dapat memberikan pelayanan
pendidikan khusus kepada anak yang luar biasa yang membutuhkan.
B. Pembelajaran di TK
1. Pengertian Pembelajaran di TK
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan, guna membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan selanjutnya (Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional
PAUD, pasal 1 nomer 1). TK (Taman Kanak-kanak) adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal. TK ditujukan untuk
anak usia empat hingga 6 tahun. Potensi yang dikembangkan di dalam
33
pembelajaran di TK meliputi beberapa aspek, yaitu: kognitif, bahasa, fisik
motorik, sosial emosional, agama dan moral.
Karakteristik dalam pembelajaran di TK yaitu: pembelajaran dilaksanakan
secara terpadu dengan memperlihatkan kebutuhan, dilaksanakan secara fleksibel
sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan, dan dilaksanakan
berdasarkan prinsip belajar melalui bermain dengan memperhatikan perbedaan
individual, minat, dan kemampuan masing- masing anak, sosial budaya, serta
kondisi dan kebutuhan (Mudjito, 2010: 7)
Proses pembelajaran di TK melalui tiga tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, dan evalusi. Perencanaan pembelajaran di TK sebagai persiapan
proses kegiatan meliputi Perencanaan Semester, RKM, dan RKH. Pelaksanaan
pembelajaran di TK pada usia 4-6 tahun dilakukan secara individual, kelompok
kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembuka, inti, dan
penutup.
Kegiatan pembuka merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran yang
ditujukan untuk memfokuskan perhatian dan membangkitkan motivasi peserta
didik. Kegiatan inti merupakan proses untuk mencapai indikator yang dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan partisipatif. Kegiatan
penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran, bentuk kegiatanya berupa menyimpulkan, umpan balik, dan tidak
lanjut.
Evalusi pembelajaran di TK menggunaan istilah pengukuran, penilaian,
dan asesmen. Teknik evaluasi di TK menggunakan pengamatan, penugasan, unjuk
34
kerja, catatan anekdot, dialog, laporan orang tua, hasil karya, dan profil
anak.kegiatan evaluasi dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh,
dan berkelanjutan (Mudjito, 2010: 21-27)
Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa pembelajaran di TK
merupakan kegiatan pembelajaran usia 4-6 tahun. Kegiatan dilakukan melalui
perencaan, pelaksanaan, dan evalusi, dengan tujuan untuk mengembangkan
potensi anak secara optimal, agar siap secara jasmani dan rohani dalam
melaksanakan pembelajaran pada tingkat selanjutnya.
2. Model Pembelajaran di TK
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam rangka membantu anak mencapai
hasil belajar tertentu (Depdiknas, 2005). Komponen model pembelajaran terdiri
dari: identitas, kompetensi yang akan dicapai, langkah-langkah, lat atau sumber
belajar, serta evaluasi. Menurut Sugiono (2009: 140) model pembelajaran pada
anak usia dini terdiri dari dua jenis, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru
dan pembelajaran yang berpusat pada anak. model pembelajaran berpusat pada
anak terdiri dari model pembelajaran kelompok dan model pembelajaran
berdasarkan minat.
a) Model Pembelajaran Kelompok
Model pembelajaran kelompok atau Cooperatif Learning merupakan
pembelajaran yang berupaya membantu anak didik untuk mempelajari materi
belajar dari berbagai ketrampilan guna mencapai sasaran serta tujuan sosial dan
35
hubungan dengan orang lain. Landasan teoritis dari model pembelajaran
kelompok adalah mengacu pada teori dari John Dewey (Nurhayati, 2011: 3), yang
menyatakan bahwa kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih luas
dan menjadi laboraturium bagi pembelajaran kehidupan nyata. Menurut Dewey,
guru seharusnya menciptakan lingkungan belajar yang demokratis disertai prses
belajar yang ilmiah. Tanggung jawab gru adalah melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan (inquiry) tentang berbagai masalah sosial dan intersosisal.
Prinsip pembelajaran kelompok adalah: peserta didik bekerja dalam tim
untuk mencapai tujuan belajar; anggota dalam kelompok terdiri atas yang
mempunyai kemampan belajar rendah, sedang dan tinggi; jika memungkinkan
anggota kelompok tersebut terdiri dari campuran, ras, budaya, dan jenis kelamin;
sistem reward berorientasi pada kelompok. Prinsip berikutnya dalam
pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok dapat bertukar tempat ke
kelompok lain dengan catatan dalam kelompk yang dipilih ada tempat ke
kelompok lain dengan catatan dalam kelompok yang dipilih ada tempat yang
kosong.
Manfaat pembelajaran kelompok, antara lain memotivasi peserta didik
yang kemampuan belajarnya rendah dan tinggi untuk saling membantu,
menumbuhkan toleransi yang tinggi terhadap orang yang berbeda ras, budaya,
kelas sosial, bahkan anak yang berkebutuhan khusus. Manfaat pembelajaran
kelompok berikutnya adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi
kepada anak didik.
36
Tahap atau langkah dalam pembelajaran kelompok dapat diuraikan
sebagai berikut (Nurhayati, 2011: 4): Pelajaran dimulai dengan guru membahas
tujuan-tujuan pelajaran dan membangkitkan motivasi belajar, tahap selanjutnya
adalah presentasi informasi dalam bentuk teks atau ceramah, peserta didik
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar, peserta didik dibantu guru
bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas, anak tidak diharuskan
menyelesaikan tugas semua kelompok, namun anak dapat berpindah kegiatan ke
kelompok lain apabila ada tempat kosong di kelompok tersebut, presentasi hasil
akhir kelompok atau menguji segala yang telah dipelajari siswa, dan memberi
pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.
b) Model Pembelajaran Berdasarkan Minat
Model pembelajaran berdasarkan minat adalah model pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan
sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran berdasarkan minat dirancang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak. Model pembelajaran berdasarkan
minat adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik
untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya.
Pembelajaran berdasarkan minat dirancang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan spesifik anak.
37
Prinsip dalam model pembelajaran berdasarkan minat mengutamakan
(Nurhayati, 2011: 5) sebagai berikut:
1) pengalaman belajar bagi setiap anak secara individual
2) membantu anak untuk membuat pilihan-pilihan melalui kegiatan dan pusat-
pusat kegiatan
3) melibatkan peran serta keluarga. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan minat
dapat menggunakan beberapa area antara lain: area agama, balok, bahasa,
drama, berhitung/matematika, sains, seni/motorik, musik, membaca dan
menulis. Dalam satu hari dapat dibuka satu area bermain dengan 4-5 kegiatan
bermain.
Dari uraian di atas dapat dimbil kesimpulan bahwa terdapat dua model
pembelajaran di TK, yaitu berpusat pada guru dan anak. Model pembelajaran
berpusat pada anak terbagi menjadi dua, yaitu secara kelompok dan minat. Kedua
model pembelajaran ini memberikan kebebasan bagi anak untuk aktif belajar,
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang bermakna.
2. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini
Menurut Mudjito (2010: 5) prinsip pembelajaran di TK sebagai berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini harus senantiasa berorientasi
pada kebutuhan anak. anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi aspek perkembangan baik
fisik maupun psikis.
38
b. Belajar sambil bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
pada anak usia dini. Upaya yang diberikan oeh pendidik hendaknya dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan strategi, metode, materi,
serta mudah dimengerti oleh anak.
c. Kreatif dan inovatif
Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan
yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berfikir dan menemukan hal hal baru.
d. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah.
Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak
bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak
anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik dengan
temanya.
e. Tema
Jika pembelajaran yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema
dalam kegiatan hendaknya dikembangkan dari hal yang paling dekat dengan
anak, sederhana serta menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan
agar anak mampu mengenal konsep secara mudah dan jelas.
f. Mengambangkan keterampilan hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan ketrampilan
hidup. Pengembangan konsep keterampilan hidup didasarkan pada 2 tujuan,
39
yaitu: memiliki kemampuan untuk menolong diri senidri, disiplin, dan
sosialisasi; memiliki bekal keterampilan dasar dan beranjak dari tema dan
jenjang selanjutnya.
g. Menggunakan pembelajaran terpadu
Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan model
pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak.
Kegiatan pembelajaran disajikan secara terintegrasi dalam suatu aktivitas
yang dilakukan oleh anak.
h. Pembelajaran berorientasi pada prinsip perkembangan anak, yaitu:
Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi
serta merasakan aman dan tentram secara psikologis, siklus belajar selalu
berulang, anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewassa dan anak
lainya, minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajar, perkembangan
dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.
Dari urian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa prinsip pembelajaran di
TK disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik, serta tuntutan lingkungan.
40
3. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini
Menurut Mudjito (2010: 7), pembelajaran pada anak usia dini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode diantaranya:
a. Bercerita
Bercerita adalah mencerikan atau membacakan cerita yang mengandung nilai
pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dalat ditingkatkan. Cerita
sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak
untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita akan
lebih bermanfaat jika disesuaikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan
anak.
b. Bernyanyi
Bernyanyi adalah kegiatan dalam melakukan pesan-pesan yang mengan dung
unsur pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi
emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga dapat menimbulkan rasa
estetika.
c. Berdarmawisata
Berdarmawisata adalah kunjungan secara langsung ke objek yang sesuai
dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak.
kegiata tersebut dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat,
mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan dan peristiwa
di lingkungan. Hal ini dapat diwujudkan antara lain melalui berdarmawisata
ke pasar, sawah, kebun, dan lainya.
41
d. Bermain peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh,
benda, dan peran tertentu disekitar anak. Bermain peran merupakan kegiatan
menirukan perbuatan orang lain di sekitar. Dengan demikian peran, kebiasan,
dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta mengembangkan daya
khayal dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
e. Demontrasi
Demonstrasi adalah kegiatan dimana tenaga pendidik memberikan contoh
terlebih dahulu, kemudian ditirukan oleh anak. metode ini bermanfaat untuk
melati ketrampilan dan cara yang memperlukan contoh yang benar.
f. Pemberian tugas
Pemberian tugas meruakan metode yang memberikan kesempatan kepada
anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah
disiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan
tugas secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok maupun
individual
g. Metode proyek
Metode proyek adalah metode yang memeberikan kesempatan pada anak
untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiaran sehari hari anak sebagai
bahan pembahasan melalui kegiatan.
h. Metode pembiasaan
Merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan
untuk melatih anak agar meiliki kebiasan tertentu, yang umumnya
42
berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak, seperti emosi, disiplin,
budi pekerti, dan lain lain
i. Metode bercakap-cakap
Suatu cara bercakap cakap dalam bentuk tanya jawab antar anak dengan anak
atau anak dengan guru.
j. Latihan
Latihan adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya
kemampuan psikomotorik yang menuntut koordinasi antar otot-otot dengan
mata dan otak, latihan diberikan sesuai dengan langkah langkah yang
diberikan.
Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa berbagai macam metode
pembelajaran yang dilakukan di TK, dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Dengan variasi metode yang digunakan, membantu masing masing anak untuk
mendapatkan pengetahuan yang bermakna, sesuai dengan cara belajar masing-
masing anak.
4. Media Pembelajaran Anak Usia Dini
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata "medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber
pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Media pendidikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu media visual, media audio, dan media
audio-visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat, media audio
adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat
43
didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak
untuk mempelajari isi tema, Media Audio-Visual merupakan kombinasi dari
media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar (Badru
Zaman & Cucu Eliyawati, 2010: 5).
Pemilihan media pembelajaran bukanlah hal yang sederhana meskipun
tidak perlu dipandang rumit. Maknanya ialah perlunya pengetahuan wawasan,
pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukannya dengan tepat, sehingga
keputusan yang diambil sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pada dasarnya
pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana yaitu dapat
memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.
Dalam konteks pemilihan media pembelajaran untuk anak usia dini,
beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran tersebut diantaranya adalah (Badru Zaman & Cucu Eliyawati,
2010:15):
1. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
pemakai (anak usia dini) yang dilayani serta mendukung tujuan pembelajaran.
2. Media pembelajaran yang dipilih perlu didasarkan atas azas manfaat
3. Pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda baik berada pada
sudut pandang pemakai (guru, anak) maupun dari kepentingan lembaga
4. Pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada kajian edukatif dengan
memperhatikan kurikulum yang berlaku, cakupan bidang pengembangan yang
dikembangkan, karakteristik peserta didik serta aspek-aspek lainnya yang
berkaitan dengan pengembangan pendidikan dalam arti luas.
44
5. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan kualitas
yang telah ditentukan..
6. Pemilihan media pembelajaran hendaknya memperhatikan pula keseimbangan
koleksi (well rounded collection) termasuk media pembelajaran pokok dan
bahan penunjang sesuai dengan kurikulum baik untuk kegiatan pembelajaran
maupun media pembelajaran penunjang untuk pembinaan bakat, minat dan
keterampilan yang terkait.
7. Untuk memudahkan memilih media pembelajaran yang baik perlu kiranya
menyertakan alat bantu penelusuran informasi seperti katalog, kajian buku,
review atau bekerjasama dengan sesama komponen fungsional.
Dari uraian di atas dapat dapat ditegaskan bahwa media merupakan hal
penting yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan suatu informasi/
pengetahuan bagi anak. Penggunaan media yang sesuai kegiatan dan menarik,
dapat membantu daya tarik anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
C. Kerangka Pikir
Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menerima siswa dengan berbagai
keragaman. Di kelas inklusif ini para siswa memiliki kemampuan yang
bermacam-macam. Karena para siswa di samping siswa yang normal juga terdapat
siswa yang memiliki beragam kelainan/penyimpangan, baik fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis ataupun siswa yang memiliki
kecerdasan. Berdirinya sekolah inklusi di Indonesia didasarkan atas berbagai
landasan, dengan tujuan memberikan hak kepada semua masyarkat untuk
45
mendapatkan dan memilih pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya,
sehingga menjadikan berkembanganya perkembangan peserta didik menjadi
optimal, dan menghargai perbedaan.
Kurikulum dalam sekolah inklusi menggunakan kurikulum reguler, reguler
dengan modifikasi, dan PPI. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran inklusi,
pendidik atau guru harus menentukan terlebih dahulu program yang akan
diajarkan, pelaksanaan, waktu, biaya, faktor pendukung dan penghambat, serta
strategi pembelajaran yang akan diajarkan. Kemudian dilanjutkan dengan adanya
proses evaluasi yaitu suatu kegiatan pengkajian terhadap sesuatu sebagai bahan
untuk pengambilan keputusan dalam usaha untuk mengetahui seberapa jauh
kegiatan pembelajaran telah mencapai tujuannya.
Sekolah inklusi diadakan dengan tujuan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya, mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekagraman, dan tidak diskriminatif kepada semua peserta didik yang
memiliki perbedaan, sehingga semua anak dapat mendapatkan pendidikan yang
layak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Sekolah inklusi
diselenggarakan untuk semua jenjang pendidikan, termasuk PAUD.
TK (Taman Kanak-kanak) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan usia
dini pada jalur pendidikan formal. TK ditujukan untuk anak usia empat hingga
enam tahun. Karakteristik dalam pembelajaran di TK yaitu: pembelajaran
dilaksanakan secara terpadu dengan memperlihatkan kebutuhan, dilaksanakan
secara fleksibel sesuai dengan karakteristik anak TK dan layanan pendidikan, dan
dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain dengan memperhatikan
46
perbedaan individual, minat, dan kemampuan masing- masing anak, sosial
budaya, serta kondisi dan kebutuhan (Mudjito, 2010: 7).
Model pembelajaran pada anak usia dini terdiri dari dua jenis, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada
anak. Model pembelajaran berpusat pada anak terdiri dari model pembelajaran
kelompok dan model pembelajaran berdasarkan minat. Penggunaan variasi
metode dan media yang digunakan, membantu menarik perhatian masing masing
anak untuk mendapatkan pengetahuan yang bermakna, sesuai dengan cara belajar
masing-masing anak.
Proses pembelajaran di TK melalui tiga tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, dan evalusi. Perencanaan pembelajaran di TK sebagai persiapan
proses kegiatan meliputi Perencanaan Semester, RKM, dan RKH. Pelaksanaan
pembelajaran di TK pada usia 4-6 tahun dilakukan secara individual, kelompok
kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembuka, inti, dan
penutup. Evalusi pembelajaran di TK menggunaan istilah pengukuran, penilaian,
dan asesmen.
Anak-anak usia dini terdiri dari beragam latar belakang, karakteristik,
budaya, ekonomi, ras, dan kondisi yang berbeda. Setiap anak memiliki latar
belakang kehidupan dan perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu
dimungkinkan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan khusus serta hambatan
belajar yang berbeda-beda. Sehingga setiap anak sebenarnya memerlukan layanan
pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan dari masing
masing anak.
47
Salah satu penyedia layanan sekolah inklusi di Yogyakarta adalah TK
Islam Pelangi Anak Negeri merupakan salah satu sekolah PAUD yang membuka
layanan sekolah inklusi, yang menerima anak dengan berbagai latar belakang
sosial, kondisi, ekonomi, budaya, ras, dan kemampuan. TK Islam Pelangi Anak
Negeri membuka layanan belajar inklusi untuk anak usia 2-7 tahun. Dalam setiap
kelompok belajar terdapat anak reguler dan ABK. TK Islam Pelangi Anak Negeri
menyediakan guru pendamping kelas bagi ABK yang membutuhkan. Proses
pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri menerapkan pembelajaran
inklusi. Pada gambar 1 berikut ini ditampilkan:
Gambar 1. Kerangka Pikir
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti merumuskan pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran inklusi pada TK Islam Pelangi
Anak Negeri?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran inklusi pada TK Islam Pelangi
Anak Negeri?
Sekolah inklusi Pembelajaran di TK
Pembelajaran Inklusi di TK
Tumbuh kembang anak optimal
48
3. Bagaimana bentuk evaluasi pembelajaran inklusi TK Islam Pelangi Anak
Negeri?
4. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran inklusi
TK Islam Pelangi Anak Negeri?
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Stake 1995
(Creswell, 2012: 20) studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di
dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu progam, peristiwa, aktivitas,
proses atau sekelompok individu. Kasus ini dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data serta waktu yang telah ditentukan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dikarenakan akan
menggali secara mendalam tentang proses pembelajaran inklusi di TK Islam
Pelangi Anak Negeri, yang pada sekolah lainnya pendidikan inklusi masih jarang
diterapkan. Penelitian akan dilaksanakan dengan mengkaji lebih mendalam
tentang proses pembelajaran inklusi. Sehingga peneliti memperoleh data secara
detail tentang proses pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah TK Islam Pelangi Anak Negeri yang
beralamat di Jalan Nitikan Baru nomor 09, Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta.
Dalam penelitian ini menggunakan sampling purposive. Sampling puposive
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono.
2012: 216). Subjek yang diambil dalam penelitian ini berupa nara sumber, yaitu
50
kepala sekolah, guru, dan pesert didik. Sedangkan objek penelitiannya adalah
proses pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri .
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2010: 309) teknik pengumpulan data merupakan
langkah paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian
adalah mendapatkan data. Nasution (Sugiyono, 2010: 306) mengemukakan bahwa
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia
sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya
belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur
penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya
tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Teknik pengambilan data menggunakan teknik yang selalu melibatkan
penuh peneliti untuk mengambil data. Pada penelitian kualitatif ini teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Observasi
Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa observasi
merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Jadi observasi adalah teknik
pengumpulan data yang ditujukan kepada objek dalam konten penelitian. Dalam
penelitian ini observasi dilakukan di TK Islam Pelangi Anak Negeri terkait
penelitian proses pembelajaran inklusi. Teknik observasi yang dilakukan dalam
penelitinan ini adalah observasi deskripsi dan partisipatif. Metode observasi
bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran inklusi TK Islam Pelangi Anak
51
Negeri. Kegiatan Observasi dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas
dengan mengamati kegiatan guru dan anak dalam proses pembelajaran.
2. Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2010: 317) mengemukakan bahwa interview adalah
“a meeting of two person to exchange information and idea through quetion and
responses, resulting in comunication and joint construction of meeting about a
particular topic.” Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur dan mendalam. Dalam wawancara terstruktur peneliti
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan
berdasarkan masalah dalam rancangan penelitian. Wawancara mendalam
dilakukan dengan tujuan untuk mendalami lebih lanjut terkait hal-hal saat
penelitian berlangsung.
Sumber data dalam teknik wawancara adalah kepala sekolah atau wakil
kepala sekolah TK Islam Pelangi Anak Negeri, dengan menggunakan pedoman
wawancara yang disesuaikan dengan sumber dan peneliti.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2010: 329) menyatakan bahwa dokumen adalah catatan sebuah
peristiwa yang sudah berlalu atau telah terjadi. Dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data yang ditujukan kepada objek dalam konten penelitian. Metode
dokumentasi bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran. Teknik
dokumentasi yang digunakan peneliti adalah dokumentasi gambar, yang berupa
foto ataupun arsip serupa lainya seperti: kurikulum, RKH, penilaian, dan arsip
pendukung lainnya.
52
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.
Kepekaan peneliti terhadap subjek dan nara sumber sangat diperlukan untuk
memperoleh data yang mendalam. Selama proses pencatatan saat dilapangan
tentunya peneliti memiliki panduan agar tidak mengalami perluasan data. Pada
Tabel berikut ini ditampilkan kisi-kisi penelitian.
Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian Observasi
No.
Komponen
Instrumen
Sumber
Data
Metode
Pengumpulan
Data
1. Pelaksanaan
Pembelajaran
Inklusi
a. Materi pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Media pembelajaran
d. Peserta didik
e. Guru
Guru
Peserta
didik
Observasi
2. Evaluasi
Pembelajaran
Inklusi
a. Evaluasi
perkembangan
b. Bentuk-bentuk teknik
evaluasi
c. Evaluasi pembelajaran
Guru
Peserta
didik
Observasi
Tabel 2. Kisi-kisi Penelitian Wawancara
No.
Komponen
Intrumen
Sumber
Data
Metode
Pengumpulan
Data
1. Perencanaan
Pembelajaran
Inklusi
a. Kurikulum adaptif
b. Progam semester
(promes)
c. Rencana pelaksanaan
Pembelajaran
Mingguan (RPPH)
d. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian
(RPPH)
Guru
Wawancara
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
Inklusi
a. Materi pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Media pembelajaran
d. Peserta didik
e. Guru
Guru
Wawancara
53
3. Evaluasi
Pembelajaran
Inklusi
d. Evaluasi
perkembangan
e. Bentuk-bentuk teknik
evaluasi
f. Evaluasi pembelajaran
Guru
Wawancara
Tabel 3. Kisi-kisi Penelitian Dokumentasi
No.
Komponen
Instrumen
Sumber
Data
Metode
Pengumpulan
Data
1. Perencanaan
Pembelajaran
Inklusi
a. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian
(RPPH)
b. Visi, misi, tujuan
sekolah
Arsip
sekolah
Dokumentasi
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
Inklusi
a. Kegiatan pembuka
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan penutup
d. Metode pembelajaran
e. Media pembelajaran
f. Materi pembelajaran
g. Peserta didik
h. Guru
Guru
Peserta
didik
Dokumentasi
3. Evaluasi
Pembelajaran
Inklusi
a. Evaluasi pembelajaran Guru
Dokumentasi
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2010: 334)
menyatakan bahwa:
“data analizy is the process of systematically searching and arranging the
interview transcript, fieldnote, and other materials that you accumulate to
increase your own understanding of them and to enable you to present
what you have discovered to others.”
54
Pada gambar 2 dipaparkan bagan proses analisis data menurut Miles dan
Huberman (1992: 18).
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data Model Alir
Gambar komponen analisis data model alir tersebut mengandung beberapa aspek
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hal tersebut
dilaksanakan selama kegiatan penelitian berlangsung. Penjabaran dari ketiga
aspek tersebut adalah:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Pada tahap pengumpulan data,
peneliti memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data. Data
yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi direduksi dengan cara merangkum, memilih dan memfokuskan data
pada hal hal yang sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti pada tahap ini
melakukan redusi data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan, dan
membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi.
55
b. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Miles dan Huberman (1992: 17) membatasi suatu “penyajian” sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data dilakukan setelah data selesai dirangkum atau direduksi.
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian
disajikan dalam bentuk catatan wawancara, catatan lapangan, dan catatan
dokumentasi.
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Kegiatan analisis data yang ketiga adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Miles dan Huberman (1992: 19) menyatakan bahwa dari permulaan
pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin,
alur sebab-akibat, dan proposisi.
Dalam hal ini peneliti akan mencari arti dan maksud dari data-data yang
telah diperolehnya. Berdasarkan data yang telah doreduksi dan disajikan peneliti
membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada tahap
pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masaah dan
pertanyaan yang telah disajikan peneliti sejak awal.
56
F. Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif diperlukan juga tentang uji keabsahan data. Hal
ini dilakukan agar data yang diperoleh adalah sesuatu yang berupa fakta atau
nyata. Menurut Sugiyono Sugiyono (2012: 327) triangulasi merupakan teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang ada.
Pada penelitian ini uji keabsahan yang dilakukan adalah dengan
triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari
berbagai sumber, berbagai cara/teknik, dan berbagai waktu. Triangulasi dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan teori. Triangulasi dengan
metode dilakukan dengan pengecekan hasil penelitian terhadap penggunaan
metode pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sedangkan triangulasi dengan teori dilakukan dengan cara pengecekan hasil
penelitian dengan kesesuaikan terhadap teori yang digunakan.
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identitas Lembaga
TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan salah satu penyedia layanan
Pendidikan Inklusi di Kota Yogayakarta. TK Islam Pelangi Anak Negeri terletak
di Jln. Nitikan Baru Nomor 09, Pandean, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Sekolah
menerima anak dengan berbagai latar belakang sosial, kondisi, ekonomi, budaya,
ras, dan kemampuan. Bentuk kegiatan pendidikan inklusi yang diadakan di TK
Islam Pelangi Anak Negeri seperti: ramah lingkungan, mengenal budaya
Indonesia, Bahasa Inggris, stimulasi baca tulis hitung/calistung untuk anak, field
trip, kunjungan profesi, dan lain-lain.
Sekolah memiliki visi yaitu mempersiapkan generasi yang cerdas, ceria,
mandiri, reatif, dan islami. Dalam mewujudkan visi sekolah, sekolah menerapkan
misi sekolah yaitu mewujudkan anak yang berbudi pekerti luhur dan berakhlakul
karimah. Adapun tujuan dari sekolah yaitu mendidik dan mengasuh anak secara
islami dengan penuh perhatian dan penuh kasih sayang sesuai dengan tahapan
usianya, agar dapat tumbuh dan berkembang secara alamiah dan optimal dengan
segala potensi yang dimiliki masing-masing anak sesuai dengan tingkat
perkembanganya.
Kurikulum yang ada dalam sekolah ini menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pembelajaran (KTSP) Kurikulum 2013 anak usia dini dari Dinas
Pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan anak, visi, misi, dan tujuan
58
sekolah. Dalam pengembangan kurikulum, sekolah mengembangakan enam
pengembangan yaitu nam, sosial emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, dan
fisik motorik. Kurikulum inklusi yang digunakan yaitu kurikulum inklusi reguler,
yang berupa penggunaan Kurikulum 2013 dengan beberapa modifikasi dalam
alokasi waktu, pendampingan, dan materi belajar.
TK Islam Pelangi Anak Negeri membuka layanan belajar inklusi untuk
anak usia 2-7 tahun yaitu TPA (Tempat Penitipan Anak), KB (Kelompok
Bermain), TK (Taman Kanak-kanak), Full Days, dan Pra SD. Dalam setiap kelas
belajar berisikan anak dengan keragaman yang berbeda, termasuk ABK. Semua
anak tergabung dalam kelas yang sama, ABK juga bergabung dengan anak lain,
dan dibuatkan kegiatan yang sesuai kebutuhannya. Sekolah membuka layanan 5
kelas untuk usia taman kanak-kanak, 3 kelas di kelompok A, dan 2 kelas di
kelompok B. Setiap kelompok belajar terdapat ABK, kelompok A terdapat satu
ABK yaitu autis, sedangkan pada kelompok B terdapat empat ABK yaitu, 1 ABK
autis, 1 ABK ADHD, 1 ABK lambat belajar, dan 1 ABK lambat belajar dan
lambat bicara.
Dalam menunjang layanan inklusi, sekolah menyediakan GPK (guru
pendamping kelas), GPK di TK Islam Pelangi Anak Negeri merupakan guru tetap
sekolah. Satu GPK bertugas untuk 2 kelas. Kelas di TK Islam Pelangi Anak
Negeri menerapkan kelas bongkar pasang, sehingga satu GPK dapat dengan
mudah untuk memantau 2 kelas. Tidak semua ABK di TK Islam Pelangi Anak
Negeri di dampingi oleh GPK, hanya yang masih dalam terapi yang mendapatkan
pendampingan khusus GPK. Hal ini bertujuan agar ABK belajar bersosialisasi
59
dengan teman sebaya dan mandiri. Selain adanya GPK sekolah juga memberikan
layanan tes sidik jari, layanan ini diberikan sebelum awal tahun ajarann dimulai.
Layanan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan, bakat, minat, cara
belajar, dan perkembangan anak. Sehingga sekolah dalam pembelajarannya dapat
menyesuaikan dengan masing-masing kebutuhan anak.
2. Perencanaan Pembelajaran Inklusi
Perencanaan pembelajaran merupakan seperangkat rancangan yang dibuat
untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Komponen dalam
perencanaan terdapat isi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode
belajar, media yang digunakan dan penilaian. PROMES, RPPM, RPPH semua
terdapat dalam kurikulum.
Kurikulum yang digunakan di TK Islam Pelangi Anak Negeri
menggunakan Kurikulum 2013. Untuk Kurikulum inklusi, sekolah menggunakan
model kurikulum reguler, yaitu Kurikulum 2013 dengan beberapa modifikasi
seperti layanan alokasi waktu, isi/materi kegiatan, dan layanan pendampingan
yang disesuaikan dengan kondisi anak. Modifikasi alokasi waktu berupa:
penambahan waktu belajar bagi ABK dan reguler yang kesulitan belajar.
Modifikasi isi materi belajar berupa pemberian isi materi pembelajaran anak yang
disesuaikan kemampuan masing-masing anak, dalam kegiatan yang sama.
Modifikasi layanan pendampingan yaitu cara mengarahkan anak agar anak mau
atau berminat untuk melakukan kegiatan. Berikut hasil wawancara terkait
penggunaan kurikulum di TK Islam Pelangi Anak Negeri:
60
“Kurikulum yang digunakan Kurikulum 2013, untuk semuanya
sama” (W.1.1.G)
PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala sekolah
yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Perencanaan pembelajaran dibuat
pada saat liburan semester, sebelum awal tahun ajaran baru. Pada tahun ini
sekolah baru menerapkan Kurikulum 2013, dalam penyusunan serangkaian
PROMES, RPPM, dan RPPH, sekolah mendatangkan guru dari luar sekolah
untuk memberikan pelatihan kepada semua guru. Berikut hasil wawancara terkait
penyusunan perencanaan pembelajaran:
“Menyusun kurikulum dan serangkaian perencanaan sewaktu libur
semester, karena Kurikulum 2013 baru diterapkan tahun ini. Jadi
sekolah mendatangkan guru dari luar sekolah sebagai pelatih dalam
penyusunan kurikulum” (W.1.2.G)
PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala
sekolah. PROMES berisi program pembelajaran yang akan dilakukan atau dicapai
pada semester, antara lain penjabaran progam tahunan, progam bulanan, progam
mingguan, progam harian, dan pokok bahasan yang akan disampaikan dan waktu
yang direncanakan. Tema yang digunakan dalam kegiatan sesuai dan mengikuti
tema yang terdapat dalam Kurikulum 2013. Pemilihan tema dan subtema yang
digunakan mengacu dan disesuaikan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Semua tema dan subtema untuk semua anak dan semua kelas yaitu sama, yang
artinya tidak ada perbedaan tema dan subtema yang diberikan untuk anak reguler
dan ABK, serta kegiatan belajar yang sama dalam semua kelas untuk setiap hari.
Berikut hasil wawancara dengan guru terkait pemilihan tema dan subtema:
“Pemilihan tema dilakukan pada libur semester sebelum awal tahun
ajarann, pemilihan subtema satu yayasan dan setiap kelas
61
disamakan semua. Tema didiskusikan oleh para guru dan kepala
sekolah. Subtema untuk anak reguler dan ABK disamakan, dan
dibuat untuk satu tahun” (W.1.2.G) (W.1.4.G)
Penyusunan rangkaian progam semsester sekolah mengembangakan 6
bidang pengembangan, yaitu nilai moral dan agama, fisik motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan seni. Untuk mengembangan materi pembelajaran,
mendesain kegiatan pembelajaran, mengembangkan bahan ajar merancang dan
melaksanakan penilaian hasil belajar, TK Islam Pelangi Anak Negeri berpedoman
pada Peraturan Kementerian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146
tahun 2014 yang berupa muatan kurikulum, kompetensi inti, kompetensi dasar,
lama belajar, dan indikator percapaian perkembangan.
RPPM disusun sebagai acuan pembelajaran selama satu minggu. RPPM
dapat berbentuk jaringan tema atau format lain yang dikembangkan oleh satuan
PAUD yang berisi projek-projek yang akan dikembangkan menjadi kegiatan
pembelajaran. RPPM di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran dari
PROMES, yang berisi kegiatan-kegiatan dalam mencapai indikator pencapaian
perkembangan. Pada akhir satu tema TK Islam Pelangi Anak Negeri
melaksanakan kegiatan puncak tema untuk menunjukkan hasil belajar sekolah
yang berupa fieldtrip, kerja bakti, class cooking, menanam tanaman, kunjungan
profesi, dan lainnya. RPPM dibuat oleh semua guru dan kepala sekolah dengan
berdiskusi, RPPM yang dibuat sama untuk semua kelas dan semua anak (ABK
dan reguler), RPPM yang dibuat menggunakan model pembelajaran kelompok.
RPPH di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran kegiatan dari
RPPM, RPPH berisi kegiatan pembelajaran dalam satu hari yang dilaksanakan
secara kelompok dan klasikal. Komponen dalam RPPH di TK Islam Pelangi
62
Anak Negeri meliputi: tema/sub, kelompok usia, alokasi waktu, kegiatan belajar
(kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), indikator pencapaian
perkembangan, penilaian perkembangan anak, serta media dan sumber belajar.
RPPH yang dibuat disamakan untuk semua kelas dan semua yayasan
Pelangi Anak, yang artinya semua kegiatan pembelajaran dalam setiap hari untuk
semua kelas sama, yang membedakanya adalah tingkat kesulitanya, dan tidak ada
perbedaan RPPH untuk ABK dan reguler. RPPH disusun oleh semua guru dan
kepala sekolah, yang dilakukan dengan diskusi dalam perencanaanya dan
kegiatan dibuat untuk satu tahun ajarann sekolah. Berikut hasil wawancara dan
dokumentasi dari penelitian:
“Pembuatan RPPH dilakukan pada libur semester sebelum awal
tahun ajarann, penyusunan RPPH satu yayasan dan setiap kelas
disamakan semua. RPPH disusun untuk satu tahun. RPPH
didiskusikan oleh para guru dan kepala sekolah” (W.1.2.G)
Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, anak (reguler dan ABK)
tidak berperan didalamnya. Penyusunan rancangan kegiatan mengikuti dan
disesuaikan dengan kurikulum reguler Kurikulum 2013 yang disusun oleh guru
dan kepala sekolah.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Inklusi
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, didapat data
berupa pelaksanaan pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri.
Proses kegiatan pembelajaran Senin-Sabtu dimulai dari jam 07.00 anak-anak
sudah mulai berdatangan, kegiatan dimulai sejak jam 08.00 dan pulang pada jam
12.00, untuk progam full days pulang pada jam 17.00 karena sekolah membuka
63
layanan full days. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan urutan
pembukaan, kegiatan inti, dan penutup.
Kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri mengacu dan
disesuaikan dengan RPPH, namun pada pelaksanaanya tidak semua kegiatan yang
ada di RPPH terlaksana. Dalam RPPH terdapat 4 kegiatan, dan terlaksana 2
kegiatan pada setiap harinya. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dipilihkan
dan diberikan dari guru, kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kelompok dan klasikal. Model pembelajaran klasikal biasanya
digunakan pada saat pembiasaan ibadah, dan metode kelompok biasa digunakan
saat kegiatan inti pembelajaran.
Semua anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri dibiasakan untuk mandiri,
termasuk ABK. Pembiasaan kemandirian berupa pembiasaan anak untuk terbiasa
mandiri dalam kehidupan sehari-hari, seperti melatih anak untuk mengambil
makan, makan dan mencuci piring sendiri, yang dilaksanakan setiap harinya
ketika istirahat makan siang. Semua anak terlihat sudah mampu mandiri, termasuk
ABK. Setiap anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri mendapatkan layanan yang
berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan karakter serta kemampuan anak.
Layanan yang diberikan berupa pendampingan anak, materi belajar dan
penyampaian materi belajar. Berikut hasil dokumentasi terkait pembiasaan
kemandirian anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri:
Setiap anak makan dan mencuci piring sendiri-sendiri secara
bergantian, di tempat yang telah disediakan oleh guru (Gambar 6).
Layanan pendampingan anak berupa ketersediaan GPK. GPK di TK Islam
Pelangi Anak Negeri bertugas untuk mendampingi semua anak yang mengalami
64
kesulitan sewaktu pembelajaran. Cara yang digunakan GPK dalam pendampingan
ABK yang sudah mandiri dan reguler sama, yaitu anak didekati, diarahkan, dan
dibantu jika anak mengalami kesulitan belajar seperti belum memahami terhadap
penggerjaan kegiatan. ABK dikatakan mandiri yaitu apabila anak sudah dapat
mengontrol dirinya sendiri, tidak mengganggu anak lainnya sewaktu kegiatan
pembelajaran, dan mengerti kegiatan yang berlangsung di sekolah. Berikut hasil
observasi yang lebih jelasnya terkait layanan pendampingan bagi ABK yang
sudah mandiri:
“Anak membuat barisan, yang diarahkan oleh guru. Kegiatan hari
ini adalah bermain ular naga, guru menjelaskan aturan permainan.
Jut (ABK) tidak mau mengikuti kegiatan, Jut (ABK) bermain
prosotan yang ada di dekat tempat bermain ular naga. Jut (ABK)
tidak dipaksa untuk ikut kegiatan karna Jut (ABK) tidak mau
mengikuti kegitan. Anak lainya bermain ularnaga, dalam kegiatan
ini bagi yang tertangkap maka diminta untuk memimpin bernyanyi,
dan bernyanyi bersama dengan anak lainya. Jut (ABK) ditemani
oleh guru, diajak tanya jawab seputar benda disekitarnya, macam
warna yang ada diprosotan menggunakan bahasa inggris, berhitung
menggunakan bahasa inggris, dan menunjukkan anggota tubuhnya.
Guru mengarahkan Jut (ABK) agar mau mengikuti kegiatan
selanjutnya, dan Jut (ABK) mau untuk mengikuti kegiatanya”
(CL.2)
Pendampingan untuk ABK yang masih dalam terapi/belum mandiri, GPK
mendampingi mulai dari anak tiba di sekolah hingga dijemput. Terapi yang
dilakukan membiasakan anak untuk tau dan mengerti kegiatan-kegiatan yang ada
ketika di sekolah. Seperti guru mengajak anak untuk dapat makan sendiri dan
mencuci piring sendiri, anak dilatih untuk mencoba dan tetap didampingi selalu,
anak diajak mengikuti kegiatan, meskipun anak tidak ikut mengerjakan tetapi
anak tetap dikenalkan. GPK disediakan oleh sekolah, yaitu guru TK Islam Pelangi
Anak Negeri, 1 GPK bertugas untuk 2 kelas. Karena tidak semua ABK
65
memerlukan pendampingan khusus dari GPK dan kelas yang ada di TK Islam
Pelangi Anak Negeri menggunakan kelas bongkar pasang, yang mana kelas
disekat oleh penyekat dengan tinggi 1 meter, sehingga GPK mudah untuk
memantau. Berikut catatan lapangan lebih jelasnya terkait layanan pendampingan
bagi ABK yang belum mandiri:
“Di kelompok B.1 terdapat siswa baru ABK yaitu Kafka, Kafka
adalah ABK ADHD. Kafka masih memerlukan pendampingan
khusus, sebab kafka belum mandiri dan masih dalam tahap terapi.
Kafka tidak mau mengikuti kegiatan, Kafka teriak-teriak dan ingin
bermain di luar, Kafka didampingi oleh guru bermain diluar. Guru
mengajaknya untuk bernyanyi, sewaktu bernyanyi nyanyian yang
diberikan guru tidak sesuai dengan keinginan kafka, kafka diajak
berbicara untuk mengutarakan keinginannya.” (CL 5)
Layanan materi belajar yang diberikan setiap anak berbeda beda, beberapa
materi belajar disesuikan kemampuan masing-masing anak. Materi yang diberikan
pada kegiatan inti pembelajaran berisi materi dan kegiatan yang sama. Meskipun
materi yang diberikan saat kegiatan berlangsung sama, namun guru tidak
memaksakan kepada anak untuk harus menyelesaikan tugas. Tugas yang belum
selesai biasanya guru akan meminta anak meneruskannya setelah kegiatan
penutup. Di TK Islam Pelangi Anak Negeri, usai anak selesai melaksanakan
pembelajaran, sekolah menyediakan makan siang dan kegiatan tambahan,
kegiatan ini biasanya berisi kegiatan baca, tulis, hitung, dan meneruskan tugas
kegiatan yang belum selesai. Dalam kegiatan tambahan ini, materi yang diberikan
setiap anak berbeda yang sesuai kemampuan masing-masing anak. Berikut hasil
dokumentasi terkait penyesuaian materi belajar yang disesuaikan dengan
kemampuan anak:
66
Materi calistung yang diberikan untuk dua anak pada hari yang
sama berbeda (Gambar 28)
Layanan penyampaian materi belajar di TK Islam Pelangi Anak Negeri
kepada semua anak sama. Penggunaan metode dan media yang diterapkan di TK
Islam Pelangi Anak Negeri berlaku untuk semua siswa, baik anak reguler dan
ABK. Metode yang sering digunakan yaitu metode ceramah, pemberian tugas, dan
pembiasaan. Pemberian tugas berupa mengerjakan kegiatan yang diberikan guru,
yang biasa terlaksana dengan menggunaan media LKA dan buku tulis. Berikut
hasil wawancara terkait penggunaan metode belajar dan media belajar:
“Metode yang diterapkan untuk ABK dan reguler adalah sama.
Tidak ada yang dibedakan, namun saat kegiatan ABK lebih
dipantau.” (W.4.2.G)
“Media yang digunakan untuk ABK dan reguler sama.” (W.2.5G)
Dalam pelaksanaan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri,
sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk ABK mandiri dan
menggunakan metode, media, dan kegiatan yang sama, sedangkan untuk ABK
yang masih tahap terapi, metode, media, serta kegiatan belajar dilakukan secara
flexibel, disesuaikan dengan minat dan kebutuhan ABK sendiri. Untuk menunjang
kemampuan anak, sekolah memberikan layanan belajar yang disesuikan dengan
kondisi masing-masing anak, sehingga ABK dapat bersosialisasi dengan anak
lainya, tanpa merasa dirinya berbeda, serta mampu untuk mencapai indikator
perkembangan.
67
4. Evaluasi Pembelajaran
Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran merupakan hal yang penting dalam
pelaksanaan pembelajaran. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui dan
menindaklanjuti pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai peserta didik
selama mengikuti pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukaan pada akhir
kegiatan belajar, yang membahas tentang kegiatan yang sudah dilakukan atau
recall kembali pemahan anak tentang kegiatan yang sudah dipelajari. Kegiatan
evaluasi akhir di TK Islam Pelangi Anak Negeri tidak setiap hari dapat terlaksana.
Pelaksanaan evaluasi akhir pembelajaran dilakukan oleh guru dan anak-anak,
evaluasi tidak dapat terlaksana sebab pada setiap harinya pada kegiatan penutup,
diisi dengan doa setelah makan, ikrar, dan salam. Berikut hasil wawancara dan
dokumentasi terkait evaluasi pembelajaran:
“Evaluasi biasanya dilakukan setelah kegiatan dalam sehari selesai,
dan pada puncak tema. Evaluasi ABK dan anak reguler sama, yang
membedakan adalah hasilnya pada masing-masing anak”
(W.3.2.G)
Dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran, sekolah selalu
melakukan evaluasi tumbuh kembang anak. Evaluasi perkembangan anak
dilakukan di awal dan akhir semester. Evaluasi perkembangan anak di tahun
ajaran menggunakan tes sidik jari. Tes sidik jari digunakan di awal tahun ajaran
yang dimaksudkan untuk mengetahui bakat, minat, gaya belajar, kemampuan, dan
perkembangan anak. Evaluasi perkembangan anak di akhir semester
menggunakan raport. Raport didapat dari deskripsi tumbuh kembang dan unjuk
kerja anak, yang diambil dengan menggunakan teknik penilaian hasil karya,
68
catatan anekdot, penugasan, dan observasi. Berikut hasil wawancara terkait
penggunaan teknik evaluasi:
“Catatan anekdot, cheklist, dan portofolio” (W.3.1.G)
Catatan anekdot berasal dari catatan observasi guru terhadap sikap dan
perilaku anak dalam sehari-hari. Hasil karya didapat dari hasil pekerjaan anak saat
pembelajaran setiap harinya. Teknik evaluasi dan indikator perkembangan ABK
dan reguler dalam evaluasi untuk semua anak sama, setiap anak memiliki hasil
yang berbeda beda, hal tersebut ditentukan oleh masing-masing perkembangan
anak.
Pelaksanaan evaluasi terhadap perkembangan anak dilakukan oleh guru,
setelah kegiatan selesai dan pada puncak tema. Evaluasi dirangkum menjadi satu,
sehingga menghasilkan laporan hasil penilaian. Hasil evaluasi dilaporkan kepada
orang tua siswa setiap sebulan sekali dan pada akhir semester. Sekolah sangat
terbuka dalam pemberian informasi anak kepada orang tua, dalam sebulan sekali
sekolah menyediakan pertemuan orang tua, konsultasi perkembangan anak dan
konsultasi kesehatan, sehingga jika terdapat beberapa aspek yang menyimpang
orangtua bisa langsung mengkonsultasikan pada ahlinya.
69
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian berisi hasil penelitian tentang pelaksanaan
pembelajaran TK inklusi yang dilaksanakan di TK Islam Pelangi Anak Negeri.
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan seperangkat rancangan yang dibuat
untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Komponen dalam
perencanaan terdapat isi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode
belajar, media yang digunakan dan penilaian. PROMES, RPPM, RPPH semua
terdapat dalam kurikulum.
Kurikulum yang digunakan di TK Islam Pelangi Anak Negeri
menggunakan Kurikulum 2013. Kegiatan inklusi di TK Islam Pelngi Anak Negeri
menggunakan model kurikulum reguler, yaitu Kurikulum 2013 dengan beberapa
modifikasi seperti layanan alokasi waktu, isi/materi kegiatan, dan layanan
pendampingan yang disesuaikan dengan kondisi anak sewaktu proses kegiatan
pembelajaran berlangsung. Modifikasi alokasi waktu berupa: penambahan waktu
belajar bagi ABK dan reguler yang kesulitan belajar. Modifikasi isi materi belajar
berupa pemberian isi materi pembelajaran anak yang sesuai dengan kemampuan
masing-masing anak, dengan kegiatan yang sama. Modifikasi layanan
pendampingan yaitu cara mengarahkan anak agar anak mau atau berminat untuk
melakukan kegiatan. Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi bagi ABK, sekolah
belum menggunakan kurikulum adaptif.
Penggunaan model kurikulum inklusi reguler di TK Islam Pelangi Anak
Negeri sesuai dengan teori Suyanto (2007: 20) yang mengatakan bahwa
70
kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada
dasarnya menggunakan kurikulum reguler yang berlaku disekolah umum. Namun
demikian karena ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus
sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat,
maka dalam implementasinya, kurikulum reguler perlu dilakukan modifikasi
(penyelarasan) sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Perencanaan pembelajaran terkait belum adanya penerapan kurikulum
adaptif bagi ABK tidak sesuai dengan teori Mumpuni, (2011:5) yang mengatakan
bahwa model pembelajaran inklusi mengharuskan guru melayani siswa dengan
berbagai kebutuhan belajar. Adaptasi dalam model pembelajaran inklusi
merupakan cara penyesuaian aktivitas belajar yang sesuai dengan kondisi siswa
berkebutuhan khusus. Sekolah inklusi perlu adanya pembelajaran yang adaptif.
Mengingat beragamnya kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh anak
berkebutuhan khusus. Adaptasi dalam kurikulum juga merupakan salah satu cara
untuk pemenuhan hak bagi ABK yang berada di sekolah inklusi.
PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala sekolah
yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013 dan dengan memasukkan nilai islami.
Perencanaan pembelajaran dibuat pada saat liburan semester, sebelum awal tahun
ajarann baru. Pada tahun ini baru menerapkan Kurikulum 2013, dalam
penyusunan serangkaian PROMES, RPPM, dan RPPH, sekolah mendatangkan
guru dari luar sekolah untuk memberikan pelatihan kepada semua guru.
PROMES, RPPM, dan RPPH disusun oleh semua guru dan kepala
sekolah. PROMES berisi program pembelajaran yang akan dilakukan atau dicapai
71
pada semester, antara lain penjabaran progam tahunan, progam bulanan, progam
mingguan, progam harian, dan pokok bahasan yang akan disampaikan dan waktu
yang direncanakan.
Tema yang digunakan dalam kegiatan sesuai dan mengikuti tema yang
terdapat dalam Kurikulum 2013 dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Semua
tema dan subtema untuk semua anak dan semua kelas yaitu sama, yang artinya
tidak ada perbedaan tema dan subtema yang diberikan untuk anak reguler dan
ABK, serta kegiatan belajar yang sama dalam semua kelas untuk setiap hari.
Penggunaan tema di TK Islam Pelangi Anak Negeri belum sesuai dengan teori
Mudjito (2010:11) yang mengatakan bahwa pemilihan tema di TK hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip: kedekatan, kesederhanaan, kemenarikan, dan
keinsidentalan.
Dalam penyusunan rangkaian progam semester, sekolah mengembangkan
6 bidang pengembangan, yaitu nilai moral dan agama, fisik motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan seni. Untuk mengembangakan materi pembelajaran,
mendesain kegiatan pembelajaran, mengembangkan bahan ajar merancang dan
melaksanakan penilaian hasil belajar, TK Islam Pelangi Anak Negeri berpedoman
pada Peraturan Kementrian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun
2014 yang berupa muatan kurikulum, kompetensi inti, kompetensi dasar, lama
belajar, dan indikator percapaian perkembangan.
RPPM disusun sebagai acuan pembelajaran selama satu minggu. RPPM
dapat berbentuk jaringan tema atau format lain yang dikembangkan oleh satuan
PAUD yang berisi projek-projek yang akan dikembangkan menjadi kegiatan
72
pembelajaran. RPPM di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran dari
PROMES, yang berisi kegiatan-kegiatan dalam mencapai indikator pencapaian
perkembangan.
RPPH di TK Islam Pelangi Anak Negeri berupa penjabaran kegiatan dari
RPPM, RPPH berisi kegiatan pembelajaran dalam satu hari yang dilaksanakan
secara kelompok dan klasikal. Komponen dalam RPPH di TK Islam Pelangi Anak
Negeri meliputi: tema/sub, kelompok usia, alokasi waktu, kegiatan belajar
(kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup), indikator pencapaian
perkembangan, penilaian perkembangan anak, serta media dan sumber belajar.
Penyusunan serangkaian perencanaan pembelajaran di TK Islam Pelangi
Anak Negeri sesuai dengan teori Budiyanto (2012: 64) yang mengatakan bahwa
dalam konteks perencanaan pembelajaran inklusi dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan atau metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu lokasi waktu
yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang
ditentukan. Peran yang dilakukan oleh guru dalam perencanaan pembelajaran
adalah dengan membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran
tersebut minimal terdiri dari analisis pekan efektif, program tahunan, program
semesteran, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, anak (reguler dan ABK)
tidak berperan didalamnya. Penyusunan rancangan kegiatan mengikuti dan
73
disesuaikan dengan kurikulum reguler Kurikulum 2013 yang disusun oleh guru
dan kepala sekolah.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanan kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri
dilakukan dengan urutan pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan
pembelajaran TK inklusi di TK Islam Pelangi Anak Negeri. Proses kegiatan
pembelajaran senin-sabtu dimulai dari jam 07.00 anak-anak sudah mulai
berdatangan, kegiatan dimulai sejak jam 08.00 dan pulang pada jam 12.00, untuk
progam full days pulang pada jam 17.00 karena sekolah membuka layanan full
days. Urutan kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri sesuai
dengan teori Mudjito (2010: 21-27) yang mengatakan bahwa pelaksanaan
pembelajaran di TK pada usia 4-6 tahun dilakukan secara individual, kelompok
kecil, dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu pembuka, inti, dan
penutup.
Kegiatan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri mengacu dan
disesuaikan dengan RPPH, namun pada pelaksanaanya tidak semua kegiatan yang
ada di RPPH terlaksana. Dalam RPPH terdapat 4 kegiatan, dan terlaksana 2
kegiatan pada setiap harinya. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung, dipilihkan
dan diberikan dari guru. Kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kelompok dan klasikal. Model pembelajaran klasikal biasanya
digunakan pada saat pembiasaan ibadah, dan metode kelompok biasa digunakan
saat kegiatan inti pembelajaran.
74
Semua anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri dibiasakan untuk mandiri,
termasuk ABK. Pembiasaan kemandirian berupa pembiasaan anak untuk terbiasa
mandiri dalam kehidupan sehari-hari, seperti melatih anak untuk mengambil
makan, makan dan mencuci piring sendiri, yang dilaksanakan setiap harinya
ketika istirahat makan siang. Semua anak terlihat sudah mampu mandiri, termasuk
ABK. Setiap anak di TK Islam Pelangi Anak Negeri mendapatkan layanan yang
berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan karakter serta kemampuan anak.
Layanan yang diberikan berupa pendampingan anak, materi belajar dan
penyampaian materi belajar.
Layanan pendampingan anak berupa ketersediaan GPK. GPK di TK Islam
Pelangi Anak Negeri merupakan guru tetap sekolah, namun GPK di sekolah iini
belum berlatar belakang dari pendidikan luar biasa. GPK di TK Islam Pelangi
Anak Negeri bertugas untuk mendampingi ABK dan reguler yang mengalami
kesulitan sewaktu pembelajaran. Cara yang digunakan GPK dalam pendampingan
ABK yang sudah mandiri dan reguler sama, yaitu anak didekati, diarahkan, dan
dibantu jika anak mengalami kesulitan belajar seperti belum memahami terhadap
penggerjaan kegiatan.
Pendampingan untuk ABK yang masih dalam terapi/belum mandiri, GPK
mendampingi mulai dari anak tiba di sekolah hingga dijemput. Terapi yang
dilakukan membiasakan anak untuk tau dan mengerti kegiatan-kegiatan yang ada
ketika di sekolah. Seperti guru mengajak anak untuk dapat makan sendiri dan
mencuci piring sendiri, anak dilatih untuk mencoba dan tetap didampingi selalu,
75
anak diajak mengikuti kegiatan, meskipun anak tidak ikut mengerjakan tetapi
anak tetap dikenalkan.
Pengadaan GPK di sekolah sesuai dengan teori Sari Rudiyati (2013: 37)
yang mengatakan bahwa tenaga pendidik yang profesional menjadi salah satu
penentu dalam keberhasilan pelaksaaan pembelajaran inklusi. Tenaga pendidik
dalam sekolah inklusi menurut meliputi guru umum dan guru pendamping. Guru
umum meliputi guru kelas dan guru bidang studi, sedangkan guru pendamping
merupakan guru pendamping khusus (GPK).
GPK di sekolah yang belum berlatar belakang pendidikan luar biasa belum
sesuai dengan teori Sari Rudiyati (2013: 40) yang mengatakan bahwa guru
pembimbing khusus adalah guru yang mempunyai latar belakang pendidikan luar
biasa atau yang pernah mendapat pelatihan khusus terkait dengan pendidikan luar
biasa.
Modifikasi Layanan materi belajar yang diberikan setiap anak berbeda
beda, beberapa materi belajar disesuikan kemampuan masing-masing anak. Materi
yang diberikan pada kegiatan inti pembelajaran berisi materi dan kegiatan yang
sama. meskipun materi yang diberikan saat kegiatan berlangsung sama, namun
guru tidak memaksakan kepada anak untuk harus menyelesaikan tugas. Tugas
yang belum selesai biasanya guru akan meminta anak meneruskannya setelah
kegiatan penutup.
Materi belajar dalam pembelajaran inklusi di TK Islam Pelangi Anak
Negeri yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak sesuai dengan
teori Nana Syaodih 2005 (dalam Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 172) yang
76
mengatakan bahwa materi belajar di sekolah inklusi disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing anak.
Layanan penyampaian materi belajar di TK Islam Pelangi Anak Negeri
berupa metode dan media belajar. Penggunaan metode dan media yang diterapkan
di TK Islam Pelangi Anak Negeri berlaku untuk semua siswa, baik anak reguler
dan ABK mandiri. Metode yang sering digunakan yaitu metode ceramah,
pemberian tugas, dan pembiasaan. Pemberian tugas berupa mengerjakan kegiatan
yang diberikan guru, yang biasa terlaksana dengan menggunaan media LKA dan
buku tulis. . Untuk ABK terapi metode dan media yang digunakan flexibel, yaitu
disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak pada waktu tersebut.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di TK Islam Pelangi Anak Negeri,
sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk semua anak menggunakan
metode, media, dan kegiatan yang sama. Untuk menunjang kemampuan anak,
sekolah memberikan layanan belajar yang disesuikan dengan kondisi masing-
masing anak, sehingga ABK dapat bersosialisasi dengan anak lainya, tanpa
merasa dirinya berbeda, serta mampu untuk mencapai indikator perkembangan.
3. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur
dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau hingga mana
terdapat kemajuan siswa, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan
tujuan pembelajaran tersebut. Evaluasi yang dilakukan untuk ABK dan anak
77
reguler sama, untuk hasilnya setiap anak berbeda, sesuai dengan kondisi masing-
masing anak.
Evaluasi dilaksanakan untuk memantau perkembangan setiap anak.
Evaluasi perkembangan juga dilakukan pada awal masuk sekolah, yaitu dengan
menggunakan tes sidik jari, yang hasinya menginformasikan tentang bakat, minat,
perkembangan, kemampuan, dan IQ anak. Dari evaluasi awal ini, guru dan
orangtua mengetahui perkembangan dan kemampuan anak, sehingga untuk
kegiatan pembelajaran guru dapat menyesuaikan dengan karakter dan
kemampuan anak.
Pelaksanaan evaluasi awal sebelum tahun ajaran baru bertujuan untuk
mengetahui tingkat perkembangan anak, sehingga memudahkan dalam
pencapaian tujuan belajaran nantinya. Pelasanaan evaluasi ini sesuai dengan teori
Budiyanto (2012: 64) yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan suatu
kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam suatu proses pembelajaran. Dengan
demikian evaluasi berarti penentuan nilai suatu program dan penentuan
keberhasilan tujuan pembelajaran suatu program.
Evaluasi perkembangan anak dilakukan di awal dan akhir semester.
Evaluasi perkembangan anak di tahun ajaran menggunakan tes sidik jari, tes sidik
jadi digunakan di awal tahun ajarann dimaksudkan untuk mengetahui bakat,
minat, gaya belajar, kemampuan, dan perkembangan anak. Evaluasi
perkembangan anak di akhir semester menggunakan raport. Raport didapat dari
deskripsi tumbuh kembang dan unjuk kerja anak, yang diambil dengan
78
menggunakan teknik penilaian hasil karya, catatan anekdot, penugasan,
penugasan, dan observasi.
Penggunaan teknik evaluasi perkembangan sesuai dengan teori Mudjito
(2010: 11) mengatakan bahwa beberapa teknik penilaian yang dilakukan di
Taman Kanak-kanak, di antaranya: observasi, catatan anekdot, percakapan,
penugasan, unjuk kerja, hasil karya, pengembangan perangkat penilaian sendiri,
penggunan instrumen standart, dan portofolio.
Pelaksanaan evaluasi perkembangan anak dilakukan oleh guru, setelah
kegiatan selseai dan pada puncak tema. Yang dirangkum menjadi satu, sehingga
menghasilkan laporan hasil penilaian. Setiap anak memiliki hasil evaluasi
perkembangan yang berbeda-beda. Evaluasi di TK Islam Pelangi Anak Negeri
sesuai dengan teori Mudjito (2010: 11) yang mengatakan bahwa penilaian di
Taman Kanak-kanak merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan tingkat percapaian perkembanagn anak dan pengambilan
keputusan, pengakuan, atau ketetapan tentang kondisi (kemampuan anak).
Kegiatan evalusi bagi ABK, menggunakan teknik evalusi yang sama
dengan anak reguler. Pelaksanaan evaluasi ABK dengan belum memperhatikan
tingkat kebutuhan dan hambatan anak belum sesuai dengan teori Sari Rudiyati
(2013: 79) yang mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran di sekolah inklusif
hendaknya dapat menjangkau kemampuan seluruh anak, baik reguler maupun
ABK. Bagi reguler, evaluasi hasil belajarnya dapat mengacu pada standar yang
berlaku, namun bagi ABK perlu memperhatikan kondisi, kemampuan, dan
kebutuhannnya, serta progam pendidikan dan pembelajaran yang telat dibuat.
79
4. Keterbatasan Penelitian
Dalam penenelian banyak terdapat keterbatasan dalam proses penelitian.
Adapaun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan berbatas pada proses pelaksanaan pembelajaran,
bukan pada proses dan hasil pembelajaran inklusi.
2. Sumber data wawancara hanya dapat diperoleh dari wakil kepala sekolah.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di TK Islam
Pelangi Anak Negeri, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran yang berupa PROMES, RPPM, RPPH, dan
pemilihan tema disusun oleh guru (termasuk GPK) dan kepala sekolah.
Kurikulum inklusi yang digunakan ABK dan reguler adalah model kurikulum
inklusi reguler, yaitu kurikulum 2013 yang dimodifikasi dalam alokasi waktu,
isi materi, dan layanan untuk ABK. Untuk kurikulum inklusi khusus bagi
ABK, sekolah belum menerapkan kurikulum adaptif.
2. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan urutan kegiatan pembuka,
pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penutup. Dalam proses pembelajaran,
beberapa isi materi disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.
Metode dan media belajar yang diberikan untuk ABK mandiri dan reguler
menggunakan media dan metode yang sama. Metode yang sering digunakan
yaitu metode ceramah, pemberian tugas, dan pembiasaan. Penggunaan media
yang sering digunakan yaitu LKA dan buku tulis. Untuk ABK terapi metode
dan media yang digunakan flexibel, yaitu disesuaikan dengan kebutuhan dan
minat anak pada waktu tersebut. Dalam menunjang kegiatan belajar inklusi,
sekolah menyediakan GPK, namun GPK yang tersedi belum berlatar belakang
dari pendidikan luar biasa. GPK bertugas untuk mendampingi ABK yang
masih terapi, dan membantu jika ada ABK dan reguler lain yang mengalami
kesulitan dalam belajar.
81
3. Evaluasi perkembangan anak dilakukan di awal dan akhir semester, a)
Evaluasi perkembangan anak di tahun ajaran berupa tes sidik jari, yang
bertujuan untuk mengetahui tingket perkembangan, bakat, minat, gaya belajar,
dan kemampuan anak. b) Evaluasi perkembangan anak di akhir semester
menggunakan raport. Raport didapat dari deskripsi tumbuh kembang dan
unjuk kerja anak, yang diambil dengan menggunakan teknik penilaian yang
berupa hasil karya, catatan anekdot, penugasan, dan observasi. Pelaksanaan
evaluasi perkembangan dilakukan untuk memantau perkembangan dan
menindak lanjuti jika terdapat perkembangan yang menyimpang. Untuk
teknik evaluasi bagi ABK, sekolah belum menerapkan teknik penilaian
khusus yang berfokus pada kebutuhan dan hambatan pada ABK.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di TK Islam Pelangi
Anak Negeri, berikut rekomendasi yang dapat diberikan peneliti kepada:
1. Kepala Sekolah.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran baik idealnya disesuaikan dengan
kerapian administrasi, seperti kegiatan apersepsi terkait informasi tema,
evaluasi di setiap akhir kegiatan, dan variasi media lain, agar kegiatan
pembelajaran yang ingin dicapai terhadap peserta didik optimal.
2. Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang proses
pembelajaran inklusi TK Islam Pelangi Anak Negeri diharapkan mampu
menggali lebih mendalam tentang informasi proses pembelajaran inklusi.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamied Razak. (2014). Guru di DIY Dilatih Pendidikan Inklusi. Diakses
dari http://m.harianjogja.com/baca/2014/01/16/guru-di-diy-dilatih-
pendidikan-inklusi- 482428 pada tanggal 20 April 2016 pukul 21.00 WIB.
Bahru Zaman & Cucu Eliyawati. (2010). Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru
(PPG) Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197010221998022CUCU_E
LIYAWATI/MEDIA_PEMBELAJARAN_ANAK_USIA_DINI
PPG_UPI.pdf pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 WIB.
Budiono. (2012). Pelatihan Pendidikan Inklusif. Modul. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat
Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar.
Budiyanto. (2005). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbudaya Lokal. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Diretkorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Direkotar Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Cece Riyana. (2007). Komponen-komponen Pembelajaran. Modul 06. Diakses
dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA
/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Komponen_Pemb
elajaran.pdf pada tanggal 18 Oktober 2016 pukul 17.00 WIB.
Creswell J. (2012). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches Third Edition. Research Design Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. (Alih bahasa: Ahmad Fawaid).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Yogyakarta. (2014). Penetapan Sekolah
Penyenggara Pendidikan Inklusi Kota Yogyakart Tahun 2014. Diakses
dari http://www.pendidikan-diy.go.id/ pada tanggal 20 April 2016 WIB.
Harsono. (2010). Pendidikan Untuk Semua. Diakses dari http://www.yis.or.id/?
section=detailartikel&mslink=95 pada tanggal 20 April 2016 puku 16.26
WIB.
Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia
Dini. Yogyakarta: Gama Media.
Indra Akuntono & Lusi Kus Anna. (2012). Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus Akan Dijamin. Diakses dari http://edukasi.kompas.com/read/
2012/05/07/1503545/ pada 20 April 2016 pukul tanggal 21.00 WIB.
83
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional. Diakses dari http://kemenag.go.id/file/dokumen/
UU2003.pdf pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 09.00 WIB.
Matthew. M, dan Huberman. A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-
Press.
Mohammad Sugiarmin. (2007). Mengelola Kelas Inklusif Dengan Pembelajaran
Yang Ramah. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._
PEND._LUAR_BIASA/195405271987031MOHAMAD_SUGIARMIN/m
engelola_kelas_inklusif.pdf pada tanggal 20 April 2016 pukul 20.00 WIB.
Mohammad Sugiarmin. (2009). Pendidikan Inklusi. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271
987031-MOHAMAD_SUGIARMIN/PENDIDIKAN_INKLUSIF.pdf
pada tanggal 3 Maret 2016 pukul 17.00 WIB.
Mudjito. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif (Pensif) Bagi Peserta
Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan
Dan/Atau Bakat Istimewa. Diakses dari
http://dikdas.kemdiknas.go.id/application/media/file/Permendiknas%20No
mor%20%2070%20Tahun%202009.pdf pada tanggal 8 Maret 2016 pukul
17.00 WIB.
Muhammad Takdir Ilahi. (2013). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Mumpuniarti. (2011). Adaptasi Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.
Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/ADAPTASI%20PROSES%PEM
BELAJARAN%ANAK%BERKEBUTUHAN%KHUSUS.pdf pada tanggal 19
Oktober pukul 19.00 WIB.
Nurhayati. (2011). Stategi Pembelajaran Anak Usia Dini. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM.Salman.pdf pada tanggal
20 April 2016 pukul 17.00 WIB.
Sari Rudiyati. (2006). Materi Pendidikan Inklusi. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Sari%20Rudiyat
i,%20M.Pd./Materi%20Pendidikan%20Inklusi.pdf pada tanggal 18
Oktober 2016 pukul 15.00 WIB.
. (2013). Pengembangan Kurikulum Adaptif di Sekolah Inklusi. Diakses
dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-sari-rudiyati-
mpd/kurikulum-adaptif-di-sekolah-inklusif.pdf pada tanggal 18 Oktober
2016 pukul 14.00 WIB.
84
Satrio. (2016). Inklusi Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses
dari http://sekolah-mandiri.sch.id/node/18 pada tanggal 20 April 2016 pukul 19.00 WIB.
Slamerto. (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sri Muji Rahayu. (2013). Memenuhi Hak Anak Berkebutuhan Khusus Anak Usia
Dini Melalui Pendidikan Inklusif. Jurnal Pendidikan Anak Volum 2 Edisi
II. Bantul: SLB Pamardi Putra.
Stubbs S. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources.
Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber. (Alih bahasa Susi
Septaviana R). Bandung: UPI Jurusan Pendidikan Luar Biasa.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
CV.Alfbeta.
Suharni. (2016). Jurnal CARE Edisi Khusus Temu Ilmiah (Vol.03 No.3 Maret
2016) Pemahaman Guru Dalam Layanan Bimbingan pada Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusi. Diakses dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi02sqi9rXOAhWBt48KHRwJCakQFg
gxMAM&url=http%3A%2F%2Fe.ikippgrimadiun.ac.id%2Findex.php%2F
JPAUD%2Farticle%2Fdownload%2F840%2F637&usg=AFQjCNHwtm7
B4kBwx7Q5i0t75scymB7a8Q&sig2=cZ4orD5itmuIMHRrJYDBlQ&bvm
=bv.129389765,d.c2I pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 22.00 WIB.
Suyanto. (2007). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Diakses
dari http://dokumen.tips/documents/pedoman-umum-inklusi.html# pada
tanggal 12 Agustus 2016 pukul 13.00 WIB.
Switzy Sabandar. (2015). Penerapan Kota Inklusi di Jogja Tak Maksimal.
Diakses dari
http://harianjogja.bisnis.com/read/20150904/1/3874/penerapan-kota-
inklusi-di-jogja-tak-maksimal pada 20 April 2016.
Tarmansyah. (2007). Inklusi Pendidikan untuk Semua. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
UNESCO. (2006). Pendidikan untuk Semua Keaksaraan Bagi Kehidupan
Ringkasan. Laporan Pengawasan Global PUS 2006. Diakses dari
http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001442/144270ind.pdf pada
tanggal 20 April 2016 pukul 20.00 WIB.
85
Zaenal Amilin. Anak Berkebutuhan Khusus. Modul. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241
984031-ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf pada 8 Maret 2016
pukul 18.00 WIB.
86
LAMPIRAN
87
LAMPIRAN 1
SURAT IJIN PENELITIAN
88
89
90
LAMPIRAN 2
PEDOMAN OBSERVASI
91
PANDUAN OBSERVASI
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI TK YOGYAKARTA
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
No. Objek Deskripsi Kode
1. Apersepsi untuk anak reguler Ob1. PP.1
2. Apersepsi untuk ABK Ob1. PP.2
3. Metode yang diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran untuk anak
reguler
Ob1. PP.3
4. Metode yang diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran untuk ABK
Ob1. PP.4
5. Media yang digunakan saat
kegiatan untuk anak reguler
Ob1. PP.5
6. Media yang digunakan saat
kegiatan untuk anak reguler
Ob1. PP.6
7. Peran guru saat kegiatan
pembelajaran berlangsung
Ob1. PP.7
8. Peran anak reguler saat kegiatan
pembelajaran berlangsung
Ob1. PP.8
9. Peran ABK saat kegiatan
pembelajaran berlangsung
Ob1. PP.9
10. Peran GPK saat kegiatan
pembelajaran berlangsung
Ob1. PP.10
11. Cara mengelola anak reguler saat
kegiatan berlangsung
Ob1. PP.11
12. Cara mengelola ABK saat kegiatan
berlangsung
Ob1. PP.12
13. Pelaksanaan evaluasi bagi anak
reguler
Ob1. PP.13
14. Pelaksanaan evaluasi bagi ABK Ob1. PP.14
15. Kesesuaian penerapan metode
pembelajaran dalam perencanaan
pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran
Ob1. PP.15
16. Kesesuaian penerapan media
pembelajaran dalam perencanaan
pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran
Ob1. PP.16
92
LAMPIRAN 3
CATATAN LAPANGAN
93
CATATAN LAPANGAN
Kode Data : CL 1
Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Juli 2016
Waktu : 08.00-12.00
Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi
Kelas : A.1
Deskripsi:
Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan
dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk semua. Pada hari ini Jut
tidak masuk. Jut adalah ABK down syndrom di kelas A.1. Kegiatan pagi ini
adalah senam bersama. Senam dipimpin oleh guru, dan dengan layanan tv, anak-
anak menitukan gerakan senam bersama sama. Selesai senam, anak anak diminta
oleh guru duduk dengan menggunakan kata bahasa inggris yaitu sit down. Anak-
anak paham dan melaksanakan perintah untuk duduk, semua anak duduk istirahat.
Sambi beristirahat anak-anak diajak oleh guru untuk hafalan surat-surat pendek,
hadist-hadist pendek, dan doa sehari-hari. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha
berjamaah, pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan
dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara
berwudu (dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu).
Usai berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Selesai solat, setiap
anak-anak dipanggil per kelas untuk masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
Guru membagikan LKA, ke setiap anak. guru menjelaskan peraturan
kegiatan. Anak menempel kapas di gambar rambut pada LKA bergambar kepala
94
dan wajah, setiap anak mendapatkan 1 lembar kegiatan. Guru menyediakan 3 lem
untuk 10 orang. Setelah anak selesai mengerjakan kegiatan ini, anak diminta
untuk melakukan kegiatan selanjutnya, yaitu memberi gambar mata, hidung dan
mulut pada gambar yang sudah diberi kapas, dan anak boleh untuk mewarnainya.
Terdapat anak yang tidak mau mengikuti kegiatan, guru tidak memaksa, guru
menunggu minat anak untuk menggerjakanya, agar anak tidak trauma. Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan metode ceramah. Media yang
digunakan adalah LKA, kapas, pewarna, dan pensil.
Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar
TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum
pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman
depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak
menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang
berbeda-beda. Anak mengaji sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing
masing.
Refleksi Peneliti
- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.
- Penggunaan metode belajar menggunakan metode ceramah, pemberian tugas,
dan pembiasaan.
- Penggunaan media berupa media LKA dan buku tulis
95
CATATAN LAPANGAN
Kode Data : CL 2
Hari/Tanggal : Senin, 1 Agustus 2016
Waktu : 08.00-12.00
Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi
Kelas : A.1 & A.2
Deskripsi:
Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan
dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Jut (ABK). Jut adalah
ABK down syndrom di kelas A.1. Kegiatan pagi ini adalah hafalan surat-surat
pendek, doa, dan hadist-hadist pendek, Jut (ABK) ikut serta dalam kegiatan ini.
Anak menyanyikan lagu 2 mata saya besama-sma, menyanyikan lagu berbahasa
inggris tentang anggota tubuh sambi menunjukkan anggota tubuhnya. Guru
mengajak anak tanya jawab tentang anggota tubuhnya. Pada waktu kegiatan Jut
(ABK) tidak ditemani oleh guru pendamping, karena Jut (ABK) sudah mandiri
dan mau mengikuti kegiatan. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah,
pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari
anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu
(dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai
berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Pada waktu kegiatan solat
dhuha Jut (ABK) tidak mengikuti solat, Jut (ABK) berjalan jalan di sekililing
kelas dan bermain. Guru mendekati Jut (ABK) dan mengarahkan untuk mengikuti
kegiatan, dan Jut (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesesai. Pada saat seperti
96
ini guru tidak memaksa Jut (ABK) untuk harus mengikuti kegiatan guru
mengarahkan, jika anak tidak mau, guru menunggu minat dari Jut (ABK) sendiri.
Hal ini karena guru beralasan agar anak belajar sesuai dengan minatnya, bukan
karna paksaan, sehingga anak merasa nyaman dan tidak trauma. Setelah solat,
anak-anak berbaris di depan kelasnya masing-masing & masuk kelas. Guru dan
anak mengucapkan dan menjawab salam bersama-sama. Guru mengabsen anak,
bagi anak yang hadir diminta untuk mengucapkan present ummi. Usai absen, guru
mengajak anak untuk membicarakan kegiatan yang akan dilakukan, menjelskan
aturan kegiatan.
Jut (ABK) bersama anak reguler lainya mengikuti kegiatan bersama-sama.
Anak menebalkan titik-titik angka, dan menggabungkan angka yang ditebalkan
dengan gambar yang sesuai dengan jumlahnya, yaitu menghubungkan angka 1-5
dengan jumlah orang yang sesuai. Jut (ABK) tidak ditemani oleh GPK. Jut (ABK)
mengerjakan kegiatanya setelah guru memberikan penjelasan, yaitu menebalkan
angka hingga selesai. Pada saat kegiatan menghubungkan angka yang sesuai
dengan angka dan jumlahnya Jut (ABK) kesulitan, lalu dibantu oleh guru.
Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan anggota tubuh dengan gambar
anggota tubuh yang sesuai dengan jumlahnya. Jut (ABK) sudah bisa mengerjakan
kegiatan ini, namun karna belum sesuai, guru mengarahkan dan meminta Jut
(ABK) untuk mengerjakan kegiatan dengan dibantu oleh guru. Tidak hanya Jut
(ABK), beberapa anak reguler juga dibantu oleh guru saat mengalami kesulitan
dalam kegiatan.
97
Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar
TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum
pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman
depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak
menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang
berbeda-beda. Anak mengaji sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing
masing.
Refleksi Peneliti
- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.
- Penggunaan metode belajar menggunakan metode ceramah, pemberian tugas,
dan pembiasaan.
- Penggunaan media berupa media LKA dan buku tulis.
- Pendampingan dan pengarahan kepada ABK Jut ketika sebelum kegiatan
berlangsung, dan saat kegiatan berlangsung.
98
CATATAN LAPANGAN
Kode Data : CL 3
Hari/Tanggal : Selasa, 2 Agustus 2016
Waktu : 08.00-12.00
Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi
Kelas : A.1, A.2, & A.3
Deskripsi:
Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan
dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Jut (ABK). Jut adalah
ABK down syndrom di kelas A.1. Kegiatan pagi ini adalah hafalan surat-surat
pendek, doa, dan hadist-hadist pendek, dan braingames. Jut (ABK) dan anak
lainya ikut serta dalam kegiatan ini. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha
berjamaah, pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan
dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara
berwudu (dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu).
Usai berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Pada waktu kegiatan
solat dhuha Jut (ABK) tidak mengikuti solat, guru mendekati Jut (ABK) dan anak
lainya yang belum mengikuti kegiatan, mengarahkan untuk mengikuti kegiatan,
dan Jut (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesesai. Setelah solat, anak-anak
berbaris mengikuti guru kelasnya masing-masing.
Anak membuat barisan, yang diarahkan oleh guru. Kegiatan hari ini adalah
bermain ular naga, guru menjelaskan aturan permainan. Jut (ABK) tidak mau
mengikuti kegiatan, Jut (ABK) bermain prosotan yang ada di dekat tempat
99
bermain ular naga. Jut (ABK) tidak dipaksa untuk ikut kegiatan karna Jut (ABK)
tidak mau mengikuti kegitan. Anak lainya bermain ularnaga, dalam kegiatan ini
bagi yang tertangkap maka diminta untuk memimpin bernyanyi, dan bernyanyi
bersama dengan anak lainya. Jut (ABK) ditemani oleh guru, diajak tanya jawab
seputar benda disekitarnya, macam warna yang ada diprosotan menggunakan
bahasa inggris, berhitung menggunakan bahasa inggris, dan menunjukkan anggota
tubuhnya. Guru mengarahkan Jut (ABK) agar mau mengikuti kegiatan
selanjutnya, dan Jut (ABK) mau untuk mengikuti kegiatanya. Kegiatan
selanjutnya, guru menyediakan 3 kegiatan di dalam kelas, yaitu puzzle, bongkar
pasang, dan menebalkan garis. Anak duduk di meja yang diinginkan, lalu
bergantian sesuai arahan guru mengikuti kegiatan. Pada saat kegiatan puzzle, Jut
(ABK) saling membatu dengan temanya. Bagi yang sudah selese anak-anak saling
bergantian bermain puzzle.
Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar
TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum
pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman
depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak
menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang
berbeda-beda. Anak mengaji sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing
masing.
100
Refleksi Peneliti
- Tidak ada Apersepsi kegiatan, anak reguler dan ABK mendapatnya perlakuan
kegiatan yang sama. Guru mengarahkan anak, tidak memaksa anak untuk ikut
serta dalam kegiatan. Sehingga anak belajar sesuai dengan minatnya.
- Guru menjelaskan kegiatan dan mengarahkan anak untuk mengerjakan
kegiatan, serta membantu anak saat anak mengalami kesulitan dalam
mengerjakan kegiatan. Metode yang digunakan adalah ceramah, pada
kegiatan ini menggunakan media LKA, pensil, bongar pasang, dan puzzle.
ABK tidak didampingi oleh GPK, namun jika mendapati kesulitan guru
membantunya.
- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.
101
CATATAN LAPANGAN
Kode Data : CL 4
Hari/Tanggal : Rabu, 3 Agustus 2016
Waktu : 08.00-12.00
Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi
Kelas : B.1
Deskripsi:
Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan
dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Hariri dan Raffy
(ABK). Hariri adalah ABK down syndrom di kelas b.1, dan Raffy adalah ABK
lambat belajar. Kegiatan pagi ini adalah hafalan surat-surat pendek, doa, dan
hadist-hadist pendek. Hariri sangat pantai dalam hafalan, ia sudan mampu
menghafal semua surat-surat pendek, dan hadist yang diajarkan oleh sekolah.
Raffi mengikuti kegiatan dengan tenang. Hariri tidak terfokus mengikuti kegiatan,
alau diarahkan oleh guru. Beberapa anak terdapat tidak mengikuti kegiatan, dan
guru mengarahkanya agar mengikuti kegiatan dengan tana paksaan. Kegiatan
selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah, pada kegiatan ini semua anak
dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu
anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu (dalam kegiatan ini tidak
praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai berwudhu anak-anak solat dhuha
dipimpin oleh guru. Pada waktu kegiatan solat dhuha Hariri (ABK) tidak
mengikuti solat, guru mendekati Hariri (ABK) dan anak lainya yang belum
mengikuti kegiatan, mengarahkan untuk mengikuti kegiatan, dan Hariri (ABK)
102
mengikuti kegiatan hingga selesesai, meskipun terkang tidak fokus. Setelah solat,
anak-anak kelas b.1&b.2 berkumpul bersama. Guru menjelaskan tentang tema dan
kegiatan hari ini. Guru lainya menata meja dan kursi untuk anak kegiatan. Setelah
semua siap, guru memanggil anak satu-persatu untuk duduk di tempatnya masing-
masing.
Anak dibagikan LKA satu persatu. Hariri sangat peduli dengan orang lain,
dia langsung mengambil alat tulis dan dibagikan ke setiap meja. Kegiatan hari ini
adalah menghubungkan huruf a-z sehingga membentuk gambar hewan, setelah
menghubungkan anak diminta untuk mewarnainya, bebas sesuai dengan keinginan
anak. Pada waktu kegiatan Hariri (ABK) tidak mengikuti kegiatan, dia bermain
lalu pergi, Hariri (ABK) tidak ditemani oleh guru, dan dibiarkan sesuai dengan
keinginannya. Raffi (ABK), mengikuti kegiatan dengan tenang hingga selesesai
tanpa ditemani GPK dan tidak terdpat kesulitan saat mengerjakanya. Anak lainya
juga mengerjkan hingga selesai. Bagi yang sudah selesai, setiap anak wajib
mengumpulkan LKA dan pewarna di tempat yang sudah disediakan oleh guru.
Setiap anak yang sudah selesai mengambil buku tulis, dan diberikan ke guru.
Setiap anak mendapatkan kegiatan dan tugas yang berbeda-beda sesuai dengan
kemampuanya. Kegiatan ini adalah belajar baca, tulis, dan berhitung. Bagi anak
yang sudah selesai boleh menambah tugasnya, jika ingin mengerjakanya lagi.
Raffi (ABK) mengikuti kegiatan, Hariri (ABK) tidak mengikuti kegiatan hingga
selesai. Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.
103
Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar
TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum
pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman
depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak
menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang
berbeda-beda. Bagi yang sudah mengaji, guru membagikan anak satu persatu
buku tulisnya, anak belajar baca, tulis, dan berhitung yang disesuaikan dengan
kemampuanya. Anak mengaji dan belajar sambi menunggu di jemput oleh
orangtua masing masing.
Refleksi Peneliti
- Rafi mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa bantuan dan tanpa dampingan
GPK, Hariri (ABK) tidak mengikuti kegiatan hingga selesai, dan tidak
dipaksa untuk harus mengikuti kegiatan. Anak lainya semua mengikuti
kegiatan dengan arahan guru.
- Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis.
- Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.
- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.
- Hariri pada waktu istirahat mengerjakan kegitan yang tadi belum dikerjakan
dan beberapa kegiatan di LKA. Guru tidak pernah memaksa Hariri karena
agar Hariri belajar sesuai dengan keinginannya, dan nyaman ketika belajar di
sekolah.
104
CATATAN LAPANGAN
Kode Data : CL 5
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Agustus 2016
Waktu : 08.00-12.00
Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi
Kelas : B.1
Deskripsi:
Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan
dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Hariri dan Raffy
(ABK). Hariri adalah ABK down syndrom di kelas b.1, dan Raffy adalah ABK
lambat belajar. Di kelas b.1 terdapat siswa baru ABK yaitu Kafka, Kafka adalah
ABK ADHD. Kafka masih memerlukan pendampingan khusus, sebab kafka
belum mandiri dan masih dalam tahap terapi. Kegiatan pagi ini adalah hafalan
surat-surat pendek, doa, dan hadist-hadist pendek. Kafka belum mengikuti
kegiatan dan didampingi oleh guru, karna Kafka masih baru dan masih terapi,
sehingga Kafka masih ditemani dan belum mandiri seperti ABK lainnya. Kegiatan
selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah, pada kegiatan ini semua anak
dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu
anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu (dalam kegiatan ini tidak
praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai berwudhu anak-anak solat dhuha
dipimpin oleh guru. Kafka tidak mengikuti solat dhuha, pada waktu solah dhuha
Kafka diajak oleh guru untuk mewarnai, dan Kafka tertarik dengan kegiatan ini.
Setelah solat, anak-anak kelas b.1&b.2 berkumpul bersama. Guru menjelaskan
105
tentang tema dan kegiatan hari ini. Guru lainya menata meja dan kursi untuk anak
kegiatan. Anak-anak membicarakan tentang macam-amacam anggota tubuhnya,
dan tugas dari masing-masing anggota tubuhnya. Setelah semua siap, guru
memanggil anak satu-persatu untuk duduk di tempatnya masing-masing.
Anak menghaflakan doa di dalam kelas, Kafka mengikuti kegiatan ini,
Kafka duduk depan kelas di sambing guru. Anak dibagikan LKA satu persatu.
Kegiatan hari ini adalah menebalkan angka dan menulis angka sesuai dengan
angka yang ditebalkanya. Pada waktu kegiatan Hariri (ABK) mengikuti kegiatan,
Hariri (ABK) tidak ditemani oleh guru, dan mampu mengerjakan kegiatan tanpa
bantuan hingga selesai. Raffi (ABK), mengikuti kegiatan dengan tenang hingga
selesesai tanpa ditemani GPK dan tidak terdpat kesulitan saat mengerjakanya.
Anak lainya juga mengerjkan hingga selesai. Bagi yang sudah selesai, dilanjutkan
kegiatan lainya masih dengan menggunakan LKA, yaitu mengubungkan garis
yang membentuk gambar dan diwarnainya. Raffi (ABK) mengikuti kegiatan,
Hariri (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesai. Media yang digunakan adalah
LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah metode ceramah. Kafka tidak mau mengikuti kegiatan, Kafka teriak-teriak
dan ingin bermain di luar, Kafka didampingi oleh guru bermain diluar. Guru
mengajaknya untuk bernyanyi, sewaktu bernyanyi nyanyian yang diberikan guru
tidak sesuai dengan keinginan kafka, kafka diajak berbicara untuk mengutarakan
keinginannya.
Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman depan. Di
sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak menyetor/ mengaji
106
ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang berbeda-beda. Bagi
yang sudah mengaji, guru membagikan anak satu persatu buku tulisnya, anak
belajar baca, tulis, dan berhitung yang disesuaikan dengan kemampuanya. Anak
mengaji dan belajar sambi menunggu di jemput oleh orangtua masing masing.
Refleksi Peneliti
- Rafi mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa bantuan dan tanpa dampingan
GPK, Hariri (ABK) mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa bantuan dan
tanpa dampingan GPK, Kafka tidak mengikuti kegiatan dan didampingi oleh
guru, dan anak lainya semua mengikuti kegiatan dengan arahan guru.
- Pendampingan khusus bagi ABK Kafka sebagi terapi
- Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, pensil, dan buku tulis.
- Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.
- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.
107
CATATAN LAPANGAN
Kode Data : CL 6
Hari/Tanggal : Jumat, 5 Agustus 2016
Waktu : 08.00-12.00
Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi
Kelas : B.2
Deskripsi:
Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan
dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Fadhil (ABK). Fadhil
adalah ABK down syndrom dan lambat bicara di kelas b.2. Kegiatan pagi ini
adalah hafalan surat-surat pendek, doa, dan hadist-hadist pendek. Guru mengajak
anak untuk gerak dan lagu pundak lutut kaki, berbincang bincang tentang fungsi
lidah dan macam-macam rasa (pahit, asin, manis). Fadhil mengikuti kegiatan
dengan tenang serta anak reguler lainya mengikuti kegiatan. Beberapa anak
terdapat tidak mengikuti kegiatan dan bermain di halaman dalam, guru tidak
memaksa anak untuk ikut. Kegiatan selanjutnya adalah solat dhuha berjamaah,
pada kegiatan ini semua anak dibiasakan untuk solat dhuha. Kegiatan dimulai dari
anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan bagaimana cara berwudu
(dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air untuk berwudhu). Usai
berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru. Kelas b.1 menuju ke sentra
ibadah.
Anak dibagikan LKA satu persatu. Kegiatan hari ini adalah menebalkan
gambar dan mewarnai. Pada waktu kegiatan Fadhil (ABK) mengikuti kegiatan,
108
tidak ditemani guru, namun diarahkan oleh guru. Anak dibagikan pewarna
terbatas, agar anak belajar berbagi. Setelah kegiatan mewarnai ada kegiatan
ekstrakulikulet yaitu bahasa inggris. Dalam ekstra bahasa inggris fadhil tidak
mengikuti kegiatan, dan bermain di halaman dalam. Anak lainya sangat antusias
dalam mengikuti kegiatan ini. Setiap anak mendapatkan reward setelah selsai
belajar bahasa inggris. Dalam kegiatan ini anak diajak bermain dan bernyanyi
dengan menggunakan bahasa inggris penuh.
Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar
TK Islam Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum
pulang ke rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak menuju kelas dekat halaman
depan. Di sini anak-anak belajar mengaji iqra bersama guru. Setiap anak
menyetor/ mengaji ke guru kelasnya, setiap anak memiliki tingkat bacaan yang
berbeda-beda. Bagi yang sudah mengaji, guru membagikan anak satu persatu
buku tulisnya, anak belajar baca, tulis, dan berhitung yang disesuaikan dengan
kemampuanya. Anak mengaji dan belajar sambi menunggu di jemput oleh
orangtua masing masing.
Refleksi Peneliti
- Pengarahan bagi ABK dan reguler yang tidak mengikuti kegiatan
- Pendampingan ABK fadil saat mengerjakan tugas
- Tidak terdapat evaluasi akhir kegiatan.
109
CATATAN LAPANGAN
Kode Data : CL 7
Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Agustus 2016
Waktu : 08.00-12.00
Objek penelitian : Proses Pembelajaran TK Inklusi
Kelas : B.2
Deskripsi:
Guru memainkan alat musik krenceng menandakan bahwa kegiatan akan
dimulai. Semua anak berkumpul di kelas b1&b2 termasuk Fadhil (ABK). Fadhil
adalah ABK down syndrom dan lambat bicara di kelas b.2. Kegiatan pagi ini
adalah senam bersama. Senam dipimpin oleh guru dan disetelkan TV. Anak-anak
menirukan gerakan guru/TV. Fadhil (ABK) mengikuti kegiatan ini, sesekali
istirahat. Kegiatan selanjutnya adalah anak-anak duduk istirahat, sambi
beristirahat anak diajak untuk bernyanyi. Kegiatan selanjutnya adalah hafalan
surat-surat pendek, doa, hadist-hadist pendek, dan pembiasaan solat dhuha.
Kegiatan dimulai dari anak belajar wudhu, yaitu anak diberikan pengarahan
bagaimana cara berwudu (dalam kegiatan ini tidak praktek menggunakan air
untuk berwudhu). Usai berwudhu anak-anak solat dhuha dipimpin oleh guru.
Anak-anak duduk bersama, guru mengajak anak untuk membicarakan tema hari
ini yaitu diri sendiri, dan sub tema anggota tubuh. Guru meminta beberapa anak
untuk mengambilkan alat tulis, dan membagikan ke anak lainya.
Kegiatan hari ini adalah menebalkan huruf, setiap anak mendapatkan
lembar LKA sendiri-sendiri. Fadhil tidak langsung mengerjakan kegiatan seperti
110
anak reguler lainya. Guru mendekati Fadhil dan mengarahkan Fadhil untuk
mengerjakan kegiatan di berikan contoh. Fadhil mengerjakanya namun tidak
sampai selesai. Kegiatan selanjutnya adalah membuat gambar tangan pada LKA
sesuai dengan tangan masing-masing anak. Setelah anak selsesai menggambar,
anak-anak menebalkan huruf yang ada di atas dan bawah lembar menggambar.
Fadhil ikut menggambar tangan, namun sewaktu menebalkan tulisa fadil tidak
menyelesaikannya hingga selseai, dan Fadhil pergi bermain di halam dalam.
Media yang digunakan adalah LKA, pensil, dan pewarna. Metode yang digunakan
adalah metode ceramah.
Anak diajak berbincang-bincang tentang kegiatan yang sudah dilakukan.
Anak mendengarkan perintah saat sudah di rumah. Membacakan inkrar TK Islam
Pelangi Anak Negeri, membaca doa sesudah makan, dan sebelum pulang ke
rumah. Setelah kegiatan ini, semua anak kembali ke kelas. Anak-anak belajar
baca, tulis, berhitung, mewarnai, anak bebas memilih kegiatannya. Anak
menggerjakan kegiatan sambi menunggu dijemput oleh orangtua masing-masing.
Refleksi Peneliti
- Guru menstimulasi anak untuk mengingat kegiatan sebelumnya dan
berbincang bincang tentang kegiatan yang akan dilakukanya.
- ABK Fadhil mengikuti kegiatan dengan arahan dan dampingan guru.
- Media yang digunakan adalah LKA, pewarna, dan pensil.
- Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah.
- Anak belajar sesuai keinginan dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
111
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI LAPANGAN
112
DOKUMENTASI LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
Hari/tanggal : Sabtu, 30 Juli 2016
Waktu : 08.00-13.00
Gambar 4. Kegiatan pembuka yang berupa senam bersama, menggunaka media
audio-visual yaitu televisi
Gambar 5. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan
metode ceramah.
Gambar 6. Kegiatan penutup, berisi kegiatan doa bersama usai makan snak.
113
Gambar 7. Pembiasaan kemandirian, berupa membiasakan anak untuk mencuci
alat makannya sendiri usai makan siang.
Gambar 8. Penggunaan media audio-visual yaitu televisi
Gambar 9. Kegiatan inti menggunakan media LKA, setiap anak belajar berbagi
lem dengan temannya.
114
DOKUMNTASI LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
Hari/tanggal : Senin, 1 Agustus 2016
Waktu : 08.00-13.00
Gambar 10. Kegiatan Pembuka, dalam kegiatan pembuka guru mendampingi
siswa ABK, agar ABK belajar konsentrasi dan mengikuti kegiatan.
Gambar 11. kegiatan inti, ABK mengerjakan tugas bersama reguler
lainnya, dengan menggunakan media belajar dan isi materi yang sama.
Gambar 12. Penggunaan media LKA
115
Gambar 13. Kegiatan baca iqra’, isi materi baca iqra’ disesuiakan tingkat
kemampuan anak.
116
DOKUMNTASI LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
Hari/tanggal : Selasa, 2 Agustus 2016
Waktu : 08.00-13.00
Gambar 14. Kegiatan inti dengan Gambar 15. Penggunaan media puzzle
metode bermain
Gambar 16. ABK dan reguler Gambar 17. Kegiatan inti dengan
mengerjakan kegiatan yang sama. media LKA
Gambar 18. Kegiatan inti dengan
Media bongkar-pasang
117
DOKUMENTASI LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
Hari/tanggal : Rabu, 3 Agustus 2016
Waktu : 08.00-13.00
Gambar 19. Kegiatan pembuka Gambar 20.Kegiatan inti
dengan hapalan surat pendek menggunakan media LKA
118
DOKUMNTASI LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
Hari/tanggal : Kamis, 4 Agustus 2016
Waktu : 08.00-13.00
Gambar 21. Kegiatan pembuka Gambar 22. Kegiatan Apersepsi
Gambar 23. Kegiatan inti pendampingan Gambar 24. Kagiatan penutup
ABK
Gambar 25. Materi belajar yang disesuaikan kemampuan anak
119
DOKUMNTASI LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
Hari/tanggal : Jumat, 5 Agustus 2016
Waktu : 08.00-13.00
Gambar 26. Kegiatan pembuka Gambar 27. Kegiatan inti
Gambar 28. Terapi ABK berupa Gambar 29. Ektra bahasa inggris
pendampingan ABK
120
DOKUMNTASI LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
Hari/tanggal : Sabtu, 5 Agustus 2016
Waktu : 08.00-13.00
Gambar 30. Kegiatan evaluasi
126
LAMPIRAN 5
PEDOMAN WAWANCARA
122
PANDUAN WAWANCARA
PROSES PEMBELAJARAN TK INKLUSI
TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI YOGYAKARTA
Hari/Tanggal : Waktu :
Tempat : Sumber :
No Aspek penelitian Pertanyaan Penelitian Responden Jawaban Kode
1. Perencanaan
Pembelajaran
1. Apa kurikulum yang digunakan di
Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
2. Bagaimana cara menyusun
kurikulum di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
3. Bagaimana cara menyusun progam
semsester di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
4. Bagaimana proses pemilihan tema
untuk anak reguler dan ABK di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
5. Bagaimana penyusunan rkh anak
reguler dan ABK di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
6. Apa peran guru dalam penyusunan
rkh anak reguler dan ABK di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
Guru
W.1.1.G
W.1.2.G
W.1.3.G
W.1.4.G
W.1.5.G
W.1.6.G
123
7. Apa peran anak reguler dan ABK
dalam penyusunan rkh di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
W.1.7.G
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
1. Bagaimana pelaksanaan apersepsi
untuk anak reguler dan ABK di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
2. Apa metode pembelajaran yang
digunakan untuk anak reguler dan
ABK di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
3. Apa jenis-jenis metode pembelajaran
yang diterapkan untuk anak reguler
dan ABK di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
4. Bagaimana penerapan metode
pembelajaran yang diterapkan untuk
anak reguler dan ABK di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
5. Apa media pembelajaran yang
digunakan untuk anak reguler dan
ABK di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
6. Apa jenis-jenis media pembelajaran
yang diterapkan untuk anak reguler
dan ABK di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
7. Bagaimana penerapan media
pembelajaran yang diterapkan untuk
Guru
W.2.1.G
W.2.2.G
W.2.3.G
W.2.4.G
W.2.5.G
W.2.6.G
W.2.7.G
124
anak reguler dan ABK di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
8. Bagaimana peran anak reguler dan
ABK saat kegiatan berlangsung di
Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
9. Bagaimana peran guru saat kegiatan
berlangsung di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
10. Bagaimana cara mengelola anak
reguler dan ABK saat kegiatan
berlangsung di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
11. Apakah tersedia guru pendamping
kelas bagi ABK di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
12. Apa peran guru pendamping kelas
bagi ABK saat kegiatan berlangsung
di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
13. Siapa penyedia guru pendamping
kelas bagi ABK di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
W.2.8.G
W.2.9.G
W.2.10.G
W.2.11.G
W.2.12.G
W.2.13.G
3. Evaluasi
Pembelajaran
1. Apa teknik-teknik evaluasi yang
digunakan untuk anak reguler dan
ABK di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi
untuk anak reguler dan ABK di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
W.3.1.G
W.3.2.G
125
3. Kapan pelaksanaan evaluasi untuk
anak reguler dan ABK dilakukan di
Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
4. Siapa yang melakukan evaluasi
untuk anak reguler dan ABK di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
Guru W.3.3.G
W.3.4.G
4. Faktor pendukung dan
penghambat
pembelajaran
1. Apa faktor pendukung dan
penghambat proses pembelajaran
inklusi di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
2. Bagaimana cara mengatasi faktor-
faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
Guru
W.4.1.G
W.4.2.G
126
LAMPIRAN 6
CATATAN WAWANCARA
127
CATATAN WAWANCARA
Kode Data : CW
Hari/tanggal : Sabtu, 6 Agustus 2016
Waktu : 11.00
Sumber : Ummi Isti (wakil kepala sekolah / guru kelas B.1)
Pokok pertanyaan : Proses PembelajaranTK Inklusi
No Aspek penelitian Pertanyaan Penelitian Deskripsi Refleksi Kode
1. Perencanaan
Pembelajaran
8. Apa kurikulum yang digunakan di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
9. Bagaimana cara menyusun kurikulum
di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
10. Bagaimana cara menyusun progam
semsester di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
Kurikulum yang digunakan
kurikulum 2013, untuk semuanya
sama
Menyusun kurikulum dan
serangkaian perencanaan sewaktu
libur semester, karena kurikulum
2013 baru diterapkan tahun ini. Jadi
sekolah mendatangkan guru dari
luar sekolah sebagai pelatih dalam
penyusunan kurikulum.
Progam semester disusun oleh guru
dan kepala sekolah, dengan
mengacu pada PERMENDIKBUD
Kurikulum 2013
digunakan untuk
semua anak dalam
pembelajaran
Kurikulm 2013 disisin
oleh semua guru dan
kepala sekolah,
dengan mendatangkan
guru dari luar sekolah.
Progam semsester
disusun dengan
megacu dari
W.1.1.G
W.1.2.G
W.1.3.G
128
11. Bagaimana proses pemilihan tema
untuk anak reguler dan ABK di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
12. Bagaimana penyusunan rkh anak
reguler dan ABK di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
13. Apa peran guru dalam penyusunan rkh
anak reguler dan ABK di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
14. Apa peran anak reguler dan ABK dalam
penyusunan rkh di Tk Islam Pelangi
Anak Negeri?
146 tahun 2014.
Pemilihan tema dilakukan pada
libur semester sebelum awal tahun
ajaran, pemilihan sub.tema satu
yayasan dan setiap kelas disamakan
semua. Tema didiskusikan oleh
para guru dan kepala sekolah.
Sub.tema untuk anak reguler dan
ABK disamakan, dan dibuat untuk
satu tahun.
Pembuatan RKH dilakukan pada
libur semester sebelum awal tahun
ajaran, penyusunan RKH satu
yayasan dan setiap kelas disamakan
semua. RKH disusun untuk satu
tahun. RKH didiskusikan oleh para
guru dan kepala sekolah.
Guru berperan menyusun dan
memilih kegiatan dalam RKH.
Anak reguler dan ABK tidak
berperan dalam pemilihan sub.tema
dan penyusunan RKH.
PERMENDIKBUD
146 tahun 2014
Pemilihan tema
disusun oleh guru dan
kepala sekolah, untuk
satu tahun
Penyusunan RKH,
disusun oleh guru dan
kepala sekolah
Guru berperan dalam
mrancang kegiatan
Anak tidak berperan
W.1.4.G
W.1.5.G
W.1.6.G
W.1.7.G
129
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
14. Bagaimana pelaksanaan apersepsi untuk
anak reguler dan ABK di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
15. Apa metode pembelajaran yang
digunakan untuk anak reguler dan ABK
di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
16. Apa jenis-jenis metode pembelajaran
yang diterapkan untuk anak reguler dan
ABK di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
17. Bagaimana penerapan metode
pembelajaran yang diterapkan untuk
anak reguler dan ABK di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
18. Apa media pembelajaran yang
digunakan untuk anak reguler dan ABK
di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
19. Apa jenis-jenis media pembelajaran
yang diterapkan untuk anak reguler dan
ABK di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
Apersepsi dilakukan sebelum
kegiatan berlangsung, sebelum
kegiatan kelas berlangsung.
Metode yang digunakan untuk
ABK dan reguler sama.
Metode yang digunakan metode
ceramah, bercerita, bercakap-cakap,
pembiasaan, bernyanyi, dan
pemberian tugas, menggunakan
model kelompok.
Metode yang diterapkan untuk
ABK dan reguler adalah sama.
Tidak ada yang dibedakan, namun
saat kegiatan ABK lebih dipantau
Media yang digunakan untuk ABK
dan reguler sama.
Media yang digunakan biasanya
LKA, dan disesuaikan dengan
kegiatan yang akan dilakukan.
Apersepsi
dilaksanakan sebelum
kegiatan inti
Penggunaan metode
semua anak sama
Jenis metode yang
digunakan metode
ceramah, bercerita,
bercakap-cakap,
pembiasaan,
bernyanyi, dan
pemberian tugas
Penerapan metode
semua anak sama
Penggunaan media
semua anak sama
semua
Media disesaikan
kegitan, lebih sering
menggunakan LKA
W.2.1.G
W.2.2.G
W.2.3.G
W.2.4.G
W.2.5.G
W.2.6.G
130
20. Bagaimana penerapan media
pembelajaran yang diterapkan untuk
anak reguler dan ABK di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
21. Bagaimana peran anak reguler dan ABK
saat kegiatan berlangsung di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
22. Bagaimana peran guru saat kegiatan
berlangsung di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
23. Bagaimana cara mengelola anak reguler
dan ABK saat kegiatan berlangsung di
Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
24. Apakah tersedia guru pendamping kelas
bagi ABK di Tk Islam Pelangi Anak
Media pembelajaran ABK dan
reguler adalah sama, tidak ada
perbedaan. Semua anak belajar
dengan kegiatan dan media yang
sama
ABK dan reguler mempunyai
kewajiban dan hak yang sama.
Guru memfasilitasi anak sewaktu
kegiatan, membantu anak, dan
menstimulasi anak.
Semua anak mendapatkan kegiatan
yang sama, dengan metode dan
media yang sama. Yang
membedakanya adalah layanannya.
Untuk ABK diberikan layanan yang
lebih, seperti adanya pendampingan
bagi ABK yang membutuhkan,
terapi, dan pembiasaan yang lebih
agar anak mampu mandiri seperti
anak reguler lainya.
Ada
Penerapan media
semua anak sama
Anak memiliki hak
dan kewajiban yang
sama
GPK berperan sebagai
fasilisitator
Semua anak mendapat
kegiatan yang sama,
dan layanan yang
sesuai dengan kondisi
anak
Tersedia GPK
W.2.7.G
W.2.8.G
W.2.9.G
W.2.10.G
W.2.11.G
131
Negeri?
25. Apa peran guru pendamping kelas bagi
ABK saat kegiatan berlangsung di Tk
Islam Pelangi Anak Negeri?
26. Siapa penyedia guru pendamping kelas
bagi ABK di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
Guru pendamping kelas berperan
membantu ABK atau anak reguler
jika mengalami kesulitan dalam
belajar.
Sekolah
GPK membantu anak
saat kesulitan belajar
GPK disesiakan oleh
sekolah.
W.2.12.G
W.2.13.G
3. Evaluasi
Pembelajaran
1. Apa teknik-teknik evaluasi yang
digunakan untuk anak reguler dan ABK
di Tk Islam Pelangi Anak Negeri?
2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi untuk
anak reguler dan ABK di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
3. Kapan pelaksanaan evaluasi untuk anak
reguler dan ABK dilakukan di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
4. Siapa yang melakukan evaluasi untuk
anak reguler dan ABK ?
Catatan anekdot, cheklist, dan
portofolio
Evaluasi biasanya dilakukan setelah
kegiatan dalam sehari selesai, dan
pada puncak tema. Evaluasi ABK
dan anak reguler sama, yang
membedakan adalah hasilnya pada
masing-masing anak.
Evaluasi biasanya dilakukan setelah
kegiatan dalam sehari selesai, dan
pada puncak tema
Guru kelas
Teknik evaluasi
menggunakan Catatan
anekdot, cheklist, dan
portofolio
Evaluasi untuk semua
anak sama
Evaluasi dilakukan
setelah kegiatan, dan
pada puncak tema
Pelaksana evaluasi
adalah guru
W.3.1.G
W.3.2.G
W.3.3.G
W.3.4.G
132
4. Faktor pendukung
dan penghambat
pembelajaran
1. Apa faktor pendukung dan penghambat
proses pembelajaran inklusi di Tk Islam
Pelangi Anak Negeri?
2. Bagaimana cara mengatasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat
pembelajaran di Tk Islam Pelangi Anak
Negeri?
Yang menghambat dalam
pembelajaran adalah mood anak.
mood anak berbeda-beda dan
gampang berubah, apalagi ABK.
Guru menyesuaikan dengan mood
anak, anak jika tidak ingin
melakukan kegiatan maka tidak
dipaksa, namun diarahkan.
Mood anak
mempengaruhi
pembelajaran
Guru menyesuaikan
mood anak, tidak
memaksa untuk ikut
kegiatan
W.4.1.G
W.4.2.G
133
LAMPIRAN 7
PEDOMAN DOKUMENTASI
134
PANDUAN DOKUMENTASI
ADMINISTRASI
TK ISLAM PELANGI ANAK NEGERI YOGYAKARTA
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
No Komponen Dokumentasi Keterangan Deskripsi Kode
Ada Tidak
1. Visi, misi, dan tujuan CD.1
2. RKH CD.2
3. Data guru dan karyawan CD.3
4. Data siswa CD.4
135
LAMPIRAN 8
CATATAN DOKUMENTASI
136
CATATAN DOKUMENTASI
ADMINISTRASI LEMBAGA
Hari/tanggal : Sabtu, 6 Agustus 2016
Waktu : 08.00-13.00
No
Komponen Dokumentasi
Keterangan
Deskripsi
Kode Ada Tidak
1. Visi, misi, dan tujuan Visi, misi, dan tujuan
didpatkan dari brosur dan
kurikulum yang didapat
dari sekolah
CD.1
2. RKH Didapat dari guru kelas CD.2
3. Data guru dan karyawan Didapat dari wakil kepala
sekolah
CD.3
4. Data siswa Didapat dari wakil kepala
sekolah
CD.4
137
CD. 1
138
CD.2
139
CD. 3
140
CD. 4
141
142
LAMPIRAN 9
RODUKSI DATA
143
REDUKSI DATA
No Aspek yang
diteliti
Display Verifikasi
Hasil Wawancara Hasil Observasi Hasil Dokumentasi
1. Perencanaan
Pembelajaran
- Kurikulum yang digunakan
kurikulum 2013, untuk
semuanya sama (W.1.1.G)
- Menyusun kurikulum dan
serangkaian perencanaan
sewaktu libur semester,
karena kurikulum 2013 baru
diterapkan tahun ini. Jadi
sekolah mendatangkan guru
dari luar sekolah sebagai
pelatih dalam penyusunan
kurikulum (W.1.2.G)
- Progam semester disusun
oleh guru dan kepala
sekolah, dengan mengacu
pada PERMENDIKBUD 146
tahun 2014. (W.1.3.G)
- Pemilihan tema dan subtema
dilakukan pada libur
semester sebelum awal tahun
ajaran, satu yayasan dan
setiap kelas disamakan
- RPPH berisi rencana
kegiatan dalam sehari.
(CD.3)
- Tema dan subtema dalam
RKH mengacu dan
seusai dari Dinas. (CD.3)
- Kurikulum yang digunakan
menggunakan kurikulum
2013. Untuk kurikulum
inklusi, sekolah
menggunakan model
kurikulum reguler, yaitu
kurikulum 2013 dengan
beberapa modifikasi seperti
layanan alokasi waktu,
isi/materi kegiatan, dan
layanan pendampingan yang
disesuaikan dengan kondisi
anak.
- Perencanaan pembelajaran
berupa PROMES, RPPM,
RPPH yang disusun untuk
satu tahun oleh guru dan
kepala sekolah sewaktu libur
semester, sebelum tahun
ajaran dimulai.
- Pemilihan tema dan subtema
yang digunakan mengacu dan
144
semua. Tema didiskusikan
oleh para guru dan kepala
sekolah. Subtema untuk anak
reguler dan ABK disamakan,
dan dibuat untuk satu tahun.
(W.1.4.G)
- Pembuatan RPPH dilakukan
pada libur semester sebelum
awal tahun ajaran,
penyusunan RPPH satu
yayasan dan setiap kelas
disamakan semua. RPPH
disusun untuk satu tahun.
RPPH didiskusikan oleh para
guru dan kepala sekolah
(W.1.5.G)
- Guru berperan menyusun dan
memilih kegiatan dalam
RPPH. (W.1.6.G)
- Anak reguler dan ABK tidak
berperan dalam pemilihan
sub.tema dan penyusunan
RPPH (W.1.7.G)
disesuaikan dari Dinas.
- Penyusunan progam semester
mengembangkan 6 bidang
pengembangan yaitu: nam,
kognitif, fisik motorik,
bahasa, sosial emosional, dan
seni.
- Untuk mengembangakan
materi pembelajaran,
mendesain kegiatan
pembelajaran,
mengembangkan bahan ajar
merancang dan
melaksanakan penilaian hasil
belajar, berpedoman pada
PERMENDIKBUD Nomor
146 tahun 2014 berupa
muatan kurikulum,
kompetensi inti, kompetensi
dasar, lama belajar, dan
indikator percapaian
perkembangan.
- RPPM di TK Islam Pelangi
Anak Negeri berupa
penjabaran dari PROMES,
yang berisi kegiatan-kegiatan
dalam mencapai indikator
pencapaian perkembangan
145
- RPPH di TK Islam Pelangi
Anak Negeri berupa
penjabaran kegiatan dari
RPPM, RPPH berisi kegiatan
pembelajaran dalam satu hari
yang dilaksanakan secara
kelompok dan klasikal
- RPPH yang dibuat disamakan
untuk semua kelas dan semua
yayasan Pelangi Anak
2. Pelaksanaan
Pembelajaran
- Apersepsi dilakukan sebelum
kegiatan berlangsung,
sebelum kegiatan kelas
berlangsung. (W.2.1.G)
- Metode yang digunakan
untuk ABK dan reguler
sama. (W.2.2.G)
- Metode yang digunakan
metode ceramah, bercerita,
bercakap-cakap, pembiasaan,
bernyanyi, dan pemberian
tugas, menggunakan model
kelompok. (W.2.3.G)
- Metode yang diterapkan
untuk ABK dan reguler
adalah sama. Tidak ada yang
dibedakan, namun saat
kegiatan ABK lebih dipantau
- Apersepsi dilakukan saat
kegiatan pembuka dan
sebelum kegiatan inti.
Kegiatan pembuka lebih
sering dengan kegiatan
pembiasaan, hafalan, dan
kegiatan motorik.
Kegiatan pembuka
dilakukan setiap hari.(CL
1)
- Penggunaan metode saat
kegiatan untuk anak
reguler & ABK sama
(CL 2)
- Metode yang digunkan
yaitu lebih sering
menggunakan metode
ceramah, pemberian tugas,
- Kegiatan pembelajaran
untuk semua anak sama.
Beberapa isi kegiatan
seperti baca, tulis, dan
berhitung disesuaikan
kemampuan anak
(Gambar 12)
- Media belajar berupa
penggunaan media LKA,
bukutulis, puzzle, dan
bongkar pasang.
(Gambar 15)
- Ketersediaan GPK,
membantu ABK mandiri
dan reguler lainya saat
kesulitan belajar. GPK
menerapi ABK yang
masih dalam tahan
- Setiap anak di TK Islam
Pelangi Anak Negeri
mendapatkan layanan yang
berbeda-beda, hal ini
disesuaikan dengan karakter
serta kemampuan anak.
Layanan yang diberikan
berupa pendampingan anak,
materi belajar, dan
penyampaian materi belajar.
- Pemberian kegiatan,
penggunaan metode dan
media untuk semua anak
sama. Beberapa kegiatan
disesuaikan dengan
kemampuan anak
- Layanan pendampingan anak
berupa ketersediaan GPK.
146
(W.2.1.4.G)
- Media yang digunakan untuk
ABK dan reguler sama
(W.2.5.G)
- Media yang digunakan
biasanya LKA, dan
disesuaikan dengan kegiatan
yang akan dilakukan.
(W.2.6.G)
- Media pembelajaran ABK
dan reguler adalah sama,
tidak ada perbedaan. Semua
anak belajar dengan kegiatan
dan media yang sama
(W.2.7.G)
- ABK dan reguler mempunyai
kewajiban dan hak yang
sama (W.2.8.G)
- Guru memfasilitasi anak
sewaktu kegiatan, membantu
anak, dan menstimulasi anak.
(W.2.9.G)
- Semua anak mendapatkan
kegiatan yang sama, dengan
metode dan media yang
sama. Yang membedakanya
adalah layanannya. Untuk
ABK diberikan layanan yang
dan pembiasaan. (CL 2)
- Semua metode yang
diterapkan sewaktu
kegiatan pembelajaran
untuk ABK dan reguler
sama (CL 4)
- Penggunaan media saat
kegiatan untuk anak
reguler dan ABK sama
(CL 4)
- Media yang digunakan
lebih sering menggunakan
media LKA dan buku tulis.
(CL 4)
- Penggunaan media untuk
ABK dan reguler
semuanya sama (CL 4)
- Kegiatan yang diberikan
saat pembelajaran untuk
reguler dan ABK sama
(CL 5)
- Guru pemberikan tugas
belajar, mengarahkan anak
untuk menikuti kegiatan.
(CL 2)
- ABK dan reguler
mengerjakan tugas yang
sama, sesuai dengan yang
terapi/belum mandiri.
(Gambar 28)
- GPK di sediakan oleh
sekolah (CD. 4)
- Cara yang digunakan GPK
dalam pendampingan ABK
yang sudah mandiri dan
reguler sama, yaitu anak
didekati, diarahkan, dan
dibantu jika anak mengalami
kesulitan belajar seperti
belum memahami terhadap
penggerjaan kegiatan.
Pendampingan untuk ABK
yang masih dalam
terapi/belum mandiri, GPK
mendampingi mulai dari anak
tiba di sekolah hingga
dijemput. Terapi yang
dilakukan membiasakan anak
untuk tau dan mengerti
kegiatan-kegiatan yang ada
ketika di sekolah.
- Layanan materi belajar yang
diberikan setiap anak berbeda
beda, beberapa materi belajar
disesuikan kemampuan
masing-masing anak. Materi
yang diberikan pada kegiatan
inti pembelajaran berisi
materi dan kegiatan yang
sama. meskipun materi yang
147
lebih, seperti adanya
pendampingan bagi ABK
yang membutuhkan, terapi,
dan pembiasaan yang lebih
agar anak mampu mandiri
seperti anak reguler lainya.
(W.2.10.G)
- Ada (W.2.11.G)
- Guru pendamping kelas
berperan membantu ABK
atau anak reguler jika
mengalami kesulitan dalam
belajar. (W.2.12.G)
- Penyedia GPK Sekolah
(W.2.13.G)
diberikan guru. Beberapa
kegiatan disesuaikan
dengan kemampuan anak,
seperti baca, tulis,
berhitung, dan baca iqra’
(CL 5)
- Terdapat guru pendamping
kelas (CL 5)
- GPK di TK Islam Pelangi
Anak Negeri bertugas
untuk mendampingi ABK
dan reguler yang
mengalami kesulitan
sewaktu pembelajaran.
Cara yang digunakan GPK
dalam pendampingan ABK
yang sudah mandiri dan
reguler sama, yaitu anak
didekati, diarahkan, dan
dibantu jika anak
mengalami kesulitan
belajar seperti belum
meahami terhadap
penggerjaan kegiatan.
Pendampingan untuk ABK
yang masih dalam
terapi/belum mandiri,
GPK mendampingi mulai
diberikan saat kegiatan
berlangsung sama, namun
guru tidak memaksakan
kepada anak untuk harus
menyelesaikan tugas. Tugas
yang belum selesai biasanya
guru akan meminta anak
meneruskannya setelah
kegiatan penutup
- Layanan penyampaian materi
belajar di TK Islam Pelangi
Anak Negeri kepada semua
anak sama. Penggunaan
metode dan media yang
diterapkan di TK Islam
Pelangi Anak Negeri berlaku
untuk semua siswa, baik anak
reguler dan ABK. Metode
yang sering digunakan yaitu
metode ceramah, pemberian
tugas, dan pembiasaan.
Pemberian tugas berupa
mengerjakan kegiatan yang
diberikan guru, yang biasa
terlaksana dengan
menggunaan media LKA dan
buku tulis
148
dari anak tiba di sekolah
hingga dijemput. Terapi
yang dilakukan
membiasakan anak untuk
tau dan mengerti kegiatan-
kegiatan yang ada ketika
di sekolah. Seperti guru
mengajak anak untuk
dapat makan sendiri dan
mencuci piring sendiri,
anak dilatih untuk
mencoba dan tetap
didampingi selalu, anak
diajak mengikuti kegiatan,
meskipun anak tidak ikut
mengerjakan tetapi anak
tetap dikenalkan. (CL 5)
3. Evaluasi
Pembelajaraan
- Catatan anekdot, cheklist,
dan portofolio (W.3.1.G)
- Evaluasi biasanya dilakukan
setelah kegiatan dalam sehari
selesai, dan pada puncak
tema. Evaluasi ABK dan
anak reguler sama, yang
membedakan adalah hasilnya
pada masing-masing anak.
(W.3.2.G)
- Evaluasi biasanya dilakukan
- Evaluasi kegiatan belajar
dilaksanakan saat kegiatan
penutup, kegiatan evaluasi
akhir tidak setiap harinya
terlaksana. (CL 6)
- Evalusasi kegiatan
dilaksanakan saat
kegiatan penutup.
(CD. 3)
- Pelaksanaan evaluasi
perkembangan anak
dilakukan oleh guru.
- Evaluasi perkembangan
dilaksanakan di awal dan
akhir semster. Evaluasi awal
menggunakan tes sidik jadi,
dan evaluasi akhir
menggunakan raport.
- Dalam penyusunan evaluasi
perkembangan, beberapa
149
setelah kegiatan dalam sehari
selesai, dan pada puncak
tema (W.3.3.G)
- Guru kelas (W.3.4.G)
teknik evaluasi yang
digunakan adalah hasil karya,
catatan anekdot, penugasan,
dan observasi.
- Hasil beberapa teknik
evaluasi dirangkum menjadi
satu, sehingga menghasilkan
laporan hasil penilaian. Setiap
anak memiliki hasil evaluasi
perkembangan yang berbeda-
beda
- Hasil evaluasi dilaporkan
kepada orang tua siswa setiap
sebulan sekali dan pada akhir
semester
- Dalam sebulan sekali sekolah
menyediakan pertemuan
orang tua, konsultasi
perkembangan anak, jika
terdapat beberapa aspek yang
menyimpang orangtua bisa
langsung mengkonsultasikan
pada ahlinya
- Evaluasi akhir kegiatan
dilakukan pada kegiatan
penutup, kegiatan evaluasi
akhir di TK Islam Pelangi
Anak Negeri tidak setiap hari
150
terlaksana.
- Pelaksanaan evaluasi akhir
pembelajaran dilakukan oleh
guru dan anak-anak, evaluasi
tidak dapat terlaksana sebab
pada setiap harinya pada
kegiatan penutup, diisi
dengan doa setelah makan,
ikrar, dan salam
4. Faktor-faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Pembelajaran
- Yang menghambat dan
mendukung dalam
pembelajaran adalah mood
anak. mood anak berbeda-
beda dan gampang berubah,
apalagi ABK. (W.4.1.G)
- Guru menyesuaikan dengan
mood anak, anak jika tidak
ingin melakukan kegiatan
maka tidak dipaksa, namun
diarahkan. (W.4.2.G)
- Anak tidak berminat pada
kegiatan, hal ini
dipengaruhi oleh metode
dan media yang sama
dalam setiap harinya, yaitu
metose ceramah dan media
LKA (CL 4)
- Layanan bagi anak yang
membutuhkan seperti
pendampingan belajar
bagi ABK dan reguler
yang membutuhkan.
(Gambar 28)
- Isi materi belajar yang
disesuikan masing-
masing kemampuan
anak. (Gambar 25)
- Faktor pendukung
pembelajaran inklusi
dipengaruhi oleh sekolah dan
anak.
- Faktor pendukung dari
sekolah yaitu sekolah
memberikan fasilitas belajar
yang sama untuk semua anak
dan layanan yang sesuai
kondisi anak. Seperti
pendampingan dan isi materi
yang disesuaikan kemampuan
anak. Adanya layanan tes
sidik jadi di awal tahun
ajaran, membantu untuk
mengetahui perkembangan
anak secara detail. Dan
ketersediaan GPK
- Faktor penghambat
151
pembelajaran inklusi, yaitu
kurangnya variasi
penggunaan metode dan
media. Penggunaan media
dan metode sangat
mempengaruhi minat anak
dalam kegiatan. Saat anak
mempunyai minat dan
berminat mengikuti kegiatan,
maka kegiatan dapat berjalan
dnegan lancar dan
menghasilkan hasil yang
memuaskan.
- Cara mengatasi faktor
penghambat yaitu guru
mengikuti minat anak, dan
tidak memaksa anak untuk
melakukan kegiatan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar
anak tidak merasa terpaksa,
dan nyaman ketika belajar di
sekolah.