studi cerita anak tahun 1970-ankandai vol. 10, no. 2, november 2014; 231-245 234 dalam pembahasan...

15
231 K A N D A I Volume 10 No. 2, November 2014 Halaman 231-245 REPRESENTASI ANAK DALAM KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO: STUDI CERITA ANAK TAHUN 1970-AN (The Representation of Children in Arswendo Atmowiloto’s Works: A Study of Children Stories in 1970s) Mu’jizah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta (Diterima 14 April 2014; Revisi 21 Oktober 2014; Disetujui 23 Oktober 2014) Abstract Children literature is an interesting genre of Indonesian literature, especially in the 1970s when children literature thrives in a variety of magazines. One prominent Indonesian author adults at that time is Arswendo Atmowiloto. Interesting problems discussed how the child's world was representation by Arswendo? This article aims to describe of world of children who presented Arswendo. In the discussion it is known that the representation of the children is independent of child. This independence is regarded as superior properties for children not only play and rely on others. The world of child becomes a distraction to play, it is not something that is dominant. Playing is done while working. That way the children were presented Arswendo not a child seeking attention, but the kids who actually care givers and family provider. Keywords: children literature, representation, independence, realistic story. Abstrak Sastra anak merupakan genre sastra yang menarik, terutama pada tahun 1970-an, saat sastra anak tumbuh subur dalam berbagai majalah. Salah satu pengarang dewasa Indonesia yang menonjol pada masa itu Arswendo Atmowiloto. Masalah menarik yang dibahas dalam tulisan ini ialah bagaimana dunia anak direpresentasikan oleh Arswendo dalam cerpen-cerpennya? Artikel ini bertujuan menggambarkan dunia anak yang disajikan Arswendo. Dalam bahasan diketahui bahwa Arswendo menyajikan dunia anak yang khas, cerita- cerita realistik anak yang mandiri. Kemandirian ini dianggap sebagai sifat unggul agar anak tidak hanya bermain dan bergantung pada orang lain. Dunia bermain menjadi selingan hidup, bukan sesuatu yang dominan. Bermain dilakukan sambil bekerja. Dengan begitu anak-anak yang disajikan Arswendo bukan anak yang mencari perhatian, melainkan anak-anak yang justru pemberi perhatian dan penopang keluarga. Kata-kata kunci: sastra anak, representasi, kemandirian, cerita realistik. PENDAHULUAN Sastra anak merupakan salah satu genre yang mewarnai khazanah sastra Indonesia. Sastra ini mempunyai peran tersendiri, di samping keindahannya, karya ini juga mempunyai misi untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Bacaan seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan berbagai

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 231

    K A N D A IVolume 10 No. 2, November 2014 Halaman 231-245

    REPRESENTASI ANAK DALAM KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO:STUDI CERITA ANAK TAHUN 1970-AN

    (The Representation of Children in Arswendo Atmowiloto’s Works:A Study of Children Stories in 1970s)

    Mu’jizahBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

    Jalan Daksinapati Barat IV, RawamangunJakarta

    (Diterima 14 April 2014; Revisi 21 Oktober 2014; Disetujui 23 Oktober 2014)

    AbstractChildren literature is an interesting genre of Indonesian literature, especially

    in the 1970s when children literature thrives in a variety of magazines. Oneprominent Indonesian author adults at that time is Arswendo Atmowiloto.Interesting problems discussed how the child's world was representation byArswendo? This article aims to describe of world of children who presentedArswendo. In the discussion it is known that the representation of the children isindependent of child. This independence is regarded as superior properties forchildren not only play and rely on others. The world of child becomes adistraction to play, it is not something that is dominant. Playing is done whileworking. That way the children were presented Arswendo not a child seekingattention, but the kids who actually care givers and family provider.Keywords: children literature, representation, independence, realistic story.

    AbstrakSastra anak merupakan genre sastra yang menarik, terutama pada tahun

    1970-an, saat sastra anak tumbuh subur dalam berbagai majalah. Salah satupengarang dewasa Indonesia yang menonjol pada masa itu ArswendoAtmowiloto. Masalah menarik yang dibahas dalam tulisan ini ialah bagaimanadunia anak direpresentasikan oleh Arswendo dalam cerpen-cerpennya? Artikelini bertujuan menggambarkan dunia anak yang disajikan Arswendo. Dalambahasan diketahui bahwa Arswendo menyajikan dunia anak yang khas, cerita-cerita realistik anak yang mandiri. Kemandirian ini dianggap sebagai sifatunggul agar anak tidak hanya bermain dan bergantung pada orang lain. Duniabermain menjadi selingan hidup, bukan sesuatu yang dominan. Bermaindilakukan sambil bekerja. Dengan begitu anak-anak yang disajikan Arswendobukan anak yang mencari perhatian, melainkan anak-anak yang justru pemberiperhatian dan penopang keluarga.Kata-kata kunci: sastra anak, representasi, kemandirian, cerita realistik.

    PENDAHULUAN

    Sastra anak merupakan salah satugenre yang mewarnai khazanah sastraIndonesia. Sastra ini mempunyai peran

    tersendiri, di samping keindahannya,karya ini juga mempunyai misi untukmendidik dan mencerdaskan anakbangsa. Bacaan seperti ini diharapkandapat menumbuhkan berbagai

  • Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 231-245

    232

    kreativitas anak sehingga tidak terdapatkesan menggurui. Sastra anak diIndonesia mulai berkembang sejak1970-an dengan adanya buku bacaanInpres yang dikelola DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Sastra inijuga pernah booming pada tahun 1990-an. Berbagai penerbit berbondong-bondong menerbitkan cerita anak.Cerita itu merupakan reproduksi dariberbagai cerita rakyat Nusantara.Pelopornya PT Grasindo yangkemudian diikuti oleh penerbit-penerbit lain, seperti Grafiti danAirlangga. Pada waktu itu, tidak hanyacerita rakyat Nusantara yang digali,tetapi juga cerita-cerita rakyat darimancanegara, seperti cerita rakyatRusia dan cerita rakyat Belanda.

    Di samping itu, pada saat ituterbit juga beberapa majalah anak, diantaranya dua majalah anak yangpopuler, yakni Kawanku dan SiKuncung yang banyak menerbitkancerita anak. Pada tahun 1970, Kawankumengkhususkan diri pada pembacaanak-anak SD. Di dalamnya terdapatcerita anak, komik, dan cerita anaksaduran dari luar negari. Majalah hitamputih ini diterbitkan oleh Gramedia.Kini majalah Kawanku menggesersasaran pembaca pada siswa SMP atauremaja. Majalah Si Si Kuncung jugamajalah yang pembaca sasarannyaanak-anak dan ada pada tahun 1970-ansampai dengan 1980-an. Majalah iniagak spesial di samping isi ceritanya,ilustrasinya juga bagus sehinggamembuat anak-anak yang membacasemakin terpesona. Kedua majalahinilah yang menjadi idola bacaan anaksaat itu. Di antara kedua majalahtersebut, cerita-cerita anak yangdikarang Arswendo lebih banyakdimuat dalam majalah Kawanku.Selain Si Si Kuncung dan Kawanku,terdapat juga beberapa majalah anakyang lain.

    Maraknya sastra anak inimenimbulkan ide untuk melihatperkembangan sastra anak pada tahun1970-an, khususnya pada karya sastraArswendo Atmowiloto. Pengarang inipada saat itu menjadi pengarang yangpopuler dan mengajak anakberimajinasi dalam berbagaipetualangan dalam kehidupannya.

    Pada dasarnya, duniakepengarangan Arswendo telah cukuppanjang dan karya-karya yangdiciptakan bukan hanya cerita anakdalam bentuk cerpen, tetapi juga dalambentuk novel dan drama. Berkaitandengan karya-karya tersebut, dalamtulisan ini pembahasan hanyadifokuskan pada cerpen-cerpen anakkarena cerpen relative lebih pendeksehingga lebih banyak menampilkanvariasi pemikiran yang dimunculkandalam berbagai variasi cerita denganberbagai penampilan tokoh danperwatakannya. Di samping itu,banyak pula cerita-cerita anak yangsudah diterbitkan dalam majalah,khususnya Kawanku. Akan tetapi,dalam bahasan ini hanya diambil limabelas cerita Arswendo yang menarikdan yang khusus menyajikanpetualangan dan pengalaman sertarealitas yang ditampilkan secara utuh.Kelima belas cerita ini dianggap dapatmerepresentasikan Arswendo dalammemandang dunia anak.

    Masalah yang menarik untukdikaji adalah bagaimana penampilancerita-cerita anak yang diciptakanArswendo, bagaimana pandanganArswendo terhadap anak, danbagaimana Arswendo menggambarkanpengidealan tokoh anak dalam sastra?Tujuan dari pembahasan cerita anakkarya Arswendo ini adalah untukmengetahui gambaran cerita anakkarya Arswendo, pandangannyaterhadap dunia anak, dan pemikiranArswendo tentang dunia anak dan

  • Mu’jizah: Representasi Anak Dalam Karya Arswendo…

    233

    representasinya tentang anak dalamsastra. Dalam karyanya Arswendobanyak memunculkan tokoh anakdengan karakter-karakter tertentu yangberulang. Masa anak tidak hanya diisidengan bermain dan berkelompoklayaknya anak yang lain, tetapi anak-anak yang sudah pandai mencarinafkah. Figur-figur anak yangdisajikan seakan mempunyai streotipetersendiri karena muncul dalambeberapa cerita. Dengan penampilananak yang seperti itu, terasa adakonsep-konsep atau ide-ide yang ingindikatakannya seputar dunia anak. Ide-ide yang sering muncul dan menonjoltersebut di antaranya sifat mandiri.

    Sastra anak pada dasarnya telahbanyak dikaji, tapi kajian lebih banyakdilakukan di kalangan akademisi untuktujuan formal dalam penulisan karyailmiah pada tingkat akhir. Di sampingitu, ada juga beberapa penelitian yangdilakukan oleh beberapa peneliti dilembaga penelitian. Kajian sastra anakberkaitan dengan beberapa hal, sepertiunsur pendidikan, struktur cerita anak,dan penggunaan bahasanya.

    Masalah pendidikan dalamsastra anak banyak dikaji dalam rangkatugas akhir pendidikan formal, baikskripsi atau tesis. Penelitian itu diantaranya oleh Baroroh (1997) denganpenelitian yang berjudul "Unsur-UnsurDidaktis dalam Dongeng-Dongengpada Majalah Bobo tahun 1995" danDamly (1998) yang mengkajipendidikan dalam cerita anakbergambar. Kajian ini mengambilobjek cerita anak di FRJ tahun 1970--1990 dengan menyoroti kondisipedagogis dan sosiologi, dan sosialmasyarakat. Kajian lain yang sifatnyaagak teoretis dilakukan oleh Sarumpaet(1976) dan (2001). Dalampenelitiannya yang berjudul BacaanAnak-Anak: Suatu PenyelidikanPendahuluan ke dalam Hakekat, Sifat,

    dan Corak bacaan Anak-Anak sertaMinat Anak pada bacaannya iniSarumpaet memfokuskan analisiscerita anak sebagai sebuah genre danhakikat serta sifatnya sebagai ceritaanak. Berbagai cerita anak diklasifikasidan pembahasan juga meliputiberbagai ragam dan corak bacaan anakyang dikaitkan dengan minat anakterhadap bacaannya. Pada penelitianselanjutnya Sarumpaet (2001)membahas cerita anak berdasarkanstrukturnya, yakni melalui plot, latar,tema, dan karakter, serta gaya ceritaanak di Indonesia.

    Beberapa penelitian yangmemfokuskan pada struktur ceritadilakukan oleh Sumartinah (1992)yang khusus mengkaji alur dan tokohcerita dan Kusumawati (1994) yangmengkaji khusus tokoh danpenokohan. Penelitian yangmemfokuskan diri pada perbandinganantarcerita anak dengan motif-motiftertentu dilakukan oleh Mardiyanto.Pada tahun 1998, penelitianperbandingan dilakukan terhadap ceritaanak dengan motif bidadari, sedangkanpada tahun 2003 dengan perbandingancerita bermotif anak durhaka. Disamping itu, beberapa penelitiantentang cerita anak juga dilakukandengan melihat aspek bahasa.Penggunaan bahasa dalam cerita anakini dikaji oleh Alianti (1991) danpembahasan struktur kalimat dalambuku-buku cerita anak di Indonesiadilakukan oleh Asihanti (2004).

    Sehubungan latar belakang diatas, agaknya kajian tentang ceritaanak dilakukan dalam berbagai sudut.Pada kesempatan ini, kajian cerita anaklebih dikhususkan pada kajian ceritaanak dari seorang pengarang, yakniArswendo Atmowiloto. Sehubungandengan itu, dalam karangan inidiuraikan beberapa hal penting, yakniteori dan metode yang digunakan

  • Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 231-245

    234

    dalam pembahasan cerita-cerita anakkarya Arswendo dalam majalahKawanku yang dijadikan objek kajian,uraian sekilas tentang biodata dankepengarangan Arswendo sebagairangka pemahaman karya, danpandangan pengarang tentang duniaanak.

    LANDASAN TEORI

    Sastra anak adalah salah satugenre yang mempunyai kedudukantersediri dalam dalam khazanah sastraIndonesia. Karya sastra ini diciptakanorang dewasa dan oleh anak dengansasaran pembaca anak. Pengarangdewasa mempunyai ekspresi yangberbeda dengan pengarang anak, baikdalam hal fantasi, sudut pandangan,wawasan, dan teknik sertapemikirannya yang berbeda. Disamping itu, tokoh dan latar yangmenjadi daya tarik penulis dewasa jugaberbeda dengan penulis anak. Denganbegitu, pembaca anak sebagai readerresponse mempunyai tanggapan yangberbeda pula. Berkaitan dengan hal itu,Sarumpaet (2009) mengatakan bahwayang disebut sastra anak adalah karyayang pembaca sasarannya anak danpenulisnya orang dewasa. Hal ituditambahkan oleh Knowles (1996)yang membedakan sastra anak darisastra orang dewasa, adanya unsuryang tidak diperbolehkan muncul(pantangan).

    Pantangan ini berkaitan denganpersoalan-persoalan yang digagasdalam cerita. Masalah kekerasan,kekejaman, seks, cinta erotis, tidakdapat muncul dalam cerita anak. Gayayang disampaikan dalam cerita ini jugabersifat langsung dan tidak berbelit-belit. Deskripsinya juga singkat, adaaksi yang dinamis, dan alur sebab-akibatnya juga jelas. Sastra anak jugaditandai oleh adanya unsur yang

    bermanfaat, seperti pengetahuanumum, ketrampilan, dan hal-hal yangmembantu perkembangan anak.Namun, fungsi terapan ini jangandipakai orang dewasa untuk menggurui(Sarumpaet, 1973: 29-32). Untuk itu,penulis cerita anak harus memahamiperkembangan jiwa anak.

    Dalam psikologi anak, masaperkembangan anak dibagi menjaditiga, yakni masa prenatal, masa bayi,masa kanak-kanak pertama (usia 3—6tahun), masa kanak-kanak kedua (6—12 tahun), dan masa remaja (12—18tahun). Pada usia 6—12 tahun,perkembangan anak yang palingpenting adalah senang bermain, senangberkelompok, dan mulai mencariperhatian (Harwadi, 2001). Sifat dankepribadian anak ini sebagai sebuahdunia nyata yang diangkat ke dalamkarya sastra anak yang mencerminkankehidupan anak. Kehidupan itudisajikan dalam karya sastra.

    Sebagai karya sastra, sastra anakharus didekati dengan pendekatankarya sastra. Abrams (1953)mengajukan bahwa dalam sastraterdapat empat sistem, yakni (1) karyasastra sebagai dunia objektif, (2)mimesis bahwa karya sastra tiruanalam (univers), (3) pengarang yangmengekspresikan dirinya, dan (4)pembaca yang menikmati karya.Keempat sistem tersebut menjadikansastra sebagai dunia yang utuh.

    Karya sastra sebagai duniaobjektif harus didekati denganmembahas karya sastra itu sendirimelalui strukturnya. Karya sastrasebagai dunia objektif menjadi bahanutama dalam kajian. Karya sastrasebagai objek, oleh Kristeva disebutsebagai "objek monolitis" yang statis,yang harus dimaknai dari bahasanya(Kristeva, 2013:6). Mimesis berkaitanberkaitan universe ‘dunia’ yang ditirudan disajikan dalam karya sastra.

  • Mu’jizah: Representasi Anak Dalam Karya Arswendo…

    235

    Mimesis adalah tiruan dari realita.Semua teori sastra pada dasarnyaberawal dari konsep mimesis yangbermakna perwujudan, jiplakan, danpeniruan dari realita. Tanpa realita,yaitu kehidupan sehari-hari, manusia,pemikiran, konflik, karya seni,termasuk sastra, tidak akan ada(Darma, 2004:42). Sastra menurutDamono (2003:1) menampilkangambaran kehidupan, dan kehidupanitu sendiri adalah suatu kenyataansosial. Dalam pengertian ini,kehidupan mencakup hubunganantarmasyarakat, antara masyarakatdengan orang-seorang, antarmanusia,dan antarperistiwa yang terjadi dalambatin seseorang. Sementara duniaekspresi berkaitan dengan pengarangyang menyajikan dunia itu kepadapembaca, dan pembaca adalah duniapenikmat yang membaca karya.Pembaca memberi tanggapan ataskarya sastra.

    METODE

    Dalam artikel ini pembahasansastra anak khusus menganalisis sastraanak yang dikarang oleh ArswendoAtmowiloto pada tahun 1970-an.Dalam analisis ini digunakan beberapalangkah untuk mencapai tujuan untukmendapat gambaran yang jelas tentangdunia anak yang direpresentasiArswendo dalam karya-karyanya.Pertama, menginventarisasi berbagaikarya sastra anak yang diciptakanArswendo Atmowiloto dalam majalahyang terbit tahun 1970-an.

    Karya pengarang itu tersebar luasdalam berbagai media. Oleh sebab itu,inventarisasi dan pencatatan karya-karyanya menjadi penting. Kedua,membaca cerita-cerita anak karyaArswendo. Pembacaan ini dilakukandalam rangka pemahaman karyasebagai struktur dengan fokus pada

    tokoh, penokohan, latar, dan alurcerita. Dari hasil pembacaan inidiperoleh gambaran tentang tokoh anakdengan karakter-karakternya yangkhas. Ketiga, mencermati ArswendoAtmowiloto sebagai pengarang.Pengarang mempunyai sisi pentingdalam pembahasan karena karya sastramerupakan dunia pemikirannya yangtidak terlepas dari ciptaannya, sepertiyang dikatakan Damono bahwapengarang belum mati. Menurut Ratna(2004), seperti yang dikatakan Jung,bahwa isi pengalaman individualadalah pengalaman kehidupansekarang, pengalaman individu selamahidup di dunia nyata, sebagaipenggalan kehidupan sehari-hari.Untuk itu, pendidikan, latar belakangbudaya dan latar belakang kehidupan,dan perkembangan jiwa pengarangtercermin dalam karya. Pembahasansegi ekspresif penting untuk melihatkaitan antara dunia pengarang dankarya-karyanya.

    PEMBAHASAN

    Sastra Anak dalam MajalahKawanku

    Majalah Kawanku yang bermotto“bacaan untuk semua” menerbitkancerita-cerita yang lebih berkualitasdibandingkan dengan majalah Si SiKuncung. Hal itu terjadi karena ceritaanak yang ada dalam Kawanku lebihbanyak ditulis oleh orang dewasa,sedangkan cerita-cerita dalam majalahSi Kuncung ditulis oleh anak-anak.Kedua majalah ini sasaran pembacanyaadalah anak-anak. Bacaan ini dapatmemberi wawasan pengetahuan,imajinasi, dan petualangan bagi anak.

    Dalam majalah Kawanku, ceritaanak diterbitkan pada beberapa rubrikdalam sekali terbitan. Ada rubrikdongeng yang berupa penceritaan

  • Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 231-245

    236

    kembali dari dongeng lisan, dongengNusantara, dan dongeng darimancanegara. Rubrik cerita pendekdalam sekali terbit memuat tiga cerpen.Selain itu, disajikan juga ceritabergambar (cergam) anak. Bacaananak yang dimuat dalam majalah inidapat menumbuhkan daya kreatif anak.Hal itu sesuai dengan tujuan majalahini yang berupaya meningkatkan akalbudi anak dan berusaha untukmengembangkan daya kreasi anak.Munculnya berbagai cerita anak dalammajalah ini kemungkinan besarberkaitan dengan pemrakarsa majalahini, yakni sekelompok pengarang danpelukis yang tergabung dalam YayasanKawanku. Sebagai kelompokpengarang, mereka mempunyaiprioritas untuk meningkatkan karyakreatif (cerpen) melalui majalah ini. Disamping itu, dalam majalah ini adajuga rubrik puisi dan drama anak. Puisiyang dimuat selalu hasil kreasi anak.

    Karya lukis juga dimuat dalammajalah Kawanku dan lukisannya jugamerupakan sosok anak. Lukisan inidiletakkan pada halaman muka,sebagai sampul majalah. Pengambilankarya lukis sebagai sampul jugamungkin berkaitan dengan pendirimajalah ini yakni kelompok pelukis.Misalnya sampul edisi no.2, tahun II,1971 adalah lukisan seorang anakbertopi dengan keranjang di tanganyang berjudul ”Penjual Jeruk”.

    Selain itu, bacaan anak jugaditerbitkan dalam beberapa majalahanak, di antaranya Kawanku yang edisiperdananya diterbitkan tahun 1970. Disamping Kawanku, ada majalah SiKuncung. Dilihat dari isinya, keduamajalah ini mempunyai warna yangberbeda. Dalam majalah Si Kuncung,penulisnya lebih banyak anak-anak,yaitu siswa SD dan SMP, sedangkandalam Kawanku bermunculan karyayang penulisnya orang dewasa. Dilihat

    dari para penulisnya, pengarang yangberkarya dalam majalah Kawankubanyak yang menjadi sastrawan besarIndonesia saat ini. Sastrawan itu diantaranya Riyono Pratikno, Poppy S.Donggo, Rijani Sriwidodo, TohaMochtar, K. Usman, dan M. Sobari,serta Arswendo Atmowiloto. Di antaranama-nama tersebut, Arswendolahyang relatif lebih rutin menulis,terutama pada tahun 1970--1975.

    Di samping itu, di antara karyapengarang-pengarang yang telahdisebutkan, cerpen anak Arswendosangat menarik. Cerita yangditampilkan mempunyai gaya yangkhas, dinamis, kreatif, dan penuhpetualangan. Karya-karyanya itu bisadipakai untuk penelitian sejarahkepengarangan Arswendo Atmowiloto.Tahun 1970-an adalah masa awalkepengarangannya, usia Arswendopada waktu itu sekitar 30-an tahun.Karya-karyanya dalam Kawankumerupakan awal kariernya dalam duniasastra Indonesia, kemudian pada tahun1980-an, ia mulai menulis cerita-ceritaremaja. Saat ini, kepengarangannyaberkembang terus dan karyanya marakdalam dunia perfilman Indonesia,khususnya sinetron. Dengan dasarseperti itu, dalam tulisan ini ditelitiberbagai cerita anak Arswendo yangditerbitkan dalam majalah Kawanku.

    Dalam periode 1970—1975, ada15 cerita anak Arswendo Atmowilotoyang diterbitkan dalam majalahKawanku. Jumlah itu ditambah dengansatu kumpulan cerpen yang diterbitkanawal tahun 1980. Cerita-cerita tersebut”Satu Lawan Satu” (Kawankuno.10,1,71), ”Mau Nonton BioskopAkhirnya Jadi Tontonan” (Kawankuno. 6, 1, 71), ”Hadiah Dari SeorangKakak” (Kawanku no 7, II, 1971),”Memancing Belut”, (Kawanku no.2, I,1971), “Ito Dapat PiagamPenghargaan” (Kawanku no 4, II, 71),

  • Mu’jizah: Representasi Anak Dalam Karya Arswendo…

    237

    “Ito Kembali ke Bangku Sekolah”(Kawanku no 11, II, 1972), ”Ito IkutPiknik” (Kawanku no 10, II,1972),”Kisah Sang Peternak” (Kawanku no 8,II, 1972), “Kinanti Baru” (Kawanku no10, III, 73), ”Si Dul yang Istimewa”(Kawanku no.13, III, 1973),“Menunggu Sepeda Irma” (Kawankuno.16,III,73), ”Berkemah di TepiBengawan” (Kawanku no 17, III ,73),”Bercakap-Cakap dengan Turis”(Kawanku no 17, III, 73), “KeberanianBerkata” (Kawanku no 21, III, 73), dan”Ayam Jago Si Dul” (Jakarta: SinarHarapan, 1981)

    Tentang Arswendo Atmowiloto

    Dalam dunia sastra Indonesia,nama Arswendo Atmowiloto, yangaslinya Sarwendo, suami Agnes SriHartanti, sudah sangat populer. Karya-karyanya dalam bentuk cerpen dancerbung mewarnai berbagai majalah.Cerbungnya banyak yang sukses dandialihwahanakan dalam film, sepertiKeluarga Cemara yang masatayangnya mencapai 253 episode.Senopati Pamungkas adalah karya lainArswendo yang sangat laku. Darikarya-karyanya, hanya satucerbungnya di dalam majalah Hai yangbelum difilmkan, yakni Imung.

    Arswendo yang lahir diKampung Harjo Dipuram, Surakarta26 November 1948 memulai kariernyasebagai wartawan. Ia pertama kalibekerja pada majalah mingguanDharmakanda (1969) dan Dharmanata(1971). Pada tahun 1973 ia hijrah keJakarta dan memimpin majalah Mididan Astaga. Pada masa inilah ia aktifmenulis cerita-cerita anak dalamKawanku. Keluar dari majalah itu iabergabung di majalah Hai sebagaipemimpin redaksi.

    Saat ini, ia lebih berkonsentrasipada penulisan naskah sinetron. Ia

    terpaksa bergelut dalam duniapertelivisian padahal baginya TVmerupakan jurnalisme bisnis yangpemberitaannya hanya memihakpemilik modal. Selain itu, jurnalismeTV baginya cenderung sumir.

    Arswendo pernah dipenjara gara-gara membuat angket yangbermasalah, seratus tokoh dunia. Padamasa kecilnya, Arswendo mengalamibanyak penderitaan karena ayahnyameninggal saat ia masih di sekolahdasar dan ibunya seorang dirimenghidupi sembilan anak. Uangpensiun dari ayahnya sangat kecilkarena ayahnya adalah pegawai biasadi Balai Kota Solo. Karena menjalanihidup yang sulit, pada waktu kuliah iasempat jualan buntut nalo untukmembayar kuliah.

    Sebagai pengarang, Arswendotelah meraih berbagai penghargaan.Pada tahun1972 ia memperoleh hadiahDewan Kesenian Jakarta (DKJ) untukpenulisan naskah drama yang berjudul“Pantangan Tuhan dan Bayiku yangPertama”. Hadiah dari Tahun BukuInternasional juga ia raih hadiahhiburan untuk novelnya, Bayang-Bayang Bur. Karyanya “Buyung Hokdalam Kretifitas Kompromi” mendapatZakse Prize untuk esai sosial budaya1973. Karyanya yang lain, ”SangPangeran” (drama) mendapatpenghargaan TVRI sebagai hadiahhiburan pada tahun 1975.

    Cerita-cerita anak Arswendokebanyakan ditulis saat ia masihberusia di bawah 30 tahun. Pada masaitu, ia merasa sangat peka terhadapkehidupan anak-anak. Jika membacacerita-cerita anaknya, terasa bahwacerita-cerita yang dikisahkannyamerupakan refleksi kehidupan masakanak-kanaknya yang serba susah.Kecintaanya pada anak, ia tuangkandalam lima novel anak-anak yangsemua telah diterbitkan. Karya-karya

  • Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 231-245

    238

    lain Arswendo di antaranya (1)Tembang Tanah Air 1—6, 1989, (2)The Circus, 1977, (3) Bayang-BayangBaur, 1976, (4) Semesta MerapiMerbabu, 1977, (5) Keluarga Bahagia,1985, (6) Airlangga, 1985, (7)Canting, 1986, (8) Dusun Tantangan,1979, (9) Kiki dan Komplotannya, I—II, 1979, 1980, (10) Surat denganSampul Putih, 1980, (11) KeluargaCemara, 1981, dan (12) SenopatiPamungkas, I—18, 1980.

    Kemandirian Anak dalamPandangan Arswendo Atmowiloto

    Kemandirian adalah suatukeunggulan karena mandiri berartidapat berdiri sendiri tanpa bergantungpada orang lain. Sifat mandiri biasanyadimiliki oleh orang yang mampuberprestasi dan mempunyaikemampuan di atas rata-rata. Hal ituberkaitan dengan banyak hal, misalnyadaya imajinasinya kuat, berinisiatif,ada rasa ingin tahu, percaya diri, inginmendapat pengalaman-pengalamanbaru, penuh semangat, beraniberpendapat, dan berani pulamengambil risiko.

    Menurut Harwadi (2001:110-111), kemandirian muncul karenaintelegensia seseorang baik dan iamampu untuk bersikap fleksibel, lancardalam mengeluarkan pendapat, danmampu menciptakan sesuatu yang baruserta memiliki tanggung jawabterhadap tugas yang diberikanpadanya.

    Bagaimana mungkin sikapmandiri seperti itu dapat muncul padadiri seorang anak? Kenapa keunggulanitu muncul? Dalam cerita-ceritaArswendo, sifat mandiri pada anakmuncul karena kreativitas merekadalam menjalani kehidupan yangpenuh beban dan penderitaan. Dalamkondisi seperti itu, anak mempunyai

    kemampuan berpikir dan mencariberbagai pilihan untuk keluar dariberbagai masalah yang mereka hadapi.Masalah-masalah itulah yang memaksamereka mencari jawaban sendiri untuktetap bertahan hidup.

    Dunia anak yang dikisahkanArswendo dalam cerpen-cerpennyamengisahkan tokoh-tokoh anak. Anak-anak itu adalah siswa SD sampaidengan siswa SMP kelas 1, yangberusia antara usia 9—14 tahun. Anak-anak itu menjalani kehidupannya diperkampungan di Solo, Jawa Tengah.Kehidupan anak seperti itulah yangdisorot.

    Pada usia sangat muda itu, tokohanak Arswendo mempunyai watak dankarakter yang kuat, bukan anak manjayang hanya bermain dan merengekpada orang tua. Anak yangdigambarkan adalah anak yang hiduptegar dalam penderitaan. Anak-anaktersebut juga sudah bisa membantuibunya dan tidak banyakmenggantungkan diri lagi pada orangtua. Mereka bisa mengurus dirinyasendiri untuk sekolah dan mereka jugabanyak yang sudah tidakmenggantungkan diri lagi dalam halkeuangan sebab mereka bisamencarinya di sela-sela bermain danbersekolah.

    Kemandirian ini yang membuatanak-anak Arsewendo tidak terlihatcengeng dan lemah. Anak itu bekerjauntuk membantu ibu dan menambahbiaya sekolah. Selain itu, mereka jugamencari uang untuk memenuhikeinginannya sendiri, di antaranyajajan dan membeli sepeda. Sepedamerupakan benda mewah bagi anak-anak Arswendo, khususnya anak-anakperempuan, karena dengan kendaraanini mereka tidak menggantungkan diridengan teman lain, terutama saat kesekolah. Dengan kondisi yang sepertiitu, tokoh anak dalam cerita Arswendo

  • Mu’jizah: Representasi Anak Dalam Karya Arswendo…

    239

    tumbuh sebagai karakter yang kuat,tidak cengeng, pantang menyerah,optimis, kadang bandel, tetapi pintardan mandiri.

    Dunia anak yang mandiri itudisampaikan Arswendo dengan sangatmenarik. Gayanya langsung, aksinyadinamis, dan alurnya tidak bertele-tele.Cara seperti ini sangat tidakmembosankan sehingga dapat menarikdaya baca anak. Namun, ada jugakejanggalan yang ditemukan, diantaranya dalam pemakaian bahasaIndonesia, seperti pemakaian katakamu. Kata itu seharusnya tidakdipakai oleh anak saat berbicaradengan orang tua karena anakseharusnya menghormati orang tua.Kata kamu dalam bahasa Indonesiahanya dipakai untuk orang yang samaposisinya atau sejajar.

    Sosok anak-anak yang tergambardalam cerita-cerita Arswendo jikadikaitkan dengan kehidupan Arswendosendiri sebagai pengarang, terlihatmempunyai kaitan yang sangat erat.Tokoh-tokoh anak yang ditampilkanseperti merefleksikan hidupnya. Duniaanak yang disajikan Arswendo adalahkehidupan anak di perkampungan diSolo, Jawa Tengah, tempat-tempatyang juga dijalani dalam hidupnya.Mereka berasal dari keluarga yangkurang mampu, hidup penuhpenderitaan karena ditinggal wafat olehayah tercinta. Solo menjadi latar dalambeberapa kali muncul dalam cerita,seperti cerita ”Ito Ikut Piknik”. Didalam cerita itu dinyatakan, ”Keretaapi berangkat dari Solo jam 6 pagi,perjalanannya tidak ada satu jam.Ketika kereta bertuliskan KRUPP yangberdesis-desis macam raksasa itumeninggalkan stasiun Ceper, gerbongistimewa itu geger dan dalam”.

    Dalam ”Bercakap-cakap denganTuris” juga digambarkan latar kratonSurakarta, “Juga dari surat itu

    diketahui bahwa Mr. John adalahsalah seorang anggota dari kedutaandi Jakarta yang ingin melihat keadaanKraton Surakarta”. Dalam ”Berkemahdi Tepi Bengawan Solo”, jelaslatarnya juga Solo. Refleksi itu jugaterlihat dari peran ibu yang menjadiorang tua tunggal (single parent).Karena ibu tidak mempunyai pekerjaandan ayah sudah meninggal, keuangankeluarga menjadi sulit. Kesulitan iniyang membuat anak hidup penuhbeban dan penderitaan. Untukmenutupi kebutuhan hidup sehari-haridan membiayai sekolah, ibu dan anakbekerja bersama.

    Kehidupan yang penuhpenderitaan ini menjadi beban, baikbagi ibu maupun anak. Kemiskinanjuga kadang menimbulkan beban,yakni rasa malu. Dalam cerita “GitoDapat Penghargaan”, dikisahkan Gitoyang malu ke sekolah gara-gara tidakmemiliki baju seragam. Baju yanghanya satu itu dipakai bergantiandengan adiknya. Dalam cerita laindikisahkan juga tokoh Ito yang jarangmasuk sekolah karena tidakmempunyai uang, baik untukmembayar sekolah maupun untukhidup untuk keluarganya. Itu sebabnya,saat anak-anak lain belajar, Ito pergimencari uang, berjualan. Ia jadi jarangmasuk sekolah.

    Dengan penderitaan seperti itu,anak-anak menjadi kreatif, terutamauntuk mewujudkan impiannya; sepertiyang Ito lakukan ketika ia ingin ikutpiknik, tetapi ia tidak memiliki uang.Kisah itu ada dalam cerita ”Ito IkutPiknik”. Dalam cerita itu dinyatakan“Sudah dua hari Ito tak masuksekolah. Sebenarnya ini tidak menarikperhatian kawan-kawan sekelas jugaMulyani yang bertugas mengabsen.Karena Ito alias Koko yang rambutnyapanjang serta bajunya lebih seringkedodoran itu banyak kali tak masuk”.

  • Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 231-245

    240

    Dalam cerita ini, kemiskinan tidakmenghambat Ito untuk ikut piknik.Dengan kecerdikannya, ia berperanmenjadi penjual buah dan denganperan itu ia berhasil naik kereta danbergabung dengan teman-temannya.

    Selain penjual jeruk, ada jugapekerjaan-pekerjaan lain yang dijalanianak untuk mendapatkan uang. Denganitu mereka dapat makan danmeneruskan menuntut ilmu. Bekerjaadalah jalan satu-satunya keluar daripenderitaan. Namun, karena merekamasih kecil, pekerjaan yang bisadilakukan juga terbatas, sepertimembantu menghitung ayam di pasar,membersihkan kebun, menjual permen,dan menjual rokok di bioskop. Saatbekerja mereka bergaul dengan orang-orang dewasa, sesama pekerja. Kondisiini yang cepat mendewasakan anak-anak Arswendo dalam cerpen-cerpennya. Hal itu pula yangmenyebabkan anak-anak tumbuhmenjadi anak yang kuat dan mandiri,tidak tergantung pada sokongan ibunyalagi. Kesusahan hidup adalah cerminmereka.

    Mulyani matang kpribadiannyakarena bercermin dari pandanganhidup ibunya yang selalu berusahameski menderita. ”Mulyanimenggeleng, ada yang tergetar dalamhatinya, pandangan ibunya, kepasrahandan sekaligus ketabahan hati ibunya.Kepasrahan untuk menerima kenyataanbahwa sejak ayahnya meninggal, hidupmereka menderita setiap harinya. Iapun semangat mencari uang untukmengobati sakit ibunya yang sangatdisayangi. Jalan keluar daripenderitaan dan kemiskinan yangmembelenggu itu adalah bekerja,mencari uang untuk membantukehidupan keluarga. Mereka inginmelanjutkan hidup layaknya anak-anaklain. Mereka juga bertekadmenyekolahkan anak-anaknya dengan

    satu harapan kelak jika anak-anakmereka berhasil, hidup mereka akanlebih baik.

    Untuk itu, usaha mereka keluardari penderitaan adalah bekerja.Karena masih kecil, hanya pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dapat merekalakoni di luar jam sekolah dan di sela-sela bermain, seperti menjadi (1) kulidi pasar, (2) beternak ayam, (3)pedagang (jeruk dan ayam), (4) bekerjadi stasiun dan di bioskop, serta (5) kulidi pasar.

    Pekerjaan itu dilakukan anaksemata-semata untuk memenuhikebutuhan pribadi, terutama makandan membantu ibunya. Beternak ayammerupakan jalan keluar yang ditempuhanak dalam cerpen-cerpen Arswendo.Dalam ”Keberanian Berkata”, anak-anak diajarkan cara beternak ayam disekolah dalam bentuk kerja kelompok.Rupanya keterampilan ini menjadibekal ketika merekamempraktikkannya dalam kehidupansehari-hari.

    Dunia seputar memelihara ayamdikisahkan dalam ”Ayam Jago Si Dul”.Dalam kisah itu, Dul bekerja di pasarmenjadi tukang hitung ayam dalamtruk yang datang dan pergi sebelumayam-ayam itu dipasarkan. Pekerjaanitu dilakukan Dul karena ia butuh biayauntuk melanjutkan sekolah. Ia sengajahijrah dari kampungnya karena ia tidakingin gagal sekolah di tengah jalan. Didesanya, sekolah hanya ada sampaikelas 5. Pekerjaan menghitung ayamdilakoni Dul dengan senang. Dalampekerjaan itu, ia bergaul dengan orangtua, dari situlah berbagai pengalamandiperoleh sehingga ia pandaimemelihara ayam. Di samping itu,kebetulan tempat kerjanya berdekatandengan tukang ayam aduan.Pelajarannya di sekolah ditambahpengalaman memperhatikan orang-orang yang memelihara ayam jago

  • Mu’jizah: Representasi Anak Dalam Karya Arswendo…

    241

    membuat Dul ahli dalam memeliharaayam. Sikap lain yang mendukungkeberhasilannya adalah sikap kritisnya.Sikap ini disenangi bosnya. Saatbekerja, ia juga senang berdiskusidengan siapa pun, termasuk bosnya.Pak Drajat, juragan ayam aduan,menjadi simpatik padanya. Rasasimpatik juragan itu muncul karena iamelihat Dul rajin dan lugu. Bermuladari seekor ayam kecil yangdipeliharanya dengan tekun, akhirnyaDul bisa menjual ayam yang harganyamencapai Rp10.000,00. Dengan uangsebanyak itu, ia bisa membeli sepeda,barang yang diidam-idamkannya,seharga Rp9.500,00 dan sisanya yangyang Rp500,00 ditabung.

    Mengurus ayam juga dilakoniMulyani dalam ”Kisah Sang Peternak”.Pekerjaan beternak ayam ini dilakukanuntuk membeli sepeda. Ia berusahasendiri, tanpa membebani ibunya.Sebuah kandang sederhanadibangunnya dan di kandang itu diberilampu. Ia membeli pakan ayamnyasendiri dan semua diurusnya sendiri. Iatidak malu jika di sekolah ia dikenalsebagai ”Peternak ayam luar negeri”.

    Pekerjaan lain yang dilakonianak dalam karya Arswendo adalahmenjadi pedagang asongan. Ito dulumenjadi pedagang asongan di bioskop,tetapi karena di bioskop pasaran sepi,pekerjaan itu ditinggalkannya. Kini iamenjadi tukang bongkar-muat truk dipasar. Modalnya menjalani pekerjaanitu hanya sebuah alat tusuk runcingyang di dalamnya diberi lubang. Bendaini ditusukkan ke dalam karung dan dibagian bawahnya diberi alat untukmenadah. Lama kelamaan hasil yangditadah bertambah banyak; setelahterkumpul, barang-barang itu dijual dipasar. Karung yang ditusuk Itobiasanya beras atau kadang-kadanggula pasir. Sehari ia bisa mendapatkan4 sampai 5 kilo. Pekerjaan ini

    sebenarnya mengganggu sekolahnya,Ito tidak bisa masuk pagi ke sekolahkarena truk-truk biasanya datang pagi.Ia sering bolos dan untuk mengejarketinggalan pelajaran biasanya iameminjam catatan dari temannya.

    Dalam menjalani pekerjaannya,Ito sangat kreatif dan kritis.Kreativitasnya terbukti denganberhasilnya ia membongkarpenyelundupan senjata. Dengankeberhasilan itu, ia mendapatpenghargaan. Kisah ini diceritakandalam ”Ito Dapat Penghargaan”.Dalam cerita tersebut digambarkankepandaian dan keberanian Ito yangmenjalani pekerjaan dengan penuhrisiko. Saat ia di pasar, sebuah trukgandengan datang dan Ito menawarkantenaga, tetapi tawaran itu ditolak sopirkarena truknya hanya akan diparkir,tidak bongkar barang. Meski trukdijaga centeng, Ito berhasilmenyelusup dan ia berhasil menusukkarung-karungnya. Dari tusukan itu Itomengetahui bahwa muatan truk itubukan berisi beras, tetapi senjata.Dengan beraninya ia melaporkantemuannya kepada polisi. Ito punmendapat penghargaan bahkan iamuncul dalam berita di koran. Denganberita ini Ito menjadi populer disekolah. Cerita seperti inimengingatkan kita pada kecerdikananak-anak dalam cerita-cerita LimaSekawan karya Enyd Blyton.

    Dul dalam cerpen lain, ”Si Dulyang Istimewa”, bekerja sebagaipenjaga sekolah membantu pamannya.Dul pindah sekolah di kota karena didesa keluarganya miskin sehingga iatidak bisa meneruskan sekolah.Dengan membantu pamannya, ia bisasekolah gratis. Pekerjaan ini jugadilakoninya dengan senang. Ia sangatrajin dan jujur. Setiap ada barangteman yang ketinggallan, esoknyabarang itu dikembalikan. Dengan sifat

  • Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 231-245

    242

    seperti ini, Dul mendapat simpatikteman-temannya.

    Menjadi pedagang asongan,menghitung ayam, dan pekerjaanlainnya dijalani tokoh anak karenamereka ingin melanjutkan sekolah dankeluar dari kemiskinan. Kerja itumereka lakukan di sela-sela waktusekolah, bahkan kadang-kadang dalamwaktu sekolah. Namun, ada pengertianyang dalam dari teman-teman sekolahsehingga peran mereka sebagaianggota kelompok di sekolah tidakterusik.

    Dengan beban berat itu, merekatumbuh menjadi anak yangberkarakter. Kepribadian mereka kuat,kreatif, tidak cengeng, pantangmenyerah (ulet), rajin dan sabar, danoptimis. Mereka juga berani dalammengemukakan pendapat. Dalamcerpen “Keberanian Berkata”, tokohBoli memberi nasihat kepada temannyaketika ayam peliharaaannya banyakyang mati “Keberanian berkatamemang tidak dimiliki setiap anak. SiDul takut mengatakannya karena takutkeliru. Hilman mengangkat alisnya.Hebat, jadi kau berani mengatakannyakarena kau berani dikatakan keliru”.

    Di samping berani, anak-anaktersebut juga kreatif dan banyakakalnya. Sifat ini dimiliki Ito yangmiskin. Ia tidak dapat membayarongkos piknik yang diadakansekolahnya. Agar ikut piknik, Itoberusaha keras dan berpikir untukpergi. Akhirnya, ia berperan menjadipenjual jeruk menggantikan temannya.Dengan menjual jeruk berarti ia bisanaik kereta dengan tarif khusus dandengan penjadi penjual jeruk, ia bisabebas di gerbong mana ia mau.Akhirnya ia bisa satu kereta denganteman-temannya. Kisah itu diceritakandalam ”Ito Ikut Piknik”.

    Dalam cerita-cerita Arswendo,bukan hanya anak laki-laki yang

    mempunyai sifat mandiri, melainkanjuga anak perempuan. Sifat itu dimilikiseorang gadis bernama Kinanti yanghanya hidup berdua dengan ibunya. IbuKinanti sakit-sakitan. Meskipun masihkanak-kanak dan masih duduk disekolah dasar, Kinanti sudah dituntutuntuk bisa bersekolah dan menjagaibunya yang sakit-sakitan. Tanggungjawabnya sebagai anak sangat berat. Iaharus belajar keras karena matapelajaran administrasi tidakdisukainya, tetapi ia harus lulus.Sementara ujian berlangsung, ia jugaharus menjaga dan mengobati ibunyayang sakit. Dalam ”Kinanti Biru”diceritakan bahwa sebelum sekolah,Kinanti membuatkan bubur danmenyeboki ibunya yang tidak bisaberanjak dari tempat tidur. Tugas itudiperberat dengan kemiskinan yangmengharuskan ia mencari uang untukmengobati sakit ibunya. Pilihan antarasekolah, menjaga ibu, dan mencariuang sangat berat dijalaninya. Padahalia hanya seorang murid sekolah dasar.Agar memperoleh uang untuk membeliobat, Kinanti harus berjualan telur.Pada saat yang kritis, ia relamengambil uang tabungan dan menjualayamnya agar ibunya bisa ke dokterdan membeli obatnya. Sementara itu,tanggung jawabnya di sekolah jugaharus ia jalani. Dengan berat hati, iamencoba belajar, tetapi konstentrasinyaselalu buyar karena yang terbayangadalah rasa kasihnya kepada ibunyayang tergeletak tanpa daya di rumah.Kesedihannya bertambah saat iamengetahui ibunya sudah tidak kuatlagi berdiri untuk pergi ke kamarmandi. Meski sakit, ibunya tetapmenuntut Kinanti harus selaluberpenampilan rapi sebagai anakperempuan. Ia tetap meminta Kinantimenyisir rambutnya dan duduk dicermin. Dalam kesakitan, ibunya jugamasih menuntutnya agar ia tetap

  • Mu’jizah: Representasi Anak Dalam Karya Arswendo…

    243

    belajar dan berhasil di sekolah.Harapannya hanya satu, jika Kinantilulus, kehidupan mereka akan berubah.”Kinanti dan ibunya, mempunyaipengharapan, bahwa jalan hidupnyaberubah jika Kinanti selesai dengansekolahnya”.

    Pada kisah lain, kemandirian danketabahan juga diajarkan seorang ibukepada anaknya yang bernamaMuljani. Ajaran itu dengan cepatditerima Muljani sehingga ia menjadianak mandiri dan pantang menyerah.Sikap itu tergambar dalam sikapMuljani untuk melepaskan diri atasketergantungannya pada Irma. Muljaniselalu dibonceng sepeda Irma jika kesekolah. Lama-kelamaan muncul rasaenggan menyusahkan temannya. Untukmelepaskan ketergantungannya ituMuljani memelihara ayam petelur danmenjual telurnya. Uang hasilpenjualannya ditabung untuk membelisepeda sendiri. Di samping itu, ia jugapantang menyerah. Sikap itu diketahuiketika ayam-ayam Muljani mati.Kematian ini membuatnya sedih,namun, kesedihan itu tidakmembuatnya putus asa. Dorongan danperhatian dari kelompok dan teman-temannya, di sekolah juga memberinyakekuatan. Teman-teman menjenguknyadi rumah. Rasa setia kawan inimengobati hati Muljani. Daripadasemua ayamnya mati, ayam-ayamnyayang masih hidup dijualnya ke pasardan uangnya ditabung.

    Gambaran tokoh anak-anak diatas, yakni Ito, Muljani, Dul, dan lain-lain memperlihatkan dunia anak yangpenuh tanggung jawab dankemandirian. Mereka juga memilikisifat yang rajin, sabar, dan optimis,meski kadang-kadang bandel, tetapipintar. Dari gambaran tersebut terlihatbahwa dengan membaca cerpen-cerpenArswendo, kita seolah-olah dibawa kedunia anak yang lain, anak yang

    hidupnya memprihatinkan, tetapimereka dapat keluar dari himpitanhidup yang susah. Gambaran hidupseperti itu layaknya kisah hiduppengarangnya pada masa kecil yangmenghabiskan masa kecilnya di Solodan hanya diasuh oleh seorang ibudengan sembilan anak dan ditinggalmati suaminya. Dengan keadaanseperti itu, penderitaan banyakdialaminya. Cerita-cerita di atas sepertirefleksi kehidupan Arswendo di masalalu yang memprihatinkan dan penuhgejolak. Karena kemandiriannya, iaberhasil keluar dari beban hidup yangberat dan menjadi orang sukses.

    PENUTUP

    Berdasarkan pembahasan cerita-cerita di atas, baik melalui latar tempat,kehidupan sosial, dan karakter tokoh-tokoh, diperoleh gambaran bahwacerita-cerita anak Arswendo banyakmenampilkan perkembangan duniaanak yang cepat dewasa dan giatmencari nafkah. Hal itumencerminkan pandangan Arswendoterhadap anak dengan ciri-ciri, yaknianak-anak sangat sedikit bermain,layaknya dunia dan masa kanak-kanakyang sebagian besar dihabiskan denganbermain. Dunia bermain dalam duniaanak Arswendo menjadi selinganhidup, bukan sesuatu yang dominan.Hal itu terjadi karena anak-anakArswendo harus mencari nafkah untukmelanjutkan hidup. Jadi, bermaindilakukan sambil bekerja. Bermainsecara berkelompok bersama denganteman-teman sesama anak juga jarangdilakukan karena waktu merekadihabiskan untuk tanggung jawabkeluarga. Begitu juga dengan mencariperhatian, anak-anak Arswendo bukantipe anak yang suka mencari perhatian.Mereka justru pemberi perhatiankepada keluarga mereka yang hidup

  • Kandai Vol. 10, No. 2, November 2014; 231-245

    244

    dikelilingi penderitaan. Beban ini yangmembuat anak-anak menjadi mandiri.

    Dengan begitu, dunia anak yangditampilkan Arswendo sangat khusus,yaitu anak-anak yang tidak cengengdan anak yang mandiri. Kemandirianitu tumbuh karena keadaan sosial yangkurang menguntungkan, yaknikemiskinan. Mereka bertekad haruskeluar dari kemiskinan danmenyongsong masa depan untuksesuatu yang lebih maju. Untuk itu,mereka harus tetap sekolah.

    Dunia anak yang ditampilkanArswendo sangat menarik karenapembaca dapat memperoleh gambaranyang lincah bagaimana anak-anak yangmenderita, keluar dari beban hidupnyadan mereka mengatasi permasalahanmereka sendiri dengan ”keanak-anakannya” sehingga pada akhirnyamereka berhasil dan tetap bertahandalam hidup. Dunia anak yang sepertiini seakan-akan merupakan refleksirealitas kehidupan sang pengarang.Tokoh anak ditinggal mati ayah sejakkecil. Ekonomi keluarga hanyaditunjang oleh seorang ibu. Oleh sebabitu, tokoh anak berusaha mencari uanguntuk dirinya dan keluarganya. Halyang sama juga ditampilkan untuktokoh anak perempuan, pola pandangdan konsep anak laki jugaditerapkannya pada anak perempuansehingga tokoh-tokoh anak perempuanyang ditampilkan juga tokoh yangsangat mandiri. Mereka tetap harusbersekolah dan bekerja untuk bertahandemi kelangsungan hidup mereka.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abrams, M.H. 1953. The Mirror andthe Lamp: London-NewYork: Oxford UniversityPress.

    Alianti, Merry. 1991. "Bahasa PuisiPenyair Remaja di

    majalah Gadis". Skripsi.Fakultas SastraUniversitas Indonesia:Depok.

    Asihanti S., Retno. 2004. "Strukturkalimat dalam Bukucerita Anak di Indonesia:Sebuah Studi Kasus".Skripsi. Fakultas SastraUniversitas Indonesia.Depok.

    Becker-Leckrone, Megan. 2005. TeoriSastra dan Julia Kristeva.(Diterjemahkan olehSunaryono Basuki Ks).Denpasar: Bali MediaAdhikarsa.

    Baroroh, Siti. 1997. "Unsur-UnsurDidaktis dalam Dongeng-Dongeng pada MajalahBobo tahun 1995".Skripsi. Fakultas SastraUniversitas Indonesia.Depok.

    Damly, Hesdania. 1998. "Buku CeritaBergambar danMasyarakat: SuatuPenelitian Buku Ceritabergambar Anak-Anak diFRJ Tahun 1970-1990".Skripsi. Fakultas SastraUniversitas Indonesia.

    Damono, Sapardi. 2003. SosiologiSastra. Jakarta: Editum.

    Darma, Budi. 2004. Pengantar TeoriSastra. Jakarta: PusatBahasa.

    Escarpit, Robert. 2008. SosiologiSastra. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

    Harwadi, Reni Akbar. 2001. PsikologiPerkembangan Anak.Jakarta: Grasindo.

    Knowles, Murray dan KirstenMalmkjor. 1996.Language and Control inChildren’s Literature.London: Routledge.

  • Mu’jizah: Representasi Anak Dalam Karya Arswendo…

    245

    Mardiyanto, 1998. “Cerita Bidadaridalam Sastra Nusantara:Analisis PerbandinganMotif” Jakarta: PusatPembinaan danPengembangan Bahasa.

    ___________. 2003. Cerita AnakDurhaka dalam SastraDaerah Kalimantan.Bandung: KepustakaanEja Insani.

    Mindrop, Albertine. 2010. PsikologiSastra: Karya Sastra,Metode, Teori, danContoh Kasus. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

    ___________. 2005. MetodeKarakterisasi TelaahFiksi. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

    Nurgiantoro, Burhan. 2005. SastraAnak: PengantarPemahaman Dunia Anak.Yogyakarta: GadjahMada University Press.

    Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori,Metode, dan Teknikpenelitian Sastra dariStrukturalisme hinggaPoststrukturalisme.:Perspektif WacanaNaratif. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

    Sarumpaet, Riris K. 1976. BacaanAnak-Anak: SuatuPenyelidikanPendahuluan ke dalamHakekat, Sifat, dan Corakbacaan Anak-Anak sertaMinat Anak padabacaannya. Jakarta: BalaiPustaka.

    ___________. 2001. “Tokoh dalamBacaan Anak Indonesia”.Makara: JurnalPenelitian UniversitasIndonesia 5(2): 120-130.Depok: UniversitasIndonesia.

    ___________. 2010. PedomanPenelitian Sastra Anak(edisi revisi). Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

    Sukesti, Nening. 2004. "Ciri Abadipada Lagu Anak: SebuahKajian Sintaksis" SkripsiFakultas SastraUniversitas Indonesia.Depok.

    Sumartinah, Sri. 1992. "Trio TifaBacaan Anak-Anak SeriPetualangan: AnalisisTerhadap Tokoh danAlur". Skripsi. FakultasSastra, UniversitasIndonesia. Depok.