strategi guru pendidikan agama islam dalam …eprints.ums.ac.id/73812/12/naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGURANGI KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 2 WONOGIRI
Tahun Pelajaran 2018/2019
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Oleh:
MAULANA ANGGITA NURRAMADHANI
G000150030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGURANGI KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 2 WONOGIRI
Tahun Pelajaran 2018/2019
PUBLIKASI ILMIA H
Oleh:
MAULANA ANGGITA NURRAMADHANI
G 000 150 030
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Drs. M. Darojat Ariyanto, M.Ag NIDN. 0614035601
ii
HALAMAN PENGESAHAN
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGURANGI KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 2 WONOGIRI
Tahun Pelajaran 2018/2019
OLEH
MAULANA ANGGITA NURRAMADHANI
G 000 150 030
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Kamis, 27 Mei 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
1. Drs. M. Darojat Ariyanto, M.Ag
(Ketua Dewan Penguji)
2. Istanto, S.Pd.I.,M.Pd
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Drs. Zaenal Abidin, M.Pd
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag
NIDN. 0605096402
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepen uhnya.
Surakarta, 28 Mei 2019
Penulis
MAULANA ANGGITA NURRAMADHANI
G000150030
1
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGURANGI KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 2 WONOGIRI
Tahun Pelajaran 2018/2019
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri, faktor penyebab kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri dan strategi apa saja yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengurangi kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian akan disusun dengan cara memilih serta menyederhanakan data. Selanjutnya data disajikan untuk menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri yaitu terjadi perkelahian, bolos pelajaran, seragam tidak sesuai, tidak memakai dasi, tidak mengikuti upacara, ramai saat pelajaran dan tidak mengikuti sholat berjamaah. Faktor penyebab dari kenakalan yang dilakukan oleh siswa adalah faktor keluarga, faktor dalam masyarakat dan faktor dalam sekolah. Strategi yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengurangi kenakalan siswa terdiri dari bimbingan secara lisan, bimbingan ini dilakukan untuk menasehati atau menjelaskan apa yang dilakukan oleh siswa adalah perbuatan yang termasuk dalam kenakalan. Berkoordinasi dengan pihak lain, sekolah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan kementrian agama untuk menjelaskan mengenai aturan-aturan dan batasan dari pergaulan. Dan yang terakhir adalah pengaktifan kegiatan keagamaan seperti sholat Dhuha, sholat berjamaah dimasjid, mendengarkan dan menghafalkan ayat-ayat Al Qur’an. Kata Kunci: strategi, guru pendidikan agama islam, kenakalan siswa
Abstract
This research was conducted to find out the forms of student delinquency in Wonogiri 2 Senior High School, to find factors that caused student delinquency in Wonogiri 2 Senior High School, and what strategies of Islamic Education teacher for reducing student delinquency at Wonogiri 2 Senior High School. This research was a qualitative research. This research was conducted using a method interview, observation and documentation. Data that has been obtained from the field was then compiled by selecting and simplifying data. Then the data was presented to draw conclusions. The results showed that the forms of delinquency of students at Wonogiri 2 Senior High School were fights, skipping lessons, inappropriate uniforms, not wearing ties, not attending ceremonies, crowded during lessons and not praying in congregation. The causes of delinquency committed by students were family factors, factors in society and factors in school. The strategy carried out by Islamic Education teachers to reduce sudent delinquency consists of verbal guidance, this guidance is done to advise and explain what is done by students in
2
an act that includes delinquency. Coordinating with other parties, the school coordinates with the police and the ministry of religion to explain the rules and boundaries of association. And the last is the activation of religious activities such as the Dhuha prayer, prayer in congregation in the mosque, listening and memorizing the verses of the Qur’an. Keywords: strategy, islamic education teacher, student delinquency
1. PENDAHULUAN
Peserta didik adalah suumber daya yang paling utama dan terpenting. Peserta
didik yang telah berusia 12 sampai 19 tahun telah memasuki fase remaja. Remaja
merupakan fase transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Perubahan
perkembangan dimulai dari berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun
psikis. Bahkan masa remaja juga disebut masa pencarian identitas diri. remaja
yang merasa gagal dalam menemukan identitas dirinya sendiri, akan cederung
mengalami perilaku yang menyimpang. Fenomena perilaku menyimpang peserta
didik yang kerap terjadi di Indonesia adalah tawuran antar pelajar, perkelahian
antar siswa didalam kelas dan bullying.
Oleh karena itu, sekolah memiliki peran untuk membimbing dan
mengarahkan siswa menjadi lebih baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan
suatu proses dalam menentukan nasib dan sifat. Pendidikan merupakan proses
yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
Pendidikan memiliki tujuan yang positif bagi peserta didik.
Berbicara mengenai kenakalan siswa disekolah, guru diharapkan memiliki
strategi yang baik untuk mengatasi kenakalan siswa disekolah, agar siswa itu tidak
mengulangi kembali kenakalan tersebut. Tidak hanya satu atau dua guru yang
dituntut untuk memiliki strategi yang baik, melainkan semua guru memiliki
tanggung jawab untuk mengatasi kenakalan siswa.
Kenakalan tidak hanya terjadi di SMP, melainkan di SMA N 2 Wonogiri.
Kenakalan yang dilakukan oleh siswa di SMA N 2 Wonogiri seperti membolos
saat jam pelajaran berlangsung, tidak mengikuti upacara, tidak mengerjakan
tugas, bersikap tidak sopan pada guru, tidak memakai kelengkapan atribut
sekolah, makan saat jam pelajaran, membawa yang ada unsur perkataan kotor, dan
3
lain sebagainya. Guru PAI memiliki strategi tersendiri untuk mengatasi kenakalan
siswa-siswanya. Karena guru PAI tidak hanya mengajarkan pelajaran mengenai
agama Islam, melainkan juga mendidik siswa agar lebih baik serta guru PAI
merupakan figur yang mestinya memiliki perilaku baik dan pantas untuk
dicontoh. Untuk itu guru PAI berupaya untuk membentuk kepribadian siswa
menjadi lebih baik. Akan tetapi proses layanan terhadap siswa tidak selalu
berjalan dengan baik, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mencoba
meneliti mengenai faktor penyebab terjadinya kenakalan terjadi di SMA N 2
Wonogiri serta bagaimana strategi guru PAI dalam mengatasinya, dengan judul “
Strategi Guru PAI Dalam Mengurangi Kenakalan Siswa Di SMA N 2 Wonogiri”.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dirumuskan
beberapa masalah, yaitu apa saja bentuk kenakalan yang dilakukan siswa di SMA
N 2 Wonogiri? Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa di
SMA N 2 Wonogiri? Strategi apa saja yang dilakukan guru PAI dalam
mengurangi kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri?
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut untuk mengetahui
bentuk kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri, untuk mengetahui faktor
penyebab terjadinya kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri, untuk mengetahui
strategi guru PAI dalam mengurangi kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri.
Penelitian ini termasuk juga dalam penelitian lapangan atau field
research). Penelitian ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan yang
akan diteliti. Penelitian juga dilakukan untuk menemukan sebuah teori mengenai
proses terjadi dan proses hukum dalam lingkup masyarakat.
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk membangun ilmu
pengetahuan. Pada penelitian kualitatif ini, peneliti membuat sebuah gambaran
yang kompleks, laporan yang rinci, dan melakukan penelitian dengan situasi yang
alami.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Wonogiri. Subjek penelitian
Strategi Guru PAI Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di SMA N 2 Wonogiri
4
adalah partisipan. Dan sumber data penelitian ini berasal dari data dan hasil
wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan beberapa siswa di SMA
Negeri 2 Wonogiri.
Peneliti memperoleh data mengenai strategi yang dilakukan oleh guru
agama untuk mengurangi kenakalan siswa dari proses tanya jawab dengan guru
PAI dan siswa di SMA N 2 Wonogiri. Wawancara adalah cara untuk
mengumpulkan data melalui tatap muka langsung antara pencari data dengan
orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian.
Metode Dokumentasi merupakan metode dalam penelitian untuk
mendapatkan data dokumen yang berupa catatan kasus, transkrip nilai, foto,
agenda, sejarah, dan lain sebagainya.
Analisis data ini merupakan cara untuk mencari dan menyusun data yang
diperoleh sistematis, data hasil dari proses wawancara serta catatan dilapangan.
Analisis data yang digunakan didalam penelitian adalah metode deskriptif
kualitatif, tujuannya untuk memberikan gambaran data temuan yang terformat
dalam bentuk kalimat.
2. METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan. Penelitian lapangan
merupakan penggambaran suatu keadaan yang lebih jelas mengenai situasi yang
terjadi. Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan yang akan
diteliti.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bapak Mustajab, ibu Syarifah,
dan ibu Miftah selaku guru PAI dan beberapa siswa siswa di SMA N 2 Wonogiri
mengenai strategi guru PAI dalam mengurangi kenakalan siswa. Menghasilkan
beberapa temuan, yaitu: Menurut penurutan dari bapak Mustajab guru PAI
“Alhamdulillah secara umum kondisi siswa siswinya cukup antusias dalam
mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam. Bahkan ada beberapa siswa
yang memiliki pemahaman agama Islam yang baik. Untuk kenakalan ada
beberapa kelas tertentu seperti pada kelas jurusan IPS yang siswanya sering ramai,
membuly bahkan berbicara tidak sopan bahkan berbicara kotor, tapi untuk mereka
5
mungkin itu hanya bercanda. Tapi hal itu menurut siswa siswi jurusan lain
dikatakan sudah melakukan kenakalan. Untuk angkatan ini Alhamdulillah siswa-
siswi jika dinasehati atau diatur bisa nurut. Tapi kalau angkatan sebelumnya
tergolong susah, pernah dulu ada marah-marah saat ulangan semester.
Menurut ibu Miftah guru PAI “ada beberapa contoh kenakalan misalnya
siswa siswi itu berkata kotor, disuruh untuk sholat berjamaah tidak mau dengan
alasan ramai, ternyata mereka nongkrong di kantin seperti itu. Pelanggaran yang
lain ada beberapa siswa yang suka membolos, atau dia ijin sekolah tapi tidak
sampai disekolah, rambut gondrong, siswi menggunakan lipstik, ada yang makan
saat KBM. Bahkan dulu pernah ada siswa yang ketahuan minum-minuman keras
kemudian dikeluarkan dari sekolah.
Diungkapkan oleh ibu Miftah “untuk faktornya, begini di sini kan banyak
orang tua yang merantau, jadi orang tua itu tidak bisa mengawasi, membimbing
dan memperhatikan anaknya secara langsung, jadi ada anak di sekolah atau diluar
sekolah mencari perhatian dengan cara-cara yang salah”.
Dikatakan juga oleh ibu Syarifah “disini itu kenakalan tidak hanya dari
faktor keluarga, tapi juga lingkungan sekolah, masyarakat juga. Jadi kalau
awalnya si anak itu pendiam nanti ada teman dilingkungan masyarakat dekat
rumahnya yang mengajaknya merokok, atau hal-hal yang lain. Kalau di sekolah
contohnya dari perilaku guru, kalau guru memberikan contoh perilaku yang tidak
sopan, anak kemudian akan menirunya, atau guru yang galak, nanti anak takut
yang akhirnya mereka bolos atau sengaja terlambat masuk kelas. Atau dari
temannya disekolah, saat pelajaran ada teman yang mengajak bolos ke kantin, dia
mau. Ada yang mengajak tidak ikut sholat berjamaah terus nongkrong dikantin,
dia mau. Ya kurang lebih seperti itu faktor-faktornya.”
Menurut penuturan dari ibu Miftah “saya sering melakukan bimbingan
secara lisan, karena ada beberapa siswa siswi disini. Ada yang curhat masalah
keluarga, teman sebayanya. Saat seperti itu saya berusaha semaksimal mungkin
untuk memberikan bimbingan kepada mereka agar tidak terjerumus pada hal-hal
yang salah, karena di sekolah ini atau di Wonogiri, banyak anak yang ditinggal
orang tuanya merantau, jadi mereka kurang komunikasi. Kenakalan bisa terjadi
6
karena kurangnya komunikasi dan bimbingan dari anak dan orang tua, jadi saya
semaksimal mungkin untuk bisa memberi bimbingan secara lisan kepada
mereka”.
Bimbingan ini diberikan kepada siswa yang melanggar aturan atau telah
melakukan sebuah tindakan yang nakal. Salah satunya pada hari Jumat, 1 Maret
2019 dilakukan bimbingan secara lisan pada siswa kelas XII, yang Kegiatan
bimbingan ini digunakan untuk meminimalisir siswa melakukan hal-hal negatif
yang dapat menganggu masa depan mereka
Kemudian pada tanggal 25 April 2019 dikelas XI, pada saat kegiatan
pembelajaran siswa diminta untuk berdiskusi namun ada beberapa siswa membuat
ruang kelas menjadi gaduh atau ramai, kemudian Bu Syarifah selaku guru PAI
yang sedang mengajar memberikan bimbingan kepada siswa yang ramai tersebut.
Menurut penuturan bapak Mustajab “kami selaku guru PAI juga
berkoordinasi dengan guru Bimbingan Konseling (BK), Kepala Sekolah, Wakasek
Kesiswaan, guru piket dan semua guru untuk mengurangi kenakalan. Saling
berkoordinasi dalam memberikan bimbingan. SMA N 2 Wonogiri juga
berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk memberikan bimbingan dan arahan
mengenai kenakalan yang bahkan dapat merugikan diri sendiri. Hal ini dilakukan
agar siswa siswi mengetahui bahaya dari kenakalan, dan dapat menghindari
perilaku-perilaku yang termasuk dalam kenakalan”.
Menurut penuturan dari bapak Mustajab “kegiatan keagamaan yang
dilakukan di SMA N 2 Wonogiri selain menambah penguasaan agama, tapi juga
untuk mengurangi terjadinya kenakalan, dan agar siswa dapat lebih dekat dengan
Allah Swt. kegiatan tersebut berupa sholat berjamaah dimasjid sekolah,
melaksanakan sholat dhuha. Dan setiap hari jumat pagi pukul 07.00 – 07.15 WIB
diputarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Siswa-siswi di sekolah ini banyak yang
sudah menghafal Al-Qur’an, ada yang 5 juz, ada yang 3 juz, ada yang 1 juz.”
Ibu Miftah menambahkan “kegiatan mendengarkan ayat-ayat Al-Quran
ini sangat baik. Tujuan dari kegiatan ini agar siswa siswi tidak buta huruf hijaiyah,
setelah mendengarkan bacaan ayat Al-Qur’an siswa diminta untuk menyetorkan
7
hafalannya ke guru disaat jam pelajaran. Kami ingin mereka itu dapat menghafal
minimal 1 juz.”
Selain sholat Dhuha dan sholat berjamaah, siswa dibiasakan untuk
membaca Al Qur’an. Setiap hari jumat pagi selama 15 menit siswa akan
diperdengarkan suara murrotal ayat-ayat Al-Qur’an, yang kemudian siswa diminta
untuk menghafalkannya dan siswa menyetorkan kepada guru pada saat kegiatan
pembelajaran. Ada beberapa siswa yang sudah memiliki hafalan sebanyak 1 juz, 3
juz dan ada yang sudah hafal 5 juz.
Ditambah oleh ibu Syarifah “setiap pagi sebelum pembelajaran saya
selalu mengajak siswa-siswi untuk melakukan sholat dhuha, doa sebelum belajar,
dan untuk program mendengarkan bacaan ayat Al-Qur’an itu merupakan usul dari
guru PAI yang kemudian disetujui oleh kepala sekolah, kemudian sekolah
memberikan fasilitas yang berupa speaker yang dipasang di setiap kelasnya. Yang
membaca ayat-ayat Al-Qur’an setiap minggu berbeda. Yang membaca itu kami
guru PAI, tapi biasanya siswa-siswi juga ditunjuk untuk membaca.”
Dari hasil wawancara mengenai kenakalan siswa di SMA N 2 Wonogiri,
kenakalan yang terjadi merupakan kenakalan dalam bentuk ringan. Seperti
membolos, tidak memakai seragam yang sesuai, berkata kotor, dan tidak
mengikuti sholat berjamaah. Kenakalan yang terjadi ini memiliki beberapa faktor
penyebab yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan masyarakat dan faktor dalam
sekolah. Faktor keluarga contohnya orang tua yang bekerja diluar kota, sehingga
tidak dapat memantau, membimbing serta memberikan pengawasan penuh kepada
anak. Faktor lingkungan masyarakat, jika anak tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan masyarakat yang tidak baik, atau banyak masyarakat yang melakukan
perbuatan buruk, anak akan mudah terpengaruh unutk melakukan perbuatan
tersebut.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, strategi guru Pendidikan Agama
Islam untuk mengurangi kenakalan siswa salah satunya adalah peningkatan
keagamaan, strategi tersebut telah dilakukan oleh sekolah untuk mengurangi
kenakalan. Menurut Zakiyah Darajat kenakalan siswa dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu kenakalan yang tidak melanggar hukum dan kenakalan yang melangga
8
hukum. Namun kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMA N 2 Wonogiri
merupakan kenakalan yang tidak melanggar hukum.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dari analisis data, dapat ditarik simpulan sebagai berikut
:Realita kenakalan di SMA N 2 Wonogiri, penulis menyimpulkan bentuk-bentuk
kenakalan yang dilakukan siswa-siswi tergolong kenakalan ringan. Seperti
membolos, membuat gaduh kelas, terlambat masuk kelas, tidak sopan terhadap
guru, seragam tidak sesuai aturan, berkelahi, berbicara kotor dan mengejek teman,
Faktor-faktor penyebab kenakalan, yaitu faktor keluarga, faktor dalam sekolah
dan faktor dalam masyarakat, Strategi guru PAI dalam mengurangi kenakalan
siswa di SMA N 2 Wonogiri yaitu menggunakan strategi prefentif (pencegahan).
Strategi prefentif yang dilakukan oleh guru PAI di SMA N 2 Wonogiri yaitu
bimbingan secara lisan, saling berkoordinasi dengan pihak-pihak lain, serta
meningkatkan kegiatan keagamaan. Ada beberapa kegiatan keagamaan yang
dilakukan, yaitu melakukan sholat dhuha sebelum pelajaran dimulai, melakukan
sholat dzuhur sholat jumat berjamaah dan. Dan menghafal ayat-ayat Al Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsii. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Basri, Hasan. 1995. Remaja Berkualiatas Problematika Remaja dan Solusinya.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar Danim, Prof Dr Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
Penerbit Alfa Darajat, Zakiyah. 1971. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang Departemen Agama RI. 2000. Al-Qur’an al Karim dan Terjemahnya Dra. Zuhairini dkk. 1996. Metodologi Pendidikan Agama. Solo:CV Ramadhan Gumarsa, Y Singgih D. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatis. Jakarta: Gaung Persada
9
Nata, Abuddin. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Medidia Group
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafundo
Perkasa Sudarsono. 1989. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Kuatitif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Aksara Baru Sunggono, Bambang. 1997. Metodologi Penelitian Huku. Jakarta: Raja Grafindo Tafsir, Ahmad. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdarika Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras Tim
Syamil Al-Qur’an. Jawa Barat: Sygma Undang-Undang Republik Indonesia. 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta:
Departemen Pendidikan