strategi penataan home industri di kawasan …repositori.uin-alauddin.ac.id/5871/1/andi idham...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENATAAN HOME INDUSTRI DI KAWASAN
PERMUKIMAN
(Studi Kasus : Industri Jagung Marning di Kelurahan Caile
Kabupaten Bulukumba )
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Teknik Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
pada Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh :
ANDI IDHAM ASMAN
NIM : 60800111018
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh
orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa, 13 Mei 2016
Penyusun,
ANDI IDHAM ASMAN
NIM: 60800111018
PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul Skripsi : Strategi Penataan Lokasi Home Industri di Kawasan
Permukiman
(Studi Kasus : Industri Jagung Marning di Kelurahan Caile
Kabupaten Bulukumba )
Nama Mahasiswa : ANDI IDHAM ASMAN
NIM : 60800111018
Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas : Sains dan Teknologi
Disetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Ir. SYAFRI, M.Si
Pembimbing II
NUR SYAM AS, ST, M.Si
Mengetahui
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Prof. Dr. H. Arifuddin, M.Ag
NIP. 19691205 19933 1 001
Ketua Jurusan Teknik Perencanaan
wilayah dan kotaI
Dr. Muhammad Anshar, S.Pt., M.Si
NIP. 19760603 2002122 1 005
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Strategi Penataan Home Industri di Kawasan Permukiman ( Studi
Kasus : Industri Jagung Marning di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba )” yang disusun oleh
Andi Idham Asman, NIM: 60800111018, mahasiswa Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan
Kota pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan
dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 28 Maret 2016 M,
bertepatan dengan 19 Jumadil akhir 1437 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dalam Ilmu Teknik Perencanaan Wilayah dan
Kota, Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.
Makassar, 20 Mei 2016 M.
13 Syaban 1437 H.
DEWAN PENGUJI:
Ketua : Dr. Wasilah (…………………………)
Sekretaris : Risma Handayani, S.IP., M.Si (…………………………)
Munaqisy I : Ir. Nurdin Mone, MSP (…………………………)
Munaqisy II : Dr. Muhammad Anshar, S.Pt., M.Si (…………………………)
Munaqisy III : Dr. H. Saleh Ridwan, M.Ag (…………………………)
Pembimbing I : Ir. Syafri, M.Si (…………………………)
Pembimbing II : Nursyam AS, ST., M.Si (…………………………)
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar,
Prof. Dr. H. ARIFUDDIN, M.Ag
NIP. 19691205 199303 1 001
ABSTRAK
Nama Penyusun : ANDI IDHAM ASMAN
NIM : 60800111018
Judul Skripsi : Strategi Penataan Home Industri di Kawasan Permukiman
(Studi Kasus : Industri Jagung Masrnig di Kelurahan Caile
Kabupaten Bulukumba )
Dari sejarahnya, industri mula-mula berkembang dari kerajinan tangan dan
menggunakan anggota keluarga sendiri sebagai tenaga kerja, sifatnya turun temurun,
tradisional, dan hasilnya disesuaikan dengan selera pemakai. Kegiatan industri di
Kawasan Perkotaan Kabupaten Bulukumba cukup beragam, mulai industri besar
hingga industri rumah tangga. Industri rumah tangga cukup berkembang di Kota
Bulukumba. salah satunya industri makanan ringan jagung marning. Industri ini
tersebar di beberapa tempat di tengah-tengah permukiman Kota Bulukumba. Hal
tersebut tentu saja akan berdampak signifikan terhadap permukiman sekitarnya.
Lokasi industri yang berada di tengah-tengah permukiman akan berpengaruh terhadap
aktivitas sekitar yang dapat berdampak terhadap berbagai aspek. Dampak negatif
yang muncul akibat keberadaan jagung marning ini adalah berupa kemacetan di ruas
jalan tempat industri tersebut berada dan juga menimbulkan polusi udara. Hal ini
tentunya harus mendapat perhatian yang lebih dari semua pihak, baik itu pemerintah
maupun masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan konflik di dalam permukiman
tempat berlangsungnya kegiatan perindustrian tersebut karena hal yang demikian
bertentangan dengan kriteria atau persyaratan suatu lokasi permukiman.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif-kuantitatif atau penelitian
terapan yang di dalamnya mencakup penelitian survey, yang mana penelitian dengan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu penelitian non matematis dengan
proses menghasilkan data-data dari hasil temuan berupa pengamatan survey. Adapun
penelitian kuantitatif dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian dengan menggunakan
data-data tabulasi atau data angka sebagai bahan pembanding maupun bahan rujukan
dalam menganalisis secara deskriptif.
Dari hasil analisis kuantitatif yang dapat diketahui pengaruh industri jagung
marning tersebut terhadap permukiman dan deskripsi kualitatif yang memberikan
strategi yang tepat dalam penataan home industry di kawasan permukiman.
Kata Kunci : Industri Rumah Tangga, Jagung Marning, Pengaruh, Penataan
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Strategi
Penataan Home Industri di Kawasan Permukiman ( Studi Kasus : Industri
Jagung Marning di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba )”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana teknik perencanaan wilayah
dan kota di jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Negeri
“UIN” Alauddin Makassar.
Walaupun masih jauh dari kesempurnaan penulis sepenuhnya sadar, akan
keterbatasan penulisan skripsi ini, banyaknya hambatan dan kendala yang penulis
hadapi, namun berkat tekad dan kerja keras serta dorongan dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikannya walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan Terimah Kasih kepada bapak
Rektor UIN Alauddin Makassar dan Dekan Fak. Sains & Teknologi UIN Alauddin
Makassar beserta Staf yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Tak lupa pula penulis mengucapkan Terima Kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan jalan yang terbaik dalam penyusunan skripsi.
2. Terkhusus kepada Ayahanda tercinta H.A.Salman dan Ibunda Tercinta
Hj.A.Macita yang telah memberikan dukungan serta do’a selama ini.
vii
3. Kepada Kakak dan adikku tercinta Lisa Asmira, Iqbal Asmal dan Aiman
Fauzan atas doa serta dorongan semangatnya.
4. Ketua dan Sekretaris jurusan serta seluruh dosen Teknik Perencanaan Wilayah &
Kota – FST UIN Alauddin Makassar.
5. Dewan Pembimbing (bapak Ir. Syafri, M.Si dan Nursyam Aksa. ST., M.Si )
yang telah membimbing dengan penuh rasa ikhlas dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
6. Dewan Penguji (bapak Ir. Nurdin Mone, MSP, bapak Dr.Muhammad Anshar,
S.Pt., M.Si dan bapak Dr. H. Saleh Ridwan, M.Ag) yang telah memberikan
masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan tugas akhir (skripsi) ini.
7. Keluarga-keluarga saya yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian
ini berlangsung.
8. Rekan-rekan jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, terkhusus kepada
rekan-rekan Angkatan 011 yang senangtiasa memberikan masukan yang kepada
penulis dan menjadi saudara seperjuangan yang insya allah akan tetap bersama.
9. Sahabat yang telah banyak membantu dalam penulisan tugas akhir (skripsi) ini,
Kanda Despry, Kanda Disha, Arin, Inna, Jusman dan Uccang, serta sahabat
yang senangtiasa menyediakan waktunya menemani menyelesaikan tugas akhir
ini, Ayat, Yogie, Amir, Akbar, Qamar, dan Penghuni UBI.
10. Buat senior dan junior Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota UIN.
11. Buat seluruh yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
sempat penulis sebutkan satu persatu.
viii
Sebagai insan biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kehilafan, penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis jika skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Samata-Gowa, 20 Mei 2016
Andi Idham Asman
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR PETA ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9
A. Efisiensi Ruang ........................................................................ 9
B. Permukiman ..................................................................................... 18
C. Sektor Informal ................................................................................ 23
D. Kawasan Industri .............................................................................. 32
E. Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang .................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 39
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 39
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 40
D. Variabel Penelitian ........................................................................... 42
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 43
F. Penetuan Populasi dan Sampel ........................................................ 44
G. Metode Analisis Data ...................................................................... 46
H. Definisi Operasional ........................................................................ 52
I. Kerangka Berpikir ........................................................................... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 55
A. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Terhadap Lokasi Home Industry
di Kabupaten Bulukumba ................................................................. 55
B. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba ....................................... 60
C. Gambaran Umum Kecamatan Ujung Bulu ...................................... 62
D. Gambaran Umum Kelurahan Caile .................................................. 68
xi
E. Deskripsi Variabel Penelitian Terhadap Karakteristik Responden
Penelitan .......................................................................................... 88
F. Analisis Pengaruh Hubungan Lokasi Industri Terhadap Kawasan
Permukiman .................................................................................... 98
G. Analisis Strategi Penataan Lokasi Home Industry jagung marning
di Kawasan Permukiman ................................................................. 105
H. Konsep Kajian Al Qur’an dengan Hasil Penelitian tentang Produksi
dan Industri ...................................................................................... 113
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 120
A. Kesimpulan ...................................................................................... 120
B. Saran ................................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 122
LAMPIRAN .................................................................................................. 124
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Rumah Berdasarkan Kondisi Fisik Bangunan ................. 19
Tabel 3.1 Koefisien Tingkat Korelasi yang Berpengaruh .............................. 47
Tabel 3.2 Keterangan Rangking/Nilai untuk Variabel Positif ....................... 49
Tabel 3.3 Keterangan Rangking/Nilai untuk Variabel Negatif ..................... 49
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba ... 61
Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Ujung Bulu ..... 62
Tabel 4.3 Banyak Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kelurahan Caile Tahun 2014 ..................................................... 79
Tabel 4.4 Infrastruktur Jalan Pada Lokasi Industri Menurut Responden ...... 91
Tabel 4.5 Infrastruktur Drainase Pada Lokasi Industri Menurut Responden . 93
Tabel 4.6 Proses Pengolahan Limbah Cair Hasil Industri Menurut Responden
Penelitian ....................................................................................... 94
Tabel 4.7 Polusi Udara Hasil Industry Menurut Responden Penelitian ........ 96
Tabel 4.8 Pengolahan Sampah Hasil Industri Menurut Responden .............. 97
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Crosstabulation Terhadap Pengaruh
Lokasi Home Industri ..................................................................... 99
xiii
Tabel 4.10 Pengisisan Nilai Bobot di Peroleh dari Skala Likert ..................... 100
Tabel 4.11 Skor Korelasi Masing-masing Variabel/Indikator yang di Teliti .. 100
Tabel 4.12 Matriks Analisis SWOT ................................................................ 107
Tabel 4.13 Faktor-faktor Strategi Internal Penataan Lokasi Home Industri
Jagung Marning di Kawasan Permukiman ..................................... 108
Tabel 4.14 Faktor-faktor Strategi Internal Penataan Lokasi Home Industri
Jagung Marning di Kawasan Permukiman ..................................... 109
Tabel 4.15 Faktor-faktor Strategi Internal Penataan Lokasi Home Industri
Jagung Marning di Kawasan Permukiman ..................................... 110
Tabel 4.16 Faktor-faktor Strategi Internal Penataan Lokasi Home Industri
Jagung Marning di Kawasan Permukiman ..................................... 110
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram Penentuan Strategi Prioritas Analisis SWOT .......... 50
Gambar 2 Kerangka berfikir ..................................................................... 53
Gambar 3 Grafik Kuadran Analisis SWOT ............................................. 111
xv
DAFTAR PETA
Peta 1 Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba ............................. 61
Peta 2 Peta Administrasi Kecamatan Ujung Bulu ............................. 64
Peta 3 Peta Administrasi Kelurahan Caile ......................................... 69
Peta 4 Peta Topografi Kelurahan Caile .............................................. 70
Peta 5 Peta Geologi Kelurahan Caile ................................................. 72
Peta 6 Peta Jenis Tanah Kelurahan Caile ........................................... 73
Peta 7 Peta Klimatologi Kelurahan Caile .......................................... 74
Peta 8 Peta Hidrologi Kelurahan Caile .............................................. 76
Peta 9 Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Caile ............................... 78
Peta 10 Peta Lokasi Industri ................................................................. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang terus bertambah terutama di
daerah perkotaan mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal sangat tinggi
untuk menunjang keberlangsungan hidup manusia. Selain itu, kebutuhan akan
lapangan kerja juga ikut meningkat. Laju pertumbuhan penduduk perkotaan yang
semakin cepat sejalan dengan peningkatan peran kota harus mampu diimbangi
dengan penyediaan lapangan pekerjaan demi menekan angka pengangguran yang
akan ikut bertambah dengan terus meningkatnya pertumbuhan penduduk. Industri
merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia sebagai media
untuk memperoleh lapangan kerja.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian,
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku
dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, maupun pusat penyediaan
lapangan kerja, kawasan perkotaan terdapat berbagai jenis industri, mulai dari
industri besar, sedang, kecil, hingga industri rumah tangga. Industri rumah tangga
merupakan jenis industri yang biasanya hanya digerakkan oleh suatu keluarga
2
yang akan menunjang perekonomian keluarga tersebut, misalnya industri
kerajinan dan industri makanan ringan.
Industri rumah tangga dan industri kecil yang pada umumnya terdapat di
pinggiran daerah perkotaan erat kaitannya dengan bidang pertanian. Dari
sejarahnya, industri mula-mula berkembang dari kerajinan tangan dan
menggunakan anggota keluarga sendiri sebagai tenaga kerja, sifatnya turun
temurun, tradisional, dan hasilnya disesuaikan dengan selera pemakai. Hasil
bidang industri akan meluas jika meningkatnya hasil barang yang dihasilkan
petani. Peranan bidang industri dalam pembangunan adalah menyediakan barang-
barang yang dibutuhkan masyarakat terutama dalam hal makanan minuman,
pakaian dan bahan bangunan untuk perumahan. Industri dalam bidang makanan
akan memerlukan hasil pertanian untuk mendukung kegiatan usaha makanan.
Hasil pertanian dalam bentuk palawija seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-
kacangan, digunakan oleh usaha industri makanan untuk dijadikan berbagai
macam makanan.
Kabupaten Bulukumba terbagi menjadi 10 (sepuluh) kecamatan. Kecamatan
yang termasuk dalam wilayah kota kabupaten adalah Kecamatan Ujung Bulu
yang secara keseluruhan terdiri atas 9 (sembilan) kelurahan dan sebagian
Kecamatan Gantarang sebanyak 3 (tiga) kelurahan. Luas wilayah Kecamatan
Ujung Bulu sebagai pusat perkotaan Kabupaten Bulukumba adalah 14,4 km2 atau
hanya sekitar 1,25 % dari luas wilayah kabupaten keseluruhan. Kota Bulukumba
3
yang terdiri atas 9 (sembilan) dengan rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai
1.77 % tiap tahunnya. Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat,
kebutuhan akan lapangan pekerjaan juga semakin tinggi. Salah satu lapangan
kerja yang mampu menyerap tenaga kerja yaitu berupa kegiatan industri.
Kegiatan industri di Kawasan Perkotaan Kabupaten Bulukumba cukup
beragam, mulai industri besar hingga industri rumah tangga. Industri rumah
tangga cukup berkembang di Kota Bulukumba. salah satu contoh industri rumah
tangga di Kota Bulukumba yaitu industri makanan ringan jagung marning.
Industri ini berkembang pesat dan sering menjadi cemilan khas masyarakat
bulukumba dan oleh-oleh khas tiap kali berkunjung ke Kabupaten Bulukumba.
Semakin meningkatnya permintaan akan jagung marning tersebut, kegiatan
industri ini tidak lagi hanya berproduksi pada satu tempat. Industri ini tersebar di
beberapa tempat di tengah-tengah permukiman Kota Bulukumba. Hal tersebut
tentu saja akan berdampak signifikan terhadap permukiman sekitarnya. Selain
menjadi salah satu solusi dalam mengurangi pengangguran karena akan membuka
lapangan pekerjaan, kegiatan industri jagung marning tersebut juga memiliki
dampak negatif. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi kegiatan industri jagung
marning yang berada di tengah-tengah permukiman memiliki pengaruh yang
terhadap aktivitas masyarakat sekitar. Sebagaimana yang tercantum dalam surat
Ar-rum ayat 41 :
4
Terjemahannya :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Lokasi industri yang berada di tengah-tengah permukiman akan berpengaruh
terhadap aktivitas sekitar yang dapat berdampak terhadap berbagai aspek.
Dampak negatif yang muncul akibat keberadaan jagung marning ini adalah
berupa kemacetan di ruas jalan tempat industri tersebut berada dan juga
menimbulkan polusi udara. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian yang lebih
dari semua pihak, baik itu pemerintah maupun masyarakat sekitar agar tidak
menimbulkan konflik di dalam permukiman tempat berlangsungnya kegiatan
perindustrian tersebut karena hal yang demikian bertentangan dengan kriteria atau
persyaratan suatu lokasi permukiman. Apalagi perkembangan jumlah industri
jagung marning sekarang ini yang kian meningkat, maka tentunya secepatnya
perlu dilakukan suatu upaya agar dampak negatif yang timbul saat ini tidak
berkelanjutan dan mengganggu aktifitas masyarakat di Kota Bulukumba.
Untuk itu Islam mewajibkan agar manusia menjadi pelaku aktif dalam
mengolah lingkungan serta melestarikannya. Mengolah serta melestarikan
lingkungan tercermin secara sederhana dari tempat tinggal (rumah) seorang
muslim. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan
oleh Thabrani yang artinya:
5
”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu
lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip kebersihan. Dan
tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih” . (HR. Thabrani).
Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir
untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga kebersihan
agar kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.Demikian pula,
mengusahakan penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan menanamkan
pepohonan yang bermanfaat untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan,
disamping juga dapat memelihara peredaran suara yang kita hisap agar selalu
bersih, bebas dari pencemaran
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diadakan penelitian yang
berjudul strategi penataan lokasi home industri di kawasan permukiman (studi
kasus: industri jagung marning di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba) agar
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lebih produktif tanpa
menimbulkan gesekan yang dapat berakibat konflik di masyarakat. Jadi, seiring
meningkatnya produktifitas industri tersebut, perekonomian masyarakat
meningkat, lapangan pekerjaan lebih luas, dan pembangunan yang berkelanjutan
di Kota Bulukumba dapat terwujud.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pengaruh lokasi home industri “jagung marning” terhadap
kawasan permukiman di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba ?
2. Bagaimana strategi penataan lokasi home industri “jagung marning” terhadap
kawasan permukiman di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh lokasi home industri “jagung marning” terhadap
kawasan permukiman di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba.
2. Memberi strategi penataan lokasi home industri “jagung marning” terhadap
kawasan permukiman di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam
pengembangan home industri yang mampu bersaing dengan produk industri
lain.
7
2. Menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas dalam melakukan
manajemen resiko terhadap isu-isu yang muncul dalam lingkup permukiman.
3. Menjadi bahan kajian bagi peneliti lanjutan yang berkaitan dengan
permasalahan dalam kawasan permukiman.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini berada pada Kawasan
Permukiman di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba yang menjadi kawasan
home industri “jagung marning” tersebut.
2. Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini yaitu berisi bagaimana
pengaruh adanya lokasi home industri “jagung marning” terhadap pemukiman
di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba dan memberi strategi penataan
lokasi home industri “jagung marning” di Kelurahan Caile Kabupaten
Bulukumba.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar pembahasan pada penelitian ini terbagi dalam beberapa
bagian, antara lain :
8
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan,
manfaat, dan ruang lingkup penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang definisi industri, industri rumah tangga, peran
industri rumah tangga dalam ruang, definisi perkotaan, penataan ruang
di perkotaan, Konsep penataan industri di perkotaan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menguraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, variabel
penelitian, definisi operasional, dan kerangka berpikir.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menguraikan tentang tinjauan kebijakan pemerintah lokasi penelitian,
gambaran umum wilayah Kabupaten Bulukumba, gambaran umum
Kecamatan Ujung Bulu, gambaran lokasi home industry jagung
marning pada kawasan permukiman di Kelurahan Caile, deskripsi
variabel penelitian tehadap karakteristik responden, analisis korelasi,
analisis SWOT dan analisis proses produksi dan industri menurut
syariat islam.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran hasil penelitian
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efisiensi Ruang
1. Pengertian
Definisi kami mengenai efisiensi ruang serupa dengan penggunaan
ekonomis yang menitip beratkan terhadap minimnya biaya transaksi dan
memaksimalkan pengeluaran ditingkat ekonomi regional. Kami juga tertarik
pada ekonomi lainnya selain pengeluaran seperti upah dan peningkatan
pendapatan.
Dengan demikian kita bisa mendefinisikan efisiensi ruang sebagai:
pengaturan geografis bisnis dan hunian, infrastruktur fisik yang
menghubungkan wilayah tersebut (yaitu, transportasi, komunikasi, dan ruang
hijau), dan orientasi dari masing-masing hal tersebut yakni meminimalkan
waktu, upaya atau harga diperlukan adanya kegiatan ekonomi untuk seluruh
daerah metropolitan. Kita berfokus pada beberapa kelas kegiatan ekonomi,
termasuk interaksi-interaksi bisnis ke bisnis, bisnis ke pekerja, dan bisnis dan
pelanggan.
Dalam konteks sektor publik, efisiensi ruang telah digunakan sebagai
sebuah kerangka untuk mengevaluasi keputusan lokasi yang akan digunakan
sebagai infrastruktur publik atau jasa (Rasheed 1986; Lall, Schoeder, dan
10
Schmidt 2009). Seperti yang dikutip oleh Fisher dan Rushton (1979) sebagai
suatu contoh awal menerapkan konsep ini terhadap sektor publik, dengan
analisis aksesibilitas geografis terhadap pusat kesehatan India. Aplikasi sektor
public pada efisiensi ruang fokus terhadap pemilihan lokasi untuk pelayanan
public yang dapat memaksimalkan aksesibilitas dan meminimalkan waktu
perjalanan, umumnya analisis data envolpment digunakan untuk
memperkirakan nilai relative sementara dimaksudkan untuk tujuan berbeda
(dan sering juga bersaing), seperti memperkecil waktu dan jarak perjalanan
(Athanassopoulos and Storbeck 1995; Murray 2003; Thompson dll. 1986).
Beberapa implikasi dari pendekatan kami diuraikan di bawah ini.
Pertama, susunan ruang yang sangat dinamis, membuat tujuan dari “efisiensi
ruang” yakni pergerakan target ke satu tingkat yang lebih luas. Kedua,
efisiensi ruang adalah konteks yang bergantung, artinya bahwa apa yang
efisien untuk suatu daerah tertentu pada situasi tertentu bisa saja berubah
tergantung dengan apa yang efisien untuk daerah atau suatu waktu . Variasi
seperti itu menyulitkan studi efisiensi ruang, tetapi pada akhirnya
mengizinkan fleksibilitas untuk menciptakan respons yang tepat terhadap
permasalahan regional dan memudahkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga,
mendorong permasalahan sasaran “efisiensi ruang” seperti yang didefinisikan
di sini mungkin saja melibatkan pengorbanan, seperti untuk kualitas
kehidupan atau kesehatan lingkungan. Terkait, pengoptimalan efisiensi ruang
11
untuk akhir tertentu (yaitu, peningkatan interaksi bisnis ke bisnis) bisa
bertentangan dengan pengoptimalan efisiensi ruang mencapai akhir yang lain
(yaitu, bisnis yang meningkat ke interaksi pekerja).
Berbicara mengenai efisiensi perkotaan, tidak akan terlepas dari
persoalan globalisasi ekonomi. Prinsip utama globalisasi ekonomi adalah
menekankan pada perdagangan bebas dan efisiensi ekonomi. Prinsip ini
berbasis pada konsep keunggulan komparatif yang menyebutkan bahwa suatu
aktivitas eonomi diproduksi di tempat yang relative lebih efisien disbanding
dengan tempat lainnya (Adiningsih, 2005). Di daerah perkotaan, pentingnya
efisiensi berkaitan dengan kemampuan kota tersebut menciptakan
penghematan-penghematan skala. Setiap kegiatan produksi atau pelayanan
tunduk pada economic of scale (penghematan skala). Dengan harga-harga
input yang sama, produsen yang besar akan memperoleh unit cost yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan produsen yang kecil (Mills, 1979:222).
Sebagai contoh, sebuah toko besar dengan keragaman barang-barang
konsumen yang lebih lengkap akan dapat menawarkan harga yang lebih
rendah untuk tiap unit barangnya, dibandingkan dengan toko lain yang lebih
kecil dengan keragaman barang konsumen yang lebih minim. Dalam contoh
ini, toko besar tersebut memperoleh penghematan skala, karena terkumpulnya
barang-barang menyebabkan ongkos pelayanan menjadi murah dan terjadi
efisiensi. Fungsi-fungsi ini ternyata juga berlaku pada skala yang lebih luas.
12
Jepang misalnya melakukan penghematan skala dengan mendekatkan jarak
capai antara industri dan pelabuhan. Untuk bisa melakukan kompetisi di luar
negeri, dengan sengaja mereka membangun kota-kota industri di pesisir-
pesisir pantai yang didekatkan dengan pelabuhan-pelabuhan agar dapat
menekan unit cost dari barang-barang produksi mereka (lihat Brunn &
William, 1983:427).
Dalam lingkup perkotaan, penghematan skala berarti penghematan
waktu dan energi untuk melakukan produksi-produksi barang dan jasa
perkotaan. Semakin hemat waktu dan energi yang diperlukan dalam
melakukan produksi-produksi tersebut, maka produksifitas perkotaan menjadi
lebih efisien. Produktifitas perkotaan perupakan hal yang esensil bagi
pertumbuhan atau pembangunan ekonomi di perkotaan. Penghematan skala,
di sini, bukan hanya berfungsi meredusir unit cost dari hasil-hasil peroduksi
perkotaannya, tetapi juteru dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Mills (1979:221) : “berfungsinya kota-kota
secara efisien dan produktif bagi negara-negara sedang berkembang
merupakan hal yang esensil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi”. Di
negara-negara sedang berkembang, transpor di dalam maupun di luar daerah
perkotaan lambat dan tidak menentu. Hal ini menyebabkan kegiatan-kegiatan
produksi apa saja di perkotaan mengalami pemborosan waktu dan enerji.
Kondisi yang demikian secara tidak langsung telah menghambat
13
berkembangnya industri dan kegiatan komersil yang pada akhirnya
menghambat pertumbuhan ekonomi perkotaan.
Faktor-faktor yang dapat menghambat efisiensi ruang di perkotaan
yakni (terjemahan ; Mills 1979) :
1. Infrastruktur,
Yang dimaksudkan infrastruktur/prasarana ialah modal yang utamanya
dimiliki oleh pemerintah yang memberi pelayanan-pelayanan yang vital
bagi para penghuni dan bisnis, termasuk penyediaan air dan sistem
pembuangan limbah; sistem transportasi (jalanan dan sistem transit
publik); fasilitas-fasilitas kesehatan dan pendidikan; dan utilitas (listrik
dan telekomunikasi). Tidak semua fasilitas dimiliki oleh pemerintah, ada
sekolah-sekolah, universitas dan fasilitas-fasilitas perawatan kesehatan
miliki swasta.
2. Lingkungan Urban,
Semua kegiatan produksi dan konsumsi akan menghasilkan
limbah/sampah yang dibuang ke udara, air, atau tanah. Kebanyakan
masalah polusi mempunyai aspek aestetik, suatu pertimbangan yang
dijadikan prioritas yang tinggi di negara-negara kaya. Tetapi setiap
masalah polusi yang penting juga mempunyai aspek kesehatan, dan
kesehatan mendapat prioritas yang tinggi disemua Negara.
14
Di banyak Negara yang sedang berkembang penyakit karena air
merupakan masalah lingkungan dan kesehatan publik yang paling serius.
Penyakit demikian dapat meningkatkan tingkat kematian, dan khusus
berbahaya bagi bayi dan anak.anak. dalam dekade-dekade akhir ini karena
pemerintah telah melakukan investasi dalam penyediaan air, pembuangan
limbah, dan fasilitas-fasilitas pengolahan limbah.
Prioritas lingkungan di Negara-negara yang sedang berkembang
berbeda dari di Negara-negara industri maju, tapi kriterianya adalah sama;
untuk mencapai proyek-proyekyang keuntungannya paling benar bila
dibandingkan dengan ongkos-ongkos mereka. Program yang member
keuntungan bagi kesehatan publik yang penting merupakan kandidat yang
paling kuat. Permasalahan lingkungan urban meliputi :
a. Transportasi
Kota-kota adalah padat. Suatu system transportasi kota mungkin
saja lambatdan mahal karena berbagai alasan, tapi kemacetan adalah
bagian dari masalah itu. Sistem-sistem transportasi urban harus
menghemat tanah dengan jalan mengakomodasikan sejumlah besar
kendaraan per unit jalanan. Di Negara-negara yang sangat miskin,
mobil-mobil pribadi dipandang sebagai lalu lintas yang mewah dan
pajak-pajak bahan bakar yang tinggi dirancang untuk menguntungkan
bepergian dengan bus atau alat transport yang lebih murah lainnya.
15
Mengoptimalkan penggunaan jalanan kota yang ramai merupakan
suatu masalah perencanaan. Tak ada solusi yang ideal, tapi tak ada
kota di dunia ini di mana perencanaan yang saksama tidak dapat
memperbaiki transportasi. Ada banyak kemungkinan yang jauh lebih
murah bila dibandingkan dengan membngun jalanan-jalanan baru
dengan system rel tetap di daerah-daerah yang berpenduduk padat.
b. Pembuangan Limbah
Masalah-madalah pembuangan limbah padat kurang parah di
Negara-negara yang sedang berkembang karena di sana kurang
terdapat produksi industri, kurang menimbulkan limbah, dan sedikit
saja produk yang di buang. Dan karena upah rendah, maka
permukiman di negara-negara yang sedang berkembang adalah
pendauran ulang banyak produk yang manufaktur. Tapi pembuangan
limbah akan menjadi sangat mendesak, khususnya di negara-negara
yang berpenduduk padat, bila pembangunan berlangsung terus.
Pemusnahan atau membakar dan pengurungan adalah satu-satunya
teknik pembuangan yang praktis. Pemilihan lokasi adalah penting, tapi
kebanyakan ongkos pembuangan ialah digunakan untuk pengumpulan
dan pengangkutan limbah itu. Pemerintah-pemerintah telah mencoba
dengan program-program untuk memotivasi upaya-upaya pendaur
ulang, tapi belum ditemukan insentif yang memuaskan.
16
c. Polusi udara dan air
Pembuangan lingkungan ke udara juga diasosiasikan dengan
meningkatnya penyakit dan kematian karena berbagai penyakit,
meskipun penelitian mengenai luas dan kekuatan ubungannya masih
berlangsung. Sebagai contoh, pembakaran bahan bakar fosil telah
menyebabkan dibuangnya karbondioksida dalam jumlah besar, yang
dapat atau tidak mempunyai dampak “rumah kaca (green house)
global.
3. Pembiayaan Pemerintah Lokal
Tanggung jawab pemerintah-pemerintah lokal adalah sangat berbeda-
beda di antara Negara-negara yang sedang berkembang. Pemerintah-
pemerintah lokal juga cenderung untuk memperoleh pendapatan dari
retribusi (atas transportasi, utilitas, lisensi dan sebagainya) dan dari pajak-
pajak atas penjualan komoditas dan real estate.
Pemerintah-pemerintah lokal membangun dan mengoperasikan
prasarana-prasarana lokal (sekolah-sekolah, transportasi, penyediaan air
dan pembuangan limbah, dan beberapa utilitas publik) dan mengelola
berbagai program pengaturan (control tata guna tanah, pemberian lisensi,
dan transportasi swasta/pribadi). Meskipun mereka sering sedikit saja atau
tidak mempunyai otonom dalam perencanaan infrastruktur, pemerintah
bertanggung jawab atas pengelolaan pelayanan infrastruktur pada ringkat
17
lokal. Banyak dari pelanan itu (seperti pendidikan dasar dan menengah),
tidak dapat atau hendaknya tidak menghasilkan pendapatan yang besar.
Ongkos pelayanan-pelanan itu harus ditutupi dengan pajak-pajak, baik
lokal ataupun nasional. Tapi uang adalah langka untuk pemerintah lokal di
seluruh dunia.
4. Peraturan dan Tanggung Jawab Pemerintah.
Peraturan yang berlebihan selalu terdapat di kota-kota tapi khusus di
negara-negara yang sedang berkembang dimana sektor bisnis bisnis sering
menguntungkan secara marginal saja. Ongkos peraturan yang berlebihan
(over regulation) memang tidak nyata, kemungkinan-kemungkinan
kehilangan pekerjaan dan pendapatan begitu besar. Kontrol tata guna
tanah dan bisnis yang berkaitan merupakan pelanggaran yang paling jelek.
Kontrol zoning/perwilayahan sering memisahkan daerah-daerah
permukiman dan lokasi0lokasi industri dan niaga, dan memerlukan
perjalanan pulang balik yang berlebihan. Undang-undang bangunan sering
mengsyaratkan standar-standar konstruksi yang hanya dapat di penuhi
oleh mereka yang berpenghasilan lebih tinggi. Meskipun beberapa
segregasi antara daerah perumahan dan daerah bisnis dibenarkan, tapi
sasaran intervensi pemerintah hendaknya di tujukan untuk mendorong
lebih banyak employment di setiap kota.
18
Karena pemerintah-pemerintah lokal mengerti kebutuhan-kebutuhan
lokal, maka ada baiknya diberi lebih banyak otonomi kepada yurisdiksi-
yurisdiksi itu. Jika prasarana terikat pada perekonomian lokal oleh karena
perlunya menarik pendapatan pada tingkat lokal, maka lebih baik masalah
masalah yang paling urgen diserahkan ke sana.
B. Permukiman
1. Pengertian Perumahan dan Kawasan Permukiman
Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut :
a. Pengertian rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.
b. Yang dimaksud dengan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
c. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
19
2. Elemen Dasar Perumahan dan Kawasan Permukiman
Lima elemen dasar permukiman menurut Doxiadis dalam Kuswartojo
(2005):
a. Nature (alam) yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan
difungsikan semaksimal mungkin,
b. Man (manusia) baik pribadi maupun kelompok,
c. Society (Masyarakat) bukan hanya kehidupan pribadi yang ada tapi juga
hubungan sosial masyarakat,
d. Shells (rumah) atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan
fungsinya masing-masing,
e. Networks (jaringan atau prasarana sarana) yaitu jaringan yang mendukung
fungsi permukiman baik alami maupun buatan manusia seperti jalan
lingkungan, pengadaan air bersih, listrik, drainase dan lain-lain.
Berdasarkan kondisi fisik bangunannya, rumah dapat dibedakan
menjadi :
Tabel 2.1 Kriteria Rumah Berdasarkan Kondisi Fisik Bangunan
Kriteria Permanen Semi Permanen Non Permanen
Atap Batu-bata/
Batako
Setengah tembok &
setengah kayu/ bambu
Bambu/ kayu
Lantai Genteng Genteng Genteng/ selain
genteng
Dinding Plester/
Keramik
Plester/ keramik Tanah
20
3. Kriteria Permukiman yang Layak Huni
Menurut Sinulingga dalam Syaiful A (2002), permukiman yang baik
itu harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan pendidikan, kesehatan,
perdagangan. Akses ini dicapai dengan membuat jalan dan sarana
transportasi pada permukiman tersebut dan akses ini juga harus mencapai
perumahan secara individual dengan mengadakan jalan lokal dan terminal
transportasi pada lingkungan permukiman tersebut.
b. Lokasinya tidak terganggu oleh kegitan pabrik, yang pada umumnya dapat
memberikan dampak pada pencemaran udara atau lingkungan lainnya.
Misalnya jauh dari lokasi pembuangan sampah yang dapat menimbulkan
bau. Untuk mengurangi gangguan kebisingan akibat lalu lintas maka pada
kawasan permukiman yang terletak pada jalan arteri dan kolektor akan
diadakan pengaturan garis sempadan yang cukup besar.
c. Mempunyai fasilitas drainase , yang dapat mengalirkan air hujan dengan
cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air, walaupun hujan yang
lebat sekalipun hal ini hanya mungkin apabila sistem drainase pada
permukiman tersebut dapat dihubungkan dengan saluran pengumpul atau
saluran utama dari sistem perkotaan. Disamping terkait dengan sistem
pembuangan keluar dari lokasi ini maka sistem yang di dalam juga harus
21
memenuhi ketentuan teknis sehingga dapat mengalirkan air dengan
mudah.
d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan air distribusi
yang siap disalurkan ke masing-masing rumah. Idealnya setiap rumah
dapat dilayani oleh fasilitas air bersih. Untuk masyarakat yang
berpenghasilan rendah hal ini kadang-kadang tidak mungkin dilakukan
karena tidak mampu memikul biaya sambung. Oleh karena itu akan
dilayani dengan kran umum ataupun tangki-tangki air bersih. Untuk
pelayanan dengan tangki-tangki atau kran umum ini memerlukan
organisasi/persatuan penghuni untuk dapat mengelola fasilitas ini secara
bersama.
e. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor/tinja, yang dapat
dibuang dengan sistem individual yaitu tangki septik dan lapangan
rembesan ataupun tangki septik komunal. Untuk permukiman dengan
bangunan yang padat maka perlu dibuat dengan sistem perpipaan air
kotor.
f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara
teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
g. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,
lapagan atau taman, tempat beribadat, pendidikan, dan kesehatan sesuai
dengan skala besarnya permukiman.
22
h. Dilayani dengan jaringan listrik atau telepon.
4. Faktor Penyebab Tumbuhnya Kawasan Permukiman
Dalam perkembangannya permukiman di pusat kota disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut C.A.Doxiadis dalam Eny (2006), disebutkan bahwa
perkembangan permukiman (Development of Human Settlement) dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
a. Growth of Density (Pertumbuhan Jumlah Penduduk)
Dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran
dan adanya pertumbuhan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah
baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka
sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang
ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan
permukiman.
b. Urbanization (Urbanisasi)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus
migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis
yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di
pusat kota, tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar
keasetan pusat kota (down town). Hal ini juga akan menyebabkan
pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota. Menurut
Komarudin (1997), kita harus akui pula tumbuhnya permukiman-
23
permukiman spontan dan permukiman kumuh adalah merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari proses urbanisai.
C. Sektor Informal
1. Pengertian
Dalam kaitan dengan manajemen perkotaan maka peranan sektor
informal yang didalamnya mencakup aktivitas dari pedagang kakilima tidak
dapat diabaikan. Dalam keadaan tekanan penduduk, pengangguran dan
permintaan lapangan kerja yang tinggi yang tidak dapat dipenuhi oleh sektor
formal, ini justru tumbuh dengan cukup pesat. Kondisi ini pada gilirannya
menuntut suatu perhatian yang lebih serius untuk melakukan pembinaan dan
penataan lokasi terhadap aktivitas sektor informal.
Konsep sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Keith Hart pda
tahun (1971:41) dalam Manning (1991:22) dengan menggambarkan sektor
informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak terorganisasikan. Menurut
Manning dan Effendi (1991:36), perbedaan formal dan informal dilihat dari
keteraturan kerja, hubungan dengan perusahaan, curahan waktu kerja, dan
status hukum. Masalah sektor informal diperkotaan merupakan masalah yang
dihadapi oleh kota-kota di Indonesia dan hampir di semua kota-kota di
negara-negara berkembang.
24
Konsep ini diperkuat oleh Effendi (1993:17) yang menyatakan bahwa
ada pemikiran yang berkembang dalam memahami kaitan antara
pembangunan dan sektor informal. Pertama, pemikiran yang menekankan
bahwa kehadiran sektor informal sebagai gejala transisi dalam proses
pembangunan di negara-negara berkembang. Sektor informal adalah tahapan
yang harus dilalui dalam menuju tahapan modern. Sektor informal berangsur-
angsur akan berkembang menjadi sektor sektor formal seiring dengan
meningkatnya pembangunan. Berarti keberadaan sektor informal merupakan
gejala sementara dan akan terkoreksi oleh keberhasilan pembangunan. Kedua,
pemikiran yang berpendapat bahwa sektor informal merupakan gejala adanya
banyak hal lebih berat pada sektor modern (perkotaan atau industri daripada
sektor tradisional pertanian ).
Selanjutnya istilah sektor informal digunakan oleh ILO (dalam
Wahono, 2000) ketika melaksanakan misinya ke Kenya pada tahun 1973
dalam program pengembangan tricke down. Berdasarkan hasil misi tersebut,
ILO menetapkan kriteria bagi sektor informal, yaitu : mudah untuk dimasuki,
bersandar pada sumber daya lokal, usaha miliki sendiri, operasinya dalam
skala kecil, padat karya dan teknologinya bersifat adaktif, keterampilan dapat
diperoleh di luar sistem sekolah formal, tidak kena langsung oleh peraturan-
peraturan dan pasarnya bersifat kompetitif : studi yang dilakukan ILO ini,
sejalan dengan penemuan Cole dan Fayissa (Yustika, 2000), yang
25
menyebutkan sektor informal dengan ciri : ukuran usaha kecil, kepemilikan
keluarga, intensif tenaga kerja, status usaha individu, tidak resmi
(illegal/skralegal), tanpa promosi dan tidak ada hambatan masuk.
Konsep ini diperkuat oleh Effendi (1993:17) yang menyatakan bahwa
ada pemikiran yang berkembang dalam memahami kaitan antara
pembangunan dan sektor informal. Pertama, pemikiran yang menekankan
bahwa kehadiran sektor informal sebagai gejala transisi dalam proses
pembangunan di negara-negara berkembang. Sektor informal adalah tahapan
yang harus dilalui dalam menuju tahapan modern. Sektor informal berangsur-
angsur akan berkembang menjadi sektor sektor formal seiring dengan
meningkatnya pembangunan. Berarti keberadaan sektor informal merupakan
gejala sementara dan akan terkoreksi oleh keberhasilan pembangunan. Kedua,
pemikiran yang berpendapat bahwa sektor informal merupakan gejala adanya
banyak hal lebih berat pada sektor modern (perkotaan atau industri daripada
sektor tradisional pertanian).
Selanjutnya studi yang dilakukan oleh Santos (Yustika, 2003),
menurutnya sektor informal memiliki ciri jumlah barang adalah sedikit dan
mutunya rendah, modal sangat terbatas, tekniknya tradisional, kesempatan
kerja elastis, terdapat banyak tenaga kerja yang tidak diberi upah, pemberian
kredit terjadi secara pribadi, seringkali keuntungan tinggi pada setiap
26
kesatuan, hubungan dengan pembeli secara langsung dan pribadi serta
ketergantungan pada faktor-faktor ekstern adalah ringan.
Menurut Hidayat (1982:63) munculnya sektor informal adalah akibat
masuknya modal asing (Barat) sejak tahun 1950-an yang mengakibatkan
diterapkannya pola pembangunan model Barat oleh ahli-ahli yang
diperbantukan di Indonesia, karena bantuan modal asing selalu dikaitkan
dengan “technical expertise”. Akibatnya daerah kota (industri) tumbuh
dengan cepat sedang sektor pertanian kurang mendapat perhatian. Karena
faktor pendorong dan faktor penarik yang ditambah dengan ledakan
penduduk maka terjadilah urbanisasi prematur yakni perpindahan penduduk
dari desa ke kota yang terjadi sebelum kota mampu menyiapkan lapangan
kerja formal yang mencukupi. Para pendatang ini karena tidak memperoleh
pekerjaan mencoba berpartisipasi sebagai swakarya. Akibat dari
diterapkannya model Barat ini, yang nampak sekarang adalah munculnya
dualisme : sektor formal dan sektor informal.
Sementara itu Sethuraman (1985 :25) mengatakan bahwa sektor
informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan yang
berskala kecil dan dianggap sebagai manifestasi dari situasi pertumbuhan
kesempatan kerja di negara-negara berkembang. Mereka yang memasuki
sektor ini terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan
27
daripada memperoleh keuntungan. Mereka umumnya berpendidikan rendah,
tidak terampil, kebanyakan para migran dan umumnya miskin.
Dari beberapa pengertian mengenai sektor informal di atas, maka dapat
memberikan pengertian bahwa sektor informal adalah merupakan suatu usaha
yang tidak resmi, kegiatannya berskala kecil, modal yang dimiliki terbatas
yang banyak terdapat di daerah perkotaan yang merupakan suatu ciri terhadap
perkembangan suatu kota.
2. Ciri-ciri Sektor Informal
Untuk memahami lebih jauh mengenai sektor informal ini, maka
diperlukan pembahasan khusus yang berkaitan dengan ciri-ciri informal.
Menurut Todaro (Yustika, 200) mengemukakan bahwa sektor informal
memiliki ciri jumlah barang adalah sedikit damn mutunya rendah, modalnya
sangat terbatas, tekniknya tradisional, kesempatan kerja elastis, terdapat
banyak tenaga kerja yang tidak diberi upah, pemberian kredit terjadi secara
pribadi, seringkali keuntungan tinggi pada setiap kesatuan, hubungan dengan
pembeli terjadi secara langsung dan pribadi serta ketergantungan pada sektor-
sektor ekstern adalah ringan.
Ciri-ciri sektor informal menurut Simanjuntak (1985 : 15) adalah
sebagai berikut : Kegiatan usaha umumnya sederhana, tidak sangat tergantung
pada kerjasama banyak orang dan sistem pembagian kerja yang ketat. Dengan
demikian dapat dilakukan oleh perorangan atau keluarga, atau usaha bersama
28
antara beberapa orang atas kepercayaan tanpa perjanjian tertulis; skala usaha
relatif kecil, modal usaha, modal kerja dan omset penjualan umumnya kecil,
serta dapat dilakukan secara bertahap; Usaha sektor informal umumnya tidak
mempunyai izin usaha seperti halnya dalam firma atau perseroan terbatas;
Untuk bekerja di sektor informal lebih mudah daripada bekerja di perusahaan
formal. Seseorang dapat memulai dan melakukan sendiri usaha di sektor
informal asal dia ada keinginan dan kesediaan untuk itu. Seseorang relatif
lebih mudah bergabung bekerja dengan orang lain di sektor informal,
misalnya karena persahabatan atau hubungan keluarga, walaupun
keikutsertaan seseorang tersebut mungkin tidak lagi menambah hasil
keseluruhan; Tingkat penghasilan di sektor informal umumnya rendah
walaupun keuntungan kadang-kadang cukup tinggi, akan tetapi karena omset
penjualan relatif kecil, keuntungan absolut umumnya menjadi kecil;
Keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil.
Kebanyakan usaha-usaha sektor informal berfungsi sebagai produsen atau
penyalur kecil yang langsung melayani konsumen. Pendeknya jalur tersebut
justru membuat resiko usaha menjadi relatif besar, dan sangat terpengaruh
pada perubahan-perubahan yang terjadi pada konsumen.
Defenisi lain yang melengkapi defenisi yang telah dikemukakan
Simanjuntak (1986:23) adalah yang diajukan oleh Wirosuharjo (1986:19)
29
yang mengemukakan bahwa sektor informal sebagai sektor kegiatan ekonomi
kecil-kecil yang mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Pola kegiatan tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun
penerimaanya;
b. Tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang diterapkan oleh
pemerintah;
c. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan
diusahakan atas dasar hitungan hari;
d. Umumnya tidak mempunyai tempat usaha permanen dan terpisah dari
tempat tinggalnya;
e. Tidak mempunyai keterkaitan dengan usaha lain yang besar;
f. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah;
g. Tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus sehingga secara
luwes dapat menyerap bermacam-macam tingkat pendidikan tenaga kerja;
h. Umumnya tiap satuan memperkerjakan tenaga yang sedikit dari
lingkungan keluarga, kenalan atau dari daerah yang sama;
i. Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan.
Dari dua pendapat yang telah dikemukakan dapatlah disimpulkan bahwa
defenisi Wirosuharjo mempunyai ciri-ciri yang lebih lengkap, karena
mengandung sedikitnya tiga aspek yaitu:
30
- Aspek ekonomi
- Aspek sosial
- Aspek tata ruang.
Aspek ekonomi, sektor informal hampir mengabaikan faktor modal,
investasi, keterampilan, dan sistem perbankan. Selanjutnya, aspek sosial dari
sektor informal mengandalkan pekerja keluarga, suasana patron-klien, jam
kerja tidak menentu, dan asal daerah. Akhirnya aspek tata ruang perkotaan
merupakan kegiatan utama. Lokasi dampak dan sifat kerjanya selalu berciri
melanggar aturan, menggunakan ruang yang diperuntukkan bagi kepentingan
umum, seperti trotoar jalan, taman, jembatan penyeberangan, emper toko dan
lain sebagainya.
Menurut Simanjuntak (1985:23) usaha sektor informal sangat beraneka
ragam yang antara lain meliputi jenis-jenis aktivitas sebagai berikut :
a. Pedagang kaki lima,
b. Pedagang keliling,
c. Tukang warung,
d. Tukang cukur,
e. Tukang becak,
f. Tukang sepatu,
g. Tukang loak,
31
h. Usaha-usaha rumah tangga dalam pembuatan tempe, kue, es mambo,
barang anyam-anyaman, tukang jahit, tukang tenun, dan lain-lain.
Berbeda dengan Simanjuntak (1985:24), maka Hidayat (1982:31)
membagi ruang lingkup bidang usaha sektor informal ke dalam lima sub
sektor, yaitu :
a. Industri pengolahan; pembuat makanan jadi seperti kerupuk, bumbu pecel
dan kue-kue;
b. Angkutan; menjadi penarik becak;
c. Bangunan; menjadi tukang/buruh bangunan;
d. Jasa; tukang sepatu dan
e. Perdagangan; pedagang kaki lima yang menjual makanan seperti gado-
gado, nasi goreng, pangsit mie.
Dari ruang lingkup bidang usaha seperti yang telah diuraikan diatas,
selanjutnya untuk mempertajam arahan teori dalam bahasan ini, hanya
diarahkan pada lingkup bidang usaha perdagangan, khususnya pedagang
kakilima, uraian perihal perdagangan kaki lima dapat dilihat pada bahasan
berikut ini.
32
D. Kawasan Industri
Kawasan peruntukkan industri dimaksudkan untuk mengarahkan agar
kegiatan industri dapat berlangsung secara efisien dan produktif, mendorong
pemanfaatan sumberdaya setempat, pengendalian dampak lingkungan, dan
sebagainya. Penetapan kriteria kawasan peruntukan industri secara tepat
diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan peruntukan industri yang
berdaya saing tinggi untuk perkembangan wilayah berkelanjutan.
Selain itu upaya pengembangan kawasan industri tidak menganggu
kelestarian fungsi lingkungan hidup dimaksudkan agar perkembangan kawasn
peruntukkan industri memiliki kemampuan untuk mempertahan pengolahan
sumberdaya alam secara berkelanjutan. Karateristik lokasi dan kesesuaian lahan
kawasan peruntukkan industri yang berorientasi bahan mentah antara lain sebagai
berikut :
1. Kemiringan lereng : kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri
berkisar 0 % - 25 %, paa kemiringan > 25 % - 45 % dapat di kembangkan
kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian lebih dari 1000
mdpl
2. Hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai
sedang
3. Klimatologi : lokasi berada pada kecendrungan minimum pada arah angin
yang menuju permukiman penduduk.
33
4. Geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah
rawan bencana longsor.
5. Lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstursedang
sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertnian.
Kriteria dan batasan teknis pemanfaatan kawasan industri diantaranya adalah
seperti yang tertera di bawah ini :
1. Harus memperhatikan kelestarian lingkungan ;
2. Harus dilengakapi dengan unit pengolahan limbah;
3. Harus memperhatikan suplai air bersih;
4. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan
memenuhi kriteria ambang limbah yang di tetapkan kementrian lingkungan
hidup;
5. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan
sebaiknya dikelola secara terpadu;
6. Pembatasan pembanguna perumahan baru dikawasan peruntukan industri;
7. Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku;
8. Memperhatikan penataan kawasan perumahan dikawasan sekitar industri ;
9. Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 km dari permukiman
dengan berjarak 15-20 km dari pusat kota;
10. Minimal berjarak 5 km dari sungai tipe C atau D;
34
11. Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kavling
industri, jalan dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang;
12. Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus
mengalokasiakan lahannya, untuk kaveling industri, kaveling perumahan,
jalan dan sarana penunjang, dan ruang terbuka hijau;
13. Kawasan industri harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum:
Pada dasarnya kesesuaian lahan bagi kegiatan industri pada suatu wilayah
mempertimbangkan pula faktor kelestarian lingkungan, sehingga dampak negatif
dapat dihindari. Pada umumnya dampak penting yang timbul dari suatu kegiatan
industri meliputi polusi udara, air dan bau. Namun perlu dipertimbangkan dampak
social bagi masyarakat sekitar lokasi industri yang akan dan sedang beroperasi
berupa partisipasi kerja bagi angkatan kerja.
E. Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Sesuai dengan Undang-Undang Penataan Ruang No.26 Tahun 2007,
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang adalah peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
1. Peraturan zonasi. Instrumen ini telah lama digunakan di negara lain seperti
Amerika Serikat, Jerman, Singapura dan Jepang. Di Indonesia sendiri, secara
legal peraturan zonasi merupakan instrumen yang baru dipakai yaitu sejak
diundangkannya UU Penataan Ruang No.26/2007. Sesuai UU ini, peraturan
35
zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang. Selanjutnya peraturan zonasi ditetapkan dengan: (a)
peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional; (b)
peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan
(c) peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.
2. Perizinan. Instrumen perizinan diatur oleh pemerintah dan pemerintah daerah
menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. UU Penataan Ruang No.26/2007 juga mengatur sebagai
berikut: (a) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; (b) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh
dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum; (c) Izin
pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya; (d)
Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (e), dapat dimintakan penggantian yang layak kepada
instansi pemberi izin; f) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat
adanya perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak ; (g)
36
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
dan (h) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan
pemerintah.
3. Insentif dan Disinsentif. Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang, berupa:
a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang; dan/atau
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Selanjutnya, insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati
37
hak masyarakat. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: (a) Pemerintah
kepada pemerintah daerah; (b) pemerintah daerah kepada pemerintah daerah
lainnya; dan (c) pemerintah kepada masyarakat.
4. Pengenaan Sanksi. Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang
dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi.
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana kewajiban di atas, dikenai
sanksi administratif dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
38
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif-kuantitatif atau penelitian
terapan yang di dalamnya mencakup penelitian survey, yang mana penelitian
dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu penelitian non
matematis dengan proses menghasilkan data-data dari hasil temuan berupa
pengamatan survey. Adapun penelitian kuantitatif dalam penelitian ini yaitu
jenis penelitian dengan menggunakan data-data tabulasi atau data angka sebagai
bahan pembanding maupun bahan rujukan dalam menganalisis secara
deskriptif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kawasan Permukiman di Kelurahan Caile
Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Adapun waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan strategi penataan lokasi home industri di kawasan
permukiman (studi kasus : industri jagung marning di Kelurahan Caile
Kabupaten Bulukumba) ini insya Allah dilakukan selama dua bulan yang
dimulai dari bulan September sampai bulan Oktober 2015.
40
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Menurut jenisnya data terbagi atas dua yaitu :
a. Data kualitatif: Adalah jenis data yang berupa kondisi kualitatif objek
dalam ruang lingkup studi atau data yang tidak bisa langsung diolah
dengan menggunakan perhitungan sederhana. Dalam studi ini yang
termasuk jenis data kualitatif yaitu:
1) Gambaran umum wilayah Kabupaten Bulukumba yang meliputi data
tentang batas administratif dan pembagian wilayah administrasi
Kabupaten Bulukumba.
2) Gambaran wilayah Kota Bulukumba yang meliputi data tentang batas
administratif, pembagian wilayah administrasi, dan keadaan ekosistem
pesisir.
3) Tinjauan kebijakan pemerintah terhadap fungsi kawasan di Kota
Bulukumba. Tinjauan kebijakan tersebut berupa Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota
Bulukumba
b. Data kuantitatif: Adalah jenis data yang berupa angka atau numerik yang
bisa langsung diolah dengan menggunakan metode perhitungan yang
sederhana. Yang termasuk dalam jenis data kuantitatif dalam penelitian
ini adalah:
41
1) Gambaran umum wilayah Kabupaten Bulukumba yang meliputi data
tentang luas pembagian wilayah administrasi Kabupaten Bulukumba.
2) Gambaran wilayah Kota Bulukumba yang meliputi data tentang luas
pembagian wilayah administratif kecamatan, luas penggunaan lahan,
bathimetri perairan, pasang surut, besaran fisik ombak, kecepatan dan
pola arus pantai, tipologi pantai, dan aspek kependudukan.
3) Produksi jagung marning selama lima tahun terakhir.
4) Jumlah tenaga kerja industri jagung marning di Kelurahan Caile
Kabupaten Bulukumba.
5) Jumlah pendapatan pelaku industri jagung marning tiap bulannya.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk melakukan penelitian :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
pada lokasi penelitian. Jenis data tersebut diperoleh dengan cara survey
lapangan di Kota Bulukumba yaitu meliputi penggunaan lahan eksisting
Kota Bulukumba.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi yang terkait
dengan kebutuhan data yang diperlukan. Adapun data sekunder dan
instansi terkait yang dimaksud yaitu:
42
1) Gambaran umum wilayah Kabupaten Bulukumba yang meliputi data
tentang luas wilayah, batas administratif dan pembagian wilayah
administrasi Kabupaten Bulukumba yang diperoleh dari Kantor Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Kantor Dinas Tata Ruang Kabupaten
Bulukumba.
2) Gambaran wilayah Kota Bulukumba yang meliputi data tentang batas
administratif, luas wilayah, pembagian wilayah administrasi,
kependudukan, dan penggunaan lahan yang diperoleh dari Kantor
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kantor Dinas Tata Ruang Kabupaten
Bulukumba.
3) Tinjauan kebijakan pemerintah terhadap Kota Bulukumba yang berupa
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR), dari Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) dan Kantor Dinas Tata Ruang Kabupaten Bulukumba.
D. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, yang dapat
diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Variabel dipakai dalam proses
identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana
suatu rancangan penelitian semakin sedikit variabel penelitian yang akan
digunakan. Adapun variabel yang akan digunakan pada penelitian terbagi atas dua
yaitu variabel yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dengan
43
metode analisis uji korelasi dan variabel untuk rumusan masalah kedua
menggunakan analisis SWOT. Variabel untuk metode uji korelasi terbagi menjadi
dua yakni, variabel terikat (Dependent Variable) dan variable bebas (Independent
Variable). ini adalah :
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)
- Produksi Home Industri Jagung marning
2. Variabel Bebas (Independent Variable) (X)
- Infrastruktur (X1)
Jalan (X1.1)
Drainase (X1.2)
- Pencemaran Lingkungan (X2)
Limbah cair (X2.1)
Polusi Udara (X2.2)
Pengolahan Sampah (X2.3)
Variabel yang di gunakan untuk metode analisis SWOT, yaitu :
1. Strength ( Kekuatan )
2. Weekness ( Kelemahan )
3. Opportunity ( Peluang )
4. Treatment ( Ancaman)
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, maka
dilakukan dengan cara:
44
1. Observasi lapangan, yaitu suatu teknik penyaringan data melalui pengamatan
langsung di lapangan secara sistematika mengenai fenomena yang diteliti.
2. Teknik wawancara, yaitu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti
dengan cara menanyakan langsung pada sumber informasi.
3. Sebaran angket (kuesioner), yaitu cara pengumpulan data dengan jalan
membuat daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk diisi sendiri oleh
responden secara tertulis pula.
4. Telaah pustaka, yaitu cara pengumpulan data dan informasi dengan cara
membaca atau mengambil literatur laporan, jurnal, bahan seminar, bahan
perkuliahan, dan sumber-sumber bacaan lainnya yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang diteliti.
5. Studi dokumentasi, untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi
dari dokumentasi yang ada hubungannya dengan obyek yang menjadi studi.
Caranya yaitu dengan cara mengambil gambar, brosur objek, dan dokumentasi
foto.
F. Penentuan Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan anggota populasi yang relatif besar, sehingga
perlu mengambil sebagian anggota populasi sebagai sampel. Pengambilan anggota
sampel yang merupakan sebagian dari anggota populasi dilakukan dengan teknik
tertentu yakni teknik sampling.
45
Populasi dan sampel pada penelitian ini digunakan untuk melengkapi data
yang dibutuhkan pada penjelasan berikut:
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan populasi yang ada, adapun yang
menjadi populasi dari penelitian ini yaitu masyarakat Kelurahan Caile
Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 11.724 jiwa.
b. Sampel
Menurut (Nasution, 2003 dalam Ridwan dan Akdon, 2006), menyatakan
bahwa tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang diisyaratkan
untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang
jelas tentang apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan jumlah yang
kecil. Sampel yang besar belum tentu menjamin mutu hasil penelitian. Yang
penting sampel harus representatif, artinya mewakili keseluruhan populasi agar
dapat diambil kesimpulan berupa generalisasi.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti ciri-ciri dan
keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan
keberadaan populasi sebenarnya. Untuk itu teknik penarikan sampel dilakukan
secara acak (sampel random). Dalam penarikan sampel, maka diupayakan
sampel yang ditarik dapat merepsentasikan dari kondisi populasi secara
keseluruhan, walaupun jumlah sampel yang ditarik relatif kecil dibandingkan
dengan jumlah populasi. Secara matematis besarnya sampel dari suatu populasi
menggunkan rumus slovin, yaitu sebagai berikut:
46
N n = 1 + N e2
Keterangan : n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e : Koefisien kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau
diinginkan.
Berdasarkan rumus tersebut, maka pengambilan sampel di Kelurahan Caile
yang populasinya berjumlah 11.724 jiwa adalah sebagai berikut:
11.724
n =
1 + (11.724 × 0.01)
11.724
n =
117,24
n = 100 Responden
Jadi, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang
responden.
G. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka metode
analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
47
1. Analisis Korelasi
Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mengkaji keterkaitan antara
faktor yang berpengaruh antara koefisien korelasi (r). Dimana analisis ini
digunakan untuk menentukan korelasi antara variabel tidak bebas dengan
variabel bebas dengan rumus berikut ini :
Dimana pedoman interpretasi koefisien korelasi antar variabel yang diuji
mengacu pada pedoman sebagai berikut :
Tabel 3.1
Koefisien Tingkat Korelasi Variabel Yang Berpengaruh
No. Tingkat Hubungan Interval Koefisien
1
2
3
4.
5.
Sangat Kuat
Kuat
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
0,800 – 1,000
0,600 – 0,799
0,400 – 0,599
0,200 -0,399
0,00 – 0,199
Sumber : Soegiyono 2005, 214
Keterangan :
r = Rata-rata korelasi
n = Jumlah Variabel
Y = Jumlah produksi jagung marning 5 tahun terakhir
∑ = Total Jumlah
2222 )(.)( yynxxn
yxxynr
48
Dengan Variabel yang digunakan yaitu :
X = Variabel bebas (Infrastruktur dan lingkungan urban) dengan
variabel yang digunakan yaitu :
X1 = Kinerja ruas jalan
X2 = Sistem transit publik
X3 = Lingkungan urban
Dengan asumsi :
r. = mendekati harga 0, hubungan antara kedua perubah sangat lemah
atau tidak terdapat hubungan sama sekali
r = 1 atau mendekati 1, korelasi antara kedua perubah dikatakan
positif dan sangat kuat.
r = -1 atau mendekati -1, korelasi antara kedua perubah sangat kuat
dan negatif. (Suegiyono, 2005,215).
2. Analisis SWOT
metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity dan Treaths)
yaitu salah satu metode analisis yang digunakan dalam mengkaji dan
menentukan strategi pengembangan potensi desa secara menyeluruh (The Total
Tourism System), dimana penekanan bertumpu pada aspek kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman. Berikut ini penjelasan mengenai proses
analisis SWOT:
49
a. Faktor-faktor dari keempat variabel (kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman) ditentukan berdasarkan hasil analisis sebelumnya
pengamatan/survei langsung dilapangan dan hasil wawancara dengan
responden. Kemudian berikan nilai bobot untuk masing-masing variabel
yang berjumlah total 100 (seratus). Pemberian bobot tersebut berdasarkan
tingkat pengaruh (faktor strategis yang penting sampai tidak penting),
sehingga besarnya rata-rata nilai bobot tergantung pada jumlah faktor
strategis masing-masing aspek/variabel.
b. Untuk mendapatkan nilai skor yang akan digunakan maka terlebih dahulu
masing-masing faktor strategis diberikan ranking/nilai dengan pertimbangan
pada tabel 1sebagai berikut
Tabel 3.2 Keterangan Ranking/Nilai untuk Variabel Positif
(Kekuatan dan Peluang)(Awaluddin 2010, 55)
Ranking/Nilai Keterangan
1
Apabila variabel kekuatan dan peluang memiliki
kelebihan yang lemah/tidak kuat dibandingkan
dengan rata-rata daerah lain yang ada di
sekitarnya.
2
Apabila variabel kekuatan dan peluang memiliki
kelebihan yang kurang kuat dibandingkan dengan
rata-rata desa lain yang ada disekitarnya
3
Apabila variabel kekuatan dan peluang memiliki
kelebihan yang kuat dibandingkan dengan rata-
rata desa lain yang ada disekitarnya.
4
Apabila variabel kekuatan dan peluang memiliki
kelebihan yang sangat kuat dibandingkan dengan
rata-rata daerah lain yang ada disekitarnya
50
Tabel 3.3 Keterangan Ranking/Nilai untuk Variabel Negatif
(Kelemahan dan Ancaman)(Awaluddin 2010, 55)
Ranking/Nilai Keterangan
1
Apabila variabel kelemahan dan ancaman yang
ada bersifat sangat lemah/kecil dibandingkan
dengan rata-rata daerah lain yang rata-rata desa
lain yang ada disekitarnya
2
Apabila variabel kelemahan dan ancaman yang
ada bersifat kurang kuat/lemah dibandingkan
dengan rata-rata daerah lain yang rata-rata desa
lain yang ada disekitarnya
3
Apabila variabel kelemahan dan ancaman yang
ada bersifat kuat/akan berdampak besar
dibandingkan dengan rata-rata daerah lain yang
ada disekitarnya
4
Apabila variabel kelemahan dan ancaman yang
ada bersifat sangat kuat/akan berdampak sangat
besar dibandingkan dengan rata-rata daerah lain
yang ada disekitarnya.
c. Setelah didapatkan total skor untuk masing-masing variabel dari hasil
pembobotan/perkalian antara bobot dan ranking, kemudian dilakukan
perhitungan dengan rumus:
IFAS = S – T (untuk faktor internal)
EFAS = O – T (untuk faktor eksternal)
d. Dari hasil perhitungan tersebut akan didapatkan nilai yang akan dimasukkan
kedalam diagram x & y (gambar 3.1) untuk mengetahui kuadran masing-
masing faktor sehingga akan dihasilkan kesimpulan bahwa strategi mana
yang akan mendapatkan prioritas pelaksanaan untuk memaksimalkan
pengembangan.
51
e. Alternatif strategi merupakan hasil matrik analisis SWOT yang
menghasilkan berupa strategi SO, WO, ST, dan WT. alternatif strategi yang
dihasilkan minimal 4 (empat) strategi sebagai hasil dari analisis matrik
SWOT, antara lain :
1) Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar –
besarnya.
2) Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
3) Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4) Strategi WT, didasarkan pada kegiatan usaha meminimalkan kelemahan
yang ada serta menghindari ancaman.
Gambar 1 Diagram Penentuan Startegi Prioritas Analisis SWOT (Awaluddin 2010, 56)
Kuadran I
Prioritas untuk
startegi SO
Kuadran IV
Prioritas untuk
startegi WO
Kuadran II
Prioritas untuk
startegi ST
Kuadran III
Prioritas untuk
startegi WT
Kekuatan (S)
Ancaman (T) Peluang (O)
Kelemahan (W)
52
H. Defenisi Operasional
1. Jagung marning, adalah makanan ringan yang terbuat dari biji jagung yang
direbus, dikeringkan dan digoreng dengan berbaga varian rasa. Kabupaten
Bulukumba merupakan daerah tempat produksi jagung marning tersebut dan
telah menjadi makanan ringan khas daerah tersebut.
2. Industri rumah tangga, merupakan jenis industri yang biasanya hanya
digerakkan oleh suatu keluarga yang akan menunjang perekonomian keluarga
tersebut, misalnya industri kerajinan dan industri makanan ringan.
3. Sektor informal, unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan/atau
distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan
bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik
modal, fisik, tenaga, maupun keahlian. Contohnya: asongan, pedagang kaki
lima, dan industri rumahan.
4. Infrastruktur, adalah modal yang utamanya dimiliki oleh pemerintah dalam
memberi pelayanan-pelayanan yang vital bagi para penghuni dan bisnis,
termasuk penyediaan air dan sistem pembuangan limbah; sistem transportasi
(jalanan dan sistem transit publik); fasilitas-fasilitas kesehatan dan
pendidikan; dan utilitas (listrik dan telekomunikasi).
5. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
53
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
6. Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat
dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
7. Pencemaran Lingkungan adalah berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
8. Limbah cair zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan
manusia yang berwujud cair.
9. Polusi udara adalah suatu kondisi dimana udara tercemari oleh bahan kimia,
zat/partikel dan bahan biologis lain yang bisa membahayakan kesehatan dan
makhluk hidup serta organisme lainnya.
10. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep
sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama
proses alam tersebut berlangsung.
54
I. Kerangka Berpikir
Industri rumah tangga “jagung marning” di
Kota Bulukumba
Industri ini dapat
meningkatkan perekonomian
masyarakat dan membuka
lapangan pekerjaan
Kawasan dan proses produksi
dapat mengakibatkan
penurunan kualitas
infrastruktur serta pencemaran
lingkungan
Perlunya upaya penataan ruang lokasi
industri rumah tangga “jagung
marning” di Kota Bulukumba.
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Fungsi ruang kawasan
pada Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR)
di Kota Bulukumba
Strategi penataan lokasi home
industry di kawasan permukiman
Kesimpulan
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Terhadap Lokasi Home Industry di
Kabupaten Bulukumba
1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba Tahun
2012 – 2032
Industri di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2007 meliputi industri
besar, sedang, kecil, dan industri rumah tangga. Berdasarkan jenis industri
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Peruntukan industri besar;
Ada 3 (tiga) jenis industri besar yang mempunyai produksi berbeda
meliputi: industri pengolahan kapas, pengolahan karet dan pengolahan
kayu.
1) Industri Pengolahan Kapas PT Seko Fajar Cotton
2) Industri Pengolahan Karet PT London Sumatera Tbk.
3) Industri Pengolahan Veneer PT Palopo Alam Lestari.
Jika dilihat dari orientasi kegiatan dan jangkauan permintaan pada
kegiatan pembuatan perahu di Kecamatan Bontobahari dapat
dikategorikan sebagai industri besar, meskipun pembuatannya masih
dilakukan dengan cara dan peralatan tradisional.
56
b. Peruntukan industri sedang
Jumlah industri sedang yang ada sebanyak 6 (enam) buah yang
terdiri dari: 3 (tiga) industri pembuatan Perahu/Kapal yang berlokasi
di Kecamatan Bontobahari yakni Desa Ara, Desa Bira dan
Kelurahan Tanah Lemo sedangkan 3 (tiga) industri Pembuatan Batu
Bata berlokasi di Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujungloe dan
Kecamatan Gantarang.
c. Peruntukan industri rumah tangga.
Selain industri tersebut di atas terdapat pula industri Kecil dan
Rumah Tangga meskipun jumlahnya berfluktuasi. Jumlah perusahaan
yang termasuk industri kecil dan rumah tangga pada tahun 2007
adalah 3.111 perusahaan atau mengalami peningkatan 0,71%
dibandingkan tahun 2006 yakni 3.089 perusahaan. Jumlah tenaga kerja
tahun 2007 sebanyak 10.546 orang atau mengalami peningkatan
1,26% dibandingkan tahun 2006 yang hanya 10.415 orang.
Jenis industri yang dominan umumnya bergerak dalam industri
makanan, industri tekstil (termasuk industri pembuatan kain dan
sarung tenun khas Bira dan Khas Kajang), pakaian jadi, industri kayu
dan logam.
Industri kecil dan rumah tangga yang menjadi andalan di Kab.
Bulukumba meliputi: Indsutri pengolahan jagung marning, industri
pembuatan kain tenun Gambar khas Bira, industri pembuatan kain
57
tenun khas kajang, industri pengolahan gula kelapa, industri
pembuatan miniatur perahu phinisi dan lainnya.
Berdasarkan potensi dan orientasi pada sektor perindustrian di
Kabupaten Bulukumba yang terdiri atas industri besar, sedang, dan rumah
tangga, maka peruntukan pengembangannya diarahkan pada :
a. Kawasan peruntukan industri besar, meliputi industri pengolahan
kapas, pengolahan karet, pengolahan kayu, dan pembuatan kapal di
Desa Ara Kecamatan Bontobahari
b. Kawasan peruntukan industri sedang, meliputi 3 (tiga) industri
pembuatan Perahu/Kapal yang berlokasi Desa Bira dan Kelurahan
Tanah Lemo sedangkan 3 (tiga) industri Pembuatan Batu Bata
berlokasi di Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujungloe dan
Kecamatan Gantarang
c. Kawasan peruntukan industri rumah tangga, meliputi Jenis industri
yang dominan umumnya bergerak dalam industri makanan, industri
tekstil (termasuk industri pembuatan kain dan sarung tenun khas Bira
dan Khas Kajang), pakaian jadi, industri kayu dan logam
58
2. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kawasan
Perkotaan Kabupaten Bulukumba Tahun 2014 – 2034
Kawasan industri di Kawasan Perkotaan Bulukumba adalah kawasan
yang direncanakan dengan cara komprehensif,sehingga kegiatan industri
dapat sejalan dengan kegiatan lain pada lokasi tersebut.
Rencana komprehensif tersebut harus mencakup rencana jaringan jalan
untuk kendaraan angkutan, garis sempadan bangunan yang sesuai, ukuran
kapling yang minimum, ratio tata guna tanah minimum, kelengkapan
arsitektur, kebutuhan landscap, yang semuanya dimaksudkan untuk
meningkatkan keterbukaan ruang dan kemampuan tanah yang memberikan
hubungan yang harmonis terhadap lingkungan sekeliling. Kawasan industri
haruslah mempunyai luas yang cukup dan diletakkan pada zona yang sesuai
untuk menghindari lingkungan sekeliling menjadi lebih buruk.
Menurut National Industrial Zoning Committee’s (USA) 1967, yang
dimaksud dengan Kawasan Industri atau Industrial Estate atau sering juga
disebut sebagai Industrial Park adalah sebuah kawasan industri di atas tanah
yang cukup luas, yang secara administrasi dikontrol oleh seorang atau
lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya,
topografinya, zoning yang tepat, ketersediaan semua infrastrukturnya
(utilitas), dan kemudahan aksesibilitas transportasi.
59
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kriteria ruang untuk kawasan
industri adalah sebagai berikut :
1. Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti
kawasan pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan.
2. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pasar lokal
regional, nasional, dan internasional (pelabuhan laut, terminal kargo,
angkutan sungai, bandar udara, jalan raya, kereta api).
3. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan konsumen dan
bahan baku.
4. Memiliki akses yang tinggi dengan jaringan jalan regional atau sekitar
jalan regional untuk menampung angkutan berat (klasifikasi Jalan
Kelas A • 10.000 ton).
5. Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan ketersediaan tenaga
kerja.
Perencanaan Zona industri pada kawasan perkotaan Bulukumba yaitu
perencanaan Industri Kapas dan industry penggilingan padi yang diarahkan
di Sub BWP F 69,21 Ha dan Sub BWP H. 8,02 Ha.
Industri kecil diarahkan pada permukiman penduduk Kawasan
Perkotaan Bulukumba, dimana industri kecil tersebut menjadi sumber mata
pencaharian masyarakat.
60
B. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Jasirah Sulawesi dan
berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan
terletak antara 05ᵒ 2’c – 05ᵒ 40’ lintang selatan dan 119ᵒ 58’c – 120ᵒ 28’c bujur
timur. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Bulukumba adalah :
a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Sinjai
b. Sebelah Timur, berbatasan dengan Teluk Bone
c. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Laut Flores
d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 𝑘𝑚2 atau sekitar
2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 (sepuluh)
kecamatan dan terbagi ke dalam 27 kelurahan dan 109 desa. Ditinjau dari segi
luas Kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan
terluas masing-masing seluas 173,51 𝑘𝑚2 dan 171,33 𝑘𝑚2 sekitar 30 persen
dari luas kabupaten. Kemudian disusul kecamatan lainnya dan terkecil adalah
Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat kota Kabupaten dengan luas
14,44 𝑘𝑚2 atau 1,25 persen. Untuk mengetahui luasan masing-masing
kecamatan di Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel 4.1.
61
62
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bulukumba Tahun 2014
No Kecamatan Luas
(𝑲𝒎𝟐)
Persentasi Terhadap
Luas Kabupaten (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Gantarang 173,51 15,03
2 Ujung Bulu 14,44 1,25
3 Ujung Loe 144,31 12,50
4 Bontobahari 108,60 9,41
5 Bontotiro 78,34 6,78
6 Herlang 68,79 5,96
7 Kajang 129,06 11,18
8 Bulukumpa 171,33 14,84
9 Rilau Ale 117,53 10,18
10 Kindang 148,76 12,88
Jumlah 1.154,67 100
Sumber : BPS Kabupaten Bulukumba Dalam Angka Tahun 2015
C. Gambaran Umum Kecamatan Ujung Bulu
Kecamatan Ujung Bulu merupakan ibukota Kabupaten Bulukumba
dengan luas wilayah 14,44 𝑘𝑚2. Adapun batas-batas wilayah administrasi
Kecamatan Ujung Bulu adalah :
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Gantarang
2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Ujung Loe
3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Laut Flores
4. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Gantarang
63
Kecamatan Ujung Bulu terbagi menjadi 9 bagian wilayah kelurahan
yaitu : Kelurahan Bintarore, Kelurahan Kasimpureng, Kelurahan Tanah
Kongkong, Kelurahan Loka, Kelurahan Bentenge, Kelurahan Terang-Terang,
Kelurahan Caile, Kelurahan Kalumeme dan Kelurahan Ela-Ela. Kelurahan
Kalumeme memiliki luas terbesar dengan luas wilayah 4,33 𝑘𝑚2, sedangkan
Kelurahan Terang-Terang memiliki wilayah terkecil dengan luas wilayah 0,20
𝑘𝑚2. Untuk lebih jelas mengenai luas wilayah di Kecamatan Ujung Bulu
sebagaimana pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2
Luas Wilayah Menurut Kelurahan
di Kecamatan Ujung Bulu Tahun 2014
No Kelurahan Luas (𝑲𝒎𝟐)
Persentasi Terhadap
Luas Kecamatan (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Bintarore 2,48 17,17
2 Tanah Kongkong 1,16 8,03
3 Kasimpureng 1,24 8,58
4 Bentenge 1,00 6,92
5 Loka 0,68 4,70
6 Caile 3,13 21,67
7 Kalumeme 4,33 29,98
8 Terang-Terang 0,20 1,38
9 Ela-Ela 0,22 1,52
Jumlah 14,44 100
Sumber : BPS Kabupaten Bulukumba Dalam Angka Tahun 2015
64
65
1. Topografi
Kemiringan tanah (lereng) adalah beda tinggi dari dua tempat yang
berbeda yang dinyatakan dalam persen artinya beberapa meter berbeda
tinggi dari dua tempat yang berbeda.
Tingkat ketinggian lahan di Kecamatan Ujung Bulu didominasi berada
di 0-10 mdpl dan selebihnya berada 10-22 mdpl. Daerah aliran sungai
yang berada di Kecamatan Ujung Bulu yaitu Sungai Bialo yang memiliki
panjang 54,50 Km.
2. Geologi
Struktur geologi batuan di Kecamatan Ujung Bulu yang memiliki
karakteristik geologi yang kompleks yang dicirikan oleh adanya jenis
satuan batuan yang bervariasi akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa
jenis batuan yang dapat ditemukan di Kecamatan Ujung Bulu pada
umumnya antara lain :
a. Batuan basar dan retal basar
b. Batuan lahar
c. Batuan breksi
d. Batuan Tupa
66
3. Jenis Tanah
Jenis tanah yang berada di Kecamatan Ujung Bulu diklasifikasikan
menjadi 3 tipe yaitu :
a. Aluvium adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di daerah-daerah
dataran rendah. Tanah aluvium bercirikan warnanya kelabu dan
bersifat subur.
b. Basalt adalah batuan beku vulkanik yang berasal dari hasil
pembekuan magma. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik
sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat. Basalt adalah
umum ekstrusif batuan vulkanik. Biasanya berwarna abu-abu
menjadi hitam dan halus karena pendinginan yang cepat dari lava
pada suhu permukaan.
Andesit merupakan jenis batuan beku yang berasal dari produk
gunmung api. Ciri batuan andesit yaitu berwarna putih keabu-abuan
dan butirannya kecil seperti pada batu basal sedangkan teksturnya
terdiri dari tekstur kasar dan halus, batu andesit mempunyai struktur
tiang dan berlembar. Batu andesit merupakan sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk keperluan
pondasi sarana bangunan. Berdasarkan jenis tanah yang ada di
Kecamatan Ujung Bulu didominasi oleh jenis tanah alluvium, basalt
dan andesit yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan ujung Bulu.
67
4. Klimatologi
Kecamatan Ujung Bulu mempunyai suhu rata-rata berkisar antara
23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian
tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith –
Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka
klasifikasi iklim di Kecamatan Ujung Bulu termasuk iklim lembap atau
agak basah.
Curah hujan di Kecamatan Ujung Bulu bervariasi antara 1.500 sampai
2.000 mm/tahun dan berada di sektor timur, musim penghujan
antara Oktober – Maret dan musim kemarau antara April – September.
Curah hujan dan hari hujan akan menentukan pula potensi air permukaan
(air sungai) maupun ketersediaan air tanah yang dapat digunakan sebagai
dan potensi air tanah jika diperlukan untuk fasilitas pengairan
menggunakan system pompa air dalam.
68
D. Gambaran Umum Kelurahan Caile
1. Administratif
Kawasan penelitian berada di wilayah administrasi Kelurahan Caile.
Secara admnistrasi Kelurahan Caile terbagi atas 4 lingkungan yakni,
Linkungan Caile, Lingkungan Cendana, Lingkungan Matajang dan
Lingkungan Tanetea, jumlah RW/RK 16 dan jumlah RT sebanyak 25
dengan luas wilayah 3.13 km2.
2. Kondisi Fisik Dasar
a. Topografi
Secara umum, topografi kawasan penelitian termasuk kawasan
yang bukan pantai yang tergolong ketinggian sedang yang berada pada
500 – 700 mdpl. Kondisi topografi dapat menunjukkan lereng,
penentuan arah buangan air, serta menunjukkan wilayah-wilayah yang
rawan erosi, dan Kelurahan Caile terletak pada dataran yang relatif
datar.
Kemiringan lereng di kawasan penelitian umumnya didominasi
oleh kemiringan antara 0 – 2 % sehingga pembangunan dalam
kawasan ini sangat mudah berkembang karena di dukung oleh kondisi
lokasi yang tingkat kemiringan yang datar.
69
70
71
b. Geologi
Kondisi geologi batuan akan sangat berpengaruh terhadap
pengembangan suatu kawasan jika ditinjau dari aspek kerentanannya
terhadap bencana alam seperti longsor dan getaran tanah. Kondisi
geologi wilayah dapa dilihat berdasarkan formasi batuan
penyusunnya, secara umum Kabupaten Bulukumba tersusun atas
beberapa formasi batuan seperti endapan alluvium (cenderung terdapat
di daerah tepi sungai dan daerah pesisir), khusus untuk kondisi geologi
yang tersusun di kawasan penilitian yaitu Kelurahan Caile terdiri dari
batuan dengan formasi breksi lahar dan tupa.
c. Jenis Tanah
Secara umum, kondisi tanah di wilayah Kabupaten bulukumba
umumnya berstekstur halus. Dengan kondisi tekstur tanah tersebut,
maka kabupaten bulukumba dapat dikembangkan dengan berbagai
jenis kegiatan di dalamnya termasuk pertanian maupun budidaya non-
pertanian. Jenis tanah yang ada di kawasan penelitian yaitu alluvium
dan endapan kipas alluvial.
d. Klimatologi
Kondisi klimatologi kawasan penelitian akan sangat membantu
dalam proses perencanaan guna memaksimalkan potensi serta akan
mempengaruhi daya dukung laha yang terdapat dalam kawasan
perncanaan.
72
73
74
75
Secara umum, Kabupaten Bulukumba dan Kelurahan Caile
khususnya memiliki kondisi klimatologi yaitu beriklim tropis,
mempunyai musim penghujan antara Oktober–Maret dan musim
kemarau antara April–September. Rata-rata suhu udara berkisar antara
26.8 – 27.2 0C. Kelembapan udara berkisar antara 83 – 93 % dan
tekana udara berkisar antara 1.011,8 – 1012 mbar. Kecepatan angina
berkisar antara 4 – 7 knot, sedangkan curah hujan bervariasi antara
1.485 – 3.465 mm setiap tahunnya dengan lama penyinaran matahari
rata-rata 48 – 57 %.
e. Hidrologi
Potensi hisdrologi kawasan akan sangat menetukan
perencanaan tata air kawasan baik sebagai identifikasi potensi dan
sumber daya air nantinya ataupun sebagai upaya menangani sistem
pembuangan air limbah atau dampak dari kelebihan debit air diatas
permukaan yang dapat disebabkan oleh beberapa hal termasuk kondisi
curah hujan yang tinggi.
Potensi hidrologi yang terdapat di Kelurahan Caile meliputi
potensi air tanah dan air permukaan. Potensi air tanah termasuk dalam
klasifikasi cukup baik. Sesuai dengan kondisi topografi dan fisiografi
wilayah yang relatif datar, kawasan atau wilayah tersebut kadang
terjadi genangan namun tidak berakibat fatal karena kondisi drainase
yang cukup baik.
76
77
f. Penggunaan Lahan (Land Use)
Pola Penggunaan lahan pada Kelurahan Caile diidentifikasi
berdasarkan luasan masing-masing penggunaan lahan peruntukkan
fungsi atau aktivitas tertentu. Sesuai dengan hasil pengamatan
dilapangan, pola pemanfaatan lahan (land use) di kawasan penelitian
secara umum terbagi atas kawasan terbangun dan kawasan non-
terbangun. Kawasan terbangun meliputi permukiman, perdagangan
dan jasa, perkantoran serta sarana dan prasarana lainnya. Sedangkan
kawasan non-terbangun didominasi oleh ruang terbuka hijau (RTH)
seperti stadion olahraga Kabupaten Bulukumba, lahan kosong dan
sawah.
1) Permukiman
Keberadaan kawasan permukiman pada kawasan penelitian
tersebar di seluruh wilayah Kelurahan Caile, di wilayah tersebut
terdiri dari berbagai macam tipe rumah, ada rumah tungga ada pula
rumah deret dengan mempunya fungsi tidak hanya sebagai
peruntukkan rumah tinggal tetapi juga sebagai pendukung aktifitas
pemilik rumah, status kepemilikan rumah di Kelurahan Caile ada
yang didirikan oleh pemilik rumah itu sendiri dan ada juga yang
didirikan oleh pihak developer, pembangunan perumahan yang
didirikan oleh pihak developer juga tersebar di seluruh wilayah
Kelurahan Caile.
78
79
2) Perdagangan dan Jasa
Klasifikasi fasilitas perdagangan pada kawasan perencanaan
berupa kios/warung, minimarket dengan skala pelayanan local
cenderum bersatu dengan permukiman, sedangkan penggunaan
lahan berupa fasilitas perdagangan besar berupa mall serta pasar
sentral Kabupaten Bulukumba memiliki lahannya masing-masing.
Sedangkan peruntukkan jasa dengan skala besar seperti bank juga
memiliki lahannya sendiri. Jadi luas penggunaan laha berupa
perdagangan dan jasa pada kawasan penelitian yaiutu sekitar 1 km2
dari total luas kawasan penelitian 3,13 km2.
3. Kondisi Demografi
Kondisi demografi yang ada di Kelurahan Caile tergolong cukup padat
dibandingkan dengan daerah disekitarnya, yakni dengan luas 3,13 km2
memiliki jumlah penduduk 11.839 jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di
Kelurahan Caile mencapai 3.728 jiwa/km.
Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, Kelurahan Caile
didominasi anak-anak dan remaja, yakni umur 0 – 19 tahun dan jumlah
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada table 4.3 Berikut ini :
80
Tabel 4.3
Banyaknya penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kelurahan Caile Tahun 2014.
Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
+65
651
565
674
466
380
404
450
447
368
346
265
190
235
378
432
596
689
552
413
487
486
488
388
297
286
254
250
402
1.083
1.161
1.363
1.018
793
891
936
935
756
643
551
444
485
780
Jumlah 5.819 6.020 11.839
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba
4. Kondisi Eksisting Lokasi Penelitian (Home Industri Jagung Marning)
Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya di
Kabupaten Bulukumba mendorong permintaan akan lapangan pekerjaan
terus meningkat. Begitu pula dengan kawasan Perkotaan Bulukumba yang
menjadi pusat aktivitas perekonomian masyarakat. Industri merupakan
salah satu aktivitas yang dapat menyerap tenaga kerja. Perkembangan
industri di Kabupaten Bulukumba cukup berkembang, baik itu industri
besar, industri sedang, dan industri rumah tangga.
81
82
Industri rumah tangga atau home industry berkembang pesat di
Kabupaten Bulukumba, salah satunya adalah industri jagung marning.
Industri yang mulai berdiri sejak tahun 2000 yang merupakan industri yang
memproduksi makanan ringan yang terbuat dari jagung. Saat ini industri
jagung marning telah menjadi cemilan dan oleh-oleh khas Kabupaten
Bulukumba. Berikut beberapa data terkait industri industri jagung marning
yang ada di Klurahan Caile.
a. Produksi
Produksi industri jagung marning di Kelurahan Caile
berkembang cukup pesat. Hal itu terbukti dengan terus bertambahnya
rumah produksi di daerah ini. Dapat kita lihat pada saat pertama kali
industri ini berdiri sejak tahun 2000 hanya ada satu rumah produksi
yang beroperasi dan hingga saat ini terus bertambah menjadi 17 unit
rumah produksi. Selain itu, permintaan yang terus meningkat juga
menjadi pendorong meningkatnya industri ini. Hal ini terlihat dengan
di pasarkannya jagung marning tersebut tidak hanya di Kabupaten
Bulukumba, tetap telah merambah hingga kabupaten lain di Sulawesi
selatan bahkan ada yang yang sampai ke provinsi lain, seperti manado,
kendari hingga Kalimantan. Saat ini, setiap rumah produksi mampu
memproduksi jagung marning 100 sampai 150 kg perharinya.
83
b. Bahan Baku
Bahan baku utama dalam produksi jagung marning yakni
jagung dengan varietas jagung pulut. Bahan baku ini tergolong tidak
terlalu sulit didapatkan karena mengingat daerah bulukumba
merupakan salah satu daerah dengan potensi pertaniannya, sehingga
para pengusaha bisa langsung mendapatkan jagung dari petani-petani
yang ada di Kabupaten Bulukumba itu sendiri. Selain itu, beberapa
rumah produksi juga bekerja sama dengan petani jagung dari daerah
lain seperti bantaeng, jeneponto dan takalar agar kebutuhan bahan
baku jagung dapat terpenuhi.
Industri ini masih melakukan proses produksinya dengan cara
tradisional, seperti proses pembakaran dengan tungku dan kayu bakar,
proses pengeringan yang masih memanfaatkan sinar matahari, hingga
proses pengemasan. Maka dari itu, salah satu bahan lain yang sangat
penting dalam proses produksi ini yakni kayu bakar. Bahan ini cukup
mudah didapatkan oleh para pengusaha karena sumber daya alam yang
masih tersedia, seperti hutan kebun karet dan hutan yang tersebar di
bagian timur dan utara Kabupaten Bulukumba. Selain itu juga,
pengusaha jagung marning sudah punya kerja sama dengan pengepul
kayu bakar yang mengirimkan kayu bakar tiap minggunya.
84
c. Ekonomi
Dari segi ekonomi, industri ini tentu saja sangat berpotensi
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Saat ini, tiap
rumah produksi sudah mampu meraup omset hingga Rp 3.500.000,-
hingga Rp 5.000.000,- tiap minggunya. Dengan penghasilan tersebut
pengusaha industri jagung marning ini mampu meningkatkan taraf
hidup mereka, seperti beberapa dari mereka sudah mampu menunaikan
ibadah haji dan merenovasi rumah mereka yang juga merupakan
tempat produksi jagung marning tersebut.
d. Tenaga Kerja
Dalam proses produksi industri jagung marning dikelolah oleh
keluarga yang mendirikan rumah produksi dan proses produksinya pun
dikerjakan oleh mereka sendiri. Tetapi, dengan peningkatan
permintaan terhadap jagung marning, sehingga mereka membutuhkan
tenaga kerja yang lebih dalam menjalankan produksi industri jagung
marning ini. Hal inilah yang kemudian mendorong para pengusaha
untuk merekrut tenaga kerja, saat ini dalam tiap rumah produksi
jagung marning telah mempekerjakan 3-7 orang tenaga kerja.
e. Infrastruktur
Lokasi produksi industri jagung marning ini berada di tengah
Perkotaan Kabupaten Bulukumba dan tepatnya pada jalan lokal
dengan berbagai infrastruktur yang tersedia. Infrastruktur jalan yang
85
ada terbuat dari papin blok dengan luas masing-masing 3 meter dan 2
meter di jalan melati dan jalan dr.wahidin. Untuk infrastruktur
drainase, di kedua lokasi ini sudah merupakan drainase permanen.
Sedangkan infrastruktur lainnya seperti air bersih yang digunakan
masyarakat yakni air PDAM yang dikelolah pemerintah dan
persampahan yang belum terkelolah dengan baik karena tidak
tersedianya tempat sampah di sekitar rumah warga dan mobil sampah
dari pemerintah hanya sekali seminggu. Dari kondisi infrastruktur
tersebut perlu penanganan yang bai dari pemerintah.
Perkembangan ini tentu saja mendorong para pelaku bisnis untuk
mendulang pundi-pundi rupiah dari industri ini. Hal itu terihat dengan
semakin banyaknya rumah-rumah produksi dari home industry tersebut
yang tersebar di Perkotaan Kabupaten Bulukumba.
a. Lokasi.
Keberadaan industri ini berada di tengah-tengah permukiman
masyaraka di Kawasan Perkotaan Bulukumba, tepatnya di Kelurahan
Caile Kecamatan Ujung Bulu. Karena tergolong home industry maka
proses produksi jagung marning tersebut dilakukan di rumah warga.
Lokasi home industry yang berada di Kelurahan Caile terdapat 11
rumah produksi di jalan melati dan 6 rumah produksi di jalan
dr.wahidin.
86
b. Permasalahan
Terdapat berbagai macam permasalahan dalam proses produksi
industri jagung marning tersebut, mulai dari lokasi, kebijakan
pemerintah, hingga konflik sosial. Hal ini tentu saja perlu mendapat
perhatian dari pelaku industri, pemerintah dan masyarakat demi
memajukan industri di Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu
penggerak perekonomian masyarakat.
1) Lokasi.
Keberadaan home industry jagung marning ini memiliki beberapa
permasalahan dari segi lokasi produksinya, yakni lokasi yang
berada di tengah permukiman mengakibatkan lahan yang tersedia
cukup sempit, sehingga salah satu proses produksi yakni
pengeringan tidak dapat menampung lebih banyak jagung marning
yang mengakibatkan produksi setiap harinya terbatas.
Permasalahan lain yakni terkait distribusi, baik bahan baku yang
datang maupun ketika pengiriman hasil produksi dapat
mengganggu aktivitas masyarakat sekitar karena lokasi yang
berada di tengah permukiman dengan infrastruktur jalan yang
sempit.
2) Infrastruktur.
Permasalahan yang muncul terkait infrastruktur sangat mendasar,
mengingat infrastruktur sangat menunjang dalam proses produksi
87
maupun aktivitas masyarakat. Kondisi infrastruktur yang belum
memadai menjadi penghambat peningkatan hasil maupun kualitas
produksi, seperti jalan yang sempit dan butuh peremajaan yang
tentu saja dapat menghambat proses distribusi dan drainase yang
tidak berfungsi dengan baik sehingga pengolahan limbah cair tidak
berjalan dengan baik dan dapat menimbulkan banjir.
3) Sosial-Budaya Masyarakat Sekitar.
Keberadaan home industry tersebut menimbulkan permasalahan di
lingkungan masyarakat sekitar, seperti proses industri yang
menimbulkan polusi seperti asap pada proses pembakarannya dan
aroma dari jagung pada saat proses pengeringan setelah direbus
yang menimbulkan bau dapat mengganggu masyarakat sekitar
yang seharusnya permukiman merupakan tempat untuk beristirahat
dari segala bentuk aktivitas yang dilakukan.
4) Lingkungan
Dari segi lingkungan, aktivitas produksi jagung marning sedikit
banyak berpengaruh terhadap lingkungan, misalnya limbah cair
hasil rebusan jagung yang belum dikelola dengan baik, buruknya
infrastruktur drainase serta jarak drainase primer yang cukup jauh.
Hal lain tentu saja asap hasil pembakaran akan berdampak buruk
bagi kesehatan masyarakat sekitar.
88
E. Deskripsi Variabel Penelitian Terhadap Karakteristik Responden Penelitian
Jumlah responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 100
orang yang merupakan sebagian dari populasi (sampel) yang diambil dari
11.724 jiwa penduduk yang ada di Kelurahan Caile.
Penelitian mengenai penataan lokasi home industry jagung marning
terhadap kawasan permukiman yang di dalamnya membahas terkait pengaruh
lokasi home industry tersebut terhadap kawasan permukiman yang melibatkan
variabel bebas dan variabel terikat yaitu; variabel tetap (Y) home industry
jagung marning ke permukiman sedangkan Variabel bebas (X) Lingkungan
urban.
1. Variabel Home Industry Jagung Marning
Pertumbuhan industri jagung marning yang terus meningkat
mendorong terus bertambahnya rumah produksi dari industry tersebut.
Kehadiran tempat industri ini di tengah-tengah kawasan permukiman di
Kelurahan Caile Kecamatan Ujung bulu Kabupaten Bulukumba. Dalam
penelitian dan penulisan skripsi ini penulis melihat bahwa pertumbuhan
rumah produksi industry jagung marning ini memiliki indikasi
permasalahan yang dapat berpengaruh terhadap kawasan permukiman
tempat home industry tersebut berproduksi, yaitu jumlah produksi jagung
marning.
89
Produksi jagung marning dilakukan setiap hari, dengan asumsi jumlah
hari kerja efektif yakni 25 hari dalam sebulan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pelaku industri jagung marning, jumlah jagung pulut
yang diolah setiap harinya pada tahun 2015 yaitu 150 liter. Dari jumlah
tersebut, dihasilkan produksi jagung marning sebanyak 300 liter. Maka,
dalam setahun 1 unit home industry menghasilkan 90.000 liter pertahun.
Pada kondisi eksisting, jumlah rumah produksi yang terdapat pada kawasan
penelitian yakni 17 unit, jadi total produksi 1.530.000 liter pada tahun
2015.
Kemudian pada tahun 2014, para pelaku industri mampu mengolah
jagung 120 liter jagung setiap harinya dan menghasilkan 240 jagung
marning. Dengan asumsi hari dan jumlah rumah produksi dengan tahun
2015, home industry jagung marning mampu memproduksi 1.224.000 liter
selama tahun 2014. Dan pada tahun 2013, home industry jagung marning
hanya mampu mengolah 85 liter jagung pulut setiap harinya yang berarti
dapat menghasilkan 170 liter jagung marning, setiap industri memproduksi
51.000 liter jagung marning pada tahun tersebut. Pada tahun 2013, jumlah
rumah produksi pada saat itu hanya 15 unit. Jadi, jumlah produksi jagung
marning pada kawasan ini ditahun 2013 yakni 765.000 liter selama
setahun.
90
Dengan trend yang produksi yang terus meningkat, membuktikan
bahwa produksi jagung marning yang terus meningkat setiap tahunnya
yang berarti permintaan akan jagung marning terus meningkat. Selain hal
tersebut, dengan perekrutan tenaga kerja mendorong produksi yang lebih
banyak.
2. Variabel Lingkungan Urban
Yang diteliti pada variabel ini adalah tentang aspek yang menunjang
segalaa ktivitas pada lingkungan perkotaan (urban). Hal ini menjadi
variable yang perlu diteliti karena home industry jagung marning tersebut
berada di tengah-tengah kawasan perkotaan. Dari observasi yang dilakukan
menunjukkan bahwa kondisi lingkungan urban sangat menunjang pada
proses produksi dan aktivitas masyarakat sekitar. Kondisi masyarakat yang
bermukim pada kawasan permukiman tempat home industry tersebut
berada tidak jauh berbeda dengan masyarakat lain yang berada di Kawasan
Perkotaan Bulukumba, hanya saja proses produksi yang menghasilkan
limbah tentu saja akan berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar.
Dalam penelitian lingkungan urban sebagai penunjang aktivitas
masyarakat dan aktivitas produksi jagung marning, maka dilakukan
penelitian pada indikator-indikator sub variabel yaitu :
91
a. Infrastruktur (X1)
1) Jalan.
Jalan merupakan prasarana utama yang menjadi penunjang
segala aktivitas masyarakat.Dalam kawasan penelitian yang
merupakan kawasan permukiman menjadi tempat masyarakat
memulai dan mengakhiri aktivitasnya dalam sehari, sehingga jalan
akan sangat menunjang pergerakan masyarakat. Untuk pelaku
home industry prasarana jalan menjadi sangat penting karena
proses distribusi bahan baku dan hasil produksi akan berjalan
lancar apabila didukung prasarana jalan yang memadai.Sebagai
masyarakat yang merasakan langsung dampak dari ketersediaan
infrastruktur jalan baik itu sudah memadai ataupun belum,
responden mampu memberikan penilaian tersendiri akah hal
tersebut.
Tabel 4.4
Infrastruktur jalan pada Lokasi Industri menurut Responden
No. Jenis Tanggapan Frekuensi Persentase (%)
1. Belum memadai 67 67
2. Cukup memadai 21 21
3. Sangat memadai 12 12
Jumlah 100 100,00
Sumber : Hasil perhitungan dan pengolahan data kuesioner, 2015
92
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata
responden yang diteliti memberikan penilaian terhadap
infrastruktur jalan yang belum memadai sehingga menghambat
aktivitas masyarakat dan produsen industri jagung marning pada
kawasan tersebut.
Infrastruktur jalan pada kawasan ini hanya memadai pada
jalan-jalan lokal, jalan lingkungan yang merupakan tempat
berlangsungnya proses produksi di nilai masyarakat belum
memadai, aktivitas produksi seperti distribusi bahan baku dan hasil
produksi yang kadang berbenturan dengan aktivitas masyarakat
sekitar akibat prasarana jalan yang belum memadai.
2) Drainase
Drainase merupakan salah satu infrastruktur yang berfungsi
untuk mengendalikan air permukaan, air hujan maupun
mengalirkan limbah cair. Limbah rumah tangga dan limbah hasil
produksi industri yang dihasilkan setiap harinya pada kawasan ini,
sehingga drainase mempunyai peranan yang sangat besar dalam
menciptakan lingkungan yang sehat pada kawasan ini.
Ketersediaan prasarana yang baik sangat diperlukan. Masyarakat
sekitar tentu saja yang akan merasakan dampaknya apabila
drainase tidak berfungsi dengan baik.
93
Tabel 4.5
Infrastruktur Drainase pada Lokasi Industri menurut
Responden
No. Jenis Tanggapan Frekuensi Persentase (%)
1. Tidak berfungsi 21 21
2. Belum berfungsi maksimal 67 67
3. Berfungsi dengan baik. 12 12
Jumlah 100 100,00 Sumber : Hasil perhitungan dan pengolahan data kuesioner, 2015
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata
responden yang diteliti memberikan penilaian terhadap
infrastruktur drainase yang belum berfungsi maksimal sehingga
lingkungan menjadi tidak sehat dan potensi terjadinya banjir juga
tinggi.
b. Pencemaran Lingkungan (X2)
Kawasan permukiman merupakan kawasan yang tetap sehat
dan terhindar dari pencemaran lingkungan.Home industry yang berada
di tengah-tengah kawasan permukiman di Kelurahan Caile tentu saja
sangat berpotensi dalam pencemaran lingkungan yang dapat menjadi
masalah serius dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat.Potensi
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh keberadaan home
industry jagung marning pada kawasan permukiman ini seperti limbah
cair danpolusi udara.Hal tersebutlah yang kemudian menjadi indikator
dari variabel pencemaran lingkungan yang diangkat pada penelitian
ini.
94
1) Limbah Cair
Pengolahan limbah yang baik dan lebih bijak oleh pelaku
industri dapat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat.
Pengelolaan limbah ini sangat penting baik untuk keberlangsungan
industri maupun kehidupan masyarakat, mengingat lokasi industri
tersebut berada pada kawasan permukiman yang cukup padat.
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi seperti limbah cair
tentu saja akan berdampak langsung terhadap masyarakat sekitar,
sehingga responden dalam hal ini masyarakat sekitar dapat
memberikan penilaian terhadap bagaimana proses pengolahan
limbah yang dilakukan oleh pelaku industri jagung marning
tersebut, seperti yang disajikan dalam tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Proses Pengolahan limbah cair hasil industri menurut
Responden Penelitian
No. Proses Pengolahan
Limbah cair Frekuensi Persentase (%)
1. Sudah dikelolah
dengan baik 11 11
2. Perlu Pengelolaan
yang lebih baik 56 56
3. Belum di kelolah 35 35
Jumlah 100 100,00
Sumber : Hasil perhitungan dan pengolahan data kuesioner, 2015
95
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa dari 100
responden yang diteliti sebagian besar berpendapat masih perlunya
pengolahan limbah yang lebih baik lagi. Proses pengolahan limbah
masih dianggap belum baik, seperti limbah cair yang masih yang
tidak memiliki jalur pembuangan dan hanya dibuang begitu saja di
belakang rumah produksi. Hal ini terjadi akibat infrastruktur
drainase yang tergolong buruk sehingga tidak ada prasana yang
mendukung untuk pengolahan limbah cair tersebut.
2) Polusi Udara
Proses produksi industri cenderum menghasilkan polusi udara
yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat. Pada
proses industri jagung marning yang masih tradisional yakni
proses perebusan jagung yang masih menggunakan tungku dan
kayu bakar sehingga proses ini menimbulkan asap yang dapat
mencemari lingkungan. Kemudian proses pengeringan jagung juga
masih mengandalkan matahari pada tempat terbuka akan
menimbulkan bau. Polusi dari proses produksi tersebut yang akan
sangat berdampak langsung bagi masyarakat yang bermukim pada
kawasan ini, sehingga responden dalam hal ini masyarakat sekitar
dapat memberikan penilaian terhadap polusi udara yang
ditimbulkan, seperti yang disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini:
96
Tabel 4.7
Polusi udara hasil industri menurut Responden Penelitian
No. Polusi udara Frekuensi Persentase (%)
4.
Asapnya sangat
mengganggu
pernapasan dan
penglihatan
17 17
5.
Asapnya belum
mengganggu
pernapasan dan
penglihatan
62 52
6.
Asapnya tidak
mengganggu
pernapasan dan
penglihatan
21 21
Jumlah 100 100,00
Sumber : Hasil perhitungan dan pengolahan data kuesioner, 2015
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa dari 100
responden yang diteliti sebagian besar berpendapat bahwa polusi
udara dalam hal ini asap belum mengganggu pernapasan dan
penglihatan masyarakat. Akan tetapi apabila hal ini terus terjadi
setiap harinya maka kualitas udara yang ada pada kawasan ini akan
menjadi tidak sehat. Oleh karena itu, hal ini tetap memerlukan
perhatian dari masyarakan dan pemerintah setempat agar
lingkungan tetap sehat dan nyaman. Sebagai contoh, penanaman
pohon pada ruang terbuka di kawasan ini akan membantu
menyeimbangkan kualitas udara.
97
3) Pengelolaan Sampah
Kawasan permukiman merupakan salah satu kawasan yang
dapat menyumbang sampah setiap harinya. Sampah yang
dihasilkan pada kawasan penelitian ini tidak hanya dari sampah
rumah tangga, tetapi sampah dari proses produksi industri jagung
marning yang tentu saja akan berdampak pada lingkungan sekitar.
Sistem pengolahan sampah pada kawasan ini cukup beragam,
yakni dengan komunal, individual ataupun masyarakan langsung
membuang ke saluran air. Masyarakat dalam hal ini responden
memiliki sistem pengolahan sampah, seperti yang disajikan dalam
tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Pengelolaan Sampah hasil industri menurut Responden
Penelitian
No. Polusi udara Frekuensi Persentase (%)
7. Komunal 36 36
8. Individual 43 43
9. Buang Langsung di
Saluran Air 21 21
Jumlah 100 100,00
Sumber : Hasil perhitungan dan pengolahan data kuesioner, 2015
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa dari 100
responden yang diteliti sebagian besar menggunakan sistem
individual dalam pengolahan sampah mereka. Hal ini dilakukan
masyarakat akibat belum tersedianya prasarana persampahan yang
98
memadai pada kawasan ini, sehingga pilihan individual yakni
dengan membakar atau menimbung sendiri sampah mereka
menjadi pilihan. Oleh karena itu, perlunya peningkatan prasarana
persampahan yang memadai agar sistem pengolahan sampah dapat
berjalan dengan baik.
F. Analisis Pengaruh Hubungan Lokasi Industri Terhadap Kawasan
Permukiman.
Untuk penilaian indikator sebagai data yang digunakan dalam
mengukur hubungan yang mempengaruhi industri jagung marning terhadap
kawasan permukiman, yang terkait dengan lokasi industry jagung marning dan
infrastruktur kawasan. berdasrkan data yang diperoleh gambaran tingkat
hubungan dalam lokasi penelitian yang di dasarkan pada standar kelayakan
untuk memperoleh gambaran derajat tingkat hubungan.
Selanjutnya dari hasil analisis penilaian dengan menggunakan analisis
korelasi akan di dapatkan hubungan apakah yang paling berpengaruh terhadap
masing-masing variabel yang ditinjau dari data yang diperoleh sehingga
dijadikan dasar dalam menilai indikator berdasarkan masing-masing variabel
yang telah di nilai. Hubungan yang dimaksud tersebut dikelompokkan dalam 2
(dua) variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini terdiri dari infrastruktur X1, dan pembuangan limbah X2,
sedangkan variabel terikat adalah jarak lokasi home industry (y).
99
Uji hipotesis
Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara infrastruktur dan proses
pencemaran lingkungan secara simultan terhadap home industry
Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara infrastruktur dan proses
pencemaran lingkungan secara simultan terhadap home industry
Membuat Ha dan Ho dalam bentuk Statistik
Ha: r ≠ 0 Ho : r = 0
Untuk lebih mempermudah peneliti dalam menyimpulkan hasil
kuesioner yang di lakukan dengan menggunakan metode crosstabulation dan
faktor-faktor apa yang mempengaruhi maka hasil rekapitulasinya dapat dilihat
pada tabel.4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Analisis Crosstabulation
Terhadap Pengaruh Lokasi Home Industry
No.
Produksi
Home
Industri
Nilai
Bobot
Jalan
Nilai
Bobot
Drainase
Nilai Bobot
Pengolahan
Limbah
Nilai Bobot
Polusi
Udara
Nilai Bobot
Pengelolaan
Sampah
( Y ) ( X₁ ) X2 ( X3 ) X4 ( X5 )
1. 1.530 5 1 1 1 3
2. 1.224 1 5 3 5 3
3. 765 1 1 3 1 1
Jumlah 7 7 7 7 7
Sumber : Hasil Analisis 2015
100
Tabel 4.10
Pengisian Nilai Bobot di Peroleh dari Skala Likert
No Skala Likert Persentase (%) Nilai Bobot
1
2
3
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
66,67 – 100
33,34 – 66,66
0 – 33,33
5
3
1
Tabel 4.11
Skor Korelasi Masing-masing Variabel/Indikator Yang di Teliti
No. Variabel Yn.Xn Nilai Hasil
Uji Korelasi Keterangan
1. Jalan 0,48 Sedang
2. Drainase 0,69 Kuat
3. Limbah Cair 0,25 Rendah
4. Polusi Udara 0,69 Kuat
5. Pengelolaan Sampah 0,27 Rendah
Sumber : Hasil Analisis 2016
Dari hasil uji korelasi masing-masing variabel maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pengaruh home industry terhadap jalan (X1.1), memiliki nilai koefisien korelasi
sebesar 0,48 berarti berada pada kategori sedang. dalam arti bahwa keberadaan
home industry pada kawasan permukiman di Kelurahan Caile dengan
infrastruktur jalan, ternyata memiliki hubungan atau korelasi yang sedang,
artinya kondisi infrastruktur jalan memiliki pengaruh terutama dalam proses
pergerakan masyarakat dan proses produksi industri. Ketersediaan infrastruktur
jalan yang memadai tetntu saja dapat menunjang peningkatan produksi
industry jagung marning, seperti pada proses ditribusi bahan baku dan hasil
produksi.
101
2. Pengaruh home industry terhadap drainase (X1.2), memiliki nilai koefisien
korelasi sebesar 0,69 berarti berada pada kategori kuat. dalam arti bahwa
keberadaan home industry pada kawasan permukiman di Kelurahan Caile
dengan infrastruktur drainase, ternyata memiliki hubungan atau korelasi yang
kuat, artinya kondisi infrastruktur drainase memiliki pengaruh yang kuat,
terutama dalam proses mengalirkan limbah rumah tangga dan limbah hasil
produksi serta mengendalikan intensitas air permukaan. Oleh karena itu,
ketersediaan infrastruktur drainase yang memadai tetntu saja dapat menunjang
peningkatan produksi industry jagung marning dan menjaga kualitas
lingkungan.
3. Pengaruh home industry terhadap limbah cair (X2.1), memiliki nilai koefisien
korelasi sebesar 0,25 berarti berada pada kategori rendah. dalam arti bahwa
keberadaan home industry pada kawasan permukiman di Kelurahan Caile
dengan proses pengolahan limbah cair, ternyata memiliki hubungan atau
korelasi yang rendah, artinya pengolahan limbah cair dari limbah rumah tangga
dan proses produksi tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas masyarakat dan
proses produksi. Meskipun demikian, hal ini akan berpengaruh terhadap
lingkungan dan akan berdampak buruk pada rentang waktu yang pangjang.
4. Pengaruh home industry terhadap polusi udara (X2.2), memiliki nilai koefisien
korelasi sebesar 0,69 berarti berada pada kategori kuat. dalam arti bahwa
keberadaan home industry pada kawasan permukiman di Kelurahan Caile
dengan polusi udara, ternyata memiliki hubungan atau korelasi yang kuat,
102
artinya polusi udara yang timbul dari proses produksi memiliki pengaruh yang
kuat, lingkungan yang sehat tentu saja akan menciptakan kondisi permukiman
yang nyaman sehingga pengolahan polusi udara akan menunjang peningkatan
produksi jagung marning dan aktivitas masyarakat.
5. Pengaruh home industry terhadap pengolaan sampah (X2.3), memiliki nilai
koefisien korelasi sebesar 0,27 berarti berada pada kategori rendah. dalam arti
bahwa keberadaan home industry pada kawasan permukiman di Kelurahan
Caile dengan pengelolaan sampah, ternyata memiliki hubungan atau korelasi
yang rendah, artinya artinya pengolahan sampah dari limbah rumah tangga dan
proses produksi tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas masyarakat dan proses
produksi. Meskipun demikian, hal ini akan berpengaruh terhadap lingkungan
dan akan berdampak buruk pada rentang waktu yang pangjang. Sehingga
sistem pengolahan sampah yang baik akan menciptakan lingkungan yang
nyaman.
Berdasarkan pembahasan hasil uji korelasi tersebut, dapat dilihat bahwa
drainase dan polusi udara merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang kuat
dari home industry terhadap kawasan permukiman. Hal tersebut dapat terlihat
pada proses produksi industri jagung marning berikut ini.
1. Distribusi bahan baku.
Pada proses ini, dibutuhkan akses yang memadai agar distribusi dapat berjalan
dengan lancar. Oleh karena itu, jalan memiliki peranan pada proses ini. Selain
103
itu, dibutuhkan pula lahan yang cukup untuk menampung bahan baku yang
ada sebelum diproduksi dalam hal ini gudang. Hal ini tentu saja membutuhkan
lahan yang cukup pada proses tersebut.
2. Perebusan jagung.
Pada proses ini, masih dilakukan secara tradisional yakni proses perebusan
jagung marning yang masih menggunakan tungku kayu bakar. Proses ini
dilakukan pada dapur yang dibuat khusus di luar rumah, sehingga berada pada
tempat yang terbuka. Hal ini tentu saja akan menimbulkan asap dari proses
pembakaran yang menggunakan kayu bakar tersebut sehingga akan
menimbulkan polusi udara pada kawasan ini.
3. Pengeringan.
Pada proses ini, masih mengandalkan cahaya matahari untuk mengeringkan
jagung yang telah direbus. Hal ini berarti proses ini dilakukan di tempat
terbuka sehingga membutuhkan lahan yang cukup luas pada prosesnya. Selain
itu, proses pengeringan ini juga akan menimbulkan bau dari jagung yang telah
direbus pada proses sebelumnya.
4. Sangrai/memberi rasa.
Jagung yang telah dikeringkan selanjutnya akan disangrai dan di beri rasa.
Pada proses ini, kembali dilakukan proses pembakaran yang tentu saja akan
menimbukan asap yang akan berdampak pada pencemaran lingkungan.
104
5. Pengemasan
Tahap ini merupakan tahap finishing setelah rangkaian proses produksi.
Proses pengemasan masih dilakukan secara manual oleh tenaga kerja industri
ini. Setelah pengemasan, maka akan dibutuhkan tempat untuk menampung
hasil produksi sebelum di pasarkan.
6. Pemasaran.
Tahap pemasaran yang dilakukan ke berbagai tempat bahkan luar daerah,
sehingga proses distribusi hasil produksi yang lancar akan menunjang
pendapatan yang meningkat.
Berdasarkan proses produksi dan hasil analisis korelasi yang menunjukkan
pengaruh home industry yang kuat dibeberapa variabel yakni drainase dan polusi
udara, maka perlu strategi penataan yang tepat untuk meminimalisir permasalahan
yang timbul akibat keberadaan lokasi industri tersebut pada kawasan permukiman
tanpa mengabaikan aspek/variabel terkait lainnya.
105
G. Analisis Strategi Penataan Lokasi Home Industri Jagung Marning di
Kawasan Permukiman.
Dalam menganalisis lokasi industri jagung marning yang berada pada
kawasan permukiman untuk strategi penataan yang tepat sehingga tidak
menimbulkan konflik dalam lingkungan tersebut dapat menggunakan analisis
SWOT. Maka dari itu menggunakan Faktor Internal dan Faktor eksternal,
yaitu:
a. Faktor Internal
1). Kekuatan (Strength)
2). Kelemahan (Weaknes)
b. Faktor Eksternal
1). Peluang (Oppurtunities)
2). Ancaman (Threats)
1). Kekuatan (Strength)
Industri jagung marning sangat berkembang pesat dan permintaan akan
produk ini cukup tinggi
Menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat.
Bahan baku yang tidak terlalu sulit didapatkan
106
2). Kelemahan (Weakness)
Kurangnya perhatian pemerintah terhedap keberlangsungan produksi
seperti penyediaan infrastruktur dan pemasaran hasil produksi.
Lahan yang tersedia belum memadai untuk proses produksi sehingga
hasil produksi masih terbatas.
Dapat memicu terjadinya konflik sosial karena proses produksi berada
di tengah-tengah permukiman.
3). Peluang (Oppurtunities)
Adanya arahan tertuang dalam Revisi Rencana Detai Tata Ruang
(RDTR) Kota Bulukumba 2013-2033
Peluang bagi masyarakat untuk memperoleh pekerjaan ataupun
membuka lapangan kerja.
Tersedianya bahan baku yang cukup, dengan memberikan peluang bagi
petani untuk memasarkan hasil pertanian jagungnya.
Menjadi makanan ringan khas Kabupaten Bulukumba dan menjadi
oleh-oleh bagi pelancong/wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Bulukumba.
107
4). Ancaman (Threats)
Infrastruktur yang kurang memadai untuk aktivitas produksi dan
aktivitas masyarakat sekitar.
Kurangnya sistem pengelolaan limbah hasil proses produksi yang dapat
memicu lingkungan yang tidak sehat.
Kemungkinan terus bertambahnya rumah produksi yang dapat
menimbulkan penataan ruang yang tidak kondusif dan semraut.
Permintaan yang semakin tinggi akan memicu pertumbuhan rumah
produksi sehingga lahan yang tersedia akan semakin sempit.
Tabel 4.12
Matriks Analisis SWOT
Eksternal
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi SO
- Mendirikan lebih banyak
rumah produksi.
- Meningkatkan kualitas
produksi jagung petani lokal
agar menjadi suplayer utama
bahan baku produksi.
Strategi WO
- Peningkatan peran pemerintah
dalam upaya meningkatkan
hasil produksi maupun
pemasaran.
- Membuka lahan pada lokasi
baru yang lebih luas.
- Memberikan kesadaran bagi
pelaku industry dan
masyarakat untuk mengelolah
limbah hasil produksi dengan
lebih bijak agar tidak
berdampak buruk bagi
masyarakat sekitar
108
Ancaman (T)
Strategi ST
- Mengembangkan dan
meningkatkan akses
transportasi dari hulu ke
proses produksi sampai di
outlet (pemasaran)
- Mengembangkan KDB yang
relatif rendah dengan
menyediakan ruang-ruang
pekarangan pada home
industry.
- Mengembangkan saluran air
limbah pada masing-masing
home industry yang terpisah
dengan saluran drainase.
- Mengembangkan RTH
dengan vegetasi rimbun untuk
menyerap polusi dari home
industry.
Strategi WT
Penyediaan lahan dan
infrastruktur yang memadai
untuk proses produksi
Membuka lahan produksi pada
lahan baru yang lebih luas agar
permintaan dapat terpenuhi
Tabel 4.13
Faktor-Faktor Strategi Internal Penataan Lokasi Home Industry (Jagung
marning) di Kawasan Permukiman
No Faktor Strategi Internal
Kekuatan (Strengths) Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
1
2
3
Industri jagung marning sangat
berkembang pesat dan permintaan akan
produk ini cukup tinggi
Menjadi sumber mata pencaharian bagi
masyarakat.
Bahan baku yang tidak terlalu sulit
didapatkan
20
40
40
4
3
4
80
120
160
Total Pembobotan 100 360
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2015
109
Tabel 4.14
Faktor-Faktor Strategi Internal Penataan Lokasi Home Industry (Jagung
marning) di Kawasan Permukiman
No Faktor Strategi Internal
Kelemahan (Weaknes) Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
1
2
3
Kurangnya perhatian pemerintah
terhedap keberlangsungan produksi
seperti penyediaan infrastruktur dan
pemasaran hasil produksi
Lahan yang tersedia belum memadai
untuk proses produksi sehingga hasil
produksi masih terbatas
Dapat memicu terjadinya konflik sosial
karena proses produksi berada di tengah-
tengah permukiman
10
50
40
2
4
4
20
200
1600
Total Pembobotan 100 380
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2015
Dari hasil analisis diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor
internal dalam penataan lokasi home industry jagung marning di kawasan
permukiman Kelurahan Caile. Faktor kekuatan (Strenghts) dengan jumlah
skor hasil pehitungan dari Bobot dan Riset/Nilai yaitu 360, sedangkan untuk
kelemahan (Weaknesess) dengan jumlah skor pembobotan adalah 380. Maka
hasil perhitungan dari kedua faktor tersebut yaitu 360 – 380 = - 20 (S-W).
Yakni kekuatan memiliki sifat negatif.
110
Tabel 4.15
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Penataan Lokasi Home Industry (Jagung
marning) di Kawasan Permukiman
No Faktor Strategi Eksternal
Peluang (Opportunity) Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
1
2
3
4
Adanya arahan tertuang dalam Revisi
Rencana Detai Tata Ruang (RDTR) Kota
Bulukumba 2013-2033
Peluang bagi masyarakat untuk
memperoleh pekerjaan ataupun membuka
lapangan kerja.
Tersedianya bahan baku yang cukup,
dengan memberikan peluang bagi petani
untuk memasarkan hasil pertanian
jagungnya
Menjadi makanan ringan khas Kabupaten
Bulukumba dan menjadi oleh-oleh bagi
pelancong/wisatawan yang berkunjung ke
Kabupaten Bulukumba.
30
30
20
20
4
4
4
3
120
120
80
60
Total Pembobotan 100 380
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2015
Tabel 4.16
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Penataan Lokasi Home Industry (Jagung
marning) di Kawasan Permukiman
No Faktor Strategi Eksternal
Ancaman (Threats) Bobot
Rating/
Nilai
Skor
pembobotan
1
2
3
Infrastruktur yang kurang memadai
untuk aktivitas produksi dan aktivitas
masyarakat sekitar.
Kurangnya sistem pengelolaan limbah
hasil proses produksi yang dapat
memicu lingkungan yang tidak sehat. Kemungkinan terus bertambahnya rumah
produksi yang dapat menimbulkan
penataan ruang yang tidak kondusif dan
semraut. Permintaan yang semakin tinggi
akan memicu pertumbuhan rumah produksi
sehingga lahan yang tersedia akan semakin
sempit dan melanggar peruntukkan ruang
yang ada.
20
40
40
2
4
4
40
160
160
Total Pembobotan 100 360
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2013
111
Dari hasil analisis diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor
eksternal dalam penataan lokasi home industry jagung marning di kawasan
permukiman Kelurahan Caile. Faktor Peluang (Opportunity) dengan jumlah
skor hasil pehitungan dari Bobot dan Riset/Nilai yaitu 380. sedangkan untuk
Ancaman (Threats) dengan jumlah skor pembobotan adalah 360. Maka hasil
perhitungan dari kedua factor tersebut yaitu 380 – 360 = 20 (O-T). yakni
peluang bersifat positif.
Gambar 3 Grafik Kuadran Analisis SWOT
Sumber: Hasil Analisis 2015
Dari grafik analisis SWOT diatas menunjukkan bahwa penataan lokasi
home industry jagung marning di kawasan permukiman Kelurahan Caile
berada pada kuadran III (negatif,positif). Maka rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Strategi S-T.
112
Sesuai dari grafik analisis SWOT diatas menunjukkan bahwa penataan
lokasi home industry jagung marning di kawasan permukiman Kelurahan
Caile menggunakan Strategi S-T, maka rekomendasi strategi yang digunakan,
sebagai berikut :
a. Mengembangkan dan meningkatkan akses transportasi dari hulu ke proses
produksi sampai di outlet (pemasaran), yakni meningkatkan kualitas
infrastruktur dan moda transportasi agar distribusi bahan hingga outlet
pemasaran dapat berjalan dengan maksimal
b. Mengembangkan KDB yang relatif rendah dengan menyediakan ruang-
ruang pekarangan pada home industry, dengan KDB yang rendah
memberikan ruang pekarangan yang luas pada home industry yang dapat
dimanfaatkan untk proses pengeringan jagung.
c. Mengembangkan saluran air limbah pada masing-masing home industry
yang terpisah dengan saluran drainase, saluran air limbah yang yang
dimiliki masing-masing home industry yang kemudian dapat dilakukan
sistem waste water treatment sebagai pengendali kualitas air limbah
sebelum dibuang pada saluran pembungan utama.
d. Mengembangkan RTH dengan vegetasi rimbun untuk menyerap polusi
dari home industry, hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas lingkungan
akibat polusi udara yang ditimbulkan dari proses produksi home industry
serta sebagai daerah resapan pada kawasan permukiman padat.
113
H. Konsep Kajian Al-quran dengan Hasil Penelitian tentang Produksi dan
Industri.
Menurut Muta’ali (2013), pengendalian pemanfaatan ruang mempunyai
tujuan mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan aturan ditetapkan,
mengakomodasikan kebutuhan ruang yang dinamis dari berbagai kegiatan,
baik oleh pemerintah swasta, maupun masyarakat secara optimal dan
berkelanjutan, dan menyelesaikan konflik-konflik pemanfaatan ruang baik
antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya maupun antar kawasan
budidaya yang dapat menimbulkan tumpang - tindih dan konflik. Jadi secara
umumnya pengendalian pemanfaatan ruang ini bertujuan untuk mewujudkan
konsep pembangunan yang berkelanjutan yaitu pembangunan yang sangat
mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Jika dikaitkan dengan syariat islam, konsep pembangunan
berkelanjutan ini dapat dikaji dari sisi lingkungan hidupnya sebab selama ini
permasalahan umum yang terjadi pada konteks penataan ruang yaitu berupa
lingkungan yang rusak akibat aktivitas pembangunan dan sosial masyarakat
sebab pengendalian pemanfaatan ruang dapat mengatur aktivitas dan
hubungan antar masyarakat sehingga pengendalian pemanfaatan ruang
dlakukan untuk menghindari konflik sosial antar masyarakat.
Dalam home industry jagung marning yang berada di tengah-tengah
kawasan permukiman tentu saja menjadi masalah akibat tumpang tindihnya
peruntukkan ruang dan fungsi lahan pada kawasan ini. Sehingga perlu
114
pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan dan sesuai syariat islam. Selain itu, interaksi yang intens juga
akan terjadi karena berada di kawasan permukiman sehingga menjaga
hubungan antar sesama, menghargai hak dan kewajiban antar masyarakat,
tidak mementingkan diri sendiri, serta etika dalam bertetangga sesuai dengan
syariat islam :
1. Hubungan antar sesama manusia.
Dalam hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh yang kuat dari
beberapa variabel yang menunjukkan pengaruh dari lokasi home industry
jagung marning dengan kawasan permukiman juga kuat. Begitu pula
masyarakat yang bermukim pada kawasan ini, bagaimana hubungan yang
akan terus berdampak satu sama lain antara masyarakat dan pelaku bisnis.
Dalam kajian islam, tidak hanya mengatur hubungan antar manusia
dengan Allah (hablum min Allah), juga menitik beratkan kepada hubungan
antar manusia (Hablum min an Nȃs). Hal ini dapat kita lihat pada surat Al-
Imran ayat 112 :
همضربت لةعلي نٱلذ لم بحب نماثقفواإل أي نٱلل لم ٱلناسوحب
Terjemahannya :
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia
115
Dari ayat tersebut menjelaskan bagaimana hubungan antar manusia
punya kedudukan yang sama dengan hubungan manusia dengan Allah
SWT. Ternyata ketika Al-Qur’an menyebut tentang ‘hablumminallah’ dan
‘hablumminannas’ konteksnya adalah soal ‘aturan’, bahwa Allah
membedakan antara aturan yang ditetapkan Allah dengan aturan hasil
kesepakatan manusia, dan untuk kedua hal tersebut digambarkan adanya
konsekuensi, ketika kita melanggar baik aturan Allah maupun aturan hasil
kesepakatan manusia tersebut, maka kita akan diliputi kehinaan. Dalam
hal ini kedudukan ‘hablumminallah’ dan ‘hablumminannas’ adalah sama
dan setara. Al-Qur’an tidak pernah membagi hukum-hukum berdasarkan
objek atau subjeknya, membedakan hubungan antara manusia dengan
Allah (ibadah) dan hubungan antar sesama manusia (muamalah), apalagi
dengan menyebut adanya konsekuensi yang berbeda ketika kita
melakukan pelanggaran. Pembedaan ditetapkan Allah berdasarkan
‘darimana hukum tersebut dihasilkan’, apakah dari Allah, atau dari hasil
perjanjian sesama manusia.
Hasil penelitian ini juga menitip beratkan bagaimana hubungan antar
manusia dalam melakukan aktivitasnya setiap hari, sehingga pada proses
produksi jagung marning dan aktivitas masyarakat yang bermukim pada
kawasan ini tidak ada yang haknya dirampas dan menghargai hak antar
sesama manusia agar hubungan tetap terjalin harmonis
116
2. Larangan mementingkan diri sendiri (egois)
Dalam islam, sikap egois merupakan salah satu sifat tercela yang tidak
boleh dimiliki oleh manusia. artinya sifat orang yang selalu mementingkan
diri sendiri. Adapun orangnya disebut individualis. Sikap ananiah dapat
ditemukan dengan mudah dalam kehidupan manusia modern. Terutama
kalangan masyarakat atas. Mereka banyak yang tidak kenal dengan
tetangga. Apa yang terjadi dengan tetangga pun tidak mereka pedulikan.
Sebenarnya kehidupan semacam itu justru bertentangan dengan hakikat
manusia sebagai makhluk social. Artinya manusia tidak dapat hidup tanpa
orang lain. Bayangkan, bukankah untuk bisa berpakaian saja, kita
membutuhkan peran orang banyak. Untuk bisa makan juga membutuhkan
peran orang lain, yaitu orang yang menyediakan beras, lauk pauk dan
sebagainya. Karena itu, kita harus bisa hidup bersama dengan orang lain.
Tanpa orang lain kita bukan apa-apa dan tidak akan bisa menjadi apa-apa.
Sifat ananiah bertentangan dengan agama Islam. Karena Islam tidak
pernah menganjurkan atau membolehkan pemeluknya untuk menjadi
orang yang egois di tengah-tengah masyarakat. Allah SWT
memerintahkan kita untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan, dan
Allah SWT melarang kita untuk tolong-menolong dalam hal kejelekan.
Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi :
117
برٱوتعاونواعلى ٱول وى مٱولتعاونواعلىلتق ث ن ٱول و عد تقواٱول
ٱ لل ٱإن عقابٱشديدلل ٢ل
Terjemahannya :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya
Dengan jelas, ayat di atas memuat kewajiban saling membantu di
antara kaum Mukminin untuk menegakkan agama dan larangan bagi
mereka untuk bekerjasama dalam menodainya. Bukan sebaliknya yaitu
malahan melemahkan semangat beramal orang, mengejek orang yang
berusaha konsisten dengan syariat maupun menjadi dalang tersebarnya
perbuatan maksiat di tengah masyarakat. Selain itu, kita dianjurkan untuk
hidup saling tolong menolong dan tidak mementingkan diri sendiri sesuai
kodrat kita sebagai makhluk sosial.
Kaitannya dengan hasil penelitian, yakni bagaimana pengusaha jagung
marning dapat menjaga lingkungan untuk tetap sehat agar tidak merugikan
masyarakat yang bermukim pada kawasan ini sehingga mampu
menjalankan kehidupan dengan harmonis.
118
3. Etika dalam bertentangga
Islam mengajarkan kepada kita bahwa dalam hidup bertetangga harus
saling berbuat baik. Perbuatan baik yang perlu dilakukan terhadap
tetangga beraneka ragam bentuknya. Mulai dari soal memberi makanan,
hingga saling bekerja sama dalam kebajikan. Hal ini dijelaskan dalam
hadits Dari Syuraih bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
yang artinya.
Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak
beriman". Beliau ditanya, "Siapa wahai Rasulullah?. Beliau menjawab,
"Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya. (H.R.
Bukhari).
Hadits tersebut menunjukkan pentingnya berbuat baik kepada tetangga
dan saling menjaga. Oleh karena itu, dalam kawasan penelitian yang
berada pada kawasan permukiman padat menjaga hubungan dengan
tetangga adalah hal yang mutlak dilakukan sehingga masyarakat dapat
hidup aman dan nyaman. Dalam hal ini, home industry perlu mengolah
proses produksi sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar.
Selain itu, Rasulullah juga menegaskan hak dan kedudukan tetangga
bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Sampai-sampai sikap
terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
119
ن ي ن للن رلل لن وي و من ي ف م ن رن
Artinya :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia
muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)
Bahkan besar dan pentingnya kedudukan tetangga bagi seorang
muslim sangatlah ditekankan, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya :
“Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira
bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (HR. Bukhari
6014, Muslim 2625)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: “Bukan
berarti dalam hadits ini Jibril mensyariatkan bagian harta waris untuk
tetangga karena Jibril tidak memiliki hak dalam hal ini. Namun maknanya
adalah beliau sampai mengira bahwa akan turun wahyu yang
mensyariatkan tetangga mendapat bagian waris. Ini menunjukkan betapa
ditekankannya wasiat Jibril tersebut kepada Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/177).
120
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan dari penelitian ini, yakni sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut menunjukkan pengaruh home industry
yang kuat dibeberapa variabel yakni drainase dan polusi udara, maka perlu
strategi penataan yang tepat untuk meminimalisir permasalahan yang timbul
akibat keberadaan lokasi industri tersebut pada kawasan permukiman tanpa
mengabaikan aspek/variabel terkait lainnya.
2. Strategi penataan lokasi home industry jagung marning pada kawasan
permukiman yakni :
Mengembangkan dan meningkatkan akses transportasi dari hulu ke proses
produksi sampai di outlet (pemasaran).
Mengembangkan KDB yang relatif rendah dengan menyediakan ruang-
ruang pekarangan pada home industry.
Mengembangkan saluran air limbah pada masing-masing home industry
yang terpisah dengan saluran drainase.
Mengembangkan RTH dengan vegetasi rimbun untuk menyerap polusi
dari home industry.
121
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini yakni ;
1. Bagi pemerintah. Agar membuat desai kawasan home industry yang terpadu
dan komprehensif.
2. Bagi masyarakat, agar berpartisipasi aktif dalam menjaga kualitas lingkungan
terkait dengan keberadaan home industry di tengah-tengah kawasan
permukiman.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti aspek social dan ekonomi yang terkait
dengan keberadaan home industry.
122
. DAFTAR PUSTAKA
Al Quranul Karim. 1989. Al-Quran dan Terjemahannya. Departemen Agama
Athanassopoulos, Antreas D., and James E. Storbeck. 1995. Non-Parametric Models
for Spatial Efficiency. Journal of Productivity Analysis 6 (3):225-245.
Eisenring, T.S.S., 2006. ”Efisiensi Perkotaan dan Masalah Penyediaan Tanah Bagi
Golongan Miskin Perkotaan”. Jurnal Ilmiah PROSPEK, ISSN No.0852-8780,
Edisi 38 Juni 2006. Hal 210-6
Edwin S. Mills, 1991. “Urban, Efficiency, Productivity, and Economic
Development”. Dalam Proceedings of The World Bank : Annual Confrence
on Development Economic. Hal. 121-35. The World Bank.
Fisher, H. B., and Gerard Rushton. 1979. Spatial Efficiency of Service Locations and
the Regional Development Process. Papers in Regional Science 42 (1):83-97.
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. 2014. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa.
Lall, Somik V., Elizabeth Schroeder, and Emily Schmidt. 2009. “Identifying Spatial
Efficiency-Equity Tradeoffs in Territorial Development Policies”: Evidence
from Uganda. Washington, DC: The World Bank.
Murray, Alan T. 2003. A Coverage Model for Improving Public Transit System
Accessibility and Expanding Access. Annals of Operations Research 123
(1):143-156.
Muta’ali, Lutfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Edisi I. Badan Penerbit
Fakultas Geografi (BPFG): Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Permana, Reza. 2015. Analisis Potensi Wisata di Kawasan Wisata Alam Lejja
Kabupaten Soppeng. Skripsi. Jurusan Teknik PWK Universitas Islam Negeri
Alauddin. Makassar.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Permukiman
123
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Bulukumba Tahun 2013-2033
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulukumba Tahun 2012-2032
Sakti, Harry Hardian. 2012. Pengaruh Lokasi TPA Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar
Skripsi. Jurusan Teknik PWK Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Samar, Awaluddin. 2004. Arahan Pengembangan dan Penataan Area Kegiatan
Pedagang Kaki Lima dipantai Kamali Kota Baubau. Skripsi. Jurusan Teknik
PWK Universitas Bosowa 45. Makassar.
Universitas Islam Negeri Alauddin. 2009. Pedoman Penulisan KTI UIN Alauddin
Yunus, Hadi Sabari. 2005. Manajemen Kota Perspektif Spasial. Edisi I. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Yunus, Hadi Sabari. 2012. Struktur Tata Ruang Kota. Edisi IX. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran
Foto-foto Proses Survey Lapangan dan Wawancara
LAMPIRAN
KUESIONER
IDENTITAS :
1. N a m a :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
PETUNJUK
1. Kuesioner ini merupakan bahan penyusunan skripsi pada Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
2. Kuesioner ini bertujuan untuk mencari fakta ilmiah tentang kondisi
permasalahan pada obyek penelitian, oleh sebab itu diharapkan bapak/ibu sdr
(i) untuk memberikan jawaban dan keterangan yang sebenar-benarnya!
3. Berilah tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang anda anggap
paling sesuai berdasarkan pengamatan, pengalaman serta pengetahuan anda !
1 Apa status kepemilikan rumah yang
bapak/ibu tempati saat ini?
a. Milik sendiri c. Hak guna/pakai
b. Sewa d. Lainnya
2 Sejak tahun berapa bapak/ibu
menempati rumah ini ?
a. < tahun 2011 d. Tahun 2014
b. Tahun 2012 e. Tahun 2015
c. Tahun 2013 3 Mengingat kawasan ini merupakan
kawasan permukiman, menurut
bapak/ibu apakah home industry jagung
marning masih sesuai dilakukan di
kawasan ini ?
a. masih sesuai
b. sudah seharusnya ada tempat khusus
4 Bagaimana menurut bapak/ibu, apabila
rumah produksi dipindahkan ke
lokasi/kawasan yang khusus
diperuntukkan untuk industry jagung
marning ?
a. Sangat sesuai
b. Tidak sesuai
5 Menurut bapak/ibu, apakah dengan
keberadaan industry jagung marning
tersebut di tengah-tengah permukiman
dapat menimbulkan konflik antar
masyarakat ?
a. Kemungkinan ada konflik
b. Tidak ada konflik
6 Bagaimana tanggapan bapak/ibu terkait
pengaruh lokasi/kawasan industry
jagung marning tersebut terhadap
kawasan permukiman ?
a. Tidak ada konflik antar masyaraka
b. Ada konflik
7 Apa harapan bapak/ibu dengan adanya
industry jagung marning pada kawasan
ini ?
a. Perlu perhatian pemerintah agar tetap
terkendali
b. Harusnya di sesuaikan dengan
peruntukkan ruangnya. 8 Apakah menurut bapak/ibu infrastruktur
pada kawasan ini sudah terpenuhi ?
a. Sudah terpenuhi
b. Masih kurang
c. Belum Terpenuhi
9 Apakah infrastruktur jalan pada
kawasan ini sudah mampu menunjang
aktivitas industry jagung marning ?
a. Sudah terpenuhi
b. Masih kurang
c. Belum Terpenuhi
10 Bagaimana kondisi infrastruktur
drainase pada kawasan ini ?
a. Tidak Berfungsi
b. Belum berfungsi maksimal
c. Berfungsi dengan baik 11 Apa harapan bapak/ibu dengan
infrastruktur yang ada di kawasan ini ?
a. Perlu di perhatikan
b. Perlu di tingkatkan
c. Perlu adanya pemeliharaan agar tetap
berfungsi dengan baik. 12 Apakah proses pengolahan limbah
industri jagung marning tersebut sudah
di kelolah dengan baik ?
a. Sudah terkelolah dengan baik
b. Belum terkelolah dengan baik
13 Bagaimana Proses pengolahan limbah
industri jagung marning di kawasan
permukiman ?
a. Di buang begitu saja
b. Sudah di kelolah seperti yg
seharusnya
c. Masih perlu peningkatan prasaran
untuk pengolahan limbahnya. 14 Apakah polusi udara, dalam hal ini asap
yang di timbulkan dari proses produksi
jagung marning tersebut mengganggu ?
a. Sangat mengganggu
b. Belum mengganggu
c. Tidak mengganggu 15 Bagaimana Proses pengolahan sampah
di kawasan ini, baik masyarakat ataupun
pelaku industry ?
a. Komunal
b. Individu
c. Buang di saluran air (drainase)
ANALISIS UJI KORELASI
variabel terikat (Dependent Variable) dan variable bebas (Independent
Variable). ini adalah :
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)
- Produksi Home Industri Jagung marning
2. Variabel Bebas (Independent Variable) (X)
- Infrastruktur (X1)
Jalan (X1.1)
Drainase (X1.2)
- Pencemaran Lingkungan (X2)
Limbah cair (X2.1)
Polusi Udara (X2.2)
Pengolahan Sampah (X2.3)
Trend Produksi Jagung Marning
No Tahun Jumlah Produksi
Liter Ton
1 2015 1.530.000 1530
2 2014 1.224.000 1224
3 2013 765.000 765
Lampiran 1
Untuk variable bebas (Jalan) yaitu :
1. Korelasi hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap Ptoduksi Jagung
Marning dengan variabel X1.1 diketahui :
No. Jumlah Produksi
Nilai Bobot
Tingkat
Pendapatan
( Y ) ( X₁ ) ( X₁Y ) ( X₁² ) ( Y² )
1 1530 5 7650 25 2.340.000
2 1224 1 1224 1 1.498.176
3 765 1 765 1 585.225
Jumlah 3519 7 9639 27 4.424.301
n= 3 ∑x₁² = 27
∑x₁y = 9.636 ∑y² = 4.424.301
∑x₁ = 7 (∑x₁)² = 49
∑y = 3.519 (∑y)² = 12.383.361
361.383.12301.242.43.49273
519.37639.93
r
48,0r
Sedang
2222 )(.)( yynxxn
yxxynr
Lampiran 2
Untuk variable bebas (Drainase) yaitu :
2. Korelasi hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap Ptoduksi Jagung
Marning dengan variabel X1.2 diketahui :
No. Jumlah Produksi
Nilai Bobot
Tingkat
Pendapatan
( Y ) ( X₁ ) ( X₁Y ) ( X₁² ) ( Y² )
1 1530 1 1530 1 2.340.000
2 1224 5 6120 25 1.498.176
3 765 1 765 1 585.225
Jumlah 3519 7 8415 27 4.424.301
n= 3 ∑x₁² = 27
∑x₁y = 8.415 ∑y² = 4.424.301
∑x₁ = 7 (∑x₁)² = 49
∑y = 3.519 (∑y)² = 12.383.361
361.383.12301.242.43.49273
519.37415.83
r
69,0r
Kuat
2222 )(.)( yynxxn
yxxynr
Lampiran 3
Untuk variable bebas (Limbah Cair) yaitu :
3. Korelasi hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap Ptoduksi Jagung
Marning dengan variabel X2.1 diketahui :
No. Jumlah Produksi
Nilai Bobot
Tingkat
Pendapatan
( Y ) ( X₁ ) ( X₁Y ) ( X₁² ) ( Y² )
1 1530 1 1530 1 2.340.000
2 1224 3 3672 9 1.498.176
3 765 3 2295 9 585.225
Jumlah 3519 7 7497 19 4.424.301
n= 3 ∑x₁² = 19
∑x₁y = 7.497 ∑y² = 4.424.301
∑x₁ = 7 (∑x₁)² = 49
∑y = 3.519 (∑y)² = 12.383.361
361.383.12301.242.43.49193
519.37497.73
r
24,0r
Rendah
2222 )(.)( yynxxn
yxxynr
Lampiran 4
Untuk variable bebas (Polusi Udara) yaitu :
4. Korelasi hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap Ptoduksi Jagung
Marning dengan variabel X2.2 diketahui :
No. Jumlah Produksi
Nilai Bobot
Tingkat
Pendapatan
( Y ) ( X₁ ) ( X₁Y ) ( X₁² ) ( Y² )
1 1530 1 1530 1 2.340.000
2 1224 5 6120 25 1.498.176
3 765 1 765 1 585.225
Jumlah 3519 7 8415 27 4.424.301
n= 3 ∑x₁² = 27
∑x₁y = 8.415 ∑y² = 4.424.301
∑x₁ = 7 (∑x₁)² = 49
∑y = 3.519 (∑y)² = 12.383.361
361.383.12301.242.43.49273
519.37415.83
r
69,0r
Kuat
2222 )(.)( yynxxn
yxxynr
Lampiran 5
Untuk variable bebas (Pengolahan Sampah) yaitu :
5. Korelasi hubungan antara faktor yang berpengaruh terhadap Ptoduksi Jagung
Marning dengan variabel X2.3 diketahui :
No. Jumlah Produksi
Nilai Bobot
Tingkat
Pendapatan
( Y ) ( X₁ ) ( X₁Y ) ( X₁² ) ( Y² )
1 1530 3 4590 9 2.340.000
2 1224 3 3672 9 1.498.176
3 765 1 765 1 585.225
Jumlah 3519 7 9027 19 4.424.301
n= 3 ∑x₁² = 19
∑x₁y = 9.027 ∑y² = 4.424.301
∑x₁ = 7 (∑x₁)² = 49
∑y = 3.519 (∑y)² = 12.383.361
361.383.12301.242.43.49193
519.37027.93
r
27,0r
Rendah
2222 )(.)( yynxxn
yxxynr