studi analisis tentang anak disgrafia serta upaya ...eprints.ums.ac.id/41274/3/02. naskah...

14
1 STUDI ANALISIS TENTANG ANAK DISGRAFIA SERTA UPAYA MENGATASINYA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 6 KAMPUNG SEWU SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Diajukan Oleh: MERRYNA DIRA ARASWATI A510120060 Kepada: PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JANUARI, 2016

Upload: hoangbao

Post on 09-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

STUDI ANALISIS TENTANG ANAK DISGRAFIA SERTA UPAYA

MENGATASINYA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 6

KAMPUNG SEWU SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapat gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Diajukan Oleh:

MERRYNA DIRA ARASWATI

A510120060

Kepada:

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

JANUARI, 2016

2

3

4

STUDI ANALISIS TENTANG ANAK DISGRAFIA SERTA UPAYA

MENGATASINYA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 6

KAMPUNG SEWU SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Merryna Dira Araswati dan Sri Hartini, S.H., M.Pd

Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

Abstract

This study aims to determine the factors that cause children to be dysgraphia, and to

know the efforts of teachers and parents to overcome dysgraphia in Class I SD

Muhammadiyah Surakarta 6 Kampung Sewu Academic Year 2015/2016 totaling 3

children. This research uses qualitative descriptive and case study design. Data

collection methods used were interviews, observation, documentation and field notes.

The results of this study indicate that there are several factors that cause child has

dysgraphia, among others: a) lack of attention and motivation of parents in

overcoming the difficulties of learning to write children; b) the child has not had a

shadow shape and does not memorize the letters alfabeth; c) children also do not

have awareness and responsibility for learning; d) the lack of communication and

cooperation of school with parents in overcoming the difficulties of learning to write

children. Efforts that teachers and parents in dealing with children dysgraphia

include: a) always provide motivation and encouragement to the child so that the

spirit of learning to write; b) to approach individually to children who have

dysgraphia to determine the child's wishes; c) perform such guidance les at the end

of the study; d) cooperation between schools and parents to overcome the difficulties

of learning to write children.

Keywords: the efforts of teachers and parents, dysgraphia.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak menjadi

disgrafia, serta mengetahui upaya yang dilakukan guru dan orang tua untuk

mengatasi disgrafia pada siswa kelas I SD Muhammadiyah 6 Kampung Sewu

Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 3 anak. Penelitian ini

menggunakan jenis kualitatif deskriptif dan desain studi kasus. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan catatan

5

lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan anak mengalami disgrafia, antara lain: a) kurangnya perhatian dan

motivasi dari orang tua dalam mengatasi kesulitan belajar menulis anak; b) anak

belum memiliki bayangan bentuk huruf dan tidak hafal huruf alfabeth; c) anak juga

belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab belajar; d) tidak adanya komunikasi

dan kerjasama sekolah dengan orang tua dalam mengatasi kesulitan belajar menulis

anak. Upaya yang dilakukan guru dan orang tua dalam mengatasi anak disgrafia

antara lain: a) selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada anak agar

semangat belajar menulis; b) melakukan pendekatan secara individual kepada anak

yang mengalami disgrafia untuk mengetahui keinginan anak; c) melakukan

bimbingan seperti les di akhir pembelajaran; d) melakukan kerjasama antara

sekolah dan orang tua untuk mengatasi kesulitan belajar menulis anak.

Kata kunci: upaya guru dan orang tua, disgrafia.

Pendahuluan

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang juga

merupakan sarana pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut Syahrun (2014: 3)

mengemukakan bahwa “menulis adalah bentuk komunikasi dalam menggambarkan

pikiran, perasaan, dan ide menggunakan media visual”. Adapun kemampuan bahasa

pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat

segi yaitu: 1) keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skill); 2)

keterampilan berbicara (speaking skill); 3) keterampilan membaca (reading skill); 4)

keterampilan menulis (writing skill). Empat kemampuan bahasa tersebut memiliki

keterampilan yang sangat erat satu sama lain dan saling berkorelasi. Keterampilan

menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam komunikasi secara tertulis.

Dengan keterampilan menulis ini, anak dapat menuangkan semua gagasannya dalam

bentuk tulisan. Oleh sebab itu, anak harus terampil memanfaatkan ide, struktur

bahasa, dan pilihan kata.

Anak kelas I SD Muhammadiyah 6 Kampung Sewu Surakarta sebagian besar

mengalami kesulitan ketika diminta untuk menulis, bahkan hanya sekedar anak

diminta untuk ke depan kelas ada sebagian anak yang tidak berani. Padahal anak

tersebut sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam menulis hanya saja

kemampuan dasar menulis yang dimiliki anak ini belum terasah. Berkaitan dengan

kesulitan dalam belajar yang dihadapi anak, menurut Suryani (2010: 34) “kesulitan

6

belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca,

menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi

minimal otak”. Hal ini terbukti dari kebiasaan anak pada saat bermain di luar kelas

pada jam istirahat. Anak-anak ini sering membuat coretan-coretan baik di kertas

ataupun di dinding, selain itu anak juga dapat berkomunikasi lisan dengan temannya

secara lancar tanpa mengalami suatu hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa

sebenarnya mereka sudah memiliki kemampuan dasar menulis.

Sebagai pembimbing dalam belajar mengajar dapat juga memberikan solusi

dari permasalahan yang dihadapi anak yakni: 1) Memberikan berbagai informasi

yang diperlukan anak dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi saat

proses kegiatan belajar mengajar berlangsung; 2) Bisa mengevaluasi hasil segala

langkah yang dilakukan oleh anak; 3) Guru memberikan kesempatan pada setiap

anak yang mengalami kesulitan belajar menulis sesuai dengan karakteristik yang

dimiliki pada setiap diri; 4) Memberikan bimbingan untuk mengatasi kesulitan

belajar anak dengan cara bimbingan secara individu maupun bimbingan secara

kelompok.

Bimbingan yang dilakukan oleh guru bertujuan membantu anak dalam

mengatasi kesulitan belajar menulis pada siswa kelas I SD Muhammadiyah 6

Kampung Sewu Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, menurut Moleong

(2007: 11) “penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yakni pengumpulan data

yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah berupa kata-kata, gambar, dan

bukan angka-angka”. Semuanya dikumpulkan yang berkemungkinan dapat menjadi

kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian adalah studi kasus untuk

mengetahui sebab anak menglami kesulitan belajar menulis atau disgrafia serta

upaya penanganannya. Menurut Daymond dan Holloway dalam Tohirin (2013: 19-

20) “studi kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti

terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu”. Pada umumnya

7

studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi atau sebuah organisasi, sekumpulan

orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu

maupun kampanye. Data kualitatif adalah suatu proses dari komponen-komponen

yang perlu ada dalam suatu analisis data (Moleong, 2007: 248). Data yang digunakan

dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dijadikan

obyek peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kepala

sekolah, guru dan orang tua anak. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber

data yang tidak secara langsung memberikan keterangan dan bersifat melengkapi

sumber data primer, yaitu data administrasi di kelas I SD Muhammadiyah 6

Kampung Sewu Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini

adalah Siswa kelas I SD Muhammadiyah 6 Kampung Sewu Surakarta yang

mengalami disgrafia. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perilaku anak

yang mengalami disgrafia (kesulitan belajar dalam menulis). Kehadiran peneliti

dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan/berperanserta, artinya dalam proses

pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat

mungkin serta berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif

kegiatan kemasyarakatan (Moleong, 2007: 9). Teknik pengumpulan data dapat

berupa observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Keabsahan data

digunakan untuk mempertimbangkan validitas data dalam penelitian ini perlu sekali

melihat pendapat dari Moleong (2007: 330) “tentang penggunaan keabsahan data

pada penelitian kualitatif menggunakan triangulasi”. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam penelitian

ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi sumber dan metode.

Teknik analisis data kualitatif menurut Sugiyono terdiri dari empat tahap yang

harus dilakukan diantaranya:

8

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian sebab-sebab anak mengalami disgrafia dan upaya

penanganannya

Subjek Perilaku Sebab-sebab Usaha Penanganannya

Guru Orang Tua

Akku

Mas

Benk

1. Anak lebih suka

bercerita dengan

temannya atau

bermain sendiri

saat guru

menerangkan

materi

pelajaran.

Anak susah

untuk

berkonsentrasi

saat guru

menerangkan

materi

pelajaran.

Menegur anak

untuk fokus

mendengarkan

materi yang

disampaikan

guru.

Memberikan

pemahaman

untuk selalu

mendengarkan

saat guru

menyampaikan

materi

pelajaran di

sekolah.

2. Anak sulit

berkonsentrasi

pada saat proses

pembelajaran

berlangsung.

Anak belum

menyadari

bahwa di

sekolah itu

harus

memperhatikan

guru saat

menerangkan

materi

pelajaran.

Memberikan

pertanyaan

kepada anak

agar anak

dapat fokus

kembali

mendengarkan

materi yang

disampaikan

oleh guru.

Orang tua lebih

sabar dan

memberikan

pemahaman

lebih kepada

anak untuk

selalu

memperhatikan

guru saat

menerangkan

materi

pelajaran.

3. Anak sering Anak tidak Guru akan Orang Tua akan

Penarikan Kesimpulan

Salinan Data Reduksi Data

Pengumpulan Data

9

tidak

mengerjakan

pekerjaan

rumah atau PR

serta tidak

pernah

menjadwal

pelajaran.

menuliskan

PRnya di buku

penghubung

secara lengkap

dan anak tidak

memberitahuka

n PR yang

diberikan guru

kepada orang

tua.

memberikan

teguran

kepada anak

dengan cara

tidak

membolehkan

anak istirahat.

Hal ini

bertujuan

untuk melatih

tanggung

jawab anak

dalam

mengerjakan

tanggung

jaewabnya.

lebih

memperhatikan

tugas anak di

sekolah dengan

cara melihat

langsung buku

penghubung

yang anak

miliki serta

menanyakan

langsung ke

teman atau guru

mengenai PR

apa yang anak

miliki.

4. Anak suka

berjalan-jalan

pada saat guru

memerintahkan

untuk

mengerjakan

soal-soal

latihan.

Anak sama

sekali belum

hafal huruf A-Z

yang ada dalam

alfabeth.

Sehingga anak

mengalami

kesulitan untuk

mengerjakan

dan lebih

memilih untuk

berjalan-jalan.

Guru

membimbing

anak saat

mengerjakan

soal-soal

latihan agar

anak tidak

berjalan-jalan

atau

mengganggu

temannya

yang sedang

mengerjakan.

Orang tua

melatih anak

untuk

menghafal

huruf A-Z

dalam alfaberth

dengan cara

sering meminta

anak untuk

latihan menulis

dan menghafal

huruf-huruf.

5. Anak lamban

dalam

mengerjakan

soal-soal latihan

dari guru.

Anak

mengalami

kelambatan

dalam

memahami

materi pelajaran

serta anak

belum hafal

huruf sama

sekali.

Guru lebih

sabar dan

memberikan

bimbingan

secara

bertahap

untuk

memberikan

pemahaman

anak dalam

menghafal

bentuk dan

bunyi huruf.

Orang tua

melatih anak

untuk rajin

latihan menulis

dan menghafal

huruf agar anak

dapat

mengerjakan

soal dengan

baik.

Naybil

Adnan

1. Anak sering

tidak membawa

buku pelajaran.

Anak tidak

pernah ditemani

oleh orang tua

saat menjadwal

Memberikan

pemahaman

kepada anak

untuk

Orang tua akan

menemani dan

mengingatkan

anak untuk

10

buku pelajaran

di rumah.

menjadwal

terlebih

dahulu

sebelum

berangkat ke

sekolah.

menjadwal

terlebih dahulu

sebelum

berangkat ke

sekolah.

2. Anak sulit

berkonsentrasi

pada saat proses

pembelajaran

berlangsung.

Anak belum

menyadari

bahwa di

sekolah itu

harus

memperhatikan

guru saat

menerangkan

materi

pelajaran.

Memberikan

pertanyaan

kepada anak

agar anak

dapat fokus

kembali

mendengarkan

materi yang

disampaikan

oleh guru.

Orang tua lebih

sabar dan

memberikan

pemahaman

lebih kepada

anak untuk

selalu

memperhatikan

guru saat

menerangkan

materi

pelajaran.

3. Anak lamban

dalam

mengerjakan

soal latihan dan

menulis.

Anak

mengalami

kelambatan

dalam

memahami

materi pelajaran

serta anak

belum hafal

huruf sama

sekali.

Guru lebih

sabar dan

memberikan

bimbingan

secara

bertahap

untuk

memberikan

pemahaman

anak dalam

menghafal

bentuk dan

bunyi huruf.

Orang tua

melatih anak

untuk rajin

latihan menulis

dan menghafal

huruf agar anak

dapat

mengerjakan

soal dengan

baik.

4. Anak lebih suka

bermain

dibandingkan

belajar saat

berada di

rumah.

Kesibukan

orang tua dalam

bekerja

membuat anak

bermain dari

pulang sekolah

sampai sore

hari saat ibunya

pulang bekerja.

Memberikan

pemahaman

kepada anak

untuk tidak

terus-terusan

bermain.

Orang tua

berupaya untuk

mengikutkan

anak pada

lembaga

bimbingan

belajar atau les

agar anak tidak

bermain terus.

5. Anak sering

tidak

mengerjakan

pekerjaan

rumah atau PR.

Saat orang tua

menanyakan

PR kepada

anak, anak

mengatakan

tidak ada PR

Guru akan

memberikan

teguran

kepada anak

dengan cara

tidak

Orang Tua akan

lebih

memperhatikan

tugas anak di

sekolah dengan

cara melihat

11

dan orang tua

langsung

mempercayai

ucapan anak

tanpa berusaha

untuk

menanyakan

kepada teman

maupun guru.

membolehkan

anak istirahat.

Hal ini

bertujuan

untuk melatih

tanggung

jawab anak

dalam

mengerjakan

tanggung

jaewabnya.

langsung buku

penghubung

yang anak

miliki serta

menanyakan

langsung ke

teman atau guru

mengenai PR

apa yang anak

miliki.

Dava

Navit

Ardana

1. Anak lebih

mengajak

berbicara

temannya yang

baru

mengerjakan

soal.

Anak susah

untuk

berkonsentrasi

saat guru

menerangkan

materi

pelajaran.

Menegur anak

untuk fokus

mendengarkan

materi yang

disampaikan

guru.

Memberikan

pemahaman

untuk selalu

mendengarkan

saat guru

menyampaikan

materi pelajaran

di sekolah.

2. Anak sulit

berkonsentrasi

pada saat proses

pembelajaran

berlangsung.

Anak belum

menyadari

bahwa di

sekolah itu

harus

memperhatikan

guru saat

menerangkan

materi

pelajaran.

Memberikan

pertanyaan

kepada anak

agar anak

dapat fokus

kembali

mendengarkan

materi yang

disampaikan

oleh guru.

Orang tua lebih

sabar dan

memberikan

pemahaman

lebih kepada

anak untuk

selalu

memperhatikan

guru saat

menerangkan

materi

pelajaran.

3. Anak lebih suka

bermain game

saat berada di

rumah.

Fasilitas tablet

yang diberikan

orang tua pada

anak membuat

anak lebih suka

bermain game

daripada belajar

saat di rumah.

Memberikan

pemahaman

kepada anak

bahwa

bermain game

secara terus

menerus itu

berdampak

buruk pada

kesehatan

terutama

mata.

Orang tua

membatasi

waktu bermain

game anak dan

lebih

mengutamakan

waktu untuk

belajar anak.

4. Saat diminta

mengerjakan

soal anak suka

Pada saat

menulis sebuah

kata pasti ada

Melatih dan

membimbing

anak untuk

Melatih dan

membimbing

anak untuk

12

melihat hasil

pekerjaan

temannya.

huruf yang

hilang.

banyak latihan

menulis atau

mengerjakan

soal-soal agar

anak terbiasa

menulis kata

dengan huruf

yang lengkap.

banyak latihan

menulis atau

mengerjakan

soal-soal agar

anak terbiasa

menulis kata

dengan huruf

yang lengkap.

5. Anak sering

tidak

mengerjakan

pekerjaan

rumah atau PR.

Saat orang tua

menanyakan

PR kepada

anak, anak

mengatakan

tidak ada PR

dan orang tua

langsung

mempercayai

ucapan anak

tanpa berusaha

untuk

menanyakan

kepada teman

maupun guru.

Guru akan

memberikan

teguran

kepada anak

dengan cara

tidak

membolehkan

anak istirahat.

Hal ini

bertujuan

untuk melatih

tanggung

jawab anak

dalam

mengerjakan

tanggung

jaewabnya.

Orang Tua akan

lebih

memperhatikan

tugas anak di

sekolah dengan

cara melihat

langsung buku

penghubung

yang anak

miliki serta

menanyakan

langsung ke

teman atau guru

mengenai PR

apa yang anak

miliki.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar

menulis antara lain kurangnya perhatian yang diberikan kedua orang tua terutama ibu

dalam menemani maupun membantu anak saat belajar di rumah. Menurut Helmawati

(2014: 50) “orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak

mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.” Seharusnya

orang tualah yang berperan sangat besar dalam mengatasi kesulitan belajar menulis

anak. Tetapi perhatian yang orang tua berikan kepada anak justru kurang. Hal ini

terlihat dari kurangnya perhatian orang tua untuk membantu anaknya menjadwal

pada malam hari.

Faktor penyebab kesulitan belajar menulis anak lainnya adalah tidak adanya

komunikasi yang terjalin antara orang tua dan guru kelas dalam bekerjasama

mengatasi kesulitan belajar menulis yang dialami anak. Hal ini dikarenakan antara

orang tua dan guru kelas sama sekali tidak pernah bertemu dan tidak memiliki nomor

13

telefon masing-masing yang dapat dihubungi. Guru tidak bisa menyampaikan kepada

orang tua mengenai hasil perkembangan maupun penurunan hasil belajar akibat

kesulitan belajar menulis yang dialami anak. Anak juga belum menyadari bahwa

sekolah itu merupakan kebutuhan mereka dan sekolah itu memerlukan perhatian

kepada guru, sehingga pada saat guru menerangkan materi pembelajaran anak jarang

mau untuk memperhatikan. Seringkali pekerjaan rumah yang diberikan guru kepada

anak saat di sekolah sama sekali tidak pernah dikerjakan. Anak sama sekali tidak

memiliki bayangan bentuk huruf dan tidak hafal huruf alfabeth sama sekali

dikarenakan tidak hafal huruf A sampai Z.

Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dan orang tua anak yang

mengalami disgrafia untuk mengatasi kesulitan menulis menulis antara lain selalu

memberikan motivasi dan dorongan kepada anak agar tetap semangat dalam

berusaha menulis seperti teman-temannya yang lain, melakukan pendekatan secara

individual kepada anak yang mengalami kesulitan belajar menulis untuk mengetahui

apa yang anak inginkan, melakukan bimbingan seperti les untuk anak yang

menagalami kesulitan belajar menulis di akhir proses pembelajaran, melakukan

kerjasama antara sekolah dan orang tua untuk mengatasi kesulitan belajar menulis

anak, mengembangkan sikap percaya diri dan berani dalam hal bertanya saat

mengalami kesulitan dalam pembelajaran, tidak selalu memenuhi keinginan anak,

dan tidak terlalu memberikan kebebasan kepada anak dalam hal bermain,

memberikan perhatian yang khusus pada anak yang mengaalmi kesulitan belajar

menulis.

Berdasarkan uraian temuan peneliti dan pembahasan tersebut anak yang

menagalami kesulitan belajar menulis setelah kegiatan layanan dan bimbingan, maka

anak yang mengalami kesulitan belajar menulis yang ada di SD Muhammadiyah 6

Kampung Sewu Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 berangsur-angsur normal dan

baik sehingga tidak mengalami kesulitan belajar lagi.

Simpulan

Hasil penelitian ini telah memenuhi target penelitian 75%. Sehingga dapat

disimpulkan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan

14

belajar dikarenakan kurangnya perhatian yang diberikan orang tua kepada anak.

Serta tidak adanya komunikasi antara guru dan orang tua dalam mengatasi kesulitan

belajar menulis anak. Selain itu terdapat juga upaya yang dilakukan guru dan orang

tua dalam mengatasi kesulitan anak dalam menulis dengan cara lebih memberikan

perhatian dan motivasi kepada anak. Serta akan lebih menjalin komunikasi yang baik

antara guru dan orang tua agar kesulitan belajar anak yang lainnya dapat teratasi.

Persantunan

Penulis ucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Terimakasih

kepada Ibu Sri Hartini, S.H., M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya. Kedua orang tua dan keluarga besar SD Muhammadiyah 6

Kampung Sewu Surakarta terimakasih atas do’a dan kerjasamanya.

Daftar Pustaka

Syahrun. 2014. “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Teknik Mind Mapping

Murid Kelas III SD Kartika XX-1 Kota Makassar”. E-Buletin Media

Pendidikan LPMP Sulsel: 13-1.

Suryani, Yulinda Erma. 2010. “Kesulitan Belajar”. Magistra (73): 47-33.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta Bandung.

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya.