strategi survive tkw di kelurahan moro bekerja...
TRANSCRIPT
1
STRATEGI SURVIVE TKW DI KELURAHAN MORO BEKERJA KE
LUAR NEGERI TANPA IDENTITAS KERJA (PERMIT KERJA)
NASKAH PUBILKASI
Oleh
PUTRA
NIM. 120569201006
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
2
ABSTRAK
Permasalahan rumah tangga merupakan permasalahan yang kompleks
yang mana masing-masing mempunyai perannya tersendiri. Salah satunya ialah
peran istri yang mengurus segala keperluan di sektor domestik dan peran suami di
sektor publik dalam mencari kebutuhan hidup. Namun hal tersebut tidak bisa
dipungkiri bahwasanya adanya pembagian kerja yang kompleks di dalam rumah
tangga di Kelurahan Moro yang melakukan pekerjaan diluar rumah mencari
tambahan ekonomi demi untuk mempertahankan hidup rumah tangga.
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu guna
untuk melihat lebih jelas, kompleks, dinamis dan sebagainya tentang hal
bagaimana TKW di Kelurahan Moro Survive bekerja di luar negeri dengan
menggunakan paspor pelancong atau juga bisa di sebut dengan tanpa izin kerja
(permit kerja) dan proses bagaimana para TKW masuk keluar negeri dengan
harapan bisa masuk tanpa ketahuan untuk tujuan utama ialah untuk bekerja.
Adapun hasil temuan peneliti dilapangan ialah melihat para TKW di
Kelurahan Moro yang bekerja sebagai TKW dengan tanpa izin kerja (permit
kerja) bisa bertahan hingga bertahun-tahun lamanya merupakan motif ekonomi
yang dihadapi yang mana suami dalam pencari nafkah belum bisa menutupi
kekurangan di dalam rumah tangga. Maka untuk mengurangi beban didalam
rumah tangga mereka para ibu rumah tangga di Kelurahan Moro bekerja menjadi
TKW tanpa identitas kerja (permit kerja) untuk survive. Dan juga strategi TKW
bisa bekerja di luar negeri dengan adanya modal sosial yaitu jaringan sosial,
kepercayaan dan nilai dan norma yang dibangun dengan majikan dan juga antara
sesama TKW di Kelurahan Moro yang bekerja tanpa menggunakan izin kerja
(permit kerja) demi mempertahankan ekonomi rumah tangga untuk survive.
Kata Kunci: Strategi, Tenaga Kerja Wanita dan Modal Sosial
3
STRATEGI SURVIVE TKW DI KELURAHAN MORO BEKERJA KE
LUAR NEGERI TANPA IDENTITAS KERJA (PERMIT KERJA)
Tanggung Jawab Yuridis Materi Pada:
PUTRA
120569201006
Disetujui Oleh:
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
Nanik Rahmawati, M. Si Emmy Solina, M. Si
NIDN: 1013048002 NIDN: 1020118401
Disahkan Oleh :
DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Bismar Arianto, M.Si
NIP. 198005292014041001
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Migrasi merupakan fenomena
umum yang dapat kita temui
dimanapun, baik di dunia maupun di
Indonesia. Di Indonesia migrasi
terjadi lebih didorong untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi.
Lapangan pekerjaan yang tidak
tersedia menjadi daya dorong yang
sangat kuat untuk terjadinya migrasi.
Pada awalnya meluasnya fenomena
migrasi keluar negeri terjadi, angka
terjadinya migrasi bila dilihat dari
jenis kelamin adalah para kaum laki-
laki. Tetapi beberapa tahun terakhir
ini mulai terjadi pergerseran. Laki-
laki tidak lagi mendorong angka
tertinggi terjadinya migrasi keluar
negeri tersebut, saat ini angka
tertinggi arus migrasi didominasi
kaum perempuan
(http://riset.umrah.ac.id, diakses 29
Agustus 2016. 15:00 Wib).
Berdasarkan Survei Cherlin,
perubahan-perubahan ekonomi yang
mendasar dalam keluarga
mempengaruhi partisipasi kaum
wanita dalam angkatan kerja.
Kecenderungan itu sangat sesuai
dengan kenaikan yang dramatis
dalam proposisi kaum wanita yang
kawin dan mempunyai anak-anak
asuhan dan yang bekerja penuh
diluar rumah. Karena kaum wanita
telah memasuki angkatan kerja
dalam jumlah yang lebih besar, maka
kekuasaan ekonomi mereka telah
sangat meningkat, dan keadaan ini
mengurangi ketergantungan pada
suami mereka (Sanderson, 2011:477-
478).
Tenaga Kerja Wanita yang
bekerja keluar negeri agar dapat
mengangkat kesejahteraan keluarga
5
karena bisa mendapat tambahan
penghasilan dari hasil kerja mereka.
Fenomena tersebut menunjukkan
peran wanita sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai pencari nafkah di
dalam usaha meningkatkan taraf
hidup keluarga mereka dengan
menjadi TKW rela meninggalkan
suami dan anak-anaknya di kampung
halaman demi mencari penghidupan
guna menanggung jaminan
keberlangsungan hidup
keluarga.Bukan cuma anak, orang
tua, adik, saudara, bahkan para TKW
yang tangguh itu ada yang nekat
menjadi TKW secara ilegal (Anjani,
2013:11).
Kecamatan Moro merupakan
Kecamatan yang berada dalam ruang
lingkup Kabupaten Karimun Provinsi
Kepulauan Riau. Secara geografis
jalur perbatasan antara Kecamatan
Moro ke Malaysia dan Singapura
berjarak kurang lebih dua atau tiga
jam. Bagi masyarakat Kecamatan
Moro biasanya untuk keluar negeri
khususnya ke Malaysia atau
Singapura, terlebih dahulu mereka
akan melewati jalur tempuh yaitu
dari Tanjung Balai Karimun sebagai
tempat keberangkatan ke Malaysia
atau Singapura. Kehidupan
masyarakat Kecamatan Moro
bergantung terhadap ekosistem laut,
yang mana wilayah Kecamatan Moro
termasuk wilayah pesisir.
Selain dari pada itu, alasan
para TKW di Kelurahan Moro
bekerja sebagai TKW illegal yang
menggunakan cap paspor (Paspor
Melancong) karena jarak antara
Moro – Malaysia dan Singapura
tidak terlalu jauh serta upah bekerja
di sana yang cukup besar sekitar 900
hingga 1000 Ringgit Malaysia dalam
jumlah Rupiah 3 hingga 4 juta,
6
sedangkan di Singapura 500 hingga
600 Dollar Singapura dalam jumlah
Rupiah 4 hingga 5 juta Rupiah
sehingga bisa mengurangi beban
perekonomian di dalam rumah
tangga. Adapun yang mendasari
perubahan ibu rumah tangga dari
sektor domestik ke publik karena
rendahnya pendapatan suami dalam
mencari nafkah serta biaya hidup
yang semakin mahal. Untuk lebih
mempermudah peneliti maka,
peneliti menyajikan data pekerjaan
Ibu Rumah Tangga sebagai TKW
keluar negeri yang mernggunakan
paspor liburan (Paspor Melancong)
atau cap paspormelalui tabel 1.2
sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 1.2 di atas,
mereka yang bekerja secara illegal
keluar negeri adalah para ibu rumah
tangga yang bekerja dengan tidak
memiliki izin kerja (permit kerja)
yaitu 7 orang ibu rumah tangga yang
bekerja ke Singapura dan 6 orang ibu
rumah tangga yang bekerja ke
Malaysia sebagai buruh. Adanya
kemudahan khususnya ibu rumah
tangga yang bekerja di Malaysia
maupun Singapura secara ilegal di
sebabkan ada jaminan dari para
majikan tempat mereka bekerja.
Secara umum, para ibu rumah tangga
yang bekerja keluar negeri
merupakan adanya modal sosial yang
muncul menjalin informasi serta
komunikasi yang baik antar sesama
ibu rumah tangga sehingga
menghasilkan kepercayaan (Trust),
norma-norma (Norms) serta jaringan
sosial (Network) dan (reciprocal)
hubungan timbal balik yang
terbentuk di dalam masyarakat.
Ditambahkan pendapat Fukuyama
dalam Usman (2006:16) “sosial
capital is instantiated informal norm
7
that promotes coorperation between
two or more individuals”. Dalam
definisi ini Fukuyama
memperlihatkan bahwa modal sosial
adalah norma informal, artinya
norma yang dibangun melalui
consensus, dan bukan merupakan
hukum kodifikasi (kerjasama) di
antara orang-orang di dalamnya.
Berdasarkan rasa
kepercayaan, biasanya para calon
TKW yang akan direkrut oleh calo
merupakan saudaranya (berdasarkan
kekerabatan) selain itu, individu
yang akan direkrut juga dilihat
berdasarkan kemampuan yang
dimiliki seperti membuat kue,
mengurus rumah tangga serta
pengalaman bekerja yang merupakan
modal kepercayaan para calo untuk
mengajak mereka bekerja keluar
negeri. Di sisi lain, ketertarikan para
calon TKW untuk bekerja keluar
negeri juga dikarnakan adanya rasa
percaya para calon TKW kepada calo
(perekrut) dengan imbalan upah yang
besar serta saling kenal antara calon
TKW (yang direkrut) dan calo TKW
ilegal (perekrut). Sementara itu,
norma sosial yang dimiliki
masyarakat Kelurahan Moro
merupakan nilai-nilai yang berasal
dari budaya yang dimilikinya.
Umumnya norma atau aturan yang
berlaku adalah tidak boleh
mementingkan diri sendiri dan
apabila mereka mementingkan diri
mereka sendiri maka sanksi yang
akan muncul adalah menjadi bahan
percakapan (omongan), rasa
permusuhan sesama masyarakat
setempat khususnya ibu-ibu rumah
tangga. Dengan adanya aturan yang
mengikat berupa sanksi tersebut
esensinya telah munculkan sikap
saling tolong menolong khususnya
8
dalam hal ekonomi. Wujud dari
sikap tolong menolong dalam hal
ekonomi yaitu para ibu rumah tangga
di Kelurahan Moro yang telah
terlebih dahulu bekerja sebagai
TKW, mereka akan membantu
saudara atau kerabatnya untuk juga
ikut bekerja keluar negeri guna
mengurangi beban eknomi keluarga.
Selain kepercayaan dan
norma yang merupakan bagian dari
modal sosial ialah jaringan sosial
yang tumbuh dalam kehidupan
khususnya ibu-ibu rumah tangga
juga merupakan modal sosial untuk
menjadi TKW keluar negeri secara
illegal. Adanya jaringan sosial yang
tumbuh yaitu jaringan informasi
(komunikasi antar ibu-ibu rumah
tangga) dan jaringanantar
kekerabatan. Jaringan informasi yang
terbentuk bagi ibu-ibu rumah tangga
biasanya mereka para ibu-ibu rumah
tanggga selalu bertegur sapa dan
bercerita-cerita tentang kehidupan
mereka baik dari segi ekonomi,
maupun masalah pribadi yang
mereka alami (menggosip), berawal
dari hal tersebut biasanya mereka
yang mengalami kesulitan ekonomi
akan ditawarkan untuk ikut bekerja
sebagai bentuk tolong menolong
sehingga ada sebagian mereka yang
tertarik untuk bekerja keluar negeri
sebagai TKW.
Berdsarkan permasalahan di
atas, maka peneliti tertarik
mengangkat judul tentang
STRATEGI SURVIVE TKW DI
KELURAHAN MORO BEKERJA
KE LUAR NEGERI TANPA
IDENTITAS KERJA (PERMIT
KERJA)
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang
permasalahan di atas, maka peneliti
9
tertarik mencari jawaban atas
permasalahan: Bagaimanakah
strategi survive TKW di Kelurahan
Moro bekerja ke luar negeri tanpa
identitas kerja (permit kerja)?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini
dilakukan adalah ingin mengetahui
bagaimana lebih lanjut mengenai
proses terjadinya ibu rumah tangga
di Kelurahan Moro bekerja menjadi
TKW yang tidak menggunakan izin
kerja (permit kerja).
1.4 Kegunaan Peneltian
Adapun kegunaan dari
penelitian ini ialah :
1.4.1 Secara praktis
Dilihat dari kegunaan
penelitian secara praktis penelitian
ini diharapkan dapat memberi
sumbangan ilmu pengetahuan dan
pemikiran serta dapat membantu
sebagai bahan informasi mengenai
strategi ibu rumah tangga sebagai
TKW demimengurangi beban
ekonomi di dalam rumah tangga.
1.4.2 Secara teoritis
Penelitian ini juga dapat
menjadi acuan informasi dalam
penelitian-penelitian berikutnya
dengan permasalahan penelitian yang
sama serta menjadi referensi pustaka
bagi pemenuhan kebutuhan
penelitian lanjutan.
1.5 Konsep Operasional
Dalam penelitian ini, konsep
yang belum jelas perlu
dioperasionalkan agar menyentuh
permasalahan yang diteliti. Adapun
konsep yang dioperasionalkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Strategi Survive dalam
penelitian ini ialah para ibu
rumah tangga yang menjadi
TKW dengan menggunakan
cap paspor (Paspor
10
Melancong) bekerja ke luar
negeri.
2. TKW dalam penelitian ini
ialah para ibu rumah tangga
yang bekerja ke luar negeri
tanpa menggunakan izin kerja
(permit kerja) atau TKW
illegal yang menggunakan
paspor melancong dengan
batas kerja hanya satu bulan.
3. Modal sosial ibu rumah
tangga sebagai TKW ke luar
negeri dalam penelitian ini
ialah:
1. Jaringan sosial yaitu
bekerja sebagai TKW ke
luar negeri adanya
informasi dari sahabat
dan saling berkomunikasi
tentang hal pekerjaan
sehingga mendapatkan
pekerjaan ke luar negeri
karena adanya
komunikasi yang di
lakukan sesama ibu
rumah tangga.
2. Kepercayaan yaitu
mereka para ibu rumah
tangga yang sudah saling
mengenal satu sama lain
karena unsur dari kerabat
terdekat atau
kekeluargaan.
3. Nilai dan Norma yaitu
adanya budaya sikap
tolong menolong yang
mengatur di dalam
kesusahan ekonomi antar
sesama ibu rumah tangga
di Kelurahan Moro.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Adapun metode penelitian
yang peneliti gunakan adalah metode
kualitatif. Menurut Sugiyono
(2008:292) pada umumnya alasan
menggunakan metode kualitatif yaitu
permasalahan belum jelas, holistik,
kompleks, dinamis dan penuh makna
sehingga tidak mungkin data pada
situasi sosial tersebut dijaring dengan
metode penelitian kuantitatif.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang peneliti
kaji di Kelurahan Moro Kecamatan
Moro.Alasan peneliti mengambil
lokasi tersebut ialah banyaknya
TKW yang bekerja ke luar negeri
dengan tidak menggunakan izin kerja
(permit kerja) dengan kata lain
bekerja sebagai TKW ilegal dengan
11
hanya menggunakan cap paspor
(paspor melancong).
1.6.3 Informan Penelitian
Adapun karakteristik
informan yang peneliti butuhkan
adalah:
1. Ibu rumah tangga yang lama
masa bekerja sebagai TKW 3
sampai 8 tahun
2. TKW yang bekerja di
Singapura atau Malaysia
3. TKW yang bekerja 5 sampai
7 kali dalam setahun
4. TKW yang bekerja dengan
etnis majikan di Malaysia dan
Singapura
1.6.4 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber
data yang digunakan menurut
Sugiyono (2008:225) pengumpulan
data dapat menggunakan sumber
primer dan sumber sekunder. Data
primer adalah sumber data yang
langsung memberikan datakepada
pengumpul data dan sumber
sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data primer
yang peneliti butuhkan dalam
penelitian ini yaitu data yang
berkaitan dengan sebarapa
banyaknya para ibu rumah tangga
yang bekerja keluar negeri sebagai
TKW tanpa menggunakan izin kerja
(permit kerja) atau secara illegal.
Sedangkan data sekunder yang
peneliti butuhkan yaitu data dari
Kantor Imigrasi Kecamatan Moro,
Kantor Kelurahan Moro, RT/RW
setempat, Media Cetak atau
informasi tentang pekerjaan sebagai
TKW legal atau ilegal.
1.7 Teknik dan Pengumpulan
Data
Dalam bagian ini teknik dan
alat pengumpulan data yang
digunakan peneliti berupa observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.
12
1.7.1 Observasi
Adapun observasi yang
peneliti lakukan ialah berupa
pengamatan dan pencatatan terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi
ini dilakukan dengan memperhatikan
3 element penting yakni:
a. Tempat, tempat adalah lokasi
penelitian yaitu di Kelurahan
Moro Kecamatan Moro.
Daerah tempat yang mana
cukup banyak para Ibu rumah
tangga yang bekerja sebagai
TKW tanpamenggunakan
izin kerja keluar negeri
(permit kerja).
b. Pelaku, pelaku adalah mereka
para ibu rumah tangga yang
menjadi TKW.
c. Aktivitas, aktivitas adalah
mereka para iburumah tangga
yang bekerja diluar negeri
sebagai pembantu rumah
tangga, baby sister, membuat
kue dan menjaga kantin
sekolah.
1.7.2 Wawancara
Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data,
apabila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan
diperoleh, oleh karena itu dalam
melakukan wawancara pengumpul
data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis (Sugiyono,
2008:233).
1.7.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono
(2008:240) dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya monumental dari
seseorang. Dokumentasi yang
peneliti lakukan dalam penelitian ini
berupa gambar yaitu foto yang
berkaitan dengan situasi sosial.
13
1.8 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa data model Miles dan
Huberman. Analisa data dilakukan
pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode
tertentu.Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2009:246)
mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisa kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas
sehingga datanya sudah
jenuh.Aktivitas dalam analisa data
yaitu reduksi data, penyajian data
dan verifikasi.
1.8.1 Reduksi data
Menurut Sugiyono
(2009:247) mereduksi data berarti
memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang
penting dicari tema dan pokoknya.
Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas, dan
mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
1.8.2 Penyajian data
Penyajian data dirancang
untuk menggabungkan informasi
dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah dipahami. Menurut Sugiyono
(2009:249) dengan penyajian data
maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang dipahami
tersebut.
1.8.3 Kesimpulan (Verifikasi)
Menurut sugiyono
(2009:252), kesimpulan dalam
14
penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak. Hal ini karena
masalah dalam penelitian kualitatif
bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian
dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi
Perumusan strategi dimulai
dari identifikasi permasalahan,
analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi dengan pengamatan
kondisi yang lalu, analisis
lingkungan internal dan analisis
lingkungan eksternal sampai pada
tahap penerapan strategi yang juga
sering dikatakan dalam penerapan
di dalam mempertahankan
kebutuhan atau kehidupan. Strategi
bertahan hidup menarik untuk
diteliti suatu pemahaman bagaimana
situasi di dalam rumah tangga
mengelola dan memanfaatkan asset
sumber daya dan modal yang
dimiliki melalui kegiatan tertentu
yang dipilih. Suharto (2009:29)
mendefinisikan strategi bertahan
hidup sebagai kemampuan
seseorang dalam menerapkan
seperangkat cara untuk mengatasi
sebagai permasalahan yang
melingkupi kehidupanya, strategi
penanganan masalah ini pada
dasarnya merupakan kemampuan
segenap angota keluarga dalam
mengelola asset yang dimiliki.
2.2 Tenaga Kerja Wanita
(TKW)
TKW merupakan pekerja
yang berjenis kelamin wanita
berangkat kerja keluar negeri
meninggalkan keluarga demi
mencari kebutuhan ekonomi di
15
sektor rumah tangganya. Dalam
pengertiannya, TKW melakukan
bekerja keluar negeri salah satu
tindakan yang rasial untuk
membentuk ekonomi rumah tangga
yang lebih baik. Dampak menjadi
TKW, untuk sebagian, memang telah
banyak membantu perekonomian
keluarganya.Bahkan, seringkali
TKW telah menjadi simbol
fenomenal hadirnya kehidupan baru
yang lebih baik dan
kesuksesan.Terkadang, menjadi
TKW mendapatkan keuntungan yang
sangat memuaskan.Tak jarang, para
TKW dapat membiayai keluarganya
yang berada di Indonesia dan tak
jarang pula para TKW mendapatkan
peningkatan status sosial. Upah yang
diterima oleh para TKW adalah mata
uang asing, sehingga apabila di
jadikan rupiah, maka hasilnya sangat
besar. Para TKW juga akan
mendapatkan wawasan yang luas
karena mereka berhubungan
langsung dengan orang yang berbeda
negara. Selain mendapatkan masalah
sosial mereka juga mendapatkan
ilmu bahasa asing yang sangat
membantu untuk meningkatkan
kualitas untuk diri mereka.
2.3 Modal Sosial
Modal sosial sebagai suatu
rangkaian proses hubungan antar
manusia yang ditopang oleh jaringan,
norma-norma dan kepercayaan sosial
yang memungkin-kan efisien dan
efektifnya koordinasi dan kerjasama
untuk keuntungan dan kebajikan
bersama Hasbullah (2006:11). Di
Modal sosial (sosial capital) dapat
didefinisikan sebagai kemampuan
masyarakat untuk bekerja sama,
demi mencapai tujuan-tujuan
bersama di dalam berbagai kelompok
dan organisasi (Coleman, 1999).
16
Secara lebih komprehensif Burt
mendefinisikan, modal sosial adalah
kemampuan masyarakat untuk
melakukan asosiasi (berhubungan)
satu sama lain dan selanjutnya
menjadi kekuatan yang sangat
penting bukan hanya bagi kehidupan
ekonomi akan tetapi juga setiap
aspek eksistensi sosial yang lain
(Burt, 1992).
Merujuk pada Ridell (dalam
Suharto 2007), ada tiga parameter
modal sosial, yaitu :
2.3.1 Jaringan Sosial (Social
Network)
Modal sosial tidak hanya
dapat dibangun dari satu individu,
melainkan akan terletak pada
kecenderungan yang tumbuh dalam
suatu kelompok untuk bersosialisasi
sebagai bagian penting dari nilai-
nilai yang melekat. Modal sosial
akan kuat tergantung pada kapasitas
yang ada dalam suatu kelompok
masyarakat untuk membangun
keberhasilan modal sosial terletak
pula pada kemampuan pada
sekelompok orang dalam melibatkan
diri dalam suatu jaringan hubungan
sosial.
Secara sederhana, jaringan
sosial sebenarnya merupakan salah
satu bentuk eksistensi dan tindakan
yang dilakukan oleh individu,
kelompok maupun masyarakat dalam
menghadapi lingkungan
pekerjaannya yang tidak menentu
atau diliputi oleh berbagai
keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki (Kusnadi, 2000). Adapun
hubungan vertikal (hirarkis) adalah
hubungan dua pihak yang
berlangsung secara tidak seimbang
karena satu pihak mempunyai
dominasi yang lebih kuat dibanding
17
pihak lain, atau terjadi hubungan
patron-klienPutnam (1995:69)
berargumen bahwa jaringan-jaringan
sosial yang erat akan memperkuat
perasaan kerjasama para anggotanya
serta manfaat-manfaat dari
partisipasinya itu.
2.3.2 Trust (kepercayaan)
Trust (kepercayaan) dalam
suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan-
hubungan sosialnya yang didasari
perasaan yakin bahwa yang lain akan
senantiasa bertindak dalam satu pola
tindakan yang saling mendukung,
paling tidak yang lain tidak akan
bertindak merugikan kelompoknya
(Putnam, 2002). Dalam pandangan
Fukuyama (2002) trust adalah sikap
saling mempercayai di masyarakat
memungkinkan masyarakat tersebut
bersatu dengan yang lain dan
memberikan kontribusi pada
peningkatan sosial.
Akan tetapi hanyalah norma-
norma dan nilai-nilai kepercayaan
bersama yang dibangkitkan oleh
kepercayaan (trust). Dimana trust ini
adalah merupakan harapan-harapan
terhadap keteraturan, kejujuran, dan
perilaku kooperatif yang muncul dari
dalam sebuah komunitas masyarakat
yang didasarkan pada norma-norma
yang dianut bersama oleh para
anggotanya. Norma-norma tersebut
bisa berisi pernyataan-pernyataan
yang berkisar pada nilai-nilai luhur
(kebijakan) dan keadilan.
2.3.3 Nilai dan Norma
Norma-norma terdiri dari
pemahaman-pemahaman, nilai-nilai,
harapan-harapan dan tujuan-tujuan
yang diyakini dan dijalankan
bersama oleh sekelompok orang.
Norma-norma dapat bersumber dari
18
agama, panduan moral, maupun
standar-standar sekuler seperti
halnya kode etik profesional. Norma-
norma dibangun dan berkembang
berdasarkan sejarah kerjasama di
masa lalu dan diterapkan untuk
mendukung iklim kerjasama
(Fukuyama, 1995). Norma-norma
dapat merupakan pra-kondisi
maupun produk dari kepercayaan
sosial.
Dimensi modal sosial yang
sering menggambarkan segala
sesuatu yang membuat masyarakat
bersekutu untuk mencapai tujuan
bersama atas dasar kebersamaan,
serta didalamnya diikat oleh nilai-
nilai dan norma-norma yang tumbuh
dan dipatuhi (Dasgupta dan
Seregeldin, 1999). Hal ini sejalan
dengan pendapat Coleman tentang
dimensi modal sosial inheren dalam
struktur relasi sosial dan jaringan
sosial didalam suatu masyarakat
yang menciptakan berbagai ragam
kewajiban sosial, menciptakan iklim
saling percaya, membawa saluran
informasi, dan menetapkan norma-
norma serta sanksi-sanksi sosial bagi
para anggota masyarakat tersebut
(Coleman, 1999).
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
3.1 Aktifitas Umum Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga TKW
di Kelurahan Moro
Pada dasarnya ibu rumah
tangga di definisikan sebagai
pemegang peran yang berada di
sektor domestik. Ibu merupakan
sosok perempuan yang bekerja
mengurus anak-anak, mengurus
segala keperluan di dapur serta
memenuhi kebutuhan yang
bersangkutan di dalam rumah tangga.
19
Pekerjaan seorang ibu pada
hakekatnya tidak lepas dari segala
apa yang harus dilakukan oleh
seorang perempuan pada dasarnya.
Sehingga pun jika perempuan yang
sudah menikah atau ibu rumah
tangga melakukan aktifitas diluar
rumah merupakan dampak dari
ekonomi di dalam rumah tangga.
Ibu rumah tangga khususnya
tenaga kerja wanita (TKW) di
Kelurahan Moro yang melakukan
aktifitas di luar rumah atau bekerja
salah satu faktor dari kerentanan
ekonomi di dalam rumah tangga.
Pekerjaan yang dilakukan salah satu
cara bentuk agar bisa mencukupi
ekonomi di dalam ranah rumah
tangga. Ekonomi merupakan
kebutuhan masyarakat yang sangat
kompleks sehingga membentuk
kepribadian seseorang. Tanpa
ekonomi manusia tidak akan pernah
bisa bertahan hidup karena batasan
yang diperlukan tidak tercukupi.
Sehingga jalan pintas yang harus
dilakukan ialah dengan cara bekerja
untuk survive.
3.2 Gambaran Umum
Kelurahan Moro
Kelurahan Moro merupakan
salah satu Kelurahan yang berada di
Kecamatan Moro, Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.
Secara geografis wilayah Kelurahan
Moro terdiri dari tujuh (7) Rukun
Warga (RW) dan Sembilan belas
(19) Rukun Tetangga (19) dengan
luas wilayah dan (7) kampung.
Kelurahan Moro merupakan salah
satu Kecamatan yang berada di ruang
lingkung Kelurahan daratan
termasuk kedalam masyarakat pesisir
dengan ketinggian 0-138 Meter di
atas permukaan laut, dimana
sebagian besar lahan merupakan
20
lahan datar sampai gelombang dan
sebagian masyarakat Kelurahan
Moro bekerja di sektor perikanan.
Kelurahan Moro merupakan
Kecamatan yang terbentang dengan
negara luar yaitu Malaysia dan
Singapura dengan jarak tempuh 2
hingga sampai 3 jam dengan
menggunakan kapal ferry yang
berbatasan jalur laut tidak terlalu
jauh. Sebagai Pendukung, banyak
masyarakat luar yang masuk di
Kelurahan Moro karena jalur
transportasi kapal laut yang sering
datang dan singgah. Adapun sarana
transportasi yang sudah memadai di
Kelurahan Moro ialah sarana
transportasi dari Moro ke Batam,
Moro ke Tanjungpinang, Moro ke
Tanjung Balai Karimun dan Sarana
Transportasi Antar pulau-pulau
karena letak Kelurahan Moro yang
strategis.
3.3 Keadaan Sosial dan
Ekonomi Masyarakat
Kelurahan Moro
Keadaan sosial adalah
keadaan atau kondisi yang
menggambarkan tentang hal yang
berkaitan dengan masyarakat,
keadaan sosial masyarakat Kelurahan
Moro dilihat dari kehidupan
masyarakat memiliki sikap saling
tolong menolong dalam mencari
informasi seputar tentang peluang
kerja yang dibutuhkan, khususnya
peluang untuk bekerja ke luar negeri
menjadi TKI atau TKW. Masyarakat
Kelurahan Moro identik bekerja
sebagai buruh harian lepas dan
nelayan di karenkan ekosistem
Kelurahan Moro termasuk ekosistem
yang menghasilkan ikan dengan
tangkapannya. Adapun pekerjaan
tersebut belum juga menjamin
kebutuhan hidup sehari-hari yang
21
mana di Kelurahan Moro masih
banyak para ibu rumah tangga yang
bekerja sebagai TKW untuk survive.
Dilihat dari letak geografis
Kelurahan Moro terletak di wilayah
pesisir, dengan letak geografis
tersebut maka penduduk di
Kelurahan Moro mempunyai
bermacam matapencaharian namun
mayoritas masyarakat di Kelurahan
Moro bermata pencaharian sebagai
nelayan dan buruh kasar (buruh
lepas). Dilihat dari keadaan ekonomi
masyarakat Kelurahan Moro yang
beragam, salah satunya yaitu
ekonomi menengah kebawah
ditandai dengan masih banyak
keluarga yang mempunyai rumah
tidak layak huni, serta pendapatan
yang tidak mencukupi untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
sehingga istri harus membantu suami
bekerja untuk bertahan hidup.
Adapun yang mendasari
terjadinya TKW tanpa identitas di
Kelurahan Moro merupakan karena
modal sosial yang dibangun sangat
kuat seperti jaringan sosial di dalam
masyarakat seperti adanya bahan
pembicaraan tentang pekerjaan
sebagai TKW dengan upah yang
besar, menjaga relasi dengan majikan
luar negeri sedangankan kepercayaan
yang dibangun ialah menjaga satu
sama lain baik itu antar sesama TKW
bahkan dengan majikan dan nilai dan
norma ialah adanya sikap saling
tolong menolong dalam segi
ekonomi dan sebagainya.
3.4 Keadaan Demografis
3.4.1 Penduduk
Penduduk merupakan faktor
yang sangat dominan dalam
menunjang pembangunan dan
perubahan pada suatu daerah melalui
peningkatan taraf hidup mereka
22
seperti pendidikan, ekonomi dan
pekerjaan yang dapat membawa
daerah kearah yang lebih baik.
Perlunya peran penduduk dalam
pembangunan wilayah tempat
tinggalnya diharapkan mampu
membawa penduduk tersebut
menjadi semakin maju dan
berkembang melalui kemudahan
akses sumber daya yang dihadapi.
Semua masyarakat menghadapi
masalah dasar dalam mendorong
anggota masyarakat untuk
menempati posisi sosial, tidak
terkecuali pada masyarakat yang ada
di Kelurahan Moro.
3.4.2 Pendidikan
Perubahan dan kemajuan
dalam suatu masyarakat dapat dilihat
dari berbagai aspek diantaranya ialah
pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat akan
berpengaruh pada jenis pekerjaan
yang mereka geluti. Pendidikan
sangat berpengaruh bagi setiap
masyarakat untuk mendapatkan suatu
pekerjaan yang layak. Jika
masyarakat tidak berpendidikan yang
lebih tinggi maka akan semakin
banyak menimbulkan kemiskinan.
3.4.3 Mata Pencaharian
Diwilayah Kelurahan Moro
terdiri bermacam-macam mata
pencaharian dengan penghasilan
mulai dari Home Industri, Nelayan,
Pertanian, Perternakan dan lain-lain.
Kelurahan Moro merupakan area
yang strategis dan potensial sebagai
wilayah perikanan dan budidaya
rumput laut.
Penduduk Kelurahan Moro
sebagian besar bermata pencaharian
sebagai Nelayan, Buruh, Petani,
Pedagang, Pegawai Negeri Sipil
(PNS), dan Wiraswasta. Adapun
jumlah penduduk dengan
23
matapencaharian Kelurahan Moro
dapat dilihat pada tabel III.3 yaitu
sebagai berikut:
Potensi yang dimiliki oleh
masyarakat di Kelurahan Moro
seperti data di atas kebanyakan
masyarakat di Kelurahan Moro
bekerja sebagai nelayan dengan
jumlah 1781 orang. Adapun
kebanyakan masyarakat di Kelurahan
Moro bekerja sebagai nelayan karena
potensi di kelurahan moro dengan
hasil tangkapan ikan yang melimpah
ruah, sehingga masyarakat yang
pekerjaannya sebagai perkebunan,
pertanian, wiraswasta, kerajinan dan
perdagangan sulit untuk
mendapatkan penghasilan atau
pekerjaan yang lebih baik untuk
menunjang ekonomi rumah
tangganya, sehingga para pencari
nafkah (laki-laki) melakukan
pekerjaan apa adanya seperti buruh
nelayan atau buruh lepas yang
penghasilan kurang dari harapan
yang diinginkan sehingga peran
perempuan di dalam rumah tangga
harus mencari jalan pintas dengan
cara bekerja sebagai TKW untuk
menambah ekonomi di dalam rumah
tangga.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini yang
menjadi informan bagi peneliti ialah
para ibu rumah tangga di Kelurahan
Moro yang bekerja sebagai TKW ke
luar negeri tanpa menggunakan izin
kerja (permit kerja) yang juga
disebut sebagai pelancong
(wisatawan) dengan jumlah informan
sebanyak 13 orang yaitu masing-
masing bekerja sebagai TKW di
Malaysia dan Singapura.
24
4.2 Strategi Survive TKW di
Kelurahan Moro Bekerja
Ke Luar Negeri Tanpa
Identitas Kerja (Permit
Kerja)
Ibu Rumah Tangga di
Kelurahan Moro yang bekerja ke luar
negeri tanpa identitas kerja (permit
kerja) merupakan salah satu tindakan
yang di ambil karena kebutuhan
rumah tangga yang belum tercukupi.
Kebutuhan rumah tangga yang tidak
tercukupi diakibatkan oleh
pendapatan suami yang masih sangat
rendah dengan pekerjaan yang
dilakukan sebagai buruh lepas dan
nelayan sehingga istri atau ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro menjadi
TKW tanpa identitas kerja ke luar
negeri untuk survive karena adanya
modal sosial dari masyarakat yang
bersifat membangun jaringan antar
sesama, kepercayaan yang tinggi dan
nilai dan norma yang terbangun atas
dasar sikap saling tolong menolong.
4.2.1 Strategi Survive TKW Tanpa
Indentitas Kerja (Permit Kerja)
Bekerja sebagai TKW sangat
beresiko bagi pekerja. Banyak kasus
yang menjadi TKW seperti
kekerasan seksual, penyiksaan, dan
lain sebagainya. Akan tetapi, ibu
rumah tangga di Kelurahan Moro
yang bekerja sebagai TKW yang
hanya menggunakan cap paspor
(bukan permit kerja) salah satu
bentuk strategi agar bisa menutupi
ekonomi rumah tangganya. Ibu
rumah tangga di Kelurahan Moro
yang bekerja sebagai TKW ke luar
negeri merupakan salah satu
tindakan untuk memunuhi kebutuhan
ekonomi didalam rumah tangga yang
serba terbatas. Adapun cara yang
dilakukan oleh apara ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro bekerja
25
sebagai TKW ke luar negeri tanpa
identitas kerja atau cap paspor
(permit kerja). Menggunakan cap
paspor untuk masuk suatu negera
lain yaitu laur negeri dengan
menggunakan merupakan salah satu
untuk liburan atau jalan-jalan di
suatu negera. Akan tetapi, ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro masuk ke
luar negeri seperti Malaysia dan
Singapura semata-mata bukan untuk
berlibur atau berwisata melainkan
untuk bekerja mencari tambahan
hidup di sana karena pekerjaan di
daerah asal yang sangat terbatas.
Dari pernyataan-pernyataan
yang di sampaikan oleh informan
bahwasanya berbagai macam cara
mereka lakukan untuk bisa bertahan
hidup dengan mencari nafkah batin
di luar negeri. Adapun cara mereka
agar bisa survive di dalam rumah
tangganya ialah mereka masuk ke
luar negeri dengan cara dalam 1
tahun cukup 5 kali, dan juga ada
yang pulang di saat batas
pengecopan paspor yang diberikan
oleh pihak imigrasi luar negeri salah
satu cara para TKW di Kelurahan
Moro agar setiap datang ke luar
negeri tidak ketidaktahuan untuk
bekerja agar bisa survive. Pekerja
yang tidak sah di luar negeri
dikatakan pekerja yang sangat
membahayakan diri sendiri serta
keluarga mereka. Dari berbagai
macam laporan di media massa dan
hasil panelitian menemukan bahawa
tenaga kerja wanita perempuan ke
luar negeri bukanlah sesuatu
pekerjaan yang menyenangkan.
Berbagai macam kasus yang
melanda sering dialami.
Mengenai permasalahan yang
informan teliti di dalam
permasalahan para ibu rumah tangga
26
yang bergerak menuju ke luar negeri
ialah merupakan rendahnya
pendapatan serta pekerjaan yang ada
di daerah asal dengan keadaan
geografis yang kurang memadai.
Dalam hal ini munculnya pergerakan
oleh TKW di Kelurahan Moro
merupakan sikap yang di ambil
akibat kemiskinan dan pengangguran
yang dihadapi, serta modal sosial
yang tinggi di dalam masyarakat
menjadikan arus migrasi secara
illegal di Kelurahan Moro ke luar
negeri dalam pencapaian tujuan
untuk bekerja mencari pendapatan
ekonomi untuk survive di dalam
rumah tangga.
Kondisi yang paling
dirasakan menjadi pertimbangan
rasional, dimana individu melakukan
mobilitas ke kota adalah adanya
harapan untuk memperoleh
pekerjaan dan memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi dari
pada yang diperoleh di desa. Kondisi
sosial ekonomi di daerah asal yang
tidak memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan seseorang
menyebabkan orang tersebut ingin
pergi ke daerah lain yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.
Sedangkan tiap individu mempunyai
kebutuhan yang berbeda, maka
penilaian terhadap daerah asal dari
masing-masing individu di
masyarakat tersebut berbeda-beda,
sehingga proses pengambilan
keputusan untuk pindah atau
mobilitas dari masing-masing
individu berbeda pula.
Menurut Partini, (2013:19-
20) adapun yang membedakan dua
pasar tenaga kerja yaitu; Pertama,
pekerjaan-pekerjaan sektor primer
yang secara relatif lebih baik dalam
hal upah, jaminan keamanan, dan
27
peluang untuk promosi ke jenjang
tingkat yang lebih tinggi. Kedua,
pekerjaan sektor sekunder yang
memiliki upah lebih rendah, jaminan
keamanan yang kurang, dan peluang
untuk promosi sangat terbatas.
Adanya dua pasar kerja secara relatif
terpisah satu sama lain antara tenaga
kerja laki-laki dan perempuan
memiliki konsekuensi yang penting
terhadap rendahnya upah, jaminan
sosial, dan peluang promosi bagi
tenaga kerja perempuan. Rendahnya
upah di sektor primer membuat
masyarakat berpindah kerja mencari
pendapatan upah yang tinggi demi
mencapai ekonomi yang lebih baik.
Menjadi TKW merupakan
adanya dorongan sehingga para
TKW ada yang melakukan pekerjaan
sebagai TKW legal dan illegal.
Penyebab terjadinya TKW yang
bekerja secara illegal merupakan
penyebab dari keterbatasan ekonomi
rumah tangga serta jarak perbatasan
antara daerah satu dengan daerah
tujuan yang tidak terlalu jauh.
Pendorong TKW bekerja ke luar
negeri antara lain adalah
menyempitnya lapangan pekerjaan di
daerah asal. Adapun salah satu faktor
penarik TKW bekerja ke luar negeri
adalah adanya harapan akan
memperolah kesempatan untuk
memperbaiki taraf hidup. Dengan
demikian, perempuan yang menjadi
TKW adalah korban dari
ketidakmampuan dan kegagalan
negara dalam mensejahterakan
kehidupannya. Dengan demikian,
kegagalan negara tersebut tidak saja
dapat dilihat dalam pembangunan
kesejahteraan masyarakat pedesaan,
melainkan juga dalam kebijakan
penataan kelembagaan administratif
berkaitan dengan prosedur
28
pengiriman TKI atau TKW. Latar
belakang ekonomi seperti itu
membawa konsekuensi terhadap
pilihan dan cara menjadi TKW untuk
survive.
4.2.2 Modal Sosial
Modal sosial adalah bagian-
bagian dari organisasi sosial seperti
kepercayaan, norma dan jaringan
yang dapat meningkatkan efisiensi
masyarakat dengan memfasilitasi
tindakan-tindakan yang
terkoordinasi. Modal sosial juga
didefinisikan sebagai kapabilitas
yang muncul dari kepercayaan
umum di dalam sebuah masyarakat
atau bagian-bagian tertentu dari
masyarakat tersebut. Selain itu,
konsep ini juga diartikan sebagai
serangkaian nilai atau norma
informal yang dimiliki bersama di
antara para anggota suatu kelompok
yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama. (Wuhan, 2013, dalam
kompasiana.com)
Dengan pemahaman ini,
adapun terjadinya para ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro yang
bekerja sebagai TKW tanpa izin
kerja (permit kerja) ialah karena
adanya modal sosial yang menjadi
TKW dapat peneliti gaji melalui
munculnya jaringan sosial,
kepercayaan serta nilai-nilai dan
norma-norma yang terjadi oleh ibu
rumah tangga di Kelurahan Moro.
Fukuyama menyatakan modal sosial
adalah kemampuan yang timbul dari
adanya kepercayaan (trust) dalam
sebuah komunitas atau sekolompok
di dalam suatu masyarakat. Jaringan
sosial para tenaga kerja wanita di
Kelurahan Moro dilihat berdasarkan
informasi yang di dapatkan dari
kerabat serta omongan-omongan dari
masyarakat. Kepercayaan tenaga
29
kerja wanita ini dilihat berdasarkan
hubungan dekat antara pengrekrut
atas dasar kekeluargaan. Sedangkan
nilai dan norma yang terjadi ialah
adanya sikap saling tolong menolong
dalam permasalahan yang di ambil
dan tingkat solidartas yang kuat,
sehingga modal sosial para tenaga
kerja wanita di Kelurahan Moro
itupun terjadi dalam pencarian
nafkah dengan bekerja sebagai TKW
di luar negeri dengan menggunakan
identitas sebagai pelancong.
Untuk lebih jelas melihat
terjadinya proses ibu rumah tangga
bekerja di luar negeri menjadi TKW
menggunakan identitas sebagai
pelancong untuk bertahan hidup,
maka peneliti akan menjabarkan
melalui tipologi modal sosial yaitu :
4.2.2.1 Jaringan Sosial (Social
Network)
Proses terjadinya TKW para
ibu rumah tangga di Kelurahan Moro
sebagai TKW di karenakan adanya
jaringan sosial dari kelompok
masyarakat. Yang mana aktivitas
ibu-ibu yang sering ngumpul
membawa berita atau informasi dari
kerabat terdekat akan pekerjaan di
luar negeri. Pengertian jaringan
sosial sendiri sangat variatif, bagi
keluarga miskin jaringan sosial
sebagaimana dijelaskan oleh Kusnadi
(dalam Fakhrudin, 2011:103) sebagai
pola interaksi dalam mengatasi
ketidakpastian pendapatan dan
kesulitan memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Jaringan sosial yang
dikembangkan bertujuan untuk
membantu keluarga dan masyarakat
mengatasi kesulitan ekonominya.
Melalui jaringan sosial yang
terjadi antara sesama membawa
dampak positif bagi ibu rumah
30
tangga di Kelurahan Moro
membantu ekonomi rumah
tangganya dengan bekerja sebagai
TKW ke luar negeri. Hasbullah
(2006:22) memaparkan mengenai
jaringan-jaringan yang memperkuat
modal sosial akan memudahkan
saluran informasi dan ide dari luar
yang merangsang perkembangan
kelompok masyarakat. Adapun
terjadinya ibu rumah tangga bekerja
sebagai TKW ke luar negeri karena
adanya jaringan sosial, bagaimana
jaringan itu terjadi peneliti
menjabarkan melalui berdasarkan
hasil wawancara bersama informan
yaitu :
Dari hasil wawancara di atas
peneliti melihat bahwasanya
beralihnya perkerjaan ibu rumah
tangga dari Kelurahan Moro menjadi
TKW ke luar negeri karena adanya
jaringan yang terbentuk dari
hubungan personal seperti teman,
ikatan persaudaraan agen jaringan
yaitu masyarakat. Merujuk pada
Network Theory, yang mengkaitkan
proses migrasi melalui hubungan
personal, kultur, dan hubungan-
hubungan sosial lain dan
bahwasanya di negara-negara
pengirim migran, informasi tentang
pekerjaan dan standar hidup di luar
negeri secara efisien disampaikan
melalui jaringan personal seperti
teman dan tetangga yang telah
beremigrasi.
Jaringan yang membentuk
informasi yang terbuka antar sesama
ibu-ibu membawa peluang bagi
mereka mendapatkan pekerjaan
sebagai TKW tersebut. Alasan ibu
rumah tangga di Kelurahan Moro
bekerja ke luar negeri tanpa izin
yang sah salah satu langkah untuk
bertahan di dalam rumah tangga.
31
Jaringan sosial merupakan
hubungan-hubungan yang tercipta
antar individu maupun dalam suatu
kelompok dengan kelompok lainnya.
Hubungan-hubungan yang terjadi
bisa dalam bentuk yang formal
maupun bentuk informal. Adapun
Onyx, (1996) menjelaskan orang
mengetahui dan bertemu dengan
orang lain dan mereka kemudian
membangun inter-relasi yang kental,
baik bersifat formal maupun
informal Adapun hal yang
menyebabkan para ibu rumah tangga
di Kelurahan Moro bekerja sebagai
tenaga kerja wanita (TKW) ke luar
negeri merupakan dasar dari
munculnya jaringan soial yang kuat.
Jaringan di dalam kelompok akan
memunculkan tindakan untuk
mencari tahu akan suatu informasi
sehingga jaringan tersebut membawa
peluang bagi para ibu rumah tangga
di Kelurahan Moro menjadi TKW ke
luar negeri untuk menambah
ekonomi rumah tangganya.
Adapun jaringan yang
terbentuk oleh ibu rumah tangga
TKW di Keluarahan Moro atas dasar
kebersamaan dan membangun sikap
saling tolong menolong dalam segi
ekonomi, sehingga proses menjadi
tenaga kerja wanita oleh para ibu
rumah tangga di Kelurahan Moro
inipun terjadi. Jaringan yang
terbentuk hingga akhirnya tenaga
kerja wanita bisa bekerja ke luar
negeri karena lokasi di daerah asal
yang tidak terlalu jauh jarak
perbatasannya antara daerah asal dan
luar negeri. Sehingga mudah bagi
mereka mengakses informasi seputar
tentang pekerjaan di luar negeri
seperti Malaysia dan Singapura serta
keberadaan TKW di Kelurahan Moro
di luar negeri merupakan dorongan
32
mereka untuk bekerja atas dasar
jaringan yang muncul dari calo atau
kerabat terdekat yang memberi
sumbangan terbesar dari informasi
tentang pekerjaan di luar negeri,
sehingga membuat para ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro tertarik
bekerja di luar negeri sebagai TKW
dengan indentitas sebagai wisatawan
(pelancong) untuk bertahan hidup.
4.2.2.2. Kepercayaan (trust)
Kepercayaan (trust) adalah
suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan
sosialnya yang didasari oleh
perasaan yakin bahwa yang lain akan
melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan dan akan senantiasa
bertindak dalam suatu pola tindakan
yang saling mendukung, paling tidak
yang lain tidak akan bertindak
merugikan diri dan kelompoknya.
Fukuyama (2001), mengatakan trust
merupakan sikap saling
mempercayai di masyarakat tersebut
saling bersatu dengan yang lain dan
memberikan kontribusi pada
peningkatan modal sosial dan
memandang trust sebagai komponen
ekonomi yang relevan melekat pada
kultur yang ada pada masyarakat
yang akan membentuk kekayaan
modal sosial.
Terjadinya proses ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro yang
bekerja sebagai TKW ke luar negeri
di sebabkan oleh adanya
kepercayaan yang kuat antar sesama.
Kepercayaan yang terjadi karena
pengorbanan dan timbul karena
saling kenal satu sama lain.
Membangun hubungan yang sudah
lama juga salah satu bentuk
kepercayaan antara ibu-ibu di
Kelurahan Moro. Berikut ini akan di
uraiakan kepercayaan yang terjadi
33
antara ibu rumah tangga yang
bekerja ke luar negeri sebagai tenaga
kerja wanita sebagai berikut :
Ibu rumah tangga yang
bekerja sebagai TKW ke luar negeri
karena memiliki sikap percaya yang
tinggi terhadap sesama, sehingga
proses kerja yang mereka alami bisa
mencapai bertahun-tahun lamanya
bekerja di sana dengan cara masuk
tanpa izin kerja yang sah atau illegal.
Hubungan yang menjalin kerjasama
yang baik dan membentuk sikap
yang baik pula akan membangun
rasa percaya antar sesama, sehingga
memunculkan ikatan-ikatan yang
sangat kuat bagi para ibu rumah
tangga yang bekerja sebagai tenaga
kerja wanita di luar negeri.
Sebagaimana dijelaskan
Fukuyama (1995), kepercayaan
adalah harapan yang tumbuh di
dalam sebuah masyarakat yang
ditunjukkan oleh adanya perilaku
jujur, teratur, dan kerjasama
berdasarkan norma-norma yang
dianut bersama. Lamanya masa kerja
yang di lakukan para TKW di
Kelurahan Moro seperti di Malaysia
atau Singapura membawa
kepercayaan besar bagi para ibu
rumah tangga yang lainnya untuk
bekerja di luar sana. Sehingga
lahirlah banyak para ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro bekerja
sebagai TKW yang tanpa
menggunakan izin kerja yang sah
atau illegal demi tuntutan ekonomi
rumah tangganya. Kepercayaan
adalah kemauan terhadap orang lain
pula. Kepercayaan merupakan
kondisi mental yang didasari oleh
situasi seseorang dalam konteks
sosialnya.
Adapun untuk membangun
suatu kepercayaan terhadap orang
34
lain terlebih dahulu dari sikap dan
prilaku dari masyarakat itu sendiri.
Berprilaku yang baik, serta harapan
yang pasti akan memunculkan suatu
kepercayaan terhadap masyarakat.
Seperti halnya para ibu rumah tangga
di Kelurahan Moro yang bekerja
sebagai tenaga kerja wanita di luar
negeri nyatanya datang dari harapan
yang kelompok itu sendiri.
Membangun suatu kelompok yang
baik akan menjadikan harapan yang
baik dalam segi kepercayaan. Dilain
sisi, kepercayaan akan terbangun
apabila masyarakat bisa
membuktikan hasil dari yang
dilakukan. Adapun kepercayaan
yang terjadi terhadap ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro yang
bekerja sebagai tenaga kerja wanita
di luar negeri karena adanya sikap
saling membantu dan ikatan
kekerabatan yang dibangun sudah
sukup kuat yang membuat para ibu
rumah tangga di Keluarahan Moro
percaya ketika di ajak bekerja di luar
negeri untuk bekerja yang secara
tidak sah dan adanya dorongan
ekonomi juga salah satu menjadikan
para ibu rumah tangga di Kelurahan
Moro bekerja sebagai TKW untuk
survive (bertahan hidup).
4.2.2.3 Nilai dan Norma
Nilai adalah suatu yang telah
turun temurun dianggap benar dan
penting oleh anggota masyarakat.
Nilai harmonis misalnya yang oleh
banyak pihak dianggap sebagai
pemicu keindahan dan kerukunan
hubungan sosial yang tercipta, tetapi
disisi lain dipercaya pula bisa
menimbulkan suatu kenyataan yang
menghalangi kompetisi dan
produktifitas. Norma-norma terdiri
dari pemahaman-pemahaman, nilai-
nilai, harapan-harapan dan tujuan-
35
tujuan yang diyakini dan dijalankan
bersama oleh sekelompok orang.
Norma-norma dapat bersumber dari
agama, panduan moral, maupun
standar-standar sekuler seperti
halnya kode etik profesional. Norma
dapat bersumber dari agama,
panduan moral, adat istiadat dan
sebagainya. Norma-norma dibangun
dan berkembang berdasarkan sejarah
kerjasama di masa lalu dan
diterapkan untuk mendukung iklim
kerjasama (Putnam, 1995).
Berdasarkan hasil wawancara
diatas, yang mendasari terjadinya
para ibu rumah tangga di Kelurahan
Moro menjadi pekerja sebagai TKW
adanya nilai dan norma dalam sikap
tolong menolong didalam segi
ekonomi. Permasalahan ini ialah agar
setiap apa yang dilakukan akan
terjadinya ikatan-ikatan yang lebih
kuat untuk membangun sistem kerja
yang lebih baik lagi dan terjalinnya
kerjasama yang baik dalam segi
perekonomian. Nilai dan Norma
terbentuk melalui tradisi, sejarah,
tokoh kharismatik yang membangun
sesuatu tata cara perilaku seseorang
atau sesuatu kelompok masyarakat,
didalamnya kemudian akan timbul
modal sosial secara spontan dalam
kerangka menentukan tata aturan
yang dapat mengatur kepentingan
pribadi dan kepentingan kelompok.
Merujuk pada teori Durkheim
dimana menganggap bahwa perilaku
manusia sebagai sesuatu yang
dibentuk oleh kultur dan struktur
sosial mereka, sehingga melahirkan
solidaritas yang kuat di dalam yang
terbagi dua yaitu solidaritas mekanik
dan solidaritas organik. Dalam
masyarakat TKW di Kelurahan
Moro, solidaritas mekaniklah yang
terbangun secara kuat karena ciri
36
masyarakat TKW di Kelurahan Moro
yang masih bersifat homogen baik
dalam perilaku kerja maupun
perilaku kehidupan sehari-hari dan
kehidupan bersamanya berdasarkan
pada nilai-nilai dalam kesadaran
kolektifnya. Sedangkan menurut
Fukuyama (2002), modal sosial
adalah serangkaian nilai-nilai atau
norma-norma informal yang dimiliki
bersama di antara para anggota suatu
kelompok masyarakat yang
memungkinkan terjalinnya
kerjasama di antara mereka. Nilai
yang berada di dalam suatu
masyarakat akan membentuk
karakteristik masing-masing individu
atau kelompok. Aturan yang di
bentuk salah satu bentuk untuk
menunjang perilaku di dalam
masyarakat. Seperti yang terjadi
terhadap para ibu rumah tangga yang
bekerja sebagai TKW ke luar negeri.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pada hakikatnya, ibu yang
pada dasarnya ketika sudah menikah
memegang peranan penting di sektor
domestik rumah tangga karena
segala pengurusan di dalam rumah
baik itu mengurus anak, memasak di
dapur serta melayani suami dalam
berbagai macam hal. Namun pada
hakikatnya, peranan tersebut tidak
menarik kemungkinan baik seorang
istri atau ibu di dalam rumah tangga.
Karena hal tersebut bisa berubah dari
sektor peran di akibatkan kerentanan
ekonomi rumah tangga yang mana
suami sulit mencari penghasilan
yang lebih untuk rumah tangganya.
Adapun permasalahan dalam
penelitian ini yang peneliti kaji ialah
peneliti melihat ibu rumah tangga di
37
Kelurahan Moro Kecamatan Moro
yang bekerja menjadi TKW di luar
negeri karena himpitan ekonomi di
dalam rumah tangga. Terhambatnya
ekonomi di akibatkan karena
minimnya pekerjaan di daerah asal
serta pendapatan suami yang rendah,
sehingga untuk mencukupi
kebutuhan di dalam rumah tangga,
mereka rela menjadi TKW di luar
negeri dengan cara tanpa identitas
kerja (permit kerja) dan hanya
menggunakan cap paspor bekerja di
luar negeri untuk survive.
Adapun para ibu rumah
tangga di Kelurahan Moro yang
bekerja sebagai TKW karena adanya
modal sosial yang tinggi dibangun
dari jaringan sosial, kepercayaan dan
nilai dan norma. Jaringan Sosial
yang terbentuk ialah berdasarkan
dari kerabat terdekat atas dasar
informasi, relasi dan lain sebagainya
dan kepercayaan yang terjadi ialah
karena sikap dari kekeluargaan dan
juga Nilai dan Norma yang terjadi
ialah adanya sikap saling tolong
menolong di dasarkan budaya dari
masyarakat di Kelurahan Moro yang
kuat akan solidaritasnya sehingga
proses tersebut menjadikan
banyaknya TKW di Kelurahan Moro
yang bekerja tanpa identitas kerja
(permit kerja) ke luar negeri untuk
survive ekonomi di dalam rumah
tangga.
1.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan di
atas yang dapat ditarik hasil analisa
data dari peneliti memberikan
rekomendasi sebagai berikut.
1. Keluarga merupakan
hubungan yang harus dibina
dengan baik, agar kehidupan
di dalam rumah tangga
38
menjadi lebih baik. Untuk itu
ibu yang menjadi TKW
diluar negeri maupun suami
harus selalu menjadi
kesejahteraan keluarga demi
kestabilan rumah tangga.
2. Di dalam hal ini, suami
hendaklah berjuang
mempertahankan segala
sesuatu kekurangan yang ada
di dalam rumah tangga. Agar
istri yang berperan di dalam
rumah tangga tidak berperan
ganda yang harus mengurus
rumah tangga serta bekerja
mencari nafkah untuk
keluarga.
3. Dengan keadaan ekonomi
keluarga TKW yang kurang
mampu, Suami hendaknya
sedikit melarang istri untuk
bekerja di luar negeri dengan
cara non formal seperti ini
karena katakutan akan bahaya
yang di alami sang istri.
4. Untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, para
TKW seharusnya melakukan
kerja yang menggunakan
jalur yang sah yang sudah
diatur oleh hukum di dalam
negeri maupun luar negeri.
Hal ini salah satu bentuk agar
terciptanya keteraturan di
dalam negara agar tidak
terjadi permasalahan yang
besar dan tanggung jawab
bagi negara. Serta perlunya
keamanan yang ketat bagi
suatu negara termasuk negara
Indonesia dalam hal
perbatasan guna untuk
menghindari terjadinya
migrasi yang illegal baik di
masyarakat desa maupun
perkotaan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. 2006. Dari
Domestik ke Publik: Jalan
Panjang Pencarian Identitas
Perempuan, dalam Irwan
Abdullah (ed), Sangkan Peran
Gender. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Baikuni, M, 2007, Strategi
Penghidupan Dimasa Krisis.
Yogyakarta:ideas media.
Badudu, J. & Zain,S.M. (1996).
Kamus Umum
BahasaIndonesia.
Jakarta:Pustaka Sinarharapan.
Fahrudin, Adi, 2011, Pemberdayaan,
Partisipasi, dan Penguatan
Kapasitas Masyarakat;
Humoria, Bandung.
Francis Fukuyama. 2002. Kebajikan
Sosial dan Penciptaan
Kemakmuran, Penerbit
Qalam, Yogyakarta.
Husbullah, 2006. Sosial Capital :
Menuju Keunggulan Budaya
Manusia Indonesia. Jakarta:
MR-United Press,
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi
Perubahan Sosial. Jakarta:
Rajawali Pers
Noer, Tadjuddin, 1993. Sumber
Daya Manusia Peluang Kerja
dan Kemiskinan. Yogyakarta:
Book Edition
Pratikno, dkk. 2001.Penyusunan
Konsep Perumusan
Pengembangan Kebijakan
Pelestarian Nilai-nilai
Kemasyarakatan (Social
Capital) untuk Integrasi
Sosial, Laporan Akhir
Penelitian. FISIPOL UGM
bekerjasama dengan Kantor
Eks Menteri Negara Masalah-
masalah Kemasyarakatan.
Partini, 2013. Bias Gender dalam
Birokrasi. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Solikin Nur, 2013. Otoritas Negara
dan Pahlawan Devisa.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sanderson Stephen K, 2011,
Makrososiologi, Edisi Kedua.
Jakarta : Rajawali Pers.
--------------, 2009, Metode Penelitian
Administrasi, Bandung: CV.
ALFABETA.
Sugyono, 2009, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D, Bandung : ALFABETA
Suharto, Edi, 2009, Kemiskinan Dan
Perlindungan Sosial Di
Indonesia, Bandung:
Alfabeta.
Sugyono, 2008, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D, Bandung: ALFABETA
40
Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial di
Indonesia. Bandung: Alfabeta
Sumber Internet:
Aristiyani, Tri. 2003. Strategi Nafkah
dan Kerja Perempuan pada
Rumah tangga Petambak
Penggarap dalam
Menghadapi Resiko (Kasus
pada Komunitas Petambak di
Desa Karya Bakti,
Kabupaten Karawang, Jawa
Barat).Skripsi, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Asri Wahyu Widi Astuti , 2013.
PERAN IBU RUMAH
TANGGA DALAM
MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN
KELUARGA (Suatu kajian
pemenuhan kebutuhan
pendidikan anak pada 5 ibu
pedagang jambu biji di Desa
Bejen Kecamatan Bejen
Kabupaten Temanggung)
http://lib.unnes.ac.id/17160/1/
1201408037.pdf.
Etik Eldayati, 2011. PERGESERAN
PERAN DALAM
KELUARGA TKW (Studi
Kasus di Desa Karanggayam
Kecamatan Lumbir
Kabupaten Banyumas).
http://lib.unnes.ac.id/10729/2/
9015.pdf
Feri Kristiana Wati, 2011. PERAN
CALO TENAGA KERJA
DALAM PROSES
PENYALURAN TKI/TKW
KE LUAR NEGERI (Studi
Kasus: di Desa Karangrowo
Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus)
http://lib.unnes.ac.id/234/1/70
29.pdf
Slamet Widodo, 2012. Peran
Perempuan Dalam Mencari
Nafkah Rumah Tangga
Nelayan.http://pertanian.trun
ojoyo.ac.id/semnas/wpconten
t/uploads/PERAN-
PEREMPUAN-DALAM-
SISTEM-NAFKAH-
RUMAH-TANGGA-
NELAYAN.pdf
Suryaningsih. 2013. Peluang Kerja
dan Migrasi Tenaga Kerja
Wanita Indonesia.
http://riset.umrah.ac.id/wp-
content/uploads//pdf