status terumbu karang di negara-negara yang terkena tsunami

165

Upload: lamkhue

Post on 31-Dec-2016

249 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami
Page 2: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami
Page 3: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

ii

Dedikasi

Buku ini dipersembahkan bagi mereka yang terkena dampak gempa dan tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. Bagi mereka,hidup telah berubah untuk selamanya, dan mereka pantas mendapatkan segala bentuk bantuan dan kasih sayang yang dapat diberikan olehmasyarakat dunia agar dapat pulih kembali. Buku ini juga dipersembahkan untuk The International Coral Reef Initiative dan semua rekankerjanya, salah satunya pemerintah Amerika Serikat, yang bekerja melalui US Coral Reef Task Force. Kami juga ingin berterima kasih untukdukungan terhadap GCRMN yang diberikan oleh US Department of State dan US National Oceanographic and Atmospheric Administration.

Catatan: Kesimpulan-kesimpulan dan saran yang diberikan dalam buku ini tidak didukung secara khusus, ataupun mencerminkan,pandangan dari berbagai organisasi yang telah mendukung produksi dari buku ini, baik dukungan pendanaan maupun isi.

Penelitian yang dilaporkan dalam buku ini berdasarkan analisa awal dari serangakaian data yang kompleks dan kebenarannya tidak bisadiartikan mutlak untuk beberapa kasus. Institusi atau individu yang tertarik untuk menggunakan data-data dari hasil penelitian AIMS dansegala konsekuensinya dapat menghubungi Kepala Institusi dengan alamat (Townsville) yang diberikan dibawah ini.

Sampul Depan: Terumbu karang yang terangkat oleh tsunami; Pulau Simeulue, Sumatra; Craig Shuman, Reef Check Foundation, LosAngeles USA.

Sampul Belakang: Tinggi ombak maksimum dari tsunami 26 Desember 2004, berkisar antara 10-2 m yang ditunjukkan oleh warnamerah gelap, 1 m ditunjukkan oleh warna hijau/kuning, sampai tak berombak (warna biru): Alessio Piatensi, Istituto Nazionale di Geofisicae Vulcanalogia, Rome, Italy. Peta disediakan oleh Reefbase dan World Fish Center. Kami ingin mengucapkan terima kasih ,khususnyakepada Teoh Shwu Jiau.

Gambar yang terdapat pada halaman 30 dalam Bab 1 merupakan cetakan ulang, yang telah diizinkan, dari artikel dalam New Scientist pada3 September 2005 berjudul ‘Tsunami waves shot along mid-ocean ridges’. Diambil dari www.newscientist.com, Ó New Scientist.

Gambar yang terdapat pada halaman 23 dalam Bab 1 merupakan hak cipta Ó dari Commonwealth of Australia, Geoscience Australia. HakCipta Dilindungi. Dicetak ulang seizin CEO, Geoscience Australia, Canberra, ACT. Selain bentuk pemanfaatan yang diizinkan dalamCopyright Act 1968, sebagian atau seluruh buku ini tidak dapat dicetak ulang dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari GeoscienceAustralia. Permohonan dan pertanyaan mengenai hak dan reproduksi dapat dikirimkan kepada Manager Copyright, Geoscience Australia,GPO Box 378, Canberra ACT 2601, atau melalui email kepada [email protected].

Dua buah gambar yang terdapat pada halaman 51 dan 52 dalam Bab 3 dicetak ulang seizin dari Current Biology, Volume 15, Baird A,Campbell SJ, Anggoro AW, Ardiwijaya RL, et al., Acehnese reefs in the wake of the Asian tsunami, halaman 1926-1930, Hak Cipta 2005,dengan izin dari Elsevier Ltd.

© Australian Institute of Marine Science, 2006Alamat Kantor:Townsville, QueenslandPMB No. 3, Townsville MC Qld 4810Telepon (07) 4753 4444Fax (07) 4772 5852

Darwin, Northern TerritoryPO Box 40197 Casuarina NT 0811Telepon (08) 8920 9240Fax (08) 8920 9222

Perth, Western AustraliaPO Box 83, Fremantle WA 6959Telepon (08) 9433 4440Fax (08) 9433 4443

www.aims.gov.au

ISSN 1447-6185

Edisi Bahasa Indonesia: Penerjemahan, produksi, dan distribusi di Indonesia didukung oleh GCRMN, Yayasan KEHATI, UNESCOOffice Jakarta, Yayasan TERANGI, dan Grey WorldWide Indonesia. Diterjemahkan oleh Ayu Ratri Khairuna Ahza, Wasistini Baitoningsih(UNESCO Office Jakarta, dan Putu Liza Kusuma Mustika (Praktisi Kelautan). Penyuntingan dalam Bahasa Indonesia oleh Safran Yusri(Yayasan TERANGI). Pengkaji untuk Status Terumbu Karang Pasca Tsunami di Indonesia : Stuart Campbell (WCS-IP).

Page 4: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

iii

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH vCo-Sponsor dan Pendukung GCRMN: viiPendahuluan 1Ringkasan Eksekutif, Kesimpulan, dan Saran 71. Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia 192. Gempa Bumi, Tsunami, dan Tekanan-tekanan Lain terhadap Terumbu Karang dan

Sumber Daya Pesisir 333. Status Terumbu Karang di Indonesia Pasca Tsunami Desember 2004 454. Keadaan Terumbu Karang Pasca-Tsunami di Malaysia 615. Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand

Pasca-Tsunami 676. Keadaan Terumbu Karang di Myanmar: Evaluasi Pasca-Tsunami 837. Dampak Tsunami Tahun 2004 Pada Daratan Utama India Serta Kepulauan Andaman

dan Nikobar 898. Keadaan Terumbu Karang di Sri Lanka Setelah Tsunami 1039. Status Terumbu Karang di Kepulauan dan Atol Maladewa Pasca-Tsunami 11510. Status Terumbu Karang di Seychelles Setelah Tsunami pada Desember 2004 12911. Status Terumbu Karang di Afrika Timur dan Arabia Selatan Pasca Tsunami 139LAMPIRAN 1. ANJURAN BACAAN 147LAMPIRAN 2. DAFTAR AKRONIM 151Lembaga Sponsor, Program dan Jaringan Pemantauan Terumbu Karang 155

Catatan: Hanya sumber data utama dalam setiap bab disebutkan dalam buku ini; sejumlah laporan yangtidak dicetak serta situs internet yang turut membentuk buku ini, tidak disebutkan secarakhusus. Informasi utama yang mendasari buku ini dapat diperoleh di lembaga-lembaga yangturut membantu penyusunan buku ini atau dari Bacaan Anjuran (Lampiran I), terutama bab-bab terbaru dalam CORDIO (2005) dan GCRMN (2004) pada halaman 151. Data dan informasiyang didapatkan dari situs internet untuk buku ini diperoleh dalam kurun waktu Oktober2005 sampai Februari 2006.

Dalam buku ini kata ‘tsunami’ digunakan secara tunggal maupun jamak. Tsunami secaratunggal (dalam artian harfiah sebagai rangkaian gelombang) diartikan sebagai tsunami yangdisebabkan oleh gempa bumi hebat pada 26 Desember 2004, yang mengakibatkan pergerakansepanjang 1.300 kilometer pada garis patahan di sebelah utara Kepulauan Andaman. Kejadianberantai ini telah menyebabkan munculnya serangkaian ‘ombak’, yang kemudian terpantuloleh massa daratan dan paparan benua sehingga menciptakan pola gelombang kompleks yangbertahan sampai beberapa jam. Penggunaan kata ‘tsunami’ secara jamak menjelaskan konsepbahwa kerusakan yang timbul disebabkan oleh sejumlah ombak yang datang dari berbagaiarah, dan bukan hanya satu ombak yang besar.

Page 5: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak pihak yang membantu dalam pengumpulan informasi untuk buku ini, terutama ke-60 penulis dankontributor untuk ulasan per negara dan para ahli geologi yang menyederhanakan berbagai istilah ilmugeomorfologi dan pergerakan lempeng tektonis yang kompleks bagi pembaca awam. Ucapan terima kasihkhusus ditujukan kepada Phil Cummins, David Garnett, Viacheslav Gusiakov, dan Kenji Satake.Kontribusi-kontribusi dari mereka telah mempermudah penyatuan materi ke dalam format “LaporanStatus” (Status Report) GCRMN oleh editor. Pembaca dianjurkan untuk mendapatkan versi asli bahan-bahan tersebut dan menghubungi para kontributor untuk keterangan selanjutnya. Tidak semua bahanreferensi disertakan; namun bahan referensi utama tercantum dalam setiap bab dan pada Bacaan Anjurandi halaman 147. Kami mohon maaf jika beberapa referensi dan situs internet yang penting tidak disertakan.Laporan ini secara resmi dicatat oleh Karenne Tun dan Marco Nordeloos ke dalam Reefbase, pusat dataterumbu karang internasional di The WorldFish Center, www.reefbase.org dan www.gcrmn.org. Kamiingin mengucapkan terima kasih kepada David Garnett, Joanna Ruxton, Madeleine Nowak, dan RobinSouth untuk kontribusi editorial yang sangat teliti yang telah mereka berikan. Kami pantas mengucapkanbanyak terima kasih kepada staf di AIMS, terutama tim Science Communication yang professional danramah, Steve Clarke, Wendy Ellery, dan Tim Simmonds- terima kasih.

Beberapa bagian laporan ini sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Thailand dan untuk itu kami inginmengucapkan terima kasih kepada Cherdsak Virapat, yang dibantu oleh Thamasak Yeemin, MaiteeDuangsawadi, Cherchinda Chotiyaputta, dan Yves Henocque dalam memproduksi edisi tersebut.

Rekan kerja GCRMN yang telah membantu dalam laporan ini: Gregor Hodgson, membawa jaringan dansukarelawan dari Reef Check; Jamie Oliver, Marco Noordeloos, dan Karenne Tun menyediakan basisReefBase yang memastikan bahwa data GCRMN dapat diakses oleh seluruh dunia; dan Olaf Linden,David Obura, David Souter, dan Jerker Tamerlander mengkoordinir program CORDIO (Coral ReefDegradation in the Indian Ocean) yang telah menghasilkan dan mengorganisir sebagian besar informasimengenai dampak tsunami terhadap terumbu karang di Samudera Hindia. Para co-sponsor dari programGCRMN telah menyediakan bantuan substansial, nasehat, dan dukungan: The IntergovernmentalOceanographic Commission of UNESCO; United Nations Environment Programme (UNEP); IUCN – TheWorld Conservation Union; World Bank; the Convention on Biological Diversity; AIMS; WorldFish Center;dan ICRI Secretariat, yang diselenggarakan bersama oleh Jepang dan Palau. Pihak–pihak tersebut bertemusecara spontan, bersamaan dengan pertemuan ICRI agar dapat memberikan arahan kepada GCRMN.Carl Gustaf Lundin mengepalai Kelompok Manajemen GCRMN dan Bernard Salvat mengepalai DewanPenasehat Sains dan Teknis GCRMN. Beliau membantu dalam naskah dan memberikan saran untukformat dan struktur laporan. Kami mengucapkan terima kasih kepada mereka sekalian.

Dukungan utama untuk GCRMN didapatkan dari Department of State Amerika Serikat, the NationalOceanographic and Atmospheric Administration (NOAA) dan the Australian Institute of Marine Science(AIMS); UNEP di Cambridge dan Nairobi menjadi administrator pendanaan. Tanpa dukungan darimereka tidak akan pernah ada koordinasi secara global ataupun laporan- terima kasih. Dana untukmencetak laporan ini berasal dari: Pemerintah Amerika Serikat (Department of State dan NOAA); theAustralian Agency for International Development (AusAID); IUCN - The World Conservation Union; theUnited Nations Environment Programme (UNEP); WWF International; IOC - UNESCO; Kementerian

Page 6: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

vi

Lingkungan Hidup dan Biro Pelestarian Lingkungan Jepang; dan CRC Reef Research Center for the GreatBarrier Reef. Melalui bantuan mereka, kami dapat menyediakan buku ini secara gratis kepada masyarakatdunia yang bekerja untuk melestarikan terumbu karang, yang sering kali secara sukarela.

Page 7: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

vii

CO-SPONSOR DAN PENDUKUNG GCRMN:

Kelompok Manajemen GCRMNIOC-UNESCO –Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCOUNEP – United Nations Environment ProgrammeIUCN – The World Conservation Union (Ketua)The World Bank, Environment DepartmentConvention on Biological DiversityAIMS – Australian Institute of Marine ScienceWorldFish Center, dan ReefBaseSekretariat ICRI – Pemerintah Jepang dan PalauGCRMN Scientific and Technical Advisory Committee.

Rekan Kerja Operasional GCRMNReef Check Foundation, Los AngelesReef Base, WorldFish Center, PenangCORDIO – Coral Reef Degradation in the Indian Ocean, Swedia, dan Sri Lanka.World Resources Institute, Washington DCNOAA – Socioeconomic Assessment group, Silver Springs.

Pendukung Utama Finansial GCRMNThe Government of the USA, melalui the US Department of State danNOAA – National Oceanographic and Atmospheric AdministrationAIMS – Australian Institute of Marine ScienceUNEP – United Nations Environment Programme via rekanan pendanaan USA.

Pendukung Finansial buku ‘Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena DampakTsunami 2005.US Department of State, Washington DC, USA bekerja sama dengan Sekretariat ICRI – Pemerintah Palaudan JepangNOAA – National Oceanographic and Atmospheric Administration, Silver Springs Maryland USAAusAID - Australian Agency for International DevelopmentUNEP – Regional Seas, dan GPA Coordination Office, The Hague, The NetherlandsIUCN – the World Conservation Union, Gland SwitzerlandWWF – EuropeIOC-UNESCO - Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO;CRC Reef - Cooperative Research Centre for the Great Barrier Reef, Townsville AustraliaNature Conservation Bureau, Ministry of the Environment, Tokyo, JapanIOI – International Ocean Institute

Pihak Pengasuh GCRMNAIMS – Australian Institute of Marine ScienceReefBase di WorldFish Centre, PenangCRC Reef Research Centre LtdIMPAC- International Marine Project Activities Centre Ltd.

Page 8: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

1

Rangkaian gelombang tsunami yang berlangsung pada 26 Desember 2004 terjadi secara mengejutkandan merupakan hal baru bagi kebanyakan masyarakat yang terkena musibah tersebut di wilayah SamuderaHindia. Kejadian tersebut berlangsung tanpa peringatan pada hari dengan cuaca cerah; sehingga banyakmasyarakat setempat dan wisatawan yang berada di pantai berjalan diatas rataan terumbu pada saat airlaut menyurut agar dapat mengamati alam yang biasanya tersembunyi. Dalam beberapa menit saja,serangkaian gelombang kuat datang menyapu mereka dan menghempas daratan. Rangkaian tsunamitersebut mengakibatkan lebih dari 250.000 orang meninggal dunia atau hilang serta rusaknya infrastrukturdan sumberdaya pesisir. Dalam buku ini, yang menjadi pusat perhatian kami adalah dampak yang menimpasumber daya alam pesisir, terutama ekosistem terumbu karang dan yang terkait, serta tanggapan yangdikeluarkan dunia internasional. Namun demikian, kami tidak dapat memungkiri bahwa dampak yangjauh lebih membekas terjadi pada kehidupan masyarakat wilayah setempat dan dunia.

Sesungguhnya tsunami bukan merupakan hal baru, karena terdapat sejarah panjang tentang tsunamidan gempa bumi yang pernah terjadi di Samudera Hindia (seperti yang terangkum dalam Bab 1, halaman19). Sejarah ini tertanam secara mendalam pada cerita rakyat dan budaya masyarakat adat; yang berlarike daratan tinggi sebelum gelombang-gelombang datang; sayangnya, masyarakat yang menjadi korbanjiwa, tidak memiliki pengetahuan megenai dampak gempa bumi dan tsunami.

Kejadian tsunami mengejutkan berbagai institusi nasional, internasional, dan juga media, karena tidakpernah terjadi tsunami di negara-negara ini dalam catatan sejarah kurun waktu terakhir. Disamping itu,gempa berlangsung pada hari minggu pagi saat sebagian besar masyarakat dunia sedang memperingatihari raya Natal. Hal tersebut juga mengakibatkan berita-berita awal mengenai tsunami kurangmenggambarkan dampak dan seluruh kerusakan yang terjadi, dan tertundanya kebanyakan respon baiknasional maupun internasional. Namun sejalan dengan penyampaian berita mengenai tsunami yangsemakin lengkap, respon dari berbagai pihak mulai menguat dan tidak sedikit orang yang kembali darimasa libur mereka untuk membantu dalam usaha-usaha pemulihan. Buku ini telah disusun agar dapatmenghimpun dan mensintesa hasil-hasil evaluasi kerusakan terumbu karang yang dilakukan terhadapwilayah yang terkena tsunami untuk para pembuat kebijakan, dan juga untuk menyimpulkan beberaparespon yang terjadi. Paragraf-paragraf berikut ini mengangkat beberapa respon terhadap tsunami yangdiberikan oleh lembaga-lembaga dan pemerintahan yang mendukung penulisan laporan ini.

Amerika merespon secara cepat terhadap musibah tersebut melalui upaya pemulihan skala besar danprogram bantuan kemanusiaan (senilai US$ 237 juta) yang dipimpin oleh U.S. Agency for InternationalDevelopment (USAID) bersamaan dengan angkatan bersenjata Amerika. Selang beberapa minggu setelahmusibah terjadi. Sebuah program pemulihan dan rehabilitasi senilai US$ 630 juta telah dirancang dandiimplementasikan di India, Indonesia, Maladewa, Thailand, dan Sri Lanka. Di Thailand, contohnya,USAID Regional Development Mission/Asia mendukung sebuah program bernama Sustainable CoastalLivelihoods (Mata Pencaharian yang Berkelanjutan di daerah Pesisir) yang membantu masyarakat dalammemulai kembali serta menciptakan keragaman sumber penghidupan, seiring dengan usahanyameningkatkan kapasitas lembaga pemerintahan dalam merencanakan dan mengkoordinir upayarekonstruksi. Program ini mendemonstrasikan peranan penting lingkungan dan alam dalam pencegahan

PENDAHULUAN

Page 9: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

2

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

ancaman bencana pesisir di masa depan dan memaksimalkan kesempatan bagi masyarakat miskin untukmendapatkan penghasilan di sepanjang Laut Andaman. Pembelajaran (lessons learned) yang didapatkanakan dibagi dalam lokakarya regional kepada sesama negara yang terkena dampak tsunami. Disampingitu, Amerika Serikat mendonasikan US$ 17 juta sebagai suatu bentuk dukungan strategis untukpengembangan sistem peringatan dini multi-bencana bersama IOC-UNESCO dan komunitas donorinternasional. USAID memimpin kontribusi ini dan berkolaborasi dengan National AtmosphericAdministration (NOAA), U.S. Geological Survey, U.S. Forest Service, dan U.S. Trade and DevelopmentAuthority.

Tsunami Samudera Hindia merupakan tragedi luar biasa yang menyebabkan hilangnya nyawa manusiapada wilayah berpenghuni dimana kehidupannya sangat bergantung pada hasil laut. Pemerintah Australiamenanggapi dengan cepat terhadap kebutuhan akan bantuan, dengan mengirimkan regu bantuan besertalogistik yang amat dibutuhkan pada daerah bencana agar dapat mendukung upaya penanggulangandarurat dan bantuan kemanusiaan yang dikerahkan lembaga domestik maupun internasional. Lembagabantuan luar negeri Australia, AusAID, bertugas mengkoordinir upaya tersebut bersama dengan lembagapemerintah, maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM). Untuk membantu pemulihan masyarakat,Australia mengkontribusikan lebih dari US$ 750 juta sebagai dana pembangunan tambahan untukIndonesia, termasuk US$ 20 juta untuk Aceh; US$ 16 juta kepada Sri Lanka; US$ 12,5 juta kepadaThailand; dan US$ 2,5 juta kepada Kepulauan Maladewa dan Seychelles. Disamping bantuan dana,kehadiran tenaga ahli dari Australia terbukti bermanfaat dalam upaya rehabilitasi. Dengan bekal sebagaipengelola lokasi World Heritage terbesar di dunia, pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga sepertiPengelola Taman Nasional Great Barrier Reef membantu dalam mengevaluasi kesehatan dan pemulihankembali ekosistem laut yang vital bagi kehidupan pesisir. Perekonomian pesisir dan perikanan mulaidibangun kembali, dan wisatawan tertarik untuk menjelajahi keindahan alam wilayah tropis. Hal yangcukup penting, upaya untuk menjalin kerjasama yang erat dengan pihak terkait dalam satu wilayah terusdilakukan Australia agar dapat memperkuat sistem peringatan dini tsunami Pasifik dan mengembangkansistem peringatan tsunami di Samudera Hindia untuk berjaga-jaga jika terjadi bencana serupa di masamendatang.

Pemerintah Jepang mengirimkan regu investigasi ke negara-negara yang terkena tsunami pada bulanJanuari dan Februari 2005 agar dapat mengidentifikasi segala keperluan yang mendesak untuk rekonstruksidan bantuan kemanusiaan, termasuk dari segi lingkungan. Kementrian Lingkungan Hidup menerbitkanbuku ‘GCRMN Status of Coral Reefs in East Asia Seas Region: 2004’ yang memasukkan status per negarasecara lengkap di dalamnya, dan menambahkan satu bab mengenai evaluasi cepat pasca-tsunami,bekerjasama dengan WorldFish Center dan para koordinator masing-masing negara GCRMN di wilayahtersebut. Jepang dan Palau sebagai tuan rumah gabungan Sekretariat ICRI, mulai Juli 2005 sampai Juni2007, telah mencetuskan diskusi mengenai pemeriksaan pasca-tsunami dan juga tindakan pencegahandan pemulihan bencana mengenai terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya dalam forum ICRI.

Segera setelah terjadi tsunami, UNDP mengirimkan tenaga ahli ke Indonesia, Sri Lanka, Maladewa, danThailand, dan tak lama kemudian ke Seychelles dan Yaman. Dengan sistem pemeriksaan cepat (rapidassessment), aspek-aspek lingkungan penting yang membutuhkan perhatian segera teridentifikasi sertadiikuti dengan pengamatan kondisi lanjutan yang lebih detil, telah memandu proses pemulihan. Disampingkegiatan pengamatan kondisi, UNEP menjalin kerjasama erat dengan pemerintah negara-negara yangterkena tsunami agar dimensi lingkungan dari bencana dapat tercakupi melalui bantuan teknis, konsultasi,pengembangan kapasitas (capacity building), pembentukan jaringan, dan menjalankan pilot projects.Pada bulan Februari 2005, UNEP mengorganisir sebuah konferensi di Cairo, Mesir, yang melibatkan paraahli dari negara yang terkena tsunami dan badan-badan pendukung internasional. Konferensi ini

Page 10: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

3

Pendahuluan

membuahkan 12 prinsip panduan untuk rehabilitasi dan pengelolaan zona pesisir yang mendukungpengembangan pesisir berkelanjutan (www.gpa.unep.org/tsunami/). Setelah itu, pada tahun 2006, WorldConservation Monitoring Center (WCMC) UNEP bekerjasama dengan International Coral Reef ActionNetwork (ICRAN) dan World Conservatin Union (IUCN) menerbitkan ‘In the front line: Shoreline protectionand other ecosystem services from mangroves and coral reefs’: sebuah laporan yang mengkaji perananekosistem mangrove dan terumbu dalam menyangga dampak dari bencana alam (http://www.unep-wcmc.org/resources/PDFs/In_the_front_line.pdf). UNEP menjunjung tinggi upaya dalam memperkuatpengetahuan teknis dan terus bekerjasama dengan rekan-rekan dari berbagai institusi agar dapatmengidentifikasi dan mengembangkan praktik-praktik yang baik dalam pengelolaan zona pesisir untukmitigasi dampak bencana. Upaya tersebut, dan juga buku ini, akan membantu dalam mengukuhkanpemahaman yang kuat dari aspek lingkungan sebuah bencana, yang dibutuhkan untuk mengeluarkankeputusan dalam pengelolaan lingkungan, pemulihan, dan mitigasi dampak bencana.

Lembaga Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) UNESCO memiliki 134 negara anggotadan ikut terlibat dalam hal tsunami dan terumbu karang dunia. Pusat informasi tsunami international(International Tsunami Information Center/ITIC) milik IOC memelihara dan mengembangkan hubungankerja dengan lembaga penelitian dan ilmu pengetahuan, lembaga pertahanan sipil, dan juga dengankhalayak ramai dengan misi agar dapat memitigasi bahaya yang dapat terjadi akibat tsunami denganmemperbaiki kesiapan masyarakat. Berpijak dari pengalamannya dalam mengembangkan sistem peringatandini tsunami untuk wilayah Samudera Pasifik, IOC kini memimpin dalam upaya pengembangan sistem-sistem peringatan tsunami international bagi ke-28 negara yang tergabung dalam IntergovernmentalCoordination Group untuk Samudera Hindia (ICG/IOTWS), juga untuk laut di Karibia dan sekitarnya,Laut Atlantik bagian timur laut, Laut Mediterania dan sekitarnya. Di tahun 2005, IOC telah membuatpenilaian kapasitas per negara untuk membangun sistem peringatan dini dan persyaratan yang belumdipenuhi bagi wilayah Samudera Hindia, serta sedang membuat rancangan rencana implementasiberdasarkan temuan tesebut. Sementara itu, Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Honolulu, Hawaii dariNOAA menyediakan data untuk cakupan Samudera Hindia sampai akhir tahun 2007. Buku ini diluncurkandalam pertemuan IOC/WESTPAC di Phuket, Thailand, pada Februari 2006 untuk mengumpulkanperhatian terhadap pentingnya sistem peringatan dini tsunami tingkat dunia, yang menjadi salah satutugas utama dari IOC.

Lembaga Dunia Pemantau Bumi dan Mitigasi Ancaman Gempa Bumi (The World Agency of PlanetaryMonitoring and Earthquake Risk Reduction) langsung meluncurkan penelitian untuk memprakirakantinggi gelombang tsunami di seluruh dunia, disamping perhitungan waktu tempuh yang telah dihitungpada saat tsunami berlangsung. Penelitian yang diselenggarakan atas kerjasama dengan Akademi IlmuPengetahuan Rusia (Russian Academy of Sciences) tersebut dilakukan untuk mendata tingkat kerusakandi wilayah Samudera Hindia dan mendukung pengembangan sistem peringatan dini yang tepat guna.Model-model yang didapatkan digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami di masa yang akandatang.

IUCN, atau Persatuan Konservasi Dunia, menanggapi bencana tsunami dengan kegiatan jangka pendekdan jangka panjang. Sebagai tanggapan langsung, IUCN berkolaborasi dengan organisasi-organisasiinternasional dalam pendistribusian bantuan, dan mendirikan program-program pembersihan terumbudan pantai pasca-tsunami. Anggota IUCN dan rekan kerja institusional dalam wilayah tersebut, bersamadengan program CORDIO (Coral Reef Degradation in the Indian Ocean) yang didanai Swedia, memberikaninformasi dan data pengamatan aktual tentang kerusakan lingkungan daratan dan ekosistem pesisir sertalautan, begitu juga informasi mengenai dampak tsunami terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakatlokal di wilayah Samudera Hindia. Sebagai suatu bentuk dukungan, IUCN mendirikan kantong dana

Page 11: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

4

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

pemulihan, dan secara cepat mengirimkan regu-regu untuk melakukan pengamatan kondisi bawah air kenegara-negara yang terkena tsunami. Kini IUCN terus menjalani peranan kunci dalam pemulihan danrestorasi jangka panjang, dengan mendata kerusakan ekologis, dan mengutamakan tindakan danmengimplementasikan program-program rehabilitasi untuk sumber daya alam dan ekosistem yang terkanadampak di wilayah tersebut. Upaya pengembangan suatu rencana respon strategis menunjukkan komitmenIUCN dalam mendukung proses-proses pasca-tsunami. Cara terbaik untuk membuat suatu perubahanadalah dengan memastikan bahwa pelajaran-pelajaran yang ada telah diserap dan diterapkan dalamproses rehabilitasi dan rekonstruksi agar perkembangan di masa mendatang mengurangi kerentananterhadap bencana alam. Pelajaran-pelajaran tersebut dapat diterapkan untuk bencana alam lainnya(seperti badai, banjir, gempa bumi) sehingga mengurangi kerusakan dan penderitaan masyarakat.

Setelah terjadi tsunami di Samudera Hindia, Jaringan WWF, dengan bantuan dari donor-donor setia,bekerja untuk mendata kerusakan lingkungan, merehabilitasi perlindungan pesisir alami seperti terumbukarang dan mangrove, dan memperkenalkan teknik budidaya udang yang terkini dan ramah lingkungandi Indonesia, yang berpotensi untuk menyebar ke negara-negara lainnya yang terkena dampak tsunami.WWF merespon terhadap tsunami dengan memfasilitasi perkembangan program ‘Green ReconstructionGiudelines’, atau ‘Panduan Rekonstruksi Hijau’, di Indonesia. Berdasarakan panduan ini dan bantuanteknis pada tingkatan nasional, WWF menyediakan pengarahan dalam bidang lingkungan terhadapkantor Utusan Khusus PBB (UN Special Envoy), pemerintahan dan LSM, dan telah mengembangkankerjasama internasional dengan sektor bantuan bencana, berperan sebagai pembina khusus lingkunganbagi Palang Merah Amerika dan World Vision. Dengan peranan tersebut, WWF telah menjawab kebutuhanpasca-tsunami dan mendukung berdirinya sistem pengelolaan sumber daya alam yang begitu pentingterhadap kesehatan ekologis dan kesejahteraan manusia jangka panjang yang saling terkait.

Rangkaian tsunami yang telah terjadi memang tidak dapat dihindari, namun kita dapat menyadaribahwa jumlah korban jiwa dan sebagian dari kerusakan bangunan bisa dihindari jika terdapat suatusistem peringatan dini yang berfungsi seperti yang terdapat di wilayah Pasifik, dan jika telah terdapatperencanaan dan pengelolaan zona pesisir yang lebih baik. Buku ini menyoroti dampak yang ditimbulkangempa bumi dan tsunami terhadap terumbu karang di Samudera Hindia dan ekosistem lainnya sepertihutan mangrove dan hamparan lamun. Tak lama setelah berita mengenai tsunami muncul, sejumlahorang yang terlibat dalam GCRMN, ReefBase, ReefCheck, dan CORDIO mulai mendata terumbu danmenginisiasi program-program pembersihan puing-puing sampah. Buku ini diproduksi setelah terdapatpermintaan dari International Coral Reef Initiative dan lembaga rekanan agar dapat mengumpulkan data-data kondisi terumbu karang yang terpencar ini menjadi satu volume. ICRI meminta kepada GCRMN,ReefBase di WorldFish Center, Reef Check, dan CORDIO untuk menggabungkan sumber daya merekaagar menghasilkan buku ini sehingga dapat diluncurkan di Phuket pada Februari 2006.

Kita pantas memberikan tepuk tangan untuk kerja keras dan dedikasi dari berbagai pihak diatas dalammengumpulkan rekaman data yang berharga dari tsunami-tsunami 26 Desember 2004. Dari sebuahbencana, datanglah kesempatan untuk membangun kembali kehidupan manusia, harapan, dan masadepan yang lebih baik dengan bekerjasama dengan individu-individu di seluruh wilayah SamuderaHindia.

Page 12: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

5

Pendahuluan

Kami mempersembahkan buku ini untuk Anda.

Teresa Gambaro, Sekretaris Parlemen untuk Menteri Luar Negeri, Australia

Veerle Vanderwerd, Kepala, Regional Seas, Coral Reefs & Small Island Developing States Programmes, UNEnvironment Programme

Carl Gustaf Lundin, Kepala, Global Marine Programme, IUCN- The World Conservation Union & Chair,GCRMN Management Group

Chris Hails, Direktur Program, WWF International

Patricio Bernal, Sekretaris Eksekutif, Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO

Munehiro Abe & Youlsau BellsJepang- Palau, Ketua bersama, International Coral Reef Initiative Joint Secretariat.

Page 13: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

7

ABSTRAKPenemuan-penemuan utama dari ke-60 penulis dan kontributor untuk buku “Status Terumbu Karang diNegara-negara yang Terkena Tsunami: 2005” sebagai berikut:

Pada 26 Desember 2004, sebuah gempa bumi besar di lepas Sumatra dan serangkaian gempaberikutnya di Kepulauan Andaman dan Nikobar mengakibatkan gelombang-gelombang tsunamiyang terjadi secara simultan dan menyebar ke berbagai penjuru Samudera Hindia;

Gelombang-gelombang tsunami tersebut datang dengan kekuatan yang dahsyat melewati terumbukarang dan menghantam daratan, yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan yang amatbanyak;

Kerusakan pada terumbu karang di Samudera Hindia tidak merata, bergantung pada lokasinya dankondisi lingkungan setempat seperti bathimetri pesisir dan kerusakan pada daratan dan;

Sebagian besar kerusakan yang terjadi pada terumbu karang merupakan akibat dari terlemparnyasedimen dan patahan karang oleh ombak, dan penyelimutan dari puing-puing yang tersapu daridaratan;

Kerusakan terumbu karang yang paling tinggi terjadi di Indonesia, Thailand, Kepulauan Andamandan Nikobar, dan Sri Lanka, sementara kerusakan paling ringan terjadi di negara-negara yang terletaklebih jauh dari sumber tsunami karena energi dari gelombang telah redam;

Namun demikian, sebagian besar terumbu karang pada wilayah ini luput dari kerusakan parah danakan pulih secara alami dalam kurun waktu 5-10 tahun jika pengelolaan yang tepat gunadiimplementasikan agar mengurangi kerusakan antropologis;

Sejumlah kecil terumbu karang mengalami kerusakan parah dan mungkin membutuhkan waktulebih dari 20 tahun agar dapat pulih kembali; dan mungkin yang tumbuh tidak seperti bentuksemula;

Ancaman utama terhadap terumbu karang Samudera Hindia sampai saat ini masih berasal darikegiatan manusia, seperti penangkapan berlebih, penebangan hutan, dan perubahan iklim. Hal-haltersebut jauh lebih merusak terumbu karang daripada tsunami;

Setelah tsunami terjadi, masyarakat setempat melakukan pembersihan pantai secara terorganisirdan kegiatan pembersihan lainnya, agar dapat memperkecil kerusakan pada terumbu karang daripuing-puing;

Terumbu karang telah berhasil menyerap energi dari tsunami, sehingga daratandibelakangnyakemungkinan terlindungi, namun demikian, mangrove dan vegetasi pantai menyediakanperlindungan terbesar bagi infrastruktur daratan dan kemungkinan mengurangi korban jiwa di wilayah-wilayah ini;

RINGKASAN EKSEKUTIF, KESIMPULAN,DAN SARAN

CLIVE WILKINSON, DAVID SOUTER, DAN JEREMY GOLDBERG

Page 14: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

8

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Kerusakan hutan mangrove berkisar dari kerusakan ringan, dibanyak tempat, hingga kerusakanhutan menyeluruh di tempat lain, seperti di Propinsi Aceh;

Padang lamun secara umum tidak terpengaruh, namun terdapat beberapa wilayah yang terangkatatau terselimuti oleh sedimen; dan

Saran utama yang diajukan adalah: pendirian sistem peringatan dini; peningkatan kapasitas dalampengelolaan pesisir terpadu; memperbaiki pengelolaan perikanan dan pemantauan terumbu karang;penetapan lebih banyak kawasan perlindungan; perbaikan dan rehabilitasi kerusakan akibat tsunamisecara seksama; dan pengembangan kebijakan kelautan yang lebih kokoh.

SUMBER LAPORANLaporan dampak tsunami 26 Desember 2004 terhadap terumbu karang Samudera Hindia inimengumpulkan dan meringkas berbagai laporan dan pendataan kerusakan terumbu karang menjadi satuvolume dan juga menjadikan temuan-temuannya, terutama saran-saranya, tersedia bagi para pembuatkebijakan dan masyarakat setempat. Tsunami terjadi 16 hari setelah laporan berjudul Status of CoralReefs of the World: 2004 (Keadaan Terumbu Karang Dunia: 2004) diterbitkan di Washington D.C. Parapihak yang bekerjasama dalam International Coral Reef Inintiative meminta kepada Global Coral ReefMonitoring Network yang bekerjasama dengan Reef Check, ReefBase, dan program CORDIO (Coral ReefDegradation in the Indian Ocean) agar memperbaharui laporan tersebut dengan menitikberatkan padanegara-negara yang terkena tsunami, dan menyusun saran-saran untuk memitigasi bencana yang serupadi masa mendatang.

Gempa bumi primer yang terjadi merupakan gempa terbesar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.Gempa bumi ini, yang berkekuatan antara 9,15 sampai 9,3, bersumber sekitar 30 km dibawah kerakbumi, di lepas pantai Sumatra, Indonesia. Gempa ini melepaskan sebuah reaksi berantai dengan patahansepanjang 1.200 km pada garis lempeng yang menuju arah utara melalui Kepulauan Andaman danNikobar sehingga mengakibatkan rangkaian gempa sekunder. Keseluruhan energi yang dilepaskan setaradengan sebuah bom berkekuatan 100-gigaton, 1.500 kali lebih kuat dari bom nuklir yang pernah dledakkan,dan 100 kali lebih kuat dari gempa bumi di San Francisco pada 1906. Gempa-gempa ini mengakibatkanpenurunan dan kenaikkan dasaran laut yang amat besar dan memindahkan lebih dari 30 kilometer kubikair laut. Ombak-ombak tsunami yang mengikutinya merupakan yang paling parah dalam sejarah: antara229.000 sampai 289.000 manusia kehilangan nyawa, dan perkiraan kerusakan infrastruktur wilayahmelebihi beberapa trilliun dolar. Dampak bencana ini tidak ada tandingannya dalam era modern ini, danmenyebabkan gangguan perekonomian pada negara-negara di wilayah Samudera Hindia dan gangguanyang parah namun bersifat jangka pendek untuk industri pariwisata, sektor industri primer dan sekunder.

Menyusul bencana ini, terdapat kekhawatiran di masyarakat, ilmuwan, pemerintah, dan LSM lokal sertainternasional akan dampak tsunami terhadap terumbu karang. Hal ini menjadi sangat penting karenaperanan yang dimiliki oleh terumbu karang dalam menyediakan sumber makanan dan pendapatan bagijutaan orang. Terjadi reaksi yang cukup cepat di kebanyakan negara, yang dibantu oleh lembaga PBB,LSM, dan oleh mitra-mitra ICRI dan GCRMN untuk mendata kerusakan dan juga membersihkan puing-puing dari terumbu, sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut. Pendataan-pendataan tersebut tergabungdalam laporan ini.

Ringkasan Eksekutif memberikan kajian singkat mengenai:

rangkaian peristiwa yang mengakibatkan gempa bumi dan tsunami;

bagaimana perbandingan dampak tsunami terhadap faktor tekanan alami dan antropologis lainnya;

Page 15: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

9

Ringkasan Eksekutif, Kesimpulan dan Saran

dampak dari tsunami Samudera Hindia pada terumbu karang dan ekosistem lainnya (di bab pernegara); dan

saran-saran untuk pembuatan kebijakan dan kegiatan rekonstruksi untuk memastikan pemulihanyang berkelanjutan dari ekosistem alamiah.

RANGKAIAN GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SAMUDERA HINDIATidak terdapat satu pun belahan dunia yang tidak tersentuh akibat rangkaian gempa bumi dan tsunamiyang terjadi pada 26 Desember 2004. Asal-usul tsunami ini dapat dilacak sejauh pemisahan benua superGondwanaland beberapa juta tahun yang lalu. Lempeng tektonik Hindia dan Australia yang sangat besarbergerak ke utara tepatnya dengan kecepatan 6 cm per tahunnya dan menabrak kontinen super Eurasia,sehingga mengakibatkan titik-titik bertekanan dimana lempeng ini bergesekan turun dibawah lempengEurasia. Jumlah energi yang luar biasa terakumulasi sepanjang puluhan sampai ratusan tahun,mengakibatkan lempeng tersebut tertekan dan mengalami perubahan bentuk. Energi ini dilepaskandalam bentuk gempa bumi ketika ikatan friksi terlepas; gempa bumi yang lebih besar dapat merubahbentuk dasar laut secara vertikal dan menimbulkan gelombang tsunami.

Sebuah tsunami diartikan sebagai ‘fenomena alam yang terdiri atas serangkaian gelombang yang dipicuketika massa air dipindahkan dalam waktu singkat dalam jumlah yang sangat besar’. Tsunami termasuksalah satu bencana alam yang sangat mengerikan karena dapat berasal dari kejadian yang letaknyasangat jauh dan terjadi tanpa peringatan. Tsunami memiliki panjang gelombang yang tergolong panjangdan bergerak sangat cepat menempuh jarak yang jauh, sementara energi yang hilang hanya sedikit. Olehsebab itu, sulit untuk mendeteksi tsunami dari kapal laut atau udara, meski radar satelit dapat mendeteksiperubahan-perubahan kecil dalam ketinggian laut yang menandakan tsunami. Saat tsunami mendekatiperairan dangkal, kecepatan gelombang menurun tetapi enerinya hanya berkurang sedikit, sehinggatinggi gelombang meningkat, dan gelombang dapat menerobos jauh ke daratan serta menimbulkankerusakan infrastruktur dan vegetasi pesisir yang parah.

Gempa bumi pada 26 Desember membebaskan tekanan sangat besar yang telah terakumulasi di lepasSumatera bagian utara, dimana Lempeng Hindia dan Australia terdorong ke atas dan kemudian meluncurke bawah Lempeng Eurasia.. Episentrum permukaan terletak di dekat Pulau Simeulue yang kini terlihatjelas akibat daratan yang terangkat setinggi 2-3 meter pada bagian utara pulau, sementara bagian selatanpulau tersebut menurun dengan jumlah yang serupa. Tekanan yang terbebaskan saat terjadi gempa bumiprimer, mentransfer energi sepanjang garis patahan ke arah timur laut antara lempeng Hindia dan Eurasia,sehingga mengakibatkan serangkaian gempa bumi yang mencapai kekuatan 7,5 melalui KepulauanAndaman dan Nikobar selama 8 menit berikutnya. Gempa-gempa ini melepaskan tekanan yang terdapatpada sub-lempeng Burma dan mengangkat bagian utara Kepulauan Andaman sebanyak 1-3 m, sementarabagian selatan Kepulauan Nikobar menurun dengan jumlah yang setara.

Oleh sebab itu, kerusakan yang diakibatkan pada 26 Desember tidak disebabkan oleh satu rangkaiangempa bumi-tsunami, melainkan karena serangkaian tsunami yang terbentuk ketika bagian-bagian besarsub-lempeng Sumatra dan Burma (dari Lempeng Eurasia) terangkat atau menurun. Tsunami ini kemudianmenyebar mengelilingi Sumatra, ke arah timur menuju Thailand dan Malaysia, dan ke arah barat menujuIndia, Sri Lanka dan kemudian ke arah Samudera Hindia. Pola pembentukan tsunami yang muncul dilokasi-lokasi berbeda yang terjadi sepanjang periode 8 menit, memberikan sedikit penjelasan kenapagelombang besar menimpa wilayah tertentu, sementara lokasi yang masih berdekatan hanya sedikitmengalami kerusakan. Jika 2 gelombang tsunami datang ke tempat yang sama pada saat yang bersamaan,akan terjadi efek magnifikasi, sehingga ombak yang muncul lebih besar; sementara jika gelombang tersebut

Page 16: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

10

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

tidak searah, akan saling meredam, sehingga mengurangi ukuran dan energi gelombang. Pola ini terlihatsepanjang pesisir Thailand, dimana pada beberapa lokasi seperti Khao Lak terhantam serangkaian ombaksetinggi 10 m, sementara lokasi yang terletak di selatan dan utaranya menerima gelombang setinggi 1-3m dengan kerusakan yang timbul lebih sedikit.

Sebuah gempa berkekuatan 8,7 kembali menimpa pada 28 Maret 2005 tepatnya 200 km ke arah tenggaradari gempa sebelumnya, di sepanjang pesisir Sumatra, dekat Pulau Nias. Meskipun gempa inimengakibatkan korban jiwa yang cukup tinggi dan kerusakan pada daratan, gempa ini tidak menimbulkantsunami.

DAMPAK TSUNAMI DAN FAKTOR TEKANAN LAINNYA PADA TERUMBU KARANGGempa bumi pada 26 Desember mengakibatkan kerusakan yang parah namun terpusat pada beberapaterumbu karang, seperti yang terdapat pada sampul laporan ini. Kerusakan terjadi ketika gempa bumimematahkan terumbu dan memecahkan karang yang rapuh atau menyebabkan terumbu karang terangkatdari laut (Pulau Simeulue, Sumatra dan Kepulauan Andaman). Gelombang-gelombang tsunami yangmengikuti gempa, merusak terumbu karang melalui 3 mekanisme: gerakan ombak yang mencabut,menghantam, dan memindahkan karang dan patahan karang; penyelimutan karang karena meningkatnyapergerakan sedimen; dan kerusakan dan penyelimutan secara mekanis oleh puing-puing dari daratan.Dampak yang ditimbulkan cukup terpusat dimana beberapa lokasi rusak parah, sementara lokasi terumbukarang yang berdekatan hanya sedikit atau tidak rusak sama sekali.

Di kebanyakan negara, tsunami melintas langsung diatas terumbu karang, sehingga kemungkinan telahsedikit melindungi daratan di belakangnya. Terdapat beberapa klaim yang mengatakan bahwa terjadikerusakan lebih tinggi pada daratan yang berada di belakang terumbu yang telah mengalami penambangan,seperti di Sri Lanka, daripada di wilayah-wilayah dengan terumbu karang yang utuh. Namun, perlindunganyang diberikan menjadi kecil di lokasi yang menerima gelombang relatif tinggi. Sebaliknya, mangrove dantumbuhan pantai lainnya cukup efektif dalam mengurangi dampak merusak ombak di daratan dan jugamenahan puing-puing berukuran besar.

Tsunami dan gempa bumi merupakan faktor tekanan alami yang merusak terumbu karang dan telahmempengaruhi terumbu karang selama jutaan tahun. Terumbu karang telah berevolusi bersamaan denganfaktor-faktor ini, dan juga gunung berapi, badai tropis, pemasukan air tawar, wabah predator, dan penyakit.Biasanya terumbu akan pulih kembali jika faktor tekanan tersebut tidak terlalu parah, tidak berulang, ataudiperparah oleh faktor lainnya.

Di semua negara di Samudera Hindia, tsunami telah menyebabkan lebih sedikit kerusakan terhadapterumbu karang dibandingkan pengaruh kumulatif langsung tekanan antropogenik seperti penangkapanberlebih, praktik perikanan yang merusak, pencemaran sedimen dan nutrien, dan pembangunan yangtidak berkelanjutan di lokasi atau dekat lokasi terumbu karang. Disamping itu, kebanyakan terumbukarang ini mengalami kerusakan parah ketika terjadi fenomena perubahan iklim global El Niño tahun1998, dimana sekitar 90% dari terumbu karang dunia mati karena pemutihan. Tsunami telah meneruskankerusakan tahun 1998 dengan membunuh karang baru yang telah menetap dan melempar-lemparsejumlah besar patahan karang yang terbentuk setelah karang mati karena pemutihan. Faktor perubahaniklim dunia potensial lainnya, seperti peningkatan kekuatan dan frekuensi badai, serta peningkatan kadarkeasaman air laut, menjadi ancaman yang lebih besar terhadap terumbu daripada gangguan alami.

Kesimpulan terpenting dari sebagian besar negara yang terkena tsunami adalah bahwa kesadaran akanpentingnya nilai barang dan jasa lingkungan, serta kemampuan pengelolaan untuk mengkonservasi

Page 17: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

11

Ringkasan Eksekutif, Kesimpulan dan Saran

terumbu karang dan mangrove dari perusakan antropogenis yang berlanjut, masih kurang. Jika tsunamimenimbulkan beberapa dampak yang parah, tekanan antropologis yang terus terjadi sebelum tsunami,seperti perusakan hutan dan praktik perikanan yang buruk, sudah menimbulkan kerusakan lebih parahdari tsunami. Semua negara menyarankan upaya konservasi dan perlindungan yang lebih tinggi terhadapterumbu karang dan sumber daya pesisir lainnya untuk menjamin penyediaan barang dan jasa yangberkelanjutan dan juga meningkatkan ketahanan dan daya pulih sumber daya tersebut terhadap gangguanalami.

KEADAAN TERUMBU KARANG BERDASARKAN NEGARAIndonesia (Bab 3): Gempa bumi primer di lepas pantai Sumatra menimbulkan tsunami dahsyat denganserangkaian ombak yang tingginya mencapai 30 m, menghantam pesisir yang terdekat dan mengakibatkankerusakan luar biasa pada kehidupan dan infrastruktur masyarakat Aceh. Perkiraan jumlah kematianberkisar antara 170.000 sampai 220.000. Kerusakan yang paling parah menimpa Propinsi Aceh terjadi diMeulaboh sampai Banda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Jaya. Hampir separuh dari nelayan Aceh meninggaldan sekitar 40.000 rumah lenyap. Sekitar 65-70% dari kapal nelayan hilang, dan bisa dikatakan seluruhwilayah budidaya hancur. Pemerintah Indonesia telah mendata bahwa terdapat kerusakan terhadap30% dari 97.250 hektar terumbu karang dan kerugian bersih mencapai US$ 332.4 juta, namun demikian,hanya terdapat sedikit informasi dasar mengenai keadaan terumbu karang di Sumatra bagian utara.Terumbu yang terletak berdekatan dengan pusat gempa di Pulau Simeulue terangkat keluar dari air danmati, sementara terumbu berdekatan yang terletak di laut dalam tidak terpengaruhi. Pada terumbulainnya terjadi kerusakan fisik yang cukup parah, yang sebagian besar disebabkan oleh puing-puing dansedimen yang tersapu dari daratan. Kerusakan tsunami menambah kerusakan yang sebelumnyadisebabkan oleh kegiatan manusia, seperti praktik penangkapan merusak seperti pengeboman ikan. Disebagian besar wilayah tersebut, dampak manusia telah melebihi kerusakan yang ditimbulkan akibattsunami. Diperkirakan 600 hektar padang lamun ikut rusak, bersamaan dengan mangrove yang luas,yang mungkin mencapai 85.000 hektar. Diduga kebanyakan dari terumbu dan padang lamun akan pulihdalam kurun waktu 10 tahun dengan catatan kegiatan manusia ditekan dan mangrove ditanam kembali.

Malaysia (Bab 4): Malaysia berhasil luput dari sebagian besar kerusakan akibat tsunami karena terlindungioleh Sumatra dan hanya menerima ombak-ombak sekunder. Namun terdapat 68 korban jiwa, dan terjadikerusakan material di bidang perikanan dan di desa-desa yang memberikan dampak terhadap 232 nelayan.Hanya sedikit kerusakan struktural terhadap terumbu karang dan sebagian wilayah tidak menerimadampak. Erosi terjadi di beberapa lokasi tepi terumbu dan lereng terumbu bagian atas, dengan sedikitsedimen yang teraduk dan kerusakan fisik terhadap karang; terumbu yang terletak di perairan dalamtidak mengalami kerusakan. Tsunami telah menggarisbawahi kurangnya sumber informasi keadaanterumbu karang Malaysia.

Thailand (Bab 5): Pesisir Laut Andaman terletak berhadapan dengan lokasi gempa sekunder di KepulauanAndaman dan Nikobar, sehingga mengalami kerusakan yang amat berat akibat rangkaian gelombangtsunami. Angka kematian resmi sebanyak 5.395 korban jiwa dengan 2.932 tercatat hilang. Kerusakanpada terumbu karang sangat beragam. Tepat 13% dari terumbu karang mengalami kerusakan berat,sementara 61% tidak mengalami kerusakan atau hanya sedikit rusak. Kerusakan terumbu disebabkanoleh ombak yang mencabuti, mematahkan atau memindahkan terumbu, dan karena penyelimutan sertaabrasi oleh sedimen dan puing-puing yang tersapu dari daratan. Diperkirakan sebagian besar dari terumbukarang akan pulih kembali secara alami atau relatif cepat karena masih terdapat areal-areal besar karangsehat. Sebagian besar puing-puing yang berasal dari daratan telah diangkat, tak lama setelah tsunami

Page 18: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

12

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

berkat upaya dari pemerintahan Thailand. Industri pariwisata cukup terpengaruh oleh tsunami danterjadi kerusakan yang besar terhadap infrastruktur perikanan. Hanya terdapat sedikit kerusakan terhadapmangrove dan kurang dari 5% padang lamun mengalami kerusakan.

Myanmar/Burma (Bab 6): Tsunami menimbulkan sedikit kerusakan terhadap Myanmar, meskipunterdapat 61 korban jiwa. Tidak ada laporan mengenai kerusakan terumbu karang di kepulauan Myeik(Mergui), dengan sebagian besar laporan berasal dari operator selam yang berada di lokasi saat tsunamiterjadi. Sebuah ekspedisi oleh Reef Check memastikan bahwa kerusakan terhadap terumbu karang hanyasedikit.

India (Bab 7): Terjadi kerusakan yang cukup parah terhadap wilayah pesisir India bagian tenggara,terutama Kepulauan Andaman dan Nikobar. Gempa bumi sekunder yang terjadi di sepanjang kepulauanini mengakibatkan terangkatnya terumbu-terumbu secara utuh ke atas air laut (di Andaman bagianutara), sementara terumbu yang lainnya terperosok ke bawah sedalam beberapa meter (di Andaman danNikobar Selatan). Terumbu karang di daratan utama India secara umum tidak terpengaruh dan tanpadegradasi tinggi; kerusakan bersifat terpusat dan tidak terlalu berpengaruh terhadap karang di sekitarnya.Erosi tinggi terjadi pada daratan dan sejumlah terumbu mengalami kerusakan oleh sedimen dan puing-puing; namun data mengenai ini hanya sedikit. Banyak pantai yang mengalami erosi tinggi sehinggadapat mempengaruhi aktivitas peneluran penyu. Diperkirakan sebagian besar terumbu karang yangmengalami kerusakan akan dapat pulih dalam kurun waktu 5 tahun, dengan asumsi ancamanaantropogenik dapat ditekan dengan pengelolaan berkelanjutan dan penegakan hukum.

Sri Lanka (Bab 8): Tsunami yang mempengaruhi Sri Lanka berasal baik dari Pulau Sumatra maupunAndaman dan Nikobar. Ombak-ombak ini pertama mengenai pesisir timur laut dekat Trincomalee dankemudian menggulung pulau tersebut sehingga mencapai pesisir barat daya. Hal ini mengakibatkankorban jiwa yang sangat banyak (31.000) dan kerusakan struktural yang cukup parah. Kerusakan terhadapterumbu karang di Sri Lanka cukup beragam. Terumbu di daerah pesisir timur laut rusak parah, sementaraterumbu di pesisir barat laut secara umum tidak tersentuh. Karang mengalami kerusakan pada semualokasi di terumbu Tangalle, Kudawella, Kapparatota/Weligama, Polhena, Unawatuna, dan Hikkaduwa.Namun demikian, kerusakannya tidak merata dan seringkali menyebabkan perpindahan patahan karangyang berasal dari karang mati akibat pemutihan tahun 1998. Di wilayah lainnya, koloni-koloni bercabangyang masih hidup (sampai 50 cm) terbalik, sementara yang lainnya terselimuti oleh sedimen yangtersuspensi kembali. Terjadi erosi pantai yang cukup parah, namun tidak merata, pada sejumlah pantaiyang diperparah oleh tingginya penambangan karang ilegal. Karang yang menghadap laut terbuka menderitakerusakan yang lebih parah dibandingkan terumbu yang terletak di laguna.

Kepulauan Maladewa (Bab 9): Tsunami datang dalam bentuk aliran-aliran air kuat yang melintas diatas rataan terumbu yang rendah di Maladewa, yang menyebabkan kerusakan parah pada infrastrukturdan industri pariwisata. Korban jiwa dilaporkan mencapai 82 orang, dengan 26 orang dinyatakan hilang,dan kerugian ekonomi yang mencapai US$ 480 juta; lebih dari 35% PDB nasional. Dampak langsungterhadap terumbu karang terlihat sedikit, namun informasi dasar mengenai keadaan ekosistem dankeanekaragaman hayati sebelum bencana sangatlah kurang. Akibat terbesar dari tsunami adalahpeningkatan penambangan karang untuk keperluan rekonstruksi dan penurunan dalam pendapatanpariwisata.

Seychelles (Bab 10): Tsunami telah kehilangan sebagian besar energinya ketika mencapai Seychelles;korban jiwa sebanyak 3 orang dan perkiraan kerugian ekonomi mencapai US$ 30 juta dalam bentukkerusakan rumah, pantai, vegetasi pantai, jalanan, dan jembatan. Hujan deras yang turun menyusulterjadinya tsunami memperparah kerusakan dan mengakibatkan banjir yang meluas pada daratan rendah

Page 19: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

13

Ringkasan Eksekutif, Kesimpulan dan Saran

Mahé, Praslin, dan La Digue. Kerusakan tsunami pada sebagian besar terumbu karang Seychelles dapatdiabaikan, namun terdapat beberapa lokasi dengan kerusakan yang berarti. Tingkat kerusakan bergantungpada derajat keterbukaan terhadap laut lepas, bentuk bathimetri setempat, dan komposisi geologis sertakondisi terumbu karang. Terumbu karang yang terletak tepat di jalur tsunami, atau yang tumbuh di ataspatahan karang mati yang terbentuk akibat pemutihan tahun 1998, mengalami kerusakan. Hanya sedikitkerusakan yang terjadi pada terumbu karbonat padat atau pulau-pulau bergranit. Terumbu di sekitarMahé sedikit terlindungi dengan adanya beberapa pulau terluar di bagian utara.

Afrika Timur dan Yaman (Bab 11): Terdapat dampak yang beragam pada negara di wilayah ini dengankorban jiwa dilaporkan di Somalia (298), Yaman dan Socotra (1), Tanzania (3) dan Kenya (1). Kerusakanterumbu karang di Tanzania dan Kenya hanya sedikit, satu karang besar terbalik di Suaka Laut NasionalKiunga dan tidak satupun dari 300 koloni, yang ditandai secara terpisah di laguna dangkal Mombasa,mengalami kerusakan. Kerusakan terumbu karang di perairan Somalia diasumsikan tidak jauh berbedadengan wilayah yang berdekatan, dan hanya terjadi kerusakan ringan di Socotra. Terumbu dan wilayahpesisir Afrika Timur dan pulau-pulaunya luput dari kerusakan karena jarak yang jauh dari sumbernya,perlindungan yang diberikan oleh Seychelles, Cargados Carajas, dan daratan Saya de Malha di perairanSamudera Hindia, dan karena ombak tsunami datang pada saat air laut surut.

HARAPAN UNTUK MASA DEPAN YANG BERKELANJUTAN: KESIMPULAN DAN

SARANPara penulis dan penyumbang data untuk laporan ini telah menyusun permohonan dan saran kepadapemerintahan lokal dan lembaga internasional agar tercipta pengelolaan sumber daya pesisir berdasarkanpembelajaran yang diperoleh setelah tsunami.

Sistem Peringatan Dini: Banyak nyawa yang seharusnya bisa selamat pada 26 Desember 2004 jikatelah ada sistem peringatan dini pada negara-negara Samudera Hindia seperti yang beroperasi di SamuderaPasifik. Pada saat itu masih cukup waktu untuk mengeluarkan peringatan, namun tidak terdapatmekanisme untuk menyebarluaskan peringatan tersebut ke masyarakat. Disamping itu masyarakat dinegara-negara tersebut belum mendapatkan penyuluhan mengenai bahaya tsunami yang dapat menyusulgempa bumi, meski terdapat sejarah panjang gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, lepas pantaiSumatra. Terdapat banyak cerita tentang masyarakat yang merasakan gempa bumi kemudian berjalan kerataan terumbu saat air surut; yang seharusnya menjadi pertanda jelas akan datangnya tsunami.

Saran 1: pihak pemerintah dan lembaga-lembaga internasional diberi dukungan dalam pengembangansistem peringatan dini yang interaktif bagi semua negara di Samudera Hindia yang menerapkanteknologi terbaru dan menyebarkan peringatan melalui jaringan telepon seluler, sistem pengumumankepada masyarakat, radio dan televisi;

Saran 2: pihak pemerintah diberikan dorongan untuk mengembangkan pendataan kerentanan danpemetaan pesisir agar memastikan bahwa pengembangan hanya terjadi di wilayah yang tepat,dengan wilayah eksklusif yang ditetapkan untuk melindungi masyarakat dan perekonomiannya daritsunami, badai tropis, dan kerusakan akibat naikknya permukaan laut di masa yang akan datang;

Saran 3: bahwa pemerintah dan lembaga internasional mengembangkan program dasar pemantauandan penelitian pesisir agar dapat mengangkat pemahaman tentang kecenderungan perpindahansedimen musiman dan jangka panjang serta erosi, juga peran yang dipegang oleh ekosistem dalammenyediakan perlindungan pesisir;

Page 20: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

14

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Saran 4: bahwa pemerintahan melindungi terumbu karang, bakau, hutan pantai, dan hamparanpasir, dengan memastikan pembuangan sampah padat, limbah minyak, dan pestisida yang tepat.

Peningkatan Kapasitas dan Kesadaran: Masyarakat pesisir di Indonesia, Thailand, serta KepulauanAndaman dan Nikobar yang menyimpan pengetahuan dasar tentang ancaman bahaya tsunami berhasilmenyelamatkan diri dari ombak yang mematikan. Mereka mengartikan pertanda bahaya dari gempabumi dan menyusutnya air laut dan bergerak ke daratan tinggi. Diketahui juga contoh masyarakatterpencil yang telah mempelajari tentang bahaya yang mengancam sehingga memperingati yang lainnya;namun sejumlah besar masyarakat tidak menyadari bahaya yang ada dan akibatnya meninggal.

Saran 5: bahwa pemerintah mengembangkan program penyadaran masyarakat dan pendidikanpesisir untuk mempersiapkan dan melibatkan masyarakat dalam kesigapan dan tindak daruratbencana pesisir;

Saran 6: bahwa pengetahuan tradisional di dukung kembali dengan mengintegrasikannya dalamkurikulum sekolah, dengan titik berat pada ancaman terhadap sumber daya pesisir dan perlunyapengelolaan yang proaktif;

Saran 7: bahwa pemerintahan dan lembaga internasional mengembangkan program pelatihanuntuk membangun kapasitas masyarakat setempat dalam pengelolaan ekosistem, termasukpengelolaan perikanan, pemantauan sosial ekonomi, dan pengembangan sumber pendapatanalternatif.

Rehabilitasi Terumbu Karang dan Mangrove: Syukurlah, kerusakan terhadap sumber daya terumbukarang pada kebanyakan negara masih minim dengan kerusakan parah pada beberapa lokasi saja. Sebagianbesar terumbu akan pulih secara alami dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun dengan catatan tekananperusak lainnya dihentikan. Permasalahan yang paling genting adalah pengangkatan puing-puing dankebanyakan negara telah menjalankan operasi pembersihan darurat. Sama halnya dengan mangrove,kerusakan yang timbul hanya sedikit dan bakau akan kembali menghasilkan anakan dan pulih dengansendirinya. Namun demikian, kemungkinan terdapat beberapa wilayah yang memerlukan penanamanulang karena telah ditebang atau rusak berat akibat tsunami. Tawaran terhadap beberapa negara telahdiajukan untuk memperbaiki terumbu karang dengan teknologi ‘listrik’ atau penempatan balok beton.Internasional Coral Reef Initiative telah menyarankan agar berhati-hati sebelum tindakan ini dijalankankarena skalanya yang kecil, belum terbuktikan, mahal, dan kemungkinan bersifat merusak dalam jangkawaktu panjang.

Saran 8: bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga internasional meneruskan upaya pembersihanpantai, terumbu karang, dan mangrove dari puing-puing, untuk mencegah kerusakan lebih lanjutdan memfasilitasi pemulihan ekosistem yang lebih cepat. Prosedur-prosedur ini seharusnyadiintegrasikan ke dalam pembuangan limbah yang efektif (lihat Saran 4):

Saran 9: bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga internasional mengurangi tekanan antropologisterhadap terumbu karang, sehingga membantu terbentuknya kondisi yang tepat untuk pemulihanterumbu karang serta berhati-hati dalam memperkenalkan teknologi baru untuk pemulihan terumbukarang yang belum terbukti keberhasilannya dan mahal yang diciptakan untuk memperbaiki terumbukarang. Penanaman kembali pohon mangrove mungkin diperlukan pada beberapa wilayah yangrusak.

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pesisir yang Berkelanjutan: Tingkat kerusakan akibat tsunami dinegara-negara Samudera Hindia telah melahirkan kebutuhan tindakan rekonstruksi dan penetapan ulang

Page 21: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

15

Ringkasan Eksekutif, Kesimpulan dan Saran

kehidupan masyarakat; namun demikian, telah terjadi beberapa contoh yang tidak tepat. Pada beberapanegara, kayu yang digunakan untuk membangun rumah berasal dari hutan terdekat, termasuk beberapayang sebelumnya dilindungi. Pasir dan bebatuan telah dikumpulkan dari terumbu karang untuk bahanbangunan; meski pun hal ini ilegal. Telah terdapat upaya yang luar biasa dari lembaga donor untukmenyediakan penggantian alat tangkap dan kapal, namun terdapat ancaman bahwa rehabilitasi yangtidak bijak akan menimbulkan hasil yang tidak berkelanjutan di masa yang akan datang, seperti: tanahlongsor dari lahan yang sebelumnya hutan dan membanjirnya sedimen ke terumbu; terumbu yang telahditambang sehingga potensinya dalam melindungi daerah pesisir dari badai berkurang; dan penangkapanikan berlebih karena penggunaan kapal yang lebih besar dan cepat serta alat tangkap yang lebih efisiensehingga stok ikan anjlok.

Saran 10: bahwa bahan rekonstruksi seharusnya diambil dari sumber daya berkelanjutan danbukan dari wilayah terlindungi atau hutan pada lereng curam; dan pasir serta batuan seharusnyatidak dikeruk atau ditambang dari rataan terumbu karang; dan penggantian alat tangkap seharusnyasetara dengan alat tangkap yang telah hilang, dengan pengalihan tenaga penangkap ini ke sumberpenghidupan alternatif;

Saran 11: bahwa rekonstruksi bangunan seharusnya dilakukan di belakang hutan pantai danhamparan pasir, dimanapun hal ini dimungkinkan, untuk menciptakan wilayah penyangga yangmelindungi dari hempasan badai, tsunami, dan kenaikkan permukaan laut, dan bahwa bangunanyang direkonstruksi memiliki standar tahan terhadap badai.

Pengelolaan Pesisir dan Tangkapan Terpadu: Terumbu karang akan pulih jika kegiatan antropologis yangterus berlangsung tidak berlebihan. Namun demikian, struktur komunitas dari terumbu karang yangmengalami kerusakan parah mungkin akan berbeda dari bentuk semula. Pengelolaan yang tepat gunadapat mengurangi tekanan dari kegiatan antropologis, tapi tekanan alam diluar kendali manusia. Olehkarena itu, pengelolaan pesisir dan tangkapan terpadu akan memberikan kondisi yang terbaik untukpemulihan terumbu karang yang juga akan memberikan terumbu karang kesempatan untuk berkembangdengan daya tahan dan daya pulih melawan tekanan di masa yang akan datang, seperti tsunami SamuderaHindia. Pengelolaan tepat guna juga akan membantu negara-negara ini memastikan terumbu karangmereka dapat terus menyediakan sumber daya dan tangkapan yang berlanjut bagi masyarakat danperekonomiannya.

Saran 12: bahwa pemerintah mengembangkan ikatan kerjasama yang lebih erat dengan pihakpemangku, lembaga pemerintahan dan LSM terkait, dan terutama dengan masyarakat lokal melaluikomunikasi yang lebih kuat, pertukaran pembelajaran yang telah diperoleh, bentuk-bentuk pelebaranwewenang kepada pengelola wilayah, penegakan peraturan untuk pengelolaan terpadu, danpengendalian praktik-praktik merusak;

Saran 13: bahwa pemerintah melibatkan masyarakat dalam pembuatan keputusan tentangrehabilitasi pesisir dan kelautan, dan pengembangan kebijakan dan peraturan untuk mengurangidampak bencana yang serupa di masa yang akan datang;

Saran 14: bahwa pemerintah menerapkan pengelolaan pesisir dan tangkapan yang terpadu agardapat memperkecil kerusakan yang timbul akibat kegiatan dari daratan yang menyebabkansedimentasi, pencemaran nutrien, dan penangkapan yang berlebih, terutama pada tahap rekonstruksitinggi;

Saran 15: bahwa pemerintah meningkatkan upaya dalam penegakkan serta pemantauan peraturandan hukum yang bertujuan untuk pemanfaatan sumber daya lingkungan yang berkelanjutan, sepertimengendalikan ekstraksi sumber daya, khususnaya pengeboman ikan dan penambangan karang;

Page 22: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

16

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Saran 16: bahwa pengembangan pariwisata dikelola untuk menjamin pemanfaatan jangka panjangyang berkelanjutan bagi pemerintahan dan masyarakat melalui penetapan batas daya dukung,penegakkan hukum yang mengatur pencemaran, dan dengan memastikan bahwa masyarakatsetempat mendapatkan manfaat dari kegiatan dan sumber pendapatan yang berarti serta mendukungperekonomian.

Perikanan dan Rehabilitasi yang Berkelanjutan: Sebelum tsunami, kebanyakan negara melaporkanekspliotasi sumber daya laut yang melebihi daya dukung dan penerapan praktik-praktik perikanan yangburuk (pengeboman dan racun ikan, penggunaan pukat dan jaring tekan di dekat dasar terumbu karang,dan jaring serta bubu) sehingga stok ikan hampir anjlok di sejumlah wilayah. Dampak merusak daritsunami telah mengurangi daya dukung perikanan tangkap, menghancurkan kapal dan alat tangkap, danmempengaruhi kehidupan ribuan orang. Oleh karena itu, kegiatan penyeimbang diperlukan gunamenetapkan kembali sumber penghidupan bagi para nelayan, dan pada saat yang bersamaanmemperkenalkan praktik perikanan yang baik dan insentif ekonomi untuk mengendalikan praktik buruksehingga masyarakat mendapatkan manfaat perikanan yang berlanjut. Kebanyakan kapal dan alat tangkappengganti yang disediakan oleh donor menggunakan teknologi berbeda dan lebih efisien dari yangdigunakan sebelumnya, yang juga berarti sebagian masyarakat yang bekerja dalam pembuatan danperbaikan kapal atau mesin telah kehilangan pekerjaan atau tidak memiliki keterampilan dan peralatanyang cukup untuk menjalankan profesi yang lama.

BANTUAN BAGI KORBAN TSUNAMI YANG SETARA SECARA GENDER?Pada negara-negara berkembang di Samudera Hindia, tsunami pada 26 Desember 2004 sebagianbesar memberikan dampak pada masyarakat miskin di pesisir dan patriarki, dimana perempuanbiasanya lebih lemah secara ekonomi dan memiliki kedudukan yang lebih rendah menurutbudayanya. Dikarenakan peranan wanita dan pria yang berbeda dalam ekonomi perikanandan dalam rumah tangga, bencana telah mempengaruhi mereka dengan cara yang berbeda,karena kerentanan perempuan terletak pada status sosial, budaya, dan ekonomi. Dalammasyarakat seperti ini, peranan tradisional dari wanita adalah untuk membesarkan dan mengasihimereka yang tua, muda, maupun terluka. Setelah tsunami menimpa, sebagian besar perempuanyang berhasil selamat dari bencana mendapatkan beban pekerjaan yang lebih tinggi karenajumlah orang yang terluka dan sakit. Disamping itu, perempuan juga menderita luar biasadengan adanya dampak pada kehidupan pribadi maupun kehidupan umum, karena bencanaini yang ikut mempengaruhi kehidupan ekonomi, politik, dan keluarga. Selain tugas-tugas utamamereka, para istri dan anak perempuan juga harus membantu keluarga dalam mendukungpekerjaan para suami dan ayah. Dalam hal ini, mereka ikut menurunkan hasil tangkapan,membersihkan dan memperbaiki jaring, menjual dan mengolah ikan, serta mengurus hewanternak, ikan budidaya, dan tanaman di kebun. Dalam hampir semua kasus, pekerjaan wanitayang tanpa bayaran ini sangat membantu mencegah keluarga-keluarga mereka jatuh miskin.Meskipun demikian, rencana tanggapan yang dicanangkan pemerintah untuk daerah yang terkenadampak menitikberatkan pada membangun ulang perikanan, dengan sedikit bantuan yangmenjangkau perempuan dalam membangun kembali kehidupan mereka. Untuk mendukungpemulihan ekonomi jangka panjang, baik pria maupun wanita memerlukan bantuan dana dalammembangun kembali pekerjaan. Di saat pekerjaan wanita ini hilang, pemberian bantuan hanyapada nelayan (pria) dapat menjadikan rumah tangga menjadi lebih miskin. Pemberian bantuankepada wanita akan dapat meningkatkan daya pulihnya dan mengurangi kerentanan merekaterhadap bencana di masa yang akan datang. Membantu wanita menumbuhkan rasa percayadiri akan membantu mereka untuk mengendalikan kehidupannya, dan mengurangi kerentananmereka pada masa krisis (dari Choo Poh Sze, WorldFish Center, [email protected]).

Page 23: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

17

Ringkasan Eksekutif, Kesimpulan dan Saran

Saran 17: bahwa pemerintah memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai praktikperikanan yang berkelanjutan dan menyediakan insentif ekonomi untuk mengurangi kegiatan yangdilarang atau merusak, dan membantu dalam pengembangan sumber penghidupan alternatif untukmengurangi tekanan pada terumbu;

Saran 18: bahwa lembaga donor diberikan peringatan akan potensi berbahaya dari perkenalanteknologi yang tidak tepat dan kemampuan penangkapan tinggi ke dalam sektor perikanan yangsudah terancam. Lembaga-lembaga ini disarankan untuk mencari pendapat dari pengelola perikananatau lingkungan yang berpengalaman;

Saran 19: bahwa pemerintah mendata informasi stok serta kecenderungan ikan karang dan pelagisyang cukup penting, dalam membantu perikanan yang berkelanjutan, dan mengembangkan ataumemperkuat peraturan sehingga memastikan kelestarian, contohnya dengan memperkenalkan skema-skema sertifikasi. Pendataan seperti ini sebaiknya mengikutsertakan identifikasi sumber penghidupanyang dapat diterima secara sosial dan berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.

Peningkatan Jumlah Daerah Perlindungan Laut dalam Jaringan: Daerah Perlindungan Laut (MPA)dianggap sebagai ‘asuransi ekologis’ melawan gangguan yang parah dan buruk. Mekanisme pelestariansumber daya pesisir yang paling efektif dan sudah terbukti adalah melalui pengembangan jaringan MPAyang mengikutsertakan wilayah khusus ‘dilarang mengambil’ dan menghubungkan wilayah-wilayah iniagar persediaan larva dikonservasi untuk wilayah hilir. Banyak negara Samudera Hindia telah menetapkanMPA untuk mengkonservasi terumbu karang; namun demikian hanya sedikit yang memiliki rencanapengelolaan efektif dan penegakkan hukum, sehingga sumber daya ini terus menurun.

Saran 20: bahwa pemerintah terus mengembangkan dan memperbaiki rancangan dan perundang-undangan bagi MPA untuk memastikan perlindungan terumbu karang yang lebih baik dalam jaringanMPA yang berkembang;

Saran 21: bahwa pemerintah mengembangkan peraturan lintas sektoral khusus MPA yang ditetapkanoleh departemen yang terlatih dengan sumber daya manusia yang berkualitas, dukungan pendanaandan logistik;

Saran 22: bahwa pemerintah mengikutsertakan pulau dan wilayah pesisir yang berdekatan kedalam MPA sebagai wilayah penyangga dengan peraturan yang ditegakkan untuk mengurangikerusakan dari kegiatan ilegal dan merusak serta pencemaran yang berasal dari daratan;

Saran 23: pemerintah dihimbau untuk memastikan adanya dukungan terhadap partisipasi masyarakatdalam pengelolaan lingkungan, terutama perencanaan dan pemantauan MPA, dan diberikanwewenang tertentu dalam kepemilikan dan pengendalian sumber daya;

Saran 24: bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga internasional diminta untuk memperbaiki fasilitasdalam MPA yang sudah ada dengan mengganti penambat kapal dan alat pemantauan, danmemperkuat patroli penegakan hukum untuk mengurangi kegiatan yang merusak.

Pemantauan dan Basis Data Terumbu Karang: Negara-negara Samudera Hindia memiliki kemampuanyang terbatas dalam menjalankan pendataan ilmiah yang tepat mengenai kerusakan yang timbul akibattsunami, karena kurangnya data perbandingan untuk wilayah yang terkena dampak atau data-datatersebut tersebar antar lembaga pemerintah, lembaga penelitian, dan universitas. Oleh karena itukebanyakan informasi yang terdapat dalam laporan ini berdasarkan pendataan cepat tentang kerusakanatau laporan pribadi dari para operator selam wisata dan penyelam profesional.

Page 24: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

18

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Saran 25: bahwa pemerintah mengembangkan dan mempertahankan pemantauan ekologis dansosio-ekonomis terumbu karang, dan bekerjasama dengan universitas dan LSM agar dapat memastikanbahwa semua data yang didapat dikumpulkan ke dalam satu basis data terpusat sehingga dapatmembantu dalam konservasi dan pengelolaan terumbu karang, dan untuk mendata potensi pemulihanjangka panjang;

Saran 26: bahwa pemerintah mengembangkan ikatan kerjasama antar masyarakat denganpemerintah yang lebih kuat untuk memperbaiki pemantauan terumbu karang, sistem data, danpertukaran informasi untuk dapat memastikan kecenderungan kesehatan terumbu karang jangkapanjang dan memperbaiki pengelolaan aspek sosial dan ekologis.

Pengembangan Penata kelolaan dan Kebijakan Kelautan: Tsunami telah memperingati pemerintahandi wilayah Samudera Hindia tentang betapa penting dan berharganya sumber daya pesisir mereka,terutama terumbu karang dan mangrove. Bahkan tsunami sedikit mendemonstrasikan upaya penegakanperaturan dan pemantauan yang masih lemah dan terpecah antara berbagai departemen dan lembagapengelola. Sebagian besar negara tidak memiliki kebijakan laut nasional yang sudah berkembang baikuntuk mengelola sumber daya pesisir mereka secara berkelanjutan. Banyak pihak yang telah memintaagar kesempatan yang telah didatangkan oleh tsunami dipergunakan untuk memperkuat kebijakan danhukum nasional, dan melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian dan pengelolaan sumber dayapesisirnya.

Saran 27: bahwa pemerintah mengembangkan kebijakan laut nasional agar semua sektorpemerintahan dan masyarkat memiliki tujuan yang sejalan dalam melestarikan sumber daya pesisirdan lautan untuk generasi yang akan datang;

Saran 28: bahwa pemerintah mengembangkan hukum yang lebih kuat melalui lembaga pengelolatunggal dan meningkatkan pemantauan, terutama untuk memantau dan mendata keefektifanpengelolaan sumber daya alam;

Saran 29: bahwa pemerintah negara-negara Samudera Hindia dan lembaga-lembaga internasionalmengembangkan jaringan regional untuk bertukar informasi dan berbagi keahlian untuk memperbaikikerjasama dan koordinasi regional bagi pelestarian terumbu karang di masa yang akan datang.

Para penulis laporan ini menghimbau agar saran-saran ini dipertimbangkan secara matang dandiimplementasikan, sehingga dapat merangkul sepenuhnya kesempatan yang telah didatangkan bencanatsunami 26 Desember 2004, untuk memusatkan perhatian global pada pengelolaan dan pelestarianterumbu karang dan sumber daya lainnya yang sangat diperlukan.

Page 25: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

19

RINGKASANTsunami Samudera Hindia berawal dari gempa bumi skala 9,15 – 9,3 di Sumatra yang melepaskantekanan yang telah terbentuk selama lebih dari 200 tahun di sepanjang patahan di antara dua buahlempeng tektonik;

Sepuluh menit setelah patahan di lepas barat laut Sumatra terbuka, retakan menjalar ke utarasepanjang 1.300 km garis celah menuju Kepulauan Andaman dan Nikobar;

Tsunami menimbulkan banyak gelombang karena gempa menyebabkan perpindahan sebagian besardasaran laut secara mendadak, memindahkan massa air laut secara besar-besaran;

Tsunami melintasi laut dalam sehingga susah untuk dideteksi, dapat mencapai kecepatan 600 km/jam dan tiba di pesisir ribuan kilometer dari sumber gempa sebagai energi yang besar dan gelombangtinggi;

Gelombang melambat saat memasuki paparan benua, teluk, pulau, atau estuaria dan meningkattingginya; sehingga menyebabkan kerusakan parah saat mencapai garis pantai;

Tsunami Samudera Hindia bukan satu-satunya tipe di kawasan ini dan lebih banyak lagi akan timbuldi masa yang akan datang; dan

Analisa resiko bencana alam harus dilakukan dan sistem peringatan dini diimplementasikan untukmenyiapkan masyarakat pesisir terhadap ancaman lingkungan di masa depan.

PENDAHULUANGempa bumi 26 Desember 2004 di lepas barat laut Sumatra, Indonesia merupakan peristiwa seismikterbesar di bumi selama lebih dari 40 tahun terakhir. Gempa berasal dari 30 km di bawah dasar laut lepaspantai Sumatra dan memicu retakan pada segmen garis patahan antara Lempeng Hindia dan Eurasiasepanjang 1.300 km dan meluas sampai ke Kepulauan Andaman dan Nikobar. Energi yang dilepaskansetara dengan bom berkekuatan 11 giga ton, 1.500 kali lebih besar dari bom nuklir terbesar yang pernahdiledakkan dan 100 kali lebih besar dari energi gempa bumi San Fransisco tahun 1906. Gempa di dasarlaut ini memindahkan lebih dari 30 kilometer kubik air laut dan membuat tsunami yang palingmenyengsarakan dalam sejarah; lebih dari 230.000 orang mati, dan lebih dari 1 juta orang telahterpindahkan di negara-negara yang terkena dampak tsunami di Asia Tenggara dan Asia Selatan sertaAfrika Timur. Tsunami telah menyebabkan kerugian besar ekonomi di negara-negara Samudera Hindia,menyengsarakan industri primer dan sekunder, serta mengacaukan perekonomian pariwisata. Dampak

1. GEMPA BUMI, LEMPENG TEKTONIK,DAN TSUNAMI SAMUDERA HINDIA

CLIVE WILKINSON, DAVID SOUTER, DAN JEREMY GOLDBERG

Page 26: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

20

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

peristiwa ini mendunia; tsunami diamati di seluruh samudera di dunia dan seluruh dunia terus ‘terkait’dengan keterkejutan gempa bumi tersebut sampai berbulan-bulan. Bab ini memberikan ringkasan singkattentang asal gempa bumi dan tsunami yang mengikutinya.

Detil teknis awal Gempa Bumi Dahsyat Sumatra - Andaman. Skala yang ada termasuk keseluruhan kegiatan 10menit berikutnya, dimana gempa menuju arah barat laut sampai 1.300 km di utara Kepulauan Andaman(sumber www.earthquake.usgs.gov)

Skala 9,15 – 9,3

Tanggal 26 Desember 2004

Waktu 00:58:53 (UTC) Waktu Koordinat Universal(7:58:53 pagi, waktu lokal di episentrum)

Lokasi 3,307o LU, 95,947o BT

Kedalaman 30 km (18,75 mil)

Kawasan Lepas pantai barat Sumatra Utara, Indonesia

Jarak terhadap 255 km (155 mil) Barat Daya Banda Aceh, Sumatra, Indonesiapusat populasi utama 310 km (195 mil) Barat Medan, Sumatra, Indonesia

1.260 km (780 mil) Barat Daya Bangkok, Thailand1.605 km (990 mil) Barat Laut Jakarta, Jawa, Indonesia

APAKAH TSUNAMI ITU?Tsunami berasal dari kata dalam Bahasa Jepang – tsu, artinya pelabuhan dan nami, artinya gelombang –yang sekarang digunakan di seluruh dunia untuk menyebut gelombang laut besar yang terjadi akibatperpindahan permukaan laut secara mendadak. Perpindahan air bisa disebabkan oleh gempa bawah laut,longsor, letusan gunung berapi, atau dampak hantaman meteor yang besar. Saat sejumlah besar lautanterpindahkan secara vertikal, gangguan menyebar luas dalam bentuk tsunami karena laut mencobauntuk kembali pada keseimbangan gravitasinya. Saat skala horisontal gangguan jauh lebih besardibandingkan kedalaman air, seluruh kolom air dari permukaan sampai ke dasar laut bergerak koherendalam arah horisontal. Biasanya, tsunami besar akan melintasi laut dalam sebagai gelombang kecil,bahkan sering kurang dari satu meter, tetapi kecepatannya 600 km/ jam atau lebih. Sehingga dapatmelewati kapal tanpa diketahui, karena itu para nelayan Jepang menamainya tsunami untukmenggambarkan gelombang yang dapat menghancurkan rumah mereka di darat, tanpa dapat diketahuikedatangannya saat di laut. Saat tsunami mendekati perairan dangkal, gelombang melambat danukurannya meningkat secara dramatis, kadang mencapai ketinggian sepuluh meter.

Fisika tsunami adalah sama seperti gelombang perairan dangkal, karena memiliki periode yang panjang(waktu antara dua gelombang yang berurutan) dan panjang gelombang yang besar (jarak antara duagelombang yang berurutan). Namun, mereka sangat berbeda dengan gelombang yang disebabkan olehangin, yang merupakan gelombang normal di laut. Gelombang yang disebabkan oleh angin hanyamengakibatkan pergerakan air di dekat permukaan laut dengan periode 10 – 20 detik dan panjanggelombang 100 – 200 m pada umumnya. Secara kontras, tsunami melibatkan pergerakan air sampai kedasar laut (kedalaman 3 – 4 kilometer di laut dalam) dengan periode 10 – 60 menit dan panjanggelombang 100 km atau lebih, berarti mereka melibatkan pergerakan massa air yang jauh lebih besar.

Page 27: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

21

Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia

Kekuatan merusak timbul saat energi yang terkandung dalam gelombang berkedalaman ribuan meter,terkonsentrasi di perairan dangkal paparan benua dan terutama di estuaria dangkal.

Walaupun tsunami cukup besar untuk mempengaruhi keseluruhan cekungan laut, pada kenyataannyasangatlah jarang terjadi satu kali dalam satu generasi; tsunami besar hampir selalu menyebabkankerusakan karena dapat mengangkat energi ke jarak yang jauh dengan kecepatan tinggi secara efisien.Tsunami adalah salah satu bencana alam yang menakutkan di dunia karena dapat berasal dari jauh, takterlihat, dan dari sumber yang tak terasakan, sehingga dapat terjadi tanpa ada pertanda jelas. Beberapatsunami di masa lampau telah menyebabkan kerugian jiwa dan properti. Sehingga, tsunami terkait eratdengan cerita rakyat dan diperkirakan menjadi penyebab utama kehancuran beberapa peradaban, sepertilenyapnya peradaban Minoan yang kemungkinan berhubungan dengan meletusnya Gunung Santorinidan menyebabkan tsunami sekitar tahun 1500 SM. Walaupun Samudera Pasifik memiliki frekuensitsunami tertinggi diantara seluruh samudera di bumi, tsunami juga menyebabkan kerusakan berarti diLaut Mediterania dan Samudera Hindia serta Atlantik.

TSUNAMI DAN ZONA SUBDUKSI GEMPAGempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember terjadi di sepanjang fitur khas di lempeng tektonik utamapada permukaan bumi yang disebut sebagai zona subduksi. Zona ini terbentuk akibat permukaan bumiyang terus bergerak, dimana lapisan terluar batuan yang disebut litosfer terbentuk dan terhancurkan.Lapisan terluar ini terdiri dari sejumlah lempengan kaku yang terbentuk di sepanjang jalur pertengahansamudera yang kemudian hancur di zona subduksi, dimana lempeng-lempeng tersebut bertumbukandan saling tumpuk-menumpuk. Proses tumbukan dan hancurnya bagian lempeng-lempeng ini disebutsubduksi, yang kemudian membentuk batasan lempeng baru tempat proses ini terjadi yang disebut zonasubduksi.

Zona subduksi yang timbul saat gempa 26 Desember 2004, terbentuk akibat pergerakan lempeng Hindiadan Australia ke arah utara, yang terus bergerak sejak patahnya ‘benua-super’ Gondwana sekitar 50sampai 150 juta tahun yang lalu. Karena lempengan-lempengan ini bergerak dengan kecepatan 6 sampai7 sentimeter per tahun (serupa dengan pertumbuhan kuku jari), tepian litosfer samudera bergeser menujuke bagian dalam bumi di bawah Lempeng Eurasia di sepanjang Busur Sunda (Sunda Arc). Busur initerbentang dari Timor di sisi timurnya, terus ke selatan Indonesia sampai ke Kepulauan Andaman di baratlaut. Walaupun pengukuran pergerakan permukaan tanah menunjukkan bahwa lempeng Hindia danAustralia merupakan satu kesatuan yang terpisah, batas diantara keduanya amat samar dan cenderungmenyatu, sehingga tidak jelas lempeng mana yang meluncur ke dalam bagian utara Sumatra. Namundemikian, diketahui bahwa lempeng Hindia meluncur ke bawah Kepulauan Andaman dan Nikobar.Struktur tektonik dari lempeng yang menindihnya juga rumit. Tidak hanya blok Sunda (sub-lempengan),dimana Sumatra terletak, terpisah dari lempeng Eurasia di bagian utara, tetapi juga tepi barat daya blokSunda terpisah dari lempeng Hindia dan Australia oleh lempeng mikro yang sering disebut sebagaiLempeng Mikro Burma atau Potongan Andaman. Terlepas dari segala kerumitan ini, gempa bumi tersebutberasal dari gabungan tekanan 2 buah lempeng (seringkali disalahpahami sebagai ‘Lempeng Indo-Australia’) yang mensubduksi di bawah Sumatra.

Zona subduksi umumnya dicirikan oleh intensitas kegiatan geologi. Proses subduksi menarik lempengyang tersubduksi dan lempeng yang menindihnya ke arah bawah di sepanjang sumbu zona subduksisehingga menciptakan palung yang dalam. Palung ini merupakan bagian terdalam dari lautan, berkisarmulai kedalaman 4 km pada palung yang dangkal sampai kedalaman 10 km pada Palung Mariana di

Page 28: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

22

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

timur Phillipina. Elemen yang rapuh terseret ke bagian dalam bumi yang panas di zona subduksi danmelelehkan material sub-kerak di atas lempeng yang tersubduksi, dan seringkali mengarah padapembentukan rantai gunung api aktif di lempeng yang menindih secara parallel terhadap sumbu zonasubduksi. Krakatau adalah contoh sebuah gunung berapi diantara lebih dari 100 gunung berapi aktif disepanjang nusantara Indonesia (lihat peta di Bab 2, halaman 38).

Gunung-gunung berapi ini merupakan sumber utama tsunami. Sebelum tahun 2004, satu-satunya tsunamidi Samudera Hindia yang terdokumentasi adalah saat letusan Krakatau tahun 1883. Tsunami ini menelan36.000 korban di Indonesia dan menyebabkan kerusakan yang cukup nyata di sepanjang SamuderaHindia, termasuk Seychelles: “Pukul 4:00 sore tanggal 27 Agustus, gelombang pasang tiba-tiba datangmenyerbu dengan kecepatan 4 mil per jam, dan mencapai ketinggian sekitar 2,5 kaki di atas pasangtertinggi pada umumnya. Gelombang tertarik kembali setelah seperempat jam, meninggalkan kapal-kapalyang terdampar ke daratan. Gelombang kemudian kembali lagi, dan hal yang sama terjadi lagi, …” (H.W.Estridge, Pengutip Bea Cukai di Mahe, Seychelles, 1993). Tsunami besar lainnya di Laut Arabia, TelukBengal, dan di Samudera Hindia antara Jawa dan Australia (lihat Tabel halaman 27), seperti juga tsunamitahun 2004, disebabkan oleh gempa bumi di zona subduksi.

Eropa tengah

Arabia

India

Australia

Antartika

Afrika

Amerika Selatan

Saat ‘benua super’ Gondwana terpecah belah sekitar 150 juta tahun yang lalu, 2 lempeng tektonik besarHindia dan Australia terpisah dan bergeser ke arah utara dengan kecepatan yang amat sangat lambatnamun konsisten dan kuat. Mereka bergabung dengan benua super Eurasia, sehingga membentuk kondisigempa bumi 26 Desember

Page 29: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

23

Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia

Zona subduksi adalah sumber dari 90% gempa bumi yang ada di seluruh dunia. Gempa bumi timbul jikaterdapat pergerakan yang hampir instan, baik di sepanjang batas pertemuan dua lempeng atau padalempeng yang tersubduksi, yaitu yang membengkok dan menyusup ke dalam bumi. Di kedalaman kurangdari 30 km, batuannya rapuh sehingga bila ada tekanan ke atas, baik antar lempengan atau pada perbatasandiantaranya, terdapat kemungkinan adanya retakan instan yang menghasilkan gempa bumi. Gempabumi antar-lempeng adalah hasil dari pergerakan di kedalaman dangkal ini, dimana kontak antar lempengmemperlihatkan friksi stick-slip, yang berarti bahwa friksi menarik lempeng di atasnya menuju ke bawahsehingga menyebabkan tekanan besar terakumulasi di sekitar titik kontak. Gempa bumi timbul saattekanan melebihi kekuatan friksional, titik penyatuan sementara terputus, dan lempeng sebelah atasmeletup ke atas. Interaksi dangkal di sepanjang lempeng zona kontak ini dinamakan sesar sungkup(thrust fault), istilah geologi untuk kontak antara dua buah massa batuan yang saling mendorong. Zonasubduksi sesar sungkup ini jauh lebih besar dari sesar sungkup pada umumnya dan disebut sebagai ‘megasungkup’ (megathrust). Gempa bumi besar yang timbul saat terpisahnya batasan antar lempeng zonasubduksi disebut sebagai ‘gempa bumi mega sungkup’ (megathrust earthquakes). Karena mega sungkupyang terus-menerus dapat meluas sampai ribuan kilometer di sepanjang sumbu zona subduksi, sesar inimenghasilkan gempa bumi terbesar. Dari 12 gempa bumi terbesar sejak tahun 1900, 11 diantaranyamerupakan gempa bumi mega sungkup.

Sebagian besar zona mega sungkup terdapat di palung laut yang dalam, sehingga pantulan vertikal darilempeng yang menindih pada titik retakan sesar memindahkan sejumlah besar volume air, sehinggamenyebabkan tsunami. Mega sungkup dan (pada beberapa kasus perkecualian) gempa bumi dasar lautlainnya, 75% menghasilkan tsunami.

Samudera Hindia Sumatera

Sebelum Gempabumi

Gempa Bumi

a.

b.

c.

10 menit setelah gempa bumi

Ketiga diagram ini mengilustrasikan runutan peristiwa gempa bumi akibat subduksi. Pada (a) lempengtektonik di sebelah kiri mencoba untuk subduksi di bawah lempeng sebelah kanan. Namun, karenaadanya kekuatan friksional, lempeng menyatu dengan lempeng atasnya selama beberapa waktu yangmenyebabkan kedua lempeng terdeformasi, terutama lempeng bagian atas yang membengkok ke arahdua buah panah merah; saat ikatan friksi (garis bergelombang) terputus saat gempa bumi (b), lempengdi sebelah kanan terpental kembali ke posisi aslinya (panah merah kini berlawanan arah), sehinggamemindahkan sejumlah besar volume air. Air yang dipindahkan ini kemudian menyebar ke segala arahsebagai tsunami (c).

Page 30: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

24

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

KARANG SEBAGAI PENCATAT GEMPA BUMI ZONA SUBDUKSIKerusakan pada terumbu karang akibat tsunami tahun 2004 dan fungsi terumbu sebagai pelindungpesisir didiskusikan di beberapa bab berikut. Bagaimanapun juga, karang sangat berharga dalam mencatatjumlah dasaran yang terangkat dan yang menyusup sehubungan dengan zona subduksi gempa bumi.Charles Darwin memperhatikan bahwa karang merekam pergerakan vertikal, dari fakta bahwa terumbupenghalang terbentuk pada pesisir yang menyusup, sedangkan teras/paparan laut terbentuk dari pesisiryang terangkat. Waktu terbentuknya paparan laut sebagai hasil dari pengangkatan saat gempa bumi,seringkali menyediakan info berharga tentang ukuran dan frekuensi gempa bumi besar zona subduksi.Info ini sangat penting khususnya di Samudera Hindia, dimana waktu pemunculan kembali gempa bumizona subduksi cukup panjang bila dibandingkan dengan rekaman sejarah.

Koloni karang tunggal juga dapat digunakan untuk mengukur pergerakan vertikal. ‘Atol mikro’ Porites,koloni besar yang tumbuh di perairan dangkal, dapat digunakan untuk mengukur pengangkatan danpenyusupan sampai ke skala sentimeter. Teknik ini telah disempurnakan selama 20 tahun terakhir,sehingga dimungkinkan untuk memperkirakan pengangkatan dan penyusupan yang terjadi dengan tiba-tiba yang berhubungan dengan gempa bumi, dan juga pergerakan lambat vertikal yang timbul akibatakumulasi kehancuran di lapisan kerak sebelum terjadinya gempa bumi. Ilmuwan menggunakan teknikini untuk memperkirakan penyusupan yang terjadi sebelum gempa bumi Sumatra, dan mereka sangatwaspada terhadap hasil pengukuran akumulasi kehancuran (sebagaimana pula ukuran gempa bumi dimasa lampau yang terekam pada struktur pertumbuhan karang), sehingga mereka segera menyebarkanpamflet kepada masyarakat pesisir Sumatra untuk mewaspadai ancaman yang ada. Studi tersebut jugamemperkirakan bahwa nilai kehancuran yang tinggi, terakumulasi sampai ke tenggara dimana terjadigempa Simeulue tahun 2004 dan Nias tahun 2005, dekat dengan lokasi gempa dahsyat tahun 1883;gempa besar lain yang diperkirakan akan terjadi. Sejak gempa Sumatra tahun 2004 dan 2005, studikarang telah menyediakan data berharga tentang pergerakan vertikal yang timbul sebelum dan sesudahgempa.

GEMPA DAHSYAT SUMATRA-ANDAMAN PADA 26 DESEMBER 2004Gempa dahsyat ini memisahkan 1.300 km segmen mega sungkup Busur Sunda yang membentang dariSumatra (kira-kira 3oLU) sampai Kepulauan Andaman (kira-kira 14oLU). Gempa dimulai di lepas baratlaut Sumatra di dekat Pulau Simeulue pukul 7:59 pagi, saat pemisahan awal timbul jauh di dalam kerakbumi. Pergerakan sesar sampai pada titik maksimumnya di 15-20 meter dekat pucuk utara Sumatra saatpemisahan menjalar ke arah utara di sepanjang tepi lempeng pada kecepatan 2,4 kilometer per detik(8.640 kilometer per jam). Saat pemisahan menjalar ke arah utara menuju Kepulauan Andaman, ternyatakecepatannya berkurang dan pergerakan sesar pun berkurang, kira-kira 8 menit setelah pemisahan awal,pergerakan maksimum sesar sebesar 10 meter di Kepulauan Andaman. Keseluruhan proses pemisahanberlangsung selama sekitar 10 menit. Gempa pertama adalah gempa terbesar sejak gempa Alaska tahun1964. Gempa menyebabkan guncangan hebat di Sumatra dan Kepulauan Nikobar, dan dapat dirasakansampai berkilo-kilometer jauhnya di Sri Lanka, utara Thailand, dan Maladewa. Gempa juga menyebabkangelombang seismik yang mengitari bumi berulang kali, dan menstimulasi getaran harmonis di seluruhbumi yang masih dapat dideteksi oleh peralatan seismometrik berbulan-bulan setelah gempa. Sejumlahgempa susulan masih terus terjadi di sepanjang dangkalan tepi lempeng yang terpisah karena gempa; inimerupakan kelompok gempa paling aktif yang pernah teramati.

Gempa menyebabkan pergerakan permanen yang meluas di permukaan bumi. Terdapat lebih dari 6meter pergeseran horizontal di sebagian Kepulauan Andaman dan Nikobar, dan ada juga pengangkatan

Page 31: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

25

Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia

dan penyusupan: sisi barat terangkat sekitar 1 m (pengangkatan maksimum sebesar 1,5 m di NikobarBesar), sementara sisi timur menyusup sejauh nilai yang sama, sehingga secara permanen menenggelamkanbeberapa bagian kepulauan ini. Terdapat fakta visual yang luar biasa tentang perubahan ini: beberapapantai terangkat, terumbu karang mencuat keluar dari air (lihat foto di sampul), dan hutan mangroveserta bangunan terangkat dan hancur. Pergerakan kecil bumi sebesar beberapa sentimeter, terdeteksi darijarak ribuan kilometer dengan menggunakan observasi GPS.

Terdapat beberapa contoh pergeseran lahan yang disebabkan oleh gempa:

Sisi barat laut Pulau Simeulue terangkat 1,5 m (foto di sampul);

Ujung tenggara Kepulauan Nikobar turun sekitar 2 m, menggenangi Mercu Suar Campbell secarapermanen di Pulau Nikobar Besar;

Sub-lempengSub-lempengSundaSunda

Lempeng India

LempengAustralia

KepulauanAndaman

KepulauanNicobar

Palung Sunda

Sub-lempengSub-lempengBurmaBurma

Peta daerah yang terkena dampak memperlihatkan dua buah lempeng tektonik utama (Hindia dan Australia)mendorong Lempeng Sunda dan Lempeng Mikro Burma yang lebih kecil. Gempa 26 Desember dimulai30 km di bawah episentrum , dan kemudian pemisahan tepi lempeng menyebar ke arah barat laut ke utaraKepulauan Andaman. Gempa pertema segera diikuti dengan kelompok gempa sepanjang 1.300 km pada3 tingkatan (elips), yang melemah di utara. Tsunami dipicu oleh pergerakan dasar laut di sepanjang zonapemisahan, terutama di bagian yang lebih selatan, dimana pemisahan sesar meluas sampai kedalamanyang dangkal.

Page 32: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

26

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Pulau Car Nikobar bergeser lebih dari 6 m secara horizontal dari arah barat ke tenggara;

Pulau Langkawi di Malaysia terus meluncur ke arah barat daya sampai 80 hari setelah pergeserancepat pertama, dan menjauhkannya 6 cm dari peluncuran awal; dan

Singapura bergeser 2 cm ke arah barat.

Timbul perdebatan mengenai kekuatan aktual gempa (biasanya dicerminkan oleh kekuatan gelombangseismik yang ditimbulkan). Namun, gempa besar seperti peristiwa Sumatra-Andaman menimbulkan polagelombang yang rumit dimana analisa rutin mungkin tak dapat dilakukan. Pengukuran awal kekuatangempa pada jam pertama setelah gempa adalah sebesar 8,0 – 8,5, tetapi ini merupakan perkiraan kasar.Analisa yang lebih mendalam dikemudian hari menunjukkan skala 9,0, yang menjadi besar kekuatan

Kedua foto dari Kepulauan Andaman dan Nikobar menggambarkan kemiringan Lempeng Mikro Burma.Beberapa bagian dari Kepulauan Andaman terangkat keluar dari air, di sini tampak rataan terumbukarang yang terpajan secara permanen (foto atas); sedangkan di barat daya Kepulauan Nikobar, beberapapulau tenggelam secara permanen, menggenangi bangunan dan lahan (foto bawah). Foto-foto merupakankontribusi dari Profesor Sudhir K. Jain dan Javed Malik, Institut Teknologi India, Kanpur.

Page 33: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

27

Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia

yang dipilih oleh Badan Survey Geologi AS. Bahkan analisa yang lebih maju yang dilakukan berbulan-bulan setelah gempa menghasilkan skala 9,15 – 9,30, yang mungkin mencerminkan kekuatan gempayang sebenarnya.

Pergerakan sesar yang berhubungan dengan Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman telah merubah bidangtekanan di kawasan yang mengelilingi daerah yang terpisah, memindahkan tekanan ke sesarandidekatnya. Perubahan kondisi tekanan lokal ini diramalkan akan menyebabkan gempa mega sungkupbesar lain di sepanjang zona subduksi Sumatra. Ramalan ini terbukti benar pada tanggal 28 Maret 2005,saat gempa besar lain (kekuatan 8,7) terjadi sekitar 200 km tenggara garis sesar tersebut. Gempa inimenghancurkan 300 bangunan dan menewaskan 1.000 jiwa di Pulau Nias. Terjadi kepanikan bahwagempa ini akan kembali menimbulkan tsunami; sebagai contoh, 20 orang tewas di Sri Lanka saat mengungsidari daerah pesisir yang rendah. Sementara tsunami lokal setinggi 3 m timbul akibat gempa ini di sekitarPulau Simeulue, terdapat dampak yang bisa diabaikan di garis pantai yang lebih jauh. Salah satupenyebabnya adalah, tidak seperti gempa Desember 2004, kebanyakan gelinciran sesar awal pada gempaMaret 2005 terkonsentrasi di dekat 30 km di dalam permukaan bumi. Ini menghasilkan pergerakanvertikal yang lebih sedikit pada dasar laut, dan sebagian besar pergerakan vertikal ini terjadi di Pulau Niasdan Simeulue. Sehingga, air yang dipindahkan lebih sedikit dibandingkan dengan perkiraan untuk kekuatangempa mega sungkup sebesar ini.

Terdapat sejarah panjang gempa besar dan tsunami di Samudera Hindia yang menyebabkan kerusakan parahdan kehilangan jiwa.

Tahun Tanggal Lokasi Sumber Kekuatan Ketinggian KorbanMaksimum (m) Jiwa

1762 2 April Pesisir Arakan (Myanmar)

1797 10 – 11 Februari Sumatra Barat 8,4 >300

1818 18 Maret Sumatra Selatan

1819 16 Juni Dekat Cutch 7,7

1833 24 November Sumatra Barat 8,7 – 9,2

1843 5 – 6 Januari Sumatra Utara 7,2

1861 16 Februari Sumatra Utara 8,3 – 8,5 7 > 900

1881 31 Desember Kepulauan Nikobar 7,9 1

1883 27 Agustus Selat Sunda (Krakatau) 35 > 36.000

1907 4 Januari Sumatra Barat 7,6 > 400

1921 11 September Jawa 7,5

1941 26 Juni Kepulauan Andaman 7,7

1945 27 November Makran 8,1 15

1977 19 Agustus Jawa 8,3 30

1994 2 Juni Jawa 7,6 13 200

2004 26 Desember Sumatra Barat – Kep. Andaman 9,3 48 > 230.000

Page 34: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

28

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

TSUNAMI SAMUDERA HINDIA 26 DESEMBER 2004Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman menyebabkan dasar laut terangkat dan menyusup, menghasilkanpergeseran sekitar 30 kilometer kubik air laut secara langsung di atas sesaran. Ini menyebabkan gelombangyang menyebar ke seluruh penjuru Samudera Hindia dan dikenal sebagai Tsunami Samudera Hindiaatau Boxing Day Tsunami.

Efek bencana tsunami hampir segera dirasakan di sepanjang pesisir barat laut Sumatra, terdekat denganepisentrum gempa. Tsunami datang dalam waktu 30 – 40 menit, dengan ketinggian melebihi 30 m.Seluruh desa diratakan dan hanya ada sedikit waktu untuk melarikan diri. Ketinggian tsunami jugadipengaruhi oleh kondisi geografis; gelombang yang memasuki teluk seringkali bertambah tingginyasebagaimana sisi teluk mengurangi pergerakan air sehingga memperbesar tinggi gelombang. Lebih jauhlagi, gelombang bertambah tinggi saat menjelajahi lembah sempit, dengan ketinggian gelombang 48 mtercatat di Indonesia. Gelombang setinggi 5 – 10 m menerjang Thailand dan Sri Lanka sekitar 1,5 – 2 jamsetelah gempa. Karena adanya geometri dalam pergerakan dasar laut, dimana terjadi pengangkatan padatepi barat lempengan yang telah terangkat dan kemudian menyusup di timur jauh, gelombang awaltsunami yang menuju ke timur menghasilkan peristiwa surut di laut, sementara gelombang awal yangmenuju ke barat menghasilkan penggenangan. Sehingga, orang yang pertama kali melihat gelombang diThailand mendapatkan pertanda yang jelas dengan adanya peristiwa surut mendadak di laut; di beberapakasus banyak orang yang selamat saat menyadari pertanda ini dan mereka menyelamatkan diri. Namundemikian, tanda-tanda alam ini tidak dipahami, dan banyak orang menuju ke rataan terumbu. Gelombangberikutnya menelan banyak korban. Di Sri Lanka, efek pertama gelombang adalah berupa penggenangan,dan masyarakat hanya mendapatkan sedikit pertanda atau bahkan tidak sama sekali.

Walaupun tinggi tsunami yang menyebar ke seluruh Samudera Hindia tidak lebih dari 1 m (seperti yangterukur oleh radar satelit yang mengukur ketinggian laut di daerah tempat tsunami terjadi), tetap sajatingginya mencapai 1 – 2 meter saat memasuki perairan dangkal yang jauhnya ribuan kilometer darigempa. Sebagai contoh, gelombang setinggi 1,5 m teramati di Afrika Selatan, 8.500 km dari tsunami.Energi yang dihasilkan tegak lurus dari garis sesar, lebih besar bila dibandingkan dengan yang mendatar;ini merupakan ciri umum gempa yang menghasilkan tsunami. Sehingga, sebagian besar energi tsunamidihasilkan dari arah timur-barat setelah Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman, yang timbul di sepanjanggaris sesar utara-selatan. Ini menjelaskan mengapa Thailand dan Sri Lanka terkena hantaman gelombangbesar, dan Myanmar serta Bangladesh tidak.

Penggenangan

Penyebaran

Pembangkitan

Sesar

Diagram ini menggambarkan bagaimana tsunami terbentuk melalui gempa di sesar subduksi, bertambahtinggi saat mendekati pesisir dan tiba sebagai gelombang besar (sumber: Viacheslaw Guslakov, InstitutKomputasi Matematika dan Matematika Geofisik, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia)

Page 35: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

29

Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia

Gempa Sumatera 600 km_sesar 50 menit

Gempa Sumatera 600 km_sesar 150 menit Gempa Sumatera 600 km_sesar 200 menit

Gempa Sumatera 600 km_sesar 100 menit

Tsunami Samudera Hindia terbentuk saat gempa memisahkan sebagian dari sesar/patahan tepilempeng yang membentang dari Pulau Simeulue, lepas barat laut Sumatra, sampai ke KepulauanAndaman di utara. Gambar-gambar ini memperlihatkan simulasi numerik proses tsunami padamenit ke 50, 100, 150, dan 200 setelah gempa, menunjukkan interaksi kompleks gelombang awaltsunami. Saat tsunami mendekati pesisir Thailand, gelombang melemah sebagai akibat terhalangoleh paparan benua, sementara tsunami bergerak lebih cepat ke arah barat melalui Samudera Hindiadan menerjang Sri Lanka serta menyebabakan kerugian berupa korban jiwa di sepanjang barat dayapulau (Sumber: Kenji Satake, Survey Geologi Jepang dan Institut Nasional Ilmu Pengetahuan danTeknologi Industri Maju, Tsukuba, Jepang)

Page 36: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

30

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

MEMANDANG KE MASA DEPANGempa Sumatra-Andaman 26 Desember adalah gempa berukuran besar pertama yang tercatat sejakkehadiran instrumen seismik modern. Alat tersebut menghimpun data yang akan digunakan untukmempelajari gempa dan struktur bagian dalam bumi bertahun-tahun ke depan. Tsunami tersebut merupakanyang pertama dicatat dan diselidiki dengan pengukur pasang berkualitas tinggi di seluruh dunia, sertasatelit yang terus-menerus melewati tinggi gelombang di samudera terbuka. Lama setelah tsunamimenerjang Samudera Hindia, para ilmuwan yang memantau tinggi permukaan laut dapat melihatgelombang menyebar menuju Samudera Atlantik dan Pasifik. Instrumen-instrumen tersebut mencatatlintasan tsunami sampai jauh ke utara di Kamchatka, Rusia di Samudera Pasifik, Nova Scotia, Kanada diSamudera Atlantik, dan sampai ke Antartika. Ini adalah tsunami pertama yang dipantau secara terus-menerus ke seluruh samudera, dan sekarang disebut serta diakui sebagai ‘tsunami global’ pertama.

Peristiwa bencana Desember 2004 bukanlah peristiwa terisolasi di Samudera Hindia saja. Lempeng-lempeng tektonik akan terus bergerak dan menekan lempeng lain, dan beberapa gempa serta tsunamiakan terjadi di masa depan pada skala yang sama atau bahkan lebih. Tingkat kerusakan dari GempaDahsyat Sumatra-Andaman dan tsunami Samudera Hindia memanglah besar, dilihat dari skala gempadan jumlah korban jiwa yang direnggutnya. Sebagaimana populasi manusia terus bertambah dan terusmengembangkan daerah pesisir dengan cara menebangi hutan di pesisir dan mereklamasi lahan, ancamanterhadap tsunami semakin meningkat, dan berpotensi untuk menghasilkan kerugian besar terhadap jiwadan kerusakan properti. Mudah-mudahan saja, gempa dan segala hal yang terkait dengan tsunami akanmenjadi peringatan bagi pemerintah dan lembaga internasional untuk menyediakan sistem peringatandini yang lebih efektif dan mengadakan penilaian resiko bencana alam untuk memastikan desa-desa,kelurahan, dan kota tidak dibangun di daerah yang paling rentan serta jauh dari tepi perairan. Kerusakanyang disebabkan oleh tsunami juga menggarisbawahi kebutuhan akan perlindungan pelindung alamipesisir, yaitu mangrove dan terumbu karang. Terdapat beberapa bukti di beberapa bab berikut yang

Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 sangatlah luar biasa dimana gelombangnyamenjelajahi seluruh dunia. Peta ini menunjukkan bahwa gelombang mengikuti jalur mid-samudera dibawahSamudera Hindia yang memecah di dinding es Antartika serta di sekitar Afrika Selatan dan di sepanjangJalur Mid-Atlantik yang memecah di Rio de Janeiro (dicetak ulang seizin New Scientist, ©2005).

Page 37: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

31

Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia

menunjukkan bahwa mangrove meredam energi tsunami dan menyediakan naungan langsung terhadappopulasi manusia dari puing yang terbawa oleh gelombang seperti pecahan kapal, dan mencegah orangterseret ke laut. Terdapat juga bukti yang serupa bahwa terumbu karang lepas pantai dapat mengurangitekanan tsunami dan perlahan mengurangi kerusakan akibat gelombang.

Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman dan Gempa Nias 28 Maret 2005 melepaskan akumulasi tekananenergi di sepanjang 1.500 km Busur Sunda-Andaman. Karena itu, kecenderungan gempa besar lain yangtimbul di masa depan, di sepanjang bagian zona subduksi ini, adalah kecil. Namun, peristiwa gempa-gempa ini mungkin meningkatkan kecenderungan munculnya gempa besar lain baik di sebelah utaraatau timur dari segmen ini. Zona subduksi sampai ke tenggara (dekat Sumatra tengah), menyebabkangempa besar tahun 1833 dan sejak itu mengakumulasikan energi tekanan yang cukup signifikan. Walaupunstruktur tektonik dan sejarah gempa dari perpanjangan Palung Andaman di daerah utara tidak cukupdiketahui, gempa besar lain yang serupa tahun 1762 di sepanjang pesisir Arakan, Myanmar mungkin sajaterjadi.

Usaha internasional yang lebih besar diperlukan untuk menyempurnakan pemahaman kita tentangancaman bahaya tsunami serta untuk mengembangkan kapabilitas peringatan tsunami di SamuderaHindia sehubungan dengan penanganan yang lebih baik terhadap perkiraan gempa di masa depan. Tidakterdapat sistem peringatan dini di Samudera Hindia sebelum tsunami Desember. Keberadaan sistemyang efektif dapat menyelamatkan ribuan nyawa dengan menyediakan peringatan akan adanya tsunamisehingga tersedia waktu untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih tinggi. Sebagai contoh, tsunamimembutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke Thailand dan Sri Lanka, dan lebih dari 4 jam untuk sampaike Australia. Pada Konferensi Dunia tentang Pengurangan Resiko Bencana di awal 2005, PersatuanBangsa-Bangsa mulai merencanakan untuk membangun sistem peringatan global untuk mengurangiancaman bencana alam yang mematikan sebagaimana sejarah telah menunjukkan bahwa peristiwaserupa tidak dapat dihindari.

KONTAK PENULISPhil Cummins, Geoscience Australia, Canberra, Australia, [email protected]; Jeremy Goldberg,International Marine Project Activities Centre, Townsville, Australia, [email protected].

PENINJAUDavid Garnett, Sarah Gotheil, Viacheslav Gusiakov, Bernard Salvat, Kenji Satake, Kerry Sieh, DavidTappin, dan Kristian Teleki.

ACUANDua ringkasan utama telah diterbitkan dalam jurnal Science dan Nature:Science, 308: 1126-1146 (2005) artikel oleh CJ Ammon et al., R Bilham, T Lay et al., J Park et al., and M

West et al.

Nature, 434: 573-582 (2005) artikel oleh K Sieh, S Stein, and EA Okal.

Cummins P, Leonard M (2005) The Boxing Day 2004 tsunami – a repeat of 1833? Geoscience Australia,AUSGEO news, Issue 77.

Hilman Natawidjaja D, Sieh K, Ward S, Edwards RL, et al. (2004) Paleogeodetic records of seismic andaseismic subduction from central Sumatran microatolls. Journal of Geophysical Research, 109: B4,B04306, doi:10.1029/2003JB002398.

Page 38: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

32

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Kious WJ, Tilling RI (2005) This dynamic earth: the story of plate tectonics, Edisi Online, http://pubs.usgs.gov/publications/text/dynamic.html.

Titov V, et al. (2005) The global reach of the 26 December 2004 Sumatra tsunami. Science, 309: 2045-2048.

SITUS-SITUS TERKAIT DI INTERNETUnited States Geological Survey, www.earthquake.usgs.gov;

National Earthquake Information Center, http://neic.usgs.gov;

National Environment Research Council, www.nerc-bas.ac.uk/tsunami-risks; http://geology.com;

Wikipedia, www.en.wikipedia.org/wiki/Tsunami.

Gempa meluluhlantakan barisan karang Heliopora sepanjang 7 km ini di Sumatra (Annelise Hagan)

Page 39: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

33

Serangkaian peristiwa tsunami yang melanda negara-negara di Samudera Hindia pada 26 Desember2004 yang lalu merupakan salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah manusia. Korban meninggalatau hilang mencapai sekitar 250,000 orang, lebih dari satu juta manusia diperkirakan kehilangan rumah,dan kerugian material yang diderita mencapai milyaran dolar. Media massa memperkirakan bahwatsunami tersebut telah menyebabkan kerusakan serius pada terumbu karang dan ekosistem pesisir lain diSamudera Hindia.

Namun pada kenyataannya, kerusakan karang dan mangrove akibat tsunami ternyata tidak terlalu parah.Gelombang tsunami tersebut menyebabkan kerusakan karang yang jauh lebih ringan dibandingkanakibat perubahan iklim El Niño/La Niña 1998. Pemutihan dan kematian karang di tahun 1998 telahmengakibatkan hilangnya 16% terumbu karang dunia. Tsunami pada bulan Desember 2004 memangmengakibatkan kerusakan parah pada sebagian kecil kawasan terumbu karang. Namun, kebanyakankawasan terumbu karang di kawasan bencana tetap dalam kondisi baik. Adanya kantong-kantong karangproduktif di sekitar kawasan merupakan pertanda tingginya potensi pemulihan terumbu karang di daerahtersebut.

Pada kenyataannya, tekanan lingkungan akibat kegiatan manusia secara langsung dan tidak langsungtelah menyebabkan lebih banyak kerusakan karang dibandingkan tsunami. Namun tambahan tekanandari tsunami memang menghambat proses pemulihan karang dari tekanan-tekanan antropogenik yangtelah disebutkan. Kebanyakan terumbu karang di Samudera Hindia akan pulih dari dampak tsunamidalam 5 hingga 10 tahun dengan syarat diterapkannya pengelolaan yang efektif untuk mengendalikantekanan antropogenik serta tidak terjadi banyak bencana alam di masa depan.

Bab ini mengetengahkan dua pertanyaan spesifik:

Apakah fungsi perlindungan (jika ada) dari terumbu karang dan hutan mangrove dapat menghilangkansebagian besar energi tsunami?

Bagaimana perbandingan akibat gempa bumi dan tsunami terhadap terumbu karang dan hutanmangrove dibandingkan dengan akibat dari tekanan antropogenik maupun bencana alam lainnya?

2. GEMPA BUMI, TSUNAMI, DAN TEKANAN-TEKANAN LAIN TERHADAP TERUMBU KARANG DAN

SUMBER DAYA PESISIR

CLIVE WILKINSON

Page 40: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

34

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

APAKAH KEBERADAAN TERUMBU KARANG PENTING UNTUK MENGURANGI

KERUSAKAN TSUNAMI?Terumbu karang memainkan peranan penting dalam perlindungan garis pantai dari abrasi gelombang,terutama mengurangi dampak gelombang dan gelombang badai tropis. Hal ini sangat jelas terlihat padapulau-pulau tropis dengan pantai berpasir, hamparan rumput laut, dan hutan mangrove di belakangterumbu karang. Fungsi perlindungan ini menjadi penting terutama di masa depan karena adanya perkiraanbahwa perubahan iklim akan mengakibatkan naiknya permukaan laut serta meningkatnya frekuensi dantingkat kedahsyatan badai tropis. Fungsi perlindungan dari terumbu karang ini akan menjadi penting bagikeberlangsungan hidup masyarakat yang hidup di kawasan atol karang (seperti Maladewa, Kiribati, danTuvalu). Kawasan-kawasan tersebut terdiri dari pulau-pulau karang yang tingginya jarang yang lebih dari2 m di atas permukaan laut saat pasang.

Bukti-bukti yang dikumpulkan pasca tsunami Desember 2004 menunjukkan bahwa gelombang besar,biasanya lebih tinggi dari 10 m, lewat begitu saja di daerah terumbu karang tanpa mengalami penurunankecepatan. Analisis awal dari ilmuwan-ilmuwan UNEP GRID menunjukkan minimnya perlindungandaratan yang langsung berada di balik terumbu-terumbu karang di Indonesia, Thailand, dan Sri Lanka.Namun, kerusakan yang lebih besar terjadi pada kawasan dengan terumbu karang yang telah mengalamikerusakan akibat penambangan karang (misal: Sri Lanka dan kemungkinan Maladewa) dibandingkanpada kawasan yang terumbu karangnya tidak ditambang. Bukti ini kebanyakan masih berupa indikasidan mungkin tidak akan pernah dapat diverifikasi lebih lanjut, karena tsunami merupakan kejadian yangcukup langka (dari Arjan Rajasuriya).

Beberapa daerah terumbu karang ternyata mengalami kerusakan, terutama di celah-celah antar pulaudan antar terumbu karang. Energi tsunami di daerah ini terfokuskan akibat topografi pulau sehinggamenyebabkan gelombang dan arus yang kuat. Banyak karang di kawasan-kawasan tersebut mengalamikerusakan yang cukup parah. Karang-karang besar yang berat, karang bercabang, dan karang-karangmeja terbalik atau hancur. Pada gilirannya, karang-karang ini juga menyerap sebagian dari energi gelombangtsunami.

Nampaknya, terumbu karang sangat penting dalam perlindungan garis pantai dari gelombang badai.Fungsi ini akan menjadi lebih penting di masa depan. Gelombang yang terjadi pada tanggal 26 Desember2004 tersebut jauh lebih tinggi dari kebanyakan badai tropis yang pernah terjadi. Hal ini menyebabkanbeban terumbu karang dalam melindungi daratan juga menjadi jauh lebih berat.

APAKAH MANGROVE DAN HUTAN PANTAI MENGURANGI KERUSAKAN

TSUNAMI?Terdapat bukti kuat bahwa hutan mangrove memainkan peran perlindungan dalam mengurangi energitsunami. Beberapa kawasan mangrove di Sumatra (Indonesia) hampir hancur total akibat menyerapterlalu banyak energi tsunami. Beberapa desa di sepanjang pantai India dan Sri Lanka selamat darikehancuran total akibat tsunami karena dilindungi oleh mangrove dan hutan-hutan pantai. Kapal-kapalikan dan puing-puing lain tersangkut pepohonan sehingga tidak menabrak rumah-rumah di belakanghutan. Orang-orang juga dapat memanjat pohon sehingga tidak hanyut ke laut.

Bukti-bukti yang dikumpulkan oleh UNEP GRID menyebutkan bahwa walaupun mangrove cenderungtumbuh di perairan yang lebih terlindung seperti daerah muara, hutan mangrove juga menyerap banyakgelombang tsunami hingga ke sungai-sungai. Hal ini seperti halnya hutan waru dan cemara laut yang

Page 41: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

35

Gempa Bumi, Tsunami, dan Tekanan-tekanan Lain terhadap Terumbu Karang dan Sumber Daya Pesisir

tumbuh di gumuk atau bukit pasir pesisir yang juga menyerap banyak energi gelombang, sehinggamelindungi infrastruktur pesisir di sekitarnya. Bukti-bukti ini nampak jelas di kebanyakan negara yangdilanda tsunami. Pada gilirannya, hutan-hutan pesisir juga mengalami kerusakan parah karena menyerapenergi gelombang tsunami.

DAPATKAH TERUMBU KARANG MEMBERIKAN PERLINDUNGANTERHADAP TSUNAMI?

Terdapat indikasi bahwa terumbu karang yang utuh dan sehat mengurangi dampak tsunamiterhadap masyarakat di daerah pesisir. Beberapa laporan juga menyatakan bahwa perubahanlingkungan laut dan pesisir yang dilakukan oleh manusia telah menyebabkan meningkatnyakerusakan di darat. Sebuah makalah oleh Lui et al. (2005) di jurnal Science melaporkan tentangtergelincirnya sebuah kereta penumpang di Sri Lanka akibat penambangan karang di kawasansekitar. Namun, tidak ada perbandingan kuantitatif antara tinggi gelombang atau jarak genangandengan keberadaan terumbu karang di kawasan tersebut. Tanpa perbandingan tersebut, tidaklahmungkin untuk menyelidiki keabsahan pernyataan tersebut. Sebagai perbandingan, pengukuranoleh Unit Penelitian Geologi Amerika Serikat (the United States Geological Survey) sepanjangpesisir Aceh (http://walrus.wr.usgs.gov/news/reports.html) melaporkan bahwa gelombang dipesisir yang memiliki karang lebih tinggi secara signifikan, dibandingkan gelombang di kawasantanpa terumbu karang (Karang: rata-rata tinggi gelombang dalam meter ± standard error = 28.6± 3.65, n = 4. Tanpa karang: 22.06 ± 1.23, n = 12, t (0.05), 14 = -2.232, p = 0.043). Penelitianlapangan saya memberikan indikasi bahwa batas penggenangan air laut pada setiap lokasibiasanya ditentukan oleh kombinasi tinggi gelombang dan topografi pesisir. Tsunami hanyaakan berhenti saat mencapai kontur daratan yang tingginya sama dengan tinggi gelombangtsunami tersebut. Hal ini sangat penting, karena memerlukan analisis yang menyeluruh danbukannya informasi indikatif yang diulang-ulang. Adalah suatu hal yang berbahaya untuk membesar-besarkan peran perlindungan yang diberikan oleh terumbu karang secara berlebihan, karenahal ini akan menimbulkan perasaan aman yang tidak benar. Ditakutkan, tsunami yang berikutnyadapat menyebabkan menurunnya kredibilitas keilmuan. Ada sebuah konsekuensi lain yang tidakterduga saat menghubungkan kerusakan tsunami dengan kegiatan manusia, yaitu beban yangtidak adil terhadap para nelayan, petani, dan bisnis-bisnis di kawasan yang dilanda tsunami.Terumbu karang yang sehat mampu memberikan barang dan jasa yang berharga terhadapmasyarakat pesisir, termasuk juga perlindungan dari gelombang. Namun, terlalu berlebihandan tidak realistik untuk berharap agar ekosistem-ekosistem tersebut memberikan perlindungandari bencana tsunami besar (dari Andrew Baird).

Referensi: Baird AH, dan sembilan narasumber (2005). Terumbu karang Aceh setelah tsunamiAsia. Current Biology, 15: 1926-1930; Liu PL-F, dan delapan narasumber lain (2005). Pengamatan-pengamatan Tim Survei Internasional di Sri Lanka. Science, 308: 1595.

Sebuah penelitian oleh para peneliti dari Denmark dan India menyimpulkan bahwa hutan-hutan pesisirmemberikan fungsi perlindungan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa desa-desa dan daratan di belakangsabuk pepohonan di Distrik Cuddalore, Tamil Nadu, India mengalami kerusakan yang jauh lebih ringandari desa-desa yang langsung terlanda tsunami. Kawasan mangrove yang luas di utara tetap utuh dantiga desa di belakang mangrove tersebut relatif tidak rusak, dibandingkan dengan dua desa yang tidakterlindungi yang hancur rata. Lima desa ke arah selatan yang berada di belakang perkebunan cemara lautmengalami kehancuran sebagian. Sementara itu, desa-desa pesisir di utara dan selatan hutan, hancurtotal. Perkebunan cemara laut tersebut relatif aman, walaupun 5 hingga 10 pepohonan di baris-barispertama tercabut akarnya. Antara tahun 1980 hingga 2000, kegiatan manusia telah mengurangi luasanmangrove hingga 26% (dari 5.7 hingga 4.2 juta hektar). Tsunami yang terjadi telah menggambarkanbetapa kerusakan hutan telah meningkatkan resiko erosi garis pantai, selain juga menyebabkan hilangnya

Page 42: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

36

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

fungsi mangrove sebagai kawasan pemijahan perikanan dan kehutanan (dari Danielsen F dan 11narasumber lain (2005) Science, 310: 643).

ANCAMAN DAN TEKANAN TERHADAP TERUMBU KARANGAncaman dan tekanan terhadap terumbu karang telah lama dikelompokkan menjadi dua kategori umum:alami dan antropogenik. Kejadian akhir-akhir ini seperti pemutihan karang dan tsunami yang baru terjadi,membuat perlunya ditambahkan kategori lainnya yaitu tekanan alami yang diperparah oleh kegiatanmanusia.

Ancaman-Ancaman AlamiTerumbu karang telah berevolusi selama jutaan tahun di bawah ‘tekanan-tekanan alami sejati’ yang telahmembentuk evolusi terumbu karang. Hal ini termasuk kejadian-kejadian utama seperti abad es yangmembawa perubahan iklim, kenaikan dan penurunan permukaan air laut, dan hantaman meteor. Selama8,000 tahun sejak abad es yang terakhir, terumbu karang telah bergulat di bawah kondisi-kondisi yangrelatif aman, serta menghadapi badai-badai tropis, pemasukan air tawar, gempa bumi, gunung-gunungapi, dan penyakit-penyakit tingkat rendah. Pemulihan kepada kondisi awal biasanya cepat, walaupunkadang memakan waktu beberapa dekade. Terumbu karang biasanya cepat pulih dari stress, dengansyarat bahwa kejadian-kejadian tersebut tidak terjadi secara rutin maupun diperparah oleh stressantropogenik tambahan. Ancaman-ancaman alamiah tersebut dapat digolongkan menjadi: kejadian-kejadian geologis, fenomena-fenomena iklim dan cuaca, serta tekanan-tekanan biologis.

KARENA USAHA UNTUK MEMECAHKAN REKOR DUNIA, SEBUAH DESADI INDIA SELAMAT DARI TSUNAMI

Dalam usaha mereka untuk memecahkan rekor dunia (Guinness Book of Record), pada tahun2002 masyarakat desa Naluvedapathy di distrik Vedaranyam, Tamil Nadu, India menanam80,244 anakan pohon. Mereka menciptakan jalur selebar satu kilometer berupa hutan miniyang berisi cemara laut, pohon kelapa, dan pohon-pohon lain. Jadi, ketika penduduk desaberjalan ke Teluk Bengal, mereka dapat mendengar deburan gelombang, namun tidak dapatmelihatnya. Usaha menanam pohon ini memberikan hasil pada tanggal 26 Desember 2004,ketika banyak desa dan kota di Tamil Nadu yang hancur saat gelombang raksasa menyapupantai-pantai yang terbuka. Saat air laut melanda kawasan tersebut dan gelombang besarmembanjiri rumah, jalan, dan peternakan, Desa Naluvedapathy dengan sekitar 600 rumahmengalami kehancuran minimum dan sedikit korban jiwa karena ribuan pohon telah meredamdampak tsunami. Seorang petani tua bernama Nagappan berkata bahwa desa mereka memangselalu memiliki pepohonan. Namun jumlah pohon mereka meningkat tajam saat tiga tahun laluseorang pejabat setempat menawarkan ide untuk memecahkan rekor dunia. “Kami terselamatkanoleh pohon-pohon ini. Desa-desa pesisir lainnya harus juga membuat benteng pohon untukkeselamatan mereka,” kata bapak tersebut. Marimathu, nenek berusia 70 tahun gemetar saatdia mengingat peristiwa itu. “Saya sedang berada di atas bukit dan melihat gelombang raksasayang menghantam pantai... Saya berhasil lari ke tempat aman, tapi tempat tersebut jugatergenangi air. Pohon-pohon di sini ditanam oleh kakek-nenek saya dan orang-orang lainnyasejak beberapa waktu lalu. Saya telah tinggal di desa ini selama hidup saya, tapi bentengpepohonan kami baru tumbuh sejak 15 tahun yang lalu. Tolong beritahu yang lain untuk jugamenanam pohon!” Gumuk (bukit pasir) dan mangrove di sepanjang pesisir dekat Kanyakumaridan Pondicherry juga melindungi beberapa desa lain dari amukan tsunami. Namun hutanNaluvedapathy memberikan cukup perlindungan bagi seluruh desa Naluvedapathy. Jadisemboyannya adalah: “Guinness is good for you!” (dari BBC NEWS: http://news.bbc.co.uk/go/pr/fr/-/1/hi/world/south_asia/4269847.stm).

Page 43: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

37

Gempa Bumi, Tsunami, dan Tekanan-tekanan Lain terhadap Terumbu Karang dan Sumber Daya Pesisir

STUDI DI HAWAII MENEMUKAN BAHWA PEPOHONAN TELAHMEREDAM DAMPAK TSUNAMI

Sebuah laporan dari para peneliti Universitas Hawaii menyimpulkan bahwa pepohonan dansemak-semak di antara jajaran bangunan dan laut telah membantu mengurangi dampak gelombangtsunami di Maladewa. Pohon-pohon pandan (hala) dan perdu seperti kembang sepatu (hibiscus)tidak memiliki efek redam sebesar pohon mangrove, tapi masih tetap mengurangi energigelombang. Pepohonan tersebut dengan efektif memerangkap bebatuan dan meredam laju air.Dinding-dinding beton dan kaca-kaca pengaman di hotel-hotel juga telah mengurangi korban.Para peneliti tersebut pergi ke Maladewa sekitar 6 minggu setelah tsunami sebagai bagian daripenelitian untuk membuat hotel dan bangunan lain di Hawaii lebih aman. Hal ini menggambarkanbetapa bencana seperti tsunami dapat menyebabkan masalah yang sama di seluruh samuderadi dunia. Orang-orang Maladewa yang tidak terlibat dalam dunia wisata biasanya miskin.Sekarang telah terjadi penurunan jumlah turis di negara tersebut akibat kerusakan-kerusakan diberbagai hotel. Hal yang sama terjadi setelah Topan Iniki menghantam Kauai, menghentikanmesin ekonomi untuk pulau tersebut. Diperlukan beberapa tahun sebelum ekonomi kawasantersebut pulih kembali. Seperti halnya Maladewa, walaupun tidak banyak korban jiwa setelahTopan Iniki, namun kehilangan besar dalam ‘jalan hidup’ manusia tetap terjadi (dari BarbaraKeating dan Charles Helsley, dilaporkan dalam Associated Press, www.newsday.com).

Kejadian-kejadian geologis: selama jutaan tahun, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunamitelah menyebabkan terumbu karang mengalami kerusakan episodik yang bersifat lokal, walaupun seringjuga parah. Gempa bumi cukup sering terjadi di sepanjang lingkar Kaledonia Baru, Vanuatu, Kep. Solomon,Papua Nugini, hingga ke Phillipina dan Jepang. Lingkar ini juga bersambung ke selatan Indonesia sertaKepulauan Andaman dan Nikobar, yang juga merupakan tempat awal terjadinya bencana Desember2004.

Sampul laporan ini memberikan contoh jelas atas kerusakan parah yang terlokalisir akibat gempa bumi, dimana terumbu karang di Pulau Simeulue, Indonesia terangkat keluar dari laut selama gempa bumi.Semenanjung Huon di Papua Nugini merupakan contoh yang mirip, di mana teras-teras karang telahterangkat sejak 300,000 hingga 600,000 tahun yang lalu. Di sana, teras-teras karang baru juga terbentuksetiap 2,000 hingga 12,000 tahun. Terumbu karang yang terletak sangat dekat dengan sumber gempamengalami patahan. Karang-karang besar maupun karang-karang rapuh seperti jenis-jenis dari margaAcropora yang bercabang, hancur dan jatuh ke bawah tubir. Sebagaimana yang terlihat selama gempabumi pada tanggal 26 Desember 2004 dan 28 Maret 2005, sering terumbu karang yang berdekatandengan karang yang rusak maupun terangkat malah tidak terpengaruh, dan hanya ada sedikit akibatyang dapat dilihat pada terumbu karang di perairan yang lebih dalam. Pemulihan karang dalam keadaantersebut biasanya cepat, karena larva karang sudah tersedia dari terumbu karang yang berada di dekatnya.

Kerusakan karena letusan gunung api umumnya terjadi akibat banyaknya abu yang tersembur. Sebagaicontoh, letusan Pinatubo pada tahun 1991 telah mengakibatkan tertutupnya karang-karang di arahtengah barat Pulau Luzon di Phillipina. Letusan-letusan Gunung Montserrat di Karibia pada tahun 1995dan Rabaul di Papua Nugini pada tahun 1994 telah melepaskan sejumlah besar abu yang menutupiterumbu karang di sekitarnya. Gunung-gunung api yang melepaskan lava, misalnya Hawaii, Reunion,dan Indonesia menyebabkan kerusakan terumbu karang di kawasan-kawasan sekitarnya. Namun, lavatersebut juga menyediakan substrat baru untuk karang yang dengan cepat membentuk koloni di bebatuanyang baru tersebut.

Page 44: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

38

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Kerusakan akibat tsunami sering menyerupai kerusakan akibat badai tropis, sebagaimana telah diamatidari tsunami Samudera Hindia. Kebanyakan terumbu karang mengalami kerusakan minimal dengankerusakan maksimum 10% di kebanyakan kawasan. Hal ini merupakan indikasi bahwa terumbu karangmemang menyerap sebagian energi tsunami, sehingga secara sebagian mengurangi dampak tsunamiterhadap daratan. Namun, tinggi gelombang tsunami jauh lebih tinggi dari gelombang karena badaitropis. Sebuah badai tropis dapat mengirimkan gelombang yang menghancurkan terumbu karang selamabeberapa hari, di mana setiap gelombang menambahkan dampak yang telah dibuat oleh gelombangsebelumnya. Kebanyakan gelombang yang terjadi tanggal 26 Desember melanda karang dan menghempasdi pantai-pantai, sementara gelombang badai biasanya pecah di terumbu karang.

Hantaman meteor telah menyebabkan kerusakan hebat terhadap terumbu karang pada beberapa kejadiankepunahan utama. Namun, tak ada kejadian serupa itu yang menghancurkan ekosistem bahari akhir-akhir ini.

Iklim dan cuaca: Badai tropis (siklon, taifun, hurikan) adalah hal yang umum terjadi di lautan tropis;biasanya terjadi di luar 7o Lintang Utara maupun 7o Lintang Selatan. Kebanyakan terumbu karang di luarlintang tersebut telah mengalami badai tropis dan biasanya pulih dari kerusakan yang dialami. Kerusakanbiasanya terlokalisir, di mana kawasan sekitarnya hanya rusak sebagian atau malah tidak tersentuhbadai. Kawasan sekitar tersebut akhirnya berfungsi sebagai penyedia larva terumbu karang untukmemulihkan terumbu karang yang rusak. Terumbu karang yang mengalami banyak badai tropis, seperti diGuam dan atol-atol Pasifik, telah mengembangkan komunitas karang yang rendah dan tahan gelombang.

Karang juga dapat mati karena pemasukan air tawar selama badai tropis. Kejadian-kejadian tersebutbiasanya terlokalisir dan memberikan dampak utama pada terumbu karang di paparan yang dangkal.Sekali lagi, terumbu karang tersebut biasanya cepat pulih dari tekanan tersebut. Cuaca yang tidak biasanya

Peta ini memperlihatkan zona-zona kegiatan seismik utama untuk gempa bumi dan gunung api yangdapat menyebabkan tsunami. Gempa bumi tanggal 26 Desember 2004 terjadi kira-kira di pertengahangaris patahan dari Timor di daerah timur hingga Kep. Nikobar di utara (dari Viacheslav Gusiakov).

Page 45: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

39

Gempa Bumi, Tsunami, dan Tekanan-tekanan Lain terhadap Terumbu Karang dan Sumber Daya Pesisir

hangat dan tenang dapat juga mengakibatkan pemutihan karang yang merusak terumbu karang (lihat dibawah).

Tekanan-tekanan biologis: Karang dan organisme lain yang hidup di terumbu dapat terpapar olehtekanan-tekanan biologis seperti predator dan penyakit. Dalam dekade terakhir, wabah predator sepertibintang laut duri (Acanthaster planci) dan gastropoda pemakan karang Drupella telah menimbulkankerusakan besar terhadap terumbu karang, dan sering menghancurkan kawasan karang yang luas.Walaupun kedua binatang tersebut mengalami evolusi di terumbu karang, masih terjadi diskusi hangattentang apakah kejadian-kejadian tersebut adalah alami, atau disebabkan, atau diperparah, oleh kegiatanmanusia. Saat ini ada gunungan bukti bahwa timbulnya wabah predator yang parah tersebut berkorelasidengan gangguan manusia terhadap ekosistem atau perubahan iklim global.

Penyakit-penyakit yang dialami oleh karang dan biota terumbu karang yang lain juga merupakan tekananalami yang kemungkinan telah berevolusi bersama dengan organisme-organisme tersebut selama jutaantahun. Namun terdapat semakin banyak bukti akan meningkatnya penyakit-penyakit karang dalambeberapa dekade terakhir yang juga sangat berkaitan dengan kegiatan manusia yang menggangguekosistem. Kebanyakan bukti tersebut diperoleh dari peristiwa-peristiwa di Karibia dan sekitarnya selamatahun 1980-an dan 1990-an.

ILMUWAN MENEMUKAN ‘ZONA MATI’ DI EPISENTRUM TSUNAMIPada ekspedisi ilmiah ke episentrum tsunami yang terjadi pada Desember 2004 yang lalu, paraahli biologi menemukan sedikit atau bahkan tidak adanya dampak tsunami terhadap fauna lautdalam, kecuali pada satu tempat di lepas pantai Sumatra, kedalaman sekitar 4,000 m. Limabulan setelah kejadian tsunami 2004, para ilmuwan yang terlibat dalam survei bahari globaltersebut melakukan penyelaman selama 11 jam di episentrum tsunami tersebut. Mereka sangatterkejut ketika menemukan sebuah ‘zona mati’, di mana tak satu pun mahluk hidup terlihat.Tidak ada apapun kecuali keheningan yang menakutkan. Lampu terang kapal selam ilmiahmereka menyoroti kegelapan, namun tidak menemukan satu pun tanda-tanda kehidupan. RonO’Dor dari Dalhousie University di Canada yang bekerja untuk proyek Sensus Hidupan Lautberkata, “Orang pasti mengira tempat seperti ini akan cepat dikolonisasi lagi. Namun hal itutidak terjadi. Belum pernah ada preseden seperti ini. Biasanya jika seseorang pergi ke dasarlaut di mana pun dan mengambil sampel atau melihat ke sekitar, mereka akan menemukan suatubentuk kehidupan.” Profesor O’Dor melanjutkan, “Tapi, lima bulan setelah gempa bumi, kawasanyang terbentuk akibat runtuhnya jurang bawah laut ini tetap kosong, tanpa kehidupan.” Kelompoktersebut sempat berharap untuk menemukan beberapa jenis ikan dan cephalopoda, teripang,bintang mengular, karang, spons, krustasea, dan cacing. Profesor O’Dor berpikir bahwa jurangyang runtuh telah mengubur sumber makanan ikan-ikan pemakan serasah di dasar laut (bottomfeeders), yang pada gilirannya mempengaruhi predator-predator besar. “Belum pernah adayang pergi ke tempat seperti ini dalam waktu sedini ini,” ujarnya. “Sepertinya diperlukan waktubeberapa lama sebelum tempat ini menjadi normal kembali. Di kedalaman ini, laut sangatdingin. Pada umumnya, kecepatan tumbuh kehidupan adalah proporsional dengan suhu. Tidakada yang tumbuh dengan sangat cepat pada suhu 4° C.” Penemuan dan pelaporan temuan diepisentrum tsunami ini menandai separuh capaian dari sebuah proyek ambisius untuk membuatkatalog seluruh kehidupan di laut pada tahun 2010. Proyek 10 tahun tersebut dimulai padatahun 2000 dengan sekitar 250 kolaborator. Dalam lima tahun berikutnya, angka tersebut telahberlipat hampir tujuh kalinya dengan lebih dari 1.700 ahli dari 73 negara bekerja untukmenghasilkan sensus pertama pada tahun 2010. Kebanyakan jenis baru telah ditemukan disudut-sudut terdalam dan terpencil dari lautan. Para ilmuwan percaya bahwa semua hidupanlaut yang sudah dikenali saat ini mungkin hanya merupakan 10% dari seluruh hidupan laut yangada (dari Sensus Hidupan Laut – the Census of Marine Life, www.coml.org).

Page 46: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

40

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Tekanan-tekanan AntropogenikWalaupun terumbu karang telah mengalami tekanan-tekanan alami selama proses evolusi danperkembangannya, tekanan antropogenik adalah fenomena baru yang sekarang paling banyakmenyebabkan kerusakan terumbu karang. Buku ‘Kondisi Terumbu Karang Dunia: 2004’ (‘Status of CoralReefs of the World: 2004’) telah melaporkan 10 tekanan antropogenik spesifik yang terbagi dalam tigakategori: tekanan manusia secara langsung; ancaman perubahan global; serta kesadaran pemerintah dankemauan politik yang rendah. Tekanan-tekanan ini banyak menyebabkan krisis global terumbu karang.Perkiraan saat ini adalah 20% dari terumbu karang sedunia telah hancur sedemikian rupa, sehinggamekanisme pemulihan alami tidak lagi efektif. Kebanyakan kehancuran tersebut proporsional dengantingkat aktivitas manusia di dekat kawasan tersebut, terutama jika beberapa tekanan terjadi bersamaanpada satu kawasan terumbu karang. Namun kehancuran yang diderita ternyata cukup bervariasi sehinggatidaklah mungkin untuk membuat peringkat faktor penyebab kerusakan berdasarkan tingkat keparahanyang dihasilkan. Karang-karang di dekat daratan besar dengan populasi tinggi, lebih rawan terkena polusizat hara dan sedimentasi. Di lain pihak, kegiatan perikanan yang merusak dapat menjadi ancamanutama karang-karang terpencil. Perubahan iklim global semakin menjadi ancaman dengan kerusakanyang terjadi akibat meningkatnya suhu dan keasaman lautan. Seluruh ancaman ini merupakan perwujudandari kesadaran dan pemahaman yang rendah akan masalah-masalah yang dihadapi oleh terumbu karang,serta tidak cukupnya tindakan pemulihan yang diakibatkan oleh rendahnya kemauan politik oleh parapembuat kebijakan nasional dan internasional.

Tekanan manusia secara langsungPolusi sedimen: sedimen secara langsung memberi tekanan pada karang dengan mengurangi sediaanenergi cahaya. Hal ini menghambat pertumbuhan karang, menutupi luasan karang, dan juga menambahpenyakit karang. Polusi sedimentasi biasanya terjadi karena tata guna lahan yang buruk, penebanganhutan di daerah resapan air, pembangunan kawasan pesisir, dan penggalian untuk saluran dan pelabuhan.

Polusi hara dan kimia: kebanyakan terumbu karang berevolusi di lingkungan yang rendah kadarharanya. Hal ini menyebabkan polusi hara dan kimia (yaitu zat hara organik dan non-organik, senyawaorganik kompleks, dan logam berat) adalah penyebab utama rusaknya terumbu karang. Polutan-polutanini tiba di kawasan terumbu karang dalam bentuk sedimen, limbah yang tidak mengalami perlakuan,sampah-sampah pertanian dan peternakan, serta limbah industri. Hal-hal tersebut memberikan tekanankepada karang dengan cara memupuk pertumbuhan plankton yang pada gilirannya mengurangi cahayayang masuk; merangsang pertumbuhan pesaing-pesaing karang; dan mempercepat perkembangan penyakitkarang.

Penangkapan ikan yang merusak dan berlebihan: kegiatan ini memberikan tekanan paling banyakpada terumbu karang sebagai akibat meningkatnya populasi manusia, pertumbuhan ekonomi regionaldan permintaan global untuk makanan laut. Di masa lalu, kapal-kapal nelayan kecil hanya dapatmenjangkau beberapa terumbu karang. Namun sekarang, kapal-kapal ikan besar bermotor yang terbuatdari aluminium dan fiberglass menyebabkan penangkapan berlebih di kawasan terumbu karang yangterpencil. Pada awalnya, target tangkapan para nelayan tersebut adalah ikan-ikan yang sangat dekatkehidupannya dengan karang, seperti kerapu, kakap, dan ikan kakatua (wrasse) besar. Ketika hasiltangkapan mulai menurun, para nelayan mulai menggunakan perangkap-perangkap yang lebih efektif,rawai dengan jaring yang kecil, serta tombak untuk menangkap ikan. Saat teknik-teknik tersebut gagalmemberikan hasil tangkapan yang memadai, nelayan dapat saja memilih menggunakan bom untukmenambah hasil tangkapan. Penangkapan ikan yang merunut rantai makanan dari paling atas yaitutingkat predator, ke omnivora, ke herbivora, dan akhirnya ke jenis-jenis pemakan plankton inilah yang

Page 47: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

41

Gempa Bumi, Tsunami, dan Tekanan-tekanan Lain terhadap Terumbu Karang dan Sumber Daya Pesisir

akhirnya dapat mengganggu ekologi alami terumbu karang. Sebagai contoh, hilangnya ikan-ikan pemakanalga telah menyebabkan pertumbuhan makroalga yang berlebih. Hilangnya ikan-ikan predator dan omnivorajuga menyebabkan meningkatnya predator terumbu karang itu sendiri. Sebuah contoh lain untukpenangkapan ikan yang berlebihan adalah adanya bukti bahwa ikan-ikan hiu makin sulit dijumpai dibanyak terumbu karang, akibat pemanenan hiu untuk pasar sirip hiu di Asia.

Pemboman ikan dan peletakan jangkar kapal juga dapat menyebabkan kerusakan fisik secara langsungterhadap hamparan karang, yang akhirnya mengurangi habitat ikan. Sulit sekarang untuk melihat ikanlebih panjang dari 10 cm di banyak terumbu karang di Afrika Timur, Asia Selatan dan Asia Tenggara, sertaKaribia. Penggunaan sianida untuk memabukkan ikan-ikan di balik karang merupakan sebuah teknikperikanan yang merusak karang yang akhir-akhir ini marak berkembang. Sianida digunakan untukmemasok kebutuhan perdagangan ikan hias dan ikan pangan hidup untuk restoran-restoran di Asia.Perikanan sianida ini umumnya bersifat berpindah-pindah dari satu terumbu ke terumbu lain. Pasaran initercipta karena kebutuhan yang sangat tinggi akan ikan-ikan bermutu tinggi di pasaran di Hong Kong dankawasan-kawasan sekitar di dataran Cina.

Pembangunan wilayah pesisir: Dengan meningkatnya populasi manusia dan pertumbuhan ekonomi,pembangunan pesisir pun meningkat. Modifikasi garis pantai yang tidak sesuai, dapat merusak ekosistem-ekosistem alami dengan cara mengubah pola arus dan meningkatkan jumlah sedimen yang tersuspensi.Pembangunan pelabuhan, hotel, jetty, dan bandara di atas hamparan terumbu karang, serta pembuatandinding-dinding penahan abrasi garis pantai juga dapat mengakibatkan kerusakan karang. Penambangankarang dan pasir yang berlebihan juga merupakan kegiatan yang sangat merusak. Walaupun tidak sah,akhir-akhir ini kegiatan tersebut telah meningkat karena merupakan bagian dari upaya yang terburu-buruuntuk kembali membangun kawasan pasca tsunami.

Ancaman Perubahan GlobalWalaupun tekanan langsung akibat kegiatan manusia telah merusak terumbu karang sejak beberapadekade, dan tetaplah menjadi ancaman yang paling signifikan saat ini, kini perubahan iklim global menjadiancaman yang lebih besar bagi kesehatan terumbu karang dalam waktu dekat. Diperkirakan perubahaniklim akan menyebabkan kenaikan suhu air laut dan permukaan air laut, meningkatnya frekuensi danintensitas badai tropis, dan bertambahnya konsentrasi CO2 terlarut. Walaupun kenaikan permukaan airlaut bukanlah masalah bagi terumbu karang, hal ini akan mengancam populasi manusia yang menempatipulau-pulau karang yang berkontur rendah. Sebaliknya, meningkatnya suhu air laut menyebabkan lebihbanyak terjadinya badai-badai tropis dan kadar keasaman laut, yang kini merupakan ancaman-ancamanutama bagi terumbu karang. Pemutihan karang dan badai-badai yang parah di Karibia dan sekitarnya ditahun 2005 terjadi karena meningkatnya suhu permukaan air laut.

Pemutihan karang: Hal ini umumnya terjadi karena suhu laut yang lebih tinggi dari kisaran normal.Meningkatnya kejadian pemutihan karang akhir-akhir ini berhubungan langsung dengan perubahaniklim global. Peristiwa El Niño - La Niña di tahun 1997-98 telah menyebabkan banyak kematian karangdi seluruh Samudera Hindia, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Diperkirakan 16% terumbu karang duniasecara praktis hancur pada tahun 1998 (walau beberapa telah pulih setelah itu). Pada tahun-tahunbelakangan ini, El Nino makin sering terjadi, dengan interval yang makin berkurang dari 12 tahun kekurang dari 7 tahun sekali, walaupun catatan sejarah memang masih terlalu sedikit untuk mengkonfirmasikecenderungan ini. Walaupun tidak sampai menyamai kejadian tahun 1998, beberapa kejadian pemutihankarang yang signifikan juga terjadi pada tahun 2000, 2002, 2003, dan 2005 di berbagai belahan dunia.Namun pada tahun 2002, Great Barrier Reef di Australia juga mengalami kejadian pemutihan karangdengan skala yang menyamai tahun 1998.

Page 48: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

42

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Badai tropis: Kenaikan frekuensi dan intensitas badai tropis juga diperkirakan merupakan dampak dariperubahan iklim global. Badai-badai semacam itu akan mengancam terumbu karang dan mengurangiproses pemulihan karang yang rusak karena akibat lain. Dengan meningkatnya permukaan laut, ombakbadai yang timbul saat badai tropis akan membahayakan pulau-pulau karang berkontur rendah, terutamanegara-negara atol (Maladewa, Tuvalu, Kepulauan Marshall, dan Kiribati).

Meningkatnya konsentrasi CO2: Meningkatnya jumlah CO2 di atmosfir yang disebabkan olehpeningkatan emisi gas rumah kaca akan memperbesar konsentrasi CO2 terlarut dalam air laut. Padagilirannya, hal ini akan menyebabkan lebih tingginya kadar keasaman air laut, yang mengurangi lajupengapuran karang dan biota laut lainnya, seperti alga pengapur, moluska, dan foraminifera.

Penyakit, wabah, dan jenis invasif: Hal-hal tersebut nampaknya meningkat. Ada korelasi yang kuatantara timbulnya penyakit utama karang, merebaknya wabah serta timbulnya jenis invasif dengangangguan yang diberikan manusia kepada lingkungan alami. Penyakit-penyakit karang telah sering diamatiuntuk menindaklanjuti kejadian polusi atau pemutihan karang. Implikasi pengamatan tersebut adalahbahwa karang yang mengalami stress juga menjadi kurang mampu menolak infeksi. Saat ini, 29 penyakitkarang sudah ditemukan di lebih dari 150 jenis karang di Karibia dan Indo-Pasifik. Akibatnya, Karibia dansekitarnya mengalami kerusakan karang yang lebih tinggi dibandingkan dengan karang-karang di Indo-Pasifik.

Pada saat yang sama, terjadi ledakan wabah predator karang, seperti bintang laut berduri/bulu seribu(Acanthaster planci). Semakin banyak laporan tentang timbulnya wabah semacam itu di dekat pemukimanmanusia, terutama jika ada bukti penangkapan ikan yang berlebihan dan/atau peningkatan pasokan zathara dari daratan. Kedua situasi tersebut mendukung kelangsungan hidup bintang laut berduri pada faseplanktonik dan juwana. Laporan juga masuk mengenai kerusakan karang akibat predasi dari moluskagastropoda Drupella. Selain itu, kematian masal bulu babi pemakan alga, Diadema antillarum, di Karibiapada awal 1980-an telah menyebabkan perubahan besar pada terumbu karang di kawasan tersebutdengan adanya ledakan pertumbuhan alga.

Kini jenis invasif dikenal sebagai ancaman potensial utama terhadap keseimbangan ekologis terumbukarang. Penyakit yang membunuh Diadema antillarum kemungkinan masuk ke Karibia dari Kanal Panama.Jenis invasif yang telah merusak karang-karang di Hawaii dan Karibia juga dicurigai masuk melalui airbalas (ballast) kapal-kapal kargo, atau dari pelepasan spesimen akuarium yang tidak dilaporkan denganbaik.

Kepemimpinan, kesadaran, dan kemauan politikJumlah penduduk dan kemiskinan: Tekanan-tekanan antropogenik meningkat karena bertambahnyajumlah penduduk dan interaksi mereka dengan terumbu karang. Tekanan tersebut berkaitan dengankemiskinan dan meningkatnya kebutuhan manusia untuk pindah ke kawasan pesisir yang jauh darilahan pertanian yang tidak produktif. Hal ini memperbesar eksploitasi sumber daya terumbu karangmelebihi batas-batas lestari. Tekanan semacam ini akan tetap berlangsung di kawasan terumbu karang,kecuali dilakukan tindakan pencegahan.

Kemampuan dan sumber daya yang tidak memadai: Kebanyakan negara yang memiliki terumbukarang tidaklah memiliki sumber daya logistik dan pendanaan yang memungkinkan untuk pengelolaanterumbu karang yang efektif. Kebanyakan negara tersebut adalah negara berkembang berbentuk pulaukecil (SIDS – Small Island Developing States) atau negara berkembang tropis pesisir yang dimintai bantuanoleh masyarakat dunia untuk melindungi sumber daya terumbu karang mereka yang kaya akan pangandan keanekaragaman hayati. Hal ini hanya mungkin terjadi jika masyarakat dunia memberikan bantuan

Page 49: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

43

Gempa Bumi, Tsunami, dan Tekanan-tekanan Lain terhadap Terumbu Karang dan Sumber Daya Pesisir

pelatihan, dana, dan sumber daya kepada negara-negara tersebut, sehingga mereka mampu menerapkankegiatan konservasi secara terus menerus. Sebagai contoh, banyak pemerintah negara berkembang yangtelah mendeklarasikan Daerah Perlindungan Laut (Marine Protected Area – MPA) untuk melindungiterumbu karang mereka, namun tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk menegakkan peraturan-peraturan konservasi.

Kemauan politik yang rendah dan kapasitas kepemimpinan: Hal ini sering terjadi akibat kurangnyainformasi yang berkaitan dengan pentingnya terumbu karang dan masalah-masalah yang dihadapiekosistem ini dalam setiap lapisan masyarakat, dari masyarakat kecil hingga pejabat-pejabat pemerintah.Pemerintah sering menghadapi masalah penyediaan pangan dan papan dengan dana yang terbatasuntuk penduduk yang makin bertambah. Hal ini dapat membuat mereka beranggapan bahwa isu-isulingkungan dapat dipecahkan di lain waktu. Masyarakat dunia dapat membantu dengan cara membuatkegiatan yang bertujuan untuk mengelola kerusakan terumbu karang pada tingkat akar rumput. Selainitu, bantuan juga dapat diberikan untuk menerapkan kepemerintahan yang efektif yang akan memberantaskorupsi.

KESIMPULAN: TSUNAMI DAN TERUMBU KARANGTidak ada bukti bahwa kerusakan parah di daratan akibat tsunami juga terjadi pada terumbu karang danekosistem pesisir lain di Samudera Hindia. Walaupun ada beberapa contoh tentang kerusakan parah dibeberapa tempat, kebanyakan terumbu karang dan mangrove mengalami kerusakan sedang, yang dapatdibandingkan dengan kerusakan akibat badai tropis yang ganas. Sehingga, dari sudut pandang terumbukarang, tsunami harus dipandang sebagai salah satu tekanan alami yang tidak dapat dihindari, yangmemang terjadi secara tidak rutin. Namun, kerusakan di darat akibat tsunami dapat dikurangi melaluipengelolaan yang efektif yang akan melindungi terumbu karang dari penambangan karang dan kegiatanmerusak lainnya. Selain itu perlindungan mangrove dan hutan-hutan pesisir harus dilakukan, serayamemastikan bahwa kegiatan pembangunan fisik dilakukan di balik jajaran gundukan utama pasir pantai.

Pengelolaan sumber daya alam harus terus dititikberatkan pada tekanan-tekanan utama yangmenghasilkan kerusakan utama pada terumbu karang, yaitu: tekanan dari kegiatan manusia secaralangsung; ancaman perubahan global; serta tidak memadainya kepemimpinan, kesadaran, dan kemauanpolitik. Diramalkan bahwa terumbu karang di Samudera Hindia akan pulih dari kerusakan akibat tsunamiyang lalu dalam waktu 5 hingga 10 tahun, dengan syarat bahwa tekanan-tekanan antropogenik jugadikurangi. Sekiranya pengelolaan yang efektif terjadi, maka terumbu karang akan memiliki kelentingandan ketahanan yang lebih tinggi terhadap bencana-bencana alam. Seperti halnya pengelolaan yangefektif juga akan memberikan perlindungan bagi garis pantai kawasan tropis dari serangan ombak badaiyang diperkirakan akan sering terjadi bersamaan dengan perubahan iklim global.

PENINJAUGlenn Dolcemascolo, Nicola Doss, Helen Fox, Bernard Salvat, dan Kristian Teleki.

ACUANBab ini memperoleh bahan dari pustaka-pustaka berikut ini, yang di dalamnya masing-masing juga memuatlebih banyak lagi informasi pustaka:

Page 50: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

44

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Chatenoux B, Peduzzi P (2006) Impacts from the 2004 Indian Ocean Tsunami: analysing the potentialprotecting role of environmental features. Natural Hazards, dalam persiapan, (disusun oleh UNEPGRID).

Wilkinson C (2004) Executive Summary. Dalam: Wilkinson C (ed.) Status of coral reefs of the World:2004, Global Coral Reef Monitoring Network and Australian Institute of Marine Science, Townsville,Queensland, Australia, pp. 7-50.

Wilkinson C (2006) Finding the balance in coral reef conservation: lessons from the global report and theIndian Ocean tsunami. Makalah dipresentasikan pada sesi ‘Reefs of the World’ pada World MaritimeTechnology

Conference, 07 Maret 2006 dan dipublikasikan dalam prosiding.

Page 51: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

45

RINGKASANTsunami tahun 2004 adalah bencana alam terburuk dalam sejarah Indonesia. Lebih dari 120.000orang meninggal atau hilang, lebih dari 500.000 orang kehilangan rumah mereka; dan lebih dari250.000 rumah hancur atau rusak; total kerugian melebihi US$ 4,5 milyar (sekitar 97% dari pemasukandaerah Aceh);

Pemecah ombak, tanggul-tanggul pencegah banjir, saluran-saluran irigasi, dan dermaga-dermagamengalami kerusakan parah dengan perkiraan kerusakan di Aceh mencapai US$ 72,1 milyar;

Sektor-sektor pertanian, budidaya air, perikanan, dan pariwisata mengalami kehancuran yang parah,sehingga mengancam ketersediaan pangan dan mata pencaharian masyarakat. Karena perikananmerupakan kegiatan yang paling penting di kawasan yang terlanda tsunami, maka 42.000 hingga58.000 nelayan dan keluarganya merasakan dampak tsunami, dengan total kerugian diperkirakanmencapai US$ 52 milyar;

Kerusakan terumbu karang diperkirakan mencapai 30% dari total 97.250 hektar terumbu karang ditempat tersebut; namun terdapat perbedaan mencolok antara kerusakan di satu tempat dengantempat lainnya. Terumbu karang di beberapa lokasi mengalami kerusakan struktur karena gempabumi, sementara terumbu lain di dekatnya hanya mengalami kerusakan kecil; sebagian besarmengalami kerusakan sedang akibat tsunami, walau sebagian lagi rusak total; serta

Ancaman terparah yang terus menimpa terumbu karang adalah puing-puing yang terbawa ke lautan,serta tekanan wilayah pesisir seperti penangkapan ikan yang berlebih, polusi, dan pembangunanyang tidak lestari. Pada akhirnya, kebanyakan terumbu karang akan pulih kembali jika tidak mengalamistress lanjutan.

PENGANTARTsunami tahun 2004 telah menimbulkan kerusakan parah di Propinsi Aceh, di bagian utara Sumatra,serta menelan korban jiwa dan kerusakan fasilitas lebih banyak dari kejadian-kejadian lain yang tercatat

3. STATUS TERUMBU KARANG DI INDONESIA

PASCA TSUNAMI DESEMBER 2004

CIPTO AJI GUNAWAN, GERRY ALLEN, GIORGIO BAVESTRELLO, CARLO

CERRANO, AYU DESTARI, BOB FOSTER, ANNELISE HAGAN, IBNU HAZAM,ZEEHAN JAAFAR, YAN MANUPUTTY, NISHAN PERERA, SILVIA PINCA,

IVAN SILABAN, DAN YUNALDI YAHYA

Page 52: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

46

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

dalam sejarah Indonesia. Gelombang tsunami pertama menghantam Pulau Simeulue, 40 km dariepisentrum, hanya beberapa menit setelah gempa terjadi. Kerusakan terparah di daratan terjadi di kawasanPropinsi Aceh yang terdekat, menimbulkan dampak yang parah dan meluas mulai dari Meulaboh hinggaBanda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Jaya. Gelombang setinggi 30 m menghantam pesisir barat dan timurSumatra, menimbulkan kerusakan luar biasa terhadap garis pantai dan penduduk di sana. Tsunamitersebut membungkus tepian pulau, gelombangnya membanjiri desa-desa pesisir utara Sumatra hingga500 m ke arah daratan. Di bagian barat pulau Sumatra, gelombang tsunami membanjiri kawasan tersebuthingga setidaknya 2 km ke arah daratan, dengan intrusi air laut melanda sungai dan muara hingga 6 kmjauhnya.

Kerusakan yang diderita Indonesia sangatlah parah: korban jiwa atau orang hilang lebih dari 120.000jiwa; lebih dari 500.000 manusia kehilangan rumah tinggal, dan lebih dari 250.000 rumah hancur ataurusak. Sekitar 750.000 jiwa terkena dampak langsung tsunami, walaupun banyak juga yang menderitasecara tidak langsung akibat hilangnya sanak keluarga, teman, mata pencaharian, atau mengalami traumalainnya. Kerugian yang diderita diperkirakan mencapai US$ 4,45 milyar (sekitar 97% dari pemasukandaerah Aceh). Kegiatan ekonomi di kawasan-kawasan yang dilanda tsunami diperkirakan berkuranghingga 14%, termasuk kehilangan produktivitas sebesar US$ 1 milyar.

Citra satelit kawasan tersebut menunjukkan perubahan drastis pada garis pantai dan dasar laut sekitarnya.Pemecah ombak, banjir kanal, dan dermaga mengalami kerusakan parah. Diperkirakan kerusakan sistempengendalian banjir dan pemecah ombak di daerah Aceh saja mencapai US$ 72,1 juta. Hilangnyabanyak pantai di pesisir barat dapat mengurangi potensi reproduksi penyu hijau, penyu sisik, dan penyubelimbing yang memerlukan pantai-pantai tersebut untuk bertelur. Dua cagar alam laut yaitu Cagar Alam

Page 53: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

47

Status Terumbu Karang di Indonesia Pasca Tsunami Desember 2004

Laut Pulau Weh (3,900 ha) dan Taman Wisata Laut Kapulauan Banyak (227,500 ha) berada dalamkawasan bencana, sekalipun studi yang rinci tentang dampak tsunami terhadap Daerah PerlindunganLaut (MPA) di Indonesia belum dilakukan.

Terumbu karang dan hutan mangrove juga hancur oleh tsunami. Kawasan pesisir mengalami kerusakanlangsung dan tidak langsung, termasuk diantaranya pasokan limbah padat yang mengandung logamberat dalam konsentrasi tinggi, kontaminasi air tanah, serta infrastruktur pesisir yang tidak stabil.

Ancaman paling serius terhadap terumbu karang berasal dari sampah alami dan sampah buatan manusia,seperti kendaraan, sedimen, pepohonan, infrastruktur pesisir, dan bermacam-macam benda lain yangtersapu ke dalam lautan. Sekitar 5-7 juta m3 sampah terakumulasi di kawasan bencana. Menjelangpertengahan tahun 2005, diperkirakan sekitar 500.000 m3 lumpur dan sampah masih menyelimuti kotaBanda Aceh. Banyaknya sisa sampah dan sedimen akan terus menggerus dan menutupi karang, danmenghambat pertumbuhan larva karang baru.

STATUS TERUMBU KARANG SEBELUM TSUNAMIDari 17.500 pulau di Kepulauan Nusantara, banyak di antaranya dikelilingi oleh terumbu karang. Lebihdari 590 jenis karang keras telah dicatat sebelum tsunami. Banyak terumbu karang di Indonesia memilikilebih dari 140 jenis karang keras. Sejak 1994, pemantauan terumbu karang telah dilakukan di bawahkoordinasi Coral Reef Rehabilitation and Management Programme (COREMAP). Dengan 340 situspemantauan awal, kini mereka telah memiliki 648 situs pemantauan permanen di seluruh Indonesia,hampir dua kali lipat kondisi awal. Bersama dengan lembaga-lembaga internasional seperti Reef Check

SEBUAH KESAKSIAN“Kami tinggal di belokan sungai di desa Lhoknga, Aceh. Dari teras rumah, melalui pepohonan,kami dapat melihat ombak memecah di terumbu karang lepas pantai. Hari Minggu tanggal 26Desember 2004 adalah hari yang cerah, dengan cahaya di lepas pantai dan ombak setinggikepala. Pada pukul 8 pagi kami merasakan getaran awal gempa, kemudian lari ke rerumputan,jauh dari pepohonan. Kami merunduk begitu gempa semakin parah. Para wanita berdoa kepadaAllah, dan zikir mereka bertambah keras seiring dengan bertambahnya kekuatan getaran yangterasa. Getaran gempa itu kemudian menjadi makin keras. Tanah tempat kami berpijak naikdan turun seperti piston. Setelah sekitar 4 menit, gempa mereda. Saya langsung berpikir untukmengambil apapun yang kami perlukan dari rumah dalam waktu jeda antar getaran, sebelumgempa yang lebih besar mengambrukkan rumah saya. Getaran itu kembali lagi secara periodik.Kami keluar masuk rumah, menghitung waktu di antara getaran. Setelah sekitar 20 menit, kamimendengar tiga ledakan besar yang teredam, dari laut, diikuti suara menggelegar seperti halnyapesawat jet bernada tinggi. Kami berlari ke sungai untuk mengintip di antara pepohonan, lalumelihat gelombang berwarna hijau setinggi 12 meter dengan bibir busa berwarna kuningmenghampiri terumbu dekat mulut sungai. Saya sadar, gelombang seperti itu pasti denganmudah menyapu rumah kami. Para wanita mulai berteriak saat lautan mulai mendorong sungaike pedalaman, dengan jalur-jalur busa warna kuning dan putih yang dengan cepat membanjiripinggir sungai kami setinggi 3 m. Kami melompat ke dalam mobil. Sementara perhatian sayaterfokus ke depan, Nurma istri saya menengok ke belakang dan melihat Bebe, ahli tumbuhanberumur 65 tahun yang berusaha menanjaki jalan dengan anak-anak dan cucunya. Kami tidakdapat melakukan apapun. Gelombang air hanya berjarak sekitar beberapa meter dari mereka,mereka sudah sangat dekat dengan maut. Hampir 80% penduduk Kampung Monikuen danWeuraya meninggal, hampir semua rumah hancur. Tak satupun tertinggal, kecuali beberapapohon cemara laut yang terhempas sejauh 10 m. Istri saya kehilangan ibunya, dua orangsaudaranya, serta 30 sanak keluarga (dari David Lines, [email protected]; laporanmenyeluruh di www.sifr.jcu.edu.au/ahb/dave.php)

Page 54: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

48

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Dampak total Fasilitas

Kerusakan Kehilangan Total Pribadi Umum

Sektor sosial 1.674,9 65,8 1.740,7 1.440,6 300,1

Perumahan 1.398,3 38,8 1.437,1 1.408,4 28,7

Pendidikan 110,8 17,6 128,4 9,0 119,4

Kesehatan 82,5 9,4 91,9 23,2 68,6

Budaya/agama 83,4 - 83,4 - 83,4

Infrastruktur 636,0 240,8 876,8 325,9 550,8

Transportasi 390,5 145,4 535,9 165,8 370,1

Komunikasi 18,9 2,9 21,8 8,6 13,2

Energi 67,8 0,1 67,9 1,1 66,9

Air/sanitasi 26,6 3,2 29,8 18,3 11,4

Kendali banjir 132,1 89,1 221,2 132,1 89,1

Sektor produktif 351,9 830,2 1.182,1 1.132,0 50,1

Pertanian 83,9 140,9 224,8 194,7 29,9

Perikanan 101,5 409,4 510,9 508,5 2,5

Jasa 166,6 280,0 446,6 428,9 17,7

Lintas sektor 257,6 394,4 652,0 562,9 89,1

Lingkungan hidup 154,5 - 154,5 548,9 -

Kepemerintahan 89,1 - 89,1 - 89,1

Perbankan/keuangan 14,0 - 14,0 - 14,0

Total dampak 2.920,4 1.531,2 4.451,6 3.461,4 990,1

Perkiraan kerusakan dan kehilangan yang diderita perekonomian Indonesia, yang menggambarkan parahnyagempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004 (dalam US$ juta, dari BAPPENAS 2005).

Indonesia, Project Wallacea di Wakatobi, The Nature Conservancy di Komodo, serta WWF di Bali danKarimunjawa, COREMAP telah menstimulir pelatihan lokal dan koordinasi di seluruh KepulauanNusantara.

Kegiatan manusia adalah penyebab utama penurunan kondisi terumbu karang di Indonesia. Pendudukdan pembangunan di kawasan pesisir telah meningkatkan polusi dan penebangan hutan, yang berakibatpada masuknya sedimentasi dan polusi ke terumbu karang. Penangkapan ikan yang merusak, terutamapemboman dan peracunan dengan sianida yang marak di seluruh Indonesia, juga telah menghancurkanterumbu karang. Penangkapan ikan segar untuk pangan dan akuarium telah menimbulkan dampak yangburuk, yang jelas teramati sebelum tsunami.

Beberapa lembaga yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan terumbu karang di Indonesiaadalah: Menteri Lingkungan Hidup yang memperhatikan isu-isu lingkungan; Direktorat Jendral PHKA(Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam), Kementrian Lingkungan Hidup, Departemen Kehutanan,dan Departemen Kelautan dan Perikanan. Saat ini, Indonesia menerapkan Program PengelolaanLingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam yang terdesentralisasi untuk menimbulkan rasa tanggungjawab akan sumber daya alam pada pemerintahan daerah.

Page 55: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

49

Status Terumbu Karang di Indonesia Pasca Tsunami Desember 2004

STATUS TERUMBU KARANG PASCA TSUNAMIBerdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh BAPPENAS (Badan Perencanaan PembangunanNasional) diperkirakan bahwa 30% dari 97.250 ha terumbu karang menderita kerusakan senilai US$332,4 juta. Hasil dari survei singkat menunjukkan bahwa kerusakan bervariasi antar lokasi, walaupuninformasimengenai kondisi terumbu karang di Sumatra bagian utara sebelum tsunami masih terbatas.Sekalipun beberapa terumbu yang langsung terimbas oleh gempa bumi menunjukkan kerusakan mekanisyang substansial, namun terumbu-terumbu di sekitarnya hanya mengalami kerusakan ringan. Sebagianbesar terumbu mengalami kerusakan sedang, sementara sebagian kecil terumbu hancur total (lihat fotosampul buku).

Pulau Weh: Terumbu karang yang mengelilingi Pulau Weh di lepas pantai Banda Aceh berada kurangdari 300 km dari episentrum gempa. Jika dibandingkan dengan survey tahun 2003, tidak ada perubahansignifikan terhadap karang keras di tempat tersebut 100 hari setelah tsunami. Rata-rata tutupan karangpada tiga situs dangkal (< 2 meter) adalah sekitar 43% pada bulan Maret 2003 dan 47% pada bulanMaret 2005. Kerusakan yang berkaitan dengan tsunami di tempat-tempat lain, bersifat tidak merata danberkaitan langsung dengan topografi bawah laut serta bentuk dan struktur terumbu. Karang-karang yangtumbuh pada dasar yang kuat kebanyakan tidak terpengaruh tsunami, walaupun ada sedikit cabang-cabang yang patah. Karang-karang yang tumbuh pada pecahan karang atau dasaran pasir yang tidakpadat, mengalami lebih banyak kerusakan. Banyak koloninya yang terbalik, terkubur, atau terlempar kebagian lain terumbu. Meningkatnya sedimentasi di beberapa wilayah telah memicu pemutihan karang,kemungkinan karena berkurangnya pasokan cahaya matahari. Namun, karang- dari marga Acroporamasih mampu bereproduksi. Di kawasan semacam ini, karang diharapkan dapat pulih kembali dalamwaktu beberapa tahun.

Survei lanjutan pada 15 titik di sekitar Pulau Weh di tahun 2005 menunjukkan kerusakan yang berkisardari patahan yang hampir tidak kentara hingga kerusakan yang parah. Terumbu karang pada LagunaGapang (juga dikenal sebagai Teluk Lhok Weng) secara praktis hancur, berubah menjadi pecahan karang,bebatuan, dan sisa pohon-pohon mangrove. Tsunami juga menyebabkan pasir di laguna tersedot total keperairan yang lebih dalam. Namun demikian, beberapa penyelam berpendapat bahwa kerusakan yangada telah terjadi sejak sebelum tsunami, yang kemungkinan besar disebabkan oleh limpasan dari daratakibat berkurangnya vegetasi di daerah pesisir. Sekitar 14 ha (60%) hutan mangrove yang mengelilingiteluk juga hancur. Hampir 75% dari terumbu di dekat desa Iboih rusak parah. Pola kehancurannya dapatdiperkirakan. Paparan terumbu dangkal di teluk atau saluran-saluran yang sempit, mengalami kehancuranyang paling parah, sedangkan situs-situs dengan garis pantai curam yang menjorok ke laut dalam biasanyaselamat. Lebih dari 90% kerusakan timbul pada kedalaman antara 3 - 10 m, sedangkan terumbu yangtidak langsung terpapar oleh lautan bebas biasanya tidak terlalu terpengaruh tsunami.

Kuala Jambu Air: Muara di pesisir utara Sumatra seluas 10.000 ha ini mengalami kerusakan relatif kecil.Hutan mangrovenya mendukung kehidupan udang, kepiting, ikan, serta banyak jenis burung. Hutan-hutannya dieksploitasi untuk batubara.

Blok Kluet: Lahan basah seluas 200 ha di Blok Kluet, 20 km di selatan Tapak Tuan, hanya mengalamikerusakan kecil. Lahan basah ini meliputi rawa-rawa air tawar dan hutan gambut, dan ditinggali olehbinatang-binatang yang terancam punah seperti harimau Sumatra, buaya muara, serta penyu sisik danpenyu belimbing.

Pulau Simeulue: Sekalipun pulau ini mengalami kerusakan parah, masyarakat lokalnya tetap memeliharakearifan tradisional dengan mengungsi secepatnya ke dataran yang lebih tinggi begitu gempa bumiterjadi. Sebelum tsunami, ekosistem lahan basah di pesisir pulau ini berada dalam kondisi yang relatif

Page 56: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

50

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

baik, sehingga menambah sistem perlindungan pesisir. Terumbu karang, padang lamun, dan hutanmangrove di pulau ini didiami oleh banyak jenis yang terancam punah, termasuk tiga jenis penyu,duyung, dan banyak pohon. Bagian pesisir Barat Laut Pulau Simeuleu mengalami kerusakan parah,walaupun pesisir timur dan selatan pulau Simeulue tidak mengalami kerusakan parah. Akibat gempatersebut, sepetak besar karang terangkat setinggi 1-2 m di atas permukaan laut, sehingga membunuhkarang-karang di sana (lihat sampul depan). Seluruh biota pada terumbu yang terangkat ini masih tetaputuh, namun menjadi putih karena terpapar sinar matahari. Beberapa koloni besar Porites patah danterguling ke pantai. Situasi ini mirip dengan situasi di pulau Salaut Kecil di utara, di mana satu petakbatuan dasar laut terangkat dan terpapar matahari, dengan celah-celah di petak tersebut yang terjadiakibat gempa. Bagian terumbu karang yang terendam air masih bertahan hidup, walaupun banyakkarangnya yang menunjukkan kerusakan mekanis dan gejala-gejala penyakit. Karang bercabang Acroporaadalah karang yang paling terimbas, sementara bentukan karang keras dan karang mengerak sepertiPorites dan Goniastrea tampak utuh. Banyak koloni karang yang terkubur sebagian oleh sedimen sehinggaada bagian yang mati. Hal ini tampak jelas pada terumbu-terumbu di depan sawah, di mana gelombangtsunami masuk sejauh 1 km ke darat, dan gelombang baliknya membawa lumpur ke laut sehinggamenutupi karang dan membuat air menjadi keruh.

Kepulauan Pulo Aceh: Kegiatan pemboman ikan yang dilakukan sebelum tsunami telah menyebabkankerusakan parah pada terumbu karang di daerah ini (Pulau Breueh, Pulau Nasi, Pulau Teunom, PulauBatee, dan beberapa pulau kecil), yang kemudian menyebabkan pemerintah mencanangkan KecamatanAceh Besar sebagai kawasan konservasi. Tsunami telah menyebabkan kerusakan serius di KepulauanPulo Aceh, seperti pepohonan kelapa tercerabut dari akarnya dan pantai-pantai peneluran penyu menjadihancur total.

Dampak terhadap komunitas ikan: Rasio ikan pemakan karang dan ikan pemakan alga di PulauSimeulue berubah akibat sedimentasi yang parah dan kerusakan mekanis terhadap karang (misal di TelukLangi). Jarangnya ikan pemakan karang (Chaetodon trifasciatus, C. trifascialis, C. triangulum, C.ornatissimus, C. meyeri) kemungkinan merupakan dampak langsung dari hilangnya karang. Kini banyakikan pemakan alga (Acanthuridae, Scaridae and Siganidae) memakan alga hijau yang tumbuh padapecahan karang dan karang mati. Namun banyaknya ikan juwana (70% dari ikan pemakan alga dan 80%dari ikan pemakan karang adalah juwana) di tempat-tempat yang mengalami sedimentasi tersebutmerupakan pertanda baik untuk masa mendatang.

Kerusakan padang lamun: Beberapa penyelam dan ilmuwan dari berbagai organisasi konservasimenyatakan bahwa mereka tidak pernah menemukan padang lamun di Kepulauan Pulo Aceh maupundi sekitar Pulau Weh. Namun demikian, telah dilakukan pengamatan oleh BAPPENAS yang memperkirakankerusakan padang lamun seluas 600 ha, yang setara dengan kerugian bersih ekonomi sebesar US$ 2,3juta akibat tsunami. Hanya ada sedikit data tentang status padang lamun Indonesia baik sebelum maupunsesudah tsunami. Kebanyakan kerusakan padang lamun di Indonesia terjadi akibat arus balik yangmembawa sejumlah besar sampah dan sedimen ke laut, hingga menutupi atau melibas kawasan-kawasanpadang lamun yang penting.

Kerusakan mangrove: hanya 10% dari 345.000 ha hutan mangrove di Aceh (terutama di Pulau Simeulue)yang masih berada dalam kondisi baik. Kebanyakan kawasan mangrove di sekitar Aceh sudah terdegradasisebelum tsunami 2004. Perkiraan tahun 2000 menunjukkan bahwa lebih dari 25,000 ha mangrovetelah rusak, kebanyakan karena meningkatnya pembangunan pesisir. Saat ini hanya ada sedikit datadampak tsunami terhadap mangrove Indonesia. Sekalipun demikian, laporan-laporan dari penduduklokal dan organisasi-organisasi kemanusiaan memperkirakan bahwa kerusakan terlokalisir hanya dibeberapa tempat.

Page 57: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

51

Status Terumbu Karang di Indonesia Pasca Tsunami Desember 2004

APAKAH DAMPAK MANUSIA LEBIH BURUK DARI TSUNAMI?Sekalipun tsunami Sumatra-Andaman adalah salah satu bencana alam terburuk dalam catatansejarah manusia, kerusakan terumbu karang di pesisir barat laut Aceh di Indonesia ternyatacukup terbatas, walaupun ada sebagian kecil kawasan yang hancur total. Kondisi terumbukarang sebelum tsunami di kawasan ini bervariasi di berbagai tempat dan berkorelasi dengankegiatan manusia. Dimana kegiatan perikanan terkendali, tutupan karang hidupnya pun tinggi.Sementara itu, tutupan karang yang rendah dengan tutupan alga yang tinggi di terumbu terjadijika ada kegiatan perikanan yang merusak (seperti bom ikan) di tempat itu. Bergesernya sistemterumbu dari yang diliputi oleh karang menjadi yang diliputi oleh alga dapat diperparah olehtsunami, yang membawa pasokan sedimen dan zat hara. Namun, nampaknya kegiatan manusiayang tidak lestari membawa dampak lebih parah terhadap terumbu karang di Aceh dibandingkandengan gangguan alami yang jarang terjadi seperti tsunami. Sedemikian kuat dan tingginyagelombang tsunami menyapu terumbu karang sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh manusiaterhadap karang sebelum tsunami tidaklah mempengaruhi kerusakan parah yang diderita olehdaratan (dari Andrew Baird, [email protected]).

Tutu

pan

kar

ang

(%)

Akses terbuka Cagar alamlaut

Sistem tradisionalmasyarakat Aceh

Pengaruh kegiatan manusia terhadap tutupan karang keras digambarkan dengan jelas pada tempat-tempat di atas (diukur melalui 8 kali pengulangan dengan transek garis sepanjang 10 m dari 0,5 hingga2 m pada 15 titik di Pulau Weh dan Pulau Aceh di awal 2005). Dibandingkan dengan ‘cagar alam laut’,sistem ‘akses terbuka’ telah secara signifikan menurunkan tutupan karang akibat perikanan yang merusak.Tutupan karang tertinggi terdapat di titik-titik yang dikelola berdasarkan tradisional masyarakat Aceh.

Page 58: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

52

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Tutu

pan

kar

ang

(%)

Taksa

Tsunami tidak menyebabkan perubahan secara signifikan pada komunitas karang keras di perairandangkal di Aceh. Diagram batang di atas menjelaskan tutupan karang rata-rata dari 5 kategori morfologisAcropora (1 = meja; 2 = menjari; 3 = bercabang; 4 = meja bercabang; 8 = corymbose) serta 5 kelompoktaksonomi dari karang keras lainnya (5 = Montipora; 6 = Faviidae; 7 = Porites; 9 = Scleractinia lain; 10= Pocilloporidae) yang diperoleh dari 8 kali ulangan untuk transek garis sepanjang 10 m yang dicatatpada kedalaman kurang dari 2 meter (dari Andrew Baird).

Status karang di Indonesia bagian barat

Sangat bagus Bagus Cukup Buruk

Pers

enta

se te

rum

bu

(%)

Data status terumbu karang Indonesia bagian barat dari Proyek COREMAP menggambarkan adanyasedikit perbaikan pada tutupan karang selama dekade terakhir, di mana kategori ‘Baik sekali’ dan ‘Baik’mengalami peningkatan (yaitu untuk tutupan karang tinggi dan sedang). Sekalipun demikian, kebanyakanterumbu tetap mengalami degradasi parah (dari www.coremap.or.id/)

Page 59: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

53

Status Terumbu Karang di Indonesia Pasca Tsunami Desember 2004

KERUGIAN SOSIO-EKONOMISeluruh desa dan kehidupan masyarakat sepanjang pesisir barat Sumatra hancur, termasuk sistem sosialdan ekonomi mereka. Penelitian terdahulu terhadap kawasan-kawasan terpencil sulit dilakukan, namunkini dampak sosio-ekonomi pasca tsunami sudah diteliti dengan baik. Para korban yang selamat, lembaga-lembaga pemerintahan, serta LSM internasional telah bekerja untuk menangani dan merehabilitasi sistemsosial dan ekologis yang rusak akibat tsunami. Sektor ekonomi yang paling terpengaruh oleh tsunamiadalah budidaya air, perikanan tangkap, dan industri kecil, seperti pertanian. Budidaya air dan pertanianmengalami kerusakan parah karena rusaknya sistem irigasi, bendungan, adanya kontaminasi danpenggenangan air laut. Kebanyakan kerusakan infrastruktur perikanan berupa hilang dan rusaknya kapal-kapal ikan serta fasilitas dan perlengkapan pelabuhan.

Pertanian: Selama beberapa bulan setelah tsunami, sejumlah besar lahan pertanian dataran rendahtetap terendam air laut, merusak lebih dari 40.000 hektar padi dan tanaman pertanian irigasi lainnya.Lebih dari 80.000 sumur perlu diperbaiki atau diganti. Kerusakan infrastruktur irigasi di Propinsi Acehmencapai US$ 37,9 juta. Dalam rangka memulihkan keamanan pangan dan mata pencaharian untukpara petani korban tsunami dan kelompok-kelompok rentan lainnya, FAO memasok benih, pupuk, dantraktor untuk 8.900 orang.

Budidaya air: Sebelum tsunami, budidaya ikan di Propinsi Aceh menghasilkan 20.000 ton udang danikan tiap tahunnya. Kerusakan akibat tsunami pada sektor ini diperkirakan mencapai US$ 51 juta, dengantambahan kerusakan US$ 8 juta untuk tambak ikan dan fasilitas pemerintah. Sebanyak sekitar 1.000keramba ikan di Sumatra Utara hancur dan 27.000 – 48.000 ha tambak ikan di Aceh mengalamikerusakan serius. Kerusakan paling besar terjadi di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Aceh Barat, AcehJaya, Nagan Raya and Simeulue. Akumulasi sedimen menyebabkan kedalaman tambak-tambak yangtersisa menjadi berkurang. Aceh memberikan sumbangan substansial untuk larva udang liar (Penaeusmonodon) untuk tambak udang. Tidaklah jelas dampak kerusakan tersebut terhadap budidaya udang diIndonesia. Diperlukan sekitar 6-12 bulan untuk memperbaiki tambak, dan produksi kemungkinan barulagi terjadi dua tahun kemudian.

Perikanan Tangkap: Total kerusakan sektor perikanan tangkap diperkirakan sekitar US$ 52 juta akibat hancurnyasekitar 65-70% armada perikanan skala kecil Aceh. Perikanan adalah kegiatan ekonomi utama di kawasanbencana, melibatkan sekitar 42.000 – 58.000 nelayan dan keluarganya. Aceh juga memiliki industri besarpembuatan perahu untuk nelayan. Perancis telah mendanai program perbaikan pukat udang, sementaraUSAID memberikan hibah untuk membangun pabrik-pabrik es. Walaupun bantuan tersebut sukses, kebanyakannelayan belum kembali ke pekerjaan semula. Hal ini terjadi karena mereka masih kekurangan perahu ataumereka masih tinggal di kantong-kantong pengungsian yang terlalu jauh dari lautan.

Berikut ini adalah perkiraan kerusakan mangrove Indonesia akibat tsunami yang menggambarkan bahwahutan mangrove tersebut menyerap sebagian besar energi gelombang, sehingga kemungkinan melindungiinfrastruktur dan masyarakat pesisir (dari WIIP 2005).

Daerah Kerusakan mangrove (%) Luasan mangrove yang rusak (ha)

Aceh Besar 100 26.823

Banda Aceh 100 < 500

Pidie 75 17.000

Aceh Utara/Bireun 30 26.000

Aceh Barat 50 14.000

Page 60: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

54

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Wisata: Industri wisata di Aceh tidaklah besar. Sektor perhotelan dan restoran hanya menyumbang 6.3%pendapatan daerah. Namun, sektor bisnis di kawasan bencana telah hancur sehingga sangat diperlukanbantuan untuk merehabilitasi industri wisata di Propinsi ini.

UPAYA-UPAYA REHABILITASI DAN PEMULIHANKehancuran total di Propinsi Aceh telah mengundang tanggapan dari dunia internasional. Lebih dari100 LSM dan lembaga donor internasional, 430 LSM lokal, serta berbagai lembaga pemerintah dan antar-pemerintahan telah mulai melakukan rehabilitasi dan pemulihan. Sebagai contoh, pemerintah Australiatelah menjanjikan US$ 800 juta untuk membantu rehabilitasi Indonesia.

Kegiatan pemerintah: BAPPENAS telah membentuk sebuah unit Aceh untuk mengkoordinasi sejumlahbesar bantuan skala nasional dan internasional untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. KementrianLingkungan Hidup sedang menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan polusi, kualitas air,serta kerusakan pada sumber daya pesisir. Departemen Kehutanan sedang melakukan rehabilitasi hutanpesisir serta melindungi hutan-hutan yang tersisa dari kegiatan manusia yang merusak serta penebanganhutan untuk bahan-bahan bangunan.

Kegiatan non-pemerintah: WWF sedang mengembangkan Panduan Rekonstruksi Hijau untuk Acehdan juga bekerja sama dengan LSM-LSM lain untuk mengirim gelondongan kayu hasil hutan yangdipelihara secara lestari ke kawasan-kawasan yang memerlukan kayu untuk bangunan. USAID kiniberfokus pada upaya pengembalian masyarakat ke desa-desa asal mereka dengan cara membangun danmenyediakan bantuan teknis untuk kepemerintahan dan rekonsiliasi. Proyek-proyek besar tersebut meliputipembangunan lebih dari 240 km jalan, 110 jembatan, berbagai sekolah, sebuah pusat pelatihan guru diUniversitas Banda Aceh, pasar-pasar, serta sistem sanitasi. Pinjaman bisnis dan program kerja-untuk-pangan juga akan merangsang perekonomian lokal sehingga dapat membantu sekitar 200.000 orang.

Sebelum tsunami (1999)

Sesudah tsunami (1999)

Tutu

pan

Kara

ng (%

)

TitikTeupinpineung

PulauRubiah

LagunaGapang

PantaiIbioh

Pulau Seulako

Terdapat perbedaan besar tutupan karang sebelum dan sesudah tsunami di berbagai titik di Pulau Weh.Terumbu karang di teluk atau selat antar pulau mengalami kerusakan paling parah (dari Allen andErdmann 2005).Catatan: Perlu diketahui bahwa kerusakan terumbu karang antara kurun waktu di atas tidak hanyadisebabkan oleh tsunami.

Page 61: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

55

Status Terumbu Karang di Indonesia Pasca Tsunami Desember 2004

KESIMPULAN DAN REKOMENDASISatu tahun setelah tsunami, Indonesia masih berada dalam proses transisi dari upaya-upaya penyelamatanjangka pendek menuju pemulihan jangka panjang mata pencaharian, kemasyarakatan, serta perekonomian.Namun, ancaman-ancaman terhadap lingkungan pesisir masih sama seperti sebelum tsunami, sehinggaperlu ditangani untuk mempercepat proses pemulihan. Tekanan antropogenik dalam jumlah besar yangsebelumnya telah merusak terumbu karang dan sumber daya terkait di Indonesia, masih ada setelahtsunami berakhir. Dukungan internasional yang diperoleh telah memberikan kesempatan untukmengurangi tekanan pesisir yang terus berlangsung, seperti penangkapan ikan yang berlebihan, kualitasair yang rendah, serta pembangunan yang tidak pada tempatnya, sehingga pada akhirnya mampumeningkatkan kesehatan dan daya lenting terumbu karang di Indonesia. Sumber daya keuangan yangada harus dititikberatkan untuk menangani akar masalah yang menyebabkan degradasi terumbu karangIndonesia yang terus terjadi, daripada dipakai untuk membuat proyek-proyek jangka pendek. Fokuskeuangan harus disalurkan untuk rehabilitasi terumbu karang jangka panjang dan skala besar untukmenjamin bahwa sumber daya tersebut, berikut masyarakat yang tergantung padanya, dapat terus hidup

ORGANISASI-ORGANISASI KONSERVASI BEKERJA SAMA UNTUKMENELITI TERUMBU KARANG

Selama dua minggu, Khaled bin Sultan Living Oceans Foundation, Reef Check, dan IUCN – TheWorld Conservation Union melakukan survey di pesisir barat daya Aceh sepanjang lebih dari660 kilometer. Survei tersebut menghasilkan perkiraan bahwa sedimentasi (yang diperparaholeh tsunami), penangkapan ikan yang berlebih, serta penggunaan metode-metode perikananyang merusak akan lebih mengancam ekosistem terumbu karang Aceh dibandingkan dampaklangsung dari gempa bumi dan tsunami. Sebuah tim multibangsa yang terdiri dari 7 ilmuwandan 3 kru pendukung mensurvei kawasan yang dilanda gempa bumi dan tsunami. Denganmenggunakan protokol standar global Reef Check, tim mencatat ukuran dan kelimpahan ikankonsumsi, serta avertebrata bergerak maupun menetap termasuk karang. Sebuah survei khususdilakukan untuk mendeteksi adanya karang yang baru tumbuh sebagai tanda-tanda kepulihanekosistem. Secara relatif, terumbu karang menderita kerusakan fisik yang minimum dibandingkandengan kehancuran yang diderita daratan. Kerusakan akibat tsunami meliputi karang yangterbalik serta daerah-daerah karang yang hancur dengan banyak cabang dan batang pohonbesar yang menabrak terumbu karena terhempas gelombang tsunami. Bahkan di kawasandengan kerusakan tsunami yang parah sekalipun, tim mencatat adanya kawasan terumbu karangyang masih utuh dan hidup di dekatnya. Kawasan-kawasan ini dapat berperan sebagai sumberlarva yang penting untuk rekolonisasi terumbu yang rusak. Namun, dari 5.280 kuadrat yangdisurvei untuk karang muda, hanya 18 karang muda yang berhasil dideteksi, dengan 15 diantaranya terdapat di kelompok Pulau Banyak. Rendahnya densitas karang baru ini menunjukkanbahwa proses pemulihan berjalan sangat lambat. Kerusakan karang yang tak kentara namunjuga berbahaya dapat terjadi jika turbiditas dan sedimentasi terus berlangsung, sebagaimanateramati dalam survei. Selain menghambat tumbuhnya karang baru, sedimentasi dapat secaralangsung merusak dan membunuh karang dewasa. Sebanyak 10 suku ikan konsumsi terdeteksidi Aceh dalam kelimpahan yang rendah dan ukuran rata-rata yang kecil, yang menandakanbahwa stok ikan-ikan tersebut telah dipanen secara berlebihan. Ada banyak juwana, namunikan besar dewasa hanya sedikit sekali terlihat. Di mana-mana terlihat bukti kegiatan perikananyang merusak. Lebih dari sebelumnya, gempa bumi dan tsunami telah membuat masyarakatAceh jauh lebih bergantung pada sumber daya bahari untuk keberlangsungan hidupnya. Terumbukarang dapat pulih dengan relatif cepat jika ada pengurangan tekanan terhadap kegiatanperikanan. Kini terdapat kesempatan untuk berinvestasi dalam strategi jangka panjang untukmerehabilitasi sumber daya bahari Aceh melalui pendidikan, pengelolaan wilayah pesisir,pemantauan yang terus menerus, serta penetapan dan pemeliharaan daerah perlindungan laut(dari Craig Shuman dan Greg Hodgson, [email protected]; Foster et al. 2006).

Page 62: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

56

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

melintasi waktu. Rekomendasi-rekomendasi berikut ini diberikan untuk menangani ancaman-ancamandi bawah ini dan menstimulir pemulihan pasca bencana tsunami:

Bahan-bahan bangunan seperti kayu, batu, dan pasir harus diambil dari sumber-sumber yang lestari,dan tidak dari hutan lindung maupun kawasan terumbu setempat;

Kegiatan pemantauan dan pencegahan perikanan yang merusak harus ditingkatkan untuk membantuproses pemulihan terumbu karang;

Diperlukan pemetaan kawasan pesisir yang rawan untuk membantu para pengelola menentukankawasan-kawasan mana yang paling berbahaya, sehingga kawasan tersebut dapat ditetapkan sebagaikawasan yang bebas dari pembangunan;

Untuk membantu suksesnya proses pemulihan sumber daya pesisir, masyarakat harus dilibatkandalam pembuatan keputusan rehabilitasi serta penetapan peraturan dan kebijakan;

Masyarakat nelayan harus dipandu dalam melaksanakan kegiatan perikanan yang lestari. Merekajuga harus diberikan insentif ekonomi untuk mengurangi kegiatan yang merusak maupun ilegal;

Dewasa

Juwana

Ikan

per

500

m2

Pulau Lakon Teluk Langi Salaut Kecil

Herbivora Chaetodontidae Herbivora Chaetodontidae Herbivora Chaetodontidae

Jumlah ikan herbivora (Acanthuridae, Scaridae, Siganidae) dan ikan pemakan karang (Chaetodontidae)per 500 m2 (rata-rata ± SE) pada dua titik di utara Pulau Simeulue dan di Salaut Kecil menunjukkanbahwa kebanyakan situs memiliki lebih banyak ikan juwana (batang putih) dibandingkan ikan dewasa(batang hitam) (dari Giorgio Bavestrello).

Harus lebih banyak upaya untuk perbaikan peraturan perlindungan terumbu karang serta perbaikandesain daerah perlindungan laut (MPA – Marine Protected Areas) untuk lebih menjamin perlindunganterumbu karang, terutama jika hal tersebut dilakukan di dalam jaringan kerja MPA; dan

Semakin kuatnya kemitraan antara masyarakat dengan pemerintah akan meningkatkan pula upayapemantauan terumbu karang, sistem pengelolaan data, serta konservasi terumbu karang. Hal inidilakukan melalui upaya berbagi informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akanpentingnya konservasi sumber daya alam.

Page 63: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

57

Status Terumbu Karang di Indonesia Pasca Tsunami Desember 2004

PENINJAUKarenne Tun, Kristian Teleki, Joanna Ruxton, dan Stuart Campbell.

UCAPAN TERIMA KASIHData dan informasi untuk laporan ini diperoleh dari berbagai halaman internet seperti:

The New England Aquarium (2005), (www.neaq.org/temp/tsunami_report.pdf); FAO (2005),(www.fao.org/tsunami/); USAID (2005), (www.usaid.gov/id/); UNEP (2005), (www.unep.org/tsunami/tsunami_rpt.asp); Wetlands International-Indonesia Programme (2005), (www.wetlands.or.id/tsunami/tsu-index.htm); Wildlife Conservation Society - Indonesia Program (2005), (www.reefbase.org/tsunami.asp).

APAKAH TSUNAMI MEMBANTU TANAMAN PANGAN DI INDONESIA?Dari pucuk pohon kelapa tempatnya melarikan diri dari air bah, Muhammad Yacob melihatbetapa tsunami mengubah sawahnya menjadi rawa-rawa air asin dengan banyak sampah.Namun, sembilan bulan kemudian sawahnya memberikan hasil panen terbaik yang pernahdinikmatinya. Pada awalnya, para petani khawatir bahwa air asin telah meracuni lahan mereka.“Ternyata air asin tersebut malah menjadi pupuk yang sangat hebat, dan hasil panen kamiberlipat ganda dibanding tahun lalu,” ujar Yacob, 66. Padi adalah tanaman pangan pokok diAceh. Namun bukan hanya tanaman padi yang tumbuh subur di lahan Aceh yang sempatdilanda tsunami. Para petani berkata bahwa sayur-mayur, kacang-kacangan, serta buah-buahanjuga tumbuh dengan baik. Hal ini memberikan harapan bahwa sektor pertanian akan pulihlebih cepat dari dugaan. Namun, panen yang melimpah ini bisa menjadi salah kaprah. SurveiPBB memberikan indikasi bahwa 81% dari lahan pertanian di Indonesia, Sri Lanka, Maladewa,India, dan Thailand yang hancur karena tsunami memang sudah dapat ditanami kembali. Namun,kebanyakan lahan subur masih terkontaminasi air laut atau pasir laut. Proses pemulihan diwilayah-wilayah terparah mungkin memerlukan waktu 3-5 tahun. Tsunami dan lumpur telah merusakatau menyumbat begitu banyak sistem drainasi, sementara hanya sedikit orang yang tertinggaluntuk membersihkan lahan dan menanam kembali. Sebagai ayah dari 8 anak, Yacob tidakmenerima satu pun bantuan tsunami dari pemerintah. Jarinya menunjuk pada mesin perontokpadi yang sudah karatan, rusak karena tsunami. Petani tua ini kehilangan 1.000 tanamancoklat, namun tidak memiliki dana untuk pembenihan. Pada awalnya, bapak ini memperkirakanbahwa dia akan kehilangan setengah dari lahannya. Namun kini, hamparan padi menghijau didepan mata telah memberikan janji masa depan yang lebih optimis. Curah hujan yang tinggi dikebanyakan negara Samudera Hindia telah mencuci air asin lebih cepat dari perkiraan semula.Hasil panen yang melimpah saat ini bisa disebabkan oleh adanya lapisan humus dan komposbaru yang ‘dihadiahkan’ oleh tsunami. Panen padi berlimpah ini telah membantu proses pemulihanirama kehidupan pedesaan seperti sebelum tsunami, walaupun masih banyak terlihat bangunanrusak dan tenda-tenda pengungsi yang menampung ribuan korban yang selamat. Program PanganDunia PBB berharap dapat memberikan pangan bagi 750.000 jiwa korban tsunami hingga2006. Hidup masihlah sulit, bahkan bagi para petani yang mendapatkan hasil panen berlimpah.Sur Salami tidak pernah mendapatkan tanaman jagung setinggi yang dia panen sekarang.Namun hujan lebat dan air pasang tinggi dapat saja membanjiri setengah dari lahannya.Gempa bumi telah menyebabkan lahannya menjorok ke laut, hingga hanya berjarak 50 m daripantai. “Tapi kita tidak boleh patah semangat. Lagipula, kepada siapa saya dapat mengeluh?”(dari Chris Brummitt, Associated Press).

Page 64: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

58

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

SUAKA PERLINDUNGAN DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT

Rata-rata (+SE) kelimpahan ikan karang di 5 situs di Pulau Weh sebelum (Agustus 2004) dan sesudah(April 2005 dan Februari 2006) tsunami. Data dikumpulkan oleh Fisheries Diving Club – Institut PertanianBogor, Universitas Syiah Kuala, dan Wildlife Conservation Society – Program Kelautan Indonesia).

Sebagai bagian dari proses kerjasama antara WCS dengan pihak-pihak universitas, pemantauanterumbu karang di Pulau Weh dan gugusan kepulauan Pulau Aceh di Utara Sumatra telahmengevaluasi dampak tsunami serta proses pemulihannya yang masih berjalan. Perubahandalam kelimpahan ikan karang antara bulan Agustus 2004 dan April 2005 di 5 situs di PulauWeh tak dapat hanya dihubungkan dengan dampak tsunami. Tingginya kelimpahan ikan karangdisebabkan oleh berkurangnya tekanan perikanan, yang memperlihatkan bahwa praktikpengelolaan akan mempengaruhi populasi ikan karang.

Survei tahun 2006, 14 bulan setelah tsunami, menunjukkan bahwa keseluruhan nilai rata-ratakelimpahan ikan karang jauh lebih besar dibandingkan pada bulan April 2005, peningkatanterjadi di dua kelompok tempat yaitu di wilayah Panglima Laot dan Kawasan Wisata. Peningkatankelimpahan ikan sepanjang periode ini sebagian besar terdiri atas juwana (5-10 cm)Pomacentridae, Acanthuridae, dan Chaetodontidae; keluarga ikan karang yang sangatbergantung pada habitat terumbu karang. Ketidakhadiran keluarga Chaetodontidae di lokasiakses bebas kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tutupan karang di daerah tersebut, sertamengindikasikan bahwa kerusakan karang telah terjadi sebelum tsunami. Peningkatan besarpopulasi ikan karang di kawasan lindung sangat bergantung pada banyak faktor yang salingterkait termasuk ukuran terumbu, struktur populasi ikan karang, kedekatan jarak dengan terumbulain, variabilitas laju kemunculan karang muda per tahun, ketersediaan habitat, perlindunganterhadap penangkapan, serta hidrodinamika lokal. Penemuan ini sejalan dengan laporan yangmenyatakan bahwa terumbu karang di utara Aceh tidak hancur parah oleh tsunami (Baird et al.2005) serta praktik perikanan dan pengelolaan sebelumnya mempengaruhi kesehatan kawasanterumbu karang.

Terlepas dari kerusakan parah terumbu karang akibat perikanan yang merusak dan tingginyasedimentasi setelah tsunami, jumlah rata-rata karang muda yang ditemukan (8,0 karang muda/m2) pada terumbu yang rusak di Pulo Aceh besarnya hampir dua kali lipat dari di Pulau Weh(4,9 karang muda/ m2), menunjukkan tingginya tingkat pemulihan terumbu karang di pulau-pulau tersebut. Hasil tersebut menggarisbawahi pentingnya peran kawasan lindung dalammenyediakan suaka bagi ikan-ikan serta mempertajam daya tahan ekosistem terumbu karangdalam menghadapi berbagai gangguan. Kualitas terumbu di daerah perlindungan laut, dimanaperikanan yang merusak telah dibatasi, menyediakan beberapa pelajaran tentang pengelolaansumber daya yang berhasil di Indonesia, baik dengan menggunakan sistem tradisional maupuncagar alam laut. (Sumber: Campbell et al. 2006 dalam persiapan. Hubungi:[email protected]).

0

50000

100000

150000

200000

250000

Lhong Angen1 Gapang Benteng Kanal Rubiah Taman LautRubiah

Pulau Weh Pulau Weh(Panglima Laut)

Pulau Weh (Kawasan Wisata)

Akses Bebas Daerah Perlindungan Laut

Kelim

paha

n ik

an k

aran

g

Aug-04

Apr-05

Feb-06

Page 65: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

59

KONTAK PENULISCipto Aji Gunawan, Ibnu Hazam, Yan Manuputty, Ivan Silaban, dan Yunaldi Yahya, Reef Check Indonesia,JI. Pengembak no. 1, Sanur, Bali, Indonesia, 80228, Telepon: +62 361 285 297, Fax: +62 361 286 383,[email protected]; Gerry Allen, [email protected]; Giorgio Bavestrello, UniversitàPolitecnica delle Marche, [email protected]; Carlo Cerrano, Università di Genova, Corso,[email protected]; Ayu Destari, Fisheries Diving Club, Bogor Agricultural University, Indonesia,[email protected]; Bob Foster, Reef Check Foundation, [email protected]; Annelise Hagan, Khaledbin Sultan Living Oceans Foundation, [email protected]; Zeehan Jaafar, National University of Singapore,[email protected]; Nishan Perera, IUCN - The World Conservation Union, [email protected]; SilviaPinca, College of Marshall Islands, [email protected]; Jan Henning Steffen, Wasistini Baitoningsih,Anisa Budiayu, UNESCO Office Jakarta, Jl. Galuh (II) No.5, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia,Telepon: +62 21 7399 818, Fax: +62 21 7279 6489, e-mail: [email protected]. (Daftar penulis menurutabjad.)

ACUANAllen GR, Erdmann MV (2005) Post-Tsunami Coral Reef Assessment Survey, Pulau Weh, Aceh Province,

Sumatra. Laporan untuk Conservation International-Indonesia.

Baird AH, Campbell SJ, Anggoro AW, Ardiwijaya RL, et al. (2005) Acehnese Reefs in the Wake of the AsianTsunami, Current Biology, 15: 1926-1930.

BAPPENAS and the International Donor Agency (2005) Indonesia: Preliminary Damage and LossAssessment, the December 26, 2004 Natural Disaster. Consultative Group on Indonesia, 99 pp.(www.bappenas.go.id).

Foster R, Hagan A, Perera N, Gunawan CA, et al. (2006) Tsunami and earthquake damage to coral reefsof Aceh, Indonesia. Reef Check Foundation, Pacific Palisades, California, USA, 32 pp.

Samek JH, Skole DL, Chomentowski W (2004) Assessment of impact of the December 26, 2004 tsunamiin Aceh Province Indonesia. Center for Global Change and Earth Observations, 16 pp.

Tun K, Oliver J, Kimura T (2005) Summary of Preliminary Rapid Assessments of Coral Reefs in AffectedSoutheast Asian Countries following the Asian Tsunami Event on December 26 2004. WorldFishCenter, GCRMN, the Government of Japan and the Japan Wildlife Research Center.

Page 66: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

61

RINGKASANMalaysia tidak menderita kerusakan yang terlalu besar akibat tsunami karena terlindungi oleh PulauSumatra, dan hanya menerima gelombang-gelombang sekunder;

Propinsi Perlis, Kedah Perak, dan Selangor yang terletak di pesisir barat daratan Tanjung Malaysiadan pulau-pulau terluar Penang dan Langkawi mengalami kerusakan;

Sebuah sistem peringatan ‘bendera merah’ pada beberapa pantai berhasil mencegah jumlah kematianyang tinggi, namun terdapat 68 korban jiwa yang sebagian besar berupa wisatawan dan anak-anak;

Sebagian besar kerusakan terjadi pada sektor perikanan: 7.721 nelayan terkena dampak secaralangsung; 3.626 kapal nelayan (setara US$ 7,5 juta) hilang atau rusak; desa nelayan di pesisir,tempat tinggal sementara, jetty, jembatan, dan pertokoan rusak; dan hasil tangkap perikanan perairanpesisir menurun lebih dari setengahnya. Kerusakan pada industri budidaya mempengaruhi 232petani tambak dengan kerugian ekonomi mencapai lebih dari US$ 7,24 juta. Hanya terjadi sediktikerusakan pada sektor pariwisata, namun demikian kedatangan wisatawan menurun akibatkekhawatiran datangnya tsunami berikutnya;

Kerusakan pada terumbu karang hanya sedikit dan sebagian wilayah tidak terkena dampak. Erositerjadi pada beberapa lereng terumbu bagian atas dan tepi, dengan sedikit sedimen tersuspensikembali serta karang patah pada perairan dangkal; dan

Pendataan yang dilakukan menggarisbawahi keadaan terumbu yang buruk sebelum tsunamimenimpa, dengan muatan sedimen yang tinggi merusak terumbu karang; pendataan keadaan terumbukarang Malaysia sebelum tsunami terjadi juga kurang terekam dengan baik.

PENDAHULUANGelombang tsunami yang dipicu oleh gempa bumi, yang terjadi 30 km di bawah permukaan pesisirSumatra dan sepanjang lempeng yang terletak sepanjang Kepulauan Andaman dan Nikobar, pertama kalimencapai daerah-daerah pada Peninsula Malaysia bagian barat laut dan pulau-pulau bagian terluarsekitar 3 jam berikutnya pada pukul 12.15 siang tanggal 26 Desember 2004. Gelombang-gelombang inimerupakan gelombang-gelombang sekunder (bayangan) dengan kecepatan sekitar 160 km/jam,dibandingkan dengan gelombang-gelombang primer (800 km/jam) yang menimpa wilayah lainnya.Amplitudo di dekat pantai mencapai kisaran kurang dari 1 m sampai nilai maksimum 3 m di daerah pesisirPerlis, Kedah, Perak, dan Selangor, dan pada pulau-pulau terluar dari wilayah Langkawi dan Penang.

4. KEADAAN TERUMBU KARANG PASCA-TSUNAMI

DI MALAYSIA

KARENNE TUN, YUSRI YUSUF DAN AFFENDI YANG AMRI

Page 67: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

62

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Sebanyak 68 korban jiwa dilaporkan di Malaysia; 52 di Penang, 12 di Kedah, 3 di Perak dan 1 di Selangor.Di antara korban jiwa tersebut termasuk banyak wisatawan dan anak-anak yang bertamasya di pantaiumum ketika ombak datang, terutama di Pantai Pasir Panjang (27 korban) dan Pantai Miami (23 korban).Mereka yang menjadi korban tidak bisa menyelamatkan diri karena adanya penghalang, seperti batasbeton yang terdapat di Pasir Panjang dan sebuah jalan tol di belakang Pantai Miami, yang mencegahevakuasi cepat. Angka kematian ini bisa saja lebih tinggi, jika bukan karena sistem peringatan benderamerah yang diterapkan oleh penjaga pantai pada beberapa pantai resor di Penang.

Meski sebagian besar korban jiwa terdapat di Penang, terjadi kerusakan struktural yang parah di KualaMuda, Kedah. Ombak-ombak sekunder tidak memasuki daratan lebih dari 200 meter pada sebagianbesar wilayah, dengan jarak tembusan paling jauh berkisar antara 500 m sampai 3 km di sepanjangsejumlah sungai. Oleh karena itu, sedikit kerusakan pada infrastruktur dan tidak terjadi kerusakan samasekali pada jaringan listrik, persediaan air, sektor telekomunikasi, dan transportasi. Rel kereta api, saluranair, jalanan, dan bandar udara tidak terpengaruh, dan tidak terdapat laporan adanya wabah penyakit.

Page 68: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

63

Keadaan Terumbu Karrang Pasca Tsunami di Malaysia

Sebagian besar kerusakan menimpa sektor perikanan; lebih dari 25% nelayan terdaftar menjadi korban,dengan hilangnya 3.500 buah kapal senilai RM$ 28 juta (US$ 7,5 juta). Banyak jetty dan jembatan milikswasta maupun pemerintah mengalami hancur atau rusak berat, begitu juga sejumlah kapal layar yangterdapat di dermaga milik pribadi di Pulau Rebak dan Teluk Burau, Lengkawi.

KEADAAN TERUMBU KARANG SEBELUM TSUNAMITerumbu karang Malaysia menutupi wilayah seluas 4.000 km2 yang sebagian besar (85%) ada di Sabahdan Serawak. Kebanyakan terumbu karang di Tanjung Malaysia berada di sepanjang pesisir timur danpulau-pulau lepas pantai pesisir barat. Terumbu ini terletak di tepian pulau-pulau lepas pantai bagian utaradari Pulau Langkawi, Pulau Payar, dan Pulau Perak di negara bagian Kedah; dan Pulau Pangkor, PulauJarak, dan Pulau Sembilan di negara bagian Perak. Terumbu-terumbu kecil, yang mengalami pengembanganburuk dan terdegradasi berat terdapat di negara bagian di selatan Negeri Sembilan, tepatnya di PortDickson dan Tanjung Tuan.

Hanya terdapat beberapa laporan yang diterbitkan mengenai keadaan terumbu karang di sepanjangpesisir barat Tanjung Malaysia, dan tidak terdapat program pemantauan terumbu karang jangka panjang,namun sejumlah LSM membantu pihak berwajib Taman Laut dalam survei terumbu karang di PulauLangkawi dan Pulau Payar.

Sebelum tsunami terjadi, penutupan karang hidup pada bagian Pulau Langkawi dengan tingkatpengembangan pariwisata tinggi mencapai 20-50%, sementara bagian utara dan timur laut yang belumberkembang memiliki penutupan karang yang baik (antara 50,5% sampai 58,3%). Namun, penutupankarang hidup di Taman Laut Pulau Payar mengalami penurunan, walaupun dilindungi. Pada tahun1982, penutupan karang hidup sebesar 43,25%, namun pada tahun 2002 telah menurun menjadi 33%.Penurunan tutupan karang hidup ikut disebabkan oleh peningkatan jumlah wisatawan ke Taman Nasionalyang tidak diregulasi.

BAGAIMANA BAKAU MENYELAMATKAN NELAYAN PENANGSelama lebih dari satu dekade, para nelayan perairan lepas pantai Penang berjuang untukmelesatarikan rawa bakau dekat desa mereka. Pada 26 Desember, mereka menerima balasanyang sangat setimpal untuk upaya keras mereka; rawa-rawa tersebut menjadi penyangga melawantsunami, menyelamatkan nyawa sejumlah nelayan dan mencegah kerusakan yang lebih parahpada rumah-rumah mereka. Penasihat Asosiasi Kesejahteraan Nelayan Lepas Pesisir Penang, P.Balan, berterima kasih bahwa upaya penanaman anakan bakau di wilayah Pulau Betong, BalikPulau, Batu Kawan, dan Kuala Sungai Pingang terbukti bermanfaat. “Ketika ombak pasangyang pertama datang di pertengahan hari pada 26 Desember, para nelayan sedang kembalidari laut. Lalu ketika mereka menyadari kekuatan ombak tersebut, mereka berpegangan padapohon bakau dan berhasil selamat dari tsunami. Bahkan harta mereka di daratan berhasilselamat karena hutan bakau telah menjadi penyangga,” katanya. Rousli Ibrahim dari SungaiChenaam mengatakan bahwa 3 orang kawannya berlindung dalam hutan bakau dan selamatdari ombak kencang. “Terima kasih kepada Tuhan, pohon-pohon ini menyelamatkan mereka,”ungkap nelayan berumur 57 tahun tersebut. “Hutan bakau telah hadir di sekitar desa saya sejakawal tahun 1970 dan banyak dari kami yang menangkap kepiting disana. Meski banyakpohon yang tumbang, kami telah berhasil menanam kembali lebih banyak anakan dan sebagianbesar dari masyarakat kami berterima kasih sekarang.” Ketua Asosiasi Saidin Husseinmempercayai bahwa jika terdapat lebih banyak pohon bakau di Pulau Betong, korban jiwadan kerusakan yang parah terhadap kapal nelayan di wilayah tersebut dapat diperkecil. “Sewaktusaya menunjukkan kurangnya pohon bakau dalam wilayah ini, saya dicap sebagai orang tuabodoh,” kata Bapak berumur 73 tahun ini, yang hingga kini pergi melaut setiap hari (dari TheNew Straits Times, 7 Januari 2005).

Page 69: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

64

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

KEADAAN TERUMBU KARANG SETELAH TSUNAMIPara ilmuwan mengkhawatirkan terumbu karang Pulau Langkawi, Pulau Payar, dan Pulau Perakmengalami kerusakan sewaku tsunami, dan pengamatan cepat (rapid assessment) dilakukan pada Januari2005 di Pulau Payar oleh Coral Cay Conservation (CCC) dan Institut Penelitian Perikanan, sedangkan diPulau Langkawi dan Pulau Perak oleh beberapa lembaga, termasuk WWF – Malaysia, Universiti Malaya,Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysian Society of Marine Sciences and the WorldFish Center.

Kepulauan Langkawi: Hanya sedikit atau tidak ada kerusakan yang ditemukan dalam pengamatancepat (rapid assessment) serta survei oleh Reef Check. Beberapa koloni karang terjungkirkan ataumengalami patah, namun kerusakan ini bisa ditimbulkan oleh jangkar kapal. Jumlah karang yang belumlama mati, patah, atau terjungkirkan hanya sedikit. Karang yang tertutupi lapisan pasir halus ditemukandi semua lokasi, namun ini dapat disebabkan oleh sebab yang baru terjadi dan bukan karena tsunami.Keragamanan dan kelimpahan ikan serta avertebrata terumbu karang rendah; yang kemungkinan besardisebabakan oleh kondisi lingkungan yang sudah ada sebelumnya.

Taman Laut Pulau Payar: Ketika tsunami terjadi, CCC sedang melakukan penelitian dengan DepartemenTaman Laut. Pihak mereka melaporkan tidak ada kerusakan atau hanya kerusakan yang dapat diabaikanpada terumbu karang di Pulau Payar; hal ini disetujui oleh lembaga lainnya yang melalukan penelitiandisana.

Pulau Perak: Terumbu di sini berupa tembok karang yang membentang sampai kedalaman lebih dari 30m. Kerusakan yang ditemukan dalam survei oleh Reef Check hanya minimal dan tidak mempengaruhistruktur terumbu; tidak terdapat kerusakan pada tembok karang ataupun dasar terumbu. Air laut padalokasi ini cukup jernih dan pasir tidak melapisi terumbu karang. Terumbu ini memiliki keanekaragamandan kelimpahan ikan dan invertebrata karang yang sangat tinggi.

Pulau Jarak dan Pulau Sembilan: Meski belum ada pengamatan khusus di wilayah ini, penyelam lepasmelaporkan tidak adanya kerusakan fisik pada terumbu karang ini yang disebabkan tsunami.

Kerusakan Mangrove: Pengamatan hutan mangrove setelah tsunami di daerah Penang dan Kedah(kedua negara bagian dengan kerusakan tertinggi) menunjukkan kerusakan yang kecil terhadap mangroveoleh tsunami. Institut Penelitian Perikanan melaporkan adanya kerusakan fisik minim terhadap hutanmangrove di Kuala Teriang, Pulau Langkawi, dan di muara Sungai Merbok.

Kerusakan Lamun: Lamun yang terdapat pada pesisir timur Penang yang terlindungi, dan pada pesisirutara Langkawi tidak mengalami kerusakan.

DAMPAK SOSIAL-EKONOMIDampak Perikanan: Laporan resmi memprakirakan bahwa 7.721 nelayan terkena dampak tsunamisecara langsung dan 3.626 kapal dengan nilai total RM$ 28 juta (US$ 7,5 juta) hilang atau rusak. Desa-desa pesisir, rumah-rumah liar, jetty, jembatan, dan toko-toko juga mengalami kerusakan; dan pendaratanikan setelah tsunami dilaporkan menurun lebih dari setengahnya.

Dampak Budidaya: Industri budidaya Malaysia menderita kerugian yang parah akibat tsunami dan 232peternak ikan kehilangan pendapatan setara RM$ 27,1 juta (US$ 7,24 juta). Biopsi pada ikan mati yangberasal dari jaring apung di satu lokasi di Sungai Udang, Penang, menunjukkan bahwa kematian disebabkanoleh luka fisik dan infeksi oleh parasit. Insang dan sebagian organ dalam ikan telah mengalami pendarahan,kemungkinan karena adanya infeksi bakteri atau virus sekunder.

Page 70: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

65

Keadaan Terumbu Karrang Pasca Tsunami di Malaysia

Dampak Pariwisata: Badan Promosi Pariwisata Malaysia melaporkan bahwa pulau-pulau wisata diLangkawi dan Penang bisa luput dari dampak sepenuhnya tsunami karena terlindung oleh Sumatra.Tidak ada korban jiwa warga asing, dan hanya sedikit kerusakan terhadap infrastruktur, kapal, darmaga,dan hotel pantai (seperti masuknya air laut dan lumpur ke kolam renang). Puing-puing dibersihkan tidaklama setelah tsunami dan usaha pariwisata kembali berjalan dalam beberapa hari. Namun, jumlahwisatawan yang datang mengalami penurunan karena adanya kekhawatiran tsunami akan terjadi kembali.

UPAYA REHABILITASI DAN PEMULIHANPemerintahan Malaysia segera mengalirkan bantuan dana bagi semua korban bencana yang berhakmenerimanya. Terdapat pula bantuan finansial tambahan seperti pinjaman lunak kepada para nelayandari Lembaga Pengembangan Perikanan Malaysia dan pinjaman bank, yaitu dari Bank Pertanian Malaysia(detil-detil bantuan dana dapat dilihat secara langsung di www.streaminitiative.org/pdf/MalaysiaMarch.pdf).

KESIMPULAN DAN SARANPengamatan pasca tsunami menunjukkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami pada terumbukarang yang teramati, tidak berarti. Namun pengamatan ini telah mengetengahkan betapa buruknyakondisi terumbu karang sebelum tsunami terjadi, dengan tingkat sedimentasi yang tinggi merusakkomunitas terumbu. Malaysia termasuk beruntung karena hanya ombak-ombak sekunder denganamplitudo 3 m yang mencapai pesisir di sebagian besar wilayah yang terkena. Dampak yang paling parahmenimpa masyarakat perikanan dan sektor budidaya, dan banyak masyarakat yang masih dalam prosesmembangun kembali, setahun setelah bencana menimpa. Dampak terhadap infratruktur pariwisata kecilsekali, dan jumlah wisatawan kini mulai pulih.

Bencana tsunami telah menggarisbawahi adanya kekurangan informasi dan data dasar untuk pengelolaandan pelestarian terumbu karang. Hasil pengamatan terumbu karang pasca tsunami tidak dapatdibandingkan dengan data kondisi terumbu karang sebelum tsunami akibat langkanya data pembandingtersebut, atau data tersebut tidak dapat diakses karena tersebar antara berbagai lembaga sebagai datayang tidak diterbitkan, laporan, atau data mentah. Malaysia memiliki potensi tenaga ahli dan infrastrukturyang cukup baik untuk menjalankan penelitian dan pemantauan terumbu karang yang lebih mendalam,namun dana dan sumber daya yang dialokasikan untuk upaya tersebut saat ini belum mencukupi;sehingga saran yang ingin kami kemukakan:

Bahwa sebuah sistem manajemen dan basis data terumbu karang nasional didirikan gunamenggabungkan, memperkuat, dan menjadi pusat data dan informasi terumbu karang (dan jugadata ekosistem laut lainnya) yang pernah atau sedang dijalankan di Malaysia. Hal ini akanmempermudah akses cepat terhadap informasi di waktu darurat seperti ketika tsunami, dan membantu

SEBUAH KESAKSIANSaya tidak merasakan gempa susulannya, namun saya berdiri untuk melihat ke arah laut danterkejut ketika melihat adanya pusaran air di depan apartemen saya. Di sebelah kanan, sayabisa melihat gelombang tsunami menuju sudut timur laut Penang. Saat ombak-ombak itu mencapaiwilayah dangkal, saya dapat melihat ombak bertambah tinggi dan menghempas pantai.Semuanya tampak seperti mesin cuci raksasa di luar apartemen saya. Kami beruntung karenaberada jauh dari pantai di wilayah bukit. Tidak ada peringatan sama sekali” (Dari ReubenWalters, Penang, Malaysia).

Page 71: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

66

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

pengelolaan terumbu karang. Informasi akan tersedia bagi masyarakat melalui internet ataukesepakatan penggunaan informasi lainnya;

Bahwa sebuah program pemantauan terumbu karang nasional yang terintegrasi didirikan oleh lembagapusat yang bekerjasama dengan universitas setempat, lembaga pemerintah, dan LSM dalammengamati dan memantau terumbu karang di Malaysia;

Bahwa dikembangkan legislasi Wilayah Perlindungan Laut antar sektor khusus yang penerapannyadipantau oleh sebuah departemen yang memiliki dedikasi dan sumber daya manusia, dana danlogistik yang tepat untuk melestarikan terumbu karang Malaysia; dan

Bahwa perbatasan taman laut diperluas sehingga mengikutserakan pulau-pulau di sekitar tamannasional yang ikut terkena dampak dari daratan (seperti sedimen), untuk memperbaiki pengelolaanpulau-pulau dan wilayah pesisir.

UCAPAN TERIMA KASIHData dan informasi diambil dari sumber-sumber berikut ini, dan para penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:CONSRN,www.streaminitiative.org/pdf/MalaysiaMarch.pdf;Coral Cay Conservation, www.reefbase.org/Tsunami.asp.

ALAMAT KONTAK PENULISKarenne Tun dan Yusri Yusuf, WorldFish Center, PO Box 500 GPO, 10670 Penang, Malaysia,[email protected] dan [email protected]; Affendi Yang Amri, Universiti Malaya Maritime Research Institute,University of Malaya, 50603 Kuala Lumpur, Malaysia, [email protected].

PENINJAUChoo Poh Sze, David Garnett, Kevin Hiew, Lee Yoke Lee, Mohd Nizam Basiron, Joanna Ruxton, danKristian Teleki.

REFERENSIChee PE, Siow R, Ali M (Eds.). Interim report of impact of tsunami on fisheries and coastal areas. Fisheries

Research Institute, Penang, Malaysia; isi makalah oleh: Alias AH, Latun AR, Arshad MA, Ali M,Harith H (2005) and Kua BC, Bakar P, Abdul Latif F, Ramly R, Abdullah SZ, Abdullah A, Veloo P(2005).

Khor HT, Lim WS (2005). Impact of the tsunami on Penang’s economy. Penang Economic Monthly,Volume 7, Issue 1: 1-10, (www.seri.com.my/EconBrief/EconBrief2005-01.pdf).

Lee YL, Affendi YA, Tajuddin BH, Yusuf YB, et al. (2005). A post-tsunami assessment of coastal livingresources of Langkawi Archipelago, Peninsular Malaysia. NAGA, WorldFish Center Newsletter Vol.28 No. 1 & 2: 17-22.

WorldFish Center (2005). Result of preliminary studies on the impact of the tsunami on fisheries andcoastal areas of Penang and Kedah in Malaysia. NAGA, WorldFish Center Newsletter Vol. 28 No. 1& 2: 23-25.

Yalciner AC, Ghazali NH, Abd Wahab AK (2005). Report on December 26, 2004, Indian Ocean Tsunami,Field Survey on July 09-10, 2005 North West of Malaysia, Penang and Langkawi Islands. (http://yalciner.ce.metu.edu.tr/malaysia-survey/yalciner-etal-malaysia-surveysep-22-2005.pdf).

Page 72: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

67

RINGKASANJumlah korban jiwa mencapai 5.395 dengan 2.932 lainnya dinyatakan hilang; lebih dari 8.000terluka; 407 desa, 4.800 bangunan rumah dan sekolah rusak atau hancur;

Terjadi kerugian maha besar terhadap industri perikanan dan budidaya; lebih dari 5.000 kapalnelayan hilang, beserta alat tangkap, tambak, keramba, dan penetasan benur; 8 dermaga rusakparah; 150 kapal pariwisata besar dan 776 kapal pariwisata kecil rusak atau hilang;

Lebih dari 1.500 hektar lahan pertanian terendam air laut; dan lebih dari 2.000 ekor babi dan 7.600unggas ternak hilang;

Kerugian ekonomi ditaksir mencapai US$ 321 juta untuk sektor pariwisata dan US$ 43 juta untuksektor perikanan;

Secara umum, terumbu karang tidak rusak parah; 13% rusak parah; 47% menderita kerusakanrendah sampai sedang; dan 40% tidak menunjukkan dampak yang berarti akibat tsunami. Kerusakanyang ada bergantung pada lokasi, dengan perbedaan yang cukup tinggi antar lokasi dan dalammasing-masing lokasi itu sendiri;

Hutan mangrove dan padang lamun tidak rusak parah;

Warga Thailand membersihkan sebagian besar dari puing-puing akibat tsunami dari daratan, tidaklama setelah tsunami menimpa;

Sebagian besar terumbu karang akan pulih secara alami dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun,karena terdapat wilayah besar dengan terumbu karang sehat di wilayah yang di dekatnya. Namun,pemulihan bergantung kepada kerusakan dari manusia yang dapat membatasinya; dan

Tsunami telah meyediakan sebuah kesempatan untuk menerapkan pengelolaan pesisir terpadu yangtepat guna, sehingga dapat menjadikan pariwisata dan perikanan yang berkelanjutan, mengendalikankerusakan dari perbuatan manusia, dan untuk memperkuat kekebalan terumbu karang dan habitatpesisir terhadap ancaman alam.

5. KEADAAN TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM

PESISIR LAINNYA DI LAUT ANDAMAN, THAILAND

PASCA-TSUNAMI

NIPHON PHONGSUWAN, THAMASAK YEEMIN, SUCHAI WORACHANANANT,MAITREE DUANGSAWASDI, CHERDCHINDA CHOTIYAPUTTA, DAN JAMES

COMLEY

Page 73: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

68

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

PENDAHULUANPesisir Thailand di Laut Andaman terletak 460 km ke arah timur dari sumber gelombang tsunami yangmenerjang pada 26 Desember 2004, tepat 1,5 jam setelah terjadi gempa bumi di perairan KepulauanAndaman dan Nikobar. Serangkaian gelombang menimpa pesisir timur antara pukul 9.40 dan 10.30 pagiwaktu setempat. Gelombang-gelombang pertama berlalu hampir tanpa sepengetahuan penduduk dibeberapa wilayah (meski beberapa wilayah mendapatkan gelombang setinggi 4 sampai 10 meter). Namun,rangkaian gelombang yang kedua tingginya berkisar antara 2 sampai 16 meter dan menimbulkan kerusakanyang parah pada sumber daya pesisir yang terdapat di sepanjang 6 propinsi di Laut Andaman: Ranong;Phang Nga; Phuket; Krabi; Trang; dan Satun. Phang Nga merupakan propinsi yang paling parahkerusakannya, namun Phuket dan Krabi juga mengalami kerusakan yang berat. Tingkat kerusakanbervariasi, bergantung pada beberapa hal seperti bentuk pesisir, topografi, batimetri dasar laut di perairanlepas, kemiringan, ketinggian dan ada atau tidaknya rintangan alami, dan juga faktor-faktor buatanmanusia, seperti pemanfaatan daratan dan pengembangan pesisir. Laporan resmi mencatat 5.395 korbanjiwa, 2.932 orang masih hilang, dan lebih dari 8.000 terluka, namun perkiraan angka-angka tersebutberkisar cukup besar. Korban jiwa wisatawan banyak sekali, terutama mereka yang berasal dari Eropa,dengan 543 orang dari Swedia dipastikan meninggal atau hilang. Banyak masyarakat lokal dan wisatawanyang tidak mengetahui bahaya tsunami yang dapat mengikuti sebuah gempa bumi, karena mereka tidak

Page 74: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

69

Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand Pasca-Tsunami

memiliki pengetahuan tradisional. Jumlah korban jiwa pasti, mungkin tidak akan pernah diketahuimengingat banyak dari masyarakat etnis Moken (sea gypsies) dan asal Burma tidak tercatat; banyakmasyarakat Moken yang berhasil lolos dari tsunami karena pengetahuan tradisional tentang tsunamitelah diceritakan secara turun temurun. Telah diperkirakan bahwa sedikitnya 3.000 orang Burmakemungkinan tewas dalam tsunami di Thailand.

Pemerintahan Kerajaan Thailand langsung menyiapkan dana bencana sebesar US$ 2,5 juta (100 jutaBaht) untuk pendataan sumber daya sebagai bagian dari program pemulihan dan rehabilitasi sumberdaya alam dan lingkungan. Dari dana ini, sebanyak US$ 123.000 (4.950.000 Baht) ditetapkan untukterumbu karang, lamun, dan biota laut yang terancam punah. Setelah upaya-upaya kemanusiaan bergulir,prioritas pemulihan bergeser ke bidang lingkungan, kebutuhan psikologis dan sosial, perawatan untukkelompok-kelompok yang rentan dan pemulihan sumber penghidupan. Departemen Sumber Daya Kelautandan Pesisir (DMCR) dari Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (MONRE), bekerjasamadengan 9 perguruan tinggi di Thailand dan sektor swasta, segera menjalankan pendataan cepat padaterumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove dibawah koordinasi Pusat Biologi Kelautan Phuket(PMBC). Dalam kurun waktu 2 minggu sejak tsunami, 220 orang telah mensurvei lebih dari 300 lokasidalam 174 kawasan terumbu karang. Para ilmuwan yang ikut serta termasuk mereka yang mengetahuistatus ekosistem-ekosistem tersebut secara rinci sebelum terjadi tsunami. Departemen Taman Nasional,Konservasi Satwa dan Tumbuhan mendata dampak terhadap infrastruktur dan fasilitas yang terdapat didalam kawasan lindung, kapal-kapal dan infrastruktur budidaya air. Pemerintahan Thailand jugamembentuk sub-komisi untuk menangani rehabilitasi lingkungan dan sumber penghidupan dan sejumlahgugus tugas yang khusus menangani habitat terumbu karang, ancaman daratan, dan kehidupanmasyarakat.

Secara besamaan, sejumlah pemerintahan negara, lembaga dan LSM internasional datang untukmembantu dalam pendataan dan menawarkan bantuan kemanusiaan. Contohnya, sebuah utusan polisiPerancis membawa alat-alat berat untuk mengangkat benda-benda besar seperti kapal nelayan dariperairan di sekitar Ko Phi Phi.

KEADAAN TERUMBU KARANG SEBELUM TSUNAMIThailand memiliki kurang lebih 153 km2 terumbu karang, 300 pulau, dan garis pantai yang melebihi2.600 km. Terumbu karang Thailand ditemukan pada 4 lokasi yang khusus: bagian dalam dari TelukThailand (Chonburi); pantai timur dari Teluk Thailand (Rayong, Chanthaburi dan Trad); pantai barat dariTeluk Thailand (Prachuab Kirikhan, Chumporn, Surathani, Nakhon Si Thammarat, Songkhla, Pattani danNarathiwat); dan sepanjang pesisir pada 6 propinsi di Laut Andaman. Sebelumnya terdapat lebih dari250 jenis karang keras, namun hanya terumbu karang di sepanjang Laut Andaman yang terkena dampaktsunami. Terumbu pada pesisir Laut Andaman memiliki tingkat keanekaragaman karang tertinggi diSamudera Hindia dan secara umum tidak terpengaruh oleh fenomena pemutihan karang yang terjaditahun 1998.

Sebelum tsunami, pendataan terumbu secara rutin dilakukan oleh Departmen Perikanan pada lebih dari250 situs di Teluk Thailand dan 169 situs pada Laut Andaman menggunakan survei manta tow antaratahun 1995 sampai 1998. Di Laut Andaman, 4% terumbu karang yang didata ditemukan berada dalamkondisi yang sangat baik, 13% dalam kondisi baik, 33% dalam kondisi sedang, namun 50% ditemukandalam kondisi buruk. Pendataan ini berdasarkan proporsi penutupan karang hidup terhadap karang mati.Sebagian data pemantauan tersedia untuk tahun 2003-2004, namun tidak untuk semua lokasi survei.

Page 75: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

70

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Perkiraan ‘kesehatan’ terumbu karang Laut Andaman pada tahun 2002-2003 sebelum tsunami menggambarkanbahwa hanya sedikit (17.5%) dari terumbu karang yang disurvei berada dalam keadaan baik sampai sangatbaik, meskipun terumbu merupakan dasar dari industri selam pariwisata (nilai yang ditampilkan menunjukkanpersentase karang dalam tiap kategori).

Propinsi Sangat Baik Baik Sedang Rusak Sangat Rusak

Ranong 1,5 7,6 36,4 37,9 16,6

Phang Nga 1,8 5,4 28,2 29,9 34,7

Phuket 2,0 7,7 23,6 35,0 31,7

Krabi 3,5 13,5 49,6 23,2 10,2

Trang 5,0 26,9 28,1 16,9 23,1

Satun 10,7 19,2 36,2 18,8 15,1

Rata-rata 4,1% 13,4% 33,7% 26,9% 21,9%

Sejak rekonstruksi pemerintahan Thailand pada tahun 2002, DMCR yang baru terbentuk telah mengambilalih peran sebagai koordinator pelestarian dan pemantauan terumbu karang di Thailand, namun tidakmemiliki sumber daya yang mecukupi untuk menyatukan data eksternal yang dimiliki oleh para perguruantinggi dan lembaga lainnya. Data pemantauan terumbu karang telah dikompilasi ke dalam satu basis datadi Universitas Chulalongkorn pada pertengahan 1990, namun basis data tersebut tidak dikelola. DMCR,Departemen Perikanan dan pihak Taman Nasional Laut kesemuanya memiliki mandatnya masing-masingdi bawah peraturan yang berbeda untuk melindungi terumbu karang, namun koordinasi kegiatan antarlembaga nasional, pemerintahan wilayah, dan sektor swasta dalam pengelolaan terumbu karang sedikitsekali. Penegakan hukum lemah karena wilayah pengelolaan yang tumpang tindih dan kesalahpahamandalam tanggung jawab. Fokus utama dari taman nasional adalah mendukung ekonomi pariwisata danbukan kepada konservasi dan penegakan peraturan. Hal-hal di atas telah menyebabkan kegagalanpengendalian terhadap praktik perikanan merusak yang terus menyebar dan praktik buruk lainnya diwilayah terumbu karang, yang menyebabkan terumbu karang Thailand terdegradasi.

KEADAAN TERUMBU KARANG SETELAH TSUNAMISurvei pada 174 lokasi yang segera dilakukan setelah tsunami menunjukkan bahwa 13% dari lokasi-lokasi tersebut berada dalam keadaan rusak parah, 47% mengalami dampak rendah sampai sedang, dan40% tidak menunjukkan tanda dampak tsunami. Secara keseluruhan, dampak yang ditimbulkantergantung pada lokasi, dengan perbedaan tingkat kerusakan yang cukup tinggi di antara lokasi-lokasidan di dalam setiap lokasi.

Terumbu karang perairan dangkal dan terumbu yang tumbuh dalam selat antara pulau mendapatkanpengaruh paling besar dan mengalami kerusakan yang lebih besar, sebagian besar disebabkan oleh bentukpesisir yang memusatkan kekuatan gelombang ke wilayah-wilayah sempit. Terumbu karang perairan dalamdan yang terdapat di sekitar Phuket mengalami sedikit kerusakan. Pada 23 lokasi, termasuk 4 lokasi didalam Taman Nasional Mo Ko Surin, lebih dari 50% terumbu karang rusak parah. Lokasi-lokasi tersebutkemungkinan akan tertutup bagi wisatawan di waktu yang akan datang untuk memfasilitasi pemulihan.Sebagian besar dampak yang ditimbulkan bervariasi, bergantung pada masing-masing lokasi dan mayoritasdari kerusakan akibat tsunami pada terumbu karang Thailand dapat diklasifikasikan menjadi 3:

Page 76: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

71

Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand Pasca-Tsunami

1. Gerakan gelombang yang mencabut, mematahkan, dan memindahkan karang hidup dan karangmati;

2. Penyelimutan karang karena sedimentasi yang meningkat; dan

3. Deposisi puing-puing dari daratan dan kerusakan mekanis yang ditimbulkan.

Perkiraan kerusakan akibat tsunami terhadap terumbu karang Thailand yang dikumpulkan oleh DMCR,dikembangkan dari 320 pendataan spot check pada 174 lokasi tereumbu karang di sepanjang pesisir LautAndaman. Pendataan kerusakan terhadap karang (patah, penyelimutan, pencabutan) rampung dalam waktu 2minggu setelah tsunami. Mayoritas dari terumbu karang tidak mengalami kerusakan, namun pada beberapapropinsi (terutama Phang Nga) terdapat kerusakan parah yang diakibatkan ombak yang terpusat di antarapulau-pulau. Angka-angka di dalam kurung menunjukkan lokasi khusus dalam setiap propinsi.

Pendataan cepat yang dilakukan secara pribadi pada 70 lokasi selam yang sangat dikenal oleh KlubOperator Selam Thailand, Phuket di kepulauan Surin dan Similan menemukan bahwa 73% dari lokasi-lokasi selam tersebut hanya mengalami kerusakan ringan, 8% mengalami kerusakan sedang, dan 19%mengalami kerusakan yang berat akibat tsunami. Pendataan lainnya pada 56 lokasi oleh regu yangdibentuk oleh New England Aquarium, Amerika Serikat menemukan bahwa 14% dari terumbu karangmengalami kerusakan atau hancur; sekitar 50% mengalami kerusakan sedang; dan pada 36% hanyaterdapat sedikit atau tidak ada kerusakan. Terumbu karang pada perairan dangkal mengalami kerusakanyang lebih tinggi daripada terumbu karang yang terdapat pada perarian dalam. Penyelam-penyelamtersebut menemukan bahwa kegiatan manusia, terutama penangkapan yang berlebih serta pemanasanglobal menimbulkan kerusakan yang lebih banyak daripada tsunami. Kedua rangkaian data ini memilikikesamaan dengan data yang ada pada DMCR.

Propinsi Ranong: Ranong memiliki jumlah terumbu karang paling sedikit pada wilayah di sepanjangLaut Andaman, dengan mayoritas terumbu terdapat pada perairan dangkal yang keruh di sisi timurpulau-pulau lepas pantai. Tidak terdapat terumbu tepi pada daratan utama. Separuh dari keseluruhanterumbu karang di Ranong menunjukkan tingkat kerusakan tinggi, yang sebagian besar diakibatkan olehhempasan ombak atau penyelimutan oleh pasir. Lokasi lainnya juga menunjukkan kerusakan. Kerusakanterumbu karang yang paling parah terjadi pada pulau-pulau di Taman Nasional Laem Son, terutama PulauKhang Khao, Kam Yai, Kam Nui, dan Larn.

Propinsi Tidak ada Dampak Dampak Dampak DampakDampak Minimal Rendah Sedang T i n g g i

(0%) (1-10%) (11-30%) (31-50%) (>50)

Ranong 0 2 2 1 7

Phang Nga 21 12 16 10 13

Kepulauan Surin (0 dari 21) (5 dari 12) (7 dari 16) (5 dari 10) (4 dari 13)

Kepulauan Similan (11 dari 21) (7 dari 12) (8 dari 16) (5 dari 10) (7 dari 13)

Phuket 12 5 3 1 0

Krabi 12 8 4 4 2

Kepulauan Phi Phi (5 dari 12) (4 dari 8) (2 dari 4) (3 dari 4) (1 dari 2)

Trang 2 4 2 0 0

Satun 22 5 3 0 1

Jumlah 69 (39,7%) 36 (20,7%) 30 (17,2%) 16 (9,2%) 23 (13,2%)

Page 77: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

72

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Propinsi Phang Nga: Terumbu karang tepi (fringing reef) paling besar dan berkembang paling baik diThailand terdapat pada propinsi Phang Nga. Ini termasuk terumbu perairan dangkal pasang-surut danterumbu yang terdapat pada perairan lebih dalam pada pulau-pulau lepas pantai. Terumbu yang terdapatpada perairan dangkal di daratan utama mengalami imbas besar akibat tsunami, dengan 80% terumbuyang mengalami kerusakan berat. Pulau Ka, Tanjung Krung Noi, dan Tanjung Krang Yai rusak parahdengan banyak batu karang terguling dan penyelimutan serta penguburan karang. Kerusakan ini terjadidi samping degradasi yang terjadi sejak 1970-an akibat penambangan timah lepas pantai dan peningkatansedimen yang terbawa. Lokasi-lokasi penyelaman terkenal di Pulau Khai Nok, Khai Nai, Dok Mai, danBatu Mu Sang tidak menunjukkan dampak tsunami, dan secara relatif tidak terkena pengaruh. Kerusakankarang yang paling parah terjadi pada kanal timur-barat di antara pulau. Karang pada lereng yang curamjuga mengalami kerusakan akibat tergelincirnya substrat dan puing-puing, sementara terumbu gundukandekat dengan substrat pasir paling rentan terhadap penyelimutan.

Kepulauan Surin: Terumbu karang mengalami tingkat kerusakan yang berbeda-beda bergantung padatopografi dasar laut setempat, tipe karang yang mendominasi, dan arah terjangan ombak. Terumbu padakanal antara Pulau North Surin dan Pulau South Surin dan juga antar Pulau South Surin dan PulauTorinla mengalami kerusakan yang paling parah. Dimana wilayah terumbu utama menerima dampakrendah sampai sedang: individu-individu dari koloni patah; karang masif terbalik; dan banyak kolonitertutup oleh pasir. Terumbu yang terdapat pada sisi timur Pulau Tachai menunjukkan dampak yangrendah sampai sedang dan tidak terdapat kerusakan di Batu Richelieu, sebuah lokasi selam yang terkenal.Kerusakan yang paling parah terjadi di Ao Chong Kad (pantai selatan Pulau Surin) dan beberapa lokasiyang berdekatan pada jalur air antar pulau. Terjadi kerusakan yang sedang di Ao Pak Kaad dan padaterumbu perairan dangkal di Pulau Torinla, sementara terumbu tepi yang mengelilingi kepulauan tersebuthanya sedikit terkena dampak. Namun keadaan secara umum adalah kerusakan karang ringan.Permasalahan utama yang dihadapi saat ini adalah menghadirkan kembali pengelolaan taman untukmengendalikan penangkapan ilegal dan memfasilitasi pemulihan karang pasca tsunami.

Pendataan di Taman Nasional Mu Koh Surin oleh Coral Cay Conservation (CCC) menyimpulkan bahwaterumbu karang di sana dalam keadaan bagus; lebih dari 270 jenis ikan karang dan 70 jenis karang kerasberhasil teridentifikasi dan penutupan karang sangat tinggi (~75%) pada pesisir timur laut Pulau NorthSurin. Namun demikian, tsunami telah menghancurkan sekitar 8% dari penutupan karang hidup.Kerusakan terkait tsunami yang terbesar terjadi pada wilayah yang tidak memiliki cukup banyak penutupankarang keras hidup sebelum diterjang tsunami. Telah ada tanda-tanda pemulihan karang dan taman inidiharapkan dapat pulih dalam beberapa tahun, dengan anggapan bahwa faktor stres lainnya dikeloladengan tepat.

Kepulauan Similan: Terumbu karang yang terdapat di sepanjang pulau-pulau selatan menerima dampakkecil, kecuali Pulau Miang, yang mengalami kerusakan tinggi. Bagian barat laut dari Pulau Payu danTanjung Beacon di bagian selatan menunjukkan kerusakan sedang akibat tsunami. Lokasi-lokasipenyelaman yang sangat ternama, Sunset Point, Deep Six, West of Eden, Pusa Rock, dan Breakfast Bent,kesemuanya hampir tidak terpengaruh oleh tsunami. Namun demikian, terjadi kerusakan yang cukupparah terhadap China Wall dan Snapper Alley di Similan 9. Di Snapper Alley Point, ditemukan kerusakanyang cukup berarti sampai kedalaman 30 m, dimana 40% dari karang rusak akibat tsunami, khususnyaantara kedalaman 10 sampai 20 meter. Karang-karang meja berukuran besar terjungkirkan atau patah;sejumlah besar pasir, seringkali ketebalannya mencapai 2 meter, terpindahkan; dan terdapat ledakanjenis diatom yang tidak diketahui pada permukaan batuan yang baru tersingkap.

Page 78: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

73

Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand Pasca-Tsunami

KEMATIAN IKAN YANG ANEH DI SNAPPER ALLEYPada pukul 9:26 pagi tanggal 26 Desember 2004, sementara kapal khusus penyelaman Philkademengapung di atas perairan Snapper Alley di kepulauan Similan, 4 orang wisatawan yangsedang menyelam dan seorang guru selam bernama Anaknan Kirklit tiba-tiba menyadari bahwaair mulai berputar dan mereka terhisap ke kedalaman 20 m dan terdorong kembali ke atas.Gelembung udara mereka terhembus ke arah samping dan kapal Philkade sepanjang 30 meterterombang-ambing bagaikan kapal mainan dalam bak mandi; terdorong ke satu arah, berputardi dalam pusaran air. Para penyelam muncul kembali ke permukaan dan dikelilingi oleh ratusanikan kerapu warna putih-merah yang mengapung, dengan gelembung renang yang munculmembengkak dari mulut mereka; mereka sekarat karena dipaksa naik ke permukaan terlalucepat. Kapal tersebut kembali ke Snapper Alley pada April 2005 bersama 7 orang ahli biologikelautan yang didukung oleh National Geographic Society dan diketuai oleh Greg Stone dariNew England Aquarium untuk mengamati kerusakan yang ada. Pemandangan yang merekatemukan sangat memilukan; ratusan karang Acropora meja terserak patah seperti piring makanberukuran raksasa. Namun sebagian besar kerusakan yang ada hanya pada petakan-petakanwilayah tertentu; karena beberapa tempat telah ditekan oleh ombak sementara yang lain tidaktersentuh. Pada sebuah jalur antara dua pulau Surin, ombak telah memahat dinding-dindingpasir bawah air yang luar biasa indah, setinggi 3 meter. Ahli ekologi karang, Emre Turakmenemukan gundukan karang gorgonia dan Acropora yang telah patah, terpenggal dan terselimutioleh sedimen. Kebanyakan karang patah dapat beregenerasi dalam waktu 3 sampai 10 tahun,namun, banyak dari karang-karang ini terkubur dalam pasir dan telah mati. Di dekat PulauTachai, kepulauan Surin, Gerry Allen, seorang ahli ikan dari Western Australian Museum,melaporkan bahwa karang Porites berukuran besar telah terangkat secara paksa, dan tergulingkanseperti patung-patung di Easter Island. Di dekat pesisir Teluk Patong, terdapat karang mati,namun juga ditemukan tanda-tanda pengaruh manusia yang tidak diragukan. Tsunami hanyamenambah kerusakan yang sebelumnya disebabkan oleh limbah perkotaan dan perusakankarang oleh jangkar kapal. Di Kepulauan Phi Phi, dimana lebih dari 1.000 orang meninggal,terumbu karang juga mengalami kerusakan. Keadaan terburuk ditemukan di Teluk Lanah dimana80 sampai 90% dari karang terjungkirkan dan mati karena terkubur sedimen, termasuk koloniPorites yang berumur 500-700 tahun. Namun angka-angka terakhir menunjukkan sedikit harapan:36% lokasi pengamatan mengalami kerusakan ringan atau tidak sama sekali; 50% mengalamikerusakan sedang; dan hanya 14% mengalami kerusakan parah. Ikan karang secara umumtidak terpengaruh, kecuali kematian pada lokasi tertentu di Snapper Alley. Gerry Allen mengatakanterumbu yang rusak bagaikan “kota mati”, namun hamparan patahan karang di perairan yanglebih dalam seperti kemah pengungsi bagi ikan, dengan konsentrasi ikan yang sangat tinggi”.Terumbu karang yang rusak ini seharusnya pulih dengan cepat, kecuali pada wilayah yangterkubur oleh pasir; namun pemulihan akan bergantung kepada seberapa besar pengaruhantropogenik terhadap terumbu. Ilmuwan karang Australia, Charlie Veron mengatakan “Bagiterumbu, ...tsunami ini hanya merupakan hari buruk biasa.” Terumbu telah mengalami badaiangin, tsunami dan gempa bumi selama jutaan tahun, dan selalu pulih. Namun berbeda daribencana alam, pengaruh antropogenik tidak pernah berlalu; sang ilmuwan mendapati bukti-bukti jelas penangkapan yang berlebih, pengembangan pesisir dan pemanasan global.Kesemuanya ini terjadi sebelum tsunami, dan akan terus berlanjut saat kerusakan akibat gelombangtersebut telah pulih (sebagian telah dicetak di majalah National Geographic, Desember 2005).

Propinsi Phuket: Tsunami menyebabkan sedikit kerusakan pada kebanyakan terumbu karang di sekitarPhuket, dengan pengecualian pada lengkung selatan Teluk Patong, dimana 10-30% dari karang rusak.Kerusakan terbatas pada komunitas karang perairan dangkal di sepanjang rataan terumbu dan padadasarnya disebabkan oleh terseretnya puing-puing diatas terumbu. Tidak terdapat kerusakan yang berartpada dataran terumbu di sekitar ujung tenggara Phuket, dimana terumbu karang telah dipantau secarareguler selama 27 tahun terakhir. Penutupan karang pada awal tahun 2005 lebih tinggi dari yang pernahterukur sebelumnya. Ketinggian ombak tsunami maksimum sebesar 3 meter dan mengangkat sejumlahbesar batuan Acropora (yang mati akibat anomali permukaan air laut surut pada tahun 1997-98) sehingga

Page 79: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

74

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

patahan karang kini menutupi karang hidup pada bagian-bagian tertentu di rataan terumbu. Karang yangterletak di perairan lebih dalam sepanjang Pulau Waeo, Pulau Pu, Teluk Kata, Pulau Hae, dan PulauRacha Noi hanya sedikit terpengaruh.

Pemulihan terumbu karang yang berada dan mengelilingi Phuket telah diperkirakan akan berjalan relatifcepat, dengan wilayah dengan tingkat kerusakan paling tinggi memerlukan 5-10 tahun, dengan catatantidak ada faktor penekan lainnya (seperti pemutihan karang dan kematian akibat peningkatan suhu airlaut yang terjadi secara anomali). Perkiraan optimis ini berdasarkan: tingkat pemulihan yang cepat sewaktuterjadi kerusakan akibat badai; laju pertumbuhan karang yang tinggi; dan keadaan terumbu yang baikdalam wilayah yang berdekatan.

Propinsi Krabi: Kebanyakan terumbu karang di sepanjang Pulau Hong dan Pulau Dam Hok-Dam Kwanyang terletak dekat pantai mengalami hanya sedikit kerusakan akibat tsunami. Namun demikian, tepatnya30% dari jumlah karang di jalur air antara Dam Hok dan Dam Khwan dan di Tanjung Hang Nak mengalamikerusakan berupa karang yang terguling oleh ombak atau hancur karena tertimpa oleh benda-bendaberukuran besar.

Kepulauan Phi Phi: Terdapat sedikit kerusakan terhadap 20% terumbu karang (0-33% koloni karangyang rusak atau mati), pada sisi timur Phi Phi Leh (terletak 6 km ke arah selatan Phi Phi Don) dan PulauKoh Bida, dan 20% mengalami kerusakan sedang (34-66% karang rusak/mati), dan terjadi kerusakanyang tinggi pada 60% terumbu (67%-100% karang yang rusak/mati). Karang lunak dan gorgoniamerupakan yang paling rentan terhadap sedimen dari luar dengan beberapa karang tersebut terfragmentasi.Hilangnya karang sebagian besar disebabkan oleh limpahan sedimen dari daratan, dan sejumlah besarpuing yang berasal dari rumah penduduk dan resor wisata yang terbawa ke Phi Phi Ley dari wilayah PhiPhi Don yang memiliki kepadatan penduduk tinggi. Puing-puing masih ditemukan menyelimuti beberapabagian karang 6 bulan setelah tsunami. Sejumlah karang lunak telah pulih, namun pemuilihan karangkeras akan memakan waktu beberapa tahun. Telah dijalankan operasi pembersihan secara besar-besarandi Phi Phi oleh ratusan sukarelawan. Dampak merusak lainnya dari tsunami termasuk berkurangnyajumlah penyu, kuda laut, dan ikan berukuran kecil (seperti Blenniidae) dalam jumlah yang cukup tinggi,dimana beberapa makhluk tersebut bergantung pada terumbu untuk habitatnya (dari UniversitasPlymouth).

Ditemukan kerusakan yang tinggi pada Pulau Mai Phai, Teluk Lolana, dan Pulau Phi Phi Leh bagianutara. Terumbu karang yang terdapat pada kanal antara Pulau Rok Nai dan Rok Nok mengalami kerusakanyang tinggi. Namun demikian, lokasi penyelaman terkenal yang terletak dekat Pulau Bida, Teluk Maya,Pulau Ngai, dan formasi batu Hin Muang-Hin Daeng berada dalam kondisi yang cukup baik dan masihdibuka untuk penyelaman.

Propinsi Trang: Hanya sedikit atau tidak ada kerusakan pada kebanyakan (75%) terumbu karang diPropinsi Trang. Beberapa karang tergulingkan pada terumbu perairan dangkal di sekitar Pulau Muk danTakeang, dan dampak secara keseluruhan pada terumbu karang di propinsi ini termasuk kecil danseharusnya tidak menyebabkan gangguan terhadap kegiatan penyelaman dan wisata.

Propinsi Satun: Sebanyak 87% dari terumbu yang disurvei tidak terkena dampak tsunami, seperti terumbudi sekitar Pulau Bulon dan Pulau Tarutao yang tidak menunjukkan sedikit pun kerusakan. Terdapatkerusakan yang cukup parah pada beberapa karang di Kata dan sisi selatan serta barat Pulau Adang dikepulauan Adang-Rawi, namun kerusakan ini merupakan pengecualian di propinsi tersebut.

Page 80: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

75

Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand Pasca-Tsunami

KESAKSIAN DARI PROPINSI KRABI26 Desember 2004: Sebelum ombak-ombak tsunami datang, laut tenang, jarak pandangtergolong bagus (30 m) dan kondisi penyelaman terlihat sempurna. Malam sebelumnya bulandalam keadaan purnama, dan kami sudah memprakirakan arus laut akan kuat, namun semuanyatampak baik-baik saja. Saya dan kelima penyelam yang belum berpengalaman turun memasukikedalaman 2 m di mulut Teluk Bidah Nok. Arus terkuat yang pernah saya alami mendorongkami 500 m ke arah barat dan laut lepas. Saya mengembangkan pelampung para penyelamdan kami melewati bebatuan dangkal di perbatasan teluk. Semua itu memakan waktu 1 menit,namun kami telah berpindah 500 m. Beberapa penyelam tersapu sampai beberapa ratus meterke selatan, sementara yang lain terhisap ke dalam air, meski telah melepas pemberat danmengembangkan pelampung mereka. Beberapa penyelam melihat pasir terangkat dari dasarlaut dalam pusaran. Kebanyakan penyelam menyaksikan pusaran, baik yang kecil maupunbesar, dimana-mana. Beberapa pusaran tersebut tampak seperti angin puyuh yang tipis dantinggi di dalam air, sementara yang lain memiliki diamter 100 m dan menangkap para penyelamdan kapal. Sebuah pusaran yang sangat besar di luar Teluk Bidah Nok begitu kuat sehinggakapal-kapal tercabut dari penambat apung, atau tali jangkar mencabuti karang-karang besardari dasarnya. Arus tersebut perlahan reda dan para penyelam beserta kapal terbawa ke lautlepas dengan aman. Dari kapal, laut seakan berubah menjadi warna putih, kemungkinan karenapasir yang terangkat, laut begitu bingung dengan ombak yang terbentuk dari segala arah,pusaran-pusaran air dan keadaan rusuh. Para penyelam melaporkan melihat jumlah ikan hiudan tuna lebih banyak dari biasanya, yang semuanya berenang dengan cepat ke arah lautlepas. Tidak satu pun penyelam yang menyadari bahwa tsunami telah terjadi, dan menganggapbahwa semua kejadian aneh tersebut berkaitan dengan bulan purnama malam sebelumnya.Kemudian kami menyelam di sisi pulau yang terlindungi dalam kondisi yang lebih tenang, meskiarus yang ada tidak seperti biasa dan terus berganti arah. Jumlah ikan juga lebih sedikit daribiasanya. Waktu kedua penyelaman secara keseluruhan sekitar 1 jam, dan pusaran air yangsangat besar terus berlangsung. Laporan adanya ombak-ombak besar menghempas di daratanmulai bergulir dari radio kapal, maka kami memutuskan untuk kembali ke daratan meski kamitidak menyadari apa yang terjadi. Lalu kami melihat sejumlah besar puing-puing yang mengapungke arah laut sejauh 500-600 m dari Lanta.

30 Desember 2004: Kami melakukan penyelaman kembali, yang pertama dekat Ko Phi Phiuntuk mencari mayat-mayat yang mungkin tersangkut. Teluk Ton Sai dipenuhi rongsokan kapal,bungalow, bongkahan gedung, dan puing-puing yang sangat banyak. Pantai pada sisi barattertutupi oleh puing-puing dan pulau tersebut dalam keadaan hancur berantakan. Dua buahhotel yang dibangun dari beton masih berdiri namun dikelilingi oleh tumpukan puing-puingsetinggi 1-2 m. Terumbu di Teluk Toran Sai mengalami kerusakan yang cukup parah dan tersangkutioleh mebel, pakaian, kabel listrik, dan lainnya. Terdapat rongsokan lebih dari 150 buah kapaldi daerah ini. Penyelam lainnya melaporkan bahwa sedikit sekali kerusakan karang di BidahNok dan Nai, walau terdapat lapisan pasir di atas sebagian besar terumbu; ikan-ikan tampaknyamembersihkan pasir dari atas karang.

15 Januari 2005: Saya kembali ke lokasi-lokasi penyelaman yang sebelumnya di Ko Haa danhanya melihat sedikit kerusakan, meski beberapa karang patah dan patahan karang tersebar diwilayah itu. Kuda laut dan ikan pipefish berada dalam habitat alami mereka dan kehidupan lauttampaknya lebih melimpah. Sotong terlihat sedang bereproduksi, ikan kodok yang langka dankerondong yang aneh hadir, dan beberapa hiu paus terlihat. Pendapat umum mengemukakanbahwa kegiatan penyelaman lebih memuaskan dari biasanya, meski masih terjadi beberapakejadian dan jarak pandang masih lemah (dari Saffron Kiddy, Narima Diving Thailand,[email protected]).

Page 81: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

76

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Kerusakan pada Bakau dan Tumbuhan Pesisir: Hanya terdapat sedikit kerusakan pada 181.347hektar mangrove yang terdapat di sepanjang pesisir Laut Andaman. Mangrove ini menstabilkan tepianperairan, berperan sebagai daerah asuhan bagi ikan karang, dan melindungi terumbu karang dari limpasanair darat dan sedimen; namun hutan ini terancam karena pengembangan infrastruktur yang meningkat,budidaya di pesisir dan penggunaan wilayah bakau sebagai tempat pembuangan (sampah) akhir. MenurutDCMR, hanya 306 hektar hutan bakau (0.2% dari wilayah nasional) mengalami kerusakan akibat tsunami,sebagian besar di Propinsi Phang Nga. Hanya terdapat 1,6 hektar hutan bakau yang mengalami kerusakandi Propinsi Satun.

Hutan pesisir dan rawa gambut yang bersumber air tawar mengalami kerusakan akibat peningkatansalinitas dan kekuatan ombak. Lebih dari 700 hektar pepohonan terpatahkan atau rusak berat dan harusditanam kembali, dan 14.000 hektar pohon lainnya yang kehilangan daunnya akibat peningkatan kadargaram dapat pulih kembali dalam waktu beberapa bulan. Namun demikian, dampak merusak yangditimbulkan oleh garam di rawa gambut mungkin berlangsung untuk beberapa bulan, karena kebanyakanrawa tersebut belum terisi atau terlewati oleh air tawar secara penuh. Telah direkomendasikan bahwasebuah program pemantauan jangka panjang pada beberapa jenis khusus, seperti rotifera dan planktonlainnya, sebaiknya dilakukan.

Kerusakan lamun: Hanya 3.5% dari lebih dari 7.900 hektar padang lamun sepanjang pesisir Andamanterkena dampak dari tsunami, dengan kerusakan yang ada sebagian besar disebabkan oleh sedimentasi.Kerusakan total hanya menimpa 1.5% dari padang lamun. Namun demikian, padang lamun di Thailandberada dibawah ancaman yang lebih besar dari pencemaran dan sedimentasi dari perkembangan industri,perumahan, dan pariwisata, pengaruh dari budidaya udang, praktik penangkapan ikan yang merusak,dan siltasi dari penambangan timah. Padang lamun ini berperan sebagai dasar produktifitas yang pentinguntuk perikanan, membantu dalam stabilisasi pesisir, dan merupakan sumber makanan yang baik untukbiota langka seperti dugong dan penyu hijau. Wilayah yang paling terkena dampak adalah Pulau Yao Yaidi propinsi Phang Nga, yang kehilangan 10% dari habitat lamunnya. Lamun yang tumbuh pada wilayahpasang surut di Kuraburi, Propinsi Phang Nga mungkin telah mengurangi erosi pantai saat tsunami.Hanya sedikit kerusakan atau kehilangan habitat di Pulau Talibog, Propinsi Trang, yang memiliki padanglamun terbesar yang berfungsi sebagai daerah pencarian makan dugong. Sekitar 10% wilayah tersebutterkena dampak dari siltasi dan erosi permukaan dasar laut; lamun ini diperkirakan pulih dalam waktusatu tahun, meski lamun yang terkubur dalam pasir yang lebih tebal mungkin akan membutuhkan waktulebih lama untuk pulih.

DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMITsunami telah mengakibatkan kerugian besar terhadap dua sektor ekonomi utama Thailand: diperkirakanUS$ 321 juta di sektor pariwisata dan US$ 43 juta di perikanan. Lebih dari 300 hotel/resor rusak dengan40% dari 53.000 kamar rusak atau hancur. Disamping itu, 200 rumah makan dan 4.300 toko yangbergantung pada pariwisata rusak total atau sebagian. Kerusakan nyata dan yang diperkirakan terjaditerhadap prasarana pendukung, akan membuat kebanyakan dari fasilitas wisata yang bertahan harusmenderita (dan terus merugi) akibat penurunan jumlah wisatawan. Penurunan jumlah wisatawan berartibahwa mereka yang sebelumnya bekerja dalam industri tersebut atau menyediakan produk, telahkehilangan sumber pencaharian. Tsunami telah memberikan dampak bagi 58.000 orang karenamenghancurkan 407 desa, 4.800 rumah, dan 24 sekolah.

Jumlah tangkapan ikan total pada tahun 2000 diperkirakan 3,7 juta ton metrik senilai US$ 1,1 miliar,namun tsunami telah mengakibatkan kerugian besar-besaran terhadap industri perikanan dan budidaya

Page 82: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

77

Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand Pasca-Tsunami

dengan hancurnya kapal nelayan, alat tangkap, tambak, keramba, dan penetasan benur. Delapan dermagarusak berat dan tepatnya 150 kapal wisata besar dan 776 kapal wisata kecil rusak atau hilang.

Sektor pertanian juga terkena dampak tsunami: lebih dari 1.500 hektar lahan pertanian terendam oleh airasin dan lebih dari 2.000 ekor babi serta 7.600 ekor unggas ternak hilang.

Masalah hak dan kepemilikan tanah kemungkinan merupakan alasan terpenting timbulnya masalahsosial setelah tsunami. Berakumulasinya masalah ketidakjelasan dokumentasi dan kurangnya kepercayaanterhadap sistem laporan kepemilikan, telah diperparah oleh tsunami sehingga permasalahan tanah danperumahan menjadi sangat sulit. Saat ini terdapat banyak konflik atas tanah untuk konservasi danpenggunaan pribadi.

KESAKSIAN DARI WWFSejumlah besar korban yang terkena dampak tsunami merupakan wisatawan asing yang sedangberlibur di pantai-pantai popular seperti Phuket, Khao Lak, dan Pulau Phi Phi. Di antara korbanjiwa terdapat 3 jagawana Taman Nasional Laut yang bekerja di proyek Konservasi PenyuNaucrates di Pulau Phra Thong. Enam jagawana lainnya terluka parah. “Saya baru sajamengunjungi Pulau Surin. Infrastruktur pada pulau tersebut hancur sampai rata, namun stafTaman Nasional dan 180 masyarakat Moken yang tinggal disana dalam kondisi aman. Merekamelihat tanda-tanda peringatan ketika air surut dengan cepat dan mengingat cerita rakyatsetempat, sehingga mereka sudah mengetahui apa yang akan datang dan secepatnya menujudataran tinggi. Ini merupakan satu lagi pelajaran yang dapat kita petik mengenai pentingnyapengetahuan lokal. Tsunami telah menjadi tragedi buruk bagi semua yang terlibat, dan sebuahtamparan bagi masyarakat dunia. Di saat kita mulai membangun kembali, kita harus belajardari pengalaman dan memastikan bahwa dunia pariwisata pesisir Thailand dibentuk dengancara yang lebih sensitif dan adil, yang dalam jangka panjangnya menyediakan kualitas hidupdan kehidupan berbasis perikanan dan wisata yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat,dan pengalaman wisata yang lebih baik bagi generasi berikutnya termasuk dari keluarga yangberhasil selamat dari tsunami”. WWF Thailand sedang mendirikan sebuah program penelitiandan pemantauan pemulihan terumbu karang di Kepulauan Surin. Survei menunjukkan 2-10%dari seluruh terumbu karang di Kepulauan Andaman telah rusak, patah, atau tertutupi sedimendan puing-puing. Di Koh Phi Phi, seperempat dilaporkan rusak. Sementara itu, WWF Thailandmenyediakan informasi bagi penyelam asing yang berkeinginan untuk membantu upayapembersihan terumbu karang (dari Robert Mather, Direktur, WWF Thailand).

Tabel ini menampilkan daftar kerugian yang dialami usaha perikanan Thailand akibat tsunami.

Peralatan Perikanan Jumlah kerusakan/kehilangan

Kapal besar 1.137 buah

Kapal kecil 4.228 buah

Jaring lempar 3.313 nelayan terkena dampak

Stake traps 683 nelayan terkena dampak

Bubu bambu 2.537 nelayan terkena dampak

Tambak 11 tambak

Karamba 5.977 nelayan terkena dampak

Penetasan Benur 277 rusak

Page 83: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

78

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

UPAYA REHABILITASI DAN PEMULIHANSalah satu hasil yang diakibatkan tsunami adalah sejumlah besar benda asing yang tersapu dari daratan,yang menjadi sebuah permasalahan langsung bagi sumber daya pesisir. Upaya pembersihan terumbukarang, pantai, dan hamparan lamun merupakan salah satu prioritas utama pemerintah Thailand danlembaga yang memberikan bantuan, dan aktivitas ini segera dijalankan setelah kejadian tsunami. Misalnya,UNDP menyalurkan untuk pembelian kapal, peralatan selam, dan karung plastik khusus selang beberapaminggu setelah tsunami dan juga memulai sebuah program pembersihan jangka panjang yang lebihbesar. Kegiatan-kegiatan ini dikoordinir oleh MONRE dengan dukungan dari sektor swasta, pihak-pihakyang memegang peranan kunci, dan lembaga internasional sepert UNEP.

PERKEMAHAN SELAM TSUNAMI PHI PHIPerkemahan Selam Phi Phi merupakan proyek swasta yang didirikan untuk mengelola kerusakanyang ditimbulkan oleh tsunami dan mengurangi dampak jangka panjang terhadap terumbukarang akibat keberadaan jumlah puing di perairan sekitar kepulauan Phi Phi yang beradadalam jumlah sangat besar. Pantai-pantai dan atraksi lain di lokasi tersebut membutuhkanpembersihan sangat cepat agar keadaan Taman Nasional itu dapat kembali indah sepertisemula. Pendanaan dari Piers Simon Appeal Fund, Pacific Asia Travel Association (PATA) dansumbangan dana pribadi lainnya, turut membantu mendirikan perkemahan selam ini untuk lebihdari 4.000 sukarelawan dan 25 pegawai asal Thailand. Penyelam-penyelam dengan pengalamansedikitnya 100 kali penyelaman bekerja 6 hari setiap minggu selama 6 bulan dan tercatatmelakukan penyelaman lebih dari 7.500 kali. Jumlah orang yang bekerja di atas air dua kalilipat, termasuk para perenang snorkel, regu-regu pembersih pantai, dukungan kapal, dan stafregistrasi. Segala rupa peralatan rumah tangga yang dapat dibayangkan berhasil terangkat,termasuk televisi, stereo, kulkas, mesin cuci, kabel-kabel listrik, dan ratusan kasur yang beratnyaberlipat-lipat dalam keadaan basah. Barang-barang pribadi seperti baju, sepatu, mainan, kartuidentitas, dan paspor berada diantara temuan yang paling mengejutkan. Benda-benda berukuranbesar, seperti rumah bungalow utuh, gedung, bongkahan atap, tembok dan bongkahan semendiangkat dengan bantuan kantong khusus; 280 ton puing dipindahkan dengan tangan. Operasipembersihan ini telah berjalan dengan cukup menyeluruh dan kini penyelaman untuk pembersihanhanya dijadwalkan sebulan sekali, dan regu-regu relawan pembersih pantai bekerja membersihkanpantai seiring ombak yang terus membawa masuk rongsokan. Lokasi Kepulauan Phi Phi cukupbaik untuk didirikan sistem pemantauan perlindungan sumber daya alam, namun suatu halpenting yang harus diingat adalah kesalahan pembangunan masa lalu agar tidak diulang (dariAndrew Hewett, Koordinator Proyek, [email protected])

Para peneliti dari Universitas Ramkhamhaeng dan 35 penyelam relawan dari ‘Save Whaleshark’-Thai SeaConservation Club, membantu dalam restorasi Propinsi Krabi dengan membalikkan karang yang terbalikkembali ke dalam keadaan semula dan menempelkan patahan karang ke substrat keras untuk mencegahnyatergerus oleh bahan sedimen. Setelah 3 bulan, 40% dari karang yang dibiarkan terbalik telah mati,sementara hanya 4.5% dari karang yang telah direhabilitasi dengan pembalikkan kembali telah mati, danhanya 19% dari karang yang dibalikkan kehilangan jaringan karang. Mayoritas (95%) dari fragmen karangAcropora yang ditempel kembali dengan kawat plastik berhasil hidup, dan 70% menunjukkan peningkatanjumlah jaringan hidup dengan cabang baru setelah 5 bulan. Sisi pengelolaan lingkungan dan konservasijuga mendapatkan keuntungan setelah masyarakat mulai tertarik dengan hasil yang dicapai oleh parapeneliti dan relawan tersebut.

Segera setelah tsunami, pemerintahan Thailand mengajukan permohonan dukungan teknis dalam bentuktenaga ahli, peralatan, peningkatan kapasitas, rehabilitasi lingkungan, dan pemulihan kehidupanmasyarakat. Permohonan susulan mencakup dukungan PBB untuk pendataan lingkungan cepat (rapid

Page 84: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

79

Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand Pasca-Tsunami

environmental assessment), rencana cepat tanggap, dan sistem peringatan dini. PBB merespon denganmenyusun tiga misi yang melibatkan kerjasama antar lembaga:

antara 28 Desember sampai 12 Januari 2005, kantor koordinasi kegiatan kemanusiaan (OCHA)mengirimkan regu pendataan dan koordinasi bencana PBB (UNDAC) agar mendata kebutuhandarurat;

antara 4-8 Januari 2005, sebuah misi UNDP/World Bank/FAO mendata kerusakan jangka menengahdan jangka panjang dan kerjasama potensial untuk membantu pemulihan kehidupan dan lingkungan;

antara 10-13 Januari 2005, sebuah misi PBB/ILO/IOM mendata kebutuhan lembaga-lembagapemerintah dan individual yang bekerja di lapangan, termasuk pekerja imigran dan masyarakatsetempat.

Menyusul pembicaraan dengan perwakilan pemerintah, Australian Agency for International Development(AusAID) menyediakan AU$ 400.000 untuk mendanai sebuah program berjangka 18 bulan yang bertujuanuntuk memperbaiki kapasitas Thailand dalam mengelola zona-zona pesisir secara berkelanjutan, baikuntuk budidaya maupun pariwisata. Program tersebut akan mengembangkan panduan untuk pengelolaanpesisir yang lebih baik dengan memfokuskan pada Taman Nasional dan termasuk di dalamnya tindakandalam perbaikan kualitas air, pengelolaan limbah, pengoperasian kegiatan budidaya dan pariwisata.

WWF telah mencanangkan program untuk para penyelenggara penyelaman dan para penyelam individualagar: mengembangkan standar ‘best practice’; mencegah perdagangan barang yang bersumber dari lautyang ilegal; melaporkan kegiatan ilegal yang terjadi di dalam taman nasional; dan mendukung perubahankebijakan yang sah agar mendukung pengelolaan dan perlindungan terumbu karang.

Lebih dari 45 rekan kerja internasional telah memberikan bantuan senilai US$ 61 juta dalam hampir 200proyek yang mendukung berbagai lembaga pemerintah dan masyarakat, untuk membantu mereka yangberada dalam daerah yang terkena dampak tsunami di Thailand.

KESIMPULAN DAN SARANKonservasi dan pengelolaan terumbu karang merupakan prioritas bagi Thailand. Meskipun terdapatpeningkatan kesiapan dan implimentasi tindakan pertahanan untuk bencana, masih lebih banyak yangdapat dilakukan untuk memperbaiki pengelolaan sumber daya pesisir. Saran-saran yang diajukan dibawahini dimaksudkan untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang dari kehidupan dan sumber dayapesisir:

memulai program-program peningkatan kapasitas yang terintegrasi dan termasuk di dalamnyapengelolaan Daerah Perlindungan Laut (MPA);

mendirikan koordinasi dan kerjasama yang lebih baik antar para pemangku melalui PengelolaanPesisir Terintegrasi dan mengukuhkan program-program kolaboratif dengan pertukaran pelajaranterpetik yang lebih banyak;

melanjutkan kegiatan menuju keefektifan MPA dalam perlindungan terumbu karang dan pelebaranserta perluasan jaringan MPA;

daerah terumbu yang terkena dampak besar tsunami seharusnya ditutup dari kegiatan pariwisataagar membantu penyembuhan alami tanpa gangguan manusia;

mendorong DMCR untuk meminta upaya legislatif dan pemantauan yang lebih kuat dalam melindungiterumbu karang dan untuk memantau pemulihan jangka panjang;

Page 85: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

80

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

mengembangkan indeks universal yang kuat dan efektif dalam mendata keadaan terumbu karang;

memperkenalkan praktik-praktik perikanan yang berkelanjutan dan insentif ekonomi untukmemastikan cara-cara ilegal tidak lagi digunakan dalam pemulihan kehidupan masyarakat pelakuperikanan;

mengembangkan sistem peringatan dini yang efektif dan memberikan penekanan terhadap kesiapanmasyarakat pesisir dalam menghadapi bencana;

memanfaatkan pengetahuan lokal dari masyarakat pesisir setempat dalam kurikulum pelajaran,dengan memusatkan perhatian pada ancaman terhadap sumber daya pesisir;

mengembangkan sistem pengelolaan data informasi terumbu karang skala nasional dan untuk aksesper wilayah; dan

meningkatkan kesadaran masyarakat dan program-program pendidikan agar memastikan bahwamasyarakat secara umum lebih terinformasi mengenai terumbu karang dan permasalahan zonapesisir.

Ekosistem-ekosistem pesisir di Thailand akan pulih secara alami dari dampak tsunami; namun pendataansistematis dibutuhkan untuk mengikuti perkembangannya dan mengetahui keefektifan dari tindakanpengelolaan yang menerapkan rehabilitasi. Perlu ada peningkatan keahlian teknis, peralatan, kapasitaspemantauan, dan penelitian sistem informasi geografis (GIS) agar dapat memantau secara ketat keadaansumber daya pesisir yang terkena dampak dan menyediakan bahan pertimbangan untuk pengelolaansumber daya. Tsunami telah membawa sebuah kesempatan untuk mengimplimentasikan pengelolaanpesisir terintegrasi yang efektif, sehingga dapat menjadi penghubung antara datangnya bencana alamdengan pemulihan kehidupan masyarakat, terumbu karang, dan habitat-habitat pesisir.

PENYELAM RELAWAN MEMBERSIHKAN PUING-PUING TSUNAMI:DARI KURSI TERAS SAMPAI WASTAFEL

Sebuah misi gabungan yang dilakukan oleh UNDP, World Bank, dan FAO telah mendorongUNDP untuk menyediakan peralatan bersih-bersih untuk membantu merehabilitasi terumbu karangThailand yang terkena dampak tsunami 26 Desember 2004. Barang rongsokan berukuran besar,dari kursi teras sampai wastafel, merusak terumbu karang. “Kita sudah melihat kopor, wastafel,kursi teras, dan seprai tempat tidur diam di atas terumbu,” kata Hakan Bjorkman, PerwakilanDeputi Wilayah dari UNDP di Thailand. “Barang rongsok yang tidak biasa seperti ini membutuhkanperhatian khusus. Kami bekerja dengan cepat agar Departmen Kelautan dan Sumber DayaPesisir (DMCR) bisa memperoleh peralatan yang dibutuhkan untuk membersihkan terumbu karangdi sini. Terumbu karang di sepanjang pesisir Andaman bukan hanya habitat bagi kehidupanbawah laut yang penting bagi pendapatan nelayan setempat, tapi juga merupakan sumberpendapatan yang penting untuk dunia pariwisata Thailand,” kata Mr. Bjorkman. DMCRmengharapkan bantuan dari penyelam relawan untuk membantu membersihkan barang-barangyang tersapu ombak dari terumbu karang sepanjang pantai, dan dengan hati-hati menempelkankembali patahan karang. Misi Pendataan Bencana PBB yang berlangsung selama 3 hari,menemukan bahwa rata-rata 5% dari terumbu karang di sepanjang pesisir dan sekitar pulauutama telah rusak. Namun, Kepulauan Similan mengalami sedimentasi yang amat parah daripasir yang terlempar ke atas terumbu karang. Tim pendata ini menyimpulkan bahwa perkembanganekoturisme yang berkelanjutan di masa mendatang dan pemulihan serta diversifikasi dari sumberpendapatan di dalam komunitas pelaku perikanan akan bergantung pada terumbu karang (dariCherie Hart, UNDP, [email protected]).

Page 86: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

81

Keadaan Terumbu Karang dan Ekosistem Pesisir Lainnya di Laut Andaman, Thailand Pasca-Tsunami

UCAPAN TERIMA KASIHLaporan ini disusun dengan kontribusi tambahan dari: Australian Government AusAID Report; CoastalHabitats and Resources Management (CHARM); Department of Marine and Coastal Resources; DiveOperators Club Thailand – Phuket; FAO; Hollie Bailey, Tadashi Kimura; Robert Mather; Phuket MarineBiological Center, WWF – Thailand; dan Cherdsak Virapat.

KONTAK PENULISNiphon Phongsuwan, Phuket Marine Biological Center, Phuket, [email protected]; Thamasak Yeemin,Ramkhamhaeng University, Bangkok, [email protected]; James Comley, Coral CayConservation, London, [email protected]; Suchai Worachananant, Kasetsart University,Bangkok, Thailand, [email protected]; Maitree Duangsawasdi and Cherdchinda Chotiyaputta, Deptof Marine and Coastal Resources, Bangkok

PENINJAUBarbara Brown, Suchana Chavanich, Yves Henocque, Anond Snidwongs, Kristian Teleki, SongpolTippayawong, dan Alphons van Lieshout.

ACUANPhongsuwan N, Brown BE (in press) The influence of the Indian Ocean tsunami on coral reefsof western

Thailand, Andaman Sea, Indian Ocean. Atoll Res Bull (Theme Issue on the Indian Ocean Tsunami).

Rigg J, Law L, Tan-Mullins M, Warr CG (in press) The Indian Ocean tsunami – socio-economic impacts inThailand. Journal of Geography.

Satapoomin U, Phongsuwan N, Brown BE (in press) A preliminary synopsis of the effects of the IndianOcean tsunami on the coral reefs of western Thailand. Phuket Marine Biological Center ResearchBulletin.

Sejumlah laporan online digunakan, termasuk:

Australian Government: AusAID (2005), (www.ausaid.gov.au);Coral Cay Conservation (2005), (www.coralcay.org/science/download_reports.php);Chulalongkorn University (2005), serta Department of Marine and Coastal Resources dan PhuketMarine Biological Center (2005), laporan mengenai dampak tsunami terhadap sumber daya pesisir;Mather R (2005), (www.wwfthai.org/eng/resources/publication/publication.asp);UNDP (2005), (www.undp.or.th/focus/tsunami.html);UNDP/World Bank/FAO (2005), (www.un.or.th/tsunamiinthailand/assesmentreps.html);UNEP (2005), (www.unep.org/tsunami/tsunami_rpt.asp);USAID (2005), (www.usaid.gov/pubs/cbj2003/ane/th/);WWF (2005), (www.wwf.org.au/news/n187).

Page 87: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

83

RINGKASANSebanyak 61 - 65 korban tsunami dilaporkan dari Burma/Myanmar, namun sejumlah warga Burmayang bekerja di Thailand dilaporkan hilang;

Walaupun kerusakan yang terjadi relatif kecil, namun 32 desa dari 12 wilayah yang terletak didaerah pesisir terkena imbasan, dengan 1.000 - 1.300 buah rumah hancur atau rusak, dan kerusakanterhadap bangunan sekolah, pagoda, jembatan, serta penggilingan padi;

Sebanyak 144 kapal nelayan berukuran kecil dilaporkan hilang atau rusak, dengan kerugian finansialyang ditaksir mencapai US$ 250.000;

Tsunami yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan.

PENDAHULUANSebagian besar pesisir Myanmar/Burma didominasi oleh sungai-sungai utama, kesatuan-kesatuan muaradan delta yang besar, hutan mangrove yang luas, lingkungan bersedimen lembut. Kebanyakan terumbukarang ditemukan di sekitar 800 pulau pada kepulauan Myeik di bagian selatan negara.

Gelombang tsunami berhasil mencapai pulau-pulau terluar dari kepulauan Myeik 2-4 jam setelah gempabumi yang pertama terjadi, dan mencapai pantai utara Myanmar 3 - 5,5 jam setelahnya. Pendataan resmidari 22 lokasi pemukiman di kepulauan Myeik, Divisi Taninthayi dan Muara Ayeyarwaddy mengindikasikanbahwa tinggi gelombang sepanjang pesisir Myanmar mencapai 0,5 sampai 2,9 meter, yang dikatakanwarga setempat menyerupai ‘pasang tinggi musim hujan’.

Meski Myanmar terletak lebih dekat dengan pusat gempa daripada Sri Lanka, India, atau KepulauanMaladewa, namun kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami relatif lebih sedikit. Menurut pemerintahanMyanmar, lembaga PBB, dan LSM, sebanyak 32 desa pesisir dari 12 wilayah terkena dampak dengan 61-65 korban meninggal, 1.000-1.300 rumah hancur atau rusak, 144 kapal nelayan hancur atau rusak, danterdapat sejumlah kerusakan terhadap bangunan sekolah, pagoda, jembatan, serta penggilingan padi.Masih terdapat kemungkinan korban meninggal di Thailand merupakan orang Burma yang bekerja disana,karena banyak yang dilaporkan hilang.

6. KEADAAN TERUMBU KARANG DI MYANMAR:EVALUASI PASCA-TSUNAMI

KARENNE TUN DAN GEORG HEISS

Page 88: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

84

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

KEADAAN TERUMBU SEBELUM TSUNAMITerumbu karang di Myanmar bisa jadi merupakan terumbu karang yang paling sedikit dipelajari di dunia,dimana kurang dari 8 laporan yang menyajikan keadaan terumbu karang bisa diperoleh. Beberapa surveitelah dilakukan oleh Reef Check Eropa, namun kebanyakan sumber informasinya sekunder.

Kepulauan/Nusantara Myeik memiliki lahan seluas 12.500 km2 dan terumbu karang seluas 1.700 km2,termasuk terumbu tepi (fringing), hamparan bukit bawah laut, gua kapur, tebing batu yang terjal maupuntegak, dan hamparan pasir bercampur batuan besar dengan sejumlah jenis karang yang belum diketahuispesiesnya (perkiraan yang ada berkisar antar 65-97 jenis karang batu). Sebelum terjadi tsunami, informasi

Page 89: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

85

Keadaan Terumbu Karang di Myanmar: Evaluasi Pasca-Tsunami

mengenai terumbu terbaik berasal dari kesaksian para penyelam yang berekreasi, mengunjungi pantaiBurma dan kepulauan Myeik di atas kapal wisata selam yang beroperasi dari Thailand. Informasi-informasiini relatif sama: mayoritas terumbu karang berada dalam kondisi baik sampai sempurna, dengan penutupankarang yang tinggi di sebagian besar wilayahnya; ikan berukuran besar yang melimpah, terdapat ikan hiu,pari, dan ikan kue yang sering dijumpai menggerombol, terutama pada pulau-pulau terluar dan tepianpaparan benua. Namun, terdapat bukti-bukti kerusakan yang ditimbulkan manusia, laporan-laporanmengenai pengeboman ikan, bekas-bekas bom ikan terlihat pada beberapa terumbu, dan rongsokankegiatan penangkapan seperti jaring yang kusut. Pemanenan teripang untuk keperluan konsumsi danekspor termasuk intensif, begitu juga pengumpulan invertebrata bawah laut lainnya sebagai hiasan danperdagangan biota ornamental.

Data-data terumbu karang pertama kali dikumpulkan oleh Reef Check Eropa pada tahun 2001, ketikaberlangsung ekspidisi “The Quicksilver Crossing”. Survei-survei berikutnya diadakan pada tahun 2003,2004, dan 2005 atas kerjasama dengan ‘Europe Conservation Switzerland’ (www.reefcheck.de). Survei-survei tersebut dilakukan dengan mengambil 9 titik contoh di wilayah pertengahan sampai selatankepulauan Myeik, di sekitar pulau-pulau yang terletak dekat Pulau Lampi (Kyunn Tann Shey), yangmerupakan Taman Nasional. Penutupan karang batu berkisar antara 32,5% sampai 82,5%. Indeks ‘Kartunilai’ tentang dampak, milik Reef Check, menunjukkan tingkat dampak yang berkisar antara sedangsampai tinggi akibat pemanenan ikan yang berlebih, dan dampak yang sedang sampai tinggi akibatpemanenan invertebrata.

KEADAAN TERUMBU KARANG PASCA-TSUNAMIInformasi mengenai Myanmar pasca-tsunami cukup terbatas, meski daerah pesisir yang diduga terkenadampak tsunami pada awalnya cukup luas. Pernyataan resmi dari pemerintah hanya menyebutkanbahwa dampak yang ditimbulkan tsunami ringan, dan pendataan lanjut dari sejumlah LSM serta laporantidak resmi dari pengoperasi tur wisata dan para wisatawan membenarkan pernyataan tersebut.

Pendataan terumbu karang yang pertama dilakukan pada tujuh lokasi contoh antara bulan Februarisampai Maret 2005 di sekitar wilayah selatan kepulauan Myeik, sedikit di atas wilayah Thailand, oleh

TIDAK ADA DAMPAK TSUNAMI-‘LEMPENG BURMA AMAN!’“Ketika tsunami menerjang wilayah pesisir Asia lain, saya berada di Pantai Ngapali, Myanmar,di depan Penginapan Laguna. Pukul 7:45 di pagi hari, laut masih tenang dan matahari keluar.Hari ini tampak seperti biasa, dan kami tidak memiliki komunikasi telepon maupun televisi.Kami baru mendengar beritanya keesokan hari ketika kembali ke Yangon, dan semuamembicarakan betapa beruntungnya kami. Tapi itu bukan keberuntungan – karakteristik alami‘Lempengan Burma’-lah yang menyelamatkan pesisir Myanmar. Para tetua di wilayah pesisirMyanmar sudah mengetahui bahwa ini bukan keberuntungan, namun berkat desain alami duniabawah laut di Teluk Bengal. Di negara bagian Rakhine, karakteristik ‘Lempeng Burma’ menjelaskankenapa pesisir barat laut Myanmar aman dari tsunami. Sampai sejauh 30-35 kilometer daripantai ke arah laut lepas, kedalaman air hanya sampai 3-10 meter, dikuti terumbu yang bertepitembok tegak, yang masuk ke laut dalam sejauh 30-80 m dan berfungsi sebagai perlindunganalami. Gelombang-gelombang tsunami menabrak tembok tersebut dan terhenti secara efektif.Tidak terdapat, dan tidak pernah akan terjadi dampak di masa mendatang dari bencana yangserupa terhadap pesisir negara bagian Rakhine. Bagi para nelayan sesepuh, ini juga merupakanalasan kenapa pantai bagian ini bebas dari ikan hiu berukuran besar, yang cenderung berputarsaat mendekati tembok bawah laut tersebut” (dari Mrauk Oo, Ngwe Saung,www.exploremyanmar.com)

Page 90: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

86

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Reef Check Eropa yang bekerjasama dengan WorldFish Center dan GCRMN. Kerusakan yang ditemukansedikit sekali, dengan beberapa karang patah atau terbalik, dan beberapa yang tertutup lapisan tipis pasirpada tiga lokasi paling selatan. Tidak ditemukan akumulasi patahan karang atau penguburan oleh pasir.Terumbu di kepulauan Myeik relatif selamat dari tsunami, meski terletak cukup dekat dengan terumbu diThailand, yang mengalami kerusakan. Gelombang tsunami telah mengecil sampai 0,5 m ketika sampai dibagian selatan Kepulauan Myeik dan pesisir Myanmar. Beberapa penyelam juga mengindikasikan bahwaterumbu karang yang terdapat di wilayah Pulau Lampi tidak terpengaruh oleh tsunami.

DAMPAK SOSIO-EKONOMIDampak Terhadap Perikanan: Mayoritas desa yang terkena dampak tsunami merupakan desa yangbergerak di bidang perikanan. Perkiraan awal kerugian dari kapal dan peralatan perikanan yang hilangditaksir mencapai US$ 185.000. Laporan terkini menyebutkan sekitar 144 kapal yang hilang, dan kerugianfinansial mencapai US$ 250.000.

Dampak Terhadap Budidaya: Dampak terhadap kegiatan budidaya sepanjang pesisir tidak terlalu banyak,namun terdapat sedikit kerusakan pada karamba budidaya kerapu.

UPAYA REHABILITASI DAN PEMULIHANUpaya rehabilitasi dan pemulihan terumbu karang di Myanmar tidak diperlukan, mengingat kerusakanyang sangat sedikit dari tsunami.

SARAN, KESIMPULAN DAN PREDIKSIMyanmar merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki program pemantauanterumbu karang yang didukung lembaga pemerintah maupun LSM. Pemerintah Myanmar telahmenyatakan ketertarikannya untuk memulai program pemantauan terumbu karang, namun masihkekurangan kapasitas atau tenaga ahli untuk mewujudkannya.

PESISIR BERBATU MEMBANTU MYANMAR14 Januari 2005 – Negara Myanmar yang letaknya tersembunyi termasuk ‘sangat beruntung’hanya sedikit merugi dari tsunami, kata Joanna MacLean dari International Federation of theRed Cross (IFRC). Menurut laporan-laporan dari PBB, lembaga-lembaga setempat, dan IFRC,jumlah korban meninggal diduga tidak melebihi 100. “Ini benar-benar luar biasa. Pada saat[tsunami] itu saya sedang berada di Thailand dan pulang dengan segera, membayangkan yangterburuk.” Pemerintahan militer Myanmar sejauh ini sangat kooperatif dalam upaya pemulihansetelah tsunami, namun MacLean mensyukuri keberadaan pantai berbatu Myanmar dan sudutpantai tersebut sebagai pencegah kerusakan dari gelombang yang menewaskan ribuan orangdi Thailand dan masih banyak lagi di Kepulauan Andaman, yang terletak 320 km dari Myanmar.Delta Irrawaddy yang terletak di selatan Yangon terkena dampak paling parah, namun, korbanjiwa masih dapat diselamatkan, karena mereka yang selamat dari gelombang pertama langsungberlari menuju dataran yang lebih tinggi. Terdapat tiga gelombang yang datangnya berselangsetengah jam, sehingga mereka yang berkesempatan menyaksikan gelombang pertama, bahkanyang kedua, masih memiliki waktu untuk menuju biara-biara, yang selalu terletak pada datarantinggi, dan bangunan sekolah. Antara 5.000-6.000 orang kehilangan tempat tinggal, namunbanyak yang sudah kembali ke desa mereka (dari Joanna MacLean, International Federation ofthe Red Cross).

Page 91: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

87

Keadaan Terumbu Karang di Myanmar: Evaluasi Pasca-Tsunami

Myanmar memiliki sejumlah terumbu paling indah di wilayah Asia Tenggara, namun keadaan terumbusulit ditentukan akibat kurangnya informasi dasar. Dari hasil konsensus saat ini, secara umum keadaanterumbu karang di Myanmar dalam keadaan baik sampai sangat baik. Namun, terdapat kekhawatiranakan meningkatnya praktik perikanan yang merusak, termasuk penggunaan pukat dan pancing rawai(long-line) di sekitar terumbu karang, dan pengeboman. Terdapat banyak laporan adanya praktik perikananilegal dan merusak oleh nelayan asing, dan pengumpulan hewan invertebrata dari terumbu untukperdagangan biota dan akuarium hias semakin meningkat. Terumbu karang di Myanmar saat ini sedangterancam sebab: kurangnya hukum dan peraturan; kapasitas pengetahuan dan penegakan hukum olehpemerintahan yang lemah; banyak LSM yang tidak dapat menjalankan program pemantauan terumbu diMyanmar; dan penangkapan ikan berlebih serta pertumbuhan pengembangan pesisir yang semakinmeningkat. Diperlukan tindakan yang segera untuk mencegah terumbu karang Myanmar sampai padataraf tak berkelanjutan.

Seharusnya konservasi dan pengelolaan terumbu karang di Myanmar menjadi isu utama, dan sudahseharusnya dimulai proses penggarapan program yang komprehensif dan mencakup berbagai tingkatan.Tetapi karena saat ini belum terdapat program yang menyangkut terumbu karang di Myanmar, akansangat tepat jika diformulasikan program konservasi yang meliputi:

sebuah pendataan biodiversitas ekosistem terumbu karang yang komprehensif;

program pemantauan ekosistem, dengan penekanan khusus terhadap terumbu karang dan hutanmangrove;

program pelatihan untuk membangun kapasitas masyarakat setempat dalam pengelolaan ekosistemmangrove;

keikutsertaan Myanmar dalam berbagai program regional dan sub-regional untuk memfasilitasikerjasama dan koordinasi wilayah, dan untuk saling bertukar pengalaman;

identifikasi wilayah-wilayah kunci untuk perlindungan, dan peresmian wilayah tersebut sebagaitaman nasional laut di masa mendatang; dan

inisiasi program-program pendidikan dan kesadaran masyarakat.

PENINJAUBarbara Brown, Sekolah Biologi, Universitas Newcastle upon Tyne, Inggris; Chou Loke Ming, UniversitasNasional Singapura; Niphon Phongsuwan, Phuket Marine Biological Center, Joanna Ruxton, PerpusatakaanAIMS.

KONTAK PENULISKarenne Tun, WorldFish Centre, PO Box 500 GPO, 10670 Penang, Malaysia, [email protected]; GeorgHeiss, Reef Check Eropa, Center for Tropical Marine Ecology (ZMT), Fahrenheitstr. 6, 28359 BremenGermany, [email protected].

ACUANCONSRN (2005) Impacts of the tsunami on fisheries, aquaculture and coastal living livelihoods in Myanmar

(www.streaminitiative.org/pdf/050203Myanmar.pdf).

ReliefWeb (February 2005) Impact of the tsunami on the lives and livelihood of people in Myanmar withspecial focus on

Page 92: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

88

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Labutta township, Ayeyarwaddy division (www. reliefweb.int/rw/rwb.nsf/db900SID/EVIU-

6AKDE8?OpenDocument).

Satake Y, et al. (June 2005) Report on Post Tsunami Survey along the Myanmar Coast for the December2004

Sumatra-Andaman Earthquake. Active Fault Research Center. National Institute of Advanced IndustrialScience and Technology, (www.unit.aist. go.jp/actfault/english/topics/Myanmar/index.html).

WHOSEA (January 2005) Myanmar tsunami situation report,

(www.w3.whosea .o rg/EN/Sec t ion23/Sec t ion1108/Sec t ion1835/Sec t ion1851/Section1869_8657.htm).

KETAKUTAN TSUNAMI MYANMAR REDA01 April 2005- Teramatinya ratusan lumba-lumba, paus, dan porpoise di lepas pesisir selatanMyanmar telah meredakan ketakutan berbagai pihak akan terpengaruhnya mamalia laut akibattsunami bulan Desember, tulis sebuah harian semi-resmi. Ahli konservasi Myanmar dan asingtelah mengadakan pengamatan sewaktu melakukan survei pesisir Tanintharyi dan secara khususdi perairan Kepulauan Myeik, yang kaya akan biodiversitas laut. Survei tersebut telahmenghilangkan kekhawatiran tentang rusaknya habitat (lumba-lumba dan paus) karena tsunami,kata Mya Than Tun, seorang peniliti dari Departemen Perikanan, dalam laporannya. Myanmarmenderita kerugian dan korban jiwa yang relatif sedikit akibat tsunami. Sebuah survei yangberdurasi 2 minggu oleh Wildlife Conservation Society, Whales and Dolphin ConservationSociety dan Convention on Migratory Species di Jerman diikuti ilmuwan dari Myanmar,Bangladesh, India, dan Sri Lanka, yang dipimpin oleh Brian Smith, seorang ahli zoololgikonservasi. Ini merupakan pertama kali sebuah survei seperti ini dilakukan di Myanmar dan TintTun, kata seorang ahli biologi Myanmar dari Wildlife Conservation Society, dan survei ini akandigunakan untuk memastikan populasi mamalia laut di perairan pesisir (dari The China Post).

Page 93: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

89

RINGKASANTingkat kematian akibat tsunami termasuk tinggi, lebih dari 7.000 korban jiwa di Kepulauan Nikobarsaja (angka pasti kemungkinan tidak akan pernah diketahui karena sejumlah masyarakat adat padapulau-pulau terpencil mungkin menjadi korban). Pada daratan utama, terdapat jumlah kematianserupa;

Kerugian terbesar terjadi pada masyarakat nelayan walaupun gelombang tsunami ikutmenghancurkan jalan-jalan, jetty, infrastruktur dasar lainnya serta desa-desa secara keseluruhan;

Terjadi kerusakan yang sangat parah terhadap sumber daya pesisir India bagian tenggara, khususnyaterhadap hutan mangrove dan pesisir. Pada Kepulauan Andaman dan Nikobar terjadi kerusakanyang cukup parah terhadap terumbu karang dan pantai, begitu juga pada hutan-hutan;

Gempa bumi telah mengubah bentuk daratan dari terumbu karang dan pesisir Andaman dan Nikobar:terumbu karang pada Andaman bagian selatan sampai Nikobar menurun 1-3 meter; dengan sejumlahterumbu pada Andaman bagian utara terangkat keluar air dan mati; dan beberapa pantai hampirhilang sama sekali, sementara pantai-pantai baru telah terbentuk;

Terdapat kerusakan yang parah pada sebagian besar terumbu karang di Andaman dan Nikobar,khususnya dikarenakan benda-benda yang tersapu dari daratan dan penyelimutan oleh materialsedimen;

Terumbu karang pada daratan utama di Teluk Myanmar dan tempat lainnya hanya sedikit rusak,dengan kerusakan yang terpusat. Kebanyakan pantai daratan utama mengalami erosi; dan

Wilayah-wilayah yang terkena dampak diperkirakan akan pulih dalam waktu 5-10 tahun, jika terdapatpengelolaan sumber daya yang efektif dan penegakan hukum yang mengendalikan praktikpenangkapan yang merusak, penambangan terumbu, penangkapan berlebih akan sumber dayaterumbu, pengembangan pesisir, sedimentasi, dan pencemaran.

7. DAMPAK TSUNAMI TAHUN 2004PADA DARATAN UTAMA INDIA SERTA

KEPULAUAN ANDAMAN DAN NIKOBAR

JK PATTERSON EDWARD, SARANG KULKANRI, R. JEYABASKARAN, SRI LAZARUS,ANITA MARY, K. VENKATARAMAN, SWAYAM PRABHA DAS,JERKER TAMELANDER, ARJAN RAJASURIYA, K. JAYAKUMAR,A.K. KUMARAGURU, N. MARIMUTHU, ROBERT SLUKA,

DAN J. JERALD WILSON

Page 94: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

90

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

PENDAHULUANGempa bumi pertama pada 26 Desember 2004 mencetuskan sebuah reaksi gempa bumi berantai dibawahKepulauan Andaman dan Nikobar yang mengguncang seluruh wilayah Laut Andaman. Pada akhirnya,lempengan Burma, yang menopang kepulauan tersebut, bergerak miring setelah rentetan gempa yangberlangsung selama 8 menit mengikuti gempa utama yang berlangsung di lepas Sumatra. Sehingga,pulau-pulau ini menjadi sebuah sumber tsunami yang menyebar di Samudera Hindia dan juga terkenadampak dari tsunami akibat pergerakan-pergerakan lempeng bumi yang berlangsung pagi itu. Dampakyang timbul cukup berbeda antara daratan utama India dan Kepulauan Andaman dan Nikobar. Karenainilah kedua wilayah tersebut dibahas secara terpisah dalam bab ini.

Page 95: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

91

Dampak Tsunami Tahun 2004 pada Daratan Utama India serta Kepulauan Andaman dan Nikobar

Kepulauan Andaman dan Nikobar: Kerusakan di kepulauan ini disebabkan dua hal: rangkaian gempabumi dan gelombang-gelombang tsunami. Dalam kurun waktu 10 menit dari gempa, gelombang lautsetinggi 15 meter pada kepulauan Nikobar dan 4 meter pada kepulauan Andaman menyapu diatasdaratan pulau. Gedung-gedung di pulau Great Nicobar, Car Nicobar, dan Little Andaman tersapu bersih,sementara yang lain, seperti gedung terminal penumpang di Teluk Phoenix, Port Blair, runtuh akibatgoncangan. Gelombang-gelombang menelan korban jiwa lebih dari 7.000 di Kepulauan Nikobar sendiridan menghancurkan jalan-jalan, jetty, dan bangunan infrastruktur lainnya. Jumlah keseluruhan korbanjiwa kemungkinan tidak akan pernah diketahui karena korban dari masyarakat adat yang tinggal padapulau terpencil tidak diketahui secara pasti. Upaya pemulihan berupa pengiriman berbagai persediaanserta bantuan medis ke pulau-pulau tersebut terhambat karena jarak yang jauh dari daratan utama sertadermaga, bandara, atau jalan menuju lokasi masyarakat yang sangat sulit, terbatas dan tidak mudahdijangkau.

Gerakan subduksi Lempeng Hindia yang terletak di bawah Lempeng Burma, yang menyangga pulau-pulau Andaman dan Nikobar, telah mengubah topografi terumbu karang dan pesisir setempat. KeseluruhanLempeng Burma bergerak miring sehingga hamparan terumbu dangkal yang terdapat pada bagian selatanAndaman sampai Nikobar menurun 1-2 meter, sehingga rataan terumbunya kini berada beberapa meterdibawah permukaan air laut. Namun, di bagian utara Andaman, hamparan pasang-surut yang luas kiniterangkat sedemikian rupa sehingga beberapa terumbu muncul di atas permukaan secara permanen, danmengakibatkan banyak terumbu di wilayah ini mati. Perubahan lainnya yang terjadi adalah hilangnya

Page 96: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

92

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

beberapa pantai akibat erosi besar-besaran, sementara beberapa pantai lainnya terbentuk. Sejak 26Desember, telah terjadi lebih dari 400 gempa susulan, yang mengakibatkan beberapa pulau di selatanAndaman sampai Nikobar terangkat 20-25 cm lebih lanjut. Hampir 6,8% daratan dari kelompok pulauNancrowy kini telah tenggelam.

Daratan utama India: Gelombang-gelombang tsunami mencapai daratan utama India tepat 2 jam setelahGempa Sumatra-Andaman yang dahsyat, dan mencapai pesisir pantai barat India setelah 3 jam. Meskipunpesisir timur Sri Lanka menyerap sebagian besar dari energi gelombang, gelombang-gelombang tersebutmasih terpantul di sekitar Sri Lanka dan melewati bagian pesisir lainnya yang telah tenggelam. PesisirTamil Nadu yang terdapat di tenggara India merupakan wilayah yang paling parah terkena dampak padadaratan utama India, dengan kerusakan parah pada wilayah kabupaten Chennai, Cuddalore, danNagapatinam Kaniyakumari dan gelombang setinggi 2,5-5 meter. Wilayah yang luas pada pesisir Chennaiterendam sampai sejauh 590 meter mengintrusi daratan. Pada beberapa dermaga, arus tsunami yangluar biasa menyeret kapal-kapal keluar dari laut.

Perairan sungai Adyar dan Cooum yang sangat tercemar, terhempas ke laut setelah gelombang tsunamimembuka lebar-lebar mulut sungai-sungai tersebut, yang biasanya terhambat oleh endapan pasir. Airsungai ini mencemari lingkungan pesisir dengan bakteri E. coli dan Salmonella, yang ditemukan lebihdari 10 km dari lepas pantai. Lebih lanjut lagi, masuknya kandungan nutrien yang melimpah mengakibatkanledakan fitoplankton dan mikrobial di lepas pantai Chennai.

KEADAAN TERUMBU KARANG SEBELUM TSUNAMITerumbu karang di India menutupi areal seluas 5.790 km2 yang dibagi menjadi tiga zona utama: Pulau-pulau Andaman dan Nikobar; terumbu karang pada daratan utama; dan pulau-pulau Lakshadweep.Struktur terumbu dan diversitas jenis berbeda antara lokasi-lokasi di atas karena terdapat perbedaanukuran wilayah dan kondisi lingkungan yang mendominasi. Lebih dari 260 jenis karang batu, 145 jeniskarang lunak, dan 1.200 jenis ikan telah tercatat dari terumbu karang India.

Kepulauan Andaman dan Nikobar terkena hantaman keras tsunami, dengan jumlah korban lebihdari 10.000 jiwa. Kebanyakan dari 356.000 penduduk di rantai pulau terpencil, termasukmayoritas yang tinggal di ibu kota Port Blair, terkena dampaknya dan ribuan orang menjadi tunawisma. Beberapa cukup beruntung karena dapat meninggalkan rumahnya dan mencapai tempatyang lebih tinggi saat pasang besar menyapu sepanjang daerah dataran rendah. “Saat itu pagitanggal 26 Desember, saat gempa bumi pertama datang. Kira-kira satu jam kemudian, kamimendengar orang-orang berteriak dari segala penjuru, mengatakan bahwa ‘air datang, air datang’.Rumah kami dikelilingi oleh anak sungai, dan mendadak tinggi air meningkat lalu meluber melewatibantaran dan memasuki rumah. Pada saat itu aku dan istriku serta kedua anjing kami menuju kebagian belakang rumah, memanjat sebuah bukit kecil dan duduk di sana sampai satu jam sebelumakhirnya air surut. Kemudian kami turun untuk melihat kerusakan; rumah kami rusak parah akibatgempa bumi dan air laut. Secara umum, suasana hati sangatlah gundah. Masyarakat sangatlahmenderita. Aku telah kehilangan segalanya yang kukumpulkan dari seluruh dunia selama 29tahun mengabdi di Angkatan Laut India dan Pengawas Pantai. Ini merupakan kerugian pribadibagiku, tetapi hidup berjalan terus. Pada saat ini, pikiran dan tindakan kami bersama orang-orang yang telah menderita atas tragedi yang terjadi. Namun bisa dipastikan bahwa masyarakatyang hidup dan penghidupannya di laut, akan kembali lagi. Lagipula, tak ada yang dapatmengharapkan bahwa nelayan dapat tinggal diam di bukit. Kehidupan harus terus berjalan”(dari Debesh Banerjee, Sekretaris Kehormatan, WWF-India, Kepulauan Andaman dan Nikobar).

EYEWITNESS ACCOUNT FROM WWF-INDIA

Page 97: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

93

Dampak Tsunami Tahun 2004 pada Daratan Utama India serta Kepulauan Andaman dan Nikobar

Sebelum tsunami terjadi, terumbu karang di sepanjang pesisir India mengalami eksploitasi tinggi danterancam kerusakan yang terus-menerus dari praktik penangkapan ikan yang merusak, penambangankarang, pemanenan sumber daya terumbu yang berlebih, pengembangan pesisir, sedimentasi, danpencemaran. Ancaman-ancaman tersebut tidak terlalu besar pada Kepulauan Andaman dan Nikobar,dimana sedimentasi dan penangkapan ikan berlebih merupakan ancaman utama, mempengaruhi 55%dari terumbu. India telah mengembangkan Rencana Tindak Lanjut Strategi Biodiversitas Nasional padatahun 2004, yang mencakup strategi konservasi terumbu karang, walaupun sudah terlindungi dibawahAkta Perlindungan Lingkungan 1972. Walaupun telah hadir sejumlah daerah perlindungan laut, terumbudi wilayah tersebut semakin rusak akibat meningkatnya kemiskinan diantara masyarakat pesisir, praktikpengelolaan yang buruk, dan kegiatan pemantauan yang tidak konsisten.

Kepulauan Andaman dan Nikobar merupakan gugusan 530 pulau terpencil, yang letaknya lebih dekatterhadap Thailand daripada India daratan, dan memisahkan Teluk Bengal dari Laut Andaman. Meskipunhanya 38 pulau yang berpenghuni, namun pertumbuhan jumlah penduduk cukup pesat, meningkat dari279.000 pada tahun 1991 menjadi 405.000 pada 2001. Sebelum tsunami, sebagian besar pulau-pulautersebut berada dalam kondisi alami, dengan terumbu karang tepi yang melimpah, dalam kondisi baik.Biodiversitas terumbu karang pada Kepulauan Andaman dan Nikobar lebih menyerupai yang terdapat diAsia Tenggara daripada biodiversitas terumbu karang Asia selatan, dikarenakan arus yang ada memfasilitasiperpindahan larva yang lebih tinggi dengan terumbu yang terdapat di arah timur. Lebih dari 1.000 jenisikan dan 200 jenis karang telah teridentifikasi. Marga Porites ditemukan mendominasi di sebelah utara

Penurunan jumlah jenis dan marga karang keras di wilayah Kepualuan Andaman, Nikobar sampaipantai barat India

Wilayah Jumlah Marga Jumlah Jenis

Kepulauan Andaman dan Nikobar 43 134

Teluk Mannar 36 128

Kepulauan Lakshadweep 37 103

Teluk Kachchh 24 37

Gundukan terumbu di pantai barat 17 29

Walaupun tsunami menyebabkan kerugian nyata, namun juga menampakkan beberapa hartakarun: peninggalan leluhur berupa kuil-kuil yang telah lama terlupakan di pesisir India. Gelombangtsunami mengerosi pasir di sekitar 3 batuan besar yang menampilkan ukiran binatang, termasukjuga jejak dari 2 buah kuil di dekat kota pesisir Mahabalipuram di Tamil Nadu. Mahabalipuramdikenal dengan kuil-kuil batu kuno berukiran rumit di sepanjang pantai, dan peninggalan yangbelum pernah diketahui ini tampaknya berasal dari kota pelabuhan yang dibangun pada abadke 7. Menurut pemaparan para penulis dari Eropa yang pertama, daerah ini merupakantempat bagi 7 kuil, 6 diantaranya dianggap tenggelam. Batuan berukuran 2 meter yang kinimuncul diatas permukaan memuat pahatan kepala gajah yang jelas, seekor kuda yang sedangterbang, seekor singa sedang istirahat, dan sebuah cekungan yang terdapat ukiran dewa ditengahnya. Menurut para pakar arkeologi, binatang singa, gajah, dan burung merak menghiasicandi-candi pada periode Pallava di abad ke 7 dan 8. Para arkeolog dari ArchaeologicalSurvey of India terus melakukan penggalian. Alok Tripathi, yang memimpin penggalian ini,mengatakan tidak ada keraguan bahwa temuan-temuan tersebut merupakan peninggalan strkutur-struktur abad ke-8 agama Hindu (dari Science, Volume 308, Isu 5720).

TSUNAMI MENAMPAKKAN KUIL-KUIL INDIA

Page 98: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

94

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

NELAYAN INDIA YANG TERKENA TSUNAMI MEMILIH TINGGALDI PESISIR

Meski sudah diperintahkan pemerintahan Tamil Nadu, India Selatan agar membangun rumahberjarak 200 meter dari pantai, para nelayan lebih memilih untuk tinggal dekat dengan laut.Mereka mengatakan tak punya pilihan, karena kehidupan mereka yang menjadi terancam.Keputusan Pemerintah No. 172 yang baru, berisi panduan untuk pembangunan rumah, yangmenyebutkan rumah-rumah yang telah hancur dan terletak dalam wilayah 200 meter dari pantaiharus dibangun kembali di luar wilayah 200 meter dari pantai tersebut. Jika tidak, pemerintahmenolak membantu pembangunannya. Para nelayan telah menyatakan kekecewaan yang sangatmendalam akibat putusan tersebut, “Kami tidak takut jika akan ada tsunami berikutnya. Kamiperlu berada dekat laut, karena hal kecil seperti perubahan warna air laut atau arah danperubahan angin sepanjang pesisir membantu kami mengetahui ikan seperti apa yang akankami tangkap hari itu. Kehidupan kami bergantung pada laut”, ungkap Vanaja, seorang nelayanwanita dan pekerja sosial. Para LSM kini membangun rumah-rumah di sepanjang pesisir, karenapemerintah telah menolak bantuan untuk rumah yang berada dalam wilayah 200 meter tersebut.“Pelanggaran dari bangunan wisata dan industri banyak sekali di wilayah pesisir. Mengapapemerintah tidak menindak hal tersebut? Jika kita pergi dari sini, mungkin [wilayah ini] akandiserahkan ke pihak swasta. Keadaan seperti ini sangat mengecewakan, bahwa pemerintahwilayah belum menangani masalah tersebut”, ungkap Jesuratnam, seorang pekerja sosial.Pemerintah telah menyita 520 lokasi agar dijadikan wilayah perumahan tetap yang berjarak500 meter dari pantai (dari www.newindpress.com dan International Collective in Support ofFishworkers, [email protected]).

dan selatan kepulauan Andaman, sementara marga Acropora yang paling sering dijumpai padapertengahan Andaman dan kepulauan Nikobar. Pemutihan karang yang terjadi pada 1998 sedikit

Terumbu karang India daratan ditemukan pada 2 wilayah umum: Teluk Mannar dan Teluk Kachchh.Terumbu tepi juga terdapat mengelilingi pulau-pulau lepas pantai di wilayah tengah pesisir barat. Wilayahlaut di Teluk Mannar, India Tenggara telah diresmikan sebagai Cagar Biosfer Laut India yang pertama.Sebelum terjadi tsunami, 530 jenis ikan dan lebih dari 100 jenis karang batu telah diidentifikasi. Terumbukarang ditemukan di sekitar 21 pulau antara wilayah Rameshwaram dan Tuticorin, namun dua pulautelah tenggelam akibat penambangan karang. Penutupan karang diperkirakan mencapai 41% pada tahun2004, dengan penutupan tertinggi pada pulau Keezhakkarai dan Tuticorn, dan didominasi oleh jenisAcropora dan Montipora, dan terdapat juga jenis Favia, Hydnophora, Goniastrea dan Goniopora yangmasif. Terumbu pada pulau Thalayari dan Upputhani didominasi oleh karang padat, sementara di pulauKariyachalli dan Anaipar didominasi oleh karang meja (Acropora cythera dan Acropora corymbosa).Kelompok pulau Tuticorn mengalami degradasi yang cukup parah akibat penambangan karang sehinggadiversitasnya rendah. Terumbu karang pada kelompok Pulau Vembar sebagian besar hanya berupa batuankarang mati berukuran besar dan komunitas makro-alga.

Terdapat terumbu gundukan (patch reefs) dangkal yang tumbuh pada substrat batuan paras di sekitar 34pulau pada Teluk Kachchh. Terumbu ini memiliki diversitas yang rendah akibat tingkat salinitas yangtinggi, fluktuasi suhu yang besar, dan sedimentasi yang tinggi, dengan penutupan karang sebesar 20%.

Kepulauan Lakshadweep: Kepulauan ini terdiri atas 12 atol yang terletak di ujung utara tebing Laccadive-Chagos, dimana pada tahun 1998 terjadi pemutihan karang yang menyebabkan kematian karang yangcukup parah. Penutupan karang hidup pada laguna-laguna terumbu menurun sampai 10% pada tahun2002, namun kembali meningkat sampai 20% pada tahun 2004, yang ditunjukkan oleh pemulihan yangbaik pada atol Kadmat dan Agatti. Pulau Kadmat diresmikan sebagai daerah perlindungan laut karenapentingnya terumbu tersebut, padang lamun, serta sebagai wilayah peneluran penyu.

Page 99: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

95

Dampak Tsunami Tahun 2004 pada Daratan Utama India serta Kepulauan Andaman dan Nikobar

KEADAAN TERUMBU KARANG PASCA-TSUNAMIPada awalnya terdapat kekhawatiran akan terjadi kerusakan jangka panjang terhadap terumbu karangIndia, termasuk hilangnya habitat dan daerah asuhan. Namun, pendataan di wilayah India menunjukkanbahwa kecil kemungkinan terjadi kerusakan jangka panjang.

Kepulauan Andaman dan Nikobar: Dampak yang ditimbulkan oleh tsunami tahun 2004 terhadapterumbu karang di Kepulauan Andaman dan Nikobar bervariasi, dari kerusakan ringan sampai parahdengan luas terumbu rusak sebesar 40.000 hektar. Kerusakan yang paling umum terjadi adalah akibatmasuknya benda-benda yang terseret tsunami, seperti batang pohon, yang mengabrasi dan menyelimutikarang. Namun, dampak yang paling terlihat terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik di wilayahtersebut sehingga sebagian terumbu menjadi terangkat keluar air. Gelombang tsunami yang terjadi lebihkuat pada wilayah utara dan pertengahan Kepulauan Andaman, dan pada seluruh Kepulauan Andamanbagian selatan serta Kepulauan Ritchie. Mayoritas kematian karang terjadi pada jalur-jalur sempit dimanakekuatan tsunami menjadi terpusat.

Pulau-pulau tersebut berada diatas Lempeng Burma, yang terangkat di bagian barat daya dan tenggelamdi wilayah tenggara, sehingga menaikkan rata-rata nilai kedalaman terumbu pada Andaman bagianselatan dan kepulauan Nikobar sebanyak 1-3 meter. Sebelum tsunami terjadi, pertumbuhan karang dirataan terumbu yang luas (kedalaman <2 m), terbatas karena radiasi sinar UV dan sinar matahari. Kiniterumbu tersebut tertutup oleh air dengan kedalaman beberapa meter, yang akan mendorong pertumbuhankarang, dan perkembangan karang yang lebih baik pada beberapa wilayah, seperti di Taman NasionalLaut Mahatma Gandhi.

Terumbu karang pada bagian selatan Kepulauan Andaman telah tenggelam sejauh 1 meter, dan upayalanjut dalam pembangunan pembatas air laut untuk melindungi rumah-rumah, sawah, dan infrastrukturlainnya telah menyebabkan lepasnya tanah ke air, yang akan merusak terumbu di sekitarnya. Hutan

APAKAH SUKU-SUKU DI PULAU MENGGUNAKAN ILMU KUNOUNTUK MENGHINDARI TSUNAMI?

Kepulauan Andaman dan Nikobar berada di bawah pemerintahan India dan merupakan tempattinggal bagi sejumlah suku pemburu-pengumpul yang hanya sedikit sekali memiliki kontak dengandunia luar sampai baru-baru ini. Pada awalnya, para ahli arkeologi mengkhawatirkan suku-suku tersebut lenyap disapu tsunami. Namun pilot-pilot Angkatan Udara India yang melakukanpemantauan melalui satu pesawat di atas pulau-pulau tersebut melaporkan adanya penembakanpanah-panah terhadap helikopter mereka. Sejak itu terdapat laporan bahwa para pendudukpulau menggunakan ilmu kuno yang mereka miliki tentang alam dalam menghindari tsunami.Laporan-laporan terpercaya yang pertama kali datang tentang nasib suku-suku Andamanmengindikasikan bahwa sebagian besar berhasil selamat. Kesadaran mereka mengenai laut,bumi, dan pergerakan hewan-hewan telah terakumulasi dalam waktu 60.000 tahun menghunipulau-pulau tersebut. Pengajaran sejarah secara lisan dan gaya hidup pemburu-pengumpulyang mereka miliki kemungkinan telah mempersiapkan mereka untuk berpindah ke dalam hutansetelah merasakan getaran gempa yang pertama. Suku-suku ini membawa suatu misteri kepadapara antropolog. Empat suku Andaman: Andaman Besar; Onge; Jarawa; serta Sentinel, dikenalsebagai suku Negrito yang berketurunan Afrika. Mereka adalah pemburu-pengumpul yanghidupnya terisolasi sampai 50 tahun yang lalu, dengan sedikit interaksi dengan dunia luar.Suku ini terpaksa mengungsi lebih dalam ke hutan-hutan di pulau akibat datangnya penghunidan pembangunan baru ke wilayah mereka. Mayoritas suku tersebut terancam punah; terancamoleh penyakit, populasi yang berlebih, dan kekurangan sumber daya, dan populasi merekatelah menyusut menjadi beberapa ratus (dari Bernice Notenboom, National Geographic News).

Page 100: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

96

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

mangrove di sekitar Andaman mengalami kematian yang cukup besar dimana ketinggian air telah naik.Namun, hutan mangrove pada bagian utara dimana telah terangkat dan ketinggian airnya telah menurun,masih dapat hidup, tetapi kematian masih dapat terjadi. Di sejumlah wilayah, terdapat dampak yangcukup serius pada padang lamun, namun dampak yang ditimbulkan terhadap dugong yang terancampunah belum diketahui.

Pulau-pulau yang terdapat sepanjang bagian utara dan pertengahan kepulauan Andaman mengalamifenomena sebaliknya. Terumbu karang terangkat setinggi 1-3 meter, sehingga terpapar secara telak danmembunuh karang yang terdapat pada terumbu tepi dan rataan terumbu. Karang yang tumbuh pada lautyang lebih dalam kini lebih terpapar terhadap arus dan gelombang yang lebih kencang, peningkatansuhu, dan radiasi sinar UV; tetapi mereka akan beradaptasi terhadap kondisi yang lebih terbuka tersebutdalam beberapa tahun ke depan.

Kepulauan Andaman: Kondisi terumbu karang telah didata pada awal tahun 2005: pertama di kepulauanAndaman bagian selatan dan berikutnya di kepulauan Nikobar dan Andaman bagian utara. Pendataancepat ini menggunakan metode scuba dan snorkel untuk memastikan keadaan dan kerusakan akibattsunami.

Pulau Jolly Buoys: Terumbu karang mengalami kerusakan parah, dimana sedimen menyelimuti karangdi rataan terumbu. Sejumlah besar puing tersebar di sebagian besar terumbu. Sejumlah koloni terumbukarang besar (diameter >2m) terangkat dan tersebar di terumbu. Patahan Acropora spp. dan Hydnophorarigida seringkali terlihat di sepanjang tepi terumbu. Kelimpahan populasi ikan menurun dan keragamanikan pun turut berkurang.

Redskin: Terumbu karang, termasuk Porites lutea yang mendominasi, rusak parah. Meskipun kerusakanpada rataan terumbu hanya sedikit, koloni karang pada lereng terumbu rusak parah, dengan beberapakoloni berukuran besar patah dan terbawa arus sampai pada kedalaman 15 meter. Jarak pandang telahmenurun dan topografi pantai telah berubah. Pantai telah berubah ukuran dan kemiringannya telahbertambah.

Data dari 11 lokasi pada pulau-pulau di Teluk Mannar di atas, sebelum dan sesudah tsunami, tidakmenunjukkan perubahan yang berarti terhadap tutupan karang akibat tsunami (dari Patterson Edward)

Sebelum tsunami (2002-2004)Sesudah tsunami (2005)

Tutu

pan

su

bst

rata

(%)

Karanghidup

Karang hidupberalga

Batu karangterbuka

Alga

Page 101: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

97

Dampak Tsunami Tahun 2004 pada Daratan Utama India serta Kepulauan Andaman dan Nikobar

Alexandra: Kerusakan karangnya mirip dengan yang menimpa pulau Jolly Buoy dan Redskin, namunlebih ringan. Karang yang terletak lebih dalam dari 15 m tertutupi sedimen. Jenis Acropora paling besardampaknya, dan beberapa koloni Porites lutea tercabut. Jarak pandang di bawah air berkurang secarasignifikan karena input sedimen yang besar.

Grub: Dampak yang ditimbulkan tsunami pada wilayah ini tidak terlalu besar, hanya beberapa koloniAcropora, Porites, Echnipora, dan Psammacora yang patah atau terguling. Koloni-koloni Acropora besarbertahan dalam keadaan sangat baik dan kini tampak lebih melimpah, sebelumnya terjadi dominasi olehPorites dan Echinopora lamellosa.

Teluk Utara: Wilayah ini lebih dekat dengan Port Blair dan sedikit menunjukkan dampak tsunami.Terumbu ini didominasi oleh Porites lutea, Porites nigrescens, dan Acropora spp. dan jarang terdapatlaporan adanya koloni patah. Namun demikian, topografi dan komposisi pantai telah berubah.

Terumbu Utara, Interview, dan Terumbu Selatan: Terdapat lokasi peneluran penyu penting, namunerosi dari gelombang-gelombang tsunami telah menyapu pergi sarang-sarang penyu dan menaikkanterumbu karang, sehingga menciptakan rintangan yang menyulitkan jalan penyu ke lokasi peneluran.

Kepulauan Nikobar: Kerusakan akibat tsunami pada kepulauan Nikobar lebih parah daripada di KepulauanAndaman. Ombak raksasa setinggi 10-15 m menewaskan ribuan orang (mayoritas masyarakat suku diNicobar), mengahancurkan hutan pesisir dan meratakan sebagian besar infrastruktur daratan di pulautersebut.

Terjadi peralihan habitat yang besar dan sejumlah habitat terumbu baru di sepanjang kepulauan telahtenggelam, termasuk di Car Nicobar, Tarasa, Comorta, Trinkat, Nancowry, Katchal, dan Great Nicobar(Nikobar Besar). Meningkatnya sedimentasi telah menyebabkan stres sehingga terjadi pemutihan dankematian karang secara masal; dengan lebih dari 70% karang yang sebagian besar berupa Acroporatercabuti dan tersebar di wilayah Teluk Sawai pada Pulau Car Nicobar. Pulau Trinkat hampir terbelahmenjadi dua dan pasir telah terpindahkan ke wilayah terumbu luas di pesisir barat, menyebabkan matinyajenis-jenis dari marga Acropora dan Porites yang pernah mendominasi. Kerusakan fisik juga ditemukanpada jalur di antara Camorta dan Nancowry, yang sebelumnnya didominasi oleh jenis Millepora, Acropora,dan Porites. Koloni-koloni besar terangkat, dan terdorong ke laut dangkal atau tersapu ke laut dalam.Terumbu yang terdapat pada wilayah timur laut Nancowry yang dikenal memiliki koloni Acropora yang

Tidak terdapat perbedaan yang berarti pada keragaman ikan di sepanjang 4 kelompok pulau di TelukMannar sebelum atau sesudah tsunami (dari Patterson Edward)

Sebelum tsunamiSebelum tsunami (1 minggu)Sebelum tsunami (5 bulan)

Jum

lah

jen

is ik

an

Tuticorin Vembar Keezhakkarai Mandapam

Page 102: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

98

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

melimpah, nyaris hilang. Lokasi peneluran penyu belimbing terluas pada pantai Galathea, Pulau GreatNicobar, telah hilang.

India Daratan: Terumbu pada Teluk Mannar merupakan satu-satunya terumbu pada India daratan yangterpengaruh tsunami. Sejumlah karang mengalami pemutihan, sementara yang lain terpengaruh karenameningkatnya siltasi akibat masuknya puing-puing yang mematahkan dan menyebabkan tergulingnyabeberapa koloni. Namun dampak yang ditimbulkan sangat kecil terhadap karang, habitat terumbu karangdan sumber daya perikanan yang terkait. Pendataan pada 11 lokasi yang dipilih secara acak (Pulau Vaan,Kariyachalli, Upputhanni, Pulvinichalli, Yaanipar, Vali Munai, Thalaiyari, Mulli, Poomarichan, Kurusadai,dan Shingle) menunjukkan bahwa kerusakan fisik, dampak terhadap keanekaragaman bentik dan deposisipuing, pasir, tanah serta patahan karang tidak jauh berbeda dengan hasil survei-survei sebelum tsunami.Namun demikian, beberapa kerusakan yang terlihat: 1-2% dari karang meja dan karang bercabangmenunjukkan tanda-tanda kerusakan fisik, dengan sejumlah karang meja (Acropora cynthera) terbalikdan sejumlah jenis bercabang dengan cabang-cabang yang patah. Dampak lainnya termasuktersangkutnya lamun dan rumput laut pada cabang-cabang karang, deposisi pasir dalam 25% dari jumlahkarang cawan (Turbinaria spp.) dan pohon yang tercabuti dari akarnya disertai erosi tanah pada 2 lokasi,yaitu Pulau Thalayari dari kelompok Pulau Keezhakkarai dan Pulau Krusadai dari kelompok Mandapam.

Pusat Pengkajian Pesisir dan Laut Universitas Madurai Kamaraj mengamatai kecenderungan yang serupadi Teluk Mannar dan Teluk Palk. Karang batu, alga, serta padang lamun tidak terpengaruh oleh ombakmeskipun terjadi peningkatan sedimentasi di Teluk Palk dari 32,5 mg/hari pada bulan November 2004menjadi 53,4 mg/hari setelah tsunami. Institut Penelitian Kelautan Suganthi Devadason menemukanbahwa kisaran sedimentasi sebesar 50-110 mg/cm2/hari pada pesisir Tuticorin sejak Februari 2003, dannilai ini tidak memengaruhi karang. Pada bulan Januari 2005, setelah tsunami terjadi, laju sedimentasimenjadi sebesar 56 mg/cm2/hari dan ini juga tidak merusak karang. Pada bulan Mei 2005, terjadipemutihan karang di Teluk Mannar, terutama di bagian Pulau Keelakarai dan Tuticorin dimana 34% darikarang yang terdapat di wilayah pasang surut mengalami pemutihan. Kebanyakan karang masifterpengaruh ketika suhu air laut di permukaan mencapai 31,7°C dan arus permukaan menyimpang dariyang biasa. Penutupan karang hidup di Pulau Tuticorin menurun dari 42% sebelum tsunami menjadi31% seperti yang ditunjukkan survei pasca-tsunami pada Januari 2005. Sejumlah besar karang terselimutioleh tanah, yang megakibatkan kematian.

Tidak terdapat laporan kerusakan pada terumbu karang di pada Pulau Lakwadsheep, Teluk Kachchh,dan Pulau Grand yang terletak di lepas wilayah Goa (dimana penutupan karang sebesar 31% pada tahun2002 dan 36% pada 2005).

Tidak ada pengaruh tsunami yang besar terhadap kelimpahan dan penyebaran ikan karang, setelahdilakukan survei di sekitar wilayah Teluk Mannar 1 minggu dan 5 bulan setelah tsunami, dan tidakmenunjukkan tanda-tanda perubahan komposisi jenis. Ikan karang yang kerap ditemukan seperti kakap(Lethrinus), baronang (Siganus), kue (Carangoides malabaricus), dan ikan soldierfish (Sargocetron)kesemuanya melimpah. Tidak ada dampak pada krustasea maupun moluska.

Kerusakan pada Mangrove: Pengamatan melalui satelit menunjukkan bahwa telah terjadi erosi yangtinggi terhadap wilayah pertumbuhan mangrove di sepanjang sisi timur kepulauan Andaman dan Nikobar.Mangrove pada utara Andaman secara umum tidak terpengaruh, sementara mangrove yang terdapat diwilayah tengah Andaman yaitu pulau Long, North Passage, dan Porlob hampir rusak sepenuhnya.Mangrove pada Andaman Selatan hanya sedikit mengalami kerusakan, sementara terumbu di PulauAndaman Kecil mengalami kerusakan berat. Kerusakan mangrove pada Kepulauan Nikobar bergantungpada pulau; dengan hampir semua mangrove pada Pulau Car Nicobar dan Katchal hancur, sementara

Page 103: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

99

Dampak Tsunami Tahun 2004 pada Daratan Utama India serta Kepulauan Andaman dan Nikobar

80% hutan mangrove pada Pulau Comorta dan Trinkat hilang. Hutan mangrove di Tamil Nadu pada Indiadaratan tidak mengalami kerusakan berat akibat tsunami.

Sistem Ekologi lainnya: Pasir dan sedimen lain dari daratan terpindahkan ke padang lamun danmemiliki potensi untuk mengakibatkan stres jangka panjang terhadap popolasi dugong yang bergantungkepada lamun. Krustasea seperti ketam kelapa raksasa juga terpengaruh, dan pantai peneluran penyupulau Andaman Selatan, Andaman Kecil, dan Kepulauan Nikobar hampir hilang sepenuhnya. Kehilanganini dapat menurunkan peneluran oleh penyu belimbing, penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, namunterbentuknya pantai baru di wilayah sekitarnya dapat menyediakan lokasi pengganti yang tepat. Kelimpahankerang penempel menurun dari 42% menjadi 0% dari tahun 2002 sampai 2005 pada terumbu berbatu dilepas pantai Mutton, Tamil Nadu dan kerang tersebut telah tergantikan oleh alga berfilamen, patahankarang serta spong.

Kerusakan terhadap Pertanian: Instrusi air laut lebih rendah di wilayah yang memiliki vegetasi lebatdaripada di wilayah yang tidak memiliki tumbuhan. Deposisi pasir merusak tanaman bakal panen padawilayah muara dan menurunkan kesuburan tanah, namun pengaruh potensial terhadap produksi pertanianbelum diketahui.

Kerusakan terhadap Perikanan: Masyarakat nelayan di sepanjang pesisir mengalami kerugian yangpaling besar, dengan desa-desa yang hancur secara keseluruhan, korban jiwa dalam jumlah tinggi danrusaknya sejumlah besar rumah, kapal, serta peralatan perikanan. Sejumlah kapal terlepas dari dermagadan pelabuhan, mengakibatkan kerusakan pada kapal lainnya dan infrastruktur.

UPAYA REHABILITASI DAN PEMULIHANStasiun penelitian Reef Watch Marine Conservation di Wandoor, Pulau Andaman Selatan rusak cukupparah karena tsunami, namun mereka bisa berpartisipasi dalam upaya pemulihan dengan mendistribusikanpakaian, makanan, dan obat-obatan kepada mereka yang terkena dampak. Regu Penelitian Terumbu dariInstitut Penelitian Lingkungan dan Pendidikan Sosial (IERSE) berencana melakukan penelitian padaterumbu dan sumber dayanya demi kemaslahatan masyakarat perikanan yang terkena dampak tsunami.

Sejak tahun 2001, SDMRI menjalankan upaya resotrasi terumbu karang dengan tranplantasi karang.Sejauh ini, lebih dari 100m2 terumbu telah direstorasi.

United States Agency for International Development (USAID) membantu rehabilitasi kegiatan perikanandan pertanian di India dengan menyediakan bantuan untuk mengembangkan kembali pelabuhan lokal

PEMERINTAH MENCABUT LARANGAN PENEBANGAN POHON GUNAMENDUKUNG UPAYA PEMBANGUNAN KEMBALI

Sebagai upaya rekonstruksi awal dan perlunya penyediaan rumah bagi mereka yang kinitanpa rumah, pemerintah kepulauan Andaman dan Nikobar telah mencabut larangan penebanganpohon. Pencabutan larangan ini akan berlangsung selama 6 bulan, namun pelarangan masihberlaku untuk pohon yang terletak dalam jarak 1.000 m dari laut, pohon yang berada dalamwilayah taman nasional, suaka, dan hutan bakau pesisir. Walau WWF menyadari mendesaknyakeperluan kayu untuk membangun perumahan dalam keadaan darurat, mereka menghimbaudengan keras agar kayu yang digunakan untuk upaya rekonstruksi jangka-panjang sebaiknyaberasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung-jawab. Penebangan yang tidak disertaiperaturan dapat memberikan kontribusi terhadap bencana lainnya dimasa yang akan datang,seperti tanah longsor dan banjir (dari Mark Schulman, WWF International).

Page 104: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

100

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

dan infrastruktur lainnya. USAID juga akan membantu pemerintah wilayah dalam administrasi danrencana pengelolaan dana, dan menciptakan jaringan di antara perwakilan dinas pada kota-kota yangterkena tsunami dengan kota lainnya agar dapat membahas pengalaman yang telah lalu dan best practices.Lebih dari 170 kapal telah diperbaiki dan 232 mesin kapal serta 200 jaring telah disediakan melaluiprogram ‘dana untuk kerja’; sehingga 300 nelayan dari 4 desa pada wilayah sekitar Tirumallivasal telahkembali beraktivitas.

SARAN DAN KESIMPULANTerumbu karang pada kepulauan Andaman dan Nikobar yang telah rusak parah oleh gempa bumi dantsunami tahun 2004 kemungkinan besar akan pulih dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun. Dampakjangka panjang yang mungkin terjadi meliputi kegiatan manusia seperti perikanan, pertanian, dankehutanan. Rusaknya terumbu serta hilangnya sejumlah pantai dapat mengakibatkan menurunnyakegiatan wisata pada kepulauan tersebut, terutama penyelaman dan aktifitas pantai.

Gelombang-gelombang tsunami tahun 2004 menyebabkan sedikit kerusakan terhadap terumbu karangpada India daratan, namun, terumbu ini tetap berada dibawah ancaman dari kegiatan manusia. Jikaproses ekstraksi sumber daya yang merusak serta penangkapan berlebih tidak diregulasi lebih baik, makaterumbu ini akan terus mengalami degradasi. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan pemantauanyang lebih baik. Terumbu-terumbu India yang terisolasi pada pulau-pulau terus diancam oleh perubahaniklim dunia. Saran untuk pengelolaan yang berkelanjutan dan konservasi jangka panjang pada semuaterumbu yang terkena dampak dan semua industri terkait adalah:

Mendirikan sebuah jaringan regional dari wilayah-wilayah perlindungan laut agar memastikankesinambungan ekologis dan penegakan hukum yang benar;

Meningkatkan pengaturan dari sumber daya perikanan, yang kemungkinan dapat dilakukan melaluiperkenalan skema sertifikasi, memperbaiki legislasi dan patroli untuk menurunkan pemburuan tanpaizin, dan menggalakan penegakan hukum yang telah ada untuk memastikan keberlanjutan perikanan;

Memperkenalkan program pemerintahan yang meningkatkan kesadaran masyarakat akan keadaandan pentingnya terumbu karang dan sumber daya pesisir lainnya;

Meningkatkan pendanaan untuk mendukung pemantauan, pengelolaan, dan data terumbu karangyang lebih baik; termasuk data ekologi dan sosio-ekonomi;

Mengembangkan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan di antara setiap pihak yangberkepentingan utama, instansi pemerintahan, dan LSM;

Lebih memusatkan perhatian pada perkembangan sumber pendapatan alternatif untuk mengurangitekanan pada lingkungan terumbu karang;

Melakukan penelitian tentang keadaan konservasi terkini terumbu karang dan fauna yang terkait;

Meningkatkan kegiatan legislatif dan penegakan hukum yang berhubungan dengan perburuan satwadan eksploitasi sumber daya laut; dan

Meningkatkan pendanaan kepada institusi kunci dan memastikan pengoperasian institusi tersebutyang efektif dan transparan.

Page 105: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

101

Dampak Tsunami Tahun 2004 pada Daratan Utama India serta Kepulauan Andaman dan Nikobar

PENINJAUKristian Teleki

UCAPAN TERIMA KASIHBab in mengandung informasi dari laporan yang diberikan oleh: SP Das, Z Islam, T Shumugaraj, danPemerintahan India melalui Departemen Pengemabangan Laut, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan LautTerintegrasi, Chennai Indian Institute of Technology Kanpur, dan Suganthi Devadason Marine ResearchInstitute.

KONTAK PENULISJerker Tamelander, IUCN Asia Regional Marine Programme CORDIO and GCRMN, jet@ iucnsl.org; JKPatterson Edward, Suganthi Devadason Marine Research Institute, [email protected]; K Jayakumar,AK Kumaraguru, N Marimuthu, dan J Jerald Wilson, Madurai Kamaraj University, [email protected],[email protected], [email protected], dan [email protected]; R Jeyabaskaran, NationalCoral Reef Research Institute, [email protected]; Sarang Kulkanri, Reef Watch Marine Conservation,[email protected]; Sri Lazarus, Institute for Environmental Research and Social Education,[email protected]; Anita Mary, WWF-India, [email protected]; Arjan Rajasuriya, NationalAquatic Resources Research & Development Agency, [email protected]; Robert D Sluka, Millennium Reliefand Development Services, [email protected]; K Venkataraman, National Biodiversity Authority,[email protected].

ACUANKulkarni S (2005) Tsunami impact assessment of coral reefs in Andaman and Nicobar Islands: Interim

report. Reef Watch Marine Conservation, Mumbai, India, funded by CORDIO. Space ApplicationsCentre (ISRO) (2005) Assessment of damages to coastal ecosystems due to the recent tsunami:summary report. Ministry of Environmental and Forests, Government of India, 36 pp.

Kumaraguru AK, Jayakumar K, Wilson JJ, Ramakritinan CM (2005) Impact of the tsunami of 26th December2004 on the Coral reef environment of Gulf of Mannar and Palk Bay regions in the southeast coast ofIndia. Current Science, 89(10): 1729-1741.

Marimuthu N, Wilson JJ, Kumaraguru AK (2005) Teira batfish, Platax teira (Forsskal, 1775) in Pudhumadamcoastal waters, drifted due to the tsunami of 26 December 2004. Current Science, 89(8): 1310-1312.

Patterson Edward JK(2005) Pre and post tsunami reef status in Gulf of Mannar. Suganthi DevadasonMarine Research Institute – Reef Research Team (SDMRI-RRT).

Wilson, JJ, Marimuthu N, Kumaraguru AK (2005) Sedimentation of silt in the coral reef environment ofPalk Bay. J.Mar.Biol.Ass.India, 47(1): 83-87.

Page 106: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

103

RINGKASANAntara 31.000 sampai 37.000 orang meninggal dunia di Sri Lanka akibat tsunami; 100.000 rumahhancur; 90.000 keluarga nelayan kini tanpa tempat tinggal setelah kehilangan rumah mereka; lebihbanyak warga yang terkena dampak di wilayah timur (35% dari Kilinochchi sampai 78% di Amparadan 80% di Mullaitivu) daripada di wilayah selatan (20% di Galle, Matara dan Hambantota);

Terjadi kerusakan yang cukup parah sampai elevasi 3 m, sepanjang 1.000 km dari wilayah timur lautsampai wilayah barat daya pulau tersebut; terjadi gangguan cukup parah terhadap dunia pariwisatadan perikanan: 60-80% dari armada dan peralatan hancur dan sejumlah besar pelabuhan perikananbesar rusak;

Kerugian yang timbul akibat kerusakan diestimasi mencapai US$ 1milliar (4,5% dari PDB);

Kerusakan terhadap terumbu karang cukup bervariasi; dengan beberapa terumbu pada wilayahtimur dan timur laut rusak parah; sementara terumbu pada wilayah barat laut tidak rusak; karangyang menghadap laut terbuka mengalami kerusakan yang lebih tinggi daripada yang terletak didalam laguna; terjadi erosi pantai yang parah namun berupa petak-petak, yang diperparah denganadanya penambangan karang yang ilegal dan meliputi wilayah yang luas; dan

Menghidupkan kembali sektor perikanan dan pariwisata adalah hal yang vital, namun, jika karangdiinginkan kembali pulih, harus ada penekanan khusus terhadap sumber penghidupan yang berhasilsecara ekonomi, diterima oleh masyarakat, dan berkelanjutan. Rehabilitasi terumbu harus memusatkanperhatian terhadap penghilangan penyebab-penyebab stres yang ada, sehingga dapat menyediakankondisi yang sesuai untuk pertumbuhan karang yang sehat.

PENDAHULUANGelombang pertama tsunami menghantam pesisir timur Sri Lanka pada pukul 8:40 pagi, sekitar 100menit setelah setelah gempa bumi pertama. Gelombang-gelombang tsunami secara progresif melengkungdan mengitari pesisir selatan dan barat daya Sri Lanka. Rangkaian gelombang kedua menghantam pesisirtersebut 20 menit kemudian. Ketinggian ombak berkisar antara 5 sampai 6,5 meter, sehingga air lautdapat mengintrusi darat sampai puluhan dan ratusan meter, dan menyebabkan salinasi terjadi pada

8. KEADAAN TERUMBU KARANG DI SRI LANKA

SETELAH TSUNAMI

ARJAN RAJASURIYA, NISHAN PERERA, CHAMIN DA KARUNARATHNA, MALIK

FERNANDO, DAN JERKER TAMELANDER

Page 107: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

104

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

sumur-sumur dan tanah pertanian. Pada kasus-kasus terburuk, air laut mencapai beberapa kilometer kedaratan. Air tersebut biasanya surut dalam waktu 30 menit, dan membawa sejumlah besar puing-puingdan sedimen. Dampak yang ditimbulkan tsunami bervariasi, bergantung pada energi gelombang, batimetri,dan bentuk daratan. Terdapat kerusakan yang cukup parah pada daratan sampai pada ketinggian 3 meterdi atas permukaan laut di sepanjang 1.000 km pesisir dari wilayah timur laut sampai barat daya negaratersebut.

Gelombang-gelombang tsunami telah menelan korban jiwa sebanyak 31.000 sampai 37.000 orang,akibat tenggelam atau terhantam puing-puing. Diantara korban jiwa tersebut, terdapat 27.000 nelayandan keluarganya dari desa-desa pesisir. Tragisnya, wilayah yang paling parah terkena tsunami merupakanwilayah timur, yang telah mengalami konflik sosial berabad-abad. Jumlah orang yang terkena dampakpada wilayah pesisir timur berkisar dari 35% di Kilinochchi, sampai 78% di Amparai, dan 80% di Mullaitivu.Kehilangan ini merupakan angka yang jauh lebih besar daripada di wilayah selatan di Galle, Matara, danHambantota, dimana 20% dari populasi terkena.

Gelombang-gelombang tsunami telah menghancurkan infrastruktur: hampir 100.000 rumah dan antara60% sampai 80% dari kapal-kapal perikanan Sri Lanka hancur. Jumlah kerugian yang ditimbulkan ditaksirmencapai US$ 1 milliar (4,5% dari PDB), yang terjadi karena kerugian sektor pariwisata dan perikanan

Page 108: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

105

Keadaan Terumbu Karang di Sri Lanka setelah Tsunami

akibat pendapatan dan produksi yang hilang. Kehilangan-kehilangan ini akan meningkatkan kerentananterhadap kemiskinan, khususnya diantara mereka yang memiliki pekerjaan non-formal.

KEADAAN TERUMBU KARANG SEBELUM TSUNAMITerdapat 680 km2 terumbu batuan dan batu kapur berupa terumbu tepi, gundukan, serta meja di SriLanka, dengan sedikitnya 190 jenis karang keras. Terumbu paling luas terdapat di Teluk Mannar, namunterumbu tepi telah berkembang pada pesisir berbatu, pulau lepas daratan dan formasi bebatuan di lepaspantai di sepanjang pesisir timur dan pada sisi pantai berbatu yang terlindungi dari angin di wilayah baratdaya, yang juga terlindungi dari muson barat daya.

Kebanyakan terumbu karang di Sri Lanka telah dieksploitasi secara besar-besaran, dan terdegradasi oleheksploitasi yang tidak disertai peraturan dan juga oleh praktik perikanan yang merusak, khususnyapengeboman, jaring dasar yang diperuntukkan lobster dan jaring bermata kecil; termasuk di dalam wilayah-wilayah perlindungan laut, seperti di Taman Nasional Pulau Merpati, di dekat Trincomalee, dan SuakaLaut Terumbu Bar serta Rumassala. Disamping itu, telah terjadi penambangan karang yang luas untuksemen, seperti di Rekawa dan sejumlah lokasi lainnya di wilayah pesisir barat, selatan, dan timur. Degradasiterumbu karang merupakan akibat dari ketergantungan masyarakat pesisir terhadap sumber daya alampesisir dan kegagalan dalam penegakan hukum yang berlaku, meskipun sudah ada daerah perlindunganlaut, dikarenakan kurangnya sumber daya manusia, institusional, serta biaya.

Pada tahun 1998, terumbu karang di Sri Lanka merupakan salah satu terumbu yang paling parah terkenadampak pemutihan di Samudera Hindia, dengan kebanyakan terumbu di wilayah barat dan timur yangmengalami kematian karang 90%.

Kerusakan karang yang parah akibat tsunami terlihat jelas di Kirankulam, Sri Lanka timur, dimanakubah Porites berukuran besar terlempar ke daratan sampai sejauh 150 meter dari garis pantai (Fotodari Arjan Rajasuriya).

Page 109: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

106

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

PEMBERSIHAN TERUMBU PASCA-TSUNAMI DI SRI LANKA

Salah satu dampak dari tsunami yang paling nyata adalah jumlah puing-puing yang tercipta;terdapat batang ranting pohon, bahan konstruksi, peralatan rumah tangga, tekstil, plastik, danperalatan nelayan yang terserak di pantai dan terumbu. Puing-puing ini merupakan ancamanyang akan terus menimbulkan stres terhadap terumbu karang, sekaligus memperlambat prosespemulihan industri pariwisata, yang membutuhkan upaya pembersihan agar dapat menarikwisatawan. IUCN memulai pembersihan terumbu dan pantai di lokasi-lokasi penting di SriLanka, dengan bantuan dana dari Italy Directorate General for Development Cooperation,International Water Management Institute, Project Aware, dan dari Sustainable Ecosystems Institute.Klub Sub-Aqua Sri Lanka memobilisasi pihak-pihak kunci sektor swasta dan para penyelamrelawan, termasuk dari Klub St. Thomas College sub-Aqua, Marine Conservation Society of SriLanka, dan Sewalanka Foundation. Panduan pembersihan terumbu dari Coral Reef Alliancediadaptasi untuk Sri Lanka, misalnya dengan memanfaatkan tempat pembuangan resmi yangditunjuk oleh Central Environmental Authority, dan hasil konsultasi dengan Coast ConservationDepartment, Department of Wildlife Conservation, dan Marine Pollution Prevention Authority.Poster-poster dan selebaran dengan tujuan peningkatan kesadaran dan penyebaran informasi,bahwa dibutuhkan upaya pembersihan, dicetak dalam bahasa Inggris, Sinhala, dan Tamiluntuk menginformasikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat, pekerja medis, danwisatawan. Pekerja hotel dan operator penyelaman memberikan dukungan yang tak ternilai,termasuk subsidi untuk penginapan dan makanan, peralatan selam dan kapal, seperti yangdisediakan oleh Diving The Snake di Sekolah Selam Internasional Nilaveli dan Hikkaduwa.Daerah Hikkaduwa, Unuwatuna, dan Trincomalee-Nilaveli dibersihkan dari puing-puing dengan10-50 sukarelawan yang ikut serta dalam setiap pembersihan. Upaya-upaya ini sangat disyukurioleh masyarakat, pengelola hotel, dan operator selam, yang merupakan pihak-pihak yangsecara langsung akan mendapatkan untung dari kegiatan tersebut. Kegiatan ini mendapatkanperhatian dan pujian di dalam dan luar Sri Lanka dan merupakan gambaran bahwa intervensiyang kecil dapat memusatkan perhatian masyarakat dan juga mendidik secara umum. Namun,hasil ini juga menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat yang rendah akan pentingnyapembuangan sampah padat yang tepat guna menyusutkan pengaruh dan keberlanjutan dariupaya pembersihan; dan menjadi prioritas yang utama bagi Sri Lanka (dari Jerker Tamelanderdan Marten Meynell).

Proses pemulihan kerusakan telah berjalan lambat dan tidak merata, seringkali dihadang oleh kompetisidengan makro-alga. Misalnya, di Unuwatuna yang terdapat di pesisir barat daya, pemutihan telahmenurunkan penutupan karang hidup dari 47% pada 1997 menjadi <1% pada 1998. Pada 7 tahunsebelum terjadi tsunami, penutupan karang telah meningkat menjadi 16%. Pemulihan yang terjadisetelah pemutihan, terjadi secara cepat di dua lokasi: Suaka Laut Terumbu Bar yang terletak di pesisirbarat laut, dimana penutupan karang meningkat dari 0% di 1998 menjadi 19% di 2003 dan 41% pada2004. Pemulihan yang cepat ini sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan karang bercabangPocillopora damicornis dan karang meja Acropora cytherea, yang hingga kini mendominasi bagiantertentu dari terumbu. Pemutihan di Kapparatota – Weligama menurunkan penutupan karang dari 92%pada 1997 menjadi 28% pada 1999, tetapi pada tahun 2002 penutupan telah mencapai 54%, sebagianbesar karena pertumbuhan pesat dari karang bercabang Acropora; penutupan karang tetap pada angkatersebut sampai tsunami merusak terumbu.

Di sisi lain, terumbu di sepanjang pesisir timur laut di dekat Trincomalee tidak mengalami pemutihan,dan penutupan karang pada sejumlah besar lokasi berada diatas 50%. Sebelum tsunami, penutupankarang telah mencapai 71% di Pulau Koral dan 74% pada Pulau Merpati yang letaknya berdekatan.Komunitas karang pada wilayah ini didominasi oleh jenis Acropora bercabang atau meja atau Montiporamendaun. Terumbu ini telah sangat terpengaruhi oleh aktifitas manusia, dan mengalami deplesi dari

Page 110: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

107

Keadaan Terumbu Karang di Sri Lanka setelah Tsunami

sejumlah sumber daya alam terutama ikan, teripang, serta moluska jenis Turbinella pyrum, yang dipanensecara besar-besaran dalam 5 tahun sebelumnya untuk ekspor. Terumbu di dekat Trincomalee mengalamidegradasi karena pencemaran limbah kota, dan Pulau Merpati, yang terkenal di antara para wisatawan,menderita akibat penginjakan terumbu, pengumpulan cinderamata yang tak diatur, dan akumulasi darisampah padat. Pengeboman ikan juga merupakan hal yang umum, terutama di wilayah utara TelukBelanda sekitar 2-5 km di lepas pantai Uppuvaeli sampai bagian utara Nilaveli, termasuk di dalam TamanNasional Pulau Merpati, meski sudah terdapat pelarangan dibawah Fisheries Act dan Fauna and FloraProtection Ordinance.

Akses ke terumbu karang pada pesisir timur Sri Lanka sulit dicapai sampai baru-baru ini, dikarenakankonflik sosial yang terjadi antara pemerintahan dan LTTE (Liberation Tigers of Tamil Elam). Survei yangdilakukan pada terumbu Passikudah pada saat terjadi gencatan senjata sementara, menunjukkan terjadisejumlah kematian karang akibat pemutihan pada 1998. Bagian timur Sri Lanka belum lama ini terbukauntuk kegiatan pariwisata, dan akitifitas yang belum memiliki peraturan yang meluas secara cepat ini,menjadi ancaman yang baru bagi terumbu.

KEADAAN TERUMBU KARANG PASCA-TSUNAMIDampak yang ditimbulkan tsunami terhadap terumbu karang di Sri Lanka cukup beragam di setiapwilayah negara tersebut dan pada setiap lokasi terumbu. Terumbu karang di wilayah timur dan timur lautrusak berat, sementara terumbu di wilayah pesisir barat laut tidak mengalami kerusakan. Secara umum,karang yang menghadap ke laut terbuka mengalami kerusakan yang lebih tinggi daripada karang yangterletak di dalam laguna. Profil batimetri dari dasar laut sekitar terumbu dan tingkat kerumitan strukturmenentukan arah gelombang tsunami pada air di daratan dan proporsi dari energi gelombang tsunamiyang teredam.

Pesisir Timur: Kerusakan yang paling parah terjadi pada karang rapuh yang terpapar di pesisir timur.Kubah-kubah Porites berukuran besar terlempar sejauh 150 m ke daratan di Kirankulam di kecamatanBatticoloa. Di Teluk Belanda, di dekat Trincimalee, gelombang-gelombang tsunami mencabut bongkahanbesar karang dan batu karang mati, yang menyebabkan kerusakan dan menurunkan penutupan karang

Data yang berasal dari pesisir timur laut Sri Lanka ini menggambarkan keragaman tingkat kerusakanakibat tsunami. Penutupan karang hidup telah meningkat di Pulau Koral dan Merpati, sementara terjadipenurunan penutupan karang hidup sebesar 25% di Teluk Belanda akibat tsunami.

Tutu

pan

kar

ang

(%)

Pulau Koral Teluk Belanda Pulau Merpati

Page 111: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

108

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

hidup dari 52% menjadi 38%. Kelompok-kelompok besar karang mendaun Montipora hancur secarakeseluruhan. Hampir semua karang lainnya mengalami abrasi yang parah, dan di beberapa wilayahkoloni karang hidup terpindahkan, sehingga memperlihatkan fondasi karang berupa batu pasir, sepertiyang terjadi di batas terumbu selatan. Sejumlah besar koloni terumbu Acropora tercabut dari dasarnyadan mayoritas dari kelompok-kelompok yang berdiri tegak, patah dan ikut bergerak bersama massa air danpuing yang terus tumbuh. Sejumlah besar karang masif terjatuhkan, termasuk beberapa koloni Poritesyang memiliki diameter lebih dari 2 m, sementara kebanyakan koloni berukuran kecil terpindahkandalam jarak yang jauh. Proporsi dari dasar laut yang tertutupi oleh patahan karang meningkat dari 20%menjadi 40% dimana sejumlah besar koloni utuh terkubur di bawah patahan karang lainnya. Tanda-tanda peristiwa pemutihan dulu masih terlihat pada koloni karang masif yang masih berdiri, terutamamarga Goniastrea, Porites, dan Favia, yang kemungkinan disebabkan oleh stres akibat sedimen danabrasi. Hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa tanah, puing-puing, dan sampah tersapu kembalike laut oleh ombak. Namun, terdapat batang pohon dan tumbuhan lainnya yang tersapu ke terumbu yangterletak di dekat pantai.

RENCANA STRATEGIS UNTUK REKONSTRUKSI SRI LANKAYANG BERKELANJUTAN

Lebih dari 15.000 sumur tidak bisa digunakan lagi dan dihasilkan 500 juta kg puing di SriLanka akibat tsunami Samudera Hindia. Pada beberapa wilayah, termasuk dalam beberapataman nasional yang penting, gelombang-gelombang tsunami telah memicu penyebaranpenjajahan jenis-jenis asing, seperti gulma yang tahan air asin dan jenis prickly pear. Ini merupakansalah satu diantara beberapa temuan dalam laporan berisi dampak lingkungan akibat tsunamiyang ditulis oleh United Nations Environment Program (UNEP) dan Kementrian Lingkungan danSumber Daya Alam Hidup Sri Lanka. Laporan ini memperkuat pendapat bahwa pada lokasiyang terdapat hutan mangrove dan terumbu karang yang sehat, dampak yang ditimbulkan olehtsunami 2004 menurun secara signifikan. Klaus Toepfer, Direktur Eksekutif UNEP, menyebutkan:“Tsunami yang terjadi di Samudera Hindia mengajarkan pada dunia beberapa pelajaran keras,mengejutkan, namun sangat penting, yang terkadang kita abaikan dengan taruhan nyawa. Kitatelah mempelajari dengan detil-detil yang yang menyeramkan dan rinci bahwa ekosistem-ekosistem, seperti terumbu karang, hutan mangrove, serta padang lamun, yang selama ini kitahancurkan dengan mudah, bukanlah suatu kemewahan. Ekosistem tersebut merupakan penyelamatnyawa yang mampu melindungi rumah kita, orang-orang yang kita cintai, dan kehidupan kitadari tindakan alam yang agresif”. Segera setelah tsunami Samudera Hindia terjadi, UNEPmenugaskan sebuah gugus tugas, merespon permohonan darurat untuk bantuan teknis darinegara-negara yang terkena dampak tsunami, termasuk Sri Lanka. Pendataan yang diperolehmenunjukkan bahwa tsunami telah merusak parah lingkungan Sri Lanka, di semua daratanyang dimasukinya. Tingkat kerusakan ini beragam, sejalan dengan melengkungnya gelombangtsunami mengitari Sri Lanka, pertama-tama menghantam paling kuat di pesisir selatan dan baratdaya. Pelaksanaan survei di atas memusatkan perhatian kepada pengumpulan data yang rincipada setiap situs dan bekerjasama dengan universitas-universitas setempat. Pencatatan yangdetil mengenai kondisi fisik dan ekologis berhasil dibuat dari 800 situs yang berjarak 1 km satusama lainnya di sepanjang sebagian besar pesisir yang terkena dampak tsunami, yangmendukung pembuatan sebuah Atlas Digital Kerusakan Tsunami di Sri Lanka. Pada tempat-tempat dimana terumbu masih bertahan, meskipun setelah bertahun-tahun mengalamipenambangan karang, terumbu tersebut berperan sebagai penyangga melawan gelombang.Di pantai, lapisan pertama mangrove rusak parah, namun mangrove yang terletak lebih dalamtetap berdiri dan menyerap sepenuhnya kekuatan tsunami (dari Nick Nuttal, [email protected] Elisabeth Waechter, [email protected], UNEP Nairobi).

Page 112: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

109

Keadaan Terumbu Karang di Sri Lanka setelah Tsunami

Di Pulau Koral, Nilaveli, kerusakan yang ada terbatas pada wilayah kecil dimana bagian-bagian lerengterumbu terabrasi oleh peningkatan patahan karang. Namun, tidak terlihat kerusakan pada wilayahterumbu di lepas pantai Pulau Merpati yang letaknya berdekatan, yang terlindungi dari gelombang. Padawilayah yang terletak lebih selatan di Kalmunai, Kalkudah, dan Sallithivu di kecamatan Batticoloa,kerusakan yang sedang sampai parah terjadi pada terumbu yang letaknya dekat pantai, dengan sejumlahbesar patahan karang tersebar kembali di Teluk Passikudah.

Pesisir Selatan dan Barat Daya: Karang mengalami kerusakan pada semua lokasi terumbu di Tangalle,Kudawella, Kapparotota/Weligama, Polhena, Unawatuna, dan Hikkaduwa. Namun, kerusakan yangditimbulkan sangat tidak merata dan disebabkan karena terangkatnya koloni karang yang mati akibatperistiwa pemutihan karang pada 1998, atau karena abrasi dan penyelimutan oleh patahan karang. Diwilayah lainnya, koloni-koloni hidup yang bercabang dan besar (sampai 50 cm) terjungkirkan; sementarayang lainnya terselimuti oleh sedimen laut yang tersuspensi kembali. Terumbu yang terdapat di Rumassala,Teluk Galle tidak terpengaruh.

Di Kapparatota – Weligama, terjadi penurunan penutupan karang hidup dari 50% menjadi 32% setelahtsunami menimpa, yang sebagian besar disebabkan oleh hancurnya kelompok-kelompok Acroporabercabang oleh patahan karang yang berpindah, yang terbentuk setelah tahun 1998. Penutupan patahankarang meningkat dari 14% menjadi 48% dan tumpukan-tumpukan yang terakumulasi menyelimutikarang hidup dan padang lamun di beberapa area. Kebanyakan kerusakan pada terumbu Polhena yangletaknya berdekatan disebabkan oleh abrasi dan penyelimutan oleh patahan karang yang terdistribusikembali.

Hikkudawa berhasil luput dari kerusakan yang parah, dengan penutupan karang hidup yang menurundari 15,5% menjadi 12%. Jumlah patahan karang hampir menjadi dua kali lipat, dari 17% menjadi 30%.Sampah dan puing-puing, sebagian besar tekstil, batang dan ranting pohon, bagian-bagian kapal, sertaperalatan rumah tangga berlimpah, dan sebuah upaya pembersihan terumbu, yang dikoordinir oleh KlubSub-Aqua Sri Lanka dan berbagai organisasi lainnya berhasil membersihkan sebagian besar puing tersebutdari Hikkaduwa dan Unawatuna.

Hilangnya tutupan karang hidup akibat tsunami pada pesisir wilayah barat daya bertepatan denganpeningkatan penutupan oleh patahan karang mati. Jika patahan-patahan karang ini tidak dikukuhkan, iaakan menjadi hambatan bagi penempelan larvae karang yang baru.

Tutu

pan

kar

ang

(%)

Pulau Koral Teluk Belanda Pulau Merpati

Page 113: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

110

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Di Unawatuna, gelombang tsunami memindahkan bagian-bagian besar dari karang mati dan patahankarang, mengakibatkan kerusakan yang tinggi pada lereng terumbu. Lebih jauh ke selatan di Tangalle,terdapat wilayah terumbu yang secara keseluruhan terselimuti oleh patahan karang. Di Kudawella, yangterletak di sebelah barat Tangalle, terdapat beberapa karang hidup yang tidak rusak, namun sejumlahbesar patahan karang terdistribusi kembali.

Penambangan karang besar-besaran di Rekawa telah menggoyahkan struktur terumbu, sehingga gelombangtsunami mengangkat sejumlah besar bongkahan karang yang mengakibatkan kerusakan yang cukupparah pada karang yang masih bertahan, terutama sebuah gundukan Montipora acquituberculata yangterletak dekat pantai. Terumbu di Tangalle, Ussangoda, dan Lunama pada wilayah tenggara juga mengalamikerusakan oleh pergerakan pasir dan patahan karang yang menyelimuti sejumlah karang hidup.

Komunitas Ikan: Sebelum tsunami terjadi, populasi ikan telah terdeplesi oleh penangkapan yang berlebihdan perusakkan habitat sebagai akibat pemutihan karang, penambangan karang, dan praktik-praktikpenangkapan yang buruk. Dampak yang ditimbulkan tsunami terhadap populasi ikan, beragam bergantunglokasinya, dan secara umum berkorelasi dengan tingkat kerusakan pada habitat ikan. Dampak yangpaling besar diamati terjadi pada ikan-ikan kecil yang berasosiasi dengan karang, terutama ikan damsel(Pomacentridae), ikan gobi (Gobiidae), ikan kepe-kepe (Chaetodontidae), dan ikan maming (Labridae),pada terumbu yang koloni-koloni karangnya mengalami kerusakan parah (seperti di Teluk Belanda). DiPolhena, Weligana, dan Unawatuna, kelimpahan ikan, terutama ikan yang disukai para aquaris jugamengalami penurunan. Hal ini berakibat kerugian bagi mereka yang bergerak di bidang perdaganganbiota hias.

Jenis-jenis ikan terumbu yang berukuran besar, seperti kerapu (Serranidae), ikan kakap (Lutjanidae), ikansweetlips (Haemulidae), dan ikan emperor (Lethrinidae), kurang terpengaruh. Kelimpahan ikan-ikantersebut di Hikkaduwa tidak terpengaruh oleh tsunami dan tetap relatif tinggi. Namun, terdapatkekhawatiran yang meningkat akibat kegiatan nelayan pengebom yang kini beroperasi di sekitar wilayahcagar laut.

Erosi Pantai: Terjadi erosi pantai yang parah namun tidak merata, di sepanjang pesisir timur dan baratdaya, yang terutama disebabkan oleh penambangan karang yang ilegal dan besar-besaran. Di tempat-tempat dimana mangrove dan vegetasi pantai berada dalam keadaan utuh, energi dari tsunami teredam,sehingga kerusakan yang timbul relatif lebih sedikit terhadap infrastruktur pesisir.

Page 114: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

111

Keadaan Terumbu Karang di Sri Lanka setelah Tsunami

DAMPAK SOSIO-EKONOMIPerikanan: Sektor perikanan megalami kerugian materi dan ekonomi yang paling besar akibat tsunami.Sebanyak 27.000 nelayan beserta keluarga mereka meningggal; yang sebagian besar tinggal di sepanjangpesisir utara dan timur. Disamping itu, sekitar 90.000 keluarga nelayan terpaksa pindah setelah kehilanganrumah dan harta mereka. Antara 60-80% kapal nelayan di Sri Lanka telah rusak atau hancur, termasuk594 kapal harian, 7.996 kapal bermesin dan sekitar 10.520 kapal tradisional tanpa mesin. Banyak darikapal-kapal ini masih terserak di sepanjang pesisir. Peralatan nelayan, seperti mesin lepas, fasilitaspenyimpanan dingin, alat, dan jaring juga telah hancur, dan mayoritas pelabuhan perikanan yangberukuran besar dan infrastruktur yang terkait rusak atau hancur. Kerusakan total ditaksir mencapai US$97 juta, belum termasuk kerusakan pada perumahan dan harta pribadi dari para korban.

Pariwisata: Kerusakan yang terjadi terhadap sektor pariwisata Sri Lanka ditaksir mencapai US$ 250juta, dengan US$ 200 juta berupa kerusakan terhadap hotel dan US$ 50 terhadap aset-aset yang terkaitpariwisata. Sektor pariwisata menghasilkan lebih dari US$ 350 juta dalam pendapatan kurs asing, sebanyak2% dari PDB nasional, mempekerjakan sebanyak 50.000 orang secara langsung dan sebanyak 65.000orang secara tidak langsung. Saat ini, sekitar 26% dari 18.000 kamar dari hotel-hotel berskala sedangsampai tinggi dan wisma tamu kecil tidak dapat digunakan.

Meskipun dampak tsunami tidak diperkirakan mempengaruhi sektor pariwisata sampai tahun 2006,namun waktu tsunami terjadi merupakan saat yang merugikan bagi industri tersebut, yang pada saat itusedang berkembang menyusul gencatan senjata dan negosiasi perdamaian dengan LTTE tahun 2002.Jumlah wisatawan mencapai angka rekor 565.000 pada tahun 2004, dan diperkirakan bakal mencapai600.000 pada tahun 2005. Angka ini direvisi menjadi 425.000, dan kerugian yang ditaksir bakal terjadiakibat tsunami pada tahun 2005 dan 2006 mencapai US$ 131 juta.

MEMBANGUN KEMBALI HARAPAN SETELAH DATANGNYA OMBAKPEMBUNUH

Masyarakat Desa Wandruppa, sebuah desa kecil yang terletak di sepanjang pesisir selatan SriLanka, mengkoordinir sebuah upacara sederhana dan menyentuh pada 28 April untukmenghormati hasil kerja IUCN dalam memperbaiki kehidupan yang berkelanjutan setelah terjaditsunami. Upacara tersebut sekaligus menandai pemberian dana sebesar US$ 2.000 oleh IUCN,kepada masing-masing 12 anak yatim piatu, untuk mendukung kebutuhan pendidikan jangkapanjang mereka. Juga dipersembahkan dalam acara tersebut, pemberian dana gunameningkatkan kualitas hidup kepada sejumlah masyarakat, dan juga kamus, buku-buku pelajarantingkat lanjut, dan berkas-berkas model ujian kepada anak sekolah menengah atas. Dukunganini merupakan sebagian dari program rehabilitasi dan pemulihan yang diberikan oleh IUCNsetelah tsunami. Para masyarakat secara bangga menunjukkan kepada para pengunjungbagaimana IUCN dengan rekan-rekan kerjasamanya, MJF Foundation dan Linea Aqua, telahberhasil membantu mereka mendapatkan kembali kehidupan mereka; tepatnya 40 kapal danjaring nelayan telah dibagikan kepada masyarakat bersamaan dengan perbaikan yang diberikanterhadap 81 rumah. Disamping itu, sebuah program pemulihan kebun rumah memastikan bahwahasil kebun dalam waktu dekat tersedia di pasar untuk masyarakat desa sebagai sumberpendapatan alternatif, yang sumber pendapatan utamanya berasal dari penangkapan ikan.Segala upaya restorasi dan pemulihan dijalankan mengikuti serangkaian survei-survei sosio-ekonomi yang dilakukan melalui kerjasama yang erat dengan perwakilan pemerintahan propinsi.Ibu Shiranee Yasaratne, Perwakilan Sri Lanka untuk IUCN, berjanji bahwa IUCN akan terusmendukung masyarakat desa tersebut dalam membangun kembali kehidupan mereka dan memulailembaran baru dengan tekad yang bulat (dari www.iucnsl.org).

Page 115: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

112

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

UPAYA REHABILITASI DAN PEMULIHANPesisir timur merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling parah akibat tsunami, danmembutuhkan lebih dari 40% dana rehabilitasi nasional untuk membantu keluarga-keluarga, kehidupanmasyarakat, dan industri. Kecamatan Galle di pesisir selatan juga mengalami kerusakan yang parah danmembutuhkan sekitar 30% dari alokasi dana. Diperkirakan propinsi-propinsi di wilayah utara membutuhkansekitar 20% dari dana bantuan.

Sebuah upaya nasional yang terkoordinasi akan dibutuhkan untuk membangun kembali sektor perikanan,dengan tugas-tugas pertama berupa pembangunan kembali dan renovasi infrastruktur esensial. Keluarganelayan yang sangat terpengaruh tsunami membutuhkan bantuan untuk memastikan tergantinya segalakehilangan. Sebuah pendataan yang dilakukan oleh Asian Development Bank, Japanese Bank forInternational Cooperation, dan World Bank menyarankan para nelayan dan keluarga mereka sebaiknyadiberikan pinjaman mikro-kredit melalui dana bergulir yang berbasis masyarakat. Diperkirakan sebanyakUS$ 118 juta akan dibutuhkan untuk merehabilitasi sektor perikanan.

USAID telah memberikan kontribusi sebesar US$ 33 juta kepada proyek-proyek infrastruktur termasukkonstruksi sebuah jembatan sepanjang 700 m, sekolah-sekolah kejuruan, dan 3 pelabuhan perikanan.Australia memberikan US$ 16 juta, termasuk US$ 550.000 melalui UNDP untuk rehabilitasi sektorperikanan dengan pembelian truk-truk pendingin dan konstruksi pabrik es. Sumbangan ini jugadiperuntukkan membantu para nelayan dalam mendirikan kembali kehidupan mereka dengan memfasilitasipembelian kapal fiberglass, jaring, peralatan penangkapan, dan pelatihan. Perempuan juga akan diberikanbantuan agar dapat kembali beraktifitas seperti di pengeringan dan pemasaran ikan.

Scuba POP, sebuah kelompok instruktur selam PADI Amerika membantu pengumpul ikan Sri Lanka diPolhena, Sri Lanka selatan dengan melatih 25 pengumpul ikan hias untuk menjadi ahli selam. Tujuanyang ingin diperoleh adalah memberikan pendapatan alternatif kepada para mantan pengumpul ikantersebut. Penyelam relawan dari Perancis membersihkan puing-puing dari terumbu Kalmunai yang terletakdi pesisir timur agar dapat memfasilitasi kegiatan nelayan dan bekerjasama dengan pengumpul ikan hiassetempat untuk memperluas wilayah pembersihan sampai Trincmalee pada tahun 2006.

SARAN DAN KESIMPULANSaran penting berikut ini dapat memperbaiki kelestarian terumbu karang dan kemungkinan pemulihannya:

Rehabilitasi karang yang rusak sebaiknya ditekankan, untuk mengurangi beberapa faktor perusakyang telah ada agar tercipta kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan ekosistem pesisir yang sehat;

Restorasi terumbu secara langsung belum bisa dijalankan (pada tingkat kerusakan akibat tsunami)dengan menggunakan metode dan teknologi saat ini, sehingga sangatlah penting untuk mengurangifaktor pengganggu akibat kegiatan manusia, agar pemulihan alami melalui pertumbuhan danreproduksi organisme karang yang berhasil selamat dapat dipercepat;

Pemulihan dapat ditingkatkan dengan cara:

Pencegahan kerusakan lebih lanjut yang disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya secaraillegal, terutama penggunaan bom ikan dan penambangan karang, yang sangat umum terjadi diSri Lanka. Meskipun sanksi dalam Fisheries Act untuk pengemboman ikan telah diperberat,namun peraturan tersebut tidak diberlakukan dengan tegas. Keinginan politik yang kuat dapatmembantu menegakkan peraturan perikanan dan pengelolaan kawasan terlindung sepertiTerumbu Bar dan Suaka Laut Rumassala serta Taman Nasional Pulau Merpati dan Hikkaduwa.

Page 116: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

113

Keadaan Terumbu Karang di Sri Lanka setelah Tsunami

Keterbatasan sumber daya, tenaga, dan peralatan untuk pengelolaan kawasan lindung perikanandan laut, serta penegakan dan pemberian hukuman terhadap para pelanggar hukum harusdilaksanakan.

Meminimalkan kerusakan akibat aktivitas daratan yang menyebakan sedimentasi, limpasannutrien, dan bahan pencemar terutama selama tahap rekontruksi intensif; melakukan aktivitaspembersihan untuk menghilangkan limbah padat di sepanjang pantai dan mencegah tersapukembalinya puing-puing ke arah terumbu karang. Dukungan terhadap upaya pembersihan olehpara organisasi pelestarian, LSM, dan industri penyelaman harus diupayakan oleh DepartemenPelestarian Pesisir dan departemen pemerintah lainnya;

Pengelolaan jumlah turis ke dalam kawasan pesisir timur Sri Lanka yang baru dibuka;

Melaksanakan pemantauan secara teratur, dan mengkaji efektivitas pengelolaan yang ada untukmenentukan kecenderungan kesehatan terumbu karang jangka panjang agar dapat memperbaikipengelolaan aspek sosial dan ekologis; dan

Melibatkan seluruh departemen pemerintah yang terkait dan para pemangku kepentingan sertamemperkuat dan meningkatkan efisiensi pengelolaan pesisir yang ada.

Di saat kebergantungan kebutuhan masyarakat pada sumber daya perikanan harus terpenuhi,pendekatan yang seksama terhadap rekonstruksi perikanan lepas pantai harus diadaptasi untukmencegah kembalinya sistem perikanan modal besar dan melebihi daya dukung alam seperti sebelumtsunami. Hal ini membutuhkan pendataan potensi perikanan lepas pantai dan laut lepas yangmenekankan pada pembangunan terhadap kehidupan masyarakat pesisir yang dapat berhasil secaraekonomis, diterima secara sosial, dan berkelanjutan.

PENINJAUSian Owen, Joanna Ruxton, Bernard Salvat, Kristian Teleki, dan Dan Wilhelmsson.

KONTAK PENULISArjan Rajasuriya dan Chamida Karunarathna, National Aquatic Resources Research & DevelopmentAgency (NARA), [email protected] dan [email protected]; Nishan Perera, IUCN Sri Lanka CountryOffice, [email protected]; Malik Fernando, Klub Sub Aqua Sri Lanka, Colombo 7, [email protected];Jerker Tamelander, IUCN Asia Regional Programme, [email protected].

ACUANSebagian besar bab ini disusun dari berbagai laporan yang diberikan oleh UNEP, CORDIO, ADB/JBIC/World Bank, AusAID, NARA/CORDIO/IUCN/GCRMN/SLSC, dan Bambaradeniya et al. pada tahun2005 serta dari tulisan oleh Rajasuriya et al., 2004; Rajasuriya, 2005; Rajasuriya et al., 2005 in Wlikinson(2004) dan Souter dan Linden (2005) pada halaman 143.

Asian Development Bank, Japan Bank for International Cooperation, and the World Bank (2005) SriLanka 2005 post-tsunami recovery program: preliminary damage and needs assessment. ColomboSri Lanka, January 10-28, 2005, (www.adb.org/Tsunami/srilanka-assessment.asp).

AusAID (2005) Australia’s response to the Indian Ocean tsunami: report for the period ending 30 June2005, Australian

Government, (www.developmentgateway.com.au/jahia/Jahia/pid/2626).

Page 117: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

114

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Bambaradeniya C, Sengupta S, Perera A, Tamelander J, et al. (2005) Rapid environmental and socio-economic assessment of tsunami-damage in terrestrial and marine coastal ecosystems of Amparaand Batticaloa districts of Eastern Sri Lanka. IUCN – The World Conservation Union, (www. Iucn.org/tsunami/resources/iucn-reports.htm).

IUCN (2005) Coral reef areas in southwestern Sri Lanka: status after the tsunami and recommendationson management action, (www.iucn.org/tsuanmi/resources/iucnreports.htm).

NARA, CORDIO, IUCN, GCRMN and SLSAC (2005) Rapid assessment of tsunami damage to coral reefsin Sri Lanka: interim report No. 1, 20 January 2005, (www.nara.ac.lk/RAP).

UNEP (2005) After the tsunami: rapid environmental assessment, United Nations Environment Programme,Kenya, (www.unep.org/tsunami/tsunami_rpt.asp).

USAID (2005) Asia and the east tsunami reconstruction, (www.usaid.gov/locations/asia_near_east/).

Page 118: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

115

RINGKASANBencana tsunami telah meninggalkan kerusakan nyata pada masyarakat Maladewa (yang semuanyamerupakan masyarakat pesisir), 82 orang meninggal dan 26 orang hilang;

Seluruh pulau-pulaunya berada tidak lebih dari 3 meter di atas permukaan air, sehingga 69 dari 199pulau berpenghuninya rusak; kurang lebih sepertiga dari 300.000 penduduknya kehilangan tempattinggal, pekerjaan, ataupun infrastruktur lokal lainnya; banjir menyebabkan matinya listrik, gangguanpasokan air bersih, kerusakan di beberapa pelabuhan dan jetty, erosi daerah pesisir, dan penetrasi airlaut ke dalam tanah atol; banyak sistem pembuangan yang rusak sehingga menyebabkanterkontaminasinya pasokan air tanah;

Tsunami menyebabkan hancurnya industri pariwisata (merupakan sektor ekonomi terbesar); tingkathunian menurun drastis hingga 40%, tetapi dapat kembali ke angka 75% dalam waktu 1 tahun;

Tsunami merusak atau menghancurkan: 170 armada laut, 374 pabrik kecil pengolahan ikan, jetty,dinding dermaga (wharf walls), dinding pemecah ombak di pelabuhan (harbour sea walls), jembatanpenghubung selat (causeways), dan memindahkan 375.000 meter kubik pasir ke cekungan galian.Namun, sektor perikanan telah pulih sebagai akibat dari meningkatnya pendaratan tuna;

Kerugian ekonomi diperkirakan US$ 480 – 1.000 juta termasuk rusaknya infrastruktur, armadaperikanan, rumah tangga dan hilangnya pendapatan dari pariwisata, perikanan, dan pertanian;

Terdapat kerusakan langsung yang kecil terhadap terumbu karang, namun peristiwa memutihnyakarang pada tahun 1998 bahkan menyebabkan kerusakan yang lebih parah; terumbu mengalamikerusakan dari jatuhnya puing-puing bangunan dan sumber-sumber lain, serta sedimen yang terbawake dalam laut menghancurkan dan menghalangi kemunculan karang muda yang baru; dan

Terumbu karang penting bagi Maladewa sebagai penghalang erosi, sumber pasir dan batu, danpenarik utama dalam industri pariwisata; tsunami telah memperlambat pemulihan kerusakansebelumnya yang disebabkan oleh pemutihan, penambangan dan pengerukan karang yang diperparaholeh praktik pengembangan daerah pesisir yang tidak sesuai;

Ancaman terbesar bagi pemulihan karang adalah pengambilan pasir dan batu secara ilegal darirataan terumbu dan laguna untuk membangun perumahan dan perbaikan jalan.

9. STATUS TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN DAN

ATOL MALADEWA PASCA-TSUNAMI

HUSSEIN ZAHIR, WILLIAM ALLISON, GEOFF DEWS, JOHN GUNN, ARJAN

RAJASURIYA, JEAN LUC SOLANDT, HUGH SWEATMAN, JERKER TAMELANDER,ANGUS THOMPSON, DAN MARY WAKEFORD

Page 119: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

116

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Page 120: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

117

Status Terumbu Karang di Kepulauan dan Atol Maladewa Pasca-Tsunami

PENDAHULUANKira-kira 3 jam setelah gempa bumi 26 Desember 2004, dilaporkan gelombang setinggi 1 – 3 metermenyapu Maladewa. Tsunami menyebabkan naiknya air secara cepat melewati terumbu-terumbu dankepulauan, bukan merupakan gelombang besar seperti yang terjadi di Thailand dan Sumatera. Genanganpertama adalah yang terbesar, berlangsung selama sekitar 20 menit sebelum akhirnya diikuti penyurutanair dalam jumlah besar. Kekuatan gelombang dan banjir menyebabkan kerusakan pada pulau berpenghuniini, 80% dari 25 atol di Maladewa terletak hanya 1 meter di atas permukaan laut. Kurang lebih 69 dari199 pulau berpenghuni mengalami kerusakan di sana-sini, sementara hampir sepertiga dari 300.000penduduk kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, atau infrastruktur lokal lainnya. Kerugian totaldiperkirakan berkisar antara US$ 480 – 1.000 juta; nilai perkiraan berdasarkan catatan kerusakan padainfrastruktur, armada perikanan, harta pribadi, pariwisata, dan sedikit kerugian pada pertanian yangberarti besar bagi produksi lokal. Lebih dari 50% pendapatan kotor Maladewa berasal dari industri pariwisataterumbu karang dan kepulauan, dan 12% berasal dari perikanan karang. Terdapat keprihatinan bahwatsunami semakin memperparah kondisi terumbu karang yang telah menurun akibat adanya fenomenapemutihan karang di tahun 1998.

Tsunami telah menghancurkan masyarakat Maladewa yang keseluruhannya merupakan masyarakatpesisir. Banjir telah menyebabkan padamnya listrik, gangguan pasokan air bersih, kerusakan pada pelabuhandan dermaga, erosi daerah pesisir, dan penetrasi air laut ke dalam tanah yang menyebabkan hancurnyapertanian. Gelombang tsunami juga menyebabkan rusaknya sistem pembuangan yang mengarah padakontaminasi cadangan air tanah, pasir dan laut di sekeliling kepulauan. Terumbu karang menjadi rusakakibat terkena hantaman puing infrastruktur yang tersapu ke laut. Kebanyakan masalah-masalah initelah ada sebelum tsunami. Namun tsunami telah memaksakan adanya kebutuhan untuk menyelesaikanmasalah yang berkenaan dengan pemanfaatan terumbu karang secara tak berkelanjutan dan lemahnyapengelolaan daerah pesisir. Tsunami juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan adanya sistemperingatan dini yang efektif dan rencana penanggulangan bencana yang proaktif.

Malé, ibu kota Maladewa, adalah salah satu pulau terpadat di dunia dengan lebih dari 80.000 orangtinggal dalam 2 kilometer persegi. Tsunami menggenangi beberapa bagian dari pulau dan merusakdinding laut penahan gelombang (sea wall), bangunan, dan kendaraan yang parkir di jalan (Foto dariHussein Zahir).

Page 121: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

118

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Pariwisata sangat bergantung pada kesehatan terumbu karang, sehingga beberapa hotel telah membantupemerintah dalam membangun dan mengelola daerah perlindungan laut (MPA) untuk konservasi terumbukarang. Sejumlah besar usaha perikanan beroperasi di daerah terumbu karang: ikan segar seperti tunaditangkap di laguna terumbu karang sedangkan ikan karang diambil untuk dikonsumsi turis dan diekspor,terutama kerapu untuk perdagangan ikan segar. Selain itu, teripang, hiu (bagian siripnya), dan ikan hiasdiambil untuk diekspor. Kegiatan-kegiatan ini memberikan dampak nyata dimana jumlah kerapu dan hiusemakin berkurang, yang berpotensi menyebabkan menurunnya kesehatan terumbu karang dalam jangkawaktu yang lama. Walaupun keragaman hayati belum pernah diteliti secara rinci, tercatat lebih dari 250jenis karang keras dan lebih dari 1.200 jenis biota telah ditemukan, membuat Maladewa termasuk kedalam salah satu daerah laut terkaya di kawasannya.

STATUS TERUMBU KARANG SEBELUM TSUNAMIRepublik Maladewa terdiri dari 1.190 pulau yang berada dalam 25 atol yang tersebar sepanjang 900kilometer di tengah Samudera Hindia. Sebagian besar pulau dikitari oleh terumbu karang yang kondisinyabaik sampai sangat baik sebelum tahun 1998, dimana fenomena perubahan iklim akibat El Niño berdampakpada memutihnya karang dan kematian pada sekitar 90% karang di sebagian besar terumbu Maladewa,menyisakan hanya 2% tutupan karang hidup. Sisi utara dan tengah adalah daerah yang paling parahmengalami kerusakan dan pemulihan berjalan dengan lambat dan bervariasi. Pemutihan tidak terlalumerusak karang di sepanjang atol selatan, menyisakan sekitar 40-55% tutupan karang hidup.

Terdapat sedikit perkiraan tentang prosentase tutupan karang sebelum tahun 1998. Satu studi mengatakan37% tutupan di 3 lokasi dan 47% di 7 lokasi, sehingga diperkirakan prosentase tutupan karang di sisiselatan, tengah, dan utara atol adalah 25 sampai 50% (dengan kisaran antara 5 – 10%) sebelum terjadigangguan.

Pemulihan terumbu karang, sejak fenomena pemutihan karang tahun 1998, yang lambat dan bervariasi(Sumber: Husein Zahir 2004).

Terumbu GannPetak/Gundukan Terumbu Vaavu

Tutu

pan

kar

ang

(%)

Page 122: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

119

Status Terumbu Karang di Kepulauan dan Atol Maladewa Pasca-Tsunami

Fenomena pemutihan tahun 1998 telah menggeser keseimbangan terumbu, dimana karang masif yangtumbuh lambat menjadi berlebih dibandingkan dengan karang bercabang atau berbentuk piringan yangdapat tumbuh dengan cepat (merupakan pilihan industri pariwisata). Di tahun 2002, terdapat sejumlahkemunculan karang muda yang baru dari marga Acropora dan Pocillopora yang memberi harapan akanadanya pemulihan struktur komunitas karang seperti sebelumnya. Karang-karang ini sangat terkenal diMalé Utara dan Atol Ari sebelum terjadi tsunami.

Banyak karang meja besar Acropora yang tadinya tampak mati, mulai menunjukkan regenerasi jaringan;proses pemulihan terbantu dengan rendahnya tingkat penangkapan ikan. Ikan pemakan rumput lautmelimpah dan menghabiskan rumput laut serta memfasilitasi penempatan larva karang baru. Sebaliknya diMalé Utara dan Atol Ari kehilangan karang masif yang lambat tumbuh yang dapat mengurangi kapasitaspertumbuhan terumbu dan menambah batuan baru di masa depan. Sebagai tambahan, fenomena pemutihankarang skala kecil di tahun 2003 dan badai besar pada Mei 2004 semakin memperlambat proses pemulihan.Terdapat perkiraan yang menyatakan bahwa kondisi terumbu akan berbeda di masa datang dengan adanyajenis yang lambat tumbuh (seperti Agaricidae dan Favidae) yang terus mendominasi karang bercabangAcropora dan Pocillopora. Namun, terdapat indikasi kuat adanya kemunculan karang baru dari jenis-jeniskarang yang cepat tumbuh, sehingga struktur terumbu di masa depan adalah tidak pasti.

SELAMATKAN ANAK-ANAK – KESAKSIAN KORBAN“Gempa bumi ringan mengguncang kamarku di pagi tanggal 26 Desember, tetapi kata ‘tsunami’tak pernah terlintas dalam benakku. Hari itu adalah hari yang sempurna di Maladewa, cerahdan hangat. Suasana resor sepi sehabis Natal, sampai terdengar suara gemuruh air dan teriakanpada jam 11 pagi: “Selamatkan anak-anak! Selamatkan anak-anak”. Air laut masuk melaluikolong pintu, soket listrik meledak dan memercik kemana-mana, dan aku membanting pintuuntuk melarikan diri. Sungguh mengherankan, laut yang biasanya hijau terang kini coklat kotor,para staf dan tamu ketakutan, tak tahu apa yang harus dilakukan, saat gelombang menyapupulau. Air naik dari setinggi pergelangan kaki ke pinggang dalam hitungan detik. Gelombangbesar pertama menghantamku ke dinding dan melontarkan ponsel serta barang-barang milikulainnya. Aku berhenti bernafas, menyadari bahwa tak ada tempat atau bangunan tinggi untukmelarikan diri. Ini adalah pulau terpencil, 1 meter di atas permukaan laut, dengan perairandalam di sekelilingnya. Aku berjuang ke tempat penerima tamu, memanjat meja, komputer, danpuing-puing lainnya lalu bergabung dengan para staf yang berteriak “Allah! Allah!” saat merekabergantungan dengan putus asa di tiang-tiang yang ada. Detik berikutnya, tsunami dengankekuatan penuh menghantam, menghancurkan kaca dan merubuhkan dinding. Aku tak sadarkandiri saat air semakin naik, dan saat aku sadar, air sudah pergi. Lalu aku melihat gelombangyang lebih besar dan lebih cepat datang, aku berteriak supaya orang-orang berpegangan.Gelombang ini melesat cepat melintasi pulau dengan membawa puing, kursi, TV, dan diikutidengan 2 gelombang berikutnya. Lalu hening. Aku berteriak ke arah para tamu, “Jauhi pantai,gelombang akan balik lagi, jangan bergerak”.

Air lalu surut dan meninggalkan bongkahan besar karang di pulau serta ikan-ikan karang dipasir. Para tamu yang cidera bermunculan dengan luka dan memar. Kami menghabiskan siangitu untuk membantu mereka; namun pada jam 12:45 beredar kabar bahwa gelombang setinggi50 m akan datang dalam waktu 15 menit. Aku menghadapi situasi sulit untuk memberitahu paratamu agar bersiap akan adanya gelombang baru. Syukurlah, gelombang yang datang tidaksampai 50 m tingginya, tetapi kami tetap siaga dengan memanjat pohon. Tiga hari berikutnyakami lalui dengan: mendatangi para korban cidera, menunggu pertolongan, patroli di pulau,berjaga-jaga dari penjarah, mengawasi kemungkinan gelombang susulan, dan menenangkanpara staf yang panik dan jiwanya terganggu. Sempat terpikir juga tentang barang-barang yanghilang walaupun aku sedang dehidrasi dan kelaparan. Saat aku kembali ke Amerika, beratkuturun 12 kg tetapi lebih bijak dalam menyikapi kekuatan samudera dan dielu-elukan karenamasih hidup” (Dari Dave Lowe, [email protected]).

Page 123: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

120

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

STATUS TERUMBU KARANG PASCA TSUNAMITim lintas-disiplin dari Australia bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kelautan Maladewa mensurvei124 situs terumbu di 7 atol sepanjang 177 km di awal tahun 2005. Tujuan utamanya adalah untukmendokumentasikan:

Sifat dan tingkat yang berhubungan dengan dampak tsunami terhadap terumbu karang,

Perubahan terhadap geomorfologi pulau, dan

Dampak tsunami terhadap sumber daya yang berhubungan dengan perikanan.

Tsunami hanya memberikan kerusakan kecil terhadap sumber daya terumbu karang di Maladewa.Kerusakan yang ada adalah tambahan dari kerusakan besar yang diderita sejak fenomena pemutihankarang tahun 1998. Sayangnya, hanya tersedia sedikit data untuk dibandingkan antara status terumbukarang pra-1998 dengan kerusakan akibat tsunami. Kurangnya penilaian dan pemantauan berkalasangatlah tidak menguntungkan mengingat bahwa kegiatan utama ekonomi di Maladewa bergantungpada terumbu karang.

ATOL BAA – KESAKSIAN

“Gempa bumi membangunkanku di Atol Baa, tetapi itu tidaklah lebih dari sekedar getaran.Kemudian aku mengetahui bahwa terjadi juga di Malé atau Kolombo – gosip tak jelas. Awalnyaaku agak khawatir kalau Malé akan terkena hempasan, tetapi aku diyakinkan bahwa itu takterjadi sehingga aku bersiap-siap untuk bekerja. Aku baru saja mendekati air untuk mengamati,saat kemudian gelombang datang. Pasang yang sangat tinggi, begitulah yang terpikir, sampaikemudian aku melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa ketinggian air laut di pantai melebihidi darat – tidak banyak, tetapi tidak perlu dipikirkan lebih jauh untuk menyadari bahwa sesuatuyang buruk terjadi. Aku bergegas kembali ke kamarku dan mengambil peralatanku untuk mengejarberita; lalu aku keluar untuk mensurvei tempat kejadian dengan kamera (dan masker, fin, snorkel,dan air bila diperlukan). Gelombang terbesar datang dari seberang rataan terumbu dengantinggi maksimal 2 m, membuatnya semeter lebih tinggi dari permukaan pantai, dan kemudianpecah sekitar 15 m sebelum pantai menjadi setinggi lutut. Di tempat-tempat dimana aliranterhalang dan tak dapat keluar, seperti ruangan dengan pintu masuk terbuka dan pintu keluarnyatertutup, air mencapai ketinggian satu meter atau lebih – sampai akhirnya memecahkan kacajendela. Air mengambil jalur yang paling kecil resistensinya, sehingga mengalir sepanjang jalurdan jalan, yang umumnya lebih rendah dari tumbuhan lebat di sekitarnya. Di Pulau Goidhoo,jalanan dari timur ke barat terpotong dan pada saat terjadinya, jalur berbatu (cobble berm) diujung timur terangkat. Air mengalir seperti sungai di jalanan itu. Mungkin jalan dapat berfungisebagai katup pengaman bila jalur batuannya masih ada, yang merupakan selokan alami,kurasa tidak akan banyak air yang masuk ke dalam pulau. Di banyak pulau, persediaan airtawar tercemar oleh air laut. Konsekuensinya bervariasi, tergantung seberapa jauh tumbuhantahan terhadap garam, seberapa banyak air laut dapat masuk, dan seberapa banyak persediaanair yang telah dipompa secara berlebihan” (Dari: William Allison, [email protected]).

Atol Raa dan Baa: Dampak tsunami tidak terlalu besar di atol-atol ini, walaupun 45% dari lokasi yangdisurvei terdapat karang rusak. Karang bergelimpangan di sepanjang 22% dari transek dan 17% mempunyaicabang yang hancur. Tertutupnya karang oleh sedimen adalah stress yang umum, dengan 52% transekmenunjukkan sedimen berdebu ringan yang akan menghambat munculnya karang muda di masa depan.Tak terdapat kerusakan di terumbu Vaffushi dan Badaveri.

Atol Malé Selatan: Bongkahan Porites yang terlepas dan mati sebagian, diamati di terumbu FinolhuFahlu di sisi timur atol. Terdapat variasi jumlah pecahan karang dan pasir di lereng terumbu Guradihoo,

Page 124: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

121

Status Terumbu Karang di Kepulauan dan Atol Maladewa Pasca-Tsunami

Gulhee, dan Embudhoo. Di sisi timur atol, terdapat kerusakan di Guraidhoo dan thilla (bommie, terumbubesar yang letaknya terisolasi) Kandooma, termasuk hilangnya gorgonia (Sumber: Survei MarineConservation Society).

Atol Vaavu dan Vattaru: Cadangan besar pasir dan pecahan karang telah diamati sepanjang timur yangmenghadap terusan dekat terumbu Foththeyo, Keyodhoo, dan Devana Kandu. Tidak terdapat buktiadanya kerusakan akibat tsunami di bagian barat yang menghadap Mas Araa Falhu; namun, terdapatsejumlah besar sedimen dan pecahan di lereng terusan sampai ke selatan. Tsunami hanya memberikandampak kecil bagi pemulihan karang setelah fenomena pemutihan tahun 1998. Namun, cadangansedimen menyebabkan kematian karang yang nyata di salah satu situs di Atol Vattaru. Sisi timur situspenyelaman terusan Fotteyo rusak parah, dengan keseluruhan thilla berubah menjadi bukit pecahan(Sumber: Survei Marine Conservation Society).

Atol Meemu: Daun-daun palem dan cabang-cabang pohon terlihat di sebagian besar terumbu karang,walaupun kebanyakan kerusakan akibat tsunami adalah hasil dari penumpukkan pecahan karang danpasir. Tak terlihat adanya kerusakan di terumbu Kurali Kandu, Kolhuvaariyaafushi, atau Thuvaru.

Atol Thaa dan Laamu: Penduduk desa di daerah atol ini melaporkan bahwa kerusakan akibat tsunamilebih banyak terjadi di darat, namun demikian terdapat petakan kerusakan kecil pada terumbu karang disekitar yang serupa dengan kerusakan akibat badai. Terumbu berenergi tinggi di tepi terluar atol mengalamikerusakan yang terbatas (<1% karang yang hancur); kerusakan terbesar terdapat di terusan dengansekitar 8% karang hancur, beberapa timbunan pasir, dan pecahan karang yang berserakan. Umumnya, diterusan dan laguna mengandung sedikit karang sehat yang lebih sensitif terhadap gangguan lingkungan.

Terdapat pemulihan karang yang lambat di Atol Vaavu setelah persentase tutupan karang menurunsekitar 55 – 60% di tahun 1997 (Sumber: Hussein Zahir).

Page 125: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

122

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Atol Ari, Malé Utara, dan Felidhe: Survei di bulan Juni dan Juli 2005 menunjukkan bahwa persentasetutupan karang sangatlah rendah (berkisar 10% atau kurang) dan didominasi oleh Pocillopora danAcropora. Terdapat kerusakan struktur yang kecil akibat tsunami, baik di luar maupun di dalam keduaatol ini. Beberapa pemandu selam melaporkan kerusakan pada sisi barat terusan atol Ari (Thundufushithilla), dan beberapa thilla dalam terumbu dimana arus semakin kuat sepanjang terusan. Namun, initampaknya hanyalah dampak kecil akibat tsunami (Sumber: Marine Conservation Society dan MaldivesScuba Tours).

KERUSAKAN SOSIAL-EKONOMIPariwisata: Pariwisata adalah kontributor terpenting bagi perekonomian Maladewa dan telah membantuekspansi ekonomi saat ini. Sejak tahun 1978 sampai 2004, jumlah resor meningkat dari 17 menjadi 87dan jumlah wisatawan meningkat dari 30.000 menjadi di atas 615.000. Tsunami tahun 2004menyebabkan kerusakan yang parah bagi industri pariwisata: 19 resor ditutup; 1.200 tempat tidur hotelhilang; kedatangan wisatawan menurun; dan resor mengurangi pegawainya karena tingkat hunianmenurun sampai 40%. Hampir setahun kemudian, tingkat hunian telah meningkat menjadi 75%. Perkiraanuntuk membangun kembali resor-resor yang ada mencapai US$ 100 juta dan kerugian usaha di sektor inimungkin melebihi US$ 250 juta.

MENYELAM SAAT TSUNAMI

“Pagi tanggal 26 Desember cerah dan hangat seperti biasanya di Pulau Fru di Maladewa. Saatsarapan, seorang teman bertanya apakah kami merasakan gempa bumi beberapa jamsebelumnya. Kami tidur saat itu terjadi. Sekitar pukul 9 pagi saat kami berangkat menyelam,kami memperhatikan bahwa air mendesak keluar dari laguna dengan kecepatan tinggi. Airberputar cepat pada penyelaman pertama, sehingga kapten kapal menyudahi kegiatan untukpergi ke tempat yang lebih terlindung dan aman. Terdapat arus kecil sekitar 1 knot saat kamimasuk ke air; tapi dalam hitungan menit kami tersapu dari satu arah ke arah lain dengan arusyang kecepatannya naik menjadi 5 knot. Kami tetap menjaga posisi dimana dinding terumbuberada di kiri kami, tetapi tiba-tiba kami terbawa ke arah berlawanan dengan kecepatantinggi. Lalu arus berhenti dan berganti arah dengan kecepatan yang lebih tinggi selama kira-kira 3 menit. Tak tampak ikan berenang saat penyelaman ini, dan semuanya telah menjadipengungsi di lubang-lubang terumbu. Tampak seekor hiu berputar di tempat yang sama dengansirip pektoral (samping) turun; hewan itu tetap di posisinya setiap kali kami terbawa maju-mundur. Di kedalaman 18 m, kami mengalami arus ke bawah yang berbahaya, yang menarikkami 28 m dalam beberapa detik. Kami bisa saja tertarik lebih dalam lagi, tetapi kami dapatberpegangan di terumbu dan mendorong diri kembali ke 18 m. Hal ini menghabiskan energiyang berharga dan seharusnya kami bernafas normal sampai permukaan dengan decompressionstop di 4 m dan 3 m (dive computer sudah tak dapat diandalkan lagi di situasi seperti ini).Kembali ke kapal sangatlah susah, karena ombak sangat liar dan kapal terombang-ambingkesana-kemari. Di perjalanan pulang ke Fru, kami melihat banyak puing di air, pakaian, sepatu,kotak es, bagian-bagian kapal, dll. Di resor, keadaan lebih kacau lagi; jetty sudah hancur danorang-orang menangis. Tampak seperti adegan di film-film Hollywood. Pada saat itulah kamibaru sadar bahwa kami telah mengalami sesuatu yang tak akan terlupakan: menyelam saattsunami. Kamar kami berantakan dan terdapat ikan unicorn di kamar tidur bersama-sama denganbagian-bagian dari pohon; semua barang-barang kami hancur. Tak ada listrik, air minum dibatasi,makanan habis, dan Bandara Internasional Malé terendam air – tetapi kami selamat!” (Sumber:Greg dan Deirdre Stegman).

Page 126: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

123

Status Terumbu Karang di Kepulauan dan Atol Maladewa Pasca-Tsunami

Perikanan: Kapal ikan tuna Maladewa mengalami modernisasi dan ekspansi, melalui penggantian kapalkecil tradisional (dhonis) dengan kapal komersial yang lebih besar, dan keramba apung, tempat pembekuan,serta pengalengan yang modern sedang dibuat. Industri pengemasan tuna segar sedang dibangun,membuat banyak tekanan pada sumber daya perikanan Maladewa. Jenis targetnya adalah cakalang(Katsuwonis pelamis) dan tuna ekor kuning (Thunnus albacares), yang selalu bermigrasi, terdapat di lautlepas, dan jumlahnya melimpah; namun terdapat perdebatan dimana ekspansi perikanan ini akanmenurunkan cadangan/stok ikan di tempat lain.

Tsunami menghancurkan 120 kapal ikan, merusak 50 armada laut lainnya, dan menyebabkan hilangnyaperalatan dari 374 pabrik kecil pengolahan ikan, termasuk keramba apung untuk perdagangan kerapuhidup. Selain dari kerugian tersebut, kegiatan perikanan tampaknya telah pulih sejak peristiwa tsunami,dimana jumlah tangkapan di kwartal pertama tahun 2005 melebihi tahun 2004, disebabkan olehpendaratan besar tuna di bagian selatan negara ini.

Konstruksi dan ekstraksi karang: Lebih dari 6.000 rumah telah hancur karena tsunami, dan banyakbangunan yang dibuat dari bahan-bahan tradisional (terutama batu karang) runtuh. Pembangunan kembalisedang berjalan; namun, terdapat kekurangan bahan konstruksi seperti kayu, rendaman kerikil, dan besiuntuk struktur beton. Sehingga, timbul kembali ekstraksi ilegal pasir dan batu dari rataan terumbu danlaguna untuk membangun perumahan dan memperbaiki jalan-jalan serta jalur-jalur.

Infrastruktur maritim: Tsunami telah merusak atau menghancurkan sekitar 36 dermaga, 4.200 mdinding dermaga, 15.000 m dinding pelabuhan, 25 lampu pemandu, 65 penanda terumbu, 120 penandamasuk (penyelaman), dan 300 m jembatan selat; tsunami memindahkan 375.000 meter kubik pasir dicekungan hasil kerukan kapal. Terdapat kerusakan yang relatif terbatas pada fasilitas maritim sepanjangbagian dalam yang tak terbuka di atol-atol, walaupun banyak pelabuhan yang rusak, baik akibatmeningkatnya endapan lumpur sampai rusaknya pemecah ombak.

Gambar ini menunjukkan dampak potensial tsunami (atau aliran badai) pada pulau karang.Pemindahan karang di rataan terumbu dan tumbuhan mangrove membuka pantai terhadaperosi yang lebih besar dan intrusi air laut dari aliran gelombang. Air laut akan menghancurkanpertanian di pulau dan memasuki air minum di persediaan air tawar di dasar pulau.

Mangrove yangdipindahkan

Terumbu karangyang ditambang

Gelombang memecah, lebih tinggi

Erosi Sumur Tumbuhan daerah

Ketinggian tsunami

Air laut mematikantumbuhan dan panen

Mangrove

Terumbu karangyang ada

Aliran gelombang yanglebih rendah, tidak pecah

PasangLimbah

Air laut mengintrusi cadangan air tawar

pesisir

Page 127: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

124

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

USAHA-USAHA REHABILITASI DAN PEMULIHANTerdapat kenaikan permintaan untuk bahan bangunan setelah tsunami sedangkan impor dari India tidakdapat mencukupi. Sehingga beberapa usaha dilakukan untuk menggabungkan fondasi bangunan denganmenggunakan fondasi batu karang dan semen. Pemanenan karang dilakukan secara ilegal dan sangatbervariasi, serta memiliki resiko bahwa jika beberapa terumbu karang rusak atau amblas, pulau dapatkehilangan penghalang erosi dan sumber pasir untuk memasok pulau.

Banyak lembaga bantuan menawarkan untuk membantu setelah bencana terjadi. AusAID, lembaga dariAustralia mengirimkan 12 orang untuk meninjau kerusakan yang terjadi dan memberikan petunjukuntuk perbaikan di masa depan. Lembaga bantuan Amerika (USAID) fokus pada bantuan darurat dankemanusiaan, dengan menghabiskan US$ 1,3 juta untuk menerbangkan pasokan bantuan, terpal, wadahair dan air layak minum, serta peralatan kebersihan.

REKOMENDASI, KESIMPULAN, DAN PREDIKSITsunami tidak memberikan kerusakan nyata pada terumbu karang Maladewa; kerusakannya jauh lebihsedikit dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh manusia akibat pengambilan batu karangdan pasir dari rataan terumbu, dan peristiwa kematian karang sepanjang tahun 1998 akibat fenomenapemutihan. Jadi, tsunami telah memperlambat proses pemulihan dari kerusakan sebelumnya, dan perhatiandifokuskan pada kebutuhan pengelolaan yang lebih baik terutama mengenai tekanan dari manusia danpembangunan daerah pesisir yang tidak sesuai. Mengingat pentingnya terumbu karang bagi perekonomianMaladewa, rekomendasi berikut diberikan untuk mendorong pembangunan berkelanjutan:

Daerah perlindungan laut (MPA): Konservasi keanekaragaman dan kelenturan terumbu karangakan diperbaharui dengan perluasan serta penguatan jaringan MPA yang lebih baik. Pemerintahdaerah dan pusat dianjurkan untuk meningkatkan sumber daya melalui pelatihan dan pengelolaanterumbu. Partisipasi aktif dan dukungan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber dayaadalah kunci menuju kesuksesan. Masyarakat dapat dimotivasi untuk membantu dalam proyekkonservasi melalui kepemilikan sumber daya, pelestarian budaya, penyediaan mata pencaharianalternatif, dan dengan menyediakan informasi seperti memperlihatkan kepada mereka bahwa sebagianbesar keluarga ikan karang terdapat di dalam MPA dan bukan di luarnya;

Jumlah karang hidup (dalam persentase tutupan) di 8 situs di Maladewa tetap rendah setelah tsunami,mencerminkan kehilangan besar karang di tahun 1998 (Sumber: Laporan AusAID tahun 2005).

Tutupan karang (%)

Page 128: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

125

Status Terumbu Karang di Kepulauan dan Atol Maladewa Pasca-Tsunami

Pemantauan dan pengelolaan terumbu karang: Program pemantauan terumbu karang Maladewaharus diperluas untuk menyertakan lebih banyak terumbu dalam penyediaan informasi kepadapengelola terumbu, dan mengikuti pemulihan setelah fenomena pemutihan tahun 1998 dan tsunamitahun 2004. Terdapat kebutuhan untuk meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan lembagainternasional, operator wisata, masyarakat, dan LSM dengan membangun kemitraan kerja bersama.Peraturan untuk melarang penambangan karang dan pasir harus ditegakkan untuk melindungifungsi terumbu karang sebagai penghalang;

Pengelolaan perikanan: Data dari pakan segar penting yang bernilai ekonomi dan perikanan ikankarang harus digabungkan ke dalam sistem data nasional untuk mendeteksi akibat dari pengambilanberlebih dan gangguan lingkungan lainnya. Menteri Perikanan, Pertanian, dan Sumber Daya Kelautandidorong untuk meluaskan dan menguatkan kapasitas dalam memonitor, menganalisa, danmelindungi sumber daya laut Maladewa;

Peningkatan kapasitas: Terdapat kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kapasitas nasionaldalam ilmu terumbu karang dan konservasi (termasuk pengelolaan perikanan dan pemantauansosio-ekonomi). Usaha-usaha di bidang lingkungan, pembangunan dan/ atau pengurangankemiskinan di daerah pesisir harus diintegrasikan untuk mencerminkan hubungan antar akarpermasalahan dengan solusinya;

Penilaian kerentanan: Penilaian atol dan kerentanan yang berbasis masyarakat menggunakangugus tugas tingkat pulau akan menguatkan persiapan, perencanaan, dan tanggapan terhadapbencana. Penilaian nasional yang lebih besar dapat mengidentifikasi sumber daya alam yang bertindaksebagai pelindung atas bahaya lingkungan, peralatan, dan organisasi yang diperlukan. Penilaianterumbu karang harus menyertakan studi spesifik tentang implikasi pemutihan karang dan penyakitterhadap masyarakat setempat dan perekonomian;

KERUSAKAN TSUNAMI MENGANCAM KEMAJUAN PENCAPAIANTUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM (MDG)

Menurut laporan yang dikeluarkan UNDP, tsunami mempertajam masalah-masalah yangberhubungan dengan polusi air tanah dan naiknya permukaan laut di Maladewa. “Disampingmenghancurkan ribuan rumah di Maladewa, tsunami meninggalkan polusi jangka panjangterhadap persediaan air penduduk pulau,”ujar Kari Blindheim, Koordinator (sementara)Kependudukan UNDP di Maladewa. Tinjauan kemajuan menuju MDG mengindikasikan bahwatsunami telah menghancurkan lebih dari 90% kamar kecil di sejumlah pulau dan mengkontaminasipasokan air tanah dengan garam dan kotoran manusia hasil siraman septic tank. Masalah initetap tinggal sampai setahun setelah tsunami dan telah meluas sampai hampir 340.000 meterkubik limbah dari rumah-rumah yang hancur, yang membusuk di banyak pulau dan menembusair tanah. “Tsunami memperlihatkan betapa rapuhnya Maladewa terhadap perubahan iklim,dan betapa diperlukannya keberlanjutan lingkungan sebagai fokus utama negeri ini untuk fondasikebijakan dan program pembangunan lokal serta nasional. Bila isu lingkungan tidak diperhatikan,konsekwensinya akan sangat serius. Sektor perikanan dan pariwisata yang menjadi sumberekonomi utama, keduanya bergantung pada keanekaragaman dan lingkungan yang alami.”Dalam laporan diperkirakan bahwa tsunami menghantam pertumbuhan ekonomi Maladewadari 7,5% per tahun menjadi 1% di tahun 2005. Kunjungan wisatawan selama kwartal pertamatahun 2005, 44% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2004, yangmengakibatkan dampak besar pada anggaran negara. Leporan juga menyebutkan bahwa,secara ekonomi, Maladewa lebih menderita dibandingkan negara-negara lain yang terkenatsunami (Sumber: www.undp.org/tsunami).

Page 129: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

126

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Geomorfologi pulau: Program dasar pemantauan garis pantai pulau di situs-situs yang berbedaakan memperbaiki pengertian tentang tren perpindahan sedimen dan erosi, baik secara musimanmaupun jangka panjang, termasuk juga dampak dari peristiwa alam besar seperti tsunami dan aliranbadai;

Operasi pengerukan terumbu: Pemantauan yang sedang berjalan diperlukan untuk menilaidampak meluasnya pengerukan untuk reklamasi pantai, bahan bangunan, perawatan pelabuhan,dan bahan konstruksi. Pembangunan kebijakan penambangan pasir yang berkelanjutan diperlukanuntuk mengurangi dampak negatif terhadap pentingnya terumbu karang secara ekonomi dan sosial.

KURANGNYA BAHAN BANGUNAN MEMICU PENGAMBILAN KARANGSECARA ILEGAL

Sebuah misi dari United Nations Environment Programme (UNEP) menemukan bahwa ekstraksiartisanal (secara manual menggunakan karung) pasir karang dari laguna dilakukan di sebagianbesar pulau. Mereka menyaksikan eksplotitasi pasir karang secara aktif dan tak terkendali,yang ternyata meningkat sejak tsunami. Pemerintah Maladewa telah menyadari pentingnyakeberadaan terumbu karang terhadap bencana alam dan penyediaan habitat bagi makhluk-makhluk laut. Pada tahun 1992, pemerintah melarang penambangan karang dangkal ‘rumahterumbu’ di sekitar pulau, pada terumbu di tepi atol, dan dari terumbu tempat pakan ikan.Menteri Perikanan, Pertanian, dan Sumber Daya Kelautan mengatur cara mengekstraksi karang,pasir, dan kepingan karang dari pantai dan terumbu di sekitar pulau yang tak berpenghuni;dengan masukan dari Menteri Lingkungan dan Konstruksi. Walaupun begitu, terumbu Maladewatelah dieksploitasi untuk bangunan, meskipun data statistik resmi menunjukkan penurunan drastispada total volume pasir dan karang yang diekstraksi. Hal ini rupanya terjadi karena kegiatanilegal tak terlaporkan, dan bukan penurunan substansial seperti yang diharapkan. Tinjauanterhadap peraturan penambangan pasir dari negara lain mengindikasikan bahwa penambanganpasir harus dibatasi pada kedalaman diatas 10 m dan pada jarak minimum 600 m dari pantai(www.seafriends.org.nz/oceano/seasand.htm). Pembatasan terhadap penambangan pasir pantaidi Maladewa tidak pernah dievaluasi untuk mengetahui keefektifan perlindungan pulau terhadapkerentanan aliran badai (Sumber: UNEP, www.unep.org/tsunami).

Page 130: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

127

Status Terumbu Karang di Kepulauan dan Atol Maladewa Pasca-Tsunami

PENINJAUM Shiham Adam, Joanna Ruxton, Kristian Teleki, dan Chris Wood.

KONTAK PENULISHussein Zahir, Marine Research Centre, Malé, Maldives, [email protected]; William Allison,[email protected]; Geoff Dews, John Gunn, Commonwealth Scientific and Industrial ResearchOrganization, [email protected]; Arjan Rajasuriya, National Aquatic Resources Research & DevelopmentAgency, Colombo, Sri Lanka, [email protected]; Jean-Luc Solandt, Marine Conservation Society, UK,[email protected], Hugh Sweatman, Angus Thompson, dan Mary Wakeford, Australian Institute of MarineScience (AIMS), [email protected], [email protected], dan [email protected];Jerker Tamelander, IUCN Sri Lanka Country Office, Colombo, Sri Lanka, [email protected].

ACUANAusAID (2005) Australia’s response to the Indian Ocean tsunami: report for the period ending 30 June

2005. Australian Government, (www.ausaid.gov.au/publications/ pubout.cfm?Id=8755_1752_3263_3258_5384).

Australian Government and Maldives Marine Research Centre (including the Commonwealth Scientificand Industrial Research Organization, Australian Institute of Marine Science, Great Barrier ReefMarine Park Authority and James Cook University) (2005) An assessment of damage to Maldiviancoral reefs and baitfish populations from the Indian Ocean tsunami. (www.ausaid.gov.au/hottopics/topic.cfm?Id=3936_3678_9975_7037_8920).

Dews G, Naeem H, Mohamed U, Aishath Hand Aminath L (2002) Elements of a Marine Protected Areain a Small Island Developing State - Republic of Maldives. World Congress on Aquatic ProtectedAreas, August 2002, Cairns.

Data-data juga diambil dari website-website berikut:

Marine Conservation Society (2005), (www.mcsuk.org/marine_world/MCS_Maldives_report.pdf);

UNDP (2005), (www.mv.undp.org and www.mv.undp.org/drtf/);

UNEP (2005), (www.unep.org/tsunami/reports/maldives.pdf).

Sumber-sumber informasi lain diuraikan di Halaman 147, termasuk kontribusi H. Zahir et al. dalamlaporan CORDIO dan kontribusi A. Rajasuriya dkk. dalam laporan GCRMN.

Page 131: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

129

RINGKASAN2 orang kehilangan nyawa: sekitar 310 nelayan (dan tanggungan mereka) terkena dampak nyataakibat rusaknya rumah, infrastruktur, kapal penangkap ikan, dan peralatan;

Gelombang diperparah dengan hujan yang lebat, membanjiri daerah yang rendah dan menyebabkankerusakan yang meluas di pantai, pelabuhan, dinding laut, tumbuhan pesisir, jalan-jalan, dan jembatan-jembatan;

Sekitar 35% armada kapal artisanal (141 kapal) menderita kerusakan;

Perkiraan kerugian infrastruktur dan armada kapal adalah US$ 30 juta; perusahaan perikanan danpariwisata juga menderita kerugian ekonomi dimana nilai tukar mata uang asing berkurang, diversimata uang untuk bantuan, dan kehilangan karyawan;

Secara umum, tsunami memberikan dampak minor terhadap terumbu karang di Seychelles, tetapiterdapat dampak nyata di sejumlah situs. Terumbu karang yang rusak berada di jalur lintasan tsunamiatau yang tumbuh pada pecahan karang setelah peristiwa pemutihan tahun 1998;

Tsunami telah memperlambat pemulihan terumbu karang, dimana karang baru yang menggantikanperistiwa kehilangan tahun 1998, menjadi mati atau rusak, serta menjadikannya pecahan karangyang tidak stabil; dan

Mengurangi sumber-sumber degradasi kronis seperti pemanfaatan berlebih, penangkapan ikan yangmerusak, polusi, dan sedimentasi dari reklamasi daratan dan pengembangan daerah pesisir; akanmembantu proses pemulihan.

PENDAHULUANTanda-tanda pertama terjadinya tsunami di Seychelles tampak pada pukul 11:25 pagi di bandarainternasional di Mahé. Bukti pertama tsunami diamati sebagai pergerakan cepat air, dari surut yangsangat rendah menjadi pasang yang sangat tinggi, yang terjadi di pesisir timur Pulau Praslin dan Mahépukul 1:00 siang saat surut. Fluktuasi cepat pada permukaan air berlanjut selama sekitar 30 menit.Antara 30 menit sampai 1 jam kemudian, pesisir barat Praslin dan Mahé terkena gelombang yang menyebarke seluruh bagian pulau. Gelombang kedua lebih kecil, tetapi menghantam saat pasang pukul 5:00 soredan memberikan kerusakan yang sama seperti saat gelombang pertama.

10. STATUS TERUMBU KARANG DI SEYCHELLES

SETELAH TSUNAMI PADA DESEMBER 2004

AMEER ABDULLA, JUDE BIJOUX, UDO ENGELHARDT, DAVID OBURA, ROLPH

PAYET, KATE PIKE, JAN ROBINSON, MARTIN RUSSELL, DAN TIMOTHY SKEWES

Page 132: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

130

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Gelombang membanjiri daerah rendah Pulau Mahé, Praslin, dan La Digue dan menyebabkan kerusakanmeluas pada pantai-pantai, tumbuhan pesisir, jalanan, jembatan, perumahan, dan infrastruktur. Banjirmenelan korban 2 jiwa dan berlangsung selama sekitar 6 jam. Dua gelombang lainnya yang lebih kecilmuncul pukul 10:00 malam dan 5:00 pagi keesokan harinya; dimana hanya mengenai pesisir barat PulauPraslin.

Seychelles adalah kepulauan besar yang terdiri dari 115 pulau besar, membentang seluas 1.374.000 km2

di bagian barat Samudera Hindia. Tsunami dimulai dari jarak 4.500 km dan hanya mengenai 41 pulaugranit yang besar, (kelompok dalam); yang terletak 50 km dari pulau utama Mahé, tempat sebagian besarpenduduk Seychelles tinggal. 74 pulau karbonat lainnya terletak di rataan luas yang dangkal (45.000km2) ke arah barat dan selatan dari pulau-pulau bergranit; dimana tak terkena dampak tsunami.

Kerusakan akibat tsunami terhadap infrastruktur, perumahan, dan tumbuhan diperparah dengan adanyacurah hujan sebesar 250 mm, yang dimulai pada tanggal 27 Desember dan berlanjut sampai beberapa

Page 133: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

131

Status Terumbu Karang di Seychelles setelah Tsunami pada Desember 2004

hari, menyebabkan sejumlah peristiwa tanah longsor di bagian barat dan pertengahan Mahé serta pulau-pulau lain. Pemerintah Seychelles membuat perkiraan awal kerugian yang diderita akibat tsunami terhadapjalanan, perumahan, infrastruktur perikanan, pertanian, sarana publik, sekolah, lahan siap pakai, saranaolah raga, dan sarana pariwisata sebesar SR 165 juta (US$ 30 juta).

STATUS TERUMBU KARANG PRA-TSUNAMIKepulauan bagian dalam: Sebelum peristiwa pemutihan tahun 1998, terumbu di sekitar Mahé beradadalam ancaman reklamasi daratan untuk memenuhi kekurangan lahan di negara pulau yang kecil ini.Reklamasi dimulai tahun 1980an dan telah menghasilkan sedimentasi kronis di beberapa situs terdekatnya,seperti Taman Laut Ste Anne. Sebagai tambahan, terumbu telah mengalami kerusakan langsung akibatpembuangan jangkar yang sembarangan, snorkeling, dan penyelaman; dan secara tidak langsung saatada pekerjaan konstruksi dan operasi hotel. Lebih jauh lagi, sejumlah terumbu menderita kehilangankarang akibat mewabahnya bulu seribu (Acanthaster planci) yang aktif di terumbu bagian utara Mahédari akhir 1996 sampai pertengahan 1998.

Terdapat sedikit data tentang status terumbu karang Seychelles sebelum tahun 1998. Tutupan karangkeras di lereng terumbu pada pulau-pulau bergranit bagian dalam adalah 35-80% dan untuk terumbugundukan sebesar 25-40%. Namun di tahun 1998, terumbu Seychelles termasuk ke dalam yang terkenadampak parah akibat peristiwa pemutihan karang El Niño, yang membunuh hampir 90% tutupan karanghidup di terumbu-terumbu ini bahkan sampai kedalaman 15 meter di beberapa tempat. Tutupan karangdi sebagian besar terumbu dangkal bergranit menurun sampai kurang dari 10%. Acropora bercabang danmeja serta Pocillopora bercabang adalah yang paling parah terkena dampak, meninggalkan sisa-sisapopulasi karang yang didominasi oleh marga-marga masif, yang lebih tahan dan lambat tumbuh sepertiPorites, Goniopora, Acanthastrea, Diploastrea, dan Physogyra. Tutupan pecahan karang meningkatsampai 50-75% di beberapa situs. Pada tahun 2004, kelimpahan dan penyebaran sebagian besar jeniskarang telah menurun, walaupun tak tercatat adanya kepunahan; sedangkan keragaman karang dipulau-pulau bergranit bagian dalam tetap tinggi.

Terdapat kemajuan pemulihan karang di beberapa situs setelah peristiwa pemutihan tahun 1998, namunperistiwa pemulihan tetap berjalan lambat akibat peristiwa pemutihan lagi di tahun 2002 dan 2003 yangmematikan banyak karang muda yang baru. Secara nyata, lebih banyak pemulihan terjadi di terumbuyang terlindung di dalam daerah perlindungan laut (MPA), serta lebih banyak yang tumbuh di batuangranit dibandingkan batuan berkarbonat, mungkin karena tingkat stabilitas yang besar pada terumbu inidan rendahnya kelimpahan pecahan karang. Rata-rata tutupan karang di terumbu berkarbonat meningkatdari 3,4% di tahun 2000 menjadi 6,3% di tahun 2004, dengan tingkat pemulihan yang bervariasi di tiapsitus. Tutupan karang di terumbu bergranit meningkat stabil dari 2,5% di tahun 2000 menjadi 14,2% ditahun 2004, dengan adanya konsistensi di tiap terumbu. Peningkatan tutupan karang kebanyakanterjadi karena adanya kemunculan karang muda yang baru dan bukan karena pertumbuhan koloni yangselamat.

Kelimpahan ikan jauh lebih banyak terdapat di terumbu bergranit bagian dalam dibandingkan denganterumbu berkarbonat, kemungkinan karena struktur 3 dimensi terumbu bergranit lebih stabil. Terdapatjuga kelimpahan ikan yang besar, terutama ikan kepe-kepe, ikan kakatua, wrasse, kakap, dan kerapu didalam MPA. Namun terdapat juga jenis-jenis ikan target seperti kakap, kerapu, kakatua, dan trigger,sebagaimana pula kepe-kepe, di bagian timur kepulauan di kelompok dalam, yang mencerminkan tekananpengambilan ikan yang lebih besar dibandingkan dengan bagian barat kepulauan yang lebih banyakpenduduknya.

Page 134: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

132

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Atol Selatan: Sebelum tahun 1998, terumbu karang dan atol di selatan Seychelles memiliki tutupankarang 40-60% di perairan dangkal, yang didominasi oleh Acropora bercabang, Pocillopora dan Millepora(karang api). Di perairan yang lebih dalam, Poritidae dan Faviidae masif lebih umum dijumpai. Terdapatpemutihan karang di seluruh terumbu di bagian selatan Seychelles tahun 1998 dan tutupan karangmenurun dari 95% ke kurang dari 5% di perairan dangkal. Di perairan yang lebih dalam, tutupan karangtetap lebih tinggi antara 15-20%, dengan tingkat kematian tinggi pada Acropora bercabang, Pocillopora,Millepora, dan Heliopora (karang biru). Keragaman karang tetap tinggi, walaupun beberapa jenis yangdulunya umum dijumpai menjadi jarang. Kebanyakan karang mati telah menjadi pecahan karang atauditumbuhi jenis lain. Tampaknya, kedalaman 10 m mewakili ‘kedalaman transisi’ di sejumlah atol; perairandangkal hampir menderita tingkat kematian yang tinggi di tahun 1998, tetapi tingkat kematian tidakmenjadi bencana di perairan yang lebih dalam. Karang dapat tetap hidup di tempat-tempat yang memilikipergerakan air dinamis, seperti di lereng terumbu yang menuju arah angin dan di terusan/kanal. Sehingga,terdapat pergeseran di selatan Seychelles yang tadinya didominasi oleh Acroporidae menjadi didominasiPocillopora bercabang dan Porites. Jenis-jenis dengan bentukan masif lebih umum dijumpai di perairanyang lebih dalam, terutama faviidae dan jenis yang awalnya tidak umum, yaitu Physogyra dan Pachyseris.

Proses pemulihan berjalan lambat antara tahun 1999 sampai 2001; namun, terdapat kemunculan karangmuda yang substansial setelah tahun 2001, terutama di kedalaman 10 m sampai 20 m dengan lebihbanyak jenis-jenis karang muda baru yang tahan pemutihan. Karang muda Porites dan Fungia mulanyaumum dijumpai di laguna, sementara Acroporidae yang tadinya mendominasi menjadi jarang. Faviidaedan Pocillopora adalah karang muda yang paling umum terlihat di lereng terumbu.

Populasi ikan secara umum lebih sehat, dimana banyak kakap dan kerapu berukuran besar ditemukan.Namun, ikan pemakan karang (seperti kepe-kepe) sangatlah jarang karena hilangnya sejumlah karanghidup. Hiu tidak dijumpai dalam survei ini, kemungkinan karena adanya perdagangan sirip hiu.

STATUS TERUMBU KARANG PASCA TSUNAMITingkat kerusakan terumbu karang di Seychelles sebagian besar tergantung pada derajat keterbukaanterhadap tsunami, batimetri lokal dan geologi, serta kondisi terumbu karang. Sisi utara dan timur PulauPraslin dan La Digue adalah yang paling mudah terkena dampak tsunami, sedangkan pulau-pulau lainterlindung dari pecahan energi gelombang saat tsunami berjalan di sepanjang Bantaran Seychelles yangdangkal. Terumbu karang yang berada di luar jalur tsunami, contohnya Anse Copre, menderita kerusakansedikit atau tidak sama sekali. Terdapat pula kerusakan yang dapat diabaikan (<1%) pada terumbubergranit, seperti Grand Rocher, Pointe Police, Port Launay, dan West Rocks, karena granit menahangelombang dan terdapat sedikit pecahan karang serta pasir yang menyebabkan abrasi karang. Terumbu-terumbu ini termasuk ke dalam terumbu-terumbu dangkal terbaik di kepulauan bergranit sebelum tahun1998.

Jumlah kerusakan pada terumbu berkarbonat secara umum dapat diperkirakan dari derajat konsolidasikerangka terumbu. Umumnya, terjadi kerusakan lebih besar pada terumbu berkarbonat yang terdegradasi,dimana terdapat sejumlah besar pecahan tak terkonsolidasi yang berasal dari karang mati akibat peristiwapemutihan tahun 1998.

Sebagian besar kerusakan disebabkan oleh disintegrasi lepasnya kerangka terumbu dan abrasi oleh pecahankarang. Terumbu berkarbonat yang terkonsolidasi, seperti yang terdapat di Moyenne, Airport, Anse Royal,dan Baie Ternay, tidak terkena dampak, dimana kurang dari 1% koloni karang, dan jarang yang sampai10%, rusak.

Page 135: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

133

Status Terumbu Karang di Seychelles setelah Tsunami pada Desember 2004

Terdapat kerusakan berarti pada beberapa terumbu berkarbonat yang disurvei, seperti Isle Coco, St. Pierre,Anse Cemetiere di antara Taman Laut Ste Anne dan Kebun Karang di Curieuse. Isle Coco adalah terumbupaling timur, dari arah kedatangan tsunami, yang disurvei. Di banyak situs, terdapat sedikit kerusakanakibat tsunami di lereng bergranit yang menuju ke laut, tetapi terdapat kerusakan nyata pada terumbudangkal berkarbonat di tempat yang searah jalur angin. Kumpulan karang bercabang Acropora matimenjadi hancur, meninggalkan sejumlah besar pecahan karang yang mengabrasi karang lain yang sedangdalam proses pemulihan akibat kematian besar-besaran di tahun 1998. Potongan-potongan berat pecahankarang mengerosi, dengan tekanan melingkar, di kerangka terumbu dan parit-parit dimana pecahantersapu menuju perairan yang lebih dalam. Kerusakan pada kerangka terumbu di beberapa lokasi, sangatlahparah dan memperlambat pemulihan kerusakan tahun 1998.

Pengaruh batimetri lokal, terhadap tsunami dan hasil kerusakan, sangat jelas tergambar di beberapa area.

Berikut adalah ringkasan kerusakan akibat tsunami terhadap terumbu karang bergranit dan berkarbonat di Seychelles,dimana karang yang tumbuh di dasar berkarbonat (K) lebih menderita kerusakan dibandingkan dengan yangtumbuh di dasar bergranit (G), karena adanya jumlah pecahan karang yang lebih besar di terumbu berkarang.

Situs Substrat Kerusakan

Mahé

Baie Ternay C <1% area

Anse Cemetiere, Ste Anne C 27% karang, tutupan menurun dari 25% ke 5%

Anse Royal C Dapat diabaikan

Anse la Mouche C 18% koloni di perairan dangkal, 12% di perairan yang lebih dalam

Pointe Police G Dapat diabaikan

Port Launay, West Rocks G Dapat diabaikan

Anse Copra G Tidak ada

Airport C 10% karang

Grand Rocher G 1% karang

Terumbu Corsaire C <1% area

Terumbu Aquarium C Tidak ada

L’ilot Rocks G <1% area

Moyenne C 8% karang

Terumbu Pulau Cousine C Tidak ada

Praslin/ Curieuse

Kebun Karang C 1% - 16% karang

Anse Petit Cour C <1% area

St. Piere G/C Bergranit: dapat diabaikan; Berkarbonat: >50% pada substrat, 25%karang

La Digue/ Felicité

Ilê Coco G/C Bergranit: dapat diabaikan; Berkarbonat: >50% pada substrat, 25%karang

La Digue C <1% area

Terumbu Pulau Marianne C <1% area

Terumbu Pulau Petite Soeur C <1% area

Page 136: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

134

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Kerusakan terbesar di darat, timbul di kanal dalam yang menembus ke terumbu tepi di dekat pesisir yangmengarahkan gelombang menuju pantai, contohnya Anse Petit Cours (Praslin), di dekat jembatan selatdi Taman Laut Curieuse, Anse Royale (Mahé), dan Anse la Mouche (Mahé). Banyak kota-kota pesisir danhotel dibangun dekat perairan terlindung dan pantai di belakang terumbu-terumbu tepi ini, karenakemudahan akses menuju laut lepas melalui kaloran dan kanal. Namun, gelombang melewati kanal-kanal ini sambil menimbulkan kerusakan di darat. Walaupun terumbu tepi dapat menyerap luapan normallaut dan melindungi pesisir, terumbu tidak dapat menahan energi tsunami yang lebih besar.

Kerusakan pada karang hidup di Anse Cemetiere dalam Taman Laut Ste Anne umumnya dikarenakanoleh abrasi pecahan karang sampai 27% dari koloni karang, dan tutupan karang hidup menurun dari 25%menjadi 5%. Di Kebun Karang di Taman Laut Curieuse, tsunami menjungkalkan banyak karang masifdan mengabrasikannya dengan lepasan pecahan karang, sehingga merusak 16% karang. Di Anse LaMouche, 18% karang di perairan dangkal dan 12% karang di perairan lebih dalam menjadi rusak, dimanabeberapa karang masif dan bercabang patah serta terhanyut, dan karang mengerak tertutup sedimen. DiLa Reserve, Anse Petit Cours, banyak kumpulan Acropora bercabang yang hancur dan beberapa karangmasif rusak karena abrasi. Koloni Porites besar di perairan yang lebih dalam (>6m) terjungkal, kemungkinankarena erosi sedimen dari dasarnya.

Di Taman Laut Curieuse, terdapat kerusakan besar pada jembatan selat yang menutupi teluk yangterlindung, membuka salah satu hutan mangrove terbesar dan paling beragam di Seychelles terhadapterjangan angin muson. Pasir diantara pepohonan mangrove sekarang lebih putih dan lebih kasar sertaterdapat parit besar di dalam hutan, diperkirakan bahwa pergerakan air telah meningkat di hutan, yangtelah tumbuh selama 100 tahun di perairan yang dilindungi oleh jembatan selat. Hutan tersebut adalahdaya tarik utama bagi para pengunjung taman laut; sehingga tiap kerusakan dapat secara nyata mengurangipendapatan taman nasional, sebagaimana biaya masuk digunakan untuk mendanai daerah perlindunganlaut lainnya.

Kerusakan sedimen terbesar disebabkan oleh sapuan dari darat akibat hujan muson yang dimulai segerasetelah tsunami. Sedimen laut yang tersuspensi ulang tidak menyebabkan kerusakan nyata pada karang,walaupun surut yang parah serta pencucian (backwash) dari tsunami mengerosi kanal kecil, dari garispantai keluar menuju teluk di Baie Ternay; beberapa karang dan lamun mati akibat gangguan pernafasan.

Tsunami tidak menyebabkan kerusakan pada pulau-pulau berkarbonat di bagian selatan. Hanya kenaikandan penurunan kecil pada tingkat perairan yang dilaporkan di D’Arros, 240 km tenggara Mahé. Takterdapat keanehan di Providence, 700 km dari Mahé. Ekspedisi Seychelles Selatan melaporkan takadanya tanda-tanda tsunami pada bulan Januari 2005 di sekitar kepulauan Amirantes dan BantaranProvidence-Cerf. Terumbu-terumbu ini berada di perairan samudera dan kemungkinan terlindung olehperairan dangkal sampai ke timur laut yang menyerap sebagian besar energi tsunami.

Secara keseluruhan, kerusakan akibat tsunami pada terumbu karang di Seychelles umumnya kecil dansetengah-setengah. Kerusakan terbesar terjadi di terumbu yang menghadap timur di utara dan selatanpulau-pulau bergranit, dimana kerusakan kecil terjadi di sekitar pusat pulau-pulau bergranit seperti Mahé;dan dapat diabaikan di seluruh selatan dan barat pulau-pulau berkarbonat. Terdapat kerusakan yangdapat diabaikan pada terumbu bergranit di kepulauan bagian dalam, dan kerusakan rendah sampai parahpada terumbu berkarbonat, tergantung dari jumlah keterpajanan dan kondisi kerangka terumbu setelahlenyapnya karang tahun 1998. Terdapat kerusakan sampai kurang dari 5% koloni karang dan umumnyakurang dari 1% tutupan karang pada mayoritas situs-situs yang ada. Namun, tutupan karang sangatlahrendah di kebanyakan situs di bagian dalam Seychelles akibat kematian saat pemutihan tahun 1998.

Page 137: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

135

Status Terumbu Karang di Seychelles setelah Tsunami pada Desember 2004

Tidak terdapat kerusakan nyata pada dasar terumbu bergranit dan terumbu berkarbonat yangterkonsolidasi. Lebih jelas lagi, tsunami memperlambat pemulihan akibat pemutihan tahun 1998 denganmelemahkan substrat di terumbu-terumbu yang paling terkena dampak.

KERUSAKAN SOSIO-EKONOMIKebanyakan kerusakan infrastruktur di darat berupa kerusakan pelabuhan dan dinding laut di daerahPelabuhan Victoria, dengan perkiraan biaya SR$ 14,3 juta (US$ 2,7 juta). Kurang lebih 35% armadaperikanan artisanal (141 armada perikanan) menderita tingkat kerusakan yang beragam, dimana 15angkutan tenggelam; sebagian besar sekarang telah diangkat. Sekitar 310 nelayan terkena dampak danbila tanggungan mereka dihitung juga, jumlahnya melebihi 1.200 orang. Kerugian pada armada perikanan,termasuk peralatan memancing, diperkirakan sebesar SR$ 4,0 sampai 4,5 juta (US$ 760.000 sampai855.000). Selain kerusakan fisik, terdapat kerugian ekonomi bagi perusahaan perikanan dan pariwisata,termasuk menurunnya arus mata uang asing, diversi anggaran untuk bantuan serta hilangnya karyawanuntuk beberapa waktu. Terdapat pula kekurangan ikan segar di pasar lokal. Otoritas Perikanan Seychelles,Divisi Keamanan Sosial, Kantor Administrasi Kabupaten, Kantor Kepresidenan, Kementrian Keuangan,dan Komisi Dana Darurat Nasional berkolaborasi untuk membantu dalam pemulihan penghidupan nelayandan pemilik kapal yang terkena dampak tsunami, dengan cara menyediakan bantuan keuangan untukmemperbaiki kerusakan. Beberapa negara donor dan organisasi internasional telah berjanji untuk membantupemulihan penghidupan para nelayan, memperbaiki armada, dan mengganti kerusakan infrastruktur.

Kerusakan Perikanan: Penilaian terhadap 2 sektor penting perikanan artisanal setelah tsunamimenunjukkan tidak adanya penurunan pada kelimpahan jenis apapun yang ditangkap dalam perikananartisanal, termasuk perikanan artisanal menggunakan perangkap, atau perikanan dangkal (umumnyaberhubungan dengan terumbu) yang menangkap teripang. Pada kenyataannya, kepadatan teripangmeningkat 38% dan tangkapan baronang (Siganus spp.) per unit usaha meningkat 68%. Beberapaperubahan di habitat dangkal dekat pantai telah terdeteksi, tetapi ini tampaknya hanya kerusakan kecildan harus dikembalikan seiring waktu melalui pergerakan alami sedimen lunak oleh arus. Hasil ini sesuaidengan yang diperoleh Otoritas Perikanan Seychelles dan lembaga internasional.

USAHA-USAHA REHABILITASI DAN PEMULIHANPemerintah Australia memberikan kontribusi sebesar US$ 80.000 dalam bentuk pengiriman tim Australiauntuk bekerja sama dengan pemerintah Seychelles dalam merumuskan strategi pemantauanpemantauanterumbu karang, mengembangkan strategi rehabilitasi bagi terumbu karang yang rusak, dan menilaidampak terhadap perikanan dekat pantai. Palang Merah Seychelles menerima US$ 50.000 dari USAIDuntuk program darurat pemulihan. UNEP dan IUCN bergabung untuk mengirim misi penilaian keSeychelles pada Januari 2005. FAO mensponsori penanaman mangrove di depan hutan di Curieuseuntuk menghentikan hilangnya sedimen saat muson, dan untuk meredam gelombang sebelum sampaike hutan lama yang berkeanekaragaman.

REKOMENDASIRekomendasi berikut disarankan untuk memastikan pemulihan terumbu karang kembali ke kondisi sebelumtahun 1998:

Sumber kerusakan kronis, seperti eksploitasi berlebihan dan perikanan yang merusak (perangkap),polusi, dan sedimentasi dari reklamasi daratan serta pengembangan daerah pesisir harus dikurangi,

Page 138: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

136

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

dengan menitikberatkan pada Pengelolaan Kawasan Pesisir Terpadu (ICM). Pengurangan tekanankegiatan manusia akan mempercepat pemulihan alami terumbu dan memberikan daya lenting yangbesar terhadap perubahan di masa depan;

Rencana ICM harus dikembangkan dan diimplementasikan di tiap pulau untuk menyertakan prosesdan ekosistem pesisir, pola pemanfaatan pesisir untuk menghubungkan ekosistem lautan dan daratandi dalam rencana pengelolaan MPA, dan mekanisme legal serta operasional yang efektif. JaringanMPA harus diperluas untuk menyertakan contoh perwakilan habitat;

Pemetaan habitat laut dekat pantai harus diperkuat untuk mengidentifikasi daerah yang palingterkena dampak, membantu pemantauanpemantauan pemulihan, memeriksa pola keragaman diantarahabitat-habitat yang ada, dan menilai peran serta ekosistem pesisir dalam pencegahan kerusakangaris pantai;

Infrastruktur di taman-taman laut (penambat kapal, peralatan patroli, dan pemantauanpemantauan)harus disimpan untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut akibat kegiatan wisatawan di dalam MPA;

Kepedulian akan nilai terumbu karang dan dampaknya pada kegiatan manusia harus ditingkatkan.Kepedulian dapat ditingkatkan bila lebih banyak masyarakat terdorong untuk menjadi relawandalam pemantauanpemantauan dan pengelolaan terumbu;

Informasi sosio-ekonomi tentang pengelolaan terumbu karang dan MPA harus diintegrasikan kedalam rencana pengelolaan;

Lebih banyak kolaborasi program di tingkat lokal, regional, dan global seperti program SensusKehidupan Laut dan Program Global Spesies Penjelajah harus semakin ditingkatkan; dan

Tambahan dana sangat diperlukan untuk melanjutkan program pemantauanpemantauan terumbukarang regional saat proyek GEF dihentikan tahun 2005.

PENINJAUKristian Teleki and David Garnett.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis hendak menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yangtelah berkontribusi dalam penyediaan data serta informasi untuk bab ini, baik yang berasal dari laporan-laporan yang tak terpublikasi maupun dari pihak-pihak yang ikut serta dalam debat langsung tentangkerusakan lebih lanjut pada terumbu karang di Seychelles.

KONTAK PENULISAmeer Abdulla, Global Marine Program, IUCN, [email protected]; Jude Bijoux, Seychelles Centrefor Marine Research and Technology, [email protected]; Udo Engelhardt, Reefcare International PtyLtd, [email protected]; David Obura, CORDIO East Africa, Mombasa, Kenya, [email protected];Rolph Payet, Department of Environment, Seychelles, [email protected]; Kate Pike, Seychelles Centre forMarine Research and Technology, k.pike@scmrt-mpa. sc; Jan Robinson, Seychelles Fishing Authority,[email protected]; Martin Russell, Great Barrier Reef Marine Park Authority, Australia,[email protected]; Timothy Skewes, CSIRO, Australia, [email protected]. (Susunan penulisberdasarkan abjad.)

Page 139: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

137

Status Terumbu Karang di Seychelles setelah Tsunami pada Desember 2004

ACUANBab ini sebagian besar disarikan dari laporan yang disiapkan oleh Pemerintah Seychelles, UNEP, CORDIO,IUCN, AusAID, Pike (tak dipublikasi, 2005) dan makalah oleh Engelhardt et al. (2002), Payet et al.(2005), Souter et al. (2005), Stobart et al. (2002), Teleki et al. (2000), Teleki dan Spencer (2000), danTurner et al. (2000) dalam laporan CORDIO dan GCRMN (p. ##).

Australian Government: AusAID Report (2005) Australia’s response to the Indian Ocean tsunami: reportfor the period ending 30 June 2005, (www.ausaid.gov.au/publications/ pubout.cfm?Id=87551752_3263_3258_5384).

Obura D, Abdulla A (2005) Assessment of tsunami impacts on the marine environment of the Seychelles,IUCN/CORDIO, (www.iucn.org/info_and_news/press/seychelles-tsunami-22-02-05.pdf).

Seychelles Fishing Authority (SFA) (2005) Seychelles Fishing Authority Annual Report 2004, (www.sfa.sc).

Skewes T, Ye Y, Burridge C (2005) Australian government assistance to the Seychelles tsunami reliefeffort: Assessing impacts to near-shore fisheries. CSIRO Marine and Atmospheric Research. Report toAusAID, 54pp.

UNEP (2005) After the tsunami: rapid environmental assessment. United Nations Environment Programme,Nairobi, Kenya, (www.unep.org/tsunami/tsunami_rpt.asp).

Page 140: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

139

RINGKASANTerdapat beragam dampak di negara-negara dalam satu wilayah; 289 kejadian fatal tercatat diSomalia, 1 di Yaman (Sokotra), 11 di Tanzania, dan 1 di Kenya; negara-negara lain di Afrika Timurdan Arab Selatan hanya sedikit menderita atau bahkan tak terkena dampak sama sekali;

Di Somalia, 4.500 orang mengungsi, 18.000 terkena dampak langsung, dan 22.000 nelayankehilangan kapal dan peralatan, sebagian besar kerusakan berada di kota dan desa di bagian utara.Sumur-sumur pesisir, sumber air tanah, dan lahan subur terkontaminasi oleh air laut, dan tsunamikemungkinan telah menyebarkan limbah beracun;

Di Yaman, 2.000 keluarga terkena dampak dan kerusakan berupa: 204 rumah; salinisasi sumur; erosipantai lokal; kapal, peralatan pancing, kerugian infrastruktur perikanan; dan total kerugian diperkirakanUS$ 2 juta;

Di Kenya dan Tanzania, arus yang kuat menghancurkan banyak kapal;

Terdapat kerusakan minimal terumbu karang di negara-negara yang kami nilai;

Rehabilitasi di Somalia difokuskan pada pengentasan kerugian diantara 1,2 juta penduduk, yangsudah menderita karena adanya konflik sosial, kekeringan, dan kekurangan pangan selama berdekade-dekade;

Rekomendasi regional difokuskan pada pengembangan sistem peringatan dini; dan

Pusat perhatian tsunami pada status terumbu karang serta ekosistem pesisir dan laut lainnya; danmenitikberatkan pada pentingnya pemeliharaan kesehatan terumbu.

PENDAHULUANGelombang tsunami pertama menyerang Yaman pukul 11:40 pagi, sekitar 6 jam setelah gempa bumi.Permukaan laut mulai naik pukul 11:00 pagi dan kemudian bergerak cepat, memperlihatkan rataanpasang sepanjang 2 km sebelum akhirnya menggenanginya kembali. Saat gelombang mencapai Yaman,tingginya telah berkurang sekitar 3 m, yang berarti sedikit lebih tinggi dari kisaran pasang normal. Walaupundemikian, tsunami dapat menembus sampai 500 m ke arah daratan di beberapa tempat. Dampak terbesar

11. STATUS TERUMBU KARANG DI AFRIKA TIMUR

DAN ARABIA SELATAN PASCA TSUNAMI

DAVID OBURA DAN LYNDON DEVANTIER

Page 141: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

140

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

dirasakan di sepanjang garis pantai Al Mahra Governorate, terutama antara Saihut dan Wadi Hauf, danKepulauan Sokotra, yang terletak di luar ‘Tanduk Afrika’. Tak ada kerusakan nyata yang tercatat disepanjang daerah pesisir lain di Yaman, kemungkinan karena adanya perlindungan dari India dan TandukAfrika. Hanya terdapat satu kejadian fatal di Yaman, yaitu di Qalansiya di Pulau Sokotra, dimana seoranganak laki-laki tenggelam saat mencoba mengambil ikan-ikan yang terdampar sebelum gelombang datangkembali. Derajat penggenangan terbesar terjadi sekitar pukul 5:00 sore hari minggu, dimana pasangmenembus pantai dengan cara yang tidak biasa di sepanjang pantai utara. Tsunami menyebabkan salinisasisumur-sumur, erosi pantai lokal, dan kerusakan pada 27 kapal, 60 kapal motor tempel, alat pancing,infrastruktur perikanan, 204 rumah, dan 44 rumah penyimpanan, dengan kerugian finansial terbesar dipesisir selatan Sokotra. Total kerusakan di Yaman diperkirakan sebesar US$ 2 juta.

Page 142: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

141

Status Terumbu Karang di Afrika Timur dan Arabia Selatan Pasca Tsunami

Di Somalia, gelombang setinggi 3 m berdampak pada sekitar 650 km garis pantai antara Hafun danGaracad, menggenangi daerah pesisir yang terbentang rendah serta menyebabkan kerusakan parah padaperumahan, kapal ikan, dan peralatan, terutama di dekat Hafun; 289 orang meninggal, 4.500 orangmengungsi, dan 18.000 orang terkena dampak langsung bencana. Sekitar 22.000 orang (Kebanyakankeluarga nelayan yang kehilangan kapal dan peralatannya) membutuhkan bantuan kemanusiaan untukmemulihkan penghidupannya. Sebagai tambahan, sumur-sumur pesisir, sumber-sumber air tanah, danlahan subur terkontaminasi oleh air laut. Tsunami kemungkinan telah menyebarkan limbah beracun,termasuk uranium radioaktif, timah, kadmium, dan merkuri sebagaimana juga limbah industri, rumahsakit, dan kimiawi lainnya, yang telah tersimpan dalam wadah bocor di pantai-pantai Somalia sejak awal1980an. Terdapat laporan kontaminasi yang mempengaruhi populasi ikan dan sumber daya air tanah diHobyo dan Warsheik. Sebagai tambahan, banyak orang yang mengeluhkan masalah kesehatan yangtidak biasa, termasuk penyakit pernafasan akut, batuk kering yang berat, perdarahan mulut, perdarahanperut, iritasi kulit yang tidak biasa, dan beberapa kematian yang mungkin disebabkan karena menghirupbahan-bahan beracun.

Tsunami sampai ke pesisir Kenya dan Tanzania sekitar 8 jam setelah gempa bumi; pada saat itu gelombangtelah berkurang menjadi tinggi 1 m dan masih termasuk ke dalam kisaran pasang normal. Kenya danTanzania mengalami aliran pasang yang kuat, dan bukan gelombang kuat yang pecah seperti yang terjadidi negara-negara Samudera Hindia lainnya. Di Kenya, tsunami hadir sebagai surut yang mengalir cepatselama 10 menit, tetapi menyebabkan fluktuasi ketinggian pasang setinggi 1,5 m. Dilaporkan bahwaterdapat 8 – 10 siklus acak anatara pukul 12:30 dan 20:30, dimana siraman pasang pertama adalah yangterkuat dan kemudian menghilang seiring waktu. Permukaan air kembali ke tinggi pasang normal diantarasiraman-siraman pasang. Siklus pasang yang cepat ini menyebarkan kembali sejumlah pasir di sepanjangterusan dekat Lamu di utara Kenya dan pantai-pantai yang tererosi di Malindi. Arus yang kuat menyebabkanbanyak kapal, yang ditambatkan di laguna yang terlindung, terseret jangkarnya; membuat kapal-kapal ituterdorong ke pantai atau ke kapal di sebelahnya. Arusnya sangat kuat sekali sehingga dapat menarikperenang yang tidak handal ke tengah laut, menghasilkan kematian satu orang di Kenya dan 11 lainnyadi Dar es Salaam, Tanzania.

Tinggi gelombang tanggal 26 Desember menurun secara eksponensial sejalan dengan jarak,dimana gelombang bergerak melintasi Samudera Hindia dari pusat gempa (Sumber: LaporanUNEP tahun 2005 tentang tsunami dan sumber-sumber media)

Page 143: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

142

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Lepas pantai Rodrigues (Mauritius), 7 gelombang menerpa pulau tersebut antara pukul 10:00 pagi sampaipukul 5:00 sore. Gelombang ini menggenangi daerah pesisir dekat kota utama Port Mathurin dan pantai-pantai yang tererosi di sepanjang pesisir tenggara, dan sepanjang pulau buatan yang dibangun dari bahanpengerukan. Di tempat lain di Mauritius, rentang pasang hanya 56 cm karena energi tsunami telahberkurang, sehingga tak ada kerusakan luas.

Komoros, Madagaskar, Mozambik, dan Reunion terlindung di balik dangkalan Seychelles, Saya de Malha,dan Cargados Carajos Banks di tengah-tengah Samudera Hindia. Hanya gelombang kecil dan aliranpasang yang tercatat dan tak ada kerusakan yang dilaporkan, baik di darat maupun di laut.

Jarak (km)

Tin

gg

i gel

om

ban

g (m

)

Grafik ini memperlihatkan fluktuasi pasang aktual tanggal 26 Desember di beberapa negara AfrikaTimur. Tiap garis memperlihatkan rentang pasang tanggal 25 Desember dan ramalan tinggi-rendahpasang untuk hari itu. Terdapat perbedaan nyata dimana pesisir yang berada dekat dengan sumbertsunami mengalami fluktuasi permukaan air yang lebih besar serta kerusakan yang lebih parahdibandingkan dengan tempat-tempat yang lebih jauh. Data diperoleh dari Pusat Permukaan Air LautUniversity of Hawaii (http://ilikai.soest.hawaii.edu/uhslc/iotd/).

Page 144: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

143

Status Terumbu Karang di Afrika Timur dan Arabia Selatan Pasca Tsunami

STATUS TERUMBU KARANG PRA-TSUNAMIKondisi terumbu karang pra-tsunami di Afrika Timur dipengaruhi oleh tekanan manusia dan parahnyapemutihan karang serta kematian saat peristiwa perubahan iklim akibat El Niño tahun 1998. Kerusakandari kedua stres tersebut berbeda nyata; beberapa terumbu yang tak terpengaruh oleh kegiatan manusia,memutih dengan dahsyat dan begitu pula kebalikannya. Sebelum 1998, tutupan karang keras hidup, diterumbu yang tak dapat diakses, nilainya tinggi (>40%) dan stabil. Tutupan karang, di terumbu yangmudah diakses, nilainya lebih rendah akibat adanya praktik penangkapan ikan yang merusak(menggunakan peledak dan jaring pukat), sedimentasi, dan polusi.

Terumbu tersehat di wilayah ini adalah yang letaknya terpencil dan tak dapat diakses, yang telah selamatdari kerusakan fatal peristiwa pemutihan selama tahun 1998. Sebelum tsunami, tutupan karang kerashidup di terumbu-terumbu ini berkisar mulai 20% di Tanzania sampai 80% di terumbu-terumbu yanglebih dalam di Mozambik. Terumbu yang mengalami pemutihan dan kematian ringan berada pada kondisiyang lebih baik serta tutupan karangnya mendekati 20% di akhir tahun 2004. Pada sebagian besarterumbu yang mengalami tingkat kematian karang yang tinggi (>80% pengurangan terhadap tutupankarang), tutupan karang tetap sangat rendah (<10%); komunitas-komunitas karang ini didominasi olehkoloni-koloni kecil (<15 cm) yang telah menetap sejak 1998. Kemunculan karang muda jumlahnyabervariasi, berkisar dari level tertinggi 2-6 karang muda/m2 sampai terendah yaitu 0,5-2 karang muda/m2 atau kurang, di bagian utara Kenya dan Afrika Selatan. Pemulihan diperlambat oleh adanya tekanandari manusia seperti penambangan karang, penangkapan yang merusak, polusi, dan sedimentasi.

Komposisi jenis karang di banyak terumbu Afrika Timur tampaknya akan berubah akibat adanya kehilanganbesar selama peristiwa pemutihan tahun 1998 serta perbedaan dalam kemunculan karang muda. Sebagaicontoh, karang Acropora saat ini tak dapat dijumpai di banyak terumbu di sekeliling wilayah (contohnyabagian utara Kenya) dimana mereka ditemukan melimpah sebelum 1998. Millepora juga jarang, tetapipernah mendominasi komunitas dangkal. Karang-karang tersebut digantikan oleh karang yang lebihtahan terhadap pemutihan, seperti Porites dan beberapa jenis Faviidae serta Siderastreidae. Sebelumtahun 1998, sebagian besar karang muda yang baru adalah Acropora, tetapi sekarang yang paling umumadalah Pocillopora dan Faviidae serta Poritidae yang lambat tumbuh. Di bagian utara Kenya, Coscinaraeaadalah karang baru yang paling umum. Perubahan ini memberi kesan bahwa terumbu karang di masadepan akan terlihat berbeda dari sebelum tahun 1998.

Sokotra (Yaman): Terumbu karang Sokotra berada dalam kondisi yang baik sebelum tahun 1998 dandampak pemutihan pada terumbu-terumbu ini hanyalah sedikit. Terumbu di luar kepulauan selamat darikerusakan serius, dan tutupan karang keras hidup tetap tinggi nilainya (~45%). Namun demikian, terumbudi sekitar Pulau Sokotra sangat terpengaruh oleh kematian akibat pemutihan; dimana kerugian mencapailebih dari separuh tutupan karang. Pemulihan sejak tahun 1998 cukup menjanjikan, terutama di dalamMPA-MPA, dimana tutupan karang daerah dangkal meningkat dari 20% menjadi lebih dari 30% antaratahun 2002 dan 2003. Pada terumbu yang lebih dalam, tutupan karang telah meningkat dari 28% ditahun 2000 menjadi 41% di tahun 2003.

Somalia: Terumbu tepi (fringing reefs) yang berkembang baik dan tersebar, terdapat di sepanjang pesisirSomalia di Teluk Aden, terutama di selatan dekat perbatasan dengan Kenya. Namun demikian, statusterumbu karang tidaklah diketahui karena tidak adanya institusi yang berfungsi serta tidak adanyapemantauanpemantauan di tempat ini. Begitu pula dengan status perikanan pesisir dan laut lepas diSomalia yang tak diketahui, walaupun upwelling dingin yang kaya nutrien pada Arus Pesisir Somaliamengindikasikan bahwa potensi perikanannya sangat tinggi; kapal asing dilaporkan banyak yang bekerjasecara ilegal di daerah tersebut.

Page 145: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

144

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Kenya: Terdapat dua daerah utama: terumbu tepi yang hampir menyambung sepanjang 200 km didaerah selatan mulai dari Malindi sampai Shimoni; dan kompleks petakan/ gundukan serta lereng terumbudi Bajuni Archipelago mulai dari Lamu sampai perbatasan Somalia. Sebelum tahun 1998, tutupan karangkeras hidup berkisar 30% dimana keragaman dan kerumitan terumbu meningkat dari utara ke selatan.Terumbu karang di sepanjang pesisir Kenya memutih di tahun 1998, dimana tutupan hidup menurun50%-90%. Karang bercabang di kedalaman 2-3 m paling terpengaruh, namun ada juga koloni yang matidi kedalaman 20 m. Tingkat keselamatan karang paling tinggi terdapat di daerah yang pergerakan airnyaterbesar. Pemulihan hanya terjadi setengah-setengah sejak 1998, dimana pemulihan terbaik terdapat diterusan dangkal dan terumbu bagian luar yang memiliki pergerakan air dinamis serta terdapat pasokanlarva karang baru secara reguler. Kemunculan karang muda di bagian selatan terumbu telah membaiksejak 1998; namun, pemulihan di bagian utara Kenya terbentur oleh sedikitnya pasokan larva karang dariterumbu-terumbu yang jauh jaraknya, terutama jenis Acropora bercabang yang pernah sangatmendominasi. Pemulihan juga terhambat oleh: penangkapan ikan yang berlebih; meledaknya populasialga yang berbahaya di akhir tahun 2001 dan di awal 2002; wabah penyakit karang tahun 2002;peristiwa pemutihan lagi di tahun 2003 yang membunuh 10% karang; dan kompetisi dengan alga.

Tanzania: Sebelum tahun 1998, tutupan karang hidup di terumbu Tanzania berkisar antara 43% sampai73%, walaupun terdapat bukti nyata adanya penangkapan ikan yang merusak, penangkapan yang berlebih,sedimentasi, dan polusi. Dampak peristiwa pemutihan karang bervariasi, dimana beberapa daerah terumbudangkal menderita tingkat kematian sebesar 75% sampai 85%. Tutupan karang keras hidup di 2 situs

MISI KE YAMAN MENGUNGKAP KERUSAKAN YANG LEBIH LUASAKIBAT TSUNAMI

Misi pencari fakta oleh FAO dan pemerintah Yaman melaporkan bahwa masyarakat nelayan diYaman terkena dampak tsunami Desember 2004 yang lebih serius dari yang diperkirakan,dimana lebih dari 2.000 keluarga terkena dengan kerusakan mencapai US$ 2,2 juta. Misitersebut mensurvei 34 masyarakat nelayan di kabupaten Al Mahara serta Kepulauan Sokotra.Pakar FAO, Hans Båge, menemukan bahwa “sementara kerusakannya lebih sedikit dari negara-negara di dekat episenter gempa bumi, terdapat dampak nyata pada penghidupan masyarakatlokal, terutama nelayan”. Gelombang besar merusak kapal, mesin, dan peralatan pancingsebagaimana pula merusak infrastruktur yang vital untuk sektor perikanan seperti pabrik es,gudang penyimpanan, dan dermaga. Tercatat 653 kapal, 569 mesin, 1.625 jaring, dan 16.980perangkap ikan yang rusak ataupun hancur total. Kerugian ini telah mempengaruhi penghidupanbanyak rumah tangga nelayan, sehingga meninggalkan mereka dalam kemiskinan. Sebagianbesar belum menerima bantuan yang dapat menolong mereka memulai kembali kegiatan perikananatau lainnya, sehingga menyebabkan dampak ekonomi terhadap pembeli, penjual, pengolah,dan lainnya yang hidup dari kegiatan perikanan. Kurangnya keahlian finansial dan teknis,kurangnya koordinasi serta kesulitan untuk mencapai desa terpencil telah membuat perkiraanawal dampak tsunami tak menggambarkan keseluruhan kerusakan, sementara pihak berwenangtidak segera mengidentifikasi kebutuhan akan bantuan internasional. FAO mendesak donoruntuk segera mendukung proyek rehabilitasi perikanan pasca-tsunami bagi Yaman. “Banyaknelayan yang tidak melaut selama 6 bulan terakhir” jelas Båge. “Mereka hanya dapat memulailagi di bulan September saat angin muson berhenti dan mereka menerima bantuan yang tepat.”Proyek tersebut akan menyediakan pemberian dasar di sektor perikanan seperti jaring, kait,pancing, suku cadang mesin serta perbaikan atau penggantian kapal, mesin, dan peralatanpenangkapan ikan. FAO juga mengajukan pelaksanaan penilaian terhadap kelayakan dalammemperbaiki pantai-pantai yang tererosi serta pelabuhan alam yang sudah menjadi bagiandari nelayan Yaman (Sumber: George Kourous, Petugas Informasi, UNFAO,[email protected]).

Page 146: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

145

Status Terumbu Karang di Afrika Timur dan Arabia Selatan Pasca Tsunami

sekitar Pulau Misali, menurun dari 74% menjadi 17% dan dari 51% ke 7%; sementara di Pulau Mafia,tutupan karang hidup menurun dari 80% ke 15%. Tutupan karang hidup berkisar dari 25% sampai 55%di terumbu sekitar Unguja (Zanzibar), Tanga, Dar es Salaam, Songo Songo, dan Mtwara, namun pemulihanberjalan lambat di terumbu-terumbu yang rusak parah. Peristiwa pemutihan di tahun 2003, penangkapanyang berlebih, dan mewabahnya bulu seribu (Acanthaster planci) telah memperlambat pemulihan, danTerumbu Tutia tampaknya akan menjadi terumbu alga karena adanya polusi nutrien.

STATUS TERUMBU KARANG PASCA TSUNAMITerdapat kerusakan minim pada terumbu karang dan pantai di Yaman daratan dan lepas pantai KepulauanSokotra. Kemungkinan terdapat kerusakan di terumbu-terumbu Somalia, termasuk polusi bahan kimiaberacun yang tersapu dari darat, tetapi tak ada penilain yang telah dilakukan. Tak terdapat laporankerusakan fisik di terumbu karang Tanzania. Di Kenya, hanya sebuah kepala karang yang terjungkalakibat tsunami di Cagar Nasional Laut Kiunga, dan tak ada yang rusak di 300 individu, pada koloni yangtelah diberi tanda, di laguna dangkal Mombasa. Beberapa karang telah tertutup sedimen di Rodrigues,tetapi tak ada kerusakan fisik yang dilaporkan.

Terumbu, pesisir, dan pulau-pulau di Afrika Timur serta Samudera Hindia (yaitu Komoros, Madagaskar,Mayotte, Reunion) dapat selamat dari kerusakan kemungkinan karena:

berjarak jauh dari sumber tsunami, yang berarti energi serta ukuran gelombang telah jauh menurunsaat mencapai Afrika;

Seychelles, Cargados Carajas, dan Saya de Malha Banks di tengah-tengah Samudera Hindiamenghilangkan banyak energi tsunami saat menyeberangi daerah-daerah dangkal ini; dan

kedatangan gelombang pertama dan terbesar, terjadi saat surut.

USAHA-USAHA REHABILITASI DAN PEMULIHANRehabilitasi di Somalia telah difokuskan pada masyarakat, dimana lebih dari 1,2 juta penduduk telahmenderita akibat konflik sosial, kekeringan, dan kekurangan pangan. Kantor Bantuan Asing untuk Bencana(Foreign Disaster Assistance) USAID menyediakan US$ 1,03 juta kepada badan-badan PBB dan LSM-LSM bagi pengadaan darurat untuk tempat berlindung, makanan, peralatan rumah tangga, pasokanmedis, dan air minum. Lembaga USAID Food for Peace menyediakan 50% lebih banyak dari UN WorldFood Programme di Somalia bagi 30.000 penduduk.

REKOMENDASI DAN KESIMPULANSebagian besar Afrika Timur (kecuali Somalia) sangat beruntung karena letaknya terpencil dan terlindungdari tsunami, sehingga pelajaran utama adalah mengambil manfaat dari keuntungan tersebut. Tidakterdapat adanya sistem peringatan dini serta sistem penanggapan; sehingga rekomendasi difokuskanpada peningkatan arus informasi antar institusi-institusi terkait, meningkatkan kapasitas mereka dalammenanggapi secara efektif dan efisien, dan menjamin bahwa jaringan penanggapan terhubung padasistem peringatan internasional, nasional, dan lokal. Tsunami telah memberikan perhatian pada statusterumbu karang dan ekosistem pesisir serta laut lainnya, dan menggarisbawahi pentingnya pemeliharaankesehatan terumbu. Rekomendasi yang kritis adalah sebagai berikut:

Sistem peringatan dini dibangun dan dirawat dengan komponen berikut: mekanisme sederhana danbiaya yang efektif dengan menggunakan kegiatan reguler yang telah ada dan interaksi antar institusi,dan menghindari birokrasi yang berlebihan serta pengulangan usaha; komponen media swasta dan

Page 147: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

146

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

global (yakni radio, televisi, internet); teknologi yang dapat mencapai individu secara cepat (yakniponsel dan SMS); termasuk para pemangku di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, departemen-departemen pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat; struktur pengambilan keputusan yang jelasdengan pertemuan-pertemuan reguler dan tanggung jawab yang jelas; terhubung dengan institusiinternasional dan media pemberitaan untuk mendapatkan informasi ancaman terkini; dan rencanapengelolaan bencana; panduan, serta latihan uji skenario;

Memperbaiki pelaksanaan pemantauanpemantauan dan pengelolaan terumbu, dan memfokuskanpada pengurangan dampak manusia, mengenali kelentingan terumbu serta manfaatnya dalam barangdan jasa yang terbarukan, dan memastikan perlindungan pesisir dari bencana tak terduga sepertitsunami; dan

Pembangunan dan perluasan MPA berlanjut sebagai ‘asuransi ekologi’ terhadap gangguan akut dankronis.

PENINJAUDavid Garnett, Joanna Ruxton, Bernard Salvat, dan Kristian Teleki.

UCAPAN TERIMA KASIHSebagai tambahan informasi tentang dampak tsunami di Sokotra, kami mengucapkan terima kasih kepadaMalek Abdul-Aziz, Miranda Morris, Socotra Conservation Fund, dan Friends of Soqotra.

KONTAK PENULISDavid Obura, CORDIO East Africa, P.O. Box 10135 Mombasa, Kenya, [email protected]; LyndonDeVantier, [email protected].

ACUANBab ini telah diambil dari laporan yang dibuat oleh UNEP, FAO, dan USAID; serta makalah oleh Mohammedet al. (2005), Obura (2005), dan Souter (2005) dalam Souter dan Linden (2005), juga Kotb et al. (2004),Obura et al. (2004), dan Ahamada et al. (2004) dalam Wilkinson (2004) yang terdaftar di AnjuranBacaan pada halaman 147.

Misi FAO (2005) ke Yaman mengungkap kerusakan yang lebih luas akibat tsunami. (www.fao.org/newsroom/en/news/2005/107210/).

Friends of Soqotra/ Socotra Conservation Fund (2005) Asian tsunami impacts on Soqotra. 2 (July 2005):1.

UNEP (2005) After the tsunami: rapid environmental assessment, United Nations Environment Programme.Nairobi, Kenya, (www.unep.org/tsunami/tsunami_rpt.asp).

USAID: Somalia (2005), (www.usaid.gov/locations/ asia_near_east/tsunami/countries/so.html).

Page 148: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

147

Adger WN, Hughes TP, Folke C, Carpenter SR, Rockström J (2005) Social-ecological resilience to coastaldisasters. Science, 309: 1036-1039.

Ahamada S, Bijoux J, Bigot L, Cauvin B, et al. (2004) Status of the coral reefs of the South West IndianOcean states. In: Wilkinson C (ed.) Status of coral reefs of the World: 2004, Australian Institute ofMarine Science, Townsville, Queensland, Australia, pp. 189-211.

Ammon C, Ji C, Thio HK, Robinson D, et al. (2005) Rupture process of the 2004 Sumatra- Andamanearthquake. Science, 308: 1133-1139.

Australian Government: AusAID Report (2005) Australia’s response to the Indian Ocean tsunami: reportfor the period ending 30 June 2005.

Baird AH, Campbell SJ, Anggoro AW, Ardiwijaya RL, et al. (2005) Acehnese reefs in the wake of the Asiantsunami. Current Biology, 15: 1926-1930.

Bilham R (2005) A flying start, then a slow slip. Science, 308: 1126-1127.

Burke L, Selig L, Spalding M (2002) Reefs at risk in Southeast Asia. UNEP-WCMC, Cambridge, UK.

CBD (2005) Facilitating recovery of marine and coastal biodiversity after the asian tsunami, UNEP/CBD/SBSTTA.

Chatenoux B, Peduzzi P (2005) Analysis of the role of bathymetry and other environmental parametersin the impacts from the 2004 Indian Ocean tsunami. Report for the UNEP Asian Tsunami DisasterTask Force. UNEP/DEWA/GRID-Europe, Switzerland.

Chavanich S, Siripong A, Sojisuporn P, Menasveta P (2005) Impact of tsunami on the seafloor and coralsin Thailand. Coral Reefs, 24(4): 535.

CORDIO/IUCN (2005) First preliminary report of the damage to coral reefs and related ecosystems of thewestern and central Indian Ocean caused by the tsunami of December 26.

CORDIO (2005) Assessment of tsunami damage in the Indian Ocean, Second Report.

Cummins P, Leonard M (2005) The Boxing Day 2004 tsunami – a repeat of 1833? Geoscience Australia,AUSGEO news, Issue 77.

Cyranoski D (2005) Preparations get under way for tsunami warning system. Nature, 436: 759.

Dahdouh-Guebas F, Jayatissa LP, Di Nitto D, Bosire JO, et al. (2005) How effective were mangroves as adefence against the recent tsunami? Current Biology, 15(12): 443-447. Status of Coral Reefs inTsunami Affected Countries: 2005

Danielsen F, Sørensen MK, Olwig MF, Selvam V, et al. (2005) The Asian tsunami: a protective role forcoastal vegetation. Science, 310: 643.

LAMPIRAN 1. ANJURAN BACAAN

Page 149: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

148

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

Fernando HJS, Mendis SG, McCulley JL, Perera K (2005) Coral poaching worsens tsunami destruction inSri Lanka. Eos Transactions. AGU, 86: 301-304.

Foster R, Hagan A, Perera N, Gunawan CA, et al. (2005) Tsunami and earthquake damage to coral reefsof Aceh, Indonesia. Reef Check Foundation, Pacific Palisades, California, USA, 85 pp.

ICRI/ISRS (2005) Tsunami damage to coral reefs: guidelines for rapid assessment andpemantauanpemantauan. January 2005. Seychelles.

Ishii M, Shearer PM, Houston H, Vidale JE (2005) Extent, duration and speed of the 2004 Sumatra-Andaman earthquake imaged by the Hi-Net array. Nature, 435: 933-936.

Lay T, Kanamori H, Ammon CJ, Nettles M, et al. (2005) The great Sumatra-Andaman earthquake of 26December 2004. Science, 308: 1127-1133.

Liu PL-F, Lynett P, Fernando H, Jaffe BE, et al. (2005) Observations by the international Tsunami surveyteam in Sri Lanka. Science, 308: 1595.

Marris E (2005) Tsunami damage was enhanced by coral theft. Nature, 436: 1071.

Obura D, Church J, Daniels C, Kalombo H, et al. (2004) Status of coral reefs in East Africa: Kenya,Tanzania, Mozambique and South Africa. In: Wilkinson C (ed.) Status of coral reefs of the World:2004, Australian Institute of Marine Science, Townsville, Queensland, Australia, pp. 171-188.

Park J, Song TRA, Tromp J, Okal E, et al. (2005) Earth’s free oscillations excited by the 26 December 2004Sumatra-Andaman earthquake. Science, 308: 1139-1143.

Pennisi E (2005) Powerful tsunami’s impact on coral reefs was hit and miss. Science, 307: 657.

Phongsuwan N, Brown BE (in press) The influence of the Indian Ocean tsunami on coral Reefs of westernThailand, Andaman Sea, Indian Ocean. Atoll Research Bulletin (Theme Issue on the Indian OceanTsunami).

Rajasuriya A, Zahir H, Venkataraman K, Islam Z, Tamelander J (2004) Status of coral reefs in South Asia:Bangladesh, Chagos, India, Maldives and Sri Lanka. In: Wilkinson C.(ed.) Status of coral reefs of theWorld: 2004, Australian Institute of Marine Science, Townsville, Queensland, Australia, pp. 213-231.

Rice A (2005) Post-tsunami reconstruction and tourism: a second disaster? Tourism Concern,(www.tourismconcern.org.uk/pdfs/Final%20report.pdf).

Schiermeier Q (2005) On the trail of destruction. Nature, 433: 350-353.

Searle M (2005) Co-seismic uplift of coral reefs along the western Andaman Islands during the December26th 2004 earthquake. Coral Reefs, 171: 372.

Sieh K (2005) What happened and what’s next? Nature, 434: 573-574.

Souter D, Linden O (eds.) (2005) Coral Reef Degradation in the Indian Ocean Status Report2005.University of Kalmar, Sweden.

Spalding M, Ravilious C, Green EP (2001) World atlas of coral reefs. University of California Press, California,USA.

Stein S, Okal EA (2005) Speed and size of the Sumatra earthquake. Nature, 434: 581-582.

Titov V, Rabinovich AB, Mofjeld HO, Thomson RE, González FI (2005) The global reach of The 26December 2004 Sumatra tsunami. Science, 309: 2045-2048.

Tun K, Chou LM, Cabanban A, Tuan VS, et al. (2004) Status of coral reefs, coral reef monitoring andmanagement in Southeast Asia. In: Wilkinson C (ed.) Status of coral reefs of the World: 2004,Australian Institute of Marine Science, Townsville, Queensland, Australia, pp. 235-275.

Page 150: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

149

Tun K, Oliver J, Kimura T (2005) Summary of preliminary rapid assessments of coral reefs in affectedsoutheast asian countries following the Asian tsunami event on December 26 2004, WorldfishCenter/GCRMN/Government of Japan.

UNEP (2005) After the tsunami: rapid environmental assessment, United Nations Environment Programme,Kenya (www.unep.org/tsunami/tsunami_rpt.asp).

UNEP/WCMC/ICRI/ICRAN/IUCN (in press) Breaking the waves: shoreline protection and otherecosystem services from mangroves and coral reefs.

Wilkinson C (ed.) (2004) Status of coral reefs of the world: 2004. Australian Institute of Marine Science,and Global Coral Reef Monitoring Network, Townsville, Australia, 557 pp.

Lampiran 1. Anjuran Bacaan

Page 151: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

151

ADB Asian Development BankBank Pembangunan Asia

AIMS Australian Institute of Marine ScienceInstitut Ilmu Kelautan Australia

ASEAN Association of South East Asian NationsAsosiasi Negara-negara Asia Tenggara

BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

CBD Convention on Biological Diversity

Konvensi Keanekaragaman Hayati

CCC Coral Cay Conservation

CDD Community Driven DevelopmentPembangunan yang Bertumpu pada Masyarakat

CI Conservation International

CHARM Community Hazard and Risk Management programme, ThailandProgram Pengelolaan Ancaman dan Bahaya bagi Masyarakat, Thailand

CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Faunaand Flora

CONSRN Consortium to Restore Shattered Livelihoods in Tsunami-DevastatedNationsKonsorsium Pemulihan Sumber Penghidupan di Negara-negara TerimbasTsunami

CORAL Coral Reef AllianceAliansi Terumbu Karang

CORDIO Coral Reef Degradation in the Indian OceanDegradasi Terumbu Karang di Samudera Hindia

COREMAP Coral Reef Rehabilitation and Management ProgrammeProgram Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang

COTS Crown-of-thorns starfish (Acanthaster planci)

CRC REEF Cooperative Research Centre for the Great Barrier Reef, AustraliaPusat Pengkajian Bersama Great Barrier Reef, Australia

CSD Convention for Sustainable DevelopmentKonvensi Pembangunan Berkelanjutan

LAMPIRAN 2. DAFTAR AKRONIM

Page 152: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

152

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

CSIRO Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (ofAustralia)

Organisasi Persemakmuran Penelitian Ilmiah dan Industri Australia

DMCR Department of Marine and Coastal Resources (of Thailand)Departemen Sumber Daya Laut dan Pesisir (Thailand)

EIA Environmental Impact AssessmentPendataan Dampak Lingkungan

GBRMPA Great Barrier Reef Marine Park AuthorityOtorita Taman Laut Great Barrier Reef

GCRMN Global Coral Reef Monitoring NetworkJaringan Pemantauan Terumbu Karang Dunia

GDP Gross Domestic ProductPendapatan Domestik Bruto

GEF Global Environment Facility

GIS Geographic Information SystemSistem Informasi Geografis

GPS Global Positioning System

ICAM Integrated Coastal Area ManagementPengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu

ICLARM International Center for Living Aquatic Resources ManagementPusat Pengelolaan Sumberdaya Perairan Hayati Internasional

ICM Integrated Coastal ManagementPengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu

ICRAN International Coral Reef Action NetworkJaringan Kegiatan Terumbu Karang Internasional

ICRI International Coral Reef InitiativeInisiatif Terumbu Karang Internasional

ICZM Integrated Coastal Zone ManagementPengelolaan Zona Pesisir Terpadu

IDP Internally Displaced PersonPengungsi Internal

IERSE Institute for Environmental Research and Social EducationInstitut Penelitian Lingkungan dan Pendidikan Sosial

IFRC The International Federation of Red Cross and Crescent SocietiesFederasi Internasional Lembaga Palang Merah dan Sabit Merah

ILO International Labour OrganizationOrganisasi Buruh Internasional

IMO International Maritime OrganisationOrganisasi Kelautan Internasional

IMPAC International Marine Project Activities CentrePusat Proyek Kegiatan Kelautan Internasional

IOC Intergovernmental Oceanographic Commission (of UNESCO)Komisi Oseanografi Antar Pemerintah – UNESCO

Page 153: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

153

IOI International Ocean InstituteInstitut Kelautan Internasional

IOM International Organization for MigrationOrganisasi Migrasi Internasional

IUCN World Conservation UnionSerikat Konservasi Dunia

ISRS International Society for Reef StudiesMasyarakat Pengkaji Terumbu Dunia

JBIC Japanese Bank for International CooperationBank Kerjasama Internasional Jepang

JICA Japan International Cooperation AgencyLembaga Kerjasama Internasional Jepang

KEHATI, Yayasan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia

MONRE Ministry of Natural Resources and Environment (of Thailand)Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Thailand)

MPA Marine Protected AreaDaerah Perlindungan Laut

NARA Natural Aquatic Resources and Research AgencyLembaga Penelitian dan Sumber Daya Perairan

NGO Non-Governmental OrganisationOrganisasi Non-Pemerintah

NOAA National Oceanic and Atmospheric Administration (of USA)Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat

OCHA Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (of UN)Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB

RAP Rapid Assessment ProtocolProtokol Penilaian Secara Cepat

RC Reef Check

REA Rapid Ecological AssessmentPenilaian Ekologi Secara Cepat

ROPME Regional Organisation for the Protection of the Marine EnvironmentOrganisasi Perlindungan Kelautan Regional

RWMC Reef Watch Marine ConservationKonservasi Kelautan Pengamat Terumbu (Karang)

SAREC SIDA Department for Research CooperationDepartemen Kerjasama Penelitian SIDA

SCUBA Self-Contained Underwater Breathing Apparatus

SDMRI Suganthi Devadason Marine Research Institute (of India)Institusi Penelitian Kelautan Suganthi Devadason (India)

SEAFDEC Southeast Asian Fisheries Development CenterPusat Pengembangan Perikanan Asia Tenggara

SIDA Swedish International Development AgencyLembaga Bantuan Internasional Swedia

Lampiran 2. Daftar Akronim

Page 154: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

154

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

SLSAC Sri Lanka Sub-Aqua Club

SUMUT Sumatra Utara

TERANGI, Yayasan Yayasan Terumbu Karang Indonesia

TNC The Nature Conservancy

UN United NationsPersatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

UNCED United Nations Conference on Environment and DevelopmentKonferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan

UNDAC United Nations Disaster Assessment and CoordinationPendataan Dampak dan Koordinasi Bencana PBB

UNDP United Nations Development ProgrammeProgram Pembangunan PBB

UNEP United Nations Environment ProgrammeProgram Lingkungan PBB

UNEP GRID United Nations Environment Programme Global Resource InformationDatabaseBasis Data Informasi Sumber Daya Global UNEP

UNESCO United Nations Educational Scientific and Cultural OrganisationOrganisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB

UNICEF United Nations Children’s FundDana Bantuan Anak-anak PBB

UNOCHA United Nations Office for the Coordination of Humanitarian AffairsKantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB

USAID United States Agency for International DevelopmentBadan Pembangunan Internasional Pemerintah Amerika Serikat

UV Ultraviolet radiationRadiasi ultraviolet

WCMC World Conservation Monitoring CentrePusat Pemantauan Konservasi Dunia

WHO World Health OrganisationOrganisasi Kesehatan Dunia

WHOSEA World Health Organisation regional office for Southeast AsiaOrganisasi Kesehatan Dunia - Kantor Kawasan Asia Tenggara

WRI World Resources InstituteInstitut Sumber Daya Dunia

WWF World Wildlife Fund (of USA)

WWF World Wide Fund for Nature (elsewhere)

Page 155: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

155

AIMSAIMS merupakan salah satu lembaga penelitian utama Australia dengan bidang kajian berupa penelitiankelautan di wilayah tropis. AIMS melakukan penelitian dan pengembangan guna menghasilkanpengetahuan baru dalam ilmu dan teknologi kelautan, dan mempromosikan kegunaannya dalam kalanganindustri, pemerintah, dan pengelolaan lingkungan. Program penelitiannya mencakup kurun waktu jangkamenengah sampai jangka panjang yang dijalankan guna mendapatkan pemahaman mengenai sistem-sistem yang terjadi di laut, dan pengembangan kemampuan dalam memprakirakan sifat-sifat dari sistem-sistem laut tropis yang kompleks. Dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, institusi ini telah mengukirreputasi yang kokoh dalam menjalankan berbagai penelitian berkualitas tinggi mengenai ekosistem terumbukarang dan hutan mangrove, dan siklus perputaran air di sekitar pesisir dan paparan benua kita. Parapeneliti tidak hanya sering menerbitkan tulisan dalam jurnal-jurnal ilmiah, tapi juga telah menulis beberapapanduan lapangan, buku, dan monograf untuk penggunaan skala regional. Salah satu kegiatan utamamereka adalah mengembangkan dan menerapkan metoda-metoda pemantauan yang membantupengelolaan berkelanjutan untuk sumber daya laut tropis. AIMS mendukung beragam penelitian gunamencapai pengelolaan terumbu karang yang efektif. Alamat Kontak: AIMS, PMB #3, Townsville 4810Australia; www.aims.gov.au

AUSAIDAusAID merupakan lembaga pemerintahan Australia yang bertanggungjawab dalam mengelola programbantuan dana luar negeri pemerintahan Australia. Tujuan dari program bantuan ini adalah untukmemajukan kepentingan negara Australia dengan membantu negara-negara berkembang dalammengurangi kemiskinan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan. AusAID memberikan konsultasidan dukungan dalam pengembangan kebijakan kepada Menteri Sekretariat (Negara) dan Parlemen,serta ikut merencanakan dan mengkoordinir kegiatan pengentasan kemiskinan bersamaan dengan negaraberkembang. Kantor pusat AusAID terdapat di Canberra. AusAID juga memiliki 25 kantor perwakilan dinegara-negara dimana kerjasama terjalin. Alamat kontak: email: [email protected]. Website:www.ausaid.go.au

CBD – CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (KONVENSI KERAGAMAN

HAYATI)Keragaman hayati, keragaman yang terdapat antara setiap makhluk hidup dan ekosistem pendukungnya,merupakan fondasi dasar bagi kehidupan manusia yang selama ini dibangun. Mempertahankan keragaman

LEMBAGA SPONSOR, PROGRAM DAN JARINGAN

PEMANTAUAN TERUMBU KARANG

Page 156: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

156

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

tersebut, dengan adanya berbagai ancaman dari kegiatan manusia, merupakan salah satu tantanganyang dihadapi di era modern saat ini. Pembentukan CBD berawal dari Earth Summit yang diselenggarakkandi Rio de Janeiro pada tahun 1992 dan memiliki 188 negara anggota yang terikat secara hukum dalamperjanjian in dengan partisipasi yang bisa dikatakan universal. Tujuan dari CBD adalah: pelestariankeragaman hayati; penggunaan komponennya yang berlanjut; dan pembagian keuntungan daripemanfaatan sumber daya genetis yang adil. Konvensi ini memiliki komitmen-komitmen luas yangdicanangkan oleh pihak-pihak pemerintahan yang akan melakukan tindakan konservasi dan penggunaankeragaman hayati secara berkelanjutan di tingkat nasional. Sejak dimulai, pihak-pihak pemangku telahmengembangkan hasil Konvensi ini menjadi program-program kerja, termasuk salah satu di antara programtersebut mengenai keragaman hayati laut dan pesisir, yang menanggapi isu-isu terumbu karang melaluirencana kerja tentang pemutihan karang, dan degradasi fisik dari terumbu karang. Alamat kontak: MarjoVierros, CBD Secretariat Montreal, Canada, [email protected] atau www.biodiv.org

CORDIO – CORAL REEF DDEGRADATION IN THE INDIAN OCEAN

(DEGRADASI TERUMBU KARANG DI SAMUDERA HINDIA)Program yang bersifat regional dan multi-disiplin ini dikembangkan agar dapat mengkaji dampak ekologisdan sosio-ekonomis dari fenomena pemutihan karang massal yang terjadi pada tahun 1998 dan degradasiyang berlanjut dari terumbu karang di bagian tengah dan barat Samudera Hindia. CORDIO merupakanunit operasi dari ICRI, dengan tujuan agar dapat mengetahui dampak biologis dan fisik dari pemutihandan kematian karang serta kemungkinan pemulihan dalam jangka panjang; dampak sosio-ekonomi darikematian karang dan kemungkinan penanggulangannya melalui pengelolaan dan pengembangan sumberkehidupan alternatif bagi mereka yang bergantung pada terumbu karang; serta kemungkinan restorasidan rehabilitasi karang guna mempercepat pemulihan secara ekologis dan ekonomis. CORDIO membantudan bekerjasama dengan GCRMN di wilayah Samudera Hindia dalam menjalankan dan memantauprogram yang mencakup Afrika Timur, pulau-pulau di Samudera Hindia dan Asia Selatan. Negara-negarayang ikut berpartisipasi adalah: Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar, Seychelles, India, Maladewa,Sri Lanka, Reunion, Komoros, Mauritius, dan Chagos. Alamat kontak penyelenggara program: Olof Lindén,World Maritime University, Malmo, Sweden, [email protected]; David Souter, University of Kalmar,[email protected]; Asia Selatan: Jerker Tamelander, IUCN South Asia, 53 Horton Place, Colombo 7,Sri Lanka, [email protected]; Afrika Timur: David Obura, CORDIO Afrika Timur, P.O. Box, 10135, Bamburi,Kenya, [email protected]; Negara-negara kepulauan: Rolph Payet, Ministry of Environment,Seychelles, [email protected]

CRC REEF – COOPERATIVE RESEARCH CENTRE FOR THE GREAT BARRIER REEF

(PUSAT PENELITIAN KERJASAMA UNTUK GREAT BARRIER REEF)Pusat Penelitian CRC Reef merupakan kerjasama para pengelola, peneliti, dan pelaku industri terumbukarang yang berbasis pengetahuan, yang menyediakan solusi hasil penelitian guna melindungi,melestarikan, dan memulihkan terumbu karang dunia dengan memastikan bahwa para industri danpengelola bekerja secara berkelanjutan dan kualitas ekosistem dipertahankan. Keperluan-keperluan pihakpengimplementasi hasil penelitian diintegrasikan ke dalam desain, permulaan dan kemajuan penelitianyang dilakukan. Pusat Penelitian CRC Reef terletak di Townsville, Australia dan rekan kerja merekamemiliki keahlian dalam ilmu dan teknologi terumbu karang yang diakui secara internasional, danmenyediakan pendidikan dan pelatihan bagi industri pariwisata dan perikanan, serta bagi pengelolaterumbu karang. Pusat penelitian ini meupakan kerjasama antara para peneliti (Australian Institute ofMarine Science; James Cook Uniersity, Queensland Department of Primary Industries and Fisheries),

Page 157: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

157

industri pariwisata (Association of Marine Park Tourism Operators), industri perikanan komersial danrekreasi (Sunfish Queensland, Queensland Seafood industry Association), para pengelola (Great BarrierReef Marine Park Authority), dan LSM (Great Barrier Reef Research Foundation). Alamat kontak: RusselReichelt, CRC Reef Research Centre, PO Box 772, Townsville 4810 Australia; [email protected] orwww.reef.crc.org.au

GCRMN – GLOBAL CORAL REEF MONITORING NETWORK (JARINGAN

PEMANTAUAN TERUMBU KARANG GLOBAL)GCRMN dibentuk pada tahun 1995 sebagai suatu unit operasional dari ICRI. GCRMN bekerjasamadengan ReefBase, Reef Check, CORDIO, dan NOAA, yang menyediakan arahan utama dari jaringan ini.GCRMN disponsori oleh IOCUNESCO, UNEP, IUCN, CBD, World Bank, AIMS, WorldFish Center, SekretariatICRI, dan koordinasi pusat didukung oleh Kementrian Dalam Negeri Amerika Serikat dan NOAA melaluikontribusinya kepada UNEP. Saat ini IUCN mengepalai Kelompok Pengelola dari GCRMN, dan KoordinatorGlobal terdapat di AIMS dan IMPAC dan berinteraksi erat dengan WorldFish Center. GCRMN berupayamendorong dan mengkoordinir tiga lapis pemantauan yang bersilangan:

Masyarakat – pemantauan oleh masyarkat, nelayan, sekolah-sekolah, perguruan tinggi, para operator,dan wisatawan yang mencakup wilayah luas dengan perincian yang rendah, guna menyediakaninformasi keadaan terumbu karang dan penyebab kerusakan dengan menggunakan metoda danpendekatan dari Reef Check;

Pengelolaan – pemantauan yang sebagian besar dilakukan oleh pegawai yang terlatih secara tersierdari departemen lingkungan atau perikanan dalam pemerintahan setempat, dan perguruan tinggiguna mendapatkan informasi yang mencakup wilayah yang moderat dalam tingkat perincian yanglebih tinggi dengan menggunakan metoda-metoda yang lebih berkembang di Asia Tenggara atauyang setara; dan

Penelitian – pemantauan dengan perincian yang tinggi di wilayah skala kecil oleh para ahli daninstitusi yang memantau terumbu dalam penelitiannya.

Alamat kontak Koordinasi Pusat: Clive Wilkinson Global Coordinator at the Australian Institute of MarineScience, di Townsville, [email protected]; atau Jamie Oliver di WorldFish Center di PenangMalaysia ([email protected]); atau Gregor Hodgson, Reef Check Los Angeles, [email protected]; atau OlofLinden, [email protected]; homepage: www.gcrmn.org

ICRAN – INTERNATIONAL CORAL REEF ACTION NETWORK (JARINGAN AKSI

TERUMBU KARANG INTERNASIONAL)ICRAN merupakan respon kerjasama negeri/swasta terhadap Seruan Aksi (Call for Action) dari InternationalCoral Reef Initiative (ICRI) untuk melestarikan dan mengelola terumbu karang di seluruh dunia. Bermuladari dukungan yang sangat besar dari United Nations Foundation, pendekatan aliansi strategis ICRANtelah dikembangkan guna memastikan masa depan dari terumbu karang dan ekosistem terkait sertamasa depan dari komunitas yang didukung olehnya. Strategi ini termasuk didalamnya sumber pendapatanalternatif, pelatihan, pengembangan kapasitas, dan pertukaran serta penerapan pengetahuan setempat,dan informasi ilmiah, ekonomi, dan sosial terkini. Contoh kegiatan-kegiatan ICRAN dapat dilihat pada‘lokasi khusus’ di bagian akhir bab-bab per negara dalam laporan ini. Rekanan kerja ICRAN adalah:CORAL, GCRMN, ICRI, MAC, Reef Check, SPREP, UNEP, UNEP-WCMC, TNC, UNF, WorldFish Center,WRI, dan WWF. E-mail: Kristian Teleki, [email protected]; www.icran.org

Lembaga Sponsor, Program dan Jaringan Pemantauan Terumbu Karang

Page 158: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

158

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

ICRI – INTERNATIONAL CORAL REEF INITIATIVE (INISIATIF TERUMBU KARANG

INTERNASIONAL)ICRI merupakan tanggapan dari degradasi terumbu karang dan ekosistem terkait yang terjadi secaraglobal. Ia merupakan kerjasama dari negara-negara, organisasi internasional, para LSM dan program-program regional, yang dibentuk pada tahun 1994 untuk menjawab seruan yang dikeluarkan pada 1992oleh UNCED dan Small Island Developing States (Negara Kepulauan Kecil yang sedang Berkembang) diacara Earth Summit yang diadakan di Rio de Janeiro. Rekan kerja pada awalnya terdiri atas Australia,Perancis, Jamaika, Jepang, Filipina, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat, bersamaan dengan CORAL,IOCUNESCO, IUCN, UNDP, UNEP, dan World Bank. Fungsi utama dari ICRI adalah untuk menerapkansaran dari UNCED, dan pertemuan serta persetujuan internasional lainnya, peningkatkan kesadaranakan degradasi terumbu karang, dan memicu tindakan oleh pemerintahan serta pihak pemangku lainnya.ICRI bekerja melalui anggota-anggotanya dan jaringan operasional, ICRAN, CORDIO, dan GCRMN agardapat: mengangkat konservasi terumbu karang ke dalam panggung dunia; memfasilitasi tindakan danpertukaran informasi yang kolaboratif; meningkatkan pendanaan untuk terumbu karang; memperbaikipraktik-praktik pengelolaan; dan meningkatkan kapasitas dan dukungan politik. ICRI, dengan bimbingandari Komite Koordinasi dan Perencanaan (sebuah konsensus kelompok rekan kerja), membantu dalamproduksi buku-buku laporan Keadaan Terumbu Karang Dunia dan menggunakannya untuk meningkatkankesadaran masyarakat dunia. ‘Agenda’ ICRI yang diformulasikan di Dumaguete City, Filipina pada tahun1995 dengan sebutan ‘Seruan Aksi’ ICRI dan ‘Kerangka Kerja Aksi’, diperbaharui pada SimposiumPengelolaan Ekosistem Laut Tropis Internasional (ITMEMS) di Townsville, Australia pada 1998 (SeruanAksi Terbaru ICRI) dan di ITMEMS2 di Manila pada 2003. Sekretariat ICRI mengimplementasikan ‘Agenda’ini melalui tuan rumah yang ditunjuk secara bergilir (Pemerintahan Amerika Serikat, Australia, Perancis,Swedia dan Filipina secara bersamaan, dan Inggris serta Seychelles secara bersamaan). Jepang dan Palaumerupakan tuan rumah Sekretariat sejak Juli 2005. www.ICRIForum.org

IOC/UNESCO – INTERGOVERNMENTAL OCEANOGRAPHIC COMMISSIONIOC/UNESCO merupakan pusat kegiatan PBB untuk ilmu, penelitian dan pengamatan kelautan, untukmenyediakan informasi yang lebih baik mengenai sumber daya laut, sifat-sifatnya dan keberlanjutanuntuk pengelolaan dan pengembangan kebijakan kelautan. Prioritas-prioritas utamanya mencakuppembangunan kapasitas-kapasitas nasional dalam menanggapi World Summit mengenai RencanaImplementasi Pembangunan yang Berkelanjutan, peran dari Negara Kecil Kepulauan yang Berkembang,dan Millenium Development Goals. IOC/UNESCO membantu dalam pemantauan dan pengelolaan dataterumbu karang, dengan penekanan yang sama besarnya pada informasi ekologi sosio-ekonomi. Salahsatu fokusnya adalah memahami peran masyarakat miskin yang bergantung pada terumbu dalam upayapelestarian dan pengembangan. IOC, bersama dengan UNEP, IUCN, dan Organisasi Meteorologi Duniamembentuk Regu Tugas Global (Global Task Team) mengenai Terumbu Karang pada tahun 1991 agardapat mengembangkan pemantauan terumbu karang dunia, yang merupakan pendahulu GCRMN, denganIOC, UNEP, IUCN, World Bank, dan CBD kini sebagai sponsor. GCRMN mengkontribusi data mengenaikesehatan dan sumber daya terumbu karang kepada Global Ocean Observing System. Alamat kontak:IOC/UNESCO, 1 Rue Miollis, 75015 Paris, www.ioc.unesco.org

IUCN – THE WORLD CONSERVATION UNIONDibentuk pada tahun 1948, IUCN menyatukan 1035 perwakilan wilayah, lembaga pemerintahan, danLSM dari 181 negara dalam sebuah kerjasama global yang unik agar dapat mempengaruhi, mendorong,dan membantu berbagai lapisan masyarakat dalam melestarikan dan mementingkan keanekaragaman

Page 159: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

159

alami dan memastikan pemanfaatan sumber daya alam yang adil dan berlanjut secara ekologis. Kontribusiyang sudah diberikan IUCN termasuk mengembangkan pengetahuan ilmu pelestarian, memasang standar,mengembangkan, dan menerapkan alat-alat konservasi, membangun kapasitas, dan memperbaiki kebijakandan pengaturan secara global. Sekretariatnya terletak di Gland, Switzerland, dan terdapat 42 kantorregional dan negara serta 10.000 tenaga ahli sukarelawan di dalam 6 Komisi, termasuk Komisi DuniaWilayah Perlindungan (WCPA) dan Komisi Pelestarian Spesies (SSC), yang memusatkan perhatian padabeberapa jenis, pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelolaan habitat dan sumber daya alam.Program Kelautan Global IUCN menghubungkan para anggotanya dengan semua kegiatan kelautanIUCN, termasuk proyek dan inisiatif kantor-kantor regional dan Komisi. Program ini dikomando darikantor pusat IUCN, dengan sebagian besar staf pelaksana teknis di lapangan menangani permasalahandan kondisi hukum kelautan. IUCN merupakan salah satu pihak pendiri GCRMN dan Kepala dari ProgramKelautan mengepalai Kelompok Pengelola. Alamat kontak: Carl Gustaf Lundin, Global Marine ProgramIUCN – The World Conservation Union, Rue Mauverney 28, CH-1196 Gland, Switezerland,[email protected]

JEPANG – KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUPKementrian Lingkungan Hidup bertanggung jawab atas kebijakan-kebijakan lingkungan yang mencakuppengelolaan limbah sampai pelestarian alam di Jepang. Biro Pelestarian Lingkungan dan Kementrian inibertanggung jawab dalam pelestarian lingkungan alami termasuk terumbu karang beserta ekosistemyang terkait. Biro ini telah melakukan survei nasional mengenai terumbu karang Jepang dan telahmenghasilkan peta distribusi karang. Disamping itu, Biro ini telah mengawali proyek-proyek rehabilitasiterumbu karang sejak tahun 2002. Pusat Penelitian dan Pemantauan Terumbu Karang Internasional,yang didirikan di Pulau Ishigaki, merupakan pusat GCRMN di wilayah laut Asia Timur dalammempromosikan pemantauan internasional dan lokal. Kementrian Lingkungan Hidup, atas namaPemerintahan Jepang, menjadi tuan rumah Sekretariat ICRI (Juli 2005 sampai Juni 2007) bekerjasamadengan Republik Palau. Alamat kontak: Biodiversity Planning Division, Nature Conservation Bureau.Ministry of the Environment, 1-2-2 Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo 100-8975, Japan; [email protected];www.env.go.jp/ dan www.coremoc.go.jp/

YAYASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA (KEHATI)Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) adalah organisasi nirlaba pengelola dana hibahmandiri yang dibentuk untuk memfasilitasi berbagai upaya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragamanhayati secara berkelanjutan.di Indonesia. KEHATI bertindak sebagai katalisator untuk menemukancara-cara inovatif dalam mengelola dan memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia secaraberkelanjutan. Berbagai bentuk kerjasama terus dijalin dengan lembaga-lembaga yang dapat mendukungvisi organisasi seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, perguruan tinggi, pemerintah daerah, asosiasiprofesi, komunitas bisnis. maupun media massa. Upaya-upaya tersebut diimplementasikan oleh KEHATImelalui mitra-mitranya di seluruh Indonesia. Ada empat program utama yang dikembangkan, yaitu:informasi, edukasi dan riset, konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan, advokasi kebijakan publik, dankomunikasi dan pengembangan sumberdaya. Alamat kontak: Jl. Bangka VIII no. 3B, Pela MampangJakarta 12720 – Indonesia, [email protected] ; www.kehati.or.id

Lembaga Sponsor, Program dan Jaringan Pemantauan Terumbu Karang

Page 160: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

160

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

NOAA – NATIONAL OCEANIC AND ATMOSPHERIC ADMINISTRATION USANOAA merupakan lembaga dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat yang memiliki dedikasi untukmeningkatkan kesehatan dan keamanan masyarakat dan mendukung kepentingan ekonomi denganmeneliti dan memprediksi kejadian yang terkait iklim dan cuaca untuk melindungi sumber daya pesisirdan kelautan Amerika Serikat. NOAA merupakan pemantau sumber daya laut Amerika Serikat danmerupakan salah satu ketua U.S. Coral Reef Task Force, yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasiupaya Pemerintahan Amerika Serikat dalam melestarikan terumbu karang. Program Pelestarian TerumbuKarang (CRCP) NOAA menjalankan prioritas yang ada dalam National Action Plan to Conserve CoralReefs dan National Coral Reef Action Strategy seperti pemetaan, pemantauan, penelitian, pendidikan,dan pengelolaan sumber daya karang. CRCP memfasilitasi dan mendukung kerjasama dengan pihakilmuwan, swasta, pemerinta,h dan LSM pada tingakatan lokal, daerah, nasional, dan internasional.Tujuannya adalah agar dapat mendukung pengelolaan yang tepat guna dan ilmu yang benar dalammelestarikan, menjadikan berlanjut, dan memulihkan ekosistem terumbu karang yang berharga. Alamatkontak: NOAA Coral Reef Conservation Program, 1305 East-West Highway. N/ORR, Silver Spring, MD,20910 USA; [email protected]; www.coralreef.noaa.gov.

REEFBASEReefBase mengumpulkan informasi yang dapat diperoleh mengenai terumbu karang ke dalam suatusumber. Hal ini dimaksudkan agar dapat memfasilitasi analisa dan pemantauan kesehatan terumbukarang dan kualitas hidup pada masyarakat yang bergantung pada terumbu karang, dan untuk mendukungpembuatan keputusan yang terdidik mengenai pengelolaan dan pemanfaatan terumbu karang. ReefBasemerupakan basis data resmi dari GCRMN, dan juga bagi bagi ICRAN. Kegiatan ReefBase berpusat dariWorldFish Center di Penang, Malaysia, dengan pendanaan dari United Nations Foundation (UNF).Tujuan utama dari ReefBase adalah sebagai berikut:

Mengembangkan sebuah basis data antar instansi dan sistem informasi untuk informasi terumbukarang dan sumber dayanya yang terstruktur, sehingga dapat menjadi sebuah ensiklopediterkomputerisasi dan alat analisa yang dapat digunakan dalam pengelolaan, konservasi, dan penelitianterumbu karang.

Menyediakan informasi penting yang mendukung pembuatan keputusan oleh pengelola perikanandan lingkungan di negara-negara berkembang, terutama mereka yang peduli dengan meningkatkansumber pendapatan nelayan miskin.

Berkolaborasi dengan basis data nasional, regional, dan internasional lainnya, dan fasilitas GIS yangberkaitan dengan karang, dan menyediakan informasi pada tingkatan global.

Mengembangkan dan mendistribusikan prosedur analitik untuk ReefBase sehingga si penganalisadapat memanfaatkan informasinya secara keseluruhan dan memastikan interpretasi dan sintesayang tepat.

Berfungsi sebagai pusat pemasukkan data bagi GCRMN dan ICRAN.

Memperjelas kriteria untuk kesehatan terumbu dan memanfaatkannya untuk memperbaiki prosedur-prosedur dalam pendataan terumbu karang dan memastikan keadaan terumbu karang di tingkatregional dan dunia.

Mengetahui hubungan antara kesehatan terumbu karang, produksi perikanan, dan kualitas hidupmereka yang bergantung pada terumbu.

Jika Anda memiliki pertanyaan, kritik atau yang lainnya mengenai kegiatan Reefbase, silahkan kunjungiwww.reefbase.org.

Page 161: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

161

REEF CHECK FOUNDATIONReef Check merupakan kelompok lingkungan dunia yang didirikan untuk memfasilitasi pendidikanmasyarakat, pemantauan, dan pengelolaan terumbu karang. Reef Check memiliki kegiatan di lebih dari70 negara dan wilayah terumbu karang, dimana ia memiliki tujuan untuk: mendidik masyarakat tentangpermasalahan terumbu karang dan pencegahannya; menciptakan sebuah jaringan global regu-regusukarelawan yang secara regular memantau dan melaporkan kondisi kesehatan terumbu karang dibawahbimbingan para ahli; menginvestigasi secara ilmiah proses-proses terumbu karang; memfasilitasi kerjasamaantar para akademisi, LSM, pemerintah, dan sektor swasta untuk menanggulangi permasalahan terumbukarang; dan memicu tindakan dari masyarakat untuk untuk melindungi terumbu asli yang masih adadan merehabilitasi terumbu yang rusak di seluruh dunia menggunakan solusi yang berlanjut secaraekonomi dan ramah lingkungan. Di bawah kerangka kerja ICRI, Reef Check merupakan rekan kerjautama GCRMN dan ikut mengkoordinir program pelatihan GCRMN mengenai pemantauan ekologis dansosio-ekonomi, dan pengelolaan terumbu karang di seluruh dunia. Alamat kontak: Chris Knight, PO Box8533, Calabasas, CA 91372; [email protected]; www.ReefCheck.org.

YAYASAN TERUMBU KARANG INDONESIA (TERANGI)Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) didirikan pada bulan September 1999. Terangi merupakanyayasan nirlaba yang bertujuan mendukung konservasi dan pengelolaan sumberdaya terumbu karangIndonesia secara berkelanjutan. Visi TERANGI adalah “Terbentuknya masyarakat yang dapat mengelolasumberdaya terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan untuk menghindarkan terjadinyakerusakan, pemborosan, dan hilangnya sumberdaya terumbu karang yang disebabkan oleh pengambilanyang berlebihan, penggunaan yang merusak, dan ketidak pedulian”. TERANGI bekerja melalui 6 programyaitu program penelitian terumbu karang, program kebijakan terumbu karang, program pusat data daninformasi terumbu karang, program pendidikan dan pelatihan, program penyadaran masyarakat, danprogram pengelolaan sumber daya terumbu karang. Alamat kontak: Kompleks Liga Mas Blok E2 NO. 11,Jakarta 12760, Indonesia. Silvianita Timotius, [email protected] ; www.terangi.or.id.

UNEP – UNITED NATIONS ENVIRONMENT PROGRAMME (PROGRAM

LINGKUNGAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA)Misi dari UNEP adalah menyediakan dan mendorong adanya kerjasama dalam pemeliharaan lingkungandengan cara menginspirasikan, menginformasikan, dan membantu setiap negara dan masyarakat untukmemperbaiki kualitas hidup mereka tanpa mengancam kehidupan di masa depan. UNEP melakukanupaya yang tertuju kepada memupuk kerangka kerja dan inisiatif pada tingkatan lokal, nasional, regional,dan global yang meningkatkan keikutsertaan pihak pemerintah dan masyarakat sipil, sektor swasta,komunitas ilmiah, para LSM, dan kawula muda, dalam bekerjasama dalam mewujudkan pemanfaatansumber daya alam yang berkelanjutan. Tantangan yang dihadapi oleh UNEP adalah menjalankan sebuahagenda lingkungan yang secara strategis terintegrasi dengan tujuan pengembangan ekonomi dankesejahteraan masyarakat; sebuah agenda yang menuju pembangunan berkelanjutan. UNEP ikutmendanai laporan ini melalui kontribusi dari Pemerintahan Finalandia. Alamat kontak: UNEP, PO Box30552. Nairobi, Kenya; [email protected]; www.unep.org

Lembaga Sponsor, Program dan Jaringan Pemantauan Terumbu Karang

Page 162: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

162

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

UNEP – CORAL REEF UNIT (CRU) (UNIT TERUMBU KARANG)CRU merupakan lembaga pusat dalam UNEP dan sistem PBB yang membimbing dan menggerakkankebijakan serta tindakan dalam mendukung upaya pelestarian dan pemanfaatan yang berkelanjutan dariterumbu karang, sehingga dapat melindungi fungsi biologi dan keanekaragaman hayatinya, yangmenyediakan bahan dan jasa bagi masyarakat dan pembangunan berkelanjutan bagi mereka yangbergantung pada terumbu karang. CRU memiliki lokasi yang bersamaan dengan sumber daya terumbukarang lainnya di UNEP-WCMC, dan bekerjasama erat dengan divisi/program di UNEP dan rekankerjasama internasional seperti Inisiatif Terumbu Karang Internasional (ICRI) dan Jaringan Operasional-nya. Kegiatan CRU mencakup: mendukung kerjasama internasional untuk membalikkan degradasi terumbukarang; bekerjasama untuk mempromosikan pemahaman politik akan pentingnya terumbu karang;meninjau kembali dan mengintegrasikan informasi mengenai kebijakan internasional yang berkaitandengan terumbu karang; dan mendukung kerjasama-kerjasama untuk menanggulangi permasalahanterumbu karang yang ada maupun yang berkembang, seperti terumbu karang yang tahan pada suhudingin. Alamat kontak: Stefan Hain, UNEP Coral Reef Unit; [email protected];www.corals.unep.org, dan www.coral.unep.ch

DEPARTEMEN DALAM NEGERI AMERIKA SERIKATDepartemen Dalam Negeri Amerika Serikat merupakan kepanjangan tangan Pemerintahan AmerikaSerikat dalam urusan kebijakan luar negeri. Departemen ini memiliki dedikasi dalam menciptakan duniayang lebih aman, menjunjung demokrasi, dan kesejahteraan untuk keuntungan masyarakat Amerikadan dunia. Di dalam Departemen ini, Biro Kelautan dan Lingkungan Internasional dan Ilmu Pengetahuanbertanggungjawab dalam memajukan pembangunan berkelanjutan dan pelestarian sumber daya alam,termasuk aspek yang terkait dengan terumbu karang dan ekosistem terumbu karang, melalui kerjasamayang luas dalam perjanjian, lembaga, inisiatif internasional, dan antar pihak swasta dan negeri. Alamatkontak: Office of Ecology and Terrestrial Conservation, Bureau of Oceans and International Affairs, U.S.Department of State, Room 4333, 2201 C. Street N.W., Washington D.C., 20520; www.sdp.gov/sdp/initiative/icri.

WAPMERR – WORLD AGENCY OF PLANETARY MONITORING AND

EARTHQUAKE RISK REDUCTION (LEMBAGA DUNIA PEMANTAU BUMI DAN

MITIGASI ANCAMAN GEMPA BUMI)Tujuan WAPMERR adalah mengurangi ancaman dari bencana, dan perencanaan upaya penyelamatansaat terjadi bencana. Tujuan-tujuan ini dicapai dengan mengembangkan metode-metode estimasi kerugian,tepat setelah gempa bumi berlangsung (real-time) melalui pemantauan dengan gambar satelit, perhitunganwaktu tempuh gelombang tsunami, dan dengan penelitian peramalan gempa bumi. Dalam upaya di atas,WAPMERR bekerjasama dengan ilmuwan dari berbagi negara, yaitu Rusia, Amerika Serikat, Jepang,India, negara-negara Asia, Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Afrika. WAPMERR telah meluncurkansebuah proyek guna memperkirakan ketinggian gelombang tsunami yang mungkin terjadi di seluruhdunia, disamping perhitungan waktu tempuh gelombang tsunami yang dilakukan pada saat berlangsungbencana. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (RussianAcademy of Sciences). Alamat kontak: WAPMERR, Route de Jaronnant 2, CH-1207 Geneva Switzerland;Kartlos Edilashvili, [email protected], www.wapmerr.org.

Page 163: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

163

WORLD BANK – ENVIRONMENT DEPARTMENT (DEPARTEMEN LINGKUNGAN –BANK DUNIA)Bank Dunia merupakan institusi pendanaan internasional yang memiliki dedikasi untuk memberantaskemiskinan. Lingkungan memiliki peran yang tak tergantikan dalam menentukan kesejahteraan fisik dansosial suatu masyarakat. Di saat kemiskinan terus diperparah oleh keadaan darat, air, dan kualitas udarayang semakin buruk, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia di sebagian besar negaraberkembang terus bergantung kepada kekayaan sumber daya alam dan barang serta jasa yang berasaldari lingkungan. Sebagai akibatnya, Bank ini memiliki komitmen untuk mengintegrasikan keberlanjutanlingkungan ke dalam programnya, mencakup berbagai sektor dan wilayah melalui jalur-jalurpendanaannya. Mengurangi kerentanan terhadap kerusakan lingkungan, memperbaiki kesehatanmasyarakat, dan meningkatkan pendapatan dengan melindungi lingkungan merupakan ciri khas dariStrategi Lingkungan Bank Dunia. Dukungan untuk pelestarian dan pemanfaatan yang berkelanjutan dariterumbu karang sesuai dengan tema tersebut, karena terumbu karang memiliki potensi untukmempengaruhi jutaan orang diseluruh dunia. Tantangan yang dihadapi oleh Bank Dunia, beserta berbagairekan kerjanya, seperti ICRI dan GCRMN, adalah untuk membantu masyarakat memahami keuntunganyang dapat diperoleh dari pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan daripada memenuhi kebutuhansecara langsung, dan di saat yang bersamaan memastikan keberlanjutan dari kesatuan sistem-sistempenting ini untuk generasi yang akan datang. Untuk informasi lebih lanjut mengenai DepartemenLingkungan, silahkan menghubungi: Marea Hatziolos, Environment Department, The World Bank, 1818H St. NW, Washington, DC. 20433 USA, [email protected]; www.worldbank.org/icm;www.gefcoral.org

WORLDFISH CENTEROrganisasi yang sebelumnya dikenal sebagai ICLARM ini, memiliki dedikasi untuk menjalankan peranaktif dalam mewujudkan ketahanan pangan dan pemberantasan kemiskinan di negara-negara berkembang.Kegiatan yang dilakukan berupa upaya menguntungkan masyarakat miskin, serta pelestarian lingkungandan sumber daya air. Organisasi ini memiliki visi untuk pemberantasan kemiskinan, kesehatan masyarakatyang lebih baik dan berkecukupan gizi, mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam yang rentan,dan kebijakan-kebijakan yang berdasarkan kepada rakyat untuk pembangunan yang berkelanjutan.WorldFish Center merupakan suatu badan otonomi swasta yang non-profit, dan adalah badan internasionalyang berdiri sejak 1977, dengan kantor pusat di Penang, Malaysia. WorldFish Center memiliki fokusuntuk menanggulangi permasalahan perairan dunia besar yang mempengaruhi negara-negara berkembangdan untuk mendemonstrasikan solusi-solusi kepada para pengelola di seluruh dunia. Alamat kontak: POBox 500 GPO, 10670 Penang, Malaysia. Jamie Oliver, [email protected]; www.cgiar.org/iclarm/

WWF – WORLD WILDLIFE FUNDWWF adalah organsasi pelestarian independen dan paling berpengalaman dan terbesar di dunia, denganlebih dari 4,7 juta anggota dan jaringan dunia yang mencakup 96 negara. Misi yang dimiliki adalahmenghentikan degradasi lingkungan alami dunia dan membangun masa depan dimana manusia hidupselaras dengan alam dengan melestarikan keanekaragaman hayati. WWF memimpin upaya-upayaperlindungan ekosistem kelautan dunia dengan cara: melestarikan terumbu karang tropis dan perairandingin; membantu masyarakat pesisir dalam mengelola daerah perlindungan laut secara efektif; danmenghentikan praktik-praktik perikanan yang merusak. Kegiatan-kegiatannya terdapat di sepanjangwilayah-wilayah utama tropis sehingga dapat menciptakan jaringan wilayah perlindungan laut yangmelindungi kesatuan ekologis dari sistem terumbu yang besar. WWF telah menjadi lembaga penting

Lembaga Sponsor, Program dan Jaringan Pemantauan Terumbu Karang

Page 164: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami

164

Status Terumbu Karang di Negara-negara yang Terkena Dampak Tsunami 2005

dalam mempromosikan insentif perdagangan inovatif yang memberikan imbalan kepada praktik perikananyang baik. WWF juga bekerja dalam memperbaiki pengelolaan perikanan, mengurangi mortalitas akibattangkapan samping dari jenis-jenis rentan (seperti paus dan penyu), menghentikan perdagangan ilegalsatwa laut dan mengubah kebijakan pemerintah yang tidak mengindahkan jaringan kehidupan laut.Alamat kontak: Anita Van Breda, [email protected]; or Helen Fox, [email protected], WWF,1250 Twenty-Fourth Street, NW, Washington. DC 20037; www.worldwildlife.org dan WWF di Belandamelalui Sian Owen, [email protected].

Page 165: Status terumbu karang di negara-negara yang terkena Tsunami