`strategi dan kebijakan pemerintah dki jakarta...
TRANSCRIPT
i
`STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM
MENGANTISIPASI PERUBAHAN PILIHAN KONSUMEN DARI TOKO
KONVENSIONAL KE TOKO ONLINE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)
Oleh:
ZANNUAR RIZQI
NIM: 1113084000037
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM
MENGANTISIPASI PERUBAHAN PILIHAN KONSUMEN DARI TOKO
KONVENSIONAL KE TOKO ONLINE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Ditujukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)
Oleh:
ZANNUAR RIZQI
NIM : 1113084000037
Dibawah Bimbingan:
ARIEF FITRIJANTO M.Si
NIP.19711118200311003
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
iii
LEMBAH PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini selasa, 12 September 2017 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa :
Nama : Zannuar Rizqi
NIM : 1113084000037
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : “STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DKI
JAKARTA DALAM MENGANTISIPASI PERUBAHAN
PILIHAN KONSUMEN DARI TOKO KONVENSIONAL
KE TOKO ONLINE”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Uji Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Tangerang, 4 Maret 2018,
Arief Fitrijanto M.Si
NIP. 19711118200311003 ( )
Penguji 1
Drs. Rusdianto M.Sc
NIP. 195501041984031001 ( )
Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini selasa, 29 Januari 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Zannuar Rizqi
2. NIM : 1113084000037
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Strategi dan kebijakan Pemerintah DKI Jakarta
dalam mengantisipasi perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional
ke toko online
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 30 Januari 2019
1. Dr. Sofyan Rizal, M.Si
NIP :1976040201011002 (___________)
Ketua
2. Fahmi Wibawa M.B.A
NIP : (___________)
Penguji Ahli
3. Arief Fitrijanto M.Si
NIP. 19711118200311003 (____________)
Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Zannuar Rizqi
NIM : 1113084000037
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya sebagai peneliti:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari seseorang atau pihak lain atas karya
saya, dan telah melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, dan
ternyata memang ditemukan adanya bukti bahwa saya melanggar pernyataan
diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Tangerang, 29 Januari 2019
ZANNUAR RIZQI
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI :
Nama : Zannuar Rizqi
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 01 Januari 1996
Alamat : Jalan Winong Barokah RT.002/05
No.24, Kelurahan Sudimara Timur,
Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang,
Banten. kode pos : 15151
Nomor Handphone : 089681266440
E-Mail : [email protected]
II. LATAR BELAKANG KELUARGA:
Nama Ayah : Yusuf
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Mei 1965
Pendidikan Terakhir : Strata 1
Pekerjaan : Guru
Nama Ibu : Supriati
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 10 Juni 1968
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
III. RIWAYAT PENDIDIKAN :
SDN Karang Tengah 05 Kota tangerang Tahun 2001-2007
SMP Negeri 3 Kota Tangerang Tahun 2007-2010
SMA Negeri 12 Kota Tangerang Tahun 2010-2013
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-
IV. RIWAYAT ORGANISASI :
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Ciputat
V. RIWAYAT PEKERJAAN :
Mitra UBER Driver (2016-2017)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat-Nya, karunia-Nya dan beserta keridhoan-Nya yang telah diberikan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi dengan
judul: “STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM
MENGANTISIPASI PERUBAHAN PILIHAN KONSUMEN DARI TOKO
KONVENSIONAL KE TOKO ONLINE” Shalawat serta salam penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
ke zaman dengan banyaknya ilmu pengetahuan. Skripsi ini diteliti serta disusun
dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelas Sarjana Ekonomi
dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Pada waktu dan kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa
serta ucapan terima kasih yang luar biasa kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, pengarahan, bimbingan, hiburan serta memberikan
dukungan berupa semangat, materi dan do’a baik secara langsung dan tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
sebaik-baiknya dan semoga memberi manfaat untuk orang disekitarnya. Adapun
pihak-pihak tersebut adalah:
1. Saya mengucapakan rasa terima kasih kepada kedua orang tua saya
Babeh dan Enyak yang tercinta atas do’a - do’anya, semangatnya, dan
cinta kasihnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar dan baik.
2. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc.,
M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.
3. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sofyan selaku Sekretaris
Jurusan Ekonomi Pembangunan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas
bimbingan dan ilmu yang diberikan
viii
4. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arief Fitrijanto, M.Si
selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan juga sebagai Dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan motivasi dan
arahan dalam penulisan sehingga penulisan skripsi ini dapat berlangsung
dengan baik dan lancar sampai selesai. Semoga bapak selalu diberikan
kesehatan, rezeki, kemudahan serta keberkahan oleh Allah SWT.
5. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen-dosen Jurusan
Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
atas ilmu yang bermanfaat serta nilai-nilai moral yang diberikan kepada
penulis.
6. Saya mengucapkan kepada seluruh karyawan FEB atas bantuannya
dalam persiapan persidangan
7. Saya juga mengucapkan terima kasih terhadap Kesbangpol Kota
Tangerang Selatan dan serta PTSP MPP Provinsi DKI Jakarta dalam
membuat perizinan untuk melakukan wawancara penelitian.
8. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Herdy serta seluruh jajaran
staff bagian Perdagangan di Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
9. Saya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat “Kosan Berkah”
(KOBER) yaitu Akhadi, Dimas, Rafiqi, Iqbal, Izzu, Derma, Jihad, Risky,
Eko, Karim,Weka, dan Iban atas menemani perjuangan dalam
perkuliahan dan menjadi tempat suka maupun duka. Untuk itu terima
kasih, semoga dimasa yang akan datang kita menjadi orang yang berguna
dan sukses.
10. Saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Jurusan Ekonomi
Pembangunan angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
atas menjadi bagian kehidupan penulis dalam perkuliahan.
11. Saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan KKN Samurai atas
pengalaman berharga dalam mengabdi kepada masyarakat Kecamatan
Kemiri dan juga menjadi wadah penulis untuk menjadi lebih baik lagi.
12. Saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga Ibu Rimi yang
terkhusus Bunga Elsa Reni Yulistiani atas bimbingan, motivasi dan
ix
keberkahan sehingga penulis dapat menjalani kehidupan menjadi lebih
baik.
13. Saya juga mengucapkan kepada para sahabat Febry Setiawan, Eki
Feyzar.L, Adrian Wibisono dan Roby Hermawan atas motivasi,
bimbingan serta hiburan mereka dalam kehidupan penulis.
14. Serta semua pihak yang tak bisa disebutkan penulis satu persatu
Dalam penyusunan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa memiliki banyak
sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala bentuk
saran, masukan dan kritik dari pembaca akan diterima oleh penulis guna
memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian
ini dapat berguna serta bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkan
Wassalamu’alaikum Warahmatukllahi Wabarahkatuh
Tangerang, 29 Januari 2019
ZANNUAR RIZQI
x
ABSTRACT
This study aims to find out how the DKI Jakarta Government is implementing
strategies and policies to anticipate of changing consumer choices from
conventional stores to online stores. Strategy and policy are the main things in
this study because they can overcome the problem of changing consumer choices
from conventional stores to online stores in the DKI Jakarta area. In this study
using data collection techniques through interviews and questionnaires. The
analytical method used is SWOT analysis with SWOT qualitative and quantitative
approaches. But this research is a qualitative descriptive study.
The results of this study are 2, namely strategy and policy. The first strategy
is (1) product strategy and entrepreneurship by improving product quality and
product purchasing power and innovative entrepreneurial programs, second (2)
promotion strategy namely cooperation with marketplaces and local product
exhibitions in cities and outside cities, third (3) security strategies namely
supervision products, business actors and place of business and consumer
protection and the fourth strategy (4) improvement of development and market
revitalization facilities and shops. While for policies (a) Development of facilities
and infrastructure that encourage digital economy and online trading (b)
Program making supports business people or MSMEs in online trading and
cooperation with marketplaces (c) Determination of regional taxes and levies in
the field of online trading.
Keywords: Strategy, Policy, conventional stores, online stores
xi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pemerintah DKI
Jakarta melakukan strategi dan kebijakan untuk mengantisipasi perubahan pilihan
konsumen dari toko konvensional ke toko online. Strategi dan kebijakan
merupakan hal yang utama dalam penelitian ini karena dapat mengantisipasi
perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko online di wilayah
DKI Jakarta. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara dan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis
SWOT dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif SWOT. Namun penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini ada 2 yakni strategi dan kebijakan. Strateginya
pertama (1) strategi produk dan kewirausahaan dengan peningkatan kualitas
produk dan daya beli produk dan inovatif program kewirausahaan, kedua (2)
startegi promosi yaitu kerjasama dengan marketplace dan pameran produk lokal
dalam kota dan luar kota, ketiga (3) strategi keamanan yaitu pengawasan produk,
pelaku usaha dan tempat usaha dan perlindungan konsumen dan strategi yang
keempat (4) peningkatan fasilitas pembangunan dan revitalisasi pasar dan toko.
Sementara untuk kebijakan (a) Pengembangan fasilitas dan infrastruktur yang
mendorong ekonomi digital dan perdagangan online (b) Pembuatan program
mendukung pelaku usaha atau UMKM dalam perdagangan online serta kerjasama
dengan marketplace (c) Penetapan pajak dan retribusi daerah dalam bidang
perdagangan online.
Kata Kunci : Strategi, Kebijakan, Analisis SWOT
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF ......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pilihan Konsumen ................................................................................ 8
B. Strategi Perencanaan ............................................................................ 11
C. Kebijakan ............................................................................................ 12
D. Pasar ..................................................................................................... 12
E. Toko Konvensional .............................................................................. 14
F. Toko Online ......................................................................................... 16
G. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 17
H. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup penelitian .................................................................... 22
B. Jenis Penelitian dan Tujuan penelitian ................................................. 22
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 23
xiii
D. Metode Analisis Data ........................................................................... 24
1. Analisis S.W.O.T ................................................................................. 24
2. Definisi dan Tahapan SWOT ............................................................... 25
a. Strength (kekuatan) .................................................................. 25
b. Weakness (kelemahan) ............................................................. 25
c. Opportunity (peluang) .............................................................. 25
d. Threat (ancaman) ..................................................................... 25
e. Tahapan SWOT ........................................................................ 26
3. Kualitatif SWOT .................................................................................. 26
4. Kuantitatif SWOT ................................................................................ 28
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum DKI Jakarta ............................................................. 31
1. Kondisi geografi wilayah DKI Jakarta .......................................... 31
2. Pemerintahan DKI Jakarta ............................................................ 32
3. Kependudukan ............................................................................... 33
4. Perdagangan .................................................................................. 34
B. Sejarah dan Perkembangan .................................................................. 35
1. Sejarah Toko Konvensional .......................................................... 35
2. Sejarah Toko Online...................................................................... 36
C. Strategi Pemerintah DKI Jakarta .......................................................... 38
1. Strategi produk dan kewirausahaan............................................... 39
a. Peningkatan kualitas produk dan daya beli produk ............. 39
b. Inovatif program kewirausahaan ......................................... 39
2. Startegi promosi ............................................................................ 40
a. Kerjasama dengan marketplace ........................................... 40
b. Pameran produk lokal dalam kota dan luar kota ................. 40
3. Strategi keamanan ......................................................................... 41
a. Pengawasan produk, pelaku usaha dan tempat usaha .......... 41
b. Perlindungan konsumen ....................................................... 42
4. Strategi pembangunan dan revitalisasi pasar dan toko ................. 42
D. Strategi dan kebijakan dengan Analisis SWOT ................................... 43
xiv
1. Perumusan Faktor Internal dan Faktor Eksternal .......................... 43
a. Strength (kekuatan) .............................................................. 43
b. Weakness (kelemahan) ......................................................... 44
c. Opportunity (peluang) ......................................................... 44
d. Threat (ancaman) ................................................................. 44
2. Kualitatif SWOT ........................................................................... 45
a. Strategi Kekuatan dan Peluang (S+O) ................................. 45
b. Strategi Kekuatan dan Ancaman (S+T) ............................... 46
c. Strategi Kelemahan dan Peluang (W+O) ............................ 48
d. Strategi kelemahan dan Ancaman (W+T) ........................... 49
3. Kuantitatif Analisis SWOT ........................................................... 53
a. Penilaian IFAS dan EFAS ................................................... 53
b. Pembobotan dan rating IFAS dan EFAS ............................. 54
4. Grand Strategy untuk Kebijakan................................................... 58
a. Prioritas Strategi untuk kebijakan ..................................... 58
b. Kuadran SWOT Kebijakan ............................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN .................................................................................................... 66
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Penjualan Toko Konvensional perbulan DKI
Jakarta 2016-2018
IFAS & EFAS (Internal strategic Factor
Analysis Summary & External strategic Factor
Analysis Summary)
Jumlah Keputusan Pemerintah dan DPRD
menurut jenisnya, 2012-2016
Jumlah Fasilitas Perdagangan yang dikelola P.D
Pasar Jaya perkota adminitrasi di Provinsi DKI
Jakarta pada Tahun 2016
Matriks Kualitatif Analisis SWOT – Hubungan
IFAS-EFAS
Penilaian, Pembobotan dan Rating Internal
Factor Analysis System (IFAS) Pemerintah DKI
Jakarta dalam mengantisipasi perubahan pilihan
konsumen dari toko konvensional ke toko online
Penilaian, Pembobotan dan Rating Eksternal
Factor Analysis System (IFAS) Pemerintah DKI
Jakarta dalam mengantisipasi perubahan pilihan
konsumen dari toko konvensional ke toko online
Prioritas strategi untuk kebijakan
2
28
33
34
52
55
56
56
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Penjualan Toko Online di Indonesia tahun
2015-2018 (dalam Milliar U.S Dollars)
Alur Kerangka pemikiran
Matriks SWOT Kearns
Kuadran SWOT Pearce dan Robinson
Peta Adminitrasi Wilayah DKI Jakarta
Kuadran SWOT untuk kebijakan
4
21
26
29
32
60
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
I
II
III
IV
V
Matriks wawancara penlitian
Dokumentasi wawancara dan penyerahan
kuesioner
Kuesioner penelitian
Hasil penilaian responden
Penilaian, Pembobotan, dan Rating
Kuantitatif SWOT
66
68
69
74
76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan
ekonomi yang berlaku setiap tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus
diadakan perbandingan pendapatan nasional setiap tahun, yang dikenal
laju pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2005:13). Sementara menurut Nanga
(2001:273) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi mendefinisikan
peningkatan dalam kemampuan suatu negara yang perekonomiannya
dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi
terdapat faktor-faktor didalamnya yakni seperti dikemukakan oleh Sukirno
(2005:448) Pertama peranan sistem pasar bebas yaitu sistem mekanisme
pasar yang mewujudkan kegiatan ekonomi sebagaimana ekonomi tersebut
efisien dan pertumbuhan yang stabil. Kedua perluasan pasar yaitu
perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dengan tujuan untuk
menjual barang ataupun jasa kepada masyarakat dan mencari keuntungan.
Ketiga spesialisasi dan kemajuan teknologi dalam meningkatkan
produktivitas para pekerja yang memproduksi barang dan jasa.
Dalam kegiatan ekonomi selain bertujuan untuk melakukan
produksi kegiatan ekonomi juga melakukan konsumsi barang dan jasa.
Konsumen memenuhi kebutuhan dirinya baik secara primer, sekunder
maupun tersier. Pasar merupakan tempat yang sempurna untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam mengkonsumsi suatu barang, selain itu pasar
juga tempat terjadinya penjual dan pembeli bertemu dalam melakukan
transaksi tawar-menawar. Hal tersebut juga dinyatakan kotler (2002:77)
menjelaskan bahwa pasar merupakan suatu tempat fisik di mana pembeli
dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa.
Pasar dalam perkembangannya selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Dimasa sekarang pasar bukan hanya untuk tempat
penjual dan pembeli saling tawar menawar soal harga (pasar tradisional),
2
namun akibat dari perkembangan pasar mulai berkembang kearah lebih
baik, biasanya disebut toko konvensional atau retail. Toko konvensional
atau ritel biasanya memiliki fasilitas yang memumpuni untuk semua
kalangan masyarakat. Menurut Levy & Weitz (2009:6) toko konvensional
merupakan suatu tempat yang dipergunakan untuk rangkaian aktivitas
bisnis yang menambah nilai guna barang dan jasa diperuntukan dijual
kepada konsumen atau rumah tangga dan dipergunakan konsumsi pribadi.
Sementara Christina (2008:4), toko konvensional dapat dijelaskan sebagai
tempat yang dipergunakan untuk semua kegiatan yang terlibat dalam
penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk
konsumsi pribadi dan bukan untuk mendapatkan keuntungan.
Toko konvensional di daerah DKI Jakarta terlihat (tabel 1.1)
memiliki fluktuasi yang cukup dinamis dalam penjualan. Fluktuasi
penjualan terjadi disetiap bulan dimana penjualan terendah terjadi pada
bulan febuari tahun 2016 yakni 65.1, sementara penjualan terbanyak
terjadi di bulan juni tahun 2017 yakni 138.9. Namun dalam data tersebut
terlihat bahwa peningkatan dalam penjualan hanya mengalami dibulan-
bulan tertentu saja seperti bulan ramadhan ataupun bulan yang mendekati
akhir tahun, sementara itu dibulan yang lain memiliki penjualan yang
cukup minim dana mengalami penurunan.
Tabel 1.1 : Penjualan Riil Toko Konvensional perbulan DKI
Jakarta 2016-2018
Bulan 2016 2017 2018
Januari 75.7 101.4 119.2
Febuari 65.1 78.8 97.7
Maret 67.7 93.2 91.6
April 71.7 95.9 100.3
Mei 76.9 101.3 128.3
Juni 104.9 138.9 119.2
3
Sumber: Bank Indonesia, May 2018
Dari hal tersebut didapat kesimpulan bahwa penjualan secara toko
konvensional mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dalam hal ini
akan berdampak merugikan Pemerintah DKI Jakarta karena dapat
mengurangi pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak dan retribusi,
karena salah satu sumber pendapatan wilayah DKI Jakarta berasal dari
pajak dan retribusi yang diterima dari toko konvensional atau pasar.
Internet merupakan sebuah sebutan untuk sekumpulan jaringan
komputer yang dapat menghubungkan berbagai situs akademik,
pemerintahan, komersial, organisasi, hingga perseorangan (Ramdhani,
2003:65). Munculnya internet dalam kehidupan sehari-hari membuat
perubahan pandangan manusia tentang hubungan sosial terhadap manusia
lain. Selain itu internet juga merubah paradigma manusia dalam
menjalankan tentang ekonominya. Internet mempengaruhi ekonomi
melalui salah satu sistem yang bernama e-commerce atau toko online.
Menurut Triton (2006:25) e-commerce merupakan tempat perdagangan di
mana untuk transaksi perdagangan baik membeli maupun menjual
dilakukan melalui website yang berdasarkan elektronik dan menyambung
kepada sebuah jaringan internet.
Juli 91.9 94.9 97.7
Agustus 70.8 96.2 93.9
September 67.2 104.1 104.0
Oktober 69.1 98.4 108.6
November 80.0 113.1 107.3
Desember 92.8 138.1 130.3
4
Gambar 1.1 : Penjualan Toko Online di Indonesia tahun 2015-2018 (dalam
Milliar U.S Dollars)
Sumber: www.statista.com
Pertumbuhan penjualan retail e-commerce atau biasa disebut toko
online (gambar 1.1) di Indonesia dengan penjualan toko online terjadi
peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat dari tahun 2015 sampai tahun
2016 sebanyak 1.05 Milliar U.S dollar hal tersebut menjelaskan terjadinya
peningkatan penjualan yang cukup signifikan. Dalam gambar 1.1 juga
menjelaskan pertumbuhan e-commerce pada tahun 2017 penjualan retail
pada e-commerce sebesar 6.96 Milliar U.S Dollar sementara pertumbuhan
e-commerce tahun 2018 masih sebuah proyeksi statistik yang jumlahnya
sebesar 8.5 Milliar U.S Dollar. Dalam peningkatan penjualan toko online
ini akan berdampak pada wilayah DKI Jakarta dikarenakan wilayah DKI
Jakarta merupakan ibu kota Indonesia dan juga merupakan kota modern
dengan masyarakat yang pendapatan tinggi serta tingkat konsumsi yang
cukup tinggi.
4,61
5,65
6,96
8,5
2015 2016 2017 2018*
Penjualan Toko Online di Indonesia
tahun 2015-2018
5
Dari dua fenomena yang terjadi menjelaskan terjadinya penurunan
penjualan yang dialami toko konvensional di Provinsi DKI Jakarta dan
terjadinya peningkatan pada penjualan toko online di Indonesia yang
berdampak pada wilayah DKI Jakarta. Dalam hal ini pemerintah DKI
Jakarta perlu membuat strategi perencanaan serta kebijakan yang tepat
agar mengantisipasi dari perubahan yang dialami wilayah tersebut. karena
perubahan yang dialami wilayah DKI Jakarta akan berdampak pada
perekonomian baik secara keuangan, ketenagakerjaan maupun teknologi.
Perlunya pemerintah DKI Jakarta dalam membuat strategi dan
kebijakan karena pemerintah merupakan salah satu instansi yang dapat
mengatur pengelolaan pasar. Pengelolaan pasar melalui peraturan daerah
nomor 3 tahun 2009 Bab 1 pasal 1 ayat 15 yang menyebutkan “Pasar
tradisional yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah
daerah, swasta, badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik
daerah (BUMD) termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, counter, los dan tenda (secara toko konvensional) serta
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya atau koperasi
dengan usaha skala kecil”. Dari hal tersebut dapat menjelaskan bahwa
Pemerintah DKI Jakarta punya peranan penting dalam pengelolaan pasar,
maka strategi dan kebijakan dibuat agar dapat menyelaraskan toko
konvensional dengan toko online.
Menurut Pasaribu (2000:34) perencanaan merupakan suatu cara
atau metode untuk mencapai dari tujuan dan sasaran yang sudah
diobservasi dan ditetapkan serta dirumuskan oleh instansi perencana pusat
yang bertujuan untuk pembangunan atau mengantisipasidari pembangunan
tersebut. Perencanaan yang strategis dapat mengantisipasi yang dialami
pemerintah daerah dan juga kepada masyarakat agar perekonomian tetap
berjalan dengan baik ataupun stabil. Perencanaan merupakan penentuan
pilihan secara terukur dan jelas dengan jangka waktu tertentu yang berasal
dari asas atau dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan
(Nisisastro dalam Pasaribu 2000:34).
6
Strategi perencanaan harus mengambil aspek apa yang dialami
oleh wilayah serta Pemerintah DKI Jakarta seperti melihat kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman dari perubahan pilihan konsumen.
Seluruh aspek tersebut sangat dibutuhkan untuk menjadikan strategi
menjadi sebuah kebijakan yang dapat menyelesaikan masalah pilihan
konsumen dari toko konvensional ke toko online. Menurut Anderson
didalam Islamy (2009:17) kebijakan merupakan suatu tindakan dari tujuan
yang dilaksanakan kelompok untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Dengan penjelasan diatas, dapat diperoleh sebuah kesimpulan
bahwa Pemerintah DKI Jakarta harus mampu melakukan strategi dan
kebijakan dapat mengantisipasi perubahan pilihan konsumen dari toko
konvensional ke toko online. Pembuatan strategi dan kebijakan tersebut
ditujukan untuk mengantisipasi perubahan pilihan masyarakat serta
jalannya pemerintah DKI Jakarta baik secara birokrasi, sosial, ekonomi,
serta perdagangan. Dengan ini peneliti memberi judul pada penelitian
yaitu: STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DKI JAKARTA
DALAM MENGANTISIPASI PERUBAHAN PILIHAN KONSUMEN
DARI TOKO KONVENSIONAL KE TOKO ONLINE.
B. Perumusan masalah penelitian
Dengan penjelasan latar belakang diatas maka perumusan masalah
penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Strategi oleh pemerintah DKI Jakarta mengantisipasi
akibat perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke
toko online?
2. Bagaimana kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah DKI
Jakarta untuk mengantisipasi akibat perubahan pilihan konsumen
dari toko konvensional ke toko online?
7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah,
disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pemerintah DKI Jakarta melakukan strategi dan
kebijakan untuk mengantisipasiperubahan pilihan konsumen dari
toko konvensional ke toko online.
2. Manfaat Penelitian
a. Pemerintah: sebagai bahan masukan bagi pemerintah DKI
Jakarta untuk melakukan perencanaan strategis dalam
mengambil kebijakan.
b. Akademis: sebagai sumber refrensi penelitian dan
pengembangan strategi dan kebijakan jika diperlukan untuk
melakukan penelitian yang sejenis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pilihan Konsumen
Pilihan konsumen merupakan sesuatu pilihan seseorang untuk
mengkonsumsi barang maupun jasa. Teori pilihan konsumen dikemukakan
oleh banyak ahli, Menurut schiffman dan kanuk (dalam Suryani, 2008:10)
pilihan konsumen menggambarkan individu mengambil keputusan dimana
mereka memanfaatkan waktu, uang, usaha yang berguna untuk membeli
barang dan jasa yang berhubungan dengan konsumsi pribadi atau umum.
Sementara menurut Pindyck dan Rubinfeld (dalam Manossoh, 2015:72)
Teori pilihan konsumen merupakan suatu konsumen yang mengalokasikan
pendapatan untuk memilih antara barang dan jasa yang bervariasi manfaat
beserta jenisnya berbeda-beda untuk memaksimalkan demi kebutuhan,
hasrat maupun kepuasan konsumen tersebut. Dari definisi diatas, menurut
penulis pilihan konsumen merupakan proses pengambilan keputusan oleh
konsumen dalam memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan
produk, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan
kebutuhan dan hasrat konsumen.
Teori pilihan konsumen terdapat garis besar sesuai realitas ekonomi,
menurut Rahardja dan Manurung (2006:76) dalam pilihan konsumen
terdapat asumsi-asumsi dasar untuk menjelaskan realitas ekonomi antara
lain :
1. Barang (commodities): Barang dan Jasa yang biasanya di konsumsi
biasanya disebut Komoditi. Komoditi merupakan sesuatu yang
memberikan jasa konsumsi terhadap konsumen persatuan waktu
tertentu
2. Utilitas (utility): Utilitas merupakan suatu dampak atau manfaat yang
diperoleh konsumen dalam konsumsi suatu barang. Selain itu utilitas
merupakan ukuran manfaat dari suatu barang dibandingkan dengan
alternatif penggunaan.
9
3. Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge) : Setiap konsumen
dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia dipasar,
kapasitas teknis masing-masing barang dan jasa dalam memenuhi
kebutuhan konsumen dan tingkat harga masing-masing
4. Hukum pertambahan manfaat yang semakin menurun (the law of
diminisjing marginal utility): Menurut Gossen bahwa ketika
kepuasan dalam konsumsi suatu barang sudah dicapai pada titik
tertinggi maka jika bertambah satu barang dalam konsumsi akan
mengalami suatu penurunan tingkat kepuasan, dalam pengertian
tersebut dinamakan Hukum Gossen.
5. Konsistensi Preferensi (Transitivity): Konsumen dianggap tahu
secara pasti mengenai jumlah uang yang dibelanjakannya selama
periode perencanaan tertentu. Dalam hal ini konsumen ada dua sikap
yang berkaitan dengan prefensi konsumsi yaitu lebih suka atau sama-
sama disukai barang tersebut.
Teori pilihan konsumen mempunyai dua pendekatan tentang perilaku
konsumen sebagai berikut :
1. Pendekatan Kardinal
Teori pendekatan kardinal dalam Rahadja dan Manurung
(2006:77) menjelaskan bahwa kenikmatan yang didapatkan
konsumen secara kuantitatif atau konsumen dapat menentukan
jumlah konsumsi atas berbagai jenis barang.kepuasan konsumen
dalam konsumsi sesuatu barang bisa di ukur dengan satuan
kepuasan seperti mata uang. Dari penjelasan tersebut teori
pendekatan kardinal dapat disimpulkan bahwa setiap jumlah
barang yang bertambah sebanyak satu unit maka kepuasan yang
dirasakan konsumen akan bertambah dalam jumlah yang
ditentukan.
Pendekatan secara Kardinal telah dikemukakan oleh
beberapa ahli ekonomi seperti Gossen, Yeavon, Wallras.
Pendekatan kardinal ada beberapa asumsi yaitu :
10
a. Konsumen Rasional (kardinal) : konsumen
memkasimalkan kepuasan dengan keterbatasan
pendapatan yang telah diterima.
b. Diminishing Marginal Utility : kepuasan dalam konsumsi
suatu barang sudah dicapai pada titik tertinggi maka jika
bertambah satu barang dalam konsumsi akan mengalami
suatu penurunan tingkat kepuasan.
c. Pendapatan Konsumen konstan: pendapatan tetap dan tak
berubah yang berarti uang memliki nilai subjektif yang
tetap
d. Total kepuasan : kepuasan mempunyai total yang bersifat
aditive yaitu penjumlahan unit kepuasan yang diperoleh
dari masing-masing barang yang telah dikonsumsi
2. Pendekatan Ordinal
Menurut Rahardja dan Manurung (2006:80) teori ordinal
merupakan suatu kepuasan memakai barang jika dibandingkan
dengan barang yang lain atau perbandingan dua barang.
Pendekatan ordinal memakai kurva indeferensi yang
pengertiannya merupakan kurva yang memperlihatkan dua
kombinasi jenis barang yang memberikan suatu kepuasan pada
satu konsumen
Dalam pendekatan ordinal terdapat beberapa asumsi-asumsi
dasaruntuk menjelaskan dari realitas ekonomi :
a. Konsumen Rasional (ordinal) : konsumen yang diartikan
rasional merupakan konsumen yang memaksimalkan
utility dengan pendapatan pada harga yang tersedia
dipasar.
b. Utility (ordinal) : konsumen dianggap mampu
memberikan tingkatan atau peringkat kombinasi mana
saja yang disukai konsumen. Dengan begitu konsumen
11
tidak perlu memberikan satuan kepuasan terhadap barang
yang telah dikonsumsi.
c. Hukum Deminishing Marginal Rate of Substitution :
artinya konsumen menambahkan barang yang di
konsumsi dapat berdampak penurunan parang konsumsi
barang lain. Hukum tersebut dapat digambarkan dengan
kurva indeferen.
d. Total utilitas : konsumen memeperoleh total utilitas
tergantung dari jumlah barang yang di konsumsi.
e. Consistency and Transivity of Choice : maksudnya
adanya tingkat pemilihan pada barang seperti barang X
lebih dipilih dibanding barang Y, sementara itu barang Y
lebih dipilih dari barang Z maka kesimpulannya barang X
sangat dipilih dibanding barang Z (X>Y>Z).
B. Strategi Perencanaan
Strategi perencanaan memiliki pengertian yang berbeda-beda
menurut pandangan ahli. Strategi merupakan suatu rencana yang
berbentuk terintergrasi antara tujuan utama, dengan kebijakan, dan urutan
tindakan dalam suatu instansi menjadi kesatuan (Quinn dalam Hutapea,
2017:4). Dalam melakukan strategi yang baik harus berdasarkan
kemampuan internal dan kelemahan instansi, serta peluang dan ancaman
dari perubahan yang dialami instansi tersebut. Strategi menurut Argyris
et.al (dalam Hutapea, 2017:4) menyatakan bahwa strategi merupakan
tindakan yang akibat dampak secara konsisten yaitu peluang dan ancaman
berdasarkan kekuatan dan kelemahan instansi. Sementara perencanaan
Menurut Pasaribu (2000:34) merupakan suatu cara atau metode untuk
mencapai dari tujuan dan sasaran yang sudah diobservasi dan ditetapkan
serta dirumuskan oleh instansi perencana pusat yang bertujuan untuk
pembangunan atau mengantisipasidari pembangunan tersebut.
12
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi
perencanaan merupakan suatu metode tindakan yang bertujuan untuk
mencapai sasaran yang direncanakan secara konsisten dengan melihat
adanya kekuatan dan kelemahan instansi terhadap peluang dan ancaman
lingkungan instansi tersebut.
C. Kebijakan
Kebijakan mempunyai arti yang berbeda-beda pandangan menurut
ahli dimana kebijakan merupakan suatu tujuan yang dituntut oleh
pemerintah atau organisasi agar tujuannya dapat tercapai. sebagai berikut
kebijakan menurut ahli, kebijakan merupakan suatu perbuatan dengan
tujuan yang dari pendapat atau argumen dari individu, organisasi atau
pemerintahan yang berada dalam lingkungan yang sama dengan tantangan
dalam pelaksanaan serta peluang untuk mencapai tujuan tertentu (Carl J.
Federick dalam Agustino, 2008:7). Selain itu menurut Anderson didalam
Islamy (2009:17) kebijakan merupakan memecahkan suatu masalah
tertentu dengan tindakan dari tujuan yang dilaksanakan oleh kelompok.
Selain tiu Woll (dalam Tangkilisan (2003:2) mengungkapkan kebijakan
merupakan aktivitas pemerintah untuk mencari sebuah solusi dalam
permasalahan yang berada dilingkungan pemerintahan yang melalui
lembaga-lembaga yang berdampak langsung pada masyarakat.
Dari definisi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan
merupakan suatu rangkaian kegiatan pemerintah pusat atau daerah,
organisasi, kelompok atau perorangan yang ditujukan untuk mencapai
tujuan sehingga tercapai tujuan yaang terarah.
D. Pasar
Pasar memiliki pengertian yang berbeda-beda sesuai pandangan
masing-masing, Pasar menurut Stanton (dalam Kharisma 2014:30) adalah
tempat dimana pembeli bertemu dengan penjual, barang-barang atau jasa-
jasa ditawarkan untuk dijual dan kemudian terjadi pemindahan hak milik
13
dan juga didefinisikan sebagai permintaan yang diajukan oleh sekelompok
pembeli yang potensial untuk sebuah produk atau jasa. Keseimbangan
yang terlaksana akibat aktivitas diantara pembeli dan penjual, dan
berpilihan individu yang tanpa memandang status sosial, pertemanan,
hingga persaudaraan atau faktor lain sebagai pembeli dan penjual. Pasar
menurut Kementerian Perdagangan disebut pasar rakyat dimana pasar
merupakan tempat tertentu yang adanya pertemuan antara pembeli dan
penjual, dan aktivitas tersebut dilakukan bisa secara langsung dan tidak
langsung, dengan adanya di dalam prose jual dan beli berbagai konsumsi
melalui tawar-menawar.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar
adalah tempat rakyat atau masyarakat umum untuk melakukan transaksi
antara penjual dan pembeli secara langsung maupun tidak langsung dan
serta untuk dikonsumsi pribadi. Dalam definisi pasar Secara umum dapat
diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu:
1. Pasar tradisional merupakan pasar dengan area jual beli yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaaan pemerintah atau
BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) dimana aktivitas transaksi
jual dan beli didukung sarana dan prasana yang dibuat oleh
pemerintah daerah dan diperuntukan masyarakat.
2. Pasar modern merupakan pasar dengan jual beli dengan jenis
barang yang berbeda, lalu dikelola secara teratur dan umumnya
diterapkan dengan konsep pasar swalayan. Ciri khas yang
terpenting dari pola pasar ini adalah pengelolaan yang sudah
modern dengan mencakup berbagai sektor seperti manajemen,
teknologi dan informasi, pemasaran.
3. Pasar informal, merupakan pasar dengan area jual beli yang
menepati lokasi secara tidak resmi, sehingga aktivitas perdagangan
yang dilakukan dengan kondisi seadanya. Pasar ini tidak memiliki
sarana dan prasarana yang didukung oleh pihak manapun serta
tidak adanya faktor-faktor yang membuat kenyamanan dan
14
keamanan dalam berbelanja. Pasar ini biasanya disudut-sudut pasar
tradisional atau pasar modern dan tempat tersebut biasanya
terdapat di pinggir jalan raya ataupun di pusat keramaian.
E. Toko konvensional
Dalam toko konvensional terdapat berbagai jenis toko sesuai
kebutuhan konsumen tersebut. Levy & Weitz (2009:6) mengungkapkan
bahwa toko konvensional merupakan suatu runtutan aktivitas bisnis yang
menambah nilai guna barang dan jasa yang dijual kepada konsunen atau
rumah tangga untuk konsumsi pribadi. Sementara menurut Christina
(2008:4) usaha dengan konsep toko konvensional dapat diartikan sebagai
semua kegiatan dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada
konsumen akhir untuk konsumsi pribadi dan bukan untuk kegiatan bisnis
seperti menjual barang dan jasa. Dari definisi tersebut dapat kesimpulan
bahwa toko konvensional merupakan tempat barang dan jasa diperjual
belikan oleh konsumen yang dipergunakan secara pribadi dimana
bertujuan untuk memperoleh profit atau kepuasan sebanyak-banyaknya.
Menurut Soliha (2008:130) penggolongan bisnis didalam toko
konvensional dapat dikategorikan berdasarkan konsepnya yakni toko
konvensional yang bersifat tradisional dan yang bersifat modern, seperti
penjelasan berikut :
1. Toko konvensional yang bersifat tradisional merupakan aktivitas
jual beli dengan konsep pedagang eceran yang bertempatkan
sederhana, misalnya toko-toko atau warung, pedagang yang berada
di pinggir jalan, pedagang yang berada di pasar tradisional dan lain
sebagainya. Kelompok toko konvensional ini mempunyai modal
sedikit dengan fasilitas yang seadanya.
2. Toko konvensional modern merupakan sejumlah pedagang dengan
konsep bangunan berukuran besar, misalnya dengan gerai yang
jumlahnya cukup banyak dan memiliki konsep yang didukung
dengan fasilitas toko yang sangat lengkap dan modern
15
Menurut Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri,
Departemen Perdagangan Republik Indonesia (dalam Soliha, 2008:130),
jenis-jenis perdagangan toko konvensional terdiri dari:
1. Pasar tradisional, adalah tempat transaksi barang atau jasa antara
penjual dan pembeli, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memperjual belikan barang/jasa kebutuhan sehari-hari
secara satuan
b. Melibatkan banyak pedagang berskala kecil
c. Bangunan fisik dan fasilitas pendukung pasar dengan
konsep sederhana
d. Pengelola serta kepemilikan umumnya oleh pemerintah
daerah melalui perusahaaan daerah
2. Supermarket merupakan pasar modern tempat penjualan barang-
barang satuan dengan banyaknya variasi barang dan konsep
pelayanannya yang bersifat self service. Kepemilikannya tempat
dimiliki oleh satu orang atau lebih. Barang yang dijual adalah
barang-barang rumah tangga seperti makanan dan minuman, alat-
alat dapur dan lain-lain.
3. Departement Store merupakan pasar modern tempat penjualan
barang-barang satuan yang berskala besar. Barang yang dijual
adalah jenis-jenis feysen seperti baju, celana, sepatu, tas,
kosmestik, dan lain-lain. Pelayanannya dilakukan oleh pramuniaga
dan self service.
4. Pasar Grosir, merupakam tempat dengan konsep jual dan beli
barang secara banyak, dan kemudian barang tersebut dijual
kembali oleh pihak pembeli.
5. Pusat perbelanjaan (mall/plaza/shopping center), merupakan suatu
tempat penjualan dengan variasi barang dan jasa yang berpusat
didalam gedung perbelanjaan yang sama. Dalam pusat
perbelanjaan terdapat jenis perdagangan seperti departement store,
supermarket, serta toko-toko dan lain-lain.
16
6. Toko bebas pajak merupakan tempat aktivitas usaha
memperjualkan barang dan jasa serta memperdagangkan barang
dan jasa dengan konsep tanpa adanya pajak dalam barang dan jasa,
sehingga konsumen dapat membeli dengan harga relatif murah
namun tidak semua konsumen dapat berbelanja ditoko tersebut
atau harus keikutan anggota dari toko tersebut.
7. Pasar percontohan, merupakan suatu tempat berupa pasar fisik
yang berada di daerah yang perekonomiannya relatif terbelakang
dan serta mampu membuat potensi berkembangnya ekonomi di
daerah sekitarnya, Jenis barang-barang hasil produksi perkebunan,
pertanian serta kerajinan dibuat oleh masyarakat yang dibutuhkan
untuk keseharian daerah tersebut.
8. Pertokoan, merupakan bangunan yang berkonsep toko-toko
sepanjang jalan raya atau ditempat yang ditentukan oleh
pengembang.
9. Pasar induk, meupakan pusat dari segala pasar-pasar dengan
konsep penjualan dan pembelian barang dalam jumlah banyak dan
diperdagangkan kembali ke pasar-pasar lainnya.
F. Toko Online
Toko online terdiri dari dua suku kata yaitu toko dan online. Toko
menurut kamus besar Bahasa Indonesia atau disingkat KBBI merupakan
tempat yang tetap dan tidak berubah-ubah dimana fungsinya untuk
produsen menjual barang yang dimiliki. Sedangkan pengertian online
merupakan konsep dari saling terhubungnya seseorang dengan orang lain
didalam jaringan serta bertukar informasi. Sementara menurut Rahmati (di
dalam Irmawati, 2011) E-commerce singkatan dari Electronic Commerce
yang menjelaskan sistem pemasaran secara elektronik dengan media
website, aplikasi ataupun lainnya. E-commerce ini mencakup distribusi,
penjualan, pembelian, pemasaran dan pelayanan dari sebuah barang
maupun jasa yang dilakukan dalam sebuah sistem elektronik seperti
17
Internet. Dari definisi tersebut dapat kesimpulan bahwa toko online
merupakan tempat untuk menjual barang-barang dimana terhubung oleh
sebuah jaringan dan sebuah sistem.
Dalam internet, toko online dalam arti lain yaitu e-commerce.
Menurut M.Suyanto (didalam Mujiyana, 2013:147), Pembagian jenis E-
commerce yang sering masyarakat ataupun perusahaan gunakan seperti
berikut:
1. Business-to-business (B2B), biasanya e-commerce yang diterapkan
saat ini merupakan jenis B2B. E-commerce ini digunakan untuk
transfer antar kelompok atau perhimpunan yang harganya
ditentukan oleh keadaan dari pasar elektronik.
2. Business-to-consummer (B2C), ini merupakan jenis transaksi
barang satuan antara konsumen dengan pedagang yang dinaungi
oleh perusahaan.
3. Consummer-to-consummer (C2C), dalamn jenis ini seorang
konsumen menjual langsung kepada konsumen lainnya dengan
barang yang baru maupun bekas atau barang penggunaan kedua.
4. Consummer-to-Business (C2B), jenis ini merupakan perseorangan
yang menjual barang atau produk kepada kelompok atau
perhimpunan.
5. NON Business e-commerce, merupakan jenis perusahaan yang di
bidang pendidikan, keagamaan, sosial dan biasanya tidak mencari
keuntungan.
6. Intrabusinnes (Organizational) e-commerce, jenis transaksi ini
adalah semua aktivitas di dalam kelompok atau perhimpunan, yang
dijalankan diinternet dengan tujuan untuk pertukaran informasi,
barang maupun jasa.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan bagian dari tinjauan pustaka dimana
penelitian terdahulu didapat dari berbagai jurnal, baik jurnal dalam negeri
18
maupun jurnal internasional. Penelitian terdahulu bertujuan untuk melihat
sejauh mana penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sehingga
menjadi panduan untuk penelitian selanjutnya. Dalam hal ini peneliti
melakukan penelitian dengan tema: “STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM MENGANTISIPASI
PERUBAHAN PILIHAN KONSUMEN DARI TOKO
KONVENSIONAL KE TOKO ONLINE”. Dalam penelitian tersebut
menjelasakan bagaimana strategi dan kebijakan pemerintah DKI Jakarta
dalam mengantisipasipilihan konsumen yang berubah dari toko
konvensional ke toko online.
Penelitian menurut Yanuar Fiandana (2014) strategi perencanaan
pemerintahan daerah dapat mengatasi ketahanan pangan sesuai dengan
aspek-aspek ketahanan pangan, Penelitian tersebut menggunakan analisisi
SWOT yang melihat dari kekuatan dan kelemahan pemerintah daerah serta
peluang dan ancaman dari potensi dan ketahanan pangan. Sementara itu
penelitian menurut Panji Kertopati (2015) pemerintah DKI Jakarta
melakukan strategi dalam rangka optimalisasi penerimaan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.
Penelitian yang dilakukan Yulna Dewita Hia (2013)
mengungkapkan bahwa pengganguran dapat ditanggulangi dengan strategi
serta kebijakan dari pemerintah dengan membenahi masalah utama yaitu
dari sumber daya alam dengan pendidikan. Penelitian yang dilakukan
Benni-Olan Hutapea (2017) mengungkapkan bahwa strategi pemerintah
daerah dapat mengembangkan pariwisata di Kabupaten Tapanuli Utara.
Penelitian yang dilakukan oleh Yacobus Duwiri (2009) menjelaskan
strategi kebijakan yang dilakukan dapat menangani permasalahan dalam
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), peningkatan PAD tersebut
bertujuan untuk kesejahteraan wilayah dan masyarakat Kabupaten
Merauke.
19
Selain itu beberapa jurnal penelitian international membahas strategi
serta kebijakan dari pemerintah untuk mengatasi masalah sosial, politik
atau ekonomi seperti berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Musa Tuncay
(2015) tentang “SWOT analysis in strategic management and a sample
aplication in piblic” mengungkapkan bahwa strategi tidak hanya
digunakan oleh perusahaan namun digunakan untuk mengatasi masalah
sosial yang menyangkut pemerintah ataupun lingkungan masyarakat.
Selain tiu penelitian yang dilakukaan oleh Prof. Frans A.J van den Bosch
(1994) tentang “Goverment impact on the Business Environment and
Strategic Management” mengungkapkan bahwa adanya pengaruh dari
pemerintahan terhadap bisnis dalam keberlangsungan bisnis dimasa depan.
H. Kerangka pemikiran
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2010). Dalam
penelitian ini menggambarkan alur kerangka pemikiran strategi dan
kebijakan oleh pemerintah DKI Jakarta yang berdasarkan akibat dampak
perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko online
dimana perubahan tersebut terlihat dari perkembangan melalui penjualan
toko konvensional dan toko online. Dalam gambar 2.1 menjelaskan alur
kerangka pemikiran dari terjadinya perubahan pilihan konsumen dari toko
konvensional ke toko online di DKI Jakarta, setelah perubahan pilihan
konsumen tersebut dapat melakukan wawancara dengan menjadikan
strategi lalu menganalisis SWOT dengan kekuatan dan kelemahan
pemerintah DKI Jakarta terhadap peluang dan ancaman dari perubahan
pilihan konsumen toko konvensional ke toko online.
Dalam kerangka penelitian ini memakai instrument kekuatan,
kelemahan, peluang serta ancaman, sebagai berikut:
a. Kekuatan (S)
20
• Fasilitas dan Infrastruktur Provinsi DKI Jakarta yang
dimiliki memadai atau lengkap
• Banyaknya Program yang mendukung pelaku usaha
• PDRB Pemerintah DKI Jakarta sangat besar dibanding
daerah yang lain
• Karakteristik dan gaya hidup masyarakat DKI Jakarta yang
konsumtif
b. Kelemahan (W)
• Pengawasan pemerintah daerah yang masih kurang
terhadap pelaku usaha baik konvensional maupun online
• Peraturan yang belum tersedia dalam perdagangan online
• Pembinaan dan dukungan yang dilakukan Pemerintah DKI
Jakarta belum maksimal
• Masyarakat wilayah DKI Jakarta yang masih kurang taat
dalam peraturan perdagangan
c. Peluang (O)
• Pertumbuhan teknologi yang semakin baik di Indonesia
• Timbulnya potensi ekonomi digital dalam perdagangan
• Terciptannya lapangan usaha dalam bidang UMKM karena
kemudahaan membuka toko dan mencapai pasar
(marketplace)
• Adanya objek Pajak daerah dan retribusi daerah baru dalam
bidang perdagangan online
d. Ancaman (T)
• Produk luar negeri yang banyak membanjiri perdagangan
online
• Banyaknya terjadi kejahatan terhadap konsumen secara
online
• Banyaknya toko konvensional yang beralih ke toko online
21
• Konflik sosial yang dirasakan masyarakat dengan adanya
perubahan pilihan konsumen
Hasil analisis SWOT yang didapat dari instrumen-instrumen
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, setelah itu dapat dijadikan grand
strategy atau kebijakan yang tujuannya untuk mengatasi dari dampaknya
perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko online bagi
Pemerintah DKI Jakarta.
Gambar 2.1: Alur Kerangka pemikiran
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengambil lokasi Pemerintah DKI
Jakarta yakni kantor Dinas Koperasi, Usaha Mikro, kecil dan Perdagangan
yang berada di jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Kota Jakarta
Utara. Hal yang melatarbelakangi diambilnya Pemerintah DKI Jakarta
karena DKI Jakarta merupakan daerah multietnis, dimana banyak
perbedaan penduduk masyarakat dari cara pandang, profesi, maupun
pendapatan.
Masyarakat Jakarta merupakan pengguna teknologi berbasis
internet terbesar di Indonesia yang mengindikasikan bahwa perkembangan
teknologi internet yang berbasis ekonomi dan perdagangan mudah untuk
dikembangkan, maka itu harus adanya strategi dan kebijakan yang tepat
dari Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil
dan Perdagangan (KUMKMP).
B. Jenis penelitian dan tujuan penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
melalui pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang melalui serangkaian proses yaitu pencarian data sesuai konteks
kejadian langsung, dan data tersebut menggambarkan peristiwa sepersis
dengan apa yang terjadi dilapangan, dari gambaran tersebut membuat
kejadiannya seperti melibatkan perspektif atau penelitian yang ikut andil
didalam bebagai kejadian, selain itu menggunakan penginduksian dalam
menjelaskan gambaran fenomena yang dilihat atau dicermati oleh peneliti
( Gorman & Clayton dalam Fiandana 2015: 1793)
Tujuan penelitian ini ialah untuk membuat strategi yang akan
dilakukan Pemerintah DKI Jakarta dalam mengantisipasiperubahan pilihan
konsumen dari toko konvensional ke toko online dengan melakukan
23
kegiatan wawancara dengan staff ahli yang menangani masalah pasar dan
retail di Dinas KUMKMP. Selain itu penelitian melakukan penyebaran
kuesioner untuk melihat strategi perencanaan yang digunakan untuk
melakukan kebijakan dengan cara analisis SWOT yakni kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman
(threats).
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian sumber data merupakan hal yang penting
dicantumkan dan dijadikan subyek dari penelitian. Penelitian ini memakai
Sumber data primer dan sekunder. Menurut farihah (2006:45) data primer
adalah data lapangan yang didapat dari sumber pertama, seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Dalam data primer, peneliti
atau observasi langsung terjun ke lapangan maupun penelitian di
laboraturium. Pelaksanaan berupa survey, percobaan (eksperimen) ataupun
penyebaran kuesioner.
Sementara itu menurut farihah (2006:45) data sekunder merupakan
data primer yang didapatkan dari perseorangan maupun organisasi lain
atau data primer yang sudah diolah dan bisa dalam bentuk tabel atau
grafik. Data sekunder dimaksudkan sebagai gambaran tambahan,
pelengkap atau untuk diproses lebih lanjut (dokumen misalnya).
Data primer dan data sekunder yang digunakan seperti berikut:
1. Wawancara
Menurut Moleong (1991:135) wawancara merupakan suatu
percakapan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara
lisan dan tulisan. Biasanya wawancara berhadapan langsung
dengan orang yang mempunyai data atau disebut narasumber.
Data dan informasi yang didapat menggambarkan masalah yang
ingin atau sedang diteliti.
Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
data dari narasumber yang berkaitan dengan strategi dan
24
kebijakan Pemerintah DKI Jakarta tentang bagaimana
mengantisipasidari perubahan pilihan konsumen dari toko online
ke toko konvensional
2. Kuesioner Penelitian
Kuesioner menurut Suroyo Anwar (2009:168) kuesioner
merupakan suatu kumpulan pertanyaan tertulis yang berisikan
data secara faktual atau opini. Biasanya kuesioner berkaitan
dengan responden atau organisasi yang perlu dibuktikan
kebernarannya atau fakta atau pertanyaaan didalam kuesioner
tersebut dianggap beropini oleh responden.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan yang bertujuan khusus
untuk pengumpulan , penyimpanan penemuan serta pengelolahan
dari penyebaran dokumen. Dalam penelitian ini Dokumentasi
atau data sekunder yang digunakan adalah berupa dokumen-
dokumen yang berasal dari World Bank, Bank Indonesia, BPS,
internet dan jurnal-jurnal yang ditujukan untuk melengkapi
penelitian.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis S.W.O.T
Analisis SWOT merupakan suatu analisis yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi internal maupun eksternal suatu objek
yang ingin di teliti. Sementara menurut Rangkuti (2016:20) SWOT
merupakan singkatan yang menampilkan lingkungan internal
(kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan
ancaman).
Analisis SWOT biasanya sebagai alat dan dasar untuk
merancang strategi perencanaan yang dibutuhkan untuk suatu
pengembangan, investasi, manajemen dan bisnis yang dilakukan
oleh instansi (Rangkuti 2016:7). Dalam penelitian ini Analisis
25
SWOT digunakan sebagai mengetahui strategi perencanaan dan
kebijakkan Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan
mengantisipasidari perubahan pilihan konsumen diwilayahnya.
2. Definisi dan tahapan SWOT
Maderoji (dalam Lukman, 2015:59) menjelaskan definisi
dan tahapan-tahapan dalam menggunakan analisis SWOT sebagai
berikut:
a. Strenght (kekuatan)
Strenght (kekuatan) merupakan hal-hal yang dapat menjadi
kekuatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, biasanya
meliputi sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah daerah
atau wilayah baik sumber daya manusia (SDM) maupun
sumber daya lainnya. Kekuatan ini dapat dimanfaatkan untuk
meminimalisir ancaman ataupun dapat menghilangkan dampak
yang diakibatkan oleh ancaman dari sekitar baik lingkungan
maupun masyarakat. Kekuatan usaha ini dapat dikontrol dan
diawasi untuk kepentingan atau pengembangan suatu daerah
ataupun organisasi.
b. Weakness (kelemahan)
Weakness (kelemahan) merupakan segala sesuatu yang
menjadi kelemahan atau kendala-kendala yang menyebabkan
suatu daerah sulit untuk berkembang dan meningkatkan
kinerjanya.
c. Opportunity (peluang)
Opportunity (peluang) merupakan sebuah kesempatan yang
ada yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan suatu
daerah. Peluang yang ada tersedia di sekitar lingkungan toko
online dan toko konvensional.
c. Threat (ancaman)
Threat (ancaman) adalah situasi yang dapat mengurangi
kemampuan daerah atau organisasi untuk berkembang.
26
Ancaman termasuk variabel yang tidak dapat didapat oleh
daerah atau organisasi tersebut dan dimiliki oleh lingkungan
dari daerah atau organisasi tersebut, selain itu ancaman juga
tidak dapat dihindari oleh daerah maupun organisasi namun
dapat diperkecil intensitasnya dengan strategi yang matang.
d. Tahapan SWOT
Dalam tahapan melakukan analisis SWOT ada beberapa
tahapan yaitu pertama mengidentifikasi Tahap pengumpulan
data yang dimiliki pemerintah daerah yakni faktor internal
kekuatan dan kelemahan yang ada serta faktor eksternal
peluang dan ancaman. Setelah itu melakukan tahapan analisis
dimana faktor lingkungan eksternal ancaman apakah dapat
mempengaruhi faktor lingkungan internal serta dampak yang
ditimbulkan dari analisis tersebut. tahapan terakhir yaitu
pemakaian data yang ditunjukan untuk pengembalian
keputusan dari masalah yang terjadi.
3. Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT yang telah di
kembangkan oleh Kearns ada delapan kotak, dimana dua kolom
teratas merupakan kolom eksternal yaitu peluang dan ancaman
sedangkan kolom yang berada di paling kiri merupakan yaitu
kekuatan dan kelemahan. Selain itu ada empat kolom dimana
ditujukan untuk strategi yang diakibatkan dari pertemuan antara
faktor-faktor internal dan eksternal.
Gambar 3.1: Matriks SWOT Kearns
Sumber: Hisyam, 1998
27
a. Kotak hijau: Comparative Advantages
Kotak ini merupakan hubungan antara kekuatan dan
peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi
pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan suatu
peluang menjadi berkembang lebih cepat.
b. Kotak biru: Mobilization
Kotak ini merupakan hubungan antara ancaman dan
kekuatan. Disini pemerintah daerah harus melakukan upaya
mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan
pemerintah daerah untuk memperlemah ancaman dari
perubahan pilihan konsumen, bahkan dapat merubah
ancaman menjadi sebuah peluang.
c. Kotak kuning: Divestment/Investment
Kotak ini merupakan hubungan antara kelemahan
dan peluang. Situasi ini terdapat suatu pilihan yaitu situasi
pemerintah daerah melakukan kabur atau meninggalkan
dan tetap atau melakukan. Selain itu Peluang yang tersedia
dapat membuat yakin untuk tetap namun tidak dapat
dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk
melakukan peluang tersebut.
d. Kotak merah: Damage Control
Kotak ini merupakan kondisi yang paling lemah
untuk perencanaan strategi karena kotak ini diisi hubungan
antara kelemahan dan ancaman. Keputusan yang salah akan
membawa pada kerugian yang dialami oleh pemerintah
daerah. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control
(mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi kerugian
yang membuat keadaan pemerintah tidak baik.
28
4. Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara
kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan
oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi
instansi pemerintah atau organisasi yang sesungguhnya. Menurut
Rangkuti (2016:25) perhitungan yang dilakukan melalui empat
jenis tahap, yaitu:
a. Menentukan bobot rating dan score. Bobot ditentukan
berdasarkan kondisi yang ada dengan skala 1 sampai 6 (1=
sangat kurang, 6 sangat baik)
b. Menjumlahkan bobot data yang telah didapat. Kemudian
dihitung bobot relatif untuk masing-masing indikator.
Bobot tersebut menjadi nilai 1%-100%
c. Menentukan rating yang bertujuan untuk kepentingan
penanganan dampak yang terjadi dalam instansi pemerintah
atau organisasi. Biasanya tingkatan rating 1 sampai 4 (1 =
tidak penting, 4 = penting)
Tabel 3.1: IFAS & EFAS (Internal strategic Factor
Analysis Summary & External strategic Factor Analysis
S
u
m
m
a
r
y
)
Sumber : Rangkuti (2016:26)
Faktor-Faktor
Strategi SWOT
Rata-Rata
penilaian
Bobot Rating Bobot X
Rating
IFAS (Internal
strategic Factor
Analysis
Summary)
Kekuatan
Kelemahan
Total (S+W)
EFAS (External
strategic Factor
Analysis
Summary)
Peluang
Ancaman
Total (O+T)
29
d. Penempatan grand strategy atau posisi strategi untuk
digunakan mencari posisis organisasi (S+O), (W+O),
(S+T), (W+T).
e. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh total skor
yang didapat lalu ditempatkan pada kuadran SWOT.
Gambar 3.2 : Kuadran SWOT Pearce dan Robinson
S
u
m
b
e
r
:
H
i
s
y
a
m
, 1998
• Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat dan strabil, Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal.
• Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.
30
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam
kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi
sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi
taktisnya.
• Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah
strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang
yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
• Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah dan menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi
berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi
bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak
semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan
sambil terus berupaya membenahi diri.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum DKI Jakarta
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis DKI Jakarta merupakan wilayah Daratan
yang rendah mempunyai ketinggian rata-rata lebih atau kurang dari
7 meter diatas permukaan air laut. DKI Jakarta memiliki jumlah
waduk atau situ yang cukup banyak, selain tiu sungai atau kanal
yang melewati daratan DKI jakarta berjumlah 17 sungai.
Luas wilayah DKI Jakarta sebesar 662.33 km2 dengan
terbagi 6 wilayah dengan 44 kecamatan dan 267 kelurahan yakni
Kepulauan Seribu (8.70 km2) dengan 2 kecamatan dan 6 kelurahan,
Jakarta Selatan (141.27 km2) dengan 10 kecamatan dan 65
kelurahan, Jakarta Timur (188.03 km2) dengan 10 kecamatan
dengan 65 kelurahan, Jakarta Pusat (48.13 km2) dengan 8
kecamatan dengan 44 kelurahan, Jakarta Barat (129.54 km2)
dengan 8 kecamatan dan 56 kelurahan, Jakarta Utara (146.66 km2)
dengan 6 kecamatan dan 31 kelurahan.
Letak geografis wilayah DKI Jakarta 60 12’ LS dan 1060 48
BT dengan berbatasan dengan:
• Perbatasan bagian selatan : Kota Depok
• Perbatasan bagian timur : Provinsi Jawa Barat
• Perbatasan bagian barat : Provinsi Banten
• Perbatasan bagian utara : Laut Jawa
32
Gambar 4.1 : Peta Adminitrasi Wilayah DKI Jakarta
Sumber : BPS DKI Jakarta 2017
2. Pemerintahan DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta wilayah yang mempunyai status
sebagai ibukota negara. Status istimewa tersebut tercantum dalam
otonomi khusus yang berdasarkan UU nomor 29 tahun 2007.
Dengan status tersebut, DKI Jakarta memiliki kebijakan Khusus
yakni mengenai mengurus pemerintahaan dan menentukan
anggaran pada tingkat provinsi. Kebijakan khusus tersebut
dikarenakan lembaga legislatif hanya ada pada tingkat provinsi
Secara wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi 5 kota
adminitrasi dan 1 kabupaten adminitrasi. Sementara itu 6 wilayah
adminitrasi terbagi menjadi 44 kecamatan dan 267 kelurahan.
Jumlah aparatur sipil negeri yang berada di lingkungan pemerintah
33
Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 sebanyak 71.218 orang. Dalam
menjalankan pemerintahaannya dewan eksekutif seperti provinsi
DKI Jakarta serta lembaga legislatif seperti DPRD telah
mengaluarkan beberapa peraturan kebijakan atau keputusan
sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Jumlah Keputusan Pemerintah dan DPRD
menurut jenisnya, 2012-2016
Jenis Keputusan 2012 2013 2014 2015 2016
Peraturan Daerah 7 13 18 5 3
Keputusan Dewan 25 50 37 42 51
Prakarsa Dewan 1 1 1 - -
Kajian Hukum - - - - -
Sumber : BPS DKI Jakarta 2017
3. Kependudukan
Penduduk merupakan seseorang yang mendiami suatu
wilayah di dalam geografis Republik Indonesia selama enam bulan
atau lebih dan atau mereka yang mendiami wilayah kurang dari
enam bulan tetapi memiliki tujuan untuk menetap. Menurut data
sensus penduduk dalam Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta,
pada tahun 2016 jumlah penduduk di 6 wilayah adminitrasi sebesar
10.277.628 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 2.685.314,
sementara rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 3,83 perkepala
rumah tangga. Sedangkan rata-rata sex ratio di 6 wilayah
adminitrasi sebesar 100,8 di mana dalam setiap 100 penduduk
Perempuan terdapat 100,8 penduduk laki-laki, atau dapat dikatakan
sex ratio ini sangat seimbang. Kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di Kota adminitrasi Jakarta Barat dengan kepadatan
penduduk 19.268,20 orang/km2, sedangkan Kabupaten adminitrasi
Kepulauan Seribu memiliki kepadatan terendah dengan kepadatan
penduduk 2.714,48 orang/km2.
34
4. Perdagangan
Secara Perdagangan, Provinsi DKI Jakarta merupakan
wilayah yang mempunyai fasilitas perdagangan dan jasa yang
sangat lengkap terbagi dalam 5 wilayah adminitrasi. Provinsi DKI
Jakarta yang dikelola P.D Pasar Jaya memiliki sejumlah bangunan
pasar seperti pasar grosir, pasar khusus, pasar induk serta pasar
eceran atau biasa disebut toko konvensional. Fasilitas perdagangan
tersebut tersebar di beberapa daerah yang digambarkan Tabel 4.2
sebagai berikut
Tabel 4.2: Jumlah Fasilitas Perdagangan yang dikelola P.D
Pasar Jaya perkota adminitrasi di Provinsi DKI Jakarta pada
Tahun 2016
Sumber : BPS DKI Jakarta 2017
Fasilitas perdagangan Provinsi DKI Jakarta yang dikelola
P.D Pasar Jaya yang digambarkan oleh tabel 4. menjelaskan
bahwa jumlah keseluruhan pasar yakni berjumlah 153 dengan
perincian 17 pasar grosir, 12 pasar khusus, 1 pasar induk serta
123 pasar eceran. Wilayah terbanyak jumlah pasar grosir adalah
Jakarta Selatan dengan 5 pasar, sementara itu untuk pasar khusus
yang terbanyak terdapat di Jakarta Timur dengan jumlah 5 pasar.
Pasar induk yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta hanya
terdapat di Jakarta Timur yaitu sebnayak 1 pasar induk, selain itu
Kota Adminitrasi Jenis Tempat Perdagangan
Jumlah
Grosir Khusus Induk Eceran
Jakarta Selatan 5 2 - 20 27
Jakarta Timur 3 5 1 24 33
Jakarta Pusat 4 3 - 31 38
Jakarta Barat 3 2 - 23 28
Jakarta Utara 2 - - 25 27
Jumlah 17 12 1 123 153
35
pasar eceran terbanyak terdapat di jakarta pusat dengan jumlah 38
pasar.
B. Sejarah dan perkembangan Toko konvensional dan Toko online
1. Sejarah Toko Konvensional (Retail)
Sejarah toko konvensional (ritel modern) di Indonesia
sudah memulai berdirinya usaha membangun dari tahun 1960-an.
Pada saat itu sudah muncul departement store yang pertama yaitu
Sarinah. Dalam kurun waktu 15 tahun kemudian, bisnis ritel di
Indonesia bisa dikata kan berkembang menuju kearah negatif atau
tidak berkembang. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan ekonomi
Presiden Soeharto di awal masa pemerintah orde baru, yang lebih
banyak membangun investasi disektor eksploitasi hasil alam
(tambang & kayu), dibandingkan sektor usaha ritel barang dan jasa
dikalangan masyarakat.
Awal tahun 1990an ditandai dengan beroperasinya salah
satu perusahaan ritel modern besar yaitu dari jepang yang bernama
SOGO. Dikeluarkannya Keputusan Presiden No.99/1998, tentang
menghapuskan larangan investor dari luar negeri untuk masuk ke
dalam bisnis ritel modern di Indonesia. Saat ini muncul berbagai
format Ritel Modern diantaranya adalah minimarket, supermarket,
hypermarket, specially store/convinience store, departement store.
Modern market digambarkan secara sederhana sebagai
suatu tempat menjual barang-barang makanan atau non-makanan,
barang jadi atau bahan olahan, kebutuhan harian atau lainnya yang
menggunakan format self service dan menjalankan sistem
swalayan yaitu konsumen membayar di kasir yang telah
disediakan. Data yang dipublikasikan oleh APRINDO dalam tahun
2004 sampai 2008 toko konvensional jenis minimarket memiliki
rata-rata pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 38% pertahun,
disusul kemudian jenis hypermarket sebesar 21,5% dan jenis
supermarket yang hanya 6% pertahun. Tingginya di format
36
minimarket, membuat persaingan dalam ekspansi atau penambahan
jumlah gerai menjadi ketat yang berdasarkan dari dua toko
konvensional yaitu Indomaret dan Alfamart. Sedangkan dalam
nilai yang dihasilkan format hypermarket merupakan yang
terbesar, seperti yang dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 41%,
sementara itu minimarket dengan 32% dan kemudian supermarket
dengan 26%.
2. Sejarah dan perkembangan Toko Online di Indonesia
Toko Online sudah lebih dari 24 tahun berada di Indonesia.
Penyedia toko online di Indonesia bermulai pada tahun 1994
dimana IndoNet hadir sebagai Internet Service Provider (ISP)
komersial pertama di Indonesia. Pada tahun 90an layanan internet
dimanfaatkan untuk menjadi etalase digital. Konsumen dapat
melihat barang yang diinginkan, tetapi proses negosiasi dan jual-
beli tetap dilaksanakan dengan cara-cara konvensional. Paling
tidak lewat sambungan telepon. Perdagangan elektronik dan
komunitas virtual ditandai dengan hadirnya situs Bhinneka.com
dan sanur.com pada tahun 1996 namun sanur.com tidak aktif lagi,
selain itu hadirnya forum Kaskus pada tahun 1999 untuk forum
jual-beli dan adanya kemunculan startup berita berupa portal Detik
ditahun 1999.
Pada tahun 2000-2007, pemerintah Indonesia yang
menyadari potensi dan efek dari perdagangan elektronik mulai
menyusun rancangan undang-undangnya. Hal tersebut berbarengan
dengan terus bertumbuhnya sektor e-commerce dan pilihan para
konsumen di internet. Tercatat ada glodokshop.com, datakencana,
wetmarket dari singapura, fast n cheap dari Surabaya, lippo shop,
iklanbaris.co.id, gadogado.net yang merupakan situs lelang. Selain
itu munculnya forum-forum publik yang menjadi cikal bakal
market place yang dikelola secara struktur, salah satunya yaitu
Tokobagus.com dari Bali. Layanan pendukung e-commerce terus
37
berkembang salah satunya yaitu munculnya layanan pembayaran
elektronik bernama Doku sejak tahun 2007.
Pada tahun 2010-2011 kehadiran aplikasi Go-jek benar-
benar menjadi trobosan, membuka pandangan dan wawasan lebih
banyak orang Indonesia mengenai besarnya dampak dari e-
commerce. Go-jek menawarkan layanan transportasi berbasis
online dan turunanya. Hal tersebut menarik minat pemain dari luar
negeri. Di tahun 2010, market Bukalapak mulai beroperasi. Pada
tahun 2011, Rakuten masuk ke Indonesia. Selain itu ada tiket.com,
Zalora Indonesia dari Zalora Group yang jaringan internationalnya
mulai beroperasi.
Pada tahun 2012 dibentuknya organisai idEA (asosiasi E-
commerce Indonesia) yang menaungi para pemain e-commerce
dalam hubungan strategis bersama pemerintah, hubungan ini
bertujuan untuk meningkatkan ekosistem e-commerce tanah air dan
reputasinya di dunia. Selain itu ada pelaksanaan perayaan Hari
Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang diharapkan
menimbulkan kepercayan konsumen terhadap e-commerce dan
memperluas minat konsumen Indonesia.
Pada tahun 2014, sejarah terus dicetak, salah satu platform
e-commerce yaitu Tokopedia menjadi startup pertama yang
menerima investasi pada tahun 2014 dengan nilai USD 100 juta
atau setara dengan Rp 1,2 Triliun saat itu. Investasi tersebut
menjadi terbesar yang pernah ada di Indonesia untuk startup e-
commerce. Selain itu para perusahaan telekomunikasi melirik e-
commerce seperti XL Axiata yang mendirikan Elevenia dan SK
Planet yang didirikan oleh perusahaaan telekomunikasi dari Korea
Selatan.
Pada tahun 2015 banyak peristiwa yang dialami e-
commerce seperti Tokobagus dan Berniaga dimerger menjadi OLX
Indonesia yang berfokus pada jual-beli komoditas barang second.
38
Hadir juga MatahariMall.com dari Lippo Group, Shopee dari
Singapura, serta JD.id yang berasal dari Tiongkok.
Pada tahun 2016-2017 terjadi persaingan ketat yang
menyebabkan beberapa perusahaan e-commerce terpaksa berhenti
beroperasi. Perusahaan e-commerce yang berhenti yaitu Lamido,
paraplou, Valadoo, Wearfable, Foopanda. Selain itu terjadi
hengkangnya perusahaan asal Tiongkok yaitu Rakuten.co.id
padahal perusahaan tersebut telah berjalan selama lima tahun di
Indonesia. Disamping itu terjadinya akuisisi perusahaan Lazada
Indonesia yang sebelumnya merupakan bagian dari Lazada
International Asia Tenggara dan kemudian diakuisisi oleh
perusahaaan asal Tiongkok yakni Alibaba. Pada tahun yang sama,
pemerintah merilis roadmap e-commerce Indonesia untuk 2017-
2019. Dituangkan dalam bentuk Pepres Nomor 74 Tahun 2017
tentang “Road Map E-commerce” tahun 2017-2019, dan juga
disebut dengan istilah lain; Peta Jalan Sistem Perdagangan
Nasional Berbasis Elektronik (SPNBE) 2017-2019. SPNBE
memuat delapan aspek yakni pendanaan, perpajakan, perlindungan
konsumen, pendidikan dan SDM, logistik, infrastruktur
komunikasi, keamanan siber, pembentukan manajemen pelaksana.
C. Strategi Pemerintah DKI Jakarta dalam mengantisipasi Perubahan
pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko online
Perubahan pilihan konsumen mampu mempengaruhi jalannya
pasar atau trend yang sedang terjadi. Perpindahan pilihan konsumen dari
toko konvensional ke toko online mempunyai dampak langsung terhadap
pelaku usaha baik dampak positif ataupun dampak negatif. Namun belum
adanya acuan dasar peraturan undang-undang yang mengatur perdagangan
online membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum bisa banyak
bertindak dalam mengantisipasi perubahan. Setidaknya Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
39
merumuskan 4 pokok pemikiran dalam 7 strategi untuk mengantisipasi
perubahan pilihan konsumen yang berubah dari toko konvensional ke toko
online, yaitu:
1. Strategi Produk dan Kewirausahaan
a. Peningkatan kualitas produk dan daya saing produk
Dalam hal ini strategi pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yaitu melakukan peningkatan kualitas produk dan
daya saing toko dan pelaku usaha dengan cara melakukan
standarisasi produk dengan kerjasama dengan BSN (Badan
Standarisasi Nasional).
Kerjasama dengan BSN bertujuan untuk pembinaan
meningkatkan kualitas produk yang sesuai standar nasional
selain itu adanya pendampingan penerapan SNI (Standar
Nasional Indonesia) sehingga produk yang di jual oleh
pelaku usaha dapat berdaya saing yang tinggi dengan
produk-produk luar negeri yang banyak diperjual belikan di
wilayah DKI Jakarta.
b. Inovatif program kewirausahaan
Dalam inovatif program Dinas Koperasi, UMKM.
dan Perdagangan melaksanakan program OK OCE (One
Kecamatan, One Center Enterpreneurship) yang telah
berganti nama menjadi kewirausahaan terpadu. Program
dimana Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas KUMKMP
melakukan pembinaan dan pendampingan kepada pelaku
usaha di setiap kecamatan yang ada di wilayah DKI Jakarta.
Program tersebut memakai sistem kerja yang
berdasarkan meritrokasi yaitu mengedepankan prestasi
dalam kewirausahaan yang dimana pelaku usaha yang
berprestasi dapat dipertahankan dan dapat didukung penuh
oleh pemerintah DKI Jakarta.
40
2. Strategi Promosi
a. Kerjasama Promosi dengan Marketplace
Dengan peningkatan kualitas produk, daya saing
usaha serta inovasi produk yang dilakukan Pemerintah DKI
Jakarta maka selanjutnya adalah melakukan promosi
melalui media cetak maupun media online. Pemerintah DKI
Jakarta melalui Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan
melakukan kerjasama dengan sejumlah perusahaan berbasis
online atau marketplace seperti Tokopedia dan Ralali.com.
Kerjasama dengan perusahaan berbasis online
tersebut bertujuan untuk pengembangan kewirausahaan
yang ada di DKI Jakarta dengan pelatihan tentang berjualan
di toko online (marketplace), setelah kepelatihan maka
Dinas KUMKMP dan perusahaan berbasis online
melakukan pendampingan sehingga pelaku usaha yang
sudah dibina dan mengikuti kepelatihan dapat meneruskan
usaha toko yang dulunya berbasis konvensional menjadi
toko online dapat berkembang dan tidak berhenti ditengah
jalan.
b. Pameran produk lokal dalam kota dan luar kota
Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas KUMKMP
memberi dukungan dalam mempromosikan produk para
pelaku usaha dengan cara mengikuti pameran diberbagai
wilayah di Indonesia. Dinas KUMKMP biasanya
melakukan seleksi ketat dalam pemilihan toko, UMKM,
atau wirausahawan agar produk yang di promosikan atau
ditampilkan dalam pameran dapat menunjukkan dan
menampilkan kualitas serta ciri khas dari wilayah DKI
Jakarta.
Dalam melakukan promosi produk biasanya Dinas
KUMKMP mengikuti pameran dengan reputasi nasional.
41
Pameran tersebut seperti PRJ atau Pekan Raya Jakarta yang
diadakan setahun sekali dalam memperingati HUT DKI
Jakarta, atau pun Pekan Raya Indonesia yang diadakan di
ICE BSD, Kabupaten Tangerang. Dalam hal ini Dinas
KUMKMP kerja sama dengan penyelenggara pameran
tersebut untuk dapat menyediakan tempat berdagang dalam
mempromosikan serta menjual barang dan produk yang
berasal dari wilayah DKI Jakarta.
3. Strategi Keamanan
a. Pengawasan produk, pelaku usaha dan tempat jual
Dalam perdagangan pengawasan merupakan hal
yang penting. Dalam wilayah DKI Jakarta pengawasan
diatur dalam Peraturan Gubernur nomor 30 tahun 2018
tentang pemberian izin usaha mikro dan kecil didalam bab
V pasal 12 ayat (3) bertuliskan “pembinaan dan
pengawasan dilakukan oleh perangkat daerah terkait bidang
UMK”, dengan penjelasan peraturan gubernur tersebut
perangkat daerah yang terkait adalah Dinas KUMKP
Dalam pengawasan tersebut Dinas KUMKMP
melakukan pengecekan izin usaha kepada pelaku usaha atau
biasa disebut SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), jika
SIUP tidak diperpanjang maka surat izin usaha akan
dicabut dan tidak diperkenankan untuk melakukan
perdagangan. Selain izin usaha, pembinaan dan
pengawasaan yang dilakukan Dinas KUMKMP berkerja
sama dengan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)
dan BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal).
Dalam kerjasamanya dengan BPOM, Dinas
KUMKMP melakukan sidak ketoko-toko dan pasar yang
bertujuan melakukan pengawasan terhadap produk-produk
yang terduga mengandung bahan makanan yang berbahaya
42
serta pengecekkan tanggal kadaluwarsa pada produk obat
dan makanan tersebut. Sementara kerjasama dengan
BPJPH, Dinas KUMKMP melakukan pengecekkan daftar
izin dan label Halal pada produk obat, makanan dan lain-
lain.
b. Perlindungan konsumen
Dinas KUMKMP menjalankan dan menerapkan
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dalam pengawasan perdagangan. Perlindungan
konsumen ini meliputi 2 hal yaitu hak dan kewajiban
konsumen serta hak dan kewajiban bagi pelaku usaha.
Dalam perlindungan konsumen Dinas KUMKMP
berkewajiban untuk melindungi konsumen dengan
membentuk serta menjalankan Badan pengawasan dan
perlindungan konsumen dan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK). Pembetukan badan tersebut bertujuan
untuk membantu upaya pengembangaan perlindungan
konsumen serta bertugas mengangani dan menyelesaikan
sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
4. Strategi peningkatan fasilitas pembangunan dan revitalisasi
pasar dan toko
Dalam perdagangan tempat merupakan suatu dasar yang
diperlukan untuk melakukan jual-beli. Pemerintah DKI Jakarta
melalui Dinas KUMKMP telah melakukan pembangunan dan
revitalisasi pasar atau toko di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Pembangunan pasar dan toko Dinas KUMKMP melalui PD. Pasar
jaya telah melakukan pembangunan 38 telah sudah selesai
dibangun, 22 masih dalam proses, dan sebanyak 56 pembangunan
belum selesai. Selain itu Dinas KUMKMP melalui PD Pasar jaya
melakukan revitalisasi pasar atau toko yang sebanyak 8 pasar
sudah selesai, 12 masih dalam proses dan 26 belum selesai.
43
D. Strategi dan kebijakan Pemerintah DKI Jakarta dengan Analisis
SWOT
Dalam penentuan strategi dan kebijakan ada beberapa tahapan
analisis SWOT yang akan digunakan. Tahapan pertama dalam analisis
SWOT yakni melakukan perumusan faktor-faktor yang ada didalam
maupun diluar (internal dan eksternal). Dalam perumusan Faktor-faktor
yang menjadi objek dalam analisis SWOT adalah Pemerintah DKI Jakarta
melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
Perdagangan. Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan
analisis kualitatif untuk menentukan strategi melalui serangkaian
wawancara dengan kepala seksi distribusi barang dan jasa serta kebutuhan
pokok di Dinas KUMKMP. Setelah itu tahapan selanjutnya penelitian ini
melakukan analisis kuantitatif dengan cara penyebaran kuesioner di Dinas
KUMKMP bagian perdagangan Setelah semua tahapan selesai maka
penelitian ini menentukan kebijakan yang tepat untuk mengantisipasi dari
perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko online di
wilayah DKI Jakarta.
1. Perumusan Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tahapan pertama yakni melakukan perumusan Faktor-
faktor yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala seksi
distribusi barang dan jasa serta kebutuhan pokok di Dinas
KUMKMP. Faktor internal memiliki kekuatan dan kelemahan
dalam perdagangan, sementara faktor eksternal yaitu dampak
perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko
online. Dengan perumusan dari hasil wawancara memperoleh
faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut :
a. Kekuatan (Strength)
• Fasilitas dan Infrastruktur Provinsi DKI Jakarta
yang dimiliki memadai atau lengkap
• Banyaknya Program yang mendukung pelaku usaha
44
• PDRB Pemerintah DKI Jakarta sangat besar
dibanding daerah yang lain
• Karakteristik dan gaya hidup masyarakat DKI
Jakarta yang konsumtif
b. Kelemahan (Weakness)
• Pengawasan pemerintah daerah yang masih kurang
terhadap pelaku usaha baik konvensional maupun
online
• Peraturan yang belum tersedia dalam perdagangan
online
• Pembinaan dan dukungan yang dilakukan
Pemerintah DKI Jakarta belum maksimal
• Masyarakat wilayah DKI Jakarta yang masih kurang
taat dalam peraturan perdagangan
c. Peluang (Opportunity)
• Pertumbuhan teknologi yang semakin baik di
Indonesia
• Timbulnya potensi ekonomi digital dalam
perdagangan
• Terciptannya lapangan usaha dalam bidang UMKM
karena kemudahaan membuka toko dan mencapai
pasar (marketplace)
• Adanya objek Pajak daerah dan retribusi daerah
baru dalam bidang perdagangan online
d. Ancaman (Threat)
• Produk luar negeri yang banyak membanjiri
perdagangan online
• Banyaknya terjadi kejahatan terhadap konsumen
secara online
45
• Banyaknya toko konvensional yang beralih ke toko
online
• Konflik sosial yang dirasakan masyarakat dengan
adanya perubahan pilihan konsumen
2. Kualitatif Analisis SWOT
Tahap kedua yakni analisis SWOT secara kualitatif, Kualitaif
merupakan penelitian yang menyajikan data dengan penggambaran
sesuai dengan ada yang dilapangan dan dianalisis dengan
prespektif oleh peneliti, selain itu menggunakan penginduksian
dalam menjelaskan gambaran fenomena yang dilihat atau dicermati
oleh peneliti (Gorman & Clayton dalam Fiandana 2015: 1793).
Dalam analisis SWOT Faktor-faktor internal dan eksternal
saling berhubungan dan keterkaitan satu dengan yang lainnya, dari
keterkaitan dan hubungan tersebut dapat diperoleh strategi yang
tepat untuk menerapkan kebijakan. Hubungan dan keterkaitan
antara faktor–faktor internal dan eksternal seperti berikut:
a. Strategi kekuatan dan peluang (S+O)
Strategi keterkaitan kekuatan dan peluang harus
melihat beberapa faktor-faktor yang ada sehingga strategi
tersebut dapat dijadikan pengembangan bagi wilayah DKI
Jakarta. Pertama kekuatan Pemerintah DKI Jakarta adalah
fasilitas dan infrastrukturnya yang dimiliki memadai atau
lengkap berterkaitan dengan 2 peluang yang ada yakni
pertumbuhan teknologi yang semakin baik serta timbulnya
potensi ekonomi digital dalam perdagangan. Kekuatan
fasilitas dan infrastruktur dapat mendorong pengembangan
ekonomi digital serta perdagangan digital sehingga
masyarakat dapat bersaing dan berkembang.
Kedua, kekuatan yang dimiliki oleh Pemerintah
DKI Jakarta adalah banyaknya program yang mendukung
pelaku usaha. Kekuatan yang dimiliki Pemerintah DKI
46
Jakarta beterkaitan dengan peluang yaitu terciptanya
peluang UMKM berbasis online. Kekuatan dan peluang
tersebut dapat menjadi suatu strategi dimana Pemerintah
DKI Jakarta dengan programnya dapat mendorong
masyarakat untuk membuka UMKM berbasis online agar
perekonomian menjadi lebih baik.
Ketiga, kekuatan yang dimiliki Pemerintah DKI
Jakarta adalah PDRB yang besar dan karakteristik dan gaya
hidup yang yang konsumtif. Kekuatan yang dimiliki
Pemerintah DKI Jakarta beterkaitan dengan peluang yaitu
adanya objek pajak daerah dan retribusi daerah baru tentang
perdagangan online. Kekuatan dan peluang tersebut dapat
menjadi suatu strategi dimana pemerintah dapat
menetapkan pajak dan retribusi online terhadap masyarakat
yang daya beli dan konsumtif sangat kuat sehingga dapat
berpeluang untuk pengembangan perdagangan online lebih
luas yang lebih bagus.
Kesimpulan dari faktor kekuatan dan peluang
adalah pertama pengembangan fasilitas dan infrastruktur
seperti logistik, pendanaan, perlindungan konsumen,
infrastruktur komunikasi, Pajak, Pendidikan SDM, cyber
security yang mendorong ekonomi digital dan perdagangan
online, pembuatan program yang mendukung pelaku usaha
atau UMKM dalam perdagangan online serta kerjasama
dengan marketplace, ketiga penetapan penetapan pajak dan
retribusi daerah dalam bidang perdagangan online.
b. Strategi kelemahan dan peluang (W+O)
Strategi keterkaitan antara kelemahan dan peluang
harus melihat beberapa faktor-faktor yang ada serta
merumuskan peluang untuk mengatasi kelemahan di
wilayah DKI Jakarta. Pertama, kelemahan yang dimiliki
47
yakni Pengawsan yang kurang terhadap pelaku usaha baik
toko konvensional maupun toko online dan masyarakat
DKI Jakarta yang kurang taat dalam peraturan
perdagangan. Dalam kelemahan ini dapat diatasi dengan
peluang yakni pertumbuhan teknologi yang semakin baik
dan timbulnya potensi ekonomi digital dalam perdagangan.
Mengatasi kelemahan tersebut adalah melakukan kerjasama
dengan marketplace atau perusahaan berbasis online
maupun konvensional dalam pembinaan dan kepelatihan
perdagangan yang bertujuan mengawasi transaksi jual-beli
dan perdagangan sehingga pengawasan dan pengaturan
dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Kedua, kelemahan yang dimiliki Pemerintah DKI
Jakarta yakni peraturan perdagangan online yang masih
belum tersedia. Kelemahan yang dimiliki beterkaitan
dengan peluang yakni adanya potensi pajak dan retribusi
daerah baru dalam perdagangan online. Keterkaitan tersebut
dapat menjadi sebuah strategi yakni dengan adanya potensi
pajak dan retribusi maka pemerintah daerah harus
menetapkan peraturan yang mengatur tentang perdagangan
online sementara seperti Pergub (Peraturan Gubernur),
Perda (peraturan daerah) hal tersebut dapat meningkatkan
PAD (pendapatan asli daerah).
Ketiga, kelemahan yang dimiliki Pemerintah DKI
Jakarta adalah pembinaan dan dukungan yang dilakukan
belum maksimal. Kelemahan yang ada dapat diatasi dengan
3 peluang yakni pertumbuhan teknologi yang baik,
timbulnya potensi ekonomi digital dan terciptanya lapangan
usaha dalam bidang UMKM karena gampang untuk
mencapai pasar (marketplace). Kelemahan yang diatasi
dengan 3 peluang tersebut dapat diperoleh strategi yakni
48
penggunaan teknologi yang berbasis ekonomi digital
diperuntukan untuk kepelatihan UMKM baru sehingga
pembinaan dan dukungan kepada pelaku usaha dapat
maksimal.
Kesimpulan dari faktor kelemahan dan faktor
peluang adalah pertama melakukan kerjasama dengan
perusahaaan berbasis online dan konvensional dalam
pembinaan dan kepelatihan perdagangan yang bertujuan
mengawasi transaksi jual-beli dan perdagangan, kedua
menetapkan peraturan yang mengatur tentang perdagangan
online sementara seperti Pergub (Peraturan Gubernur),
Perda (peraturan daerah), dan yang ketiga penggunaan
teknologi yang berbasis ekonomi digital diperuntukan
untuk kepelatihan UMKM baru sehingga pembinaan dan
dukungan kepada pelaku usaha dapat maksimal.
c. Strategi kekuatan dan ancaman (S+T)
Strategi keterkaitan antara kekuatan dan ancaman
harus melihat faktor-faktor yang bertujuan meredam
ancaman dengan memakai kekuatan yang ada pertama
kekuatan yang dimiliki oleh Pemerintah DKI Jakarta adalah
fasilitas dan infrastruktur yang lengkap dan memadai.
Kekuatan yang dimiliki dapat mengatasi ancaman yakni
banyaknya kejahatan terhadap konsumen secara online
serta konflik sosial yang diahadapi masyarakat. Strategi
yang dapat digunakan untuk mengatasi ancaman dengan
kekuatan adalah memfasilitasi korban-korban dari
perdagangan online dengan badan perlindungan konsumen
selain itu pengawasan perlu terhadap tempat jualan atau
marketplace sehingga ancaman tersebut dapat diatasi dan
tidak terulang kembali. Selain itu adanya konflik sosial
dapat diatasi dengan fasilitas Pemerintah DKI Jakarta yakni
49
badan penyelesaian sen gketa konsumen dimana
pemerintah dapat andil untuk penyelesaian konflik sosial
Kedua, kekuatan yang dimiliki pemerintah DKI
Jakarta adalah Banyaknya Program yang mendukung
pelaku usaha, PDRB Pemerintah DKI Jakarta sangat besar
dibanding daerah yang lain, Karakteristik dan gaya hidup
masyarakat DKI Jakarta yang konsumtif. Ancaman yang
dapat diatasi dengan 3 kekuatan tersebut adalah banyaknya
produk luar negeri yang membanjiri perdagangan dan
banyaknya toko konvensional yang beralih ke toko online.
Anacaman tersebut dapat diatasi dengan kekuatan melalui
strategi program peningkatan produk yang sesuai standar
nasional maupun internasional melalui kepelatihan,
penanaman modal serta kerja sama dengan semua aspek
perdagangan online dan konvensional. Hal tersebut dapat
meningkatkan daya saing produk sehingga masyarakat
dengan karakteristik dan gaya hidup yang konsumtif dapat
beralih dari produk impor dan lebih mencintai produk
dalam negeri serta membeli produk dari pelaku usaha
dalam negeri.
Kesimpulan dari faktor kekuatan dan kelemahaan
adalah pertama yakni memfasilitasi konsumen serta
masyarakat dengan perlindungan konsumen dan
penyelesaian konflik sosial melalui BPSK (Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen), kedua peningkatan
produk yang sesuai standar nasional maupun internasional
melalui kepelatihan, penanaman modal serta kerja sama
dengan semua aspek perdagangan online dan konvensional.
d. Strategi kelemahan dan ancaman (W+T)
Strategi keterkaitan kelemahan dan ancaman harus
melihat dari faktor-faktor yang dimana kelemahan dan
50
ancaman tersebut bisa di kontrol untuk mengurangi dampak
negatif yang berimbas pada jalannya pemerintahan,
ekonomi maupun sosial. Pertama, kelemahan yang dimiliki
Pemerintah DKI Jakarta adalah pengawasan yang masih
kurang terhadap pelaku usaha. Keterkaitan kelemahan
tersebut dengan ancaman produk luar negeri yang
membanjiri perdagangan online. Kelemahan dengan
ancaman tersebut sangat berhubungan karena jika
pengawasan terhadap pelaku masih lemah maka produk-
produk impor yang legal maupun ilegal akan melemahkan
serta membuat daya saing produk lokal akan menurun,
strategi yang tepat adalah pelatihan dan pembinaan
pengawasan dalam bidang teknologi serta perdagangan
digital.
Kedua, kelemahan yang dimiliki Pemerintah DKI
Jakarta adalah belum adanya peraturan perdagangan online
dan masyarakat yang kurang taat dalam peraturan
perdagangan. Ancaman yang dimiliki Pemerintah DKI
Jakarta adalah banyaknya kejahatan terhadap konsumen
dalam perdagangan online dan adalah konflik sosial yang
dirasakan masyarakat perubahan pilihan konsumen.
Keterkaitan antara kelemahan dan ancaman tersebut adalah
penindakan terhadap pelaku kejahatan online dan konflik
sosial dalam masyarakat yang kurang impresif oleh karena
tidak adanya peraturan yang mengatur tentang penindakan
kejahatan online. Strategi yang dibutuhkan adalah
peningkatan kinerja lembaga yang sudah tersedia seperti
badan pengawasan, perlindungan konsumen serta
kerjasama dengan pihak kepolisian jika terjadi kejahatan
online yang sangat merugikan masyarakat.
51
Ketiga, kelemahan Pemerintahan DKI Jakarta
adalah pembinaan dan dukungan terhadap pelaku usaha
masih lemah. Ancaman yang dimiliki Pemerintah DKI
Jakarta adalah banyaknya toko konvensional yang beralih
ke toko online. Keterkaitan antara kelemahan dengan
ancaman tersebut adalah ketika pembinaan dan dukungan
menjadi lemah maka para pelaku usaha akan terus-terusan
berpindah sehingga keseimbangan pasar akan menjadi
kurang menyebabkan perpindahan budaya dalam
perdagangan serta penurunan objek pajak dan retribusi
daerah untuk pasar, selain itu pegawai dalam toko
konvensiopnal akan meniurun. Strategi yang tepat untuk
penangulangan kelemahan dan ancaman adalah menjaga
eksistensi toko konvensional deengan revitalisasi toko-toko
atau pasar tradisional dan membentuk paguyuban atau
forum pasar dan toko sehingga pembinaan dan dukungan
dari pemerintah daerah dapat dirasakan oleh pelaku usaha
dan pegawai..
Kesimpulan dari faktor kelemahan dan ancaman,
pertama pelatihan dan pembinaan pengawasan dalam
bidang teknologi serta perdagangan digital, kedua
peningkatan kinerja lembaga yang sudah tersedia seperti
badan pengawasan, perlindungan konsumen serta
kerjasama dengan pihak kepolisian jika terjadi kejahatan
online yang sangat merugikan masyarakat, ketiga menjaga
eksistensi toko konvensional deengan revitalisasi toko-toko
atau pasar tradisional dan membentuk paguyuban atau
forum pasar dan toko sehingga pembinaan dan dukungan
dari pemerintah dapat dirasakan pelaku usaha.
52
Tabel 4.3 : Matriks Kualitatif Analisis SWOT – Hubungan IFAS-EFAS
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
Strenght (S)
1. Fasilitas dan Infrastruktur
Provinsi DKI Jakarta yang
dimiliki memadai atau
lengkap
2. Banyaknya Program yang
mendukung pelaku usaha
3. PDRB Pemerintah DKI
Jakarta sangat besar
dibanding daerah yang
lain
4. Karakteristik dan gaya
hidup masyarakat DKI
Jakarta yang konsumtif
Weakness (W)
1. Pengawasan pemerintah
daerah yang masih kurang
terhadap pelaku usaha baik
konvensional maupun online
2. Peraturan yang belum tersedia
dalam perdagangan online
3. Pembinaan dan dukungan
yang dilakukan Pemerintah
DKI Jakarta belum maksimal
4. Masyarakat wilayah DKI
Jakarta yang masih kurang taat
dalam peraturan perdagangan
Opportunity (O)
1. Pertumbuhan teknologi
yang semakin baik di
Indonesia
2. Timbulnya potensi ekonomi
digital dalam perdagangan
3. Terciptanya lapangan usaha
dalam bidang UMKM
karena kemudahaan
membuka toko dan
mencapai pasar
(marketplace).
4. Adanya objek Pajak daerah
dan retribusi daerah baru
dalam bidang perdagangan
online
Strategi (S+O)
1. Pengembangan fasilitas
dan infrastruktur yang
mendorong ekonomi
digital dan perdagangan
online (S1 + O1,O2)
2. Pembuatan program mendukung pelaku usaha
atau UMKM dalam
perdagangan online serta
kerjasama dengan
marketplace (S2 + O3)
3. Penetapan penetapan
pajak dan retribusi daerah
dalam bidang perdagangan
online. (S3,S4 + O4)
Strategi (W+O)
1. Melakukan kerjasama dengan
perusahaaan berbasis online
dan konvensional, (W1, W4 +
O1, O2)
2. Menetapkan peraturan yang
mengatur tentang
perdagangan online (W2+O4)
3. Penggunaan teknologi yang
berbasis ekonomi digital
diperuntukan untuk
pembinaan dan dukungan
terhadap pelaku usaha (W3 +
O1,O2, O3)
Threats (T)
1. Produk luar negeri yang
banyak membanjiri
perdagangan online
2. Banyaknya terjadi kejahatan
terhadap konsumen secara
online
3. Banyaknya toko
konvensional yang beralih
ke toko online
4. Konflik sosial yang
dirasakan masyarakat
dengan adanya perubahan
pilihan konsumen
Strategi (S+T)
1. Memfasilitasi konsumen
serta masyarakat dengan
perlindungan konsumen
dan penyelesaian konflik
sosial melalui BPSK
(Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen), (S1
+ T2, T4)
2. Peningkatan produk yang
sesuai standar nasional
maupun internasional
melalui kepelatihan,
penanaman modal serta
kerja sama dengan semua
aspek perdagangan online
dan konvensional. (S2, S3,
S4 + T1, T3)
Strategi (W+T)
1. Pelatihan dan pembinaan
pengawasan dalam bidang
teknologi serta perdagangan
digital (W1 + T1)
2. Peningkatan kinerja lembaga
seperti badan pengawasan,
perlindungan konsumen serta
melakukan kerjasama dengan
pihak lain. (W1,W2
+ T2)
3. Menjaga eksistensi toko
konvensional dengan
revitalisasi toko-toko atau
pasar tradisional dan
membentuk paguyuban
(forum) pasar dan toko
sehingga pembinaan dan
dukungan dari pemerintah
daerah dapat dirasakan pelaku
usaha maupun pegawai. (W3
+ T3)
Sumber : data prtimer diolah 2018
53
3. Kuantitatif Analisis SWOT
Tahap ketiga adalah analisis SWOT secara kuantitatif, analisis
kuantitatif yakni menggunakan angka serta teori perhitungan yang
bertujuan untuk mencari hasil dari sesuatu yang diteliti. Dalam
analisis SWOT secara kuantitatif memakai media kuesioner,
dimana kuesioner tersebut terdapat faktor internal dan faktor
eksternal yang saling keterkaitan untuk membentuk suatu strategi
dan dipergunakan untuk mengambil suatu kebijakan dalam
mengantisipasiyang ada. Ada 3 tahapan dalam kuantitatif, pada
tabel 4.4 dan 4.5 yang dimana menunjukkan penilaian,
pembobotan dan rating. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :
a. Penilaian Internal Factor Analysis System (IFAS) dan
External Factor Analysis System (EFAS)
Tahapan penilaian dilakukan untuk menjadikan
dasar dari tahapan pembobotan dan rating. Penilain
berdasarkan kuesioner yang disebar di Dinas KUMKMP
bagian perdagangan, kuesioner tersebut dengan skala 1-6
yang mengacu pada tingkatan suatu kondisi saat ini seperti
1 (sangat kurang), 2 (kurang), 3 (cukup), 4 (agak baik), 5
(baik), 6 (sangat baik). Kondisi tersebut merupakan
gambaran dari faktor internal dan faktor eksternal pada
Pemerintah DKI Jakarta.
Pada Tabel 4.4 dan 4.5 terlihat penilaian faktor
internal dan faktor eksternal dimana faktor internal
mempunyai rata-rata penilaian 31,7 dengan 17,2 rata-rata
yang dimiliki faktor kekuatan dan 14,5 rata-rata yang
dimiliki faktor kelemahan. Rata-rata penilaian tertinggi
didalam faktor kekuatan adalah PDRB Pemerintah DKI
Jakarta sangat besar dibanding daerah yang lain dengan
nilai rata-rata 4,9, sementara rata-rata penilaian tertinggi
54
pada faktor kelemahan dimiliki Pengawasan pemerintah
daerah yang masih kurang terhadap pelaku usaha baik
konvensional maupun online dan Pembinaan dan dukungan
yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta belum maksimal
dengan masing masing memiliki nilai 3,7. Selain itu
terdapat faktor eksternal yang memiliki rata-rata penilaian
40,6 dengan faktor peluang memiliki nilai rata-rata sebesar
20,5 yakni Adanya objek Pajak daerah dan retribusi daerah
baru dalam bidang perdagangan online dengan nilai 5,4.
Sementara faktor ancaman mempunyai nilai rata-rata
sebesar 20,1 dengan nilai rata-rata terbsesar yakni Produk
luar negeri yang banyak membanjiri perdagangan online
dengan nilai rata-rata 5,6.
Dari hasil rata-rata penilaian dapat diperoleh
kesimpulan bahwa dalam faktor internal Pemerintah DKI
Jakarta mempunyai lebih banyak kekuatan dari pada
kelemahan hal ini dapat merujuk pada tingginya nilai rata-
rata faktor kekuatan dibanding faktor kelemahan, selain itu
kesimpulan lainya bahwa Pemerintah DKI Jakarta lebih
mempunyai banyak peluang dibanding ancaman, hal ini
dapat merujuk pada lebih banyak nilai rata-rata peluang
dibanding ancaman.
b. Pembobotan dan Rating Internal Factor Analysis System
(IFAS) dan External Factor Analysis System (EFAS)
Setelah tahapan pada penilaian, pembobotan dan
rating merupakan tahapan paling penting, karena pada
tahapan ini untuk menentukan posisi masing-masing faktor
dimana posisi tersebut menentukan kebijakan yang tepat
dalam penanganan dampak perubahaan pilihan konsumen.
Adapun cara pembobotan merupakan hasil dari hitungan
total penilaian faktor internal setelah itu masing-masing
55
faktor dari kekuatan dan kelemahan dibagikan dengan total
penilaian faktor internal demikian juga faktor eksternal
memakai cara yang sama. Setelah masing-masing faktor
memiliki bobot, kemudian harus dikalikan dengan rating.
Rating didapat dari media kuesioner dengan skala 1-4 yang
mengacu pada kepentingan penanganan dampak
perubahaan pilihan konsumen ini seperti 1 (Tidak Penting),
2 (Cukup Penting), 3 (Penting), 4 (Sangat Penting). Dengan
demikian hasil dari perkalian bobot dan rating dapat
menentukan strategi yang lebih tepat diterapkan dalam
kebijakan. Sercara rinci pembobotan dan rating dapat
dilihat pada tabel 4.4 untuk tabel IFAS dan tabel 4.5 untuk
tabel EFAS.
Tabel 4.4 : Penilaian, Pembobotan dan Rating Internal Factor Analysis
System (IFAS) Pemerintah DKI Jakarta dalam mengantisipasi perubahan
pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko online
No
Faktor Internal
Rata-rata
Penilaian
Bobot
Rating
Bobot
x
Rating
Kekuatan (S)
1 Fasilitas dan Infrastruktur
Provinsi DKI Jakarta yang
dimiliki memadai atau
lengkap
3,8 0,11 2,9 0,34
2 Banyaknya Program yang
mendukung pelaku usaha
4 0,12 3 0,37
3 PDRB Pemerintah DKI Jakarta
sangat besar dibanding daerah
yang lain
4,9 0,15 3,1 0,47
4 Karakteristik dan gaya hidup
masyarakat DKI Jakarta yang
konsumtif
4,5 0,14 3,3 0,46
Total (S) 17,2 0,54 1,67
Kelemahan (W)
1 Pengawasan pemerintah daerah
yang masih kurang terhadap
3,7 0,11 2,7 0,31
56
pelaku usaha baik
konvensional maupun online
2 Peraturan yang belum tersedia
dalam perdagangan online
3,5 0,11 3,5 0,38
3 Pembinaan dan dukungan
yang dilakukan Pemerintah
DKI Jakarta belum maksimal
3,7
0,11 2,9 0,33
4 Masyarakat wilayah DKI
Jakarta yang masih kurang taat
dalam peraturan perdagangan
3,6 0,11 3,4 0,38
Total (W) 14,5 0,45 1,42
Total (S+W) 31,7 1 3,1 Sumber : data primer diolah 2018
Pada tabel 4.4 hasil pembobotan dan rating IFAS
mendapatkan total skor sebesar 3,1 dengan rincian kekuatan
memperoleh skor akhir sebesar 1,67, sementara pada
kelemahan skor akhir yang di dapat adalah 1,42. Dari hasil
pembobotan dan rating tersebut dapat diperoleh hasil bahwa
kekuatan mendapatkan respon yang lebih tinggi
dibandingkan kelemahan. Alasan tersebut menandakan
bahwa Pemerintah DKI lebih mementingkan kekuatan
untuk menanggulangi dari pada kelemahan yang terjadi.
Tabel 4.5 : Penilaian, Pembobotan dan Rating Eksternal Factor Analysis
System (EFAS) Pemerintah DKI Jakarta dalam mengantisipasi perubahan
pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko online
No
Faktor Eksternal
Rata-rata
Penilaian
Bobot
Rating
Bobot
x
Rating
Peluang (O)
1 Pertumbuhan teknologi yang
semakin baik di Indonesia
5 0,12 2,8 0,34
2 Timbulnya potensi ekonomi
digital dalam perdagangan
5,1 0,12 2,7 0,33
3 Terciptannya lapangan usaha
dalam bidang UMKM karena
kemudahaan membuka toko
dan mencapai pasar
5 0,12 3 0,36
57
(marketplace)
4 Adanya objek Pajak daerah dan
retribusi daerah baru dalam
bidang perdagangan online
5,4 0,13 3,6 0,47
Total (O) 20,5 0,50 1,53
Ancaman (T)
1 Produk luar negeri yang
banyak membanjiri
perdagangan online
5,6 0,13 3,2 0,44
2 Banyaknya terjadi kejahatan
terhadap konsumen secara
online
4,6 0,11 2,6 0,29
3 Banyaknya toko konvensional
yang beralih ke toko online
4,8 0,11 2,6 0,30
4 Konflik sosial yang dirasakan
masyarakat dengan adanya
perubahan pilihan konsumen
5,1 0,12 3,3 0,41
Total (T) 20,1 0,50 1,45
Total (O+T) 40,6 1 2,99 Sumber : data primer diolah 2018
Pada tabel 4.5 hasil pembobotan dan rating EFAS
mendapatkan total skor sebesar 2,99 dengan rincian peluang
memperoleh skor akhir sebesar 1,53, sementara pada
ancaman skor akhir yang di dapat adalah 1,45. Dari hasil
pembobotan dan rating tersebut dapat diperoleh hasil bahwa
peluang mendapatkan respon yang lebih tinggi
dibandingkan ancaman, yang berarti bahwa Pemerintah
DKI lebih mementingkan peluang untuk menanggulangi
dari pada ancaman yang terjadi.
Dari hasil pembobotan dan rating dari Internal
Factor Analysis System (IFAS) bahwa Pemerintah DKI
Jakarta memiliki kepercayaan yang cukup baik akan
kemampuannya dalam mengantisipasi perubahan pilihan
konsumen dari toko konvensional ke toko online.
Sementara untuk External Factor Analysis System (EFAS)
mendapat kesimpulan bahwa mempunyai kemampuan yang
cukup dalam merespon faktor-faktor eksternal.
58
4. Grand Strategy untuk Kebijakan dalam mengatasi masalah
perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko
online
a. Prioritas strategi untuk menerapkan kebijakan
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan penempatan
strategi kedalam prioritas dengan yang digunakan untuk
pelaksanaan kebijakan yang dapat mengurangi dampak
perubahan perilaku konsumen dari toko konvensional ke
toko online. Pada tabel 4.6 tergambarkan bahwa adanya
prioritas untuk kebijakan yaitu kekuatan dan peluang
menjadi prioritas pertama dengan nilai bobot 3,2. Setelah
itu prioritas kedua yaitu kekuatan dan ancaman dengan nilai
bobot 3,1 pada prioritas ketiga yaitu ada kelemahan dan
peluang dengan nilai bobot 2,9 dan prioritas terakhir atau
keempat yaitu kelemahan dan ancaman dengan nilai bobot
2,88.
Dari hasil prioritas tersebut bahwa diperoleh
kesimpulan kekuatan dan peluang. (1) Pengembangan
fasilitas dan infrastruktur yang mendorong ekonomi digital
dan perdagangan online, (2) Pembuatan program
mendukung pelaku usaha atau UMKM dalam perdagangan
online serta kerjasama dengan marketplace, (3) Penetapan
pajak dan retribusi daerah dalam bidang perdagangan
online. Merupakan strategi yang tepat untuk menerapkan
kebijakan sehingga dapat mengurangi dampak perubahan
perilaku konsumen dari toko konvensional ke toko online di
wilayah DKI Jakarta.
59
Tabel 4.6 : Prioritas strategi untuk kebijakan
Sumber : data primer diolah 2018
b. Kuadran dalam kebijakan untuk mengatasi dampak
Setelah tahapan melakukan penempatan prioritas
maka diperoleh nilai bobot yang digunakan untuk mencari
titik kordinat dalam kuadran SWOT. Menurut Pearce dan
Robinson dalam Hisyam (1998) mengatakan bahwa adanya
titik kordinat yang menggambarkan posisi dimana
organisasi atau intansi tersebut untuk memecahkan masalah
atau mengurangi dampak. Pada gambar 4.2 menjelaskan
Prioritas Strategi dan kebijakan Nilai Bobot
I
Strength-Opportunity (SO) 1,67 + 1,53 = 3,2
1. Pengembangan fasilitas dan infrastruktur yang mendorong
ekonomi digital dan perdagangan online
2. Pembuatan program mendukung pelaku usaha atau UMKM dalam
perdagangan online serta kerjasama dengan marketplace
3. Penetapan pajak dan retribusi daerah dalam bidang perdagangan
online.
II
Strength-Threat (ST) 1,67 + 1,45 = 3,1
1. Memfasilitasi konsumen serta masyarakat dengan perlindungan
konsumen dan penyelesaian konflik sosial melalui BPSK (Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen).
2. Peningkatan produk yang sesuai standar nasional maupun
internasional melalui kepelatihan, penanaman modal serta kerja
sama dengan semua aspek perdagangan online dan konvensional.
III
Weakness-Opportunity (WO) 1,42+1,53 = 2,9
1. Melakukan kerjasama dengan perusahaaan berbasis online dan
konvensional.
2. Menetapkan peraturan yang mengatur tentang perdagangan online.
3. Penggunaan teknologi yang berbasis ekonomi digital diperuntukan
untuk pembinaan dan dukungan terhadap pelaku usaha.
IV
Weakness-Threat (WT) 1,42 + 1,45 = 2,88
1. Pelatihan dan pembinaan pengawasan dalam bidang teknologi serta
perdagangan digital
2. Peningkatan kinerja lembaga seperti badan pengawasan,
perlindungan konsumen serta melakukan kerjasama dengan pihak
lain.
3. Menjaga eksistensi toko konvensional dengan revitalisasi toko-
toko atau pasar tradisional dan membentuk paguyuban (forum)
pasar dan toko sehingga pembinaan dan dukungan dari pemerintah
daerah dapat dirasakan pelaku usaha maupun pegawai.
60
bahwa posisi Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas
KUMKMP berada pada posisi kuadran 1 yang dimana
kuadran 1 merupakan bobot yang paling besar diantara
kuadran yang lainnya.
Gambar 4.2 : Kuadran SWOT Kebijakan
Sumber: data primer diolah 2018
Dapat kesimpulan yang menjelaskan bahwa
Pemerintah DKI Jakarta strategi yang diberikan adalah
Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan
mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan
meraih kemajuan secara maksimal. Yaitu dengan
melakukan startegi (1) Pengembangan fasilitas dan
infrastruktur seperti logistik, pendanaan, perlindungan
konsumen, infrastruktur komunikasi, Pajak, Pendidikan
SDM, cyber security yang mendorong ekonomi digital dan
perdagangan online, (2) Pembuatan program mendukung
pelaku usaha atau UMKM dalam perdagangan online serta
61
kerjasama dengan marketplace, (3) Penetapan pajak dan
retribusi daerah dalam bidang perdagangan online. Strategi
tersebut untuk dapat menerapkan kebijakan dan
mengantisipasiperubahan perilaku konsumen dari toko
konvensional ke took online.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dan dirumuskan
untuk mengatasi masalah yang ada, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dinas Koperasi, UMKM dan perdagangan melakukan 4 strategi yaitu :
pertama strategi produk dan kewirausahaan dengan peningkatan kualitas
produk dan daya beli produk dan inovatif program kewirausahaan, kedua
startegi promosi yaitu kerjasama dengan marketplace dan pameran
produk lokal dalam kota dan luar kota, ketiga strategi keamanan yaitu
pengawasan produk, pelaku usaha dan tempat usaha dan perlindungan
konsumen dan strategi yang keempat peningkatan fasilitas pembangunan
dan revitalisasi pasar dan toko.
2. Berdasarkan hasil analisis SWOT terdapat 16 faktor dengan rincian
faktor internal dengan 4 (empat) faktor kekuatan, 4(empat) faktor
kelemahan dan faktor eksternal dengan 4 (empat) faktor peluang dan 4
(empat) faktor ancaman. Dari faktor internal dan eksternal tersebut
dilakukan pembobotan pada masing-masing faktor dan dirumuskan
dengan mengurutkan serta mencari posisi titik kordinat dalam kuadran,
adapun strategi yang memperoleh bobot paling tinggi adalah kekuatan-
peluang (SO) dengan rincian sebagai berikut :
a. Pengembangan fasilitas dan infrastruktur seperti logistik,
pendanaan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi,
Pajak, Pendidikan SDM, cyber security yang mendorong ekonomi
digital dan perdagangan online
b. Pembuatan program mendukung pelaku usaha atau UMKM dalam
perdagangan online serta kerjasama dengan marketplace
c. Penetapan pajak dan retribusi daerah dalam bidang perdagangan
online.
63
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian dapat memeberi masukan
beberapa usulan untuk kebijakan dan strategi sebagai berikut:
1. Saran untuk pemerintah:
a. Pemerintah DKI Jakarta untuk menangulangi dampak dari
perubahan pilihan konsumen dari toko konvensional ke toko
online perlu menguatkan kekuatan yang ada seperti fasilitas yang
memadai dikembangkan untuk membantu dan menigkatkan
ekonomi atau perdagangan digital (online).
b. Pada kelemahan perlu adanya seperti pembuatan regulasi
(pergub/perda) karena ketiadaan peraturan perdagangan online,
peningkatan pengawasan untuk mengantisipasi perdagangan
ilegal, memaksimalkan pembinaan yang sudah berjalan dan
meperluasan kerjasama dengan ruanglingkup toko online.
2. Saran untuk akademisi: untuk penelitian lebih lanjut akademisi harus
melakukan penelitian lebih mendalam dengan memperluas cakupan
lembaga atau intansi yang terkait seperti dinas-dinas lainnya di
Pemerintahan DKI Jakarta ataupun pemerintah daerah lainnya. Selain
itu peneliti harus memerluas penggunaan metode yang lebih baik
sehingga hasil yang didapat pun lebih baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2013
Bosch, Frans A.J. van den. “Government’s Impact on the Business Evironment
and Strategic Management” Rotterdam: Journal of General Management
vol.19. 1994
Christina W. Utami. Manajemen Ritel. 2nd ed. Jakarta: Salemba Empat. 2008
Dewita, Yulna Hia. “Strategi dan Kebijakan Pemerintah dalam Menganggulangi
Pengangguran” Padang: Journal of Economic and Economic Education
vol.1 2013.
Duwiri, Yaconus. Nursini. Agussalim. “Strategi Kebijakan dalam Upaya
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Merauke” Makassar:
Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Unhas. 2010
Farihah, Ipah. Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press. 2006
Fiandana, Yanuar. Makmur, Mochamad. Hanafi, Imam. “Strategi Pemerintah
Daerah dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Daerah (Studi kasus pada
Kabupaten Malang)”. Malang: Jurnal Adminitrasi Publik (JAP) vol.13.
2013
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBS SPSS 19.
Semarang: Universitas Diponegoro. 2011
Hutapea, Olan Benni. Amin, Raja Muhammad. “Strategi Pemerintah Daerah
dalam Pengembangan Kawasan Wisata Muara Kabupaten Tapanuli Utara
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015” Pekanbaru: JOM FISIP vol.4. 2017
Indonesia, Republik. Undang-undang nomor 23 tahun 2014, Pemerintahan
Daerah. Jakarta. 2014
Kertopati, Panji. “Strategi Pemerintahan DKI Jakarta dalam Rangka Optimalisasi
Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)”.
Jakarta: Perbanas Review Volume 1, Nomor 1. 2015
Levy, M. dan Weitz, B.A. “Retailing Management.7 th.ed”. New York:
McGrawHill, 2009
65
Rahardja, Prathama. Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar.
Depok : Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2006
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik membedah kasus bisnis cara
perhitungan bobot, rating, dan OCAI. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama,
Anggota IKAPI, 2016.
Sani, Balgi Fahmi. “Strategi Pemerintah Kota Bogor Terhadap Kesiapan
Penerapan Perencanaan Pembangunan Berbasis E-Planning”. Bogor :
Skripsi Sekolah Pascasarjana. 2017
Schiffman and Kanuk. “Consumer Behavior”, Prentice Hall, USA, 2000
Situs: www.apjii.co.id
Situs: www.Kompas.com
Situs: www.statista.com
Situs: www.BPS.com
Situs: www.Jakarta.go.id
Sudarmanto, R. Gunawan. Statistik terapan berbasis komputer: dengan program
IBM SPSS statistik 19. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. 2013
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Cv. Alfa Beta, 2010
Tuncay, Musa.” SWOT Analysis in Strategic Management and a Sample
Aplication in Public”. Universitas Azteca: MPRA Paper no.67213. 2015
66
LAMPIRAN
Lampiran I: Matriks Wawancara Penelitian
Tanggal : 12 November 2018 Lokasi : Dinas Koperasi UMKM dan
Perdagangan, Kelapa Gading
P Pewawancara
N Narasumber
Strategi dalam mengantisipasitook konvensional ke took online
P Saya mau tanya adakah regulasi yang mengatur toko online?
N Maaf sebelumnya belum ada yang mengatur tentang penjualan toko online,
Karena memang regulasi tersebut masih dalam pembahasan di tingkat
Kementrian atau masih dalam pegangan negara. Soalnya saya mengikuti
pembahasan tersebut namum belum jelas nasib peraturan tersebut.
P Oh begitu, namun apakah ada penanggulangan dampak yang diakibatkan
oleh toko online?
N Ada namun belum dapat bertindak lebih lanjut karena memang belum
adanya regulasi
P Tindakan apa pak yang bias dilakukan Dinas KUMKMP ini untuk
menanggulangi dampak tersebut? Lalu apa strateginya?
N Strategi dalam menanggulangi dampak toko online yaitu meningkatkan
kualitas produk dan daya saing melalui kerjasama dengan BSN (Badan
Standarisasi Nasional) sehingga produk yang ada di Jakarta dapat
berkualitas dan lebih berdaya saing tinggi
N Selain itu kami melakukan program yang bersifat membangun
kewirausahaan di setiap kecamatan yang ada di wilayah DKI Jakarta
tadinya program tersebut bernama OKE OCE namun mundurnya Wakil
Gubernur yaitu pak Sandiaga Salahuddin Uno nama program tersebut
diubah
N Strategi lainnya yakni promosi seperti adanya kerjasama dengan
marketplace seperti Tokopedia dan Ralali.com kami juga lakukan karena
mereka menjamin akan memberikan ruang yang lebih luas untuk toko-toko
yang ada diwilayah Jakarta
N Selain tiu kami juga melakukan pameran produk-produk yang ada di DKI
Jakarta namun semua itu yang terafiliasi dengan Dinas KUMKMP,
pameran tersebut dilaksanakan di ICE BSD yaitu Pekan Raya Indonesia
P Apakah dalam DKI Jakarta juga diberi lokasi atau ruang untuk produk-
produk tersebut?
N Ya diberi ruang melalui Pekan Raya Jakarta yang ada di Kemayoran
N Strategi yang selanjutnya yakni keamanan dengan cara perlindungan
konsumen, banyak konsumen yang merasa dirugikan sama toko-toko
online kasusnya kebanyakan apa yang dibeli apa yang didapatkan, mungkin
harga barangnya jutaan jadi banyak yang mengadu soal itu
N Selain itu pengawasan terhadap produk-produk yang sifatnya kerjasama
seperti dengan BPOM (badan pengawas obat dan makanan) terkadang
67
banyak tuh yang berjualan dengan produk kadaluwarsa, pengawasan label
halal pun dilakukan karena banyak pelaku usaha yang mencantumkan label
halal secara illegal biasanya pengawasan tersebut kerjasama dengan BPJPH
(badan penyelenggaraan jaminan produk halal). Selain produk kami juga
melakukan pengawasan dengan pemeriksaan surat ijin usaha perdagangan
(SIUP) kepada pelaku usaha atau toko-toko yang ada di wilayah DKI
Jakarta
N Strategi yang terakhir kami melakukan pembangunan dan revitalisasi pasar
atau toko di DKI Jakarta melalui P.D Pasar Jaya
P Berapa pak yang telah dibangun atau telah direvitalisasi?
N Sebenarnya banyak ade silahkan periksa diwebsite, namun sebagai contoh
pasar senen yang telah direvitalisasi pasca kebakaran, selain itu ada pasar
Blok G dan F tanah abang yang sedang direvitalisasi
Wawancara mengenai SWOT Pemerintah dan wilayah DKI Jakarta
P Selain strategi, dalam penelitian saya kan menggunakan SWOT bagaimana
kekuatan dalam Pemerintahan dan wilayah DKI Jakarta menurut sudut
pandang perdagangan?
N Kekuatan pemerintah tentu saja fasilitas dan infrastruktur Provinsi DKI
Jakarta yang dimiliki memadai atau lengkap, lalu banyaknya program yang
mendukung pelaku usaha, terus PDRB Pemerintah DKI Jakarta sangat
besar dibanding daerah yang lain, selain dalam pemerintahanya masyarakat
DKI Jakarta juga memiliki Karakteristik dan gaya hidup yang konsumtif
P Lalu bagimana kelemahan Pemerintah DKI Jakarta soal perdagangan?
N Pemerintah tentu saja memiliki kelemahan dibidang pengawasan yang
masih kurang terhadap pelaku usaha toko konvensional apalagi online,
karena peraturan atau regulasi yang belum tersedia dalam perdagangan
online. Selain itu pembinaan dan dukungan yang dilakukan Pemerintah
DKI Jakarta belum maksimal dikarenakan masyarakat di wilayah DKI
Jakarta yang masih kurang taat dalam peraturan perdagangan yang
membuat pembinaan masih berjalan sangat lambat.
P Apakah adanya pengaruh sisi positifnya dengan adanya ekonomi digital
atau toko online nanti?
N Tentu saja ada banyak sisi positifnya dengan adanya online atau biasa
disebut peluang lah seperti pertumbuhan teknologi yang semakin baik di
Indonesia banyak orang jaman sekarang yang memakai hape karena bukan
sekedar ingin berkomunisasi tapi ingin mencari ilmu, berbelanja dan
lainnya, dengan banyaknya orang yang memakai gadget maka pasti adanya
potensi ekonomi digital dalam perdagangan baik dalam transaksi jual beli,
jasa transportasi, dan lain-lain. Selain itu masyarakat akan berbondong-
bondong untuk membuka toko, jasa dan lain-lainnya karena kemudahaan
membuka toko dan mencapai pasar. Dengan semua itu pasti pemerintah
daerah mendapat penerimaan baru perdagangan online baik dari pajak
daerah ataupun retribusi daerah
P Namun kalua ada sisi postif pasti juga ada sisi negatifnya, apakah sisi
negatifnya kalua online itu sudah berkembang?
N Sisi negatifnya jelas semua daerah akan merasakan ataupun negara juga
68
merasakan seperti produk luar negeri yang banyak membanjiri perdagangan
online karena orang akan berusaha menjual barang yang illegal karena
keuntungannya yang sangat banyak, lalu banyaknya terjadi kejahatan
terhadap konsumen secara online badan pengawasan dan perlindungan
konsumen di Dinas KUMKMP banyak menerima aduan tentang jual beli
online ini tentu sangat merugikan konsumen. Selain itu banyaknya toko
konvensional yang beralih ke toko online karena orang tanpa membayar
sewa tempat memudahkan orang berjualan namun dalam hal ini pemerintah
akan berkurang dari sisi penerimaan seperti pajak dan retribusi. Banyaknya
konflik sosial juga menjadi sisi ancamannya, lihat saja angkutan umum dan
taksi atau supir bus kopaja dan metromini mereka sangat bertentangan
dengan adanya ojek online dan taksi online ini akan menyebabkan konflik
sosial berkepanjangan.
Lampiran II : Dokumentasi wawancara dan penyerahan kuesioner
Penyerahan kuesioner
Penyerahan kuesioner di Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan, Kelapa
Gading, Kota Jakarta Utara
Wawancara
Sesi wawancara dengan kepala seksi perdagangan dan staff Perdagangan
69
Lampiran III : Kuesioner Penelitian
Kuisioner Penelitian Tentang :
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DKI JAKARTA DALAM
MENGANTISIPASI PERUBAHAN PILIHAN KONSUMEN DARI TOKO
KONVENSIONAL KE TOKO ONLINE
Penjelasan Pengisian Kuisioner :
1. Dalam Kuisioner Penelitian ini Terdapat Kekuatan, Kelemahan, Peluang
dan ancaman
2. Kolom yang terdapat pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
tertera kosong mohon untuk diisi menurut pendapat dan pandangan
Bapak/Ibu Responden
3. Kolom Penanganan Dampak diisi dengan angka 1-4 yaitu :
a) 1 (Tidak Penting) c) 3 (Penting)
b) 2 (Cukup Penting) d) 4 (Sangat Penting)
4. Keterangan kolom Penanganan Dampak :
a) Kekuatan semakin besar angka semakin pentingnya penanganan
dan semakin kecil angka semakin tidak penting
b) Kelemahan semakin kecil angka semakin pentingnya penanganan
dan semakin besar angka semakin tidak penting
c) Peluang semakin besar angka semakin pentingnya penanganan dan
semakin kecil angka semakin tidak penting
d) Ancaman semakin kecil angka semakin pentingnya penanganan
dan semakin besar angka semakin tidak penting
5. Kolom kondisi perdagangan diisi dengan angka 1 – 6, dimana
a) 1 (sangat kurang) d) 4 (agak baik)
b) 2 (kurang) e) 5 (baik)
c) 3 (cukup) f) 6 (sangat baik)
NAMA :
JABATAN/BAGIAN :
70
No Indikator
Kekuatan
Kondisi Saat ini Pentingnya dalam
Penanganan dampak
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Fasilitas dan
Infrastruktur
Provinsi DKI Jakarta
yang dimiliki
memadai atau
lengkap
2 Banyaknya Program
yang mendukung
pelaku usaha
3 PDRB Pemerintah
DKI Jakarta sangat
besar dibanding
daerah yang lain
4 Karakteristik dan
gaya hidup
masyarakat DKI
Jakarta yang
konsumtif
5
6
7
71
No Indikator
Kelemahan
Kondisi Saat ini Pentingnya dalam
Penanganan dampak
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Pengawasan
pemerintah daerah
yang masih kurang
terhadap pelaku
usaha baik
konvensional
maupun online
2 Peraturan yang
belum tersedia
dalam perdagangan
online
3 Pembinaan dan
dukungan yang
dilakukan
Pemerintah DKI
Jakarta belum
maksimal
4 Masyarakat
wilayah DKI
Jakarta yang masih
kurang taat dalam
peraturan
perdagangan
5
6
7
72
No Indikator
Peluang
Kondisi Saat ini Pentingnya dalam
Penanganan dampak
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Pertumbuhan
teknologi yang
semakin baik di
Indonesia
2 Timbulnya
potensi ekonomi
digital dalam
perdagangan
3 Terciptannya
lapangan usaha
dalam bidang
UMKM karena
kemudahaan
membuka toko
dan mencapai
pasar
(marketplace)
4 Adanya objek
Pajak daerah dan
retribusi daerah
baru dalam
bidang
perdagangan
online
5
6
7
73
No Indikator
Ancaman
Kondisi Saat ini Pentingnya dalam
Penanganan dampak
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Produk luar negeri
yang banyak
membanjiri
perdagangan online
2 Banyaknya terjadi
kejahatan terhadap
konsumen secara
online
3 Banyaknya Toko
Konvensional yang
beralih ke toko
online
4 Konflik sosial yang
dirasakan
masyarakat dengan
adanya perubahan
pilihan konsumen
5
6
7
TERIMA KASIH ☺
74
Lampiran IV: Hasil Penilaian Responden
Jumlah
Responden
Faktor Internal
Kekuatan
Fasilitas dan
Infrastruktur
Provinsi DKI
Jakarta yang
dimiliki
memadai atau
lengkap
Banyaknya
Program
yang
mendukung
pelaku usaha
PDRB
Pemerintah DKI
Jakarta sangat
besar dibanding
daerah yang lain
Karakteristik
dan gaya
hidup
masyarakat
DKI Jakarta
yang
konsumtif
PR PP PR PP PR PP PR PP
1 3 3 3 3 6 4 5 3
2 3 3 3 2 6 4 5 3
3 5 3 5 2 5 2 3 3
4 5 3 5 4 4 3 5 4
5 2 4 3 4 6 4 4 4
6 4 3 4 3 1 1 2 1
7 5 3 5 4 4 3 5 4
8 5 3 5 4 6 3 6 4
9 3 3 3 2 6 4 5 3
10 3 1 4 2 5 3 5 4
Jumlah 38 29 40 30 49 31 45 33
Rata-rata 3,8 2,9 4,0 3,0 4,9 3,1 4,5 3,3
Kelemahan
Pengawasan
pemerintah
daerah yang
masih kurang
terhadap
pelaku usaha
baik
konvensional
maupun
online
Peraturan
yang belum
tersedia
dalam
perdagangan
online
Pembinaan dan
dukungan yang
dilakukan
Pemerintah DKI
Jakarta belum
maksimal
Masyarakat
wilayah DKI
Jakarta yang
masih kurang
taat dalam
peraturan
perdagangan
PR PP PR PP PR PP PR PR
1 4 3 4 4 4 3 4 4
2 4 3 4 4 4 3 4 4
3 4 3 4 4 4 3 4 4
4 4 3 4 4 4 3 4 4
5 2 4 2 4 2 4 3 4
6 2 1 2 1 2 1 2 1
7 4 3 4 4 4 3 4 4
75
8 4 3 4 4 4 3 4 4
9 4 3 4 4 4 3 4 4
10 5 1 3 2 5 3 3 1
Jumlah 37 27 35 35 37 29 36 34
Rata-rata 3,7 2,7 3,5 3,5 3,7 2,9 3,6 3,4
Faktor Eksternal
Peluang
Pertumbuhan
teknologi
yang semakin
baik di
Indonesia
Timbulnya
potensi
ekonomi
digital dalam
perdagangan
Terciptannya
lapangan usaha
dalam bidang
UMKM karena
kemudahaan
membuka toko
dan mencapai
pasar
(marketplace)
Adanya objek
Pajak daerah
dan retribusi
daerah baru
dalam bidang
perdagangan
online
PR PP PR PP PR PP PR PP
1 5 3 5 3 5 3 6 4
2 5 3 5 3 5 3 6 4
3 5 3 6 2 4 4 6 3
4 5 3 5 3 5 3 5 4
5 5 4 5 4 6 4 5 4
6 5 2 5 2 5 3 5 3
7 5 3 5 3 5 3 6 4
8 5 3 5 3 5 3 6 4
9 5 3 5 3 5 3 6 4
10 5 1 5 1 5 1 3 2
Jumlah 50 28 51 27 50 30 54 36
Rata-rata 5.0 2,8 5,1 2,7 5,0 3,0 5,4 3,6
Ancaman
Produk luar
negeri yang
banyak
membanjiri
perdagangan
online
Banyaknya
terjadi
kejahatan
terhadap
konsumen
secara online
Banyaknya
Toko
Konvensional
yang beralih ke
toko online
Konflik
sosial yang
dirasakan
masyarakat
dengan
adanya
perubahan
pilihan
konsumen
PR PP PR PP PR PP PR PP
1 6 4 5 3 5 3 6 4
2 6 4 5 3 5 3 6 4
3 6 2 5 1 4 2 3 2
4 6 4 4 3 4 3 5 4
76
5 6 4 5 4 5 4 5 4
6 5 1 5 1 5 1 5 1
7 6 4 5 4 5 3 6 4
8 6 4 5 4 5 3 6 4
9 6 4 5 4 5 3 6 4
10 3 1 2 1 5 1 3 2
Jumlah 56 32 46 26 48 26 51 33
Rata-rata 5,6 3,2 4,6 2,6 4,8 2,6 5,1 3,3 *PR: Preferensi Responden & PP: Pentingnya Penanganan
Lampiran V : Penilaian, Pembobotan, Rating Kuantitatif SWOT
No
Faktor Internal
Rata-rata
Penilaian
Bobot
Rating
Bobot
x
Rating
Kekuatan (S)
1 Fasilitas dan Infrastruktur
Provinsi DKI Jakarta yang
dimiliki memadai atau
lengkap
3,8 0,11 2,9 0,34
2 Banyaknya Program yang
mendukung pelaku usaha
4 0,12 3 0,37
3 PDRB Pemerintah DKI Jakarta
sangat besar dibanding daerah
yang lain
4,9 0,15 3,1 0,47
4 Karakteristik dan gaya hidup
masyarakat DKI Jakarta yang
konsumtif
4,5 0,14 3,3 0,46
Total (S) 17,2 0,54 1,67
Kelemahan (W)
1 Pengawasan pemerintah daerah
yang masih kurang terhadap
pelaku usaha baik
konvensional maupun online
3,7 0,11 2,7 0,31
2 Peraturan yang belum tersedia
dalam perdagangan online
3,5 0,11 3,5 0,38
3 Pembinaan dan dukungan
yang dilakukan Pemerintah
DKI Jakarta belum maksimal
3,7
0,11 2,9 0,33
4 Masyarakat wilayah DKI
Jakarta yang masih kurang taat
dalam peraturan perdagangan
3,6 0,11 3,4 0,38
Total (W) 14,5 0,45 1,42
Total (S+W) 31,7 1 3,1
77
No
Faktor Eksternal
Rata-rata
Penilaian
Bobot
Rating
Bobot
x
Rating
Peluang (O)
1 Pertumbuhan teknologi yang
semakin baik di Indonesia
5 0,12 2,8 0,34
2 Timbulnya potensi ekonomi
digital dalam perdagangan
5,1 0,12 2,7 0,33
3 Terciptannya lapangan usaha
dalam bidang UMKM karena
kemudahaan membuka toko
dan mencapai pasar
(marketplace)
5 0,12 3 0,36
4 Adanya objek Pajak daerah dan
retribusi daerah baru dalam
bidang perdagangan online
5,4 0,13 3,6 0,47
Total (O) 20,5 0,50 1,53
Ancaman (T)
1 Produk luar negeri yang
banyak membanjiri
perdagangan online
5,6 0,13 3,2 0,44
2 Banyaknya terjadi kejahatan
terhadap konsumen secara
online
4,6 0,11 2,6 0,29
3 Banyaknya toko konvensional
yang beralih ke toko online
4,8 0,11 2,6 0,30
4 Konflik sosial yang dirasakan
masyarakat dengan adanya
perubahan pilihan konsumen
5,1 0,12 3,3 0,41
Total (T) 20,1 0,50 1,45
Total (O+T) 40,6 1 2,99