strategi taman nasional gunung gede pangrango … · the result of this swot analysis puts...
TRANSCRIPT
STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN
PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA
ERNAWATI EKO HARTONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2008
Ernawati Eko Hartono
NRP. E051060441
ABSTRACT
ERNAWATI EKO HARTONO. The Strategy of Mount Gede Pangrango
National Park in Developing Ecotourism Promotion Under direction of
RINEKSO SOEKMADI dan E.K.S. HARINI MUNTASIB.
Mount Gede Pangrango National Park has a high potential ecotourism site to
be promoted. In this case, promotion of ecotourism in Mount Gede Pangrango
aims to attract both tourists and partners to devote in ecotourism activities. The
purposes of this research are to evaluate recent strategies of ecotourism promotion
and to map new strategies of Mount Gede Pangrango National Park in promoting
ecotourism. The mapping of these promotion strategies is based on SWOT
analysis.
Ecotourism promotion in Mount Gede Pangrango National Park has
acquired four components of promotion mix which are advertising, personal
selling, public relation, and promotion selling, but has not used all promotion media
and has not done promotions gradually. Promotion has not been effectively
accepted by public. Data shows 71% visitors get information word of mouth, 14%
from printed media, 11% from school/work place, and 4% from internet.
The result of this SWOT analysis puts promotion in second quadrant,
namely stability strategy. Stability strategy is consolidation strategy for reducing
weaknesses and maintaining recent market. Stability aims to maintain such
condition by using opportunities and restore weaknesses. This strategy leads to a
project opening opportunities for private sectors to work on ecotourism, doing
cooperation with airports and airlines services, tourism bureaus, mass media,
hotels, and also uses an appropriate promotion media for introducing Mount Gede
Pangrango National Park.
Based on the exposed analysis, strategic ecotourism promotions can be
conducted are : using the website of TNGGP by preparing interesting information,
cooperation with tourism bureaus by setting or planning tourism packages,
cooperation with airport, cooperation with mass media, doing direct mailing
promotions, maintaining infrastructures which provides information on ecotourism,
raising ticket’s prize, giving courses to human resources, developing new potential
tourism sites.
Keywords: Mount Gede Pangrango National Park, promotion strategy,
ecotourism, object and natural tourism potential attraction
RINGKASAN
ERNAWATI EKO HARTONO. Strategi Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Dibimbing oleh
RINEKSO SOEKMADI dan E.K.S. HARINI MUNTASIB.
TNGGP mempunyai potensi ekowisata yang cukup tinggi yaitu keindahan
alam (gunung, panorama alam); gejala alam (kawah, air panas, air terjun); keutuhan
(udara sejuk, kenyamanan); keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwa);
keunikan alam (danau, rawa pegunungan, padang rumput edelweis), dan situs
budaya. Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP harus dikenalkan kepada publik
melalui kegiatan promosi. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP dilakukan selain
untuk menarik pengunjung yang akan menikmati keindahan alam TNGGP juga
menarik mitra berinvestasi dalam kegiatan ekowisata
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan
promosi yang telah dilakukan dan menyusun strategi Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango (TNGGP) untuk pengembangan promosi kegiatan ekowisata.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2008 bertempat di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat, dengan menggunakan metode non
experimental yaitu deskriptif eksploratif, observasi dan studi pustaka. Pengambilan
sampel pengunjung dan mitra menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah
pengunjung aktual 100 orang (diasumsikan sebagai ekoturis), yang diambil dari
Pintu masuk Cibodas 60 orang, Gunung Puteri 15 orang dan Bodogol 25 orang.
Selain pengunjung aktual dilakukan juga wawancara terhadap pengunjung potensial
sebanyak 30 orang. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis
SWOT (Strengths, Weaknesesses, Opportunities, Threats).
Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP secara keseluruhan sudah
mencakup keempat komponen bauran promosi, yaitu periklanan, penjualan secara
pribadi, hubungan masyarakat dan promosi penjualan, tetapi belum semua media
promosi digunakan dan belum secara rutin promosi dilakukan. Sebanyak 75%
keatas pengunjung tidak pernah melihat/mendengar media promosi yang digunakan
TNGGP untuk mempromosikan wisata. Promosi yang belum dilakukan adalah
melalui email, siaran pers, presentasi penjualan, pemasangan billboard dan promosi
mengenai program-program wisata.
Promosi masih dirasakan kurang oleh masyarakat umum, karena sebesar 71%
pengunjung memperoleh informasi ekowisata TNGGP dari cerita teman/saudara,
14% memperoleh informasi melaui media cetak, 11% dari sekolah/tempat kerja dan
4% dari media elektronik
Berdasarkan Metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi
TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel/quadran ke-2 (-0.19 ; 0.58)
dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan
adalah strategi stabilitas (stability strategy). Strategi stabilitas adalah strategi
konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa
pasar yang sudah dicapai. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi
adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan
maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa, hotel, dll) dan memilih
media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik
kepada pengunjung maupun mitra-mitra.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan maka rencana strategis
kegiatan promosi ekowisata yang dapat dilakukan adalah :
1. Menggunakan website TNGGP dengan menyiapkan informasi yang
menarik
2. Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata dengan membuat paket-paket
wisata
3. Kerjasama dengan bandara, kerjasama dengan media massa
4. Melakukan promosi secara direct mailing yang intensif
5. Peningkatan pemeliharaan sarana dan prasarana
6. Mengadakan pelatihan kepada SDM terkait promosi
7. Mengembangkan potensi wisata yang belum dikembangkan
Kata kunci: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, strategi promosi,
ekowisata, obyek dan daya tarik wisata alam.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE
PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN
PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA
ERNAWATI EKO HARTONO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS
Judul Tesis : Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan
Ekowisata.
Nama : Ernawati Eko Hartono
N R P : E051060441
Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS
Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian : 19 Agustus 2008
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan
anugerah Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah
Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Pengembangan Promosi
Kegiatan Ekowisata.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang paling tulus penulis sampaikan
kepada:
1. Departemen Kehutanan, yang telah memberikan izin dan kesempatan
melanjutkan pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor
2. Kepala Pusat Informasi Kehutanan beserta staff yang mendukung penulis
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan dengan lancar
3. Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F (ketua komisi pembimbing) dan Prof. Dr.
E.K.S. Harini Muntasib, MS (anggota komisi) atas curahan pemikiran, waktu,
kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan hingga selesainya penulisan
tesis ini
4. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku penguji luar komisi pada ujian sidang tesis
yang telah menyediakan waktunya, memberikan koreksi, masukan dan saran
untuk penyempurnaan tesis ini
5. Prof. Dr. Imam wahyudi, MS selaku Ketua Program Studi IPK
6. Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango beserta staff atas
dukungan selama melaksanakan penelitian
7. Ayahanda dan Ibunda, Om Nano, Tante Nova, Dik Radith, Dian, Dik Desy dan
Enna atas segala doa dan pengorbanannya, secara khusus buat suami tercinta
Yudi Ariyanto, SH, MT. yang dengan sabar dan penuh pengertian mendampingi
dan mendukung penuh dalam penyelesaian studi ini, serta putraku tersayang
Irham Erdiyanto Ramadhan yang memberikan semangat dan inspirasi pada
setiap kejenuhan yang datang menghampiri.
8. Teman-teman IPK angkatan 2006 : Eka, Susi, Arida, Apri, Henti, Ratih, Anti,
Zaida, Ida, Tekad, Agus Kholik, Yano, Ceng, Ika, Darwis, Ari, Meis, Buyan,
Hans, Santi, Dadan, Nunung, Kushartati, Edwin, Andi, Pak Budi, Pak Saptadi
terima kasih atas, kebersamaan, kekompakan dan kerjasama dalam suka dan
duka selama studi dan semoga ini terus berlanjut kedepannya
9. Laboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata IPB, Mba Eva, Mba Resti, Mba
Yun, Mba Tri.
Akhir kata mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja
yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2008
Ernawati Eko Hartono
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 7 Januari
1980 sebagai putri pertama dari tiga bersaudara dari ayah Edy Suhartono dan ibu
Sulasmi. Menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN Bendungan I Sragen tahun
1992, kemudian menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Sragen tahun 1995
dan lulus dari SMA Negeri 1 Sragen tahun 1998, hingga pada tahun yang sama
penulis diterima di IPB melalui undangan PMDK dan akhirnya lulus sebagai
Sarjana Kehutanan pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen
Kehutanan sebagai Staf Penyaji dan Pengolah Data Pusat Informasi Kehutanan,
Sekretariat Departemen Kehutanan, Jakarta sampai sekarang. Penulis menempuh
studi S2 pada Sekolah Pascasarjana IPB program studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan melalui sponsor dari Departemen Kehutanan.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor (IPB), penulis melakukan penelitian tentang “Strategi Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan
Ekowisata“ dibawah bimbingan Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F sebagai Ketua
Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS sebagai Anggota
Komisi Pembimbing.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
1.5. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7
2.1. Ekowisata ......................................................................................... 7
2.2. Taman Nasional ............................................................................... 9
2.3. Strategi ............................................................................................. 10
2.4. Promosi ............................................................................................ 11
2.5. Segmentasi Pasar .............................................................................. 18
2.6. Produk Wisata .................................................................................. 19
2.7. Wisatawan ........................................................................................ 20
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 22
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 22
3.2. Batasan Penelitian ............................................................................ 22
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 22
3.4. Tahapan Penelitian ........................................................................... 24
3.5. Analisis Data .................................................................................... 26
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................ 32
4.1. Sejarah dan Status Kawasan ............................................................. 32
4.2. Kondisi Fisik Kawasan ..................................................................... 32
4.3. Kondisi Biologis............................................................................... 35
4.4. Potensi Wisata .................................................................................. 37
4.5. Kondisi Masyarakat Sekitar .............................................................. 38
4.6. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) .................... 38
4.7. Sarana dan Prasarana Wisata ............................................................ 39
4.8. Struktur Organisasi ........................................................................... 39
4.9. Pengunjung TNGGP ......................................................................... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 46
5.1. Promosi yang Telah Dilaksanakan .................................................... 46
5.2. Evaluasi Terhadap Promosi Yang Sudah Dilaksanakan .................... 59
5.3. Segmentasi Pasar .............................................................................. 62
5.5. Peran Mitra-mitra TNGGP dalam Promosi..........................................65
5.6. Kebijakan Pengembangan Ekowisata ............................................... 66
5.7. Potensi Wisata yang perlu Dipromosikan.......................................... 68
5.6. Strategi TNGGP dalam Promosi Ekowisata ...................................... 77
VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 87
6.1. Simpulan............................................................................................ 87
6.2. Saran................................................................................................... 87
VII. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 88
DAFTAR TABEL
1. Bentuk media dari setiap komponen bauran promosi ............................... 15
2. Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian ................................. 22
3. Jenis data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ............................. 23
4. Matriks SWOT ........................................................................................ 27
5. Rangkuman matriks internal .................................................................... 29
6. Rangkuman matriks eksternal.................................................................. 29
7. Informasi pintu masuk wisata ke kawasan TNGGP ................................. 34
8. Jumlah pengunjung dan jenis kunjungan (tahun 2000-Juni 2008) ............ 41
9. Bahan promosi cetakan mengenai TNGGP .............................................. 45
10. Potongan harga di wisma tamu, asrama dan tiket rombongan
ke air terjun ............................................................................................. 49
11. Beberapa situs di internet mengenai TNGGP ........................................... 51
12. Jumlah wisatawan dan retribusi tempat rekreasi di tiga kabupaten ........... 54
13. Penilaian pengunjung terhadap komponen bauran promosi ...................... 57
14. Penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana TNGGP ................. 58
15. Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek demografis ....................... 63
16. Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek geografis .......................... 64
17. Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek psikografi ......................... 64
18. Formulasi strategi promosi ekowisata di TNGGP .................................... 80
19. Faktor strategis internal terhadap promosi ekowisata di TNGGP ............. 82
20. Faktor strategis eksternal terhadap promosi ekowisata di TNGGP ........... 83
21. Urutan prioritas strategi ........................................................................... 84
DAFTAR GAMBAR
1. Konseptual pengembangan ekowisata ..................................................... 5
2. Kerangka pemikiran ............................................................................... 6
3. Bauran pemasaran ................................................................................... 11
4. Kedudukan promosi terhadap permintaan ................................................ 12
5. Pengaruh promosi terhadap permintaan ................................................... 13
6. Efektivitas dari setiap komponen bauran promosi .................................... 16
7. Model matriks Grand Strategy ................................................................ 29
8. Peta lokasi penelitian............................................................................... 33
9. Persentase jumlah pengunjung TNGGP berdasarkan pintu masuk ........... 42
10. Komposisi pengunjung TNGGP berdasarkan tujuan kedatangannya ........ 43
11. Struktur organisasi balai TNGGP ............................................................ 44
12. Beberapa sampul buku mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP ............ 47
13. Beberapa leaflet tentang TNGGP ............................................................ 47
14. Persentase komposisi topik tulisan mengenai TNGGP ............................. 50
15. Website TNGGP ..................................................................................... 52
16. Bahan promosi Kab. Cianjur, Bogor, Sukabumi ...................................... 53
17. Beberapa biro perjalanan wisata .............................................................. 55
18. Persentase sumber informasi obyek wisata di TNGGP ............................ 57
19. Posisi strategis untuk promosi ekowisata di TNGGP dalam
matriks Grand Strategy ........................................................................... 85
DAFTAR LAMPIRAN
1. Panduan wawancara pengunjung aktual .................................................... 92
2. Panduan wawancara pengunjung potensial ................................................ 93
3. Panduan wawancara dengan pengelola TNGGP ........................................ 94
4. Daftar judul pemberitaan TNGGP di media massa .................................... 95
5. Guntingan beberapa media cetak mengenai TNGGP ................................. 96
6. Beberapa printout mengenai TNGGP di internet ....................................... 106
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu
dari lima Taman Nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun
1980 oleh Menteri Pertanian dan ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No.
736/Mentan/X/1982 meliputi luas 15.196 ha. Pada tahun 2003 melalui SK
Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari 15.196 ha
menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP
merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi
seperti Surili, Owajawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu
dilindungi dan dilestarikan.
Departemen Kehutanan telah menunjuk 21 Taman Nasional sebagai Taman
Nasional Model, dan salah satunya adalah Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP). Sebagai Taman Nasional Model, diharapkan suatu saat
TNGGP menjadi taman nasional yang mandiri, yang mampu mengelola secara
langsung Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pemasukan yang sah,
sehingga dapat dikelola secara lestari, efektif dan efisien. Berbagai kegiatan telah
dilakukan oleh Balai TNGGP dalam upaya menuju kemandiriannya. Terdapat tiga
hal penting yang merupakan fokus perencanaan berkaitan dengan keberadaan
TNGGP sebagai taman nasional model yaitu ekowisata, pendidikan konservasi
dan penelitian.
Ekowisata telah berkembang sebagai salah satu pariwisata yang potensial
untuk kepentingan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, terutama pada
dasawarsa terakhir ini. Sebagai bentuk wisata yang sedang trend, ekowisata
mempunyai kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan konservasi lingkungan,
pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya
lokal. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah menjadi salah satu
bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata
ekologis banyak diminati wisatawan, hal ini karena adanya pergeseran paradigma
kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke
2
wisata minat khusus (alternative tourism). Pada wisatawan minat khusus,
wisatawan menginginkan perjalanan yang lebih bermakna, berkualitas dan
menambah pengalaman hidupnya serta memperoleh pengetahuan baru.
TNGGP mempunyai potensi ekowisata yang tinggi antara lain keindahan
alam (gunung, panorama alam, dll); gejala alam (kawah, air panas, air terjun, dll);
keutuhan (udara sejuk, kenyamanan, dll); keanekaragaman hayati (tumbuhan dan
satwa); keunikan alam (danau, rawa pegunungan, padang rumput edelweis, dll),
situs budaya. Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP harus dikenalkan kepada
publik melalui kegiatan promosi. Promosi merupakan bagian dari bauran
pemasaran (Marketing Mix). Menurut Kotler (1997) promosi merupakan usaha
pengkomunikasian informasi dari produsen kepada konsumen sedemikian rupa
agar menarik minat konsumen untuk membeli barang/jasa yang ditawarkan
produsen. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP dilakukan selain untuk
menarik pengunjung yang akan menikmati keindahan alam TNGGP juga menarik
mitra berinvestasi dalam kegiatan ekowisata.
Pertumbuhan ekowisata yang diduga lebih pesat dari wisata lainnya,
terutama selama beberapa tahun terakhir ini membuat promosi ekowisata menjadi
penting, karena negara yang tidak mempromosikan atraksi alamnya kemungkinan
besar akan kehilangan kesempatan dalam pasar ekowisata yang terus tumbuh
(Durst&Ingram 1998 diacu dalam Fennel 1999). Berdasarkan laporan World
Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2004, pertumbuhan rata-rata ekowisata
sebesar 10% per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-
rata per tahun untuk pariwisata pada umumnya yaitu sebesar 4,6% per tahun.
Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki TNGGP
menjadi modal untuk promosi. Saat ini kegiatan wisata yang sudah berjalan di
TNGGP dapat dikategorikan menjadi dua yaitu wisata massal dan wisata minat
khusus. Walaupun terdapat wisata massal tetapi pengelolaannya tetap
memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan kawasan. Kegiatan wisata yang
sudah berjalan saat ini yaitu wisata pendakian, birdwatching, outbond, rekreasi ke
air terjun, penelitian, berkemah, dll. ODTWA yang dimiliki TNGGP mempunyai
segmen pasar yang berbeda sehingga diperlukan strategi promosi yang spesifik.
3
1.2. Perumusan Masalah
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan kawasan pelestarian
alam yang kaya dengan obyek wisata baik itu flora, fauna, ekosistem, budaya, dan
sudah lama dikunjungi wisatawan. TNGGP memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi
perlindungan dan pelestarian, fungsi pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan,
serta fungsi rekreasi dan pariwisata, dengan demikian jenis wisata yang paling
sesuai untuk dikembangkan di taman nasional adalah ekowisata. Ekowisata
merupakan bentuk pariwisata yang dilakukan di daerah/kawasan alami yang
menitikberatkan pada lingkungan, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal dan
adanya penghargaan terhadap budaya masyarakat lokal.
Kawasan TNGGP yang memiliki potensi sumberdaya alam yang
menjanjikan diharapkan dapat diusahakan kegiatan ekowisata sehingga mengatasi
berbagai permasalahan kawasan yang dihadapi pengelola. Pengembangan
ekowisata di TNGGP bukan merupakan hal yang baru tetapi sampai saat ini masih
mengalami banyak masalah, dari aspek pengelolaan, SDM, sarana dan prasarana,
keterlibatan masyarakat lokal, maupun pengunjung. Berbagai kegiatan telah
dilakukan oleh TNGGP untuk mengembangkan kegiatan ekowisata, salah satunya
adalah melalui kegiatan promosi.
Keberhasilan pengembangan ekowisata pada kawasan taman nasional sangat
bergantung pada upaya promosi yang dilakukan oleh pengelola, karena dengan
promosi orang akan tahu dan akhirnya akan datang untuk mengujungi. Menurut
Charty (1981) konsumen tidak akan membeli suatu produk/jasa apabila mereka
tidak pernah mendengar atau mengalami produk/jasa tersebut. Sehingga informasi
mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan segala potensinya
harus sampai kepada orang-orang yang memang berminat dengan wisata yang
bersifat khusus ini.
Kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pengelola Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango selama ini adalah dengan penyebaran bahan-bahan
cetakan seperti brosur, leaflet, majalah, mengikuti pameran-pameran pariwisata
serta secara berkala mengadakan kegiatan seminar/lokakarya. Melalui cara ini
usaha untuk memperkenalkan kegiatan ekowisata di TNGGP hanya sampai pada
4
sebagian kecil masyarakat dan belum mencapai kelompok dalam masyarakat yang
diharapkan menjadi konsumen dari kegiatan ekowisata di TNGGP.
Selain itu pelaksanaan promosi yang telah dilakukan selama ini belum
didukung oleh mitra-mitra yang diharapkan dapat berinvestasi dalam
pengembangan kegiatan ekowisata. Selama ini kegiatan promosi yang
dilaksanakan masih sangat kurang dan belum mempertimbangkan strategi bauran
promosi sehingga masih kurang mengenai sasaran, maka diperlukan strategi
promosi yang tepat.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan promosi yang telah dilakukan
2. Menyusun strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam
pengembangan promosi kegiatan ekowisata.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola Balai
Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam melaksanakan promosi
kegiatan ekowisata.
1.5. Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Taman Nasional Model
yang diharapkan menjadi TN Mandiri, dituntut untuk dapat mengembangkan
sumber-sumber ekonomi yang dapat memberikan masukan dana bagi
penyelenggaraan pengelolaan secara mandiri. Pengembangan ekowisata
dipandang sebagai langkah tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah upaya untuk
mengoptimalkan kegiatan ekowisata di TNGGP melalui penyusunan strategi
promosi yang tepat. Strategi promosi yang sekarang sudah dilakukan perlu
dievaluasi dengan mempertimbangkan fungsi TNGGP sebagai suatu kawasan
konservasi, prinsip-prinsip dasar ekowisata, visi ekowisata di TNGGP serta
dengan menggunakan strategi bauran promosi yang tepat.
5
Potensi ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berupa
keindahan alam, gejala alam, keanekaragaman hayati, keunikan alam dan situs
budaya merupakan daya tarik yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Upaya
untuk mengenalkan ekowisata harus didukung dengan ketersediaan informasi
yang akurat, komunikatif dan mudah didapat. Berbagai informasi dan atraksi
ekowisata perlu ditampilkan dengan visualisasi yang menarik dalam kemasan
yang sederhana dan mudah dimengerti. Promosi merupakan jalan keluar untuk
masalah diatas, karena dengan promosi dapat menyampaikan informasi tentang
kegiatan wisata yang ditawarkan.
Untuk mengetahui strategi promosi yang tepat digunakan analisis
pendekatan SWOT. Secara detail kerangka pemikiran penelitian disajikan pada
Gambar 2.
SUPPLY DEMAND
SUPRA&INFRA
STRUKTUR
PENGEMBANGAN
EKOWISATA
Gambar 1 Konseptual pengembangan ekowisata.
6
“Supply” “Demand”
“Supra&Infra Struktur”
Gambar 2 Kerangka pemikiran.
POTENSI
EKOWISATA di
TNGGP
Pengunjung
Aktual Potensial
evaluasi
Sarpras
Analisis SWOT
TN MODEL-TN MANDIRI
Mitra-mitra
Taman Nasional
Strategi Promosi
Ekowisata
Kebijakan
Promosi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekowisata
Kegiatan wisata alam mencakup banyak kegiatan, dari kegiatan menikmati
pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif hingga kegiatan fisik yang
menguras tenaga seperti wisata petualangan yang mengandung resiko. Kegiatan
wisata alam ini dapat bersifat konsumtif atau non-konsumtif serta dapat bersifat
berkelanjutan maupun tidak berkelanjutan. Hanya sedikit jenis kegiatan wisata yang
memberikan sumbangan posistif terhadap upaya pelestarian alam. Jenis wisata yang
sedikit inilah yang kemudian membentuk ekowisata (Goodwin, 1996).
Ekowisata diperkenalkan pertama kali oleh Ceballos-Lascurain (1983) yang
mendefinisikan bahwa ekowisata sebagai kunjungan ke daerah-daerah yang masih
bersifat alami yang relatif masih belum terganggu dan terpolusi dengan tujuan
spesifik untuk belajar, mengagumi dan menikmati pemandangan alam dengan
tumbuhan satwa liarnya serta budaya (baik masa lalu maupun sekarang) yang ada
ditempat tersebut.
Sepuluh tahun kemudian Ceballos-Lascurain (1993) meninjau ulang batasan
yang dirumuskan dengan menambahkan ”untuk mempromosikan konservasi, dampak
negatif yang diakibatkan oleh pengunjung rendah dan masyarakat terlibat secara
ekonomi dalam penyelenggaraannya”. Hingga tahun 1999, Fennel (2001) mengkaji
bahwa terdapat 85 batasan pengertian ekowisata yang menghasilkan definisi
ekowisata dengan 6 unsur, yaitu : konservasi, edukasi, etika, pembangunan
berkelanjutan, dampak dan local benefit.
Pengertian baru ekowisata hasil olahan yang dikaji dari 45 pakar, terdiri dari
31 pakar mancanegara dan 14 pakar nasional, mengindikasikan bahwa ada tiga
kelompok konsep ekowisata, yaitu :
1. Tahun 1987-1990 menitikberatkan pada : mengurangi dampak negatif
lingkungan, destinasi dan motivasi wisatawan.
8
2. Tahun 1991-2000 menekankan pada : mengurangi dampak negatif lingkungan,
penghasilan masyarakat lokal, perjalanan kerja yang bertanggung jawab dan
budaya.
3. Tahun 2001-2005 menitikberatkan pada : mengurangi dampak negatif
lingkungan, sustainable development, dan penghasilan masyarakat lokal.
(Hengky, 2006)
Menurut Linberg (1993) definisi ekowisata adalah perjalanan bertanggungjawab
ke wilayah-wilayah alami yang melindungi lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk setempat. Boo (1990) mendefinisikan ekowisata sebagai
perjalanan wisata alam yang mendorong usaha pelestarian dan pembangunan
berkelanjutan, memadukan pelestarian dengan pembangunan ekonomi dan
memberikan dana yang lebih banyak untuk taman-taman, membuka lapangan kerja
baru bagi penduduk setempat dan pendidikan lingkungan bagi para pengunjung.
Ekowisata dapat dipandang sebagai suatu strategi baru untuk menjaga
keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan yang mendorong pemeliharaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang sekaligus bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Dengan demikian ekowisata adalah bentuk wisata yang gejalanya terlihat dalam
bentuk perjalanan yang tidak mengganggu lingkungan alam sebagai sumber apresiasi
dan kekaguman (Mardjuka, 1995).
Perhatian terhadap ekowisata yang semakin berkembang disebabkan karena
adanya perubahan permintaan dan pilihan wisatawan dalam berwisata. Menurut
Kusler (1991) fenomena ini timbul karena beberapa hal sebagai berikut :
Peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan, spesies-spesies flora dan fauna
yang unik dan langka serta ciri-ciri alam lainnya
Ketidakpuasan terhadap keramaian yang terjadi di pusat-pusat wisata tradisional
Keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru
Adanya kepercayaan bahwa beberapa lingkungan alami yang unik di dunia akan
segera mengalami kepunahan dan mereka ingin mengunjunginya bila
memungkinkan
9
Obyek ekowisata yang diinginkan oleh ekowisatawan sangat bervariasi, dari
keadaan alam yang masih sangat asli sampai yang sudah mendapat sedikit
campurtangan manusia dalam bentuk pembangunan yang sederhana selaras dengan
alam. Saat ini, tempat seperti ini di Indonesia hanya dapat ditemui di kawasan yang
dilindungi milik negara/pemerintah. Di luar negeri kawasan seperti ini ada yang
merupakan milik perorangan/swasta.
Kusler (1991) menyatakan bahwa untuk pengembangan ekowisata perlu
didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana seperti jalan, penginapan,
transportasi kerjasama pemerintah dengan pihak swasta serta promosi dan publikasi
oleh berbagai instansi terkait.
2.2. Taman Nasional
Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya mendefinisikan Taman Nasional sebagai kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Ditjen PHPA (1986) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pokok pengertian
taman nasional menurut IUCN adalah :
1. Kawasan taman nasional harus relatif cukup luas
2. Taman nasional harus memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa
jenis tumbuhan atau binatang, ekosistem maupun gejala alam yang masih utuh
dan alami
3. Satu atau beberapa ekosistem yang terdapat didalamnya secara materi/fisik tidak
diubah oleh eksploitasi dan pendudukan manusia
4. Kebijaksanaan dan pengelolaan taman nasional berada pada badan pemerintah
yang mempunyai kompetensi sepenuhnya dan bertanggungjawab atas keutuhan
dan keaslian baik ekologis, geomorfologis, dan kondisi-kondisi yang bernilai
estetis lainnya secara alami merupakan modal utama pembentukan taman nasional
10
5. Adanya kemungkinan pengembangan pariwisata sehingga dapat terbuka untuk
umum dengan persyaratan khusus untuk tujuan inspirasi, edukasi, kultural dan
rekreasi.
MacKinnon et al. (1983) mendefinisikan taman nasional sebagai kawasan yang
diperuntukkan bagi perlindungan kawasan alami dan pemandangan indah serta
memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi.
Fungsi utama taman nasional adalah :
1. Menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi sistem penyangga kehidupan
2. Melindungi keanekaragaman jenis dan mengupayakan manfaat sebagai sumber
plasma nutfah
3. Menyediakan sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan
dan latihan
4. Memenuhi kebutuhan sarana wisata alam dan melestarikan budaya setempat
5. Merupakan bagian dari pengembangan daerah setempat
Pengembangan pariwisata di taman nasional saat ini lebih dimaksudkan sebagai
upaya mendukung misi konservasi hutan berikut keanekaragaman hayatinya.
Pengembangan pariwisata hutan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
ekonomi masyarakat lokal yang berdiam di dalam dan sekitar kawasan.
Dalam Pedoman Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional
(Departemen Kehutanan, 2001) disebutkan bahwa pengembangan wisata alam di
taman nasional terkait dengan sektor lainnya sehingga untuk menjamin
kesinambungan pemanfaatan taman nasional untuk pariwisata para pengelola taman
nasional diharapkan dapat membangun jejaring kerja maupun mempromosikan obyek
daerah tujuan wisata alam. Pihak-pihak terkait tersebut adalah biro perjalanan wisata,
tour operator, perhotelan dan sebagainya. Selain itu perlu juga mengidentifikasi peran
dari pihak terkait dalam pelaksanaan pemanfaatan obyek wisata alam.
2.3. Strategi
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama kali
dikemukakan oleh Chandler pada tahun 1996, menyebutkan bahwa strategi
11
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan
jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya.
Learned et al. (1965) dalam Rangkuti (2006) mendefinisikan strategi
merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu
fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.
Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1997) dalam Rangkuti (2006)
menyatakan bahwa strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang
dapat mempengaruhi organisasi.
2.4. Promosi
Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran (Marketing Mix). Menurut
Kotler (1997) bauran pemasaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
untuk mencapai sasaran pemasaran. Alat-alat pemasaran dalam bauran pemasaran
dikenal sebagai 4P, yaitu promosi (promotion), produk (product), harga (price) dan
tempat (place). Pada Gambar 3 dapat dilihat struktur bauran pemasaran menurut
Cooper et al. (1990).
Gambar 3 Bauran pemasaran.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapat perhatian, dimiliki atau digunakan yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Reime & Hawkins (1997) dalam Heath et al. (1992) menyatakan bahwa
dalam bidang wisata yang dimaksud produk adalah total spektrum dari berbagai
Produk Harga Promosi Tempat
Bauran Pemasaran
12
pengalaman, akomodasi, sumberdaya alam dan sumber daya lainnya, pertunjukkan,
transportasi, makanan dan minuman, rekreasi serta daya tarik lainnya.
Baud-Bovy (1982) dalam Heath (1992) menyatakan bahwa produk wisata
adalah keseluruhan dari berbagai fasilitas dan pelayanan wisata disuatu daerah
tertentu yang dimanfaatkan oleh wisatawan. Komponennya adalah sumberdaya
daerah tujuan, fasilitas dan transport dari rumah ke tempat tujuan.
Komponen lain dari bauran pemasaran adalah harga. Tapi dalam bidang
wisata tidak selalu harga yang lebih tinggi akan mengurangi jumlah permintaan
karena ada wisatawan yang lebih mempertimbangkan aspek lain dari bauran
pemasaran selain harga. Banyak wisatawan yang mau membayar lebih untuk wisata
yang berkualitas. Unsur tempat dalam promosi bahwa tempat yang disediaan oleh
penjual akan dipandang sebagai kemudahan memperoleh produk yang dibutuhkan
pembeli.
Komponen lain dalam bauran pemasaran adalah promosi. Kotler (1997)
menjelaskan bahwa promosi merupakan usaha pengkomunikasian informasi dari
produsen kepada konsumen sedemukian rupa agar menarik minat konsumen untuk
membeli barang atau jasa yang ditawarkan produsen atau penjual. Konsumen tidak
akan membeli suatu produk/jasa apabila mereka tidak pernah mendengar atau
mengalami tertang produk/jasa tersebut (Carthy, 1981). Adapun kedudukan promosi
dalam sistem pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4.
Riset Pemasaran
Konsumen
Komunikasi
Promosi
Tanggapan
Produk
Harga
Distribusi
Tanggapan (waktu/usaha)
Produsen Konsumen
Bauran pemasaran yang ditawarkan
Gambar 4 Kedudukan promosi dalam sistem pemasaran.
13
Fungsi promosi dalam strategi pemasaran terutama untuk mendorong
transaksi. Menurut Luck dan Ferrel (1985) dalam Heath (1992) promosi mendorong
pembeli dalam hal ini wisatawan pada suatu keputusan dengan memberikan aliran
informasi yang dapat mempengaruhi pembeli. Dalam bidang pariwisata promosi juga
berfungsi untuk membina hubungan yang efektif dengan para konsumen agar mereka
memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang keberadaan suatu produk wisata.
Promosi dapat mengembangkan nilai positif dari suatu produk wisata sehingga harga
menjadi inelastis yang berarti produk lebih dapat bertahan terhadap kenaikan harga
dan tidak perlu khawatir untuk menaikkan harga. Cooper et al. (1999)
menggambarkan pengaruh promosi terhadap permintaan seperti tampak pada Gambar
5.
Gambar 5 Pengaruh promosi terhadap permintaan
Menurut Heath (1992) tujuan promosi wisata adalah :
1. Menarik turis ke kawasan wisata
2. Menjaga nilai kawasan sebagai daerah tujuan wisata
3. Menyampaikan informasi tentang kegiatan wisata yang ditawarkan
4. Membangun unit bisnis wisata yang saling mendukung
5. Memperbaiki informasi tidak tepat/tidak lengkap tentang kegiatan wisata yang
ditawarkan
Q2
Q3
kuantitas
harga
harga
Permintaan meningkat dengan
semakin banyaknya perhatian
Permintaan menjadi semakin inelastis
karena perbaikan imej
kuantitas
Q2 Q1
P1 P1
14
Istilah strategi bauran yang dikenal dalam promosi merupakan metode kegiatan
komunikasi yang digunakan perusahaan agar seseorang mau melakukan kegiatan
pembelian atau pertukaran dalam pemasaran. Cooper et al. (1999) menyatakan
terdapat empat komponen dalam bauran promosi yaitu :
a. Periklanan
Periklanan merupakan suatu cara yang tepat untuk memberitakan hasil produk
kepada konsumen yang sama sekali belum mereka kenal, dengan tujuan
menginformasikan, membujuk atau mengingatkan. Menurut Yoeti (1996),
periklanan adalah setiap bentuk penyajian yang sifatnya tidak pribadi dan promosi
daripada barang-barang dan jasa yang dipungut bayaran oleh sponsor. Tujuan
periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran terhadap
keberadaan jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan konsumen
tentang jasa yang ditawarkan, untuk membujuk calon customer untuk membeli
atau menggunakan jasa tersebut, dan untuk membedakan diri perusahaan satu
dengan perusahaan lain yang mendukung posisi jasa (Kotler, 1997).
b. Promosi Penjualan
Menurut Kotler (1997), promosi penjualan terdiri dari kumpulan kiat intensif
yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, yang dirancang untuk mendorong
pembelian suatu produk/jasa tertentu yang lebih cepat dan lebih besar oleh
konsumen. Promosi penjualan merupakan semua kegiatan yang dimaksudkan
untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan
akhirnya. Kiat promosi penjualan bagi konsumen dimaksudkan untuk mendorong
pembelian yang lebih besar, sedang bagi tenaga penjualan untuk mendorong
dukungan terhadap produk/jasa yang baru, dan mendorong lebih banyak lagi
calon pelanggan.
c. Penjualan Pribadi
Penjualan pribadi adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang
ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan
hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain (Swastha,
1981). Sifat penjualan pribadi dapat dikatakan lebih luwes karena tenaga penjual
15
dapat secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan
perilaku masing-masing calon pembeli. Selain itu, tenaga penjual juga dapat
segera mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penawaran penjualan, sehingga
dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian di tempat pada saat itu juga.
Penjualan pribadi mengharapkan terciptanya suatu kedekatan antara perusahaan
dengan pembeli sehingga perusahaan akan lebih mudah untuk menawarkan
produk/jasa.
d. Hubungan masyarakat
Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif dengan pelanggan,
pemasok dan penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan kumpulan
kepentingan masyarakat yang besar. Hubungan masyarakat adalah berbagai
program yang dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra
perusahaan atau produk individualnya, berhubungan dengan komunikasi massa,
tanpa dipungut biaya atau diidentifikasikan sebagai bagian dari sponsor tertentu
(Ray, 1982). Tabel 1 menyajikan bentuk media dari setiap komponen bauran
promosi.
Tabel 1 Bentuk media dari setiap komponen bauran promosi
Periklanan Promosi Penjualan Hubungan
Masyarakat
Penjualan Secara
Pribadi
1. Iklan cetak dan penyiaran
2. Brosur dan
buku kecil
3. Poster dan selebaran
4. Billboard
5. Materi Audio Visual
1. Pameran 2. Potongan harga
3. Hiburan
1. Seminar 2. Ceramah
3. Siaran Pers
4. Laporan Tahunan
5. Publikasi 6. Media Indonesia
1. Presentasi Penjualan
2. Katalog
3. Pemasaran lewat
telepon 4. E-mail
5. Internet
Sumber : Cooper et al., 1999
Masing-masing komponen memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga
untuk keberhasilan pemasaran produk harus dicari kombinasi yang tepat dari keempat
komponen tersebut. Hal tersebut digambarkan oleh Cooper et al. (1999) pada Gambar
6.
16
Gambar 6 Efektivitas dari setiap komponen bauran promosi
Penyusunan strategi promosi atau bentuk bauran promosi yang tepat harus
memperhatikan faktor-faktor yang dapat berpengaruh dalam pemilihan strategi atau
bentuk bauran tersebut. Menurut Stanton (1993) dan Kotler (1997) beberapa faktor
yang mempengaruhi strategi bauran promosi adalah sebagai berikut :
1. Jumlah dana yang tersedia
Perusahaan yang memiliki dana besar kegiatan promosinya dapat lebih efektif
dibanding perusahaan yang sumber dananya terbatas
2. Karakteristik produk
Produk wisata adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan sejak
meninggalkan tempat tinggalnya untuk berwisata sampai kembali ke tempat
tinggalnya. Unsur-unsur produk wisata dapat berupa barang maupun jasa.
3. Karakteristik pasar
Karakteristik pasar sangat berpengaruh dalam penyusunan bauran promosi
melalui empat hal, yaitu luas geografi pasar, konsentrasi pasar, jumlah jenis
pembeli potensial dan jenis pelanggan.
4. Pelanggan
Terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
tahu faham yakin tindakan
Promosi penjualan
Penjualan secara pribadi
Efektivitas
Hubungan
masyarakat
iklan
17
a. Strategi yang ingin digunakan merupakan strategi mendorong atau menarik.
Strategi mendorong menggunakan wiraniaga dan promosi penjualan untuk
melewati saluran-saluran, sedang strategi menarik menggunakan banyak dana
untuk periklanan dan promosi kepada konsumen.
b. Tahap kesiapan membeli. Strategi promosi bervariasi dalam efektivitas biaya
pada tahap-tahap kesiapan pembelian yang berbeda. Pada tahap kesadaran
atau tahap awal proses keputusan, periklanan dan publisitas memegang
peranan penting. Pada tahap pemesanan/pembelian, penjualan pribadi dan
promosi penjualan lebih penting daripada periklanan dan publisitas.
5. Pesaing
Strategi promosi ditentukan dengan mempertimbangkan kegiatan promosi yang
dilakukan pesaing juga menyesuaikan dengan tingkat persaingan yang ada dalam
industri tersebut.
6. Tahap daur hidup produk
Pada tahap perkenalan, iklan dan publisitas memiliki efektivitas biaya yang
tinggi, diikuti promosi perkenalan dan promosi langsung. Pada tahap
pertumbuhan, semua komponen bauran promosi dapat diperlambat karena
promosi akan berjalan dari mulut ke mulut. Pada tahap dewasa, promosi
pengenalan, periklanan dan promosi langsung menjadi semakin bertambah
penting secara berturut-turut. Sedang pada tahap kemunduran, promosi
pengenalan harus diperkuat sedang iklan dan publisitas dikurangi.
7. Bauran pemasaran
Produk/jasa dengan harga yang tinggi pada umumnya dapat diidentikkan dengan
pelayanan yang baik, dengan demikian promosi yang tepat adalah melalui
periklanan. Dalam sistem pendistribusian langsung maka penggunaan promosi
langsung merupakan hal yang tepat. Apabila saluran distribusinya panjang maka
dalam berpromosi diperlukan iklan.
Heath (1992) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan strategi promosi
wisata langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Mengenali sasaran yang menjadi target
18
2. Mengenali tujuan promosi
3. Memperkirakan dana yang diperlukan untuk promosi
4. Memperkirakan bauran promosi dengan mempertimbangkan beberapa faktor
yaitu faktor produk, faktor pasar, faktor wisatawan, faktor biaya, faktor bauran
pemasaran.
2.5. Segmentasi Pasar
Pemasaran produk wisata sangat didasarkan pada pemahaman bahwa secara
keseluruhan pangsa pasar adalah tersegmentasi. Segmentasi pasar merupakan konsep
pokok yang mendasari strategi pemasaran suatu produk dan alokasi sumberdaya yang
harus dilakukan dalam rangka mengimplementasikan program dan strategi pemasaran
(Chandra, 2000). Sebuah produk wisata akan memiliki keunggulan kompetitif jika
produk wisata tersebut menawarkan atribut-atribut determinan (yang penting dan
dinilai unik oleh pasar/pengunjung). Untuk itu langkah pertama yang harus dilakukan
adalah melakukan analisis segmentasi pasar.
Menurut Irawan (1996), segmentasi pasar adalah tindakan membagi pasar
menjadi lebih homogen hingga relatif mempunyai kebutuhan dan keinginan yang
sama, dan mengelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Segmentasi pasar berdasarkan aspek demografis yaitu membagi pasar ke dalam
kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel demografis seperti
umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan agama.
2. Segmentasi pasar berdasarkan aspek geografis yaitu membagi pasar menjadi
unit-unit geografis, misalnya negara, propinsi, kabupaten, kota, dsb.
3. Segmentasi pasar berdasarkan aspek psikografis yaitu membagi pasar menurut
gaya hidup, ciri kepribadian yang meliputi motivasi, frekuensi kunjungan dan
bentuk kunjungan wisatawan.
2.6. Produk Wisata
Pengertian produk adalah mencakup segala sesuatu yang dapat diberikan
kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Biasanya, kata
19
produk menunjukkan suatu pengertian yang berkaitan dengan obyek fisik yang nyata
dan biasanya kita menggunakan istilah produk dan jasa untuk membedakan antara
benda nyata dengan obyek yang tidak berwujud. Obyek fisik merupakan alat untuk
memberikan jasa (Kotler, 1997).
Menurut Kotler (1997), produk wisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada pasar agar orang tertarik perhatiannya, ingin memiliki, memanfaatkan dan
mengkonsumsi untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kepuasan. Produk juga
merupakan suatu rangkaian jasa yang juga mempunyai segi-segi yang bersifat sosial
psikologis dan alam (Suwantoro, 1997).
Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Pada dasarnya produk
wisata meliputi 3 (tiga) unsur yaitu alam, budaya, serta buatan. Produk wisata juga
merupakan gabungan dari berbagai komponen seperti (Suwantoro, 1997) :
1) Atraksi suatu daerah tujuan wisata
2) Fasilitas yang tersedia
3) Aksesibilitas ke dan dari tujuan wisata
Menurut Suwantoro (1997) dan Suyitno (1999), ciri-ciri dari suatu produk
wisata yang khas yang membedakan dengan produk pada umumnya adalah :
1) Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan.
2) Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya.
3) Proses produksi dan konsumsi terjadi pada waktu dan tempat yang sama.
4) Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik atau tidak memiliki
ukuran kuantitatif
5) Tidak berwujud atau intangible
6) Tidak tahan lama dan mudah kadaluwarsa (perishable)
7) Tidak dapat disimpan (unstorable)
8) Hasil atau produk wisata banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya
sedikit yang menggunakan mesin.
9) Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar
Seringkali orang dibuat bingung untuk membedakan antara atraksi, kegiatan,
pelayanan dan produk. Padahal menurut Kohl (2003), pada prinsipnya produk wisata
20
mengandung elemen dasar berupa atraksi, akses, kegiatan, pelayanan, SDM yang
telah terlatih dan promosi. Atraksi yang dimaksud dapat berupa :
1. Estetika-geofisik, seperti : pegunungan, pemandangan, air terjun, formasi awan
yang unik, kegiatan vulkano, formasi batu-batuan atau geologi, dsb.
2. Ekological-biological, seperti berbagai jenis makhluk hidup, bagian-bagiannya,
behaviour-nya, dsb.
3. Sejarah-budaya, seperti konstruksi masyarakatnya, kehidupan budayanya, cerita-
cerita rakyat atau mitos, dsb.
4. Rekreasional. Hal ini mencakup berbagai atraksi yang dibangun oleh manusia
untuk tujuan entertaiment, seperti museum, teater, kebun binatang, shopping mall,
dsb. Namun sumberdaya ini lebih disarankan untuk lokasi di luar kawasan
konservasi bukan diareal kawasan konservasi.
Sedangkan menurut Medlik dalam Spillane (2000), produk wisata terdiri dari
atraksi wisata di daerah tujuan, fasilitas yang tersedia dan kemudahan-kemudahan
pencapaian daerah tujuan wisata dari pasar-pasar sumber wisatawan.
2.7. Wisatawan
Menurut Lindberg (1991) dalam Fennel 1999, ekowisatawan dikelompokkan
menjadi 4 atas dasar klasifikasi yang lebih menekankan pada dedikasi, waktu, apa
yang diinginkan ekowisatawan dari perjalanan ekowisata, kemana dan dengan cara
apa mereka melakukan perjalanan. Keempat tipe dasar ekowisata tersebut adalah :
1) Hard-core nature tourists (ekowisatawan kelas berat) : yaitu ilmuwan, peneliti,
atau peserta program perjalanan yang dirancang untuk pendidikan, pembersihan
sampah, atau tujuan lain yang hampir sama.
2) Dedicated nature tourists (ekowisatawan berdedikasi) : orang-orang yang
melakukan perjalanan khusus untuk melihat kawasan perlindungan dan yang
ingin memahami alam dan budaya lokal.
3) Mainstream nature tourists (ekowisatawan utama) : orang-orang yang
mengunjungi tempat tertentu seperti Amazon, atau tujuan lain dengan maksud
untuk mengalami perjalanan yang tidak umum.
21
4) Casual nature tourists (ekowisatawan biasa) : orang yang mendapatkan
pengalaman dengan alam hanya karena menjadi bagian dari perjalanannya yang
lebih luas.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa
Barat. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu bulan
Februari-April 2008.
3.2. Batasan Penelitian
Wisata yang dikembangkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
merupakan jenis wisata yang sesuai dengan Peratuan Pemerintah No.18 Tahun
1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dan pengelolaannya
diarahkan kepada wisata berkelanjutan (sustainable tourism). Jenis wisata yang
ada di TNGGP terdiri dari dua yaitu wisata alam massal dan wisata minat khusus
(ekowisata). Wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wisata minat
khusus yaitu ekowisata.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode non experimental yaitu
deskriptif eksploratif, pengamatan lapangan (observasi) dan studi pustaka guna
mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang dihimpun meliputi data primer
dan data sekunder. Jenis data primer dan sekunder secara terperinci dapat dilihat
pada Tabel 2 & Tabel 3.
23
Tabel 2 Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian
Data
- Parameter
Keterangan
(Sumber Informasi)
Metode
Pengumpulan
1 Program-program kegiatan promosi ekowisata yang sudah dan akan dilaksanakan oleh
pengelola TNGGP
Pengelola TNGGP dan observasi
lapangan
Panduan wawancara
2 Permasalahan promosi yang dihadapi dan solusi
yang telah diupayakan
Pengelola TNGGP
dan observasi
lapangan
Panduan
wawancara
3 Persepsi pengunjung terhadap :
- Upaya promosi ekowisata
- Sarana dan prasarana ekowisata
Observasi lapangan
dan pengisian
kuisioner
Panduan
Wawancara Pengjng aktual : 100
Pengunjung potensial :
30
4 Persepsi mitra-mitra taman nasional terhadap
upaya promosi
Observasi lapangan Wawancara
langsung pada kegiatan wisata
5 Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP
sebagai modal dalam kegiatan pengembangan
kegiatan promosi
Pengelola TNGGP
dan observasi
lapangan
Panduan
wawancara
6 Kebijakan pengelolaan ekowisata di TNGGP Pengelola TNGGP
dan instansi terkait
Panduan
wawancara
7 Keberadaan promosi dan kendala-kendala
yang dihadapi
Pengelola TNGGP Studi pustaka
8 Identifikasi exiting mitra TNGGP Pengelola TNGGP Studi Pustaka
Tabel 3 Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian
Data Sekunder Keterangan
(Sumber Informasi)
Metode
Pengumpulan
1. Keadaan umum kawasan TNGGP, yang terdiri
dari letak, luas wilayah, status kawasan, kondisi
iklim, curah hujan, suhu, topografi dan tanah.
Pengelola TNGGP Studi pustaka
2. Kondisi biologis, terdiri : data flora dan fauna Pengelola TNGGP,
hasil penelitian terdahulu
Studi pustaka
3. Pengelolaan ekowisata di TNGGP terdiri :
pelayanan yang diberikan, kebijakan yang
berlaku, jumlah pegawai, kualitas SDM, fasilitas,
sarana dan prasarana, bagan organisasi, dll.
Pengelola TNGGP Studi pustaka
4. Aksesibilitas meliputi : jarak tempuh,
penggunaan alternatif kendaraan, kondisi jalan
Pengelola TNGGP Studi pustaka
5. Jumlah pengunjung dan fluktuasi pengunjung 6 (lima) tahun terakhir
Pengelola TNGGP Studi pustaka
6. Rencana pengembangan ekowisata yang akan
dilakukan
Pengelola TNGGP Studi pustaka
24
3.4. Tahapan Penelitian
Ada beberapa tahap penelitian yang dilakukan yaitu :
3.4.1. Tahap pemilihan responden dan nara sumber
3.4.1.1. Pemilihan responden
Pengambilan sampel responden pengunjung dilakukan dengan purposive
sampling. Pengambilan secara purposive ini diartikan sebagai pengambilan
responden sesuai dengan keadaan yang dikehendaki (Nazir, 1983). Jumlah
responden terdiri dari pengunjung aktual sebanyak 100 (seratus) orang dan
pengunjung potensial sebanyak 30 (tiga puluh) orang.
Pengunjung aktual adalah pengunjung yang saat penelitian dilaksanakan
sedang berada atau berwisata di TNGGP dan diasumsikan sebagai ekoturis.
Pengambilan data dari pengunjung aktual dilakukan di tiga pintu masuk Cibodas
sebagai pintu utama 60 (enam puluh) responden, pintu masuk Bodogol 25 (dua
puluh lima), pintu masuk Gunung Puteri 15 (lima belas) responden. Pengambilan
data ini didasarkan pada jumlah pengunjung yang masuk di masing-masing pintu
dimana sebagian besar masuk dari pintu utama Cibodas sehingga proporsi sampel
terbesar diambil pada pengunjung yang masuk dan atau turun lewat pintu
Cibodas.
Pengunjung potensial adalah pengunjung yang saat penelitian dilaksanakan
tidak berada atau tidak berwisata di TNGGP akan tetapi berpotensi untuk
melakukan perjalanan wisata ke TNGGP. Pengambilan data pengunjung potensial
ini dilakukan pada kelompok-kelompok yang berpotensi atau yang menjadi
segmen pasar ekowisata seperti peneliti, anak sekolah, mahasiswa, PNS, pegawai
swasta, pecinta alam.
3.4.1.2. Narasumber.
Nara sumber dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkompeten
mengetahui lebih banyak terhadap promosi kegiatan ekowisata. Adapun
narasumber dalam penelitian ini adalah pengelola kawasan (Balai Besar
TNGGP), Biro Perjalanan Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat,
Pemda Bogor, Pemda Cianjur dan Pemda Sukabumi
25
3.4.1.3. Mitra-mitra TNGGP
Pengumpulan data dari mitra-mitra TNGGP dilakukan pada kegiatan-
kegiatan wisata dengan melakukan wawancara. Mitra-mitra yang dimaksud antara
lain Departemen Perhubungan, Pengelola Bandara, Pengelola Maskapai
Penerbangan, Biro Perjalanan Wisata, Pengusaha Hotel dan Wartawan.
3.4.2. Tahap pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui pengamatan langsung
dilapangan dan wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder diperoleh
melalui studi pustaka, publikasi ilmiah, perundang-undangan dan bentuk publikasi
lainnya yang terkait dengan penelitian. Pada tahap ini diharapkan diperoleh data
yang terkait dengan kegiatan-kegiatan promosi ekowisata yang telah dilakukan.
Sedangkan untuk tahapan pengumpulan data dari narasumber maupun
pengunjung dilakukan melalui proses wawancara mendalam. Pengambilan data
melalui wawancara ini didasarkan pada alasan bahwa peneliti dapat menggali
informasi selengkap mungkin, baik yang tampak maupun tersembunyi.
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan si
penjawab, dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.
Panduan wawancara akan merujuk pada obyek penelitian. Metode yang dipilih
merupakan wawancara terstruktur dengan menetapkan panduan mengenai aspek-
aspek yang diperlukan dengan membatasi skope dan memperluas pertanyaan.
Data yang diambil dari pengunjung meliputi : data sosiodemografi (asal
kota, umur, pendidikan, pekerjaan, frekuensi kunjungan dan sumber informasi
wisata) serta data psikografi pengunjung (persepsi pengunjung terhadap kondisi
fasilitas wisata dan kegiatan pengelolaan, saran-saran pengunjung terhadap
pengembangan obyek wisata serta bentuk pengembangan kegiatan promosi
ekowisata yang diinginkan).
3.4.3. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan metode analisa
deskriptif yaitu mentrasformasikan data mentah ke dalam bentuk data yang mudah
26
dimengerti dan ditafsirkan, serta menyusun, memanipulasi dan menyajikan supaya
menjadi suatu informasi (Kusmayadi & Sugiarto 2000 : 179). Selain metode
analisis deskriptif juga digunakan metode pendekatan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk menentukan strategi promosi.
3.5. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi data dan kemudian
dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Analisis data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
3.5.1. Analisis potensi ekowisata yang perlu untuk dipromosikan
Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan obyek-
obyek wisata pada tiap pintu, kemudian mengelompokkan jenis wisata menjadi
dua yaitu wisata massal dan wisata minat khusus. Langkah selanjutnya adalah
membuat suatu pengembangan obyek-obyek wisata yang belum dikembangkan
oleh TNGGP untuk dijadikan wisata minat khusus.
3.5.2. Analisis Pengunjung
Analisis dilakukan terhadap karakteristik pengunjung serta saran-saran
mereka kegiatan promosi ekowisata di TNGGP. Data yang diperoleh dari
pengunjung ini kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara
deskriptif, sehingga diperoleh hasil akhir berupa bahan pemikiran untuk
pengembangan kegiatan promosi ekowisata di TNGGP.
3.5.3. Analisis mitra-mitra TNGGP
Analisis terhadap mitra-mitra TNGGP adalah analisis terhadap keberadaan
dan peranserta mitra terhadap promosi ekowisata.
3.5.4. Sintesis
Menurut Eriyatno (2007) sintesis pada intinya merupakan suatu cara berpikir
suatu sikap, suatu pendekatan, cara untuk melakukan yang diikuti dengan
tindakan untuk mencapai sasaran akhir, untuk menghasilkan materi/substansi.
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sistem yang mempunyai
karakteristik integrasi, interdisiplin, saling terkait, imajinatif dan menyeluruh.
Tahap ini merupakan tahap penggabungan antara potensi sumber daya yang
tersedia (supply), kebutuhan/keinginan (demand) pengunjung serta kebijakan
27
pemerintah baik kebijakan di tingkat regional maupun nasional (supra dan infra
struktur).
3.5.5. Analisis strategi pengembangan
Untuk merumuskan arahan strategi pengembangan promosi ekowisata
digunakan pendekatan SWOT. Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil
suatu keputusan strategi. Adapun matriks SWOT disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Matriks SWOT
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Kekuatan (strenghts) Kelemahan (weaknesses)
Peluang (opportunities) SO WO
Ancaman (threaths) ST WT
Dalam analisis SWOT, Rangkuti (2000) menggunakan matriks yang akan
menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu ;
Strategi SO : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang
yang sebesar-besarnya
Strategi ST : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman
yang mungkin timbul.
Strategi WO : Berusaha mendapatkan keuntungan dan kesempatan yang ada
dengan meminimalkan kelemahan yang ada
Strategi WT : Berusaha meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari
ancaman
28
Faktor internal yang mempunyai kekuatan terhadap promosi ekowisata di
TNGGP dan kelemahannya akan dikaji di lapangan, begitu pula dengan faktor
eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi kegiatan promosi.
Selanjutnya dari analisis ini diperoleh suatu strategi pengembangan promosi yang
sesuai dengan harapan untuk mendukung konservasi kawasan dan mendukung
kesejahteraan masyarakat lokal secara berkelanjutan.
Formulasi strategi ini disusun berdasarkan analisis yang diperoleh dari
penerapan model SWOT dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penentuan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) didalam
kegiatan promosi ekowisata
b. Penentuan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) didalam kegiatan
promosi ekowisata
c. Perumusan alternatif strategi pengembangan promosi ekowisata
Untuk pengisian tabel, baik tabel internal maupun tabel eksternal (Tabel 5
dan Tabel 6) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Melakukan pengisian didalam kolom 1 (berbagai peluang dan ancaman
atau kekuatan dan kelemahan)
b. Melakukan pembobotan pada kolom 2, dengan skala mulai dari 1.0 (paling
penting) sampai 0.0 (tidak penting). Semua bobot jumlahnya tidak boleh
melebihi skor total 1.00.
c. Melakukan penetapan skor (scooring) pada kolom 3, dimulai dari nilai 0-4
d. Pada kolom 4 akan diperoleh nilai tertimbang yang merupakan hasil
perkalian nilai dengan bobot.
e. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 mengenai alasan
dipilihnya faktor tersebut.
f. Melakukan penjumlahan nilai tertimbang yang ada didalam kolom 4,
sehingga akan diperoleh total nilai tertimbang. Nilai tertimbang akan
menunjukkan seberapa besarnya nilai eksternal dan internal dan nantinya
nilai tersebut akan digunakan didalam Matriks Grand Strategy (Gambar
7). Matriks Grand Strategy digunakan untuk menentukan apakah pihak
29
yang berkepentingan (pengelola) akan memanfaatkan posisi yang kuat
atau mengatasi kendala yang ada.
Tabel 5 Rangkuman matriks internal
Faktor Internal Bobot Skor Nilai
Tertimbang
Keterangan
1 2 3 4 5
1. Kekuatan
2. Kelemahan
Jumlah
Tabel 6 Rangkuman matriks eksternal
Faktor Eksternal Bobot Skor Nilai
Tertimbang
Keterangan
1 2 3 4 5
1. Peluang
2. Ancaman
Jumlah
Gambar 7 Model matriks Grand Strategy.
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
Sel 3 Sel 4
Sel 1 Sel 2
30
Makna masing-masing sel dalam konteks pengembangan ekowisata adalah
sebagai berikut :
a. Sel I : Growth (pertumbuhan)
Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam
penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya (Freddy Rangkuti, 2001:43).
Pertumbuhan dalam ekowisata adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan
(frekuensi kunjungan dan asal daerah wisatawan), asset (objek dan daya tarik
wisata, prasarana dan sarana pendukung), pendapatan (retribusi masuk dan jumlah
yang dibelanjakan). Pertumbuhan dalam ekowisata terbagi dua, yaitu :
Rapid Growth Strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi
meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih
cepat (tahun ke 2 lebih besar dari tahun ke 1 dan selanjutnya), peningkatan
kualitas yang menjadi faktor kekuatan untuk memaksimalkan pemanfaatkan
semua peluang.
Stable Growth Strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah strategi
mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan yang stabil, jangan sampai
turun).
b. Sel II : Stability (Stabilitas)
Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan
yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai (oka A. Yoeti,
1996:144). Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan
berupaya memanfaatkan peluang dan memperbaiki kelemahan. Strategi stabilitas
terbagi dua, yaitu :
Agressive Maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah strategi
konsolidasi internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan berbagai
bidang. Perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk memaksimalkan
pemanfaatan peluang
Selective Maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan), adalah strategi
konsolidasi internal dengan melakukan perbaikan pada sesuatu yang menjadi
kelemahan. Memaksimalkan perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk
memanfaatkan peluang.
31
c. Sel III : Survival (Bertahan)
Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang
membalikkan kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang, yang paling
umum tertuju pada pengelolaan.
Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah fungsi
yang dimiliki dengan fungsi lain yang bener-benar berbeda.
d. Sel IV : Diversifikasi
Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat keanekaragaman
terhadap objek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana investasi dari pihak
luar. Strategi penganekaragaman dibagi dua, yaitu :
Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik), adalah
diversifikasi objek dan daya tarik wisata sehingga dapat meminimalisir
ancaman.
Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi konglomerat),
adalah memasukkan investor untuk mendanai diversikasi yang
mempertimbangkan laba.
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah dan Status Kawasan
Pemeritah Hindia Belanda pada tahun 1889 menetapkan Kebun Raya Cibodas
dan areal hutan diatasnya seluas 240 ha sebagai contoh flora pegunungan pulau jawa
sekaligus sebagai cagar alam. Kemudian dengan SK Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Nomor 33 tanggal 11 Juni 1919 kawasan tersebut diperluas hingga areal
hutan di sekitar air terjun Cibeureum. Kemudian berdasarkan SK Gubernur Jenderal
11 Juli 1919 kawasan ini bertambah luas dengan penambahan hutan lindung di lereng
Gunung Gede Pangrango di sekitar desa Cimungkat seluas 56 ha. Berikutnya melalui
SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.7 tanggal 5 Januari 1925 kawasan puncak
Gunung Gede Pangrango, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah sungai
Cibodas, dan sungai Ciwalen yang keseluruhannya meliputi 1040 ha ditetapkan
sebagai cagar alam.
Pada akhirnya pada tanggal 6 Maret 1980 Menteri Pertanian melaui SK Menteri
Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 menetapkan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dengan luas 15.196 ha meliputi cagar alam Cibodas, cagar alam
Cimungkat, cagar alam Gunung Gede Pangrango dan areal hutan alam dilerengnya
serta Taman Hutan Wisata Situ Gunung. Untuk meningkatkan luas kawasan
konservasi, pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003
dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan
mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa
jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owa jawa, Macan Tutul dan
beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan.
4.2. Kondisi Fisik Kawasan
4.2.1. Lokasi, Batas Kawasan dan Aksesibilitas
Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terletak
antara 106051’ - 107
002’ BT dan 6
041’ – 6
051’ LS. Secara administratif taman
nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi,
33
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. TNGGP mempunyai luas 21.975 Ha
dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor;
Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor;
Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi;
Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur.
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tahun 2004
Gambar 8 Peta lokasi penelitian.
Aksesibilitas TNGGP relatif lebih bagus dibandingkan taman nasional lain,
dikelilingi jalan raya propinsi yang menghubungkan beberapa kota besar di Jawa
Barat seperti Bogor, Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Dengan kondisi seperti ini,
TNGGP mudah untuk dikunjungi dari daerah manapun di sekitar Jakarta, Bogor dan
Bandung. TNGGP sebagai kawasan wisata memiliki beberapa pintu masuk. Berikut
keterangan beberapa pintu masuk dapat dilihat pada Tabel 7.
34
Tabel 7 Informasi pintu masuk wisata ke kawasan TNGGP
Sumber : Balai TNGGP
4.2.2. Topografi dan Geologi
Kawasan TNGGP merupakan rangkaian gunung berapi, terutama Gunung Gede
(2958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3019 m dpl). Topografi bervariasi mulai dari
landai hingga bergunung dengan kisaran ketinggian antara 700 m dan 3000 m dpl.
Jurang dengan kedalaman sekitar 70 m banyak dijumpai didalam kedua kawasan
tersebut. Sebagian besar kawasan TNGGP merupakan dataran tinggi tanah kering
dan sebagian kecil merupakan daerah rawa, terutama di daerah sekitar Cibeureum
yaitu Rawa Gayonggong.
Pada bagian selatan kawasan yaitu daerah Situgunung, memiliki kondisi
lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit (seperti bukit masigit) yang
memiliki kemiringan lereng sekitar 20-80 %. Kawasan Gunung Gede yang terletak di
bagian timur dihubungkan Gunung Pangrango oleh punggung bukit yang berbentuk
Pintu Masuk/
Resort
Jalur Jarak
(km)
Waktu
(Jam)
Obyek Wisata
Cibodas Jakarta-Ciawi/Bogor-Puncak-Cibodas 103 2,5 - Telaga Biru
- Air terjun Cibeureum
- Pendakian ke Puncak
Gn.Gede
dan Gn.Pangrango
Bandung-Cianjur-Cipanas-Cibodas 90 3
Gunung Putri Jakarta-Ciawi/Bogor-Puncak-Cipanas-
Gn.Putri
115 2,5 - Bumi Perkemahan Bobojong
- Pendakian ke Puncak
Gn.Gede
dan Gn.Pangrango
Bandung-Cianjur-Cipanas-Gn.Putri 93 3,5
Selabintana Jakarta-Ciawi/Bogor-Sukabumi-Selabintana 156 3,5 - Bumi Perkemahan Pondok
Halimun
- Air terjun Cibeureum Bandung-Cianjur-Sukabumi-Selabintana 92 3,5
Situgunung Jakarta-Ciawi/Bogor-Cisaat-Situgunung 135 3,5 - Telaga Situgunung
- Air terjun Sawer Bandung-Cianjur-Sukabumi-Cisaat-
Situgunung
161 4
Bodogol Jakarta-Ciawi/Bogor-Cicurug-Bodogol 61 2 - Pusat Pendidikan Konservasi
Alam Bodogol
- Air terjun Cipadaranten dan
Air terjun Cisuren Bandung-Cianjur-Puncak-Ciawi/Bogor-
Cicurug-Bodogol
125 4,5
Cisarua Jakarta-Ciawi/Bogor-Cisarua 57 2 - Bumi Perkemahan
Barubolang
- Air terjun Beret Bandung-Cianjur-Puncak-Cisarua 91 3,5
35
tapal kuda, sepanjang ± 2500 meter dengan sisi-sisinya yang membentuk lereng-
lereng curam berlembah menuju dataran Sukabumi, Bogor dan Cianjur.
4.2.3. Tanah
Menurut Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat skala 1:250.000, jenis tanah di
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdiri dari
a. Jenis tanah regosol dan litosol, terdapat pada lereng-lereng pegunungan yang
lebih tinggi, berasal dari lava dan batuan hasil kegiatan gunung berapi.
b. Jenis tanah asosiasi andosol dan regosol, pada lereng-lereng pegunungan yang
lebih rendah
c. Jenis tanah latosol coklat, pada lereng-lereng yang lebih bawah lagi
4.3.4. Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan ini termasuk tipe
A dengan nilai Q antara 5-9. Kawasan TNGGP terletak didaerah terbasah di Pulau
Jawa dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 3000 – 4200 mm. Musim
hujan terjadi pada bulan Oktober-Mei dengan curah hujan lebih dari 400mm. Juni-
September merupakan bulan kering rata-rata curah hujan 100mm.
4.3.5. Hidrologi
Kawasan TNGGP merupakan daerah tangkapan dan pemasok air yang sangat
penting bagi daerah sekitarnya. Debit air yang dihasilkannya yaitu sekitar 8 milyar
liter per tahun atau setara dengan 12 trilyun rupiah. Tidak kurang dari 1.075 sungai
dan anak sungai yang mendistribusikan air di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu
DAS Ciliwung, DAS Citarum dan DAS Cimandiri terdapat di dalam kawasan ini.
4.3. Kondisi Biologis
Terdapat lima tipe ekosistem di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu :
1. Ekosistem Sub Montana terdapat pada ketinggian 1000-1500 mdpl
2. Ekosistem Montana terdapat pada ketinggian 1500-2400 mdpl
3. Ekosistem Sub Alpin terdapat pada ketinggian 2400-3019 mdpl
36
4. Ekosistem Kawah
5. Ekosistem Alun-alun
4.3.1. Flora
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat tidak kurang dari 1500
jenis lumut hidup di kawasan pelestarian ini. Pada tahun 1859 Meijr seorang ahli
biologi dari Belanda menemukan sekitar 900 jenis tumbuhan berbunga. Kato
biologiawan dari Jepang menaksir kekayaan tumbuhan paku di kawasan ini sekitar
400 jenis. Liem peneliti dari Phillipina mengungkapkan bahwa kawasan ini
ditumbuhi tidak kurang dari 120 jenis lumut kerak.
Tidak kalah menariknya adalah komposisi dan struktur tumbuhan. Bila kita
masuk di kawasan ini bisa menikmati perubahan paling tidak tiga tipe hutan, yaitu
tipe Sub Montana (1000 s/d 1400 m dpl), Montana (1500 s/d 2400 m dpl.) dan Sub
Alpin (2400 s/d 3019 m dpl.).
Bunga abadi atau edelweis (Anaphalis javanica), banyak digemari sebagai
lambang keberhasilan pendakian dan lambang keabadian. Raflesia (Rafflesia
rochussenii), banyak mengundang rasa penasaran orang karena langka dan unik serta
endemik.
Misteri keunikan bunga sembilan tahun (Strobilanthus cernua) sampai sekarang
belum terungkap, bunga ini hanya hidup dan berbunga sembilan tahun sekali.
Kantong semar (Nephentes gymnamphora) yang dikenal sebagai “Pembunuh
Berdarah Dingin” unik dengan kantung penjebak serangga menggelantung diujung
daun. Perut (Balanophora spp.), Kiaksara (Macodes petola), Pinang Jawa (Pinanga
javana), Paku Sutra (Diksonia blumei) dan beberapa jenis lain sudah langka, unik
dan menarik.
4.3.2. Fauna
Menurut data yang ada, 260 dari 450 jenis burung di jawa bisa ditemukan di
TNGGP. Sebayak 21 dari 25 jenis endemik Jawa juga hidup di kawasan ini,
termasuk Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang telah diresmikan sebagai satwa
dirgantara. Macan tutul (Panthera pardus) merupakan predator terbesar di kawasan
ini. Selain itu terdapat sekitar 110 jenis mamalia lain seperti Anjing Hutan (Cuon
37
alpinus), Kijang (Muntiacus muntjak), Owa (Hylobates moloch) dan Surili (Presbytis
comata).
Tercatat sekitar 75 jenis binatang melata berkembang di taman nasional ini,
antara lain Bunglon (Pseudocalotes tymanistriga dan P. chamaeleontinus),
Bengkarung (Mabuya multifasciata), Ular Sanca (Python reticulatus), Ular Hijau
(Ahaetulla prasina). Tercatat sekitar 20 jenis amfibi, diantaranya Katak Bintik Merah
(Leptophyre cruentata) yang endemik Jawa Barat, Katak Serasah (Megophrys
montana), Katak Pohon (Rhacophorus reindwardti) dan Katak Bibir Putih (Rana
chalconate).
Tidak kalah menariknya berbagai jenis serangga. Seorang Zoologiawan asal
Australia berhasil mengidentifikasi sebanyak 300 jenis serangga di kawasan ini.
Beberapa diantaranya Tawon (Vespa velutina), Kumbang Kayu (Episcapha glabra),
Bangbara (Bombus rufipes), Kupu-kupu Paris (Papillio paris), Kupu-kupu Ekor
Panjang (Actias maenas).
4.4. Potensi Wisata
Potensi wisata yang terdapat di dalam kawasan TNGGP ini beranekaragam,
antara lain:
a. Hidrologi
Kawasan TNGGP merupakan daerah tangkapan dan pemasok air yang sangat
penting bagi daerah sekitarnya. Debit air yang dihasilkan sekitar 8 milyar liter
pertahun atau setara dengan 12 trilyun rupiah (Hasan, 2006). Tidak kurang dari 1075
sungai dan anak sungai yang mendistribusikan air di tiga (3) DAS Cimandiri terdapat
di kawasan ini. Dalam rangka mendukung ekowisata, beberapa sungai telah
dikembangkan untuk kegiatan wisata alam dan pendidikan lingkungan.
b. Fenomena alam
Puncak Gunung Gede (2.958 mdpl) dan Pangrango (3.019 mdpl), kawah, alun-
alun suryakencana merupakan fenomena alam yang sangat menarik dan merupakan
tujuan wisata yang sangat digemari bagi wisatawan yang datang dikawasan ini.
Tercatat 17 (tujuh belas) air terjun yang terdapat di kawasan ini, namun baru 8 yang
38
sudah dikenal dan dikunjungi seperti Cibeureum-Cibodas, Cibeureum-Selabintana,
Curug Sawer, Curug Beret dan Cipadaranten. Selain air terjun fenomena alam seperti
danau dan rawa juga merupakan potensi wisata yang cocok untuk dikembangkan
seperti danau Situgunung dan rawa Gayonggong.
c. Topografi yang Menantang
Topografi ini bisa dilihat di KPA Gunung Puteri yang merupakan sebagian
lereng Gunung Gede dengan topografi curam, bergunung-gunung dengan ketinggian
1.700 m sampai 2958 m. Keadaan topografi dan ketinggian yang bervariasi tersebut
disertai pemandangan yang sangat indah, keanekaragaman hayati yang kaya dengan
udara yang sejuk segar.
d. Panorama
Panorama merupakan rekreasi yang memikat, terutama bagi yang ingin
melepaskan diri dari suasana sehari-hari. Pemandangan yang indah dan udara yang
sejuk terdapat di sekitar KPA Cibodas terutama yang berbatasan dengan Kebun Raya
Cibodas.
4.5. Kondisi Masyarakat Sekitar
Sebagian besar masyarakat (kurang lebih 75%) di sekitar kawasan TNGGP
bermata pencaharian di bidang pertanian (land based activities), sehingga
memerlukan lahan dalam pelaksanaan kegiatannya sehari-hari. Namun, sekitar 40 %
diantaranya adalah buruh tani yang tidak mempunyai lahan garapan dan tergantung
pada lahan orang lain. Disamping itu, tingkat pemilikan lahan rata-rata perkeluarga
relatif kecil, yaitu <0,25 ha sehingga intensitas garapan sangat tinggi. Tingkat
pendidikan sebagian besar masyarakat tersebut (70 %) hanya sampai tingkat Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang demikian menimbulkan berbagai permasalahan yang merupakan
tekanan terhadap kawasan dan sumberdaya alam TNGGP
39
4.6. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol berdiri pada akhir 1998,
merupakan hasil kerjasama antara 3 lembaga : Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP), Conservation International Indonesia (CII), dan Yayasan Alam
Mitra Indonesia (ALAMI). Ketiga lembaga ini bersepakat untuk membentuk
Konsorsium Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol.
Peran PPKA Bodogol menekankan pada usaha-usaha memperkenalkan hutan
hujan tropis kepada masyarakat luas, khususnya kepada masyarakat yang berada di
sekitar kawasan TNGGP. PPKA Bodogol berusaha memberikan penyadaran kepada
khalayak bahwa menjaga kelestarian alam itu sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia.
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol termasuk ke dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dengan ketinggian sekitar 800 mdpl.
Letak dan curah hujannya yang tinggi, menyebabkan wilayah ini mampu menopang
keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai jenis pohon, tumbuhan perambat dan
epifit menyediakan tempat tinggal berbagai jenis satwa. Beberapa jenis satwa yang
dilindungi yang ada di sekitar PPKA Bodogol antara lain : Elang Jawa (Spizaetus
bartelsi), Surili (Presbytis comata ), Owa Jawa (Hylobates moloch), Monyet Ekor
Panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Trachypithecus auratus), Kukang (Nyticebus
koukang), Macan Tutul (Panthera pardus), dll.
4.7. Sarana dan Prasarana wisata
Sarana dan prasarana wisata merupakan salah satu faktor pendukung dalam
pengembangan ekowisata di TNGGP. Beberapa fasilitas ekowisata yang ada di
TNGGP adalah loket karcis, ruang perijinan, papan informasi, MCK, Gazebo,
Shelter, jalan trail dan sebagainya kondisinya tidak semua dalam keadaan baik,
banyak juga yang mengalami kerusakan dimakan usia dan terbatasnya anggaran
pemeliharaan seperti MCK, Shelter, Gazebo dan papan informasi/penunjuk/ larangan.
40
4.8. Struktur Organisasi
Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dilaksanakan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007
tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional. Berdasarkan tipologinya Balai Besar TNGGP termasuk kedalam
Tipe A setingkat eselon II, dibantu oleh 5 pejabat eselon III meliputi Kepala Bagian
Tata Usaha dan Kepala Bidang Teknis Konservasi yang berkedudukan di Kantor
Balai Besar, Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah I Cianjur, Kepala Bidang
Pengelolaan TN Wilayah II Sukabumi dan Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah
III Bogor, 3 (tiga) Pejabat eselon IV berkedudukan di Kantor Balai (Kepala Sub
Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Program, serta Kepala Sub
Bagian Data, Evaluasi, Pelaporan dan Hubungan Masyarakat), 2 (dua) Pejabat eselon
IV sebagai Kepala Seksi di bawah Bidang Teknis berkedudukan di Kantor Balai, 3
(tiga) Pejabat eselon III sebagai Kepala Bidang Wilayah berkedudukan di Bidang
Wilayah (Cianjur, Sukabumi dan Bogor), dan 2 Pejabat eselon IV untuk masing-
masing bidang wilayah.
Jumlah pegawai tahun 2007 sebanyak 121 orang terdiri atas 116 orang PNS
dan 5 orang tenaga upah. Dari jumlah tersebut, 5 orang tenaga struktural, 44 orang
tenaga non struktural dan tenaga fungsional berjumlah 67 orang yang terdiri atas 37
orang polhut dan 30 orang PEH.
4.9. Pengujung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
4.9.1 Kondisi Umum Pengunjung 7 Tahun Terakhir (tahun 2002-2008)
Jumlah pengunjung TNGGP mengalami peningkatan tiap tahunnya, rata-rata
jumlah pengunjung sebesar 70.850 orang/tahun, paling tinggi kunjungan yaitu tahun
2006 mencapai 83.360 orang (Tabel 8). Tetapi pada tahun 2007 jumlah pengunjung
mengalami penurunan cukup pesat yaitu sebesar 67.980 orang (19%). Menurut
informasi dari Balai TNGGP diperkirakan jumlah tersebut akan semakin menurun.
Ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung salah satunya
yaitu pembukaan tol cipularang yang menghubungkan antara jakarta dan bandung.
41
Selain itu pada tahun 2007 Kebun Raya Cibodas juga melakukan penutupan terhadap
pengunjung karena memberikan kesempatan kepada kawasan untuk melakukan
recovery dan hal ini juga berdampak pada berkurangnya jumlah pengunjung yang
datang ke TNGGP.
Tabel 8 Jumlah pengunjung dan jenis kunjungan tahun 2002-Juni 2008
Sumber : Kantor Balai TNGGP
Keterangan : DN : Wisatawan Dalam Negeri
LN : Wisatawan Luar Negeri
Menurut keterangan dari Balai TNGGP, jumlah pengunjung yang datang masih
dibawah kapasitas daya dukung lingkungan TNGGP, walaupun besarnya kapasitas
daya dukung tersebut belum diketahui secara pasti karena belum pernah dilakukan
penelitian mengenai hal tersebut. Tetapi perhitungan daya dukung yang didasarkan
pada perhitungan Douglas (1982), menyatakan bahwa daya dukung TNGGP sebesar
600 orang/hari. Hasil perhitungan tersebut digunakan oleh Balai TNGGP untuk
penentuan quota jumlah pengunjung khusus pendakian, masing-masing untuk
Cibodas sebanyak 300 orang, Gunung Putri 200 orang dan Selabintana 100 orang.
Sedangkan jumlah quota untuk rekreasi sampai saat ini belum diberlakukan, kecuali
untuk pengunjung yang melalui pintu masuk Bodogol memang sudah ada ketentuan
pembatasan pengunjung.
Fennel (1999) mengemukakan bahwa sulit untuk menyebut kapasitas daya
dukung lingkungan dengan angka yang pasti karena setiap komunitas alam dan
Thn
Jenis Kunjungan
Jumlah Rekreasi Pendakian Penelitian
Widyawisata/ pendidikan
Berkemah Lain-lain
DN LN DN LN DN LN DN LN DN LN DN LN DN LN DN+ LN
2002 15,814 378 31,627 756 442 7 2,126 0 356 0 473 195 50,838 1,336 52,174
2003 26,395 1,761 37,031 29 693 18 1,959 150 2,348 0 91 16 65,517 1,974 70,491
2004 60,169 1,129 6,453 0 213 0 1,481 18 4,754 0 3,666 0 76,736 1,147 77,883
2005 25,928 455 28,779 15 128 0 624 0 4,320 124 12,839 0 72,618 594 73,212
2006 33,515 363 45,518 70 229 3 510 0 2,435 3 2,714 0 82,921 439 83,360
2007 33,692 383 27,511 310 747 0 1,925 0 2,822 0 585 5 67,282 698 67,980
Juni
2008 11,638 207 11,349 100 273 0 2,023 0 1,131 0 187 0 26,598 307 26,905
42
budaya memiliki kapasitas daya dukung yang berbeda. Beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan daya dukung suatu kawasan adalah jenis pengunjung,
kegiatan yang dilakukan pengunjung, tingkat harapan pengunjung, tingkat kepuasan
serta besar kecilnya kemungkinan bertemu dengan rombongan lain.
Penyebaran jumlah pengunjung ke beberapa pintu masuk TNGGP tidak
merata, hal ini bisa dilihat pada Gambar 9. Sebesar 55,3% pengunjung masuk melalui
pintu Cibodas, sedangkan 21,8% pengunjung masuk melalui pintu masuk Gunung
Puteri dan Pintu masuk Cisarua jumlah pengunjungnya paling sedikit yaitu 0,9%.
Perbedaan jumlah pengunjung yang cukup besar di beberapa pintu masuk ini
disebabkan karena pintu Cibodas memiliki beberapa keunggulan dalam hal
aksesibilitas, kesediaan fasilitas serta obyek yang dapat dikunjungi
Selain penyebaran pengunjung yang tidak merata, perilaku pengunjung saat
berekowisata juga merupakan indikator keberhasilan promosi. Perilaku pengunjung
yang bersifat positif sehingga mendukung pelestarian TNGGP sebagai kawasan
konservasi merupakan hasil yang diharapkan dari promosi.
Penelitian Arif (2004) menunjukkan bahwa jumlah pengunjung TNGGP yang
mempunyai kualitas kesadaran konservasi yang tinggi hanya 23%, sedangkan
pengunjung yang mepunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap TNGGP hanya
37%. Hal ini juga ditunjukkan oleh penelitian Pranoto (2001) bahwa masih ada
Gambar 9 Persentase jumlah pengunjung TNGGP berdasarkan pintu masuk.
CIBODAS, 55.3%
GUNUNG PUTRI,
21.8%
BODOGOL, 3.2%
CISARUA, 0.9%
SELABINTANA,
8.4%
SITUGUNUNG,
10.4%
43
pengunjung TNGGP yang melakukan kegiatan negatif seperti memetik daun/bunga,
mematahkan ranting/dahan, mengganggu satwa, melakukan corat-coret (vandalisme)
dan membuang sampah dalam kawasan. Jumlah sampah rata-rata dalam satu bulan
yang berada di luar tempat sampah sebanyak 3,525 kg.
4.9.2. Pengunjung Berdasarkan Tujuan Kedatangan
Gambar 10 menunjukkan sebanyak 425.100 orang pengunjung dari tahun
2002 s/d 2007, pengunjung yang datang untuk pendakian menempati urutan tertinggi
yaitu sebesar 44,99%, rekreasi sebesar 42,49%, lain-lain 5,36%, berkemah 4,38%,
widyawisata/pendidikan sebesar 2,25% dan penelitian sebesar 0,63%.
Gambar 10 Persentase pengunjung TNGGP berdasarkan tujuan kedatangannya.
REKREASI 42.49%
PENDAKIAN 44.99%
PENELITIAN 0.63%
WIDYASWARA/PEN
DIDIKAN 2.25%
BERKEM AH 4.38%
LAIN-LAIN 5.26%
BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG
GEDE PANGRANGO
BIDANG TEKNIS
KONSERVASI TNGGP
BAGIAN TATA USAHA TNGGP
SEKSI PEMANFAATAN DAN
PELAYANAN
SEKSI PERLINDUNGAN,
PENGAWETAN & PERPETAAN
SUB BAGIAN UMUM
SUB BAGIAN
PERENCANAAN &
KERJASAMA
SUB BAGIAN DATA,
MONEV & HUMAS
BIDANG PENGELOLAAN TNGGP
WILAYAH I CIANJUR
BIDANG PENGELOLAAN TNGGP
WILAYAH II SUKABUMI
BIDANG PENGELOLAAN TNGGP
WILAYAH III BOGOR
SP TNGGP WILAYAH I
CIBODAS
Resort
Pasir Sumbul
SP TNGGP WILAYAH II
GEDEH
SP TNGGP WILAYAH III
SELABINTANA
SP TNGGP WILAYAH IV
SITUGUNUNG
SP TNGGP WILAYAH
V BODOGOL
SP TNGGP WILAYAH VI
TAPOS
Resort
Gunung PutriResort
Selabintana
Resort
Tegallega
Resort
SaronggeResort
Goalpara
Resort
Nagrak
Resort
Situgunung
Resort
Cimungkad
Resort
PPKAB
Resort
Cimande
Resort
CisaruaResort
Tapos
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
STRUKTUR ORGANISASI
BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
Resort
Maleber
Resort
Mandalawangi
Resort
Sukamulya
Resort
CijohoResort
Cipetir
Resort
Cireudeu
Resort
Genteng
Resort
Bodogol
Resort
Cimisblung
Gambar 11 Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Promosi yang Telah Dilaksanakan
Berbagai upaya telah dilaksanakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) guna mengembangkan kegiatan ekowisata, diantaranya dengan
meningkatkan kegiatan promosi. Menurut Cooper (1999) terdapat 4 komponen
bauran promosi, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan
penjualan secara pribadi oleh TNGGP.
5.1.1. Periklanan
Media periklanan ada beberapa macam, yaitu iklan cetak dan penyiaran,
brosur, leaflet, buku kecil, billboard dan materi audio visual. Untuk kegiatan
ekowisata, TNGGP saat ini sudah membuat beberapa bahan cetakan baik yang
berbentuk buku, leaflet, booklet maupun peta. Bahan-bahan tersebut ada yang dibuat
oleh pihak TNGGP sendiri maupun bekerjasama dengan pihak lain. Adapun judul
bahan promosi ekowisata TNGGP yang berbentuk cetakan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Bahan promosi cetakan mengenai TNGGP
No Judul
Penerbit/tahun
Keterangan
1 Buku Informasi Wisata
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Balai TNGGP
tahun 2006
Buku berisi informasi potensi wisata
TNGGP, tata tertib kunjungan dan prosedur ijin memasuki kawasan
2 Valuation of Mt Gede
Pangrango National Park
Balai TNGGP
tahun 2004
Buku berbahasa inggris berisi tentang nilai
ekonomi gunung gede pangrango
3 Mengenal Bryophyta
(lumut) di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango.
Vol I
Balai TNGGP
tahun 2004
Buku berisi tentang informasi umum
mengenai lumut, kunci pengenalan jenis
lumut, deskripsi jenis lumut di TNGGP serta
istilah-istilah dalam pengenalan jenis lumut
4 Mengenal Jalur Interpretasi
Obyek Wisata Alam Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango
Balai TNGGP
tahun 2006
Buku berisi jalur interpretasi Pondok
Halimun-Cibeureum, Bodogol-Cipadarateun dan Cibodas-Ciwalen
5 ECOMAP-Pengembangan
Wisata di Wilayah Cagar
Balai TNGGP
tahun 2006
Buku berisi tentang potensi wisata sekitar
TNGGP berupa aneka ragam budaya, seni,
46
Biosfer. Seri Cianjur dapt istiadat dan kebiasaan lainnya.
6 Perkemahan Konservasi
dan School Visit Paket
Dasar
Balai TNGGP
tahun 2004
Modul Pendidikan Lingkungan Hidup Balai
TNGGP
7 Buku Informasi FLORA
Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango
Balai TNGGP
tahun 2006
Buku berisi tentang jenis-jenis flora di
TNGGP dan manfaatnya
8 Wisata Pendakian Balai TNGGP
tahun 2007
Leaflet berisi tentang ketentuan, persyaratan
simaksi, dan penutupan pendakian serta rute
menuju puncak Gunung Gede Pangrango
9 Pendakian Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
Balai TNGGP
tahun 2006
Leaflet berisi tentang informasi obyek wisata
di pintu masuk Cibodas dan ketentuan umum
pendakian
10 Katak di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
Fak Kehut IPB,
BP Conservation
& Balai TNGGP
Leaflet berbahasa Indonesia dan inggris
tentang keanekaragaman jenis katak di
TNGGP
11 Obyek Wisata Bumi
Perkemahan Baru Bolang Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango
Balai TNGGP
tahun 2005
Leaflet berisi informasi program kegiatan di
bumi perkemahan barubolang, aksesibilitas, fasilitas, dan tata tertib kunjungan
12 Pusat Pendidikan
Konservasi Alam Bodogol
Balai TNGGP
tahun 2007
Leaflet berisi tentang pengenalan PPKA
Bodogol, lokasi, fasilitas dan penawaran
paket program pendidikan
13 Bird Checklist Taman
Nasional Gunung Gede
Pangrango
Ginapala Ind,
Garuda Wana
Scan, PBB-LIPI,
Balai TNGGP
Leaflet berisi tentang daftar pertanyaan jenis-
jenis burung di TNGGP yang dijumpai oleh
pengungjung
14 Camping Ground Balai TNGGP tanun 2007
Leaflet berisi tentang informasi bumi perkemahan Cipelang Pondok Halimun, bumi
perkemahan Borubolang dan bumi
perkemahan Bobojong
15 Pencegahan Kebakaran
Hutan
Balai TNGGP
tahun 2005
Leaflet berisi tentang upaya pencegahan
kebakaran hutan
16 Hiking To Cibeureum
Triple Waterfalls
Balai TNGGP dan
JICA tahun 2007
Leaflet berbahasa jepang berisi informasi
tentang obyek wisata air terjun
17 Obyek Wisata Bumi
Perkemahan Pondok Halimun Selabintana
Balai TNGGP
tahun 2006
Leaflet berisi informasi mengenai informasi
umum, program kegiatan dan tata tertib kunjungan
Sumber : Balai TNGGP
Sebagian besar bahan cetakan (80%) dibuat sendiri oleh Balai TNGGP, hanya
beberapa saja yang dibuat bekerjasama dengan pihak lain. Gambar 12 menyajikan
47
beberapa sampul buku yang berkaitan dengan kegiatan ekowisata di TNGGP dan
Gambar 13 menyajikan beberapa bahan promosi berbentuk leaflet.
Bahan-bahan promosi cetakan tersebut penyebarannya selain diberikan
kepada pengunjung TNGGP juga disebarkan pada saat mengikuti pameran. Sampai
saat ini penyebaran dengan mengirimkan langsung (direct mailing) ke beberpa pihak
baik perseorangan maupun lembaga yang menjadi sasaran kegiatan ekowisata belum
rutin dilakukan.
Gambar 12 Beberapa sampul buku mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP.
Gambar 13 Beberapa leaflet tentang TNGGP.
Pemasangan iklan di media baik media cetak maupun elektronik masih jarang
dilakukan karena biaya pemasangannya yang cukup mahal. Iklan di media televisi
sudah pernah tayang di beberapa stasiun televisi yang merupakan hasil kerjasama
antara Balai TNGGP dengan stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini, Balai TNGGP
menyediakan tempat untuk berlangsungnya suatu program televisi terutama yang
berkaitan dengan konservasi dan wisata alam. Sebenarnya banyak acara di televisi
yang berkaitan dengan wisata alam yang bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan
ekowisata di TNGGP antara lain Jejak Petualang (TV 7), Horizon (Indosiar), Potret
(SCTV), Jelajah (Trans TV) dan Expedition (Metro TV).
48
Pemasangan billboard mengenai TNGGP di tempat-tempat strategis
sepanjang jalan menuju kawasan TNGGP belum dilakukan. Saat ini hanya ada satu
billboard yang dipasang dijalan menuju TNGGP. Keberadaan billboard ini
sebenarnya cukup penting mengingat keberadaan TNGGP sendiri yang sampai saat
ini masih belum dikenal secara luas oleh masyarakat umum.
Materi audio visual mengenai TNGGP sudah dibuat berupa video yang berisi
berbagai potensi yang ada di TNGGP termasuk berbagai obyek yang berpotensi
untuk kegiatan ekowisata.
5.1.2. Promosi Penjualan
Terdapat beberapa media promosi penjualan, yaitu pameran, potongan harga
dan hiburan. Dari ketiga bentuk promosi tersebut, penyelenggaraan hiburan dirasa
kurang sesuai untuk mempromosikan kegiatan ekowisata. Hal ini karena adanya
hiburan akan mengundang keramaian yang tidak sesuai dengan prinsip dasar kegiatan
ekowisata.
Pameran merupakan kegiatan yang rutin diikuti oleh TNGGP, baik pameran
di tingkat kabupaten, yaitu Cianjur, Bogor dan Sukabumi maupun tingkat propinsi
seperti Expo Jawa Barat tahun 2001, Jawa Barat Travel Exchange (JT’X 2002) dan
Pameran Bursa Pariwisata pada Mei 2002 di Bandung. Sedangkan pameran tingkat
nasional yang pernah diikuti adalah Pasar Wisata Internasional di Jakarta sebagai
bagian anjungan Jawa Barat. Pameran tingkat internasional, keikutsertaan TNGGP
adalah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta melalui LSM seperti
Indecon yang membawa berbagai produk ekowisata indonesia ke beberapa pameran
internasional.
Promosi penjualan melalui potongan harga dilakukan oleh Balai TNGGP
dalam bentuk potongan harga untuk wisma tamu, asrama dan rombongan yang akan
rekreasi ke air terjun. Potongan harga wisma tamu dan asrama diberlakukan kepada
mereka yang khusus bekerja di Departemen kehutanan, sedangkan untuk potongan
harga tiket dikenakan bagi rombongan yang jumlahnya minimal 25 orang. Adapun
rincian pemotongan harga tersebut disajikan dalam Tabel 10.
49
Tabel 10 Potongan harga di wisma tamu, asrama dan tiket rombongan ke air terjun
No Kriteria Pelayanan
Harga (Rp)
Normal Dengan
Potongan
1 Wisma Tamu 5 kamar 850.000/malam 500.000/malam
2 Asrama Kapasitas 25 orang 600.000/malam 400.000/malam
3 Tiket rombongan air terjun cibeureum
Minimal 25 orang 3.000/orang 1.500/orang
Sumber : Balai TNGGP
Kebijakan potongan harga ini dilakukan selain sebagai suatu strategi promosi
khususnya untuk wisata massal. Untuk potongan harga di wisma tamu, sebaiknya
jangan dikhususkan untuk pegawai Departemen Kehutanan saja tetapi juga berlaku
untuk umum, dengan memberlakukan harga yang berbeda antara peak season dan low
season.
5.1.3. Promosi Melalui Hubungan Masyarakat
Kegiatan promosi lain adalah melalui hubungan masyarakat (humas).
Beberapa media dari humas adalah seminar dan ceramah, siaran pers, laporan
tahunan, publikasi dan media identitas. Kegiatan humas yang sudah pernah dilakukan
oleh Balai TNGGP antara lain adalah dengan mengadakan seminar secara rutin setiap
tahunnya untuk memaparkan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan di TNGGP
termasuk kegiatan ekowisatanya. Seminar ini dilaksanakan dengan mengundang
berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan ekowisata di TNGGP.
Penerbitan media identitas juga dilaksanakan oleh Balai TNGGP melalui
pembuatan buletin yang bernama “Edelweis”. Buletin ini berisi berita-berita terbaru
mengenai TNGGP dan masalah-masalah konservasi secara umum. Buletin ini terbit 2
bulan sekali, tetapi dalam pelaksanaannya waktu terbitnya tidak teratur karena
masalah dana yang cair tidak tepat pada awal tahun anggaran. Tetapi Balai TNGGP
tetap mengusahakan agar buletin dapat terbit 6 kali dalam setahun.
Kegiatan mengundang wartawan media cetak dan elektronik belum dilakukan
secara intensif oleh balai TNGGP, sehingga tidak heran apabila tulisan mengenai
TNGGP dari tahun 2000-2007 yang terdaftar di Pusat Dokumentasi dan Informasi
Departemen Kehutanan hanya sebanyak 32 judul. Komposisi topik tulisan di media
50
massa mengenai TNGGP dapat dilihat pada Gambar 14. Keduapuluh media massa
tersebut adalah Agroindonesia, Bisnis Indonesia, Bussiness News, Investor Daily,
Jakarta Post, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Neraca, Pelita, Pikiran
Rakyat, Rakyat Merdeka, Republik, Sinar Harapan, Suara Karya, Suara Pembaruan,
Terbit, Majalah Gatra, Majalah Tempo dan Majalah Trust. Beberapa guntingan media
cetak tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 14 Persentase komposisi topik tulisan mengenai TNGGP.
Topik tulisan mengenai ekowisata/wisata alam merupakan topik yang paling
banyak ditulis di media massa yaitu sebesar 46,9%, sedangkan untuk topik mengenai
pengelolaan sebesar 43,8% dan topik mengenai flora dan fauna sebesar 9,3%.
5.1.4. Penjualan Secara Pribadi
Penjualan secara pribadi mencakup presentasi penjualan, katalog, pemasaran
lewat telepon, pengiriman bahan cetakan, email dan internet. Kegiatan yang sudah
dilakukan TNGGP adalah melalui internet khususnya melalui situs TNGGP
(www.gedepangrango.org) yang baru tahun ini dibuat. Situs tersebut berisi informasi
umum dan berita-berita terbaru mengenai TNGGP. Tetapi ternyata di internet sudah
cukup banyak situs yang berisi informasi dan publikasi mengenai ekowisata di
TNGGP. Tabel 11 menyajikan beberapa situs di internet mengenai TNGGP.
Komposisi Topik Tulisan Mengenai TNGGP
di 20 Media Cetak tahun 2000-2007
FLORA DAN
FAUNA 9,30%
PENGELOLAAN
43,80%EKOWISATA
46,90%
51
Situs-situs tersebut dibuat oleh lembaga resmi seperti Departemen Kehutanan,
Conservation International Indonesia (CII), LSM, dan beberapa Tour Operator
maupun beberapa penulis yang menceritakan pengalamannya dalam melakukan
ekowisata di TNGGP. Bahkan terdapat situs mengenai TNGGP yang dapat diakses
dalam beberapa bahasa yang dilengkapi dengan contact person yang pernah
berkunjung ke TNGGP yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih
lengkap mengenai TNGGP. Beberapa contoh printout situs tersebut dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Tabel 11 Beberapa situs di internet mengenai TNGGP
No Judul URL(http://...) Keterangan
1. Gunung Gede Pangrango
National Park
http://www.geocities.com/rainforest/4466/i
ndex.html
Informasi umum
mengenai TNGGP
2. Bodogol, Taman Nasional
Gede Pangrango
htt/://www.conservation.or.id/home.php?
bnnhcatid=25&page=gpeluang.detail&tcati
d=36
Informasi mengenai
PPKAB
3 Mount Gede and
Pangrango Trekking
http://www.indonesia-
trekking.com/index.php/volcano-
trekking/mount-gede-and-pangrango-
trekking.html
Penawaran paket
pendakian selama 3 hari,
yang masuk melalui
Cibodas dan turun lewat
Gunung Puteri
4 Mountain Trek : GEDE
MOUNTAIN TREK
AND WHITE WATER RAFTING
http://www.adventureindonesia.com/trek-
gede-itinerary.htm
Informasi peket
ekowisata ke TNGGP
5 Gunung Gede Pangrango
National Park
http://www.indecon.or.id/ecosites/pangran
go.html
Informasi umum
mengenai TNGGP
6 Bodogol Conservation
Education Center
http://www.eco-adventureindonesia.com/
7 Gunung Gede Pangrango
National Park
http://nationalpark.na.funpic.org/index.php
?option=com_content&task=view&id=7&I
temid=34
Informasi yang cukup
lengkap mengenai
TNGGP
8 Gunung Gede Pangrango
National Park
http://www.surfbirds.com/mb/Trip%20Rep
orts/Java.html
Informasi menegani
obyek-obyek wisata di
TNGGP
Sumber : Internet
52
Keberadaan situs-situs tersebut sangat membantu promosi ekowisata TNGGP
terutama dalam menjangkau konsumen yang ada di luar negeri serta kalangan
menengah keatas karena mereka memiliki kemudahan dalam mengakses internet.
Menurut Perkiraan resmi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
jumlah pemakai internet sampai akhir tahun 2007 berjumlah 25 juta pemakai.
Diharapkan dengan pembuatan situs baru TNGGP bisa menjadi media promosi yang
efektif.
Presentasi mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP belum pernah
dilaksanakan sendiri oleh Balai TNGGP, tetapi sudah pernah dilakukan oleh
Conservation Internatinoal Indonesia (CII) di sekolah dan lembaga pendidikan yang
ada di Bogor dan Jakarta. Presentasi penjualan ini khusus ekowisata yang ada di
Bodogol. Presentasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan TNGGP langsung ke
orang-orang yang potensial untuk menjadi ekowisatawan. Penjualan pribadi melalui
katalog, pemasaran lewat telepon, pengiriman bahan cetakan dan email belum
dilaksanakan dalam mempromosikan kegiatan ekowisata di TNGGP.
5.1.5. Promosi oleh Pihak Pemerintah Daerah (Pemda)
TNGGP yang wilayahnya berada di 3 kabupaten yaitu, Cianjur, Bogor dan
Sukabumi tentu memerlukan peran serta dari ketiga Pemerintah Daerah tersebut
dalam pengembangan kegiatan wisatanya. Ketiga Kabupaten tersebut telah sepakat
membangun pariwisata berkelanjutan di TNGGP, kesepakatan tersebut tertuang
dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Kementrian Lingkungan Hidup RI No:B-
Gambar 15 Website TNGGP.
53
06/Dep.VII/Lh/07/2004 tentang ”Penyelenggaraan Program Penerapan Teknologi
Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di TNGGP”.
Tujuan kerjasama tersebut adalah untuk meningkatkan dan melestarikan fungsi
lingkungan dan daya guna TNGGP menjadi suatu kawasan yang menarik bagi
wisatawan sehingga dapat mendorong peningkatan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
Dari hasil pengumpulan data dan wawancara diketahui bahwa masing-masing
Pemda memiliki kebijakan yang tidak sama berkaitan dengan keberadaan TNGGP di
wilayahnya yang tentunya berpengaruh juga pada kegiatan promosi yang
dilaksanakan.
Pemda Kabupaten Cianjur memiliki perhatian yang sangat besar terhadap
TNGGP, karena hampir 90% retribusi obyek wisata yang diperoleh berasal dari
TNGGP dan sekitarnya yaitu Kebun Raya Cibodas yang berada dibawah pengelolaan
LIPI dan THW Mandalawangi milik Perum Perhutani. Perhatian yang besar juga
ditunjukkan oleh keseriusannya untuk menerapkan karcis terusan karena selama ini
ketiga pengelola obyek wisata tersebut masih melakukan penarikan tiket sendiri-
sendiri. Perhatian lain yaitu tampak diikutsertakannya TNGGP dalam berbagai
kegiatan promosi pariwisata yang dilaksanakan Pemda Cianjur, seperti pameran
maupun dalam bahan-bahan cetakan berupa leaflet dan buku wisata yang
mempromosikan obyek-obyek wisata di TNGGP.
Gambar 16 Bahan-bahan promosi pemda Cianjur,
Bogor dan Sukabumi.
54
Pemda Kabupaten Bogor sangat mendukung keberadaan TNGGP sebagai aset
wisata unggulan di Jawa Barat, hal ini ditunjukkan oleh adanya pencantuman obyek-
obyek wisata yang ada di TNGGP kedalam buku ”Profile Pariwisata Kabupaten
Bogor”.
Tabel 12 Jumlah wisatawan dan retribusi tempat rekreasi tiga kabupaten tahun 2007
No Kriteria Kabupaten
Cianjur Bogor Sukabumi
1 Jumlah wisatawan (orang) 1.409.602 2.120.019 1.802.278
2 Retribusi Tempat Rekreasi (Rp) 930.775.000 326.158.000 256.883.000
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Bogor dan Sukabumi
Pemda Kabupaten Sukabumi dalam pengembangan pariwisatanya lebih
mengutamakan pada kawasan-kawasan wisata yang pengelolaanya ditangani secara
langsung oleh Pemda sehingga perhatian terhadap TNGGP masih sangat terbatas,
tetapi pada intinya juga mendukung keberadaan TNGGP sebagai kawasan konservasi
dan mencantumkan informasi obyek wisata kedalam bahan-bahan promosi yaitu
leaflet maupun VCD mengenai tujuan wisata di Kabupaten Sukabumi.
5.1.6. Promosi oleh LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkiprah di TNGGP cukup
banyak, tetapi sampai saat ini yang masih aktif hanya beberapa LSM saja,
diantaranya Conservation International Indonesia (CII), Yayasan Alam Mitra
Indonesia, Green Ranger, CIBA, Montana, Eagle, Yayasan Survival Indonesia (YSI),
Panthera, Suling. CII mempunyai peranan besar dalam mempromosikan ekowisata di
TNGGP dengan membuat berbagai tulisan di dalam websitenya
(www.conservation.or.id), terutama semenjak kerjasama dalam bentuk konsorsium
PPKAB baru terjalin. CII melakukan promosi secara intensif, tetapi semenjak tahun
2003 CII tidak melakukan upaya promosi lagi. Saat ini promosi dilakukan sendiri
55
oleh balai TNGGP, peran CII hanya memberi masukan terhadap program-program
yang sudah dan akan dilaksanakan, khususnya di Bodogol.
Belum ada LSM yang secara khusus berperan dalam pemasaran/promosi
ekowisata di TNGGP, kebanyakan dari mereka hanya menginformasikan potensi
wisata yang ada di TNGGP, baik melalui internet maupun melalui mulut ke mulut.
5.1.7. Promosi oleh Biro Perjalanan Wisata
Terdapat sekitar sembilan Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang menawarkan
paket-paket ekowisata seperti Adventure Indonesia, Indonesia Trekking, Eco-
adventure Indonesia, adventurindo, Nature Trekker Indonesia, Sunburstadventure,
Liburan.info, Trips Indonesia dan Indonesia Travelindo ikut mempromosikan
ekowisata di TNGGP melalui situsnya di internet. BPW ini membuat paket-paket
perjalanan ke TNGGP secara khusus maupun menjadi bagian dari perjalanan ke
berbagai obyek ekowisata di Indonesia. Sampai saat ini belum ada kerjasama antara
BPW tersebut dengan Balai TNGGP. Beberapa BPW yang menawarkan paket
ekowisata ke TNGGP di internet dapat dilihat pada Gambar 17.
5.1.8. Permasalahan dalam Pelaksanaan Promosi
Kegiatan promosi ekowisata di TNGGP masih mengalami banyak
permasalahan dalam pelaksanaannya, antara lain :
5.1.8.1 Terbatasnya dana yang tersedia
Dana merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu promosi,
semakin banyak dana yang tersedia biasanya semakin berhasil promosi yang
Gambar 17 Beberapa biro perjalanan wisata
56
dilakukan, begitu pula sebaliknya. TNGGP sendiri belum mempunyai dana khusus
untuk promosi, saat ini dana yang dianggarkan hanyalah dana untuk membuat bahan-
bahan cetakan yang jumlahnya sangat kecil yaitu 60 juta/tahun, dan dana itupun
turunnya dari pusat tidak pada awal tahun anggaran tetapi pada pertengahan bahkan
mendekati akhir tahun anggaran sehingga berbagai rencana promosi yang telah dibuat
untuk satu tahun anggaran tidak dapat dilaksanakan dengan semestinya karena
adanya keterbatasan waktu.
5.1.8.2. Karakteristik TNGGP sebagai Kawasan Konservasi
Hal ini juga menjadi salah satu penghambat bagi pihak pengelola dalam
melakukan kegiatan promosi. Karena statusnya sebagai kawasan konservasi maka
pihak pengelola harus selalu memperhatikan keseimbangan antara pengunjung dan
kawasan. Promosi yang dilakukan tidak hanya untuk menarik pengunjung sebanyak-
banyaknya guna memperoleh keuntungan yang besar, tetapi disini pengelola semata-
mata hanya memfasilitasi pengunjung dan tujuan akhirnya adalah menumbuhkan
kesadaran pengunjung akan pentingnya konservasi kawasan.
5.1.8.3. Penyebaran bahan-bahan cetakan yang tidak tepat kepada sasaran
Masalah ini dialami oleh pihak TNGGP karena tidak ada dana yang
digunakan untuk melakukan penyebaran bahan-bahan cetakan. Penyebaran bahan
cetakan diberikan kepada pengunjung dan pada saat mengadakan pameran sehingga
bahan-bahan tersebut hanya sampai ke sebagian masyarakat, tidak sampai kepada
pengunjung potensial.
5.2. Persepsi Pengunjung Terhadap Upaya Promosi
5.2.1. Sumber Informasi Pengunjung
Sebagian besar pengunjung (71%) menyatakan memperoleh informasi tentang
TNGGP hanya dari mulut ke mulut, yaitu dari saudara atau teman (Gambar 18).
Sebanyak 14% memperolehnya dari media cetak dan hanya sedikit yang memperoleh
informasi dari sekolah/tempat kerja (11%), sedangkan dari media elektronik hanya
4%.
57
Untuk mengetahui sejauh mana media promosi diketahui oleh pengunjung,
maka dilakukan juga penilaian terhadap pengetahuan pengunjung khususnya
mengenai media yang digunakan untuk mempromosikan wisata di TNGGP.
Tabel 13 Penilaian pengunjung terhadap komponen bauran promosi
Media Kriteria
>5 kali
(orang)
2-3 kali
(orang)
Tidak pernah
(orang)
A. Periklanan
1. Koran 3 18 79
2. Majalah 5 12 83
3. Leaflet dan brosur 12 15 73
4. Radio 2 11 87
5. TV 3 22 75
6. Billboard 0 12 78
B. Promosi Penjualan 1. Pameran 7 15 78
2. Potongan harga 1 7 92
3. Hiburan 0 0 100
C. Hubungan Masyarakat
1. Seminar 1 16 83
2. Ceramah 1 5 94
3. Siaran Pers 3 13 84
D. Penjualan secara pribadi
1. Presentasi penjualan 1 5 94
2. Telepon 1 7 92
3. Email 5 8 89 4. Internet 6 25 69
Sumber : Hasil wawancara
Media cetak,
14.00%
Media elektronik
(internet), 4.00%
Cerita dari orang
(saudara, teman),
71%
Sekolah/tempat
kerja, 11%
Gambar 18 Persentase sumber informasi obyek wisata di TNGGP
58
Tabel 13 menunjukkan bahwa untuk media periklanan, sebanyak 22%
pengunjung mendapatkan informasi dari TV, koran (18%) dan leaflet&brosur (15%).
Media untuk promosi penjualan yang cukup efektif adalah dengan mengadakan
pameran, sebayak 15% orang mendapat informasi dari pameran. Media hubungan
masyarakat, sebanyak 16% pengunjung mendapat informasi dari seminar, dan
sebanyak 15% dari siaran pers. Sedangkan untuk penjualan pribadi, internet
merupakan media yang cukup efektif untuk mempromosikan wisata di TNGGP
karena sebanyak 25% pengunjung memperoleh informasi dari internet. Dapat
disimpulkan bahwa 75% keatas media promosi yang digunakan untuk
mempromosikan wisata TNGGP baik itu periklanan, promosi penjualan, hubungan
masyarakat dan penjualan secara pribadi belum pernah dilihat/didengar oleh sebagian
besar pengunjung.
5.2.2. Penilaian Pengunjung Terhadap Sarana dan Prasarana TNGGP dalam
Konteks Promosi
Sarana dan prasarana dapat berfungsi sebagai faktor pendukung dalam
menyampaikan suatu informasi. Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup
memadai sangat diperlukan dalam rangka memberikan pelayanan, kemudahan dan
kenyamanan bagi pengunjung.
Tabel 14 Penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana TNGGP
No Aspek Penilaian
Baik Cukup Kurang
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Canopy Trail 8 8 40 40 52 52
2 Wisma Cinta Alam 23 23 57 57 20 20
3 Jembatan Kayu 10 10 59 59 31 31
4 Pusat Informasi 11 11 52 52 37 37
5 Shelter 5 5 32 32 63 63
8 Kondisi Entrance Gate s/d
Resort Cibodas
26 26 68 68 26 26
6 Kantin 3 3 28 28 69 69
7 MCK 2 2 27 27 71 71
Sumber : Hasil wawancara
Sebesar 52% pengunjung menilai canopy trail dalam kondisi kurang, padahal
canopy trail ini merupakan salah satu sarana wisata yang bisa dijadikan unggulan.
59
Sarana lain yang dinilai kurang oleh pengunjung adalah shelter (63%), MCK (71%),
dan kantin (68%). Sarana wisata lain yang dinilai pengunjung dalam keadaan cukup
yaitu Pusat informasi (52%), jembatan kayu (59%), wisma cinta alam (57%) dan
kondisi entrance gate menuju resort Cibodas (68%) dalam kondisi cukup baik.
Kriteria yang digunakan untuk menilai kondisi sarana dan prasarana dalam
keadaan baik, cukup, dan kurang antara lain dari sisi fungsinya masih sama seperti
waktu dibangun, dari aspek kenyamanan, aspek pendidikan, aspek pemeliharaan, dll.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sarana dan prasarana cukup mendukung
kegiatan ekowisata tetapi pemeliharaannya sangat kurang. Sebagai informasi bahwa
untuk MCK dan kantin ini dibutuhkan oleh wisatawan massal, karena untuk
ekowisatawan hal tersebut tidak menjadi keharusan.
5.3. Evaluasi Terhadap Promosi Yang Telah Dilaksanakan
Evaluasi terhadap promosi yang telah dilakukan oleh TNGGP salah satunya
dilakukakan dengan menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Promosi
yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat.
Standar promosi untuk produk wisata yaitu ;
1. Standar 1, promosi produk wisata
Melalui periklanan dalam iklan cetak dan siaran
Melalui periklanan packaging outer
Melalui packaging insert
Melalui film, poster dan selebaran
Melalui directory
Melalui display signs
Melalui audio visual
2. Standar 2, promosi penjualan produk wisata
Konteks, permainan dan hadiah
Pasar malam, pameran
Demonstrasi
60
3. Standar 3, publisitas produk wisata
Seminar
Melalui majalah
Publikasi
Hubungan masyarakat
Promosi kegiatan wisata di TNGGP secara keseluruhan sudah memenuhi SOP
yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat. Tetapi SOP
yang dikeluarkan sebagian besar merupakan SOP promosi untuk wisata massal,
sampai saat ini belum ada SOP promosi untuk ekowisata. Sehingga untuk melakukan
evaluasi terhadap promosi ekowisata, digunakan juga komponen bauran promosi,
yaitu :
(1). Periklanan
Promosi secara iklan seperti yang telah dilaksanakan selama ini dengan
pembuatan bahan-bahan cetakan harus terus dilakukan tetapi yang harus diperhatikan
adalah penyebarannya. Harus diupayakan agar bahan cetakan tersebut dapat sampai
pada konsumen yang menjadi sasaran kegiatan promosi ekowisata. Penyebaran bahan
cetakan seharusnya dilakukan dengan bekerjasama dengan berbagai pihak yang
terkait seprti Dinas Pariwisata, biro perjalanan, agen wisata, dll, dan juga penyebaran
dengan cara pengiriman langsung ke sasaran baik perseorangan maupun lembaga
yang dianggap potensial untuk menjadi ekowisatawan.
Bentuk iklan lain yang belum dilaksanakan adalah pemasangan billboard di
tempat-tempat strategis. Billboard ini merupakan media luar ruang yang berisi
informasi yang singkat dan padat mengenai TNGGP dengan segala daya tariknya
dengan dilatarbelakangi gambar mengenai keindahan alam TNGGP dan sesuatu yang
menjadi ciri khasnya seperti owa jawa. Billboard ini dipasang disepanjang jalan
menuju TNGGP dari Bogor atau Bandung. Pemasangan billboard ini dirasa perlu
mengingat keberadaan TNGGP saat ini belum secara luas diketahui masyarakat
61
bahkan yang bertempat tinggal di kota-kota sekitarnya seperti Bandung, Jakarta,
Sukabumi.
(2). Promosi Penjualan
Keikutsertaan dalam pameran sangat perlu, karena melalui pameran
pengunjung dapat memperoleh informasi lebih dalam mengenai TNGGP. Kegiatan
pameran di tingkat propinsi dan kabupaten tetap dilaksanakan. Pameran berskala
nasional seperti pasar wisata indonesia harus terus diikuti meskipun bagian dari
anjungan Jawa Barat. Balai TNGGP dapat memberi masukan berupa bahan cetakan
dan bila memungkinkan mengirim seorang staf untuk memberi penjelasan mengenai
TNGGP kepada pengunjung pameran. Karena bukan tidak mungkin ada biro
perjalanan yang tertarik untuk membuat paket wisata di TNGGP.
(3). Hubungan masyarakat
Kegiatan promosi secara hubungan masyarakat (humas) tetap perlu
dilaksanakan. Kegiatan humas yang perlu dilaksanakan selain tetap melakukan
seminar dan atau lokakarya juga perlu mengundang semua pihak yang terkait untuk
menyampaikan perkembangan berbagai hal yang terjadi di TNGGP termasuk
kegiatan ekowisatanya. Selain itu kegiatan mengundang wartawan dari media cetak
atau elektronik perlu juga dilakukan, demikian juga dengan mengundang biro
perjalanan wisata yang biasa menangani kegiatan ekowisata.
Kegiatan lain yang termasuk humas adalah tea walk dengan mengundang para
bupati termasuk instansi-instansi terkait. Kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai potensi yang dimiliki TNGGP
termasuk potensi ekowisatanya serta perlu pelestarian TNGGP sebagai kawasan
konservasi.
Promosi untuk merubah kesadaran pengunjung yang masih berperilaku
negatif yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada pengunjung sebelum memasuki
kawasan TNGGP juga dengan mengadakan kegiatan seperti kemah konservasi dan
pendidikan kader konservasi.
62
(2). Penjualan Secara Pribadi oleh TNGGP
Promosi secara iklan dilaksanakan secara berimbang dengan penjualan secara
pribadi kepada konsumen yang menjadi sasaran pemasaran. Kegiatan ekowisata di
TNGGP sasarannya antara lain kalangan menengah keatas, mahasiswa serta warga
asing yang tinggal di jakarta dan sekitarnya. Golongan ini pada umumnya memiliki
kemudahan dalam mengakses internet. Hal ini membuka peluang untuk melakukan
penawaran secara langsung melalui internet juga dengan mengirimkan email ke
perusahaan atau perseorangan yang berisi penawaran paket ekowisata yang disertai
dengan informasi yang lengkap mengenai TNGGP.
Selain itu, dengan ditetapkannya wisatawan asing sebagai salah satu sasaran
pemasaran ekowisata di TNGGP maka penggunaan promosi melalui internet menjadi
sangat penting untuk dilaksanakan. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Badan
Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2001 menunjukkan bahwa internet
merupakan media informasi terbanyak yang digunakan oleh wisatawan asing untuk
mendapatkan informasi mengenai daerah tujuan wisata di indonesia, yaitu sebanyak
24,78%, sedang media lain seperti televisi sebesar 22,81%, radio 1,33%, buku
17,26%, majalah 16,62%, katalog 2,14%, brosur 6,66%, billboard 9,19% dan lainnya
sebanya 8,74%.
Promosi dengan penjualan secara pribadi yang belum dilaksanakan adalah
pengiriman bahan cetakan ke sasaran (direct mailing). Golongan menengah keatas
yang menjadi salah satu sasaran kegiatan ekowisata di TNGGP pada umumnya
merasa senang apabila mendapat kiriman secara langsung bahan promosi. Pengiriman
bahan cetakan ini selain ke perseorangan juga dapat ke instansi baik yang berupa
perusahaan maupun lembaga penelitian.
5.4. Segmentasi Pasar
Berdasarkan hasil riset dan data yang dimiliki oleh Balai TNGGP, dapat
diketahui bahwa profil wisatawan yang berkunjung ke TNGGP dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu aspek demografis, geografis dan psikografis.
63
5.4.1. Segmentasi Pasar Berdasarkan Aspek Demografis
Tabel l5 menunjukkan bahwa segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek
demografis terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan dan jenis pekerjaan. Dilihat
dari usia, sebanyak 71% pengunjung berumur 17-35 tahun, latar belakang pendidikan
46% memiliki pendidikan terakhir SMA dan perguruan tinggi (35%), mereka
umumnya memiliki status pekerjaan sebagai pelajar dan mahasiswa (42%). Maka
bentuk promosi yang tepat adalah melalui internet, karena pada usia 17-35th
merupakan usia yang masih produktif dan mengenal internet apalagi status mereka
yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.
Tabel 15 Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek demografis
No. Parameter Kriteria Pengunjung
Total (%)
1. Jenis Kelamin a. Laki-laki
b. Perempuan
68
32
68
32
2. Usia a. < 17 th. b. 17-35 th.
c. 35-55 th.
d. > 55 th.
16 71
9
4
16 71
9
4
3. Pendidikan a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
5
14
46
35
5
14
46
35
4. Pekerjaan a. Pelajar/Mhs
b. PNS
c. Swasta
d. Lainnya
42
11
39
8
42
11
39
8
Sumber : Hasil wawancara
5.4.2. Segmentasi Pasar Berdasarkan Aspek Geografis
Apabila ditinjau lebih lanjut dari segmentasi pasar berdasarkan aspek
geografis, wisatawan yang datang terbesar berasal dari Jakarta (59%) dan Bogor
(20%).
Faktor yang menyebabkan tingginya jumlah kunjungan wisatawan dari
Jakarta dan Bogor adalah karena jarak dan aksesibilitas menuju ke TNGGP sangat
bagus selain itu juga tingginya minat masyarakat yang tinggal di Jakarta dan Bogor
yang ingin menikmati wisata bernuansa alam yaitu berekowisata
64
Tabel 16 Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek geografis
No Asal Pengunjung
Total (%)
1
2
3
4
5
6
Jakarta
Bogor
Bandung
Cianjur
Amerika
Kanada
59
20
12
3
4
2
59
20
12
3
4
2
Sumber : Hasil wawancara
Dapat disimpulkan bahwa promosi hanya berhasil pada tingkat lokal, hal ini
juga didukung oleh penelitian Yunaz (2007) bahwa permintaan ekowisata TNGGP
sebagian besar merupakan pengunjung lokal, hal ini disebabkan karena terbatasnya
informasi kepada pengunjung potensial. Sehingga strategi promosi yang diperlukan
adalah menggunakan media dengan daya jangkau yang luas. Media yang cocok
adalah internet terutama untuk menarik wisatawan mancanegara.
5.4.3. Segmentasi Pasar Berdasarkan Aspek Psikografi
Tabel 17 Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek psikografi
No. Parameter Kriteria Pengunjung
Total (%)
1. Frekuensi
Kunjungan
a. 1 kali
b. 2-5 kali c. > 5 kali
d. Belum pernah
28
52 20
0
28
52 20
0
2. Hari yang
digunakan
a. Libur
b. Kerja
c. Tidak tentu
66
22
12
66
22
12
3. Bersama siapa a. Teman
b. Keluarga
c. Sendiri
82
11
7
82
11
7
4. Jumlah a. 1-2 orang
b. 2-5 orang
c. > 5 orang
19
48
33
19
48
33
Sumber : Hasil wawancara
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebanyak 52% wisatawan pada umumnya
sudah 2-5 kali berkunjung ke TNGGP, dan hampir 50% untuk tujuan rekreasi (dilihat
dari cara kedatangannya yaitu 2-5 orang). Maka promosi yang sebaiknya dilakukan
65
adalah promosi mengenai wisata minat khusus, jadi benar-benar hanya orang yang
tertarik saja yang datang dan jenis wisata inilah yang disebut ekowisata.
5.5. Peran mitra-mitra TNGGP dalam upaya promosi
Berdasarkan hasil wawancara dan studi pustaka kepada mitra-mitra TNGGP
pada kegiatan-kegiatan wisata, maka ada beberapa mitra-mitra TNGGP yang
mempunyai pengaruh terhadap upaya promosi di TNGGP yaitu Departemen
Perhubungan, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata, Biro Perjalanan Wisata, Pengusaha hotel.
5.5.1. Departemen Perhubungan
Departemen perhubungan khususnya perhubungan udara mempunyai peranan
yang besar dalam promosi ekowisata di TNGGP. Peranannya dalam meningkatkan
wisatawan khususnya dari mancanegara antara lain memberikan kesempatan kepada
airline asing untuk meningkatkan frekuensi dari sumber wisatawan mancanegara,
memberikan kemudahan akses bagi airline asing untuk masuk ke daerah tujuan
wisata, mengusahakan dukungan discount pada bandara dengan demand rendah.
Diperlukan kerjasama antara balai TNGGP dengan Departemen Perhubungan dalam
upaya promosi ekowisata di TNGGP.
5.5.2. PT Angkasa Pura
PT Angkasa Pura I (yang mengelola bandara-bandara tertentu di wilayah
Indonesia Tengah dan Timur) dan Perum Angkasa Pura II (yang mengelola bandara-
bandara tertentu di Wilayah Indonesia Barat), mempunyai peran yang cukup penting
juga dalam kegiatan promosi, karena bandar udara yang merupakan pintu gerbang
utama wilayah, baik kota maupun propinsi, bahkan negara, merupakan cerminan
kondisi wilayah dimana bandar udara tersebut berada. TNGGP perlu melakukan
kerjasama dengan pengelola bandara sebagai salah satu ujung tombak pemasaran,
setidak-tidaknya untuk peningkatan kesadaran publik mengenai obyek-obyek wisata
yang ditawarkan.
66
5.5.3. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Dengan pencanangan “visit indonesia 2008” oleh Depertemen Kebudayaan
dan Pariwisata merupakan peluang yang bagus untuk mempromosikan obyek-obyek
wisata yang ada di TNGGP untuk dikenal luas oleh masyarakat, baik dalam negeri
maupun luar negeri.
5.6. Kebijakan Pengembangan Ekowisata
5.6.1. Kebijakan Balai TNGGP
Pengembangan wisata di TNGGP diarahkan pada peningkatan promosi dan
pengembangan obyek-obyek pariwisata yang sudah dikembangkan dengan mengacu
pada ”Sapta Kebijakan Pariwisata” . Untuk itu kegiatan pembangunan kepariwisataan
diarahkan terutama pada:
a. Kegiatan promosi dalam negeri dan pasar utama wisatawan mancanegara.
b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi menuju obyek-obyek wisata.
c. Mutu produk dan mutu pelayanan usa.
d. Kawasan pariwisata dan wisata remaja nusantara.
e. Sumber Daya Manusia terutama pada kemampuan pengusahaan pramuwisata
serta lembaga yang mendukung pariwisata.
f. Wisata alam.
g. Bimbingan masyarakat sadar wisata. (Rencana Pengelolaan TNGGP 1995-2010)
5.6.2. Kebijakan Regional
Kebijakan regional yang berkaitan dengan pembangunan TNGGP tertuang
dalam kebijakan pemerintah daerah bidang pelestarian lingkungan hidup dan
keanekaragaman hayati:
a. Penanganan masalah TNGGP pada dasarnya tidak hanya ditujukan pada
penanganan dan pelestarian fungsi kawasan, namun juga merupakan bagian dari
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari upaya menaikkan kesejahteraan
masyarakat dan pengembangan kawasan sekitarnya. Dengan demikian,
penanganan masalah TNGGP sebenarnya tidak terlepas dari toleransi
67
pembangunan daerah secara keseluruhan dimana implementasinya tertuang dalam
kegiatan sektoral dan regional.
b. Penanganan masalah TNGGP tidak hanya didasarkan pada pendekatan keamanan
kawasan, namun juga pendekatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan.
c. Penanganan masalah TNGGP akan terus ditingkatkan melalui koordinasi terpadu
dari segala kegiatan yang menjadi penunjang TNGGP itu sendiri.
d. Untuk koordinasi penanganan masalah TNGGP diperlukan mobilitas yang tinggi,
cepat tanggap terhadap permasalahan konsultasi hutan dan pengelolaan SDM
terutama tenaga pengamanan hutan
Kebijakan pengembangan wilayah Kab Bogor, Sukabumi, Cianjur yang
berkaitan dengan kawasan TNGGP dan sekitarnya secara garis besar mempunyai
kesamaan, yaitu :
a. Kawasan TNGGP diperuntukkan sebagai kawasan khusus dengan fungsi utama
sebagai penyangga kelestarian lingkungan hidup, dalam hal ini yang paling
menonjol adalah sebagai daerah tangkapan atau resapan air sungai-sungai yang
mengalir ke masing-masing kota tersebut
b. Karena keadaan topografinya yang bergunung dan keadaan curah hujan yang
meningkat, semua kabupaten tersebut menjadikan pertanian lahan kering,
kehutanan, dan perkebunan sebagai aktivitas prioritas dalam pengembangan
daerah sekitar TNGGP.
c. Kawasan TNGGP dan sekitarnya dikenal sebagai daerah yang mempunyai daya
tarik bagi rekreasi, maka semua kabupaten tersebut juga menetapkan kawasan
TNGGP dan sekitarnya sebagai pusat pengembangan kepariwisataan dan industri
kecil/kerajinan dan industri pertanian (agro industri).
d. Ketiga kabupaten juga menyadari bahwa wilayahnya mempunyai peranan khusus
berupa daerah penyangga urbanisasi ke ibukota Jakarta.
5.6.3. Kebijakan Nasional
Kebijakan pemerintah pusat yang mendukung pengembangan wisata alam di
taman nasional antara lain termuat dalam peraturan perundangan sebagai berikut :
68
a. UUD 1945 pasal 33 ayat 3
b. PP No.18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
c. UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam hayati dan
Ekosistemnya, pasal 3, pasal 5 bagian (c), pasal 26, pasal 27, pasal 28, pasal 34
(1) UU, 34 (3).
d. UU No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 8 (1), pasal 8
(2)
e. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 23
f. UU No.9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan penjelasan alenis 5
g. PP No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam pasal 3, penjelasan alenia 1.
5.7. Potensi Wisata yang perlu dipromosikan
5.7.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)
5.7.1.1. Pintu masuk Cibodas
ODTWA melalui pintu masuk Cibodas dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
ODTWA untuk wisata massal dan wisata minat khusus. Berikut adalah obyek-obyek
yang bisa dijumpai melalui pintu masuk cibodas.
a. Air terjun Ciwalen
Air terjun ini cocok untuk dikembangkan wisata alam masal, karena selain jarak
tempuh yang cukup dekat yaitu 800 m dari pintu masuk cibodas (30 menit) dan
jumlah pengunjung tidak dibatasi, lokasi ini juga mudah untuk ditempuh. Di sini
pengunjung bisa menikmati pemandangan hutan hujan tropis pegunungan sekitar air
terjun. Daya tarik lain yang bisa dinikmati adalah suasana alam dengan keragaman
flora dan fauna, bentang alam yang unik, batuan tebing dengan arsitektur yang
menarik.
b. Telaga Biru
Telaga ini memiliki luas kurang lebih 500 m2 dengan kedalaman 2 m. Warna
biru air telaga disebabkan oleh dasar telaga yang banyak ditumbuhi ganggang biru.
69
Fasilitas yang disediakan adalah plaza dan gazebo untuk tempat istirahat pengunjung.
Telaga biru ini cocok untuk dikembangkan wisata massal karena selain terdapat
banyak fasilitasnya dan jarak tempuh yang relatif mudah dan cepat (1.5 jam dari pintu
Cibodas), daerah ini juga sangat ramai karena terletak di jalur pendakian dan jalur
menuju air terjun Cibeureum.
c. Rawa Gayonggong dan Rawa Denok
Rawa Gayonggong terbentuk dari bekas kawah mati yang kemudian
menampung aliran air dari tempat yang lebih tinggi. Erosi tanah telah meyebabkan
sedimentasi lumpur untuk tumbuhnya berbagai jenis rumput-rumputan, terutama
rumput gayonggong yang mendominasi rawa ini. Karena daerah ini merupakan
daerah jelajah macan tutul (Panthera pardus) dan terdapat tempat untuk pengamatan
burung (birdwatching) maka cocok untuk dikembangkan wisata minat khusus.
Rawa Denok merupakan ekosistem rawa pegunungan yang unik dengan ukuran
5x5 m2. Disekitar rawa ini terdapat sumber air panas yang masih alami dengan suhu
sekitar 60 0C. Wisata minat khusus bisa dikembangkan di rawa ini karena belum
banyak juga informasi tentang ekosistem unik ini, selain itu jarak tempuh menuju
lokasi ini cukup lama sekitar 2 jam dari pintu masuk Cibodas.
d. Air terjun Cibeureum
Tiga buah air terjun dapat dinikmati disini yaitu air terjun Cibeureum,
Cidendeng dan Cikuntul. Karakteristik dari lokasi ini adalah pada dinding air terjun
ditumbuhi lumut merah (Sphagnum gedeanum) yang menyebabkan warna air terjun
berwarna kemerah-merahan. Air terjun Cibeureum ini juga cocok untuk
dikembangkan jenis wisata alam masal, karena jumlah pengunjung yang datang
terutama pada hari libur sangat banyak.
e. Kandang Batu dan Kandang Badak
Kandang Batu merupakan tempat transit bagi pendaki sebelum menuju
Kandang Badak, yang biasanya menjadi alternatif bagi pendaki untuk bermalam.
Disini tersedia sumber air bersih dan fasilitas lain yaitu pos jaga dan MCK.
Kandang badak merupakan peralihan tipe hutan dari Montana ke Sub Alpine.
Dengan hamparan yang agak datar, lokasi ini juga merupakan tempat alternatif untuk
70
beristirahat dan bermalam serta pengunjung diijinkan membuka tenda pada areal
seluas 2 ha. Lokasi ini merupakan persimpangan antara puncak Gunung Pangrango
dan puncak Gunung Gede. Jalur pendakian mulai terpisah, kearah kanan merupakan
jalur menuju puncak Gunung Pangrango, sedangkan kearah kiri menuju Gunung
Gede.
f. Puncak Gunung Gede dan Puncak Gunung Pangrango
Di puncak Gunung Gede ini terdapat 3 (tiga) kawah yang masih aktif dalam
satu kompleks yaitu kawah lanang, kawah wadon dan kawah ratu. Keadaan kawah
yang khas merupakan sebuah atraksi geologi yang menarik bagi wisatawan. Selain
daya tarik kawah pengunjung juga dapat menikmati panorama alam Gunung Gede
yang indah dan bila pagi tiba dapat menikmati sunrise dan panorama Gunung
Pangrango dan Gunung Salak.
Puncak Gunung pangrango ini digunakan sebagai alternatif pendakian selain
ke puncak Gunung Gede karena pemandangan yang indah disertai perjalanan yang
menantang.
5.7.1.2. Pintu Masuk Gunung Puteri
Pintu masuk gunung puteri merupakan pintu masuk yang cukup populer bagi
pendaki setelah pintu masuk cibodas. Jalur ini sangat diminati sebagai jalur untuk
turun karena waktu tempuh yang singkat. Obyek wisata yang bisa dijumpai antara
lain :
a. Bumi Perkemahan Bobojong
Bumi perkemahan ini luasnya 1 ha, dan berkapasitas sekitar 100 orang (25
tenda). Sepanjang perjalanan menuju tempat ini pengunjung dapat melihat kebun
sayuran dan menyaksikan petani yang sedang melakukan aktivitas berkebun. Fasilitas
yang tersedia antara lain sumber air dan MCK. Jenis wisata yang bisa dikembangkan
di sini adalah jenis wisata massal.
b. Alun-alun Suryakencana
Merupakan padang rumput yang didominasi tumbuhan Edelweis (Anaphalis
javanica) dengan luas ± 50 ha, lokasi ini merupakan bekas kawah Gunung Gede dan
71
berada diantara puncak Gunung Gemuruh dan Gunung Gede sehingga memiliki
ekosistem yang unik dengan tumbuhan edelweiss, rumput gunung, cantigi dan
gandapura. Sebagian masyarakat percaya bahwa lokasi ini mempunyai kekuatan
magis yang dijadikan sebagai ritual budaya pada waktu tertentu. Jenis wisata yang
ada di lokasi ini dapat digolongkan kedalam wisata minat khusus karena untuk
menuju alun-alun membutuhkan waktu 4 jam dari pintu masuk Gunung Puteri (6.9
km) dan harus melalui medan yang sangat berat. Selain itu dalam menuju perjalanan
ke lokasi pengunjung juga mendapatkan aspek edukasi dari pemasangan papan
interpretasi yang dipasang disepanjang jalur pendakian.
5.7.1.3. Pintu Masuk Selabintana
Pintu masuk Selabintana lebih dikenal dengan nama Pondok halimun. Pintu
masuk ini berjarak 10 km dari kota Sukabumi dan dapat ditempuh ± 30 menit dengan
kendaraan umum. Lokasi ini berada di lembah Cipelang yang dikelilingi hutan lebat,
sehingga cocok untuk dikembangkan untuk wisata minat khusus yaitu pengamatan
burung (Birdwatching). Obyek wisata yang bisa dijumpai antara lain :
a. Bumi Perkemahan Pondok Halimun
Terdapat tiga lokasi bumi perkemahan dengan total luas ± 3 ha dan berkapasitas
± 550 orang (100 tenda). Fasilitas yang tersedia yaitu pondok jaga petugas, MCK,
Musholla, tempat api unggun dan sumber air. Lokasi ini cocok untuk dikembangkan
wisata alam masal karena lokasi yang mudah ditempuh dan kurangnya aspek
pembatasan terhadap pengunjung.
b. Air Terjun Cibeureum Selabintana
Merupakan air terjun tertinggi di seluruh kawasan TNGGP mencapai ketinggian
sekitar 60 m. Pengunjung bisa menikmati sejuknya udara, kicauan burung, suara
gemercik air sungai dan keindahan hutan pegunungan sepanjang perjalanan menuju
air terjun. Pengunjung lebih dapat menikmati suasana hutan pegunungan di sekitar air
terjun tanpa gangguan keramaian.
72
5.7.1.4. Pintu Masuk Situgunung
Kawasan Wisata Situgunung berada di bagian selatan taman nasional, yang
merupakan Taman Wisata Alam (TWA) yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan
luas 100 ha. Jarak tempuh dari Cisaat (sukabumi) ± 10 km. Obyek wisata yang bisa
dijumpai antara lain :
a. Danau Situgunung
Danau Situgunung merupakan danau buatan yang terletak didalam kawasan
TWA dengan luas ± 10 ha dan kedalaman air ± 6 m. Wisata yang cocok untuk
dikembangkan disini adalah wisata alam masal karena pengunjung dapat menikmati
danau yang memiliki daya tarik yang khas dengan warna air hijau kebiru-biruan yang
dikelilingi perbukitan dan hutan alam yang masih utuh. Tersedia juga fasilitas wisata
yang cukup lengkap yaitu Guest House (12 bangunan), aula ruang rapat, jalan aspal,
kantor pengelola, loket karcis, fasilitas outbond, tempat parkir, musholla dan MCK.
b. Air terjun/Curug Sawer
Air terjun ini memiliki debit airnya sangat besar dan merupakan air terjun
terbesar di kawasan TNGGP. Disini cocok untuk dikembangkan wisata minat khusus
karena pada pagi hari pengunjung dapat mendengar sayup-sayup suara Owa Jawa
(Hylobathes moloch) karena memang lokasi ini merupakan habitat owa jawa. Selain
itu juga dapat dijumpai jenis-jenis burung dan katak sehingga bisa digunakan untuk
lokasi birdwatching dan wisata katak.
5.7.1.5. Pintu Masuk Bodogol
Obyek wisata yang dapat dinikmati antara lain :
a. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB)
Wisata yang ditawarkan di PPKAB adalah jenis wisata minat khusus karena
adanya pembatasan jumlah pengunjung dan aksesibilitas menuju PPKAB yang masih
berupa jalan tanah berbatu yang memberikan tantangan tersendiri bagi pengunjung.
PPKA Bodogol memiliki 2 (dua) macam jalur pendidikan yaitu Short Track dan
Long Track. Di sepanjang jalur ini terdapat serangkaian point of interests berupa
fenomena – fenomena hutan hujan tropis. Di bantu oleh Interpreter, pengunjung
73
diajak untuk lebih memahami tentang hutan hujan tropis. Di dalam jalur ini pula
interpreter PPKA Bodogol akan membawakan permainan-permainan bernuansa alam
yang akan menambah khasanah pengetahuan bagi pengunjung.
Program-program yang ditawarkan untuk pengunjung antara lain :
menyingkap rahasia hutan hujan tropis, flora-flora bermanfaat di hutan hujan tropis,
sahabat alam, pengamatan prilaku primata, mamalia hutan hujan tropis, birdwatching,
water Tracking, jungle Tracking, outdoor activity.
b. Curug Cisuren
Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 15 m dan sangat cocok untuk lintas
alam karena pemandangan alam yang indah sepanjang jalan. Selain itu lokasi ini
merupakan perlintasan macan tutul (Panthera pardus). Pengunjung yang senang
mengamati aktivitas satwa malam dengan mudah menjumpai kucing hutan, ular,
kukang, musang dan burung hantu.
c. Curug Cipadaranten
Pada lokasi ini terdapat 3 (tiga) air terjun yaitu air terjun Cipadaranten I,
Cipadaranten II, dan Cipadaranten III masing-masing dengan ketinggian 30 m, 25 m,
dan 15 m. Lokasi ini sangat cocok bagi pengunjung yang menyukai tracking
melewati jalur sepanjang 4.7 km atau 3.5 jam perjalanan naik, turun dan menyusuri
pegunungan, barjalan dibawah rimbunnya tutupan kanopi sambil mendengarkan suara
burung dan bila beruntung dapat menjumpai owa jawa, lutung dan macan tutul, yang
tentunya merupakan pengalaman yang dapat menyegarkan pikiran dari rutinitas
pekerjaan sehari-hari.
5.7.1.6. Pintu Masuk Cisarua
Aksesibilitas menuju pintu masuk Cisarua cukup mudah, dengan jalan aspal
yang baik. Di lokasi ini dapat dijumpai obyek wisata bumi perkemahan dan air terjun.
a. Bumi Perkemahan Barubolang
Bumi perkemahan Barubolang mempunyai luas ± 2 ha untuk kapasitas 200
orang (50 tenda). Di lokasi ini dapat dikembangkan wisata minat khusus dimana
74
pengunjung dapat melakukan tracking ke air terjun Curug Beret dan water tracking di
sungai Cisukabirus sepanjang 2km/jam.
b. Curug Beret-Cisarua
Air terjun ini memiliki keunikan berupa relief tebing yang khas dan air mengalir
mengikuti lekukan reliefnya. Di lokasi ini dapat dikembangkan wisata minat khusus
yaitu pengamatan fauna dimana pengunjung dapat menjumpai monyet ekor panjang,
lutung, owa jawa dan beberapa jenis burung serta insecta.
5.7.2. Program-program wisata minat khusus yang ditawarkan
Program wisata minat khusus dilakukan kerjasama antara balai TNGGP dengan
Koperasi edelweis, bentuk kerjasama tersebut tertuang dalam bentuk MoU.
5.7.2.1. Program Wisata Petualangan
a. Menuju Pesona Air Terjun
Melalui program ini pengunjung dapat melakukan perjalanan ke air terjun sambil
belajar tentang keanekaragaman tumbuhan dan satwa didalamnya. Kegiatan yang
akan dilakukan adalah :
Menyimak informasi melalui slide show dan buku informasi
Temu pohon
Berkenalan dengan satwa
Menikmati keindahan alam
Menikmati indahnya air terjun
b. Menjelajah di Ketinggian Berkabut
Aktivitas pendakian ini mengajak pengunjung ke Puncak Gunung Gede sambil
menambah wawasan pengetahuan tentang alam, dengan kegiatan :
Menyimak kehangatan air panas
Melihat kawah Gunung Gede
Menyaksikan matahari terbit
Berdiri di atas permadani bunga abadi
Melihat singgasana Eyang Suryakencana
Mencoba keberuntungan di Batu Dondang
75
Membedakan tipe-tipe vegetasi hutan pegunungan
Berkemah di hutan
c. Patroli Bersama Polisi Hutan
Pada program ini pengunjung diajak menelusuri hutan dan terlibat langsung
dalam strategi dan metode pengamanan hutan bersama Polhut TNGGP. Adapun
kegiatannya adalah :
Berkenalan dengan Polhut
Ikut berpatroli dengan Polhut, diantaranya penghadangan, penanganan pelanggar,
penyuluhan, penanganan barang bukti, pemeliharaan fasilitas, dll
Bermalam di hutan
Menikmati keindahan dan keunikan potensi hutan pegunungan
d. Eksplorasi Macan Tutul
Pengunjung diajak melihat jejak-jejak macan tutul di habitat aslinya. Kegiatan ini
memerlukan keberanian dan kesabaran serta dapat memberikan kepuasan bagi
pengunjung bila berhasil melihat macan tutul di habitat aslinya. Aktivitas yang
dilakukan :
Mengamati macan tutul, misalnya dengan mencari dan mengukur jejak di tanah atau bekas
cakaran di pohon, membuat cetakan jejak kaki di lantai hutan, mengintip sarang/tempat
beristirahat macan, dll
Berkemah sambil menikmati keindahan hutan
e. Eksplorasi Elang Jawa
Membawa pengunjung lebih mengenal ”satwa dirgantara”. Kegiatannya meliputi :
Belajar memperhatikan ciri dan karakter elang jawa untuk membedakan dengan jenis elang
yang lain
Mengamati langsung perilaku terbang, makan dan reproduksi
Mengamati habitat dan mencari sarang
Menikmati keindahan dan keunikan hutan hujan tropis pegunungan dan berkemah di hutan
76
f. Eksplorasi Owa Jawa
Program ini memberikan kesempatan pengunjung untuk melihat dan mengamati
satwa endemik yang langka dan hampir punah, perilaku yang bisa diamati seperti
Mendengar nyayian owa di pagi dan senja hari
Mencari keberadaan satwa dengan petunjuk suara
Mengamati aksi owa jawa di habitat aslinya
Bermalam di hutan hujan tropis pegunungan
5.7.2.2. Program Wisata Pendidikan
a. School Visit
Merupakan kunjungan singkat bagi pelajar untuk meningkatkan apresiasinya
terhadap alam. Kegiatan ini dikemas dengan latar belakang pendidikan
lingkungan dalam permainan yang mengasyikkan. TNGGP menyediakan program
pendidikan lingkungan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi.
b. Kemah Konservasi
Diperuntukkan bagi pelajar SLTP dan SLTA dengan memberikan pemahaman
pengalaman dan pengetahuannya tentang konservasi alam. Aktivitas yang
dilakukan antara lain adalah :
Panduan senja
Menyibak kehidupan di sungai dan lantai hutan
Berjalan pada titian canopy dan turun tebing
Pesta kebun
Berkemah di hutan
Menyongsong fajar
5.7.2.3. Program Wisata Budaya
Tema yang ditawarkan ”Mengungkap legenda alam dan budaya”
Daya tarik alam TNGGP diselimuti oleh mitos dan legenda yang menarik untuk
dikaji. Program ini mengajak pengunjung untuk turut menikmatinya dengan
kegiatan yang sangat menarik, diantaranya :
Melihat situs-situs budaya dan legenda alam
77
Menelusuri jejak sejarah peninggalan kerajaan di Jabar dan Suryakencana
Mengamati dan menikmati ragam budaya kesenian sunda sambil menikmati suasana
pedesaan
Berkemah dan berbagi cerita di hutan
5.7.2.4. Program Wisata Pengobatan Alternatif
Merupakan program wisata yang mengajak wisatawan untuk mengenal
keanekaragamn jenis tumbuhan obat, manfaat serta cara penggunaannya sebagai
obat alternatif.
5.7.2.5. Program Interpretasi
Program interpretasi adalah program rekreasi yang menyuguhkan obyek-obyek
yang memiliki daya tarik di sepanjang jalur rekreasi, baik berupa flora, fauna maupun
fenomena alam lainnya.
5.8. Strategi TNGGP dalam Promosi Ekowisata
Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1997) dalam Rangkuti
(2006) menyatakan bahwa strategi adalah respon secara terus menerus maupun
adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi organisasi.
5.8.1. Analisis SWOT
Untuk menentukan strategi pengembangan promosi ekowisata dilakukan
dengan menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities dan
Threats). Sebagai unit analisisnya adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP). Dengan demikian kondisi dari taman nasional yang menyangkut aspek-
aspek yang bersifat positif (kekuatan) dan aspek-aspek yang bersifat negatif
(kelemahan) dipandang sebagai faktor internal, sedangkan faktor-faktor diluar taman
nasional yang merupakan ancaman (negatif) dan peluang (positif) disebut sebagai
faktor eksternal. Kedua faktor tersebut yang memberikan dampak positif yang berasal
dari kekuatan dan peluang, dan dampak negatif yang berasal dari kelemahan dan
78
ancaman, dengan menggunakan matrik internal dan eksternal ini maka dapat
diberikan bobot dan rating pada parameter yang telah ditentukan sehingga akan
diperoleh nilai (skor). Nilai ini yang akan memberikan arahan tentang prospek
promosi ekowisata guna memperoleh konsep strategi promosi ekowisata di TNGGP.
Dalam SWOT teknik menentukan strategi adalah melalui strategi silang dari keempat
faktor tersebut yaitu seperti pada Tabel 18. Identifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal sebagai berikut :
a. Kekuatan (Strength)
1. Tingginya nilai potensi ekologis dan estetika. Terdapat 103 jenis mamalia, 13
diantaranya termasuk satwa langka seperti kukang, rusa, lutung jawa. Terdapat
pula sekitar 260 jenis burung dari 450 jenis yang hidup di pulau jawa serta
TNGGP merupakan sumber tumbuhan obat, sekitar 100 jenis telah berhasil
diidentifikasi
2. Terjalin kerjasama dalam bentuk konsorsium PPKAB. Kerjasama antara
Conservation International Indonesia, Yayasan Alami Indonesia dan TNGGP
yang berdiri tahun 1998. Peran PPKA Bodogol menekankan pada usaha-usaha
memperkenalkan hutan hujan tropis kepada masyarakat luas, khususnya kepada
masyarakat yang berada di sekitar kawasan TNGGP.
3. Terjalin hubungan kerjasama 3 kabupaten (Bogor, Cianjur, Sukabumi) dalam
bentuk MoU yang berisi mewujudkan pariwisata berkelanjutan di kawasan
TNGGP dan sekitarnya. Tertuang dalam Surat Keputusan Bersama Kemetrian
Lingkungan Hidup RI No:B-06/Dep.VII/Lh/07/2004 tentang ”Penyelenggaraan
Program Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan
Pariwisata Berkelanjutan di TNGGP”
4. Program wisata berorientasi pada pendidikan&konservasi alam, antara lain paket
wisata pendidikan (school visit, kemah konservasi), paket wisata khusus
birdwatching.
5. Situs TNGGP di internet berada pada layar pertama dengan keyword
“gedepangrango”.
79
6. Proses pembuatan simaksi pendakian dibuka setiap hari
7. Promosi masuk kedalam dokumen Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango (RPTNGGP)
b. Kelemahan (Weaknessess)
1. Terbatasnya dana untuk promosi. Dana promosi yang dianggarkan TNGGP
sebesar 60juta/tahun.
2. Belum terjalinnya kerjasama yang intensif dengan mitra
3. Bahan promosi tidak menyebar secara merata
4. Kurangnya SDM yang menangani masalah promosi
5. Kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana
6. Masih banyak potensi wisata yang belum dikembangkan
7. 80% bahan cetakan dibuat sendiri oleh TNGGP
8. Kurangnya tenaga interpreter
9. Murahnya harga tiket masuk.
c. Peluang (Opportunities)
1. Berkembangnya media promosi (cetak,elektronik, internet) yang pesat, yang
merupakan peluang besar untuk mempromosikan TNGGP
2. Tigginya minat masyarakat untuk berwisata alam, adanya pergeseran paradigma
kepariwisataan internasional dari bentuk wisata massal (mass tourism) ke wisata
back to nature.
3. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
4. MoU Menhut dan Menbudpar dalam promosi pariwisata alam di KK
5. Pertumbuhan rata-rata ekowisata lebih tinggi daripada wisata pada umumnya
6. Peluang investasi bagi mitra
7. Program Debudpar ”Visit Indonesia 2008”
8. Jaringan pemasaran internasional
80
Tabel 18 Formulasi strategi promosi ekowisata di TNGGP
Kekuatan (Strength=S)
1. Tingginya nilai potensi ekologis
dan estetika 2. Terjalin kerjasama dalam bentuk
konsorsium PPKAB
3. Terjalin hubungan kerjasama 3
kabupaten (Bogor, Cianjur,
Sukabumi) dalam bentuk MoU
4. Program wisata berorientasi pada
pendidikan&konservasi alam
5. Situs TNGGP di internet berada
pada layar pertama dengan
keyword “gedepangrango”
6. Proses pembuatan simaksi pendakian dibuka setiap hari
7. Promosi masuk kedalam dokumen
RPTNGGP
Kelemahan (Weakness=W)
1. Terbatasnya dana untuk
promosi 2. Belum terjalinnya kerjasama
yang intensif dengan mitra
3. Bahan promosi tidak
menyebar secara merata
4. Kurangnya SDM yang
menangani masalah promosi
5. Kurangnya pemeliharaan
sarana dan prasarana
6. Masih banyak potensi wisata
yang belum dikembangkan
7. 80% bahan cetakan dibuat sendiri oleh TNGGP
8. Kurangnya tenaga interpreter
9. Murahnya harga tiket masuk
Peluang (opportunity=O)
1. Berkembangnya media promosi
(cetak,elektronik, internet) yang
pesat
2. Tigginya minat masyarakat
untuk berwisata alam
3. Peningkatan PAD
4. MoU Menhut dan Menbudpar
dalam promosi pariwisata alam di KK
5. Pertumbuhan rata-rata
ekowisata lebih tinggi daripada
wisata pada umumnya
6. Peluang investasi bagi mitra
7. Program Debudpar ”Visit
Indonesia 2008”
8. Jaringan pemasaran
internasional
Strategi SO :
1. Mempromosikan nilai potensi dan
estetika yang dimiliki TNGGP
kepada mitra-mitra TNGGP.
2. Meningkatan promosi lewat
internet dengan meningkatkan
kualitas website TNGGP.
Strategi WO :
1. Meningkatkan kerjasama
dengan mitra-mitra TNGGP
(bandara dan maskapai
penerbangan, biro perjalanan
wisata, media massa dan
hotel).
2. Memilih media promosi yang
tepat untuk mempromosikan TNGGP baik kepada
pengunjung maupun mitra-
mitra.
Ancaman (Treat=T)
1. Kondisi sosial, politik dan keamanan yang tidak menentu
2. Perubahan segmentasi pasar
yang sulit dikontrol
3. Degradasi kualitas obyek wisata
4. Krisis ekonomi yang
mempengaruhi pendapatan
masyarakat
5. kenaikan harga BBM
6. Mahalnya biaya untuk promosi
Strategi ST :
Melakukan promosi yang bersifat
mendidik untuk megurangi laju
degradasi kualitas obyek wisata.
Strategi WT :
1. Mengefisienkan biaya promosi dengan tidak
mengurangi kualitas dan
kuantitas promosi tersebut.
2. Meningkatkan kualitas
produk yang telah dikemas
dengan menarik sehingga
mengurangi kejenuhan pasar
Internal
Eksternal
81
d. Ancaman (Treats)
1. Kondisi sosial, politik dan keamanan yang tidak menentu
2. Perubahan segmentasi pasar yang sulit dikontrol
3. Degradasi kualitas obyek wisata
4. Krisis ekonomi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat
5. Kenaikan harga BBM
6. Mahalnya biaya untuk promosi
Berdasarkan hasil dari analisis SWOT dapat dibuat suatu rekomendasi strategis
TNGGP dalam promosi ekowisata sebagai berikut :
a. Strategi SO
1. Mempromosikan nilai potensi dan estetika yang dimiliki TNGGP kepada mitra-
mitra TNGGP.
2. Meningkatan promosi lewat internet dengan meningkatkan kualitas website
TNGGP.
b. Strategi ST
Melakukan promosi yang bersifat mendidik untuk megurangi laju degradasi kualitas
obyek wisata.
c. Strategi WO
1. Meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai
penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa dan hotel).
2. Memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan TNGGP baik kepada
pengunjung maupun mitra-mitra.
d. Strategi WT
1. Mengefisienkan biaya promosi dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas
promosi tersebut.
2. Meningkatkan kualitas produk yang telah dikemas dengan menarik sehingga
mengurangi kejenuhan pasar
82
5.8.2. Matriks Internal-Eksternal
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi TNGGP dalam promosi
ekowisata dengan melihat kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari kekuatan dan peluang,
sedangkan dampak negatif berasal dari ancaman dan kelemahan. Pembahasan
mengenai formulasi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19 Faktor strategis internal terhadap promosi ekowisata di TNGGP
Faktor Internal
Bobot Rating Skor
1. Kekuatan Tingginya nilai potensi ekologis dan estetika
Terjalin kerjasama dalam bentuk konsorsium PPKAB
Terjalin hubungan kerjasama 3 kabupaten (Bogor,
Cianjur, Sukabumi) dalam bentuk MoU
Program wisata berorientasi pada pendidikan&konservasi alam
Situs TNGGP di internet berada pada layar pertama
dengan keyword “gedepangrango”
Proses pembuatan simaksi pendakian dibuka setiap
hari
Promosi masuk kedalam dokumen RPTNGGP
0.07
0.05
0.03
0.07
0.08
0.05
0.07
4
1
1
3
4
2
3
0.28
0.05
0.03
0.21
0.32
0.10
0.21
1.20
2. Kelemahan Terbatasnya dana untuk promosi
Belum terjalinnya kerjasama yang intensif dengan
mitra
Bahan promosi tidak menyebar secara merata
Kurangnya SDM yang menangani masalah promosi
Kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana
Masih banyak potensi wisata yang belum
dikembangkan
80% bahan cetakan dibuat sendiri oleh TNGGP
Kurangnya tenaga interpreter
Murahnya harga tiket masuk
0.09
0.08
0.07
0.08
0.07 0.05
0.05
0.04 0.05
-4
-4
-2
-2
-1 -1
-3
-1 -2
-0.36
-0.32
-0.14
-0.16
-0.07 -0.05
-0.15 -0.04
-0.10
Jumlah 1.00 -1.39
Faktor strategis internal yang merupakan kekuatan memiliki skor 1.20 (Tabel
19). Jika diamati berbagai faktor yang terdapat didalamnya ternyata tingginya nilai
83
potensi ekologi dan estetika memiliki skor tertinggi (0.28). Potensi ekologi dan
estetika dimiliki TNGGP berupa keanekaragaman flora/fauna langka, gejala alam,
panorama alam, dll serta program-program wisata minat khusus yang ditawarkan.
Potensi dan program wisata ini dijadikan modal untuk promosi ekowisata di TNGGP.
Sedangkan faktor strategi internal yang merupakan kelemahan memiliki skor
-1.39 (Tabel 19), dengan nilai tertinggi yaitu terbatasnya dana untuk promosi (-0.36).
Tabel 20 Faktor strategis eksternal terhadap promosi ekowisata di TNGGP
Faktor Eksternal
Bobot Rating Skor
1. Peluang Berkembangnya media promosi (cetak,elektronik,
internet) yang pesat
Tigginya minat masyarakat untuk berwisata alam
Peningkatan PAD
MoU Menhut dan Menbudpar dalam promosi pariwisata
alam di KK
Pertumbuhan rata-rata ekowisata lebih tinggi daripada
wisata pada umumnya
Peluang investasi bagi mitra
Program Debudpar ”Visit Indonesia 2008”
Jaringan pemasaran internasional
0.10
0.08 0.05
0.06
0.07
0.09 0.09
0.09
4
2 1
1
2
4
2
2
0.40
0.16
0.05
0.06
0.14
0.36
0.18
0.18
Jumlah 1.53
2.Ancaman Kondisi sosial, politik dan keamanan yang tidak menentu
Perubahan segmentasi pasar yang sulit dikontrol
Degradasi kualitas obyek wisata
Krisis ekonomi yang mempengaruhi pendapatan
masyarakat
kenaikan harga BBM
Mahalnya biaya untuk promosi
0.06
0.07 0.08
0.06
0.07 0.05
-4
-2 -4
-1
-3
-2
-0.12
-0.14 -0.32
-0.06
-0.21
-0.10
Jumlah 1.00 -0.95
Faktor strategis eksternal yang merupakan peluang TNGGP dalam promosi
ekowisata memiliki skor 1.53 (Tabel 20). Peluang yang bisa diandalkan
perkembangan media promosi yang pesat yang membuka peluang untuk TNGGP
menggunakan media yang tepat dalam mempromosikan ekowisatanya, serta peluang
masuknya investor untuk berinvestasi dalam kegiatan ekowisata.
84
Sedangkan faktor strategis eksternal yang berupa ancaman yang ditunjukkan
pada Tabel 20 memiliki skor -0.95. Skor tertinggi yaitu degradasi obyek wisata. Hal
ini sangat mengancam upaya promosi karena obyek-obyek wisata yang di miliki
TNGGP merupakan modal untuk promosi.
Tabel 21 Urutan prioritas strategi
No Unsur SWOT Jml Bobot Rangking
1. Kelemahan dan Peluang (WO) 2.92 1
2. Kekuatan dan Peluang (SO) 2.73 2
3. Kelemahan dan Ancaman (WT) 2.34 3
4. Kekuatan dan Ancaman (ST) 2.15 4
5.8.3. Posisi Strategi pada Matrik Grand Strategy
Strategi prioritas dapat diperoleh dengan menggunakan Matriks Grand
Strategy. Nilai (skor) yang diperoleh dari matriks internal-eksternal digunakan untuk
menentukan strategi TNGGP dalam promosi ekowisata.
Nilai penjumlahan faktor internal menunjukkan antara kekuatan (1,20) dan
kelemahan (-1,39) adalah -0,19 (negatif), berarti faktor kelemahan lebih dominan
dibandingkan faktor kekuatan yang dimiliki. Sedangkan nilai penjumlahan faktor
eksternal antara peluang (1,53) dan ancaman (-0,95) adalah 0.58 (positif). Nilai ini
berarti antara peluang dan ancaman, faktor yang paling dominan adalah peluang.
Jadi posisi ordinat berada pada (-0.19 ; 0.58), sehingga posisi strategi berada
pada sel 2. Artinya meskipun memiliki kelemahan pada faktor internal namun masih
mempunyai peluang untuk lebih maju dalam pengelolaan dan promosi wisata dimasa
yang akan datang. (Gambar 19).
85
Gambar 19 Posisi Strategis untuk promosi ekowisata di TNGGP dalam Matriks
Grand Strategy.
Gambar 16 menunjukkan bahwa posisi strategi Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP) dalam promosi ekowisata berada pada sel 2 (stability strategy).
Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada,
dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Stabilitas diarahkan untuk
mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan peluang dan
memperbaiki kelemahan. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi
adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai
penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa dan hotel) dan memilih media
promosi yang tepat untuk mempromosikan TNGGP baik kepada pengunjung maupun
mitra-mitra.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan maka rencana strategis
kegiatan promosi ekowisata yang dapat dilakukan adalah :
1. Menggunakan website TNGGP dengan menyiapkan informasi yang menarik
untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP karena internet mempunyai daya
jangkau yang luas.
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
Sel 3 Sel 4
Sel 1 Sel 2
-0.19
0.58
86
2. Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata dengan membuat paket-paket wisata
karena ekowisata merupakan jenis wisata minat khusus sehingga cenderung
merupakan package tour bukan Free Independent Tour (FIT).
3. Kerjasama dengan bandara dilakukan dengan pemasangan iklan-iklan yang
dipasang dibandara, pemasangan ruang pameran yang berisi (misalnya) binatang-
binatang langka yang merupakan obyek, pemasangan information booth berupa
komputer yang mudah dioperasikan oleh pengunjung bandara, penerbitan majalah
ekowisata secara rutin untuk disebarkan pada para pihak yang berkepentingan dan
juga dapat ditempatkan di lounge/ruang tunggu khusus pada beberapa bandara.
4. Kerjasama dengan media massa dengan mengundang wartawan secara rutin dan
media televisi dengan memanfaatkan acara-acara yang terkait dengan wisata.
5. Melakukan promosi secara direct mailing yang intensif, karena golongan
menengah keatas lebih menyukai promosi yang bersifat pribadi yang langsung
ditujukan kepada mereka.
6. Peningkatan pemeliharaan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung dalam
penyampaian suatu informasi
7. Mengadakan pelatihan kepada SDM terkait promosi untuk membangun jaringan
pemasaran internasional
8. Mengembangkan potensi wisata yang belum dikembangkan dengan membuka
peluang kepada mitra untuk berinvestasi
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP secara keseluruhan sudah mencakup
keempat komponen bauran promosi, yaitu periklanan, penjualan secara pribadi,
hubungan masyarakat dan promosi penjualan, tetapi belum semua media promosi
digunakan secara rutin, karena 75% keatas pengunjung tidak pernah
melihat/mendengar media promosi yang digunakan TNGGP untuk
mempromosikan wisata.
2. Promosi masih dirasakan kurang oleh masyarakat umum, karena sebesar 71%
pengunjung memperoleh informasi ekowisata TNGGP dari cerita teman/saudara,
14% memperoleh informasi melaui media cetak, 11% dari sekolah/tempat kerja
dan 4% dari media elektronik.
3. Berdasarkan Metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi
TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel/quadran ke-2 (-0.19 ; 0.58)
dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan
adalah stability strategy. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi
adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan
maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa, hotel, dll) dan
memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP
baik kepada pengunjung maupun mitra-mitra.
Saran
1. Perlu ditetapkan tema kegiatan ekowisata di TNGGP untuk menjadi dasar
pelaksanaan kegiatan promosi
2. Perlu disusun Standar Operational Prosedure (SOP) promosi untuk ekowisata di
kawasan konservasi.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai promosi khususnya ekowisata pada
kawasan konservasi lainnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Arif A. 2004. Pola Komunikasi Pengelola Taman Nasional Dalam Meningkatkan
Kesadaran Konservasi Pengunjung (Kasus di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango). [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Boo E. 1990. Ecotourism, Potential and Pitfalls. Vol.I dan II. Washington DC:
World Wildlife Fund.
Chandra G. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Penerbit ANDI Yogyakarta.
Yogyakarta.
Carthy J. 1981. Essential of Marketing. Irwin. Boston
Chandler. 1962. Strategy and Structure: chaters in the History of American Industrial
Enterprice. Chambridge: the MIT Press.
Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1999. Tourism Principles and Practice.
Ed ke-2. London : Longman.
Denman R. 2002. Product Development, Marketing and Promotion of Ecotourism:
Summary Report. http://www.uneptie.org/pc/tourism/ecotourism/wes_portfolio
/statmnts/pdfs/deunie.PDF [13 Maret 2008]
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam. Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.
03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional. Jakarta : Dephut.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, 2005. Rencana
Pengembangan Ekowisata Jawa Barat. www.westjava-indonesia.com. [9 Juni
2007].
Dodds R. 2001. Promoting Urban Green Tourism: The Development of the Other
Map of Toronto. Journal of Vacation Marketing. 7:3(261-267)
89
Eriyatno SF. 2007. Riset Kebijakan, Metode Penelitian untuk Pascasarjana. Bogor:
IPB Press.
Fennel DA. 1999. Ecotourism An Introduction. New York : Routledge.
Fennel DA. 2001. A Content Analysis of Ecotourism Definitions. Current Issues in
Tourism Vol 4, No. 5, 2001. Departement of Recreation and Leisure Studies,
Brock University, St Catharines Ontarlo L2S 3A1. Canada.
www.commerce.otago.ac.nz. [Agustus 2007]
Fennel D. 2005. Marketing Ecotourism through the Internet: An Evaluation of
Selected Ecolodges in Latin America and the Caribbean. Journal of Ecotourism.
4:3(143-160).
Fennel D. 2007. A Market Segmentation Analysis of Cruise Ship Tourist Visiting the
Panama. Canal Watershed: Opportunities for Ecotourism Development. Journal
of Ecotourism. 6:1(1-8).
Fennel D. 2008. Internet-based Ecotourism Marketing: Evaluating Canadian
Sensitivity to Ecotourism Tenets. Journal of Ecotourism. 7:1(15-43).
Goodwin H. 1996. Terestrial Ecotourism. Kent : Univ of Kent.
Hasan M. 2006. Rencana Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dalam Konteks Pengembangan Wilayah. Tidak dipublikasikan.
Heath E, Wall G. 1992. Marketing Tourism Destinations : A Strategic Planning
Approach. New York : John Wiley and Sons Inc.
Hengky. 2006. Penerapan Konsep Ekowisata untuk Meningkatkan Daya Saing
Pariwisata Pesisir di Kabupaten Pandeglang, Banten. [Disertasi]. Bogor:
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Irawan. 1996. Pemasaran Prinsip dan Kasus. PT.BPFE. Yogyakarta.
Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Kontrol. Jilid ke-2. Ed ke-7. Jakarta : Prehalindo.
Kohl. 2003. Ecotourism Industry. RARE. USA.
Kusler JA. 1991. Ecotourism and Resources Conservation : A Collection of Papers.
Volume ke-1. Ecotourism and Resources Conservation Project.
90
Lascurain C, Hector. 1996. Tourism, Ecotourism and Protected Areas, IUCN. Gland,
Switzerland.
Lee JG. Tanpa tahun. Promoting Ecotourism by utilizing natural Resourses in Seoul.
http://www.sdi.re.kr/nfile/zcom_eng_bbs/a2004-R-26.pdf [6April 2008]
Linberg K, Hawkin DE. 1993. Ekoturisme : Petunjuk untuk Pelaksana dan
Pengelola. Vermont : Ecotourism Society.
Mardjuka MY. 1995. Pengembangan Ekoturisme Hutan Untuk Pembangunan yang
berkelnjutan. Majalah Ilmiah Ilmu Wisata. Ed ke-10. Des 1995. Jakarta : Univ
Sahid, Pusat Penelitian Pariwisata Indonesia.
MacKinnon J, MacKinnon K, Child G, Thorsell J. 1990. Pengelolaan Kawasan
yang Dilindungi di Daerah Tropika (Terjemahan). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Muntasib H. 2008. Promosi Dalam Tata Kelola Ekowisata. Seminar dan Lokakarya
Promosi Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi. IPB-PHKA,Departemen
Kehutanan. Bogor. [26-29 Juni 2008]
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Gumilar N. 1996. Persepsi dan Motivasi Pengunjung dalam Kegiatan Ekoturisme di
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [Skripsi]. Bogor: Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan, Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Pranoto AH. 2001. Studi Perilaku Pengunjung Terhadap Kerusakan di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango. [Skrpsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan. Universitas Nusa Bangsa.
Ramono WS. 2000. Pengelolaan Taman Nasional. Lokakarya Pengembangan Eco-
Tourism di Taman Nasional. Bogor, 1-2 Nov 2000. Bogor : Ditjen PKA-JICA.
Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia
Pusataka Utama. Jakarta.
Ray M. 1982. Advertising and Communication Management. Prentice Hall. New Jersey.
Rinzin C, Vermeulen WJV, Glasbergen P. 2007. Ecotourism as a mechanism for
sustainable development: the case of Bhutan. Journal of Environmental Sciences 4(2): 109-125.
Singarimbun M dan Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Red-Ed. PT.Pustaka
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
91
Sugiarto E, Kusmayadi. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan.
PT.Gramedia Pusata Utama. Jakarta.
Suwantoro G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. ANDI. Yogyakarta.
Suyitno. 1999. Perencanaan Wisata. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Spillane JJ. 2000. Perencanaan Pemasaran Pariwisata. Makalah Kerjasama antara Departemen Kehutanan dan Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Stanton W. 1993. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Swastha B. 1998. Azas-azas Marketing. Liberty. Yogyakarta.
Wade DJ, Eagles PFJ. 2003. The Use of Importance-performance Analysis and
Market Segmentation for Tourism Management in Park and Protected Areas: an Application to Tanzania’s National Park. Journal of Ecotourism. 2:3.
Wall G. 1995. Introduction to Ecotourism. Dalhousie University. Environmental
Studies Center Development in Indonesa Project. Jakarta. 121p.
[WTTC] World Travel and Tourism Council. 2004. AGENDA 21 for the Travel &
Tourism Industry Towards Environmentally Sustainable Development. World
Travel and Tourism Council. www.wttc.org. [Juli 2007]
Yoeti H. 1996. Pemasaran Pariwisata. Angkasa. Bandung.
Lampiran 1. Panduan wawancara pengunjung aktual
Tanggal :………
A. Data Pribadi Pengunjung
a. Jenis Kelamin : P/L*
b. Umur : ……tahun
c. Pekerjaan : ………………………..
d. Asal (kota) : ………………………..
e. Pendidikan Terakhir : SD/ SLTP / SMA / D3 / S1 / S2 / S3 *
B. Waktu Kunjungan
1. Sudah berapa kali anda berkunjung ke TNGP?
2. Apakah anda berkunjung ke TNGP ini secara rutin?
3. Hari apa yang anda gunakan untuk berkunjung ke TNGP ini?
4. Bersama siapa biasanya anda berkunjung ke TNGP ini?berapa orang?
C. Sumber Informasi TNGP
1. Darimanakah anda memperoleh informasi tentang ekowisata di TNGP?
a. media cetak (majalah, koran, leaflet, brosur)
b. media elektronik (radio, TV, internet) web-nya apa?
c. cerita dari orang (saudara, teman, dll)
d. sekolah/tempat kerja
e. lainnya......
3. Menurut anda dari media promosi dibawah ini, media apa saja yang sering atau tidak sering atau
tidak pernah anda lihat atau dengar mengenai ekowisata di TNGP?
Media Kriteria
>5 kali
(orang)
2-3 kal
(orang)
Tidak pernah
(orang)
A. Periklanan
1. Koran
2. Majalah
3. Leaflet dan brosur
4. Radio
5. TV
6. Billboard
B. Promosi Penjualan
1. Pameran
2. Potongan harga
3. Hiburan
C. Hubungan Masyarakat
1. Seminar
2. Ceramah
3. Siaran Pers
D. Penjualan secara pribadi
1. Presentasi penjualan
2. Telepon
3. Email
4. Internet
D. Motif Kunjungan
1. Apa tujuan anda datang ke TNGP
a) menikmati panorama alam yang indah d) tugas sekolah
b) menikmati kebudayaan masyarakat e) lainnya...
c) menambah pengetahuan dan pengalaman baru
2. Obyek ekowisata apa yang anda sukai?
a) Puncak Gunung Gede d) alun-alun suryakencana
b) air terjun cibeureum e) Bumi perkemahan
c) danau situgunung f) lainnya
3. Kegiatan apa yang anda sukai?
a) lintas alam d) penelitian
b) pendakian e) rekreasi
c) berkemah f) lainnya....
4. kontribusi apa yang anda berikan terhadap masyarakat lokal?
a) membeli souvenir c) guide
b)porter d) lainnya....
5. Apa anda pernah mendengar Pendidikan Lingkungan di TNGP?
E. Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana penunjang
Menurut anda, bagaimana kondisi sarana dan prasarana penunjang ekowisata di TNGP ini?
Aspek Penilaian Kriteria
Baik Cukup Kurang
Pusat Informasi
Shelter
MCK
Jembatan kayu
Wisma tamu
Kantin
Canopy trail
Sarana penunjang (pondok kerja, menara pengawas, dll)
Bagaimana kesan Anda terhadap kondisi dari Entry gate sampai dengan resort Cibodas?
G. Harapan pengunjung terhadap upaya promosi ekowisata?
Lampiran 2. Panduan wawancara pengunjung potensial
Hari/Tanggal : …….
No Responden : …….
A. Data Pribadi Pengunjung
a. Jenis Kelamin : P/L*
b. Umur : ……tahun
c. Pekerjaan : ………………………..
d. Asal (kota) : ………………………..
e. Pendidikan Terakhir : SD/ SLTP / SMA / D3 / S1 / S2 / S3 *
*) Coret yang tidak perlu
B. Informasi TNGP
1. Darimana Anda mendapat informasi ekowisata TNGGP ?
a. media cetak (majalah, koran, leaflet, brosur)
b. media elektronik (radio, TV, internet)
c. cerita dari orang (saudara, teman, dll)
d. sekolah/tempat kerja
e. lainnya...... 2. Apakah anda berminat ke TNGP?
a) Ya b) tidak
Jika berminat lanjutkan ke no 3, jika tidak lanjutkan ke no 6
3. Jika anda berminat untuk berkunjung alasan apa yang menyebabkan anda berminat untuk
berkunjung?
a) Pemandangan yang menarik e) Diajak teman/keluarga
b) Mudah dijangkau dengan kendaraan f) lainnya...
c) Banyak obyek yang dapat dikunjungi
4. Seberapa kuat keinginan anda untuk berkunjung?
a) Sangat kuat b) kuat c) Biasa saja
5. Berapa jam perjalanan anda menuju TNGGP?Media transportasi?
6. Jika anda tidak berminat datang ke TNGP, alasan apa yang mendasarinya?
a) Belum pernah mendengar informasi tentang TNGP
b) Tempatnya tidak menarik
c) Fasilitas kurang
d) lainnya…..
6. Jika hal yang menghalangi kunjungan anda tersebut dapat ditanggulangi, apakah anda akan berminat
untuk berkunjung di TNGP?
a) Ya b) Tidak
**) Pendapatan/bln? Dan aktivitas yang akan dilakukan apa?
Lampiran 3. Panduan wawancara dengan pihak pengelola
1. Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dan akan dilakukan oleh pihak pengelola?
2. Apa kendala/hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan promosi?
3. Upaya solusi yang telah dilakukan untuk memecahkan kendala/hambatan diatas?
4. Kebijakan-kebijakan tentang promosi ekowisata?
5. Bagaimana kaitan Ekowisata dengan Taman Nasional model:
a. Apakah ada rencana khusus
b. Langkah-langkah yang sudah direncanakan atau diambil
6. Produk Ekowisata apa saja yang ditawarkan?
7. Bagaimana dengan SDM untuk ekowisata?
8. Sarana prasarana apa saja yang disiapkan untuk Ekowisata?
9. Bagaimana dengan sistem informasi untuk pengunjung?
10. Bagaimana dengan interpretasi yang sudah dijalankan?
Lampiran 6 Beberapa Guntingan Berita Media Cetak Mengenai Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango pada tahun 2000-2007.
Lampiran 4 Daftar judul pemberitaan mengenai TNGGP di 20 media massa
No Judul
Media Massa Tanggal
1 Penebangan di Hutan Lindung Gunung Gede-
Pangrango atas Perintah Kades
Suara Pembaruan 15 Mar 2000
2 Kelestarian Taman Nasional Gede-Pangrango
Terancam
Suara Pembaruan 22 Mar 2000
3 Iguana usik ekosistem kawasan Gunung Gede Republika 15 Mei 2000
4 Hikers, campers destroying Gede and Pangrango peaks The Jakarta Post 26 Jun 2000
5 Kepala Seksi Konservasi TNGP : Banyak yang
melakukan perambahan. Kelestarian Gunung Gede-
Pangrango terancam
Pikiran Rakyat 13 Des 2000
6 Kebun Raya Cibodas Keindahan di Kaki Gede-
Pangrango
Suara Karya 22 Des 2000
7 Mulai Merana, Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango
Pelita 18 Agst 2001
8 Gunung Gede Pangrango Ditutup Suara Pembaruan 16 Agst 2001
9 Mt. Gede closed to hikers 14 Agst 2001
10 Garbage becoming a major problem for Mount Gede
park
The Jakarta Post 22 Agst 2001
11 Antisipasi Kebakaran Hutan. Aktivitas Pendakian
Gunung Gede pangrango ditutup Sementara
Koran Tempo 10 Agst 2001
12 Sampah di Gunung Gede Memprihatinkan Media Indonesia 1 Okt 2002
13 Pecinta Alam Bersihkan Gunung Gede Pangrango Berita Buana 25 Sept 2002
14 Dibuka, TN Gunung Gede Pangrango Kompas 13 Sept 2003
15 Diperluas, TN Gunung Gede dan Halimun Berita Buana 8 Jul 2003
16 TN Gunung Gede Pangrango Kompas 20 Sept 2003
17 TN Gunung Gede & Halimun diperluas Berita Buana 29 Jul 2003
18 Ratusan Pendaki gagal Tahun baruan di Gunung Gede Kompas 2 Jan 2003
19 TN Gunung Gede Pangrango Dikelola Secara
Kolaboratif
Pikiran Rakyat 1 Agst 2003
20 KLH Bantu Lingkungan Pariwisata Berkelanjutan di TN Gunung Gede
Suara Karya 16 Jul 2004
21 TN Gunung Gede Pangrango Ditutup Saat Libur Tahun
Baru
Kompas 16 Des 2004
22 Ekowisata di Taman Nasional Gede Pangrango Kompas 21 Jul 2005
23 Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Wilayah
Konservasi yang Tersisa untuk Jabodetabek
Suara Pembaruan 22 Jul 2005
24 Ragam. Memperkenalkan Anak pada Alam Koran Tempo 22 Jan 2005
25 Most Conservation areas unprotected The Jakarta Post 21 Mar 2005
26 Pendakian. Gunung Gede dan Pangrango Ditutup Kompas 23 Feb 2006
27 Wisata Alam. Kereta Gantung di Taman Nasional
Gede Pangrango
Kompas 24 Jan 2006
28 Kebakaran Hutan. Gunung Gede Terbakar, Bunga
Edelweiss Punah
Suara Karya 20 Sept 2006
29 Ford Mendukung Acara Penanaman Pohon di Taman
Nasional Gede-Pangrango, Lido
Kompas 17 Des 2007
30 Peluncuran Buku. Wisata Alam Wilayah Gunung Gede
Pangrango
Kompas 12 Mar 2007
31 Satwa Langka Media Indonesia 23 Jul 2007
32 TN Gunung Gede Pangrango Ditutup Kompas 2 Agst 2007
Lampiran 7 Beberapa printout mengenai TNGGP di internet