strategi imc (integrated marketing communication) accu ......“strategi komunikasi pemasaran toko...
TRANSCRIPT
Strategi IMC (Integrated Marketing Communication) Accu-Chek Dalam
Menjalankan Kode Etik dan Menghadapi Kompetitor
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Oleh :
Gabriella Rosa Christy M
602013025
PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
Strategi IMC (Integrated Marketing Communication) Accu-Chek Dalam
Menjalankan Kode Etik dan Menghadapi Kompetitor
1)Gabriella Rosa Christy M,
2)George Nicholas Huwae
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Jawa Tengah, Indonesia
Email : 1)
Abstract
Accu-Chek as blood glucose meter from Roche a foreign capital company (PMA) engaged in
as medical devices in Indonesia has strict regulations that apply in the State of Indonesia in
the implementation of its trading activities. In addition to the Ministry of Health regulations,
and the Act, as an Accu-Chek as multinational company is also bound by the IPMG
(International Pharmaceutical Manufactures Group) regulations which regulate the code of
ethics between all principals which engaged in the pharmaceutical and medical devices
industry. Therefore, all strategies and methods of buying and selling companies with their
customers must be in accordance with the existing rules Accu-Chek implements the IMC
(Integrated Marketing Communication) strategy for marketing communications. This
discussion is divided into 4 parts : Product, Price, Promotion and Place.. Through
observation and interviews it can be concluded that all activities carried out by the Accu-
Chek company are in accordance with applicable regulations. But with the many competitors
available, a more aggressive strategy is needed to move forward. Accu-Chek also needs to
form a Public Relations team so that the relationship between the community and the
company can be considered more specifically, considering the current role of the Accu-Chek
Public Relations is played by the marketing and Customer Center teams.
Keyword: Accu-Chek, Blood Glucose Meter, IPMG, IMC Strategy
Abstrak
Accu-Chek meter glukosa darah dari Roche sebagai perusahaan modal asing (PMA) yang
bergerak dibidang alat kesehatan di Indonesia memiliki peraturan ketat yang berlaku di
Negara Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan dagangnya. Selain peraturan Mentri
Kesehatan, dan Undang-undang, sebagai PMA Accu-Chek juga terikat dengan peraturan
IPMG (International Pharmaceutical Manufactures Group) yang mengatur tentang kode etik
antar PMA yang bergerak dibidang industri farmasi dan alat kesehatan. Oleh karena itu
seluruh strategi dan metode kegiatan jual-beli perusahaan dengan kostumer nya harus sesuai
dengan aturan yang ada. Accu-Chek menggunakan strategi IMC (Integrated Marketing
Communication) untuk komunikasi pemasarannya. Dalam pembahasan ini dibagi menjadi 4
bagian yaitu: Produk, Harga, Promosi dan Tempat. Melalui observasi dan wawancara dapat
disimpulkan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan Accu-Chek
sudah sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Namun dengan banyaknya competitor
yang ada, dibutuhkan strategi yang lebih agresif lagi untuk dapat melangkah lebih maju.
Accu-Chek juga perlu membentuk tim Public Relation agar hubungan antara masyarakat
dengan perusahaan dapat diperhatikan lebih khusus lagi, mengingat saat ini peran Public
Relation Accu-Chek diperankan oleh tim marketing dan Customer Center.
Kata kunci : Accu-Chek, Alat Meter Gula Darah, IPMG, Strategi IMC
1) Mahasiswa Jurusan Public Relations Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Teknologi Infomasi Universitas Kristen Satya
Wacana.
Trimakasih kepada Tuhan yang telah memberikan saya orang tua terbaik, Papa Elvis dan
Mama Bena juga adik saya, Ariel yang selalu mendukung saya dalam kehidupan saya
terutama dalam masa saya menjalani kuliah di UKSW dari awal saya masuk kuliah hingga
saya selesai.
Berikut juga dosen-dosen pengajar FTI yang sudah menjadi orang tua saya selama saya
tinggal di Salatiga terutama kepada Bapak George Nicholas, wali dosen yang juga menjadi
dosen pemimbing saya, Ibu Lina Sinatra yang selalu membantu dan membimbing saya
selama saya kuliah dan Ibu Rini selaku kepala Program Studi Public Relation.
Selama saya tinggal di Salatiga saya memiliki keluarga baru yang selalu ada untuk saya dan
mendukung saya dalam segala keadaan yang saya alami oleh karena itu secara khusus saya
ingin ucapkan trimakasih yang sebesar-besarnya kepada Wahyudi, Vicky Putri, Bapak dan
Ibu Kooswantoro, Tika AWP, Cahyo Glory, Alifvia Budi Hidayati, Priska Trivena, Audia
Rastra Sukma, Didi Utep, Lia Liyoed, Singgih Aditya, Ibu Dewi. Yang selalu memberikan
saya dukungan moral dan semangat agar saya dapat menyelesaikan perkuliahan terutama
skripsi saya dengan baik.
juga kepada seluruh teman saya yang saya kenal di Salatiga, dan Universitas Kristen Satya
Wacana yang tidak dapat saya sebut satu-persatu.
Akhir kata saya selaku penulis memohon maaf apabila dalam penulisan penelitian ini
terdapat kesalahan dan kekurangan. Saya berharap penelitian ini dapat berguna bagi
masyarakat luas dan kedepannya dapat dikembangan untuk jadi yang lebih baik.
Salatiga, 10 September 2018
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................... ........................................... ... i
Daftar Isi ............................................................................. ................................... ........... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ..................................................................................................... ....... 1
I.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
I.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI … ....................................................................................... 3
II.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 3
II.2 Kerangka Teori .......................................................................................................... 4-11
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 12
II.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................................ 12
II.2 Jenis Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 12
III.3 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data............................................................... 12-13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 14
IV.1 Profil Perusahaan ..................................................................................................... 14-15
IV.2 Hasil dan Pembahasan ............................................................................................. 16-22
BAB V KESIMPULAN dan SARAN........................................................................... … 23
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 23 -25
B. Saran ............................................................................................................................... 25 - 26
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 27
A. PENDAHULUAN
Semakin pesatnya perubahan dan pertumbukan ekonomi, mau tidak mau perusahaan
harus menghadapi persaingan dunia yang menyebabkan perusahaan harus lebih kritis dan
sensitif pada kompetisi yang ada. Selain itu untuk menghadapi kompetisi yang ada
perusahaan haruslah melakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) guna
menjaga kelangsungan usaha yang ditawarkan. Dalam menghadapi persaingan yang ada,
setiap perusahaan memiliki sistem dan strategi pemasaran khusus sesuai dengan
kebijakan masing-masing perusahaan. lebih lagi jika mengingat akan semakin banyak
perusahaan yang bermunculan dan menawarkan barang sejenis sehingga membuat
kompetisi pasar menjadi lebih panas dan sengit. Umumnya untuk dapat meningkatkan
pasar, perusahaan akan melakukan promosi secara besar-besaran melalui segala media
promosi yang ada dengan tujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Hal ini akan
berlaku sangat efektif apabila perusahaan hanya memiliki sedikit kompetitor dengan
mangsa pasar yang luas dan beragam namun, hal tersebut akan berbeda apabila
perusahaan tersebut memiliki jumlah kompetitor yang banyak dengan memproduksi dan
memasarkan produk yang sejenis.
Accu-Chek selaku sub divisi dari PT Roche Indonesia merupakan salah satu perusahaan
multinasional yang bergerak dibidang kesehatan lebih spesifik lagi bergerak dibidang alat
kesehatan. Dalam industri kesehatan, promosi yang dilakukan oleh public relation
merupakan kegiatan vital bagi sebuah perusahaan untuk dapat tumbuh dan bersaing
dengan para kompetitor. Hal ini menjadi menarik karena PT Roche Indonesia sendiri
sebagai PMA atau Perusahaan Modal Asing tergabung dengan IPMG (International
Pharmaceutical Manufactures Group). IPMG memiliki aturan yang juga disebut sebagai
Kode Etik yang dimana dapat dikatakan bahwa kode etik dan aturan yang ada cukup
membatasi ruang dan pergerakan setiap perusahaan yang tergabung dalam melakukan
segala kegiatan termasuk kegiatan promosi.
Berangkat dari uraian di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi promosi yang
diterapkan dan dilakukan oleh Accu-Chek dalam memasarkan produknya.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENELITIAN TERDAHULU
“Strategi Komunikasi Pemasaran Toko Buku Gramedia Depok” adalah penelitian yang
ditulis oleh M. Derry Mayendra Perwira (2014). Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
lebih dalam mengenai strategi komunikasi pemasaran Toko Buku Gramedia Pusat,
Depok untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan menguraikan analisis SWOT dan
bauran pemasarannya. Penulis memilih menggunakan metode penelitian diskriptif
kualitatif. Dari penelitiannya penulis berhasil mengetahui bahwa Toko Buku Gramedia
Pusat Depok tidak hanya mempublikasikan iklan melalui media, tetapi juga melalui
tawaran harga yang menarik, dan juga pihak toko buku memiliki akun database
pelanggan yang memudahkan toko buku Gramedia melakukan promosi langsung kepada
pelanggannya melalui direct email. Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
T.E.Ardhoyo (2013) yang berjudul “ Peran Dan Strategi Humas (Public Relation) Dalam
Mempromosikan Produk Perusahaan” dalam penelitian tersebut, peran dan fungsi Public
Relations sangat signifikan dalam mendukung manajemen mencapai tujuan perusahaan
melalui manajemen komunikasinya. Strategi humas efektif dalam mempromosikan
produk perusahaan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak humas antara
lain: publisitas, pameran, sponsorship dan lain sebagainya.
Berikutnya Trisna Adi Perman, Lilis Puspitasari daalam penelitian yang berjudul
“Strategi Pemasaran Public Relations MD Entertaiment Pada Pemasaran Film Habibie &
Ainun” (2015), untuk dapat memasarkan secara tepat, strategi yang pertama diawali
dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga produk mampu
diserap oleh pasar. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa strategi pemasaran yang
tepat adalah dengan mengetahui apa yang diminta dan dibutuhkan oleh pasar itu sendiri.
2. KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (Integrated Marketing Communication /
IMC)
Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) adalah konsep perencanaan komunikasi
pemasaran yang mengakui nilai tambah suatu rencana yang komperhensif (Kotler dan
Keller, 2008:232). Secara singkat bagan yang menjabarkan mengenai komunikasi
pemasaran terpadu dapat dilihat pada gambar 2.1
Marketing
Marketing Mix
Promotion
Place
Price
Product
Public Relations
& Publicity
Sales Promotion
Advertising
Gambar 2.1 Lingkup pembahasan Komunikasi Pemasaran Terpadu
Kotler (2005) menyatakan bahwa komunikasi pemasaran terpadu atau biasa disebut
dengan bauran promosi (marketing mix) terdiri atas: Periklanan (Advertising), Promosi
Penjualan (Sales Promotion), Hubungan Masyarakat dan Publisitas (Public Relations &
Publicity), Penjualan Personal (Personal Selling), dan Pemasaran Langsung (Direct
Market). Adapun definisi dari masing-masing alat bauran promosi tersebut adalah
sebagai berikut:
- Periklanan (Advestising)
Adalah semua bentuk penyajian dan promosi nonpersonal atas ide, barang atau jasa
yang dilakukan oleh perusahaan tertentu. Factor kunci utama periklanan adalah
bahwa iklan harus mengunggah perhatian calon konsumen terhadap produk atau jasa
yang ditawarkan perusahaan (Hermawan Agus, 2012:72). Iklan adalah bentuk
komunikasi tidak langsung yang didasari oleh informasi tentang keunggulan atau
keuntungan suatu produk yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa
menyenangkan yang mengubah pemikiran sesorang untuk melakukan pembelian.
Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan khalayak mengenai
seluk beluk produk (informative), mempengaruhi khalayak untuk membeli
(persuading), dan menyegarkan informasi yang sebelumnya telah diterimah oleh
khalayak (reminding), serta menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu
khalayak menerima dan mencerna informasi (entertainment). (Tjiptono 2008:226).
- Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan dapat diartikan sebagai suatu bentuk persuasi langsung yang
menggunakan berbagai insentif dimana insentif ini memiliki jangka yang relatif
pendek guna mendorong pembelian atau penjualan suatu produk maupun jasa.
Ditinjau dari sasarannya, promosi penjualan dibagi menjadi dua kategori yaitu bisnis
ke konsumen (Business to Customer – B2C) dan bisnis ke bisnis (Business to
Business – B2B). Metode promosi penjualan B2C biasanya mengarah kepada
individu-individu seperti kepada pembeli di swalayan dengan cara memberikan
contoh produk, kupon, deals, undian, diskon, atau potongan rabat yang fungsinya
untuk menarik atau mempertahankan pembeli. Selanjutnya, promosi penjualan B2B
bentuknya meliputi pertemuan tenaga penjual, POP Display, kontes penjualan,
pemenuhan pemesanan dan kedepakatan dagang (Hermawan Agus 2012:132-148).
- Hubungan Masyarakan dan Publisitas (Public Relations & Publicity)
Berfungsi untuk membangun hubungan baik dengan publik untuk memperoleh
dukungan, “citra perusahaan” yang baik serta menangani atau mengklarifikasi isu
atau peristiwa yang sifatnya dapat merugikan perusahaan (Sulaksana Uyung,
2003:123). Sedangkan publisitas adalah stimulasi terhadap permintaan barang, jasa,
ide dengan berita komersial (media massa) dan tidak berbayar guna mempromosikan
dan melindungi citra perusahaan atau produknya.
- Penjualan Personal (Personal Selling)
Merupakan interaksi dengan satu calon pembeli atau lebih, guna mensukseskan
penjualan dan membangun hubungan baik dengan pelanggan. Tenaga penjual atau
salesman atau sales representative sering dianggap sebagai perusahaan itu sendiri
karena berhadapan langsung dengan calon pembeli sehingga sales representative
harus mampu untuk memperkenalkan suatu produk atau jasa dari perusahaan agar
para calon pelanggan tertarik untuk mencoba dan atau membelinya.
Secara teoritis sales representative dikategorikan menjadi 6 jenis (Sulaksana Uyung,
2003:140) yaitu:
Pengantar (Deliver) : tenaga penjual yang tugas utamanya untuk mengantarkan
produk.
Pencatat Pesanan (Order Taker) : tenaga penjual yang berfungsi untuk menerima
pesanan di balik counter atau di kantor (inside order taker) atau yang bertugas
sebagaimana salesman FMCG (Fast Moving Consumer Goods) menangani klien
supermarket (outside order taker).
Missionary : tenaga penjual yang diijinkan untuk menerima pesanan
namun tugas utamanya adalah untuk membangun goodwill atau mengedukasi
pengguna produk atau calon pembeli.
Teknisi : tenaga penjual yang memiliki pengetahuan teknis yang
tinggi.
Demand Creator : tenaga penjual yang menggunakan cara-cara kreatif untuk
menjual produk.
Solution Vendor : tenaga penjual yang memiliki keahlian dalam mengatasi
masalah perusahaan, biasanya berhubungan dengan sistem produk dan layanan
perusahaan.
- Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Pemasaran langsung merupakan jenis komunikasi langsung dengan sejumlah
konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung. Pemasaran langsung
(Sulaksana Uyung, 2003:150) adalah sistem pemasaran interaktif yang memanfaatkan
satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan reaksi yang terukur. Selain itu
pemasaran langsung (Hermawan Agus, 2012:183) adalah pendekatan pemasaran yang
bersifat bebas dalam menggunakan saluran komunikasi (media) yang dimiliki
perusahaan sebagai suatu strategi tersendiri sebagai hubungan dengan konsumen.
Media yang dimaksud pada pemasaran langsung (Hermawan Agus, 2012:199) antara
lain:
Surat Langsung (Direct Email) : merupakan media yang paling efektif untuk
mencapai konsumen perusahaan / bisnis, yang memiliki peluang penjualan
terbesar dengan memaksimalkan keuntungan dari daftar pelanggan bisnis.
Telemarketing : pemasaran langsung berbasis telepon terbagi atas inbound dan
outbound. Inbound Telemarketing biasanya menangani mengenai permintaan
pesanan dan merespond informasi dari konsumen terhadap suatu produk.
Outbound Telemarketing digunakan sebagai penjualan satu langkah, tindak lanjut
dan penjualan, memperbesar penjualan dan membuat pelanggan menjadi aktif.
Majalah : pemasaran langsung melalui media cetak di majalah digunakan untuk
menawarkan dan menarik pembaca untuk memesan barang.
Surat Kabar : meskipun pemasaran langsung telah banyak beriklan beriklan
melalui majalah, namun surat kabar juga memiliki pengaruh yang signifikan
karena luasnya daerah cangkupan dari surat kabar.
Radio : seorang pionir pemasaran langsung dalam program penyiaran, Alvin
Aicoff mengemukakan bahwa ekspansi pemasaran melalui radio dan televisi
membutuhkan kreativitas sebagai kunci sukses pencapaian pesannya.
Televisi : evolusi besar telah terjadi dari penyampaian pesan dimana kini pemasar
dapat melakukan demonstrasi langsung akan produk yang ditawarkan secara
virtual. Perkembangan terhadap televisi adalah mulai dilakukannya format
demonstrasi yang lebih panjang, dalam bentuk informcial yang berdurasi 13-30
menit.
Internet : teknik pemasaran langsung dengan media internet dapat dilakukan
dengan membentuk katalog online, virtual malls, dan pembuatan website guna
membangun database pelanggan, mengembangkan hubungan serta memberikan
kemungkinan untuk mengukur reaksi secara langsung.
3. IPMG (INTERNATIONAL PHARMACEUTICAL MANUFACTURERS GROUP)
IPMG adalah suatu organisai non-profit, non-pemerintah yang beranggotakan 25
perusahaan farmasi multinasional berbasis riset, yang bergerak di Indonesia, memegang
teguh komitmennya untuk menyediakan obat-obatan yang aman, bermutu tinggi yang
berkhasiat, serta menyediakan informasi yang cukup mengenai nilai dan potensi resiko
atas produk-produk mereka kepada komunitas penyedia layanan kesehatan.
Semua anggota IPMG berkomitmen penuh untuk mendukung komunitas kedokteran
secara ilmiah dan dengan mematuhi undang-undang serta peraturan terkait, terutama
kode etik dalam praktik pemasaran.
Dalam upaya IPMG untuk senantiasa menciptakan kesempatan yang sama dalam industri
farmasi Indonesia serta memastikan penafsiran yang seragam tentang kode etik tersebut,
Sub-Komite Praktik Pemasaran, setelah melalui pertimbangan matang, merevisi beberapa
artikel dan poin dalam Kode Etik IPMG tentang Praktik Pemasaran Produk Farmasi di
Indonesia yang dikeluarkan pada Juni 2015. Revisi ini penting untuk menjamin
keselarasan dengan surat keputusan yang baru dikeluarkan oleh Kementrian Keuangan
tentang dukungan sponsor (sponsorship), International Federation of Pharmaceutical
Manufacturers and Associations (IFPMA) Code of Practices, serta Mexico City
Principles for Voluntary Codes od Business Ethics in the Biopharmaceutical Sector.
Selama beberapa tahun belakangan, IPMG menerapkan praktik ketat dan melakukan
penilaian kepatuhan. Standar yang sama itu sebaiknya diberlakukan bagi semua
perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia.
4. MARKETING PUBLIC RELATIONS
Marketing Public Relation adalah sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian
program-program yang dapat merangsang penjualan dan pelanggan. Pelaksanaan teori ini
sangat penting untuk direalisasikan dalam perusahaan, untuk menjadi tolak ukur efektif
atau tidaknya program suatu perusahaan. apabila program tersebut berjalan dengan baik
dan efektif, maka program tersebut tetap dijalankan dan dikembangkan. Namun apabila
program tersebut tidak efektif apalagi tidak berjalan dengan lancar seperti yang
seharusnya, maka program tersebut harus segera dievaluasi agar menjadi lebih baik untuk
kelangsungan hidup perusahaan.
5. LOYALITAS PELANGGAN
Loyalitas pelanggan merupakan salah satu aspek yang menjadi target dari sebuah
perusahaan dan merupakan salah satu tujuan utama dari Public Relations. Lovelock dan
Wright mengatakan bahwa loyalitas adalah keputusan pelanggan untuk secara sukarela
terus berlangganan dengan perusahaan tertentu dalam jangka waktu yang lama. Menurut
Griffin (2005:35), ada 8 tahapan loyalitas, yaitu:
- Suspect : orang yang mungkin akan membeli produk atau jasa anda. Dalam hal ini
kita percaya atau “menyangka” mereka akan membeli tetapi kita masih belum cukup
yakin.
- Prospek : orang yang membutuhkan produk atau jasa anda dan memiliki
kemampuan untuk membeli. Meskipun prospek belum membeli dari anda, ia
mungkin telah mendengar tentang anda, membaca tentang anda, atau ada seseorang
yang merekomendasikan anda kepadanya.
- Prospek yang diskualifikasi : prospek yang telah cukup anda pelajari untuk
mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memiliki kemampuan
membeli produk anda.
- Pelanggan pertamakali : orang yang telah membeli anda satu kali. Orang itu bisa
jadi pelanggan anda dan sekaligus juga pelanggan pesaing anda.
- Pelanggan berulang : orang yang telah membeli dari anda dua kali atau lebih.
Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk
atau jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih.
- Klien : orang ini membeli secara teratur. Anda memiliki hubungan yang kuat
dan berlanjut, yang menjadikannya kebal terhadap tarikan pesaing.
- Penganjur : seperti klien, pendukung membeli apapun yang anda jual dan dapat ia
gunakan serta membelinya secara teratur. Tetapi, penganjur juga mendorong orang
lain untuk membeli dari anda. Ia membicarakan anda, melakukan pemasaran bagi
anda, dan membawa pelanggan kepada anda.
- Pelanggan atau Klien yang hilang : seseorang yang pernah menjadi pelanggan atau
klien tetapi belum membeli kembali dari anda sedikitnya dalam satu siklus pembelian
yang normal.
6. BRANDING
Menurut Kotler (2009:332), branding adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan
atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau
jasa atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya “membedakan” dari barang
atau jasa pesaing. Sementara menurut Neumier (2003:54) branding berati suatu
pernyataan mengenai siapa “identitas” apa yang dilakukan “produk/jasa yang
ditawarkan” dan mengenai mengapa suatu merek layak dipilih “keistimewaan”. Brand
adalah reputasi, merek yang memiliki reputasi adalah merek yang menjajikan, sehingga
publik mempercayai dan memilih merek tersebut. Sementara dijelaskan lebih lanjut oleh
Neumeier fungsi dan tujuan branding adalah:
- Pembeda : suatu produk akan memiliki perbedaan dengan pesaingnya bila memiliki
brand yang kuat, sehingga sebuah brand dapat dibedakan dengan mudah dengan branf
yang lain.
- Promosi dan Daya Tarik : produk yang memiliki brand akan dengan mudah
dipromosikan dan menjadi daya tariknya. Promosi sebuah brand akan dengan mudah
memproduksikan produknya dengan menampilkan logo brand tersebut.
- Pembangun Citra, Pemberi Keyakinan, Jaminan Kualitas dan Prestige : sebuah brand
juga berfungsi membentuk citra dengan memberi alat pengenalan pertama kepada
masyarakat. Keyakinan, kualitas dan prestige sebuah produk akan melekat dalam
sebuah brand dari pengalaman dan informasi dari produk tersebut.
- Pengendali Pasar : pasar akan mudah dikendalikan oleh brand yang kuat. Brand
tersebut akan menjadi peringatan bagi para kompetitornya untuk mengambil setiap
langkah yang diambilnya. Disamping itu masyarakat akan dengan mudah diberi
informasi tambahan dengan adanya brand yang diingat olehnya.
C. METEDOLOGI PENELITIAN
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
metode penelitian yang dipakai adalah wawancara mendalam dan observasi di Accu-
Chek Indonesia. Dengan menggunakan metode kualitatif, analisa data tidak
menggunakan rumus statistika namun menggunakan rumus 5W 1H (who, what, when,
where, why dan how) (Elvinaro Ardianto, 2010). Metode diskriptif digunakan untuk
membuat deskripsi secara sistematis dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau obyek tertentu. Melalui landasan teori, periset melakukan operasionalisasi
konsep yang akan menghasilkan variable beserta indikatornya. Riset ini untuk
menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel
(Kriyantono Rahmat, 2007:69). Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang penulis
lakukan adalah dengan wawancara dan observasi. Menurut Elvinaro Ardianto (2010:164)
wawancara merupakan suatu proses untuk memperoleh keterangan guna tujuan penelitian
dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara responden atau orang yang
diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Dalam penelitian
ini penulis melakukan wawancara langsung dengan national sales manager, Ibu Manda
dan national marketing manager, Bapak Bimo. Observasi atau pengamatan adalah
kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan mata sebagai alat bantu utamanya.
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui penginderaan peneliti (Elvinaro Ardianto,
2010:165). Selama melakukan kerja praktik di PT Roche Indonesia divisi Accu-Chek
selama 5 bulan, penulis memperoleh kesempatan untuk melakukan observasi langsung
yang didampingi oleh customer service manager, ibu Anita, serta area sales supervisor,
Bapak Dennis dan Ibu Hanny guna mengetahui strategi-strategi apakah yang diterapkan
oleh Accu-chek untuk memasarkan produknya.
A. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. PRODUK
Accu-Chek memiliki dua jenis produk meter gula darah. Yaitu Accu-Chek Performa dan
Accu-Chek Active. Accu-Chek Performa dapat menampung memori yang lebih banyak
dibandingkan Accu-Chek Active. Accu-Chek Performa juga bisa dihubungkan langsung
dengan komputer untuk menyimpan data-data hasil gula darah yang sudah dilakukan
dengan alat tersebut. Oleh karena itu Accu-Chek Performa lebih diarahkan untuk
penggunaan di Instansi Rumah Sakit dan laboratorium. Namun Accu-Chek Performa
tetap dijual di Retail untuk dapat dibeli oleh masyarakat umum. Hanya saja harga Accu-
Chek Performa lebih tinggi dibandingkan Accu-Chek Active.
Akurasi, kecepatan, bebas rasa nyeri dan membutuhkan sampel darah yang sedikit adalah
keunggulan alat meter gula darah Accu-Chek yang ada disetiap produknya baik Performa
ataupun Active.
Produk yang dijual Accu-Chek sendiri terdiri dari 4 produk yaitu: Alat Meter Gula Darah,
Strip sebagai alat tampung sample darah, lancing alat seperti pensil untuk tempat jarum,
dan lancet jarum untuk mengambil sample darah menggunakan lancing.
2. PRICE
Mengenai harga jual Accu-Chek kepada pelanggannya, perusahaan terikat dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 mengenai Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Bersangkutan dengan aturan undang-
undang tersebut, pihak perusahaan tidak boleh mematok harga produknya. Harga produk
harus mengikuti pasar yang sedang berlaku.
Pertaturan tersebut juga mengatur perusahaan agar selalu memberikan promosi yang
terbuka dan sama rata. Dalam hal ini adalah pemberian harga antara perusahaan dengan
pihak distributornya. Karena menurut peraturan Mentri mengenai jual beli perusahaan
asing dan aturan IPMG Accu-Chek dalam naungan PT.Roche Indonesia sebagai
perusahaan modal asing di Indonesia hanya boleh melakukan proses jual-beli dengan
distributor.
a. Pemasaran dan Aturan IPMG
Selain mantaati aturan IPMG, Accu-Chek juga harus mentaati aturan-aturan pemerintah
dan menteri yang ada. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, distribusi penjualan Accu-
Chek berjalan sesuai dengan aturan pemerintah yang ada.
IPMG merupakan aturan yang membahas mengenai kode atik yang harus dijalankan oleh
anggota perusahaannya. Berpatokan dari aturan pemerintah, IPMG mengatur tentang
interaksi dengan profesi kesehatan dan promosi produk farmasi.
Accu-Chek selalu berusaha untuk memberikan informasi terkini dan terlengkap mengenai
diabetes. Tim Accu-Chek sendiri sering mengadakan acara edukasi kepada pihak Rumah
Sakit atau apotik mengenai perkembangan penyakit diabetes dan seluk-beluknya atau
edukasi mengenai bagaimana memberikan kinerja terbaik saat melakukan pekerjaan.
Tidak jauh berbeda dengan aturan IPMG pasal 3.3 yang mengatakan bahwa Medical
Representative harus mampu memberikan keterangan teknis tentang produk perusahaan
mereka secara akurat, jujur, dan dengan cara yang etis kepada anggota dari organisasi
profesi kesehatan. Namun edukasi ini dilakukan Accu-Chek sebagai bentuk after sales
service atau dapat dikatakan untuk membangun hubungan baik dan berkesinambungan
antara Accu-Chek dengan target marketnya. Selain itu secara tidak langsung Accu-Chek
dengan hal ini memberikan kesan kepada target marketnya bahwa apabila mereka
memerlukan informasi mengenai perkembangan terbaru diabetes atau dalam pekerjaan
sehari-hari, mereka tidak sungkan untuk menghubungi dan bertanya kepada pihak Accu-
Chek mengingat informasi yang dimiliki oleh Accu-Chek merupakan informasi terkini
yang sedang terjadi.
Selain itu apabila rumah sakit atau apotik ingin mendakan satu acara yang berhubungan
dengan alat kesehatan ataupun edukasi untuk para praktisi kesehatan, Accu-Chek juga
sering mengambil andil dalam acara tersebut. Seperti apabila Rumah Sakit atau Apotik
ingin mengadakan acara jalan sehat dan memerlukan alat pemeriksa gula darah untuk
melakukan cek gula darah masal, Accu-Chek tidak segan untuk ikut membantu acara
tersebut. Bantuan yang ditawarkan adalah menyediakan stand dan unit.
Sangat baik hal tersebut dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menciptakan hubungan
baik dan berkesinambungan antara perusahaan dengan pihak luar perusahaan.
3. PROMOSI
a. Periklanan
Accu-Chek menjalin kerja sama dengan asosiasi PERKENI (Perhimpunan Endocrine
Indonesia) dan IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) untuk memberikan pemahaman kepada
petugas kesehatan mengenai Diabetes. Secara komersil Accu-Chek membuka booth di
acara-acara yang diselenggarakan oleh asosiasi berbasis kesehatan sehingga bagi
penyandang diabetes/diabetisi yang memerlukan alat monitoring gula darah bisa
mendapatkan alat Accu-Chek di apotik atau rumah sakit tersebut. Senada dengan yang
disampaikan oleh Tjiptono (2008) mengenai 4 fungsi iklan yaitu mengenai asas
informative yaitu memberikan informasi terhadap khalayak mengenai seluk beluk produk
serta persuading yaitu mempengaruhi khalayak untuk membeli. Dari sini Accu-Chek
telah memperoleh awal yang bagus dalam memasarkan produknya dimana rumah sakit
atau apotik langsung memberikan saran kepada diabetisi terhadap produk Accu-Chek
sehingga Accu-Chek telah memperoleh nilai tambah dari masyarakat mengenai
produknya dibandingkan produk kompetitor.
Menurut peraturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Accu-Chek tidak
diperbolehkan untuk menyiarkan iklan di televisi karena penggunaan alat meter gula
darah membutuhkan sample darah.
b. Penjualan Langsung
Menurut aturan IPMG dan aturan Mentri juga Undang-Undang yang mengatur mengenai
perusahaan modal asing. Perusahaan modal asing tidak diperbolehkan untuk melakukan
kegiatan jual-beli langsung dengan masyarakat luas. Accu-Chek hanya melakukan
kegiatan jual-beli dengan pihak distributornya. Lalu kemudian pihak distributor yang
mendistribusikan alat Accu-Chek kepada pihak HCP (Health Care Personal) dan Retail
seperti apotik, apotik modern dan penjual alat kesehatan bebas lainnya.
Creating Demand dilakukan oleh Product Consultant atau PC kepada pihak stake-holder
yaitu rumah sakit, apotik, laboratorium dan penjual alat kesehatan lalu pesanan tersebut
diberikan kepada supervisor untuk kemudian supervisor memberikan pesanan tersebut
kepada distributor; adalah alur penjualan Accu-Chek. Setelah diberikan kepada
distributor, kemudian distributor langsung berurusan dengan pihak pemesan mengenai
kegiatan jual-beli. Tugas PC selaku perwakilan dari perusahaan hanya membuka pintu
karena sesuai dengan aturan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
(“UU 7/2014”) dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016
Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang (“Permendag 22/2016”).
Proses turunnya barang sampai ke tangan pelanggan adalah sebagai berikut:
c. Penjualan Personal
Personal selling dilakukan hanya pada saat kegiatan edukasi bersama instansi kesehatan
dari Dinas Kesehatan, PERKENI, IAI , roadshow bersama Marketing Rumah Sakit,
berupa seminar awam diabetes dan pada saat penyelenggaraan berlangsung ada team
promotor yang membuka booth untuk mengajarkan cara memonitor gula darah. Untuk
dapat memasarkan/mengenalkan produknya, Accu-Chek tidak bisa langsung memasarkan
produknya pada masyarakat sehingga untuk dapat dikenal oleh masyarakat maka cara
yang ditempuh adalah menggunakan kegiatan – kegiatan bersama dari pihak rumah sakit
atau dinas kesehatan. Selain itu agar Accu-Chek dapat diterima di apotek – apotek dan
para profesi kesehatan, Accu-Chek menggunakan Medical Representative (MR) yang
mana hal ini juga juga telah diatur IPMG (2017:11) bahwa seorang MR harus cukup
terlatih dan memiliki pengetahuan medis dan teknis yang memadai, dibuktikan dengan
memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh institusi independen yang diakui.
Selain itu Accu-Chek juga sering memberikan promosi-promosi khusus kepada
pelanggannya melalui retail seperti: bonus 10 strip gula darah setiap pembelian 1 alat cek
gula darah Accu-Chek.
Dapat dilihat bahwa Accu-Chek memiliki 3 penggolongan pelanggan yaitu;
1. HCP (Health Care Professional) yaitu pihak Rumah Sakit, Klinik dan Praktek Dokter
2. Retail yaitu Apotek, Toko Alat Kesehatan dan farmasi modern (Century, Guardian,
Kimia Farma, dan lain-lain )
3. Pengguna Langsung yaitu masyarakat awam yang menggunakan alat meter gula darah
Accu-Chek.
d. Promosi Penjualan
Roche Global Roche
Indonesia Distributor
Cabang Distributor
Apotek/Rumah Sakit
Pelanggan
Jenis pendekatan yang dilakukan oleh Accu-Chek dalam memasarkan produkya
menggunakan bentuk persuasi B2C (Business to Customer) yaitu dengan menggunakan
alat demo Accu-Chek. Cara ini tergolong efektif karena masyarakat dapat mencoba
terlebih dahulu sebelum membeli sehingga selain memamerkan produknya, masyarakat
juga sekaligus mendapatkan informasi langsung mengenai kandungan gula darah. Hal
tersebut juga turut diatur dalam kode etik IPMG (2017:7) bahwa promosi harus
mendorong penggunaan produk farmasi yang benar dengan memberikan informasi secara
objektif dan tanpa melebih - lebihkan khasiatnya. Promosi lainnya yang dilakukan oleh
Accu-Chek adalah memberikan 10 strip gratis pada setiap pembelian 1 alat meter gula
darah Accu-Chek.
Segala bentuk alat promosi yang disebarkan oleh Accu-Chek diatur dan diawasi oleh
Roche Global sebagai perusahaan induknya.
e. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Sulaksana Uyung (2003) mendifinisikan bahwa fungsi humas adalah untuk membangun
hubungan baik antara perusahaan dengan publik yang kemudian akan menuju mengenai
citra perusahaan. fungsi humas Accu-Chek dijalankan oleh Customer Center dan tim
marketing. Masyarakat bisa langsung berkomunikasi dengan pihak perusahaan yang akan
terhubung langsung dengan pihak customer center yang dapat dijangkau melalui sms,
telepon dan email yang sudah disediakan dan terterta di setiap kotak pembungkus produk
Accu-Chek.
4. PLACE
Menurut aturan yang ada dapat dinyatakan bahwa peran distributor sangat penting dalam
penyaluran alat Accu-Chek kepada penggunanya. Setiap distributor memiliki kantor
cabang disetiap daerah agar distribusi Accu-Chek dijalankan dengan cepat dan tepat.
- Alur pemesanan
PC membuka pintu kepada pihak
HCP/Retail
HCP/Retail melakukan pemesanan
pemesanan disalurkan kepada
distributor
distirbutor memberikan barang
pesanan kepada pihak HCP/Retail yang
memesan.
Saluran pengaduan mengenai Accu-Chek dapat dijangkau dengan mudah. Dengan
pengguna langsung, pengguna langsung bisa menjangkau perusahaan dengan nomor
telpon atau email yang sudah tersedia. Dengan pihak HCP ataupun Retail, mereka bisa
menyampaikan keluhannya dengan telpon yang sama ataupun dengan PC yang memiliki
jadwal rutin untuk mengadakan kunjungan yang bertujuan untuk mengkontrol keadaan
dan situasi yang ada.
Masyarakat luas dapat menemukan dan membeli produk Accu-Chek di apotik, apotik
modern terdekat ataupun secara online dengan penjual retail yang tersedia.
5. BRANDING
Menurut Neumeier (2003:54) mengenai identitas, Accu-chek sendiri menerapkan
identitas tersebut melalu hal yang terkecil, seperti seragam yang harus di gunakan oleh
para sales apabila mereka harus menemui klien yang ada di rumah sakit, apotik atau
bahkan datang ke rumah pelanggan untuk melakukan pemeriksaan pada alat meter gula
darah yang sedang bermasalah. Apabila ada pameran atau acara-acara lainnya pun,
seluruh karyawan yang menghadiri acara tersebut harus menggunakan seragam yang
selaras. Selain dari seragam, seluruh tim sales pun memiliki SOP harus dilaksanakan saat
mereka sedang bekerja menghadapi pihak luar kantor. Termasuk juga customer centre
yang memiliki SOP mengenai bagaimana cara menjawab telepon dari para customer agar
memiliki keselarasan.
Selain itu dari identitas Accu-Chek sendiri memiliki jenis huruf khusus yang digunakan
yang sudah menjadi standar, yang sudah disepakati untuk sebagai aturan oleh pihak
Roche Global.
Dalam penulisan seluruh produk, kegiatan promosi dan surat-menyurat juga Accu-Chek
diwajibkan untuk selalu menggunakan font Imago sebagai standar dan identitas
perusahaan Roche.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
a. Strategi IMC
- Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa segala rencana dan gerak
perusahaan Accu-Chek harus disesuaikan dengan peraturan pemerintah dan kode etik
yang ada. Perusahaan membutuhkan kerja sama tim yang solid untuk dapat mencapai
target yang sudah ditetapkan. Mengingat peran distributor yang sangat penting dalam hal
pendistribusian produk perusahaan. komunikasi yang baik dan kerja sama tim yang baik
dapat memperlancar segala macam keperluan yang dibutuhkan dari pihak pemesan
kepada perusahaan. walaupun perusahaan tetap memiliki peranan untuk membuka pintu
pemesanan melalui Product Consultan atau PC nya, namun pemesanan dan proses jual
beli tetap akan diarahkan kepada pihak distributor, berdasarkan aturan IPMG dan aturan
Undang-Undang mengenai perusahaan farmasi dan perusahaan modal asing.
- Pelayanan setelah penjualan atau after sales service merupakan hal utama yang
ditawarkan oleh Accu-Chek kepada seluruh pelanggannya. Bentuk pelayanan yang akan
diberikan oleh perusahaan adalah menjawab seluruh pertanyaan pelanggannya mengenai
alat kontrol gula darah Accu-Chek yang mereka miliki. Mereka dapat berhubungan
langsung dengan Customer Center Accu-Chek melalui telepon, sms dan email yang
sudah tercantum di kemasan alat meter gula darah Accu-Chek yang juga tercantum di
dalam buku garansi yang mereka miliki. Segala pertanyaan seputar alat gula darah akan
segera dijawab oleh Customer Center dan juga apabila mereka memiliki keluhan
mengenai meter gula darah yang dimiliki, Customer Center akan langsung membantu
pelanggan tersebut melalui telepon atau pun apabila alat yang dimiliki oleh pelanggan
mengalami kerusakan, tim PC juga akan langsung mendapatangi pelanggan tersebut
untuk membantu memperbaiki alat yang dimiliki oleh pelanggan tersebut. Apabila alat
yang miliki oleh pelanggan mengalami kerusakan yang tidak bisa diperbaiki secara
langsung atau bahkan rusak secara keseluhan tidak dapat digunakan atau hasil dianggap
tidak akurat, maka alat tersebut akan diganti dengan yang baru. Selain itu, garansi yang
diberikan Accu-Chek kepada pelanggannya berlaku seumur hidup.
- Saat ini peranan hubungan masyarakat atau public relation diperankan oleh divisi
customer center dan apabila terjadi keluhan, keluhan tersebut akan langsung diserahkan
oleh pihak marketing untuk ditangani.
b. Menjalankan Kode Etik
Saat ini Accu-Chek sebagai perusahaan modal asing berbasis alat kesehatan sangat
menghormati kode etik dan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia. Segala bentuk
keputusan dan langkah yang diambil selalu sejalur dengan peraturan dan kode etik yang
berlaku.
c. Menghadapi Kompetitor
Dalam menghadapi kompetitor, keunggulan yang dimiliki oleh Accu-Chek adalah cara
mengambil sempel darah yang bebas rasa nyeri, alat meter gula darah Accu-Chek tahan
untuk berada di cuaca panas, hasil analisa darah yang cepat dan tepat. Selain itu, after
sales servie merupakan elemen utama yang dimiliki oleh perusahaan ini dalam
menghadapi kompetitornya. Setelah alat meter gula darah sampai ke tangan
pelanggannya, Accu-Chek selalu cepat tanggap dalam menghadapi dan menangani
keluhan pelanggan. Selain itu dengan pihak HCP yaitu rumah sakit atau laboratorium,
Accu-Chek akan dengan rutin memberikan seminar pengetahuan seputar alat kesehatan
dan dunia kesehatan kepada anggota HCP tersebut. Accu-Chek sangat menjaga hubungan
antara perusahaan dengan stakeholdernya agar tercipta hubungan yang sehat dan
harmonis.
2. SARAN
a. Strategi IMC
Saat ini tim Customer Center berada dibawah divisi marketing. Tim marketing akan ikut
turun apabila terjadi keluhan pelanggannya. Sangat baik untuk kedepannya Accu-Chek
memiliki divisi Public Relation atau Humas nya sendiri agar tim marketing dapat lebih
mem-fokuskan targetnya dalam hal pemasaran, dan mengenai hubungan antara
perusahaan dengan pihak luar dapat dipegang oleh divisi Public Relation yang ada.
b. Kode Etik
dalam praktek nya Accu-Chek sudah baik dalam menjalankan kode etik dan aturan
saran penulis agar dapat lebih baik lagi dalam menjalankan kode etik dan aturan yang
berlaku.
c. Menghadapi Kompetitor
Penulis juga menyarankan agar divisi marketing Accu-Chek lebih agresif lagi dalam
hal mempromosikan produknya dengan cara seperti menjalin kerjasama dengan
principal farmasi lainnya yang memproduksi obat Oral Anti Diabetes (OAD) (Merck,
Glaxo Smith Klein, Boehringer Ingelheim, Sanofi, Kalbe, dll) ataupun principal
farmasi Insulin (Novo Nordisk, Sanofi, Elli Lily, Kalbe Farma) sebagai kerjasama
business to business (B2B).
DAFTAR PUSTAKA
Hari Purnomo, Setiawan & Zulkieflimansyah. 1999. Manajemen Strategi. FE-UI Jakarta
Butterick, Keith. 2012. Pengantar Public Relations Teori dan Praktek. (Hardiman, Ima. Alih
Bahasa). Rajawali Pers.
Kotler, Philip & Keller. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketigabelas. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Erlangga. Tjiptono
2008:226 fungsi iklan
Sulaksana, Uyung. 2003. Integrated Marketing Communications Teks dan Kasus.Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan
Pelanggan. Jakarta: Erlangga.
Kotler dan Keller. 2009. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Ayuningsih, Noflim Trisna. 2014. Skripsi Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perwira, M Derry Mayendra. 2014. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Gunadarma Jakarta. Strategi Komunikasi Pemasaran Toko Buku Gramedia.
Ardhoyo T, E. 2013. Jurnal Mahasiswa Universitas Prof. Dr. Maestopo. Peran Dan Strategi
Humas (Public Relations) Dalam Mempromosikan Produk Perusahaan.
Trisna Adi Perman, Lilis Puspitasari. 2015. Jurnal Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjajaran. Strategi Pemasaran public Relations Md Entertainment Pada
Pemasaran Film Habibie & Ainun.