struktur rangka batang
DESCRIPTION
teknik sipilTRANSCRIPT
Struktur Rangka Batang
BAB III STRUKTUR RANGKA BATANG ( TRUSS )
3.1 UMUM
Struktur balok diatas dua tumpuan, akibat beban luar akan
menahan regangan tarik dan tekan, yang mencapai harga
ekstrem pada tepi penampangnya, dengan demikian bahan
yang berada didalam balok menjadi tidak efektif. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka diusahakan bahan dipusatkan
pada tempat dengan tegangan normal ekstrim itu, dalam
bentuk batang-batang (serat tepi bawah dan atas) dan untuk
mencapai suatu kestabilan terhadap geser, batang-batang
tersebut dihubungkan oleh batang-batang lain dalam arah
tegak dan diagonal.
Struktur tersebut yang disebut dengan Struktur Rangka
Batang (truss).
Rangka batang dimaksud tersusun dalam satu atau lebih
segitiga-segitiga yang mentransfer beban-beban dengan
membangun gaya-gaya aksial (normal).
Contoh yang umum adalah jembatan, menara , dan rangka
kuda-kuda atap. Batang–batang yang digunakan antara lain
adalah balok I, balok alur, baja siku atau bentuk khusus yang
dipasang terpadu pada ujung-ujungnya.
3.2 RANGKA BATANG BIDANG
Jika batang-batang rangka terletak pada sebuah bidang
tunggal, maka rangka batang tersebut, disebut rangka
batang bidang. Beberapa contoh rangka batang yang
MEKANIKA TEKNIK II III-1
Struktur Rangka Batang
umumnya banyak digunakan dan dapat dianalisa sebagai
rangka batang bidang, antara lain adalah type Pratt, Howe,
Warren, rasuk K, Baltimore dan Pink yang biasanya dipakai
untuk rangka jembatan atau rangka kuda-kuda atap, dapat
dilihat seperti gambar berikut :
a) Rangka Jembatan.
Type Camel Back
Type Petit
MEKANIKA TEKNIK II III-2
Struktur Rangka Batang
Gambar III – 1
MEKANIKA TEKNIK II III-3
Struktur Rangka Batang
b) Rangka Kuda-Kuda Atap.
Gambar III – 2
MEKANIKA TEKNIK II III-4
Struktur Rangka Batang
3.3 ELEMEN DASAR
Elemen dasar dari rangka batang adalah segitiga
Gambar III – 3
MEKANIKA TEKNIK II III-5
Tiga batang yang disatukan oleh pin/engsel (jepit putar) pada ujungnya, (gambar a) akan membentuk suatu kerangka yang tegar (stabil)
Empat batang atau lebih yang disambung dengan jepit putar (pin/engsel) membentuk poligon yang terdiri dari banyak sisi, akan menjadi kerangka yang tidak stabil (gambar b)
Struktur tersebut dapat diperluas dengan menambah unit tambahan berupa 2 (dua) buah batang yang ujungnya bersambungan dan demikian seterusnya.
Kerangka yang tidak stabil pada gambar (b) dapat dibuat menjadi stabil dengan menambahkan batang diagonal yang menghubungkan titik simpul A dengan C seperti gambar (c)
Atau : menghubungkan titik simpul B dengan D seperti gambar (d), dengan demikian akan terbentuk 2 (dua) segitiga, sehingga menjadi stabil
Struktur Rangka Batang
3.4 ASUMSI YANG DIPAKAI DALAM PENYELESAIAN STRUKTUR
1. Batang-batang yang dihubungkan satu dengan yang lain
pada ujung-ujungnya dengan engsel (jepit-putar) yang
tidak bergeser, hanya ada satu gaya dan tidak ada momen
yang dapat ditransfer dari satu batang kebatang yang lain.
2. Beban-beban luar dilimpahkan ke rangka batang hanya
pada simpul / pertemuannya.
3. Sumbu-sumbu batang yang melalui pusat penampang,
bertemu pada sebuah titik simpul, pada titik mana batang-
batang tersebut diikat/diengsel satu sama lain.
Dengan demikian dapat dianggap bahwa :
● Pada batang-batang dari suatu rangka batang hanya
bekerja gaya-gaya aksial (normal) saja, tidak ada momen
yang bekerja pada ujung batang, karena batang-batang
dihubungkan satu sama lain pada ujung-ujungnya dengan
engsel.
● Karena semua gaya-gaya luar yang diasumsikan bekerja
pada rangka batang di titik pertemuannya, maka tidak ada
gaya/beban yang bekerja pada batang diantara titik-titik
simpulnya.
Rangka Batang Sederhana
Struktur yang dibentuk dari sebuah segitiga dasar seperti
yang telah disebutkan diatas dikenal sebagai rangka batang
sederhana.
MEKANIKA TEKNIK II III-6
Struktur Rangka Batang
Jika terdapat jumlah batang lebih banyak dari yang diperlukan
untuk mencegah agar struktur tidak runtuh, maka rangka
batang tersebut menjadi statis tak tentu . Artinya adalah :
rangka batang tersebut tidak dapat dianalisa hanya dengan
menggunakan persamaan-persamaan keseimbangan statis
saja.
Rangka batang disebut statis tertentu, jika dapat dianalisa
dengan hanya memakai persamaan-persamaan
keseimbangan statika saja.
Stabilitas dari sebuah rangka batang juga tergantung pada
kondisi tumpuan yang tersedia. Secara umum kita dapat
menyatakan bahwa stabilitas dari struktur harus ditumpu oleh
sekurang-kurangnya 3 (tiga) gaya reaksi, semuanya tidak
boleh parallel ataupun konkuren (melalui satu titik)
Untuk rangka batang bidang, gaya-gaya yang bekerja pada
titik-titik simpul adalah gaya batang, gaya-gaya luar dan
gaya reaksi.
Konsep Dasar
Tujuan menganalisa struktur rangka adalah untuk
menghitung gaya-gaya yang terjadi dalam batang-batangnya
akibat suatu set gaya-gaya luar yang bekerja pada rangka
batang tersebut.
Karena gaya-gaya ini adalah gaya-gaya dalam, jika kita
memandang rangka batang secara keseluruhan, untuk
menganalisanya perlu membuat free-body dari bagian-
bagian rangka.
MEKANIKA TEKNIK II III-7
Struktur Rangka Batang
Stabilitas Rangka Batang dapat ditinjau dari :
¤ Stabilitas Luar (perletakan)
Reaksi-reaksi perletakan tidak boleh bertemu disatu titik.
¤ Stabilitas Dalam (posisi batang)
Batang-batang yang menyusun struktur harus mengikuti
pola segitiga.
Gambar III – 4
MEKANIKA TEKNIK II III-8
Struktur Rangka Batang
Untuk memenuhi sifat statis tertentu, rangka batang harus
memenuhi syarat-syarat :
a. Statis Tertentu Luar
Persyaratan keseimbangan memberikan 3 persamaan ( ∑V
= 0, ∑H = 0, ∑M = 0, ) sehingga gaya-gaya yang tidak
diketahui (dalam hal ini reaksi) yang dapat diselesaikan
sebanyak 3 ( r = 3 )
Bila r < 3 : struktur akan labil
Bila r = 3 : struktur akan stabil dan statis tertentu
Bila r > 3 : struktur akan stabil dan statis tak
tertentu
MEKANIKA TEKNIK II III-9
Struktur Rangka Batang
Gambar VII – 5
b. Statis Tertentu Dalam
Untuk struktur rangka batang dengan jumlah titik simpul
(joint) sebanyak j , jumlah batang m dan komponen
reaksi tumpuan sebanyak r, maka harus dipenuhi syarat
struktur stabil statis tertentu :
2 j = m + r atau m = 2 j – r
MEKANIKA TEKNIK II III-10
Struktur Rangka Batang
Gambar III – 6
3.5 METODE PERHITUNGAN STRUKTUR RANGKA BATANG
SEDERHANA
Ada 2 metode yang terkenal :
1). Metode Keseimbangan Titik Simpul (method of joints)
Pada cara ini kita memperhatikan dan meninjau free-
body dari titik-titik simpul
2). Metode Potongan (method of section)
Pada cara ini kita membagi / memotong rangka batang
menjadi 2 bagian, lalu meninjau free-body dari satu
bagian yang sudah terpisah.
Jika kita ingin menghitung beberapa gaya-gaya batang
tertentu saja, maka lebih menguntungkan dengan memakai
method of section. Sedangkan jika ingin menghitung semua
gaya batang dari rangka batang, lebih baik memakai method
of joint
MEKANIKA TEKNIK II III-11
Struktur Rangka Batang
3.6 METHOD OF JOINT (Metode Keseimbangan Titik
Simpul)
Prinsip dasar yang dipergunakan dalam metode titik simpul,
adalah :
a. Seluruh gaya yang bekerja pada titik simpul (gaya luar
maupun gaya batang) harus memenuhi persamaan ∑V =
0 dan ∑H = 0
b. Perhitungan gaya batang dapat dimulai dari titik simpul
yang diketahui gaya luarnya (reaksinya), sedang gaya
batang yang belum diketahui besarnya, maksimum 2
batang.
c. Batang yang akan dihitung gaya batangnya dianggap
mengalami tarik dan diberi nilai positip ( + )
d. Bila ditinjau dari titik simpul, maka yang dimaksud dengan
:
- Batang tarik, adalah batang yang memberikan gaya
dengan arah meninggalkan (menarik) titik simpul
- Batang tekan, adalah batang yang memberikan gaya
dengan arah menuju titik simpul.
Contoh (1) : Hitung gaya-gaya batang dari struktur rangka batang
dengan beban dan ukuran pada Gambar III – 7 a
sebagai berikut :
MEKANIKA TEKNIK II III-12
Struktur Rangka Batang
Penyelesaian :
º Misalkan : Komponen reaksi tumpuan bekerja seperti pada Gambar III – 7 a
tan α = ¾ —› sin α = 3/5 = 0,6 cos α = 4/5 = 0,8
º Reaksi Tumpuan :
∑H = 0 —› RAH + 20 = 0 —› RAH = - 20 T ( ‹— )
∑MC = 0 —› RAV(8)+ 20(3) – 40(4) = 0
8 RAV + 60 – 160 = 0 —› RAV = 12,5 T ()
∑MA = 0 —› 40(4) + 20(3) – RCV (8) = 0
160 + 60 – 8 RCV = 0 —› RCV = 27,5 T ()
º Gaya-gaya Batang
MEKANIKA TEKNIK II III-13
Struktur Rangka Batang
Selanjutnya diselesaikan dengan menggunakan
metode keseimbangan titik simpul. Gaya-gaya
batang yang belum diketahui (yang akan dicari)
diasumsikan dulu sebagai tarikan (batang tarik)
dengan arah meninggalkan titik simpul, seperti dalam
gambar free body menunjukkan batang tarik ( —› )
Titik Simpul A, Gambar III – 7 b
RAH = - 20 T —› arah berlawanan dengan asumsi (‹—)
∑V = 0 —› RAV + FAB sin α = 0
12,5 + FAB sin α = 0
FAB = - 20,83 T (tekan)
∑H = 0 —› RAH + FAC+ FAB cos α = 0
(- 20) + FAC + (-20,83) (0,8) =
0
- 20 + FAC – 16,664 = 0
FAC = 36,664 T (tarik)
Titik Simpul B, Gambar III – 7 c
MEKANIKA TEKNIK II III-14
Struktur Rangka Batang
∑H = 0 —› FAB cos α + FBC cos α + 20 = 0
20,83 (0,8) + FBC (0,8) + 20 =
0
16,664 + 0,8 FBC + 20 = 0
FBC = - 45,83 T (tekan)
Untuk Kontrol :
Tinjau Titik Simpul C, Gambar III – 7 d
∑V = 0 —› FBC sin α + RCV = 0
MEKANIKA TEKNIK II III-15
Struktur Rangka Batang
20,83 (0,8) + FBC (0,8) + 20 =
0
FBC (0,6) + 27,5 = 0
FBC = - 45,83 T (tekan) —›
Ok ‼
∑H = 0 —› FAC - FBC cos α = 0
FAC – 45,83 (0,8) = 0
FAC = 36,664 T (tarik) —› Ok
‼
Hasil Akhir
(e) Gaya-gaya Batang
Gambar III – 7
Dalam bentuk tabel :
No.
Batang
Gaya Batang ( Ton )
Tarik ( + ) Tekan ( - )
FAB – 20,83
FBC – 45,83
FAC 36,66 –
MEKANIKA TEKNIK II III-16
Struktur Rangka Batang
Contoh (2) : Hitunglah gaya-gaya batang yang timbul akibat
beban luar yang bekerja pada struktur rangka
batang seperti pada Gambar III – 8 a
(a) Struktur rangka batang
Penyelesaian :
๏ Reaksi Tumpuan
∑H = 0 —› RAH + 20 = 0 —› RAH = - 20 T ( ‹— )
∑MB = 0 —› RAV(6)+ 20(3) – 70(3) = 0
6 RAV + 60 – 210 = 0 —› RAV = 25 T (
)
∑MA = 0 —› 20(3) + 70(3) – RBV (6) = 0
60 + 210 – 6 RBV = 0 —› RBV = 45 T (
)
MEKANIKA TEKNIK II III-17
Struktur Rangka Batang
Untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya, kita
amati struktur dan kemudian secara berurutan yang
diambil adalah titik-titik simpul yang mempunyai
gaya-gaya yang belum diketahui tidak lebih dari 2
gaya.
Selanjutnya batang-batang dari struktur, masing-
masing diberi nomor 1, 2, 3 dan seterusnya.
๏ Menghitung Gaya-gaya Batang.
Titik Simpul A
∑ H = 0
F8 – 20 = 0 —› F8 = 20 T (tarik)
∑ V = 0
F3 +25 = 0 —› F3 = - 25 T (tekan)
Selanjutnya kita beralih ke titik simpul
berikutnya, dimana hanya ada 2 gaya batang
saja yang harus dicari ( C ).
MEKANIKA TEKNIK II III-18
Struktur Rangka Batang
Titik Simpul C
(c) Titik Simpul C
tan α = 3/3 = 1 —› sin α = ½ √2 cos α = ½ √2
∑ V = 0
25 – F4 sin α = 0
25 – F4 (½ √2) = 0 —› F4 = 35,36 T
(tarik)
∑ H = 0
20 + F1 + F4 cos α = 0
20 + F1 +35,36 (½ √2) = 0 —› F1 = - 45 T
(tekan)
Kita beralih ke titik D, dimana hanya ada 2 gaya
yang belum diketahui (akan dicari). Kedua gaya
tersebut diasumsikan sebagai gaya tarik (arahnya
meninggalkan titik simpul)
Titik Simpul D
MEKANIKA TEKNIK II III-19
Struktur Rangka Batang
∑ V = 0
70 + F5 = 0 —› F5 = - 70 T
(tekan)
∑ H = 0
F1 + F2 = 0
45 + F2 = 0 —› F2 = - 45 T
(tekan)
Selanjutnya dipilih titik simpul E, dimana ada 2 gaya
F6 dan F7 yang akan dicari.
Titik Simpul E
(e) Titik Simpul E
∑ H = 0
F2 - F6 cos 45⁰ = 0
MEKANIKA TEKNIK II III-20
Struktur Rangka Batang
45 – F6 (½ √2) = 0 —› F6 = 63,64 T
(tarik)
∑ V = 0
F7 + F6 sin 45⁰ = 0
F7 + 63,64 (½ √2) = 0 —› F7 = - 45 T
(tekan)
Untuk control :
Titik Simpul B
∑ V = 0 —› RBV – F7 = 0
RBV – 45 = 0 —› RBV = 45 T ( ) —›
Ok ‼
∑ H = 0 —› F9 = 0 T
MEKANIKA TEKNIK II III-21
Struktur Rangka Batang
Titik Simpul F
∑ H = 0
F8 + F4 cos 45⁰ - F6 cos 45⁰ - F9 = 0
20 + 35,355 (½ √2) - 63,64(½ √2) - F9=
0
45 – 45 – F9 = 0 —› F9 = 0 T —› Ok
‼
Hasil Akhir :
Gambar III – 8
Tabel Daftar Gaya Batang
MEKANIKA TEKNIK II III-22
Struktur Rangka Batang
No.Batang
Gaya Batang ( Ton )
Tarik ( + ) Tekan ( - )
1 (CD) - 45
2 (DE) - 45
3 (AC) 25 -
4 (CF) 35,36 -
5 (DF) - 70
6 (EF) 63,64 -
7 (BE) - 45
8 (AF) 20 -
9 (BF) 0 -
3.7 METHOD OF SECTION (Metode Potongan)
Method of section dilakukan dengan cara memotong rangka
batang, sehingga menjadi 2 (dua) bagian yang bebas. Pada
masing-masing bagian yang terpotong akan bekerja gaya-
gaya batang yang akan dicari.
Prinsip dasar yang dipergunakan dalam Metode Potongan
(Method of Section), adalah :
1). Seluruh gaya yang bekerja pada potongan (tinjau bagian
kiri atau kanan struktur yang terpotong) harus
memenuhi persamaan ∑ MJ = 0 (titik simpul/joint
diasumsikan sebagai sendi); ∑ V = 0 dan ∑ H = 0.
2) Perhitungan gaya batang tidak harus dimulai secara
berurutan, tapi dapat langsung pada batang yang
diinginkan.
MEKANIKA TEKNIK II III-23
Struktur Rangka Batang
3) Potongan harus melalui/memotong batang yang akan
dihitung gayanya, sehingga dapat digambarkan free
body diagram-nya.
4) Batang yang akan dihitung besar gaya batangnya,
dianggap mengalami tarik dan diberi nilai positip (+)
Contoh (3) : Hitung gaya-gaya batang dari struktur rangka
batang yang dibebani seperti pada Gambar III – 9a.
(a) Struktur rangka batang
Penyelesaian :
MEKANIKA TEKNIK II III-24
Struktur Rangka Batang
º Misalkan : Komponen reaksi tumpuan bekerja
seperti pada Gambar III – 9 a
tan α = ¾ —› sin α = 3/5 = 0,6
cos α = 4/5 = 0,8
º Reaksi Tumpuan :
∑ ME = 0 —› RAV (16) – 40(12) – 80(8) – 20(4) =
0
16 RAV - 480 – 640 – 80 = 0
—› RAV = 75 T (
)
∑MA = 0 —› 40(4) + 80(8) + 20(12) – REV (16) =
0
—› REV = 27,5 T (
)
º Gaya-gaya Batang
Untuk menghitung gaya-gaya batang 1, 2, dan 3
sekaligus, maka dapat dilakukan potongan I-I
seperti terlihat pada Gambar III – 9 b.
Dari ketiga batang yang terkena potongan
(batang 1, 2, dan 3), maka batang 2 dan 3 akan
berpotongan di titik G.
Pada kesetimbangan bagian kiri, didapatkan :
∑ MG = 0 —› RAV (8) – 40(4) + F1(3) = 0
75(8) – 160 + 3 F1 = 0
MEKANIKA TEKNIK II III-25
Struktur Rangka Batang
—› F1 = - 146,667 T
(tekan)
Untuk menentukan gaya batang 3, kita amati
bahwa batang 1 dan 2 akan bertemu di titik
simpul B. Dengan mengambil jumlah momen
terhadap B, didapatkan :
∑ MB = 0 —› RAV (4) – F3(3) = 0
75(4) – 3 F3 = 0
F3 = - 100 T (tarik)
Selanjutnya untuk menghitung gaya batang 2,
kita amati bahwa batang 1 dan 3 adalah
horizontal, sedangkan batang 2 adalah vertikal
(F2 sin α), maka dari kesetimbangan gaya
vertikal pada bagian kiri potongan :
∑ V = 0 —› RAV – 40 – F2 sin α = 0
75 – 40 – F2 (0,6)= 0
MEKANIKA TEKNIK II III-26
Struktur Rangka Batang
—› F2 = 58,33 T
(tarik)
Atau dapat dikontrol dengan meninjau
kesetimbangan gaya horizontal bagian kiri
potongan.
Untuk menghitung gaya batang 4, dibuat
potongan II-II seperti pada Gambar III – 9 c, dan
selanjutnya meninjau kesetimbangan bagian
kiri potongan :
(c) Potongan II-II
Gambar III – 9
∑ MA = 0
- F4 (4) + 40(4) = 0
- 4 F4 + 160= 0 —› F4 = 40 T
(tarik)
Dengan cara yang sama, gaya-gaya batang
lainnya dapat dihitung
MEKANIKA TEKNIK II III-27
Struktur Rangka Batang
Contoh (4) : Hitunglah gaya-gaya batang 1, 2 dan 3 dari
struktur rangka atap seperti pada gambar III–
10a, dengan menggunakan Metode Potongan.
Penyelesaian :
º Misalkan : Komponen reaksi tumpuan bekerja
seperti pada Gambar III – 10 a
tan α = 2/4 = ½ —› sin α = 1/√5 = 1/5 (√5)
cos α = 2/√5 = 2/5 (√5)
º Reaksi Tumpuan :
∑ MB = 0 —› RAV (16) – 20(12) – 30(8) = 0
16 RAV - 240 – 240 = 0
—› RAV = 30 T (
)
∑MA = 0 —› 20(4) + 30(8) – RBV (16) = 0
80 + 240 – RBV (16) = 0
MEKANIKA TEKNIK II III-28
Struktur Rangka Batang
—› RBV = 20 T (
)
º Gaya-gaya Batang
Untuk menentukan gaya-gaya batang 1, 2, dan
3, maka dilakukan potongan I-I yang memotong
sekaligus ketiga batang tersebut, seperti terlihat
pada Gambar III – 10 b.
Tinjau kesetimbangan pada potongan bagian kiri
:
Batang 2 dan batang 3 bertemu dititk simpul
C, maka untuk menghitung gaya batang F3
diambil jumlah momen terhadap titik C.
∑ MC = 0 —› RAV (4) – F3(2) = 0
30(4) – 2 F3 = 0 —› F3 = 60 T
(tarik)
MEKANIKA TEKNIK II III-29
Struktur Rangka Batang
Untuk menghitung gaya batang 1, maka dapat
mengambil jumlah momen terhadap titik simpul
G
Dan untuk mempermudah perhitungan dapat
dilakukan dengan cara menggeser letak F1 ke
titik D dan menguraikannya atas komponen
vertikal dan horizontal, seperti terlihat pada
gambar III–10c, sedangkan jarak dari D ke G
sudah diketahui.
Gambar III – 10
MEKANIKA TEKNIK II III-30
(c)
Struktur Rangka Batang
∑ MG = 0 —› RAV (8) – 20(4) + F1 cos α (4) = 0
30(8) – 20(4) + F1 (2/5)(√5)(4) =
0
—› F1 = - 44,72 T
(tekan)
Untuk menghitung gaya batang 2, dengan cara
yang sama, gaya F2 digeser ke titik simpul G
dan menguraikannya atas komponen horizontal
dan vertikal.
Dengan mengambil jumlah momen terhadap
Titik A :
∑ MA = 0 —› 20(4) + F2 sin α (8) = 0
80 + F2 (1/5)(√5)(8) = 0
—› F2 = - 22,36 T
(tekan)
MEKANIKA TEKNIK II III-31
Struktur Rangka Batang
3.8 ANALISA STRUKTUR RANGKA BATANG DENGAN METODE
GRAFIS ( Metode Cremona )
Prinsip dasar yang dipergunakan dalam metode Cremona
adalah :
1. Seluruh gaya yang bekerja pada struktur pada dasarnya
dapat dinyatakan sebagai vektor, sehingga selain dapat
dinyatakan besarannya dapat pula dilukiskan arahnya.
2. Gaya luar maupun gaya dalam (gaya batang) bila dilukiskan
dalam bentuk vektor akan membentuk suatu poligon
tertutup, hal ini sesuai dengan prinsip keseimbangan.
3. Untuk menggambarkan poligon tersebut, kita dapat
memulai dengan menggambar vektor gaya yang telah
diketahui besar dan arahnya (misalkan beban luar atau
reaksi tumpuan) pada salah satu joint (titik simpul),
selanjutnya dengan mengambil suatu putaran dapat
digambarkan poligon tertututp dari seluruh gaya yang
bekerja pada joint tersebut.
4. Dengan mengikuti proses seperti diatas, dapat digambarkan
gaya batang keseluruhan.
MEKANIKA TEKNIK II III-32
Struktur Rangka Batang
Contoh : Analisis struktur rangka batang dari struktur rangka
batang dengan pembebanan seperti pada Gambar
III-11a dengan metode Cremona.
Gambar III – 11
Untuk kontrol hitungan dapat ditinjau reaksi tumpuan dan
dibandingkan dengan analitis.
∑ MB = 0 → (3)(4) + (2)(8) +(3)(12) + RAH (6) = 0
12 + 16 + 36 = - 6 RAH
RAH = - (64/6) = - 10,67 kN.
∑ MA = 0 → (3)(4) + (2)(8) +(3)(12) – RBH (6) = 0
12 + 16 + 36 = 6 RBH
MEKANIKA TEKNIK II III-33
Struktur Rangka Batang
RBH = (64/6) = 10,67 kN.
∑ H = 0 → RAV = 8 kN.
MEKANIKA TEKNIK II III-34