strategi peningkatan konsumsi pangan di kota … · bogor berada pada kuadran i (mendukung strategi...

43
STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA BOGOR ADE CUCU WAHYUDIN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: hoangcong

Post on 28-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN

DI KOTA BOGOR

ADE CUCU WAHYUDIN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin
Page 3: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan

Konsumsi Pangan di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Ade Cucu Wahyudin

NIM I14100083

Page 4: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin
Page 5: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

ABSTRAK

ADE CUCU WAHYUDIN. Strategi Peningkatan Konsumsi Pangan di Kota

Bogor. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis situasi konsumsi pangan

di Kota Bogor, (2) Merumuskan alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT

sesuai dengan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap

peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor, dan (3) Merumuskan prioritas

strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor berdasarkan metode AHP

(Analitical Hierarchy Process). Data yang dikumpulkan adalah data skunder dan

data primer. Data sekunder dianalisis secara deskriptif untuk mengetahuai kondisi

aktual konsumsi pangan di Kota Bogor dan merumuskan faktor internal dan faktor

eksternal lingkungan strategi konsumsi pangan. Data primer dikumpulkan melalui

wawancara dan kuisioner. Hasil dari penelitian ini menunjukan konsumsi pangan

di Kota Bogor secara kuantitas mencapai 88.8% dari AKE, secara kualitas

mencapai 81.8 dari skor PPH. Strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota

Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi

pertama dalam peningkatan konsumsi pangan adalah meningkatkan akses dan

ketersediaan pangan.

Kata kunci: AHP, konsumsi pangan, strategi kebijakan, SWOT

ABSTRACT

ADE CUCU WAHYUDIN. Strategy for increasing food consumption in Bogor

City. Supervised by IKEU TANZIHA.

.

The purpose of this study were: 1) to analyze the situation of food

consumption in Bogor City, 2) Formulate strategic alternatives based on the

SWOT analysis in accordance with the internal and external factors that affect the

increase in food consumption in Bogor City, and 3) formulate strategies for

improving food consumption priorities in Bogor City based AHP (Analytical

Hierarchy Process). The data collected is of secondary data and primary data.

Secondary data were analyzed descriptively to determine the actual condition of

food consumption in Bogor City and formulate internal factors and external

factors environmental strategy of food consumption. Primary data was collected

through interviews and questionnaires. The results of this study indicate food

consumption in the city of Bogor reached 88.8% of RDA for energy in quantity,

reaches Desirable Dietary Pattern Score 81.8 in quality. Strategy for increasing

food consumption in Bogor City is in quadrant I (supporting aggressive

strategies). The first strategic priority in increasing food consumption is to

increase access and availability of food.

Keywords: AHP, food consumption, policy strategy, SWOT

Page 6: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin
Page 7: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN

DI KOTA BOGOR

ADE CUCU WAHYUDIN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin
Page 9: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

Judul : Strategi Peningkatan Konsumsi Pangan di Kota Bogor

Nama : Ade Cucu Wahyudin

NIM : I14100083

Disetujui oleh

Dr Ir Ikeu Tanziha, MS

Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin
Page 11: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan Agustus

2014 di daerah Kota Bogor ini adalah Strategi Peningkatan Konsumsi Pangan di Kota

Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku

dosen pembimbing dan Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku penguji yang telah

memberikan banyak masukan yang teramat berharga bagi penulis. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada ibu, bapa, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan

kasih sayangnya, selain itu juga kepada teman-teman Lingkung Seni Sunda Gentra

Kaheman IPB, Kosan Jamparing, Gizi Masyarakat angkatan 47, dan Dirjen Dikti atas

dukungan dan bantuannya. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun

kekhilafan yang penulis lakukan, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.

Demikian yang bisa penulis sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

Bogor, September 2014

Ade Cucu Wahyudin

Page 12: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin
Page 13: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE 3

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 3

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3

Pengolahan Analisis Data 4

Definis Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi Geografis 9

Kelembagaan Ketahanan Pangan 9

Penduduk 10

Peraturan Pemerintah Tentang Pangan 10

Situasi Konsumsi Pangan dan Gizi di Kota Bogor 11

Distribusi dan Perekonomian 11

Status Gizi 12

Potensi Produksi dan Ketersediaan Pangan 12

Konsumsi Pangan 13

Analisis Lingkungan Strategi 15

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

RIWAYAT HIDUP 29

Page 14: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian 4 2 Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan 5

3 Skala perbandingan berpangsangan 6 4 Fluktuasi harga bahan pangan pokok strategis 12 5 Indikator status gizi tahun 2011 sampai 2013 12 6 Tingkat dan Gap Ketersediaan Energi Menurut Kelompok Pola Pangan

Harapan (PPH) Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Wilayah Kota

Bogor Tahun 2012 13 7 Skor Pola Pangan Harapan menurut Kelompok Pangan di Kota Bogor

Tahun 2013 14 8 Perbandingan Situasi Konsumsi Pangan Kota Bogor Tahun 2013 dan

Ideal 15

9 Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) 18 10 Strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor 19

11 Prioritas aktor penentu hierarki peningkatan konsumsi pangan di Kota

Bogor 20 12 Bobot tujuan untuk hierarki peningkataan konsumsi pangan di Kota

Bogor 21

13 Prioritas strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor 21

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian 3 2 Hierarki Strategi peningktatan konsumsi pangan di Kota Bogor 7

3 Posisi strategi peningkatan konsumsi pangan Kota Bogor 19 4 Hasil pengolahan vertikal AHP Strategi peningkatan konsumsi pangan

di Kota Bogor 20

5 Hasil analisis sensitivitas strategi peningkatan konsumsi pangan secara

mengeluruh 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi, Import dan Ketersediaan Pangan untuk Konsumsi Penduduk

di Wilayah Kota Bogor Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun

2012 27 2 Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan Pangan Wilayah Berdasarkan

Neraca Bahan Makanan Wilayah Kota Bogor Tahun 2012 27

3 Prioritas aktor penentu peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor 28 4 Prioritas strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor 28

Page 15: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hak asasi atas pangan telah menjadi komitmen pemerintah, yang dinyatakan

dalam UU No 18 Tahun 2012. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya

Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya

Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,

merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan. Ketahanan pangan telah menjadi prasyarat dasar yang harus

dimiliki oleh daerah otonom. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 38

tahun 2007 yang menyatakan bahwa ketahanan pangan adalah urusan wajib

pemerintah (pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota).

Kinerja pembangunan ketahanan pangan yang harus dipenuhi oleh

pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) diatur oleh Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 mengenai Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan. Pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota wajib menyelenggarakan empat jenis pelayanan dasar bidang

ketahanan pangan, yaitu (a) ketersediaan dan cadangan pangan; (b) distribusi dan

akses pangan; (c) penganekaragaman dan keamanan pangan; serta (d) penanganan

kerawanan pangan.

Kota Bogor sebagai daerah otonom yang diatur dalam UU No 32 Tahun

2004 tentang pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam menyelenggarakan

urusan ketahanan pangan, salah satunya yaitu upaya pencapaian SPM bidang

penganekaragaman dan keamanan pangan. Konsumsi pangan merupakan output

pembangunan ketahanan pangan di suatu wilayah. Oleh karena itu,

penganekaragaman konsumsi pangan merupakan isu penting yang harus

ditingkatkan upaya pencapaiannya.

Tingkat konsumsi pangan penduduk Kota Bogor pada tahun 2013 masih

berada di bawah standar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan.

Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan tahun 2013 yang dilakukan oleh

Kantor Ketahanan Pangan, penduduk Kota Bogor baru mengonsumsi energi

sebesar 88.4% dari AKE atau setara dengan 1769 Kal/kapita/hari. Menurut

kriteria Peraturan menteri Pertanian nomor 65/Permentan/Ot.140/12/2010,

konsumsi energi tersebut berada pada kriteria rawan pangan. Skor PPH yang

menunjukkan kualitas konsumsi pangan penduduk baru mencapai angka 81.8 dari

skor maksimal 100.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah

produksi, dan ketersediaan pangan (Harper et al. 1988 dalam Prathivi 2012).

Selain itu, konsumsi pangan penduduk juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi,

sosial, pendidikan, gaya hidup, pengetahuan, aksesibilitas, dan sebagainya.

Bahkan, faktor prestise dari pangan kadang kala menjadi sangat menonjol sebagai

faktor penentu daya terima pangan (Martianto dan Ariani 2004).

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya pengembangan konsumsi

pangan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan di Kota

Bogor. Peningkatann konsumsi pangan yang dilakukan harus berlandaskan pada

Page 16: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

2

SPM bidang penganekaragaman pangan melalui analisis faktor-faktor strategis

eksternal dan internal dengan metode SWOT dan AHP. Pada akhirnya, kajian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk rekomendasi perencanaan

konsumsi pangan penduduk yang berujung pada perwujudan ketahanan pangan di

Kota Bogor.

Tujuan

Tujuan umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi

kebijakan peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor tahun 2015 - 2019.

Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis situasi konsumsi pangan di Kota Bogor.

2. Merumuskan alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT sesuai dengan

faktor internal dan eksternal yang perpengaruh terhadap peningkatan

konsumsi pangan di Kota Bogor

3. Merumuskan prioritas strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor

berdasarkan metode AHP (Analitical Hierarchy Process).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi bagi

pihak pemerintahan Kota Bogor terkait dengan perencanaan dan perumusan

strategi peningkatan konsumsi pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan

wilayah di Kota Bogor tahun 2015 - 2019.

KERANGKA PEMIKIRAN

Ketahanan pangan merupakan sistem yang kompleks yang melibatkan peran

lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin. Ketahanan pangan terdiri

dari subsistem ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan status gizi. Subsistem

konsumsi pangan merupakan indikator hasil (outcome indicators) dari kinerja

pembangunan ketahanan pangan di suatu wilayah (Frankenberger 1992 dalam

Prathivi 2012).

Strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor dilakukan dengan

tahap awal menganalisis dokumen-dokumen ketahanan pangan di Kota Bogor,

tahap kedua adalah menganalisis lingkungan eksternal yang dapat menjadi

peluang maupun ancaman serta lingkungan internal yang dapat menjadi kekuatan

dan kelemahan terkait pengembangan konsumsi pangan di Kota Bogor. Tahapan

analisis selanjutnya adalah menyusun formulasi strategi yang memadukan faktor

eksternal dan internal melalui analisis SWOT. Alternatif strategi yang dihasilkan

selanjutnya diprioritaskan menggunakan AHP untuk memenuhi tujuan

Page 17: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

3

peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor menuju ideal. Kerangka pemikiran

konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pengambilan data

dilakukan di Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja).

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus 2014.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer terdiri dari faktor-faktor strategis, aktor, dan tujuan

mengenai upaya pengembangan konsumsi pangan di Kota Bogor. Data primer

dikumpulkan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder

diperoleh dari instansi terkait ketahanan pangan dan studi pustaka yang relevan.

Wawancara dilakukan terhadap pemerintah, swasta dan masyarakat yaitu: 1)

Kepala Bidang THP; 2) Kepala Bidang Peternakan; 3) Kepala Bidang Perikanan;

Kebijakan Pemerintah

Daerah, Kelembagaan ,

Demografis

Situasi Konsumsi

Pangan di Kota Bogor

Identifikasi Faktor

Internal

(Strength, Weakness)

Identifikasi Faktor

Eksternal

(Opportunities, Threat )

Analisis Alternatif

Strategi

(Matriks SWOT)

Prioritas Strategi

(Analytical Hierarchy

Process)

Page 18: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

4

4) Kepala Seksi Penganekaragaman dan Keamanan Pangan; 5) Staf Gizi; 6)

Sekretariat DPRD Kasubag THP; 7) Bappeda Kabid Ekonomi; 8) Kepala Seksi

Perdagangan; 9) Masyarakat (Pelaku Konsumsi Panga) ; dan 10) Swasta (Pelaku

Bisnis Pangan). Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data terdapat pada Tabel 1

berikut ini.

Tabel 1 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian

No Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan Data

1 Keadaan

demografi

Bappeda (Data Sekunder) Pencatatan data jumlah,

komposisi, kemiskinan dan laju

pertumbuhan penduduk

2 Ketersediaan

pangan

Kantor Ketahanan Pangan (Data

Sekunder)

Pencatatan hasil dan print out

NBM dan PPH Kota Bogor

(Tahun 2013)

3 Konsumsi pangan Kantor Ketahanan Pangan (Data

Sekunder)

Pencatatan hasil dan print out

situasi konsumsi pangan Tahun

2013

4 Harga pangan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (Data Sekunder)

Pencatatan data harga pangan

Tahun 2012 dan 2013

5 Status Gizi Dinas Kesehatan (Data

Sekunder)

Pencatatan data persentase status

gizi balita (Tahun 2011, 2012

dan 2013)

6 PDRB Bappeda (Data Sekunder) Pencatatan data PDRB atas dasar

harga konstan dan berlaku

(Tahun 2012)

7 Laju inflasi Bappeda (Data Sekunder) Pencatatan data laju inflasi

(Tahun 2012)

8 IPM Bappeda (Data Sekunder) Pencatatan IPM tahun 2012

9 Renstra ketahanan

pangan

Kantor Ketahanan Pangan (Data

Sekunder)

Copy dokumen

10 Kelembagaan

ketahanan pangan

Kantor Ketahanan Pangan (Data

Sekunder) Pencatatan Perda No 13 Tahun

2008 tentang Pembentukan

Lembaga Teknis Daerah

11 Presepsi tentang

Strategi

peningkatan

konsumsi pangan

Dinas dan organisasi terkait

ketahanan pangan, masyarakat

dan swasta (Data primer)

Pengisian kuesioner dan

wawancara

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual konsumsi

pangan yang diperoleh dari data sekunder kemudian dirumuskan faktor internal

dan faktor eksternal yang mempengaruhi konsumsi pangan di Kota Bogor yang

dilakukan dengan pendekatan SWOT.

Analisis Koefisien Variasi

Analisis koefisien variasi bertujuan untuk mengetahui sebaran data harga

bahan pangan dari rata-rata hitungnta per tahun.

KV = x 100%

x

S

Page 19: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

5

Dimana KV = koefisien variasi

S = simpangan standar

x = rata-rata

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat)

Kegiatan pengamatan dan identifikasi secara cermat lingkungan strategis

faktor internal dan eksternal yang terdiri dari kekuatan (strengths), kelemahan

(weaknesses), peluang (opportunities), ancaman (threats). Dalam pelaksanan

analisis lingkungan dilakukan penyusunan terhadap faktor internal dan eksternal,

masing-masing faktor diberi bobot berdasarkan pertimbangan para pakar/pelaku

(berpengalaman dan teoritis) mulai dari 1.0 (sangat penting) sampai 0.0 (tidak

penting). Perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan

pengaruhnya terhadap kondisi konsumsi pangan di Kota Bogor adalah sebagai

berikut : Rating 4 (sangat berpengaruh), Rating 3 (berpengaruh), Rating 2

(lemah), Rating 1 (sangat lemah). Apabila rating tersebut dikalikan dengan bobot,

maka akan diperoleh skor, kemudian skor tersebut dijumlahkan. Skor yang paling

tinggi adalah 4.00 dan skor yang paling rendah adalah 0.00. Analisis ini akan

dipergunakan untuk mengamati dan mengidentifikasi berbagai lingkungan strategi

peningkatan konsumsi pangan yang dilakukan oleh pakar/pelaku bidang pangan

baik dari pemerintan, swasta dan masyarakat, sehingga dapat disusun strategi-

strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor.

Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menetukan alternatif

strategi sesuai dengan faktor penentu, aktor dan tujuan yang ingin dicapai dalam

pengembangan konsumsi pangan di Kota Bogor. Penentuan faktor, aktor dan

tujuan dilakukan melalui kuesioner, sedangkan alternatif strategi dilakukan

dengan analisis SWOT. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam metode AHP

(Saaty 1991):

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki secara menyeluruh (Gambar 2)

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan

berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat

kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan, dimulai dari level hierarki paling

atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya X, kemudian diambil

elemen yang akan dibandingkan, missal X1, X2, dan X3. Sehingga, susunan

elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada Tabel

2 berikut.

Tabel 2 Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan

FAKTOR X1 X2 X3

X1 1 2 5

X2 ½ 1 ¼

X3 1/5 2 1

Penentuan nilai kepentingan relatif antar elemen menggunakan skala

bilangan 1 sampai 9 seperti pada Tabel 3. Apabila suatu elemen

Page 20: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

6

dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i

dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j

dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

Tabel 3 Skala perbandingan berpangsangan

Nilai Keterangan

1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 Mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

pengambilan data diulangi

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk

mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada

tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilainya kurang dari 10 persen maka

penilaian judgement diterima

9. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka

penilaian data judgement harus diperbaiki.

Berikut ini adalah persamaan matematika yang digunakan untuk pengolahan data

AHP (Marimin dan Maghfiroh 2010).

1. Penghitungan Bobot (Vektor) Prioritas

Vektor prioritas (VP) atau bobot (W) dari setiap elemen dalam satu level

hirarki terhadap elemen tertentu diatasnya dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Dimana: VE = vektor eigen = rata-rata geometrik satu baris metrik

2. Penghitungan Nilai Eigen ( atau VB)

Dimana VA = vektor antara

VA = ( ) (VP)

3. Penghitungan Nilai Eigen Maksimum ( maks atau VBmaks)

4. Penghitungan Konsistensi (Ratio Consistency)

Tolak ukur konsistensi dinyatakan oleh nilai Indeks konsistensi (CI) dan

nisbah konsistensi (CR). Keduanya menyatakan konsistensi jawaban

responden yang berpengaruh pada kesahihan hasil. Nilai CI dan CR tidak

seragam dipengaruhi oleh responden dan tingkat kepakarannya.

Page 21: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

7

, bila CR ≤ 10% dinyatakan konsisten

Dimana: maksimum

n = jumlah elemen yang diperbandingkan (ukuran matriks)

CR = rasio konsistensi

RI = indeks random

5. Matriks Pendapat Gabungan

Matriks pendapat gabungan (g) merupakan matrik baru yang elemen

matriknya ( ) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat

individu ( ) yang rasio konsistensinya memenuhi persyaratan.

Dimana: = elemen matriks gabungan pada baris ke-i kolom ke-j

m = jumlah pengolah data

= elemen matriks individu pada baris ke-i kolom ke-j

Hasil pendapat gabungan tersebut kemudian dihitung dengan prosedur yang

sama seperti perhitungan vektor prioritas gabungan. Komponen hierarki yang

memiliki nilai eigen prioritas gabungan tertinggi pada setiap level, merupakan

komponen prioritas pertama. Alternatif strategi prioritas adalah alternatif strategi

yang memiliki eigen vektor prioritas tertinggi. Penyelesaian perhitungan

dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan untuk

mensintesa pengaruh faktor terhadap alternatif strategi dengan menggunakan

Program Expert Choice v11.

Gambar 2 Hierarki Strategi peningktatan konsumsi pangan di Kota Bogor

Mendorong prilaku

konsumsi pangan

Meningkatkan akses

dan ketersediaan pangan

Menguatkan dan

meningkatkan kinerja

kelembagaan

Mengoptimalkan

sumberdaya

Strategi Operasional

Pemerintah

Swasta

Peningkatan konsumsi

pangan secara kualitas

Peningkatan konsumsi

pangan secara kuantitas

Masyarakat

Page 22: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

8

Definisi Operasional

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang

diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan

baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Situasi konsumsi pangan adalah gambaran konsumsi pangan penduduk Kota

Bogor berdasar konsumsi energi dan skor PPH yang diperngaruhi oleh

demografi, kelembagaan ketahanan pangan, kebijakan pembangunan

daerah, ketersedian, distribusi dan status gizi.

Konsumsi pangan adalah kualitas dan kuantitas pangan yang dimakan oleh

penduduk Kota Bogor, yang dilihat dari aspek jumlah energy, protein dan

skor PPH.

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai

dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan.

Ketersedian pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang tersedia untuk

dikonsumsi dan memenuhi kebutuhan penduduk, yang ditunjukan dari

ketersediaan energy dan skor PPH.

Distribusi pangan adalah fasilitas penyaluran pangan agar dapat tersalurkan dari

tempat produksi kelokasi dimana pangan tersebut dapat dikonsumsi, yang

dapat dilihat dari fluktuasi harga pangan.

Status gizi adalah keadaan gizi anak balita di Kota Bogor yang dilihat dari

presentase gizi buruk dan gizi kurang.

Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan

konsumsi Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada

potensi sumber daya lokal.

Strategi kebijakan peningkatan konsumsi pangan adalah suatu ketetapan yang

memuat urutan prioritas strategi untuk meningkatkan konsumsi pangan di

Kota Bogor, berdasarkan analisis SWOT dan AHP.

Demografi adalah kondisi wilayah, jumlah, komposisi dan laju pertumbuhan

penduduk di Kota Bogor.

Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Kelembagaan ketahanan pangan adalah institusi pemerintahan maupun non

pemerintahan yang menangani ketahanan pangan baik yang berkaitan

dengan subsistem ketersediaan, distribusi, konsumsi dan status gizi.

Page 23: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis

Secara Geografis, Kota Bogor terletak diantara 1060

48’ BT dan 60

26’ LS,

yaitu ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor dan lokasinya sangat dekat

dengan Ibukota Negara. Oleh karena itu, Kota Bogor potensial bagi

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, serta berpeluang untuk

dijadikan pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi,

komuoinikasi dan pariwisata.

Luas wilayah Kota Bogor mencakup 11 850 Ha, terdiri dari 6 Kecamatan

dan 68 Kelurahan. Secara administratif, Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah

Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut: (a) Sebelah Utara

berbatasan dengan Kec. Kemang, Kec. Bojong Gede dan Kec. Sukaraja,

Kabupaten Bogor; (b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec.

Ciawi, Kabupaten Bogor; (c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan

Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor; serta (d) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec.

Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor.

Kelembagaan Ketahanan Pangan

Kelembagaan ketahanan pangan adalah institusi pemerintahan maupun non

pemerintahan yang menangani ketahanan pangan baik yang berkaitan dengan

subsistem ketersedian, distribusi, konsumsi dan status gizi. Lembaga struktural

ketahanan pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13

tahun 2008 adalah Kantor Ketahanan Pangan (KKP). Kantor Ketahana Pangan

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi pemerintahan di bidang

ketahanan pangan yaitu: 1) Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan

pangan; 2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah

dibidang ketahanan pangan; 3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang

ketahanan pangan; 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Struktur organisasi Kantor Ketahanan Pangan Kota Bogor terdiri: 1) Kepala

Kantor, 2) Sub Bagian Tata Usaha, 3) Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,

4) Seksi Penganekaragaman dan Keamanan Pangan, 5) Seksi Kelembagaan dan

Infrastruktur Pangan. Keadaan kepegawaian di lingkungan Kantor Ketahanan

Pangan Kota Bogor terdiri dari secara struktural yaitu esselon III berjumlah 1

orang, esselon IV 4 orang, pelaksana 11 orang dan penyuluh pertaniaan

berjumalah 7 orang.

Untuk melaksanakan fungsi koordinasi pembangunanan ketahanan pangan

Kota Bogor, berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 510.15-109 Tahun

2010 dibentuk lembaga fungsional ketahanan pangan yaitu Dewan Ketahanan

Pangan (DKP), yaitu di ketuai oleh Walikota dan sekertaris kepala Kantor

Ketahanan Pangan. Sementara anggota Dewan Ketahanan Pangan yaitu Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pengelola Lingkungan Hidup, Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencan, Dinas Kesehatan, Dinas

Pendidikan, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dinas Binamarga dan Dumber

Page 24: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

10

Daya Air, Dinas Pertanian, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dewan

Ketahanan Pangan sebagai institusi koordinasi fungsional bertanggung jawab

memfasilitasi berbagai pertemuan baik yang bersifat formal maupun informal.

Pertemuan dilaksanakan untuk menggalang keterlibatan pemerintah daerah,

organisasi non pemerintahan (LSM, Pondok Pesantren, PKK, Perusahaan Swasta,

Organisasi profesi dan organisasi pelaku) untuk lebih peduli terhadap pentingnya

pemenuhan pangan bagi masyarakat dan ketahanan nasional serta menyadarkan

semua pihak bahwa tanggung jawab mewujudkan masyarakat Jawa Barat yang

sejahtera terbebas dari kemiskinan dan kelaparan terletak pada seluruh komponen

masyarakat.

Kelompok lumbung pangan di Kota Bogor terdapat 13 lumbung pangan

yang tersebar di setiap Kecamatan di Kota Bogor. Kota Bogor memiliki

sumberdaya kelembagaan pangan 168 kelompok Tani yang terdiri dari: Kelompok

Wanita Tani (KWT), Kelompok Tani Dewasa (KTD) dan Kel Taruna Tani (KTT),

dan mempunyai 41 Gapoktan yang tersebar di Kota Bogor.

Permasalahan kelembagaan ketahanan pangan di Kota Bogor adalah

lembaga ketahanan pangan yang masih berbentuk kantor sehingga menjadi

permasalahan dalam koordinasi, struktural organisasi masih lemah karena jumlah

pegawai yang terbatas dan terbatasnya yang mempunyai pengetahuan terhadap

pangan, jumlah penyuluh lapang yang ahli terbatas serta tidak ada bagian

distribusi.

Penduduk

Pada tahun 2012, jumlah penduduk Kota Bogor mencapai 1 004 831 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 510 884 jiwa dan perempuan 493 947 jiwa (Kota Bogor

Dalam Angka 2013). Dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah penduduk Kota

Bogor Tahun 2012 bertambah sebanyak 37 433 orang atau meningkat sebanyak

3.87%. Dengan luas wilayah 118.50 km2, kepadatan penduduk di Kota Bogor

pada tahun 2012 mencapai 8480 orang per km2.

IPM Kota Bogor pada tahun 2012 sebesar 76.47 meningkat 0.39 point

dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 76.08, dengan angka harapan hidup 69.07

tahun, angka melek huruf 98.97%, rata-rata lama sekolah 9.81 tahun, purchasing

power parity Rp 655 000/kapita/tahun. Berdasarkan dari indeksnya, maka pada

tahun 2012; indeks kesehatan sebesar 73.45, indeks pendidikan 87.78, dan indeks

daya beli 68.17.

Peraturan Pemerintah Tentang Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan

pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai

komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Undang-undang tentang pangan tercantum dalam UU No 18 Tahun 2012.

Kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya

lokal diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 kemudian

diterjemahkan dalam gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

berbasis sumberdaya lokal dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor

Page 25: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

11

43/Permentan/OT.140/10/2009 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun

2010. Landasan hukum ini menjadi dasar pembuatan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kantor Ketahanan

Pangan dalam program peningkatan ketahanan pangan di Kota Bogor khususnya

penyedian konsumsi masyarakat.

Situasi Konsumsi Pangan dan Gizi di Kota Bogor

Distribusi dan Perekonomian

Jumlah perusahaan perdagangan formal di Kota Bogor mencapai 342

perusahaan pada tahun 2012, terdiri dari 7 perusahaan besar, 49 perusahaan

menengah, 192 perusahaan kecil dan 94 perusahaan mikro. Sementara itu, untuk

pelaksanaan transaksi jual beli, terdapat 7 pasar di Kota Bogor yang mengelola

sebanyak 5938 kios dan los.

Pada tahun 2012, inflasi di Kota Bogor secara umum mencapai 3.96%.

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan

olahraga yaitu mencapai 13.89%, tertinggi kedua dari kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau sebesar 4.80% dan tertinggi ketiga dari kelompok

bahan makanan sebesar 4.13%.

Secara umum, laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor tahun 2012 adalah

sebesar 6.15% dengan struktur ekonomi yang masih tetap didominasi oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 36.23%, diikuti oleh

sektor industri pengolahan sebesar 27.51%. Sedangkan sektor pertanian

merupakan kontributor terendah dengan sumbangan sebesar 0.17%.

Kota Bogor yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata

tidak diikuti oleh meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini tercermin dari

masih tingginya jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka

(TPT). Data tahun 2012 menunjukan bahwa persentase penduduk miskin Kota

Bogor mencapai 8.41% dari total penduduk sebesar 1 004 831 jiwa. Pada kurun

waktu yang sama, TPT Kota Bogor adalah 9.33%

Stabilitas harga diukur dengan koefesien variasi harga pada tahun 2012 dan

2013, hasil pengolahan harga pada tabel 4 menunjukan fluktuasi harga pangan

pokok strategis di Kota Bogor pada tahun 2012 yang terbilang tinggi yaitu jagung

pipilan (44.85%) diikuti oleh cabe merah (26.66%), gula pasir (12.17%), dan

daging sapi (11.74%). Fluktuasi harga yang paling rendah terdapat pada bahan

pangan pokok beras yaitu 5.90%. Pada tahun 2013 fluktuasi harga yang paling

tinggi yaitu pada bahan pangan cabe merah sebesar 21.63% diikuti oleh daging

ayam (11.31%) dan minyak goreng (9.57%). Fluktuasi harga paling rendah atau

tidak mengalami kenaikan atau penurunan harga yaitu pada bahan pangan jagung

pipilan sebesar 0%.

Page 26: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

12

Tabel 4 Fluktuasi harga bahan pangan pokok strategis

No Nama jenis bahan pangan pokok Fluktuasi Harga ( Koefesien Variasi)

2012 (%) 2013 (%)

1 Beras 5.90 2.88

2 Jagung Pipilan 44.85 0

3 Kedelai 10.97 8.04

4 Daging Sapi 11.74 4.42

5 Daging Ayam 6.05 11.31

6 Telur Ayam Ras 6.78 8.57

7 Minyak Goreng 7.89 9.57

8 Gula Pasir 12.17 5.00

9 Cabe Merah 26.66 21.63

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor

Status Gizi

Status gizi adalah merupakan salah satu gambaran kesehatan masyarakat.

Konsumsi pangan yang cukup merupakan faktor utama untuk memenuhi

kebutuhan gizi bagi tubuh. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi

dan protein dalam jangka waktu tertentu akan berdampak pada menurunnya

produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status

gizi kurang dan buruk yang jika tidak diatasi akan mengakibatkan lost generation

(Hardinsyah dan Martianto 1992).

Tabel 5 Indikator status gizi tahun 2011 sampai 2013

Tahun Total Penduduk Jumlah Balita Jumlah Balita Dengan

Gizi Buruk Gizi Kurang

2011 987 315 91 850 185 (0.21%) 1958 (2.4%)

2012 1 004 831 88 467 107 (0.11%) 1862 (2.2%)

2013 - 77 857 70 (0.1%) 2240 (2.8%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor

Berdasarkan Tabel 5 proporsi gizi buruk di Kota Bogor cenderung menurun,

tahun 2011 sebanyak 185 kasus dan gizi kurang sebanyak 1958 kasus, pada tahun

2012 gizi buruk menurun menjadi 107 kasus begitupula dengan gizi kurang yang

ikut menurun menjadi 1862 kasus, sedangakan pada tahun 2013 gizi buruk

menurun menjadi 70 kasus atau 0.1% dan untuk gizi kurang meningkat menjadi

2240 kasus atau 2.8%. Secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013

adalah 19.6% terdiri dari 5.7% gizi buruk dan 13.9% gizi kurang. Jika

dibandingkan angka prevalensi gizi buruk-kurang Kota Bogor dengan Nasional,

terlihat bahwa Kota Bogor lebih baik. Masalah kesehatan masyarakat dianggap

serius bila prevalensi gizi buruk-kurang antara 20-29%, dan dianggap prevalensi

sangat tinggi bila ≥30% (WHO 2010 dalam Riskesdas 2013). Sehingga di Kota

Bogor tidak ada masalah kesehatan yang serius.

Potensi Produksi dan Ketersediaan Pangan

Kota Bogor merupakan wilayah perkotaan dengan lahan pertanian yang

terbatas, yaitu 2374 ha lahan bukan sawah dan 750 ha lahan sawah yang sebagian

besar ada pada wilayah kecamatan Bogor selatan, Bogor Barat dan Bogor Timur.

Sebanding dengan luas lahan pertanian yang ada, maka produksi pangan di Kota

Bogor sebesar 7.69% dari ketersedian sementara 92.31% pangan impor,

Page 27: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

13

khususnya beras pada tahun 2012 di Kota Bogor hanya mampu memproduksi

4565.8 ton sementara kebutuhan beras untuk dikonsumsi sebanyak 99 735.3 ton

sehingga sisanya harus mengimpor. Begitupun dengan bahan makanan lain, dapat

dilihat dari lampiran 1, sebagian besar bahan makanan yang dikonsumsi penduduk

Kota Bogor merupakan impor.

Rata-rata ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan penduduk di

wilayah Kota Bogor pada tahun 2012 adalah sekitar 2278 Kal/kap/hari. Jika

dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan secara

nasional berarti Tingkat Ketersediaan Energi (TKE) di wilayah Kota Bogor telah

mencapai sekitar 103.5 persen pada tahun 2012. Sementara itu, ketersediaan

protein telah mencapai sebesar 76.9 gram/kapita/hari sehingga Tingkat

Ketersediaan Protein (TKP) di wilayah Kota Bogor telah mencapai 134.4%. Skor

PPH ketersediaan pangan di wilayah di Kota Bogor pada tahun 2012 baru

mencapai 90.1 atau kurang 9.9 poin dari skor PPH ideal 100.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6, kelompok pangan yang

ketersediaannya telah melebihi angka kecukupannya adalah pangan kelompok

padi-padian (lebih 73 Kal atau 6.6%), pangan hewani (lebih 23.3 Kal atau 23.3 %),

minyak dan lemak (lebih 85 Kal atau 39%), dan kacang-kacangan (lebih 32 Kal

atau 30%). Adapun kelompok gula, sayur dan buah serta lain-lain ketersediaanya

masih dibawah angka kecukupan yang dianjurkan, dimana masing-masing masih

kekurangan sekitar 70 Kal, 37 Kal, dan 66 Kal atau sekitar 64%, 28%, dan 100%

dari kecukupannya. Sementara itu, kelompok pangan umbi-umbian dan buah/biji

berminyak memiliki ketersediaan yang hampir sama dengan angka kecukupannya.

Tabel 6 Tingkat dan Gap Ketersediaan Energi Menurut Kelompok Pola Pangan

Harapan (PPH) Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Wilayah Kota Bogor

Tahun 2012

No Kelompok

Pangan

Kal/Kap/Hari %AKE Gap

Aktual Standar Aktual Standar Kal %AKE %

1 Padi-padian 1173 1100 53.3 50 73 3.3 6.6

2 Umbi-umbian 128 132 5.8 6 -4 -0.2 -3.3

3 Pangan Hewani 326 264 14.8 12 62 2.8 23.3

4 Minyak & Lemak 305 220 13.9 10 85 3.9 39

5

Buah/Biji

Berminyak 69 66 3.1 3 3 0.1 3.3

6 Kacang-kacangan 142 110 6.5 5 32 1.5 30

7 Gula 40 110 1.8 5 -70 -3.2 -64

8 Sayur dan Buah 95 132 4.3 6 -37 -1.7 -28.3

9 Lain-lain 0 66 0 3 -66 -3 -100

Total 2278 2200 103.5 100 78 3.5 3.5

Sumber: Laporan NBM Kota Bogor Tahun 2012

Konsumsi pangan

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun 2004,

konsumsi pangan sudah terpenuhi apabila konsumsi energi penduduk Indonesia

mencapai 2000 Kal/kap/hari dan konsumsi protein 52 gram/kap/hari. Jumlah

konsumsi energi dan protein tersebut merupakan jumlah yang diperlukan agar

manusia dapat hidup secara sehat, aktif, dan produktif. Berdasarkan hasil survey

Page 28: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

14

konsumsi pangan, pada tahun 2013, rata-rata konsumsi energi penduduk Kota

Bogor adalah sebesar 1769 Kal/kap/hari (88.4% AKE). Menurut kriteria

Peraturan menteri Pertanian nomor 65/Permentan/Ot.140/12/2010, konsumsi

energi tersebut berada pada kriteria rawan pangan.

Berdasarkan hasil survey Kantor Ketahanan Pangan, proporsi penduduk

Kota Bogor dengan konsumsi energy sebanyak 27% penduduk di Kota Bogor

termasuk dalam kategori sangat rawan pangan yang ditandai dengan konsumsi

energi kurang dari 70% AKE, 33% masuk kategori rawan pangan dengan

konsumsi energi 70% - 89.9% AKE, 27% masuk kategori tahan pangan dengan

konsumsi energi 90% - 119.9% AKE dan 13% masuk kategori gizi berlebih

karena konsumsi energinya lebih dari 120% AKE.

Proporsi penduduk Kota Bogor dengan konsumsi protein defisit atau kurang

dari 70% AKP adalah sebesar 12% dan konsumsi protein kurang (70%-80%

AKP) sebanyak 11%. Sementara penduduk yang mengkonsumsi protein dalam

kategori sedang (80%-99% AKP) sebanyak 30% dan konsumsi protein dalam

kategori baik (> 100% AKP) sebanyak 47%. Walaupun secara keseluruhan rata-

rata tingkat konsumsi protein penduduk Kota Bogor sudah mencapai kondisi ideal,

masih ada 23% penduduk Kota Bogor yang masuk kategori defisit dan kurang

dalam konsumsi protein.

Kualitas konsumsi pangan dicerminkan dari tingkat keberagaman pangan

yang dikonsumsi. Parameter yang digunakan untuk mengetahui keragaman

konsumsi pangan adalah Skor PPH. Berdasarkan hasil analisis, skor PPH

konsumsi penduduk Kota Bogor tahun 2013 adalah 81.8. Skor PPH Kota Bogor

belum mencapai skor ideal, yaitu 100. Bahkan belum mencapai target SPM, yaitu

90. Hal ini menandakan bahwa pola konsumsi pangan penduduk Kota Bogor

masih belum beragam. Target pencapaian skor PPH ideal diharapkan dari tahun

ke tahun meningkat pada tahun 2015 menjadi 90 dan pada tahun 2018 bisa

mencapai skor ideal yaitu 100.

Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa penduduk Kota Bogor mengkonsumsi

pangan hewani, minyak dan lemak serta kacang-kacangan dalam jumlah berlebih.

Hal ini ditunjukkan oleh skor AKE yang lebih tinggi dari skor maksimal.

Sementara konsumsi padi-padian, buah/biji berminyak, gula serta sayur dan buah

masih rendah.

Tabel 7 Skor Pola Pangan Harapan menurut Kelompok Pangan di Kota Bogor

Tahun 2013

No Kelompok Pangan Kalori % AKE Skor AKE Skor

Maks

Skor

PPH

1 Padi-padian 914.4 45.7 22.9 25.0 22.9

2 Umbi-umbian 98.8 4.9 2.5 2.5 2.5

3 Pangan Hewani 247.5 12.4 24.8 24.0 24.0

4 Minyak dan Lemak 269.1 13.5 6.7 5.0 5.0

5 Buah/Biji Berminyak 17.1 0.9 0.4 1.0 0.4

6 Kacang-kacangan 110.8 5.5 11.1 10.0 10.0

7 Gula 31.7 1.6 0.8 2.5 0.8

8 Sayur dan Buah 65.2 3.3 16.3 30.0 16.3

9 Lain-lain 14.4 0.7 0.0 0.0 0.0

Total 1769.0 88.4 85.4 100.0 81.8

Sumber: Laporan Konsumsi Pangan Kota Bogor Tahun 2013

Page 29: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

15

Tabel 8 berikut menyajikan perbandingan situasi konsumsi pangan Kota

Bogor tahun 2013 dengan kondisi ideal. Data menunjukkan bahwa konsumsi

kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, buah/biji berminyak, gula, sayur

dan buah belum memenuhi kebutuhan secara kuantitas, karena persentase angka

kecukupan energinya masih dibawah kondisi ideal. Sebaliknya, konsumsi pangan

hewani, minyak dan lemak serta kacang-kacangan telah memenuhi kebutuhan.

Hal ini dapat dilihat dari persentase AKE konsumsi pangan hewani, minyak dan

lemak serta kacang-kacangan yang sudah melebihi ideal sehingga skor AKE

kelompok pangan tersebut sudah mencapai skor maksimal.

Tabel 8 Perbandingan Situasi Konsumsi Pangan Kota Bogor Tahun 2013 dan

Ideal

No Kelompok Pangan Konsumsi Pangan Tahun 2013 Ideal

% AKE Skor PPH % AKE Skor PPH

1 Padi-padian 45.7 22.9 50.0 25.0

2 Umbi-umbian 4.9 2.5 6.0 2.5

3 Pangan Hewani 12.4 24.0 12.0 24.0

4 Minyak dan Lemak 13.5 5.0 10.0 5.0

5 Buah/Biji

Berminyak 0.9 0.4 3.0 1.0

6 Kacang-kacangan 5.5 10.0 5.0 10.0

7 Gula 1.6 0.8 5.0 2.5

8 Sayur dan Buah 3.3 16.3 6.0 30.0

9 Lain-lain 0.7 0.0 3.0 0.0

Total 88.4 81.8 100.0 100.0

Sumber: Laporan Konsumsi Pangan Kota Bogor Tahun 2013

Analisis Lingkungan Strategi

Identifikasi lingkungan strategi guna mendukung peningkatan konsumsi

pangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Langkah

pertama yang dilakukan dalam analisis ini adalah dengan menemukan faktor

internal dan eksternal situasi konsumsi pangan Kota Bogor. Faktor internal terdiri

dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal terdiri atas peluang dan

ancaman (Rangkuti 1998 dalam Marimin 2004). Analisis ini berdasarkan hasil

depth interview dengan para pakar/pelaku dan kajian literature serta pengisian

kuisioner untuk menentukan bobot dan rating.

Faktor Lingkungan Internal Kekuatan (Strength)

Terdapat 5 (lima) faktor internal yang teridentifikasi menjadi kekuatan

yaitu: 1) Dewan ketahanan pangan atau lembaga koordinasi ketahanan pangan,

sesuai dengan keputusan Walikota Bogor nomor 510.15-109 tahun 2010 tentang

pembentuka Dewan Ketahanana Pangan; 2) terdapat cukup banyak perusahaan

perdagangan formal dan atau pasar tradisional, ini dilihat dari jumlah perusahaan

perdagangan formal di Kota Bogor mencapai 342 perusahaan pada tahun 2012,

terdiri dari 7 perusahaan besar, 49 perusahaan menengah, 192 perusahaan kecil

dan 94 perusahaan mikro. Sementara itu, untuk pelaksanaan transaksi jual beli,

terdapat 7 pasar di Kota Bogor yang mengelola sebanyak 5938 kios dan los; 3)

Page 30: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

16

Konsumsi pangan untuk kelompok pangan hewani, minyak dan lemak serta

kelompok kacang-kacangan sudah ideal, ini dapat dilihat dari persentase AKE

konsumsi pangan hewani 12.4% AKE dengan skor ideal 12% AKE, minyak dan

lemak 13.5% AKE dengan skor ideal 10% AKE serta kacang-kacangan 5.5%

AKE dengan skor ideal 5.0% AKE sudah melebihi ideal sehingga skor AKE

kelompok pangan tersebut sudah mencapai skor maksimal; 4) Kondisi geografis

kota bogor yang strategis, ini dilihat dari secara Geografis, Kota Bogor terletak

diantara 1060

48’ BT dan 60

26’ LS, yaitu ditengah-tengah wilayah Kabupaten

Bogor dan lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Oleh karena itu, Kota

Bogor potensial bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, serta

berpeluang untuk dijadikan pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan,

transportasi, komunikasi dan pariwisata; 5) Kualitas sumberdaya manusia sudah

cukup baik ini dapat dilihat dari IPM Kota Bogor tahun 2012, rata-rata lama

sekolah penduduk kota bogor adalah 9.8 tahun dan angka melek huruf mencapai

98.97 %.

Faktor Lingkungan Internal Kelemahan (Weakness)

Terdapat 5 (lima) faktor internal yang teridentifikasi menjadi kelemahan

yaitu : 1) kualitas dan kuantitas aparatur belum memadai, ini dilihat dari stuktur

organisasi masih ada jabatan stuktural yang kosong dan terbatasnya jumlah

penyuluh lapang dan pegawai yang mempunyai pengetahuaan tentang pangan dan

gizi; 2) keterbatasan sumberdaya lahan Kota Bogor, ini dapat dilihat dari lahan

pertanian bukan sawah seluas 2374 ha dan lahan sawah 750 ha; 3) Produksi

pangan kota bogor, hal ini dapat dilihat produksi pangan kota bogor untuk

ketersedian sebesar 7.69% sementara 92.31% impor; 4) Konsumsi kelompok

padi-padian, umbi-umbian. buah/biji berminyak, sayur dan buah serta gula masih

rendah, ini dilihat dari %AKE konsumsi pangan padi-padian masih di

bawah %AKE ideal yaitu 45.7% (ideal 50%), umbi-umbian %AKE nya yaitu

4.9% (ideal 6.0%) , buah/biji berminyak %AKE nya yaitu 0.9% (ideal 3.0%),

sayur dan buah %AKE nya yaitu 3.3% (ideal 6.0%) dan gula %AKE nya yaitu

1.6% (ideal 5.0%); 5) lembaga struktural ketahanan pangan daerah, sesuai dengan

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 tahun 2008 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Kantor Ketahanan Pangan);.

Faktor Lingkungan Eksternal Peluang (Opportunity)

Terdapat 5 (lima) faktor eksternal yang teridentifikasi menjadi peluang

yaitu : 1) pengembangan kelembagaan pangan masyarakat, dilihat dari potensi

pengembangan lumbung pangan masyarakat Kota Bogor saai ini telah terdapat 13

lumbung pangan yang tersebar di setiap kecamatan; 2) adanya kelembagaan gizi

dan kesehatan masyarakat, ini dilihat dari terdapat 24 puskesmas Kota Bogor,

begitupun dengan posyandu yang digalang oleh para kader telah tersebar di setiap

Rukun Warga/RW Kota Bogor; 3) adanya kebijakan program ketahanan pangan

pusat, ini dapat dilihat dari Kebijakan program ketahanan pangan pusat ini

tercantum dalam Peraturan Presiden no. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

dan Peraturan Menteri Pertanian no. 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal; 4) impor

pangan, dalam kenyataanya sumberdaya lahan pertanian dan peternakan yang

Page 31: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

17

terbatas di Kota Bogor, sehingga mengharuskan impor pangan dari berbagai

wilayah untuk mencukupi ketersedian pangan penduduk Kota Bogor, 92.31%

ketersediaan pangan yang dikonsumsi penduduk Kota Bogor merupakan Impor;

5) ketersediaan pangan kelompok padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak,

dan kacang-kacangan sudah melebihi kecukupan serta pangan umbi-umbian dan

buah/biji berminyak sudah sama dengan kecukupan Pangan kelompok padi-

padian (lebih 73 Kal atau 6.6%) pangan hewani ( lebih 23.3 Kal atau 23.3%),

minyak dan lemak (lebih 85 Kal atau 39.0%), dan kacang-kacangan (lebih 32 Kal

atau 30.0%) serta umbi-umbian dan buah/biji berminyak sudah sama dengan

kecukupan.

Faktor Lingkungan Eksternal Ancaman (Treaths)

Terdapat 6 (enam) faktor eksternal yang teridentifikasi menjadi ancaman

yaitu: 1) laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor cukup tinggi, ini dilihar dari

setiap tahun jumlah penduduk Kota Bogor meningkat lebih dari 10.000 orang atau

sekitar 2%; 2) laju Inflasi. Pada tahun 2012, inflasi di Kota Bogor secara umum

mencapai 3.96%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran pendidikan,

rekreasi dan olahraga yaitu mencapai 13.89%, tertinggi kedua dari kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 4.80% dan tertinggi ketiga

dari kelompok bahan makanan sebesar 4.13%. Inflasi terjadi karena kenaikan

harga yang terus menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi; 3) masih tingginya

rumah tangga miskin, ini dilihat pada tahun 2012, 8.41% penduduk Kota Bogor

masih terbilang sebagai kategori miskin; 4) adanya kecenderungan masalah gizi,

ini dapat dilihat dalam catatan dinas kesehatan Kota Bogor pada tahun 2013 masih

terdapat balita gizi buruk sebanyak 70 balita dan gizi kurang 2240 balita; 5) harga

pangan yang fluktuatif, ini dilihat dari Stabilitas harga diukur dengan koefesien

variasi harga pada tahun 2012 dan 2013; 6) Pangan kelompok gula, sayur dan

buah serta lain-lain ketersediannya masih dibawah angka kecukupan, ini dilihat

dari laporan ketersedian pangan Kota Bogor tahun 2013, kelompok gula, sayur

dan buah serta lain-lain keterersediannya masih dibawah angka kecukupan,

dimana masing kekuranga sekitar 70 Kal, 37 Kal, dan 66 Kal atau sekitar 64.0%,

28.0%, dan 100% dari kecukupannya.

Faktor lingkungan strategis di atas disusun dengan menggunakan kuisioner

yang melibatkan 9 orang responden dari pemerintahan, swasta, dan masyarakat

kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis ini didasarkan

pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats) (Marimin 2004). Pembobotan dan rating

dilakukan dengan pengisian kuisioner oleh pemerintah yang bersangkutan,

masyarakat, dan swasta sehingga akan menghasilkan strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan konsumsi pangan Kota Bogor.

Analisis SWOT dapat menghasilkan empat kelompok strategi yaitu : 1)

strategi agresif; mengoptimlkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (SO), 2)

strategi diversifikasi; menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (ST), 3)

strategi rasionalisasi; mengatasi atau meminimumkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang (WO), strategi difensif; meminimumkan kelemahan untuk

mengatasi tantangan (WT).

Page 32: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

18

Tabel 9 Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan/Strength

Dewan ketahanan pangan / lembaga koordinasi ketahanan pangan 0.175 2 0.350

Terdapat cukup banyak perusahaan perdagangan formal dan atau

pasar tradisional 0.125 3 0.375

Konsumsi pangan untuk kelompok umbi-umbian, pangan hewani,

minyak dan lemak serta kelompok kacang-kacangan sudah bagus. 0.223 3 0.669

Kondisi geografis kota bogor yang strategis 0.150 4 0.600

Kualitas sumberdaya manusia sudah cukup baik 0.327 3 0.981

Total 1.0 2.975

Kelemahan/Weakness

Kualitas dan kuantitas aparatur belum memadai 0.200 2 0.444

Keterbatasan sumberdaya lahan 0.200 3 0.600

Produksi pangan Kota Bogor 0.225 3 0.650

Konsumsi kelompok padi-padian, buah/biji berminyak, gula, dan

sayur dan buah masih rendah 0.275 3 0.703

Lembaga struktural ketahanan pangan 0.100 2 0.300

Total 1.0 2.697

Total skor faktor Kekuatan-Kelemahan 0.278

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang/Opportunity

Pengembangan Kelembagaan pangan masyarakat 0.175 3 0.525

Adanya kelembagaan gizi dan kesehatan masyarakat 0.150 3 0.450

Adanya kebijakan program ketahanan pangan pusat 0.300 3 0.900

Import pangan luar bogor 0.175 3 0.525

Ketersediaan pangan kelompok padi-padian, pangan hewani, minyak

dan lemak, dan kacang-kacangan sudah melebihi kecukupan dan

pangan umbi-umbian dan buah/biji sudah sama dengan kecukupan 0.200 3 0.600

Total 1.0 3.000

Ancaman/Threatment

Laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi 0.150 3 0.483

Laju inflasi 0.150 3 0.483

Masih tingginya rumah tangga miskin 0.225 3 0.675

Adanya kecenderunga masalah gizi 0.175 2 0.408

Harga pangan yang fluktuatif 0.175 3 0.525

Pangan kelompok gula, sayur dan buah serta lain-lain ketersediaanya

masih dibawah angka kecukupan 0.125 2 0.278

Total 1.0 2.853

Total skor faktor Peluang-Ancaman 0.147

Berdasarkan Tabel 9 bobot kekuatan (S) adalah 2.975 dan bobot kelemahan

(W) adalah 2.697 sehingga bila kekuatan (S) dan kelemahan (W) merupakan

sumbu x, maka skor kekuatan dan kelemahan adalah 0.278. Sedangkan bobot

peluang (O) adalah 3.000 dan bobot ancaman (T) adalah 2.853 sehingga bila

peluang (O) dan ancaman (T) merupakan sumbu y, maka skor peluang dan

Page 33: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

19

ancaman adalah 0.147. Pada sumbu kuadran, kordinat sumbu x (S-W) dan sumbu

y (O-T) ditetapkan pada diagram analisis SWOT sehingga dapat diketahui posisi

strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor berada pada kuadran I

(Gambar 3). Artinya strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor

mendukung strategi Agresif, yaitu strategi mengoptimalkan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

Gambar 3 Posisi strategi peningkatan konsumsi pangan Kota Bogor

Terdapat beberapa alternatif strategi dalam rangka peningkatan konsumsi

pangan di Kota Bogor (Tabel 10). Alternatif strategi tersebut yaitu: 1)

Mengoptimalkan sumber daya; 2) Menguatkan dan meningkatkan kinerja

kelembagaan; 3) Meningkatkan akses dan ketersediaan pangan 4) Mendorong

prilaku konsumsi pangan.

Tabel 10 Strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan/ Strength (S)

1. Dewan ketahanan pangan /

lembaga koordinasi ketahanan

pangan

2. Terdapat cukup banyak

perusahaan perdagangan formal

dan atau pasar tradisional

3. Konsumsi pangan untuk

kelompok umbi-umbian, pangan

hewani, minyak dan lemak serta

kelompok kacang-kacangan sudah

bagus

4. Kondisi geografis kota bogor

yang strategis

5. Kualitas sumberdaya manusia

sudah cukup baik

Peluang/ Opportunity (O)

1. Pengembangan Kelembagaan pangan masyarakat

2. Adanya kelembagaan gizi dan kesehatan

masyarakat

3. Adanya kebijakan program ketahanan pangan pusat

4. Import pangan

5. Ketersediaan pangan kelompok padi-padian,

pangan hewani, minyak dan lemak, dan kacang-

kacangan sudah melebihi kecukupan dan pangan

umbi-umbian dan buah/biji sudah sama dengan

kecukupan.

Strategi (SO)

1. Mengoptimalkan sumber daya

2. Menguatkan dan meningkatkan

kinerja kelembagaan

3. Meningkatkan akses dan

ketersediaan pangan

4. Mendorong prilaku konsumsi

pangan

Kelemahan Kekuatan

Kuadran I (SO)

Kuadaran III

(WO)

Kuadaran IV

(WT) Kuadran II

(ST)

Peluang

Ancaman

0.147

0.278

Page 34: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

20

Prioritas strategi pada penelitian ini ditentukan menggunakan sistem

kepakaran dengan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). Berdasarkan

hasil pengolahan data menggunakan software expert choice v.11 maka diperoleh

hierarki sistem prioritas kepentingan berdasarkan aktor penentu, faktor dan

strategi untuk meningkatkan konsumsi pangan di Kota Bogor. Hasil analisis

hierarki proses yang bersumber dari penilaian pakar dari pemerintahan daaerah

Kota Bogor disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Hasil pengolahan vertikal AHP Strategi peningktatan konsumsi pangan

di Kota Bogor

Aktor penentu peningkatan konsumsi pangan yaitu pemerintah, swasta , dan

masyarakat. Penilaian pakar yaitu 7 orang disajikan pada gambar 4 mengarah

pada sebuah indikasi bahwa peran pemerintah merupakan aktor untuk peningkatan

konsumsi pangan dengan bobot kepentingan mencapai 0.651. Peran serta

masyarakat (0.182) menjadi actor pen3ntu lainnya disertai dengan peran swasta

(0.167) (Tabel 11).

Tabel 11 Prioritas aktor penentu peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor

No Aktor Bobot Peringkat

1 Pemerintah 0.651 1

2 Swasta 0.167 3

3 Masyarakat 0.182 2

Pemangku kepentingan yaitu pemerintah besama masyarakat mempunyai

peranan yang penting dalam mewujudkan ketahanan peningkatan konsumsi

pangan sesuai dengan amanat UU No 18 tahun2012 tentang pangan BAB VI pasal

Pemerintah

(0.651)

Swasta

(0.167)

Peningkatan konsumsi

pangan secara kualitas

Peningkatan konsumsi

pangan secara kuantitas

Mendorong prilaku

konsumsi pangan

(0.261)

Meningkatkan akses

dan ketersediaan pangan

(0.313)

Menguatkan dan

meningkatkan kinerja

kelembagaan (0.218)

Mengoptimalkan

sumberdaya

(0.208)

Strategi Operasional

Masyarakat

(0.182)

Page 35: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

21

59, pasal 60, pasal 61, dan pasal 62. Pemerintah dan pemerintah daerah

berkewajiban meningkatkan pemenuhan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan.

Pemerintah dan masyarakat dinilai sebagai pelaku aktif yang dapat menggerakan

semua komponen pasif seperti akses dan ketersedian akan pangan, infrastruktur

dan potensi pangan lokal daerah. Peningkatan peran serta swasta akan turut

mempengaruhi peningkatan konsumsi pangan di masyarakat baik secara kuantitas

maupun kualitas.

Tujuan merupakan komponen penjabaran dari masing actor dalam

mengambil keputusan atau tindakan dalam mengambil keputusan peningkatan

konsumsi pangan baik secara kuantitas maupun kualitas. Dari tujuan yang

tercakup, peran pemerintah mempunyai prioritas tujuan peningkatan konsumsi

pangan secara kualitas atau peanekaragaman konsumsi pangan dengan bobot

prioritas 0.542. Masyarakat mempunyai peran dalam memprioritaskan tujuan

peningkatan konsumsi pangan secara kuantitas (0.537) dan begitu pula dengan

swasta mempunyai peran dalam memprioritaskan tujuan peningkatan konsumsi

pangan secara kuantitas (0.531) (Tabel 12).

Tabel 12 Bobot tujuan untuk hierarki peningkataan konsumsi pangan di Kota

Bogor

No Tujuan Bobot Urutan

Prioritas

Pemerintah

1 Peningkatan konsumsi pangan secara kuantitas 0.458 2

2 Peningktaan konsumsi pangan secara kualitas atau

peanekaragaman konsumsi

0.542 1

Swasta

1 Peningkatan konsumsi pangan secara kuantitas 0.531 1

2 Peningktaan konsumsi pangan secara kualitas atau

peanekaragaman konsumsi

0.469 2

Masyarakat

1 Peningkatan konsumsi pangan secara kuantitas 0.537 1

2 Peningktaan konsumsi pangan secara kualitas atau

peanekaragaman konsumsi

0.463 2

Berdasarkan analisis SWOT di hasilkan empat strategi dan dilanjutkan

dengan perhitungan mengunakan metode AHP maka diperoleh urutan strategi

berdasarkan prioritas kepentingan yaitu meningkatkan akses dan ketersedian

pangan (0.313), mendorong prilaku konsumsi pangan (0.261), menguatkan dan

meningkatkan kinerja kelembagaan (0.218), dan mengoptimalkan sumberdaya

(0.208) (Tabel 13).

Tabel 13 Prioritas strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor

No Strategi Bobot Peringkat

1 Mengoptimalkan sumberdaya 0.208 4

2 Menguatkan dan meningkatkan kinerja kelembagaan 0.218 3

3 Meningkatkan akses dan ketersediaan pangan 0.313 1

4 Mendorong prilaku konsumsi pangan 0.261 2

Page 36: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

22

Pelaksanaan keempat strategi tersebut setelah dianalisis berdasarkan

sensitivitas secara menyeluruh dapat dijelaskan per aktor penentu yaitu

pemerintah, swasta, dan masyarakat seperti yang disajikan pada Gambar 5.

Penjabaran tiap strategi tersebut dan keterkaitan dengan aktor penentunya adalah

sebagai berikut:

Gambar 5 Hasil analisis sensitivitas strategi peningkatan konsumsi pangan secara

menyeluruh

Strategi pertama dalam peningkatan konsumsi pangan Kota Bogor adalah

meningkatkan akses dan ketersedian pangan di Kota Bogor, menurut Lubis (2010)

wilayah rawan pangan dan gizi berdasarkan aspek akses pangan dan aspek akses

pangan kesehatan serta sanitasi terdapat 8 kelurahan dengan kategori rawan dan

23 kelurahan dengan kategori agak rawan, wilayah rawan pangan dan gizi di Kota

Bogor ini terletak pada lokasai yang berada di pinggiran kota jauh dari pusat kota

atau pelayanan dan berbatasan dengan kota bogor. Sehingga perlu peningkatan

akses pangan di setiap daerah rawan pangan agar seluruh penduduk kota bogor

dapat mengakses dengan mudah pangan yang tersedia. Menurut Mun’im (2012)

faktor akses serta penyerapan pangan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap ketahanan pengan di kabupaten surplus pangan. Hasil survei ketersedian

pangan Kota Bogor 2013 kelompok gula, sayur dan buah serta lain-lain

keterersediannya masih dibawah angka kecukupan, dimana masing kekurangan

sekitar 70 Kal, 37 Kal, dan 66 Kal atau sekitar 64.0%, 28.0%, dan 100% dari

kecukupannya, dengan meningkat ketersedian pangan secara kualitas di Kota

Bogor, maka diharapkan konsumsi pangan penduduk Kota Bogor akan meningkat

baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Strategi kedua adalah mendorong prilaku konsumsi pangan. Menurut

Soegianto (2008) prilaku konsumsi pangan terbentuk dan dipengaruhi oleh;

ketersediaan pangan, daya beli terhadap pangan, pengetahuan, dan sikap terhadap

pangan, serta kesehatan. Berdasarkan hasil survey konsumsi pangan, pada tahun

2013, rata-rata konsumsi energi penduduk Kota Bogor adalah sebesar 1769

Kal/kap/hari (88.4% AKE). Menurut kriteria Peraturan menteri Pertanian nomor

65/Permentan/Ot.140/12/2010, konsumsi energi tersebut berada pada kriteria

Page 37: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

23

rawan pangan. Kuantitas konsumsi energi pangan penduduk dikatakan memenuhi

Standar Pelayanan Minimal (SPM) jika konsumsi energi sudah mencapai 90%

dari angka kecukupan energi (AKE) yang dianjurkan atau sebanyak 1800 Kal.

Berdasarkan hasil analisis skor PPH konsumsi penduduk Kota Bogor tahun 2013

adalah 81.8. Skor PPH Kota Bogor belum mencapai skor ideal, yaitu 100.

Bahkan belum mencapai target SPM, yaitu 90. Hal ini menandakan bahwa pola

konsumsi pangan penduduk Kota Bogor masih belum beragam. Secara kuantitas

dan kualitas konsumsi pangan penduduk Kota Bogor masih di bawah SPM.

Sehingga diperlukan penyempurnaan kebijakan pangan dan gizi yang mendukung

pencapaian pola pangan harapan dan gizi seimbang, peningkatan pemberantasan

kemiskinan, dan peningkatan informasi melalui pendidikan jalur formal,

nonformal dan informal (Soegianto 2008).

Strategi ketiga adalah menguatkan dan meningkatkan kinerja kelembagaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para ahli permasalahan kelembagaan

ketahanan pangan di Kota Bogor adalah struktural organisasi masih lemah karena

jumlah pegawai yang terbatas dan terbatasnya yang mempunyai pengetahuan

terhadap pangan, jumlah penyuluh lapang yang ahli terbatas, dan masih ada

jabatan struktural yang kosong seperti bagian distribusi, sehingga perlu diadakan

pelatihan dan penambahan pegawai ahli di bidang pangan dan gizi. Keberadaan

Kantor Ketahanan Pangan perlu ditingkatkan menjadi Badan Ketahanan Pangan

dengan dukungan Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana yang memadai

dan berkualitas. Strategi yang tepat, dukungan anggaran dan sinergitas program

dan kegiatan antar SKPD terkait sangat penting dalam mewujudkan target

pencapaian SPM bidang Ketahanan Pangan. Selain itu, optimalisasi peran Dewan

Ketahanan Pangan tidak kalah penting sebagai wadah koordinasi dalam

mewujudkan Pembangunan Ketahanan Pangan di Kota Bogor.

Strategi keempat adalah mengoptimalkan sumber daya, meskipun dilihat

dari lahan pertanian Kota Bogor yang sangat sempit tetapi bogor secara geografis

terletak ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor dan lokasinya sangat dekat

dengan Ibukota Negara dan memiliki sumberdaya manusia yang cukup baik

sehingga Kota Bogor potensial bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

dan jasa, serta berpeluang untuk dijadikan pusat kegiatan nasional untuk industri,

perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata. Upaya yang dapat

dilakuakan yaitu mengembangkan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal

(MP3L) melalui pengembangan industri pangan olahan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Situasi konsumsi pangan menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi

penduduk Kota Bogor belum memenuhi SPM dan termasuk kedalam kategori

rawan pangan karena baru mencapai 1769 Kal/kap/hari atau 88.4% AKE. Kualitas

konsumsi pangan menunjukkan bahwa skor PPH konsumsi penduduk Kota Bogor

tahun 2013 adalah 81.8. Skor PPH ideal adalah 100 dan target SPM adalah 90.

Page 38: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

24

Hal ini menandakan bahwa pola konsumsi pangan penduduk Kota Bogor masih

belum ideal.

Berdasarkan analisis SWOT, strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota

Bogor adalah strategi agresif dengan mengoptimalkan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang, yaitu 1) Mengoptimalkan sumber daya; 2) Menguatkan

dan meningkatkan kinerja kelembagaan; 3) Meningkatkan akses dan ketersediaan

pangan 4) Mendorong prilaku konsumsi pangan.

Rekomendasi prioritas strategi berdasarkan Analytical Hierarchy Process

(AHP) untuk peningkatan konsumsi pangan yaitu meningkatkan akses dan

ketersedian pangan diikuti dengan mendorong prilaku konsumsi pangan,

menguatkan dan meningkatkan kinerja kelembagaan, dan mengoptimalkan

sumberdaya.

Saran

Strategi peningkatan konsumsi pangan agar menjadi acuan dalam

pembangunan ketahanan pangan di Kota Bogor. Perlu adanya Forum Group

Discussion (FGD) untuk menentukan faktor-faktor strategis lingkungan ketahanan

pangan Kota Bogor agar hasil yang di dapat lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Baliwati YF. 2011. Materi Pelatihan Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan

Wilayah Berdasaarkan Ketersediaan Pangan Wilayah. Diperbanyak oleh

MWA Consultant: Bogor.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan [BPS] Badan Pusat

Statistik. 2013. Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun 2013.

Bogor (ID): Bappeda Kota Bogor.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan [BPS] Badan Pusat

Statistik. 2012. Perkembangan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Kota

Bogor Tahun 2012. Bogor (ID): Bappeda Kota Bogor.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan [BPS] Badan Pusat

Statistik. 2013. Produk Domestik Regionel Bruto Kota Bogor Tahun 2013.

Bogor (ID): Bappeda Kota Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Bogor Barat Dalam Angka 2013. Bogor (ID):

BPS Kota Bogor.

Frankenberger TR. 1992. Indicators and Data Collection Methods for Assessing

Household Food Security di dalam: Maxwell S, Frankenberger TR.

Household Food Security: Concepts, Indocators, Measurements, A

Technical Review. UNICEF-IFAD

Hardinsyah, Dodik B, Retnaningsih, Herawati, Retno W. 2002. Analisis

Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan pangan dan Gizi IPB

dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Bimas Ketahanan

Pangan: Departemen Pertanian

Hardinsyah dan Drajat Martianto. 1992. Gizi Terapan. PAU Pangan dan Gizi IPB:

Bogor

Page 39: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

25

Hardinsyah, Yayuk FB, Martianto D, Handewi SR, Agus W, dan Subiyakto. 2001.

Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan.

Pusat Studi Kebijakan Pangan dan gizi IPB: Lembaga Penelitian IPB dan

Pusat Pengembangan Ketersediaan pangan Departemen Pertanian.

Harper IJ, BJ Draton & JA Driskel. 1988. Pangan, Gizi dan Pertanian (Suhardjo,

penerjemah). Universitas Indonesia Press: Jakarta.

[Kemenkes] Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

(ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan RI

[KKP] Kantor Ketahanan Pangan. 2013. Laporan Konsumsi Pangan Kota Bogor

Tahun 2013. Bogor (ID): KKP Kota Bogor.

[KKP] Kantor Ketahanan Pangan. 2013. Laporan Neraca Bahan Makanan Kota

Bogor Tahun 2013. Bogor (ID): KKP Kota Bogor.

[LIPI] Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia. 2004. Widyakarya Nasional Pangan

dan Gizi. Jakarta (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Lubis R. 2010. Analisis wilayah rawan pangan dan gizi dalam prespektif

perencanaan wilayah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mahfi T. 2009. Analisis situasi pangan dan gizi untuk perumusan kebijakan

operasional ketahanan pangan dan gizi Kabupaten Lampung Barat [tesis].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Gramedia

Widiasarana Indonesia : Jakarta

Martianto D dan Ariani. 2004. Analisis konsumsi pangan rumahtangga. Prosiding

Widyakarya Nasional pangan dan Gizi VIII. 17-19 Mei 2004. LIPI: Jakarta.

Mun’im A. 2012. Analisis pengaruh faktor ketersediaan, akses, dan penyerapan

pangan terhadap ketahanan pangan di Kabupaten surplus pangan:

pendekatan partial least square path modelin. Jurnal Agro Ekonomi.Vol 30

No 1

[Pergub No. 60 tahun 2010] Peraturan Gubernur Nomor 60 tahun 2010 mengenai

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya

Lokal: Bandung (ID).

[Permentan No. Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010] Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan: Jakarta (ID).

[Permentan No. 43/Permentan/OT.140/10/2009] Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal: Jakarta

(ID).

[Perpres No. 22 tahun 2009] Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 mengenai

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Sumberdaya Lokal: Jakarta (ID).

[PP N0. 38 tahun 2007] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38

tahun 2007 tentang Ketahanan Pangan adalah Urusan Wajib Pemerintah:

Jakarta (ID).

Prathivi MN. 2012. Strategi penganekaragaman konsumsi pangan menuju Pola

Pangan Harapan tahun 2015 di Kota Jambi [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 40: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

26

Soegianto B. 2008. Prilaku makan dan dampaknya terhadap masalah gizi

[Internet]. [diunduh pada 2014 Sept 11]. Tersedia pada :http:// elib.fk.uwks.ac.id

The World Health Report. 2010. Health Systems Financing The Path To

Universal Coverage. Geneva (G): World Health Organization

[UU No. 18 tahun 2012] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun

2012 tentang Pangan: Jakarta (ID).

[UU No. 32 Tahun 2004] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah: Jakarta (ID).

Yulianis N. 2009. Presepsi pemangku kepentingan tentang percepatan

diversifikasi pangan lokal di Provinsi Sumatra Barat, Jawa Tengah dan

Sulawesi Tenggara dan strategi pencapaiannya [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Page 41: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Produksi, Import dan Ketersediaan Pangan untuk Konsumsi

Penduduk di Wilayah Kota Bogor Berdasarkan Neraca Bahan Makanan

Tahun 2012

No Jenis Pangan

Jumlah Pangan (Ton) Ketersediaan pangan untuk

Konsumsi

Produksi Impor Penyediaan

Total

Wilayah

(Ton/Tahun)

Kg/Tahun/

Kapita

Gram/T

ahun/K

apita

1 Beras 4565.8 97726.8 102292.6 99735.3 99.26 271.93

2 Jagung 727 3140.1 3867.1 3673.4 3.66 10.02

3 Tepung 0 26156.2 26156.2 26156.2 26.03 71.31

4 Kedelai 0 10290.1 10290.1 839.2 0.84 2.29

5 Kacang 63.2 18604 18667.2 15971.8 15.9 43.55

6 Ubi Kayu 6372.8 10712.0 17084.8 14522.1 14.45 39.60

7 Ubi Jalar 1441.0 3136.9 4577.9 4028.6 4.01 10.98

8 Sayuran 5682.8 70627.1 76309.9 72670 72.31 198.12

9 Buah-buahan 3141.1 33494.4 36635.5 35275.8 35.1 96.18

10 Minyak dan lemak 315.6 12692.7 13008.3 12805.8 12.74 34.91

11 Daging 5190.1 24196.2 29386.1 27916.8 27.79 76.12

12 Telur 368.1 15986.3 16354.5 15983.4 15.91 43.58

13 Susu 1270.4 7454 8724.3 8288.1 8.24 22.6

14 Ikan 1104 24684.1 25788.1 25014.6 24.88 68.19

15 Gula 0 4034.9 4034.9 3998.2 3.98 10.9

Sumber: Laporan NBM Kota Bogor Tahun 2012

Lampiran 2 Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan Pangan Wilayah

Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Wilayah Kota Bogor Tahun 2012

No Kelompok Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % %AKE Bobot Skor

Aktual

Skor

AKE

Skor

Maks

Skor

PPH

1 Padi-padian 1173 51.5 53.3 0.5 25.7 26.6 25.0 25.0

2 Umbi-umbian 128 5.6 5.8 0.5 2.8 2.9 2.5 2.5

3 Pangan Hewani 326 14.3 14.8 2.0 28.7 29.7 24.0 24.0

4 Minyak dan Lemak 305 13.4 13.9 0.5 6.7 6.9 5.0 5.0

5 Buah/Biji Berminyak 69 3.0 3.1 0.5 1.5 1.6 1.0 1.0

6 Kacang-kacangan 142 6.2 6.5 2.0 12.5 12.9 10.0 10.0

7 Gula 40 1.7 1.8 0.5 0.9 0.9 2.5 0.9

8 Sayur dan Buah 95 4.2 4.3 5.0 21.0 21.7 30.0 21.7

9 Lain-lain 0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Total 2.278 100.0 103.5 99.7 103.2 100.0 90.1

Sumber: Laporan NBM Kota Bogor Tahun 2012

Page 42: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

28

Lampiran 3 Prioritas aktor penentu peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor

Lampiran 4 Prioritas strategi peningkatan konsumsi pangan di Kota Bogor

Page 43: STRATEGI PENINGKATAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA … · Bogor berada pada kuadran I (mendukung strategi agresif). Prioritas strategi ... lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 22 Oktober 1991, sebagai

anak pertama dari pasangan bapak Tirta dan Ibu Iin. Penulis menempuh

pendidikan formal di SDN Buahdua II tahun 1998-2004, SMPN 1 Buahdua tahun

2004-2007, dan MAN 10 Jakarta tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan studi di

Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan program studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Selama Kuliah di IPB penulis aktif di kegiatan-kegiatan kemahasiswaaan.

Penulis menjadi pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra

Kaheman sebagai Kepala Departemen Fasilitas dan Properti periode tahun 2012,

Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman periode

tahun 2013, Ketua Dewan Kehormatan Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni

Sunda Gentra Kaheman periode tahun 2014, dan sebagai anggota di Organisasi

Mahasiswa Daerah (OMDA).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Ujung Gagak,

Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2012. Internship

Dietetic di Rumah Sakit Ciawi pada tahun 2014. Sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Gizi di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan

judul “Strategi Peningkatan Konsumsi Pangan di Kota Bogor” yang dibimbing

oleh Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS.