strategi kampanye pemenangan pasangan...
TRANSCRIPT
STRATEGI KAMPANYE PEMENANGAN PASANGAN
JOKO WIDODO – KH. MA’RUF AMIN PADA PILPRES
2019
(Studi Atas Marketing Politik Melalui Goyang Jempol)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S.Sos)
Oleh :
AHMAD NABIL BINTANG
NIM : 11140510000234
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1441 H
i
ABSTRAK
AHMAD NABIL BINTANG
STRATEGI KAMPANYE PEMENANGAN JOKO
WIDODO – KH. MA’RUF AMIN PADA PILPRES 2019
(Studi Atas Marketing Politik Melalui Goyang Jempol)
Tahun 2019 dilangsungkan kembali pemilihan presiden
di Indonesia dengan kandidat Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin
dan Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno. Marketing
politik dalam sebuah kampanye politik memegang peranan
penting dalam melakukan pemeliharaan hubungan dengan publik.
Oleh karena itu pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin
membuat strategi marketing politik menggunakan Goyang
jempol dalam menghadapi pilpres 2019.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penulisan ini
adalah untuk menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun
pertanyaan mayornya adalah bagaimana strategi pemenangan dari
marketing politik pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin
dalam menghadapi pilpres 2019 melalui goyang jempol?
Kemudian minornya adalah apa kelebihan dan kekurangan dari
penggunaan goyang jempol dalam penerapan strategi tersebut?
Strategi marketing politik yang dilakukan tim goyang
jempol pada masa kempanye pilpres 2019 dianalisis
menggunakan 9 elemen Adman Nursal. Strategi marketing politik
Adman Nursal meliputi segmentasi dari masyarakat yang dibidik,
dapat tertanam lekat di benak masyarakat, memecahkan isu-isu
yang berkembang di mayarakat, figur kandidat, partai pengusung,
presentasi produk politik, media yang digunakan, pengaruh dari
individu/kelompok, yang dapat mempengaruhi opini pemilih, dan
kampanyye secara lebih personal.
Metodologi yang digunakan adalah pendekatan
kualitatfif, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Kelebihan dari kampanye menggunakan goyang jempol
adalah penyampaian secara langsung dan personal sehingga
memengaruhi sisi afektif (perasaan) dari pemilih. Kemudian
kekurangannya masih terpusat di wilayah pulau Jawa.
Kata Kunci :, Marketing Politik & 9 elemen Adman Nursal.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah, inayah dan segala nikmatNya-. Sang Pencipta
yang telah memberi kemampuan umatNya untuk selalu berpikir,
bergerak dan menghasilkan karya yang bermanfaat.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
Baginda Rasulullah Muhammad Saw yang selalu memberi
petunjuk dan pencerahan bagi kehidupan, yang telah membawa
umatnya minadzulumati ilannur, dan kesejahteraan semoga selalu
tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat-sahabatnya,
tabi’in- tabi’uttabiní, dan kita sebagai umatnya. Amien.
Sungguh tidak ada zat Maha Kuasa selain Tuhan sekalian
alam, Allah SWT, karena dengan izinNya lah kuliah dapat
dikelarkan, skripsi dapat diselesaikan, dan semoga segala ilmu
dapat bermanfaat.
Begitu panjang perjalanan peneliti dalam menyelesaikan
study Strata 1 ini. Cukup banyak kenangan dan harapan yang
tertanam dalam hati dan ingatan ini. Namun kewajiban peneliti
sebagai anak dari seorang tua yang tersisa. Ibuku tercinta Iah
Hayati, S.Ag, istri dari ayahku Muharom (Alm) yang selalu
menunggu anaknya segera memberi kabar gembira dengan
membawa secarik kertas ijazah. Mohon maaf atas
keterlambatanku dan terimakasih atas setiap lantunan do’a dan
iii
harapan indahnya untukku. Semoga peneliti dapat mengejar
semua harapan dan cita-cita serta menyusul teman-teman yang
lain dalam karir kesuksesannya.
Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, peneliti
sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sudah
sepatutnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi
terselesaikannya penelitian skripsi ini. Maka peneliti berterima
kasih kepada:.
1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wadek I Ibu Dr. Siti
Napsiyah,MSW, Wadek II Bapak Dr. Shihabudin Noor, M.A,
dan Wadek III Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, M. A.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, dan Dr H. Edi Amin, M.A, sebagai
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Dr. Shihabudin Noor, M.A, selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya
untuk memberi perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran
bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Seluruh bapak/ibu dosen Jurusan dan Fakultas yang telah
mendedikasikan jiwa dan raga serta pengabdian atas segala
ilmu yang penulis dapatkan selama menuntut ilmu di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi
5. Seluruh pihak Tim Kampanye Nasioan beserta Koordinator
Goyang Jempol. Para voulenteer dan teman-teman crew yang
iv
telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
6. Mamah tercinta Iah Hayati dan Bapak Muharom (Alm)
tercinta atas doanya, tanpa kalian saya tidak akan seperti ini.
Kakak tercinta Raisa Soraya dan Riska Zuhara yang selalu
menjadi pembangkit semangat.
7. Seluruh keluarga besar Jurusan Komuninkasi Penyiaran Islam
dari berbagai angkatan, terima kasih telah menyalurkan
semangat, keceriaan, kebahagiaan, canda tawa, dan rasa
kekeluargaan kepada penulis, khususnya KPI angkatan 2014
dan teman-teman di kelas KPI E angkatan 2014.
8. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan di HMJ KPI periode
2016 – 2017, DEMA FIDKOM periode 2017- 2018, DEMA
UIN Jakarta periode 2018 – 2019, HMI KOMFAKDA
angkatan 2014 serta pengurus periode 2018-2019 terima kasih
untuk segala pengalaman dan ilmunya. Yakinlah bahwa usaha
kita akan sampai pada tempatnya.
9. Semua punggawa Markas Komando, yang telah bersama –
sama berjuang melawan kerasnya himpitan hidup dan
beragam dinamika organisasi.
10. Seluruh keluarga Kawula Muda Nusantara dan Duta Remaja
Indonesia. Tidak akan rusak negara selama ada kita.
11. Rekan – rekan Presiden mahasiswa lintas kampus periode
2018 & 2019 serta aktivis yang selalu hadir di setiap
momentumnya.
12. Seluruh pihak kepolisian dan alumni RESMOB POLDA
Metro Jaya 2019. Terimakash atas diklat dan semua
pembelajarannya.
v
13. Kepada “Anoa” yang sudah satu tahun terjebak di bengkel
resmi. Baik -baik disana.
14. Terakhir, kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberi kontribusi dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Dengan tidak mengurangi rasa
hormat, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
member manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Dan juga semua perhatian, motivasi,
bantuan, dan bimbingan yang diberikan oleh semua pihak
semoga dibalas oleh Allah SWT sebagai pahala yang
setimpal. Amin yaa Robbal`alamin.
Jakarta, 27 Januari 2020
Ahmad Nabil Bintang
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................x
DAFTAR GRAFIK .................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................ 12
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............ 13
D. Tinjauan Pustaka .................................................. 14
E. Metodologi Penelitian .......................................... 16
F. Sistematika Penulisan ........................................... 19
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi ................................................................. 21
1. Pengertian ....................................................... 21
2. Strategi Komunikasi Dua Tahap dan Pengaruh
Antar pribadi ................................................... 22
3. Strategi Kampanye Politik .............................. 24
B. Kampanye ............................................................ 27
1. Pengertian Kampanye ..................................... 27
2. Jenis dan Metode Kampanye ........................... 28
3. Tujuan Kampanye ........................................... 31
4. Larangan dalam Kampanye ............................. 32
5. Kampanye dan Pemilihan Umum .................... 34
vii
C. Marketing Politik ................................................. 34
1. Pengertian Marketing Politik .......................... 34
2. Teori Marketing Politik Adman Nursal ........... 35
3. Marketing Politik dalam Komunikasi Politik .. 39
D. Kerangka Berpikir ................................................ 41
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Tim Kampanye Nasional ............ 43
B. Makna Logo Tim Kampanye Nasional................. 44
C. Profil Goyang Jempol .......................................... 46
D. Jadwal dan Lokasi Kampanye Goyang Jempol .... 47
E. Struktur Tim Kampanye Nasional ........................ 48
BAB IV HASIL DATA DAN ANALISIS
A. Strategi Kampanye Pemenangan Pasangan Joko
Widodo – KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019
Melalui Program Goyang Jempol ........................ 55
1. Segmentasi ...................................................... 56
2. Positioning ...................................................... 59
3. Policy .............................................................. 62
4. Person ............................................................. 68
5. Party ................................................................ 71
6. Presentation ..................................................... 74
7. Pull Marketing ................................................ 76
8. Pass Marketing ................................................ 82
9. Push Marketing ............................................... 85
B. Kelebihan dan Kekurangan Program Goyang
Jempol Pada Kampanye Pilpres 2019 .................. 87
viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................... 91
B. Saran .................................................................... 95
C. Rekomendasi Penelitian ....................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................97
LAMPIRAN ...........................................................................99
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...........................................41
Gambar 3.1 Logo TKN Jokowi-Amin ................................44
Gambar 3.2 Makna Logo Warna & Angka .........................45
Gambar 3.3 Makna Logo Tulisan .......................................45
Gambar 3.4 Jadwal Kampanye Goyang Jempol .................47
Gambar 4.1 Tampilan Fisik Goyang Jempol ......................64
Gambar 4.2 Tampilan Fisik Goyang Jempol ......................65
Gambar 4.3 Jokowi Memperkenalkan Salam Jempol di
RAKERNAS TKN Surabaya ..........................66
Gambar 4.4 Tampilan Hologram Jokowi ............................70
Gambar 4.5 Bantuan Relawan Daerah Pendukung Joko
Widodo – Ma’ruf Amin ..................................73
Gambar 4.6 Presentasi Goyang Jempol di Bekasi ..............76
Gambar 4.7 Tampilan Facebook Jokowi – Amin ...............78
Gambar 4.8 Tampilan Twitter Jokowi – Amin ...................78
Gambar 4.9 Tampilan Instagram Jokowi – Amin ...............79
Gambar 4.10 Tampilan Youtube Jokowi – Amin .................79
Gambar 4.11 Tim Goyang Jempol Memimpin Simpatisan
& Pendukung Jokowi Amin di konser putih
GBK ................................................................87
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perolehan Suara Calon Presiden
Wakil Presiden Indonesia ..................................9
Tabel 1.2 Perolehan Suara Calon Preiden
Wakil Presiden Tahun 2019 ..............................11
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perolehan Suara Calon Presiden
Wakil Presiden Indonesia Tahun 2014 ................9
Grafik 1.2 Perolehan Suara Pemilihan Presiden
Tahun 2019 ..........................................................12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan suatu Negara tidak bisa dilepaskan dari
konsep kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang dianut oleh
suatu Negara.1 Kedaulatan merupakan konsepsi yang
berkaitan dengan kekuasaan tertinggi dalam organisasi
Negara2. Dalam pemerintahan demokrasi rakyat meiliki
kedudukan yang utama karena memiliki kekuasaan tertinggi
dalm suatu Negara. Rakyat adalah pihak yang paling punya
kehendak mengorganisasikan diri dalam sebuah Negara guna
mewujudkan cita – cita Negara.3
21 Tahun Reformasi telah bergulir, demokrasi
menjadi kunci dari kesuksesan reformasi, tanda dari
kebesaran bangsa negara, rakyat dan birokrat bercumbu mesra
tanpa ada tindakan represif diantaranya. Lini kehidupan
bernegara bergeser beberapa derajat menuju kebebasan
berpendapat. Bukan hanya pendapat, bahkan sampai
pemimpin negara pun langsung dipilih oleh rakyat melalui
mekanisme konstitusi yang berlaku dengan jalur Pemilihan
Umum (PEMILU).
1Hariyono dkk, membangun Negara Hukum yang Bermartabat,
(Malang: Setara Press, 2013), h. 23. 2Jenedri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional, (Jakarta: Konstitusi
Press), hlm. 3. 3Sri Harini Dwiyatmi dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), h. 155.
2
Pemilihan Umum menjadi penting untuk menjaga
roda kedaulatan bangsa menuju negara adil makmur yang di
ridhoi Allah SWT. Karena didalamnya dipilih putera-puteri
terbaik bangsa dengan batasan-batasan tertentu guna menjaga
dari pergeseran nilai-nilai perjuangan menjadi
persekongkolan keluarga maupun kolega.
Pemilihan umum di Indonesia sudah dilaksanakan
beberapa kali antara lain pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982,
1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014 dan 2019. Dalam
perjalanannya, mekanisme pemilihan umum beberapa kali
berubah sesuai dengan keinginan rakyat.
Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang pertama
dalam sejarah bangsa Indonesia, 10 tahun umur belia bangsa
guna mencari serta menyiapkan mekanisme memilih
pemimpin negara, berdasarkan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1953 yang diperuntukan untuk memilih anggota-
anggota parlemen / DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan
Konstituante (Majelis Permusyawartan Rakyat) dengan
menggunakan sistem perwakilan berimbang atau
proporsional.
Sistem perwakilan proporsional adalah sebuah
mekanisme dalam pemilu yang dalamnya setiap daerah
pemilihan akan mendapat sejumlah kursi atas dasar jumlah
penduduknya, dengan ketentuan setiap daerah berhak
mendapat jatah minimum 6 kursi untuk konstituante dan 3
kursi untuk parlemen. Tujuan yang hendak dicapai pada
pemilihan umum 1955 adalah hendak mewujudkan keinginan
3
rakyat yang akan menjadi dasar kekuasaan penguasa dan juga
untuk membentuk konstituante yang akan menetapkan suatu
UUD bagi negara Indonesia. (Tim Sejarah 1996:10)
Pada masa Orde Baru terjadi penyelenggaraan
pemilihan umum dalam 6 (enam) kali pemilu yaitu tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992,, dan 1997. Dalam
mekanismenya terdapat penyederhanaan partai politik sesuai
dengan ketetapan MPRS No IX/MPRS/1966 yang berimbas
kepada penggabungan partai-partai politik menjadi 2 (dua)
partai politik dan 1 (satu) Golongan Karya yang bisa
mengikuti pemilihan umum pada masa Orde Baru.
Dalam periode selanjutnya yaitu pada masa Reformasi
usai lengsernya Pemerintahan Soeharto terdapat perbedaan
yang cukup signifikan terutama jumlah peserta pemilu, sesuai
dengan Undang-undang No. 02 Tahun 1999 Tentang Partai
Politik, Undang-undang No. 03 Tahun 1999 Tentang
Pemilihan Umum, dan Undang-undang No. 04 Tahun 1999
Tentang susunan & kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
Lahirnya undang-undang tersebut menyebabkan kehidupan
politik di Indonesia menjadi berubah. Hal itu memicu
munculnya partai-partai politik yang jumlahnya cukup
banyak, tidak kurang dari 112 partai politik lahir. Dari sekian
banyak partai politik hanya 48 partai yang berhak mengikuti
pemilihan umum.
Ketentuan pemilu langsung di tuangkan dalam
konstitusi dengan dibentuknya bab yang khusus mengatur
tentang pemilu yaitu di BAB VIIB tentang PEMILIHAN
4
UMUM yang terdiri dari 1 (satu) pasal (Pasal 22E) dan 6
(enam) ayat, meliputi: asas-asas penyelenggaraan pemilu;
ruang lingkup penyelenggaraan pemilu, peserta dan
penyelenggara pemilu. Sejak perubahan ketiga, pemilu di
Indonesia juga tidak lagi sebatas memilih anggota DPR dan
DPRD saja, tetapi juga untuk memilih anggota DPD, presiden
dan wakil presiden.4
Pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) yang
semula dilakukan oleh MPR sebagai lembaga tertinggi
negara, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat
sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam pemilu5.
Disamping itu, perubahan UUD 1945 juga melahirkan
lembaga baru di tubuh parlemen Indonesia sebagai
representasi (perwakilan) daerah bernama Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) yang anggota-anggotanya juga dipilih melalui
pemilihan umum6.
Atas dasar tersebut maka pemilihan Presiden & Wakil
Presiden, yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk
dilakukan langsung oleh rakyat dengan waktu yang terpisah.
Maka pemilihan umum pada tahun 2004 adalah pemilu
pertama yang dilangsungkan dengan partisipasi masyarakat
4Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia TAhun
1945, ps. 22E : Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah . 5 Ibid. ps. 6A ayat (1): Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat 6 Ibid. ps. 22C ayat (1): Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih
dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.
5
secara langsung, Pemilu pada tahun 2009 & 2014 juga msaih
menggunakan mekanisme yang sama.
Pemilihan umum yang terakhir adalah pemilihan
umum tahun 2019 tepatnya pada tanggal 17 April yang dalam
pelaksanaannya sesuai dengan undang-undang No. 7 tahun
2017 tentang pemilihan umum yang salah satu poinya adalah
untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, serta para
anggota DPR, DPD, dan DPRD secara serentak pada waktu
yang bersamaan di seluruh Indonesia.
Sesuai dengan amanat undang-undang, pelaksanaan
pemilihan umum diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU)7 yang memberikan jaminan kepada seluruh
masyarakat Indonesia untuk memberikan hak konstitusinya
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilu
2019 telah berhasil digelar dengan kelebihan dan
kekuranganya.
Pada prosesnya terdapat berbagai macam nama
(bursa) bakal calon Presiden dan Wakil Presiden, namun yang
terdaftar sampai akhir pada KPU hanya melibatkan 2 (dua)
pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden dengan
nomor urut 01 untuk pasangan Bapak Ir. H. Joko Widodo dan
Bapak DR.(HC), KH. Ma’ruf Amin nomor urut 02 Bapak Let.
Jend. (Purn) H. Prabowo Subinto Djojohadikusumo dan H.
Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. kedua pasangan
tersebut sangat memahami pentingnya kampanye politik
7 Ibid. Ps. 22E ayat (5) : Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu
komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
6
mengingat kurun waktu kampanye yang diberikan oleh KPU
sangatlah sempit, perjalanan kampanye politik pemenangan
haruslah dilakukan dengan efektif dan efisien guna
memenangkan hati masyarakat Indonesia dan mampu
menduduki puncak tertinggi pemerintahan di Indonesia.
Perubahan tata cara pemilihan tersebut juga akan
merubah cara-cara dan pendekatan kampanye politik yang
dijalankan oleh masing-masing pasangan calon. Saat
pemilihan dilakukan oleh DPRD, kampanye dengan cara lobi
politik kepada anggota dewan lebih diutamakan, sedangkan
dalam pemilihan secara langsung oleh masyarakat,
pengenalan caon kepada masyarakat melalui kampanye
politik yang melibatkan masyarakat dijadikan cara utama
untuk menarik perhatian dan suara dari konstituen yaitu
seluruh masyarakat Indonesia.
Kampanye merupakan hal yang esensial dalam
pemilihan, Menurut Roger dan Storey kampanye merupakan
serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan
tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan pada kurun waktu tertentu.8
Marketing politik dalam sebuah kampanye politik memainkan
peran yang sangat penting karena merupakan bagian dari
aktivitas persuasi. Pada dasarnya political marketing adalah
serangkaian aktivitas terencana, strategis tapi juga taktis.
Tujuannya membentuk dan menanamkan harapan, sikap,
8 Gun gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik
(Jakarta:Lembaga penlitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011)h. 33
7
keyakinan, orientasi dan perilaku memilih.9 Selama masa
kampanye yang dilaksanakan dalam jangka waktu 21 hari
terhitug sejak tanggal 24 Maret 2019 sampai dengan 13 April
2019, berakhir 3 (tiga) hari sebelum pemungutan suara,
pasangan calon Presiden bersama tim pemenangan akan
berusaha memperkenalkan dirinya serta memaparkan visi-
misi mengenai rancangan kebijakan pembangunan negara
selama lima tahun kedepan masa kepemimpinanya jika
terpilih.
Terbatasnya waktu kampanye yang disediakan oleh
KPU memaksa pasangan calon bersama tim pemenangannya
untuk merencanakan strategi kampanye politik secara efektif
agar dapat menjangkau seluruh masyarakat di seluruh pelosok
Nusantara. Mengingat hal tersebut musik menjadi salah satu
media yang relevan untuk menyampaikan isi gagasan, visi &
misi dengan bungkusan ringan serta mudah diingat oleh
semua khalayak.
Menurut Hatta (1980 : 113), musik menanamkan
perasaan halus dan budi yang halus dalam jiwa manusia,
dengan musik, jiwa lebih mempunyai rasa akan harmoni dan
irama. Kedua-duanya adalah landasan yang bai untuk
menghidupkan rasa keadilan.
Hal ini senada dengan konsep pemenangan pasangan
Jokowi – JK periode 2014 – 2019 yang menjadikan musik
9 Sri Niken Handayani, Strategi Pemenangan Faisal – Biem Dalam
Pemilukada Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012 (Jurnal Ilmu Pemerintahan
Universitas Diponogoro, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, 2013)
8
pada salah satu media kampanyenya karena dinilai lebih
disukai oleh masyarakat bahkan digaungkan menjadi salah
satu kunci kemenanganya pada pemilihan 2014 lalu. “Yang
ketiga ini yang memberikan efek yang luar biasa adalah
konser salam dua jari yang ada di GBK. Itu efeknya luar biasa
karena semua media menayangkan dan memberitakan
semuanya. Orang grogi kemudian terpengaruh kemudian
akhirnya memilih Jokowi. Kemudian, yang keempat, katanya
waktu debat katanya saya keliatan pintar, katanya. Ini katanya
lho ya,”10 kata Jokowi, dihadapan para relawan, di Jakarta
Berikut adalah gambaran perolehan suara sah nasional
dan presentase dari pemilihan calon presiden dan wakil
presdien Republik Indonesia periode 2014 – 2019 melalui
tabel dan grafik.
Tabel 1.1
Perolehan Suara Calon Presiden – Wakil Presiden
Indonesia
NO Nama Pasangan Calon Jumlah Suara Presentase
1. Prabowo Subianto –
Hatta Rajasa
62,576,444 46,85%
2. Joko Widodo-Jusuf Kalla 70,997,833 53,15%
10 Rudi Alsadad, “Ini 4 Faktor yang Dianggap Jokowi jadi “Kunci”
Taklukan Prabowo,”
https://nasional.kompas.com/read/2014/08/04/07075841/Ini.4.Faktor.yang.Dia
nggap.Jokowi.Jadi.Kunci.Taklukkan.Prabowo diakses pada 28 Juni 2019
9
.
Pemilihan Umum tahun 2019 kembali digelar, Joko
Widodo diusung untuk kedua kalinya oleh beberapa partai
politik dan disandingkan dengan KH.Ma’ruf Amin guna
menjadi salah satu kandidat calon Presiden & Wakil
Presiden. berbagai strategi disiapkan dari konsep door to
door sampai pada titik pengumpulan khalayak, tidak
ketinggalan agenda kampanye pamungkas Khas Jokowi
konser musik dengan memboyong beragam musisi,
budayawan, agamawan serta seluruh tokoh nasional lainnya,
konser putih bersatu (Goyang Jempol Jokowi Gasspol)
adalah tema kampanye beserta tagline (salam jempol) yang
diseragamkan disemua titik di Indonesia.
Dengan penggabungan dua poros besar nasionalis & agamis,
membuat goyang jempol menjadi pucuk dari marketing
politik, dari penjaringan aspirasi, pencontohan narasi politik
santun tanpa kebohongan, sosialisasi cita-cita, program
42444648505254
Prabowo
Subianto - Hatta
Rajasa
Joko Widodo -
Jusuf Kalla
Grafik 1.1 Perolehan Suara Calon Presiden - Wakil Presiden
Indonesia Tahun 2014
Perolehan Suara Calon
Presiden - Wakil
Presiden Indonesia
Tahun 2014
10
pembangunan, peningkatan kualitas SDM, pembentukan
karakter bangsa menuju revolusi mental dan yang terpenting
penyatuan seluruh entitas bangsa.
Adapun salam jempol memiliki makna yang dalam, diartikan
dengan salam penuh persaudaraan, mengingat jempol adalah
rule of thumb yang berarti bersifat cepat dalam mengambil
keputusan. Jempol juga dapat dimaknai sebagai angka satu
untuk indonesia maju salam ini di jawantahkan lebih dalam
pada goyang jempol Jokowi gaspol. “ini salam penuh
sentuhan persaudaraan, bagaikan elemen utama untuk
memenangkan, dimana ada parpol dan ada relawan, yang
menyatu, semua berjuang untuk kebaikan.”11 Kata hasto pada
pertemuan launching salam jempol, di Jakarta.
Dewasa kini konser musik dianggap menjadi kunci dari
berbagai kontestasi politik yang ada karena didalamnya,
nilai-nilai positif dan penyampaian visi serta gagasan lebih
mudah terserap. Terbukti kembali dengan hasil akhir dari
pemilihan umum 2019, pasangan calon nomor urut 01 Bapak
Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin lebih unggul dibanding
pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno.
Berikut adalah gambaran perolehan suara sah nasionel dan
presentase dari pemilihan calon Presiden – Wakil Presiden
Indonesia periode 2019 – 2024 melalui tabel & grafik.
11 Jordan Rey, “Melihat Lagi Salam Jempol yang Diperkenalkan
Jokowi,” https://news.detik.com/berita/d-4495293/melihat-lagi-salam-jempol-
yang-diperkenalkan-jokowi diakses pada 28 Juni 2019
11
Tabel 1.2
Perolehan Suara Calon Preiden – Wakil Presiden Tahun
2019
NO Nama Pasangan Calon Jumlah Suara Presentase
1. Joko Widodo – KH. Ma’ruf
Amin
85.607.362 55,5%
2. Prabowo Subianto –
Sandiaga S. Uno
68.650.239 44,5%
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
mengambil judul “Strategi Kampanye Pemenangan Pasangan
Joko Widodo – KH. Maruf Amin pada Pilpres 2019 (Studi Atas
Marketing Politik Melalui Program Goyang Jempol)
0:00:00
12:00:00
24:00:00
36:00:00
48:00:00
60:00:00
Joko Widodo - KH.
Maruf AminPrabowo Subianto -
Sandiaga S Uno
Grafik 1.2Perolehan Suara Pemilihan Presiden
Tahun 2019
12
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Adapun batasan masalahnya adalah pada Strategi
kampanye pasangan calon Jokowi – Amin pada marketing
politik program goyang jempol oleh Tim Kampanye
Nasional bulan Maret – April dan bertempat di wilayah
Pulau Jawa.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, rumusan
masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana strategi pemenangan dari marketing
politik pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf
Amin dalam menghadapi pilpres 2019 melalui
program goyang jempol?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari program
goyang jempol pada kampanye pilpres 2019?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemenangan
dari marketing politik pasangan Joko Widodo – KH.
Ma’ruf Amin dalam menghadapi pilpres 2019 melalui
program goyang jempol.
13
2. Untuk mengetahui kelebihan & kekurangan dari
program goyang jempol pada proses kampanye di
pilpres 2019.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
seperti:
1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dan manfaat dalam
perkembangan kajian komunikasi bagi mahasiswa
UIN Syarif Hidayatulla Jakarta Khususnya Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Secara praktis, yaitu memberikan sumbangan
wawasan keilmuwan, khususnya mengenai kajian
ilmu dalam bidang marketing politik, serta menjadi
masukan dan saran bagi marketing politik pasangan
joko widodo – KH. Ma’ruf Amin dalam strategi
pemenangan di pilpres 2019 apakah sudah tepat atau
belum. Sehingga mampu membuat strategi yang lebih
tepat lagi. Penulis juga berharap agar penelitian ini
dapat memberikan ide bagi partai politik, kandidat,
maupun tim sukses kandidat dalam membuat strategi
marketing politik untuk ke depannya.
14
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui dan
menjelaskan strategi pemenangan pasangan Joko Widodo –
KH. Ma’ruf Amin pada pilpres 2019 (program goyang
jempol). Selanjutnya, untuk menghindari unsur plagiat, maka
dari pengamatan literatur yang ada, peneliti menemukan
beberapa penelitian yang sedikit memiliki kesamaan yaitu:
1. Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Jakarta. Membahas tentang “Strategi
Pemenangan Pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin pada
PILPRES 2019 “. Nama peneliti : Muhammad Manggala
(1090510000074), Jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam.
Penelitian ini membahas tentang strategi pemenangan
dengan menggunakan mobil aspirasi di pulau Jawa. Dari
skripsi diatas, peneliti menemukan perbedaan yang
signifikan dengan penelitian yang peneliti akan lakukan.
Perbedaan dengan skripsi diatas adalah objek
penelitiannya adapun persamaannya sama – sama
mengangkat marketing politik dan menggunakan teori
yang sama.
2. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN Jakarta. Skripsi kedua membahas tentang “Strategi
Public Realation Politik, Kampanye, Pemilihan Kepala
Daerah Serentak Kota Tangerang Selatan”. Nama
Peneliti : Michael Jordan, Jurusan Ilmu Politik.
Penelitian ini membahas tentang proses public relation
pada tim pemenangan Ikhsan Modjo – Li Claudia
15
Chandra, dan menemukan bahwa dalam penentuan fokus
komitmen harus sinergis dengan pelaksanaanya, bukan
justru lebih dominan oleh pasangan lainya. Perbedaan
dari penelitian tersebut yaitu menggunakan teori public
realation Politik. Sedangkan persamaanya pada
penelitian yang akan dilakukan sama – sama mencari
strategi kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon.
3. Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Jakarta. Skripsi ketiga membahas
tentang “Strategi Kampanye Media Sosial (Twitter) Tim
Pemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla Dalam
Pemilihan Presiden 2014”. Nama Peneliti : Tanto Fadly,
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini
menemukan bahwa marketing politik menggunakan
media sosial yang dilakukan oleh pasangan Joko Widodo
– Jusuf Kalla sebagai sebuah strategi baru yang efektif
dalam dunia politik. Dari penelitian diatas, penulis
menemukan perbedaan dengan penelitian yang penulis
lakukan. Perbedaan dengan skripsi diatas adalah
penelitian tersebut melihat strategi politik lewat media
sosial Twitter beserta teorinya. Sedangkan persamaan
pada penelitian penulis mendapatkan dalam segi konsep
marketing politik.
16
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif, yaitu memaparkan data dengan
menerangkan, memberi gambaran yang terkumpul
kemudian disimpulkan.
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
dimana peneliti adalah sebaggai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan
makna dari pada generalisasi. Metode penelitian ini sering
pula disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena
penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting). 12 Menurut Bogdan dan taylor mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau
lisan dari orang – orang dan prilaku yang dapat diamati.13
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah informan atau tempat peneliti
memperoleh keterangan informasi atau data, yang dalam hal
ini adalah Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye
12 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit
Alfaberta, 2010), h 1. 13 Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h 4.
17
Nasional Bapak Usman Kansong, Koordinator Program
Goyang Jempol Bapak Fajar R. Zulkarnaen.
Sedangkan objek penelitiannya adalah upaya marketing
politik pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin
memenangkan Pilpres 2019 menggunakan program Goyang
Jempol.
3. Waktu dan Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan sejak bulan Maret
2019 sampai dengan April 2019 dan berlokasi di daerah
Pulau Jawa mengikuti jejak jadwal serta rute yang telah
dilaksanakan oleh Tim Kampanye Nasional.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam observasi ini penulis akan mengamati
bagaimana penerapan strategi pemenangan yang dilakukan
marketing politik pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf
Amin dengan menggunakan program goyang jempol.
b. Wawancara
wawancara mendalam merupakan instrumen utama
dalam melakukan penelitian ini. Wawancara dilakukan
untuk menambah data yang diperlukan melalui tanya jawab
seputar topik yang terkait dengan permasalahan ini. Yang
akan menjadi sumber data utama adalah ketua Tim
Kampanye Nasional dan atau orang yang dapat mewakili
dan dianggapp berkompeten untuk memberikan data yang
valid.
18
c. Dokumentasi
pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan
sebagainya.
5. Teknik Analisis Data.
Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data
yang dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis
data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data yang kedalam kategori,
menjabarkan unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.14 Oleh karena
itu secara ringkas dalam meganalisa data penulis akan
melakukan tiga tahapan analisa menurut Miles dan
Huberman yakni reduksi data (data reduction), paparan data
(data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion).
Analisis data kualitatif ini dilakukan secara bersamaan
dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya
kegiatan tersebut dapat dilakukan selama dan sesudah
pengumpulan data. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara, dokumentasi, maupun catatan di lapangan akan
diorganisasikan kedalam konsep marketing politik.
14 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Alfabeta,
2010), h. 89.
19
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal
yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi
dalam lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori dan kerangka berfikir,
metodelogi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Pada bab ini akan membahas mengenai kerangka berpikir
yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu Strategi
Kampanye Pemenangan Pasangan Joko Widodo – KH.
Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Adapun teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 9 elemen pemasaran
dari Adman Nursal.
BAB III Gambaran Umum
Bab ini berisi tentang gambaran umum Tim Kampanye
Nasional Jokowi-Amin, yaitu relawan pasangan Joko
Widodo – KH. Ma’ruf Amin yang memiliki program goyang
jempol jokowi gaspol. Bab ini memuat mengenai sejarah
singkat dibentuknya TKN Jokowi - Amin, makna logo TKN
Jokowi - Amin, serta jadwal dan lokasi kampanye Goyang
Jempol.
BAB IV Temuan dan Analisis Data Lapangan
Bab ini berisi tahapan penelitian, hasil temuan penelitian yang
20
berisi tentang pembahasan atau diskusi mengenai hasil
penelitian yang diperoleh. Bagaimana keterkaitan penelitian
dengan teori yang sudah ada. Pada bab ini pula dijelaskan
mengenai keterbatasan penelitian.
BAB V Penutup
Dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan dari
pemikiran sebelumnya dan saran - saran sebagai bentuk hasil
dari analisa peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
21
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari kata bahasa Yunani
“strategos” dan mengarah kepada keseluruhan peran
komando umum militer. Akan tetapi dalam hal bisnis,
strategi adalah menentukan lingkup dan arah suatu
pengembangan organisasi dan bagaimana dapat
mencapai strategi yang kompetitif.1 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.2
Adapun menurut Ahmad S. Adnanputra, M.A.,
M.S., pakar Humas dalam naskah workshop berjudul PR
Strategy (1990), mengatakan bahwa arti strategi adalah
bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan
rencana merupakan produk dari suatu perencanaan
(planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah
satu fungsi dasar dari proses manajemen.3
Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya
yang berjudul “Dinamika Komunikasi”, strategi
1 Keith Butterick, Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik.
Penerjemah Nurul Hasfi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 153. 2 Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), h. 1092.
3 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media: Komunikasi
Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006), h. 123.
22
merupakan perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan.4 Pada buku
yang ditulis oleh Rosady Ruslan yang berjudul “Kiat dan
Strategi Kampanye Public Relations”, menjelaskan
bahwa strategi itu pada hakikatnya adalah suatu
perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan
tertentu dalam praktik operasionalnya.5Bennett (1996)
menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih
organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.6
2. Strategi Komunikasi Dua Tahap dan Pengaruh
Antarpribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Paul Lazarsfeld dan kawan-kawannya
mengenai efek media massa dalam suatu kampanye
pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 1940.
Studi tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa proses
stimulus respons bekerja dalam menghasilkan efek
media massa. Namun, hasil penelitian menunjukkan
sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah, dan
asumsi stimulus-respons tidak cukup menggambarkan
realitas audience media massa dalam penyebaran arus
informasi dan pembentukan pendapat umum.
4 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 29. 5 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 37. 6 Sandra Oliver, Strategi Public Relations (London: KOGAN PAGE
LTD, 2001), h. 2. Penerjemah Sigit Purwanto, S.S.
23
Dalam analisisnya terhadap hasil penelitian
tersebut, Lazarsfeld kemudian mengajukan gagasan
mengenai komunikasi dua tahap (two step flow) dan
konsep pemuka pendapat. Temuan mereka mengenai
kegagalan media massa dibandingkan dengan pengaruh
kontak antarpribadi telah membawa kepada gagasan
bahwa sering kali informasi mengalir dari radio dan surat
kabar kepada para pemuka pendapat, dan dari mereka
kepada orang lain yang kurang aktif dalam masyarakat.
Pemikiran ini kemudian dilanjutkan dengan penelitian
yang lebih serius dan re-evaluasi terhadap teori stimulus-
respons dalam konteks media massa.
Teori dan penelitian-penelitian komunikasi dua
tahap memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi
merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial
dalam berinteraksi dengan orang lain.
b. Respons dan reaksi terhadap pesan dari media tidak
akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi
melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-
hubungan sosial tersebut.
c. Ada dua proses yang berlangsung, yang pertama
mengenai penerimaan dan perhatian, dan yang kedua
berkaitan dengan respons dalam bentuk persetujuan
atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau
penyampaian informasi.
24
d. Individu tidak bersikap sama terhadap pesan
/kampanye media, melainkan memiliki berbagai
peran yang berbeda dalam proses komunikasi dan
khususnya, dapat dibagi atas mereka yang secara
aktif menerima dan meneruskan /menyebarkan
gagasan dari media, dan mereka yang semata-mata
hanya mengandalkan hubungan personal dengan
orang lain sebagai panutannya.
e. Individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka
pendapat) ditandai oleh penggunaan media massa
yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih
tinggi, anggapan bahwa dirinya berpengaruh
terhadap orang-orang lain dan memiliki peran
sebagai informasi dan panutan.7
Secara garis besar, menurut teori ini media massa
tidak bekerja dalam suatu kevakuman sosial, tetapi
memiliki suatu akses ke dalam jaringan hubungan sosial
yang sangat kompleks, dan bersaing dengan sumber-
sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan, yang
lainnya.
3. Strategi Kampanye Politik
Penetapan strategi dalam kampanye politik
merupakan langkah krusial yang memerlukan
penanganan secara hati-hati, sebab jika penetapan
7 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi ,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 169
25
strategi salah atau keliru hasil yang di peroleh bisa fatal,
terutama kerugian dari segi waktu, materi dan tenaga.
Tujuan akhir dalam kampanye pemilihan kepala negara
adalah untuk membawa calon kepala negara yang
didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki
jabatan kepala negara yang diperebutkan melalui
mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat.
Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan
strategi yang disebut dengan strategi komunikasi dalam
konteks kampanye politik. Cangara mengemukakan
bahwa terdapat empat jenis strategi komunikasi dalam
konteks kampanye politik yaitu:
a. Penetapan komunikator
Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi,
komunikator memegang peranan yang sangat
penting. Untuk itu, seorang komunikator yang akan
bertindak sebagai juru kampanye harus terampil
berkomunikasi, kaya ide, serta penuh dengan daya
kreativitas.
b. Menetapkan target sasaran
Dalam studi komunikasi target sasaran di sebut juga
dengan khalayak. Memahami masyarakat, terutama
yang akan menjadi target sasaran dalam kampanye,
merupakan hal yang sangat penting. Sebab semua
aktivitas komunikasi kampanye di arahkan kepada
mereka. Mereka lah yang menentukan berhasil atau
tidaknya suatu kampanye sebab bagaimana pun
26
besar biaya, waktu dan tenaga yang di keluarkan
untuk mempengaruhi mereka, namun jika mereka
tidak mau memberi suara kepada partai atau calon
yang di perkenalkan, kampanye akan sia-sia.
c. Menyusun pesan-pesan kampanye
Untuk mengelola dan manyusun pesan yang
mengena dan efektif, perlu di perhatikan beberapa
hal, yaitu: (a) harus menguasai lebih dahulu pesan
yang di sampaikan, termasuk struktur penyusunan.
(b) mampu mengemukakan argumentasi secara
logis. Sehingga harus mempunyai alasan berupa
fakta dan pendapat yang mendukung materi yang di
sajikan. (c) memiliki kemampuan untuk membuat
intonasi bahasa (vocal), serta gerakan-gerakan tubuh
yang dapat menarik perhatian pendengar. (d)
memiliki kemampuan membumbui pesan berupa
humor untuk menarik perhatian pendengar.
Penyampaian pesan terdiri dari 3 jenis yaitu pesan
yang berbentuk informatif, pesan yang berbentuk
persuasif serta propaganda.
d. Pemilihan media
Jenis-jenis media yang dapat digunakan dalam
kampanye politik meliputi media cetak, media
elektronik, media luar ruangan, media ruang kecil
dan saluran tatap muka langsung dengan
27
masyarakat.8
B. Kampanye
1. Pengertian Kampanye
Pada prinsipnya kampanye merupakan suatu proses
kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang
dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk
menciptakan suatu efek atau dampak tertentu.
Kotler dan Roberto seperti yang dikutip dalam
Hafied Cangara menjelaskan bahwa “Campaign is an
organized effort conducted by one group (the change
agent) which intends to persuade others (the target
adopter), to accept, modify, or abandon certain ideas,
attitudes, practices and behavioral”. Pendapat ini
mengungkapkan bahwa kampanye adalah sebuah upaya
yang diorganisasi oleh suatu kelompok (agen perubahan)
yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar
bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap
dan perilaku tertentu.9
Sejalan dengan pendapat di atas, Pfau dan Parrot
yang dikutip dalam Gun Gun Heryanto memiliki
rumusan tentang kampanye yaitu, kampanye adalah
suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan
berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu
8 Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi
(Jakarta: Raja Graindo, 2009), h. 234 9 Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi
(Jakarta; Raja Grafindo, 2009), h. 229
28
tertentu dengan tujuan memengaruhi khalayak sasaran
yang telah ditetapkan.10
Bertolak dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa aktivitas kampanye meliputi (1)
tindakan kampanye yang harus melalui serangkaian
tindakan komunikasi yang terorganisasi, (2) mencakup
jumlah khalayak dan sasaran yang besar, (3) biasanya
dipusatkan pada kurun waktu tertentu, dan (4) kampanye
ditujukan untuk menciptakan efek tertentu.
2. Jenis dan Metode Kampanye
Menurut Charles U Larson sebagaimana dikutip Gun
Gun Heryanto terdapat 3 jenis kampanye yakni:
a. Product-oriented Campaigns adalah kampanye yang
berorientasi pada produk, umumnya terjadi di
lingkungan bisnis. Motivasinya adalah memperoleh
keuntungan finansial.
b. Candidat-oriented Campaigns adalah kampanye
yang berorientasi pada kandidat, umumnya
dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan
politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula
disebut sebagai political campaign (kampanye
politik).
c. Ideologically Campaigns adalah jenis kampanye
yang berorientasi kepada tujuan-tujuan yan bersifat
10 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) h. 33
29
khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial.
Oleh karena itu kampanye jenis ini dalam istilah
Kotler disebut juga social change campaigns, yakni
kampanye yang ditujukan untuk menangani
masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan
perilaku publik yang terkait.11
Strategi pemenangan pasangan Joko Widodo – KH.
Ma’ruf Amin pada pilpres 2019 melalui goyang jempol
jelas tergolong jenis dari political campaign karena
kampanye ini berorientasi kepada kandidat yaitu Joko
Widodo dan KH. Ma’ruf Amin yang bertujuan untuk
memperoleh kekuasaan politik sebagai presiden dan
wakil presiden RI perode 2014-1019.
Metode kampanye yang dilakukan oleh peserta
pemilu adalah dalam bentuk :
a. Pertemuan terbatas
b. Tatap muka
c. Penyiaran melalui media cetak dan elektronik
d. Penyebaran bahan kampanye kepada umum
e. Pemasangan alat peraga di depan umum
f. Rapat umum, dan
g. Kegiatan lain yang tidak melanggar perundang-
undangan.12
3. Tujuan Kampanye
11 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) h. 35 12 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) h. 36
30
Adapun tujuan dari kampanye yaitu:
a. Kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk
menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan
kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan
adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan
atau meningkatnya pengetahuan khalayak terhadap
isu tertentu.
b. Pada tahap berikutnya diarahkan pada perubahan
sikap. Sasarannya adalah untuk memunculkan
simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan
khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.
c. Sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye
ditujukan untuk mengubah perilaku khalayak secara
konkrit dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya
tindakan tertentu yang dilakukan oleh sasaran
kampanye.13
Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa
marketing politik pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla
dalam upaya memenangkan kandidatnya di pilpres 2014
tidak dapat secara langsung melakukan penggiringan
suara dari masyarakat untuk memilih pasangan Joko
Widodo - Jusuf Kalla pada pelaksanaan pilpres 9 Juli
2014 tanpa melakukan tahapan edukasi dan
membangkitkan simpati terlebih dahulu dari masyarakat
kepada kandidat.
13 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) h. 36
31
4. Larangan dalam Kampanye
Untuk mewujudkan kampanye yang dapat
memberikan pembelajaran kepada masyarakat, dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab, disamping
menjaga ketertiban dan keamanan dalam berkampanye
dibuat aturan main yang jelas. Untuk itu telah ditetapkan
beberapa larangan dalam kampanye, yaitu:
a. Mempersoalkan dasar Negara Pancasila, dan
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia.
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan,
calon dan/atau peserta lain.
d. Menghasut dan mengadu domba antar perseorangan
ataupun kelompok masyarakat.
e. Menganggu ketertiban umum. Yang dimaksud
mengganggu ketertiban umum dalam hal ini adalah
suatu keadaan yang memungkinkan
penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum
dan kegiatan masyarakat tidak dapat berlangsung
sebagaimana biasa.
f. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
seseorang, sekelompok anggota masyarakat dan/atau
peserta pemilu yang lain.
g. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga
kampanye peserta kampanye yang lain.
32
h. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah,
dan tempat pendidikan. (untuk tempat pendidikan
dikecualikan atas prakarsa/izin dari pimpinan
Lembaga Pendidikan, dengan memberikan
kesempatan yang sama kepada semua peserta
pemilu, serta tidak mengganggu proses belajar
mengajar).
i. Membawa atau menggunakan tanda gambar
dan/atau atribut lain, selain tanda gambar dan/atau
atribut peserta pemilu yang bersangkutan.
j. Menjanjikan atau memberikan uang atau materi
lainnya kepada peserta kampanye.14
5. Kampanye dan Pemilihan Umum
Di negara demokrasi pelaksanaan pemilu merupakan
tolak ukur atas pelaksanaan demokrasi yang
berlangsung.15 Demokrasi mempercayai bahwa
pemilihan umum memainkan peranan vital untuk
menetukan masa depan bangsa. Tujuan pemilihan umum
adalah :
a. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para
pemimipin dan alternatif kebijakan public (public
policy). Dalam demokrasi kedaulatan rakyat sangat
dijunjung tinggi sehingga dikenal spirit dari oleh dan
untuk rakyat.
14 UU No. 10 Tahun 2008 15 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 105
33
b. Pemilihan umum juga menerapakan mekanisme
memindahkan konlik kepentingan (conflict of
interest) dari masyarakat kepada badan-badan
perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih
atau partai yang memenangkan kursi sehingga
integrasi atau kesatuan masyarakat terjamin.
c. Pemilihan umun merupakan sarana memobilisasi,
menggerakkan atau menggalang dukungan rakyat
terhadap negara dan pemerintahan dengan jalan ikut
serta dalam proses politik.16
Melihat urgensi dari demokrasi di dalam
pelaksanaan pemilihan umum maka proses kampanye
pun dinilai penting. Kampanye dilakukan sebagai sarana
partisipasi warga negara dan bentuk dari pendidikan
politik. Kampanye juga dilakukan dalam rangka
membangun komitmen antara warga negara dengan
calon pemimpin melalui visi, misi, program, dan/atau
informasi lainnya yang ditawarkan dalam upaya
meyakinkan dan mendapat dukungan sebesar-besarnya
dari pemilih.17
16 Kristina, Jurnal Dinamika (Jurnal, Fakultas Ilmu sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2005), vol 1, hal 59. 17 Putri Matau, Media : Kampanye Pemilu
Sebagai Komunikasi Politik
http://media.kompasiana.com/new-media/2013/10/31/media -kampanye-
pemilu-sebagai- komunikasi-politik-603954.html diakses pada 29
Agustus 2014.
34
C. Marketing Politik
1. Pengertian Marketing Politik
Metode dan pendekatan marketing dalam praktik
politik saat ini dapat dirasakan sebagai sebuah
keniscayaan, seiring dengan makin tingginya persaingan
di ranah politik. Ilmu marketing memegang peranan
penting dalam aktivitas yang dilakukan institusi-institusi
politik.18
Pemasaran politik menurut Adman Nursal adalah
serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga
taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek,
untuk menyebarkan makna politik kepada pemilih.19
Demikian pula Neuman dan Perloff menjelaskan tentang
penerapan prinsip dan cara marketing di dalam
kampanye politik oleh berbagai individu dan organisasi.
Cara kerja itu sendiri meliputi analisis, perkembangan,
pengeksekusian, perencanaan, strategi kampanye yang
dilakukan oleh para kandindat, partai-partai politik,
pemerintah, para penglobi dan kelompok kepentingan
yang mencoba mengendalikan opini publik,
mengembangkan ideologi mereka, memenangkan
pemilihan dalam pemungutan suara umum sebagai
jawaban untuk keinginan dan keperluan dan kelompok
18 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) h. 41 19 Adman Nursal, Strategi Memenangkan Pemilihan Umum (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004)
35
orang-orang tertentu dalam masyarakat.20
Definisi di atas jelas menerangkan bahwa yang
menjadi sorotan utama dari marketing politik adalah
penggunaan pendekatan dan metode untuk membantu
politikus atau para aktor politik (individual maupun
partai) agar lebih efisien dan efektif di masa kampanye.
Semakin serunya persaingan antar calon Presiden dengan
satu dengan yang lainnya membuat kreatif pula cara tim
sukses untuk mendapat perhatian masyarakat.
2. Teori Marketing Politik Adman Nursal
Menurut Adman Nursal untuk mendapatkan
perhatian masyarakat dalam pemilihan umum dapat
dicapai melalui 9 elemen marketing politik :
a. Segmentasi
Segmentasi sangat diperlukan untuk menyusun
program partai, terutama cara berkomunikasi dan
membangun interaksi dengan masyarakat. Tanpa
segmentasi, partai politik akan kesulitan dalam
penyusunan pesan politik, program kerja, kampanye
politik, sosialisasi politik dan produk politik. Dalam
orientasi pasar, kondisi real yang dihadapi
masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan
program kerja.
20 Pawito, 2009, Komunikasi Politik : Media Massa dan kampanye
pemilihan (Jogjakarta: Jala Sutra,2009), h.209
36
b. Positioning
Dalam iklim persaingan partai politik harus
mampu menempatkan produk politik dan image
politik dalam benak masyarakat. Untuk dapat
tertanam, produk dan image politik harus memiliki
sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan produk-
produk politik lainnya. Keseragaman produk dan
image akan menyulitkan masyarakat dalam
mengindetifikasi suatu partai politik, karena semua
produk dan image politiknya berbagai karakteristik
yang sama.
c. Policy (Kebijakan)
Tawaran program kerja jika terpilih kelak.
Policy merupakan solusi yang ditawarkan kontestan
untuk memecahkan masalah masyarakat berdasarkan
isu-isu yang dianggap penting bagi pemilih, itu juga
berarti policy merupakan solusi dari berbagai
persoalan yang dianggap sebagai biang yang
menyebabkan kehidupan tidak atau belum membaik.
Policy meliputi berbagai aspek kehidupan seperti
ekonomi, politik, hukum, pendidikan, sosial, budaya
dan sebagainya.
d. Person (figur)
Figur kandindat seringkali menentukan
keputusan pilihan, hal ini berkaiatan proses
pembentukan keyakinan para pemilih. Person
(kandindat yang akan pilih), berisi tentang
37
bagaimana kandindat tersebut berpenampilan sehari-
hari atau pada saat berkampanye, bagaimana
karakteristik pribadi dari kandindat tersebut serta
bagaimana kemampuan kandindat tersebut dalam
pekerjaan atau keorganisasian.
e. Party (Partai)
Partai merupakan mesin politik dengan aneka
kegiatan politik. Tujuannya tak lain dan tak bukan
adalah untuk memperoleh kekuasaan atau ikut
mengendalikan kekuasaan, partai berusaha merebut
simpati para pemilih dengan menawarkan policy dan
person yang diharapkan sesuai dengan aspirasi
pemilih.
f. Presentation (Presentasi)
Presentasi penyajian produk politik yang
bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan politik.
Tetapi dalam political marketing, presentasi bukan
sekedar cara atau alat untuk menyampaikan pesan.
Presentasi juga merupakan bagian dari produk
politik. Pasalnya, cara- cara presentasi yang berbeda
akan menghasilkan makna politis berbeda
g. Pull Marketing
Pull-marketing adalah bagaimana penyampaian
produk politik dengan memanfaatkan media
elektronik, media massa, website dan media luar
ruang. Kebanyakan media yang dikembangkan
adalah media luar ruang, seperti baliho, poster,
38
leaflet, bendera, billboard, dan bahkan membuat
posko. Strategi seperti ini menitikberatkan pada
pembentukan image politik yang positif. Roboniwitz
dan Machdonald (1989) menganjurkan bahwa
supaya simbol dan image politik dapat memiliki
dampak yang signifikan, kedua hal tersebut harus
mampu membangkitkan sentimen dari pemilih.
h. Pass Marketing
Strategi ini menggunakan individu-individu
maupun kelompok yang dapat memengaruhi opini
pemilih (influencer). Sukses atau tidak
penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh
pemilihan para influencer ini. Semakin tepat
influencer yang terpilih, efek yang diraih pun akan
menjadi semakin besar dalam mempengaruhi
pendapat, keyakinan dan pikiran publik.
i. Push Marketing
Push marketing juga mempunyai keunggulan
dalam sentuhan secara lebih costumized (personal).
Para politisi dapat mengirimkan atau menyampaikan
produk-produk politik dengan memilih substansi dan
cara presentasi yang cocok dengan pemilih.cara ini
agak rumit dan mahal akan tetapi hasilnya efektif
bagi pasar tertentu.secar umum sentuhan langsung
dengan pemilih dapat dilakukan dengan melalui
event-event khusus seperti rapat umum, pawai, event
hiburan, kontes, peringatan peristiwa atau tokoh
39
tertentu, seminar, konferensi dan sebagainya,
sehingga dapat memberikan kesan mendalam kepada
para pemilih.21
3. Marketing Politik dalam Komunikasi Politik
Perkembangan partisipasi politik di Indonesia
dewasa ini telah mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Dunia politik yang awalnya hanya
dimonopoli para elite politik telah bergeser menjadi
konsumsi publik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin
tingginya partisipasi politik masyarakat, media, dan
LSM. Bahkan partisipasi masyarakat terhadap politik
tidak hanya direfleksikan dengan mengutarakan hak
pilihnya dalam pemilu, tetapi dalam semua usaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik.22
Tidak hanya partisipasi politik masyarakat saja yang
berubah namun iklim politik di Indonesia pun sudah
mulai terjadi perubahan. Kini dengan semakin banyak
persaingan terbuka dan transparan, kontestan
membutuhkan metode jitu yang dapat memfasilitasi
mereka dalam memasarkan gagasan politik, isu politik,
ideologi partai, karakteristik pemimpin partai, dan
program kerja kepada masyarakat. Sehingga marketing
politik menjadi penting bagi kontestan dalam upaya
21 Adman Nursal, Strategi Memenangkan Pemilihan Umum (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004) h. 245 22 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) h. 41
40
memenangkan persaingan politik.
Mengingat heterogenitas penduduk dan
meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi
tantangan bagi marketing politik dalam menerapkan
strategi sehingga diterima oleh masyarakat. Marketing
politik harus menerapkan strategi yang berbeda untuk
setiap segmen masyarakat yang berbeda.
Tidak hanya itu saja, seiring dengan perkembangan
masyarakat kini menjadi pragmatis dalam menyingkapi
hal-hal yang berlangsung di dunia politik. Artinya,
masyarakat lebih tertarik kepada apa saja yang bisa
diperbuat kandidat dalam upaya memecahkan masalah
yang mereka alami. Janji politik saja tidak cukup,
masyarakat sekarang lebih menuntut realisasi dari janji-
janji yang diutarakan.
Kebutuhan komunikasi politik dalam marketing
politik terlihat jelas dalam menjawab tantangan di atas.
Marketing politik memang menyediakan perangkat
teknik dan metode marketing dalam dunia politik, namun
keandalan komunikator politik dalam meyakinkan bahwa
orang yang diwakilinya merupakan pemimpin yang
efektif merupakan kunci keberhasilan. seorang ahli
kampanye harus memiliki kemampuan merasakan denyut
masyarakat sehingga dapat merespon opini publik
dengan baik.
41
D. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sembilan Elemen
Adman Nursal
Penggunaan Program Goyang Jempol sebagai marketing politik Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang dilakukan pada pilpres 2019
sehingga mengantarkan pasangan tersebut memenangkan pilpres 2019
Goyang Jempol
Strategi Marketing Politik
Jokowi – Ma’ruf Amin
43
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Tim Kampanye Nasional Jokowi - Amin
Tim Kampanye Nasional adalah tim pemenangan untuk
pasangan Ir. Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin pada
pemilihan presiden 2019. Terdiri dari berbagai macam publik
figur, politisi, guru bangsa, pengamat sampai kepada
millenial tidak luput dalam tim pemenangan ini.
Dibentuk pada hari Senin, 07 Agustus 2018 bertempat
di Gedung Juang, dihadiri oleh sembilan sekjend partai
koalisi, Hasto Kristiyanto (PDI Perjuangan), Lodewijk
Freiderich Paulus (Partai Golkar), Johny G Plate (Partai
NasDem), Hery Lontung (Partai Hanura), Arsul Sani (PPP),
Abdul Kadir Karding (PKB), Ahmad Rofik (Partai Perindo),
Raja Juli Antoni (Partai Solidaritas Indonesia) dan Verry
Surya Hendrawan (PKPI) menghasilkan 10 direktorat tim
pemenangan.1
Tim Kampanye Nasional Jokowi – Amin terbentuk atas
dasar semangat optimisme yang dibangun dan ditularkan
kepada masyarakat guna terwujudnya Indonesia Maju sesuai
dengan apa yang dicitakan oleh para founding fathers.
Bersama Jokowi – Amin, Tim Kampanye Nasional
menjadikan pemilihan presiden menjadi ajang karya, ide,
serta gagasan yang dikemas secara menarik dan mudah
1 https://nasional.tempo.co/read/1114550/struktur-tim-kampanye-
jokowi-terbentuk
44
dipahami oleh semua kalangan. Tim Kampanye Nasional
juga menciptakan momentum lima tahunan dengan ceria
tanpa membawa narasi – narasi SARA dan menolak hoax
atau berita bohong serta black campaign dalam setiap
kampanyenya.
B. Makna Logo Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin
Logo Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin merupakan
sebuah ide gagasan akan sebuah cita warna dalam kreasi yang
menggambarkan kondisi Indonesia dengan keberagamanya,
serta membawa kesan ceria dalam kontestasi pemilihan
presiden yang diharapkan bisa mengurangi ketegangan yang
hadir didalamnya.
Gambar 3.1
Logo TKN Jokowi-Amin
Campuran warna yang dihadirkan adalah simbol yang
melambangkan Terdapat filosofi pada identitas warna warni
tersebut, Indonesia adalah negeri sejuta warna, memiliki 127
gunung berapi yang masih aktif, terdapat 485 lagu warna
45
corak daerah.
Indonesia terbentang dengan memiliki 17.504 pulau,
Indonesia memilki panjang pantai +/-99.000 km, memiliki
lebih dari 700 warna bahasa daerah, 1.340 warna warni suku
bangsa, ragam agama.
Warna warni juga merupakan simbol banyaknya
dukungan kepada pasangan Jokowi-Amin, mulai dari
berbagai warna partai pendukung dan begitu beragamnya
elemen masyarakat yang bersatu mendukung Jokowi-Amin
Indahnya warna warni dari Sabang sampai Merauke, dari
Miangas sampai Pulau Rote dengan semangat Bhinneka
Tunggal Ika bersatu sebagai kekuatan luar biasa.2
Angka kosong satu melambangkan persatuan bangsa dan
menunjukan nomor urut pasangan calon yang ditetapkan oleh
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia.
Tulisan Jokowi Amin memperjelas pasangan yang
dicalonkan yaitu bapak Ir. H. Joko Widodo bersama Bapak
2 https://www.jokoway.com/filosofi-identitas-warna-warni-jokowi-amin/
Gambar 3.2 Makna Logo Warna & Angka
Gambar 3.3 Makna Logo Tulisan
46
KH. Dr. (HC) Ma’ruf Amin. Indonesia maju menjadi tagline
serta asa yang diharapkan guna menjadikan Indonesia negara
yang berdaulat dan mampu mensejahterakan semua
rakyatnya.
C. Profil Goyang Jempol
Goyang Jempol adalah program kampanye calon
presiden pasangan Jokowi – Amin. Goyang Jempol adalah
cara kampanye yang belum pernah dilakukan kandidat lain
dalam strategi kampanye di Indonesia. Dengan dijadikannya
program Tim Kampanye Nasional membuat program Goyang
Jempol dilaksanakan pada setiap Tim Kampanye Daerah baik
tingkatan Provinsi maupun Kabupaten/ Kota.
Program ini memiliki target menjadikan pusat
perhatian masyarakat, karena didalamnya terdapat beragam
kegiatan, dari senam goyang jempol, konser musik,
sosialisasi lagu, visi-misi, branding figur dan semua kegiatan
yang mampu membawa masyarakat sehingga pesan yang
dibawa tepat sasaran. Metode musik/ lagu dipilih karena
dianggap mampu menyatukan semua elemen, musik sebagai
pemersatu bangsa.
Selain Goyang Jempol, Tim Kampanye Nasional juga
memiliki simbol kampanye yaitu salam jempol yang
memiliki makna keunggulan, ibu jari juga bermakna
kehebatan, tekad, kemauan sekaligus kegigihan. Simbol itu
47
juga dimaknai angka satu bagi kemajuan di Indonesia.3
D. Jadwal dan Lokasi Kampanye Goyang Jempol
Pada masa kampanye pilpres 2019 program Goyang
Jempol hampir dilaksanakan di seluruh Tim Kampanye
Daerah baik tingkatan provinsi maupun Kabupaten/Kota, hal
ini dilaksanakan mengingat tingginya animo masyarakat akan
program Goyang Jempol, adapun jadwal pelaksanaan program
Goyang Jempol dapat dilihat dari gambar berikut :
3 Jokowi pada rakernas TKN di Surabaya, tgl 28 Oktober 2018
https://banjarmasin.tribunnews.com/2018/10/28/jokowi-perkenalkan-simbol-
kampanye-barunya-ternyata-ini-maknanya
Gambar 3.4 Jadwal Kampanye Goyang Jempol
48
E. Struktur Organisasi Tim Kampanye Nasional Jokowi –
Amin
KOALISI INDONESIA KERJA
PASANGAN CALON PRESIDEN & CALON WAKIL
PRESIDEN
DEWAN PENASIHAT :
1. Megawati
Soekarnoputri
2. Airlangga Hartarto
3. A. Muhaimin
Iskandar
4. Surya Paloh
5. M. Romahurmuizy
6. Oesman Sapta
7. Hary Tanoesoedibjo
8. Diaz Hendropriyono
9. Grace Natalie
DEWAN PENGAWAS
1. H.M Jusuf Kalla
2. Try Sutrisno
3. Puan Maharani
4. Pramono Anung
Wibowo
5. H.R. Agung Laksono
6. Dr. Akbar Tanjung
7. K.H. Dimyati Rois
8. K.H. As’ad Ali
9. Siswono Yudo
Husodo
10. Suharso Monoarfa
11. Sidarto Danusubroto
12. Ginanjar
Kartasasmita
13. Laksmana TNI (Purn)
Prof. Dr. Marsetyo
KETUA TIM
KAMPANYE NASIONAL:
1. Erick Thohir
WAKIL KETUA TIM
KAMPANYE NASIONAL
1. Moeldoko
2. Lodewijk F. Paulus
3. H. Abdul Kadir
Karding
49
4. Johnny G. Plate
5. H. Arsul Sani
6. H. Herry Lontung
Siregar
7. Hajriyanto Y.
Thohari
8. Eriko Sotarduga
9. Rosan P. Roeslani
SEKRETARIS TIM
KAMPANYE NASIONAL
1. Hasto Kristiyanto
WAKIL SEKRETARIS
TIM KAMPANYE
NASIONAL
1. Verry Surya H.
2. Ahmad Rofi
3. Raja Juli Antoni
4. Dewi Soeharto
BENDAHARA TIM
KAMPANYE NASIONAL
1. Sakti Wahyu T.
WAKIL BENDAHARA
TIM KAMPANYE
NASIONAL
1. Juliari P. Batubara
2. Jazilul Fawaid
3. Selby Nugraha
Rachman
4. Iwan Bognanto
5. Dudy Purwaghandi
KOORDINATOR
PEMENANGAN PEMILU
PARTAI
1. Bambang DH
2. Rully Chairu Azwar
3. Marwan Jafar
4. Effendi Choirie
5. Dr. Qoyum Abdul
Jabbar
6. Gede Pasek Suardika
7. Rully Soekarta
8. Muhammad Yamin
Tawari
9. Endang Tirtana
50
PENGARAH
TERITORIAL
1. Kepala & Wakil
Kepala Daerah
Koalisi Indonesia
Kerja
JURU BICARA
1. Dr. Ahmad Basarah
2. TB. Ace Hasan
Syadzily
3. H. Abdul Kadir
Karding
4. Irma Suryani
Chaniago
5. Dr. Arief Budimanta
6. Arya Sinulingga
7. Lena Maryana Mukti
8. Deddy Mizwar
9. Ida Fauziah
DIREKTUR PROGRAM
DAN KAMPANYE
1. Aria Bima
2. Pahlevi Pangerang
3. Antonius Doni Dihen
4. Willy Aditya
5. Surya Hadi
6. Benny Ramdhani
7. Chepy T. Wartono
8. Brigjen TNI (Purn)
Herwin Supardjo
9. Daniel Johan
10. Nining Indra Salee
11. Ariza Agustina
12. Syafril Nasution
DIREKTUR KONTEN
1. T.B Fiki Satari
2. Rabin Hatari
3. Karina Tarunawijaya
4. Zelda Safitri
5. Toni Ervianto
DIREKTUR
KOMUNIKASI POLITIK
1. Usman Kansong
2. Putra Nababan
3. Meutya Viada Hafid
4. Ipang Wahid
DIREKTUR INFORMASI
51
& PUBLIKASI
1. Arya Sinulingga
2. Kiki Taher
3. Dwi Badarmanto
4. H. Rusli Effendi
5. Rizky Hidayatullah
6. Ari Djunaedi
7. Sutrisno Iwanton
8. Romanus Sumaryo
9. Nona Evita
10. Ridlwan Habib
11. Neneng Herbawati
DIREKTUR
PENGGALANGAN
PEMILIH M UDA
1. Bahlil Lahaladia
2. G. Adi Kusuma
3. Tsamara Amany
Alatas
4. Guntur Lebang
5. Melisa McKinon
6. Hasanuddin Wahid
7. Kirana Larasati
8. Ahmad Sahroni
9. Afifuddin Suhaeli
Kalla
10. Reza Yahya
Sumendap
11. Diatce Gunungtua
Harahap
DIREKTUR
PENGGALANGAN
JARINGAN
1. Noor Ahmad
2. Mindo Sianipar
3. Faisol Reza
4. Martin Manurung
5. Idy Muzayyad M.Si
6. Djafar Badjeber
7. Misbahul Ulum
8. Lukman Hakim
DIREKTUR
PENGGALANGAN
PEMILIH MILENIAL
1. Ida Fauziah
2. Sri Rahayu
3. Nurul Arifin
4. Mahfudhloh Aly
Ubaid
52
5. Kartini Sahrir
6. Anggia Ermarini
7. Christine Hakim
8. Atikah Makarim
9. Henny Supolo
10. Putih Hasni
11. Salatifah Al Anshori
12. Erlinda
13. Wanda Hamidah
14. Tina Talisa
15. Isyana Bagus Oka
DIREKTUR LOGISTIK &
APK
1. Mayjend. (Purn)
Muktianto
2. Sukur Nababan
3. Bambang Susanto
4. Haires Setiawan
5. Zulnahar Usma
6. Syarifuddin Noor
7. Henry Suparman
8. Marsda TNi (Purn)
Robert S. Marut
9. RR. Astri Nugraini
10. Kenn Bernard
DIREKTUR HUKUM &
ADVOKASI
1. Ade Irfan Pulungan
2. Juri Ardiantoro
3. Christina Aryani
4. Moh. Toha
5. Hermawi Taslim
6. Tanda Perdamaian
7. Pasang Haro
Rajagukguk
DIREKTUR SAKSI
1. Arif Wibowo
2. Darul Siska
3. M. Lukman Edy
4. I Gusti Putu Artha
5. Ach Baidowi S.Sos.,
M.Si
6. Dodi Abdul Kadir
7. Imam Anshori Saleh
8. Armyn Gultom
9. Yusuf Lakaseng
DIREKTUR RELAWAN
1. Maman Imanul Haq
2. Mohammad Yamil
3. Dara Indahwati
53
4. Deddy Yevri H.
Sitorus
5. Putri Kusuma
Wardani
6. Cathy Sharon
7. Mustar Bona Ventura
8. Budi Arie Setiadi
9. Nusyirwan Soejoni
10. Rizal Malarengeng
11. Yanuar Prihatin
Bagdja
12. Iman Adaruqutni
13. Inaz Nasrulloh Zubir
14. Amir Uskara
DIREKTUR
INFLUENCER
1. Dwi Budiantoro
2. Adian Napitupulu
3. Agus Sari
4. Akbar Faisal
5. Arteria Dahlan
6. Adian Husaini
7. Bobby Rizaldi
8. Budiman Sudjatmiko
9. Dedek Prayudi
10. Dito Ariotedjo
11. Eva Sundari
12. Emmy Hafid
13. Henry Saragih
14. Innas Nasrullah
15. Okky Asokawati
16. Prof. Hendrawan
17. Putra Nababan
18. Ruhut Sitompul
19. Maman Abdurahman
20. Misbhakun
21. Martin Manurung
54
22. Maruarar Sirait
23. Nurul Arifin
24. Nafa Urbach
25. Rieke Diah Pitaloka
26. Rian Ernest
27. Sonny Tulung
28. Susi Meilina
29. Tiur Maida Tampubolon
30. Taufik Basari
31. Tina Toon
32. Willy Aditya
33. Yamin Tawari
55
BAB IV
HASIL DATA DAN ANALISIS
A. Strategi Pemenangan Marketing Politik Pasangan Joko
Widodo – Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 Melalui
Program Goyang Jempol
Marketing politik adalah serangkain aktivitas terencana,
strategis tapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan
pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada pemilih.1
Pada dasarnya, marketing politik adalah strategi kampanye
politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu
di dalam pikiran para pemilih. Serangkaian makna politis ini
yang akan mengantarkan pemilih untuk untuk memilih
kandindat yang ada, dimulai dari terbentuk di dalam pikiran
pemilih lalu menjadi orientasi pemilih dalam menetukan
pilihannya.
Pemilihan umum merupakan suatu hal yang menarik
dari segi perspektif marketing, yaitu berlakunya logika
pemasaran dalam dunia politik, yang didasarkan pada
demokrasi yang menjadi syarat kebebasan untuk berkompetisi
di antara para kandindat. Bahwa pada saat belum ada
persaingan atau situasinya belum begitu sulit maka pemasaran
belum atau tidak dibutuhkan. Sebaliknya pada saat banyak
terdapat persaingan yang sulit maka pemarasan menjadi
sangat penting untuk diterpakan.
Menurut Nursal dalam Political Marketing terdapat 9
elemen yang sangat berpengaruh untuk menjalankan stategi
56
dalam meraih suara :1
1. Segmentasi
Segmentasi sangat diperlukan untuk menyusun
program partai, terutama cara berkomunikasi dan
membangun interaksi dengan masyarakat. Tanpa
segmentasi, partai politik akan kesulitan dalam peyusunan
pesan politik, program kerja, kampanye politik, sosialisasi
politik, dan produk politik yang akan disampaikan. Selain
itu produk politik yang disampaikan akan tidak sesuai
sasaran apabila sebelumnya tidak melakukan segmentasi
terhadap kondisi real di masyarakat.
Usaha untuk memperoleh perolehan suara sebanyak-
banyaknya menjadi tujuan dari marketing politik. Dengan
melalui dan mengimplementasikan segmentasi yang baik
berarti partai politik menggunakan metode pendekatan
politik yang berbasis informasi (information based). Di
sini partai politik mencari, menyerap dan mengolah
informasi tentang kondisi yang ada di dalam masyarakat.2
Proses segmentasi juga diterapkan dan dilaksanakan
oleh Tim goyang jempol sebagai upaya pemenangan calon
presiden dan wakil presiden, Joko Widodo- Ma’ruf Amin.
Seperti apa yang diungkapkan oleh Fajar R Zulkarnaen
selaku Koordinator Kampanye Goyang Jempol :
1 Adman Nursal, Strategi Memenangkan Pemilihan Umum
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004)
2 Firmansyah, Marketing Politik (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007)
57
“ini yang menarik dalam proses persiapan dan
penentuan target, karena akan ada pembeda ketika
kita telah mengetahui dengan siapa kita bericara,
dan cara apa yang kita gunakan. Dan sudah jelas
target kita karena ini politik ialah orang-orang yang
telah memiliki hak pilih. Terkhusus kaum mmilenial
yang persentasenya sangat meningkat jika
dibandingkan dengan pilpres sebelumnya.”
Seperti apa yang telah diungkapkan di atas
proses segmentasi Tim Goyang Jempol cukup
sederhana dan mendasar, sasaran yang dituju adalah
masyarakat yang suaranya dihitung dalam pemilihan
presiden 2019.
Targeting atau penetapan jumlah sasaran
adalah memilih salah satu atau beberapa segmen
yang akan dibidik untuk mencapai sasaran objektif.
Pada fase ini, hal yang dilakukan terdiri dari
beberapa step, yang pertama adalah membuat
pengukuran mengenai jumlah dan besaran pemilih.
Populasi masyarakat yang besar merupakan sasaran
target politik yang sangat dicari dan harus didekati,
karena nantinya merekalah yang akan menentukan
siapa yang keluar sebagai pemenang dengan
menyumbangkan suara dan pastinya dengan jumlah
besar.
Pertimbangan yang dilakukan dalam memilih
segmen mana yang akan menjadi target politik
sangat ditentukan oleh dua hal, pertama efek
58
langsung dari segmen politiknya dan kedua adalah
efek pengganda (multi lier effect) yaitu dengan
ikutnya segmen masyarakat tersebut dapat
memperbesar perolehan suara.
Berdasarkan hal tersebut maka Tim Goyang
Jempol memiliki target yang cukup jelas dalam
menjaring suara pada pilpres 2019, seperti yang di
ungkapkan Direktur Komunikasi Politik Tim
Kampanye Nasional, Usman Kansong :
“Target kita sebetulnya jelas, seluruh
masyarakat yang mempunyai hak pilih, namun
jika harus di runcingkan kembali kita
memberikan perhatian lebih kepada generasi
milenial atau pemilih pemula yang kisaran 17
– 25 tahunan. Karena presentasi mereka
cukup besar dan kebanyakan masih bingung
atau dalam istilah kampanye swing vooter
dalam menentukan piihan dan kita giring agar
memilih pilihan yang sama. Dengan apa?
Dengan pendekatan-pendekatan program
yang kita lakukan, baik itu di alun-alun kota
sampai pada pedesaan sekalipun, yang
penting mereka mau dan ingin tahu seperti
apa proyeksi kita kedepan terkhusus dengan
kandidat, ”
59
Seperti apa yang disampaikan di atas bahwa
Tim Kampanye Nasional memberikan perhatian
khusus kepada generasi milenial yaitu pemilih
pemula dan pemilih muda. Diharapkan dengan
kampanye yang dilakukan dengan salah satu
medianya program Goyang Jempol dapat
memengaruhi swing voter yaitu pemilih yang belum
menentukan pilihannya kepada pasangan Joko
Widodo – Ma’ruf Amin.
Seperti apa yang diungkapkan di atas bahwa
target dari kampanye Tim Goyang Jempol adalah:
(1) Demografis : Kelompok pemilih pemula baik
itu laki-laki dan perempuan yaitu orang yang sudah
berumur 17 tahun keatas dan yang mempunyai hak
pilih dari semua kalangan dan profesi.
(2) Geografis : Wilayah yang dituju Goyang Jempol
meliputi alun- alun kota dan desa-desa di Pulau
Jawa.
(3) Psikografis : Orang-orang yang ingin
berinteraksi langsung dengan kandidat, orang yang
belum dan ingin menentukan pilihan.
2. Positioning
Pada sebuah kontestasi politik dalam hal ini
pilpres, akan terbentuk persaingan antar partai
politik yang seyogyanya harus mampu
memproduksi dan menempatkan produk politik
dalam benak masyarakat. Dalam iklim tersebut
60
setiap partai politik haruslah memiliki sesuatu yang
berbeda dibandingkan dengan produk-produk politik
lainnya. Agar menimbulkan masyarakat cerdas
sehingga mampu menentukan pilihan, karena
keseragaman produk dan image akan menyulitkan
masyarakat dalam mengidentifikasi suatu partai
politik dan memunculkan image bahwasanya tidak
ada yang berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh
semua partai politik.
Sesuatu yang berbeda (diferensiasi) perlu
dilakukan dalam positioning politik, karena hal ini
akan memudahkan masyarakat dalam membedakan
produk suatu partai atau kandidat dari produk-
produk yang lainnya, sehingga akan tertanam dalam
benak masing-masing individu.3 Dengan kata lain
positioning merupakan upaya u ntuk menempatkan
image dan produk politik yang sesuai dengan
kelompok pemilih.
Berdasarkan hal tersebut maka Tim Kampanye
Nasional memiliki jenis kampanye yang berbeda
dengan produk politik dan kandidat lainnya, seperti
yang dikemukakan oleh Usman Kasong :
“sebetulnya untuk kampanye saat ini cukup
kontras perbedaannya, ada yang membalut
dengan sara ada yang tidak, kalau kita jelas
meminimalisir irisan dengan hal itu, makanya
kalau kita ada konsep kampanye ceria, dan
61
goyang jempol ini salah satunya, narasi yang
disampaikan bahwa ini pesta demokrasi bukan
perang demokrasi, dan kita atur lebih buttom
up dari bawah keatas, ita hadirkan langsung,
baik bersama kandidat maupun tidak, untuk
hadir ketengah-tengah masyarakat”
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami
bahwa kampanye yang dilakukan Tim Kampanye
Nasional bersifat bottom-up yaitu menerima aspirasi,
masukan, kritik, maupun kegelisahan yang memang
dirasakan langsung oleh masyarakat dan disampaikan
kepada pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin sebagai
pertimbangan dalam pemerintahan ke depannya dengan
hadir langsung ke tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, berbeda dengan kampanye yang
dilakukan oleh pasangan lainnya yang menyampaikan visi
misi maupun janji-janji manis saat berkampanye dan
membalut dengan unsur SARA, pasangan Joko Widodo –
Ma’ruf Amin dalam kampanye melalui Goyang Jempol
terasa lebih dekat dengan masyarakat karena tidak
beririsan dengan SARA, mengangkat budaya dengan
pendekatan musik dangdut.
Positioning ini sangat penting agar tidak tergusur
oleh pesaing yang melakukan hal serupa. Positioning
mutlak harus dilakukan karena hal ini menyangkut image
politik, produk politik, pesan politik, dan membantu
memperkuat pencitraan identitas politik. Kesan positif dan
62
negatif yang muncul dalam benak masyarakat sangat
tergantung pada seberapa bagusnya proses positioning ini.
Gambar 4.1
Lirik Lagu Goyang Jempol
3. Policy
Policy bisa diartikan sebagai solusi yang ditawarkan
kandidat guna mengurut benang kusut beragam
permasalahan yang tersebar di tengah-tengah masyarakat
yang belum dapat diselesaikan. Pada dasarnya policy itu
sendiri hanya berupa janji atau jualan yang dijajakan
kepada calon pemilih agar mereka merasa bahwa kandidat
63
tersebutlah yang paling memahami persoalan mereka baik
dari segi ekonomi, politik, hukum, pendidikan, sosial,
budaya, kesehatan dan lain sebagainya.
Secara ideal, policy yang dijabarkan dalam program
kerja merupakan “jualan” utama kontestan dalam pemilu.
Sebuah partai atau kandidat politik yang berpikir strategis
akan mengelola dengan baik paket policy yang akan
ditawarkan dalam kampanye. Penyampaian policy dapat
dilakukan secara lisan, tertulis bahkan audiovisual.
Bahkan penggunaan logo, jinggel, grafis, slogan, ciri
visual sudah lazim digunakan. Jika identitas ini sering
melekat pada penyampaian policy, maka dengan
sendirinya akan muncul asosiasi bahwa policy tersebut
identik dengan kandidat tersebut. Dalam marketing politik
kebijakan yang ditawarkan kandidat yang memiliki daya
persuasi dalam meneguhkan sikap pemilih disebut strategy
policy atau kebijakan strategis.
Agar efektif, tema-tema yang disusun sebagai
kebijakan strategis harus memenuhi syarat 3A (absorbed,
attractive, attributable).
Adapun penjelasan dari 3A dan penerapannya dalam
kampanye Joko Widodo – Ma’ruf Amin menggunakan
Goyang Jempol, adalah :
a. Attractive
Syarat yang pertama, tema-tema tersebut harus
attractive atau menarik perhatian para pemilih. Syarat
ini menghendaki cara pengucapan, keindahan kalimat
64
dan tampilan visual harus dapat mencuri perhatian
para pemilih.
Seperti yang diungkapkan oleh Fajar
Zulkarnaen:
“secara konsep Goyang Jempol ini kan terdiri dari
beragam kegiatan, mulai dari jingle, senam sampai
pada konser musik itu sendiri, nah berbicara musik
masyarakat selalu identik dengan dangdut dan sesuai
dengan namanya goyang jempol, jadi di setiap
titiknya kita selalu membawa kegembiraan kepada
masyarakat dari segi musik yang kita sajikan dan
beragam konsep unik lainnya. Jadi setiap kita
persiapan untuk kegiatan, pastinya akan selalu
dikerumuni masyarakat dan bukan hanya
kegembiraan, kami juga selalu menyiakan berbagai
merchandise yang selalu kami bagi-bagikan, mulai
dari kaos, topi, kalender dan lain-lain. Bahkan juga
ada kampanye hologram yang memunculkan fisik
beliau (Jokowi-Amin) untuk tempat-tempat yang tidak
memungkinkan kehadiran kandidat langsung”
Bukan hanya pagelaran musik dan tampilan
yang disajikan sehingga mampu menarik minat
masyarakat, namun ada beberapa hal yang juga
menopang Goyang Jempol baik dari pemberian
merchandise, makanan sehat, sampai kepada
kampanye hologram yang dikhususkan untuk tempat-
tempat yang tidak dimungkinkan kedatangan kandidat
secara langsung, mengingat jadwal yang sangat padat
dan luasnya nusantara sampai pada penyerapan
aspirasi secara langsung.
65
Gambar 4.2
Tampilan Fisik Goyang Jempol
Masyarakat mengeluarkan aspirasi mapun
kegelisahan yang dialami secara nyata dan
dikonsultasikan kepada tim Goyang Jempol melalui
aplikasi Jokowi App. Masyarakat seolah-olah sedang
melakukan dialog dan interaksi tanya jawab kepada
Joko Widodo. Seperti apa yang diungkapkan oleh
Bapak Usman Kasong:
“konsep yang kita bawa bukan ah satu arah,
melainkan dua arah, bahkan sampai kepada tempat
yang tidak memungkinkan kehadiran kendidat, kita
juga upayakan sampai tercetus kampanye hologram”
b. Absorsed
Syarat kedua adalah absorsed, yang dapat
diartikan bahwa segala informasi yang disajikan
haruslah mudah diserap dan dipahami oleh caon
pemilih. Pesan harus mudah dicerna, dipahami dan
akhirnya akan teranam dalam benak pemilih sesuai
66
alam pikiran pemilih.
Seperti gagasan yang diciptakan oleh tim
kampanye nasional Joko Widodo – Ma’ruf Amin
dengan slogan “Salam jempol” yang diartikan sesuai
dengan nomor urut kandidat, walaupun tidak sesuai
dengan kebiasaan masyarakat yang menyepakati
bahwa satu identik dengan jari telunjuk. Namun,
jempol dalam hal ini berhasil masuk kedalam benak
masyarakat dan melekat kuat.
Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
Usman Kasong :
“yang tersirat atau non fisik ya salam jempol
itu, karena didaamnya mengandung banyak arti”
Gambar 4.3
Jokowi Memperkenalkan Salam Jempol di RAKERNAS TKN
Surabaya
67
Lain dari pada itu, guna menjawab keragaman
atau heterogenitas yang ada Tim Kampanye Nasional
dalam hal ini Goyang Jempol haruslah memahami
dengan siapa mereka akan berjumpa karena akan
berdampak pada bahasan yang disampaikan, baik
konten maupun teknik penyampaianya, yang jelas
haruslah mudah dicerna oleh masyarakat selaras
dengan apa yang disampaikan oleh Fajar Zulkarnaen :
“semua bahasannya menyesuaikan dengan
tempat dan audiens, seperti halnya ketika kami
di desa-desa narasi yang disampaikan adalah
tentang pertanian, dana desa dan lainnya, tapi
masih sesuai dengan apa yang masyyarakat
rasakan dalam kesehariannya”
c. Attributable
Syarat yang terakhir yaitu Attribute yang
berkaitan dengan reputasi dan identitas kandidat.
Seperti halnya dengan pasangan Joko Widodo –
Maruf Amin yang merepresentasikan pribadinya
sebagai orang yang “bersih”, merakyat dan kerja
nyata. Sehingga seringkali blusukan ke daerah-
daerah yang terpencil sehingga masyarakatnya
masih merasakan diperhatikan oleh negara gna
mendengarkan secara langsung apa keluhan
yang dirasakan tanpa konsep ABS (Asal Bapak
Senang) atau tidak mudah percaya dengan
68
laporanyang disampaikan sehigga diperlukan
pengecekan kembali atau bahkan harus langsung
dilihat dan terlihat yang pada akhirnya
diharapkan membuahkan solusi yang terbaik .
Berdasarkan hal itu lah maka, Tim
Kampanye Nasional melakukan teknik
kampanye dengan mengadaptasi perilaku Joko
Widodo dalam mengatasi masalah. Seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Usman Kasong :
“Goyang Jempol itu sebetulnya hasil dari dialog
mendalam tentang apa kiranya yang mudah
diterima oleh masyarakat, selain itu juga
menyesuaikan dengan kebiasaan pak Jokowi
yaitu merakyat, yang dapat diartikan hadir
langsung ke tengah-tengah masyarat untuk
melihat secara langsung kondisi yang dirasakan
oleh masyarakat dari semua aspek yang ada.”
4. Person
Person (kandidat yang akan dipilih), berisi
tentang cara berpakaian atau berpenampilan dalam
kesehariannya atau pada saat berkampanye,
bagaimana karakteristik pribadi dari kandidat serta
bagaimana kemampuan kandidat tersebut dalam
menyelesaikan pekerjaan atau keorganisasian.
Pencitraan dalam sebuah kontestasi pemilihan
umum adalah sebuah keniscayaan dan bahkan
69
sebuah keharusan, yang dilakukan semata-mata
untuk memberikan informasi dan nilai tambah
seperti apa yang akan dilakukan dalam
kepengurusannya nanti, dan masyarakat bukanlah
ahli perbintangan yang mampu mengetahui masa
depan, sehingga tolak ukur yang digunakan ialah
apa saja yang telah dilakukan kandidat untuk bangsa
dan negara, serta apa saja kebiasaan kandidat dalam
keseharian, menggambarkan seorang pemimpin atau
hanya sebuah boneka yang digerakan.
Penggambaran karakter Joko Widodo yang
dikenal lahir dari masyarakat biasa yang identik
dengan memakai kemeja putih, dekat dengan
masyarakat, mau mendengar, kerja nyata, bersih dari
korupsi, tidak pandang bulu mana kolega mana
kawan lama, jika tersangkut penyelewangan dana
semua sama dimatanya dan juga tidak lupa hobi
blusukan yang tentunya dimanfaatkan dengan baik
oleh tim kampanye nasional. Seperti yang
dikemukakan oleh Usman Kasong sebagai berikut :
“salah satu informasi yang disampaikan
pada program Goyang Jempol adalah
keberhasilan kandidat dalam memimpin
negara selama kurang lebih 4 tahun,
memastikan tidak adanya proyek
pembangunan yang mandek atau bahkan
digerogoti oleh penyakit korupsi, konsisten
70
dengan membangun dari perbatasan
sehingga pemerataan sedikit demi sedikit
mampu dihadirkan oleh pemerintah, hal ini
menjadi salah satu hal penting yang harus
disampaikan bahwasanya diluar pulau Jawa
masih banyak yang harus dilakukan, itu
namanya kerja nyata.”
Gambar 4.4
Tampilan Hologram Jokowi
Penggunaan tema yang diangkat pada tim
kampanye nasional Goyang Jempol pasangan Joko
Widodo – Ma’ruf Amin ini pun disesuaikan dengan
kepribadian yang dekat dan merakyat. Sehingga
penggunaan tema yang ringkas, unik, serta dapat
menggambarkan dengan baik individu yang diangkat
akan semakin meningkatkan citra positif dari
71
kandidat. Seperti yang diungkapkan oleh Fajar
Zullkarnaen, sebagai berikut :
“Dengan tagline Bersih, Merakyat, Kerja
Nyata, memberikan kesan bahwa Jokowi
sudah terbukti nyata hasil kerjanya, bersih
dari praktik korupsi dan merakyat (dekat
dengan masyarakat)”
5. Party
PDI Perjuangan (PDIP) secara resmi
mendeklarasikan pasangan Joko Widodo – Ma’ruf
Amin sebagai pasangan calon presiden dan wakil
presiden tahun 2019-2024 yang diusung partai
tersebut di pilpres tahun 2019. Dalam upaya
memenangkan pilpres pada 17 April 2019, PDIP
menggandeng Partai Golkar, Partai Nasional
Demokrat (NASDEM), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Solidaritas
Indonesia (PSI), Partai Perstuan Indonesia
(PERINDO), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) untuk
berkoalisi dalam menyukseskan pemilihan presiden.
Koalisi partai-partai ini biasa dikenal dengan Koalisi
Indonesia Kerja (KIK).
Koalisi Indonesia Kerja ini pun sering
72
membantu tim Goyang Jempol yang tengah
melaksanakan tugasnya untuk hadir di suatu
wilayah. Ada pun Fajar Zulkarnaen sebagai
Koordinator tim Goyang Jempol menjabarkan
mengenai bantuan yang diberikan partai pendukung
Joko Widodo – Ma’ruf Amin, sebagai berikut :
“pada hakikatnya semua partai pengusung
memberikan bantuan dukungan demi
terselenggaranya Program Goyang Jempol,
saat dijadalkan hadir disebuah wilayah, tim
kampanye daerah akan mengkoordinasikan
dengan berbagai pihak terkait seperti halnya
pihak kepolisian, mobilisasi massa, bahkan
terkadang sampai kepada penginapan”
Lalu ditambahkan oleh Usman Kasong
mengenai dukungan Koalisi Indonesia Kerja,
sebagai berikut :
“secara garis besar partai pasti membantu
bukan hanya di program goyang jempol
akan tetapi secara keseluruhan semua
agenda relawan sudah barang pasti dibantu
dengan Koalisi Indonesia Kerja di setiap
tingkatan wilayahnya baik DPC atau DPD”
Berdasarkan penjabaran di atas dapat
disimpulkan bahwa setiap program Goyang Jempol
73
singgah di suatu wilayah untuk melaksanakan
kampanye, birokrasi yang harus diurus sebelumnya
seperti penetapan lokasi kampanye, perizinan
tempat, parkir kendaraan, maupun mengurus tempat
istirahat pun diurus oleh Dewan Pimpinan cabang
(DPC) dari partai koalisi Joko Widodo – Ma’ruf
Amin. Bahkan upaya untuk menarik minat
masyarakat dengan upaya mobilisasi massa dan
memberikan souvenir pun dilakukan oleh partai
koalisi Indonesia Kerja yang berada di wilayah itu.
Gambar 4.5
Bantuan Relawan Daerah Pendukung Joko Widodo – Ma’ruf Amin
Namun bantuan mereka hanya sebatas itu,
untuk proses acara maupun materi yang
disampaikan pada saat kampanye merupakan hak
penuh dari tim Goyang Jempol. Tim koalisi
membantu namun tidak ikut campur dalam proses
acara yang sudah ditetapkan tim Goyang Jempol.
74
6. Presentation
Sebuah bentuk penyajian produk politik yang
bertujuan untuk menginformasikan pesan-pesan
politik. Namun dalam marketing politik presentasi
bukan hanya sebagai media penyampai pesan, lebih
dalam dari itu kita harus memperhatikan cara
penyampaian dan presentasi juga merupakan bagian
dari produk politik itu sendiri, perbedaan cara
presentasi atau penyampaiannya akan menghasilkan
makna politis yang juga berbeda.
Sudah hal pasti, bahwa presentasi tidak bisa
dipisahkan dari muatan intinya yang berupa pesan-
pesan dari sebuah produk politik. Muatan tersebut
disampaikan dengan menggunakan media tertentu
dengan presentasi yang efektif serta ditunjang
dengan simbol-simbol tertentu. Penyampaian
muatan dengan menggunakan simbol dimaksudkan
agar substansi yang disajikkan dapat menarik
perhatian lebih, mudah dipahami dan mengandung
muatan emosi.
Penggabungan nama yang telah ditentukan
oleh Tim Kampanye Nasional berupa Jokowi –
Amin, berasal dari penggabungan nama pasangan
yaitu, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Melalui
penggabungan nama ini diharapkan masyarakat
akan lebih mudah mengingat nama pasangan.
75
Begitupun dengan penggambaran nomor urut calon
yang mendapatkan nomor urut 01 dari Komisi
Pemilihan Umum (KPU) dan digambarkan jempol
yang identik dengan hal-hal yang baik dan biasanya
digunakan untuk mengekspresikan bentuk goyangan
yang diiringi dengan alunan musik dangdut.
Selain itu dalam menggambarkan bentuk fisik
kandidat Tim Kampanye Nasional dalam hal ini Tim
Goyang Jempol tidak menggunakan foto pada
umumnya, melainkan langsung dibuat hologram
Jokowi – Amin sehingga masyarakat mampu
merasakan kehadiran langsung pasangan calon.
Penggambaran ini dimaksudkan agar mampu lebih
menarik perhatian kaum milenial yang identik
senang dengan hal-hal kreatif.
Kalimat yang diangkat sebagai tagline juga
menggambarkan kondisi dari pasangan calon, yaitu
“Bersih, Merakyat, Kerja Nyata” yang ditulis
dengan tinta hitam berpaduan dengan background
putih ditambahkan dengan icon siluet Jokowi yang
sedang mensingsingkan lengan baju menjelaskan
bahwa pasangan ini bersih dari korupsi, dekat
dengan rakyat, dan mampu menyelesaikan program
kerjanya secara nyata bukan hanya gimmick semata.
Adapun outfit Jokowi pada pilpres 2019 cukup
berbeda dengan pilpres 2014 lalu, yang biasanya
identik dengan kemeja kotak-kotak khas wong cilik,
76
saat ini Jokowi selalu menggunakan kemeja putih
dan Ma’ruf Amin lengkap dengan sarung, sorban
dan kopiahnya. Hal ini menggambarkan bahwa
adanya perpaduan lengkap antara figur nasionalis
dengan figur agamis yang akan memunculkan
keseimbangan didalamnya. Selain itu putih
menggambarkan bahwa tidak ada niat lain untuk
lima tahun kedepan selain mengabdikan diri secara
ikhlas untuk kepentingan bangsa dan negara.
Gambar 4.6
Presentasi Goyang Jempol di Bekasi
7. Pull Marketing
Pull marketing adalah teknik penyampaian
pesan melalui media, baik media internet, media
baru, maupun media luar ruangan. Teknik ini
sebenarnya sudah digunakan oleh kedua pasangan
calon, hanya saja packagingnya yang berbeda dan
masing – masing memiliki kekhasannya tersendiri
77
yang menitikberatkan pada image atau citra produk
politik tersebut.
Berkut adalah media penyampai pesan yang
dilakukan tim kampanye nasional :
a. Media Sosial
Dewasa kini peranan media sosial dirasa
cukup kuat untuk mendompleng suara atau
mempengaruhi calon pemilih, hal ini
dirasa karena pemilih akan lebih mudah
mendapatkan informasi tentang Joko
Widodo – Ma’ruf Amin, akses dan
perkembangan teknologi yang juga ikut
mendorong dan menjadikan media sosial
sebagai salah satu jalan yang terbaik.
Melalui media sosial ini pertukaran
informasi dan berinteraksi antar sesama
pembaca, relawan hingga kepada
pengelola media sosial tersebut.
Media sosial yang dimiliki oleh Tim
Kampanye Nasional :
a) Website : www.01jokowiamin.id
b) Fanpage Faceebook :
https://www.facebook.com/jokowi.
amin/
78
Gambar 4.7
Tampilan Facebook Jokowi - Amin
c) Twitter : @jokowiamin01
Gambar 4.8
Tampilan Twitter Jokowi – Amin
79
d) Instagram : @Jokowi.Amin
Gambar 4.9
Tampilan Instagram Jokowi - Amin
e) Youtube :
https://www.youtube.com/channel/
jokowiamin
Gambar 4.10
Tampilan Youtube Jokowi - Amin
80
Media sosial digunakan ntuk penyebaran
semua informasi seputar pemilihan presiden, baik
kegiatan keseharian kandidat, berita-berita terkini,
jadwal kampanye Goyang Jempol, Visi Misi, dan
sebagainnya. Media sosial juga berdampak pada
usaha mobilisir massa di setiap lokasi kampanye.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Usman
Kasong :
“dipilpres kemarin sebetulnya kita masih
menggunakan teknik yang sebelumnya ya,
terkhusus media, kita menggunakan semua
media yang ada baik online macam
whatsapp group, instagram, facebook,
twitter, youtube dan lainnya. Tim kita
selalu bekerja ekstra baik untuk branding
maupun counter informasi miring seputar
calon. Ya semua informasi kita sampaikan
disana, dari jadwal kampanye, mau itu
goyang jempol atau program-program
lainnya kita publish semuanya. Ya sedikit
banyak membantu konsolidir massa
disetiap titiknya.”
b. Media Luar Ruangan
Media konvensional ini juga tidak kalah
banyak digunakan dalam kampanye TKN
Goyang Jempol karena dapat langsung
81
menarik perhatian masyarakat, dari yang
dipungut biaya dalam pemasangan sampai
yang free tidak dipungut biaya apapun,
namun tetap harus sesuai dengan
peratuaran yang telah ditetapkan oleh
KPU. Adapun media luar ruang yag
digunakan oleh Tim Kampanye Nasional
Program Goyang Jempol seperti, baliho,
banner, spanduk dan lainnya.
Media konvensional ini pun banyak
digunakan dalam kampanye Tim Goyang
Jempol karena dapat langsung menarik
perhatian masyarakat, ada sebagian yang
tidak di pungut biaya, sehingga dalam
pemasangan dapat di mana-mana namun
harus sesuai dengan aturan dari KPU.
Media luar ruang yang digunakan dalam
kampanye tim Goyang Jempol seperti
spanduk, banner dan baliho.
Iklan mempunyai pengaruh
terhadap preferensi pilihan khususnya bagi
pemilih yang menerapkan pilihannya pada
saat-saat terakhir. Hal0hal yang mampu
mempengaruhi referensi tersebut adalah
informasi citra dan tingkat awareneess para
pemilih terhadap kandidat. Pemilih yang
keterlibatannya dalam dunia politik rendah
82
lebih mudah dipengaruhi oleh iklan politik
dibandingkan pemilih yang keterlibatan
politikya rendahan
8. Pass Marketing
Pemasaran produk politik menjadi lebih
komplek karena melalui orang ata kelompok
berpengaruh yang mampu mempengaruhi opini
pemilih. Kita dapat mengelompokan orang-orang
yang dapat memperngaruhi (influencer) berdasarkan
aktifitas yang mereka lakukan :
a. Influencer Aktif
Influencer aktif adalah perseorangan atau
kelompok yang melakukan kegiatan secara aktif di
sosial media dan memiliki jumlah pengikut yang
cukup banyak sehingga mampu mempengaruhi
orang lain. Pesan-pesan yang disampaikan bisa
secara halus (tersirat) bahkan terang-terangan
untuk mengarahkan pemilih agar mau memilih
atau tidak memilih kontestan lain dengan beragam
narasi yang disampaikan.
Dalam hal ini Tim Kampanye Nasional Program
Goyang Jempol menggunakan influencer aktif
yang sejalan dan se-visi dengan pasangan calon
Jokowi-Amin sehingga kehadiran mereka
membantu proses penyampaian informasi,
penguatan dan penambahan vooters untuk
83
pasangan calon Jokowi – Amin. Biasanya yang
berdiri menjadi influencer aktif ialah relawan
pasangan calon.
Seperti yang dikemukakan oleh Fajar R
zulkarnaen, yaitu :
“disetiap agende kampanye Goyang Jempol
semua relawan saling membantu menyebarkan
informasi, semuanya apapun yang berhubungan
dengan pemenangan, karna kan kita kan ada
groupnya ya, terkhusus relawan ProJo (Pro
Jokowi) disetiap daerahnya, kita selalu saling
membantu”
b. Influencer Pasif
Influencer pasif merupakan seorang atau
kelompok yang tidak mempengaruhi secara aktif,
tapi menjadi rujukan para pemilih. Karena para
pemilih merasa memiliki satu passion yang sama
dengan idolanya sehingga apapun yang di
sebarkan olehnya akan langsung diserap oleh
pengikutnya. Seperti halnya selebriti, tokoh-tokoh,
pimpinan organisasi, komunitas dan lainnya yang
tidak masuk kedalam struktural tim pemenangan.
Dalam hal ini Tim Goyang Jempol bekerjasama
dengan influencer yang berasal dari pejabat
disetiap tingkatan ataupun seorang selebritis
(public figur)
Dalam hal ini Tim Goyang Jempol bekerjasama
84
ataupun memanfaatkan influencer yang berasal
dari kalangan public figur, selebritis, musisi dan
kepala daerah di setiap tingkatannya, terkhusus
kepala daerah mereka bergerak halus,
memberikan statement-statement yang mengarah
pada satu pasang calon. Begitupun musisi yang
sudah searah dengan pasangan calon, seperti
Slank misalnya salah satu legenda dalam dunia
musik tanah air yang memiliki jumlah massa
yang sangat banyak disetiap kalanganya
memberikan domplengan suara yang cukup
besar karena memang fans mereka akan
menyesuaikan apa yang idolanya
pilih. Dari kalangan selebritis seperti halnya
pilpres 2014 silam, pada hari – hari terakhir
kampanye Sherina Munaf memposting di akun
twitternya memantapkan diri memilih satu
pasang calon yaitu Jokowi – Jk. Eperti halnya
saat itu, pergulatan pilpres 2019 juga
menggunakan cara – cara yang sama
memanfaatkan selebritis untuk mengarahkan dan
memantapkan kepada satu pasang calon Jokowi
– Amin, ada Tina Toon, Ernest Prakasa, Arie
Kriting, Andre Taulani, Raffi Ahmad, dan
beberapa selebritis lainnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Usman Kasong, yaitu:
“Kemarin kita pake influencer, ada Ria Ricis yang
85
followersnya banyak, Ika Koeswoyo, Tina Toon, Oki
Asukawati, Adian Napitupulu, Budiman Sudjatmiko.
Ada yang sendirian tidak kita organisir, seperti
Tompi, mereka individu aja, suka sama Jokowi,
seperti kemarin (2014) Sherina itu kan engga kita
suruh, dia aja kesadaran sendiri, Sherina bukan
bagian dari tim kampanye, tidak masuk dalam
influencer, tapi dia nge tweet dan pengaruh dia itu
tinggi. Jadi waktu itukan para milenial belum
menentukan pilihan di akhir-akhir, dengan nge
tweetnya Sherina, followersnya banyak, Sherina itu
ikut itu loh udah kita ikut ajalah, begitupun dengan
kemarin sama, cuman penyebaranya tersebar
sehingga impactnya menyebar jadi engga ada yang
luar biasa, dulu Sherina itu impactnya luar biasa,
tapi di 2019 tersebar dimana mana, di Ria Ricis,
Tompi, Rian Ernest, dan lain – lain, jadi engga ada
yang luar biasa menonjol dan untuk tahun ini ada
100 orang lebih influencer yang terkoordinir
dibawah saya..”
9. Push Marketing
Push Marketing adalah teknik kampanye yang
lebih bersifat personal. Para kandidat
menyampaikan produk-produk politiknya secara
langsung, memberikan sentuhan personal dengan
pemilih disetiap proses kampanyenya.
Membutuhkan lebih banyak cost didalamnya dan
86
terkesan lebih rumit, namun memiliki dampak yang
positif disebagian kalangan.
Sentuhan secara langsung dengan pemilih
dapat melalui event-event tertentu, seperti halnya
konser musik, senam sehat, pawai, konferensi, dan
lainnya. Sehingga mampu memberikan kesan yang
mendalam kepada pemilih.
Tim Goyang jempol juga telah membuat event
yang terdapat interaksi langsung antara pemilih
dengan pasangan calon Jokowi – Amin untuk
menarik minat masyarakat dan mampu
mendompleng suara untuk pasangan calon. Seperti
yang dikemukakan oleh Bapak Fajar Zulkarnaen,
sebagai berikut :
“di konser putih kemarin seluruh Tim
Kampanye Nasional beserta pasangan calon
hadir langsung menyapa masyarakat,
banyak sekali kegiatanya salah satunya
Goyang jempol”
Dengan dilakukannya interaksi secara
langsung oleh Joko Widodo dalam kampanye yang
dilakukan Tim Kampanye Nasional dapat memberi
kesan tersendiri di benak masyarakat. Di mana Joko
Widodo turut serta berjoget Goyang Jempol bersama
seluruh simpatisan.
87
Gambar 4.11
Tim Goyang Jempol Memimpin Simpatisan & Pendukung Jokowi Amin di
konser putih GBK
B. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Goyang
Jempol Pada Kampanye Pilpres 2019
Berdasarkan kampanye yang sudah dilakukan Tim
Kampanye Nasional pada program Goyang Jempol
selama masa kampanye, yaitu 24 Maret sampai dengan
13 April 2019 dapat di evaluasi bagaimana kelebihan
dan kekurangan dari kampanye ini menurut marketing
politik yang terjun langsung dalam proses kampanye.
1. Kelebihan
Penyampaian secara langsung dan personal
diharapkan mampu memenuhi keinginan masyarakat
dan menampung aspirasi, keluh kesah, harapan
untuk Indonesia lima tahun mendatang, dengan
konsep paket lengkap yang dihadirkan mulai dari
88
senam sehat, Panggung Hiburan sampai kepada
Jokowi hologram sehingga terbangun kepercayaan
dari pemilih dan menghadirkan konsep baru. Seperti
yang dikemukakan oleh Fajar R zulkarnaen :
“kalo kelebihannya kita aga bingung ya
karena merasa lebih banyak kekurangannya,
tapi jika mengarah pada kelebihan kita
sampaikan bahwa program ini langsung hadir
dan berusaha masuk ketengah-tegah
masyarakat, menjangkau semua, dengan
konsep yang tadi kita sampaikan memberikan
kesan yang positif untuk calon.”
Berikutnya, dengan kampanye Goyang Jempol
yang sebenarnya mengangkat tema kampanye ceria,
menolak negative campaign & black campaign yang
selalu hadir dalam setiap moment pemilihan umum,
bukan membangun tapi justru merusak pesta
demokrasi itu sendiri dan sangat berpotensi
membelah masyarakat bukan hanya pada saat
pemilihan namun bisa sampai pada kehidupan
bertetangga. Atas dasar itu kampanye ceria goyang
jempol dihadirkan dengan paket lengkap dari dialog
dua arah, panggung hiburan, senam sehat, dan
kegiatan pelengkap lainnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Usman Kansong :
“Program ini bisa dibilang paket komplit ya
89
karena semuanya ada disini, dari yang sehat-
sehat, yang menghibur, yang mengedukasi
sampai pada konsep baru yang belum pernah
digunakan oleh tim-tim lainnya, Jokowi
hologram itu dan pastinya tidak memecah
belalh, kita membawa kampanye ceria bukan
menghadirkan ketegangan”
Selain itu ada juga hal baru yang bahkan
belum digunakan oleh tim kampanye di Indonesia
yaitu dengan menggunakan metode hologram,
yang juga cukup berdampak dan masih menjadi
satu kesatuan dengan program ini, digunakan untuk
menyapa pendukung, simpatisan dan masyarakat
secara luas terkhusus di tempat – tempat yang
belum sempat atau bahkan ketik a kandidat
berhalangan hadir.
2. Kekurangan
Adapun kekurangan yang terdapat dalam
program Goyang jempol ini adalah masih belum
terlaksana di setiap provinsi di Indonesia baru di
beberapa titik terkhusus di pulau Jawa dan beberapa
di pulau Sumatera. Seperti yang disampaikan oleh
Usman Kansong :
“namanya kan Tim Kampanye Nasional, jadi
memang sudah seharusnya kita hadir disetiap
daerah – daerah, tapi untuk goyang jempol
90
sendiri belum hadir di semuannya, yang
tersiar hanya salam jempolnya saja yang
memang sudah wajib disiarkan oleh semua.”
Hal senada disampaikan juga oleh Koordinator
Goyang Jempol Fajar Zulkarnaen, Goyang Jempol
baru sampai di pulau Jawa, dikarenakan di beberapa
titik tiap TKD menggunakan teknik lainnya selain
itu juga keterbatasan personil dan logistik yang juga
cukup menghambat persebaran program.
“sebetulnya bukan hanya personil dan
logistik ya, tapi kita kan ikut perintah saja,
dan tidak semua TKD menghendaki adanya
goyang jempol.”
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi marketing psinolitik pemenangan pasangan Joko
Widodo – KH. Ma’ruf Amin menggunakan program
Goyang Jempol menggunakan 9 elemen yang sangat
berpengaruh dalam meraih suara.
a. Pertama melakukan segmentasi terhadap kondisi real
di masyarakat dan memilih target yang akan dibidik.
Dalam hal ini sasaran utama program Goyang Jempol
adalah pemilih pemula, pemilih muda, dan swing
voter yaitu pemilih yang belum menentukan
pilihannya untuk memilih pasangan Joko Widodo –
KH Maruf Amin .
b. Kedua adalah positoning, yaitu menempatkan produk
politik dalam benak masyarakat. Diferensiasi dinilai
penting untuk membedakan suatu produk dengan
produk lain. Begitu pun yang dilakukan tim Goyang
Jempol yang menggunakan teknik kampanye bottom –
up yang lebih bersifat dialog bila dibandingkan
dengan kandidat lain yang menggunakan teknik
kampanye satu arah.
c. Ketiga adalah policy, berisi solusi yang terdapat di
tengah-tengah masyarakat. Agar lebih efektif dibuat
92
kebijakan strategis yaitu absorbed, attractive, dan
attributable. Dalam menarik perhatian pemilih
(attractive) tim goyang jempol membuat tampilan
fisik goyang jempol membuat panggung rakyat,
dengan konsep kampanye ceria tanpa ada unsur
SARA didalamnya, agar lebih mudah diserap
(absorsed) tim goyang jempol menggunakan gagasan
“salam jempol”, dan attributable yang berkaitan
dengan reputasi dan identitas kandidat. Dalam hal ini
tim goyang jempol merepresentasi kandidat sebagai
orang yang bersih dari korupsi, rekam jejak pekerjaan
baik dan tuntas, serta berangkat dari masyarakat dan
peduli milenial‟.
d. Keempat adalah person, menitik beratkan pada
penampilan dankarakter yag dibangun. Pada program
goyang jempol melalui Jokowi Hologram identik
dengan kemaja putih, singsingan lengan baju,
sneakers, trandy. Sehingga penggambarannya
menunjukan bahwa beliau dekat dengan masyarakat
terkhusus milenial, peduli kaum muda, kerja nyata
dan bersih.
e. Kelima adalah party. Pada pilpres 2019 pasangan
Joko Widodo – Ma’ruf Amin didukung oleh partai
pendukung yaitu PDI P, Golkar, Partai Nasional
Demokrat (NASDEM), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Solidaritas Indonesia (PSI),
93
Partai Perstuan Indonesia (PERINDO), Partai Bulan
Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia (PKPI). Dalam melaksanakan kampanye
peran partai pendukung sangat membantu tim goyang
jempol dalam melaksanakan program. Jenis bantuan
dari partai pendukung di masing-masing daerah
seperti birokrasi yang harus diurus, penetapan lokasi
kampanye, perizinan tempat, parkir kendaraan, tempat
istirahat, maupun upaya dalam memobilisasi massa.
f. Keenam adalah presentation. Dalam penyajian produk
politik tim goyang jempol menggunakan
penggabungan nama Jokowi – Amin agar lebih
mudah dalam mengingat nama pasangan.
Menggunakan Jokowi hologram yang dimaksudkan
agar lebih kekinian, berbeda, dua arah dan dekat
dengan kaum muda yang senang dengan hal-hal
baru. Serta menggunakan tagline “Bersih, Merakyat, Kerja
Nyata” yang memiliki arti bahwa bahwa Jokowi - Amin
bersih dari korupsi, dekat dengan rakyat, dan mampu
menyelesaikan program kerjanya secara nyata bukan hanya
gimmick semata.
g. Ketujuh adalah penyampaian pesan melalui media
(pull marketing). Media yang digunakan dalam tim
goyang jempol berupa media luar ruang (spanduk, sticker,
pamflet, banner, dan jurnal) dan media sosial (website,
twitter, facebook, Instagram dan youtube)
h. Kedelapan adalah pass marketing, yaitu pihak-pihak
yang berpengaruh besar terhadap para pemilih. Saat
94
kampanye tim goyang jempol yang menjadi
influencer aktif adalah relawan-relawan pemenangan
Joko Widodo – Ma’ruf Amin di daerah, contohnya
PROJO (Pro Jokowi). Sedangkan influencer pasif
berasal dari kalangan artis (influencer) seperti slank.
i. Kesembilan adalah push marketing. Diperlukan
interaksi yang lebih personal melalui sentuhan secara
langsung dengan pemilih. Tim goyang jempol, Tim
Kampanye Nasionall, Simpatisan dan pendukung
sempat berinteraksi langsung dengan kandidat yang
dikampanyekan, yaitu Joko Widodo pada saat konser
akbar putih bersatu di Gelora Bung Karno. Hal
tersebut bertujuan untuk menarik perhatian
masyarakat dan memberi kesan mendalam.
2. Kelebihan dan kekurangan penggunaan goyang jempol
pada kampanye pilpres 2019.
a. Kelebihan
Dengan melakukan teknik kampanye yang
dilakukan tim goyang jempol diharapkan dapat
mempengaruhi sisi afektif (perasaan) dari masyarakt
bahwa aspirasi mereka telah di dengar dan diapresiasi.
selain itu juga, kampanye ini dapat menjangkau
tempat-tempat yang biasa didatangi masyarakat,
sehingga mampu berinteraksi sesuai kehidupan nyata
di masyarkat. Strategi kampanye menggunakan
goyang jempol terkhusus dengan Jokowi hologram
pun merupakan strategi kampanye yang baru, karena
95
berupa percakapan sehingga informasi tidak satu arah
melainkan bersifat dialog dan sebagai bentuk respon
atas lemajuan teknologi.
b. Kekurangan
Kekurangan yang dihadapi tim goyang jempol
adalah masih terfokus di Pulau Jawa belum mencakup
Indonesia secara keseluruhan, keterbatasan personil
tim goyang jempol serta kurangnya asupan logistik
yang diberikan, sehingga sauvenir yang dibawa tidak
sesuai dengan jmlah massa yang hadir.
B. Saran
1. Kampanye menggunakan konsep ceria yang diusung tim
goyang jempol sudah baik. Namun, mengingat
masyarakat yang memiliki hak pilih tidak hanya berada
di Pulau Jawa sebaiknya kampanye ini juga dilakukan di
seluruh Indonesia. Sehingga aspirasi dari masing-masing
daerah pun dapat tertampung dengan baik.
2. Pengelola akun sosial media sebaiknya memperhatikan
jadwal dan lokasi kampanye yang dilakukan tim goyang
jempol. Karena penggunaan sosial media cukup
berpengaruh dalam memobilisasi massa.
3. Dibutuhkan koordinasi yang baik antara partai
pendukung yang berada di Dewan Pimpinan Cabang
(DPC) dengan relawan daerah sebelum tim goyang
jempol melakukan kampanye di daerah tersebut.
96
C. Rekomendasi Penelitian
Untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan
pendekatan kuantitatif untuk melihat efektivitas kampanye
yang dilakukan pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin pada
pilpres 2019 menggunakan goyang jempol dan jenis strategi
kampanye apa yang cukup efektif dalam menjaring suara dari
masyarakat.
97
DAFTAR PUSTAKA
Nursal, Adman. Strategi Memenangkan Pemilihan Umum.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004.
Heryanto, Gun gun. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. 2011.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. 2004.
Hariyono. membangun Negara Hukum yang Bermartabat,
Malang: Setara Press. 2013.
Gaffar, Jenedri. Demokrasi Konstitusional, Jakarta: Konstitusi
Press). 2012.
Dwiyatmi, Sri Harini dkk. Pendidikan Kewarganegaraan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.
Handayani, Sri Niken. Strategi Pemenangan Faisal – Biem
Dalam Pemilukada Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012,
Jurnal Ilmu Pemerintahan Universitas Diponogoro,
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. 2013.
Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2007.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Alfabeta. 2010.
Butterick, Keith. Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik.
Penerjemah Nurul Hasfi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2012.
Ruslan Rosady, Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relation.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007
, Manajemen Public Relations dan Media:
Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. 2006.
98
Uchjana, Onong Effendy, Dinamika Komunikasi. Bandung : PT.
Remaja Rosadakarya. 1992.
Sandra, Oliver. Strategi Public Relation. London : KOGAN
PAGE LTD. Penerjemah Sigit Purwanto, S.S. 2001
Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam dan
Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta. 2009.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politik, Konsep, teori, dan Strategi.
Jakarta. Raja Grafindo. 2009.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama. 2008.
Kristina, Jurnal Dinamika (Jurnal, Fakultas Ilmu sosial dan
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2005.
Pawito. Komunikasi Politik : Media Massa dan kampanye
pemilihan. Jogjakarta : Jala Sutra. 2009.
Firmansyah, Marketing Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
2007.
UU. No. 10 Tahun 2008.
Internet :
Rudi Alsadad, “Ini 4 Faktor yang Dianggap Jokowi jadi “Kunci”
Taklukan Prabowo,” Jakarta : Kompas.com
https://nasional.kompas.com/read/2014/08/04/07075841/Ini.4.Fak
tor.yang.Dianggap.Jokowi.Jadi.Kunci.Taklukkan.Prabowo
diakses pada 28 Juni 2019 pukul 20.30 WIB.
Jordan Rey, “Melihat Lagi Salam Jempol yang Diperkenalkan
Jokowi,” Jakarta : Detik.com
https://news.detik.com/berita/d-4495293/melihat-lagi-
salam-jempol-yang-diperkenalkan-jokowi diakses pada 28
Juni 2019 pukul 21.00
Putri Matau, Media : Kampanye Pemilu Sebagai Komunikasi
Politik.
http://media.kompasiana.com/new-
media/2013/10/31/media-kampanye-pemilu-sebagai-
komunikasi -politik-603954.html
99
LAMPIRAN
101
PEDOMAN WAWANCARA
1. Umum
Apakah makna filosofis yang terkandung dalam logo TKN
Jokowi – Amin?
Mengenai salam jempol yang digunakan oleh TKN, adakah
maksud dan tujuan dari salam tersebut?
Dalam penentuan program kampanye (Goyang Jempol),
aspek apa saja yang diperhatikan oleh Tim TKN?
Musik bisa dibilang menjadi salah satu media pemersatu,
apakah karena hal ini sehingga TKN mengambil musik /
konser (goyang jempol) sebagai salah satu program
kampanye pemenangan?
Apakah program Goyang Jempol menjadi salah satu kunci
pemenangan pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin?
Indikator apa saja yang menjadi kunci dari pemenangan TKN
pada PILPRES 2019?
Apasaja kelebihan dan kekurangan dari kampanye
menggunakan program goyang jempol?
2. Segmentasi
Apakah sebelum melakukan program goyang jempol
dilakukan klasifikasi terhadap masyarakat yang dituju?
Apakah ada segmen masyarakat tertentu yang dituju
dari program goyang jempol? (pendidikan, usia,
kelas sosial tertentu)
Apakah cara komunikasi dan interaksi dibedakan antar tiap-
tiap daerah tertentu?
Apakah pesan politik yang disampaikan disesuaikan
102
dengan segmentasi masyarakat?
3. Positioning
Apa yang menjadi pembeda dari kampanye Joko Widodo
– Ma’ruf Amin dengan kandidat lainnya?
Agar langsung masuk di benak masyarakat ada strategi yang
dilakukan?
Adakah upaya dari program goyang jempol untuk
memberikan kesan positif untuk memperkuat
didentitas kandidat yang diusung?
4. Policy
a. Atraktif :
Bagaimana teknik awal yang dilakukan program
goyang jempol untuk menarik perhatian khalayak saat
kampanye? (MC, bagi-bagi kaos, pasang jingle keras-
keras, dll)
Apakah ada tampilan visual, kalimat, jingle yang
mencuri perhatian masyarakat?
b. Absorbed
Bagaimana cara yang dilakukan dari program goyang
jempol agar pesan kampanye dan visi misi mudah
dipahami dan diterima di masyarakat?
c. Atribut
Apakah penggunaan tema dan visi misi sesuai dengan
rekam jejak Joko Widodo – Ma’ruf Amin?
(contoh: Jokowi peduli terhadap kaum Millenial)
5. Person
103
Apa yang mau diangkat dari figur Joko Widodo – Ma’ruf
Amin?
(segi tampilan, representasi kaum millenial, sifat, atau
ada ciri-ciri khusus yang ditampilkan untuk pencitraan)
6. Party
Apa saja dukungan dari partai koalisi pengusung Joko
Widodo – Ma’ruf Amin ketika berlangsungnya masa
kampanye, program goyang jempol?
Apa saja cara-cara yang dilakukan partai untuk mengusung
kandidat? (mobilisasi massa, memberitahukan bahwa akan
ada kedatangan program goyang jempol, dll)
7. Presentation
Bagaimana pengemasan produk? (penggabungan nama
Jokowi – Amin, pembuatan tagline, ciri khas baju putih-
putih dll)
8. Pull Marketing
Media apa saja yang digunakan dalam proses
kampanye? (brosur, jurnal, youtube, twitter, dll)
Apa media andalan dari program goyang jempol?
9. Pass Marketing
Adakah pihak-pihak luar yang secara aktif ikut
membantu kampanye program goyang jempol?
Adakah tokoh penting/artis yang tidak aktif
membantu tapi bisa menjadi rujukan pemilih?
10. Push Marketing
104
Adakah kesempatan langsung Joko Widodo – Ma’ruf
Amin ikut kampanye bersama dengan program
goyang jempol?
105
Nama : Usman Kasong
Lokasi : Starbuck Margociti Margonda
Tanggal : 11 November 2019
Durasi Wawancara: 86 Menit
TRANSKRIP WAWANCARA
T : sebelum masuk ke konsep dan strategi kampanye kemarin
2019, boleh kita mulai dari logo, kiranya makna filosofis apa
yang terkandung dalam logo TKN Jokowi – Amin dari mulai
warna yang dipadukan dan lainya?
J : Logo itu sebetulnya cukup simpel ya, pertama kita
mengangkat kampanye ceria, menolak segala bentuk black
campaign ditambah kan image masyarakat kalo yang
namanya kampanye pilpres itukan sudah pasti masyarakat
terbelah a dengan b karena itu kita menagngkat kampanye
ceria digambarkan dengan penuh ragam warna yang berpadu
menjadi satu kesatuan, selain itu paduan warna tersebut juga
melambangkan beragam dukungan yang mengalir ke
pasangan calon, baik partai dengan ragam corak warna,
masyarakat, elemen-elemen lainnya juga, ditambah dengan
keragaman masyarakat Indonesia dari segi bahasa, suku,
agama, itu yang pertama. Kedua angka satu menjelaskan
nomor urut yang diberikan, ketiga tulisan Jokowi – Amin
hanya mempertegas bahwa yang dicalonkan adalah Bapak
Joko Widodo & KH. Ma’ruf Amin.
T : Yang cukup iconik dari kampanye kemarin jika dilihat oleh
masyarakat adalah salam jempol yang digunakan oleh TKN,
106
nah kiranya ada maksud yang terkandung atau pesan yang
ingin disampaikan dari salam tersebut?
J : Kita kan dapet nomor satu, lalu kita mikir apa yang bagus
dari nomor satu kemarenkan waktu nomor dua salam dua
jari, nomor satu terus apa? Kalo begini aja biasa
(mengacungkan jari telunjuk) akhirnya kemudian di
kampanye kalau ga salah itu di Sumatera Selatan tapi perlu di
cek lagi sih, di sumatera selatan itu pak Jokowi melaunching
salam jempol waktu itu sambil kita memperaktekan. Jadi itu
karena kita nomor satu, apa yang menarik orang yang
berbeda dengan angka satu, ya itu salam jempol itu, yang
maksudnya kalau ketemu sama pendukungnya Jokowi
salamannya begini (mengangkat kedua jempol) waktu
dikampanye itu sering sekali dipraktekan, waktu itu masih
diruang tertutup. Kemudian tagline kita itukan Indonesia
Maju, yang kedua jempol itukan artinya hebat, bagus
gitukan, jempol lah kalo kita memuji orangkan, kamu
jempol, kamu bagus, maju, positif gitu, ya kira – kira dua itu
maknanya. Tapi itukan lebih ke identitas supaya lebih
dikenal, lalu kemudian kita kembangkan itu jadi sebuah logo
di beberapa whatsapp group relawan dan semuanya
menggunakan salam jempol itu logo jempol. Sampai
kemudian berkembang menjadi goyang jempol, senam
jempol dan beragam turunanya, ya itu kreativitas rekan-rekan
relawan.
T : tadi disebutkan bahwa ada turunan dari salam jempol
tersebut, yang diberi nama goyang jempol, dalam
107
penentuannya kira-kira hal apa saja yang diperhatikan oleh
TKN (klasifikasi segmentasi)?
J : Iya memang ada turunan itu, ya atas dasar kreatifitas relawan
sebenarnya, dan berbicara program goyang jempol
sebetulnya sama seperti program-program lainnya, dari target
kita saja sebetulnya jelas, seluruh masyarakat yang
mempunyai hak pilih, namun jika harus di runcingkan
kembali kita memberikan perhatian lebih kepada generasi
milenial atau pemilih pemula yang kisaran 17 – 25 tahunan.
Karena presentasi mereka cukup besar dan kebanyakan
masih bingung atau dalam istilah kampanye swing vooter
dalam menentukan piihan dan kita giring agar memilih
pilihan yang sama. Dengan apa? Dengan pendekatan-
pendekatan program yang kita lakukan, baik itu di alun-alun
kota sampai pada pedesaan sekalipun, yang penting mereka
mau dan ingin tahu seperti apa proyeksi kita kedepan
terkhusus dengan kandidat.
T : nah kan sudah jelas dari awal ada klasifikasi dan segmentasi
untuk program goyang jempol, pada saat proses kampanye
atau berlangsungnya program cara komunikasi dan interaksi
dibedakan atau tidak?
J : Pak jokowi selalu melokalisasi issue, membahas issue
kedaerahan terlepas dari goyang jempol itu seperti di NTT
membahas tentang irigasi di jawa persoalan tenaga kerja, kita
sesuaikan dengan tempat dan dengan siapa kita berdialog,
terkhhusus dengan milenial itu, kita bawa konsep ceria, dari
panggung musik sampai pembahasan pada persoalan yang
108
beriirisan langsung dengan mereka, seperti yg tadi lapangan
kerja, ide kreatif, usaha dan lainnya. Pastinya kita sesuaikan
ya, bukan hanya cara berinteraksi tapi juga sampai kepada
pesan politik yang disampaikan.
T : Untuk pembeda dari kampanye pasangan calon yang lain
kira-kira apa sehingga bisa langsung masuk ke benak
masyarakat dan berdampak positif untuk pasangan calon?
J : Sebetulnya untuk kampanye saat ini cukup kontras
perbedaannya, ada yang membalut dengan sara ada yang
tidak, kalau kita jelas meminimalisir irisan dengan hal itu,
makanya kalau kita ada konsep kampanye ceria, dan goyang
jempol ini salah satunya, narasi yang disampaikan bahwa ini
pesta demokrasi bukan perang demokrasi, dan kita atur lebih
buttom up dari bawah keatas, Kita hadirkan langsung, baik
bersama kandidat maupun tidak, untuk hadir ketengah-
tengah masyarakat. Jadi yang kurang lebih seperti itu,
mereka masih tetap menggunakan politik identitas, agama,
dengan suku, dengan lain lain gitu kan. Inikan pengulangan
saja sebenarnya, pertandingan sama, pengulangan, tinggal
modifikasi- modifikasi aja yang dilakukan, dulu kampanye
politik identitasnya lewat tabloid, ingetkan obor rakyat itu,
sekarang lewat medsos, itu aja bedanya wahananya, tapi
substansi strateginya sama, dimana – mana juga begitukan,
jargon kita Indonesia Maju, disana Adil Makmur, apa
bedanya maju dengan adil makmur? Gak ada, sama saja
Cuma beda nama saja, yang berbeda ya perolehan suaranya
saja. Dan pastinya yang beda itu kita petahana, petahana
109
itukan dimana – mana menguntungkan.
T : Nah tujuan dari kampanye itu kan agar masuk ke alam
bawah sadar masyarakat atau menempel di benak
masyarakat, kira-kira strategi apa yang dilakukan agar
goyang jempol bisa mudah diterima dan pesan yang
disiapkan tersampaikan dengan baik?
J : Yang tersirat atau non fisik ya salam jempol itu, karena
didalamnya banyak arti dan juga mudah diingat oleh
masyarakat. Di beberapa program kita selalu menekankan
agar konsep yang kita bawa bukan satu arah, melainkan dua
arah, bahkan kepada tempat yang tidak memungkinkan
kehadiran kandidat, kita juga upayakan sampai tercetus
kampanye hologram itu. Karena Goyang Jempol itu
sebetulnya hasil dari dialog mendalam tentang apa kiranya
yang mudah diterima oleh masyarakat, selain itu juga
menyesuaikan dengan kebiasaan pak Jokowi yaitu merakyat,
yang dapat diartikan hadir langsung ke tengah-tengah
masyarat untuk melihat secara langsung kondisi yang
dirasakan oleh masyarakat dari semua aspek yang ada.
T : Berbicara kampanye sepertinya tidak bisa lepas dari personal
branding pasangan calon, nah untuk pak Jokowi – Amin ini
kiranya pesan apa yang ingin disampaikan dan mau dibentuk
seperti apa?
J : pesan yang kita sampaikan cukup banyak ya sebenarnya
mulai dari visi – misi, blueprint kedepan, cita-cita dan yang
tidak kalah penting itu rekam jejak, jadi salah satu informasi
yang disampaikan pada program Goyang Jempol adalah
110
keberhasilan kandidat dalam memimpin negara selama
kurang lebih 4 tahun, memastikan tidak adanya proyek
pembangunan yang mandek atau bahkan digerogoti oleh
penyakit korupsi, konsisten dengan membangun dari
perbatasan sehingga pemerataan sedikit demi sedikit mampu
dihadirkan oleh pemerintah, hal ini menjadi salah satu hal
penting yang harus disampaikan bahwasanya diluar pulau
Jawa masih banyak yang harus dilakukan, itu namanya kerja
nyata. Untuk personal branding sebetulnya tidak menjadi
prioritas ya, gimmick-gimmick politik itu yang saya
sampaiakan diawal, tapi memang itu juga kita fikirkan dan
mengingat persentase milenial cukup banyak kita lebih
mengarahkan kesana, seperti mengenakan sneakers, ya
milenial banget lah ya, sampai bikin event e-sport itu kan,
mobile legend itu kan salah satu pesan bahwa beliau pro
dengan milenial, untuk pak kyai Maruf kita siapkan beliau
juga dekat dengan kalangan milenial tapi dari kalangan
santri, jadi kita sebenarnya kalau untuk pak kyai kita jadikan
dia yang sebenernya seperti debat mengeluarkan ayat-ayat,
jangan kan debat dengan kita aja belaiu mengeluarkan ayat-
ayat, jadi kita buat se original mungkin.
T : Yang ingin dibentuk dari figur pa jokowi, lebih ke
milenial atau bagaimana?
J : Arahnya kesana (milenial) tapi tidak menceburkan diri
kesana, melihat situasi juga, tapi disadari memang
diprioritaskan menggaet milenial dengan naik sepeda motor,
karena berasumsi pemilih milenial itu besar, seperti ketika di
111
Makasar pak Jokowi datang tetap dengan baju putih dan
hadir ke tempat-tempat milenial dengan sepeda motor, ya
kalau kata bahasa politik itukan gimmick sebetulnya,
gimmick kampanye. Yang namanya gimmick itu tidak
subtansial, gimmick itu Cuma biar orang menoleh, kira-kira
gitu biar orang memperhatikan, itu aja pada dasarnya
T : Kemarin itukan cukup banyak ya partai pengusung Jokowi –
Amin, nah sebenarnya peran partai itu sendiri untuk apa ya?
Dan membantu atau tidak dalam suksesi program-program
pemenangan?
J : Peran partai itukan nomor satu mereka yang mengusung,
sesuai dengan Undang-undang. Mendaftarkan ke kpu dll,
nomor dua ya memenangkan, memenangkan itu dengan
berbagai cara, seperti halnya yang sudah disampaikan dalam
rapat kerja, dan didalam rapat-rapat lainnya, bahwa semua
caleg dari partai pengusung itu bukan hanya
mengkampanyekan dirinya tapi juga pak jokowi. Dan
pastinya juga membantu semua program-program
pemenangan seperti Goyang Jempol itu. secara garis besar
partai pasti membantu bukan hanya di program goyang
jempol akan tetapi secara keseluruhan semua agenda relawan
sudah barang pasti dibantu dengan Koalisi Indonesia Kerja di
setiap tingkatan wilayahnya baik DPC atau DPD.
T : Berarti setiap goyang jempol hadir disuatu daerah partai
pengusung selalu membantu?
J : ya tidak selalu ya, tapi pasti ada yang membantu.
T : semua program pemenangan kan pasti memiliki target
112
keramaian, untuk goyang jempol itu sendiri pada awalnya
apakah masyarakat langsung antusias dan bagaimana
packaging yang dilakukan agar mudah terserap oleh
masyarakat?
J : itu memang yang diharapkan, dan alhamdulillah mencapai
targetnya, selalu ramai ya, packaging yang dilakukan agar
bagaimana simpel enggak ngejelimet, dari tagline kita
sepakati bersih, merakyat, kerjanyata, yang menandakan
bahwasanya beliau ini bersih dari praktik korupsi, semua
proyek pembangunan sesuai target dan tidak mangkrak serta
tidak pandang bulu, siapapun kolega yang terjerat praktik
korupsi beliau tidak memberikan bantuan hukum melainkan
patuh terhadap keputusan hukum. Seperti kemarin kasus
rommy beliau tegas dan konsisten terhadap pemberantasan
korupsi sehingga tidak semua prosesnya sesuai hukum yang
berlaku. Merakyat masih dijaga seperti 2014 lalu ya, karena
beliau kan identik dengan blusukannya, dan memang masih
konsisten sampai saat ini. Kerjanyata menjadi titik tekannya,
bahwa rekam jejaknya jelas berawal dari walikota sampai
pada puncak pimpinan tertinggi negara, banyak yang sudah
beliau lakukan bukan gimmick semata. Untuk penggabungan
nama kita sepakati disurabaya itu Jokowi – Amin ya, untuk
mempermudah pelafalan dan agar masyarakat cepat hafal.
T : Media yang digunakan saat massa kampanye ada apa aja?
J : Di pilpres kemarin sebetulnya kita masih menggunakan
teknik yang sebelumnya ya, terkhusus media, kita
menggunakan semua media yang ada baik online macam
113
whatsapp group, instagram, facebook, twitter, youtube dan
lainnya. Tim kita selalu bekerja ekstra baik untuk branding
maupun counter informasi miring seputar calon. Ya semua
informasi kita sampaikan disana, dari jadwal kampanye, mau
itu goyang jempol atau program-program lainnya kita
publish semuanya. Ya sedikit banyak membantu konsolidir
massa disetiap titiknya.
T : ada enggak media yang dianggap paling berpengaruh dalam
peenangan kemarin ?
J : Media yang paling berpengaruh yang bisa kita konversi ya
itu media mainstream, media arus lama, seperti TV, Online
dibandingkan dengan medsos (media sosial), karna
didalamnya ada proses editing mana yang bisa naik dengan
yang tidak di croscheck betul tidaknya informasi itu di
pastikan tidak seperti medsos yang didalamnya banyak sekali
buzzers. Tapi medsos juga berpengaruh karena kan saat ini
semua orang memegang handphone, bukan hanya satu
bahkan.
T : Media luar ruangan, semacam baliho, poster dan lainnya
digunakan juga atau tidak?
J : oh iya itu juga engga lupa ya, semua kemungkinan pastinya
kita pakai semua.
T : tadikan sebelumnya dijelaskan bahwasanya partai
pendukung juga membantu, nah kalau dari pihak-pihak luar
ada juga atau tidak yang membantu?
J : ada banyak ya yang diluar membantu, diluar relawan kita
maksudnya, ada beberapa simpatisan di setiap daerah yang
114
hadir dan menyatakan diri siap membantu, di setiap titiknya
pasti ada itu. Dan cukup membantu, dari mobilisasi massa
dan penyebaran informasi terkait agenda kampanye.
T : dalam proses kampanye kan pastinya banyak influencer
yang di gaet oleh tim, nah untuk pilpres 2019 kemarin, siapa
saja yang dibawa untuk ikut mengkampanyekan Jokowi –
Amin?
J : Kemarin kita pake influencer, ada Ria Ricis yang
followersnya banyak, Ika Koeswoyo, Tina Toon, Oki
Asukawati, Adian Napitupulu, Budiman Sudjatmiko. Ada
yang sendirian tidak kita organisir, seperti Tompi, mereka
individu aja, suka sama Jokowi, seperti kemarin (2014)
Sherina itu kan engga kita suruh, dia aja kesadaran sendiri,
Sherina bukan bagian dari tim kampanye, tidak masuk dalam
influencer, tapi dia nge tweet dan pengaruh dia itu tinggi.
Jadi waktu itukan para milenial belum menentukan pilihan di
akhir-akhir, dengan nge tweetnya Sherina, followersnya
banyak, Sherina itu ikut itu loh udah kita ikut ajalah,
begitupun dengan kemarin sama, cuman penyebaranya
tersebar sehingga impactnya menyebar jadi engga ada yang
luar biasa, dulu Sherina itu impactnya luar biasa, tapi di 2019
tersebar dimana mana, di Ria Ricis, Tompi, Rian Ernest, dan
lain – lain, jadi engga ada yang luar biasa menonjol dan
untuk tahun ini ada 100 orang lebih influencer yang
terkoordinir dibawah saya.
T : di Program Goyang Jempol sendiri ada engga sih
kesempatan bersama dengan Jokowi – Amin?
115
J : beberapa kali kita jukan dan agedakan selalu mendadak
berhalangan beliau, makanya kita pakai Jowoi Hologram itu,
kalau pun hadir itu di kampanye akbar, dihari terakhir yang
di GBK itu, Goyang Jempol juga ikut support disana.
T : berbicara tentang Program Goyang Jempol ini, kira – kira
apa aja si kekurangan sama kelebihannya?
J : Kelebihanya kita petahana, satu petahana, kedua lawanya
yang kemaren, ya itu aja jadi kita bisa membaca, kita lebih
serius dengan serangan udara dan serangan darat gitu kan,
kemudian kita juga lebih serius merumuskan bener-bener
narasi yang ingin kita bangun setiap hari dan berubah-ubah,
seperti semisal hari ini kita membahas tentag freeport, kontra
narasi kita juga cepet, kalau dibilang ibu ibu, kalau pak
jokowi menang itu pelajaran agama dihapus, LGBT nikah
sesama jenis dibolehkan nah ini langsung kita counter tidak
menunggu besok, dan langsung kita laporin ke POLDA
JABAR ya semacam itu kita gerak cepat untuk mengcounter
issue miring tentang Jokowi, kita lebih berani untuk
berhadap-hadapan, kalau dulu kita masih sering memantau,
pak Jokowi sendiri pun juga lebih berani, seperti sedang
debat kemarin, “loh pak prabowo juga punya tanah banyak
loh”, beliau siap berhadap-hadapan juga. Media sosial kita
tata, kita itu lebih komprehensif, lebih tertata dalam
kampanye itu, kita lebih solid dari yang dulu. Itu generalnya,
kalau ke Goyang Jempolnya, Program ini bisa dibilang paket
komplit ya karena semuanya ada disini, dari yang sehat-
sehat, yang menghibur, yang mengedukasi sampai pada
116
konsep baru yang belum pernah digunakan oleh tim-tim
lainnya, Jokowi hologram itu dan pastinya tidak memecah
belah, kita membawa kampanye ceria bukan menghadirkan
ketegangan
T : Kalau kelemahannya sendiri kalau boleh tau bagaimana ya
pak?
J : Kalau kelemahannya ya kita lewat medsos itu lemah, kalau
didaerah2 itu terkhusus yang islamnya kuat kayak di Jawa
Barat. Untuk Goyang Jempolnya, namanya juga kan Tim
Kampanye Nasional, jadi memang sudah seharusnya kita
hadir disetiap daerah – daerah, tapi untuk goyang jempol
sendiri belum hadir di semuannya, yang tersiar hanya salam
jempolnya saja yang memang sudah wajib disiarkan oleh
semua, karena keterbatasan sdm nya ya dan pastinya
waktunya yang lumayan sempit.
T : Baik mungkin nabil rasa cukup, makasih banyak ya pak
untuk kesediaan waktunya.
J : Siap, sama – sama ya, kalau ada yang kurang berkabar
saja.
117
Nama : Fajar R Zulkarnaen
(Koordinator Program Goyang Jempol)
Lokasi : Jl. Marga Satwa no. 37, Jati Padang,Pasar
Minggu, Jakarta Selatan
Tanggal : 02 Oktober 2019
Durasi Wawancara: 67 Menit
TRANSKRIP WAWANCARA
T : Baik Pak, sebelumnya trimakasih atas kesediaan dan
keluangan waktunya, langsung dimulai ya pak, sebelum
melaksanakan program goyang jempol ini, apakah dilakukan
pengklasifikasian terhadap masyarakat yang dituju?
J : ini yang menarik dalam proses persiapan dan penentuan
target, karena akan ada pembeda ketika kita telah mengetahui
dengan siapa kita bericara, dan cara apa yang kita gunakan.
Dan sudah jelas target kita karena ini politik ialah orang-
orang yang telah memiliki hak pilih. Terkhusus kaum
mmilenial yang persentasenya sangat meningkat jika
dibandingkan dengan pilpres sebelumnya. Untuk itu fokus
kita sebenarnya kaum milenial, akan tetapi kita juga
menyiapkan untuk kalangan lainnya.
T : Untuk pola komunikasi dan interaksi dibedakan atau
tidak disetiap daerahnya?
J : cenderung sama, tapi paling ditambahkan issue-issue
kedaerahan yang ada agar masuk kemasyarakat.
T : Apakah pesan politik yang disampaikan sesuai dengan
segmentasi masyarakat?
118
J : ya, pastiya sesuai, karena kita kan bukan hanya mengincar
daerah perkotaan, tapi juga pedesaan, jadi disetiap titik pasti
berbeda, seperti diperkotaan yang kita angkat masalah
lapangan pekerjaan, Upah Minimumnya, dan issue-issue
perkotaan lainya, kalau di desa ya seperti harga jual sayuran
kebun, harga pupuk, dan lainnya.
T : kira-kira ada enggak sih pembeda antara kampanye Jokowi –
Amin dengan pasangan calon lainnya?
J : kalau untuk pembeda menurut saya tidak banyak ya,
terkhusus untuk program Goyang Jempol ini, yang pada
dasarnya kan bergerak atas dasar kesamaan visi dengan pak
Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin, atas dasar itu dan berkat
dorongan Tim Kampanye Nasional yang memang sudah
teragendakan pasca RAKENAS di Surabaya kemarin, pasca
pak Jokowi launching salam jempol dan diturunkan menjadi
program goyang jempol yang mengangkat semangat bersih,
merakyat, kerja nyata, dan melihat efektifitas 2014 silam
yang dimana konser salam dua jari cukup berkontribusi
mendulang suara, bahan sampai pak Jokowi juga
menyampaikan bahwasanya salah satu faktor pemenangan di
2014 adalah konser salam dua jari. Berawal dari sana di
rapatkan kembali sehingga tercetus Goyang Jempol, yang
didalamnya menjadi kumpulan beberapa kegiatan, mulai dari
sosialisasi Visi-misi, rekam jejak, senam sehat, komunitas,
dialog dua arah dengan jokowi hologram, dan pastinya
konser musik sebagai pemersatu masyarakat, simpatisan dan
pendukung, guna memberikan kebahagiaan serta penegasan
119
bahwa Jokowi adalah Kita, merakyat dan lainnya seperti
2014 kemarin. konsep kita ini kan buttom up, jadi lebih
banyak mendengar dari bawah, yang nantinya kita sampaikan
langsung baik ke TKG & TKN serta berakhir pada laporan
untuk pasangan calon agar dapat ditindak lanjuti.
T : Startegi seperti apa yang dilakukan agar mamu masuk
kedalam benak masyarakat?
J : secara konsep Goyang Jempol ini kan terdiri dari beragam
kegiatan, mulai dari jingle, senam sampai pada konser musik
itu sendiri, nah berbicara musik masyarakat selalu identik
dengan dangdut dan sesuai dengan namanya goyang jempol,
jadi di setiap titiknya kita selalu membawa kegembiraan
kepada masyarakat dari segi musik yang kita sajikan dan
beragam konsep unik lainnya. Jadi setiap kita persiapan
untuk kegiatan, pastinya akan selalu dikerumuni masyarakat
dan bukan hanya kegembiraan, kami juga selalu menyiakan
berbagai merchandise yang selalu kami bagi-bagikan, mulai
dari kaos, topi, kalender dan lain-lain. Bahkan juga ada
kampanye hologram yang memunculkan fisik beliau
(Jokowi-Amin) untuk tempat-tempat yang tidak
memungkinkan kehadiran kandidat langsung. Untuk
bahasanya sendiri kita juga menyesuaikan seperti yang tadi
disampaikan, semua bahasannya menyesuaikan dengan
tempat dan audiens, seperti halnya ketika kami di desa-desa
narasi yang disampaikan adalah tentang pertanian, dana desa
dan lainnya, tapi masih sesuai dengan apa yang masyyarakat
rasakan dalam kesehariannya
120
T : kalau untuk figur pak Jokowi sendiri kira-kira ingin dibentuk
seperti apa dari goyang jempol ini?
J : untuk ini kita selaras dengan TKN dan menyesuaikan dengan
apa yang beliau (Jokowi) dan masyarakat inginkan,
menjadikan beliau dekat dengan millenial, peduli dengan
milenial, dan terdepan untuk milenial, dibeberapa
kesempatan juga kita kan liat ya, beliau menggunakan
sneakers, nonton konser dan lainnya. Ditambah dengan
tagline Bersih, Merakyat, Kerja Nyata, memberikan kesan
bahwa Jokowi sudah terbukti nyata hasil kerjanya, bersih
dari praktik korupsi dan merakyat (dekat dengan
masyarakat).
T : Apa yang dilakukan tim (partai) pengusung Jokowi – Amin
pada saat berlangsungnya kampanye goyang jempol?
J : pada hakikatnya semua partai pengusung memberikan
bantuan dukungan demi terselenggaranya Program Goyang
Jempol, saat dijadalkan hadir disebuah wilayah, tim
kampanye daerah akan mengkoordinasikan dengan berbagai
pihak terkait seperti halnya pihak kepolisian, mobilisasi
massa, bahkan terkadang sampai kepada penginapan.
T : Media apa saja yang digunakan dalam proses kampanye?
J : Ada website, youtube, twitter, faceebook, media berita online
sama media luarnya macem baliho-baliho ya.
T : Dari beragam media yang digunakan, yang menjadi andalan
atau yang paling berdampak media apa ya pak?
J : Jokowi hologram sih pastinya, karena baru ada saat ini, terus
juga mungkin sosial media sih ya
121
T : diluar pihak tim goyang jempol, adakah yang membantu
dalam proses kampanye kemarin?
J : Alhamdulillah lumayan banyak ya dari simpatisan dan
relawan lain yang satu visi dengan kita pastinya. Jadi disetiap
agende kampanye goyang jempol semua relawan saling
membantu menyebarkan informasi, semuanya apapun yang
berhubungan dengan pemenangan, karna kan kita kan ada
groupnya ya, terkhusus relawan ProJo (Pro Jokowi) disetiap
daerahnya, kita selalu saling membantu, dari partai
pengusung juga biasanya ada, DPC DPD nya.
T : kalau untuk influencer khususnya ada engga sih, macem
selebgram, atau artis ibukota lainnya?
J : kalau influencer khusus dibawah kita sih engga ada ya,
karena kita kan masih dibawah TKN jadi paling influencer
yang disana pastinya diturunkan juga buat kita, jadi lumayan
banyak, tapi dibeberapa kesempatan kita juga menggunakan
rekan-rekan milenial yang cukup berpengaruh ya, dalam
artian followersnya banyak.
T : di program goyang jempol ini pernah enggak sih, pak
Jokowi – Amin hadir pada saat kampanyenya?
J : Nah ini sih yang sebenernya kita sayangkan juga, karena di
beberapa kesempatan seperti di bekasi kita juga turut
mengundang pasangan calon, tapi karena satu dan lain hal,
selalu berhalangan, sehingga kita menggunakan Jokowi
hologram itu, ya paling diakhir ya yang di GBK itu, di
konser putih kemarin seluruh Tim Kampanye Nasional
beserta pasangan calon hadir langsung menyapa masyarakat,
122
banyak sekali kegiatanya salah satunya Goyang jempol ini.
T : pertanyaan terakhir pak, menurut bapak sendiri kekurangan
dan kelebihan dari goyang jempol ini bagaimana pak?
J : kalo kelebihannya kita aga bingung ya karena merasa lebih
banyak kekurangannya, tapi jika mengarah pada kelebihan
kita sampaikan bahwa program ini langsung hadir dan
berusaha masuk ketengah-tegah masyarakat, menjangkau
semua, dengan konsep yang tadi kita sampaikan memberikan
kesan yang positif untuk calon. Ditambah dengan konsep
baru Jokowi hologram itu yang baru u kali pertama
digunakan, dan tidak digunakan oleh pasangan calon lain.
T : kalau untuk kekurangannya pak?
J : Nah untuk kekurangannya si ya paling dari jangkauan ya,
kita belum bisa hadir disemua daerah, karena banyak hal,
dari segi SDM nya, logistik juga, tapi sebetulnya bukan
hanya personil dan logistik ya, tapi kita kan ikut perintah
saja, dan tidak semua TKD menghendaki adanya goyang
jempol.
123
PROFIL DIREKTUR KOMUNIKASI POLITIK
TIM KAMPANYE NASIONAL JOKOWI – AMIN
Usman Kansong
Direktur Pemberitaan Harian Media Indonesia
Pendidikan Formal
1. SDN Sungai Bambu 03 Pagi Jakarta
2. SMPN 95 Jakarta
3. SMAN 15 Jakarta
4. Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Sastra UI
5. S1 Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan
6. S2 Sosiologi UI
7. Kandidat Doktor Komunikasi UI
Pendidikan Non Formal
1. Pendidikan singkat “Transition to democracy” atas
beasiswa Chavening The British Counsil di Inggris tahun
2003.
124
2. Fellowship “Religion and Democracy” di Amerika
Serikat, Filipina, dan Maroko atas beasiswa East – West
Council tahun 2017.
3. Pelatihan supervisi efektif di Prasetya Mulya tahun 2004
4. Pelatihan Problem Solving di PPM Menteng tahun 2009.
5. Bahasa Inggris di lembaga Indonesia Amerika 1967 –
1998.
Organisasi
1. Sekretaris Umum HMI Komisariat FISIP USU Medan
1992 – 1993
2. Sekretaris FISIP USU Medan 1993 – 1994
3. Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional
Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin pada pilpres 2019
Prestasi
1. Mahasiswa berprestasi nasional tahun 1994.
2. Wartawan terbaik POLDA Metro Jaya 1997.
Karya Buku
1. ICMI Bergerak : Lintas 18 Tahun Ikatan Cendekiawan
Muslim Se-Indonesia (Ditulis bersama Zain Uchrowi)
Pustaka Republika, 2000
2. Television News Reporting and Writig, penerbit Ghalia
Indonesia, 2009.
3. Ekonomi Media: Pengantar Konsep dan Aplikasi,
125
penerbit Ghalia Indonesia, 2009.
4. Jurnalisme Narkoba : Panduan Pemberitaan, Penerbit
Media Indonesia, 2015.
5. Jurnalisme Keberagaman, Penerbiit Media Indonesia,
2017.
Pekerjaan
1. Direktur Utama Harian Lampung Post, Tahun 2012 –
sekarang.
2. Direktur Pemberitaan Harian Media Indonesia, Tahun
2012 – sekarang.
3. Wakil Ketua Dewan Redaksi Media Group, Tahun 2017 –
sekarang.
126
PROFIL KOORDINATOR PROGRAM GOYANG
JEMPOL
TIM KAMPANYE NASIONAL JOKOWI – AMIN
Fajar R Zulkarnaen
Direktur Utama PT. Bumi Alam Indah
Riwayat Pekerjaan
1. Komisaris PT. Propernas Griya Utama (anak perusahaan
PERUMNAS)
Maret 2009 – Maret 2013
2. Komisaris Independen PT. INDOFARMA (Persero), Tbk
April 2013 – April 2015
3. Pendiri Perusahaan PT. Bumi Alam Indah
Augustus 2013 – sekarang
Skills
1. Negotiation
2. Budgeters
127
Riwayat Organisasi
1. Ketua Umum HMI Cabang Bandung
2. Ketua Umum HMI Badan Koordinasi Jawa Barat.
3. Ketua Umum Pengurus Besar HMI.
Pendidikan
1. SMAN 20 Bandung (1996 – 2001)
2. Universitas Padjajaran Bandung (2001 – 2004)
3. Institut Teknologi Bandung (2004 – 2006)
128
FOTO DOKUMENTASI
Peneliti Bersama Narasumber
Bapak Usman Kansong
129
Peneliti Bersama Narasumber
Bapak Fajar R Zulkarnaen
130
Flyer Salam Jempol
Sumber : Dokumen Resmi Koordinator Program
Goyang Jempol Tim Kampanye Nasional
131
Jadwal Kampanye Goyang Jempol
Sumber : Dokumen Resmi Koordinator Program
Goyang Jempol Tim Kampanye Nasional
132
Lirik Lagu Goyang Jempol
Sumber : Dokumen Resmi Koordinator Program
Goyang Jempol Tim Kampanye Nasional