stk 2098

Upload: septivirgin-wulansari

Post on 17-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29-30 November 2011 Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    ISBN 978-979-8510-34-2 .............................

    SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERUPUK IKAN SEBAGAI BAHAN

    PELENGKAP MIE JAGUNG INSTAN DENGAN METODE AKSELERASI

    Novita Indrianti, Doddy A. Darmajana, Rima Kumalasari dan Riyanti Ekaftri

    Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG)

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl. K.S. Tubun No. 5 Subang

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Kerupuk dapat ditambahkan pada produk mie instan untuk meningkatkan cita rasa dan penerimaan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan umur simpan kerupuk ikan produksi UMKM di Subang sebagai bahan pelengkap mie jagung instan. Pendugaan umur simpan dianalisa menggunakan metode akselerasi dengan pengamatan selama 6 minggu pada 4 suhu, yaitu suhu refigeran(5oC), suhu kamar (30oC), 45oC, dan 55oC. Parameter yang diamati selama proses penyimpanan adalah kadar air dan angka peroksida. Hasil penelitian menunjukkan umur simpan kerupuk ikan berdasarkan nilai kadar air selama 6 minggu penyimpanan yang disimpan pada suhu refrigeran(5oC), suhu kamar (30oC), suhu 45oC, dan suhu 55oC berturut-turut adalah 16,30 minggu, 12,25 minggu, 8,67 minggu, dan 8,12 minggu. Umur simpan kerupuk ikan berdasarkan angka peroksida selama 6 minggu penyimpanan yang disimpan pada suhu refrigeran(5oC), suhu kamar (30oC), suhu 45oC, dan suhu 55oC berturut-turut adalah 55,42 minggu, 54,97 minggu, 54,74 minggu, dan 54,60 minggu. Kata kunci: Kerupuk ikan, Kualiats, Penyimpanan, Mie jagung PENDAHULUAN

    Mie instan adalah salah satu makanan instan yang sangat digemari oleh

    masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Susenas tahun 2005 selama rentang

    waktu 5 tahun terjadi peningkatan konsumsi mie instan sebesar 62,26% pada

    rumah tangga rawan pangan di Indonesia. (Saliem dan Ariningsih,2005)

    Peningkatan konsumsi mie instan berimbas pada peningkatan konsumsi ganudum

    nasional yang merupakan bahan baku pokok pembuatan mie instan. Tepung

    gandum sebagai bahan baku utama terbuat dari biji gandum yang seluruhnya

    harus diimpor dari luar negeri, karena Indonesia bukan penghasil gandum. Hal

    tersebut merupakan salah satu penyebab kerawanan pangan di Indonesia. Upaya

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1108

    yang dilakukan untuk mengantisipasi semakin besarnya angka rawan pangan

    maka perlu dilakukan diversifikasi produk mie instan berbahan baku non gandum,

    salah satunya menggunakan tepung jagung sebagai bahan baku utamanya.

    Mie jagung instan adalah mie instan yang berbahan baku tepung jagung dengan

    penambahan sedikit pati tapioka untuk meningkatkan elastisitas mie yang

    dihasilkan. Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 3551-1994, mie instan

    didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung gandum

    dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan

    makanan yang diijinkan, berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah

    dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit dan ditambahkan

    bumbu pelengkap sehingga cepat dan praktis dalam penyajiannya. Pada

    penelitian sebelumnya telah dihasilkan produk mie jagung instan dengan bumbu

    instan rasa kari sebagai pelengkapnya.

    Kerupuk dapat ditambahkan pada produk mie instan untuk meningkatkan cita rasa

    dan penerimaan konsumen. Kerupuk yang digunakan pada penelitian ini

    merupakan kerupuk dari bahan baku ikan yang dikemas dalam kemasan plastik

    yang diproduksi oleh mitra UKM binaan yang berlokasi di Subang. Kerupuk

    merupakan sejenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume

    membentuk produk yang berongga dan mempunyai densitas rendah selama

    penggorengan, terbuat dari bahan yang mengandung pati cukup tinggi. Menurut

    SNI 01-2713-1992, kerupuk ikan adalah hasil olahan dari campuran yang terdiri

    dari ikan segar, tepung tapioka dan bahan-bahan lain yang mengalami perlakuan:

    pengadonan, pencetakan, pengukusan, pengangin-anginan, pengirisan dan

    pengeringan. Kerupuk ikan bisa dikemas dengan menggunakan plastik yang tebal

    dan rapat. (Suarman,1996). Kerusakan yang sering terjadi pada produk seperti

    kerupuk ini adalah penurunan kerenyahan dan ketengikan serta kerusakan lainnya.

    Tujuan penelitian ini adalah memperkirakan umur simpan (shelf life) dari

    kerupuk ikan menggunakan metode akselerasi.

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1109

    METODE PENELITIAN

    Bahan dan Alat

    Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan adalah ikan mas dan

    tepung tapioka. Sedangkan bahan pendukung yang digunakan adalah garam, gula

    pasir, baking powder, telur, dan natrium benzoate. Alat utama yang digunakan

    adalah dandang pengukus ,baskom, peggiling daging, pengaduk, pisau

    ,timbangan, tampah, dan kompor. Bahan dan alat yang digunakan untuk analisa

    kadar air dan angka peroksida antara lain oven, cawan petri, cawan kosong,

    spatula, dan alat lain yang digunakan dalam analisa.

    Lokasi dan Waktu Kegiatan

    Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan B2PTTG-LIPI Subang

    dan untuk analisa kimia dilakukan di Laboraturium Pangan dan Pakan B2PTTG-

    LIPI Subang. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011.

    Metode

    Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu: a) tahap

    pembuatan produk kerupuk ikan sebagai sampel, dan b) tahap uji masa simpan

    sampel menggunakan dua titik kritis kerusakan produk, yaitu kadar air dan angka

    peroksida, selanjutnya dilakukan analisa pendugaan umur simpan sampel

    menggunakan metode akselerasi Arrhenius.

    Tahap Pembuatan Produk Kerupuk Ikan

    Pembuatan kerupuk ikan dimulai dari penggilingan daging ikan, pencampuran

    dengan bahan-bahan lain, pengulenan, pencetakan, pengukusan, pengkondisian,

    pengirisan, pengeringan, dan pengemasan produk. Pembuatan produk secara

    lengkap dapat pada Gambar 1

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1110

    Tahap uji masa simpan sampel

    Metode ini dilakukan dengan menyimpan produk pada suhu penyimpanan yang

    tinggi. Perlakuan yang diberikan pada sampel adalah perlakuan terhadap suhu

    penyimpanan, yang terdiri dari penyimpanan pada suhu refigeran (5oC), suhu

    kamar (30oC), 45oC, dan 55oC. Pengujian pada berbagai tingkat suhu ini

    digunakan untuk menduga umur simpan dari dua titik kritis kerusakan produk,

    yaitu kadar air dan angka peroksida. Setiap sampel disimpan selama 6 minggu

    dan diamati perubahan kadar air dan angka peroksida per minggu. (AOAC,1994)

    Gambar 1. Proses Pembuatan Kerupuk Ikan

    Penggilingan

    Pencampuran I

    Pencampuran II

    Pencampuran III

    Pengulenan (sampai tidak lengket)

    Pengukusan (sampai tergelatinisasi)

    Pencetakan

    - Gula pasir - Garam - Vetsin - Air

    Daging ikan

    Kerupuk ikan

    Tepung tapioka

    - Baking powder - Na-benzoat - Telur

    A i r

    Pengkondisian (t = 1 malam)

    Pengirisan

    Pengeringan

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1111

    Penentuan Kadar Air Metode Oven

    Sampel sebanyak 2-5 gram ditimbang dan ditempatkan dalam cawan kososng

    yang telah diketahui bobotnya. Sampel tersebut dikeringkan dalam oven bersuhu

    105oC selama 5-6 jam sampai berat konstan, kemudian didinginkan dalam

    desikator dan ditimbang berat akhirnya. Kadar air sampel dihitung dengan basis

    kering. (AOAC,1994)

    Perhitungan Angka Peroksida

    Kerupuk ditimbang sebanyak lima gram lalu dimasukkan ke dalam labu

    Erlenmeyer berukuran 250 ml. Kemudian ditambahkan 30ml larutan asam asetat

    dan kloroform dengan perbandingan (3 : 2). Larutan digoyangkan sampai bahan

    terlarut semua, lalu ditambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI, didiamkan satu menit

    kemudian ditambahkan 30ml aquades. Setelah itu dititrasi dengan 0,1 N Na2S2O3

    sampai warna kuning hilang lalu ditambahkan 0,5 ml larutan pati 1%. Lanjutkan

    titrasi sampai warna biru hilang. Bilangan peroksida dinyatakan dalam mili

    ekuivalen dari peroksida dalam setiap 1000 gr contoh.

    Bilangan Peroksida (meq/kg) = ml Na2S2O3 x N thiosulfat x 1000 dibagi berat sampel (g) HASIL DAN PEMBAHASAN

    Setiap bahan pangan memiliki daya simpan (shelf life) yaitu kisaran antara waktu

    bahan pangan selesai diolah dari pabrik sampai diterima oleh konsumen, produk

    tersebut masih memiliki mutu yang baik. Jika melebihi batas tersebut, produk

    pangan akan mengalami penurunan mutu. Hasil atau akibat dari reaksi kimiawi

    yang terjadi di dalam produk pangan bersifat akumulatif dan irreversible selama

    penyimpanan, sehingga pada saat tertentu produk pangan tersebut sudah tidak

    dapat diterima lagi. (Syarif dan Halid, 1993). Jangka waktu akumulasi hasil reaksi

    yang mengakibatkan mutu makanan tidak lagi dapat diterima disebut sebagai

    jangka waktu kadaluarsa. Kerupuk merupakan bahan pangan berongga yang

    memiliki kadar air yang rendah (maks 10%). Penyimpanan kerupuk yang dikemas

    polietilen pada suhu ruang biasanya mengalami perubahan fisik yaitu terjadinya

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1112

    penyerapan air. Selain tiu kerupuk juga merupakan bahan pangan yang memiliki

    kandungan lemak tinggi yaitu sekitar 30,87% sehingga kerusakan yang sering

    terjadi adalah oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan. (Ketaren,1986)

    Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Perubahan Kadar Air

    Pada model Arrhenius, suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

    perubahan mutu produk pangan. Akselerasi suhu dilakukan pada berbagai

    tingkatan suhu di atas suhu ruang (30 oC) bertujuan untuk mempercepat

    tercapainya nilai kadar air kritis. Nilai kadar air kerupuk ikan selama

    penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Grafik Nilai Kadar Air Kerupuk Ikan pada Berbagai Suhu Penyimpanan

    Gambar 2 memperlihatkan hasil pengukuran kadar air (%) kerupuk ikan yang

    dihasilkan selama 6 minggu penyimpanan. Berdasarkan hasil pengukuran kadar

    air (%) yang dihasilkan setiap waktu penyimpanan (minggu), pada masing-masing

    suhu penyimpanan, dapat dibuat persamaan regresi linier dengan kemiringan

    kurva yang merupakan nilai k (konstanta peningkatan nilai kadar air bumbu

    instan). Selanjutnya dibuat persamaan garis regresi linier lagi yang menyatakan

    hubungan nilai ln k (peningkatan nilai kadar air kerupuk ikan) dengan suhu

    penyimpanannya masing-masing (dalam oK). Hubungan antara lama penyimpanan

    dengan ln kadar air kerupuk ikan dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Grafik Hubungan Lama Penyimpanan dengan ln Kadar Air Kerupuk

    Ikan

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1113

    Selanjutnya nilai kemiringan kurva yang dihasilkan digunakan untuk mencari

    energi aktivasi (Ea) dalam mengabsorbsi air. Sedangkan nilai intersept akan

    memberikan nilai K0 sehingga akan dihasilkan persamaan Arrhenius yang dapat

    menentukan umur simpan produk kerupuk ikan pada berbagai tingkatan suhu

    penyimpanan. Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 3) dapat diketahui bahwa

    terlihat adanya kecenderungan peningkatan nilai kadar air setiap selang waktu

    pengukuran pada setiap tingkatan suhu penyimpanan. Peningkatan nilai kadar air

    kerupuk ikan pada masing-masing suhu penyimpanan mengikuti persamaan

    regresi linier, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Persamaan Regresi Perubahan Kadar Air Kerupuk Ikan selama

    Penyimpanan

    Suhu Penyimpanan Persamaan Linier Nilai r2 Nilai k 5C (278 K) Y= 1,222 + 0,021 x; r2 = 0,213

    k = 0,021

    30C (303 K) Y= 1,276 + 0,106 x r 2 = 0.812

    k = 0,106

    45C (318 K) Y= 1,223 + 0,062 x r2 = 0.506

    k = 0,062

    55C (328 K) Y= 1,289 + 0,039 x r 2 = 0.242

    k = 0,039

    Keterangan : y = nilai kadar air (%) x = lama penyimpanan (minggu) r = koefisien korelasi

    k = kemiringan kurva peningkatan nilai kadar air sampel

    Gambar 4. Grafik Hubungan Suhu (1/T) Terhadap ln k Kadar Air Kerupuk Ikan

    Gambar 4 menunjukkan hubungan antara suhu dan ln k kadar air kerupuk ikan

    yang menghasilkan persamaan regresi y = -1347x + 1,378 dengan koefisien

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1114

    korelasi sebesar 0,220. Berdasarkan persamaan regresi tersebut maka dapat

    dihitung persamaan Arrhenius untuk laju peningkatan kadar air, sebagai berikut :

    ln k = A + B (1/T) ln k = 1,378 - 1347 (1/T) -E/R = B = -1347 K R = 1,986 kal/molK E = 2675.142 kal/mol ln k0 = A ln k0 = 1,378 k0 = 3.96696 Laju peningkatan kadar air k = k0.e E/RT k = 3.96696 . e 1347.(1/T) Suhu 5C k = 3.96696 . e 1347.(1/278) = 3.96696 . e 4.8453 = 0.0312/minggu Suhu 30C k = 3.96696 . e 1347.(1/303) = 3.96696 . e 4.4455 = 0.0465/minggu Perhitungan peningkatan kadar air kerupuk pada beberapa suhu penyimpanan

    secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Perubahan Kadar Air Kerupuk Ikan Pada Variasi Suhu Penyimpanan

    Suhu Penyimpanan (oC) 1/T

    (1/oK) Nilai k

    (1/minggu) 5 0,00360 0.0312

    30 0,00330 0.0465 45 0,00314 0.0574 55 0,00305 0.0653

    Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada penyimpanan suhu refrigerator terjadi

    peningkatan kadar air sebesar 0,0312 atau 3,12% setiap minggunya, pada suhu

    ruang terjadi peningkatan kadar air sebesar 0,0465 atau 4,65% setiap minggunya,

    pada suhu 45oC terjadi peningkatan kadar air sebesar 0,0574 atau 5,74% setiap

    minggunya, dan pada suhu 55oC terjadi peningkatan kadar air sebesar 0,0653 atau

    6,53% setiap minggunya. Kadar air kerupuk ikan mengalami peningkatan seiring

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1115

    dengan bertambahnya lama penyimpanan. Hal ini disebabkan penyerapan uap air

    dari lingkungan sekitar. (Rahmat,1999)

    Pendugaan Umur simpan biasanya berdasarkan pada pendugaan konsentrasi

    komponen turun menjadi setengah dari konsentrasi awal, sehingga waktu yang

    ditetapakan adalah waktu yang diperlukan konsentrasi komponen menjadi

    setengahnya atau disebut waktu paruh. Penentuan tersebut digunakan bila kadar

    sebuah komponen akan semakin turun seiring bertambahnya umur penyimpanan.

    Dengan menggunakan logika di atas, bila konsentrasi sebuah komponen selama

    penyimpanan naik, maka dapat digunakan waktu lipat, yang artinya waktu yang

    diperlukan konsentrasi komponen menjadi dua (2) kali dari konsentrasi awal.

    Sehingga, pendugaan umur simpan kerupuk pada variasi suhu yang berbeda

    berdasarkan perubahan kadar air adalah sebagai berikut:

    ts =

    Suhu 5oC

    =

    = 16.30 minggu

    Tabel 3. Pendugaan Umur Simpan Krupuk Berdasarkan Perubahan Kadar Air

    Pada Berbagai Variasi Suhu

    Suhu Penyimpanan (oC)

    Konsentrasi awal Co (%)

    Nilai k (1/minggu)

    Umur Simpan (minggu)

    5 3.2258 0.0312 16.30 30 3.7130 0.0465 12.25 45 3.1447 0.0574 8.67 55 3.3898 0.0653 8.12

    Keterangan : *) Dengan asumsi kadar air akhir krupuk sebagai pembatas adalah 10%)

    Perhitungan pendugaan umur simpan kerupuk ikan pada beberapa suhu

    penyimpanan berdasarkan perubahan kadar air secara lengkap dapat dilihat pada

    Tabel 3. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada penyimpanan

    suhu refrigerator umur simpan produk kerupuk ikan adalah 16,30 minggu, pada

    suhu kamar umur simpan produk adalah 12,25 minggu, pada suhu 45oC umur

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1116

    simpan produk adalah 8,67 minggu, dan pada suhu 55oC umur simpan produk

    adalah 8,12 minggu. Semakin banyak uap air yang terserap oleh kerupuk ikan

    akan menyebabkan semakin berkurangnya kerenyahan dari produk. (Katz dan

    Labuza,1981) menduga uap air akan melarutkan dan melunakkan matriks pati dan

    protein yang ada pada sebagian bahan pangan yang mengakibatkan perubahan

    kekuatan mekanik termasuk kerenyahan. Air dalam produk kerupuk ikan akan

    mempercepat proses oksidasi dari kerupuk. (Ketaren,1986) menyatakan

    keterlibatan uap air pada jenis makanan berminyak akan mempercepat terjadinya

    proses perubahan minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang akan

    menimbulkan ketengikan pada produk.

    Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Perubahan Angka Peroksida

    Nilai angka peroksida selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 5

    Gambar 5. Grafik Nilai Angka Peroksida Kerupuk Ikan pada Berbagai Suhu

    Penyimpanan

    Berdasarkan hasil pengukuran angka peroksida yang dihasilkan setiap waktu

    penyimpanan (minggu), kemudian dibuat grafik hubungan antara lama

    penyimpanan dengan ln angka peroksida kerupuk ikan dapat dilihat pada Gambar

    6. Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 5) dapat diketahui bahwa terlihat adanya

    kecenderungan peningkatan nilai angka lempeng total setiap selang waktu

    pengukuran pada setiap tingkatan suhu penyimpanan. Peningkatan nilai angka

    peroksida kerupuk ikan pada masing-masing suhu penyimpanan mengikuti

    persamaan regresi linier, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Hubungan

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1117

    antara lama penyimpanan dengan ln angka peroksida kerupuk ikan dapat dilihat

    pada Gambar 6.

    Gambar 6. Grafik Hubungan Lama Penyimpanan dengan ln Angka Peroksida Kerupuk Ikan

    Untuk suhu 5C (278 K) diperoleh: Y= 2,621 + 0,015 X; k = 0,015 ln k = r = 0,971 Untuk suhu 30C (303 K) diperoleh: Y= 2,662 + 0,092 X k = 0,092 ln k = r = 0,930 Untuk suhu 45C (318 K) diperoleh: Y= 3,301 + 0,023 X k = 0,023 ln k = r = 0,937

    Untuk suhu 55C (328 K) diperoleh: Y= 3,364 + 0,015 X k = 0,015 ln k = r = 0,823 Tabel 4. Persamaan Regresi Perubahan Angka Lempeng Total Bumbu Instan

    Bubuk selama Penyimpanan

    Suhu Penyimpanan Persamaan Linier Nilai r2 Nilai k 5C

    (278 K) Y= 2,662 + 0,092 x 0.94284

    0,015

    30C (303 K)

    Y= 2,662 + 0,092 x 0.8649

    0,092

    45C (318 K)

    Y= 3,301 + 0,023 x 0.87797

    0,023

    55C (328 K)

    Y= 3,364 + 0,015 x 0.67733

    0,015

    Keterangan : y = nilai angka peroksida (%) x = lama penyimpanan (minggu) r = koefisien korelasi k = kemiringan kurva peningkatan

    nilai angka peroksida kerupuk ikan

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1118

    Gambar 7 menunjukkan hubungan antara suhu dan ln k angka peroksida kerupuk

    ikan yang menghasilkan persamaan regresi y = -27,05x 3,550 dengan koefisien

    korelasi sebesar 6E-05. Berdasarkan persamaan regresi tersebut maka dapat

    dihitung persamaan Arrhenius untuk laju peningkatan angka peroksida, sebagai

    berikut :

    ln k = A + B (1/T)

    ln k = -3.550 27.05 (1/T)

    -E/R = B

    = -27.05 oK

    R = 1.986 kal/molK

    E = 53.721 kal/mol

    ln k0 = A

    ln k0 = -3.550

    k0 = 0.0287

    Laju peningkatan Angka Peroksida

    k = k0.e E/RT k = 0.0287. e 27.05(1/T)

    Suhu 5C

    k = 0.0287. e 27.05.(1/278)

    = 0.0287. e 0.0973

    = 0.0260/minggu

    Gambar 7. Grafik Hubungan Suhu (1/T) terhadap ln k Angka Peroksida Kerupuk

    Ikan

    Perhitungan peningkatan angka peroksida kerupuk ikan pada beberapa suhu

    penyimpanan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Dari tabel 5 dapat

    diketahui bahwa pada penyimpanan suhu refrigeran terjadi peningkatan angka

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1119

    peroksida sebesar 0,0260 meq/kg setiap minggunya, pada suhu ruang terjadi

    peningkatan angka peroksida sebesar 0,0262 meq/kg setiap minggunya, pada suhu

    45oC terjadi peningkatan angka peroksida sebesar 0,0264 meq/kg setiap

    minggunya, dan pada suhu 55oC terjadi peningkatan angka peroksida sebesar

    0,0264 meq/kg setiap minggunya. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka

    semakin tinggi angka peroksida pada produk kerupuk ikan. Peningkatan angka

    peroksida kerupuk ikan tertinggi pada penyimpanan suhu 550C. Peningkatan

    bilangan peroksida secara nyata selama penyimpanan menunjukkan bahwa telah

    terjadi reaksi oksidasi pada produk. Proses oksidasi dapat terjadi bila ada kontak

    antara minyak atau lemak dengan oksigen. Oksidasi ini terjadi pada ikatan tidak

    jenuh dalam asam lemak. Dalam minyak atau lemak pembentukan peroksida akan

    berlangsung terus menerus sampai maksimal, setelah mencapai maksimal

    kandungan peroksida akan menurun karena peroksida yang terbentuk akan

    mengalami reaksi lanjutan yaitu terurainya peroksida secara hidrolitik yang

    menghasilkan senyawa-senyawa aldehid, keton asam hidroksi dan asam lemak

    bebas yang menyebabkan ketengikan. (Jacobson,1993)

    Tabel 5. Perubahan Angka Peroksida Kerupuk Ikan Pada Variasi suhu

    Penyimpanan

    Suhu Penyimpanan (oC) 1/T (1/oK)

    Nilai k (1/minggu)

    5 0.00360 0.0260 30 0.00330 0.0262 45 0.00314 0.0264 55 0.00305 0.0264

    Pendugaan umur simpan kerupuk ikan pada variasi suhu yang berbeda

    berdasarkan perubahan angka lempeng total adalah sebagai berikut:

    ts =

    bila Ct= 2. Co, maka

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1120

    Perhitungan pendugaan umur simpan kerupuk ikan pada beberapa suhu

    penyimpanan secara lengkap berdasarkan perubahan angka peroksida dapat dilihat

    pada Tabel 6. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada penyimpanan

    suhu refrigeran umur simpan produk adalah 55,42 minggu, pada suhu kamar umur

    simpan produk adalah 54.97 minggu, pada suhu 45oC umur simpan produk adalah

    54,74 minggu, dan pada suhu 55oC umur simpan produk adalah 54.60 minggu.

    Tabel 6. Pendugaan Umur Simpan Pada Berbagai Variasi Suhu Berdasarkan

    Perubahan Angka Peroksida Kerupuk Ikan

    Suhu Penyimpanan

    (oC)

    Konsentrasi awal (Co)

    Nilai k (1/minggu)

    Waktu untuk Ct=2xCo

    5 3.2258 0.0312 55.42 30 3.7130 0.0465 54.97 45 3.1447 0.0574 54.74 55 3.3898 0.0653 54.60

    Keterangan : *) dengan asumsi peningkatan angka peroksida menjadi dua kali lipat dari angka peroksida awal KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umur simpan kerupuk ikan

    berdasarkan nilai kadar air selama 6 minggu penyimpanan yang disimpan pada

    suhu refrigeran(5oC), suhu kamar (30oC), suhu 45oC, dan suhu 55oC berturut-

    turut adalah 16,30 minggu, 12,25 minggu, 8,67 minggu, dan 8,12 minggu. Umur

    simpan kerupuk ikan berdasarkan angka peroksida selama 6 minggu penyimpanan

    yang disimpan pada suhu refrigeran(5oC), suhu kamar (30oC), suhu 45oC, dan

    suhu 55oC berturut-turut adalah 55,42 minggu, 54,97 minggu, 54,74 minggu, dan

    54,60 minggu.

    DAFTAR PUSTAKA

    AOAC. 1984. Official Methodes of Analysis. Association of Official Analytical Chemist Inc, Virginia.

    Jacobson, G.A. 1993. Evaluation ofOxidized Lipid in Food. Inform. 4, 7, pp 811 819.

  • Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa

    Seminar Nasional Sains & Teknologi IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 30 November 2011

    BAGIAN II

    1121

    Katz, E.E. dan Labuza. 1981. Effect of water on the sensory Crispness and Mechanical Deformation of Snack Food Product. J-Food Sci 46, pp 403.

    Ketaren, S. 1986. Peranan Lemak dalam Bahan Pangan. Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

    Rahmat, B. 1999. Pendugaan Umur Simpan Kerupuk Kulit Goreng. Skripsi Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

    Saliem dan Ariningsih, 2005. Perubahan Konsumsi Dan Pengeluaran Rumah Tangga Di Perdesaan: Analisis Data Susenas 1999 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

    Suarman, W. 1996. Kajian Pembuatan dan Kerupuk Secara Mekanis. Skripsi Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

    Syarif, R. dan Halid, Y. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan kerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.